5 minute read

ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual

Isu diidentifikasi berdasarkan pengamatan dan pengalaman bekerja di instansi selama masa kerja di unit Satelit Farmasi IGD Lantai 1, berdasarkan hasil observasi di unit kerja, ditemukan beberapa isu aktual kontemporer, antara lain:

Advertisement

1. Belum optimalnya kepatuhan petugas menulisan beyond use date (BUD) obat sisa racikan

2. Belum optimalnya obat pulang yang diambil pasien/ keluarga pasien

3. Belum Optimalnya kesesuaian jumlah paket BMHP yang didistribusikan oleh Satelit Farmasi IGD dengan stok yang tersedia di ruang rawat kebidanan IGD

3.2Deskripsi Isu

1. Belum optimalnya petugas menulis beyondusedate(BUD) obat sisa racikan

BUD adalah batas waktu penggunaan obat setelah di racik atau di siapkan

Dokter di IGD meresepkan obat racikan untuk terapi harian pasien, untuk dosis anak atau untuk pasien menggunakan NGT, dalam peresepan 1 tablet bisa menghasilkan lebih dari 1 kali dosis obat racikan, sebagai contoh sildenafil untuk pasien anak dosis 3 kali sehari 10mg sedangkan sediaan di satelit farmasi IGD sildenafil 100mg, sehingga obat yang di pakai hanya 30 mg. Dari sini bisa di lihat adanya sisa obat yang dapat disimpan untuk keperluan peresepan hari selanjutnya.

Satelit Farmasi IGD RSCM memiliki obat sisa racikan untuk dapat digunakan kembali, dokter telah meresepkan resep pasien IGD setiap hari dalam bentuk racikan, farmasi dalam meracik obat pasien tentunya akan ada sisa racikan yang akan di pakai kembali untuk pasien. IF memiliki kebijakan BUD sehingga obat sisa racikan dapat digunakan kembali untuk pasien.

Dalam rangka meminimalkan tagihan pasien, efisiensi tenaga dan mempercepat responsetimelayanan, maka obat sisa racikan pasien disimpan untuk digunakan kembali pada hari peresepan selanjutnya. Instalasi farmasi telah membuat panduan penulisan BUD untuk memudahkan petugas menentukan batas waktu aman penggunaan obat setelah diracik. Berdasarkan SPO AP kemasan obat racikan harus dilengkapi dengan informasi BUD agar keamanan penggunaan obat terjamin. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan masih adanya obat sisa racikan yang tidak dilengkapi informasi BUD tersebut. Hal ini berisiko menyebabkan kesalahan pengobatanakibat penggunaanobatsisaracikanyang telahkedaluwarsa.

Proses tersebut bertentangan dengan nilai Manajemen ASN dimana ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, sehingga menjadi salah satu isu dalam pelayanan public.

2. Belum optimalnya obat pulang yang tidak diambil pasien atau keluarga pasien

Pasien yang telah diizinkan pulang oleh dokter dan membutuhkan terapi lanjutan di rumah akan diresepkan obat pulang. Resep obat pulang selanjutnya akan disiapkan oleh farmasi, kemudian diserahkan kepada pasien/ keluarga pasien. Pada tahap ini, dibutuhkan peran aktif pasien/ keluarga pasien untuk datang ke satelit farmasi mengambil obat tersebut.

Dari pengamatan yang dilakukan di lapangan, pada bulan Juni 2022 terdapat 20 pasien yang tidak mengambil obat pulang. Hal ini mungkin disebabkan karena pasien masih mempunyai obat yang sama di rumah, pasien terburu-buru, ataupun pasien terlupa untuk mengambil obat karena menyelesaikan urusan administrasi lainnya.

Dampaknya antara lain terputusnya pengobatan, delay treatment, hingga kekambuhan penyakit pada pasien Sesuai peran, fungsi dan tugas ASN dalam memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas (ManajemenASN) tentu isu tersebut perlu ditanggulangi.

3. Belum Optimalnya kesesuaian jumlah paket BMHP yang didistribusikan oleh Satelit Farmasi IGD dengan stok yang tersedia di Ruang Rawat Kebidanan IGD.

Paket BMHP kebidanan merupakan paket berisi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang dibuat berdasarkan kebutuhan layanan dan disimpan sebagai floor stock di ruang perawatan. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat layanan bersalin di IGD kebidanan lantai 3 yang tidak dapat diprediksi namun membutuhkan respon yang sangat cepat. Satelit farmasi IGD terletak di lantai 1 gedung IGD sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Penyediaan floor stockBMHP diharapkan dapat menjembatani kebutuhan ini.

Sering terjadi diskrepansi antara jumlah paket BMHP yang tercatat didistribusikan oleh Satelit Farmasi IGD dengan stok yang tersedia di ruang rawat kebidanan IGD. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti ketidakpatuhan pendokumentasian penggunaan paket BMHP oleh petugas di ruangan yang berdampak pada tidak mampu telusurnya penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP jika terjadi kesalahan pengobatan susah untuk di telusur, hingga kerugian secara finansial akibat BMHP tidak ditagihkan kepada pasien; adanya penyalahgunaan obat maupun alat kesehatan oleh petugas yang tidak bertanggung jawab, risiko pencurian, hingga fraud.

Paket yang disediakan sebagai floorstockantara lain: paket akut, catheter, infus, PEB, antisipasi HPP, condom catheter bayi baru lahir, partus, tokolitik dan transfusi. Data hasil stok opname bulan Juni 2022 untuk tindakan ruang kebidanan IGD lantai 3, terdapat 7 jenis paket dari 10 jenis paket yang tidak sesuai antara jumlah fisik barang dengan catatan di sistem informasi rumah sakit. Ketidaksesuaian ini sulit untuk dilakukan penelusuran akibat pencatatan bukti serah terima yang masih manual menggunakan buku di satelit farmasi, sehingga berisiko terselip, tulisan tidak terbaca, hingga penulisan beragam yang tidak sesuai standar.

Hal ini bertentangan dengan nilai Manajemen ASN dimana ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. Selain itu serah terima paket secara manual pada era digital sekarang ini, belum mendukung nilai Smart ASN dalam kecakapan penggunaan alat.

Tabel 2. Identifikasi Isu

1 Belum optimalnya kepatuhan petugas menulis BUD obat sisa racikan

2 Belum optimalnya obat pulang yang diambil pasien atau keluarga pasien

3 Belum Optimalnya kesesuaian jumlah paket

BMHP yang didistribusikan oleh Satelit Farmasi IGD dengan stok yang tersedia di Ruang Rawat kebidanan IGD

Obat sisa racikan menumpuk tanpa BUD

Obat pulang yang tidak diambil tertumpuk di kotak obat pulang.

- Dokumentasi manual pada buku serah terima

Satelit Farmasi

IGD lantai 1 dan dokumentasi manual pada buku

40 % obat sisa racikan tidak di tulis tanggal BUD.

Berdasarkan data yang diambil penulis Bulan Juni 2022, terdapat 20 pasien yang tidak mengambil obat pulang

- Ketidakseragaman penulisan akibat tidak adanya standar.

- Tulisan tidak terbaca

- Informasi serah terima sulit ditelusur

- Ketidaksesuaian dokumen

- 7 paket

Selisih

nomor paket yang diserahkan dengan catatan di sistem informasi rumah sakit

- Selisih stok antara jumlah barang secara fisik dan secara IT

- Tidak ditagihkannya paket BMHP yang digunakan pada pasien.

3.3 Analisis Isu Aktual

Penulis meyadari jika isu-isu di atas tidak diselesaikan maka akan berdampak pada pelayanan publik.

Tabel 3 Dampak Yang Terjadi

NO ISU Dampak apabila Isu tidak ditangani

1 Belum optimalnya kepatuhan petugas menulis

BUD obat sisa racikan

2 Belum optimalnya obat pulang yang diambil pasien atau keluarga pasien

- Kesalahan pengobatan akibat penggunaan obat sisa racikan yang kedaluarsa

- Response time pelayanan obat yang memanjang karena harus meracik obat yang sama setiap hari.

- Banyaknya obat yang harus diretur (tidak efektif)

- Pasien putus obat

- Pasien tertunda minum obat (delay treatment)

- Kekambuhan penyakit

- Kegagalan terapi

3 Belum Optimalnya kesesuaian jumlah paket

BMHP yang didistribusikan oleh Satelit Farmasi

IGD dengan stok yang tersedia di Ruang

Rawat kebidanan IGD

- Response time pelayanan yang memanjang akibat penelusuran catatan serah terima tidak mudah dilakukan

- Tidak mampu telusur penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

BMHP jika terjadi kesalahan pengobatan

- Kerugian finansial akibat BMHP tidak ditagihkan kepada pasien

- Potensi fraud karena BMHP ditagihkan pada pasien yang tidak menggunakan

- Terjadinya penyalahgunaan/ pencurian obat maupun alat

Dampak apabila Isu tidak ditangani kesehatan oleh petugas yang tidak bertanggung jawab yang tidak terdeteksi

3.4 Penetapan CoreIssue

Didalam proses penetapan isu yang berkualitas, digunakan kemampuan berpikir kritis yang ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Penulis menggunakan analisa penetapan coreissuemenggunakan metode Urgency, Seriousness,dan Growth(USG).

Tabel 4. Prioritas Isu dengan Metode USG

1. Belum optimalnya kepatuhan petugas menulis BUD obat

2. Belum optimalnya obat pulang yang tidak diambil pasien atau

3. Belum Optimalnya kesesuaian jumlah paket BMHP yang didistribusikan oleh Satelit Farmasi IGD dengan stok yang

Urgency/Urgensi: Seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang tersedia. Seriousness/Keseriusan: Dampak dan pengaruh masalah tersebut, semakin tinggi dampak makasemakin serius masalah tersebut.

Growth/Perkembangan isu: Apabila masalah dibiarkan maka masalah akan memburuk.Skala Likert(1-5) :

5 = sangat besar 4 = besar 3 = sedang 2 = kecil 1 = sangat kecil

3.5

Langkah yang dilakukan setelah memilah isu adalah menganalisis dengan metode Fishbone

This article is from: