Edisi Awal Tahun 2014 Black White

Page 1

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

1


DAFTAR ISI 03

REDAKSI YTH

04

SEULAS PINANG

06

CATATAN KRU

16

JENGAH & MINDA

19

OPINI

24 33

SEKAPUR SIRIH ARFAUNNAS

LAPORAN UTAMA 1 Ketidakjelasan dana untuk kelembagaan buat mereka susah berkegiatan

LAPORAN UTAMA 2 Cerita dari ketua kelembagaan di UR soal susahnya dana

08

12

SEMPENA Cerita dari mereka yang berprestasi: Kelompok paduan suara yang berjuang untuk bisa jadi UKM

: Surat Keputusan Menteri Penerangan GELAGAT RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983 ISSN : 0215-7667 Punya sesuatu yang unik, Said Penerbit: Lembaga Pers Bahana Mahasiswa Suhil terapkan cara mengajar Universitas Riau yang unik dan berbeda Penasehat : Prof. Dr. Ashaluddin Jalil.M.S (Rektor) Drs. Rahmat, MT (PR III)

17

STT

20

GALERI 3 DEKADE

Karya pemenang lomba sempena 3 Dekade Bahana Mahasiswa Pemimpin Umum : Ahlul Fadli FEATURE Pemimpin Redaksi : Nurul Fitria Catatan perayaan 3 Dekade Pemimpin Perusahaan: Herman Bahana Mahasiswa Sekretaris Umum : Trinata Pardede Bendahara Umum : Nurul Fitria Redaktur Pelaksana : Suryadi Redaktur : Hamzah, Jeffri Nofrizal T.S Litbang : Suryadi BINCANG - BINCANG Reporter : Hamri Hompi, Trinata Pardede Jeffri Nofrizal T.S Dari Film Di Balik Frekuensi, Luviana bercerita soal Fotografer : Herman, Jeffri Nofrizal T.S perjuangannya Sirkulasi : Jeffri Nofrizal Torade S Staff Iklan : Hamri Hompi Perpustakaan dan : Hamri Hompi Dokumentasi KHASANAH Layouter/ Perwajahan: Nurul Fitria Cover : Edo Fernando Makanan khas dengan bahan mudah didapatkan: Asidah Alamat Redaksi/Iklan : Kampus UR Gobah Jl Pattimura No 9 Pekanbaru. Tel (0761) 47577 Dicetak pada : CV WITRA IRZANI. Isi diluar tanggung jawab percetakan CATATAN AKHIR TAHUN Redaksi menerima tulisan berupa opini dan Kumpulan berita selama 2013 artikel karya orisinil. Redaksi berhak melakukan penyuntingan. Contact Us Facebook : Bahana Riau Twitter : @bahana_riau Email : bahanaur@gmail.com Website : bahanamahasiswa.co BAHANA MAHASISWA

2

Edisi Awal Januari 2014

22

29

34

38

40


REDAKSI YTH Parkir FISIP Tergenang Assalamualaikum Wr Wb. UNTUK BAPAK DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. Sebelumnya, terima kasih kepada Bahana Mahasiswa atas kesempatan untuk menyampaikan surat pembaca ini. Salam sejahtera, semoga Bapak dalam keadaan sehat walafiat dan lancar dalam segala urusan. Amin Parkiran sepeda motor dan mobil di kampus kita selalu tergenang air jika hujan lebat. Kami merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti ini, mohon tanggapan dan solusi dari Bapak untuk kejelasan masalah ini. Terima kasih. Wassalamualaikum Wr Wb.

Heri Suryadi Pembantu Dekan II FISIP UR

Yori Elfitriani Mahasiswa HI FISIP UR 2011

Waalaikumsalam Wr Wb. PERSOALAN PARKIR FISIP TERGENANG, ini akibat pembangunan gedung S2 FISIP pada tahun 2012 lalu. Mobilisasi alat berat yang mengangkut peralatan serta lokasi pembangunan gedung S2 ternyata berdampak menutup saluran air sekunder dan debit aliran air tersumbat. Usaha yang dilakukan sampai saat ini adalah membuat saluran baru dan dialirkan ke saluran primer jalan utama. Selain itu, untuk masalah keadaan paving block rusak akibat genangan air di parkiran, sampai saat ini sedang dalam tahap perbaikan.

Status Infrastruktur UR KEPADA REKTOR YANG TERHORMAT. Universitas Riau memiliki banyak infrastruktur penunjang minat bakat mahasiswa, seperti arena panjat tebing serta PKM. Namun yang masih membingungkan, ini milik siapa? Apakah sudah menjadi milik UR? Tolong penjelasannya sehingga mahasiswa tahu dan dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan lebih efektif lagi. Terima kasih.

Andra UKM Olahraga UR

SEBAGAIMANA DIKETAHUI PADA PENYELENGGARAAN Pekan Olahraga Nasional ke XVIII di Propinsi Riau pada 20 September 2012 lalu, telah dibangun prasarana panjat tebing (wall climbing) di lokasi kampus Bina Widya Panam Pekanbaru. Pasca pelaksanaan PON sampai saat ini belum ada kejelasan status pengelolaan dan kepemilikan dari aset tersebut. Dari pihak UR telah menyurati Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Propinsi Riau untuk meminta kejelasan status pengelolaan dan kepemilikan prasarana ini pada 10 April 2013. Namun hingga saat ini belum mendapatkan jawaban. Terima kasih. Prof Dr Ashaluddin Jalil MS Rektor UR

Fungsi RSP KEPADA PENGELOLA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UR. RSP saat ini kurang dalam publikasi peran dan fungsinya untuk mahasiswa di UR. Tolong penjelasannya. Terima Kasih. Rudi Royman Butar-butar Sosiologi 2011 FISIP UR

RSP DALAM TAHAP PENGURUSAN IZIN OPERASIONAL, sampai saat ini yang bisa beroperasi adalah izin klinik. Pelayanan yang dapt diberikan sebatas rawat jalan dan emergency dasar dari pukul 07.30 – 20.00. Mudahmudahan akhir 2013 RSP sudah mendapatkan izin operasional. Untuk fungsi RSP, wadah ini dijadikan tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan memberikan pelayanan kesehatan pada civitas akademika UR dan masyarakat umum. Informasi lebih lanjut dapat diakses di www.rsa.unri.ac.id Dr Zulharman, M.Med.Ed Direktur Rumah Sakit/ Ka Klinik UR

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

3


SEULAS PINANG

‘Ngemis’ Dana Ala Kelembagaan

B

ICARA SOAL INSTITUSI, tak lepas dari sistem dan mekanisme yang berlaku. Baik sistem dan mekanisme, menjulanglah prestasi dan kemampuan. Tak ubahnya sebuah perguruan tinggi. Sebagai kawah candradimuka, sistem dan mekanisme yang baik jadi unsur utama. Baik sistem, tentu bernas lulusannya. Mantap mekanisme, unggul produk ciptaanya. Harapan ini bisa terwujud di Universitas Riau sangat besar dan didambakan seluruh civitas akademika.

Ikut kapal yang namanya organisasi.

Ilustrasi: Edo Fernando

Universitas Riau sebagai insitusi pendidikan tinggi berfungsi mencetak kaum intelektual. Menjadi penerus bangsa—tentunya mahasiswa—menimba ilmu di institusi ini diberi ruang bebas untuk berkreatifitas. Gunanya membiakkan bakat serta kemampuan dari diri sendiri untuk khalayak ramai. Caranya?

4

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

Disini mahasiswa belajar jadi awak sekaligus nakhoda kapal. Mengurus keperluan selama berlayar hingga menentukan kemana arah kapal hendak ditambatkan. Mantap awak dan nakhoda, tempat nan indah jadi pelabuhan. Salah-salah, terima nasib karam di tengah laut.

Kapal seperti ini banyak tersedia di UR. Yang besar ada dalam lingkup Unit Kegiatan Mahasiswa, biasa disingkat UKM atau Badan Eksekutif Mahasiswa dan Badan Legislatif Mahasiswa (BEM dan BLM). Awak yang hendak bergabung bisa dari seluruh mahasiswa UR. Agak lebih kecil—namun juga penting—ada dilingkungan fakultas ataupun jurusan.


SEULAS PINANG Sebutannya BEM fakultas serta Himpunan Mahasiswa Jurusan. Yang hendak gabung tentu berasal dari lingkungan dekat situ saja. Kapal ada, anggota ada. Tapi apa jadinya kalau peralatan yang dibutuhkan tak ada? Tentu semuanya menyorot ke Tuan Bandar yang jadi pemasok kebutuhan. Tak ada tuan bandar, kapal tak jalan. Dipaksa jalan, mati megap-megap habis persedian ditengah laut. Untung kalau dapat pelampung penyelamat, kalau tak? Mati tenggelam habis tu dimakan buaya. Seperti inilah gambaran keadaan organisasi tempatnya mahasiswa UR belajar kini. Wadah pengembangan kreatifitas, melatih kepemimpinan serta kerjasama tim, yang katanya harus bergiat harumkan nama universitas. Banyak program pengembangan kreatifitas dirancang, saat pelaksanaan, pengurus gigit jari, pusing tujuh keliling. Alasannya, dana untuk pelaksanaan tak ada. Banyak sudah lembaga mahasiswa jalan ditempat karena terkendala dana yang susah didapatkan dari universitas selaku induk semang penyalur dana. Kegiatan terlaksana tentunya tak hanya butuh semangat dari pengurus serta ide kreatif. Tapi juga dana untuk realisasi perlengkapan pendukung ide kreatif. UKM tempatnya mahasiswa berwirausaha, Koperasi Mahasiswa atau Kopma. Wadah para enterpreuner membiakkan jiwa usaha ini teredam. Pasalnya tak jelas dana untuk mereka berwirusaha dari mana. Uang simpanan pokok mahasiswa yang seharusnya diserahkan ke mereka untuk dikelola tak jelas juntrungannya. M Zulkarnain, Ketua Kopma paparkan hendak buat koperasi untuk mahasiswa berisi bahan kebutuhan pokok. Jadi mahasiswa butuh, tinggal ke koperasi. “Kalau tak ada uang bisa ngutang. Kan mereka juga anggota Kopma, walaupun pasif. Nanti sebelum wisuda, minta surat

bebas kopma, bayar hutangnya,” ujar Zulkarnain. Beralih kesebelah, Andra dari UKM Olahraga buka cerita. Berkali-kali anggota UKM Olahraga ikut lomba tingkat nasional, dana yang diberikan dari universitas sedikit. Padahal ini untuk harumkan nama universitas dan kenalkan para olahragawan asal UR. Tak hanya itu, 2013 lalu ia gagas Open Tournament Taekwondo undang kawankawan dari Sumatera Barat dan Jambi. “Proposal yang kita kasi cuma tembus Rp 20 jutaan. Padahal taekwondo itu lomba yang perlu dana besar,” ujar Andra. Untuk hadapi persoalan keuangan ini, alternatif pertama, ya cari Tuan Bandar dari luar induk semang. Jika organisasi hendak berkegiatan, mereka juga harus kreatif cari dana dari luar. Tak lagi mengharap air cucuran dari rektorat. Sebab jika ada bantuan dana untuk kegiatan dari rektorat, tak jamin 100% full dana yang dibutuhkan diberi. Opsi kedua, ini terkait dengan mekanisme institusi. Kegiatan dibantu tapi buat dulu laporan kegiatan serta laporkan semua kwitansinya. Bisa cepat, bisa juga berbulan-bulan setelah kegiatan baru dana dilansir ke kelembagaan. Atau yang lebih tragis, bisa jadi tak ada bantuan sama sekali. “Disana ada hak kelembagaan mahasiswa, janganlah kalian seperti mengemis-ngemis. Lucu jadinya mengemis hak kalian sendiri,” ujar Zulfikar Djauhari, Kepala BKP UR. Ya inilah yang terjadi. Bagaimana hendak harumkan nama universitas, jika kegiatan yang dibuat untuk capai tujuan itu tak didukung? Tentu harapan kosong jadinya. Ada bantuan yang diberikan, tapi berupa doa, duit nanti dululah. Kalau ini pun kami jawabnya tunda dululah mengharumkan nama universitas.#

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

5


CATATAN KRU

Suryadi Redaktur Pelaksana Bahana Mahasiswa

Penantian Demi Selembar Surat Sakti?

P

ERTANYAAN INI TENTUNYA MENGGELITIK. Antara ingin jawab atau mendiamkan saja. Tapi tak etis rasanya jika tak dijawab. Inilah pertanyaan paling sering terdengar ketika kru Bahana hendak wawancara. Biasanya ke mahasiswa tingkat awal. Tak dipungkiri ini juga karena beberapa bulan Bahana tak muncul ke peredaran. Sampai kru sendiripun sudah kehilangan semangat. Kami sudah liputan, wawancara sana-sini tapi tak juga cetak-cetak. Ya inilah yang terjadi. Tentu ada sebab musabab. Kalau dibilang manusia itu selalu mencari hal lain untuk disalahkan, bisa jadi. Tapi inilah kenyataannya. Kenapa Bahana tak muncul dalam wujud ‘nyata’. Bahana harus bolak balik Rektorat sejak Juli. Bukan untuk wawancara, tapi urusan keuangan. Secara garis besar, Bahana tak bisa hadir dalam bentuk cetak karena terkendala keuangan dan digantungnya posisi Bahana di 2013. DI PERTENGAHAN TAHUN ITU, Bahana sulit sekali mengadakan kegiatan. Kendalanya, no money. Padahal banyak program kerja yang hendak dilaksanakan. Yang terbesar, Sempena 3 dekade Bahana Mahasiswa pada 17 Juli. Adakan lomba menulis, foto dan karikatur tingkat Riau. Tentu sebagai ‘anak’ dari Universitas Riau, kami minta

Bagai pungguk merindukan bulan, jawaban atas proposal tak didapat sampai hari H. 6

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

bantuan ke induk semang. Ikuti prosedur yang ada, kami masukkan proposal. Bagai pungguk merindukan bulan, jawaban atas proposal tak didapat sampai hari H. Akhirnya kegiatan terselenggara tanpa bantuan secuil pun dari UR. Pengurus pontang-panting sana-sini cari bantuan. Sasaran, tentu alumni Bahana, serta relasi kawan-kawan yang rela membantu. Dana dapat seadanya, tanpa bantuan dari induk semang. Baru satu kegiatan. Cetak yang jadi agenda wajib juga tak bisa direalisasikan. Pasalnya ya nggak ada duit untuk cetak. Majalah kami edisi Mei soal PPL, sampai Januari ini masih berstatus ngutang. Pada 7 Januari barulah hutang ini dibayar—baru si induk memberi uang. Itupun awalnya sempat dibilang kwitansi cetak yang telah kami berikan hilang. Untung percetakan masih punya kwitansi hutang setengah tahun itu. Tentu ini sangat miris sekali. Tak bisa cetak, kami tak mati akal. Kami hidupkan liputan di media online. Memanfaatkan website kami, bahanamahasiswa.co liputan kampus terus di update. Sudah 2 kegiatan tak ada bantuan. Kegiatan rutin lainnya DJMTD Bahana Mahasiswa. Diklat dasar jurnalistik buat kawan-kawan mahasiswa. Ini juga jadi wadah untuk merekrut pengurus Bahana nantinya. Diadakan tiap April dan November. DJMTD April tak ada dana mengucur. Saat dicek, ya nanti, uang belum turun. Itu jawaban yang didapat. Sampai diklat awal Desember pun tak ada dana yang disalurkan. Alasannya, tutup buku. Padahal proposal sudah masuk dari November. Secara jelas 3 kegiatan besar Bahana selaku Unit Kegiatan Mahasiswa di UR tak ada dibiayai kampus. Bahana tetap ingin berkegiatan. Tak ada


CATATAN KRU uang, putar otak. Untuk diklat saja, seluruh pengurus terpaksa rogoh kocek sendiri. Beli perlengkapan pakai duit si A, beli makanan pakai duit si B, sewa peralatan pakai duit si C. Kami berusaha tetap berkegiatan walau bantuan rektorat tak turun. Hanya satu kegiatan yang dibantu, saat pengiriman kru ikut pelatihan di Bali. Itupun dengan segenap usaha terus bolak-balik ke bagian staff Pembantu Rektor III. Tentu ini jadi pertanyaan. Kenapa susah sekali? Apa sebabnya? SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNTUK BAHANA. Inilah sebab kenapa kami tak bisa dapatkan uang untuk buat kegiatan. Surat yang menyatakan siapa saja pengurus Bahana ini harus diurus setiap pergantian kru. Supaya bagian kemahasiswaan tahu siapa saja orang yang duduk dilembaga ini. Awalnya setiap minta dana alasan soal uang belum turun masih dianggap lumrah. Namun pada Mei, jawaban lain seperti ‘uruslah SK kalian’ mulai mengudara dengan jelas. Kala itu kami berpendapat sebagai lembaga pers, tentunya kebebasan pers juga kami miliki. Cukup satu saja surat izin terbit dari kementrian penerangan dizaman Pak Harto yang jadi pegangan kami. Namun kampus tak terima. Harus ada SK. Diskusi kami jajaki ke alumni. Dizamannya apakah ada membuat SK. Ada yang bilang buat, ada yang bilang tidak. Cukup laporan pergantian pengurus saja, itu jawaban yang tak buat SK. Bingung, soal ini kami diamkan sejenak. Ternyata saat Sempena 3 Dekase Bahana, alumni banyak mengkritisi soal Bahana. Perubahan format jadi majalah hingga tak mencantumkan lambang UR di spanduk kegiatan—sebenarnya karena kesal tak ada bantuan dari UR. Akhirnya terjadi selisih paham antara pengurus dengan alumni. Kami kira ini hanya soal internal, antara pengurus dan alumni. Bulan berganti, pergantian pengurus pun terjadi. Pemimpin Umum yang dulunya Lovina, berpindah ke Ahlul Fadli. Kamipun sepakat buat saja SK. Daripada karena hal ini Bahana berlarut-larut tak bisa

Apa pula sebab musabab kisruh dengan alumni jadi alasan SK kami tak turun. Berkali-kali ditemui, itu terus alasannya. berkegiatan. Permohonan SK diajukan. Turunnya selembar kertas inipun dinantikan. Ternyata surat ini tak turun-turun. Alasannya, selesaikan masalah kalian dengan alumni, ujar Rahmat saat ditemui. Kaget. Itu yang dirasakan. Ini soal internal, kenapa kampus sampai PR III mengurusi hal ini. Apa pula sebab musabab kisruh dengan alumni jadi alasan SK kami tak turun. Berkali-kali ditemui, itu terus alasannya. Terus didesak, PR III mewadahi pertemuan antara alumni dengan pengurus Bahana. Tempatnya sungguh spesial, Pangeran Hotel. Turut hadir kawan-kawan dari Presidium BLM, BEM dan PD III se UR. Intinya pertemuan ini membahas Bahana mau diapakan. Dheni Kurnia, saat itu jadi moderator lempar opsi ke hadirin. “Bahana dilanjutkan atau ditutup?” tanyanya. Lucu, bagaimana mungkin alumni ingin almamater organisasi mereka ini ditutup. Tapi ntah lah apa yang ada dipikiran. Tak ada yang tahu kecuali diri sendiri. Setelah pertemuan ini digelar kembali diskusi perwakilan alumni, pengurus Bahana dan perwakilan kelembagaan bersama PR III. Hasilnya, urusan alumni dan Bahana biarlah diselesaikan secara internal. Cukup kampus berurusan dengan Bahana selaku organisasi di kampus. Tentu tak ada soal lagi setelah ini. SK tinggal meluncur turun, dan Bahana bisa berkegiatan lagi. Namun yang dinanti tak kunjung datang. Surat itu tak juga sampai. Setelah bolak balik meminta barulah 20 Oktober surat turun. Itupun saat diminta baru ditandatangani Rahmat, PR III. Jadi selama berbulan-bulan, dimana surat ini terdampar? Demi sepucuk surat kami tak bisa berkegiatan secara maksimal. Sungguh terlalu.#

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

7


Grasak Grusuk Soal Uang Oleh Hamzah Pengurus kelembagaan sulit buat kegiatan. Ditenggarai karena soal dana. Limbung sana-sini cari kejelasan soal pendanaan. Sedikit suluh diharapkan hingga peroleh solusi yang dinanti.

R

UANGAN TIGA KALI TIGA METER INI KERAP DIKUNJUNGI. Dilantai satu bagian kemahasiswaan paling sudut. Dengan kaca hitam tembus pandang kelilingi dinding ruang kubus tersebut. Paling sedikit satu mahasiswa pasti datang. Yang dicari staff Pembantu Rektor III urusi pencairan keuangan kemahasiswaan, Hengki Irawan. Berdasarkan pengamatan kru—juga menunggu di ruangan ini— pertanyaan paling sering ditanyakan, apakah uang dari proposal yang mereka ajukan telah cair. Jawabannya beragam. Bisa sudah, jika

8

uang dan administrasinya sudah oke. Bisa belum, karena tidak ada uang atau administrasi belum lengkap. Jika uang ada, wajah yang masuk keruangan ini keluar dengan senyum. Jika tak ada, wajah lesu terukir. SISTEM KEUANGAN KELEMBAGAAN SEDANG JADI SOROTAN. Sebabnya, lembaga tengah mengeluh karena tak ada uang untuk buat kegiatan. “Untuk apalah dana ditahan, kan memang untuk kita juga,” keluh Ahmad Yamin Pulungan, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

(UKM) Pramuka Universitas Riau (UR). Keluhan soal susahnya adakan kegiatan kelembagaan mulai mencuat sejak Oktober. “Sudah banyak kawankawan dari kelembagaan yang mengadu,” ujar Padli, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UR. Kelembagaan menceritakan kesulitan berkegiatan dan BEM menampung keluhan tersebut. Menyoal dana, Zulfikar Djauhari, Kepala Bidang Kerjasama Pengembangan UR, jelaskan mahasiswa bingung karena tidak membahas perencanaan dan pelaksanaan


LAPORAN UTAMA anggaran. Berbicara anggaran, ada perencanaan dimana anggaran yang akan dikeluarkan dirancang untuk membiayai berbagai kegiatan. Baik belanja barang habis pakai atau belanja modal— inventaris. “Kalau fokus bicara dana dibagian PR III, berarti soal kemahasiswaan,” ujarnya. Untuk perencanaan, Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi atau BAPSI yang bertanggung jawab untuk jadi pengelola . Semua perencanaan dibuat PR III dan diajukan ke BAPSI. Dana ini harusnya 50 persen digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan. “Diutamakan melayani kegiatan mahasiswa,” jelas Zulfikar. Sejalan dengan Zulfikar, Desy Riasari, Kepala Bagian Dana Masyarakat juga paparkan soal mekanisme pendanaan. Dalam setahun, perencanaan anggaran akan diusulkan oleh Bendahara Pengandu Pengeluaran Kegiatan Kemahasiswaan atau BPPUKM ke Kuasa Pengguna Anggaran atau KPA. Nantinya setelah KPA setuju soal perencanaan anggaran selama setahun itu, barulah Bendahara bisa berikan dana. “Dana yang keluar sesuai usulan,” ujarnya. Zulfikar jelaskan mekanismenya dari awal hingga dana cair butuh waktu minimal dua pekan. Saat mahasiswa ajukan pemohonan, butuh waktu satu hari untuk dipertimbangkan ke PR III. Dari pengampu kegiatan mahasiswa ke PR II selaku pengelola dana dibutuhkan waktu satu

Zulf ikar Djauhari Kepala BKP UR hari. Begitu juga dari PR II ke Badan Anggaran, Umum dan Keuangan atau BAUK lalu menuju Bagian Keuangan dan Bendahara. Proses yang agak lama ada dibagian Bendahara mencairkan dana dan melaporkan pada bagian keuangan. “Di SOPnya ini makan waktu 5 hari,” tutur Zulfikar. Pengajuan hingga pencairan perlu waktu dua minggu, untuk itu setiap kelembagaan disarankan paling lambat untuk mengajukan permohonan dua pekan sebelum kegiatan. Lebih cepat lebih baik. “Yang perlu dicatat, dua pekan ini waktu minimal kalau tata kelolanya sudah baik,” ujar Zulfikar. Desy tekankan dana dapat dicairkan untuk kegiatan yang telah diusulkan. Usulan tersebut terangkum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/ Lembaga atau RKAKL. Berbicara soal UKM, tentunya kelembagaan ini memberikan usulan kegiatan setahun dalam bentuk proposal kepada PR III dan nantinya akan diserahkan ke BPPUKM. Bagaimana dengan kelembagaan yang tak berikan usulan? Menurut Zulfikar tentu ini akan

menyulitkan. Ia ceritakan PR III pernah mengeluh soal ini. “Persoalannya pergantian pengurus ditiap kelembagaan beda dengan siklus penganggaran universitas,” tutur Zulfikar meniru ucapan PR III. Siklus anggaran universitas Januari hingga Desember. Sekitar Oktober seharusnya kelembagaan sudah mulai memasukkan usulan kegiatan untuk tahun selanjutnya. “Karena tiap tengah Desember kita sudah tutup buku,” jelasnya. Jika lembaga tak serahkan rancangan, ini jadi problema. “Tapi disini PR III harus cerdik dan tanggap,” tambahnya. Ia jelaskan bahwa sebagai pengelola bagian kemahasiswaan, apalagi jika sudah lebih 2 tahun tentu sudah paham soal kegiatan rutin yang diadakan kelembagaan. Tinggal lihat proposal tahun sebelumnya dan bisa ajukan anggaran sesuai dengan program tahun lalu yang terlaksana. “Ya setidaknya sudah tahulah kegiatan rutinnya apa,” ujarnya. Karena jika bicara kegiatan rutin, walaupun ganti pengurus, kegiatan rutin tetap terlaksana. Bagaimana jika kegiatan pengurus selanjutnya

Setiap kelembagaan disarankan paling lambat untuk mengajukan permohonan dua pekan sebelum kegiatan. Lebih cepat lebih baik. BAHANA MAHASISWA 9 Edisi Awal Januari 2014


LAPORAN UTAMA berbeda dari sebelumnya? “Nah disini yang penting kelembagaan harus ajukan rencana kegiatannya. Paling tidak PR III mengingatkan soal ini. Susah nanti kalau tak ada kegiatan,” jawabnya. Toni Era Wijaya, Koordinator Presidium Badan Legislatif Mahasiswa beri komentar soal penganggaran ini. “Ada miss komunikasi antara UKM dengan pihak rektorat,” ujarnya. Ia menambahkan peran PR III sangat penting disini untuk mengakomodir bagaimana penganggaran dari kelembagaan bisa matching dengan rektorat. “Kelemahan PR III disini adalah soal komunikasi,” tambahnya. “SEKARANG LUMAYAN SULIT DAPAT DANA, kalaupun dapat nggak pernah penuh,” keluh Satria, Mantan Ketua UKM Bahasa dan Sastra atau Batra. UKM yang berfokus pada kegiatan seni teater dan puisi, dan kini menambah ruang kreasi di musik. Apakah ini karena ganti sistem keuangan UR yang

Rahmat, MT Pembantu Rektor III UR jadi Badan Layanan Umum? Zulfikar menampik hal ini. “Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum atau PK BLU tidak mempengaruhi,” jelasnya. Justru sekarang lebih mudah dan lebih jelas. Jika dahulu sebelum PK BLU, seluruh uang universitas akan diserahkan ke kas negara dan dikelola melalui Direktur Jendral Perguruan Tinggi atau Dikti. Sehingga setiap memerlukan dana melapor ke pengampu keuangan, dana diambil dari kas negara baru diterima universitas melalui rekening universitas. “Kalau sekarang uangnya ada di kas universitas,” ujar Zulfikar. Hanya saja sistem dalam pengelolaan

keuangan tetap berjalan seperti biasa. Ada usulan dan laporan pertanggung jawaban atau lpj. “Biasanya dikasi dana setengah dulu, nanti setelah lpj baru dilunasi,” tambahnya. Desy membenarkan soal dana kegiatan yang diberikan setengah dimuka. “Ini pakai uang persedian universitas, setelah buat lpj, dananya dilunasi semua sesuai kwitansi,” jelasnya. Lpj nantinya akan diberikan BPPUKM kepada bendahara sehingga dana yang dikeluarkan diawal— dana persediaan—diisi kembali, dan bendahara dapat melaporkannya ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara atau KPPN. Ini nantinya akan disahkan melalui Surat Perintah Pengesahan pendapatan dan Belanja (SP3B). Sesuai mekanisme pencairan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Dulunya kelembagaan punya pos dana di Dana Persatuan Orang Tua Mahasiswa atau Dana Potma, sekarang? “Sudah tidak lagi, sejak 2010 sudah masuk di Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP,” ujar Desy. Ini sesuai Undang-undang nomor 20 tahun 1997, dimana dana bukan berasal dari pajak dikategorikan dana PNBP. “Sekarang dana ini dikelola universitas melalui PR III,” ujar Rahmat, PR III UR. Sebelumnya dana potma yang tiap awal semester dibayar oleh mahasiswa

Diskusi Kelembagaan yang ditaja Bahana Mahasiswa. Membahas persoalan keuangan kelembagaan. Foto: Fadli

MAHASISWA 10 BAHANA Edisi Awal Januari 2014


LAPORAN UTAMA

kegiatan mahasiswa terkendala karena tak adanya anggaran diawal. baru dikelola oleh pengurus dana potma. Setiap kelembagaan mendapatkan dana ini, dimana BLM punya peran dalam membagi persentasi dana ke setiap UKM. Dana ini digunakan untuk menjalankan kegiatan UKM. Namun kini dana ini sudah tak ada. “Ini karena universitas mulai menerapkan tertib anggaran, jadi setiap pungutan Rp 1 itu harus dilaporkan ke negara,” jelasnya. Ini merupakan penerapan dari UU PNBP. Dana PNBP pengelolaannya dikembalikan ke universitas. Dimana 70 persen dari dana tersebut dikembalikan ke fakultas dan 30 persen ke universitas. “Seharusnya kegiatan mahasiswa jadi lebih banyak dan mudah terakomodir,” ujar Zulfikar. Menurut catatannya, perencanaan dana PNBP pada 2013 untuk dana PR III sekitar Rp 6,8 miliar, sedangkan deposit di 2012 sekitar Rp 4,9 miliar. Sehingga selama 2013 PR III miliki dana Rp 11,7 miliar. Sampai akhir tahun, dana yang tersisa sekitar Rp 4,5 miliar. Dalam diskusi menyoal permasalaham keuangan lembaga mahasiswa yang ditaja Bahana Mahasiswa, Arifien Mansoer, mantan

Pembantu Rektor III cerita pengalaman dikala ia memimpin. “Saat itu uang dianggarkan cuma Rp 70 juta, saya harus cari sponsor sana sini untuk bantu kegiatan,” ceritanya. Saat itu keadaan keuangan PR III tidak sebanyak sekarang, namun demi terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan, maka Arifien putar otak cari sumber dana. “Justru ini yang disayangkan, dulu dananya sedikit tapi prestasi kita banyak, sekarang uangnya banyak, tapi kok malah susah bekegiatan,” ujar Zulfikar menyayangkan kondisi yang dialami kelembagaan mahasiswa. “KITA MASIH TERKATUNGKATUNG buat kegiatan, kadang pembina yang membantu dana,” cerita Satria. UKM Batra punya pembina yaitu Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UR, Syafrial. Kebanyakan kalau kurang dana, mereka meminta bantuan ke pembina. Lain cerita dengan UKM Pramuka, “Kami angsurkan proposal keluar universi-

Padl i Ketua BEM UR

tas,” ujar Ahmad Yamin. Padli, selaku Ketua BEM melihat masalah ini sebagai tak tertibnya penganggaran kegiatan yang ada. “Kadang kawankawan dari fakultas juga datang ke universitas untuk minta bantu dana. Padahal inikan posnya UKM,” ujar Padli. Menanggapi hal ini Zulfikar berpendapat perlunya kesadaran dari tiap orang. Fakultas sadar seharusnya mereka membantu kegiatan mahasiswa di fakultasnya, pihak rektorat dapat mengutamakan kegiatan yang diadakan UKM. “Harus ada program prioritas,” ujar Zulfikar. Selain itu juga kesadaran dari kelembagaan, jika sudah dapat dana dari fakultas ya sudah, jangan minta lagi ke rektorat. Kecuali jika programnya dalam skala besar. “KALAU KELEMBAGAAN BUAT KEGIATAN DAN KURANG DANA, bisa pakai mekanisme meminjam,” ujar Zulfikar. Menurutnya, setiap kegiatan mahasiswa terkendala karena tak adanya anggaran diawal. Dari universitas seharusnya dapat mengakomodir dengan memberikan mekanisme peminjaman. Dimana mahasiswa akan mengajukan surat permohonan peminjaman dana kepada PR II melalui pengampu kegiatan mahasiswa, PR III. Nantinya PR III seperti memberikan disposisi, ketika dana sudah keluar dari bendahara, uang tersebut akan dikembalikan. “Yang keluar uang kan juga yang ngasi pinjaman. Nanti bisa langsung dipotong sesuai besaran peminjaman,” ujar Zulfikar.#Yaya

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

11


LAPORAN UTAMA

Kita-kita Punya Cerita Oleh Nurul Fitria Susah buat kegiatan. Mulai dari acara dibuat seadanya, kumpul-kumpul uang dengan anggota, sampai acara dibatalkan. Disini kelembagaan buka cerita sebab musababnya.

R

ANGKAIAN ACARA SUDAH DIRANCANG. Konsep lomba dipublikasi, peserta mulai mendaftar. Panitia mengecek dana untuk kegiatan. Proposal sudah diantar beberapa minggu sebelum acara, harapannya sudah ada kejelasan hari itu. “Ternyata dana tak turun dari rektorat,” cerita Arif, Wakil Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra atau UKM Batra. Semua anggota panik. Kumpulkan uang yang ada, periksa uang kas. Ternyata tak cukup. Menahan malu, panitia hubungi seluruh peserta yang mendaftar, bilang acara dibatalkan. “Itu program kerja pengurus sebelumnya, pengurus kali ini tak ingin buat kegiatan itu,” ujar Arif. Ini cerita dari UKM Batra yang gagal gelar lomba baca puisi peringati haul Soeman Hs, sastrawan dan tokoh pendidikan di Riau. Kegiatan dengan skala besar tak jadi terselenggara

Rahmat, PR III UR dan Ketua kelembagaan. Budi-KSR PMI, Tony-Presidium BLM, Irvandi- Batra, Padli-BEM, Junaidi-Arroyan, Fadli-Bahana, Andra-Olahraga, Yamin-Pramuka dan Kholik-Menwa.

karena tak ada dana. Bagaimana dengan UKM lainnya? LAIN BATRA YANG BERHUBUNGAN DENGAN SENI, lain pula UKM Olahraga. Menaungi kegiatan untuk kesehatan jasmani, tahun 2013 Andra ketua dari UKM ini buat gebrakan. “Kita buat Open Tournament Taekwondo,” ujarnya. Kegiatan dirancang terlaksana Mei, baru pertama di Universitas Riau, segala peralatan baru diperlukan. Mulai dari matras hingga pelindung kepala dan badan untuk bertanding. Tentunya biaya untuk lengkapi ini semua tak murah. Belum lagi untuk hadiah pemenang yang besar sampai biaya 40 wasit pertandingan. “Saya harus cari dana sekitar Rp 150 juta,” tutur Andra. Proposal ia ajukan Februari, harapannya semakin cepat diajukan, semakin cepat dapat dana untuk kegiatan. Bolak balik rektorat ia jalani. “Waktu itu di acc—accord-

MAHASISWA 12 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

ing, setujui— cuma Rp 3 juta, saya pikir buat apa, mending cari keluar,” ujar Andra. Open Tornament yang ia gelar dihadiri peserta dari Jambi, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Melihat segala perlengkapan yang dibutuhkan hingga biaya yang digunakan, uang Rp 3 juta tak banyak membantu. Andra hubungi pihak luar yang bisa bantu dan akhirnya mendapat sponsor. Kala itu ia juga mengadu ke pembina UKM ini. “Nggak tau gimana ceritanya, bantuan naik jadi Rp 5 juta. Dan akhirnya kita dapat Rp 20 juta. Saya jadi heran,” ceritanya. Namun bantuan dana dari rektorat tak tepat saat acara ia peroleh. “Berbulan-bulan setelah acara baru dapat,” jelasnya. Ini untuk kegiatan yang diadakan UKM Olahraga. Ketika anggota UKM ini ikut partisipasi turnamen diluar Riau, ternyata tak juga dapat dukungan materil. “Kita sudah malas minta, dibuat proposal ntah kapan cairnya,” kesal


LAPORAN UTAMA Andra. Saat itu turnamen taekwondo diadakan di Bukittinggi, Sumatera Barat, berlanjut ke Medan, Sumatera Utara. Masih tingkat daerah tetangga. Sampai di tingkat nasional di Jakarta hingga Internasional diikuti 25 negara di Yogyakarta juga tak ada campur tangan universitas. “Sudah malas. Kita cari dana sendiri aja dari luar,” ujar Andra. Malas untuk buat proposal bantuan dana ini dirasakan Andra karena tak ada kejelasan soal pencairan dana di UR. Percuma untuk buat proposal tapi cairnya tak jelas kapan. Jika ingin bantuan dicairkan, mahasiswa punya kewajiban lain lagi. Buat laporan dan serahkan seluruh kwitansi terkait kegiatan. Setelah itu, tetap menantikan kabar apakah uangnya telah cair. Jika tak sabar, sering mengeceknya ke rektorat adalah alternatif lain. “Ya semuanya akhirnya pakai biaya sendiri. Kawankawan ikut tanding catur dan bridge berangkat dulu pakai uang sendiri, berbulan-bulan kemudian baru dicairkan,” ujar Andra. Ia tetap menyayangkan, setelah mahasiswa selesaikan tanggung jawabnya buat

sebelumnya. Tak ada dana. Sebenarnya Kopma untuk berkegiatan punya dana tetap berupa simpanan pokok yang dibayar seluruh mahasiswa baru saat awal masuk UR. Nominalnya Rp 5 ribu perorang. Sehingga dengan membayar Andra simpanan pokok, seluruh Ketua UKM Olahraga UR mahasiswa UR adalah anggota pasif Kopma. laporan kenapa uang “Tapi uang itu tidak pernah masih lama sekali dicairkan. kami peroleh dari rektorat,” ujar Zul. Ia cerita Beralih ke UKM Koperasi pernah menanyakan soal Mahasiswa atau Kopma. dana ini ke Rahmat, PR III, Ladangnya mahasiswa melatih jiwa berwirausaha. jawaban yang ia dapat, uangnya ada di Bendahara Sampai saat ini Kopma Universitas. Ia tanya ke belum banyak buat kegiatan. “Mahasiswa juga Bendahara, jawabannya uang berada di rekening bertanya sebenarnya PR III. “Kami jadi dioporkegiatan Kopma ini apa,” opor, padahal yang cerita Muhammad dibutuhkan cuma Zulkarnain, Ketua Kopma. kejelasan,” sesal Zul. Kopma dulunya bertempat Ia menyadari telah terjadi di kampus UR Gobah, ada miss komunikasi antara minimarket yang dijadikan pengurus Kopma mahasiswa untuk tempat berbelanja. Namun setelah sebelumnya dengan rektorat. “Kalau laporan kebakaran pada 27 Sepkeuangannya sudah beres tember 2010, dan kegiatannya jelas akan menghanguskan aset kita kasih uangnya. Ada Kopma berupa bangunan kok,” ujar Rahmat dan isinya, UKM ini pindah ke Stadion Mini Kampus UR menanggapi soal simpanan pokok. Panam. Bagi zul, yang penting saat Pindah ke pusat kegiatan ini adalah dibuatkannya mahasiswa di Panam, tak tempat untuk transaksi buat Kopma banyak antara pengurus Kopma berkegiatan. Pasalnya dengan mahasiswa. “Kita sama dengan UKM maunya dibuatkan mini marketlah. Jual kebutuhan sehari-hari. Jadi mahasiswa bisa belanja disana, ngutangpun nggak masalah,” ujar Zul. Menurutnya, inilah guna koperasi bagi mahasiswa. Soal hutang, sebelum Stand UKM di UR Exhibition yang ditaja BEM UR. Tempat bagi para UKM memperkenalkan diri ke mahasiswa. Foto: Herman

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

13


LAPORAN UTAMA meninggalkan universitas, seluruh mahasiswa akan urus surat bebas Kopma. Isinya menyatakan mahasiswa bersangkutan tak memiliki hutang di Kopma. Disinilah jika mahasiswa memiliki hutang, harus melunasinya. Tak ada simpanan pokok yang diperoleh, darimana Kopma buat kegiatan? “Kita manfaatkan uang bebas Kopma yang sudah terkumpul,” ujar Zul. Setiap mahasiswa urus surat bebas Kopma harus bayar Rp 5 ribu. Uang inilah yang diputar pengurus Kopma buat kantin tenda dekat jembatan kupukupu. Menjual makanan ringan dan jus buah. “Kami butuh kejelasan supaya bisa berkegiatan,” tutur Zul lagi. Ia cerita kejadian saat ia hadapi persepsi mahasiswa dan dosen terhadap Kopma. “Kita dianggap punya banyak uang, padahal nyatanya nggak. Malah dicap sebagai ladang tempat korupsi, sedih saya,” tambahnya. Saat itu ia antarkan surat rekomendasi anggota dari tiap fakultas sebagai pengurus Kopma. Pergantian pengurus, Zul dapat saran agar pengurus Kopma utusan tiap-tiap fakultas 2 orang. Surat ia antar. “Kalau mau belajar korupsi, belajarlah di Kopma,” Zul meniru

Junaidi Ketua UKM Ar-Royyan UR

Malah dicap sebagai ladang tempat korupsi... ucapan salah satu PD III saat ia antarkan surat. Menilik persoalan UKM dibidang keagamaan ternyata juga sama. Bagi Junaidi, Ketua UKM ArRoyyan, administrasi yang rumit membuat pusing. “Itu kalau kwitansinya juga bisa diterima,” papar Junaidi. Selama berkegiatan pengurus UKM ini punya solusi. “Kami sudah biasa bakul infak dan kas pengurus. Diluar mesjid juga ada warung kecil untuk pemasukan.” Satu kegiatan besar yang berhasil diadakan adalah Musabaqah Tilawatil Quran atau MTQ tingkat UR dimana pemenangnya dikirim ke Padang untuk bertanding dengan jawara dari tiap daerah. “Ini kita kerjasama dengan pihak UR. Dari Ar-Royyan jadi panitianya,” jelas Junaidi. Kesulitan dana memaksa para pengurus harus merogoh saku sendiri untuk tutupi kekurangan dana. Seperti yang dialami UKM Korps Sukarelawan Palang Merah indonesia atau KSR PMI. Rentang Oktober mereka hendak buat diklat untuk perekrutan pengurus baru. Dana dibutuhkan sekitar Rp 6 juta. “Kami harus kumpulkan uang dari senior, anggota lama dan baru. Kurang memang, tapi daripada nggak ada uang, udah kapok ngutang,” ujar Karin, Sekretaris PMI. Budi selaku Ketua KSR PMI cerita soal kegiatan mereka terkendala karena kurang

MAHASISWA 14 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

dana. Sekitar Juni KSR PMI adakan kegiatan besar berupa khitanan masal kerjasama dengan Rumah Sakit Pendidikan UR. Target mereka, ada 50 anak akan disunat. “Diluar dugaan yang datang 80 orang, kewalahan kita sampai pukul 3 sore,” ujar Budi. Namun yang buat khawatir adalah dana sampai kegiatan terlaksana tak ada dari UR. Budi sempat mengadu soal ini kepada senior. Solusinya mereka dibantu senior minta bantuan sponsor dari Bank Riau dan Sari roti. Meminjam sana sini juga jadi alternatif. Kenapa belum dapat dana bantuannya, Budi jelaskan bahwa saat ia minta penjelasan, uang dapat diberikan kalau ada kwitansi. Selesai acara seluruh kwitansi ia laporkan kepada bagian urusi keuangan untuk mahasiswa. “Dananya baru ada November,” ujar Karin. Budi menyesalkan soal rumitnya pencairan dana kegiatan kelembagaan. Baginya, bagaimana kelembagaan mau membuat kegiatan jika mendapatkan bantuan dana saja susah. “Jadinya nggak ada uang, nggak ada kegiatan,” keluhnya. Para pengurus menyumbang untuk adakan kegiatan sesekali bisa saja, tapi jika terus menerus, ini tidak bisa. “Kita disinikan juga

Kesulitan dana memaksa para pengurus harus merogoh saku sendiri untuk tutupi kekurangan dana.


LAPORAN UTAMA belum kerja, tapi belajar. Uang juga dikirimi dari orangtua di kampung,” tambahnya. Cerita senada juga diutarakan UKM Pramuka. Tak ada dana, mereka buat kegiatan seadanya. Pramuka hendak adakan Temu Karya Nasional. Dana yang dibutuhkan Rp 50 juta, proposal mereka ajukan dan akhirnya di acc Rp 6 juta. “Sisanya kita cari sendiri,” ujar Ahmad yamin Pulungan. Ia keluhkan soal dana untuk kegiatan kelembagaan. “Cairnya susah, nanti tidak penuh sesuai yang diajukan. Kenapalah dananya ditahan, padahal untuk kita-kita jugakan,” sesalnya. Bagi Yamin, tak adanya dana, tak buat Pramuka berdiam diri. Mereka tetap mengadakan perekrutan anggota serta bakti masyarakat. Kegiatan bakti sosial yang mereka adakan biasanya gotong royong di desa-desa sekitar Pekanbaru atau kemarin disekitar Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara V atau PTPN V. “Ya pandai-pandai cari dana,” ujarnya. HARI H SEBELUM ACARA SUDAH MULAI DEKAT, namun dana untuk kegiatan masih belum juga ada. Ivandi Riski, Ketua UKM Batra bingung, harus dapat dana dari mana. Namun beruntung PD 3 FKIP bersedia membantu untuk masalah dana. “Ya kalau kita punya masalah selalu Pak Syafrial yang bantu kami,” ujar Ivan. Syafrial menjadi pembina UKM Batra periode 20132014. Dengan jadinya Syafrial sebagai pembina,

UKM Batra sedikit lega soal dana. “Alhamdulillah Pak Syafrial mau membantu kalau kami kurang dana,” syukur Ivan. Batra dapat

malaikat penolong untuk buat kegiatan. Bagaimana dengan UKM lainnya?#Hamzah, Nata, Ompi.

Musrenbang Express Sepenggal cerita dari yang katanya musrenbang

B

ERANGKAT DI JUMAT SORE PUKUL 6, dua bus pariwisata telah menanti. Satu bus diisi seluruh utusan kelembagaan. Satunya lagi angkut para staf kemahasiswaan. Suasana kontras terlihat, bus kelembagaan harus berpadatan sampai kenek bus berdiri sepanjang perjalanan tak dapat tempat duduk. Sedangkan bus untuk staf kemahasiswaan masih terdapat kursi kosong. Ditengah kesulitan keuangan yang mendera kelembagaan mahasiswa, Universitas Riau sanggup keluarkan dana Rp 49 juta untuk buat Musyawarah Rencana Pembangunan atau Musrenbang. Tempat pelaksanaannya di Padang selama tiga hari. Kelembagaan yang hadir disuguhkan kemewahan. Dana Musrenbang sebesar Rp 49 juta dihabiskan untuk sewa 2 bus Rp 16,8 juta, konsumsi Rp 9.625.000, ruangan tempat rapat kelembagaan Rp 4,6 juta. Bantuan peserta atau bahasa lainnya uang saku dianggarkan sebesar Rp 16,8 juta sampai biaya alat tulis kantor Rp 1.350.000. Jika dihitung, perwakilan kelembagaan yang hadir sebagai peserta Musrenbang 22 orang, masing-masing dapat uang saku Rp 300 ribu. Secara keseluruhan berjumlah Rp 6,6 juta bukan Rp 16,8 juta. “Dana sebesar Rp 16.800.000 itu sebenarnya untuk biaya penginapan, tapi dalam pelaporannya dibuat bantuan peserta,” kata Hengki staf Pembantu Rektor III.

PADA MUSRENBANG INI SEMUA KELEMBAGAAN MAHASISWA bertanya kejelasan uang untuk kegiatan kelembagaan yang mereka pimpin. Keuangan selalu saja tersendat-sendat. Permasalahan ini dijawab Rahmat karena tidak samanya perencanaan dari rektorat dan kelembagaan. Apa yang diminta oleh kelembagaan terkadang tidak sesuai dengan perencanaan yang telah di buat oleh Kemahasiswaan. “Bahkan kita terkadang harus ubah dan masuk-masukkan kedalam perencanaan sesuai dengan mata anggaran yang telah dibuat,” tambah Rahmat. Sayang jawaban Rahmat tak begitu memuaskan. Yamin, Ketua UKM Pramuka mengaku tak paham soal penjelasan Rahmat. Lain yang ditanya, lain yang dijawab. Musrenbang harusnya jadi titik cerah soal keuangan kelembagaan mahasiswa. Semua perencanaan digodok bersama. Dipimpin Toni Era Wijaya, seluruh kelembagaan sepakat agar Rancangan Anggaran Belanja atau RAB yang mereka usulkan tak usah dibahas. Disepakati bersama, nantinya biarlah PR III yang bahas ini di Musrenbang universitas. Akhirnya, kegiatan Musrenbang banyak diisi dengan kegiatan hiburan. Jalan-jalan dan belanja. Tak hanya untuk utusan kelembagaan, tapi juga staf kemahasiswaan beserta keluarganya.# Suryadi

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

15


JENGAH

Untuk Bonus Panjang Umur

K

ITA DAPAT MENGHAMBAT PENUAAN ALAMIAH dengan jalani kebiasaan sehat, tentu untuk cegah kita kena penyakit. Penuaan merupakan proses kompleks, beberapa kebiasaan ini dapat bantu melawannya. Makan sayur dan buah beraneka warna. Aneka warna sayur dan buah menunjukkan kandungan nutrisi dan antioksidan berbeda. Dengan beragam kombinasi sayur dan buah yang dikonsumsi, tentu manfaatnya berbeda pula. Konsistensi konsumsi beragam sayur dan buah akibatkan laju perkembangan penyakit kronik melambat. Berat badan terjaga, bonusnya lebih panjang umur. Sikat gigi teratur. Kesehatan gigi buruk telah dikaitkan dengan banyak risiko penyakit kronis. Sikat gigi dapat hilangkan bakteri

penyebab gigi keropos. Jika tidak dibersihkan, bakteri dapat bertambah banyak dan memasuki aliran darah. Akibatnya terjadi inflamasi—peradangan— dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular—gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Jadi mulailah mengatur jadwal sikat gigi anda. Bergerak lebih banyak. Sama seperti mesin, jika tak pernah dipakai akan rusak. Kurang bergerak aktif menyebabkan tubuh kehilangan massa otot dan mempercepat proses penuaan. Perubahan yang terjadi akibat umur pada otot dapat diperlambat dengan banyak bergerak aktif. Jadi rajinlah berolahraga minimal 15 menit sehari. Penulis Mories Deo Jurusan Ilmu Ekonomi 2011

MENDATAR 1. Kantor berita utama negara Italia 3. Desakan hati (Ing) 5. Sejenis gula 7. Lampu 8. Salah satu negara Eropa 11. Bagian (sinonim) 13. Excluding (singkatan) 14.Kantor berita Syiria

MENURUN 1. Asia tenggara 2. Burung 3. Hewan melata 4. Calon bayi 6. Kepala staf daerah militer 8. Makanan ringan khas garut 9. Toilet 12.Hewan penghasil madu 13.Galeri pusaka sejarah BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

16

r e d ak s i r o t n a ek an imkan k ir ik d a pa t k d n n a a b d a a, Jaw a h a s is w M a n B ah a enarik. m h ia d a h


SEMPENA

Pengakuan dari ‘Selembar Kertas’ Oleh Jeffri Novrizal Torade S

Jadi wadah kembangkan bakat di dunia tarik suara, kelompok ini ingin diakui sebagai lembaga mahasiswa.

B

ERBAGAI UPAYA DILAKUKAN Dafit Marpaung perjuangkan agar kelompok paduan suara yang ia latih dapat jadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Riau. Pembinanya, Arza Aibonotika dan Morina Siregar pun berusaha bicara dengan petinggi UR. “Kegiatan ini bermanfaat namun belum dapat legalitas,” sesal Arza. Untuk jadi salah satu UKM di UR, Dafit harus ajukan usulan pembentukan ke Badan Legislatif Mahasiswa atau BLM UR. Tindak lanjutnya, BLM akan adakan uji kelayakan dengan lihat apa saja kegiatan serta rutinitas yang dilakukan dan bagaimana struktur anggota. Barulah legalitas pembentukan akan diputuskan saat Kongres Mahasiswa berlangsung, dihadiri Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM, UKM serta mahasiswa UR. Oktober 2011 lalu Dafit konsultasi dengan pihak BLM dan disarankan buat proposal berisi latar belakang pembentukan serta pendukung dibentuknya UKM tersebut. “Nanti ajukan saja ke PR 3 dan ditinjau,” ujar Dafit meniru ucapan dari pihak BLM. Saat Bahana konfirmasi ke pihak BLM, ternyata proposal belum diterima. “Setahu saya

Penampilan BWS di Pengukuhan guru besar UR di Rektorat Lantai IV. Foto: Jeffri

nggak ada,” ujar Muhammad Rokhim, selaku pengurus BLM saat itu. April 2013 Dafit buat proposal. Ditujukan ke Rektor UR. “Saya serahkan ke asistennya, karena beliau tak ada di tempat,” jelas Dafit. Sampai kini kelompok paduan suara masih menanti keputusan. Bisakah mereka menjadi salah satu UKM dan dapatkan legalitas dari pimpinan rektorat. “Kami mengharapkan Surat Keputusan keluar dan BWS bisa jadi UKM,” harap Fitria, anggota kelompok ini. KELOMPOK PADUAN SUARA yang telah berdiri sejak 1 Mei 2011 bertempat di gedung kuliah Bahasa Jepang ini awalnya bernama Paduan Suara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau disingkat Paduan Suara

FKIP Unri. Namun karena kurangnya anggota dari mahasiswa FKIP, kelompok ini melebur dan menerima anggota dari luar FKIP. Namapun berubah. Simponica Choir dipilih. Karena terlalu umum, ditambahkan kata Unri di belakang nama. Perubahan kembali terjadi saat Unri berubah nama jadi UR. Berdasarkan kesepakatan bersama anggota, nama Bina Widya Simponica Choir pun dipilih. Bina Widya merupakan nama jalan tempat kampus UR berada. Anggota saat kelompok ini dibentuk hanya tujuh orang. Adakan seleksi di FKIP, bertambah jadi duapuluh. Setelah melebur, BWS buat perekrutan saat Dies Natalis UR dan tercatat telah ada enampuluh anggota berasal dari berbagai fakultas di UR. “Kita sudah mencukupi syarat minimal dari paduan suara

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

17


SEMPENA yaitu 40 orang,” jelas Dafit. Dua tahun berdiri, BWS bukanlah minim pengalaman. Kerap kali mereka diundang isi acara baik dari dalam maupun luar UR. Beberapa penampilan yang dapat disaksikan saat diadakannya wisuda di UR. Selain itu, saat acara Dies Natalis ataupun Pelantikan Guru Besar juga terlihat sekelompok mahasiswa ini menyanyikan lagu nasional, daerah ataupun internasional. Dari luar UR, BWS kerap dapat undangan mengisi event seperti acara Musyawarah Nasional Partai Demokrat 19 Mei lalu. Penampilan mereka disaksikan langsung Anas Urbaningrum dan Edi Baskoro Yudhoyono. “Mereka bersorak supaya kami menyanyikan lagu daerah lainnya,” kenang Dafit bangga. Selain itu BWS juga tampil dalam acara Diskusi Migas yang ditaja BEM UR kerjasama dengan Pertamina serta acara Konferensi Real Estate Indonesia (REI). Dalam hal perlombaan, ukiran prestasi menakjubkan sekaligus mengherankan juga berhasil diraih BWS saat Rektor Cup. Mereka berhasil menyabet juara 1,2 dan 3 dari perlombaan itu. “Kita juga bingung kenapa kita semua yang dapat,” ujar Dafit. Dalam penampilannya, BWS

Dua tahun berdiri, BWS bukanlah minim pengalaman. Kerap kali mereka diundang isi acara

Suasana latihan vokal anggota BWS di salah satu ruang kuliah FKIP. Foto: Jeffri

kerap menampilkan lagu nasional, internasional dan melayu. Demi tak kecewakan pihak yang mengundang, BWSpun minta pihak penyelenggara untuk menyaksikan mereka saat latihan. Kini mereka bersiap menorehkan pestasi di tingkat internasional dengan ikuti perlombaan di Thailand. Dengan menyiapkan dua konsep yang akan mereka tunjukkan, Mix Choir untuk lagu bebas dan Folklore untuk lagu daerah. Segala konsep serta teknis penampilan disiapkan. Tak lupa setiap Jumat Sabtu mereka berlatih. BWS BERHARAP DAPAT PERHATIAN UNIVERSITAS. “Kalau diingat kejadian menyedihkan, saya pernah menangis karena diusir saat latihan di ruang kuliah FKIP Bahasa Indonesia,” kenang Dafit. Hal paling penting yang ia dan teman-temannya perjuangkan adalah mendapatkan sarana dan prasarana untuk kelompok yang ia latih. Meily, salah satu pelatih BWS pernah mengajukan proposal untuk dapatkan bantuan dana. “Ini untuk dapatkan ruangan latihan jelang ikut lomba di Thailand,” ujarnya.

MAHASISWA 18 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Pihak rektorat pernah berikan usulan untuk gunakan ruangan di lantai 1 gedung rektorat. Namun BWS melihat ruangan tersebut tak terlalu kondusif dengan jumlah anggota yang banyak Kesusahan penuhi peralatan penunjang latihanpun diakui Meily. “Kita perlu alat musik seperti microphone, kondensor, sound system bahkan untuk meminjam organ tunggal ke rektorat juga agak sulit,” aku Meily. Hasilnya, berpindah tempat untuk latihanpun dilakoni BWS. “Bisa jadi jadwal latihan molor karena harus cari tempat yang kondusif,” jelas Dafit. Ia mengusahakan agar konsentrasi anggota BWS tak terpecah karena suasana yang berisik atau kepanasan dan sibuk mengipas diri sendiri. Johan, salah satu anggota BWS mengaku sangat senang bergabung di kelompok ini. “Teman-temannya asyik,” ujarnya. Dengan menerapkan sistem latihan yang baik sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh anggota. “Kita butuh realisasi dengan sepucuk kertas dari rektorat yang melegalkan kita jadi UKM dan bisa jadi tempat mahasiswanya berkarya,” ucap Dafit.#


OPINI

Temukan Jati Diri di Organisasi

Yopi Pranoto Mahasiswa Jurusan Sosiologi Menteri Sosial Politik BEM UR

B

AGI SEBAGIAN ORANG ORGANISASI ITU membosankan dan merepotkan. Sebenarnya apa itu organisasi? fungsinya? Pentingkah? Pertanyaan ini selintas mungkin jadi pikiran dibenak setiap mahasiswa terutama mahasiswa baru. Berorganisasi itu sama seperti mencari sebuah jati diri. Permasalahanya adalah kebanyakan mahasiswa tak sadar dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Dunia kampus sediakan wadah bernama organisasi. Berbagai macam jenis organisasi dengan seabrek kegiatan siap menyapa untuk bergabung dan kembangkan bakat terpendam. Organisasi internal kampus, jadi wadah untuk kembangkan wawasan dan integritas kepribadian. Khusus mahasiswa baru, saya sarankan agar memilih organisasi internal kampus dulu sebelum lanjut ketingkat organisasi eksternal kampus. Kelompok mahasiswa sejati—sebutan mahasiswa aktif di organisasi—atau aktifis mahasiswa. Mereka memang layak dinilai sebagai mahasiswa

K

AMPUS, EPISENTRUM INTELEKTUAL, tempat budaya akademik dan tradisi ilmiah dikembangkan. Penuh etika, estetika, keberanian, serta sikap tanggung jawab. Khusus bagi organisasi mahasiswa, tentu lebih kedepankan metode berbasis riset, keterpaduan akses informasi dan teknologi tepat guna. Kelembagaan mahasiswa adalah bagian integral kampus. Perlu dikuatkan posisinya dalam konstitusi. Karena tugas yang ditanggung semakin kompleks dan substantive, terutama dalam capai visi dan misi pendidikan nasional. Tantangan kedepannya cukup tinggi,soal perilaku mahasiswa yang cendrung pragtis, pragmatis dan kelompok sangat majemuk. Maka dibutuhkan sistem dan sumber daya manusia handal, berani, dan konsisten. Jika dikaji dan ditelusuri dalam pendekatan konstitusional, kelembagaan mahasiswa harus

dengan segudang pengalaman. Dengan ikut organisasi mahasiswa banyak manfaat untuk masa depan—dengan catatan, berperan aktif, bukan hanya terdaftar namanya namun jarang ikuti kegiatan. Ikut organisasi berarti belajar soft skills, melatih leadership untuk tumbuhkan sikap dan karakter. Juga terlatih untuk utarakan pendapat di hadapan orang lain. Sehingga di dunia kerja, keterampilan ini pasti bermanfaat sekali. Belajar mengatur waktu mutlak harus dilakukan. Awalnya akan sedikit kewalahan membagi antara kuliah dan organisasi. Tapi nantinya akan terbiasa. Serta memperluas jaringan dengan orang baru. Jujur, penulis sendiri ketika belum masuk organisasi, hanya punya teman satu jurusan dalam kelas saja. Tak menyangka, masuk organisasi jadi bisa ikuti kegiatan di berbagai kampus dan bertemu dengan mahasiswa yang berbeda pula. Jika ikut organisasi, akan terlatih berinteraksi dengan berbagai macam tipe orang, tentu akan semakin memperluas pemahaman akan berbagai karakteristik orang.# melakukan optimalisasi penuh terhadap UU 40 Tahun 2009 soal kepemudaan. Juga seluruh poin dalam pasal 28, UU 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi khususnya pasal 77 harus kita perjuangkan hak previlagenya. Organisator mahasiswa kini hadapi memudarnya kesadaran dan lemah pemahaman soal perbedaan yang kurang bisa disikapi dengan bijak. Sehingga konflik vertical dan horizantal cukup sering terjadi dalam kehidupan kampus. Harapannya, pegiat organisasi mahasiswa lebih konsisten berjuang demi tujuan umum daripada tujuan pribadi. Kita harus aktif tanpa bosan membuka pikiran, pandangan dan rekomendasi terhadap konsep-konsep pembangunan. Masyarakat kampus yang cerdas dan responsive mampu lahirkan sikap-sikap toleran serta empatik, bahwa perbedaan akan selalu hadir dalam kehidupan. Terakhir jadilah pribadi yang beriman dan berwawasan.#

Organisasi Mahasiswa dalam Konstitusi

Rafzamzali Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UR BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

19


GELAGAT

Teknik Nomor Said Suhil Oleh Hamri Hompi Manfaatkan berbagai media, buat teknik mengajarnya efektif untuk diikuti para mahasiswa.

M

EMASUKI RUANG KELAS jurusan Bimbingan Konseling sambil menenteng peralatan ‘tempur’. Lelaki yang telah mengabdi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan disingkat FKIP Universitas Riau sejak 1987 ini bersiap mengajar mata kuliah komputer. Sekitar 50 mahasiswa mengikuti pelajaran. Semua menantikan nomor ‘hoki’ pilihan dosennya tersebut. Mahasiswa dengan nomor yang disebut akan presentasikan hasil kerja. Teknik khusus terobosan Said Suhil Achmad ini terkadang buat mahasiswanya deg-deg ser. Hoki atau tidak, kembali kepada mahasiswa sendiri.

SAID—SAPAAN AKRABNYA mengajar dengan sistem multimedia. Berbagai sarana pendukung dan aplikasi seperti website, jejaring sosial, video dan audio ia gunakan. Berbeda dengan dosen lain, ia tak memanggil mahasiswa dengan nama. Nomor ‘hoki’ jadi pengganti nama, dan angka ini ia beritahu diawal perkuliahan. Seluruh data terkait mahasiswa tersimpan rapi dalam database miliknya. Data ini diinput saat pertemuan pertama dengan mahasiswa. “Mulai dari nama orangtua sampai alamatnya ada dalam komputer saya,” ujar Said. Teknik ini ia pilih untuk melatih mahasiswa berani bicara serta

MAHASISWA 20 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

ikuti perkembangan teknologi. Dengan pemilihan nomor secara acak, semuanya dapat kesempatan sama. Said mengenang kejadian lucu saat awal ia terapkan teknik nomor ini pada mahasiswanya. Karena takut nomornya disebutkan, mahasiswa tersebut sampai menangis. “Saat nomornya saya sebut, mau tidak mau ya harus bicara,” ujar pria alumnus FKIP UR ini. Mahasiswa yang nomornya disebutkan harus bicara, jika tidak, ia harus rela keluar dari kelas. “Kalau mereka jawabnya tak bisa, ya nggak apa. Itu kan juga ngomong namanya,” tambah Said.


GELAGAT Cara ini juga jadi alternatif pemecahan masalah Said yang susah mengingat nama orang. Ia takkan takut nama mahasiswanya tertukar. Hanya dengan mengingat angka, ia bisa memberikan nilai kepada mahasiswa. Seluruh nama dan angka telah terdata, cukup buka laptop, maka seluruhnya tersedia. Said biasakan mahasiswa gunakan multimedia untuk pembelajaran. Seperti presentasi tugas. Setiap mahasiswa buat powerpoint, dan jika ada penjelasan, maka cukup direkam dan diinput sesuai dengan slidenya. Semua teknik multimedia ini telah diajarkan Said kepada mahasiswa. “Mereka tinggal praktekkan saja,” jelasnya, Baginya, multimedia itu komponen teks, animasi, grafik, gambar, audio dan video. Gabungkan semua jadi satu dalam power point maka semua sudah jelaskan. Said juga terbiasa membawa peralatan sendiri seperti

Karena takut nomornya disebutkan, mahasiswa tersebut sampai menangis. proyektor dan microphone dalam mengajar. Said tak pernah merasa kesulitan atau terbebani. “Kalau orang bilang pakai alat-alat begini jadi lambat belajarnya, menurut saya tidak,” ujar lelaki yang hobi fotografi ini. Ia umpamakan dengan balap antara sepeda dayung dan motor. Sepeda bisa mulai duluan—ibarat proses belajar tanpa media— tapi motor yang mulai belakangan bisa dengan cepat sampai tujuan. TERKAIT pengalaman unik saat mengajar, Said punya cerita. Pernah ia mengajar di ruang C5 Micro Teaching FKIP UR yang bersebelahan dengan kantornya. Karena

sibuk dan banyak kerjaan belum selesai, ia tetap berada di kantor. Namun perkuliahan tetap berjalan. Caranya, ia manfaatkan media berupa video live dihubungkan dengan televisi dalam ruangannya. “Di ruang C5 ada kamera jadi bisa dihubungkan pakai antena. Kalau bell dalam ruangan saya bunyi, berarti ada mahasiswa yang keluar,” kata Said tertawa kecil. Mahasiswa juga bisa mengetahui tugas dan ujian di Facebook dengan gunakanprogram dan password. Jika waktu yang disediakan habis, secara otomatis program mati. Mahasiswapun dapat berkonsultasi via email ataupun chating di facebook dengan Said. “Saya gunakan online sudah sejak dulu sebelum UR gunakan online juga,”katanya. Dhiny Rahmanisa, mahasiswi jurusan BK FKIP UR menjelaskan pembelajaran dengan Said memanfaatkan teknologi yang tergolong canggih. “Nilai bisa cepat keluar dan bisa dilihat oleh mahasiswa,” ujarnya. Terkait cara mengajar, walaupun teknik nomor tersebut membuat mahasiswanya gugup, Dhiny merasa senang karena Said juga senang bercanda saat mengajar. #

Said Suhil di ruang kerjanya. Foto: Ompi

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

21


AGAR MELAYU TAK HILANG DI HATI Tiga dekade sudah Bahana Mahasiswa bertungkus lumus di Universitas Riau. Dari awal dibentuk pada 1983 hingga kini, satu hal tak berubah. Selalu ada tulisah soal melayu. Mulai dari opini sampai liputan khusus.

22

Kini diusia 30 tahun, Bahana menyuarakan gerakan Menolak Lupa Budaya Melayu. Banyak cara untuk realisasikan gerakan ini. Diantaranya melalui karya yang diperlombakan dalam sempena 3 dekade Bahana Mahasiswa. Mulai dari esai,foto hingga karikatur. Dan inilah para jawaranya. Dhany Pratama untuk karikatur Busana Melayu, Raynaldi menjepret sebuah penampilan teatrikal dan Elsa Susanti merangkai kata lewat esainya. BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014


BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

23


JALAN-JALAN KE SERUSA, singgah sebentar membeli teri, jangan lupa datang ke Bahana, karena Bahana UKM di Unri. Berpantun Herman tak lah pandai sangat, tapi ia pernah ikut lomba semasa SMP se-Kecamatan di kota kelahirannya Bagansiapiapi. Tak menang, tapi juara harapan. Berpantun termasuk khasanah Melayu yang mesti dilestarikan, tapi sekarang kawula muda sudah mulai lupa.

JIKA ORANG menyimpan air dalam teko, di Pelalawan ada tradisi menyimpan air dalam Labu yang dikeringkan. Disebut Labu Betung, khasiat menyimpan air dalam media ini untuk sembuhkan penyakit gunaguna—akibat ilmu hitam. Kini tak tahu apakah masih ada yang mempercayai khasanah melayu ini.

Mahasiswa kelahiran 11 Juni 1990 ini sedang menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi. Konsentrasi diekonomi media dan industri. Hampir lima semester keluar masuk organisasi kampus, sekarang dipercaya sebagai Pimpinan Perusahaan. Cita-citanya cuma satu, tetap lestarikan budaya melayu.

Karena itu, pria yang kerap disapa Alul ini menuliskannya, agar orang tetap tahu. Bernama lengkap Ahlul Fadli, kini ia jadi Pemimpin Umum Bahana. Sejak 2009 bergabung, mahasiswa FKIP Jurusan Pendidikan luar Sekolah ini berharap melalui tulisan, tradisi ini tetap mengabadi. SURYADI. Lahir di Panipahan, delapan hari sebelum berakhir bulan ketiga masehi 20 tahun silam. Tiga bulan jadi mahasiswa Sosiologi FISIP UR, langsung bergabung di Bahana Mahasiswa. Dari nama memang keturunan jawa, tapi lahir dan bertungkus lumus di tanah Melayu, Riau. Becerite soal Melayu, orang Panipahan kalau berniat sering dengan upah-upah. Upah-upah dengan nasi kuning, dibumbui dengan telur kadang dengan ayam. Nasi kuning dalam balai diangkat di atas kepala sambil membaca doa. “Mak bilang kalau saya lulus kuliah akan diupah-upah,” ujar lelaki yang kini jadi Redaktur Pelaksana Bahana Mahasiswa.

MAHASISWA 24 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

JAJARAN ikan segar tersusun rapi laksana sedang berjemur, sebelum dikeringkan dengan proses pengasapan. Inilah Ikan Salai makanan khas wilayah di sekitar sungai besar.Disajikan pada acara besar ataupun adat istiadat, biasa digulai atau disambal. Minimnya pengetahuan generasi muda akan kemelayuan cukup mengiris hati. Sebab tu Bahana Mahasiswa cube mengingatkan lagi. “Salah satunya terus menulis tentang khasanah Riau,” ujar Nurul Fitria, dara kelahiran 11 April 1991. Akrab disapa Yaya, gadis ini telah bergabung di Bahana sejak April 2011. Mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika FKIP ini dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi.


HAMZAH, budak melayu kelahiran Sei Guntung Inhil. Lelaki yang hobi katakan Nage—merujuk pada hal mengada-ada—ini bergabung ke Bahana pada November 2011. Sebagai Redaktur, ia banyak belajar soal menulis. “Awak ni tinggal, besar dan makan ditanah melayu, jadilah orang melayu juge,” ujarnya. Ia suka seni bela diri silat. Aliran apapun. Menurutnya silat mengajarkan sifat jujur, berani, arif, rendah diri dan pantang menyerah. Ia ingat pesan guru silatnya di Guntung sebelum belajar di Pekanbaru, “Kalau di tempat orang, engkau jangan nampakkan ayam jantan, tengokkanlah ayam betine je.”

3 Dekade Berkarya JULI merupakan waktu yang penuh makna bagi Bahana. Di hari ketujuhbelas pada 1983 lahirlah sebuah media kampus Universitas Riau. Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar dan berkarya. Pada 2013 ini, genap sudah usia Bahana Mahasiswa 30 tahun. Dengan tetap mempunyai tujuan mengembangkan akademis yang kritis, Bahana selangkah demi selangkah bergerak untuk mencapai tujuan. Sempena hari jadi Bahana, berbagai kegiatan terlaksana. Mulai dari Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut se Sumatera bekerjasama dengan FOPERSM4, Sekolah Jurnalistik untuk siswa dan lembaga mahasiswa, Perlombaan karya berupa esai, komik dan foto bertajuk Menolak Lupa Budaya Melayu hingga sampai ke malam puncak hari jadi Bahana. Hari penting bertepatan dengan bulan Ramadhan tersebut diisi dengan kegiatan diskusi, buka bersama hingga pengumuman pemenang lomba. Selain itu juga ada peluncuran buku Melongok 99 Kisah Mengabadi, kumpulan tulisan Kilas Balik yang diterbitkan Bahana. Acara inipun jadi kesempatan bagi kru Bahana untuk berkumpul dan berdiskusi dengan alumni Bahana. Dan Desember lalu, kami menambah personil melalui Diklat Jurnalistik Mahasiswa Dasar. Kini Sudah ada 25 personil muda yang siap berkarya.

NATA DE COCO, nama plesetan yang diperoleh dara kelahiran Silaumaraja, Kisaran, Sumatera utara ini. Nama lengkap sebenarnya Trinata Pardede. 27 Desember lalu tepat berusia 20 tahun. Ia bergabung di Bahana pada November 2012 dan kini dipercaya sebagai Sekretaris Umum. Walau berdarah Batak, ia banyak tahu soal melayu. “Lebih banyak tahu dibanding suku sendiri,” ujarnya. Ia prihatin karena tak banyak anak melayu yang tahu soal makanan khas melayu dengan bahan tepung pulut dibungkus daun pisang. Lepat Bugi, makanan yang enak ini menurutnya harus dilestarikan.

KARENA TERTARIK DENGAN makanan gratis selama 3 hari, Jeffri ‘terperangkap’ di Bahana. Bergabung November 2012, mahasiswa Ilmu Ekonom i FE ini jadi Redaktur Non Liputan . Belajar soal jurnalistik, akhirnya buat ia tertarik menulis makanan khas melayu yang hampir hilang. Asidah, panganan sederhana berbahan terigu dan kanji. Dimakan kapan saja dimasak dengan cara digoreng. Adonan kuning emas ini dapat dibentuk pola menarik. “Karena menarik, jadi sayang untuk dimakan,” ujar pria bernama lengkap Jeffri Novrizal Torade Sianturi. Panganan ini dulunya disajikan untuk acara adat.

“Salam kenal untuk siapa saja,” kata dara kelahiran Inhil 27 April 1993 ini. Memiliki nama lengkap Hamri Hompi, gadis yang hobi menari ini menuntut ilmu di jurusan Hubungan Internasional FISIP UR. Pecinta Winnie The Pooh ini senang bisa menulis di Bahana dan sekarang dipercaya sebagai staff iklan. Terlahir dari orangtua berdarah Bugis tak menutup pengetahuannya soal Melayu. Karena hobi menari, Tarian persembahan sebagai tarian penyambut tamu khas budaya melayu sangat ia sukai.

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

25


Fotografer: Raynaldi MAHASISWA 26 BAHANA Edisi Awal Januari 2014


3Dekade Elsa Susanti Mahasiswi FKIP UR Program Studi Pendidikan Matematika 2011

Demi Melayu Tak Hilang di Bumi

V

ISI MEWUJUDKAN PROPINSI RIAU SEBAGAI pusat perekonomian dan kebudayaan melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia Tenggara tahun 2020, sepertinya mulai kabur. Mengingat kebudayaan Melayu sudah mulai terkikis akibat kekurangsiapan Riau menghadapi globalisasi yang menghantam dan ketidaksadaran masyarakat Riau akan peperangan kebudayaan. Semua golongan, suka atau tidak, harus menerima kenyataan globalisasi menjadi virus mematikan penyebab pudarnya eksistensi budaya lokal. Teknologi informasi dan komunikasi telah membawa budaya lain merambah ke semua lapisan masyarakat tanpa bisa dicegah. Berbagai pengaruh budaya asing sebagai dampak arus globalisasi tidak terelakkan. Didorong oleh teknologi informasi dan komunikasi yang tumbuh pesat, bak sedang memerankan sebuah revolusi sosial memasuki semua sudut kehidupan. Mengaburkan batasbatas tradisinonal, pendidikan, merombak struktur dunia usaha, kesehatan, pemerintahan, bahkan pola relasi antarmasyarakat dan individu. Inilah tantangan bagi semua bangsa ( Justiani 2009). Permasalahan utama timbul ketika berbagai pengaruh tersebut diterima oleh generasi muda. Terhentinya pola pewarisan budaya dari golongan tua karena tidak bisa mengikuti

perkembangan teknologi informasi . Dilain pihak generasi muda cepat menangkap segala sesuatu tanpa filter. Pada akhirnya budaya dahulu yang tak ternilai harganya, kini jadi budaya tak bernilai di mata generasi muda. Hal ini tentu melemahkan kesadaran mereka memandang budaya Melayu sebagai jati diri Bumi Lancang Kuning. Di samping persoalan kemajuan teknologi informasi, letak geografis Propinsi Riau yang berdekatan dengan negara tetangga juga patut dipertimbangkan. Sebagai jalur perdagangan Internasional serta persoalan heterogenitas penduduk baru. Singgungan antar budaya merupakan hal tak terelakkan. Sikap aktif untuk menghindari kemusnahan diperlukan, sehingga memilih sesuatu dalam kebudayaan lain dan bisa dimanfaatkan untuk memperkaya dan memperkuat diri sendiri.

Teknologi informasi dan komunikasi telah membawa budaya lain merambah ke semua lapisan masyarakat tanpa bisa dicegah. BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

27


3Dekade

(Sapardi Djoko Damono, 1997). Masalahannya, kesadaran untuk bersikap cerdas dan kesempatan untuk memilih inilah yang masih sulit ditemukan

Penolakan terhadap globalisasi bukanlah pilihan yang tepat, karena dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyusun strategi dalam melestarikan budaya melayu merupakan langkah tepat. Dapat memilah dan memilih budaya positif serta menanamkan jiwa nasionalis terhadap kebudayaan Melayu hal awal yang dapat dilakukan. Tetap mengikuti perkembangan budaya modern tapi tak mengesampingkan budaya sendiri. Nasib Bumi Lancang Kuning dan nilai-nilai kebudayaan Melayu sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, dan manajemen masyarakat Riau khususnya kaum muda sebagai generasi penerus. Langkah lainnya, setiap pribadi masyarakat Riau turut andil melestarikan budaya Melayu dengan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari. Tak hanya masyarakat asli Riau, tapi juga pendatang yang bermukim di Riau. Sesuai tuntutan pepatah, Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Peran Pemerintah Riau sebagai pembuatan kebijakan juga tak terlepas dalam usaha pelestarian ini. Contohnya membangun museum budaya dan lembaga pelestarian benda cagar budaya Melayu agar menghindari kerusakan lebih lanjut. Mendaftarkan hak paten cipta budaya Melayu Riau untuk menghindari kehilangan akan kebudayaan sendiri. Membuat suatu wadah atau lembaga untuk menyalurkan bakat dan kreatifitas generasi muda dalam hal kebudayaan serta mengadakan pementasan kebudayaan di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum secara berkesinambungan. Langkah konkrit yang dapat dilakukan agar generasi muda bisa mendalami kebuadayaan melayu terjun langsung dalam kegiatan yang dekat dengan generasi muda. Seperti mengadakan festival seni, pameran batik Melayu, menambahkan mata pelajaran muatan lokal Arab Melayu, menerbitkan tulisan terkait budaya Melayu Riau dalam media informasi serta mengiiklankan di chanel-chanel televisi dalam/ luar negeri. Selain itu, setiap daerah memilih

MAHASISWA 28 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Peran Pemerintah Riau sebagai pembuatan kebijakan juga tak terlepas dalam usaha pelestarian ini. Contohnya membangun museum budaya dan lembaga pelestarian benda cagar budaya Melayu duta wisata agar generasi muda berperan aktif dalam mempromosikan kekayaan seni, budaya dan pariwisata lokal. Sehingga takkan melayu hilang di Bumi Lancang Kuning ini. Usaha-usaha Pemerintah Riau mengoptimalkan perlindungan, pengembangan serta pemanfaatan terhadap budaya Melayu tak akan maksimal tanpa dukungan dan kerjasama Pemerintah Daerah, tokoh pendidik Riau serta semua lapisan masyarakat Riau. Masyarakat Riau selain berperan dengan terus mengasah kemampuan dan keterampilan juga diharapakan mampu membangkitkan kembali Lembaga Adat Melayu(LAM). Selain itu masyarakat yang berperan sebagai tokoh Melayu tempatan harus bangkit kembali untuk menggalakan KKBM (Kekerabatan Keluarga Besar Melayu) yang sudah berdiri beberapa tahun yang lalu. Dalam pencapaian keberhasilan upaya pertahanan dan pelestarian budaya Melayu, dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Sehingga mengantarkan Propinsi Riau sebagai propinsi yang mampu menjaga dan melestarikan budaya serta merealisasikan visi dan filosofi pembangunan daerah mengacu kepada nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu. Sebagai kawasan lintas budaya yang telah menjadi jati diri masyarakatnya, sebagaimana terungkap dari ucapan Laksamana Hang Tuah “Tuah Sakti Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu Hilang di Bumi”.#


FEATURE

Bahana Mahasiswa Menolak Lupa Oleh Suryadi

Secuil usaha Bahana Mahasiswa diusia kepala tiga menolak lupa budaya melayu.

Penarikan kain hitam, tanda launching buku ‘Melongok 99 Kisah Mengabadi’ pada HUT 3 dekade Bahana Mahasiswa. Foto: Dok Bahana.

D

ETIK-DETIK PENENTU MENDEKAT. Kain hitam penutup bingkai siap ditarik. Dua orang itu terus berceloteh. Sindiran mengalir dari mulut. Tak ada yang peduli, begitupun pemimpin negeri melayu ini, begitu ucap salah satunya. Badan mereka hitam. Dari ujung kaki hingga kepala. Mereka terus mendekati kain hitam. Mulut tak berhenti berucap. Terus menyindir. Kini mereka berdiri disamping kain hitam. Keduanya terdiam, tangan bergerak menarik kain. Melongok 99 Kisah Mengabadi. Tulisan ini tertera dibawah gambar Candi Muara Takus. Kain hitam tadi menutupi pigura dengan gambar ini didalamnya. USIA KEPALA TIGA, jika diibaratkan manusia, sudah

tak muda lagi. Begitulah Bahana. Sebagai salah satu unit kegiatan mahasiswa dikampus, lembaga yang berkecimpung dalam pers ini sudah tua. Selisih 21 tahun dari berdirinya Universitas Riau, Bahana lahir pada 17 Juli 1983. Berkutat dengan jurnalistik, produk yang dihasilkan berupa berita seputar dalam

Bak pohon, buah yang dihasilkan tetaplah melayu karena berakar di tanah melayu.

dan luar kampus. Telah tiga dekade berproses, perkembangan produkpun terjadi. Bermula dari koran, sedikit demi sedikit mengalami perubahan ke ukuran lebih kecil, sebesar kertas A3. Kini bentuknya jadi majalah. Media yang digunakan juga berkembang. Dulunya Cuma cetak, kini beralih memanfaatkan perkembangan teknologi berupa website. Tak hanya itu, berita videopun coba digarap. Tigapuluh tahun berkarya, tentunya banyak perubahan terjadi. Namun satu yang tak berubah. Kemelayuan Bahana tak bisa terganti. Bukan karena apa-apa, sebab budaya dimana Bahana lahir tak bisa dilepaskan. Bak pohon, buah yang dihasilkan tetaplah melayu karena berakar di

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

29


1

2

4

5

1) Penampilan Tari Zapin dari sanggar Muhibah Seni, menyambut kedatangan tamu. 2) Fakhrunnas MA Jabbar, Alumni dan Pemimpin Redaksi pertama Bahana beri sambutan. 3) Rahmat, Pembantu Rektor III UR beri kata sambutan sekaligus buka acara.

tanah melayu. Buktinya, disetiap produk Bahana akan selalu ada rubrik membahas melayu. Baik Khasanah—liputan makanan atau tradisi khas melayu, Kilas Balik—kilas sejarah kebudayaan atau cagar budaya melayu, Karikatur ataupun opini membahas melayu. Semua ini hanya sebagian kecil usaha Bahana agar melayu tak hilang di Bumi Lancang Kuning ini.

menyaksikan tarian penyambut khas melayu berasal dari Bengkalis ini. Tarian selesai. Balai Adat Melayu kembali sunyi. Pembawa acara maju memanggil Rahmat, Pembantu Rektor III UR, sampaikan kata sambutan. Dilanjutkan Fakhrunnas MA Jabbar, Alumni Bahana. Ya, mereka berpesan agar Bahana diusianya yang dusah 30 tahun dapat jadi lebih baik lagi. Hari itu, 17 Juli 2013, Bahana TARIAN ZAPIN MENGHENTAK. adakan perayaan Sempena 3 Alunan musik melayu yang Dekade di gedung kantor sarat akan bunyi-bunyian Lembaga Adat Melayu di gendang mengisi ruangan. Jalan Diponegoro tersebut. Penari menggerakkan tubuh Mengundang rekan ikuti irama. Penonton kelembagaan, alumni serta

MAHASISWA 30 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

jaringan Bahana acara berlangsung dari pukul 4 sore hingga malam. Satu lagi tradisi yang tak lekang di Bahana adalah diskusi. Rayakan hari kelahirannya, acara diisi diskusi soal kemelayuan. Bagaimana kondisi marwah melayu kini. Tak ingin melayu hilang, Bahana coba gali persoalan yang ada. Ilham Muhammad Yasir, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Pekanbaru pandu diskusi. Sebagai Pemateri hadir Muslim Rasyid dari Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau atau Jikalahari, Taufik Ikram Jamil, Budayawan Riau sekaligus alumni Bahana dan Efrianto,


3 FEATURE

6

4) Fakhrunnas beri hadiah pemenang karikatur, Dhany Pratama. 5) Penandatanganan cover buku ‘Melongok 99 Kisah Mengabadi’. 6) Temu Ramah Alumni Bahana Mahasiswa, dari kiri T Zulmizan Assegaf, Fakhrunnas dan Lovina. Foto Dok Bahana. Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN Riau. Melayu menarik untuk diperbincangkan karena kondisinya mulai mengkhawatirkan. Sebab kondisi hutan dan sungai sebagai marwah—sumber penghidupan— melayu sudah semakin memburuk. Hutan terus ditebang oleh korporasi, kebakaran hutan melanda Riau beberapa bulan terakhir, hingga kabut membuat negara tetangga angkat bicara. Sungai pun mengalami nasib sama. Sungai Siak, ikon masyarakat Melayu Riau sudah tercemar karena perilaku warga sekitar membuang sampah sembarangan.

Hutan terus ditebang oleh korporasi, kebakaran hutan melanda Riau beberapa bulan terakhir, hingga kabut membuat negara tetangga angkat bicara.

Akibatnya konflik berujung korban mewarnai perjuangan masyarakat adat dengan pihak perusahaan. Ini semua dilakukan untuk pertahanakan marwah mereka yang sejak dulu diwarisi oleh nenek moyang mereka. Tiga puluh lima menit bincang-bincang soal Melayu. Selanjutnya tamu undangan sejenak mendengarkan ceramah singkat sebelum menikmati buka puasa. Peringatan Milad Bahana Bertepatan pada bulan Ramadhan. Acara yang bertajuk Menolak Lupa Budaya Melayu ini pun menyajikan makanan khas melayu untuk berbuka puasa. Lepat bugi dan minuman air mata pengantin tersaji di meja panganan. Tak hanya melalui panganan yang tersedia, disekeliling ruangan dipamerkan berbagai karya terkait melayu. Mulai dari kartun karya Sindikat Kartunis Riau, hingga tulisan soal melayu yang pernah dimuat Bahana serta benda yang ditemukan berkaitan dengan tulisan. Seperti Labu Betung, diambil dari nama desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan. Terbuat dari Labu Air yang dilubangi dan dijemur hingga isinya membusuk selama seminggu. Fungsinya untuk menyimpan air. Selain itu juga ada Songket, kain tenun bermotif dari benang emas. Bagi masyarakat Melayu, kain songket menandakan kedudukan seseorang sering dipakai di lingkungan kerajaan. Beralih kemakanan, tentu familiar dengan Belacan, penyedap rasa terbuat dari ikan dan udang kecil. Bumbu penyedap rasa berbau tajam ini banyak diproduksi di Kabupaten Rokan Hilir, tepatnya Pulau Halang. Begitu sampai di pulau, baunya akan langsung hinggapi

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

31


FEATURE penciuman. Makanan lainnya, khas suku Sakai, Manggalo Sakai. Terbuat dari tumbuhan ubi racun yang menjalar di hutan. Ubi dikupas lalu direndam agar lembut. Diparut dan dimasukkan kedalam karung goni untuk diperas. Tujuannya supaya racun keluar. Hasil parutan digongseng. “Enaknya dimakan dengan ikan Selais yang disalai,� ujar Ucok yang juga berasal dari suku Sakai, kini Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Riau. Menyoal ikan salai, makanan khas melayu yang dibuat dengan teknik pengasapan ini mulai langka. Sebab ikan Selais yang jadi bahan mulai susah didapatkan. Panganan khas saat pesta adat ini banyak diproduksi di daerah Pelalawan. Serbuk mirip tepung tapioka dibuat dari batang pohon rumbia yang hidup di rawa-rawa yang kaya akan karbohidrat juga ditampilkan. Sagu. Tentunya masyarakat melayu familiar dengan makanan yang banyak di daerah Bengkalis. Juga ada Lemang, makanan dari beras ketan yang dibalut dengan daun pisang dan dimasak dengan bambu. Beras ketan digulung dengan daun pisang ditambah dengan santan kelapa kemudian dibakar. Bagi masyarakat Melayu, lemang biasanya dimakan pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tak hanya makanan, pelengkap upacara adat seperti Tepung tawar juga ditampilkan. Peralatan

Diskusi soal kemelayuan. Dimoderatori Ilham Yasir, turut jadi pembicara, Muslim dari Jikalahari bicara soal keadaan hutan, Efrianto dari AMAN dan Taufik Ikram Jamil dari Lembaga Adat Melayu Riau. Foto: Dok Bahana tepung tawar diantaranya, beras kuning, bunga-bunga, ramuan penabur dan perasapan dengan kemenyan. Biasanya digunakan untuk syukuran, keselamatan, memohon rezeki dan membuang segala penyakit. Biasanya Beras kuning ditabur pada orang yang sedang berhajat serta membacakan doa selamat. Warisan budaya Melayu ini disajikan Bahana sebagai bentuk kepedulian terhadap Melayu. Tak hanya itu, diluar ruangan lampu sumbu dengan minyak tanah bertempatkan botol sirup hiasi tepian sisi kiri dan kanan tangga. Bagi masyarakat Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir lampu ini disebut Pelito. Pada malam ke 27 Ramadhan pelito menerangi pelataran rumah-rumah.

masyarakat rantau Kuantan dan Masyarakat Rokan ini berupa penyampaian puisi berirama. Dendangan diiringi hentak gendang serta rebab. Isi puisi berupa pesan serta nasihat. Kayat dimainkan dengan tari-tarian, ruangan sontak bertambah ramai ketika penari kayat mengajak undangan ikut menari. Tak habis di sini, Bahana terus membuktikan kepeduliannya terhadapa Melayu. Tulisantulisan tentang Melayu yang terkumpul di rubrik Kilas Balik, sejak 1993 hingga 2012 dikumpul dan didokumentasikan dalam bentuk buku. Malam ulang tahun Bahana ke tiga puluh tahun buku ini dilaunching. Berjudul Melongok 99 Kisah Mengabadi. Serempak tepuk tangan diberikan tamu yang hadir. Semoga buku hasil karya Bahana Mahasiswa dapat mengingatkan kembali PANGGUNG KEMBALI kebudayaan Melayu. Bahana BERGETAR KALA SANGGAR pun terus bertekad MUHIBAH SENI tampilkan seni mempertahankan serta tetap tradisonal Kayat. Seni komitmen membahanakan tradisional berasal dari Melayu.#

MAHASISWA 32 BAHANA Edisi Awal Januari 2014


ARFAUNNAS

Antara Penutup Kepala atau Penutup Aurat

P

AKAIAN SALAH SATU PERHIASAN YANG selalu dikenakan manusia. Dalam Islam, berpakaian pun ada aturannya. Termasuk tata cara berpakaian bagi seorang muslim dan muslimah. Untuk muslimah, diperintahkan untuk menutup aurat gunakan khimar atau penutup. Jilbab berasal dari bahasa arab berarti pakaian lapang penutup seluruh aurat wanita kecuali muka, telapak tangan dan kaki. Dalam Al Quran dinyatakan jilbab bukan hanya sekedar menutupi kepala saja tapi harus menutupi leher, bahu dan dada. Saat ini sangat banyak model dari pakaian berjilbab, tapi apapun jenis dan modelnya, menutup aurat lebih baik daripada tidak. Berjilbab baiknya karena Allah bukan hanya sekedar ikut tren masa kini. Lalu, apakah wanita harus selalu menutup auratnya? Apakah tidak ada yang diperbolehkan untuk melihat muslimah tanpa menggunakan khimar? Jawabannya ada dalam wahyu Allah SWT yang jelaskan muslimah tidak diperbolehkan memperlihatkan auratnya kecuali pada 12 golongan. Golongan tersebut ialah suami, ayah, ayah suami—bapak mertua, putra mereka— keturunan sedarah, putra-putri suami mereka, saudara laki-laki—saudara kandung, baik seayah atau seibu, putra-putri saudara kandung lelaki—Keponakan, putra-putri saudara kandung perempuan, wanita-wanita muslimah, hamba sahaya, orang kurang akal— sama sekali tidak ada syahwat terhadap wanita dan anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hal ini dapat dilihat dalam Qs. AnNur: 31. Bagi seorang muslimah, menutup aurat hukumnya wajib. Berjilbab juga bukan hanya sekedar menutupi kepala. Melainkan ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar dapat mejaga kemuliaan wanita.Dari sebuah sumber Hukum Wanita Mengenakan Parfum — Muslim.or.id, syarat tersebut antara lain: Hendaknya pakaian menutupi seluruh tubuh dan hanya memperlihatkan bagian

yang boleh terlihat—wajah dan telapak tangan. Tidak tipis agar tak tembus pandang. Tidak sempit sehingga membentuk lekukan tubuh. Selain itu pakaian juga tidak menyerupai pakaian lelaki dan wanita yang tidak islami. Tidak menampakkan rambut dan leher walaupun sedikit. Hindari memakai parfum berlebihan hingga dapat menarik perhatian lelaki yang bukan mahram, karena itu memancing pandangan. “Kalian, para perempuan keluar rumah dengan memakai wewangian sehingga para laki-laki mencium bau harum kalian?! Sesungguhnya hati laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh hidungnya. Keluarlah kalian dari rumah dengan tidak memakai wewangian”. (HR. Abdurrazaq dalam al Mushannaf no 8107). Dengan demikian mudah-mudahan selain wanitanya yang menjaga kehormatan, lelakinya pun dapat menjaga pandangan, sehingga dapat terhindar dari dosa dan maksiat. Namun dalam kondisi darurat ada beberapa kondisi pengecualian dimana yang bukan mahram boleh melihat sebagian dari aurat wanita . Dengan catatan bahwa pengecualian ini masih dalam koridor rukhshah—keringanan, dimaksudkan untuk meringankan dan memudahkan bukan dibuat-buat. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut: Dokter diperbolehkan melihat “letak rasa sakit”, Jika tidak ada lagi dokter wanita yang sanggup mengobati. Dalam kondisi gawat darurat, seperti kebakaran atau hendak tenggelam. Dalam kasus ini tindakan cepat dan kemahiran jadi priorotas, namun laki-laki tersebut. Dan kondisi-kondisi lainnya yang dianggap atau dapat dikatakan sebagai kondisi darurat. Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk selalu menjalankan SyariatNya. Hingga kita dapat menjadi muslim muslimah yang pantas memasuki JannahNya.

Saibatul Aslamiah Mahasiswi Hubungan Internasional FISIP angkatan 2009

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

33


S

TOP NONTON METRO TV Tanggal 25 November Pada HUT Metro tertulis pada spanduk biru seukuran bentangan badan. Spanduk itu ia genggam ke sisi badan dengan kedua tangannya. Mengintari bundaran Hotel Indonesia atau HI gunakan mantel hujan merah dan masker hijau. Tanda silang merah hiasi masker. Hujan turun dan menggenangi badan jalan tak ia pedulikan. Alunan pianika menemaninya ajukan aksi protes atas peristiwa yang ia alami. Ia adalah Luviana. Cuplikan adegan diatas terlihat pada film dokumenter Di Balik Frekuensi karya Ucu Agustin. Film ini ceritakan dua peristiwa terkait kekuasaan media di Indonesia. Mulai dari

pemanfaatan frekuensi publik untuk kepentingan politik hingga antikritiknya manajemen media. Tak segansegan, bagi yang mengkritik newsroom pun harus bersiap di’istirahatkan’ dari pekerjaan di media tersebut. Juga dijelaskan terjadi Konglomerasi Media. Dimana konsentrasi kepemilikan media terpusat dikuasai segelintir kelompok. Ini jadi fenomena di Indonesia. Dalam cuplikan film di jelaskan pertumbuhan media di Indonesia saat ini. Ada 1248 stasiun radio, sekitar 1706 media cetak dan 76 stasiun televisi telah menyentuh lapisan masyarakat. Dan yang menunjukkan perkembangan signifikan sekitar 176 stasiun

televisi tengah ajukan izin siaran. Bagaimana dengan media online? Sudah tercipta beribu portal online dengan berbagai nama yang juga dijadikan referensi bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Yanuar Nugroho, peneliti senior bidang Inovasi dan Perubahan Sosial di Manchester University kritisi soal kebebasan di Indonesia setelah lihat perkembangan media saat ini. “Apa kita benar-benar bebas? Benar bahwa media kita banyak dan beragam. Bebas memilih mana yang hendak dilihat. Tapi mari berpikir sejenak dan merefleksi. Media memang banyak, tapi pemiliknya ya ituitu saja,” ujarnya dalam film DBF.

Visi Media Asia yang dimiliki Bakrie &Brothers, Aburizal Bakrie menancapkan cakarnya di 2 tv nasional dan media online yaitu TVOne, antv serta vivanews.com CT Corp milik Chairul Tanjung. Pemilik Trans TV, Trans7 dan detik.com Surya Paloh pemilik Media Group. Kini turut berkecimpung dalam dunia politik. Pemilik Metro TV, Media Indonesia serta Metronews.com ini menguasai 1 tv nasional, 3 surat kabar dan media online

MAHASISWA 34 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Elang Mahkota Teknologi (Emtek) milik keluarga Sariatmadja, Eddy Kusnadi Sariatmadja. 2 tv nasional, 1 tv lokal dan beberapa media online. Media:SCTV, Indosiar dan O Channel


BINCANG-BINCANG BINCANG - BINCANG LUVIANA, kerja di Metro Tv sejak 2002 hingga di’istirahatkan’ pada 2012. Awali karir sebagai reporter dan lima tahun kemudian dipercaya sebagai Asisten Produser. Dari awal ia bersikap kritis soal pemberitaan di Metro Tv. Kritik ke manajemenpun dilakukan. Puncaknya pertengahan 2011. Ia beserta rekan-rekan buat mosi tidak percaya ke manajemen Metro Tv. Tepatnya 12 Agustus mereka ajukan tuntutan. Akibatnya, perempuan yang akrab disapa Luvi ini dipindahkan dari newsroom ke Human Research Development atau HRD Metro Tv. Tak terima, ia bersikukuh kembali bekerja di newsroom. Perjuangan panjang dialami Luvi sampai adakan pertemuan dengan pemilik Metro Tv, Surya Paloh. Perjalanan perjuangkan haknya ini terangkum dalam film DBF.Film ini diputar pada acara Bedah Film di auditorium Sutan Balia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau atau FISIP UR. Ditaja Himpunan Mahasiswa

Komunikasi, Aliansi Jurnalis Independen Kota Pekanbaru dan Alumni Narasi Sumatera Kelompok Kerja Riau. Turut hadir Luviana dan Ilham Yasir dari AJI Pekanbaru sebagai pembicara. Setelah acara tersebut kru Bahana Nurul Fitria berbincang dengan Luvi membahas kondisi media dan pekerjanya. Berikut petikan perbincangan tersebut: Tanggapan tentang konglomerasi media? Ini menjelaskan kepemilikan media terpusat. Seorang pemilik media seharusnya hanya memiliki satu media di satu daerah. Kenyataannya sekarang, satu orang itu bisa memiliki beberapa media bahkan masih dalam satu daerah. Contohnya Hary Tanoe bisa punya RCTI, Global TV, MNC TV dan Sindo radio. Chairul Tanjung juga punya Trans7 dan Trans Tv, Aburizal Bakrie punya TVOne dan antv. Fenomena sekarang, pemilik media juga terjun dalam politik. Seharusnya itu tidak boleh. Akibatnya media bukan lagi menjadi pemberi informasi berimbang, tapi jadi tempat kampanye partai politik. Partai si pemilik media akan

dipromosikan di medianya sendiri. Ini jadi konglomerasi media. Akibatnya? Media sebagai sumber informasi jika dimiliki oleh beberapa orang saja sebabkan informasi tak beragam. Kita kan perlu keberagaman pemilik media dan keberagaman siaran. Makin beragam media dan pemiliknya maka makin banyak informasi yang diperoleh. Alternatif apa yang bisa dilakukan masyarakat? Sekarang ruang sudah terbuka. Warga bisa mendapatkan berita dan informasi tidak hanya dari media mainstream. Sudah ada jurnalisme warga dan sosial media. Semuanya juga bisa menyampaikan informasi lewat blog dan lainnya. Beda dengan orde baru dulu, semuanya serba tertutup. Yang perlu diperkuat adalah masyarakat yang berada diluar lingkaran media mainstream memperkokoh kedudukannya. Ini jadi kekuatan baru.

PT Tempo Inti Media Dahlan Iskan dan Azrul Ananda Pemilik Jawa Pos Group. 21 tv lokal, 148 surat kabar, 2 majalah, 23 tabloid & media online. Grup ini memiliki jaringan di seluruh Indonesia. Media: JTV, Jawa Pos, Riau Pos, Radar Surabaya, Metro Siantar dan lainnya

Kompas Gramedia Group miliki Jacob Oetama 10 tv lokal, 16 jaringan radio, 25 surat kabar, 61 majalah, 2 tabloid dan media online. Media: Kompas tv, Kompas.com, Tribun, Bobo dan Sonora FM

Fem ina Group

Mahaka Media Group

MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo 3 tv nasional & 17 lokal. 1 Surat Kabar, 2 tabloid & 4 Majalah, 22 jaringan radio, 4 majalah dan media online. Media: RCTI, Global TV, MNC TV, Indovision, TOPTv, Okezone.com, Sindo radio dan Seputar Indonesia BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

35


BINCANG - BINCANG Terkait perjalanan Luvi, bagaimana kontribusi dan sikap Luvi di Metro? Aku gabung di Metro tahun 2002 jadi reporter. Sekitar 2007 dipercaya jadi Asisten Produser. Gabung di Metro, dari awal aku termasuk kritis terhadap manajemen dan siaran, bisa dilihat dari tulisantulisanku. Aku pernah ikut di program Kick Andy, 8-11 Show juga Metro Siang. Tapi namanya orang di belakang layar ya nggak banyak yang tahu. Intinya, kontribusiku membuat program lebih baik di Metro. Kenapa sampai buat mosi tidak percaya pada manajemen? Itu sekitar 2008 kita buat gerakan. Mulai terlihat beberapa kejanggalan. Mulai dari liputannya banyak yang ada Surya Palohnya, mulai kritisi pemberitaan. Aku 2007 diangkat jadi Asisten Produser, baru tahu manajemennya kacau banget disana. Nggak ada penilaian tertulis kinerja kawan-kawan. Nggak jelas dasar penilaian bagaimana. Ini terkait dengan pemberian bonus atau peningkatan jabatan

Akibatnya media bukan lagi menjadi pemberi informasi berimbang, tapi jadi tempat kampanye partai politik

Soal pembagian bonus, karena penilaian nggak jelas ini banyak dampaknya. Ada yang nggak dapat sama sekali atau dapat 6x lebih banyak. Ketika ditanya kenapa si anu dapat bonus lebih banyak? Apa dasar penilaiannya? Jawabannya ya nggak ada. Semua penilaian subjektif. Masalah lainnya soal gaji kawan-kawan. Kita punya tenaga kerja outsourching—pekerja yang tak berhubungan langsung dengan perusahaan tempat bekerja, tapi melalui perusahaan perantara untuk mengatur perjanjian—gajinya nggak naik-naik. Segitu-gitu aja. Trus soal pekerja kontrak tapi udah berjalan bertahun-tahun. Banyak tidak jelas statusnya. Puncaknya tahun 2011 kita buat mosi tidak percaya kepada manajemen. Usaha lain yang dilakukan untuk bahas persoalan ini bagaimana? Kita coba untuk bicara dengan manajemen. Nah kalau mau ketemu manajer itu, susahnya minta ampun. Dikirim surat formal, sampai tiga bulan nggak dibalas. Kalau protes atau nanya, siap-siap dipecat. Jadi orang takut bersuara karena nggak mau dipecat. Aku pernah protes soal program berbayar advertorial yang harusnya diberi tanda supaya orang tahu. Kenyataannya itu jadi catatan merah buatku. Jadi berpikir kalau ada serikat pekerja ini jadi lebih mudah diselesaikan. Seberapa penting adanya serikat pekerja di suatu media? Serikat pekerja itu penting banget dan diatur dalam

MAHASISWA 36 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Undang-Undang Nomor 13 Tentang Ketenagakerjaan. Dengan adanya serikat pekerja, kita jadi punya tempat untuk duduk bareng dengan pemilik media atau manajemen media. Jadi bisa berunding. Apa yang pekerja dan pihak manajemen mau. Kita juga bisa memberi kritik dan pihak manajemen bisa mendengarkan karena adanya wadah ini. Misalnya ada pekerja udah kerja bertahun-tahun tapi belum juga diangkat, terus belum dapat asuransi kesehatan atau gajinya kecil. Nah itu bisa kita bicarakan. Jadi ada mediatornya. Biasanya harus ada Perjanjian Kerja Bersama atau PKB. Ini dibuat keduabelah pihak. Jadi serikat pekerja itu wadah, PKB ini landasannya. Bisa duduk bareng, terus bisa mengkritik manajemen, karena itu halal. Bisa meminta kenaikan gaji yang sesuai dengan kinerja karena itu hak. Meminta asuransi itu halal karena itu merupakan kewajiban perusahaan terhadap buruhnya. Semuanya jadi terakomodir karena diatur dalam klausul di undangundang. Realisasinya? Kenyataannya saat ini susah. Belum ada yang seperti itu. Manajemen itu anti kritik, susah ditemui. Jadi kaya take or leave it. Keputusannya ini, kalau kamu mau ambil, kalau nggak mau silakan pergi. Saat ini yang punya PKB hanya dua media. Pertama Tempo, kedua kantor berita radio KBR 68H. Semuanya di Jakarta. Ini membuktikan kondisi perkerja media itu masih riskan banget di depan manajemen media. Nggak punya kekuatan untuk


BINCANG - BINCANG bertemu, berunding ataupun membuat PKB. Soal mosi tidak percaya, apa saja tuntutan yang diajukan? Pertama kita minta adanya reformasi manajemen redaksi, lalu meminta adanya organisasi serikat pekerja, memperhatikan kesejahteraan karyawan terus soal memperjelas status karyawan. Perkembangannya sekarang? Keberhasilan tuntutan ini terjadinya reformasi manajemen. Pemimpin redaksinya diganti dan Wapemrednya diminta mundur karena dianggap tidak becus. Selain itu, Redaktur Pelaksananya dipindah kebagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan satunya ke bagian iklan karena dianggap tidak kompeten. Tuntutan lainnya yang ditanggapi soal kawankawan yang sudah 6 bulan bekerja kontrak juga pada diangkat jadi karyawan tetap. Pekerja outsourching juga diminta mundur dulu 3 bulan, setelah itu baru dipanggil dan diangkat jadi karyawan. Harapannya kedepan? Pertama menuntaskan kasusku, kedua bersama kawan-kawan AJI menyusun RUU independensi ruang redaksi. Selain itu kita menggugat frekuensi publik, jangan lagi pemilik media melakukan konglomerasi media. Saya juga berharap kawankawan di media punya serikat atau organisasi. Karena pada zaman Suharto terjadi pembunuhan organisasi yang kejam dan kini masih juga terjadi.

Mirisnya ketika kita berbicara kepada kawankawan media yang mengerti politik, ekonomi dan hukum, diajak berorganisasi mereka malah takut. Beda dengan buruh pabrik memperjuangkan upah layaknya harus melalui perjalanan panjang sampai ke pengadilan.

Jangan sampai karena masalah ekonomi malah menghilangkan kekritisan. Miris saat melihat ada yang kehilangan kekritisan karena ekonomi minim. Alasannya ntar di pecat susah. Tapi ada juga orang karena minimnya ekonomi justru tambah kritis untuk memperjuangkannya.#

Foto: Internet BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

37


Oleh Jeffri Novrizal Torade S Kue raja yang kini bisa dikonsumsi khalayak ramai. Mudah dibuat serta bahan-bahan murah. Sayang, generasi sekarang tak banyak kenal panganan ini.

S

IANG itu Jeffri- Kru Bahana mengunjungi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Riau. Hendak berdiskusi dengan staff dinas yang berkecimpung mengurusi aset budaya di Riau. Sembilan orang sedang bekerja dalam ruangan dinas tersebut. Ketika saya jelaskan niatan berdiskusi soal makanan khas melayu bernama Asidah, setiap orang sibuk menanggapi. “Hei, kue Asidah dari Rengat tu,” ujar seorang Ibu menimpali ketika baru masuk ruangan. Teman sebelahnyapun menimpali bahwa itu kue khas melayu, tak hanya dari Rengat. “Tapi asal awalnyanya dari Rengat tu,” ujar Ibu

tersebut tetap bersikeras. Sayangnya, dari sini tak banyak informasi yang bisa didapatkan. “Pasalnya belum ada orang dinas yang mengurusi masalah kuliner,” ujar Tabrani, staff dinas tersebut. ENSIKLOPEDIA Kebudayaan Melayu Riau ditulis Tim Pusat Penelitian Kebudayaan danKemasyarakatan (P2KK) Universitas Riau, menjelaskan banyak penyebutan untuk panganan khas melayu ini. Salah satunya Ghasidah, panganan khas Baturijal terbuat dari tepung gandum dan memiliki rasa manis.

MAHASISWA 38 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Makanan ini dibentuk khas mengerucut dan digunting menyerupai kulit nenas. Ada juga yang menyebut bahwa panganan ini adalah kue raja yang disajikan pada acara tertentu. Biasanya digunakan dalam kegiatan antarkue, prosesi adat istiadat perkawinan Baturijal. Bisa juga saat acara kenduri, syukuran, tunangan dan hari raya besar. Aturan menyantapnya dimulai dari bagian bawah, karena jika diambil langsung bagian atas dianggap tidak sopan. Kue basah ini selain disebut Ghasidah, ada juga yang menyebutnya Asidah atau Khasidah. Kue khas daerah pesisir ini dibawa para Sultan melalui jalur air dan disebarkan didaratan.


KHASANAH Jeffri bertemu dengan Hj Kartini, yang masih mempertahankan khasanah melayu dan sering membuat panganan ini bersama anaknya. Ia bersedia mempraktekkan proses pembuatan panganan yang bahannya mudah didapatkan ini. “Anak-anak sekarang taunya cake. Mana tau sama makanan seperti ini,” ujar Kartini disela kerjanya membuat Asidah. Ia berpendapat tak banyak orang tua yang mau mewariskan makanan khas melayu kepada anaknya. “Makanan seperti ini dianggap kuno,” tambahnya. PEMBUATAN panganan ini termasuk mudah. Dengan bahan sederhana seperti tepung terigu, tepung kanji, gula pasir, mentega, minyak goreng, bawang merah, garam, telur, bubuk kayu manis dan cengkeh serta air matang secukupnya. “Membuatnya mirip seperti dodol, mudah dan murah,” ujar Kartini. Proses awal, dua mangkok tepung terigu yang sudah diayak dicampur dengan gula pasir dan garam secukupnya, ditambah sebutir telur. Ditambah empat mangkuk air matang, bahan diaduk sekitar 10 menit hingga merata. Lalu taburkan serbuk cengkeh dan kayu manis. Kembali diaduk. Setelah mengaduk adonan, selanjutnya mempersiapkan taburan untuk kue basah ini. Bawang merah yang telah diiris ditaburi sedikit tepung kanji lalu di goreng hingga kuning keemasan. “Ini supaya bawangnya

Kartini sedang membentuk Asidah (Kanan); Bahan-bahan membuat Asidah (Kiri). Foto: Jeffri

tidak lengket saat digoreng,” jelas Kartini. Minyak bekas menngoreng bawang tadi dicampur dengan mentega secukupnya. Bagi dua minyak campuan mentega. Minyak dikuali digunakan untuk menggoreng adonan yang telah dibuat. Adonan harus terus diaduk supaya tak lengket. “Kalau bisa kualinya dari tembaga biar tak lengket,” tambah Kartini ditengah mengaduk adonan. Sesekali saat minyak dikuali mulai mengering, tambahkan campuran minyak – mentega yang telah disisihkan tadi. Mengaduk adonan dilakukan sekitar 20 menit. “Tandanya Asidah sudah masak kalau ia tak lagi lengket di sendok yang digunakan untuk mengaduk. Usahakan sendoknya dari kayu supaya tak panas,” tutur wanita yang tinggal didaerah Rumbai ini. Saat adonan telah matang, saatnya berkreatifitas. Pola Asidah biasanya berupa bunga, buah nenas atau ikan. “Terserah bentuknya, sesuai selera masingmasing. Tapi harus cepat. Sifatnya kue ini kalau panas masih lunak, tapi kalau sudah dingin keras,” jelas Kartini. Setelah membuat pola, Asidah diolesi minyak yang disihkan tadi agar

mengkilap dan ditaburi bawang goreng sesuai selera. “SUSAH mengajak anak muda mengenal budaya melayu, merekakan berpendapat itu tak penting,” ujar Kartini. Ia menambahkan perlu pendekatan baru untuk mengajarkan cara memasak dan menghilangkan rasa apatis tersebut. “Maunya orang dinas sering buat lomba masakan melayu,” usulnya. Elmustian Rahman, peneliti kebudayaan melayu mengatakan Asidah masih ada dalam acara adat melayu. “Makin berupa makanan khas melayu yang ada, makin kayalah pengetahuan yang dimiliki masyarakat,” ujarnya. Fakrunnas, mahasiswa Universitas Riau asal Rokan Hilir pun sejalan dengan pemikiran Elmustian. Didaerah asalnya makanan ini masih menjadi panganan khas setiap hari raya. “Terutama anak perempuan ataupun ibu-ibu membuat Asidah ini,” ujarnya. Tabrani, staff Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Riau bagian Pemasaran dan Promiosipun berharap instansi pemerintah dapat melestarikan khasanah melayu ini. #

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

39


MAHASISWA 40 BAHANA Edisi Awal Januari 2014


Catatan Aksi dari Mahasiswa

BEM UR Demo PLN

LILIN BERJAJAR MENYALA di depan gerbang masuk Kantor PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) Jalan Setiabudi pada 30 September. Lilin menandakan krisis listrik yang berlangsung di Riau. Yopi Pranoto, Koordinator Aksi, sampaikan bahwa Riau yang punya sumber daya alam melimpah tidak sanggup untuk sejahterakan rakyat. Yopi berharap pemerintah segera menangani krisis listrik dan tidak ada lagi pemadaman bergilir.#

Aksi bakar lilin depan kantor PLN. Foto: Dok Bahana

Dua Kelembagaan Kecewa dengan Presma UR USAI DEMO KENAIKAN harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sekitar 10 orang dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian dan BEM Faperika datangi Sekretariat BEM Universitas Riau, Kamis (14/6). Lembaga Mahasiswa ini merupakan anggota Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (Amper) Riau.

Mereka mencoret plang nama depan sekre BEM UR dan bentang spanduk yang bertulis Presma Pengecut. “Ini sebagai ungkapan rasa kekecewaan kami terhadap Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presiden (Wapres) mahasiswa yang tidak ikut melakukan aksi,” ujar Anas Ritonga Wakil BEM Faperta.

Kecewa Lab Tak Selesai SENIN (29/4), Himpunan Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi (Himakom) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UR aksi damai dari pukul 10.00 hingga sore di belakang gedung dekanat FISIP. Mereka sengaja bangun pondok usang, gambarkan kondisi laboratorium tempat praktik mereka yang belum selesai. Ada spanduk bertuliskan Seribu uang anda sangat

Ketidak hadiran Presma saat aksi penolakan BBM karena sedang mengisi acara pertemuan bersama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), di saung jembatan kupu-kupu. “Kan sudah ada dari berbagai kementrian,” jelas Zulfa. Mentri Hukum dan Advokasi BEM UR membela.#

Posko yang dibuat mahasiswa Ikom. Foto:Dok Bahana

berarti bagi kami, serta pengibaran bendera setengah tiang dan meletakan kotak sumbangan disampingnya. “Kotak sumbangan banyak diisi mahasiswa dan juga dosen,” ucap Saipudin Ikhwan Ketua Himakom.#

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

41


Catatan Kegiatan dari UKM Panggung MTQ bertempat di lokasi panjat tebing UR. Foto: Dok Bahana

MTQ UR 2013 SABTU (11/5), pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Universitas Riau (UR) telah usai. Dalam kegiatan ini, ada 12 cabang perlombaan. Pemenang kategori putra Cabang Tilawatil Quran, juara 1 Kasrimadi dari Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), kategori putri, juara 1 Wahyuni Fitri juga dari FISIP. Pemenang kategori putra cabang Tartilil Qur’an Ali Hussamad dari FKIP sedangkan kategori putri Sezi Nurwitri Yanti Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK). Pemenang cabang Syahril Qur’an Ricer Reflio, Cia Novita dan Fauzi Syaputra asal PSIK. Pemenang cabang Fahmil Qur’an yakni Miftahul Husna, Fenny Marizza dan Wulan Tari, FKIP. Pemenang cabang Karya Tulis Ilmiah Al-

UKM Menwa Buat Pradiksat RESIMEN MAHASISWA (MENWA), Batalyon/ 041 Indra Buana Universitas Riau adakan Prapendidikan Dasar (Pradiksar) di halaman sekretariat Menwa Jumat (1/11). Di awali dengan upacara pembukaan, di ikuti Danramil 06 Sukajadi, perwakilan Kodim, Pembantu Rektor III Rahmat MT, Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian, Alumni Menwa, perwakilan guru pendamping siswa Sekolah Menengah Kejuruan dan peserta Pradiksar serta Menwa. Materi yang diberikan tentang Tata Upacara Militer, Peraturan Baris-berbaris, Kawal Mimbar, Kecakapan Bertindak, implementasi perintah dan cara memberi Intruksi.#

MAHASISWA 42 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Qur’an Winda Hartati mahasiswi FE. Jawara kategori putra cabang Hifdzil Qur’an 1 juz yakni Fikri Munawwir Faperta sedangkan putri diraih Ima Hartati FKIP. Pemenang cabang Hifdzil Qur’an 2 juz yakni Rezki Fadillah dari FE. Said Almuhajir dari FMIPA menang cabang Hifdzil Qur’an 5 juz. Pemenang kategori putra cabang Khaththil Quran yakni Hidayat FISIP. kategori putri yakni, Laila Ramadhani, FISIP. Pemenang cabang Debat Kandungan Al- Qur’an dalam Bahasa Arab yakni, Zulfadli dan Maimunah FISIP. Pemenang cabang Debat Kandungan Al- Qur’an dalam Bahasa Inggris Syaiba dan Nur Azizah FISIP. Pemenang kategori putra cabang Qira’ah sab’ah, Endriadi FKIP. Pemenang diutus untuk ikuti MTQ mahasiswa tingkat nasional di Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang Sumatera Barat pada Juni.#

KSR PMI UR Cari Relawan UNIT KEGIATAN MAHASISWA Korps Suka Relawan Palang Merah Indonesia Universitas Riau (UKM KSR-PMI UR) adakan diklat bagi anggota baru Minggu (15/9). Diklat ini bentuk perekrutan anggota yang memiliki minat dan keinginan menjadi relawan. Calon relawan PMI yang mendaftarkan diri sebelumnya berjumlah 30 orang, hanya 15 orang yang hadir pada hari diklat pertama. Calon relawan akan ikuti dua kali diklat. Pertama diklat ruangan selama satu bulan, waktunya Sabtu dan Minggu. Setelah itu diklat lapangan. “Waktunya belum kami tentukan,” jelas Yudha, Ketua Panitia. Diklat ini akan berakhir Oktober mendatang.#


Catatan Dari Mereka Yang Dipilih

Panitia Pemilihan Raya Universitas Terbentuk BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA Universitas Riau bentuk Panitia Pemilihan Raya Universitas (PPRU) 2013 Rabu (18/12). Riski Oktavia mahasiswa Fakultas Perikanan terpilih sebagai Ketua, Hermanto mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai Wakil. Pelaksanaan Pemira tahun ini berbeda dari sebelumnya. Dewan Perwakilan Mahasiswa, sebelumnya Badan Legislatif Mahasiswa dipilih langsung di Fakultas masing-masing lewat mekanisme Pemira. Sebelumnya legislatif dipilih di Kongres mahasiswa. Cara menggunakan hak suara pun berbeda, tidak lagi mencontreng dengan kertas suara tapi dengan sistem electronic vote. “Ini lebih hemat waktu, dana dan memperkecil ada nya konflik,� jelas Atqo.#

Dwi Adhari Jadi Ketua BEM FMIPA UR FAKULTAS MATEMATIKA DAN Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau (FMIPA UR) adakan Pemilihan Raya (Pemira) pada Selasa (7/5). Pemira ini memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2013/2014. Kandidat nomor urut 2 Dwi Adhari Nugraha dan Dadhe Riawan menang dengan perolehan suara 484 dari nomor urut 1 M. Asnawir dan Arjinal, 321 suara. Suara tidak sah ada 13.# BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Riau dilantik secara serentak. Pelantikan berlangsung di ruang serbaguna FKIP UR Selasa (17/9). Dr. H. M Nur Mustafa, M.pd, Dekan FKIP UR bacakan naskah pelantikan, sebagai ikrar dan diikuti 60 orang anggota BEM dan 29 orang anggota BLM.

Penghitungan suara pemilihan ketua BEM FMIPA. Foto: Dok Bahana Muhammad Sergio Vernando Ketua BEM FKIP UR dan M. Yusuf ketua BLM akan pimpin kelembagaan mahasiswa tertinggi di Fakultas ini selama satu tahun ke depan.#

BEM dan BLM FKIP UR Dilantik Serentak

Leonalarisa Digugurkan, Arizal Menang Aklamasi LEONALARISA TIDAK LOLOS VERIFIKASI calon Gubernur BEM Fakultas Pertanian UR karena ada berkas yang dinilai tidak sah. Persyaratan pencalonan poin ke 2 huruf K dijelaskan, tidak cacat organisasi selama menjadi pengurus HMJ/ UKM/ BEM/ BLM, dibuktikan dengan surat pernyataan diketahui Ketua HMJ/ UKM/ BEM/ BLM. Sedangkan Leonalarisa dinilai cacat organisasi saat menjadi pengurus HMJ Agroteknologi. Kamis 7 November 2013 pukul 13.55, PPRF meloloskan Arizal Muhammad Bagus sebagai calon Gubernur dan Nur Suhada sebagai calon Wakil Gubernur. Serta berita acara Kamis 7 November 2013 pukul 15.10, menggugurkan Leonalarisa Sitepu dan Novianto Pratama. Namun berita acara pengguguran Leonalarisa tidak ditanda tangani oleh tim suksesnya. Selanjutnya, PPRF mengeluarkan berita acara pada Senin, 11 November pukul 12.08 dan diperkuat dengan Surat Keputusan PPRF nomor 01/SK/PPRF-FP/XI/2013, menetapkan Arizal Muhammad dan Nur Suhada terpilih secara aklamasi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Faperta UR. Ditetapkan 9 November.#

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

43


Catatan Seminar Hadirkan Tokoh Nasional

BEM UR Hadirkan Irman Gusman BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA Universitas Riau (BEM UR), adakan seminar nasional Jumat (15/11). Acara berlangsung di Gedung Drs. Sutan Balia FISIP UR. Irman Gusman sampaikan tips dan trik menjadi seorang negarawan muda. Lima hal yang jadi sumber kemakmuran bangsa untuk sekarang dan masa depan, Brain, Dream, Spirit, Confident, Pray. Jika 5 hal ini diterapkan maka akan menjadi sukses.#

Seminar Migas, Dahlan Iskan Jadi Pembicara

Irman Gusman saat beri materi. Foto: Dok Bahana BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA Universitas Riau (BEM UR) kerjasama dengan Serikat Pekerja Kilang Minyak Putri Tujuh (SP-KMPT) adakan kuliah umum dan seminar nasional Sabtu (22/6). Acara berlangsung di Gedung Sutan Balia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UR. Panitia angkat tema, Migas Untuk Kesejahteraan Rakyat. Pemateri, Dahlan Iskan,

Ketika Jokowi Mengisi Seminar di UR

Jokowi mengambil daun sirih. Foto: Dok Bahana

MAHASISWA 44 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kurtubi, Pengamat Perminyakan, Marwan Batubara, Peneliti IRESS, Faisal Yusra, Presiden KPSMI dan Naryanto Wagimin, Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementeriaan ESDM. Selain itu, Ugan Gandar, Presiden FSPPB dan Agung Marsudi, Peneliti Duri Institute juga bertindak sebagai pemateri.#

RIBUAN MAHASISWA UNIVERSITAS RIAU berdesakan memadati gedung Sutan Balia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada Sabtu (16/ 11). Sebuah seminar Peran Pemuda Dalam Membangun Bangsa diselenggarakan Badan Legislatif Mahasiswa FISIP. Ir Joko Widodo hari itu punya agenda resmikan Bank DKI Jakarta di Pekanbaru. Ia usahakan hadir mengisi seminar. Seluruh mahasiswa berteriak histeris saat Jokowi keluar dari mobil dan mulai memasuki gedung, acara dibuka dengan tari persembahan. “Saya enggak nyangka bakal ngisi seminar di kampus ini,” ujar Jokowi.#


Catatan Dari Mereka Yang Dapat Gelar Baru

Nur Mustafa, Syaiful Bahri dan Marnis Dikukuhkan jadi Guru Besar UR

Kiri: Syaiful Bahri dan Marnis bersama Keluarga. Kanan: Nur Mustafa bersama Istri. Foto: Dok Bahana UNIVERSITAS RIAU KEMBALI kukuhkan dua orang Guru Besar, Prof. Syaiful Bahri, MSi, PhD pada jurusan Teknik Kimia dan Prof. DR. Hj. Marnis, SE. MS pada jurusan Ilmu Manajemen. Pengukuhan dilaksanakan dalam sidang terbuka senat Universitas Riau, Sabtu (28/9) di Aula Rektorat lantai empat. Dengan pengukuhan ini Universitas Riau telah memiliki 43 orang guru besar. Dari Fakultas Ekonomi ada 7, Fakultas Teknik 2, FISIP ada 4, FMIPA 7, Faperika 14, Faperta 5 dan FKIP 4 orang guru besar. Syaiful Bahri meraih gelar Profesor berkat kajian soal Konversi Biomasa Menjadi

Pyrolysis Oil Sebagai Sumber Energi Masa Depan. Sementara itu Marnis meraih gelar Profesor mengkaji tentang Kepemimpinan, dengan judul Super Leadership, Self Leadership dan Kinerja Karyawan. Dihari ke enambelas Desember, Nur Mustafa menyusul. Nur Mustafa dalam pidato pengukuhannya ambil judul Profesionalisasi Guru dan Kaitannya dengan Pendidikan Prajabatan dan Pelatihan. Dia mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan formal, posisi guru atau pendidik merupakan kunci penting dalam upaya peningkatan mutu atau kinerja pendidikan dan guru harus mendapat perhatian utama.#

Romi dan Rismun, Bujang Dara Melayu UR 2013 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA Universitas Riau (BEM UR) taja Pekan Budaya Melayu di Gedung Rektorat lantai IV. Pekan Budaya bertajuk Peran Pemuda dalam Menjaga Kearifan Lokal Budaya Melayu Riau. Berlangsung 28 hingga 30 November lalu. Agenda terbagi menjadi 2 konsep, Seminar dan Pelatihan Budaya Melayu.

Romi Kurniadi, jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2012 dan Rismun Sufia Monike Jurusan Matematika 2011 dinobatkan sebagai Bujang dan Dara Melayu UR. Selain mendapat penghargaan Bujang dan Dara juga mendapat uang pembinaan sebesar Rp. 500 ribu.#

BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

45


Catatan Seputar Universitas Riau

Kukerta UR 2013 Sedikit Beda

HARI KETIGA JUNI kesempatan terakhir bagi mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) Gelombang II Juli – Agustus 2013 untuk ikut pembekalan. Sekitar 75 mahasiswa hadir dengarkan materi. Dijelaskan Kukerta kali ini, tak ada Jaket

Kukerta. Biaya pendaftaran Rp 150 ribu, setengahnya digunakan untuk biaya pembuatan baju kaus dan topi, sedangkan Rp 75 ribu lainnya untuk operasional: asuransi Rp 15 ribu; buat buku panduan, insentif pemateri pembekalan serta operasional survei dan lainnya.#

Gedung Penantian UR SEMBILAN TAHUN SUDAH bangunan fakultas hukum Universitas Riau berdiri, sampai sekarang belum bisa dipakai. Bangunan ditutupi semak dan rumput liar. Terhambatnya pembangunan gedung yang berada pada lahan 18 hektar ini bersengketa dengan PT Hasrat Tata Jaya (HTJ). Menurut Eki Khadafi, Kepala Unit Hukum dan Tata Perlengkapan (UHTP) UR, pihak universitas masih melakukan perlawanan hukum. ”Rektorat akan tetap bertahan dan lahan akan kita miliki dengan perlawanan hukum,” ucapnya, saat ditemui di ruangan kerjanya. Sampai saat ini, pihak Universitas Riau dan PT HTJ masih menuggu Peninjauan Kembali (PK) dari Mahkamah Agung (MA). “Jika PK tidak berpihak pada UR, kita akan lakukan denderverzet atau perlawanan pihak ketiga yakni Kementrian Keuangan,” tutup Eki.#

Gedung Fakultas Hukum di Kampus UR Panam, dikelilingi Semak. Foto: Dok Bahana

UR Sepakati Uang Kuliah Tunggal PEMBANTU REKTOR III Universitas Riau Drs Rahmat MT, di dampingi Zulfikar bagian perencanaan Universitas Riau dan Syafri Harto Pembantu Dekan III, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), sosialisasi mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT). Berlangsung di ruang rapat senat universitas rektorat lantai empat, Sabtu (18/5). Zulfikar paparkan hal-hal yang berkenaan dengan UKT. Dasar

MAHASISWA 46 BAHANA Edisi Awal Januari 2014

hukum pelaksanaan UKT UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 88 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi. UKT merupakan perhitungan seluruh biaya kuliah selama empat tahun, yang mana biaya kuliah selama empat tahun itu dibagi delapan sesuai semester selama empat tahun tersebut. Hasil pembagian itu dibayar tiap semesternya. Jadi, ketika kuliah mahasiswa tidak lagi dipungut biaya-biaya lain.

Misalnya, biaya Kuliah Kerja Nyata, Praktek Pengalaman Lapangan dan biaya-biaya wajib yang biasanya harus dibayar mahasiswa ketika kuliah, karena telah dibayar diawal semester. ini lah yang disebut UKT. “Pokoknya segala macam pungutan wajib mahasiswa selama mengikuti kuliah itu dibayar diawal masuk kuliah,” tegas Zulfikar.


BAHANA MAHASISWA Edisi Awal Januari 2014

47


WITRA MAHASISWA 48 BAHANA Edisi Awal Januari 2014


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.