Azhura Dellamitha | 14/363454/TK/41572
NSDA Hutan Produksi Kabupaten Wonogiri
kONTEN
1 3 5 7 17
PENDAHULUAN
METODE PENYUSUNAN NERACA SUMBER DAYA LAHAN
KONDISI WILAYAH
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sumber daya Alam merupakan sebuah komponen yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam bentuknya bermacam-macam dan setiap wilayah memiliki sumber daya alam yang beragam pula. Sumber daya alam juga merupakan sebuah modal yang dapat di manfaatkan dan di optimalkan untuk menunjang perkembangan suatu wilayah. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut harus melihat bagaimana konservasinya tetap terjaga, sehingga sumber daya alam tetap bertahan dan berkelanjutan untuk dimasa yang akan datang. Untuk mengetahui seberapa besar cadangan sumber daya alam yang masih ada dalam sebuah wilayah dapat dihitung dengan Neraca Sumber daya alam. Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan juga sangat memberikan manfaat untuk kehidupan manusia, secara tidak langsung manfaat hutan adalah sebagai penghasil O2, penahan air tanah, penghambat Erosi, serta sebagai tempat rekreasi, lalu manfaat hutan yg lainnya seperti pemanfaatan hasilnya yaitu terutama Kayu. Sektor Kehutanan merupakan sektor yang sangat penting dan mempunyai peranan yang strategis di Kabupaten Wonogiri. Dapat dilihat bahwa kondisi wilayah wonogiri yang bergununggunung dan mempunyai lahan kritis yang luas. Pengembangan sektor kehutanan ini berfungsi upaya pelestarian lingkungan hidup dan mampu memberikan sumbangan terhadap PDRB dan perdapatan untuk masyarakat.
Neraca Sumberdaya digunakan untuk mengetahui pemanfaatan sumber daya hutan produksi. Hal ini untuk mengidentiďŹ kasi cadangan sumber daya yang ada dan bagaimana cadangan tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor yang berpotensi dan menjadi alat evaluasi hutan jika mengalami degradasi. 1.2. Perundang-undangan yang melandasi penyusunan neraca sumber daya lahan Landasan hokum penyusunan Neraca Sumberdaya Hutan Produksi kabupaten Wonogiri adalah: 1.SNI 19-6728.2-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya, Sumber Daya Hutan Spasial 2.Undang - undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 3.Undang - undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 4.Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum 5.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya 1.3. Maksud dan tujuan Maksud dari penulisan neraca sumber daya alam hutan produksi Kabupaten Wonogiri antara lain untuk : 1.Menjelaskan dan mengetahui penggunaan eksisting sumber daya hutan produksi Kabupaten Wonogiri 2.Menjelaskan dan mengetahui potensi ketersediaan sumber daya hutan produksi Kabupaten Wonogiri 3.Mengetahui cadangan sumber hutan produksi Kabupaten Wonogiri 4.Secara spasial mengetahui potensi untuk pengembangan hutan produksi di Kabupaten Wonogiri
1
Dari maksud penulisan tersebut, tujuan penulisan neraca sumber daya hutan produksi Kabupaten Wonogiri adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi hutan produksi yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, kemudian mengetahui potensi dan cadangan sumber daya hutan produksi Kabupaten Wonogiri sehingga menemukan pertimbangan upaya - upaya yang tepat dalam pengelolaan dari sumber daya hutan produksi Kabupaten Wonogiri demi menjaga keberlanjutan kegiatan hutan produksi di wilayah ini karena hal ini juga terkait dengan kegiatan ekonomi yang terdapat di Kabupaten Wonogiri
1.4. Lingkup a.Substansial Lingkup substansial dari neraca sumber daya Hutan Produksi ini yaitu hutan negara dan hutan rakyat, serta besaran produksi kayu dari hutan negara dan hutan rakyat di kabupaten Wonogiri. Sehingga akan dihasilkan seberapa produktif cadangan kayu untuk sumber daya hutan produksi di kabupaten Wonogiri. b.Areal Lingkup areal pada analisis neraca sumber daya alam perikanan tambak ini mencakup seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri, yang meliputi 25 kecamatan yang terdapat di dalamnya, yaitu Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Nguntoronadi, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Selogiri, Wonogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Jatiroto, Kismatoro, Purwantoro, Bulukerto, Puhpelem, Slogohimo, Jatisrono, Jatipurno, Jatipurno, dan Girimarto c.Temporal Data yang digunakan pada analisis neraca sumberdaya ini yaitu merupakan data tahun 2010 dan data tahun 2014
2
II. METODE PENYUSUNAN NERACA SUMBER DAYA LAHAN
2.1. Metode pengumpulan data neraca sumber daya lahan Metode pengumpulan data pada analisis ini terdiri dari survey data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan untuk melihat kondisi perkebunan secara umum sedangkan pengumpulan data sekunder berasal dari berbagai instansi terkait serta melalui situs resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri berupa ďŹ le publikasi (Wonogiri
Dalam Angka) berupa data - data kualitatif. Secara keseluruhan, teknik pengumpulan data untuk penulisan makalah ini sebagian besar menggunakan data sekunder
2.2. Metoda pengolahan dan penyajian data Pengolahan data untuk keperluan analisis menggunakan perhitungan numerik menggunakan Excel serta pengolahan data spasial dengan menggunakan GIS.
2.3 Kerangka Berpikir
3
III. KONDISI WILAYAH 3.1. Letak Geografi
3.2. Kondisi Fisik
Kabupaten Wonogiri terletak pada 7 32' 8 15' Lintang Selatan dan 110 41' - 111 18' Bujur Timur. Luas Kabupaten Wonigiri 182.236,02 ha. Secara administratif, Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan. Kabupaten Wonogiri memiliki batas dengan Wilayah lainnya sebagai berikut:
TopograďŹ pada Kabupaten Wonogiri ini Tidak rata yaitu berbukit sehingga adanyan perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lainnya membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Dengan kondisi topograďŹ yang demikian, kabupaten Wonogiri memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai 600 m dpl, yang menyebabkan kemiringan lahan yaitu, landau, datar, bergelombang, berbukit dan terjal. Jenis Tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri yaitu Aluvial, Latosol, Regosol, Andesol, Grumusol, Mediterian dan Litosol. Terlihat dari kondisi ďŹ siknya Kabupaten Wonogiri cukup berpotensi untuk kegiatan Kehutanan.
Utara
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (JawaTimur) Selatan : Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudera Hindia Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten
3.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Peta Administrasi Kabupaten Wonogiri Sumber : Olahan Kelompok Studio,2016
Batas Kecamatan
Jalan Kolektor/Propinsi
Waduk Gajah Mungkur
Kabupaten Sekitar
Jalan Lokal
TUBUH_AIR
Sungai
Batas Kabupaten
Laut
Batas Provinsi
Kabupaten Wonogiri memiliki jumlah penduduk sebanyak 945.817 jiwa, dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Wonogiri yang merupakan pusat dari Kabupaten Wonogiri yaitu sebanyak 78.678 jiwa, dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Paranggupito sebanyak 16.822 jiwa. Rata-rata penduduk kabupaten Wonogiri sebesar 519 jiwa setiap kilometer persegi. Wilayah terpadat adalah Kecamatan Jatisrono dengan tingkat kepadatan 1.142 jiwa setiap kilometer persegi. Dari aspek perekonomian, Kabupaten Wonogiri unggul pada sektor pertanian, Rata-rata kontribusi pertanian dalam PDRB sebesar 34.07% dari data 2011 sampai 2015.
5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Potensi Penyediaan Sumber Daya Hutan Produksi Kabupaten Wonogiri Untuk mengetahui potensi penyediaan sumber daya hutan produksi yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan menggunakan analisis kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan ini dilakukan untuk mengetahui berapa luasan dari hutan produksi serta mempertahankan hutan tersebut agar tetap berkelanjutan. Analisis ini dilakukan dengan metode skoring dengan mengoverlay data dan Peta Jenis Tanah, Kelerengan, dan Curah Hujan sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1981
aluvial 0-8%
andosol
8 - 15 %
grumusol
15 - 25 %
latosol
1.500 - 2.000
25 - 40 %
litosol
2.000 - 2.500
> 40 %
podsolik regosol
Peta Kelerengan
Peta Jenis Tanah
2.500 - 3.000 3.000 - 3.500
Peta Curah Hujan
7
Dari hasil analisis diatas dengan output peta kesesuaian yang memiliki 3 fungsi kawasan yaitu kawasan penyangga, kawasan kawasan budidaya dan kawasan lindung. Berdasarkan peta Kesesuaian Lahan diatas maka di diperoleh luasan untuk masingmasing kawasan sebagai berikut: 1. Kawasan Lindung : 10840 Ha 2. Kawasan Penyangga : 52335 Ha 3. Kawasan Budidaya : 119061 Ha Untuk mendapatkan potensi lahan Hutan Produksi diperlukan input peta Kesesuaianlahan dan sebaran Luasan Hutan Produksi eksisting. Tahap selanjutnya adalah dengan mengurangi lahan dan kawasan yang tidak sesuai untuk dijadikan kawasan Hutan Produksi.Kawasan Tersebut adalah Kawasan Lindung dan Kawasan sungai. Kawasan Lindung tidak dapat menjadi kawasan Hutan Produksi, karena kawasan ini merupakan kawasan yang dijaga untuk menjadi penyeimbang didalam ekosistem, karena hutan lindung menetralkan suhu udara,dan penetralisir udara, juga menjadi habitat hewan dan tumbuhan. Adapun kriteria penentuan kawasan hutan lindung ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/8/81 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Produksidan Hutan Lindung.
8
Kriterianya sebagai berikut Kriteria : Hutan Lindung memiliki skor lebih dari 175 Hutan Produksi Terbatas skor 125 –174 Hutan Produksi Tetap skor kurang dari 125 Sehingga dengan melihat skor Kesesuaialan Lahan, Hutan Produksi memiliki skor kurang dan 174, yang mencakup hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap. Kesesuaian lahannya berada pada kawasan penyangga dan budidaya. Namun selanjutnya harus di overlay dengan kriteria hutan lindung, karena kesesuaian laha untuk hutan produksi tidak dapat berada pada kawasan yang berpotensi menjadi kawasan Hutan Lindung diluar kesesuaian lahan, adapun kriteria Kawasan Hutan Lindung adalah memiliki lereng ≼ 40 %hal ini karena akan sulit jika dijadikan lahan produksi karena kondisi lereng yang sangat curam, dan lebih diperuntukkan untuk kawasan lindung. Lalu jenis tanah Litosol dan Kelerengan ≼ 15 %, hal ini karena meliha kawasan yang tanahnya peka terhadap erosi, dan kawasan yang jaraknya 100 meter dari sungai, dan 500 m dari waduk atau danau, karena kawasan lindung yang menjadi bantaran di tepi sungai, untuk meminimalisir erosi tanah, lalu dengan mengurangi guna lahan perukiman, karena lahan permukiman
9
10
Berdasarkan Perhitungan neraca cadangan lahan Hutan Produksi di Kabupaten Wonogiri, di dapat hasil masih terdapat lahan seluas 76292,5 Ha untuk Lahan Hutan Produksi, hal ini melihatkan bahawa masih banyak lahan yang belum digunakan secara optimal. Pengembangan lahan cadangan ini dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahan hutan produksi kedepannya. Berdasarkan perhitungan diatas Kabupaten
Wonogiri memiliki luas lahan sebesar 182.236,02 Ha, maka lahan yang berpotensi untuk menjadi Hutan produksi sebesar 45,76% dari luas keseluruhan Kabupaten Wonogiri. Dilihat dari luas Hutan Produksi eksisting di kabupaten Wonogiri sebesar 8181,7 Ha, masih banyak lahan yang dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk menjadi hutan produksi. Sehingga hutan produksi di kabupaten ini menjadi sektor unggulan.
11
Cadangan Lahan Hutan Produksi a.Neraca Fisik Cadangan dalam bentuk ďŹ sik adalah potensi ketersediaan sumberdaya hutan produksi dari kesesuaian lahan terhadap luas lahan hutan produksi saat ini atau eksisting. Cadangan tersebut bisa dioptimalkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Wonogiri, baik dalam pengolahan industrinya maupun penjualannya. Cadangan sumberdaya hutan produksi ini harus dioptimalkan sebaik mungkin, Melihat kawasan hutan ini berada pada kawasan budidaya maka akan adanya penyalahgunaan dan pengalihfungsian lahan hutan ini menjadi lahan terbangun seprti perumahan, komersil atau perkotaa, karena disisi lain lahan hutan ini bermanfaat dalam pencegahan erosi.
Tabel Cadangan Lahan Hutan Produksi (Fisik) Sumber : Analisis Penulis,2016
Dilihat dari table diatas bahwa sumberdaya hutan produksi di Kabupaten Wonogiri masih memiliki potensi penyediaan sumberdaya hutan produksi sebesar 5932304 m3. Sedangkan lahan hutan produksi yang termanfaatkan saat ini sebesar 8181.7 Ha, dan mampu berproduksi sebanyak 572719 m3. Hal ini menunjukkan bahwa lahan hutan produksi yang ada di Kabupaten Wonogiri memiliki Cadangan sebesar 5359585 m3. a.Neraca Moneter
12
Tabel Cadangan Lahan Hutan Produksi (Moneter) Sumber : Analisis Penulis,2016
Berdasarkan hasil perhitungan neraca sumberdaya hutan produksi secara moneter disumpulkan bahwa semua lahan yang berpotensi menjadi hutan produksi dapat dimanfaatkan secara maksimal makan akan berpotensi untuk menambah hasil keuntungan sebesar 8 Trilliun. Neraca moneter ini memberikan gambaran mengenai pemilihan untuk pengembangan hutan produksi apabila ingin di kembangkan secara optimal di masa depan.
Cadangan Produksi Hutan Produksi A. Neraca Fisik
Tabel Neraca Produksi Hutan Produksi (Fisik) Sumber : Analisis Penulis,2016
Neraca Sumberdaya Hasil Produksi hutan produksi secara ďŹ sik dihitung berdasarkan standar produksi yang seharusnya dari masing-masing komoditas hutan produksi. Dari perhitungan tabel diatas dapatdilihat bahwa produksi komodits di hutan produksi diatas produksi seharusnya, sehingga dapat dikatakan optimal, namun dalam pengambilan kayu hutan tetap melakukan system tebang pilih dan tanam ulang, agar tetap menjaga keberlangsungan dari hutan tersebut. B. Neraca Moneter
Tabel Neraca Produksi Hutan Produksi (Moneter) Sumber : Analisis Penulis,2016
Perhitungan tabel diatas memperlihatkan total neraca moneter sumberdaya hutan produksi. Cadangan sumberdaya hutan produksi tersebut memiliki pendapatan sebesar 1,2 Trilliun rupiah. .Pendapatan ini tentu akan bertambah jika kegiatan hutan produksi terus didukung tingkat produktivitasnya, sehingga dapat mempengaryhi perekonomian daerah.
13
4.4. ANALISI EKONOMI KABUPATEN WONOGIRI Analisis ekonomi ini menggambarkan bagaimana perkembangan ekonomi yang ada di kabupaten wonogiri, hal ini akan menjadi acuan bagaimana pengembangan sektor-sektor didalamnya, adapun proses dalam analisis tersebut adalah analisis ekonomi makro, sektor unggulan, dan analisis disparitas wilayah.
1. Pergeseran Sektor Ekonomi dari Sektor Primer ke Sekunder dan Tersier
Grafik Struktur Ruang Berdasar Sektor PDRB Kabupaten Wonogiri Sumber : Olahan Penulis,2016
kontributor terbesar pada perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Secara struktur ekonomi, sektor industri pengolahan dan sektor jasa pendidikan adalah sektor yang selalu mengalami peningkatan persentase paling banyak tiap tahunnya. Sedangkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan persentase. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran sektor ekonomi dari sektor primer ke sekunder dan tersier di Kabupaten Wonogiri.
Grafik Persentase dan pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonogiri Sumber : Olahan Penulis,2016
Sedangkan dari analisis pertumbuhan ekonomi dari PDRB kabupaten, didapatkan hasil bahwa pertumbuhan PDRB kabupaten Wonogiri fluktuatif, tapi secara linear tampak pertumbuhan positif. Rata – rata pertumbuhan ekonomi di Kabupeten Wonogiri dari tahun 2010-2014 yaitu sebesar 4.89%. Analisis dan perhitungan PDRB per kapita dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemakmuran rata-rata dari penduduk di suatu daerah. Grafik tersebut menunjukkan bahwa terdapat kegiatan ekonomi yang naik turun tapi secara trend mengalami peningkatan.
14
2. Disparitas yang Dialami Kabupaten Wonogiri
Tabel Rata-rata Laju Pertumbuhan dan PDRB Perkapita Kabupaten Sekitar Wonogiri Sumber : Olahan Penulis,2016
Jika dilihat Disparitas yang terjadi pada ruang lingkup kabupaten yang berada di sekitar Kabupaten Wonogiri, dari rata-rata Laju Pertumbuhan dan Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten Wonogiri memiliki angka yang paling kecil dari Kabupaten yang lain, rata-rata PDRB Perkapita Wonogiri berada di bawah standar PDRB perkapita Jawa Tengah. Hal ini akan menjadi permasalahan karena kondisi perekonomian Kabupaten Wonogiri aka tertinggal dari Kabupaten disekitar nya dan akan mengalami keterbelakangan ekonomi. Selanjutnya dilihat dari ruang lingkup kecamatan yang ada di Kabupaten wonogiri. pada kabupaten wonogiri ini tentu adanya kesenjangan atau pendapatan kecamatan yang timpang atau berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel pendapatan Perkapita untuk setiap kecamatan dibawah ini.
GraďŹ k Indeks Williamson Kabupaten Wonogiri Sumber : Olahan Penulis,2016
Dapat dilihat bahwa dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri, terdapat 12 kecamatan yang memiliki rata-rata pendapatan perkapita berada lebih tinggi dari rata-rata kabupaten Wonogiri, dan 13 kecematan lainnya berada di bawah rata-rata kabupaten, dengan kecamatan wonogiri yang memiliki pendapatan perkapita paling tinggi. Perbedaan antar kecamatan karena setiap kecamatan memiliki keunggulan sektor masing-masing, dan sektor-sektor tersebut memiliki pendapatan yang berbeda-beda, di dukung juga dengan persebaran penduduk yang setiap ada disetiap kecamatn berbeda pula, lalu salah satu penunjang dari ekonomi adalah aksesibilitas, banyak kecamatan yang memiliki aksesibilatas yang sulit untuk dijangkau, dengan jarak tertentu yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dlam suatu kecamatan berbedabeda. Selanjutnya penyebab dari disparitas antar kecamatan ini adalah keadaan geograďŹ s. Jadi topograďŹ yang ada di Kabupaten Wonogiri ini beragam sehingga potensi untuk sebuah kecamatan juga berbeda, rata-rata sektor yang ada di Kabupaten ini adalah petanian lahan kering, dan pertanian ini setiap pergantian musim atau beberapa kali dalam setahun selalu tanaman yang di tanam bercanti karena disesuaikan dengan keadaan alam dan iklimnya, seperti tanaman padi, kedelai, dan jagung. Oleh sebab itu dalam Kabupaten Wonogiri, setiap kecamatan memiliki ekonomi yang berbeda-beda.
15
4.5. Arahan Pengembangan Kabupaten wonogiri dengan NSDA HUTAN PRODUKSI
Tabel Penentuan Sektor Unggulan Sumber : PDRB kab.Kulon Progo, PDRB DIY, olah data 2016
Arah pengembangan ekonomi ini melihat apakah potensi yang dapat di kembangkan untuk menunjang peningkatan Ekonomi dari Kabupaten Wonogiri ini, dengan mengidentiďŹ kasi potensi di setiap sektor. Sehingga potensi tersebut dapat menjadi solusi dalam permasalah ekonomi yang di alami oleh Kabupaten Wonogiri. Untuk mengetahui potensi tersebut, dengan cara analisis sektor unggulan pada 17 sektor yang ada pada Kabupaten Wonogiri ini. Analisi sektor unggulan ini dilakukan dengan 4 metode yaitu tipologi Klassen, Klassen terhadap wilayah yang lebih luas, LQ dan Shiftshare. Setelah 4 metode ini mendapat kan hasil akhir maka dapat ditentukan sektor yang dikategorikan menjadi sektor yang unggu, berkembang, potensn eial, dan terbelakang. Pada analisis setor unggulan ini Kabupaten Wonogiri memiliki sektor Unggul yaitu sektor pertanian, pertambangan, dan jasa-jasa. Hutan termasuk pada sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa kehutanan pada Kabupaten Wonogiri ini cukup unggul. Sehingga hutan Produksi pada Kabupaten Wonogiri ini dapat menjadi solysi dalam mengatasi permasalahn yang ada pada ekonomi Kabupatennya. Jika Hutan Produksi ini dikembangkan lagi maka perekonomian Kabupaten Wonogiri memiliki kesempatan untuk berkembang. Hail hutan yang ada berupa kayu tersebut memang memiliki potensi untuk dikembangkan, karena hasil hutan saat ini masih dalam golongan hasi primer yang belum diolah sama sekali, maka hasil hutan tersebut tentu akan terbilang menjadi potensi ketika kondisinya yang saat ini adalah primer diubah menjadi sekunder atau tersier, dengan posisi pengolahannya tetap berada dikabupaten Wonogiri ini. Sehingga dengan adanya perubaan ini tentu akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, lapangan pekerjaan akan terbuka terus, Karena banyaknya tempat pengolahan hasil hutan tadi jika di viralkan pada Kabupaten Wonogiri. Pengembangan hasil Hutan Produksi ini harus terus di perhatikan dan dikembangkan, karena dari hitungan Neraca Moneter, untuk saat ini produksi kayu pada kabupaten ini terbilang cukup tinggi, di dorong lagi harga dari kayu tersebut lebih mahal dari sektor-sektor yang lain.
16
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah melakukan analisis yang dilakukan pada Neraca Sumber Daya alam untuk sektor Hutan Produksi dan mengaitkannya pada Ekonomi Kabupaten Wonogiri, didapatkan hasil bahwa sektor pertanian yang memiliki komoditi Hutan Produksi memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi sektor basis pada Kabupaten Wonogiri ini, dengan Komoditi ini memiliki cadangan lahan yang cukup banyak, maka komoditi hutan produksi ini mampu untuk ditingkatkan lagi jumlahnya dari keadaan yang ada pada saat ini. Sektor pertanian ini juga masih menyumbang terbesar pada perekonomian Kabupaten Wonogiri.dan jika sektor ini dikembangkan untuk pengolannya menjadi sekunder atau tersier, di pastikan keuntungan yang didapatkan untuk pendapatan daerah akan meningkat tajam. Karena hasil dari hutan produksi ini berupa Kayu yang dapat diolah menjadi property yang harganya cukup tinggi. Namun untuk saat ini komoditi Hutan Produksi ini dikatakan belum optimal dan maksimal dalam pemanfaatannya, masih banyak lahan yang belum terpakai untuk pengembangan hutan produksi tersebut. Hal ini di dorong dengan peruntukan lahan Hutan Produksi pada Kabupaten Wonogiri ini masih belum jelas, dalam pendataannya juga belum terlalu terperinci, sehingga intervensi dari pemerintah kurang optimal karena keterbatasan data tersebut. Oleh karena itu untuk mewujudkan kemajuan perekonomian pada Kabupaten Wonogiri ini, adanya rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengembangan dari sektor pertanian pada Komoditi Hutan Produksi antara lain sebagai berikut: 1. Peningkatan produktiďŹ tas Hutan Produksi, dengan pengolahan teknologi 2. Memanfaatkan cadangan lahan yang ada, untuk optimalisasi hutan produksi 3. Membuat industry pengolahan dari hasil Hutan Produksi tersebut, agar memiliki nilai jual yang tinggi 4. Peningkatan SDM agar dalam pengolahan Hutan Produksi ini menjadi baik. 5. Memperdayakan penduduk untuk pengolahan hasil tersebut, agar kesempatan untuk bekerja. 6. Adanya badan penanggung jawab yang kongkrit dalam pengolan hasil hutan seperti perum perhutani.
17
Daftar pustatka Kabupaten Dalam Angka Kabupaten Wonogiri Progo Tahun 2012 – 2014 Laporan Produksi Kayu Wonogiri 2015 (Dinas Kehutanan) PERMEN Perdagangan RI No. 12/M-DAG/Per/3/2012 tentang penetapan harga patokan hasil hutan untuk perhitungan provisi sumber daya hutan Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2016 Renstra SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri Tahun 2010- 2015 SNI 19-6728. 1-2002 Penyusunan Neraca Sumber Daya SNI 19-6728.2-2002 Penyusunan neraca sumber daya –Sumber daya hutan spasial TINJAUAN PDRB KABUPATEN/KOTA Se-Jawa Tengah 2014
18
Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada