#5
04/04/2017
*Gadis Sampul : Nike Ardila
“Ketika Mahasiswa Ku’uleun Membuat Majalah Maka Hasilnya Adalah Sebagai Berikut ..”
“ Edisi Spesial Merayakan 1 Juta Hutang Fotocopy ! “ Lebih dari 30 Oknum Kontributor, 20 Tulisan Menggelisahkan, dan Gambar Kurang Ajar dengan tema : “ Disangkana Alus Meureun Kikituan Teh ! “ (Pengantar Oleh : Rifki Syarani Fachry)
JIKA MAHASISWA KELAS PEKERJA MAKSA MEMBUAT MAJALAH MAKA HASILNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Seperti Buah Dada, Atur Frekuensi dari edisi ke edisi semakin ranum
Oleh : Rifki Syarani Fachry
“
K
onten tulisan pada awal penerbitan pertamanya bisa dibilang masih kacau, kacau dalam arti bersifat bebas, menampung segala macam konten tulisan.
Ini wajar saja terjadi, melihat kondisi di daerah (Ciamis) yang notabene "mungkin", untuk aktifitas membaca saja minim apa lagi produksi teks. bukan pembelaan kalo saya bilang seperti itu. Edisi pertama ke edisi kedua sudah mulai menceuneut, dari edisi kedua lanjut ke edisi ketiga, sudah mulai berpola dan memakai miniset. edisi ke empat beranjak mulai menggoda. Istilah menggoda bukan istilah yang saya ada-ada. terbukti di beberapa perhelatan festival zine, nama Atur Frekuensi mulai banyak menarik perhatian publik, terakhir dengan konsep gratis mini album band kacau "Rindu Svastimukha Semu" menambah sensual lekuk dadanya
Sebagai manusia yang memiliki kelebihan mampu menerka", saya percaya edisi kelima lebih ranum.
“ 1
Disangkana Alus Mereun Kikituan Teh !, Sebuah Omong Kosong
D
isangkana Alus Meureun Kikituan Teh ! “Dikiranya Bagus Mungkin Melakukan Hal Seperti Itu !” begitulah kurang lebih bila kalimat itu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kalimat ini digunakan oleh masyarakat Sunda pada umumnya para kaum tua, baik itu bos di tempat kerja, dosen di kampus, guru-guru di sekolah atau masyarakat bahkan pemerintah yang memiliki otoritas untuk mengontrol di sekitar kita, kalimat ini digunakan untuk men-dikte para anak muda yang telah melakukan hal yang tidak wajar atau diluar norma-norma yang berlaku namun masih tetap diperbuat". Dan kalimat “Disangkana Alus Meureun Kikituan Teh” sangatlah cocok dijadikan tema dan mungkin sekaligus gelar yang akan diterima oleh ”Atur Frekuensi Zine Volume 5" ini karena yapp sama halnya dengan edisi-edisi sebelumnya zine ini memuat segala macam karya luar biasa yang (seriously) layak untuk dimuat dan disebarluaskan dari kawan-kawan di lingkaran perkawanan yang bertemakan perlawanan, membawa hal-hal menggelisahkan sekaligus menggelikan yang amat meyakinkan sekali ke-tidak jelasannya baik awal dan muaranya kemana dan siapa peduli, memangnya apa yang anda harapkan ? hahaha ! ini zine bukan magazine ! atur frekuensi tidak akan pernah sama dengan warta priangan ganesha dan koran lokal ciamis lain , yaa kami hanya memuat hal-hal yang tidak wajar atau diluar norma-norma yang berlaku namun masih tetap dimuat, oke daripada omong kosong ini semakin saya besar-besarkan kita akhiri saja dengan pesan pribadi bahwa saya tak punya suatu pengertian yang pasti tentang : bagaiamana harus melawan ?, apa yang dilawan ?, siapa dan bagaimana ?, juga tidak tahu menahu tentang alatalatnya.
“ Yang saya mengerti hanyalah Zine sebagai sarananya, sarana untuk melawan ! ” Karena sungguh kemarahan dan perlawanan adalah lebih baik daripada rendah diri dan tidak percaya diri/minder, melakukan sesuatu diluar batas kaidah norma atau pengrusakan adalah hal yang salah tapi wajar, memang pemikiran seperti itu adalah keliru tapi sungguh menyenangkan baik dengan perlawanan tersembunyi atau dengan perang terbuka kepada otoritas.
“Hasrat Merusak Adalah Kesenangan Kreatif” –Mikhail BakuninSaya ingin mengutip sepenggal lirik dari lagu Pink Floyd dengan judul “Another Brick In The Wall” juga Bronze And Glory dengan judul “Leave The Kids Alone” yang digabung secara serampangan : .... We don't need no education We don't need no thought control No dark sarcasm in the classroom Teachers leave them kids alone Hey teacher leave them kids alone You blame those kids for their bad mood You hate them for being Rude But You don't realise how they feel They come from smelly council flats Homes full of hate, cheap booze and drugs So don't expect them to be ideal
2
Let them talk, let them think Let them smoke, let them drink Let them ask: "What the fuck is going on" Let them live their own life Let them shout let them fight So fuck yourself and leave the kids alone!
Terakhir saya ingin mengucapkan Terimakasih yang tak terhingga bagi mereka yang telah mendukung dan membantu penerbitan zine ini, baik dari segi materi atau karya dari para kontributor yang terhormat, sekali lagi saya ucapkan banyak-banyak terimakasih karena jika bukan karena kalian zine ini tidak akan pernah terbit (seriously).
Redaksi,
Azmy Rancu
ATUR FREKUENSI ZINE #5 Edisi Spesial Hutang Satu Juta Fotocopy “Disangkana Alus Meureun Kikituan Teh !� Blog : www.aturfrekuensi.blogspot.com Facebook : ATUR FREKUENSI ZINE E-mail : aturfrekuensi@gmail.com Call/sms : 085315857131 Bbm : 7ED1B918 Diciptakan di : Ciamis, Jawa Barat Indonesia Disebarluaskan ke seluruh dunia ! 3
Oknum Redaktur AZMY RANCU
Mereka Yang Berkontribusi TONI LESMANA | LUTFI MARDIANSYAH | RIDWAN HASYIMI | SENARTOGOK MIA INDRIA | SURICHA | LANA SYAHBANI | ARRAY MADNESS | EKALAYA ADJI MANIKMAYA | RIKA ROSTIKA J.| TITO WARDANI | FANY TRIYANI | SALIM “ARSIR” KUSUMA ATMADJA DINATA ATMANEGARA | DENI WEJE | FAHMI RIZKIA ALFAROH TUTI MAHAYANI | ZAM ZAM AL-GHIFFARI | ARIJAL HADYAN | MUTHEE | IHZA PANDU RINI RAHMAWATI | SANDI PERMANA | SANDIJITOK | FIQI BARKAH | DIEZ | DENA “BADJINGAN” ADITYA | IDEOLOGI TANPA NAMA | PUTRI ANGGUNI | SINTA DEWI PARAMANIK | GILANG M PERDANA | DEDY TRI RIYADI | FAISAL RACHMAN | ZAGAL
ZINE INI DIDUKUNG OLEH
KENTJA PRESS | METALGEAR DEATH STORE | RAM SUNDANESE MERCHANDISE INSTITUT KOCLAK | WWW.MUSIKBAWAHTANAH.ORG
HAK CIPTA BEBAS MERDEKA, SETIAP KAMU, IYA KAMU HEY YANG BACA ZINE INI DIANJURKAN UNTUK MENGKOPI, MENCETAK, MENGGANDAKAN DAN MENYEBAR ISI SERTA MATERI DIDALAMNYA COPY IS RIGHT 2017 COVER STORY Nike Ardila penyanyi legendaris asli Ciamis yang meninggal di usia belia (19 tahun) disamping segudang prestasi dari karirnya yang membanggakan ternyata pasca kematian beliau di tahun 1995 George Quinn, Dekan dari Fakultas Studi Asia di Universitas Nasional Australia melakukan penelitian tentang kebiasaan orang Jawa yang melakukan ziarah. Dan penghormatan biasanya dilakukan masyarakat Jawa kepada para orang suci Muslim seperti Wali Songo. Dan melihat penghormatan dan banyak bukti-bukti, hanya Nike Ardilla tokoh yang lahir di kebudayaan pop yang memiliki atau mempunyai penghormatan setara dengan para Wali Songo tersebut yang lahir di kebudayaan Gamelan. Setiap tahun bahkan sampai 15 tahun wafatnya Nike Ardilla, ribuan orang telah melakukan ziarah ke makamnya di (Jl. Imbanagara Ciamis) baik itu sehari-hari atau setiap tanggal kematiannya dan tanggal kelahirannya Nike Ardilla. Maka dengan hal tersebut dapatlah di sebutkan kalau hanya Nike Ardilla yang menjadi bukti kegemilangan budaya pop. Di mana semenjak awal kariernya, berbagai poster Nike menghiasi ruang publik, baik itu kafe, bus, tv, sekolah, dan sebagainya. Bahkan setelah kematiannya pun nama Nike Ardilla masih mengisi ruang-ruang publik. Buktinya, tempat-tempat suci didirikan seolah-olah mentasbihkan kalau Nike Ardilla adalah pahlawan dan tokoh baru pada zaman ini, Nike Ardilla resto and Gallery dibangun untuk mengenangnya di Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Bagaikan museum, makamnya selalu ramai dikunjungi semua kalangan. Tidak salah kalau George Quinn mentasbihkan Nike Ardilla setara dengan Para wali. 15 tahun kematiannya masih mampu mengisi ruang-ruang publik hingga saat ini menjadi satusatunya artis Indonesia yang kematiannya selalu diperingati oleh para fansnya. Di luar hal semacam ini terjadi pada John Lennon, Marilyn Monroe, atau Bruce Lee. Semoga Ciamis hari ini bisa melahirkan generasi-generasi baru yang tidak harus menjadi penyanyi namun bisa menjadi manusia yang dikenang sepanjang masa karena karya dan perbuatannya selama hidup yang menginspirasi anak zaman terdengar gaung suaranya sampai jauh dan jauh sekali seperti Nike yang lantunan nyanyiannya tetap diperdengarkan hingga sekarang dan mungkin seratus tahun lagi walaupun orangnya sudah tiada.
4
daftar isi
Daftar Isi .........................................................................
5
Kaledioskop (Spesial 1 Juta Hutang Fotocopy)..................
6
Gedung Kesenian (baca : Kesunyian) Ciamis ...................
11
Puisi Kepada Henry dan Malam Jum’at ............................
15
LSM “Penumpang”...........................................................
16
Melaju di Jalanan “Bulan” Ciamis ....................................
21
Report “Tidak Selaras Show !”..........................................
27
Azmy Sakit dan Om Telolet Om .......................................
31
Self Report “Nyiar Lumar dan Astana Gede” ....................
32
Instant Yang Tidak Instant................................................
37
Makanya Jangan Dibaca .................................................
38
BEM (Badan Event Mahasiswa).........................................
41
Pradewi Tri Chatami ........................................................
45
Rifki Yang Menyindir Ibabdah ..........................................
46
Menjadi Straight Edge .....................................................
50
Puisi Lenyap dan Seruan..................................................
53
Munir Tidak Pernah Minta Diingat....................................
60
Seekor Kucing Yang Membenci John Lennon....................
63
“Membunuh” Awkarin .....................................................
69
BIGOTRAKSI ....................................................................
72
Gerakan Pelajar, Terjebak atau Melampauinya ?..............
75
#SAVEKENDENG ! ..........................................................
78
Beasiswa, IPK dan Kebutaan Sosial ..................................
83
Mengenal Tokoh (Prof. MR. Iwa Kusumasumantri) ............
87
Kajian Komik Singkat (1)..................................................
92
Tulisan Curian : BIGO (Bikin Goblog) ...............................
94
Kabar Pergerakan Lokal ..................................................
96
Puisi Kita Keping dan Komik ............................................ 112 5
(Gambar 001, Oleh : Gilang M Perdana)
Kaledioskop Spesial 1 Juta Hutang Fotocopy
S
elama 1 tahun saya melakukan hal sederhana yaitu mem-fotocopy zine-zine saya untuk disebarkan kembali, yaa kurang lebih jika dihitung-hitung hutang jasa fotocopy yang saya gunakan sudah mencapai 1 Juta rupiah bahkan lebih, jika harus dikoreksi secara mendalam saya menyerahkan seluruhnya kepada pembaca, jadi Atur Frekuensi Zine memang angin-anginan dengan konten tidak karuan karena redakturnya sendiri adalah seseorang yang berubah-ubah ketertarikan seiring waktu berjalan yang dan zine ini dibuat atas waktu luang yang tersedia bagi si redaktur disamping kesibukan kerja dan kuliahnya alhasil yaa beginilah adanya. Namun rasa-rasanya hal kurang kerjaan yang terus saya perbuat dengan konsistensi angin-anginan ini berbuah, Atur Frekuensi dibaca oleh banyak orang dan hasilnya adalah berbagai macam apresiasi yang saya terima dari mulai volume 2 yang disobek-sobek karena memuat aib seorang gadis yang tidak lain adalah gebetan saya sendiri, diancam oleh sekelompok orang anggota ormas yang mendatangi rumah saya dan memberikan ancaman fisik dan psikis walau hanya baru berupa ancaman tapi katanya saya akan dituntut secara hukum karena sebuah tulisan namun alhamdulillah berakhir islah. Tapi respon negatif hanya sedikit dan sisanya adalah apresiasi positif dari berbagai pihak diantaranya dengan masuknya Atur Frekuensi di ajang Festival Zine terbesar se-Asia Tenggara : “Bandung Zine Fest� setelah lolos kurasi dan ketika acara berlangsung Atur Frekuensi yang saya buat 50 eksemplar untuk tiap edisinya habis diambil masa, ada yang membeli namun kebanyakan trade dengan zine maker lain, mungkin saja Atur Frekuensi jadi magnet tersendiri karena zine ini datang dari daerah dan memuat konten-konten aktual alhasil mudah ditebak saya diwawancarai oleh 2 media berita portal online nasional. Berikut saya lampirkan beberapa tulisan yang jika anda ingin lewat saja gak apa-apa kok silahkan :) semoga kedepannya banyak cerita lagi yang lahir dari hasil fotocopy Atur Frekuensi yaa harapan saya zine ini bisa bermasalah lagi dengan banyak pihak juga senantiasa meresahkan para pembacanya, Atur Frekuensi sudah berhasil dengan pesan-pesannya yang tersampaikan. “Ada kejahatan yang lebih mengerikan daripada membakar buku, yaitu tidak membacanya� -Joseph Brodsky-
6
“DIONTROG ORMAS” (Gambar 002) : Disebelah kanan adalah sebuah pesan bernada penuh kasih sayang dari seorang yang tidak saya kenal, ternyata beliau adalah anggota Ormas Islam yang lagi “happening banget” saat ini,garagara sebuah postingan tentang rasa cinta terhadap suatu isu direspon banyak orang meskipun awalnya saya gak mau namun akhirnya setelah diapelin ke rumah lalu dituntun secara halus sekali menuju masjid terdekat untuk diinterogasi dengan bahasa yang amat santun dan bersahaja, untuk lebih lengkap kenapa dan bagaimana kronologisnya saya bisa mendapat tawaran baik untuk dipolisikan oleh beliau bisa dibaca di “Atur Frekuensi Zine Volume 4"
TURUT DIPAMERKAN DI FESTIVAL LITERASI “AKSARA” SEMARANG
(Gambar 003) : Atur Frekuensi Zine ikut meramaikan “AKSARA” Festival Literasi Semarang
7
“ALHAMDULILLAH BISA MELAPAK DI BANDUNG ZINE FEST 2016"
https://bandung.merdeka.com/gaya-hidup/aturfrekuensi-komunitas-zine-asal-ciamis-160828t.html
http://kabarkampus.com/2016/08/zine-ciamis-soroti-perpus-jalanan-bandung-hingga-coretan-dinding-ws-rendra/
8
Redaktur Atur Frekuensi Zine (Paling Kanan) ditemani 2 orang kawan saat melapak di Bandung Zine Fest 2016 di Spasial Bandung
“REVIEW PALING MENARIK�
Oleh : Gilang M Perdana
A
tur Frekuensi (Zine) asal Ciamis yang selalu mengabarkan kegelisahan seputar isu sosial lokal mereka dan juga pembahasan lain seperti contoh, membahas seputar kesalah kaprahan ideologi "Anti Kemapanan" yang selalu di tafsir Anti Kemapanan = Susah Tidak Terarah. Padahal Anti Kemapanan yang sesungguhnya adalah "Teruslah melakukan apa yang belum pernah dilakukan, teruslah belajar terhadap hal baru, teruslah mencari untuk apa yang belum sempat dimiliki, jika memang sudah terpenuhi yaa bantulah sekitar, teruslah melawan untuk apa yang patut dilawan" Dan yang paling saya ingat malah bukan pada kolom berita isu-isu sosial tetapi pada kolom Kata Pengantar di Atur Frekuensi Vol 2 berisi curhatan Azmy Rancu si oknum redaktur tentang jeleknya pelayanan kesehatan di daerah (pedalaman negeri ini) dirawat 1 bulan penuh dan tidak sembuh-sembuh di salah satu Puskesmas daerah Ciamis, ternyata karena awalnya didiagnosa sakit Tifus dan DBD padahal sakit paru-paru :’(
#fanzine #zine #bandungzinefest #NekatReview
9
“Hasrat” | Pen on Paper | by : ZAM-ZAM AL-GHIFARI | Ciamis 2016
10
(Gambar 003) : Gedung Kesenian Ciamis sepi dari fungssii asli namun lebih banyak digunakan untuk acara-acara parTAI non seni
Gedung Kesenian (baca : Kesunyian) Ciamis Oleh : Ridwan Hasyimi
T
erletak di Jl. Ir. H. Djuanda Ciamis, Gedung Kesenian Ciamis (GKC) berdiri megah. Bangunan yang kabarnya menelan biaya pembangunan hingga 5 milyar rupiah itu sejak diresmikan hingga kini masih lebih cocok dijuduli Gedung Kesunyian ketimbang Gedung Kesenian Ciamis. Apa pasal? Ya, itu agaknya lebih sesuai dengan kondisinya nyatanya hari ini. Tiap kali melintas, gedung itu selalu saja kosong, sepi, bahkan tak ada satpam atau manusia lain yang nampak. Yang hadir dan terindra hanya bangunan megah yang dingin, beku, dan beberapa coretan pilok yang lazim disebut sebagai hasil vandalisme. Saya sebenarnya sudah cukup lama tak lagi mempersoalkan gedung plat merah itu. Terakhir saya menulis dan dimuat di sebuah surat kabar yang tak begitu tenar. Seingat saya 4 kali saya menulis dan hanya sekali ditanggapi oleh Kepala Dinas Kebersihan, Cipta Karya, dan Tata Ruang kab. Ciamis. Kalau sudah ditodong, apalagi yang dilakukan pejabat kecuali cuci tangan dan lempar bola. Ya, lempar batu sembunyi tangan. Saya menyasar semua dari Bappeda, DKCKTR, Disdikbud, Disparekraf, DPRD, bahkan Bupati dan Sekda dalam tulisan. Maksudnya bukan untuk menghantam begitu saja. Saya mengkritisi dan menyarankan solusi yang terpikir terkait persoalan Gedung Kesenian Ciamis. Langkah pertama, ya jelas, harus jumpa dulu antara semua pihak yang saya sebut di atas plus seniman sebagai calon utama pengguna Gedung Kesenian Ciamis (jika memang gedung itu diniatkan utamanya untuk kegiatan-kegiatan kesenian, bukan untuk resepsi pernikahan atau rapat-rapat partai). Saya kembali tergelitik ihwal gedung ini sebabnya karena perjumpaan saya dengan beberapa orang tadi siang. Sejak pagi hingga siang tadi, saya bersama Direktur WIZ Project menyambangi beberapa tempat. Kami mau jual tiket donasi buat pementasan teater. Ada beberapa nama yang sudah ada dalam daftar calon donatur. Beberapa nama adalah pejabat di pemerintahan kab. Ciamis. Salah satunya di Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) Kabupaten Ciamis. 11
Saat kami berniat menemuinya di kantor mewah itu, ia sedang tak bisa diganggu. Akhirnya kami bercakap dengan seseorang yang di lobi kantor. Ia bertanya tentang maksud kedatangan kami. Kami menjelaskan singkat dan ia balik bertanya “Kenapa nggak di Gedung Kesenian. Kan udah dibangun megah begitu”. Saya bingung mau jawab apa. Masa harus meracau tentang GKC seperti saya menulis. Tadinya mau saya buat panjang, tapi percuma juga. Dia agaknya hanya pegawai yang tak punya kuasa kebijakan. Saya hanya jawab “Mahal sewanya”. Seperti tak puas, “Memangnya sudah kamu tanya dan cari tahu?” Ia segera menimpal. “Kabar-kabarnya sih begitu. Lagi pula sejak awal berdiri, gedung itu hanya pernah digunakan beberapa kali saja, itu pun oleh organisasi atau lembaga yang akrab dengan pemerintah. Atau pemerintahnya itu sendiri” (redaksi dialog-dialog tidak persis seerti itu). Saya memaparkan acara apa saja yang pernah digelar di sana dan siapa saja yang pernah menggunakannya sependek pengetahuan saya. Usai saya bicara agak panjang itu, ia agaknya tak bergairah lagi melanjutkan pembicaraan tentang GKC. Tak lama menunggu, kami diterima oleh salah satu pejabat, yang jelas ia bukan orang yang hendak kami tuju. Dan alur pembicaraannya hampir mirip dengan percakapan saya di lobi kantor beberapa menit yang lalu. Pejabat itu, sama seperti orang di lobi, tak lagi bergairah melanjutkan percakapan menyoal GKC usai saya menimpali pertanyaannya. Saya juga memang kurang bergairah membicarakannya. Muak, barangkali. Jengah. Atau mungkin juga putus asa. Entahlah. Tapi kemudian saya jadi terpikir dan tergelitik lagi ihwal GKC. 2017, Pemda Ciamis merombak nomenklatur beberapa SKPD. Pejabat-pejabatnya pun baru. Mutasi besar-besaran. Ada apa ya? Entahlah, pastinya. Saya hanya menduga-duga saja. Mungkin sebagian masyarakat Ciamis sudah cukup peka membaca geliat dan gerak politik Ciamis dewasa ini. Terkait perombakan itu, sekarang ada beberapa SKPD baru di lingkungan Pemda Ciamis, diantaranya Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga. Konon, dinas inilah yang kini mengelola GKC. Pengelolaan gedung ini memang beberapa kali berpindah tangan. Katanya sih karena gedung ini belum 100% beres jadi masih belum ada putusan tetap siapa yang mengelolanya. Dan oleh karena itu juga GKC itu belum punya program apa-apa hingga kini. Itu sih kabarkabar angin, saya tak tahu pasti. Kalau pun memang demikian, parah juga sistem kerja dan tata kelola Pemda Ciamis, sampai-sampai gedung seharga 5 milyar rupiah bisa mangkrak tanpa nyawa. Mati suri. Dulu saya mengusulkan beberapa solusi terkait GKC. Pertama, ganti nama. Jangan sebut bangunan itu sebagai gedung kesenian. Fungsi utamanya juga musti ikut diubah. Dan perubahan nama dan fungsi itu harus tertuang dalam regulasi legal. Harus memiliki kekuatan hukumnya. Agar tidak ada gugat menggugat di kemudian hari. Kan bisa diganti menjadi Graha Galuh Indah, atau Gedung Ciamis Selaras, atau Bale Sawala Galuh, misalnya. Atau nama lain yang lebih sesuai dengan bentuk, arsitektur serta fungsi utamanya. Agar Pemda Ciamis tidak terkesan dungu, memberi nama yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Kedua, renovasi. Jika keukeuh bangunan itu harus menjadi gedung kesenian dengan fungsi utama sebagai sarana kegiatan kesenian yang representatif, renovasi adalah jalan paling rasional yang terpikir. Bangunan itu, khususnya interiornya, sangat tidak layak digunakan untuk kegiatan kesenian. Akustik buruk, lantai yang memantulkan cahaya, dinding kanan kiri penuh kaca, pintu kaca, panggung yang tidak memadai tanpa perangkat panggung pertunjukan satu pun, dan sekian lainnya. Jelas harus dibongkar. Didisain ulang menjadi sebuah gedung kesenian yang representatif, mengikuti model gedung kesenian yang sudah ada sebelumnya semisal Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Gedung Kesenian Rumentangsiang Bandung, Gedung Kesenian Sunan Ambu, Gedung Kesenian Dewi Asri, Teater Indoor Taman Budaya Jawa Barat, dan banyak contoh lainnya. Atau kalau pun mau dibuat bentuk outdoor juga tak masalah, seperti yang ada di Taman Budaya Jawa Barat, misalnya. Asal ada kesesuaian antara nama, bentuk, fasilitas, dan fungsi utamanya. Kalau masalah fasilitas semisal tata cahaya panggung, kelengkapan fasilitas audio visual, multimedia, perpustakaan, ruang pameran seni, ruang diskusi, dan lainnya bisa bertahap saja pengadaannya. Asal bentuk dasarnya, konstruksinya betul, dalam arti sesuai antara nama, bentuk, dan fungsi utama. Pilihan pertama atau pun kedua jelas harus melewati musyawarah terlebih dahulu. Idealnya sih begitu, saya kira. Harus ada dialog aktif antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat (dalam hal ini seniman) untuk mencapai mufakat. Tentu semuanya harus terlaksana dengan kepala dingin dan visi yang sama, membangun dan mengembangkan kesenian di Ciamis. Kalau visinya sudah melenceng, ya, akan kacau balau jadinya. Yang satu pihak ingin membangun kesenian Ciamis, yang lain membangun rumah pribadinya dengan megah, ya, repot urusannya kalau begitu. Saya kira baik solusi pertama atau kedua, itu bukan solusi yang mungkin tak disukai pemerintah. Mereka inginnya yang sederhana saja. Misalnya, penyiasatan ruang. Maksdunya, diganti nama tidak, direnovasi pun tak mau. Alasannya pasti, anggaran.
12
Karena anggaran yang minim, maka jalan tengah adalah solusi terbaik. Begitu kira-kira barangkali mereka akan berpidato. Jalan tengah macam apa? Misalnya, menambahkan peredam suara di dindingdinding guna memperbaiki kualitas akustik.
Saya sempat berbicara dengan beberapa seniman lain menyoal hal ini. Kalau sama-sama keras, yang memang susah juga. Ketololan sistemik yang sudah mewujud itu akan makin menyedihkan bila tak kunjung ada jalan keluar yang, setidaknya, bisa membuatnya terselamatkan dari judul Gedung Kesunyian Ciamis forever. Digunakan untuk pentas-pentas tari, teater atau pun musik memang pasti akan sangat mengecewakan. Tapi barangkali pelataran depan gedung itu masih bisa digunakan untuk latihan-latihan, atau mungkin juga acara-acara lain yang tak terlalu masif. Ini ide dari salah satu seniman yang sempat bercakap tentang GKC. Cukup menarik, saya kira. Namun yang pasti, ide apapun, langkah pertama yang harus ditempuh adalah duduk bersama dalam semangat yang sama. Vita Bravis, Ars Longa... Ciamis 26 Januari 2017
= 13
WARNING !!! ZINE INI DITUJUKAN UNTUK MEREKA YANG GEMAR MEMBACA JADI JIKA KAMU HEY KAMU YANG BACA INI TIDAK SUKA MEMBACA SEBAIKNYA BACALAH ZINE INI KARENA SUDAH TERLANJUR DIPEGANG, PANTANG MUNDUR DAN AWAS JANGAN TEGANG JANGAN CUMA DIBUKA-BUKA TAPI GAK DIBACA KARENA KAMU BUKAN ANAK TK ZINE INI TIDAK MEMBERI TOLERANSI BAGI KAUM INTOLERAN SIALAN DIANTARANYA PARA BAJINGAN RASIS, DAN FASIS FUCK YOU !!! KALIAN RAYAP YANG MENGGEROGOTI BANGUNAN BERNAMA PERSATUAN ZINE INI MEMUAT TULISAN-TULISAN DAN GAMBAR YANG BERDAYA HULU LEDAK TINGGI DAN YA SEBUAH BOM AKAN SANGAT BERESIKO JIKA ADA PADA TANGAN YANG SALAH AKIBAT YANG DITIMBULKAN ADALAH KEMUNGKINAN DITUDUH MAKAR, JADI PUBLIK ENEMY, DICARI PRESIDEN MAHASISWA, DIONTROG ORMAS, DICULIK INTEL BERURUSAN DENGAN POLISI, DIUNDANG BUPATI, DIPANGGIL KODIM, ATAU BAHKAN YANG PALING MENYEDIHKAN ADALAH DI DROP OUT DARI KAMPUS JIKA KAMU KULIAH
LEBAYNYA ANJAY!!!
14
Kepada Henry Oleh : Rika Rostika Johara Henry, Aku menyimpan bibirmu yang tipis Rasanya seperti rindu Konyol dan membuncah Kemudian aku menulis namamu Dengan aksara arab Padahal aku tidak punya keyakinan Aku sembahyang di antara got Dan tak ada cinta dalam maklumatku Tapi Henry, Kau tawarkan spiritualitas jenis lain Kita bersenggama tanpa saling bersentuh Seperti puisi yang tak dapat diterjemahkan Padahal Henry, Aku tak lagi perawan Ibu menjualnya pada tukang sayur tadi pagi Oleh : Rini Rahmawati Dan keluguanku hilang bersama doa sepertiga malam malam jumat yang khidmat Dan sekarang Henry, menggoyang dayang-dayang di kayangan Aku tinggal nestapa raja agung nyaweri senyap bumi Laguku terlalu sumbang Iramanya tidak beraturan ratu kalap Sedang telingamu masih sangat syahdu melahap selusin pil ramuan para tabib Ah Henry, OD-lah si ratu Cinta itu jadi terasa asing warga langit terhenyak sontak mengarak mayat Sukamanah, 27 September 2016 dengan yaasiin
Malam Jumat
raja agung termenung nyesal karena nyawer malam jumat yang khidmat menggelepar diatas mayat si ratu diamini penghuni yang lagi ngaji ngaji yaasiin Ciamis, 26 Desember 2012 15
LSM “PENUMPANG� Oleh : Deni Wahyu Jayadi (LSM Wisma Ciamis)
K
abupaten Ciamis yang memiliki banyak lembaga-lembaga pendidikan keagamaan, daerah dengan kearifan lokal yang selalu dibanggakan serta pergerakan masyarakatnya yang dinamis merupakan salah satu daerah yang juga tidak mampu terhindar dari epidemi HIV-AIDS, bahkan percepatan angka kasusnya pun sangat dimungkinkan terus meningkat terlebih jika upaya-upaya untuk menguak fenomena gunung es itu terus dilakukan secara simultan. Tahun 2013, bagi Kabupaten Ciamis, adalah awal digulirkannya program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di wilayah Kabupaten Ciamis Melalui Pendanaan GF ATM Round 8. DINKES Ciamis yang merupakan bagian dari Pemerintah, KPA Kabupaten Ciamis yang diplot sebagai lembaga koordinasinya, dan LSM WISMA sebagai perwakilan dari Masyarakat adalah tiga komponen Pelaksana Program tersebut. Dalam perumusan awal gerakan yang akan dilakukan 3 komponen ini, DINKES Kabupaten Ciamis mempersembahkan Jumlah kumulatif HIV-AIDS sampai Desember 2012 adalah sebanyak 140 Kasus. Setelah genap satu tahun Program berjalan, angka tersebut bertambah menjadi 182 Kasus di akhir 2013, menjadi 221 kasus akhir 2014, pada tahun 2015 bertambah 23 kasus sehingga menjadi 244, dan di penghujung tahun 2016 angka tersebut menjadi 280 kasus. Dalam penemuan kasus HIV, berlaku perbandingan 1:100, artinya dari 1 kasus yang ditemukan, ada kemungkinan 100 kasus yang belum ditemukan, dan Angka tersebut (280 Kasus) didapat hanya dari sekitar 16.000 penduduk Ciamis yang telah melakukan test, pertanyaannya bagaimana penduduk yang lain yang belum di test ?. Dari data kasus tersebut diatas menunjukkan bahwa HIV-AIDS sudah menjadi epidemi di wilayah Kabupaten Ciamis. Sebaran penularannya pun sudah tidak lagi hanya pada kelompok resiko tinggi akan tetapi sudah memasuki lingkungan keluarga sebagai kelompok resiko rendah seperti Ibu Rumah Tangga dan anakanak sudah tertular HIV, padahal keluarga merupakan awal munculnya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai penerus bangsa. 16
Setelah sekian lama kami melibatkan diri dalam program ini, secara sederhana kami berpendapat, bahwa warga Ciamis yang terinfeksi HIV saat ini adalah mereka yang memang awam terhadap informasi seputar HIV-AIDS, mereka yang tidak teredukasi paparan komprehensif mengenai kesehatan masyarakat. ini berarti ketidak-tahuan masyarakat bisa menjadi salah satu faktor penularan HIV di Ciamis. begitupun dengan stigma dan diskriminasi kepada ODHA disebabkan oleh hal yang sama, Ketidak-tahuan. Selain itu, Merujuk kepada apa yang pernah disampaikan oleh perwakilan dari SR PKBI JABAR pada saat kunjungan kerjanya ke Kabupaten Ciamis, bahwa Peningkatan Kasus HIV dan AIDS pada Perempuan dan Anak, menunjukan HIV bukan persoalan perilaku berisiko saja, tetapi dipengaruhi oleh BUDAYA DAN RELASI SOSIAL. Maka respon program yang hanya mendorong perubahan perilaku individu atau populasi yang berisiko, selalu gagal mengendalikan epidemi HIV, sehingga perlu perubahan pendekatan program dari behaviourism ke communalism (prinsip dan praktek kehidupan bersama berlandaskan saling memiliki dan bertanggungjawab – prinsip gotong royong dan kekeluargaan). Tetapi fakta di lapangan, meskipun sudah enam kali (dalam catatan kami) diselenggarakan Rapat Koordinasi Penanggulangan HIV-AIDS yang difasilitasi Bagian KESRA SETDA Kabupaten Ciamis dengan mengundang Organisasi-Organisasi Perangkat Daerah (OPD), unsur Legislatif, Organisasi Profesi, dan yang lainnya, masih saja banyak yang berasumsi bahwa permasalahan dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS ini hanya merupakan tanggung jawab instansi kesehatan. Sehingga istilah 'tidak ada anggarannya' seakan menjadi senjata untuk berapoloji atas keengganan dalam pelibatan diri dalam program ini. Setali tiga uang, pemerintah pun belum serius untuk membuat kebijakan terkait program ini.Dari permasalahan-permasalah diatas, Maka solusi kongkrit yang kami lakukan adalah masifikasi isue dengan membangun Kemitraan dengan berbagai lembaga, pemerintah atau nonpemerintah, dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai ke tingkat desa. Membangun Kemitraan merupakan keniscayaan, Hal ini sesuai dengan apa yang LSM WISMA Ciamis beserta LSM-LSM yang aktif di program Penanggulangan HIV-AIDS di 25 Kota/kabupaten se-Jawabarat yang dikoordinir oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi diskusikan di awal tahun 2015 untuk merumuskan exit strategy program ini di masing-masing kabupaten/kota. Dan membangun kemitraan adalah salah satu point yang ditawarkan dalam diskusi tersebut. Atas dasar itu, kami 'bergerilya' di berbagai lapisan masyarakat untuk memasifkan isue, dengan bekal tekad yang kuat untuk ikut meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan terutama informasi dasar HIV-AIDS, kami lakukan silaturahmi ke berbagai kalangan, diskusi 'warung kopi' dengan tema besar “SAATNYA SEMUA BERTANGGUNGJAWAB�. Maksud dari tema itu adalah ; jika seseorang sebagai individu, maka dia bertanggungjawab mengetahui, mencegah dan melindungi diri dari HIV-AIDS, jika sebagai kepala rumah tangga maka selain dirinya, anggota keluarganya pun menjadi tanggungjawabnya. Jika sebagai Kepala Desa, selain diri dan keluarganya, masyarakat yang ada di wilayahnya pun menjadi tanggungjawabnya begitu pun dengan camat yang bertanggungjawab atas manyarakat yang ada di wilayah kecamatannya, Ketua-ketua organisasi atas anggota-anggotanya, tokoh agama atas jama'ahnya. Adapun langkah-langkah teknis yang kami lakukan: Pertama, kami bersilaturahmi ke ketua/kepala/pimpinan/yang disepuhkan dalam sebuah lembaga atau perkumpulan. Dalam proses perjalanan ini tidak jarang kami mendapatkan sedikit kecurigaan setelah kami memperkenalkan diri sebagai LSM, tapi setelah kami jelaskan bahwa peran LSM yang sebenarnya adalah sebagai Mitra Pemerintah, Partisipan pembangunan dan Kontrol sosial, dan kami berikan 'garansi' berupa komitmen bahwa kedatangan kami bukanlah untuk meminta-minta apalagi mengintimidasi, barulah diskusi sederhana bisa kami lakukan. Kami memaparkan apa yang kami bahas diatas bahwa masyarakat yang terinfeksi HIV-AIDS pada awalnya dikarenakan ketidaktahuannya akan informasi Virus ini, dan tidak lupa kami imbuhkan, mengedukasi masyarakat akan informasi kesehatan sebenarnya adalah pemerintah yang paling bertanggung jawab untuk menyelenggarakannya, tapi karena mungkin dengan berbagai kesibukan, hal ini tidak menjadi prioritasnya. Maka, kami LSM yang salah satu perannya adalah sebagai Mitra pemerintah siap menutup dan mewakilinya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat. Dengan catatan kecil sebagai bahasa penutup dari silaturahmi awal ini dengan; meskipun kami tidak dibayar oleh pemerintah.
17
Kedua, setelah perkenalan dan memaparkan maksud serta tujuan silaturahmi ini, kami menawarkan diri untuk memberikan informasi tentang HIV-AIDS kepada Masyarakat/anggota organisasi atau perkumpulan yang mereka pimpin. Penawaran ini tidak semua bisa menerimanya langsung, biasanya dengan alasan bingung mencari anggaran untuk mengadakan sosialisasi semacam ini, namun kami tidak menyerah, kami terus meloby sambil membantu mensiasati terlaksananya sosialisasi, kami menjelaskan mereka tidak harus menyelenggarakan sosialisasi HIV-AIDS secara khusus, karena substansinya adalah bagaimana informasi ini bisa tersampaikan, maka bisa disiasati dengan 'menumpang' pada saat adanya kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dan kami pertegas lagi bahwa kami datang bukan mengharap project, bahkan uang transport apalagi honor untuk narasumber yang akan menyampaikanpun tak usah dipermasalahkan. Kami tidak mengharapkan itu, dan dengan diizinkan atau diperkenankannya kami untuk menyampaikan informasi ini saja sudah sangat membantu kami, Karena kami merasa dijembatani untuk bertemu masyarakat. Dan yang terakhir, adalah suatu kebanggaan bagi kami ketika hasil dari silaturahmi, perkenalan dan penawaran ini membuahkan hasil, yaitu pada saat kami diundang untuk melaksanakan sosialisasi 'gratis-an', selama kami menggunakan 'siasat' ini, tidak kurang dari 90 tempat yang sudah kami kunjungi, dan itu semua tanpa kami mengeluarkan 'sepeser' rupiah pun kecuali 'bensin' untuk berangkat ke lokasi, bentuk kegiatannya pun sangat variatif, ada yang secara khusus kami diundang di acara yang benar-benar berjudul sosialisasi HIV-AIDS, seperti yang terjadi di beberapa Desa, bahkan beberapa desa mengundang kami untuk menyampaikan sosialisasi sampai tingkat dusun dan RW, ada pula undangan Kelompok-kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa, lembaga pendidikan dan organisasi kemasyarakatan. Selain itu, ada juga yang mengundang kami hanya sekedar untuk 'MENUMPANG' di kegiatan yang sedang mereka laksanakan, seperti kami menyampaikan materi ketika beberapa pemerintah kecamatan sedang melaksanakan RAKOR bulanan dengan MUSPIKA dan pemerintah desa se-wilayah kerjanya, ada juga pemerintah desa yang mengundang kami ketika kegiatan PKK, kegiatan karang taruna, pengajian bulan, ada juga ketika di acara semacam musyawarah internal organisasi, pelantikan kepengurusan, anniversary club motor dan komunitas hobby lainnya. Di acara 'Menumpang' ini, tidak jarang kami harus menunggu ber-jam-jam untuk mendapat giliran berbicara, pernah juga pengundang hampir lupa bahwa kami sedang menunggu giliran tapi acara nyaris ditutup. Namun dibalik itu, dengan 'Menumpang' saja kami sangat terbantu, undangan seperti ini pun sangat kami apresiasi, kami artikan ini sebagai partisipasi dan kepedulian mereka terhadap permasalahan kita bersama. Karena seringnya kami 'menumpang' di acara-acara yang sebenarnya tidak berjudul Sosialisasi HIVAIDS, kami sering menjadikan ini sebagai anekdot, bahwa kami adalah LSM 'PENUMPANG', yang sedang mencoba mengikis alasan-alasan 'tidak ada anggaran' sebagai penghambat dalam mengedukasi kesehatan masyarakat. Diakhir tulisan ini, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menjembatani bertemu dengan masyarakat, serta membuat kami yakin bahwa Semakin banyak silaturahmi, semakin banyak pula mitra yang bisa Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh.
“Terima kasih yang spesial untuk pemerintahan Kabupaten Ciamis, Eksekutif dan Legislatif atas 'pepesan kosong' yang selama ini diberikan, apresiasi kami haturkan terhadap kebijakan tentang Penanggulangan HIVAIDS yang jalan di tempat, sehingga ini seolah memberikan ladang amal bagi kami yang hanya menjadi 'anak tiri' untuk terus menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.� Dan jangan lupa do'akan kami untuk bisa terus peduli tanpa adanya Pemerintah sekalipun. kami pun sangat mendo'akan semoga Para Pejabat, istri pejabat dan anak-anaknya bisa bebas dari Virus HIV. Biarlah HIV hanya dimiliki oleh para jelata yang cukup orang-orang tertentu saja yang memperdulikannya. Dan tak lupa, tanpa banyak mendengar keluhan masyarakat, tanpa adanya strategi nyata, tanpa usaha membuat kebijakan yang mengakomodir kepentingan bersama, semoga “Masyarakat Ciamis mandiri hidup sehat di lingkungan yang sehat tahun 2019� yang tempo hari menjadi Visi Ciamis tetap bisa terwujud.
18
“I Have Certain Rules I Live By ... My First Rule ... I Don’t Believe Anything The Government Tells Me ...”
-George Carlin19
20 27
Melaju di Jalanan “Bulan” Ciamis Oleh : Fahmi Rizkia Alfaroh
M
enghabiskan beberapa waktu ke belakang di kampung halaman, Ciamis, memberikan banyak ruang yang tidak bisa didapatkan di hiruk pikuknya kota yang selalu menuntut kemampuan bertahan hidup lebih. Bahkan untuk mencari tempat hiburan saja, Ciamis tidak membuat kita berpikir keras untuk menentukannya karena pilihan yang ditawarkan tidaklah seperti kota tetangga, Tasikmalaya. Pembangunan Gedung Kesenian Ciamis yang memakai dana kurang lebih 5 milyar rupiah saja tidak mampu memberikan alternatif lain untuk menikmati pertunjukan kesenian dan kebudayaan. Bahkan gedung tersebut sudah beralih fungsi menjadi Gedung Kesunyian Ciamis. Nampaknya pemerintah Ciamis cepat tanggap dalam menghadapi keluh kesah masyarakatnya yang sangat membutuhkan sarana hiburan yang lain. Sehingga pada akhirnya terciptalah sebuah wahana bermain yang baru, yaitu hamparan jalanan yang berlubang yang harus dilalui warganya. Sebagai warga Kabupaten Ciamis bagian utara, disuguhi jalanan berlubang kurang lebih sepanjang 20 kilometer dari depan rumah sampai Ciamis kota. Pemerintah juga menyediakan adrenalin yang berbeda di setiap ruas jalan yang dilalui dari Lumbung sampai Ciamis, diameter dan kedalaman lubang yang bervariasi. Jalan berlubang memang bukan masalah baru, baik di Ciamis maupun seluruh kawasan di Indonesia. Di Ciamis jalanan berlubang nampak seperti dibiarkan tak terurus oleh pihak yang bertanggung jawab. Keadaan ini berlangsung dari tahun kemarin. Malahan pemasangan rambu peringatan pun baru dilakukan belakangan ini, itu pun tidak di setiap ruas jalan yang berlubang diberi tanda, sepanjang jalan Lumbung – Ciamis, hanya di daerah Baregbeg setelah RS Al-Arif dan Cisepet sebelum Alinayin, itu pun tanda yang dipasak tidak terlihat cukup jelas di malam hari karena hanya ditempat, dipaku, di batang pohon. Sedangkan dalam Pasal 24 ayat (2) UU No. 22 tahun 2009 menyatakan “Dalam hal belum dapat dilakukan perbaikan jalan yang rusak sebagaimana pada ayat (1) penyelenggara jalan wajib memberi tanda atau rambu pada Jalan yang rusak untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas”. Selain itu dalam Pasal 273 ayat (4) UU No. 22 tahun 2009 menyatakan:
21
“Penyelenggara Jalan yang tidak member tanda atau rambu pada Jalan yang rusak dan belum diperbaiki sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)”. Apalagi sekarang Indonesia sedang dilanda cuaca yang ekstrem, hujan datang, lubang jalan tergenangi oleh air sehingga sulit mengetahui kedalamannya. Air hujan mampu memperburuk keadaan jalan, karena aspal sangatlah rentang terhadap air sehingga mampu mebuat aspal jalan terkelupas dan berlubang. Aksioma proyek pembangunan dan perawatan jalan sarat korupsi. Sehingga menimbulkan kualitas aspal yang buruk dan bahkan sampai tidak ada saluran air. Apalagi selama ini, perawatan atau menutupan lubang jalan di Ciamis hanya dilakukan system tambal sulam yang terbukti tidak bertahan lama. Lubang jalan tetaplah sama berada di situ juga, malahan bisa makin melebar. “Pembiaran” jalan berlubang bisa jadi disebabkan oleh persoalan kewenangan memperbaiki jalan yang terkotak-kotak, ada yang dilakukan oleh pemerintah setempat atau pemerintah pusat. Ini sangat membingungkan masyarakat pengguna jalan. Tapi di Ciamis, khususnya Jawa Barat, apabila permasalahan dana menjadi masalah utama, ini sangatlah ganjil dan tidak masuk diakal, karena pada tahun 2016 Jawa Barat menjadi tuan rumah PON dengan pembangunan infrastruktur olah raga yang cepat di berbagai daerah di Jawa Barat. Malahan, Ahmad Heryawan sendiri mengklaim kalau pelaksanaan PON ini berlangsung sukses.Dana PON yang mencapai angka triliyunan dari APBD tapi di tahun yang sama banyak jalan rusak tapi diabaikan. Ini mengindikasikan bahwa prioritas pembangunan di Jawa Barat tidaklah memihak kepada kepentingan rakyat. Bahkan masih membekas di ingatan, ketika pilkada Jabar tahun 2013, Aher dalam kampanyenya selalu mengagungkan pembangunan jalan. Kemana Gubernur Jabar ini? Padahal pemerintah diharuskan untuk segera memperbaiki jalan yang rusak sesuai dengan Pasal 24 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 yaitu: “Penyelenggara Jalan wajib segera dan patut untuk memperbaiki jalan yang rusak yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas”. Masyarakat tidak perlu menjadi martir, mengalami kecelakaan, akibat pembiaran jalan yang rusak dan berlubang. Apabila mau meminjam alasan klise Ridwan Kamil saat melakukan penertiban pasar kaget Gasibu yang menimbulkan kemacetan sehingga merugikan orang lain. Begitu pun jalan rusak dan berlubang di Ciamis, khususnya jalan Lumbung – Ciamis. Bisa dibayangkan apabila ada ibu hamil yang hendak melahirkan di daerah Ciamis Utara (Panjalu, Lumbung, Kawali dan sekitarnta), yang diharuskan bersalin di rumah sakit yang ada di Ciamis, melalui jalanan terjal dan berlubang yang teramat parah di daerah Alinayin, kemungkinan mengalami keguguran cukuplah besar karena goncangan yang didapat sang ibu ketika di perjalanan. Belum lagi anak sekolah dan para pekerja lainnya yang selalu berpacu dengan waktu di pagi hari, biasanya mereka melaju dengan akselarasi maksimum sehingga kemungkinan kecelakaan pun besar. Belum lagi apabila malam menjelang, bukan hanya baying kecelakaan akibat jalan yang berlubang saja yang mengintai, tindak kriminalitas semacam begal pun seolah difasilitasi dengan minimnya lampu penerangan di sebagain ruas jalan yang berlubang, seperti Alinayin. Selain menuntut perbaikan jalan sesegera mungkin, masyarakat juga dapat menuntut secara hukum pihak yang berwenang apabila telah terjadi korban akibat kecelakaan karena jalan yang rusak sesuai dengan Pasal 273 ayat (1), (2), dan (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Perintah Pasal 273 ayat (1) sangatlah jelas, yaitu “Setiap penyelanggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) sehingga menimbulkan korban luka ringan dan/atau kerusakan Kendaraan dan/atau barang dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”. Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan luka berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”. Ayat (3) menyatakan: “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 120.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta)”. Di tengah pemerintahan rezim pembangunanisme yang sangat rakus untuk merebut tanah (sawah, hutan, laut) milik rakyatnya dan senang menggusur 22
bahkan menenggelamkan rumah rakyatnya yang sarat akan kenangan dan penghidupan, pemenuhan akan kebutuhan publik mengenai jalan yang mulus tanpa lubang sangatlah minim. Giliran merampas dari rakyat sangat adikuasa tapi saat diminta kesejahteraan yang dijanjikan pemerintah, mereka seolah tuli. Sangatlah miris.
NB: Di berbagai ruas jalan di Ciamis sekarang juga banyak dihiasi oleh sampah visual dengan bagian wajah yang kurang lebih 50% menghiasi spanduk atau baligo, wajah yang tak dikenal tapi terdapat tulisan yang menerangkan bahwa mereka memiliki kekuasaan di Ciamis. Ini menyedihkan. Jalan Ciamis membutuhkan perbaikan bukan sampah visual. NB. NB : Eksalasi politik di Ciamis juga sangat menggemaskan.
23
“Tinggalkan Aku Sendiri” | Comic Strip | by : TUTI MAHAYANI | Denpasar 2016
“I Love Rebel” | Digital Collage | by : Azmy Rancu | Ciamis 2017
24
“Partisipasi masyarakat melalui pilkada disambut oleh beberapa tokoh yang ingin menjadi pemimpin. Mereka yang tertarik untuk nyalon, rela melepaskan jabatan terdahulunya. Padahal esensi dari nyalon itu sendiri adalah merawat diri�
25
“Nyalon” | Comic Strip | by : ARRAY MADNESS | Bandung 2016
26
report “Tidak Selaras Show !” Kalo Males Baca Lewat Aja (Masih Banyak Tulisan2 Bagus kok di Halaman Berikutnya :p)
K
enapa acara ini diberi tajuk “TIDAK SELARAS SHOW” adalah sebagai respon serampangan dari saya pribadi atas slogan baru Kabupaten Ciamis 2 Tahun terakhir yaitu “Ciamis Selaras” apanya sih yang selaras ? selain tidak sesuai dengan realitas yang ada di Ciamis yang pasti adalah secara pembacaan pun sudah tidak enak didengar entah apa maksudnya yang jelas saya tidak pernah setuju dengan slogan butut itu !, maka melihat kenyataan akan keadaan Ciamis judul acara ini saya beri tajuk “TIDAK SELARAS SHOW” begitupun dengan hasilnya sungguh tidak selaras menyedihkan memang dan saya menulis report pribadinya sebagai berikut : 27 Agustus 2016 Sepulang dari “BANDUNG ZINE FEST 2016” sudah saya rencanakan tentang hajatan ini, yaa tanpa bekal apapun hanya wacana dan permintaaan bantuan yang saya sebar ke kawan-kawan “KOLEKTIF FOR MORALITY” di Ciamis, “Koordinasi itu penting !” kata Rifki yaa saya tau tapi mau koordinasi bagaimana jika untuk sekedar mengumpulkan kawan-kawan di satu tempat saja susahnya minta ampun, tak apa memang masing-masing dari mereka punya kesibukan, kesibukan yang begitu amat sangat sehingga mungkin tidak bisa diminta untuk sekedar berkumpul dan mengobrol tentang wacana “STUDIO SHOW PERAYAAN 1 TAHUN TERBITNYA ATUR FREKUENSI ZINE”, terbukti dengan bertahan lama-nya wacana itu tidak ada progress sama sekali hingga se-minggu pra acara. 24 September 2016 Wacana itu akhirnya saya akhiri dengan pembuatan famplet acara sekaligus pemberian nama “TIDAK SELARAS SHOW”
27
kawan-kawan di “KOLEKTIF FOR MORALITY” rupanya masih tidak mengerti bahwa saya begitu membutuhkan bantuan mereka, saya tidak bisa bekerja sendiri walau akhirnya cape sendiri, kebanyakan dari kawan-kawan “KOLEKTIF FOR MORALITY” terlalu banyak bicara dan menyalahkansaya, Yaa saya salah karena begitu bodoh berusaha meminta bantuan kalian yang harus didatangi satu-persatu yaa saya salah dan memalukan di mata kalian tapi sungguh dalam genangan kesalahan yg tidak termaafkan ini tolonglah saya bantuannya baik materil TONG NGOMONG HUNGKUL KEHED ! , tapi alhamdulillah ada beberapa dari kawan-kawan didalam atau diluar “FOR MORALITY” yang tidak banyak bicara tapi supportnya sungguh sangat membantu, dari “sedikit” kawan-kawan itu jika tidak ada mereka acara ini sama sekali tidak akan berjalan dan termasuk juga 11 Band yang mengkonfirmasi sudi tampil di acara ini yaitu : EVICTION (Bandung) , Senartogok (Bandung), Rindu Svastimukha Semu (Ciamis), Killmemom (Ciamis), Moves Scary (Ciamis), Thingking Mosh (Ciamis), Essential To Remember (Ciamis), Civil Brigadil (Pangandaran), Egypt Kids (Ciamis), Bunga dan Tembok (Ciamis), dan Never Old (Banjar). 1 Agustus 2016 Malam itu kawan-kawan EVICTION dari Bandung sedang di jalan menuju Ciamis, saya dan kawankawan “FOR MORALITY” sudah stand by di kostan yang rencananya akan jadi tempat menginap tamu dari Bandung, di malam itu datang Rifki dan Farham kawan Ciamis yang kini tinggal di Bandung yang senantiasa men-support saya sedari awal Atur Frekuensi Zine terbit, Rifki menunjukan kekecewaanya terhadap saya yang dimilai lamban dan tidak bisa meng-koordinasikan kawan-kawan “FOR MORALITY” yaa saya memang salah mencoba mengandalkan mereka karena tidak ada yang bisa diandalkan selain dirimu sendiri, semuanya kembali pada sifat dewasa yang tidak semua milik sifat tanggung jawab, saling tolong-menolong, dan kebersamaaan kian terkikis oleh ego di masing-masing kepala individu kawan-kawan “FOR MORALITY”. malam semakin larut namun sampai shubuh tiba saya begadang EVICTION tak juga datang ternyata mereka tidur di jalan padahal saya sudah siap tidur diluar jikalau kapasitas tidur kostan tidak tercukupkan. 2 Agustus 2016 (Hari H) Akhirnya kawan-kawan “FOR MORALITY”di Shubuh itu pulang duluan semua katanya mau kembali lagi ke kostan namun akhirnya kami bertemu di saat acara dimulai, pagi menunjukan pukul 7 lalu datang berita bahwa kawan-kawan EVICTION sudah tiba di Ciamis, yaa berita itu saya dapat dari Iqbal Tawakal personil EVICTION yang sudah lama contactkan dan pernah sedikit mengobrol di Taman Cikapayang ketika Perpus Jalanan Bandung sedang melapak. Singkat cerita EVICTION sampai di kostan saya, mereka rombongan satu mobil dan disambut oleh saya dan Fikri karena awan-kawan lain sudah pulang duluan. Kami jamu EVICTION seadanya benar-benar seadanya namun itu tidak akan menjadi masalah sepertinya bagi kawan-kawan EVICTION namun dari pagi hingga sore menjelang menuju acara hanya saya, Fikri, Rifki dan Ucay yang menemani sedangkan kawan-kawan “FOR MORALITY” yang lainnya tidak ada satupun yang ikut menemani untuk sekedar ngobrol mungkin toh ini tamu dari Bandung. Sungguh memalukan bagi kami tapi Alhamdulillah menjelang kami sedikit bincang ringan sambil sedikit membantu Iqbal Tawakal DKK. Menyiapkan lapakan untuk digelar di acara nanti yang kebetulan juga EVICTION adalah kawan-kawan Perpus Jalanan Bandung juga didalamnya. Sore itu juga Iqbal DKK. Kami ajak main ke alun-alun Ciamis mereka naik mobil-mobilan keliling alun-alun. 15.30 WIB Singkat cerita sampailah kami di studio dan penampilan pertama dari “BUNGA DAN TEMBOK” band beraliran punk dengan 3 personel dengan vokalis diez, tidak lama kemudian turun hujan yang deras dan dilanjut dengan penampilan “MOVES SCARY” band pop punk yang sejak 2011 telah lama malang melintang di dalam dan diluar Ciamis ini tampil mengesankan dan stage dan tempat acara sudah mulai ramai sudah mulai ramai berdatangan kawan-kawan dari Ciamis dan Banjar dan diluar ada lapakan dari teman-teman Perpus Jalanan Bandung dan official tshirt Atur Frekuensi Zine juga dilapakan walau tidak payu tapi setidaknya sudah berusaha wkwk, penampilan dilanjutkan dengan Thinking Mosh band yang sedikit gila ini tampil dengan vokalisnya “Okent” yang kerap kali memerosotkan celananya sehingga Cdnya kelihatan entah apa pesan yang coba dia sampaikan wkwk dan selanjutnya ada KILLMEMOM dengan personil yang hadir hanya 2 orang “Cibey” di Drum dan”Ikhsan” di Gitar dengan bagian lain diisi oleh personil tambalan dari kawan-kawan berhasil tampil mengesankan hehe.
28
18.30 WIB Tak terasa waktu menjelang Maghrib selesai Maghrib giliran “NEVER OLD” dari Kota Tetangga (Banjar) yaa band ini mengaku beraliran Grunge terbukti dengan dibawakannya lagu2 NIRVANA dalam penampilannya yang amat Chaos itu walau musikalitasnya masih payah mungkin karena personilnya yang osis semua masih belajar mungkin yaa patut dimaklum, vokalisnya “FAISAL” mengakhiri penampilannya saat “SMELLS LIKE TEEN SPIRIT” nya NIRVANA dengan melompat ke arah Drummer sehingga Drum milik studio itu bergeser hampir berantakan untung tidak ada kerusakan apa-apa tapi si kehed Faisal ngaruksak sia wkwk, nah Band selanjutnya adalah Band Favorit saya yang ber-Genre ala-ala Seattle namun lebih lebay yaa RINDU SVASTIMUKHA SEMU penampilan diawali dengan Rifki sang vokalis yang bertelanjang dada dan dengan kedua tangan diikiat tali tambang dari belakang dia duduk di kursi plastik dan dengan mic di letakan di stand, musik dimulai dengan Hamdan di gitar, Tejo di drum, dan Farham memainkan Noise box player yang dikendalikan lewat handphone beserta piano digital Casio hehe, lagu2 yang mereka bawakan adalah singlesingle andalannya yang termasuk dalam satu album EP “DEAD AS A DOORNAIL” yang sempat juga di split dengan “KOMPILASI TIDAK SELARAS #1” rilisan Atur Frekuensi Zine Volume #4 yang lalu nomor-nomor diantaranya “HATIKU” dan “I'M CREEP” yang terakhir ini dibawakan diakhir ketika Rifki sudah menjatuhkan diri beserta micrphone yang telah tersungkur bersama tubuhnya yang tak berdaya karena tali tambang yang kuat mengikat tangannya dari belakang namun Rifki tetap bernyanyi dengan posisi tengkurap menyamping selama penampilan berlangsung yang menarik perhatian penuh setiap penonton pada saat itu wkwk dan ketika lagu terakhir hampir selesai tubuhnya menggeliat-geliat memaksa berusaha melepaskan diri dari ikatan tali tambang tadi dan akhirnya dengan suah payah Rifki berhasil yaa tali terlepas tepat sesaat sebelum lagu terakhir habis hmm aneh rasanya kawan saya satu ini layaknya Harry Houdini kok bisa-bisanya lepas dari ikatan tali yang kuat wkwk ... 20.00 WIB Dan berikutnya adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu yaitu penampilan dari “EVICTION” yaa band dari kawan-kawan Perpus Jalanan Bandung ini memainkan musik crust mix atmospheric black metal dengan sedikit elemen doom ala Sleep, Electric Wizard dan Black Sabbath, dipadukan dengan beberapa sampel sound. Atau jika ribet maka simpelnya disebut blackdoom stonecrust experiment aja yah wkwk dengan personel Reza (gitar), Alo (drum), Shandy (vokal, noise synth) dan Iqbal (gitar, vokal) prepare cukup lama sebelum tampil karena tool musik mereka yang gak main-main dengan eksperimen pada peralatan atau toolnya selain gitar, bass, drum namun ada juga alat-alat yang dimodifikasi sendiri seperti belasan (mungkin) efek gitar yang dipasang sambung menyambung sedemikian rupa di sebilah papan dengan panjang kurang lebih satu meter, disusun dan dipakai sendiri oleh Iqbal sang gitaris dan vokal, selain itu ada juga handphone, dan laptop yang dipegang Shandy di noise dan vokalist utama hehe ... musik mereka sangat keren dengan beberapa lagu yang saya tau dari album EP nya “SUARA-SUARA” diantaranya : “DEFORESTASI”, “SMOKE AND REVOLT”, “LONG LIFE VANDALISM”, “NO POLICE NO POLUTION” dll. Sepanjang penampilan setengah jam lebih dengan teriakan vokal dan distorsi musik yang cadas sangat membuat kepala para penonton seakan enggan berhenti untuk headbang apalagi aksi panggung yang merupakan bagian dalam aksi bermusik EVICTION diantaranya Iqbal yang menggunakan Obeng Kembang yang dalam satu waktu digunakan untuk memainkan gitar bukan hanya itu saja Iqbal juga mengeluarkan Busur Biola untuk menggesek senar gitarnya dengan khusyu dan penampilan berakhir dengan rasa puas saya pribadi dan banyak penonton pada saat itu Bagi saya pribadi ini menarik karena musik mereka secara harafiah diobrak abrik menjadi sesuatu hal yang bagi saya baru pada saat itu. Dan terakhir ada penampilan Band hardcore punk dari Padaherang Pangandaran yaitu “CIVIL BRIGADIL” seakan pas sekali bermain di akhir sebagai penutup karena berkat musiknya berhasil membuat seisi studio berjingrak moshing kegirangan, apalagi kawan-kawan dari Bandung dengan tubuh basah kuyup berkeringat telanjang dada sing along ria, lagu-lagu diantaranya “Ini Bukan Arab !” dari Milisi Kecoa, “Kuya Ngora !” dari Turtles Jr. Dll. Yang dinyanyikan dengan apik oleh sang vokalis Fikri. 21.00 WIB Acara selesai dan semua puas kecuali saya karena ketika akan membayar sewa studio ternyata dompet ketinggalan di kostan alhasil saya tempuh 2 KM bulak balik, BANGSSAAATT !!!
29
DOKUMENTASI “TIDAK SELARAS SHOW !”
30
Azmy Sakit Oleh : Toni Lesmana Azmy sakit. Tubuhnya yang panjang sempoyongan, mirip tiang berjalan di negeri gempa. Kenapa Azmy sakit. Apakah komedi memang sedang sakit karena terlalu banyak naik komidi putar di pasar malam. Wajahnya sepa di pintu malam yang sepia. Awas kepalamu, Azmy. Nanti terbentur lagi, pintu rumah ini terlalu pendek untuk tubuhmu yang panjang, semakin memanjang ketika sakit. Awas kepalamu, komedi dalam kepalamu bisa mati. Tak ada puskemas atau rumah sakit yang bisa mengobati komedi. Dokter, Azmy, dokter memberimu obat mahal tanpa pernah tahu penyakit komedi. Makanlah, tidurlah di kamar belakang. Kamar di mana kusimpan negeri ini. Panggung komedi lain yang lama terbaring dan menjelma kasur dari tahun-ke tahun. Dari tahun ke tahun banyak yang tidur di sana dan sembuh. Tidurlah, Azmy. Tidur di kamar belakang rumah ini.
Peristiwa sakitnya Azmy kebetulan bersamaan dengan boomingnya fenomena “OM TELOLET OM !� yaitu hobi atau kegiatan yang dilakukan di pinggir jalan raya meminta kepada supir bus yang lewat untuk membunyikan klaksonnya dilakukan oleh sekelompok anak-anak, remaja dan akhirnya diikuti juga oleh orang dewasa, nah dibawah akan dibahas analisis singkat mengenai fenomena tersebut, memang sangat tidak nyambung antara sakitnya azmy dan suara klakson bus itu tapi yaudah lah yaa terlanjur dibaca juga lumayan informasi wkwk
OM TELOLET OM ! Oleh : Tito Wardani Beginikah, "telolet". Anasir saya, orang-orang sudah mulai depresi. Orang-orang sudah mulai tertekan. Betapa riang gembira ketika kenyataan anak2 meminta suara klakson bus dan mereka senang bukan kepalang. Akhirnya kita semua membutuhkan kebahagian anak-anak yang meminta suara klakson bus, lalu supir bus membunyikannya. Menganggap hal demikian dengan kenyataan Posmodernisme, kita butuh kebahagiaan anak,. Ini berlaku bagi seluruh manusia di dunia. Karena viralnya peristilahan tersebut. 31
SELF REPOR T "Nyiar Lumar dan Astana Gede� Kalo Males Baca Lewat Aja (Masih Banyak Tulisan2 Bagus kok di Halaman Berikutnya :p) \
I
ni bukan report yang berisi liputan berita, essai, dll. melainkan pengalaman pribadi saya saja yang ditulis secara serampangan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar namun bukan berarti saya tidak menghormati acara ini melainkan karena bagi saya "Nyiar Lumar" dan Situs "Astana Gede" amatlah berkesan dan sungguh tak akan terlupa dalam sejarah hidup ini. Berawal dari ajakan dua penulis produktif yang lama sudah bergelut di bidang sastra dan sangat saya hormati Kang Toni Lesmana dan Teh Wida Waridah juga Seniman Teater Ridwan Hasyimi yaa kalo bukan berkat mereka mungkin saya tidak akan pernah tau bahwa di Kawali (Wilayah ini dahulu memiliki peranan yang sangat penting karena menjadi pusat kerajaan Galuh, sebuah kerajaan besar di Jawa Barat yang berdiri sejak abad VII) ada sisa-sisa peninggalan kejayaan Kerajaan Galuh pada abad ke-14 Masehi yaa "Astana Gede" tempat disemayamkannya abu Prabu Lingga Buana, Dewi Lara Linsing dan Putrinya yang terkenal Dewi Citra Resmi a.k.a Dyah Pitaloka yang gugur di Palagan Bubat. Dyah Pitaloka mempunyai adik yang bernama Niskala Wastu Kencana, beliaulah yang kelak mempunyai seorang cucu bernama Jayadewata yang diberi gelar Sri Baduga Maharaja dan sangat terkenal hingga saat ini sebagai Prabu Siliwangi "Astana Gede" (Jum'at 18 November 2016) Ini pertamakalinya saya mengunjungi Astana Gede dan bagi saya ini adalah hal yang sungguh memalukan dan bodoh, memalukan karena sebagai pemuda Rancah yang letaknya tidak jauh dari Kawali kok baru sekarang sih kemana
32
dan bodoh karena sebagai pribumi asli Sunda sudah lama saya disusupi oleh cerita-cerita akan keagungan kerajaan Galuh dan Pajajaran namun baru saat ini saya tertarik mencari tau jejak peninggalan dari yang terdekat.Entah kenapa saat kaki saya pertama menginjakan kaki di gerbang situs Astana Gede tiba-tiba semilir angin terasa sejuk seakan menyambut kedatangan saya, ternyata memang daritadi juga sudah banyak angin jadi tidak ada yang aneh wkwkwk. Singkat cerita saya susuri dan coba resapi setiap sudut di situs Astana Gede diantaranya : Prasasti Kawali I, II, III yang Salah satu dari prasasti tersebut bertuliskan “Mahayuna Ayuna Kadatuan� yang dijadikan sebagai motto juang Kabupaten Ciamis. juga ada Makam Adipati Singacala, Cikawali yang konon dulunya digunakan sebagai tempat mandi permaisuri dll. "Nyiar Lumar" (Sabtu 19 November 2016) Nyiar artinya "Mencari" sedangkan Lumar berarti "Jamur" namun dalam hal ini Nyiar Lumar bisa diartikan sebagai "Mencari Cahaya Dalam Kegelapan", begitulah kurang lebih penjelasan dari MC Acara atau Sekertaris Daerah Ciamis yaa ? Lupa lagi saya termasuk namanya juga tidak tau entah kenapa mungkin karena saya terlalu fokus menanti tahapan kedua dari seluruh rangkaian acara ini yaitu : "Ngawalan" (Mulainya Ba'da Isya) : Di halaman pendopo Kecamatan Kawali saya sudah duduk-duduk direrumputan di komplek kantor kecamatan Kawali bersama kawan-kawan saya Fany Triyani , Zam Zam Al Ghiffari, dan Bi Orin Oron saat itu pukul menunjukan jam 8 malam kurang lebih Diatas panggung Pantun Rajah yang berisi uraian singkat sejarah kerajaan Sunda Galuh kalau tidak salah lagi dan puisi yang dibawakan Kang Godi Suwarna yaa Sastrawan Sunda yang baru kemarin saya bisa berkenalan dengan beliau hehe suatu kehormatan, Dan bla-bla-bla pidato siapa yaa lupa lalu dilanjut penampilan seni Tari Topeng yang diperformancekan oleh Neng Welas putri kang Godi Suwarna dari Studio Titik Dua Ciamis, sungguh saya sangat terpukau dan jatuh cinta dengan penampilan Welas yang katanya masih kelas 1 atau 2 SMP ini yaa rupanya dia ini masih kecil tapi udah gede "pesonanya" setiap gerak dan lenggak-lenggoknya dalam menari saya perhatikan amat jantan mungkin dari sependek pengetahuan saya bahwa memang Tari Topeng menampilkan sisi kemaskulinan yang hakiki dari putri Sunda, entah berapa lama neng Welas menari saya tidak ingat karena sama dengan puluhan penonton yang lain saya terlalu fokus tidak mau ketinggalan setiap kibasan-kibasan kain dalam tariannya namun akhirnya berakhir juga. Lalampahan (Sekitar pukul 21.00 WIB) : Dari komplek kantor Kecamatan Kawali para peserta diajak berjalan kaki sejauh 2 kilometer menuju lokasi situs. Perjalanan yang disebut "ngaraas" ini berupa arak-arakan obor dan kebetulan waktu itu saya gak kebagian karena jatah obor sudah habis diambil barisan paling depan yang diisi oleh pejabat, tamu dll. dengan membawa panji "Tritangtu" merupakan simbol falsafah hidup orang Sunda yang berpedoman pada tiga hal yang pasti yakni; Batara Tunggal yang terdiri dari Batara Keresa, Batara Kawasa dan Batara Bima Karana wah keren sekali yang belakangan saya ketahui dari Kang Tito Wardani seorang Sejarawan Muda Ciamis yang saya temui di perjalanan, baginya panji ini bagaikan "Swastika"-nya Nazi yaa sebagai tanda bahwa suatu hari nanti Kaum Sunda akan bangkit dan berjaya. Perjalanan "ngaraas" ini sungguh menantang sekaligus merepotkan karena di kegelapan malam hanya dengan obor-lah pencahayaannya itupun saya gak kebagian selama perjalanan melewati pematang dan pinggiran sawah, alhasil saya dan kawan-kawan sempat beberapa kali hampir tercebur pada saluran irigasi hahaha lebay tapi semua itu terobati karena sepanjang rute kami disambut oleh penampilan grup-grup karinding, kosidah, dll. yang tersebar di saung-saung selama perjalanan berlangsung. Magelaran (Sekitar pukul 22.00 WIB) : Akhirnya saya tiba di komplek Astana Gede, sudah ada ratusan manusia kira-kira waktu itu alhasil saya berjibaku dan berdesakan di gerbang ketika ingin masuk gerbang dan karena saya datang agak paling belakang dari rombongan maka hasilnya adalah keterlambatan yang menyebabkan saya tidak menyaksikan Tutunggulan (Gondang Buhun), Genjring Ronyok, dan tarian Buka Lawang dari para penari Studio Titik Dua Ciamis hmm sayang sekali. Saya lalu memasuki areal situs bersama kawan-kawan peserta lainnya, diajak berkeliling menyaksikan batubatu tulis peninggalan Kerajaan Sunda Galuh.
33
Kemudian peserta akan diajak untuk tawasulan dan diakhiri dengan Ruwat Prasasti jujur saja saya hanya lewat dan melihat sekilas lalu terus berjalan meninggalkan prosesi itu karena dengan ratusan peserta yang berdesakan seperti ini saya pikir akan susah mendapat tempat duduk yang representatif agar dapat menyaksikanpenampilan dari TTMC di panggung pertama dengan nyaman. Saya berjalan berdesakan dalam kegelapan dengan peserta lain melewati jalan setapak dan hutan mahoni dengan tanah merah yang lumayan bikin sepatu saya ledok, "kenapa tidak pakai sendal saja !?" pikir saya saat itu tapi yasudahlah yang penting tidak mengotori pengalaman saya yang krusial ini hahaha, dan ahirnya saya sampai di panggung pertama, ada dua panggung disana yang satu di tengah dan agak besar sedang yang lainnya lebih kecil sepertinya hanya muat satu orang dan ada batu disana entah untuk apa, di panggung tengah sudah ada Kang Ridwan Hasyimi seniman teater favorit saya iini duduk bersila sambil menghadap ke belakang diam tak bergerak bagai "manequine challenge" yang sedang nge-trend saja pikir saya saat itu hahaha dan di depan panggung sudah terhampar terpal untuk duduk peserta disana sudah duduk manis Kang Deni WeJe juga ada Rifki Syarani Fachry Hening sekali saat itu hanya obor menyala di kanan kiri dan depan belakang panggung berjejer rapih, sambil meluruskan tempat duduk saya dan penonton lain yang sudah nyaman tiba-tiba kedatangan Bapak Sekda, Ketua DPRD dll. yang merangsek masuk duduk di jajaran depan panggung yaa namanya juga pejabat wkwk ... akhirnya acara perform dimulai dengan ketukan-ketukan batu beradu yang semakin lama semakin keras juga permainan karinding yang dibawakan oleh beberapa kru laki-laki 3 diantaranya kalo tidak salah bertelanjang dada di pinggir panggung utama, dan serentak semua penampil menyuarakan Amanat Galunggung "HANA NGUNI HANA MANGKE, TAN HANA NGUNI TAN HANA MANGKE" dari volume rendah hingga paling tinggi 9 balikan, penampilnya ialah Ridwan sebagai Wastu Kencana, Rika sebagai Dewi Citraresmi (Dyah Pitaloka) dan Salim sebagai Bunisora, bercerita tentang kepedihan dan beban bathin Wastu Kencana yang ditinggal Ayahanda (Prabu Linggabuana), Ibunda (Dewi Laralinsing) , dan Kakanya (Dewi Citraresmi) yang gugur di Palagan Bubat sendiri bersama pamanya Ki Bunisora. Pada saat penampilan berlangsung dengan gerak yang atraktif Ridwan (Wastu Kencana) dan Rika (Dewi Citraresmi) melakukan banyak gerak eksploratif yang menggambarkan kematian sekaligus moksa Dewi Ctraresmi dan puncak rasa rindunya Wastu Kencana, tak lupa keduanya membaluri tubuhnya sendiri dengan lumpur di tengah penampilan agar kesan dramatis didapatkan (mungkin) dan yang keren adalah dalam Ridwan dalam pergerakannya di panggung satu waktu mengangkat sebelah kakinya dan terlihatlah celana ketat pendeknya atau umum dibilang disini dengan istilah "nyingsat" yaa nyingsat dihadapan Bapak Sekda, Ketua DPRD dll. yang sedang bersila serius menyaksikan dan penampilan ditutup dengan bersujudnya ke-Tiga penampil dihadapan para penonton, saya perhatikan lumayan lama dan khusyu sekali pun sampai saya meninggalkan area panggung mereka mereka menempelkan keningnya itu ke tanah mengakhiri penampilan kurang lebih setengah jam yang membius saya sangat memuaskan. Saya melanjutkan perjalanan ke panggung dua khusus untuk pembacaan fiksimini, diawali dengan penampilan kesenian karinding diikuti dengan Amanat Galunggung yang di hariringkan apik sekali lalu di tengah-tengah ada yang joged dan setelah selesai barulah suasana lumayan hening dan tiba-tiba diantara penonton berdirilah seorang pria bercelana training dan jaket olahraga lalu membuka pembacaan puisi dll. yaa rupanya beliau bertindak sebagai MC kurang lebih, dibuka dengan perkataan "SAYA TIDAK BERCANDA MOHON SEMUA PERHATIKAN JIKA TIDAK SAYA AKAN MELEDAKAN 14 BUAH BOM DI TEMPAT INI !" yaa lelucon yang lumayan tapi tidak membuat saya tertawa, maaf wkwk. dan bla-bla-bla satu per-satu orang ditunjuk entah siapa tidak ada yang saya kenali namun pembacaannya lumayan menarik, diselipi gimmick bercandaan di sepanjang acara berjalan cukup membuat delik tawa penonton namun tidak dengan saya karena tidak terlalu memperhatikan penyebabnya dalah kantuk yang mulai mendera wkwk. Perjalanan lalu dilanjutkan ke panggung tiga khusus disiapkan untuk pementasan Teater Jagat SMAN 1 Kawali, tapi saya lewat begitu saja padahal menarik sekali sepertinya namun kantuk tidak bisa ditawar lagi tapi katanya penampilan dari SMAN 1 Kawali ini diakhiri dengan salah satu penampil yang kerasukan makhluk halus alias “kesurupan� yaa memanglah wajar karena daerah asatana gede banyak hantunya (katanya) lalu langsung saja saya menuju Cikawali yang dahulunya adalah tempat putri keraton mandi pada masa kejayaan Kerajaan Sunda Galuh. Ibu Rachmayati Nilakusuma atau akrab disapa Neng Peking dari Studio Titik Dua Ciamis yang mengisi panggung di areal itu dengan tari kontemporer, saya amat kagum dengan kesungguhan penampilan diatas panggung yang amat menjiwai seakan mengambang diatas air namun kelihatan juga sih panggungnya yaa ceritanya ngambang aja pokoknya, keciprak-kecipruk memainkan air bahkan ada penampil yang nyebur ke Cikawali wah epic sekali rasanya. Saya melanjutkan perjalanan ke prosesi Nyiar Lumar selanjutnya yang terakhir digelar semalam suntuk ditutup di areal Pasanggarahan. Dengan menampilkan Gending Kreasi dari SMPN 1 Ciamis, Wayang Kila Lakbok, Pementasan Palagan Bubat oleh Teater Wastu dan diakhiri dengan 34
pementasan Ronggeng Gunung Nyai Raspi. Pamungkas peserta dipersilahkan untuk “gubyag” di sungai Cibulan kemudian bersama-sama menikmati liwet ampar daun cau yang disiapkan panitia yang membuat saya risih adalah kameramen yang selalu ada di setiap panggung dan pementasan, tidak menjadi masalah ketika pengambilan gambar tapi caranya itu lho dan waktu yang tidak pas contohnya ketika penampilan “SIMPE KARINDING DI KAWALI” sudah tau sengaja set dibuat gelap dengan penerangan secukupnya dari obor tapi para kameramen denga lampu sorotnya yang terang benderang sedikit mengganggu khidmatnya pementasan, oke tidak cukup sampai disitu di Pementasan “PALAGAN BUBAT” yang dilaksanakan di hamparan tanah berbukit-bukit di areal pasanggrahan yang difungsikan sebagai panggung dengan serampangan para kameramen mengambil gambar dengan masuk ke set pementasan yaa ketengah “panggung” sehingga oemandangan tidak sedap kami lihat dari bawah sebagai penenonton yaa tentunya risih kok kameramen sampai segitunya ngambil gambar wkwk, alhasil Kang Godi Suwarna selaku seniman dan pemilik Studio Titik Dua Ciamis sekaligus penggagas acara “NYIAR LUMAR” pasca reformasi dulu, yang kebetulan duduk menyaksikan bersebelahan dengan saya waktu itu marah dan berdiri lalu berjalan dengan emosi mengampiri si kameramen tadi, lalu apa yang terjadi ? kameramen tadi tidak lagi berani mengambil gambar ke tengah panggung.
Akhirnya tiba di puncak acara yaitu performance Ronggeng Gunung oleh Nyi Raspi dan diikuti okeh semua peserta yang hadir, yaa Tarian khas Ciamis dan Pangandaran itu berhasil membius banyak orang untuk ikut menari dan tak terasa hingga menjelang Shubuh baru selesai seluruh acara ditutup dan saya pulang dengankepuasan tersendiri rasa bangga sebagai anak muda akan kebudayaan di tanah kelahirannya sendiri
“NYIAR LUMAR” digagas oleh seorang seniman dan budayawan Sunda bernama Godi Suwarna dari Studio Titik Dua Ciamis tahun 1998 silam sehari sebelum lengsernya Soeharto kini telah menginjak perhelatan yang kesepuluh tahun lalu Selain menjadi hajatan bagi para seniman dan budayawan, kegiatan ruwatan ini pun menjadi daya tarik bagi warga sekitar yang bangga sebagai trah Prabu Linggabuana dan Putri Dyah Pitaloka, yang binasa di Palagan Bubat. Nyiar Lumar sendiri, kata Godi, secara definisi bisa diartikan mencari jamur (bahasa Sunda). “Nyiar artinya mencari, sedangkan lumar adalah sejenis jamur yang tumbuh di hutan dan memancarkan cahaya” kata seniman yang pernah diundang untuk membacakan puisi-puisi berbahasa Sunda di Berlin, Amsterdam, dan Melbourne ini.
35
DOKUMENTASI “NYIAR LUMAR 2016”
36
“INSTANT YANG TIDAK INSTANT� Oleh : Suricha
I
nstant, mungkin satu kata itu yg memang diinginkan oleh saya. Apa sih jaman sekarang gak instant? makanan? Ada fastfood. Minuman? Cek ke kulkas warung terdekat, semuanya ada. Cinta? Yaelah, pernah denger yg namanya 'love in the first sight'?
Generasi saya memang dibangun dan dibuai oleh ke-instant-an dengan proses yg tidak instant. Bingung? Ok, saya uraikan sedikit dengan ke-sok-tahu-an saya yg memang maha. Dulu, instant itu tidak ada. Lalu dengan segala kemalasan manusia dulu (sekarang juga masih) mendambakan segala proses baik makanan/minuman/apapun dengan cepat. Lahirlah kata instant. Lalu apa yg instant tersebut secara instant juga menyebar dikalangan para pemalas (baca:manusia) ? Saya kasih contoh asal mula food truck atau dulu dikasih nama food Wagon. Jadi dulu, semua pekerja memang harus membuat makanannya sendiri, dan ada satu orang yg merubah Wagon-nya (nanti wagon saya ganti jadi gerobak) menjadi sebuah kedai makanan dan diparkir di depan-depan bangunan yg sedang dibangun(amerika dulu sedang gencar-gencarnya membangun). Dan apa secara instant menjamur seperti fenomena foodtruck sekarang? Jawabannya tidak. Tetap butuh proses yg lama untuk membuat si instant ini menjadi instant. Lalu tujuan saya menulis ini apa ya? Hahaha.. Instant memang sangat menyenangkan. Tapi si instant ini juga tetap membutuhkan proses yg tidak instant. Lalu kenapa saya mendambakan yg instant? Manusiawi? Ahh. Mungkin itu. Mungkin juga karena malas. Toh, hari buruh menjadi hari libur nasional itu juga menandakan bahwa malas itu memang menyenangkan. **untuk diri saya yg sedang mendambakan yg instant tetapi sedang berproses. **untuk kamu yg sedang berproses supaya tidak berkecil hati. Instant saja berproses Suricha, 2016. Pedagang Susu Murni.
37
“MAKANYA JANGAN DIBACA” Oleh : Wanti Nur Istiqomah
I
ni ngga penting, makanya jangan diliat, beberapa orang dalam hidupnya pasti mengalami 2 kejadian, bahagia dan luka. Tidak pernah lebih dari 2 itu. Bahagia adalah saat apa yang kamu inginkan kemudian tercapai, saat kamu mules ingin buang air besar kemudian berhasil, itu juga bahagia. Lalu mengenai luka, menurutku adalah bagian dari kejadian yang tak menyenangkan. Kejadian tak menyenangkan, waktu kecil uang jajan kamu 5.00 ,- kemudian chiki yang mau kamu beli seharga 1.000 ,- alhasil kamu ngga bisa beli chiki, itu juga kejadian tak menyenangkan. Bahagia dan luka pada usia remaja sekarang mungkin sedikit berbeda. Ada yang bilang hal paling sulit waktu kecil dulu adalah PR Matematika, kemudian hal yang cukup sulit kali ini adalah terbebas dari luka dan dirinya. Bahagia, luka dan dirinya adalah satu paket komplit. Mereka bertiga bisa berurutan sebagai mana Ia yang mengatur urusan. Aku dulu pernah berbahagia, dibahagiakan bahkan membahagiakan bersama ia yang kusebut bahagiaku saat itu. Kamu tau? Dunia serasa milikku kata mereka yang sedang mabuk dan memabukan asmara, pun denganku saat itu. Bagaimana tak bahagia, dengan sapanya setiap pagi, senyum yang selalu aku temui setiap hari sampai ucapan merebahkan diri di malam hari. Rasanya aku sudah lengkap karenanya. Bahagiaku cukup lama, bahagiaku nyaris sempurna, bahkan ia cukup indah mengalahkan senja. Tapi suatu waktu, petir menyambarku di siang hari. Bahagiaku tak lagi membahagiakan, ia berubah menjadi bingkisan luka yang nyaris lebih dari sempurna. Saat itu, aku serasa dicampakan, dengan perasaan yang masih tulus kemudian ditampar mulus. Perlahan memang harus diikhaskan, anggap saja ini juga bagian cerita kehidupan. Namun sayang, doaku untuknya masih saja mendalam. Sering aku bercerita pada beberapa temanku, jawaban mereka masih sama “sudah ikhaslah”, kemudian hatiku juga masih bergumam sama “aku sedang mencobanya”. 4 tahun, kurun waktu yang lama untuk tidak lagi kamu berada pada bagian ia yang bernama hati. Payah sekali, patah hati ini sepertinya cukup tertanam dalam, aku juga heran kenapa ia sebegitu hebatnya. Hebat sekali memadukan bahagia dengan luka, sementara kenangan dan perasaanya tertinggal lama. Aku nyaris tidak pernah menyukai lagi lawan jenis setelah luka kemarin, luka yang cukup. Cukup membuat aku dipatahkan, cukup membuat aku tidak tertarik lagi pada lawan jenis yang lain, cukup membuat aku yakin bahwa cinta tidak pernah berakhir indah, cukup menghukumku untuk tidak membuka hati lagi pada lain. Cukup sekali. Nampaknya memang harus segera diakhiri luka dan ke-patah hatian ini. Seseorang bilang padaku, bahwa aku terlalu khusyu melihat ke belakang, padahal tepat didepanmu ada ia yang sudah sedia membahagiakan. Jadi, benar saja yang berkata bahwa ikhlas akan terjadi kalau sudah teruji waktu. Mengenai seberapa lamanya waktu itu, terserah hatimu. Jangan paksakan hati untuk ikhlas, katanya yang dipaksa itu tidak nikmat. Biarkan ia merasa biasa sendirinya, aku juga begitu, sampai hatiku tidak bergetar lagi jika ada yang menyebut namanya kemudian aku pastikan bahwa sekarang hatiku sudah baikbaik saja. Boleh aku haturkan terimakasih pada luka? Terimakasih untuk segala yang tidak bisa aku tuliskan disini. Wih, terimaksih yaaa sudah sedia memuat tulisan yang sama sekali tidak penting ini. Semoga yang sempat membaca ini kita lekas dipertemukan ya!
38
“Every word has consequences. Every silence, too.” -Jean Paul Sartre-
39
40 27
BEM (BADAN EVENT MAHASISWA) Oleh : Ideologi Tanpa Nama
B
EM pada umumnya adalah sebuah jembatan bagi para mahasiswa antar fakultas untuk saling mengenal satu sama lainnya dalam satu lingkaran, namun amat disayangkan yang terjadi kini BEM hanyalah sekumpulan oligarki berkepentingan atas nama topeng Demokrasi
Alih-alih atas nama perwakilan mahasiswa, BEM tak lebih hanya mewakili segelintir umatnya saja tak jauh beda seperti ormas. Hanya mengadakan event-event monoton yang memanjakan serta menjauhkan nilai-nilai jati diri sebagai mahasiswa. Pernah waktu itu mereka bilang mari kita ciptakan forum terbuka agar tidak ada lagi yang berbicara dibelakang berbisik-bisik, dilengkapi dengan rektor dan jajaran-jajarannya, dalam pembahasan keluh kesah mahasiswa yang tinggal di rumah sementara di kampus tercinta, namun apa yang terjadi ? yaa benar nyatanya adalah anti kritik ! Saya waktu itu menyampaikan pertanyaan kenapa kampus tidak menyajikan seminar, diskusi panel dengan pembicara seperti aktiviss buruh, lingkungan hidup atau lainnya yang lebih progresif daripada pembicara lain yang loyo-loyo monoton. Dimana harusnya dengan adanya lapisan lain yang diundang bisa membuka pikiran mahasiswa agar kelak ketika menjadi “bos” lebih manusiawi dan tidak menindas bawahannya atau bahkan nanti ketika menjadi seorang “pencipta aplikasi” mahasiswa mampu menciptakan aplikasi yang membuat akses petani ke pasar semakin mudah agar bisa memotong rante tengkulak. “Nihilisme” ...berbisik-bisik seonggok wanita itu kepada rektor dengan mulut menyimbolkan “Gausalah undang-undang begituan ...” Yha Lucu sekali, mereka ingin mahasiswanya terang benderang mengutarakan keluh-kesahnya. Tapi anti kritik dan menjawab dengan alasan klasik menggelitik. Walau kala itu banyak yang tak banyak yang ikut forum terbuka, namun disitu saya semakin bisa melihat kualitas mahasiswa di kampus ini yang diwakilkan oleh BEM itu sendiri, yang seolah menjadi kacung kampus belaka, despot yang monoton tanpa perubahan. Amat disayangkan BEM yang diharapkan mampu menjadi pilar utama menuju gerbang pembuka atau bahkan menjadi pihak yang mampu mengorganisir
41
mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk bisa berpikir terbuka lewat seminar-seminar atau lingkaran diskusi yang kritis, nyatanya hanya mampu menjadi jembatan bagi penikmat acara musik dan kolektor sertifikat diatas bangku mimbar seminar yang nyaris tanpa pembahasan “progresif dan kritis”. Hanya dicekoki gagasan-gagasan monoton kelak akan menjadi budak-budak perusahaan alih-alih bertopeng mengembangkan bakat dan pemikiran tanpa dibangunnya rasa empati. BEM telah berevolusi menjadi Badan Event Mahasiswa, tak lebih hanya menjadi imperialis intelektual yang menjauhkan nilai-nilai dasar sebagai mahasiswa melalui event / acaranya yang itu-itu saja yang loyo-loyo dan lemah gemulai. Apakah mungkin kalian takut jikalau BEM di Kampus ini tiba-tiba waras lalu mengundang orang-orang seperti itu maka mahasiswa akan “diracun” lalu turun kejalan dengan membawa almamater kampus dan menjelekkan nama kampus ini nantinya ? Tenang-tenang kami tidak akan membanggakan nama kampus diluar sana, karena sekalipun kami turun kejalan dengan “kesadaran” tanpa “paksaan” – kami akan melerbur bersama lapisan lain dengan melepas labeling sebagai sang mahasiswa. Sungguh kasihan apabila saya selama hampir 4 tahun melihat keadaan lingkungan kampus ini mungkin sistematik pola lingkungannya mungkin sama dengan kampus lain, dimana kini mahasiswa hanya terjebak diksi kehidupan yang banal giting gemulai frustasi jeblok nilai kademis serta moralitas tanpa arah pematangan konsep diri dari hasil berbaur bertukar pikiran “progresif” dengan berbagai ideologi satu bendera fakultas. Tidak saya tidak menyalahkan apabila kita terjebak di sona nyaman yang seragam, saya pernah seperti itu dan tergabung dalam pasukan “ogah sadar” selama 3-4 semester sebelum tersadarkan ketika dicekoki buku oleh teman saya. Saya hanya ingin terciptanya sebuah kesadaran membangun karakter sebagai mahasiswa bersama-sama secara egaliter demi hidupnya kembali apa peran kita sebagai mahasiswa di kampus ini. Sungguh utopis memang ? ditengah eksisnya rasa Skeptis dan Angkuh menggentayangi jiwa-jiwa mahasiswa yang katanya “kritis dan progresif”. Akankah kita mampu menciptakan sebuah lingkaran, lalu menyadarkan ? Jawabannya adalah Ya! Dengan terbacanya tulisan ini diharapkan akan mampu melahirkan setetes harapan dimana seomga siapapun yang membacanya mau memulai untuk membuat lingkaran-lingkaran kecil dari hanya sekedar 3-5 orang, lalu mulai membaur secara pelan-pelan mencari jaringan tanpa harus menyetirnya. Kita harus mulai membentuk revolusi kecil secara kolektif, mulai dari membredel dogma bahwa manusia tidak semuanya hanya monoton itu-itu saja. Kita harus menjadi “pion awal” mengubah atmosfer lingkungan kampus dengan gerakan kecil kita ! Kita tidak butuh mengharapkan hadirnya BEM yang biru loyo-loyo dengan segudang pelertasi itu untuk menyajikan hidangan yang kritis bagi mahasiswa yang waras. Kita hanya perlu kesadaran diri dimulai dari diri sendiri mulailah Revolusi pemikiran sendiri baru sebarkan. Mari tersadarlah kawan-kawan !! kita adalah Mahasiswa ukan Mahaskeptis !! Mari kita buat lingkaran kecil dan berkabar-kabar bila ada lingkaran lainnya yang ingin bersenda gurau bersama sembari ngopi mempererat tali persaudaraan kita. Jangan Angkuh ! Jangan Merasa Paling Hebat ! tujuan kita sama “ingin menciptakan perubahan yang lebih baik” bukan berkompetisi sampah bak pengejar IPK.
Akhir kata saya mengutip sebuah kutipan buku DAS Kolesom yang cukup relevan dari Prof. Karel Marq yang berbunyi : “IPK ADALAH CANDU !” Dan kutipan dari buku Zarangepunk karya seorang budayawan Friedrich Nietzche yaitu : “COLLEGE IS DEAD !”
Keluhan Konsumen : menyebarteror@gmail.com
42
“Terikat” | Pen on Paper | by : ZAGAL | Banjar 2015
43
WAHAI BARUDAK TNI / POLISI KEMARIN SORE, JANGANLAH SOK KEGANTENGAN !!!
KARENA KALIAN TELAH MEREBUT HATI GADIS-GADIS CANTIK DISEKITAR KAMI !!! :’( :”( #APASIH 44
PRADEWI TRI CHATAMI Oleh : Mia Indria
Pada dasarnya sahabatku, jiwa-jiwa muda harus banyak berlapang dada. Berdoa dan berharap bahwa hari esok masih bisa dipercaya. Pada kenyataannya sahabatku, jiwa-jiwa tua nyaris tak kenal baik waktu yang menua bersamanya. Mereka pongah, mereka jaya tanpa ingin tahu apa-apa; termasuk bagaimana caranya menjadi tua dengan baik. Walau bagaimana pun sahabatku, puisi adalah jalanan ramai yang di dalamnya orangorang saling tabrak, serempet hingga menyalip demi mencapai kepentingannya sendiri. Atau barangkali si komo begitu tertarik jalan-jalan di dalam puisi dan membuat kemacetan begitu serius membunuh kesabaran orang-orang. Pada akhirnya sahabatku, mungkin kita adalah salah satu yang terjungkal di jalanan puisi. Melihat bahwa banyak orang memilih tertawa, tak peduli atau mungkin bersungut-sungut. Sahabatku yang baik. Mari berhenti menghitung usia. Sekarang sudah tak penting bukan? Tua muda ternyata sama. Sama-sama memilih menjadi kanak-kanak saja. Sahabatku yang baik. Ada kalanya kita harus berterima kasih pada tuan komo, pada batu-batu yang membuat tersandung, pada lobang yang hadirkan jungkalan. Kita dewasa bersama puisi. Ingatlah bukan soal muda atau tua. Tapi dewasa dan mengetahui; Rasa Itu saja sahabatku. Aku sungguh cinta padamu. Tersenyumlah. Terkadang puisi harus sendirian. Tapi kau tidak. 45
RIFKI YANG MENYINDIR IBADAH Sebuah Review Puisi Oleh : Dedy Tri Riyadi Pada air matamu Faridah Aku sembahyang Meletakkan pedang Dan melucuti jirah.
P
uisi berjudul Faridah, karya Rifki Syarani Fachry dari Ciamis adalah puisi yang diletakkan pertama dalam buku puisi yang diberi judul Ahhh (A dengan ha tiga). Puisi ini menarik karena secara keseluruhan ada satu imaji yang utuh yaitu mata Faridah yang dikupas mulai dari kelopak, air mata, sampai kedipnya. Singkatnya, si Aku lirik dalam puisi ini benarbenar terpesona dengan mata Faridah. Lain lagi dengan puisi yang berjudul Illa (mungkin nama panggilan dari Wulan Aprilla yang kepadanya puisi ini dipersembahkan). Puisi ini menggarap dengan detail tubuh, mulai dari dada, lengan, sampai dengan keseluruhan tubuh itu sendiri yang ternyata pada akhirnya adalah kekosongan. Bisa jadi begitulah kerinduan, tidak menghasilkan apa-apa setelah gelora yang begitu menyesakkan dada, pada akhirnya. Hal yang sama juga jelas dituliskan pada puisi berjudul Tiap Hari, yang bait akhirnya seperti ini : Tujah rindu yang lelah Pada darah sedingin pagi Aku mengingatmu tiap hari. 46
Merindu itu pekerjaan yang melelahkan, pekerjaan mengingat-ingat yang dilakukan setiap hari. Mungkin bila ditarik pada nilai religius, yang dimaksudkan adalah kepada Tuhan.Boleh jadi, Rifki Syarani Fachry memang sedang mengolok-olok pendangkalan nilainilai religius sehingga yang dipentingkan oleh kita pada saat ini masih bersifat ragawi. Seperti yang dia tulis pada puisi yang ditujukan untuk Joko Pinurbo, dengan judul Bunga Tidur. Suara tahlil dan desah bersahutan panjang. Aku bangun dengan tegang sebelum terang. Celanaku basah di ujung selangkangan. Semua masih dipusatkan pada badan kita. Raga kita. Belum menyentuh ruh. Olok-olok Rifki tentang nilai religius makin kentara pada puisinya yang berjudul "Diskon� Diskon Mesjid dan gereja sepi Mall ramai pembeli. Tuhan lelap pada lembar brosur. Mendengkur di setiap angka Dengan potongan harga. Domba-domba Ibrahim Menjingjing sekantung belanjaan fana. 2014 Satu puisi yang menarik adalah puisi dengan judul Tali. Mungkin ini menyinggung mereka yang terlalu ingin dunia ini begitu sempurna di depan Tuhan, sehingga tak segansegan mereka menggunakan berbagai cara untuk membinasakan mereka yang tidak sepaham, sealiran, seagama dengan mereka itu. Puisi Tali menjadi unik karena kalimat "Bolehkah saya menjadi" dibentuk seperti tali gantungan, lalu di bawahnya ; Tali, mencium lehermu Menghirup nafasmu. 2015 JIka menginginkan buku puisi Rifki, silakan kontak dia. Mudah-mudahan seperti saya bisa mendapatkannya secara cuma-cuma. Salam olahraga!
47
“öîíõ” | Collage on Paper | by : Rifki Syarani Fachry | Ciamis 2017
48
Halaman ini polos kaya aku,
HALAMAN INI POLOS, KAYA AKU SILAHKAN ISI SENDIRI ! Oleh : ________________________ (isi nama jelas beserta gelar)
__________________________________ | ___________________ on Paper | by : ________________________________ | _______________________ 2016 49
“MENJADI STRAIGHT EDGE� Oleh : DIEZ
G
a tau mesti dari mana mulainya, kenapa saya bisa menjadi seperti ini ? Mungkin ini sedikit cerita atau bisa di bilang curahan hati dari pengalaman selama saya hidup 27 tahun yang ga tau rasanya nikmatnya (katanya...) rasa tembakau ( rokok ) hahha, kata orang rokok itu penghilang stress ,ada yang bilang rokok itu temen selagi boker dan ada juga yang bilang kalo habis makan ga ngerokok ,rasanya itu kayak di pukulin orang sekampung waduh separah itu kah (hhahha becanda dikit aja kali). Kembali ke cerita , saya tak pernah ingat kenapa saya ga suka mengkonsumsi rokok, padahal masa kecil saya juga nakal sama seperti anak- anak yang lain nya yang mulai coba-coba rokok ,tapi kenapa saya ga ada ketertarikan untuk mencoba sama sekali yah ? Bingung hehe, semasa disekolah pun hampir semua teman di kelas sebagian besar perokok aktif , dan sampai sekarang pun teman satu tongkrongan sebgian besar perokok aktif ,tapi kenapa saya ga ada ketertarikan yah ? Singkat cerita haha setelah saya lulus SMA dari situ lah saya mulai tau musik-musik hardcore dan musik berisik lainnya , saya pun rajin membaca artikel-artikel tentang movement dari scene itu (undergroud) ,dan dari situlah saya tau ada movement yang bernama Straight edge / sxe / xxx yang isi nya orang orang yang anti rokok ,alkohol dan drugs ,dan mulai lah saya tau " oh jadi yang selama ini saya jalani teh paham nya Straight edge? Hehe "Kalo bicara untung rugi nya menjadi seorang sXe ya sih tau sendiri lah kalo nongkrong sering di ejekin,di bilang banci lah di bilang so sehat lah dan bla bla bla (ya walaupun sekedar becandaan) hehe bukan so sehat dan so lebih baik dari orang yg mengkonsumsi rokok sih , ini tentang prinsip dan pilihan hidup. Saya menjalani menjadi seorang sXe ini dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan orang lain ya j a d i g i m a n a a k u h w e g a i s h e h h e . . Ada juga yang sering tegur saya ko sXe makan daging sih? Setau saya sXe belum tentu Vegan dan sebaliknya vegan belum tentu sXe.
24 50
Saya juga tau ko perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok aktif, tapi untungnya saya ga takut pada mitos kaya gitu hehe masalah umur mah kembali lagi sama yang nyiptain kita aja hehe Kadang saya juga bingung kalo bekerja sama dengan brand" rokok,bekerja dengan brand rokok tapi ga ngerokok haha apan aneh, tapi saya yakin mereka juga pasti menghargai pada pilihan hidup saya ini hehe ..( tapi angger rokok gratis na mah milik barudak / bisa di jual deui hahha ).
Saya senang menjalani hidup seperti ini, saya senang sekarang teman" bisa saling menghargai saya yang ga ngerokok dan saya senang sampai saat ini saya masih bisa berkomitmen seperti ini, untuk teman" yang satu komitmen semoga kita bisa menjalani ini selama kita hidup... Untuk teman" perokok semoga kita bisa saling menghargai yah yah yah... Untuk teman" yang pernah menjadi seorang sXe semoga kalian bisa lebih baik dengan pilihan hidup yang kalian jalani saat ini ..
Saya senang sekali saya bisa menulis ini di hari yang kita tunggu,hari dimana kita merayakan dan menguatkan lagi komitmen kita ini .saya hanya bisa merayakan ini dengan tulisan ini ,semoga kita selalu di berikan kesehatan ..amin Selamat hari Straight edge sedunia ! One life one change xDIEZx 17oct2016 #indonesianstraightedge #edgedays2016 #sxe
51
“SMART PHONE� | Spidol on Paper | by : KUSUMA ATMADJA DINATA ATMANEGARA | Cimahi 2016
Keresahan yang dirasakan anak muda zaman sekarang salah satunya berasal dari smartphone yang mereka genggam, setiap membuka Instagram, Snapchat, atau Path mungkin kamu akan merasa kecil karena hidup teman-temanmu sepertinya jauh lebih indah. Kamu harus tahu bahwa sangat mudah terlihat keren di media sosial. Mereka mengeluarkan usaha untuk mengkurasi penampilan sedemikian rupa di media sosial agar nampak bahagia. tapi hey toktok-tok kehidupan nyata bisa berbalik 180 derajat.
52
LENYAP Oleh : Senartogok
Lenyaplah di sekeliling kita ketakutan yang menimpa dan dihatiku betapa dalam kasih abadi menyulam! (James Joyce) suatu hari aku tahu yang terbaik belum tentu mencekik seperti abu selayak debu semisal tahu yang berujung buntu dan demi kebisuan kujual semua suara untuk selesaikan perantauan dari aneka neraka bermekaran di jiwa ini aku sang pemburu
SERUAN Oleh : Senartogok
kemudian harapan penuh yakin menyeru cinta dan ketika aku melayarkan takdir ke jantungmu tiba-tiba lubuk hatimu menunjukkan jalannya begitu rakus kau kuinginkan begitu banyak kutelan madu, baja, tembaga begitu tergesa aku berbicara begitu pula kucinta nafasmu terarah hingga matiku berdenyut sebab kasih sayangmu bagai maut dikontrak beribu penjuru lantang memagut karena hidup adalah alasanku bagimu bertaut 53
“Hilang dan Terluka” | Pencil on Paper | by : Salim Arsir | Ciamis 2016
54
Alih-alih penertiban, pemerintah senang sekali untuk melakukan penggusuran. Negara melalui pemerintahnya seakan tak pernah hadir untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Penggusuran kerap kali terjadi disaat rakyat sudah bisa hidup mandiri, bahkan tanpa campur tangan negara. Penggusuran ruang hidup berarti menghilangkan kehidupan, karena ruang hidup bukan hanya bangunan. Tetapi meliputi keseluruhan elemen kehidupan, termasuk kenangan.
55
“Gusur” | Comic Strip | by : ARRAY MADNESS| Bandung 2016
56
“Pintu Kemana” | Digital Collage | by : LANA SYAHBANI | Bandung 2016
57
BAGI YANG DIRUMAHNYA ADA TELEVISI, COBA DEH SEKALI-KALI BERDIRI DIBELAKANGNYA DAN MENATAP KURSI DIMANA BIASANYA KAMU DUDUK UNTUK MENONTON DAN SADARLAH BETAPA BODOHNYA JIKA KITA MENELAN BULAT-BULAT SEMUA INFORMASI YANG DISAJIKAN KOTAK ELEKTRONIK ITU, IRONIS SEKALI JIKA SUDUT PANDANGMU HANYA DITENTUKAN OLEH TELEVISI, HEY AYOLAH DUNIA TIDAK SESEMPIT LAYAR KACA ! 58
“Anti Flat Earth Flat Earth Club” | Comic Strip | by : TUTI MAHAYANI | Denpasar 2016
59
Munir Tidak Pernah Minta Diingat Oleh : Azmy Rancu
M
unir Said Thalib “Munir”, Laki-laki yang lahir 8 Desember 1965 di Malang ini telah banyak berkontribusi dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Ia bahkan dikenal berani dalam bertindak. Beberapa kasus pelanggaran HAM yang berhasil ditangani Munir salah satunya adalah kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta (1997-1998), pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok (1984 hingga 1998), dan penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi I dan II (1998-1999). Terlebih dari itu, masih banyak kasus yang sedikit demi sedikit membuat namanya semakin banyak dikenal masyarakat, Munir juga menjadi salah satu pendiri dua organisasi penegakan HAM, yakni KontraS dan Imparsial, yang berjasa dalam mengungkap kasus-kasus pelanggaran HAM selama operasi militer Indonesia di Aceh, Papua dan Timor Timur. 12 tahun lalu, tepatnya 7 September 2004, Munir meninggal dunia dalam perjalanan di pesawat menuju Belanda. Perjalanan Munir ke Negeri Kincir Angin itu untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Utrecht, Belanda. Ia ditemukan tak bernyawa di kursi pesawat 2 jam sebelum pesawat mendarat di Amsterdam. Tentu Anda sering mendengar istilah “Menolak Lupa” jika tidak maka tidak mungkin Atur Frekuensi Zine ini ada ditangan anda (naon hubunganna coba ?), bila ada dua kata yang berat dan menohok tersebut, tentu Anda akan teringat Munir, tapi berbeda dengan saya ketika mendengar kata “Menolak Lupa” yang terbesit dipikiran adalah sebuah acara yang diadakan dalam rangka Mengenang Kematian Munir di Kampus saya yang bertajuk “Menolak Lupa” konon katanya bukanlah suatu event yang rutin dilakukan namun ternyata setiap tahun selalu diadakan, hebat sekali bukan ?, terakhir bertepatan dengan hari HAM Se-Dunia tanggal 10 Desember 2016 kemarin acara ini kembali diadakan oleh sekelompok Organisasi Mahasiswa di Kampus Saya yaa baik itu BEM, DPM dll. Cukup banyak yang hadir dan lumayan ramai dari kalangan mahasiswa jika dilihat dari foto-foto ketika acara berlangsung yang diunggah ke sosial media,
60
acaranya sangat keren tapi menjadi hal yang tidak mustahil ketika mereka yang hadir sudah “merasa melakukan sesuatu” padahal yaudah segitunya saja hadir di acara “Menolak Lupa” dan setelah itu apa ?. Semoga saja acara yang diadakan dalam rangka peringatan kematian Munir sebagai aktivis HAM tidak hanya sekedar menjadi kultus membuai mereka yang hadir dengan fanatisme buta, peringatan ini semestinya dilakukan untuk mengingatkan bahwa dulu pernah ada seorang pejuang yang pernah berani menantang ketidak-adilan di garda depan bukan hanya dijadikan seremonial tiap tahunnya, jangalah kalian samakan peringatan kematian Munir dengan Perayaan malam 31 Desember alias Tahun Baruan hahaha.
Entah kenapa saya tidak pernah berminat untuk datang ke acara itu padahal beberapa kawan saya sudah mengajak untuk menghadirinya, mungkin saja karena saya merasa terbebani jika harus mengenang Munir karena saya pernah berpikir mengenang beliau berarti harus menjadi layaknya Munir berjuang untuk keadilan orang lain, turun ke jalan berhadapan langsung dengan aparat, mendampingi korban kekerasan dan pelanggaran HAM dengan setiap detik hidupnya mempertaruhkan nyawa dalam perlawanan terhadap kesewenang-wenangan penguasa.
Lebih jauh lagi saya coba berpikir walau dengan wawasan yang dangkal bahwasanya mengenang Munir setidaknya haruslah berbuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat misalnya membuat gerakan, menciptakan karya yang digunakan untuk mengkritisi pemerintah yang tak kunjung memberikan keadilan untuknya padahal tidak semua orang bisa melakukannya, boro-boro bagi masyarakat untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi diri sendiri saja saya belum mampu. Baru-baru ini setelah tahun baru saya berpikir lagi yang hasilnya adalah mengenang Munir tidaklah harus memaksakan diri untuk menjadi seperti Munir sebagai pejuang HAM, mengenang Munir juga tidak melulu dengan melakukan aksi penolakan lupa, mengingatkan masyarakat tentang kasus kematian Munir, tapi mengenang Munir bisa dilakukan dengan hal yang sederhana yang menjadi spirit kita dengan cara meniru sosoknya yang menjadi ada dan dikenang karena apa yang kita lakukan bukan ada karena apa yang kita miliki atau apa yang kita kenakan. “You exist only in what you do” – Federico Fellini – Ada dan dikenang karena apa yang kita lakukan misalnya karena Anda seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya sehingga tidak memaksakan kehendak. Atau karena anda adalah loper koran yang selalu tepat waktu. Atau karena Anda seorang guru matematika yang menginspirasi anak didiknya untuk tidak melulu harus menjadi guru matematika lagi. Atau karena Anda baru saja menguburkan seekor kucing yang mati terlindas mobil. Atau karena Anda seorang mahasiswa yang meraih glear Cumlaude ketika lulus. Atau karena Anda membuat dan menyebarkan sebuah zine. Atau karena Anda seorang jurnalis yang melawan arus. Atau sesederhana karena Anda seseorang yang selalu mampu membuat orang lain tertawa dengan stand up comedy. Mereka diatas adalah orang-orang hebat yang ada dan dikenang karena apa yang mereka lakukan dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Seperti Munir. Walaupun telah dibunuh 12 tahun lalu, namun ia akan selalu ada bukan hanya menjadi ikon yang bersifat ritus belaka karena sekali lagi “Munir tidak pernah minta diingat !”. Ciamis 2016.
61
“Munir” | WPAP Art | by : Diez| Ciamis 2017
62
Seekor Kucing yang Membenci John Lennon Sebuah Cerpen Karya : Lutfi Mardiansyah
A
ku memiliki seorang kawan—ehm, bukan, bukan, tepatnya bukan seorang, tapi seekor.Seekor kucing.Nah, aku ingin bercerita soal kawanku si kucing ini. Entah kapan persisnya, aku sudah lupa, kucing itu tiba-tiba saja melompat dari atas genting rumah dan mendarat di balkon kamarku di lantai dua.Seolah-olah kucing itu dijatuhkan begitu saja dari langit.Waktu itu malam hari dan aku sedang tidur-tiduran di lantai di kamarku sambil membaca buku. Buku apa yang kubaca saat itu, aku juga sudah lupa. Yang aku ingat benar, waktu itu umurku 24 tahun. Ketika itu aku hanya melirik sekilas ke arah kucing itu, lantas kembali suntuk membaca.Aku bisa melihat kucing itu sebab pada saat itu pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon di luar kubiarkan terbuka.Pintu itu kubiarkan terbuka supaya angin sejuk malam hari bisa masuk ke dalam kamar—kipas anginku rusak dan kamarku jadi luar biasa gerah karenanya. Kucing itu duduk-duduk di balkon selama beberapa saat, dan pada akhirnya perhatianku mulai terganggu dan teralihkan dari buku yang sedang kubaca kepada hewan itu.Aku tetap memegang buku yang tidak lagi kubaca, terbuka di kedua tangan seolah aku masih membacanya. Tapi keinginan untuk membaca sama sekali telah lenyap. Sebentarsebentar aku melirik ke arahnya.Setelah duduk-duduk selama beberapa saat di balkon, kucing itu melompat pergi lantas hilang begitu saja.Begitulah, hanya seperti itu, pertemuan pertamaku dengan kucing itu. Malam selanjutnya, tanpa kuduga, si kucing datang lagi.Seperti sebelumnya, dia muncul dari arah balkon setelah sebelumnya melompat turun dari atas genting.Kali kedua itu pun aku sedang tidur-tiduran di dalam kamar sambil membaca buku.Memang itulah kerjaanku setiap malam, tidur-tiduran dan membaca buku. Malam kedua itu si kucing tidak hanya duduk-duduk di balkon.Awalnya memang dia hanya duduk-duduk di balkon selama beberapa saat, tapi kemudian hewan itu bangkit dan berjalan ke dalam kamar dengan langkah yang tenang dan mendekatiku, memerhatikanku sebentar, mengeong pelan, kemudian rebahan di sampingku.Aku membiarkannya saja.Maka demikianlah, malam itu kami sama-sama tidur-tiduran di lantai kamarku.Tindakan tidur-tiduran bersama itu seakan, secara simbolis, telah menggantikan kata-kata, menjadi pernyataan awal-mula persahabatan di antara kami. Malam-malam selanjutnya kucing itu datang secara rutin. Seperti biasa, dia 'jatuh dari langit' ke balkon kamarku di kucing itu, yang akan membedakan dirinya dari kucing-kucing yang lain. Bagaimana ya, kesannya tidak spesial saja
63
lantai dua, duduk-duduk sebentar di sana, kemudian masuk ke dalam kamar dan tiduran di sampingku. Aku, yang semula cuma membiarkannya saja, entah di kedatangannya yang keberapa, mencoba melakukan kontak.Kuulurkan tangan dan kuelus-elus tubuhnya. Kucing itu diam saja, tampaknya sama sekali tidak keberatan kuelus-elus seperti itu. Dia bahkan menguap serta kemudian tertidur di sampingku.Itulah kali pertama dia menginap di kamarku.Sepanjang malam aku membaca buku sambil sebelah tanganku terus-terusan mengelus tubuh kucing itu, sampai aku sendiri pun jatuh tertidur. Suatu ketika, saat kedekatan di antara kami telah berkembang menjadi sejenis persahabatan dengan keintiman yang ganjil, aku merasa perlu untuk memberi kucing itu sebuah nama. Hal itu menurutku penting, sebab selama ini aku hanya memanggilnya dengan ujaran “pus... pus... pus...” sebagaimana ketika aku memanggil kucing-kucing yang lain. Jadi, tidak ada bedanya sama sekali. Aku berpendapat bahwa harus ada sebutan khusus, sebuah nama, untuk kalau aku memanggil kucing itu hanya dengan cara seperti itu, hanya dengan ujaran “pus... pus... pus...” saja. Kucing itu spesial, dia sahabatku. Aku harus memanggilnya dengan cara yang berbeda, dengan nama tertentu! Maka malam itu, ketika seperti biasa dia datang dan tidur-tiduran menemaniku membaca buku, aku bertanya kepadanya: “Hei, pus... Aku ingin memberimu nama. Menurutmu, nama seperti apa yang cocok untukmu?” Kucing itu menatapku manakala aku bertanya seperti itu kepadanya. Kemudian, setelah mengeong tiga kali, dia berkata: “Kamu sedang baca buku apa?” Aku menutup buku yang sedang kubaca, menatap halaman sampulnya, lalu menatap kucing itu sambil menunjukkan sampul depan buku di tanganku, dan menjawab: “Ini novel karangan J.D. Salinger, judulnya The Catcher in the Rye.” “Siapa nama tokoh utamanya?” tanya si kucing. “Nama tokoh utamanya Holden Caulfield,” jawabku. Kucing itu menggaruk-garuk telinganya, kemudian berkata: “Nama yang bagus, kurasa nama itu cocok untukku.” “Holden Caulfield?” “Ya!” Sekonyong-konyong, aku teringat sesuatu. “Hei!” tiba-tiba aku berseru.“Kamu tahu, seorang pemuda bernama Mark David Chapman menembak mati John Lennon pada tanggal 8 Desember tahun 1980.Coba tebak apa yang dia lakukan setelah membunuh Lennon?” “Entahlah,” ujar kucing itu sambil menggeleng. “Dia duduk di pinggir jalan dan membaca The Catcher in the Rye sampai polisi datang dan menangkapnya!” “Wah!” seru si kucing. “Aku semakin suka nama itu: Holden Caulfield! Ngomong-ngomong, aku benci sekali John Lennon!” “Kenapa?” “Karena dia pernah bilang kalau dia dan cecunguk-cecunguk the Beatles yang lainnya jauh lebih kondang dibanding Yesus Kristus.” “Wah, kamu kucing yang religius, ya.” “Nggak juga.”
64
“Lho?!” “Aku benci John Lennon karena dia yang bilang begitu,” si kucing mendengus.“Seharusnya, akulah yang bilang begitu!” Sontak aku tergelak mendengar apa yang baru saja dia katakan. Kucing ini sengak juga, pikirku, mirip sekali tokoh Holden Caulfield di novelnya Salinger. Nama itu cocok sekali untuknya! Aku dan kucing itu melakukan sedikit modifikasi terhadap nama itu, Holden Caulfield, agar terkesan tidak menjiplak bulat-bulat, dan pada akhirnya kami menyepakati nama Holden Catfield sebagai nama si kucing. * Sebagaimana John Lennon mati ditembak oleh Chapman—pemuda yang membaca novel The Catcher in the Rye—Holden Catfield juga menemui ajalnya gara-gara peluru.Aku menembaknya.Kejadiannya kira-kira setahun setelah aku bertemu dengan Holden Catfield. Waktu itu umurku 25 tahun, usia yang sama dengan usia Chapman ketika pemuda itu menembak mati John Lennon. Aku mendapatkan sebuah revolver Charter Arms kaliber 38 yang kubeli secara ilegal dari seorang penjual senjata rakitan di pasar gelap. Ini adalah pistol yang sama seperti yang digunakan Holden Caulfield untuk menghabisi nyawa dedengkot grup musik the Beatles itu. Inilah rencanaku: aku akan melepaskan 10 tembakan kepada Holden Catfield. Revolver-ku hanya memiliki enam tabung selongsong peluru, tapi hal itu tidak jadi soal. Aku akan mengisi penuh pistolku dengan enam peluru lantas memuntahkan semuanya, kemudian aku akan mengisi kembali senjataku dengan empat peluru sisanya dan menembakkannya kembali seluruhnya. Jumlah itu kupilih bukan tanpa alasan. Berdasarkan beberapa artikel soal kematian Lennon yang kubaca di internet, beberapa mengatakan bahwa Chapman menembak Lennon empat kali, beberapa yang lain mengatakan enam kali tembakan. Dari pada bingung, kujumlahkan saja itu semua. 4+6=10. Sesederhana itu. Setelah menembak Holden, aku mencari-cari gambar John Lennon dari setumpuk majalah musik yang kumiliki.Aku menemukannya di dalam salah satu edisi Rolling Stone. Kugunting bagian wajah Lennon di majalah itu, kemudian kulubangi bagian telinga kiri dan kanannya agar aku dapat memasukkan tali masing-masing dari kedua lubang itu dan mengikatnya satu sama lain. Setelah “topeng Lennon” ini selesai kubuat, kukenakan benda itu kepada mayat Holden Catfield. Sebelumnya, aku telah menggali lubang untuk kuburan Holden di halaman belakang rumah. Kumasukkan mayatnya yang bertopeng wajah Lennon itu, kemudian Charter Arms kaliber 38 yang kupakai untuk menembaknya, dan novel The Catcher in the Rye ke dalam lubang itu, lalu menutupnya kembali dengan tanah galian. Terakhir, aku menancapkan sebuah nisan kayu yang juga telah kupersiapkan sebelumnya. Pada nisan itu telah kuukir tulisan berikut: Disini terbaring Holden Catfield, Seekor kucing yang membenci John Lennon Setelah menguburkan Catfield di halaman belakang, aku masuk ke dalam rumah dan naik ke kamarku di lantai dua. Kukunci pintu dan semua jendela, kututup gordin rapat-rapat. Lampu kamar kubiarkan tidak menyala. Di dalam kamar yang jadi agak gelap itu aku membayangkan diriku berada di dalam penjara, seperti Mark David Chapman mendekam di Wende Correctional Facility di Alden, New York. Kalau kau bertanya motif apa atau dorongan apa yang membuatku sampai kepada keputusan untuk melakukan pembunuhan terhadap Holden Catfield, aku sendiri tidak tahu. Kukira itu tindakan iseng belaka. Kupikir tindakan itu akan kehilangan esensinya jika sejak awal aku mengetahui alasan mengapa aku melakukannya. Begitulah.
Cerpen “Seekor Kucing Yang Membenci John Lennon” pernah akan didiskusikan oleh sekelompok mahasiswa di salah satu universitas negeri di jatingangor yang tidak bisa disebutkan namanya (panggil saja : UNPAD) namun disomasi oleh pihak fakultas dimana diskusi akan diselenggarakan, entah kenapa alasannya (tanda tanya) pada akhirnya dengan ancaman sanksi keras akademik jika acara tetap dilakukan, dengan berat hati diskusi cerpen ini batal dilaksanakan alias dibubarkan.
65
“JOY” | Manual Collage | by : SENARTOGOK | Bandung 2016
66
“Jam-jam panjang yang digunakan untuk menulis, menggambar, melay-out, dan lain-lain. Adalah jam-jam yang tak dihabiskan di depan layar televisi, dihabiskan untuk konsumerisme, atau untuk berbagai hal lainnya yang sering digunakan untuk membunuh waktu luang oleh sebagian besar masyarakat kita.�
67
“ZINE” | Manual Collage | by : SENARTOGOK | Bandung 2016
68
“Membunuh” Awkarin Oleh : Arijal Hadyan Prolog
K
etika Awkarin putus dengan pacarnya Gaga, terbersit keinginan dalam benak untuk mengganti nama akun media sosial Saya menjadi Awrijal. Harapannya sederhana; agar terlihat “kekinian”, diperhatikan banyak orang dan populer. Ini cukup beralasan, karena saat ini dengan modal popularitas dan pengikut di media sosial yang banyak, sudah cukup untuk membiayai gaya hidup kelas menengah kita. Popularitas di media sosial dan jumlah pengikut yang banyak bisa menjadi magnet untuk menarik pengiklan atau pengendorse. Instagram menurut Forrester (sebuah perusahaan riset dan analisis teknologi), kini menjadi “raja interaksi di media sosial”. Hal ini didukung fakta bahwa postingan Instagram dari merek terkenal menghasilkan interaksi per pengikut sebesar 4,21 persen, 58 kali lebih memunculkan interaksi per pengikut dari pada Facebook, dan 120 kali lipat lebih banyak interaksi per pengikut dari pada Twitter. Dengan pengelolaan media sosial yang tepat akun Instagram kita bisa jadi papan iklan bernilai jutaan rupiah. Selain keuntungan finansial, popularitas di media sosial juga memberikan kepuasan sosial bagi si pemilik akun. Mereka yang kurang diterima di kehidupan sosial riilnya , setidaknya bisa diterima atau bahkan menjadi sosok sentral dalam lingkungan virtual di media sosial. Popularitas dan media sosial menawarkan solusi yang amat praktis untuk bertahan hidup di era informatika ini, sekaligus membawa berbagai polemik bersamanya. Interaksi dan Awkarin Awkarin, pasca putusnya dengan Gaga, makin menjadi trend di kalangan anak muda perkotaan, followers dan subscriber di akun Instagram atau Youtubenya meningkat. Sebanding dengan peningkatan jumlah haters yang cerewet di kolom komentar. Ia di keroyok banyak netizen, kebanyakan menilainya sebagai agen perusak moral, karena sering pamer kebiasannya clubing dan pamer barang mewah. Namun ditengah gempuran para haters, sosok Awkarin masih hidup secara virtual dan riil hingga hari ini. Menurut saya anggapan-anggapan negatif di atas terlalu berlebihan. Gaya hidup yang ditampilkan Awkarin di akun media sosialnya, sebetulnya adalah gaya hidup kebanyakan anak muda perkotaan saat ini
69
beberapa haters Awkarin mungkin juga adalah orang yang mengisi akun sosial medianya dengan potret-potret terbaik dirinya sendiri atau tentang kegiatan-kegiatan yang dianggap keren di kalangan anak muda masa kini; clubbing, nongkrong di caffe ternama, atau plesiran. Lantas mengapa Awkarin begitu meledak? Menjawab pertanyaan ini mungkin akan membuat kita bisa melihat fenomena Awkarin lebih dalam dan menarik; bukan larut hanya dengan ikut menghujat sambil sibuk menguntit kehidupan gadis belia ini. Awkarin atau Karin Novilda mulai muncul di media saat Ia menjadi lulusan terbaik pada Ujian Nasional (UN) SMP 2013. Sosoknya sebagai pelajar atau anak muda hits, sudah Ia rintis dari sini. Awkarin mengelola popularitasnya di media sosial dengan postingan-postingan foto yang cerdas dalam hal menarik interaksi. Fotofotonya sarat akan sensualitas, kontroversi, sensasi, dan drama; semua unsur yang dibutuhkan untuk jadi pusat perhatian. Kebanyakan orang Indonesia (untuk tidak menyebut semua) akan kaget melihat foto anak remaja Indonesia, ciuman dengan lawan jenisnya di media sosial. Kebanyakan akan gatal untuk berkomentar dan dari sini interaksi terbangun. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, akun media sosial, oleh beberapa pusat riset media sosial dan marketing, di nilai dari bagaimana postingan di sebuah platform media sosial memicu interaksi pengguna. Ketika foto-foto Awkarin mampu menarik interaksi banyak akun media sosial; entah itu pujian, perdebatan, atau cacian, akun Awkarin punya potensi besar untuk jadi lahan iklan. Jadi, buat Anda yang membenci Awkarin, jangan harap komentar pedas Anda di akunnya atau meme satir tentang Awkarin bisa membuat akunnya mati. Dalam hal ini konsep lover dan hater sebetulnya sudah tidak berguna lagi, karena pujian atau cacian nilainya sama, interaksi. Sebagai contoh, Saya mengetahui sosok Awkarin dari menu “Explore” di aplikasi Instagram saya. Sebelumnya saya hanya mengetahui namanya dari berita, dan tidak tertarik. Singkat cerita, saya penasaran dengan foto gadis muda berwajah Indonesia dengan pakaian terbuka dan tato bunga di salah satu bisepnya terpampang di menu “Explore”. Makin penasaran, saya lanjut mengunjungi akun Instagram yang mengunggah foto itu. Kemudian “Ooh ini Awkarin yang lagi rame itu,” gumam saya. Saya tidak pernah mengikuti akun tersebut sebelumnya, info yang muncul hanya mengatakan foto tersebut “BERDASARKAN AKUN YANG BERINTERAKSI DENGAN ANDA”. Maka, boleh jadi, tanpa kita sadari kita juga mungkin terlibat dalam proses "making stupid people famous. Kegiatan kita memberi "like" di akun-akun humor picisan atau hujatan-hujatan buat akun macam Awkarin atau (yang belakangan) Young Lex, bisa menyumbang rating buat mereka. Semua ini terjadi salah satunya karena sedikit sekali dari kita yang paham soal bagaimana sebetulnya media sosial bekerja, atau saya menyebutnya logika media sosial. Hujatan dan beragam pembunuhan karakter tidak cukup untuk membuat Awkarin tutup akun. Jika Anda haters Awkarin, cukup blokir akunnya, berhenti membicarakannya, dan buktikan bahwa Anda lebih baik darinya. Epilog Ini memang sedikit gila. Perhatian kita pernah dikuasai oleh sensasi dan drama dari kehidupan seorang remaja yang (awalnya) bukan figur publik, bukan selebriti atau artis, bukan anak pejabat. Salah satu teman saya bahkan menghabiskan hampir 1GB lebih dari kuota internetnya untuk menguntit kanal Vlog Awkarin di Youtube dan Instagram. Popularitasnya menjadikan sosok Awkarin punya tempat dalam kesadaran kita, khususnya kaum muda. Walaupun banyak yang membencinya, tidak sedikit yang menjadikannya Idola, sebuah model kaum muda yang ideal. Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menghakimi Awkarin, hanya saja, jika anak muda adalah penerus bangsa dan harus menjawab persoalan yang terjadi di sekitarnya; kesenjangan sosial, pemerintahan korup, dan neokolonialisme, akankah role model kaum muda yang seperti Awkarin ini mampu menjawab itu semua? “Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah...” (QS. Al-Ahzaab: 21) *oh, ya, akhirnya saya urung mengganti nama akun media sosial saya menjadi Awrijal
70
“Joy” | Pen on Paper | by : SANDIJITOK | Bekasi 2016
71
Bigotraksi Role Model Despotisme dan Premanisme Gaya Baru
Oleh : Ekalaya Adji Manikmaya
D
alam waktu beberapa pekan kebelakang, mata dan telinga kita secara terus-menerus dijejali oleh pemberitaan penistaan agama, ormas yang sok berkuasa, serta orang-orang yang merasa dirinya paling suci dan merasa terdzolimi. Hari ini juga kita bisa melihat bagaimana fenomena mengenai penghinaan yang ditujukan kepada salahsatu kiyai besar oleh salah seorang calon gubernur yang sedang terjerat kasus penistaan tadi, wah mungkin semakin asyik untuk kita bedah lebih lanjut. Santai ya, saya tidak akan membahas mengenai berita politik murahan hari ini. Tapi dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana satu Negara bisa dengan mudah di acak-acak oleh ormas. Dari mulai tata hukum, lalu lintas sampai hak untuk beribadahpun mereka acak-acak. Ini yang kemudian menyebabkan kekacauan besar dalam bermasyarakat. Bigotisme atau Bigotry merupakan istilah yang ditujukan untuk orang yang punya pemikiran sempit, intoleran dan penuh prasangka juga curiga. Anda atau kalian semua bisa melihat bagaimana fenomena bigotry menjadi symptom dekadensi saat ini. Mengerikan sekali jika hal ini terus-terusan terjadi. Bigotkrasi ini merupakan satu gaya baru dalam pemerintahan. Pasalnya, hari ini trend politik agama menjadi senjata baru dalam melanggengkan dinasti politik atau menjaring massa dalam kontestasi politik tertentu. Ini yang kemudian munculnya budaya baru dalam pemerintahan yang bernama Bigotkrasi, Dua decade lalu kita pernah merasakan pola pemerintahan despotis, ya kita tau sendiri bagaimana pemerintahan Soeharto yang sangat otoritarian membuat kebebasan berekspresi dan berideologi terkoptasi. Fenomena pemerintahan despotis bisa dirasakan saat ini, namun berbeda konteks, jika saat itu pada prakteknya benar-benar dijalankan oleh pemerintah,
72
untuk saat ini berbeda. Sekumpulan ormas yang mengatasnamakan agama ingin mencoba membuat satu pemerintahan baru dengan satu azas, meski tak terlihat memberontak, namun gerakan ormas ini cenderung merongrong pemerintahan saat ini. Ini yang kemudian memunculkan satu pandangan baru mengenai system pemerintahan, apalagi jika pemerintahan baru yang mereka impikan adalah system pemerintahan yang absolut dan mereka jalankan sendiri, mau jadinya kayak gimana, hahahaha mengerikan sudah. Premanisme gaya baru, akhir-akhir ini memang menjadi perbincangan banyak pihak. Biasanya jika berbicara preman, pikiran kita langsung tertuju pada seseorang yang bertato, berjaket jeans dan sering nongkrong di terminal atau di tempat-tempat ramai. Tapi untuk premanisme gaya baru ini jauh dari pandangan yang tadi saya sebutkan. Premanisme gaya baru hari ini bisa kita lihat ketika sekumpulan ormas yang mengatasnamakan kesucian, nasionalisme dan embel embel kampungan lainnya, mengobrak abrik tempat, larang ini- larang itu dan sebagainya atas dasar ketidakcocokan dengan ideology atau paham mereka, padahal yang mereka lakukan hanya membuat mereka terlihat bodoh.
Untuk itu, demi keberlangsungan perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat, pembubaran ormas-ormas seperti itu dipandang perlu, karena mereka lah yang memicu perpecahan bukan kasus penistaan dan hal-hal yang berbau politik lainnya. Budayakan membaca, budayakan berfikir terbuka. Panjang umur perjuangan!! Ekalaya, 1 februari 2017
73
“Ketakutan dan Kehancuran” | Pen on Paper | by : FAISAL RACHMAN| Banjar 2015
74
Gerakan Pelajar, Terjebak atau Melampauinya? Oleh : Ihza Pandu
Saya berusaha menjawab mengenai pertanyaan bagaimana memutus lingkar ketertundukan dalam sistem pendidikan hari ini. Saya berpendapat bahwa jalan keluarnya adalah Revolusi Pendidikan. Tentu dan pasti ini perlu dipertanggung jawabkan, oleh karenanya saya menulis ini agar dapat didiskusikan atau terjadi kritik dan oto-kritik diantara kita semua. ***
J
ika kelas pekerja lain seperti pekerja industrial memulai perjuangannya di titik pijaki oleh keresahan mereka atas dunia industrial bergerak dengan mencoba mogok kerja sampai gruduk pabrik, maka pekerja reproduktif seperti pelajar di sekolah dan kampus pun mesti juga merebut dan menduduki dimana mereka sehari-hari beraktivitas.
Kekerasan dalam dunia pendidikan ada karena kejahatan tersistematis berupa represi militeristik dan segenap normalisasi yang dijalankan oleh kelompok pemilik institusi pendidikan sebelumnya yakni pemodal dan aparatur ideologi. Institusi pendidikan seperti kampus dan sekolah adalah pabrik dimana nilai-nilai pengetahuan diproduksi dan dimapankan untuk kehidupan sosial yang penuh penindasan. Maka perebutan kampus-sekolah adalah target yang tidak bisa disingkirkan dalam perjuangan pendidikan.
Pengambilalihan kampus atau sekolah ini bisa dilakukan dalam bentuk dan level yang berbeda-beda. Tentu untuk membuahkan gagasan teknis tentang strategi dan taktik perebutan ruang ini mestilah dilakukan secara bersama-sama dan disesuaikan dengan situasi yang ada di setiap sekolah-kampus. Penulis hanya akan merenggangkan tulisan ini menjadi lebih umum untuk dibaca.
75
Pengambilalihan ini mesti dilakukan dengan segera dan disertai dengan penolakan atas nilai-nilai yang merepresentasikan kelompok yang mendominasi sistem pendidikan tersebut. Penghancuran nilai-nilai kuasa itu mestilah dilakukan dengan menyeluruh dan tidak bertahap-tahap agar penjungkirbalikannya tidaklah tanggung dan tidak terjebak dalam reformisme dan isu-isu normatif saja. Merebut ruang-ruang dalam pabrik pengetahuan seperti kampus dan sekolah tidak juga membenarkan metode yang bicara soal perebutan kekuasaan dalam Badan Eksekutif Mahasiswa, Majelis Permusyawarahan Mahasiswa atau Dewan Mahasiswa atau juga OSIS di sekolah. Karena berapa banyakpun kawan kita yang menduduki bangku jabatan didalamnya yang namanya kekuasaan selalu rentan disalahgunakan jika sifatnya berkonsentrasi di segelintir orang dengan dalih perwakilan. Secara struktural Organisasi legal diatas tidak memiliki nilai-nilai revolusioner sama sekali karena berpijak bukan pada pasrtisipasi seluruh mahasiswa dan kekuasaan yang didalam situlah mereka mengkonsentrasikannya kepada segelintir orang pelajar saja. Sebaliknya kita mesti mencoba melakukan pengorganisiran dan menciptakan wadah tempat rasa frustasi dan degradasi dapat terkumpul agar dapat disalurkan secara pasrtisipatif untuk melakukan gerakangerakan pelajar demi menjungkirbalikan nilai kuasa dan megambilalih pabrik pelajar yakni kampus atau sekolah. Uji coba ini mesti melibatkan seluruh elemen pelajar. Kerja-kerjanya mestilah tercatat dan dijadikan peta dan kompas untuk berjalan menuju gerakan yang terus naik levelnya untuk menuju pengambilalihan kampus atau sekolah dan selanjutnya Revolusi Pendidikan. Revolusi pendidikan yakni ketika proses produksi dan distribusi pengetahuan dalam kampus atau sekolah dinegasikan oleh sistem produksi dan distribusi yang baru. Berangkat dari pertentangan dan penindasan yang terjadi dalam kampus atau sekolah dengan sistem produksi lama maka perlunya konsensus untuk pembangunan jangka panjang sistem pendidikan yang seperti apa yang tidak lagi menempatkan pendidikan sebagai mesin pencari laba dan reproduksi sosial untuk kepentingan kapital. Maksudnya adalah kepentingan kapitalisme dengan segala bentuk pertentangan kelas dan ketimpangan sosialnya Metode geraknya bisa berupa dengan sel-sel kecil yang bersifat otonom dan ko-operatif agar dapat mewadahi permasalahan khas yang juga akan diimbangi dengan pembacaan dan pergerakan yang juga khas. Penciptaan sel-sel kecil otonom ini jugalah yang memudahkan gerakan pelajar untuk melmapaui batas-batas geografi. Inilah yang akan menjadikan sel-sel otonom itu sebagai subjek mikro politik.
Bukannya terjebak dalam glorifikasi yang begitu besar sebagai agen perubahan antar sektor atau bermain-main dengan isu praktis dan elitis. Gerakan pelajar mesti berlandaskan atas keresahan dan masalah yang ia geluti dalam kehidupan sehari-hari. Bukannya berdiri di atas pondasi gerakan penuh keterasingan yang sama sekali tidak menyentuh masalah pelajar dalam kampus dan sekolah.
76
77
#SAVEKENDENG !
M
erekalah "Kartini Kendeng" yang memiliki semangat baja untuk meruntuhkan pondasi dan mematahkan kuku-kuku para pemuja nominal benilai beli. Merekalah serdadu yang mengisi garda terdepan perjuangan menegakkan keadilan dan kestabilan lingkungan hidup. Kepalan tangan mereka lebih keras daripada konstruksi pabrik semen yang didirikan mengangkangi hak dan kesejahteraan rakyat. Semangat perlawanan yang berkobar bagai auman kumpulan singa dalam mempertahankan wilayah untuk kelangsungan hidup. Kumandang perlawanan mereka bagai hujan mengguyur hamparan sawah yang kelak akan tertutupi oleh debu-debu limbah produksi. Itulah "Kartini Kendeng". Perjuangan masyarakat Kendeng menolak cengkraman PT. Semen Indonesia yang disimbolkan dengan istilah Kartini Kendeng menggedor cara pandang dunia terhadap perempuan. Dobrakan Kartini Kendeng sebagai barisan pertama dalam perjuangan membongkar pengerdilan perempuan yang hingga hari ini masih terlucuti dan terpasung oleh belenggu budaya. Mereka mengisyaratkan terhadap seluruh perempuan agar sadar sebagai manusia utuh yang tidak terbui oleh belenggu domestik rumah tangga. Perlawanan demi perlawanan mereka lakukan untuk menyuarakan terhadap dunia bahwa perempuan merupakan subjek yang patut diperhitungkan. Perjuangan Kartini Kendeng berawal ketika PT. Semen Indonesia mulai menancapkan kukunya diwilayah pegunungan kendeng yang notabene sebagai daerah karst dengan cekungan air tanah (CAT) yang telah menjadi kawasan lindung kategori B. Hal ini diatur sesuai Peraturan Daerah (PERDA) No. 14 Tahun 2011. Peraturan tersebut keluar dengan pertimbangan CAT di wilayah Watu Putih (salah satu kawasan yang ditapaki oleh PT. Semen Indonesia di wilayah Kendeng) mampu mensuplai 51 juta liter air tiap harinya dengan 109 mata air untuk menghidupi masyarakat disekitar pegunungan. Pendirian pabrik semen di wilayah tersebut secara legal hukum telah melanggar Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2011 karena sebagai kawasan lindung seharusnya tidak boleh dilakukan eksploitasi yang berpotensi merusak kelestarian lingkungan. Mata air yang mengalir menjadi urat syaraf kehidupan disekitar pegunungan Kendeng. Namun penghargaan terhadap mata air tersebut sangat minim. Hal ini dibuktikan dengan sikap Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) yang lebih mengutamakan penanaman modal senilai 3,5 T. Padahal jika dihitung secara nominal, modal 3,5 T tidak akan mampu membeli dan mencukupi kebutuhan air untuk masyarakat karena sektor ekonomi terbesar diwilayah tersebut adalah pertanian. Penghambaan terhadap modal akhirnya menutup mata pemerintah terhadap nilai yang tersembunyi dibalik guyuran-guyuran mata air. Penghambaan tersebut juga mencabik dan merenggut hak dari para petani daerah Lasem, Pamotan, Sale, Gunem, Sulang, seluruh Rembang dan Sebagian wilayah Blora karena dengan pendirian pabrik semen maka akan berdampak pada rusaknya ekosistem terutama rusaknya kawasan cekungan air tanah yang mensuplai kebutuhan air untuk pertanian. Dengan alasan tersebut perjuangan Kartini Kendeng dimulai. Mereka menganggap bahwa bumi merupakan Ibu yang telah memberi kehidupan dan kesejahteraan namun dibalas dengan pengerusakan. Pendirian tenda dan musholah perjuangan di depan pabrik dilakukan sebagai bentuk protes mereka terhadap perenggutan hak. Aksi demi aksi mereka gelar dengan damai untuk menuntut dicabutnya izin penambangan PT. Semen Indonesia. Tidak sedikit tindakan represif aparat dan preman bayaran perusahaan diterima oleh mereka namun tak menggoyahkan semangat perlawanan para Kartini Kendeng. Hingga satu aksi yang mereka namai dengan Aksi Pasung Semen digelar didepan Istana Negara sebagai ekspresi duka para Kartini Kendeng atas sikap pemerintah. Tertanggal 12 April 2016 aksi tersebut dimulai. Hidup para petani yang terancam terbelenggu oleh kekuasaan pabrik semen disimbolkan dengan pemasungan kaki para Kartini Kendeng dengan cor semen. Hingga 14 April 2016 aksi tersebut disudahi karena Presidan Jokowi ingin bertemu untuk membicarakan perihal tuntutan mereka. Perjuangan tak berhenti sampai disitu. Bertemu dengan Presiden tidak menjadi jawaban penuh atas keresahan yang timbul. Gugatan demi gugatan dilayangkan hingga keranah Mahkama Agung dengan bantuan JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) dan mendapatkan sedikit angin segar. 10 Oktober 2016 MA mengabulkan peninjauan kembali (PK) dengan putusan No. 99 PK/TUN/2016 yang menggugurkan putusan PTUN Semarang No. 064/6/2015/SMG dan putusan PTUN Surabaya No. 135/B/2015/SBY. Namun putusan dari MA juga kurang ampuh untuk mengebiri kekuatan modal yang masuk kewilayah Kendeng. Buktinya Ganjar Pranowo masih berusaha lebih lanjut untuk memberikan surat izin baru berdirinya PT. Semen Indonesia. Hingga hari ini para Kartini Kendeng masih berjuang untuk keluar dari pasungan kesengsaraan yang ter(di)ciptakan atas perselingkuhan pemerintah dengan korporasi. Kartini Kendeng memilih keluar dari konstruksi budaya yang mengebiri peran perempuan dengan tetap melakukan perjuangan melawan ketertindasan yang akan hadir dengan berdirinya pabrik semen.
78
Kartini Kendeng merupakan perempuan-perempuan yang gagal dikerdilkan oleh sebuah sistem penindasan. Pelucutan hak serta pelumpuhan mental oleh budaya patriarki telah dibumihanguskan oleh sikap serta keteguhan mereka dalam garda terdepan perjuangan. Sikap mereka melahirkan satu pandangan bahwa sudah saatnya perempuan dan laki-laki berjalan bersama dalam memenggal setiap penindasan. Lantas bagaimana dengan pembaca yang budiman? Apa hanya sekedar membaca dan memilih sebagai pengamat atau bersama-sama turun kedalam medan laga untuk mendukung dan mengapresiasi perjuangan para Kartini Kendeng? Mari putuskan sikap sebagai simbol kita adalah manusia yang menjunjung tinggi humanisme dan k e s e i m b a n g a n s e t i a p e l e m e n y a n g a d a d i a l a m . Salam Kendeng Lestari!! Sumber Puisi : KBSM @sxu2835j https : //lamrisurabaya.wordpress.com/tag/save-kendeng/
79
80
“People don’t want to hear the truth because they don’t want their illusions destroyed”
-Friedrich Nietzsche81
82
Beasiswa, IPK Dan Kebutaan Sosial Oleh : Muthee “beasiswa/be·a·sis·wa/ /béasiswa/ n tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar “ – Definisi beasiswa menurut KBBI
S
aya menangkap bahwa inti dari beasiswa merupakan bantuan untuk biaya belajar. Dalam artian ini, beasiswa adalah bantuan yang diberikan oleh pemilik modal atau pemerintah bagi mahasiswa yang tidak menyanggupi beban biaya kuliah. Dalam hal ini tentu saja bukan untuk mereka yang sanggup membiayai kuliahnya. Seperti yang saya ketahui bahwa beasiswa bisa berasal dari PPA-BBM, Yayasan, atau perusahaanperusahaan, Baik BUMN maupun non-BUMN. Namun untuk mendapatkan beasiswa tidaklah mudah. Ada persyaratan yang mesti dipenuhi. Sepengetahuan saya syarat mendapatkan beasiswa ini adalah dengan standar IPK, minimal IPK 2,75-3,00. Bila mahasiwa dapat mencapai IPK sesuai standart tersebut maka seorang mahasisawa bisa mendapatkan beasiswa. Namun demikian beasiswa tidak bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu-gugat. Artinya, Beasiswa dapat hangus jika IPK si beswan tidak lagi memenuhi standar. Inilah titik pijak kritik saya atas segala ketentuan beasiswa. Nampaknya memang tidak ada yang cumacuma di bawah kontrol kapitalisme hari ini. Dengan standarisai IPK yang sedemikian hingga, saya menilai bahwasanya esensi pendidikan bukan lagi belajar untuk membangun wahana pengetahuan yang bebas dan merdeka. Melainkan mengejar angka-angka, mengikuti segala ketentuan linear semua mata perkualiahan, tunduk dan patuh dalam dikte-dikte segala tetek bengek perkuliahan yang menyebabkan gairah untuk mempertanyakan segala sesuatu menjadi hilang sama sekali. Diakui atau tidak, IPK tinggi adalah kebanggaan tersendiri bagi kaum mahasiwa dewasa ini, sebuah capaian yang istimewa agar dapat mencapai mimpi-mimpi indah untuk meraih pekerjaan yang baik, kehidupan yang nyaman dan mapan di masa depan. Semua orang tentu mengimpikan hal yang serupa, namun dibawah kapitalisme semuanya berbeda. Dunia kerja tidak menyajikan semua impian indah ini. Terbebas dari tekanan 83 produktivitas IPK tinggi,
mahasiwa tetap harus berkompetisi, dan menyadari bahwa para sarjana dengan IPK yang tinggi rupanya tidak sedikit, kebanggan yang kita rasakan saat wisuda rupanya, juga dirasakan oleh ribuan mahasiswa lain dengan mimpi-mimpi yang sama, yaitu hidup mapan. Bayangan akan masa depan yang indah ini tentu saja membuat sebagian besar mahasiwa akan menjadi pragmatis dan apatis dalam segala kemungkinan untuk melibatkan diri dalam aktivitas progressif-revolusioner untuk mengabdi dan membangun kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat yang telah dilegitimasi dalam tridharma perguruan tinggi. Mereka akan memilih segala cara agar cepat selesai kuliah dan mendapatkan IPK Tinggi. Karena menjadi kritis dan melek isu-isu sosial itu berarti merusak masa depan. Mahasiswa dipaksa menjadi robot-robot yang terprogram untuk berdisiplin ilmu dan memproduksi setinggi-tinggi nya IPK. Mahasiswa seperti menjadi pekerja IPK yang tidak mempunyai jam kerja dan tidak digaji. Mereka telah bermutasi menjadi mutant-mutant yang kehilangan cinta-kasih dan kepekaan sosial sebagai manusia-manusia dengan segala naturalitasnya. Mereka telah bertransformasi menjadi individuindividu yang teralienasi dari kemanusiaannya. Sistem pendidikan yang demikian ini yang menurut saya telah mengingkari janji suci Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Mahasiswa disiapkan untuk menjadi baut-baut yang di modifikasi sedemikian rupa untuk menguatkan setiap sendi-sendi yang menompang dominasi kapitalisme. Mahasiswa diajarkan untuk berkompetisi dalam meraih IPK tinggi untuk memenuhi kebutuhan standarisasi calon pekerja yang samasekali tidak menjamin kesejahteraan apapun. Mereka yang telah terbebas dari penjara pendidikan, akan memasuki penjara berikutnya, yaitu penjara dunia kerja, namun tahap ini tidak dengan suka rela dapat dilewati, akan tetapi dalam sebuah kompetisi yang baru. Dulu IPK, selanjutnya adalah Pekerjaan. Dari penjara ke penjara “Penjara adalah tempat orang-orang dikurung dan dibatasi berbagai macam kebebasan. Penjara umumnya adalah institusi yang diatur pemerintah dan merupakan bagian dari sistem pengadilan kriminal suatu negara, atau sebagai fasilitas untuk menahan tahanan perang� – Penjara, sumber wikipedia Tapi mohon maaf, mahasiswa bukanlah seorang Kriminal. Namun biarlah saya mengasumsikan-nya seperti demikian. Penjara kita bukan institusi yang dibuat oleh pemerintah untuk para Kriminal dan tahanan perang, tetapi melalui sistem pendidikan dan segala prasyarat beasiswa dan kelulusan. Kita adalah segerombolan tahanan-tahanan yang terkungkung kebebasan berpikirnya, yang terpenjara jiwa-raganya dari masyarakat. Dan penjara ini tidak selesai ketika tali topi toga bergeser. Penjara dunia kerja didepan mata, ekstahanan perguruan tinggi harus bersaing untuk dapat memasuki terali besi selanjutnya, dan tentu saja lebih menyakitkan. IPK yang tinggi tidak menjanjikan kita untuk menempati posisi yang nyaman dalam penjara dunia kerja. IPK tinggi yang dulunya di perperjuangkan melalui setumbukan buku-buku, waktu yang panjang dan lelah yang tak terhingga, bisa saja hanya berakhir di tempat sampah Personalia, atau jika masih bernilai, hanya sesuai dengan UMR atau bahkan dibawah-nya. Sebagaian eks-mahasiwa mungkin mengerti bahwa semua ini adalah kapitalisme penyebab-nya. Bahwa ternyata kapitalisme telah menekuk lutut kita dan memaksa kita untuk tunduk sedari bangku kuliah melalui sistem pendidikan yang represif dari sisi ekonomi dan sosial. Kapitalisme memahami betul bahwa hanya kemerdekaan berpikir dan belajar adalah satu-satunya masalah yang berbahaya bagi keberlangsungan dominasinya, oleh karena-nya diperlukan satu sistem yang mampu, hingga tanpa disadari, membuat para mahasiswa, yang semestinya kritis, menjadi tersesat. Ketersesatan tidak berhenti disana, ketika sebagian besar pejuang yang sudah berjuang mati-matian 84 untuk mendapatkan IPK tinggi ini bekerja,
dikala melihat gemuruh kaum buruh yang berjuang untuk kesejahteraan, mereka dengan ajaibnya menjadi kritis, mereka mulai mengkritisi apa latar-belakang pendidikan kaum buruh ini, berapa gajinya, apa yang mereka kendarai, apa yang mereka pakai, apa yang mereka makan, sampai dengan bagaimana cara mereka berak. Di waktu yang sama mereka akan kembali ke masa lampau dan mulai mengukur-ukur dan membandingbandingkan jerih payah nya dalam mengejar IPK tinggi, biaya, waktu dan tenaga yang terbuang. Walhasil mereka akan merasa paling menyedihkan, sehingga harus dikasihani, dan tidak terima jikalau kaum buruh yang mayoritas berpendidikan lebih rendah dari mereka ingin hidup sejahtera. Mereka akan tetap angkuh dengan tidak menyadari bahwa kapitalisme-lah penyebab semua kemiskinan, kapitalisme lah yang berupaya agar gaji para sarjana tetap murah. Mereka tetap tidak mau jujur menerima dan terus menuduh kaum buruh-lah yang tidak tau diri. Maka apakah salah jika saya sematkan kata sesat dibelakang gelar-nya, jika pola berpikir para sarjana ini demikian? Ah tidak, saya tetap sadar bahwasannya sistem kapitalisme pendidikan yang merangkai pola berpikir mereka. Kapitalisme dunia kerja yang membuat mereka menjadi penuh kebencian sedemikian kata dan tindak tanduk. Produktivitas IPK dibangku kuliah-lah yang membuat mereka acuh atas segalanya dan membentuk mereka menjadi patriot kapitalisme yang paling loyal dan militant!. Akhir kata, saya ingin mengutip ocehan Proudhon yang dengan terang benderang menjabarkan seperti apa itu pemerintah. Dan dalam hal ini saya rasa sangat relevan untuk menjelaskan seperti apa itu kapitalisme pendidikan. Buka mata dan hatimu wahai sahabat, adakah yang di katakan Proudhon ini adalah bohong?
“Diperintah adalah diawasi, diperiksa, dimata-matai, diarahkan, diatur, ditata, dikekang, diindoktrinasi, diceramahi, dikendalikan, dinilai, diuji, disensor, disuruh; semuanya dilakukan oleh makhluk-makhluk yang tidak punya hak, yang tidak punya kebijaksanaan pun kebajikan ‌ Diperintah berarti bahwa dalam setiap gerakan, operasi atau transaksi, seseorang dicatat, didaftar, dimasukkan dalam sensus, dikenai pajak, dicap, diberi harga, dinilai, dipaten, diberi lisensi, diberi kewenangan, dinasehati, diperingatkan, dihalang-halangi, direformasi, diatur, dikoreksi. Pemerintahan diadakan dengan tujuan memungut pajak, melatih, menebus, mengeksploitasi, memonopoli, memeras, menindas, membuat bingung, merampok; semuanya atas nama keperluan publik dan kebaikan umum. Sehingga ketika pertama kali ada tanda perlawanan atau kata keluhan, seseorang akan ditekan, didenda, dipandang rendah, disakiti, dikejar-kejar, dipaksa, disiksa, dicekik, dipenjarakan, ditembak, dijadikan sasaran senjata mesin, diadili, dijatuhi hukuman, dideportasi, dikorbankan, dijual, dikhianati, dan sebagai penutupnya, orang itu akan diejek, dihina, disiksa dan dipermalukan. Itulah pemerintahan, itulah keadilan dan moralitasnya!â€?
– Proudhon, General Idea of the Revolution in the Nineteenth Century (1851)
85
“Converge Cover Art” | Pen on Paper | by : Sandi Permana| Tasikmalaya 2016
86
Mengenal Tokoh (PROF. MR. IWA KUSUMA SUMANTRI)
A
pabila kita berjalan-jalan di Ciamis, maka kita akan melewati Jalan Iwa Kusuma Sumantri. Mungkin banyak dari kita yang tidak tahu kenapa di Ciamis ada Jl Mr. Iwa Koesuma Sumantri, padahal beliau adalah salah satu pahlawan Nasional dari Teureuh Galuh yang perannya sangan urgent. Bahkan Atas usul Mr. Iwa, kata “maklumat” dalam teks proklamasi yang akan dibacakan oleh Ir. Soekarno, diganti menjadi “proklamasi”. Tapi banyak orang Ciamis sendiri tidak tahu. Saya sendiri tidak tahu secara pasti kapan jalan Mr. Iwa Koesuma Sumantri ini diresmikan. oleh Pemda Ciamis. Untuk mengetahui siapa Mr. Iwa Koesuma Sumantri, berikut ini adalah sedikit biografi tentang beliau. Iwa Kusuma Sumantri dilahirkan pada hari Rabu tanggal 30 Mei 1899 di Ciamis Jawa Barat. Ia adalah putra sulung dari keluarga Raden Wiramantri, Kepala Sekolah Rendah yang kemudian menjadi Penilik Sekolah (School Opziener) di Ciamis. Pendidikannya dimulai dengan Eerste Klasse School (Sekolah Kelas Satu) (1910) di Ciamis, kemudian dilanjutkan ke HIS (Hollandsch Inlandsche School), sekolah dasar berpengantar bahasa Belanda untuk anak-anak kalangan pribumi. Pada tahun 1915 Iwa dimasukkan oleh orang tuanya ke sekolah calon amtenar, yaitu OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren) di Bandung yang dijalaninya hanya setahun karena Iwa sendiri tidak ingin masuk ke sekolah ini yang dianggap tidak sesuai dengan hati nurani dan cita-citanya. Pada tahun 1916 ia keluar dari OSVIA dan tahun itu juga masuk ke Sekolah Menengah Hukum (Recht School) di Batavia yang dirasanya cocok dengan nuraninya. Ia menyelesaikan studinya 5 tahun kemudian. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Hukum, Iwa bekerja pada kantor Pengadilan Negeri di Bandung, kemudian pindah ke Surabaya, dan akhirnya ke Jakarta. Pada tahun 1922, melanjutkan studinya ke Fakultas Hukum Universitas Leiden di Negeri Belanda. Setelah studinya selesai tahun 1925, Iwa Kusuma Sumantri ditugaskan oleh organisasinya, Perhimpunan Indonesia di Belanda untuk berangkat ke Rusia. Kepergian Iwa ke Rusia menimbulkan kekhawatiran di kalangan keluarga, jangan-jangan Iwa terpengaruh komunis. Tentu saja Iwa tidak bisa menjelaskan karena sulitnya hubungan komunikasi Negeri Belanda-Indonesia waktu itu. Akibatnya, hubungan pernikahan gantung dengan Emma Puradireja yang dijalaninya sebelum berangkat ke Negeri Belanda harus kandas di tengah jalan.
87
Takdir tidak bisa ditolak, Iwa terpaut hatinya kepada seorang gadis Rusia, Anna Ivanova dan menikahinya. Dari perkawinan ini lahir seorang anak perempuan. Pada tahun 1927, Iwa harus kembali ke Indonesia untuk melanjutkan perjuangan di Tanah Air. Istri dan anaknya terpaksa ditinggalkan karena kebijakan pemerintah setempat pada waktu itu yang tidak mengizinkan warganya ke luar negeri tanpa alasan yang kuat. Bertahun-tahun kemudian, karena tidak jelas kapan akan bertemu lagi dengan anak-istrinya di Rusia, akhirnya Mr. Iwa Kusuma Sumantri menikah lagi dengan Kuraesin Argawinata, seorang putri kerabatnya yang menetap di rumah pamannya, Dr. Abdul Manap. Pernikahan ini yang berlangsung sampai akhir hayatnya membuahkan 6 orang anak, terdiri dari 5 orang putri dan seorang putra. Setelah kembali berada di Jakarta (1944), Mr. Iwa Kusuma Sumantri membuka praktik sebagai pengacara lagi. Di samping itu, ia pun ikut membantu kantor Riset Kaigun (Angkatan Laut Jepang) Cabang Jakarta yang dipimpin oleh Mr. Ahmad Subarjo. Iwa juga mengajar Hukum Internasional kepada para pemuda di Asrama Indonesia Merdeka. Mr. Iwa Kusuma Sumantri kemudian memutuskan untuk pindah ke Medan dan membuka kantor pengacara sendiri. Di tempat baru itu ia terkenal sebagai pengacara yang banyak membela kepentingan rakyat, terutama para buruh perkebunan di Deli yang terkena poenale sanctie (hukuman yang dijatuhkan kepada para buruh yang dianggap melanggar kontrak kerja). SETELAH Indonesia merdeka, Mr. Iwa Kusuma Sumantri diangkat menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan pada Kabinet RI pertama yang dipimpin oleh Presiden Ir. Soekarno. Pada masa Kabinet Ali Wongso-Arifin yang dibentuk pada tahun 1953 di bawah pimpinan Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri diangkat menjadi Menteri Pertahanan [yang berasal dari kalangan sipil]mengemban tugas yang cukup berat. Ia menghadapi banyak pemberontakan di daerah seperti DI/TII di Aceh dan Jawa Barat. Atas peristiwa tersebut, Iwa menentang pemberontakan itu, namun ia juga tidak menyetujui sikap pemerintah yang“Jakarta sentris� . Pada tahun 1958 Mr. Iwa Kusuma Sumantri diangkat menjadi Presiden (Rektor) pertama Universitas Padjadjaran di Bandung dan pada tahun 1961 diangkat menjadi Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP). Sikapnya yang tegas dalam melakukan perubahan selama menjabat sebagai Menteri PTIP, banyak ditafsirkan orang sebagai sikap yang reaksioner dan banyak yang tidak menyetujui kebijaksanaannya. Akibatnya, ia dipanggil Presiden Soekarno. Untuk menghindarkan perpecahan dan pertentangan yang berlarut-larut, akhirnya Mr. Iwa Kusuma Sumantri dipindahkan dan diangkat sebagai menteri negara oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962. Jabatannya ini berakhir pada tahun 1966. Ketika bersekolah di Sekolah Menengah Hukum Jakarta (1916-1921), Iwa aktif dalam organisasi pemuda Tri Koro Darmo [Protagonis Jong Java]. Pada tahun 1918, ia terpilih menjadi salah seorang pengurus Tri Koro Darmo pada periode Sukiman Wiryosanjoyo menjabat sebagai ketua. Melalui kongres-kongres organisasi ini di Yogyakarta dan Surakarta, Iwa mendapat gemblengan politik dan semakin menyelami jiwa kebangsaan serta memahami arti kasih sayang kepada nasib rakyat kecil. Selama menuntut ilmu di Negeri Belanda, ia terjun secara aktif di dunia pergerakan nasional melalui organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda yang mula-mula bernama Indische Vereeniging, kemudian diubah menjadi Indonesische Vereeniging, dan akhirnya bernama Perhimpunan Indonesia. Bahkan, pada tahun 19231924 Iwa terpilih menjadi ketua organisasi tersebut. Selama memimpin organisasi ini, ia selalu berusaha agar perkumpulan ini betul-betul merupakan wadah bagi pergerakan mahasiswa Indonesia di luar negeri. Dalam periode inilah dikeluarkan keterangan tentang asas organisasi dan menetapkan bahwa hanya satu jalan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ialah nonkooperasi. Atas usul Iwa, pada periode kepemimpinan Dr. Sukiman, nama organisasi itu diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Tujuan organisasi pergerakan ini adalah merdeka dengan menyatukan berbagai golongan bangsa Indonesia sehingga dapat mematahkan kekuasaan kolonial Hindia-Belanda. Dalam lapangan politik PI bekerja sama dengan partai-partai politik di Indonesia dan partai-partai politik itu mengakui kepemimpinan PI sebagai pos terdepan (voorpost) di Eropa. PI mendukung asas demokrasi dan memajukan politik nonkoperasi dengan pemerintah Hindia Belanda. Pemimpin-pemimpin PI lainnya yang terkenal adalah Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Gatot Tanumiharja, Nasir 88 Datuk Pamunjak, Moh. Nasir, Darmawan M.,
dan Sukirman Wiryosanjoyo. Andil yang diberikan PI terhadap pergerakan nasional di Indonesia sangat besar. PI memberikan sumbangan yang penting bagi lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, terutama melalui majalah Indonesia Merdeka. Setelah lulus dari Universitas Leiden, kepemimpinan PI telah beralih ke tangan Moh. Hatta. Mr. Iwa Kusuma Sumantri diutus oleh pemimpin PI bersama Semaun ke Moskow. Mereka ditugaskan untuk mempelajari program Front Persatuan yang sedang didengung-dengungkan ketika itu oleh Rusia dan untuk mempelajari sampai di mana peran negara dalam program itu. Di Rusia, Mr. Iwa Kusuma Sumantri sempat menulis sebuah buku tentang petani di Indonesia yang berjudul The Peasant Movement in Indonesia. Meskipun pada mulanya tertarik pada ajaran sosialisme, tetapi ia tak pernah tertarik menjadi komunis. Ia sendiri melihat di Rusia bahwa antara praktik dan teori ajaran tersebut begitu berbeda. Pada waktu kembali ke Indonesia tahun 1927, belum banyak golongan intelektual di Indonesia, tetapi yang ada sudah cukup memadai untuk menggerakkan semangat perjuangan rakyat Indonesia. Tidak heran kiranya apabila tokoh pergerakan seperti Mr. Iwa Kusuma Sumantri mendapat pengawasan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Di lain pihak, kedatangan Mr. Iwa Kusuma Sumantri telah lama dinantikan oleh teman-teman seperjuangannya. Ia disambut hangat dan diharapkan menjadi pemimpin perjuangan bangsa oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia. Sesampainya di Indonesia, Mr. Iwa Kusuma Sumantri langsung menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI). Organisasi ini pada hakikatnya melanjutkan cita-cita Perhimpunan Indonesia yang pernah diketuainya dahulu. Di bawah pimpinan Ir. Soekarno dan tokoh militan yang berasal dari PI, organisasi ini maju pesat dan menjadi partai politik terkemuka. Ketika menjadi pengacara di Medan, Mr. Iwa Kusuma Sumantri juga memimpin surat kabar bernama Mata Hari Indonesia. Ia sering mengkritik pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui tulisan-tulisannya dalam surat kabar ini. Tokoh pergerakan nasional lain di Medan juga banyak menulis dalam surat kabar ini atas dorongannya sehingga Mr. Iwa Kusuma Sumantri dicurigai pemerintah kolonial Hindia Belanda. Di Medan, Mr. Iwa juga dipilih menjadi Penasihat Persatuan Sopir dan Pekerja Bengkel (Persatuan Motoris Indonesia) dan Ketua Perkumpulan Sekerja Opium Regie Bond luar Jawa dan Madura (ORBLOM). Selain itu, Mr. Iwa Kusuma Sumantri juga diminta duduk sebagai Penasihat Indonesisch National Padvinders O r g a n i s a t i e ( I N P O ) , s e b u a h o r g a n i s a s i k e p a n d u a n . Patut dicatat pula bahwa Mr. Iwa Kusuma Sumantri pernah membantu orang-orang Kristen di daerah Batak. Ia memperjuangkan agar orang-orang Batak asli dapat diangkat menjadi pendeta Kristen yang sebelumnya hanya dimonopoli pendeta-pendeta kulit putih. Perjuangan tersebut berhasil dicapai dan jasa Mr. Iwa Kusuma Sumantri tidak dapat dilupakan oleh masyarakat Kristen Batak. Pandangan dan tindak-tanduk Mr. Iwa Kusuma Sumantri yang progresif revolusioner dalam kegiatan politik dianggap membahayakan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Itulah sebabnya pada bulan Juli 1929 ia ditangkap dan disekap dalam penjara di Medan selama 1 tahun, kemudian dipindahkan ke penjara Glodok dan penjara Struis-Wyck di Batavia (Jakarta). Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda memutuskan bahwa Mr. Iwa Kusuma Sumantri bersama keluarganya dibuang dan diasingkan ke Banda Neira di Maluku. Ketika tiba di Banda Neira, di situ telah lebih dahulu diasingkan Dr. Cipto Mangunkusumo selama 1,5 tahun. Di tempat ini menyusul diasingkan pula tokoh pergerakan nasional yang lain, yaitu Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Selama 10 tahun 7 bulan sebagai tahanan politik di Bandaneira yang menyesakkan, Mr. Iwa Kusuma Sumantri berusaha menerima keadaan. Ketenangan diperolehnya dengan mempelajari bahasa Arab dan memperdalam ilmu agama Islam dari sahabatnya, Syekh Abdullah bin Abdurakhman. Hal ini sangat membantu Mr. Iwa Kusuma Sumantri mengatasi penderitaan batin dan semakin memperdalam keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selama dalam pengasingan ini ia menulis buku (masih berbentuk naskah) dengan judul Nabi Muhammad dan Empat Khalifah. Karya tulis ini membuktikan jiwa dan sikap religiusitasnya.
89
Pada tahun 1941 dengan status sebagai tahanan politik Mr. Iwa Kusuma Sumantri dipindahkan dari Bandaneira ke Makassar. Atas permintaannya, pemerintah kolonial Hindia Belanda mengizinkan Mr. Iwa untuk mengajar di sekolah Taman Siswa Makassar. Sewaktu Jepang menduduki Kota Makassar pada tanggal 8 Februari 1943, ia bersama keluarganya menyingkir ke luar kota. Akan tetapi, ia diminta oleh Jepang agar membantu Nazamudin Daeng Malea yang diangkat jadi Wali Kota Makassar. Setelah keadaan Makassar tenang, dia berhenti bekerja sebagai pembantu wali kota, kemudian diangkat menjadi Kepala Pengadilan Makassar. Mr. Iwa Kusuma Sumantri berusaha pindah ke Jawa karena merasa terancam. Pada waktu itu Jepang mulai melakukan operasi pembersihan terhadap intelektual Indonesia di luar Jawa yang mulai dilakukan di Barjarmasin. Berkat pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa, usahanya untuk pulang ke Jawa berhasil juga. Dengan istri yang sedang hamil besar dan 4 orang anak, ia menaiki perahu Bugis yang tidak terlalu besar untuk berlayar ke Jawa. Sungguh suatu penderitaan yang luar biasa bagi Mr. Iwa Kusuma Sumantri sekeluarga. Setelah 5 hari mengarungi lautan, mereka berlabuh di Pelabuhan Surabaya. Dari Surabaya keluarga Mr. Iwa Kusuma Sumantri kembali melanjutkan perjalanan hidupnya ke kampung halaman mereka, yaitu Ciamis. Akan tetapi, tidak lama tinggal di situ karena harus segera mencari kerja untuk menghidupi keluarganya. Pergilah Mr. Iwa Kusuma Sumantri ke Bandung. Akan tetapi, sulit bagi dia mencari pekerjaan yang cocok. Kemudian pergi ke Jakarta. Di kota ini Mr. Iwa Kusuma Sumantri bekerja lagi sebagai advokat bersama Mr. A.A. Maramis, pemimpin pergerakan nasional pula. Dalam perjuangan selanjutnya, Mr. Iwa kemudian diangkat menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Setelah Indonesia merdeka, Iwa Kusuma Sumantri diangkat menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan pada Kabinet RI pertama yang dipimpin Presiden Soekarno. Setelah itu dia beroposisi terhadap Kabinet Syahrir, dan melibatkan diri dalam Peristiwa 3 Juli yang menyebabkannya ditangkap bersama tokoh-tokoh lainnya, seperti Tan Malaka, Mohammad Yamin, Sukarni, dan sebagainya, dan dipenjara selama satu setengah tahun di Jawa T i m u r , Y o g y a , d a n M a g e l a n g . Dalam autobiografinya dia mengakui tak sejalan dengan politik pemerintah waktu itu. Dia lebih sejalan dengan perjuangan rakyat yang revolusioner, seperti Persatuan Perjuangan yang dipimpin Tan Malaka. Iwa tak setuju dengan tindakan Syahrir yang melakukan diplomasi (kompromi) dengan P e m e r i n t a h B e l a n d a . Mereka akhirnya diberi grasi oleh presiden pada 9 Agustus 1946, dan direhabilitasi namanya karena tak terbukti bersalah. Saat Belanda melancarkan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948 dan menduduki Kota Yogyakarta, Iwa ikut ditangkap bersama Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Mereka baru d i l e p a s k a n s e t e l a h p e r j a n j i a n R o e m - R o y e n . Pada 1949 Iwa bergabung dengan Partai Murba yang didirikan Tan Malaka pada 7 November 1948, tetapi tidak menjadi anggota resmi. Ketika menjadi anggota DPR, Iwa tak mewakili Parta Murba, melainkan masuk dalam fraksi Progresif. Meski demikian, Partai Murba lah yang menyokongnya hingga menjadi menteri pertahanan pada masa Kabinet Ali Wongso-Arifin yang dibentuk pada 1953 di bawah pimpinan Perdana Menteri Mr Ali Sastroamijoyo. Bebannya cukup berat, karena sebagai Menhan dari sipil dia harus menghadapi pemberontakan daerah seperti DI/TII di Aceh dan Jawa Barat. Iwa menentang pemberontakan itu, tapi juga tak menyetujui sikap pemerintah yang “Jakarta sentris�. Masalah ini diperberat dengan tuduhan komunis yang dialamatkan kepadanya oleh orang-orang yang tak setuju dengan kebijakannya. Tuduhan itu baru mereda setelah ada pembelaan dari Presiden Soekarno. Iwa sendiri kemudian memberi penjelasan melalui autobiografinya yang dia tulis pada 1971, dia menyatakan dirinya bukan komunis. Dia malah pernah mengecam komunis sebagai refleksi dari rivalitas antara PKI dan Murba. Setelah Kabinet Ali Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya pada 1955, Iwa nonaktif dari politik. Dia pulang kampung dan aktif di Badan Musyawarah Sunda. Karier politiknya ternyata masih berlanjut. Dia menjadi anggota Dewan Nasional yang baru dibentuk Presiden Sukarno, menjadi Presiden (Rektor) pertama Universitas Padjadjaran Bandung, dan kemudian menjadi Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Terakhir dia diangkat sebagai menteri negara pada 1962, dan berakhir sampai 1966. Pada 1971 Iwa Kusuma Sumantri dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena menderita 90 penyakit jantung. Setelah beberapa waktu dirawat,
pada 27 September 1971, pukul 21.07, dia meninggal dunia. Sesuai pesannya sebelum meninggal dan permintaan keluarga, dia dimakamkan di Pemakaman Karet.Iwa Kusuma Sumantri yang punya nama samaran S. Dingley, pernah dilupakan pemerintah orde baru. Pada masa pemerintahan Megawati, namanya kemudian diakui sebagai pahlawan nasional. Atas jasa perjuangannya Prof. MR. RH. Iwa Kusuma Sumantri dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional dengan SK Presiden RI No. 073/TK/2002 tanggal 6 November 2002.
Foto diatas menunjukan sebuah banner besar yang dipasang di space iklan dipinggir sebuah Jalan Raya besar di Ciamis, di banner itu ada poster bertemakan patriotisme dengan judul “PAHLAWANKU KEBANGGANKU” (Gugur Berjuang Untuk INDONESIA) Lengkap dengan potret lukis Pahlawan Nasional Indonesia (Cut Nyak Dhien, Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Sultan Ageng Tirtayasa) , tujuan dari pemasangan poster ini sangat baik guna meningkatkan rasa nasionalisme warga juga kecintaan terhadap pahlawan nasional, tidak ada yang salah memang namun menurut saya alangkah baiknya potret Pahlawan Nasional yang berasal dari Ciamis (Iwa Kusumasumantri Misalnya) juga seyogyanya bisa dipasang di banner itu, mohon ampun bukannya saya mengkerdilkan dan tidak menghargai jasa Pahlawan2 yang dipampang di poster tapi toh apa salahnya jika Bapak Iwa juga bisa disejajarkan dengan mereka, karena setidaknya kita ada ikatan teritorial dengan beliau sama-sama lahir di tanah yang sama yaitu Ciamis, juga untuk memperkenalkan pada warga pada umumnya bahwa Ciamis juga punya loh Pahlawan Nasional tapi sayang di tanah kelahirannya sendiri Bapak Iwa kalah populer dengan Pahlawan2 Nasional dari daerah lain, dan coba tebak dimanakah Banner raksasa diatas itu dipasang ? Yaa tepat sekali ! Banner diatas dipasang dipinggir Jalan Raya di Ciamis yang tidak lain tidak bukan nama jalan itu adalah “JL. MR. IWA KUSUMA SUMANTRI !”
91
Kajian Komik Singkat (1) Oleh : Fiqi Barkah Berhubung dengan Atur Frekuensi Zine #5 memuat lumayan sedikit komik dari kontribusi kawan-kawan, maka dengan ini ada artikel tulisan seorang teman juga yang membahas kajian komik singkat :)
I
ni Tulisan saya tahun 2014, kalo gk salah :P Untuk artikel yang 1 ini saya coba memberikan beberapa informasi tentang kajian komik secara simpel, menurut saya sedikit sekali perbincangan dan wacana tentang komik di dalam media zine.
Pada dasarnya komik sama aja sih dengan media-media yang lain, sama seperti Koran, televisi, dll. Beberapa kalimat di tulisan ini saya merangkumnya dari desertasi Seno Gumira dan sumber lainnya.
Komik sendiri merupakan media yang cukup popular di Indonesia, tapi paling sedikit diperbincangkan sebagai suatu gejala kebudayaan. Sejauh ini jumlah kajian komik di Indonesia sangat tidak seimbang dibandingkan popularitas ataupun usia keberadaan komik itu sendiri.
Padahal keberadaan komik local udah ada dari tahun 1931, surat kabar Sin Po memuat komik strip bersambung berjudl Put On karya Kho Wan Gie. Trus ada komik strip Mentjari Poetri Hidjaoe karya Nasroen A. S. di lembaran mingguan Ratoe Timoer sejak 1939.
Kalo dihitung-hitung udah 80 tahun lebih ya keberadaan komik di Indonesia. Pernah tebit kajian ilmiah komik Indonesia karya Marcel Bonneff (seorang Prancis) berjudul Les Bandes Dessinees Indonesiennes, di uji di Prancis tahun 1972, terbit tahun 1976. Trus baru diterjemahin ke bahasa Indonesia tahun 1998.
Tahun 90-an itu masa dimana saya senang membaca komik Marvel, DC, Manga. Kalo lokal palingan komik strip di Lembegar Pos Kota, komik-komik Tatang S. petruk dan gareng yang biasa saya beli di abang penjual mainan yang mangkal depan sekolah.
Nah dulu saya punya nih bukunya Marcel Bonneff, belum kelar dibaca tapi sudah raib dari rak buku yang ada di kamar -__-. Di dalam buku Komik Indonesia keberadaan komik lokal itu sebagai gejala kebudayaan loh. Ntar kita bahas tentang komik lokal sebagai gejala kebudayaan.
92
Di luar dunia ilmiah, kehadiran komik ternyata kontroversial, ya dengan tingkat kepopuleran yang tinggi, tidak ada media lain yang begitu tidak diakui, direndahkan, dan dianggap menurunkan derajat intelektualitas seperti komik. Kalo katanya mas Arswendo Atmowiloto : â€œâ€Śtak ada yang banyak memancing pendapat ganda dalam abad ini selain bentuk komik. Di satu pihak ia digemari, digandrungi, dan tak mungkin dilarang, akan tetapi pada pihak lain, komik dianggap merusak bahasa, mengembangkan kemalasan membaca, dan meliarkan khayalan, serta deretan yang buruk serba kekerasan dan porno.â€? Nah coba deh kita pikir-pikir lagi posisi dan kehadiran komik di sekitar. Pendapat ganda di sini mungkin pendapat masyarakat tentang kehadiran komik itu sendiri kayanya ya. Kehadiran komik sungguh digemari, terlihat bagaimana menjamurnya komik luar dan lokal yang mengisi toko buku. Ada kursus kilat untuk bikin komik, dan peminatnya juga cukup banyak kok. Beberapa tempat kursus ngomik ini di antaranya Akademi Samali dan Carrot Academy. Untuk Akademi Samali ini lebih ke genre lokal, soalnya pendirinya Beng Rahadian Penggiat dan Aktivis komik lokal. Sedangkan Carrot Academy lebih ke genre komik Amerika dan Jepang, terlihat dari karakter komik yang sudah mereka buat. Dan juga menjamurnya event-event seperti PopCon Asia, Toys and Comics Fest, dan banyaknya diskusi-diskusi mengenai komik itu sendiri. Banyak juga komik dijadikan media edukasi untuk anak-anak, biasanya sih tentang pengetahuan umum dan juga sejarah. Untuk yang sisi lain dari komik yang dianngap negatif akan kita bahas di Kajian Komik Singkat (2)
93
Bigo (BIKIN GOBLOG !) Live Dipenuhi Viewer Dan Broadcaster Bodoh (Tulisan Curian Pilihan Oleh : Idontwannabeyou)
L
ive broadcast adalah sarana untuk berbincang dengan orang lain dari seluruh dunia dan juga untuk memperlihatkan hal hal yang unik atau indah dari seluruh dunia, dan juga ada yang dikhususkan untuk
orang dewasa. Live broadcast sudah bisa diakses melalui smartphone. Salah satu app live broadcast yang difavoritkan adalah bigo live. Namun tanpa disadari pengguna kebanyakan viewer dan broadcaster bigo itu cabul. Ada juga yang menggunakan apps live broadcaster ini dengan benar dan menampilkan sesuatu yang kreatif atau unik, tapi hanya beberapa user saja. User lainnya yang bodoh menyalah gunakan bigo seperti :
Sexual Behavior Sebelum kamu memulai broadcast, bigo akan memberikan syarat-syarat penggunaan aplikasi ini pada layar smartphone kamu, dan sangat jelas tertulis “No Sexual Activity”. Tapi yang terjadi? Dan yang sangat menggelikan adalah pernyataan si broadcaster yang sering buka-bukaan atau melakukan sexual behavior lainnya “gw udah sering banget di banned, ampe gw punya 4 akun dan keempatnya pernah kena banned, sumpah gw kesel banget sama bigo”. Sudah sering kena banned karena prilaku sexual tapi masih melakukan itu lagi, dan masih komplain ketika kena banned lagi. Sumpah, kok kamu cerdas sekali. Begitu juga dengan viewers, entah mengapa para viewers sering kali berharap bahwa broadcaster akan melakukan hal-hal yang seksi seperti sexual activity padahal bigo bukanlah merupakan aplikasi yang dikhususkan untuk dewasa. Ketika melihat broadcaster yang cantik sedikit maka viewers langsung berkata “open” atau “show” atau “buka” atau “dance” yang dengan niat lain viewers berharap sesuatu yang lebih hot. Jika broadcaster tidak menanggapi karena memang broadcaster tahu bahwa hal tersebut dilarang, maka viewers akan berkata “boring” atau “gak seru”. Lucunya lagi banyak viewers yang menghabiskan jutaan rupiah untuk mengirim gift ke broadcaster agar si broadcaster melakukan sexual behavior, tapi ujung-ujungnya si broadcaster di banned dan viewers pun hanya 94
menyaksikan beberapa menit saja. Ada banyak live broadcast atau live cam yang dikhususkan untuk dewasa atau 18+ dimana si broadcaster tidak akan terkena bann jika telanjang atau masturbasi bahkan melakukan sex. Viewers di adult live cam tidak perlu mengeluarkan jutaan rupiah untuk melihat broadcaster telanjang. Mengapa melakukan hal tersebut yang memang bukan tempatnya. Tentu saja bigo live akan bertindak dan viewers yang mengeluarkan banyak uang tidak akan menyaksikan banyak. Internal Problem Kadang saya menemukan broadcaster yang sedang menangis lalu mulai membicarakan masalahnya bahkan kadang membeberkan aib keluarganya sendiri. OMG itu kan masalah internal yang semua orang tidak perlu tahu. Ada juga broadcaster yang sedang membicarakan broadcaster lainnya yang tidak disukainya, saya rasa viewers pun tidak perlu tahu masalah pribadi tersebut. Lebay Banyak sekali broadcaster dan viewer yang lebay seperti, mulai membuat grup dan mulai membicarakan grup lainnya, ada broadcaster yang ingin keluar dari grup lalu si pembentuk grup dan member nya mencoba membuat si broadcaster bertahan, dan berkata “kamu udah aku anggap adik aku sendiri, kalau kamu keluar dari grup ini cuma karena si A tidak diterima di grup ini sama aja kamu menghina semua member grup ini” dan si broadcaster pun berkata “aku mau uninstall bigo aja, aku cape diginiin terus” Entah apa yang dimaksud, tapi ya tentu saja lebay. Ada viewers yang merasa sudah memberikan gift sangat banyak, lalu ketika si broadcaster sedang menanggapi viewers lain maka si pemberi gift yang banyak ini cemburu bahkan marah. Ada juga viewers yang chat nya tidak pernah ditanggapi oleh broadcaster lalu si viewer akan memulai drama yang sangat menyedihkan, padahal kalau broadcaster tidak menanggapi ya sabar saja, atau cari broadcaster lain dengan viewers yang tidak terlalu banyak. Sangat lebay sekali. No Brain Saya pernah melihat lihat bigo live di region Russia, brazil, USA, dan lainnya. Ketika sedang berbincang dengan broadcaster dari Russia ada banyak sekali viewer dari indonesia, india, dan arab yang mengirim text open, open leg, open bra, show, bla bla bla. Dan nama-nama dari viewer tersebut menggunakan nama arab atau nama tersebut bertuliskan huruf arab. Lalu si broadcaster pun bertanya “why you muslim people always ask something naughty?”. Tentu dengan kebodohan viewers tersebut akan merusak citra islam. Saran saya jika kamu seorang muslim yang nakal atau non muslim yang memang sengaja menggunakan nama seperti Ali, atau El Aziz, Atau Mehmed, dan sebagainya tolong ganti nama tersebut dengan nama lain misalnya “IamAssHole”.
Tempatkanlah sesuatu pada tempatnya. Bigo bukanlah tempat untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Jadilah broadcaster dan viewer yang cerdas jangan goblog !.
95
KABAR PERGERAKAN LOKAL
96
“MARLAM (Majelis Sore Malam)�
M
ajelis Sore Malam atau disingkat Marlam adalah suatu ruang diskusi yang digagas oleh 2 penulis yang merupakan suami istri yaitu Toni Lesmana dan Wida Waridah juga kawan-kawan seniman Teater dari Teater dan Tarian Mahesa Ciamis (TTMC) diantaranya Ridwan Hasyimi sebagai Direktur yaa satu-satunya jabatan yang ada di komunitas non-organisasional ini. Yang menjadi bahan diskusi disini hanyalah cerpen namun kelanjutannya bisa melebar kemanamana bahkan terkadang keluar dari substansi isi cerpen itu sendiri dan ini adalah hal yang wajar karena jama'ah yang hadirnya pun beragam dimulai dari Sastrawan, Penerbit, Penulis, Musisi, Aktor Teater, Seniman, Jurnalis, Mahasiswa-mahasiswa aktivis di HMI dan PMII hingga Ustad dan Waria juga menjadi Jama'ah Marlam, namun mempunyai satu ketertarikan yang sama yaitu berdiskusi. Inilah asyiknya ketika yang hadir lumayan heterogen dimana segala sudut pandang yang berbeda dari setiap kepala memaparkan pandangannya menyoal tentang cerpen yang dibaca, memang cerpen adalah cerita pendek tapi diskusi dan obrolan di Marlam tidak sependek itu, yaa bisa panjang ceritanya dari sore hingga larut malam tak henti kami bertukar pikiran dan gagasan bahkan di beberapa pertemuan Marlam, diskusi baru bisa dihentikan setelah adzan Shubuh berkumandang. Di Marlam inilah akan terbentuk dengan sendirinya jejaring perkawanan dan ruang heterogen seperti inilah yang lambat laun akan menghilang jika tidak dibangun, maka kawan-kawan di Marlam inilah yang kemudian (gerakannya) beririsan dengan wilayah isu-isu di sekitar mereka. Saya pikir jama’ah Marlam yang hanya baca dan diskusi cerpen nggak masalah dan mereka juga manusia yang punya urusan sosial di luar sana. Nah, bagaimana kemudian outputnya dari Marlam ini terserah pada individu masing-masing mesti melakukan hal nyata seperti menulis, berkarya, dll. (berat mungkin wkwk). Marlam diadakan setiap dwi mingguan sekali marilah hadir dan tadarus cerpen bersama kami, dan 3 pertemuan terakhir #16, 17, 18 Marlam beranjak dari pembacaan cerpen menuju Novel :). CP : 085793434180 (Wida Waridah)
97
“RUANG DISTORSI”
A
dalah suatu ruang kolektif independen mandiri yang digagas oleh sekumpulan pemuda tukang nongkrong didalam dan pelataran Distro Metal Gear, dengan semangat DIY (Do It Your Self !) “RUANG DISTORSI” mengajak setiap mereka yang hadir mereduksi ruang lama yang terbuang, dimana kita berdesak-desakan menyaksikan band2 Metal, Punk, Hardcore, Grind, Grunge dan segenap family dengan performance musik distorsi di ruang sempit studio pinggiran kota Ciamis jauh dari hingar bingar dunia dan tanpa ada Guest Star yapp semua sama ! , Tidak lupa instalasi lapakan rilisan2 fisik dari Tshirt, CD, Kaset, Vinyl, Stiker dll. sederhana nan menggairahkan di setiap kali acara, juga ada sajian makanan vegan berlabel “Food Not Bombs” siap dilahap hingga tetes kopi terakhir. Terakhir “RUANG DISTORSI #2" usai diadakan 1 bulan yang lalu, info lebih lanjutnya :
98
“MAJELIS ILMU MAIYAH | lINGKAR DAULAT MALAYA�
M
aiyah, sebuah forum diskusi yang sangat sederhana, semua ilmu dielaborasi bersama, tidak ada jarak yang begitu jauh antara audiens dengan narasumber, bahkan seringkali podium atau panggung hanya berjarak beberapa centimeter saja dari jamaah. Jamaah duduk lesehan, duduk menekun berjam-jam, sesekali menikmati kopi atau teh untuk mengambil jeda, menikmati sajian musik Gamelan KiaiKanjeng atau penampilan dari seniman yang hadir. Tidak sedikit bahkan yang rela berdiri lebih dari 3 jam agar tetap menikmati kekhusyukan forum. Maiyah adalah sebuah forum yang sudah berlangsung cukup lama, telah melalui proses dan perjalanan panjang. Bukan hal yang mudah tentunya menjaga sebuah kontinuitas berjalannya forum diskusi yang sangat cair ini. Begitu cairnya Maiyah, bahkan Maiyah disebut sebagai sebuah laboratorium ilmu yang sangat unik. Maiyah dalam arti yang lebih spesifik juga bisa disebut sebagai Lembaga Pendidikan yang tentu saja tidak berupa lembaga yang sangat formal seperti lembaga pendidikan kebanyakan saat ini. Tidak ada formulir pendaftaran, tidak ada syarat-syarat khusus untuk menjadi jamaah maiyah, tidak ada iuran bulanan yang harus dibayarkan. Letak keunikan Maiyah ini salah satunya adalah terjaganya semangat kesadaran bersama bahwa semua orang yang hadir berhak untuk berbicara. Semua yang hadir berhak untuk mengemukakan kebenaran menurut versinya masing-masing dan tidak ada paksaan untuk menyetujui atas pendapat yang dikemukakan. Semua orang memiliki kebebasan yang sama untuk menentukan setuju atau tidak setuju. Maiyah di Ciamis diadakan satu bulan sekali mari mengaji bersama ! CP : 081218372717 (Deni Weje)
99
100
THINGKING MOSH HARDCORE Berdiri :18 Desember 2013 Genre : Punk/Hardcore/street comedy Anggota Band : Yogaswara (Vocalist) Akbar Muttaqin (Guitarist) Iqbal (Bassist) Alvin (Drummer) Kota Asal : Sweet City,Ciamis Label Rekaman : For morality Cek on REVERBNATION.COM/THINKINGMOSH Hello guys~ This is Band from Sweetcity HC #young #strong and #always young :) :* 101
STRIKES DOWN
S
TRIKES DOWN terlahir di kota kecil yang mempunyai julukan “kota manis” yaitu Ciamis, Jawa Barat, kami terlahir dari suatu pertemanan dan akhirnya kami memutuskan untuk membentuk sebuah band ber-genre Hardcore STRIKES DOWN terbentuk pada 2012 lalu dengan formasi awal : Yunita (Vocal), Yopi (Gitar), Ali (Bass) dan Irfan (Drum) single pertama rilis pada tahun 2012 berjudul “Hancurkan” dan alhamdulillah mendapatkan respon positif dari para pendengar musik cadas. Pada tahun 2013 Yunita mengundurkan diri karena kesibukan pendidikan dan posisi vokal digantikan oleh Poppy, seorang gadis enerjik dan memilik karakter yang tidak jauh dengan Yunita dan bergabunlah Poppy hingga saat ini. Pada pertengahan tahun 2015, Ali mengundurkan diri karena kesibukan pekerjaan dan harus pergi ke luar kota, unutk sementara posisi bass diisi oleh Diez dari Death For Revenge. Pada pertengahan tahun 2016 kami berangan-angan untuk membuat sebuah karya dalam bentuk rilisan fisik (Album), pada akhir 2016 kami pun memutuskan untuk masuk dapur rekaman, proses yang mebuat kami lelah mengorbankan materi, tenaga, dan waktu, proses yang kami nikmati di sela-sela kesibukan masing-masing dan akhirnya proses itu pun terbayarkan dengan terealisasikannya album pertama kami ini dalam bentuk rilisan fisik (Album) Yang berjudul “RESIST RACISM” CP : 085321191062 - IG : STRIKESDOWN - FB : STRIKESDOWN
102
RINDU SVASTIMUKHA SEMU Genre / Est : Alternative, noiserock/ 2013 Personil : Rifki Syarani ( Vox & Lead Guitar ) Hamdan ( Vox & Rhytm Guitar ) Rizki Fadlani ( Bass ) Ryan Tiro ( Drum ) Farhamsyah (Noise Box Player)
K
omposisi band ini sedikit agak seram namun senantiasa lebay, aksi panggungnya yang selalu liar adalah ritual wajib dalam setiap penampilannya. Adegan paku" gitar, banting"an kerap dilakukan band dengan proposisi musik yang gak jelas. Dengan sound yang lebih kemayu dari beberapa band yg mengusung genre Alternative ataupun psychedelik grunge, noiserock ala ala seattlesound. Wajib untuk mendengarkan wave dari musiknya yang amburadul, menyemenye dan alay. Kabar terakhir band ini pula memiliki wacana akan mengusung pula hybrid art dalam aksi panggungnya. Maka daripada itu silahkan caci maki. Media Sosial : Facebook : Rindu Svastimukha Semu facebook.com/rindusvastimukhasemu Soundcloud : https://m.soundcloud.com/rindusvastimukhasemu
103
DISSECTING Dissecting band project baru berasal kota ciamis, mengusung genre death metal/brutal death metal. Digawangi oleh diez (vocal) , additiya (gitar) dan robby ( drum ) , cek demo track nya di link di bawah ini . Instagram : @dissecting_official Facebook : www.facebook.com/dissecting Link download demo track : https://m.soundcloud.com/dissectingofficial Video demo track : https://youtu.be/aVlTmLzdrAQ
104
MOVES SCARY Berdiri : 5 Mei 2011 Genre : Melodic Punk, Pop Punk Anggota Band : Hamdan K S [Vocalist] @hamdanwasyukron | Ryan T [Guitarist] @Ryantiro | Galih T P [Bassist] @wowgalih | Azhar F K [Drummer] @azayikc | Kota Asal : Ciamis, West Java, Indonesia Afiliasi : SCHC Crew, For Morality, Ciamis Pride, Atur Frekuensi Zine and blabla.. Deskripsi Singkat : Melodic Pop Punk from Sweet City Ciamis | CP : (yusuf) 769E5B8D | Follow us @MOVESSCARY on twitter | check our song at www.reverbnation.com/movesscary Kami terbentuk pada tahun 2011 dengan bealiran pop/punk, Melodic Punk, Punk . Personil Band ini masih berstatus pelajar dan kami mengutamakan pendidikan pokonya No.1 !!! http://soundcloud.com/movesscary(SoundCloud) http://twitter.com/movesscary(Twitter) Situs Web : http://movesscary.tumblr.com Kontak Pers769e5b8d email : movesscary@gmail.com
105
KILLMEMOM Didirikan :17 Desember 2010 Genre : Hardcore Anggota Band : at Microphone as FAWSKY at Drum as CIBEY at 6 Strings as SANSAN at 4 Strings as LEGI (additional) JANGAN JADI KACANG YANG LUPA KULITNYA : killmemom.mail@gmail.com http://www.reverbnation.com/killmemom cp: +6285691935798 PIN 752CCBBB http://killmemomxhc.tumblr.com/ Didirikan :17 Desember 2010 Genre : Hardcore ermula dari kesamaan hoby bermusik dari anak-anak nongkrong yang memiliki inisiatif melakukan pergerakan nyata, melawan kemalasan dan berusaha melakukan sesuatu yang bermanfaat dengan berkarya. Sebagai salah satu pergerakan yang nyata KILLMEMOM merilis mini album yang bertajuk “LIFE FOR STRAIGHT” dengan daftar lagu: 1.Straight Edge warriors 2.Ready To Go 3. Life For Straight 4.Sweet City Hardcore Crew (SCHC) 5.Hardwork 6.Leave or Stay 7.Let's Move It
B
106
STAND UP COMEDY CIAMIS (Stand Up Indo Ciamis)
S
tand Up Indo Ciamis merupakan salah satu bagian penting dari mahakarya yang berangkat dari getir nya kehidupan, resahnya pengalaman, dan gelisah nya pemikiran. Kehidupan , pengalaman dan pemikiran tertuang dalam naskah yang dibalut secara jenaka sehingga memberikan sisi lain dari informasi dan memberikan sudut pandang lain dari apa yang biasanya orang lihat dan orang dengarkan. Stand Up Indo Ciamis menawarkan kejenakaan, memberikan suasana yang penuh dengan canda tawa karena tujuan awalnya untuk mengkangkat isu isu menyampaikanaspirasi (Stand Up For What You Believe), menjembatani ide-ide dan menyuguhkan pemikiran sehari-hari yang dekat dalam kehidupan yang jarang diperhatikan menjadi patut untuk ditertawakan. Salah satu informasi yang disampaikan mengenai sudut pandang bermasyarakat, berprilaku sosial, dan bersikap di hapadan khalayak ramai. Seperti apakah penyampaian ide-ide tadi? Jawabannya hanya dengan menyaksikan Stand Up Indo Ciamis. Stand Up Indo Ciamis berdiri atas dasar kepedulian, pemikiran yang sama dan yang paling penting karena rasa cinta kebahagiaan masyarakat Ciamis, Stand Up Indo Ciamis sendiri di resmikan pada tanggal 26 Desember 2015 dengan misi utama adalah untuk mengantarkan masyarakat Ciamis ke depan pintu gerbang keceriaan (wuanjerrr). Adapun beberapa orang yang peduli akan hal itu, adalah orang-orang ini : Founder sekaligus Bupati : M.ichsan Maulana jumlah komika aktif ada 13 orang diantaranya : Aldy Setiaman, Wildan Firdaus, Azmy Rancu, Zam-zam Al-Ghiffari, Kurnia Saputra, Hedi Permana, Anwar, Arief Rachman, Aris, Diki, Mochammad Arief, Rusydan Firdaus, dan Dimas Fitriana Muhamad Setiap malam sabtu kami rutin mengadakan open mic di Serambi (Jl. Arya Janggala No.22 depan Sfakultas Teknik Universitas Galuh) silahkan kalo mau nonton gratis !!! jajan bayar !!! hahaha, More Info : CP : 089693597245 , Bbm : D2C8CFBD , IG : @standupindo_ciamis , Twitter : @standupindoCMS
107
METAL GEAR DEATH MERCH (Official Music Merchandise Store) JL. GALUH 1, ALUN ALUN CIAMIS (SAMPING PERPUSTAKAAN DAERAH CIAMIS)
Metal Gear menjual merchandise UNDERGROUND original ecer & Grosir. Menerima reseller & bisa Dropship dengan pengiriman ke seluruh Indonesia Jam Kerja Senin-Sabtu 09.00-20.00
TEXT / CALL / WA / BBM : 089652268666/082320307666/5973B875 Cek Katalog Lengkap : www.facebook.com/metalgear.deathmerch IG : @metalgearmerch E-mail : metalgeardeathmerch@gmail.com Web : http://metalgear.deathmerch/
108
RAM SUNDANESE MERCHANDISE
A
dalah sebuah produk yang mengangkat kekayaan, keunikan dan kearifan lokal budaya Sunda kedalam bentuk kaos dan berbagai barang bernuansa budaya serta berbagai kerajinan tangan hasil kreatif lainnya. Dengan mengedepankan konsep budaya dan nuansa Sunda sebagai ciri dalam setiap produk, dengan tujuan agar seni budaya dan kearifan lokal Sunda dapat dikenal, diterima dan lebih dicintai oleh generasi muda masa kini. Dengan design dan kemasan menarik serta tetap menjaga kualitas dalam pemilihan setiap bahan yang kami gunakan, kami berusaha sebaik mungkin agar setiap produk yang kami keluarkan bukan hanya menarik dari segi tampilan, lebih dari itu kami berharap setiap produk yang kami keluarkan bisa memberikan pengetahuan tentang kekayaan budaya lokal Sunda baik dalam bentuk seni tradisi, alam, artefak, benda pusaka atau kata-kata berbahasa Sunda yang kami cantumkan dalam setiap produk, sehingga timbul kecintaan dan rasa memiliki terhadap kekayaan budaya sendiri yang memiliki filosofi dan nilai-nilai luhur warisan leluhur. "MÊrÊ ciri ku tradisi ngigelan jaman kiwari" sebagai selogan yang memiliki arti : Memberikan ciri dengan konsep tradisional agar dapat bersaing dan sesuai dengan perkembangan jaman saat ini. Terima kasih, semoga setiap produk yang kami persembahkan bisa diterima oleh semua kalangan sebagai wujud nyata karya sederhana persembahan dari kami untuk bangsa dan tanah air tercinta. "Hurip Sunda, Rahayu Salawasna !�
Alamat Toko : JL. RE. Martadinata samping Univ. Galuh Ciamis Tlp/ WA : 085216843000 BBM : D274392B Line : ram_sundanese Twitter : @ram_sundanese Instagram : @ramsundanese 109
KENTJA PRESS (Penerbit Buku Alternatif!) Small Press, Self Publishing, Indie Book Ciamis, Shelf Publishing, E-Book, Buku Baru, Buku Lawas, Buku Sosial Humaniora, Konsultan Buku. CP: 085861777326 Pin BB : D5AA1936 / D0D94120 E-mail : kentjapress@gmail.com 110
www.musikbawahtanah.org
INSTITUT KOCLAK (Kedungpanjang Ciamis)
Bayam Crispy (BAYAMKU) Untuk Pemesanan Bisa Melalui : WA : 083870003530 IG : bayamku
111
KITA KEPING Oleh : Fany Triyani Kita keping Yang dipisah satukan semesta Kita saling mencinta sudut dunia Kau dengan senjamu Dan aku dengan malamku Berlamalama waktu membentang jalan bagi ingat Menyudutkan diri dalam ruang sendiri Ya, kita samasama gila Gila dalam aksara dan warna Sebab sunyi telah dilukiskan katakata Dan katakata hanya bisa menggambarkan lukanya pada semesta Semesta yang menitipkan gilanya di tubuh kita Kita tak perlu lagi nama Sebab kita ialah semua nama yang diingin semesta Kita pernah menjadi laut, menjadi gelombang, menjadi angin, menjadi api, menjadi hati, menjadi mata, menjadi telinga, menjadi bibir, menjadi rambut, menjadi gelap dan cahaya Itulah sebab kita gila Sebab tubuh telah menjafi semesta Menjadi ladang bagi imaji yang lapang 2016
Comic Strip | by : PUPUTPAP | Pasuruan 2016
112
DISANGKANA ALUS MEUREUN KIKTUAN TEH ! ATUR FREKUENSI ZINE #5 EDIT TATA LETAK DESAIN COVER & PENGARAH FOTOCOPY OLEH AZMY RANCU
BLOG FACEBOOK E-MAIL CALL/SMS BBM DI PRINT DI
: : : : : :
WWW.ATURFREKUENSI.BLOGSPOT.COM ATUR FREKUENSI ZINE ATURFREKUENSI@GMAIL.COM 085315857131 7ED1B918 CIAMIS, JAWA BARAT INDONESIA
HAK CIPTA BEBAS MERDEKA, SETIAP KAMU, IYA KAMU HEY YANG BACA ZINE INI DIANJURKAN UNTUK MENGKOPI, MENCETAK, MENGGANDAKAN DAN MENYEBAR ISI SERTA MATERI DIDALAMNYA COPY IS RIGHT 2017
BANTU PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI SERTA PENYEBARAN PENGARUH ZINE INI DI SOSIAL MEDIA DENGAN FOTO-FOTO ATAU APAPUN WKWK TERIMAKASIH. 113
“Apa maumu ? Katakan saja ... Bila kau bosan, kau marah, kau benci katakan saja ...� -Nike Ardila-
COPY IS RIGHT 2017