![](https://assets.isu.pub/document-structure/230104014259-7a15a6bb578d30f5f46b1994355ff1fb/v1/d676e578db53e7e68eb9e2362e493443.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230104014259-7a15a6bb578d30f5f46b1994355ff1fb/v1/7af467305bd277d55667c64af4118af3.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230104014259-7a15a6bb578d30f5f46b1994355ff1fb/v1/83e410085137a5c07cc4f3621ac6aa88.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230104014259-7a15a6bb578d30f5f46b1994355ff1fb/v1/fa04abd8e242301f47c822c5b6f107d2.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230104014259-7a15a6bb578d30f5f46b1994355ff1fb/v1/70174621146c71d2cba642857467a308.jpeg)
Yang saya kasihi dan banggakan, Kaum Wanita Bala Keselamatan Teritori Indonesia
Salam Sejahtera dalam Kasih Kristus! Dalam mendukung Visi Teritori 2021-2025 ‘Dikuduskan untuk misi lintas batas’ maka Departemen Wanita mengeluarkan materi ‘Pendalaman Alkitab’ untuk semua Opsir Wanita, OS Wanita dan seluruh kaum Wanita Bala Keselamatan di Indonesia. Materi Pendalaman Alkitab ini dipersiapkan oleh beberapa Opsir (Team Dept Wanita KPT Bandung dan Pemimpin Pelayanan Wanita Divisi dan Regional). Kami berharap bahwa semua kaum Wanita dapat menggunakan materi ini untuk pendalaman Alkitab pribadi dan juga Keluarga. Topik-topik yang disiapkan adalah seputar kehidupan wanita dan keluarga, dan disusun sesederhana mungkin.
Kami berharap materi ini akan memperkaya kehidupan rohani kita sebagai wanita dalam menghadapi tantangan yang tidak mudah di zaman ini.
Mengapa kita perlu mendalami Firman Tuhan?
Dalam perenungan saya beberapa waktu ini, ternyata untuk mengetahui isi hati dan maksud Allah tidaklah cukup hanya ‘belajar’ untuk sekedar mengetahui isi Alkitab, tetapi yang paling PENTING adalah mengenal Dia lebih dalam dan maksud-Nya. Mempraktikkan Firman Tuhan dalam kehidupan nyata setiap hari adalah tujuannya. Apa yang Allah perkatakan melalui Firman-Nya lebih penting daripada apa yang kita pikirkan atau rasakan artinya. Ketika kita mengaplikasikan Firman Tuhan melalui iman, kita mengalami kehidupan yang dilimpahi dengan rahmat dan kemurahan Allah.
Tujuan Pendalaman Alkitab
Tujuan Pendalaman Alkitab adalah mengambil waktu bersama Tuhan dan di hadirat-Nya kita belajar dan mendengar suara-Nya. Kita belajar lebih dalam tentang Tuhan dan maksud-Nya dalam hidup kita dan membuat Dia lebih dikenal oleh kita dan orang lain.
Bagaimana kita melakukannya?
Ketika anda memulai pendalaman Alkitab, maka:
✓ Berdoalah dengan penuh penyerahan kepada Allah dan kebenaran-Nya di dalam iman.
✓ Putuskan bahwa goal/tujuan Anda berkaitan dengan Allah dan mengijinkan Dia berbicara kepada Anda.
✓ Fokuslah pada kehadiran Allah dan mintalah pertolongan-Nya agar Anda diberi kekuatan dan kemampuan mengerti maksud-Nya dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
✓ Terima Firman Tuhan dengan hati yang terbuka untuk apapun yang Allah sedang sampaikan kepada Anda.
Belajar Alkitab dan mendalaminya adalah proses seumur hidup. Selama kita diberikan kesempatanuntuk hidup, selamaitupulakitaterus belajarmengerti maksud Tuhandalamhidup kita. Ketika kita bertumbuh mengenal Tuhan, kita bertumbuh mengasihi, percaya, dan taat. Ketika kita mempraktikkan Firman Tuhan, kita semakin mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita.
Selamat bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:18).
Tema “Membangun Altar Keluarga” Referensi Alkitab: Ulangan 6: 1-9
Penulis Komisioner Widiawati Tampai
Mungkin anda pernah mendengar kalimat indah ini "Pernikahan yang sukses membutuhkan jatuh cinta berkali-kali, selalu dengan orang yang sama." (Mignon McLaughlin). Tetapi kenyataan yang terjadi pada banyak keluarga Kristen tidak seperti kutipan tersebut. Pernikahan bagaikan berada di atas perahu yang diterpa gelombang karena angin dan badai, berhenti sebentar tetapi kemudian datang lagi. Tetapi kabar baiknya adalah jika Tuhan ada dan menjadi kemudi suatu pernikahan, maka penumpang perahu itu menjadi tenang bahkan kuat menghadapi badai, dan hasilnya adalah keselamatan dan kemenangan!
Mari kita menyimak surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus pada pasal 5:22-33 TB. Ayatayat ini membandingkan perkawinan dengan persatuan Kristus dan Gereja. Kristus adalah kepala Gereja dan Gereja adalah mempelai Kristus, sehingga mengasihinya seperti tubuhNya sendiri. Salah satu penafsir Alkitab bernama Wyclife mengatakan bahwa nas ini mengungkapkan keinginan Allah bagi pernikahan. Hubungan pernikahan dirancang oleh-Nya menjadi suatu lambang dari hubungan rohani di antara Kristus dengan Gereja. Itu sebabnya kita seharusnya setiap pasangan suami isteri melihat pernikahan sebagai rancangan Allah yang indah bagi umat-Nya.
Sebelum lanjut mendalami Efesus 2:22-33 ini, mari kita kembali kepada Kejadian 2:18 TB “
TUHAN Allah berfirman: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Nah…di sini kita mengerti bahwa Allah merancang pernikahan. Perhatikan bahwa Allah menciptakan wanita sebagai penolong yang sepadan. Penolong yang sepadan di sini adalah penolong suami tetapi bukan budak/pembantu tetapi penolong yang setara/sepadan, bekerja sama dengan suami dalam mengurus rumah tangga dan menjadi isteri yang cakap, baik dan berhati luhur (Amsal 31).
Peran isteri: - Tunduk kepada suami Jika hubungan suami isteri sama pentingnya dengan hubungan Kristus dan gereja (tubuhKristus),makasebenarnyatidaklahsulit bagi isteriuntuk ‘tunduk’ kepada suami seperti yang ditulis Rasul Paulus pada Efesus 5:22 “Hai isteri, tunduklah
kepada suamimu seperti kepada Tuhan” artinya bahwa kita taat dan setia melakukan tugas sebagai isteri dan ibu bagi anak-anak kita, dan kita melakukannya untuk kemuliaan Allah. Kalau kita menjalankan peran kita dengan dasar ini, maka kita dapat menghadapi dan melewati tantangan pernikahan dengan baik. Saya kagum dengan surat Paulus mengenai hubungan antara suami dan isteri karena dia sangat menekankan kasih Kristus sebagai dasar hidup suami dan isteri. Dengan dasar ini maka seharusnya suami dapat memainkan perannya dengan benar.
Peran suami: - Mengasihi isterinya seperti dirinya sendiri seperti Kristus telah mengasihi jemaat, bahkan menyerahkan diri-Nya bagi mereka. “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” Efesus 5:25,28. Dan dalam Kolose :18-19 TB dikatakan “… Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia”. Inilah peran suami yang sebenarnya! Seringkali suami selalu diindentikan dengan ‘kekuasaan’ dengan pengertian yang keliru, di mana suami dapat berbuat seenaknya memerintah isteri untuk mengikuti kemauannya bahkan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Kalau seorang suami mendasarkan kepemimpinannya dalam keluarga dengan dasar kasih kristus, yaitu mencintai isterinya seperti tubuhnyasendiri danmerawatnya, maka rumahtanggadanpernikahanakan berjalan sebagaimana mestinya.
Keutuhan, keharmonisan dan kedamaian dalam rumah tangga dimulai dengan kerelaan dan kesungguhan Suami dan isteri dalam memainkan peranya dengan baik. Mereka tidak bisa berjalan sendiri-sendiri tetapi harus bekerja sama dan bergandengan tangan. Walaupun suami bertanggungjawab atas kebutuhan keluarga, tetapi isteri juga dapat bekerja untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga (Amsal 31). Demikian juga dalam hal mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak, isteri dapat melakukanya tetapi juga harus ada dukungan dari suami bahkan bisa dilakukan secara bersama. Jadi kita belajar mengenai peran suami dan isteri di sini adalah tunduk (bagi isteri) dan mengasihi (bagi suami).
Kalau suami dan isteri melaksanakan tanggungjawab mereka, maka tujuan Allah untuk pernikahan dapat terwujud. Efesus 5:31 TB, mengatakan ‘Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Rasul Paulus mengulangi apa yang ditulis dalam Kejadian 2:24, diulang oleh Yesus dalam Matius 19:5 kemudian Markus 10:7. Inilah pernyataan Allah mengenai pernikahan yaitu kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu kata ‘bersatu’ bukan saja diartikan sebagai kesatuan jasmani (hubungan suami-isteri) tetapi mengandung pengertian yang lebih dalam, bahwa pernikahan yang dimaksudkan Allah adalah terwujudnya kesatuan yang utuh (lengkap, sempurna, menyeluruh atau holistic). Hal ini meliputi kebersamaan, kerja sama, saling mengisi dan melengkapi. Itu sebabnya dikatakan bahwa “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Markus 10:9 TB). Kalau Tuhan berkenan memberi keturunan (anak) maka anak-anak ditumbuhkan untuk tujuan yang memiliki
nilai-nilai kerajaan Allah. Dengan tujuan ini maka kita dapat mencerminkan kemuliaan Allah melalui keluarga kita kepada dunia yang gelap ini.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
1. Bagaimana anda menanggapi bahwa pernikahan dirancang oleh Allah?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai peran suami dan isteri dalam rumah tangga dan keluarga anda? Apa tantangan terbesar anda?
3. Menurut anda mengapa banyak pernikahan Kristen mengalami kehancuran? Apa penyebabnya? Bagamana pernikahan mereka dapat dipulihkan?
4. Ambil waktu untuk mendoakan pernikahan anda (berdoa berdua) jika memungkinkan. Doakan juga keluarga yang anda ketahui sedang bermasalah (jika ada).
TUHAN MEMBERKATI PERJALANAN PERNIKAHAN KITA!Tema
dalam
Tujuan pernikahan Kristen tidaklah jauh berbeda dengan tujuan pernikahan pada umumnya. Sepasang ciptaan Tuhan ditakdirkan bersama dan mengikatkan janji suci sehidup semati atas nama Kristus yang penuh cinta kasih.
Dari mulai anak muda hingga pasangan suami istri yang telah menikah pun sering kali masih bertanya-tanya mengenai tujuanpernikahan Kristen sesuai dengan Alkitab. Tak jarang, mereka yang tak mengetahui tujuan-tujuan yang disakralkan tersebut lantas merasa hilang dan tersesat. Perlu diketahui bahwa manusia membutuhkan orang lain. Ketika manusia yang ditemuinya adalah “tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2: 23).
Lalu kedua manusia ini menjadi satu kembali dalam ikatan perkawinan. Namun yang terjadi begitu banyak alasan dari pribadi satu sama lain yang mendasari hidup tidak lagi saling mengasihi tetapi saling menyakiti, termasuk masalah sex yang seringkali menjadi alasan untuk perselingkuhan.
Sebagai akibatnya, perceraian adalah satu-satunya solusi yang dipikirkan. Padahal, perceraian bukanlah sesuatu hal yang disenangi oleh Tuhan. Bahkan, Tuhan melalui firman-Nya selalu membenci sebuah perceraian atau perpisahan dari dua orang terkasih.
Jadi bagaimana kita dapat memahami tentang sex dalam pernikahan Kristen? Marilah kita bersama-sama belajar tentang sex dalam pernikahan kristen
1. Perbuatan seks di luar pernikahan adalah berdosa; semua orang Kristen mengetahui hal ini, dan begitu pula orang yang belum percaya. Tidak melakukan seks dalam pernikahan (dalam situasi umumnya) juga adalah
berdosa; hal ini mungkin tidak disadari oleh semua orang. Berdasarkan I Korintus 7:3-5, seks dalam pernikahan adalah suatu hutang tersendiri. Alkitab memiliki hal-hal yang penting untuk dikatakan mengenai kelajangan, pernikahan dan seks. Karenanya gereja harus mengajarkan topik ini. Gereja mengajarkan topik ini dalam konseling pastoral dalam persiapan sebelum menikah. Orangtua yang bijak juga akan membicarakannya kepada anak-anak mereka dalam masalah ini sebagaimana Salomo juga membicarakannya kepada anaknya dalam Amsal (mis, Ams. 2:16-19, 5:3-23).
Tentu saja, tingkah laku dan juga persoalan dari ajaran Kristen pada pernikahan dan seks sangat berbeda dari hal yang dari dunia. Kita tidak bertujuan untuk berlagak alim, maupun berpura-pura munafik. Malahan kita memberitakan ajaran Alkitabiah mengenai seksualitas secara murni dan gamblang
I Korintus 7:3 berkata mengenai suami dan istri “memenuhi kewajibannya” satu sama lain: “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya”. “Memenuhi kewajibannya” ini tidak berarti bahwa suami dan istri sekadar harus menunjukan kebaikan satu dengan yang lain pada pengertian umum. Pikirkanlah konteks tersebut. Suatu tujuan pernikahan adalah untuk “menghindari percabulan” (1 Korintus 7 ayat 2). Dalam pernikahan, pasangan anda mempunyai otoritas atas tubuhmu, khususnya dalam pernikahan di tempat tidur (ayat 4). “Saling menjauhi” dalam ayat 5 mengacu pada tidak adanya penguasaan seksual diri. Maka “memenuhi kewajibannya” dalam I Korintus 7:3, khususnya mengacu pada kebaikan memenuhi tugas kepada pasangan kita dalam persetubuhan seksual.
“Kewajiban” seksual ini adalah “pemenuhan” bagi pasangan suami/istri yang harus saling dihargai, dihormati, dan dijalankan dengan penuh rasa takut akan Tuhan, dan juga tanggungjawab yang penuh atas janji suci yang sudah dikatakan dihadapan Tuhan.
2. “Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (I Kor. 7:4). Pendamping (suami) anda memiliki otoritas atas tubuh anda secara seksual; bukan anda, begitu pula sebaliknya Beberapa orang mungkin keberatan bahwa mereka tidak ingat memberikan otoritas atas tubuh mereka dalam janji pernikahan mereka. Bisa jadi bahwa hal ini tidak disebutkan dalam banyak kata-kata, tetapi natur pernikahan sebagai ”satu daging” menyiratkan bahwa pasangan anda memiliki otoritas atas tubuh anda secara seksual dan bukan diri anda. Inilah yang benar, meyakini
pemikiran Kristen. Tentu saja, hal ini juga merefleksikan pernikahan agung seseorang di mana pernikahan-pernikahan kita tersebut direfleksikan.
Kita harus saling memahami, menghormati, mengerti dan dapat melayani satu sama lain sebagai pasangan suami istri. Janganlah dengan berbagai alasan tidak mau melayani suami atau sebaliknya. Sehingga suami istri dapat terus menjalankan sex dalam pernikahan dengan penuh hormat atas janji pernikahan mereka. Kita perlu tahu bahwa seringkali penolakan untuk melayani suami atau istri menjadi masalah yang kecil dan akan menjadi besar yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah perselingkuhan dan hal ini membawa kita dalam dosa-dosa yang seharusnya tidak kita lakukan.
Ingat bahwa dosa-dosa pernikahan menghalangi doa-doa anda, “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (I Petrus 3:7). Doa pada altar keluarga menjadi sukar; doa-doa tidak terjawab. Pembacaan Kitab Suci hanya menjadi rutinitas.
Akhirnya hal ini mungkin mengakibatkan altar keluarga menjadi kendor atau benar-benar terabaikan.
Ingatlah, tujuan pernikahan kita adalah untuk menghindari percabulan (1 Korintus 7:2; bdk. Ams. 5:18-20). Janganlah saling menipu!
3. I Korintus 7:3-5 mengajarkan bagian dari panggilan para suami dan istri dan dalam I Korintus 7:3-4 menekankan kesetaraan antara suami dan istri: suami harus “memenuhi kewajiban” kepada istrinya dan ”demikian pula” sang istri kepada suaminya (ayat 3), dan suami memiliki otoritas atas tubuh istrinya ” tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya” (ayat 4). Maka dalam seks, begitu pula dalam segala hal, suami orang Kristen dan istri orang Kristen harus saling mencari kesenangan pihak lain (suami/istri) dan bukan kesenangannya sendiri dalam bercinta” tidak mencari keuntungan diri sendiri” (1Kor. 13:5).
Maka apa peran seks dalam pernikahan? Pertama, seks bukanlah satu-satunya dalam pernikahan, tetapi juga “memenuhi kewajibannya”, menyediakan makanan dan pakaian yang layak bagi seorang istri, bahkan dalam masa depan istri dan keluarganya, bahkan yang lebih mendasar, para suami harus mengasihi istrinya dan para istri harus tunduk kepada suaminya (Ef. 5:22-33). Selain itu, para suami harus mengatur istrinya dalam kasih dan para istri harus menjadi penolong bagi para suaminya (Ef. 5:22-33; Kej. 2:20)
Kedua, seks bukanlah hal utama dalam pernikahan. Hal utama adalah persahabatan, janji didalam Tuhan, seperti yang tertulis, “Dan kamu bertanya
öleh karena apa?”. Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi anatara engkau dan istri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. (Maleakhi 2: 14)). Mereka yang hanya mementingkan bersetubuh, akan sangat berputus-asa di dalam hidupnya.
Ketiga, seks bukanlah dasar dari pernikahan. Kebenaran Firman Allah adalah fondasi ikatan pernikahan Kristen. Janji pernikahan yang satu dengan lainnya didasarkan atas kesatuan dalam Firman Allah dalam Kristus.
Kemudian di mana seks terjadi dalam pernikahan? Pertama, di sana harus ada kasih Allah dlama hati dan hidup anda bagi pendamping anda. Yang mengalir dari kasih, dan sebagai ekspresi kasih tersebut adalah berkat persetubuhan Kristen. Maka meskipun seks dalam pernikahan merupakan suatu panggilan dan tugas, hal itulah lebih dari sebuah tugas. Hal itulah hal yang menyukakan dan membahagiakan, hal yang bersifat alami dan sukarela, suatu ungkapan saling mengasihi dan menyayangi
I Korintus 7:3-5 mengandung beberapa pelajaran yang sangat penting. Pertama, persetubuhan seksual antara suami istri adalah saling memenuhi kewajiban dalam satu pernikahan Kedua, Saling menghargai, menghormati, mengerti dan dapat melayani satu sama lain (suami istri) dalam “memenuhi kewajiban” mereka (3-5).
Ketiga, seks bukanlah dasar dari pernikahan, karena perlu kita ketahui bahwa Dasar dalam Pernikhan adalah kesatuan dalam Firman Allah di dalam Kristus PENDALAMAN
Tema
“Anak dan Orang Tua” Referensi Alkitab: Efesus 6:1-9
Penulis Let. Kolonel Herlina Widyanoadi
Kaum wanita yang diberkati Tuhan, hubungan antar keluarga, anak harus mentaati dan menghormati orang tuanya, dan orang tua jangan menyakiti anaknya agar anak tidak tawar hati terhadap orang tuanya. Anak-anak adalah milik Tuhan, karena itu orang tua harus memperlakukan mereka dengan hormat dan mengajar mereka tentang Tuhan. Keluaran 20:12 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu ditanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu”, mengingatkan orang-orang Kristen bahwa ketaatan anak-anak kepada orang tua mereka adalah jalan untuk mencapai salah satu janji Allah, yaitu kebahagiaan dan umur panjang.
Menghormati berbeda dengan mentaati, mentaati adalah suatu tindakan, menghormati adalah suatu sikap. Ada kemungkinan anak-anak mentaati orang tua tetapi mereka tidak menghormati, anak-anak perlu sikap menghormati, roh yang menghormati. Dampak dari menghormati maka anak-anak bahagia dan panjang umur.
Berbahagia adalah menjadi makmur dalam berkat-berkat materi, dan hidup lama adalah memiliki umur panjang. Kemakmuran dan umur panjang adalah berkat-berkat Allah dalam hidup ini bagi mereka yang menghormati orang tua mereka. Jika kita ingin memperpanjang hari-hari kita dan menikmati berkat-berkat, kita harus belajar menaati dan menghormati orang tua kita. Perintah menghormati orang tua adalah perintah yang penting dengan suatu janji.
Kaum wanita yang diberkati Tuhan, mari kita menyimak kembali Efesus 6:1-9
Beberapa pertanyaan yang perlu didiskusikan:
1. Apa yang merupakan nasehat Tuhan bagi anak-anak? Mengapa anak-anak harus mentaati perintah Tuhan?
2. Tuhan juga meminta kita untuk menghormatiorang tua (Efesus 6:2,3). Menurut pemahaman kaum wanita apa perbedaan menghormati dan taat pada orang tua?
3. Menurut kaum wanita apa saja sikap orang tua yang dapat menyakiti hati anaknya? Jelaskan!
4. Orang tua merupakan wakil Allah dalam mengasihi, mendidik dan mendewasakan kita. Apa saja sikap yang dapat membuat orang tua sedih dan kuatir?
5. Apa yang dapat dilakukan sebagai bentuk ketaatan dan sikap menghormati orang tua? Dan apa yang menjadi hambatan untuk melakukan hal tersebut?
Tema
“Identitas saya di dalam Kristus”
Referensi Alkitab: Kejadian 1:27; Efesus 2:10
Penulis Let. Kolonel Lyn Hills
Tema penelaahan Alkitab kita adalah 'Identitas saya di dalam Kristus'. Sebelum kita menggali Firman Tuhan ini, saya mengajukan dua pertanyaan untuk Anda:
• Siapakah Anda?
• Bagaimanakah Anda menggambarkan diri Anda? (Luangkan waktu di kelompok Anda agar orang-orang membagikan jawaban atas pertanyaan tersebut)
Jawaban saya sendiri mungkin seperti ini:
• Opsir Bala Keselamatan
• Seorang Istri
• Seorang Ibu
• Seorang Nenek.
Bila Anda melihat daftar saya, mungkin daftar ini terlihat seperti daftar Anda. Saya bertanya di dalam hati, apakah kita melihat nilai dan harga kita melalui hubungan dan tanggung jawab yang kita miliki dan apa yang kita lakukan, bukannya dari siapa diri kita sebenarnya? Jadi, perkenankan saya mengajukan pertanyaan lagi – 'siapakah Anda'?
• Firman Tuhan memberitahukan kepada kita, 'Pada mulanya Allah menciptakan...'
o Dia berbicara dan menerbitkan terang dari kegelapan.
o Dia berbicara dan memisahkan tanah dari air
o Dia berbicara dan bumi menghasilkan semua jenis tanaman dan pepohonan
o Dia berbicara dan bintang-bintang bersinar di langit pada malam hari
o Dia berbicara dan memenuhi laut dengan berbagai macam ikan dan langit dengan burung-burung
Tetapi ketika sampai pada menciptakan manusia menurut gambar-Nya, kita membaca bahwa Allah berlutut, mengambil debu tanah dan membentuk manusia - dan kemudian dengan lembut dan penuh kasih Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam tubuh itu (Kejadian 2:7) Saya bertanya lagi kepada Anda, 'Siapakah Anda'?
• Anda adalah keajaiban ciptaan Allah –
• Diciptakan dengan penuh kasih serupa dengan Allah.
Pemazmur mengungkapkannya seperti ini:
13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib (Mazmur 139:13-14)
Pertanyaan untuk refleksi pribadi:
• Bagaimana diciptakan dengan penuh kasih serupa dengan Allah berdampak pada rasa nilai dan harga Anda?
• Bagaimana hal ini memengaruhi cara saya melihat orang-orang di sekitar saya yang juga diciptakan serupa dengan Allah?
Kita Diciptakan dengan penuh kasih dalam keserupaan dengan Allah.
Sekarang marilah kita melihat Efesus 2:10 Dalam kitab Efesus, Paulus membantu kita merenungkan siapakah diri kita di dalam Kristus.
Untuk membantu kita mendapatkan gambaran lengkap tentang untuk siapa kita diciptakan, pertama-tama kita perlu melihat Efesus 1: 3-13. Marilah kita lihat beberapa kata kunci dari bagian ini:
Dipilih (ayat 4)
Betapa menyenangkan rasanya bila kita diperlukan; diperhatikan dan diikutsertakan serta dipilih. Ketika saya masih bersekolah, kami terkadang memilih tim untuk berolahraga. Kami semua akan berbaris, menunggu ketua tim untuk memilih siapa yang mereka inginkan di tim mereka. Para pemain terbaik dipilih terlebih dahulu, dan sisanya akan menunggu beberapa waktu sebelum akhirnya mereka dipilih, dan nama mereka dipanggil. Saya tidak pernah mahir berolahraga jadi saya akan selalu menjadi yang terakhir untuk dipilih. Tidaklah menyenangkan rasanya bila kita dibiarkan menunggu sampai akhir.
Kabar baiknya adalah bahwa Anda bukanlah yang terakhir dalam antrian sejauh melibatkan Allah. Alkitab memberitahu kita bahwa Allah Bapa telah memilih Anda bahkan sebelum dunia dijadikan untuk berhubungan dengan-Nya. Anda dipilih oleh Allah untuk menjadi Kudus dan Tak Bercacat di hadapan-Nya. Bagaimana perasaan Anda mengetahui bahwa Anda telah dipilih oleh Allah sendiri?
Diterima / Diakui (ayat 5-8)
Pengakuan Iman Bala Keselamatan nomor 5 mengingatkan kita bahwa orang tua pertama kita (Adam dan Hawa) kehilangan kesederhanaan, kemurnian dan kebahagiaan mereka karena ketidaktaatan mereka. Di dalam ayat 5 - 8 Paulus mengingatkan kita bahwa kekudusan Adam yang hilang sedang diperbarui di dalam kita oleh Kristus. Melalui penderitaan dan kematian-Nya, kita diampuni, dibebaskan dari dosa dan kesalahan masa lalu, dan disambut serta diakui untuk masuk ke dalam keluarga Allah. Anda adalah anak Allah! Anda diberi semua hak dan kehormatan istimewa Kerajaan Allah.
Anda diterima oleh karena Yesus!
• Luangkan waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Allah dan merenungkan kebenaran yang mengagumkan itu.
• Akuilah dosa-dosa Anda dan bersyukurlah atas pengampunan yang Anda terima.
Dimeteraikan (ayat 13)
Pada zaman Alkitab, meterai digunakan untuk menunjukkan kepemilikan. Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus Allah, menandakan kita sebagai milik Tuhan ayat 13. Saya telah dikaruniai 2 orang putri. Kalau saya dapat menunjukkan foto-foto mereka, saya yakin Anda akan melihat kemiripan keluarga. Ketika orang-orang melihat Anda, apakah mereka juga melihat kemiripan keluarga? Kemiripan keluarga melampaui penampilan. Hal itu juga terlihat dalam tingkah laku mereka, dalam selera humor mereka, dalam cara mereka berbicara dan bereaksi.
Roh Kudus yang memeteraikan kita sebagai milik Kristus, juga melakukan pekerjaan transformasi di dalam kita, yaitu menghasilkan di dalam kita adanya keserupaan dengan Allah.
Lihatlah sekarang di Galatia 5: 22-23. Apa saja ciri-ciri keluarga yang harus kita tunjukkan sebagai Anak-anak Allah?
Saya berdoa agar bagian-bagian yang telah kita pelajari bersama akan mengingatkan Anda bahwa Anda diciptakan oleh Tuhan dan dibuat serupa dengan-Nya. Anda dipilih, diterima, dan dimeteraikan-Nya. Tetapi, lebih dari itu, Anda memiliki suatu tujuan: untuk melakukan pekerjaan baik, yang Allah telah persiapkan sebelumnya untuk kita lakukan. (Efesus 2:10)
Tema
“Hikmat Allah dan hikmat manusia”
Referensi Alkitab: 1 Korintus 1:18 - 30
Penulis
Mayor Amelia Tatilang
Saya selalu kagum ketika menyaksikan pemilik acara Mata Najwa membawakan acaranya. Kemampuan Najwa Shihab mengolah kata ketika mengajukan pertanyaan kepada para narasumber yang jadi bintang tamu sehingga para narasumber terpancing untuk mengungkapkan banyak hal sebagai jawaban atas pertanyaan, bahkan seringkali waktunya tidak cukup.
Begitu juga kekaguman saya atas para motivator yang di acara TV dan di media sosial lainnya. Kata kata menjadi kalimat kalimat indah seakan menghipnotis saya, bahkan kadangkala saya ikut mengutip kata kata motivasi yang mereka berikan.
Lalu, bagaimana sikap orang - orang dalam mendengarkan Injil dan sikap kita dalam memberitakan Injil? (Sharing pengalaman)
Rasul Paulus mengatakan (ayat 18) bahwa pemberitaan Injil yang dia lakukan menghasilkan dua (2) efek yang berlawanan. Pertama: Injil merupakan kekuatan Allah bagi orang yang diselamatkan. Artinya, Kedua: Injil dianggap sebagai kebodohan oleh orang -orang yang akan binasa.
Kalau orang menganggap Injil sebagai kebodohan, bukankah berarti mereka menganggap diri mereka sebagai orang yang berhikmat? Padahal dalam Yesaya 29: 14 yang di kutip Rasul Paulus (pada ayat 19) menyatakan bahwa hikmat orang
berhikmat dan kearifan orang bijak telah di binasakan oleh Allah. dengan kata lain tidak ada orang berhikmat dan tidak ada orang bijak.
Hikmat dan kebijaksanaan manusia tidak akan memampukan orang untuk mengenal Kristus, juga tidak mampu membebaskan manusia dari dosa dosa. Melakukan perbuatan-perbuatan dosa adalah bukti kebodohan manusia / manusia tidak berhikmat. Dan dengan menerima Injil yang di beritakan maka manusia terlepas dari segala kebodohannya.
Hanya orang yang tidak memiliki apa apa (‘membodohkan’ dirinya) yang dapat percaya bahwa Injil Kristuslah yang akan memampukan orang untuk memiliki pengenalan akan Kristus, dan yang menjadi tanda adalah SALIB. (Meskipun salib dianggap sebagai tanda kutuk atau hukuman, malahan ada yang mengatakan di dalam salib ada jin. Pemahaman orang yang menyampaikan kalimat itu menjadi bukti bahwa ia tidak berhikmat.
Bagi kita yang mengabarkan Injil dan yang menerima Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan kiranya kita menghargai Injil melebihi segala hikmat dan kata kata bijak yang disampaikan oleh para motivator atau inspirator dunia ini.
Sebaik baiknya motivasi yang di sampaikan para motivator pintar, di dalam nya tidak terdapat kekuatan yang menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman kekal.
Karena itu, bertekadlah untuk menyediakan waktu membaca dan merenungkan injil yang merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Tuhan Yesus memberkati kita.
Tema “Kejadianku Dahsyat dan Ajaib”
Referensi Alkitab: Mazmur 139: 13 – 16
Penulis Let. Kolonel Elsi Sarimin
Beberapa waktu belakangan ini, kaum wanita secara umum memiliki perhatian khusus pada jenis-jenis bunga atau tanaman hias yang memiliki bentuk, warna-warna dan ukuran yang berbeda-beda. Pemberian nama jenis tanamanpun menjadi viral karena di publikasikan melalui berbagai media sosial sehingga pengetahuan dan minat untuk memelihara aneka bunga dan tanaman hias tersebut meningkat, bahkan ironis bahwa beberapa ibu rumah tangga kehilangan bunga dan tanaman hias kesayangan mereka karena banyaknya orang tidak bertanggung jawab/pencuri yang mengambilnya.
Di bandingkan dengan mengagumi keindahan bunga dan tanaman hias tersebut, pernahkah kita merenungkan bagaimana Tuhan menciptakan berbagai keindahan tersebut? Betapa kita kagum melihat bagaimana Ia menciptakan setiap bunga dan tanaman hias sangat indah, setiap jenis memiliki bentuk, warna dan ragam yang berbeda dan pasti kita bersyukur memiliki Tuhan, Sang Pencipta yang luar biasa.
Wanita dan bunga adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa dan tentu wanita lebih berharga dan mulia dari bunga atau tanaman hias seindah apapun yang diciptakan Tuhan.
Sejak dari awal mula Penciptaan, Tuhan Allah menciptakan wanita itu serupa dengan gambar dan rupaNya (Kejadian 1:2 7) dan tidak ada satu kelahiran seorang wanitapun yang memiliki kesamaan total antara satu dengan yang lainnya. Wanita diciptakan secara khusus oleh Tuhan dengan karunia-karunia yang berlimpah agar dapat melaksanakan peran dan tugasnya sebagai penolong yang sepadan dengan laki-laki,
tugas sebagai penolong tidak berarti wanita memiliki posisi lebih rendah dari lakilaki, tetapi sepadan. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti sepadan adalah mempunyai nilai (ukuran, arti, efek, dan sebagainya) yang sama; sebanding (dengan); seimbang (dengan); berpatutan (dengan), sehingga hanya seorang wanita yang bisa menjadi penolong seorang pria dalam kehidupan berkeluarga yang dikehendaki Tuhan.
Penulis kitab Mazmur adalah seorang laki-laki dan secara menakjubkan ia memberikan gambaran bagaimana “kandungan ibu = kandungan seorang wanita” telah menjadi tempat dimana secara ajaib Tuhan berkarya, Tuhan menciptakan dan memeliharanya sebagai jabang bayi. Tuhan memiliki kekuasaan yang tak terbatas ketika menciptakan wanita sehingga sangat penting bagi seorang wanita untuk menjaga kekudusan tubuhnya sebab Tuhan memiliki rencana khusus dalam diri tiap wanita untuk proses dimana seorang janin akan bertumbuh dalam kandungannya.
Sekalipun tidak semua wanita dapat mengalami proses menakjubkan ini, rencana dan kehendak Tuhan bagi setiap wanita adalah agar wanita terus hidup dalam kekudusan untuk kemuliaan bagi Tuhan. (1 Petrus 1:15-16, TB).
“Kejadianku dahsyat dan ajaib” – pernyataan ini adalah sebuah ungkapan yang menyatakan karya Tuhan yang sempurna dalam kehidupan kita, kita memiliki bentuk jasmani, rohani, kemampuan, talenta dan kelebihan-kelebihan yang berbeda sekalipun ada kelemahan dan kekurangan menurut kita (manusia) dan Tuhan sanggup memakainya untuk menggenapi rencanaNya dalam kehidupan kita.
“Kejadianku dahsyat dan ajaib” – pernyataan ini adalah sebuah ungkapan yang keluar dari jiwa yang benar-benar menyadari akan kasih Tuhan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang dan kasih Tuhan ini mengubahkan seluruh kehidupannya menjadi seperti Kristus. Kasih Tuhan telah menguasai hati dan jiwanya sehingga ia akan dipenuhi dengan kerinduan untuk membagikan kasih Tuhan itu kepada orang lain.
“Kejadianku dahsyat dan ajaib” – adalah sebuah kalimat yang memberanikan kita untuk terus menjalani kehidupan kita sebagai kaum wanita terutama ketika kita menghadapi tantangan dan kesulitan, dengan mengingat bagaimana Allah menciptakan kita secara luar biasa, itu akan menuntun kita pada kebenaran tentang Tuhan Allah yang Mahakuasa, yang memiliki kekuatan dan kuasa untuk menolong kita dalammenghadapi tantangan dan kesulitan itu. Kebenaran ini akan membuat kita semakin kuat dan tangguh serta tidak gampang menyerah.
Pertanyaan-pertanyaan untuk direnungkan secara pribadi/didiskusikan:
1. Baca kembali Kejadian 1:27 dan apa yang Anda pikirkan tentang penciptaan kita sebagai wanita sesuai dengan gambar dan rupa Allah?
2. Sebutkan hal yang paling Anda syukuri kepada Tuhan dalam diri sebagai seorang wanita?
• Secara jasmani
• Secara rohani
3. Hal-hal lainnya (misalnya kemampuan, talenta, karunia dll).
4. Bagaimana Anda merawat hal-hal yang paling Anda syukuri tersebut Tuhan?
5. Buatlah komitmen/doa pribadi untuk mensyukuri keutuhan hidup Anda sebagai wanita Kristen.
“Janganlah kecantikanmu hanya kecantikan luar, seperti misalnya menghias rambut atau memakai perhiasan, atau berpakaian yang mahal-mahal. Sebaliknya, hendaklah kecantikanmu timbul dari dalam batin, budi pekerti yang lemah lembut dan tenang; itulah kecantikan abadi yang sangat berharga menurut pandangan Allah”. (1 Petrus 3: 3-4, terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini – BIMK)
Referensi Alkitab: 1 Samuel 25: 14 – 38
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata cerdik adalah cepat mengerti (tentang situasi dan sebagainya) dan pandai mencari pemecahannya dan sebagainya. Arti lainnya dari cerdik adalah panjang akal. Arti kata bijaksana adalah pandai dan hati-hati (cermat, teliti dan sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya. Contoh: dengan bijaksana ia menjawab pertanyaan yang bersifat menjerat. Arti lainnya dari bijaksana adalah selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya).
Seorang yang bijaksana pasti cerdik, tapi seorang yang cerdik belum tentu bijaksana.
Kisah Abigail merupakan kisah yang menjelaskan bagaimana sikap bijaksana dapat menyelesaikan dan mengatasi kebodohan. Daud mengutus orang-orangnya kepada Nabal, seorang yang kaya tetapi kasar dan jahat kelakuannya, untuk memperoleh sedikit bantuan, karena menurut Daud, ia telah melindungi harta milik Nabal. Tetapi Nabal menolak dan menjawab dengan kasar. Daud menjadi marah dan memutuskan untuk membunuh semua laki-laki yang ada pada Nabal (I Sam. 25:34).
Saat rencana Daud diketahui oleh Abigail, isteri Nabal, maka perempuan bijak ini segera bertindak, tanpa memberitahu suaminya, dengan mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis, dan dua ratus kue ara, dan segera menemui Daud, sebelum Daud datang menyerang keluarganya. Dengan bijaksana, Abigail mengambil sikap merendahkan diri dihadapan Daud, ia sujud di kaki Daud, serta memberi alasanalasan yang dapat diterima Daud. Langkah Abigail ini diterima Daud, bahkan Daud memuji Tuhan Allah Israel yang telah mengutus Abigail untuk mencegahnya melakukan hutang darah, dan bertindak sendiri dalam mencari keadilan. Kita tahu kisah selanjutnya, dimana sepuluh hari kemudian Tuhan memukul Nabal sehingga mati, dan Abigail menjadi isteri Daud, serta melahirkan Kileab baginya.
Melalui kisah ini kita melihat bagaimana sikap bijaksana Abigail, dapat meredam kemarahan Daud. Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini bahwa, seorang isteri yang hebat tidak cukup dilihat dari kecantikan luar (fisik) saja, melainkan juga harus cantik secara batin (rohani). Banyak perempuan yang cantik secara fisik, tetapi tidak memiliki hati yang cantik. Di sisi lain, ada perempuan yang mungkin secara fisik biasa-biasa saja, tetapi memiliki batin yang luar biasa. Isteri yang bijak adalah isteri yang rendah hati, yang dapat menyelesaikan masalah dan membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik. Ia menjadi orang yang cantik di hadapan manusia dan di hadapan Tuhan, dengan perkataan-perkataan yang lembut dan menyejukkan hati.
Perannya tidak harus terlihat secara kasat mata, tetapi pengaruhnya dapat dialami oleh banyak orang. Pepatah “Dibalik pria sukses ada wanita hebat dibelakangnya” menyiratkan bagaimana dukungan dan pengaruhbaik istri bagi suami sangat penting.
Seorang istri yang takut Tuhan akan mempraktekkan kebenaran Firman dalam mengerjakan tanggungjawab rumah tangganya, Ams. 31: 12 “Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.” Kepada anak – anaknya ia mengajarkan hal takut akan Tuhan, Ams. 31: 28, 30 “Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.”
Tuhan menempatkan kita ditengah – tengah keluarga kita untuk melaksanakan misi kerajaan Allah. Ketika kita melaksanakan misi itu dalam roh takut Tuhan, maka ia akan mengerjakan bagianNya bagi kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan anakanak-Nya, yang hidup benar di hadapan-Nya. Ia mengangkat anak-anak-Nya ke tempat yang lebih tinggi lagi, Amsal 23:18 “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”.
Sebagaimana Tuhan memberkati Abigail dengan memberikan kesempatan kepada Abigail untuk menjadi isteri Daud, yang nantinya akan menjadi raja atas bangsa Israel, demikian juga Tuhan akan memberkati kita ketika kita hidup benar di hadapan Tuhan. Ia akan mengangkat kita sebagai anak kesayangan-Nya ke tempat yang lebih tinggi lagi. Bukan hanya kita, tetapi keluarga, suami dan anak-anak kita.
1. Sebagai seorang istri yang mendukung suami, menurut anda sifat-sifat Abigail mana yang paling menarik, yang dapat kita terapkan dalam rumah tangga kita?
2. Ketika terjadi konflik antara suami – istri; bagaimana seharusnya sikap kita sebagai istei yang takut akan Tuhan mengambil langkah pertama untuk menyelesaikan masalah yang terjadi? (dengan pertimbangan mengalah bukan berarti ‘kalah,’)
3. Dalam mempraktekkan sikap cerdik dan bijaksana, bagaimana kita menghadapi dan mendidik anak – anak kita dalam pengenalan dan cinta Tuhan, di zaman yang familiar dengan teknologi yang sangat bergantung pada gadget?
Sebagai pedoman bagi kita dalam menjalani kehidupan ini: Ams. 31: 30 “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”
Tema “Kutuk dan Berkat”
Referensi Alkitab: Yesaya 53: 1 – 3 Ratapan 1:1-12
Penulis Lt. Col. Debi Kape
Setiap hari kita diperhadapkan dengan pilihan dan dalam setiap pilihan tersebut hanya ada dua jawaban ya atau tidak masing – masing dengan konsekuensinya. Dalam mengikut Tuhan juga hanya ada dua pilihan hidup dalam ketaatan atau tidak taat.
Bagian Firman Tuhan ini di awali dengan Musa menyampaikan perintah kepada bangsa Israel setelah mereka memasuki Tanah Perjanjian. Musa membagi 12 (dua belas) suku menjadi 2 kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok untuk memberkati, dan janji berkat itu disampaikan dari gunung Gerizim oleh suku Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Yusuf, dan Benyamin. Tuhan menjanjikan berkat atas orang yang mentaati hukum-Nya. Kelompok yang kedua adalah kelompok untuk mengutuki. Kutukan akibat ketidaktaatan disampaikan dari gunung Ebal oleh suku Ruben, Gad, Asyer, Zebulon, Dan, serta Naftali (11-14). Kedua gunung ini dipisahkan oleh lembah sehingga suara dapat terdengar dari kedua gunung ini.
Kaum Lewi harus membacakan Berkat-berkat maupun kutuk yang terkandung di dalam perjanjian antara Allah dengan Bangsa Israel, dan perjanjian itu harus dipatuhi oleh seluruh Bangsa Israel. Mari kita perhatikan ayat 15 sampai dengan 26, bangsa Israel tidak hanya mengucapkan kata “Amin “untuk setiap ayat yang mengandung berkat Tuhan tetapi untuk setiap ayat yang mengandung kutukanpun mereka mengucapkan kata “Amin “itu berarti mereka mengerti dengan jelas setiap konsekuensi yang akan mereka terima. Dalam bagian ini ada banyak kutuk Tuhan yang disampaikan seperti:
a. Kutuk Tuhan akan berlaku bagi Orang yang membuat allah lain
b. Kutuk Tuhan bagi orang yang tidak menghormati orang tuanya
c. Kutuk Tuhan bagi orang yang suka berbuat kejahatan terhadap orang lain
d. Kutuk Tuhan bagi orang yang menyesatkan orang lain
e. Kutuk Tuhan bagi orang yang melakukan penyimpangan seksual
f. Kutuk Tuhan bagi orang yang membunuh dan menerima suap untuk membunuh
g. Kutuk Tuhan bagi orang yang sudah mendengar hukum Taurat (Firman Tuhan) tetapi tidak melakukannya dalam perbuatan.
Secara sepintas kita lihat bahwa perintah Tuhan ini sangat keras. Mengandung ancaman. Dengan memperhatikan kata “terkutuklah” hal ini memberi pengertian bahwa untuk mentaati perintah Tuhan di perlukan komitmen yang tinggi, penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Alkitab tidak hanya berbicara tentang berkat tetapi juga berbicara tentang hidup yang sesuai dengan standar Tuhan. Tuhan itu adil. Saat bangsa Israel hidup dalam ketaatan mendengar dan melakukan perintah-Nya, maka Tuhan memberkati mereka. Tuhan juga memberikan janji-Nya kepada setiap kita yang mau mendengar dan melakukan Firman-Nya dalam kehidupan kita setiap hari, namun kita juga harus ingat bahwa kutuk juga akan menjadi bagian kita saat kita tidak melakukan perintah-Nya. Belajar untuk mengatakan “Amin” untuk setiap Firman Tuhan yang kita dengar baik itu janji berkat maupun Firman Tuhan yang keras dan tidak mengenakkan hati.
Bahan Diskusi:
1. Jelaskan apa itu Kutuk dan Berkat
2. Tuliskan kutukan apa saja yang tercatat pada pembacaan ini.
3.
Apa pendapat anda tentang Hidup menurut standar Tuhan
4. Ada berapa kelompok yang Musa tentukan untuk menyampaikan Kutuk dan Berkat. Sebutkan nama – nama dalam setiap kelompok tersebut.
5. Apa dampak bagi pribadi dan keluarga kita saat hidup dalam ketaatan. Berikan contoh.
Berbicara tentang kutuk dan Berkat tentu sebagai umat pilihan bangsa Israel di perhadapkan dengan 2 pilihan. Bangsa Israel tidak punya pilihan lain selain mentaati hukum dan perintah Tuhan. Sebab hanya dengan hidup dalam ketaatan kepada hukum Tuhan, maka berkat itu menjadi bagian mereka. Sedangkan jika mereka memilih hidup dalam ketidaktaatan hanya akan mendatangkan kutukan, konsekuensinya dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya. Demikian juga dengan kita yang hidup pada jaman ini, pilihan juga diberikan kepada kita. Mau hidup taat pada perintah Tuhan atau tidak.
Kutuk adalah ucapan yang mengandung ancaman hukuman karena pelanggaran terhadap perintah Allah. Berkat merupakan hasil dari kita mendengar dan melakukan perintah Allah dengan setia.
Referensi Alkitab: Yakobus 3: 1 – 12
Mayor Naolin SuprayitnoLidah adalah alat kecil, tetapi pengaruhnya sama sekali tidak kecil. Oleh gerakan lidah, dapat membawa berkat yang manis, tetapi juga celaka yang sangat pahit. Ada satu cerita pada suatu hari seorang koki menyiapkan meja makan. Katanya:” Tuan, pesanan tuan telah saya kerjakan, yaitu memasak barang yang paling enak, silahkan makan!” Sesudah makan tuan itu memanggil kokinya, katanya:” memang sup lidah yang kamu masak itu enak sekali. Besok masakan aku dari barang yang paling tidak enak!” Pada keesokan harinya dengan keheranan tuan itu memanggil kokinya, katanya: “Apakah engkau lupa pesananku kemarin? Masakkan untuk aku barang yang paling tidak enak. Mengapa engkau buat lagi masakan lidah seperti kemarin, barang yang paling enak?” Dengan tenang koki itu menjawab katanya: “Saya tidak keliru tuan, sebab barang yang paling enak dan yang paling tidak enak, barang yang paling baik dan barang yang paling tidak baik itulah LIDAH. Sebab dengan lidah ini kita dapat menyenangkan hati seseorang, tetapi dengan lidah ini juga dapat sangat mendukacitakan hatinya.
Dengan lidah ini hidup kita dapat menjadi enak, tetapi dengan lidah ini juga kita dapat membuat hidup kita menjadi sangat tidak enak. Dosa karena lidah adalah dosa yang dikeluarkan dari mulut yang diungkapkan melalui kata-kata yang tidak menyenangkan didengar oleh orang lain. Lidah merupakan anggota kecil, tetapi lidah juga dapat mendeteksi kondisi fisik seseorang melalui kata-kata yang diucapkannya seperti yang diatas. Artinya seseorang dapat mendeteksi orang lain apakah ia dewasa dalam Tuhan atau tidak itu semuanya dapat diketahui melalui kata-kata yang diucapkannya. Dengan lidah manusia memuji nama Tuhan, tetapi dengan lidah yang sama manusia mengutuk manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Alllah. Dari lidah yang sama keluar berkat dan kutuk (Yakobus 3:1-12).
PenulisDisini Yakobus menegaskan, “Hal ini saudara - saudaraku, tidak boleh demikian terjadi di antara kamu” (Yak.3:10). Yakobus mengingatkan kepada orang Kristen yang berprofesi sebagai guru agar berhati-hati dalam berkata berkata-kata karena jadi seorang pengajar sangatlah berat (Yak.3:1). Orang Kristen perlu menguasai diri dalam pengucapannya karena ia tidak terlepas dari setiap kesalahan kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya, sebab itu dapat berdampak positif dan negatif.
Bagaimana seharusnya seorang Kristen menggunakan lidahnya? Pertama, Seorang Kristen hendaklah menyadari dirinya sebagai wakil Allah. Kedua, seorang Kristen hendaklah menjadi orang yang percaya. Ketiga, seorang Kristen hendaklah menjadi dokter yang dapat menyembuhkan luka bagi orang lain. Keempat, seorang Kristen hendaklah menjadi teladan dan menyerupai karakter kristus. Kelima, seorang Kristen hendaklah menjaga dan menguasai lidahnya dalam perkataan. Keenam, seorang Kristen hendaklah menggunakan lidahnya untuk memberkati bukan mengutuk.
Dalam jemaat-jemaat Kristen abad pertama, belum ada keseragaman jabatan. Di sini Yakobus hanya berbicara tentang guru-guru, guru mempunyai peranan penting utama, sama seperti ahli-ahli hukum taurat dalam sinagoge. Khususnya seorang guru berada dalam bahaya untuk bersalah dengan lidahnya, alat utama untuk memberikan pengajaran. Masih ada sebagian besar orang Kristen yang menjadi malas dan tidak komitmen dengan hubungannya bersama Tuhan dan hingga akhirnya ia bersalah menggunakan lidah dengan mengucapkan kata atau kalimat untuk menjatuhkan oranglain. Mereka selalu lalai tidak disiplin dalam perkataan, karena ketidakdisiplinnya ia menghakimi, menyebut kata-kata kotor, tipu muslihat, dan segala macam perkataan jahat. Dan juga orang Kristen belum memahami cara menggunakan kata-kata yang baik untuk membangun orang lain. Sampai ada orang meninggalkan tempat tinggalnya, kawan menjadi lawan hanya oleh karena kata-kata yang tidak menyenangkan baginya. Pengaruh lidah begitu besar. Hal yang tidak diduga bisa saja terjadi oleh karena lalai dalam menggunakannya. Pengaruhnya begitu besar, tetapi untuk mengatasinya begitu sulit. Hal ini mengganggu kehidupan manusia yang masih normal dan menjadi khawatir memikirkan apa yang telah dilakukannya. Hanya bagi mereka saja yang kurang normal yang menggunakan lidanya dengan perkataan yang tidak membuatnya khawatir dan bimbang.
Dalam Yakobus memaparkan secara terperinci akan pentingnya lidah dan bahaya yang akan terjadi apabila lidah disalahgunakan. Iman dalam Kristus harus menimbulkan keinginan dalam hati orang Kristen untuk berbuat baik dan penuh kasih terhadap orang lain. Yakobus memberikan petunjuk
praktis bagaimana hidup berkenan di hati Allah, juga cara mengendalikan lidahbercerita tentang Yesus dan memuji nama-Nya, bukan untuk memfitnah orang lain. Yakobus 3:1-12 memberi kita panduan tentang menjaga lidah sebagaimana dapat kita lihat berikut ini:
1. Banyak kesalahan dibuat oleh lidah. Dengan kata lain, salah satu pergumulan terbesar dalam hidup adalah pergumulan mengekang lidah. Kesalahan terbesar bukanlah pada dosa tidak mengatakan, melainkan pada mengatakan yang tidak seharusnya dikatakan. Orang yang dapat mengendalikan lidah diumpamakan seperti kekang pada mulut kuda dan kemudi pada kapal yang berlayar di tengah angin keras. Singkat kata, pergumulan menguasai lidah diumpamakan seperti pergumulan menguasai kuda dan menerjang badai di lautan. Sungguh suatu pergumulan yang besar!
2. Jika demikian, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya terlebih mudah menuruti kemauan lidah daripada menolaknya. Jika perjuangannya begitu besar, sudah tentu menyerah akan jauh lebih mudah.
3. Akibat dari penggunaan lidah yang tak terkekang adalah dahsyat sehingga dilukiskan seperti kebakaran hutan yang besar dan racun yang mematikan. Perkataan yang tak bertanggung jawab dapat menimbulkan kerusakan yang besar. Banyak relasi rusak akibat lidah; banyak kepercayaan hilang juga oleh lidah, banyak respek yang pudar, juga oleh karena lidah.
4. Pada akhirnya kita harus mengakui bahwa kita lebih sering gagal menguasai lidah, ibarat binatang buas yang tak dapat dijinakkan sepenuhnya.
5. Lebih sering kita menyesali kegagalan kita namun sekali perkataan keluar, kita tidak dapat menariknya kembali.
6. Namun terpenting adalah kita harus membersihkan hati sehingga darinya akan keluar air yang bersih. Dengan kata lain, pengekangan lidah diawali dengan pembersihan hati. Jika kita penuh kemarahan maka kemarahanlah yang akan keluar dari mulut; jika kita penuh kepahitan, maka kepahitan yang akan keluar dari mulut. Sebaliknya, bila hati dipenuhi kasih Tuhan, maka kasihlah yang akan keluar dari mulut. Jika hati penuh iman percaya kepada Tuhan, maka pengharapan dan keyakinanlah yang akan keluar dari mulut.
• Sebelum berkata-kata, pastikanlah kebenarannya terlebih dahulu. Jangan sampai kita menyebarkan gosip yang dapat menghancurkan hidup orang.
• Sebelum berkata-kata, pikirkanlah dampaknya terlebih dahulu dan bertanyalah apakah kita siap menanggungnya.
• Sebelum berkata-kata sesuatu yang berkandungan emosi, tahanlah dan menyingkirlah. Tenangkan hati sampai gejolak reda, baru kemudian timbang lagi apakah memang perlu kita mengatakannya.
• Terakhir, sebelum berkata-kata, ujilah terlebih dahulu apakah ada dosa di dalamnya. Jika ada, berhentilah, jangan meneruskannya.
"Barang siapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat mengendalikan seluruh tubuhnya." (Yakobus 3:2)
Mayor Marisa MangelaJudul kitab ini disebut dengan Tawarikh yang berarti hanya menjadi “catatan tahunan”. Kitab 1 Tawarikh dan 2 Tawarikh pernah hanya menjadi satu kitab saja. Pembagian yang sekarang menjadi 2 jilid muncul ketika Perjanjian Lama diterjemahkan kedalam bahasa Yunani yang sebelumnya bahasa Ibrani, yang dibuat sekitar tahun 150 SM, sekalipun sekarang beberapa kitab mengikutinya. Dalam pengaturan kanon pertama, kitab Tawarikh diletakkan pada akhir Perjanjian Lama. Tradisi Ibrani menegaskan bahwa Ezra adalah penulis kitab Tawarikh.
Sementara Anda membaca kitab 2 Tawarikh ada hal penting yang perlu kita perhatikan yakni, bahwa umat Tuhan tidak pernah mengalami kemenangan peperangan ketika mereka maju berperang mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Hal ini menjadi perenungan kita para wanita bahwa kemenangan hanya terjadi ketika kita bergantung total kepada Tuhan dan memohon pertolonganNya, jika umat Tuhan mengandalkan kekuatan mereka sendiri, maka hal itu juga menunjukkan kehancuran kerohanian mereka.
Inilah salah satu sebab TUHAN menampakkan diri dan berbicara kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya lebih khusus pada ayat 14, “dan umatku yang atas-Nya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajahku, lalu berbalik dari jalan- jalannya yang jahat, maka aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan neg’ri mereka”.
Para wanita yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, pada kenyataannya seringkali kita juga seperti bangsa ini yang mengalami keadaan rohani yang semakin hari semakin menurun. Hal ini terjadi oleh karena beberapa penyebab, bisa jadi karna keadaan yang baik-baik saja sehingga kita merasa kurang membutuhkan kuasa Allah yang dahsyat
itu. Atau barangkali karena begitu beratnya beban hidup, tantangan, cobaan yang datang bahkan dosa-dosa kita yang membuat kita terpuruk, jatuh dalam dosa dan membutuhkan sebuah pemulihan dalamarti kita sedang mengalami peperangan yang hebat sehingga dapat membuat hidup rohani kita menurun bahkan sekarat dan bertanya dimana Allah saat saya menghadapi berbagai keadaan yang sulit ini.
Ayat yang diatas ini cukup terkenal dan sangat penting bagi kita memahaminya, yang menunjukkan sebagai keadaan dan persyaratan dari Allah agar suatu bangsa, umat, kelompok ataupun pribadi mengalami pemulihan dan diberkati. Untuk memahami lebih dalam ayat ini, mari kita menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sebagai penelaahan Alkitab kita.
1. Bagaimana anda memahami tentang kuasa dalam nama Tuhan? Bagikan pengalaman Anda secara singkat.
2. Diskusikanlah maksud dari beberapa kata dibawah dalam ayat 14 ini: - Merendahkan diri - Berdoa - Mencari wajah-Ku - Berbalik dari jalan yang jahat.
3. Dalam ayat 14 ini ada tiga janji Tuhan yang akan kita alami baik pribadi maupun secara kelompok, sebutkanlah janji yang dimaksud!
4. Apa pendapat anda tentang Tuhan melalui ayat ini!
5. Syarat apa sajakah dalam ayat ini untuk mengalami pemulihan rohani?
6. Apa hubungan ayat ini dengan gedung gereja secara fisik? Jelaskanlah!
7. Supaya Anda benar benar mengalami pemulihan secara rohani, dosa atau kejahatan apa yang perlu diakui dan ditinggalkan. Bandingkan dengan 1 Yohanes 1: 9
Kiranya pembahasan dalam Penelaahan Alkitab ini membantu kita para wanita untuk mengetahui dengan jelas bahwa pemulihan rohani berasal dari Allah yang menghendaki kita merendahkan diri, berdoa, mencari wajah-Nya dan berbalik dari setiap tindakan yang melukai hati Tuhan karena sesungguhnya Ia sangat mengasihi kita
Tuhan memberkati para wanita sekalian!
Tema “Memperjuangkan keadilan”
Referensi Alkitab: Keluaran 1: 15 - 22
Penulis Mayor Heniwati SaleBangsa Israel adalah umat pilihan Allah. Ketika berada di Mesir, orang Israel beranak cucu dan sangat banyak jumlahnya dari pada jumlah orang mesir itu sendiri. Bangkitlah serorang Raja baru yang memerintah tanah Mesir yaitu Firaun. Untuk menekan jumlah orang Israel supaya tidak bertambah besar, maka bangsa Mesir menindas orang Israel, tetapi semakin ditindas, makin bertambah banyak dan makin berkembang (Keluaran 1:12)
Maka Raja Firaun menyusun strategi baru untuk menekan jumlah orang Israel yaitu membunuh semua bayi laki-laki umat Israel yang pada waktu itu berada dalam perbudakan dan penindasan bangsa Mesir. Hal itu dipandang jahat oleh Tuhan.
Niat jahat Firaun itu disampaikan kepada para bidan yang menolong perempuan Ibrani melahirkan yaitu Sifra dan Pua. Perintah Firaun adalah semua bayi laki-laki Ibrani harus dibunuh, tetapi bayi -bayi perempuan dibiarkan hidup. (Kel 1: 16 dan Kel 1: 22), namun perintah itu tidak dilakukan oleh Sifra dan Pua karena mereka takut akan Tuhan.
“Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka…. “(Keluaran 1 : 17 ).
Sifra dan Pua adalah perempuan yang berjuang bagi kebenaran, karena mereka sadar bahwa membunuh bayi-bayi itu tentu merupakan kesalahan dan perampasan hak hidup yang diberikan oleh Tuhan. Sifra dan Pua memilih untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi keadilan bangsa Israel yang sedang berada dalam penindasan bangsa Mesir. Mengapa bayi laki-laki orang Ibrani yang harus dimusnahkan? Inilah ketidakadilan itu.
Berjuang demi kebenaran dan keadilan merupakan tantangan yang selalu ada pada setiap jaman, meskipun bentuknya berbeda. Keadilan merupakan suatu kondisi yang
didambakan oleh setiap insan manusia. Adil berarti tidak berat sebelah, berpihak pada yang benar atau berpegang pada kebenaran, tidak sewenang-wenang.
Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Sifra dan Pua menyadari bahwa bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan Ibrani punya hak yang sama untuk hidup, maka mereka tidak melakukan apa yang Firaun perintahkan.
Setiap umat Tuhan akan menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Keberanian memperjuangkan keadilan hanya dapat terjadi Ketika umat merasa takut kepada Tuhan.
Berbagai cara dilakukan gereja untuk memperjuangkan keadilan sebab hukum kasih dalam alkitab berisi tentang keadilan, dan dimana ada KASIH maka disitu akan ada KEADILAN.
Hal untuk didiskusikan:
➢ Dimana-mana kita akan menjumpai adanya ketidakadilan Bagaimana kita menyikapi ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita? Berdiam dirikah kita?
➢ Apa yang harus kita lakukan untuk memperjuangkan atau menegakkan keadilan itu?
➢ Akan ada resiko yang harus kita terima ketika kita berjuang menegakkan keadilan itu, beranikah kita mengambil resiko tersebut?
Penulis
Let. Kolonel Maryam Kasaedja
Referensi Alkitab: Matius 15: 21 – 28
Cerita dalam Matius 15:21-28, juga paralel dengan Markus 7:24-30. Dalam Matius, di sebut Perempuan Kanaan yang percaya; sedangkan dalam Markus di sebut Perempuan Siro-Fenisia yang percaya.
Perempuan Siro-Fenisia biasa juga disebut secara harafiah, sebagai orang Kanaan, karena penduduk awal Fenisia adalah keturunan Kanaan Fenisia adalah bagian dari Siria, sebuah provinsi dari Kerajaan Romawi; bisa jadi itulah sebabnya timbul istilah "Siro-Fenisia", yaitu gabungan dari "Siria" dan "Fenisia". Sedangkan Tirus dan Sidon (Mat. 15:21) adalah kota-kota di Fenisia yang merupakan bagian dari Siria.
Kajian Matius 15:21-28
Perempuan Kanaan ini sedang mengalami permasalahan yang besar, sebab anak perempuannya kerasukan setan dan sangat menderita. Ia memohon belas kasihan kepada Yesus, dengan sebutan, “ya Tuhan, Anak Daud” artinya bukan sekedar pernyataan silsilah secara fisik saja, tetapi merupakan gelar Mesianik. Ketika orang menyebut Yesus sebagai Anak Daud, mereka mengartikan bahwa Yesus adalah Penebus yang telah lama ditunggu-tunggu, yang merupakan penggenapan atas nubuat di dalam Perjanjian Lama. Memanggil Yesus "Tuhan", menyatakan kepercayaan mereka atas keilahian, otoritas, dan kuasa Yesus; dan memanggil Yesus "Anak Daud", menyatakan iman percaya mereka bahwa Yesus adalah Mesias. Jadi kabar tersiarnya Yesus yang spektakuler itu sudah sangat meluas, sehingga perempuan kanaan yang tidak bergaul dengan orang Israel ini pun tahu bahwa Yesus sanggup untuk menyembuhkan anaknya, sebab Yesus adalah Mesias, Sang Juru Selamat.
Tema “Perempuan dengan iman yang besar”
Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa perempuan Kanaan atau Siro-Fenisia ini memiliki iman yang besar karena percaya kepada Yesus.
Iman yang besar adalah iman yang tidak mudah menyerah (ay. 21-24)
Perempuan kafir ini tidak begitu saja menyerah, pasrah tatkala Yesus tidak menjawab permohonannya untuk kesembuhan anaknya, (ay.22-23), bahkan Ia pun tidak tersinggung, dengan jawaban Yesus, bahwa Ia diutus hanya kepada domba-domba, yakni umat Israel, (ay. 24), sehingga menempatkan perempuan Kanaan ini, sebagai kambing. Dalam Matius 25:33, berbicara tentang domba dan kambing, Dengan jelas menyatakan bahwa "domba" adalah lambang bagi "orang benar" (umat Tuhan ditempatkan di sebelah kanan), sedangkan "kambing" sebagai orang jahat (bukan umat Tuhan ditempatkan di sebelah kiri).
Pertanyaannya: Apakah perempuaan Kanaan ini tersinggung dengan sikap dan perkataan Yesus kepadanya?
Ayat 25, perempuan Kanaan ini, tetap menunjukkan imannya kepada Yesus, dengan menyembah Yesus, dan berkata “Tuhan, tolonglah aku”. Ia memiliki keyakinan yang kuat sehingga ia tidak mudah menyerah dan putus asa dengan sikap dan perkataan Tuhan Yesus kepadanya. Sedikitpun perempuan Kanaan ini tidak tersinggung, tidak menyerah sebab Ia punya iman kepada Yesus.
Iman yang besar adalah iman yang tahan uji (ay. 25-27)
Sebuah jawaban Yesus, sepertinya begitu “kasar” dan tidak beretika kepada perempuan ini, dan terlihat sikap penolakan Yesus dengan menyamakan perempuan ini dengan anjing.
Dalam terjemahan aslinya, memakai kata “Anjing” di sebut “Kunarion”, yang menunjuk kepada anjing-anjing kecil, anjing yang jinak, yang berkeliaran di rumahrumah, bermain-main dengan anak-anak dan menanti-nantikan sisa-sisa makanan yang terbuang, jadi bukan menunjuk kepada anjing-anjing liar di jalanan.
Dalam Markus 7:27, Yesus berkata, "biarlah anak-anak kenyang dahulu", hal ini menimbulkan harapan bagi perempuan itu bahwa gilirannya akan tiba dimana sesudah anak-anak (Israel) kenyang, baru giliran kepada bangsa-bangsa lain, termasuk perempuan Kanaan ini. Perempuan itu tetap memohon belas kasihan-Nya, dan tidak menjadi tersinggung, dengan julukan “anjing” tersebut, sebaliknya ia menjawab dengan bahasa iman “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”
(ay. 27), Tanggapan perempuan Kanaan itu menunjukkan iman dan kerendahan hatinya, yang merupakan inti dari pengajaran kisah ini, dan membuat Tuhan Yesus memuji imannya.
Pertanyaannya: Apakah respons Anda dengan kisah ini, dimana perempuaan Kanaan ini disamakan sebagai anjing?
Ayat. 28, Tuhan Yesus memuji iman perempuan Kanaan tersebut, “Hai Ibu, besar imanmu”.
Kebesaran imannya terletak pada keteguhan kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang sanggup menolongnya.
Kebesaran iman juga tergantung pada kegigihannya untuk terus memohon belas kasihan Tuhan Yesus untuk menolongnya.
Meskipun dia seorang perempuan dari tetapi keprihatinannya terhadap anak perempuannya telah membuat dia berani menembus batas-batas budaya, tradisi dan gender dengan ketabahan dan keberanian.
Hal Inilah yang kemudian membuat Tuhan Yesus menjadi kagum.
Kesimpulan: Perempuan ini telah datang pada alamat yang tepat, dia memiliki sikap yang benar, dan mendapatkan anugerah-Nya yang telah terbukti mendobrak pola pikir Bangsa Yahudi masa itu. Yesus berkata: "Hai Ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh (Matius 15:28).
Tekadku: Sebagai orang percaya kita harus tetap bertahan apapun persoalan yang akan terjadi pada kehidupan kita, (iman yang tahan uji), dan terus-menerus memohon belas kasihan kepada Tuhan Yesus, tidak putus asa, maka “jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”.
Tuhan Yesus memberkati.