Edisi Mahasiswa Baru 2018 - No 284 Tahun XXXV - Bahanamahasiswa.co
Karya Tulis
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 1
Daftar isi
Daftar Isi Sekapur Sirih Redaksi YTH Mind-A Seulas Pinang Kolom Opini Laporan Utama 1 Jengah
2 3 4 5 6 8 10 12 17
2 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Laporan Utama 2 Laporan Utama 3 Bedah Buku Sempena Alumni Arfaunnas Khazanah Cerpen Artikel Ilmiah
18 22 28 30 32 35 36 40 43
Sekapur Sirih
Mengenang 20 Tahun Reformasi
E
nam b elas Mei lalu, malam p ertama Ramadan, A rdhian Sumodhijo datangi sek retariat Bahana Mahasiswa. A rdhian adalah a ktivis mahasiswa angkatan 98. Ia datang ke Pekanbar u memenuhi undangan diskusi Gera kan Riau Anti Kor upsi— GRASI—di gedung LAM Riau siang harinya. Sudah menjadi t radisi Bahana unt uk “menculik” tokoh p enting ketika b erada di Bumi Lancang Kuning. Budayawan, p ela ku sejarah, a kademisi, a ktivis dan lainnya p er nah dib oyong. Kami mengundang mereka b erdiskusi atau sekadar b erbual. Diskusi malam it u membahas gera kan mahasiswa 1998 yang menunt ut refor masi dua puluh tahun lalu. A rdhian cerita, gera kan mahasiswa tida k muncul b egit u saja. Seja k gera kan mahasiswa angkatan 66, 74, 78, 80, hingga 98 ada campur tangan kalangan elit dan tentara. “Akan omong kosong jika ada yang mengata kan gera kan it u mur ni,” jelas A rdhian. Ia juga cerita bagaimana kondisi saat ter jadi hur u hara. Penjarahan dimana-mana, p emba karan, dam kekacauan. Begit ulah secuil p embahasan yang kami dengarkan malam it u. Pembaca, Majalah kali ini memang cukup lama terbit dari wa kt u yang kami tetapkan. Beb erapa kendala tek nis dan non tek nis jadi p enghambat. Unt uk it u kami mohon maaf. Semoga selanjutnya kami bisa lebih baik lagi. Edisi kali ini kami menur unkan lap oran utama tentang dugaan plagiat yang dila kukan Dekan FISIP UNR I, Syafri Harto. Kar ya t ulisnya pada 2013 diduga menjipla k milik mantan mahasiswa Universitas Negeri Ja karta. Kr u Bahana bahkan menelusuri lebih dalam hingga ke Ja karta. Ta k hanya lap oran utama, di r ubrik semp ena, kami menulis p er jalanan A rif ikuti p ert ukaran mahasiswa ke Korea Selatan. Selain it u kami juga menulis p ersiapan p emerintah Indonesia dan b eb erapa negara ser umpun menjadikan pant un sebagai warisan budaya ta k b enda dunia di UNESCO. Pembahasan tentang pant un dapat dibaca di r ubric khazanah. Penelitian mahasiswa Agrotek nologi yang mendapat medali p er unggu dalam ajang PIMNAS 2017 di Ma kassar kami cerita kan di r ubrik A rtikel Ilmiah. Ada pula cerita hidup alumni UNR I yang jadi komisioner KPI Pusat di r ubrik alumni. Ta k ketinggalan, kami juga siapkan tips b elajar yang baik unt uk mahasiswa. Di r ubrik b edah buku, kami mengulas buku kar ya Bre Redana b er judul Lucy in The Sk y with Diamond. Ada juga opini mahasiswa FKIP tentang media dan pilkada, t ulisan ini adalah p emenang lomba menulis opini yang ditaja Bahana dalam p eringatan Hari Pers Nasional lalu. Kami juga b erikan r ubrik yang dapat dinik mati di wa kt u santai. Selamat membaca.#
STT : Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN : 0215-7667. Penerbit : Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Pelindung : Prof.Dr.Ir. H. Aras Mulyadi, DEA (Rektor UR), Penasehat : --- (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UR), Pembina : Alumni Bahana Mahasiswa UR. PEMIMPIN UMUM/PEMIMPIN REDAKSI AGUS ALFINANDA PEMIMPIN PERUSAHAAN/BENDAHARA WILLINGGA SEKRETARIS UMUM/REDPEL EKO PERMADI REDAKTUR/LAYOUTER RIZKY RAMADHAN LITBANG BADRU CHAERUDIN SIRKULASI/STAFF IKLAN MISDAWATI PUSTAKA DAN DOKUMENTASI MEILA DITA SUKMANA FOTOGRAFER AMBAR ALYANADA REPORTER MISDAWATI, MEILA DITA SUKMANA, AMBAR ALYANADA, DICKY PANGINDRA Alamat Redaksi/Iklan : Kampus UR Gobah, Jalan Pattimura No. 9 Pekanbaru. Telepon (0761)47577. Dicetak pada CV. Witra Irzani. Isi diluar tanggung jawab percetakan. Redaksi menerima tulisan berupa opini dan artikel karya orisinil. Redaksi berhak melakukan penyuntingan tanpa merubah tujuan tulisan. Temukan kami di Facebook : Bahana Riau, Twitter : @bahana_riau, Email : bahanaur@gmail.com, Instagram : @bahana_riau, website : bahanamahasiswa.co EDISIMAHASISWA MAHASISWABARU BARU2018 2018 BAHANA BAHANA 33 EDISI
Redaksi Yth
Redaksi YTH
44 BAHANA BAHANA EDISI EDISIMAHASISWA MAHASISWABARU BARU2018 2018
EDISI EDISIMAHASISWA MAHASISWABARU BARU2018 2018 BAHANA BAHANA 55
seulas pinang
Rektor dan Kementerian Lakukan Pembiaran Plagiat di UNRI
B
erkali-kali seseorang pengirim—tidak tahu asal usulnya mengirim berkas berisi dugaan plagiat kar ya tulis yang dilakukan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Syafri Harto. Syafri Harto pada 2013 menulis Kajian Wisata Budaya Ter padu dalam Rangka Mengoptimalkan Potensi Lokal dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa (Optimalisasi Wisata Kawasan Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau). Kar ya ini diunggah pada Repositor y.unri.ac.id juga masuk dalam Prosiding sebuah seminar nasional. Jauh hari sebelum Syafri menulis itu, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta sudah lebih dulu menulis tentang hal tersebut. Meylina Astri, Reza Taofik dan Tengku Andyka pada 2008 menulis kar ya tulis dengan judul Model Kampung Wisata Budaya Ter padu (Mokatabu) Sebagai Upaya Mengoptimalkan Potensi Identitas Lokal dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa. (Studi Kasus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Keluarahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan). Bukti-bukti ber upa dua kar ya tulis ia kirimkan ke berbagai pihak. Ada tiga surat yang berhasil dihimpun dengan isi hampir sama kur un 2017. Pertama kali dengan tujuan Meylina Astri pada awal Febr uari. Sebulan kemudian ke Kantor Redaksi Bahana. Terakhir ke Dosen Pembimbing ketiga penulis sekitar September. Semuanya dengan identitas berbeda. Tak hanya itu, ia juga melaporkan kasus ini ke Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi kemudian menyurati UNRI meminta tanggapan atau klarifikasi terhadap laporan masyarakat tersebut. Rektor pun bereaksi dengan menerbitkan surat tugas kepada Usman Tang, Ikhsan dan Hasnah Faizah. Bekerja selama 11 hari, tim akhirnya mer umuskan hasilnya. Pencantuman pengutipan ada di kar ya tulis asli Syafri Harto bukan di repositor y. Kedua, kemiripan kar ya tulis sebesar 24 persen. Hasil ini pun sudah dikirim ke Kementerian terkait tetapi sampai berita ini diterbitkan belum ada balasan. Perbuatan ini sangat memilukan ditengah UNRI membangun citra baik untuk akreditasi universitas. Apalagi tindakan yang dilakukan seorang dekan tersebut menjiplak kar ya tulis milik mahasiswa. Ada yang mesti diperhatikan dalam kasus ini. Pertama, Syafri Harto mengetahui penulis bernama Meylina Astri saat adanya kompetisi kar ya tulis tingkat mahasiswa pada 2008 lalu UNRI sebagai tuan r umah. Kalaupun benar ia meminta izin memakai kar ya tulisnya har us dengan aturan yang berlaku. Pencantuman sumber kutipan mer upakan bentuk apresiasi kepada penulis terdahulu dan sumber tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini tidak ada satu pun sumber pengutipan
6 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
atau referensi yang mengambil dari kar ya tulis milik mahasiswa UNJ di kar ya tulis Syafri baik di repositor y maupun prosiding. Mengaku lupa tidak mencantumkan sumber pengutipan pada kar ya tulis tentu menjadi pertanyaan. Siapakah yang mengerjakan kar ya tulis ini ? Kedua, UNRI cender ung main ‘aman’ dalam menyelesaikan kasus ini. Peraturan Menteri No. 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Pergur uan Tinggi mengatur secara teknis bagaimana menangani dugaan tindakan plagiat. Pimpinan pergur uan tinggi diberi kewenangan untuk selesaikan kasus ini lebih dulu di ‘dalam’. Artinya tanpa melibatkan Kementerian, pimpinan sudah bisa menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindakan plagiat. Tetapi, dalam penanganan kasus ini, Rektor Aras Mulyadi mengikuti prosedur ber upa mengirim surat hasil pemeriksaan ke Kementerian. Seakanakan menyerahkan pekerjaan r umah ini kepada orang lain. Padahal, Menteri dan Dirjen sendiri sampaikan har us diselesaikan dulu di UNRI lebih dahulu. Belajar dari penanganan kasus plagiat Gur u Besar FKIP Isjoni, UNRI secara cepat menangani hingga jatuhkan sanksi. Mengapa hal ini tidak berlaku bagi Syafri Harto ? Sesuai dengan pasal 13 ayat 5 dan 6 di peraturan yang sama, Pimpinan pergur uan tinggi atau Rektor UNRI dapat dikenakan sanksi oleh Menteri jika tidak menjatuhkan sanksi kepada plagiator atau tindakan pembiaran terhadap pelaku plagiat. Sanksi yang dikenakan oleh Menteri ber upa teguran, peringatan tertulis dan per nyataan pemerintah bahwa yang bersangkutan tidak ber wenang melakukan tindakan hukum di bidang akademik. Ketiga, hasil pemeriksaan tim sekarang berada di Kementerian. Walaupun begitu, Kementerian sangat lamban dalam tangani kasus ini. UNRI sudah kirimkan hasil pemeriksaan sejak 1 November 2017 namun hingga jalan bulan ke tujuh, tidak ada tanda-tanda balasan. Pada awalnya diproses oleh Dirjen Kelembagaan, Iptek Dikti. Namun, dioper ke Dirjen Sumberdaya Iptek Dikti. Kementerian juga tidak adil dalam penanganan perkara. Misalnya saat kasus plagiat oleh Rektor UNJ, Prof. Djaali, Kementerian sampai membentuk Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA). Sanksinya juga bukan main, pecat Rektor dan Direktur Pascasarjana UNJ. Sementara dalam kasus ini, tidak transparan dalam penanganannya. Harapannya, insan Civitas Akademika UNRI dapat belajar dari kasus yang menjerat Syafri Harto yang juga bar u saja meraih gelar doktor. Mengutip secara memadai dalam membuat kar ya tulis. Lalu, Rektor perlu mengeluarkan aturan batas maksimal kemiripan kar ya tulis yang dapat ditolerir sebesar 20 persen. Selur uh kar ya tulis apapun seperti Skripsi, Tesis dan Disertasi har us melalui uji aplikasi Tur n it in. Agar kualitas penelitian meningkat dan tidak melanggar etika dalam dunia ilmiah.#
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 7
Kolom
Restorasi Gambut (dan Sosial): Ekosistem Gambut
K
ebakaran hebat kawasan hutan dan lahan pada 2013-2015 di Riau sebabkan hampir semua kegiatan manusia terhenti. Asap yang mengapung di angkasa menebar bau tak sedap, jarak pandang terbatas dan sinar mentari tersuruk oleh jerebu. Ini pertanda bahwa tebalnya lapisan asap yang menutupi langit Riau membungkam semua ruang kegiatan manusia. Akibatnya negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura protes keras. Mereka meminta Presiden Republik Indonesia meminta maaf secara resmi. Ini karena asap menebar hingga ke kawasan negara mereka dan mengganggu kehidupan warga negaranya. Asap pekat yang beranjangsana di udara lebih dikenal dengan sebutan jerebu atau kabut asap. Mengandung partikel Pm-10 yang sebabkan oksigen tidak mampu menembus ke permukaan. Ini sebabkan manusia sesak napas terutama anak-anak serta yang berada di daerah tertutup jerebu. Akibat kebakaran yang mengakibatkan munculnya asap, aktivitas seperti sekolah diliburkan. Masyarakat dihimbau mengurangi aktivitas di luar rumah dan menutup kisi-kisi ventilasi dengan kain basah agar jerebu terhenti pada kain atau lapisan tersebut. Penerbangan terhenti, transportasi darat lumpuh dan transportasi laut harus menunggu izin dari pihak yang berkuasa. Asap yang disebabkan pembakaran hutan berpadu dengan partikel beracun yang disebut partikulat— partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pada website nya menulis bahwa: Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien yaitu NAB PM10=150 ugram/m3 (bmkg.go.id/kualitas udara). Ketika kualitas udara menunjuk kepada angka di atas 400 bahkan pernah mencapai di atas 600 maka dapat disimpulkan udara sudah berbahaya. Kalimantan Tengah lebih dahsyat karena hampir dua bulan PM10 nya mencapai angka 2000. Di Riau angka tersebut pernah di atas 1000 sehingga keadaan udara benar-benar berkabut sangat pekat. Kebakaran terjadi di lahan Gambut dengan kedalaman antara dua hingga tiga meter lebih. Ketika Gambut kering maka potensi—(ter) atau dibakar— sangat mudah dan api menjalar hingga kepada batas kedalaman gambut tersebut. Layaknya api dalam sekam maka jika terjadi kebakaran di lahan gambut sulit untuk 8 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Perbedaan keinginan mengolah lahan gambut. Sumber: Instagram.com/pantaugambut
dipadamkan dan melahirkan asap yang tebal. Meskipun dilakukan penyiraman baik dari udara maupun masuk ke kawasan lahan yang terbakar. Memerlukan waktu yang relatif lama serta sangat rentan dengan resiko bagi pemadam api. Pemadaman api bahkan sudah ada yang menjadi korban, terkurung dalam kobaran api dan asap yang tebal karena tidak dapat melihat arah. Merujuk kepada berbagai kasus serta perjalanan di atas, maka Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan Presiden nomor 1 tahun 2016 yaitu membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) Republik Indonesia. Tugas badan ini terutama menata kembali (re-store) lahan Gambut yang rusak baik akibat eksploitasi. Menjaga, mencegah serta menelaah kerusakan ekositem Gambut. Kemudian penataan kawasan agar pemulihan ekosistem gambut lebih tertata. Melalui implikasi kebijakan yang termaktub pada Kawasan Hidrologis
Equilibrium Prof. Dr. Ashaluddin Jalil, M.S. Tim Ahli Sosiologi Pusat Studi Bencana Universitas Riau
Gambut disingkat KHG. Konsep KHG ini dapat berada diantara dua Sungai, antara Sungai dan Laut serta antara sungai dan atau laut yang berada di kawasan pulau. Tugas menata ini sangat berat karena tidak saja menata lahan secara fisik berupa lahan gambut namun yang lebih berat adalah restorasi sosial. Karena pengutakatik lahan gambut sesungguhnya dilakukan oleh manusia. Dua hal diatas akan dijelaskan lebih lanjut. Restorasi Gambut. Kegiatan menata kembali secara formal lahan gambut dilakukan mulai pada 2016. BRG dibentuk untuk mempercepat pemulihan dan pengembalian fungsi hidrologis gambut. Total target restorasi gambut selama periode lima tahun seluas 2,4 juta hektar di tujuh provinsi. Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Papua, Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Khusus Riau, lokus prioritas di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan target restorasi mencapai 700,000 hektar. Restorasi perlu karena lahan tergredasi dan lahan bekas terbakar dengan hamparan tumbuhan menguning sangat mengkhawatirkan. Tumbuhan ini dalam bahasa ekologis atau ekosistem gambut adalah tanaman yang hidup subur di atas lahan dengan keasaman tinggi. Tanaman ini muncul karena tanaman yang asli berupa pohon alam atau tanaman endemik di lahan ini sudah punah. Punahnya disebabkan oleh hutan alam yang sudah ditebang, baik yang sudah di eksploitasi maupun melalui proses pembabatan ilegal. Pepohonan dengan lingkaran yang lebih dari dua pelukan orang dewasa tumbang karena eksploitasi lahan, dengan berpegang pada surat izin mengelola lahan. Lahan yang sepenuhnya gambut di eksploitasi dengan membuat kanal yang lebar dan dalam. Kanal ini dibuat sebagai jalur transportasi utama untuk membawa berbagai keperluan operasional serta mobilitas barang dan jasa. Fenomena tersebut merupakan refleksi dari kerusakan ekosistem lahan gambut sejak kebakaran hutan dan lahan pada 1997 dan puncaknya pada 2012, 2013 dan 2014. Tahun 2015 merupakan tahun siap tanggap agar tidak timbul lagi api di lahan gambut dengan menyiagakan berbagai komponen di tingkat tapak atau desa seperti Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Masyarakat Pemadam Api ( juga disebut MPA). Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
menempatkan garda terdepan mereka yaitu Manggala Agni. Kanal melingkar dan panjang ditemukan di areal yang mendapat izin dan tidak berizin. Kanal ini lebar tidak kurang dari 12 meter bahkan mungkin lebih dari 20 meter dengan kedalaman yang bervariasi. Lebar maupun kedalaman kanal sulit untuk di ukur karena dijaga dengan ketat. Selain itu, kanal ini menguras air ketika musim kering. Kandungan air yang ada di sekitar areal akan diserap oleh kanal sehingga membuat lahan masyarakat benar-benar tandus. Observasi pada tahun 2016 membuktikan terjadinya kekeringan pada sumur-sumur masyarakat. Sumur ini menurut pengakuan mereka pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah kering, namun pada masa kini kekeringan yang dialami sungguh luar biasa. Warga berpendapat hal ini sejak ada kegiatan eksploitasi lahan di sekitar kawasan kampung. Restorasi Sosial Sejalan dengan restorasi Gambut adalah restorasi sosial. Hal ini mengingat bahwa lahan yang terdegradasi berhubungan langsung dengan masyarakat. Baik sosial budaya dan ekonomi. Restorasi adalah bagaimana mata pencaharian masyarakat ini benar-benar memberikan jaminan hidup mereka hingga ke anak cucu. Misalnya, terlihat pada kawasan penangkapan ikan nelayan yang semakin jauh. Di lain pihak nelayan yang berstatus tradisional memiliki fasilitas alat yang terbatas maka mata pencaharian di laut menjadi milik toke sepenuhnya. Nelayan tentu saja menjadi buruh yang berkepanjangan meskipun toke tidak berfungsi sebagai tengkulak. Restorasi sosial pada perkebunan harus dikemas dari hulu ke hilir. Kemudian membangkitkan infrastruktur yaitu jaringan jalan, transportasi, tempat mengumpul dan mengedarkan hasil. Pengembangan sumber-sumber yang menjadi hajat hidup utama seperti: listrik, Sekolah Menengah Atas, tidak ada jalan poros kecamatan hingga poros desa dan bangunan sekolah memerlukan rekayasa sosial. Rekayasa sosial mutlak diperlukan karena jika tidak dilaksanakan maka daerah ini menjadi kawasan yang dihimpit oleh potensi sumber daya alam yang akhirnya menjadi sebuah kawasan yang sangat tandus. Tandus energi listrik, sumber air bersih, sumber daya manusia. Seterusnya adalah tandus pula nilai-nilai intelektual yang tidak mampu memproteksi lingkungan lahan Gambut.# EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 9
Opini
Heldayati Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Riau
P
esta demokrasi, tinggal sebentar lagi. Pilkada sudah diambang pintu, tidak terasa semakin dekat saja kita dengan momentum besar yang sangat menentukan, untuk memilih pemimpin baru. Hiruk pikuk Pilkada terkadang memang sebuah momen yang tak boleh terlewatkan, mengingat sebagai jembatan penghubung dan sangat menentukan bagi nasib sebuah Daerah selama 5 tahun kedepan. Tak jarang memang dijumpai ketika telah menjabat ada beberapa Oknum Pemerintah Daerah yang tampil mengecewakan, belum apa apa saja niat buruknya telah tercium oleh Aparat Negara, sehingga harus mendekam dibalik jeruji besi. Bukan rahasia umum lagi, masa-masa pilkada merupakan area pergulatan politik yang cukup keras antara persaingan kandidat satu dengan kandidat yang lain Era kebebasan pers dan kebebasan berpendapat mampu menjadikan momok dan kabar menggembirakan bagi seluruh masyarakat Indonesia, tak mesti hanya bergantung dan bisa berkomentar dari Stasiun TV, Majalah, Koran ataupun Radio tetapi media sosial menjadi komponen lain yang sangat besar pengaruhnya bagi orang banyak terutama dikalangan Kaula Muda. Media massa dipercayai, merupakan sebuah situs yang dapat memengaruhi seseorang, Menurut Steven M. Chaffe Media Massa dapat memberikan efek terhadap individu dari 30 efek yang diungkapkan, poin ke 7 menyatakan bahwa Media Massa mampu mengubah pola pikir individu (Pakar Komunikasi. com, 2017). Hadirnya media mampu mesugesti masyarakat awam untuk menilai kejadian yang diutarakan, sesuai dengan tingkat pemahaman dan luasnya wawasan orang tersebut. Detik detik pesta demokrasi tentu saja melibatkan banyak pihak dan mesti memenuhi jenis kualifikasi. Syarat untuk terwujudnya demokratisasi salah satunya adalah kebebasan berekspresi dan memperoleh informasi, sehubungan dengan hal tersebut, tentu sangat diperlukan media msssa yang berkompeten, independen dan dapat dipertanggungjawabkan.Tingkat independensi sebuah media massa dapat dilihat dan kita nilai sendiri, dari sejauh apa media tersebut memberikan informasi yang benar relevan, objektif, bagi masyarakat.
10 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Kesemua hal tersebut haru sejalan dengan fungsi media yakni pengawas kekuasaan sebagai pihak yang netral dan seimbang. Disinilah peran media, media mampu menjadi Kontrol politik bagi siapapun, media mampu, menjadi alat bukti yang akurat dan tepat. Siapapun bebas melaporkan dan menayangkan mengenai pelanggaran pelanggaran terkait pilkada, entah itu kampanye hitam, kemudian money politic, Hoax atau hal yang lain. Tak boleh dilupakan media bukan hanya sebagai Control Politik tetapi juga mampu menjadi penghubung antara kandidat Pilkada yang kelak akan memimpin dengan masyarakat yang akan dipimpinnya, banyak para oknum politik memanfaatkan media sebagai Wadah pencitraan untuk meningkatkan dan nonjolkan kualitas pribadi, akibatnya
Opini
Media dan komitmennya mejelang pilkada
Sumber: http://ewin-lubis.blogspot.co.id
terkadang kredibilitas sebuah media itu diragukan. Jika Berkaitan dengan media sosial terutama melalui akun pribadi, sepertiya tidak begitu masalah, terlebih lagi biasanya warganet lebih kritis dan lebih spontanitas apalagi menyangkut pencitraan sepertinya bukan sesuatu yang berat bagi netizen untuk mempercayai atau tidak akan hal tersebut. Menurut survey The Asia Foundation pada tahun 2004, lebih dari 90% masyarakat menggunakan media sebagai sumber informasi pemilihan umum Menurut Lebaga Studi Pers Pembangunan (LSPP). Angka yang fantastis dan cukup mebelalakkan mata mengenai masyarakat yag menggunakan media, unuk itu wajar saja keadaan ini membuka selebar-lebarnya kesempatan penyalahgunaan media sebagai sarana “Kong kalikong�
antara pemilik media dan elit politik daerah. belum lagi jika sang pemilik media merupakan orang yang berpengaruh, maka pantas saja kita akan dapati Iklan Politik kemudian . Jikalau ditinjau dari 3 sisi media, keprofesionalan sebuah media massa sangat tergantung pada kualitas berita yang disajikan, dapat dilihat dari 3 sisi yakni mikro, meso dan makro. secara mikro bahwa berita yang disajikan haruslah berita yang yang memperhatikan asas keberimbangan (Cover Both sides). Pokok keua adalah diukur dari meso yakni mempersoalkan mengenai dinamika manajerial perusahaan pers hingga kualitas sumber daya manusia yang berkompeten dan idealisme sebagai seorang jurnalis. Semakin berbobot wrtawannya maka akan semakin baik berita yang disajikan. Indikator ketiga yakni makro, berkibLat pada dinamika sosial budaya, regulasi media, ekonomi politik, hingga sejarah. Sebuah media mestilah menyajikan hal hal yang mengandung matan positif dan objektif serta memasukkan ke empat unsur tersebut. Seiring berjalannya waktu Hingga tpat sethun yang lalu, 9 Februari 2017 telah dilakukan penandatangan lembar “Komitmen Ambon� diamana hanya 74 media-media yang terferivikasi dan dapat dipercaya sebagai media yang berkompeten, independen dan bertanggungjawab (Detik.com, 2017). Selepas benar tidaknya sebuah berita tergantung kepada kekritisan penilaian masyarakat sebagai pengguna media sosial, dan penggerak jalannya roda kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang wartawan senior mata najwa saat diwawncarai dihitam putih mengatakan bahwa semakin hari ternyata msyarakat Indonesia semakin kritis dan pandai menilai berita yang disajikan sesuai dengan kenyataan atau tidak. Harapan kita semua sebagai masyarakat Indonesia adalah jangan sampai media terlibat dengan politik praktis, cukuplah media hanya sebagai jembatan dan memberitakan hal yang semestinya, real terjadi dikenyataan, dan Fakta dilapangan ,lalu biarkan msyarakat yang menilai siapakah yang pantas untuk memimpin dan mana yang tidak, Siap yang benar dan siapa yang sesungguhnya bersalah
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 11
Laporan Utama
Jauh hari sebelum Syafri Harto meraih gelar Doktor, karya tulisnya pada 2013 diduga menjiplak milik mantan mahasiswa UNJ. Sejak ditangani Kementerian, kasus ini mengambang hingga bulan ketujuh. Oleh Eko Permadi
12 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Dugaan Plagiat Karya Tulis Sang Doktor Baru EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 13
M
ENTERI Riset, Teknologi dan Pendidikan Mohamad Nasir berjalan keluar dari Ballroom Hotel Pangeran. Usai membuka acara Sidang Pleno Fakultas Ekonomi dan Bisnis se-Indonesia pada Kamis, 19 April lalu. Ia bersama Rektor Universitas Riau, Aras Mulyadi dan rombongan. Empat meter dari pintu, belasan dosen menyalaminya dan berfoto bersama. Menteri belum mendapat laporan dugaan plagiat yang dilakukan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNRI, Syafri Harto. Karya tulisnya mirip dengan milik mahasiswa Universitas Negeri Jakarta—yang sudah alumni. Meylina Astri, Reza Taofik dan Tengku Andyka—ketiganya mahasiswa UNJ pada 2008 menulis karya tulis dengan judul Model Kampung Wisata Budaya Terpadu (Mokatabu) Sebagai Upaya Mengoptimalkan Potensi Identitas Lokal dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa. (Studi Kasus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Keluarahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan). 14 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Sementara itu, Syafri Harto pada 2013 menulis Kajian Wisata Budaya Terpadu dalam Rangka Mengoptimalkan Potensi Lokal dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa (Optimalisasi Wisata Kawasan Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau). Karya ini diunggah pada Repository. unri.ac.id. Kasus ini awalnya diproses oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Namun, Menteri Nasir menampik urusan plagiasi diproses oleh Dirjen tersebut. “Kalau urusan plagiat di Dirjen Sumber Daya,” ujar M. Nasir. Nasir menanggapi proporsi dugaan plagiat karya tulis sebesar 24 persen masih dalam kondisi yang dapat ditolerir. Walaupun demikian, bukan berarti tindakan tersebut diperbolehkan. “Cuma sanksinya yang penting. Maksudnya langsung dipecat gitu mas?,” tanya kembali. “Hehehe,” disambut tawa Aras Mulyadi yang berjalan disebelah kanannya. Sampai di pintu terakhir, Nasir berjanji akan mengecek kembali dan menyelesaikan kasus ini secepatnya.
Menristekdikti, M. Nasir, menyalami dosen usai membuka AFEBI. Foto: Eko BM
Rombongan menaiki mobil dan sore itu juga kembali ke Jakarta. SESEORANG mengirimkan surat lengkap dengan berkas dugaan plagiat ke Kemenristekdikti melalui Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Surat itu diterima Henri Tambunan, Kepala Sub Direktorat Pengendalian Dirjen Kelembagaan. Namun, ia tak mau memberikan penjelasan siapa yang melaporkan kasus ini ke kementerian. “Kita berhak merahasiakan pelapor,” katanya di Kantor Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti akhir Januari lalu. “Kita nilai ada itikad baik dia melaporkan ini.” Melalui kementerian, Henri mengirim surat ke Rektor UNRI tertanda tangan Dirjen Kelembagaan, Patdono Suwignjo dengan nomor 3407/C/ C5/KL/2017 tertanggal 11 Oktober 2017. Intinya, Kementerian meminta tanggapan dan klarifikasi atas artikel yang termuat dalam repository UNRI.
Hampir dua minggu kemudian, atas nama Rektor, Wakil Rektor bidang Umum dan Keuangan Sujianto tanggapi dengan mengeluarkan surat tugas kepada tiga orang pejabat di lingkungan UNRI. Pertama, saat itu ketua Lembaga Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan Usman M Tang. Belakangan dilantik pada 26 Februari lalu menjadi Dekan Fakultas Keperawatan. Usman kaji secara akademik. Kedua Kepala Pusat Penelitian Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Hasnah Faizah sebagai ahli bahasa. Terakhir Kepala Satuan Pengawas Internal Ikhsan dari sisi hukum. Bersama Usman Tang pernah menangani kasus Syafrial yang dicopot dari Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni pada 2016 lalu. Tugas Tim Verifikasi adalah melaksanakan pemeriksaan dan klarifikasi terhadap laporan dari masyarakat melalui Dirjen Kelembagaan dengan masa kerja 20 hingga 31 Oktober 2017. Tim mulai bekerja. Usman Tang sekaligus ketua tim mengundang seluruh penulis pada Senin, 30 Oktober 2017 di ruang ketua SPI, kampus UNRI Bina Widya. Agendanya, meminta tanggapan dan klarifikasi atas karya tulis yang mereka buat. Meylina Astri menerima undangan beserta surat tugas tim verikasi dalam amplop kuning berkop UNRI. Surat itu ditujukan ke Meylina Astri dan Kawan-kawan. Lengkap dengan identitas mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta di Rawamangun, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta. Selain itu, secarik kertas berisi narahubung pihak pengirim : Kepala SPI dan Sekretariat rektor. Setelah menerima berkas ini, Astri mengabari Tengku dan Reza. Komunikasi mereka melalui layanan pesan WhatsApp. Astri juga memfoto setiap surat dan kirim pada kedua temannya. Ketiganya sepakat tidak memenuhi undangan Tim Verifikasi. Lantaran, surat baru diterima Astri sehari sebelum pertemuan. “Kebetulan juga hari Senin, pas hari kerja,” kenang Reza. Mengundang ketiga penulis untuk dimintai keterangan merupakan saran Ikhsan. Namun, Usman menilai permintaan klarifikasi tidak terlalu substansi. Tetap bisa tanpa kehadiran penulis pertama. “Kita juga men-
girimkan tapi alamatnya ga jelas,” kata Usman. Syafri Harto diperiksa oleh tim. Ada tiga kali ia datang ke Gedung SPI untuk ditanyai atau memberikan berkas. Usman Tang menyatakan dari hasil pemeriksaan tim didapat dua kesimpulan. Pertama, Syafri mengaku lupa mencantumkan sumber kutipan dalam karya tulis yang terbit di repository. Ia cantumkan di laporan yang asli. Sebagai bahan pembanding, Tim meminta Syafri berikan karya tulis yang asli. Di dalam aslinya kata Usman, Syafri mengutip nama Astri dan kawan-kawan. “Lebih tebal dari yang di repository,” ujar Usman. Sayangnya, kru Bahana tidak berhasil mendapatkan karya tulis asli ini. Seluruh arsip penanganan kasus ini dipegang oleh Ikhsan. Beberapa kali kru Bahana hendak wawancarai dan minta berkas aslinya namun urung diberikan. “Saya tidak berwenang bicara masalah ini. Karena ketua timnya pak Usman,” ujar Ikhsan saat bertemu di depan ruangan Wakil Rektor II bulan April lalu. Kedua, menurut penghitungan Tim, dugaan plagiat karya tulis milik Syafri Harto mencapai sekitar 24 persen. Artinya ada sekitar 24 persen Syafri Harto plagiasi karya tulis mahasiswa UNJ. Angka ini didapat dari hitungan tim secara manual setiap halaman karya tulis. Kata-kata yang sama. Jika ditarik kesimpulannya, ada 6 halaman yang sama banding 9 total naskah repository. Usman bilang pemeriksaan tak gunakan aplikasi Turnitin. Lantaran, file karya tulis milik UNJ tidak ada harus dengan dua file. Aplikasi ini sudah dipakai banyak universitas hitung berapa persen tingkat plagiarisme. Kajian tim tak dalami tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Syafri Harto. Hanya sebatas memastikan kemiripan karya tulis. Hasil kerja Tim selanjutnya diserahkan kepada Rektor. Usman pun bertanya-tanya sampai sekarang belum mendapat kabar sampai mana perkembangan di kementerian. Saya menanyakan kembali perkembangan kasus ini di kementerian setelah mendapat kabar tim sudah selesai memeriksa. Jelang siang hari, beberapa hari setelah pertama kali mendatangi Dirjen Kelembagaan di
lantai 6 Gedung D Kemenristekdikti Jalan Jenderal Sudirman Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat. Petugas bagian sekretariat memeriksa surat masuk. Ternyata Tim Verifikasi bentukan Rektor UNRI telah melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Dirjen Kelembagaan dengan nomor 8821/UN19/TU hari pertama di November. Surat itu kemudian diteruskan pada Direktur Pembinaan tanggal 13 November 2017. “Mas, Bapak sedang rapat anggaran di Hotel Century, sebelah gedung ini,” kata petugas penerima tamu sambil menunjuk ke arah kaca. Dirjen Pembinaan tidak ditempat. Syam Permadi Sekretaris Direktur Pembinaan Totok Prasetyo melalui sambungan telepon sampaikan saat ini, berkas kasus dugaan plagiat masih tertahan di meja Direktur Pembinaan. “Belum ada disposisi kepada saya maupun eselon III yang terkait,” tutur Syam akhir Januari lalu. Ia menyarankan untuk mengirim ulang surat dari UNRI. Lantaran, enggan menanyakan perkembangan ini kepada direkturnya karena sudah berbulan-bulan belum diproses. Bulan berikutnya, awal Mei Henri Tambunan sampaikan sampai saat ini belum menerima hasil Tim Verifikasi—seperti yang ia utarakan saat wawancara pertama. Dirjen Pembinaan belum menurunkan disposisi kepadanya. “Dirjen kami (Kelembagaan) menyerahkannya ke Dirjen SDID,” kata Henri melalui sambungan telepon, Jumat (11/5). Ali Ghufron Mukti, Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendidikan Tinggi atau SDID pada hari yang sama hanya membalas singkat pesan meminta penjelasan kasus dugaan plagiat ini. “Diselesaikan di UNRI baru kalau tidak selesai ke kami.” Pertanyaan berikutnya soal bagaimana penanganan kasus ini urung dijawab. Ia hanya membaca isi pesan WhatsApp. Penanganan kasus ini berbeda seperti yang diatur di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Terdapat di pasal 11 memerintahEDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 15
Ali Ghufron Mukti. Foto: www.matauli.com
kan pimpinan perguruan tinggi buat persandingan antara kedua karya. Selanjutnya meminta Senat Akademik atau organ sejenis beri pertimbangan kebenaran plagiat. Pertimbangan ini melalui telaah Komisi Etik Senat Akademik. Kemudian, Senat agendakan sidang bahas kebenaran plagiat, proporsi dan rumusan pertimbangan. Plagiator juga diberi kesempatan untuk beri pembelaan di hadapan senat. Jika berdasarkan persandingan dan telaah Senat terbukti melakukan plagiat, maka Senat akan rekomendasikan sanksi untuk plagiator dan pimpinan perguruan tinggi melaksanakan itu. Sanksi tindakan plagiat menurut pasal 12 ayat 2 dari ringan sampai berat, berupa teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak, penurunan pangkat dan jabatan, pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar, profesor, pemberhentian dengan hormat atau tidak hormat dan
16 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
pembatalan ijazah. Sanksi tambahan lain seperti pemberhentian dari guru besar, profesor atau ahli peneliti utama dan Menteri berhak menolak usulan kembali. Penerapan sanksi disesuaikan dengan proporsi besaran kemiripan. Sayangnya, peraturan ini tak mengatur berapa persen kemiripan karya tulis. Setiap universitas berbeda mengatur batas kemiripan karya tulis yang ‘dimaaf kan’. Ada 20, 50 persen. Lagi-lagi, UNRI belum menerapkan batas tersebut. Tyas Tinov memegang beberapa berkas dan menaiki tangga gedung Rektorat, pada Siang hari April lalu. Tyas, Dosen FISIP baru-baru ini terpilih kembali menjadi Sekretaris Senat Universitas. Katanya sampai sekarang kasus dugaan plagiat belum ada dibahas di Senat. Sepengetahuannya, belum ada hasil dari Jakarta. Ia menjelaskan alur penanganan kasus ini. Apa yang menjadi keputu-
san Kementerian akan dibahas Senat. “Bolanya sekarang ada di sana kan?,” kata Tyas. Ia buru-buru hendak rapat membahas tata tertib pemilihan rektor. Terhitung sejak November hingga Mei, sudah tujuh bulan penanganan kasus ini belum selesai. Syafri Harto masih tetap beraktivitas sedia kala. Pada 15 Mei lalu, ia ujian promosi terbuka di Gedung Serbaguna Pascasarjana UNRI. Disertasinya berjudul Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Lingkungan (Ecotourism) dan Pariwisata Pusaka (Heritage Tourism) di Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Direktur Pascasarjana Zulkarnain menjadi promotor. Selanjutnya promotor I dan II adalah Aras Mulyadi dan Sujianto—Wakil Rektor II bidang Umum dan Keuangan. Empat orang yaitu Yusni Ikhwan Siregar, Sofyan Husein Siregar, Tulus Warsito, Dessy Yoswaty menguji disertasinya.#
Jengah
Cara Belajar yang Baik untuk Mahasiswa
H
Ilustrasi: freepik.com
ari pertama perkuliahan bagi mahasiswa baru tentu perlu penyesuaian. Sebagian besar mahasiswa masih terbawa suasana semasa sekolah. Kondisi ini akan terasa hingga mendekati Ujian Tengah Semester (UTS). Ada yang berhasil menyesuaikan diri, namun banyak juga yang tidak. Berikut beberapa tips sederhana untuk mahasiswa. Mahasiswa yang baik tidak hanya belajar sekali. Usai perkuliahan, sebaiknya bahan yang diberi dosen dibaca kembali ketika pulang. Jika selesai, silakan beristirahat atau berkumpul dengan teman sejawat. Kemudian bahan tadi dipelajari kembali menjelang tidur. Lakukan hal sederhana diatas setiap hari dan setiap mata kuliah. Dengan metode seperti itu, pelajaran akan cepat terserap dan mahasiswa tak perlu bersusah payah gunakan sistim kebut semalam. Belajar yang dilakukan dengan sistim kebut semalam banyak negatifnya. Pertama, daya serap pelajaran sedikit terutama untuk mata kuliah yang banyak bahannya. Kedua, apa yang dipelajari bahkan cenderung terlupakan. Ketiga, menggangu mahasiswa saat ujian esok harinya. Menerapkan hal ini tidaklah sulit. Mahasiswa bisa leluasa mengerjakan pekerjaan lain, seumpama bergaul dengan teman sejawat. Pergaulan juga memiliki nilai positif untuk diri. Seperti dapat menambah informasi mengenai tipe soal yang selalu dibuat dosen, sehingga lebih mudah dikerjakan. Semua hal diatas tentu harus diiringi dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disiplin waktu dan fokus terhadap apa yang dikerjakan. Akhir kata, selamat belajar dengan baik dan selamat menjadi mahasiswa.#
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 17
Dua Karya Tulis : Sama di Bab Pendahuluan, Beda di Pembahasan 18 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Kedua karya tulis. Foto: Dok Bahana
Laporan
Utama
Syafri Harto menjiplak mentah-mentah mulai dari abstrak, pendahuluan dan tinjauan pustaka. Kadang diringkas atau ganti nama. Syafri hanya menukar objek penelitian. Bagaimana awal mula ini bisa terjadi? Oleh Eko Permadi
R
EZA TAOFIK memakai kaos paduan abu-abu dan hijau dari tangan hingga ke leher. Ia memakai kaca mata melihat dua karya tulis di kursi busa panjang. Ada dua kursi lagi di samping kanan dan kiri. Tak hanya itu, sepeda motor berbagai merek yang masih diplastik juga ada. Katanya untuk hadiah nasabah. Saya mendatangi kantornya Bank Rakyat Indonesia Cabang Ciputat Jalan Ir H. Juanda, Tangerang Selatan. Sekitar 450 meter dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ia menangani marketing kredit usaha mikro. Dari UNJ, saya meminta bantuan Alif, pers mahasiswa Industria Sekolah Tinggi Manajemen Industri ke Ciputat. Tiga jam perjalanan tanpa berhenti. Tak banyak informasi yang didapat lantaran sudah beberapa kali wawancara lewat telepon. Reza membolak-balik karya tulisnya dan melihat milik Syafri Harto. Di ruang antrian nasabah ini, Reza memeriksa karya tulis yang ia buat bersama dua teman lainnya 10 tahun yang lalu. PROSES PEMBUATAN KARYA TULIS mereka dimulai ketika ketiga penulis sama-sama aktif di Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM). Sebuah organisasi intra kampus UNJ yang khusus mengasah kemampuan menulis dan berbicara seperti menulis esai, karya ilmiah, cerpen dan publik speaking. Saya menemui Rianto yang pernah menjadi ketua di Sekretariat LKM, Gedung G lantai 3 UNJ. Ia menjelaskan ketiga penulis aktif di LKM. Reza Taofik menjadi ketua pada periode 2008. Selanjutnya, Tengku Andyka meneruskan estafet dari Reza. Astri menjadi pengurus masa kepemimpinan Tengku. Di foto bersama pengurus 20092010, masih ada Tengku Andyka, Meylina Astri dan Rianto. Reza Taofik sudah demisioner. Rianto sering berkunjung ke sekretariat. Ia juga sudah mendengar kabar dugaan plagiat karya tulis seniornya dari Tengku. Dibantu pengurus yang lain bongkar arsip karya tulis, mereka menemukan karya tulis yang asli. Sampulnya merah muda sesuai pedoman. Cap dan tanda tangan basah pada lembar pengesahan. Pembuatan karya tulis bermula Reza mengajak Tengku dan Astri membuat karya tulis tentang Mokatabu. Tengku dan Astri mengamini ajakan ini. Mereka mulai meneliti selama bulan Maret dan Mei 2008. Astri dapat bagian
bab I. Tengku soal teori-teori untuk menganalisis masalah. Reza memikirkan penerapan Mokatabu untuk daerah yang menjadi objek penelitian. “Saya yakin banget sama temen-temen nulis itu 100 persen,” kata Astri. Saat ini ia pindah ke Singkawang, Kalimantan Barat sebelumnya bekerja di bagian Biro Akademis, Kemahasiswaan dan Humas UNJ. Astri mengenang selama dua bulan hampir tiap akhir pekan berkunjung ke daerah Depok untuk melakukan penelitian. “Kadang sama-sama dari kampus atau ketemuan di sana,” jelas Reza di lain waktu. Unggul Purwohadi bimbing Astri dan kawan-kawan membuat karya tulis. Ia dosen Akuntansi UNJ. Unggul belum bisa dimintai keterangan lebih lanjut soal kasus ini. Gempa 6,1 skala richter yang mengguncang Banten dan sebagian Jakarta pada 23 Januari membuat Unggul membatalkan janji wawancara. Padahal Henry Eryanto, Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi saat karya tulis dibuat juga sudah menanti untuk bertemu di ruangan dosen Magister Ekonomi, lantai 6 gedung Raden Adjeng Kartini UNJ. Usai peristiwa itu, Unggul mengabarkan selama sepekan berada di luar kota dan tak bisa bertemu. Sejak pembuatan karya tulis hingga mengikuti lomba, Unggul mendampingi tim penulis. Seleksi pertama di Fakultas Ekonomi. Mereka berhasil meraih juara satu. Dengan beberapa perbaikan— karya tulis yang sama— ikut seleksi tingkat universitas. Tim yang diketuai Reza berhasil meraih juara satu dan berhak mewakili UNJ bidang IPS untuk tingkat selanjutnya. Depertemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Akademik selanggarakan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa atau KKTM pada 2008. Tresna Dermawan Kunaefi dalam buku Pedoman Umum KKTM Bidang IPA, IPS dan Ilmu Pendidikan menyampaikan niat kementerian buat lomba ini untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menemukan potensi sumber daya lokal, berani bersaing dan memberikan iklim untuk senantiasa senang dalam proses pembelajaran. Untuk lolos ke Pekan Ilmiah Nasional XII Semarang, harus melalui seleksi regional wilayah. Bidang Ilmu Pendidikan 6 sampai 9 Juni di UNJ. Lalu, bidang IPA dilaksanakan 9 hingga 11 Juni 2008 di Universitas Andalas. Sementara itu, untuk bidang IPS seleksi wilayah regional A terdiri dari perguruan tinggi yang ada di Sumatera, DKI dan Banten. Reza, Tengku, Astri bersama UngEDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 19
gul berangkat ke Pekanbaru bersaing dengan 24 perwakilan perguruan tinggi. Sebab, Universitas Riau menjadi tuan rumah KKTM bidang IPS regional A. “Riau itu panas,” keluh Reza. Spanduk nuansa hitam dengan balutan tulisan putih dan oranye. Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPS Wilayah Regional A (Sumatera, DKI Jaya, Banten). Dengan tema Bangkitkan Daya Saing Bangsa Berbasis Keunggulan Lokal. Di sebuah ruangan Hotel Mona Plaza pada 28 sampai 30 Mei 2008. Hotel bercat hijau ini tepat di seberang kampus UNRI Bina Widya Panam. Indra Purnama Tanjung pernah menulis informasi pagelaran KKTM di blog pribadinya. Ia juga menjadi peserta bidang IPA yang berlaga di Unand. “Mohon maaf tidak bisa bantu banyak,” katanya dari Jepang melalui aplikasi pesan Facebook. Ia tidak ingat detail perlombaan 10 tahun yang lalu itu. Begitu juga ketiga penulis yang mengikuti perlombaan di UNRI. Ingatan mereka terbatas. Tidak ada catatan selama berada di bumi lancang kuning. Astri pun menerka hotel yang tepat di depan UNRI. “Semua peserta nginap di situ. Saya satu kamar dari Jambi.” Seingatnya, peserta mengumpulkan bahan presentasi dan penggandaan karya tulis ke panitia. Setelah nomor urut dipanggil, tim yang beranggotakan tiga orang bagi tugas. Ada yang presentasi, mencatat tanggapan dewan juri dan operator laptop. Sebanyak tiga orang didapuk menjadi dewan juri. Astri tidak ingat siapa saja yang menjadi juri mereka. Namun, Reza hanya ingat dari Dikti, tuan rumah dan akademisi. “Agak lupa lagi saya.” Seleksi dua hari itu hasilkan pemenang. Tim UNRI meraih juara dua dan lolos ke Pimnas bersama Universitas Indonesia dan Universitas Negeri Medan. Masing-masing juara satu dan tiga. Tim Reza hanya meraih posisi empat. Tidak lolos ke Pimnas. Selama perlombaan, ketiga penulis tak meyakini dengar nama Syafri Harto. Reza mengaku dapat sertifikat dari lomba KKTM. Satu setengah jam usai wawancara via telepon, sebuah pesan gambar masuk ke WhatsApp. Reza mengirim foto sertifikat 20 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
tertanda tangan Syafri Harto sebagai ketua panitia dan Ashalluddin Jalil Rektor UNRI kala itu. Syafri Harto mengingat nama Meylina Astri dan karya tulis tersebut saat UNRI tuan rumah KKTM. “Bapak ambil yang ini hakikat model kampung wisata,” kata Syafri pada Suryadi dan Jeffri di Cafe Antica setahun yang lalu 17 April, saat konfirmasi pertama kali di Cafe Antica, Jalan Ronggo Warsito Pekanbaru Tulisan pertama mengenai kasus ini telah terbit di Bahanamahasiswa. co dengan judul Penelitian Syafri Harto Mirip dengan Karya Tulis Mantan Mahasiswa UNJ. Penjelasan selanjutnya, Syafri mendapat karya tulis dari pertemuan dengan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi UNJ melalui forum wakil dekan III. “Edi namanya.” Begitu jumpa, Syafri menyampaikan niatnya meneliti tentang Mokatabu. “Oh iya iya,” sahut Edi. Edi meminta stafnya menggandakan karya tulis dan menyerahkan pada Syafri pada hari yang sama. Tak hanya itu, beberapa karya tulis diberikan seperti konsep pengembangan Ekowisata dan Agrowisata. Syafri mengatakan telah menelepon Meylina Astri untuk minta izin memakai karya tulis. Namun, Astri mengaku tak pernah ditelepon oleh Syafri
Harto. Nama Wakil Dekan III FE UNJ yang disebut Syafri Harto terdapat perbedaan. Henry Eryanto yang menjabat sampai pertengahan 2013. Periode selanjutnya yaitu Yasser Arafat dengan Dekan Dedi Purwana. Ia menjabat sampai sekarang. Tidak pernah ada nama Wakil Dekan III Edi. Henry Eryanto keluar dari pintu lift lantai 6 Gedung . Di depannya, beberapa mahasiswa menanti untuk bimbingan skripsi di ruang Program Pengembangan Eksekutif UNJ. Tak lama Henry membimbing mahasiswa. Ia mengajak saya ke ruang dosen yang masih satu lurusan dengan kerumunan mahasiswa. Meja Henry berada di sudut kanan ruang dosen Magister Ekonomi.Tumpukan buku memenuhi seperempat mejanya. Secara detail Henry jelaskan sejak 2005 hingga bulan Mei 2013 ia menjabat Wakil Dekan III FE dua periode. Sekitar 2013 akhir sempat jadi sekretaris Lembaga Pengembangan dan Pendidikan. Henry selanjutnya meninggalkan ibukota. Melalui rapat pimpinan, mayoritas rekomendasikan Henry menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Raja Ali Haji sejak Oktober 2014 sampai 2016. “Saya tidak pernah di kontak Syafri Harto. Baik by phone, surat, ter-
1. Reza Taofik, salah seorang tim penulis mahasiswa UNJ. Foto: Eko BM 2. Henry Eryanto, Wakil Dekan III, saat karya tulis Reza dan kawan-kawan dibuat. Foto: Eko BM
tulis, apalagi tatap muka. Tak pernah saya ketemu beliau,” kata Henry. Ia juga membantah jika benar ada pertemuan Forum Wakil Dekan III menurutnya harus sesama bidang sejenis. Contoh Wakil Dekan III FISIP dengan FISIP. “Kecuali Wakil Rektor itu kan menyeluruh tingkat universitas.” CIVITAS AKADEMIKA FISIP taja Seminar Nasional bertajuk Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial dalam Upaya Membangun Karakter Bangsa pada 9 November 2013. Kegiatan ini sekaligus peresmian gedung Pascasarjana FISIP. Seminar nasional tersebut berawal dari hasil penelitian dosen FISIP selama setahun yang kemudian diseminarkan. Seluruh penelitian dosen dibukukan dalam bentuk prosiding. Dalam prosiding ini hanya ringkasan hasil penelitian sebagai pengantar untuk seminar nasional. Usman Tang, kala itu masih menjabat Kepala LPPM jadi keynote speaker. Ia menjelaskan jenis sumber dana dan topik penelitian yang didanai di Indonesia. Karya tulis Syafri Harto juga masuk prosiding seminar nasional. Dari 829 halaman, miliknya berada di bab empat halaman 497. Selain dicetak dalam bentuk buku, karya tulis ini pun dipublikasikan di repository
UNRI tertanggal 20 Mei 2014. Menurut Pasal 1 ayat 1 Permendiknas No.17 tahun 2010 plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah milik orang lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyertakan sumber secara tepat dan memadai. Tindakan Syafri Harto tidak mengutip secara memadai. Dari mulai abstrak sampai dengan masuk pembahasan tidak ada muncul tanda mengutip dan di daftar pustaka nihil sumber pengutipan yang terkait dengan milik mahasiswa UNJ. Abstrak milik Syafri Harto sama dengan mahasiswa UNJ. Ia mengganti objek dari “..perkampungan budaya betawi Setu Babakan, tempat kami melakukan observasi” menjadi “..perkampungan budaya Candi Muara Takus, tempat kami melakukan observasi.” Abstrak juga tak ditulis secara utuh, ada tiga paragraf lagi yang tidak dimasukkan dalam miliknya. Kesalahan fatal berikutnya saat Syafri Harto paparkan data. Berada di pendahuluan, karya tulis mahasiswa UNJ mengambil data dari Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta. Ia juga ambil dari seminar bertemakan
Potensi Ekonomi Pelestarian Kawasan dan Bangunan Tempo Doelo di Jakarta 2000. Syafri hanya mengganti jadi Dinas Pariwisata Provinsi Riau dan seminar itu ia rubah menjadi Potensi Ekonomi Pelestarian Kawasan Wisata di Pekanbaru 2000. Berikutnya pada tinjauan pustaka, hampir seluruh catatan kaki yang ada di karya tulis mahasiswa UNJ berubah cara pengutipan dimilik Syafri. Misalnya catatan kaki ke-6 mahasiswa UNJ, Koenjaraningrat, 1992. Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat, Hal :61 berada di bawah halaman. Syafri Harto langsung memasukkannya di paragraf dan hanya membuat (Koenjaraningrat : 1992). Seolah-olah mengutip langsung dari buku tersebut. Tidak ada satu pun mencantumkan kembali sumber pengutipan di daftar pustaka Syafri. Padahal ia memasukkan sekitar 48 sumber di daftar pustaka. Syafri mengakui, tidak adanya sumber pengutipan dari karya tulis mahasiswa UNJ adalah kesalahan saat pengetikan. Ia dibantu seseorang dalam menulis untuk dipublikasikan di prosiding dan repository. Namun, tak mau menyebut siapa yang membantunya. “Saya yang tanggung jawab pak,” kata Usman meniru jawaban Syafri saat pemeriksaan.#
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 21
Kampus Universitas Negeri Jakarta Foto: http://globalindo.co/menristek-dikti-pecat-rektor-universitas-negeri-jakarta/
Mencari Siti Maryam Rambe Hingga ke Jakarta Berganti-ganti identitas demi mengirim bukti plagiat karya tulis. Mulai dari nama, status dan alamat. Dari Pekanbaru hingga Jakarta, kru Bahana mencarinya. Oleh Eko Permadi
A
DA TIGA SURAT yang berhasil saya himpun dengan isi hampir sama kurun 2017. Pertama kali dengan tujuan Meylina Astri pada awal Februari. Sebulan kemudian ke Kantor Redaksi Bahana. Terakhir ke Dosen Pembimbing ketiga penulis sekitar September. Semuanya dengan identitas berbeda. Satu lembar surat yang berisi tujuan Meylina Astri, Reza Taofik dan Tengku Andyka tertanggal Pekanbaru, 10 Februari 2017. Identitas pengirim terbatas hanya ada alamat, nama Siti Maryam Rambe dan potongan kata ‘saya mahasiswi yang 22 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
ketika...’. Isi suratnya saat menyusun proposal untuk PKM 2016 menemukan kemiripan antara karya tulis Syafri Harto dengan milik ketiga penulis. Ia meyakini Syafri Harto menjiplak hampir semua tulisan. “Silahkan kakak buka google dan memasukkan judul...” Di akhir paragraf, pengirim berharap ketiga penulis mau mengungkapkan kebenaran untuk meningkatkan kapasitas dosen yang bermartabat dan semakin baik. Setiap kali mengirim surat, ia menyertakan dua buah karya tulis
sebagai bukti plagiat. Kecuali kepada Bahana, hanya karya penulis mahasiswa UNJ dan selembar surat. Petunjuk lain tertera di amplop coklat yang biasa dipakai untuk mengirim surat. Di atas kiri amplop, Siti Maryam Rambe menyertakan alamat Jl. Rawasari IX no.10 Jakarta Pusat. Di kanan bawah, tujuan surat : Kepada yth kak Meylina Astri, Reza Taufik dan Tengku Andyka. Alamat rumah saat Astri masih kuliah : Jl. Impor I/D7, Rt 09/RW 010, Kel.Pegangsaan II, Kec. Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tak hanya itu, ia juga menyematkan nomor Astri yang lama sesuai dengan karya tulis 085692290991. Saya mencoba mencari tahu alamat pengirim. Jalan Rawasari Barat IX berada di kelurahan Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Timur. Daerah ini berada dalam RT10 RW1. Saya berjalan dari Jl. Rawasari Barat I. Jalan ini tidak terlalu luas untuk dua jalur mobil. Deretan rumah warga terbuat dari papan. Kecil-kecil dan berdempet. Mulai angka belasan. Tidak ada nomor 10 seperti alamat pengirim Siti Maryam Rambe. Paling kecil nomor 12. Belok ke kiri, sebuah rumah makan Padang no.10. Jelang siang, masih tutup. Saya memanggil pemilik rumah namun tidak ada yang menya-
Laporan Utama hut. Penjual warung kecil sebelah kiri rumah makan mengatakan rumah tersebut tidak lagi masuk Jalan Rawasari Barat IX. Ia menunjuk pos ronda di seberang jalan. “Coba tanya sama mereka.” Enam orang duduk di pos ronda yang terbuat dari bambu. Atapnya masih dari daun kelapa sawit. Pohon rindang melindungi pos dari terpaan sinar matahari siang. Penjelasannya juga sama. Jalan Rawasari Barat IX lurus terus. Bukannya belok kiri. “Rawasari IX lurus terus. Mentok di SMP,” kata pemuda berbaju biru. Mereka juga tidak tahu nomor rumah 10 termasuk nama Siti Maryam Rambe. Panjang jalan Rawasari Barat IX sekitar 400 meter. Setengah perjalanan, bentuk rumah sudah terbuat dari beton. Bertingkat. Hampir setiap rumah memiliki pagar besi. Nomor rumah pun berubah hingga ratusan. Indra, ketua RT setempat mengarahkan ke perumahan yang sempit. “Deretan rumah yang ada tanah kosong,” kata Indra yang sedang duduk di teras rumah. Badannya kekar. Berbagai jenis alat gym memenuhi teras rumah. Ia tidak tahu warga bernama Siti Maryam Rambe. Namun, sesuai petunjuk ketua RT tadi dibantah oleh dua ibu-ibu yang berbincang di beranda rumah. “Ini Rawasari 10. Beda,” katanya. Kawasan ini pun memiliki Ruang Publik Terbuka Ramah Anak atau RPTRA Beringin. Anak-anak berbaju putih merah bermain seluncuran dan ayunan sambil diawasi orang tua. Jalan ini berakhir di Jalan Rawasari Timur. Seberang jalan ada SMP Negeri 47. Pencarian Siti Maryam Rambe tak berbuah hasil. MAP COKLAT berisi kiriman Siti Maryam Rambe juga menuju Kantor Redaksi Bahana. Saya pertama kali menemukan di bawah pintu, sore hari usai pulang dari kampus UNRI Panam, Selasa, 11 April tahun lalu. Siti Maryam Rambe dalam isi surat mengatakan sebagai mahasiswi UNJ. Tertanggal Jakarta, 27 Maret 2017. Isinya hampir sama dengan yang ditujukan pada Meylina Astri. Paragraf terakhir, ia berharap Bahana Mahasiswa mampu sebagai alat kontrol peraturan. Tembusan surat ke Menristekdikti dan Polda Riau. Melalui petunjuk ini, saya mencari
tahu Siti Maryam Rambe ke kampus UNJ. Awal Januari lalu terbang dari Pekanbaru menuju Jakarta. Pertama, saya mengunjungi Fakultas Ekonomi. Lantaran, Siti mengaku dalam surat—‘senior saya dan alumni UNJ’—menjelaskan hubungannya ketiga penulis. Widoyo, Kasubbag Akademik menerima saya di ruangan pelayanan akademis dan kemahasiswaan. “Kami tidak mengurusi hal ini,” katanya. Saya meminta mencari nama Siti Maryam Rambe di data mahasiswa. Fery staff akademik mengetik namanya di komputer. Beberapa detik hasilnya keluar. Tidak ada nama Siti Maryam Rambe di database UNJ. Tak puas dengan hasil tersebut saya kemudian mencari di bagian akademik universitas. Gedung biro akademik berada di sebelah Rektorat UNJ. Di bagi loket tiap fakultas untuk urusan administrasi. Misalnya mengurus KTM hilang, transkrip, izin penelitian dan lain-lain. Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan dan Humas UNJ, Woro Suswoyo sedang rapat saat saya mendatangi ruangannya. Masih satu ruangan dengan pegawai yang lain. Sembari menunggu, setelah perkenalan saya meminta bantuan Bayu, staff akademik mencari nama Siti Maryam Rambe. Ia mengetik Siti Maryam Rambe di aplikasi data mahasiswa. Dengan perintah pencarian Mysql—biasa untuk pemograman database. Hasilnya tidak ada. Bayu menjelaskan sistem ini menampung seluruh data mahasiswa UNJ. Selain mahasiswa aktif juga yang telah lulus. Saya meminta menukar kata kunci. Kali ini dengan nama ‘Siti Maryam’ saja. Data yang muncul ada tiga mahasiswa dengan nama Siti Maryam. Pertama jurusan Pendidikan Luar Biasa angkatan 2017. Dalam isi surat, Siti Maryam Rambe mengatakan mengurus proposal PKM pada 2016. Kedua, Pendidikan Bahasa Perancis angkatan 2011. Menurut data PDDikti masih aktif kuliah. Ketiga dengan nama Siti Maryam jurusan Tata Niaga angkatan 2012. Sama dengan jurusan ketiga penulis. Namun, data yang tertera ia telah wisuda 6 September 2016. Berdasarkan Pangkalan Data Dikti dari laman forlap.dikti.go.id, pencar-
ian nama Siti Maryam Rambe nihil. Tetapi dengan nama Siti Maryam saja ada 21 data yang keluar. Misalnya Ade Siti Maryam, Elni Siti Maryam, Siti Maryam Solihat, Siti Maryam Rahmani, Siti Maryam Jamilah. Kebanyakan sudah lulus kuliah. Woro meminta saya melengkapi keterangan data yang akan dicari. Seperti Nomor Register, jurusan dan lain-lain yang lebih rinci agar dapat memproses permintaan saya. Saya menjelaskan data yang ada hanya mahasiswi UNJ dan hanya meminta bantuan mencari nama tersebut. “Tolong dilengkapi datanya,” kata Woro dengan nada meninggi. “Kami hanya punya surat ini bu,” “Kalau memang ada datanya belum tentu itu orangnya,” “Tugas saya lagi mencari orang tersebut bu.” Penjelasannya tidak berbuah hasil. Data mahasiswi UNJ bernama Siti Maryam Rambe tidak ada. Pencarian pengirim surat pun berakhir dengan identitas : saya mahasiswi UNJ Jakarta yang ketika menyusun proposal untuk kegiatan PKM 2016. Petunjuk baru yaitu kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa. Saya menemui Hana. Ia Staff Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Pusat Layanan Pengembangan Kemahasiswaan. Hana berkantor di lantai dasar gedung Rektorat UNJ. Ruangannya berada diantara Humas UNJ dan WR III. Hana memiliki data Program Kreativitas Mahasiswa. Mahasiswa yang hendak mengikuti PKM datanya diunggah ke Sistem Informasi Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti. Data yang tersedia sejak tahun 2016. Sebab, sebelumnya data diunggah ke Simlitabmas. Sekarang website ini tidak bisa diakses untuk mencari nama mahasiswa. Hanya dosen saja setelah dipindah ke Simbelmawa. “Saya ga pernah denger nama Siti Maryam Rambe,” kata Hana. Hana mencari Siti Maryam Rambe di Daftar Usulan PKM. Pencariannya berdasarkan nama, angkatan dan bidang PKM. Ia mencoba satu-satu. Misalnya Siti Maryam, angkatan 2015 dengan bidang PKM P. Tidak ada. Begitu seterusnya.Tetapi tidak ada keluar nama Siti Maryam Rambe. Hanya ada usulan dari nama Siti Maryam jurusan pendidikan Sejarah. EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 23
Ketiga surat dengan nama dan tujuan berbeda. Foto: Dok Bahana
Ia angkatan 2011. Selain itu tidak ada nama yang mirip dengan Siti Maryam. “Kemungkinan dia sudah lulus,” lanjutnya. “Lebih lengkap di BAAK.” HENRY ERYANTO bandingkan surat yang diterimanya dengan yang saya bawa. Henri adalah Wakil Dekan III saat tim penulis ikut lomba KKTM. “Kalau disini kan mengaku Rahmawaty Rambah. Kalau surat ke Bahana kan Siti Maryam Rambe. Ini mana yang betul loh.” Surat yang ditujukan ke Dosen Pembimbing ketiga penulis, Unggul Purwohedi tertanggal Pekanbaru, 13 September 2017. Ia mengaku sebagai
24 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
mahasiswi FKIP Universitas Riau Pekanbaru. Setelah pulang dari Jakarta, saya meminta bantuan kru Bahana, Wilingga menelusurinya di UNRI. Pencarian dimulai dari dekanat FKIP. Wilingga mendatangi ruang bagian akademis. Seorang staff sedang duduk didepan layar komputer sambil menyilangkan kakinya. Usai berkenalan dan menyampaikan tujuan, Ia masuk ke sistem portal UNRI. Mulai mengetik nama di keyboard komputer. Kata kunci pertama ‘Rambah’ tidak ada hasil ditemukan. Kemudian, Wilingga memintanya untuk mencari dengan nama lengkap
‘Rahmawaty Rambah’. Tetap saja, layar komputer menyebut hasil tidak ditemukan. Ia tak banyak bicara, mencoba kata kunci lain ‘Rahmawaty’, banyak yang muncul. Namun tidak ada yang menyebutkan Rambah. “Tidak ada yang bernama Rahmawaty Rambah di fakultas ini,” katanya mencoba meyakinkan. Pencarian di FKIP UNRI tidak membuahkan hasil. Petunjuk lain yaitu Meylina Astri mencari nama Siti Maryam Rambe di mesin pencarian google usai menerima surat kiriman. Ia menemukan sebuah tulisan profil Syafri Harto di sebuah blog. “Jadi di bawahnya itu nama Siti Maryam tapi ga pakai Rambe,” terangnya. Saya mencari kembali tulisan itu. Blog tersebut milik Tabloid Tekad Ilmu Komunikasi FISIP UNRI. Siti Maryam menulis tentang profil Syafri Harto. Mulai dari identitas, keluarga, pendidikan dan jabatan. Siti Maryam pernah menjabat Pemimpin Perusahaan dan telah wisuda Februari 2018 lalu. Wilingga mencari nomor telepon dan alamat Siti Maryam melalui teman-teman dekatnya. Wilingga menghubungi Siti Maryam, memulai percakapan mengenai kasus dugaan plagiat. Ia merespon sibuk kerja. Kemudian, permintaan wawancara kedua pada malam hari agar tak mengganggu jam kerjanya. Ia tetap menolak. Ia katakan tidak punya waktu untuk wawancara. Esok harinya, saya kirim pesan singkat via Whatsapp lengkap dengan link berita Bahana pertama kali. Ia tetap menolak. Dalam balasan pesan singkat itu, ia sampaikan pembahasan tersebut terlalu berat dan menolak untuk diajak bertemu lagi.#Wilingga
Dua Narasumber Penting Tak Terkonfirmasi
R
ektor Aras Mulyadi dan Syafri Harto tidak dapat dimintai keterangan dalam laporan utama ini. Sejak bulan April hingga Mei, Rektor Aras Mulyadi tidak ada waktu untuk wawancara sebab punya agenda yang padat. Mulai dari Sidang Pleno ke-14 Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada 18 hingga 20 April kemudian Kontes Robot Indonesia Regional I Sumatera. UNRI menjadi tuan rumah dari tanggal 26 hingga 28 April. Begitu juga ketika memasuki bulan Mei, Rektor memimpin Sidang Senat Terbuka Wisuda UNRI periode kedua tahun ini. Seperti misalnya saat kedatangan tamu dari Lembaga Pertahanan Nasional pada 11 April lalu, Rektor yang hari itu juga baru tiba dari Jakarta. Usai mengantarkan pimpinan Lemhanas ke depan gedung rektorat ia menolak wawancara. “Besok lah ya baru mendarat,” katanya sambil masuk ruangan. Esok hari sesuai janji, Habib—staff Rektor mengabari kalau Aras sudah berangkat lagi ke Jakarta. Meski begitu, usaha untuk verikasi yaitu belum ada surat masuk dari Kementerian ke Rektorat terkait hasil pemeriksaan tim. Rektor belum berkomentar apapun mengenai masalah ini.
Di kesempatan yang sama, Syafri Harto juga hadir pada lawatan Lemhanas ke UNRI. Sambil menuruni tangga, ia menolak wawancara. Syafri beralasan tidak ada waktu. “Itu waktu demo kemarin ada yang ungkit-ungkit,” katanya. “Masalahnya sudah selesai.” Demo yang dimaksud adalah sepanjang bulan Maret dan April lalu tahun lalu, beberapa mahasiswa FISIP meminta Syafri Harto mundur dari Dekan FISIP. Isu utamanya tidak transparan dalam pengelolaan anggaran. Bisa disimak di website Bahanamahasiswa.co. Kru Bahana, Eko dan Rizky mencoba menemui kembali di ruangannya, lantai dua Dekanat FISIP. Saat itu, Syafri bersama seseorang hendak pergi menaiki mobil. “Kami butuh konfirmasi bapak agar tulisan berimbang,” kata Rizky. “Nggak ada. Nggak ada. No comment!” “Kalau tulisan ini terbit bagaimana pak?” “Iya biar aja apa kata orang.”
Ilustrasi: Freepik.com/college-studets
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 25
Para pekerja, oleh Ambar Alyanada (Canon EOS 1200D, f/7.1, 1/125, ISO 100, FL 55m) 26 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 27
Bedah Buku
Koran Kami With Lucy in the sky
Judul : Koran Kami With Lucy In The Sky Penulis : Bre Redana Halaman: 200 lembar Terbit: 2017 Penerbit: KPG 28 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Buku Koran Kami With Lucy In The Sky. Foto: Dok Bahana
“Kau tau Bre Redana?” “Tau bang, yang pernah nulis Inikah Senjakala Kami. Kenapa?” “Dia baru nerbitkan buku. Koran kami with apa gitu judulnya, coba kau cari.” “Ya.” Begitulah cerita kami suatu sore di sekretariat Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Suryadi, Pemimpin Umum Bahana kala itu beri ide untuk mencari buku tersebut. Malam harinya saya menuju Gramedia untuk mencari buku yang dimaksud. Buku yang diluncurkan pada 29 November 2017 silam bercerita tentang seorang wartawan senior di ujung masa baktinya pada perusahaan pers. Alih – alih menikmati masa pensiun dengan tenang, ia malah terlibat untuk membuat media cetak yang sebenarnya sulit bersaing dengan media daring. Santosa Santiana kerap disapa SS telah mengabdi sebagai wartawan selama 35 tahun. Ia kemudian diajak Nindityo, salah seorang sahabatnya yang juga anak dari pemilik media tempat ia bekerja membuat koran. Cukup aneh, fikir SS mengingat industri koran sudah terdesak dengan kemajuan zaman. Namun ia menerima tawaran. Beberapa teman sejawatnya yang uzur dimakan zaman ikut masuk. Sebagian besar mereka pernah menjadi wartawan seangkatan SS, sebagian lain adalah pemuda masa kini yang ikut membantu . Salah seorang yang menjadi sorotan di buku ini ialah Lucy, Lucy in The Sky sebutan SS kepadanya. Perempuan pintar nan cantik, hasil produk masa kini. Lucy gemar membaca dan berdiskusi, ia juga mengagumi tulilsan SS. Lucy kemudian diajak Nindityo bergabung. Setelah melalui perjalanan cukup alot, akhirnya Nindityo berhasil mewujudkan idenya. Wartawan senior berkumpul, penulis muda bergabung, lantai dua kantor Nindityo jadi tempat media. Nama media disepakati, Koran Kami. Wajah koran juga telah ditentukan. Mereka kemudian berbincang mengenai tujuan dan dasar dari Koran Kami. Mirip penentuan visi misi—Diksi yang tak terlalu disukai SS. Beberapa kali diskusi, akhirnya mereka sepakat langsung cetak koran. Rapat proyeksi dilakukan, mereka tentukan tema dari koran terbitan awal. SS beri saran agar cetakan koran pertama berbentuk dummy— contoh awal— namun tetap dikerjakan dengan serius. Tema dari edisi awal tersebut tentang memori. SS yang mengusulkan, menurutnya memori merupakan hal yang perlu dirawat. Masa kini, intelektualitas telah ditumpas dengan distruksi memori. “Kita masuk pada era pasca kebenaran, dimana tradisi disinformasi yang memercayai apa saja kecuali kebenaran semakin marak,” jelas SS. Lanjut SS cerita bahwa koran ini menulis tentang apa saja, topiknya bebas, namun bentuknya tetaplah memori. SS beri usul menulis tentang sinema, Hardoyo rekannya setuju dan beri usul menulis 100 film terbaik dalam sejarah Indonesia. Mereka sepakat, film yang diputar akan dipilih dan sepakati tim Koran Kami secara bersama. Ada dua sesi dalam edisi perdana ini. Sesi pertama bercerita tentang 100 film, sesi kedua berisi profil tokoh, artikel, diskusi dan sebagainya. Perbincangan kemudian berlanjut ke bagian yang lebih rinci. Tiap orang mendapat tugas masing-masing.
Usai wawancara sana-sini, riset, memutar film dan segala macam kegiatan jurnalistik dilaksanakan. Dummy Koran Kami pun terbit. Mereka memastikan ukurannya pas dibaca. Terbitan awal Koran Kami kemudian dibagi ke berbagai kalangan untuk meminta masukan. Pengusaha, dosen, mahasiswa, seniman, pemerintah, penggiat film dan sebagainya. Dummy ini bahkan hendak dicetak ulang karena adanya permintaan khusus dari penyelenggara festival film. Mereka puas. Rapat evaluasi koran kemudian dilakukan. Mereka kemudian persiapkan edisi kedua. Usai bahas film, edisi selanjutnya hendak bahas tentang buku yang dibalut dalam nasionalisme. Seluruh anggota sepakat. Hanya sampai sini pergumulan mereka membahas koran, selebihnya hanyalah mengenang masa lalu SS. Entah berapa kali SS mengenang dan mengenang dalam buku ini. Alur cerita dalam buku ini maju mundur. Dimulai dari SS yang hendak pensiun, Nindityo yang berusaha mengumpulkan wartawan tua, pergumulan mereka dalam membentuk wajah koran, idealisme mereka dan cerita masa lalu para wartawan. Namun yang paling banyak cerita tentang SS. Ada banyak hal dikisahkan, tentang temannya yang meliput perang, suka duka mereka mencari berita, bagaimana suasana redaksi media zaman dulu dan perbandingannya dengan masa kini, tentang istrinya Vera atau disapa Ve. Juga tentang sedikit bumbu romansa diantara SS dan Lucy. Oleh karenanya kita diajak mengikuti jalan pikiran SS dan ikut bernostalgi dalam proyek korannya. Kenapa nostalgia? Karena proyek membuat koran kami dalam buku ini adalah proyek mengingat masa lalu. Di dalamnya tergaung nilai nilai jurnalisme murni, idealisme wartawan dulu. Dunia jurnalisme yang tidak diberi embel embel perubahan digital. SS mengenang bagaimana kerja wartawan pada masanya. Orang paling senang bicara masa lalu: dulu, naliko semono dan frasa sejenis. Masa lalu secara subjektif dikunyah-kunyah, manis, enak seperti permen karet. Sampai kekuasaan diktator pun ada yang mengenang: enak jamanku tho. Begitu yang termaktub pada bagian awal buku ini. Mengingatkan untuk awas terhadap kenangan tempo dulu. Namun sebagian besar isi buku ini malah mengenang masa itu. Saya kemudian teringat akan tulisan Bre Redana berjudul Inikah Senjakala Kami. Membaca buku ini seperti mengikuti jalan pikiran SS yang seakan tak rela dunia jurnalistik tergerus ombak digital. Dan kemungkinan SS di buku ini adalah Bre Redana sendiri. Diluar dari itu, buku ini menarik untuk dibaca. Didalamnya tertuang geliat dan gairah wartawan dulu dalam menggaungkan idealisme mereka. Serta kecemasan mereka terhadap derasnya arus media baru ini. Proyek koran kami ini layaknya proyek yang ingin mengontrol modernisasi dan membahanakan gagasan jurnalisme murni. Akhir kata, selamat menikmati buku ini. #Rizky Ramadhan
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 29
sempena
Arif, Pertanian, dan Korea Selatan Arif, mahasiswa Fakultas Pertanian berkesempatan sambangi Korea Selatan dalam acara student change maker summit 2017. Ia bersama puluhan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia dapatkan pengalaman baru disana. Oleh Ambar Alyanada
S
EORANG PRIA berdiri di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan. Ia diperiksa dengan berbagai macam pemeriksaan, dari pengecekan surat hingga barang bawaan. Rasa gugup menjalar kala melihat layar pengumuman hingga palang penunjuk arah bertuliskan aksara yang tak ia pahami sama sekali, aksara Korea. Usai pemeriksaan ia berjalan menuju ke ruang kedatangan. Suasana bising, banyak orang lalu lalang di bandara tersebut. Sesampainya di ruang kedatangan, ia disambut panitia acara bersama delegasi yang lebih dulu sampai. Mereka yang lebih dulu sampai menginap di bandara karena panitia hanya melakukan penjemputan satu kali. Haswandi Arif, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau adalah satu dari beberapa mahasiswa Indonesia yang berkesempatan kunjungi Korea Selatan. Ia ikuti Student Change Maker Summit 2017, program milik Lembaga Swadaya Masyarakat Youcan yang berbasis di Indonesia. Youcan bertujuan untuk memberdayakan kaum muda yang berkomitmen dan berfikiran terbuka untuk berkontribusi bagi bangsa dan lingkungan. Setelah semua berkumpul, mereka kemudian berangkat dengan bus menuju Seoul. Perjalanan yang jauh membuat para delegasi memilih tidur daripada menkmati pejalanan. Arif pun begitu. Perjalanan jauh dari Pekanbaru ke Korea Selatan ditempuh delapan jam. Dari Bandara Sultan Syarif Kasim II ia berangkat dan transit di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia. Setengah jam, baru kemudian berangkat lagi ke Bandara Internasional Incheon. Arif dan delegasi lain tiba di Seoul. Mereka dibawa ke hotel. Di hotel, panitia menyebutkan nama peserta dan
30 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
nomor kamar. Arif satu kamar dengan dua delegasi lain dari Universitas Negeri Padang. Tak banyak yang ia bicarakan dengan teman sekamarnya hari itu. Ketiganya memilih istirahat dan tertidur usai membereskan semua barang bawaan. ARIF, anak terakhir dari tiga bersaudara itu tak menyangka dirinya terpilih dalam lomba internasional tersebut. Sebelumnya ia banyak ikuti dan juara dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat kota atau provinsi. Arif kemudian gigih mencari lomba tingkat internasional, namun ia sempat menyerah karena tak ada pengumuman program yang ia dapat. Sekira dua tiga bulan kemudian ponselnya berdering. Pesan singkat dari sebuah akun resmi di aplikasi gawainya muncul. Informasi mengenai program ke luar negeri. “Saya klik saja terus saya baca informasinya, akhirnya saya beranikan diri ikut,” kenang Arif. Awalnya Arif mengisi formulir pendaftaran secara daring. Ia isi biodata hingga memasukkan berkas data diri. Setelah menunggu beberapa hari, ia dinyatakan diterima. “Saya lihat pemberitahuan melalui e-mail.” Tahap selanjutnya, Arif diminta mengirim proposal gagasan. Ia mengirim proposal yang membahas manajemen pembukaan lahan pertanian baru. Proposalnya lantas diterima dan ia diminta mengirim tulisan karya ilmiahnya. Tulisan ini jelaskan cara buka lahan selain dibakar. Baginya, membakar lahan ini menimbulkan masalah lain. “Memang diperbolehkan dalam aturan, tapi dengan luas lahan yang juga
ditentukan.” Ia menuliskan, pembukaan lahan tanpa bakar dilakukan dengan dua tahap yaitu penebangan dan penumpukkan. Setelah penebangan, dilakukan penumpukan. Penumpukan ini bertujuan untuk hindari pertumbuhan tunas akibat pencabutan tunggul yang tidak sempurna. Keuntungan lain ialah cara ini memberikan tambahan volume bahan organik di lahan tersebut. Gagasan tertulis tersebut ia kirimkan ke panitia program. Tak lama, sebuah pesan balasan masuk. Isinya menyatakan Arif lulus dan diterima mengikuti program pertemuan pemuda antar negara Korea Selatan dan Indonesia tersebut. Ia diterima bersama 50 delegasi lain dari universitas di Indonesia. “Setelah lulus, saya mengurus beberapa syarat keberangkatan ke luar negeri termasuk visa.” Tak mudah bagi Arif mengurus v isa.
Pengajuan visa Arif sempat ditolak karena persyataran surat aktif kuliah yang ia lampirkan salah. Ia kira surat aktif kuliah biasa, ternyata harus gunakan Bahasa Inggris juga. Ketika ia rubah, tetap saja ditolak. “Ada hal lain yang saya tidak ketahui alasannya, kemudian saya coba hubungi pihak Youcan Indonesia. Akhirnya masalah selesai.” Arif kemudian urus masalah dana. Ia minta bantuan ke pihak kampus. Rektorat dan fakultas kemudian bantu biaya transportasi. Setibanya Arif di Korea Selatan, ia beristirahat di hotel bersama delegasi lain. Keesokan hari, delegasi diajak mengunjungi Seoul National University (SNU) dengan kereta bawah tanah. Untuk menuju stasiun kereta, mereka berjalan kaki dari hotel. “Budaya disini dengan Indonesai terasa berbeda. Kalau disini bepergian cukup dengan jalan kaki, jika jauh gunakan kereta bawah tanah,” kenang Arif. Sesampainya di stasiun, mereka kemudian masuk dengan pembayaran melalui e-money yang diberikan panitia di hotel. Mereka memasuki kereta dan berangkat. 30 menit di perjalanan, kereta kemudian berhenti. Delegasi kembali berjalan menuju Seoul National University. Bangunan besar dan halaman luas terpampang setibanya mereka di tempat tujuan. Arif dan delegasi lain diajak panitia mengelilingi tiap fakultas. Terdapat banyak fakultas dengan tulisan Inggris dan Korea. Sesekali, ada pegawai fakultas datang untuk beri penjelasan bagaimana bahan kuliah dan materi yang diajarkan disana. Mereka berkeliling hingga jelang makan siang. Kemudian diajak ke ruang makan. Sebuah ruang makan yang cukup besar dan
bersih, beberapa meja dan kursi panjang tersusun. “Ada pelayannya juga, saya kira awalnya ini kantin namun tidak terlihat seorangpun mahasiswa disini,” ujar Arif. Delegasi kemudian duduk teratur dan disuguhi makanan khas Korea. Ada hal lucu terjadi, banyak delegasi yang tak sanggup memakan makanan yang diihidangkan. Hal ini karena makanan yang ada dibuat setengah masak, sangat berbeda dengan lidah Orang Indonesia. Salah seorang delegasi dari Universitas Brawijaya hanya memakan sesuap, lalu menyerah. Memilih makan beras merah. “Saya juga gak sanggup, jadinya cuma makan beras merah juga.” Berbeda dengan delegasi wanita yang menyukai kultur Korea. Mereka menghabiskan makanan dengan lahap. Usai makan siang, delegasi diajak ikut menuju sebuah ruangan. Di depan pintu ruangan tertulis Untuk Delegasi. Mereka kemudian masuk. Di dalam, sudah ada dua Mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa ke Korea. Penampilan mereka laiknya Orang Korea, dengan rambut pirang dan Bahasa Korea yang lancar. Di depan, mereka bercerita mengenai tips dan trik bagaimana bisa mendapatkan beasiswa keluar negri. Salah seorang berujar bahwa mental adalah hal utama. “Kalau mental sudah jatuh, sulit untuk maju.” Dua jam mereka habiskan berbincang, tanya jawab seputar tips dan trik tersebut. Usai dari ruangan ini, delegasi diajak menuju Kedutaan Besar Indonesia. Seperti sebelumnya, mereka berangkat dengan kereta bawah tanah. Gedung Kedutaan Besar Indonesia sama seperti perkantoran pada umumnya. Di jaga sekuriti di depan, kemudian berhadapan dengan resepsionis. Baru diarahkan ke ruangan Duta Besar Indonesia. Duta Besar Indonesia menyambut delegasi dengan ramah. Mereka berbincang seputar Warga Negara Indonesia di Korea Selatan. Usai berbincang, delegasi diajak keliling ke salah satu ruangan yang berisi produk Indonesia. Beragam produk dipajang. Ada batik, alat musik hingga makanan khas. Dua jam di Kantor Duta Besar Indonesia, delegasi diajak panitia kembali ke penginapan. Hari ketiga di Korea Selatan, dengan kereta mereka menuju Kantor Pusat Samsung. Ada banyak produk Samsung yang dipamerkan disini. Tak hanya produk, gedung ini juga memiliki ruangan besar untuk bermain. Ada banyak permainan
yang boleh dinikmati gratis, seperti kacamata tiga dimensi dan permainan lainnya. Puas bermain di kantor Samsung, mereka kemudian diajak mengunjungi tempat bersejarah di Korea Selatan. Bangunan kuno terlihat kokoh berdiri, banyak orang gunakan Hanbok—baju tradisional Korea. Hanbok ini bisa disewa. Ketika memasuki istana, delegasi wanita yang menyukai kultur Korea sibuk bercerita tentang istana tersebut. Laiknya pemandu wisata, mereka jelaskan detil bangunan hingga film apa saja yang pernah menjadikan istana tersebut latar ceritanya. “Saya memang bukan pecinta drama Korea, tapi saya suka melihat mereka antusias bercerita,” ujar Arif. Usai berkeliling, delegasi kembali ke Hotel. Hari terakhir sebelum kepulangan, seluruh delegasi menghabiskan waktu di penginapan adakan Focus Group Discussion sekaligus mempresentasikan hasil diskusi. Dilanjutkan acara perpisahan. Setiap peserta membawakan kesenian khas daerahnya masing-masing. Selepas perpisahan barulah delegasi diantar ke bandara untuk kembali ke asalnya. ARIF lahir 26 Maret 22 tahun silam. Ia sekolah di Widya Dharma Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Sejak Sekolah Dasar hinga Sekolah Menengah Atas ia habiskan di sekolah itu. Barulah Arif pindah ke Pekanbaru untuk melanjutkan jengjang pendidikannya di Universitas Riau. Bagi Nita kakak kedua Arif, adiknya adalah siswa yang pintar. Ia sering dapat juara kelas semasa sekolah. “Kebiasaannya sehari-hari sepulang sekolah, kalau gak les ya bantu mamak di kebun.” Arif adalah orang yang gigih, ia mencoba berbagai hal. Terbukti dari beragam prestasi yang ia raih. Arif gigih mengikuti lomba sejak duduk di semester dua. Prestasi pertamanya ialah menang lomba karya tulis di Universitas Negeri Makassar. Tak hanya dalam bidang menulis, ia juga didapuk sebagai mahasiswa berprestasi 2 Fakultas Pertanian. Arif bahkan menjabat sebagai Bupati Himpunan Mahasiswa Agroteknologi UR. Arif cerita banyak kesulitan yang ia dapat ketika hendak berangkat ke Korea. Namun segala kesulitan itu tertutupi kala ia pulang ke Indonesia dan dinobatkan sebagai delegasi terbaik dalam ajang Student Change Maker Summit 2017 itu.#
EDISI MAHASISWA BARU 2018 Haswandi Arif. Foto: Istimewa
BAHANA 31
Cecep Suryadi. Foto: istimewa
Gagal, Coba lagi Belajar dari pengalaman, Cecep persiapkan semaksimal mungkin saat mendaftar menjadi Komisioner Komisi Informasi Publik Oleh Agus Alfinanda
U
SAI SHALAT ISYA di Masjid Al-Muttaqien Panam, 24 April 2017 lalu, Cecep Suryadi tak langsung pulang. Meski sudah malam, ia sempatkan berselancar di gawainya. Ada informasi Seleksi Calon Anggota Komisi Informasi Pusat di kominfo.go.id. Cecep berniat mencoba lowongan kerja itu tapi, pendaftaran ditutup tiga hari lagi. Ia ragu apa bisa menyiapkan semua persyaratan dalam waktu singkat. Tak patah arang, esok hari Cecep mulai lengkapi segala persyaratan. Meski sudah berusaha, dihari terakhir pendaftaran ada satu persyaratan yang belum keluar yaitu Surat Rekomendasi dari Publik/Instansi. Usai sholat Ashar, Cecep temui Yoni Getri, Kepala Dinas Kominfo Riau di kantornya. Surat itu pun ia dapat pernah
32 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
bekerja di Komisi Informasi Daerah Provinsi Riau. Akhirnya, ia unggah seluruh persyaratan di website milik Menteri Komunikasi dan Informatika. Nama Cecep lolos seleksi administrasi. Dari 400-an peserta, 105 nama lolos mengikuti tes tertulis berupa pembuatan makalah. Satu pertanyaan dijawab dua halaman. Sehari itu juga ada 4 sesi, yaitu pembuatan visi misi, makalah seputar pengetahuan umum, makalah tentang pribadi pendaftar dan terakhir pertanyaan pilihan ganda. “Dikasih komputer di gedung Kominfo, kalau di rumah bisalah kita dapat referensi. Waktunya satu jam, online nggak bisa,” kenang Cecep saat ikuti ujian tertulis. Seminggu kemudian diadakan tes psikotes selama dua hari. Hari pertama menguji psikotes individu, hari
kedua wawancara psikotes kelompok. Tim psikologi Universitas Indonesia menguji setiap peserta. Tahapan akhir adalah wawancara dengan Panitia Seleksi (Pansel) sekitar dua jam. Ada 48 peserta yang mengikuti tes ini. Cecep ditanya bergantian oleh Tim pansel yang terdiri dari Mahfud MD, Rhenald Kasali, Freddy Tulung dan perwakilan kementerian. Giliran Cecep, dari kejauhan Freddy Tulung melihatnya jalani tes wawancara. “Anggap aja bukan interview, anggap saja sedang ngobrol,” kata Freddy kala itu. Dalam seleksi ini ditanya seputar dinamika keterbukaan informasi saat ini. Pansel menyebutkan suatu kasus, lalu meminta pandangan dari Cecep. Setelah tes wawancara, Tim Pansel langsung adakan pleno untuk mendapatkan 21 nama yang nantinya akan berhak uji kepatutan dan kelay-
Alumni akan di Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, sebelum diuji oleh DPR, ke21 nama itu dibawa ke Kementerian Kominfo. Lalu ke Sekretariat Negara dan Presiden. Presiden serahkan langsung nama tersebut ke DPR. Saat itu juga ke-21 nama itu diumumkan ke media massa. Nama Cecep masuk lagi. Ia bersyukur diberi kesempatan. Cecep belajar dari tahun sebelumnya saat menjelang uji kelayakan dan kepatutan Komisi Penyiaran Indonesia pusat, ia sempat sakit. Cecep mengatur jadwal persiapan dengan baik. “Saya coba mempersiapkan diri, stamina, kesehatan, ketenangan dan berdoa, itu kuncinya.” Cecep sering jogging, biasanya pada sabtu sore, tiga sampai empat kali keliling stadion utama. “Murah dan dekat dari rumah, sambil ajak anak, kadang jumpa teman disana.” Hari yang ditunggu pun tiba. Cecep paparkan visi misinya dalam 7 menit. Kemudian ditanya oleh para anggota Komisi 1. Ada dua sesi, pertama perwakilan fraksi, kedua sesi bebas. Ada 10 perwakilan fraksi yang bertanya. Satu penanya bisa memberi hingga lima pertanyaan dan waktu yang diberikan maksimal sepuluh menit. “Secara psikologis, tertekan. Ya dianggap mengalir aja.” Pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan dibagi menjadi dua hari. Cecep mendapat giliran di hari pertama. Di hari kedua, sorenya langsung dimumkan pemilihan 7 Komisioner KIP. Saat pemungutan suara, Cecep tak sedang berada di lokasi penghitungan. Ia masih berada di Masjid Baiturrahman komplek DPR. Usai Shalat Maghrib ia Stand by menunggu hasil di sana. “Ada teman yang infokan di dalam.” Ketika tren suaranya mulai naik, ia diberi kabar. Cecep langsung menuju ruang pemilihan. Cecep akhirnya terpilih dengan 48 suara dari 378 anggota DPR. Ia lalu menyalami beberapa anggota DPR. “Terima kasih atas kepercayaannya pak, mohon kerja samanya,” kata Cecep. “Oh, iya nanti kita sinergiskan aja,” jawab Hanafi Rais. Usai pengumuman, Cecep mendapat ucapan selamat dan dukungan dari orang-orang terdekat. “Saya menganggap setahun lalu tidak
terpilih, gagal dan berhasil sama aja, dalam hidup biasa aja, kita menganggap sebagai jalan hidup, kalau kalah di KPI ada kecewa 2-3 hari, tapi harus bangun lagi,” kata Cecep. “Sebuah hal yang membanggakan, bahwa putra Riau dapat mengisi Lembaga Negara di Pusat. Ini jadi pendorong buat anak-anak Riau berkembang di pusat” Kata Zainul Ikhwan. Berhasilnya Cecep Suryadi duduk di salah satu lembaga negara tak lepas dari pengalamannya saat jadi mahasiswa atau berkarir di beberapa instansi. CECEP SURYADI diterima kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Namun, ia bingung. Disaat yang sama, Cecep baru saja mendaftar di Universitas Padjajaran dan Universitas Bengkulu di fakultas yang sama. “Ambil saja, lebih baik pilih yang pasti,” sebut Cecep mengulang perkataan ayahnya Subadri. Memilih jurusan Ilmu Pemerintahan bukan tanpa sebab, Cecep sejak kecil terinspirasi dari kakeknya yang gemar menonton siaran berita di televisi. “Kalau kamu kuliah di Politik, kamu mengerti bagaimana mengatur masyarakat,” suatu ketika kakeknya beri nasihat. Cecep lahir 26 Juni 1978 di Kota Curup, dua jam perjalanan darat dari Kota Bengkulu. Disana ia mengenyam pendidikannya hingga Sekolah Menengah Atas. Pada 1996, Cecep meninggalkan kampung halamannya menuju Pekanbaru bersama ayah dan paman untuk kuliah. Cecep singgah dulu di rumah kakeknya di Jambi. Teringat pesan kakeknya, Cecep mulai gemar baca buku-buku politik. Salah satunya buku yang ditulis Inu Kencana Syafie, Etika Pemerintahan. Bukunya ia baca di Perpustakaan Daerah, Sekolah dan di rumah. Tiba di Pekanbaru, Cecep tinggal di Komplek PHI Jl. Binawidya. Letaknya saat ini diseberang Rumah Sakit UNRI. Di sana, ia berkenalan dengan beberapa senior seperti Elmar Alman dan Muhammad Moralis keduanya dari FKIP. Suatu hari Elmar melihat buku-buku politik milik Cecep. “Kamu baru masuk kok baca buku
kayak gini, referensi dari mana?” “Ini kebetulan saya bawa untuk baca-baca di jalan bang, saya kan kuliah di Sospol.” “Kalau mau tahu banyak tentang politik Cep, masuk organsisasi aja.” Cecep dan Elmar pun berdiskusi tentang kegiatan organisasi masing-masing. “Dia cerita ikut FKPPI dan OSIS saat sekolah, saya ajak gabung HMI. Waktu itu saya Ketua Komisariat FKIP,” kata Elmar. “Kalau mau tahu lebih banyak Cep, kamu harus masuk dulu.” Gayung bersambut, Cecep yang penasaran akhirnya bergabung. Ia sempat ragu karena takut aktif di organisasi membuat nilainya rendah. “Karena ambil PBUD ditarget IPK sekian, kalau gak sampai diberhentikan,0” kenang Cecep. Sekitar tiga bulan kuliah, ia mengikuti Latihan Kader (LK) 1 HMI. Mulai tampak serius, Elmar pun mendorong Cecep untuk mengikuti LK 2 di Bandung saat itu ia masih semester dua Cecep mengikuti LK 2. Di tahun kedua kuliah, Cecep bergabung di Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (HIMIP). Tahun berikutnya, bertepatan dengan saat reformasi, ia dipercaya sebagai wakil ketua Senat Mahasiswa FISIP. Di tahun itu, sistem pemerintahan mahasiswa tingkat Universitas mengalami peralihan, dari Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Pada 1999, disepakati dibentuknya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM). “Pertimbangannya, Unri saat itu mengikuti perkembangan di kampus-kampus lain.” jelas Cecep. Pasca reformasi, diadakan pemilihan Ketua BEM. Cecep didorong maju rekan-rekan dan seniornya untuk maju menjadi Calon Ketua BEM. Ia dianggap cukup dikenal banyak pihak karena aktif bergaul dengan senat fakultas lain dan sering beri saran dan pendapat dalam diskusi-diskusi yang diadakan di kampus. “Harus maju Cep, harus kamu ambil ini, saya orang yang paling pertama mendorong untuk itu,” dorong Elmar. Cecep akhirnya terpilih menjadi Ketua BEM UNRI pertama yang dipilih secara langsung oleh mahasiswa. Bersamaan dengannya, Fuadi Noor dipilih menjadi Ketua BLM pertama. Ia menamatkan sarjananya pada EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 33
2001. Setelah lulus, Cecep aktif di LSM Koalisi Anti Korupsi. LSM ini ia dirikan bersama Rawa El Amady. Mereka sering gagas kajian bertemakan pemberdayaan masyarakat. Tahun 2003 Cecep melanjutkan kuliah di Magister Perencanaan Kebijakan Publik Universitas Indonesia. Di Jakarta, ia sekaligus masuk Pengurus Besar (PB) HMI. Di Pekanbaru ia sempat jadi Ketua Bidang PPTK dan Di PB ia diamanahkan sebagai Wasekjen. Waktu itu banyak yang mendukung, saya punya niat untuk kuliah, terbuka aja jalan, saya dengar ada beasiswa Pemprov, saya daftar Alhamdulillah diterima” kata Cecep. Beasiswa itu hanya untuk biaya SPP dan beberapa semester. Untuk melengkapi biaya lain seperti biaya hidup, kosan dan buku, Cecep mulai bekerja pada 2004 sebagai Tenaga Ahli di DPR RI. Ia sempat menjadi Tenaga Ahli di Komisi V Bidang Infrastruktur dam Komisi IV bidang perikanan,perkebunan kehutanan. Di komisi IV, Cecep bekerja sebagai supporting system, mencari, mengumpulkan data yang dibutuhkan anggota DPR. “Setiap masa persidangan saya menyiapkan catatan apa saja isu kehutanan,perkebunan dan pertanian saat itu. Itu yang saya diskusikan dengan anggota DPR, nanti anggota DPR yang akan menyampaikan saat sidang dengan berbagai pihak.” Di tahun 2007, Cecep mengikuti seleksi pengadaan jasa yang dilaksanakan Bappenas. Ia diterima dan mengikuti dua kajian mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Di tahun 2008 ia kembali fokus kerja di DPR, Di 2009 ia bekerja lagi di dua tempat tersebut bersamaan. Setelah selesai masa jabatan anggota DPR selesai, ia hanya bekerja di Bappenas hingga 2010. Setelah menikah dengan Diana Susanti, Cecep kembali melanjutkan kuliah dan memboyang istri ke Jakarta. Juli 2006 Cecep akhirnya sidang Thesis, tiga hari setelah anak pertamanya lahir. Saat sidang Cecep kaget karena tidak ha-
nya ditanyai seputar thesisnya saja, tetapi juga ditanya materi kuliah saat awal-awal kuliah. Ia ditanya mengenai kurva oleh Faisal Basri, pengujinya. “Kamu kenapa gak bisa jawab? Kamu begadang semalam?” “Iya pak, dua hari lalu anak saya lahir, saya belum sempat belajar pelajaran awal kuliah, yang saya kuasai thesis saya” Para penguji pun tertawa. “Alasan anda masuk akal, tapi kami tidak bisa meluluskan anda sekarang, silahkan ikuti sidang minggu depan.” Di sidang berikutnya, barulah ia dinyatakan lulus dan wisuda pada 2007. CECEP punya kebiasaan membaca berita di media, baik online maupun cetak ketika ia baru sampai di tempat kerja. “Kalau mau masuk kantor cek berita semua media, baik media lokal maupun media nasional. Saya compare berita di media satu dengan media yang lain, apa isu yang paling menarik.” Di laman riauterkini.com, ia melihat berita mengenai akan dibentuknya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Riau dan membuka pendaftaran sebagai komisioner. Cecep putuskan untuk ikut mendaftar. Ia ikuti tahapan seleksinya. Di tahap tes tertulis dan wawancara dengan pansel, ia terpilih bersama 20 orang nama lainnya. Tes Wawancara dengan Pansel berupa kompetensi di bidang penyiaran dan hal non kompetensi. Tim Pansel dipimpin la ngsung
Dadang Rahmat, Ketua KPI Pusat. Ke21 nama yang lolos kemudian diuji kepatutan dan kelayakan oleh Komisi A DPRD Riau. Cecep akhirnya terpilih menjadi Komisioner KPI bersama enam komisioner lainnya. Tahun 2012, Cecep dipilih menjadi wakil ketua KPID Riau menggantikan Ahmad Fitri yang pindah ke Ombudsman RI Perwakilan Riau. Pada periode selanjutnya, dari 2013 hingga 2016 Cecep dipercaya lagi menjadi KIP. “Ia sangat komunikatif, ide dan gagasannya juga bagus dalam memberikan argumentasi,” kenang Zainul Ikhwan, Mantan Ketua KPID Riau. Tahun 2012, Cecep bersama komisioner KPID lainnya melakukan pengukuran frekuensi bersama di daerah pebatasan. Pengukuran diikuti perwakilan kerajaan Malaysia, dan Kementerian Kominfo. “Waktu itu sebuah terobosan bersama, kita membagi tugas ke daerah-daerah. “kata Zainul Ikhwan. Hasilnya didapat frekuensi publik di daerah perbatasan seperti Bagansiapi-api dan Bengkalis, tidak ada yang mengisi dari lokal. Siaran Malaysia pun dapat didengar disana. Agar mendukung siaran lokal di daerah perbatasan, KPID Riau mendorong terbentuknya siaran-siaran lokal dengan membentuk Keluarga Cinta Siaran Indonesia. Pada 2013 RRI Bengkalis resmi didirikan. Pada periode terakhirnya di KPID Riau, Cecep mengikuti seleksi Komisi Penyiaran Indonesia Pusat, namun ia sampai ia gagal pada tahap fit and proper test. Ia hanya didukung beberapa fraksi. Tetapi tak patah arang, mendaftar Komisi Informasi Pusat ia berhasil lolos.#
34 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
Cecep Suryadi. Foto: Istim
mewa
Arfaunnas
MEMILIH PEMIMPIN MUSLIM DAN NON MUSLIM Oleh Dr. Syahrullah Umar, MM - Majelis Tabligh Pengurus Wilayah Muhammadiyah Riau
K
EPEMIMPINAN merupakan salah satu elemen penting dalam bernegara. Wajib hukumnya mengangkat salah seorang pemimpin yang adil dalam suatu komunitas masyarakat, agar komunitas tersebut mampu menegakkan kebenaran dan keadilan. Penegakan keadilan tidak mungkin dicapai kecuali dengan otoritas yang tidak menzalimi siapapun. Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin, menggambarkan betapa pentingnya dan berartinya peran seorang pemimpin dalam mendisain sebuah masyarakat, bangsa, dan Negara. Sejarah membuktikan, kejayaan dan keemasan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya. Dalam fiqh al-siyasah, seorang pemimpin disebut khalifah al-nubuwwah atau pengganti nabi baik dalam urusan dunia, agama dan negara. Imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Ahkam al-Sulthoniyah memberikan definisi khalifah sebagai Penggantian tugas kenabian untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia. Ibnu Khaldun memberi defenisi khalifah dengan Mengantarkan umat untuk mencapai dan merealisasikan teori-teori syara’ dalam hal kemaslahatan ukhrawi dan kemaslahatan-kemaslahatan duniawi yang ada kemaslahatan ukhrawinya. Menurut para ahli fikih, seorang khalifah hendaknya mempunyai dua tugas. Pertama, menegakkan agama Islam dan melaksanakan hukum-hukumnya. Kedua, Menjalankan politik Negara sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama Islam. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al-Siyasah al-Syar’iyyah menetapkan dua syarat umum bagi seorang pemimpin, yaitu al-Quwwah wa al-Amaanah (kekuatan dan amanah). Kekuatan ia-
Ilustrasi: freepik.com
lah kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin di lapangan. Contohnya seorang panglima perang harus memiliki keberanian dan pengetahuan strategi perang. Tanpa hal itu, ia tak akan mampu melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pasukan tempur. Adapun yang dimaksud dengan amanah adalah sikap takut hanya kepada Allah, tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Seorang pemimpin haruslah memiliki jiwa yang kuat untuk mengendalikan urusan-urusan rakyat, dan ia harus memilih pembantu yang bertakwa dan memiliki kekuatan jiwa. Imam al-Auza’iy berkata kepada Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, “Sesungguhnya, Umar bin Khattab RA pernah berkata. Pemimpin itu ada empat macam. Pertama, pemimpin yang dirinya dan pembantu-pembantunya memiliki jiwa yang kuat seperti halnya para mujahid yang berjuang di jalan Allah, sehingga Tangan Allah terbentang untuk memberikan rahmat kepadanya. Kedua, pemimpin yang lemah jiwanya, sehingga dikendalikan oleh pembantu-pembantunya. Sesungguhnya, pemimpin seperti ini sangat dekat dengan kehancuran, kecuali Allah memberinya rahmat. Ketiga, pemimpin yang pembantu-pembantunya lemah, sehingga dia mengendalikan mereka, maka pemimpin seperti ini akan dimasukkan ke dalam neraka Huthomah. Keempat,
pemimpin yang dirinya dan pembantu-pembantunya saling berebut pengaruh, sehingga mereka semua terjatuh dalam kebinasaan.” Pilihlah pemimpin yang mengajak bertakwa kepada Allah dan jangan memilih pemimpin yang mendorong bermaksiat kepada-Nya. Logika sederhananya, kalau kita umat beragama, harus dipimpin oleh pemimpin yang beragama pula. Seorang Muslim hendaknya memilih pemimpin Muslim yang lebih baik agamanya. Jangan sampai salah memilih tokoh yang nantinya malah berdampak buruk bagi rakyat. Memilih pemimpin bukanlah sekedar berdasarkan popularitas, suku, penampilan, atau hal-hal duniawi lainnya. Bagaimana dengan memilih pemimpin dari kalangan Non Muslim? Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa hendaknya seorang Muslim memilih pemimpin Muslim yang Amanah karena tugas pemimpin adalah mengantarkan umat untuk mencapai kemaslahatan ukhrawi dan duniawi. Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari, sebagaimana Imam al-Ghozali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin mengatakan, “Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusahan para penguasanya. Kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama. Kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan. Barangsiapa dikuasai oleh ambisi dunia, ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya, Allah-lah tempat meminta segala persoalan.” Mari kita berikhtiar bersama-sama memilih pemimpin dari kalangan tokoh umat yang selalu dekat dengan agama dan segala ketentuan Allah. Sehingga menjadi Negara yang Adil dan Makmur, serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.# EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 35
Khazanah
Pantun, dari Tanah Melayu ke Tanah Prancis Pantun yang kerap kita dengar sehari-hari memiliki sejarah yang panjang.Kini pemerintah dan lembaga kemelayuan tengah mempersiapkan pantun menjadi Warisan Budaya Tak Benda dunia di UNESCO. By Rizky Ramadhan
Inilah pantun baharu direka Menyurat di dalam tidak mengerti Ada sebatang pohon angsoka Tumbuh di mercu gunung yang tinggi 36 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
B
EGITULAH pantun pembuka dalam buku Pantun-Pantun Melayu Kuno. Hasan Junus sastrawan Riau menulis ulang buku karangan Haji Ibrahim. Dalam kata pengantar dijelaskan bahwa pantun yang tertulis dalam kumpulan pantun Haji Ibra-
1. Muda-mudi Tanjung Pinang tengah berpantun untuk mencetak rekor MURI berpantun selama 10 jam pada 2015 silam. Foto: Fatih Muftih/Batam Pos 2. Buku Pantun-Pantun Melayu Kuno. Foto: Dok Bahana
him bersifat terkait. Dimana bagian sampiran dan isi memiliki hubungan, bukan sekadar memiliki persamaan akhiran seperti A-B-A-B. Kelak, pantun diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia. PANTUN sudah ada di masyarakat melayu sejak 1500 tahun lalu, dulu orang biasa gunakan pantun dalam ritual-ritual. Misalnya, ritual pengobatan Bulian/ Belian (Suku Talang Mamak dan Petalangan), Dikei (Suku Sakai), Bedewo (Suku Bonai). Pantun juga terdapat dalam bentuk monto/mantra, jampi, dan serapah. Bahkan pantun juga ada pada tradisi menumbai, batobo, berandai, kayat pantun . Termasuk lagu-lagu yang menggunakan pantun, seperti cindai dan lagu Sinar Riau, zapin. “Banyak sekali fungsi pantun pada zaman dahulu,” ujar Al Azhar. Pantun telah lama tumbuh dan kembang di masyarakat Melayu. Tak hanya pada acara adat dan keagamaan, pantun melekat dalam setiap lapis masyarakat Melayu. Ketika orang bercakap- cakap dengan sesama, menidurkan anak, tetua adat berbicara, berdagang, bercocok tanam hingga pergaulan anak muda. Bahkan pemuda-pemudi zaman dulu malu bila tak pan-
dai ber pantun, tulis Tenas Effendy dalam bukunya Pantun Nasehat. Menur ut situs web lamriau. id dijelaskan bahwa asal muasal kata pantun berkaitan dengan kata pan dalam sopan dan tun. Tun sendiri secara bahasa melayu berarti arah, pelihara dan bimbing. Maknanya pantun ialah pemakaian bahasa yang sopan, santun, ter ukur untuk mengarahkan, memelihara dan membimbing. Bahkan dalam bahasa melayu-minangkabau pantun berasal dari kata panuntun yang berarati penuntun dan pemberi arah. Penamaan pantun tersebar di selur uh bagian nusantara, kemudian ber ubah dan menyesuaikan dengan penamaan setempat. Patu mbojo di Bima, Kabanti atau Kabachi di Sulawesi Tenggara, Elong atau bati’-bati’ di Makassar, Umpasa di Suku Batak, Ende- ende di Mandailing, Paparikan di Sunda dan Parik di Jawa. Tak hanya tersebar di sekitar Nusantara, pantun juga tersebar di negara ser umpun seperti Malaysia, Br unei Dar ussalam, Thailand dan lainnya. Sub genre sastra bernama pantoum dalam kebudayaan Prancis dan Inggris berakar dari pantun melayu. Sebab, orang Inggris dan Prancis mengenal genre ini dari buku William Marsden berjudul A Dictionar y and Grammar of the Malayan Language (1812), didalamnya dibuat pantun berkait. Pantun kemudian mengilhami pengarang Prancis lainnya seperti Victor Hugo, Leconte de Lisle, Charles Baudelaire dan lainnya. Pada mulanya pantun adalah tradisi lisan yang digunakan dalam acara adat dan kehidupan sehari-hari. Seiring berjalannya waktu pantun mulai masuk kedalam dunia tulis. Menur ut SagangOnline.com sekitar abad ke 18 pantun terlihat dalam Su-
lalatus Salatin atau Sejarah Melayu. Tertulis pantun dimana narator mengungkapkan empatinya. Telur itik dari Senggora Pandan terletak dilangkahi Darahnya titik di Singapura Badannya terhantar ke Langkawi UU Hamidy dalam bukunya Membaca Kehidupan Orang Melayu jelaskan, dalam tradisi komunikasi masyarakat pantun sudah menjadi gaya bahasa. Bahkan muncul istilah tidak ada retorik orang melayu tanpa w ujud pantun. Penggunaan pantun seperti itu tak saja dirasa halus dan berbudi, tapi juga indah. Kemudian pantun mulai masuk dalam dunia percetakan pada tahun 1877. Adalah Haji Ibrahim, seorang pujangga dari lingkaran Penyengat atau Kerajaan Riau-Lingga. Ia dibantu oleh H von de Wall untuk mencetak kumpulan pantun yang diterbitkan percetakan W Br uining di Batavia—sekarang Jakarta. Buku ini kemudian diberi judul Pantoen-pantoen Melajoe. Raja Ali Haji juga per nah menulis syair berkait, ser upa pantun berkait. Biasa disebut ikat-ikatan. Namun ada yang khas pada ikatan Raja Ali Haji. Setiap larik atau baris kedua dan keempat disalin utuh menjadi larik pertama dan ketiga di bait sesudahnya. Namun jenis ikatan ini tidak per nah lagi dibuat oleh penyair setelahnya. Namun sebelum Haji Ibrahim, H.C . Klinkert lebih dahulu menuliskan dan menyiarkan pantun. H.C . Klinkert seorang Belanda menulis de Pantuns of Minnezangen der Maleiers – Nyanyian atau pantun orang melayu berkasih-kasihan– dan disiarkan di surat kabar BijdraEDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 37
gen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Ned-Indie. Kemudian L.K. Hormsen dan Prof. Pijnappel menulis tentang pantun pada surat kabar yang sama pada 1883. Dalam tulisan Pijnappel tertuang perhubungan antara sampiran dan isi. Menur utnya pantun terdiri dari empat kalimat. Baris pertama persajak dengan baris ketiga, baris kedua bersajak dengan baris keempat. Bagian sampiran atau awal pantun mer upakan lukisan dan gambaran akan sesuatu yang dinyatakan dalam bagian isi. Balai Pustaka dalam bukunya kemudian membagi pantun menjadi lima jenis pantun tua, pantun dagang, pantun riang, pantun nasihat dan pantun muda. Pantun kini banyak tersebar di masyarakat lewat media eletronik, digital, spanduk, baliho dan sejenisnya. PEMBAHASAN pantun diusulkan ke organisasi United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) kategori Warisan Budaya Tak Benda bermula dari rapat-rapat kecil yang dilakukan Asosiasi Tradisi Lisan cabang Provinsi Riau. “Ada banyak yang dibahas dalam rapat ATL, salah satunya mengusulkan pantun untuk jadi WBTB,” ujar Al Azhar. Pengusulan ini dilakukan sejak Desember 2016. ATL kemudian berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Al Azhar sampaikan bahwa hal ini dilakukan karena untuk pengusulan ke UNESCO tidak bisa dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Senada dengan itu, Yoserizal Zein Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau sampaikan bahwa usaha untuk menjadikan pantun sebagai WBTB ke UNESCO sudah sejak lama. “Bahkan sebelum dinas kebudayaan ini ter38 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
bentuk.” Sebelum duduk di Dinas Kebudayaan, Yoserizal per nah ikuti diskusi kecil terkait pengusulan pantun sebagai WBTB. “Saat itu Al Azhar, ketua LAM Riau yang mencentuskan ide tersebut,” kenang Yoserizal. Setelah dijumpai kata sepakat, kemudian dilakukan pengumpulan berkas terkait pantun. Budayawan, Taufik Ik ram Jamil, diminta bantuan untuk mengecek data yang dikumpulkan terkait pantun. Data tersebut ber upa arsip foto, tulisan dan video yang menjadi bukti kehidupan pantun di tanah melayu. “Tugas saye hanya mengecek dan merapihkan, yang mengumpulkan itu Elmustian Rahman dan Richard,” terang Taufik Ikram Jamil. Elmustian dan Richard telah lama inventarisasi Kebudayaan Melayu, salah satunya pantun. Beberapa komunitas yang fokus di bidang budaya dan kesenian juga ikut membantu seperti randai kuansing, mak andam dan masih banyak lagi. Selama enam bulan mereka keliling ke beberapa daerah di Riau. Usai data terkumpul, Taufik Ikram Jamil kemudian memberinya pada Yoserizal Zein, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Draft itu kemudian dibawa ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Taufik Ikram Jamil dan Richard yang diutus berangkat. Tak lama setelah itu, dilakukan lokakar yaSidang Verifikasi Pantun Menuju Warisan Budaya Tak Benda Dunia di Auditorium H. Ismail Suko Gedung Per pustakaan Soeman HS pada 14 Maret tahun lalu. Hadir Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Departemen Kebudayaan RI Najamuddin Ramli, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Yoserizal
Zein dan tiga narasumber yakni, Mukhlis Pa’Eni yang membahas arahan mengenai makna pengusulan dalam kerangka warisan dunia. Kemudian Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia, Dr. Pudentia yang menjelasan mengenai nominasi UNESCO dan narasumber ketiga yakni Ketua LAM Riau, Al Azhar makna pantun dalam masyarakat melayu. Usai adakan workshop lalu dilakukan sosialisasi mengenai naskah akademik yang dibutuhkan untuk dikumpulkan. Draftnya lalu dibawa ke Focus Gr up Discussion FGD. “Ada sekitar lima puluh organisasi yang ikut mendukung pantun untuk dijadikan WBTB,” jelas Al Azhar. Dinas Kebudayaan Provinsi Riau tur ut membantu memfasilitasi rapat-rapat dan diskusi yang dilakukan. Kemudian mengumpulkan arsip dan naskah yang berkaitan dengan pantun baik ber upa tulisan, audio dan video. Yoserizal Zein sebutkan ada beberapa kali diskusi yang dilakukan terkait pengusulan pantun ini. Ada di Pekanbar u, Jakarta dan Malaysia. “Malaysia juga ikut mengumpulkan membantu arsip tentang pantun,” ujar Yoserizal Zein. Menur ut laman situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan bahwa pantun diusulkan menjadi WBTB karena peluang mengajukan secara multinasional setiap tahun. Lantaran dapat mengajukan budaya berdasarkan jalur multinasional di antara dua tahun rentang jalur per negara, maka pantun dipilih untuk 2018 bersama dengan Malaysia. Usai semua berkas terkumpul, bar ulah diajukan secara resmi pada 31 Maret 2017. Kini Indonesia dan Malaysia tinggal menunggu hasil evaluasi tim
Al Azhar. Foto: sijoripost.com
UNESCO yang keluar pada 2018 ini. Al Azhar sampaikan bahwa ketika nanti pantun telah diresmikan jadi WBTB UNESCO maka kepemilikannya akan jadi milik multinasional. “Nantinya jadi milik bersama, karena melayu ini lebih dulu ada daripada batas negara.” Batas negara, menur utnya bar u sedangkan kebudayaan melayu telah jauh hari ada. Ia sampaikan bahwa sehar usnya hal ini dilihat dari nilai budaya bukan nilai ekonomi. Jika dilihat dari nilai budaya, berarti semakin banyak yang menggunakan berarti semakin terkenal dan semakin hidup budaya tersebut. “Kalau dari segi ekonomi tentu saja jadi r ugi,” ujar Al Azhar yang saat ini menjabat Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat LAMR. Taufik Ikram Jamil juga sependapat, peraih anugrah Sagang tahun 2003 itu sampaikan akan muncul kebanggaan tersendiri pada masyarakat kala pantun ditetapkan sebagai WBTB di UNESCO. “Dengan ditetapkannya pantun, semoga mendorong semakin subur nya penggunaan pantun di kalangan masyarakat”. Dibalik harapan, muncul kekhawatiran pada Taufik Ik ram Jamil. Pertama, orang sekarang ber pantun tak lagi perhatikan ihwal munculnya sebuah kalimat. “Yang penting rimanya sama.” Kedua, ber pantun ini erat kaitannya dengan alam. Orang dulu ber pantun menyesuaikan dengan alam. Misal hendak menumbai—mengambil madu— gunakan pantun. “Kini alam dah terkikis. Tak ada lagi alam, tak ada lagi pantun,” terang Taufik Ik ram Jamil. Ia berharap lestarinya pantun juga berarti lestarinya alam.# EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 39
Cerpen
H
ARI ITU DINGIN, gelap dan indah. Matahari tak tampak sinarnya, angin menerbangkan beberapa dedaunan kering yang baru jatuh dari pohon. Aku berdiri lagi disini, di sebuah desa. Aku datang menghantar apa yang pernah mereka berikan, kenangan. Rindupun telah kupulangkan ke tuannya. Setiap yang datang pasti akan pergi, begitu janji kehidupan sebelum kita mati. Beberapa siswa sekolah tampak berlarian menjenjeng sepatu, pemandangan yang tak biasa dilihat di kota. kusempatkan mengambil potret wajah mereka, bahagia. Begitulah kira-kira yang terlihat dari wajah itu. Di sudut jalan aku melihat beberapa anak perempuan sedang sibuk berbincang entah tentang apa, kurasa obrolan ringan seputar permainan musim itu. Aku merogoh kedalam tas, mencari sesuatu yang belakangan ini mengusik hatiku. Selang beberapa saat, selembar foto yang kudapat. Foto yang usang dimakan zaman. Dengan latar pemandangan alam, sekumpulan anak tersenyum bersama gurunya. “Sudah lama sekali,” batinku. Aku berjalan menuju sebuah warung di pinggir jalan yang tampak ramai pelanggan. Aku menyapa empunya warung. “Lame sudah rasenye tak jumpe pak,” panggilku. Yang ku sapa diam, dari rautnya ia tengah mencari ingatan tentang masa lampau. Selama beberapa waktu tampaknya ia tak menemukannya. “Saye Rozi pak, Fahrul Rozi,” aku memperkenalkan diri. Pemilik warung mencoba mengingat kembali nama yang kusebut tadi, tetap saja memori itu sulit kembali. “Barangkali bapak lupe, yasudah Oji duluan ya pak.” Aku berpamitan, meninggalkan warung menuju sebuah tempat. Jalan yang kulewati tampak sama dengan masa dulu. Tak banyak perubahan tampak. Perbedaannya, rumah warga kian ramai di kiri kanan jalan. Hamparan permadani alam terlihat. Petani bercaping sibuk dengan urusan bercocok tanam, beberapa anak kecil berkejaran di 40 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
DUKA DI PERJAL OLEH: TINNEKE DWI JAYANTI pematang sawah, tidak ada emisi kendaraan yang berterbangan memenuhi paru-paru, tidak ada bising kendaraan seperti di kota. Dibutuhkan sekitar 15 menit menuju tempat ini. Jalanan tak terlalu sulit, hanya perlu berhati-hati karena batu telah ditumbuhi lumut. Salah jalan bisa terpeleset. Dari kejauhan, tampak kepulan asap dari cerobong sebuah rumah di pinggiran hutan. Rumah yang aku rindukan. Rumah yang belasan tahun aku tinggalkan. “Assalamualaikum, atuk” “Waalaikumsalam,” sebuah suara menyahut. Seorang pria renta keluar menuju
ambang pintu. Sisa kejayaan masa muda masih tergurat dari wajahnya. Segera kusalami tangannya, otot yang dulu kekar kini menyisakan kulit lisut menutupi rangka.Lama sekali aku mengangkat kepala, aku menunduk dan terisak. “Hai nak, sudah lame sekali rasenye,” suara berat itu kembali keluar. Ia belai lembut kepalaku sambil terkekeh. Setelah menguatkan hati, aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala. “Maaf kan Oji tuk, jika selama ini Oji tak pernah melihat atuk kemari,” aku tergugu menahan tangis, rasanya sesak sekali.
LANAN
“The Road” India ink, ilustrasi oleh sarahkellner.com
“Sepertinya kau sudah menempuh jarak yang sangat jauh untuk sampai kemari, ayo berbincang di saung. Atuk rasa kau rindu hal itu,” kekehnya kembali. Kami berjalan menuju sebuah pondok yang terletak tidak jauh dari rumah atuk, akrab disebut saung. Tempat dimana sebuah kisah dimulai. Tentang perjuangan, pengorbanan dan persahabatan. Semua tampak sama, tidak banyak yang berubah. Fikiranku kembali ke masa lalu, ke desa itu, sawah itu, jalanan itu, saung itu dan atuk tentunya. “Oji, esok lepas kau sekolah, nak kemana?” celetuk Irham dalam
lamunannya. “Aku nak ke Jakarta Ham, nak jadi orang hebat disana. Kau ingat tak Bang Zulham orang dusun sebelah? Aku nak jadi macam dia,” kalimatku menggantung disana. Pertanyaan tersebut kukembalikan pada irham. “Kalau korang nak kemana lepas sekolah ni?” “Aku tak nak kemana-mana Ji, disini saja. Ngembale kambingkambing aku yang banyak itu. Kalau aku pergi siape nak jaga mereka, kasih makan mereka.” “Halah Ham, cetek kali lah mimpi korang ni. Ingat tak kata Pak Jalil dulu dalam pelajaran
bahasa indonesia? Raihlah citacita mu setinggi langit, ketika kau jatuh, maka kau akan jatuh diantara bintang-bintang.” Aku berujar penuh ekspresi, sambil mengacungkan jari telunjuk disela ucapan. Kini kenangan itu kembali lagi, bagaikan memutar sebuah film. Kenangan bersama Irham kini memenuhi benak ku. Atuk membuyarkan lamunan ku. “Jadi, ada perlu apa korang mampir ke dusun ni?” tanyanya. “Urusan kerja tuk. Karena urusan dah selesai dan tempatnya tak terlalu jauh dari sini, Oji sempatkan mampir barang sebentar.” Atuk menyeruput kopi hitam yang sudah agak dingin. “Sudah lama sekali tuk,” aku memulai pembicaraan. “Rasanya saye tak punya muka tuk menjenguk Irham,” mataku mulai berkaca-kaca. Dengan kekehan khas, atuk coba menenangkan perasaanku yang sedang gundah. “Sudahlah nak, yang lalu biarkan berlalu. Atuk paham kenapa korang tak pernah lagi datang ke dusun ni sebab perkare itu.” Atuk menggantung pembicaraan dan kembali menyeruput kopinya. “Korang keliru jike lari dari kenyataan hidup Ji. Hanya menyulitkan diri korang sendiri. Ketahuilah, semakin kuat kau berlari, semakin kuat pule cengkramannya. Semakin kencang kau berteriak, semakin kencang pule gemanya memantul. Hidup ni ibarat pantulan kace saat bercermin Ji,” Atuk Duar menyudahi nasihatnya dengan satu tarikan nafas. Aku hanya terdiam, mencoba meresapi makna yang tersirat dari petuah lama itu. Anganku melayang pada suatu pagi. Pagi yang sama seperti hari senin biasa, semua berjalan sebagaimana mestinya. Bapakbapak mulai melakukan aktivitas kesehariannya untuk mencari naf kah barang mengisi perut anak dan istri. Para ibu pun tak kalah semangatnya, sedari subuh mereka menyiapkan keperluan anak dan suami, menyiapkan sarapan dan diakhiri dengan segudang tetek bengek pekerjaan rumah. Harmonisasi kehidupan. Kini giliran kami anak-anak mengambil EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 41
bagian. Pendidikan merupakan harga mati bagi para orang tua di Dusun Melintang. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada anak-anaknya, generasi penerus bangsa. Seragam putih biru melekat dengan rapi, sepatu hitam mengkilap hasil semiran tadi malam membuatku mantap untuk melangkah ke sekolah. “Bu, Oji berangkat sekolah. Assalamu’alaikum,” aku berpamitan. Di ujung jalan, tampak serombongan anak sekolah dengan seragam yang sama. Salah seorang dari mereka melemparkan senyum kearah ku, Irham namanya. Dia selalu tampak menggemaskan, dengan tubuh gempal dibalut seragam putih biru yang kekecilaan. “Ayok Ji, nanti kita terlambat,” soraknya dari kejauhan. Sisa hujan semalam menyisakan genangan air di beberapa titik jalan, rute yang harus kami lalui untuk bisa sampai kesekolah. Walaupun hidup di negara yang kaya, sarana yang memadai tidak kami cicipi. Sebuah jembatan kayu menghubungkan desa kami dengan desa sebelah, setiap hari kami melewati jembatan yang dibuat jauh sebelum aku dilahirkan. Kini jembatan itu tidak berdiri gagah layaknya ketika dia jaya dulu, satu demi satu pijakan sudah mulai lapuk. Orang yang hendak melintas harus benar-benar hati-hati. Badai malam tadi nampaknya memporak-porandakan jembatan itu, jembatan yang sudah lapuk kini kian memprihatinkan. “Bagaimana ini Ji, apa kita pulang je kah?” seorang teman memberi usul. “Aih apa yang kau kata ni, pantang surut layar terkembang,” sahutku. “Coba kau tengok tu Ji, air pun deras alirnya. Aku tak nak mati konyol.” “Tak apa lah Mir, kita masih bisa lewat jembatan tu dengan hati-hati. Satu-satu orang,” Irham datang menengahi. “iyalah kalau gitu.” Semua berbaris di sisi jembatan menunggu giliran. Burhan yang pertama, ia melangkah dengan mantap. Setelah Burhan sampai 42 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
seberang, dilanjutkan secara bergilir Amir, Saldi, dan Ali. Semua berjalan dengan lancar hingga tiba giliran aku dan Irham. Karena Irham memiliki badan gempal dan bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan kami semua, jadilah dia mendapatkan giliran terakhir. Aku mulai melangkahkan kaki ku dengan hati-hati, keringat dingin membasahi baju. “Krek,” terdengar bunyi patahan ketika Irham melangkahkan kakinya. Tanpa ragu Irham tetap melangkah. “Oi, lambat-lambat aja,” teriakan dari seberang menggema. “Sedikit lagi Ham, kita pasti sampai dekat ujung,” hiburku pada irham. Awalnya berjalan baik, di pertengahan jembatan yang kami pijak patah. Jantungku berdetak dengan cepat. Aku dapat menggapai sisi pengangan jembatan, dengan tangan gemetaran aku memberanikan diri melihat kebelakang. “Irham! Pegang tangan aku Ham,” dengan susah payah aku menggapai-gapai Irham. Pekikan pun pecah di seberang. “Oi! Oji! Irham!” “Ham, tahan sekejap. Ku tarik kau keatas ya,” sekuat tenaga aku menahan Irham. Ia tersenyum. Beberapa teman lainnya mencari bantuan ke desa sebelah, mencari orang dewasa yang dapat membantu kami. Bobot tubuh irham tak seimbang dengan berat badan ku. Nyeri mulai melanda bahu kiriku, namun bantuan tak kunjung datang. Irham membuka pembicaraan. “Kau tau tak Ji, orang hebat itu mereka yang mampu membahagiakan orang lain meskipun dalam keadaan sulit,” ucapnya sambil tersenyum. Senyum yang tak lagi seceria tadi. “Apa yang korang kata ni Ham,” tidak kuperdulikan bualannya itu. Lama kelamaan nyeri itu berubah menjadi rasa sakit yang teramat. Keringat kini membanjiri seluruh tubuhku. Tanpa sengaja genggaman tanganku terlepas, Irham yang sedari tadi bergantung padaku terjatuh ke sungai dan terbawa aliran sungai yang sangat deras. “Irhaaaam!” pekikku, suaraku melengking. Membuat tenggorokanku sakit dan nyaris
habis. Setelah 10 tahun berlalu, aku memberanikan diri untuk mengunjungi Irham. Ribuan penyesalan menggelayut di benakku. Apakah Irham memaaf kanku. Kini aku berada diantara pemakaman umum. Sangat sunyi, hanya ada bunga kamboja yang menghiasi sisi makam. Sebuah nisan bertuliskan Irham bin Munif. Aku menangis tergugu di makam sahabatku. “Ham, ini aku. Oji. Sudikah kau maaf kan aku. Kalau saja waktu itu aku tahan sakit sikit, pasti kau masih ada. Pasti kau bisa mewujudkan cita-cita korang tu,” masih sesegukan aku melanjutkan pengaduanku. “Aku ni memang kawan yang jahat Ham. setelah kejadian itu, aku tak pernah balik ke dusun ni. Aku tak pernah jenguk korang, jenguk atuk, aku merasa bersalah dengan korang. Mohon ampun aku ham.” Aku bercerita pada Irham tentang kesibukanku kini. Aku ceritakan hal yang ia tanya dulu. Tentang mau jadi apa aku jika besar. Semoga lepas pula janjiku padanya dulu. Kini aku berdiri lagi disini, di jembatan itu. Aku amati sekeliling. Ku tarik nafas dalam sambil menguatkan hati. Dari seberang, nampak Atuk Duhar berjalan ke arahku. “Jangan pernah rusak diri sendiri Ji,” sambil menepuk-nepuk bahu ku, atuk kembali mengeluarkan petuahnya. “Awak boleh jadi benci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah, tapi ingatlah nasihat lama nak. ‘Tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri’. Biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah. Maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi selembar kesedihan, minggu demi minggu akan melepas sepapan kegelisahan, pun tahun demi tahun maka rontok sudahlah bangunan kesedihan didalam hati. Ingat itu.” Kekehan panjang mengakhiri percakapan sore itu. Aku memutuskan untuk kembali lagi ke Jakarta besok, dan menghabiskan sisa waktu bersama Atuk Duhar.#
Artikel Ilmiah
Melawan Penyakit Cabai
dengan Jamur Endofit pada Cabai EDISI MAHASISWA BARU 2018 Ilustrasi: Rizky BM
BAHANA 43
Tiga mahasiswa Agroteknologi, satu mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian dan satu mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Riau buat penelitian tentang penggunaan jamur endofit cabai. Jamur endofit ini digunakan untuk melawan penyakit busuk buah yang kerap menyerang tanaman cabai. Penelitian ini memenangkan medali perunggu dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Makassar, 2017 lalu. Oleh Reva Dina Asri
A
HMAD ZAMIL ALAMSYAH, mahasiswa Agroteknologi Universitas Riau (UNRI) buat penelitian tentang penggunaan jamur endofit, untuk membunuh jamur yang menyerang cabai merah. Ia bersama 4 teman lainnya menjadikan penelitian ini sebagai kar ya yang hendak diikutkan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017. Mereka memilih cabai merah sebagai objek penelitian karena cabai merah kerap dijadikan bumbu utama masakan. Harga cabai yang tinggi serta penyakit yang sering menyerang juga jadi alasan. Dalam kar ya tulisnya, Ahmad Zamil jelaskan penyakit yang kerap menyerang cabai ialah organisme Colletotrichum capsici. Organisme yang termasuk dalam genus Colletotrichum ini menyebabkan busuk pada cabai. Menyerang buah, batang dan daun cabai. Cabai yang terserang C. Capsici akan berbintik hitam, perlahan melekuk dan berker ut. Cabai kemudian menjadi keriting, membusuk dan gugur. Petani biasanya gunakan pestisida kimia untuk mengatasi busuk buah cabai. Penggunaan bahan kimia tentu memiliki dampak negatif lain seperti pencemaran lingkungan. Sebanyak 30 persen pestisida akan terbuang ke tanah jika dilakukan pada musim kemarau, 80 persen masuk ke perairan pada musim hujan. Penggunaan pestisida kimia
44 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
juga menyebabkan munculnya jenis bar u dari suatu patogen— bersifat mer ugikan— yang tahan terhadap bahan pestisida. Untuk itu lebih baik gunakan bahan alami yang lebih ramah lingkungan. Ahmad Zamil memilih jamur endofit sebagai bahan alami pembasmi jamur. Jamur endofit adalah jamur yang yang hidup di dalam semua jaringan tanaman sehat, bersimbiosis dan tidak menyebabkan ker ugian pada tanaman. Untuk mendapatkan jamur endofit perlu dilakukan isolasi—pemisahan suatu hal dari hal lain— pada daun, batang, bunga dan akar. “Kami sedang mencari pembar uan terhadap kualitas jamur, kualitas yang baik itu yang berasal dari jaringannya,” jelas Ahmad. Jamur endofit pada tanaman ber fungsi untuk mengusir jenis jamur lain yang bersifat patogen dan mer usak tanaman. “Disebut juga jamur antagonis, antagonis terhadap penyakit.” Ahmad bersama timnya lakukan penelitian di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UNRI. Jamur endofit yang mer upakan bahan utama diambil dari organ cabai merah sehat dengan cara isolasi. Bahan lainnya air, alkohol 70%, kertas HVS, Potato Dextrose Agar (PDA), aquades, Natrium hipoklorit 10%, kertas tisu, kapas, aluminium foil, plastik war p, kertas label, lactofenol dan kain kasa.
Ada 5 tahapan proses pengujian. Ahmad jelaskan, teknik isolasi dilakukan untuk mengetahui jenis jamur yang akan digunakan. Tahap pertama ialah isolasi jamur endofit pada cabai merah yang sehat. Organ cabai seperti daun, akar, batang dan buah dipotong lebih kurang satu sentimeter dan dibelah. Organ tersebut kemudian di sterilkan dengan Natrium hipoklorit sepuluh persen selama satu menit. Kemudian bilas dengan aquades sebanyak dua kali. Keempat jaringan bagian tersebut kemudian ditanam pada medium PDA, inkubasi selama tujuh hari di inkubator dengan suhu kamar. Selanjutnya dilakukan pemur nian dengan memindahkan koloni yang diduga jamur endofit ke medium PDA yang bar u, inkubasi kembali selama tujuh hari. Lalu lakukan reisolasi untuk menetukan biakan mur ni jamur dan mencari tahu genus jamur yang didapat. Selama pertumbuhan koloni, diamati pula luas pertumbuhannya dengan mistar. Cawan petri diberi garis vertikal dan horizontal untuk memudahkan pengukuran diameter koloni. Langkah kedua ialah melakukan isolasi pada tanaman cabai yang menunjukkan gejala penyakit busuk. Perlakuan yang sama dilakukan untuk isolasi C. capsici guna mengidentifikasi koloni jamur. Tahap ketiga ialah uji antagonis. Uji ini untuk menentukan potensi penghambatan C. capsici oleh jamur endofit. Caranya dengan memotong kultur jamur endofit dan C. capsici yang ber umur tujuh hari dengan cork borer—alat untuk mengambil sampel—dengan diameter lima milimeter. Kedua sampel tadi kemudian diletakkan di medium PDA bar u dengan jarak tiga sentimeter. Pengamatan dilakukan pada hari kelima. Untuk mengetahui tingkat penghambatan
digunakan dengan r umus. Diameter koloni jamur endofit dikurang diameter koloni C. capsici, kemudian dibagi diameter koloni jamur endofit dan dikali seratus persen. Hasil dari isolat selanjutnya diidentifikasi secara pengamatan mak roskopis dan mik roskopis meliputi warna, tepi, permukaan dan spora dari jamur. Hasilnya diketahui jamur endofit memiliki tingkat antagonis yang tinggi terhadap jamur penyebab penyakit pada tanaman cabai. Langkah selanjutnya ialah uji hipovir ulensi. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah jamur endofit memiliki sifat patogen pada tanaman uji. Caranya dengan memindahkan jamur dari medium lama ke bagian hipokotil—r uas batang dibawah daun yang tumbuh jadi akar—bibit mentimun ber usia tiga hari. Empat Benih mentimun digunakan sebagai media tumbuh jamur endofit untuk uji hipovir ulensi ini. “Timun mer upakan tanaman yang sensitif sehingga kerap digunakan sebagai indikator,” terang Muhammad Ali. Dimulai dengan menanam empat benih mentimun pada satu botol kultur. Setelah tiga hari jamur endofit dipindahkan ke benih mentimun tersebut untuk kemudian diamati gejala yang ditimbulkan. Jika jamur endofit tersebut tidak memberi penyakit pada tanaman indikator maka dianggap aman untuk digunakan pada tanaman lain. Saat penelitian ditemukan 20 jenis jamur endofit. Hasil ini kemudian dibawa ke Pimnas. Setelahnya Ahmad lanjutkan penelitian untuk tugas akhir dan ditemukan bahwa jenis jamur endofit yang digunakan ialah Rhizoctonia Mikoriza. SELAMA PENELITIAN, Ahmad tidak bekerja sendiri. Ia dibantu Fajar Tri Cahya, Rista Chintya Dewi Sumartono dan Syahbudin Ahmad mahasiswa
Agroteknologi UNRI Rachel Oktariatie mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang. Penelitian ini berawal dari persamaan hobi kelimanya terhadap kar ya tulis ilmiah. Ahmad Zamil mempelopori 4 anggotanya mener uskan tulisannya tentang jamur endofit untuk dilanjutkan ke proposal kegiatan pada kegiatan Pimnas. Setelah sepakat dan memenuhi kuota untuk membuat tim dalam PKM, mereka lalu menyusun proposal dan ikuti seleksi tingkat Fakultas. Seleksi ini termasuk kedalam tahapan seleksi internal. “Kami coba- coba buat proposal kegiatan dari kar ya tulis ilmiah yang diperlombakan oleh ahmad,” ujar Rista. Pembagian tugas dilakukan untuk memudahkan penelitian. “Ada yang melakukan penelitian adapula yang bertugas merancang presentasi,” terang Ahmad. Ahmad Zamil, Syahbudin dan Fajar lakukan penelitian di Laboratorium. Ini dilakukan karena mereka yang lebih paham perihal penelitian ini. Sedang dua anggota lain bertugas menyusun bahan. Rista khusus mengolah perhitungan, keuangan dan menyusun log book yang berisi tentang tahapan yang mereka lakukan dalam penelitian ini setiap harinya. Sedang Rachel bertugas untuk menulis dan menyusun bahan presentasi. Setelah dinyatakan lolos seleksi inter nal Universitas. Selanjutnya mereka merangkum materi dan menyusun log book yang berisi rangkaian kegiatan dan tahapan pekerjaan. Kemudian dilakukan evaluasi eksternal PKM, Universitas Riau hadirkan dosen dari Universitas Gajah Mada (UGM). Berbeda dengan peserta lain, tim Ahmad Zamil paparkan presentasi dimulai dari r umusan masalah hingga ke isi proposal. Jelang pelaksanaan PIMNAS Ahmad dan timnya lakukan latihan presentasi dan menam-
bah pemahaman materi. “kami latihan tiga kali dalam satu pekan di sek retariat Badan Eksekutif Mahasiswa Faperta UNRI. Untungnya, Ahmad menjabat sebagai gubernur disana,” ucap Rista. Ahmad akui tidak menemukan kendala berarti dalam lakukan penelitian. Hanya saja kebutuhan terhadap alat laminar air flow cabinet yang digunakan untuk proses isolasi sering terkontaminasi sehingga har us dilakukan berulang-ulang. Namun, setelah mendapat arahan dari Ali selaku dosen pembimbing kendala ini dapat diatasi. Proposal penelitian mereka diberi judul Inovasi Biocontrol Agent Berbahan Dasar Jamur Endofit Tanaman Cabai Merah Sebagai Antifungi Colletotrichum Capsici Penyebab Busuk Buah Cabai Merah Secara In-Vitro. Penelitian ini berhasil raih medali per unggu pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Makassar tahun lalu. Proposal mereka menang untuk Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian pada bidang Hasil Penelitian. Kini penelitian ini berlanjut dengan identifikasi terhadap penyakit lain pada tanaman cabai. “Ada 3 mahasiswa Agroteknologi yang melanjutkan penelitian ini sebagai tugas akhir, termasuk saya.” Pihak Fakultas Pertanian mendukung Ahmad untuk lanjutkan penelitian ini hingga tahap budidaya. Muhammad Ali, dosen pendamping penelitian ini sangat mengapresiasi. Selain karena jamur endofit sedang naik daun, ini juga dapat dijadikan bahan penelitian dan meningkatkan minat mahasiswa untuk menulis. Ini mer upakan kali pertama Ali menjadi pembimbing dalam proposal kegiatan Pimnas. Meskipun berhalangan untuk dampingi Ahmad dan tim di Makassar, Ali beri arahan dan dukungan aktif melalui telepon.# EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 45
46 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018
EDISI MAHASISWA BARU 2018
BAHANA 47
48 BAHANA EDISI MAHASISWA BARU 2018