LAPORAN AKTUALISASI
NILAI NILAI DASAR ASN (BerAKHLAK)
PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN ANGKATAN II TAHUN 2022
“
Pembuatan Buku Panduan Standar Bumbu
Baru di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”
Disusun oleh :
Nama : Stefani Purwandini, A.Md.Gz
NIP : 199705272022032005
NDH : 02
Jabatan : Nutrisionis Terampil
Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/76a5dbc4354a97c598aa5dc234f06da5.jpeg)
BEKERJASAMA DENGAN
UPTD PELATIHAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA BARAT
2022
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/32be76b83e8c69bb62ff6ac3eeb47d58.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/23527726c550498cfaa581b0f98cf724.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/e349672b22d5d4b8ca07e4f3a92eb3b8.jpeg)
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan aktualisasi ini berhasil diselesaikan dengan judul
“Pembuatan Buku Standar Bumbu Baru di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”. Laporan aktualisasi ini merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan latihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil yang harus dipenuhi sebelum diberikan penugasan langsung terkait bidang pekerjaan yang akan ditekuni selanjutnya.
Dalam penyusunan laporan ini, tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dyah Widyastuti, SKM., MKM., RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sekaligus mentor yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan moril, serta waktunya.
2. Ibu Elly Rustiny, ST., MT selaku couch yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan saran yang membangun bagi perbaikan kualitas aktualisasi ini.
3. Bapak/Ibu selaku penguji rancangan yang senantiasa memberikan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan kualitas aktualisasi ini.
4. Ibu Sri Afiani S.S., S.Gz., RD selaku Kepala Sub Instalasi Pengolahan dan Penyaluran Makanan (PPM) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang memberikan bimbingan dan dukungan.
5. Bapak/Ibu widyaiswara Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang yang telah membagi ilmunya kepada penulis dan seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan II
6. Ayah dan mama selaku orangtua yang telah mendukung dan mendoakan
7. Teh Asri, Teh Sundari, Teh Okky, Bu Herna, Bu Ida, dan A Heri yang telah membantu dan mendukung proses terlaksananya kegiatan aktualisasi ini.
8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis agar laporan ini dapat semakin berkualitas dan tersusun dengan baik.
Bandung, September 2022
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 5 tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Program pemerintah dalam perwujudan pembangun Sumber Daya Manusia (SDM) periode 2019-2024 memerlukan
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan yang professional dalam menjalankan tugas dan fungsinya. ASN memiliki tiga fungsi diantaranya melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejalan dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang ASN yang mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu (satu) tahun masa percobaan. Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) adalah pendidikan dan pelatihan dalam Masa Prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi. Kompetensi diukur berdasarkan kemampuan menunjukkan sikap perilaku bela negara; mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas jabatannya; mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan menunjukkan penguasaan Kompetensi Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas.
Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara (Perlan) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar CPNS menjelaskan bahwa lembaga pemerintah non kementerian yang diberi kewenangan untuk melakukan pengkajian pendidikan dan pelatihan ASN adalah LAN (Lembaga Administrasi Negara). Perlan menjelaskan amanat UU ASN dalam bentuk Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan yang tertuang dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi
Negara Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS
Golongan III dan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar
Calon PNS Golongan I dan II. Pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat Pelatihan serta di tempat kerja, yang memungkinkan peserta mampu untuk menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan atau yang disebut habituasi.
Pembelajaran agenda habituasi didalam struktur kurikulum pembentukan karakter PNS merupakan pembelajaran agenda ke-IV (terakhir), namun dalam pelaksanaanya terdapat satu sesi pembelajaran yang disampaikan sebelum pembelajaran agenda I mengenai Sikap Perilaku
Bela Negara, agenda II mengenai nilai-nilai dasar PNS BerAKHLAK, dan agenda III mengenai kedudukan dan peran PNS dalam NKRI. Agenda ke IV ini dipelajari peserta karena merupakan bentuk internalisasi ageda-agenda sebelumnya dan peserta dituntut untuk dapat mengaktualisasikan substansi materi yg telah dipelajari pada agenda sebelumnya di tempat kerja dalam agenda aktualisasi. Kegiatan aktualisasi ini diantaranya penyusunan rancangan aktualisasi yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan aktualisasi nanti.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat baik rawat inap maupun rawat jalan, dengan memperhatikan keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan dan mengoreksi kelainan metabolisme sehingga kegiatan pelayanan gizi dapat bersifat preventif, kuratif, relatif, dan promotif (DepKes RI 2005). Terdapat empat kegiatan utama yang dilakukan Instalasi Gizi yaitu diantaranya perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi dan Litbang gizi, pengelolaan administrasi gizi, sumberdaya manusia, pendidikan dan pelatihan pegawai terkait gizi, pengolahan dan penyaluran makanan pasien, dokter dan pegawai serta pelayanan asuhan gizi rawat ini dan rawat jalan, edukasi dan rujukan gizi.
Terlaksananya kegiatan pelayanan gizi tentunya tidak lepas dari proses pengolahan/produksi dan penyaluran makanan. Kegiatan pengolahan dan penyaluran makanan di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung meliputi kegiatan perencanaan menu, kebutuhan bahan makanan, pengembangan menu, pelaksanaan kegiatan persiapan, pengolahan, penyaluran dan penyajian makanan, dan pengawasan sanitasi dan hygene makanan dan evaluasi mutu pelayanan gizi.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat isu-isu menarik yang ada di instansi dan dapat diangkat untuk melakukan implementasi nilai-nilai dasar ASN dan peran ASN yang telah dipelajari selama Pelatihan Dasar CPNS serta diwujudkan dalam sebuah rancangan aktualisasi. Salah satu isu menarik yang ditemukan oleh penulis serta diangkat menjadi rancangan
aktualisasi adalah isu yang ada pada kegiatan persiapan pengolahan dan penyaluran makanan di instalasi gizi. Isu tersebut adalah Belum optimalnya strandarisasi bumbu untuk pengolahan menu baru di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
1.2. Tujuan
Tujuan dari rancangan aktualisasi ini yaitu sebagai berikut:
1) mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK serta peran dan kedudukan ASN di NKRI dalam melaksanakan tugas yang dilakukan untuk berkontribusi dalam memperkuat visi dan misi organisasi
2) mampu mengidentifikasi dan menetapkan core issue, melakukan analisis penyebab coreissue, dan menentukan gagasan kreatif penyelesaian coreissue
3) mampu mengaktualisasi nilai-nilai dasar ASN serta kedudukan dan peran ASN dalam pelaksanaan tugas dan jabatan.
1.3. Manfaat
1) Manfaat Bagi Penulis
Sebagai sarana dalam implementasi nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK serta mempelajari dan menambah pengetahuan penulis terhadap kegiatan aktualisasi yang mencakup smart ASN dan manajemen ASN dalam pelaksanaan tugas jabatannya sehari-hari.
2) Manfaat Bagi Instansi
Sebagai salah satu alternatif solusi unit kerja khususnya Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien yang lebih efektif dan efisien.
3) Manfaat Bagi Pasien
Sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan khususnya yang dilakukan oleh Instalasi Gizi berupa pelayanan gizi makanan di rumah sakit dengan mengedepankan kepuasan pasien.
1.4. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam rancangan aktualisasi ini diantaranya yaitu:
1) Internalisasi nilai-nilai ASN BerAKHLAK serta kedudukan dan peran ASN dalam pelaksanaan tugas dan jabatan.
2) Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan pada tanggal 27 Juli – 6 September 2022 di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
3) Kegiatan aktualisasi ini melibatkan penulis, petugas pelaksana unit persiapan
bumbu, penanggung jawab unit Sub Instalasi Pengolahan dan Penyaluran Makanan
(PPM) dan Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
BAB II
PROFIL INSTANSI DAN PESERTA
2.1. Profil Instansi
2.1.1. Visi Misi Presiden dan Kementerian Kesehatan
1. Visi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
Visi Pemeritah Kabinet Indonesia Maju 2020-2024
"Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berdasarkan Gotong Royong"
2. Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
1) Peningkatan Kualitas Manusian Indonesia;
2) Struktur Ekonomi yang Produktif, Merata dan Berdaya Saing;
3) Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4) Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5) Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6) Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat dan Terpercaya;
7) Perlindungan Bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga;
8) Pengelolaan Pemerintah yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
9) Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
3. Visi dan Misi Kementerian Kesehatan RI
Sesuai Edaran Menteri PPN/ Bappenas No.B.899/M.PPN/Ses/PP.03.02/12/2019 tanggal 20 Desember 2019, visi KEMENKES RI yaitu:
“Terwujudnya Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan untuk
Menuju Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, Kemenkes
menetapkan misi sebagai berikut:
a. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh
penduduk Indonesia
b. Memberdayakan masyarakat dan mengarusutamakan pembangunan
kesehatan
c. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya kesehatan
d. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif.
RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) bandung merupakan rumah sakit kelas
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/b588661b7c60df085b4c2332de8903fa.jpeg)
A yang menjadi rujukan tertinggi (Top referal Hospital) di Provinsi Jawa Barat, juga menjadi Rumah Sakit Rujukan Nasional dan RS Pedidikan yang bermutu dan berdaya saing di tahun 2019. Pada tahun 1920, rumah sakit ini dibagun dengan 300 tempat tidur oleh pemerintah Belanda dan selesai pada tahun 1923. Kemudian diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het AlgemeeneBandoengscheZiekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “HetGemeenteZiekenhuijsJuliana”. Tenaga dokter pada waktu itu hanya ada 6 dokter berkebangsaan Belanda dan 2 orang dokter berkebangsaan Indonesia.
Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah Indonesia merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan merupakan awal kerjasama antara Rumah Sakit Ranca Badak dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional berdasarkan
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/37c17abb29e9c70e67e86e1b1c404caf.jpeg)
Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman
Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, kini
RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung
Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir dan Transplantasi Ginjal. Selain itu, sesuai dengan PP no 23. tahun 2005 dan berdasarkan SE Menkes RI no. 861/Menkes/VI/2005, RSHS telah berubah status dari Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadi institusi yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK- BLU).
1. Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Rumusan visi RSUP Dr. Hasan Sadikin ini mengacu pada Visi Pemerintah
Kabinet Indonesia Maju 2020-2024, yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.
2. Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Rumusan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin ini mengacu pada Misi Pemerintah
Kabinet Indonesia Maju 2020-2024, yaitu peningkatan kualitas manusia Indonesia. Dalam mencapai visi misi tersebut, maka misi dari RSUP Dr. Hasan Sadikin adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
2.1.4. Budaya Kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
1) Motto RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Motto dari RSUP Dr. Hasan Sadikin adalah “Kesehatan Anda Menjadi Prioritas
Kami”. RSHS juga memiliki motto dalam inovasi pelayanan publik yaitu
“SomeahHadeKaSemah” yang artinya ramah kepada pelanggan. Jika dikaitkan dengan visi Kemenkes RI yaitu "Menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan".
2) Tata Nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Tata nilai dari RSUP Dr. Hasan Sadikin adalah “PAMINGPIN PITUIN” yang merupakan memiliki pengertian dari Kepemimpinan, Profesional, Inovatif, Tulus, Unggul, Integritas.
• Kepemimpinan adalah nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta terbaik di bidangnya
• Profesional adalah nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja perjalan kemitraan
• Inovatif adalah nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan
• Tulus adalah keinginan untuk memberi pelayanan tanpa pamrih, proaktif, dan responsive
• Unggul adalah keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima
• Integritas adalah nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas
2.1.5. Tugas dan Fungsi Organisasi
A. Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/29e1b55cd9e3075cf382f45c3d431fb4.jpeg)
B. Tugas dan Fungsi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Tugas pokok dari RSUP Dr. Hasan Sadikin yaitu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna. Fungsi dari RSUP Dr. Hasan Sadikin antara lain:
a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran
b. Pengelolaan pelayanan medis dan penunjang medis
c. Pengelolaan pelayanan keperawatan
d. Pengelolaan pelayanan non medis
e. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan
f. Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi di bidang pelayanan kesehatan
g. Pengelolaan keuangan dan barang milik Negara
h. Pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa
i. Pengelolaan sumber daya manusia
j. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat
k. Pelaksanaan kerja sama
l. Pengelolaan system informasi
m. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
n. Pelaksanaan urusan administrasi rumah sakit
C. Profil Instalasi Gizi
Instalasi Gizi merupakan wadah yang mengelola pelayanan gizi secara efektif, efisien dan kualitas yang optimal meliputi kegiatan penyediaan, pengelolaan dan penyaluran makanan, terapi gizi dan konseling gizi, pendidikan dan latihan penggerakan dan pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas layanan.
Instalasi Gizi di RSUP Dr. Hasan Sadikin terbagi menjadi 5 Sub Instalasi diantaranya:
1) Sub Instalasi Administrasi Umum, Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Pelatihan, dan Perbekalan
2) Sub Instalasi Perencanaan, Evaluasi, dan Penelitian dan Pengembangan Gizi
3) Sub Instalasi Pengolahan dan Penyaluran Makanan
4) Sub Instalasi Mutu dan Pelayanan Makanan
5) Sub Instalasi Asuhan Gizi
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/688917e2b02f6fd0b151224f54b631de.jpeg)
D. Tugas dan Fungsi Instalasi Gizi
Berdasarkan Permenkes RI no 1673/Menkes/PER/XII/2005 mengenai
Struktur Organisasi dan Tata Kerja SOTK RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, Instalasi Gizi adalah unit non struktural dalam Direktorat Perencanaan Organisasi dan Umum yang menyediakan fasilitas dan menyelenggrakan kegiatan pelayanan gizi yang meliputi penyediaan makanan, terapi gizi, dan konseling gizi. Adapun fungsi dari Instalasi Gizi diantaranya adalah
1) Menyelenggarakan pengadaan, pengolahan, dan penyaluran makanan
2) Melaksanakan pelayanan Asuhan Gizi pada pasien rawat inap dan rawat jalan
3) Menyelenggarakan pendidikan dan penyuluhan gizi
4) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan gizi terapan
5) Menyelenggarakan kegiatan administrasi pelayanan gizi
Penulis bertugas di sub Instalasi Penyaluran dan Pengolahan Makanan (PPM). Tugas Pokok Sub Instalasi Pengolahan dan Penyaluran Makanan
a. Merencanakan dan mengevaluasi menu
b. Merencanakan kebutuhan bahan makanan/ makanan untuk kegiatan persiapan dan pengolahan bahan makanan
c. Merencanakan pengembangan menu, sistem produksi dan penyajian makanan
d. Melaksanakan kegiatan persiapan bahan makanan
e. Melaksanakan kegiatan pengolahan bahan makanan
f. Melaksanakan kegiatan penyaluran dan penyajian makanan
g. Melaksanakan kegiatan pengawasan sanitasi dan hygiene makanan
h. Melaksanakan pengendalian penggunaan bahan makanan dan makanan
i. Melaksanakan penjagaan mutu pelayanan makanan
j. Merencanakan dan mengawasi sarana prasarana pengolahan dan penyaluran makanan
k. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan pengolahan dan penyaluran makanan
2.2. Profil Peserta
Nama : Stefani Purwandini, A.Md.Gz
NIP : 199705272022032005
Jabatan/Golongan : Nutrisionis Terampil/IIc
Unit Kerja : Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Instansi : Kementerian Kesehatan RI
Tempat Tugas : Sub Instalasi Penyaluran dan Pengolahan Makanan (PPM) di Instalasi
Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
KP.01.02/1/2590/2022 tentang Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil, penulis ditugaskan sebagai Nutrisionis Terampil di Unit Kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Nutrisionis terampil adalah jabatan fungsional Nutrisionis Keahlian yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penerapan prinsip, konsep, dan metode operasional kegiatan di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Perdayagunaan Aparatur Negara No 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya, tugas pokok nutrisionis adalah melaksanakan pelayanan di bidang gizi, makanan dan dietetic yang meliputi pengamatan, penyusunan program, pelaksanaan, penilaian gizi bagi perorangan, kelompok di masyarakat di Rumah Sakit.
Adapun rincian tugas berdasarkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) diantaranya:
1) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan dan standar-standar di Unit
Persiapan Hewani, Nabati, Sayuran dan Bumbu ;
2) Menyusun laporan kegiatan unit persiapan dan administrasi di unit persiapan SI
Pengolahan dan Penyaluran Makanan (PPM)
3) Menyusun laporan inventasisasi alat dan perlengkapan kerja di unit persiapan dan administrasi
4) Melaksanakan kegiatan administrasi PPM
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/7da2ac6951f6ff6ed80dd650bfb77a74.jpeg)
5) Monitoring dan evaluasi penerapan hygiene sanitasi dan keamanan di unit persiapan SI PPM
6) Melaksanakan jumat bersih
7) Mengisi Form suhu
2.3. Sikap Perilaku Bela Negara
2.3.1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Berbagai masalah kebangsaan saat ini mengingatkan kita akan pentingnya pemantapan wawasan kebangsaan dan penumbuhkembangan kesadaran bela Negara. sehingga amanat UUD 1945 untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional dapat diwujudkan. Peran, tugas dan fungsi ASN menempatkan ASN sebagai bagian dari penyelenggara pemerintahan yang secara langsung bertanggungjawab untuk menjamin terselenggaranya roda pemerintahan, memiliki tanggungjawab untuk ikut serta secara langsung mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945. Terdapat beberapa poin penting yang menjadi sejarah pergerakan bangsa Indonesia, diantaranya:
1) Berdirinya organisasi budi utomo yang diinisiasi oleh soetomo pada tanggal 20 Mei 1908
2) Terbentuknya perhimpunan Indonesia (PI) yang menjadi pelopor kemerdekaan Indonesia di kancah intenasional. kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda.
3) Terselenggaranya Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April 1926 yang menghasilkan usulan sumpah pemuda.
4) Dilaksanakannya Kongres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
5) Terbentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Maret 1945.
6) Terbentuknya PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Dalam meningkatkan wawasan kebangsaan perlu diketahui juga bahwa Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2.3.2. Analisis Isu Kontemporer
Saat ini, bangsa dan negara Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Perubahan lingkungan strategis tersebut memberikan berbagai dampak positif maupun negative. Dampak positif dari perubahan lingkungan strategis yaitu adanya perkembangan dunia digital, intelektual dan sosial sedangkan dampak negatifnya yaitu munculnya berbagai ancaman, gangguan, hambatan, serta tantangan. Hal ini yang memicu muncul berbagai isu kritikal salah satunya adalah isu kontemporer. Isu kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekrang atau menjadi trending topik pada saat ini. Contoh isu kontemporer diantaranya adalah korupsi, terorisme, narkoba, radikalisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi seperti cybercrime,HateSpeech,danHoax, dan lain sebagainya.
Untuk menghadapi berbagai macam isu yang memengaruhi kehidupan, kita harus mempunyai 6 modal insani, diantaranya modal intelektual, emosional, social, ketabahan, etika/moral, dan kesehatan. Modal ini harus kita yakini dalam hati karna modal ini mempengaruhi bagaimana pola pikir, bertindak dan bersikap apabila kita menjumpai faktor yang mmpengaruhi perubahan lingkungan strategis.
Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk menganalisis isu diantaranya
1. Pra analisis dilakukan dengan identifikasi isu dan deskripsi isu
2. Memahami isu dengan isu scanning
3. Menapis isu: ada dua teknik penapisan isu yaitu teknik APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan). Kemudian ada Teknik USG :
U: urgency(seberapa mendesak suatu isu harus dibahas/dianalisis /ditindak lanjuti)
S: Seriousness(seberapa serius suatu isu harus dibahas, dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan)
G: Growth (seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Dari hasil Analisa didapatkan isu prioritas yang akan diangkat berdasarkan hasil skor yang paling tinggi.
4. Analisis Isu dengan cara fishbone, analisis swot, mindmapping
5. Rekomendasi alternatif penyelasaian isu
2.3.3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, Bela Negara merupakan sebuah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman. Untuk membangun sebuah negara yang maju dan berkarakter maka harus didukung oleh bangsa yang mampu dan siap untuk melakukan bela negara.
Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia. Kesadaran bela negara diaktualisasikan dengan cara melaksanakan kesiapsiagaan bela negara. Kesiapsiagaan bela negara bagi PNS bukalah kesiapsiagaan untuk melakukan perjuangan fisik seperti para pejuang terdahulu tapi bagaimana untuk melanjutkan perjuangan mereka dengan pranata nilai yang sama demi kejayaan bangsa dan negara Indonesia. kesiapsiagaan bela negara sangatlah penting karena ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dapat timbul sewaktu-waktu dan sering kali tidak dapat diprediksi. Jadi kewaspadaan dari setiap individu sangatlah dituntut untuk kesiapsiagaan bela negara.
Pembinaan kesadaran bela negara harus terus kita lakukan, salah satunya adalah melalui Pelatihan Pengembangan Karakter ASN/Pelatihan Dasar ASN BerAKHLAK. Di jaman dengan perubahan karakteristik lingkungan stratejik yang sangat cepat, kompleks, dinamis dan penuh ketidakpastian, membutuhkan perubahan pola pikir bagi kita semua. Kita tidak boleh lagi berpikir secara parsial dan juga berpikir secara kaku dan dituntut untuk berpikir secara fleksibel dan mengedepankan kolaborasi.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban bela negara. Oleh karena itu tiaptiap warga negara wajib memahami nilai-nilai bela negara dengan cara mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat maupun lingkungan pekerjaannya. Dalam implementasinya sebagai peserta pelatihan dasar CPNS, wujud aktualisasi dari nilai-nilai Bela Negara yang dijabarkan dalam bentuk rencana kegiatan Bela
Negara yang akan dilakukan oleh peserta baik selama on campus di Lembaga diklat maupun selama off campus di instansi tempat bekerja peserta masing-masing. Adapun indicator nilai-nilai bela negara diantaranya yaitu :
1) Cinta tanah air
2) Sadar berbangsa dan bernegara
3) Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5) Mempunyai kemampuan awal bela negara
2.4. Nilai-Nilai Dasar ASN BerAKHLAK
Berdasarkan Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN memiliki tugas dan fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. ASN sebagai pelayan publik diartikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk. Fungsi ini harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan harus dipertanggung jawabkan pada publik.
Untuk implementasinya, pemerintah menetapkan nilai-nilai dasar yang harus dimiliki setiap ASN yang ditetapkan dalam Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021. Dalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (WorldClass Government), Pemerintah telah meluncurkan CoreValues(Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan EmployerBranding(Bangga Melayani Bangsa). CoreValuesASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.
1) Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pelayanan merupakan suatu tindakan/sikap seorang ASN yang mencerminkan adanya keinginan untuk memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Terdapat tiga panduan perilaku/kode etik dalam berorientasi pelayanan yaitu diantaranya memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan dan melakukan perbaikan tiada henti.
2) Akuntabel:
Amanah yang diberikan. Akuntabel memiliki panduan perilaku yang perlu diketahui diataranya melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi, menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, serta tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
4) Kompeten
Kompeten dapat diartikan sikap seseorang yang terus berlajar dan mengembangkan kapabilitas. Dalam hal ini yaitu mengembangkan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) dalam melaksanakan tugas dan jabatan. Terdapat tiga pandauan perilaku kompeten yaitu meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar, dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
5) Harmonis
Harmonis memiliki makna saling perduli dan menghargai perbedaan dengan panduan perilakunya diantaranya menghargai setiap orang apapun latar belakangnya, suka menolong orang lain, dan membangun lingkungan kerja yang kondusif.
6) Loyal
Loyal dimaknai dengan berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Loyalitas memiliki panduan perilaku diantaranya memegang teguh ideolog Pancasila, UUD 1945, serta pada NKRI dan pemerintah yang sah, menjaga nama baik ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga rahasia jabatan dan negara.
7) Adaptif
Adaptif dimaknai dengan sikap mampu berinovasi dan antusias dalam menggerakan ataupun menghadapi perubahan. Nilai adaptif memiliki panduan perilaku diantaranya cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas dan bertindak proaktif.
8) Kolaboratif
Kolaboratif memiliki makna membangun kerjasama yang sinergis dengan panduan perilakunya yaitu memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah, dan menggerakan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
2.5. Kedudukan dan Peran ASN menuju Smart Governance
2.5.1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen asn mengatur tentang peran, hak dan kewajiban, dan kode etik asn.
Berdasarkan UU no 5 tahun 2014 kedudukan ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Perbedaan asn dan pppk terkait dalam hak yang didapatkannya yaitu adanya jaminan pensiun dan hari tua.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pelaksana kebijakan public, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Adapun hak yang dimiliki asn diantaranya mendapatkan gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi. Sedangkan kewajiban asn berdasarkan UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, UUD RI 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah;
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan; dan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Merit system adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang seseorang. Pemberlakuan merit system sangat bermanfaat bagi pegawai maupun organisasi/instansinya. Pelaksanaan sistem merit dalam pengelolaan SDM yaitu terlihat di sistem perencanaan SDM dimulai dari perencanaan kebutuhan pegawai, bagaimana pegawai ASN terpilih, dan penempatan pegawai sesuai perencaan. Jaminan merit sistem dalam monitoring dan penilaian antara lain dapat diwujudkan dengan adanya pangkat dan jabatan dalam ASN; Pengembangan karier ASN; Mutasi pegawai; Penilaian kinerja; dan adanya Promosi pegawai.
2.5.2. Smart ASN
Arah pembangunan ASN 2020-2024 menghendaki terwujudnya ASN berkualitas dan berdaya saing yang tercermin dalam Smart ASN. Smart ASN adalah Pegawai dengan kompetensi kinerja serta profesionalisme yg tinggi sehingga mampu beradaptasi dan semakin responsive terhadap perubahan dan pencapaian tujuan. Profil Smart ASN digambarkan memiliki integritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT, mampu berbahasa asing, berjiwa melayani, berjiwa entrepreneurship, serta memiliki jaringan luas (KemenPANRB, 2019). Kemampuan dan kompetensi dari Smart ASN yang sejalan dengan penerapan digitalisasi sistem pemerintahan diharapkan mampu memberikan percepatan layanan publik dan mendukung tercapainya Birokrasi Indonesia Berkelas Dunia. (Hidayati, 2022)
Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi digital sebagai salah satu kebutuhan wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Literasi digital tidak hanya mampu meoprasikan alat melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. dengan itu, kita harus mengetahui etika bermedia digital.
Etika bermedia digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan tata Kelola etika digital (netiquette).
Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif maupun negative sehingga diperlukan pengetahuan dan kedewasaan dalam penggunaannya. Demikian pula agar informasi yang didapatkan juga semkain terbuka baik konten positif maupun konten negative. Sehingga kita perlu mengetahui dan menerapkan netiquete (etika berinternet) yaitu tata krama dalam menggunakan internet. Dalam bertatakrama di internet terdapat etika dan etiket yang perlu diketahui oleh pengguna. Etika itu sebagai system dan norma moral yagn menjadi pegangan bagi seseorang/kelompok dalam mengatur tingkahlakunya, sedangkan etiket itu sebagai tata ccara individu berinteraksi dengan idnvidu lainnya jadi etiket berlaku jika individu berinteraksi/berkomunikasi dengan oranglain. Sedangkan etika berlaku meskipun
individu sendirian. Terdapat 4 pilar literasi digital dintaranya kecakapan menggunakan media digital (digitalskills), budaya menggunakan digital (digitalculture), etis menggunakan media digital (digitalethics), dan aman menggunakan media digital (digitalsafety).
2.6. Role Model
Dr. Rita Ramayulis, DCN, M. Kes adalah ketua Indonesia Asosiasi Ahli Gizi Olahraga/IndonesiaSportNutrisionistAssociation (ISNA). Beliau lahir di Padang Panjang, tahun 1971 dan saat ini memiliki 4 orang anak. Selain sebagai ketua ISNA, beliau juga merupakan pengurus pada organisasi profesi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dan menjabat sebagai wakil ketua MariszaCardobaFoundation(MCF) (women,children,andthe disable,especiallythosewholivewithautoimmunity).
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/6fc5374436a3d71aecf6015b515b2096.jpeg)
Pada 1993, Rita menyelesaikan Diploma Pendidikan Gizi di Akademi Gizi Kementerian Kesehatan, Padang. Kemudian melanjutkan pendidikan Diploma IV Ilmu Gizi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan memperoleh gelar Magister Gizi dan Kesehatan, dengan minat klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Ia juga menyelesaikan dan menerima gelar Doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Dr. Rita Ramayulis sudah memulai praktek sebagai nutrisionis di tahun 1994 sebagai seorang ASN dan ditempatkan di Nanggroe Aceh Darussalam. Sampai saat ini beliau aktif sebagai dokter nutrisionis dan menjadi konsultan gizi pada RoyalCaféHealthyCateringDiet, Rumah Sakit Royal Progress Sunter, Royal Sport Medicine Center Sunter, dan Royal Sport Performance Center Senayan City.
ISNA adalah merupakan salah satu organisasi yang mendukung perkembangan dan eksistensi ilmu gizi olahraga. ISNA dibawah kepemimpinan Dr. Rita dibentuk pada tahun 2018 berada sejajar dengan Asosiasi Dietisien Indonesia dan berada di bawah PERSAGI. Salah satu misi ISNA adalah mewadahi dan mengembangkan kompetensi ahli gizi peminat gizi dan kebugaran olahraga dalam rangka mendukung pemerintah dalam meningkatkan prestasi atlet olahraga serta derajat kesehatan dan kebugaran atlet pada khususnya dan masyarakat Indonesia di Indonesia. umum berdasarkan dasar bukti ilmu gizi olahraga. Semenjak dibentuk hingga saat ini ISNA sudah melakukan berbagai gebrakan, salah satunya dengan membuka
kelas pelatihan basic. Bertempat di Hotel Bumi Wiyata-Depok, Jawa Barat pada hari Minggu (28/04/2019) melaksanakan pelatihan SportiFitness yang ketiga kalinya. (Sport Nutrition) ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman kepada nutrisionist yang setiap hari berkecimpung dengan masalah nutrisi dan gizi baik tenaga medis, pelatih kebugaran, petugas kesehatan di Puskesmas, perusahaan, bahkan sampai di pemerintahan.
Dr. Rita Ramayulis juga pernah menjabat sebagai ketua konsultan menu Sea Games pada tahun 2012. Kini, selain menjabat sebagai ketua ISNA, Rita juga menjadi konsultan nutrisi untuk program EmployeeWellnessdi Iradat Konsultan, konsultan nutrisi kebugaran untuk anak sekolah di Sekolah BPK Penabur di seluruh Jabodetabek, dan juga konsultan nutrisi untuk program Garda Medika ClientWellness. Selain itu beliau juga telah menulis lebih dari 36 buku gizi dan kesehatan ber ISBN dengan penerbit Gramedia dan Penebar Plus. Beliau juga aktif menulis berbagai artikel dan juga buku mengenai kesehatan dan juga gizi.
Salah satu penghargaan yang pernah diperoleh oleh beliau yaitu sebagai penulis terproduktif buku popular bidang pangan dan juga gizi selama 5 tahun terakhir dari tahun 2008-2013. Berbagai penghargaan sudah beliau peroleh diantaranya Penebar Plus Award
2010, Dosen Poltekkes Berprestasi 2012, Pergizi Pangan Award 2013, Indonesian Women Award2018, IndonesiaAward2019.
Sejak tahun 2000-2018, Dr. Rita telah melaksanakan kegiatan nutrisi dan fitnes di kantor-kantor di seluruh Indonesia yang berjumlah lebih dari 100 perusahaan. Pandemi juga tidak melunturkan semangat beliau untuk terus produktif. Beliau mengisi berbagai webinar Kesehatan dan juga tetap aktif menulis berbagai artikel yang dipublis di media.
Lewat profesinya sebagai ahli gizi, dokter Rita Ramayulis menyebarkan kebaikan untuk saling menjaga kesehatan dengan mengedukasi masyarakat untuk memilih makanan yang sehat. Hal ini lah yang melandasi penulis untuk menjadikan beliau sebagai rolemodeluntuk implementasi nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK.
Berdasarkan pengamatan, dokter Rita Ramayulis telah menerapkan nilai-nilai BerAKHLAK , diantaranya:
1) Berorientasi Pelayanan: Dr. Rita Ramayulis sudah memulai praktek sebagai nutrisionis di tahun 1994 sebagai seorang ASN dan ditempatkan di Nanggroe Aceh Darussalam. Disamping jabatannya sebagai ketua ISNA, hingga saat ini, beliau masih aktif melakukan pelayanan konseltan gizi di berbagai tempat dan aktif menjadi narasumber di berbagai seminar maupun webinar di seluruh Indonesia.
2) Akuntabel: IndonesiaSportNutrisionistAssociation(ISNA) dibentuk pada tahun 2018 merupakan salah satu organisasi yang mendukung perkembangan dan eksistensi ilmu
gizi olahraga. Belum genap satu tahun, dibawah kepemimpinan beliau, ISNA sudah melakukan berbagai gebrakan, salah satunya dengan membuka kelas pelatihan basic. Dr. Rita juga dipercaya sebagai wakil ketua Marisza Cardoba Foundation (MCF) (women,children,andthedisable,especiallythosewholivewithautoimmunity) dan pernah menjabat sebagai ketua konsultan menu Sea Games pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan beliau begitu berintegritas tinggi, jujur dan bertanggung jawab dalam mengemban tugas dan jabatannya sebagai seorang dokter nutrisionist.
3) Kompeten: Dr. Rita selalu menjadi narasumber di berbagai seminar dan webinar kesehatan mengenai gizi. Beliau juga aktif dalam organisasi PERSAGI dan telah menulis lebih dari 36 buku berISBN serta artikel artikel Kesehatan mengenai gizi dan makanan. Berbagai penghargaan sudah beliau peroleh salah satunya yang terbaru yaitu IndonesiaAward2019. Hal ini menunjukan nilai dasar kompeten yang dimiliki oleh beliau.
4) Harmonis: penerapan nilai harmonis dari sosok Dr. Rita Ramayulis dapat terlihat dari usaha beliau dalam mengharmonisasikan ISNA. Sikap saling perduli dan menghargai perbedaan dengan menghargai setiap orang apapun latar belakangnya, suka menolong orang lain, dan membangun lingkungan kerja yang kondusif beliau terapkan dalam kepemimpinannya.
5) Loyal: Loyalitas beliau untuk membangun bangsa yang sehat dan bernutrisi ditunjukan dengan banyak menorehkan prestasi. Selain mengemban jabatannya, beliau tetap aktif sebagai konsultan gizi di tempat prakteknya.
6) Adaptif: Dr. Rita merupakan seorang dokter nutrisionist yang aktif menerbitkan buku dan menulis berbagai artikel Kesehatan mengenai gizi yang dipublish di berbagai media. Era pandemi ini menunutut kita semua untuk berinovasi dan beradaptasi dengan system digital. Beliau aktif menjadi narasumber di berbagai webinar dan aktif menguploadartikel Kesehatan singkat di media sosialnya.
7) Kolaboratif: dalam mengemban jabatan sebagai ketua ISNA, yang berada di bawah PERSAGI, ISNA berkolaborasi bersama DPP PERSAGI, PT Kimia Farma Diagnostika, dan juga KONI dalam hal pelatihan maupun sebagai konsultan gizi dan kebugaran atlit.
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1. Identifikasi dan Deskripsi Isu di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Proses identifikasi isu dilakukan dengan mengggunakan metode environmental scanning. Environmentalscanningyaitu pengawasan, evaluasi dan penyebaran informasi yang berasal dari lingkungan eksternal dan internal kepada orang-orang penting dalam perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:98). Dari bentuk pengawasan tersebut ditemukan masalah – masalah yang diindentifikasi melalui observasi serta Analisa tugas dan fungsi pokok di unit kerja sejak pertama kali dilakukan orientasi hingga saat ini yakni 3 bulan, yaitu dimulai bulan April – Juni. Sebagai seorang Nutrisionis yang bertugas di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, terdapat beberapa isu yang ditemukan diantaranya dalam table berikut.
3.1.1. Isu Ke 1: Belum optimalnya standar pemotongan bahan makanan hewani di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
A. Uraian Data dan Fakta
Pemotongan BM hewani dilakukan oleh tim persiapan hewani nabati dan sudah terdapat SOP pemotongan hewani dan nabati. Dengan adanya uji coba menu baru di Instalasi Gizi yang dilakukan bertahap mulai April 2022, standar pemberian hewani untuk pasien dibedakan berdasarkan jenis dietnya. Untuk pasien anak hewani diberikan ½ porsi (25 gram) dan dewasa 1 porsi (50 gram) sehingga terdapat perbedaan cara pemotongan jika dibandingkan dengan SOP yang lama.
Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin melakukan pelayanan makan untuk pasien, pegawai dan dokter dengan jumlah rata-rata pasien yang makan 480-500 porsi dalam sehari. Jumlah tersebut tidak termasuk pasien yang makan cair, lumat/lembik, dan pasien puasa. Jadwal distribusi makan dilakukan dengan jadwal 3x makan utama yaitu pagi, siang, dan sore serta tiga kali dustribusi snack pada pukul 10.00. 15.00, dan 20.00.
Total tenaga penjamah makanan di Instalasi Gizi sebanyak 39 orang pegawai dengan rincian jumlah tim persiapan hewani nabati sebanyak 4 orang. Karena belum adanya perbaruan SOP sesuai dengan uji coba menu baru, para pegawai persiapan menggunakan SOP lama yang disesuaikan menurut dengan menu baru sehingga terdapat perbedaan standar pemotongan antar petugas dinas. Pemotongan standar
hewani yang sesuai yaitu melintang dan melawan arah serat sehingga dihasilkan daging yang empuk dan tidak alot tetapi karena jumlah gramasi yang berbeda misalnya untuk anak ½ porsi (25 gr) sehingga terkadang petugas pelaksana menemukan kesulitan untuk menyesuaikan teknik pemotongannya.
Gambar 3.1 SOP Persiapan
Gambar 3.1 SOP Persiapan
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/1e03a3a96fee2dddb537d5ec58b50eda.jpeg)
Hewani
Hewani
Gambar 3.2 Buku Pedoman Menu RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Gambar 3.3 Perbandingan Gramasi
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/08055fe6b12dd0d5552807cb7514de4b.jpeg)
Hewani Porsi Anak (25 gr) dan Dewasa (50 gr)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/5004f56d563b635e1e7d583d5fa2160f.jpeg)
• Belum ada penyesuaian dan sosialisasi mengenai pemotongan hewani berdasarkan perubahan menu baru sehingga standar pemotongan mengikuti standar lama
• Rolling petugas dinas sehingga adanya perbedaan pemotongan
• Daging yang dipotong tidak sesuai dengan standar dapat berdampak pada proses proses pengolahan. Proses pengolahan daging dapat memakan waktu lebih lama dan output akhiir daging yang alot/kurang empuk.
• Ketidaksesuaian gramasi BM hewani yang dihasilkan. Standar hewani yang diharuskan yaitu ½ porsi (25 gram) untuk anak dan 1 porsi (50 gram) untuk dewasa dapat menjadi lebih kecil/lebih besar. Sehingga jika usai melewati proses pengolahan daging dapat menyusut dan dihasilkan gram daging yang jauh berbeda dari standar yang diharuskan.
• Bersiko meningkatkan foodcost BM hewani. Jika daging yang dipotong tidak sesuai maka akan ada perbedaan dari jumlah total permintaan hewani dan hasil hewani yang didistribusikan. Dikhawatirkan jumlah yang dihasilkan dapat kurang dari permintaan, sehingga jika tidak sesuai dengan permintaan maka petugas akan membuat bon permintaan hewani tambahan. Hal ini akan mengakibatkan foodcosthewani di Unit Instalasi Gizi meningkat yang akan berdampak pada laporan keuangan setiap bulannya.
D. Pihak Terdampak
• Pasien
• Instalasi Gizi
3.1.2. Isu Ke 2: Belum optimalnya strandarisasi bumbu untuk pengolahan menu baru di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
A. Uraian Data dan Fakta Instalasi Gizi melakukan uji coba menu baru yang dilakukan secara bertahap mulai April 2022. Instalasi Gizi menggunakan siklus menu yang cukup variatif yaitu 10+1 yang berarti setiap 10 hari terdapat menu yang beragam. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan lama rawat pasien di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung sehingga mencegah adanya kebosanan yang dirasakan oleh pasien/keluarga. Adapun perubahan menu dilakukan setiap 1-2 tahun sekali dan dilakukan secara bertahap.
Sejak uji coba menu baru, proses persiapan bumbu masih menggunakan standar lama. Terdapat beberapa jenis standar bumbu dasar yang dimiliki RSHS yaitu bumbu sup, bumbu kuning, bumbu putih, dan bumbu tumis yang masing-masing
diperuntukan untuk menu yang berbeda. Adanya menu baru juga berpengaruh pada
bumbu yang harus dipersiapkan sehingga perlu adanya updatestandar bumbu.
Unit persiapan bumbu sudah memiliki SOP dalam pelaksanaannya. Namun, standarisasi bumbunya belum terdokumentasikan dengan baik, sehingga umumnya petugas pelaksana unit persiapan melakukan pengolahan bumbu menurut pada
kebiasaan yang sudah dilakukan sejak dulu (menggunakan standar lama) dan jika ada
petugas baru yang berdinas maka petugas senior akan membimbingnya sesuai dengan yang dia ketahui dan kebiasaan yang sudah dia lakukan sebelumnya. Belum adanya dokumentasi standar bumbu lama ini menyebabkan adanya perbedaan gramasi bahan pengolahan bumbu dasar.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/35053892b7b8c375acd43e9e2b4e3e25.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/d19cfd767a6f6a96753029db1d19f980.jpeg)
Selain belum optimalnya penerapan standar bumbu, alur produksi bumbu juga masih perlu disempurnakan. Tidak adanya alur yang jelas dan tertulis dalam proses pengolahan menyebabkan proses penumpukan bumbu di freezer. Petugas persiapan bumbu melakukan pengolahan setiap tiga hari sekali, namun cenderung mengabaikan persediaan/stok bumbu yang ada di freezer.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/dd747a47c5aab1f277f32f9d0d388dec.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/3941a88f17b6b87890e32239aef8e4d4.jpeg)
B. Penyebab
• Perubahan menu secara berkala sehingga komposisi bumbu untuk satu resep mengikuti perubahan
• Kurang adanya koordinasi terkait komposisi bumbu tetap antara petugas persiapan bumbu dan petugas pengolahan makanan
• Kompoisisi dan gramasi bumbu yang berbeda untuk setiap jenisnya menyebabkan penetapan standar bumbu membutuhkan waktu yang cukup lama
C. Dampak
• Tidak adanya update standar bumbu baru menyebabkan adanya perbedaan output bumbu yang dihasilkan. Gramasi bahan pengolahan bumbu dengan teknik menakar menurut perkiraan berpengaruh pada hasil akhir pengolahan bumbu. Perbedaan output bumbu ini bergantung pada siapa petugas yang berdinas dan jumlah takaran yang digunakan. Hal ini dikhawatirkan dapat menjadi kecenderungan misalnya hasil bumbu dari petugas A selalu kental, sedangkan petugas B selalu encer.
• Ketidaksesuaian bumbu dengan resep menu baru. Dengan adanya uji coba menu baru, standar bumbu lama pun sedikitnya mengikuti perubahan menu. Contohnya menjadi disiapkannya standar bumbu bawang putih blender, jahe blender, bawang Bombay kotak, dan bawang Bombay slice untuk beberapa menu khusus. Beberapa standar bumbu tersebut tidak ada pada standar bumbu dasar sebelumnya sehingga persiapannya masih sesuai feeling
• Adanya perbedaan gramasi dari proses pengolahan bumbu juga berakibat pada proses pengolahan. Jika bumbu yang dihasilkan terlalu encer, maka hasil produksi makanan akan cenderung bening dan hambar. Selain itu juga jika bumbu terlalu kental dan pekat cita rasa dan bau makanan cenderung terlalu strongsehingga perlu disesuaikan dengan penambahan air dan bahan makanan lain.
• Meski bumbu adalah kondimen yang cenderung sedikit dan tak terlihat, namun jika proses pengolahan yang tidak sesuai serta tidak ada pengontrolan persediaan dapat mengakibatkan minusnya grafik keuangan dan menyebabkan peningkatan foodcost.
D. Pihak Terdampak
• Pasien
• Instalasi Gizi
3.1.3. Isu Ke 3: Belum optimalnya kepatuhan keamanan dan hygiene sanitasi makanan oleh penjamah makanan di sub instalasi PPM
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/8d20fbed8a97498c2a117e72b0e3903f.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/12cd078f5f696c033d2a3f55f5ed82b0.jpeg)
A. Uraian Data dan Fakta
• Sebagian petugas penjamah makanan belum menerapkan SOP hygiene sanitasi makanan (5 moment dan 6 langkah cuci tangan)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/d6274ae34e95df436149b141e99214a1.jpeg)
• Kepatuhan penggunaan APD yang kurang optimal (masker, apron, aksesoris tangan, sepatu tertutup)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/c0b58a6387cd27037bad8d4a41484a76.jpeg)
B. Penyebab
• Kurangnya pengetahuan petugas mengenai hygiene sanitas makanan
C. Dampak
Meningkatnya resiko terjadinya kontaminasi silang dan infeksi nosokomial
D. Pihak Terdampak
• Pasien
• Petugas penjamah makanan
• Instalasi gizi
3.1.4. Isu Ke 4: Belum adanya SOP Nutrisionis sebagai penanggung jawab sub unit
Pengolahan dan Penyaluran Makan (PPM) di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
A. Uraian Data/Fakta
Di Instalasi Gizi, unit pengolahan dan penyaluran makanan (PPM) dibagi menjadi dua koordinator unit yaitu unit persiapan bahan makanan yang terdiri dari kegiatan pemotongan hewani nabati, sayur, buah dan persiapan bumbu. Kemudian ada unit pengolahan yang terdiri dari kegiatan pengolahan meni diit, non diit, lumat/lembik, dan enteral. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, unit PPM dibantu oleh 8 orang penanggung jawab yang merupakan lulusan D3 Tata Boga. Seiring berjalannya waktu, satu persatu penanggungjawab pensiun dan Instalasi Gizi dituntut untuk melakukan regenerasi. Berdasarkan Peraturan terbaru mengenai Jabatan fungsional Nutrisionis, maka tugas penanggung jawab di unit PPM digantikan oleh Terampil Nutrisionis (D3 Gizi). Per bulan Maret 2022, sejalan dengan pengadaan CPNS, Nutrisionis terampil lulusan D3 Gizi ditugaskasn di Unit PPM sebagai penanggung jawab. Hingga saat ini, 3 bulan berjalan, Nutrisionis terampil masih mengikuti alur kerja penanggungjawab yang sebelumnya dipegang oleh tataboga.
Belum adanya dokumentasi alur kerja dan SOP yang jelas sehingga tenaga nutrisionis yang baru masih diperbantukan dan mengikuti alur kerja hingga menjadi terbiasa.
B. Penyebab
Regenerasi dan perubahan kebutuhan SDM disesuaikan dengan jabatan fungsional nutrisionis.
C. Dampak
• Adanya perbedaan tata kelola, manajerial, serta perbedaan poin dalam SKP
Nutrisionis
• Bentrokan kinerja antar Nutrisionis
D. Pihak Terdampak
• Nutrisionis
• Sub Instalasi PPM di Instalasi Gizi
3.1.5. Isu Ke 5: Belum optimalnya pengisian kartu stok persediaan di Sub Instalasi
PPM di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
A. Uraian Data/Fakta
Kartu stok merupakan salah satu alat pencatatan dan pendokumentasian pengeluaran dan penggunaan barang di unit PPM Instalasi Gizi. Saat ini ada yang menggunakan pencatatan kartu stok secara rutin adalah unit persiapan bumbu dan lemari persediaan makanan kering PPM. Pencatatan kartu stok ini berfungsi untuk mengontrol dan memantau penggunaan dan pengeluaran bahan makanan agar tidak terjadi penumpukan atau kekosongan saat akan digunakan. Pencatatan kartu stok ini dilakukan oleh petugas yang berdinas di masing-masing unit. Ada 2 orang yang berdinas persiapan bumbu dan satu orang penanggung jawab PPM setiap harinya yang bertanggung jawab untuk mengisi kartu stok.
Namun dalam pelaksanaanya, terkadang banyak petugas yang kurang teliti dan lupa untuk mencatat kartu stok. Banyak ditemukan tanggal-tanggal kosong dan terlewat dalam kartu stok. Hal ini mennimbulkan ketidakcocokan jumlah bahan makanan yang riil dengan data yang ada di kartu stok.
B. Penyebab
Kurangnya kesadaran petugas penanggungjawab (sering lupa/pengisian disekaliguskan)
C. Dampak
Terjadinya penumpukan stok di freezer/lemari persediaan PPM
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810064915-24e800e982cf5ed2a50b88e91dee00f9/v1/adc7a8d39550603d8b69c459aa93d7fa.jpeg)
D. Pihak Terdampak
• Sub Instalasi PPM Instalasi Gizi
Gambar 3.11 Kartu Stok Bumbu yang Loncat Tanggal
Gambar 3.1 Kartu Stok Bumbu yang Loncat Tanggal
Gambar 3.2 Kartu Stok Bumbu yang Loncat Tanggal
Gambar 3.3 Kartu Stok Bumbu yang Loncat Tanggal
3.2. Penetapan Core Isu
Dari beberapa isu yang telah diidentifikasi, selanjutnya adalah penetapan core isu yag dianalisis menggunakan metode USG (Urgency,seriousness,dan Growth). Metode ini digunakan untuk memilih sebuah isu prioritas yang sudah diidentifikasi. Metode ini memiliki tiga indikator yaitu diantaranya :
1) Urgency : Seberapa penting dan mendesak isu tersebut harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti.
2) Seriousness : Seberapa serius isu dapat menimbulkan masalah lain.
3) Growth : Seberapa berkembang isu tersebut jika tidak tidak ditangani. Metode ini menggunakan skala skor 1-5, yang berarti semakin tinggi nilai skor maka semakin mendesak isu tersebut harus ditangani.
Tabel 3.2 Deskripsi Kriteria URGENCY
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
5 Sangat mendesak Isu terjadi setiap hari
4 Mendesak Isu terjadi lebih dari 3 kali dalam seminggu
3 Cukup Mendesak Isu terjadi 2 – 3 kali dalam seminggu
2 Kurang Mendesak Isu terjadi 1 kali dalam seminggu
1 Tidak Mendesak Isu terjadi 1 kali dalam 2 minggu
Tabel 3.3 Deskripsi Kriteria SERIOUSNESS Nilai Indikator Deskripsi Indikator
5 Sangat Serius
4 Serius
3 Cukup Serius
Merugikan pasien secara langsung dari segi materi dan pelayanan
Merugikan pasien secara langsung dari segi materi dan pelayanan
Merugikan pasien secara tidak langsung dari segi materi dan pelayanan
2 Kurang Serius Hanya merugikan petugas saja
1 Tidak Serius Tidak merugikan pihak manapun
Tabel 3.4 Desripsi Kriteria GROWTH
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
5 Sangat Cepat Memburuk Berkembang sangat cepat di lingkungan kerja
4 Cepat Memburuk Berkembang cepat di lingkungan kerja
3 Cukup Cepat Memburuk Berkembang cukup cepat di lingkungan kerja
2 Kurang Cepat Memburuk Kurang cepat berkembang di lingkungan kerja
1 Tidak Cepat Memburuk Sangat kurang cepat berkembang di lingkungan kerja
Berdasarkan matrik analisis USG, maka dapat dapat disimpulkan isu yang menduduki peringkat pertama dengan skor 13 poin yang menjadi prioritas isu yang akan dibahas, dan ditindaklanjuti adalah “Belum optimalnya strandarisasi bumbu untuk pengolahan menu baru di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” dengan rumusan isu “Belumoptimalnyapenerapanstrandarisasibumbuuntukpengolahan menubarudiUnitInstalasiGiziRSUPDr.HasanSadikinBandung”.
3.3. Analisis Penyebab Isu
Setelah dilakukan analisis core Isu, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan metode fishbonediagram . Fishbone diagram merupakan analisis yang lebih menekankan pada hubungan sebab akibat, sehingga seringkali juga disebut sebagai Cause-and-EffectDiagram. Faktor-faktor yang menjadi penyebab utama yang
mempengaruhi kualitas pada fishbone diagram terdiri dari 4S yaitu Surroundings (Lingkungan), Systems (Sistem), Skills (Keterampilan), dan Suppliers (Pemasok).
Faktor tersebut dituliskan pada bagian tulang daripada diagram tulang ikan dan permasalahan yang ingin diketahui penyebabnya terletak pada bagian kepala ikan.
3.4. Gagasan Kreatif Penyelesaian Isu
Merujuk pada hasil analisis penyebab isu dengan menggunakan fishbone diagram, maka dapat ditetapkan gagasan kreatif penyelesaian isu tersebut adalah dengan “Pembuatan Buku Panduan Standar Bumbu Baru di Instalasi Gizi
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”. Adapun buku panduan ini dibuat dalam bentuk flipchart/lembar balik dan e-book sehingga mudah diakses oleh petugas pelaksana persiapan bumbu. Selain itu juga akan dilakukan sosialisasi standar bumbu untuk pengolahan menu baru berikut penggunaan media buku panduannya. Pembuatan buku panduan standar bumbu ini diharapkan dapat menjadi acuan dan rujukan bagi petugas pelaksana persiapan bumbu dalam mengolah bumbu agar terciptanya keseragaman dalam tata cara dan hasil akhirnya.
3.5. Matriks Rancangan Aktualisasi
Tabel 3.5 Identifikasi Isu
Unit Kerja : Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Identifikasi Isu : 1) Belum optimalnya standar pemotongan bahan makanan hewani di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2) Belum optimalnya strandarisasi bumbu untuk pengolahan menu baru di Unit Instalasi Gizi
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
3) Belum adanya SOP Nutrisionis sebagai penanggung jawab sub unit Pengolahan dan Penyaluran Makan
(PPM) di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
4) Belum optimalnya pengisian kartu stok persediaan di Sub Instalasi PPM di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
5) Belum optimalnya kepatuhan keamanan dan hygiene sanitasi makanan oleh penjamah makanan di sub
instalasi PPM
Isu yang Diangkat : Belum optimalnya penerapan strandarisasi bumbu untuk pengolahan menu baru di Unit Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Gagasan Pemecahan Isu : Pembuatan buku panduan standar bumbu di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Kegiatan : 1) Konsultasi hasil identifikasi isu dan gagasan kreatif kepada mentor dan stakeholder
2) Pengkajian standar bumbu yang ada
3) Pembuatan buku panduan standar bumbu dasar
4) Pelaksanaan sosialisasi buku panduan standar bumbu
5) Penyusunan Laporan Akhir Aktualisasi
3.6
Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan BerAKHLAK
Kontribusi Visi Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Konsultasi hasil identifikasi isu dan gagasan kreatif kepada mentor dan stakeholder
a. Membuat janji pertemuan dengan
mentor dan Kepala
Sub Instalasi PPM
Jadwal dan
ruangan untuk
bertemu mentor
Menghubungi mentor melalui
chat whatsApp secara ramah
dan sopan (Berorientasi
Pelayanan) untuk melakukan
konsultasi terkait isu dan
gagasan kreatif (Kolaboratif).
Penulis datang tepat waktu
sesuai janji konsultasi, dan
berniat menyampaikan hasil
rancangan aktualisasi kepada
mentor secara terbuka dan
transparan (Akuntabel).
b. Melakukan
konsultasi dengan
mentor dan Kepala
Sub Instalasi PPM
Notulensi
konsultasi core
isu dan
gagasan kreatif
Melakukan konsultasi untuk
mendapatkan masukan dan
arahan demi terlaksananya
aktualisasi yang baik dan
tercapainya tujuan (Berorientasi Pelayanan).
Memaparkan isu dan gagasan
kreatif dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin, dan berintegritas
tinggi saat konsultasi
(Akuntabel).
Kegiatan konsultasi
hasil identifikasi isu
dan gagasan kreatif
merupakan tindakan
berlandaskan gotong
royong antar tenaga
kesehatan untuk
meningkatkan
kesehatan pasien, merupakan bentuk
kontribusi untuk
terwujudnya VISI
RSHS yaitu
terwujudnya
Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan
gotong royong dan
Misi
RSHS yaitu
mewujudkan kualitas
hidup manusia
Indonesia yang
Melakukan
koordinasi dengan
mentor dan
stakeholderlain, menyampaikan
usulan rancangan
dan gagasan isu
merupakan bentuk
tata nilai
Kepemimpinan, Profesional, Inovatif, integritas
c.
Lembar
Mendengarkan arahan dari
mentor dengan baik,
menghargai segala masukan
dan saran demi menciptakan
lingkungan kerja yang
kondusif (Harmonis).
Meminta saran dan mencatat
notulensi saran dan masukan
mentor sebagai bentuk
perilaku patuh kepada
pimpinan sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum
dan etika (Loyal).
Melakukan konsultasi dan
membuat rancangan
aktualisasi merupakan bentuk
tindakan proaktif (Adaptif).
Akuntabel: membuat lembar
tinggi, maju, dan sejahtera.
persetujuan
pelaksanaan
aktualisasi
persetujuan
pelaksanaan
aktualisasi
persetujuan pelaksanaan
aktualisasi
Loyal: melaksanakan
aktualisasi sesuai dengan SOP
dan arahan
mentor/stakeholder
Kolaboratif: melakukan
konsultasi dan kerjasama
dengan unit persiapan dan
pengolahan di sub instalasi
PPM