Edisi Mei - Juni

Page 1

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 1


Daftar Isi

2 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016


Redaksi Yth Minim Fasilitas

Fasilitas Kurang

Saya sudah 4 semester kuliah di FKIP Universitas Riau. Sampai saat ini sarana dan prasarana yang ada di FKIP kurang mendapat perhatian. Kapasitas kelas tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa yang belajar. Ruangan tidak didukung dengan pendingin, kipas angin rusak dan kekurangan jumlah kursi. Hal ini menyulitkan dan menjadi kendala saat belajar.

Kondisi kelas di FISIP sekarang memprihatinkan. Air conditionair atau AC mati, kipas rusak. Fasilitas kampus khususnya kelas sangat krusial dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Mengapa belum ada tindakan dari pihak kampus? Kami para mahasiswa kepanasaaan.# Desy Wahyuni

Padahal kami juga membayar UKT sama dengan mahasiswa di fakultas lain. Alangkah baiknya bila sarana dan prasarana yang ada di FKIP disesuaikan dengan UKT yang kami bayar.# Dwi Cahya Ramadhani Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah FKIP UR

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UR

Barier Gate Sejak dibangun, barrier gate hanya difungsikan sekitar 1 tahun. Sejak 2015 sampai sekarang tidak difungsikan lagi. Apa yang terjadi dengan proyek bernilai besar tersebut? Mohon pada pihak universitas untuk menjelaskan ini.# Ahmad Arif

Jalan D3 FE dan FH UR

Mahasiswa Sistem Informasi FMIPA UR

Kenapa jalan di D3 FE dan FH UR belum juga ditindak lanjuti? Jalan yg rusak tersebut semakin hari semakin memburuk.# Raja Hari Permana Putra Mahasiswa D3 Perpajakan FE UR

Kelas Belajar tidak Efektif

Masih Soal Kekurangan Fasilitas Mengapa fasilitas kampus Faperika kurang? Tidak ada Air conditionair atau ac di kelas, hanya ada kipas angin. Kolam renang di samping fakultas mengapa tidak difungsikan lagi? Mohon pada pihak fakultas untuk menjelaskan ini.# Muhamad Rizky Rinaldi

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh. Belajar dalam ruangan yang besar dengan kapasitas mahasiswa ratusan orang membuat kuliah menjadi tidak efektif. Mahasiswa kerap berebut kursi dan mengambil posisi di depan. Saya sering mendapat posisi di belakang. Akibatnya saya tidak dapat menyimak materi dengan baik. Hal ini sering terjadi di beberapa mata kuliah. Mohon penjelasannya.# RaďŹ ka Indy Lestari

Mahasiswa Ilmu Kelautan Faperika UR

UKT Saya mau bertanya pada pihak Universitas terkait UKT. Mengapa mahasiswa yang orangtuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) langsung di tetapkan golongan UKT 5 tanpa mempertimbangkan kondisi keluarga?#

Mahasiswa Sosiologi FISIP UR Andre Budianto Mahasiswa Ilmu Ekonomi FE UR

Peralatan Praktek di Labor Komunikasi Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh. Saya ingin bertanya pada pihak Jurusan Ilmu Komunikasi terutama pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kenapa labor komunikasi tidak memiliki peralatan praktik? Selama ini saya hanya mendengar dari wacana ke wacana. Saya harap sebelum sisa semester habis segera di realisasikan.#

Ade Nur AshďŹ ah Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UR

Lagi, UKT Penempatan UKT tidak sesuai. Ada mahasiswa yang mampu dapat Bidikmisi. Bagaimana kriteria penetapannya? Mengenai revisi UKT, bagaimana kriteria penetapannya agar dapat merevisi golongan UKT? Mohon penjelasannya.#

Theresia Fanta Ria Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Faperika UR

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 3


Sekapur Sirih Mahasiswa, saat mengikuti kelas Jurnalisme Sastrawi di Jakarta, secara kebetulan bertemu dengan beliau yang juga menjadi peserta dalam kelas tersebut. Diperjalanan pulang dalam angkot, Rizky mengungkit kisah hidup pejuang ini.

Ramadhan Ceria di Bahana

NASI PUTIH MASIH DIDALAM ALAT PENANAK NASI. Sepiring lauk terhidang di meja. Ada ikan nila bakar dan gulai ayam. Juga sop ayam untuk menambah kuah makan. Empat orang menyantap sahur subuh itu di Kantor Redaksi Bahana Mahasiswa Universitas Riau.

Beberapa fakultas di Universitas Riau sedang dalam masa minggu tenang. Misalnya Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. Tapi pelayanan administrasi tetap buka. Biasanya minggu tenang digunakan mahasiswa persiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Semester. Karena minggu tenang, sebagian besar mahasiswa pulang kampung. Berkumpul bersama keluarga untuk menyambut ramadhan. Namun, bagi mahasiswa yang kampung halamannya jauh, kebanyakan memilih tetap tinggal di Pekanbaru. Begitu juga kru Bahana. Kami sahur dan buka puasa bersama sambil menyelesaikan liputan, layout dan cetak. Hingga majalah ini sampai

ketangan pembaca. Tak ketinggalan, ramadhan ini Bahana bertambah kru baru. Pembaca yang budiman, Jelang libur semester sembari menyambut idul ďŹ tri, Bahana kembali menerbitkan majalah edisi keuangan kelembagaan. Tahun 2016, dana kelembagaan semakin minim. Hal ini disebabkan keinginan Syafrial selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan hendak membangun gedung pertemuan. Dana pembangunan gedung ini diambil dari sebagian anggaran kemahasiswaan. Untuk memperkuat cerita tersebut, kami juga berbincang-bincang dengan Syafrial terkait keinginannya tersebut. Tulisan ini Bahana sajikan di rubrik laporan utama. Di rubrik feature, kami menyajikan cerita tentang pejuang kemerdekaan Papua yang baru saja keluar dari penjara. Filep Karma namanya. Rizky Ramadhan, Reporter Bahana

4 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Dalam kampus, kami juga menyajikan cerita seorang pejuang akademis yang mendapat penghargaan pada milad Universitas Riau Oktober lalu. Ia Saktioto, Dosen Fisika FMIPA. Ceritanya ada di rubrik sempena. Masih dalam kampus, seorang dosen memiliki ciri khas mengajar mungkin dapat menginspirasi. Dengan semangat nasionalisme dan penuh disiplin, Ia menambah rangkaian materi dalam kelasnya. Ialah Johannes Kho. Ceritanya ada di rubrik gelagat. Ada lagi cerita Wim Bakhtiarnur, alumni Universitas Riau yang sekarang menjadi dosen di Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol, Padang. Saat kuliah di kampus biru langit, ia aktif di Bahana Mahasiswa. Selama menjadi wartawan kampus, ia terkesan dengan kuatnya kekeluargaan di Bahana. Cerita tentangnya ada di rubrik alumni. Tak ketinggalan, di rubrik pemira, kami juga menyajikan peristiwa aklamasinya pemilihan Presiden Mahasiswa, April lalu. Bahana mencari tahu sebab mundurnya dua calon lain. Cerita yang didapat, ada yang tak direstui orangtua, sampai desakan dari beberapa senior untuk mundur. Pembaca setia, Selain menyajikan rubrik liputan, di majalah ini juga ada beberapa rubrik non liputan. Semoga apa yang kami sajikan berkenan dihati pembaca sekalian. Selamat membaca!#


Seulas Pinang

Masih Menyoal Dana Kelembagaan WAKIL Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Syafrial, menetapkan pagu anggaran kelembagaan mahasiswa tingkat universitas tahun 2016 sebesar Rp 1,1 miliar. Total anggaran ini dibagi sembilan UKM, BEM dan DPM . Masingmasing mendapat 50 hingga 400 juta rupiah. UKM KSR PMI, UKM Bahana, UKM Kopma, UKM Mapalindup dan UKM Pramuka mendapat anggaran paling sedikit. Paling banyak didapat oleh BEM.

gasing yang dua tahun terakhir ini sudah dimanfaatkan keberadaannya. Gedung ini cukup menampung puluhan ribu manusia. Toh, prosesi wisuda juga digelar di gedung yang belum usai pembangunannnya ini. Kiranya, jika ingin berhemat anggaran, Syafrial termasuk elit kampus perlu menyelesaikan pembangunan gedung gasing ini secepatnya, jika hendak mengundang ribuan orang datang ke kampus. Tidak lagi mengeruk sebagian dana kemahasiswaan untuk membangun gedung. Mengingat, Syafrial terus berencana akan menganggarkan pembangunan gedung ini dari sebagian dana kemahasiswaan tiap tahunnya. Ide ini tentu akan menghambat kinerja kelembagaan karena selalu minimnya anggaran yang diterima.

Pembagian ini menuai protes dari kelembagaan mahasiswa tersebut. Pasalnya, pagu anggaran yang diterima tahun ini lebih minim dari tahun sebelumnya, termasuk BEM. Tahun 2015 lembaga eksekutif tingkat universitas Ilustrasi Oleh Serly Timang Sari ini justru mendapat anggaran lebih banyak dari tahun ini. Yakni sebesar Rp. 450 juta. Bahkan, dalam realisasi anggaran BEM Alasan lain, berdasarkan evaluasi kemahasiswaan, menghabiskan dana sebesar Rp. 480.210.000. Nilai ini minimnya anggaran kelembagaan tahun ini disebabkan melampaui pagu anggaran yang ditetapkan padanya. realisasi anggaran tahun sebelumnya. Namun, evaluasi ini juga perlu dicermati dengan baik. Tak puas dengan minimnya anggaran, UKM, BEM dan DPM buat pertemuan berulangkali. Tujuannya hanya Tidak terserapnya anggaran bukan karena kelembagaan untuk mendapat kepastian dasar penetapan pagu tersebut tidak berkegiatan. Beberapa kebijakan Syafrial anggaran. Syafrial beralasan, minimnya anggaran untuk menyebabkan hal ini. Misalnya Kopma, semenjak SK UKM, BEM dan DPM tahun ini, dikarenakan sebagian kepengurusan mereka dipersoalkan oleh Syafrial, dana kemahasiswaan digunakan untuk membangun praktis mereka tidak dapat mengajukan anggaran untuk gedung pertemuan. berkegiatan. Hal ini cukup menarik perhatian. Selain ada upaya Bahana juga merasakan kebijakan Syafrial. Saat UKM yang berbenah oleh kemahasiswaan atas penggunaan bergerak dibidang pers ini menulis laporan mengenai dananya selama ini, pembangunan gedung tersebut juga perselisihan dua akademisi di FE yang berujung ke ranah harus dipandang aspek keperluannya. Mengingat, UKM hukum, Bahana tidak mendapatkan uang cetak lagi untuk di Universitas Riau masih tercerai-berai karena tidak majalah selanjutnya pada tahun itu. Lain lagi dengan UKM memiliki sekretariat yang permanen. Pramuka. Mereka sedikit berdebat dengan Syafrial hanya karena struktur kepengurusan. Mereka akhirnya melunak, Kantor Redaksi UKM Bahana Mahasiswa masih bercokol dengan sedikit merubah bentuk kepengurusannya. di kampus Universitas Riau Gobah. UKM Olahraga, Kopma dan KSR PMI masih menumpang di stadion mini. Jika Syafrial merujuk pada realisasi anggaran tersebut, Hal sama juga dirasakan oleh UKM Pramuka dan Batra tentu sangat tidak tepat. Meski kebijakannya bertujuan yang meminjam ruangan di FKIP. Yang paling parah UR untuk membenahi kelembagaan, seharusnya tidak Cendikia, UKM paling bungsu ini tak tau rimbanya di dengan menghambat dana kelembagaan. Pembenahan mana. Hanya Menwa, BEM dan DPM yang punya “rumah kelembagaan haruslah sejalan dengan subsidi yang pribadi.� disalurkan. Jika tidak, cita-cita untuk kelembagaan yang berprestasi hanyalah khayalan belaka. Syafrial perlu memikirkan ulang, apakah gedung pertemuan yang ia kehendaki untuk dibangun lebih Elit kampus lainnya juga begitu. Sesekali mesti harus penting dari pada sekretariat kelembagaan yang masih memikirkan nasib kelembagaan mahasiswa. Tidak bisa menumpang tadi. Kampus ini punya aula rektorat dipungkiri, kelembagaan yang berprestasi juga membantu yang kerap digunakan untuk event besar. Ada gedung menopang universitas yang lebih baik dan terpandang.#

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 5


6 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016


Seorang pria duduk di bengkel spare part motor bekas kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan. Sambil membersihkan kepala motor, ia menghisap rokok. Pria tua itu tengah serius, beberapa orang lalu lalang bahkan tak diperhatikannya. Foto: Rizky BM Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 7


LAPORAN UTAMA

Berulang Kali Rapat Demi Kejelasan Anggaran Oleh Eka Kurniawaty Pagu anggaran kelembagaan tahun 2016 semakin minim dari tahun sebelumnya. Kelembagaan protes. Beberapa kali buat pertemuan demi kejelasan anggaran tersebut.

M

MENJELANG AKHIR TAHUN 2015, Dewan Perwakilan Mahasiswa disingkat DPM Universitas Riau menyampaikan pesan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni lewat sepucuk surat. Surat tersebut ditujukan keseluruh Unit Kegiatan Mahasiswa termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa. Isinya perintah untuk menyiapkan program kerja kelembagaan tahun 2016. Termasuk rincian biaya tiap program kerja yang hendak dibuat. DPM juga menyertakan format penyusunan program kerja. Kelembagaan diberi tenggat waktu 5 hari, 17 Desember waktu penyerahan program kerja tersebut ke DPM. Sampai pada waktu yang ditentukan, tercatat total anggaran yang diajukan oleh seluruh kelembagaan sebesar Rp. 23 miliar. Pada 22 Desember, DPM mengumpulkan seluruh kelembagaan di sekretariatnya. Hanya UKM Batra dan Mapalindup yang tidak hadir.

Pertemuan ini disebut Pra Musyawarah Perencanaan Pembangunan, membahas anggaran yang telah diajukan. Tepat pukul 9, kelembagaan mahasiswa hadir di Sekretariat DPM UR. Rapat tak langsung digelar. Mereka menunggu kehadiran Syafrial Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Sembari menunggu, Suhardi selaku Ketua DPM periode 2015 beri tahu, anggaran untuk kelembagaan mahasiswa tahun 2016 hanya Rp. 1,1 miliar. Jumlah ini jauh berkurang dari total yang diajukan kelembagaan. Menjelang tengah hari, Syafrial pun tiba. Suhardi langsung membuka pertemuan dan mempersilakan Syafrial untuk memberi sambutan. Dalam sambutannya, Syafrial membenarkan informasi yang diberitahu Suhardi terkait anggaran kelembagaan mahasiswa. Minimnya anggaran kelembagaan tahun ini dikarenakan Syafrial akan membangun fasilitas untuk

8 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Rapat koordinasi antar lembaga mahasiswa tingkat Universitas Riau jelang adakan audiensi dengan Wakil Rektor III. Foto: Rizky BM

menunjang kreativitas mahasiswa. “Saya tidak mau dana kemahasiswaan itu habis di kegiatan saja,” ujar Syafrial dalam pertemuan tersebut. Setelah memberi penjelasan mengenai pagu anggaran kelembagaan, Syafrial meninggalkan pertemuan tersebut. Tak ada kesimpulan apa pun yang diambil oleh kelembagaan dalam rapat hari itu. “Saya akan coba tindak lanjuti persoalan ini,” ujar Suhardi menutup pertemuan. Perwakilan kelembagaan pun bubar. Sebagian ada yang menyantap makan siang. Memasuki tahun 2016 tepatnya pada 25 Januari, DPM kembali mengirim dua surat sekaligus keseluruh kelembagaan. Pertama tentang penetapan pagu anggaran kelembagaan


LAPORAN UTAMA

sesuai matrix yang telah ditetapkan kemahasiswaan. Dari total Rp. 1,1 miliar dana kelembagaan yang tercantum dalam matrix, UKM KSR PMI, UKM Bahana, UKM Koperasi, UKM Mapalindup dan UKM Pramuka mendapat anggaran sebesar Rp. 50 juta. UKM Ar Royyan dan UKM Menwa mendapat Rp. 55 juta. UKM Batra, UKM Olahraga dan UKM UR Cendikia mendapat Rp. 90 juta. Sementara DPM kebagian Rp.70 juta dan paling tinggi BEM sebesar Rp. 400 juta. Dalam surat tersebut juga dijelaskan, total dana kelembagaan yang telah ditetapkan di atas sudah termasuk biaya partisipasi di dalamnya, sebesar Rp. 12.500.000. Dana partisipasi semacam biaya perjalanan dinas kelembagaan. Berbeda dengan tahun 2015, dana partisipasi dianggarkan di luar dana program kerja. Namun ditahun ini

Kemahasiswaan menetapkan dana program kerja sudah termasuk dana partisipasi di dalamnya. Dengan kata lain, masing-masing kelembagaan harus menyisihkan Rp. 12.500.000 dari total dana yang ditetapkan. Surat kedua perihal undangan untuk menghadiri rapat koordinasi pada 27 Januari. DPM kembali memfasilitasi rapat ini di sekretariatnya. Rapat ini sekaligus membahas pagu anggaran yang telah ditetapkan pimpinan universitas lima hari sebelum DPM mengirimkan surat. Dalam rapat koordinasi ini seluruh kelembagaan hadir. Masing-masing kelembagaan menyampaikan keluhan terkait minimnya anggaran tahun 2016. “Banyak program kerja yang kami kurangi jadinya,” ujar perwakilan UKM Pramuka. “Kalau begini kita kelimpungan juga cari tambahan dana,” ujar perwakilan UKM Menwa. Kelembagaan

mahasiswa tidak puas dengan penetapan pagu anggaran tersebut. Mereka sepakat hendak melakukan audiensi dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Kelembagaan ingin mempertanyakan dasar penetapan pagu anggaran untuk masing-masing kelembagaan. DPM kembali diminta untuk memfasilitasi pertemuan ini. Dua hari berselang, audiensi pun berhasil dilaksanakan. Syafrial menerima kedatangan masing-masing kelembagaan di ruangannya. Dalam pertemuan ini Syafrial kembali menjelaskan, rencananya membangun fasilitas di kampus menyebabkan dana kelembagaan berkurang. Tak hanya itu, penjelasan Syafrial melebar hingga bicara soal beasiswa PPA dan BBP, beasiswa provinsi sampai cerita membayar SPP mahasiswa. Setelah panjang lebar bercerita,

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 9


LAPORAN UTAMA

Audiensi yang dilakukan kelembagaan mahasiswa dan UKM di ruang Syafrial, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Foto: Rizky BM

Syafrial mempersilakan kelembagaan yang hadir untuk bertanya. Ahlul Fadli dari Bahana yang hadir saat itu memulai pertanyaan. Ia mengapresiasi rencana Syafrial untuk membangun fasilitas di kampus. Menurutnya, selama bergabung di Bahana ia tidak pernah melihat adanya fasilitas untuk kelembagaan yang dibangun. “Jangan bilang tak ada. Itu ge-

dung BEM ditiap fakultas sampai gedung BEM UR dibangun zaman pak Rahmat,” sanggah Syafrial.

tanya sebenarnya, apa dasar penetapan pagu anggaran kemahasiswaan itu?”

“Iya pak. Tapi diakhir masa jabatannya baru nampak,” sambut Ahlul Fadli kembali. Rahmat mantan Wakil Rektor III dimasa Ashaluddin Jalil menjabat Rektor. Ia menjabat selama dua periode.

Syafrial mengaku tidak tahu acuan penetapan keuangan kemahasiswaan. “Sampai sekarang saya tidak tahu apa dasarnya. Cuma ditetapkan begitu saja.” Pada saat Musrenbang Universitas Syafrial juga meminta Sistem Pengendalian Internal atau SPI Universitas Riau untuk mengontrol dana kemahasiswaan. “Ke mana saja mengalirnya,” terang Syafrial.

Ahlul Fadli melanjutkan pembicaraannya, kali ini langsung bertanya terkait kedatangannya bersama kelembagaan lain. “Yang kami mau

12 Desember 2015

20 Desember 2015

20 Januari 2016

DPM UR meneruskan surat dari Kemahasiswaan ke seluruh UKM dan BEM. Surat tersebut meminta kelembagaan agar menyusun rancangan kegiatan tahun 2016. Surat juga dilengkapi dengan format penyusunan.

DPM UR kembali mengundang seluruh kelembagaan membahas anggaran. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Syafrial, memberitahu bahwa, total pagu anggaran untuk kelembagaan sebesar Rp.1,1 miliar. Jumlah ini jauh dari total yang diajukan kelembagaan.

Pagu anggaran untuk kegiatan kelembagaan mahasiswa ditetapkan melalui rapat Pimpinan Universitas. Berikut total anggaran masing-masing kelembagaan.

10 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

25 J

DPM meng UKM dan BE untuk meru kegiatan yang ditet Beberapa yang suda terp


LAPORAN UTAMA Dari total Rp 7,3 miliar yang dianggarkan untuk kemahasiswaan, Syafrial pun mulai menetapkan program kemahasiswaan untuk satu tahun. Ia membagi menjadi beberapa kegiatan diantaranya: pembuatan almamater mahasiswa baru sebesar Rp 1,8 miliar, membangun gedung pertemuan Rp 1,9 miliar serta pemberdayaan kegiatan kelembagaan sebesar Rp 1,1 miliar. Sisa Rp 2,5 miliar digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan lainnya.

“Kalau begini kita kelimpungan juga cari tambahan dana,” ujar perwakilan UKM Menwa. Terakhir kalinya, pertemuan terkait keuangan kemahasiswaan kembali digelar. Kali ini Syafrial langsung yang mengundang kelembagaan mahasiswa. Pertemuan berlangsung di ruang DPH rektorat lantai empat. Syafrial ditemani beberapa stafnya. Pertemuan ini hanya mensosialisasi kegiatan kemahasiswaan untuk tahun 2016. Mengevaluasi kinerja kelembagaan tahun sebelumnya dan sedikit menyinggung sumber dana kemahasiswaan.

sama universitas.

SUMBER DANA Universitas Riau berasal dari rupiah murni dan Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP. Rupiah murni merupakan pendapatan universitas yang diperoleh dari Pemerintah Pusat atau lewat APBN. Pendapatan ini digunakan untuk Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri atau BOPTN, belanja rutin dan gaji pegawai. Sementara PNBP merupakan, pendapatan universitas yang diperoleh dari uang kuliah tunggal mahasiswa dan kerja

Dari sini keuangan kemahasiswaan ditetapkan Rp 7,3 miliar. Jumlah ini diperoleh dari PNBP sebesar Rp 6 miliar dan BOPTN sebesar Rp 1,3 miliar. “Saya juga bertanya-tanya apa dasarnya anggaran untuk kemahasiswaan Rp 7,3 miliar?” ujar Syafrial saat ditemui di meja kerjanya.

Januari 2016

girim surat kembali ke M. Kelembagaan diminta ubah kembali rancangan n sesuai dengan pagu tapkan masing-masing. kegiatan kelembagaan ah direncanakan diawal paksa ditiadakan.

Dalam petikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran atau DIPA Universitas Riau tahun 2016 yang diperoleh reporter Bahana, tercatat, pendapatan Universitas Riau dari rupiah murni sebesar Rp. 199.306.615.000. Sedangkan dari PNBP sebesar Rp. 193.135.835.000. “Ini masih bersifat sementara, beberapa data belum dimasukkan,” ujar Muhardi, Kabag Perencanaan.

Syafrial tidak mengetahui betul dasar penetapan dana kemahasiswaan. Ia memperkirakan tahun depan mungkin akan berkurang lagi.

Untuk dana pemberdayaan kegiatan kelembagaan sebesar Rp 1,1 miliar selanjutnya dibagi oleh Syafrial beserta stafnya sesuai jumlah kelembagaan yang ada. Rinciannya seperti yang dijelaskan pada paragraf kesembilan. Syafrial mengatakan, penetapan besaran dana tiap kelembagaan berdasarkan serapan anggaran tahun 2015. Dari hasil evaluasi kemahasiswaan, delapan UKM tidak menyerap anggaran secara penuh. Prestasi tiap kelembagaan juga jadi pertimbangan dalam menetapkan anggaran tersebut. “Selain itu, kegiatan yang dibuat juga harus menyentuh mahasiswa banyak.” Terkait kelembagaan yang tidak menyerap anggaran secara utuh pada tahun 2015, reporter Bahana Mahasiswa mendatangi kelembagaan tersebut. Cerita dari tiap kelembagaan ini akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya. #Agus, Rizky, Eko

27 Januari 2016

29 Januari 2016

27 Februari 2016

Rapat koordinasi seluruh UKM, BEM dan DPM terkait penetapan pagu anggaran masing-masing kelembagaan. Rapat berlangsung di sekretariat DPM. Rapat ini menyepakati untuk audiensi dengan Syafrial.

Syafrial menerima kedatangan kelembagaan di ruang kerjanya. Syafrial menjelaskan keinginannya untuk membangun gedung. Dana pembangunan ini diambil dari sebagian dana kemahasiswaan. Hal ini yang menyebabkan minimnya anggaran kelembagaan.

Syafrial mengundang seluruh kelembagaan di ruang DPH rektorat lantai 4. Syafrial mengevaluasi kegiatan kelembagaan selama 2015. Ia juga menyampaikan perubahan mekanisme pencairan dana kegiatan.

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 11


LAPORAN UTAMA

Berdalih Tak Terserapnya Anggaran Tahun lalu Oleh: Rizky Ramadhan

L

SYAFRIAL, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni telah menetapkan pagu anggaran kelembagaan, tahun 2016. Totalnya Rp. 1,1 miliar. Ini dibagi 12 kelembagaan yang ada. UKM KSR PMI, UKM Bahana, UKM Koperasi, UKM Mapalindup dan UKM Pramuka mendapat anggaran sebesar Rp. 50 juta. UKMI Ar Royyan dan UKM Menwa mendapat Rp. 55 juta. UKM Batra, UKM Olahraga dan UKM UR Cendikia mendapat Rp. 90 juta. Sementara DPM kebagian Rp. 70 juta dan paling tinggi BEM sebesar Rp. 400 juta.

Pertanyaan pun muncul. Kenapa kelembagaan tidak menyerap anggaran sepenuhnya? Beberapa kelembagaan yang tidak menyerap anggaran lantaran tersandung polemik dengan Syafrial. Berikut ceritanya: Tahun 2015, Kopma juga mendapat anggaran dengan jumlah yang sama. Namun hanya mampu menghabiskan Rp 5 juta untuk Rapat Anggota Tahunan atau RAT. Bukan karena tak ada kegiatan. Kendalanya soal Surat Keputusan atau SK tentang Kopma. Syafrial mempertanyakan tentang badan hukum Kopma. Hal ini untuk mempertegas kedudukan Kopma sebagai UKM yang dibawah Universitas atau Koperasi yang berada di bawah dinas. “Jika hendak ambil SK dari universitas tanggalkan badan hukum, sebaliknya jika tetap berbadan hukum keluar dari UKM,” ujar Fikri, meniru ucapan Syafrial.

Kelembagaan mempertanyakan dasar penetapan pagu anggaran ini. Dalam satu kesempatan wawancara, Syafrial menjawab, penetapan itu berdasarkan serapan anggaran tahun 2015. Dari lampiran serapan anggaran tahun 2015 yang dikirim oleh DPM, Bahana mencatat delapan UKM tidak menghabiskan anggaran sepenuhnya sesuai pagu yang telah ditetapkan. Diantaranya: UKMI Ar Royyan, UKM Bahana, UKM Batra, UKM Koperasi, UKM Mapalindup, UKM Resimen Mahasiswa, UKM Olahraga dan UKM Pramuka. Sementara itu, UKM UR Cendikia, UKM KSR PMI, BEM dan DPM melebihi pagu anggaran yang telah ditetapkan.

12 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Selain di SK oleh Wakil Rektor Bi-

dang Kemahasiswaan dan Alumni, Kopma Universitas Riau juga tercatat sebagai anggota Koperasi Indonesia. Karena permasalahan ini, Kopma membutuhkan waktu tiga bulan lebih untuk dapatkan SK dari Universitas. Syafrial sempat menyarankan pada Kopma untuk bicarakan persoalan ini dengan dosen yang memiliki latar belakang hukum. “Ketika itu dalam waktu KKN, kami tak bisa fokus membahas itu,” kata Fikri, Ketua Kopma periode 2015. Persoalan tak berlangsung lama, sepulang pengurus dari KKN, sekitar bulan September Kopma resmi mendapatkan SK dari universitas. Tak hanya Kopma, Syafrial juga mempertanyakan struktur kepengurusan di Pramuka. Ia minta agar Pramuka menentukan Ketua, Sekretaris dan Bendahara UKM. “Kami sudah jelaskan ada aturan dan dasar penentuannya. Karena enggan bermasalah, kami akhirnya rapat warga untuk


LAPORAN UTAMA

Perwakilan kelembagaan: 1. Fikri (Kopma) 2. Gilang (Pramuka) 3. Satria (Arroyan) 4. Yohannes (Menwa) 5. Dadhe (URC) 6. Fadli (Bahana) 7. Oktafian (Batra) 8. Fatur (Mapalindup)

buat keputusan,” jelas Gilang ketua UKM Pramuka. UKM Pramuka memiliki dua struktur antara putra dan putri. Masing-masing memiliki satu ketua, dua sekretaris hingga dua bendahara. Syafrial minta UKM Pramuka menetapkan satu struktur yang bertanggungjawab untuk keseluruhannya. Dari hasil rapat warga yang mereka lakukan, struktur dari putra ditetapan yang bertanggungjawab. Persoalan tidak terserapnya anggaran dengan penuh juga terjadi di UKMI Ar Royyan. Lembaga Rohani Islam ini hanya mampu menyerap 20 persen dari Rp 70 juta pagu anggaran yang ditetapkan. Ar Royyan terkendala pada waktu pelaksanaan program kerja. Program kerja yang mereka buat kebanyakan pada November. Sementara kemahasiswaan menetapakan tutup buku pada bulan tersebut. Dengan kata lain, mulai November hingga berakhirnya tahun, kemahasiwaan tidak menerima proposal pencairan dana kegiatan. “Jadi beberapa kegiatan yang kami adakan tanpa bantuan rektorat,” terang Satria ketua UKMI Ar Royyan. Meski tidak menyerap anggaran sepenuhnya pada tahun 2015, Ar Royyan mengaku telah menyelesaikan semua program kerja pada tahun tersebut. Bahkan beberapa kegiatan yang tidak tercantum dalam program kerja juga dapat mereka selesaikan.

Soal dana pelaksanaan kegiatan, Ar Royyan mendatangi alumni dan senior. Anggota UKMI juga membantu pendanaan kegiatan. Sumbangan anggota ini biasa mereka sebut sebagai infak. “Jika butuh dana dari anggota, in sya Allah selalu dibantu,” tambah Satria. Meski begitu, Ar Royyan juga masih merasakan sulitnya pencairan anggaran. Proses yang berbelit-belit membuat mereka harus bolak-balik mengurus dana. Persoalan lain muncul pada Menwa. UKM yang bergerak di bidang militer ini pernah mengusulkan pembuatan gudang penyimpanan tenda pada Syafrial. “Karena tenda itu milik universitas dan harus dijaga.” Syafrial menyetujui permintaan ini. Akan membangunnya menggunakan dana operasional. Saat Menwa menagih janji ini, Syafrial berkata lain. “Kalian kalau ngajukan dana harus sesuai matriks,” Kata Yohannes meniru ucapan Syafrial. “Gini pak, bapak pernah bilang kalau dana operasional digunakan untuk membangun sarana dan prasarana di UKM. Sementara saya disini untuk menagih janji bapak kemarin,” balas Yohannes saat itu. “Udah kamu pulang aja, gak ada dana itu lagi,” terang Syafrial kala itu. Syafrial sempat mengajukan usulan Menwa tersebut ke rektor. Namun karena tidak adanya perubahan anggaran, usulan itu tidak bisa diterima.

Lain lagi dengan UKM UR Cendikia. UKM yang berdiri pada 2015 ini menyatakan tidak menggunakan anggaran tahun 2015 sama sekali. “Bahkan Rp 50 juta yang dianggarkan tahun kemarin bisa dikatakan seratus persen tidak terserap,” ujar Dadhe, mantan Ketua UR Cendikia. Pernyataan Dadhe bertolak belakang dengan lampiran realisisasi anggaran yang dikirim oleh DPM. Seperti yang tertera pada tabel di atas. Tercatat, UR Cendikia menghabiskan dana dua kali lipat dari pagu anggaran yang ditetapkan. Dadhe mengaku, kepengurusan UR Cendikia yang belum stabil kala itu jadi kendala utama. “Kami tidak tau tentang dana sebesar itu. Setelah saya dilantik, Zulfa Hendri pernah mengingatkan untuk cek anggaran kegiatan.” Zulfa Hendri pernah menjabat sebagai Presiden Mahasiswa saat Dadhe memimpin UR Cendikia. Dadhe sekarang menjadi Pembimbing di UR Cendikia. Setelah ada perintah dari Zulfa Hendri, UR Cendikia langsung menyusun empat proposal. Dari empat yang diajukan hanya dua yang bisa diproses. Kuitansi bukti belanja kegiatan juga mereka serahkan. Staf kemahasiswaan yang mengurusi ini sempat meminta UR Cendikia untuk memperbaiki kuitansi. Setelah adanya perbaikan kuitansi, staf kemahasiswaan malah mempertanyakan kuitansi tersebut. “Ini

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 13


LAPORAN UTAMA kuitansi apa? Agenda apa? Kalau kuitansinya aja yang diambil boleh, tapi dananya gak ada lagi,” ujar Dadhe meniru ucapan staf kemahasiswaan. Alhasil semua proposal yang mereka ajukan tak memperoleh dana.

“Udah kamu pulang aja, gak ada dana itu lagi,” terang Syafrial kala itu.

“Jadi tidak benar bahwa dana yang diserap URC melebihi pagu anggaran 2015,” tegas Dadhe. Terkait persolan ini, Syafrial tidak tahu pasti. Ia memerintahkan kru Bahana untuk bertanya langsung dengan stafnya. “Coba ke Toni atau Yarmanses.” Toni yang dijumpai di lain waktu menjawab hal yang sama seperti Syafrial. “Saya tidak pernah membuat dan mempublish data terkait realisasi anggaran kelembagaan.” Yarmanses yang ada di ruangan tersebut juga mengiyakan penjelasan Toni. UR Cendikia punya kegiatan rutin tiap tahunnya, yakni pemilihan mahasiswa berprestasi atau Mawapres. Seyogyanya kegiatan ini milik kemahasiswaan, UR Cendikia sebagai pelaksana kegiatan. Sempat terjadi miss komunikasi. UR Cendikia mengira Mawapres menjadi program mereka. Sehingga mereka mengalokasikan dana Rp 40 juta untuk kegiatan ini. “Ternyata pihak kemahasiswaan sudah memiliki anggaran tersendiri,” jelas Dadhe. Pemilihan mahasiswa berprestasi April lalu juga berbeda dengan tahun sebelumnya. Terutama pada hadiah. Tahun 2015, pemenang pertama mendapat uang tunai Rp 5 juta. Pemenang kedua mendapat Rp 4 juta dan pemenang ketiga mendapat Rp 3 juta. Tahun 2016 sempat ditetapkan, pemenang pertama mendapat uang tunai Rp 500 ribu, pemenang kedua Rp300 ribu dan pemenang ketiga Rp 200 ribu. “Kami minta supaya hadiah ditambah, akhirnya naik juga walaupun tidak sebanyak tahun sabelumnya,” kata Dadhe lebih lanjut. “Kita menyesuaikan dengan dana yang ada,” terang Syafrial saat ditemui di meja kerjanya. Persoalan lain kembali dialami UR Cendikia. Dana partisipasi yang tersedia juga digunakan untuk menampung semua mahasiswa UR yang hendak mengikuti kegiatan atau lomba tingkat nasional. “Kami sempat bilang kalau dana besar milik kema-

hasiswaan seharusnya dialihkan kesana, untuk memberangkatkan mahasiswa,” kata Munafsin. Kata Syafrial, tiap fakultas sudah diberi anggaran Rp 15 juta untuk memberangkatkan mahasiswanya yang hendak ikut kegiatan di luar. “Jadi tidak ada kami arahkan ke UR Cendikia.” Selain dana yang sedikit, pelayanan yang ribet dan pencairan lama jadi kritik UKM ini. “Kita sekre tak punya, dana susah cair, jadi untuk berkegitan susah,” keluh Dadhe. Tak hanya masalah dana. UR Cendikia juga sempat berurusan dengan Syafrial. Pasalnya, finalis Mawapres yang tergabung dalam Mawapres Universitas Riau Comunity atau MURC, buat diskusi untuk pengembangan keilmuan. Karena menganggap pemilihan Mawapres tahun ini tidak sebaik tahun lalu, mereka berinisiatif menemui Syafrial. Syafrial tak kunjung dapat dijumpai. Mereka buat status di facebook dan ditandai ke Rektor beserta Wakil Rektor. Setelah itu MURC mendatangi Aras Mulyadi selaku Rektor dan menyampaikan keluh kesahnya. Aras Mulyadi berjanji akan mempelajari permasalahan yang ada. Aksi ini menuai komentar dari Syafrial, “saya tahu kalian buat pergerakan, saya senang kalau kalian mau nurunkan saya karena saya tidak gila jabatan. Saya mencium ada pergerakan yang tidak senang pada saya,” kata Dadhe meniru ucapan Syafrial saat melantik pengurus baru UR Cendikia.

14 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Bahana Mahasiswa, Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau, juga sempat berpolemik pada Syafrial. Pasalnya, setelah menurunkan laporan tentang pencemaran nama baik yang melibatkan dua akademisi di Fakultas Ekonomi, sontak Syafrial tak mengeluarkan uang cetak majalah Bahana edisi selanjutnya. “Meski ini tak berlanjut tahun 2016, tapi tahun lalu kami sempat tersendat juga mencari dana cetak,” kata Ahlul Fadli, Pemimpin Umum Bahana. Lain cerita dengan UKM Batra dan Mapalindup. Kedua UKM ini tidak terlibat polemik sebagaimana UKM lainnya. Kedua UKM ini melakukan penghematan terhadap anggaran yang sudah diberi. Cara berhemat masing-masing UKM ini pun berbeda. UKM Batra menggabungkan beberapa kegiatan menjadi satu rangkaian. UKM bidang seni ini juga memanfaatkan uang hasil tiket pementasan. “Kami coba belajar mencari uang sendiri,” ujar Novriadi Oktavian, Ketua UKM Batra. Berbeda dengan Mapalindup, UKM yang fokus dengan kelestarian lingkungan ini hanya menjalankan tiga kegiatan penting selama 2015. Lantaran kegiatan tersebut memerlukan waktu dan poses yang lama dalam melaksanakannya. “Tapi menurut ku, pelayanan administrasinya diperbaiki lagi. Pencairan dana kadang sampai berbulan-bulan,” keluh Fatur, Ketua Mapalindup. Keluhan terhadap pelayanan administrasi dan proses pencairan dana tidak hanya dirasakan oleh UKM Mapalindup. Semua UKM merasakan hal yang sama.#Nirma Redisa


Arfaunnas INDONESIA merupakan negara dengan mayoritas penganut Islam terbesar di dunia. Sebagai simbol penganut agama ini dengan memakai jilbab atau hijab bagi muslimahnya. Siapa sangka, hijab yang dulunya dianggap kuno kini malah dikenakan hampir seluruh muslimah di seantero dunia. Termasuk Indonesia. Namun semakin berkembangnya zaman, hijab kini menjadi trend dan bisnis paling menguntungkan di Indonesia. Majunya tren hijab di Indonesia berawal dari desainer muda Dian Pelangi. Dian menampilkan mode hijab terbaru yang mendukung trend anak muda. Alhasil tidak hanya anak muda yang ikut mencoba trend tersebut, trend ini juga berkembang di kalangan ibu-ibu. Permintaan hijab di pasaran juga semakin meningkat. Banyak produk hijab dimulai dari mode jilbabnya yang segi empat hingga pashmina dengan bentuk persegi panjang yang terbuat dari berbagai macam bahan. Model ini terus berkembang di kalangan masyarakat dengan harga yang bervariasi. Indonesia termasuk pasar tertinggi produksi hijabnya. Para pengusaha tekstil pun berlomba-lomba untuk bersaing mendapatkan untung di pasaran melalui hijab ini. Bahkan artisartis sekalipun juga saling ikut berkompetisi demi mencicipi hasil keuntungan dari hijab ini. Dimulai dari Oki Setiana Dewi dengan brand OSD nya, Zaskia Sungkar termasuk Ria Yunita adik kandung OSD yang juga ikut berbisnis dengan menjual hijab untuk ABG lewat brand The Ricis.

Bisnis Hijab Berlabel Halal Muslim yang berdiri sejak 2005 ini merupakan bagian dari Shafco Enterprise, sebuah holding company dalam bidang Muslim Fashion sejak tahun 1989 dengan kantor pusat di Bandung. Zoya tak ingin kalah bersaing dengan yang lainnya. Namun cara Zoya bersaing dengan mengajukan permohonan sertifikat halal dari MUI membuat sebagian kalangan Muslimah merasa terpukul. Padahal Kepala Bidang Informasi Halal LPPOM MUI mengatakan, pada dasarnya semua produk konsumsi di Indonesia termasuk pangan belum ada kewajiban untuk mendapatkan sertifikat halal. Dengan kata lain, mereka yang minta sertifikat halal masih bersifat sukarela. Seiring dengan tuntutan konsumen, tidak hanya

makananan dan minuman saja yang yang bersertifikat halal, produk gunaan selain pangan juga dituntut hal yang sama. Dalam ilmu Fiqh dikatakan, hukum asal segala sesuatu adalah suci. Ada dua cara penerapan kaidahnya terkait barang gunaan. Pertama, semua benda yang dihukumi najis harus berdasarkan dalil. Tanpa dalil, pernyataannya tidak diterima karena bertolak belakang dengan hukum asal. Kedua, jika ada benda yang suci, misalnya kain, tidak boleh kita hukumi terkena najis sampai ada bukti najisnya. Jika tidak ada bukti, kembali kepada hukum asal, bahwa itu suci. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan, barang gunaan seperti jilbab, baju atau yang lainnya pada dasarnya tidak perlu ada sertifikat halal. Karena untuk membuktikan bahwa itu halal dan suci sangat mudah. Jika diklaim mengandung najis harus ada bukti. Nah, apalagi sepertinya belum ada berita-berita yang mengisukan tentan hijab atau pangan-pangan lainnya berbahan najis. Semakin terlihat bahwa sertifikat halal MUI terhadap hijab produksi Zoya hanya permainan bisnis belaka. Jadi, jangan takut untuk kita para Muslimah Indonesia. Segala sesuatu yang tidak ada bukti najisnya tidak perlu kita su’udzon terhadapnya. Karena tidak mesti menunggu sertifikat halal dari MUI. Selamat berhijab.#

Amimma Nurti Lusdiana Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UR

PEBISNIS hijab semakin bersaing untuk mendapatkan perhatian masyarakat. Zoya misalnya. Brand busana

Maret-April Bahana Mahasiswa15 15 EdisiEdisi Maret-April 20162016Bahana Mahasiswa


Foto: Www.Kemahasiswaan.unri.ac.id

LAPORAN UTAMA

Dr. Syafrial, M.Pd Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

16 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016


LAPORAN UTAMA Saya tanya ke Rektor, boleh tidak membeli rumah yang sudah jadi untuk sekretariat kelembagaan. Kalau membangun dari awal, dua ratus juta juga gak kemana. Belum lagi tendernya, tentu harus pakai pengawas juga termasuk pajaknya juga.

Syafrial:

Kapan Kita Bangun Gedung Lagi?

T

ahun 2016, kelembagaan mahasiswa harus rela berbagi anggaran. Pasalnya, Syafrial Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni menyisihkan sebagian dana kemahasiswaan untuk membangun gedung pertemuan. Nilainya sebesar Rp. 1,9 miliar dari total Rp 7 miliar anggaran kemahasiswaan. Dari situ, kelembagaan dapat bagian Rp 1,1 miliar. Sisanya untuk biaya almamater dan kegiatan kemahasiswaan. Biaya membangun gedung pertemuan yang disebut di atas tidak cukup dalam satu tahap pembangunan. Syafrial akan terus menganggarkan tiap tahunnya hingga gedung tersebut selesai dibangun. Tidak hanya menghandalkan dana kemahasiswaan, Syafrial berencana akan menggandeng pihak ketiga untuk mempercepat penyelesaian gedung tersebut. Wilingga, Reporter Bahana Mahasiswa, berbincang dengan Wakil Rektor yang sudah dua tahun menjabat ini. Ia memaparkan keinginan membangun fasilitas di kampus. Berikut petikannya. Kenapa tahun ini prioritaskan pembangunan fasilitas? Supaya uang tak habis begitu saja. Kita dari segi fasilitas sangat tertinggal, jadi kami arahkan dana ke pembangunan. Selama ini kemahasiswaan selalu dianggap menghabiskan uang buat acara beli nasi dan kue. Uangnya jadi ampas saja. Apalagi dengan sistem UKT, uang segitu masa tidak ada yang terlihat. Memang semuanya penting, dana untuk mahasiswa juga penting. Namun untuk kali ini kami utamakan pembangunan fasilitas. Apa saja yang hendak dibangun?

Gedung pertemuan. Sebenarnya yang hendak dibangun itu banyak sekali. Mimpi saya besar, namun saya fokuskan untuk yang urgent dulu. Kenapa gedung tersebut sangat urgent? Kadang kita ingin buat acara besar, namun terhalang dengan gedung. UR akan terkenal juga kalau sering buat acara besar. Nah, fasilitas disini tak memungkinkan adanya acara besar. Kalau kita sebagai tuan rumah mengadakan kegiatan dengan peserta seribu orang tak mungkin kita suruh mereka berkemah di bumi perkemahan. Dengan gedung tersebut saya juga berharap akan menambah pendapatan UR. Pendapatan kita itu hanya dari uang kuliah mahasiswa, selain itu tak ada. Bagaimana bisa? Gedungnya bisa disewakan. Kan jadinya uang juga. Bukankah sekretariat bagaan juga urgent?

kelem-

Semuanya penting. Sekarang itu saya rasa tarik menarik. Kegiatan mahasiswa sama pentingnya dengan sekretariat kelembagaan. Untuk sekretariat kelembagaan sudah saya bicarakan langsung dengan Rektor. Bahkan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sudah bertanya ke saya, kapan Pramuka dan Batra akan dipindah.

Saya sedang memikirkan itu, mungkin saja dana tahun ini ada yang tidak terserap. Itulah nanti yang akan saya usahakan untuk sekretariat kelembagaan. Bahkan saya menginginkan gedung berlantai empat untuk kelembagaan. Disatukan semuanya. Kantor saya dilantai paling bawah, kalian diatas, supaya kita dekat. Sulit untuk membangun sekarang. Bahkan kebijakan Jokowi tidak memperbolehkan pembangunan gedung. Untuk pemerintah daerah hanya diperbolehkan menyelesaikan gedung saja. Misalnya seperti gedung gasing, itu boleh untuk diselesaikan. Bukankah gedung pertemuan yang direncanakan itu baru akan dimulai pembangunannya? Ini saya berharap Pemerintah Provinsi bisa membantu. Jika alasannya kuat tak apa dibangun. Kita juga tidak punya gedung pertemuan. Alasan lain, kita bisa menggali sumber pendapatan dari situ. Dengan adanya pembangunan gedung, dana kelembagaan terpangkas. Bagaimana dengan itu? Saya tidak memangkas dana kelembagaan. Justru saya berbaik hati. Kalau memangkas, emang berapa dana kelembagaan yang saya pangkas? Apa dasarnya? Apa haknya? Apa aturannya? Ada gak ketentuannya? Ya gak ada kan? Begini, saya punya uang segini mari kita bagi. Bahkan sejak saya menjabatlah dana itu saya tertibkan. Tapi kelembagaan memotong kegiatan untuk menyesuaikan dana yang ada. Bagaimana? Ya, kita cuma punya uang segitu. Kita tak punya gedung, kapan kita

Banyak lagi yang ingin saya bangun. Tapi banyak yang ribut. Semuanya protes. Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 17


LAPORAN UTAMA bangun lagi? Jika tetap pakai jalan yang sama, kita akan terus jalan ditempat. Tidak ada perubahan.

Jaga Kebersihan Lingkungan untuk Menghindari Berkembangnya Nyamuk

Berapa dana membangun gedung itu? Saya anggarkan Rp 1,9 miliar. Namun sebenarnya gedung itu membutuhkan dana Rp 7 miliar. Bagaimana kekurangannya? Kita anggarkan tahun depan. Mungkin saya plot dana pembangunan gedung selanjutnya Rp 1 miliar. Jadi berangsur. Sampai gedung itu selesai dibangun? Iya, tentu bukan dana itu saja. Saya akan berusaha menggandeng pihak ketiga. Jika mau bantu ya biarkan saja dia yang melanjutkan. Apa usaha untuk menggandeng pihak ketiga tersebut? Kemarin saya bilang ke Rektor. Ingin meminjam dana bank untuk membangun fasilitas. Kalau boleh dalam aturan meminjam dana bank untuk menyelesaikan pembangunan ďŹ sik tentu akan saya pinjam. Saya sedang mengusahakan itu, tapi belum ada jawaban. Yang tau tentang aturannya Wakil Rektor bidang Umum dan Perlengkapan. Saya sudah sampaikan dirapat terbatas. Ini sudah pertengahan tahun, kenapa belum nampak pembangunan gedung pertemuannya? Tanyalah ke Pejabat Pembuat Komitmen. Mereka yang urus semuanya. Saya sudah kasih anggaran dan buat Rencana Umum Pengadaan. Tidak ada campur tangan saya lagi. Jika tak selesai tahun ini bagaimana? Mau jadi atau tidak yang pentingkan sudah saya anggarkan. Kata Rektor uang itu tak akan hangus. Jadi ya, bisa digunakan untuk tahun depan. Kalau Rektor sudah bilang begitu ya, saya bisa tenang. Banyak lagi yang ingin saya bangun. Tapi banyak yang ribut. Semuanya protes. Saya anggap biasa saja. Untuk mencapai perubahan memanglah sulit. Saya berharap kedepannya akan terasa manfaatnya.#

Lingkungan yang kotor dan lembab salah satu faktor penyebab berkembang biaknya nyamuk. Terutama dikala musim hujan datang. Penyakit yang timbul akibat nyamuk pun mulai menyerang manusia. Salah satunya Demam Berdarah Dengue atau DBD. Demam berdarah merupakan virus dengue yang ditularkan oleh jenis nyamuk Aedes Aegypty. Biasanya nyamuk ini menggigit pada pagi dan sore hari. Pada saat nyamuk menggigit, virus dengue akan masuk dalam tubuh dan melewati masa inkubasi selama 3 hingga 15 hari. Kemudian penderita akan mengalami demam tinggi selama dua sampai tujuh hari. Demam berdarah juga jenis penyakit akut. Maka harus diberi pertolongan secepatnya. Banyak yang tidak sadar telah menderita DBD, sebab menganggap ringan gejala tersebut. Dalam teori kedokteran, virus akan menjangkit dalam dua kali gigitan. Nyamuk penyebab demam berdarah biasanya berwarna hitam dan putih atau dikenal loreng pada seluruh tubuhnya. Gejala seseorang terkena demam berdarah: demam tinggi terus menerus selama dua hingga tujuh hari, timbulnya bintik-bintik merah dikulit, nyeri perut dan nyeri di ulu hati, mimisan pada hidung dan sakit kepala pada bagian belakang dan pendarahan spontan jika sudah parah. Pertolongan pertama yang bisa

18 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

kita lakukan untuk korban demam berdarah: berikan air putih dalam jumlah yang banyak, kompres untuk menurunkan panas, jika demam belum turun, segera bawa kedokter. Virus dengue memiliki kesamaan dengan virus zyka. Virus ini juga disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegipty. Gejalanya hampir sama dengan demam berdarah. Namun, virus ini lebih berbahaya karena menyerang otak manusia. Terutama bagi wanita hamil, kepala bayi yang dikandung akan mengecil. Dikutip dari Tribunnews.com, saat ini PT. SanoďŹ Pastuer mengembangkan vaksin untuk mencegah penyakit ini. Prosesnya sudah memasuki tahap uji klinis keempat. Akhir 2016 siap dipasarkan. Untuk saat ini yang bisa kita lakukan hanya membersihkan lingkungan sekitar agar nyamuk tidak berkembang biak. Pengasapan juga menjadi cara yang terbaik saat ini. Selain itu, kita bisa melakukan abtisasi menabur bubuk abate kedalam bak mandi atau air tergenang. Sistem kewaspadaan diri juga sangat diperlukan.#

dr. Hannan Poli Umum Rumah Sakit Pendidikan Universitas Riau


Alumni

Terkesan Kuatnya Kekeluargaan di Bahana Oleh Agus AlďŹ nanda Sejak duduk dibangku sekolah sudah hobi menulis. Mengirim tulisannya dibeberapa majalah namun tak dimuat. Hasratnya tercapai saat bergabung di Bahana. Kini ia memilih profesi sebagai dosen.

Foto: Istimewa

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 19


Alumni

S

SEORANG PRIA MENGHENTIKAN SEPEDA MOTORNYA DI TEPI JALAN, tepat depan kampus Universitas Negeri Padang—UNP—pukul delapan malam, 13 November 2015. Memakai jaket dan celana hitam. “Yuk, kita cari tempat duduk dulu,” sapanya pada Eko, Wila dan Agus. Ia menuju warung makan sate, lima menit berjalan kaki. Lelaki itu bernama Winbaktianur. Dosen Psikologi Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri atau IAIN Imam Bonjol Padang. Win jadi dosen di ranah Minang sejak 2010 setelah mengikuti seleksi calon dosen pada Desember 2009. Pernah mengajar Akuntansi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Win juga pernah menjadi dosen dibeberapa sekolah tinggi di Pekanbaru: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi atau STIE Pelita Indonesia, STIE Darma Putra, dan STIE Persada Bunda. Hanya dua semester Win mengajar di sana. Awal mula Win jadi dosen saat berkunjung ke rumah Mulia Sofiadi. Mereka teman semasa kuliah di Juru-

san Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Mulia Sofiadilah yang mengajak Win jadi dosen. “Saya sempat ragu memilih profesi dosen lantaran masih terbiasa dengan kerja swasta. Juga belum yakin mengajar mahasiswa,” kata Win. Win lalu meminta saran ke teman dan keluarga. Dari sini tekadnya bulat. “Tak pernah membayangkan menjadi PNS.” Wim justru pernah bercita-cita menjadi pegawai bank, lantaran terkesan dengan seragam pegawai bank beserta dasinya. Wim tertawa mengingat ini. WIN lahir di Patah Parang Indragiri Hilir, 27 Maret 39 tahun silam. Usia lima tahun, Wim pindah ke Taluk Kuantan, tanah kelahiran ayah nya. Dua tahun kemudian ia masuk Sekolah Dasar 040. Melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri Kari, Kuantan Tengah dan menamatkan diri di SMEA Taluk Kuantan Jurusan Akuntansi. “Awalnya saya mau masuk SMA, tapi temanteman ngajak ke situ,” kenang Win. Win dirayu, setelah tamat dari SMEA akan cepat dapat kerja. Dua tahun sebelum Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, Wim resmi menjadi mahasiswa Universitas Riau lewat jalur masuk Penelusuran Bibit Unggul Daerah disingkat PBUD. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi jadi pilihan. Diawal semester, Win sudah berkecimpung diorganisasi kemahasiswaan kampus. Bahana Mahasiswa Universitas Riau, Lembaga Pers Mahasiswa jadi wadah pertama mengembangkan diri. Win hendak menyalurkan hobi menulisnya. “Saat

itu mahasiswa baru sering dapat Surat Kabar Kampus Bahana.” Menulis sudah menjadi hobinya sejak kecil, terutama menulis cerpen. Minat ini muncul setelah membaca cerpen karya Heri Hendriyana Haris. Penulis ini dikenal dengan nama pena Gol A Gong. Ketika menempuh pendidikan menengah pertama Win sudah mulai mencoba mengirim cerpen. Cerpen Wim bercerita kisah remaja. Ia mengirimnya ke majalah Hai dan Gadis melalui alamat sekolah. “Satu pun tak ada yang dimuat. semua balik lagi,” kenang Win. Ketika Bahana membuka kesempatan menerima anggota baru, Win mendaftar bersama Endang, teman satu jurusannya. Mereka berangkat ke Sekretariat Bahana di kampus UR Gobah. “Kami naik bus kampus.” Kata Win. Win masih ingat awal-awal bergabung di Bahana: diajarkan membaca, memahami tulisan-tulisan di Bahana, diajari unsur 5W plus 1H serta latihan fotografi. Materi ini kerap diajarkan Bahana ketika melaksanakan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar. Pelatihan singkat ini proses awal untuk bergabung di Bahana. Win mengatakan senang bergabung di Bahana. Hal ini dirasakannya saat pertama kali tulisannya dimuat di koran Bahana. Katanya, walaupun sekilas berita dia sudah senang. Win juga pernah menulis feature tentang Silat Pangean. Bela diri ini berkembang di tanah kelahiran orangtua Win—Taluk Kuantan. Yang paling menyenangkan baginya saat menulis di rubrik laporan utama. Di Bahana, rubrik ini bercerita soal kasus. Kala itu

Selama menjadi kru Bahana, Wim terkesan rasa kekeluargaan di Bahana. Tidur sama-sama, kegiatan tak ada uang, diada-adakan. Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan. “Saya sudah rasakan. Itulah yang membentuk karakter setiap kru Bahana,” kenang Win.

20 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016


Alumni Univeristas Riau sedang menyelenggarakan pemilihan Rektor. Muchtar Ahmad terpilih. Selama menjadi kru Bahana, Win terkesan rasa kekeluargaan di Bahana. Tidur sama-sama, kegiatan tak ada uang, diada-adakan. Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan. “Saya sudah rasakan. Itulah yang membentuk karakter setiap kru Bahana,” kenang Win. Keluarga Win selalu mendukung bergabung di Bahana. Ia mengingat pesan orang tua, asal jangan rusuh saja. Win pernah mengenyam Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut. Ini pendidikan jurnalistik yang umum dilakukan pers mahasiswa di Indonesia. Pesertanya se nasional. Bahana mengutusnya bersama Muhammad Hanshardi ke Universitas Mercubuana Jakarta— Hanshardi pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Bahana. Uang kas Bahana disisihkan untuk keberangkatan mereka. Mereka juga meminta bantuan alumni untuk meringankan ongkos keberangkatan. Seorang alumni lalu memfasilitasi keberangkatan mereka menggunakan bus Giri Indah. “Naiknya dari Arengka,” jelas Win.

Karikatur by: Serly Timang Sari

Setelah mengikuti pelatihan, mereka kembali menemui alumni Bahana yang berada di Jakarta. Dengan bus kota mereka mendatangi kantor tempat alumni bekerja. Alhasil, Azmi Rozali Fatwa dan Bahtiar membantu kepulangan mereka ke Pekanbaru. Azmi kala itu sebagai wartawan di satu majalah mingguan, sedangkan Bahtiar sebagai Pemimpin Redaksi di stasiun televisi ANTV. Mereka sempat diajak melihat news room ANTV dan melihat kerja para reporter. WIN HANYA TIGA SETENGAH TAHUN DI BAHANA. Ia mundur lantaran bekerja di media komersil. Pada 1999 bekerja di Warta UR—media humas Universitas Riau. Satu tahun kemudian pindah di Majalah Madani. Tak lama majalah ini tutup. Terakhir Wim bekerja di tabloid mingguan Serantau. Saat mahasiswa, selain di media pers Wim pernah bekerja di beberapa tempat. Tahun 2000 menjadi kepala personalia PT. Murini Timber, anak perusahaan Indah Kiat yang berkantor di Perawang. Wim masuk kantor tiga kali dalam seminggu dan hanya sampai tengah hari. “Karena saya masih mahasiswa.” Win tak bertahan lama di sini. Alasannya tidak menikmati pekerjaan tersebut.

Win lalu bekerja sebagai karyawan kontrak di Koperasi Karyawan Sucofindo tahun 2002, sampai akhirnya menamatkan kuliah pada 2003. Lanjut Pendidikan magister di Universiti Kebangsaan Malaysia. Mengambil Jurusan Psikologi, konsentrasi bidang Psikologi Industri. Karena berbeda dengan pendidikan semasa strata satu, Win menjalani penyetaraan pendidikan selama setahun. Tahun 2006 Wim diterima bekerja di Western Union Kuala Lumpur. Kuliahnya sempat terganggu. Tesis tak kunjung direvisi sampai akhirnya terlambat mendaftar wisuda. Oktober 2008 Win baru menamatkan pendidikan magisternya. Pertengahan 2009, ia kembali ke Pekanbaru. Win pindah wilayah kerja ke regional Sumatera Bagian Tengah. Hanya beberapa bulan, lantaran tak mau bekerja dengan sistem kontrak. Setelah itu Win tidak kembali ke dunia tulis menulisnya alias menjadi wartawan. Dari sini Win justru memulai profesi barunya sebagai dosen. Dari profesi ini pula Win menikah dengan Liesma Maywarni Siregar pada 2015, dosen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Perempuan yang ia kenal saat melanjutkan pendidikan di Malaysia/.#

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 21


Gelagat Foto: Ade BM

Buku Dosa dan Nasionalisme Johannes Oleh Ade Syntia Mengawali kuliah dengan lagu wajib nasional. Johannes terinspirasi setelah mengikuti penataran Pancasila dan Kewarganegaraan

mahasiswa datang terlambat.

S

SAMBIL MENENTENG DUA TAS, ia masuk ruang kelas jurusan Ilmu Ekonomi. Tasnya berisi peralatan untuk mengajar. Lelaki yang mengabdi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan—FKIP—Universitas Riau sejak 1981 ini bersiap untuk memberi kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Ia Johannes Kho, akrab disapa Johannes. Dua puluh menit sebelum kuliah dimulai, Johannes sudah berada di kelas. Satu per satu mahasiswa datang dan bergegas mengeluarkan alat tulis. Sementara Johannes menyusun lima kursi di depan kelas. Gunanya untuk menggelar diskusi bersama mahasiswa yang sedang kuliah bersamanya. Tidak diperbolehkan

Tepat pukul 9.25 perkuliahan dimulai. Sebanyak 39 mahasiswa mengikuti kuliah pagi itu. Johannes memulai materi diskusi minggu lalu. “Kemarin kekurangan waktu, jadi diskusi sering dilanjutkan pada pertemuan berikutnya,” ujar Johannes. Tanya jawab mahasiswa dan Johannes pun meramaikan kelas pagi itu. Begitu Johannes mengisi kuliahnya dengan memberi nomor undian pada mahasiswa secara bergantian memimpin diskusi. “Teknik nomor undian ini sangat efektif , agar semua kelompok dapat persiapkan diri untuk tampil,” ujarnya. Sebelum memulai kuliah, Johannes punya kebiasaan. Mahasiswa diminta menyanyikan lagu wajib nasional. Sambil berdiri, mahasiswa bernyanyi dengan iringan musik lewat speaker kecil yang dihubungkan ke laptop. Lirik lagu sudah disediakan di layar proyektor. Tak ketinggalan, seorang pemandu memimpin rekan-rekannya bak paduan suara, suasana hikmat pun terasa. Mahasiswa diperbolehkan memilih lagu wajib nasional lainnya.

22 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

“Memasukan lagu nasional dalam pembelajaran itu sangat unik karena jarang dosen menerapkan hal semacam itu,” ujar Eddy Ahmad, rekan Johannes yang juga mengampu mata kuliah serupa. Johannes mengaku mendapat ide seperti ini ketika mengikuti pelatihan di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada 2012. Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dari berbagai universitas ikut dalam pelatihan ini. Kebetulan waktu itu materinya tentang lagu wajib nasional. “Sepulang dari pelatihan itu saya semakin giat untuk merubah metode pembelajaran dengan menerapkan lagu wajib nasional,” kenang Johannes. JOHANNES LAHIR DI PADANG, 21 Maret empat tahun setelah Indonesia merdeka. Ia lulusan FMIPA Matematika Universitas Sumatera Utara. Di universitas yang sama ia menyelesaikan studi Magister Sainsnya. Pada 1971 Johannes tercatat sebagai tenaga pengajar di Universitas Riau. Karena Universitas Riau kekurangan tenaga pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pada 1981 Johannes diminta mengemban tugas ini.


Jengah Satu tahun sebelum diminta mengajar mata kuliah ini, Johannes telah mengikuti Pendidikan Guru di Jawa. Johannes juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan penataran terkait Pancasila dan Kewarganegaraan. Menurutnya, sejak menerapkan lagu wajib nasional sebelum memulai kuliah, banyak perubahan yang terjadi pada mahasiswanya. “Mahasiswa mulai rajin mencari berbagai lagu nasional, yang dulunya tidak peduli menjadi peduli,” ujar Johannes bangga. Kata Anggelina Minchi, mahasiswa Ilmu Ekonomi 2015, ia senang dengan diterapkannya lagu wajib nasional dalam pembelajaran. “Selain sebagai media pelestarian lagu nasional, juga dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap lagu-lagu wajib nasional. Cara ini juga mengajarkan cinta terhadap budaya dan tanah air.” Diawal menerapkan kebiasaan ini, Johannes mengaku banyak mahasiswa yang mengeluh karena tidak bisa menjadi pemandu suara. Kendala ini tidak berlangsung lama.

Sebelum memulai kuliah, Johannes punya kebiasaan. Mahasiswa diminta menyanyikan lagu wajib nasional. “Yang terpenting bagaimana mereka dapat menyanyikan lagu wajib nasional dengan benar dan tahu maknanya,” tambah Johannes.

minta menuliskan nama dan nomor induk mahasiswa disecarik kertas. Kertas itu disebut Buku Dosa oleh Johannes.

Bagi Muhammad Iman Rizky yang juga mahasiswa Johannes, belajar dengan metode lagu wajib nasional sangat unik dan bagus. “Semangat untuk mengikuti perkuliahan juga timbul dengan cara ini.”

Mahasiswa yang masuk Buku Dosa nilainya akan dikurangi. “Agar mahasiswa serius dengan perkuliahan,” jelas Johannes. Biasanya Johannes akan meletakan buku ini dekat pintu masuk. Berkat kebijakan ini mahasiswa jarang hadir terlambat lagi.

MUHAMMAD RASYAH SYAPUTRA mengetuk pintu kelas dan bergegas masuk. “Terlambat empat menit ya,” tegur Johannes sambil melihat jam tangannya. Rasyah langsung di-

“Saya merasa jera datang terlambat lagi,” ujar Rasyah.#

Memanfaatkan Waktu Luang Istilah jangan buang-buang waktu sering kita dengar. Namun tanpa disadari, sebenarnya kamu adalah orang yang terlalu banyak habiskan waktu dengan sia-sia. Kamu juga sering dengar keluhan teman yang tidak bisa manfaatkan waktunya dengan baik. Ingatlah, buang-buang uang kamu akan kehilangan uang, tapi jika membuang waktu, akan kehilangan bagian dari hidup. Maka lakukanlah hal yang bermanfaat untuk mengisi waktu.

luang dengan keterampilan, contohnya membuat artikel. Selain mengembangkan kreatifitas, kamu juga bisa mendapat uang dari hasil karyamu.

Caranya:

Kedua, beres-beres. Coba cek lemari. Mungkin beberapa hari ini kamu mengabaikan pakaian yang ada di lemari. Atau juga lupa membuang sampah. Waktu luang bisa dimanfaatkan untuk membersihkan kamar dan lingkungan. Jika sudah bersih, kamu juga yang akan nyaman.

Pertama, berkarya. Jangan menghambat perkembangan diri karena bermalas-malasan. Cobalah untuk mencari tahu keterampilan yang ada pada diri. Isi waktu

Ketiga, membaca. Gunakanlah gadget untuk browsing hal-hal yang menambah wawasan. Kamu juga bisa meluangkan waktu untuk membaca buku. Karena membaca

adalah solusi yang baik dan menambah pengetahuan. Keempat, fikirkan tujuan hidup. Cobalah targetkan rencana-rencana yang harus dicapai. Rencana dalam jangka pendek dan panjang. Misalnya, dalam tahun ini kamu harus membaca buku sebanyak 20 buku. Target itu juga kamu tulis, agar bisa menjadi pengingat. Semoga bermanfaat.

Walimah Ewa Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan UR 2012

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 23


Sempena Scopus merupakan sebuah pusat data terbesar di dunia yang menyimpan puluhan juta literatur ilmiah sejak puluhan tahun lalu. Data ini berupa jurnal ilmiah, buku, serta makalah konferensi ilmiah. Scopus dimiliki oleh Elsevier, satu penerbit utama dunia.

Foto: Wila BM

Usman Muhammad Tang, Ketua Lembaga Pengembangan dan Penjamin Mutu Pendidikan katakan, syarat agar jurnal dapat diakui internasional harus memuat penelitian bermutu. “Tulisannya juga harus berasal dari berbagai negara,” ujarnya. Hal ini pula yang dilakukan oleh Toto. Salah satu penelitian Toto yang menjadikannya sebagai peneliti terbaik di Universitas Riau, mengenai Fisika Plasma dan Fisika Fotonik. Plasma dan Fotonik saling berkaitan, namanya Plasmonik. “Pernah punya ide untuk membuat mata kuliah tentang ini, namun ternyata sudah ada diluar negeri,” ungkap Toto.

Dua Penghargaan Buat Toto Oleh Wilingga Saktioto aktif mengirim karya ilmiah di berbagi jurnal baik dalam maupun luar negeri. Keaktifannya ini berbuah hasil. Ia jadi dosen terbaik universitas 2015.

EBUAH panggung dihiasi berbagai macam bunga. Tirai kuning dibentuk hingga menjulur ke lantai. Dinding belakang panggung didominasi ungu dengan tulisan Milad UR ke 53 Universitas Riau. Dua layar proyektor berada disisi kanan dan kiri panggung. Lampu sorot dipancarkan hingga menerangi seorang laki-laki atas panggung.

S

Ia Saktioto, sapaan akrabnya

Toto, seorang Doktor dibidang Fisika Fotonik. Malam itu dua penghargaan ia peroleh. Sebagai dosen dan peneliti terbaik yang diumumkan pada malam puncak ulang tahun Universitas Riau. Sejak 2001, 68 penelitian Toto dipublikasikan diberbagai jurnal dalam dan luar negeri, 63 dintaranya terekam didalam Scopus. “Sayang sekali jurnal yang saya buat mahasiswa kurang mengerti,” ujarnya kecewa.

24 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Dikutip dari buku Selekta Plasma yang ditulis Toto, Plasma digunakan untuk menggambarkan suatu wujud zat atau substansi netral yang secara umum berinteraksi dengan elektron bebas dan atom atau molekul yang terionisasi. Plasma secara sederhananya adalah ionisasi. Bentuk nyatanya berupa api, matahari dan sinar pijar. Katanya, hampir seluruh dunia ini adalah Plasma. Bintang dan galaxi juga adalah bentuk nyata dari Plasma. “Namun orang tidak begitu tertarik dengan galaxi karena terlalu jauh.” Sedangkan Fotonik adalah spektrumnya, berupa cahaya yang masuk kemata. Penelitian Toto mengenai Plasma telah digunakan untuk alat operasi dan pelapis kaca mata. Toto memproduksinya dengan menggunakan magnetron. Magnetron yang digunakan semacam microwave alat pemanggang roti yang biasa digunakan didapur. Kemudian dibongkar menggunakan busi yang biasa dipakai oleh sepeda motor lalu diaplikasikan. “Sudah banyak yang menggunakan penelitian saya ini,” ujar Toto. Selain peneliti terbaik, Toto juga menyandang gelar dosen terbaik di Universitas Riau. “Menurut saya bukan dosen terbaik, itu memang sudah tugas saya,” katanya merendah. Sebagai dosen,


Sempena Perjuangan Toto terbayar, ia diterima di University of Manchester Institut of Scince and Technology.

Toto juga kesulitan dalam hal makanan. “Saya makan kentang rebus disana,” ungkapnya sambil tertawa. Toto ingin mahasiswa nya lebih baik dari dia. Sehingga Toto berusaha semaksimal mungkin dalam mengajar. Menurut Toto, Keberhasilan itu bisa dikatakan berhasil ketika generasi penerus lebih hebat dari generasi sebelum nya. Sosok Toto dikenal sebagai dosen yang jenius dan selalu bersikap objektif. “Bahkan menurut saya dia adalah dosen yang paling jenius,” ungkap Yesy Puspita Sari, mahasiswa Fisika. Selain menjadi dosen terbaik di UR, Toto juga masuk dalam finalis dosen terbaik tingkat nasional. Peringkat lima belas besar dari 293 calon dosen terbaik tahun 2015. Toto pernah menjabat sebagai ketua tim jurnal komunikasi fisika indonesia pada tahun 2001. Pria berkulit putih ini juga aktif sebagai Reviewer/ Editorial Board sejak 2007 silam. Reviewer bertugas mengoreksi kepantasan jurnal layak atau tidaknya untuk dipublikasikan. Ratusan jurnal dari enam negara seperti Polandia, Malaysia, China, Croatia, Jepang dan Spanyol sudah ia nilai. Komponen penilaiannya mencakup kebaruan informasi, metodologi penelitian juga hasil. “Untuk mengoreksi satu jurnal dalam waktu sebulan saja sudah capek,” ujar Toto. Selain kesibukannya meneliti dan menjadi penilai jurnal, pria ini juga hobi menulis di sela waktu menunggunya. Sejak 2008 sudah 7 buku yang ia tulis. Diawali Investigation of Photonic Devices Pigtailing Using Laser Welding Technique, diterbitkan World Scientific Publishing Co - eBook. Dua tahun berikutnya, Toto menerbitkan buku Power Parametrics of Single Mode Fiber Fusion. Pada 2011 ada tiga buku yang dit-

Selama hidupnya, ia baru pertama kali keluar negeri. Tantangan pertama yang ia hadapi, harus beradaptasi dengan udara dingin. Selain itu, Toto juga kesulitan dalam hal makanan. “Saya makan kentang rebus disana,” ungkapnya sambil tertawa. Butuh waktu selama setengah tahun untuk membuat Toto bisa terbiasa.

ulisnya. Yaitu Matrix Transfer Method of Power Propagation, Directional Fiber Coupler Model Induced by Voltage, Cadmium Sulphide Nanoparticles formed by the Langmuir Boldgett Technique. Semuanya diterbitkan oleh VDM Verlag, sebuah lembaga penerbit di Jerman. Tahun berikutnya Nonlinear Optics in Fiber Bragg Grating, diterbitkan pada In Tech, Polandia. Terakhir, Fisika Fotonik: Dunia Komunikasi Abad XXI pada 2015 diterbitkan di Universitas Riau. Banyak bukunya yang diterbitkan di luar negeri. Toto beralasan, agar dapat tingkatkan kualitas, bersaing dengan pakar-pakar dunia.

Tak genap tiga tahun, Toto tamatkan pendidikan magister. Tugas akhirnya tentang Studies of Nitrogen Plasma Species at Atmospheric Pressure Sources. Lulus dari Inggris, Toto ingin lanjutkan pendidikan doktoralnya ke Rusia. Niatnya ingin dapat ilmu yang lebih banyak. Ia diterima di Moscow dan harus kursus bahasa Rusia. Disaat yang sama, ia punya pilihan yang sulit. Istri Toto saat itu diterima jadi dosen di Johor, Malaysia. Anaknya juga masih kecil, sehingga sulit untuk ditinggalkan. Ia ambil pilihan tidak tinggalkan keluarga. Lalu melanjutkan kuliah di Universiti Teknologi Malaysia atau UTM.

TOTO LAHIR DI BAGANSIAPI-API, 30 Oktober sekitar 46 tahun silam. Punya dua orang anak, Sayyidati Khalisah Azzahra Putri dan Sayyidina Anshari Ahmad. Istri Toto, Okfalisa sekarang emban tugas sebagai Wakil Dekan tiga di Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Di UTM, Toto bertemu Jalil Ali sebagai pembimbing. Jalil memberi Toto tantangan. Toto harus publikasi jurnal internasional yang banyak dan cepat. Selain itu, Toto harus mengikuti konferensi dalam dan luar negeri. Selama itu juga Toto habiskan waktu untuk meneliti di laboratorium.

Toto menamatkan pendidikan sarjana di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama tiga tahun. Setamat kuliah ia memilih mengabdi jadi dosen di almamaternya.

“Saya tulis setiap harinya apa yang diteliti dan dilakukan,” kata dosen yang juga hobi bermain musik ini. Selain itu, Toto juga berkomunikasi dengan pakar-pakar fisika lewat internet.

“Dulu orang strata satu sudah bisa menjadi dosen,” jelas Toto.

Sekitar dua tahun delapan bulan, Toto dinilai sudah layak untuk selesaikan tugas akhir. Disertasinya tentang Power Parameters of Single Mode Fusion Fiber coupler. Jalil Ali sempat khawatir sebab Toto memilih pembimbing dari Spanyol dan Thailand untuk tugas akhir itu. Percaya akan dirinya, Toto selesaikan dengan nilai sempurna. “Nah, saya lulus dengan nilai terbaik,” kata pria yang menjabat Ketua Laboratorium Fisika Fotonik ini. #Dian Sherly Asnavia

Tiga tahun mengajar, Toto ingin melanjutkan jenjang pendidikannya. Kebetulan UR punya program untuk sekolahkan dosen. Sayangnya, Toto tak ikut direkomendasikan dalam calon dosen yang sekolah keluar negeri. Tak patah arang, Toto dapat bantuan dari bank dunia untuk mengikuti kursus bahasa inggris di Palembang. Enam bulan ia lewati untuk belajar bahasa asing tersebut.

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 25


Lagi, Presiden dari

26 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016


n Mahasiswa FKIP OLEH: BADRU CHAERUDIN

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 27


PEMIRA

Faizal Indra Rangkuti, Agus Riadi

PEMILIHAN RAYA UNIVERSITAS RIAU—atau biasa disebut Pemira UR—telah usai diselenggarakan. Pasangan Abdul Khair dan Bayu Kumbara dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Riau untuk satu tahun mendatang. Abdul Khoir dari jurusan Fisika FKIP, sedangkan Bayu Kumbara dari jurusan Budi Daya Perairan Faperika. Sebelum keduanya maju pada ajang pemilihan orang nomor satu di kelembagaan mahasiswa Universitas Riau, Abdul Khoir menjabat sebagai Gubernur FKIP sedangkan Bayu Kumbara tercatat sebagai anggota Resimen Mahasiswa atau Menwa. Berikut cerita pasangan ini terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa:

langsung yang mengambil,” tambah Ade Ruslan. Namun, setengah jam sebelum pendaftaran ditutup, hanya tiga pasang calon yang mengembalikan berkas. Diantaranya: Abdul Khair berpasangan dengan Bayu Kumbara, Faizal Indra Rangkuti dari FE berpasangan dengan Agus Riadi dari FISIP dan yang paling akhir mengumpulkan berkas, Fathur Rozi dari FKIP berpasangan dengan Adli Satria Sandika dari FT. Suasana sekretariat BEM dan DPM cukup ramai sore Jumat itu. Sebagian Panitia berkumpul di depan, sebagian lagi berada di dalam bersama steering commite dan bakal calon yang telah mengembalikan berkas.

Mulai 24 Maret hingga 1 April, Panitia membuka jadwal pendaftaran. Hingga pendaftaran ditutup, 21 pasang bakal calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa mengambil berkas pendaftaran. “Berkas pendaftaran ada yang diambil oleh tim suksesnya, ada juga pasangan calon

Pasangan Abdul Khair dan Bayu Kumbara belum menyertakan visi misi dan surat keterangan non aktif organisasi. Pasangan Faizal Indra Rangkuti dan Agus Riadi juga belum menyertakan visi misi, Kartu Rencana Studi, curiculum vitae dan pas foto. Tak hanya itu, pasangan ini juga belum melengkapi surat keterangan aktif kuliah dan keterangan non aktif organisasi. Sementara pasangan Fathur Rozi dan Adli Satria Sandika belum melengkapi, surat non aktif organisasi, Kartu Hasil Studi, curriculum vitae dan pas foto. Setelah dilakukan verifikasi, Panitia memberi tenggat waktu hingga Senin bagi bakal calon untuk meleng-

Indra juga mengeluhkan kesiapan tim nya untuk membantu mereka maju di Pemira. “Agus juga baru tahap belajar, yang menjalankan koordinasi serta instruksi semua dari saya.”

Sejak Panitia Pemilihan Raya Universitas atau PPRU memulai tahapan Pemira pada 21 Maret lalu, seyogyanya tahapan ini berakhir pada 20 April. Dimulai dari sosialisasi, pendaftaran hingga pemungutan suara yang ditutup dengan pengumuman pemenang. Panitia memasang spanduk, menyebarkan 2 ratus pamflet dan 5 ribu brosur ke tiap fakultas guna mensosialisasikan pesta demokrasi mahasiswa tahunan ini. Panitia juga memanfaatkan media sosial seperti: facebook, twitter, instagram, dan line. “Banyak juga bertanya mengenai ruang lingkup saya,” ujar Ade Ruslan, Ketua PPRU.

kas.

Pertemuan ini dilakukan secara tertutup. Tampak beberapa orang berjaga di depan pintu. Hal ini tak berlangsung lama. Esoknya, Panitia bersama steering commite dan dihadiri oleh bakal calon, melakukan verifikasi berkas di sekretariat DPM Universitas Riau. Hasil verifikasi hari itu diketahui semua bakal calon belum melengkapi ber-

28 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

kapi kembali berkas yang kurang. “Kalau tidak melengkapi sampai waktu yang ditentukan maka dinyatakan gugur,” ujar Ade Ruslan. Alhasil, hanya pasangan Abdul Khoir dan Bayu Kumbara yang melengkapi kembali berkas tersebut. Esoknya Panitia langsung mengumumkan pasangan ini menang secara aklamasi.


PEMIRA

Fathur Rozi, Adli Satria Sandika

REPORTER BAHANA MAHASISWA, Badru Chaerudin mewawancarai dua pasang bakal calon yang tidak melengkapi berkas. Masing-masing dari mereka menyampaikan alasan yang berbeda. Usai shalat ashar, di halaman mushala samping rektorat, Faizal Indra Rangkuti mengatakan, setelah berembuk kesulitan dalam merumuskan visi dan misi. Pasangan ini juga sempat berdebat dalam merumuskan visi dan misi nya. “Agus Riadi pun belum ada pengalaman untuk memimpin organisasi,” terang Indra. Dari sini Indra mulai menyampaikan keraguannya untuk maju bersama Agus. Indra juga mengeluhkan kesiapan tim nya untuk membantu mereka maju di Pemira. “Agus juga baru tahap belajar, yang menjalankan koordinasi serta instruksi semua dari saya.” Lain halnya dengan pengakuan Agus. Penyebab mundurnya mereka dalam ajang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa, dikarenakan Indra tidak mendapat restu dari orangtua. Berbeda dengan pasangan Faizal Indra Rangkuti dan Agus Riadi, pasangan Fathur Rozi dan Adli Satria Sandika justru mendapat dukungan dari berbagai teman. Mulai dari mahasiswa Pendidikan Fisika hingga teman-temannya di paguyuban. Baik paguyuban mahasiswa Tanjung Pinang maupun Lingga. Fathur Rozi mengaku, ia juga telah mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Namun desakan untuk mundur mulai muncul terhadap pasangan ini setelah berkas pencalonan dihantar ke sekretariat BEM Universitas Riau.

Fathur Rozi bertemu dengan Abdul Khoir yang ternyata juga mencalonkan diri. Keduanya sama-sama dari Pendidikan Fisika. “Saya kaget juga melihat Abdul Khoir di ruangan itu. saya kira dia tidak mencalonkan diri,” ujar Fathur. Sore Jumat 1 April, setelah mengantarkan berkas bersama pasangannya Adli Stria Sandika, Fathur Rozi dihubungi oleh Toni Erawijaya melalui telepon seluler. Toni mantan seniornya di jurusan Fisika, kini menjadi staf Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Dalam pembicaraan itu, Fathur diminta mempertimbangkan kembali keinginannya untuk maju sebagai Presiden Mahasiswa. Ujung dari percakapan itu, Toni mengajak Fathur duduk bersama. Fathur menjawab belum bisa menentukan waktu untuk bertemu dan sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai guru privat. Saat dikonfirmasi terkait komunikasi Toni dengan Fathur, Toni enggan berkomentar. “Biarlah orang berspekulasi,” ujarnya. Tak hanya Toni, Fathur juga dihubungi oleh beberapa senior lainnya. “Sebagian ada yang mendukung, sebagian lagi tidak,” kenang Fathur. Karena Fathur dan Abdul Khoir sama-sama dari Pendidikan Fisika, mereka juga mendapat dukungan dari dosen hingga Kepala Program Studi Pendidikan Fisika. “Namun Kepala Prodi dan dosen mengkhawatirkan akan terjadi perpecahan di keluarga Hima Pefsi jika kami tetap bersaing,” jelas Fathur. Hima Pefsi adalah Himpunan Mahasiswa pendidikan Fisika. Setelah

mendengar

berbagai

Tak hanya Toni, Fathur juga dihubungi oleh beberapa senior lainnya. “Sebagian ada yang mendukung, sebagian lagi tidak,” masukan, minggu malam, satu hari sebelum masa perpanjangan melengkapi berkas berakhir, Fathur menyatakan mundur dari pencalonan. Pasangannya, Adli Satria Sandika mengaku kaget dengan keputusan Fathur. Pada Adli, Fathur mengatakan, tidak mendapat restu dari orangtua untuk maju di Pemira Universitas Riau. Kemudian, Fathur juga tidak mau dipandang buruk di Hima Pefsi karena ikut mencalonkan diri seperti yang dilakukan teman sejurusannya, Abdul Khoir. “Kalau sudah begitu keputusan Fathur, mau bagaimana lagi?” ujar Adli. Alhasil, Senin 4 April hanya Abdul Khoir dan Bayu Kumbara yang melengkapi berkas. Pasangan ini pun dinyatakan menang secara aklamasi.#

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 29


Feature

30 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Foto: http://www.radionz.co.nz/international/paciďŹ c-news/290999/papu


ua’s-karma-raises-questions-after-release

Feature

Pejuang Papua di Angkot Jakarta Oleh Rizky Ramadhan Filep Karma mendapat remisi dari Presiden Jokowi. Sempat menolak beberapa kali namun akhirnya menerima. Meski sudah keluar dari penjara, Karma tetap berjuang untuk Papua.

S

EORANG LELAKI MENATAP KE DEPAN. Sesekali ia melihat kendaraan yang lalu lalang. Beberapa angkot saling mendahului . Cuaca sore itu tidak terlalu panas, namun suhu pengap dalam angkot cukup membuat gerah. Keringat menetes dari keningnya. “Bisa jadi kita sekarang ada yang ngintai,” katanya seperti berhati-hati.

Ia Filep Jacob Samuel Karma, kerap dipanggil Filep Karma. Pria kelahiran 1959 ini memiliki perawakan besar. Rambut panjangnya digulung dan diikat kecil mirip model rambut gimbal dengan beberapa bagian memutih. Jenggot dan kumis yang lebat membuatnya tampak sangar. Sesekali ia tersenyum. Katanya, sejak masih di Papua Karma seringkali diintai karena berjuang memerdekakan tanah kelahirannya. Ia dipandang orang Papua sebagai pejuang yang siap memberikan apa saja untuk aksi damai agar negerinya—Papua—merdeka. Ia pernah dipukul, ditembak dan berkali-kali dipenjara serta diancam dibunuh. Sore itu saya berkesempatan satu angkot dengannya. Karma berasal dari keluarga terpandang di Papua. Ayahnya Andreas Karma, mantan Bupati di Jayapura dan Wamena. Pada 1979, Karma kuliah di Universitas Sebelas Maret, Solo, mengambil jurusan Ilmu Politik. Lulus pada 1987 dan bekerja sebagai pegawai negeri di Jayapura. Pada 1997, Karma mendapat beasiswa kuliah selama satu tahun di Asian Institute of Management, Manila. Ia kembali ke Jakarta pada bulan Mei setelah study di Manila. Saat itu Karma melihat aksi protes mahasiswa Universitas Trisakti terhadap pemerintahan Presiden Soeharto. Dua hari ia melihat aksi protes itu. “Saat itu ibu kota negara sedang bergejolak.” Karma melepas masa lajangnya dengan menikahi Ratu Karel Lina, perempuan berdarah Melayu-Jawa asal Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Usia keduanya terpaut satu tahun. Mereka dikarunia dua orang putri.

TIBA-TIBA angkot yang kami tumpangi berhenti di perempatan lampu merah. Tiiiiiiiiiiit...tit…tit…tit... klakson bersahut-sahutan. Kendaraan roda dua melaju pelan di sela-sela mobil. “Oh ya, jadi bagaimana ceritanya waktu bapak di penjara?” Karma diam, kemudian tersenyum. Awal mulanya Filep Karma dipenjara pada 1998 atas tuduhan makar karena memimpin aksi dan pidato. “Sebelumnya saya juga ikut dalam aksi mengibarkan bendera bintang kejora.” Lambang bintang kejora merupakan bendera rakyat Papua merdeka. Saat ikut mengibarkan bendera bintang kejora, militer Indonesia mengambil alih Biak. Mendatangkan bantuan dari Ambon dan menembaki para pengunjuk rasa dari empat sisi. Jumlah korban tewas tidak diketahui pasti namun ia perkirakan sekitar seratus orang. Karma lalu dihukum penjara selama enam setengah tahun. Karma be-

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 31


Feature bas demi hukum pada 20 November 1999. Karma kembali bekerja sebagai Pegawai Negeri di Papua. Menjelang akhir tahun 2004, Karma menyiapkan sebuah upacara peringatan deklarasi kemerdekaan Papua. Peringatan ini pertama kali dilakukan pada 1 Desember 1961. Ia kembali berpidato soal kebangsaan orang Papua. Karma katakan, orang Papua tidak selalu kulit hitam dan rambut keriting, banyak orang di luar Papua yang juga peduli pada Papua. “Sebaliknya, banyak juga orang asli Papua, kulit hitam, rambut keriting, makan lebih banyak namun hatinya lebih Indonesia,” ujarnya pada pidato tersebut. Karma kembali ditangkap oleh polisi. Diadili dan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Negeri Abepura. Ia dihukum melanggar pasal 106 dan 110 KUHP tentang makar—suatu perbuatan dengan maksud seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah negara. Karma dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Filep Karma kembali berusaha melakukan banding ke Pengadilan Tinggi hingga kasasi ke Mahkamah Agung. Kali ini usahanya gagal.

ANGKOT MENEPI. Seorang pria muda masuk dan duduk di kursi dekat pintu lalu menyanyi. Hanya satu lagu, pria itu menyodorkan tangan. “Saya pikir dia mau bilang kalau dia baru keluar dari penjara,” ujar Karma sambil tertawa. Karma teringat, ketika mengunjungi salah satu penjara ada seorang pemuda menghampirinya. Pemuda itu bilang kalau ia baru keluar dari penjara dan ingin meminta sedikit uang. “Saya juga baru keluar dari penjara,” timpalnya sambil memperilihatkan surat penahanan pada pemuda tersebut. Pemuda itu pun pergi. Cerita mengenai kehidupannya di penjara tertuang dalam sebuah buku berjudul Seakan Kitorang Setengah Binatang. Selama dipenjara Karma diperlakukan secara tak manusiawi. Ia mengalami sakit dan sulit untuk berobat. Pernah Karma mengalami sakit di saluran kencing dan hendak berobat.

Filep Karma saat bercerita kisah hidupnya di dalam angkot. Foto: Eka BM

Karma harus bernegosiasi dan menunggu waktu yang cukup lama untuk mendapatkan izin berobat ke Jakarta. Di sampaing itu negara tidak memberi bantuan biaya berobat padanya. Karma di bantu oleh aktivis, Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia serta organisasi internasional yang peduli terhadap Hak Asasi Manusia. Ada juga pejuang di Papua yang secara suka rela membantu biaya pengobatannya. Parahnya lagi, petugas Lapas dan Polisi yang mengantarkan Karma berobat di Jakarta harus ia tanggung biayanya. Kurang lebih 11 tahun dipenjara, Karma di bebaskan pada November 2015 setelah mendapat remisi dari Presiden Jokowi. Mestinya ia baru bebas 2019 mendatang. Karma sempat menerima remisi beberapa kali. Namun menolaknya. Menurutnya, dengan menerima remisi tersebut berarti secara tidak langsung mengakui kesalahan sendiri. “Kalau saya menerima remisi itu berarti sama saja saya mengkriminalkan diri.” Pengacaranya lah yang memaksa dan membantunya untuk keluar dari penjara. Sebenarnya Karma berencana untuk tinggal lebih lama di penjara. Alasannya untuk mendesak polisi menuntaskan kasus yang masih terjadi di Papua. Selain itu menurut Karma, tinggal di Lembaga Pemasyarakatan lebih aman. “Jika terjadi apa-apa sama saya, toh polisi harus bertanggung jawab. Mau tidak mau polisi harus menjaga saya.” Baginya, penjara bagai rumah sendiri.

32 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Meski sudah keluar dari penajara, Karma merasa masih dalam penjara yang lebih luas dengan nama Indonesia. Ia menganggap, apa yang dialami Indonesia ketika dijajah Belanda, seperti itulah yang dirasakan oleh rakyat Papua sekarang. “Tentu saya akan tetap berjuang, karena Papua belum merdeka,” tegasnya.

ANGKOT BERHENTI LAGI. Kali ini seorang pria tua yang masuk. Karma terus bercerita, sesekali mengusap jenggot dan membetulkan letak topi dengan lambang bendera Timor Leste. Karma menggunakan seragam PNS cokelat dengan lambang bintang kejora di dada serta sepatu putih. “Kalau setelan baju ini, karena saya memang pegawai negeri. Sedangkan bendera bintang kejora menandakan identitas seorang Papua,” ujar Karma. “Kenapa topi lambangnya Timor Leste?” “Ya, biar pihak polisi semakin kesal,” sahut Karma dengan tawa. Karma terkesan dengan perjuangan bangsa Timor Leste yang berhasil memerdekakan diri dari Indonesia. Untuk terkahir kalinya angkot berhenti. Kami berpisah di perempatan jalan Letjend S. Parman dan Palmerah. Saya mengakhiri bincang-bincang sore itu dengan melihat senyum Karma kembali.#


Bedah Buku bisa menyelesaikan tugasnya dalam waktu singkat sehingga menjadi karyawan kesayangan atasan. Pada 1805, ia diberangkatkan ke pos pemerintahan di Asia Tenggara. Berkantor di pos terdepan Inggris yang baru saja diperbaharui di pantai Malaya dekat pusat Selat Malaka. hingga 1811, ia ditunjuk sebagai Letnan Gubenur di Batavia. Ia selalu memenangkan pertarungan. Walaupun ia dikenal memalukan di akhir kejayaannya. Detail perjalanan hidup Raffles dan bagaimana ia memimpin selama di Indonesia diceritakan dalam buku Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa. Buku yang ditulis oleh Tim Hannigan ini, diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Bima Sudiarto. Buku ini terdiri dari sepuluh bab Bab pertama berjudul Tanah Harapan. Mengisahkan tentang Batavia. Batavia dulu merupakan sebuah daerah yang sangat kotor, bau dan penuh penyakit. Tetapi tetap menjadi incaran Inggris saat itu. Mereka tetap berusaha merebutnya dari Belanda yang saat itu berkuasa.

Lima Tahun Inggris di Indonesia Judul: Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa Penulis: Tim Hannigan Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia Halaman: 419 hlm KOTA TUA. Tempat yang terlihat bersih dan terawat ini, dulunya sangat kotor, bau dan menjadi sarang malaria. Kawasan ini terletak di Jakarta—dulunya bernama Batavia. Kawasan ini punya nilai sejarah. Banyak bangunan bekas penjajah disana. Sebagian besar dijadikan tempat wisata dan belajar sejarah. Bicara soal sejarah, Indonesia pernah dijajah Inggris selama

Bab dua, Helaan Pertama di Timur. Mengisahkan tentang perjalanan hidup Raffles. Hingga pada 4 Agustus 1811 Raffles beserta rekannya Lord Minto dan Leyden, pertama kali menginjakan kaki di Jawa.

lima tahun, di bawah kekuasaan Thomas Stamford Raffles. Indonesia mengalami kekejaman yang amat sangat. Tak hanya menguras kekayaan Indonesia, Inggris juga menghancurkan kerajaan-kerajaan di Indonesia, khususnya di Jawa. Inggris melakukan invasi ke Jawa tahun 1811 hingga 1816. Saat itu Indonesia sedang dijajah Belanda. Berbagai siasat dilakukan Raffles untuk mengusir Belanda dari Jawa. Mempropaganda kerajaan di Jawa, hingga Belanda berhasil ditaklukan. Thomas Stamford Raffles, anak pertama dari enam bersaudara ini. Lahir 6 Juli 1781 di atas kapal budak bernama Ann. Ayahnya kapten di kapal itu. Saat berusia 14 tahun, sekolah formalnya terhenti, disebabkan harus bekerja di perusahaan Hindia Timur Inggris sebagai juru tulis senior. Raffles seorang pekerja yang giat. Ia

Bab tiga tentang Kemenangan Gemilang. Pasukan Inggris dibawah komando Gillespie berhasil menaklukan pasukan bertahan Belanda di Cornelis. Tapi Raffles harus menerima kenyataan, rekannya Leyden meninggal dalam penaklukan ini. Raffles mulai ketakutan. Ia sendirian mewujudkan visinya untuk Inggris di Jawa. Apalagi saat itu pengetahuan ia terbatas mengenai Jawa. Bab empat, Seribu Pertanyaan Kecil. Kali ini penulis membawa pembaca ke Mataram. Bab ini menceritakan terbentuk hingga terpecahnya kerajaan Mataram. Inggris selalu ikut campur soal kedudukan Raja Mataram. Kelak yang menjadi raja bisa patuh pada keinginan Inggris. Raffles merupakan orang yang sangat egois. Ia tidak menyukai orang yang tidak mau mengikuti rencananya. Raffles kembali melakukan propaganda anti Belanda, hingga posisi Belanda

Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 33


Bedah Buku terancam di Mataram. Bab lima, kita berlayar ke Pulau Sumatera Palembang, dengan judul Pusat Kegelapan. Raffles terus mengembangkan kekuasaannya. Raffles terus menyusun siasat mengusir Belanda dari pulau ini. Usahanya berhasil. Sultan Badaruddin—Raja Palembang percaya dengan Raffles. Palembang dan Bangka Belitung begitu ingin dikuasai Raffles. Ia ingin menguasi tambang timah. Hingga mati-matian ia meyakinkan raja.

Bab delapan berjudul Kerbau dan Harimau. Raffles mulai dihantam badai. Berbagai masalah bahkan tuduhan datang padanya. Tuduhan itu datang dari rekannya yang juga berkebangsaan Inggris, Mayor Robinson dan Gillespie. Perpecahan ini menyebabkan perlahan masa peralihan Inggris tenggelam. Jawa tidak lagi dianggap sebagai tanah harapan.

Selanjutnya penulis mengajak kita ke Yogyakarta. Tak sampai satu tahun, Raffles berhasil melakukan invasi. Cerita ini disajikan di bab enam berjudul, Tanah Kemenangan Baru.

Raffles mulai kehilangan orangorang terdekatnya. Satu persatu dari mereka meninggal dunia, termasuk istrinya sendiri. Masa-masa kelam ini di rangkum di bab sembilan berjudul, Pemberontakan dan Mangga. Kesedihan mendalam dirasakan Raffles.

Capek berkeliling, di bab tujuh kita tak lagi bercerita tentang kehebatan Raffles menaklukan setiap daerah di Indonesia. Di bab ini, penulis menceritakan siasat Raffles menaklukan sejarah Jawa. Serta menobatkan dirinya sendiri sebagai kaisar masa lalu legendaris Jawa.

Tak hanya itu, alam juga mulai tak bersahabat. Gunung Tambora meletus. Letusan gunung api terbesar sepanjang sejarah. Raffles mulai menderita sakit parah. Jawa direbut kembali oleh Belanda dan Raffles terpaksa hengkang dalam keadaan sakit.

34 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016

Di bab terakhir, Ratu Adil dan Epilog. Raffles kembali ke asalnya. Sempat kembali ke Indonesia tepatnya di Bengkulu. Tapi tak berlangsung lama. Pada 1824 ia kembali ke Inggris untuk selamanya. Kepulangannya tak disambut baik. Bahkan tak diiringi sambutan bak seorang pahlawan. Ia dianggap melakukan banyak pelanggaran. Hingga akhir hayat, jasanya tak dianggap di negaranya sendiri. Buku ini berawal dari kegelisahan penulis. Saat mengajar di Indonesia, penulis sering mendengar pernyataan orang Indonesia yang janggal dan aneh menurutnya. “Mungkin lebih baik kalau kita dulu dijajah Inggris, bukan Belanda.” Begitu ucapan yang kerap ia dengar dari muridnya, para pedagang, pebisnis, dukun bahkan penyanyi. Keanehan ini mendorongnya mencari tahu lebih dalam tentang sejarah Indonesia, terutama jejak kekuasaan Inggris. Buku ini meraih Jhon Brooks Award 2013, kategori nonfiksi sejarah.#Eka Kurniawaty


Edisi Maret-April 2016 Bahana Mahasiswa 35


Witra

36 Bahana Mahasiswa Edisi Maret-April 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.