IYONAH! [ZINE] - Edisi #1 (April 2020)

Page 1


Redaksi Rumah Tamera Kontributor: Albert Rahman Putra, Biki Wabihamdika, Biahlil Badri, Leni Marlina, Muhammad Riski (@sayhallo0), Sinema Pojok, Solok Milik Warga, Veronica P. Kirana, Volta A. Jonneva, Zekalver Muharam (@zakaradalahbuah), Zikri Almarhum. Editor dan Layout: Albert Rahman Putra Latar Sampul: Volta A. Jonneva (2020) Brand Logo: @sayhallo0 Penerbit Gubuak Kopi Penanggung Jawab: Albert Rahman Putra April, 2020 ___________ Rumah Tamera adalah ruang alternatif mewadahi pengembangan proses kreatif anak muda Sumatera Barat melalui kegiatan-kegiatan seperti pameran, kolaborasi, produksi media (zine dan vlog), dan kelas-kelas kreatif.

Alamat Redaksi Rumah Tamera - Jl. Lingkar Utara, Kel. Kampung Jawa, Kec. Tanjung Harapan Kota Solok. email: rumahtamera@gmail.com @rumahtamera / @gubuakkopi www.gubuakkopi.id Manual Kolase Scan Volta A. Jonneva, 2020


EDISI-1

IYONAH! adalah sebuah media alternatif yang dikelola oleh

seniman dan pegiat ekonomi kreatif yang tergabung dalam Ekosistem Rumah Tamera, guna mempublikasi karya, ide, dan wacana budaya popular yang bergulir di sekitar kita. Pada edisi pertama ini kita mengangkat tema “Bikin Aja Dulu� sebagai upaya membaca respon publik pada produksi fisik di tengah kencangnya produksi berbasis daring dan digital. Kita percaya produksi fisik dengan metode manual-digital-manualdigital memiliki sensasi yang lebih menantang dan menawarkan pengalaman visualnya tersendiri. Pada terbitan perdana ini, kita menghadirkan rubrik-rubrik yang dekat dengan keseharian Ekosistem Rumah Tamera dan anak muda Sumatera Barat secara umum. Salah satu rubrik yang cukup menantang di edisi ini adalah menemukan bahasa visual dari praktik berbasis rekaman bunyi. Pemetaan bunyibunyian kota sebagai data untuk penelitian antropologis dan pengembangannya sebagai penyaringan bunyi menjadi nyanyian: proyek bunibunian. Yang tidak kalah menarik adalah karya teman-teman muda lainnya yang turut berkontribusi, seperti kolase, skesta, fotografi, puisi, dan wacana-wacana seputar musik, film, dan lainnya. Karyakarya yang ikut meramaikan budaya popular di Sumatera Barat. Tak sabar kami menunggu keterlibatan dan kontribusi temanteman semua di edisi selanjutnya. Salam! Rumah Tamera, April 2020 @albertrahmanp



Manual Kolase Scan @sayhallo0, 2020


Manual Kolase Scan Volta A. Jonneva, 2020



Cuit..cuit.. iiiiiing suara binatang di pepohonan Terus ke belakang zzzzz tak tak tak zzzzz mesin penggali tanah di samping Batang Lembang Suara itu makin menjauh seiring lagu anak – anak dengan khas tangga nada mayor Semakin dekat zagh......... besi dan besi salin menindih atas mobil mini yang berputar-putar Dan kembali cuiiiit cuiiitt iiiiiiiiiing.... berpadu dengan suara kenalpot motor Angin berderu menerpa pepohonan dan sahut-sahut nyanyian tanah Minang dari penjual kaset di seberang jalan keluarga kecil yang tertawa sambil saling menggelitik dan berlarian di atas rumput taman Taman Syekh Kukut, Kota Solok 25 Maret 2020.


bunibunian vol-1 Bhiki Wabihamdhika, 2020


WARGA MEREKAM, WARGA BERDAYA!

D

alam meperlakukan sampah kita memilki banyak cara. Salah satunya yang menarik adalah ketika saya berada di ladang durian Pak Uwo. Sehabis menikmati buah durian, ia meyuruh saya untuk membuangnya ke bawah pohon yang sudah dipenuhi tumpukan sampah durian. Saya menceritakan apa yang saya lihat pada Pak Uwo, bertanya untuk apa sampah yang tertumpuk menggunung itu. Katanya, kalau kulit itu sudah kering bisa kita jadikan kayu bakar, dan bijinya bisa jadikan bibit durian lagi. Lain lagi jika yang berada di pingir sungai, tak jarang diantara kita membuangnya secara spontan ke sana, apalagi kalau volume airnya tinggi. Ada yang menumpuknya di berbagai tempat lalu membakarnya. Ada suasana baru yang saya rasakan ketika subuh hari di sekitar rumah. Suara sautan ibu-ibu memberitahu yang lain bahwa sebentar lagi mobil pengangkut sampah akan datang. Tak lama setelahnya, karung-karung sampah itu sudah bersedia menunggu petugas kebersihan menjemputnya. Bukan saja kita, sampah menjadi masalah besar dunia. Sering kita jumpai kampanye mengenai hal ini. Namun siapa sangka kebiasaan tetap saja kebiasaan. Hari ini, masih saja terlihat beberapa dari kita dengan santainya membuang ke sungai atau tempat tak nyaman bagi sampah tersebut. Namun ada kebiasaan baru yang sedang digemari di Rumah Tamera - Solok Creative Hub, yakni memisahkan dan memamfaatkan sampah dapur. Seperti, bekas kupasan bawang, potongan wortel, sayuran dan jenis sampah ornagik lainnnya. Hanya berbekal bahan-bahan yang mudah didapat seperti, dua buah


ember cat bekas, 30-40cm selang kecil dan cairan yang membantu pembusukan pada sampah tersebut. Komposter ini bisa menghasilkan 5-6 botol (satu liter) kompos cair. Lalu, bagaimana dengan masa panennya? nah kita hanya menunggu dua minggu untuk satu kali panen, lalu mengisinya kembali dengan sampah dapur.

@solokmilikwarga Teks: @m.biahil_badri



Korona Zakar, 2020


Gelombang Baru Rock Eksperimental 1960an

P

ioner memang sering kali tidak suskes dalam segi komersial, tudingan tersebut juga sering ditujukan pada salah satu band favorit saya,The Velvet Undergrond. Saya pertama kali mengenal karya-karya mereka masa awal kuliah. Band ini senang mengeskplorasi kemungkinan bunyi dari instrumennya, mengeskplorasi bunyi bising dan drone pada gitar, namun tidak centil dan cerewet. Bunyibunyi itu dikomposisi dengan minimalis, tapi menyerang telinga dan otak. Kelompok musik ini berdiri pada tahun 1965, berawal dari pertamuan Lou Reed, seorang musisi band-band “garasi” dengan Jhon Cale, musisi yang juga pernah berkeja dengan komposer penting dunia, seperti Jhon Cage – komposer eksperimental yang membawa pembaharuan penting dalam sejarah seni kontemporer. Reed dan Cale memiliki minat yang sama dalam menggarap musik. Tak lama setelah band ini berdiri, Andy Warhol, filmaker

experimental dan tokoh pop ini turut berkontribusi dengan memanageri band selama beberapa tahun. Bersama Warhol band ini juga dikelola untuk terlibat dalam beberapa proyek multimedia atau lintas disiplin. Bagi saya, aura musik mereka sangat membekas ketika Warhol membawa Nico ikut bergabung dalam proyekproyek berikutnya yang melahirkan album “The Velvet Underground & Nico” pada tahun 1967. Warhol sendiri yang mendesign cover album


itu, dengan icon sebuah pisang, visual yang selalu muncul diingatan saya ketika menyebut band ini.

Berikut lima lagu The Velvet Underground & Nico yang saya kira menarik untuk teman-teman simak:

Garapan musik minimalis, Menyatu dengan lirik-liriknya yang gelap, sederhana dan tenang. Kadang terasa sangat filmis (naratif, membangun visual, berdurasi, dan bermontase). Membicarakan sexual, porstitusi, penyalahguanaan narkoba, dan masokis dari sudutpandang nihilistik. Ya.. album ini tidak sukses secara komersial, banyak radio komersil dan majalah yang menolak konten kontroversialnya. Sampai beberapa tahun kemudian, ketika sejumlah jurnalis musik mulai melacak kembali pengaruh musik band ini.

• Sunday Morning, untuk keindahan-keindahan yang tenang dalam kesediihan; • I’ll be Your Mirror, ringan dan romantis; • All Tomorrows Parties; bunyi-bunyi ritmis piano yang repetitif dan nada gitar yang kontras mengawal lagu. Dengan vokal yang siap menghadang; • I’m Waiting for The Man; merayakan ketegangan dalam menunggu; • Run Run Run, pada lagu ini estetika The Velvet Undergound menunjukan kematangannya. Silahkan temukan lagunya! @albertrahmanp Rumah Tamera, 2020


Sketsa @sayhallo0 Rumah Tamera, 2020


1959-1978

History of Art

adalah kelompok (jejaring) seniman yang ditandai sebagai salah satu gerakan berpengaruh di Kota New York. Kelompok ini sangat terorganisir, didirikan dan diprakarsai oleh George Maciunas. Seperti halnya ide-ide dadais dan futuris, Jhon Cage dan Duncamp, seniman fluxus menolak otoritas museum dalam menentukan nilai seni, menolak ekslusifitas seni, dan percaya bahwa seseorang tidak perlu pendidikan khusus untuk dapat memahami karya seni. Melebur batas antara seni dan kehidupan yang tengah berlangsung.

Meskipun dalam internal kelompok ini terdapat beragam pemahaman mendefenisikan Fluxus, tapi dalam banyak proyeknya mereka selalu mengejek elitis, institusional seni-seni tinggi dan “mempermainkan” pemahaman seni yang mapan. Para seniman mengedepankan nilai pada proses penciptaan ketimbang hasil akhir atau produk pajangan. Menghapus tradisi tanda tangan pada karya seni, sebagai upaya meredam ego seniman, dan menggantinya dengan tanda kelompok atau gerakan: Fluxus. Mereka juga menggelar kolaborasi dengan orang-orang dengan latar belakang non-seni

ataupun massa dalam merespon persoalan di sekitarnya. Salah satu seniman yang aktif dalam gerakan ini adalah Nam June Paik, yang juga dikenal sebagai seniman awal memperkenalkan pondasi seni video ataupun seni media. Beberapa seniman sebelum atau sesudah Fluxus juga didentifikasi memiliki semangat yang sama seperti: Banksy, Yoko Ono, Jhon Cage, Marcel Duncamp, Benjamin Patterson, dan Alison Knowles.

Purge the world of bourgeoises sickness, “intellectual”, professional and commercialized culture, purge the world of dead art, imitation, artificial art, abstract art, illusionistic art, mathematical art, - PURGE THE WORLD OF “EUROPANISM!” PROMOTE A REVOLUTIOANARY FLOOD AND TIDE IN ART, promote living art, antiart, promote NON ART REALITY to fully grasped by all peoples, not only critics, dilettantes and professionals. George Macionas, dikutip dari Manifesto Fluxus



Koleksi Pustaka Rumah Tamera


Balada Seribu Taman

Oh, kota seribu taman Oh, taman seribu kesunyian Kami cemas mempuisikanmu Kami lihat burung belibis menukik ke dalam kata Lalu mengepakkan tangis di tiap baitnya

Zikri Almarhum

Jika hujan telah dipotret dengan jutaan piksel Orang-orang mulai berteduh ke layar ponsel Maka bangku taman tinggal pajangan Bukan lagi teman berbabagi cerita

Jika kicau burung telah berganti quote-qoute keramat Orang-orang mulai menjadi sufi repost yang taat Maka bunga taman tinggal hiasan Bukan lagi teman berbagi warna Oh, kota seribu taman Oh, taman seribu kesunyian Kami getir menyanyikanmu Kami lihat burung belibis menukik ke dalam nada, Lalu mengepakkan tangis di tiap liriknya Non bene flat flammam qui continent ore farinam, Dendrocygna Javanica !

Manual Kolase Scan Volta A. Jonneva, 2019

Jika matahari telah terbenam ke insta story Orang-orang mulai minum kopi sambil selfie Maka lampu taman tinggal figuran Bukan lagi teman berbagi cahaya


Lepok “Orkes Taman Bunga” Foto oleh @vroenightmare16 Padang, 2019


Rekomendasi Koleksi @sinemapojok

Love is Colder Than Death (Cinta Lebih Dingin dari Kematian)

Reiner Werner Fassbinder Jerman, 1969 Subteks Bahasa Indonesia 88 menit

Drama gengster dan cinta segitiga yang dingin. Menggagalkan identifikasi konevensional penonton dan merubuhkan latah klise sinema crime Amerika. Dalam film ini, gengster tidak hadir sebagai pemberontak yang keren, melainkan simbol-simbol eksploitasi kapitalis dan korban gengsi para borjuis. Narasi cinta segita para tokoh mengalir dengan dingin dan tidak begitu penting, menyisakan pernyataan nihilistik tentang penghianatan dan pengejaran yang sia-sia.


Thinking Room Leni Marlina, 2020




@jibistore.solok

Kaos Gadih Minang 80K IDR design by @rennyrumhil0305 Produksi Gubuak Kopi Store Jibi Store mendistribusikan produkproduk kreatif komunitas, seniman, dan insan kreatif di Solok dan Sumatera Barat secara umum. Untuk belanja dan kerja sama silahkan kontak melalui instagram @jibistore.solok atau WA 0852 7414 3093, dan kamu juga bisa main-main ke Rumah Tamera!


Ayo Berkontribusi Kami mengundang teman-teman semua untuk berkontribusi di IYONAH! edisi selanjutnya. Kirimkan puisi, foto, kolase, sketsa, atau informasi mengenai kerja-kerja kreatif kamu via rumahtamera@gmail.com

atau langsung aja mampir ke Rumah Tamera!!

Kolase Biki Wabihamdhika, 2020



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.