4 minute read

Menyelenggarakan kegiatan penelitian kesehatan yang bermutu dan relevan dengan perkembangan IPTEKS baik nasional maupun internasional

2. Mixed/blended; yaitu menempatkan sistem penyampaian secara daring sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Artinya baik proses tatap muka maupun pembelajaran secara daring merupakan satu kesatuan utuh. Berbeda dengan model adjunct yang hanya menempatkan sistem penyampaian daring sebagai tambahan. 3. Fully Daring; yaitu semua interaksi pembelajaran dan penyampaian bahan belajar terjadi secara daring penuh. Tidak ada pembelajaran tatap muka (tradisional) sama sekali. Contoh, bahan belajar berupa video diunggah dan diterima via internet, atau pembelajaran ditautkan (linked) melalui hyperlink ke sumber lain yang berupa teks atau gambar. Ciri utama model ini adalah terjadinya pembelajaran kolaboratif secara daring

Setelah sekilas mengenal e-learning, dimana salah satu kategori dari e-learining adalah pembelajaran mix/lended, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Mengkombinasikan strategi yang terbaik dari dua seting belajar tradisonal (sinkron, di dalam kelas) dan daring (asinkron, di luar kelas); b. Kelemahan pembelajaran tradisional dapat disinergikan/integrasikan dengan kelebihan dari pembelajaran daring; c. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai efektifitas belajar secara optimal/maksimum. Model desain sistem pembelajaran blended ini, seting belajar digambarkan dalam kuadran sebagai berikut:

Advertisement

Gambar 1.1. Kuadran Seting Belajar

Seting belajar di atas, secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: • Sinkron Langsung (SL); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara yang belajar dan membelajarkan berada pada lokasi/ruang dan waktu yang sama.

Dalam hal ini, sama dengan tatap muka. Aktivitas pembelajaran belajar dalam SL sama dengan aktivitas pembelajaran tatap muka, antara lain seperti ceramah, diskusi, praktik lapangan, dan lain-lain.

• Sinkron Maya (SM); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi dimana antara yang belajar dan membelajarkan berada pada waktu yang sama, tetapi tempat berbedabeda satu sama lain. Aktivitas belajar dalam SM dapat terjadi melalui teknologi sinkron seperti video conference, audio- conference atau web-based seminar (webinar).

• Asinkron Mandiri (AM); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi belajar mandiri secara daring. Peserta belajar dapat belajar kapan saja, di mana saja, sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya masing- masing. Aktivitas belajar dalam AM diantaranya adalah membaca, mendengarkan, menonton, mempraktekkan, mensimulasikan dan latihan dengan memanfaatkan obyek belajar (materi digital) tertentu yang relevan. Aktivitas belajar lebih banyak terjadi secara daring. Walapun tidak menutup kemungkinan terjadi secara luring.

• Asinkron Kolaboratif (AK). adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi kolaboratif (melibatkan lebih dari satu orang), antara peserta belajar dengan peserta belajar lainnya atau orang lain sebagai narasumber. Aktivitas belajar AK diantaranya difasilitasi dengan forum diskusi, miling list, penugasan, dan lain-lain.

Mengacu pad kuadran seting belajar yang telah dijelaskan di atas, maka pertanyaan berikutnya adalah, “Seperti apa sajakah aktivitas pembelajaran dalam pembelajaran blended itu?”. Pilihan aktivitas pembelajaran dalam setiap seting belajar tersebut di atas dapat digambarkan seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Tabel Seting Belajar dan Aktivitas Pembelajaran

Sinkron Langsung (SL)

• Ceramah • Diskusi • Praktek • Workshop • Seminar • Praktek lab • Proyek individu/kelom pok dll. Sinkron Sinkron Maya (SM) Seting Belajar

Asinkron Asinkron Mandiri (AM) Asinkron Kolaboratif (AK)

Aktivitas Pembelajaran • Kelas virtual • Konferensi audio • Konferensi video • Web-based seminar (webinar) • Membaca (reading) • Menonton (video, webcast) • Mendengar (audio, audiocast) • Studi daring • Simulasi/praktek • Latihan • Role play • Tes • Publikasi/jurnal (wiki, blog, dll) (disajikan dalam bentuk digital dan daring). • Partisipasi dalam diskusi melalui forum diskusi daring. • Mengerjakan tugas individu/kelom pok melalui penugasan daring. • Publikasi individu atau kelompok (melalui wiki, blog, dll).

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 109 Tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi;

C. Tujuan

Tujuan dari pedoman pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi Covid19, yaitu untuk menjamin pelaksanaan proses pembelajaran Poltekkes Kemenkes Tasikamlaya agar tetap memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI), khususnya standar proses pembelajaran selama masa pandemi Covid-19 dan memastikan mahasiswa dapat memenuhi syarat capaian pembelajaran lulusan yang telah ditetapkan.

BAB II TAHAP PERSIAPAN PEMBELAJARAN DARING DENGAN MENGGUNAKAN PELAJARI DALAMI TERAPKAN EVALUASI (PEDATI)

Sebagai suatu model desain sistem pembelajaran, PEDATI menggambarkan suatu prosedur kerja yang sistematis dan logis, serta memiliki unsur-unsur (komponen) yang jelas dan berhubungan satu sama lain. PEDATI dapat dijadikan sebagai panduan atau acuan dalam merancang suatu sistem pembelajaran mix/blended. Sistem pembelajaran blended terdiri dari lima langkah utama sebagai berikut:

A. Merumuskan Capaian Pembelajaran

Langkah awal dalam merancang sistem pembelajaran blended adalah merumuskan capaian pembelajaran (learning outcome). Seperti kita ketahui bahwa capaian pembelajaran (CP) terdiri dari beberapa level yaitu level perguruan tinggi, level program studi dan level mata kuliah. Capaian pembelajaran yang dimkasud disini adalah capaian pembelajaran level mata kuliah. Capaian pembelajaran adalah pernyataan kinerja yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti suatu mata kuliah sebagai hasil dari proses pembelajaran. Rumusan capaian pembelajaran yang baik, sangat penting. Karena capaian pembelajaran akan menjadi dasar dalam menentukan komponen sistem pembelajaran berikutnya, diantaranya: 1. Memilih, Menentukan Dan Mengorganisasikan Materi; 2. Memilih Dan Menentukan Strategi Pembelajaran; 3. Memilih Dan Menentukan Asesmen/Evaluasi Hasil Belajar; Dan 4. Memonitor Dan Mengevaluasi Keberhasilan Suatu Proses Pembelajaran;

Tabel 2.1. Kriteria Prilaku dalam Rumusan Capaian Pembelajaran (Mager, 1984)

Kriteria Keterangan S = Specific Secara jelas menyatakan prilaku khusus yang harus dikuasai mahasiswa.

M = Measurable Prilaku khusus tersebut dapat diukur pencapaianya dengan indikator keberhasilan yang jelas.

A = achieveable Prilaku tersebut adalah prilaku yang memungkinkan dapat dicapai oleh mahasiswa.

This article is from: