PENERAPAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN ANAK BERDASARTINGKAT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19

Page 1

LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 1 PENERAPAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN ANAK BERDASAR TINGKAT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI RUANG KENANGA 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH : AMALIA PEBRIYANTI NIP. 199502172020122007

BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2021


LEMBAR PENGESAHAN PENERAPAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN ANAK BERDASAR TINGKAT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI RUANG KENANGA 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Telah di seminarkan Tanggal 05 Agustus 2021, di Bapelkes Cikarang

Coach

Mentor

Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH

Fatrisia Madina, S. Kp., MM

NIP. 196509141992032004

NIP. 196303091988032003

Penguji

Verawati Lenny, SKM, MKM NIP. 197706112005012001

ii


KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur yang tulus penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia kekuatan-Nya penulis diberikan kelancaran dan kemudahan sehingga mampu menyelesaikan laporan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN yang berjudul “Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Anak Berdasarkan Tingkat Usia Pada Masa Pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” untuk memenuhi salah satu syarat dalam meyelesaikan Latihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1 Bapelkes Cikarang Tahun 2021. Penulisan Laporan aktualisasi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan laporan ini kepada : 1. Ibu Fatrisia Madina, S.Kp, MM selaku mentor yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga laporan aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ibu Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH selaku coach yang senantiasa selalu memberikan ilmu, arahan, masukan, dan bimbingan selama proses penyusunan laporan aktualisasi ini. 3. Ibu Verawaty Lenny SKM MKM selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis. 4. Ibu Neneng Faridah, S.Kep., Ners Kepala Ruangan Kenanga 2 yang banyak memberikan ilmu dan arahan dalam menyelesaikan kegiatan aktualisasi ini. 5. Seluruh Widyaiswara yang telah memberikan ilmunya selama kegiatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1. 6. Rekan-rekan Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 7. Seluruh panitia penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1. 8. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III khususnya Angkatan 1 atas inspirasi, kekompakan, bantuan, dan dukungannya. 9. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat dan doa yang tidak pernah putus. 10. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan aktualisasi. Penulis menyadari dalam laporan aktualisasi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan juga kritik yang membangun untuk penyempurnaan aktualisasi ini. Semoga aktualisasi ini dapat memberikan manfaat dan juga dapat diterapkan di lingkungan kerja dengan sebaikbaiknya, serta dapat dikembangan lebih lanjut. Bandung, 4 Agustus 2021 Penulis

Amalia Pebriyanti

iii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................

ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................

1

1.2 Tujuan................................................................................................

2

1.3 Manfaat .............................................................................................

3

1.4 Ruang Lingkup..................................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin........................................................

5

2.2 Profil Ruang Kenanga 2...................................................................

11

2.3 Nilai Dasar ASN.................................................................................

13

2.4 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI....................................... 17 BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1 Identifikasi Isu................................................................................... 20 3.2 Penapisan Isu.................................................................................... 23 3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu ........................................................

26

3.4 Analisa Isu.........................................................................................

29

3.5 Gagasan Pemecahan Isu ................................................................ 30 3.6 Matrik Rancangan Kegiatan Aktualisasi ..................................... 32 3.7 Waktu dan Tempat Aktualisasi.......................................................

40

BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI 4.1 Pelaksanaan Kegiatan aktualisasi

.............................................. 41

4.1 Uraian Kegiatan ............................................................................. 44 4.1 Pencapaian Penyelesaian Isu .......................................................

76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 77 4.1 Saran ............................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 39 LAMPIRAN........................................................................................................ 39

iii


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa yang bersatu dalam bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia.

Dalam

Pembukaan

Undang-Undang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia Tahun 1945, bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil. Untuk dapat mengelola sumber daya alam yang melimpah diharapkan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia mempunyai suatu sistem birokrasi dengan SDM nya yang berkualitas, yaitu PNS Profesional yang saat ini dikenal dengan istilah Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut UU No. 5 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). ASN sendiri memiliki tugas melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas serta mempererat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia dalam rangka mencapai cita-cita bangsa untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan demikian perlu dilakukan penanaman nilai nilai dasar profesi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pola baru untuk membangun moral, kejujuran, semangat nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab. Pendidikan dan pelatihan dasar (Latsar) dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme PNS dalam mengelola

tantangan

dan

masalah

keragaman

sosial

cultural

dengan

menggunakan perspektif manajemen ASN, whole of government dan pelayanan publik yang didasari nilai-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai pelayan masyarakat. Peraturan lembaga administrasi negara republik indonesia nomor 12 tahun 2018 tentang pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil yang profesional bahwa untuk melaksanakan

1


ketentuan Pasal 34 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, perlu menetapkan Peraturan Lembaga Administrasi. Pelatihan

dasar

mengaktualisasikan

CPNS

materi

menuntut

pembelajaran

setiap

peserta

nilai-nilai

dasar

untuk

dapat

PNS

yaitu

Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA) serta 3 substansi materi pembelajaran tambahan yaitu manajemen ASN, pelayanan publik, dan World of Government. Setiap peserta pelatihan juga dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari tersebut melalui proses pembiasaan diri dalam pembelajaran agenda habituasi, yang termasuk di dalamnya kegiatan aktualisasi. Melalui kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat membentuk kemampuan peserta pelatihan dasar dalam menerjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk, dan mengaplikasikan gagasan menjadi sebuah kegiatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan aktualisasi setiap peserta pelatihan dasar di satuan kerja masing – masing. Rancangan kegiatan aktualisasi ini bersumber dari sasaran kerja pegawai (SKP), penugasan khusus dari atasan, atau kegiatan lain yang mendapat persetujuan dari atasan langsung, dan atau kombinasi diantara ketiganya. Kegiatan yang akan dilakukan, bersumber dari teridentifikasinya suatu kondisi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai isu yang harus dipecahkan. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Melakukan aktualisasi sebagai wujud pencapaian tertinggi dengan memanfaatkan seluruh kemampuan dan sumber daya yang ada melalui gagasasan pemecahan isu dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, EtikaPublik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi) dalam melaksanakan tugas di lingkungan kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

2


2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan identifikasi isu dan penetapan isu prioritas di unit keja. b. Mampu menjelaskan gagasan pemecahan isu prioritas dengan menyusun rencana, tahapan kegiatan, dan output kegiatan c. Mampu menjelaskan penerapan materi mata kuliah dalam pelatihan dasar CPNS, yaitu nilai-nilai dasar PNS serta kedudukan dan peran PNS dalam KNRI dalam melaksanakan tahapan kegiatan d. Mampu menjelaskan rencana kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian visi dan misi organisasi serta penguatan terhadap nilai-nilai organisasi e. Penulis mampu menciptakan inovasi dalam mewujudkan visi dan misi melalui analisis dampak dan identifikasi isu di lingkungan kerja. 1.3 Manfaat 1. Bagi Penulis Penulis dapat mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN, kedudukan dan peran ASN dalam NKRI yang akan menciptakan ASN yang professional, akuntabel, memiliki etika, memiliki jiwa nasionalisme dalam melayani masyarakat. Sehingga dengan internalisasi tersebut diharapkan tercipta peningkatan mutu pelayanan dan kepercayaan masyarakat. 2. Bagi Satuan Kerja Membentuk unit kerja yang kondusif dalam melayani masyarakat serta meningkatkan lingkungan kerja yang akuntabel yang memungkinkan satuan kerja dapat mencapai visi, misi, memberikan inovasi dan meningkatkan mutu pelayanan publik. 3. Bagi Instansi Dengan tersusunnya rancangan aktualisasi diharapkan dapat menambah kepustakaan Bapelkes, khususnya sebagai bukti terselenggaranya pelatihan dasar CPNS Kementerian Kesehatan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

3


I.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam rancangan kegiatan aktualisasi yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan yaitu semua tugas yang dilakukan dalam proses aktualisasi nilai – nilai dasar ASN yang didasarkan pada Sasaran Kerja Pegawai (SKP), Perintah atau Tugas dari Pimpinan, dan inisiatif atau inovasi sendiri yang disetujui oleh pimpinan. 2. Tempat pelaksanaan aktualisasi dilakukan di Ruang Kenanga 2 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS). 3. Waktu pelaksanaan aktualisasi, dilakukan selama 30 hari kerja terhitung mulai tanggal 29 Mei 2021 sampai dengan 5 Juli 2021. 4. Batasan nilai dalam aktualisasi berupa nilai – nilai yang menjadi dasar nilai profesi ASN, yaitu: a. Akuntabilitas yang diartikan sebagai sebuah kewajiban bagi ASN untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya. b. Nasionalisme yang diartikan sebagai paham atau pandangan kecintaan terhadap bangsa dan tanah air Indonesia yang dilandasi oleh nilai – nilai Pancasila. c. Etika Publik yang diartikan sebagai standar/norma yang menentukan baik atau buruk, benar atau salah mengenai tindakan, perilaku dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pelayan publik. d. Komitmen Mutu, dapat menunjukkan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif

serta

efisien

dan

efektif

yang

berorientasi

mutu

dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. e. Anti Korupsi merupakan nilai dasar untuk tidak berperilaku korupsi bagi kehidupan diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa.

4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin 1. Sejarah RSUP Dr. Hasan Sadikin Pada tahun 1920, rumah sakit ini dibangun dengan kapasitas 300 tempat tidur oleh pemerintah Belanda dan selesai tahun 1923. Pada tanggal 15 Oktober 1923 diresmikan dan diberi nama Met Algemeene Bandoengsche Ziekenhui. Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1927, namanya berubah menjadi

Gemeente Ziekenhuis Juliana. Tenaga dokter pada waktu itu hanya ada enam dokter berkebangsaan Beanda dan dua orang dokter berkebangsaan Indonesia, yaitu dr. Tjokro Hadidjojo dan dr. Djundjunan Setiakusumah. Pada tahun 1942, pecah Perang Pasifik dan rumah sakit ini oleh Belanda dijadikan rumah sakit militer yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Militer. Kemudian, masih di tahun 1942 bala tentara Jepang menduduki Pulau Jawa, fasilitas rumah sakit dijadikan rumah sakit militer Jepang dan diberi nama menjadi Rigukun Byoin sampai tahun 1945. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun rumah sakit masih tetap dikuasai oleh Belanda sebagai rumah sakit militer di bawah pimpinan W.J. Van Thiel. Pada tahun 1948, fungsi rumah sakit diubah kembali dan diperuntukan bagi kalangan umum. Dalam perkembangan selanjutnya, rumah sakit masuk ke dalam naungan Kotapraja Bandung dan diberi nama Rumah Sakit Rantja Badak (RSRB), sesuai dengan sebutan nama kampung lokasi berdirinya rumah sakit ini, yaitu Rantja Badak. Pimpinan masih tetap oleh W. J. Van Thiel sampai tahun 1949. Setelah itu, rumah sakit dipimpin oleh Dr. Paryono Suriodipuro sampai tahun 1953. Pada tahun 1954, oleh Menteri Kesehatan, RSRB ditetapkan menjadi RS Provinsi dan langsung di bawah Departemen Kesehatan. Pada tahun 1956, RSRB ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas perawatan meningkat menjadi 600 tempat tidur. Pada tanggal 8 Oktober 1967, RSRB berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin sebagai penghormatan terhadap almarhum direktur rumah sakit yang meninggal dunia pada tanggal 16 Juli 1967 sewaktu masih menjabat sebagai direktur dan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD).

5


Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, RSHS mengembangkan berbagai fasilitas (sarana, prasarana, dan alat) sesuai dengan master plan pengembangan RSHS sebagai Teaching Hospital Master Plan RSHS yang mendukung fungsi RSHS sebagai RS Pendidikan, pertama kali dirancang pada tahun 1972, yang kemudian dikaji ulang dan dikembangkan menjadi Master Plan RSHS tahun 1982. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan peningkatan cakupan, jangkauan, dan mutu pelayanan rumah sakit, melalui soft loan dari OECF/JBIC (Jepang), tersusun

Master Plan RSHS tahun 1995 sebagai model RS Pendidikan di Indonesia dengan filosofi integral pelayanan medis dan pendidikan kedokteran untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Realisasi tahap pertama dan Master Plan tersebut adalah pembangunan gedung gawat darurat dan bedah sentral (Emergency Unit – Central

Operating Theatre (EU-COT) termasuk ruang rawat intensif yang diselesaikan pada tahun 2001, dilengkapi dengan fasilitas peralatan medik yang canggih pada masanya. Dari efisiensi biaya pembangunan tersebut, sekaligus dapat dibangun gedung rawat inap khusus (kelas VIP), berkapasitas 75 tempat tidur yang kemudian diberi nama Paviliun Parahyangan. Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene

Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan rumah sakit militer. Setelah Indonesia merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama Rumah Sakit Ranca Badak. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit provinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya, pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan merupakan awal kerja sama antara Rumah Sakit Ranca Badak dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan

6


bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997, RSHS ditetapkan menjadi unit swadana. Keluarnya UndangUndang Nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 124 tahun 1997 menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi perusahaan jawatan (Perjan). Kebijakan tersebut merupakan salah satu langkah strategis pemerintah dalam memberikan kewenangan otonomi yang lebih luas kepada unitunit pelayanan tertentu untuk menyelenggarakan manajemennya secara mandiri, sehingga diharapkan mampu merespon kebutuhan masyarakat secara tepat, cepat, dan fleksibel. Tahun-tahun berikutnya adalah tahun di mana RSHS semakin berkembang. Di tengah pertumbuhannya ini, RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional

berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Nomor

HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis, dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir, dan Transplantasi Ginjal. Fungsi, Klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4, maka tugas pokok dan fungsi BP4 tidak hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru lainnya. Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi RS, khususnya terkait sistem keuangan ICW, Departemen Kesehatan mengarahkan pengelolaan RS pemerintah selaku Unit Pelaksana Teknisnya, menjadi unit swadana. Pada status sebagai Unit Swadana, periode 1992-1993, dimungkinkan bagi pengelola rumah sakit

untuk

menggali

berbagai

potensi

pendapatan

disertai

fleksibilitas

pengelolaannya, sehingga RSHS mulai mengembangkan Kerja Sama Operasional (KSO) dalam pelayanan obat. Terbitnya Undang-undang Nomor 20 tahun 1997, pada tahun 1998 status RSHS menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), seluruh pendapatan RS harus disetorkan ke negara dalam waktu 24 jam. Kondisi tersebut dirasakan sangat menghambat kelancaran operasional,

7


antara lain tersendatnya penyediaan reagensia laboratorium yang diperparah dengan naiknya kurs dollar Amerika secara tajam, sehingga menyebabkan pelayanan Laboratorium Patologi Klinik hampir kolaps. Salah satu jalan keluar untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan KSO laboratorium pada tahun 1998. Pada periode selanjutnya, keterbatasan pemerintah dalam pembiayaan pelayanan rumah sakit yang semakin menurun, sedangkan rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya, pemerintah mengubah paradigmanya lebih berperan sebagai katalis dengan melepaskan bidang-bidang yang dapat dikerjakan oleh rumah sakit (steering rather than rowing). Untuk itu dikeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 119/2000

yang

menetapkan

RSHS sebagai

Perusahaan Jawatan (Perjan). Dengan otonomi dan fleksibilitas yang lebih luas dalam pengelolaan rumah sakit, kinerja RSHS dirasakan semakin membaik. Status Perjan rumah sakit terkendala dengan perundang-undangan yang baru, sehingga sejak tahun 2005 RSHS bersama 12 rumah sakit lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPKBLU). 2. Tugas dan Fungsi Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1673/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSHS merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RSHS dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama. RSHS dikategorikan sebagai Rumah Sakit Tipe A dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dan rujukan puncak untuk provinsi Jawa Barat. RSHS juga berfungsi sebagai pusat unggulan nasional (National Centre of Excellence) dalam bidang Kedokteran Nuklir dan ditetapkan sebagai satu-satunya penyelenggara Pendidikan Spesialis Kedokteran Nuklir di Indonesia. a. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, RSHS menyelenggarakan beberapa fungsi berikut ini. 1) Pelayanan medik dan penunjang medik

8


2) Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan 3) Pelayanan rujukan 4) Pelayanan umum dan operasional penunjang non medik 5) Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit 6) Pelayanan Administrasi Dan Keuangan 7) Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia penelitian dan pengembangan. b. Tugas Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara

serasi, terpadu, dan

berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, pendidikan, dan penelitian serta upaya lainnya sesuai kebutuhan. 3. Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin a. Visi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong b. Misi Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia 4. Tata Nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin Tata nilai yang dipilih untuk mengawal penerapan misi dan visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “Pamingpin Pituin” yaitu: a. Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya b. Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan c. Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan d. Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive e. Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima

9


f. Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu “PRIMA” a. Profesional : Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yangmendasarinya b. Respek : Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan. c. Integrasi : Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi. d. Manusiawi : Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.: e. Amanah : Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan. 5. Motto RSUP Dr. Hasan Sadikin “Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”

6. Lokasi dan Denah

Gambar 2.1 Lokasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

10


Gambar 2.2 Denah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

7. Struktur Organisasi

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit 2.2 Profil Ruang Kenanga 2 1. Gambaran Umum Ruang Kenanga 2 Ruang Kenanga 2 merupakan ruang rawat inap non infeksius khusus anak-anak (rentang usia 0-18 tahun) baik itu laki-laki maupun perempuan yang mengidap jenis penyakit dalam, seperti gangguan sistem pernapasan, hematologi, onkologi, kardiovaskular, dan digestif. Unit ini merupakan unit pelayanan bagi pasien kelas I, II, dan III dengan jenis pembayaran Umum, JKN PBI, dan JKN Non PBI. Lokasi Ruang Kenanga 2

11


yaitu di Gedung Kenanga lantai 2, berada di tepat diatas Gedung Kenanga 1 dan bersebrangan dengan Gedung Kemuning lantai 2, berada di bagian timur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan beberapa sarana instalasi yang membantu pelayanan kesehatan seperti Depo Farmasi Rawat Inap, Laboratorium, COT, dan Radiologi. 2. Lingkup Garapan a. Bidang Pelayanan Lingkup garap keperawatan Ruang Kenanga 2 secara umum yaitu: 1) Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat. 2) Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit. 3) Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. 4) Persiapan operasi klien sesuai standar 5) Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai. Sedangkan elemen-elemen dalam lingkup garap Ruang Kenanga 2 yaitu: 1) Pemeliharaan pola – pola normal dan fungsi - fungsi dasar KDM. 2) Pengelolaan rasa tidak nyaman dan nyeri. 3) Penanganan masalah emosional yang berkaitan dengan penyakit dan prosedur pengobatan. 4) Peningkatan pemahaman klien & keluarga tentang pemeliharaan kesehatan. 5) Penanganan persiapan operasi 6) Memfasilitasi perawatan mandiri klien secara mandiri. 7) Membantu klien mengambil keputusan. 8) Membantu klien dan keluarga menghadapi penyakit terminal. b.

Bidang Pendidikan Lingkup garapan Ruang Kenanga 2 dalam bidang pendidikan merupakan peningkatan kemampuan baik pada segi kognitif, afektif, maupun psikomotor

dari

peserta

didik

keprofesian

perawat

berdasarkan

pendampingan perawat CI dalam pembelajaran klinik di ruangan.

12


c. Bidang Penelitian Lingkup garapan Ruang Kenanga 2 dalam bidang penelitian yaitu informasi terbaru berdasarkan temuan lapangan dari kegiatan penelitian yang dilakukan di ruangan. 3. Basis Intervensi a. Bidang Pelayanan Basis intervensi dalam bidang pelayanan ruang rawat inap Kenanga 2 adalah ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan pasien,eluarga pasien, dan petugas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien. Intervensi yang akan diberkan pada permasalahan yang berhubungan dengan ketidaktahuan berupa pendidikan kesehatan dan penyuluhan, sedangkan

basic

intervensi

yang

akan

diperuntukan

untuk

ketidakmampuan adalah dengan pemberian role model sebagi contoh untuk diterapkan pada tahapan selanjutnya, dan untuk ketidakmauan dapat dilakukan dengan pemberian support dan motivasi. b. Bidang Pendidikan Basis intervensi dalam bidang pendidikan keprofesian perawat di Ruang Kenanga 2 yaitu target capaian psikomotor mahasiswa praktikan yang dibimbing oleh CI masing-masing dalam pelaksanaannya. c. Bidang Penelitian Basis intervensi dalam bidang penelitian di Ruang Kenanga 2 sejalan dengan basis intervensi bidang pelayanan. 2.3 Nilai-nilai Dasar Profesi ASN Sebagai abdi negara, menurut UU nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, PNS mempunyai hak-hak antara lain gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi. Sementara itu kewajiban seorang PNS meliputi: 1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

13


5) Melaksanakan

tugas

kedinasan

dengan

penuh

pengabdian,

kejujuran,

kesadaran, dan tanggung jawab; 6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan;

danBersedia

ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai-nilai dasar terdiri dari 5 nilai, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau yang disingkat dengan ANEKA. Masing-masing nilai dasar memiliki indikator yang menggambarkan nilai tersebut 1. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level atau unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Fungsi utama akuntabilitas publik yaitu: a. Untuk menyediakan kontrol demokratis, dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan dilingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementerian, lembaga maupun daerah.) b. Untuk

mencegah

korupsi

dan

penyalahgunaan

kekuasaan

(peran

konstitusional). c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Dilihat dari fungsi-fungsi akuntabilitas tersebut menjadi hal yang mutlak jika akuntabilitas ada dalam sebuah framework. Terdapat beberapa langkah yang harusdilakukan dalam menciptakan framework yang akuntabel yaitu: a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai tanggungjawab yang harus dilakukan b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai d. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback.

14


Disamping itu, untuk menciptakan

lingkungan kerja yang akuntabel

diperlukan nilai-nilai: Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggungjawab (Responsibilitas), Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, Konsistensi. 2. Nasionalisme Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, fungsi ASN adalah sebagai berikut: a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik b. ASN sebagai pelayan publik c. ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Nasionalisme adalah:

a.

Cinta tanah air

b.

Rela berkorban

c.

Tidak diskriminatif

d.

Kerjasama

e.

Menghormati orang lain

f.

Tenggang rasa

g.

Teloransi

h.

Kepentingan umum

3. Etika Publik Pelayanan

publik

yang

profesional

membutuhkan

tidak

hanya

kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan

15


bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Etika publik merupakan ilmu pengetahuan tentang perbuatan manusia yang dapatdinilai baik atau buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan selama masih bisa dicerna akal. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah

laku/etika

suatu

kelompok

khusus

dalam

masyarakat

melalui

ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik. 4. Komitmen Mutu Komitmen mutu berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan,

sehingga

tidak

terjadi

pemborosan

sumber

daya,

penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur. Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien diantaranya; penghematan,

ketercapaian

target

secara

tepat

sesuai

dengan

yang

direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak, menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat, bahkan akan menimbulkan kerugian secara finansial. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam komitmen mutu adalah:

a.

Efektif

b.

Efisien

16


c.

Bermutu

d.

Cepat

e.

Tanggap

5. Anti Korupsi Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Menurut UU No 31/1999 jo No UU 20/2001 terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. 2.4 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI 1. Manajemen ASN Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Keja (PPPK). Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa. 2. Pelayanan Publik Berdasarkan UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayann Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

17


kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Adapun prinsipprinsip pelayanan publik adalah sebagai berikut:

a. Partisipatif b. Transparan c. Responsif d. Tidak diskriminatif e. Mudah dan murah f. Efektif dan efisien g. Aksesibel h. Akuntabel i. Berkeadilan 3. Whole of Government (WOG) WOG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WOG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pertama adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta

penyelenggaraan

pemerintahan

yang

lebih

baik.

Selain

itu

perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan lebih kompleks juga mendorong pentingnya WOG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Praktek WOG dapat dilakukan dengan cara: a.

Penguatan koordinasi antar lembaga

18


Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. b.

Membentuk lembaga koordinasi khusus Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau kementerian.

c.

Membentuk gugus tugas Bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal, yang sifatnya tidak permanen.

d.

Koalisi sosial Bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.

19


BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1 Identifikasi Isu Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai kondisi dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai dalam SKP dapat berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP. Tabel 3.1 Penjelasan Butir SKP No.

Kegiatan Tugas Pokok Jabatan

Kondisi Saat Ini

Melakukan pengkajian keperawatan 1.

2.

lanjutan pada individu, keluarga

Sudah dilaksanakan

Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu.

Sudah dilaksanakan

Kondisi yang Diharapkan Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Adanya jadwal

Melakukan stimulasi tumbuh kembang 3.

pada

individu

dalam

rangka

melakukan upaya promotif.

Pada masa

terapi bermain

pandemic Covid-19

anak berdasar

Belum dilakukan

tingkat usia di

dengan optimal

ruang Kenanga 2 pada masa Pandemi Covi-19

Melakukan 4.

case

dini/penemuan

kasus

finding/deteksi baru

pada

Sudah dilaksanakan

individu Melakukan 5.

support

Kepatuhan

terhadap intervensi kesehatan

pada

Sudah dilaksanakan

individu

6.

Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga

Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP

Belum dilakukan

Dilaksanakan

dengan optimal cuci

sosialisasi

tangan, prosedur

kesehatan secara

pemberian nutrisi

optimal kepada

melalui NGT, terapi

pasien dan

20


No.

Kegiatan Tugas Pokok Jabatan

Kondisi Saat Ini bermain anak

Kondisi yang Diharapkan keluarga di Ruang Kenanga 2

7. 8. 9.

10.

Melakukan

manajemen

inkontinen

urine. Melakukan

manajemen

inkontinen

faecal. Melakukan upaya membuat pasien istirahat tidur. Melakukan

komunikasi

teurapeutik

dalam

pemberian

asuhan

keperawanan. 11. 12. 13.

Memfasilitasi Melakukan

16.

Memfasilitasi

pada

suasana

lingkungan

yang tenang dan aman. sampke

pemberian

Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan

19.

menjelang ajal sampai meninggal Memberikan dukungan dalam proses

sesuai SOP

secara optimal

Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan

Sudah dilaksanakan

penatalaksanaan

Memberikan perawatan pada pasien

Dilaksanakan

optimal

Sudah dilaksanakan

. 18.

sesuai SOP

komunikasi terapi

Sudah dilaksanakan

ekstravasasi

Dilaksanakan

namun belum

elektrolit

Melakukan resusitasi bayi baru lahir

sesuai SOP

Dilaksanakan

Sudah dilaksanakan

Konsentrasi tinggi

Dilaksanakan

Sudah dilakukan

darahmelalui

arteri, pulmonary arteri, CVP

Melakukan 17.

pendampingan

pasien menjelang ajal (dying Care)

Memantau 15.

dalam

pemenuhan kebutuhan spiritual.

Mengambil 14.

pasien

Sudah dilaksanakan

Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan

Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan

21


No.

Kegiatan Tugas Pokok Jabatan

Kondisi yang

Kondisi Saat Ini

Diharapkan

kehilangan, berduka dan kematian

20.

Melakukan

evaluasi

22.

tindakan

keperawatan pada individu Melakukan

21.

sesuai SOP

dokumentasi

Dilaksanakan

Sudah dilaksanakan

sesuai SOP

asuhan

keperawatan

Dilaksanakan

Sudah dilaksanakan

Menyusun laporan pelaksanaan tugas

Sudah dilaksanakan

sesuai SOP Adanya laporan pelaksanaan tugas

Berdasarkan penjabaran butir SKP diatas, didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut : Tabel 3.2. Dampak Isu sesuai SKP Isu

Dampak apabila isu tidak ditangani

Melakukan stimulasi tumbuh kembang Akan menimbulkan reaksi hospitalisasi berupa pada individu dalam rangka melakukan pengalaman traumatik dan stress. Selain itu upaya promotif. belum optimal dilakukan

dapat menimbulkan gangguan pada tumbuh kembang pasien khususnya pada pasien anak berupa keterlambatan perkembangan anak..

Melakukan pendidikan kesehatan pada Akan individu dan keluarga belum dilakukan tenaga secara optimal

menimbulkan kesehatan

memahami

dan

ketergantungan serta

tidak

melaksanakan

pada

mampu perawatan

yang berkelanjutan Melakukan komunikasi teurapeutik dalam Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pemberian asuhan keperawanan belum pelayanan ruangan/instansi optimal dilakukan Berdasarkan dampak dari setiap SKP di atas dan dengan metode environmental

scanning, ditemukan isu-isu di ruang perawatan anak Kenanga 2

di antaranya

sebagai berikut. 1.

Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2.

22


Berdasarkan hasil observasi selama 1 bulan berdinas di ruang kenanga 2, edukasi terkait PPI belum dilakukan kepada semua pasien baru yang datang ke ruangan. Hal ini beresiko menimbulkan Healthcare Associated Infections (HAI’s). 2.

Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2. Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Ruang Kenanga 2 Terapi bermain selama pandemi Covid-19 tidak dilakukan, di Ruang Kenanga 2 terdapat sarana belajar dan bermain yaitu “Sekolahku”. Namun semenjak adanya pandemi Covid-19 seluruh aktivitas sekolahku tidak dilakukan. Hal ini dapat berdampak munculnya reaksi hospitalisasi berupa pengalaman traumatik dan stress selama masa perawatan dikarenakan kurang optimalnya pemberian asuhan keperawatan. Selain itu dapat menimbulkan gangguan pada tumbuh kembang

pasien

khususnya

pada

pasien

anak

berupa

keterlambatan

perkembangan anak.. 3.

Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2. Berdasarkan hasil observasi selama 1 bulan berdinas di ruang kenanga 2, edukasi pemberian nutrisi melalui pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2 sudah dilakukan, namun belum optimal.

4.

Komunikasi terapeutik perawat kepada pasien dan keluarga pasien masih kurang efektif Komunikasi yang terjalin antara perawat di ruang kenanga 2 dan klien maupun keluarga sudah berjalan cukup baik namun peningkatan tetap di perlukan

3.2 Penapisan ISU Setelah mendapatkan isu yang kritikal maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis isu untuk bagaimaa memahami isu tersebut secara utuh. Dalam proses penetapan isu digunakan alat bantu penetapan kriteria isu yaitu dengan menggunakan metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Layak). Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematika yaitu isu tersebut memiliki dimensi dimana masalah yang kompleks,

23


sehingga perlu dicarikan segera solusi secara komprehesif, dan kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah. Berikut ini merupakan hasil penetapan isu dengan menggunakan metode AKPL. Tabel. 3.3 Penapisan Isu Dengan Metode AKPL Kriteria ISU No

ISU

A

K

P

Terpli L

h/tida k

Belum optimalnya pencegahan infeksi 1

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

+

-

melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2 Belum terlaksananya terapi bermain anak

2

berdasar tingkat usia pada masa pandemi

Covid-19 di Ruang Kenanga 2. Belum

3

optimalnya

edukasi

pemberian

nutrisi melalui nasogastric tube di

Ruang

Kenanga 2. Komunikasi 4

terapeutik

perawat

kepada

pasien dan keluarga pasien masih kurang efektif

Setelah dilakukan penetapan isu yang berkualitas dengan metode AKPL didapatkan 3

isu prioritas yang kemudian lebih diprioritaskan kembali. Untuk

memprioritaskan isu digunakan metode USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Urgency adalah seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis da ditindak lanjuti. Seriousness yaitu seberapa serius ditimbulkan. Growth yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Berikut ini merupakan hasil identifikasi isu menggunakan metode USG yaitu :

24


Tabel 3.4 Penapisan Isu Dengan Metode USG No

ISU Belum optimalnya pencegahan infeksi

1

U

S

G

Total

5

4

4

13

5

5

4

14

4

4

4

12

4

4

3

11

melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2 Belum

2

terlaksananya

terapi

bermain

anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2. Belum optimalnya edukasi pemberian

3

nutrisi

melalui

nasogastric

tube

di

Ruang Kenanga 2. Komunikasi terapeutik perawat kepada 4

pasien

dan

keluarga

pasien

masih

kurang efektif

Keterangan: Skala 1-5 (1 =sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar) Dari hasil penapisan tersebut didapatkan urutan prioritas dari yang pertama yaitu: 1.

Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2.

2.

Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2

3.

Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2

Sehingga, dari hasil tersebut penulis mengangkat isu “Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia di Ruang Kenanga 2 pada masa pandemi

Covid-19” untuk dijadikan topik dalam rancangan aktualisasi.

25


3.3 Latar Belakang Pemilihan ISU Hospitalisasi dianggap sebagai suatu peristiwa yang bisa membuat stres pada anak. Stressor yang diterima anak selama dirawat dapat berupa lingkungan rumah sakit yang asing, kondisi fisik seperti rasa sakit dan penyakit yang anak alami, prosedur perawatan dan pemeriksaan medis di rumah sakit. Stres pada anak dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan gangguan perkembangan sehingga hal tersebut dapat menunda proses penyembuhan penyakit (Kazemi et al, 2012). Hospitalisasi adalah peristiwa yang umum terjadi pada anak dan dapat merupakan pengalaman traumatik bagi anak-anak yakni dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku beberapa minggu atau bulan sesudah anak keluar dari rumah sakit. (Turkel et al, 2009; Moghaddam et al, 2011). Penelitian Coyne (2006) menyimpulkan bahwa anak-anak yang di rawat inap mengalami banyak stres, ketakutan dan kecemasan, (terutama cemas perpisahan dengan orang tua) dan lain-lain. Reaksi hospitalisasi yang sering dialami anak pada saat dilakukan perawatan seperti anak rewel atau menangis, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif, penurunan mood bahkan

tamper tantrum (Utami, 2014). Penyebab penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan lingkungan yang jauh dari rutinitasnya sehari-hari serta keterbatasan koping mekanisme anak dalam memecahkan masalah. Perpisahan dengan rutinitas sehari-hari bagi anak menjadi faktor penting penyebab munculnya reaksi negatif hospitalisasi. Menurut Ball dan Bindler (2003), anak yang dirawat di rumah sakit berada pada lingkungan asing yang tidak diketahuinya, dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan pemandangan sekitar menakutkan sehingga menimbulkan reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan lingkungan yang terapeutik. Lingkungan terapeutik yang diharapkan dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif diantaranya penataan ruang, restrain terapeutik, sikap dan komunikasi perawat terapeutik, permainan terapeutik, seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2012).

26


Kelompok usia anak menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu bayi baru lahir atau newborn (0- 3 bulan), usia infant/ bayi (3 bulan – 1 tahun), Todler / usia pra sekolah ( 1-6 Tahun), Usia Sekolah (6-13 Tahun), usia remaja /adolescence (13-18 Tahun). Menurut Penelitian yan dilakukan oleh Rahayu tahun 2018 anak-anak usia Pra sekolah lebih rentan mengalami reaksi hospitalisasi dibandingkan dengan kelompok usia anak lainnya. Anak usia prasekolah atau awal masa kanak-kanak adalah anak yang berusia antara 1-6 tahun. Kecemasan pada anak prasekolah yang sakit dan dirawat di rumah sakit, merupakan salah satu bentuk gangguan yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan aman nyaman berupa kebutuhan emosional anak yang tidak adekuat. Usia prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu diisi dengan bermain. Mainan merupakan alat yang sangat penting dari aktivitas bermain (Amida,2012) Terapi bermain merupakan kegiatan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan, dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan staf rumah sakit (Homeyer, 2008). Dampak hosptalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stres berlebihan, maka anak anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Kegiatan terapi bermain ini sudah seharusnya dapat dilakukan tidak terkecuali pada masa pandemi Covid-19 ini. Coronavirus sendiri merupakan sekumpulan virus yang berasal dari subfamili Orthocronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales (Yunus & Rezki, 2020). Virus ini dapat menyerang hewan dan juga manusia dan pada manusia gejalanya berupa infeksi yang serupa dengan penyakit SARS dan MERS, hanya saja Covid-19 bersifat lebih masif perkembangannya. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang terdampak wabah yang satu ini. Oleh karena itu, perlu adanya modifikasi dalam pelaksanaan terapi bernain untuk menekan penyebaran Covid-19. Ruang Kenanga 2 merupakan ruang rawat inap non infeksius khusus anakanak (rentang usia 0-18 tahun) baik itu laki-laki maupun perempuan yang mengidap jenis penyakit dalam, seperti gangguan sistem pernapasan, hematologi, onkologi, kardiovaskular, dan digestif. Lingkup garapan di Ruang Kenanga 2 dalam bidang pelayanan keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia berdasarkan fokus telaahan yang meliputi segala gangguan atau hambatan

27


pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologi pada saat perawatan Sebagian besar pasien di Ruang Kenanga 2 merupakan pasienpasien kemoterapi yang akan melakukan perawatan kemoterapi berulang di mana peran perawat sebagai edukator dan fasilitator dalam mengurangi ansietas dan meringankan efek kemoterapi yang dirasakan pasien. Ruang Kenanga 2 memiliki fasilitas berupa tempat bermain anak yang dikenal dengan nama “Sekolahku”, namun berdasarkan hasil observasi oleh penulis, selama satu bulan di Ruang Kenanga 2 tidak terdapat jadwal terapi anak dan kegiatan bermain anak berdasarkan tingkat usia. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala Ruangan Kenanga 2

semenjak adanya

pandemi Covid-19 fasilitas sekolahku ini ditutup hingga saat ini, segala aktivitas belajar dan bermain di Ruang Kenanga 2 ditiadakan untuk menghindari penyebaran virus Covid-19. Berdasarkan hasil observasi didapatkan data dari tanggal 1 - 25 April 2021, 1 dari 7 anak yang dirawat di Ruangan Kenanga 2 menunjukkan reaksi negatif hospitalisasi berupa cemas, rewel/menangis dan takut saat didekati petugas kesehatan. Dampak reaksi negatif hospitalisasi tersebut menjadi kendala terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien anak, sehingga diperlukan upaya perawat untuk kreatif melakukan upaya tindakan terapeutik untuk memberikan reaksi hospitalisasi yang positif. Anak yang kooperatif ketika dilakukan tindakan keperawatan merupakan salah satu tanda anak yang tidak cemas akibat hospitalisasi. Selain itu pembawaan anak yang tenang dan kemampuan ketrampilan koping yang baik akan lebih menunjukkan reaksi hospitalisasi yang positif. Berdasarkan dampak isu tersebut cukup besar, maka proses selanjutnya adalah dilakukan analisis penyebab dari isu belum diterapkannya terapi bermain berdasarkan Tingkat usia pada masa pandemic Covid-19 di Ruang Kenanga 2 dengan menggunakan metode analisis fish bone

28


3.4

Analisis ISU Isu yang telah diidentifikasi dengan dua kali penapisan, selanjutnya dilakukan analisa isu, dalam hal ini untuk mencari akar permasalahan dengan pendekatan metode analisis fishbone, sebagai berikut:

Belum ada media bermain sesuai tingkat usia

29


3.5

Gagasan Pemecahan ISU Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari SKP (sasaran kinerja pegawai), perintah atasan, dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar aparatur sipil negara (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi), prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Keterkaitan dengan prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government adalah antara lain: Tabel 3.5 Tabel Keterkaitan Nilai Dasar ASN Nilai Dasar

Keterkaitan Substansi

Manajemen ASN

a.Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional b. Melaksanakan tugas dengan jujur bertanggung jawab dan berintegritas tinggi.

Pelayanan Publik

a. Prosedur pelayanan b. Kejelasan petugas pelayanan c. Kedisiplinan petugas pelayanan d. Tanggung jawab petugas pelayanan e. Kemampuan petugas pelayanan f. Kenyamanan pelayanan g. Keamanan pelayanan

Whole

Of a. Kerjasama

Government

b. Kolaborasi c. Koordinasi

Unit Kerja

: Ruang Kenanga 2

Identifikasi Isu

:

1. Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2. 2. Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2

30


3. Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2 Isu yang diangkat : Penerapan pelaksanaan terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2 Tabel 3.6 Gagasan Pemecahan Isu Gagasan Pemeahan Isu

Sumber

1. Menyampaikan ide gagasan dan Konsultasi terkait rencana SKP kegiatan penerapan terapi bermain pada masa pandemi

Covid-19 dan menganalisa

kelompok tingkat usia anak

kepada mentor dan kepala ruangan 2. Membuat Design terapi bermain yang dapat dilakukan pada SKP masa pandemic Covid-19 dengan menerpakan protocol kesehatan 3.

Melakukan sosialisai untuk berbagi informasi tentang terapi Inovasi bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat

pandemic covid-19 4. Membuat jadwal terapi bermain berdasarkan tingkat usia Inovasi anak 5. Membuat media berupa video dan leaflet terapi bermain.

SKP

6. Membuat evaluasi dan laporan

SKP

31


3.6 Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisai Tabel 3.7 tabel Rancangan Kegiatan Aktualisasi No

Kegiatan Menyampaikan

1. Membuat janji

Output/ Hasil

Keterkaitan Substansi mata Pelatihan

Penguatan

terhadap Visi Misi

nilai

Organisasi

Organisasi

Adanya Janji

membuat rancangan aktualisasi dengan

sesuai dengan visi Nilai

pertemuan

penuh tanggung jawab dan

RSHS yang

Pamingpin

ide gagasan

bertemu dengan

terkait rencana

mentor/ kepala

memberikan data secara transparan

sejalan dengan

Pituin :

kegiatan

ruangan

(Akuntabilitas)

visi Pemerintah

Nilai inovatif

penerapan

1

Tahapan Kegiatan

Kontribusi

2. Bertemu dan

Laporan

Menemukan literatur yang terpercaya Kabinet Indonesia

dijelaskan

(Komitmen

Mutu)

terapi bermain

menjelaskan

pada masa

laporan

mencantumkan sumber dengan jujur Terwujudnya

untuk

pandemi Covid-

rancangan

dan tanggung jawab (Akuntabilitas, Indonesia Maju

menghasilkan

19 dan

kegiatan

Anti Korupsi)

suatu yang

menganalisa

3. Melakukan

dan Maju 2 yaitu

yaitu adanya

Menggunakan bahasa yang Berdaulat,

keinginan

Mendapatkan

Indonesia yang baik dan benar dalam Mandiri dan

baru dan senantiasa

kelompok

analisa terkait

data hasil

penulisan

tingkat usia

pengelompokan

analisa

(Nasionaliasme)

Berlandaskan

melakukan

anak kepada

usia pasien

kelompok usia

dalam melakukan konsultasi juga

Gotong Royong

perbaikan

anak

meggunakan komunikasi yang baik,

dan bertujuan

Nilai

mentor dan

rancangan

aktualisasi Berkepribadian

32


kepala ruangan

4.

Menuliskan

Adanya saran

ramah sopan (Etika Publik) serta

untuk

Integritas

saran dari

yang tertulis

melakukan evaluasi sesuai dengan

peningkatan

yaitu dengan

kepala ruangan/

tindakan dengan jujur dan tanggung

kualitas hidup

kejujuran,

pengawas

jawab dan memasukan saran dari

manusia

amanah dan

ruangan

atasan (Etika publik, Akuntabilitas)

menjungjung etika yang tinggi

Membuat desain

Adanya data

Menunjukkan sikap tanggungjawab,

Sesuai dengan

Nilai

terapi bermain

kajian situasi di

hasil Kajian

kejelasan, cermat dan teliti serta

visi RSHS yang

Pamingpin

yang dapat

ruang kenanga

situasi

mengedepankan mutu pelayanan

sejalan dengan

Pituin :

diterapkan pada

2

(Akuntabilitas) menerapkan sistem

visi Pemerintah

Nilai

Terbuatnya

protokol kesehatan yang berlaku

Kabinet Indonesia

Profesional

masa pandemi

2

1. Melakukan

2. Merancang

Covid-19

desain terapi

rancangan

seperti mencuci tangan, memakai

Maju 2 yaitu

yaitu

dengan

bermain yang

desain terapi

masker, menjaga jarak, menjauhi

Terwujudnya

berorientasi

menerapkan

dapat

bermain yang

kerumunan dan mengurangi mobilitas

Indonesia Maju

pada

Protokol

diterapkan

dapa

serta menunjukkan musyawarah untuk

yang Berdaulat,

pencapaian

Kesehatan

pada masa

diterapkan

mufakat dan kebersamaan

Mandiri dan

kinerja

pandemi Covid-

pada masa

(Nasionalisme), selalu menujukkan

Berkepribadian

melalui

19 sesuai

pandemi

respek pada kepala ruangan,

Berlandaskan

perjalan

dengan

Covid-19

menghargai komunikasi yang terjalin

Gotong Royong.

kemitraan

protokol

sesuai dengan

dan senantiasa menanamkan kejujuran

Sejalan dengan

Nilai

inovatif

33


protokol

serta integritas (Etika publik). Tidak

misi RSHS untuk

yaitu adanya

kesehatan

menyisipkan kepentingan pribadi atau

peningkatan

keinginan

Adanya janji

golongan dalam penyusunan proposal

kualitas manusia

untuk

pertemuan

dan menghindari adanya konflik

Indonesia.

menghasilkan

dengan kepala

kepentingan (Antikorupsi).

dengan

suatu

yang

ruangan

serta selama proses diskusi

meminimalisir

baru

dan

Hasil kajian

mengedepankan kerjasama dan

dampak

senantiasa

hasil kajian dan

dan rancangan

kolaborasi pihak terkait dengan

hospitalisasi pada

melakukan

rancangan

desain terapi

berlandaskan mutu pelayanan (Whole

anak

perbaikan

desain terapi

bermain ada

of Government)

kesehatan 3. Membuat janji untuk bertemu

4. Mendiskusikan

secara

bermain

berkesinamb

bermain pada

ungan

Masa Pandemi

Nilai

Covid-19

Integritas yaitu dengan kejujuran, amanah dan menjungjung etika

3

Melakukan

1. Melakukan

Adanya

Dalam

membuat

dan

memberikan Sesuai dengan

Nilai

34


sosialisasi untuk

kontrak waktu

kontrak waktu

undangan

berbagi

dengan perawat

yang

yang baik, menghargai dan efisien. sejalan dengan

Pituin :

informasi

ruangan dan

disepakati

(Etika publik), Melakukan konfirmasi visi Pemerintah

Nilai

tentang terapi

keluarga pasien

ulang

yaitu adanya

bermain

2. Mencari sumber

Terbuatnya

petugas serta

berdasarkan

literatur dalam

materi satuan

dilakukan

tingkat usia

mebuat satuan

acara

efektivitas dan efisiensi dalam rangka Indonesia Maju

menghasilkan

yang dapat

acara penyuluhan

penyuluhan

peningkatan

suatu

yang

dilakukan saat

(SAP) yang

pelayanan(Komitmen

Mutu). Mandiri dan

baru

dan

pandemic Covid-

seuai literatur

Mensosialisaikan

petugas Berkepribadian

senantiasa

19

menggunakan

untuk

komunikasi visi RSHS yang

memastikan

kehadiran Kabinet Indonesia

penyusunan materi Maju 2 yaitu

dengan

menerapkan Terwujudnya

mutu

untuk yang Berdaulat,

kepada

dengan menggunakan komunikasi yang Berlandaskan 3.Melakukan

Dilakukanya

baik

konsultasi terkait

konsultasi

jawab

(Etika

publik),

terhadap

bertanggung Gotong Royong.

materi

yang Sejalan dengan

Pamingpin inovatif

keinginan untuk

melakukan perbaikan. Nilai

materi sosialisasi

disampaikan dan menunjukkan sikap misi RSHS untuk

integritas

kepada kepala

integritas

yaitu dengan

ruangan

menyampaikan

dan

kejujuran ide

dalam peningkatan gagasan kualitas manusia

kejujuran,

4.Melakukan

Sosialiasasi

(Akuntabilitas) dan tidak menyisipkan Indonesia.

amanah dan

pemaparan/present

terlaksana

kepentingan

menjungjung

pribadi

atau

golongan

asi sosialiasasi

dalam penyusunan power point dan

etika

penerapan terapi

menghindari

tinggi

bermain

kepentingan

adanya (anti

Korupsi)

konflik

yang

serta

35


Melakukan petugas

evaluasi sebagai

pemahaman

bentuk

tanggung

jawab (Akuntabilitas) Membuat jadwal 1. Membuat jadwal

Terbuatnya

membuat jadwal terapi bermain yang

Sesuai

terapi

jadwal terapi

rapi, jelas dan mudah dipahami baik

visi

bermain

oleh perawat, maupun keluarga pasien

Terwujudnya

(akuntabilitas) Melakukan kerjasama

Indonesia

didampingi oleh

antar petugas (Nasionalisme) agar

yang

perawat

pemberian terapi bermain menjadi lebih

Mandiri

efektif dan efisien. (Komitmen Mutu)

Berkepribadian

profesional,

bermain terapi bermain

berdasarkan kelompok anak

4

berdasar tingkat usia usia anak

dengan Nilai

RSHS

yaitu Pamingpin Pituin Maju Adanya

Berdaulat, Kepemimpina dan n,

2.Mempublikasikan

Terpublikasika

jadwal terapi

nnya jadwal

Berlandaskan

inovatif,

bermain

terapi bermain

Gotong Royong..

tulus, unggul,

dengan

integritas.

meminimalisir dampak hospitalisasi pada anak

dan

mencegah timbulnya gangguan

pada

36


tumbuh kembang pasien khususnya pada pasien anak berupa keterlambatan perkembangan anak. Membuat media 1.Mengajukan berupa dan

izin Mendapat izin Melakukan konsultasi meggunakan

video pembuatan konsultasi

Nilai

komunikasi dan kerjasama yang baik

visi Sesuai

Pamingpin

(Etika Publik). Serta koordinasi dan

dengan visi RSHS

Pituin :

kolaborasi yang baik (Komitmen

yang sejalan

Nilai inovatif

Mutu)

dengan visi

yaitu adanya

Pemerintah

keinginan

Kabinet Indonesia

untuk

Maju 2 yaitu

menghasilkan

Video dan leaflet yang dibuat efektif

Terwujudnya

suatu yang

dan efisien (Komitmen Mutu)

Indonesia Maju

baru dan

Melakukan konsultasi meggunakan

yang Berdaulat,

senantiasa

publikasi dari

komunikasi dan kerjasama yang baik

Mandiri dan

melakukan

Promkes RSHS

(Etika Publik), menghargai masukan

Berkepribadian

perbaikan

pembuatan

leaflet pembuatan

terapi bermain.

Sesuai dengan

dan dan konten dilakukannya

video dan leaflet

konsultasi konten

video Melakukan pembuatan video dan leaflet

dan leaflet

5

dengan jujur, tanggung jawab, kerja dan keras (Anti Korupsi)

2.Melakukan

Video

pembuatan video

leaflet tersedia

dan leaflet 3. Mengajukan izin publikasi ke promkes RSHS

Adanya izin

37


4.Mengajukan perizinan

Video dan leaflet terbuat

dan saran (Nasionalisme). Serta

Berlandaskan

Nilai

koordinasi dan kolaborasi yang baik

Gotong Royong.

Integritas

penguplodan video

dan sudah

(Komitmen Mutu)

Sejalan dengan

yaitu dengan

di youtube dan

dipublikasi

Mengajukan perizinan dengan rapi dan

misi RSHS untuk

kejujuran,

menyimpan leaflet

tanggung jawab (Akuntabilitas),

peningkatan

amanah dan

di ruangan

menggunakan komunikasi yang sopan

kualitas manusia

menjungjung

(Etika publik), menghargai masukan

Indonesia.

etika yang

dan saran (Nasionalisme)

tinggi

Hasil video dan leaflet sesuai dengan rancangan yang di musyawarahkan, (Anti Korupsi) dan menyertakan saran dari atasan (Nasionalisme) serta dapat dijadikan suatu inovasi bagi Instansi (Komitmen mutu) 6

Membuat evaluasi laporan

1. Membuat format Tersusun dan

sederhana

format

dalam

menjalankan

tugas

harus Sesuai dengan

Nilai

menjunjung tinggi nilai integritas dan visi Rumah Sakit,

Pamingpin

evaluasi kegiatan sederhana

tanggung

Pituin:

terapi bermain

evaluasi

dokumentasi kesesuaian tindakan yang institusi

Kepemimpina

kegiatan terapi

telah dikerjakan oleh perawat di rekam kesehatan yang

n,

bermain

medis (Akuntabilitas)

Profesional,

jawab

dibuktikan

dengan yaitu menjadi

Sesuai dengan

laporan evaluasi dapat dipertanggung visi RSHS yang

Inovatif,

38


1.

Merekap

Adanya

jawabkan

dan

dikerjakan

Dokumentasi dan

Rekapan

profesional melalui metode efektif dan visi Pemerintah

evaluasi kegiatan

dokumentasi

efisien

penerapan terapi

dan Evaluasi

Mutu)

bermain

kegiatan

Dalam menyusun

pengerjaannya

secara sejalan dengan

Komitmen Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu

laporan hasil kajian Terwujudnya

Tulus, Unggul,integr itas responsive dan

sikap

situasi dan proposal dilakukan dengan Indonesia Maju

beretika dari

3 Membuat laporan

Laporan

menerapkan efektivitas dan efisiensi yang Berdaulat,

petugas,

dan dilaporkan

tersedia

dalam rangka peningkatan mutu untuk Mandiri dan

dengan

kepada

pelayanan (Komitmen Mutu)

Berkepribadian

tujuan

mentor/Karu

Penyusunan laporan kajian situasi dan

Berlandaskan

mencapai

proposal dilakukan secara professional

Gotong Royong.

kinerja

sesuai dengan kompetensi, bebas dari

Sejalan dengan

baikdengan

intervensi maupun konflik kepentingan

misi RSHS untuk

memiliki

tertentu. Serta menjadi langkah awal

peningkatan

talenta

untuk mewujudkan lingkungan

kualitas manusia

terbaik

terapeutik demi tujuan meningkatkan

Indonesia.

senantiasa

yang

dan

mutu pelayanan rumah sakit

melakukan

(Manajemen ASN), dan

erbaikan

laporan hasil kajian situasi disusun

secara

secara professional sesuai dengan bukti

berkesinamb

nyata keadaan Ruang Kenanga

ungan

39


3.7 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Judul Aktualisasi

: Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Anak Berdasarkan Kelompok Usia Pada Masa Pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2

Waktu pelaksanaan

: 29 Mei – 5 Juli 2021

Tempat pelaksanaan

: Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tabel 3.5 Time Table Rencana Aktualisasi

No

KEGIATAN

Mei 4

Juni 1

2

Juli 3

4

Ket

1

Menyampaikan ide gagasan terkait rencana kegiatan penerapan 1

terapi bermain pada masa pandemi Covid-19 dan menganalisa kelompok tingkat usia anak kepada mentor dan kepala ruangan

2

Membuat desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19 Melakukan sosialisasi

3

untuk berbagi informasi tentang terapi

bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat pandemic Covid-19 Membuat jadwal terapi bermain berdasarkan kelompok usia

4

anak

5

Membuatan media video dan leaflet terapi bermain

6

Membuat evaluasi dan laporan

40


BAB IV AKTUALISASI 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) pada Pelatihan Dasar Golongan III angkatan 1 tahun 2021 telah dilaksakan pada tanggal 29 Mei - 05 Juli 2021 di Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Berdasarkan rancangan aktualisasi yang telah diseminarkan, penulis merencanakan 6 kegiatan yang akan dilakukan selama masa aktualisasi. Kegiatan yang dilakukan adalah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang tertuang dalam sasaran kinerja pegawai (SKP) dan inovasi. Kegiatan yang disusun untuk memecahkan isu yang diangkat, kemudian diuraikan dalam tahapan kegiatan yang lebih terperinci. Dengan menguraikannya akan lebih mudah untuk melaksanakan dan mencapai hasil yang diharapkan.

Kegiatan

tersebut antara lain sebagai berikut : Tabel 4.1 Status Kegiatan Aktualisasi No. 1.

Kegiatan Menyampaikan ide gagasan terkait rencana

Status Realisasi

Sumber

Terlaksana

SKP

Terlaksana

SKP

Terlaksana

SKP

Terlaksana

SKP

kegiatan penerapan terapi bermain pada masa pandemi Covid-19 dan menganalisa kelompok tingkat usia anak kepada kepala ruangan dan pengawas ruangan 2.

Membuat desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19

3.

Melakukan sosialisasi untuk berbagi informasi tentang terapi bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat pandemic Covid-19

4.

Membuat program bermain yang terjadwal

41


5.

Membuatan media video dan leaflet terapi

Terlaksana

inovasi

Terlaksana

SKP

bermain 6.

Membuat evaluasi dan laporan

Tabel 4.2 Tahapan Kegiatan Aktualiasasi No.

Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Tanggal Pelaksanaan

1.

Menyampaikan ide

1. Membuat

gagasan terkait rencana kegiatan

dengan

17-21 Mei 2021

2. Bertemu dan menjelaskan laporan rancangan kegiatan

3. Melakukan analisa terkait

pandemi Covid-19 dan menganalisa

bertemu

mentor/ kepala ruangan

penerapan terapi bermain pada masa

janji

pengelompokan usia pasien

4. Menuliskan saran dari Mentor atau

kelompok tingkat

kepala ruangan

usia anak kepada kepala ruangan dan pengawas ruangan 2.

Membuat desain

1. Melakukan kajian situasi di ruang

terapi bermain yang dapat

2-7 Juni 2021

kenanga 2

2. Merancang

desain

terapi

bermain

diterapkan pada

yang dapat diterapkan pada masa

masa pandemi

pandemi Covid-19 sesuai

Covid-19

protokol kesehatan

dengan

3. Membuat janji untuk bertemu dengan kepala ruangan

4. Mendiskusikan rancangan

hasil

desain

kajian

terapi

dan

bermain

bermain pada masa pandemi covid-19 3.

Melakukan sosialisasi

1. untuk

Mencari

sumber

literatur

dalam

8-14 Juni 2021

membuat satuan acara penyuluhan

42


berbagi

informasi

tentang

terapi

dan media sosialisasi 2.

Melakukan konsultasi

bermain

sosialisasi

berdasarkan tingkat

dan mentor

usia

yang

dapat

dilakukan

3.

saat

pandemic Covid-19

kepada

Melakukan

kontrak

terkait materi

kepala

ruangan

waktu

dengan

perawat ruangan dan keluarga pasien 4.

Melakukan

pemaparan/presentasi

sosialiasasi penerapan terapi bermain 4.

Membuat program

1.

Membuat jadwal terapi bermain

bermain yang

berdasar tingkat usia anak didampingi

terjadwal

oleh perawat 2.

15-22 Juni 2021

Mempublikasikan jadwal terapi bermain

3.

Melaksanakan kegiatan terapi bermain sesuai jadwal

5.

Membuatan media

1. Mengajukan izin pembuatan pembuatan

video dan leaflet terapi bermain

dan konsultasi konten video dan leaflet 2.

12- 24 Juni 2021

Melakukan pembuatan video dan leaflet

3.

Mengajukan perizinan penguplodan video di youtube dan menyimpan leaflet di ruangan

6.

Membuat evaluasi

1.

dan laporan

Membuat format sederhana evaluasi kegiatan terapi bermain

2.

26 Juni – 2 Juli 2021

Merekap Dokumentasi dan evaluasi kegiatan penerapan terapi bermain

3.

Membuat

laporan

dan

dilaporkan

kepada mentor/Karu

43


4.2 URAIAN KEGIATAN Kegiatan 1 : Menyampaikan ide gagasan terkait rencana kegiatan penerapan terapi bermain pada masa pandemi Covid-19 dan menganalisa kelompok tingkat usia anak kepada

kepala ruangan dan pengawas

ruangan Tanggal

17-21 Mei 2021

Tahapan

1. Membuat janji bertemu dengan mentor/ kepala ruangan

Kegiatan

2. Bertemu dan menjelaskan laporan rancangan kegiatan 3. Melakukan analisa terkait pengelompokan usia pasien 4. Menuliskan saran dari Mentor atau kepala ruangan

Daftar Lampiran

Lembar konsultasi, foto dokumentasi, data pengelompokan pasien

Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kesepakatan/janji untuk bertemu dengan kepala ruangan dan mentor untuk menyampaikan rencana kegiatan aktualisasi, yaitu penerapan pelaksanaan terapi bermain berdasar tingkat usia pada masa Pandemi Covid-19. Melakukan pengkajian terhadap kelompok usia anak yang dirawat di ruang Kenanga 2 untuk mencari persentase usia terbanyak A. Tahapan Kegiatan 1. Membuat janji untuk bertemu dengan mentor/kepala ruangan Output: Mendapatkan waktu dan tempat untuk bertemu Kesepakatan bertemu dengan Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) pada tanggal 17 Mei 2021. Kesepakatan dilakukan melalui

chat

Whatsapp

44


( Gambar 1 dan 2 Sceenshot percakapan melalui Whatsapp dalam rangka membuat

janji untuk bertemu dengan

mentor dan percakapan whatsapp

dengan kepala ruangan untuk memohon izin rencana aktualisasi di ruang kenanga 2 ). 2.

Bertemu dan menjelaskan laporan rancangan kegiatan Output: Adanya pertemuan dengan kepala ruangan Pertemuan dengan kepala ruangan untuk menjelasakan rancangan kegiatan pada tanggal 20 mei 2021.

(Gambar 3 Pertemuan dengan kepala ruangan kenanga 2 tanggal 20 Mei 2021)

45


3. Melakukan analisa terkait pengelompokan usia pasien

Output : Data kelompok usia pasien Kegiatan diawali

dengan melakukan pencarian data kelompok usia dan ranking

penyakit ke instalasi rekam medis. Lalu melakukan pengelomokan sesuai kelompok usia dan penyakit.

( Gambar 4 bertemu dengan petugas rekam medis tanggal 21 Mei 2021) Tabel 4.3 Data pasien ruang Kenanga 2 berdasarkan kelompok Usia pada bulan Januari - Mei 2021 Bulan Januari-Mei 2021 No.

Kelompok Usia Anak

Jumlah

Persentase (%)

1.

< 1 tahun

44

4.2

2.

1 – 3 tahun

335

31,9

3.

4 – 6 tahun

319

30,4

4.

7 – 12 tahun

201

19,2

5.

13 – 18 tahun

150

14,3

1.049

100

Total pasien

46


Tabel 4.4 Data pasien ruang Kenanga 2 berdasarkan

10 Ranking penyakit

penyebab dilakukan Perawatan pada bulan Januari - Mei 2021 Bulan Januari-Mei 2021 No.

Penyebab Penyakit

Jumlah

Persentase ( % )

1.

Kemoterapi Neoplasma

526

61,1

2.

Kemoterapi Propilaktik lainnya

210

24,4

3.

Paliatif care

38

4,4

4.

Leukimia Limpoblastic Akut

30

3,4

5.

Anemia Aplastic

16

1,9

6.

Sindrom nefrotik

13

1,5

7.

SLE

11

1,2

8.

Kelainan jantung bawaan

8

0.9

9

Leukemia Myeloblastik akut

5

0,6

10

CKD stage 5

5

0,6

862

100

Total pasien

4. Menuliskan saran dari Mentor atau kepala ruangan

Output : saran dan arahan dari mentor tercatat di lembar konsultasi Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) memberikan masukkan untuk menguatkan di latar belakang yang mendasari dan pemilihan gagasan pemecahan isu yang diangkat.

47


(Gambar 5. lembar konsultasi bersama mentor Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) B.

Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN

1.

Akuntabilitas membuat rancangan aktualisasi dengan penuh tanggung jawab dan memberikan data secara transparann.

2.

Nasionalisme Penulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan rancangan aktualisasi

3.

Etika Publik Setiap tahap kegiatan selalu menerapkan sikap respek kepada kepala ruangan, pengawas ruangan dan mentor serta menghargai komunikasi yang terjalin dengan selalu menepati janji sesuai kesepakatan yang dibuat. Selain itu selama proses penyampaian ide gagasan dilakukan dengan musyawarah mufakat dan kebersamaan dengan menerapkan sikap saling menghormati dan menghargai dari setiap pendapat yang diberikan

4.

Komitmen Mutu Penyampaian ide gagasan ini dalam rangka untuk menyamakan persepsi terkait setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kepada pasien anak di ruang Kenanga 2

5.

Anti Korupsi Dalam pelaksanaan penyampaian ide gagasan dilakukan dengan sikap berani mengemukakan ide dan jujur dalam berpendapat.

48


C. Peran dan Kedudukan ASN: a Manajemen ASN Dalam penyampaian rancangan aktualisasi dilakukan secara professional sesuai dengan kompetensi, bebas dari intervensi maupun konflik kepentingan tertentu. Serta menjadi langkah awal untuk mewujudkan lingkungan terapeutik demi tujuan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b Whole of Government Selama proses

penyampaian rancangan aktualisasi mengedepankan

kerjasama

kolaborasi

dan

dengan

tujuan

tercapainya

lingkungan terapeutik bagi pasien anak di ruang

realisasi

Kennaga 2 dan

mengurangi dampak hospitalisasi. D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Melakukan penyampaian ide gagasan yang dilakukan kepada pemegang kebijakan di ruangan terkait peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan penerapan terapi bermain pada masa pandemi covid-19 pada pasien anak dengan

mengaktualisasikan

nilai-nilai

dasar

ANEKA

telah

membantu

terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan VISI MISI RSHS E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan penyampaian ide gagasan terkait penerapan terapi bermain merupakan salah satu prinsip atraumatic care pada pasien anak . pada tahap ini dilakukan kebijakan dalam bentuk proses diskusi pada pemegang kebijakan yang didukung dengan aktualisasi nilai-nilai ANEKA telah mewujudkan nilainilai organisasi RSHS, yaitu Kepemimpinan, Inovatif dan Integritas. F Analisis Dampak Kegiatan penyampaian ide gagasan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut membuat hubungan dengan pemegang kebijakan terjalin lebih baik dan pada akhirnya mencapai

49


tujuan bersama yaitu peningkatan mutu pelayanan khususnya pelayanan pada pasien anak. Apabila

dalam

pelaksanaanya

tidak

memperhatikan

prinsip-prinsip

tersebut, akan tercipta lingkungan yang tidak kondusif yang selanjutnya menyebabkan lingkungan terapeutik bagi pasien anak tidak terealisasi. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan dampak hospitalisasi pada anak.

Kegiatan 2 Membuat desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19 Tanggal

2-7 Juni 2021

Tahapan

1. Melakukan kajian situasi di ruang kenanga 2

Kegiatan

2. Merancang

desain

terapi

bermain

yang

dapat

diterapkan pada masa pandemi Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan 3. Membuat janji untuk bertemu dengan kepala ruangan 4. Mendiskusikan hasil kajian dan rancangan desain terapi bermain bermain pada masa pandemi covid-19 Daftar Lampiran

foto dokumentasi dan design rancangan terapi bermain

A. Tahapan Kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan melakukan kajian situasi di ruang kenanga 2 karena pada masa pandemi covid-19 mungkin akan menyebkan perbedaan dibandingkan sebelum adanya pandemi. Selanjutnya saya mendesain terapi bermain yang dimodifikasi yaitu dengan menerapkan Protokol Kesehatan yang berlaku

dengan menerapkan

5 M sistem seperti mencuci tangan, memakai

masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan

mengurangi mobilitas.

Penerapan terapi bermain pada masa pandemi covid-19 ini juga berbeda dengan sebelumnya dimana pasien diruangan bermain.

bisa bebas belajar dan bermain bersama-sama

Sedangkan untuk saat ini kegiatan bermain hanya boleh

dilakukan di tempat tidur masing-masing. Hal ini untuk meminimalisir kontak antar pasien. Kegiatan terapi bermain akan difasilitasi oleh masing-masing perawat

penananggung

jawab

pasien,

permainan

yang

diterapkanpun

50


disesuaikan dengan kelompok usia masing-masing pasien. Selanjutnya saya bertemu dengan wakil kepala ruangan untuk mendiskusikan kembali mengenai hasil kajian dan design terapi ini untuk memperoleh persetujuan dan masukan. Tahapan kegiatan 2 sebagai berikut. 1. Melakukan kajian situasi di ruang kenanga 2 Output: data hasil kajian situasi (data terlampir) 2. Merancang desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan Output : Adanya rancangan desain terapi.

( Gambar 6 Desain poster terapi bermain)

51


(Gambar 7 Alat – alat permainan yang tersedia di ruang Kenanga 2 ) 3. Membuat janji untuk bertemu dengan kepala ruangan Output : Adanya janji pertemuan (janji pertemuan dilakukan secara verbal di ruangan kenanga 2) 4. Mendiskusikan hasil kajian dan rancangan desain Output : Adanya pertemuan dan diskusi

terkait rancangan desain terapi

bermain

( Gambar 8 Pertemuan dengan wakil kepala ruangan mendiskusikan desain terapi bermain pada tanggal 7 Juni 2021)

52


B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.

Akuntabilitas Dalam penyusunan kajian situasi dan

rancangan design terapi bermain

dilakukan dengan penuh tanggung jawab secara cermat dan teliti

serta

transparann. 2.

Nasionalisme Dalam mendiskusikan hasil kajian situasi dan

desain mengutamakan

musyawarah untuk mufakat. Selalu menghargai dan menghormati pendapat dari setiap pihak dalam perancangannya 3.

Etika Publik Selama penyusunan kajian situasi dan rancangan design terapi bermain dilakukan dengan jujur dan menunjukkan sikap respek. Pada proses penyusunan dilakukan diskusi secara sopan santun serta menerapkan sikap saling menghargai pendapat.

4.

Komitmen Mutu Penyusunan kajian situasi dan rancangan design terapi bermain dengan penuh kesungguhan yang menerapkan kreativitas, efektivitas dan efisiensi dalam rangka realisasi inovasi yang direncanakan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.

5.

Anti Korupsi Penyusunan kajian situasi dan rancangan design terapi bermain dilakukan dengan sikap jujur, tanggungjawab dan disiplin dalam pengerjaannya. Selain itu

tidak

menyisipkan

kepentingan

pribadi

atau

golongan

dalam

penyusunannya dan menghindari adanya konflik kepentingan. C Peran dan Kedudukan ASN 1. Pelayanan Publik Desain terapi bermain disusun secara professional sesuai dari hasil kajian situasi yang dilakukan. Selain itu dalam pelaksanaannya selalu mengedepankan kepuasan pelayanan bagi pasien, sehingga dapat tercipta pelayanan yang terstandar dan bermutu. 2. Whole of Government

53


Design terapi bermain disusun berdasarkan diskusi dengan kepala ruangan dan mentor. Selama proses diskusi mengedepankan kerjasama dan kolaborasi dengan tujuan tercapainya realisasi lingkungan terapeutik bagi pasien anak di ruang Kenanga 2 dan mengurangi dampak hospitalisasi. D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Mendiskusikan hasil kajian dan rancangan desain terapi bermain bermain pada masa pandemi covid-19 terkait peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan penerapan

terapi bermain pada masa pandemi covid-19 pada

pasien anak dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan visi misi RSHS E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan penyampaian ide gagasan terkait penerapan terapi bermain merupakan salah satu prinsip atraumatic care pada pasien anak . pada tahap ini dilakukan kebijakan dalam bentuk proses diskusi pada pemegang kebijakan yang didukung dengan aktualisasi nilai-nilai ANEKA telah mewujudkan nilainilai organisasi RSHS, yaitu Kepemimpinan, Inovatif dan Integritas. F. Analisis Dampak Kegiatan ini menjadi optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut membuat hubungan terjalin lebih baik dari berbagai pihak yang terkait, terciptanya lingkungan terapeutik yang mempercepat proses penyembuhan pasien dan menurunkan dampak hospitalisasi pada pasien anak. Apabila

dalam

pelaksanaanya

tidak

memperhatikan

prinsip-prinsip

tersebut, akan tercipta lingkungan yang tidak kondusif yang selanjutnya akan menyebabkan

dampak

hospitalisasi

pada

anak

dan

berakibat

pada

memanjangnya lama rawat pasien anak tersebut.

54


Kegiatan 3 : Melakukan sosialisasi

untuk berbagi informasi tentang

terapi bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat pandemic Covid-19 Tanggal

8 Juni – 18 Juni 2021

Tahapan

1. Mencari sumber literatur dalam membuat satuan

Kegiatan

acara penyuluhan dan media sosialisasi 2. Melakukan konsultasi

terkait materi sosialisasi

kepada kepala ruangan dan mentor 3. Melakukan

kontrak

waktu

dengan

perawat

ruangan dan keluarga pasien 4. Melakukan

pemaparan/presentasi

sosialiasasi

penerapan terapi bermain Daftar Lampiran

foto dokumentasi, satuan acara penyuluhan, lampiran absensi kegiatan

A. Tahapan Kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan sosialisasi penerapan pelaksanaan terapi bermain anak berdasar tingkat usia kepada perawat. Sosialiasasi juga dilakukan kepada keluarga pasien di ruang Kenanga 2 dalam bentuk pendidikan kesehatan. Tahapan kegiatan ini yaitu dengan mendatangai satu persatu keluarga pasien hal ini dalam rangka mencegah adanya kerumunan. Sebelum melakukan sosialisasi saya melakukan kajian literature dalam membuat satuan acara penyuluhan dan membuat pemaparan/ presentasi berupa Powerpoint dan leaflet. Tahapan kegiatan 3 sebagai berikut. 1. Mencari sumber literatur dalam membuat satuan acara penyuluhan dan media sosialisasi Output: Adanya sumber literature dan SAP ( SAP terlampir)

55


( Gambar 9 Dokumentasi dalam mencari literature yang sesuai) 2. Melakukan konsultasi terkait materi sosialisasi kepada kepala ruangan dan mentor Output

adanya

konsultasi dengan kepala ruangan / mentor untuk

mengkonsultasikan materi sosialisai

( Gambar 10 Pertemuan dengan kepala ruangan tanggal 10 Juni 2021)

56


3. Melakukan kontrak waktu dengan perawat ruangan dan keluarga pasien Output : Adanya kontrak waktu

dengan perawat dan keluarga paisen

(Kontrak dengan keluarga dilakukan secara verbal)

(Gambar 11 kontrak waktu dengan salah satu keluarga pasien ) 4. Melakukan pemaparan/presentasi sosialiasasi penerapan terapi bermain Output : Dilakukannya sosialisasi Terapi bermain kepada pasien dan perawat

( Gambar 12 Sosialisasi kepada pasen dan keluarga di ruang kenaga 2 tanggal 13 Juni 2021)

57


Gambar 13

Gambar 14

(Gambar 13,14,15 Dokumentasi sosialisasi penerapan terapi bermain pada beberapa perawat diruang kenanga 2 tanggal 14 juni)

58


B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.

Akuntabilitas Penulis memulai melaksanakan kegiatan sosialisasi dengan menepati janji yang

dibuat

baik

kepada

perawat

maupun

keluarga

pasien

untuk

melaksanakan sosialisasi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kemudian penulis juga menyampaikan dengan penuh rasa tanggung jawab atas materi yang dipaparkan pada kegiatan sosialisasi 2.

Nasionalisme Selalu menerapkan profesionalisme sesuai bidang keperawatan dalam setiap tahapan pembuatan isi konten powerpoint untuk disosialisasikan kepada rekan-rekan perawat diruangan. Selama pembuatan isi konten perawat berkonsultasi baik dengan kepala ruangan dan mentor, bersikap sopan dan menghargai segala pendapat atau saran.

3.

Etika Publik Dalam perizinan sampai pelaksanaan sosialisai senantiasa menggunakan komunikasi yang santun dan ramah. Selain itu menyampaikan dengan penuh rasa menghormati kepada perawat dimana merupakan rekan sejawat yang lebih senior daripada penulis.

4.

Komitmen Mutu Pelaksanaan Sosialisasi

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan

berbasis pengetahuan terbaru yang sesuai evidence, yang tidak hanya berorientasi untuk jangka pendek tetapi juga untuk komitmen mutu pelayanan jangka panjang. Materi yang disampaikan didasarkan teori yang memiliki sumber yang kredibel baik dari jurnal maupun textboo 5.

Anti Korupsi Datang tepat waktu sesuai dengan jam sudah ditentukan bersama. Penyampaian materi sesuai dengan kontrak waktu, pada saat menjawab pertanyaan memberikan jawaban yang transparan dan jujur berdasarkan fakta

C Peran dan Kedudukan ASN 1. Pelayanan Publik Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan baik perawat maupun keluarga pentingnya terapi bermain. Dalam melakukan terapi bermain kepada

59


keluarga menggunakan sikap ramah dan sopan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik sehingga keluarga dapat memahami apa yang disampaikan. D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Melakukan sosialisasi dan pendidikan kesehatan terkait terapi bermain pada masa pandemi covid-19 merupakan salah satu bentuk peningkatan mutu pelayanan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas

manusia

Indonesia

sesuai

dengan

visi

misi

RSHS

dengan

meminimalisir dampak hospitalisasi pada anak. E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan sosialisasi penerapan terapi bermain ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan pasien anak dengan mengupdate kembali pemahaman dan pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS F.

Analisis Dampak Kegiatan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut buku petunjuk yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas, memberikan informasi yang jelas, sesuai dan tidak menyesatkan. Jika penulis tidak menerapkan nilai-nilai ANEKA pada proses

ini

maka

sosialisasi

yang

dihararapkan

dapat

meningkatkan

pengetahuan dan kualitas pemberian asuhan menjadi tidak optimal yang akan mengakibatkan pelayanan prima yang ingin didicapat belum terlaksana.

60


Kegiatan 4 Membuat jadwal terapi bermain berdasarkan kelompok usia anak Tanggal

15-22 Juni 2021

Tahapan

1. Membuat jadwal terapi bermain berdasar tingkat usia

Kegiatan

anak 2. Mempublikasikan jadwal terapi bermain 3. Melaksanakan kegiatan terapi bermain sesuai jadwal

Daftar Lampiran

foto dokumentasi

A. Tahapan Kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan konsultasi dengan kepala ruangan untuk pembuatan jadwal terapi bermain berdasarkan kelompok usia anak pada masa pandemi covid-19. Saya membuat rancangan poster terkait jadwal terapi bermain dan mempublikasikan di ruangan kenanga 2, setelah itu melakukan

penerapan terapi bermain bersama perawat di ruang kenanga 2.

adapun tahapanya 1. Membuat jadwal terapi bermain berdasar tingkat usia anak didampingi oleh perawat Output : Adanya jadwal terapi bermain

(Gambar 17. Jadwal Terapi bermain di ruang kenanga 2) 2. Mempublikasikan jadwal terapi bermain Output : jadwal dipublikasikan

61


3. Melaksanakan kegiatan terapi bermain sesuai jadwal Output : Kegiatan terapi bermain terlaksana

(Gambar 18. Dokumentasi kegiatan terapi bermain di ruang kenanga 2)

62


B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.

Akuntabilitas Jadwal terapi bermain dibuat dengan penuh tanggung jawab sesuai teori referensi yang terpercaya sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan mutu pelayanan.

2.

Nasionalisme Perawat dalam memberikan terapi bermain tidak membeda-bedakan pasien. Perawat memenuhi hak yang seharusnya didapatkan oleh pasien. Semua tindakan dilakukan atas dasar rasa kemanusiaan dan kekeluargaan kepada seluruh pasien dan keluarga agar pasien mendapatkan pelayanan terbaik.

3.

Etika Publik Perawat menghargai pasien dan keluarga, rekan sejawat serta rekan dari profesi lain dalam bekerjasama memenuhi hak pasien untuk menerima pelayanan kesehatan . Perawat membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga, menerapkan prinsip autonomy yaitu menentukan sendiri mau atau tidaknya terapi bermain tersebut dilakukan. Selain itu perawat juga menerapkan sikap yang ramah dan sopan.

4.

Komitmen Mutu Perawat

melakukan

semua

tindakan

terapi

bermain

dalam

rangka

meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam mengurangi dampak hospitalisasi pada pasien anak 5.

Anti Korupsi Perawat melakukan tindakan keperawatan menggunakan sikap terbuka dan jujur, menggunakan alat-alat bermain yang sesuai dengan peruntukkannya dan menempatkan kembali alat-lat bermain di ruang bermain. Melakukan tindakan sesuai dengan yang sudah direncanakan.

C. Peran dan Kedudukan ASN 1.

Manajemen ASN Dalam melakukan terapi bermain penulis melakukannya sesuai dengan kebutuhan pasien serta

dengan adanya jadwal secara tidak la ngsung

mengkomunikasikan dengan perawat lainnya 2.

Pelayanan Publik

63


Dalam melakukan terapi bermain kepada pasien menggunakan sikap ramah dan sopan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik sehingga pasien merasakan kenyamanan ketika sebelum, saat dan setelah dilakukan terapi bermain. D.

Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Pemmbuatan jadwal dan pelaksanaan

terapi bermain berdasarkan tingkat

usia anak di ruang Kenanga 2 Sesuai dengan visi misi rumah sakit, yaitu menjadi

institusi

kesehatan

yang

unggul

dan

transformatif

dalam

meningkatkan status kesehatan masyarakat dan misi rumah sakit, yaitu melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat yang lebih baik E.

Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pembuatan jadwal terapi bermain dan pelaksaannya merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan pasien anak dengan mengupdate kembali pemahaman dan pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS

F.

Analisis Dampak Kegiatan terapi bermain lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut membuat hubungan antara pasien dan perawat terjalin dengan baik dan kondusif, menciptakan lingkungan terapeutik yang mempercepat proses penyembuhan pasien dan menurunkan dampak hospitalisasi pada pasien anak. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya perawat tidak memerhatikan prinsipprinsip tersebut akan tercipta lingkungan yang kurang kondusif yang selanjutnya menyebabkan efek non terapeutik pada pasien. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan dampak hospitalisasi pada anak dan berakibat pada memanjangnya proses penyembuhan pasien tersebut.

64


Kegiatan 5 : Membuatan media video dan leaflet terapi bermain Tanggal

12 Juni – 24 Juni 2021

Tahapan

1.Mengajukan izin pembuatan pembuatan dan konsultasi

Kegiatan

konten video dan leaflet 2.Melakukan pembuatan video dan leaflet 3. Mengajukan perizinan penguplodan video di youtube dan menyimpan leaflet di ruangan

Daftar Lampiran

foto dokumentasi,

B. Tahapan Kegiatan Penulis

selaku

pelaksana

kegiatan

aktualisasi

engajukan

izin

pembuatan

pembuatan konten video dan mengkonsultasikan desain video dan leaflet yang sudah dibuat ke bagian promosi kesehatandengan membawa soft copy dan hard

copy media yang telah dibuat, selanjutnya penulis memperbaiki leaflet dan video sesuai dengan arahan. Setelah dilakukan finalisasi leaflet dan video yang sudah diperbaiki dapat diupload di media sosial agar penyebaran informasinya lebih massive. Adapun Tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Mengajukan izin pembuatan pembuatan dan konsultasi konten video dan leaflet Output: Adanya izin terhadap pembuatan video

(Gambar 19 bersama petugas promkes untuk mengkonsultasikan leaflet dan video pada tanggal 12 Juni 2021)

65


2. Melakukan pembuatan video dan leaflet Output : Video dan leaflet

Gambar 20

( Gambar 21 Leaflet final yang sudah disetujui oleh kepala ruaangan dan bagian promkes)

66


3. Mengajukan perizinan penguplodan video di youtube dan menyimpan leaflet di ruangan

( Gambar 22 Video terapi bermain yang sudah disetujui dan di upload di youtube)

( Gambar 23 leaflet yang sudah diperbanyak dan disimpan di ruang kenanga 2)

67


B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.

Akuntabilitas Penulis melakukan pembuatan desain leaflet dengan teliti dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.

Nasionalisme Desain leaflet di sampaikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia serta penyampaian kepada kepala ruangan dan petugas promosi kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

3.

Etika Publik Kegiatan konsultasi dilakukan dengan menjunjung tinggi norma, etika, sopan santun, sikap saling menghormati, dan menepati janji sesuai dengan kontrak waktu yang telah dibuat. Dan penulis meminta saran dan masukkan dari kepala ruangan dan petugas promosi kesehatan.

4.

Komitmen Mutu Ide gagasan pembuatan leaflet

dan video bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan mutu rumah sakit sehingga penulis tidak mengabaikan kualitas pelayanan dengan melakukan konsultasi terkait leaflet di luar jam pelayanan. 5.

Anti Korupsi Dalam mengumpulkan dan menyusun bahan literatur pendukung pembuatan leaflet edukasi pelepasan terapi infus intravena, penulis melakukannya dengan jujur dan tidak melakukan plagiarisme sehingga leaflet yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan.

C Peran dan Kedudukan ASN 1.

Manajemen ASN Dalam pembuatan leaflet dan video penulis melakukannya secara profesional sesuai dengan kompetensi, bebas dari intervensi maupun konflik kepentingan tertentu. Leaflet dibuat sebagai langkah awal untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.

2.

Pelayanan Publik Dalam membuat leaflet, penulis melakukannya secara profesional sesuai dengan bukti nyata keadaan di Ruang Kenanga 2 berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan sebelumnya selama sebulan. Selain itu dalam pelaksanaannya selalu mengedepankan kepuasan pelayanan bagi pasien sehingga dapat tercipta pelayanan bermutu.

68


3.

Whole of Government Dalam pembuatan leaflet dan video penulis selalu berdiskusi dengan pihakpihak terkait secara komprehensif dan menerima setiap masukkan yang diberikan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Selama prosesnya,

dalam

berdiskusi

penulis

mengedepankan

kerjasama

dan

kolaborasi dengan berbagai pihak diantaranya Kepala Ruang Kenanga 2, mentor yang sekaligus merupakan Kepala Bidang Keperawatan D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Pembuatan leaflet dan video terapi bermain berdasarkan tingkat usia di ruang kenanga 2 pada

masa pandemi covid-19 merupakan salah satu bentuk

peningkatan mutu pelayanan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan visi misi RSHS dengan meminimalisir dampak hospitalisasi pada anak. E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan penyampaian

leaflet dan video terkait pelaksanaan terapi

bermain berdasarkan kelompok usia pada masa pandemi covid-19 yang dilakukan kepada pemegang kebijakan dalam bentuk proses diskusi dan musyawarah yang didukung dengan aktualisasi nilai-nilai ANEKA telah mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu Kepemimpinan, Profesional, Inovatif dan Integritas. F. Analisis Dampak Kegiatan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut leaflet dan video yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas, memberikan informasi yang jelas, sesuai dan tidak menyesatkan. Jika penulis tidak menerapkan nilai-nilai ANEKA pada proses

ini

maka

sosialisasi

yang

dihararapkan

dapat

meningkatkan

pengetahuan dan kualitas pemberian asuhan menjadi tidak optimal yang akan mengakibatkan pelayanan prima yang ingin didicapat belum terlaksana.

69


Kegiatan 6 : Membuat evaluasi dan laporan Tanggal

26 Juni – 2 Juli 2021

Tahapan

1.

Kegiatan

bermain 2.

Membuat format sederhana evaluasi kegiatan terapi Merekap

Dokumentasi

dan

evaluasi

kegiatan

penerapan terapi berman 3. Daftar Lampiran

Membuat laporan dan dilaporkan kepada mentor/Karu

foto dokumentasi, data evaluasi

C. Tahapan Kegiatan Peulis selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan evaluasi kegiatan terapi bermain. Terdapat 10 peserta yang mengikuti terapi bermain.. Mereka memilih jenis terapi bermain bebeda sesuai dengan kelompok usia, memiliki dampak berbeda masing – masing individu. . Adapun Tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Membuat format sederhana evaluasi kegiatan terapi bermain Output: adanya format evaluasi kegiatan 2. Merekap Dokumentasi dan evaluasi kegiatan penerapan terapi bermain Output : adanya data evaluasi kegiatan terapi bermain 3. Membuat laporan dan dilaporkan kepada mentor/Karu Output : Adanya laporan kegiatan aktualisasi yang dilaporkan kepada mentor dan kepala ruangan

70


Tabel 4.5 Data Hasil Observasi kegiatan Terapi Bermain No

Identitas

Diagnosa

Usia

.

Observasi Pelaksanaan Sebelum

Sesudah

Jenis

Respon saat

Terapi

bermain

waktu

Bermain 1

2

A.n S

An. N

Susp

13

mampu memilh

Mengenali

Menyusun

Aktif bermain,

Osteosarcoma

Tahun

kegiatan, mandiri,

lingkungan,

menara lego

menyenangi

tampak malu, tidak

koperatif dengan

kegiatan

percaya dengan

petugas medis,

bermain.

kemampuan

percaya diri.

Sindrom

12

cemas, tampak

cemas status

Membaca

Aktif bermain,

Nefrotik

Tahun

sedih, tidak mau

kesehatan.

buku cerita

menyenangi

dilakukan tindakan

Menyukai

kegiatan

oleh perawat

kegiatanya

bermain.

30 menit

20 menit

bermain. 3

An. M. R

Tumor Wilms

8 Tahun

-Mampu

Mengenali

Menyusun

Akif bermain,

Komunikatif,

lingkungan sekitar,

Puzzle

mampu bermain

- ketergantungan

mampu

bersama teman

pada orang tua

komunikasi

temannya.

tertarik diajak

menjawab

20 menit

71


bermain

pertanyaan, menyukai kegiatan bermain

4

5

An.M. R

An. A

DBD

Susp retinoblastoma

7 Tahun

6 tahun

-Tampak cemas, -

Mengenali

Melipat

Aktif bermain,

Kurang komunikatif

lingkungan sekitar,

Kertas

percaya diri

-Mampu

menunjukkan

Origami

mengendalikan

sikap mandiri dan

perasaan

percaya diri.

-Menunjukkan sikap

Mulai mampu

mandiri

berkomunikasi

-tampak sedih

-

Menggamba

dan bisa

-Masih takut apabila

Koperatif dengan

r mewarnai

bersama teman

dilakukan tindakan

petugas

– teman.

-Sikap mandiri untuk

kesehatan, mandiri

Kurang

memilh kegiatan

memilih

konsentrasi saat

-tidak mau ditinggal

permainan,

bermain,

ibunya

Mampu mengenal

menyukai jenis

lingkungan

permainan.

20 menit

30 Menit

72


6

An. S

Anemia

2 tahun

aplastik

7

8

An. K

An. S.S

Post Amputasi

ALL

4 Tahun

3 Tahun

-Tampak cemas, -

Terlihat diam,

Bola

Aktif bermain,

Takut dengan

ingin bermain di

keranjang

ingin bermain

petugas kesehatan

damping orang

ditempat yang

-Diam kurang

tua, mampu

membuatnya

percaya diri

mengenali

nyaman

-Telihat sedih

lingkungan

-Tampak cemas, -

Terlihat diam,

Menunjukkan sikap

waspada ketika

masih ingin

hati – hati/ -

diberikan tindakan

didampingi

waspada sama

medis. emosi

orang tuanya,

orang tidak dikenal

terkendali

tidak ingin

Mewarnai

Aktif bermain

-Tidak dapat

bermain

mengendalikan diri,

bersama teman

marah

sekitar.

20 Menit

15 Menit

-Tampak cemas, -

Rewel Berkurang,

Bermain

bermain

30

Menangis ketika ada

diam ketika

peran

didampingi

Menit

petugas kesehatan

petugas kesehatan

(masak

ibunya, tidak

-Hanya ingin

mendatangi.

masakan)

memperdulikan

dengan ibunya

lingkungan

-Takut sama orang

sekitar. Aktif

73


yang tidak dikenal 9

10

An. A B

An. D N

AML

ALL

2 Tahun

7 Tahun

ketika bermain

-Tampak cemas,

Jarang menangis,

Menyusun

Aktif bermain,

menangis

ingin bermain

Menara

memilih

-Menunjukkan sikap

bersama orang

donat

permainan

hati – hati/ -

tuanya, lebih akrab

waspada sama

dengan petugas

orang tidak dikenal

kesehatan

-Tampak cemas,

-menjadi lebih

-Diam kurang

percaya diri

mampu

percaya diri

-sedih dan murung

mewarnai

tampak berkurang

dengan Rapi,

-mampu memilih

meminta

permainan yang

perawat untuk

diinginkan

bermain kembali

-Tampak murung -Telihat sedih

15 Menit

sendiri.

Mewarnai

Aktif bermain,

20 Menit

besok

74


B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas Kegiatan ini menunjukkan kejujuran dalam membuat laporan evaluasi dengan jelas dan konsisten. Penilaian yang diberikan juga dapat dipercaya karena berasal langsung dari pasien dan keluarga yang merasakan langsung terkait pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien. 2. Nasionalisme Berdasarkan hasil penilaian dari pasien dan keluarga menjadi dasar untuk melaksanakan perbaikan kedepannya yang tidak terlepas dari penerapan sikap musyawarah, kebersamaan dan nilai demokratis dalam setiap kegiatannya. 3. Etika Publik Dalam evaluasi ini menggambarkan sikap saling menghargai komunikasi, kejujuran dan nilai otonomi dari pasien dan keluarga dalam menilai tindakan pelayanan kesehatan yang telah diberikan. 4. Komitmen Mutu Sistem evaluasi dilakukan dengan efisien karena dilakukan pada setiap akhir tahap kegiatan, evaluasi dilakukan untuk pelayanan yang berorientasi pada pasien. 5. Anti Korupsi Kegiatan ini membantu menumbuhkan semangat untuk terus bekerja keras dan bertanggung jawab dengan selalu menerapkan kejujuran dalam setiap tindakan pelayanan yang diberikan. C Peran dan Kedudukan ASN 1.

Manajemen ASN Dalam evaluasi penulis melakukannya secara profesional sesuai dengan kompetensi, bebas dari intervensi maupun konflik kepentingan tertentu. Leaflet dibuat sebagai langkah awal untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.

D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan ruang Kenanga 2 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada merupakan

salah

satu

bentuk

peningkatan

masa pandemi covid-19 mutu

pelayanan

dengan

75


mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan visi misi RSHS dengan

meminimalisir dampak hospitalisasi

pada anak. E.

Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pada tahap kegiatan ini berkaitan erat dengan Nilai Pamingpin Pituin: Profesioanl: nilai berorientasi pada pencapaian kinerja melalui kemitraan. Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan.Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan responsif.Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung tinggi etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.

F.

Analisis Dampak Kegiatan pembuatan laporan akhir aktualisasi ini dilaksanakan dengan menerapkan prinsip dasar ASN yaitu ANEKA sehingga laporan aktualisasi selesai tepat waktu, laporan yang dihasilkan pun sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak menerapkan prinsip ANEKA, maka laporan hasil akhir tidak akan dapat terselesaikan tepat waktu, laporan yang dihasilkan menjadi tidak sesuai dan data yang terdapat didalamnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

4.3 Pencapaian Penyelesaian Isu Kegiatan aktualisasi ini dilakukan sebagai bagian dari menyelesaikan isu yang diangkat penulis yaitu Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2.

Adapun

gagasan pemecahan isu yang dilakukan penulis terangkum dalam matriks rancangan aktualisasi. Kegiatan gagasan pemecahan isu tersebut meliputi menyampaikan ide gagasan,membuat desain terapi bermain khusus pandemi covid 19,melakukan sosialisasi, membuat media leaflet dan video, membuat program bermain yang terjadwal, membuat evaluasi dan laporan, semua kegiatan dalam aktualisasi ini dapat terlaksana.

Berdasarkan data hasil

observasi terdapat perubahan sikap dan perilaku pasien sebelum dan sesudah diterapkannya terapi bermain ini menjadi jauh lebih baik dan terbuka.

76


BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kegiatan aktualisasi membuat peserta latsar dapat memahami lebih dalam terkait nilai-nilai dasar seorang ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA). Selain nilai ANEKA peserta latsar pun memahami peran dan kedudukannya dalam manajemen ASN, pelayanan publik serta Whole of Government untuk diaktualisasikan selama menjalankan tugas keseharian pada unit kerja. Penerapan nilai-nilai tersebut sangatlah penting karena mampu menjadi landasan kerja, cara berpikir dan bekerja yang selalu berorientasi pada publik. Selama mengimplementasikan nilai-nilai tersebut pula mampu merubah sikap, budaya dan perilaku kerja ASN di tempat bertugas. Penerapan nilai-nilai tersebut dalam pelayanan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu layanan yang pada akhirnya akan berdampak pada kepuasaan pengguna layanan. Proses aktualisasi dan penerapan nilai-nilai yang telah dilakukan oleh peserta latsar mampu membuat perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini yaitu mengenai penerapan pelaksanaan terapi bermain pada masa pandemic covid-19 di ruang kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dengan dilakukan kegiatan aktualisasi ini kita menjadi tahu manfaat memberikan pelayanan yaitu berupa terapi bermain anak dapat mengurangi mengurangi rasa takut dan cemas anak selama hospitalisas. Selain itu komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat menambah rasa nyaman bagi pasien dan keluarga.

5.2 Saran 1. Bagi penulis Penerapan nilai-nilai ANEKA tidak hanya di laksanakan pada saat aktualisasi saja tapi harus berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien, penerapan nilai-nilai ANEKA diinternalisasikan lebih lanjut

77


oleh seluruh petugas kesehatan khususnya perawat di Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Bagi Balai Besar Pelatihan Kesehatan Cikarang Pada pelatihan dasar CPNS ini perlu dilakukannya evaluasi dan obervasi dampak dari kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan oleh CPNS selama masa latihan dasar , sehingga manfaat dari kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN di unit kerja masing-masing menjadi lebih bermanfaat bagi unit kerja tersebut. 3. Bagi RSHS Untuk melanjutkan nilai-nilai ANEKA pada semua kegiatan dan diharapkan mampu mengubah pola pikir dan etos kerja ASN secara keseluruhan yang sesuai dengan nilai-nilai dasar ANEKA sehingga akan terwujud suatu sitem yang lebih baik dan lebih berkualitas dalam proses pelayanan di lingkungan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kegiatan terapi bermain ini merupakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit yang berdampak positif sehingga perlu diterapkan dan ditingkatkan karena dapat meningkatkan pelayanan yang prima.

78


DAFTAR PUSTAKA Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. New Jersey: Prentice Hall. Coyne, I. 2006 b. Children’s experience of hospitalization. Journal of Child Health

Care, 10 (4), 326 -336 diunduh 16-05-2021 Ghazali, R., & Abbas, M.Y. (2012). Paediatric wards: Healing environment

assessment. Asian Journal of Environment-Behaviour Studies,2(4) Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Essentials of paediatric nursing. St. Louis: Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S., Kashani, L. 2012. Music and anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and diagnostic reseach. Vol 6(1), 94-96 diunduh 07-11-2014 Mosby. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Etika Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Komitmen Mutu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Anti Korupsi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen ASN. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Pelayanan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Whole of Government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Moghaddam KB, Basiri-Moghaddam M; Sadeghmoghaddam L, & Ahmadi F 2011. The Concept of Hospitalization of Children from the View Point of Parents and Children. Iran J Pediatr; Vol 21 (No 2); pp 201-208 diunduh 20-05-2021

79


Moore., Ligget., & Pierson. (2003). Medical errors related to discontinuity of care

from an patient to an outpatient setting. Journal General Internal Medicine. 18:646-65. Nesbit, L.L., & Tabatt-Haussmann, K. (2008). The role of the creative arts therapies

in the treatment of pediatric hematology and oncology patients. Primary Psychiatry,15(7):56-58,61-62 Pemila, U. (2011). Konsep Discharge Planning. Jakarta: Salemba Medika. Perry A. G., & Potter P. A. (2005). Buku ajar fundamental keperawwatan: Konsep,

proses, & praktik. (Volume 1, Edisi 4). (Alih bahasa: Yasmin Asih, et al: Editor edisi bahasa Indonesia Devi Yuliati, Monica Ester). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Turkel SB,Julienne J, & Maryland, P 2009. Children's Reaction to Illness and Hospitalization in Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition Editors: Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; Ruiz, Pedro . New York. Lippincott Williams & Wilkins Utami, Yuli. (2014). Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 2 Nomor 2 ISSN 2337-6686 ISSN-1. 2338-3321. Diakses

melalui

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t%21@file_artikel_abstrak/Isi_Artike l_891255124583.pdf (tanggal 15 Mei 2021 pukul 10.00 WIB)

80


Lampiran 1 1. Sasaran Kinerja Pegawai

2. Lembar Konsultasi Mentor

3. Formulir Pengendalian Aktualisasi oleh Coach Nama : Amalia Pebriyanti NIP : 199502172020122007 Unit Kerja: Bidang keperawatan Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Jabatan: Perawat Ahli Pertama Isu : Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2 Coach : DR. drg. Siti Nur Anisah, MPH

81


Pertemuan 1 Penyelesaian kegiatan  Tahapan kegiatan  Output kegiatan terhadap pemecahan isu  Keterkaitan substansi mata pelatihan  Kontribusi terhadap visi-misi organisasi  Penguatan nilai organisasi

Pertemuan 2

Penyelesaian kegiatan

    

Tahapan kegiatan Output kegiatan terhadap pemecahan isu Keterkaitan substansi mata pelatihan Kontribusi terhadap visi-misi organisasi Penguatan nilai organisasi

Catatan Coach

Catatan Coach / Mentor

Waktu dan Media Zoom Meeting, tgl 19 Mei 2021

Waktu dan Media

Paraf

Paraf

Whatsapp tgl 27 Mei 2021 dan 4 juni

82


Penyelesaian kegiatan  Tahapan kegiatan  Output kegiatan terhadap pemecahan isu  Keterkaitan substansi mata pelatihan  Kontribusi terhadap visimisi organisasi  Penguatan nilai organisasi

Catatan Coach

Waktu dan Media Zoom Meeting tgl 3 Agustus 2021

Paraf

3. Satuan Acara Penyuluhan Topik

:Penerapan Terapi Bermain Pada pada anak hospitalisasi di Masa Pandemi

Covid-19 Sasaran

: orang tua dan Perawat

Tanggal

: 17-19 Juni 2021

Waktu

: 10.30 WIB - Selesai

Tempat

: Kamar pasien

Pemateri

: Amalia Pebriyanti

1.

Tujuan Penyuluhan a. Tujuan umum Setelah dilakukan penyuluhan 1x 50 menit diharapkan peserta dapat memahami tentang pentingnya terapi bermain pada anak hospitalisasi b. Tujuan khusus i.

Peserta, terutama orang tua mengetahui mengenai pengertian hospitalisasi

ii.

Peserta mengetahui dampak yang muncul pada anak akibat hospitalisasi

iii.

Peserta mengetahui cara untuk mengatasi dampak dari hospitalisasi

iv.

Peserta mengetahui pengertian terapi bermain

83


v.

Peserta mengetahui prinsip terapi bermain yang efektif

vi.

Peserta mengetahui kategori terapi bermain pada anak hospitalisasi

vii. Peserta mengetahui pembagian terapi bermain berdasarkan usia anak 2.

Materi penyuluhan Terlampir

3.

Metode penyuluhan a. Ceramah / Lecture b. Tanya jawab c. Simulasi terapi bermaimn

4.

Media a. PPT b. Leaflet c. Alat bermain

5.

Kegiatan penyuluhan

No

Tahapan

1.

Pembukaan

Kegiatan 1. Mengucapkan salam 2. Menyapa

Metode

waktu

Ceramah

Total 5 menit

peserta

penyuluhan dan perkenalan diri 3. Menjelaskan penyuluhan

tujuan dan

kontrak

waktu 2.

Isi

1. Mengkaji

pengetahuan Ceramah dan

peserta sebelum dimulai 2. Menjelaskan materi tentang:

5 menit

tanya jawab 10 menit

a. Pengertian hospitalisasi b. Dampak yang muncul pada anak akibat hospitalisasi c. Cara

untuk

mengatasi

dampak dari hospitalisasi d. Pengertian terapi bermain e. Terapi bermain yang efektif f. Kategori

terapi

bermain

84


pada anak hospitalisasi g. Pembagian terapi bermain berdasarkan usia anak h. Peran

perawat

dalam

melakukan terapi bermain anak 3. 3.

Penutup

Tanya jawab

1. Menarik kesimpulan bersama 2. Evaluasi

peserta

3 menit

berupa

pertanyaan : Quis 

Ceramah

5 menit

Sebutkan

contoh

permainan anak usia 4 -6

2 menit

tahun? (min 1) 

Sebutkan

contoh

permainan anak usia 6 – 12 tahun? (min 1) 

Sebutkan apa saja efek yang

ditimbulkan

dari

hospitalisasi (min 3) 

Sebutkan peran orang tua yang

dapat

dilakukan

untuk memfasilitasi terapi bermain pada anak? (min 2) 3. Penutup 4.

Simulasi

Total waktu

fasilitator

25 menit 55 menit

85


Materi Sosialiasasi TERAPI BERMAIN DAN DAMPAK HOSPITALISASI Proses anak sakit dan harus dirawat dirumah sakit dikatakan sebagai proses hospitalisasi. Hospotalisasi merupakan suatu proses dimana karena suatu alasan tertentu baik darurat atau berencana, mengharuskan anak tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi sebagian besar anak. Saat anak sakit dan harus menjalani proses hospitalisasi mereka akan terpaksa berpisah pada lingkungan ang dirasakan aman, peuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu rumah dan teman sepermainannya (Supartini, 2004). Selain harus berpisah dengan rumah permainan dan teman bermainnya, anak juga akan mendapatan serangkaian prosedur medis sebagai bagian dari proses hospitalisasi. Pruitt dan Elliot (1990) menyatakan bahwa prosedur medis merupakan peristiwa yang idak menyenangkan, karena anak harus menjalani prosedur-prosedur yang menyakitkan seperti suntik, infus, terpisah dari keluarga, teman dan sekolah, adanya situasi asing, dan orang – orang tidak dikenal. Anak – anak ang memiliki kebiasaan aktif pada waktu sehat akan memiliki kecenderungan mengalami stress pada waktu menjalani proses hospitalisasi, karena menerima perlakuan medis yang menghambat aktifitasnya (Smith & Autman, 2010) Menurut Hurlock (1991) masa anak anak merupakan dasar dari seluruh kehidupan seseorang. Pengalaman yang kurang menyenangkan yang dialami oleh ana akan memudahkan timbulnya gangguan dalam penyesuaian diri. Perlu dilakukan intervensi untuk meminimalisir akibat dari pengalaman tidak menyenangkan yang dialami oleh anak ketika menjalani proses hospitalisasi (Pravita, 2012) Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi hospitalisasi dalam bentuk anak rewel atau menangis, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif. Penyebab penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan lingkungan yang jauh dari rutinitasnya sehari-hari serta keterbatasan koping mekanisme anak dalam

86


memecahkan masalah. Perpisahan dengan rutinitas sehari-hari bagi anak menjadi faktor penting penyebab munculnya reaksi negatif hospitalisasi. Menurut Ball dan Bindler (2003), anak yang dirawat di rumah sakit berada pada lingkungan asing yang tidak diketahuinya, dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan pemandangan sekitar menakutkan sehingga menimbulkan reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan lingkungan yang terapeutik. Lingkungan terapeutik yang diharapkan dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif diantaranya penataan ruang, restrain terapeutik, sikap dan komunikasi perawat terapeutik, permainan terapeutik, seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2012). Teori psikososial

lingkungan dari

terapeutik

lingkungan),

meliputi

psikologi

psychoneuroimmunology

lingkungan (efek

(efek

lingkungan

terhadap sistem immune); neuroscience (bagaimana pemikiran arsitektur atau desain ruang dibuat menarik). Desain lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk pasien di lingkungan rumah sakit. Ruang rawat anak perlu desain ruang menarik. Desain ruang rawat anak yang menarik diharapkan memberikan kesenangan tersendiri sehingga anak menjadi tidak cemas selama hospitalisasi. Terapi bermain anak merupakan cara yang dapat menurunkan kecemasan pada anak saat mendapatkan perawatan, selainn itu terapi anak dapat sebagai proses distraksi pengalihan yang baik terhadap rangsang nyeri yang dialaminya. Terdapat beberapa terapi yang diyakini dapat menjadi intervensi yang baik untuk anak – anak. Terapi tersebut adalah art therapy ( bentuk psikoterapi yang memungkinkan sebagai bentuk ekspresi emosional dan penyembuhan melalui cara cara nonverbal ), Play terapy ( Proses teraupetik yang menggunakan permainan sebagai media terapi agar mudah melihat eskpresi alami seorang anak yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa verbal). (Zubento & Copozli, 2002; Kaudson & Schaeter, 2001 dan Hunter 1998). Terapi yang tepat sebagai metode untuk mengurangi stress pada anak yang sedang menjalani proses hospitalisasi yaitu terapi bermain. Terapi bermain juga mempercepat proses adaptasi dirumah sakit. Bentuk dari terapi bermain bermacam – macam, kategori terapi bermain yaitu mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat

87


dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata. (Malchiodi, 2011). 1. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana. Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu 15-20 menit dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda dengan Adriana, 2011, yang menyatakan bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35 menit yang terdiri dari tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit dan tahap penutup 5 menit. Lama pemberian terapi bermain bisa bervariasi, idealnya dilakukan 15-30 menit dalam sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi ini dapat memberikan mekanisme koping dan menurunkan kecemasan pada anak b. Sesuai dengan kelompok usia. Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi c. Tidak bertentangan dengan terapi. Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat. d. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Banyak teori yang mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut Wong (2009), keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk

tetap

melangsungkan upaya

stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya tidak dibiarkan sendiri.

88


Keterlibatan orangtua dalam perawatan 24 anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi. Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga

tidak

hanya

mendorong

perkembangan

kemampuan

dan

ketrampilan sosial anak, namun juga akan memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif, kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini juga dapat membangun kesadaran buat anggota keluarga lain untuk dapat menerima kondisi anak sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Bratton, 2005, keterlibatan orangtua dalam pelaksanaan terapi bermain memberikan efek yang lebih besar dibandingkan pelaksanaan terapi bermain yang diberikan oleh seorang profesional kesehatan mental. Menurut Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan dilakukan oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya. 2. Kategori Bermain a. Bermain Aktif Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata. b. Bermain Pasif

Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh

dari kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif. 3. Permainan Anak Berdasar Tingkat Usia a. Permainan Anak Usia 1 – 3 Tahun 1) Arsitek Menara Bahan yang dibutuhkan adalah kotak/kubus yang berwarna-warni dengan ukuran yang sama, kemudian anak diminta untuk menyusun kotak atau kubus ke atas. Penyusunan kubus/kotak diupayakan yang sama warnanya. Selalu beri pujian setiap kegiatan anak.

89


2) Tebak Gambar Permainan ini membutuhkan gambar yang sudah tidak asing bagi anak seperti binatang, buah-buahan, jenis kendaraan atau gambar profesi/pekerjaan. Permainan dimulai dengan menunjukkan gambar yang telah ditentukan sebelumnya kemudian ajak anak untuk menebak gambar tersebut, lakukan beberapa kali. Jika anak tidak mengetahui gambar yang dimaksud, sebaiknya petugas memberitahu dan menanyakan kembali ke anak setelah berpindah ke gambar lain untuk melatih ingatan anak. 3) Menyusun Puzzle Permainan ini membutuhkan pendampingan petugas dan diupayakan puzzle yang lebih besar agar anak mudah menyusun dan memegangnya. Pilih gambar puzzle yang tidak asing bagi anak, sebelum gambar puzzle dipisah pisah, tunjukkan keanak gambar puzzle yang dimaksud, kemudian ajak dan dampingi anak untuk menyusun puzzle. Beri contoh bagaimana cara menyusun puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau bagian samping terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan dalam puzzle ini adalah jumlah puzzle yang dipasang/susun tidak lebih dari 6 potongan. b.

Permainan Anak Usia 4 – 6 Tahun

1) Bola keranjang Permainan ini memerlukan bola dan keranjang sampah plastik (bisa juga kotak kosong). Letakkan kotak/keranjang plastik sejauh 2 meter

dari

anak,

kemudian

minta

anak

melempar

bola

kedalam

kotak/keranjang sampah plastik, jika ada bola yang tercecer atau tidak masuk, dibiarkan saja hingga bola sudah habis lalu ajak anak untuk mengambil bola yang tercecer tersebut dan memasukkannya kedalam keranjang dari tempat bola itu jatuh/tercecer. 2) Bermain dokter-dokteran Permainan ini sangat baik untuk mengenalkan situasi lingkungan di rumah sakit dengan berperan sebagai profesi kesehatan. Dalam permainan ini ajak anak untuk bermain drama yaitu anak sebagai dokternya

sedangkan

pasiennya

adalah

boneka.

Minta

anak

untuk

memeriksa boneka dengan 40 stetoskop mulai dada boneka hingga perutnya. Kemudian berikan spuit/suntikan tanpa jarum kepada anak untuk berpurapura menyuntikkan obat kepasiennya. Permainan bisa dilanjutkan ke boneka lainnya dengan perlakuan sama hingga menulis resep disebuah kertas andaikan memungkinkan. Jelaskan juga fungsi suntikan dan obat itu sebagai

90


apa saja dan hasil dari suntikan dan obat yang didapat itu apa saja untuk pasien yang sakit. 3) Bermain abjad Permainan ini membutuhkan pasangan minimal 2 anak, permainan ini dengan menggunakan jari tangan yang diletakkan dilantai kemudian jari tersebut dihitung mulai A hingga Z. Jumlah jari terserah pada anak dan jari yang tidak digunakan dapat ditekuk. Huruf yang tersebut terakhir akan dicari nama binatang/nama buahnya sesuai dengan huruf depannya 4) Boneka tangan Permainan ini dilakukan dengan menggunakan boneka tangan atau bisa juga boneka jari. Dalam kegiatan ini petugas bercerita dengan menggunakan boneka tangan. Cerita yang disampaikan diusahakan mengandung unsur sugesti atau cerita tentang pengenalan kegiatan dirumah sakit. Biarkan anak memperhatikan isi cerita, sesekali sebut nama anak agar merasa terlibat dalam permainan tersebut. c.

Permainan Anak Usia 6 – 12 Tahun 1) Melipat kertas origami Permainan origami untuk melatih motorik halus anak, serta mengembangkan imajinasi anak. permainan ini dilakukan dengan melipat kertas membentuk topi, kodok, ikan, bunga, burung dan pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anak dalam melipat kertas. Selalu beri pujian terhadap apa yang telah dicapai anak. Hasil karya anak bisa dipajang dimeja anak atau didekat infus anak agar mudah terlihat orang lain. 2) Mewarnai gambar Permainan ini juga melatih motorik halus anak dan meningkatkan kreatifitas anak. Sediakan kertas bergambar dan krayon/spidol warna, kemudian berikan kertas bergambar tersebut kepada anak dan minta anak untuk mewarnai gambar dengan warna yang sesuai, ingatkan anak untuk mewarnai didalam garis. Tulis nama anak diatas gambar yang telah diwarnai anak. 3) Menyusun puzzle Siapkan gambar puzzle yang akan disusun anak, upayakan pemilihan gambar puzzle yang tidak asing bagi anak-anak. Pisahkan terlebih dahulu puzzlenya kemudian minta anak untuk menyusun kembali gambar tersebut. Ajak/buat kompetisi dalam permainan ini yaitu siapa yang duluan selesai menyusun puzzle, anak tersebut sebagai pemenangnya. Beri semangat juga bagi teman lain yang belum menyelesaikan puzzlenya.

91


4) Menggambar bebas Sediakan kertas kosong dan pensil atau krayon/spidol warna, lalu berikan kepada anak dan minta anak menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian minta anak menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai menggambar seperti beri ide membuat gambar mobil, gambar binatang atau menggambar pemandangan 5) Bercerita Permainan ini ditujukan untuk anak usia 10-12 tahun. Permainan ini dimulai dengan memberi kesempatan kepada anak untuk membaca sebuah cerita/dongeng (cerita/dongeng bisa kita siapkan sebelumnya dalam majalah atau buku cerita). Setelah itu minta anak menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Beri tanggapan terhadap isi cerita yang disampaikan anak, seperti “wah hebat ya anak kancilnya”. Kemudian beri tepuk tangan setelah anak selesai menceritakan apa yang telah dibacanya. 6) Meniup balon Permainan ini sangat baik sekali untuk anak-anak, selain untuk bermain juga melatih pernafasan anak. Berikan balon bermotif kepada anak kemudian minta anak untuk meniup balon tersebut hingga besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah pantau anak dan balonnya, jangan sampai balonnya meletus atau anak memaksakan untuk meniup balon sedangkan kondisi anak sudah kelelahan. 4. Peran perawat sebagai fasilitator Terapi Bermain a. Perawat harus menciptakan suasana yang hangat, hubungan yang bersahabat dengan anak b. Perawat menerima anak sebagaimana adanya c. Perawat harus mengembangakan perasaan permisif dalam hubungan dengan anak d. Perawat harus waspada terhadap perasaan anak yang diekspresikan dan direfleksikan kembali dalam bentuk tingkah laku e. Perawat diharapakan menghargai kemampuan anak dalam memecahkan masalahnya sendiri jika diberi kesempatan untuk melakukannya f.

Perawat tidak diperkenankan langsung menegur perbuatan anak atau bercakap-cakap dengan cara apapun.

g. Perawat jangan cepat – cepat melakukan terapi h. Perawat

hanya

mengembangkan

keterbatasan

keterbatasan

yang

diperlukan dalam menarik anak untuk terapi, dan pada kenyataannya akan

92


membuat anak sadar akan tanggungjawabnya dalam hubungan dengan terapis

93


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.