LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 1 PENERAPAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN ANAK BERDASAR TINGKAT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI RUANG KENANGA 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
DISUSUN OLEH : AMALIA PEBRIYANTI NIP. 199502172020122007
BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2021
LEMBAR PENGESAHAN PENERAPAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN ANAK BERDASAR TINGKAT USIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI RUANG KENANGA 2 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Telah di seminarkan Tanggal 05 Agustus 2021, di Bapelkes Cikarang
Coach
Mentor
Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH
Fatrisia Madina, S. Kp., MM
NIP. 196509141992032004
NIP. 196303091988032003
Penguji
Verawati Lenny, SKM, MKM NIP. 197706112005012001
ii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur yang tulus penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia kekuatan-Nya penulis diberikan kelancaran dan kemudahan sehingga mampu menyelesaikan laporan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN yang berjudul “Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Anak Berdasarkan Tingkat Usia Pada Masa Pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” untuk memenuhi salah satu syarat dalam meyelesaikan Latihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1 Bapelkes Cikarang Tahun 2021. Penulisan Laporan aktualisasi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan laporan ini kepada : 1. Ibu Fatrisia Madina, S.Kp, MM selaku mentor yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga laporan aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ibu Dr. drg Siti Nur Anisah, MPH selaku coach yang senantiasa selalu memberikan ilmu, arahan, masukan, dan bimbingan selama proses penyusunan laporan aktualisasi ini. 3. Ibu Verawaty Lenny SKM MKM selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun kepada penulis. 4. Ibu Neneng Faridah, S.Kep., Ners Kepala Ruangan Kenanga 2 yang banyak memberikan ilmu dan arahan dalam menyelesaikan kegiatan aktualisasi ini. 5. Seluruh Widyaiswara yang telah memberikan ilmunya selama kegiatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1. 6. Rekan-rekan Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 7. Seluruh panitia penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 1. 8. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III khususnya Angkatan 1 atas inspirasi, kekompakan, bantuan, dan dukungannya. 9. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat dan doa yang tidak pernah putus. 10. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan aktualisasi. Penulis menyadari dalam laporan aktualisasi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan juga kritik yang membangun untuk penyempurnaan aktualisasi ini. Semoga aktualisasi ini dapat memberikan manfaat dan juga dapat diterapkan di lingkungan kerja dengan sebaikbaiknya, serta dapat dikembangan lebih lanjut. Bandung, 4 Agustus 2021 Penulis
Amalia Pebriyanti
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................
1
1.2 Tujuan................................................................................................
2
1.3 Manfaat .............................................................................................
3
1.4 Ruang Lingkup..................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin........................................................
5
2.2 Profil Ruang Kenanga 2...................................................................
11
2.3 Nilai Dasar ASN.................................................................................
13
2.4 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI....................................... 17 BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1 Identifikasi Isu................................................................................... 20 3.2 Penapisan Isu.................................................................................... 23 3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu ........................................................
26
3.4 Analisa Isu.........................................................................................
29
3.5 Gagasan Pemecahan Isu ................................................................ 30 3.6 Matrik Rancangan Kegiatan Aktualisasi ..................................... 32 3.7 Waktu dan Tempat Aktualisasi.......................................................
40
BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI 4.1 Pelaksanaan Kegiatan aktualisasi
.............................................. 41
4.1 Uraian Kegiatan ............................................................................. 44 4.1 Pencapaian Penyelesaian Isu .......................................................
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 77 4.1 Saran ............................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 39 LAMPIRAN........................................................................................................ 39
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa yang bersatu dalam bentuk Negara kesatuan Republik Indonesia.
Dalam
Pembukaan
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945, bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil. Untuk dapat mengelola sumber daya alam yang melimpah diharapkan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia mempunyai suatu sistem birokrasi dengan SDM nya yang berkualitas, yaitu PNS Profesional yang saat ini dikenal dengan istilah Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut UU No. 5 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). ASN sendiri memiliki tugas melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas serta mempererat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia dalam rangka mencapai cita-cita bangsa untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan demikian perlu dilakukan penanaman nilai nilai dasar profesi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pola baru untuk membangun moral, kejujuran, semangat nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab. Pendidikan dan pelatihan dasar (Latsar) dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme PNS dalam mengelola
tantangan
dan
masalah
keragaman
sosial
cultural
dengan
menggunakan perspektif manajemen ASN, whole of government dan pelayanan publik yang didasari nilai-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai pelayan masyarakat. Peraturan lembaga administrasi negara republik indonesia nomor 12 tahun 2018 tentang pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil yang profesional bahwa untuk melaksanakan
1
ketentuan Pasal 34 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, perlu menetapkan Peraturan Lembaga Administrasi. Pelatihan
dasar
mengaktualisasikan
CPNS
materi
menuntut
pembelajaran
setiap
peserta
nilai-nilai
dasar
untuk
dapat
PNS
yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA) serta 3 substansi materi pembelajaran tambahan yaitu manajemen ASN, pelayanan publik, dan World of Government. Setiap peserta pelatihan juga dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari tersebut melalui proses pembiasaan diri dalam pembelajaran agenda habituasi, yang termasuk di dalamnya kegiatan aktualisasi. Melalui kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat membentuk kemampuan peserta pelatihan dasar dalam menerjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk, dan mengaplikasikan gagasan menjadi sebuah kegiatan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan aktualisasi setiap peserta pelatihan dasar di satuan kerja masing – masing. Rancangan kegiatan aktualisasi ini bersumber dari sasaran kerja pegawai (SKP), penugasan khusus dari atasan, atau kegiatan lain yang mendapat persetujuan dari atasan langsung, dan atau kombinasi diantara ketiganya. Kegiatan yang akan dilakukan, bersumber dari teridentifikasinya suatu kondisi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai isu yang harus dipecahkan. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Melakukan aktualisasi sebagai wujud pencapaian tertinggi dengan memanfaatkan seluruh kemampuan dan sumber daya yang ada melalui gagasasan pemecahan isu dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, EtikaPublik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi) dalam melaksanakan tugas di lingkungan kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2
2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan identifikasi isu dan penetapan isu prioritas di unit keja. b. Mampu menjelaskan gagasan pemecahan isu prioritas dengan menyusun rencana, tahapan kegiatan, dan output kegiatan c. Mampu menjelaskan penerapan materi mata kuliah dalam pelatihan dasar CPNS, yaitu nilai-nilai dasar PNS serta kedudukan dan peran PNS dalam KNRI dalam melaksanakan tahapan kegiatan d. Mampu menjelaskan rencana kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian visi dan misi organisasi serta penguatan terhadap nilai-nilai organisasi e. Penulis mampu menciptakan inovasi dalam mewujudkan visi dan misi melalui analisis dampak dan identifikasi isu di lingkungan kerja. 1.3 Manfaat 1. Bagi Penulis Penulis dapat mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN, kedudukan dan peran ASN dalam NKRI yang akan menciptakan ASN yang professional, akuntabel, memiliki etika, memiliki jiwa nasionalisme dalam melayani masyarakat. Sehingga dengan internalisasi tersebut diharapkan tercipta peningkatan mutu pelayanan dan kepercayaan masyarakat. 2. Bagi Satuan Kerja Membentuk unit kerja yang kondusif dalam melayani masyarakat serta meningkatkan lingkungan kerja yang akuntabel yang memungkinkan satuan kerja dapat mencapai visi, misi, memberikan inovasi dan meningkatkan mutu pelayanan publik. 3. Bagi Instansi Dengan tersusunnya rancangan aktualisasi diharapkan dapat menambah kepustakaan Bapelkes, khususnya sebagai bukti terselenggaranya pelatihan dasar CPNS Kementerian Kesehatan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
3
I.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam rancangan kegiatan aktualisasi yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan yaitu semua tugas yang dilakukan dalam proses aktualisasi nilai – nilai dasar ASN yang didasarkan pada Sasaran Kerja Pegawai (SKP), Perintah atau Tugas dari Pimpinan, dan inisiatif atau inovasi sendiri yang disetujui oleh pimpinan. 2. Tempat pelaksanaan aktualisasi dilakukan di Ruang Kenanga 2 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS). 3. Waktu pelaksanaan aktualisasi, dilakukan selama 30 hari kerja terhitung mulai tanggal 29 Mei 2021 sampai dengan 5 Juli 2021. 4. Batasan nilai dalam aktualisasi berupa nilai – nilai yang menjadi dasar nilai profesi ASN, yaitu: a. Akuntabilitas yang diartikan sebagai sebuah kewajiban bagi ASN untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya. b. Nasionalisme yang diartikan sebagai paham atau pandangan kecintaan terhadap bangsa dan tanah air Indonesia yang dilandasi oleh nilai – nilai Pancasila. c. Etika Publik yang diartikan sebagai standar/norma yang menentukan baik atau buruk, benar atau salah mengenai tindakan, perilaku dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pelayan publik. d. Komitmen Mutu, dapat menunjukkan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif
serta
efisien
dan
efektif
yang
berorientasi
mutu
dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. e. Anti Korupsi merupakan nilai dasar untuk tidak berperilaku korupsi bagi kehidupan diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin 1. Sejarah RSUP Dr. Hasan Sadikin Pada tahun 1920, rumah sakit ini dibangun dengan kapasitas 300 tempat tidur oleh pemerintah Belanda dan selesai tahun 1923. Pada tanggal 15 Oktober 1923 diresmikan dan diberi nama Met Algemeene Bandoengsche Ziekenhui. Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1927, namanya berubah menjadi
Gemeente Ziekenhuis Juliana. Tenaga dokter pada waktu itu hanya ada enam dokter berkebangsaan Beanda dan dua orang dokter berkebangsaan Indonesia, yaitu dr. Tjokro Hadidjojo dan dr. Djundjunan Setiakusumah. Pada tahun 1942, pecah Perang Pasifik dan rumah sakit ini oleh Belanda dijadikan rumah sakit militer yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Militer. Kemudian, masih di tahun 1942 bala tentara Jepang menduduki Pulau Jawa, fasilitas rumah sakit dijadikan rumah sakit militer Jepang dan diberi nama menjadi Rigukun Byoin sampai tahun 1945. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun rumah sakit masih tetap dikuasai oleh Belanda sebagai rumah sakit militer di bawah pimpinan W.J. Van Thiel. Pada tahun 1948, fungsi rumah sakit diubah kembali dan diperuntukan bagi kalangan umum. Dalam perkembangan selanjutnya, rumah sakit masuk ke dalam naungan Kotapraja Bandung dan diberi nama Rumah Sakit Rantja Badak (RSRB), sesuai dengan sebutan nama kampung lokasi berdirinya rumah sakit ini, yaitu Rantja Badak. Pimpinan masih tetap oleh W. J. Van Thiel sampai tahun 1949. Setelah itu, rumah sakit dipimpin oleh Dr. Paryono Suriodipuro sampai tahun 1953. Pada tahun 1954, oleh Menteri Kesehatan, RSRB ditetapkan menjadi RS Provinsi dan langsung di bawah Departemen Kesehatan. Pada tahun 1956, RSRB ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas perawatan meningkat menjadi 600 tempat tidur. Pada tanggal 8 Oktober 1967, RSRB berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin sebagai penghormatan terhadap almarhum direktur rumah sakit yang meninggal dunia pada tanggal 16 Juli 1967 sewaktu masih menjabat sebagai direktur dan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD).
5
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, RSHS mengembangkan berbagai fasilitas (sarana, prasarana, dan alat) sesuai dengan master plan pengembangan RSHS sebagai Teaching Hospital Master Plan RSHS yang mendukung fungsi RSHS sebagai RS Pendidikan, pertama kali dirancang pada tahun 1972, yang kemudian dikaji ulang dan dikembangkan menjadi Master Plan RSHS tahun 1982. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan peningkatan cakupan, jangkauan, dan mutu pelayanan rumah sakit, melalui soft loan dari OECF/JBIC (Jepang), tersusun
Master Plan RSHS tahun 1995 sebagai model RS Pendidikan di Indonesia dengan filosofi integral pelayanan medis dan pendidikan kedokteran untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Realisasi tahap pertama dan Master Plan tersebut adalah pembangunan gedung gawat darurat dan bedah sentral (Emergency Unit – Central
Operating Theatre (EU-COT) termasuk ruang rawat intensif yang diselesaikan pada tahun 2001, dilengkapi dengan fasilitas peralatan medik yang canggih pada masanya. Dari efisiensi biaya pembangunan tersebut, sekaligus dapat dibangun gedung rawat inap khusus (kelas VIP), berkapasitas 75 tempat tidur yang kemudian diberi nama Paviliun Parahyangan. Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene
Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan rumah sakit militer. Setelah Indonesia merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama Rumah Sakit Ranca Badak. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit provinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya, pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan merupakan awal kerja sama antara Rumah Sakit Ranca Badak dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan
6
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997, RSHS ditetapkan menjadi unit swadana. Keluarnya UndangUndang Nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 124 tahun 1997 menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi perusahaan jawatan (Perjan). Kebijakan tersebut merupakan salah satu langkah strategis pemerintah dalam memberikan kewenangan otonomi yang lebih luas kepada unitunit pelayanan tertentu untuk menyelenggarakan manajemennya secara mandiri, sehingga diharapkan mampu merespon kebutuhan masyarakat secara tepat, cepat, dan fleksibel. Tahun-tahun berikutnya adalah tahun di mana RSHS semakin berkembang. Di tengah pertumbuhannya ini, RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Nomor
HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis, dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir, dan Transplantasi Ginjal. Fungsi, Klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4, maka tugas pokok dan fungsi BP4 tidak hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru lainnya. Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi RS, khususnya terkait sistem keuangan ICW, Departemen Kesehatan mengarahkan pengelolaan RS pemerintah selaku Unit Pelaksana Teknisnya, menjadi unit swadana. Pada status sebagai Unit Swadana, periode 1992-1993, dimungkinkan bagi pengelola rumah sakit
untuk
menggali
berbagai
potensi
pendapatan
disertai
fleksibilitas
pengelolaannya, sehingga RSHS mulai mengembangkan Kerja Sama Operasional (KSO) dalam pelayanan obat. Terbitnya Undang-undang Nomor 20 tahun 1997, pada tahun 1998 status RSHS menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), seluruh pendapatan RS harus disetorkan ke negara dalam waktu 24 jam. Kondisi tersebut dirasakan sangat menghambat kelancaran operasional,
7
antara lain tersendatnya penyediaan reagensia laboratorium yang diperparah dengan naiknya kurs dollar Amerika secara tajam, sehingga menyebabkan pelayanan Laboratorium Patologi Klinik hampir kolaps. Salah satu jalan keluar untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan KSO laboratorium pada tahun 1998. Pada periode selanjutnya, keterbatasan pemerintah dalam pembiayaan pelayanan rumah sakit yang semakin menurun, sedangkan rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya, pemerintah mengubah paradigmanya lebih berperan sebagai katalis dengan melepaskan bidang-bidang yang dapat dikerjakan oleh rumah sakit (steering rather than rowing). Untuk itu dikeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 119/2000
yang
menetapkan
RSHS sebagai
Perusahaan Jawatan (Perjan). Dengan otonomi dan fleksibilitas yang lebih luas dalam pengelolaan rumah sakit, kinerja RSHS dirasakan semakin membaik. Status Perjan rumah sakit terkendala dengan perundang-undangan yang baru, sehingga sejak tahun 2005 RSHS bersama 12 rumah sakit lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPKBLU). 2. Tugas dan Fungsi Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1673/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSHS merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RSHS dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama. RSHS dikategorikan sebagai Rumah Sakit Tipe A dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dan rujukan puncak untuk provinsi Jawa Barat. RSHS juga berfungsi sebagai pusat unggulan nasional (National Centre of Excellence) dalam bidang Kedokteran Nuklir dan ditetapkan sebagai satu-satunya penyelenggara Pendidikan Spesialis Kedokteran Nuklir di Indonesia. a. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, RSHS menyelenggarakan beberapa fungsi berikut ini. 1) Pelayanan medik dan penunjang medik
8
2) Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan 3) Pelayanan rujukan 4) Pelayanan umum dan operasional penunjang non medik 5) Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit 6) Pelayanan Administrasi Dan Keuangan 7) Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia penelitian dan pengembangan. b. Tugas Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi, terpadu, dan
berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, pendidikan, dan penelitian serta upaya lainnya sesuai kebutuhan. 3. Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin a. Visi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong b. Misi Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia 4. Tata Nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin Tata nilai yang dipilih untuk mengawal penerapan misi dan visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “Pamingpin Pituin” yaitu: a. Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya b. Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan c. Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan d. Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive e. Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima
9
f. Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu “PRIMA” a. Profesional : Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yangmendasarinya b. Respek : Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan. c. Integrasi : Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi. d. Manusiawi : Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.: e. Amanah : Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan. 5. Motto RSUP Dr. Hasan Sadikin “Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”
6. Lokasi dan Denah
Gambar 2.1 Lokasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
10
Gambar 2.2 Denah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
7. Struktur Organisasi
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit 2.2 Profil Ruang Kenanga 2 1. Gambaran Umum Ruang Kenanga 2 Ruang Kenanga 2 merupakan ruang rawat inap non infeksius khusus anak-anak (rentang usia 0-18 tahun) baik itu laki-laki maupun perempuan yang mengidap jenis penyakit dalam, seperti gangguan sistem pernapasan, hematologi, onkologi, kardiovaskular, dan digestif. Unit ini merupakan unit pelayanan bagi pasien kelas I, II, dan III dengan jenis pembayaran Umum, JKN PBI, dan JKN Non PBI. Lokasi Ruang Kenanga 2
11
yaitu di Gedung Kenanga lantai 2, berada di tepat diatas Gedung Kenanga 1 dan bersebrangan dengan Gedung Kemuning lantai 2, berada di bagian timur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan beberapa sarana instalasi yang membantu pelayanan kesehatan seperti Depo Farmasi Rawat Inap, Laboratorium, COT, dan Radiologi. 2. Lingkup Garapan a. Bidang Pelayanan Lingkup garap keperawatan Ruang Kenanga 2 secara umum yaitu: 1) Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat. 2) Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit. 3) Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. 4) Persiapan operasi klien sesuai standar 5) Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai. Sedangkan elemen-elemen dalam lingkup garap Ruang Kenanga 2 yaitu: 1) Pemeliharaan pola – pola normal dan fungsi - fungsi dasar KDM. 2) Pengelolaan rasa tidak nyaman dan nyeri. 3) Penanganan masalah emosional yang berkaitan dengan penyakit dan prosedur pengobatan. 4) Peningkatan pemahaman klien & keluarga tentang pemeliharaan kesehatan. 5) Penanganan persiapan operasi 6) Memfasilitasi perawatan mandiri klien secara mandiri. 7) Membantu klien mengambil keputusan. 8) Membantu klien dan keluarga menghadapi penyakit terminal. b.
Bidang Pendidikan Lingkup garapan Ruang Kenanga 2 dalam bidang pendidikan merupakan peningkatan kemampuan baik pada segi kognitif, afektif, maupun psikomotor
dari
peserta
didik
keprofesian
perawat
berdasarkan
pendampingan perawat CI dalam pembelajaran klinik di ruangan.
12
c. Bidang Penelitian Lingkup garapan Ruang Kenanga 2 dalam bidang penelitian yaitu informasi terbaru berdasarkan temuan lapangan dari kegiatan penelitian yang dilakukan di ruangan. 3. Basis Intervensi a. Bidang Pelayanan Basis intervensi dalam bidang pelayanan ruang rawat inap Kenanga 2 adalah ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan pasien,eluarga pasien, dan petugas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien. Intervensi yang akan diberkan pada permasalahan yang berhubungan dengan ketidaktahuan berupa pendidikan kesehatan dan penyuluhan, sedangkan
basic
intervensi
yang
akan
diperuntukan
untuk
ketidakmampuan adalah dengan pemberian role model sebagi contoh untuk diterapkan pada tahapan selanjutnya, dan untuk ketidakmauan dapat dilakukan dengan pemberian support dan motivasi. b. Bidang Pendidikan Basis intervensi dalam bidang pendidikan keprofesian perawat di Ruang Kenanga 2 yaitu target capaian psikomotor mahasiswa praktikan yang dibimbing oleh CI masing-masing dalam pelaksanaannya. c. Bidang Penelitian Basis intervensi dalam bidang penelitian di Ruang Kenanga 2 sejalan dengan basis intervensi bidang pelayanan. 2.3 Nilai-nilai Dasar Profesi ASN Sebagai abdi negara, menurut UU nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, PNS mempunyai hak-hak antara lain gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi. Sementara itu kewajiban seorang PNS meliputi: 1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
13
5) Melaksanakan
tugas
kedinasan
dengan
penuh
pengabdian,
kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab; 6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan;
danBersedia
ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai-nilai dasar terdiri dari 5 nilai, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau yang disingkat dengan ANEKA. Masing-masing nilai dasar memiliki indikator yang menggambarkan nilai tersebut 1. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level atau unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Fungsi utama akuntabilitas publik yaitu: a. Untuk menyediakan kontrol demokratis, dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan dilingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementerian, lembaga maupun daerah.) b. Untuk
mencegah
korupsi
dan
penyalahgunaan
kekuasaan
(peran
konstitusional). c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Dilihat dari fungsi-fungsi akuntabilitas tersebut menjadi hal yang mutlak jika akuntabilitas ada dalam sebuah framework. Terdapat beberapa langkah yang harusdilakukan dalam menciptakan framework yang akuntabel yaitu: a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai tanggungjawab yang harus dilakukan b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai d. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback.
14
Disamping itu, untuk menciptakan
lingkungan kerja yang akuntabel
diperlukan nilai-nilai: Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggungjawab (Responsibilitas), Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, Konsistensi. 2. Nasionalisme Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, fungsi ASN adalah sebagai berikut: a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik b. ASN sebagai pelayan publik c. ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Nasionalisme adalah:
a.
Cinta tanah air
b.
Rela berkorban
c.
Tidak diskriminatif
d.
Kerjasama
e.
Menghormati orang lain
f.
Tenggang rasa
g.
Teloransi
h.
Kepentingan umum
3. Etika Publik Pelayanan
publik
yang
profesional
membutuhkan
tidak
hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan
15
bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Etika publik merupakan ilmu pengetahuan tentang perbuatan manusia yang dapatdinilai baik atau buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan selama masih bisa dicerna akal. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika
suatu
kelompok
khusus
dalam
masyarakat
melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik. 4. Komitmen Mutu Komitmen mutu berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan,
sehingga
tidak
terjadi
pemborosan
sumber
daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur. Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien diantaranya; penghematan,
ketercapaian
target
secara
tepat
sesuai
dengan
yang
direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak, menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat, bahkan akan menimbulkan kerugian secara finansial. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam komitmen mutu adalah:
a.
Efektif
b.
Efisien
16
c.
Bermutu
d.
Cepat
e.
Tanggap
5. Anti Korupsi Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Menurut UU No 31/1999 jo No UU 20/2001 terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. 2.4 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI 1. Manajemen ASN Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Keja (PPPK). Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa. 2. Pelayanan Publik Berdasarkan UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayann Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
17
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Adapun prinsipprinsip pelayanan publik adalah sebagai berikut:
a. Partisipatif b. Transparan c. Responsif d. Tidak diskriminatif e. Mudah dan murah f. Efektif dan efisien g. Aksesibel h. Akuntabel i. Berkeadilan 3. Whole of Government (WOG) WOG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WOG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pertama adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
lebih
baik.
Selain
itu
perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan lebih kompleks juga mendorong pentingnya WOG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Praktek WOG dapat dilakukan dengan cara: a.
Penguatan koordinasi antar lembaga
18
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. b.
Membentuk lembaga koordinasi khusus Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau kementerian.
c.
Membentuk gugus tugas Bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal, yang sifatnya tidak permanen.
d.
Koalisi sosial Bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.
19
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1 Identifikasi Isu Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai kondisi dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai dalam SKP dapat berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP. Tabel 3.1 Penjelasan Butir SKP No.
Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
Kondisi Saat Ini
Melakukan pengkajian keperawatan 1.
2.
lanjutan pada individu, keluarga
Sudah dilaksanakan
Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu.
Sudah dilaksanakan
Kondisi yang Diharapkan Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Adanya jadwal
Melakukan stimulasi tumbuh kembang 3.
pada
individu
dalam
rangka
melakukan upaya promotif.
Pada masa
terapi bermain
pandemic Covid-19
anak berdasar
Belum dilakukan
tingkat usia di
dengan optimal
ruang Kenanga 2 pada masa Pandemi Covi-19
Melakukan 4.
case
dini/penemuan
kasus
finding/deteksi baru
pada
Sudah dilaksanakan
individu Melakukan 5.
support
Kepatuhan
terhadap intervensi kesehatan
pada
Sudah dilaksanakan
individu
6.
Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga
Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP
Belum dilakukan
Dilaksanakan
dengan optimal cuci
sosialisasi
tangan, prosedur
kesehatan secara
pemberian nutrisi
optimal kepada
melalui NGT, terapi
pasien dan
20
No.
Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
Kondisi Saat Ini bermain anak
Kondisi yang Diharapkan keluarga di Ruang Kenanga 2
7. 8. 9.
10.
Melakukan
manajemen
inkontinen
urine. Melakukan
manajemen
inkontinen
faecal. Melakukan upaya membuat pasien istirahat tidur. Melakukan
komunikasi
teurapeutik
dalam
pemberian
asuhan
keperawanan. 11. 12. 13.
Memfasilitasi Melakukan
16.
Memfasilitasi
pada
suasana
lingkungan
yang tenang dan aman. sampke
pemberian
Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan
19.
menjelang ajal sampai meninggal Memberikan dukungan dalam proses
sesuai SOP
secara optimal
Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan
Sudah dilaksanakan
penatalaksanaan
Memberikan perawatan pada pasien
Dilaksanakan
optimal
Sudah dilaksanakan
. 18.
sesuai SOP
komunikasi terapi
Sudah dilaksanakan
ekstravasasi
Dilaksanakan
namun belum
elektrolit
Melakukan resusitasi bayi baru lahir
sesuai SOP
Dilaksanakan
Sudah dilaksanakan
Konsentrasi tinggi
Dilaksanakan
Sudah dilakukan
darahmelalui
arteri, pulmonary arteri, CVP
Melakukan 17.
pendampingan
pasien menjelang ajal (dying Care)
Memantau 15.
dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual.
Mengambil 14.
pasien
Sudah dilaksanakan
Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan
Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan sesuai SOP Dilaksanakan
21
No.
Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
Kondisi yang
Kondisi Saat Ini
Diharapkan
kehilangan, berduka dan kematian
20.
Melakukan
evaluasi
22.
tindakan
keperawatan pada individu Melakukan
21.
sesuai SOP
dokumentasi
Dilaksanakan
Sudah dilaksanakan
sesuai SOP
asuhan
keperawatan
Dilaksanakan
Sudah dilaksanakan
Menyusun laporan pelaksanaan tugas
Sudah dilaksanakan
sesuai SOP Adanya laporan pelaksanaan tugas
Berdasarkan penjabaran butir SKP diatas, didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut : Tabel 3.2. Dampak Isu sesuai SKP Isu
Dampak apabila isu tidak ditangani
Melakukan stimulasi tumbuh kembang Akan menimbulkan reaksi hospitalisasi berupa pada individu dalam rangka melakukan pengalaman traumatik dan stress. Selain itu upaya promotif. belum optimal dilakukan
dapat menimbulkan gangguan pada tumbuh kembang pasien khususnya pada pasien anak berupa keterlambatan perkembangan anak..
Melakukan pendidikan kesehatan pada Akan individu dan keluarga belum dilakukan tenaga secara optimal
menimbulkan kesehatan
memahami
dan
ketergantungan serta
tidak
melaksanakan
pada
mampu perawatan
yang berkelanjutan Melakukan komunikasi teurapeutik dalam Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pemberian asuhan keperawanan belum pelayanan ruangan/instansi optimal dilakukan Berdasarkan dampak dari setiap SKP di atas dan dengan metode environmental
scanning, ditemukan isu-isu di ruang perawatan anak Kenanga 2
di antaranya
sebagai berikut. 1.
Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2.
22
Berdasarkan hasil observasi selama 1 bulan berdinas di ruang kenanga 2, edukasi terkait PPI belum dilakukan kepada semua pasien baru yang datang ke ruangan. Hal ini beresiko menimbulkan Healthcare Associated Infections (HAI’s). 2.
Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2. Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Ruang Kenanga 2 Terapi bermain selama pandemi Covid-19 tidak dilakukan, di Ruang Kenanga 2 terdapat sarana belajar dan bermain yaitu “Sekolahku”. Namun semenjak adanya pandemi Covid-19 seluruh aktivitas sekolahku tidak dilakukan. Hal ini dapat berdampak munculnya reaksi hospitalisasi berupa pengalaman traumatik dan stress selama masa perawatan dikarenakan kurang optimalnya pemberian asuhan keperawatan. Selain itu dapat menimbulkan gangguan pada tumbuh kembang
pasien
khususnya
pada
pasien
anak
berupa
keterlambatan
perkembangan anak.. 3.
Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2. Berdasarkan hasil observasi selama 1 bulan berdinas di ruang kenanga 2, edukasi pemberian nutrisi melalui pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2 sudah dilakukan, namun belum optimal.
4.
Komunikasi terapeutik perawat kepada pasien dan keluarga pasien masih kurang efektif Komunikasi yang terjalin antara perawat di ruang kenanga 2 dan klien maupun keluarga sudah berjalan cukup baik namun peningkatan tetap di perlukan
3.2 Penapisan ISU Setelah mendapatkan isu yang kritikal maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis isu untuk bagaimaa memahami isu tersebut secara utuh. Dalam proses penetapan isu digunakan alat bantu penetapan kriteria isu yaitu dengan menggunakan metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Layak). Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematika yaitu isu tersebut memiliki dimensi dimana masalah yang kompleks,
23
sehingga perlu dicarikan segera solusi secara komprehesif, dan kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah. Berikut ini merupakan hasil penetapan isu dengan menggunakan metode AKPL. Tabel. 3.3 Penapisan Isu Dengan Metode AKPL Kriteria ISU No
ISU
A
K
P
Terpli L
h/tida k
Belum optimalnya pencegahan infeksi 1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2 Belum terlaksananya terapi bermain anak
2
berdasar tingkat usia pada masa pandemi
Covid-19 di Ruang Kenanga 2. Belum
3
optimalnya
edukasi
pemberian
nutrisi melalui nasogastric tube di
Ruang
Kenanga 2. Komunikasi 4
terapeutik
perawat
kepada
pasien dan keluarga pasien masih kurang efektif
Setelah dilakukan penetapan isu yang berkualitas dengan metode AKPL didapatkan 3
isu prioritas yang kemudian lebih diprioritaskan kembali. Untuk
memprioritaskan isu digunakan metode USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Urgency adalah seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis da ditindak lanjuti. Seriousness yaitu seberapa serius ditimbulkan. Growth yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Berikut ini merupakan hasil identifikasi isu menggunakan metode USG yaitu :
24
Tabel 3.4 Penapisan Isu Dengan Metode USG No
ISU Belum optimalnya pencegahan infeksi
1
U
S
G
Total
5
4
4
13
5
5
4
14
4
4
4
12
4
4
3
11
melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2 Belum
2
terlaksananya
terapi
bermain
anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2. Belum optimalnya edukasi pemberian
3
nutrisi
melalui
nasogastric
tube
di
Ruang Kenanga 2. Komunikasi terapeutik perawat kepada 4
pasien
dan
keluarga
pasien
masih
kurang efektif
Keterangan: Skala 1-5 (1 =sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar) Dari hasil penapisan tersebut didapatkan urutan prioritas dari yang pertama yaitu: 1.
Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2.
2.
Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2
3.
Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2
Sehingga, dari hasil tersebut penulis mengangkat isu “Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia di Ruang Kenanga 2 pada masa pandemi
Covid-19” untuk dijadikan topik dalam rancangan aktualisasi.
25
3.3 Latar Belakang Pemilihan ISU Hospitalisasi dianggap sebagai suatu peristiwa yang bisa membuat stres pada anak. Stressor yang diterima anak selama dirawat dapat berupa lingkungan rumah sakit yang asing, kondisi fisik seperti rasa sakit dan penyakit yang anak alami, prosedur perawatan dan pemeriksaan medis di rumah sakit. Stres pada anak dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan gangguan perkembangan sehingga hal tersebut dapat menunda proses penyembuhan penyakit (Kazemi et al, 2012). Hospitalisasi adalah peristiwa yang umum terjadi pada anak dan dapat merupakan pengalaman traumatik bagi anak-anak yakni dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku beberapa minggu atau bulan sesudah anak keluar dari rumah sakit. (Turkel et al, 2009; Moghaddam et al, 2011). Penelitian Coyne (2006) menyimpulkan bahwa anak-anak yang di rawat inap mengalami banyak stres, ketakutan dan kecemasan, (terutama cemas perpisahan dengan orang tua) dan lain-lain. Reaksi hospitalisasi yang sering dialami anak pada saat dilakukan perawatan seperti anak rewel atau menangis, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif, penurunan mood bahkan
tamper tantrum (Utami, 2014). Penyebab penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan lingkungan yang jauh dari rutinitasnya sehari-hari serta keterbatasan koping mekanisme anak dalam memecahkan masalah. Perpisahan dengan rutinitas sehari-hari bagi anak menjadi faktor penting penyebab munculnya reaksi negatif hospitalisasi. Menurut Ball dan Bindler (2003), anak yang dirawat di rumah sakit berada pada lingkungan asing yang tidak diketahuinya, dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan pemandangan sekitar menakutkan sehingga menimbulkan reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan lingkungan yang terapeutik. Lingkungan terapeutik yang diharapkan dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif diantaranya penataan ruang, restrain terapeutik, sikap dan komunikasi perawat terapeutik, permainan terapeutik, seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2012).
26
Kelompok usia anak menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu bayi baru lahir atau newborn (0- 3 bulan), usia infant/ bayi (3 bulan – 1 tahun), Todler / usia pra sekolah ( 1-6 Tahun), Usia Sekolah (6-13 Tahun), usia remaja /adolescence (13-18 Tahun). Menurut Penelitian yan dilakukan oleh Rahayu tahun 2018 anak-anak usia Pra sekolah lebih rentan mengalami reaksi hospitalisasi dibandingkan dengan kelompok usia anak lainnya. Anak usia prasekolah atau awal masa kanak-kanak adalah anak yang berusia antara 1-6 tahun. Kecemasan pada anak prasekolah yang sakit dan dirawat di rumah sakit, merupakan salah satu bentuk gangguan yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan aman nyaman berupa kebutuhan emosional anak yang tidak adekuat. Usia prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu diisi dengan bermain. Mainan merupakan alat yang sangat penting dari aktivitas bermain (Amida,2012) Terapi bermain merupakan kegiatan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan, dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan staf rumah sakit (Homeyer, 2008). Dampak hosptalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stres berlebihan, maka anak anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Kegiatan terapi bermain ini sudah seharusnya dapat dilakukan tidak terkecuali pada masa pandemi Covid-19 ini. Coronavirus sendiri merupakan sekumpulan virus yang berasal dari subfamili Orthocronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales (Yunus & Rezki, 2020). Virus ini dapat menyerang hewan dan juga manusia dan pada manusia gejalanya berupa infeksi yang serupa dengan penyakit SARS dan MERS, hanya saja Covid-19 bersifat lebih masif perkembangannya. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang terdampak wabah yang satu ini. Oleh karena itu, perlu adanya modifikasi dalam pelaksanaan terapi bernain untuk menekan penyebaran Covid-19. Ruang Kenanga 2 merupakan ruang rawat inap non infeksius khusus anakanak (rentang usia 0-18 tahun) baik itu laki-laki maupun perempuan yang mengidap jenis penyakit dalam, seperti gangguan sistem pernapasan, hematologi, onkologi, kardiovaskular, dan digestif. Lingkup garapan di Ruang Kenanga 2 dalam bidang pelayanan keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia berdasarkan fokus telaahan yang meliputi segala gangguan atau hambatan
27
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologi pada saat perawatan Sebagian besar pasien di Ruang Kenanga 2 merupakan pasienpasien kemoterapi yang akan melakukan perawatan kemoterapi berulang di mana peran perawat sebagai edukator dan fasilitator dalam mengurangi ansietas dan meringankan efek kemoterapi yang dirasakan pasien. Ruang Kenanga 2 memiliki fasilitas berupa tempat bermain anak yang dikenal dengan nama “Sekolahku”, namun berdasarkan hasil observasi oleh penulis, selama satu bulan di Ruang Kenanga 2 tidak terdapat jadwal terapi anak dan kegiatan bermain anak berdasarkan tingkat usia. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala Ruangan Kenanga 2
semenjak adanya
pandemi Covid-19 fasilitas sekolahku ini ditutup hingga saat ini, segala aktivitas belajar dan bermain di Ruang Kenanga 2 ditiadakan untuk menghindari penyebaran virus Covid-19. Berdasarkan hasil observasi didapatkan data dari tanggal 1 - 25 April 2021, 1 dari 7 anak yang dirawat di Ruangan Kenanga 2 menunjukkan reaksi negatif hospitalisasi berupa cemas, rewel/menangis dan takut saat didekati petugas kesehatan. Dampak reaksi negatif hospitalisasi tersebut menjadi kendala terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien anak, sehingga diperlukan upaya perawat untuk kreatif melakukan upaya tindakan terapeutik untuk memberikan reaksi hospitalisasi yang positif. Anak yang kooperatif ketika dilakukan tindakan keperawatan merupakan salah satu tanda anak yang tidak cemas akibat hospitalisasi. Selain itu pembawaan anak yang tenang dan kemampuan ketrampilan koping yang baik akan lebih menunjukkan reaksi hospitalisasi yang positif. Berdasarkan dampak isu tersebut cukup besar, maka proses selanjutnya adalah dilakukan analisis penyebab dari isu belum diterapkannya terapi bermain berdasarkan Tingkat usia pada masa pandemic Covid-19 di Ruang Kenanga 2 dengan menggunakan metode analisis fish bone
28
3.4
Analisis ISU Isu yang telah diidentifikasi dengan dua kali penapisan, selanjutnya dilakukan analisa isu, dalam hal ini untuk mencari akar permasalahan dengan pendekatan metode analisis fishbone, sebagai berikut:
Belum ada media bermain sesuai tingkat usia
29
3.5
Gagasan Pemecahan ISU Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari SKP (sasaran kinerja pegawai), perintah atasan, dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar aparatur sipil negara (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi), prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Keterkaitan dengan prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government adalah antara lain: Tabel 3.5 Tabel Keterkaitan Nilai Dasar ASN Nilai Dasar
Keterkaitan Substansi
Manajemen ASN
a.Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional b. Melaksanakan tugas dengan jujur bertanggung jawab dan berintegritas tinggi.
Pelayanan Publik
a. Prosedur pelayanan b. Kejelasan petugas pelayanan c. Kedisiplinan petugas pelayanan d. Tanggung jawab petugas pelayanan e. Kemampuan petugas pelayanan f. Kenyamanan pelayanan g. Keamanan pelayanan
Whole
Of a. Kerjasama
Government
b. Kolaborasi c. Koordinasi
Unit Kerja
: Ruang Kenanga 2
Identifikasi Isu
:
1. Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2. 2. Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci tangan di Ruang Kenanga 2
30
3. Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di Ruang Kenanga 2 Isu yang diangkat : Penerapan pelaksanaan terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2 Tabel 3.6 Gagasan Pemecahan Isu Gagasan Pemeahan Isu
Sumber
1. Menyampaikan ide gagasan dan Konsultasi terkait rencana SKP kegiatan penerapan terapi bermain pada masa pandemi
Covid-19 dan menganalisa
kelompok tingkat usia anak
kepada mentor dan kepala ruangan 2. Membuat Design terapi bermain yang dapat dilakukan pada SKP masa pandemic Covid-19 dengan menerpakan protocol kesehatan 3.
Melakukan sosialisai untuk berbagi informasi tentang terapi Inovasi bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat
pandemic covid-19 4. Membuat jadwal terapi bermain berdasarkan tingkat usia Inovasi anak 5. Membuat media berupa video dan leaflet terapi bermain.
SKP
6. Membuat evaluasi dan laporan
SKP
31
3.6 Matriks Rancangan Kegiatan Aktualisai Tabel 3.7 tabel Rancangan Kegiatan Aktualisasi No
Kegiatan Menyampaikan
1. Membuat janji
Output/ Hasil
Keterkaitan Substansi mata Pelatihan
Penguatan
terhadap Visi Misi
nilai
Organisasi
Organisasi
Adanya Janji
membuat rancangan aktualisasi dengan
sesuai dengan visi Nilai
pertemuan
penuh tanggung jawab dan
RSHS yang
Pamingpin
ide gagasan
bertemu dengan
terkait rencana
mentor/ kepala
memberikan data secara transparan
sejalan dengan
Pituin :
kegiatan
ruangan
(Akuntabilitas)
visi Pemerintah
Nilai inovatif
penerapan
1
Tahapan Kegiatan
Kontribusi
2. Bertemu dan
Laporan
Menemukan literatur yang terpercaya Kabinet Indonesia
dijelaskan
(Komitmen
Mutu)
terapi bermain
menjelaskan
pada masa
laporan
mencantumkan sumber dengan jujur Terwujudnya
untuk
pandemi Covid-
rancangan
dan tanggung jawab (Akuntabilitas, Indonesia Maju
menghasilkan
19 dan
kegiatan
Anti Korupsi)
suatu yang
menganalisa
3. Melakukan
dan Maju 2 yaitu
yaitu adanya
Menggunakan bahasa yang Berdaulat,
keinginan
Mendapatkan
Indonesia yang baik dan benar dalam Mandiri dan
baru dan senantiasa
kelompok
analisa terkait
data hasil
penulisan
tingkat usia
pengelompokan
analisa
(Nasionaliasme)
Berlandaskan
melakukan
anak kepada
usia pasien
kelompok usia
dalam melakukan konsultasi juga
Gotong Royong
perbaikan
anak
meggunakan komunikasi yang baik,
dan bertujuan
Nilai
mentor dan
rancangan
aktualisasi Berkepribadian
32
kepala ruangan
4.
Menuliskan
Adanya saran
ramah sopan (Etika Publik) serta
untuk
Integritas
saran dari
yang tertulis
melakukan evaluasi sesuai dengan
peningkatan
yaitu dengan
kepala ruangan/
tindakan dengan jujur dan tanggung
kualitas hidup
kejujuran,
pengawas
jawab dan memasukan saran dari
manusia
amanah dan
ruangan
atasan (Etika publik, Akuntabilitas)
menjungjung etika yang tinggi
Membuat desain
Adanya data
Menunjukkan sikap tanggungjawab,
Sesuai dengan
Nilai
terapi bermain
kajian situasi di
hasil Kajian
kejelasan, cermat dan teliti serta
visi RSHS yang
Pamingpin
yang dapat
ruang kenanga
situasi
mengedepankan mutu pelayanan
sejalan dengan
Pituin :
diterapkan pada
2
(Akuntabilitas) menerapkan sistem
visi Pemerintah
Nilai
Terbuatnya
protokol kesehatan yang berlaku
Kabinet Indonesia
Profesional
masa pandemi
2
1. Melakukan
2. Merancang
Covid-19
desain terapi
rancangan
seperti mencuci tangan, memakai
Maju 2 yaitu
yaitu
dengan
bermain yang
desain terapi
masker, menjaga jarak, menjauhi
Terwujudnya
berorientasi
menerapkan
dapat
bermain yang
kerumunan dan mengurangi mobilitas
Indonesia Maju
pada
Protokol
diterapkan
dapa
serta menunjukkan musyawarah untuk
yang Berdaulat,
pencapaian
Kesehatan
pada masa
diterapkan
mufakat dan kebersamaan
Mandiri dan
kinerja
pandemi Covid-
pada masa
(Nasionalisme), selalu menujukkan
Berkepribadian
melalui
19 sesuai
pandemi
respek pada kepala ruangan,
Berlandaskan
perjalan
dengan
Covid-19
menghargai komunikasi yang terjalin
Gotong Royong.
kemitraan
protokol
sesuai dengan
dan senantiasa menanamkan kejujuran
Sejalan dengan
Nilai
inovatif
33
protokol
serta integritas (Etika publik). Tidak
misi RSHS untuk
yaitu adanya
kesehatan
menyisipkan kepentingan pribadi atau
peningkatan
keinginan
Adanya janji
golongan dalam penyusunan proposal
kualitas manusia
untuk
pertemuan
dan menghindari adanya konflik
Indonesia.
menghasilkan
dengan kepala
kepentingan (Antikorupsi).
dengan
suatu
yang
ruangan
serta selama proses diskusi
meminimalisir
baru
dan
Hasil kajian
mengedepankan kerjasama dan
dampak
senantiasa
hasil kajian dan
dan rancangan
kolaborasi pihak terkait dengan
hospitalisasi pada
melakukan
rancangan
desain terapi
berlandaskan mutu pelayanan (Whole
anak
perbaikan
desain terapi
bermain ada
of Government)
kesehatan 3. Membuat janji untuk bertemu
4. Mendiskusikan
secara
bermain
berkesinamb
bermain pada
ungan
Masa Pandemi
Nilai
Covid-19
Integritas yaitu dengan kejujuran, amanah dan menjungjung etika
3
Melakukan
1. Melakukan
Adanya
Dalam
membuat
dan
memberikan Sesuai dengan
Nilai
34
sosialisasi untuk
kontrak waktu
kontrak waktu
undangan
berbagi
dengan perawat
yang
yang baik, menghargai dan efisien. sejalan dengan
Pituin :
informasi
ruangan dan
disepakati
(Etika publik), Melakukan konfirmasi visi Pemerintah
Nilai
tentang terapi
keluarga pasien
ulang
yaitu adanya
bermain
2. Mencari sumber
Terbuatnya
petugas serta
berdasarkan
literatur dalam
materi satuan
dilakukan
tingkat usia
mebuat satuan
acara
efektivitas dan efisiensi dalam rangka Indonesia Maju
menghasilkan
yang dapat
acara penyuluhan
penyuluhan
peningkatan
suatu
yang
dilakukan saat
(SAP) yang
pelayanan(Komitmen
Mutu). Mandiri dan
baru
dan
pandemic Covid-
seuai literatur
Mensosialisaikan
petugas Berkepribadian
senantiasa
19
menggunakan
untuk
komunikasi visi RSHS yang
memastikan
kehadiran Kabinet Indonesia
penyusunan materi Maju 2 yaitu
dengan
menerapkan Terwujudnya
mutu
untuk yang Berdaulat,
kepada
dengan menggunakan komunikasi yang Berlandaskan 3.Melakukan
Dilakukanya
baik
konsultasi terkait
konsultasi
jawab
(Etika
publik),
terhadap
bertanggung Gotong Royong.
materi
yang Sejalan dengan
Pamingpin inovatif
keinginan untuk
melakukan perbaikan. Nilai
materi sosialisasi
disampaikan dan menunjukkan sikap misi RSHS untuk
integritas
kepada kepala
integritas
yaitu dengan
ruangan
menyampaikan
dan
kejujuran ide
dalam peningkatan gagasan kualitas manusia
kejujuran,
4.Melakukan
Sosialiasasi
(Akuntabilitas) dan tidak menyisipkan Indonesia.
amanah dan
pemaparan/present
terlaksana
kepentingan
menjungjung
pribadi
atau
golongan
asi sosialiasasi
dalam penyusunan power point dan
etika
penerapan terapi
menghindari
tinggi
bermain
kepentingan
adanya (anti
Korupsi)
konflik
yang
serta
35
Melakukan petugas
evaluasi sebagai
pemahaman
bentuk
tanggung
jawab (Akuntabilitas) Membuat jadwal 1. Membuat jadwal
Terbuatnya
membuat jadwal terapi bermain yang
Sesuai
terapi
jadwal terapi
rapi, jelas dan mudah dipahami baik
visi
bermain
oleh perawat, maupun keluarga pasien
Terwujudnya
(akuntabilitas) Melakukan kerjasama
Indonesia
didampingi oleh
antar petugas (Nasionalisme) agar
yang
perawat
pemberian terapi bermain menjadi lebih
Mandiri
efektif dan efisien. (Komitmen Mutu)
Berkepribadian
profesional,
bermain terapi bermain
berdasarkan kelompok anak
4
berdasar tingkat usia usia anak
dengan Nilai
RSHS
yaitu Pamingpin Pituin Maju Adanya
Berdaulat, Kepemimpina dan n,
2.Mempublikasikan
Terpublikasika
jadwal terapi
nnya jadwal
Berlandaskan
inovatif,
bermain
terapi bermain
Gotong Royong..
tulus, unggul,
dengan
integritas.
meminimalisir dampak hospitalisasi pada anak
dan
mencegah timbulnya gangguan
pada
36
tumbuh kembang pasien khususnya pada pasien anak berupa keterlambatan perkembangan anak. Membuat media 1.Mengajukan berupa dan
izin Mendapat izin Melakukan konsultasi meggunakan
video pembuatan konsultasi
Nilai
komunikasi dan kerjasama yang baik
visi Sesuai
Pamingpin
(Etika Publik). Serta koordinasi dan
dengan visi RSHS
Pituin :
kolaborasi yang baik (Komitmen
yang sejalan
Nilai inovatif
Mutu)
dengan visi
yaitu adanya
Pemerintah
keinginan
Kabinet Indonesia
untuk
Maju 2 yaitu
menghasilkan
Video dan leaflet yang dibuat efektif
Terwujudnya
suatu yang
dan efisien (Komitmen Mutu)
Indonesia Maju
baru dan
Melakukan konsultasi meggunakan
yang Berdaulat,
senantiasa
publikasi dari
komunikasi dan kerjasama yang baik
Mandiri dan
melakukan
Promkes RSHS
(Etika Publik), menghargai masukan
Berkepribadian
perbaikan
pembuatan
leaflet pembuatan
terapi bermain.
Sesuai dengan
dan dan konten dilakukannya
video dan leaflet
konsultasi konten
video Melakukan pembuatan video dan leaflet
dan leaflet
5
dengan jujur, tanggung jawab, kerja dan keras (Anti Korupsi)
2.Melakukan
Video
pembuatan video
leaflet tersedia
dan leaflet 3. Mengajukan izin publikasi ke promkes RSHS
Adanya izin
37
4.Mengajukan perizinan
Video dan leaflet terbuat
dan saran (Nasionalisme). Serta
Berlandaskan
Nilai
koordinasi dan kolaborasi yang baik
Gotong Royong.
Integritas
penguplodan video
dan sudah
(Komitmen Mutu)
Sejalan dengan
yaitu dengan
di youtube dan
dipublikasi
Mengajukan perizinan dengan rapi dan
misi RSHS untuk
kejujuran,
menyimpan leaflet
tanggung jawab (Akuntabilitas),
peningkatan
amanah dan
di ruangan
menggunakan komunikasi yang sopan
kualitas manusia
menjungjung
(Etika publik), menghargai masukan
Indonesia.
etika yang
dan saran (Nasionalisme)
tinggi
Hasil video dan leaflet sesuai dengan rancangan yang di musyawarahkan, (Anti Korupsi) dan menyertakan saran dari atasan (Nasionalisme) serta dapat dijadikan suatu inovasi bagi Instansi (Komitmen mutu) 6
Membuat evaluasi laporan
1. Membuat format Tersusun dan
sederhana
format
dalam
menjalankan
tugas
harus Sesuai dengan
Nilai
menjunjung tinggi nilai integritas dan visi Rumah Sakit,
Pamingpin
evaluasi kegiatan sederhana
tanggung
Pituin:
terapi bermain
evaluasi
dokumentasi kesesuaian tindakan yang institusi
Kepemimpina
kegiatan terapi
telah dikerjakan oleh perawat di rekam kesehatan yang
n,
bermain
medis (Akuntabilitas)
Profesional,
jawab
dibuktikan
dengan yaitu menjadi
Sesuai dengan
laporan evaluasi dapat dipertanggung visi RSHS yang
Inovatif,
38
1.
Merekap
Adanya
jawabkan
dan
dikerjakan
Dokumentasi dan
Rekapan
profesional melalui metode efektif dan visi Pemerintah
evaluasi kegiatan
dokumentasi
efisien
penerapan terapi
dan Evaluasi
Mutu)
bermain
kegiatan
Dalam menyusun
pengerjaannya
secara sejalan dengan
Komitmen Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu
laporan hasil kajian Terwujudnya
Tulus, Unggul,integr itas responsive dan
sikap
situasi dan proposal dilakukan dengan Indonesia Maju
beretika dari
3 Membuat laporan
Laporan
menerapkan efektivitas dan efisiensi yang Berdaulat,
petugas,
dan dilaporkan
tersedia
dalam rangka peningkatan mutu untuk Mandiri dan
dengan
kepada
pelayanan (Komitmen Mutu)
Berkepribadian
tujuan
mentor/Karu
Penyusunan laporan kajian situasi dan
Berlandaskan
mencapai
proposal dilakukan secara professional
Gotong Royong.
kinerja
sesuai dengan kompetensi, bebas dari
Sejalan dengan
baikdengan
intervensi maupun konflik kepentingan
misi RSHS untuk
memiliki
tertentu. Serta menjadi langkah awal
peningkatan
talenta
untuk mewujudkan lingkungan
kualitas manusia
terbaik
terapeutik demi tujuan meningkatkan
Indonesia.
senantiasa
yang
dan
mutu pelayanan rumah sakit
melakukan
(Manajemen ASN), dan
erbaikan
laporan hasil kajian situasi disusun
secara
secara professional sesuai dengan bukti
berkesinamb
nyata keadaan Ruang Kenanga
ungan
39
3.7 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Judul Aktualisasi
: Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Anak Berdasarkan Kelompok Usia Pada Masa Pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2
Waktu pelaksanaan
: 29 Mei – 5 Juli 2021
Tempat pelaksanaan
: Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tabel 3.5 Time Table Rencana Aktualisasi
No
KEGIATAN
Mei 4
Juni 1
2
Juli 3
4
Ket
1
Menyampaikan ide gagasan terkait rencana kegiatan penerapan 1
terapi bermain pada masa pandemi Covid-19 dan menganalisa kelompok tingkat usia anak kepada mentor dan kepala ruangan
2
Membuat desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19 Melakukan sosialisasi
3
untuk berbagi informasi tentang terapi
bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat pandemic Covid-19 Membuat jadwal terapi bermain berdasarkan kelompok usia
4
anak
5
Membuatan media video dan leaflet terapi bermain
6
Membuat evaluasi dan laporan
40
BAB IV AKTUALISASI 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) pada Pelatihan Dasar Golongan III angkatan 1 tahun 2021 telah dilaksakan pada tanggal 29 Mei - 05 Juli 2021 di Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Berdasarkan rancangan aktualisasi yang telah diseminarkan, penulis merencanakan 6 kegiatan yang akan dilakukan selama masa aktualisasi. Kegiatan yang dilakukan adalah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang tertuang dalam sasaran kinerja pegawai (SKP) dan inovasi. Kegiatan yang disusun untuk memecahkan isu yang diangkat, kemudian diuraikan dalam tahapan kegiatan yang lebih terperinci. Dengan menguraikannya akan lebih mudah untuk melaksanakan dan mencapai hasil yang diharapkan.
Kegiatan
tersebut antara lain sebagai berikut : Tabel 4.1 Status Kegiatan Aktualisasi No. 1.
Kegiatan Menyampaikan ide gagasan terkait rencana
Status Realisasi
Sumber
Terlaksana
SKP
Terlaksana
SKP
Terlaksana
SKP
Terlaksana
SKP
kegiatan penerapan terapi bermain pada masa pandemi Covid-19 dan menganalisa kelompok tingkat usia anak kepada kepala ruangan dan pengawas ruangan 2.
Membuat desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19
3.
Melakukan sosialisasi untuk berbagi informasi tentang terapi bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat pandemic Covid-19
4.
Membuat program bermain yang terjadwal
41
5.
Membuatan media video dan leaflet terapi
Terlaksana
inovasi
Terlaksana
SKP
bermain 6.
Membuat evaluasi dan laporan
Tabel 4.2 Tahapan Kegiatan Aktualiasasi No.
Kegiatan
Tahapan Kegiatan
Tanggal Pelaksanaan
1.
Menyampaikan ide
1. Membuat
gagasan terkait rencana kegiatan
dengan
17-21 Mei 2021
2. Bertemu dan menjelaskan laporan rancangan kegiatan
3. Melakukan analisa terkait
pandemi Covid-19 dan menganalisa
bertemu
mentor/ kepala ruangan
penerapan terapi bermain pada masa
janji
pengelompokan usia pasien
4. Menuliskan saran dari Mentor atau
kelompok tingkat
kepala ruangan
usia anak kepada kepala ruangan dan pengawas ruangan 2.
Membuat desain
1. Melakukan kajian situasi di ruang
terapi bermain yang dapat
2-7 Juni 2021
kenanga 2
2. Merancang
desain
terapi
bermain
diterapkan pada
yang dapat diterapkan pada masa
masa pandemi
pandemi Covid-19 sesuai
Covid-19
protokol kesehatan
dengan
3. Membuat janji untuk bertemu dengan kepala ruangan
4. Mendiskusikan rancangan
hasil
desain
kajian
terapi
dan
bermain
bermain pada masa pandemi covid-19 3.
Melakukan sosialisasi
1. untuk
Mencari
sumber
literatur
dalam
8-14 Juni 2021
membuat satuan acara penyuluhan
42
berbagi
informasi
tentang
terapi
dan media sosialisasi 2.
Melakukan konsultasi
bermain
sosialisasi
berdasarkan tingkat
dan mentor
usia
yang
dapat
dilakukan
3.
saat
pandemic Covid-19
kepada
Melakukan
kontrak
terkait materi
kepala
ruangan
waktu
dengan
perawat ruangan dan keluarga pasien 4.
Melakukan
pemaparan/presentasi
sosialiasasi penerapan terapi bermain 4.
Membuat program
1.
Membuat jadwal terapi bermain
bermain yang
berdasar tingkat usia anak didampingi
terjadwal
oleh perawat 2.
15-22 Juni 2021
Mempublikasikan jadwal terapi bermain
3.
Melaksanakan kegiatan terapi bermain sesuai jadwal
5.
Membuatan media
1. Mengajukan izin pembuatan pembuatan
video dan leaflet terapi bermain
dan konsultasi konten video dan leaflet 2.
12- 24 Juni 2021
Melakukan pembuatan video dan leaflet
3.
Mengajukan perizinan penguplodan video di youtube dan menyimpan leaflet di ruangan
6.
Membuat evaluasi
1.
dan laporan
Membuat format sederhana evaluasi kegiatan terapi bermain
2.
26 Juni – 2 Juli 2021
Merekap Dokumentasi dan evaluasi kegiatan penerapan terapi bermain
3.
Membuat
laporan
dan
dilaporkan
kepada mentor/Karu
43
4.2 URAIAN KEGIATAN Kegiatan 1 : Menyampaikan ide gagasan terkait rencana kegiatan penerapan terapi bermain pada masa pandemi Covid-19 dan menganalisa kelompok tingkat usia anak kepada
kepala ruangan dan pengawas
ruangan Tanggal
17-21 Mei 2021
Tahapan
1. Membuat janji bertemu dengan mentor/ kepala ruangan
Kegiatan
2. Bertemu dan menjelaskan laporan rancangan kegiatan 3. Melakukan analisa terkait pengelompokan usia pasien 4. Menuliskan saran dari Mentor atau kepala ruangan
Daftar Lampiran
Lembar konsultasi, foto dokumentasi, data pengelompokan pasien
Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kesepakatan/janji untuk bertemu dengan kepala ruangan dan mentor untuk menyampaikan rencana kegiatan aktualisasi, yaitu penerapan pelaksanaan terapi bermain berdasar tingkat usia pada masa Pandemi Covid-19. Melakukan pengkajian terhadap kelompok usia anak yang dirawat di ruang Kenanga 2 untuk mencari persentase usia terbanyak A. Tahapan Kegiatan 1. Membuat janji untuk bertemu dengan mentor/kepala ruangan Output: Mendapatkan waktu dan tempat untuk bertemu Kesepakatan bertemu dengan Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) pada tanggal 17 Mei 2021. Kesepakatan dilakukan melalui
chat
44
( Gambar 1 dan 2 Sceenshot percakapan melalui Whatsapp dalam rangka membuat
janji untuk bertemu dengan
mentor dan percakapan whatsapp
dengan kepala ruangan untuk memohon izin rencana aktualisasi di ruang kenanga 2 ). 2.
Bertemu dan menjelaskan laporan rancangan kegiatan Output: Adanya pertemuan dengan kepala ruangan Pertemuan dengan kepala ruangan untuk menjelasakan rancangan kegiatan pada tanggal 20 mei 2021.
(Gambar 3 Pertemuan dengan kepala ruangan kenanga 2 tanggal 20 Mei 2021)
45
3. Melakukan analisa terkait pengelompokan usia pasien
Output : Data kelompok usia pasien Kegiatan diawali
dengan melakukan pencarian data kelompok usia dan ranking
penyakit ke instalasi rekam medis. Lalu melakukan pengelomokan sesuai kelompok usia dan penyakit.
( Gambar 4 bertemu dengan petugas rekam medis tanggal 21 Mei 2021) Tabel 4.3 Data pasien ruang Kenanga 2 berdasarkan kelompok Usia pada bulan Januari - Mei 2021 Bulan Januari-Mei 2021 No.
Kelompok Usia Anak
Jumlah
Persentase (%)
1.
< 1 tahun
44
4.2
2.
1 – 3 tahun
335
31,9
3.
4 – 6 tahun
319
30,4
4.
7 – 12 tahun
201
19,2
5.
13 – 18 tahun
150
14,3
1.049
100
Total pasien
46
Tabel 4.4 Data pasien ruang Kenanga 2 berdasarkan
10 Ranking penyakit
penyebab dilakukan Perawatan pada bulan Januari - Mei 2021 Bulan Januari-Mei 2021 No.
Penyebab Penyakit
Jumlah
Persentase ( % )
1.
Kemoterapi Neoplasma
526
61,1
2.
Kemoterapi Propilaktik lainnya
210
24,4
3.
Paliatif care
38
4,4
4.
Leukimia Limpoblastic Akut
30
3,4
5.
Anemia Aplastic
16
1,9
6.
Sindrom nefrotik
13
1,5
7.
SLE
11
1,2
8.
Kelainan jantung bawaan
8
0.9
9
Leukemia Myeloblastik akut
5
0,6
10
CKD stage 5
5
0,6
862
100
Total pasien
4. Menuliskan saran dari Mentor atau kepala ruangan
Output : saran dan arahan dari mentor tercatat di lembar konsultasi Mentor (Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) memberikan masukkan untuk menguatkan di latar belakang yang mendasari dan pemilihan gagasan pemecahan isu yang diangkat.
47
(Gambar 5. lembar konsultasi bersama mentor Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM) B.
Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN
1.
Akuntabilitas membuat rancangan aktualisasi dengan penuh tanggung jawab dan memberikan data secara transparann.
2.
Nasionalisme Penulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan rancangan aktualisasi
3.
Etika Publik Setiap tahap kegiatan selalu menerapkan sikap respek kepada kepala ruangan, pengawas ruangan dan mentor serta menghargai komunikasi yang terjalin dengan selalu menepati janji sesuai kesepakatan yang dibuat. Selain itu selama proses penyampaian ide gagasan dilakukan dengan musyawarah mufakat dan kebersamaan dengan menerapkan sikap saling menghormati dan menghargai dari setiap pendapat yang diberikan
4.
Komitmen Mutu Penyampaian ide gagasan ini dalam rangka untuk menyamakan persepsi terkait setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kepada pasien anak di ruang Kenanga 2
5.
Anti Korupsi Dalam pelaksanaan penyampaian ide gagasan dilakukan dengan sikap berani mengemukakan ide dan jujur dalam berpendapat.
48
C. Peran dan Kedudukan ASN: a Manajemen ASN Dalam penyampaian rancangan aktualisasi dilakukan secara professional sesuai dengan kompetensi, bebas dari intervensi maupun konflik kepentingan tertentu. Serta menjadi langkah awal untuk mewujudkan lingkungan terapeutik demi tujuan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b Whole of Government Selama proses
penyampaian rancangan aktualisasi mengedepankan
kerjasama
kolaborasi
dan
dengan
tujuan
tercapainya
lingkungan terapeutik bagi pasien anak di ruang
realisasi
Kennaga 2 dan
mengurangi dampak hospitalisasi. D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Melakukan penyampaian ide gagasan yang dilakukan kepada pemegang kebijakan di ruangan terkait peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan penerapan terapi bermain pada masa pandemi covid-19 pada pasien anak dengan
mengaktualisasikan
nilai-nilai
dasar
ANEKA
telah
membantu
terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan VISI MISI RSHS E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan penyampaian ide gagasan terkait penerapan terapi bermain merupakan salah satu prinsip atraumatic care pada pasien anak . pada tahap ini dilakukan kebijakan dalam bentuk proses diskusi pada pemegang kebijakan yang didukung dengan aktualisasi nilai-nilai ANEKA telah mewujudkan nilainilai organisasi RSHS, yaitu Kepemimpinan, Inovatif dan Integritas. F Analisis Dampak Kegiatan penyampaian ide gagasan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut membuat hubungan dengan pemegang kebijakan terjalin lebih baik dan pada akhirnya mencapai
49
tujuan bersama yaitu peningkatan mutu pelayanan khususnya pelayanan pada pasien anak. Apabila
dalam
pelaksanaanya
tidak
memperhatikan
prinsip-prinsip
tersebut, akan tercipta lingkungan yang tidak kondusif yang selanjutnya menyebabkan lingkungan terapeutik bagi pasien anak tidak terealisasi. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan dampak hospitalisasi pada anak.
Kegiatan 2 Membuat desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19 Tanggal
2-7 Juni 2021
Tahapan
1. Melakukan kajian situasi di ruang kenanga 2
Kegiatan
2. Merancang
desain
terapi
bermain
yang
dapat
diterapkan pada masa pandemi Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan 3. Membuat janji untuk bertemu dengan kepala ruangan 4. Mendiskusikan hasil kajian dan rancangan desain terapi bermain bermain pada masa pandemi covid-19 Daftar Lampiran
foto dokumentasi dan design rancangan terapi bermain
A. Tahapan Kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan melakukan kajian situasi di ruang kenanga 2 karena pada masa pandemi covid-19 mungkin akan menyebkan perbedaan dibandingkan sebelum adanya pandemi. Selanjutnya saya mendesain terapi bermain yang dimodifikasi yaitu dengan menerapkan Protokol Kesehatan yang berlaku
dengan menerapkan
5 M sistem seperti mencuci tangan, memakai
masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas.
Penerapan terapi bermain pada masa pandemi covid-19 ini juga berbeda dengan sebelumnya dimana pasien diruangan bermain.
bisa bebas belajar dan bermain bersama-sama
Sedangkan untuk saat ini kegiatan bermain hanya boleh
dilakukan di tempat tidur masing-masing. Hal ini untuk meminimalisir kontak antar pasien. Kegiatan terapi bermain akan difasilitasi oleh masing-masing perawat
penananggung
jawab
pasien,
permainan
yang
diterapkanpun
50
disesuaikan dengan kelompok usia masing-masing pasien. Selanjutnya saya bertemu dengan wakil kepala ruangan untuk mendiskusikan kembali mengenai hasil kajian dan design terapi ini untuk memperoleh persetujuan dan masukan. Tahapan kegiatan 2 sebagai berikut. 1. Melakukan kajian situasi di ruang kenanga 2 Output: data hasil kajian situasi (data terlampir) 2. Merancang desain terapi bermain yang dapat diterapkan pada masa pandemi Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan Output : Adanya rancangan desain terapi.
( Gambar 6 Desain poster terapi bermain)
51
(Gambar 7 Alat – alat permainan yang tersedia di ruang Kenanga 2 ) 3. Membuat janji untuk bertemu dengan kepala ruangan Output : Adanya janji pertemuan (janji pertemuan dilakukan secara verbal di ruangan kenanga 2) 4. Mendiskusikan hasil kajian dan rancangan desain Output : Adanya pertemuan dan diskusi
terkait rancangan desain terapi
bermain
( Gambar 8 Pertemuan dengan wakil kepala ruangan mendiskusikan desain terapi bermain pada tanggal 7 Juni 2021)
52
B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.
Akuntabilitas Dalam penyusunan kajian situasi dan
rancangan design terapi bermain
dilakukan dengan penuh tanggung jawab secara cermat dan teliti
serta
transparann. 2.
Nasionalisme Dalam mendiskusikan hasil kajian situasi dan
desain mengutamakan
musyawarah untuk mufakat. Selalu menghargai dan menghormati pendapat dari setiap pihak dalam perancangannya 3.
Etika Publik Selama penyusunan kajian situasi dan rancangan design terapi bermain dilakukan dengan jujur dan menunjukkan sikap respek. Pada proses penyusunan dilakukan diskusi secara sopan santun serta menerapkan sikap saling menghargai pendapat.
4.
Komitmen Mutu Penyusunan kajian situasi dan rancangan design terapi bermain dengan penuh kesungguhan yang menerapkan kreativitas, efektivitas dan efisiensi dalam rangka realisasi inovasi yang direncanakan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan.
5.
Anti Korupsi Penyusunan kajian situasi dan rancangan design terapi bermain dilakukan dengan sikap jujur, tanggungjawab dan disiplin dalam pengerjaannya. Selain itu
tidak
menyisipkan
kepentingan
pribadi
atau
golongan
dalam
penyusunannya dan menghindari adanya konflik kepentingan. C Peran dan Kedudukan ASN 1. Pelayanan Publik Desain terapi bermain disusun secara professional sesuai dari hasil kajian situasi yang dilakukan. Selain itu dalam pelaksanaannya selalu mengedepankan kepuasan pelayanan bagi pasien, sehingga dapat tercipta pelayanan yang terstandar dan bermutu. 2. Whole of Government
53
Design terapi bermain disusun berdasarkan diskusi dengan kepala ruangan dan mentor. Selama proses diskusi mengedepankan kerjasama dan kolaborasi dengan tujuan tercapainya realisasi lingkungan terapeutik bagi pasien anak di ruang Kenanga 2 dan mengurangi dampak hospitalisasi. D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Mendiskusikan hasil kajian dan rancangan desain terapi bermain bermain pada masa pandemi covid-19 terkait peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan penerapan
terapi bermain pada masa pandemi covid-19 pada
pasien anak dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan visi misi RSHS E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan penyampaian ide gagasan terkait penerapan terapi bermain merupakan salah satu prinsip atraumatic care pada pasien anak . pada tahap ini dilakukan kebijakan dalam bentuk proses diskusi pada pemegang kebijakan yang didukung dengan aktualisasi nilai-nilai ANEKA telah mewujudkan nilainilai organisasi RSHS, yaitu Kepemimpinan, Inovatif dan Integritas. F. Analisis Dampak Kegiatan ini menjadi optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut membuat hubungan terjalin lebih baik dari berbagai pihak yang terkait, terciptanya lingkungan terapeutik yang mempercepat proses penyembuhan pasien dan menurunkan dampak hospitalisasi pada pasien anak. Apabila
dalam
pelaksanaanya
tidak
memperhatikan
prinsip-prinsip
tersebut, akan tercipta lingkungan yang tidak kondusif yang selanjutnya akan menyebabkan
dampak
hospitalisasi
pada
anak
dan
berakibat
pada
memanjangnya lama rawat pasien anak tersebut.
54
Kegiatan 3 : Melakukan sosialisasi
untuk berbagi informasi tentang
terapi bermain berdasarkan tingkat usia yang dapat dilakukan saat pandemic Covid-19 Tanggal
8 Juni – 18 Juni 2021
Tahapan
1. Mencari sumber literatur dalam membuat satuan
Kegiatan
acara penyuluhan dan media sosialisasi 2. Melakukan konsultasi
terkait materi sosialisasi
kepada kepala ruangan dan mentor 3. Melakukan
kontrak
waktu
dengan
perawat
ruangan dan keluarga pasien 4. Melakukan
pemaparan/presentasi
sosialiasasi
penerapan terapi bermain Daftar Lampiran
foto dokumentasi, satuan acara penyuluhan, lampiran absensi kegiatan
A. Tahapan Kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan sosialisasi penerapan pelaksanaan terapi bermain anak berdasar tingkat usia kepada perawat. Sosialiasasi juga dilakukan kepada keluarga pasien di ruang Kenanga 2 dalam bentuk pendidikan kesehatan. Tahapan kegiatan ini yaitu dengan mendatangai satu persatu keluarga pasien hal ini dalam rangka mencegah adanya kerumunan. Sebelum melakukan sosialisasi saya melakukan kajian literature dalam membuat satuan acara penyuluhan dan membuat pemaparan/ presentasi berupa Powerpoint dan leaflet. Tahapan kegiatan 3 sebagai berikut. 1. Mencari sumber literatur dalam membuat satuan acara penyuluhan dan media sosialisasi Output: Adanya sumber literature dan SAP ( SAP terlampir)
55
( Gambar 9 Dokumentasi dalam mencari literature yang sesuai) 2. Melakukan konsultasi terkait materi sosialisasi kepada kepala ruangan dan mentor Output
adanya
konsultasi dengan kepala ruangan / mentor untuk
mengkonsultasikan materi sosialisai
( Gambar 10 Pertemuan dengan kepala ruangan tanggal 10 Juni 2021)
56
3. Melakukan kontrak waktu dengan perawat ruangan dan keluarga pasien Output : Adanya kontrak waktu
dengan perawat dan keluarga paisen
(Kontrak dengan keluarga dilakukan secara verbal)
(Gambar 11 kontrak waktu dengan salah satu keluarga pasien ) 4. Melakukan pemaparan/presentasi sosialiasasi penerapan terapi bermain Output : Dilakukannya sosialisasi Terapi bermain kepada pasien dan perawat
( Gambar 12 Sosialisasi kepada pasen dan keluarga di ruang kenaga 2 tanggal 13 Juni 2021)
57
Gambar 13
Gambar 14
(Gambar 13,14,15 Dokumentasi sosialisasi penerapan terapi bermain pada beberapa perawat diruang kenanga 2 tanggal 14 juni)
58
B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.
Akuntabilitas Penulis memulai melaksanakan kegiatan sosialisasi dengan menepati janji yang
dibuat
baik
kepada
perawat
maupun
keluarga
pasien
untuk
melaksanakan sosialisasi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kemudian penulis juga menyampaikan dengan penuh rasa tanggung jawab atas materi yang dipaparkan pada kegiatan sosialisasi 2.
Nasionalisme Selalu menerapkan profesionalisme sesuai bidang keperawatan dalam setiap tahapan pembuatan isi konten powerpoint untuk disosialisasikan kepada rekan-rekan perawat diruangan. Selama pembuatan isi konten perawat berkonsultasi baik dengan kepala ruangan dan mentor, bersikap sopan dan menghargai segala pendapat atau saran.
3.
Etika Publik Dalam perizinan sampai pelaksanaan sosialisai senantiasa menggunakan komunikasi yang santun dan ramah. Selain itu menyampaikan dengan penuh rasa menghormati kepada perawat dimana merupakan rekan sejawat yang lebih senior daripada penulis.
4.
Komitmen Mutu Pelaksanaan Sosialisasi
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
berbasis pengetahuan terbaru yang sesuai evidence, yang tidak hanya berorientasi untuk jangka pendek tetapi juga untuk komitmen mutu pelayanan jangka panjang. Materi yang disampaikan didasarkan teori yang memiliki sumber yang kredibel baik dari jurnal maupun textboo 5.
Anti Korupsi Datang tepat waktu sesuai dengan jam sudah ditentukan bersama. Penyampaian materi sesuai dengan kontrak waktu, pada saat menjawab pertanyaan memberikan jawaban yang transparan dan jujur berdasarkan fakta
C Peran dan Kedudukan ASN 1. Pelayanan Publik Sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan baik perawat maupun keluarga pentingnya terapi bermain. Dalam melakukan terapi bermain kepada
59
keluarga menggunakan sikap ramah dan sopan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik sehingga keluarga dapat memahami apa yang disampaikan. D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Melakukan sosialisasi dan pendidikan kesehatan terkait terapi bermain pada masa pandemi covid-19 merupakan salah satu bentuk peningkatan mutu pelayanan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas
manusia
Indonesia
sesuai
dengan
visi
misi
RSHS
dengan
meminimalisir dampak hospitalisasi pada anak. E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan kegiatan sosialisasi penerapan terapi bermain ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan pasien anak dengan mengupdate kembali pemahaman dan pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS F.
Analisis Dampak Kegiatan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut buku petunjuk yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas, memberikan informasi yang jelas, sesuai dan tidak menyesatkan. Jika penulis tidak menerapkan nilai-nilai ANEKA pada proses
ini
maka
sosialisasi
yang
dihararapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan kualitas pemberian asuhan menjadi tidak optimal yang akan mengakibatkan pelayanan prima yang ingin didicapat belum terlaksana.
60
Kegiatan 4 Membuat jadwal terapi bermain berdasarkan kelompok usia anak Tanggal
15-22 Juni 2021
Tahapan
1. Membuat jadwal terapi bermain berdasar tingkat usia
Kegiatan
anak 2. Mempublikasikan jadwal terapi bermain 3. Melaksanakan kegiatan terapi bermain sesuai jadwal
Daftar Lampiran
foto dokumentasi
A. Tahapan Kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan konsultasi dengan kepala ruangan untuk pembuatan jadwal terapi bermain berdasarkan kelompok usia anak pada masa pandemi covid-19. Saya membuat rancangan poster terkait jadwal terapi bermain dan mempublikasikan di ruangan kenanga 2, setelah itu melakukan
penerapan terapi bermain bersama perawat di ruang kenanga 2.
adapun tahapanya 1. Membuat jadwal terapi bermain berdasar tingkat usia anak didampingi oleh perawat Output : Adanya jadwal terapi bermain
(Gambar 17. Jadwal Terapi bermain di ruang kenanga 2) 2. Mempublikasikan jadwal terapi bermain Output : jadwal dipublikasikan
61
3. Melaksanakan kegiatan terapi bermain sesuai jadwal Output : Kegiatan terapi bermain terlaksana
(Gambar 18. Dokumentasi kegiatan terapi bermain di ruang kenanga 2)
62
B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.
Akuntabilitas Jadwal terapi bermain dibuat dengan penuh tanggung jawab sesuai teori referensi yang terpercaya sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan mutu pelayanan.
2.
Nasionalisme Perawat dalam memberikan terapi bermain tidak membeda-bedakan pasien. Perawat memenuhi hak yang seharusnya didapatkan oleh pasien. Semua tindakan dilakukan atas dasar rasa kemanusiaan dan kekeluargaan kepada seluruh pasien dan keluarga agar pasien mendapatkan pelayanan terbaik.
3.
Etika Publik Perawat menghargai pasien dan keluarga, rekan sejawat serta rekan dari profesi lain dalam bekerjasama memenuhi hak pasien untuk menerima pelayanan kesehatan . Perawat membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga, menerapkan prinsip autonomy yaitu menentukan sendiri mau atau tidaknya terapi bermain tersebut dilakukan. Selain itu perawat juga menerapkan sikap yang ramah dan sopan.
4.
Komitmen Mutu Perawat
melakukan
semua
tindakan
terapi
bermain
dalam
rangka
meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam mengurangi dampak hospitalisasi pada pasien anak 5.
Anti Korupsi Perawat melakukan tindakan keperawatan menggunakan sikap terbuka dan jujur, menggunakan alat-alat bermain yang sesuai dengan peruntukkannya dan menempatkan kembali alat-lat bermain di ruang bermain. Melakukan tindakan sesuai dengan yang sudah direncanakan.
C. Peran dan Kedudukan ASN 1.
Manajemen ASN Dalam melakukan terapi bermain penulis melakukannya sesuai dengan kebutuhan pasien serta
dengan adanya jadwal secara tidak la ngsung
mengkomunikasikan dengan perawat lainnya 2.
Pelayanan Publik
63
Dalam melakukan terapi bermain kepada pasien menggunakan sikap ramah dan sopan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik sehingga pasien merasakan kenyamanan ketika sebelum, saat dan setelah dilakukan terapi bermain. D.
Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Pemmbuatan jadwal dan pelaksanaan
terapi bermain berdasarkan tingkat
usia anak di ruang Kenanga 2 Sesuai dengan visi misi rumah sakit, yaitu menjadi
institusi
kesehatan
yang
unggul
dan
transformatif
dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat dan misi rumah sakit, yaitu melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat yang lebih baik E.
Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pembuatan jadwal terapi bermain dan pelaksaannya merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan pasien anak dengan mengupdate kembali pemahaman dan pengetahuan perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup manusia sesuai dengan Misi RSHS
F.
Analisis Dampak Kegiatan terapi bermain lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA serta pemahaman peran dan kedudukan ASN. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut membuat hubungan antara pasien dan perawat terjalin dengan baik dan kondusif, menciptakan lingkungan terapeutik yang mempercepat proses penyembuhan pasien dan menurunkan dampak hospitalisasi pada pasien anak. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya perawat tidak memerhatikan prinsipprinsip tersebut akan tercipta lingkungan yang kurang kondusif yang selanjutnya menyebabkan efek non terapeutik pada pasien. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan dampak hospitalisasi pada anak dan berakibat pada memanjangnya proses penyembuhan pasien tersebut.
64
Kegiatan 5 : Membuatan media video dan leaflet terapi bermain Tanggal
12 Juni – 24 Juni 2021
Tahapan
1.Mengajukan izin pembuatan pembuatan dan konsultasi
Kegiatan
konten video dan leaflet 2.Melakukan pembuatan video dan leaflet 3. Mengajukan perizinan penguplodan video di youtube dan menyimpan leaflet di ruangan
Daftar Lampiran
foto dokumentasi,
B. Tahapan Kegiatan Penulis
selaku
pelaksana
kegiatan
aktualisasi
engajukan
izin
pembuatan
pembuatan konten video dan mengkonsultasikan desain video dan leaflet yang sudah dibuat ke bagian promosi kesehatandengan membawa soft copy dan hard
copy media yang telah dibuat, selanjutnya penulis memperbaiki leaflet dan video sesuai dengan arahan. Setelah dilakukan finalisasi leaflet dan video yang sudah diperbaiki dapat diupload di media sosial agar penyebaran informasinya lebih massive. Adapun Tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Mengajukan izin pembuatan pembuatan dan konsultasi konten video dan leaflet Output: Adanya izin terhadap pembuatan video
(Gambar 19 bersama petugas promkes untuk mengkonsultasikan leaflet dan video pada tanggal 12 Juni 2021)
65
2. Melakukan pembuatan video dan leaflet Output : Video dan leaflet
Gambar 20
( Gambar 21 Leaflet final yang sudah disetujui oleh kepala ruaangan dan bagian promkes)
66
3. Mengajukan perizinan penguplodan video di youtube dan menyimpan leaflet di ruangan
( Gambar 22 Video terapi bermain yang sudah disetujui dan di upload di youtube)
( Gambar 23 leaflet yang sudah diperbanyak dan disimpan di ruang kenanga 2)
67
B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1.
Akuntabilitas Penulis melakukan pembuatan desain leaflet dengan teliti dan dapat dipertanggungjawabkan.
2.
Nasionalisme Desain leaflet di sampaikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia serta penyampaian kepada kepala ruangan dan petugas promosi kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
3.
Etika Publik Kegiatan konsultasi dilakukan dengan menjunjung tinggi norma, etika, sopan santun, sikap saling menghormati, dan menepati janji sesuai dengan kontrak waktu yang telah dibuat. Dan penulis meminta saran dan masukkan dari kepala ruangan dan petugas promosi kesehatan.
4.
Komitmen Mutu Ide gagasan pembuatan leaflet
dan video bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan mutu rumah sakit sehingga penulis tidak mengabaikan kualitas pelayanan dengan melakukan konsultasi terkait leaflet di luar jam pelayanan. 5.
Anti Korupsi Dalam mengumpulkan dan menyusun bahan literatur pendukung pembuatan leaflet edukasi pelepasan terapi infus intravena, penulis melakukannya dengan jujur dan tidak melakukan plagiarisme sehingga leaflet yang dibuat dapat dipertanggungjawabkan.
C Peran dan Kedudukan ASN 1.
Manajemen ASN Dalam pembuatan leaflet dan video penulis melakukannya secara profesional sesuai dengan kompetensi, bebas dari intervensi maupun konflik kepentingan tertentu. Leaflet dibuat sebagai langkah awal untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.
2.
Pelayanan Publik Dalam membuat leaflet, penulis melakukannya secara profesional sesuai dengan bukti nyata keadaan di Ruang Kenanga 2 berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan sebelumnya selama sebulan. Selain itu dalam pelaksanaannya selalu mengedepankan kepuasan pelayanan bagi pasien sehingga dapat tercipta pelayanan bermutu.
68
3.
Whole of Government Dalam pembuatan leaflet dan video penulis selalu berdiskusi dengan pihakpihak terkait secara komprehensif dan menerima setiap masukkan yang diberikan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Selama prosesnya,
dalam
berdiskusi
penulis
mengedepankan
kerjasama
dan
kolaborasi dengan berbagai pihak diantaranya Kepala Ruang Kenanga 2, mentor yang sekaligus merupakan Kepala Bidang Keperawatan D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Pembuatan leaflet dan video terapi bermain berdasarkan tingkat usia di ruang kenanga 2 pada
masa pandemi covid-19 merupakan salah satu bentuk
peningkatan mutu pelayanan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan visi misi RSHS dengan meminimalisir dampak hospitalisasi pada anak. E. Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pelaksanaan penyampaian
leaflet dan video terkait pelaksanaan terapi
bermain berdasarkan kelompok usia pada masa pandemi covid-19 yang dilakukan kepada pemegang kebijakan dalam bentuk proses diskusi dan musyawarah yang didukung dengan aktualisasi nilai-nilai ANEKA telah mewujudkan nilai-nilai organisasi RSHS, yaitu Kepemimpinan, Profesional, Inovatif dan Integritas. F. Analisis Dampak Kegiatan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan nilai-nilai ANEKA. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut leaflet dan video yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas, memberikan informasi yang jelas, sesuai dan tidak menyesatkan. Jika penulis tidak menerapkan nilai-nilai ANEKA pada proses
ini
maka
sosialisasi
yang
dihararapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan kualitas pemberian asuhan menjadi tidak optimal yang akan mengakibatkan pelayanan prima yang ingin didicapat belum terlaksana.
69
Kegiatan 6 : Membuat evaluasi dan laporan Tanggal
26 Juni – 2 Juli 2021
Tahapan
1.
Kegiatan
bermain 2.
Membuat format sederhana evaluasi kegiatan terapi Merekap
Dokumentasi
dan
evaluasi
kegiatan
penerapan terapi berman 3. Daftar Lampiran
Membuat laporan dan dilaporkan kepada mentor/Karu
foto dokumentasi, data evaluasi
C. Tahapan Kegiatan Peulis selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan evaluasi kegiatan terapi bermain. Terdapat 10 peserta yang mengikuti terapi bermain.. Mereka memilih jenis terapi bermain bebeda sesuai dengan kelompok usia, memiliki dampak berbeda masing – masing individu. . Adapun Tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1. Membuat format sederhana evaluasi kegiatan terapi bermain Output: adanya format evaluasi kegiatan 2. Merekap Dokumentasi dan evaluasi kegiatan penerapan terapi bermain Output : adanya data evaluasi kegiatan terapi bermain 3. Membuat laporan dan dilaporkan kepada mentor/Karu Output : Adanya laporan kegiatan aktualisasi yang dilaporkan kepada mentor dan kepala ruangan
70
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi kegiatan Terapi Bermain No
Identitas
Diagnosa
Usia
.
Observasi Pelaksanaan Sebelum
Sesudah
Jenis
Respon saat
Terapi
bermain
waktu
Bermain 1
2
A.n S
An. N
Susp
13
mampu memilh
Mengenali
Menyusun
Aktif bermain,
Osteosarcoma
Tahun
kegiatan, mandiri,
lingkungan,
menara lego
menyenangi
tampak malu, tidak
koperatif dengan
kegiatan
percaya dengan
petugas medis,
bermain.
kemampuan
percaya diri.
Sindrom
12
cemas, tampak
cemas status
Membaca
Aktif bermain,
Nefrotik
Tahun
sedih, tidak mau
kesehatan.
buku cerita
menyenangi
dilakukan tindakan
Menyukai
kegiatan
oleh perawat
kegiatanya
bermain.
30 menit
20 menit
bermain. 3
An. M. R
Tumor Wilms
8 Tahun
-Mampu
Mengenali
Menyusun
Akif bermain,
Komunikatif,
lingkungan sekitar,
Puzzle
mampu bermain
- ketergantungan
mampu
bersama teman
pada orang tua
komunikasi
temannya.
tertarik diajak
menjawab
20 menit
71
bermain
pertanyaan, menyukai kegiatan bermain
4
5
An.M. R
An. A
DBD
Susp retinoblastoma
7 Tahun
6 tahun
-Tampak cemas, -
Mengenali
Melipat
Aktif bermain,
Kurang komunikatif
lingkungan sekitar,
Kertas
percaya diri
-Mampu
menunjukkan
Origami
mengendalikan
sikap mandiri dan
perasaan
percaya diri.
-Menunjukkan sikap
Mulai mampu
mandiri
berkomunikasi
-tampak sedih
-
Menggamba
dan bisa
-Masih takut apabila
Koperatif dengan
r mewarnai
bersama teman
dilakukan tindakan
petugas
– teman.
-Sikap mandiri untuk
kesehatan, mandiri
Kurang
memilh kegiatan
memilih
konsentrasi saat
-tidak mau ditinggal
permainan,
bermain,
ibunya
Mampu mengenal
menyukai jenis
lingkungan
permainan.
20 menit
30 Menit
72
6
An. S
Anemia
2 tahun
aplastik
7
8
An. K
An. S.S
Post Amputasi
ALL
4 Tahun
3 Tahun
-Tampak cemas, -
Terlihat diam,
Bola
Aktif bermain,
Takut dengan
ingin bermain di
keranjang
ingin bermain
petugas kesehatan
damping orang
ditempat yang
-Diam kurang
tua, mampu
membuatnya
percaya diri
mengenali
nyaman
-Telihat sedih
lingkungan
-Tampak cemas, -
Terlihat diam,
Menunjukkan sikap
waspada ketika
masih ingin
hati – hati/ -
diberikan tindakan
didampingi
waspada sama
medis. emosi
orang tuanya,
orang tidak dikenal
terkendali
tidak ingin
Mewarnai
Aktif bermain
-Tidak dapat
bermain
mengendalikan diri,
bersama teman
marah
sekitar.
20 Menit
15 Menit
-Tampak cemas, -
Rewel Berkurang,
Bermain
bermain
30
Menangis ketika ada
diam ketika
peran
didampingi
Menit
petugas kesehatan
petugas kesehatan
(masak
ibunya, tidak
-Hanya ingin
mendatangi.
masakan)
memperdulikan
dengan ibunya
lingkungan
-Takut sama orang
sekitar. Aktif
73
yang tidak dikenal 9
10
An. A B
An. D N
AML
ALL
2 Tahun
7 Tahun
ketika bermain
-Tampak cemas,
Jarang menangis,
Menyusun
Aktif bermain,
menangis
ingin bermain
Menara
memilih
-Menunjukkan sikap
bersama orang
donat
permainan
hati – hati/ -
tuanya, lebih akrab
waspada sama
dengan petugas
orang tidak dikenal
kesehatan
-Tampak cemas,
-menjadi lebih
-Diam kurang
percaya diri
mampu
percaya diri
-sedih dan murung
mewarnai
tampak berkurang
dengan Rapi,
-mampu memilih
meminta
permainan yang
perawat untuk
diinginkan
bermain kembali
-Tampak murung -Telihat sedih
15 Menit
sendiri.
Mewarnai
Aktif bermain,
20 Menit
besok
74
B. Pemaknaan Nilai-Nilai Dasar ASN 1. Akuntabilitas Kegiatan ini menunjukkan kejujuran dalam membuat laporan evaluasi dengan jelas dan konsisten. Penilaian yang diberikan juga dapat dipercaya karena berasal langsung dari pasien dan keluarga yang merasakan langsung terkait pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien. 2. Nasionalisme Berdasarkan hasil penilaian dari pasien dan keluarga menjadi dasar untuk melaksanakan perbaikan kedepannya yang tidak terlepas dari penerapan sikap musyawarah, kebersamaan dan nilai demokratis dalam setiap kegiatannya. 3. Etika Publik Dalam evaluasi ini menggambarkan sikap saling menghargai komunikasi, kejujuran dan nilai otonomi dari pasien dan keluarga dalam menilai tindakan pelayanan kesehatan yang telah diberikan. 4. Komitmen Mutu Sistem evaluasi dilakukan dengan efisien karena dilakukan pada setiap akhir tahap kegiatan, evaluasi dilakukan untuk pelayanan yang berorientasi pada pasien. 5. Anti Korupsi Kegiatan ini membantu menumbuhkan semangat untuk terus bekerja keras dan bertanggung jawab dengan selalu menerapkan kejujuran dalam setiap tindakan pelayanan yang diberikan. C Peran dan Kedudukan ASN 1.
Manajemen ASN Dalam evaluasi penulis melakukannya secara profesional sesuai dengan kompetensi, bebas dari intervensi maupun konflik kepentingan tertentu. Leaflet dibuat sebagai langkah awal untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.
D. Kontribusi terhadap visi dan misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan ruang Kenanga 2 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada merupakan
salah
satu
bentuk
peningkatan
masa pandemi covid-19 mutu
pelayanan
dengan
75
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA telah membantu terlaksananya peningkatan mutu dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai dengan visi misi RSHS dengan
meminimalisir dampak hospitalisasi
pada anak. E.
Penguatan Nilai-Nilai Organisasi Pada tahap kegiatan ini berkaitan erat dengan Nilai Pamingpin Pituin: Profesioanl: nilai berorientasi pada pencapaian kinerja melalui kemitraan. Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan.Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan responsif.Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung tinggi etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.
F.
Analisis Dampak Kegiatan pembuatan laporan akhir aktualisasi ini dilaksanakan dengan menerapkan prinsip dasar ASN yaitu ANEKA sehingga laporan aktualisasi selesai tepat waktu, laporan yang dihasilkan pun sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak menerapkan prinsip ANEKA, maka laporan hasil akhir tidak akan dapat terselesaikan tepat waktu, laporan yang dihasilkan menjadi tidak sesuai dan data yang terdapat didalamnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
4.3 Pencapaian Penyelesaian Isu Kegiatan aktualisasi ini dilakukan sebagai bagian dari menyelesaikan isu yang diangkat penulis yaitu Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2.
Adapun
gagasan pemecahan isu yang dilakukan penulis terangkum dalam matriks rancangan aktualisasi. Kegiatan gagasan pemecahan isu tersebut meliputi menyampaikan ide gagasan,membuat desain terapi bermain khusus pandemi covid 19,melakukan sosialisasi, membuat media leaflet dan video, membuat program bermain yang terjadwal, membuat evaluasi dan laporan, semua kegiatan dalam aktualisasi ini dapat terlaksana.
Berdasarkan data hasil
observasi terdapat perubahan sikap dan perilaku pasien sebelum dan sesudah diterapkannya terapi bermain ini menjadi jauh lebih baik dan terbuka.
76
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kegiatan aktualisasi membuat peserta latsar dapat memahami lebih dalam terkait nilai-nilai dasar seorang ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA). Selain nilai ANEKA peserta latsar pun memahami peran dan kedudukannya dalam manajemen ASN, pelayanan publik serta Whole of Government untuk diaktualisasikan selama menjalankan tugas keseharian pada unit kerja. Penerapan nilai-nilai tersebut sangatlah penting karena mampu menjadi landasan kerja, cara berpikir dan bekerja yang selalu berorientasi pada publik. Selama mengimplementasikan nilai-nilai tersebut pula mampu merubah sikap, budaya dan perilaku kerja ASN di tempat bertugas. Penerapan nilai-nilai tersebut dalam pelayanan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu layanan yang pada akhirnya akan berdampak pada kepuasaan pengguna layanan. Proses aktualisasi dan penerapan nilai-nilai yang telah dilakukan oleh peserta latsar mampu membuat perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini yaitu mengenai penerapan pelaksanaan terapi bermain pada masa pandemic covid-19 di ruang kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dengan dilakukan kegiatan aktualisasi ini kita menjadi tahu manfaat memberikan pelayanan yaitu berupa terapi bermain anak dapat mengurangi mengurangi rasa takut dan cemas anak selama hospitalisas. Selain itu komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat menambah rasa nyaman bagi pasien dan keluarga.
5.2 Saran 1. Bagi penulis Penerapan nilai-nilai ANEKA tidak hanya di laksanakan pada saat aktualisasi saja tapi harus berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien, penerapan nilai-nilai ANEKA diinternalisasikan lebih lanjut
77
oleh seluruh petugas kesehatan khususnya perawat di Ruang Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Bagi Balai Besar Pelatihan Kesehatan Cikarang Pada pelatihan dasar CPNS ini perlu dilakukannya evaluasi dan obervasi dampak dari kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan oleh CPNS selama masa latihan dasar , sehingga manfaat dari kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN di unit kerja masing-masing menjadi lebih bermanfaat bagi unit kerja tersebut. 3. Bagi RSHS Untuk melanjutkan nilai-nilai ANEKA pada semua kegiatan dan diharapkan mampu mengubah pola pikir dan etos kerja ASN secara keseluruhan yang sesuai dengan nilai-nilai dasar ANEKA sehingga akan terwujud suatu sitem yang lebih baik dan lebih berkualitas dalam proses pelayanan di lingkungan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kegiatan terapi bermain ini merupakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit yang berdampak positif sehingga perlu diterapkan dan ditingkatkan karena dapat meningkatkan pelayanan yang prima.
78
DAFTAR PUSTAKA Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. New Jersey: Prentice Hall. Coyne, I. 2006 b. Children’s experience of hospitalization. Journal of Child Health
Care, 10 (4), 326 -336 diunduh 16-05-2021 Ghazali, R., & Abbas, M.Y. (2012). Paediatric wards: Healing environment
assessment. Asian Journal of Environment-Behaviour Studies,2(4) Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Essentials of paediatric nursing. St. Louis: Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S., Kashani, L. 2012. Music and anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and diagnostic reseach. Vol 6(1), 94-96 diunduh 07-11-2014 Mosby. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Etika Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Komitmen Mutu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Anti Korupsi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen ASN. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Pelayanan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. LAN. (2021). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Whole of Government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Moghaddam KB, Basiri-Moghaddam M; Sadeghmoghaddam L, & Ahmadi F 2011. The Concept of Hospitalization of Children from the View Point of Parents and Children. Iran J Pediatr; Vol 21 (No 2); pp 201-208 diunduh 20-05-2021
79
Moore., Ligget., & Pierson. (2003). Medical errors related to discontinuity of care
from an patient to an outpatient setting. Journal General Internal Medicine. 18:646-65. Nesbit, L.L., & Tabatt-Haussmann, K. (2008). The role of the creative arts therapies
in the treatment of pediatric hematology and oncology patients. Primary Psychiatry,15(7):56-58,61-62 Pemila, U. (2011). Konsep Discharge Planning. Jakarta: Salemba Medika. Perry A. G., & Potter P. A. (2005). Buku ajar fundamental keperawwatan: Konsep,
proses, & praktik. (Volume 1, Edisi 4). (Alih bahasa: Yasmin Asih, et al: Editor edisi bahasa Indonesia Devi Yuliati, Monica Ester). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Turkel SB,Julienne J, & Maryland, P 2009. Children's Reaction to Illness and Hospitalization in Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition Editors: Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; Ruiz, Pedro . New York. Lippincott Williams & Wilkins Utami, Yuli. (2014). Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 2 Nomor 2 ISSN 2337-6686 ISSN-1. 2338-3321. Diakses
melalui
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t%21@file_artikel_abstrak/Isi_Artike l_891255124583.pdf (tanggal 15 Mei 2021 pukul 10.00 WIB)
80
Lampiran 1 1. Sasaran Kinerja Pegawai
2. Lembar Konsultasi Mentor
3. Formulir Pengendalian Aktualisasi oleh Coach Nama : Amalia Pebriyanti NIP : 199502172020122007 Unit Kerja: Bidang keperawatan Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Jabatan: Perawat Ahli Pertama Isu : Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia pada masa pandemi Covid-19 di Ruang Kenanga 2 Coach : DR. drg. Siti Nur Anisah, MPH
81
Pertemuan 1 Penyelesaian kegiatan Tahapan kegiatan Output kegiatan terhadap pemecahan isu Keterkaitan substansi mata pelatihan Kontribusi terhadap visi-misi organisasi Penguatan nilai organisasi
Pertemuan 2
Penyelesaian kegiatan
Tahapan kegiatan Output kegiatan terhadap pemecahan isu Keterkaitan substansi mata pelatihan Kontribusi terhadap visi-misi organisasi Penguatan nilai organisasi
Catatan Coach
Catatan Coach / Mentor
Waktu dan Media Zoom Meeting, tgl 19 Mei 2021
Waktu dan Media
Paraf
Paraf
Whatsapp tgl 27 Mei 2021 dan 4 juni
82
Penyelesaian kegiatan Tahapan kegiatan Output kegiatan terhadap pemecahan isu Keterkaitan substansi mata pelatihan Kontribusi terhadap visimisi organisasi Penguatan nilai organisasi
Catatan Coach
Waktu dan Media Zoom Meeting tgl 3 Agustus 2021
Paraf
3. Satuan Acara Penyuluhan Topik
:Penerapan Terapi Bermain Pada pada anak hospitalisasi di Masa Pandemi
Covid-19 Sasaran
: orang tua dan Perawat
Tanggal
: 17-19 Juni 2021
Waktu
: 10.30 WIB - Selesai
Tempat
: Kamar pasien
Pemateri
: Amalia Pebriyanti
1.
Tujuan Penyuluhan a. Tujuan umum Setelah dilakukan penyuluhan 1x 50 menit diharapkan peserta dapat memahami tentang pentingnya terapi bermain pada anak hospitalisasi b. Tujuan khusus i.
Peserta, terutama orang tua mengetahui mengenai pengertian hospitalisasi
ii.
Peserta mengetahui dampak yang muncul pada anak akibat hospitalisasi
iii.
Peserta mengetahui cara untuk mengatasi dampak dari hospitalisasi
iv.
Peserta mengetahui pengertian terapi bermain
83
v.
Peserta mengetahui prinsip terapi bermain yang efektif
vi.
Peserta mengetahui kategori terapi bermain pada anak hospitalisasi
vii. Peserta mengetahui pembagian terapi bermain berdasarkan usia anak 2.
Materi penyuluhan Terlampir
3.
Metode penyuluhan a. Ceramah / Lecture b. Tanya jawab c. Simulasi terapi bermaimn
4.
Media a. PPT b. Leaflet c. Alat bermain
5.
Kegiatan penyuluhan
No
Tahapan
1.
Pembukaan
Kegiatan 1. Mengucapkan salam 2. Menyapa
Metode
waktu
Ceramah
Total 5 menit
peserta
penyuluhan dan perkenalan diri 3. Menjelaskan penyuluhan
tujuan dan
kontrak
waktu 2.
Isi
1. Mengkaji
pengetahuan Ceramah dan
peserta sebelum dimulai 2. Menjelaskan materi tentang:
5 menit
tanya jawab 10 menit
a. Pengertian hospitalisasi b. Dampak yang muncul pada anak akibat hospitalisasi c. Cara
untuk
mengatasi
dampak dari hospitalisasi d. Pengertian terapi bermain e. Terapi bermain yang efektif f. Kategori
terapi
bermain
84
pada anak hospitalisasi g. Pembagian terapi bermain berdasarkan usia anak h. Peran
perawat
dalam
melakukan terapi bermain anak 3. 3.
Penutup
Tanya jawab
1. Menarik kesimpulan bersama 2. Evaluasi
peserta
3 menit
berupa
pertanyaan : Quis
Ceramah
5 menit
Sebutkan
contoh
permainan anak usia 4 -6
2 menit
tahun? (min 1)
Sebutkan
contoh
permainan anak usia 6 – 12 tahun? (min 1)
Sebutkan apa saja efek yang
ditimbulkan
dari
hospitalisasi (min 3)
Sebutkan peran orang tua yang
dapat
dilakukan
untuk memfasilitasi terapi bermain pada anak? (min 2) 3. Penutup 4.
Simulasi
Total waktu
fasilitator
25 menit 55 menit
85
Materi Sosialiasasi TERAPI BERMAIN DAN DAMPAK HOSPITALISASI Proses anak sakit dan harus dirawat dirumah sakit dikatakan sebagai proses hospitalisasi. Hospotalisasi merupakan suatu proses dimana karena suatu alasan tertentu baik darurat atau berencana, mengharuskan anak tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi sebagian besar anak. Saat anak sakit dan harus menjalani proses hospitalisasi mereka akan terpaksa berpisah pada lingkungan ang dirasakan aman, peuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu rumah dan teman sepermainannya (Supartini, 2004). Selain harus berpisah dengan rumah permainan dan teman bermainnya, anak juga akan mendapatan serangkaian prosedur medis sebagai bagian dari proses hospitalisasi. Pruitt dan Elliot (1990) menyatakan bahwa prosedur medis merupakan peristiwa yang idak menyenangkan, karena anak harus menjalani prosedur-prosedur yang menyakitkan seperti suntik, infus, terpisah dari keluarga, teman dan sekolah, adanya situasi asing, dan orang – orang tidak dikenal. Anak – anak ang memiliki kebiasaan aktif pada waktu sehat akan memiliki kecenderungan mengalami stress pada waktu menjalani proses hospitalisasi, karena menerima perlakuan medis yang menghambat aktifitasnya (Smith & Autman, 2010) Menurut Hurlock (1991) masa anak anak merupakan dasar dari seluruh kehidupan seseorang. Pengalaman yang kurang menyenangkan yang dialami oleh ana akan memudahkan timbulnya gangguan dalam penyesuaian diri. Perlu dilakukan intervensi untuk meminimalisir akibat dari pengalaman tidak menyenangkan yang dialami oleh anak ketika menjalani proses hospitalisasi (Pravita, 2012) Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi hospitalisasi dalam bentuk anak rewel atau menangis, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif. Penyebab penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan lingkungan yang jauh dari rutinitasnya sehari-hari serta keterbatasan koping mekanisme anak dalam
86
memecahkan masalah. Perpisahan dengan rutinitas sehari-hari bagi anak menjadi faktor penting penyebab munculnya reaksi negatif hospitalisasi. Menurut Ball dan Bindler (2003), anak yang dirawat di rumah sakit berada pada lingkungan asing yang tidak diketahuinya, dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan pemandangan sekitar menakutkan sehingga menimbulkan reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan lingkungan yang terapeutik. Lingkungan terapeutik yang diharapkan dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif diantaranya penataan ruang, restrain terapeutik, sikap dan komunikasi perawat terapeutik, permainan terapeutik, seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2012). Teori psikososial
lingkungan dari
terapeutik
lingkungan),
meliputi
psikologi
psychoneuroimmunology
lingkungan (efek
(efek
lingkungan
terhadap sistem immune); neuroscience (bagaimana pemikiran arsitektur atau desain ruang dibuat menarik). Desain lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk pasien di lingkungan rumah sakit. Ruang rawat anak perlu desain ruang menarik. Desain ruang rawat anak yang menarik diharapkan memberikan kesenangan tersendiri sehingga anak menjadi tidak cemas selama hospitalisasi. Terapi bermain anak merupakan cara yang dapat menurunkan kecemasan pada anak saat mendapatkan perawatan, selainn itu terapi anak dapat sebagai proses distraksi pengalihan yang baik terhadap rangsang nyeri yang dialaminya. Terdapat beberapa terapi yang diyakini dapat menjadi intervensi yang baik untuk anak – anak. Terapi tersebut adalah art therapy ( bentuk psikoterapi yang memungkinkan sebagai bentuk ekspresi emosional dan penyembuhan melalui cara cara nonverbal ), Play terapy ( Proses teraupetik yang menggunakan permainan sebagai media terapi agar mudah melihat eskpresi alami seorang anak yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa verbal). (Zubento & Copozli, 2002; Kaudson & Schaeter, 2001 dan Hunter 1998). Terapi yang tepat sebagai metode untuk mengurangi stress pada anak yang sedang menjalani proses hospitalisasi yaitu terapi bermain. Terapi bermain juga mempercepat proses adaptasi dirumah sakit. Bentuk dari terapi bermain bermacam – macam, kategori terapi bermain yaitu mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat
87
dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata. (Malchiodi, 2011). 1. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana. Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu 15-20 menit dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda dengan Adriana, 2011, yang menyatakan bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35 menit yang terdiri dari tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit dan tahap penutup 5 menit. Lama pemberian terapi bermain bisa bervariasi, idealnya dilakukan 15-30 menit dalam sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi ini dapat memberikan mekanisme koping dan menurunkan kecemasan pada anak b. Sesuai dengan kelompok usia. Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi c. Tidak bertentangan dengan terapi. Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat. d. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Banyak teori yang mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut Wong (2009), keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk
tetap
melangsungkan upaya
stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya tidak dibiarkan sendiri.
88
Keterlibatan orangtua dalam perawatan 24 anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi. Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga
tidak
hanya
mendorong
perkembangan
kemampuan
dan
ketrampilan sosial anak, namun juga akan memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif, kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini juga dapat membangun kesadaran buat anggota keluarga lain untuk dapat menerima kondisi anak sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Bratton, 2005, keterlibatan orangtua dalam pelaksanaan terapi bermain memberikan efek yang lebih besar dibandingkan pelaksanaan terapi bermain yang diberikan oleh seorang profesional kesehatan mental. Menurut Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan dilakukan oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya. 2. Kategori Bermain a. Bermain Aktif Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata. b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh
dari kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif. 3. Permainan Anak Berdasar Tingkat Usia a. Permainan Anak Usia 1 – 3 Tahun 1) Arsitek Menara Bahan yang dibutuhkan adalah kotak/kubus yang berwarna-warni dengan ukuran yang sama, kemudian anak diminta untuk menyusun kotak atau kubus ke atas. Penyusunan kubus/kotak diupayakan yang sama warnanya. Selalu beri pujian setiap kegiatan anak.
89
2) Tebak Gambar Permainan ini membutuhkan gambar yang sudah tidak asing bagi anak seperti binatang, buah-buahan, jenis kendaraan atau gambar profesi/pekerjaan. Permainan dimulai dengan menunjukkan gambar yang telah ditentukan sebelumnya kemudian ajak anak untuk menebak gambar tersebut, lakukan beberapa kali. Jika anak tidak mengetahui gambar yang dimaksud, sebaiknya petugas memberitahu dan menanyakan kembali ke anak setelah berpindah ke gambar lain untuk melatih ingatan anak. 3) Menyusun Puzzle Permainan ini membutuhkan pendampingan petugas dan diupayakan puzzle yang lebih besar agar anak mudah menyusun dan memegangnya. Pilih gambar puzzle yang tidak asing bagi anak, sebelum gambar puzzle dipisah pisah, tunjukkan keanak gambar puzzle yang dimaksud, kemudian ajak dan dampingi anak untuk menyusun puzzle. Beri contoh bagaimana cara menyusun puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau bagian samping terlebih dahulu. Hal yang perlu diperhatikan dalam puzzle ini adalah jumlah puzzle yang dipasang/susun tidak lebih dari 6 potongan. b.
Permainan Anak Usia 4 – 6 Tahun
1) Bola keranjang Permainan ini memerlukan bola dan keranjang sampah plastik (bisa juga kotak kosong). Letakkan kotak/keranjang plastik sejauh 2 meter
dari
anak,
kemudian
minta
anak
melempar
bola
kedalam
kotak/keranjang sampah plastik, jika ada bola yang tercecer atau tidak masuk, dibiarkan saja hingga bola sudah habis lalu ajak anak untuk mengambil bola yang tercecer tersebut dan memasukkannya kedalam keranjang dari tempat bola itu jatuh/tercecer. 2) Bermain dokter-dokteran Permainan ini sangat baik untuk mengenalkan situasi lingkungan di rumah sakit dengan berperan sebagai profesi kesehatan. Dalam permainan ini ajak anak untuk bermain drama yaitu anak sebagai dokternya
sedangkan
pasiennya
adalah
boneka.
Minta
anak
untuk
memeriksa boneka dengan 40 stetoskop mulai dada boneka hingga perutnya. Kemudian berikan spuit/suntikan tanpa jarum kepada anak untuk berpurapura menyuntikkan obat kepasiennya. Permainan bisa dilanjutkan ke boneka lainnya dengan perlakuan sama hingga menulis resep disebuah kertas andaikan memungkinkan. Jelaskan juga fungsi suntikan dan obat itu sebagai
90
apa saja dan hasil dari suntikan dan obat yang didapat itu apa saja untuk pasien yang sakit. 3) Bermain abjad Permainan ini membutuhkan pasangan minimal 2 anak, permainan ini dengan menggunakan jari tangan yang diletakkan dilantai kemudian jari tersebut dihitung mulai A hingga Z. Jumlah jari terserah pada anak dan jari yang tidak digunakan dapat ditekuk. Huruf yang tersebut terakhir akan dicari nama binatang/nama buahnya sesuai dengan huruf depannya 4) Boneka tangan Permainan ini dilakukan dengan menggunakan boneka tangan atau bisa juga boneka jari. Dalam kegiatan ini petugas bercerita dengan menggunakan boneka tangan. Cerita yang disampaikan diusahakan mengandung unsur sugesti atau cerita tentang pengenalan kegiatan dirumah sakit. Biarkan anak memperhatikan isi cerita, sesekali sebut nama anak agar merasa terlibat dalam permainan tersebut. c.
Permainan Anak Usia 6 – 12 Tahun 1) Melipat kertas origami Permainan origami untuk melatih motorik halus anak, serta mengembangkan imajinasi anak. permainan ini dilakukan dengan melipat kertas membentuk topi, kodok, ikan, bunga, burung dan pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anak dalam melipat kertas. Selalu beri pujian terhadap apa yang telah dicapai anak. Hasil karya anak bisa dipajang dimeja anak atau didekat infus anak agar mudah terlihat orang lain. 2) Mewarnai gambar Permainan ini juga melatih motorik halus anak dan meningkatkan kreatifitas anak. Sediakan kertas bergambar dan krayon/spidol warna, kemudian berikan kertas bergambar tersebut kepada anak dan minta anak untuk mewarnai gambar dengan warna yang sesuai, ingatkan anak untuk mewarnai didalam garis. Tulis nama anak diatas gambar yang telah diwarnai anak. 3) Menyusun puzzle Siapkan gambar puzzle yang akan disusun anak, upayakan pemilihan gambar puzzle yang tidak asing bagi anak-anak. Pisahkan terlebih dahulu puzzlenya kemudian minta anak untuk menyusun kembali gambar tersebut. Ajak/buat kompetisi dalam permainan ini yaitu siapa yang duluan selesai menyusun puzzle, anak tersebut sebagai pemenangnya. Beri semangat juga bagi teman lain yang belum menyelesaikan puzzlenya.
91
4) Menggambar bebas Sediakan kertas kosong dan pensil atau krayon/spidol warna, lalu berikan kepada anak dan minta anak menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian minta anak menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai menggambar seperti beri ide membuat gambar mobil, gambar binatang atau menggambar pemandangan 5) Bercerita Permainan ini ditujukan untuk anak usia 10-12 tahun. Permainan ini dimulai dengan memberi kesempatan kepada anak untuk membaca sebuah cerita/dongeng (cerita/dongeng bisa kita siapkan sebelumnya dalam majalah atau buku cerita). Setelah itu minta anak menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Beri tanggapan terhadap isi cerita yang disampaikan anak, seperti “wah hebat ya anak kancilnya”. Kemudian beri tepuk tangan setelah anak selesai menceritakan apa yang telah dibacanya. 6) Meniup balon Permainan ini sangat baik sekali untuk anak-anak, selain untuk bermain juga melatih pernafasan anak. Berikan balon bermotif kepada anak kemudian minta anak untuk meniup balon tersebut hingga besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah pantau anak dan balonnya, jangan sampai balonnya meletus atau anak memaksakan untuk meniup balon sedangkan kondisi anak sudah kelelahan. 4. Peran perawat sebagai fasilitator Terapi Bermain a. Perawat harus menciptakan suasana yang hangat, hubungan yang bersahabat dengan anak b. Perawat menerima anak sebagaimana adanya c. Perawat harus mengembangakan perasaan permisif dalam hubungan dengan anak d. Perawat harus waspada terhadap perasaan anak yang diekspresikan dan direfleksikan kembali dalam bentuk tingkah laku e. Perawat diharapakan menghargai kemampuan anak dalam memecahkan masalahnya sendiri jika diberi kesempatan untuk melakukannya f.
Perawat tidak diperkenankan langsung menegur perbuatan anak atau bercakap-cakap dengan cara apapun.
g. Perawat jangan cepat – cepat melakukan terapi h. Perawat
hanya
mengembangkan
keterbatasan
–
keterbatasan
yang
diperlukan dalam menarik anak untuk terapi, dan pada kenyataannya akan
92
membuat anak sadar akan tanggungjawabnya dalam hubungan dengan terapis
93