Edisi November 2020 - Januari 2021

Page 1

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

1


DAFTAR ISI

6

LAPORAN UTAMA Bagaimana Ketahanan Pangan Bumi

10

Kampus Merdeka

REPORTASE Menilik Kesiapan UNRI jadi

Lancang Kuning?

21

13

KHAZANAH Gambus Selodang Warisan Negeri Istana

16

ARTIKEL ILMIAH WEBINAR Strategi Ketahanan pangan Riau LEISA Sistem Pertanian Ramah di Masa Pandemi

Lingkungan

38 LIPUTAN KHUSUS Petani Penyandang Meja Hijau

INOVASI Mie Aneka Warna dari Ikan Patin

33

SEMPENA Jatuh Bangun Ramy Kejar

Balai UNRI Sudah Tak Jalan Lagi

48

KAMPUSIANA Hanya Sekali Beroperasi,

Medali

4

SEKAPUR SIRIH

5

SEULAS PINANG

14

JENGAH

15

OPINI

18

ARFAUNNAS

26

KALEIDOSKOP

30

BEDAH BUKU

35

TTS

36

ILUSTRASI

42 41

45

KAMPUSIANA Kantin Kampus Binawidya di Masa Pandemi

44 49

KESEHATAN BEDAH FILM BUNDEL

Ilustrasi: Aditia Anhar Sampul: Haby Frisco

COVER STORY

2

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Ketahanan pangan Bumi Lancang Kuning sangat rawan, terlebih di masa pandemi kini. Hampir seluruh bahan pangan utama masih disuplai dari luar daerah. Misal pada 2019, Riau hanya mampu memenuhi 23.6 persen kebutuhan beras penduduknya. Kini, luas ruang pertanian di Riau 514.149,54 hektare dengan luas baku sawah 62.689 hektare. Jumlahnya tak seberapa, jika dibandingkan dengan luas perkebunan sawit yang mencapai 2.5 juta hektare pada 2019. Hasil produksinya sampai 7.466.260 ton. Sementara itu, kebutuhan beras diprediksi meningkat pada 2024 mendatang. Mencapai 662.475 ton untuk 7.5 juta penduduk. Pemerintah berangan, pada tahun tersebut provinsi dengan luas kebun sawit terbesar di nusantara ini berdaulat pangan. Mampu memenuhi setidaknya 50 persen kebutuhan beras.


REDAKSI STT: Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN: 0215-7667. Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau. PENASEHAT Prof. Dr. Ir. H. Aras Mulyadi, DEA (Rektor UNRI), Prof. Dr. Iwantono, M. Phill (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNRI), PEMBINA Dr. Awitdrus, M.Si (Wakil Dekan III FMIPA UNRI), Alumni Bahana Mahasiswa UNRI. PEMIMPIN UMUM Ambar Alyanada PEMIMPIN REDAKSI Dicky Pangindra PEMIMPIN PERUSAHAAN Meila Dita Sukmana SEKRETARIS/BENDAHARA Raudatul Adawiyah Nasution LITBANG Haby Frisco REDAKTUR PELAKSANA Annisa Febiola REDAKTUR Firlia Nouratama DIREKTUR BAHANA PRODUCTION HOUSE Reva Dina Asri REDAKTUR VISUAL Mickyal Mashyuri DESAINER Tegar Pamungkas FOTOGRAFER Rio Eza Hananda LAYOUTER/DESAIN Haby Frisco STAF IKLAN Wan Ecika Amalia, Reva Dina Asri PUSTAKA & DOKUMENTASI Salsabila Diana Putri SIRKULASI & MEDSOS Malini

REPORTER Annisa Febiola, Raudatul Adawiyah Nasution, Reva Dina Asri, Haby Frisco, Mickyal Mashyuri, Firlia Nouratama, Salsabila Diana Putri, Rio Eza Hananda, Malini, Wan Ecika Amalia, Tegar Pamungkas

KRU MAGANG Adit, Yulia, Ardiansyah, Denisa, Dewi, Dwi Nanda, Dinda, Elvira, Febrina, Juanito, Lia, Liza, Rizkillah, Tasya, Nita, Syahnari, Uti, WM, Yurisa, Agnes, Aisyah, Aliyah, Almuhaimin, Bonita, Dicky, Ellya, Ernanda, Hardiansyah, Khairunnisa, Klara, Aditya, Caesare, Nadine, Nailal, Novita, Pani, Putri, Qonitah, Rosi, Sakinah, Selvi, Surya, Yanisa, Yella

Alamat Redaksi/Iklan: Kampus UNRI Binawidya, Arena Panjat Dinding, Jalan HR. Soebrantas, Panam, Pekanbaru. Telepon (0761) 47577. Dicetak pada CV. Mitra Irzani. Isi diluar tanggung jawab percetakan. Redaksi menerima tulisan berupa opini dan artikel karya orisinil. Redaksi berhak melakukan penyuntingan tanpa merubah tujuan tulisan.

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

3


SEKAPUR SIRIH

FOTO: DOK. BAHANA

Pembaca yang budiman,

Liburan Boleh Tertunda, Liputan Jangan. P

ENGHUJUNG 2020 lalu amatlah menyita waktu libur Kru Bahana. Lantaran banyak agenda yang mesti dituntaskan. Di sela-sela liputan dan deadline majalah ini, kami buat Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar di bulan November. Ini merupakan gerbang awal jadi keluarga kami di Bahana. Belum juga kering keringat, dua hari setelahnya kami buat Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut. Pesertanya dari beberapa pers mahasiswa se-Indonesia yang menetap di Pekanbaru. Mengingat kondisi Pandemi Covid-19 yang melanda negeri kami juga batasi jumlah peserta. Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia dan Hari Hak Asasi Manusia pada 9 dan 10 Desember, tak luput jadi gawean. Bahana bergabung dengan Forum Pers Mahasiswa Riau buat diskusi bersama para pegiat HAM dan Aktivis Anti Korupsi. Panjang umur perjuangan.

4

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Mengawali edisi pertama di tahun 2021, kami menyorot lemahnya ketahanan pangan di Bumi Lancang Kuning. Akibatnya pasokan pangan didatangkan dari luar daerah. Minimnya perhatian kepada petani jadi salah satu penyebabnya. Tulisan ini ada di rubrik laporan utama. Di tengah persoalan itu, beberapa dosen Fakultas Pertanian ajarkan masyarakat sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan sumber daya lokal. Ada pula inovasi olahan ikan patin jadi mie aneka warna oleh dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan. Kedua tulisan itu dimuat pada rubrik artikel ilmiah dan rubrik inovasi. Pada rubrik reportase, kami sajikan kesiapan UNRI dalam menerapkan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka besutan Mas Menteri. Selain itu, ada cerita Ramy mahasiswi Jurusan Fisika dengan segudang prestasi. Pada ajang KN MIPA 2020, ia jadi satu-satunya peserta dari luar Pulau Jawa yang dapatkan medali. Masih seputar kampus, ada cerita para pedagang kantin yang mengeluh lantaran penghasilannya turun. Sejak pertengahan Maret 2020, pembelajaran dihelat secara dalam jaringan. Tak ayal, kampus pun tak seramai biasanya. Untuk memperluas pengetahuan pembaca akan budaya Melayu, ada tulisan tentang Gambus Selodang di rubrik Khazanah. Alat musik berdawai tujuh dari Negeri Istana, Siak. Yang kini telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Terakhir, untuk menemani waktu santai anda, kami sajikan tulisan ringan pada rubrik kesehatan, opini, bedah buku, arfaunnas, tips dan trik serta TTS. Semoga informasi yang kami sajikan bermanfaat dan berkenan bagi pembaca sekalian. Salam hangat. Selamat membaca!


SEULAS PINANG

Riau Mandiri Pangan Jangan Cuma Angan

E

NAM dekade lebih Provinsi Riau berdiri. Soal pangan, Bumi Lancang Kuning masih bergantung dari luar daerah. Apatah di musim pagebluk ini. Ketahanan pangan Riau sangatlah rapuh. Ini diakui sendiri oleh Syahfalefi Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau saat menghadiri penyerahan bantuan alat pertanian dari PT Chevron Pacific Indonesia di Universitas Riau, 22 Oktober 2020 lalu. Pada 2019 saja, produksi beras Riau tak sampai 30 persen mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat. Ini berarti hampir tiga kali lipat kebutuhan didatangkan dari luar. Bila tidak diseriusi, defisit pangan di negeri yang konon kaya migas ini, bakal terus terjadi. Terlebih di 2024 mendatang. Kebutuhan beras di provinsi kedua terbesar di Sumatra ini, diperkirakan sampai 662.475 ton. Atau naik 39 ribu ton dari tahun 2019. Jumlah ini untuk konsumsi 7,4 juta penduduk Riau yang terus bertambah. Ada hal lain yang menarik untuk disimak. Beberapa penelitian dosen UNRI menemukan hal berbeda di lapangan. Temuan Almasdi Syahza, petani cabai merah di Muara Fajar yang dipermainkan tengkulak. Produksi mereka melimpah, namun cabai dari luar daerah sengaja didatangkan. Akibatnya harga jual petani setempat dihargai rendah. Begitu juga alur distribusi beras yang bermasalah. Syafrinal Dekan Fakultas Pertanian menyaksikan sendiri kejanggalan-kejanggalan itu di lapangan. Hasil padi petani dibawa ke luar daerah oleh tengkulak. Setelah jadi beras, lalu dibawa kembali lagi ke Riau. Seolah-olah

Riaulah yang mengimpor beras dari luar daerah. Begitu kata Syafrinal. Ada juga persoalan yang tak kalah peliknya. Banyak petani yang berurusan dengan perusahaan, sampai dimejahijaukan. Mereka dibui gara-gara kelola lahan, menanam palawija buat makan sehari-hari. Tentu bisa kita tebak, perusahaan yang ber-uang pasti menang. Kasus Bongku dan Marjohan menunjukkan betapa lemahnya perlindungan negara pada tulang punggung pertanian di negeri ini. Konsorsium Pembaruan Agraria atau KPA mencatat ada 455 petani dikriminalisasi atau ditahan sepanjang 2019. Tak hanya itu, 229 petani juga alami kekerasan dan 29 tewas karena konflik agraria ini. Tak terkecuali di Riau, petani banyak dijerat berkenaan dengan pembersihan lahan dan kebakaran lahan dan hutan. Pada Januari 2020, tercatat ada 51 kasus petani yang diangkat ke pengadilan. Berangan-angan swasembada pangan di negeri ini boleh-boleh saja. Petani sebagai ujung tombak jangan luput diberi jaminan perlindungan. Apalagi Pemprov sudah pasang target. Produksi beras 50 persen untuk kebutuhan konsumsi di 2024. Sudah semestinya juga, seluruh jati anak Riau mendukung target ini. Begitupun dengan UNRI. Berbagai bidang pengabdian dan penelitian ketahanan pangan harus diprioritaskan. Terlebih di perayaan usia ke-58 tahun kemarin, UNRI sudah pasang tampang. Pakai jargon: UNRI Mapan Riau Mandiri Pangan.

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

5


ILUSTRASI: BM/ADITIA ANHAR

6

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


REPORTASE

MENILIK KESIAPAN UNRI JADI KAMPUS MERDEKA UNRI belum siap naik status menjadi PTN BH. Jumlah prodi berakreditasi A hanya 39,3 persen, sementara jumlah minimal yang ditentukan ialah 60 persen. Hingga kini, hanya 12 perguruan tinggi yang berstatus PTN BH dari total 122 PTN yang ada. Oleh Andi Yulia Rahma

T

IGA bulan resmi jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Nadiem Anwar Makarim tancap gas jawab pesan khusus Presiden Joko Widodo. ‘Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja’. Tepatnya 24 Januari 2020 lalu. Mas Menteri umumkan program Kampus Merdeka. Program lanjutan dari konsep Merdeka Belajar yang sebulan lebih awal dirilis. “Perguruan Tinggi (PT) harus jadi ujung tombak yang bergerak cepat. Karena begitu dekat dengan dunia perusahaan,” kata Nadiem yang disiarkan melalui kanal Youtube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ada empat kebijakan yang diejawantahkan dari Kampus Merdeka. Pertama, Kementerian berikan otonomi bagi PT berakreditasi A dan B mendirikan prodi baru. Syaratnya kampus bekerjasama dengan pihak-pihak luar. Seperti perusahaan berkelas internasional, organisasi nirlaba, BUMN/BUMD serta universitas top 100 berdasarkan Quacquarelli Symonds (QS). Selanjutnya PT bersama mitra wajib menyusun kurikulum, praktik kerja, dan penempatan kerja bagi mahasiswa. Program Studi (prodi) yang baru terbentuk otomatis berakreditasi C. Setiap tahunnya juga akan diadakan tracer study, untuk melacak lulusan atau alumni prodi baru tersebut. Program kedua, re-akreditasi atau penilaian ulang akan diberikan secara otomatis. Akreditasi ini sifatnya sukarela dan diprioritaskan bagi

prodi dan PT yang sudah siap [reakreditasi]. Kemendikbud juga akan berikan akreditasi A untuk PT yang dapatkan akreditasi internasional. Tanpa ikut proses akreditasi lagi di tingkat nasional. Ketiga, PTN diberi kebebasan mengajukan status jadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum atau PTN BH, PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan PTN Satuan Kerja (Satker) akan dipermudah bila mengajukan ke status ini. “Ini bukan paksaan, hanya yang mau saja,” jelas Nadiem. Ia juga janjikan tak ada pengurangan jatah subsidi bagi PTN yang mengajukan jadi badan hukum. Hingga saat ini, hanya 12 perguruan tinggi yang berstatus PTN BH dari total 122 PTN yang ada. Terakhir, hak belajar tiga semester di luar prodi. Kampus wajib memberikan mahasiswa kebebasan ambil mata kuliah di luar prodi. Mahasiswa hanya diwajibkan mengambil lima semester untuk berkuliah di prodi asalnya. Sisanya dibebaskan pada mahasiswa untuk berkegiatan di luar kelas. Namun, kebijakan ini tak berlaku pada prodi kesehatan. Dua semester ditawarkan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kampus asal. Jumlahnya setara dengan 40 SKS. Sedangkan 20 SKS atau satu semester untuk belajar di prodi yang berbeda. Kemendikbud juga melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS). Semula SKS diartikan sebagai jam belajar, kini jadi jam kegiatan.

Sejauh Mana Persiapan UNRI? PADA 31 Agustus 2020 lalu, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud umumkan 184 PT penerima hibah bantuan Program Studi Menerapkan Kerja Sama Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka atau MBKM. Bantuan diberikan untuk menyempurnakan kurikulum dan mengimplementasikan kerja sama dengan mitra yang mendukung program MBKM

Setiap PT mengusulkan minimal tiga dan maksimal sepuluh prodi untuk diikutkan. Pemenang hibah kerjasama dinilai berdasarkan proposal yang diajukan. Hadiahnya bantuan uang maksimal Rp60 juta per prodi. Universitas Riau (UNRI) ikutkan sepuluh prodi. Namun hanya 8 yang lolos: Administrasi Bisnis, Agroteknologi, Manajemen, Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, Pendidikan Matematika, Pendidikan Sejarah, dan Teknik Sipil. Sisanya Ilmu Ekonomi dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar tak lolos. Dari semua prodi itu, keseluruhan dana bantuan yang didapat UNRI senilai Rp469.862.800. “Untuk prodi lain menjalankan dengan swadaya sendiri,” kata Reni Suryanita Ketua Panitia Persiapan MBKM UNRI. Reni jelaskan, Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) telah menjalankan program MBKM ini. Namun, hanya untuk beberapa mata kuliah muatan lokal atau mata kuliah yang ada di FPK BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

7


saja. Sebagai permulaan, program ini hanya ditujukan kepada mahasiswa semester lima dengan bobot 20 SKS belajar di luar prodi. Sarana dan SDM yang ada belum siap, jadi kendala. Sehingga program belajar tiga semester di luar prodi belum bisa diterapkan sesuai aturan dalam MBKM. Rahman Karnila—Wakil Dekan Bidang Akademik FPK katakan, penyusunan konsep kampus merdeka—fakultas dengan guru besar terbanyak di UNRI—ini gunakan pola 4-1-3. “Empat semester awal, mahasiswa belajar di fakultas. Kemudian satu semester di luar. Lalu, tiga semester berikutnya kembali lagi ke fakultas,” kata dosen Teknologi Hasil Perikanan ini. Di sisi lain, program magang yang digadang-gadang membantu mahasiswa cari pengalaman dunia nyata, dinilai dapat untungkan industri secara sepihak. Perusahaan dapat memanfaatkan momen memperoleh tenaga kerja murah. “Agar tidak terjadi eksploitasi atau semacamnya itu, makanya kampus sedang menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) terlebih dahulu,” terang Afrianto Daud salah satu dosen yang ikut menyusun MBKM. Lanjut dosen Pendidikan Bahasa Inggris ini, tantangan ke depan prodi harus pastikan kurikulum yang dipakai mampu memperkuat kompetensi inti mahasiswanya. Yasvialan Arianta, biasa dipanggil Alan mengaku senang dapat belajar di luar prodi asalnya. Sebab bisa dapatkan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga lebih siap bersaing di dunia kerja. Ia juga berharap ada sosialisasi di setiap fakultas agar MBKM dapat terealisasi dengan baik. “Soalnya, banyak juga mahasiswa yang hanya tahu luarnya saja, tanpa tahu bagaimana kelebihan maupun kekurangannya [MBKM],” kata Duta Pendidikan UNRI 2019 ini. November 2020 lalu, Ketua Senat UNRI katakan pembahasan kebijakan MBKM telah dibahas di Komisi A Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Awal 2021, rektor juga akan keluarkan surat keputusan tentang pedoman umum pelaksanaan MBKM. Seperti aturan kerja sama dengan

8

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

pihak luar kampus. “Kita juga mau liat dulu gimana perguruan tinggi lainnya yang sudah menjalani progam kampus merdeka ini. Seperti UI atau ITB,” kata Adel Zamri. Antara BLU atau PTN-BH

SATU dekade lebih UNRI berstatus PTN Badan Layanan Umum. Terhitung sejak 26 Januari 2010 silam. Saat itu Sri Mulyani Indrawati mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 33/KMK.05/2010 tentang Penetapan UNRI sebagai Pengelolaan Keuangan BLU secara penuh.

BLU menurut definisi pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, berbunyi: Instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. PTN BLU dapat mengelola penerimaan nonpajak secara otonomi, namun tetap harus dilaporkan ke negara. PTN tidak bisa mengelola aset-asetnya sendiri secara menyeluruh. Berbeda dengan PTN BH yang memiliki otonomi penuh dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya. Juga berhak mengangkat sendiri dosen dan tenaga pendidik. PTN BH memiliki status yang serupa dengan BUMN. Adel Zamri katakan, UNRI secara administrasi sudah bisa mengajukan jadi PTN BH. Namun masih terkendala minimnya pendapatan kampus. *Lihat Infografis Halaman Selanjutnya

“Tapi dana kita belum cukup, karena income kampus kecil. Besar biayanya. Apalagi nanti jika sudah menjadi badan hukum [PTN BH], pajak akan naik 30 persen,” ujarnya. Persyaratan menjadi PTN BH ini tercantum dalam Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 yang merupakan perubahan atas Permendikbud Nomor 88 Tahun 2014. Pada pasal 2 dijelaskan mengenai persyaratan PTN menjadi PTN BH mencakup tingkat dan kemampuan dari PTN untuk: menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang

bermutu, mengelola organisasi PTN berdasarkan prinsip tata kelola yang baik, memenuhi standar minimum kelayakan finansial, menjalankan tanggung jawab sosial dan berperan dalam pembangunan perekonomian. Salah satu kelonggaran yang diberikan Permendikbud ini, PTN yang 60 persen prodinya telah berakreditasi A atau unggul, sudah bisa mengajukan PTN BH. Dibanding peraturan sebelumnya, PTN harus punya minimal 80 persen prodi terakreditasi A. UNRI sendiri kini menaungi 94 prodi. Dengan akreditasi A dan B masing-masing 37 prodi dan 52 prodi. Sisanya masih berakreditasi C dan belum terakreditasi. Dari syarat minimal 60 persen itu, UNRI baru penuhi 39,3 persen prodi dengan akreditasi A. Zainul Akmal menilai jika universitas menaikkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), artinya universitas tersebut belum mampu menjadi kampus berbadan hukum. Dosen Hukum Tata Negara ini tak persoalkan jika UNRI nantinya berganti status jadi PTN BH. Asal tetap perhatikan prinsip dasar Pancasila. “Pendidikan bukan berorientasi bisnis, melainkan jalan untuk mencapai keadilan sosial. Dengan biaya pendidikan yang murah bahkan jika perlu gratis,” jelas Zainul. Ia juga mendorong perlunya transparansi dan keterbukaan informasi keuangan universitas. “Asal tidak menjadi kapitalis, menurut saya baik-baik saja,” ujar Zainul yang juga Koordinator Gusdurian Pekanbaru ini. Namun hal itu ditampik oleh Adel. “Kami tidak akan menaikkan UKT karena itu sudah maksimal, ya. Kalaupun iya, paling 10 persen,” ucap mantan Dekan FMIPA UNRI ini. “Mungkin akan melakukan kerja sama dengan banyak instansi ataupun mengadakan kegiatan yang mendatangkan uang. Misalnya, pertamina kecil di gerbang HR. Soebrantas,” tutup Adel. Sementara Nofrian Fadil Akbar— Presiden Mahasiswa BEM UNRI katakan, saat ini BEM belum punya kajian tentang kemungkinan perubahan UNRI jadi PTN BH. “Dari BEM UNRI belum terlalu mengkaji ini,” katanya melalui pesan WhatsApp, (14/1).*


INFOGRAFISI: BM/MICKYAL

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

9


LAPORAN UTAMA

BAGAIMANA KETAHANAN PANGAN BUMI LANCANG KUNING? Di masa pandemi Covid-19 ketahanan pangan Riau sangat rawan. Hampir semua bahan pangan dipasok dari luar daerah. Oleh Raudatul Adawiyah Nasution

FOTO: DOK.HUMASUNRI.

10

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


D

UA buah hand tractor berjejer di halaman gedung Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau (LPPM UNRI). Keduanya merupakan salah satu bantuan sarana produksi pertanian dari PT Chevron Pasific Indonesia. LPPM UNRI kebagian menyeleksi kelompok tani yang dapat bantuan ini. Ada 20 kelompok tani dari Dumai, Pekanbaru, Bengkalis, Siak, Rokan Hilir dan Kampar. Di masa pandemi Covid-19 ketahanan pangan di Riau sangat rawan. Lantaran hampir semua bahan pangan dipasok dari berbagai daerah tetangga. Begitu yang disampaikan Syahfalefi Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Riau ketika menyerahkan bantuan pada 22 Oktober 2020. “Kita menyadari bahwa hampir semua bahan pangan utama masih belum mencukupi dari hasil produksi sendiri,” katanya. Pada 2019 saja misalnya, produksi beras Riau hanya mencukupi sekitar 23,6 persen kebutuhan konsumsi. Atau hanya mampu memproduksi 147.090 ton beras dari total konsumsi sebanyak 623.274 ton. Sementara pada 2024 mendatang kebutuhan beras Riau diperkirakan sampai 662.475 ton. Jumlah ini untuk konsumsi 7,4 juta penduduk Riau. Pemerintah pun targetkan 50 persen produksi beras untuk kebutuhan konsumsi pada 2024. Bagaimana Akademisi UNRI Memandang Ketahanan Pangan di Bumi Lancang Kuning?

KETUA LPPM UNRI—Almasdi Syahza—optimis Riau mampu mandiri dalam hal pangan. Hal ini disampaikannya bukan tanpa alasan. “Berdasarkan penelitian saya selama ini, Riau sebenarnya mampu,” katanya. Temuan Almasdi misalnya produksi cabai merah yang melimpah di Muara Fajar, Pekanbaru. Namun, harga jual dipermainkan tengkulak. Bahkan, cabai sengaja didatangkan dari provinsi tetangga. Akibatnya, produksi petani setempat dihargai murah. “Karena tokenya udah punya langganan dari Sumbar [Sumatera Barat], ya udah di sini diabaikan,” keluhnya.

Kementerian Pertanian merilis data produksi cabai keriting Riau hanya 17.513 ton per 2019. Sedangkan cabai rawit 8.120 ton. Angka ini jauh di bawah produksi Sumatera Barat—pemasok cabai tertinggi ke Riau— yang hampir 140 ribu ton. Joni Jasman pedagang sayur di Pasar Selasa, Pekanbaru katakan tak pernah menjual cabai dari petani di Riau. “Cabai dari Riau gak ada barangnya, dari Riau itu biasanya sayur,” ujar pria 31 tahun ini. Ia justru memilih mendatangkan cabai dari negeri Serambi Mekkah, Aceh. Lantaran harganya yang terjangkau ketimbang cabai dari daerah lainnya. Jika cabai dari Aceh kosong, ia akan ambil yang dari Medan. Kalau tak ada juga, cabai asal Sumbar jadi pilihan terakhirnya. Semuanya diperhitungkan sesuai harga yang lebih murah. Berbeda dengan Joni, Welda justru lebih memilih jual cabai dari Sumbar sebagai pilihan utamanya. Cabai ini lebih diminati pembeli, sebab rasanya enak, walaupun harganya tinggi. Meski begitu itu, ia juga jual cabai dari Aceh. Welda juga tak menjual cabai dari Riau. Sepengatahuannya daerah produksi cabai di Riau ada di Kubang dan di Dumai. “Tapi rasanya ndak enak, jadi gak suka orang. Harganya lebih murah, tapi gak cantik,” cerita Welda. Begitu juga halnya dengan beras. Beberapa daerah penghasil beras di Riau malah punya nama produksi dari luar. Misalnya di Rengat ada beras Kuala Cenaku, lalu Rambah Samo dan Bunga Raya. Ada pula beras dari Kuala Kampar. Tapi satu hal yang aneh bagi Almasdi ketika beras Kuala Kampar yang taukenya datang dari Batam. Sedangkan Kuala Cenaku datang dari Jambi. Akhirnya, beras produksi Riau tak terlihat dipasarkan di Riau. Katanya, ia juga menyaksikan sendiri bagaimana beras-beras Riau dibawa ke luar provinsi oleh tengkulak. “Jadi gak tercatat sebagai produksi Riau,” ujar Almasdi. Selaras dengan Almasdi, Syafrinal Dekan Fakultas Pertanian UNRI sebut adanya kejanggalan dalam proses distribusi beras dari luar provinsi ke Riau. Misalnya ketika mengangkut

beras dari Sumbar menuju Rengat. Di tengah jalan pulang, mampir dahulu di Keritang, Indragiri Hilir. Kendaraan membawa padi dari Keritang ke Sumbar. Seolah-olah beras tersebut adalah beras Sumbar. “Nah, ini tidak terpantau bagi kita,” kata Syafrinal. Ia heran kenapa harus dibawa ke Sumbar, sebab akan menambah biaya seperti transportasi. “Mengapa tidak diolah sendiri di Keritang?” Sementara itu, Usman Pato Dosen Fakultas Pertanian menilik dari permasalahan berbeda. Produksi beras di Riau dari tahun ke tahun yang terus menurun. Hal ini terjadi karena berkurangnya luas lahan setelah dialihfungsikan oleh masyarakat. Lahan tanaman pangan diubah jadi perkebunan, khususnya kelapa sawit. Menurutnya, petani melirik pendapatan dari kebun sawit lebih menjanjikan. Pilihan ini tak dapat dilarang, tak pula boleh dipaksa menanam tanaman pangan. Hal ini tak jadi masalah, kata Usman. Walaupun produksi di Riau berkurang, tapi pasokan pangan dari luar masih lancar. “Aman-aman saja sampai saat ini,” tutur Usman Pato. Ia menilai perlu dipikirkan kondisi pangan ke depan. Mengantisipasi jika kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi. Bisa saja ketahanan pangan Riau berubah terancam. Misalnya, semua daerah pemasok beralih ke tanaman nonpadi. Ataupun kondisi tanaman yang terganggu akibat kekeringan atau hama penyakit. Otomatis, daerah pemasok lebih memikirkan untuk masyarakat daerahnya. Perlu juga dipertimbangkan jika sepenuhnya mengandalkan impor dari Thailand, Vietnam dan India. “Karena, hubungan diplomatik belum tentu terus mulus,” kata Usman. Upaya Mendorong Ketahanan Pangan KURUN waktu empat tahun mendatang, Dinas PTPH Riau targetkan peningkatan produksi beras. Minimal 50 persen dari total kebutuhan konsumsi beras Riau.

Di Riau luas baku sawah saat ini seluas 62.689 hektare. Namun baru sekitar 23 persen atau 14.321 hektare BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

11


FOTO: DOK.HUMASUNRI. FOTO: BM/RIO EZA

Photo by Colin McMurry on Pixabay

yang sudah melakukan penanaman dua kali setahun. Sementara, sisanya hanya produksi setahun sekali. Jumlah ini kalah telak, bila dibandingkan dengan lahan perkebunan sawit. Riau merupakan provinsi dengan kebun sawit terluas di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis Direktorat Jenderal Perkebunan-Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, luasnya mencapai 2.537.375 hektare pada 2019. Rokan Hulu menduduki posisi teratas, dengan luas 480.665 hektare. Begitu pula dengan hasil produksinya, sebanyak 7.466.260 ton pada 2019. Kabupaten Pelalawan jadi penyumbang terbesar, 1.339.609 ton. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian mencatat data ketahanan dan kerawanan pangan 2019. Hasilnya, Riau berada pada urutan ke-25 dari 34 provinsi di

12

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Indonesia. Luas ruang pertanian di Riau saat ini mencapai 514.199,54 hektare. Pemerintah punya kebijakan menerapkan pertanian lestari dan menjamin ketersediaan serta akses terhadap sumber daya lahan dan air secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal. Ada kebijakan penjagaan terhadap lahan pertanian pangan melalui kawasan pertanian pangan berkelanjutan. Selain itu, ada pula lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang tersebar di seluruh kabupaten atau kota di wilayah Riau. Pemprov Riau juga canangkan lima langkah strategi terkait ketahanan pangan. Meliputi pertama pengembangan praktik pertanian terbaik berdasarkan sumber daya lokal. Kedua, penerapan

teknologi pertanian yang adaptif dengan sumber daya lokal. Ketiga, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat tempatan dalam pemanfaatan dan pengendalian jasa ekosistem. Keempat, Pengolahan lahan dan penguasaan aplikasi teknologi ramah lingkungan bagi petani juga diperlukan. Terakhir, meningkatkan dan memperluas peran serta pihak terkait dalam akses permodalan petani. Badan Kebijakan Fiskal Indonesia telah merilis alokasi APBN 2021 untuk program ketahanan pangan mencapai 104,2 triliun rupiah. Salah satu kebijakannya mendorong produksi komoditas pangan. Melalui pembangunan sarana, prasarana dan penggunaan teknologi.*


WEBINAR

STRATEGI KETAHANAN PANGAN RIAU DI MASA PANDEMI Oleh Syahnari Septiana

P

EMERINTAH Provinsi Riau pasang strategi menjaga ketahanan pangan dan industri di masa pandemi dengan mengoptimalkan dewan ketahanan pangan. Selain itu, juga mendorong masyarakat dan semua pihak untuk mengembangkan lahan yang tersedia, bahkan di pekarangan sekalipun. Tak hanya itu, kata Syahfalefi Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau, upaya lain dilakukan dengan cara menjalin kerja sama antarprovinsi yang pangannya surplus. Harapannya, daerah tersebut dapat menyuplai bahan pangan ke Riau. “Melihat kondisi Riau yang masih minus dalam memenuhi kebutuhan pangan,” kata Syahfalefi. Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi memaparkan strategi Polda Riau dalam menjaga ketahanan pangan, yakni dengan dibentuknya program Jaga Kampung. Masyarakat terdampak Covid-19 dibentuk menjadi kelompok tani yang bertugas mengelola lahan tidur. Pengelolaan lahan didampingi oleh Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan kepala desa. Ada 170 kegiatan Jaga Kampung dengan luas lahan 278,05 hektare dan 212 kelompok tani. Tak sampai di situ, ada upaya lain seperti menyiapkan Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM yang dapat dikelola oleh masyarakat terdampak pandemi. Hal ini disampaikan dalam webinar bertajuk Strategi Ketahanan Pangan dan Industri di Riau pada Masa Covid-19 yang digelar oleh INews (16/10). Alex Kurniawan selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru menilai bahwa program ini sangat baik. Salah satunya dengan pembinaan kepada petani dalam mengelola lahan kosong sebagai kawasan mandiri pangan. “Lahan kosong bisa dimanfaatkan

untuk ditanami tanaman pangan sehingga bisa berproduksi, setidaknya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga,” tambahnya. Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru juga memiliki strategi lain, yaitu program Kawasan Rumah Pangan Lestari dengan sasaran kelompok-kelompok wanita tani atau ibu rumah tangga. Program ini memanfaatkan pekarangan atau lahan kosong di sekitar perumahan untuk ditanami tanaman pangan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tak hanya berfokus pada tanaman hortikultura, namun juga merambah

Alex Kurniawan, Kepala DInas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru

“Lahan kosong bisa dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pangan sehingga bisa berproduksi, setidaknya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga” perikanan maupun peternakan. Program lain seperti Cadangan Pangan Pemerintah Daerah juga diterapkan. Realisasinya berupa bantuan langsung dalam bentuk pangan. Iva Desman Wakil Ketua Bidang Perdagangan dan Logistik memaparkan kondisi ekonomi Riau saat ini. Pada triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi Riau minus 3,22% dibanding triwulan I 2020 yang tumbuh 2,24%. Penurunan yang bahkan menjadi minus diakibatkan oleh menurunnya konsumsi

rumah tangga, dengan persentase 5,80%. Konsumsi yang minus ini menyumbang 2,04% kepada minusnya pertumbuhan ekonomi di triwulan II. “Konsumsi rumah tangga menurun karena pendapatan yang menurun.” Strategi untuk ketahanan pangan ialah dengan meningkatkan dan menjaga produksi pangan. Bisa diwujudkan melalui peningkatan lahan produksi, penguatan infrastruktur, serta optimalisasi sarana dan prasarana pertanian. Di samping itu, juga mendorong produksi bahan pangan secara mandiri oleh masyarakat, menjaga aksesibilitas atau jalur transportasi antardaerah, meningkatkan daya beli masyarakat, dan meningkatkan ketersediaan pangan. Sementara itu, strategi industri di wilayah Pekanbaru adalah percepatan kawasan industri Tenayan Raya. Berfokus pada percepatan hilirisasi, percepatan pengembangan UMKM, dan mendorong pemerintah dalam memfasilitasi restrukturisasi kredit dunia usaha. “Dampak Covid-19 mengajak para pelaku usaha untuk melakukan efisiensi dalam produksi dan efisiensi tenaga kerja atau PHK.” Edi Ervan sebagai pengamat ketahanan pangan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau menilai ada beberapa aspek yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Ia melirik beberapa potensi yang mungkin belum menjadi perhatian, salah satunya penggunaan lahan sawit yang sedang replanting untuk ikut dikelola masyarakat. Replanting berarti mengganti tanaman sawit yang tak lagi produktif. Nantinya, lahan ini bisa menopang ketahanan pangan. “Yang juga perlu diperhatikan adalah pemberian bantuan kepada para petani atau peternak yang belum optimal.”* BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

13


JENGAH

TIPS BELAJAR DARING Oleh Dra. Risdayati, M.Si - Dosen Sosiologi Fisip UNRI

Photo by Thomas Park on Unsplash

W

ABAH Covid-19 belum berakhir, karena itu sangat diperlukan antisipasi penyebarannya dari semua lapisan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Mulai dari memakai masker yang benar, mencuci tangan, menjaga jaga jarak fisik atau physical distancing. Wabah Covid-19 juga menimbulkan perubahan sosial dalam masyarakat, salah satunya pada dunia pendidikan dengan belajar di rumah. Kebijakan ini bertujuan menangkal penyebaran wabah. Salah satu tantangan terbesarnya adalah memindahkan proses pembelajaran dari biasanya bertatap muka dan bertemu dengan dosen dan teman yang banyak sekarang beralih ke arah belajar menggunakan sarana daring. Berbagai aplikasi digunakan seperti seperti WhatsApp, Zoom, YouTube, Google Classroom, Google Meet dan sebagainya. Perkuliahan dalam jaringan atau daring membutuhkan lebih banyak energi dan momentum untuk meningkatkan kreativitas. Mulai dari persiapan, pelaksanan, dan pasca pembelajarannya sehingga Capaian Pembelajaran Lulusan dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah dapat tercapai. Selama masa physical distancing ini diharapkan perkuliahan daring dapat dilakukan dengan baik, sehingga dirasa tidak membuat mahasiswa menjadi jenuh. TIPS YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK BELAJAR DARING ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1

Perlu kesiapan mental bahwa belajar daring itu mudah jika dilakukan dengan enjoy dan menciptakan suasana belajar yang nyaman.

4

Pahami instruksi yang jelas dan dapat memotivasi mahasiswa sehingga lebih aktif untuk forum diskusi.

14

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

2

Fokus pada laman materi kuliah dan tidak membuka laman atau mencari isu lain selain mata kuliah yang dipelajari.

5

Penyajian materi dan topik berdasarkan silabus sehingga tercapai dengan kompetensi yang diharapkan.

3

Ikuti setiap perkembangan terbaru dari grup-grup belajar daring.

6

Gunakan jaringan sosial berupa kesetiakawanan sosial yakni teman satu kelas jika ketertinggalan kelas, supaya bisa mengikuti pertemuan selanjutnya dengan baik.


OPINI

PERLUNYA INTROSPEKSI DI USIA 58 TAHUN UNRI Oleh Syafrul Ardi (Presiden Mahasiswa BEM UNRI Periode 2019/2020)

U

NIVERSITAS Riau memasuki usia yang terbilang sangat matang di ulang tahunnya ke-58. Maka ucapan yang mengalir tentu tidaklah sedikit, karena silih berganti yang masuk dan ke luar dari kampus besar ini. Harapan pun begitu banyak dilontarkan. Nampaknya dari tahun ke tahun akan selalu mengalir harapan-harapan yang bisa jadi tinggal semacam harapan-harapan berkelanjutan. Selamat tak lupa kami awali, karena dasarnya harapan yang dituangkan bagian dari doa. Pastinya akan dikabulkan, juga didasarkan ikhtiar untuk mendapatkannya. UNRI kampus yang besar, bahkan menjadi salah satu kampus dengan lahan terbesar. Seharusnya, juga akan melahirkan orang-orang besar. Namun, besar yang dimaksud bukanlah hanya sebatas jabatan atau kekayaan, tapi berjiwa besar untuk kemajuan Riau dan Indonesia. Tidak lupa dengan kampus sendiri, bukan untuk kepentingan pribadi. Kampus sebesar UNRI haruslah memberikan dampak yang besar untuk sekelilingnya, bahkan menjadi contoh. Insan cendekia yang begitu banyak serta pemikiran dan gagasan yang dimiliki seharusnya clear sudah apa yang menjadi kendala. Baik yang ada di lingkup kampus, maupun Riau. Insan akademis adalah insan yang mampu memberikan solusi, bukan malah membuat kegaduhan dikarenakan politik. Kampus seharusnya tidak seperti perpolitikan di pemerintahan. Harus terpisah karena kampus merupakan insan akademis yang sangat jenius dan lebih mempertimbangkan kebaikan dan kemajuan, dibandingkan untuk kepentingan pribadi. UNRI di usia 58 tahun harus mengintrospeksi diri secara maksimal. Baik dari pelayanan, fasilitas, serta

Photo by Syafrul Ardi on Facebook

permasalahan yang seolah tak terselesaikan dari tahun ke tahun. Bagian internal masih banyak yang harus dibenahi. Proyek mangkrak, kejelasan lahan yang selalu dipermasalahkan, serta fasilitas yang dirasa belum memuaskan dengan usia yang sudah mapan ini. Belum lagi eksternal yang merupakan beban moril. Apakah rasanya sudah maksimal? Maka di usia ke-58 ini, introspeksi merupakan hal yang sangat diharapkan agar menjadi pembelajaran. Tak hanya mengalir untuk waktu yang panjang. Mewakili mahasiswa, banyak harapan perubahan yang diinginkan mahasiswa. Mahasiswa menjadi insan terbaik ketika mendapat pengajaran sistem dan pelayanan terbaik. Advokasi yang dilakukan oleh mahasiswa selama ini adalah untuk kebaikan kampus ke depan. Inilah bagian dari bentuk kecintaan mahasiswa terhadap kampusnya. Harapan mahasiswa tidak lain adalah selesaikan permasalahan sesuai dengan apa yang sudah pernah diajukan mahasiswa. Surat atau tuntutan yang diberikan janganlah menjadi arsip yang tersimpan rapi saja. Bukalah kembali dan lakukan perbaikan. UNRI hebat dimulai oleh insan beradab yang ada di dalamnya untuk melakukan perubahan.*

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

15


ARTIKEL ILMIAH

LEISA SISTEM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN LEISA merupakan alternatif usaha pertanian yang ramah lingkungan. Memanfaatkan sumber daya lokal sehingga mampu menekan biaya produksi petani. Oleh Malini

T

IM dari beberapa dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau lakukan pembinaan untuk pengembangan produksi pertanian di Desa Langsat Permai. Pembinaan ini memperkenalkan sistem Low Eksternal Input Sustainable Agricultire (LEISA) kepada petani. Sistem LEISA, seperti yang tertulis dalam jurnal penelitian tim, merupakan suatu acuan pertanian untuk mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya lokal, dengan kombinasi komponen usaha tani yang sinergistik serta pemanfaatan input luar sebagai pelengkap untuk meningkatkan efektivitas sumber daya dan meminimalkan kerusakan lingkungan. Dengan begitu tim yang terdiri dari Hapsoh, Wawan, Desita Salbiah, Arnis En Yulia, dan Isna Rahma Dini ini memperkenalkan cara memanfaatkan pegolahan pupuk organik dan pengendalian hama pada tanaman pertanian menggunakan sistem LEISA ini. Hapsoh, ketua tim katakan, masyarakat Desa Langsat Permai masih menggunakan pestisida kimia secara berlebihan. Akibatnya, petani harus keluarkan biaya produksi yang besar. “Di desa ini, mereka terlalu banyak memakai input luar, seperti pupuk yang banyak dan pestisida, kalau untuk cabe kan agak berbahaya, karna langsung kita makan,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian ini.

FOTO: ISTIMEWA

FOTO: ISTIMEWA

FOTO: ISTIMEWA

16

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Cabai, padi, dan jagung adalah yang dominan ditanam petani setempat. Sehingga, penelitian oleh tim fokus pada ketiga tanaman tersebut. Tim mengambil isolat atau unsur dari ketiga tanaman. Juga membuat demonstrasi plot (demplot) atau bisa disebut dengan lahan percontohan yang diambil dari sebagian kecil lahan milik masing-masing petani. Tujuannya agar bisa melihat hasil dari objek yang didemonstrasikan. Kegiatan demplot ini harapannya akan menjadi gambaran petani untuk dapat menerapkan sistem LEISA pada pertanian selanjutnya. Ukuran demplot untuk tanaman padi adalah sebesar 200 meter persegi, sedangkan cabai dan jagung masing-masing sebesar 605 meter persegi. Pada lahan demplot, tim berinisiatif untuk menginovasikan hasil penelitian tim pengabdian tentang teknologi mikroba, yaitu upaya mengurangi penggunaan pupuk anorganik, ditambahkan dengan pupuk hayati berbasis limbah organik memanfaatkan bakteri selulotik. “Jadi kami demonstrasikan dalam bentuk demplot. Petroganik (pupuk organik) dikurangi dan disubsitusikan dengan pupuk kimia 50 persen, kita mengurangi input luar ini,” kata Hapsoh. Penggunaan pestisida dan unsur hara juga disiasati dengan mengganti


Demplot tanaman cabai.

beberapa persen pestisida nabati yang dibuat berbahan dasar tanaman lokal. Jadi, ada tiga cara baru yang tim sampaikan kepada petani desa. Pertama, pemberian pupuk organik, pestisida organik dan agens hayati cendawan entomopatogen Beauveroa bassiana Vuill hasil penelitian tim pengabdian. Zat organik, menurut Hapsoh dapat menekan pengeluaran dengan bekurangnya penggunaan pestisida dan insektisida, sehingga sektor ekonomi juga meningkat. “Hal yang ingin diperbaiki yaitu agar hasil pertanian berkualitas dan tetap terjaga kesehatan terhadap produsen maupun konsumen, untuk tahun ini kami masih memanfaatkan gulma yang ada di situ sebagai pupuk,” lanjutnya. Petani belum termotivasi untuk memperbaiki lingkungan penanaman, sehingga menggunakan

FOTO: ISTIMEWA

pestisida kimia yang dibeli di perusahaan sekitar masih menjadi solusi utama. “Kami inginnya desa itu menjadi ramah lingkungan dan berkelanjutan, baik pupuk anorganik maupun zat kimia dikurangi dan menggunakan agen hayati maupun pestisida nabati.” Ke depannya, tim ini rencanakan akan menanam tumbuhan lainnya seperti sirsak, pepaya, dan sebagainya. Penerapan sistem LEISA untuk pertanian di desa yang terletak di Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak ini merupakan pengabdian lanjutan. Sebelumnya, Hapsoh katakan sudah pernah melakukan program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) pada 2016 dengan mengenalkan pembuatan kompos. Ketika itu juga dibangun rumah kompos dan pemberian sapi beserta kandangnya. Selanjutnya tahun 2017 hingga

2019, Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) tentang sistem canal blocking. Sistem ini membuat petani tidak khawatir kekurangan air untuk pengembangan pertanian. “Dari pengamatan kami, mereka udah aman tuh menggunakan canal blocking, yang sebelumnya kekurangan air kalau musim kemarau sudah bisa terbantu dengan sistem ini,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian ini. Kemudian tahun 2020, dilanjutkan dengan memperkenalkan sistem LEISA ini oleh Hapsoh dan tim. Program ini merupakan program desa binaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) menggunakan Dana Isian Penggunaan Anggaran Universitas Riau. Pembinaan rencananya akan dijalankan hingga tiga tahun kedepan. “Supaya memang desa ini menjadi desa binaan Universitas Riau,” tutup Hapsoh.* BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

17


ARFAUNNAS

POLITIK DAN KOMUNALISME DI INDIA Oleh Andhik Beni Saputra Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Abdurrab, Pekanbaru. Alumnus Jamia Millia

S

EBELUM wabah Covid-19 menyebar ke berbagai belahan dunia, pemberitaan utama di media massa internasional umumnya membahas kondisi sosial politik India. Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi fokus pemberitaan. Pertama adalah keputusan Supreme Court atau Mahkamah Konstitusi India pada November 2019 terkait status Masjid Babri di Kota Ayodhaya, Negara Bagian Uttar Pradesh. Lokasi masjid ini berdiri menjadi sengketa panjang antara muslim dan Hindu sejak 1949. Hal ini juga sempat memicu konflik berdarah antara dua komunitas agama tersebut pada 1992. Pihak Hindu meyakini bahwa lokasi bangunan Masjid Babri yang didirikan oleh Imperium Mughal pada 1528 merupakan tempat kelahiran Sri Rama—sosok suci bagi umat Hindu. Mahkamah memutuskan untuk memberikan lokasi bangunan Masjid Babri berdiri kepada Hindu, sementara tanah di sekitarnya diberikan kepada pihak muslim. Kedua, protes publik terhadap Citizen Amendment Act (CAA) secara masif oleh aktivis pada Desember

18

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

FOTO: RESEARCHGATE

Islamia, New Delhi, India.

2019 lalu. CAA merupakan undangundang yang memberikan regulasi baru dalam menentukan status kewarganegaraan India. Salah satu poin yang kerap disorot setelah hadirnya CAA adalah para imigran dengan latar belakang agama Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsi dan Kristen yang melarikan diri ke India karena mengalami persekusi di Pakistan, Afganistan, dan Bangladesh. Mereka akan diberi status warga negara oleh pemerintah India melalui naturalisasi. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk imigran muslim ataupun nonmuslim di luar ketiga negara yang telah disebutkan sebelumnya. Banyak pengamat politik India melihat ini sebagai salah satu cara pemerintah pusat India untuk memarjinalkan penduduk muslim India. Penggunaan identitas agama sebagai standar penentuan kewarganegaraan berlawanan dengan konstitusi India yang sekuler. Ketiga adalah kerusuhan berdarah antara komunitas Hindu dan muslim pada Februari 2020 di bagian timur laut Delhi. Penyebab konflik komunal ini juga berkaitan dengan protes terhadap

CAA. Kerusuhan bermula ketika unjuk rasa dari pendukung partai berkuasa berhadapan dengan masa aksi protes CAA yang memandang adanya tindakan diskriminasi terhadap muslim. Seorang politisi lokal Bharatiya Janata Party (BJP) kemudian mengultimatum polisi untuk membubarkan aksi protes tersebut. Apabila tidak dikabulkan, ia bersama dengan pendukungnya akan membubaran secara paksa. Aksi tersebut kemudian berubah menjadi konflik antara muslim dan Hindu yang menyebabkan kematian puluhan orang, pembakaran tokotoko, rumah, hingga masjid. Ketiga fenomena tersebut biasanya akan cenderung menempatkan hubungan muslim dan Hindu di India pada posisi antagonistis oleh orang awam. Kenyataan yang ada tidaklah demikian. Sebenarnya, kedua komunitas ini mampu menunjukan sikap untuk hidup berdampingan dengan menjunjung nilai-nilai toleransi. Konflik komunal lazimnya terjadi karena adanya politisasi identitas untuk mencapai kepentingan jangka pendek. Bagi siapapun yang ingin memahami


fenomena sosial dan politik India kontemporer terutama berkaitan dengan dinamika konflik Hindu dan muslim, maka penting untuk melihat sejarah panjang India. Hal ini karena konflik komunal Hindu-muslim di India yang terjadi pada masa kini tidak bisa dilepaskan dari narasi sejarah yang berkembang pada masa lalu. Tulisan ini tidak berpretensi untuk menguraikan dinamika sosial dan politik India secara kronologis, mengingat terbatasnya ruang dan waktu penulis untuk mendeskripsikannya. Penulis akan lebih mengulas politik India kontemporer dalam bingkai komunalisme. Pada konteks ini, komunalisme sebagaimana dijelaskan oleh Christophe Jaffrelot (2019) merujuk pada kekuatan ideologis yang memecah belah India menurut identitas keagamaan.

Demokrasi dan Sekularisme India INDIA merupakan negara demokrasi terbesar di dunia saat ini. Sejak merdeka dari Inggris, India menganut demokrasi sebagai sistem politiknya. Meskipun pada awalnya banyak pihak yang menyangsikan, India justru tampil sebagai negara demokrasi yang stabil walaupun bukan berstatus sebagai negara maju seperti negara-negara Barat. Salah satu ciri identik negara yang baru mengalami dekolonialisasi adalah persoalan lemahnya kelembagaan politik. Pemerintah yang dikomandoi oleh politisi sipil, lazim diakhiri oleh kudeta militer tidak mampu menghadirkan stabilitas dan penyelenggaran pemerintahan yang efektif. India dan Pakistan merupakan contoh ideal akan pandangan ini. Meskipun keduanya samasama berada dalam penguasaan pemerintah kolonial Inggris sebelumnya. Perkembangan politik di dua negara ini justru memperlihatkan pemandangan yang kontras. India tetap konsisten dengan sistem demokrasi yang menjadi pilihannya sejak awal ketika kudeta menjadi istilah yang asing bagi militernya. Sementara di Pakistan, militer memiliki tradisi yang kuat dalam mengintervensi urusan-urusan sipil. Bahkan, beberapa kali melancarkan kudeta terhadap pemerintahan sipil. Padahal, militer di kedua negara ini

berasal dari kesatuan yang sama dan menjalani pelatihan yang sama semasa pemerintahan kolonial Inggris. Namun, mengapa keduanya memiliki kultur militer berbeda?. Salah satu jawabannya terletak pada kekuatan lembaga politik sipil, terutama partai politik di negara tersebut. Steven Wilkinson dalam Army and Nation: The Military and Indian Democracy since Independence (2015) menjelaskan bahwa Indian National Congress selaku kekuatan politik India menuju kemerdekaan memiliki tingkat institusionalisasi yang lebih baik, dibandingkan Liga Muslim. Liga Muslim dibentuk oleh Muhammad Ali Jinnah di Pakistan. Ukurannya adalah bahwa Congress India lebih memiliki kohesifitas pada tataran elit dan masifnya dukungan masa pada akar rumput. Sementara, kedua poin krusial tersebut justru tidak ada pada Liga Muslim Pakistan. Hal yang tersirat dari aspek ini adalah bahwa perselisihan antara politisi dapat diselesaikan melalui cara-cara yang konstitusional, tanpa mengundang militer untuk terlibat aktif pada politik praktis. Baik sebagai mediator, maupun kekuatan penyeimbang. Besarnya dukungan pada tataran akar rumput berguna untuk mobilisasi massa sebagai kekuatan penyeimbang militer, apabila institusi tersebut melancarkan kudeta terhadap pemerintahan sipil yang sah. Selain demokrasi, prinsip lain yang dianut oleh India adalah sekularisme. India memiliki versi sekulerisme yang berbeda dengan konsepsi barat. Konsepsi sekularisme India memandang bahwa negara harus memberikan perlakuan secara adil kepada semua pemeluk agama di India. Prinsip ini dalam pandangan elit dan akademisi liberal dan kiri India menyiratkan makna bahwa negara harus menjamin perlindungan terhadap hak-hak kaum minoritas dari dominasi Hindu sebagai mayoritas di India. Kehadiran sekularisme dalam diskursus sosial-politik India bermula dari usaha Mahatma Gandhi dalam memobilisasi gerakan massa pada 1920-an. Gerakan ini mendelegitimasi kekuasaan pemerintah kolonial. Gandhi melihat bahwa politisasi identitas keagaman yang akut di India dapat menghalangi perjuangan

kemerdekaan India. Ia kemudian menyusun kerangka pemikiran untuk menyatukan seluruh warga India dalam kesatuan perjuangan India merdeka yang termanifestasi dalam doktrin sarva dharma sambawa. Artinya, persamaan di antara semua agama atau semua agama harus diperlakukan secara sama (Chandhoke, 2010, hlm. 335). Pengalaman buruk dari partisi Anak Benua menjadi India dan Pakistan justru memperkuat perlunya sekularisme dalam relasi kekuasaan di India. Elit India seperti Jawaharlal Nehru memandang bahwa sekularisme merupakan prinsip politik yang pas bagi penyelenggaraan kekuasaan di tengah masyarakat India yang multietnis dan agama. Jika para elit Liga Muslim menghendaki berdirinya Pakistan sebagai institusi negara yang mampu menampung aspirasi muslim, maka kaum nasionalis sekuler India lebih cenderung pada hadirnya institusi pemerintahan yang memberikan perlakuan secara sama terhadap semua agama. Meskipun Hindu menjadi mayoritas, muslim dan minoritas lainnya tetap memiliki kesamaan hak dengan Hindu. Negara akan bertindak sebagai pihak yang netral dalam mengakomodir kepentingan semua pihak. Sekularisme kemudian menjiwai konstitusi India, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit hingga Pemerintahan Darurat Indira Gandhi pada 1976. Dalam praktik politik dan kenegaraan, sekularisme India memberikan kebebasan kepada warganya untuk menjalankan ibadah yang menjadi kepercayaannya. Juga, melindungi minoritas dari ancaman mayoritas. Meskipun demikian, beberapa pihak juga mempertanyakan efektivitas prinsip tersebut dalam mereduksi polarisasi masyarakat menurut identitas keagamaan. Pertanyaan serupa juga ditujukan kepada pemerintah, terutama bagaimana pemerintah mampu menjalankan tugasnya dalam melindungi minoritas. Hal ini karena peran pemerintah terlihat tidak begitu maksimal dalam mencegah ataupun mengatasi setiap momen kerusuhan yang terjadi agar tidak jatuh korban jiwa dalam jumlah besar. Terlebih lagi, Partai Congress juga sering menggunakan BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

19


sekularisme untuk tujuan politis saat menguasai pemerintahan, khususnya dukungan elektoral. Kritikus sekularisme, terutama nasionalis Hindu menganggapnya sebagai pseudo-secularism yang tidak bisa menutupi realitas India dengan Hindu sebagai mayoritas. Dalam bahasa yang lebih frontal, mereka memandang pemerintah yang saat itu didominasi oleh Congress lebih pro-muslim dan anti-Hindu. Hal ini tentunya menjadi celah bagi nasionalis Hindu untuk melancarkan narasi-narasi komunalismenya dengan memanfaatkan sentimen Hindu sebagai mayoritas.

BJP dan Komunalisme BJP merupakan partai yang menduduki mayoritas kursi parlemen dan memimpin pemerintahan saat ini dengan menempatkan Narendra Modi sebagai Perdana Menteri India sejak 2014. Pada tataran ideologis, BJP menjadikan Hindutva sebagai landasan filosofis partainya yang menginginkan perubahan India sebagai Negara Hindu (Hindu Rashtra). India seharusnya tidak menjadi negara sekuler, melainkan negara yang dijiwai oleh ajaranajaran Hindu sebagai agama mayoritas warga India dan pertama kali berkembang di sana. Berbeda dengan muslim dan Kristen yang mereka anggap orang asing yang merusak tatanan masyarakat Hindu India dengan cara menguasai sebagai daerah jajahan. BJP secara ideologis juga memiliki keterkaitan dengan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), yang merupakan organisasi induknya sebagai pendukung utama ideologi nasionalisme Hindu di India. Tujuan dari RRS adalah mengembalikan kebesaran budaya dan supremasi Hindu atas tanah India yang sering diinvasi dan diduduki oleh penguasa asing pada masa lalu (Jaffrelot, 2010). Kondisi ini akhirnya berakibat pada sikap nasionalis Hindu yang berafiliasi kepada kedua organisasi tersebut cenderung intoleran terhadap pluralisme India. Mereka lazim menjadikan benturan antarkomunitas, terutama Hindu dan muslim sebagai bagian dari strategi politik untuk meraih kekuasaan. Mereka bahkan cenderung memaksakan pandangan bahwa minoritas seharusnya dapat

20

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

melakukan akulturasi dengan Hindu sebagai mayoritas. Saat ini, banyak pengamat politik India melihat BJP sebagai partai hegemon pada level nasional. Mengingat efektivitas mesin partai dan kemampuannya dalam meraih dukungan elektoral dari warga India. Meskipun partai ini juga memanfaatkan isu-isu populis untuk mencari simpati pemilih, persoalan perlindungan terhadap minoritas tampaknya tidak menjadi salah satu agenda utamanya. BJP kerap mengeksploitasi sentimen keagamaan sebagai bagian dari strategi elektoralnya untuk memperoleh dukungan pemilih. Sejak menguasai parlemen dan pemerintahan pada 2014 lalu, marginalisasi dan kekerasan terhadap minoritas terutama muslim meningkatan. Kerusuhan antara Hindu dan muslim di Delhi pada Februari 2020 lalu merupakan yang terburuk sejak BJP berkuasa. Kembalinya BJP ke panggung kekuasaan pasca pemilu 2019 merupakan suatu tantangan tersendiri bagi hubungan mayoritas dan minoritas di India untuk beberapa tahun ke depan. Kaum minoritas seperti menemui jalan buntu di lingkungan demokrasi yang seharusnya memberikan kepastian hukum terhadap perlindungan hak asasi manusia. Mereka tentunya sangat megharapkan sekularisme India yang menuntut negara sebagai tameng bagi minoritas dari ancaman kekerasan oleh pendukung nasionalis Hindu. Tetapi, persoalan krusialnya adalah bahwa pelaku tindakan kekerasan yang berafiliasi kepada BJP dan RSS tidak pernah mendapatkan hukuman. Pemerintah pun juga tidak sigap dalam mengatasi konflik yang ada, setidaknya mencegah jatuhnya korban jiwa dari kalangan sipil. Hal yang sering terlihat oleh pemerhati politik India adalah seakan-akan terjadi pembiaran dari pemerintah terhadap kerusuhan yang sedang terjadi. Ketidakpastian hukum dalam melindungi minoritas ini lazim menjadi dasar kritik tajam terhadap ide sekularisme India. Tentu banyak pihak yang mempertanyakan apakah sekularisme masih relevan dalam memberikan jaminan harmonisnya keberagaman bangsa India. Menjadi

hal yang sangat disayangkan oleh banyak pihak, jika demokrasi India digantikan oleh sistem otoritarian dengan karakteristik komunalisme. Solusi untuk hal ini tentu sangat bergantung kepada warga India. Apakah mereka akan tetap memilih demokrasi yang dijiwai sekularisme sebagai sistem politik idealnya, atau lebih memilih sistem yang lebih mengakomodir gagasan-gagasan komunalisme BJP. Masyarakat India perlu memandang realitas secara objektif bahwa keberagaman warganya merupakan aset penting bagi bangsa dan negaranya. India bisa menjadi contoh bagi dunia sebagai negara demokrasi terbesar dengan keberagaman yang harmonis, sekaligus menghindari disintegrasi nasional akibat konflik sektarian. Hal ini menjadi sangat krusial mengingat banyak negara yang tengah mengalami kemunduran demokrasi, merebaknya rasisme dan diskriminasi, serta tren yang mengarah pada demokrasi otoritarianisme. Pada level civil society, perlu adanya kerja sama yang lebih intens dan efektif antara aktivis pro-demokrasi India dengan lembaga-lembaga kemanusian internasional dalam membangun solidaritas masyarakat dunia terhadap perlindungan minoritas. Sehingga, dapat menjadi tekanan kepada pemerintahan yang dipimpin BJP untuk lebih memerhatikan perlindungan hak asasi kaum minoritas. Kondisi saat ini juga menuntut partai oposisi untuk memperbaiki sistem serta mekanisme kelembagaan, agar dapat menjadi lawan yang sepadan untuk BJP di pemilu. Partai-partai oposisi tentu harus bisa menunjukan kapasitasnya sebagai institusi politik yang memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan kelompoknya. Sehingga, dapat menjadi alternatif pilihan mayoritas warga India yang menghendaki hadirnya tata kelola pemerintahan yang baik di negaranya. Apabila mereka berhasil melakukannya, tentu akan memberikan secercah harapan bagi minoritas untuk bisa hidup dengan rasa aman dan harmonis, tanpa adanya ancaman dominasi dari mayoritas.*


KHAZANAH

FOTO: LAMRIAU

Terlihat alat musik gambus dimainkan oleh grup musik Spice Of Svara dalam program Gelar Karya Ruang Dengar di Anjungan Seni Idrus Tintin.

FOTO: BM/RIO EZA

GAMBUS SELODANG WARISAN NEGERI ISTANA Oleh Wan Ecika Amalia

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

21


Tersebut kisah pada zaman dahulu, terdapat sepasang muda-mudi dimabuk cinta. Bersama di mana pun berada. Tak lama berselang, sang dara jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Meninggalkan sang bujang seorang diri. Ia bersedih meratapi nasibnya ditinggal sang kekasih. Di atas pusara sang kekasih, ditanaminya sebatang pohon. Lama-kelamaan, pohon itu tumbuh besar dan menghasilkan kayu. Dibentuknya kayu itu seperti tubuh, gambaran pujaan hatinya yang telah tiada. Kayu itu dipeluk dan dibelainya tiap hari. Membayangkan bahwa kekasihnyalah yang ia peluk. Bagian kepala, leher, pinggul, hingga betis dibelai-belai nya sembari mengiba menyanyikan lagu sedih. Merasa tak cukup, ia ingin kayu itu bersuara. Lalu direntangkannya tali dari kepala hingga ke bagian yang berbentuk pinggul. Dengan cara memetik tali-tali itu, timbullah bunyi yang dapat mengiringi lagu-lagu sedih nyanyiannya.

B FOTO: LAM RIAU

Dahulu Gambus Selodang dijadikan musik pengiring Tari Zapin di Istana Siak. Kini keberadaannya telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional.

22

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

EGITULAH cerita orang kampung sini mengenai asal muasal gambus. Benar tidaknya pun saya tak tahu,” jelas Tengku Indra. Ia Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, sekaligus pegiat musik gambus Kabupaten Siak. Ada versi lain menyangkut asal muasal alat musik tradisional ini. Mulanya, gambus masuk ke Indonesia bersamaan dengan meluasnya ajaran Islam. Di Kabupaten Siak, ada yang dinamakan Gambus Selodang. Bentuknya mirip dengan alat musik Al-‘Ud atau ‘Ud, sebagai hasil interaksi budaya dengan Timur Tengah. Irama musiknya pun bernapaskan Islam. Dipadukan dengan syair berbahasa Melayu, Arab, dan India. Gambus merupakan alat musik berdawai tujuh—dibunyikan dengan cara dipetik atau dipeteng (dalam istilah Melayu Siak). Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan gambus ‘Ud. Beberapa motif khas menghiasi bagian kepalanya. Motif naga melambangkan kejayaan sekaligus simbol mahkota Kerajaan Siak Sri Indrapura. Lalu Burung Serindit mengandung cerita bahwa dahulunya burung ini banyak di Siak.


Ia dinamai Gambus Selodang karena bentuk punggungnya yang menyerupai selodang atau seludang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seludang berarti pembungkus mayang kelapa atau pinang. Bahan baku utama untuk membuat Gambus Selodang adalah kayu cempedak atau nangka. Kayu ini dipilih sebab mudah dicari dan mampu menghasilkan bunyi yang elok saat dimainkan. “Kalau dulu, orang menggunakan batang kayu leban. Tapi sekarang payah dicari,” ungkap Tengku Indra. Kayu nangka dibelah dua dengan panjang sekitar 110 cm. Bagian kepala dan lengannya masing-masing membutuhkan kayu sepanjang 30 cm. Bagian perutnya 40 cm dan 10 cm bagian ekor. Selanjutnya pola gambus mulai dirancang. Usai merancang pola, tujuh telinga gambus dilubangi sesuai dengan jumlah senar. Bagian perut dibentuk hingga bagian dinding tersisa 1 cm. Lalu bagian perut ditutup dengan kulit kambing. Cat pernis kayu dapat mendukung warna Gambus Selodang yang lebih alami. Butuh sekitar enam jam hingga catnya kering. Barulah dilakukan pemasangan senar pada telinga gambus. Proses terakhir adalah menyetem atau melaraskan musiknya. Kebutuhan nada tergantung pada pembuat, tidak ada pakem tertentu. Sama seperti alat musik petik lainnya, Gambus Selodang dapat dimainkan dengan posisi berdiri, duduk bersila, maupun duduk di kursi. Tangan kanan memetik senar, sedangkan yang kiri menekan nada pada leher gambus. Selain memetik gambus, pemain juga dapat bernyanyi. Beberapa penabuh gendang kecil atau marwas juga dapat mengiringi. Saat ini, musik gambus dapat ditemui dalam upacara pernikahan, khitanan, malam berinai, serta berbagai upacara adat Melayu lain. “Awalnya musik gambus ini kita jumpai di istana sebagai pengiring tari zapin,” lanjut Tengku Indra. Tak hanya eksis di daerah asalnya, keberadaan musik gambus semakin

meluas di kalangan masyarakat Riau. Mulai dari yang muda hingga tua, telah menekuni musik satu ini. “Dulu, anak muda malu belajar musik gambus. Sekarang, siswa Sekolah Dasar sudah banyak yang belajar main gambus,” ujar Monda Gianes—Staf Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Bidang Pelestarian Adat dan Nilai Budaya.

Warisan Budaya Tak Benda GAMBUS Selodang Siak telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. WBTB atau intangible cultural heritage bersifat tak dapat dipegang. Diwariskan dari generasi ke generasi serta terusmenerus diciptakan kembali oleh masyarakat. Paling tidak, warisan budaya tak benda telah ada di masyarakat selama 50 tahun. Berbeda dengan warisan budaya benda yang dapat dilihat dari bentuk fisiknya, warisan jenis ini dilihat dari nilai-nilai yang dikandungnya. Warisan budaya tak benda dikelompokkan atas tradisi lisan dan ekspresi, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritual, dan perayaan-perayaan. Juga pengetahuan, kebiasaan perilaku mengenai alam semesta, serta keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional. Termasuklah Gambus Selodang di dalamnya. Pemberian status ini diberikan atas rekomendasi Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Prosesnya melibatkan berbagai pihak, di antaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, Balai Pelestarian Nilai Budaya, komunitas terkait serta masyarakat. Sebuah warisan budaya layak diresmikan sebagai warisan budaya tak benda apabila memenuhi beberapa syarat. Telah menjadi identitas budaya masyarakat tertentu, meningkatkan kesadaran jati diri, sudah ada turun-temurun, berdampak pada aspek kehidupan, terancam punah dan mendesak untuk dilestarikan. Pemberian status juga dilakukan jka ada kajian ilmiah terkait warisan budaya tersebut dan harus ada maestro yang dapat mengajarkannya.

Lebih diutamakan lagi untuk warisan budaya di wilayah perbatasan negara. “Kalau Gambus Selodang, maestronya ada di Sungai Apit, Siak. Beliau namanya Tengku Firdaus,” tutur Tengku Indra. Mulanya, Riau mengusulkan 32 WBTB ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah melewati berbagai proses, tersisa 10 warisan yang berhasil dicatat. Di antaranya Gambus Selodang dari Siak, Tari Inai Pinggan Dua Belas dari Rokan Hilir, Togak Tonggol dari Pelalawan, Tari Zapin Pecah Dua Belas dari Pelalawan, Tari Poang dari Siak. Lalu Gawai Gedang Talang Mamak dari Indragiri Hulu, Syair Ibarat Khabar Kiamat dari Indragiri Hilir, Upah-upah dari Rokan Hulu, Nolam dari Kampar, dan Ma’awuo Danau Bokuok dari Kampar. “Perjalanannya cukup panjang [WBTB]. Sejak tahun lalu [2019], kami sudah mulai mengumpulkan syarat-syaratnya,” kenang Monda. Setelah dicatatkan sebagai warisan budaya tak benda, pemerintah lebih gencar dalam upaya perlindungan, pemanfaatan dan pengembangannya. Sebab warisan budaya harus berfungsi dan menjadi asupan nilai di masyarakat. Menurut Monda, Pemerintah Provinsi Riau, terutama Kabupaten Siak harus bisa melakukan usaha pengembangan. “Jika ada event, helat, dan peristiwa kebudayaan, jangan lupakan warisan-warisan budaya ini. Jika pemerintah tidak mengusahakan pengembangannya, maka status warisan budaya tak benda sewaktuwaktu dapat dicabut,” lanjutnya. Kini, Pemerintah Daerah Siak sedang giat mengembangkan sektor budaya. Tujuannya mengenalkan budaya Melayu melalui berbagai perlombaan, sekaligus sebagai upaya pelestarian. Salah satunya melalui Festival Siak Bermadah. “Yang paling penting, budaya kita terhindar dari klaim-klaim negara lain. Target dari pemerintah daerah adalah warisan budaya tak benda yang telah tercatat itu dapat bertahan, bahkan berkembang,” harap Monda.*

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

23


24

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

25


Situs UNRI—unri.ac.id tak bisa diakses, karena ruang server UPT TIK terbakar. Korsleting pada salah satu Air Conditioner dalam ruangan tersebut menyulut api. Percikan kecil api kemudian menyebar ke kabel di sekitarnya. Situs resmi, portal akademik, serta semua server dengan domain UNRI tak dapat diakses untuk sementara waktu. WatchDoc Documentary baru saja selesai garap Film The Bajau. Film dokumenter berdurasi 80 menit ini bercerita kehidupan Suku Bajau yang intim dengan laut. Bahana gelar nonton bareng dan diskusi film ini bersama Marhalim Zaini pegiat seni lingkungan serta Kepala Suku Seni Riau. Ada pula Haryono Maha Seri Bijawangsa—Presiden Bangsa Orang Laut sedunia.

FEBRUARI Aksi unri gawat darurat dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai wujud kekecewaan terhadap kondisi kampus. Rasa kecewa mereka tuangkan dalam sepucuk surat tuntutan kepada rektor. Setidaknya, ada tujuh poin yang menjadi tuntutan.

MARET

APRIL

Bahana terbitkan majalah tentang plagiat yang terjadi di program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Majalah kali ini berjudul Patah Tumbuh Plagiator Silih berganti.

Pembelajaran Jarak Jauh akibat pandemi Covid-19 memasuki satu bulan pertama. Sesuai dengan imbauan dalam surat edaran Rektor Aras Mulyadi Tentang Antisipasi Pencegahan Penyebaran Covid-19 pada 15 Maret. Dalam surat tersebut, ditulis bahwa perkuliahan tatap muka dilakukan dengan menggunakan platform daring.

Perkuliahan daring menyerap lebih banyak kuota internet. UNRI janjikan sarana pendukung pembelajaran jarak jauh berupa bantuan kuota internet. Namun setelah satu bulan lebih berlalu hingga menjelang jadwal Ujian Akhir Semester, janji tersebut tak kunjung diterima oleh mahasiswa. Sementara, Ujian Akhir Semester sudah hampir tiba.

JULI

AGUSTUS

Bersempena Milad ke-37 tahun, Bahana adakan lomba. Adapun yang diperlombakan berupa ilustrasi, opini, podcast dan karya jurnalistik. Tema yang dipilih ialah new normal, sesuai dengan kondisi yang dihadapi Indonesia.

26

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Muncul opini menyangkut polemik di kelembagaan tingkat universitas oleh Samsuri Sirait. Bermula saat Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) mengeluarkan RUU-SPKM, sementara ada rancangan UU yang seharusnya lebih diutamakan. Mengingat kondisi pandemi dan Pemilihan Raya (Pemira) Universitas yang akan segera berlangsung.

Sepanjang tahun peristiwa terjadi Universitas Riau kejadian yang m lewatkan, akan kam kaleidoskop ini.

BAHANA 2020

MEI

KALEIDOSKOP

JANUARI


BAHANA 2020

2020, berbagai di lingkungan (UNRI). Kejadianmungkin pembaca mi rangkum dalam

KALEIDOSKOP

n

SEPTEMBER

Polemik Pemira Universitas

Ada pula Pemira yang hadir sebagai ajang demokrasi terbesar mahasiswa. Rencananya, Pemira akan dilangsungkan secara daring. DPM menyiapkan segala perubahan UU soal Pemira dan Musyawarah Mahasiswa (Musma) dengan menambahkan pemilihan secara daring. Segala tata cara dan tahapan pemira dilakukan daring. Mulai dari sosialisasi hingga pemilihan. Selain itu, situs web pemilihan juga disiapkan sedemikian rupa.

Rizky Ramadhan menyelesaikan kepemimpinannya sebagai Pemimpin Umum Bahana melalui Musyawarah Tahunan. Selanjutnya, Ambar Alyanada yang menjadi pilot Bahana.

Beberapa mahasiswa menuntut panitia agar perpanjang masa sosialisasi yang Kembali dilanjutkan usai di-pending, sebab acuannya telah diubah. Artinya, Pemira mengacu pada UU baru dan sosialisasi ulang harus dilakukan dari awal.

PKKMB Daring

Diskusi Kolaborasi Media

Hampir semua kegiatan terpaksa dialihkan menjadi daring, termasuk Perkenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru atau PKKMB. Mahasiswa hanya dapat mengenal kampusnya secara virtual. Beberapa kuliah umum juga diberikan secara daring.

Bahana yang akrab dengan diskusi, kembali gelar diskusi kolaborasi media bersama Aulia Adam dan Setri Yarsa. Aulia adalah Jurnalis Tirto.id, sementara Setri Pemimpin Redaksi Tempo.co. Kolaborasi media perlu dilakukan, terlebih dalam kondisi pandemi yang membatasi ruang gerak fisik manusia, termasuk jurnalis.

OKTOBER Kelas Jurnalisme Bahana Bahana beradaptasi dalam merekrut anggota baru di tengah pandemi. Kelas Jurnalisme sebagai pintu masuk bagi anggota baru dilakukan secara daring.

Akbar-Agra Menang Pemira secara Aklamasi

Demo Tolak Omnibus Law di Pekanbaru

Pemira Universitas berujung aklamasi. Pemungutan suara secara daring tak sempat dilakukan, sebab hanya ada satu pasangan bakal calon yang lolos sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa UNRI. Merekalah Nofrian Fadhil Akbar dan Fitrah Agra Nugraha. Aklamasi dalam pemilihan presiden mahasiswa terus terjadi.

Demo Tolak Omnibus Law gencar dilakukan berbagai kalangan dari penjuru Indonesia, pasca disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan. Begitu pula dengan Pekanbaru, aksi penolakan juga beramairamai dilakukan oleh mahasiswa, pelajar, aktivis, buruh, serta elemen masyarakat lainnya. Aksi pertama pada 7 dan 8 Oktober di Gedung DPRD Riau. Sempat terjadi kericuhan, hingga aparat menembakkan gas air mata serta siraman air. Beberapa massa aksi jadi terluka. Aksi selanjutnya dengan nama GERAM berlangsung di Kantor Gubernur Riau. Aksi ini berjalan lebih damai, tak sampai berujung ricuh.

NOVEMBER FISIP selenggarakan Pemira guna memilih gubernur mahasiswa dan wakilnya untuk satu periode melalui e-voting. Namun, hasilnya tak segera diumumkan usai pemungutan suara. Panitia menemukan adanya kejanggalan dan sempat menghentikan sementara pemungutan. Tiga hari berikutnya, panitia umumkan kemenangan Muhammad Abdul Yazid dan Rafis Fajri Jas dengan 1.922 suara. Keduanya unggul 69 suara dari pasangan lawan.

Dua hari usai Kenal Bahana, Kelas Jurnalisme Sastrawi IV sudah menanti pula. Kelas ini berupa pelatihan jurnalistik tingkat lanjut bagi anggota pers mahasiswa seluruh Indonesia. Peserta pun kami batasi, hanya peserta berdomisili Riau. Andreas Harsono beri materi via Zoom Cloud Meeting, Sementara, Made Ali langsung tatap muka.

DESEMBER

FPK juga adakan pesta demokrasi Pemira, satu bulan usai Pemira di FISIP. Bedanya, pemilihan tak direncanakan e-voting, melalui melainkan musyawarah k e l e m b a g a a n . Rencana ini tak sampai terlaksana, sebab hanya satu pasangan calon yang mendaftar. Ishlahul Fikri dan Arsad Alansyah resmi memimpin mahasiswa FPK periode berikutnya.

Sebuah papan bunga terpajang di halaman Dekanat Fakultas Teknik, 3 Desember lalu. Ucapan selamat teruntuk Profesor Azridjal Aziz terangkai. Ia terpilih jadi orang nomor satu di Teknik untuk empat tahun mendatang. Ia menang melawan Ari Sandhyavitri— petahana Dekan Teknik.

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

27


28

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

29


KISAH RAHAS ABDI D

Judul: Rahasia Salinem Penulis: Brilliant Yotenega, Wisnu Suryaning Adji Penerbit: Storial.co Tahun Terbit: 2019 Halaman: 390

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

FOTO: GOODREADS.COM

30


SALINEM, SIA SEORANG DALEM R

AHASIA Salinem bermula dari rasa penasaran Tyo, cucu Salinem—akrab disapa Mbah Nem. Kisah hidup Mbah Nem terkuak satu persatu setelah hari kematiannya datang. Tiga hari sebelum maut menjelang, Mbah Nem terlihat baikbaik saja. Kematiannya membawa sejuta tanda tanya ke benak Tyo. Memori pembicaraan soal bumbu pecel Mbah Nem dari Bulik Ning— adik ayahnya—masih terekam dengan baik di ingatannya. “Tiap kali bikin pecel, jadi inget Mbah Nem. Kamu tahu bukan, kalau Mbah Nem pernah dagang pecel?” tanya Bulik Ning. Fakta yang belum pernah didengarnya ini mengawali rasa pernasaran Tyo terhadap kehidupan Mbah Nem. Keingintahuan menuntunnya pada fakta menyangkut kisah hidup Mbah Nem soal rahasia bumbu pecel nan khas dan unik. Bahkan, sampai pada kehidupan asmaranya. Kematian Mbah Nem bukan hanya mengumpulkan keluarga, namun juga fakta yang tak pernah disangka Tyo. Bermula dari raut kebingungan keluarga besar dalam mencantumkan posisi nama Mbah Nem ke pohon silsilah keluarga. Timbullah tanda tanya hingga menguak kebenaran bahwa Mbah Nem yang diyakini Tyo sebagai nenek kandungnya, ternyata tidak lebih dari pembantu keluarganya. Tepat sebulan usai kematian Mbah Nem, Tyo mulai menelusuri resep rahasia pecel Mbah Nem. Ia bersama Bulik Ning mendapati seseorang dengan resep pecel yang hampir menyerupai milik Mbah Nem. Ia seorang gadis bernama Kalis. Lagi-lagi timbul praduga soal

keturunan asli Mbah Nem. “Bagaimana jika ternyata Mbah Nem sebenarnya pernah menikah dan Kalis itu cucunya?” Hati Tyo bagai melonjak ke dada karena dugaan itu mungkin saja benar. Terlalu banyak rahasia yang ia tak ketahui tentang sosok Mbah Nem. Kalis mempertemukan Tyo dengan kakeknya, Mbah Kakung. Ia lah yang akhirnya mengungkap sebagian besar cerita Mbah Nem. Salinem lahir di penghujung tahun 1923. Ibunya Lasiyem, meninggal sejak ia dilahirkan. Ayahnya menyusul lima tahun kemudian. Salinem lahir dari keluarga abdi dalem yang mengabdikan diri kepada keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Salimun. Seorang kusir delman yang membawanya kepada keluarga Wedana. Ketika kedua orang tua Salinem meninggal, ia ditampung keluarga bangsawan. Dari sana, tumbuhlah persahabatannya dengan Soeratmi. Ia seorang putri bangsawan yang tinggal bersama kakaknya—Soekatmo. Dari Soeratmi, Salinem mengenal Kartinah yang juga keturunan bangsawan. Tak pernah terbayang oleh Salinem bisa bersahabat dengan kedua putri itu. Mereka bangsawan, sementara ia jelata. Ia sudah tahu sejak awal kalau ada batas tak kasat mata di antara mereka. Namun, di dasar hatinya, Salinem mengunyah pelajaran dari apa yang ia alami. Kata ‘sahabat’ punya kekuatan untuk menembus batas, dan kata itu tak perlu disebutkan. Salinem, Soeratmi, dan Kartinah menyatu tanpa memandang kelas. Sebelum akhirnya berpisah karena Kartinah akan menikah dengan

BEDAH BUKU

Soekatmo. Kartinah sempat bertanya, “Nem, setelah menikah, maukah kamu ikut aku saja?” Usai penikahan, Salinem pindah dari rumah Soeratmi dan menetap di kediaman orang tua Kartinah. Sejak kecil, Salinem selalu berpindahpindah. Ayah dan ibunya datang dari desa di pinggir Klaten. Nasib membawa mereka ke Sukoharjo, hingga kini Salinem menginjak tanah Solo. Kala itu masih era penjajahan Belanda. Gusti Soekatmo dan Kartinah memutuskan ke luar dari lingkungan keluarga bangsawannya lalu tinggal di rumah mereka sendiri. Keduanya membuka usaha pengelasan, meninggalkan kesempatan menjadi penjabat. Salinem ikut bersama mereka. Takdir mempertemukan Salinem dengan Giyo yang bertugas sebagai kusir mengantar majikannya. Giyo ialah sahabat masa kecil Salinem saat dipelihara oleh Daliyem—bibinya di pasar. Pasar adalah kenangan buat Salinem. Ada sepotong kecil ingatannya yang bersarang dalam kepala. Giyo adalah bagian dari ingatan itu. Ia masih ingat betul bagaimana Bulik Daliyem telaten merawatnya di Pasar Sukoharjo. Perkara Bulik Yem dagang pecel, hampir tiap hari Salinem makan pecel, sampai bosan. Salinem tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Ia merasakan perasaan aneh sejak bertemu lagi dengan Giyo. Terlintas di benaknya, apakah perasaan ini yang dinamakan cinta? Suatu hari Giyo datang meminang, mengajak Salinem menikah. Ia ternyata menyimpan perasaan yang sama sejak dahulu. Kabar ini ia sampaikan ke dua BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

31


“Nem, setelah ini perang akan benar-benar usai, kalau aku selamat, maukah kamu menikah denganku?” sahabatnya, Kartinah dan Soeratmi. Rasa bahagia sontak berubah menyisakan kesedihan, sampai memporak-porandakan hati Salinem. Suatu waktu, sisa-sisa tentara KNIL—Tentara Kerajaan Hindia Belanda— terlibat bentrokan dengan bala tentara Jepang yang tengah merangsak masuk ke Solo. Giyo yang sedang dalam perjalanan menuju Klaten, terjebak dalam lesatanlesatan peluru. Ia tewas tanpa sempat meninggalkan pesan. Salinem mencoba bangkit. Ia kembali menyala, namun bukan karena semangat hidupnya. Ia dinyalakan oleh dendam. Kematian Giyo sebagai penyulutnya. Waktu terus berjalan, penjajahan Jepang kian menjadi-jadi. Saat menghindari tentara Jepang, Salinem bertemu Parjo. Ia bekas tentara KNIL yang memutuskan untuk terus melawan. Salinem mengetahui perihal laki-laki itu, asalnya dari Sleman. Parjo juga kembali secara mengejutkan. Ia melamar Salinem. “Nem, setelah ini perang akan benar-benar usai, kalau aku selamat, maukah kamu menikah denganku?” Serangan besar-besaran menggempur Kota Surakarta pada 7 sampai 10 Agustus 1949. Solo dibumihanguskan oleh Tentara Pelajar. Lalu Indonesia mendapat pengakuan kemerdekaan dari Belanda dalam Konferensi Meja Bundar. Sejak itu, ia tidak lagi mendengar kabar Parjo. Ia seperti daun kering yang dibawa aliran sungai, hilang entah ke mana. Apakah doanya tak terkabul? Atau malah ia tewas? Salinem tak mendapat jawaban. Namun, kehidupan terus bergerak seperti mesin cetak yang tak pernah istirahat. Salinem diceritakan layaknya seorang yang tegar. Ia terus berpindah dari satu situasi berat ke situasi lainnya. Banyak hal

32

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

yang sudah terjadi, tapi tidak ada yang seberat kematian Soekatmo. Pertama, kematian itu mengubah kondisi rumah tangga. Meruntuhkan ekonomi sampai ke titik terendah. Kedua, terjadi perubahan besarbesaran dalam cara mereka hidup. Salinem tahu, sejak bertemu dengan Soeratmi hingga bersahabat dengan Kartinah, tidak pernah ada gusti-abdi. Kecuali sebutan semata. Namun, mau bagaimanapun, sebutan tetap saja memberi makna. Baginya, bukan pengabdian yang dilihat, tapi kesetiaan. Inilah persahabatan. Salinem setia mengikuti ke mana pun Kartinah pergi. Kondisi perekonomian keluarga Kartinah jatuh-sejatuhnya. Salinem berjualan pecel dan Kartinah bekerja sebagai juru masak di hotel. Ini adalah upaya menopang perekonomian dan membiayai pendidikan anak-anak. Pasca kematian suaminya, Kartinah beserta anak-anak pindah ke rumah Prawit yang secara kebetulan mempertemukan lagi Salinem dengan Parjo. Namun, kali ini kondisinya berbeda. Ia sering bertemu Parjo yang menjadi pelanggannya. Keduanya saling bercerita tentang hidup masing-masing. Suatu hari, Parjo kembali melamarnya. Usianya tak lagi muda, menginjak 40 tahun. Kini harapan terakhir untuk hidupnya datang. Namun, wajah Kartinah, anak-anak, serta semua orang yang pernah bertemu dengannya seketika terbayang dalam pikiran Salinem. Ia menolak pergi bersama Parjo, walau mungkin saat itu perasaan mereka saling terikat. Hari terus berganti, Salinem perlahan mengubah pandangannya tentang apa itu cinta. Pikirnya, walau dengan bentuk yang berbeda, cintanya pada anak-anak sedemikian besar. Kukuh. Salinem meyakini bahwa ia memang sudah seharusnya berada di sini.

Mbah Kakung berharap dapat bertemu lagi dengan Salinem. Harapannya setengah benar, sekarang ia bertemu lagi dengan masa lalunya. Bukan Salinem, melainkan Bulik Ning dan Tyo yang bersangkutan erat dengan kehidupan Salinem. Dialah Parjo, bagian yang tersisa dari masa lalu Salinem. Pecel Mbah Nem memang ajaib. Bukan hanya pernah jadi semacam sekoci penyelamat kapal keluarga, namun juga kembali mempertemukan masa lalu yang terpisah. Tyo membangun warung yang diberi nama Warung Pecel Salinem. Perempuan yang awalnya asing dan perjalanan membuatnya menjadi bagian besar dari kehidupan keluarga ini. Tanpa Mbah Nem dengan niat bertahan, keluarganya tidak punya tempat pulang. Keluarganya akan tercerai-berai. Bukankah makna ‘pulang’ adalah tempat hati merasa kembali dengan senang, tenang dan bahagia? Mereka semua pulang ke pelukan Mbah Nem, ketika kedua orang tuanya mangkat. Novel yang ditulis oleh Brilliant Yotenega dan Wisnu Suryaning Adji ini adalah kisah nyata Brilliant Yotenega yang dikemas menjadi cerita fiktif nan menarik. Menceritakan kisah yang bergulir dari 1923 hingga 2013 dengan alur maju mundur, hingga membawa pembaca untuk ikut mendalami dan berpikir. Ada sejarah yang diselipkan dalam novel ini. Beberapa situasi digambarkan menggunakan Bahasa Jawa, tentu menambah daya tarik tulisan. Melalui buku ini, penulis ingin mengabadikan tokoh Salinem. Sosok sepertinya sudah jarang ditemui kini. Penulis lagi-lagi hendak mengingatkan pembaca akan dalamnya makna kesetiaan dan pengorbanan.*Malini


SEMPENA

JATUH BANGUN

RAMY KEJAR MEDALI Oleh Malini

Sejak SD sudah ikut lomba olimpiade. Pada ajang KN MIPA 2020 lalu, ia satu-satunya peserta dari luar Jawa yang dapat medali.

E

MPAT soal disuguhkan dalam satu materi dengan durasi dua jam. Tes berlangsung selama dua hari. Mekanika Klasik dan Elektrodinamika jadi materi pokok yang pertama diujikan. Hari berikutnya, Termodinamika, Fisika Statistika, Fisika Modern dan Mekanika Kuantum. Ramy sempat alami kendala dan merasa pesimis mendapatkan poin yang diinginkan. “Hari pertama saya pikir hanya menjawab 50 persen, jadi udah ngerasa enggak yakin bisa jawab soal berikutnya,” ujarnya. Menjelang tes hari kedua, Ramy menelepon ibundanya. Segala kekhawatiran ia curahkan. Dukungan dan doa tiada henti dipanjatkan. Ia pasrahkan semua pada Tuhan. Tes kedua cukup membuatnya terkejut. Pasalnya, soal yang biasanya berkali lipat lebih sulit dapat ia kerjakan dengan lancar. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini kompetisi dilakukan dalam jaringan (daring). Namun, hal ini tak menyurutkan rasa haru dan bahagia ketika namanya diumumkan sebagai salah satu peraih medali perunggu di Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau KN MIPA 2020. KN MIPA sebelumnya dikenal dengan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON MIPA). Terdiri dari bidang Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi yang diikuti oleh seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Kompetisi ini merupakan ajang bergengsi dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan setiap tahunnya. Ramy Fitrah Izzah—mahasiswi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau (UNRI) angkatan 2017. Ia terpilih jadi satu–satunya perwakilan UNRI di kompetisi KN MIPA tingkat nasional. BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

33


Ramy anak sulung dari empat bersaudara. Putri dari pasangan Afrizal dan Dewi Diananda ini bukanlah berlatar belakang keluarga pendidik. Ibunya seorang Ibu Rumah Tangga, sedangkan ayahnya bekerja di kebun sawit. Namun, kedua orang tuanya memandang pendidikan begitu penting. Dewi akui, anaknya memang gemar membaca dan belajar sejak kecil. Kesehariannya bayak dihabiskan bersama buku, membuat Ramy dijuluki 'Si kutu buku'. "Jangan terlalu fokus sama pelajaran. Ramy kan matanya minus, kalau terlalu dipaksakan takutnya bertambah," kata Dewi mengulang ucapannya kepada Ramy. Sejak di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, Dewi ungkapkan bahwa Ramy selalu menjadi juara kelas, bahkan juara umum. Padahal, ia tak pernah memberikan kontrol belajar pada putrinya itu. "Alhamdulillah bersyukur punya Ramy, prestasinya melambung. Dia bisa membiayai kuliahnya sendiri. Kadang dia yang bantu ayahnya," pungkas Dewi ketika dihubungi via sambungan telepon. Kala Sekolah Menengah Pertama, gadis Bangkinang ini berhasil masuk Olimpiade Sains Nasional (OSN) hingga mendapat penghargaan dari Bupati Kampar. Sejak itu ,Ramy mulai aktif ikuti olimpiade yang diadakan perguruan tinggi. “Saat itu daerah saya enggak termasuk maju, jadi saat masuk tingkat nasional dapat hadiah antusias banget,” cerita Ramy. Ramy pun mulai tertarik dengan fisika. Ia memiliki sudut pandang baru dalam mempelajari fisika. Namun, Ramy harus menelan kekecewaan saat duduk di bangku aliah. Impiannya harus pupus lantaran saat itu sekolah di bawah Kementerian Agama tidak diikutsertakan dalam olimpiade. “Niat saat itu harus balas dendam untuk dapat medali emas di tingkat nasional, ternyata enggak dapat kesempatan karena MAN [Madrasah Aliah Negeri] di bawah Kementerian Agama,” imbuh Ramy. Tibalah ia di penghujung sekolah menengah. Kegemarannya pada fisika jadi alasan meneruskan jenjang kuliah di Jurusan Fisika FMIPA UNRI. Ramy mulai aktif mencari informasi olimpiade di kampus sejak

34

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

berstatus mahasiswa baru. Tahun pertama perkuliahan menjadi debut pertamanya mengikuti KN MIPA. “Saat dari maba [mahasiswa baru] udah dengar KN MIPA dari senior, jadi termotivasi buat menyiapkan diri sejak awal,” katanya. Sayangnya, keberuntungan belum berpihak. Ramy tak lolos ke tingkat nasional. Meski sempat kecewa, kegagalan itu ia jadikan sebagai salah satu tolok ukur meningkatkan kemampuan agar dapat bersaing di kancah nasional. Ramy akrab dengan belajar. Gemar membaca dan berdiskusi. Ia selalu berupaya menyempatkan belajar di sela-sela tugas dan organisasi. Hal ini diakui Maya Defrilyana—teman satu kamar indekosnya. Maya melihat sosok Ramy sangat giat belajar, terlebih jika akan menghadapi perlombaan dan ujian. "Dia suka belajar, apalagi kalau fisika. Dia suka suka suka banget malahan. Saya tiap malam lihat dia belajar fisika sampai pusing." Meski begitu, Ramy tetaplah gadis pada umumnya, kata Maya. Yang jika jenuh, menghabiskan waktu dengan bersantai dan berkumpul bersama teman-temannya. "Dia juga ada kok capek, jenuh. Biasanya dia nonton anime atau drakor [Drama Korea]," tambah Maya. Setiap hari, jadwal belajar disusun Ramy sedemikian rupa. Meskipun semangatnya sempat naik-turun. “Kadang kita masih lalai. Setidaknya, dengan kita menulis jadwal menjadi pacuan ketika melihatnya.” Tahun kedua perkuliahan, Ramy kembali ikuti seleksi KN MIPA. Kegigihan membawanya lolos ke tingkat nasional yang diselenggarakan di Makassar. Namun, medali yang diimpikan belum dapat ia bawa pulang. “Saat itu yang didapat malah rasa kurang percaya diri, bahwa kita tidak mampu bersaing dengan anak-anak Pulau Jawa,” kenangnya. Tak patah arang, Ramy kembali daftar KN MIPA 2020. Rangkaian kontes berlangsung pada 7 hingga 10 September. Ramy menyukai Fisika sejak dahulu, ia kerap ikuti olimpiade dengan banyak penghargaan. Ia merasa berkewajiban mendalami Ilmu Fisika. Lewat olimpiade, ia bisa dapatkan materi perkuliahan yang

seharusnya baru ia terima di semester lanjut. Ia jadi sering membuka buku pelajaran sejak mengikuti berbagai olimpiade. Hal itu juga yang ia jadikan tolok ukur penyemangat belajar. “Bukan karena kita pintar, kita ikut olimpiade. Tapi, karena kita ikut olimpiade lah kita jadi pintar. Dan seberapa lama kita bisa menyambungkan permasalahan, itulah kuncinya.” Dari ribuan peserta pada seleksi awal untuk semua bidang, hanya 50 orang yang dapat berkompetisi di tingkat nasional. Ramy jadi mahasiswa FMIPA UNRI pertama yang membawa pulang medali KN MIPA. Sejak dahulu, penyabet medali kemenangan pada kompetisi ini selalu berdomisili di Pulau Jawa. Kali ini, ia satu-satunya penyabet dari luar Jawa, bahkan Sumatra. Ramy mengaku sebagian peserta adalah peraih medali di tingkat OSN. “Mereka start-nya udah di atas, rata-rata peserta nasional tingkat OSN. Kalau aku, mungkin baru dari nol atau bahkan minus. Jadi, memang harus benar-benar ekstra usaha.” Meski sering berkecimpung dalam olimpiade, Ramy juga kerap menjajal lomba lain. Tahun 2020 lalu, ia berhasil meraih juara tiga Lomba Debat Mahasiswa Tingkat Provinsi. Juga berhasil jadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 1 FMIPA dan Mawapres 3 tingkat universitas. Tak hanya dalam perlombaan, Ramy juga aktif berorganisasi di kampus. Kini ia menjabat sebagai Kepala Divisi Potensi Pengembangan Akademik di Himpunan Mahasiswa Fisika FMIPA UNRI. Ia juga aktif di Komunitas Riset Fisika bersama teman-teman satu jurusannya. Di sela aktivitas kampus, ia juga mengajar les privat anak sekolah pada malam hari. Baginya, setiap waktu yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ia punya mimpi dan perjuangan yang besar. Setelah kini memasuki semester akhir, Ramy berencana fokuskan diri untuk tugas akhir. Usai meraih gelar sarjana, ia berharap dapat melanjutkan studi magister ke luar negeri dengan beasiswa. “Kadang insecure punya mimpi besar karena merasa dari daerah, kan. Kayak nggak mungkin. Tapi, kita harus mengepakkan sayap selebar -lebarnya,” tutupnya.*


BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

35


ILUSTRASI

36

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


37

ILUSTRASI: BM/ADITIA ANHAR

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


LIPUTAN KHUSUS

PETANI PENYANDANG MEJA HIJAU

ILUSTRASI: BM/ADITIA ANHAR

Oleh Reva Dina Asri

38

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Kriminalisasi petani terus terjadi. Kasus Marjohan, Ilham, Bongku dan Syafrudin menunjukkan lemahnya negara melindungi petani.


M

ARJOHAN Purba dan Ilham Masiri berangkat menuju ladang milik Basiruni pada 17 Juli 2020 lalu. Ridwan minta mereka menebang pohon. Keduanya diberi upah 500 ribu rupiah. Ridwan seorang Penghulu Piliang kampungnya di Desa Seberang Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kuantan Singingi. “Ridwan memesan kepada Purba dan Ilham untuk menebang satu pohon di ladang Basiruni, guna membangun pondok,” kata Noval Setiawan Penasehat Hukum mereka. Usai 45 menit berkendara motor, sampailah mereka di ladang Basiruni. Sekitar pukul dua siang, mereka mulai menebang pohon yang diminta Ridwan. Pohon setinggi delapan meter berjenis Meranti. Marjohan menebang pohon dan mengolahnya menjadi kayu broti. Ilham ambil bagian memasang benang, menyapu serbuk, dan memberi tanda ukuran. Lalu membawanya ke tepian jalan masuk. Selang tiga hari, tiga sekuriti PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Cerenti mendatangi lokasi penebangan. Mereka adalah Bresman, Saut dan Wahyu. Mereka dapat laporan dari Department Plantation yang mendengar suara gergaji mesin. Marjohan dan Ilham diamankan ke Kepolisian Resor Teluk Kuantan. Barang bukti parang, gergaji mesin dan 17 kayu broti turut dibawa. Wilayah itu disebut merupakan konsesi RAPP. Perkara ini kemudian dibawa ke Pengadilan Negeri Teluk Kuantan. Keduanya dituntut dengan Pasal 82 Ayat 1 Huruf C Jo Pasal 12 Huruf C Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (UU P3H). Perkara ini berujung hukuman kurungan penjara satu tahun pada 9 November 2020. Majelis Hakim dipimpin oleh Duano Aghaka, dengan dua hakim anggota Timothee Kencono Malye dan Agung Rifqi Pratama. “Menariknya, beberapa saksi yang kami ingin kami hadirkan tidak diterima oleh majelis hakim,” tegas Noval Setiawan. Sejak 1993, Basiruni mengolah lahan tersebut. Lima tahun terakhir,

ia tanami dengan pohon karet. Tersangkut aturan adat, ia tak kantongi surat kepemilikan. Hanya diakui sebagai tanah ulayat. Ia juga mengaku tak pernah ada karyawan RAPP yang mengolah lahan tersebut. Dalam pembelaan Ridwan di persidangan, RAPP juga tak mematok batas tanah yang pohonnya ditebang Ilham dan Purba. Plang perusahaan baru ditancapkan setelah kasus ini naik ke meja hijau. “Mereka hanya menebang satu pohon dan bukan dengan tujuan komersial. Itu bukan eksploitasi, seperti dalam UU P3H,” kata Noval. KASUS ini bukan yang pertama. Minggu pagi awal November 2019, Bongku pamit pergi berladang. Bermodalkan sebilah parang, Bongku bin Jelodan menggarap lahan untuk ditanami Ubi Mangalo, kebutuhan pangan masyarakat adat Sakai. Setiba di lokasi, ia langsung menebas beberapa pohon eukaliptus yang tumbuh di lahan seluas 200 meter itu. Usai menebang 20 pohon, Sekuriti PT Arara Abadi datang. Bongku dituduh menebang pohon di area konsesi perusahaan. Ia dibawa ke Polsek Pinggir, Bengkalis. Bongku memang tak punya lahan. Sepengetahuannya, lahan yang ia buka adalah milik adat Suku Sakai. Masyarakat Sakai masih menggantungkan hidup pada hasil dari hutan. Sejak 2001, mereka telah mengajukan hutan di kawasan Dusun Suluk Bongkal, Desa Koto Pait, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis ini sebagai tanah ulayat. Ridwan Ketua Adat Suku Sakai membenarkan pernyataan itu. Katanya, masyarakat Sakai dan Arara Abadi sudah berulang kali berkonflik sejak 1990-an. Masih melekat di benak Ridwan, betapa pilu hati masyarakat Sakai menyaksikan perusahaan membabat habis hutan mereka. Kebiasaan hidup dari hasil bercocok tanam dan berburu jadi terganggu. Hewan buruan perlahan hilang, menyusul hutan yang berganti jadi tanaman akasia dan eukaliptus. “Sampai makam leluhur kami diratakan dengan mesin-mesin,” kenang Ridwan. Ia juga ingat, Arara Abadi berjanji akan memberikan masyarakat Sakai kebun seluas 7158 hektare. Namun hingga kini, janji itu hanya isapan

jempol belaka. Sejak Bongku ditahan, Juli—istri Bongku—pindah ke rumah saudara sepupunya. Di rumah dengan dinding kayu, ia hidup bersama tiga keluarga. Termasuk anak sulungnya. Keputusan pindah diambil sebab ia tak mampu berjalan jauh menuju tempat kerja. Mau tak mau, tanggung jawab sebagai kepala keluarga jadi miliknya. Ia juga harus mengirim beberapa lembar uang untuk suaminya selama dalam tahanan. Jaksa Penuntut Umum menuntut Bongku dengan UU P3H Pasal 82 Poin 1 C. Hukuman penjara selama satu tahun dengan denda 500 juta subsidair satu bulan penjara dijatuhkan. Sebulan setelah jaksa bacakan dakwaan, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bengkalis yang dipimpin Hendah Karmila Dewi, Zia Uljannah Idris dan Aulia Fhatma Widhola bacakan vonis putusan. Tepatnya pada 18 Mei 2020. Majelis hakim menghukum Bongku bersalah dan menjatuhkan pidana penjara satu tahun serta denda 200 juta subsidair satu bulan. Rabu 10 Juni 2020, Bongku dapat asimilasi dan dibebaskan. Berdasarkan Mengacu pada Surat Keputusan No. WA . 4 . PA S . 3 . P K . 0 1 . 0 4 . 0 4 - 1 5 5 6 oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran Covid-19. Asimilasi diberikan setelah Bongku menjalani masa tahanan lebih kurang delapan bulan, sejak 3 November 2019. "Jadi, Pak Bongku ini bebas karena program asimilasi. Bukan karena ada indikasi lain," kata Andi Wijaya Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pekanbaru yang mendampinginya. Marjohan, Ilham, dan Bongku sama-sama dihadapkan dengan korporasi. Lain cerita dengan Syafrudin. Ia petani palawija asal Rumbai, Pekanbaru yang diseret ke meja hijau. Syafrudin ditangkap Polresta Pekanbaru pada 17 Maret 2019. Saat itu, ia tengah membersihkan lahan 20 x 20 meter dengan cara dibakar. Ia buat sekat, supaya api tak menjalar. Lahan yang dipinjam Syafrudin sejak 1993 itu biasanya ditanami ubi, BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

39


pisang, dan kacang panjang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan Negeri Pekanbaru mendakwa Syafrudin melanggar Pasal 98 Ayat 1 UU 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tuntutan 4 tahun penjara dan denda 3 miliar rupiah diterimanya. Andi Wijaya yang juga menjadi penasehat hukum Syafrudin menilai pasal dakwaan tak layak. Sebab, mestinya diberikan jika pembukaan lahan melebihi dua hektare. ”Sebelum membakar lahan, Syafrudin juga telah melakukan usaha pencegahan dengan membuat sekat agar api tak menyebar,” katanya lagi. Selain membela lewat jalur hukum, LBH Pekanbaru juga menyongsong dukungan lewat tanda tangan petisi. Hingga Februari, Noval Setiawan yang menggagas dukungan ini telah mengumpulkan 9 ribu tanda tangan. Ia serahkan hasilnya kepada majelis hakim sebelum sidang putusan. “Syafrudin hanyalah petani kecil. Kakek 69 tahun ini juga buta huruf dan harus menghidupi keluarga dengan dua anak disabilitas,” kata Noval. Majelis Hakim Sorta Ria Neva, Abdul Aziz dan Afrizal Hady bacakan putusan pada 4 Februari lalu. Syafrudin dinyatakan bebas dari tuntutan jaksa. Hakim sebutkan, jaksa tak mampu hadirkan saksi ahli yang membuktikan tindakan terdakwa melampaui baku mutu udara, ambien dan baku mutu kerusakan lingkungan. Pembakaran juga bukan untuk membuka lahan, melainkan mengolahnya. “Bukan suatu tindakan pidana sebagaimana pasal yang didakwakan penuntut umum, karena tidak capai 2 hektare," ucap Hakim Sorta.

FOTO: LBH PEKANBARU

Majelis Hakim Pengadilan Pekanbaru menyatakan Syafrudin tak bersalah, akhirnya ia dibebaskan.

40

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Kriminalisasi Petani Terus Terjadi SEJAK lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria pada 1963 yang menjadi momentum peringatan hari tani di Indonesia. Hingga kini, sudah 57 kali Indonesia merayakannya tiap 24 September. Namun, keberadaan undang-undang ini tak serta merta memerdekakan hakhak petani. Pasalnya, Konsorsium Pembaruan Agraria atau KPA mencatat ada 455 petani dikriminalisasi atau ditahan sepanjang 2019. Tak hanya itu, 229 petani juga alami kekerasan dan 29 tewas karena konflik agraria ini. Tak terkecuali di Riau, petani banyak dijerat berkenaan dengan pembersihan lahan dan kebakaran lahan dan hutan. Pada Januari 2020, tercatat ada 51 kasus petani yang diangkat ke meja hijau.*


KESEHATAN

TIPS BEROLAHRAGA DI MASA PANDEMI

Oleh Annisa Effendi

Mahasiswa Pendidikan Pelatihan Olahraga FKIP UNRI

O

LAHRAGA merupakan aktivitas fisik yang harus dilakukan pada masa pandemi Covid-19 guna meningkatkan imun tubuh. Masyarakat tetap harus aktif meskipun bekerja dan belajar dari rumah. Nah, di sini kita tidak perlu berolahraga dengan kuantitas yang berat, karena tujuannya adalah menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Konsep olahraga kesehatan yaitu padat gerak, bebas stres yang singkat—cukup dilakukan 10 sampai 30 menit tanpa henti. Di masa pandemi ini, social distancing dan work from home cenderung membuat orang memiliki gaya hidup kurang gerak. Tentu hal ini tidak baik untuk kesehatan. Untuk itu, mari kita lakukan olahraga ringan guna meningkatkan imun dan menjaga kesehatan serta kebugaran tubuh. Banyak sekali olahraga kesehatan yang bisa dilakukan di rumah, seperti push up, sit up, jump star, skipping, zumba dan senam. Perkembangan teknologi juga menjadi sebuah jalan keluar agar tetap berolahraga, walaupun di masa pendemi.

Ilustrasion by Mohamed Hassan on Pixabay

Ditambah dengan banyaknya aplikasi workout yang bisa diunduh di Google Play Store, sehingga tidak perlu pendampingan langsung dari pelatih. Hal ini tentu juga membantu mengurangi penyebaran Covid-19. Selain aplikasi, gerakan senam dan workout juga bisa diunduh via YouTube dan media sosial lainnya. Aktivitas fisik olahraga kesehatan ini dapat mencegah seseorang dari gangguan mental, karena adanya penerapan karantina dan isolasi. Gangguan mental yang dimaksud seperti depresi, kecemasan, kelelahan dan stres. Selain itu, olahraga kesehatan juga dapat menghindarkan seseorang dari penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi, di mana semua ini merupakan penyakit yang kemungkinan besar dapat terjadi pada masa pandemi Covid-19. Dapat juga karena kurangnya aktivitas fisik seseorang yang cenderung menghabiskan waktu di rumah dengan menonton televisi, bermain ponsel, dan game . Olahraga kesehatan dapat membuat imunitas membaik jika sudah memenuhi kriteria FITT. FITT merupakan singkatan dari Frekuensi, Intensitas, Time dan Tipe.

Frekuensi, di mana olahraga sebaiknya dilakukan sebanyak 3 sampai 5 kali seminggu. I adalah intensitas, di mana olahraga dilakukan dengan intensitas sedang atau 65 sampai 75 % dari denyut nadi maksimal (220) dikurangi umur. Lalu Time atau durasi berolahraga, cukup dilakukan selama 20-30 menit, namun jika kemampuan kita memungkinkan untuk lebih maka bisa satu jam. Terakhir yaitu Tipe atau jenis olahraga yang dilakukan. Jenis yang dianjurkan yaitu bersifat aerobik, contohnya jalan/joging, sepeda statis, loncat-loncat di tempat. Walaupun ada aktivitas di luar ruangan, tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, jaga jarak dan jangan lupa hand sanitizer. Jika melakukan olahraga kesehatan dengan konsep yang benar kemudian diikuti suasana hati yang gembira, maka dapat mengoptimalkan produksi Hormon Endorfin dan meningkatkan imunitas. Sudah saatnya kita jadikan olahraga sebagai kebutuhan tubuh. Saat ini kebutuhan tubuh tidak hanya 4 sehat 5 sempurna, tetapi olahraga.* BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

41


INOVASI

MIE ANEKA WARNA DARI IKAN PATIN

FOTO: ISTIMEWA FOTO: ISTIMEWA

FOTO: ISTIMEWA FOTO: ISTIMEWA

Ira Sari dan Dian Iriani dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan buat olahan berbahan ikan patin. Salah satunya mie aneka warna yang diklaim tinggi protein dan kaya serat. Oleh Salsabila Diana Putri

42

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


Z

ABUR baru saja selesai memarkirkan pick-up hitam miliknya sore itu. Di samping rumahnya, terhampar belasan kolam ikan patin. Pria yang menekuni budidaya ikan sejak 1997 ini, merupakan Ketua Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mina Usaha Rumbai Bukit. Melimpahnya produksi ikan patin di kelompok ini, membawa Ira Sari dan Dian Iriani tertarik buat kerjasama. Kedua Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (FPK UNRI) ini, jadikan kelompok Zabur penyedia bahan baku produk pengabdian. Pengabdian yang didanai Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNRI ini, sudah berjalan dua tahun di Kelurahan Rumbai Bukit, Pekanbaru. Tahun pertama, memanfaatkan ikan patin untuk pembuatan keripik kulit dan snack ikan. Snack dicetak berbentuk tabung melengkung menyerupai makaroni. Tahun kedua pada 2020 lalu, Dian dan Ira kembali andalkan olahan patin untuk pengabdiannya. Namun kali ini, pelatihan membuat mie ikan aneka warna. Seperti mie pada umumnya, mie ikan ini dibuat dalam bentuk mie basah. Yang kemudian bisa dimakan dengan aneka kreasi. Bisa dijadikan sebagai mie goreng, mie rebus, juga mie ayam. Kata Dian, selama ini orang hanya mengkonsumsi ikan segar. Bahkan banyak pula yang tak suka makan ikan. Untuk meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat serta keinginan menyajikannya dengan kemasan yang menarik membuat ide pengolahan produk perikanan ini muncul. “Alasan dijadikan mie karena disukai semua kalangan. Tidak hanya anak-anak, orang tua juga menyukai mie. Teksturnya yang lembut dan bisa diolah menjadi alasan mie sangat disukai,” ujar Dian.

Mie ikan ini dinilai memiliki protein dan kaya serat yang didapat dari aneka warna yang diberikan. Dian dan timnya mengolah mie ini jadi tiga macam warna. Warna alami dari ikan, warna hijau dari bayam, serta oranye dari wortel. Dian Iriani pada jurnal penelitiannya menyebutkan, kandungan gizi pada 100 gram mie basah mengandung karbohidrat 14 persen, protein 0,6 persen dan lemak 3,3 persen. Serta kandungan air sampai mencapai 80 gram. Selain itu, kandungan gizi dari mie basah yang difortifikasi daging ikan patin serta sayuran bayam dan wortel. Protein berkisar 12,68 persen dan kadar air 63,62 persen. Proses pembuatan mie patin aneka warna terbilang mudah. Pertama, haluskan 150 gram daging ikan fillet atau daging yang sudah dipisahkan dari kulit dan tulangnya. Selanjutnya, daging yang sudah hancur dicampur dengan satu kilogram tepung terigu, dua butir telur, garam serta soda kue. Untuk mie ikan yang berwarna, ditambahkan pewarna alami dari bayam dan wortel. Setelah semua bahan tercampur rata, adonan didiamkan selama 15 menit. Adonan selanjutnya digiling pakai ampia dengan ketebalan dua milimeter. Lembaran adonan tadi kemudian dicetak menjadi untaian mie dengan cetakan pembuat mie sepanjang 15 sentimeter. Mie kemudian direbus agar matang menjadi mie basah. Mie ikan ini tahan tiga sampai empat hari dalam suhu dingin. Sedangkan pada suhu normal hanya tahan satu hingga dua hari saja. Dian mengklaim masyarakat peserta pelatihan sudah bisa buat mie ikan sendiri. Ini didapatnya saat ia lakukan monitoring ke lapangan. Kontrak pengabdian berlangsung kurang lebih selama tujuh bulan sejak 12 Maret sampai dengan 30 Oktober

2020. Setelah habis masa kontrak, keberlanjutannya dilakukan dengan membuat proposal kembali untuk kemudian di evaluasi. Di tahun ketiga nanti, Dian berencana akan tetap melakukan pengembangan jenis olahan baru. Ia juga akan fokus ke pemasaran. “Karena proses penanganan sudah kita ajarkan, teknik pengolahannya sudah kita ajarkan, produknya sudah jadi. Tentu pemasarannya lagi.” Salohot—istri Zabur punya cerita sendiri saat ikut pelatihan buat snack ikan 2019 lalu. Pembuatan snack pada percobaan pertama berhasil. Namun percobaan kedua yang dilakukan di rumahnya gagal. Ia katakan penyebabnya mesin penggiling daging yang digunakan macet. Sehingga daging ikan patin tidak halus dan berserat. Hal serupa kembali terulang saat pembuatan mie aneka warna. Percobaan pertama berhasil namun gagal dipercobaan kedua kalinya. Tak jauh beda, penyebabnya masih alat yang digunakan. Pada perocabaan pertama pakai ampia khusus untuk pembuatan mie. Sementara yang kedua kalinya hanya gunakan ampia kecil biasa. “Istilahnya kita kalau mengantar, jangan sampai separuh jalan. Tapi harus sampai ke tujuan,” ujar Zabur. Pembuatan mie aneka warna hingga kini masih sebatas konsumsi pribadi. Zabur dan kelompoknya belum bisa menjual keluar karena kesulitan pemasaran di lapangan. “Tapi kalau mau saling membantu, misalnya si ibu itu ngasih ilmu, ditinggal di sini peralatannya, dibantu untuk pemasarannya mungkin bisa jalan,” harap Salohot.*

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

43


BEDAH FILM

FOTO: WIKIPEDIA

Alarm Kebebasan Pers

K

EBEBASAN Pers menjadi pondasi utama dari kemerdekaan dan hak berpendapat. Namun, tak jarang pers justru menjadi alat bagi pemerintah. Mulai dari propaganda sampai megendalikan informasi guna menciptakan citra baik golongan tertentu saja. Banyak sekali informasi yang sengaja tak terpublikasikan dengan alasan agar tak mencederai kehormatan suatu bangsa. Fenomena tersebut digambarkan dengan baik dalam film berjudul The Post. Film The Post dimulai dengan narasi awal mengenai kebohongan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan keoptimisannya kepada rakyat tentang kemenangan di perang Vietnam pada tahun 1996. Lebih lanjut dikatakan pula dalam pers bahwa Pemerintah AS tidak akan mencampuri urusan Asia. Kenyataan yang diterima sungguh berbeda. Pernyataan ini memicu konflik batin seorang tokoh bernama Daniel Ellsberg atau Matthew. Daniel lalu menelisik dokumen sensitif rahasia milik AS yang dinamai Pentagon Papers terkait perang Vietnam menggunakan akses yang ia miliki. Konflik mulai muncul saat Daniel Ellsberg menyalin dokumen tersebut. Lembar per lembarnya ia gunakan sebagai aset untuk membongkar kebohongan Pemerintah AS terhadap rakyat. Di ruangan yang cukup gelap dengan lampu mesin fotokopi berwarna kebiruan yang menyala menjadi latar Daniel melancarkan aksinya. Kepada reporter harian The New York Times, Daniel memberikan dokumen tersebut pada esok

44

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

Judul Film : The Post Sutradara : Steven Spielberg Durasi : 116 menit Rilis : 14 Desember 2017

hari. Akibat publikasi tersebut, Pemerintah AS justru membuat tuntutan kepada The New York Times. Pihak pemerintah tak mau mengakui kesalahan. Di sisi lain, surat kabar The Washington Post yang dipimpin Kay Graham terus menyusun potongan teka-teki kasus ini. The New York Times lantas tak hilang arah, Ben Bradle selaku Editor Eksekutif mendapatkan dokumen asli sebanyak empat ribu halaman sebagai bukti kasus. Tantangan baru pun terlihat. Ben mendesak Kay untuk mempublikasikan informasi ini di medianya. Sedang di pihak Gedung Putih, melarang The Washington Post untuk menerbitkan apapun. Alasannya akan membahayakan stabilitas negara pun menyalahi Undang-Undang mengenai spionase di AS. Film berdurasi 116 menit ini berfokus pada keputusan Kay Graham sebagai pebisnis baru perempuan, di industri media untuk mempublikasikan dokumen rahasia besar Pentagon Papers di tahun 1971. Kay dalam perannya terlihat bimbang, apakah harus merahasiakan informasi penting ini atau menyebarluaskan informasi secara transparan kepada publik. Akhirnya, dengan segelontor drama perdebatan yang terjadi, Kay membuat keputusan penting dengan tetap mempublikasikan informasi yang dinilai sensitif kepada khalayak. Upaya ini tentu menimbulkan resiko, yang lebih mengejutkan, keajaiban justru terjadi. Media lain tergerak dan ikut menyebarluaskan berita. mereka bersama-sama menyuarakan

keresahan akibat perang. Akhirnya pertempuran panjang dimenangkan oleh pers dengan lahirnya UndangUndang yang menjamin kebebasan pers Steven Spielberg selaku Sutradara film The Post dirasa berhasil menguras emosi penonton. Steven membangun cerita ini dengan alur yang cukup menegangkan. The Post mencerminkan bahwa, pers yang baik adalah yang mampu bersikap kritis. Sejatinya pers tidak harus netral, namun berimbang. Pers haruslah melindungi dan berpihak kepada masyarakat atau korban. The Post menjadi alarm pengingat, bahwa dalam negara yang berdemokrasi, maka rakyatlah yang harus mendapat perlindungan. Film ini memiliki serangkaian yang masih relevan untuk dibawa pada masa sekarang. Sebabnya memicu semangat para jurnalis untuk terus berada di ranah yang seharusnya. Bahwa kebenaran suatu informasi, baik atau buruk, selayaknya harus diketahui masyarakat. Jangan sampai ada kecenderungan menutup-nutupi suatu hal, apalagi menyangkut kepentingan orang banyak. Dampaknya, kepercayaan masyarakat berkurang akibat berita yang tidak berkualitas. Film ini berhasil dirilis pada 14 Desember 2017. The Post terpilih dalam National Board of Review sebagai film terbaik sepanjang tahun 2017. Ada pula nominasi Oscar kategori Best Motion Picture-Drama dalam ajang penghargaan perfilman tahun 2018 dan masih banyak lagi.*Firlia Nouratama


KAMPUSIANA

PEDAGANG KANTIN KAMPUS BINAWIDYA DI MUSIM PAGEBLUK

FOTO: BM/MICKY

Pandemi Covid-19 memukul beberapa pedagang kantin yang berjualan di kampus Binawidya. Mereka keluhkan penurunan penghasilannya. Lantaran kampus sepi sejak diterapkannya pembelajaran jarak jauh. Oleh Mickyal Masyhuri Vebian Lubis

D

ERETAN lapak kantin di sayap kiri Sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau (FKIP UNRI) terlihat tutup. Biasanya, berbagai macam makanan dan minuman dijajakan di sini. Kini tak berpenghuni. Bahkan, ada lapak yang telah rubuh. Stealing kaca dan gerobak jualan sudah ditutup dengan terpal biru atau spanduk bekas. Meja dan kursi disusun menyatu di satu tempat. Rumputrumput juga tumbuh semakin tinggi. Sejumlah potongan kayu yang sudah mengering tertumpuk di bagian depan kantin. BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

45


FOTO: BM/RIO EZA

FOTO: BM/MICKY

1

2

1. Kantin FP 2. Kantin FMIPA 3. Kantin FT

FOTO: BM/MICKY

“Untuk makan saja terkadang kurang. Anak Ibu juga sekarang sekolah di swasta, jadi uangnya untuk biaya SPP,” ujar Deni. 3

Deni Sofia, salah satu pedagang di Kantin FKIP. Ia merasakan dampak pagebluk ini memukul telak penghasilannya sebagai penjual sate. Uang hasil penjualan biasa digunakan untuk tambahan biaya kebutuhan sehari-hari. Selain untuk makan, ia juga bantu suaminya—seorang tukang bangunan—menanggung biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sekolah. Kini, ia harus memutar otak agar tetap dapat pemasukan. “Untuk makan saja terkadang kurang. Anak Ibu juga sekarang sekolah di swasta, jadi uangnya untuk biaya SPP,” ujar Deni. Deni punya empat orang anak. Anak sulung sudah meninggal. Anak kedua sudah lulus Sekolah Menengah Kejuruan. Sedangkan anak ketiga duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama di salah satu sekolah swasta di Pekanbaru. Anaknya yang bungsu mestinya masuk Taman Kanak-kanak tahun ini. Keadaan keuangan yang sulit

46

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

ditambah tak paham model belajar dalam jaringan(daring), Deni pun urungkan niat daftarkan anaknya ke jenjang TK. Deni cerita, sebelum aktivitas tatap muka diliburkan akibat Pandemi Covid-19, ia punya pelanggan yang cukup ramai ketika masih berjualan di Kantin FKIP. Pelanggannya tak hanya mahasiswa FKIP, juga dari fakultas lain. Saat kondisi normal Deni bisa dapat penghasilan Rp500 ribu perharinya. Uang itu cukup untuk biaya hidup sehari-hari juga bisa membayar uang sewa kantin, sebesar 450 ribu tiap bulan. Sejak Pandemi melanda negeri, harga sewa kantin juga dipotong setengah harga normal. Namun itu tak berarti banyak bagi Deni. Pelanggannya yang mayoritas mahasiswa juga tak ada di kampus. Penghasilan otomatis berkurang. Deni memilih pindah lokasi. Kini ia berjualan di depan gerbang

Bina Krida—berdampingan dengan penjual lainnya. Harga sewa yang harus ia bayar sebesar Rp200 ribu. Lebih murah, ketimbang sewa di dalam kampus. Ia hanya berjualan dari Senin hingga Jumat. Ia akui penghasilannya sangat minim dibanding sebelum pandemi. Pada Rabu dan Jumat, penghasilan yang ia dapat hanya berkisar Rp200 ribu, bahkan kurang. Tak banyak yang membeli, sebab belum kembalinya mahasiswa ke Pekanbaru. Penghasilan yang ia dapatkan jelas berkurang. Lain cerita dengan Mak long. Ia penjual nasi ampera prasmanan di Kantin Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Sejak pulangnya mahasiswa ke kampung halaman masing-masing sebab kuliah dalam jaringan (daring), Mak long juga berhenti berjualan untuk sementara. Sebelumnya, ia dan dua pedagang lainnya berjualan di tempat yang sama. Kini, ia berjualan di Jalan


FOTO: BM/RIO EZA

Eli, salah satu pedagang yang tetap membuka kantinnya selama pandemi. Ia sudah tiga puluh lima tahun berjualan di kampus.

Swakarya—seberang Gerbang UNRI Jalan HR Soebrantas. Untungnya, mahasiswa langganannya di kampus juga tetap berlangganan hingga kini. Ruko tempat ia berjualan saat ini adalah milik keponakan suaminya. Selain menyediakan nasi ampera, Mak Long juga menjual donat. Tak cukup di ruko, ia juga jual donatnya di depan Masjid Arfaunnas Kampus Panam. Ia berjualan berdua dengan suaminya. Ada lima orang pegawai yang bekerja dengannya. Penghasilannya saat ini cukup untuk menggaji untuk lima pegawai. “Jadi lah, untuk mengaji lima pegawai,” ujar Mak Long sembari membereskan tempat jualannya. Ia juga akan berjualan lagi ke kantin Fisika jika masa pandemi atau kegiatan kampus kembali normal. Sejak pertengahan Maret 2020, aktivitas perkuliahan UNRI dialihkan daring. Kru Bahana berkeliling menyambangi seluruh kantin fakultas pada November lalu, setelah delapan bulan kuliah daring. Hampir

seluruh teras kantin fakultas Kampus Binawidya tampak berselimutkan dedaunan kering. Tempat yang biasa ramai, kini lengang tak bertuan. Siang itu, terlihat hanya dua kantin saja yang tetap membuka lapak. Salah satunya Kantin di Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK). Tak banyak pengunjung singgah, hanya ada empat motor yang terparkir di depan halaman kantin. Satu lagi Kantin milik Eli. Letaknya di persimpangan antara Fakultas Pertanian dengan FPK. Ia menjual nasi ampera dan berbagai macam camilan. Katanya, sudah tiga puluh lima tahun ia berjualan di tempat ini. Parkiran yang biasanya padat dengan mobil dan motor mahasiswa, kini berubah sepi. Hanya ada beberapa kendaraan saja. Mahasiswa yang datang makan juga tak banyak, dapat dihitung dengan jari. Meja kayu dan kursi plastik tertata rapi di atas lantai semen. Hanya beberapa meja dan kursi yang terpakai, sebab pelanggan memang tak banyak.

Paper.id bersama Small and Medium Enterprises and Cooperatives—Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kementerian Koperasi dan UKM RI, serta OK OCE adakan survei pada lebih dari tiga ribu responden. Responden merupakan pelaku UMKM dari 22 provinsi di Indonesia. Setidaknya, 78 persen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mengalami penurunan omset. Usaha kuliner menempati urutan paling atas sebagai usaha yang terdampak paling besar. Angkanya mencapai 43.09 persen. Disusul oleh pengadaan jasa dengan 26.02 persen dan usaha fashion sebesar 13.01 persen. Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat penurunan pendapatan pelaku Usaha Mikro Kecil atau UMK sebanyak 84.2 persen. Sedangkan Usaha Menengah dan Besar Menurun sebanyak 82.29 persen.* BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

47


KAMPUSIANA

HANYA SEKALI BEROPERASI, BALAI UNRI SUDAH TAK JALAN LAGI Oleh M. Rizkillah

FOTO: BM/ DICKY FOTO: BM/ ANNISA

Batu pertama Balai UNRI pada November 2020.

Batu pertama Balai UNRI pada Februari 2021. Pembangunan belum dilanjutkan karena masih dalam perencanaan anggaran.

48

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

E

MPAT sendok semen dituangkan ke lubang yang dalamnya tak sampai setinggi lutut orang dewasa itu. Disusul beberapa buah batu bata. Senin siang pertengahan November lalu, Rektor Aras Mulyadi meletakan pondasi awal pembangunan gedung Balai UNRI. Gedung akan dibangun di lahan milik Fakultas Pertanian, tepat di samping Unit Pelaksana Teknis Kebun Percobaan. “Ini akan jadi pusat informasi. Sehingga jadi perantara jual beli,” ujar Aras saat memberi sambutan. Balai UNRI merupakan wadah jual beli hasil produk sivitas akademika berbasis situs web. Laiknya marketplace pada umumnya pembeli dapat memilih produk-produk yang ditampilkan. Namun untuk menggunakannya, pelanggan mesti mengakses situs web balaiunri.com. “Ke depan akan ada pengembangan ke versi android agar lebih mudah diakses,” jelas Surya Syahrani tim Teknologi Informasi balaiunri.com yang juga Kepala Subbagian Kemahasiswaan, Kerja sama, dan Alumni Fakultas Pertanian. Surya ungkapkan, sekitar Rp7 jutan habis untuk pengembangan dan pemeliharaan situs web. Saat ini Balai hanya menjual 38 jenis produk dan olahan sektor pertanian saja. Namun ke depan kata Surya, Balai akan mengembangkan produk yang lainnya, seperti produk perikanan, makanan maupun jasa lainnya. Nama Balai UNRI diusulkan oleh Sayfrinal yang juga Ketua Panitia Milad UNRI 2020 lalu. Balai dalam bahasa Melayu berarti pasar. Menurut Syafrinal, Balai UNRI bisa dijadikan wadah untuk belajar wirausaha bagi mahasiswa. “Tergantung sama bidangnya masing-masing. Misal anak pertanian, ya belajar bagaimana berwirausaha bagi orang pertanian. Ada lagi misalnya orang perikanan, juga sesuai bidangnya,” jelas Dekan Fakultas Pertanian ini. Dengan adanya Balai ini, Surya menilai akan jadi suatu keuntungan untuk warga kampus. Ketimbang UNRI bekerja sama dengan perusahaan marketplace nasional, seperti Bukalapak atau Lazada. Pertama, dari segi kualitas. Jika UNRI punya marketplace sendiri, maka kualitas produk akan lebih terjaga

dan mudah dikontrol. Pertimbangan kedua terkait harga yang masih bisa bersaing. Ia ungkapkan, di hari peluncuran banyak produk ditawarkan dengan potongan harga. Bahkan sampai 20 persen. Kepercayaan calon pembeli kepada UNRI jika punya marketplace sendiri juga jadi pertimbangan. Di hari peluncuran saja, Balai UNRI mempu menggaet 35 transaksi penjualan dengan nominal Rp2,5 juta. Namun sejak acara seremonial itu, Balai tak layani jual beli lagi. Produkproduk yang dipajang tak bisa dipesan. Sebabnya, kepengurusan Balai UNRI belum terbentuk. “Sengaja kita kosongkan. Jika ada yang pesan, nanti tidak akan terlayani,” kata Surya. Syafrinal membenarkan perkataan Surya. Saat ini, Ia baru akan mengajukan pembangunan gedung terlebih dahulu. Baginya Balai tak bisa beroperasi jika bangunan fisiknya belum ada. Ia pun targetkan pembangunan akan selesai pada tahun ini. Setelahnya barulah diajukan struktur kepengurusan untuk dibuatkan SK oleh rektor. Minggu awal Februari lalu, Kru Bahana mengunjungi lokasi Balai. Belum tampak perkembangan pembangunan gedung. Beberapa batu bata sisa acara telah hilang, hanya beberapa yang tinggal. Warna merah bata pun tersamarkan oleh tanah yang menutupinya. Sisanya, hanya ada empat patok yang berhadapan dengan empat patok lagi. Rerumputan juga mulai tumbuh liar di sekitar lokasi itu. Surya merasa lokasi pembangunan gedung kurang strategis. Karena letaknya jauh dari pusat keramaian kampus. Berbeda dengan Syafrinal, Ia cerita lokasi itu dipilih lantaran luas dan memadai. Sebab selain saung jual beli, Balai UNRI juga akan dikonsepkan seperti objek wisata. “Strategis kan tidak harus keramaian. Kalau pembeli memetik sendiri, tentu ada kenikmatan tersendiri, kan,” kata Syafrinal saat dihubungi 5 Februari lalu.*


BUNDEL

KKN: SEMPAT AKAN DIHAPUS, HINGGA KINI MASIH EKSIS

Berita tentang KKN pada koran Bahana edisi Oktober 1995.

SUMBER/FOTO: KORAN BAHANA MAHASISWA EDISI OKTOBER 1995

Pada tahun 1995, KKN sempat akan dihapuskan, Bimbingan karir dan magang ditawarkan sebagai opsi penggantinya. Namun, hingga kini, KKN masih jadi kegiatan wajib mahasiswa.

T

AHUN ini Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau membuka dua jenis Kuliah Kerja Nyata atau Kukerta. Pertama Kukerta Abdimas, mahasiswa yang ikut program ini bekerjasama dengan dosen yang dapat hibah pengabdian dari kampus. Pelaksanaannya dibiayai oleh kampus melalui LPPM. Program kedua, Kukerta Balek Kampung. Mahasiswa melaksanakan Kukerta di kampung dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 8 sampai 10 orang. Program ini sudah memasuki tahun kedua sejak Pandemi Covid-19. Kedua program itu, kata Besri Nasrul— Koordinator Pusat Layanan Kukerta bisa dilaksanakan dengan tiga metode. Meliputi secara daring, semi daring, atau kombinasi antara keduanya. Metode ini disesuaikan dengan kondisi desa tujuan. “Setiap kabupaten, bahkan desa berbeda-beda dalam penerapan protokol Covid-19,” jelasnya. Bahana mengajak pembaca mundur sejenak ke pertengahan 1995. Saat itu Kukerta atau yang dahulu lebih dikenal dengan KKN, sempat akan dihapuskan dari daftar kewajiban Mahasiswa UNRI. Warta Unri memberitakan Nomor 4 Tahun XIII, Agustus 1995, KKN akan diganti dengan Career Guidance Workshop atau Bimbingan Karir. Lantaran, lulusan UNRI dinilai selalu terbentur pada kemampuan komunikasi. Misalnya saat interview kerja, membuat daftar riwayat hidup, serta membuat permohonan berstandar internasional. Mahasiswa akan dapat bimbingan mengenai tata cara terjun ke dunia kerja nantinya. Ada pula alternatif magang. Opsi ini dilontarkan oleh Wardiman Djojonegoro yang kala itu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelum magang, kampus wajib memberi pembekalan. Sehingga mahasiswa mampu beradaptasi dengan dunia kerja. Wacana ini menimbulkan pro dan kontra di antara warga kampus. Misalnya Hartono— Dekan Fakultas Teknik saat itu, mengatakan perlu adanya survei untuk melihat keberhasilan serta manfaat dari KKN bagi masyarakat desa. “Harus diadakan survey untuk melihat keberhasilan atau manfaat program KKN ke masyarakat desa, sebagai pihak yang merasakan langsung kegiatan ini,” ujarnya. Begitu juga dengan Tyas Tinov Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada Koran Bahana terbitan Oktober 1995 ini, ia sampaikan tak sependapat jika KKN diganti dengan magang. Ia justru inginkan KKN dan magang dapat dilaksanakan sejalan. Hingga kini Kukerta atau KKN tetap jadi mata kuliah wajib di kampus biru langit ini.*Annisa

BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

49


50

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


BAHANA MAHASISWA

EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021

51


52

BAHANA MAHASISWA EDISI NOVEMBER 2020-JANUARI 2021


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.