Edisi Januari-Maret 2019

Page 1

Edisi Januari - Maret 2019 - No 285 Tahun XXXV - bahanamahasiswa.co

sengketa yang tak kunjung USAI

BAHANA MAHASISWA 1 EDISI JANUARI - MARET 2019


STT : Surat Keputusan Menteri Pen erangan RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN : 0215-7667. Penerbit : Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Pelindung : Prof.Dr.Ir. H. Aras Mulyadi, DEA (Rektor UNRI), Penasehat : --- (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNRI), Pembina : Alumni Bahana Mahasiswa UNRI .

SEKAPUR SIRIH PERJALANAN HIDUP SAIPIENS DARI SAAT HIDUP NOMADEN HINGGA MASA SAIN MODERN

6

BEDAH BUKU LAPORAN UTAMA SILANG PENDAPAT DI TANAH SENGKETA

8 UPAYA-UPAYA MEMPERTAHANKAN TANAH SENGKETA

PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI RIZKY RAMADHAN

15

LAPORAN UTAMA JENGAH

PEMIMPIN PERUSAHAAN BADRU CHAERUDIN SEKRETARIS/BENDAHARA UMUM MEILA DITA SUKMANA REDAKTUR PELAKSANA AMBAR ALYANADA

SEULAS PINANG

BIJAK DALAM MEMILIH MAKANAN DI SEKIITAR KAMPUS

20 PESAN NOVEL BASWEDAN AGAR MAHASISWA MELAWAN KORUPSI

22

REDAKTUR/ LITBANG DICKY PANGINDRA

BINCANG-BINCANG

sempena HIKAYAT KEJAYAAN HAFIZAH INDAH

REDAKTUR MUDA ANNISA FEBIOLA

25

PUSTAKA DAN DOKUMENTASI RAUDATUL ADAWIYAH

SENJAKALA KOPI LIBERIKA DI PESISIR RIAU

28

STAFF IKLAN HUMAIRA SALSABILA NALURITA

LIPUTAN KHUSUS

feature PROSES PEMILIHAN REKTOR UNRI BERULANG KALI TERSENDAT, ADA APA?

LAYOUTER HABY FRISCO

34

SIRKULASI REVA DINA ASRI

MEMUNGUT ‘RECEH’ DI FKIP

37

REPORTER ANNISA FEBIOLA REVA DINA ASRI HUMAIRA SALSABILA NALURITA RAUDATUL ADAWIYAH HABY FRISCO

Alamat Redaksi/Iklan : Kampus UNRI Gobah, Jalan Pattimura No. 9 Pekanbaru. Telepon (0761)47577. Dicetak pada CV. Mitra Irzani. Isi diluar tanggung jawab percetakan. Redaksi menerima tulisan berupa opini dan artikel karya orisinil. Redaksi berhak melakukan penyuntingan tanpa merubah tujuan tulisan.

KHAZANAH BAHASA MELAYU, GERBANG MEMASUKI RIIAU

40 CERMIN

42

2 BAHANA MAHASISWA

Cermin nimreC

CERPEN

ARTIKEL ILMIAH MENCEGAH DAGING CEPAT BUSUK DENGAN EDIBEL FILM

44 EVALUASI KINERJA REKTOR ARAS MULYADI

Temukan kami di Facebook : Bahana Riau, Twitter : @bahana_riau, Email : bahanaur@gmail.com, Instagram :@bahana_unri,website : bahanamahasiswa.co

REPORTASE

EDISI JANUARI - MARET 2019

46

bedah kampus

D A F T A R I S I


SEKAPUR SIRIH

Periode Baru, Semangat Baru

Foto bersama saat Musyawarah Tahunan Bahana Mahasiswa pada 10 Maret 2019. Foto : Dok Bahana

T

UNAS kan tumbuh dan berganti dengan tunas baru, begitu pula periode kepengurusan organisasi. Sepuluh Maret lalu, pilot Bahana berganti. Seperti biasa, pergantian pemimpin dilakukan melalui musyawarah tahunan. Rizky Ramadhan, pria kelahiran Pekanbaru ini dipilih menjadi Pemimpin Umum sekaligus Pemimpin Redaksi. Rizky memulai kegiatan di Bahana sejak 2014 lalu. Pemimpin Umum sebelumnya adalah Agus Alfinanda, mahasiswa Teknik Arsitektur 2012 ini memegang tampuk pemimpin selama satu periode. Tentu ada banyak prestasi yang perlu diapresiasi dan menjadi motivasi bagi kepengurusan baru sehingga Bahana bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Selain Agus, dua pemimpin lain di Bahana juga selesai. Mereka adalah Eko Permadi yang sebelumnya menjabat Pemimpin Redaksi dan Wilingga yang menjabat Pemimpin Perusahaan. Sebagai pengganti Wilingga, Badru Chaerudin diamanahkan menjadi Pemimpin Perusahaan. Ia satu angkatan dengan Rizky ketika bergabung di Bahana. Sebelumnya Badru memegang jabatan Litbang, kini jabatan itu diberikan kepada Dicky Pangindra. Di bawah Pemimpin Redaksi, ada posisi Redaktur Pelaksana yang kini diisi oleh Ambar Alyanada Numashurrayya Dewi. Ambar tak bekerja sendiri, ia dibantu dua redaktur lain yakni Dicky dan Annisa Febiola. Bidang Pustaka dan Dokumentasi dijabat oleh Raudatul, Sirkulasi dan Media Sosial dipegang Reva Dina Asri, Direktur Bahana Production House dijabat Haby Frisco, dan bagian Periklanan ada Humaira Salsabila. Kemudian segala urusan administrasi dan keuangan diurus oleh Meila Dita Sukmana yang memegang jabatan Sekretaris dan Bendahara. Selain pengurus yang berganti, Bahana juga menerima kru baru yang siap berproses di Bahana Mahasiswa. Semoga di kepengurusan baru, Bahana tetap bisa melanjutkan tradisi akademisi yang kritis sebagaimana moto yang dimiliki. Pembaca setia,

Majalah kali ini berisi beragam tulisan baik dari dalam kampus maupun luar. Di laporan utama kami mengangkat tulisan tentang sengketa lahan antara Universitas Riau dan PT Hasrat Tata Jaya yang kembali mencuat. Hal ini terjadi sejak PT HTJ memutuskan untuk memasang plang pengumuman dan pagar beton di lahan sengketa. Lantas bagaimanakah kelanjutan kasus tersebut? Silakan simak di laporan utama. Selain itu, di rubrik bincang-bincang ada Novel Baswedan, Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia beri pesan bagaimana seharusnya mahasiswa melawan korupsi, mengingat kini sektor pendidikan di perguruan tinggi tidak lepas dari praktik korupsi. Kemudian di rubrik liputan khusus, ada cerita tentang penyebab kenapa pemilihan Rektor UNRI bisa tersendatsendat. Lalu kami juga memuat tulisan tentang kopi Liberika yang tumbuh di daerah Pesisir Riau, terutama di lahan gambut. Tulisan ini memuat sedikit sejarah tentang kopi Liberika dan bagaimana tantangan untuk memperkenalkan kopi jenis ini. Tulisan tentang kopi Liberika dimuat dalam rubrik Feature. Di rubrik Khazanah kami memuat tulisan tentang Bandar Udara Sultan Syarif Kasim yang mulai menggunakan Bahasa Melayu untuk mengumumkan jadwal keberangkatan. Ini dilakukan pemerintah provinsi sebagai bentuk pengamalan muatan lokal di ruang publik. Kemudian ada tulisan tentang banyaknya pungutan yang dikenakan kepada mahasiswa FKIP, tulisan ini dapat dibaca di rubrik reportase. Di rubrik sempena, ada mahasiswa berprestasi yang berhasil mendapat juara dua MTQ Nasional ke 27 perwakilan Provinsi Riau. Ia adalah Rizki Indah Lestari, Hafizah yang memiliki banyak penghargaan di bidang MTQ. Lalu ada lagi rubrik, Cerpen, dan Artikel Ilmiah. Pembaca budiman, Itulah beberapa tulisan yang dimuat di majalah kali ini, akhir kata selamat menikmati karya kami. Semoga memberi manfaat. Terima kasih.#

BAHANA MAHASISWA 3 EDISI JANUARI - MARET 2019


SEULAS PINANG Sikap Apa yang Mesti Kita Ambil untuk Menyelesaikan Sengketa Ini ?

P

ERMASALAHAN sengketa lahan di kawasan Universitas Riau (UNRI) antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau dan PT Hasrat Tata Jaya (HTJ) kembali menyer uak ke permukaan. Setelah beberapa lama tidak terdengar kelanjutannya. Masalah ini pernah diangkat di majalah Bahana Mahasiswa dengan judul Tanahku atau Tanahmu. Bar u-bar u ini HTJ menancapkan plang pengumuman dan memancang balok balok beton sebagai pagar di lahan dugaan sengketa. Hal ini dilakukan setelah keluarnya Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Pekanbar u nomor 26/ Pdt/ Eks-Pts/2011/ PN Pbr., juncto Nomor 75/ Pdt.G /2007/ PN Pbr 12 Maret 2018. Penetapan yang lagi-lagi menghar uskan Pemprov Riau mengganti r ugi atau menyerahkan tanah sengketa. Eksekusi ini sebenarnya mengagetkan banyak pihak. Mengingat pernah dikatakan oleh Sujianto selaku Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan UNRI bahwa dengan adanya Putusan Peninjauan Kembali nomor 349 PK/ PDT/2017, kedepannya tidak ada lagi gugatan terhadap lahan UNRI. Ia katakan itu di pertemuan bersama Pemprov pada 14 November 2017. PK 349 yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Keuangan Negara Kementerian Keuangan secara Derden Verzet atau perlawanan pihak ketiga dimenangkan Makamah Agung. Artinya dalam hal ini Pemprov dan UNRI menafsirkan bahwa PK 349 adalah penyelesaian terakhir dalam mengalahkan HTJ. Tetapi penafsiran ini justr u terbalik, HTJ mendapat celah untuk mengajukan penetapan yang bar u sehingga terakhir Pemprov Riau yang wajib mengganti r ugi. Sementara Departemen Pendidikan Nasional atau Kemenkeu sudah lepas dari kewajiban. Hal ini menjadi pertanyaan bagaimana bisa Pemprov Riau dan UNRI menganggap perkara sengketa lahan ini selesai? Sejatinya, HTJ menempuh jalan yang benar. Karena jelas memang disebutkan dalam PK 349 bahwa yang menjadi objek gugatan hanyalah lahan sebesar 0,8 hektar atas nama Depdiknas. Sedikitpun tidak disinggung lahan milik Pemprov Riau sekira 17 hektar. Tim hukum Pemprov Riau dan UNRI terlambat mengantisipasi pasca keluarnya PK 349. Semestinya mengambil langkah lebih cepat sehingga dampaknya dapat diantisipasi. Pemprov Riau dan UNRI perlu memberi kuasa kepada pengacara profesional agar dapat membantu memberikan pandangan hukum yang lebih baik. Langkah kerjasama dengan Kejaksaan Tinggi Riau khususnya Jaksa Pengacara Negara sudah tepat, na-

4 BAHANA MAHASISWA

EDISI JANUARI - MARET 2019

mun dirasa masih kurang. Belajar dari pengalaman sebelumnya, JPN pun pernah menjadi penasehat hukum Pemprov namun hasilnya kurang memuaskan. Terhitung sejak 2012 tidak ada lagi upaya hukum yang dilakukan oleh Pemprov Riau. Setelah itu PN Pekanbar u memberi teguran atau aanmaning agar melaksanakan putusan. Tentu ini tak baik untuk kepastian hukum. Kemudian mengenai pemagaran lahan sengketa, HTJ dinilai tak punya itikad baik sebagai penggugat. Eksekusi sepihak jelas melanggar aturan hukum. Tidak melakukan eksekusi secara prosedural. HTJ juga dianggap melanggar pasal 1 angka 10 UU nomor 1 tahun 2004 tentang tata cara pelaksanaan, penggunaan, penghapusan dan pemindahtanganan barang milik negara, yang berbunyi bahwa barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atas beban APBN atau APBD atau berdasarkan perolehan nilainya yang sah. Selain itu, penyitaan aset negara yang dilakukan pihak per usahaan juga melanggar pasal 50 UU nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara yang menyatakan pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara. Belum lagi pemagaran tersebut tak sesuai dengan peta lahan sengketa. Masing-masing punya peta yang berbeda. Sangat perlu bagi Badan Pertanahan Kota Pekanbar u untuk mengukur ulang lahan sengketa. Apalagi menur ut pengakuan UNRI, BPN tak per nah mengeluarkan peta lahan milik HTJ. Lahan sengketa yang sudah dimenangkan oleh DJKN Kemenkeu tetap digugat oleh HTJ. PN Pekanbar u akan membacakan putusan pada 13 Maret 2019 nanti. Tentunya para pihak menunggu hasil terbaik. Terlepas dari itu, semua pihak har us mawas diri. Sejatinya yang menjadi korban adalah masyarakat Riau khususnya yang hendak melanjutkan pendidikan hingga pergur uan tinggi. Karena sengketa ini, gedung Fakultas Hukum tak bisa dilanjutkan. Tentu membatasi pengembangan gedung— yang sekarang masih bertahan di UNRI Gobah. Pihak HTJ har us menahan diri dengan tidak melakukan aktivitas apa pun di tanah sengketa agar tidak menimbulkan kekacauan dikemudian hari. Karena tidak ada lagi celah yang bisa dilakukan upaya hukum, opsi membayar ganti r ugi mer upakan pilihan terbaik agar perkara ini selesai.#


BAHANA MAHASISWA 5 EDISI JANUARI - MARET 2019


BEDAH BUKU

Perjalanan Sapiens dari Saat Hidup Nomaden hingga Masa Sains Modern HOMO SAPIENS MERUPAKAN KELOMPOK MAMALIA YANG MEMILIKI KECERDASAN YANG TINGGI. INI MERUPAKAN ISTILAH BIOLOGI TERHADAP MANUSIA MODERN SAAT INI. Hewan-hewan yang sangat mirip manusia modern muncul pertama kali diperkirakan sekitar 2,5 juta tahun yang lalu di Afrika Timur. Peneliti menyebutnya Australophitecus, yang berarti kera selatan. Kemunculan hewan-hewan tersebut hanya bertahan hingga 10.000 tahun terakhir. Sapiens merupakan satu-satunya spesies dari genus homo yang tersisa. Sapiens sendiri diperkirakan ada sejak 100.000 tahun terakhir. Menurut Yuval Noah, ada tiga Revolusi penting dalam membentuk jalannya sejarah Sapiens hingga sekarang, yaitu : Revolusi Kognitif, Revolusi Pertanian dan Revolusi Sains. Revolusi Kognitif dimulai sekitar 70.000 tahun silam. Ini ditandai dengan kemunculan cara-cara baru berpikir dan berkomunikasi. Peneliti percaya bahwa mutasimutasi genetik tanpa sengaja mengubah sambungan-sambungan di dalam otak Sapiens, memungkinkan mereka berfikir dengan cara-cara yang tak pernah ada sebelumnya dan berkomunikasi menggunakan jenis bahasa yang sepenuhnya baru. Dengan komunikasi yang baik, Sapiens dapat membuat kelompok yang lebih besar dibandingkan kelompok homo lainnya. Hal inilah yang membuat Sapiens masih bertahan hingga saat ini. Sementara saudara sapiens, seperti homo erectus, homo neanderthalensis punah sejak 10.000 tahun terakhir. Kedua, Revolusi Pertanian. Di masa ini, Sapiens mulai meninggalkan kegiatan berburu dalam memenuhi kebutuhan makanan mereka. Revolusi ini dimulai sekitar 9500-8500 SM ketika Sapiens mulai mengenal kegiatan menebar biji, menyirami tanaman dan menggiring domba ke padang subur. Transisi ini bermula di wilayah perbukitan Turki Tenggara, Iran Barat dan Masyrik. Orang-orang Nathuf di Masyrik menyadari mereka bisa mencapai hasil yang jauh lebih baik dengan menanam bulir padi di dalam tanah, ketimbang

6 BAHANA MAHASISWA

EDISI JANUARI - MARET 2019

Judul Buku Sapiens, Riwayat Singkat Umat Manusia Penulis Yuval Noah Harari Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Tahun terbit 2017 Ukuran 500 halaman


menebarkannya di permukaan tanah. Maka mereka mulai mencangkul dan membajak, menyiangi, mengairi dan memupuk ladang. Selain itu mereka juga harus melindungi ladang dari parasit. Semakin banyak upaya dalam membudidaya padi-padian, semakin sedikit waktu untuk memburu. Sapiens pun memilih menjadi petani. Revolusi ini memengaruhi cara hidup manusia sepenuhnya. Sebelumnya hewan yang diburu dikumpulkan dan dibawa ke gua tempat sapiens bermukim. Ketika persediaan hasil buruan mulai habis, sapiens kembali ke alam liar dan melakukan perburuan. Ketika suatu kawanan pemburu-pengumpul terdesak oleh pesaing yang lebih kuat, mereka akan pindah dari gua-gua yang mereka tempati. Namun setelah Sapiens mulai menjadi petani, timbul kesadaran akan menjaga lahan pertanian. Sapiens keluar dari gua dan mulai menciptakan permukiman yang tidak jauh dari tempat mereka bercocok tanam. Shelter dan rumah hadir sebagai pengganti perlindungan terhadap angin, hujan, panas dan hewan liar. Para petani akan memilih bertahan jika diserang kelompok lain, daripada pindah seperti pemburu pengumpul. Petani akan mempertahankan lahan dan hasil pertanian mereka sampai darah penghabisan. Jika pindah berarti menyerahkan rumah, ladang dan hasil ternak kepada lawan. Lalu muncul lah apa yang kita sebut saat ini sebagai desa. Suatu permukiman yang sebagian besar penduduknya bergantung kepada hasil pertanian, perkebunan maupun peternakan. Ini merupakan cikal bakal adanya permukiman. Dari permukiman ini muncul lah kota-kota, kerajaan dan imperium. Ketiga, Revolusi Sains. Revolusi ini dimulai sekitar 1500 M yang ditandai dengan imperium yang meningkatkan kemampuan dengan berinvestasi ke penelitian sains. Sebelum 1500 M, Imperialis sudah mengalokasikan dana untuk pendidikan dan beasiswa, pendidikannya secara umum adalah mempertahankan kemampuan yang ada, bukan memperoleh kemampuan baru. Dua peristiwa besar yang dianggap puncak revolusi sains adalah uji coba bom atom pertama Amerika di Alamagordo, New Mexico pada 1945 dan perjalanan ke bulan tahun 1969. Revolusi Sains didominasi oleh negara di belahan Eropa. Meski Sains berutang besar

pada tradisi sains kuno macam Yunani klasik, Tiongkok, India dan dunia islam, namun ciri uniknya baru mulai terbentuk pada zaman modern awal, bergandengan tangan dengan perluasan Imperium Spanyol, Portugal, Britania, Prancis, Rusia dan Belanda. Orang-orang Arab menaklukkan Mesir, Spanyol, atau India tidak untuk menemukan sesuatu yang baru. Orang-orang Romawi, Mongol dan Aztek melakukan perluasan wilayah baru tujuannya bukan mencari pengetahuan, tapi kekuasaan dan kekayaan. Sementara itu, Imperialis Eropa bertolak ke negeri-negeri jauh dengan harapan memperoleh pengetahuan dan wilayah baru. Dalam setiap pelayarannya ke berbagai penjuru dunia, kapal tidak hanya diisi oleh awak kapal maupun tentara, tetapi juga diisi oleh para ilmuan. Seperti Ilmuan Biologi, Fisika, Astronomi dan sebagainya. Pada akhirnya, Kemajuan Sains dan Teknologi juga melahirkan revolusi baru, yang kita kenal dengan Revolusi Industri. Revolusi ini membuka cara-cara baru untuk mengubah energi dan menghasilkan barang, sehingga sangat membebaskan manusia dari ketergantungannya akan ekosistem di sekelilingnya. Sapiens mulai tidak terpengaruh oleh alam, mereka justru semakin tunduk pada dikte industri dan pemerintah modern. Atas nama Industri dan Ekonomi, kondisi alam kerap diabaikan. Bencana alam berupa banjir, longsor, musnahnya spesies langka karena habitatnya mulai rusak sering terjadi di berbagai tempat. Untuk menuliskan sejarah singkat umat manusia, Yuval menulis dengan banyak literatur. Di setiap revolusi yang ada, Yuval selalu menerangkan momen-momen penting sebagai contoh di berbagai belahan dunia. Dalam buku ini, Yuval juga mengungkapkan kritisannya kepada kondisi sapiens saat ini. Lingkungan, Produksi Makanan, Kota, Imperium telah dikuasai oleh Sapiens. Kemajuan Sains dan Teknologi juga cukup pesat. Tapi itu masih belum bisa menurunkan tingkat penderitaan di dunia. Sifat Sapiens yang tidak pernah puas hanya mencari kenyamanan dan penghiburan bagi sapiens sendiri. Sementara itu, hewan-hewan lain punah dan lingkungan rusak oleh ketidakepuasan sapiens itu sendiri. #Agus Alfinanda

BAHANA MAHASISWA 7 EDISI JANUARI - MARET 2019


LAPORAN UTAMA

Silang Pendapat di Tanah Sengketa Banyaknya perbedaan menafsirkan kaidah hukum buat perkara kian tak berujung Oleh Raudatul Adawiyah Nasution

8 BAHANA MAHASISWA

EDISI JANUARI - MARET 2019


T

RUK pengangkut pagar beton tertahan di Pos Sekuriti Gerbang Utama UNRI. Sederet tr uk pengecor semen dan plang pengumuman menunggu masuk ke kawasan Kampus Bina Widya. Tr uk ini milik PT Hasrat Tata Jaya. Nuriman, kuasa hukum PT HTJ menunjukkan berkas ke Elianto, Komandan Sekuriti. Ia jelaskan hanya untuk memberi tanda bahwa lahan sengketa di dalam kawasan UNRI adalah milik kliennya. Sahibulbait tak langsung setuju. Elianto hubungi pimpinan. “Sampaikan kalau kami tidak akan merusak apa-apa, kita hanya izin lewat,” pesan Nuriman. Di saat yang bersamaan, puluhan orang datang mengendarai roda dua. Lalu memarkirkan motor nya di belakang portal gerbang. Akhirnya portal UNRI dibuka, rombongan per usahaan masuk. Pemasangan plang pun dilakukan. Sembari pekerja dari PT HTJ memasang pagar, Hayatul Ismi— Tim Hukum UNRI yang juga Wakil Dekan II Fakultas Hukum UNRI dan rekannya menemui Nuriman. Di meja keramik seberang lahan yang dieksekusi, berkas-berkas pun dibentangkan. Perdebatannya, Ismi meminta tunda pelaksanaan eksekusi sebab masih ada upaya hukum luar biasa dengan Peninjauan Kembali ke Makamah Agung. Nuriman menyanggah dengan menunjukkan surat penetapan Ketua PN Pekanbar u tertanggal 12 Maret 2018. Pemagaran tetap dilakukan. Plang pengumuman berdiri di tiga titik : depan jalan masuk gedung Grand Gasing Milenium, gedung Fakultas Hukum yang belum jadi dan di Eco Edu Park. Pagar beton memanjang mulai dari 10 meter setelah pos hingga Eco Edu Park. Terakhir, jalan menuju Bumi Perkemahan Pramuka pun ikut ditutup. Eksekusi ini dilaksanakan saat perkuliahan libur pada Selasa, 11 September 2018 lantaran menyambut Tahun Bar u Islam 1 Muharram 1440 Hijriah. Satu plang dekat lahan Fakultas Hukum berdiri. Isinya seperti ini : Pengumuman tanah seluas 176.030 m2 sah milik PT. Hasrat Tata Jaya berdasarkan putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) : 1) Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor 75/ Pdt/G/2007/ PN-Pbr tanggal 31 Juli 2008, 2) Pengadilan Tinggi Riau Nomor 32/ Pdt/2009/ PTR tanggal 1 Mei 2009,3) Mahkamah Agung RI Nomor 3014/ Pdt/2009 tanggal 8 April 2010, 4) Mahkamah Agung RI Nomor 320PK/ Pdt/2012 tanggal 12 November 2013, 5) Surat Penetapan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor 26/ Pdt/ Eks-PTS/2011/ PN-Pbr jo Nomor 75/ Pdt/G/2007/ PN-Pbr tanggal 12 Maret 2018. Pemagaran yang dilakukan oleh Hasrat Tata Jaya (HTJ) mer upakan reaksi atas keluarnya Penetapan Ekseskusi dari Ketua Pengadilan Negeri Pekanbar u pada 18 Maret 2018 lalu. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mau membayar ganti r ugi sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam diktum eksekusi terdapat perintah ganti r ugi sebesar 35,206 Miliar kepada Pemprov Riau sebagai Termohon Eksekusi untuk menganggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Per ubahan tahun 2018 atau menyerahkan tanah sengketa sebanyak lima bidang kepada HTJ setelah dikurangi tanah seluas 8.875 m2 milik DJKN Kemenkeu. Namun, pemagaran ini menur ut Muklis—Tim Badan Konsultasi dan Bantuan Hukum UNRI dianggap tidak sesuai dengan peta milik Pemprov Riau dan UNRI. Muklis jelaskan HTJ memagar di lahan yang dicantumkan dalam Sertifikat Hak Pakai Nomor 15 tahun 2002. Sertifikat nomor 15 itu atas nama Departemen Pendidikan Nasional yang pada 2017 lalu sudah dimenangkan dan dianggap tidak lagi bersengketa. Sedangkan yang diperkara oleh HTJ dalam Penetapan Eksekusi nomor 26/ Pdt/ Eks-Pts/2011/ Pn.Pbr Jo. Nomor 75/ Pdt.G /2007/ Pn.Pbr tanggal 18 Maret 2018 itu adalah lahan di Sertifikat Hak Pakai Nomor 14 milik Pemprov Riau. Batas lahan dalam sertifikat 14 dan 15 yang dikeluarkan BPN berada pada jembatan air kecil di Eco Edu Park yang mengarah ke jembatan kupu-kupu bukan sekitar

Gedung Grand Gasing, Fakultas Hukum, Bumi Perkemahan dan Eco Edu Park. “Kan ada jembatan air itu yang kaya sungai, kalau kita lihat petanya sekitar di situlah batasnya sertifikat 14 dan 15 itu.” Muklis juga menyayangkan pelaksanaan eksekusi yang dilakukan HTJ tidak sesuai dengan prosedur, karena dianggap tidak berdasarkan hukum. “Selain salah lokasi, (Eksekusi) ga boleh sepihak, prosedur eksekusi kan ga bisa megang penetapan saja, mereka kan bukan aparat. Har us ada unsur aparat penegak hukum.” Atas masalah ini, pihaknya sudah melaporkan ke Polda Riau karena kesalahan HTJ dalam memagar lahan, memasang kurang lebih lima buah plang yang mengklaim bahwa lahan tersebut adalah milik per usahaan dan melarang orang untuk masuk. Hal ini terjadi disebabkan kedua belah pihak memiliki dua peta yang berbeda. Sehingga dimohonkan kepada Ketua Pengadilan untuk melakukan pemeriksaan atau pengukuran lahan kembali dengan dihadiri oleh selur uh pihak yang terlibat perkara dan diikuti pula oleh saksi-saksi. Disamping itu, pemagaran oleh HTJ dianggap sebagai pelanggaran atas pasal 1 angka 10 UU nomor 1 tahun 2004 tentang tata cara pelaksanaan, penggunaan, penghapusan dan pemindahtanganan barang milik negara, yang berbunyi bahwa barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atas beban APBN atau APBD atau berdasarkan perolehan nilainya yang sah. Kemudian, HTJ juga dianggap melanggar pasal 50 UU nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara yang menyatakan pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara. Selain dari ketidakjelasan batasan lahan, Putusan Eksekusi 18 Maret itu juga dianggap non- eksekutabel—putusan tidak dapat dijalankan karena beberapa kendala lainnya.

BAHANA MAHASISWA 9 EDISI JANUARI - MARET 2019


EKSEKUSI sepihak ini membuat kaget civitas akademika UNRI. Sedari awal, baik Pemprov Riau, Kementerian terkait dan UNRI selalu kalah dalam persidangan. Putusannnya tetap menghukum ganti r ugi atau menyerahkan lahan sengketa. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Pekanbar u Nomor 26/ Pdt/ Eks-Pts/2011/ PN Pbr, juncto Nomor 75/ Pdt.G/2007/ PN Pbr, 9 April 2015. Isinya, “Memerintahkan kepada termohon eksekusi pertama (Departemen Pendidikan Nasional), termohon eksekusi kedua (Pemerintah Provinsi Riau dan termohon eksekusi kelima Universitas Riau) untuk melaksanakan pembayaran ganti r ugi kepada PT Hasrat Tata Jaya sebesar Rp. 36.981.000.000,00 dengan menganggarkan dalam APBN/APBD yang berjalan maupun APBN/APBD per ubahan pada tahun berjalan ataupun dianggarkan.” Pada 16 Oktober 2014, Kemendiknas meminta DJKN Kemenkeu untuk melakukan perlawanan. Alih-alih Kementerian membayar ganti r ugi atau menyerahkan tanah, mereka justr u melawan kembali HTJ. Mendaftarkan perlawanannya di PN Pekanbar u tanggal 11 Agustus 2015 dengan nomor perkara 159/ Pdt.Bth/2015/ PN Pbr. Masuknya DJKN Kemenkeu melalui upaya hukum Derden Verzet atau perlawanan pihak ketiga. Sebab, mereka merasa dir ugikan tetapi tidak pernah sekalipun dilibatkan para pihak. Selama ini, Kemenkeu tidak ada dilibatkan dalam perkara sengketa tanah. Terlebih, dalam putusan pengadilan sejak awal sebagian aset yang menjadi objek sengketa tanah terdapat pada Sertifikat Hak Pakai Nomor 15 tanggal 20 Juni 2002. “Dapat mengurangi kekayaan negara sehingga menimbulkan ker ugian negara,” bunyi di legal standing Kemenkeu. Tanah yang menjadi objek perkara seluas 8.875 m2 menur ut klaim HTJ masuk bagian sebidang tanah yang dibeli dari ahli waris almarhum Sihi, Roduiya, dengan Surat Keterangan Ganti Ker ugian

Pihak HTJ dan Tim lahan UNRI masing-masing memperlihatkan dokumen pengadilannya. Foto : Dok Bahana

yang ditandatangani oleh Lurah Simpang Bar u di bawah Register Nomor 346/593-KSB/ IX/2005 tanggal 20 September 2005 seluas 15.128 m2, dengan ukuran dan batas-batas sebelah utara berbatas dengan tanah Maisin 121 m; sebelah selatan dengan Roslaini 127 m;

10 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

sebelah barat tanah Akmal 165 m; sebelah timur berbatas dengan tanah M. Nasir 79 m; Sementara itu, Kemenkeu beralasan tanah 8.875 m2 adalah miliknya bagian dari Sertifikat Hak Pakai Nomor 15 dengan total 100,4


hektar atas nama Departemen Pendidikan Nasional tanggal 20 Juni 2002. Tanah tersebut diperoleh menggunakan APBN tahun 1986. Sebagai dasar hukum, memakai Pasal 6 ayat 2 hur uf a UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara. Pemerintah berikan kuasa mengelola keuangan negara kepada Menteri Keuangan. Dasar lain, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah pada pasal 4 ayat 1 Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalah

pengelola milik negara. Meski Sertifikat Hak Pakai nomor 15 atas nama Departemen Pendidikan Nasional bukan berarti milik instansi tersebut, hanya saja sebagai tertib administrasi. Kemenkeu dalam tuntutan provisionil atau adanya tindakan pendahuluan meminta menunda pelaksanaan eksekusi berdasarkan penetapan PN Pekanbar u nomor 26/ Pdt/ Eks-Pts/2011/ PN Pbr jo. Nomor 75/ Pdt.G /2007/ PN Pbr, tanggal 9 April 2015. Yaitu pihaknya diperintahkan membayar ganti r ugi sebesar Rp36.981.000.000 dengan menganggarkan dalam tahun anggaran berjalan atau berikutnya. Lalu dalam pokok perkara meminta majelis hakim menyatakan objek perkara 8.875 m2 mer upakan bagian dari miliknya, bagian dari Sertifikat Hak Pakai nomor 15 tahun 2002. Dengan susunan hakim, Amin Ismanto, ketua majelis, Editerial dan Her u Kuntodewo masing-masing anggota menilai tuntutan provisional ini sudah masuk materi bantahan atau pokok perkara sehingga, menolak penundaan eksekusi. Sebab aturannya hanya sekadar tuntutan sementara bersifat mendesak untuk persiapan atau mendukung putusan pokok perkara. Pertimbangan lain, gugatan perlawan yang diajukan Kemenkeu ini tidak tepat karena sudah dieksekusi. Kemudian sarankan untuk ajukan gugatan bar u. Amin Ismanto membaca putusan pada Kamis, 10 Maret 2016. Majelis hakim menolak selur uh gugatan perlawan DJKN Kemenkeu dan menghukum bayar biaya perkara. Tak terima dengan putusan tersebut, masih di tahun yang sama, Kemenkeu melakukan upaya hukum luar biasa Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Isinya hampir sama dengan gugatan sebelumnya di PN Pekanbar u. MA menemukan kekhilafan hakim PN Pekanbar u atau Judex Facti. Mengenai penerapan hukum

BAHANA MAHASISWA 11 EDISI JANUARI - MARET 2019


acara pada proses eksekusi perkara. Yaitu hakim di PN Pekanbar u menganggap tak tepat diajukan perlawanan pihak ketiga sebab sudah keluar penetapan eksekusi. Namun, hakim MA memeriksa hingga saat ini, Kemenkeu belum juga membayar ganti r ugi sesuai dengan penetapan eksekusi sebelumnya. Maka proses eksekusi dimaknai dalam perkara ini be-

lumlah selesai. Kemenkeu yang dihukum membayar Rp36 miliar belum menganggarkan di APBN untuk keperluan ganti r ugi kepada HTJ. Perbedaan pendapat hakim ini menguntungkan Kemenkeu. Lantaran, perlawanan secara derden verzet masih bisa diterima hakim. Bahkan Menteri Keuangan sebagai pemilik barang milik Negara yang akan dieksekusi tidak pernah

12 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Truk pengangkat pagar beton PT Hasrat Tata Jaya. Foto : Dok Bahana


tur ut digugat dalam perkara. Selama ini gugatan ditujukan kepada Depdiknas yang hanya punya hak pakai. Maka tidak dapat dituntut untuk melaksanakan putusan tersebut. Majelis hakim yang diketuai oleh Soltoni Mohdally serta hakim anggota Panji Widagdo, Ibrahim menilai ada penjelasan yang ber ubah-ubah hakim PN Pekanbar u pada pertimbangan putusan. Misalnya pada halaman 72 paragraf 2 menyatakan objek sengketa sah milik Kemenkeu lantas pada putusan malah menyatakan tidak benar. Atas pertimbangan tersebut, majelis hakim mengabulkan permohonan peninjauan kembali. Diktum putusan lainnya membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Pekanbar u Nomor 159/ Pdt.Bth/2015/ PN Pbr 10 maret 2015. Selanjutnya mengadili kembali, mengabulkan perlawanan Kemenkeu, menyatakan bahwa Kemenkeu adalah pelawan yang benar. Kemudian, membatalkan Penetapan Eksekusi Ketua Pengadilan Negeri Pekanbar u Nomor 26/ PDTEKS/2011/ PN.PBR jo Nomor 75/ PDT.G /2007/ PN.PBR tertanggal 9 april 2015. Terakhir menghukum pihak per usahaan bayar biaya perkara sejumlah Rp2,5 juta. Diktum membatalkan penetapan eksekusi ini kemudian menjadi bahan bakar beda pendapat antara beberapa pihak yang ber perkara. Pihak per usahaan menemukan keganjilan pada putusan ini. Hanya menjelaskan kalau tanah seluas 8.875 M2 adalah milik Kemenkeu. Sedangkan sisa objek perkara tanah 176.030 M2 tidak disebutkan perihal kepemilikannya. Maka tidak mengikat Pemprov Riau dan Unri sebagai termohon eksekusi dua dan lima. “Kan cuma 0,8 hektar, yang 17 hektar ga ada disinggung di dalam PK,” tegas Nuriman. Sementara itu, UNRI dan Pemprov Riau menilai putusan nomor 349/ PK/ PDT/2017 sudah jadi pembatal penetapan eksekusi Ketua Pengadilan Negeri Pekanbar u Nomor 26/ PDT-EKS/2011/ PN.PBR jo

Nomor 75/ PDT.G /2007/ PN.PBR. Pada Jumat, 14 November 2017, Rektorat UNRI mengadakan pertemuan di r uang DPH. Agendanya membahas sengketa lahan ter utama pasca keluarnya PK 349 yang memenangkan Kemenkeu. Rapat koordinasi ini diikuti oleh per wakilan dari DJKN Kemenkeu RI, Kemenristekdikti, DJKN Provinsi Riau, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, Biro Hukum Setda Riau, Kepala Bagian Hukum Setda Riau, Kepala Bagian Aset Riau, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Riau, BPN Pekanbar u, Camat Tampan, Lurah Simpang Bar u, serta Tim Lahan UNRI. “Gugatan pertama mulai dari tahun 2007, artinya sudah 10 tahun UNRI menjalani proses hukum hingga pada akhirnya Universitas Riau dimenangkan pada PK DJKN Kemenkeu RI putusan Mahkamah Agung Nomor 349 PK/ PDT/2017 tanggal 18 Juli 2017. Dengan adanya putusan ini, ke depannya tidak ada lagi gugatan terhadap lahan Universitas Riau, dan pembangunan terhadap gedung yang berada dalam kawasan ini juga bisa kembali dilanjutkan,” sebut Sujianto, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan dalam rilisnya yang diterima media Cakaplah.com. Nyatanya, perkara ini masih berlanjut. Nuriman menyurati ketua PN Pekanbar u tanggal 30 Januari 2018 perihal permohonan eksekusi lanjutan pasca keluar nya PK 349. Arifin, ketika itu menjabat Ketua PN Pekanbar u menimbang pembayaran ganti r ugi terhadap lahan seluas 8.875 m2 atau Rp1,7 M atas nama Depdiknas tidak bisa dilaksanakan karena sudah menjadi milik Kemenkeu berdasarkan putusan PK 349 tersebut. Meski penetapan eksekusi tertanggal 9 April 2015 telah dibatalkan, tetapi dalam putusan PK 349 tidak ada menyebutkan kepemilikan lahan 176.030 m2 atau bukan menjadi objek perkara. Lahan ini menjadi objek sengketa yang berada di Sertifikat Hak Pakai Nomor 14 atas nama Pemprov Riau. Ketua PN mengaitkan dengan

BAHANA MAHASISWA 13 EDISI JANUARI - MARET 2019


penetapan eksekusi tanggal 23 November 2016 berisi pemisahan kewajiban membayar. Kala itu, untuk termohon Depdiknas dengan luas 8.875 M2 dikali Rp.200 ribu yaitu jumlah ganti r ugi sebesar Rp1.7 75.000.000 sedangkan termohon Pemprov Riau dengan luas lahan 176.030 dikali Rp. 200 ribu wajib membayar Rp35.206.000.00. Walaupun penetapan eksekusi telah dibatalkan MA, masih ada ganti r ugi yang belum dibayar kepada HTJ yaitu tanah yang berada di sertifikat nomor 14 punya Pemprov Riau. “Untuk menjamin kepastian hukum pelaksanaan eksekusi…perlu kiranya dibuatkan suatu penetapan yang bar u… setelah dikurangi dengan kewajiban termohon I Depdiknas,” kata Arifin dalam pertimbangannya. Maka di dalam diktum penetapan eksekusinya seperti ini, membatalkan dan mencabut penetapan Ketua PN Pekanbar u Nomor 26/ PDT/ EKS-PTS/2011/ PN.PBR jo Nomor 75/ PDT.G/2007/ PN.PBR tanggal 9 April 2015. Kemudian memerintahkan kepada Pemprov Riau bayar ganti r ugi kepada HTJ sebesar Rp 35.206.000.000 dengan menganggarkan dalam APBDP tahun 2018 atau menyerahkan tanah sengketa sebanyak lima bidang sebagaimana pada petitum angka dua dalam putusan Pengadilan Tinggi Pekanbar u Nomor 32/ PDT/2009/ PTR tanggal 1 Mei 2009 kepada HTJ dalam keadaan kosong setelah dikurangi tanah seluas 8.875 M2 yang mer upakan milik DJKN Kemenkeu sesuai putusan PK 349 tanggal 18 Juli 2017. Jaksa Pengacara Negara dari Kejaksaan Tinggi Riau yang mendapat kuasa dari Pemprov Riau ber pendapat mestinya kembali keadaan hukum semula yaitu milik Pemprov Riau karena penetapan eksekusi sebelumnya sudah dibatalkan. Meski lahan sengketa di sertifikat nomor 15 sudah dimenangkan Kemenkeu, lima bulan setelah keluarnya penetapan eksekusi ini, HTJ menggugat kembali di PN Pekanbar u dengan nomor perkara 185/ Pdt.G/2018/ PN Pbr. Meminta majelis hakim menyatakan tanah seluas 8.875 M2 masih bagian objek perkara 184.905 M2 dan menghukum menyerahkan tanah tersebut dalam keadaan kosong atau bayar ganti r ugi Rp1.775.000.000. Di dalam gugatannya, Nuriman tetap menjadi kuasa hukum HTJ berangkat dari putusan PN Pekanbar u Nomor 75/ Pdt.G/2007/ PN Pbr jo. Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbar u 1 Mei 2009 nomor 32/ Pdt/2009/ PTR jo. Putusan Kasasi MA, 8 April 2010 nomor 3014/K/ Pdt/2009 jo. Putusan peninjauan kembali MA tanggal 12 November 2012 nomor 320 PK/ Pdt/2012 mer upakan tanah objek bidang kedua belum diganti r ugi oleh negara. Lantaran tanah yang diganti r ugi oleh negara atas tanah 14 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

almarhum Sihi adalah tanah seluas 8.875 M2 yaitu tanah yang berbeda, karena almarhum Sihi memiliki beberapa bidang. Gugatan ini membingungkan sebab objek sengketa kabur. Tidak jelas tanah mana yang belum diganti r ugi dari SKGR milik almarhum Sihi. Kemenkeu dalam kesimpulannya menilai perkara ini sudah pernah diputus melalui PK 349 sehingga dalam kaidah hukum nebis in idem. Lantaran, objek perkara dan para pihak sama. Pihaknya pun meminta hakim menolak gugatan HTJ. Pembacaan Putusan HTJ dan Kemenkeu oleh Pengadilan Negeri awalnya dijadwalkan pada 13 Maret 2019. Namun, dengan kendala yang berbeda pembacaan ditunda dua kali. Penundaan pertama dikarenakan salah satu hakim anggota tengah menjalani penataran. Sehingga direncanakan pada tanggak 27 Maret. Tapi lagi-lagi Putusan batal dibacakan di tanggal tersebut dan dipindahkan ke tanggal 5 April. Karena tergugat-- dalam hal ini Kemenkeu tidak hadir, hanya tergugat Depdiknas dan penggugat yang datang. “Ini tidak bisa dibacakan, karena tergugat tidak ada,” tutup Hakim ketua. Enam hari setelah pembacaan putusan, Lilis Triana selaku Jur usita pengganti Pengadilan Negeri Pekanbar u atas perintah Ketua Majelis Hakim mengirimi DJKN relaas pemberitahuan. Surat pemberitahuan ini secara resmi ditujukan kepada Dimas Ar yo, ia kuasa hukum dari pihak Kemenkeu. Relaas ini mengenai isi putusan perkara yang telah dibacakan lima April lalu. Relaas kali ini memberi makna bahwa HTJ menang atas gugatannya sendiri. Amar putusan yang dalam eksepsinya bertuliskan “Menolak eksepsi Kemenkeu dan Depdiknas untuk selur uhnya.” Artinya tangkisan atau pembelaan yang diajukan DJKN terhadap materi gugatan penggugat tidak diterima. Disamping itu, mengadili dalam pokok perkaranya mengabulkan gugatan penggugat selur uhnya. selanjutnya menyatakan tanah seluas 8.875 M2 yang mer upakan bagian dari sertifikat hak pakai nomor 15 dan masuk dalam bagian tanah sengketa yang selur uhnya seluas 184.905 M2. Menegaskan hukuman terhadap DJKN untuk menyerahkan tanah dalam keadaan kosong atau membayar ganti r ugi sebesar 1,7 Milyar. Terakhir menghukum tergugat membayar biaya perkara sebesar 935 ribu r upiah. Kuasa hukum Kemenkeu dapat mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Tinggi Pekanbar u. Hanya dalam tenggang waktu empat belas hari setelah relaas pemberitahuannya disampaikan.#


LAPORAN UTAMA

Upaya-upaya Mempertahankan Tanah Sengketa

Aksi BEM UNRI di Kantor Gubernur Riau. Foto : Dok Bahana

BAHANA MAHASISWA 15 EDISI JANUARI - MARET 2019


Pemerintah Provinsi Riau dan UNRI belum memutuskan langkah yang terbaru untuk menyelesaikan sengketa Oleh Ambar Alyanada

A

ULA Sekretaris Daerah Kantor Gubernur Riau terisi setengah penuh. Tampak mahasiswa dengan almamater bir u langit duduk menyemut di salah satu sisi r uangan. Berhadapan, pimpinan Pemerintah Provinsi Riau dan jajaran serta dari per wakilan Universitas Riau. Audiensi dimulai dengan kalimat pembuka dari pihak Pemprov. Dalam r uangan ini, mahasiswa menuntut jawaban atas yang terjadi di kampus UNRI pasca pemagaran lahan sengketa oleh HTJ. Berbagai pihak menjawab dengan menceritakan secara r unut kronologis yang terjadi sejak awal mula perkara. Dwi Agus Ar fianto dari Kejaksaan Tinggi Riau melihat hal ini sangat genting-musti cepat ditangani karena kekalahan negara secara ter us mener us. Ia juga menyayangkan mengenai pemagaran lahan yang dilakukan oleh HTJ. Karena baginya, sesuai per undang-undangan negara, aset negara tidak boleh diletakkan conservatoir belag (sita jaminan). Pengacara negara itu menjelas-

kan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali angka dua. Yang intinya menyatakan, apabila dalam perkara terdapat dua atau lebih putusan PK yang bertentangan satu dengan yang lainnya, dan ada diantara keduanya ingin mengirimkan kembali PK, bisa diantar langsung ke MA. Artinya, dalam audiensi tersebut dinyatakan bahwa ada kemungkinan upaya PK akan dilakukan oleh pihak Pemprov dan UNRI. Hal ini berangkat dari upaya hukum luar biasa PK sudah pernah diajukan oleh Pemprov Riau dan UNRI tahun 2012 dengan nomor 320 PK/ Pdt/2012. Putusannya mengabulkan gugatan HTJ terhadap lima bidang tanah. Sehingga, amar putusan berbunyi menolak permohonan PK Pemprov Riau dan UNRI. Artinya, UNRI kalah dalam PK yang diajukannya. Kemudian, pada 2017 Direktorat Jenderal Keuangan Negara Kemenkeu juga sudah melakukan upaya hukum perlawanan pihak ketiga atau Derden Verzet untuk menga-

16 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

jukan PK. Terdaftar dengan nomor 349 PK/ Pdt/2017 putusannya mengabulkan perlawanan DJKN Kemenkeu. Dengan amar putusan mengadili; mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon—dalam hal ini Kemenkeu, membatalkan putusan PN Pekanbar u nomor 159/pdt.Bth/2015/ Pn.Pbr tanggal 10 Maret 2016. Lalu, mengadili kembali; mengabulkan perlawanan Kemenkeu, menyatakan pelawan adalah pelawan yang benar. Kemudian membatalkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Pekanbar u nomor 26/ Pdt/ Eks-Pts/2011/ PN.Pbr jo nomor 75/ Pdt.G /2007/ Pn.Pbr tanggal 9 April 2015. Dari putusan PK ini, Pemprov Riau dan UNRI menganggap bahwa lahan sudah tidak ber perkara. Hingga keluar lagi penetapan eksekusi 12 Maret 2018 yang ber ujung masalah ini makin pelik. Keluarnya dua putusan PK ini menjadi bukti bar u untuk upaya selanjutnya. Karena kedua PK dianggap berbeda dan bertentangan.


Ahmad Hijazi Sekretaris Daerah Provinsi Riau

Sesuai dengan Surat Makamah Agung nomor 10 tahun 2009 yang disebutkan Dwi Agus saat audiensi bersama mahasiswa. Dwi Agus katakan bahwa terdapat dua Putusan PK yang berbeda dan amar putusan Derden Verzet yang dianggap menimbulkan ambivalen. “Kita berharap itu sebagai pintu masuk untuk PK kan begitu,” katanya. Namun, Dwi mengatakan bahwa ada kesalahan dalam melihat dua Putusan PK tersebut. Setelah dikaji lagi mengenai kedua putusan itu ter nyata berbeda. Putusan PK 320 mengenai masalah putusannya, sedangkan PK 349 mengenai penetapan eksekusi yang dibatalkan. “Sehingga kesimpulan kita, ini bukan dua putusan PK yang saling bertentangan, tapi ternyata ini objek yang berbeda antara PK 349 dan PK 320.” Sehingga, diadakan kembali pertemuan antara Pemprov Riau, UNRI dan Jaksa Pengacara Negara (JPN) pada Rabu (16/01/2019) untuk membahas upaya selanjutnya yang

akan dilakukan. Dwi menyatakan bahwa kemungkinan untuk PK tidak ada lagi, pintu untuk mengajukan PK sudah tertutup. Ia katakan bahwa awalnya pengajuan PK dilakukan menggunakan hak PK oleh Badan Pertanahan Nasional Kota Pekanbar u. Karena dianggap BPN belum melakukan haknya sebagai tergugat enam. Namun, setelah dikaji lagi dengan beberapa ketentuan, BPN untuk bisa menggunakan haknya dalam perlawanan PK sudah gugur. Sebab, sudah menjadi satu kasus yang sama dalam pengajuan PK 320 tahun 2012. “Makamah Agung melihat PK itu dari kasusnya, bukan para pihak yang bisa mendapatkan haknya,” jelas Dwi Agus. Upaya hukum terakhir kali dilakukan baik Pemprov Riau maupun UNRI pada 2012 lalu. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda upaya hukum seperti apa yang akan diambil. Berbeda dengan DJKN Kemenkeu yang memenangkan perkara terhadap lahan sengketa atas nama Depertemen Pendidikan Nasional.

Setelah itu, PN Pekanbar u ter us memanggil para pihak untuk mematuhi putusan yang berkekuatan hukum tetap. Misalnya pada 30 Oktober 2014, tidak ada satupun pihak Pemprov Riau, Kemendiknas dan UNRI yang hadir. Begitu juga pada 4 Desember 2014. Ketua PN Pekanbar u memberi teguran atau aanmaning untuk mematuhi penetapan eksekusi. Menjadi pertanyaan, mengapa Pemprov Riau tak membayar ganti r ugi hingga sekarang? Sekretaris Daerah Provinsi Riau, Ahmad Hijazi jelaskan karena masih ada proses yang akan dilakukan Pemprov sehingga pembayaran ganti r ugi tidak mungkin dilakukan. Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan Per wakilan Provinsi Riau sudah menyarankan dalam surat balasan Permohonan Atensi dari Pemprov. Dalam suratnya pada 23 Agustus 2017 menuliskan bahwa putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, wajib dilaksanakan oleh para pihak yang bersengketa di pengadilan.

BAHANA MAHASISWA 17 EDISI JANUARI - MARET 2019


Namun, surat balasan ini tidak serta merta menjadi acuan untuk menyerahkan uang ganti r ugi. “Karena kalau dibayarkan dan suatu saat lahan itu terbukti milik negara, Pemprov akan terkena kasus total lost ker ugian negara,” sahutnya. Hijazi ber upaya untuk melakukan konsultasi bersama KPK, Gubernur Daerah Tingkat I Riau dan BPKP dan hasilnya menunda pembayaran ganti r ugi sama masalah hukum selesai. “Mengenai surat ini (balasan BPK) bersifat normatif saja,” sahutnya. Begitu pula dengan Ardian Handayani— Kepala Bagian Bantuan Hukum Pemprov Riau yang menyatakan bahwa meskipun BPK menyarankan untuk membayar, tapi pertanggung jawaban tetap pada pihak pembayar. “Ingat loh, barangnya sudah dibayarkan. Boleh dibayar dua kali?” tegasnya. Ia tur ut mempertanyakan penetapan ketua PN Pekanbar u yang ikut campur dalam penganggaran. “Selama saya berkutat dengan putusan, tidak ada pengadilan yang ikut campur dalam penganggaran.” Baginya, putusan yang keluar itu mandul, tidak bisa dieksekusi, tidak bisa dilaksanakan sebab objeknya saja salah. Rencana lain diluar sengketa lahan ini, Universitas Riau sudah menyurati Pemprov Riau untuk permohonan hibah tanah sertifikat nomor 14 tahun 2002. Selama ini UNRI hanya memakai saja. Ahmad Hijazi sebelumnya keluhkan lambatnya UNRI dalam mengambil sikap untuk hal ini. “Saya sudah katakan ke pihak UNRI untuk antarkan proposal hibah tanah, biar jadi milik UNRI,” sahutnya Namun, pihak UNRI masih saja tidak membuat proposal tersebut. Terakhir, Hijazi akui mengatakan itu setelah rapat kebijakan, sekitar 24 Agustus 2018 sebelum pemagaran lahan dilakukan per usahaan. Hayatul Ismi Tim hukum UNRI menanggapi hal ini, ia memperli-

hatkan sebuah Salinan Proposal Hibah dari UNRI kepada Pemprov pada 7 Maret 2017. Tapi, tidak tahu sampai mana prosesnya sekarang. Proposal ditujukan ke Gubernur Provinsi Riau yang bertuliskan permohonan agar berkenan melakukan kebijakan dengan menghibahkan tanah Sertifikat Nomor 14 kepada UNRI. UNRI sudah merencanakan beberapa hal dalam proposal hibahnya, yaitu diper untukkan sebagai zona keilmuan, zona pengembangan, zona publik dan privat. Tidak hanya itu str uktur jalan, waduk dan Taman Science dan Bisnis pun menjadi rencana lahan ini. UNRI mempertimbangkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Riau tahun 2002 tentang Penyerahan Hak Pengelolaan/ Pemakaian Tanah Kampus Bina Widya UNRI Milik Pemprov kepada UNRI sebagai zona akademis dan zona penunjang. Selanjutnya untuk program pembangunan jangka panjang akan diper untukkan sebagai zona pengembangan UNRI. Berdasarkan hal tersebut, proposal diajukan. Meskipun tidak dapat dipungkiri pula adanya permasalahan kepemilikan lahan, diranah hukum dengan masyarakat dan lingkungan sekitar UNRI tersebut. Hibah akan berguna untuk mewujudkan Good Governance dan Clean Government dalam pengelolaan BMN. Serta memudahkan untuk menanggapi klaim dari masyarakat. Hal ini juga tertulis dalam latar belakang proposal. Permohonan hibah ini belum bisa dikabulkan karena masih bersengketa. Pihak Pemprov Riau dan UNRI masih akan melakukan perlawanan hukum terhadap eksekusi yang dilakukan per usahaan. Kr u Bahana mencoba untuk menemui pihak UNRI terkait sengketa lahan ini yaitu Rektor Aras Mulyadi dan Sujianto, Wakil Rektor bidang Umum dan Keuangan pada Senin (07/01). Setelah menunggu di lorong rektorat menuju r uang rektor yang saat itu sedang kosong.

18 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Stafnya mengatakan bahwa rektor sedang di r uang Sujianto. Sekitar beberapa menit menunggu, Aras keluar dari r uangan Sujianto. Kr u menghampiri untuk meminta persetujuan wawancara mengenai lahan sengketa. Namun, saat itu Aras menolak untuk diwawancarai. Ia katakan bahwa hal itu sudah lama sekali, ia tidak mengikuti lagi kasusnya. Kemudian, menyarankan kr u untuk menemui Sujianto. Gayung bersambut, Kr u mendatangi r uangannya, namun stafnya katakan bahwa di dalam masih ada tamu dan diminta untuk menunggu. Tak berapa lama, Sujianto keluar bersama staf dan beberapa orang. Kr u menghampiri dan meminta persetujuan pula untuk wawancara sebab sudah diarahkan dari rektor untuk menemui wakilnya. Namun saat itu Sujianto katakan bahwa hal itu sudah dialihkan dan diatasi oleh tim lahan dan BKBH UNRI. Kr u Bahana ter us mempertanyakan penting terkait kapasitasnya sebagai pimpinan UNRI secara langsung, di hadapan beberapa orang dan stafnya. Di sela-sela pertanyaan, staf Sujianto mencoba menyudahi kr u untuk bertanya lebih banyak. Sehingga salah satu orang yang bersama Suji saat itu menyarankan untuk langsung bertanya saja ke BKBH UNRI. Ia memberikan kontak Dosen Fakultas Hukum Ulfia Hasanah selaku ketua BKBH yang menangani kasus sengketa. Hari berikutnya (08/01), Kr u Bahana menghubungi Ulfia Hasanah dua kali melalui telepon. Tapi tidak berhasil karena tidak diangkat. Sehingga kr u mengirim pesan melalui Whatsapp. Di dalam pesannya, ia sampaikan tidak bisa diwawancara karena setiap kasus ada ketua timnya. Lalu Ulfia menyarankan untuk mengubungi ketua tim atau menghubungi Muklis, salah seorang anggota tim lahan UNRI.#


BAHANA MAHASISWA 19 EDISI JANUARI - MARET 2019


JENGAH

M

AHASISWA yang sering beraktifitas di kampus pasti sulit menghindari kuliner di sekitarnya. Selain murah meriah—sesuai dengan isi dompet mahasiswa, aneka kulinernya juga cukup beragam. Salah satunya kuliner andalan mahasiswa Universitas Riau, Ayam Geprek. Ayam Geprek saat ini sudah bertebaran di mana-mana, dari Warung Ayam Gopek, Ayam Geprek Cak Kuat, Warung Ojolali Manyar Sakti, Nasi Sambel Lesung, hingga Waroeng Si Mbok yang beragam sambelnya dan masih banyak lagi ayam-ayam geprek lainnya. Namun jika menilik dari sudut pandang ilmu gizi seputar kebersihan makanan sekitar UNRI, ternyata pedagang belum menerapkan pola kebersihan yang benar secara preventif. Preventif dapat diartikan sebagai tindakan pencegahan, dalam hal ini pencegahan dari terjangkitnya penyakit, baik penyakit infeksi maupun degeneratif. Lalu, bagaimana caranya makanan sekitar Unri menerapkan konsep preventif itu? Pertama, saat proses penggorengan. Rata-rata pedagang memakai minyak goreng secara berulang-ulang, tidak mengganti dengan yang baru. Minyak yang dipakai hari ini, dipakai lagi besoknya. Kemudian, untuk wajan, jika sudah digunakan seharian tapi tidak dicuci dapat memicu berkembangnya bakteri. Tempat persiapan dan pemasakan bahan makanan yang lengket dengan minyak, serta masih terdapat sisa-sisa bahan makanan harus dilap dengan lap yang sama dari pagi hingga sore. Tidak jarang pisau dan alat masak lainnya juga dilap dengan lap yang sama. Padahal dari lap tersebut juga dapat menyebabkan kontaminasi silang pada makanan. Kedua, pedagang makanan sekitar kampus biasanya sangat padat saat jam makan siang. Sehingga, teknisnya pembayarannya pun melibatkan pedagang (yang memasak) juga melakukan kontak langsung dengan uang. Sebaiknya

Bijak Dalam Memilih Makanan di Sekitar Kampus Tips cara memilih makanan sehat di sekitar kampus. Oleh Tim Dokter RS UNRI

tidak begitu, karena uang juga merupakan sumber bakteri dan dapat mengotori tangan pedagang saat bekerja. Oleh karena itu ahli gizi memberikan beberapa tips cara memilih makanan sehat disekitar kampus. 1) Cerdaslah memilih makanan diluar kampus Istilah Gaya Makan Tipikal Anak Baru, kerap berkaitan dengan pilihan makanan tak sehat oleh mahasiswa/i di luar kampus. Sekilas mungkin enak, ada akses makanan tak terbatas dan pilihan untuk bersosialisasi sekaligus. Namun kalau dihajar porsi seperti itu terus-menerus, badan bisa sakit dengan cepat. Sadarilah bahwa umumnya mahasiswa memang tidak memerhatikan kesehatan dan asupan gizi, jadi pilihan yang disediakan mungkin memang sengaja tidak diarahkan ke gaya hidup sehat. Hindari pilihan seperti ini dan berusahalah menemukan makanan bergizi di tengah makanan siap saji!

20 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

2) Simpan camilan sehat di kamar asrama. Sediakan buah, kacangkacangan atau granola buat camilan. Ini juga cara yang murah sekaligus melangsingkan badan untuk tetap kenyang dan bugar sepanjang hari! • Makanan semacam ini mengenyangkan perut lebih lama dan tidak akan membuat "gelisah" seperti pada konsumsi minuman berenergi dan makanan manis lainnya. • Ada banyak buah yang tidak perlu dimasukkan ke kulkas seperti jeruk, pisang, apel, dan pir. • Jika mungkin, sediakan kulkas mini dan taruh di kamar asrama untuk menyimpan makanan yang cepat habis seperti yoghurt, selai kacang, dan susu. 3) Tahan diri agar tidak makan camilan saat tengah malam. Anak kuliah lazim begadang sampai malam untuk menyelesaikan tugas atau persiapan ujian esok hari, dan kerap bergantung pada camilan agar


Foto : https://mrsikaakbarwati.wordpress.com/

tidak mengantuk. Namun tambahan kalori dari makanan macam ini dapat terus menumpuk jika Anda tidak hati-hati. • Minumlah teh. Sediakan cerek listrik di kamar asrama untuk minum teh hijau, saat malam. Kalau mendadak ketagihan yang manismanis, tambahkan sedikit madu ke dalam teh. Teh juga dapat membantu menjaga mata tetap melek tanpa harus gelisah gara-gara kebanyakan kopi. • Jika Anda ingin makan camilan saat malam, pilihlah yang bergizi seperti buah atau kacang-kacangan, agar tubuh mendapat asupan vitamin serta gizi yang dibutuhkan untuk bekerja berat. 4) Makanlah di rumah jika bisa. Bersosialisasi merupakan komponen utama dari pengalaman kuliah dan biasanya sarat selingan makan dan minuman berenergi. Memasak makanan sendiri di rumah tidak hanya membantu mengendalikan asupan kalori dan gizi, tapi juga

menghemat uang. • Jika Anda memasak di rumah, sangat mudah merencanakan makanan untuk beberapa hari atau minggu. 5) Isi dapur dengan makanan sehat. Cara terbaik menjamin asupan makanan sehat adalah dengan membeli dan menyediakan makanan sehat. Pilihan yang kaya gizi akan membantu memperkuat kebiasaan makan sehat dan mematahkan kebiasaan yang buruk • Kebiasaan menyimpan makanan sehat mengharuskan Anda untuk lebih sering belanja makanan. Kalau ini tidak memungkinkan, pertimbangkan membeli buahbuahan dan sayuran beku. Ini sama sehatnya dengan makanan segar dan lebih sedikit diproses di pabrik. Makanan macam ini juga lebih mudah diselipkan ke hidangan lain, seperti tumis atau salad. • Pastikan untuk menyimpan pula makanan jenis biji-bijian yang tidak cepat habis seperti pasta gandum, oatmeal, sebagai stok makanan

cepat kalau kepepet. • Belilah produk berbasis susu seperti yoghurt, susu atau keju untuk menjamin asupan protein dan kalsium. • Belilah makanan yang kaya protein seperti biji-bijian, kacang-kacangan dan daging segar. • Jangan lupa menyediakan minyak sehat seperti minyak goreng ketimbang mentega atau margarin. • Sediakan berbagai bumbu dan rempah sebagai penyedap masakan yang menghadirkan beragam rasa, tergantung makanan apa yang sedang Anda inginkan. Di saat seperti ini, bisa jadi sulit menjaga kesehatan di kampus, apalagi dengan kebiasaan lembur belajar sampai jauh malam, keterbatasan dana dan keharusan untuk terus-menerus bersosialisasi. Namun, dengan membuat pilihan cerdas soal makanan dan menyisihkan waktu berolahraga, Anda dapat tetap makan makanan sehat dan bugar saat kuliah.#

BAHANA MAHASISWA 21 EDISI JANUARI - MARET 2019


BINCANG-BINCANG

Pesan NovEl Baswedan Agar Mahasiswa Melawan Korupsi Oleh Wilingga

M

ANTAN Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Hery Suryadi divonis bersalah dua tahun penjara dan denda Rp. 50 juta, akhir tahun 2018. Pengadilan Negeri Pekanbaru membuktikan Hery melakukan tindak pidana korupsi dalam pembangunan Gedung Pascasarjana FISIP tahun 2012 yang merugikan negara Rp. 940 juta. Sebelumnya, pada Juni 2018 lalu Hery—saat menjabat

22 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Wakil Rektor II Universitas Raja Ali Haji juga divonis bersalah dalam kasus proyek pengadaan Program Integrasi Sistem Akademik dengan penjara satu tahun delapan bulan. Kasus tersebut salah satu bentuk korupsi yang terjadi oleh akademisi perguruan tinggi. Hal ini juga menjadi contoh, bahwa korupsi tidak hanya terjadi di kalangan pejabat negara, namun sudah menjamur di lingkungan kampus.


Seperti dalam laporan Indonesian Corruption Watch atau ICW setidaknya ada 12 pola korupsi yang terjadi di kampus. Korupsi di dunia pendidikan rentan terjadi pada pengadaan barang dan jasa, anggaran internal, penjualan aset perguruan tinggi yang hasilnya tidak masuk ke kampus, korupsi dalam pembagian beasiswa dan praktik pungutan liar. Berdasarkan penelitian, ICW juga menemukan 37 kasus dugaan korupsi di perguruan tinggi selama 10 tahun terakhir. Temuan ini berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan pada Oktober 2016. Dari jumlah tersebut sebagian di antaranya tengah diproses oleh institusi penegak hukum dan pengawas internal. Adapun dari 37 kasus korupsi di perguruan tinggi yang berhasil dipantau, diduga melibatkan sedikitnya 65 pelaku yang merupakan civitas akademika, pegawai pemerintah daerah, dan pihak swasta. Pelaku paling banyak adalah pegawai ataupun pejabat struktural di fakultas maupun universitas, yaitu sebanyak 32 orang. Rektor, wakil rektor termasuk mantan rektor adalah pelaku terbanyak kedua dengan jumlah 13 pelaku. Riak-riak kasus korupsi di kampus kian redam seiring tak bersuaranya mahasiswa. Padahal, mahasiswa dikenal sebagai agent of control paling pertama di lingkungan kampus. Peran mahasiswa dalam memberantas korupsi di perguruan tinggi sangat dibutuhkan. Ada pesan Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi kepada mahasiswa khususnya civitas akademika UNRI. Wilingga, Kru Bahana Mahasiswa sempat bincang-bincang dengannya usai sebuah acara di Jakarta. Berikut hasil petikannya : Bagaimana peran mahasiswa untuk memberantas korupsi? Korupsi ternyata masih banyak dalam semua bidang. Kita punya tanggung jawab bersama untuk memberantas korupsi. Terutama mahasiswa. Orang-orang yang aktif dan punya semangat yang masih segar tentunya. Kemudian masyarakat sangat membutuhkan mahasiswa sangat dekat dengan idealisme.

Novel Baswedan Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi Foto : Dok Google

Apa yang dibutuhkan mahasiswa agar peka terhadap korupsi? Ada dua hal sebenarnya, yang pertama kesadaran. Dengan dia sadar kalau perbuatan tersebut tidaklah benar, maka dia tidak akan membiarkan hal tersebut. Dengan kesadaran, akan membuat mahasiswa peka dan merasa bersalah jika membiarkan sesuatu yang tidak benar. Kedua tentunya daya kritis. Ini

untuk menopang kesadaran tersebut. Untuk tidak membiarkan sesuatu yang buruk terjadi akan timbul lah daya kritis untuk menolak dan menentangnya. Dunia kampus dekat dengan moral. Kaitannya bagaimana? Malah korupsi juga berasal dari moral. Perilaku adalah cerminan moral. Perilaku koruptif tentunya cerminan moral yang buruk. Maka mestinya mahasiswa bisa jadi tameng, terutama jadi contoh yang baik. Terkadang mahasiswa takut dengan ancaman dikeluarkan dari kampus jika terlalu kritis. Mengapa bisa terjadi? Saya sudah banyak dengar kasus yang begitu. Mahasiswa yang menjadi korban. Banyak sekali dari mereka yang menyalahgunakan wewenangnya untuk mengancam dan sampai

BAHANA MAHASISWA 23 EDISI JANUARI - MARET 2019


mengeluarkan yang tidak mereka sukai di kampus. Risiko tentunya dimana-mana pasti ada. Apalagi dalam memberantas kejahatan ya. Nah, bagaimana mengatasi risiko tersebut? Begini, kita harus bersama-sama dan kompak untuk memberantas korupsi. Jika bersama itu akan membuat risiko menjadi semakin kecil. Kita juga harus berfikir untuk meminimalisir risiko. Dengan bergandengan tangan, salah satunya dengan berorganisasi. Dengan ini kita mempunyai teman-teman yang mendukung dan siap membela jika terjadi apaapa. Intinya, perlu kekompakan dan kebersamaan. Apa yang perlu diperbaiki, di kampus khususnya? Kesadaran. Jika tidak ada kesadaran, maka saat melakukan sesuatu yang buruk kita akan membiarkan hal itu berulang-ulang. Hingga pada tahap melihat orang melakukan kecurangan tentu kita diam juga. Karena kita juga belum sadar bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu buruk. Itu tidak menimbulkan efek jera dan tentunya kita akan diam. Itu juga bisa berdampak kita akan menjadi korban dari kecurangan. Jika kita tidak sadar, maka kita juga terkadangan akan menjadi pelaku kecurangan. Pelaku kezaliman. Sebab itulah kesadaran perlu dibangun sejak awal. Kita haruslah melatih diri untuk tidak membiarkan hal-hal curang di sekitar. Setelah sadar, diperlukan keberanian dan kekompakan. Ini dalam bentuk aksi. Berani menentang kecurangan dan lain-lain. Jika saja kita tidak berani, maka kecurangan itu bisa terjadi sampai kapanpun. Efeknya bisa sampai kemanapun. Jadi seringkali orang menghiraukan perilaku koruptif. Nah, ini yang mendidik kita bisa jadi menjadi orang yang korupsi dan membiarkan perilaku koruptif. Jadi berantaslah korupsi sampai akhir.

Mahasiswa harus bagaimana untuk menumbuhkan kesadaran dan keberanian tadi? Melatih diri, berorganisasi bisa menumbuhkan kesadaran dan keberanian mahasiswa. Berorganisasi menimbulkan rasa kepedulian dan kepekaan terhadap sekitarnya. Jangan sampai menjadi mahasiswa yang hanya peduli dengan nilai saja. Niat dari awal masuk kampusnya untuk mendapat nilai dan cepat lulus. Dirinya sendiri sudah dilatih untuk tidak peka. Tak peduli, teman-temannya jadi korban kecurangan akademisi, bahkan dia sendiri yang menjadi korban kecurangan dia tidak peduli. Terserah, rakyat mau makan apa, bahkan tidak makan sekalipun dia tidak peduli. Paling penting mendapat nilai tinggi, kuliah bagus. Sifat-sifat begini jangan dipelihara, ini berbahaya sekali. Apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk sadar akan perbuatan korupsi? Sebenarnya, ada dua hal yang harus didapatkan mahasiswa. Ilmu dan karakter. Ilmu tidak hanya bisa didapat dengan duduk mendengarkan penjelasan dosen. Tidak hanya didapat dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ilmu juga harus didapat dengan turun ke lapangan. Bergaul dengan masyarakat dan orang banyak. Ilmu juga harus didapat dengan banyak membaca buku. Kemudian karakter. Karakter hanya didapat dengan kebiasaan. Bentuklah karakter dengan berorganisasi. Awalnya yang tidak peka dan tidak mau tau, dengan organisasi akan dilatih untuk peka dan peduli. Dengan organisasi, kita tidak akan membiarkan kezaliman terus menerus menjalar. Karakter bisa dibentuk dengan perlahan-lahan. Karakter tidak akan didapat mahasiswa yang tujuannya hanya mencari nilai tinggi dan tidak berniat untuk membangun apa yang ada di sekitarnya. Nilai karakter itu menjadi faktor terpenting orang yang sukses.

24 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Perlukah didirikannya organisasi yang khusus memberantas korupsi di kampus? Sangat perlu. Karena dalam bidang pendidikan pun korupsi sudah menjalar. Misal yang baru-baru ini terjadi, pendidikan dokter amburadul. Betapa efek dari mafia obat dan rumah sakit luar biasa. Kita semua jadi korban korupsi, termasuk saya. Saat saya mengalami kecelakaan mata ini, betapa sulitnya mengurus ini itu di rumah sakit. Obat kini jadi bisnis yang paling menguntungkan. Anak muda juga punya semangat, energi dan daya kritis yang lebih besar. Makanya mereka yang muda harus mampu mengalirkan semangat tersebut. Belajar itu bukan hanya di dalam kelas dan mencari nilai. Belajar itu adalah peduli. Adakah program dari KPK yang fokus dalam berantas korupsi untuk mahasiswa? Saat ini masih belum ada. Ada banyak program KPK di bidang pencegahan. Kemudian banyak juga khusunya untuk internal. Terakhir, sekarang banyak sekali setelah lulus kuliah mahasiswa menjadi calon legislatif. Bagaimana menurut Anda? Saya juga banyak dengar hal yang demikian. Kalau menurut saya ya kita jangan tergoda dengan iming-iming untuk bisa nyaleg. Menjadi wakil rakyat tidak semudah yang dibayangkan anak muda sekarang. Lebih baik kita membentuk diri dulu menjadi orang yang benar-benar berintegritas. Jangan melabeli diri bersih, mentang-mentang muda jauh dari sifat jelek, begitukah? Iya, semoga kita dijauhkan dari anak-anak muda yang mengesankan dirinya sebagai orang yang bersih, berjuang, lalu layak dipilih. Atau mengesankan diri sebagai orang yang berintegritas. Semoga kita dijauhkan dari mereka yang begitu.#


SEMPENA

HIKAYAT KEJAYAAN HAFIZAH INDAH Walaupun tak pernah ‘mondok’ di pesantren, Indah berjaya di berbagai gelaran baca Al-Qur’an. Ia hafal 19 juz kitab suci umat Islam tersebut. Oleh Haby Frisco

P

ONDOK Pesantren Darunnajah kembali gelar Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ). Pada helat ke-4 ini, panitia mengundang peserta seAsia Tenggara : Myanmar, Filipina, Kamboja, Singapura, Malaysia dan Thailand. MHQ merupakan salah satu cabang perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an berupa membaca hafalan Al-Qur’an dengan tartil dan morattal. Rizki Indah Lestari mulai perjalanan seleksi daerah pada 4-5 Agustus 2018. Ada 13 wilayah se-Indonesia untuk menjaring kafilah terbaik dari pondok pesantren dan rumah tahfidz. Indah ikuti seleksi kategori umum mewakili Rumah Tahfidz Al-Alim, Siak. Untuk wilayah Riau-Kepri, Ia bertanding di Dumai dan berhasil meraih juara 1 hingga bisa lanjut ke tingkat nasional. Mahasiswi Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ini mesti mengikuti seleksi lagi dengan peserta se nusantara 10-12 November 2018. Dewan juri menentukan 5 terbaik dari 34 putra-putri Indonesia untuk bertanding antar negara. Sedari awal, Indah mengikuti cabang hifdzil 10 juz. Dalam perlombaan

yang sama ada cabang lain 1,5,10,15, 20 dan 30 juz putra-putri. Juri mencabut paket soal buat Indah. Satu paket berisi empat soal acak dari 10 juz Al-Qur’an. Dewan juri membaca potongan ayat dan Indah harus bisa melanjutkan dalam waktu 15 menit. Indah menyelesaikan hari pertama dengan baik dan lulus sampai final di hari kedua. Ia mendapat soal juz satu halaman 7, juz lima halaman 20, juz delapan halaman 12, juz 10 halaman 18. Dibaca sekitar 10 baris. Ia mengenang kesulitan dalam Surah An-Nisa, lantaran kata-katanya mirip. “Sedikit terhenti selama beberapa detik untuk mengingat, lalu meminta ulang kembali soal yang dibacakan juri,” jelasnya. Dalam aturan memang diperbolehkan untuk meminta ulang dengan sekali kesempatan tanpa mengurangi poin. “Alhamdulillah enggak ada salah baca,” tambah Indah. Juri menilai kekuatan hafalan, hukum bacaan (tajwid) dan ketepatan bacaan (fashaha). Selain itu, Indah juga gunakan jenis lagu bayyati untuk melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.

BAHANA MAHASISWA 25 EDISI JANUARI - MARET 2019


Peta persaingan menurut Indah begini : kelancaran hafalan, para peserta dari Indonesia pesaing terberatnya. Tajwid dan fashaha untuk mancanegara adalah Singapura dan Malaysia. Ia juga tak menampik, negara minoritas muslim seperti Thailand tak bisa diremehkan. Banyak Dewan Juri, panitia, dan peserta lain kagum dengar bacaan mereka yang fasih, lancar dan irama yang merdu. “Merasa ngeri-ngeri juga dengan lawan dari mancanegara, anggapan kita kan mereka itu minoritas tapi hafalan dan bacaannya sangat bagus,” ujarnya. Tak mudah bagi Indah mengikuti MHQ kali ini. Lawannya para santri terbaik dari berbagai pondok pesantren sementara dirinya bukan santri. Meski begitu, pada penutupan dan pengumuman juara, Dewan Juri menasbihkan Indah merengkuh juara dua kategori hifdzil 10 juz se-Asia Tenggara. Kejayaan Indah dibidang baca AlQur’an dimulai sejak kecil. Gelaran MTQ di Rokan Hilir pada 2009, saat Indah masih sekolah dasar, raih juara 1 hifdzil qur’an satu juz dan tilawah. Tak ada rintangan hingga ia mewakili Riau untuk MTQ tingkat nasional di Bengkulu. Namun belum meraih juara. Tahun demi tahun, Indah naik ‘kelas’ hifdzil 10 juz. “Awal mengikuti aku belum berhasil karena hafalan belum lancar, usaha diiringi doa yang menguatkan hafalan,” katanya. Masa kuliah, kejayaan Indah makin terang dengan bergelimang prestasi cabang hifdzil qur’an 10 juz . Pada 2017 mewakili UNRI di MTQ Mahasiswa Nasional ke-25 di Universitas Brawijaya, Malang. Ia meraih juara satu. Di Desember tahun yang sama, meraih juara satu MTQ Provinsi di Dumai, sebagai utusan Kabupaten Siak Mei 2018, Indah ikut Olimpiade Qur’an Nasional di Universitas Negeri Yogyakarta sebagai perwakilan UNRI. Masih dengan cabang lomba yang sama, ia kembali meraih juara satu. Selanjutnya, pada Oktober 2018

ia ikuti MTQ Nasional ke-27 perwakilan Pemerintah Provinsi Riau di Medan diganjar juara dua. Indah dapat pelajaran dari ikuti gelaran MTQ. Mendapat ilmu baca Al-Qur’an langsung dari ahlinya lantaran jika ada kesalahan langsung diperbaiki. Selain itu, dapat bertemu teman sesama penghafal bisa saling memotivasi. Atas prestasinya tersebut, Indah mendapat penghargaan berupa uang pembinaan dari UNRI. Levky, Kasubag minat, bakat dan penalaran sampaikan telah ada anggaran setiap mahasiswa berprestasi. Meski tidak utusan universitas, tetap diberikan penghargaan karena dia mahasiswa UNRI sebagai apresiasi telah mengharumkan nama universitas. Sertifikat yang didapat menunjang peringkat universitas. Namun saat ini diberikan hanya prestasi tingkat Nasional dan Internasional. Untuk tingkat provinsi dan regional belum tersedia. “Dengan pemberian reward dapat menambah motivasi untuk lebih berprestasi,” kata Levky. Beberapa gelaran, Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Alumni saat itu, Syapsan dan Levky turut mendampingi Indah bertanding. “Prosesnya ga instan,” jelas Indah mahasiswi asal Perawang ini. SEBELUM mengikuti lomba, ia biasanya mengikuti pembinaan. Jika utusan Kabupaten Siak, Indah latihan di Asrama Haji Siak dan utusan Riau di gedung Balai Penjamin Mutu Pendidikan Pekanbaru. Untuk mengikuti MTQ Nasional, pihak Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an dan Biro Kesejahteraan Rakyat Pemprov Riau berikan pelatihan selama dua bulan penuh. Rutinitasnya yaitu dari subuh sudah ulangi hafalan hingga malam hari. Metodenya ustaz menghitung berapa banyak kesalahan dan koreksi. Setiap hari perkembangan tiap peserta dicek. Berbeda dengan jika utusan UNRI. Universitas meminta Imam Masjid Arfaunnas Ustaz Taju-

26 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

din Nur melatih Indah. “Biasanya aku memperbaiki hafalan setiap ada pelatihan MTQ aja sih, sama ustaz ku di Siak,” ujar Indah. Ustaz Hanafi Hamzah pengelola Rumah Tahfidz Al-Alim. Ia membimbing Indah belajar Al-Qur’an jika akan mengikuti perlombaan MTQ saja. Meski tak pernah mengecap pendidikan di pondok pesantren, keluarganya mendorong untuk belajar memahami kitab suci umat muslim tersebut. Putri pasangan Sumiran dan Nuraisyah ini tak ada latar belakang penghafal Al-Qur’an. Ibunya alumnus kuliah perbankan, Ayahnya tamatan teknik mesin Universitas Sumatera Utara dan sudah pensiun dari salah satu perusahaan bubur kertas di Perawang. “Kalau mengandalkan di sekolah aja biasanya anak ga maksimal,” kata Sumiran. Sejak kecil, Indah suka bernyanyi mengiringi lagu di kaset yang diputar orang tuanya. Dari situ merasa punya potensi lalu diarahkan menghafal Al-Qur’an. Dimulai dari belajar Iqro pada usia tiga tahun dan ketika Taman kanak-kanak telah belajar AlQur’an. Mulai hafal ayat-ayat pendek juz 30 saat sekolah dasar. Indah belajar banyak tentang agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Anatuth Thalibin. Namun tak lama, kelas dua ia pindah ke sekolah umum, SD hingga tamat SMK di Yayasan Pendidikan Persada Indah dekat rumahnya. Sumiran sampaikan, Indah tak punya fisik yang kuat untuk belajar di pesantren. “Sudah pernah ke Pekanbaru, Air Tiris, hingga ke Medan. Ga mau Indah di asrama, ga kuat ramai-ramai dengan orang,” ujarnya. Salah satu cara menghafal, lanjut Sumiran, mengurangi nonton tayangan televisi atau bahkan tidak agar lebih fokus, serta hafalan tak lenyap. Ia bebaskan Indah menghafal seberapa bisa. “Jika dia lagi senang, disiasati jangan sampai kesenangannya untuk kegiatan yang tidak bermanfaat.” Tak lupa peran penting Ibunya


disiplinkan untuk menghafal sebelum tidur. Dari ayat pendek hingga panjang. Mengulang hafalan berarti melatih ingatan letak ayatnya. Tak hanya hafalan, cara membaca yang benar dan tajwid telah diajarkan sehingga pada lomba Indah bisa tampil dengan bagus. Indah mengenang almarhumah Ratih Widyastuti—kakaknya yang juga beri motivasi belajar baca AlQur’an. Ia pernah ikut lomba MTQ medio 2015. Mereka berlomba hafal ayat per ayat dengan bimbingan ustaz yang sama. Orang tua Indah meminta beberapa ustaz turut melatih sejak dini. Dengan beberapa kali pertemuan dalam seminggu. Ustaz Zulfikar Malik misalnya melatih saat bertanding di MTQ pada 2009 pernah prediksi Indah akan sampai ke nasional karena kemampuannya. Dahulu ada bimbingan khusus dari

ustaz ketika Indah masih SD sampai kelas satu SMP untuk belajar tilawah dan setoran ayat. Setelah itu hanya mengulang hafalan dengan Ibunya. Uztad Amrizal di Perawang bantu menyimak hafalan selama kurang lebih setahun. Dilanjutkan Ustaz Syahron di masjid komplek rumah. Namun setelah kelas dua SMP tidak ada lagi, sebab ia pindah ke Medan. Indah juga pernah ikuti pelatihan dua bulan di Bumiayu, Jawa tengah sebagai utusan dari Siak. Hafalannya saat SMP telah masuk delapan juz dan SMA 10 juz. “Sebenarnya sekarang aku sampai 19 juz,” ungkap Indah. Sebab kesibukan kuliah, belum ada tambahan hafalan dan berusaha menjaga hafalan. Di kampus, mahasiswi angkatan 2016 ini juga anggota Lembaga Pengembangan Insan Qur’ani (LPIQ) bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Ar-Royyan UNRI. Beberapa kali

Indah diutus ikut MTQ sebagai perwakilan UNRI dari LPIQ karena kualitas dan pengalamannya. Muhammad Novrianda ketuanya menuturkan hal ini bisa jadi motivasi bagi yang lain untuk belajar Al-Qur’an dan berharap dapat mewakili UNRI berikutnya. KHAIRUNNISA suatu ketika singgah ke indekos Indah untuk Salat Magrib. Teman satu jurusan ini mendapati Indah tengah bertelepon dengan Ibunya. Isi percakapannya : mengulang kembali hafalan. Indah bacakan ingatan hafalan dan Ibunya menyimak di ujung telepon. Atau dengan mengambil potongan ayat kemudian bak dewan juri MTQ. Indah akui sedang fokus mengulang hafalan atau muroja’ah 10 juz. “Jika tidak diulang pasti ada salahnya dan nampak tidak ada muroja’ah,” tutur Ibunya lewat sambungan telepon.#

BAHANA MAHASISWA 27 EDISI JANUARI - MARET 2019


LIPUTAN KHUSUS

Prosesi Pemilihan Rektor Unri Berulang Kali Tersendat, Ada Apa? Kemenristekdikti selalu mengirim surat penundaan pemilihan rektor menjelang waktu pemilihan ditetapkan. Tak ada alasan jelas yang tertulis. Akibat selalu tertunda, beberapa permasalahan di internal dan eksternal kampus mencuat. Oleh Annisa Febiola

J

ALAN panjang prosesi pemilihan Rektor Universitas Riau (UNRI) akhirnya selesai. Aras Mulyadi terpilih lagi menjadi Rektor Unri periode 2018-2022. Hasil ini didapat setelah ia meraih suara terbanyak dalam rapat senat tertutup di gedung rektorat lantai empat, Senin 10 Desember 2018. Pada pemilihan itu, seluruh anggota senat yang berjumlah 52 orang hadir, masing-masing memiliki satu suara. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga memiliki 35 persen suara sehingga ada 80 suara yang diperebutkan. Hasilnya, Aras Mulyadi meraih 68 suara sementara dua calon rektor lainnya, Deni Efizon dan Zulkarnain berturut-turut dapat 11 dan 1 suara. Pemilihan rektor UNRI sempat tersendat karena beberapa kali Kemenristekdikti membatalkan jadwal pemilihan yang telah ditetapkan. Alasan yang diberikan juga tidak jelas, yakni menunggu pemberitahuan lebih lanjut dari mereka. Ketika Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ali Ghufron Mukti ditunjuk mewakili Menteri Nasir datang ke pemilihan rektor, ia jelaskan bahwa alasan penundaan berkali-kali karena ada persyaratan administratif yang sifatnya dari dalam maupun luar belum selesai. “Kami tak mau tergesa-gesa lalu ada masalah dibelakang,” kata Ghufron tanpa menyebut rinci persyaratan administratif yang dimaksud. Maju mundur pemilihan rektor Rangkaian pemilihan rektor telah dimulai sejak 11 Mei hingga 6 Juni 2018. Tidak ada kendala berarti selama masa pendaftaran, penyampaian

visi misi, dan penyaringan. Sesuai jadwal yang ditetapkan maka rapat senat tertutup untuk melakukan pemilihan akan dilakukan pada 11 Juli. Belum sampai pada tanggal yang ditetapkan, sebuah surat dari Kemenristekdikti tertanda tangan Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Naim masuk ke Unri pada 5 Juli. Isinya pemilihan rektor agar ditunda sampai dengan selesainya proses penelusuran rekam jejak calon rektor. Sebulan kemudian, tepatnya 6 Agustus, Ainun Naim beritahu tahap penelusuran rekam jejak ketiga calon rektor Unri telah selesai. Aras Mulyadi, Deni Efizon, dan Zulkarnain dapat lanjut ke tahapan puncak, yakni pemilihan rektor pada 16 Agustus. Gayung bersambut, Iwantono— Ketua Panitia Pemilihan Rektor— dan Tiyas Tinov—Sekretaris Senat Unri— terbang ke Ibukota pada 13 Agustus. Niatnya hendak menjemput langsung surat tersebut ke Kementerian. Kata Iwan supaya resmi, karena sebelumnya ia hanya menerima informasi melalui pesan singkat WhatsApp. Disana, Iwan tak sempat berjumpa langsung dengan Mohammad Nasir, Menteri Ristekdikti. Hanya melalui Ari Hendrarto Saleh Kepala Biro Sumberdaya Manusia. Surat sudah di tangan, urusan di Kementerian juga telah usai. Sore itu juga Iwan terbang ke Batam, Kepulauan Riau karena ada agenda penandatangan Memorandum of Understanding dan Memorandum of

28 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Surat resmi penundaan pemilihan rektor. Foto : Istimewa

Agreement antara Unri dengan berbagai industri dan instansi pemerintahan. Para pimpinan Unri mulai dari rektor, wakil rektor hingga dekan sudah disana terlebih dahulu. Baru saja mendarat di Bandara Hang Nadim, Iwan membuka ponselnya. Panggilan tak terjawab pukul 16.16 dari pihak Biro SDM Kemenristekdikti muncul di layar ponselnya. Iwan memang menonaktif kan ponselnya di pesawat. Ia segera menelepon kembali, ia terkejut mendapat kabar bahwa surat yang sudah diambil jangan dieksekusi, pemilihan harus ditunda dulu. Ketika ditanya alasan, yang bersangkutan juga tidak tahu. “Ini perintah dari atasan saya,” jawabnya. Dua hari kemudian surat resmi penundaan pemilihan rektor masuk ke panitia. Di dalam surat tidak dituliskan alasan penundaan. Hanya ditulis bahwa pilrek ditunda sampai


Ali Ghufron Mukti, staff Dirjen Menristekdikti seusai menghadiri pemilihan Rektor UNRI. Foto : Dok Bahana

pemberitahuan lebih lanjut dari pihak Kemenristekdikti. Panitia kemudian mengirim surat ke Kemenristekdikti pada 15 Agustus. Isinya memberitahu batas masa jabatan Aras Mulyadi—yang saat itu masih menjabat rektor— akan habis pada 9 September. Mengingat pemilihan rektor harus dilaksanakan paling lambat dua minggu sebelum masa jabatan rektor berakhir, yang mengacu pada Permenristekdikti No.19 tahun 2017 pasal 9 ayat 1. Tak kunjung menerima balasan, senat kembali menyurati Kemenristekdikti. Dua poin penting disampaikan. Pertama senat mempertanyakan alasan penundaan Pilrek. Kedua, menginformasikan bahwa 18 anggota senat akan mengakhiri masa jabatannya pada 11 September. Dimana lima diantaranya adalah Panitia Pilrek. Nama-namanya adalah Iwantono, Pareng Rengi, Mexsasai Indra, M.Y. Tiyas Tinov dan Sri Erlinda. Tertundanya pemilihan rektor menyebabkan gejolak terjadi di kampus UNRI. Kelembagaan mahasiswa beberapa kali melakukan aksi mempertayakan kapan Spemilihan rektor dilanjutkan. Semisal aksi yang dilakukan pada 6 September, waktu tersebut dipilih karena delegasi dari

bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kemenristekdikti datang ke UNRI. Meski beda kewenangan, menurut Randi Adiyana—Presiden Mahasiswa Unri—tidak masalah, karena perwakilan tersebut punya akses lebih mudah kepada menteri. Mereka kemudian jelaskan permasalahan terkait penundaan pemilihan rektor serta memberi oleh-oleh untuk menteri melalui Adam Fuadi, ketua tim saat itu. Mengingat masa jabatannya yang akan habis pada 11 September, Aras Mulyadi lalu mengeluarkan SK pengangkatan anggota senat baru pada 7 Semptember. Ini dilakukan karena jika lewat dari masa jabatan rektor, maka tidak ada yang bisa mengeluarkan SK. Terlebih beberapa anggota senat yang habis masa jabatannya adalah panitia pemilihan rektor, tentu mereka tidak dapat melakukan tugasnya jika sudah tidak berada di senat. Iwantono jelaskan, jika UNRI tidak bertuan maka semua dana operasional termasuk gaji dosen dan pegawai tidak dapat dicairkan. Hal ini karena tidak ada yang berani melakukan pencairan dana, tidak ada yang memberi perintah. Kekosongan kursi rektor bahkan

menjadi kesempatan PT Hasrat Tata Jaya untuk mengkesekusi lahan sengketa di kampus Binawidya Panam. Ketika kru Bahana datang ke ruangan kerja rektor pada 10 September, rutinitas yang biasanya sibuk kini hening. “Tak ada kerjaan kami dek, ini saja kami cuma nengok YouTube. Tak ada yang memberi perintah, apa yang bisa kami lakukan,” ucap salah satu staf rektor sembari bercanda. Tiga hari usai masa kekosongan, teka teki siapa yang akan mengisi kekosongan jabatan rektor Unri akhirnya terjawab. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi resmi menunjuk Agus Indarjo sebagai Pelaksana Tugas Rektor. Di Kemenristekdikti ia menjabat Sekretaris Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti sejak 2015. Ia berlatar belakang sama dengan Aras, bidang perikanan. Penunjukan Agus merupakan keputusan dari Kementerian. Keputusan tersebut muncul dari hasil seleksi terlebih dahulu. Jabatan ini akan diembannya sampai selesainya proses Pemilihan rektor hingga pelantikan. Agus yang baru menjabat langsung mendapat kabar tentang sengketa la-

BAHANA MAHASISWA 29 EDISI JANUARI - MARET 2019


Hasil pemungutan suara pemilihan Rektor Unri. Foto : Dok Bahana

han yang terjadi di Unri. Agus kaget karena sebelumnya tak tahu-menahu soal sengketa tanah yang terjadi. Ia baru tahu ketika perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa menemuinya disela aksi demonstrasi yang dilakukan kamis siang, 14 September. Masa demonstrasi menuntut Pemerintah Provinsi Riau segera menyelesaikan sengketa tanah Unri dengan PT HTJ. Setelah mengetahui hal itu, Agus merespon dengan mengirim surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Riau dan Kejaksaan Tinggi Riau. Kepada Kapolda ia meminta dihentikan penyegelan lahan oleh HTJ karena menurutnya masih dalam proses hukum.

“Sebenarnya saya mau ketemu langsung, tapi Pak Kapolda lagi di jakarta,� kata Agus. Sementara surat yang ditujukan ke Kejati Riau untuk meminta bantuan pengacara hukum negara untuk Unri. Jika ditelaah, kewenangan pelaksana tugas tentu tak sama dengan rektor definitif. Berdasarkan Undang-undang No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan SK Badan Kepegawaian Negara No K.2630/V.20-3/99 tahun 2016, kewenangan pelaksana tugas ialah ) menetapkan sasaran kerja pegawai dan penilaian prestasi kerja; menetapkan kenaikan gaji berkala; menetapkan cuti selain Cuti di Luar Tanggungan Negara

30 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

(CLTN); menetapkan surat penugasan pegawai; menyampaikan usul mutasi kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; dan memberikan izin belajar, izin mengikuti seleksi jabatan pimpinan tinggi/administrasi, dan izin tidak masuk kerja. Pelaksana harian dan pelaksana tugas tidak berwenang mengambil keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada aspek kepegawaian. Hal tersebut meliputi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. Adel Zamri, Ketua Senat UNRI menerima panggilan masuk dari Kemenristekdikti pada 29 September.


Petisi aksi mahasiswa menggugat Pilrek. Foto : Dok Bahana

Perwakilan Kemenristekdikti tersebut menyampaikan bahwa pemilihan rektor UNRI direncanakan pada 5 atau 6 Desember. “Suratnya belum ada, menyusul,” kata Adel menirukan perkataan pihak Kementerian. Hari berikutnya surat tak kunjung diterima. Untuk mendapatkan kejelasan, Adel berinisiatif langsung menemui pihak Kementerian. Ia terbang ke ibukota pada Minggu, 2 Desember. Sehari kemudian ia mendatangi kantor kementerian. Salah seorang staf mengatakan bahwa surat telah diusulkan ke Sekretaris Jenderal. Adel diminta menunggu keputusan yang kemungkinan sore itu disampaikan. Pukul 14.30 surat yang dimaksud sampai ke tangan Adel. Melalui surat tersebut Kementerian menyampaikan bahwa pilrek bisa dilaksanakan pada 5 Desember dengan alasan semua proses rekam jejak telah selesai. Malamnya Adel kembali ke Bumi Lancang Kuning. Ia meminta panitia segera membuat surat undangan rapat senat. Selasa pagi rapat dirampungkan. Namun, pada hari yang ditetapkan, pihak kementerian tidak juga datang. Pemilihan pun ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan. Kabar penundaan pemilihan sudah terdengar oleh Adel Zamri setelah Sujianto, Wakil Rektor bidang Umum dan Keuangan, menerima telepon dari staff Dirjen Ali Ghufron Mukti yang akan mewakili menteri dalam pilrek UNRI. Tapi, Iwantono tak bisa memastikan sebab belum ada surat

resmi yang menunjuk Ghufron. Ia jelaskan pilrek yang akan dilaksanakan 5 Desember kemungkinan dibatalkan. Sujianto langsung koordinasi dengan kementerian tapi tak mendapat jawaban mengapa ditunda. Meski begitu, panitia tetap persiapkan pemilihan. Rabu, 5 Desember pukul 10.35 Agus Indarjo mengirim pesan via WhatsApp kepada Adel. Ia mengirimkan draft surat pembatalan pemilihan rektor. Belum ada nomor, tanggal, dan tanda tangan. Bentuk resminya baru dikirim pukul 12 siang dalam bentuk softfile. Tyas Tinov, Sekretaris Senat juga mendapat salinan surat tersebut dari Adel. Ia mengaku belum mendapat surat pembatalan secara fisik. Meski begitu, sidang senat tertutup tetap dilakukan. Sidang senat menghasilkan empat poin. Pertama, Senat Universitas Riau tidak melaksanakan pemilihan rektor. Kedua, senat meminta penjelasan kepada Menristekdikti tentang alasan penundaan pemilihan rektor. Ketiga, calon rektor sepakat memberi dukungan terhadap keputusan rapat senat hari ini. Terakhir, bersedia menerima hasil dari pemilihan rektor. Ketiga calon rektor juga membubuhkan tanda tangan di atas materai dalam surat pernyataan sesuai berita acara. Semua anggota senat, tiga calon rektor juga menyepakati untuk mengantarkan surat secara langsung ke Kementerian.

“Sampai sekarang—Red: 5 Desember 2018—pun kita tak tahu apaapa. Ditanya pun mau jawab apa,” kata Iwantono. Ia juga menambahkan apabila Kementerian tidak menjawab kapan pelaksanaan pilrek dalam seminggu ke depan, senat akan membahasnya dalam rapat lagi. Setelahnya, Jumat sore 7 Desember, surat undangan sidang senat kembali dilayangkan untuk memilih rektor pada Senin berikutnya. Akhirnya, pemilihan rektor resmi dilakukan pada Senin 10 Desember. Adel Zamri memimpin sidang senat pukul 12 siang. Setelah jalan panjang, Aras Mulyadi kembali terpilih sebagai rektor. Setelah dilantik hampir satu bulan, Aras lalu melantik secara resmi keempat wakil rektor pada 18 Januari 2019. M Nur Mustafa dilantik sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik. Wakil Rektor bidang Umum dan Keuangan tetap dipegang oleh Sujianto. Lalu Iwantono yang sebelumnya Ketua Panpilrek sebagai Wakil Rekor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Terakhir Syaiful Bahri sebagai Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi. Pada periode sebelumnya, pelantikan wakil rektor dilakukan dua bulan setelah pelantikan rektor. Aras juga melantik enam pejabat lainnya. Seperti biasa, pelantikan dilaksanakan di Aula Rektorat Unri serta dihadiri oleh pimpinan dan staff selingkungan UNRI.#

BAHANA MAHASISWA 31 EDISI JANUARI - MARET 2019


Ojek perahu di bawah Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, lebih dikenal Jembatan Marhum Bukit. Foto : Dicky BM 32 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019


BAHANA MAHASISWA 33 EDISI JANUARI - MARET 2019


FEATURE

Senjakala Kopi Liberika di Pesisir Riau Di tengah populernya kopi jenis Arabika dan Robusta, Liberika tumbuh di Kepulauan Meranti. Berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkannya.

Oleh Badru Chaerudin

Foto : http://pariwisata.riau.go.id

34 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019


M

ALAM baru saja tiba, seorang pegawai berpakaian biru lengan panjang bersepatu boots tengah duduk perhatikan gawai yang ia genggam. Tak berselang lama belasan orang dengan seragam yang sama tiba. Hidangan kopi menemani perbincangan mereka, sesekali tertawa dan tak ketinggalan berswafoto. Di ujung ruang, pemuda lain tengah perhatikan layar laptop. Di tempat lain, gerombolan muda-mudi berbincang duduk melingkari dua meja jadikan satu. Meja itu tersusun gelas kopi dengan sajian bervaria-

si, ada yang dingin dipenuhi es ada yang panas. Makanan ringan seperti kentang, ubi, hingga nasi goreng dan aneka sajian mie ikut disodorkan dalam buku menu selain varian kopi sebagai andalan. Dalam masyarakat Riau mengenal istilah bual-bual (bercakap-cakap) di kedai kopi. Minum kopi atau ngopi sambil bual-bual soal apa saja, dari hal sepele hingga mencetuskan ideide. Budaya ngopi tidak lagi identik dengan orang tua saja, kebanyakan komunitas berisi pemuda menjadikan kedai kopi sebagai tempat diskusi. Sampai ada istilah nongkrong di warung kopi menjadikan budaya ngopi sebagai tempat menyatukan orangorang. Kopi dalam bahasa arab disebut Qahwah yang berarti kekuatan, karena dikenal sebagai minuman berenergi tinggi. Secara historis, kopi sudah menjadi budaya bangsa. Haryanto Budiman dalam bukunya Prospek Tinggi Bertanam Kopi : Pedoman Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi (2012) menjelaskan masuknya kopi ke Indonesia tak lepas dari peran Belanda. Pada 1969, Gubernur Belanda di Malabar mengirim biji kopi ke Indonesia. Biji ini dibawa oleh Jenderal Adrian Van Ommen. Tetapi, pengiriman pertama ini gagal total sebab Batavia saat itu dilanda banjir besar. Kedua kalinya pada 1699. Kopi pun di kembangkan di Sumatra, Bali, Sulawesi dan Timor. Kelompok dagang VOC pada 1711 lakukan ekspor pertama kalinya. Sepuluh tahun kemudian panen meningkat 60 ton per tahun. Awalnya Belanda membawa kopi jenis Arabika sebagai satu-satunya jenis yang ada di nusantara. Kopi ini berasal dari daratan Abyssinia, sekarang wilayah Etiopia. Mengalami puncak panen pada 1880-1884 mencapai 94.4 00 ton per tahun, bertahan selama 175 tahun. Pada 1876 serangan Hemelia Vastatrix atau hama karat daun menjadi petaka. Tanaman yang sudah rusak diganti dengan kopi jenis Liberika. Liberika didatangkan sejak 1875, namun ia juga tak kebal hama karat daun dan permintaan pasar juga kurang karena rasanya yang terlalu asam. Sejak 1900 jenis Robusta didatangkan Belanda untuk mengganti Liberika. Produksinya lebih tinggi dan tahan terhadap serangan hama. Puncaknya, jenis Robusta mengantarkan Indonesia jadi salah satu pengekspor

kopi terbesar dunia. Meski demikian, sisa tanaman kopi Liberika masih bisa ditemui di Riau, Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan. Khusus masuknya di Riau, Liberika punya cerita yang berbeda. Di lansir dari Antarariau.com, ada tiga orang yang berasal dari Kepulauan Meranti baru saja pulang dari Malaysia. Kedatangan Yasin, Yusuf dan Kadir membawa oleh-oleh berupa biji kopi jenis Liberika. Kepulauan Meranti adalah daerah yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Malaysia, daerah ini menghasilkan kopi jenis liberika. Masyarakat Meranti pada awalnya mengenal kopi Liberika dengan sebutan kopi Sempian. Jenis kopi ini banyak terdapat di Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Menuju desa tersebut, dari ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti ke Selat panjang harus menyeberangi laut menggunakan perahu kayu (Kempang) selama 15 menit. Dilanjutkan dengan sepeda motor selama 45 menit.. Menurut keterangan dari pengurus Lembaga Masyarakat Peduli Kopi Liberika (LMPK) Rangsang Meranti Al Amin, perkebunan kopi Liberika yang ada di Desa Kedabu Rapat saat ini luasnya mencapai 775 hektar, sedangkan yang tergabung dalam kelembagaannya, terdiri dari beberapa desa di kecamatan Rangsang Pesisir luasnya mencapai 100 ribu hektar. Dengan luas lahan satu hektar minimal bisa mencapai satu ton dan kadang-kadang bisa mencapai lima ton. Dalam satu batang pohon bila saat musim panen bisa mencapai sampai 15 sampai 20 kg. Seorang Barista—pembuat kopi salah satu kafe di jalan Delima, tengah seduh kopi dengan teknik manual brewers, mula-mula Adi mengambil biji kopi dan menimbangnya sekitar 15 gram untuk digiling sembari menanti air mendidih, ia letakkan gelas ditutup brewer V60 dripper semacam corong berbentuk piramida terbalik, lalu ia tutupi dengan kertas filter, tak lama tangannya menyiram kertas filter dengan air panas “Agar aroma kertas hilang,� katanya sambil bercerita. Kemudian ia tuangkan kopi setelah jadi bubuk tadi kedalam kertas filter, air sudah mendidih dan kopi siap un-

BAHANA MAHASISWA 35 EDISI JANUARI - MARET 2019


tuk disiram, dengan cekatan tangannya memegang gagang ketel atau teko angsa yang siap meluncurkan air ke dalam kopi searah jarum jam dengan perlahan. Segelas kopi Liberika Meranti dan air mineral ia suguhkan sore itu, “Jangan langsung diminum, biar tak sakit perut� katanya. Adi juga menyarankan agar meminum air terlebih dahulu atau kumur-kumur agar rasa kopi dapat lebih dinikmati, cara minum juga sebaiknya diseruput, lalu kumur-kumur lagi. Adi perkenalkan temannya yang juga seorang Barista, lebih banyak tahu tentang kopi. Namanya Reza, ia seorang Mahasiswa Pertanian di Universitas Islam Riau (UIR) sering berkunjung ke petani kopi di daerah Meranti dan Kampung Bugis, Rupat. Di sana perlakuan kopi masih minim dalam hal pengelolaan sampai pada tahap panen, akibatnya kualitas yang diperolehpun kurang baik. Biasanya panen pertama bisa menghasilkan banyak, tapi karena cara panen salah sebabkan daun mati dan bunga berjatuhan yaitu teknik panen langsung ditarik saja tanpa dipetik dan ketergantungan petani pada tengkulak. Menurutnya jika berkaca dengan pengelolaan kopi di daerah Jawa, Riau masih tertinggal, di sana sudah perhitungkan kualitas kopi mulai dari penanganan hama, cara panen dan kepedulian terhadap petani dengan membuat koperasi dan pembinaan. “Pola pikir sudah berkembang, berbeda dengan petani kita di sini, padahal kalau perlakuan kopi itu baik maka harga jual pun naik karena orang butuh kopi,� harapnya. Rahmat seorang petani dan pengumpul kopi Liberika Meranti. Ia kemas produknya dalam merk Gambut Coffee, tepatnya di Desa Teluk Buntal. Di sana tak banyak lahan perkebunan kopi, tetapi rata-rata pohonnya besar berumur diatas sepuluh tahun, satu pohon mencapai 30 kg. Di desanya paling banyak dua ton dalam satu kali panen. Usai memilih dan memisahkan biji kopi, ia lakukan roasting atau gongseng biji kopi, lalu diamkan hingga dingin sekitar 5 sampai 10 jam. Kemudian proses grinding atau penggilingan menggunakan mesin grinder agar kopi jadi bubuk. Proses selanjutnya packaging atau memasukkan kopi kedalam kemasan 100 dan 250 gram. Terakhir ditutup kemasan den-

gan menggunakan seller atau alat las plastik untuk kemudian dipasarkan. Ia lakoni bisnis itu sejak 4 bulan lalu, kini ia sedang gencar lakukan promosi mulai dari ikut serta dalam event KTH di Jakarta dan Jogja, ikuti pameran studi banding Dinas Provinsi Papua di Selat Panjang, hingga menitipkannya untuk dibawa ke Singapura dan Malaysia, kini ia mulai memasuki kedai kopi tani di Pekanbaru. Dahulu di desanya salah satu penghasil kopi, walaupun belum memahami budidaya kopi dengan benar. Karena harga yang tergolong murah dan pengumpul tak lagi masuk ke desanya pada 1990 hingga 2000. Petani membiarkan tanaman kopi menjadi semak belukar, bahkan ditebang karena mengganggu tanaman kelapa sebagai komoditas utama. "Padahal petani selalu petik kopi walaupun harganya murah." Untuk menghidupkan kembali, Rahmat kampanye meyakinkan petani menanam dan merawat kopi yang ada. Mulai dari potensi kopi hingga membeli dengan harga lebih tinggi ia lakoni. "Biasanya mereka jual harga 1000, saya beli 2500 per kilonya," kata Rahmat. Komoditas utama daerah ini karet, sawit dan kelapa, sedangkan kopi hanya sebagai tanaman tumpang sari. Biasanya satu hektar dua hamparan 450 batang kelapa. Kopi diantara pohon kelapa itu dengan jarak 8 meter. Baru-baru ini Rahmat coba dua pohon kopi diantara kelapa. Secara produktivitas, panen kelapa lebih banyak dibanding kopi. Tapi kopi makin tua makin produktif, berbeda sebaliknya dengan kelapa. Lain lagi dengan waktu panen. Kelapa membutuhkan rata-rata tiga bulan sekali. Sedangkan kopi bisa tiap minggu. Ini yang menjadi bahan kampanyenya. Saat harga sawit, karet dan kelapa turun, kopi bisa jadi alternatif. Selain kampanye, Kesatuan Pendampingan Hutan edukasi kepada warga untuk merawat kopi. Programnya penanaman kopi sepuluh hektar, caranya kopi ditanam sebagai tumbuhan tumpang sari dengan kelapa, karena tumbuhan kopi butuh pohon pelindung agar tidak terkena langsung sinar matahari. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kopi, tahun

36 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

2015 luas area tanaman kopi di Riau 4.641 hektar dengan produksi 2.843 kg per tahun. Urutan ketiga terbawah di sumatera. Namun riset ini tak menampilkan data kopi Liberika, hanya ada kopi Robusta dan Arabika. Produksi secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat empat dunia dengan total 637 ribu ton pada 2017. Cenderung menurun sejak 2012. Untuk konsumsi pada 2016 berada di urutan ke enam dengan 250 ribu ton per tahun. Naik tujuh persen setiap tahun. Upaya mempertahankan kopi Liberika Meranti tak sejalan dengan perkembangan kedai kopi. Tren minum kopi terus meningkat, kedai, cafe atau warung kopi bermunculan. Diperjalanan terlihat halaman parkir kedai kopi penuh sesak. Menurut komunitas Explore Kopi Pekanbaru, setiap bulannya ada lima kafe baru menekuni bisnis Coffee Shop. Pertumbuhannya mencapai 195 kedai hingga oktober 2018. Teguh Combie, Barista asal Sumatera Utara sejak 2017 membawa mobilnya keliling menjual kopi di Pekanbaru. Menurutnya masih sedikit kedai yang berani menjual kopi lokal jenis Liberika Meranti. Sepi peminat. Tetapi keunggulannya Liberika bisa hidup di dataran rendah dan di tanah gambut. Seperti yang dikembangkan di Tanjung Jebung Barat, Jambi. "Agar Riau punya identitas kopi, sebagaimana kopi di luar Riau," ucap Teguh di Combie Coffee Bean miliknya jalan S Parman. Selain berkeliling dengan mobil miliknya, ia punya dua Coffee Shop dengan kopi Liberika sebagai brand, ia namai produknya Liberio. Mulai dari biji kopi yang sudah digiling, bubuk Kopi dan kopi celup, serta mengembangkan teh kombucha atau fermentasi dari kulit kopi. Teguh Combie juga perkenalkan Liberika melalui pameran atau kegiatan. Untuk sebulan ia hanya menghabiskan 5-6 kg kopi Liberika, lain hal bila kopi ditawarkan saat event. Bisa mencapai 50 kg bahkan lebih. Katanya kopi Liberika punya rasa yang kompleks. "Kita bisa munculin asam dan pahit, munculin pisang atau coklat bisa, liberika bukan tergolong spesialty tapi tergolong kopi eksotis buat mereka yang suka kopi diluar kebiasaan pada umumnya," jelas Teguh.#


REPORTASE

Memungut ‘RECEH’ di FKIP Mahasiswa yang hendak urus surat bebas labor, pustaka dan hima kena pungut. Nilainya beragam.

Oleh Reva Dina Asri

Mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2016 tengah pratikum Kimia Organik di Laboratorium PMIPA FKIP UNRI. Foto : Reva BM

BAHANA MAHASISWA 37 EDISI JANUARI - MARET 2019


R

EZA Novrianti hendak mengurus surat bebas laboratorium untuk syarat wisuda, Juli 2018 lalu. Mahasiswi Prodi Pendidikan Kimia angkatan 2012 ini mendatangi Sufianto di lantai dua gedung Labor. Pertama, Reza mengisi formulir bebas labor. Kemudian, Sufianto memeriksa catatan peminjaman alat khusus atas namanya. Jika mahasiswa masih memiliki utang peminjaman alat maka ia harus mengembalikannya terlebih dahulu. Pengembalian pun harus dalam berbentuk alat bukan uang. Di FKIP hanya jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) yang punya alat dan bahan penunjang praktikum di Laboratoriumnya. Jurusan PMIPA ada empat prodi S-1 yaitu Pendidikan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Prodi Fisika dan Matematika tidak dikenakan biaya. Dalam mengurus surat bebas labor ini, mahasiswa dikenakan biaya yang berbeda sesuai prodinya. Reza misalnya sebagai mahasiswa tingkat akhir ia diharuskan membayar uang Rp30 ribu. Tak dilengkapi dengan kwitansi pembayaran. Fatma Wilda, Pranata Laboratorium PMIPA yang juga bertugas di Pendidikan Biologi menjelaskan tidak semua ada kutipan untuk bebas labor semua angkatan. Pembayaran ini hanya berlaku untuk mahasiswa angkatan 2012 ke bawah atau non UKT dikenakan Rp. 60 ribu. Gunanya untuk surat bebas labor dan kebun serta penyediaan uang makan siang dan air mineral bagi laboran yang bertugas hari itu. Selain itu, untuk mengisi ulang air galon di labor. “Mahasiswa 2013 ke atas tidak dipungut apapun karena sudah termasuk ke dalam UKT. Lain hal den-

gan mahasiswa non UKT,” kata Fatma. Namun, pernyataan Fatma berbeda dengan fakta di lapangan. Putri Andini, mahasiswi Pendidikan Biologi angkatan 2014 ini mengakui membayar uang Rp. 60 ribu saat mengurus surat bebas laboratorium. “Untuk surat bebas labor digabung dengan bebas kebun biayanya enam puluh ribu.” Bukan hanya mahasiswa Non UKT seperti Reza, Putri dan Ahmad Khairu Ramadhan mahasiswa angkatan 2014 juga diminta pungutan. Tindakan ini syarat dengan pungutan liar, sebab sedari awal aturan UKT meniadakan pungutan karena sudah membayar uang pangkal diawal. Pada kasus serupa di fakultas eksakta yang ada di UNRI, pengurusan surat bebas labor tidak dipungut biaya. Seperti di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Teknik, Pertanian, Perikanan dan Kelautan. Hanya saja jika mahasiswa masih memiliki catatan peminjaman alat maka harus dikembalikan dalam bentuk alat juga. Syarat lain untuk mengurus wisuda adalah surat bebas pustaka. Perpustakaan pusat UNRI berada di belakang Rektorat. Pustaka ini memiki cabang di setiap fakultas. Hanya saja dibeberapa fakultas membuat pustaka setingkat jurusan dan prodi. Misalnya di FKIP, FISIP, FEB dan Teknik. Mereka menamakan sebagai ruang baca. Perpustakaan cabang yang ada di fakultas dibawahi langsung dekan dan punya koordinasi struktural dengan pusat. Pengambilan kebijakan berada di fakultas dan disesuaikan dengan universitas. Selain itu, ruang baca jurusan

38 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

dan prodi dekat dengan ruang kuliah membuat mahasiswa lebih sering berkunjung. Ruang baca ini merupakan perpanjangan tangan dari pustaka cabang fakultas. “Ruang baca yang tersedia semestinya berkoordinasi dengan saya dalam pengelolaan ruang baca,” kata Linda Donna, Kepala Perpustakaan cabang FKIP. Namun, sangat jarang ruang baca prodi berkoordinasi dengan perpustakaan cabang. Koordinasi yang dimaksud berupa pelaporan koleksi buku dan data pengunjung. Ruang baca menyediakan koleksi buku sesuai jurusan dan biasanya koleksinya terbatas. Buku-buku ini tidak dipinjamkan sebab koleksinya terbatas, sehingga mahasiswa atau dosen hanya diperbolehkan membaca di ruang tersebut. Pelaporan koleksi buku yang diminta Linda bermaksud untuk memudahkan pencarian buku. Sebab saat ini UNRI terhubung secara daring untuk koleksi buku. Memudahkan mahasiswa mengetahui keberadaan buku yang dicari. Temuan kami di FKIP, adanya pungutan berupa buku dan uang saat mengurus surat bebas pustaka di tingkat pustaka cabang fakultas dan ruang baca prodi. Misalnya di ruang baca Prodi Pendidikan Biologi yang lebih dikenal dengan nama Phylobiosains. Ruang baca ini menyediakan bahan baca berupa tugas akhir mahasiswa, jurnal nasional dan internasional dan beberapa buku pendidikan serta biologi. Letaknya di gedung F FKIP, seberang Aula Serbaguna. Mahasiswa diminta menyumbangkan satu buku atau membayar uang sebesar Rp50 ribu. Ditambah sumbangan tiap semester Rp2.500 untuk ruang baca. Maka jika ta-


mat dengan delapan semester harus membayar Rp70 ribu. Berbeda nominalnya di Prodi Pendidikan Kimia. Mahasiswa sumbangkan buku dan uang sebesar Rp 10.000. Dengan ketentuan buku tentang pendidikan atau kimia setebal minimal 220 halaman. Sedangkan untuk setingkat fakultas, Linda Donna, Kepala Perpustakaan cabang FKIP mengaku tidak memaksakan mahasiswa untuk memberikan sumbangan buku. Linda beranjak dari tempat duduknya dan mengambil satu buku dari lantai. “Ini adalah buku-buku yang disumbangkan, bahkan ada satu buku yang disumbangkan secara kelompok,” tambahnya. Buku-buku yang disumbangkan nantinya digunakan sebagai tambahan koleksi perpustakaan cabang. Pasalnya saat ini rak buku hanya dipenuhi oleh skripsi. Untuk kategori buku yang disumbangkan, pihaknya menerima buku bertema pendidikan ataupun yang sesuai dengan jurusan mahasiswa tersebut. Saat konsolidasi kelembagaan mahasiswa se-FKIP sekira Agustus lalu, seorang mahasiswa mengadu ke Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan tentang adanya pungutan buku untuk mengurus bukti surat penyerahan skripsi ke pustaka cabang. Karena tak memberi buku, ia tidak diproses. Sayangnya, Jamal, Penanggung jawab sementara Gubernur Mahasiswa FKIP tak beritahu detail aduannya. Hal ini ditindaklanjuti oleh Jamal dan Roberto, Kepala Dinas Sosial Politik menghadap Zul Irfan— Wakil Dekan bidang Akademis. Zul langsung telepon Linda, ia sampaikan tidak ada lagi pungutan seperti itu. Sejak itu pula pungutan buku untuk syarat penyerahan skripsi tak

lagi diminta. Zul Irfan tidak membenarkan adanya pungutan biaya untuk pengurusan syarat tugas akhir. Sama halnya kejadian di FKIP. Perpustakaan jurusan di FISIP, FH dan FT rata-rata juga menjadikan buku sebagai syarat bebas perpustakaan. Menurut aturan Kemenristekdikti pengadaan bahan bacaan perpustakaan termasuk kedalam penggunaan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Undang-undang nomor 12 tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi poin 5 menyatakan Pemerintah mengalokasikan dana bantuan operasional PTN dari anggaran fungsi pendidikan. BOPTN adalah biaya dari pemerintah yang diberikan kepada PTN untuk membiayai kekurangan operasional sebagai akibat adanya batasan sumbangan pendidikan di PTN. Salah satu fungsi dari BOPTN ialah dialokasikan untuk penambahan bahan pustaka. Yaitu pengadaan buku-buku teks, jurnal nasional dan internasional, CD ROM, artikel ilmiah, CD ROM data riset, langganan jurnal digital dan lain-lain. Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, dalam pasal 24 ayat 4 Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan. Jadi biaya untuk pengadaan buku menjadi tanggung jawab perguruan tinggi. Kemudian, kewenangan Ruang Baca tersebut menyalahi Peraturan Rektor nomor 1 tahun 2015 pasal 8 ayat 3 penyelenggaraan ruang baca hanya sebatas pelayanan baca. Namun pada praktiknya ruang baca me-

layani diluar ketentuan seperti peminjaman hingga sumbangan buku. Temuan terakhir saat mengurus wisuda adalah adanya pungutan bebas Himpunan Mahasiswa. Reza Novrianti sempat jadi pengurus Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia (Himaprostpek). Sesuai aturan dari Prodinya, Reza harus meminta surat bebas dari Himaprostpek. Ia menemui Sekretaris Umum Hima, Ayu Pratiwi dan mengisi data diri pada formulir yang diberikan. Kemudian surat didapatkan Reza dengan membayar Rp2.500 per semester. Reza mesti membayar Rp30.000 karena lulus dengan 12 semester. Surat bebas Hima ini, menurut Ayu Pratiwi diwajibkan untuk seluruh mahasiswa yang akan menamatkan studinya. Meskipun ia tidak tergabung dalam kepengurusan himpunan saat kuliah. Ayu mengaku tidak mengetahui dasar penetapan tarif ini sebab sudah diberlakukan sejak lama. Surat ini menjadi bukti mahasiswa tersebut tidak lagi memiliki keterkaitan dengan Himpunan. Keterkaitan ini dimaksudkan dalam bentuk kegiatan maupun utang piutang. “Iuran ini diberikan sebagai sumbangsih terakhir mahasiswa untuk Himaprostpek,” terang Ahmad Khairu mantan Sekretaris Himaprostpek. Uang ini diterima oleh sekretaris, kemudian diserahkan kepada bendahara dan masuk ke dalam kas himpunan. “Fungsinya untuk kebutuhan Hima,” Ayu Pratiwi. Dalam persyaratan mengurus yudisium maupun wisuda di fakultas tidak tertera aturan melampirkan surat bebas Hima. Hanya Himaprostpek yang mengutip uang. Berbeda dengan Himpunan lain yang ada di FKIP, tak ada yang menerapkan aturan ini.#

BAHANA MAHASISWA 39 EDISI JANUARI - MARET 2019


KHAZANAH

Bahasa Melayu, Gerbang memasuki Riau Oleh Reva Dina Asri

Foto : Bapenda Riau

“Mohon perhatian pesawat udare Citilink dengan nomor penerbangan Q J delapan satu lime dari Bandung telah mendarat, terime kasih�. 40 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

P

ENGUMUMAN ini terdengar dari pengeras suara di terminal kedatangan Bandar udara Sultan Syarif Kasim II atau lebih dikenal Bandara SSK II. Bahasa melayu diumumkan setelah pengumuman dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bandara SSK II menerapkan ini sejak Mei 2018 lalu. Selain info kedatangan pesawat, bahasa melayu juga digunakan untuk mengumumkan jadwal keberangkatan. Awalnya Wan Thamrin Hasyim sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Riau menugaskan dua rombongan terbang ke Pulau Jawa. Tujuannya untuk studi banding dan mempelajari pelestarian kearifan lokal di dua kota yaitu Bandung dan Yogyakarta.


Kedua kota ini dipilih karena dinilai berhasil menerapkan muatan lokal di kotanya. Rombongan pertama menuju Kota Bandung, diketuai Kepala Dinas Kebudayaan Yoserizal Zen. Di Bandung ada satu hari dalam seminggu para pegawai pemerintahan diwajibkan menggunakan Bahasa Sunda dan memakai pakaian adat Jawa Barat. Program dikenal dengan nama Rebo Nyunda. “Pada tempat-tempat umum juga menggunakan tulisan-tulisan menggunakan berbahasa Sunda,” kata Yoserizal Rombongan kedua menuju Yogyakarta dipimpin oleh Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Riau Ahmad Syah Harrofie. Adat jawa sudah sangat melekat di Jogjakarta. Selain itu budaya membatik juga termasuk muatan lokal yang telah diajarkan sejak bangku sekolah. Taufik Ikram Jamil dari Lembaga Adat Melayu Riau ikut rombongan Ahmad Syah menceritakan di Bandara Adi Sucipto sudah menggunakan tiga bahasa yaitu Inggris, Indonesia, dan Jawa. Penggunaan bahasa ini selain untuk melestarikan muatan lokal juga dikarenakan banyak masyarakat yang belum memahami bahasa Indonesia. Hasil dari studi banding ini kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan Peraturan Gubernur Riau tentang muatan lokal di ruang umum dan Pendidikan. Untuk uji coba pertama mengikuti jejak Provinsi Yogyakarta dipilihlah Bandara SSK II untuk menggunakan bahasa melayu. “Dipilihnya bandara sebagai tempat pertama penerapan muatan lokal di ruang umum karena bandara merupakan pintu gerbang orang untuk memasuki Riau,” kata Taufik Ikram Jamil. Kemudian Pihak dinas kebudayaan lakukan pertemuan dengan pihak Angkasa Pura II selaku pengolah bandara. Dipertemuan itu juga hadir Taufik Ikram Jamil mewakili LAM Riau. Hasil pertemuan ini disambut baik oleh Eksekutif General Manager Bandara SSK II Jaya Tahoma Sirait.

Kendala muncul, sebab pihak bandara belum memiliki announcer atau penyiar yang cakap dalam berbahasa melayu. Kemudian Taufik menawarkan untuk mencarikan penyiar guna membacakan pengumuman di bandara. Taufik menemukan dua penyiar yaitu Jefri dan Asmah Aini. Keduanya aktif dalam dunia pembawa acara atau pewara dan kerap memandu menggunakan bahasa melayu. Asmah Aini adalah mahasiswa magister di jurusan sastra Indonesia. Jefri sendiri merupakan dosen sastra di Universitas Lancang Kuning. Lalu, Taufik Ikram memberikan arahan kepada penyiar untuk kemudian dilakukan perekaman. Suara rekaman inilah yang diputar dan diulang untuk pengumuman kedatangan dan keberangkatan pesawat. Perekaman ini disiarkan langsung saat kedatangan atau keberangkatan pesawat. Biasanya data nomor penerbangan diolah oleh pihak bandara di luar rekaman. Sejak Mei lalu, kini sudah memasuki bulan ketujuh penerapan muatan lokal di Bandara. “Rencananya setelah enam bulan akan dilakukan pergantian dengan dialek lain bahasa Melayu,” kata Taufik. Bahasa Melayu di Riau terbagi menjadi lima dialek yaitu Kampar, Kuantan Singingi, Melayu Pesisir, Melayu Kepulauan dan Kepri. Dialek yang digunakan di bandara uji coba pertama ini adalah dialek melayu pesisir. Biasa berakhiran “e”. Sebab bahasa melayu pesisir lebih familiar di telinga masayarakat Indonesia dibanding dialek lain. Seperti melayu kepulauan biasanya berakhiran “o” dan bahasa melayu Kampar dan Kuansing lebih terdengar mirip dengan bahasa Minang. Selain itu, pemilihan ini dikembalikan berdasarkan sejarah. Bandara SSK II disahkan oleh Sultan Syarif Kasim yang berasal dari Siak. Artinya, ia berasal dari Melayu pesisir. Bahasa melayu pesisir dikenal juga bahasa melayu baku di Malaysia. Melayu sejatinya berasal dari Johor Malaysia dan Riau di Indonesia. Sebab itulah, bahasa melayu Riau mirip dengan bahasa melayu Malaysia.

Bedanya, di Malaysia akhiran “e” dalam pengucapan tidak diikuti dengan tulisan. Artinya, ejaan dan tulisan berbeda. Sebagai contoh kata kemana dibaca kemane. Sedangkan melayu Riau ejaan dan tulisan sama. Kata kemane tetap tertulis kemane. Eksistensi bahasa juga dipertimbangkan dalam pengumuman ini. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang diserap dari bahasa Melayu. Sebab itu kata yang digunakan juga diseleksi. Pengucapan Pesawat Udare contohnya. Dalam bahasa melayu, sebenarnya akrab disebut kapal terbang. Namun, Pesawat Udare lebih eksis dan familiar di telinga serta tidak menyalahi bahasa melayu. Sebab itulah dipilih kata pesawat udare. Hasil uji coba ini yang kemudian disusun sebagai Peraturan Gubernur Riau Nomor 46 Tahun 2018 tentang Penerapan Budaya Melayu Riau di Ruang Umum. Peraturan ini disahkan pada delapan Agustus tahun 2018. Pada Bab VI Penerapan Budaya Melayu Riau Pasal 8 ayat 1 mengatakan Bahasa Melayu Riau digunakan untuk penamaan gedung, ruangan, obyek lainnya. Penyampaian pengumuman dan berkomunikasi Penyampaian pengumuman dan berkomunikasi ini yang dijadikan dasar pengumuman di Bandara menggunakan bahasa melayu. Selain mengkaji tentang muatan lokal di ruang umum studi banding juga mempelajari muatan lokal di pendidikan. Di Yogyakarta telah menerapkan membatik di sekolah – sekolah. Di Riau mata pelajaran Budaya Melayu Riau juga sudah diajarkan. Namun, dinilai masih kurang tenaga pengajar. Pemerintah Provinsi Riau berencana menyurati Kementrian Pendidikan guna meminta sertifikasi bagi guru pengajar muatan lokal. Hal ini disambut baik dan sedang diproses. Selain itu, kantor-kantor pemerintahan juga sudah menciptakan suasana melayu dalam kesehariannya. Seperti diwajibkannya pemesanan kue atau makanan khas melayu dalam acara yang digelar di kantor pemerintahan.#

BAHANA MAHASISWA 41 EDISI JANUARI - MARET 2019


CERPEN

A

LEXA, nama gadis itu. Jemarinya yang jarang tersentuh cahaya matahari, menelusuri cermin besar tepat di tengah ruang yang berada di loteng tersebut. Rasanya seperti biasa, licin dan sedikit cahaya terpantul dari sudut jendela yang tertutup tirai. Kecuali sesosok bayangan yang sejak dulu meringkuk di dalam cermin itu. Sekali lagi Alexa mengamatinya. Dia adalah Alexa sendiri. Rambut lurus yang terurai hampir menutupi mata. Tubuh kecil khas gadis remaja. Wajahnya tak terlihat. Karena bayangan itu selalu duduk dibawah jendela sambil memeluk lutut dan memalingkan wajah. Seakan menghindari Alexa. “Kau…aku, bukan?” Lagi, Alexa kembali mencoba berbicara. Sudah ke seratus kali dan sejauh ini lebih baik. Dulu dia hampir dianggap gila ketika berteriak histeris menyaksikan bayangannya di depan cermin berperilaku tak lazim. Namun, bayangan tersebut kembali seperti semula ketika orangorang datang mengerumuninya. Kini disinilah ia—diasingkan di atas loteng. Dengan barang-barang tak terpakai dan tentu saja, cermin tua. “Bicaralah padaku. Katakan sesuatu. Aku bisa benar-benar dianggap tak waras jika kau tetap begini,” katanya dengan suara sayup seperti angin musim panas di luar sana. Namun gadis di dalam cermin tetap di posisinya. Kecuali ia semakin mengalihkan wajah. Seperti tak ingin mengenal Alexa. Di luar sana, tepat di bawah jendela, usungan jenazah tampak memenuhi halaman. Benar, ada upacara kematian di rumah itu. Alexa yang memang tak pernah ingin mengaitkan hati dengan manusia maupun matahari, lebih memilih memilin dunia nya sendiri di markas nya ini—kamar loteng. Di sini dia bisa melakukan apa pun. Tidak ada manusia dengan kata-kata kasar, tidak ada manusia bermulut banyak meski tak sebanding otaknya atau manusia yang tiba-tiba datang saat ada kepentingan. Anehnya ketika tawa nyaris memenuhi separuh dari hari-harinya, mereka seakan tak mengenal dirinya. Ayolah, dunia sebenarnya bisa memiliki penghuni-penghuni yang lebih bermartabat dibandingkan wajah-wajah memuakkan itu. Dan

Cermin Nita Lestari Pendidikan Dokter 2016 mereka semua menyebut diri mereka keluarga. Keluarga yang mana Alexa juga tak tahu. Dari semua bayangan itu, Alexa nyaris menutup mata ketika bayangan kematian sepupunya melintas tiba-tiba. Ketika matahari baru sepenggalahan, Alexa menyempatkan mengintip ke luar. Menyingkap sedikit tirai berdebu sehingga cahaya dengan bangganya masuk seakan mengoyak kegelapan di sana. Usungan jenazah sudah menghilang. Bahkan sisa-sisa manusia yang biasanya berada di barisan belakang pun tak tampak. Sepi. Benar-benar sepi. Alexa tahu kamar loteng itu memang panas. Jadi wajar saja ia berkeringat banyak seperti saat ini. Tapi dia merasakan keringat yang turun di balik bajunya seakan berasal dari tubuhnya yang menggigil, dan gigil itu berasal dari bayangan-bayangan menyakitkan tentang kematian sepupunya yang sejak tadi merusak isi kepalanya. Sungguh, bukan keinginan Alexa jika Tantri, bocah berusia 7 tahun tersebut tanpa sengaja meminum larutan asam pekat yang dimasukkan ke botol limun. Sungguh, bukan keinginan Alexa jika dia tiba-tiba kehabisan wadah untuk eksperimen yang orang lain menyebutnya gila dan memilih meletakkan sisa asam pekat ke dalam botol limun yang kebetulan ada banyak di lemari pakaiannya. Dia harus meyakinkan dalam hati bahwa kematian bocah cilik itu tak sepenuhnya kesalahan dia. Kalau saja dia mengetuk pintu terlebih dahulu, aku akan tahu jika dia ada di kamarku.. Kalau saja bocah itu tak lancang menyentuh peralatanku… Kalau saja dia… Kalau saja….

42 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Tanpa sadar Alexa sudah membentuk goresan-goresan kecil di lantai kayu dengan ujung kukunya. Badannya masih menggigil. Dan dia masih merapal kalimat-kalimat tak jelas dengan mata yang melotot kosong ke arah lantai. Separuh rambut hitamnya sudah serupa kertas yang diremas. Tak berbentuk akibat dia menahan rasa sakit di kepalanya. Terus merapal, terus berujar, terus berucap. Dia harus meyakinkan diri bahwa upacara pemakaman yang terjadi hari ini tidak semata-mata karenanya. Tapi… tapi! Jika demikan, mengapa sejak semalam kelurga besarnya semakin menganggapnya tidak ada di dunia? Alexa memeluk lutut di bawah jendela. Bayangannya terpantul pada cermin antik yang bermasalah tersebut. Mereka dengan posisi yang sama sekarang. Kecuali… si bayangan meliriknya dengan seringaian panjang! “Kau sudah seperti orang gila sekarang,” kata suara itu. Tertawa sumbang. Intonasinya membuat bulu roma meremang. Alexa mengangkat kepalanya. Tanpa sadar matanya sudah sembab. “Si..siapa-” “Yo…” Alexa melempar pandangan ke cermin. “Ini aku,” kata bayangan tersebut dengan mata yang kini jelas berkilat. Sangat berbeda dengan sang empunya bayangan. Jika Alexa menunggu sejak lama bayangan dirinya di cermin bertingkah layaknya pantulan, inilah dia. Mereka dalam posisi yang sama sekarang. Memeluk lutut di bawah jendela. Melihat ke arah yang sama. Hanya saja, Alexa dengan raut keterkejutannya dan sang bayangan dengan seringai panjang mengerikan. Alexa baru akan mengeluarkan suara sampai sang bayangan kembali memotong gelagat tersebut.


nimreC “Menangislah lagi. Aku tak akan mengganggu,” kata bayangan itu lagi disertai kikikan. Mengejek. “Brengsek,” desis Alexa pelan. Ia meremas rambutnya sendiri. Air matanya juga ikut mengalir seakan turut terperas. Dia tak peduli lagi apa jenis makhluk di dalam cermin itu. Saat ini bayangan tersebut tampak seperti kembarannya, namun dalam bentuk frustasi bercampur sikap tak peduli yang memuakkan. Bayangan itu masih terus tertawa kecil sambil sesekali memainkan rambut. “Tawamu menyakitiku,” kata Alexa tak tahan. Tanpa disangka bayangan itu bergerak ke arahnya dan berhenti di batas cermin. Wajahnya menjadi lebih serius. “Kau yang menyakitiku,” suara sang bayangan penuh penekanan. “Siapa kau?” “Aku Alexa.” “Aku yang Alexa!” Sang bayangan menyeringai. “Kalau begitu aku adalah dirimu.” “Jangan bercanda,” geramnya. Sang bayangan hanya membuang muka. Tak peduli. Namun segera memelototkan mata ketika gadis frustasi di hadapannya meraih vas bunga dan bersiap melempar ke arah kaca. “Kau… makhluk aneh. Aku tahu dari dulu seharusnya kau tak berada di sana. Mati saja sana.” “Bunuhlah aku dan kau akan kehilangan dirimu selamanya.” Satu kalimat yang terkesan angkuh itu membekukan Alexa. Tentu dia tidak mengerti. “Kau menumpuk dan menghidupkan aku selama ini. Kau gagal membaca dirimu sendiri. Kau pembohong yang paling menyedihkan. Satu-satunya teman yang dengan tulus tersenyum kepadamu sedang dimakamkan, dan

kau sedang mencaci dirimu sendiri di sini. Lekaslah. Lemparkan vas itu. Mungkin kau tak cukup hanya menyakiti dirimu. Bunuh saja aku.” Tangan Alexa terkulai. Vas bunga itu tergeletak. “Jika saja… jika aku bisa keluar. Aku tak akan sebodoh dirimu membiarkan waktu melihat makhluk suci untuk terakhir kali terlewatkan.” Sang bayangan di cermin itu tibatiba saja memperlihatkan sisi rapuhnya. Ia menangis kini. Lalu menghilang. Karena setelahnya Alexa menghambur dari pintu dan berlari keluar, mengenakan tudung kepala. Sungguh, dia tak terlalu suka matahari. Ia tak terlalu suka kehangatan, bahkan ketika benda abstrak tersebut keras kepala memenjara tubuhnya. *** Jarum waktu hampir merangkak ke pukul dua belas. Langit menyajikan mendung tak biasa di tengah-tengah musim panas tersebut. Alexa menerobos kerumunan yang masih memadati area pemakaman. Beberapa puluh langkah lagi lubang besar itu akan terlihat olehnya. Sesampainya ia di sana, jenazah anak kecil itu baru akan diturunkan. Menghadap ke kiblat dengan bagian muka menyentuh dinding tanah. Mungil dan suci. Alexa berlutut di tanah. Tangisnya halus, namun air mata itu deras mengalir seakan tiada henti. Suara Tantri yang terkadang mengganggu kini terngiang tiba-tiba. Anak kecil selalu menyenangkan. Senyumnya tulus, tidak munafik. Dan Alexa tahu bahwa anak-anak kecil adalah tambatan hatinya di dunia ini. Di tengah kemelut perasaannya, Alexa marapalkan kata-kata maaf yang terselip oleh angin yang mulai mengundang rintik hujan. Dari belakang, dia merasakan tangan hangat mengelus pipinya yang

basah. Itu tangan ibunya. *** Lotengnya yang gelap semakin gelap ketika Alexa kembali. Tentu saja. Sedang hujan di luar, dan gadis itu setengah basah berjalan di atas lantai papan. Dia langsung berdiri di depan cermin. Cahaya temaram dari tirai jendela yang dibuka lebih lebar menampilkan secara tipis bayangan dirinya. Sang bayangan masih di sana. Di posisi yang sama. Namun Alexa tak salah melihat ada senyum indah yang sedikit tertutup rambut panjangnya. “Kemarilah,” panggil Alexa. Bayangan itu pun mendekat. Mereka kini saling berhadapan. Dalam posisi itu, Alexa dapat menyaksikan gurat letih di wajah sang bayangan. Lalu ia meraba wajahnya sendiri. Tersenyum. Sama persis. Agaknya itu adalah hasil dari pertumbuhan psikologi yang tak dapat dikatakan indah belakangan ini. Sekarang apa lagi? Tantri telah menghilang. satu-satunya matahari yang ia miliki di dunia milik seorang Alexa benar-benar telah lenyap. Gerhana saat ini. Ah, ia tak ingin semakin tenggelam. Seakan setiap helaian napas yang ia hela berkarat dengan cepat dan menggerogoti usia sedikit demi sedikit. Namun dalam bahasa patologis. “Kau memaaf kanku?” Alexa bertanya. Sang bayangan mengangguk. Sepasang mata yang aslinya indah, tersembunyi di balik rambut. “Semuanya akan baik-baik saja. Kita punya Tuhan. Katakan padaNya bahwa kau bukan orang jahat. Dia pasti akan menjagamu. Kau juga memaaf kanku?” Sang bayangan bertanya pula. “Ya. Kita berdamai saja. Ini sudah lama sekali. Sungguh tidak mudah.” Sang bayangan tersenyum. “Tidurlah. Kau tampak lelah.” Rasa kantuk mulai menguasai Alexa. Namun dia masih sempat menempelkan telapak tangan pada cermin itu. Lalu bayangannya melakukan hal serupa. Saat matanya perlahan memburam, dia masih dapat melihat senyuman paling indah dari sang bayangan. Juga ucapan selamat tinggal. Mulai sekarang tidurmu menjadi tidur ternyaman dalam hidupmu…

BAHANA MAHASISWA 43 EDISI JANUARI - MARET 2019


ARTIKEL ILMIAH

Mencegah Daging Cepat Busuk dengan Edible Film Oleh Annisa Febiola

Revika Wulandari, Angela Marici Lisda Elfriyanti Situmorang, dan David Ali Hermawan saat memenangkan medali perak pada PIMNAS ke-31 di Yogyakarta kategori poster Foto : Istimewa

A

NGELA dan Vika bertanya-tanya berapa lama daging bisa bertahan jika disimpan di dalam lemari es atau freezer sekalipun? apakah aman konsumsi daging yang sudah berhari-hari disimpan? berawal dari sini lah, mereka memulai penelitian alat yang dapat per panjang masa simpan daging beku melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-PE). Tim pun dibentuk berisi Angela Marici Lisda Elfriyanti Situmorang, Revika Wulandari dan David Ali Hermawan. Angel, begitulah kerap disapa dara kelahiran Batam ini ditunjuk sebagai ketua tim. Mereka menamakan Anti Bacterial Edible Film (A Beef) sebagai Antimicrobial Edible Film untuk Memper panjang Umur Simpan Daging sebagai judul penelitian.

Angel dan Vika mahasiswa angkatan 2016 jur usan Teknik Kimia, teman sekelas di kampus. Sebab dalam PKM tak boleh semua anggota satu angkatan, mereka berinisiatif mencari anggota yang beda angkatan. Senior mereka kemudian rekomendasikan David untuk diajak bergabung. Sebelum membentuk tim, ide sudah terlebih dahulu mereka kantongi. “Kalian pernah lihat plastik w rap gak? Itu bisa dimakan gak?” tanya Vika kepada dua rekannya. “Pernah, tapi tak bisa dimakan,” jawab Angel dan David. Mereka berselancar di dunia maya untuk mengetahui kandungan plastik w rap—biasa dipakai membungkus buah. Setelah mengetahui adanya kandungan zat kimia, mereka ber pikir untuk membuat yang sejenis tetapi bisa dimakan.

44 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

“Nah itulah edible film,” kata Angel. “Oh iya, edible film anti mikroba,” sambung mereka. Kemudian mereka mencari tahu cara pembuatan edible film dan anti mikroba. Berbagai referensi mereka gunakan. Tak lupa diskusi dengan senior dan Irdoni Dosen Pendamping tim. Penelitian mereka mulai di Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral Fakultas Teknik, yang dikepalai oleh Irdoni. Menur ut Angel, memang sudah ada yang membuat edible film sebelumnya. Tetapi tidak dikombinasikan dengan anti mikroba. Maksudnya mencegah perkembangan jamur yang dapat membuat daging busuk. “PKM ini kita boleh menemukan inovasi bar u atau mengembangkan apa yang sudah ada,” sambung David. Edible film dapat dibuat dengan pektin dan pati. Kemudian mereka tambahkan minyak atsiri sebagai anti mikroba. Pektin yang dipilih dari kulit pisang dan pati berasal dari biji durian. Sedangkan minyak atsiri dari daun kemangi. Bahan pertama, pektin dari kulit pisang. Menur ut data Badan Pusat Statistik atau BPS Riau populasi pisang banyak terdapat di Bumi Lancang Kuning ini. Kandungan pektin kulit pisang lebih banyak dari yang biasa digunakan, yaitu apel sebesar 52 persen. Selain itu, untuk memanfaatkan limbah kulit pisang yang kebanyakan dibuang begitu saja. Mulanya kulit pisang dipotong, dicuci lalu keringkan di bawah sinar matahari. Perlu waktu dua hari sampai kulit pisang kering. Setelah itu diblender dan diayak. Hingga proses ini, pektin belum didapat. Serbuk tak seukuran yang mereka dapat. Untuk mendapatkan pektin, serbuk diekstraksi dengan lar utan


HCL atau Asam Klorida selama dua jam. Hasilnya disaring menggunakan pompa vakum. Bentuk jadi ber upa filtrat. Untuk hilangkan lar utan Asam Klorida dari filtrat, ditetesi lar utan AgCl hingga tak ada lagi endapan. “Jika masih terbentuk endapan, berarti masih terdapat kandungan HCl di dalamnya,” jelas Vika. Setelah dicuci menggunakan etanol dengan perbandingan 1:1. Diendapkan selama sehari agar Etanol dan AgCl mengikat HCl keluar. Sehingga filtrat terbebas dari kandungan HCl dan aman untuk dikonsumsi. Pektin berbentuk serbuk ber war na putih susu. Kedua, pati dari biji durian. Kandungan pati pada biji durian lebih banyak, yaitu 43,6 persen. Selama ini biji durian hanya dibuang setelah dimakan dagingnya. Tak beberapa orang yang mengonsumsinya dengan cara merebus. Biji durian dipotong kecil-kecil, cuci lalu direndam dalam air kapur sirih semalam. Perendaman bertujuan hilangkan lendir pada biji. Untuk melar utkan, biji durian tadi diblender bersama air dengan perbandingan 1:10 agar mudah lar ut. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah, endapkan lagi semalam. Besoknya, dicuci menggunakan aquades dan dituangkan secara perlahan agar endapan tertinggal di wadah. Selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 derajat celcius selama dua hari. Sebab ukuran pati yang mereka dapat tak sama, pati diblender tanpa air. Terakhir mereka ayak, didapat lah pati yang halus. Terakhir, minyak atsiri dari daun kemangi. Daun kemangi bisa diganti dengan ekstrak bawang merah atau putih dan kulit jer uk. Metode yang mereka gunakan adalah distilasi uap air langsung. Destilasi mer upakan proses pemisahan berdasarkan titik didih. Alat yang mereka gunakan Klafenger dan Kondensor. Pertama daun kemangi mereka cuci dan keringkan untuk menghilangkan kandungan air. “Menjemur nya tak usah di bawah sinar matahari,” kata Vika. Minyak dan air akan ter pisah. Minyak inilah yang mereka ambil dan digunakan sebagai anti mik roba. Kandungan Eugenol pada minyak ini ber fungsi sebagai anti mikroba.

Vika ketika ditemui di kosnya di Jalan Balam Sakti jelaskan mereka perlu mengulang-ulang hingga akhirnya jadi. Uang banyak habis untuk membeli HCl yang cukup mahal. Sekitar Rp 100-ribuan per setengah liter. Uji dilakukan tak satu dua kali. “Untuk jadi pektin, pati dan minyak atsiri itu aja susah.” Untuk pembuatan edible film tidak sesulit mengekstraksi. Caranya dituang di atas cetakan kaca ber ukuran 20 x 20 cm. Awalnya yang sudah dicetak tak bisa ditarik. Disitulah semangat mereka mulai patah. Mereka sering berkumpul, makan bersama untuk menciptakan solidaritas dan memecahkan masalah. “Rasanya mau nangis, padahal sudah monev per monev dilewati,” kata Vika menir ukan kalimat Angel kala itu. Mereka bertiga saling menyemangati rekannya, mengingat tahapan yang sudah dilewati tak mudah. Akhirnya setelah beberapa kali mencoba, edible film mereka jadi. Tak sampai disitu, perlu dilakukan beberapa uji lagi. Seperti uji Spektrofotometer Fourier Transform InfraredSpectroscopy (FTIR ) untuk menguji gugus fungsional pektin, pati, minyak atsiri, edible film. Analisa ini bertujuan mengetahui per ubahan gugus fungsi dari suatu bahan yang dihasilkan. Uji ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kedua uji pertumbuhan mikroba di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA. Mereka menguji tiga sampel. Yaitu daging tanpa edible film, dengan edible film tanpa anti mikroba dan gunakan kedua bahan. Hasilnya, daging tanpa edible film menghasilkan koloni mikroba tak bisa dihitung serta warnanya yang cokelat. Kemudian daging kedua, koloni mikrobanya lebih sedikit, sekitar 3,4 x 104. Warnanya juga agak terang. Terakhir daging yang dilapisi edible film dan anti mik roba menghasilkan sangat sedikit koloni mikroba, sekitar 2,3 x 104. Warnanya tak ber ubah dari awal diuji. Segar. Selanjutnya uji sifat mekanik. Parameternya adalah kuat tarik, elongasi dan modulus young. Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara

memberikan beban gaya yang sesumbu. Elongasi yaitu per panjangan dari sebuah material ketika diuji tarik sampai patah. Kemudian modulus young, maksudnya adalah ukuran kekakuan suatu bahan elastis yang mer upakan ciri dari suatu bahan. Mereka mengirimkan sampel ke salah satu Laboratorium Universitas Andalas untuk uji tarik. Sebanyak empat sampel dikirimkan dengan biaya sekitar Rp 75 ribu per sampel. Pihak Laboratorium UNAND mengirimkan hasil uji via surat elektronik. Mereka semakin optimis dengan hasil uji yang diperoleh. Argumen mereka kuat untuk menjawab pertanyaan reviewer nantinya dengan produk mereka yang berkualitas. Daging yang dilapisi edible film har us benar-benar kedap air dan udara. Tujuannya agar tak mudah terdegradasi. Jika air dan udara masuk, daging bisa busuk. TIGA gambar mahasiswa Teknik Kimia ter pampang di spanduk depan Lobby Fakultas Teknik awal September lalu. Tulisan selamat tur ut menghiasi spanduk. Usaha mereka berbuah medali perak dalam kategori poster. Mekanismenya melalui pameran poster. Di dalam stan, mereka pajang pur war upa edible film kemudian mereka jelaskan kepada juri. Dewan juri menguji dengan beberapa pertanyaan. Dalam helat ke-31, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta. Sebelumnya ada 101 proposal PKM yang lolos didanai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Kemudian diseleksi lagi untuk lolos ke nasional. Tim Angela salah satu dari 14 tim dari UNRI yang lolos ke PIMNAS. Saat ini, hak paten atas produknya sedang mereka ur us di Lembaga Penelitian dan Pengadian Masyarakat. Kedepannya mereka berencana membuat edible film untuk mengemas makanan. Seperti Lopek Bugi yang biasanya hanya dibungkus daun pisang. Melapisi edible film terlebih dahulu sebelum daun pisang. Nantinya, lopek tak akan terkontaminasi oleh mikroba dari luar. Harganya dirancang tak lebih mahal dari plastik w rap biasa.#

BAHANA MAHASISWA 45 EDISI JANUARI - MARET 2019


BEDAH KAMPUS

Evaluasi Kinerja Rektor Aras Mulyadi Oleh Dicky Pangindra

A

RAS Mulyadi memimpin Universitas Riau pada tahun 2014 hingga 2018. Ia terpilih pada Sembilan Juni, dengan menawarkan K3 (keberlanjutan, Kepedulian dan Keterbukaan) pada saat pencalonan. Dalam kepemimpinannya, Aras memiliki empat wakil yang membantunya menjalankan tugas. Ada Thamrin yang saat itu menjadi Wakil Rektor di Bidang Akademik, Sujianto sebagai Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Syafrial sekalu Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni yang kemudian digantikan oleh Syapsan, terakhir Mashadi selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaa, Kerjasama dan Sistem Informasi. Selama empat tahun masa kepemimpinannya, Bahana Mahasiswa mencoba untuk melakukan evaluasi. Hal ini bertujuan sebagai tolak ukur sekaligus penilaian sejauh mana program kerja dijalankan. Evaluasi dijalankan dengan membagikan angket secara acak kepada mahasiswa dari seluruh fakultas, dosen maupun pegawai UNRI. Diharapkan hasil angket ini mewakili tanggapan masyarakat kampus secara objektif. Secara professional, angket tidak untuk mengarahkan opini atau menyudutkan pihak tertentu. Ada 500 lembar yang dibagikan, namun hanya kembali 418 lembar angket. Dalam selembaran tersebut, terdapat tujuh hal yang menjadi bahan evaluasi. Lalu, penilaian dikategorikan menjadi sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik hingga tidak baik. Pertama mengenai kinerja rektor dan jajarannya secara umum. Dalam persentase nya yang mengatakan baik berada di posisi tertinggi, yaitu 44,73 persen. Alasan responden menuliskan baik, dikarenakan capaian akreditasi A UNRI. Kemudian ada 32,77 persen responden yang menilai cukup baik. Selebihnya ada kurang baik dengan nilai 14,59 persen, lalu sangat tidak baik 4,06 persen dan hanya 3,82 persen yang menilai hal ini sangat baik. 46 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019

Beberapa responden beralasna bahwa capaian akreditasi A dinilai kurang baik, karena hanya saat akreditasi saja peningkatan mutu diperhatikan. Usai penilaian kembali seperti semula. Kedua ada di bidang akademik. Secara keseluruhan bidang ini dinilai paling baik dari pada yang lainnya. Ini dapat dilihat pada tingkatan penilaian sangat baik yang mencapai 8,45 persen. Sementara responden yang beri predikat baik ada 46,76 persen. Hanya 2,73 persen penilaian sangat tidak baik diberikan. Sisanya 11,69 persen kurang baik dan 30,34 persen cukup baik. Thamrin boleh berbangga atas pencapaiannya sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik. Sebab, penyelenggaraan perkuliahan yang dinilai kondusif hingga pengajar dan tenaga pendukung yang berkompetensi dibidangnya. Namun, ada catatan buruk dalam hal ini mengenai penanganan kasus plagiat. “UNRI dinilai tak serius, terbukti tidak adanya aturan internal kampus mengatur penanganan terlebih lagi sanksi yang diberikan untuk plagiator,� tulis salah satu responden. Pada bagian saran, responden meminta rektor lebih tegas dan berani. Plagiat adalah masalah serius di lingkup akademis. Ketiga, penilaian di bidang sarana dan prasarana. Hampir sepuluh persen civitas akademika sepakat beri predikat sangat tidak baik. Sedangkan, pada taraf kurang baik ada 29.67 persen dan cukup baik ada 34,16 persen warga kampus beri penilaian tersebut. Kemudian apresiasi kondisi UNRI dalam keadaan baik mendapat angka 22,9 persen. Sisanya menyatakan sudah sangat baik di angka 3,99 persen. Banyaknya pembangunan yang tak selesai menjadi perhatian besar responden. Namun, sebaliknya responden yang mengatakan cukup baik dikarenakan tersedianya ruang kelas yang terbilang nyaman. Pada bagian saran responden menuliskan


bahwa civitas kampus menginginkan pemerataan maupun pemeliharaan bangunan yang ada di kampus. Keempat, terkait pelayanan dan pengembangan kreativitas mahasiswa yang dilaksanakan rektor dan jajarannya. Ada 5,75 persen responden yang mengatakan sangat baik. Sedang 36,75 persen lainnya menilai baik dan 37,5 persen pada predikat cukup baik. Selebihnya kredit kurang baik pada angka 17,75 persen dan 2,25 persen menilai sangat tidak baik. Banyaknya prestasi yang diraih mahasiswa, menjadi alasan responden menilai baik bidang ini. Selain itu banyaknya wadah pengembangan kreativitas bagi mahasiswa juga menjadi alasan responden dalam penilaian yang baik. Namun, birokrasi kampus yang lamban dan bertele-tele membuat responden tak nyaman. Kelima, penilaian di bagian Pengembangan kerjasama selama satu periode rektor dan jajarannya. Predikat sangat baik hanya didapat 4,18 persen dari responden. Kemudian angka tertinggi mencapai 39,79 persen di penilaian baik. Sementara di tingkat cukup baik ada 37,43 persen, kurang baik sebanyak 14,13 persen dan tidak baik mencapai 4,45 persen suara. Beberapa responden yang menilai cukup baik menuliskan kerjasama antara UNRI dengan instansi banyak dilakukan, namun lebih banyak tak terealisasikan. “Hanya sekedar diatas kerta,� tulis salah satu responden yang beri penilian kurang baik. Keenam, pada bidang dana dan penelitian. Responden menganggap minimnya dana bantuan yang diberikan sehingga menilai kurang baik sebanyak 21,82 persen suara. Kemudian pencairan dana yang lambat dan bahkan terkadang jumlah yang diterima tidak sesuai dengan yang seharusnya juga menjadi alasan lain. Sehingga peringkat sangat baik hanya mencapai 4,56 persen dibidang ini. Sedangkan yang menilai baik ada

29,94 persen dan cukup baik mencapai 34,77 persen. Untuk 8,88 persen lainnya berada di tingkay tidak baik. Sehingga dalam hal ini responden menyarankan kedepannya, pimpinan kampus menaruh perhatian lebih dibidang penelitian. Supaya selaras yang diimpikan UNRI menjadi Universitas riset yang unggul. Terakhir, persoalan pelayanan keamanan dan kebersihan di kampus. Dalam bidang ini respon yang menilai sangat baik mencapai 5,98 persen. Kemudian 32,16 persennya menilai baik. Untuk penilaian cukup baik ada 24,93 persen yang sepakat. Sisanya hampir lima persen setuju mengatakan sangat tidak baik. Dari 32 persen lebih responden yang menilai baik memiliki alasan bahwa kebersihan di kampus terjaga. Taman-taman dibersihkan dan petugas memotong rumput secara berkala. Sementara responden yang menilai kurang baik menyoroti sistem keamanan. Banyak responden mengkhawatirkan tingginya kasus pencurian sepeda motor yang tak kunjung ada solusinya. Ada pula satu responden mengungkapkan kekesalannya mengapa gerbang SM Amin hanya dibuka satu pintu. “Banyak satpam yang berjaga, kenapa cuma satu yang dibuka,� tulis responden. Secara keseluruhan, responden mengharapkan peningkatan pembangunan di UNRI diiringi dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Keterbukaan informasi, juga pelayanan yang baik. Apalagi dengan akreditas A yang sudah didapat. Secara garis besar, rektor dan jajarannya diharapkan lebih dekat dengan masyarakat kampus. Tidak ada sekat antara kekuasaan, sehingga tak sulit bagi mahasiswa biasa menemui rektornya.#

BAHANA MAHASISWA 47 EDISI JANUARI - MARET 2019


48 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019


BAHANA MAHASISWA 49 EDISI JANUARI - MARET 2019


50 BAHANA MAHASISWA EDISI JANUARI - MARET 2019


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.