i
Letter of Interest Kepada Yth. Yayasan Tifa di Tempat Dengan Hormat Bersama ini kami sampakan keinginan kami dari Komunitas Banyore untuk melaksanakan Penelitian “Peran Aktivisme Digital Kelompok Muda dan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Gerakan Sosial di Indonesia”. Dokumen pelengkap yang kami lampirkan adalah: 1. Proposal 2. RAB 3. Instrumen Kami bersedia untuk mempresentasikan dan memberikan penjelasan yang lebih lengkap. Demikian surat keminatan ini kami kirimkan, atas perhatiannya kami haturkan terima kasih
Salam, Tim Komunitas Banyore
ii
Daftar Isi Letter of Interest .........................................................................................................................ii Daftar Isi .................................................................................................................................. iii A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1 B. Metodologi Penelitian......................................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 4 D. Prinsip-Prinsip Penelitian ................................................................................................... 4 E. Tahapan Kegiatan PAR ...................................................................................................... 5 F.
Instrumen ............................................................................................................................ 6
G. Para Pihak ......................................................................................................................... 17 H. Time Line Kegiatan .......................................................................................................... 26 I.
RAB .................................................................................................................................. 26
J.
Lampiran CV Tim Komunitas Banyore ........................................................................... 31
iii
A. Latar Belakang Penelitian ini mendalami aktivitas diplomasi digital dalam Peran Aktivisme Digital menjadi media untuk melihat gerakan didalam masyarakat, baik itu sosial maupun politik, dari sisi sejarahnya aktivisme digital dilakukan pertama kali ketika tahun 1994 hingga berkembang dengan dibarengi globalisasi dan modernisasi. Perkembangan pesat terjadi di masa penggunaan teknologi menjadi suatu keharusan seperti saat ini, media sosial sudah menjadi budaya masyarakat dunia dengan adanya globalisasi media sosial menjadi hal yang lumrah dan sering kita jumpai, media sosial memberikan dampak yang sangat positif, dampaknya mendorong pertumbuhan demokrasi ke arah yang lebih baik dalam menjalankan kebebasan berpendapat dan menyuarakan hak-suatu golongan ataupun individu bahkan masyarakat luas. Gerakan sosial merupakan gerakan yang dilakukan oleh tindakan kolektif, atau collective action, Menurut Macionis (1999:607) megutip dalam buku, bahwa gerakan sosial merupakan hal penting dari tindakan prilaku kolektif (Sukmana, 2016) sementara itu menurut Spencer (1982:504) mengenai gerakan sosial yang sependapat dengan Macionis mengatakan bahwa gerakan sosial merupakan upaya kolektif yang bertujuan untuk melakukan suatu perubahan dalam tatanan kehidupan yag baru (Sukmana, 2016:4), dimana gerakan tagar tersebut terjadi secara virtual bukan secara langsung berdemo dan turun kejalan dengan menggunakan atau bermodalkan ketikan jari ribuan orang , maka bisa menjalankan sebuah gerakan sosial, dan ini termasuk kedalam aktivisme digital, jadi perkembangan gerakan sosial dipengaruhi oleh teknologi, dengan adanya teknologi dapat membantu dan mempermudah sebuah gerakan sosial, dan hal ini termasuk kepada gerakan sosial baru dengan aktivisme digitalnya. Aktivisme digital merupakan suatu gerakan yang mengandalkan media sosial sebagai wadah untuk menyuarakan gagasan dan inspirasinya,terlebih saat ini dunia mengalami pandemic virus corona, menjadi gerakan secara langsung akan beresiko tertular virus,maka aktivisme digital saat ini menjadi pilihan yang tepat dalam menyuarakan hak-hak dan inspirasi. mengutip dari jurnal bahwa aktivisme digital merupakan aktivitas yang memberikan sebuah tekanan terhadap organisasi tertentu, serta krtik terhadap berbagai kebijakan pemerintah, aktivisme digital merupakan gerakan yang cukup mengeluarkan biaya murah dan jangkauannya yang luas , dan aktivisme digital digunakan untuk menarik dukungan terhadap isu yang digerakan, dalam ranah gerakan sosial (Meranti & Irwansyah, 2018). Seperti mengutip dari cnnindonesia. Petisi yang telah ditandatangani hingga 242 ribu orang, netizen minta agar Presiden Jokowi menaruh perhatian besar kepada kasus Baiq Nuril. Dan pada akhirnya Baiq Nuril mendapatkan Amnesti serta disetujui oleh DPR, DPR resmi menyutujui agar presiden Jokowi, memberi amnesti kepada terpidana UU ITE yakni Baiq Nuril. Akan tetapi akan sulit jika isu gerakan aktivisme digital mewakilkan golongan atau kelompok atau kepentingan banyak orang. Selain itu jika dilihat dari prilaku kolektifnya gerakan aktivisme digital tidak bisa bertahan lama, tidak terstruktur dan tidak mengenal satu sama lain, walaupun di satu sisi mereka menyuarakan hak yang sama, dan membawakan isu yang sama, akan berbeda dengan aktivisme secara konvensional, menurut Greene dalam buku (sukmana :2016). Aktivitas digital memberikan stimulus pada peningkatan Literasi digital yang saat ini menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia. Apalagi selama pandemi semakin 1
banyak aktivitas dilakukan secara daring. Konsekuensinya, pandemi telah menciptakan dorongan bagi lebih banyak orang untuk melindungi diri dan mengambil tindakan terhadap potensi bahaya daring. Anak muda memegang peranan penting dalam pengembangan literasi digital di Indonesia dengan 48% pengguna digital berusia 25-44 tahun. Penguatan literasi Pemerintah menargetkan untuk dapat menjangkau 50 juta orang melalui program penguatan literasi digital sampai dengan 2024. Itu berarti 12,5 juta orang per tahun mulai 2021. Kemenkominfo meluncurkan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) dan kampanye Makin Cakap Digital untuk mencapai tujuan tersebut sejak 2020. Kolaborasi pun menjadi kunci program GNLD. Banyak inisiatif lintas pemangku kepentingan telah diluncurkan untuk mendukung GNLD. Mereka yang terlibat, seperti organisasi pemerintah, sektor swasta, LSM, komunitas, dan key opinion leader. Dengan corak dan karakteristik setiap stakeholder, program GNLD menyiratkan kebinekaan Indonesia. Dari sejumlah inisiatif literasi digital yang dihelat di seluruh Indonesia saat ini, program yang menghargai heterogenitas dan mengambil kekuatan dari keragaman masyarakat dan nilai-nilai lokal, dapat membantu menjangkau audiensi baru dan mencapai hasil yang tidak diduga. Salah satu dari inisiatif tersebut ialah Jawara Internet Sehat. Inisiatif literasi digital yang diprogramkan bersama ICT Watch, Kemenkominfo, dan Whatsapp, menargetkan 60 duta muda (yang dipanggil Jawara) dari 28 provinsi di seluruh Indonesia. Aktivitas yang ada meliputi lokakarya, seminar, kampanye media sosial, dan podcast. Dahsyatnya 60 agen perubahan dapat membuat 108 program dan mencapai 43 ribu orang dalam waktu empat bulan. Hampir semua datang dari konsep kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas lokal. Fenomena-fenomena ini menunjukkan bahwa media digital punya peran dalam gerakan social hari ini. Hal ini berkebalikan dari keyakinan bahwa era digital melemahkan gerakan kolektif, karena ia membuat manusia jadi semakin individual. Menurunnya jumlah serikat pekerja serta minimnya minat pada parpol/ormas pada era digital tidak bias serta merta dianggap menunjukkan bahwa masyarakat apolitis. Hal ini juga bias mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk yang berbeda. Bagaimana media digital membentuk perubahan partisipasi dan aktivisme politik? Sejauh apa perbedaannya dengan pola organisasi tradisional? Bennet dan Segerberg menawarkan jawabannya dalam The Logic of Connective Action. Melangkah lebih jauh dari perdebatan antara media sosial sebagai agen perubahan vis-a-vis kritisisme terhadap clicktivism atau slacktivism, Bennet dan Segerberg merumuskan kerangka konsep baru untuk memahami dinamika aktivisme dalam ruang digital. Konsep ini disebut “connective action,” atau pola partisipasi individual berdasarkan konektivitas media digital. Ada tiga poin utama yang menjadi karakteristik connective action. Pertama, partisipasi politik dalam ruang maya berjalan dalam logika connective action yang berbeda dari logika klasik collective action ala Mancur Olson (1965). Dalam perspektif Olsonian, individu akan ikut dalam upaya kolektif jika ia punya insentif lebih dibanding sumber daya yang harus ia keluarkan. Karena itu, agar efektif, tindakan kolektif harus terkoordinasi, punya hierarki kepemimpinan dan strategi organisasi, ada ikatan keanggotaan, dan menanamkan identitas kolektif atau ideologi. Artinya, individu terlibat dalam aksi kolektif demi kepentingan kelompok.
2
Sebaliknya, dalam connective action, individu tidak perlu punya komitmen terhadap kelompok tertentu. Partisipasi bisa dilakukan tanpa perlu repot menjadi anggota. Secara ekonomi, insentifnya adalah kepuasan ketika ia mengekspresikan dirinya dalam arus jejaring sosial. Secara politik, yang menjadi ikatan adalah kesamaan preferensi personal. Dalam ruang maya, aktivisme politik bersifat cair, fleksibel, dan tidak mengikat karena dilakukan secara personal, tetapi terkoneksi satu sama lain oleh kepedulian bersama akan isu tertentu. Contohnya, mulai dari petisi daring, gerakan #KamiTidakTakut, kampanye perlindungan satwa, hingga wacana vaksin/anti-vaksin. Aksi-aksi ini umumnya hanya disatukan oleh kegelisahan dan keberpihakan terhadap figur atau isu tertentu, yang tersebar lewat jejaring sosial. Partisipasi menyebar secara getok tular, atau viral dari akun media satu ke lainnya, bukan lewat jalur koordinasi terpusat. Kedua, dalam media digital, partisipasi politik lebih menyerupai ekspresi personal individu dibanding aksi kelompok. Beredarnya tagar (hashtag) menjadi bingkai bersama sebagai penanda akan suatu isu, tetapi pemaknaannya bisa berbeda bagi setiap orang. Melalui bingkai ini, kita dapat terkoneksi, walaupun narasi, pandangan, dan makna yang diberikan bisa sangat personal, sesuai dengan aspirasi, harapan, keluhan, keyakinan, dan gaya hidup masing-masing. Bennet dan Segerberg mengajukan konsep personal action frame (berkebalikan dengan collective action frame) sebagai fitur sentral mobilisasi di ruang digital. Contoh personal action frame yang mereka jabarkan seperti “We Are the 99%” dalam Occupy Wall Street untuk mengedepankan isu ketimpangan global. Contoh di Indonesia yang relevan adalah gerakan #SaveKPK yang selalu mengemuka setiap adanya indikasi kriminalisasi KPK. Narasi tersebut memungkinkan setiap orang dilibatkan sebagai orang yang dirugikan oleh status quo dan menginginkan perubahan. Selain itu, bingkai yang inklusif memungkinkan orang untuk membuat aksi yang berbeda, dalam bentuk meme, slogan, video, tweet, blog. Ketiga, jejaring komunikasi menjadi inti pengorganisasian dalam ruang digital, menggantikan peran hierarki pimpinan dan keanggotaan. Media tidak hanya sebagai kanal, tetapi juga menyediakan struktur (dalam bentuk p;) untuk membentuk persepsi dan mengkoordinasi aksi. Mulai dari pertarungan wacana, debat kusir, penyebaran propaganda, pembuatan petisi, rekrutmen anggota, iuran dana, rapat dan koordinasi aksi dilakukan via bermacam aplikasi dan media sosial.
B. Metodologi Penelitian Participatory Action Research (PAR) adalah metode riset yang dilaksanakan secara partisipatif di antara warga masyarakat dalam suatu komunitas aras bawah yang semangatnya untuk mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif melakukan pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasaan (perubahan kondisi hidup yang lebih baik). Dengan demikian, sesuai istilahnya PAR memiliki tiga pilar utama, yakni metodologi riset, dimensi aksi, dan dimensi partisipasi. Artinya, PAR dilaksanakan dengan mengacu metodologi riset tertentu, harus bertujuan untuk mendorong aksi transformatif, dan harus melibatkan sebanyak mungkin masyarakat atau
3
anggota komunitas Kelompok Pemuda dan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Gerakan Sosial di Indonesia sebagai pelaksana PAR-nya sendiri. PAR merupakan kegiatan riset yang berbeda dengan metode penelitian ilmiah lainnya yang biasa dilakukan oleh para akademisi, lembaga survey, dll. Di dalam metode penelitian ilmiah pada umumnya seorang researcher menjadikan suatu kelompok masyarakat hanya sebagai objek yang diteliti untuk mendapatkan suatu inti permasalahan tanpa memberikan perubahan (transformasi) nilai di dalam suatu masyarakat tersebut. Di dalam kegiatan PAR, peneliti/praktisi PAR tidak memisahkan diri dari situasi masyarakat yang diteliti, melainkan melebur ke dalamnya dan bekerja bersama warga dalam melakukan PAR. PAR membahas kondisi masyarakat berdasarkan sistem makna yang berlaku di situ, bukan menurut disiplin ilmu tertentu di luar budaya masyarakat tersebut. PAR tak bisa lagi berposisi “bebas nilai” dan tidak memihak seperti yang dituntut ilmu pengetahuan sebagai syarat obyektivitas, melainkan harus memihak pada kelompok yang lemah, miskin, dirugikan, dan menjadi korban. Selain itu, PAR tidak berhenti pada publikasi hasil riset (laporan) dan rekomendasi untuk riset berikutnya, melainkan berorientasi pada perubahan situasi, peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat warga untuk memahami dan mengubah situasi mereka menjadi lebih baik. Sehingga dapat mendokumentasikan dan melibatkan sebanyak mungkin masyarakat atau anggota komunitas Kelompok Pemuda dan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Gerakan Sosial di Indonesia sebagai pelaksana PAR-nya sendiri.
C. Tujuan Penelitian Telaah ini dilakukan bertujuan: 1. Mengembangkan pemetaan terhadap tingkat literasi digital, variasi, instrument serta strategi aktivisme digital di kalangan kelompok muda dan organisasi masyarakat sipil dalam menanggapi dinamika social politik yang berkembang saat ini. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat serta menentukan indicator keberhasilan dalam aktivisme digital yang dijalankan oleh kelompok muda dan organisasi masyarakat sipil di Indonesia. 3. Menganalisis implikasi dan ruang perubahan aktivisme digital dalam pergerakan sosial yang dijalankan oleh kelompok muda dan organisasi masyarakat sipil. 4. Menyajikan temuan tentang praktik-praktik baik aktivisme digital muda untuk didiskusikan Bersama kelompok muda dan organisasi masyarakat sipil yang terlibat aktif dalam pergerakan sosial di Indonesia. Temuan-temuan tersebut nantinya akan digunakan dalam pengembangan modul pelatihan advokasi dan kampanye digital.
D. Prinsip-Prinsip Penelitian Pertama, prinsip Partisipasi. Prinsip ini mengharuskan PAR dilaksanakan separtisipatif mungkin, melibatkan siapa saja yang berkepentingan dengan situasi yang sedang diteliti dan perubahan kondisi yang lebih baik. Dengan prinsip ini, PAR dilakukan bersama di antara warga masyarakat melalui proses berbagi dan belajar bersama, untuk memperjelas dan memahami kondisi dan permasalahan mereka sendiri. 4
Prinsip ini juga menuntut penghargaan pada setiap perbedaan yang melatarbelakangi warga saat terlibat dalam PAR, termasuk penghargaan pada kesetaraan jender (terlebih jika dalam suatu komunitas warga perempuan belum memperoleh kesempatan yang setara dengan laki-laki untuk berpartisipasi sosial). Berbeda dengan riset konvensional, tim peneliti dalam PAR bertindak sebagai fasilitator terjadinya proses riset yang partisipatif di antara warga, bukan tim peneliti yang meneliti kondisi komunitas dari luar sebagai pihak asing. Kedua, prinsip Orientasi Aksi. Prinsip ini menuntut seluruh kegiatan dalam PAR harus mengarahkan masyarakat warga untuk melakukan aksi-aksi transformatif yang mengubah kondisi sosial mereka agar menjadi semakin baik. Oleh karena itu, PAR harus memuat agenda aksi perubahan yang jelas, terjadwal, dan konkret. Ketiga, prinsip Triangulasi. PAR harus dilakukan dengan menggunakan berbagai sudut pandang, metode, alat kerja yang berbeda untuk memahami situasi yang sama, agar pemahaman tim peneliti bersama warga terhadap situasi tersebut semakin lengkap dan sesuai dengan fakta. Setiap informasi yang diperoleh harus diperiksa ulang lintas kelompok warga/elemen masyarakat (crosscheck). Prinsip ini menuntut PAR mengandalkan data-data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti bersama warga di lapangan. Sedangkan data-data sekunder (riset lain, kepustakaan, statistik formal) dimanfaatkan sebagai pembanding. Keempat, prinsip Luwes atau Fleksibel. Meskipun PAR dilakukan dengan perencanaan sangat matang dan pelaksanaan yang cermat atau hati-hati, peneliti bersama warga harus tetap bersikap luwes menghadapi perubahan situasi yang mendadak, agar mampu menyesuaikan rencana semula dengan perubahan tersebut. Bukan situasinya yang dipaksa sesuai dengan desain riset, melainkan desain riset yang menyesuaikan diri dengan perubahan situasi.
E. Tahapan Kegiatan PAR No I
Tahapan 1. Membuat kelompok PAR 2. Membuat rencana PAR
Desain Proses Mengidentifikasi kelompok PAR yang akan berkontribusi pada kelompok sasaran: 1. Pembuat Kebijakan 2. Kelompok Muda 3. Organisasi Masyarakat Sipil Mengidentifikasi strategi role play 1. Peran 2. Proses Mengidentifikasi tujuan PAR berdasarkan Teknik pendekatan 1. Kebijakan yang berpengaruh 2. Perubahan yang diharapkan 3. Support system yang dibutuhkan
3. Pemetaan Wilayah
a) Letak Geografis (jalan, pintu masuk, letak), Demografis (sosial budaya setempat), Kantorkantor strategis (kantor polisi, RS, rumah tokoh masyarakat/tokoh agama, dll) b) Aktor-aktor penting dan relasi sosial (pihak pro,
5
kontra dan neutral) 4. Analisa Resiko (Peneliti dan kontak/mitra)
a) Membuat analisa awal kasus komunitas atau membuat LO awal. b) Mencari Kontak. c) Menyusun Strategi: a) Menyusun Rencana perjalanan b) Identitas penyamaran dan strategi pendukung (Jurnalis/Wartawan, Mahasiswa, Menjadi orang lokal/diupayakan mengerti sosial budaya setempat, Peneliti, Pedagang, Buruh, Strategi pendukung; membuat website, kartu nama, kop surat, surat tugas jika lapangan tidak beresiko. c) Menyusup; Membangun kontak dengan orang dalam
F. Instrumen Secara umum, metode PAR terbagi dalam dua tipe, yakni Eksplanatif dan Tematik. PAR Eksplanatif memfasilitasi komunitas/masyarakat untuk berpartisipasi dalam menganalisis kebutuhan, permasalahan, dan solusinya sebelum merencanakan aksi transformatif. Sedangkan PAR Tematik menganalisis program aksi transformatif yang sudah berjalan, sebagai alat evaluasi dan pengamatan (monitoring). Dengan memanfaatkan kekayaan riset-riset konvensional yang masih terus berkembang, PAR melengkapi diri dengan banyak metode dan alat kerja. Untuk mengumpulkan data lapangan dan menganalisisnya, PAR memiliki metode berbagi cerita (sharing), wawancara mendalam (in-depth interview) dan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD). Dalam FGD misalnya, partisipan atau informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja tertentu, misalnya pemetaan gagasan (mind mapping), diagram pohon masalah (problem tree), grafik kecenderungan (trend lines), matriks peringkat atau skala prioritas (ranking), dsb. Bahkan, penggalian informasi dari partisipan bisa dilakukan melalui permainan peran (role-play). Dalam dinamika tersebut, partisipan/informan berpeluang lebih besar mengungkapkan pengalaman, gagasan, dan refleksi mereka secara lebih terbuka karena terbantu dengan sejumlah alat kerja yang memudahkan pengamatan (visual) dan kegiatan yang dinamis/tidak kaku. Dinamika tersebut juga memudahkan fasilitator untuk mendorong sebanyak mungkin partisipan/informan berpartisipasi lebih aktif karena menggunakan kegiatan dan alat kerja yang bisa dipilih atas dasar kesesuaiannya dengan latar belakang budaya, pendidikan, dan pekerjaan partisipan/informan.
6
Bentuk Aktivitas Digital Clicktivism
Metavoicing Assertion
E-Funding Konsumerisme Politis
Petisi Digital
Botivism
Aktivisme Data
Eksposure
Kegiatan aksi yang dilakukan secara daring, sebuah respons spontan terhadap isu yang sudah ada, gerakan yang tidak memerlukan komitmen, tidak membutuhkan spesialisasi, mudah ditiru dan diproduksi kembali oleh publik, melibatkan sistem politik yang sudah ada, dan aksi individu yang independen terhadap suatu kampanye dan/atau ideologi politik yang lebih luas. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya. Pengumpulan dana secara online untuk gerakan social tertentu yang didukung Bersama Konsumerisme merupakan ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tanpa sadar dan berkelanjutan petisi adalah semacam dokumen pernyataan baik digital maupun cetak yang ditandatangani oleh banyak orang dan bermaksud meminta pemerintah atau kelompok resmi lainnya melakukan perubahan peraturan atau kebijakan tertentu. Botivist: platform yang menggunakan bot Twitter untuk menemukan sukarelawan potensial dan meminta kontribusi. Dengan memanfaatkan akun Twitter yang berbeda, Botivist menggunakan strategi yang berbeda untuk mendorong partisipasi. Ini dapat menggunakan produksi dan pengumpulan data digital, sukarela, terbuka untuk menantang hubungan kekuasaan yang ada. Ini adalah bentuk aktivisme media; Namun, ini tidak harus dikacaukan dengan slacktivism. Exposure merupakan paparan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Exposure dihasilkan oleh kinerja dari segitiga exposure. Apakah segitiga exposure itu? Segitiga eksposure adalah bagian - bagian penting yang menghasilkan exposure dalam kamera. Segitiga eksposure terdiri dari 3 komponen, diantaranya ISO, Shutter speed dan diafragma atau aperture. Sebelum membahas lebih jauh mengenai bagaimana cara kerja exposure atau bagaimana eksposure dapat dihasilkan, artikel ini akan membahas 7
dahulu masing - masing 3 komponen penting terciptanya sebuah eksposure diantaranya sebagai berikut : hacktivisme adalah sesuatu yang baru. Istilah ini pertama kali diciptakan pada tahun 1994, berkat kelompok yang dikenal sebagai Cult of the Dead Cow atau cDc, khususnya oleh anggota kelompok yang dikenal sebagai 'Omega'. Pada dasarnya, hacktivisme adalah metodologi untuk menggunakan hacking sebagai bentuk aktivisme politik atau sosial.
Hacktivism
Komunitas
Bentuk Aktivitas Digital
Media yang digunakan
Strategi
Nama Gerakan Sosial/Kampanye
Level
K/L/D Kaum Muda NGO lainnya
1) Instrumen untuk K/L/D Instrumen Bentuk Aktivitas Digital K/L/D
Tujuan Mengidentifikasi identitas peserta diskusi
Pertanyaan Sebutkan Nama, K/L/D, Jabatan Bapak/Ibu?
Mengetahui bentuk aktivitas digital
1) Sebutkan bentuk/jenis aktivitas digital yang telah dilakukan?
Mengetahui cara mengelola aktivitas digital
2) Bagaimana cara mengelola aktivitas digital yang telah dilakukan? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam aktivitas digital yang telah dilakukan? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas aktivitas digital yang telah dilakukan? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama untuk mewujudkanaktivitas digital yang telah dilakukan?
Mengetahui tantangan dan hambatan aktivitas digital Mengetahui kualitas dari aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak yang bekerja sama dalam aktivitas digital
8
Keterangan Pertanyaan digunakan untuk mendalami identitas peserta diskusi termasuk peneliti. Menerangkan bentuk aktivisme digital, contoh dan merangkum kegiatan tersebut dalam sebuah template Menjelaskan cara pengelolaan aktivitas digital yang telah dilakukan Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam aktivitas digital Menyampaikan usulan atau saran terkait memperbaiki kualitas aktivitas digital
Menjelaskan peran dari para pihak yang terlibat bekerja sama dalam aktivitas digital
Instrumen Media (Sosial Media) yang Digunakan K/L/D
Tujuan Mengidentifikasi bentuk media (sosial media) yang digunakan Mengetahui cara mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan dalam mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui cara memperbaiki kualitas pengelolaan media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui peran para pihak dalam pengelolaan media (social media) dalam aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan bentuk/jenis media (sosial media) yang digunakan dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara mengelola media (sosial media) dalam aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam mengelola media (sosial media) terhadap aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengelolaan media (sosial medial) dalam aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam pengelolaan media (sosial media) untuk mewujudkan aktivitas digital?
Keterangan Menyebutkan bentuk/jenis media (sosial media) yang digunakan dalam aktivitas digital Menjelaskan cara mengelola media (sosial media) dalam aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengelolaan media (social media) dalam aktivitas digital Menjelaskan peran para pihat terkait dalam pengelolaan media (social media) untuk mewujudkan aktivitas digital
Instrumen Strategi yang Dilakukan Dalam Aktivisme Digital K/L/D
Tujuan Mengidentifikasi strategi aktivitas digital yang digunakan Mengetahui cara mengelola strategi aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan menerapkan strategi aktivitas digital Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital Mengetahui peran para pihak terkait dalam menerapkan strategi aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan bentuk/jenis strategi dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara menerapkan strategi aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam menerapkan strategi aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam menerapkan strategi aktivitas digital?
9
Keterangan Menyebutkan bentuk/jenis strategi aktivitas digital
Menjelaskan cara menerapkan strategi aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam menerapkan strategi aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital Menjelaskan peran para pihak terkait dalam menerapkan strategi aktivitas digital
Instrumen Nama Gerakan Sosial yang Telah Dilakukan Dalam Aktivisme Digital K/L/D
Tujuan Mengidentifikasi nama gerakan sosial yang telah dilakukan dalam aktivitas digital Mengetahui cara mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Mengetahui cara memperbaiki kualitas gerakan social dalam aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak terkait dalam gereakan social melalui aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan bentuk/jenis gerakan sosial dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas gerakan sosial dalam aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama untuk mewujudkan kegiatan gerakan sosial dalam aktivitas digital?
Keterangan Menyebutkan bentuk/jenis gerakan social dalam aktivitas digital Menjelaskan cara mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Menjelaskan cara memperbaiki kualitas gerakan social dalam aktivitas digital
Menjelaskan peran para pihak terkait dalam gerakan sosial melalui aktivitas digital
Instrumen Level Kebijakan yang Dilahirkan/Dirubah/Direvisi K/L/D
Tujuan Mengidentifikasi level kebijakan yang dilahirkan/dirubah/direvisi terkait aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan level dari aktivitas digital?
Mengetahui cara megelola level kebijakan dalam aktivitas digital
2) Bagaimana cara mengelola level kebijakan terkait aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam membuat kebijakan aktivitas digital?
Mengetahui tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan Mengetahui peran para pihak yang terlibat dalam membuat kebijakan aktivitas digital
10
Keterangan Menyebutkan kasus/praktik baik/kebijakan yang berkenaan dengan perubahan kebijakan karena gerakan sosial Menjelaskan cara mengelola level kebijakan dalam aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan Menjelaskan peran para pihak yang terlibat dalam membuat kebijakan aktivitas digital
2) Instrumen untuk Kelompok Kaum Muda Instrumen Bentuk Aktivitas Digital Kelompok Kaum Muda
Tujuan
Pertanyaan
Mengidentifikasi identitas peserta diskusi
Sebutkan Nama, Kelompok Kaum Muda
Mengetahui bentuk aktivitas digital
1) Sebutkan bentuk/jenis aktivitas digital yang telah dilakukan?
Mengetahui cara mengelola aktivitas digital
2) Bagaimana cara mengelola aktivitas digital yang telah dilakukan? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam aktivitas digital yang telah dilakukan? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas aktivitas digital yang telah dilakukan? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama untuk mewujudkan kegiatan aktivitas digital yang telah dilakukan?
Mengetahui tantangan dan hambatan aktivitas digital Mengetahui kualitas dari aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak yang bekerja sama dalam aktivitas digital
Keterangan Pertanyaan digunakan untuk mendalami identitas peserta diskusi termasuk peneliti. Menerangkan bentuk aktivisme digital, contoh dan merangkum kegiatan tersebut dalam sebuah template Menjelaskan cara pengelolaan aktivitas digital yang telah dilakukan Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam aktivitas digital Menyampaikan usulan atau saran terkait kualitas aktivitas digital
Menjelaskan peran dari para pihak yang terlibat bekerja sama dalam aktivitas digital
Instrumen Media (Sosial Media) yang Digunakan Dalam Aktivisme Digital Kelompok Kaum Muda
Tujuan
Pertanyaan
Keterangan
Mengidentifikasi bentuk media (sosial media) yang digunakan
1) Sebutkan bentuk/jenis media (sosial mendia) yang digunakan dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara mengelola media (sosial media) dalam aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam mengelola media (sosial media) terhadap aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengelolaan
Menjeleskan bentuk/jenis media (social media) yang digunakan
Mengetahui cara mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan dalam mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui cara memperbaiki kualitas pengelolaan media (social media) dalam
11
Menjelaskan cara mengelola media (social media) Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam mengelola media (social media)
Menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengelolaan media (social
aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak dalam pengelolaan media (social media) dalam aktivitas digital
media (sosial medial) dalam aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam pengelolaan media (sosial media) untuk mewujudkan kegiatan aktivitas digital?
media)
Menjelaskan peran para pihat terkait dalam pengelolaan media (social media)
Instrumen Strategi yang Dilakukan Dalam Aktivisme Digital Kelompok Kaum Muda
Tujuan
Pertanyaan
Keterangan
Mengidentifikasi strategi aktivitas digital yang digunakan
1) Sebutkan bentuk/jenis strategi dalam kegiatan aktivitas digital? 2) Bagaimana cara menerapkan strategi aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam menerapkan strategi aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam menerapkan strategi aktivitas digital?
Menyebutkan bentuk/jenis strategi aktivitas digital
Mengetahui cara mengelola strategi aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan menerapkan strategi aktivitas digital Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital Mengetahui peran para pihak terkait dalam menerapkan strategi aktivitas digital
Menjelaskan cara menerapkan startegi aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam menerapkan strategi aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital Menjelaskan peran para pihak terkait dalam menerapkan strategi aktivitas digital
Instrumen Nama Gerakan Sosial yang Telah Dilakukan Dalam Aktivisme Digital Kelompok Kaum Muda
Tujuan
Pertanyaan
Keterangan
Mengidentifikasi nama gerakan sosial yang telah dilakukan dalam aktivitas digital Mengetahui cara mengelola gerakan social dalam aktivitas digital
1) Sebutkan bentuk/jenis gerakan sosial dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki
Menyebutkan bentuk/jenis gerakan social dalam aktivitas digital
Mengetahui tantangan dan hambatan mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Mengetahui cara memperbaiki kualitas gerakan social dalam
12
Menjelaskan cara mengelola gerakan social dalam aktivitas dgital Menjelaskan tantangan dan hambatan mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Menjelaskan cara memperbaiki kualitas gerakan social dalam
aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak terkait dalam gereakan social melalui aktivitas digital
kualitas gerakan sosial dalam aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama untuk mewujudkan kegiatan gerakan sosial dalam aktivitas digital?
aktivitas digital
Menjelaskan peran para pihak terkait dalam gereakan social melalui aktivitas digital
Instrumen Level Kebijakan yang Dilahirkan/Dirubah/Direvisi Kelompok Kaum Muda
Tujuan
Pertanyaan
Mengidentifikasi level kebijakan yang dilahirkan/dirubah/direvisi terkait aktivitas digital
1) Sebutkan level dari aktivitas digital?
Mengetahui cara megelola level kebijakan dalam aktivitas digital
2) Bagaimana cara mengelola level kebijakan terkait aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam membuat kebijakan aktivitas digital?
Mengetahui tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan Mengetahui peran para pihak yang terlibat dalam membuat kebijakan aktivitas digital
Keterangan Sebutkan kasus/praktik baik/kebijakan yang berkenaan dengan perubahan kebijakan karena gerakan sosial Menjelaskan cara mengelola level kebijakan dalam aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan Menjelaskan peran para pihak yang terlibat dalam membuat kebijakan aktivitas digital
3) Instrumen untuk NGO Instrumen Bentuk Aktivitas Digital NGO
Tujuan Mengidentifikasi identitas peserta diskusi
Pertanyaan Sebutkan Nama, NGO
Mengetahui bentuk aktivitas digital
1) Sebutkan bentuk/jenis aktivitas digital yang telah dilakukan?
Mengetahui cara mengelola aktivitas digital
2) Bagaimana cara mengelola aktivitas digital yang telah dilakukan?
13
Keterangan Pertanyaan digunakan untuk mendalami identitas peserta diskusi termasuk peneliti. Menerangkan bentuk aktivisme digital, contoh dan merangkum kegiatan tersebut dalam sebuah template Menjelaskan cara pengelolaan aktivitas digital yang telah dilakukan
Mengetahui tantangan dan hambatan aktivitas digital Mengetahui kualitas dari aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak yang bekerja sama dalam aktivitas digital
3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam aktivitas digital yang telah dilakukan? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas aktivitas digital yang telah dilakukan? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama untuk mewujudkan kegiatan aktivitas digital yang telah dilakukan?
Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam aktivitas digital Menyampaikan usulan atau saran terkait kualitas aktivitas digital
Menjelaskan peran dari para pihak yang terlibat bekerja sama dalam aktivitas digital
Instrumen Media (Sosial Media) yang Digunakan Dalam Aktivisme Digital NGO
Tujuan Mengidentifikasi bentuk media (sosial media) yang digunakan
Mengetahui cara mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan dalam mengelola media (social media) dalam aktivitas digital Mengetahui cara memperbaiki kualitas pengelolaan media (social media) dalam aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak dalam pengelolaan media (social media) dalam aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan bentuk/jenis media (sosial mendia) yang digunakan dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara mengelola media (sosial media) dalam aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam mengelola media (sosial media) terhadap aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengelolaan media (sosial medial) dalam aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam pengelolaan media (sosial media) untuk mewujudkan kegiatan aktivitas digital?
14
Keterangan Menjeleskan bentuk/jenis media (social media) yang digunakan
Menjelaskan cara mengelola media (social media) Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam mengelola media (social media)
Menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas pengelolaan media (social media)
Menjelaskan peran para pihat terkait dalam pengelolaan media (social media)
Instrumen Strategi yang Dilakukan Dalam Aktivisme Digital NGO
Tujuan Mengidentifikasi strategi aktivitas digital yang digunakan Mengetahui cara mengelola strategi aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan menerapkan strategi aktivitas digital Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital Mengetahui peran para pihak terkait dalam menerapkan strategi aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan bentuk/jenis strategi dalam kegiatan aktivitas digital? 2) Bagaimana cara menerapkan strategi aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam menerapkan strategi aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam menerapkan strategi aktivitas digital?
Keterangan Menyebutkan bentuk/jenis strategi aktivitas digital
Menjelaskan cara menerapkan startegi aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam menerapkan strategi aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas strategi aktivitas digital Menjelaskan peran para pihak terkait dalam menerapkan strategi aktivitas digital
Instrumen Nama Gerakan Sosial yang Telah Dilakukan Dalam Aktivisme Digital NGO
Tujuan Mengidentifikasi nama gerakan sosial yang telah dilakukan dalam aktivitas digital Mengetahui cara mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Mengetahui tantangan dan hambatan mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Mengetahui cara memperbaiki kualitas gerakan social dalam aktivitas digital
Mengetahui peran para pihak terkait dalam gereakan social melalui aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan bentuk/jenis gerakan sosial dalam aktivitas digital? 2) Bagaimana cara mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam mengelola gerakan sosial dalam aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas gerakan sosial dalam aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama untuk mewujudkan kegiatan gerakan sosial dalam aktivitas digital?
15
Keterangan Menyebutkan bentuk/jenis gerakan social dalam aktivitas digital Menjelaskan cara mengelola gerakan social dalam aktivitas dgital Menjelaskan tantangan dan hambatan mengelola gerakan social dalam aktivitas digital Menjelaskan cara memperbaiki kualitas gerakan social dalam aktivitas digital
Menjelaskan peran para pihak terkait dalam gereakan social melalui aktivitas digital
Instrumen Level Kebijakan yang Dilahirkan/Dirubah/Direvisi NGO
Tujuan Mengidentifikasi level kebijakan yang dilahirkan/dirubah/direvisi terkait aktivitas digital
Pertanyaan 1) Sebutkan level dari aktivitas digital?
Mengetahui cara megelola level kebijakan dalam aktivitas digital
2) Bagaimana cara mengelola level kebijakan terkait aktivitas digital? 3) Sebutkan tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital? 4) Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan aktivitas digital? 5) Siapa-siapa saja yang terlibat bekerja sama dalam membuat kebijakan aktivitas digital?
Mengetahui tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan Mengetahui peran para pihak yang terlibat dalam membuat kebijakan aktivitas digital
Keterangan Sebutkan kasus/praktik baik/kebijakan yang berkenaan dengan perubahan kebijakan karena gerakan sosial Menjelaskan cara mengelola level kebijakan dalam aktivitas digital Menjelaskan tantangan dan hambatan dalam menerapkan kebijakan aktivitas digital Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas kebijakan Menjelaskan peran para pihak yang terlibat dalam membuat kebijakan aktivitas digital
Instrumen Pengumpulan Data dapat diakses melalui link atau QR code di bawah ini: Link: kuesio.id/39ea44e85c384bedf5c2
QR Code:
16
G. Para Pihak 1) Kementerian dan Lembaga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 1. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama 2. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial 3. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda 4. Asisten Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak 5. Asisten Deputi Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah 6. Asisten Deputi Pendidikan Vokasi dan Pendidikan Tinggi 7. Asisten Deputi Penanganan Kemiskinan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 8. Sekretaris Jenderal 9. Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa 10. Direktur Pemberdayaan Masyarakat Desa 11. Direktur Pelayanan Sosial Dasar 12. Kepala Biro Perencanaan 13. Kepala Biro Humas dan Kerjasama Kementerian Dalam Negeri 14. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah 15. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah IV Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 16. Sekretaris Jenderal 17. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan pendidikan Menengah 18. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi 19. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 20. Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan 21. Kepala Biro Perencanaan 22. Sekretaris Ditjen PAUD Dikdasmen 23. Direktur Sekolah Dasar 24. Direktur Sekolah Menengah Pertama 25. Direktur Sekolah Menengah Atas 26. Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus 27. Sekretaris Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan 28. Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan 29. Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 30. Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus 31. Sekretaris Ditjen Pendidikan Vokasi 32. Direktur Sekolah Menengah Kejuruan 33. Direktur Kursus dan Pelatihan 34. Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan
17
Kementerian Agama 35. Sekretariat Jenderal 36. Direktur Jenderal Pendidikan Islam 37. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik 38. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen 39. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu 40. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha 41. Kepala Badan Litbang dan Diklat 42. Kepala Biro Perencanaan 43. Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam 44. Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah 45. Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah 46. Direktur Pendidikan Agama Islam 47. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pontren 48. Sekretaris Ditjen Bimas Katolik 49. Direktur Pendidikan Katolik 50. Sekretaris Ditjen Bimas Kristen 51. Direktur Pendidikan Agama Kristen 52. Sekretaris Ditjen Bimas Hindu 53. Direktur Pendidikan Agama Hindu 54. Sekretaris Ditjen Bimas Buddha 55. Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha 56. Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan 57. Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Kementerian Sosial 58. Sekretaris Jenderal 59. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial 60. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial 61. Direktur Rehabilitasi Sosial Anak 62. Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 63. Direktur Jaminan Sosial Keluarga 64. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial 65. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 66. Direktur Jenderal Pemasyarakatan 67. Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak 68. Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi 69. Kepala Biro Perencaan Kementerian Ketenagakerjaan 70. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas 71. Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 72. Direktur Bina Kelembagaan Pelatihan 73. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak 74. Kepala Biro Perencanaan 18
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 75. Deputi Bidang Perlindungan Anak 76. Deputi Tumbuh Kembang Anak 77. Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Kesejahteraan 78. Asisten Deputi Anak Berkebutuhan Khusus 79. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak 80. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Kesejahteraan 81. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan, Kreativitas dan Budaya 82. Kepala Biro Perencanaan dan Data Badan Pusat Statistik 83. Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat 84. Direktur Statistik Ketahanan Sosial 85. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia 86. Ketua KPAI
2) NGO -Organisasi Sosial 1. INOVASI 2. UNICEF 3. KOMPAK 4. World Bank 5. DFAT 6. Tanoto Foundation 7. J-PAL Southeast Asia 8. KIAT GURU 9. Childfund Indonesia 10. PATTIRO 11. UNHCR 12. PEKKA 13. MAMPU 14. PEDULI 15. PPDI 16. SurveyMeter 17. SMERU 18. GERKATIN 19. Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM NU 20. PERCA 21. GNOTA 22. SOS Children’s Village Indonesia 23. Indonesia Mengajar 24. Ruang Berbagi ilmu 25. Satu Indonesia 26. Sampoerna foundation 27. Hoshizora Foundation 19
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Child Fund Indonesia (CFI) GSM (Gerakan Sekolah Menyenangkan) Indonesia lestari UNESCO MAHKOTA RISE SOKOLA RIMBA Yayasan PLAN Internasional Indonesia PSPK YPMT Takalar LPP Bone Yayasan Karampuang Mamuju LPPM ITB Semarang
3) Pemerintah Daerah 1. Provinsi Aceh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Aceh Dinas Pendidikan, Provinsi Aceh Dinas Sosial, Provinsi Aceh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong, Provinsi Aceh Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 2.
3.
4.
Provinsi Sumatera Utara Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Sumatera Utara Dinas Pendidikan, Provinsi Sumatera Utara Dinas Sosial, Provinsi Sumatera Utara Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Provinsi Sumatera Utara Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Provinsi Sumatera Barat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Sumatera Barat Dinas Pendidikan, Provinsi Sumatera Barat Dinas Sosial, Provinsi Sumatera Barat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Provinsi Sumatera Barat Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Provinsi Riau Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Riau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Riau Dinas Sosial, Provinsi Riau Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Provinsi Riau Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
20
dan
dan
dan
dan
5.
Provinsi Kepulauan Riau Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Kepulauan Riau Dinas Pendidikan, Provinsi Kepulauan Riau Dinas Sosial, Provinsi Kepulauan Riau Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Provinsi Kepulauan Riau Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
6.
Provinsi Jambi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Jambi Dinas Pendidikan, Provinsi Jambi Dinas Sosial Kependudukan Catatan Sipil, Provinsi Jambi Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Provinsi Jambi Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
7.
8.
9.
Provinsi Bengkulu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Bengkulu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Bengkulu Dinas Sosial, Provinsi Bengkulu Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Provinsi Bengkulu Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi Provinsi Sumatera Selatan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Sumatera Selatan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan Dinas Sosial, Provinsi Sumatera Selatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Provinsi Sumatera Selatan Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
dan
dan
dan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Kep.Bangka Belitung Dinas Pendidikan, Provinsi Kep.Bangka Belitung Dinas Kesejahteraan Sosial, Provinsi Kep.Bangka Belitung Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Provinsi Kep.Bangka Belitung Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
10. Provinsi Lampung Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Lampung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Lampung Dinas Sosial, Provinsi Lampung 21
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Provinsi Lampung Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 11. Provinsi Banten Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Banten Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Banten Dinas Sosial, Provinsi Banten Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Provinsi Banten Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 12. Provinsi Jawa Barat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan, Provinsi Jawa Barat Dinas Sosial, Provinsi Jawa Barat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Provinsi Jawa Barat Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 13. Provinsi DKI Jakarta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi DKI Jakarta Dinas Pendidikan, Provinsi DKI Jakarta Dinas Sosial, Provinsi DKI Jakarta Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
dan
dan
dan
dan
14. Provinsi Jawa Tengah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Jawa Tengah Dinas Sosial, Provinsi Jawa Tengah Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Provinsi Jawa Tengah Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 15. Provinsi D.I Yogyakarta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Provinsi D.I Yogyakarta Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, Provinsi D.I Yogyakarta Dinas Sosial, Provinsi D.I Yogyakarta Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 16. Provinsi Jawa Timur Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Jawa Timur Dinas Pendidikan, Provinsi Jawa Timur 22
dan
Dinas Sosial, Provinsi Jawa Timur Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
dan
17. Provinsi Bali Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali Dinas Sosial Provinsi Bali Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Bali Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 18. Provinsi Nusa Tenggara Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTB Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Dinas Sosial Provinsi NTB Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTB Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 19. Provinsi Nusa Tenggara Timur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Dinas Sosial Provinsi NTT Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi NTT Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 20. Provinsi Kalimantan Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kaltara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltara Dinas Sosial Provinsi Kaltara Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kaltara Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 21. Provinsi Kalimantan Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalbar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar Dinas Sosial Provinsi Kalbar Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kalbar Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 23
dan
dan
dan
22. Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalteng Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Dinas Sosial Provinsi Kalteng Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kalteng Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 23. Provinsi Kalimantan Selatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel Dinas Sosial Provinsi Kalsel Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kalsel Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 24. Provinsi Kalimantan Timur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kaltim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltim Dinas Sosial Provinsi Kaltim Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Kaltim Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
dan
dan
dan
25. Provinsi Gorontalo Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Gorontalo Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 26. Provinsi Sulawesi Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulut Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulut Dinas Sosial Provinsi Sulut Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sulut Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 27. Provinsi Sulawesi Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulbar Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulbar Dinas Sosial Provinsi Sulbar Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sulbar 24
dan
Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
Pembangunan
28. Provinsi Sulawesi Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulteng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulteng Dinas Sosial Provinsi Sulteng Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulteng Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 29. Provinsi Sulawesi Selatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulsel Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel Dinas Sosial Provinsi Sulsel Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Sulsel Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 30. Provinsi Sulawesi Tenggara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sultra Dinas Pendidikan Provinsi Sultra Dinas Sosial Provinsi Sultra Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Sultra Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 31. Provinsi Maluku Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Malut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Malut Dinas Sosial Provinsi Malut Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemerintah Provinsi Malut Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
dan
dan
dan
dan
dan
32. Provinsi Maluku Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku Dinas Sosial Provinsi Maluku Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi
25
33. Provinsi Papua Barat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Barat Dinas Sosial Provinsi Papua Barat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Provinsi Papua Barat Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi 34. Provinsi Papua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Dinas Pendidikan Provinsi Papua Dinas Sosial Provinsi Papua Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Provinsi Papua Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provinsi H. Time Line Kegiatan Kegiatan Pengumpulan data Penyusunan laporan sementara sebagai draft pertama Verifikasi dan validasi oleh peer/expert reviewer Penyusunan laporan lanjutan sebagai draft kedua Finalisasi laporan akhir dan penyerahan laporan serta dataset
I.
Mei 2022 14 Mei
Durasi Waktu Juli Agustus 2022 2022 31 Juli
Juni 2022 s/d
September 2022
Oktober 2022
1-31 Agustus 1-15 September 12-30 September 1-14 Oktober
RAB Terlampir
26
dan
dan
Mata Anggaran/Jenis Pengeluaran
Detail Rencana Biaya Hari/ Orang/ Paket Bulan
Frekuensi
Satuan Biaya (Rp)
Total Rencana Biaya (Rp) (A)
KEGIATAN I Pencetakan Buku Modul
50
1
kali
5.000.000 100.000
Pelaksanaan workshop
Transport Darat
36
2
kali
300.000
Penggantian Paket Data
15
1
kali
narasumber eselon 1
1
2 2
sesi
1.400.000
2.800.000
Narasumber eselon 2
2
sesi
1.000.000
4.000.000
Narasumber Lain Moderator
2 1
sesi
600.000
2.400.000
2 sesi
500.000
1.000.000
1
2 sesi
300.000
600.000
100.000
21.600.000 1.500.000
2
Notulen Fotocopy dan ATK
1
biaya nyata
150.000
150.000
Biaya penyusunan laporan
2
1
kali
300.000
600.000
Tenaga Ahli
1
2
hari
27
1.400.000
2.800.000
Pelaksanaan workshop
Transport Darat
36
2
kali
300.000
Penggantian Paket Data
15
1
kali
narasumber eselon 1
1
2 2
sesi
1.400.000
2.800.000
Narasumber eselon 2
2
sesi
1.000.000
4.000.000
sesi
600.000
2.400.000
sesi
500.000
1.000.000
sesi
300.000
600.000
100.000
21.600.000 1.500.000
2 Narasumber Lain Moderator
2 1
2
1
2
Notulen Fotocopy dan ATK
1
biaya nyata
150.000
150.000
Biaya penyusunan laporan Tenaga Ahli
2
1
kali
300.000
600.000
1
2
hari
1.400.000
Transport Darat
36
2
kali
300.000
Penggantian Paket Data
15
1
kali
narasumber eselon 1
1
2
sesi
2.800.000
Pelaksanaan workshop
28
100.000 1.400.000
21.600.000 1.500.000 2.800.000
2 Narasumber eselon 2
2
sesi
1.000.000
4.000.000
sesi
600.000
2.400.000
sesi
500.000
1.000.000
sesi
300.000
600.000
2 Narasumber Lain Moderator
2 1
2
1
2
Notulen Fotocopy dan ATK
1
biaya nyata
150.000
150.000
Biaya penyusunan laporan Tenaga Ahli
2
1
kali
300.000
600.000
1
2
hari
1.400.000
2.800.000
4
2
kali
300.000
2.400.000
1
1
kali
300.000
300.000
1
2
hari
1.400.000
2.800.000
Tiket pesawat PP
4
1
PP
1.583.000
6.332.000
Transport darat
4
2
kali
167.000
1.336.000
Transport Bandara
4
2
kali
256.000
2.048.000
Kunjungan Lapangan Transport darat peserta Pusat
Biaya penyusunan laporan Tenaga Ahli
Kunjungan Lapangan
29
Biaya penyusunan laporan Tenaga Ahli
1
1
kali
300.000
300.000
1
3
hari
1.400.000
4.200.000
Biaya Pulsa
25
1
hari
100.000
2.500.000
narasumber eselon 1
1
2
sesi
1.400.000
2.800.000
Nara sumber eselon 2 Nara sumber lain
10 10
1 1
sesi sesi
1.000.000
10.000.000
Moderator
1
Workshop
2 1
1
sesi kegiatan
Notulen
600.000
6.000.000
500.000
1.000.000
300.000
300.000
Fotocopy dan ATK
1
biaya nyata
150.000
150.000
Biaya penyusunan laporan
2
1
300.000
600.000
kali
160.416.000
Total
30
J.
Lampiran CV Tim Komunitas Banyore 1. Ayu Putu Eka Novita 2. Oktovianus Nau Lalian 3. Bagus Made Dwi Endra Saputra
31
Ayu Putu Eka Novita Lembah Permai Hanjuang Blok S No.1 Sariwangi, Bandung 40559 082126633878 ayuprasetyo@yahoo.com; eka.ayu76@gmail.com
Areas of Specialty
Education
Family Base Care Family Strengthening Program Child Rights
Education
Children without parental care Alternative Care Leaving Care
PhD-Pedagogic Early Childhood Education University of Malaya, Malaysia Magister Management Consentration:Finance management Sebelas Maret University, Solo, Central Java Diploma Agiculture (Minors: Social Economic Agiculture) Sebelas Maret University, Solo, Central Java
Experience
Lecturer
January 2006-October2009 August, 1998 - March, 2002
July, 1993 - May, 1998
Lecturer at Panji Sakti University Bali Subject: Research Method 2002-2005
SOCIAL SERVICES
Indonesian Teacher For Indonesia Worker Children in Sabah-Malaysia 2005-2008 bcahumana36.blogspot.com
Educator
Provide basic education (Kindergarten Level and Primary Level)for Indonesia Worker Children at Plantation, Sabah Malaysia. Conduct RPP (Lesson Plan) Provide Monthly Report Advocacy -coordination with KBRI.
Assistant to National Director SOS Children’s Villages Indonesia Research Department SOS Children’s Villages Indonesia Conduct research every year for child rights situation analysis. Conduct feasibility study for family based care program and family strengthening program Monitoring, learning, and evaluation family based care program.and family strengthening program
Research Activities
National Research Children Without Parental Care or Children Have Risk Losing Parental Care
National Research Child Right Situation Analysis 2009
Feasibility Study SOS Children’s Villages Programme DI Yogyakarta and Central Java 2012
MONEV Early Childhood Education, BAPPENAS, 2016
MONEV Inclusive Education, BAPPENAS, 2017
MONEV Linguistic Program by Badan Bahasa, BAPPENAS,2018
MONEV Religious Education, BAPPENAS, 2019
Curriculum Vitae PERSONAL INFORMATION
Oktovianus Nau Lalian H. Ten III Street, 17, Jakarta, Indonesia, 13220 +62 81324644825 o.lalian@yahoo.co.id
Sex Male Date of birth 23/10/1980 Nationality Indonesia Religion Catholic
WORK EXPERIENCE May -December 2021
2019-2020
2009-2016
Coordinating Ministry of Human Development and Culture of Indonesia Educational Consultant/ Early Childhood Development (ECD) Specialist: monitoring and evaluating the ECD programme, and Compiling the final report of the ECD programme to the President of the Republic of Indonesia.
Dewantara Vocational High School Educational Technologist: guide teachers in the integration of technology to support teaching and learning, Assure Smooth Operation of the Learning Management System (LMS) and assessing school needs for development, designing programme to meet identified needs.
Christian Vocational High School 2 Kupang Teacher and Deputy Head of School’s Curriculum: preparing learning devices, teaching, assessing students’ performance, compiling semester and annual school’s programmes, and assessing teachers’ performance.
2006-2008
Indonesian School, Sabah, Malaysia Indonesian Teacher: teach Indonesian children, and compile monthly report of teaching activities and students learning progress to the Ministry of Education and Culture of Indonesia.
EDUCATION AND TRAINING Jakarta State University (2020)
Faculty of Graduate, GPA 3.84 of 4.00, Master of Education (M.Ed.).
University of Nusa Cendana (2005)
Faculty of Teacher Training and Education, GPA 3.00 of 4.00, Bachelor of Education (B.Ed.).
UPI Language Centre (2016-2017)
English Training with a 720-hour course which includes Basic English, Listening in Academic Context, Reading in Academic Context, Speaking in Academic Context, and Writing in Academic Context.
PERSONAL SKILLS Language(s)
Indonesian (mother tongue). English (independent user).
Computer skills
Good command of Microsoft Office™ tools and IBM SPSS tools.
Other skills
Teacher training. Research and development.
Page 1 / 2
Curriculum Vitae
ADDITIONAL INFORMATION
Publications
Lalian, O. N., Siregar, E., & Winarsih, M. (2021). Blended Learning for Vocational High School Students. Jurnal Kwangsan, 9 (1), 18-30. Lalian, O. N., Siregar, E., & Winarsih. (2020). Blended Learning for Chassis Maintenance and Light Vehicle Power Transfer Subject. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 53 (2), 138-155. Lalian, O. N., Siregar, E., & Winarsih. (2019). The Effects of Using Realia Media on Increasing Science Learning Outcomes of Elementary School Students: A Meta-Analysis. Book Proceedings of the 7th International Conference on Information and Education Technology, ACM Publisher, pp.1-4. Lalian, O. N. (2018). The Effects of Using Video Media in Mathematics Learning on Students’ Cognitive and Affective Aspects. Journal AIP Conference Proceedings, Vol. 2019, Issue 1, 03011, 2018.
Presentations
Oral presentation at the 7th International Conference on Information and Education Technology (2019). Oral presentation at National Conference on Industrial Revolution 4.0 with the Theme “Creative and Innovative Education in the Industry 4.0: the Current Trends” (2019). Oral presentation at ASEAN Youth Conference (2018). Poster presentation at The 9th International Conference on Global Conservation and AJI from Ritsumeikun University (2018).
Projects
Conferences
Policy Analysis on the Fulfilment of Children’s Rights in Indonesia through the Quality of Education and Parenting (2021-2022).
The 7th International Conference on Information and Education Technology, Aizu University, Fukushima, Japan, 2019. National Conference on Industrial Revolution 4.0 with the Theme “Creative and Innovative Education in the Industry 4.0: the Current Trends”, Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia, 2019. ASEAN Youth Conference, International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia, 2018. The 9th International Conference on Global Conservation and AJI from Ritsumeikun University, Brawijaya University, Malang, Indonesia, 2018.
Seminars
Honours and awards Memberships
ICT Development for Learning Nowadays (2018), Curriculum Development (2017), ICT for Education and Culture (2017), Publication of Scientific Papers (2017).
The most of outstanding graduate of Educational Technology Study Programme (2020).
Indonesian Research Forum (2021-Present). Alumni Association of Graduate Students of Jakarta State University (2020-Present). MataGaruda of East Nusa Tenggara (2017-Present).
Organisational / managerial skills
▪ Head Coordinator of Sports and Arts, Jakarta State University, Jakarta, Indonesia (2017 – 2019). Coordinating the Awardees of the Education Fund Management Institute for Jakarta State University Students. ▪ Member of the Coordinator for Spiritual, Music, and Liturgical Affairs at Saint Joseph’s Church, Kupang, Indonesia (2013 – 2016). ▪ Head Coordinator of the Catholic Youth Spiritual at Saint Joseph’s Church, Kupang, Indonesia (2011 – 2013). ▪ Indonesian Teachers Association, Sabah, Malaysia (2006 – 2008). ▪ Students Executive Board of University of Nusa Cendana, Kupang, Indonesia (2000 – 2002).
Page 2 / 2
Bagus Made Dwi Endra Saputra, SE., M.Pd. SURABAYA, 18 MARET 1976 Perum. Lembah Permai Hanjuang Blok S no:1 Sariwangi-Bandung, bagusrg@gmail.com 0812 14 777 558
Pendidikan
Pendidikan Tambahan
Pengalaman Kerja
Pengalaman Akademik
SDN 189 JAMBI SMP XAV. 1 JAMBI SMAN 3 JAMBI
1988 1991 1994
STRATA 1 EKONOMI MANAJEMEN DARI UTP SURAKARTA
2000
STRATA 2 PENDIDIKAN EKONOMI DARI UPI BANDUNG
2016
KEAHLIAN HUMAS (PUBLICS RELATION) DARI UNS SURAKARTA ASEAN FOUNDATION-MICROSOFT ICT TRAIN OF THE TRAINER
1999
KACAB. KSP DEWINA MANAGER FSP SOS DESA TARUNA LEMBANG INSTRUKTUR 1 PADA LEMBAGA PENDIDIKAN IPMI SURAKARTA PENYELENGGARA DALAM PROGRAM INKUBASI BISNIS UKMK BEKERJASAMA DENGAN INSTITUSI PEMERINTAH BBPPK LEMBANG (KEMENAKER), BANDUNG PENYELENGGARA DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UKMK BEKERJASAMA DENGAN INSTITUSI PEMERINTAH KEMENTERIAN SOSIAL (KEMENSOS)
2004 2014
PROCIDING INTERNASIONAL SEBAGAI PRESENTER DALAM GLOBAL CONFERENCE ON BUSINESS, MANAGEMENT, AND ENTREPRENEURSHIP READING COMPREHENSION TEST
2016
2014
2003 2015
2015
2016