BACKPACKIN’ MAGAZINE.EDISI IV.JULI-AGUSTUS 2010
B CKPACKIN’ fun, relax,
low budget
KOMUNITAS TIM SERGAP
MENUJU 7 SUMMIT NUSANTARA
BULOK BADUY
DILAHIRKAN SEBAGAI PERTAPA
BADUY CATPER
TRACKING KE DESA ANTI MODERNISASI
AKSESORIS : SOLIO * PANDU : CARA KE BADUY *TIPS : MENDAKI
WWW.BACKPACKINMAGAZINE.COM
DAFTAR ISI
BACKPACKIN’ JULI-AGUSTUS 2010
KAMU DI SINI
3
TRACKING KE DESA ANTI MODERNISASI Agak misterius, Baduy tidak ada dalam buku Lonely Planet Indonesia. Padahal, orang Indonesia mana yang tidak pernah mendengar Baduy? Rupanya belakangan saya baru tahu bahwa Warga Negara Asing memang tidak diperbolehkan masuk wilayah Baduy Dalam. Mayoritas konsumen Lonely Planet adalah wisatawan asing, jadi wajar saja kalau Baduy tidak dibahas.
1
23
GALERI GUNUNG CEREMAI Berada di puncak kawah Ceremai dengan ketinggian 3.078 m dpl rasanya seperti diberi kedamaian dan kekerdilan. Puas rasanya menjejakkan kaki di titik tertinggi Jawa Barat.
BACK PACKIN’
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
11
PANDU BADUY Kita memberi panduan bagaimana cara menuju Baduy, baik baduy dalam atau luar. Panduan ini berisi jadwal kereta api dari dan ke Rangkasbitung, transaportasi yang digunakan, dan biaya yang perlu disiapkan.
19
BUDAYA PANGAN URANG KANEKES Beras menjadi sebuah komoditas pangan yang berperan penting bagi warga Baduy. Penyimpanannya dibuat spesial layaknya menjaga sesuatu yang bernilai tinggi.
25
KEASRIAN DI TENGAH HIRUK PIKUK BANTEN Sudah beberapa tahun Banten dinobatkan menjadi provinsi baru sapihan Jawa Barat. Pembangunan Banten seakan berlari, tapi tidak dengan Baduy. Himpunan suara serangga dan hutan masih mendominasinya.
35
TIM SERGAP : MENUJU 7 SUMMIT NUSANTARA Cukup Dua Tahun untuk membuat Tim Sergap “mapan” sebagai sebuah komunitas pecinta alam. Berawal dari hanya pendakian gunung, kini perjalanannya juga mencakup beberapa kegiatan lain berlabel “cinta alam Indonesia”. Tujuh puncak Indonesia terpatri menjadi tujuan besar mereka.
41
SOLIO, CHARGER PRAKTIS RAMAH LINGKUNGAN Kini, manusia tak bisa lepas dari listrik. Padahal, backpackers umumnya hidup jauh dari sumber listrik. Maka kemudian muncul Solio Portable Solar Charge.
A
da yang bilang, uang adalah segalanya. Tidak banyak hal yang bisa terlaksana tanpa uang. Bahkan, untuk satu jepretan bersama penduduk lokal di India, kita harus mengeluarkan uang. Cuma satu kalimat dalam Bahasa Inggris yang bisa mereka katakan: no money no photo. Namun, orang-orang Baduy di Banten kontra dengan pernyataan tersebut. Memang, mereka juga menggunakan rupiah dalam perniagaannya, tapi itu hanya dijadikan semacam fasilitator perniagaan. Sejumlah uang dan bermacam fasilitas yang ingin diberikan pemerintah mereka tolak dengan alasan ingin mempertahankan “amanat” adat. Mereka juga menolak pendidikan karena sebuah alasan filosofis, “Kalau kami pintar, kami akan bisa menipu orang.” Keunikan orang Baduy dalam mempertahankan adat memancing Backpackin’ melakukan investigasi mendalam tentang Baduy. Kami menghadirkan sebanyak mungkin informasi, tidak hanya sekedar memaparkan cara dan ongkos ke Baduy, tapi juga tentang budaya, kehidupan, hierarki adat, sampai sejarah adanya suku Baduy. Puluhan artikel dan investigasi langsung kami sarikan dalam edisi ini. “Pandu” sebagai rubrik baru kami hadirkan untuk mempermudah pembaca melangkah ke tempat tujuan. Rute, jadwal kereta, tips, dan beberapa informasi esensial lain kami pepatkan dalam rubrik ini. Maraknya komunitas yang bisa dikategorikan sebagai backpacker turut menggoda kami melahirkan rubrik “Komunitas”. Tim Sergap adalah komunitas pertama yang kami angkat. Catatan perjalanan Backpackin’ bersama Tim Sergap ke Gunung Ceremai untuk memasang papan jalur terpaksa kami lempar ke website karena penuhnya kuota Backpackin’. Ke depannya, Backpackin’ akan fokus ke satu atau dua lokasi tujuan saja, tentu dengan informasi yang lebih padat. Harapan kami, semoga Backpackin’ dapat menjadi pedoman andal dalam berpetualang dan menikmati Indonesia.
Redaksi.
KRU BACKPACKIN’ MAGAZINE PIMPINAN UMUM : Jeremy Gemarista. PIMPINAN REDAKSI : Ambar Arum. TIM REDAKSI : Muhammad Iqbal, Sri Anindiaty Nursastri. TIM ARTISTIK : Galih Permadi, Ricky Akbar, Aditya Hadi Pratama, Finda Fickle Phantasmgoria. MARKETING : Rininta Meyftanoria. KONTAK REDAKSI : redaksiezinebi@yahoo.com. WEBSITE : www.backpackinmagazine.com BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
13
DILAHIRKAN SEBAGAI PERTAPA Tidak banyak komunitas yang memegang erat prinsipnya. Jangankan memegang erat, terkadang prinsip pun tak punya. Komunitas Baduy mempertahankan prinsip-prinsip dasar berkehidupan yang tertuang dalam pikukuh.
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SALAM RANSEL
2
CATPERBADUY
CATPERBADUY
Tracking ke Desa Anti Modernisasi OLEH : MUHAMMAD IQBAL
3
A
gak misterius, Baduy tidak ada dalam buku Lonely Planet Indonesia. Padahal, orang Indonesia mana yang tidak pernah mendengar Baduy? Rupanya belakangan saya baru tahu bahwa Warga Negara Asing memang tidak diperbolehkan masuk wilayah Baduy Dalam. Mayoritas konsumen Lonely Planet adalah wisatawan asing, jadi wajar saja kalau Baduy tidak dibahas. BACK PACKIN’
Matahari awal Mei 2010 belum gagah menyinari stasiun Tanah Abang, tapi 16 orang rombongan kami yang belum saling mengenal sudah siap memegang tiket kereta Patas menuju Rangkasbitung. Tepat pukul 7.41, kereta bergegas. Sedikit saja penumpang yang terlihat berdiri. Belum genap dua jam, kereta sudah sampai. Pepi, pemandu kami, sudah menunggu di stasiun. Ahim, ketua rombongan kami, yang menghubunginya. Ahim cukup menghubungi Pepi untuk mengurusi seluruhnya, termasuk transportasi dan tempat menginap. Seorang supir Elf yang dibawa Pepi tidak banyak kata waktu menyupiri kami menuju Ciboleger selama 1,5 jam. Sebelumnya, untuk perbekalan dan
Baduy Luar Pukul 1 siang kami lanjutkan perjalanan, tracking ke Baduy Luar. Baru mendaki tangga sekitar 100 meter, kami mendapati perbatasan antara Ciboleger dan Baduy Luar. Semua tamu diharuskan registrasi terlebih dahulu. Seorang pemuda gempal dengan lincah memainkan komputernya, mengetik data diri kami, dan mencetak bukti pembayaran dari kami. Saya pikir, Baduy sepenuhnya melepaskan diri dari teknologi, tapi rupanya ada segelintir warga yang memang harus mengerti teknologi karena tuntutan dari pemerintah untuk urusan administrasi.
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
Foto : Ikan Asin di Pasar Brata
sekaligus oleh-oleh, kami membeli ikan asin dan beras di Pasar Brata, dekat stasiun Rangkas. Satu liter beras di sini dijual Rp4.500, katanya sih, berasnya lain dari yang biasa, ini beras kampung. Setengah kilogram ikan asin dibandrol Rp10.000. Dengar-dengar, orang Baduy suka sekali dengan ikan asin, jadi pantas untuk dijadikan oleh-oleh buat mereka yang nanti kami tempati rumahnya untuk bermalam. Pukul 12 siang kami sudah sampai di Ciboleger. Tampak semacam tugu patung sekeluarga petani yang sepertinya dijadikan icon Ciboleger. Walau sudah lumutan di sana sini, tapi tulisan di bawahnya masih terbaca, “Selamat Datang di Ciboleger”. Sampai di Ciboleger, rombongan istirahat, makan, dan sholat. Ada masjid yang cukup besar di dekat tempat kami istirahat. Terdapat beberapa pilihan tempat makan dengan bermacam menu yang ditawarkan, tapi sayangnya harga makanan mahal. Nasi, sayur asem, dan telur dibandrol Rp10.000.
BACK PACKIN’
4
5
BACK PACKIN’
CATPERBADUY
Tidak sulit tracking menuju perkampungan Baduy Luar. Di saat mendaki, sudah banyak batu-batu besar, sepertinya jenis batu kali, yang sengaja dibalut masuk ke dalam tanah sehingga memudahkan pijakan kaki. Cuaca sedang berpihak pada kami. Sebuah kampung langsung kami temui. Seluruh rumahnya terbuat dari kayu-kayuan. Pasak-pasak yang menjuntai vertikal tidak langsung berpijak pada tanah, tapi ada batu -sejenis batu kali atau batu koral- yang menghubungkan pasak tersebut dengan tanah. Metode yang dipakai penduduk Baduy ini memang jauh lebih tahan gempa dibanding bangunan beton seperti yang banyak ada di kota. Atap rumah terbuat dari daun-daunan kering yang harus diganti setiap sepuluh tahun sekali. Apa mereka tidak takut terbakar waktu musim kemarau ya? Konstruksi dan bahan rumah tersebut tidak berbeda jauh dengan leuit, tempat penduduk Baduy me-
Sebuah bambu panjang melintang di tengah perjalanan. Ah, inilah rahasia orang Baduy bisa tahan jalan berkilo-kilo tanpa membawa minum. Lubang-lubang di bagian atasnya memungkinkan tangan untuk masuk dan menciduk air yang mengalir di dalam bambu. Airnya tidak keruh. Saya coba masukkan air ke botol air mineral, saya perhatikan, terlihat beberapa lumut yang melayanglayang. Tapi nyatanya tidak ada dari rombongan yang mengeluh mulas. Dalam perjalanan, sebuah jembatan bambu membuat kami berdecak kagum. Bermacam bambu besar dan kecil disambung dengan ijuk pohon enau yang dihimpun menjadi sebuah jembatan hebat, tanpa paku! Terdapat pegangan di kanan dan kiri jembatan. Tumpuannya tersebar ke banyak titik yang menyatu kembali di pohon besar pada ujung-ujung jembatan. Setelah satu setengah jam berjalan,
nyimpan cadangan beras/padi. Hanya saja, leuit lebih pendek dan lebih ramping.
sampailah kami di Kampung Cikakal, tempat menginap malam ini. Sebetulnya, perjalanan
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
CATPERBADUY
BACK PACKIN’
6
CATPERBADUY
JULI - AGUSTUS I 2010
bisa lebih cepat kalau tidak sering istirahat dan jalannya tidak lambat. Rombongan kami sebelumnya tidak ada yang pernah jalan ke Baduy dan hanya beberapa saja yang biasa mendaki gunung, jadilah banyak istirahat selama perjalanan. Di Desa Cikakal, beras dan lauk dikumpulkan, lalu meminta tolong pemilik rumah memasakkan makan malam dan makan pagi besok untuk kami. Sore harinya kami menuju sungai untuk mandi. Penduduk Baduy selalu mandi ke sungai. Tidak boleh ada kamar mandi di Baduy. Kalau masih di Baduy Luar, tidak ada pantangan untuk menggunakan sabun atau shampoo, berbeda dengan ketegasan di Baduy dalam. Sempat sebelumnya, saya dan beberapa teman duduk-duduk di atas sungai, tibatiba ada teriakan dalam bahasa Sunda yang kurang lebih artinya, “Aaaa… jangan turun, jangan turun.” Kami malah justru jadi tahu BACK PACKIN’
Foto : Aliran Sungai Di Baduy bahwa di bawah sana ada gadis-gadis yang sedang mandi, hehe. Daripada kenapa-kenapa, kami lebih baik kembali ke tempat menginap sajalah. Selepas Magrib, kami langsung makan hasil masakan Ibu pemilik rumah. Tidak ada aktivitas di malam hari. Biasanya warga lokal Baduy hanya bercengkrama dengan sesama keluarganya atau tetangganya. Kami ngobrolngobrol di teras rumah –walau tidak bisa saling melihat karena minimnya cahaya- sampai tidak tahu mau menertawakan apa lagi.
Baduy Dalam Setelah sarapan, sebelum pukul tujuh, kami sudah beranjak menuju Kampung Cibeo, salah satu kampung di Baduy Dalam. Dengan berjalan biasa saja, butuh satu setengah
jam. Track cukup mudah, tidak ada tanjakan atau turunan yang sangat curam. Hanya saja jarang ditemukan jalan datar. Beberapa kali rombongan terpeleset, memang jalan agak licin karena semalam hujan lumayan lama. Batas antara Baduy Luar dan Baduy Dalam adalah sebuah jembatan bambu, seperti yang kemarin ditemui. Tepat setelah jembatan itu, ada tanjakan yang paling melelahkan sepanjang sekitar setengah kilometer. Beberapa kali kami menemui orang Baduy. Mereka sudah terbiasa jalan berkilo-kilo tanpa alas kaki. Hanya senyuman yang mereka lempar, tanpa sepatah katapun. Sesampainya di Cibeo, beberapa warga yang ada di sekitar tempat kami beristirahat menyambut kami. Salah seorang di antaranya memberi kami minum. Gelas yang ia bawa terbuat dari batang bambu berdiameter sekitar 10cm. Sudah aturannya, tidak boleh ada gelas yang terbuat dari “bahanbahan modern”. Saya cukup kaget melihat semacam teko yang mereka pakai. Saya kenal botol besar itu, mirip botol asam klorida pekat ukuran 5 liter di laboratorium waktu kuliah dulu. Persis sekali. Perkampungan Cibeo tidak jauh berbeda dengan perkampungan di Baduy Luar. Bahan dan konstruksi bangunan rumah sama, tapi terlihat lebih tidak teratur. Saya hanya bisa membedakan Baduy Luar dan Baduy Dalam dari pakaiannya saja. Kalau Baduy Dalam selalu memakai ikat kepala putih, baju hitam atau putih, dan semacam rok berwarna gelap berlurik. Kalau ikat kepalanya tidak putih, bajunya bukan berwarna hitam atau putih, dan atau memakai celana, bisa dipastikan dia adalah Baduy Luar. Mereka selalu membawa
JULI - AGUSTUS I 2010
7
CATPERBADUY
BACK PACKIN’
8
CATPERBADUY
PENGELUARAN KE BADUY Kereta Api Patas Tanah Abang-Rangkasbitung PP Rp8.000 Carter Elf Rangkas-Ciboleger PP Rp500.000:16 orang = Rp32.000 Pemandu Rp400.000:16 orang = Rp25.000 Administrasi masuk Baduy dan uang daftar ke Jaro Dainah Rp3.000 Sumbangan penginapan Rp10.000 Makan 2x Rp20.000
Total Rp98.000
“ Jawabannya cukup sederhana tapi mendalam, “Kalau kami pintar, kami jadi bisa menipu orang”. ”
mendalam, “Kalau kami pintar, kami jadi bisa menipu orang.”.
APA KATA MEREKA
?
Menurutmu, apa yang paling menyenangkan dari Baduy? Roiz
Keteguhan masyarakat baduy dalam untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya mereka.
Alamnya oke gak? Fara, 17, Pelajar
Oke, apalagi kalo pagi hari dan dilihat dari puncak bukit, oke banget !!
Ada keluhan waktu perjalanan dari Tanah Abang ke Ciboleger? Ahim, 24, PNS
Gak ada, ngeluhnya pas pulang dari Ciboleger ke Tanah Abang, Elf-nya ngebut gak aturan karena ngejar jadwal kereta
Jalan sampai ke Baduy Dalam ada keluhan gak? Haikal, 24, Staf Kantor Auditor
Ternyata capek juga, kalo jalannya pagi mungkin lebih seger ya…
Pesan buat yang mau ke Baduy? Iin, 24, Pegawai Swasta
1. Untuk yang nggak pernah jalan jauh dan olahraga, sebaiknya exercise dulu deh, cardio dan ketahanan tubuh! 2. Pakai sandal atau sepatu yang nyaman untuk treking atau naik gunung. 3. Bawa senter dan tisu basah karena nda ada lampu dan untuk cebok. 4. Rain coat plus sleeping bag juga boleh
Kalau ada yang ngajak ke Baduy lagi, mau ikut gak? Fara Mau!! Masih penasaran sama Cikartawana dan Cikeusik. Tapi kalau ada waktu dan uangnya sih Ahim Mau tapi butuh waktu yang lebih panjang, jangan marathon kayak kemarin Roiz Ikut donk Haikal Lihat sikon dan toleransi Iin Kalo yang ngajak mau bayarin sewa porter, hayuk atuh! BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
semacam tas kecil yang diselempangkan. Saya pernah bertanya pada seorang Baduy Dalam, “Apa isinya?” Dia jawab, pakaian yang sewaktu-waktu bisa menjadi pakaian ganti mereka. Hanya setengah jam kami berada di Baduy Dalam karena harus mengejar kereta terakhir dari Rangkas pukul 15.54. Kami pamit, lalu beranjak menuju Ciboleger untuk selanjutnya menuju Jakarta kembali. Kalau dihitung-hitung, hari ini kami total jalan kaki selama enam jam dengan rute Cikakal-CibeoCiboleger. Prediksi saya itu semua berjarak 10 kilometer. Lepas dari benar atau salah dari sudut pandang ini dan itu, jelas komunitas Baduy dengan kesadarannya menolak teknologi modern. Tidak sama dengan definisi tertinggal yang identik dengan tidak mampu mengejar teknologi kekinian. Mereka mempunyai prinsip yang kuat untuk mempertahankan sudut pandangnya sendiri. Seperti yang dipaparkan dalam sebuah video di Yotube, warga Baduy menolak pendidikan, bahkan ketika pemerintah mau memberikannya secara gratis dengan membangun sarana prasarana pendukung, mereka tetap menolak. Jawabannya cukup sederhana tapi
10
PANDUBADUY
PANDUBADUY
JADWAL KERETA JAKARTA - RANGKASBITUNG
Berangkat
Dari
Ke
Keterangan
7.41
Jak
Mer
Patas
8.00
Thb
Rk
Rangkas Jaya
8.30
Jak
Rk
Pnp Lokal
9.17
Pse
Rk
Pnp Lokal
10.17
Pse
Rk
Pnp Lokal
11.40
Jak
Rk
Pnp Lokal
13.40
Jak
Mer
Banten Express
15.40
Jak
Rk
Pnp Lokal
16.40
Pse
Rk
Pnp Lokal
17.00
Thb
Rk
Rangkas Jaya
17.30
Jak
Rk
Pnp Lokal
18.02
Pse
Rk
Pnp Lokal
19.30
Thb
Prp
Pnp Lokal
20.05
Jak
Rk
Pnp Lokal
JADWAL KERETA RANGKASBITUNG - JAKARTA
Dari
Ke
Keterangan
4.10
Rk
Jak
Ekonomi
4.50
Rk
Pse
Ekonomi
5.20
Rk
Pse
Ekonomi
6.00
Rk
Thb
Rangkas Jaya
6.30
Rk
Jak
Ekonomi
7.53
Mer
Jak
Banten Express
10.00
Rk
Thb
Rangkas Jaya
11.10
Rk
Jak
Ekonomi
12.05
Rk
Pse
Ekonomi
13.05
Rk
Pse
Ekonomi
14.35
Rk
Jak
Ekonomi
15.57
Mer
Jak
Patas
Keterangan: Jak = Jakarta Kota; Pse = Pasar Senen; Thb = Tanah Abang; Mer = Merak; Rk = Rangkasbitung;; Prp = PR Panjang
11 BACK PACKIN’
1. Ada pantangan di Baduy Dalam, misalnya dilarang pakai sabun, shampoo, dan kamera 2. Baduy (Luar dan Dalam) tidak ada WC, cuma sungai yang jadi andalan untuk MCK 3. Masuk Baduy ada tiket masuk Rp2.000/ orang 4. Bisa dibilang tidak mungkin ke Baduy tanpa pemandu
TIPS
MENUJU CIBOLEGER 1. Kereta api Tanah Abang-Rangkasbitung; 2 jam perjalanan; Ekonomi Rp2.000; Patas Rp4.000 Dilanjutkan Angkot Rangkas-Aweh Rp4.000 dan Aweh-Ciboleger Rp12.000 2. Untuk rombongan bisa menggunakan Elf yang dicarter Rangkas-Ciboleger (1 jam perjalanan) Tarif PP Rp500.000; hubungi Pepi 3. Menggunakan kendaraan pribadi dengan rute: Jakarta-Tol Tangerang-pintu tol Balaraja Timur belok kiri-Rangkasbitung-LebakAweh- Ciboleger.
MENUJU BADUY DALAM Hanya bisa diakses dengan berjalan kaki. Track menurun dan mendaki, cukup melelahkan. Kalau berjalan normal, butuh waktu sekitar 3,5 jam dari Ciboleger ke Baduy Dalam (Kampung Cibeo) atau 2 jam dari Baduy Luar (Kampung Cikakal) ke Baduy Dalam (Cibeo). Tidak ada trek ekstrim seperti memanjat atau melompat.
WAKTU TERBAIK Semua waktu, kecuali: 1. Hapit-lemah (penanggalan Baduy) atau bulan Kawalu (penanggalan Sunda dan Jawa) atau bulan Februari-Maret (penanggalan Masehi). Pada bulan ini, Baduy Dalam tidak boleh dimasuki pengunjung. Ambil jarak 1 bulan ke depan dan belakang untuk amannya, jadi bulan Januari atau April. 2. Juli-Agustus. Biasanya pengunjung ramai karena sedang libur sekolah. 3. Musim hujan, jalan jadi licin.
AKTIVITAS PILIHAN 1. Bercengkrama dengan warga Baduy asli, banyak warga yang bisa berbahasa Indonesia dengan lancar 2. Tracking menuju Baduy Dalam 3. Camping di pinggir danau 4. Mandi di sungai 5. Hunting oleh-oleh kerajinan khas Baduy
1. Hati-hati memilih sungai untuk mandi, di beberapa tempat banyak sekali lintah. 2. Sejak dini hari sampai subuh, agak sulit melawan dinginnya udara. Sleeping bag akan sangat membantu. 3. Jas hujan perlu untuk jaga-jaga. 4. Membawa lotion anti nyamuk, karena banyak nyamuk 5. Sepatu lebih disarankan, karena ketika hujan jalan licin 6. Lebih baik bawa senter, karena komponen rumah di Baduy berbahan kayu yang mudah terbakar. 7. Kain basahan untuk wanita ketika mandi. 8. Tracking ke Baduy Dalam lebih indah di pagi hari
NOMOR KONTAK Pepi (pemandu) 085883328798 Agus Bule (pemandu) 085710421217 atau 0857161122124 Kantor Sekretariat Desa Kanekes (untuk perizinan) 085710421117 BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
Berangkat
INFO
12
BULOKBADUY
Dilahirkan Sebagai Petapa
T
idak banyak komunitas yang memegang erat prinsipnya. Jangankan memegang erat, terkadang prinsip pun tak punya. Komunitas Baduy mempertahankan prinsip-prinsip dasar berkehidupan yang tertuang dalam pikukuh.
13 BACK PACKIN’
Beberapa versi cerita menyatakan asal muasal keberadaan penduduk Baduy. Berdasarkan sebuah buku karya CL Blume, komunitas Baduy berasal dari Kerajaan Pajajaran. Sekelompok orang ini bersembunyi ketika Pajajaran runtuh pada awal abad ke-17, seiring bergeliatnya islam di Indonesia. Tidak seirama dengan pernyataan tersebut, Van Tricht, seorang dokter yang pada tahun 1928 melakukan riset kesehatan, mengatakan bahwa komunitas Baduy hanyalah orang asli dari daerah ini yang mempunyai daya tolak yang kuat terhadap pengaruh dari luar. Asal kata Baduy juga masih banyak pendapat. Spanoghe, seorang pejabat Belanda dalam laporannya tahun 1838 menya-
takan bahwa nama Baduy mungkin berasal dari kata Buddha. Ia juga menduga Baduy berasal dari nama Sungai Cibaduyut. Ketika sekelompok orang ini lari dari Pajajaran dan berhasil lolos dari pengikut islam, mereka menetap di sepanjang anak sungai itu. Saat ini, tidak ada lagi yang namanya sungai Cibaduyut, tapi sungai Cibaduy masih mengalir membelah kawasan Baduy. Aliran sungai itu memisahkan daerah Baduy dari daerah muslim di utara. Namun demikian, pemisahan tidak terlalu berarti lagi karena beberapa jembatan bambu sudah dibuat untuk melintasi sungai tersebut. WR van Hoevell, seorang penulis, punya pendapat yang lain. Nama Baduy, katanya, mungkin berasal dari sebutan orang-orang muslim. Karena sekelompok orang ini tidak mau mengikuti ajaran islam, maka mereka disamakan dengan orang-orang Badawi Arab yang biasa berkelana di padang pasir. Orang Belanda membuyarkan pengucapan dengan logatnya, muncullah sebutan Baduy.
“ WR van Hoevell, seorang penulis, punya pendapat yang lain. Nama Baduy, katanya, mungkin berasal dari sebutan orang-orang muslim.” BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
OLEH : MUHAMMAD IQBAL
BULOKBADUY
14
BULOKBADUY
BULOKBADUY
15 BACK PACKIN’
rilaku seperti yang dijabarkan dalam pikukuh. Setiap individu dalam komunitas Baduy yang melanggar pikukuh akan “dibersihkan” dengan upacara nyapu. Beratnya hukuman tergantung pada kedudukannya. Semakin tinggi kedudukannya semakin tinggi hukumannya. Segala aspek kehidupan berpusat pada pikukuh. Semua orang dilahirkan untuk menjadi petapa, memenuhi kewajibannya dengan sungguh-sungguh sesuai kedudukannya, menjalani hidup sederhana, dan tidak membebani siapapun.
Masyarakat Baduy, terutama Baduy Dalam, sangat memegang erat pikukuh, yaitu ketentuan adat mutlak yang diwariskan turun-temurun. Pikukuh ini mereka pertahankan agar tidak terjadi perubahan apapun atau sesedikit mungkin. Banyak contoh konkret penolakan yang dilakukan masyarakat Baduy. Di antaranya, yang paling dirasakan pengunjung, mereka tidak menerima masuknya listrik dan alat-alat elektronik. Bermacam jenis pengajian dan pendidikan juga mereka tolak. Dalam bidang pertanian, mereka tidak mengubah kontur lahan persawahan, tidak menggunakan alat-alat seperti pacul dan bajak, tidak membuat terasering, dan tidak mengubah aliran sungai. Dalam berdagang, mereka tidak melakukan tawar-menawar. Alasannya jelas,
Arca Domas Kepercayaan yang dianut komunitas Baduy adalah Sunda Wiwitan yang bisa dikategorikan sebagai animisme. Pada perkembangan selanjutnya, kepercayaan mereka juga dipengaruhi oleh Budha, Hindu, dan Islam. Sebuah Arca bernama Domas dianggap sebagai Arca yang paling sakral, tidak boleh dikunjungi oleh tamu. Letaknya juga dirahasiakan. Penemuan-penemuan arkeologis memberikan kesimpulan bahwa Arca Domas adalah sebuah pemakaman, tapi komunitas Baduy berpendapat bahwa Arca Domas adalah tempat para leluhur mereka meninggalkan dunia dengan lenyapnya roh sekaligus raga mereka.
Berdasarkan agama atau sistem adat, kepemimpinan, sistem kerabat, kemurnian turunan, dan orientasi adat serta agama perkampungan Baduy dapat dibedakan menjadi Baduy Dalam, Baduy Luar, dan Dangka. Kampung Tangtu merupakan kampung utama, yaitu kampung para leluhur, letaknya di Baduy Dalam. Kampung Panamping adalah kampung pinggiran yang menjadi tempat tinggal warga Baduy Luar. Sedangkan Kampung Dangka berarti “kampung kotor” atau kampung tempat tinggal orang-orang berdosa yang berlokasi masih satu wilayah dengan Baduy Luar. Beberapa nama kampung di Baduy Luar, yaitu Cikadu, Kadu Ketuk, Kadu Kolot, Gajeboh, Cisagu, dan Cikakal. Komunitas Baduy mempunyai pemimpin tertinggi yang disebut Pu’un. Mas-
masyarakat Baduy sebisa mungkin tidak menerima budaya-budaya baru selain yang
Agama -bagi komunitas Baduy- merupakan hubungan antara cara berpikir dan pe-
ing-masing kampung di Baduy Dalam (Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana) mempunyai satu
Pu’un
BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
“ Sebuah Arca bernama Domas dianggap sebagai Arca yang paling sakral, tidak boleh dikunjungi oleh tamu. “
diajarkan nenek moyang mereka. Berbeda dengan Baduy Luar yang sudah terlihat mengadopsi sebagian teknologi. Kantor sekretaris desa sudah mempunyai seperangkat komputer lengkap dengan printer-nya. Kalau masyarakat Baduy Luar berkunjung ke kenalannya yang ada di Jakarta dan sekitarnya, mereka sudah biasa menggunakan sandal dan alat transportasi umum. Secara turun-temurun, aturan-aturan tersebut tidak dicatat, tapi hanya disampaikan secara lisan, sambung-menyambung sampai sekarang. Ingatan masyarakat Baduy memang terkenal tajam.
16
BULOKBADUY
BULOKBADUY Pusaka Buana dan Sasaka Domas, membimbing komunitas menjadi petapa, dan mengadakan upacara kawula yang ketika itu tidak boleh ada pengunjung masuk ke Baduy Dalam kecuali mereka yang datang bukan untuk berkunjung, tetapi untuk meminta bantuan Pu’un dalam urusan pribadinya. Terkadang, pengunjung yang datang pada bulan-bulan terlarang itu tetap berkehendak masuk ke Baduy Dalam. Para pengunjung nakal ini biasanya dibekali beberapa bahan dan alat ritual yang dibawa oleh pemandu.
Pu’un. Jadi secara keseluruhan ada tiga Pu’un yang bertindak seperti seorang pemimpin. Pu’un ini adalah jabatan yang diwariskan turun-temurun walaupun tidak otomatis dari Bapak ke Anak, bisa juga kerabat yang lain. Jangka waktu jabatannya tidak ditentukan, hanya berdasarkan kemampuannya memegang jabatan itu. Pemimpin-pemimpin yang penting lainnya adalah Tangkesan (dukun kepala), Jaro Tangku (kepala desa), Girang Seurat (pemangku adat), Baresan Salapan, Tanggunan Jaro Duawelas (kepala para jaro), Jaro Dangka (kepala kampung dangka), Kokolotan (kepala kampung panamping), kolot (kepala kampung pajaroan), dan Penghulu (dukun atau pemimpin upacara siklus kehidupan). Pu’un lah yang menjadi kepala pemerintahan. Para pemimpin lain hanya membantunya. Kewajiban Pu’un, seperti ditetapkan dalam pikukuh, adalah memelihara Sasaka
17 BACK PACKIN’
Paradigma orang pada umumnya yang menyatakan bahwa komunitas Baduy tertutup sepenuhnya dari dunia luar dapat dipatahkan. Buktinya, ada Seba, yaitu sebuah acara yang dilakukan oleh beberapa perwakilan masyarakat Baduy untuk memberikan sebagian hasil bumi mereka kepada pemerintah. Belakangan, Seba mendapat definisi baru, sebagai ajang “curhat” komunitas Baduy kepada pemerintah. Memang, dalam setiap acara yang dilakukan setahun sekali ini, perwakilan Baduy selalu menyampaikan keluh kesahnya kepada pemerintah yang sedang menjabat. Namun, inti dari Seba bukanlah demikian, melainkan memberikan semacam oleh-oleh kepada pemerintah dan sebagai ajang untuk mempererat silaturahim. Begitulah amanat dari leluhur mereka yang tidak berani mereka langgar. Setiap tahun, Seba selalu mereka jalankan. Seba terakhir dilakukan pada 19 April 2010. Dalam kesempatan itu, komunitas
sak hutan dan lahan di kawasan Baduy. Masduki, wakil Gubernur Jawa Barat menanggapi, “Saya menitipkan gunung-gunung yang ada di Banten agar tetap terjaga kelestariannya, warga Baduy harus bertindak jika ada orang yang akan merusak hutan.” Dalam acara tersebut, warga Baduy memberikan beberapa hasil pertanian, sedangkan pemerintah Banten memberikan benih ikan dan bingkisan berisi bahan kebutuhan pokok. Tanpa komunikasi yang intensif, kerukunan keduanya tidak akan sebaik ini. Andai banyak suku dan kepala daerah yang mau menengok kisah sukses Baduy dan Pemerintah Jawa Barat ini.
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
Seba
ulayat di wilayah Baduy (Kompas, 20 April 2010). Jaro Dainah sebagai ketua rombongan adat Baduy menyerukan beberapa keluh kesah mereka di aula Setda Provinsi Banten. Dainah mengatakan, saat ini banyak warga Baduy yang memiliki lahan di luar tanah ulayat tapi belum memiliki bukti kepemilikan tanah. Sementara, warga Baduy terus bertambah. Dalam Seba yang diikuti sekitar 605 warga Baduy tersebut, mereka juga meminta pemerintah memperhatikan kesejahteraan warga di luar Baduy yang tinggal di wilayah perbatasan tanah ulayat. Sebab, kata Dainah, jika banyak warga yang menganggur di wilayah perbatasan, dampaknya akan meru-
Baduy meminta pemerintah Banten dan Kabupaten Lebak menjaga keutuhan tanah BACK PACKIN’
18
PENGANANBADUY
PENGANANBADUY
B
eras menjadi sebuah komoditas pangan yang berperan penting bagi warga Baduy. Penyimpanannya dibuat spesial layaknya menjaga sesuatu yang bernilai tinggi.
19
beras. Uniknya, beras hasil ladang mereka bukan menjadi sumber beras yang dikonsumsi sehari-hari. Mereka lebih memilih untuk membeli beras dari luar ketimbang menggunakan beras hasil panen mereka sendiri. Setidaknya ada dua alasan yang mendasari pilihan itu. Pertama, dengan membeli beras ke luar, warga Baduy bisa menjaga hubungan baik dengan masyarakat di luar wilayah Kanekes. Biasanya mereka membeli beras dari pasar Ciboleger, atau membeli ketika ada operasi pasar yang diadakan Pemprov Banten. Kedua, sebagai persiapan menghadapi kemungkinan terburuk apabila terjadi kekeringan. Beras menjadi semacam tabungan untuk masa tua mereka, sehingga tidak perlu
Budaya Pangan Urang Kanekes
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
Adat istiadat suatu suku tercermin dalam kebiasaan penduduknya. Tidak terkecuali urang Kanekes atau orang Baduy. Mereka punya cara tersendiri dalam mengelola pangan untuk kebutuhan hariannya. Memang tidak ada yang khas dari makanan di Baduy, tapi nilai-nilai yang mereka anut untuk menjaga dan mengelola makanan menarik untuk ditelusuri. Pada umumnya, warga Baduy masih makan makanan yang sangat sederhana, yaitu nasi, sayur, serta ikan asin atau telur asin. Masyarakat Baduy hidup berladang dengan beras sebagai hasil utamanya. Warga Baduy dikenal pandai mengatur persediaan beras mereka. Komoditas ini bernilai tinggi di kalangan warga Baduy. Mereka sangat irit
dalam mengonsumsi beras. Setelah panen, mereka menyimpan beras hasil panen tersebut di leuit, tempat seperti rumah namun lebih kecil yang berfungsi menampung
OLEH : AMBAR ARUM FOTO : BERBAGAI SUMBER BACK PACKIN’
20
merepotkan atau bergantung pada anakcucu. Dengan demikian, maka Baduy tidak pernah mengalami kelaparan ataupun krisis beras. Uang memang sangat penting, namun beras tentu lebih penting. Dapat kita lihat banyak tempat penyimpanan beras (leuit) dibangun untuk berjaga-jaga agar tidak kekurangan. Karena kebiasaan menyimpan beras, maka tidak heran apabila beras yang ada di Baduy banyak yang berusia puluhan tahun. Benih yang digunakan adalah benih tradisional, bukan hasil rekayasa genetik atau hibrida seperti yang biasa kita konsumsi. Dengan begitu, mereka membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk panen, itupun dengan jumlah yang lebih sedikit. Namun, kadar air berasnya rendah sehingga lebih awet disim-
21 BACK PACKIN’
PENGANANBADUY
pan sampai puluhan tahun, bahkan ratusan tahun. Selain beras, warga Baduy memiliki produk kuliner unggulan yang sering mereka jual ke masyarakat luar Baduy. Salah satunya adalah madu. Madu Baduy sangat terkenal karena selain rasanya enak, keasliannya juga terjamin. Madu langsung diambil dari hutan dan diolah secara alami, tanpa bahan pengawet. Durian Baduy tidak kalah pamornya dengan madu di mata masyarakat luar Baduy. Harganyapun terhitung sangat murah. Tiga buah durian hanya dihargai Rp10 ribu. Bahkan kalau beruntung, pendatang yang sedang ke Baduy dapat menikmati durian ini dengan cuma-cuma bersama tuan rumahnya. Jenis durian Baduy berbeda dengan jenis yang biasa dijumpai di perkotaan. Biji duriannya lebih kecil sehingga daging buahnya lebih banyak.
“ Bagi pendatang, cukup sulit mendapatkan variasi makanan. Di Baduy tidak ada warung, apalagi tukang makanan gerobak. �
Walaupun nilai budaya dan kesederhanaan masih sangat kental di Baduy, tapi arus modernisasi melibas tanpa pandang bulu, termasuk kepada urang Kanekes. Makanan dan minuman modern seperti softdrink, mie instan, dan makanan ringan lainnya, sudah tak asing lagi di lidah warga Baduy, terutama mereka yang senang melancong ke luar daerah Baduy. Namun, bukan berarti mereka melanggar peraturan adat. Aturan adat Baduy hanya melarang masyarakatnya makan daging kambing, anjing, dan kucing serta minum sesuatu yang memabukkan. Karena itulah, makanan-makanan instan bisa diterima warga Baduy, walaupun tidak terlalu mendominasi. Bagi pendatang, cukup sulit menda-
patkan variasi makanan. Di Baduy tidak ada warung, apalagi tukang makanan gerobak. Biasanya, pendatang meminta tolong untuk dibuatkan makanan dengan memberikan uang sekedarnya kepada tuan rumah. Bahan baku makanannya biasanya berasal dari penda-
tang. Tidak ada batasan makanan apa yang harus dibawa atau boleh dibawa. Hanya saja, ada baiknya membawa ikan asin yang menjadi makanan favorit penduduk Baduy. Jadi, tuan rumah juga merasa senang memasakkan untuk kita. Bagaimanapun sederhananya makanan di Baduy, tetap tidak meluluhkan kesan kebersamaannya, sesuatu yang sudah jarang ditemukan penduduk perkotaan. BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
PENGANANBADUY
22
GALERI
B
GUNUNG CEREMAI
erada di puncak kawah Ceremai dengan ketinggian 3.078 m dpl rasanya seperti diberi kedamaian dan kekerdilan. Puas rasanya menjejakkan kaki di titik tertinggi Jawa Barat. Belasan jam pendakian seperti tak ada arti, walaupun menggunakan jalur yang paling sulit, Linggarjati.
FOTO :
IKA SOEWADJI
ORDINATBADUY
ORDINATBADUY
S
adalah Baduy Dalam. Itulah salah satu faktor kuat yang mendorong Baduy Luar manut terhadap Baduy Dalam. Seiring perkembangan waktu, jumlah penduduk berkembang sampai membludak 18 kali lipat dalam waktu 1 abad, 18881986. Tercatat, pada tahun 2003, jumlah desa Baduy menjadi 52 buah dengan populasi 7.180 jiwa1). Saat ini, Bahasa sehari-hari yang digunakan komunitas Baduy adalah Bahasa Sunda dengan dialek Sunda-Banten atau orang biasa menyebutnya “Sunda Kasar”. Inilah salah satu faktor kenapa komunitas Baduy cenderung diam ketika berhadapan dengan orang asing. Mereka malu dengan cara biacara mereka yang kasar, maka diam menjadi bernilai emas. Sifat komunitas Baduy sudah terkenal jujur, polos, dan tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar. Segala atribut yang digunakan serba sederhana, bahkan sabun pun tidak mereka pakai ketika mandi, terutama untuk Baduy Dalam.
udah beberapa tahun Banten dinobatkan menjadi provinsi baru sapihan Jawa Barat. Pembangunan Banten seakan berlari, tapi tidak dengan Baduy. Himpunan suara serangga dan hutan masih mendominasinya.
Keasrian di Tengah Hiruk Pikuk Banten
25 BACK PACKIN’
Kerajinan Salah satu keunggulan Baduy adalah jumlah kerajinan yang berlimpah. Biji petai bisa mereka sulap menjadi semacam mini lonceng yang unik. Bermacam kulit kayu bisa berubah fungsi menjadi gelang-gelang rajutan yang cantik. Sebuah gelang dibandrol Rp3.000. Harga yang sama untuk pernakpernik gantungan kunci. Bermacam bahan dasar alami tersebut tidak sulit mereka temuBACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
OLEH : MUHAMMAD IQBAL
Baduy bukanlah merupakan nama desa, bukan nama kampung, dan bukan nama tempat apapun. Baduy yang biasa disebutsebut selama ini sejatinya merupakan nama suku yang bertempat di kaki pegunungan Kendeng, desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten, sekitar 60 kilometer sebelah selatan Rangkasbitung. Ketinggian wilayah yang masuk cakupan Baduy adalah 300-600 meter di atas permukaan laut dengan topografi berbukit dan bergelombang. Luasan total kawasan Baduy adalah 501 hektar. Tanahnya terbagi menjadi tiga jenis relief; sebuah gunung vulkanis di utara, sedimen vulkanis di tengah, dan campuran tanah vulkanis-sedimen di selatan. Pegunungan, jurang yang dalam, air terjun, dan riam banyak terdapat di bagian selatan. Sumber air panas ikut memenuhi keindahan alam Baduy di sebelah timur. Total kampung yang ada di Baduy adalah 59 buah. Hanya 3 yang ada di Baduy Dalam, yaitu Cibeo, Cikeuseik, dan Cikeurtawarna. Uniknya, 56 kampung lainnya manut dengan apa yang dikatakan 3 kampung di Baduy Dalam tersebut. Tidak ada istilah pemakzulan ataupun kudeta walau jumlah mereka jauh lebih banyak. Masyarakat percaya, dahulu memang asal muasal Baduy Luar adalah dari Baduy Dalam. Leluhur Baduy Luar
26
ORDINATBADUY
ORDINATBADUY
Foto Atas : Seorang Ibu sedang Merajut kan di lingkungannya. Sepanjang hari, kalau sedang tidak pergi ke ladang, Ibu-Ibu warga Baduy merajut benang menjadi kain khas Baduy hanya dengan alat rajut sederhana. Bunyi “tek-tektek� dari mesin rajutan sederhana itu kerap menyemarakkan suasana bersama dengan suara serangga. Mayoritas, warga Baduy bermata pencaharian sebagai petani dengan padi sebagai tanaman utama. Selain itu, mereka juga menanam jagung, kacang panjang, ketimun, terong, dll. Saking kuatnya pertanian mempengaruhi mereka, sampai mereka membuat kalender sendiri yang berbeda dengan kalender Sunda, Jawa, apalagi Masehi. Sistem kalender tersebut berkaitan erat dengan usaha
27 BACK PACKIN’
tani mereka. Selain tanaman musiman, komunitas Baduy juga pandai menanam albasia, durian, kelapa, dan pohon nira. Kalau sudah saatnya, pohon albasia ditebang lalu dijual ke luar Baduy. Nira yang dihasilkan dari pohon yang mereka tanam, dibuat semacam gula batu berwarna cokelat. Bahan yang sama digunakan untuk membuat brown sugar yang biasa kita lihat di kafe-kafe dan hotel-hotel. Hanya saja, brown sugar berbentuk serbuk halus sedangkan nira olahan warga Baduy masih besar-besar dan kasar-kasar. Madu juga menjadi ciri khas hasil bumi dari Baduy. Madu Baduy dijamin keasliannya. Mereka bukan menernakkan lebah untuk diambil madunya, tapi mengambil langsung ke hutan. Jadi, kalau di tanaman pangan ada istilah tanaman organik, maka madu Baduy juga bisa dilabeli madu organik. Seluruh hasil bumi yang mereka dapat biasanya dijual, kecuali beras/padi yang mereka simpan dalam leuit. Hasil penjualan hasil bumi tersebut dibelikan bahan makanan lain seperti ikan asin, ikan mas, dan sebagainya. Rumah yang banyak dibuat komunitas Baduy hampir seluruh bahannya dari kayukayuan dan daun-daunan kering sebagai atapnya. Menurut pikukuh (aturan baku) yang ada, paku haram digunakan, seperti banyak rumah adat di pelosok Indonesia lain. Sekilas, rumah satu dengan lainnya tidak terlihat perbedaannya. Tidak bisa terlihat apakah pemilik rumah itu kaya, biasa saja, atau miskin. Hanya sedikit perbedaan di luas teras rumah. Pikukuh yang ada mengharuskan warga Baduy untuk tidak memasak di atas tanah, melainkan harus di dalam rumah pang-
Foto : Gula Merah Baduy
ORDINATBADUY
ORDINATBADUY
B
erikut ketentuan-ketentuan bagi para pengunjung Baduy, disadur dari papan besar yang ada di dekat perbatasan Baduy Luar dengan Ciboleger: 1. Menghargai atau menghormati adat istiadat Baduy 2. Mengisi buku tamu yang telah disediakan
Foto Atas : Leuit Tempat Menyimpan Gabah
Leuit Salah satu keunikan yang juga menjadi ciri khas komunitas Baduy adalah adanya leuit, yaitu tempat menyimpan gabah bagi masyarakat Sunda yang juga diadopsi oleh komunitas Baduy. Khusus untuk leuit di Baduy, setiap rumah biasanya mempunyai
29 BACK PACKIN’
4. Tidak membawa gitar atau memainkan selama di Baduy 5. Tidak membawa senapan angin atau sejenisnya 6. Tidak menangkap atau membunuh binatang yang di perjalanan 7. Tidak membuang sampah sembarangan (terutama dari kaleng atau plastik) 8. Tidak membuang sampah ataupun sejenisnya ke sungai
12. Tidak mencabut atau merusak tanaman sepanjang jalan yang dilalui 13. Tidak membawa atau mengkonsumsi minuman yang memabukkan 14. Tidak membawa atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba, sabu, dan lain-lain) 15. Tidak melanggar norma susila 16. Tidak menggunakan sabun dan odol jika mandi di sungai 17. Melaksanakan ajaran atau perintah agama secara tertib dan tidak mencolok 18. Bagi orang kulit putih (bukan Bangsa Indonesia) dilarang masuk ke Baduy Dalam (Cibeo, Cikeurtawana, Cikeusik, hutan tutupan/larangan) 19. Dilarang memotret, membawa rekaman video, membuat film, membuat rekaman suara di wilayah Baduy Dalam
9. Tidak membuang puntung rokok yang masih menyala
20. Pada bulan Kawalu menurut penanggalan Baduy selama 3 (tiga) bulan berturut-turut Baduy Dalam Tertutup untuk semua tamu
10. Tidak meninggalkan api bekas masak atau api unggun dalam keadaan menyala
21. Semua tamu atau pengunjung tanpa terkecuali dilarang memasuki hutan tutupan.
11. Tidak menebang pohon secara semBACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
gung yang semuanya terbuat dari bahan mudah terbakar itu. Keadaan ini rawan sekali memancing kebakaran. Banyak pihak telah mengingatkan komunitas Baduy untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, tapi bagi mereka pikukuh harus ditaati, apapun risikonya. Menurut salah seorang warga Baduy Dalam, sekitar dua puluh tahun yang lalu ada kebakaran hebat yang melahap lebih dari seratus rumah hanya dalam waktu singkat. Namun demikian, sampai detik ini mereka tetap memasak di atas rumahnya seakan tidak kenal kata jera.
2-3 leuit. Semakin tinggi status ekonominya, semakin banyak leuit yang dimilikinya. Leuit mampu menangkal cuaca dan hama penyakit. Sirkulasi udara dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan gabah kering dalam waktu yang lama. Kumpulan leuit terpisah dari pemukiman penduduk. Alasan sederhana, kalau pemukiman terbakar, cadangan makanan tidak ikut terbakar. Walau tidak dijaga, tapi tidak ada yang berani mencuri gabah dalam leuit, karena tentu ada sanksi adat tersendiri untuk itu. Bisa saja orang mengkategorikan komunitas Baduy kuno, tidak mengikuti zaman, tapi itu bukan berarti miskin dan tidak mampu. Tidak ada istilah kelaparan selama masih ada leuit yang kokoh berdiri. Ratusan tahun mereka menjaga budaya leuit lestari. Jangan heran kalau suatu saat ditawari makan beras berwarna merah oleh orang Baduy, lalu dia bilang, “Nasi yang kamu makan itu adalah hasil panen tiga puluh tahun yang lalu, loh.”
3. Tidak membawa radio tape serta tidak membunyikannya selama berada di Baduy
barangan
30
TOKOHDJARODAINAH
TOKOH DJARO DAINAH
Backpackin’ tidak memilih juru bicara tersebut, melainkan dua orang Djaro sebagai sosok yang diangkat dalam edisi ini. Pertama adalah Djaro Dainah sebagai pemimpin yang mempunyai garis koordinasi langsung dengan pemerintah. Bisa dibilang, Djaro Dainah adalah lurah yang ditunjuk Pu’un sebagai koordinator urusan kepemerintahan.
OLEH : MUHAMMAD IQBAL
Djaro Dainah ketika itu sedang memotong kayu saat ditemui di rumahnya. Kayu itu sepertinya untuk stok kayu bakar. Ia langsung masuk dan menggunakan kemeja hitam berlengan panjang dengan lencana di kantong dada bagian kanannya, siap menjawab beberapa pertanyaan Backpackin’.
P
enduduk Baduy mempunyai pemimpin tertinggi yang biasa disebut Pu’un, tinggal di Baduy Dalam. Selama melaksanakan tugasnya, Pu’un dibantu oleh pemimpin-pemimpin yang lebih kecil, disebut Jaro yang tersebar di Baduy Luar dan Dalam.
31 BACK PACKIN’
Sayang, Backpackin’ belum diberi kesempatan untuk mewawancarai Pu’un karena memang menurut kabar yang beredar, Pu’un tidak bisa ditemui hanya sekedar untuk wawancara. Ada semacam juru bicara khusus sebagai perwakilannya.
Kepala Desa itu beda dengan Pu’un ya? Pu’un itu statusnya sebagai ketua adat, kalau di luar itu sama seperti kiai, jadi ngurus kebatinan, ngurus keagamaan. Kalau Kepala Desa itu ngurus administrasi, membawahi seluruh desa Kanekes, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Jadi Pu’un sebagai tokoh adat, ngurus paranormal, batiniah, cara hidup di dunia di akhirat, itu dikelola oleh lembaga adat. Kalau Kepala Desa itu sama seperti di luar Baduy, cuma bedanya tidak modern. Secara aturan administrasi, aturan tugas fungsi itu sama. Kami punya Sekdes, punya pamong, RT RW. Karena kami itu di 59 kampung maka dibentuklah istilahnya Pamong Desa. Pamong Desa itu mewakili desa di atas RT RW. Apa fungsi utama Kepala Desa? Kerja kepala desa itu adalah sebagai
peringatan jangan melanggar, itu kan mengawasi. Tapi bisa dilihat secara lahiriah dan batiniah. Itu fungsi adat. Hukum adat menurut saya itu paling kuat di seluruh Bangsa Indonesia karena adat itu takut kepada Yang Maha Kuasa, takut kepada malaikat. Kalau hukum nasional bisa direvisi, bisa diamandemen, tiap hari bisa diubah-ubah. Kalau hukum adat sebagai hukum Qur’an, ada patokan. Panjang tidak bisa dipotong pendek tidak bisa disambung. Harus jelas. Itu hukum adat namanya. Memang orang sini gak mau dipanggil orang Baduy ya Pak, maunya disebut orang Kanekes? Masalah panggilan itu, Baduy, Kanekes, Kolot, Maneh, tidak masalah. Paling agak tersinggung kalau disebut Rawayan. Rawayan itu statusnya jembatan, dulunya itu kan jembatan gantung, raweyan, goyang-goyang, makanya disebut Rawayan. Kalau disebut Baduy itu memang di lokasinya ada Cibaduy, ada Bukit Baduy, kalau nama kampung Baduy memang gak ada. Kalau desa itu namanya Desa Kanekes. Kalau di KTP itu statusnya Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Lebak, Banten. BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
DJARO SEBAGAI TANGAN KANAN PU’UN
“ Pu’un itu statusnya sebagai ketua adat, kalau di luar itu sama seperti kiai, jadi ngurus kebatinan, ngurus keagamaan.”
32
TOKOHDJARODAINAH
Oh Baduy Dalam ada KTP juga Pak? Oh kalau Baduy Dalam enggak. Hanya kalau dia mau ke Jakarta saya kasih identitas. Ada surat. Takut ada hal-hal lain. Takut ada kecelakaan. Kalau KTP hanya ada di Baduy Luar.
DJARO SAMI
TOKOHDJARODAINAH Kan suka ada pembersihan Pak oleh Baduy Dalam ke Baduy Luar, apa masyarakat Baduy Luar gak marah dengan pembersihan itu? Nah itu Hukum Adat, ada setahun sekali, kalau istilah polisi itu razia. Tapi kalau teguran, peringatan itu setiap bulan. Itu oleh seluruh tokoh adat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Tidak ada tersinggung. Itu memang aturan adat.
Nah, kalau tentang baju, aturan sebenarnya gimana? Baduy Dalam itu harus selalu pakai baju hitam atau putih. Ikat kepalanya harus putih. Kalau Baduy Luar tidak harus putih. Sarung (pakaian bawah-red) Baduy Dalam namanya Samping Aros, warna hitam lurik-lurik. Kalau Baduy Luar bebas, boleh pakai celana.
Tapi betul gak sih Pak gak boleh pakai gelas dan teko? Oh itu di Baduy Dalam memang gak boleh. Kalau di Baduy Luar lebih bebas. Di rumah saya sendiri ada, itu ada toleransi karena saya harus bersinggungan dengan orang-orang di luar Kanekes.
Itu kan banyak peraturan yang dibuat oleh petinggi Baduy, apa yang terjadi kalau itu dilanggar? Ada yang cukup ditegur, ada yang diberi sanksi hukum. Di sini ada Rutan (rumah tahanan-red) adat. Dia bisa ditahan di situ 40 hari cuma dikasih makan.
Selanjutnya, Backpackin’ menemui Djaro Sami di kampong Cibeo, Baduy Dalam. Kalau Boediyono disebut RI 2, maka bisa pula Djaro Sami disebut Baduy 2. Ia adalah Djaro Adat yang biasanya dijadikan wakil bagi Pu’un. Berikut petikan wawan-
Saya pernah sekali melihat orang Baduy jalan di Jakarta dan beberapa kali melihat mereka berjualan di kampus Bogor. Sebetulnya apa tujuannya? Itu mau silaturahim. Banyak teman di sana yang dulu pernah main ke sini meninggalkan alamat. Biasanya mereka sambil membawa madu atau barang-barang kerajinan asli Baduy. Dari sini mereka jalan kaki, bagi warga Baduy Dalam memang tidak boleh pakai sandal dan kendaraan. Ada yang pernah jalan sampai Bandung, tapi tidak boleh menyeberang laut karena otomatis itu memakai kapal laut, tidak boleh. Kalau sudah sampai Jakarta dan sekitarnya tenang saja, banyak teman. Bapak sendiri terakhir jalan kapan? Sudah sekitar 5 tahun yang lalu, waktu SBY belum 100 hari. Saya dan beberapa orang Baduy ke istana, kami ketemu Andi Malarangeng. Kami ngomong tentang lingkungan Baduy.
33 BACK PACKIN’
Tentang Seba sebagai ajang ketemu orang Baduy dan pemerintah, apa itu wajib? Itu kewajiban, setahun sekali. Itu amanat adat. Bukan Pu’un yang jalan kaki ke tempat pemerintah tapi ada perwakilan. Saya ikut yang kemarin (Seba 2010-red). Tentu banyak keluhan yang disampaikan waktu Seba itu, keluhan masyarakat Baduy yang paling berat apa sih Pak? Kalau ada yang ngejarah lahan. Kami minta hak Ulayat tolong dijaga. Kalau ada kerbau, sapi, kambing tolong dijaga (wilayah Baduy tidak boleh diinjak hewan-hewan tersebut-red). Akhirnya pemerintah yang pagari itu supaya hewan tidak masuk. Nah, kalau yang dikeluhkan ke tamu yang biasanya jalan-jalan ke Baduy? Saya minta tolong bacaan itu supaya ditaati (Sebelum masuk Baduy, ada papan yang memaparkan 21 ketentuan kalau hendak memasuki Baduy-red). Yang paling sering dilanggar itu mereka ambil foto di Baduy Dalam. Kami tidak enak. Terakhir Pak, ada gosip yang bilang bahwa kalau ada wanita Baduy yang suka lakilaki pendatang yang sedang jalan-jalan ke Baduy, maka laki-laki itu tidak boleh keluar? Bohong. Gak ada itu. Di sini laki-laki Baduy dan perempuan Baduy dijodohkan. Tidak boleh cerai sampai meninggal.
BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
caranya:
Apa memang harus begitu ya Pak? Ini amanat nenek moyang, kami bukannya ketinggalan.
34
KOMUNITASSERGAP
KOMUNITASSERGAP
TIM SERGAP:
Menuju 7 Summit Nusantara
C
ukup Dua Tahun untuk membuat Tim Sergap “mapan” sebagai sebuah komunitas pecinta alam. Berawal dari hanya pendakian gunung, kini perjalanannya juga mencakup beberapa kegiatan lain berlabel “cinta alam Indonesia”. Tujuh puncak Indonesia terpatri menjadi tujuan besar mereka.
35 BACK PACKIN’
Kicauan burung langsung tertangkap gendang telinga ketika kaki menjejak ke Desa Linggarjati, Kuningan. Cuaca pagi di penghujung Mei 2010 rupanya mendukung pendakian kami menuju puncak Ceremai. Dua puluh tujuh orang siap dengan macam bawaannya masing-masing. Mayoritas baru kenal beberapa jam sebelumnya, ketika bertemu di meeting point, terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Merupakan hal biasa bagi Tim
Sergap untuk mengkoordinasikan pendakian seperti ini. Melihat puncak gunung Ceremai, seakan kenangan terhempas ke dua tahun silam. Pendakian pertama Tim Sergap dilakukan di gunung ini. Andi Rahadi merasa kurang cocok dengan salah satu komunitas pecinta alam yang diikutinya. Tim Sergap dibuat sebagai pelampiasan. Ia kemudian memasang iklan pada sebuah media online terbitan 29
Juli 2008 untuk mengajak orang ikut dalam pendakian perdana Tim Sergap. Malang, hanya tiga orang yang terjaring. Namun, pendakian tetap dilanjutkan. Andi dan ketiganya berhasil sampai ke puncak Ceremai. Sekembalinya, Andi menyusun ulang strategi untuk mengajak lebih banyak orang mendaki gunung. Berhasil, pendakianpendakian berikutnya menuju Merapi, Pangrango, Cikurai, Salak, Sumbing, Gede, dan BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
OLEH : MUHAMMAD IQBAL
36
KOMUNITASSERGAP Sindoro terlaksana dengan sukses. Bahkan, di Merapi pesertanya mencapai 45 orang. Tim Sergap semakin besar dengan tetap memaparkan catatan-catatan hasil pendakiannya di dalam sebuah blog. Bantuan lalu datang dari seorang simpatisan yang kemudian mengubahnya menjadi sebuah situs cantik, www.sergapindonesia.com. Pergerakan meluas, semakin banyak anggota yang bisa dijaring. Kemudian muncul ide dari para anggota untuk tidak hanya melakukan aktivitas pendakian gunung. Lima divisi lain dibentuk, yaitu Wisata Bahari, Jelajah Goa, Panjat Tebing, Arung Jeram, dan Wisata Keluarga. Kelimanya berjalan sebaik Divisi Pendakian Gunung. Tiap divisi punya pemimpin sendiri, jadi ada 6 Koordinator Divisi yang diberi tanggung jawab mengatur perjalanan sesuai bidangnya. Tim Sergap dibuat terorganisir, bahkan ada AD-ART sendiri untuk membuat sistem kokoh. Namun, kehangatan hubungan antaranggota tetap dipegang kuat seperti layaknya sebuah komunitas berbasis hobi.
Foto: Andi Rahadi
KOMUNITASSERGAP
Cibunar (863 mdpl), Condang Amis (1.212 mdpl), Kuburan Kuda
37 BACK PACKIN’
(1450 mdpl), Pangalap (1.673 mdpl), dan Tanjakan Seruni (1.812 mdpl). Tenda dibuka hanya untuk beberapa jam istirahat, tapi tidak dikemas lagi karena sebagian besar barang tidak dibawa ke puncak. Sabtu pukul 1 dini hari kami bergegas melewati pos Bapa Tere (2.146 mdpl), Batu Lingga (2.365 mdpl), Sangga Buana 1 (2.491 mdpl), Sangga Buana 2 (2.648 mdpl), Pangasinan (2.842 mdpl), sampai seluruh peserta berhasil menggapai puncak (3.079 mdpl) pada pukul 10 siang. Tuntaslah misi pemasangan jalur di tiap pos pendakian oleh Tim Sergap. Sekarang, kalau melihat ada nama pos yang tertera sepanjang Linggarjati sampai Pengasinan dengan bahan seng berbalut cat kuning, itulah yang dipasang Tim Sergap pada pendakian ini. Dari puncak Ceremai terlihat, awan berhasil menutupi hampir sekujur tubuh gunung Slamet, tapi tidak bagian puncaknya. Kami mulai turun pukul 11 siang. Gelombang pertama berhasil sampai pos Cibunar pada pukul 1 dini hari, gelombang kedua pukul 5 subuh, sedangkan gelombang ketiga
memilih buka tenda lagi sehingga baru sampai Cibunar pukul 11 siang. Ahad itu, kami senang semua berjalan lancar, hanya waktu perjalanan saja yang agak membelot dari rencana. Dalam pendakian kali ini, dari 27 peserta, Tim Sergap berhasil membawa 25 orang ke puncak gunung Ceremai. Beberapa di antaranya baru pertama kali mendaki. Dua orang sisanya bukan tidak mampu menuju puncak, tapi memilih untuk tidak ikut demi menjaga barang dan memasakkan makanan untuk kawan-kawannya. Pencapaian ini bisa dibilang prestasi besar bagi Tim Sergap mengingat Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat dan Linggarjati adalah jalur pendakian terberatnya. Ceremei merupakan salah satu pemanasan bagi cita-cita besar Tim Sergap yang terpapar dalam salah satu kaos komunitasnya, yaitu mendaki 7 summit Nusantara: Cartenz (4.884 mdpl), Kinabalu (4.095 mdpl), Kerinci (3.800 mdpl), Rinjani (3.726 mdpl), Semeru (3.637 mdpl), Latimojong (3.445 mdpl), dan Binaiya (3.019 mdpl). Berikutnya, 17-18 Juli 2010 ini, Tim Sergap akan menjelajahi Gunung Semeru. Lalu, 31 Juli hingga 1 Agustus, Divisi Jelajah Goa Tim Sergap akan menuju Bumi Ayu di Sukabumi Selatan yang didengung-dengungkan sebagai goa terbaik se-Asia Tenggara. Seperti biasa, Tim Sergap mengundang siapa saja yang mau menikmati alam Indonesia. Riuh kegiatan Tim Sergap bisa dimonitor di website-nya atau di grup facebook Tim Sergap Indonesia. Selamat menyergap! BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
Tidak ada batasan umur untuk mengikuti perjalanan Tim Sergap. Seperti ilmuwan yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, Tim Sergap juga selalu haus untuk menikmati alam Indonesia. Rata-rata perjalanan dilakukan sebulan sekali. Beberapa bulan terakhir ini, Gunung Guntur dan Pulau Seribu menjadi muara kehausan Tim Sergap. Sempat juga Tim Sergap mengadakan pelatihan panjat tebing di Ciampea, Bogor. Ke depan, pelatihan penjinakan buaya akan diadakan Tim Sergap di Tangerang. Orientasi utamanya bukanlah mencari rupiah. Tidak sepeserpun masuk ke kantong pengurus dari setiap perjalanan yang digagasnya. Semua pengeluaran dalam perjalanan dibuka terang. Tim Sergap hanya ingin mengajak lebih banyak orang untuk menjadi Tim Serdadu Gabungan Penikmat Alam, seperti kepanjangan dari Tim Sergap. Sebagian besar anggotanya adalah dari Jabodetabek, tapi komunitas ini terbuka untuk seluruh pecinta alam Indonesia. Sejak awal, perjalanan Tim Sergap selalu memanfaatkan hari libur, seiring dengan tuturan Andi, “Jangan sampai hobimu mengganggu pekerjaanmu.” Moto yang indah terdengar bagi pekerja karena memecahkan paradigma bahwa berlibur harus mengambil cuti. Maka jadilah long weekend kali ini Backpackin’ ikut dalam perjalanan Tim Sergap. Usai pekerjaan kantor, kami menyemut di Kampung Rambutan pada Kamis malam. Jumat pagi pendakian dimulai dari Linggarjati (650 mdpl) kemudian melewati beberapa pos:
38
RESENSIWEB
RESENSIWEB
Dua Wartawan Susuri Zamrud Khatulistiwa
39
an kedua wartawan ini melalui blog yang mereka perbarui secara berkala. Membaca blog tersebut seakan kita diajak ikut menjelajahi pulau-pulau Indonesia dan menyelami laut birunya. Catatan perjalanan dibuat menarik dan detail. Apalagi ditambah dengan fotofoto yang seakan menggoda untuk dilihat langsung. Cerita Wakatobi yang semakin rusak juga terpapar di blog ini. Memang masih belum banyak tulisan dalam blog tersebut, tapi cukuplah untuk menambah referensi dan pengetahuan umum. Web: http://zamrud-khatulistiwa.or.id
B
en Groundwater adalah seorang penulis dari Australia. Selama 10 tahun dia telah menulis artikel mengenai perjalanan, gaya hidup, dan musik untuk Sydney Morning Herald, the Sun-Herald, the Courier-Mail, FHM, dan Rolling Stone. Rupanya, Ben juga seorang backpacker yang telah menjelajahi berbagai negara di Asia, Eropa, dan Afrika.
BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
F
arid Gaban dan Ahmad Yunus adalah dua wartawan berpengalaman yang mencintai Indonesia. Mereka mempunyai misi menyusuri untaian zamrud khatulistiwa yang terbentang luas dengan menggunakan sepeda motor dan kapal nelayan. Lebih dari 100 pulau di nusantara menjadi tujuan berlabuh mereka, mulai dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Perjalanan direncanakan selama delapan bulan, mulai Mei 2009 sampai Desember 2009. Kita dapat mengikuti lintasan perjalanBACK PACKIN’
5 Ways to Carry a Goat
Di dalam blognya, kita dapat melihat berbagai pengalaman jelajahnya, tentu dengan sudut pandangnya sendiri. Lima belas album foto dari lima belas negara tambah memeriahkan blog ini. Menarik karena foto yang diambil tepat dengan kaidah fotografi sehingga enak dilihat. Dari blog ini pun kita mengetahui kalau Ben telah menerbitkan sebuah buku yang berjudul 5 Ways To Carry A Goat. Sebuah buku yang menceritakan tentang perjalanan panjangnya selama 14 minggu ke 14 negara seperti Brasil, Thailand, Republik Ceko, dan Ethopia. Web: http://bengroundwater.com
40
AKSESORISSOLIO
AKSESORISSOLIO 1. Letakkan Solio tepat di bawah sinar matahari. Pastikan solar panel menghadap langsung ke matahari karena solar panel inilah yang berfungsi menyerap energi matahari. Satu jam energi matahari yang tersimpan di Solio dapat diubah menjadi kurang lebih 30-45 menit waktu bicara (talk-time) dengan telepon seluler, tergantung kualitas sinar matahari, tipe Solio, dan tipe telepon seluler. Waktu terbaik untuk mendapatkan energi matahari adalah pukul 10-14. Pastikan tidak ada benda atau bayangan yang menghalangi sinar langsung matahari ke solar panel karena akan mempengaruhi penyerapan energi Solio.
Solio, Charger Praktis Ramah Lingkungan Padahal, backpackers umumnya hidup jauh dari sumber listrik. Maka kemudian muncul Solio Portable Solar Charge. Setali tiga uang dengan alat yang memanfaatkan solar panel lain, Solio juga menyimpan energi panas matahari, kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang bisa kita gunakan untuk mengisi ulang baterai telepon seluler, GPS, kamera, dan MP3 player. Energi matahari yang disimpan Solio dapat kita gunakan kapan saja, bahkan ketika malam sekalipun. Empat tipe portable solar charger dalam Solio memiliki keunggulan masing-masing, tapi fungsi utamanya tetap sama. Selain praktis, alat ini juga ramah lingkungan.
41 BACK PACKIN’
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
Kini, manusia tak bisa lepas dari listrik.
OLEH : AMBAR ARUM
2. Hubungkan Solio dangan alat yang ingin kita charge. Solio menyediakan kabel ke telepon seluler, kamera, MP3 player, dan GPS dengan merek ternama. Viola! Baterai langsung terisi! Tidak perlu lagi kuatir kehabisan baterai di tengah perjalanan ketika naik gunung atau di tengah-tengah alam liar, karena selama ada matahari dan Solio, kebutuhan listrik terjamin. Solio bisa didapat di toko-toko outdoor atau toko online seperti kaskus dengan harga mulai Rp350.000. Lebih lengkapnya dapat dilihat di http://www.solio. com/charger/
BACK PACKIN’
42
TIPSMENDAKI
TIPSMENDAKI 3. Persiapkan Alat-Alat yang Dibutuhkan
1. Kenali Gunung yang akan Didaki Sebelum memutuskan ikut pendakian, alangkah baiknya jika kita menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang gunung tersebut, seperti berapa ketinggiannya, bagaimana medannya, juga kelebihan dan kekurangannya. Termasuk juga apa saja kewajiban dan pantangan selama berada di gunung tersebut. Semua itu untuk kelancaran kita selama pendakian. Misalnya, kalau kita sudah mengetahui dari awal bahwa sulit mendapatkan air di Gunung Ceremai, maka kita akan menyiapkan air lebih banyak.
Tidak sedikit perlengkapan yang dibutuhkan untuk mendaki gunung. Persiapkanlah alat-alat seperti tenda, sleeping bag, matras, jas hujan, jaket tebal, topi, dan sarung tangan. Jangan lupa pakai alas kaki yang memadai seperti sepatu atau sandal gunung. Persiapan minuman dan makanan juga penting. Bawalah air yang cukup, juga makanan instan yang mudah dibawa. Mie instan, roti, dan biskuit bisa menjadi sumber kalori andalan. Jangan lupa membawa cokelat atau gula merah untuk menambah tenaga selama pendakian.
4. Jangan Bertindak Ceroboh atau “sompral” Alangkah baiknya kita tidak berbuat atau berkata sesuatu yang ceroboh atau “sompral”. Anggaplah kita sedang bertamu ke tempat orang lain. Hormati gunung tersebut, dan jangan lupa nikmati perjalanan sampai nanti kembali lagi.
2. Persiapkan Fisik dan Mental
OLEH : SRI ANINDIATY NURSASTRI
M
uncul kebanggaan ketika kita berhasil mencapai titik tertinggi, tempat yang membuat pandangan mata leluasa bergerak dengan hamparan awan putih ada di bawah kaki kita. Namun, pendakian tetap harus dibekali dengan persiapan yang cukup karena mendaki gunung tergolong olah raga ekstrim. Berikut beberapa tips bagi pendaki pemula:
JULI - AGUSTUS I 2010
Mari Mendaki!
Bagi yang sering olah raga, persiapan fisik mungkin tak terlalu dibutuhkan. Namun bagi yang jarang berolahraga, lebih baik mempersiapkan fisik dengan cara jogging atau renang. Lakukan secara teratur satu atau dua minggu sebelum memulai pendakian. Mental sangat dibutuhkan untuk memotivasi diri sendiri agar bisa sampai ke puncak sesuai tujuan. Kerja sama tim mutlak dibutuhkan. Sifat egois akan merugikan diri sendiri dan tim. BACK PACKIN’
44
INFOBI
Menyelami Suasana Kota ‘Moci’ Tegal
P
ertengahan April kemarin, Backpackin’ membuat perjalanan wisata budaya ke Tegal. Dua belas orang ikut dalam perjalanan itu, salah satunya Andry Nur Hidayat yang mencoba mengenangnya kembali dalam tulisan berikut.
45 BACK PACKIN’
tel yang merupakan singkatan dari wangi, panas, legi, dan kentel. Setelah keluar gerbang pasar Senggol, perhatian kami teralihkan oleh penampilan musisi jalanan di daerah balai kota. Mereka berusia paruh baya, tapi sangat piawai memainkan alat musik. Momen yang pastinya jarang kita temui di kota besar. Setelah puas berfoto dan bernyanyi bersama, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Alam Indah (PAI) lalu bermalam di tepi pantai, beratapkan langit dan ditemani suara deru ombak. Syahdu sekali. Pemandangan PAI pagi itu sangat berkesan, selain karena sunrise yang indah, juga karena saya bisa melihat kegiatan warga di sekitar pantai. Sekitar pukul tujuh, kami mulai menuju tempat wisata selanjutnya: Guci. Perjalanan ke Guci ditempuh 2 jam. Setelah sampai di terminal akhir di desa Guci, kami langsung menyewa penginapan seharga Stasiun Senen menjadi meeting point kami siang itu. Hanya 1 orang yang saya kenal dari 12 orang yang ikut. Tapi itu tidak masalah, saya justru senang bisa bertemu karakterkarakter baru. Perjalanan dari Jakarta ke Tegal kami tempuh menggunakan kereta ekonomi Tegal Arum seharga Rp15 ribu. Kami tiba di Tegal pukul 10 malam. Keadaan kotanya sudah sepi, begitu pun dengan alun-alun kota yang berada di depan stasiun. Pasar Senggol menjadi tujuan pertama kami untuk mengisi perut. Kebetulan masih ada ‘warteg’ yang buka. Warung Moro Tresno namanya. Di sana, untuk pertama kalinya saya mencicipi teh poci yang menjadi ikon Tegal. Rasanya sangat khas. Masyarakat lokal menyebut cita rasanya dengan istilah Wasgi-
Rp240 ribu semalam. Jadi, tiap orang hanya membayar Rp20 ribu. Selepas dzhuhur, kami menuju pemandian air panas Guci. Karena tempat itu sudah penuh, kami putuskan untuk mencari tempat pemandian lainnya: Curug Sigeong. Hampir 30 menit kami berjalan kaki untuk menuju ke sana. Awalnya semua kelelahan, tapi semua terbayar setelah embun dari curug menghempas wajah. Air panas di salah satu sudutnya menambah serunya hari itu. Hanya ada kami dan beberapa orang saja di Curug Sigeong, kesannya kami wisatawan khusus yang diberi tempat khusus. Malam harinya, kami memutuskan untuk melakukan wisata kuliner di sekitar Guci. Jangan pernah lewatkan sate kambing racikan Guci! Sate membuat tidur begitu nyenyak malam itu. Pukul 4 keesokan paginya, kami bangun untuk kembali ke Jakarta dengan membawa segudang cerita baru bersama teman-teman baru.
JULI - AGUSTUS I 2010
JULI - AGUSTUS I 2010
OLEH : ANDRY NUR HIDAYAT
INFOBI
BACK PACKIN’
46
fcdeff e dgNEW hjHOME km OUR mck mck cdefKLIK
KLIK
KLIK
KLIK
KLIK
visit :
www.backpackinmagazine.com KLIK
KLIK
KLIK
KLIK
f e d mck cdef-mck fw e d c cdefw f e d c c w The World is A Book and Those Who Not Travel Only One Page .: St. Augustine :.