Peningkatan PemahamanMelalui Pelaksanaan Sosialisasi PengendalianSediaan Serta Pembuatan Alat Bantu

Page 1

RANCANGAN AKTUALISASI

PESERTA PELATIHAN DASAR

CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III

KEMENTERIAN KESEHATAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN MELALUI

PELAKSANAAN SOSIALISASI PENGENDALIAN

SEDIAAN SERTA PEMBUATAN ALAT BANTU

BERUPA SHEET EXCEL DI BALAI BESAR

KESEHATAN PARU MASYARAKAT BANDUNG

Disusun Oleh:

Widiastuty Irawati

NIP : 198808202022032001

Jabatan : Apoteker-Ahli Pertama

Instansi : BBKPM Bandung

BEKERJASAMA DENGAN

BALAI PELATIHAN KESEHATAN 2022

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI PESERTA PELATIHAN DASAR

CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN II/III

KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN 2022

Disusun Oleh:

Nama : Widiastuty Irawati

NIP : 198808202022032001

Jabatan: Apoteker – Ahli Pertama

Instansi: BBKPM Bandung

Laporan Pelaksanaan Aktualisasiini Telah diseminarkan pada tanggal (sesuai tanggal)

Peserta Pelatihan

Ttd

Widiastuty Irawati

NIP.198808202022032001

DISETUJUI:

1
Nama NIP Nama NIP Nama NIP
Penguji Coach Mentor

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN …

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I GAMBARANORGANISASI DAN PROFIL PESERTA

A. Gambaran Organisasi

B. Profil Peserta

C. Identifikasi Isu(Masalah)

D. Perumusan danPenetapan Isu (masalah)

BAB II RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu

B. Penetapan CoreIsu

C. Penyebab Isu

D. Gagasan Isu

E. Kegiatan

F. Matrik Rancangan Aktualisasi

BAB III RENCANAJADWAL KEGIATAN AKTUALISASI

A. Pemetaan Stakeholder

B. JadwalKegiatan Aktualisasi

C. Identifikasi Kendala danRencana Antisipasinya

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Penilaian

Tabel 2.2. Permasalahan/ Isu di BBKPM Bandung

Tabel 2.3. Matrix Kegiatan Rancangan Aktualisasi

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.2. Kendala Kegiatan dan rencana penyelesaian

3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Organisasi BBKPM Bandung

Gambar 2.1. Bukti Screen Shoot Kartu Stok

Gambar 2.2. Bukti Foto Sisa Stok

Gambar 2.3. Bukti Foto Penandaan

Gambar 2.4. Diagram Ishikawa

4

BAB I

GAMBARANORGANISASI DANPROFIL PESERTA

A. Gambaran Organisasi

Pada Sub bab ini berisi informasi organisasi terdiri darivisi, misi, nilai, tugas dan fungsi sesuai dengan unit eselon II asal peserta.

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI yang menjalankan pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum (PK-BLU) yang mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatandankemitraansertapengembangansumberdayadibidangkesehatanparu masyarakat. Selayaknya suatu organisasi, BBKPM Bandung dirancang atas dasar misi, visi dan tujuan-tujuannya, karena organisasi merupakan suatu tatanan untuk mencapai tujuan.

BBKPM Bandung didirikan pada tahun 1952, dengan nama BP5 (Balai

Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Paru-Paru) dengan tujuan sebagai pusat pemberantasan penyakit tuberculosis (TB). BP5 Bandung menempati gedung di Jl.

Ir. H. Juanda 45 kemudian pindah ke Jl. Pasir Kaliki 121. Gedung BBKPM yang

saat ini menjadi lokasi BBKPM Bandung mulai ditempati pada bulan Juli tahun

1955. Pada tahun 1974, BP5 berubah menjadi BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.144/Menkes/SK/IV/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai

Pengobatan Penyakit Paru-Paru yang di dalamnya mengatur tugas, fungsi, klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4, maka tugas pokok dan fungsi BP4 tidak hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru lainnya.

BP4 kemudian berubah menjadi BKPM (Balai Kesehatan Paru Masyarakat) dengan merujuk pada Keputusan Menteri PAN Nomor:

62/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen, yang

ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:

1352/MENKES/PER/IX/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

5

Teknis di Bidang Kesehatan Paru Masyarakat, yang menetapkan BP4 Bandung

sebagai Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) eselon 3b Pada tahun 2007

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

532/MENKES/PER/IV/2007 BKPM Bandung ditetapkan menjadi Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM). Dikarenakan adanya perubahan struktur organisasi di tingkat Kementerian maka pada tanggal 22 November 2011 terjadi pengalihan dari UPT di bawah Direktorat Jenderal Binkesmas menjadi di bawah

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK) dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2354/MENKES/PER/XI/2011 yang

menetapkan kedudukan BBKPM Bandung sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah

dan bertanggung jawab kepada Direktorat Bina Upaya Kesehatan.

BBKPM Bandung resmi menjadi Instansi Pemerintah pada Kementerian

Kesehatan RI yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

(PK-BLU) melalui surat Kementerian Keuangan Nomor 58/MK.05/2011 tanggal 28

Februari2011.DengankeluarnyaPeraturanPresidenNomor 35Tahun2015tentang

Kementerian Kesehatan maka, BBKPM Bandung saat ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan yang nomenklatur sebelumnya adalah Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Lokasi BBKPM Bandung di Jalan Cibadak Nomor 214 Bandung

menempati bangunan seluas 6.687 m2 yang berdiri di atas tanah seluas 3.330 m2, sedangkan sarana BBKPM Bandung di Garut memiliki bangunan seluas 220 m2 yang berdiri diatas tanah seluas 1.704 m2 dan di Cianjur memiliki bangunan seluas

662 m2 dan bangunan Hibah ex. Kantor BKKBN Cianjur seluas 600 m2 yang berdiri di atas tanah seluas 2.450 m2.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

2354/Menkes/Per/XI/2011

532/Menkes/Per/IV/2007

tentang Perubahan Permenkes Nomor

tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat (BBKPM), bahwa Tugas Pokok BBKPM Bandung adalah melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatan, dan kemitraan serta pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat.

Adapun fungsi BBKPM Bandung adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan rujukan paru

6

spesialistik dan atau subspesialistik yang berorientasi kesehatan masyarakat.

b. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan paru.

c. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kemitraan dan pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat.

d. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan teknis di bidang kesehatan paru.

e. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penelitian dan pengembangan kesehatan paru.

f. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha.

Dalam surat keputusan tersebut juga dinyatakan bahwa wilayah kerja

BBKPM Bandung meliputi 13 Provinsi yaitu seluruh Provinsi di Pulau Sumatera, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2354/Menkes/Per/XI/2011 tentang

Perubahan Permenkes Nomor 532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), BBKPM Bandung

merupakan UPT Vertikal Kementerian Kesehatan RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. BBKPM

Bandung dipimpin oleh seorang Kepala Balai, susunan organisasi BBKPM

Bandung terdiri dari :

a) Bagian Tata Usaha

b) Bidang Pelayanan dan Penunjang Kesehatan

c) Bidang Promosi dan Pengembangan Sumber Daya

d) Instalasi

e) Kelompok Jabatan Fungsional

f) Satuan Pemeriksaan Internal

7

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BBKPM Bandung

BBKPM Bandung juga memiliki 2 unit pelaksana fungsional yaitu Unit

Pelayanan Fungsional BBKPM Bandung di Cianjur dengan wilayah kerja meliputi

seluruh Cianjur, Sukabumi, Bogor dan Unit Pelayanan Fungsional BBKPM Bandung di Garut dengan wilayah kerja meliputi seluruh Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Sumedang. Selain melakukan bimbingan teknis dan supervisi secara rutin, BBKPM Bandung juga melakukan fasilitasi serta koordinasi dalam perencanaan program dan kegiatan, pengadaan pegawai, penyusunan kegiatan dan anggaran serta pengadaan barang dan jasa yang pembiayaannya dibebankan pada

DIPA BBKPM Bandung.

Visi

Menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang terkemuka di tingkat

Nasional

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi kepada masyarakat

2. Mensinergikan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara paripurna

3. Mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri dan berdaya

4. Meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat

Nilai-Nilai Organisasi

Integritas - Keteladanan - Profesionalisme - Komunikasi - Sinergi

8

B. Profil Peserta

Pada Subbabini diisi dengan profil penempatan peserta dilengkapi dengan jabatan

serta tugas dan fungsi peserta

Nama : Widiastuty Irawati

NIP : 198808202022032001

Jabatan / Golongan : Apoteker Ahli Pertama /III-B

Unit Kerja : Instalasi Farmasi BBKPM Bandung ( Koordinator Pengendali Persediaan Farmasi)

Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta diklat mengacu pada kegiatan dalam sasaran kinerja pegawai (SKP), yaitu :

1. Mengklarifikasi pemilihan perbekalan famasi

2. Mengolah data perencanaan

3. Menyusun perbekalan farmasi dalam penyimpanan

4. Merekapitulasi daftar usulan dalam penghapusan

5. Meracik obat untuk melakukan dispensing resep individual

6. Pemberaian informasi obat

7. Menjadi saksi dalam penghapusan perbekalan farmasi dan atau dokumennya

8. Membuat karya tulis ilmiah dalam bidang kefarmasian/ Kesehatan

9. Menerjemahkan/ menyadur buku atau bahan lainnya di bidang kefarmasian/ Kesehatan

10. Merumuskan system pelayanan kefarmasian

11. Peserta dalam lokakarya / Seminar

12. Keanggotaan dalam organisasi profesi Apoteker sebagai anggota aktif.

9

BAB II RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu

Berdasarkan pada kegiatan orientasi yang dilakukan di unit kerja

yang bertujuan untuk memahami dan mendalami tugas dan fungsi sebagai apoteker kordinator pengendali persediaan pada periode Maret- Mei 2022 dan diskusidenganKepalaInstalasisFarmasidenganKoordinatorgudangterdahulu yang saat ini dimutasi menjadi kordinator pelayanan. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di gudang instalasi farmasi yaitu :

1. Terjadinya kekosongan obat, hal ini dibuktikan dengan stok obat kosong yang terjadi masih terbilang cukup tinggi di BBKPM Bandung yaitu rata-rata sebanyak ±35% pada tahun 2021 dan ± 33 % pada periode januari-mei 2022. Adapun harapan dari manajemen yaitu seluruh obat penunjang pelayanan Kesehatan dapat terjamin ketersediaan (100%)

Damapak dari Isu :

- Dapat menybabkan komplain dari pasien dan tenaga Kesehatan lainnya.

- Jika terjadi kekosongan obat, pelayanan yang dilakukan di BBKPM menjadi tidak optimal, hal ini dapat menjadi image yang buruk bagi instansi.

Hal ini berkaitan dengan agenda 3 tentang Manajemen ASN yaitu point Fungsi dan peran ASN sebagai Pelayan publik, dimana

Apoteker sebagai ASN pelayan public harus memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas, mengutamakan kepentingan public / kepentingan bagian terkait agar dapat terpenuhi dan terlayani dengan baik.

2. Belum optimalnya pemantauan pelaksanaan system pengelolaan

FEFO pada proses pengambilan amprahan obat oleh staff gudang, kondisi Yang diharapkan dengan adanya system pengelolaan FEFO

10

adalah dapat menghindari semaksimal mungkin adanya barang yang

ED, sejalan dengan rencana strategis BBKPM terwujudnya efisiensi belanja. Hal ini menjadi isu yang diangkat k dibuktikan dengan

ditemukannya data vicilin pada system yang mempunyai 2 Expiry

date yaitu Mei 2022 dan November 22 karena terdapat 2 kedatangan

seperti pada kartu stok berikut :

Stok akhir vicilin yang terakhir seharusnya 190 vial Vicilin dengan

ED Mei 2022 dan 100 vial Vicilin dengan ED November 2022

namun pada fisik barang vicilin ditemukan 250 vial Vicillin dengan

ED Mei 2022 dan 40 vial dengan ED November 2022

11
Gambar 2.1 Bukti Screen Shoot Kartu Stok

Damapak dari Isu :

- Jika tidak pelaksanaan system FEFO tidak berjalan dengan

optimal, akan terdapat banyak obat yang expired, pada kasus ini kerugian mencapai Rp. 2.040.000,- hal tersebut dapat merugikan instansi dan negara pada umumnya.

Hal ini berkaitan dengan agenda 3 tentang Manajemen ASN yaitu fungsi ASN sebagai Pelaksana Kebijakan dan kewajiban ASN untuk

melaksanakan kebijakan yang dirumuskan, Kebijakan system FEFO

telah tertuang dalam panduan pelaksanaan pelayanan farmasi di BBKPM Bandung, sehingga wajib melaksanakan panduan tersebut namun pada praktek pelaksanaan nya belum terlaksana secara optimal, serta point Kode etik dan prilaku ASN yaitu ASN wajib menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara

bertanggung jawab, efektif dan efisien dan melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin, dengan tidak terlaksananya system

FEFO pelaksanaan tugas tidak cermat dan disiplin sehingga dapat menimbulkan dampak meningkatnya angka kadaluarsa sediaan farmasi di Instansi, sehingga tidak efektif dan efisien.

3. Belum optimalnya penandaan dan pemberian identitas yang ada di gudang farmasi, system penandaan yang dilakukan hanya menggunakanlabelstikeryangmudahterkelupas/terlepas,sebanyak 18% label yang tertempal terlepas, dan 6% label terkelupas.

12
Gambar 2 2 Bukti Foto Sisa Stok

Damapak dari Isu :

- Pada proses pengambilan amprahan menjadi lebih lama karena setiap pengambilan harus membasa identitas pada folding box

- dikhawatirkan jika tidak jelas terutama pada obat LASA akan terjadi kesalahan pengambilan kekuatan sediaan.

- Dapatmenghambatpadaprosesperhitunganstokofnamekarena pencarian barang harus membaca identitas pada folding box satu persatu dan dapat menjadi kesalahan perhitungan karena salah jumlah sediaan terutama pada obat LASA.

Hal Ini berkaitan dengan Agenda 3 yaitu Kode etik dan prilaku ASN point kode etik dan prilaku ASN point memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan, dalam hal ini yang memerlukan informasi terkait adalah tim stok opname dan staff Gudang.

B. Penetapan Core Isu

Berdasarkan pada isu yang ada di BBKPM Bandung seperti yang

telah dipaparkan diatas, maka diperlukan penapisan isu actual yang akan

13
Gambar 2.1 Bukti Foto Penandaan Terkelupas Terlepas

diangkat menjadi isu utama dengan menggunakan Analisa USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) yang merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas.

Urgency yaitu seberapa mendesak isu tersebut harus segera ditindaklanjuti, seriousness yaitu seberapa serius isu tersebut jika dikaitkan dengan dampak yang ditimbulkan, dan Growth yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak segera ditangani.

Berdasarkandiskusi dengan atasan dan rekan sejawat yang dilakukan pada 22 Juni 2022, berdasarkan kejadian yang sering terjadi ditentukanlah kriteria penilaian sebagai berikut :

5 Angka kejadian > 30% Sangat mendesak

4 Angka Kejadian > 25,1-30% Mendesak

3 Angka Kejadian 20,1-25% Harus segera

2 Angka Kejadian 15,1-20% Dijadwalkan (yang akan datang)

1 Angka Kejadian < 15% Dapat diterima

berdampak besar terhadap citra perusahaan menimbulkan keluhan pada media massa kerugian material > 10 jt

Berdampak cukup besar pada Sebagian besar unit menimbulkan keluhan tertulis secara intern kerugian material 7.5-10 jt

Berdampak cukup besar pada 3-4 bagian, menimbulkan keluhan secara lisan Kerugian material 5-7.5 jt

Berdampak kecil pada 2-3 bagian saja, tidak menimbulkan keluhan Merugian material 2.5-5 jt

Berdampak pada unit pelaksana saja, tidak menimbulkan keluhan Kerugian material < 2,5 jt

Pertumbuhan kejadian sangat cepat

Pertumbuhan kejadian cepat

Pertumbuhan kejadian cukup cepat

Pertumbuhan kejadian lambat

Pertumbuhan kejadian sangat lambat

14
Nilai Urgency
Growth
Seriouseness
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian

1 Terjadinya kekosongan obat vital dan

esensial di BBKBM Bandung hal ini

dibuktikan dengan stok obat kosong

yang terjadi masih terbilang cukup

tinggi yaitu rata-rata sebanyak ±35%

pada tahun 2021 dan ± 33 % pada periode januari-mei 2022.

2 Belum optimalnya pemantauan

pelaksanaan FEFO pada proses

pengambilan amprahan obat oleh

staff gudang di BBKPM Bandung

3 Belum optimalnya penandaan dan pemberian identitas yang ada di gudang farmasi BBKPM Bandung, system penandaan yang dilakukan hanya menggunakan label stiker yang mudah terkelupas/terlepas.

Pelayanan yang diberikan tidak maksimal sehingga

dapat menyebabkan dampak buruk kepada

BBKPM karena terdapat keluhan dari pasien.

Keluhan dari dokter karena kosongnya obat yang tersedia.

5 5 4 14 Prioritas 1

Terdapat obat yang kadaluarsa sehingga

menyebabkan kerugian untuk BBKPM

4 5 4 13 Prioritas 2

Proses preparasi distribusi obat dan stock off name terhambat karena penandaan tidak eye catching, harus membaca identitas pada box satu per satu

Dikhawatirkan terjadinya mix-up LASA

2 2 3 8 Prioritas 3

Isu/ Permasalahan Dampak
Terkait U S G Total Ket
No
Pihak
1. Petugas PPPK 2. Instalasi Farmasi 3. Instansi 4. Pasien 5. Dokter 1. Personil gudang 2. Tim SO 3. Staf PPK 1. Personil Gudang 2. Tim SO Tabel 2.2 Permasalahan/ Isu di BBKPM Bandung

Penjelasan Penetapan core isu :

Pada isu kekosongan stok obat, nilai urgency diberikan nilai 5 (sangat mendesak) karena perbaikan stok obat di BBKPM harus segera diatasi.karena berhubungan dengan keberlangsungan pelaksanaan pelayanan Nilai seriousness diberikan nilai 5 (sangat serius) karena dinilai dari dampak yang dotimbulkan yaitu munculnya keluhan bahkan sampai menyebabkan buruknya citra instansi, dan growth diberikan nilai 4 (pertumbuhan kejadian cepat) karena Jika tidak segera diatasi dikhawatirkan tingkat kekosongan akan semakin tinggi

Pada isu Belum optimalnya pemantauan pelaksanaan sistem FEFO urgency diberikan nilai 5 (sangat mendesak) karena pengendalian harus segera diatasi.karena berhubungan dengan sistem yang harus dijalankan. Nilai seriousness diberikan nilai 4 ( serius) karena dinilai dari dampak yang dotimbulkan yaitu kerugian material karena adanya barang yang ED, dan growth diberikan nilai 4 (berdampak) karena Jika tidak segera diatasi dikhawatirkan tingkat kerugian akan semakin tinggi

Pada isu Belum optimalnya pemberian penandaan urgency diberikan nilai 2 (kurang mendesak) karena hanya menghambat waktu, namun proses dapat terus berjalan dengan membaca pada identitas kemasan. Nilai seriousness diberikan nilai 2 (kurang serius) karena dinilai dari dampak yang ditimbulkan yaitu bertambahnya waktu proses dan terdapat potensi mixup pada obat LASA namun tidak terlalu berdampak significant karena pelanggan dari gudang farmasi adalah unit dan apotekfarmasi,tidaklangsungberdampakterhadappasien,dangrowthdiberikannilai3(pertumbuhan kejadian cukup cepat) karena Jika tidak segera diatasi dikhawatirkan label yang masih menempel dan terkelupas akan terlepas sehingga terhambatnya proses akan semakin meningkat.

16

C. Penyebab Isu Prioritas 1

Surrounding System

Belum adanya sosialisasi terkait pengendalian persediaan di BBKPM Bandung

Pasien meningkat

Uncontrol

Pemakaian meningkat

Belum adanya sosialisasi terkait pengendalian persediaan di BBKPM

Terdapat prosedur perencanaan persediaan perbekalan farmasi

E-Catalouge error

Uncontrol

Permintaan Pemesanan by Defekta dibuat berdasarkan stok yang habis atau perkiraan mendekati habis pada saat persiapan distribusi sehingga terlanjur terjadi kekosongan

Metode Manajemen stok yang ada belum optimal

Belum adanya system monitoring stok berjalan pasti (ROP & OP)

Belum adanya sosialisasi terkait pengendalian persediaan di BBKPM

Kekosongan Obat

Terdapat leadtime pengiriman ± 2 bulan

Terjadi kekosongan obat di supplyer/manufacturer

Uncontrol

Supplyer non e-catalouge dipilih berdasarkan ketersediaan barang dan harga skill

Supplyer

70% berasal dari e-Catalouge

Skill pengelolaan stok di BBKPM belum optimal

Sudah terdapat Buffer stok/ safety stok dibuat pada saat perencanaan tahunan

Belum adanya system monitoring stok berjalan terhadap buffer stok (ROP & OP)

Belum adanya sosialisasi terkait pengendalian persediaan di BBKPM

Belum adanya sosialisasi terkait pengendalian persediaan di BBKPM

Safety

Gambar 2.4 Diagram Ishikawa

Dalam penentuan deep rootcause analysis penggunaan diagram Ishikawa dipadukan dengan Why-why analysis, berdasarkan pada Analisa diatas, dapat diketahui adanya kekosongan stok dapat terjadi karena beberapa penyebab masalah yaitu :

1. Dikarenakan adanya peningkatan pemakaian obat yang setelah di breakdown peningkatan pemakaian dapat terjadi apabila terdapat peningkatan pasien, peningkatan pasien tersebut merupakan keada an yang tidak dapat dikendalikan.

2. Terdapat produk dengan leadtime pengiriman ±2 bulan, hal ini disebabkan adanya kekosongan obat dari supplyer/Manufacturer. Hal ini merupakan penyebab yang tidak dapat kita kendalikan karena permasalahan kekosongan stok merupakan masalah external.

3. Sistem e-katalog yang digunakan untuk pemesanan kadangkala mengalami error, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses pemesanan. Hal ini merupakan penyebab yang tidak dapat dikendalikan karena system tersebut bukan merupakan system yang dibuat LKPP

4. Kurang optimalnya skill pengelolaan di BBKPM dalam pengelolaan stok; metode manajemen stok belum optimal karena proses pemesanan ulang dilakukan menggunakan defecta (dimana defecta dibuat berdasarkan laporan stok barang yang kosong atau perkiraan mendekati kosong di gudang pada saat persiapan distribusi, sehingga barang terlanjur mengalami kekosongan); serta belum adanya monitoring (titik Reorder Point dan Order Point) stok berjalan terhadap buffer stock, yang setelah dibreakdown kembali terkait mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi, sumbernya adalah karena kurangnya pemahaman mengenai pengendalian persediaan dan sistem pengendalian persediaan, hal ini dikarenakan di BBKPM Bandung belum pernah diadakan sosialisasi terkait materi tersebut.

Sehingga berdasarkan pada uraian diatas dapat disimpulkan deep root cause masalah dari kekosongan obat yang dapat dimitigasi adalah belum

pernah diadakannya sosialisasi pengendalian persediaan dan system

pengendalian persediaan

18

D. Gagasan Pemecahan Isu

Berdasarkan pada analisa yang sudah dipaparkan diatas diperoleh gagasan pemecahan isu kekosongan obat yaitu dilakukannya sosialisasi

terkait pengendalian persediaan dan system pengendalian persediaan, diharapkan dengan adanya sosialisasi tersebut dapat berdampak pada meningkatnya kompetensi pengelolaan persediaan di BBKPM, serta dapat mengimplementasikan system pengelolaan sediaan menggunakan

Microsoft excel sebagai alat bantu dengan pemanfaatan titik Reorder

Point dan Order Point

E. Kegiatan

Berdasarkan gagasan pemecahan isu yang telah diuraikan diatas, maka harus diuraikan tahapan-tahapan rencana untuk mengimplementasikan gagasan tersebut, Adapun tahapannya yaitu :

1 Persiapan dan penyampaian gagasan pemecahan isu yaitu sosialisasi pengendalian persediaan dan pembuatan alat bantu pengendalian persediaan berupa file Microsoft Excel

2 Melakukan Penyusunan materi sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi dan alat bantu pengendalian persediaan berupa file Microsoft excel

3 Persiapan Pelaksanaan sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi dan pembahasan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel

4 Pelaksanaan kegiatan sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi pemahaman dan pembahasan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel

5 Evaluasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penggunaan alat bantu file mikrosoft excel

19

Output kegiatan & Hasil/Bukti

No Kegiatan Tahapan Kegiatan

1 Persiapan dan

penyampaian

gagasan

pemecahan isu

yaitu

sosialisasi

pengendalian

persediaan, system

pengendalian persediaan dan pembuatan alat

bantu

pengendalian

persediaan

berupa file

Microsoft Excel

1. Membuat janji untuk bertemu dengan bagian terkait (Staf PPK, Kepala instalasi, Sub Kordinator Penunjang

Kesehatan dan Kordinator

Pelayanan dan Penunjang Kesehatan) untuk menanyakan ketersediaan waktu luang untuk pemaparan gagasan.

2. Melakukan kordinasi dengan Kepala sub bagian umum untuk memakai ruang meeting/ruang pertemuan sesuai kesepakatan waktu yang disepakati.

3. Membuat surat undangan terkait pertemuan penyampaian gagasan pemecahan isu

4. Menyebar surat undangan penyampaian gagasan pemecahan isu

5. Pelaksanaan pemaparan dan penyampaian gagasan penyelesaian masalah kepada

Staf PPK, Kepala instalasi, Sub Kordinator Penunjang Kesehatan dan Kordinator

Tahapan Kegiatan

Kegiatan persiapan dilakukan untuk memperoleh dukungan dari para pihak terkait.

Hasil dari tahapan kegiatan yaitu :

1. Jadwal pertemuan penyampaian gagasan dengan bagian terkait

2. Izin pemakaian ruang meeting

3. Surat undangan pemaparan gagasan

4. Tersebarnya undangan pemaparan gagasan

5. Daftar hadir pemaparan gagasan

6. Notulensi masukan dan tanggapan

Keterkaitan substansi mata

pelatihan (MP)

Saya akan mengawali kegiatan ini degan mempersiapkan data dukung terkait gagasan pemecahan isu yang akan saya sampaikan untuk bisa menjelaskan secara jelas, faktual, objektif dan dapat dipercaya sebagai wujud aktualisasi nilai MP.

Akuntabel, yang mana terhadap data

tersebut saya lakukan pengkajian

sesuai dengan keilmuan yang telah saya peroleh untuk membantu bagian

terkait sebagai wujud aktualisasi nilak MP. Kompeten.

Selanjutnya saya akan melakukan

kordinasi dengan bagian terkait agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan

kondusif sesuai dengan tujuan yaitu

pemecahan akar masalah dari isu yang

ada sebagai wujud dari nilai MP.

Harmonis, Adapun tujuan dari

penyampaian gagasan pemecahan

masalah itu sendiri adalah perbaikan

untuk memperoleh kepuasan

pemenuhan kebutuhan sebagai wujud

aktualisasi nilai MP. Berorientasi

pelayanan, dalam hal ini berdasarkan

isu yang diangkat, saya sebagai

Apoteker Kordinator Perencanaan dan

Kontribusi terhadap visi/misi organisasi

Dengan melakukan

persiapan dan penyampaian

gagasan pemecahan

isu kekosongan obat

yaitu dengan cara

melakukan

sosialisasi

merupakan Langkah

awal dalam kegiatan

yang bertujuan

untuk mendapatkan

dukungan dari

berbagai pihak

terkait, pelaksanaan

kegiatan ini sejalan

dengan misi

BBKPM bandung

untuk menjadi

rujukan Kesehatan

paru masyarakat

yang terkemuka di

tingkat nasional dan misi

menyelenggarakan

pelayanan rujukan

Kesehatan paru yang

Penguatan Nilai Organisasi

BBKPM Bandung

Kegiatan persiapan dan penyampaian

gagasan ini memperkuat nilai organisasi BBKPM bandung dalam nilai-nilai profesionalisme dan komunikasi

2 Melakukan

persiapan dan Penyusunan materi sosialisasi

pengendalian persediaan dan system

pengendalian persediaan; soal evaluasi dan alat bantu

pengendalian persediaan (file excel)

Pelayanan dan Penunjang

Kesehatan

6. Menerima masukan dari bagian terkait

7. Melakukan perbaikan sesuai masukan dari bagian terkait.

pemaparan dari bagian terkait.

7. Hasil perbaikan sesuai dengan

masukan dari bagian terkait

Pengendalian Sediaan saya melayani

kebutuhan Tenaga Kesehatan, Pasien dan untuk menjaga nama baik Instansi

penyedia layanan (BBKPM) sebagai

wujud aktualisasi nilai MP. Loyal.

Saya sebagai seorang CPNS yang baru melalui tahap orientasi dan

sedang melalui tahap pelatihan dasar harus berkordinasi dan berkomunikasi

terhadap pelaksanaan pemecahan isu

dapat berjalan sesuai dengan alur atau

tata laksana di BBKPM bandung

sebagai wujud aktualisasi nilai MP.

Adaptif dari hasil kordinasi tersebut

akan dilaksanakan pertemuan

pelaksanaan pemaparan terkait

penyampaian gagasan pemecahan isu

terpilih untuk mendapatkan dukungan

dan masukan dari bagian terkait

sebagai wujud dari nilai MP.

Kolaboratif.

berorientasi kepada masyarakat.

A. Penyusunan Materi sosialisasi dan soal evaluasi

1. Mengumpulkan materi terkait bahan sosialisasi pengendalian persediaan dan system

pengendalian persediaan

2. Membuat Rangkuman materi dari bahan yang dikumpulkan

3. Menyusun draft materi dari

bahan yang telah dikumpulkan

4. Menyusun soal evaluasi sosialisasi

Kegiatan

penyusunan materi

dilakukan agar

diperoleh materi yang disampaikan, sedangkan pada

penyusunan alat

bantu yaitu

tersedianya alat

bantu

pengendalian persediaan, pembuatan 2 hal ini

bertujuan agar

berdasarkan materi

Pada kegiatan kedua yang saya

lakukan saya mengawali kegiatan

dengan melakukan pengumpulan

bahan dan literatur terkini yang relevan dengan tujuan dari sosialisasi

hal ini merupakan wujud dari

aktualisasi nilai MP. Adaptif, dan sebagai salah satu upaya dalam

peningkatan kompetensi sebagai

Apoteker pengendali Persediaan dan

Perencanaan sebagai wujud dari

aktualisasi nilai MP. Kompeten yang

selanjutnya update materi atau ilmu

tersebut akan dibuat rangkuman untuk disusun menjadi materi sosialisasi

Melakukan

penyusunan materi

sosialisasi bertujuan

untuk diperolehnya

materi terupdate

yang relevan dan

pembuatan alat

bantu dapat

diimplementasikan

untuk mengatasi isu

yang ada, hal ini

sejalan dengan misi

BBKPM bandung

untuk menjadi

rujukan Kesehatan

Dengan melakukan penyusunan materi sosialisasi terupdate dan relevan memperkuat nilainilai BBKPM

Bandung dalam professional, sinergi, dan komunikasi

B. Penyusunan alat bantu pengendalian persediaan

5. Mengumpulkan data pemakaian dan persediaan

6. Menelaah kebutuhan data yang dibutuhkan untuk penyusunan alat bantu pengendalian

7. Menyusun format file excel

8. Melakukan pembuatan file excel

9. Melakukan pengecekan rumus dan formula file excel

C. Konsultasi dan perbaikan

10. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait materi, soal dan file excel yang telah dibuat.

11. Menerima arahan dan hasil konsultasi yang dilakukan dengan mentor.

12. Melakukan perbaikan materi dan soal sesuai arahan dari mentor.

yang dipaparkan yaitu system pengendalian dapat dibahas, disosialisasikan dan diimplementasikan

Hasil dari tahapan kegiatan yaitu :

1. Materi dan literatur terupdate terkait pengendalian persediaan

2. Rangkuman materi sosialisasi

3. Draft materi sosialisasi

4. Draft Soal evaluasi sosialisasi

5. Data pemakaian dan persediaan setiap bulan pada

1 tahun terakhir

6. List kebutuhan data yang akan dipakai menjadi raw data

7. Format file excel

8. File excel fix yang akan digunakan

9. Bukti screenshoot hasil pengecekan

untuk membantu meningkatkan

pemahaman bagian terkait dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hal ini juga merupakan wujud aktualisasi nilai MP. Kompeten.

Dari materi tersebut kemudian disusun soal evaluasi pre test dan post test sebagai suatu metode evaluasi sampai sejauh mana pemahaman peserta sosialisasi dengan metode yang transparan dan terpercaya yang merupakan upaya aktualisasi nilai MP. Akuntabel.

Tahapan selanjutnya yang saya lakukan adalah menyusun alat bantu pengendalian persediaan berupa file mikrosoft excel sebagai format yang

kedepannya akan diimplementasikan di BBKPM, hal ini sebagai wujud dari aktualisasi nilai MP. Adaptif agar dapat terwujudnya pelayanan prima yang berorientasi kepada pelangga, hal ini sesuai dengan wujud dari aktualisasi nilai MP. Berorientasi pelayanan.

Kegiatan penyusunan file excel ini dimulai dari pengumpulan data yang dapat diperoleh dari instalasi farmasi seperti pemakaian dan persediaan yang ada di BBPKPM,untuk memahami alur ketersediaan data pada saat implementasi data ini yang kemudian akan disimpan sebagai raw data, raw data tersebut diperoleh secara actual sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, pengumpulan data actual ini

paru masyarakat yang terkemuka di tingkat nasional dan misi

menyelenggarakan

pelayanan rujukan

Kesehatan paru yang

berorientasi kepada masyarakat

10. Lembar

konsultasi

dengan mentor

11. Perbaikan

materi, soal dan file excel sesuai arahan hasil

konsultasi

12. Materi soal dan file excel yang telah fix untuk

ditayangkan

merupakan wujud dari aktualisasi nilai

MP. Akuntabel. Setelah data

terkumpul selanjutnya saya melakukan

telaah atau mengkaji data apa saja

yang harus diolah dan dibutuhkan

sebagai sumber penyusun pembuatan file excel tersebut sesuai dengan

materi sosialisasi, mengkaji keperluan data sesuai dengan materi merupakan

wujud aktualisasi dari nilai MP.

Adaptif.

Setelah diperoleh list data apa saja yang akan diperlukan maka saya akan

melakukan pembuatan format file

excel yang disiapkan untuk diimplementasikan di tahapan selanjutnya. Hal ini merupakan

perwujudan dari nilai MP. Adaptif, pada file excel yang dibuat tersebut dilakukan pengecekan/ pemeriksaan

dengan trial untuk memastika dapat

berjalan dengan baik dan sesuai maksud tujuan. Pengecekan ini merupakan wujud aktualisasi dari nilai

MP. Akuntabel.

setelah membuat materi sosialisasi, soal sosialisasi, dan file excel sebagai alat bantu implementasi pengendalian persediaan, saya akan

melakukan kordinasi dengan mentor

sebagai bentuk sinergi agar

memperoleh hasil yang maksimal, hal ini sebagai wujud aktualisasi dari nilai

MP. Kolaboratif.

Hasil dari kordinasi dengan mentor

adalah masukan dan tanggapan yang selanjutnya harus dilakukan

3 Persiapan

Pelaksanaan

sosialisasi

pengendalian

persediaan, system

pengendalian persediaan dan

pembahasan

implementasi

pengendalian persediaan

menggunakan

alat bantu

Microsoft excel

1. Melakukan kordinasi dengan : Kepala sub bagian umum,Kordinator Yanjankes sub kordinator jankes, ka. Instalasi farmasi, staff PPK dan bagian PSD terkait personel, waktu dan tempat sosialisasi serta pembahasan

2. Membuat surat undangan pelaksanaan sosialisasi dan pembahasan

3. Menyebar surat undangan pelaksanaan sosialisasi dan pembahasan.

4. Memastikan materi, soal evaluasi dan file excel yang akan disampaikan sudah siap ditayangkan.

Output dari

persiapan sosialisasi ini adalah agar

dapat

terselenggaranya

sosialisasi sesuai

dengan rencana dan tujuan yang hendak dicapai

Adapun output/ bukti dari setiap tahapan kegiatan adalah :

1. Izin pelaksanaan sosialisasi baik personel waktu dan tempat

2. Surat undangan pelaksanaan pembahasan dan pembahasan

3. Tersebarnya surat undangan

4. Materi dan soal evaluasi tersimpan dan siap ditayangkan.

penyesuaian sesuai arahan tersebut, hal ini merupakan wujud dari aktualisasi nilai MP. Adaptif

Pada kegiatan ke tiga yaitu persiapan sosialisasi, saya awali dengan melakukan kordinasi dengan bagian terkait mengenai jadwal

pelaksanaan sosialisasi,dan pelaksanaan pembahasan keterkaitan mengingat masing-masing bagian

mempunyai berbagai pekerjaan hal ini dilakukan agar pihak terkait dapat menyepakati waktu pelaksanaan agar

tujuan sosialisasi dapat terlaksana

secara kondusif, kordinasi tersebut merupakan perwujudan aktualisasi dari nilai MP. Harmonis.

Selanjutnya setelah waktu sosialisasi disepakati, akan dibuat surat undangan pelaksanaan sosialisasi dan pelaksanaan pembahasan keterkaitan materi dengan implementasi sebagai wujud komitmen kegiatan yang akan dilaksanakan tepat waktu dan tepat sesuai yang telah disepakati, hal ini merupakan wujud aktualisasi nilai MP. Akuntabel.

setelah tersebarnya undangan pelaksanaan, saya sebagai pelaksana kegiatan memastikan agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, dengan cara memeriksa materi dan soal yang akan ditampilkan tersedia, dan kegiatan terlaksana sesuai jadwal, hal ini merupakan tanggung jawab dan perwujudan nilai MP. Akuntabel

Tahapan kegiatan

persiapan sosialisasi

bertujuan untuk

memudahkan

pelaksanaan

kegiatan sosialisasi

agar sosialisasi

dapat berjalan

dengan baik sesuai

dengan tujuan yang

telah ditetapkan, pelaksanaan

kegiatan ini sejalan

dengan misi

BBKPM bandung

untuk menjadi

rujukan Kesehatan

paru masyarakat

yang terkemuka di tingkat nasional dan misi

menyelenggarakan

pelayanan rujukan

Kesehatan paru yang

berorientasi kepada

masyarakat

Kegiatan persiapan sosialisasi agar sosialisasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya, hal ini memperkuat nilainilai BBKPM

Bandung dalam integritas, professional, sinergi dan komunikasi

4 Pelaksanaan

kegiatan

sosialisasi

pengendalian persediaan, system

pengendalian persediaan, dan evaluasi

pemahaman

serta

pelaksanaan

pembahasan

pengimplemen

tasian system

pengendalian

persediaan

menggunakan

alat bantu

berupa file

Microsoft excel

1. Melakukan kordinasi dengan bagian PSD untuk mempersiapkan daftar hadir sosialisasi

2. Melakukan kordinasi degan bagian IT untuk mempersiapkan peralatan berupa komputer, pengeras suara dan kamera.

3. Melakukan kegiatan pre test kepada peserta sosialisasi

4. Pemaparan materi Sosialisasi

5. Melakukan post test kepada peserta sosialisasi

6. Melakukan pembahasan keterkaitan antara materi dan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel Menerima masukan dari bagian terkait

7. Menerima saran dan masukan dari bagian terkait

8. Melakukan perbaikan sesuai dengan saran dan masukan yang disampaikan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan agar pihak terkait memahami bagaimana sistem pengendalian persediaan, serta implementasi pengendalian stok yang akan dilakukan. Hasil tahapan kegiatan yaitu :

1. Daftar hadir sosialisasi

2. Foto Komputer, pengeras suara dan kamera yang telah siap

3. Hasil pre test peserta sosialisasi

4. Foto pelaksanaan sosialisasi

5. Hasil post test

6. Foto pelaksanaan pembahasan implementasi system pengendalian menggunakan alat bantu excel

7. Notulensi saran dan masukan

Pada kegiatan berikutnya merupakan kegiatan inti yaitu pelaksanaan kegiatan sosialisasi, sebelum dimulainya sosialisasi

dilakukan persiapan dengan melakukan kordinasi dan kolaborasi dengan bagian PSD untuk

mempersiapkan form daftar hadir, kordinasi dan kolaborasi ini merupakan perwujudan aktualisasi

nilai MP. Harmonis dan Kolaboratif.

Selanjutnya saya akan melakukan

kordinasi dengan bagian IT untuk

mempersiapkan dilakukan kegiatan pre test sebagai alat ukur sejauhmana pemahaman peserta sosialisasi

sebelum melaksanakan sosialisasi, pelaksanaan pre test merupakan suatu kegiatan pembuktian/ transparasi

penilaian evaluasi kegiatan sosialisasi, hal ini merupakan perwujudan

aktualisasi nilai MP. Akuntabel

Pelaksanaan sosialisasi dilakukan

Bersama berbagai pihak terkait

merupakan perwujudan aktualisasi

nilai MP. Harmonis untuk

meningkatkan kompetensi diri untuk

menjawab setiap tantangan yang

terjadi dalam pekerjaan, hal ini

merupakan aktualisasi nilai MP.

Kompeten dengan maksud

tercapainya tujuan Bersama yaitu

dapat memberikan pelayanan prima

kepada pelanggan sebagai aktualisasi

dari MP. Berorientasi pelayanan

Pelaksanaan

kegiatan sosialisasi

bertujuan untuk

meningkatkan

pemahaman

mengenai

pentingnya

pengendalian persediaan, dan

sistem pengendalian persediaan, hal ini

juga merupakan

upaya untuk

meningkatkan

kompetensi pegawai

BBKPM Bandung, pelaksanaan

kegiatan ini sejalan

dengan misi

BBKPM bandung

untuk menjadi

rujukan Kesehatan

paru masyarakat

yang terkemuka di

tingkat nasional dan misi

menyelenggarakan

pelayanan rujukan

Kesehatan paru yang

berorientasi kepada

masyarakat

Pelaksanaan

sosialisasi

pengendalian persediaan

dilakukan bertujuan

untuk meningkatkan

pemahaman

pegawai, hal ini memperkuat nilainilai BBKPM

Bandung dalam integritas, professional, sinergi dan komunikasi

5 Melakukan evaluasi hasil pelaksanaan sosialisasi dan implementasi file excel pengendalian persediaan

1. Membuat instrument untuk pelaksanaan evaluasi

2. Berkordinasi dengan mentor terkait instrument yang dibuat

3. Menerima tanggapan dan masukan dari mentor

4. Melakukan perbaikan instrument

5. Melakukan wawancara terhadap kepala instalasi farmasi, subkordinator jankes dan kordinator yanjankes.

6. Penilaian perbedaan penjaringan item permintaan pembelian tanpa alat bantu excel dan dengan alat bantu

8. Format excel yang fix akan digunakan

Pelaksanaan evaluasi dilakukan agar pelaksanaan dapat terukur manfaat, efektifitasnya dan kendala agar diperoleh perbaikan berkelanjutan menghasilkan hal yang lebih baik.

Adapun bukti dari tahapan kegiatan ini adalah :

1. Terdapat instrument pelaksanaan evaluasi

2. Foto pelaksanaan kordinasi

3. Lembar monitoring hasil kordinasi

4. Instrument fix yang akan dipakai

5. Hasil wawancara

6. Persentase jumlah permintaan yang terjaring

Kegiatan selanjutnya saya melakukan tahapan evaluasi dimulai dengan membuat instrument

pelaksanaan evaluasi, pembuatan instrument ini dimaksudkan agar kriteria penilaian objektif dan terukur, hal ini merupakan aktualisasi nilai MP. Akuntabel.

Setelah membuat instrument, dilakukan kordinasi dengan mentor terkait instrument yang dibuat, sebagai bentuk sinergi agar memperoleh hasil yang maksimal, hal ini sebagai wujud aktualisasi dari nilai MP. Kolaboratif.

Hasil dari kordinasi dengan mentor adalah masukan dan tanggapan yang selanjutnya harus dilakukan

penyesuaian sesuai arahan tersebut, hal ini merupakan wujud dari aktualisasi nilai MP. Adaptif

Setelah diperoleh instrument yang fix, dilakukan kegiatan wawancara

terhadap kepala instansi farmasi, subkordinator jankes dan kordinator yanjankes, hal ini untuk membuktikan pelaksanaan sosialisasi mempunyai dampak perbaikan. Proses wawancara ini merupakan wujud aktualisasi dari

nilai MP. Akuntabel.

Selain melakukan melakukan wawancara, saya akankegiatan

evaluasi terkait pembuatan sistem

dengan membuktikan kenaikan

persentase jumlah item obat yang

Dengan melakukan

evaluasi hasil

kegiatan sosialisasi, bertujuan untuk

pengukuran hasil

akhir atau output

pemahaman dan

pelaksanaan

implementasi hasil

dari sosialisasi, hal

ini sejalan dengan

misi BBKPM

bandung untuk

menjadi rujukan

Kesehatan paru

masyarakat yang

terkemuka di tingkat

nasional dan misi

menyelenggarakan

pelayanan rujukan

Kesehatan paru yang

berorientasi kepada masyarakat

Evaluasi hasil kegiatan sosialisasi pengendalian dan implementasi pengelolaan persediaan bertujuan untuk memberikan

gambaran kenaikan

pemahaman yang

bertujuan agar

terjadinya

peningkatan pelayanan, hal ini memperkuat nilainilai integritas, professional, sinergi dan komunikasi.

terjaring untuk dibuatkan surat pemesanan, evaluasi ini merupakan perwujudan aktualisasi nilai MP. Akuntabel.

Tabel 2.3. Matrix Kegiatan Rancangan Aktualisasi

BAB III

RENCANAJADWAL KEGIATAN AKTUALISASI

A. Jadwal KegiatanAktualisasi Berikut adalah tabeljadwalkan kegiatan dalam jangka pendek untuk setiap pekan.

1 Persiapan dan penyampaian gagasan pemecahan isu yaitu sosialisasi pengendalian persediaan dan pembuatan alat bantu pengendalian persediaan berupa file Microsoft Excel

2 Melakukan Penyusunan materi sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi dan alat bantu pengendalian persediaan berupa file Microsoft excel

3 Persiapan Pelaksanaan sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi dan pembahasan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel

4 Pelaksanaan kegiatan sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi pemahaman dan pembahasan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel

X

X

X

5 Evaluasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penggunaan alat bantu file mikrosoft excel X

B. Identifikasi Kendala dan RencanaAntisipasinya Pada Sub bab ini diuraikan identifikasi kendala yang akan dihadapi dan rencana antisipasi

No Identifikasi Kendala Rencana Antisipasi

1 Peserta tidak dapat mengikuti sosialisasi karena terkendala kesibukan pekerjaan

•Merekam proses sosialisasi sehingga dapat diberikan kepada peserta yang tidak hadir.

28
No
Minggu
1 2 3 4 5
Kegiatan
Ke
X X
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Tabel 3.2. Kendala Kegiatan dan rencana penyelesaian

PENINGKATAN PEMAHAMAN

PENGELOLAAN PERSEDIAAN

MELALUI PELAKSANAAN PELATIHAN

DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU

MASYARAKAT BANDUNG

Dibuat oleh : Apt. Wisiastuty Irawati, S.Farm.

Coach : Agus Dwinanto, SAP, MM.

Mentor : Heni Handayani, S.Si., M.Kes.

Visi Misi BBKPM Bandung

Visi

Menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang

terkemuka di tingkat Nasional

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi kepada masyarakat

2. Mensinergikan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara paripurna

3. Mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri dan berdaya

4. Meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat

Nilai

Integritas - Keteladanan - Profesionalisme - Komunikasi - Sinergi

Analisis Penetapan Isu

MELAKUKAN SCANNING PADA KEGIATAN

ORIENTASI DAN DISKUSI DENGAN KEPALA

INSTALASI DAN REKAN SEJAWAT

MELAKUKAN PENAPISASN ISU DENGAN METODE USG

MENDAPATKAN ISU TERPILIH

Teknik USG

Merupakan alat bantu untuk menganalisis prioritas isu melalui tingkat

kegawatan, keseriusan, dan pertumbuhan baik dampak maupun

masalah

ISU TERPILIH

Terjadinya kekosongan obat vital dan esensial di BBKBM Bandung hal ini dibuktikan dengan stok obat kosong yang terjadi masih terbilang cukup tinggi yaitu rata-rata sebanyak ±35% pada tahun 2021 dan ± 33 % pada periode januari-mei 2022.

Analisis Akar Masalah

GAGASAN PEMECAHAN ISU

1. Dilakukannya sosialisasi terkait pengendalian persediaan dan system pengendalian persediaan

2. Mengimplementasikan system pengelolaan sediaan menggunakan Microsoft excel

sebagai alat bantu dengan pemanfaatan titik Reorder Point dan Order Point

Persiapan dan penyampaian gagasan pemecahan isu yaitu sosialisasi pengendalian persediaan dan pembuatan alat bantu pengendalian persediaan berupa file Microsoft Excel

Melakukan Penyusunan materi sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi dan alat bantu pengendalian persediaan berupa file Microsoft excel

Persiapan Pelaksanaan sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi dan pembahasan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi pengendalian persediaan, evaluasi pemahaman dan pembahasan pengimplementasian system pengendalian persediaan menggunakan alat bantu berupa file Microsoft excel

Kegiatan Pemecahan Isu

Evaluasi pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan penggunaan alat bantu file mikrosoft excel

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.