Majalah Bahana Edisi Maret 2020 nomor 286

Page 1

1

BAHANA MAHASISWA


DAFTAR ISI Sekapur Sirih

08

04

Majalah kali ini menyorot plagiarisme di kalangan civitas akademika sebagai laporan utama.

Seulas Pinang

03 Profil

20

Pemira, Demokrasi Dan Kampus

Candu Baca Ikhlas Tulis ‘Ala Nurhafni

06

Jengah

24

08

Khazanah

Patah Tumbuh Plagiator Silih Berganti

Laporan Utama 2

28

Kesehatan

Mencari Juru Damai

Efek Menghirup Emisi Akibat Karhutla Bagi Kesehatan

03

03

45

Buku Perjuangan Burung Melindungi Bumi pada 2683

Semua Kebagian, Semua Rasa

14

40

Artikel Ilmiah Refleksi Manual dengan Sarung Tangan

Yuk Berkenalan dengan Depresi

Laporan Utama 1

38

Opini

32

48

Alumni Raja Ritel dari Sungai Piring

Bincang-Bincang 03

52

Film

56

Jalan Tol sebagai Pemerata Perkembangan Ekonomi Indonesia

Deretan Film Memorable di 2019

58

Cerpen Clary dan Dunia Peri

Sekitar Kita

18

Feature

34

Berganti Hari Menyepakati Fopermas

BAHANA MAHASISWA 2

3

BAHANA MAHASISWA


SEKAPUR SIRIH

REDAKSI BAHANA MAHASISWA STT : Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN : 0215-7667. Penerbit : Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Pelindung : Prof.Dr.Ir. H. Aras Mulyadi, DEA (Rektor UNRI), Penasehat : Prof. Dr. Iwantono, M.Phill (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNRI), Pembina : Alumni Bahana Mahasiswa UNRI .

PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI RIZKY RAMADHAN

PEMIMPIN PERUSAHAAN BADRU CHAERUDIN

SEKRETARIS/BENDAHARA UMUM MEILA DITA SUKMANA

T

ahun ini ada banyak perubahan yang terjadi di Bahana Mahasiswa. salah satunya perpindahan sekretariat yang sudah lebih dari dua dekade dihuni kini harus ditinggalkan.

Banyak alasan yang mendasari ‘rumah’ Bahana harus hijrah. Salah satunya karena pusat perkuliahan saat ini sudah bukan di kawasan UNRI Gobah lagi melainkan di Panam. Hingga dipilihlah gedung hijau di sebelah arena panjat tebing untuk menjadi sekretariat baru tepat pada 18 Agustus. Selain itu, Bahana juga baru saja menyelesikan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Pertanda bahwa kami kedatangan anggota baru dengan semangat baru pula. Semoga rasa itu tidak pudar sampai akhir untuk terus melanjutkan tradisi akademis yang kritis. Pembaca yang budiman, Majalah kali ini menyorot plagiarisme di kalangan civitas akademika sebagai laporan utama. Tulisan berisi tentang dua orang dosen program studi PPKN Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNRI. Keduanya berseteru, saling melaporkan karya satu sama lain. Hingga sekarang belum ada kejelasan yang tegas dari para pemegang jabatan fakultas maupun universitas tentang kasus kedua nya. Masih tentang dosen UNRI, tapi kali ini disajikan dalam bentuk prestasi di rubrik Karya Ilmiah. Yesi Hasneli seorang Dosen Fakultas Keperawatan membuat penemuan baru, yaitu SATASIMA atau Sarung Tangan Refleksi Manual. Alat yang ditujukan untuk laansia pengidap Diabetes Melitus. Prestasi juga ditujukan kepada alumni, Wan Muhammad Hasyim dan Nurhafni. Keduanya adalah dua orang yang sudah sukses di bidang masing-masing. Wan dengan ritel Idolmart yang sekarang sudah menjamur di pulau Jawa. Lalu, Nurhafni yang menjadi seorang kepala sekolah di salah satu sekolah negeri dan menggarap banyak penghargaan.

REDAKTUR PELAKSANA AMBAR ALYANADA

REDAKTUR/ LITBANG DICKY PANGINDRA

REDAKTUR MUDA ANNISA FEBIOLA

PUSTAKA DAN DOKUMENTASI RAUDATUL ADAWIYAH

STAFF IKLAN

HUMAIRA SALSABILA NALURITA (nonaktif )

LAYOUTER

HABY FRISCO

SIRKULASI

REVA DINA ASRI

REPORTER

ANNISA FEBIOLA REVA DINA ASRI HUMAIRA SALSABILA NALURITA RAUDATUL ADAWIYAH HABY FRISCO

Keluar dari ranah kampus, pembaca bisa menemukan tulisan Dicky Pangindra mengenai polemik pembentukan Forum Pers Mahasiswa se-Sumatera. Saat itu diadakan oleh Forum Pers Mahasiswa Jambi di Provinsi Jambi. Sedangkan isu Riau ada dalam rubrik Bincang-Bincang kru bersama Sekretaris Hutama Karya tentang Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang sedang dalam tahap pembangunan. Tak hanya sebatas liputan. Kami juga sajikan tulisan non-liputan dalam rubrik Cerpen, Opini, Kesehatan, Jengah, juga TTS.* Selamat membaca!

BAHANA MAHASISWA 4

Alamat Redaksi/Iklan : Kampus UNRI Binawidya, Arena Panjat Dinding, Jalan HR. Soebrantas, Panam, Pekanbaru. Telepon (0761)47577. Dicetak pada CV. Mitra Irzani. Isi diluar tanggung jawab percetakan. Redaksi menerima tulisan berupa opini dan artikel karya orisinil. Redaksi berhak melakukan penyuntingan tanpa merubah tujuan tulisan. Temukan kami di Facebook : Bahana Riau, Twitter : @bahana_riau, Email : bahanaur@gmail.com, Instagram :@bahana_unri,website : bahanamahasiswa.co

5

BAHANA MAHASISWA


SEULAS PINANG

L

agi, redaksi Bahana Mahasiswa kembali menerima laporan terkait adanya dugaan plagiat yang dilakukan dosen Universitas Riau. Sama seperti kasus 2017 yang menyeret nama Dekan FISIP Syafri Harto karena dugaan plagiat, pelapor kali ini juga anonim yang tak bisa dilacak. Surat ini masuk pada akhir 2018, meski ada nama dan nomor ponsel yang tertera, namun sosoknya juga tak bisa ditemui. Pengirim dengan nama Joni Askal kali ini yang mengirim laporan terkait dugaan plagiat. Namun kali ini, tak hanya satu laporan yang masuk. Melainkan dua. Dan kedua laporan itu dikirim dengan waktu berbeda dan orang yang sepertinya berbeda.

Selain ke redaksi Bahana, surat itu ditujukan ke lima tempat lain. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Rektor Universitas Riau, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Juga ke kelembagaan eksekutif mahasiswa seperti BEM Unri dan BEM FKIP Unri. Kedua dosen yang diindikasi melakukan plagiat tersebut adalah dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unri. Ada Ahmad Eddison yang dilaporkan karena jurnalnya diindikasi melakukan plagiat terhadap karya tulis mahasiswanya, yakni karya milik Nurhidayah dan Ayu Andira, masing-masing satu jurnal. Keduanya alumni Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UNRI. Jurnal Ahmad Eddison berjudul Studi Tentang Persepsi dan Sikap Mahasiswa Terhadap Program Gerakan Pakaian Rapi dan Sopan di FKIP Universitas Riau. Sama persis dengan judul jurnal Nurhidayah. Mulai dari judul, pembahasan, hingga daftar pustaka tak ada yang berbeda. Perbedaan hanya tampak di bagian saran, poin ketiga. Jurnal Ahmad Eddison menempatkan pembaca sebagai calon guru, sedangkan Nurhidayah menempatkan mahasiswa sebagai calon guru. Hanya frasa itu saja. Selebihnya sama, pun hingga titik koma. Sedangkan jurnal kedua yang diduga diplagiat oleh Ahmad Eddison yakni milik Ayu Andira. Ia mengangkat Studi Tentang Implementasi Nilai-nilai Budi Pekerti Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 21 Pekanbaru. Penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2013 itu, dipergunakan untuk mendapatkan gelar sarjana. Lalu laporan kedua terkait indikasi plagiat yang dilakukan Sri Erlinda, Dosen PPKn juga. Pengirim laporan tersebut melampirkan dua buku. Dua buku yang dimaksud adalah buku Sosiologi Politik yang ditulis Sri Erlinda. Satunya lagi buku tulisan Rafael Raga Maran dengan judul Pengantar Sosiologi Politik. Bila dilihat secara seksama, isi buku antara keduanya amat mirip. Mulai dari pendahuluan sampai materi

BAHANA MAHASISWA 6

penjelasan. Hanya saja buku milik Sri Erlinda lebih tipis. Ini karena, tak semua isi pembahasan diambil, ada materi yang dipotong-potong. Semisal, bab 6 buku Pengantar Sosiologi Politik Rafael Raga Maran, membahas sosialisasi politik dan partisipasi politik. Namun, di buku Sosiologi Politik Sri Erlinda, pembahasan itu dipecah jadi dua bab. Yakni soialisasi politik di bab 5 dan partisipasi politik di bab 6. Di setiap bab, di akhir pembahasan buku terbitan Rineka Cipta, selalu ditambah kesimpulan. Juga latihan dan tes formatif, masing-masing lima soal. Sedangkan buku terbitan Cendikia Insani tak memuat latihan dan tes formatif. Kemudian perbedaan lain tampak di bab 8. Buku tulisan Sri Erlinda membahas perekrutan politik, sementara Rafael Raga Maran mengulas integrasi nasional. Selain itu, Sri Erlinda juga menghilangkan catatan kaki yang memuat sumber yang disadur. Padahal di buku Rafael, semua sumber kutipan disebut pada catatan kaki, di bawah halaman. Tim Pencari Fakta (TPF) katakan, menerima laporan baru terkait dugaan plagiat buku milik Asril—Dosen Pendidikan Sejarah—yang dilakukan Ahmad Eddison. Padahal laporan dugaan plagiat sudah masuk ke TPF sejak 2018, namun seiring waktu bergulir bahkan kini 2020, kasus ini belum tampak juga kejelasannya. Kata Usman, saat ditemui Desember 2019, Hasil rekomendasi temuan TPF sudah di tangan rektor. Tapi ia enggan memberitahu hasil temuan itu. Katanya hasil temuan itu akan disusul temuan dari laporan dugaan plagiat buku yang dituduhkan pada Eddison. “Januari baru dibawa ke senat,” katanya. Namun pada 10 Maret 2020, ia katakan bahwa semua hasil temuan dan berkas sudah diberikan ke FKIP. Namun karena pihak fakultas tidak memberi hasil, rencananya akan diambil alih kembali. Tapi Mahdum, Dekan FKIP, mengatakan bahwa ia belum mendapat laporan dari TPF, termasuk berkas yang katanya sudah diberikan ke FKIP juga belum diterimanya. Lalu bagaimana kejelasannya? Apakah berkas sudah diberikan TPF ke FKIP sesuai pernyataan Usman Tang, atau FKIP belum menerima berkas seperti yang dikatakan Mahdum? Transparansi dalam kasus ini tidak kelihatan. Termasuk ketika kru Bahana mencoba meminta lihat buku yang katanya jadi laporan plagiat baru yang membawa nama Eddison, TPF enggan memberikan dan menyuruh mencari di FKIP, tapi ketika diberi lihat beberapa buku yang mendekati, Usman menepisnya. Harapannya, Unri dapat menyelesaikan kasus dugaan plagiasi yang terjadi. Jangan sampai ada kasus-kasus serupa yang berhenti di tengah jalan. Rektor perlu mengeluarkan aturan batas maksimal kemiripan karya tulis yang dapat ditolerir. Dan terakhir, agar kerja-kerja TPF dapat dibuka sehingga ada transparansi.*

7

BAHANA MAHASISWA


LAPORAN UTAMA

PATAH TUMBUH PLAGIATOR SILIH BERGANTI Berkali-kali Bahana Mahasiswa menerima laporan terkait dugaan plagiat yang dilakukan oleh dosen di Universitas Riau. Kali ini dua dosen FKIP menjadi terduga plagiat. Kasus yang mencuat sejak 2018 ini belum juga terlihat titik terangnya hingga sekarang. Oleh Dicky Pangindra

P

ertengahan Oktober 2018. Seorang petugas pos menghentikan sepeda motor di depan Sekretariat Bahana, Kampus Pattimura. Tak lama, ia menghampiri dan memberi sebuah amplop kiriman. Tertuju Kantor Redaksi LPM Bahana Mahasiswa. Amplop cokelat terang itu berisi empat buah karya tulis serta sepucuk surat lampiran. Di pojok kanan atas, nama Joni Askal dengan nomor handphone 0812763112324 tertulis sebagai pengirim. Penggalan isi surat lampiran itu: Berikut ini kami lampirkan dugaan plagiat yang dilakukan oleh Drs. Ahmad Eddison, M.Si dosen FKIP Unri. Mohon segera diproses. Surat itu, tak hanya ditujukan ke Bahana. Setidaknya ada lima tembusan lain. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Rektor Universitas Riau, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Juga ke kelembagaan eksekutif mahasiswa seperti BEM Unri dan BEM FKIP Unri.

Politik yang ditulis Sri Erlinda, dosen FKIP Unri. Satunya lagi buku tulisan Rafael Raga Maran dengan judul Pengantar Sosiologi Politik. Kedua pengirim berkas sulit dilacak. Joni Askal, pengirim pertama tak bisa dihubungi. Nomor handphone yang tertera di amplop juga tak aktif. Kru Bahana Mahasiswa (BM) berulang kali mencoba melacak siapa pengirim berkas itu. Sampai kini identitas Joni Askal belum berhasil diungkap. Pun dengan pengirim kedua. Karya tulis yang dikirim Joni Askal adalah jurnal milik Nurhidayah dan Ayu Andira, masing-masing satu jurnal. Keduanya alumni Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UNRI. Lalu, dua jurnal lainnya milik Ahmad Eddison. Ia dosen tempat kedua mahasiswa tersebut belajar. Nurhidayah mahasiswa PPKn angkatan 2009. Ia menyelesaikan gelar sarjana pendidikannya dengan judul skripsi: Studi Tentang Persepsi dan Sikap Mahasiswa Terhadap Program Gerakan Pakaian Rapi dan Sopan di FKIP Universitas Riau, di tahun 2013.

Selang sebulan berikutnya, surat datang lagi. Namun kali ini tak ada nama pengirim yang dicantumkan. Isinya dua buah buku plus selembar surat. Maksudnya sama seperti surat sebulan lalu. Meminta untuk menyelidiki laporan itu.

Skripsinya diuji pada 21 Juni 2013. Sri Erlinda, Zahirman, Gimin, Hambali dan Ahmad Eddison sebagai penguji. Hambali dan Ahmad Eddison merupakan pembimbing satu dan pembimbing dua.

Dua buku yang dimaksud adalah buku Sosiologi

Skripsi dinyatakan lolos. Selanjutnya, Nurhidayah

BAHANA MAHASISWA 8

Foto: Rizky Ramadhan BM

9

BAHANA MAHASISWA


diharuskan membuat sebuah jurnal. Isinya intisari dari skripsi tersebut. Kemudian, perpustakaan bertanggung jawab mengunggah jurnal itu ke Jurnal Online Mahasiswa (JOM). Kewajiban unggah tersebut, tertuang dalam Peraturan Rektor No. 415/UN19/AK/2012 tentang Pedoman Penerbitan Karya Ilmiah Sebagai Persyaratan Kelulusan Mahasiswa Strata Satu (S1) Universitas Riau. Tiga tahun berselang, Jurnal Pelita Bangsa Pelestari Pancasila yang dikelola Prodi PPKn, mengunggah Jurnal PPKn dan Hukum FKIP UNRI Vol. 11 Nomor 1 Maret 2016. Ada delapan jurnal di dalamnya. Salah satunya milik Ahmad Eddison yang berjudul Studi Tentang Persepsi dan Sikap Mahasiswa Terhadap Program Gerakan Pakaian Rapi dan Sopan di FKIP Universitas Riau. Sama persis dengan judul jurnal Nurhidayah. Mulai dari judul, pembahasan, hingga daftar pustaka tak ada yang berbeda. Perbedaan hanya tampak di bagian saran, poin ketiga. Jurnal Ahmad Eddison menempatkan pembaca sebagai calon guru, sedangkan Nurhidayah menempatkan mahasiswa sebagai calon guru. Hanya frasa itu saja. Selebihnya sama, pun hingga titik koma. Jurnal kedua yang diduga diplagiat oleh Ahmad Eddison yakni milik Ayu Andira. Ia mengangkat Studi Tentang Implementasi Nilai-nilai Budi Pekerti Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 21 Pekanbaru. Penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2013 itu, dipergunakan untuk mendapatkan gelar sarjana. Bedanya dengan Nurhidayah, dalam skripsi Ayu Andira yang menjadi pembimbing satu yakni Ahmad Eddison. Pembimbing duanya Zahirman. Jurnal Ahmad Eddison lain yang diduga plagiat dari jurnal milik Ayu, diunggah di tahun 2015. Dengan seri Vol 10 Nomor 2 di tempat yang sama pula. Di lain kesempatan, Nurhidayah mengonfirmasi bahwa jurnal yang terbit di repository.unri.ac.id awal Juli 2013 itu karya miliknya. Ia yang kini menetap dan mengajar di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis itu juga mengenal Eddison sebagai dosen sekaligus pembimbing skripsinya. “Pak Eddison itu dosen kakak, dek,” katanya di sela waktu ia mengajar. Namun, Nurhidayah tak mempermasalahkan jika karya tulisnya itu dipakai Eddison meskipun sama sekali tak mencantumkan namanya. Ia beralasan, Eddison berjasa membantu skripsinya hingga selesai. “Tak masalah rasanya, kan cuma jurnal. Lagian beliau

BAHANA MAHASISWA 10

kan pembimbing kami,” kata Nurhidayah. Ia juga cerita, ketika ia menyerahkan file jurnal ke Eddison pada 2013, ia dan Eddison buat kesepakatan terkait penggunaan jurnal miliknya sebagai bahan jurnal Eddison nanti. Tak hanya pada Nurhidayah saja, kesepakatan itu juga diutarakan Eddison pada Ayu Andira. Alasannya untuk mengisi jurnal milik Prodi PPKn supaya tidak kosong.

Foto: Rizky Ramadhan BM

Nurhidayah juga mengenal Ayu Andira. Bahkan ia memberi nomor telepon Ayu kepada Kru Bahana. Namun berulang kali dihubungi, nomor Ayu tak aktif. Ketika surat dan lampiran yang dikirim Joni Askal masuk ke Bahana, sehari kemudian Ahmad Eddison datang antarkan surat pernyataan yang ditandatangani Nurhidayah ke kantor redaksi Bahana. Isinya tidak menuntut secara hukum kepada Ahmad Eddison. Tiga hari usai mengantar surat Nurhidayah, Eddison kembali mengantarkan surat pernyataan Ayu Andira. Redaksional suratnya sama dengan surat yang diantar sebelumnya. Menanggapi dugaan plagiasi ini, Sujianto—Wakil Rektor bidang Umum dan Keuangan pernah meminta salinan hardcopy dua jurnal itu pada kru Bahana, saat itu di ruangan Wakil Rektor 1, awal November 2018. Kala itu Ia berjanji akan segera memeriksa kasus ini. Namun hingga 2020, kasus ini tak kunjung selesai. “Udah kami limpahkan ke tim. Tanya saja ke Usman Tang,” kata Sujianto saat ditemui 6 Desember 2019. Maret 2009, Cendekia Insani menerbitkan buku Sosiologi Politik karangan Sri Erlinda. Buku setebal 153 halaman itu, digunakan sebagai bahan ajar di Prodi PPKn. Memuat delapan bab pembahasan. Pada sampul halaman pertama tercantum International Standard Book Number (ISBN) 978-602-8025-29-4. Delapan tahun sebelum buku Sosiologi Politik karangan Sri Erlinda itu, pada Februari 2001, penerbit Rineka Cipta juga menerbitkan buku berjudul Pengantar Sosiologi Politik. Penulisnya Rafael Raga Maran. Rafael Raga Maran menjelaskan di kata pengantar bukunya, bahwa buku tersebut disusun berdasarkan bahan kuliah tempat ia mengajar. Di Prodi Manajemen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara. Secara fisik, buku ini lebih tebal, memuat 220 halaman. Bila dilihat secara seksama, isi buku antara keduanya amat mirip. Mulai dari pendahuluan sampai materi penjelasan. Hanya saja buku milik Sri Erlinda lebih tipis.

Ini karena, tak semua isi pembahasan diambil, ada materi yang dipotong-potong. Semisal, bab 6 buku Pengantar Sosiologi Politik Rafael Raga Maran, membahas sosialisasi politik dan partisipasi politik. Namun, di buku Sosiologi Politik Sri Erlinda, pembahasan itu dipecah jadi dua bab. Yakni soialisasi politik di bab 5 dan partisipasi politik di bab 6. Di setiap bab, di akhir pembahasan buku terbitan Rineka Cipta, selalu ditambah kesimpulan. Juga latihan dan tes formatif, masing-masing lima soal. Sedangkan buku terbitan Cendikia Insani tak memuat latihan dan tes formatif. Kemudian perbedaan lain tampak di bab 8. Buku tulisan Sri Erlinda membahas perekrutan politik, sementara Rafael Raga Maran mengulas integrasi nasional. Selain itu, Sri Erlinda juga menghilangkan catatan kaki yang memuat sumber yang disadur. Padahal di buku Rafael, semua sumber kutipan disebut pada catatan kaki, di bawah halaman. Di luar konteks kemiripan antara kedua buku, ada kejanggalan lain. Nomor ISBN yang dimuat di buku Sosiologi Politik milik Sri Erlinda tidak terdaftar di laman pencarian ISBN Perpusnas. Bila dilakukan pencarian dengan nomor ISBN di laman isbn. perpusnas.go.id, buku Sri Erlinda tersebut tidak muncul. Begitu pula bila dilakukan pencarian dengan kata kunci judul buku ataupun penerbitnya. Namun bila diketik nama Sri Erlinda, yang muncul satu buku berjudul Sistem Politik Indonesia. Buku itu diterbitkan Universitas Riau Press sebagai buku ajar di tahun 2017. Dengan nomor ISBN

978-979-792-745-5. Berulang kali dihubungi, Sri Erlinda menolak diwawancara. Berkali-kali kru Bahana menyambangi ruang kelas, laboratorium, hingga ruangan Prodi PPkn pun tak berjumpa. Akhirnya berjumpa pada 7 November 2019, saat itu ia hendak makan siang di ruangan Ketua Jurusan IPS. “Saya rasa sudah selesai. Kita ini satu bendera, satu rumah. Tak usah di publish,” katanya enggan diwawancarai. “Ini bakal mempermalukan institusi kita”. Plagiat, menurut Oxford American Dictionary, adalah “to take and use another person’s ideas or writing or inventions as one’s own”. Adapun penjelasan lebih detail terkait plagiat dalam Pendidikan telah diatur dalam Permendiknas No.17 tahun 2010 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah milik orang lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyertakan sumber secara tepat dan memadai. Dalam pasal dua dijelaskan lebih rinci terkait lingkup plagiat, berupa: mengacu, mengutip istilah, kata-kata, kalimat, data, informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber; menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; merumuskan dengan kata-kata atau kalimat sendiri dari suatu sumber tanpa menyartakan sumber secara memadai; serta menyerahkan

11 BAHANA MAHASISWA


suatu karya ilmiah yang dihasilkan, dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

mengarahkan untuk bertemu Asril, dosen mereka. Kata dia, kalau mau ketemu langsung saja ke tempat fotokopinya. “Namanya A Tiga Fotocopy, gak jauh dari UIN,” tunjuknya.

Permendiknas nomor 17 tersebut juga memuat sanksi pelaku plagiat. Tertera pada pasal 12 ayat 2. Sanksinya beragam, tergantung perbuatan plagiator.

Kru Bahana lalu coba mencari informasi ke Sekretariat PPKn. Mereka punya perpustakaan sendiri, letaknya menghadap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Di sini terpajang berbagai koleksi buku tentang hukum, pancasila maupun buku pelajaran lain yang berkaitan dengan PPKn.

Mulai sanksi ringan sampai berat berupa teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak, penurunan pangkat dan jabatan akademik atau fungsional, hingga pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai dosen. Namun hingga kini, Senat Universitas Riau belum pernah membahas soal plagiat. Adanya hanya Komisi Gabungan dan Etika. Sekadar membahas akademik, kurikulum, dan etika. “Di Senat belum pernah membahas soal itu (red: plagiat),” kata Tiyas Tinov, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga Sekretaris Senat Universitas Riau, ketika dijumpai Kru Bahana pada 10 Desember 2019.

Setelah meniti satu-satu, akhirnya didapat satu judul buku Pengantar IPS SD. Buku itu pertama kali terbit 2007 dan nama Asril tercantum sebagai penulisnya. Namun ketika gambar sampul buku tersebut diklarifikasi ke Usman Tang, ia menepis. “Bukan yang ini bukunya,” ujarnya. Ada kontradiksi dari pernyataan Usman Tang dan Asril. Ketika ditanya perihal kasus dugaan plagiat yang menyangkut Namanya, Asril mengaku tak tahu menahu, ia juga tak pernah menulis buku seperti yang dilaporkan kepada Usman Tang.

Tiga hari setelahnya, tepatnya 13 Desember 2019, Usman Tang mendapat laporan baru terkait kasus plagiat. Kata Usman, ada seseorang yang melaporkan Ahmad Eddison karena memplagiat buku ajar yang ditulis Asril, dosen Pendidikan Sejarah Unri. Judul bukunya Pengantar IPS. Dalam laporan yang diterima Usman Tang, dua mahasiswa mengaku telah membeli buku Eddison.

Asril cerita, pada 2017 lalu, ia pernah mengeluarkan buku Pengantar Ilmu Sejarah. Buku tersebut diterbitkan UNRI Press lewat bantuan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unri.

Lalu 16 Desember 2019, tim ini menggelar rapat. Pembahasannya baru sekadar meneliti tingkat kemiripan kedua buku, lalu menandainya dengan pewarna stabilo. Karena belum semua anggota datang, Usman meninggalkan lokasi rapat di SPI. Ia dapat perintah menghadap ke rektorat.

“Bukan yang ini juga,” tukas Usman Tang setelah melihat sampul buku.

Sayangnya, Kru Bahana tak berhasil mendapatkan dua buku itu. Seluruh berkas laporan berada di kantor SPI, dipegang Ikhsan. “Kalian cari sendiri di FKIP, banyak tu,” kata Usman. Kru Bahana kemudian mencari buku tersebut di FKIP, di dua tempat fotocopy berbeda, dekat ruangan belajar mahasiswa PPKn dan Sejarah. “Di situ mahasiswa dari dua prodi itu kerap memfotokopi tugas, besar kemungkinan ada menjual buku ajar milik dosen,” cerita salah satu mahasiswa yang dijumpai Kru Bahana. Namun, dari kedua tempat itu juga nihil hasilnya. Pencarian beralih ke sekretariat himpunan mahasiswa. Pertama, sekrerariat mahasiswa Pendidikan Sejarah. Di situ tak ditemukan buku yang dimaksud Usman Tang. Salah seorang pengurus Hima Pendidikan Sejarah lalu

BAHANA MAHASISWA 12

Namun lagi-lagi, ketika judul buku itu diklarifikasi lagi ke Usman Tang, ia membantah. Bukan buku Pengantar Ilmu Sejarah itu yang diterimanya.

Kemudian, pada 18 Desember 2019, Usman Tang baru keluar dari ruangannya. Hasil rekomendasi temuan TPF dari dugaan plagiat Sri Erlinda sudah di tangan rektor. Namun, Usman enggan membocorkan hasil temuan itu. Katanya, hasil temuan TPF itu, akan disusul temuan dari laporan dugaan plagiat buku juga yang dituduhkan pada Ahmad Eddison. Usman jelaskan, setelah semua hasil rekomendasi TPF selesai, rektor akan mengeluarkan SK untuk dibahas di Komisi Etik Senat Universitas. “Kayaknya Januari baru dibawa ke senat,” jelas Usman. Terkait laporan terbaru, Ahmad Eddison mengatakan bahwa hal tersebut sudah kepalang tanggung. “Kalau buku plagiat tersebut diangkat, seluruh dosen di FKIP akan kena. Bukan per orang lagi, tapi ramai-ramai. Artinya kami semua ini plagiat,” tutupnya.*

13 BAHANA MAHASISWA


LAPORAN UTAMA 2

MENCARI JURU DAMAI Jauh sebelum laporan dugaan plagiat antara Ahmad Eddison dan Sri Erlinda mencuat, keduanya sudah bersitegang terkait pemilihan Ketua Prodi PPKn. Yang satu melaporkan satunya ke pihak fakultas maupun universitas terkait dugaan kecurangan, begitupun sebaliknya.

Haryono seharusnya tidak boleh menggunakan hak pilih karena masih berijazah Strata 1. Juga atas statusnya sebagai pegawai bukan dosen. Hal ini yang kemudian hari ditulis pada Surat Terbuka oleh Eddison dan kedua rekannya. Menurut Haryono, alasan Eddison mengatakan dirinya tak boleh ikut memilih sebenarnya sudah terbantahkan. Karena sebelum pemilihan kaprodi, ia telah ikut memilih saat dilakukan pemilihan Ketua Jurusan IPS. Begitu juga dengan dosen dari prodi lain yang masih berstatus S1, seperti

dari Prodi Pendidikan Sejarah dan Prodi Ekonomi. Setahu Haryono tidak ada aturan baku siapa saja yang boleh memilih, asalkan dia dosen baik S1, S2 dan S3 berhak memilih. Kecuali untuk mencalonkan diri, S1 belum bisa. Dua tahun berselang, April 2018, perseteruan kembali bergulir. Hal ini karena dikeluarkannya Surat Keputusan Dekan FKIP saat itu M.Nur Mustafa—kini menjabat Wakil Rektor bidang Akademik. Ia menandatangani surat nomor: 903/UN19.5.1.1.5/TU/2018 tentang

nama-nama pengelola Jurnal Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Tahun 2018-2019. Surat itu menetapkan Haryono sebagai Ketua dan Supentri sebagai Wakil Ketua Pengelola Jurnal. Sri Erlinda menjadi Penanggung Jawab, sisanya di Dewan Redaksi. Hanya nama Eddison yang tidak masuk dalam struktur. Eddison cerita, Jurnal Pelita Bangsa Pelestari Pancasila pertama kali disahkan pada 3 Mei 2006. “Itu saya yang merintis pertama

Oleh: Dicky Pangindra

R

ibut-ribut terkait dugaan plagiat yang menyeret nama dua dosen Prodi PPKn FKIP Universitas Riau (Unri) ternyata punya riwayat Panjang. Ahmad Eddison menerbitkan dua jurnal di Pelita Bangsa Pelestari Pancasila— Jurnal yang dikelola Prodi PPKn. Kedua jurnal itu, serupa dengan jurnal milik mahasiswanya sendiri yakni Nurhidayah dan Ayu Andira. Kemiripan ada di judul, pembahasan, hingga kesimpulan.

dengan jabatan yang ada di Prodi PPKn. Semua bermula pada 14 Januari 2016, saat itu diadakan pemilihan pengelola Prodi PPKn. Pemilihan itu untuk menentukan koordinator prodi, senat prodi dan kepala laboratorium PPKn.

Sementara, Sri Erlinda menerbitkan buku Sosiologi Politik. Buku itu digunakan sebagai bahan ajar yang dicetak pertama kali pada Maret 2009. Delapan tahun sebelum itu, penerbit Rineka Cipta juga menerbitkan buku. Judulnya Pengantar Sosiologi Politik yang ditulis Rafael Raga Maran. Bila dibandingkan antara kedua buku itu, isi dan pembahasan semuanya serupa. Hanya letak halaman yang berbeda.

Dari hasil pemilihan itu, Hambali hanya mampu kumpulkan tiga suara. Sementara, Sri raup empat suara dan berhak menjadi Kaprodi PPKn. Lalu, Zahirman dan Supentri menduduki Senat dan Kepala Labor, hal ini karena keduanya masing-masing dapat empat suara.

Kedua dosen PPKn tersebut saling lapor ke pimpinan fakultas, adapun laporan-laporan tersebut berkaitan

BAHANA MAHASISWA 14

Sumber: istockphoto.com

Saat itu ada tujuh dosen yang mengikuti pemilihan. Yang Kemudian terpecah jadi dua kelompok. Ada kelompok Ahmad Eddison, Hambali, dan Jumili Arianto. Sisanya Sri Erlinda, Supentri, Zahirman juga Haryono.

Namun hasil pemilihan itu dianggap curang oleh kelompok Ahmad Eddison, Hambali, dan Jumili. Alasannya, pemilihan tersebut tidak sesuai prosedur peraturan pemilihan berdasarkan SK Dekan FKIP saat itu. Dosen atas nama

15 BAHANA MAHASISWA


kali di PPKn. Saat itu jamannya Isjoni,” kata Eddison. Isjoni adalah mantan Dekan FKIP selama dua periode.

Sampai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menunjuk Agus Indarjo sebagai Pelaksana tugas.

Lain pendapat terjadi, menurut Haryono, jurnal yang disahkan 2006 itu dibuat Supentri. Begitu juga dengan covernya. Eddison yang justru membuat HAKI atas namanya. Haryono cerita, ia terpilih jadi ketua pengelola jurnal melalui pemilihan, bukan ditunjuk begitu saja oleh Sri Erlinda.

Ada sembilan poin yang disampaikan dalam surat itu. Mereka menyebut pimpinan fakultas tidak netral menyikapi tuntutan agar Sri Erlinda dipindahkan dari Prodi PPKn. Selebihnya menceritakan forum audiensi yang tak membuahkan kesepakatan bagi ketiganya.

Lalu, pada pertengahan 2018 Prodi PPKn tengah mempersiapkan proses akreditasi. Eddison, Hambali, dan Jumili protes karena tidak diikutsertakan dalam rangkaian persiapan akreditasi. Mereka lalu membuat surat terbuka pada 25 September 2018. Surat itu ditujukan kepada pimpinan di lingkungan Universitas Riau. Tertuju Pelaksana tugas Rektor serta Wakil Rektor I. Juga kepada Dekan dan Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNRI. Ada lima poin yang dipaparkan pada tujuh halaman di surat tersebut, kemudian mengerucut pada dua tuntutan. Pertama menuntut pelaksanaan rapat terbuka pertanggung jawaban pengelolaan prodi pada Koordinator Prodi PPKn. Kedua, meminta pemindahan Sri Erlinda ke jurusan atau fakultas lain. Di akhir halaman, Ahmad Eddison, Hambali dan Jumili Arianto membubuhkan tanda tangan. Kurang dari sebulan kemudian, pimpinan fakultas merespon. Lalu diadakan audiensi menanggapi surat terbuka itu. Namun forum yang dihadiri dekan dan ketiga wakilnya serta ketua jurusan berakhir tanpa kesepakatan. Sehari berselang, ketiganya kembali mengirim surat. Kali ini hanya ditujukan kepada pelaksana tugas rektor. Saat itu jabatan Rektor Aras Mulyadi di periode pertama telah berakhir. Proses pemilihan rektor berulang kali tertunda.

BAHANA MAHASISWA 16

Namun, Agus Indarjo juga tak memberi balasan. Kasus ini terus menggelinding tanpa tampak hilirnya. Akibatnya, tepat pada 14 Desember 2018, mahasiswa PPKn protes. Mereka menggelar aksi mogok kuliah. Bahkan hingga M. Nur Mustafa dilantik menjadi Wakil Rektor bidang Akademik, pada Januari 2019 lalu, perselisihan antara Ahmad Eddison dan Sri Erlinda tak berhenti. Barulah tiga bulan kemudian, Mahdum yang saat itu masih menjabat Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan Alumni berhasil membujuk keduanya membuat kesepakatan damai. Keduanya berjanji tidak saling lapor dan mengungkit kasus plagiat yang menerpa mereka. Namun Mahdum mengatakan bahwa mediasi itu hanya membahas cara penyelesaian agar keduanya berdamai, agar perkuliahan kondusif. “Mediasi saat itu bukan soal plagiat,” ujarnya. Sayang, tak lama perjanjian damai dibuat, keduanya kembali gaduh. “Sebenarnya saya malu, sudah capek menangani ini,” ucap Mahdum. Ia cerita, sudah tak terhitung puluhan kali mendudukan keduanya. Bukan hanya di kantor, sudah sering juga diajak sambil ngopi di luar, berbicara secara kekeluargaan. Baik Ahmad Eddison juga Sri Erlinda masih keras kepala. “Bukan mereka yang kasihan tapi mahasiswa. Mereka yang jadi korban, tak kondusif perkuliahan,” lanjutnya. Sebulan

setelah

dilantik

sebagai

Dekan. Mahdum keluarkan Surat Keputusan. Ia mengembalikan pengelola jurnal kepada Ahmad Eddison. Hambali lalu ditetapkan sebagai wakil ketua. Sedang, Jumili dan empat dosen PPKn di posisi Dewan Redaksi. Keputusan itu berlaku sampai 31 Desember 2020 nanti. Namun kini gantian, nama Sri Erlinda dan ketiga rekannya saat pemilihan di 2016 dicoret dari kepengurusan pengelola jurnal. Sri Erlinda juga tak gentar. Pada 30 September 2019 atau sebulan setelah SK itu keluar. Ia melayangkan surat kepada Mahdum. Dalam surat itu, Sri meminta Mahdum bertindak tegas menyikapi pelanggaran yang dituduhkan ke Eddison, Hambali dan Jumili. Mereka bertiga disebut-sebut melanggar perjanjian damai yang diteken 13 Maret 2019 silam. Sri mengejawantahkan tuntutan itu dalam tiga poin. Pertama, soal pemilihan Koordinator Prodi PPKn yang menurutnya melanggar poin nomor 4 perjanjian. Bunyi poin itu: Untuk menindaklanjuti keberadaan ketua program studi PPKn dan Pengelolaan Jurnal PPKn setelah adanya surat pernyataan dari Ketua Program Studi PPKn, maka pihak yang hadir dan dosen-dosen di lingkungan PPKn dapat melakukan rapat untuk menentukan dan memilih Koordinator Program Studi PPKn sebagai pengganti antar waktu dan pengelolaan Jurnal PPKn selanjutnya dengan nenperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Saat ini Koordinator Prodi PPKn dijabat Jumili Arianto. Sejak 17 Juni lalu, ia ditetapkan sebagai Pengganti Antar Waktu, menggeser posisi yang ditinggalkan Sri Erlinda. Kedua soal dilaksanakannya pemilihan Ketua Jurnal PPKn. Disitu disebutkan poin nomor 4 juga yang dilanggar. Terakhir, perjanjian poin 3. Isinya antar kedua pihak yang sepakat menyudahi soal plagiat keduanya. Poin-

poin itu, kata Sri, dilanggar Eddison Cs. Kamis siang, 7 November 2019. Di ruangan Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Lantai dua Dekanat FKIP. Sri Erlinda baru saja hendak menyantap makan siang sesaat Kru Bahana menemuinya. Ia enggan diwawancarai. “Saya no comment,” kata Sri, sembari beranjak dari tempat duduknya, lalu berdiri di depan pintu masuk ruangan itu. “Biarkan saja, tak usah kalian urusi.” Di lain waktu dan tempat yang berbeda. M. Nur baru saja selesai rapat dari ruangan rektor. Ia mengaku tak tahu banyak soal seteru antar dosen di PPKn. Ia sudah banyak lupa. Data-data pun tak dikantonginya. Saat itu para pembantunya—para wakil dekan—yang fokus menyelesaikan masalah ini. “Nanti tersalah bahasa awak,” beberapa kali kata itu diulang-ulang olehnya. Soal SK yang pernah dikeluarkan. Ia membantah menghilangkan nama Ahmad Eddison dalam kepengurusan Jurnal. Sebab saat itu prodi yang mengusulkan nama-nama pengelola untuk di SK-kan. Ia hanya membaca sekilas surat permohonan dari Prodi PPKn, lantas mendisposisikan pada Zul Irfan, Wakil Dekan 1. Di situlah pengecekan dan penyusunan SK. “Saya tinggal tanda tangan saja,” ujarnya. Terkait laporan plagiat dan ributribut antar dosen PPKn tersebut sudah diterima Usman Tang, ia ketua Tim Pencari Fakta. Usman dibantu Ikhsan, Khasnah Faizah, Tiyas Tinov dan Sofyan Husein Siregar. Di tahun 2017 lalu, Usman juga pernah ditugaskan oleh Sujianto—Wakil Rektor bidang Umum dan Keuangan untuk menyelidiki dugaan plagiat yang dilakukan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Syafri Harto. Usman Tang lalu bertemu Mahdum, ia

memberi tenggat seminggu kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu untuk menyelesaikan konflik antar dosen di Prodi PPKN. “Kita kembalikan lagi ke fakultas. Biar diselesaikan disana dulu,” kata Usman Tang. Dua minggu lebih, tenggat waktu yang diberikan Usman Tang usai. Jumat, 6 Desember kemarin, Mahdum menelepon Ikhsan—anggota TPF juga Ketua Satuan Pengawas Internal. Kasus tersebut ia kembalikan lagi ke TPF karena tak sanggup menjadikan mimpi damai itu jadi kenyataan. Eddison tetap ngotot tak mau berdamai bila Sri Erlinda tak kunjung dipindahkan. Pintanya, Sri harus dikembalikan ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik— tempatnya menyelesaikan studi S1 di UNRI. “Kami tak berhak memindahkan begitu saja,” kata Mahdum. Apalagi saat ini hanya tujuh dosen di PPKn yang berstatus pegawai negeri. Sementara satu lagi akan memasuki masa pensiun. “Bagaimana ngurus Prodi dengan cuma lima orang.” Usman sudah mendengar laporan Mahdum yang belum bisa menyelesaikan masalah tersebut secara internal di fakultas. Sehingga, Senin 16 Desember, TPF adakan rapat di kantor SPI. Usman juga mengaku menerima pengaduan baru. Laporan tersebut terkait Ahmad Eddison yang memplagiat buku Pengantar Ilmu Sosial yang ditulis Asril, dosen Pendidikan Sejarah. Buku itu dikirim ke rektorat kemudian diberikan pada tim TPF. Bahkan kata Usman, pada laporan itu, dua mahasiswa juga mengaku membeli buku. “Ini sedang kami bahas. diperjualbelikan itu berat sanksinya,” tutup Usman Tang.

Kalau nanti

18 Desember 2019, Usman Tang

baru keluar dari ruangannya. rekomendasi temuan TPF dari plagiat Sri Erlinda sudah di rektor,” kata Usman. Namun, ia membocorkan hasil temuan itu.

“Hasil dugaan tangan enggan

Katanya, hasil temuan TPF itu, akan disusul temuan dari laporan dugaan plagiat buku juga yang dituduhkan pada Ahmad Eddison. Usman jelaskan, setelah semua hasil rekomendasi TPF selesai, rektor akan mengeluarkan SK untuk dibahas di Komisi Etik Senat Universitas. “Kayaknya Januari baru dibawa ke Senat,” jelas Usman. Namun hingga Maret 2020, kejelasan terkait kasus dugaan plagiat yang ditangani TPF belum juga jernih. Usman berdalih, semua bukti laporan dugaan plagiat Eddison dan Sri Erlinda sudah diberikan ke fakultas. “Berkas masih di fakultas dan belum dikembalikan, kami mau buat undangan untuk memanggil pihak fakultas agar mengembalikan berkas itu lagi,” katanya. Lagi, kata Usman, tidak ada hasil dari fakultas sehingga tim akan mengambil lagi kasus itu. FKIP meminta perpanjangan hingga maret, namun ternyata belum juga selesai. “Rencananya minggu ini atau minggu depan akan diadakan rapat,” ujarnya pada 10 Maret 2020. Tapi Mahdum menepis pernyataan Usman Tang, katanya, kasus plagiat sampai saat ini masih ditangani oleh SPI atau TPF dan belum ada penyelesaian secara formal. “Sampai hari ini, belum ada laporan dari TPF, saya hanya menunggu keputusan saja,” katanya. Ia juga mengaku tak pernah diberikan berkas soal plagiat oleh TPF, termasuk surat dari universitas juga tak pernah ia terima. “Mereka—Usman Tang dan TPF— hanya secara persuasif menanyakan.” “Saya sudah lama tidak berkomunikasi dengan TPF dan tidak ada bertanya juga. Itu adalah kewenangan tim,” ujar Mahdum.*

17 BAHANA MAHASISWA


Pengrajin rotan yang sedang menganyam kerajinanyan di Jalan Yos Sudarso, Rumbai, Pekanbaru

Foto: Rizky Ramadhan BM

BAHANA MAHASISWA 18

19 BAHANA MAHASISWA


PROFIL

CANDU BACA IKHLAS TULIS ‘ALA NURHAFNI Dunia literasi menjadi fokus Nurhafni untuk memabantu perkembangan siswa di sekolahnya. Ia menginisiasi berbagai program serta penunjang untuk meningkatkan minat baca dan tulis siswa. Oleh: Reva Dina Asri

R

uang kerja ini sedikit terlihat padat. Beberapa tumpukan buku serta dokumen tergeletak di atas meja kerja dan meja tamu yang terletak berhadapan. Sebagian lagi tersusun bersama piala dalam lemari kaca tiga pintu, di belakang kursi. Dinding juga tak luput dari berbagai gantungan sertifikat penghargaan hingga foto-foto. “Foto itu diambil 2015. Waktu saya mendapat penghargaan kepala sekolah terbaik nasional,” kata nya menunjuk salah satu pigura yang tergantung. Penghargaan itu didapatkan ketika menjabat Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Pekanbaru. Kini di SMAN 7 Pekanbaru. Secara nasional ia dapat juara tiga sebagai Kepala Sekolah Berprestasi. Tapi setingkat kota dan provinsi Ia raih juara pertama. Dia adalah Nurhafni. Seorang perempuan yang belakangan namanya banyak berseliweran di surat kabar—entah itu karena prestasi atau karena tulisan-tulisannya yang dimuat. Ia kerap menulis tentang pendidikan dan lingkungan di media. Hal itu sejalan dengan program membudayakan literasi yang sedang ia garap di sekolah. Program Sekolah Literasi tidak satu-satunya. Ada program Sekolah Adiwiyata, Sekolah Ramah Anak, Sekolah Sahabat Keluarga, Sekolah Berbudaya Melayu, Sekolah Berkarakter hingga Sekolah Adem

BAHANA MAHASISWA 20

yang juga sedang ia terapkan di SMAN 7 tersebut. Tapi tahun ini dua program yang menjadi prioritas; Sekolah Literasi dan Sekolah Kewirausahaan. Program Sekolah Literasi sudah ia rintis sejak awal menjabat. Kebijakan yang ditawarkan mulai dari kegiatan sekolah pukul tujuh pagi. Murid diminta untuk mengaji Al-Qur’an selama 15 menit. Kemudian membaca buku non-fiksi, di luar buku pelajaran selama 15 menit yang dipandu oleh guru kelas. Dalam satu semester, setiap murid harus mengkhatamkan Al-Qur’an dan tiga buku non-fiksi tersebut. Lalu membuat ulasan dari bahan bacaan yang dirangkum dalam sebuah jurnal. “Akhir semester ada hadiah untuk peserta didik dengan jurnal terbaik sebagai apresiasi untuk minat literasinya,” sahut perempuan kelahiran Pekanbaru tersebut. Dalam mendukung hal ini, sekolah memfasilitasi dua perpustakaan untuk siswa. Pertama perpustakaan dalam ruangan yang diberi nama Perpustakaan Pelita Hati. Kedua, perpustakaan terbuka dengan nama Taman Literasi Cahaya Pena. Perpustakaan ini berada di bawah beberapa pohon, yang kemudian disebut Pohon Literasi. Selain menciptakan suasana sejuk, juga mendekatkan peserta didik dengan buku.

Foto: Istimewa

21 BAHANA MAHASISWA


Buku yang terpajang umumnya bukan buku pelajaran, tapi bacaan non fiksi dan fiksi di luar pelajaran sekolah. Uniknya, buku yang diperoleh dari koleksi perpustakaan dan sumbangan itu digantung dengan seutas tali dan dilapis plastik. Gunanya agar tidak basah saat hujan. Selain itu, tempelan-tempelan kertas juga memenuhi Pohon Literasi. Siswa dan guru menulis kata-kata mutiara dan harapan. Seperti Anisa Fitri yang menuliskan, Orang Hebat bisa melahirkan karya bermutu tapi guru adalah ujung tombak keberhasilan di sekolah. Perpustakaan Pelita Hati mendapat akreditasi A dan meraih juara dua lomba tingkat Kota Pekanbaru tahun 2018. “Membangun budaya literasi untuk sekitar terutama peserta didik dan guru-guru, itu yang saya berikan,” terang Nurhafni. Kesuksesan pendidikan baginya juga bergantung pada kolaborasi orang tua dan guru sekolah yang mengimbau untuk selalu peduli pada lingkungan serta membudayakan literasi. Selain mengajak siswa meningkatkan budaya membaca, perempuan ini juga aktif membaca dan mengungkapkan ulang bacaannya. Baik secara lisan maupun tulisan. Jam istirahat pun kerap ia korbankan. Baginya, literasi adalah membaca dan menulis. “Jadi ada pemahaman disana. Setelah membaca kemudian kita tuliskan.” Kegigihan ini membawa Nurhafni menjadi salah satu yang dipilih untuk merevisi dan melengkapi Buku Panduan Gerakan Literasi Nasional 2019. Gerakan Literasi Nasional adalah bentuk implementasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu kegiatan gerakan ini adalah membuat sebuah buku panduan. Ada enam dasar gerakan literasi di dalam buku panduan, yaitu literasi bahasa, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. Kemampuan literasi ini juga harus diimbangi dengan menumbuh

BAHANA MAHASISWA 22

kembangkan kompetensi yang meliputi kemampuan berpikir kritis atau memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Literasi baca tulis bermaksud membaca, menganalisis kembali bacaan hingga mengolah dan menuliskannnya kembali dalam sebuah ulasan pemahaman pembaca. Numerik, berkaitan dengan dapat membaca angka, matematika dan simbol-simbol serta grafik untuk menjawab persoalan praktis dalam mengambil sebuah keputusan. Ketiga, literasi sains berhubungan dengan sifat keilmiahan. Khususnya, untuk menumbuhkan kesadaran bagaimana fakta-fakta sains dan teknologi bekerja. Kemudian digital, berkaitan dengan kemampuan menggunakan alat-alat komunikasi dan alat digital lain guna mendapat informasi lebih dalam kecerdasan untuk kehidupan sehari hari. Adanya literasi digital mampu mengurangi intensitas berita hoaks tersebar. Seiring dengan gerakan saring sebelum sharing. Lanjut literasi finansial mengarah pada kemampuan pemahaman guna kecakapan dalam keuangan. Seseorang dapat memotivasi dirinya guna menyejahterakan keuangannya dan sosial melalui bacaan-bacaan. Terakhir, literasi budaya dan kewargaan mengarah pada kecakapan memahami dalam bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Lebih lanjut, Pemerintah juga menggalakkan budaya literasi ini dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 20 tahun 2018 tetang Penguatan Pendidikan Karakter pada Pasal 6 Ayat 3 huruf F. Menyatakan Pemerintah memberi ruang yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi. Sekolah Literasi termasuk program yang sangat sukses diraih oleh SMAN 7 Pekanbaru dibawah binaan Nurhafni. Sekolah lain kerap menjadikan sekolah ini contoh. Namun, Nurhafni masih mengeluhkan kemampuan literasi bangsa yang masih rendah. Padahal pemerintah Indonesia sudah memfasilitasi masyarakat untuk memperdalam dan mengembangkan kemampuan itu, terutama melalui Gerakan Literasi Nasional. “Meski sudah

difasilitasi, tapi kemampuan literasi bangsa masih rendah,” pungkas Nurhafni.

Foto: Istimewa

ia akhirnya berinisiatif untuk membuat sebuah gerakan baru bersama guru dan siswa SMAN7, yaitu Gerakan Mobil Literasi. Sebuah gerakan yang Ia dan timnya jalankan tahun ini. Mobil Literasi kerap diam di pinggir jalan sekitaran Masjid Raya Agung An-nur Pekanbaru, atau saat car free day setiap Minggu pagi. “Setiap pembaruan dan program yang dijalankan ibu selalu mengajak kami untuk ikut andil sebagai guru, staf dan murid,” terang Tatik. Tatik adalah salah satu staf di sekolah tersebut. Ia mengaku terinspirasi dengan Kepala Sekolahnya itu karena kegigihannya. “Ibu tegas, semangatnya juga tinggi, itu yang memotivasi kami agar bisa seperti ia,” ungkap perempuan yang hampir setiap hari beraktifitas dengan Nurhafni itu. Sekolah Literasi yang sedang dijalankan Nurhafni mendapat pengakuan yang baik dari muridnya. Salah satunya Fauziah yang sedang duduk di bawah pohon literasi, Perpustakaan Taman Literasi Siswa. Ia akui minat bacanya meningkat jauh, karena membaca minimal 15 menit setiap hari.

Tugas jurnal resensi buku bacaan salah satu yang memotivasi mereka untuk terus membaca setiap hari.

Rani dan Zahra juga begitu. Keduanya jadi gemar membaca.

Jalur yang ditempuh alumni UNRI ini hingga menjadi kepala sekolah, tak lepas dari pengalamannya mengajar menjadi guru.

“Bu Hafni selain disiplin juga kerap memantau kelas saat kami membaca,” terang Fauziah yang duduk di kelas sepuluh jurusan Matematika dan Ilmu Alam.

Awal karir mengajar ia mulai di SMAN PGRI Pekanbaru sebagai guru ekonomi honorer hingga menjadi guru tetap. Kemudian pindah tugas di SMAN 1 Kampar lalu ke SMAN 8 Pekanbaru.

Saat menjadi guru pun, ia mampu meraih banyak prestasi. Salah satunya, juara satu Guru Berprestasi tingkat Kota Pekanbaru dan Provinsi Riau tahun 2011 Ia juga pernah menjadi Guru Favorit Berwawasan Lingkungan tingkat Nasional dari KLH Tahun 2015. “Membaca dan menulis itu tidak sulit dan jangan dipersulit, kuncinya satu yaitu ikhlas,” tutup Nurhafni yang baru saja memindahkan pita toga untuk gelar Doktor dalam bidang Ilmu Lingkungan ini.*

23 BAHANA MAHASISWA


JENGAH

YUK BERKENALAN DENGAN DEPRESI Oleh: M. Arli Rusandi, M. Pd

A

da kalanya perasaan sedih muncul di waktuwaktu tertentu saat menjalani hidup. Sangat normal bagi kita untuk merasakan sedih atau tertekan saat berjuang bangkit dari keterpurukan, karena hal tersebut merupakan respon alami dari otak yang sehat dan berfungsi dengan baik. Disaat seperti itu otak mengatakan kepada kita bahwa “ada sesuatu yang salah”. Tetapi bagaimana jika perasaan sedih atau tertekan akibat kejadian yang sudah lama berlalu itu tidak kunjung hilang? Atau bagaimana jika otak terus menerus mengatakan ada yang salah padahal secara objektif hal itu tidak ada? Ini mungkin depresi, yaitu perasaan sedih, putus asa, tidak berharga atau tidak berdaya yang berlangsung lebih dari berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Riset mutakhir menunjukkan bahwa depresi disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor genetik, biologis, lingkungan dan psikologis. Gangguan ini dapat terjadi pada umur berapapun. Namun lebih sering muncul pada usia dewasa.

terjadi beberapa waktu, diselingi masa dengan gejala yang tidak terlalu berat. Semua gejala berlangsung sekitar dua tahun. 3. Depresi Psikotik Depresi ini terjadi sekaligus dengan gejala psikosis, seperti memiliki keyakinan keliru yang menetap (delusi) atau seolah mendengar/melihat hal yang menggelisahkan (halusinasi). Gejala-gejala psikotik ini biasanya mengandung “tema” depresif, seperti delusi rasa bersalah, kemiskinan, atau penyakit. 4. Depresi Perinatal Depresi dialami perempuan pada masa kehamilan. Ini jauh lebih serius daripada baby blues atau depresi yang relatif ringan disertai gejala-gejala kecemasan yang biasanya menurun atau hilang sekitar dua minggu setelah persalinan. Perempuan yang mengalami depresi perinatal menderita depresi utama selama kehamilan atau setelah persalinan yang disebut depresi postpartum. Perasaan sangat sedih, kecemasan, dan keletihan luar biasa yang menyertai depresi perinatal membuat penderitanya sangat sulit menyelesaikan tugas-tugas harian untuk merawat diri sendiri maupun bayinya.

Ada sebagian depresi diantaranya yang agak berbeda atau berkembang karena situasi-situasi tertentu. 5. Gangguan Afektif Musiman Berikut ini jenis depresi dan gejala-gejalanya: Gangguan ini memang sangat dipengaruhi oleh 1. Depresi Mayor/Depresi Klinis Depresi yang menimbulkan berbagai gejala berat. Sehingga mempengaruhi perasaan dan pikiran penderitanya, serta bagaimana mereka mengatasi situasi sehari-hari, seperti tidur, makan, dan bekerja. Gejala ini bisa disebut depresi apabila berlangsung minimal selama dua minggu.

musim, khususnya musim penghujan karena kurangnya sinar matahari, lalu menghilang saat musim banyak matahari.

2. Depresi Destimia

Depresi musim dingin ini disertai dengan keengganan bergaul, bahkan menarik diri dari lingkungan sosial, banyak tidur, dan penambahan berat badan. Pada tahun berikutnya, di musim yang sama, penderita mungkin akan mengalami kekambuhan.

Gangguan depresif ini bersifat menetap. Suasana hati yang menurun atau rendah. Biasanya depresi utama

Tentu saja, di Indonesia yang tropis dan kaya sinar matahari, depresi jenis ini tidak banyak terjadi.

6. Gangguan Bipolar Gangguan Bipolar memang berbeda dari depresi. Tetapi dimasukkan ke dalam daftar depresi karena penderita gangguan bipolar mengalami episode-episode dimana suasana hatinya sangat rendah yang memenuhi kriteria depresi utama. Seseorang yang menderita bipolar mungkin merasa gembira satu saat dan berikutnya menjadi sangat tertekan dan tidak bahagia. Pada saat high mood, mereka mengalami kebahagiaan ekstrem sampai pada tingkat euforia, berbicara cepat, ceroboh dalam menggunakan uang, cepat marah, kurang bijaksana mengambil keputusan dan tidur berlebih. Sedangkan pada saat low mood, merasakan tidak bahagia, merasa suram akan masa depannya, kurang nafsu makan, hilang energi, gelisah dan sulit tidur. 7. Depresi Sebagai Efek Samping Dari Penyakit Fisik. Sebagai contoh, Anda menderita influenza berat sehingga Anda tak peduli dengan dunia sekitar. Anda hanya ingin tidur atau beristirahat sebanyak-banyaknya. Anda tak peduli akan tugas-tugas kerumahtanggaan, bahkan urusan kantor. Kondisi ini termasuk depresi – baik secara pikiran maupun emosional –meskipun hanya bersifat sementara. Depresi temporer ini sebenarnya cara alamiah untuk memulihkan diri: untuk melindungi diri dari kecemasan berlebihan atas penyakit yang diderita. Biasanya begitu tubuh sehat kembali, suasana hati depresif Photo by Velizar Ivanov on Unsplash

BAHANA MAHASISWA 24

25 BAHANA MAHASISWA


itu ikut musnah. Meskipun pada bebarapa orang sebenarnya adalah depresi yang terjadi sebelum datang bulan. Karena itu pula, banyak wanita masih bertahan selama satu-dua hari setelah gejala fisik reda. Namun, tak jarang tiga hingga yang masuk masa menopause juga mengalami. empat hari setelah sembuh, pikiran sudah seperti Cara Menangani Depresi sedia kala. Jika mengalami depresi, Anda harus segera 8. Depresi Situasi Atau Depresi Reaksi. mengambil tindakan yang tepat. Penyakit ini Depresi jenis ini lahir dari situasi yang sangat tidak bisa disembuhkan sendiri. Harus ada menyakitkan dalam hidup. Depresi ini merupakan bantuan orang lain, seperti konselor, psikolog atau psikiater. reaksi atas situasi yang dialaminya; biasanya berupa situasi kehilangan. Entah kehilangan Menurut Dono Baswardono, ada lima cara pekerjaan, orang yang dicintai, atau barang dan menolong mereka yang depresi bagi pemula. tempat tinggal. Pertama, Jangan pernah beranggapan 9. Depresi Endogen bahwa depresi hanyalah soal pikiran saja. Depresi adalah suatu penyakit atau gangguan, Depresi endogen dipicu oleh gangguan bukan sekadar pola pikir. Memang ada banyak biokimia yang merusak keseimbangan pikiran cara untuk mengurangi gejala-gejalanya, tetapi dan emosi. Kata endogen bermakna berasal dari dalam tubuh. Depresi ini semacam penyakit depresi bukanlah sesuatu yang dapat diubah begitu saja. jasmaniah. Biasa terjadi karena gangguan transmisi listrik pada neuron di otak, atau dipicu Kedua, jangan menghakimi. Ada banyak oleh gangguan pada sistem endokrin. Kelenjar cara yang dapat dilakukan agar penderita tiroid, paratiroid, timus, pankreas, pituitari, depresi dapat merasa lebih baik, tetapi jangan adrenal, ovarium, dan gonad menghasilkan pernah mengatakan kepada mereka bahwa hormon yang dilepaskan ke dalam aliran darah depresi itu adalah akibat kesalahan mereka untuk menjalankan berbagai fungsi. Sedikit sendiri. ltu sama saja dengan mengatakan banyaknya jumlah hormon yang dikeluarkan itu kepada penderita kanker bahwa merekalah bisa menimbulkan depresi. yang bersalah atas kanker yang menggerogoti Gangguan metabolisme juga dapat memicu depresi. Tubuh terus menerus mencerna makanan, menghancurkannya menjadi bahan yang dapat disimpan dan digunakan sebagai energi. Jika sistem metabolisme terganggu, munculah gangguan ini.

tubuh mereka.

Depresi dapat terjadi pada siapa saja tanpa pandang bulu. Depresi disebabkan oleh kombinasi banyak faktor antara lain genetik, biologis, lingkungan dan psikologis. Jadi, jangan katakan kepada penderita depresi bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. KadangBerkaitan dengan sistem kelenjar di atas, kadang mereka gagal, kadang-kadang perempuan lebih mudah terserang. Organ mereka melakukan hal-hal yang menurut Anda reproduksi perempuan mengeluarkan hormon, estrogen, yang memicu perubahan suasana hati. bodoh, kadang-kadang mereka menyerah, Sindroma prahaid (Premenstrual Syndrome, PMS) tetapi kadang-kadang mereka juga berhasil

BAHANA MAHASISWA 26

mengatasinya. Ketiga, cukuplah dengan selalu ada di samping mereka. Biarlah mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Bahwa Anda selalu ada bila mereka membutuhkan. Anda sudah memberi sangat banyak pertolongan hanya dengan duduk dan mendengarkan sepenuhnya selama beberapa menit. Bila itu dapat Anda lakukan, mereka sudah merasa dicintai dan merasa bahwa ada orang yang peduli pada apa yang mereka lakukan. Ini selaras dengan “tidak menghakimi.” Keempat, bantu mereka melihat dari sudut pandang yang lebih sehat. Perubahan adalah hal yang selalu disarankan oleh para konselor. Entah itu berupa mengganti tata letak mebel/perabot di ruang tamu, mengganti jadwal dan agenda, meluangkan waktu dengan teman, berolahraga atau sekadar keluar rumah—segala perubahan positif yang dapat membantu otak keluar dari jalur rutin akan membantu mereka untuk berpikir lebih objektif dan merasa lebih nyaman. Beberapa menit mendengarkan mereka akan sangat luar biasa. Cara lain untuk membantu mereka; undang jalan-jalan, membantu membereskan tugas-tugas rumah tangga, pergi ke tempat ibadah, atau minum es krim, bermain bersama anak-anak sambil piknik, dan sebagainya.

perasaan marah, jengkel, sedih, kecewa atau cemas ini sudah berlalu, karena individu ini melakukan tindakan positif, seperti mendengarkan musik yang menenangkan, berlibur, melakukan meditasi atau olahraga, atau berdoa dan berserah kepada Tuhan. Kadang-kadang, setelah beberapa hari, ternyata depresi itu tak mau pergi. Ia bertahan sampai beberapa minggu atau bulan. Ini disebut periode “depresi klinis” karena sudah mempengaruhi fungsi hidup yang normal, seperti makan, tidur, kemampuan bekerja, aktivitas seks, dan hubungan pertemanan. Seseorang yang mengalami depresi klinis tentu membutuhkan perawatan dari seorang profesional. Depresi ini tak bisa hilang sendiri seiring waktu. Jika tidak dirawat, akan semakin dalam/parah, dan penderitanya akan semakin menarik diri dari kenyataan hidup. Dono Baswardono mengatakan “waktu tak pernah menyembuhkan,” artinya tak ada luka hati yang pulih dengan sendirinya tanpa usaha dari dalam diri (dan akan lebih baik bila ditambah dengan bantuan orang lain, khususnya yang profesional).*

Depresi yang paling banyak terjadi adalah ‘depresi situasi atau depresi reaksi’. Ini merupakan reaksi normal terhadap situasi yang kita alami sehari-hari; seperti ujian sekolah, tekanan pekerjaan, kemacetan di jalan, gosip yang mengalir dari pertemanan, dan sebagainya. Akan tetapi, kebanyakan orang juga tidak tenggelam dalam perasaan depresif tersebut. Banyak orang tak mau larut dan tak membiarkan dirinya terbelenggu oleh rasa tak bersemangat. Dalam beberapa hari kemudian,

27 BAHANA MAHASISWA


KHAZANAH

P

ertama, cuci dulu ikan hingga benar-benar bersih—tidak ada bau amis dan lendir. Giling cabai sampai hancur, iris bawang merah dan cuci daun kunyit. Setelah bahan-bahan itu selesai. Lanjutkan dengan menumis bawang dan cabai sampai aromanya bisa tercium. Lalu masukkan ikan dan daun kunyit. Aduk rata seluruhnya, sehingga semua bahan tercampur dalam kuali. Jangan lupa tambahkan sedikit air dan bumbu penyedap rasa. Ikan harus benar-benar tercampur dengan bahan lain. Agar mudah, ikan yang dipilih adalah ikan sungai. Sebab dagingnya sedikit lebih lunak dibanding ikan laut. Hal ini dikatakan Marlina. Ia adalah salah seorang warga Desa Batu Sanggan. Salah satu desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, kabupaten Kampar, Riau. Marlina menjelaskan tentang cara pembuatan Sambal Bekacau. Makanan khas di desanya. Ia sudah mahir memasak makanan tersebut sejak sekolah. Saat itu, ketika baru pulang sekolah, ibu nya meminta Lina—panggilan akrabnya, memasak. “Bikin lah sambal,” kata Lina, menirukan Ibu nya. “Sambal apa Mak?” “Sambal Bekacau.” Ibu Lina mengajarkan saat itu.

SEMUA KEBAGIAN, SEMUA RASA Desa Batu Sanggan dan banyak desa lain di Kampar punya tradisi mancukou—membuka lubuk larangan dalam kurun waktu tertentu. Ikan yang di dapat biasanya dijadikan berbagai jenis olahan, salah satu kebiasaan warga sekitar ialah mengolahnya menjadi sambal bekacau. Oleh: Meila Dita Sukmana

BAHANA MAHASISWA 28 Foto: Rizky Ramadhan BM

Hingga sekarang, membuat Sambal Bekacau sudah menjadi kebiasaan. “Sekarang tak pernah tanya lagi. Lah mangaroti.” Ikan yang dipakai untuk membuat makanan ini dulu kerap dicari ayahnya di Sungai Subayang. Selepas Isya, ayahnya akan pergi menggunakan sampan. Ia membawa tombak bermata tiga dan lampu minyak tanah. Lampu yang menyala dipautkan di ujung depan sampan, sehingga memudahkan ayah Marlina melihat ikan di kegelapan malam.

Ia mengayuh sampannya sampai ke tempat ikan biasanya berkumpul malam hari. Saat terlihat, tombak akan langsung ditusukkan ke arah ikanikan tersebut. Sampai terasa cukup, sampan akan dikayuh lagi kembali ke tepi. Sebagian ikan yang didapat akan dibakar untuk makan malam. Sebagian lagi untuk dimakan esok hari. “Paling enak pakai ikan baung, tak banyak duri. Tapi disini jarang dapat ikan itu,” sahut Marlina. Ikan juga akan sulit dicari ketika air sungai sedang pasang. Sehingga mengharuskan masyarakat desa membeli ikan di pasar desa lain. Sambal Bekacau bermula dari sebuah keluarga yang beranggotakan tujuh orang. Suatu hari, salah satu dari mereka pergi mencari ikan di sungai. Tapi, ia hanya mendapatkan satu ekor. Pikirnya, kalau ikan dibakar, tak cukup untuk satu keluarga. Akhirnya, mereka memasak ikan itu dengan cara yang disebut Marlina tadi: menghancurkan dagingnya hingga tercampur dengan bahan lain. “Semua kebagian, semua rasa,” sahut Jusman, Pemangku Adat Kenegerian Songgan. Jusman katakan sambal yang dituakan ini selalu hadir di setiap acara desa. Baik acara pribadi, acara ninik mamak, acara kesukuan, hingga kenduri. “Mau ada daging kerbau, daging sapi, Sambal Bekacau tetap ada. Semua orang hobi (makan) sambal tu,” kata lelaki yang diberi gelar Datuk Pucuk tersebut. Selain acara-acara, Lina juga sering menghidangkan Sambal Bekacau saat jamuan makan untuk tamu. Oyon, adik Lina, adalah pengurus Kelompok Kerja Ekowisata Batu Bolah Desa Batu Sanggan. Hal itu membuat Oyon sering membawa wisatawan ke rumah nya. Di saat seperti itu, Lina akan memberikan

29 BAHANA MAHASISWA


Foto: Rizky Ramadhan BM

Sambal Bekacau untuk dimakan bersama. Wisatawan ramai hadir biasanya saat perayaan Cukou. Cukou merupakan sebuah tradisi membuka lubuk larangan—tempat masyarakat tidak boleh mengambil ikan kecuali saat perayaan. Lubuk tersebut dibatasi dengan tali yang membentang dari tepi sampai seberang sungai. Saat itulah biasanya masyarakat akan panen banyak ikan dan membuat Sambal Bekacau. Wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Batu Sanggan harus melalui dua jalur; darat dan air.

Desa Gema. Menempuh sekitar dua jam tiga puluh menit, menggunakan kendaraan roda dua. Dari Desa Gema, pengunjung sudah mulai menggunakan piyau.

Piyau akan dibawa menyusuri Sungai Subayang. Sepanjang perjalanan air tersebut, mata akan dimanjakan dengan dua bukit yang mengapit, yaitu Bukit Rimbang dan Bukit Baling. Waktu tempuh jalur air sekitar satu jam. Piyau akan berhenti di dermaga desa yang dihiasi banyak piyau lain di tepinya. Gapura dengan bertuliskan nama desa pun menjadi tanda bahwa pengunjung telah sampai.*

Jika berangkat dari Pekanbaru—Ibukota Provinsi Riau, harus melewati Lipat Kain menuju

Foto: Dicky BM

BAHANA MAHASISWA 30

Foto: Dicky BM

31 BAHANA MAHASISWA


KESEHATAN

Efek Menghirup Emisi Akibat Karhutla bagi Kesehatan

Nitrogen Oksida (NOx)

Oleh: Annisa Febiola

A

sap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengandung sejumlah gas dan partikel yang berbahaya. Emisi ini membawa dampak buruk bagi kesehatan jika dihirup dalam jangka waktu dan kadar tertentu, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA. Karhutla menjadi bencana rutin yang dialami Indonesia setiap tahun. Terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sejak Agustus 2019, kabut asap melanda Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan serta sebagian besar wilayah Kalimantan selama lebih kurang tiga bulan. Pembakaran merupakan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dengan oksida. Karhutla termasuk pembakaran tak sempurna. Maksudnya, pada pembakarannya tak ada oksigen yang cukup untuk membakar bahan sepenuhnya menjadi karbon dioksida dan air. Pembakaran ini menghasilkan gas dan partikel. Gas yang dihasilkan seperti Karbon Monoksida, Nitrogen Oksida, Ozon dan Sulfur Dioksida. Partikel akibat pembakaran hutan disebut Partikulat Matter (PM). Zat lain seperti Benzena, Toluena, Metana, Stirena, Aldehid juga terkandung di dalamnya walaupun dengan jumlah sedikit. Menghirup gas hasil kebakaran hutan membawa efek buruk bagi tubuh manusia, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Berikut penjelasan kandungan gas pada asap pembakaran hutan dan dampaknya pada tubuh: Karbon Monoksida (CO) CO tak memiliki rasa atau bau tertentu. Gas ini berbahaya bagi kesehatan apabila terhirup dalam jumlah banyak. Saat terhirup, ia akan berikatan dengan hemoglobin—bagian sel darah merah yang seharusnya mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh akan mengalami hipoksia—kadar oksigen dalam jaringan tubuh rendah sehingga dapat terjadi kematian jaringan. Jika terus terpapar gas CO dan menghirupnya dalam kadar tinggi, tubuh akan kehilangan keseimbangan dan koordinasinya. Beberapa efek lain seperti gangguan penglihatan, penurunan fungsi memori, perubahan perilaku, kejang, vertigo, serta sesak napas. Berdasarkan data Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, paparan asap karhutla dalam jangka waktu yang panjang dapat melemahkan fungsi paruparu serta meningkatkan hipereaktivitas saluran pernapasan. Pada kadar rendah, CO juga menimbulkan efek jangka panjang berupa sakit kepala, mual, depresi, gangguan neurologis.

BAHANA MAHASISWA 32

Komplikasi jangka panjang CO juga menyebabkan penyakit jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah pada jantung, yang bila tersumbat dapat mengakibatkan serangan jantung. Wanita hamil jika keracunan CO dapat berdampak buruk bagi janinnya, seperti lahir dengan berat badan yang rendah, kelainan perilaku, bahkan meninggal di dalam rahim. NOx merupakan kelompok gas nitrogen yang terdiri dari Nitrogen Monoksida (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2) serta bentuk nitrogen lainnya. Namun kedua gas ini diketahui lebih banyak sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tak berwarna dan tak berbau. Sebaliknya, NO2 berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Setelah masuk ke paru-paru, akan terbentuk Asam Nitrit dan Asam Nitrat yang dapat merusak jaringan mukosa. Paparan NOx dengan kadar 4 hingga 5 ppm, akan berakibat pada penurunan kapasitas difusi paru-paru. Terpapar NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia akan mengakibatkan sulitnya bernapas. Pada kadar tinggi akan mengakibatkan kerusakan paru-paru yang berat dan cepat. Penyebaran dalam waktu-singkat akan meningkatkan risiko ISPA. Bila sudah dalam kondisi yang kronis dapat berpotensi mengakibatkan bronkitis serta penimbunan NOx. Hal ini dapat memicu terbentuknya karsinogen—penyebab timbulnya kanker. Sulfur dioksida (SO2)

Restoration. Ringkasnya, jika karhutla tidak dikendalikan secara maksimal, kematian dini akan mencapai 36 ribu jiwa pertahun Ozon (O3) O3 merupakan oksigen berwarna biru pucat yang sifatnya sangat reaktif, beracun dan berbau menyengat. Gas ini terbentuk akibat reaksi antara sinar matahari dengan polutan hasil kebakaran. Gejala awal sebagai tanda akibat paparan O3 seperti iritasi mata, mulut kering, batuk, hidung tersumbat, sesak napas dan nyeri pada dada. Pada kadar 0,3 ppm dapat memicu iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kemudian dengan kadar 1 hingga 3 ppm selama 2 jam pada orang yang sensitif dapat mengakibatkan rasa pusing berat dan hilangnya koordinasi. Dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonary yang ditandai dengan gejala sulit bernapas akibat menumpuknya cairan di dalam kantong paru-paru Pada kadar di udara ambien yang normal, Peroksiasetilnitrat dan Peroksiabenzoilnitrat mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksi Benzoil Nitrat lebih cepat menyebabkan iritasi mata. Partikuler Matter (PM) PM merupakan zat hasil reaksi antara senyawa organik dengan anorganik yang bersumber dari asap kebakaran, kendaraan atau pabrik. Ukuran terbesarnya di udara memiliki diameter kecil dari 1 mikron hingga terbesar 500 mikron. Komponen utamanya terdiri dari sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, karbon hitam, mineral debu dan air

SO2 berwujud gas tak berwarna dan berbau tajam yang khas. Jika gas ini bereaksi dengan polutan di udara, akan terbentuk partikel halus. Terpapar gas ini akan menyebabkan iritasi sistem pernafasan. Iritas pada tenggorokan akan terjadi apabila terpapar dengan kadar 5 ppm atau lebih.

Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel ini mudah diserap ke dalam jaringan paru dan mengalir dalam darah.

Pada orang tua dan penderita penyakit kronis, SO2 menjadi pencemar berbahaya. Hal ini disebabkan karena tingginya sensitivitas mereka terhadap kontak dengan gas ini, meskipun kadarnya relatif rendah.

PM terbagi tiga, yaitu PM10, PM2,5 dan ultrafine particle. PM2,5 berukuran kecil dari 10 mikron hingga dapat masuk ke paruparu. PM10 berukuran lebih dari 10 mikron dan tak mampu masuk ke paru-paru, hanya bertahan di saluran pernapasan. Tetapi bisa mengakibatkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan, mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

SO2 masuk ke dalam tubuh melalui paparan inhalasi. Pada prinsipnya, ia berupa senyawa iritan yang dapat melukai bagain parenkim pada saluran pernafasan. Semakin tinggi kadar yang terhirup, maka semakin luas inflamasi yang terbentuk. Inflamasi akan memudahkan agen seperti Respiratory Syncial virus (RSV) untuk masuk ke dalam tubuh. RSV adalah 40% penyebab dari munculnya penyakit pneumonia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi akibat dari paparan PM dan ultrafine terhadap gangguan pernapasan dan kardiovaskular. Identifikasi ini dirangkum dalam jurnal berjudul Fires, Smoke Exposure, and Public Health: An Integrative Framework to Maximize Health Benefits from Peatland

Nilai Ambang Batas atau batas kadar PM10 yang diperbolehkan di udara ambien adalah 65 mikrogram permeter kubik. Sedangkan kadar PM2,5 yang dibolehkan adalah 150 mikrogram permeter kubik. Efek jangka panjang dari terpapar PM dengan rentang waktu yang lama akan menurunkan fungsi paru-paru, meningkatkan potensi bronkitis kronis, hingga kematian dini. Singkatnya, terpapar emisi hasil kebakaran hutan membawa dampak buruk terhadap kesehatan. Baik pada jangka pendek, maupun jangka panjang.*

33 BAHANA MAHASISWA


FEATURE

BERGANTI HARI MENYEPAKATI FOPERMAS Akhir tahun lalu, berbagai perwakilan pers mahasiswa se-Sumatera berkumpul di Jambi. Tujuannya menyatukan suara dan membentuk forum yang menghubungkan antar pers mahasiswa Sumatera. Oleh: Dicky Pangindra

S

atu setengah jam lagi, hari berganti ke Minggu. Empat puluh lebih mahasiswa berkumpul di teras Hijir Ismail, Asrama Haji, Provinsi Jambi. Mahasiswa tersebut merupakan perwakilan pers kampus se-Sumatera. Ada yang dari Aceh, Medan, Padang, Riau, Jambi, Palembang hingga Lampung. Semangat masih terlihat, walau malam sudah larut. Sebagai tambahan, kopi Jambi pun disiapkan. Tujuannya agar tidak mengantuk. Soalnya pembahasan masih sangat panjang. “Selamat datang kawan-kawan di Kota Jambi,” sapa Wahyu Jati membuka diskusi malam itu. Wahyu adalah Koordinator Forum Pers Mahasiswa (Fopersma) Jambi—tuan rumah pertemuan ini. Dalam pembukaannya, Ia ceritakan tentang forum yang dia nahkodai itu. “Berdiri sejak 2017, dengan enam Lembaga Pers Mahasiswa yang tergabung di dalamnya,” kata Wahyu. Forum tersebut bagi Wahyu adalah tempat LPM se-Jambi saling bertukar gagasan ataupun membangun solidaritas. Sejalan dengan alasan Ia pula, pertemuan ini diadakan. Cangkir-cangkir plastik berisi kopi masih digilir melingkar. Tidak kalah, beberapa piring gorengan juga ikut menyusul. Diikuti penjelasan tiap koordinator wilayah tentang forum pers mahasiswa masing-masing.

BAHANA MAHASISWA 34

Foto: Reva BM

35 BAHANA MAHASISWA


Usai Wahyu, kesempatan diberi ke Alfanny Pratama untuk perkenalan. Ia perwakilan Aliansi Pers Mahasiswa Lampung (APML). Ada 16 LPM dari sembilan kampus di Lampung yang tergabung dalam APML. Hanya 14 orang delegasi yang ikut malam itu. Lebih lanjut, ada Aceh. Apabila Lampung diawali oleh Aliansi, Aceh dimulai dengan Forum. Namanya Forum Komunikasi Pers Mahasiswa, biasa disebut FKPM. Forum yang sempat vakum di 2018 ini menaungi enam LPM di Aceh.

ini terbentuk dari obrolan kecil pendahulunya yang menginginkan wadah berkumpul antar pers se-Sumsel. Hingga kini sudah enam periode kepengurusan dan 14 LPM yang tergabung. “Satu periode ini kami sudah membentuk tiga LPM baru,” kata Mita Rosnita, Koordinator FKPMS. Selesai sesi perkenalan. Moderator memimpin diskusi. Dua tiga cangkir kopi tandas. Tak terasa hari sudah berganti.

Pertemuan ini diadakan untuk membentuk Riau mendapat urutan ketiga, Badru Chaerudin wadah pers mahasiswa se-Sumatera. selaku Koordinator Fopersma Riau menjelaskan hal Wahyu katakan saat ini masih banyak kekerasan yang sama. Mulai dari sejarah hingga kegiatan yang yang dialami pers mahasiswa dan kurangnya dilakukan. komunikasi antar daerah yang terjalin. Dulunya Fopersma Riau bernama Visi ABG, “Tujuan berkumpul karena harus satu suara akronim dari empat LPM pendiri forum ini yaitu mendukung kebebasan pers. Sebab Pers mahasiswa LPM Visi dari Universitas Lancang Kuning, Aklamasi rentan dibredel,” ujar Badru. di Universitas Islam Riau, Bahana Mahasiswa Ketika itu dua opsi diajukan, antara membentuk Universitas Riau serta Gagasan UIN Sultan Syarif wadah pers baru atau turut bergabung ke aliansi Kasim Riau. yang sudah ada. Setiap perwakilan koordinator Seiring berjalannya waktu, tepatnya 2010, nama menyampaikan pendapat masing-masing. mulai berganti, karena bertambahnya LPM yang Perwakilan Riau, setali tiga uang dengan ingin bergabung. Palembang dan Lampung, tidak tertarik bergabung Selain berdiskusi, bertukar kru, hingga evaluasi dengan aliansi yang sudah ada. Alasannya, salah satu tulisan majalah setiap LPM, Fopersma Riau punya organisasi tersebut rentan dimasuki politik praktis. lima kesepakatan yang terangkum pada deklarasi. AD/ART mereka juga dianggap terlalu mengikat. Salah satunya, menolak kerja sama dengan Perwakilan Medan tidak setuju dengan kedua perusahaan perusak lingkungan. opsi yang diajukan. Mengingat koordinator forum “Isu lingkungan di Riau tak kunjung selesai. pers mereka tidak hadir. Ikhwan selaku perwakilan Korporasi jadi penyebab utama kerusakan ekologis dari peserta PJTLN katakan, aliansi mereka di sana bumi Lancang Kuning,” ungkap Badru. masih fokus mengawal peradilan LPM Suara USU Sumatera Barat dan Medan tidak menghadirkan yang baru-baru ini mengalami pembredelan. koordinator wilayahnya, tapi diwakilkan oleh Sama halnya dengan perwakilan Sumatera Barat. delegasi peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Mereka memilih untuk membicarakan hal tersebut (PJTLN)—kegiatan yang dihelat bersamaan oleh lebih dulu di wilayahnya. LPM Patriotik Universitas Batanghari. Diikuti pula “Kalau harus mendapatkan hasil malam ini, saya dengan Festival Media ke-8. kurang setuju,” ujar Ikhwan. Perwakilan Medan jelaskan belum ada wadah Berbagai pendapat terus diajukan dengan banyak resmi seperti wilayah lainnya. Hanya saja, pimpinan pertimbangan. Hingga bertemu kesepakatan. Forum umum antar LPM se-kota Medan kerap diskusi dibentuk, sedangkan Medan dan Sumatera Barat, bersama. diizinkan bergabung nanti setelah dapat hasil dari Berbeda dengan Padang, sudah ada Aspem atau wilayah masing-masing. Aliansi Pers Mahasiswa dengan sepuluh LPM yang Usai kata sepakat, kurang rasanya jika nama tergabung. forum tidak juga tercetus malam itu. Gelas plastik Giliran terakhir dari Forum Komunikasi Pers kopi semakin banyak berserakan. Jika ingin tambah Mahasiswa se-Sumatera Selatan atau FKPMS. Forum kopi, panitia siap sedia menyediakan. Pembahasan

BAHANA MAHASISWA 36

masih panjang karena memberi nama untuk wadah baru ternyata susah-susah gampang.

juga katakan, memiliki kedekatan dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang siap mendukung.

Setiap koordinator menyarankan satu nama disertai dasar, setelah sebelumnya dipersilahkan berembuk antar wilayah masing-masing.

Lalu, ada Agung Harahap dari Kota Medan. Meskipun tak hadir, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara itu diwakilkan oleh Ikhwan.

Mengenai nama, Badru katakan tahun 2013 lalu, berbagai LPM se-Sumatera pernah berkumpul di Medan. Membentuk wadah yang dinamakan Narasi Sumatera. Bahkan, sudah memiliki blog sendiri. Ia tawarkan untuk melanjutkan saja Narasi Sumatera. Mayoritas forum tidak sepakat. Masukan, sanggahan hingga pembelaan ikut mewarnai usulan nama yang hendak dipilih. Sebelum mengerucut pada dua nama, yakni FPMS dan Forpera. Forum akhirnya memilih Forpera. Salah satu alasannya karena penyebutan nama ini lebih mudah sehingga gampang diterima orang banyak. Selain itu cepat menimbulkan kesan di benak orang yang mendengar nama ini.

Terakhir Chairul Rahman Arif mewakili Aliansi Pers Mahasiswa Lampung. Ada beberapa program kerja yang ditawarkan. Seperti mengadakan kemah jurnalistik se Sumatera, uji kompetensi pers mahasiswa serta fokus mengadvokasi permasalahan dari setiap LPM. Ada juga program diskon atau diskusi online. Usai memperkenalkan diri, para calon koordinator bergeser sekitar dua puluh meter dari tempat diskusi. Sepuluh menit waktu diberikan untuk ketiganya bermusyawarah. Langkah ini diambil sebagai bentuk kekeluargaan. Polemik terjadi, waktu yang diberikan ternyata tidak cukup untuk menentukan satu koordinator. Penambahan waktu pun dilakukan lagi dan lagi.

Tapi, Forpera masih terdengar kurang. Kata “mahasiswa” tidak tertera di dalamnya. Sehingga diubahlah menjadi Fopermas, singkatan dari Forum Pers Mahasiswa Sumatera.

Satu sisi, mahasiswa dari Palembang dan Lampung ingin pulang malam itu juga. Mengingat mereka satu bus dengan rombongan AJI Palembang yang sudah menunggu.

Nama Fopermas disetujui tepat pada pukul 01.49 dini hari.

Berembuk panjang, Agung Harahap yang diwakilkan Ikhwan mengundurkan diri. Menyisakan Arif dan Amin. Keduanya masih sama-sama berkeinginan menjadi koordinator.

Semakin larut, pembahasan semakin berlanjut. Ada saran untuk langsung menunjuk koordinator pertama.Tapi forum sepakat pembahasan itu ditunda sampai malam selanjutnya. Sekaligus menunggu keputusan Wilayah Medan dan Padang untuk bergabung. Pukul sembilan malam diskusi dilanjutkan. Kali ini lokasinya bergeser ke lokasi perhelatan festival media, Balai Diklat Badan Pelatihan Sumber Daya Manusia Provinsi Jambi. Hanya sekitar sepuluh menit jalan kaki dari Asrama Haji. Pada pertemuan kedua, hanya enam wilayah yang hadir. Perwakilan Padang tidak ikut. Sementara Medan sampaikan sepakat untuk bergabung Fopermas.

Tak mungkin melakukan voting. “Kita ini keluarga, semuanya harus putus dimusyawarahkan,” kata Wahyu. Ditakutkan, jika pemilihan diambil melalui pemungutan suara terbanyak akan jadi preseden buruk kedepannya. Empat Korwil, selain Palembang dan Lampung, kembali berembuk. Kesepakatannya, pemilihan koordinator harus ditunda. Provinsi Lampung ditunjuk untuk menggelar pertemuan kembali di Januari mendatang.

Masing-masing koordinator wilayah berunding lebih dulu. Hasilnya tiga nama calon diajukan.

Pertemuan selanjutnya itu tak hanya akan memilih koordinator, tapi juga program kerja dan hal-hal lainnya.

M. Amin dari Palembang, Ia mahasiswa Jurnalistik UIN Raden Fatah. Amin katakan, jika terpilih, ia akan mengusahakan LPM diakui oleh Dewan Pers secara resmi. Seperti halnya media mainstream lainnya. Ia

Pukul 22.54, diskusi berakhir. Seluruhnya saling jabat tangan juga berswafoto. “Sampai ketemu di Lampung ya,” ujar salah satu delegasi Lampung, bergegas menuju bus yang telah menunggu.*

37 BAHANA MAHASISWA


OPINI

Pemira, Demokrasi dan Kampus * Muchid Albintani, Mantan Redaktur Budaya Bahana Mahasiswa 1991, Staf Pengajar Program Pascasarjana Prodi Ilmu Politik FISIP Universitas Riau

Oleh Muchid Albintani*

S

ebagai akronim, pemira mendadak menjadi populer. Oleh karena singkatan dari pemilihan raya ini berhubungan dengan kata pemilihan. Ulasannya terfokus perihal hubungan pemira dengan aklamasi. Beraltar demikian, tulisan ini perlu ditindaklanjuti sesuai judul opini ini, “Pemira, Demokrasi dan Kampus”. Berupaya menghubungkan antara pemira, demokrasi dan kampus. Hemat saya, paling tidak terdapat tiga perspektif (sudut pandang) penting untuk didiskusikan. Pertama, dalam perspektif perilaku berdemokrasi. Berupaya menghubungkan antara pemira dengan aklamasi, kata (konsep) demokrasi menjadi variabel signifikan. Sesuai amanah konstitusi dalam hal pemilihan di republik ini dilakukan dengan cara demokrastis. Praktiknya ditindaklanjuti berdasarkan pengalaman dengan cara langsung dan tidak langsung. Bahasa langsung dimaknai dengan pemilihan langsung berdasarkan voting. Sementara tidak langsung, melalui masyawarah-mufakat (sesuai sila ke-4 dalam Pancasila). Proses pemilihan kepemimpinan misalnya, termasuk permira, ihwal aklamasi merupakan produk dari proses musyawarahmufakat (berdemokrasi tak langsung). Lalu pertanyaannya dalam konteks permira, apa yang salah atau ‘dipersalahkan’ dengan aklamasi? Secara umum mahfum dipahami jika aklamasi dimaknai sebagai hasil pilihan yang tanpa proses pemilihan langsung, tentu saja tergantung berdasarkan aturan main yang ada dalam regulasi atau sesuai konstitusi/UUD, UU, hingga aturan lainnya. Perihal regulasi ke-pemira-an, khususnya di

BAHANA MAHASISWA 38

Universitas Riau, silakan saja dilihat aturan main yang ada— UU Mahasiswa Unri No. 4 Tahun 2018 tentang Pemilihan Raya Mahasiswa Universitas Riau. Kedua, perspektif kampus sebagai institusi akademis. Memahami hubungan pemira dengan aklamasi, selain demokrasi, kampus sebagai institusi akademis merupakan variabel tambahan yang juga penting untuk didiskusikan. Saya meyakini jika semua kita—seluruh civitas akademika Universitas Riau, sepakat bahwa kampus bukan atau pasti tidak sama dengan institusi partai politik. Namun, pada sisi lainnya, jika sedikit boleh jujur, pasti semua juga sepakat apabila praktik (proses) pemilihan pemimpin di kampus ini, tidak jauh berbeda dengan yang ada pada partai politik. Hemat saya, pengalaman di institusi ini membuktikan jika dalam praktiknya, kampus tak ubahnya bagai partai politik. Agar kita tidak menjadi Jasmerah ( jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) apalagi melupakannya, bukankah proses pemilihan pemimpin utama di institusi ini seperti pepatah, “bak 2-pil” atau kepanjangan dari pemilihan eksekutif dan legislatif? Pertanyaan yang mengemuka adalah, apa beda kampus dengan partai ihwal melakukan pemilihan atau suksesi kepemimpinan? Sepengetahuan saya, hampir tidak ada perbedaannya. Bahkan nyaris sama, teristimewa dalam alokasi, mohon maaf ‘perburuan jabatan: bagi-bagi jabatan’.

Kalaupun dipaksakan perbedaannya, sangat tergantung dari level intervensinya. Perihal intervensi ini mengindikasikan dua hal: langsung (intervensi keras) dan tak langsung (intervensi halus). Oleh karena argumentasi ini bersandarkan pada pengalaman empiris, menjadi pelajaran berharga buat kita untuk secepatnya disadari jika pemilihan, tidak saja permira (mahasiswa), program studi, jurusan maupun fakultas, kalau dapat jauhilah pelbagai upaya intervensi. Pelajaran berharga tentang intervensi yang esensi persoalannya tidak lagi pada aklamasinya, melainkan pada proses musyawarah-mufakat yang tidak lagi bersandarkan intervensi para petinggi di lingkungan kampus. Inilah yang membedakan antara kampus sebagai lembaga akademis, dengan kampus lembaga akademis yang mempraktikan prilaku ‘partai politik’. Ketiga, perspektif tatanan nilai esensi dalam berdemokrasi. Sebagaimana dalam sejarah dikenal dengan ‘hukum besi sejarah’. Hukum ini dimaknai jika penguasa adalah pemilik, penentu, pelaku dan penulis sejarah yang ‘benar’. Pun begitu dalam berdemokrasi yang banyak belum disadari. Demokrasi mempunyai hukumnya sendiri, yakni ‘Hukum Negatif Demokrasi'. Hukum ini mengajarkan dalam proses pemilihan pemimpin, tidak bersandarkan pada kualitas (baik dan buruk) dukungan, melainkan pada kuantitas (banyak atau sedikitnya) dukungan; yang banyak pasti menang. Terpenting ‘menangnya’ bukan proses kemenangan sebagai konsekuensi.

Hukum Negatif Demokrasi mengajarkan pemilihan pemimpin adalah pertarungan untuk menang, bukan untuk kalah dalam berkompetisi. Jadi, pemilihan identik dengan menang melalui voting sebagai hasil akhir, tanpa musyawarah apalagi mufakat. Sesungguhnya nilai-nilai inilah yang terseduksi atau terpengaruh tanpa sadar, dalam kehidupan kampus ikhwal aklamasi yang dianggap persoalan khususnya pada suksesi kepemimpinan. Hemat saya, belajar dari realitas ke-pemira-an hubungannya dengan aklamasi di kampus menjadi penting untuk dipikirkan kembali. Idealnya sebagai lembaga akademis, kampus mampu melawan hukum negatif demokrasi (langsung), menjadi positif. Aklamasi sebagai hasil dari proses berdemokrasi melalui musyawarah-mufakat, dapat menjadi alternatif dalam menentukan proses pemilihan pemimpin (pemira, atau yang lainnya). Praktik aklamasi dapat dimulai dari prodi, jurusan, fakultas, universitas atau pembuatan produk peraturan di kampus tercinta ini. Misalnya, terkait aturan masa jabatan pimpinan (rektor, dekan, kajur, kaprodi, presiden, gubernur atau bupati) hanya satu periode. Dapat pula diinisiasi melalui aklamasi, jabatan rektor digilir perfakultas, dekan perjurusan, dan jabatan struktural lainnya. Mengakhiri tulisan ini, mohon maaf jika ada yang salah. Hanya sekadar saran.*

39 BAHANA MAHASISWA


ARTIKEL ILMIAH

REFLEKSI MANUAL

DENGAN SARUNG TANGAN

“

Alat apa ya, yang bisa dibuat untuk membantu penderita diabetes mengurangi efek komplikasinya?� tanya Yesi dalam hatinya.

Yesi mengaku prihatin melihat banyaknya kaum lanjut usia atau lansia penderita Diabetes Melitus (DM) di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rejosari Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Satasima atau kependekan dari Sarung Tangan Refleksi Manual sebagai alat bantu pengidap DM. Alat ini Ia buat menggunakan sarung tangan—yang disebut sarung tangan pelancar sirkulasi darah.

DM merupakan penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan dalam pengaturan gula darah. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh manusia menyerang tubuhnya sendiri. Gangguan pada gula darah dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya produksi insulin, kurangnya respon tubuh atau pengaruh dari hormon lain. Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga terbesar di Indonesia dengan persentase 6,7 persen. Diperoleh melalui Sample Registration Survey dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengidap DM di Indonesia juga berada di peringkat ke-6 dunia sebagai penyakit terbanyak menurut Federasi Diabetes Internasional Atlas.

Oleh Annisa Febiola

Sedangkan di Pekanbaru menduduki urutan ketiga terbanyak pada 2018, dilansir dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dengan jumlah prevalensinya pada 2017 mencapai 11.329 orang. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menunjukkan bahwa prevalensi penyandang diabetes naik dari 6,9% menjadi 8,5%. Yesi Hasneli mencoba mencari cara untuk membuat alat bantu penderita DM, terutama lansia. Sehingga mereka tidak harus bergantung pada orang lain. Ia sering melihat beberapa pengidap penyakit ini sudah tinggal sendirian. Baik karena pasangannya

BAHANA MAHASISWA 40

41 BAHANA MAHASISWA Foto: Annisa Febiola BM


yang sudah meninggal atau anak-anaknya sudah berkeluarga. “Ibu saya dulu penderita DM, dia sering menggunakan sarung tangan sebab tangannya kedinginan,” kenangnya. Pemikiran inilah yang menjadi titik awal munculnya ide dosen Fakultas Keperawatan Universitas Riau tersebut untuk meneliti alat bantu refleksi. Yesi kemudian berinisiatif membuat Satasima atau kependekan dari Sarung Tangan Refleksi Manual sebagai alat bantu pengidap DM. Alat ini ia buat menggunakan sarung tangan—yang disebut sarung tangan pelancar sirkulasi darah. Sekilas, sarung tangan itu terlihat seperti sarung tangan pada umumnya, tapi yang ini dilapis dua. Satu sarung tangan tebal dilapisi dengan yang berbahan tipis di luarnya. Perbedaan lainnya yaitu ada enam kelereng disela-sela lapisan sarung tangan. Lima kelereng berada pada tiap ujung jari, satu lagi di pertengahan telapak tangan. Selain agar lebih hangat, pelapisan bertujuan mencegah sentuhan langsung antara tangan dan kelereng yang keras. Yesi menemukan adanya titik saraf pankreas pada tangan yang berkaitan dengan DM. Ada titik-titik tertentu yang bisa ditekan untuk menekan produksi hormon insulin sehingga kadar gula darah menurun. Hormon insulin sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan yang bekerja meminimalisir kadar gula dalam darah. Sebagian besar makanan yang dikonsumsi akan dipecah menjadi glukosa atau gula dalam darah. Glukosa merupakan sumber utama bahan bakar dalam tubuh. Hormon ini ada di dalam sel beta pada pankreas. Sel beta terangsang untuk memproduksi lebih banyak hormon insulin, setelah titik sarafnya ditekan selama satu hingga tiga menit. Penderita DM memiliki sedikit sel beta, bahkan tak ada sama sekali. Setiap kalori dalam makanan yang dikonsumsi akan ditangkap oleh insulin dengan jumlah yang sama pula. Bagi penderita DM, dari jumlah kalori yang dikonsumsi, tak semua ditangkap oleh insulin. Lebih parah, bahkan tak ada sama sekali yang ditangkap karena tak adanya insulin. “Banyaknya nutrisi yang berkeliaran ini disebut sebagai kondisi kadar gula darah yang tinggi. Inilah sebabnya penderita DM cepat merasa lapar, sekalipun ia baru makan.”

Singkatnya Yesi menganalogikan prinsip kerja hormon insulin seperti ojek. Misalnya ada 40 orang hendak pergi ke suatu tempat, namun ojek yang tersedia hanya lima. Sisanya akan berkeliaran karena tak ada yang mengantarkan ke tujuan. Jumlah 35 ini dianggap sebagai makanan yang tak mendapat insulin sebagai pengangkutnya. Penderita DM yang sudah komplikasi akan merasakan pegalpegal di tangannya. Rasa dingin bahkan kebas tak jarang timbul. Bahkan jika tersiram air panas atau terluka, mereka tak merasakan apapun karena sel saraf dan pembuluh darahnya sudah rusak. Refleksi pada daerah perifer tangan dan jari akan mengurangi efek komplikasi. Saraf tangan manusia memiliki standar sensitivitas normal, yaitu sepuluh titik. Kurang dari itu, tandanya ada indikasi mengalami gangguan neuropati—gejala gangguan atau penyakit pada saraf di tubuh. Sensitivitas berguna untuk mencegah kebas. Jika nilainya kecil, tangan tak dapat merasakan sakit, panas atau dingin. Ia bersama delapan mahasiswanya menguji coba Satasima terhadap empat puluh responden di wilayah kerja Puskesmas Rejosari. Sebelumnya, tim melakukan pre test guna mengukur sensitivitas saraf tangan dengan monofilament. Monofilament ia buat dari bekas tangkai es krim dengan benang nilon melintang di salah satu ujungnya. Tangkai es dipilih dengan alasan lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Hasilnya nilai rata-rata sensitivitas responden hanya empat sampai lima titik. Setelah itu kadar gula darah responden diukur dengan Glukometer. Tangan juga direndam dengan air hangat selama dua menit, lalu keringkan. Tim kemudian mengoleskan minyak zaitun atau minyak kutuskutus di telapak tangan sampai ujung jari. Stasima pun akan dipasangkan. Sekaligus menentukan titik pankreas letaknya di pertengahan telapak tangan. Saat itu kelereng mulai digerakkan dari pangkal jari ke ujung jari dan sebaliknya untuk menekan titik saraf refleksi. Pijat refleksi dilakukan selama 15 menit. Sensitifitas dan kadar gula darah kembali diukur setelahnya. Yesi menganjurkan untuk melakukan pijat refleksi sesuai jadwal salat, sebab tangan penderita akan kedinginan setelah berwudu. Penderita bisa melakukan pijat refleksi sembari berzikir. Menurut Yesi, pijat refleksi juga harus diimbangi dengan

BAHANA MAHASISWA 42

manajemen diet, olahraga dan pengendalian stres. Saat mengalami stres, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon yang menghambat kerja insulin. Penelitian ini ia rampungkan selama tiga bulan, dari Juli hingga September 2019. Surya Wahyuni, salah satu tim mengakui tak ada kendala berarti selama penelitian. “Paling hanya menyesuaikan waktu dengan responden dan mencari alat yang bagus dalam jumlah banyak.”

Foto: Istimewa

Yesi bersama timnya kembali ke lokasi penelitian untuk mengetahui perubahan setelah refleksi dan mencatatnya. Responden mengaku tak lagi sering merasakan kebas dan kesemutan di tangannya. Sensitivitas saraf tangan mereka juga meningkat, mencapai nilai sembilan. “Rasa nyaman terpenuhi, kebas juga teratasi,” tutur Yesi. Satasima membawa Yesi menjadi The Best Oral Presentation pada International Conference AINEC Research Award 2019 di Bandung padA 10 HINGGA 12 Oktober 2019. Penelitian ini Ia beri judul Effect of SATASIMA and Diabetic Neuropathy Analysis Using Experimental Method Learning. Pengurusan hak paten Satasima diproses oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNRI. Yesi khawatir ada pihak lain yang meniru idenya kemudian mengajukan paten. Kedepannya Yesi akan sosialisasikan inovasinya ke masyarakat luas. Ia akan buat semacam buku panduan untuk memberitahu cara kerja dan titik refleksinya. Saat ditemui November lalu, ia utamanya bukan namun manfaatnya berharga adalah pungkasnya.*

di ruangannya pada jelaskan bahwa fokus untuk komersialisasi, bagi masyarakat. “Yang ide dan inovasinya,”

43 BAHANA MAHASISWA


BEDAH BUKU

Perjuangan Burung Melindungi Bumi pada 2683

B

umi tahun 2683 menjadi saksi ketika manusia dengan ambisi dan egonya melancarkan misi memusnahkan seluruh hutan yang ada di muka bumi. Lahan yang terakhir musnah adalah Hutan Afrika, lahannya dijadikan rumah bordil tingkat lima dengan pekerja seks komersial yang berasal dari seluruh negara. Jual beli kelamin via virtual semakin pesat. Interpol? Mereka juga keenakan menikmati seks itu, tak berdaya demi kesenangan dunia fana. Bumi di tahun 2683 benar-benar merasa sendiri, keadaannya begitu bobrok, ia begitu teramat murung sejak burung-burung terbunuh pada perang 50 tahun silam. Manusia sengaja membakar hutan, akibatnya tumbuhan punah. Seluruh hewan dibunuh dengan cara ditembak dan dibakar, yang selamat hanya yang punya sayap dan yang hidup di laut.

Judul Buku : Cerita Bumi Tahun 2683 Penulis : AESNA Penerbit : MOJOK Tahun Terbit : Oktober 2018 Ukuran : 99 Halaman

BAHANA MAHASISWA 44

45 BAHANA MAHASISWA


Namun akhirnya manusia dengan intelektual, tapi tanpa hati, berhasil meracuni seluruh spesies ikan di Samudera Pasifik. Air laut menjadi saksi dari ikan yang terkecil hingga raksasa tragisnya mati mengapung dengan mulut ternganga.

semakin yakin akan masa depan bangsa burung. Rindang datang sekaligus membawa angin segar untuk membantu, alhasil semua kawanan burung menyambutnya dengan penuh suka cita. Pembawa Kabar dan Burbur semakin semangat.

Spesies burung yang tersisa berimigrasi ke hutan Kalimatan, hutan terakhir di planet Bumi. Jumlah spesies burungnya pun tak kurang dari 500 ekor saja. Termasuk Bubur, ia adalah seekor Burung Kasumba terakhir yang masih hidup. Ia adalah burung terhebat setelah Burung Ababil sejak zaman Nabi Adam, ini karena ia perkasa, peduli, dan berdedikasi tinggi.

Burbur bahkan masih teringat jelas saat Perang 50 tahun lalu, ketika spesies burung yang selamat ingin hijrah ke surga, tak kuat lagi mendapat kekejaman di bumi yang kini sedang dibumihanguskan oleh manusia.

Burbur menjadi salah satu burung yang trouma atas perang 50 tahun lalu, kala seluruh spesienya mati terbunuh dan hanya dirinya yang selamat. Kemurungannya selama lima puluh tahun belakangan sedikit terobati dengan munculnya Burung Albatros terakhir dari negeri antah berantah. Albatros adalah burung terkuat sekaligus burung legendaris dalam kitab suci bangsa burung yang dikabarkan telah punah. Kini burung itu kembali menampakkan dirinya di hadapan Burbur dan Pembawa kabar, sahabat Burbur. Albatros betina itu bernama Rindang, tubuhnya besar dan berotot, bulunya putih mulus. Rindang menjadi sorotan burung-burung jantan yang sudah lama tidak berkembang biak. Dengan kata lain, burung-burung lain sangat bersuka cita.

“Apa yang harus kita lakukan?” Burbur tersenyum, “Kita berimigrasi ke surga, namun memang akan sedikit repot sebab kita harus bekerjasama memindahkan hutan ke sana.” Kawanan burung yang tersisa bekerja sama mengangkat dan mencabut akar-akar pohon, kemudian terbang ke langit menuju surga, dipimpin oleh Sang Pembawa Kabar. “Akses ditolak!! Akses ditolak!!” Dengung dari pengeras suara gerbang surga terus menerus mengucapkan hal yang sama. Keheranan pembawa kabar diikuti rasa penasaran oleh seluruh jenderal. Selama ini, akses surga hanya bisa dimiliki oleh kawanan burung surga, yaitu Cendrawasih Kuning Kecil, Pembawa Kabar, dan Jendral Suku. “Mengapa seenaknya menutup pintu surga? Memangnya kalian itu Tuhan?” Sang Pembawa kabar dan Jendral suku lainnya merasa ada yang aneh.

Kedekatan Burbur dan Rindang disambut baik oleh Sang Pembawa Kabar, burung yang tak diketahui jenisnya. Pembawa Kabar memiliki pendengaran yang tajam, menjadikan dirinya sebagai informan dan pemimpin kawanan burung di garda terdepan.

Berselang detik kemudian terdengar teriakan dari para burung di bumi. “NGA!!” Burungburung yang tengah terbang seraya mengangkat pohon tiba-tiba jatuh tak bertenaga, lima detik setelahnya mereka meledak dan menjadi kembang api berwarna warni. Ini semua lagi-lagi adalah ulah manusia.

Sang Pembawa Kabar sudah terlalu lama melihat Burbur tak memiliki semangat hidup. Tak ada yang lebih berdedikasi dan peduli terhadap makhluk hidup lain selain Burbur, jika Pembawa Kabar kehilangannya maka akan hilanglah segala harapan dan rencana yang mereka usung sebelumnya.

Setiap burung yang terbang kala itu mengalami hal serupa. Keluarga Bubur, sekelompok ilmuan itu, dihantam amunisi bola panas. Keluarga terakhir Bubur meledak menjadi kembang api besar yang menghiasi langit Kalimantan.

Dan kini Burbur memiliki Rindang sebagai teman mengobrol yang baru. Sang Pembawa Kabar

BAHANA MAHASISWA 46

Kala itu tahun 2633 menjadi awal dari semua kebencian, pengkhianatan, hingga hasrat

pembalasan dendam. Bumi tahun 2683 sudah tak banyak menaruh harapan lagi, manusia hanya memang tak peduli, bagi mereka makhluk lain tak boleh hidup selain mereka. Manusia merasa bangsa Aves tak pantas hidup, kerjanya cuma terbang jadi untuk apa hidup? Manusia juga anggap pohon tak berguna lagi, ada pohon plastik yang tak perlu disiram dan tak dikasih pupuk tapi tak pernah mati. Dalam cerita ini, manusia dianggapkan bahwa memelihara pohon hidup adalah tindakan sia-sia dan indolen. Tahun 2683 manusia hampir mencapai misinya, menjadi peradaban tunggal tanpa spesies makhluk hidup lainnya. Agama? Bagi manusia agama hanyalah sesuatu yang rapuh dan berkarat, agama tak mampu berbuat apa-apa. Dengan tabung-tabung oksigen menggantung ditubuhnya, manusia kini bisa terbang dengan kendaraannya. Jalan tol telah berpindah di udara, ada tali bermagnet tempat roda kendaraan berpijak dan berputar. Tragedi paling jahat dalam cerita ini adalah ketika Rindang, Albatros betina itu, ditembak mati tepat di bola matanya. Darah berciprat mengenai tubuh Burbur. Senapan yang memuntahkan peluru itu menghantam Rindang sebelum ia ingin mengucapkan sesuatu pada Burbur. Ini suatu alasan bagi Bubur untuk tak ingin hidup lagi. Sesuai dengan Mitos Peradaban burung halaman 53 yang berbunyi “Cerita-cerita yang mustahil sebenarnya kadang tidak pernah benarbenar mustahil”. Ternyata Rindang bukanlah Albatros melainkan jelmaan Dewi Burung. Tak lama setelah tubuh Rindang meledak, ia diselubungi cahaya sangat terang dan perlahan berubah membentuk sosok manusia. Burbur dan Pembawa Kabar sempat curiga Rindang adalah mata-mata manusia, namun anggapan itu hilang saat Rindang membela manusia, ia bilang manusia tak akan berkembang lagi dibanding ini di hadapan sang Penembak. Peluru, sang Penembak yang membunuh bangsa Aves, kini bertindak keji pada Rindang yang telah berubah menjadi sosok manusia. Peluru

sangat tersinggung, ia juga disindir soal masa lalunya. Sebagai pelampiasan, Peluru menggerayangi tubuh Rindang, menciumnya, dan menyetubuhinya. Dewi Burung kini telah jatuh harga dirinya. Setelahnya Rindang disuntik virus penuaan sehingga dirinya tak berdaya lagi, dirinya telah berubah menjadi wanita tua yang berumur sangat tua. Cerita ini punya akhir yang bisa dibilang tragis, Bubur si burung Kasumba itu mengorbankan dirinya, ia adalah bukti dari pengorbanan sesungguhnya. Bumi tahun 2683 benar-benar murung. Kawanan burung tak sepenuhnya menang, karena pada akhirnya hutan Kalimantan, hutan terakhir di dunia, telah dibabat habis. Setidaknya Rindang dan Pembawa kabar masih hidup, keduanya kan terus berjuang bersama burung lainnya yang hanya tingal hitungan jari. Bumi bahkan tak bisa berbuat apa-apa, ia tak bisa mencegah atapun menghukum manusia. Buku ini ditulis oleh Aesna, ia garap dua tahun sebelum buku ini berhasil diterbitkan, ia sendiri kuliah di jurusan Farmasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Aesna menuliskan cerita Bumi tahun 2683 secara deskriptif. Tiap kalimat begitu detail ia tuliskan, seperti bentuk kekacauan di bumi, manusia yang mengenakan baju astronot untuk bernafas, serta teknologi manusia yang memindahkan tol menjadi ke udara. Secara tersirat, Aesna ingin memberi tau pada kita, bahwa bumi yang sekarang kita tempati sudah tua. Tapi malah semakin marak terjadinya penebangan hutan, lingkungan yang hancur akibat perusahaan-perusahaan, dan lahan yang ditukar dengan kebun sawit. Sementara di tengah hutan sana ada makhluk hidup yang rumahnya semakin sempit. Dengan buku ini, kita sehendaknya sadar untuk terus menjaga alam dan mencintai makhluk hidup. #Humaira Salsabila

47 BAHANA MAHASISWA


ALUMNI

RAJA RITEL DARI SUNGAI PIRING Oleh Raudatul

"Cara gampang menentukan jalan itu ramai atau tidak adalah dengan berjalan bolak-balik sebanyak tiga kali. Jika selama tiga

kali

tidak

menoleh

kiri

dan

kanan,

berarti

jalannya

memang sunyi,” tips dari Wan untuk memilih lokasi usaha.

Jatuh bangun Wan Muhammad Hasyim ketika mengelola bisnisnya. Kini usaha retailnya sudah menjamur hingga 85 gerai di Pulau Jawa.

W

an Muhammad Hasyim atau akrab dipanggil Suhu Wan merupakan lelaki kelahiran Sungai Piring Kabupaten Indragiri Hilir. Ia pemilik retail bernama Idolmart.

Toko ini Ia buka dengan konsep Palugada alias apa lu mau gua ada. Menjual berbagai benda, seperti mainan anak-anak, kosmetik, alat tulis, pakaian dalam hingga peralatan elektronik. Kadang, ia juga kerap bingung menjelaskan kategori tokonya. Pertama kali Wan membuka toko itu Februari 2007. Ketika itu ia baru saja bangkrut dan sedang tinggal di rumah keponakannya di daerah Tambun—tempat Wan pertama kali membuka Idolmart. Ia dan Yengki Fujiati—istrinya, sedang menikmati pagi di komplek sekitar rumah itu dengan menapaki Jalan Mangunjaya, sekaligus mencari toko untuk dikontrak. Tapi sepanjang jalan yang ditelusuri, tidak ditemukan yang cocok. Keduanya putar arah, kembali pulang. Lalu ia menemukan toko tertutup tanpa ada tulisan ‘dikontrakkan’. Wan bertanya ke tetangga toko. Ternyata memang dikontrakkan. Ia menelepon pemiliknya dan langsung buat janji temu. Dua belah pihak adakan tawar menawar harga. Hasilnya 20 juta pertahun. Tapi Wan minta undur pembayaran hingga tiga bulan ke depan, karena tidak punya uang. Mulai dari sinilah kesuksesan Idolmart dimulai. Wan sudah meraup keuntungan sejak hari pertama. Hingga sepuluh tahun kemudian ia membeli bangunan disebelahnya untuk memperlebar toko. Awalnya hanya seluas 80 meter persegi kini sudah menjadi 340 meter persegi. Cabangnya hingga hari ini juga sudah 85 gerai. Tersebar di beberapa kota di Pulau Jawa. Lelaki alumni Universitas Riau ini punya teknik sendiri untuk memulai bisnis yang langsung untung. Pertama adalah pemilihan lokasi yang strategis. Wan menilai kawasan strategis

BAHANA MAHASISWA 48

Wan Muhammad Hasyim Foto: majalah.tempo.co

49 BAHANA MAHASISWA


dengan caranya sendiri, yaitu melihat apakah kawasan itu sering dilewati banyak orang atau tidak, sesuai ukuran minimal yang ditetapkannya. Ia memiliki tim survei khusus, kerjanya menghitung jumlah motor dan mobil yang melintas dalam hitungan menit. Lalu melihat perbedaan jumlahnya pada hari biasa dan hari minggu. Cara gampang menentukan jalan itu ramai atau tidak bagi Wan adalah dengan berjalan bolak-balik sebanyak tiga kali. “Jika selama tiga kali tidak menoleh kiri dan kanan, berarti jalannya memang sunyi,” sahut pria bersuku Melayu ini. Selain itu posisi toko tidak boleh terhimpit. Soalnya bisnis ini bersifat pasar, tuntutannya harus dapat terlihat dari radius tertentu. Beda halnya jika usaha pabrik atau industri. Kemudian melihat jumlah penduduk— minimal ada 3000 kepala keluarga di sekitar toko beserta kemampuan beli setiap keluarga tersebut. Idolmart memilih perumahan yang kemampuan belinya lebih tinggi. Juga, tokonya harus menjangkau sekolah. Hal ini berhubungan dengan strategi ke tiga, yaitu mengenali konsumen. Bagi Wan, tempat menuntut ilmu adalah patokan bisnis. Baik kampus atau sekolah. Ia akan menghitung jumlah orang yang bersekolah. Setelah faktor yang disebutkan tadi selesai, akumulasikan semuanya dengan minimal hasil 75 persen. Semua faktor belum tentu ideal. Ada faktor terakhir yang menentukan yaitu visualisai. Wan akui bahwa sebenarnya hanya insting yang menjadi penentu. “Jika setelah mendatangi toko dan tidak menemukan bayangan kesuksesan, maka tak bisa saya lanjutkan,” sahutnya. Tahun 2005, Suhu Wan pernah mengalami kebangkrutan. Hal yang lazim menimpa seorang pengusaha. Bertepatan tiga bulan setelah kisah bisnisnya terbit di salah satu majalah dengan tajuk Sukses Karena Ngutang. “Sebab ditulis ngutang kali,” guraunya sambil tertawa. Lelaki tamatan Akuntansi UNRI ini membuka satu kios berukuran tiga kali enam meter. Menjual jasa fotokopi dan alat tulis. Sambil bekerja di salah satu perusahaan sebagai Manager Accounting, Ia membuka kios dengan modal hutang sebanyak 35 juta. “Mau keluar dulu gak berani, makanya saya sekaligus, sambil jalan aja,” kenang Wan. Wan mendapatkan modalnya dari pinjaman kepada istri— hasil menjual perhiasan, lalu ke kakak ipar, abang dan adiknya. Terakhir Ia pinjam ke kantor tempatnya bekerja dan kredit tanpa

BAHANA MAHASISWA 50

agunan. Selama dua tahun sejak tahun 2000, Ia overlap— antara kerja dan bisnis Ia lakoni dalam waktu bersamaan. Wan sudah membuka tiga toko, lalu berhenti bekerja. “Karena penghasilan sudah lebih dari gajilah,” sahutnya. Barang yang dijual pun bertambah. Tadinya hanya menjual alat tulis, kini sudah bercampur dengan mainan anak-anak, untuk melengkapi permintaan bungkusan kado ke pesta ulang tahun sekaligus isinya. Karena lebih menarik, akhirnya Wan buka Toysmart, malah tak jual alat tulis lagi. Dalam tiga tahun, cabang Toysmart sudah menjadi 36 sebelum kawanan penagih hutang mendatangi rumahnya di Cikarang Baru, Bekasi. Penagih hutang itu bermacam-macam asalnya, ada yang dari Bank hingga pemasok barang. Ketika itu beberapa kali Wan tidak di rumah, pihak penagih hutang tersebut pun menerobos dan menutup paksa tokonya. Karyawan juga dipaksa keluar. Toko mainan anak-anak yang menjadi tumpuan terakhir pun tamat. Termasuk lima toko di mal yang sempat Ia buka juga. “Karena mainan itu pasarnya kurang kuat dan sistemnya musiman, kalau tidak musim, tidak laku.” Usai musibah itu, Wan tinggal berpindah-pindah. Mulai dari menumpang di rumah kakak ipar, rumah adik hingga rumah keponakannya di Tambun. Sampai Ia membuka usaha yang sukses tersebut. Kegigihan Wan untuk menjadi pengusaha tidak lepas dari pengalamannya sejak sekolah. Anak dari pasangan Cik Ahmad dan Nur Jani ini sudah mandiri soal finansial sejak mengenyam pendidikan di sekolah kejuruan. Mulai dari jualan rokok sampai kerja di rumah pemotongan hewan di Pekanbaru. Hingga masuk kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Riau Ia menjadi pengajar di Lembaga Pendidikan Bina Profesi selama tiga tahun sejak 1992. Upahnya mengajar dipakai untuk biaya kuliah. “Malahan saya kalau gak kerja, gak bisa kuliah,” kisahnya saat isi seminar pemberdayataan alumni Universitas Riau di LPPMP 22 April 2019. Hal ini juga yang memberikan gelar ‘suhu’ pada panggilannya. Julukan itu berasal dari teman-teman kuliahnya, karena sering dimintai mengajar. Ridwan Parulian, salah satu teman akrab Wan semasa kuliah katakan bahwa lelaki dengan dua anak ini memang orang yang pintar dan baik. “Menguasai betul dia ilmu akuntansi,” ujarnya. Begitu juga yang dikatakan Al-Jupri, teman Wan sejak

Sekolah Menangah Ekonomi Atas Negeri Pekanbaru. Jupri akui kegigihan Wan yang sejak dulu selalu sibuk bekerja. “Wan memang pandai, kalau soal akuntansi, dia tempat bertanyalah,” kenang Jupri.

Foto: majalah.tempo.co

Pemikiran Wan soal masa depan juga jauh lebih dewasa, berbeda dengan mahasiswa lain. “Misal umur sepuluh tahun, dia sudah berpikir dua puluh tahun, memang visioner.” Tahun 1995, Wan menyelesaikan studi. Sebelum diwisuda, Ia telah menikahi Yengki. Bisnis itu aneh. Wan pernah membeli jam di Pasar Senen dengan modal satuannya 25 ribu. Kalau di mal bisa dijual seratus ribuan. Wan memasarkan jam itu dengan harga 49 ribu. Tapi tidak laku, malah dianggap palsu. Lalu Ia mengubah harganya menjadi 89 ribu dan laris terjual. Selain itu, pernah juga jual aksesoris diskonan dan tidak laku. Karena asumsi pembeli, diskonan adalah barang yang paling buruk kualitas. “Jadi bisnis itu kadang aneh, dijual murah gak laku, dijual mahal malah laku,” jelasnya. Bercerita soal bisnis, secara umum pemasok yang murah bergantung pada banyaknya pembelian barang. Prinsip Wan sejak dulu adalah tidak memilih yang paling murah, karena beresiko harus mangambil kuantiti yang banyak.

Foto

macam dan tradisional dengan seribu macam. Tapi omset swalayan bisa 10 juta dengan perputaran barang 20 hari, sedangkan tradisional hanya 2,5 juta dengan perputaran 80 hari, empat kali lipat lebih lambat dibanding swalayan. Materi perhitungan ITO inilah yang diajarkan Wan ke Asosiasi Mayarakat Ritel Indonesia (AMRI). Ada barang dengan perputaran cepat, disebut fast moving ada pula yang lambat atau slow moving. Lama habis barang tidak terlalu cepat, misal sapu. Di Idolmart sendiri, ada spidol sebagai barang fast moving. Perkiraannya, setelah seseorang beli spidol, kurun waktu singkat orang itu akan membeli spidol lagi. “Ya kalau sering ngajarin anak, seminggu habislah ya,” kata Wan.

Hal ini bisa berujung overstock atau persediaan barang yang berlebih. Lebih penting mengambil barang yang variatif atau beragam. “Jangan belanja banyak-banyak karena tergoda harga murah,” pesannya.

Berbeda dengan penghapus sebagai barang slow moving. Kalau tidak hilang, kita tidak akan membeli lagi setahun kemudian.

Perlu memahami dulu ilmu Inventory Turn Over (ITO). ITO merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana tingkat perputaran barang. Rumusnya ialah jumlah stok barang dibagi dengan omset perhari.

Istilah terakhir dalam bisnis ada dead stock, barang yang tidak bergerak atau tidak terjual. Dulu Wan mengalami masa pahit itu, saat bangkrut. Senilai 400 juta stok jualannya menumpuk di gudang.

Misalkan, antara toko tradisional dan toko swalayan stok barangnya sama-sama 200 juta. Swalayan dengan variasi lima ribu

Kedua barang itu tetap harus sama-sama dijual. Bedanya, perputaran barang yang cepat tidak boleh kosong, kalau yang lambat tidak boleh berlebih. “Ini yang buat saya bangkrut dulu,” kenang Ketua AMRI tersebut.

Ia stres dengan tekanan atas pertanyaan; barang segitu banyak mau diapakan? Belum lagi hutang yang sebanyak satu Milyar. Hingga barang-barang itu akhirnya dilelang dan bangunan toko dijual. Hal tersebut membuatnya merasa lebih tertantang lagi untuk berbisnis.*

51 BAHANA MAHASISWA


BINCANG-BINCANG

S

JALAN TOL SEBAGAI PEMERATA PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

istem perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur. Semakin baik keadaan prasarana, semakin baik pula pengaruhnya terhadap ekonomi. Dewasa ini infrastruktur Indonesia masih ketinggalan dibanding negara jiran. Sehingga tidak dapat menarik perhatian investor. Pemerintahan kabinet Jokowi sejak awal periodenya 2014 memulai gebrakan baru. Pembangunan infrastruktur jadi prioritas, supaya Indonesia tak tertinggal lagi. Salah satunya pembangunan jalan tol. Di Pulau Sumatera disebut Jalan Tol Trans Sumatera atau JTTS. Khusus provinsi Riau dibangun jalan bebas hambatan Pekanbaru menuju Dumai. Jaraknya sepanjang 131,4 8 kilometer. Jalan Tol ini diupayakan dapat mendorong pemerataan ekonomi serta mengefisiensikan transportasi di Riau. Dilangsir dari situs Kompas.com, Syamsuar Gubernur Riau sampaikan bahwa Tol Pekanbaru-Dumai akan menghidupkan hubungan ekonomi antara Sumatera dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Sehingga tol ini jadi gerbang perdagangan dunia. Pembangunan dimulai sejak Desember di Tahun 2016.

Oleh Raudhatul A.N.

Kamis, 28 November lalu Media Bisnis Indonesia gelar diskusi panel guna membahas proyek Jalan Tol Trans Sumatera atau JTTS di Hotel Pangeran,

BAHANA MAHASISWA 52

Pekanbaru. Diskusi dengan tema Jalan Tol Dorong Pemerataan Ekonomi dan Mengefisiensikan Transportasi di Riau. Menghadirkan Muhammad Fauzan sebagai narasumber. Ia adalah sekertaris Perusahaan Hutama Karya. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi dan penyedia jalan tol. Perusahaan ini pulalah yang melakukan pembangunan tol Pekanbaru-Dumai. Baca juga : http://bahanamahasiswa.co/ tol-p ekanbar u- dumai-solusi-p emerataanekonom i- da n- ef isiensi-t ra nsp ort a si-a lapemerintah/

Usai seminar, Raudatul Adawiyah Nasution dan Kru Bahana Mahasiswa yang lain sempat bincang-bincang dengannya. Simak hasil wawancaranya. Apa tantangan Hutama Karya kedepannya setelah jalan tol beroperasi? Membangun infrastruktur memang memakan modal yang sangat banyak. Negara menawarkannya kepada swasta, mereka tidak minat. Padahal tender sudah dilakukan beberapa kali. Akhirnya ditemukan solusi bahwa yang punya kemampuan untuk itu adalah BUMN Indonesia. Maka ditunjuklah dewan penasehat. Trans sumatera sepanjang 2765 km. Dengan segala upaya kami sebagai

53 BAHANA MAHASISWA Sumber: stock photo


pemilik tol nantinya selama 40 tahun harus memikirkan angsuran pinjamaan ke bank. Itu akan kami operasikan sebaik mungkin. Sebelum mengoperasikan berarti membangunnya juga harus sebaik mungkin. Supaya uang yang kita keluarkan jangan sia-sia. Sehingga mampu menarik kendaraan untuk masuk.

untuk uji laik pembangunan. Itu untuk seksi satu.

Apa saja yang ditawarkan demi menarik pemakai jalan tol?

Ditargetkan selesai pada Maret. Hal ini sangat bergantung kepada lokasi yang masih belum bebas. Masih perlu administrasinya dibereskan

Dalam operasinya, fasilitas minim servis harus ada. Rest area, rambu-rambu, kenyamanan jalannya juga patroli keamanan. Termasuk tempat istirahat. Yang kita komit, UMKM juga ada. Sekiranya terjadi kecelakaan harus ada tindakan emergency nya. Kalau itu berjalan, modal yang ditanam Hutama Karya akan balik ditahun ke lima belas hingga tujuh belas tahun. Sehingga kami berkepentingan membangkitkan pembangunan kawasan-kawasan di sekitar tol. Menguasai lahan, hal paling penting. Setelah kami lakukan kajian yang paling cocok itu dibangun kawasan industri. Sehingga dapat meningkatkan lalu lintas, traffic yang besar. Selanjutnya pasti akan ada perumahan dan tempat menjual kebutuhan sehari-hari. Sehingga kesimpulannya kami harus mengembangkan itu. Kuasai lahan lalu kembangkan. Pelan-pelan tapi pasti. Mengapa bukan pihak swasta yang melakukan pembangunan jalan tol? Alasannya karena secara bisnis ini tidak menarik. Soal traffic nya lalu lintas saja sebanyak tujuh ribu mobil kurang untuk perhari. Jika dikali seratus ribu belum seberapa. Kirakira tujuh juta. Padahal biaya bangunnya belasan Triliun. Untuk itu diperintahkan BUMN saja yang membangun. Mungkin punya modal sedikit, tapi mesti dibantu juga. Meminjam ke bank cukup mendapat kepercayaan. Progres pembangunan tol Pekanbaru-Dumai sudah sampai mana? Keseluruhan 131,4 8 kilometer progresnya hampir 85 persen. Tetapi pembangunan tol dibagi enam ruas. Ruas satu dan dua selesai lebih awal. Butuh uji laik fungsi sebelum operasi tol. Kalau sudah selesai kami ajukan uji laik ke Direktorat Jenderal Bina Marga PUPR. Akan ada tim yang turun. Kami harapkan kami sudah bisa ajukan pada Desember. Kalau timnya Segera, Mungkin untuk tahap awal dibuka satu pintu, sepanjang 12,5 kilometer itu bisa. Hal ini sangat tergantung dengan formasi kami dengan BM PUPR

BAHANA MAHASISWA 54

Sisanya ruas lima dan enam cepat selesai. Tapi untuk ruas tiga dan empat ada permasalahan pembebasan lahan serta pipa-pipa milik Chevron. Kami menargetkan sekali internal mungkin ruas tiga di tahun 2020, maksimal pada Maret bisa diselesaikan.

Bagaimana dengan penentuan tarif masuk tol? Sebenarnya untuk penentuan tarif melalui keputusan yang dikeluarakan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat(PUPR). Begitu pembukaan tol, itu belum dikenakan biaya. Menjelang ditarif kan, Kementrian PUPR akan keluarkan surat keputusan. Berapa estimasinya? Sesuai tol-tol yang ada sebelumnya. Mungkin sekitar 900 sampai Seribu Rupiah perkilometer. Itu yang sudah diterapkan di Lampung. Mengenai pembebasan lahan, bagaimana jika ganti rugi ditolak warga? Proyek tol merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Mengenai landasan pembebasan lahan ada regulasinya. Terdapat pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Peraturan tersebut menjadi landasan yuridis pemerintah untuk melakukan pembebasan tanah yang terkena proyek pembangunan. Jadi, tidak masalah sekiranya ada warga yang menolak, itu akan diselesaikan di ranah pengadilan. Uang ganti rugi akan kita titipkan di pengadilan. Melalui konsinyasi, hakim memutuskan berapa biayanya, itu akan kita patuhi. Posisi kita hanya menunggu putusan hakim. Sah-sah saja, masyarakat berhak untuk menolak. Tetapi dapat kita yakinkan lagi bahwa selama ini pembayaran ganti ruginya masyarakat menerima. Karena memang prosedur yang kita laksanakan memakai operasial independen. Sesuai nilai harga pasar. Tanah, pohon, beserta bangunannya juga dibayar. Jadi, kalau misalnya ada warga menolak, mungkin salurannya ke pengadilaan.

masalah pembebasan lahan adalah kendala terbesar. Dalam proses pembangunan negara punya kemampuan, kompetensi dan pendanaan. Tapi kalau soal lahan, berhadapan dengan rakyat pemilik lahan. Akan dikedepankan unsur kemanusiaan. Setelah penetapan lokasi dan trase jalan. Tanah yang bersinggungan dengan trase itu akan dilakukan up selling. Ada konsultan dan pihak pro pembebasan dari Kementerian untuk menilai tanah serta isinya. Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) adalah lembaga independen. Kewenangan mereka menentukan harga tanah diluar dari intervensi Hutama Karya. Stelah penentuan harga, akan diadakan penyuluhan dan sosialisasi. Kalau Kalau masyarakat setuju, kami bayar. Masalah yang terjadi di Padang, saya tidak bisa bicara banyak. Awalnya sudah sepakat dibayar, lalu mereka menolak. Terus minta harga tinggi, satu sisi malah minta digeser. Kalau tol digeser sepuluh meter saja, kebelakangnya itu panjang. Prosesnya akan semakin rumit. Harus mengulang lagi. Sehingga dibutuhkan dukungan dari pemerintah daerah setempat, begitupun tokoh masyarakat. Apa upaya agar kota yang tak terlewati tidak tertinggal? Ada cukup banyak pintu. Karena dalam penetapan lokasi, pemerintah daerah berperan menetapkan mana yang jadi pintu keluar. Sehingga kota-kota yang dilalui tidak mati atau tertinggal. Aksesnya tetap jalan. Bagaimana pengembangan kawasan persiapan untuk jelang pembukaan tol? Saat ini tim lagi bekerja mencari lahan untuk mengidentifikasi lahan yang bisa diakuisisi. Terutama tol yang sudah dibangun, dalam proses dibangun. Tentu sangat berkebutuhan untuk menguasai lahan. Ada tim sedang bekerja. Termasuk dengan menggandeng partner strategis kalau lahan didapat akan dijadikan apa. Kajiannya sudah menunjukkan hasil. Kawasan industri jadi prioritas. Karena dapat mengangkat trafik yang sangat signifikan. Mengenai itu sudah ada memorandum of understanding dengan PT Pelabuhan Indonesia, PT Perkebunan Nusantara II dan PT Hutama Karya. Kajian konsultan untuk adanya kawasan wisata juga sudah.

prosedur

Sebab merupakan korporasi, kajian harus dibahas dahulu. Struktur pembiayaannya seperti apa.

Diseluruh Indonesia saat pembangunan prasarana,

Kalau hanya mengandalkan trafik untuk kendaraan, akan

Soal lahan penyelesaian?

berkendala,

bagaimana

butuhkan waktu 15 tahun untuk balik modal, lalu bagaimana langkah lain untuk mengantisipasi hal tersebut? sangat berkepentingan tol ini ramai, lalu lintasnya banyak. Untuk mendorong itu, pemerintah daerah dan pihak-pihak swasta di daerah bekerja sama mengembangkannya. HK akan mengajukan proposal. Misalnya kawasan industri, intinya HK harus menguasai lahan. Belajar dari pengembang tol-tol di Jawa, ketertinggalan mereka tidak punya lahan di bagian sisi tolnya. Sehingga tolnya beroperasi, ada beberapa bentuk usaha juga. Seperti perumahan skala Pandau. Sehingga banyak lalu lintasnya. Hal itu jadi perhatian dan dilakukan programnya. Tidak hanya mengandalkan trafik. Apakah Hutama Karya banyak memakai tenaga kerja asal Riau? Sepertinya banyak, karena pekerjaan yang bisa dilakukan oleh tukang cukup banyak. Tenaga kerja Riau juga memadai. Baik sebagai operator, termasuk pengawas. Tamatan Universitas Riau ada, tamatan Politeknik Bengkalis juga ada. Lowongan kerja untuk karyawan tetap dibuka sebanyak dua kali dalam setahun. Banyak yang minat, p er s a i nga n nya tinggi. Kemarin buka sekitar 200 lowongan yang daftar dua puluhan ribu. Sarjana lagi, jago b a h a s a inggrisnya.*

Foto: Istimewa

55 BAHANA MAHASISWA


FILM OVERVIEW

01

01

02

03

04

Usai kejadian ’snap’ yang menghilangkan separuh mahluk di semesta marvel, tim Avengers hampir kehilangan harapan untuk mengembalikan semuanya kembali normal. Hingga pada satu momen mereka akhirnya menemukan cara untuk mengembalikan keseimbangan semesta. Avengers lalu menyatu kembali, mencoba mewujudkannya. Endgame merupakan penutup dari fase ketiga Marvel Cinematic Universe. Jika cerita yang biasa disajikan Marvel cenderung berwarna cerah, cerita ringan, joke di sana-sini, tidak akan anda temukan di Endgame. Marvel menyajikan cerita yang lebih kelam dan dramatis, hal itu terbukti ampuh mengikat emosi penonton dan membuatnya menjadi film yang paling memorable sepanjang 2019.

03

D E R E TA N F I L M MEMORABLE DI 2019 Sepanjang 2019, banyak film yang telah diproduksi baik film lokal maupun internasional. Beberapa film mudah terlupakan, sebagian lain sangat membekas di ingatan kolektif masyarakat khususnya di Indonesia, berikut beberapa di antaranya. BAHANA MAHASISWA 56

AVENGERS: ENDGAME

DUA GARIS BIRU

02

JOKER

Muncul dari rival abadi Marvel Cinematic Universe, DC kini menjadikan sosok karakter villain paling digemari di DC menjadi film stand alone. Film ini menjadi cerita origin dari Joker. Joker dalam film ini diceritakan sebagai orang yang memiliki gangguan kejiwaan. Namun bukan itu yang menjadikannya prince of chaos, melainkan tumpukan dari berbagai permasalahan yang dihadapinya di Kota Gotham yang mengubahnya. Film Joker ini memupuk rasa tidak nyaman pada penonton, di satu sisi penonton dibawa untuk bersimpati pada sosok Arthur Fleck— nama asli Joker di film ini, satu sisi lainnya penonton jadi teringat kejahatan yang akan dilakukannya ke Gotham. Film ini sukses merebut hati penonton dan menjadikannya salah satu film paling memorable di 2019.

04

PARASITE

Kali ini film dari tanah air, Dua Garis Biru menjadi salah satu film yang cukup dikenang sepanjang 2019.

Disutradarai oleh Bong Joon Ho, director asal Korea yang telah malang melintang dalam industri film di Korea Selatan.

Ia bercerita tentang pergolakan hidup dua remaja tanggung. Dara dan Bima, keduanya pasangan SMA biasa, hingga akhirnya mereka melakukan hubungan badan. Dara lalu hamil, dan kedua orang tua mereka yang mengetahui hal ini jelas kecewa. Cerita yang mengalir, plot yang rapih, karakter yang kuat, serta kematangan aktor membuat film Dua Garis Biru enak untuk ditonton.

Film ini menceritakan ketimpangan sosial dan ekonomi antara kelas atas dan bawah di Korea melalui perspektif dua keluarga. Keluarga Kim Ki-Taek yang merupakan warga kelas miskin kota namun cerdik bertemu keluarga YeonKyou yang merupakan keluarga kaya namun polos dan mudah percaya. Intrik kedua keluarga bermula ketika anak sulung Ki-Taek menjadi guru privat di rumah keluarga Yeon-Kyou. Sepanjang menonton film ini, penonton seolah merasa menaiki roller cooster. Naik turun emosi kerap dirasa sepanjang film, lucu, sedih, marah, hingga senang akan anda dapat seusai menonton film Parasite ini.

57 BAHANA MAHASISWA


CERPEN

Clary dan Dunia Peri Oleh Febriani Novita Dewi

S

iang itu aku berjalan melewati jembatan, aku baru saja pulang sekolah, punggung dan bahuku rasanya sudah tak sanggup menahan berat tas yang penuh oleh buku, hal biasa ketika hari Selasa. Ditambah lagi hari ini cuacanya cukup terik, matahari terlalu bemurah hati memberikan panasnya. Aku berhenti sebentar, rasanya aku perlu beristirahat. Aku duduk dibawah pohon, kemudian membuka tas dan mengambil sisa minuman yang aku beli di kantin sekolah saat istirahat. Tinggal sedikit, tapi cukup untuk membasahi tenggorokanku yang sudah sangat kering. Aku melempar botol bekas minum tadi kesembarang arah. Aku tau membuang sampah sembarangan itu tidak baik, tapi rasanya aku tidak sanggup lagi menambah beban di tasku. Aku memejamkan mata, mencoba untuk menenangkan diri sejenak. Sepertinya hari ini aku benar-benar sedang diuji. Setelah melewati pelajaran olahraga dengan pak Ahmad yang terkenal dengan sistem atletnya, aku harus mendapatkan olahraga tambahan lagi dikarenakan bus yang biasa aku tumpangi entah kenapa tidak beroperasi hari ini. Seberkas cahaya tiba-tiba mengganggu indera penglihatanku, membuatku terpaksa membuka mata. Aku bangkit dan kemudian melihat sekeliing, mencoba mencari sumber cahaya itu. Sepertinya cahaya itu berasal dari arah botol yang telah aku lempar tadi. Aku perlahan berjalan mendekat agar bisa melihatnya dengan jelas, namun bebatuan runcing menyulitkanku dalam berjalan. Sepertinya dulu tempat ini merupakan sungai, namun karena kemarau yang berkepanjang sungai ini menjadi kering.

Semakin aku berjalan mendekat, semakin aku bisa melihat sumber cahaya itu dengan jelas. Ternyata cahaya tadi berasal dari sebuah batu. Aku mengambil batu itu, ukurannya kira-kira sama dengan genggaman tanganku dan berwarna violet. Aku memutarmutar batu itu. Walaupun cuma sebuah batu, namun benda itu mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat membuatku betah memandanginya. Aku mencoba melakukan hipotesis mengapa batu seluar biasa ini bisa ada di tempat yang tidak biasa. Tiba-tiba saja aku merasakan getaran, seperti gempa

BAHANA MAHASISWA 58

berkekuatan tinggi, sekelilingku rasanya berputar-putar. Aku tidak dapat melihat apapun, sungai kering dengan bebatuan runcing sudah tidak ada lagi, pemandangan di depanku telah berganti. Cahaya violet berputar-putar di sekelilingku seakan mengurungku dan aku merasakan tarikan gravitasi yang sangat kuat. Kepalaku pusing dan perutku mual. Sepertinya aku sedang melayang di dalam dimensi yang tak berujung. Aku tidak dapat berpikir dengan baik ataupun melakukan sesuatu, hanya bisa menunggu hingga pusaran ini berhenti. Kedua kakiku terlindas tubuhku saat aku mendarat di tanah. Aku tidak sanggup berdiri. Sesaat, aku merasa efek dari pusaran itu belum hilang, aku masih merasa dunia berputar. Aku berusaha fokus. Akhirnya, aku dapat mengamati sekeliling. Aku mengerjap, sejenak merasa disorientasi tempat. Di depanku, terhampar padang rumput yang sangat luas, juga ada beberapa semak belukar yang terlihat asing. Awan-awan kecil menghiasi langit yang cerah. Suasanya sangat tenang, namun sesekali kicauan burung masih terdengar. Aku memutuskan untuk berjalan, mungkin saja setelah berjalan beberapa saat aku bisa menemukan pemukiman penduduk. Semakin jauh aku berjalan, keadaan datarannya mulai berubah. Semak belukar asing digantikan oleh pepohonan yang juga asing. Pohon-pohon ini berbeda dengan yang pernah aku lihat sebelumnya, bentuk dan warna daunnya sangat unik, seakan berasal dari dunia dongeng. Teriakan perutku membuyarkan kekagumanku terhadap daerah asing ini. Sepertinya aku harus mulai menajamkan mata agar dapat mencari makanan, seperti buah-buahan ataupun hewan yang mudah ditangkap. Memikirkan hewan membuatku tersadar kalau sekarang aku sedang berada di hutan. Bisa saja harimau atau serigala menyergapku dan menjadikan aku santapan malamnya. Memikirkan itu membuatku bergidik. Mungkin sebaiknya aku menyingkirkan ide untuk memburu hewan, selain karena aku tidak punya pengalaman dalam menangkap hewan, aku juga tidak bisa membuat api untuk memasaknya.

Aku terus saja berjalan. Rasanya aku sudah berjalan cukup jauh tetapi sampai sekarang aku belum melihat apapun yang bisa dimakan. Langkahku semakin lama semakin pelan, efek dari kelelahan dan dehidrasi. Sesuatu berwarna kuning terangkap oleh indera penglihatanku. Mungkin saja itu buah. Aku mendongakkan kepala ke atas, mencari pohon sumber buah itu berasal. Tidak sulit untuk menemukannya, pohon yang cukup tinggi, namun penuh dengan buah berwarna kuning. Aku mulai memungut buah yang terjatuh di rumput, badanku membungkuk mengambil beberapa. Buah ini bisa saja tidak enak atau bahkan beracun. Tetapi, tidak ada salahnya menjadikan buah ini sebagai cadangan sampai aku menemukan yang lebih baik. Aku meluruskan punggung, rasa lelah membuatku tidak sanggup membungkuk terlalu lama. Hal yang tersaji didepanku membuatku tanpa sadar menjatuhkan buah yang telah aku kumpulkan. Rasa lega dan bersyukur menyeruak. Ternyata saat ini aku berdiri di atas bukit, aku dapat melihat pemukiman dari atas sini. Kedua kakiku berayun lebih cepat menuruni bukit. Tidak ingin berlama-lama di hutan dengan perut lapar. Mendekati gerbang pemukiman, aku dapat melihat orang-orang melakukan berbagai aktivitas. Tidak terlalu ramai, mungkin karena matahari sebentar lagi tenggelam. Kehadiranku di tempat ini sepertinya cepat disadari. Orangorang mulai menghentikan aktivitas untuk sekedar mengamatiku. Aku berdiri mematung, tidak tau harus melakukan apa. Suasananya hening mencekam. Bahkan burung-burung pun seakan enggan untuk terbang. Keadaan ini berlangsung selama beberapa menit sampai seorang pria paruh baya berjalan mendekatiku. Aku perkirakan usianya berada diakhir 40-an. Perawakannya tegas sekaligus lembut. Dia berhenti di depanku, pandangangannya menyapuku dari atas sampai bawah. Aku dapat melihat kalau dia sedang berpikir, menimbang-nimbang. Aku menunggu kalimat yang akan keluar dari mulutnya. Ketakutan membuatku berhati-hati. Aku tidak tau apakah orang ini baik atau tidak. “Siapa kau? Dan apa tujuanmu kesini?” tanyanya. Orang-orang

yang semula hanya mengamatiku dari kejauhan mulai berjalan mendekat. Aku merasa terkurung di dalam pagar manusia, tatapan mereka seakan siap membunuhku. Aku menarik napas, menarik segala keberanian yang masih aku miliki. “Aku Clary dan aku tidak tau mengapa ada disini. Aku kelelahan setelah pulang sekolah kemudian menemukan sebuah batu berwarna violet. Aku tertarik kedalam sebuah pusaran yang mengantarkanku ketempat ini,” aku kemudian menunduk. Aku tidak berani menatap mereka, namun aku masih bisa mendengar mereka berbisik-bisik. Aku kembali mengumpulkan keberanian untuk sedikit mengangkat kepala. Mereka sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu, tentu saja tentang aku. “Apa kau manusia?” “Ya,” ucapku dengan ragu-ragu. Tentu saja aku manusia dan mereka juga, tetapi pertanyaannya membuatku berpikir kalau mereka berbeda. Hidupku bergantung pada setiap kata yang keluar dari mulutku. Mereka kembali berdiskusi, andai saja aku punya indera pendengaran yang tajam. Aku ingin sekali mengetahui apa yang mereka diskusikan, apa yang mereka pikirkan, tentangku. Pria yang pertama kali menghampiriku tadi sepertinya adalah pemimpin orang-orang ini. Aku dapat melihat bahwa setiap mata sekarang tertuju padanya, memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Alis dan dahinya mengernyit, menampakkan wajah seorang pemimpin yang sedang berusaha membuat keputusan terbaik bagi kaumnya. Jika keputusan ini menyangkutku, aku merasa kehadiranku di tengah-tengah mereka tidak akan membahayakan. Namun pendapatku tidaklah penting. Sang pemimpin menghebuskan napas, kemudian menatapku, “Aku tidak tau kenapa kau bisa ada disini, namun untuk sementara kau bisa tinggal di rumahku.” Itu terdengar seperti perintah, aku hanya bisa mengangguk lemah. Sang pemimpin kemudian berbalik dan berjalan membelah kerumunan. Aku mengekor di belakangnya, dari sudut mataku aku dapat melihat kalau orang-orang ini masih memperhatikanku. Aku berusaha terlihat tidak terganggu dengan itu, memasang wajah

59 BAHANA MAHASISWA


datar sebisa mungkin. Kami berjalan menyusuri jalan pedesaan, rumah-rumah disini terlihat mirip dan tersusun rapi. Bunga-bunga menghiasi halaman depan, beberapa orang mencoba mengintip dari jendela. Mungkin penasaran dengan makhluk apa yang dibawa oleh pemimpin mereka. “Tidak usah takut,” ucapannya memecah keheningan. “Ini pertama kalinya kami kedatangan tamu manusia, mereka hanya sekadar penasaran.” Aku menyajarkan langkah dengannya. “Maksud anda kalian bukanlah manusia?” pertanyaan itu akhirnya keluar juga dari mulutku. Langkahnya terhenti dan kemudian menatapku. “Bukan,” ucapnya pelan namun masih terdengar jelas. Aku mencoba mencari kata-kata yang pas agar tidak menyinggung sang pemimpin. “Lalu kalian apa? Dan dimana aku?” Dia kembali menghembuskan napas seperti tadi. “Kami adalah peri hutan.” Mulutku menganga tanpa sadar. Dia sepertinya tidak terlalu memperdulikan reaksiku, dia kemudian melanjutkan kalimatnya “Mungkin di dunia manusia, peri dianggap hanyalah makhluk dari kisah-kisah pengantar tidur. Tetapi sebenarnya tidak, kami nyata dan tersembunyi. Tugas kami menyeimbangkan alam, memeliharanya agar tidak rusak. Dan gadis kecil, sekarang kau berada di dunia kami, dunia para peri.” “Jika kalian tersembunyi, lalu kenapa aku bisa ada disini?” “Itulah yang kami tidak tau, tetapi dugaan sementaranya, kau tidak sengaja membuka portal antar dunia yang menarikmu kesini. Portal itu seharusnya terbuka beberapa bulan lagi saat musim penghujan.” Aku mencoba mencerna kalimatnya. Setidaknya beberapa pertanyaanku sudah terjawab walaupun jawaban itu tidak masuk akal. Sang pemimpin tidak repot-repot menungguku selesai berpikir, dia kemudian melanjutkan langkahnya kembali yang sempat terhenti untuk meladeni keingintahuanku. Aku bergegas mengikutinya, tidak ingin ditinggal sendiri disini disaat langit sudah menggelap. Kami menghabiskan sisa perjalanan menuju rumahnya dengan keheningan. Rumah sang pemimpin terlihat lebih besar daripada rumahrumah di sampingnya. Mungkin itu adalah salah satu dari sekian banyak hak yang dimilikinya, tentu dibarengi dengan kewajiban yang juga banyak. Seorang wanita menunggu kami di depan pintu. Kemudian membentangkan tangan untuk memeluk sang

BAHANA MAHASISWA 60

pemimpin. Tanpa diperkenalkanpun aku sudah bisa menebak kalau itu adalah istrinya. Namun sebagai pemimpin, tentu pria itu tidak bisa menyingkirkan formalitas. Sang pemimpin memperkenalkanku kepada istrinya dan sebaliknya. Istrinya bernama Alena, mata sewarna perunggunya menatapku iba. Sang pemimpin menceritakan tentang siapa aku dan kenapa aku bisa ada disini. Alena kemudian memelukku, memberi kehangatan. Ia kemudian menuntunku ke kamar dan mempersilahkanku membersihkan diri *** Air dingin mengguyur tubuhku, memberi efek menyegarkan. Akhirnya aku dapat membersihkan noda-noda yang menempel di tubuhku. Orang-orang ini sepertinya tidak suka hal-hal yang kotor. Setelah mendapat pelukan hangat sesampainya di rumah ini, mereka, terkhususnya Alena, langsung menyarankan aku untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Meskipun menurutku menghidangkan makan malam untuk seorang anak yang tersesat di dunia asing lebih diprioritaskan. Sebagai seorang tamu, aku hanya menurut saja, mengikuti semua perintah agar aku tidak ditahan atau lebih jauh dibunuh karena menyinggung mereka. Tetapi, setelah berbincang sedikit dengan mereka, aku dapat merasakan bahwa mereka adalah orang baik. Pemikiran bahwa aku akan terbunuh disini segara aku buang bersama dengan guyuran air. Aku keluar dari kamar mandi dengan perasaan bersih dan segar. Pakaian tidur telah diletakkan di atas tempat tidurku. Setelah memakainya, aku duduk di depan meja rias, menyisir rambut, dan menyanggulnya agar terlihat rapi. Aku terdiam, melihat pantulan diriku sendiri di cermin. Tampilan seorang gadis dengan rambut lurus berwarna hitam ada disana. Gadis itu seharusnya sekarang berada dikamar yang nyaman, sedang mengerjakan soal-soal matematika sambil mendengarkan musik. Namun nyatanya, sekarang dia ada disini. Di tempat asing dengan perut yang lapar, malang sekali. Suara ketukan pintu menyadarkanku. Aku mengayunkan langkah lebar untuk menghampiri pintu dan kemudian memutar kenop. Seorang gadis kira-kira seumuranku berdiri di balik pintu, dia sedikit lebih tinggi dibandingkan aku. Rambutnya berwarna hitam senada dengan warna mata yang sama dengan Alena. Setelah melihatku, senyuman terukir di wajah rupawannya. “Hai, aku Evellyn,” dia mengulurkan tangan, aku membalasnya dan ikut tersenyum. “Ibuku menyuruhku memanggilmu untuk makan malam bersama, ayo!” Ia langsung menarik tanganku tanpa mendengarkan jawabanku terlebih

dahulu. Bisa jadi dia sudah tau kalau aku tidak akan menolak makanan. Sambil menggandeng tanganku, Evellyn memberikan tur singkat tentang rumah ini. Ia menunjuk beberapa ruangan kemudian mengatakan fungsinya. Ia juga menceritakan tantang keluarganya. Sang pemimpin, Jason, adalah kepala peri. Ia yang membagi tugas-tugas para peri sesuai kemampuan dalam menjaga alam. Evellyn ternyata mempunyai seorang kakak lakilaki yang saat ini sedang berada di rumah latihan. Aku hanya menyimak semua yang dikatakan Evellyn, dia sangat periang, seakan kesedihan tidak berani mendekati gadis ini. Sesampainya diruang makan, Jason telah menunggu kami di ujung meja. Alena sibuk menghidangkan makanan, mengecek lagi, memastikan semuanya sudah tersaji. Melihat kedatangan kami ia kemudian tersenyum. Evellyn duduk di kiri sang ayah, aku kemudian mengikutinya, menempati kursi yang ada di kiri Evellyn. Sekalipun sudah mengenal orang-orang ini, tetapi aku tetap saja tegang dan gugup. Aku sulit beradaptasi dengan orang-orang baru. Evellyn sepertinya tau kegugupanku, ia meremas tanganku lembut menyalurkan kehangatan, senyuman tidak lepas dari wajahnya. Perlakuannya membuatkan tenang, aku mencoba untuk santai. “Makanlah yang banyak,” kata Alena sembari melambaikan tangan ke piring-piring di hadapan kami. “Perut kenyang akan membuat tidurmu nyenyak.” Dia kemudian duduk di sisi kanan Jason. Aku mengangguk dan bergerak secara otomatis untuk mengambil makanan. Disampingku Evellyn juga melakukan hal yang sama. Sebagian besar makanan berupa sayuran. Sayuran itu diolah dengan berbagai cara, sehingga menghasilkan makanan yang kaya rasa dan lezat. Aku mengambil tiap jenis hidangan sedikit-sedikit, tidak ingin melewatkan setiap cita rasanya. Seorang lelaki memasuki ruangan, dia kemudian menarik kursi yang ada di seberangku. Aku menduga dia adalah Mark, kakak laki-laki Evellyn. “Wah makanan kesukaanku,” katanya, menyambar makanan yang terhidang. Kedua orang tuanya hanya tersenyum. Tibatiba aku teringat akan kedua orang tuaku. Apakah mereka tau aku ada disini? Mungkin mereka sedang sibuk mencari putri tunggalnya yang tidak kunjung pulang. Tampilan ibuku yang sedang sibuk menelpon teman-temanku muncul di benakku. Disampingnya, ayah berusaha menenangkan namun kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya. Memikirkan itu membuatku sedih. Tawa menggema di ruangan ini memecah lamunanku.

Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang lucu, yang tidak aku ketahui. Aku merasa canggung. Mereka sepertinya menangkap rasa gelisa itu. Jason mulai mengajakku berbicara untuk mencairkan suasana, Evellyn kadang bertanya tentang duniaku, dunia manusia. Aku juga demikian, bertanya tentang dunia ini. Percakapan mengalir dengan lancar sampai kami tidak menyadari bahwa malam sudah larut. Aku dan Evellyn membantu ibunya membereskan meja. Kemudian kami berpisah menuju kamar masing-masing. Aku tidak akan tersesat, rumah Jason memang luas tetapi memiliki denah yang sederhana. Tidak sulit untuk menemukan kamarku. Aku menghempaskan badan ke tempat tidur yang terasa empuk dan nyaman. Mataku terasa mulai mengatup. Hari ini begitu panjang dan berat. Aku memikirkan perjalananku kesini, bagaimana sebuah batu dapat mengantarku ke sebuah dunia asing. Alam bawah sadarku memanggil kuat, menggantarkanku ke dunia mimpi. *** Hari ini aku memakai gaun berwarna coklat muda dengan beberapa motif bunga berwarna hijau dan berbahan dasar katun. Alena telah menyiapkan segala keperluan yang aku butuhkan. Aku tinggal membuka lemari, dan berbagai jenis pakaian menunggu untuk aku pilih. Aku melihat pantulan diriku di cermin. Gaun ini tampak pas, seolah dijahit khusus untukku. Sederhana dan indah. Aku sangat menyukainya. Aku membuka pintu. Seperti biasa Evellyn telah menungguku, kali ini dia mengajak serta kakaknya, Mark. Aku melihat Mark bersungut-sungut. Ujung bibirku tertarik ke atas, Evellyn pasti memaksanya. Kemarin Evellyn berjanji untuk mengajakku melihat kincir air yang ada di sungai. “Lokasinya lumayan jauh Clar, tidak ada salahnya membawa penjaga, kan?” Evellyn melemparkan cengiran lebar kearah Mark. Aku hanya menggelengkan kepala melihat kelakuannya. Evellyn menarik tanganku dan juga Mark, memosisikan dirinya berada di tengah. Dia seakan sedang menyeret kami berdua. Kami menyusuri jalan desa, kemudian memasuki perkebunan sayur yang luas. Perbukitan mengapit tempat ini, melindunginya dari musuh-musuh yang ada diluar. Aku mau tak mau kagum akan tempat aneh yang indah ini. “Vel,” panggilku “Ya?” Evellyn menolehkan kepala sambil terus berjalan. “Kenapa kalian tidak memiliki sayap?” Evellyn dan Mark tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaanku, seakan aku

61 BAHANA MAHASISWA


baru saja mengajukan sebuah pertanyaan bodoh. Aku merengut. Evellyn berusaha menghentikan tawanya. “Karena kami bukan peri yang ada di dongeng-dongeng pengantar tidurmu, Clar,” mereka tertawa lagi. “Jadi kalian peri yang seperti apa?” Kali ini Mark yang menjawab pertanyaanku, “Bukankah ayahku sudah pernah menjelaskannya? Kami adalah peri hutan, kami menjaga alam, menganggapnya sebagai seorang saudara yang harus dilindungi. Setiap musim penghujan kami akan datang ke dunia manusia untuk menyelamatkan alam yang tengah sekarat karena perbuatan kalian, manusia.”

Aku mencoba menjernihkan pikiranku. Sepertinya barusan aku tertidur dan kemudian bermimpi. Peristiwa-peristiwa yang ada di mimpi itu sangat jelas dibenakku, seolah benar-benar terjadi. Aku ingat ucapan Evellyn. “Jagalah apa yang sepatutnya dijaga Clar.” Aku tersenyum kemudian berdiri dan mengambil botol plastik yang telah aku buang sembarang. Mulai saat ini aku bertekad untuk menjaga alam, menjaga duniaku. Aku tidak peduli entah peristiwa-peristiwa itu cuma mimpi atau memang terjadi.*

Aku menerawang, mengingat kembali perilaku-perilaku tercelaku. Ingatan tentang botol plastik yang aku buang sembarang adalah yang terkuat. Karena botol itulah aku ada disini. “Setelah seminggu disini tentu kau telah melihatnya sendiri Clar, kami tidak pernah merusak alam. Kami tidak menggunakan plastik, hewan-hewan tidak perlu mati sia-sia karenanya. Udara kami masih sangat bersih, tidak ada debu-debu halus yang mengganggu pernapasan.” Kalimat Evellyn terhenti sebentar, ia mengambil napas. “Jagalah apa yang sepatutnya dijaga Clar. Alam telah memberi kita banyak hal, sudah sepatutnya kita merawat dan menjaganya. Bukan malah merusaknya dengan kenyamanan sesaat yang diberikan oleh plastik.” Aku mengangguk. Berada disini membuatku menyesali perbuatanku, betapa aku telah mengambil peran dalam kerusakan alam, kerusakan duniaku sendiri. Kami melanjutkan perjalanan. Jalannya memang tidak mudah, namun pemandangan yang indah dapat menghalau kesusahan yang kami rasa. Aku tidak sengaja menendang sebuah batu. Aku kemudian mengambilnya, merasa tidak asing. Tiba-tiba saja, cahaya violet yang sangat menyilaukan muncul dari batu itu, mengganggu penglihatanku. Aku tidak dapat melihat Mark ataupun Evellyn. “Nak, bangun, jangan tidur disini.” Seseorang menepuk-nepuk bahuku. Aku mengerjap, mencoba menormalkan penglihatanku. Setelah melihatku bangun, wanita itu kemudian pergi.

BAHANA MAHASISWA 62

63 BAHANA MAHASISWA


P E R L U A S

JANGKAUAN USAHA ANDA Dengan bermitra bersama Bahana Mahasiswa. Kami menyediakan jasa periklanan, pembuatan video company profile, video usaha, percetakan buku, spanduk dan lainnya

0821-7455-3866

BAHANA MAHASISWA 64


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.