Sop pengukuran curah hujan

Page 1

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP)

PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88 Fakfak Papua Barat Indonesia Telepon (0956)22854


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN CURAH HUJAN

No. Dok

: SOP-0513

Revisi

:-

Terbit

: 19/11/2011

1. PENGERTIAN  Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya demikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut, dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber-sumber air lainnya, penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan didata berdasarkan hukum-hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut.  Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) adalah suatu bangunan berikut perlengkapannya, yang dibangun pada suatu potongan sungai/anak sungai atau pada setiap outlet suatu DAS/Sub DAS untuk keperluan monitoring tata air secara terus menerus.  Tata air adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang kuantitas, kualitas (sedimentasi) dan penyebaran air menurut waktu dan tempat serta pengaruhnya terhadap kondisi yang bersangkutan.  Debit air adalah banyaknya air yang mengalir melewati suatu penampung basah sungai tertentu selama kurun waktu tertentu.  Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan CH adalah mm, inch. 2. TUJUAN Tujuan kegiatan rehabilitasi lahan adalah : a. Untuk pedoman tata cara kerja pada tahapan pelaksanaan pengukuran dan pengolahan data curah hujan di areal Pengusahaan hutan IUPHHK-HA PT. ARFAK INDRA. b. Untuk mengetahui volume curah hujan di areal Pengusahaan hutan IUPHHK-HA PT. ARFAK INDRA. 3. SASARAN Diterapkan dalam kegiatan pengukuran dan pengolahan data curah hujan di areal Pengusahaan hutan IUPHHK-HA PT. ARFAK INDRA. 4. PENANGGUNG JAWAB a. Kepala Seksi Kelola Lingkngan Kepala seksi Kelola Lingkungan dibawah kepala bagian Kelola Lingkungan dan SCR bertanggung jawab secara operasional terhadap pelaksanaan perlindungan hutan di lapangan. b. Kepala Bagian Kelola Lingkungan dan SCR Kepala bagian Kelola Lingkungan dan SCR bertanggung jawab atas kebenaran proses pelaksanaan di lapangan.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN CURAH HUJAN

No. Dok

: SOP-0513

Revisi

:-

Terbit

: 19/11/2011

c. Camp Manager Camp manager bertanggung jawab atas kebenaran pelaksanaan dan hasil pekerjaan yang dilakukan di lapangan. 5. MASUKAN YANG DIBUTUHKAN Beberapa masukan yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pengukuran sedimentasi adalah : a. Peta kerja skala 1:10.000 dan peta RKT 1:50.000 b. Kapasitas kerja setiap team per periode 6. KELUARAN YANG DIHASILKAN Output pengukuran sedimentasi terdiri atas : a. Rekapitulasi data hasil pemantauan dan pengukuran curah hujan. b. Outlet berupa titik keluaran aliran sungai dalam suatu DAS/Sub DAS. 7. CYCLE TIME Waktu pelaksanaan kegiatan pengukuran curah hujan dilakukan pada musim penghujan. 8. TAHAPAN KERJA 8.1.

Persiapan kerja

8.1.1. Tim Survey Tim survey untuk menetapan lokasi titik pengukuran data curah hujan dilakukan bersamaan waktunya dengan pelaksanaan survay penetapan lokasi SPAS. Tim survay terdiri dari 6 (enam) orang dengan pembagian tugas sebagai berikut :  1 orang ketua tim dari BP DAS  2 orang pemegang alat ukur (theodolith dan kompas)  1 orang pembuat rintis batas  1 orang pengukur  1 orang pembantu umum 8.1.2. Peralatan  Penyiapan peta kerja dan peta topografi  Peralatan yang digunakan antara lain: -

buku lapangan, alat-alat tulis, tally sheet

-

kompas

-

clinometer

-

parang

-

rool meter

8.1.3. Penetapan Lokasi  Lokasi pengukuran curah hujan harus terletak di dalam Daerah Tangkapan Air (DTA) yang diamati.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN CURAH HUJAN  Dari

hasil

pengamatan

lapangan

No. Dok

: SOP-0513

Revisi

:-

Terbit

: 19/11/2011

terhadap

rencana

beberapa

lokasi

pengukuran, maka dilakukan eveluasi untuk menetapkan lokasi yang terbaik.  Lokasi yang terpilih dan memenuhi persyaratan ditandai secara visual langsung di lapangan yaitu dengan pemasangan patok ukuran 8 m x 8 m x 150 cm.  Pada peta topografi dan petak kerja, maka ditandai tanda merah untuk lokasi yang terpilih. 8.2.

Pelaksanaan kerja

8.2.1. Pemasangan Penakar Curah Hujan Lokasi stasiun penakar hujan yang baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan pengukuran curah hujan yang teliti. Bahan dan alat yang diperlukan :  Pagar kawat untuk luasan 1,5 x 1,5 meter  Kertas pias dan tinta  Penakar curah hujan Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada saat menempatkan alat penakar curah hujan adalah sebagai berikut :  Terletak di dalam Daerah Tangkapan Air (DTA) yang diamati  Harus diletakkan di tempat yang bebas halangan atau pada jarak 1 kali tinggi obyek penghalang.  Alat harus tegak lurus dari permukaan penakar antara 90-120 cm di atas permukaan tanah  Bebas dari angin  Alat harus dilindungi dari gangguan sehingga harus dekat dengan tenaga pengamat.

8.2.2. Prosedur Pengukuran Curah Hujan Manual  Lakukan pemantauan dan pengukuran sedikitnya satu kali dalam 24 jam


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN CURAH HUJAN

No. Dok

: SOP-0513

Revisi

:-

Terbit

: 19/11/2011

 Waktu pengukuran pada pagi hari  pukul 07.00 pagi.  Cara mengukur dilakukan dengan mengalirkan atau menuangkan air hujan yang ditampung alat dengan menggunakan gelas ukur.  Pembacaan dilakukan dengan melihat tinggi muka air dengan skala yang tertulis pada gelas ukur. Pada saat pembacaan skala, posisi gelas ukur harus tegak lurus.  Data yang diperoleh dari hasil pemantauan dicatat, dengan ketentuan : -

Hujan kurang dari 0,5 mm, ditulis 0 (nol)

-

Tidak ada hujan, ditandai (-)

-

Kondisi alat rusak, ditulis (R)

-

Hujan tidak teratur, ditulis (x)

 Pastikan bahwa pelaksanaan pengukuran curah hujan sudah dijalankan dengan benar. 8.2.3. Pengukuran Curah Hujan Otomatis  Lakukan pemantauan setiap hari untuk mengecek apakah alat dapat bekerja secara normal. -

Untuk pemantauan data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

-

Lokasi stasiun penakar curah hujan

-

Tanggal pemasangan/penambilan

-

Jam mulai pena dipasang/bekerja

-

Nama petugas.

 Dalam pemeriksaan sehari-hari, walaupun belum diadakan penggantian kertas, perlu pula diberikan catatan pada kertas, misalnya : -

Beri tanda pada posisi pena waktu diperiksa

-

Tulis jam/waktu yang sebenarnya dan tanggal, apabila terjadi perbedaan waktu pada kertas dengan sesungguhnya agar segera disesuiakan.

 Pastikan bahwa pelaksanaan pengukuran curah hujan sudah dijalankan dengan benar. 8.3.

Pengolahan Dataisian Data Hujan Yang Hilang

8.3.1. Curah Hujan Manual Data curah hujan diperoleh merupakan data curah hujan harian dan apabila dijadikan data bulanan tinggal menjumlahkan 8.3.2. Curah Hujan Otomatis  Pelajari catatan yang ada pada setiap grafik yang berupa : -

Tanggal/waktu pemasangan dan pengambilan kertas grafik.

-

Catatan grafik yang tergambar dengan periode waktu pemasangan setiap kertas grafik, kal

-

au tidak sesuai disamakan pada catatan waktu sebenarnya.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN CURAH HUJAN

-

No. Dok

: SOP-0513

Revisi

:-

Terbit

: 19/11/2011

Perhatikan skala grafik berdasarkan skala alatnya (skala waktu dan dan skala

tinggi

hujan) untuk

menghitung

jumlah

hujan dan waktu

sebenarnya.  Pada grafik diberi tanda pada setiap mulainya terjadinya perbedaan intensitas hujan.  Hiutng besarnya hujan pada masing-masing periode waktu sehingga intensitas hujan masing-masing bagian yang tampak pada grafik.  Jumlah besarnya hujan setiap periode waktu (24 jam)  Tentukan intensitas huja terbesar selama periode waktu 2 jam.  Tuliskan jumlah hujan dan intensitas dan intensitas hujan yang terjadi selama periode waktu 24 jam.  Jumlahkan hujan yang terjadi setiap bulan dan intensitasnya. 8.3.3. Pengisian Data Hujan Yang Hilang Ada kalanya data yang diperoleh tidak lengkap, artinya ada beberapa saat/keadaan dimana data hujan tidak tercatat atau data tidak jelas. Untuk mengetahui hal tersebut, dapat digunakan metode pengisian data yang hilang sebagai berikut : (PA/D X A2) + (PB/D X B2) + (PC/D X C2) Px

= (1/d x a2) + (1/d x B2) + (1/d x C2)

Keterangan : Px

= tinggi hujan yang ducari (mm)

PA, PB, PC

= tinggi hujan padastasiun hujan disekitarnya (mm)

Dx A

= jarak dari stasiun hujan x ke masing-masing stasiun hujan A, B, dan C (km)

8.3.4. Analisis Data Hujan Dalam analisis data hujan umumnya yang diinginkan adalah data hujan rata-rata DAS atau rata-rata suatu wilayah. Cara untuk mendapatkan dapat ditempuh dengan cara : 

Cara Rata-rata Aljabar

Cara ini merupakan cara yang sangat sederhana, namun cara ini hanya dapat digunakan apabila hujan yang terjadi dalam DAS homogen dan variasin tahunannya tidak telalu besar. Cara penghitungan : P = 1/n (P1 + P2 + P3 + ……+ Pn) Keterangan : P

= Hujan rata-rata

P1 ….Pn

= Tebal hujan pada stasiun 1 …. n.


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN CURAH HUJAN

No. Dok

: SOP-0513

Revisi

:-

Terbit

: 19/11/2011

Cara Poligon Thiessen

Metode ini mendasarkan pada pemberian bobot tertentu untuk setiap stasiun, dimana stasiun hujan dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut merupakan faktor koreksi (weighting factor) bagi hujan stasiun yang bersangkutan. P1. A1 + P2. A2 + …… PN. AN P

=

A1 + A2 + ….+ An 9. PELAPORAN 9.1.

Persiapan

a. Periksa data-data dari hasil pendataan lapangan dan pastikan bahwa data-data tersebut sudah benar dan disahkan oleh penanggung jawab. b. Lakukan perhitungan secara manual, bila ada data yang perlu dihitung terlebih dahulu. c. Lakukan proses pengolahan data dengan menggunakan komputer sesuai dengan petunjuk dari masing-masing kegiatan. d. Setelah proses pengolahan data selesai, periksa kembali untuk perbaikan-perbaikan seperlunya. e. Pastikan bahwa proses pengolahan data sudah benar dan data-data tersebut sudah siap untuk dijadikan dasar pembuatan laporan. 9.2.

Pembuatan Laporan

a. Periksa kembali seluruh data-data yang ada dan pastikan bahwa seluruh data-data telah lengkap dan telah dilakukan pengolahan. b. Buat laporan berdasarkan data-data tersebut sesuai petunjuk masing-masing kegiatan dengan format yang telah dibakukan. c. Periksa dan koreksi kembali laporan yang telah dibuat, kemudian pastikan bahwa laporan yang telah dibuat tersebut sudah benar. d. Setelah pembuatan laporan selesai, lakukan pencetakan (print out) dan serahkan hasil cetakan kepada penanggung jawab untuk diperiksa dan diberikan pengesahan. e. Periksa kembali dan pastikan bahwa pembuatan laporan sudah lengkap daan benar.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.