2 minute read
oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo
PENGANTAR
Dua Windu PPA dan Momentum Kekinian
Advertisement
PPA dalam hal mendukung visi dan misi pemerintah bertugas sebagai perusahaan yang diberikan kewenangan menjadi agen restrukturisasi BUMN. PPA diamanahi untuk melakukan restrukturisasi dan revitalisasi BUMN yang sedang “sakit”, contohnya PT Industri Gelas (Iglas), PT Kertas Kraft Aceh (KKA), PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), dan PT Kertas Leces.
Alasan PPA ditunjuk sebagai agen restrukturisasi untuk membantu Kementerian BUMN adalah karena Kementerian BUMN tidak sefleksibel korporasi. Peran PPA sebagai agen restrukturisasi inilah yang akan dimaksimalkan dan dioptimalkan agar perusahaan-perusahaan tersebut bisa berkontribusi lagi untuk Negara.
PPA saat ini sudah melakukan bisnisnya sesuai dengan apa yang diinginkan Kementerian BUMN dalam Peraturan Pemerintah (PP) pendiriannya, yaitu sebagai agen restrukturisasi, dan revitalisasi BUMN.
Saat ini Kementerian BUMN akan lebih fokus mengoptimalkan PPA bukan hanya sebagai agen restrukturisasi, melainkan juga optimalisasi peran agen investasi sehingga secara grup BUMN, kemanfaatan PPA akan menjadi lebih optimal.
Jika dilihat dari angka, capaian pendapatan PPA induk meningkat signifikan, dari semula pada tahun 2015 hanya sekitar Rp290 miliar menjadi Rp532 miliar pada 2020 ini (proyeksi).
Pertumbuhan pendapatan ini mengindikasikan bahwa kemampuan investasi PPA semakin membaik setiap tahunnya. PPA juga
hingga saat ini sudah memiliki bukti kisah sukses dari pelaksanaan restrukturisasi, baik untuk perusahaan BUMN maupun swasta.
Sebagai contoh, yaitu PT Waskita Karya yang pada 2009 sampai 2012 dilakukan restrukturisasi, saat ini menjadi salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia. Demikian juga dengan PT Nindya Karya yang pada 2012 masuk menjadi “pasien” PPA, saat ini sudah sehat dan siap melaksanakan initial public offering (IPO).
Harapan Kementerian BUMN, ke depan PPA bisa melakukan banyak hal, antara lain:
Pertama, menjalin kerja sama dengan perbankan, khususnya dalam hal memanfaatkan kemampuan PPA untuk merestrukturisasi bisnis perusahaan. Dengan keahlian dan kemampuan PPA, diharapkan PPA dapat membantu perbankan, terutama bank-bank BUMN dalam mengurangi kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL), dengan cara merestrukturisasi bisnis debitur perbankan yang mengalami kesulitan usaha, namun masih memiliki potensi bisnis yang baik.
Kedua, mengoptimalkan peran PPA sebagai agen restrukturisasi juga sebagai perusahaan investasi terdepan.
Ketiga, mengembangkan bisnis dengan mulai memanfaatkan potensi pengelolaan aset non-core milik BUMN.
Dengan peningkatan hasil usaha investasi, diharapkan PPA tetap dapat menjalankan perannya dalam membantu Kementerian BUMN melakukan restrukturisasi BUMN tanpa mengandalkan penambahan dana PMN.
PPA sebagai perusahaan investasi, ke depannya akan diberikan tugas/kewenangan untuk turut membantu pengelolaan portofolio BUMN yang masih perlu direstrukturisasi maupun BUMN yang tidak memiliki pengaruh signifikan secara nasional, baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kemanfaatan bagi perekonomian nasional.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo