Penyusunan Panduan Pemantauan Tindakan Medis Spesialistik Pda Peserta Didik Program Studi Bedah Anak

Page 1

LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 3

PENYUSUNAN PANDUAN PEMANTAUAN TINDAKAN MEDIS SPESIALISTIK PADA PESERTA DIDIK PROGRAM STUDI BEDAH ANAK DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN

DISUSUN OLEH : dr. EMILIANA LIA, SpBA NIP. 198301152020122001

BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2021



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkah dan rahmatNya. Puji Tuhan penulis telah menyelesaikan laporan aktualisasi sebagai peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2021 dengan sebaik-baiknya. Penyusunan laporan aktualisasi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin yakni dr. Irayanti Sp.M(K), MARS yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk dapat mengikuti kegiatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III ini dengan sebaik-baiknya. 2. Kepala Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin yakni dr. Dikki Drajat Kusmayadi, SpB., SpBA(K) dan Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Anak Dr. dr, Rizki Diposarosa, SpB., SpBA(K) yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam mengikuti pelatihan dasar CPNS Golongan III ini dan telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam menyusun laporan aktualisasi ini dengan sebaik-baiknya. 3. Kepala Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang, yakni Bapak Drs. Suherman M.Kes. 4. Kepada Seksi Pelatihan Manajemen dan Teknis Non Kesehatan Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang, yakni Ibu Verawati Lenny, SKM, MKM atas arahannya selama penulis mengikuti kegiatan Pelatihan dasar CPNS ini. 5. Ibu drg. Yana Yojana, MA sebagai coach yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun laporan aktualisasi ini dengan sebaik-baiknya.

iii


6. Ibu dr. Titiek Resmisari, MARS sebagai penguji dalam Seminar Laporan Hasil Aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III Kelompok D. 7. Dr. dr. Ruswana Anwar, SpOG(K)FER, M.Kes sebagai mentor dalam memberikan petunjuk dan arahannya dari awal hingga akhir untuk penyusunan laporan aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III ini. 8. Bapak/Ibu Widya Iswara serta seluruh panitia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebaikan Bapak/Ibu semua. 9. Seluruh teman-teman Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III, terutama Kelompok D, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 10. Rekan sejawat di Divisi Bedah Anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin dan semua peserta didik IPDS Bedah Anak Unpad/RSHS. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan aktualisasi ini jauh dari kata sempurna, namun semoga lewat karya sederhana ini, mampu memberikan manfaat yang luas bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Cikarang, 21 Oktober 2021

Penulis

iv


Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii DAFTAR ISI ........................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….1 1.2 Tujuan Aktualisasi …………….…………………………………………. 3 1.3 Manfaat Aktualisasi ……………………………………………………….3 1.4 Ruang Lingkup Aktualisasi ………………………………………………4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………..5 2.1 Profil Umum dan Sejarah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung….. .... 5 2.2 Visi, Misi, dan Janji Pelayanan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung .. 6 2.2.1 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ..................... 6 2.2.2 Janji Pelayanan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung................ 6 2.4

Struktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung .................................. 8

2.5 Profil Departemen Ilmu Bedah dan Divisi Bedah Anak .................... 9 2.5.1 Visi, Misi, dan Tujuan Departemen Ilmu Bedah dan Divisi Bedah Anak RSHS ..................................................................................... 10 2.6 Profil Peserta ................................................................................... 11 BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI ............................................................. 13 3.1 Identifikasi Isu .................................................................................. 13 3.2 Penetapan Isu ................................................................................. 15 3.3 Analisis Penyebab Isu ..................................................................... 17 3.4 Gagasan Pemecahan Isu ................................................................ 18

BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI ………………………………….............. 28 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Aktualisasi ……………………………………28 4.2 Hasil Capaian Pelaksanaan Aktualisasi ……………………………...29 4.2.1 Hasil Capain Kegiatan I …………………………………………29 4.2.2 Hasil Capaian Kegiatan II ……………………………………….31 4.2.3 Hasil Capaian Kegiatan III ………………………………………...33 4.2.4 Hasil Capaian Kegiatan IV …………………………………….…..36 4.2.5 Hasil Capaian Kegiatan V …………………………………………39 4.2.6 Hasil Capaian Kegiatan VI ………………………………………...40 4.3 Rencana Tindak Lanjut dan Manfaat Aktualisasi …………………43 BAB V PENUTUP …………………………………………………………………….. 46

v


5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 46 5.2 Saran ………………………………………………………………..........46 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...47 LAMPIRAN………………………………………………………………………………48

vi


1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemerintahan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada layanan prima merupakan suatu hal ketetapan, yang tidak bisa ditawar lagi. Layanan prima menjadi tuntutan untuk setiap lembaga pemerintahan kepada masyarakat, sehingga tercapainya kepuasan masyarakat. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945, layanan untuk kepentingan publik menjadi tanggung jawab pemerintah dan saat ini masyarakat sudah semakin sadar akan haknya untuk mendapatkan layanan terbaik. Oleh sebab itu diperlukannya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat. Aparatur Sipil Negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 merupakan pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja di instansi pemerintah. Adapun ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan dan harus bebas dari pengaruh perseorangan maupun kelompok. ASN termasuk didalamnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki tugas dan fungsi yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang, yaitu sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sudah sedari dulu hingga sekarang tanpa perkecualian, PNS harus mengimplementasikan nilai-nilai yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara berada diatas kepentingan pribadi ataupun golongan. Saat ini PNS lebih ditekankan untuk melakukan perubahan atau sebagai agen perubahan (Agent of Change) yang melaksanakan atau menggagas perbaikan mulai dari sistem culture set, mind set, kompetensi, profesionalisme dan etos kerja. Oleh sebab itu, untuk mencapai hal-hal tersebut, penanaman nilai-nilai dasar keprofesian serta peningkatan soft skill PNS melalui kegiatan pendidikan


2

dan pelatihan (diklat) menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan lagi dan menjadi satu kesatuan. Sistem pembelajaran baru pada pendidikan dan latihan dasar pola baru, menuntut setiap peserta diklatsar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi. Bentuk pendidikan dan latihan dasar yang lama mengalami inovasi ke arah revolusi mental ASN dalam hal ini PNS dalam mengimplementasikan nilai nilai ANEKA. Dimana, pola diklatsar dahulu hanya menekankan pada pembelajaran satu arah tidak lagi memenuhi kebutuhan PNS saat ini. Oleh karena itu diperlukan inovasi, gagasan, ide yang dapat mendorong terciptanya pola pembelajaran diklatsar yang lebih menekankan pada pembelajaran dua arah yang sesuai dengan revolusi mental yang sangat diperlukan pada saat ini. Berdasarkan hal-hal di atas, maka Lembaga Administrasi Negara sebagai pusat pengembangan inovasi pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan untuk melakukan perubahan model diklatsar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Golongan III, dengan menambah pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar Profesi PNS, yakni Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi atau disingkat ANEKA, serta 3 substansi materi pembelajaran tambahan, yaitu manajemen ASN, pelayanan publik, dan World of Government. Dalam rangka internalisasi nilai-nilai tersebut, maka peserta diklatsar diharuskan untuk menuangkan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar Profesi PNS (ANEKA) dan 3 substansi materi pembelajaran tambahan ke dalam pekerjaan sehari-hari di unit kerjanya masing-masing. Sistem baru ini mengharuskan CPNS untuk memahami, menginternalisasi, dan mengaktualisasikan seluruh substansi materi yang telah didapat, sehingga memunculkan PNS yang akuntabel dengan memiliki jiwa kepemimpinan, berintegritas, profesional, dan bersih Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Seluruh karakter PNS tersebut juga didukung dengan jiwa nasionalisme yang tinggi sehingga berdampak baik pada etika publik dan mutu pelayanan unit terkait. Selain itu, pemahaman akan pentingnya pelayanan publik dan manajemen ASN juga sangat diperlukan guna menjalankan Whole of Government di unit kerjanya masing-masing. Diharapkan dalam menjalankan profesinya, ASN mempunyai prinsip yang berlandaskan :


3

1. Nilai – nilai dasar ASN 2. Kode etik dan perilaku 3. Komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan 4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Kualifikasi akademik 6. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas 7. Profesionalitas jabatan.

1.2 Tujuan Aktualisasi Adapun tujuan dari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS adalah sebagai berikut : 1. Peserta mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam kegiatan yang telah ditetapkan sebagai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) 2. Mengetahui dampak implementasi nilai-nilai dasar profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam kegiatan yang telah ditetapkan sebagai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) 3. Memahami peran dan kedudukan PNS di NKRI

1.3 Manfaat Kegiatan 1. Bagi PNS Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA akan menciptakan PNS yang akuntabel dengan memiliki jiwa kepemimpinan, berintegritas, profesional, dan bersih Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Seluruh karakter PNS tersebut juga didukung oleh jiwa nasionalisme yang tinggi sehingga akan berdampak baik pada etika publik dan mutu pelayanan unit terkait. 2. Bagi Satuan Kerja Terbentuk iklim kerja yang kondusif dalam melayani publik, serta meningkatkan akuntabilitas unit kerja. Kinerja individu yang meningkat memungkinkan unit kerja


4

untuk lebih cepat dalam mencapai visi dan mewujudkan citra lembaga yang lebih baik.

1.4 Ruang Lingkup Aktualisasi Ruang lingkup Aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS yang dilakukan meliputi rancangan aktualisasi kegiatan yang disusun berdasarkan SKP, perintah atasan, dan inovasi; tahap kegiatan, serta hasil kegiatan. Ruang lingkup ini dilakukan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah anak dalam lingkungan Departemen Ilmu Bedah RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, serta memberikan bimbingan pada peserta didik. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi sebagai PNS yang berkarakter dan profesional.


5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Umum RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang terletak di Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur Nomor 38 Bandung 40161. Sebelumnya rumah sakit ini bernama RS Ranca Badak. Pada tahun 2006 status rumah sakit berubah menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Adapun peta lokasi RSUP Dr. Hasan Sadikin bandung dapat dilihat pada lampiran. 2.1.1 Sejarah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaannya berpindah ke pemerintah daerah yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan sebagai rumah sakit propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak saat itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997 RSHS ditetapkan menjadi unit swadana. Keluarnya Undang-undang nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 124 tahun 1997 menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas Negara. Bersamaan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi


6

perusahaan jawatan (Perjan). Pada tahun 2006 RSHS bersama 12 rumah sakit lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Status RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Pemerintah. 2. Di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI.

3. Termasuk rumah sakit tipe A. 4. Rumah Sakit Pendidikan. 5. Rujukan utama untuk Provinsi Jawa Barat. Pusat Unggulan Nasional dalam Bidang Jantung, Onkologi, dan Kedokteran Nuklir

2.2 Visi, Misi, Tujuan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 2.2.1 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Visi: Menjadi institusi kesehatan yang unggul dan transformative dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat (Transformative leader in health care) Misi: 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima 2. Menyelenggarakan sistem rujukan pelayanan bermutu 3. Melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat yang lebih baik

2.2.2 Tujuan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Menciptakan pelatanan sebaik-baiknya kepada seluruh public sesusai dengan ketetentuan yang telah ditetapkan Kementrian Kesehatan RI

2.3 Janji Pelayanan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nilai-nilai filosofis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dituangkan dalam janji layanan yaitu:


7

PAMINGPIN PITUIN Kepemimpinan

: Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya

Profesional

: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja

melalui

perjalan kemitraan Inovatif

: Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan

Tulus

: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif

Unggul

: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima

Integritas

:

Nilai

yang

menggambarkan

kejujuran,

amanah,

dan

menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas Selain itu, terdapat beberapa motto pelayanan kesehatan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, yaitu : 1. SIGAP Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun (5S) Inovatif dalam berkarya Gelorakan Semangat Pelayanan Prima Amanah Menjaga Keselamatan Pasien Peduli, Perhatian dan Perasaan 2. PRIMA P

= Profesional Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik

(prima)

disertai

kompetensi

dalam

disiplin

ilmu

yang

mendasarinya R

= Respek Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan


8

kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan. I

= Integrasi Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi.

M

= Manusiawi Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.

A

= Amanah Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.

2.4 Struktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat sebagai berikut.


9

2.5 Divisi Bedah Anak - Departemen Ilmu Bedah RSUP dr. Hasan Sadikin Divisi bedah anak berada dibawah koordinasi Departemen Ilmu Bedah bersama dengan beberapa divisi lain. Departemen Ilmu Bedah telah berdiri sejak 1963 dan Divisi Bedah Anak mulai berdiri sejak tahun 1989. Sedangkan pendidikan subspesialis bedah anak berdiri sejak tahun 1997, baru sejak tahun 2006 diselenggarakan pendidikan resmi spesialis 1 bedah anak melalui Surat Keputusan Dirjen Dikti no. 3794/D/T/2006. Saat saat ini terdapat 51 luusan spesialis bedah anak sejak 1997 dari RSUP Dr. Hasan Sadikin – Universitas Padjadjaran Bandung. Berikut ini adalah struktur organisasi Divisi Bedah Anak Departemen Ilmu Bedah RSHS :


10

Divisi bedah anak melakukan pelayanan dibawah koordinasi KSM Ilmu Bedah RSUP dr. Hasan Sadikin, bentuk pelayanan yang diberikan diantaranya pelayanan poliklinik bedah anak, pelayanan gawat darurat bedah anak, pelayanan operasi (elektif, emergency atau ODS), perawatan pasien rawat inap dan intensif. Di Divisi Bedah Anak terdapat beberapa sub-divisi yaitu bedah urogenital anak, bedah digestif anak dan bedah neonatus yang terdiri dari 7 orang staf medis. Program Studi Bedah Anak memiliki visi menjadi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) yang menempatkan keunggulan pendidikan dan penelitian dalam Ilmu Bedah Anak pada tahun 2021 untuk kemaslahatan masyarakat guna mendorong daya saing bangsa. Sedangkan misi-misinya antara lain: 1. Menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis bedah anak dengan standar Pendidikan yang ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Bedah Anak Indonesia dan organisasi Federasi Dunia untuk Pendidikan Kedokteran (World Federation for Medical Education) 2. Menciptakan atmosfer akademik yang kondusif untuk proses belajarmengajar, peningkatan keterampilan bedah dan penelitian, serta mendukung pengembangan sikap peserta didik untuk belajar mandiri 3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang berbasis pelayanan dan riset bedah melalui proses pendidikan di rumah sakit pusat Pendidikan dan jejaringnya. 4. menyelenggarakan sistem organisasi dan tata kelola institusi pendidikan bedah anak yang mandiri dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata pamong yang baik.


11

2.6 Profil Peserta Nama

: Emiliana Lia

NIP

: 198301152020122001

Jabatan /Golongan : Dokter Pendidik Klinis / IIIb Unit Kerja

: Divisi Bedah Anak Departemen / SMF Ilmu Bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin

Instansi

: Kementerian Kesehatan

Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta diklat mengacu kegiatan dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), yaitu : 1.

Melaksanakan pelayanan medik spesialistik

2.

Melaksanakan pelayanan medis spesialistik sederhana dengan pembimbingan terhadap peserta pendidikan dokter

3.

Melakukan tugas jaga

4.

Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana alam/wabah di lapangan

5.

Melakukan pengamatan penyakit/wabah di lapangan

6.

Menyusun laporan pelaksaan tugas

7.

Melaksanakan tugas kedinasan lain

8.

Melaksanakan Pelayanan Medis Rawat Jalan

9.

Melaksanakan Pelayanan Medis Rawat Inap

10. Menjadi Narasumber (kegiatan) 11. Penguji Ujian akhir sebagai sekretaris (kegiatan) 12. Memberi Perkuliahan/tutorial (kegiatan) 13. Mengikuti Seminar/lokakarya sebagai Anggota 14. Mengikuti seminar sebagai Pembahas/Moderator


12

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

Kegiatan aktualisasi merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan peserta Pelatihan Dasar (Latsar) dengan tahapan awal menyusun rancangan aktualisasi berdasarkan isu yang ada di unit kerja, dalam hal ini Divisi Bedah Anak, Departemen/KSM Ilmu Bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tehnik penapisan isu yang digunakan dalam menentukan isu prioritas yang akan dibahas adalah dengan menggunakan tehnik USG. Isu

terpilih

kemudian

akan

dicari

sumber

permasalahannya

dengan

menggunakan teknik fish bone, yang selanjutnya akan dianalisis lagi untuk dipilih masalah mana yang paling mampu laksana dan mungkin untuk diselesaikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk menentukan penyebab masalah mana yang akan diselesaikan dilakukan penapisan lagi dengan menggunakan metode APKL. Rancangan kegiatan ini kemudian disusun sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dikaitkan dengan nilai-nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitemen Mutu dan Anti Korupsi), Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of Goverment

3.1 Identifikasi Isu Identifikasi isu dilakukan berdasarkan metode environmental scanning di unit kerja di Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, maka didapatkan isu-isu aktual yang diidentifikasi sebagai isu-isu kontemporer, antara lain sebagai berikut : 1. Belum optimalnya pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik Program Studi Bedah Anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin 2. Adanya keterlambatan diagnosis kasus bedah anak di Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin 3. Penundaan jadwal operasi kasus elektif di Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin


13

Deskripsi Isu 1. Belum optimalnya pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik Program Studi Bedah Anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin RSUP Dr. Hasan Sadikin merupakan rumah sakit vertikal dibawah Kementerian Kesehatan saat ini menjadi pusat rujukan di Jawa Barat. RSUP Dr. Hasan Sadikin juga merupakan rumah sakit pendidikan untuk Universitas Padjajaran (Unpad). Unpad menjadi salah satu senter pendidikan untuk program studi profesi dokter, program studi spesialis dan program studi subspesialis. Program Studi (Prodi) Dokter Spesialis Bedah Anak memiliki peserta didik yang menjalani pendidikan spesialis di rumah sakit pendidikan, selain membantu pelayanan spesialistik untuk dokter spesialis bedah anak. Salah satu tugas pokok jabatan dokter pendidik klinis adalah melaksanakan tindakan medis spesialistik sederhana dengan pembimbingan terhadap peserta pendidikan dokter. Pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik prodi bedah anak dinilai belum optimal selama ini, terutama di masa pandemi covid-19. Pelaporan tindakan medis yang telah dilakukan selama ini terkesan tidak terstruktur dikarenakan belum adanya pedoman dalam memantau pelaporan tindakan medis tersebut. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap pentingnya pelaporan tindakan medis serta belum adanya media spesifik dalam pengumpulan laporan tindakan medis menjadi salah satu kendala lain belum optimalnya pemantauan terhadap peserta didik. Hal lainnya berkaitan dengan kondisi pandemi covid-19 menyebabkan kegiatan tatap muka menjadi terbatas dan masih banyaknya kegiatan perkantoran yang dilakukan dari rumah (work from home) pada periode waktu tertent. Serta belum adanya media pemantauan tindakan medis spesialistik yang berbentuk digital dan dapat diakses semua orang dari mana saja dan kapan saja. 2. Adanya keterlambatan diagnosis kasus bedah anak di Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Adanya peningkatan keterlambatan diagnosis kasus bedah anak tercatat cukup banyak selama masa pandemi covid-19 ini. Banyak pasien dan keluarga pasien yang merasa tidak nyaman untuk datang berobat ke rumah sakit selama masa pandemi, karena takut tertular covid-19 selama di rumah sakit. Adanya kekatukan tertular covid-19 selama di rumah sakit juga ditambah alur penerimaan pasien di unit gawat darurat dan rawat jalan sedikit mengalami perubahan. Alur pasien masuk di unit gawat darurat berubah karena ada unit gawat darurat covid-


14

19, selain adanya skrining tambahan covid-19, dalam hal ini pemeriksaan PCR, untuk semua pasien yang akan dilakukan tindakan operasi. Sedangkan untuk pelayanan rawat jalan diberlakukan pendaftaran online selama masa pandemik, yang mungkin belum tersosialisasi dengan baik di kalangan masyarakat. Selain itu adanya keterbatasan sumber daya kesehatan dalam hal ini praktek dokter spesialis bedah anak, dikarenakan himbauan dari perhimpunan dokter spesialis bedah anak untuk membatasi konsultasi tatap muka dengan pasien selama masa pandemi, menyebabkan pasien mengalami kendala untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. 3. Penundaan jadwal operasi kasus elektif di Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Kondisi pandemi covid-19 yang tentu saja merubah hampir semua aspek kehidupan. Salah satu yang terkena dampaknya secara hebat adalah sistem kesehatan, tidak luput juga dengan pelayanan Kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin. Dengan banyaknya kasus covid-19 di Jawa Barat tentu saja membuat perubahan besar dalam pelayanan kesehatan di RSHS. Banyak ruang perawatan kemudian beralih fungsi untuk dijadikan ruang perawatan bagi penderita covid-19. Operasi terjadwal (elektif) untuk kasus bedah anak hampir semua mengalami penundaan, selain terbatasnya ruangan perawatan pasca operasi, terbatasnya penggunaan kamar operasi untuk operasi elektif dan juga himbauan dari perhimpunan dokter spesialis bedah anak untuk mengurangi jadwal operasi elektif.

3.2 Penetapan Isu Untuk memilih isu mana yang paling signifikan untuk diangkat dari tiga isu tersebut, maka dilakukan analisis penapisan isu yang dengan menggunakan tehnik USG, dimana penilaian menggunakan skala nilai 1-5 (5: sangat besar, 4: besar, 3: sedang, 2: kecil, 1: sangat kecil) berdasarkan kriteria urgency (U) yaitu seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang tersedia, Seriousness (S) yaitu apabila masalah ini tidak ditangani maka akan muncul masalah yang lain dan Growth (G) yaitu apabila masalah ini tidak dipecahkan akan menjadi lebih buruk. Dibawah ini merupakan hasil penapisan isu menggunakan metode USG.


15

Isu 1.

Urgency

Seriousness

Growth

Total

5

5

5

15

diagnosis

5

4

4

13

Penundaan jadwal operasi kasus

5

5

4

14

Belum

optimalnya

pemantauan

tindakan medis spesialistik pada peserta didik prodi bedah anak 2.

Adanya

keterlambatan

kasus bedah anak 3.

elektif bedah anak

Tabel 3.1 Penapisan Isu menggunakan Metode USG Berdasarkan penapisan isu menggunakan teknik USG maka isu yang akan diangkat adalah : Belum optimalnya pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik prodi bedah anak. Isu ini dipilih karena RSUP Dr. Hasan Sadikin merupakan rumah sakit pendidikan Unpad dimana sebagai salah satu senter dari tiga senter Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Anak di Indonesia. Jumlah lulusan spesialis bedah anak di Indonesia sebanyak 139 orang sampai saat ini, dengan 51 orang berasal dari prodi bedah anak Unpad. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020 oleh Badan Statistik Nasional, penduduk Indonesia berkisar 270 juta penduduk, dan 88 juta masuk kelompok usia kurang dari 18 tahun. Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia sekitar 49 juta jiwa dan jumlah penduduk kurang dari 18 tahun berkisar 17 juta jiwa. Hal ini tentu saja menyebabkan kasus bedah anak tergolong tinggi, terlebih RSUP Dr. Hasan Sadikin merupakan rujukan tertinggi di Jawa Barat. Sehingga kebutuhan akan lulusan dokter spesialis bedah anak yang berkualitas tinggi merupakan hal yang penting. Dalam rangka menghasilkan lulusan dokter spesialis bedah anak yang berkualitas dan berdaya saing, maka institusi pendidikan dokter spesialis bedah anak juga harus mampu menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Bedah Anak. Sesuai tugas pokok jabatan dokter pendidik klinis, yaitu melaksanakan tindakan medis spesialistik dengan pembimbingan terhadap peserta pendidikan dokter, pemantauan terhadap tindakan medis spesialistik termasuk didalamnya. Dengan banyaknya kasus bedah anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin maka tindakan medis spesialistik bedah anak juga memiliki volume yang besar. Hal ini tentu saja sangat baik sebagai tempat diselenggarakannya pendidikan, namun berdampak juga terhadap pemantauan tindakan medis spesialistik dengan pembimbingan terhadap peserta didik program studi spesialis bedah anak juga menjadi sangat penting, agar tidak


16

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal-hal tersebut seperti meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien, kurang optimalnya hasil pasca operasi, yang berdampak pada penurunan kualitas pendidikan dan lulusan dokter spesialis bedah anak.serta dapat berimbas pada tuntutan keluarga pasien Kondisi pandemik covid-19 menyebabkan terjadi beberapa penyesuaian terhadap sistem pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran tatap muka menjadi dibatasi, dan digantikan dengan pembelajaran jarak jauh. Durasi tatap muka yang dibatasi menjadikan terkendalanya pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak. Pelaporan sering kali terlambat karena aktivitas perkantoran atau sekretariat pendidikan dilakukan dari rumah (work from home) dalam beberapa periode waktu tertentu. Oleh karena itu diperlukan panduan agar pemantauan tindakan medis spesialistik tetap dapat berjalan dengan baik selama kondisi pandemik covid-19 ini.

3.3 Analisis Penyebab Isu Oleh karena dampak isu ini cukup besar, maka dilakukan analisis penyebab belum optimalnya pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik Program Studi Bedah Anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin dengan menggunakan metode fish bone seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Diagram 3.1 Fish bone analisis penyebab isu


17

Peserta didik memiliki sejumlah kompetensi yang harus dicapai selama masa Pendidikan. Kompetensi tersebut terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap junior, madya dan senior. Setiap kenaikan tahap terdapat beberapa kompetensi yang harus terpenuhi baik dari aspek kognitif dan psikomotornya. Kelengkapan pencapaian kompetensi di masing-masing tahap akan menjadi persyaratan seorang peserta didik untuk dapat mengikuti ujian kenaikan tahap. Pencapaian kompetensi itu baik secara kognitif atau psikomotor. Pencapaian kompetensi secara psikomotor akan terlihat dari pencapaian tindakan medis spesialistik. Untuk setiap tindakan medis spesialistik akan berjenjang mulai dari pengamat (observer), asisten operasi dan melakukan operasi secara mandiri (operator). Sebagai peserta didik yang setiap tindak tanduknya berada dibawah tanggung jawab seorang dokter penanggung jawab pasien, maka setiap peserta didik wajib melakukan pelaporan. Selain untu melindungi peserta didik dari aspek legal, juga untuk kepentingan pendidikan dalam hal pemenuhan kompetensi. Namun tidak jarang seorang peserta didik kurang memahami pentingnya pelaporan tindakan medis spesialistik tersebut, sehingga pelaporan menjadi terlambat atau bahkan tidak dilaporkan, serta pelaporan tindakan medis spesialistik pasien tidak lengkap. Beberapa hal yang mungkin berhubungan dengan hal tersebut antara lain belum adanya panduan pelaporan tindakan medis spesialistik peserta didik. Buku kurikulum , buku pedoman dan buku panduan pendidikan dokter spesialis bedah anak memang mencantumkan mengenai kompetensi yang harus dicapai di tiap tahap, namun belum mengatur secara detail butir-butir pelaporan tindakan medis spesialistik yang diperlukan. Selain itu pelaporan tindakan medis spesialistik saat ini dilakukan oleh peserta didik dengan mengisi buku log, yang pada dasarnya masih berbasis kertas. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka pelaporan tindakan medis spesialistik akan lebih baik dengan media berbasis digital. Hal tersebut akan memudahkan baik peserta didik maupun dokter pendidik klinis untuk dapat mengisi dan mengakses perangkat tersebut dengan lebih mudah. Dengan kemudahan tersebut diharapkan pengisian dan aksesnya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tanpa terkendala sehingga pemantauan tindakan medis spesialistik tersebut akan menjadi optimal.

3.4 Gagasan Pemecahan Isu Berdasarkan sifat aktualnya, isu di atas ini merupakan masalah yang benar-benar terjadi dan saat ini sedang hangat dibahas. Dari sisi problematik isu ini memiliki dimensi


18

yang kompleks, merupakan hal yang menarik dan mendesak untuk dicari jalan keluarnya. Kondisi pandemik yang sudah berjalan cukup lama ini merubah tatanan kehidupan sosial saat ini, dengan dibatasinya pertemuan tatap muka. Penyelenggaraan pendidikan juga terganggu dengan adanya pembatasan tatap muka tersebut. Pertemuan dengan jumlah orang banyak tidak dapat dilakukan, selain dibutuhkan juga untuk menjaga jarak dengan kata lain tidak dapat berkerumun. Adanya aktivitas perkantoran yang dilakukan dari rumah (work from home) membuat peserta didik memiliki akses yang terbatas untuk melakukan pelaporan pemantauan tindakan medis ke sekretariat program studi. Hal tersebut merupakan suatu hal yang problematik yang memiliki dimensi yang kompleks, berkaitan dengan beberapa unit dan bidang. Dari sisi kekhalayakan isu hal ini menyangkut hidup orang banyak, dari jumlah peserta didik di program studi bedah anak saat ini yang berjumlah 40 orang. Apabila peserta didik tersebut lulus dengan kualitas yang tidak sesuai standard yang ditentukan tentu saja kedepannya dalam melayani masyarakat akan berkurang kualitasnya. Dari sisi kelayakan, penyebab masalah ini sangat realistis untuk dapat diselesaikan dan masuk akal untuk dilakukan karena sesuai dengan bidang keahlian, kewenangan dan sejalan dengan Sasaran Kinerja Pegawai yang telah ditetapkan oleh unit kerja dalam hal ini RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Belum adanya pedoman dalam memantau laporan tindakan medis spesialistik terhadap peserta didik bedah anak merupakan faktor penyebab isu yang penting. Hal tersebut dikarenakan belum adanya tata cara terstruktur yang digunakan serta petunjuk untuk memantau pelaporan tindakan medis, terutama dalam kondisi pandemik ini. Oleh karena itu dibutuhkan panduan yang tepat untuk dapat mengatasi permasalahan yang terkait dengan hal tersebut. Media pemantauan tindakan spesialistik terhadap peserta didik akan lebih efektif dan efisien apabila diselenggarakan dalam bentuk digital. Selain inovatif, media digital juga dianggap menjadi jawaban dari tantangan dalam kondisi pandemik ini, karena tetap dapat menjaga pembatasan tatap muka, mudah diakses dari mana saja, tanpa peserta didik atau tenaga kependidikan harus datang ke sekretariat, serta dapat diperbaharui kapan saja sehingga informasi akan selalu faktual. Hal lain yang juga penting bahwa media tersebut dapat diawasi oleh semua pihak yang terkait, antara lain ketua program studi, dokter pendidik klinis yang bertugas melakukan pemantauan, peserta didik dan tenaga kependidikan.


19

Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, maka panduan pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik program studi bedah anak dinilai penting, sehingga diambil langkah-langkah sebagai berikut: No. 1.

Gagasan

Diambil dari

Melaksanakan koordinasi dengan Ketua Program Studi Inovasi Bedah Anak dan Kepala Divisi Bedah Anak

2.

Melaksanakan koordinasi dengan tenaga kependidikan dan Perintah atasan dokter pendidik klinis di Prodi Bedah Anak

3.

Penyusunan pedoman

Inovasi

pemantauan tindakan medis SKP

spesialistik bedah anak pada peserta didik program Inovasi pendidikan spesialis bedah anak menggunakan google form 4.

Uji coba pedoman pemantauan tindakan medis spesialistik SKP bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik

5.

Sosialisasi

pedoman

pemantauan

tindakan

Inovasi

medis Perintah atasan

spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik 6.

Evaluasi pedoman pemantauan tindakan medis spesialistik Perintah atasan bedah anak

Dalam melaksanakan rangkaian kegiatan penyelesaian isu tersebut, penulis akan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN, yaitu Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA), dan peran dan kedudukan ASN, yaitu manajemen ASN, Whole of Government serta pelayanan publik. Pada akhir kegiatan aktualisasi akan dilakukan analisis dampak pelaksanaan kegiatan Rincian kegiatan ini tertuang dalam rancangan kegiatan aktualisasi beserta time table sebagai panduan pelaksanaan aktualisasi di unit kerja.


20

No.

Kegiatan

Tahapan

Output

Keterkaitan Substansi

1. 1.

2. Melaksanakan koordinasi dengan Ketua Program Studi dan Kepala Divisi Bedah Anak

3. 1. Mengajukan surat permohonan pertemuan dan mengatur jadwal pertemuan dengan ketua program studi/ kepala divisi bedah anak

4. Mendapatkan persetujuan ketua program studi/kepala divisi

5. Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur (Akuntabilitas); Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan (Nasionalisme); Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan dan terbuka terhadap semua masukan (Etika Publik); Memastikan surat permohonan dibuat dengan bahasa yang resmi dan baik (Komitmen Mutu); Menyampaikan konsep kegiatan aktualisasi dengan mandiri, jujur dan penuh dedikasi

2. Menyampaikan maksud dan tujuan diangkatnya isu 3. Melakukan diskusi dan mendengarkan arahan dari kepala divisi/ ketua program studi

Dokumen pendukung : 1. Surat permohonan pertemuan 2. Absensi dan notulensi

Konstribusi Visi dan Misi 6. Sesuai dengan misi Program Studi Bedah Anak: Menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis bedah anak dengan standar pendidikan yang ditetapkan oleh Kolegium Bedah Anak Indonesia

Penguatan Nilai Organisasi 7. Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin, Pamingpin Pituin, terutama nilai : Profesional Unggul


21 2.

Melaksanakan koordinasi dengan tenaga kependidikan dan dokter pendidik klinis di Prodi Bedah Anak

1. Membuat undangan rapat koordinasi dengan tenaga kependidikan dan dokter pendidik klinis prodi bedah anak 2. Melakukan diskusi tentang konsep panduan pemantauan tindakan medis spesialistik yang akan dibuat 3. Membuat notulensi rapat penyusunan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik

Mendapatkan draft konsep panduan pemantauan tindakan spesialistik peserta didik prodi bedah anak

Dokumen pendukung : 1. Surat undangan untuk dokter pendidik klinis 2. Mendapatkan dokumentasi kegiatan 3. Absensi dan notulensi rapat

Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur (Akuntabilitas); Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan (Nasionalisme); Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan dan terbuka terhadap semua masukan serta berperan aktif dalam rapat dan memberi saran dengan mengikuti tata cara yang berlaku (Etika Publik); Memastikan surat undangan koordinasi dibuat dengan bahasa yang resmi dan baik (Komitmen Mutu,); Membuat notulensi rapat dengan baik, cermat, jujur dan tanpa

Sesuai dengan Misi Program Studi Bedah Anak: Menciptakan atmosfer akademik yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang lebih baik

Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin, Pamingpin Pituin, terutama nilai : Kepemimpinan Unggul Inovatif


22 manipulasi (Antikorupsi) 3.

Pembuatan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik program pendidikan spesialis bedah anak

1. Penyusunan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak dengan berbasis google form 2. Melakukan konsultasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik ke Ketua Program Studi/Kepala Divisi 3. Pengajuan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik ke Ketua Program Studi/Kepala Divisi

Disetujuinya draft panduan pemantauan tindakan medis spesialistik oleh Ketua Program Studi/Kepala Divisi

Bertanggung jawab dalam pembuatan draft yang sesuai dengan data-data yang telah disepakati dan melaksanakan kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, Dokumen mematuhi peraturan pendukung : dan jujur (Akuntabilitas); 1. mendapatkan Melakukan tugas dokumentasi dengan mementingkan kegiatan kepentingan publik dan menjadi figur teladan 2. Dokumen (Nasionalisme); draft panduan Menyampaikan yang pemikiran dalam diskusi ditandatangan dengan santun dan oleh atasan sikap menghargai (Etika Publik); Membuat draft panduan pemantauan berdasarkan hasil kajian dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan

Sesuai dengan Misi Program Studi Bedah Anak: Meningkatkan dan mendukung sistem pembelajaran keterampilan bedah dan penelitian serta pengembangan sikap peserta didik untuk belajar mandiri

Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin, Pamingpin Pituin, terutama nilai : Profesional Unggul Inovatif


23

4.

Uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik

1. Membuat surat undangan untuk uji coba rancangan 2. Menjelaskan mengenai pelaksanaan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak 3. Melakukan uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik oleh dokter pendidik klinis dan peserta didik

Terlaksananya uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak oleh dokter pendidik klinis dan peserta didik Dokumen pendukung: 1. Surat undangan uji coba 2. Mendapatkan dokumentasi uji coba panduan pemantauan

kerja yang ada (Komitmen Mutu); Membuat draft konsep dengan baik, cermat, jujur dan tanpa manipulasi (Antikorupsi) Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur (Akuntabilitas); Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan (Nasionalisme); Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan, santun, mudah dipahami dan terbuka terhadap semua masukan (Etika Publik); Melaksanakan uji coba dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada (Komitmen Mutu);

Sesuai dengan Misi Program Studi Bedah Anak: Menciptakan atmosfer akademik yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang lebih baik

Sesuai dengan filosofi RSHS : Profesional Tulus Unggul


24

5.

Sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik

1. Membuat surat undangan sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik 2. Membuat materi paparan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak 3. Melakukan sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak

Melaksanakan uji coba dengan baik, cermat, jujur dan tanpa manipulasi (Antikorupsi) Terlaksananya Kegiatan dilakukan sosialisasi dengan professional, panduan berintegritas, semangat, pemantauan mematuhi peraturan tindakan medis dan jujur dengan baik (Akuntabilitas); Melakukan tugas Dokumen dengan mementingkan pendukung: kepentingan publik dan 1. Surat menjadi figur teladan undangan (Nasionalisme); Penyampaian paparan 2. Paparan dilakukan dengan sosialisasi sopan, santun, mudah dipahami dan terbuka 3. Dokumentasi terhadap semua kegiatan masukan (Etika Publik); Melaksanakan sosialisasi dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada serta memberi komitmen bagi kepuasan pelanggan (Komitmen Mutu);

Sesuai dengan Misi Program Studi Bedah Anak: Menyelenggarakan sistem organisasi dan tata kelola institusi bedah anak yang mandiri

Sesuai dengan filosofi RSHS : Kepemimpinan Tulus Integritas


25

6.

Evaluasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak

1. Menyusun perangkat evaluasi dalam bentuk kuesioner untuk perbaikan dan pembaharuan 2. Mengirimkan kuesioner kepada peserta didik 3. Mengumpulkan umpan balik kuesioner

Terlaksananya evaluasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak Dokumen pendukung : 1. Kuesioner evaluasi 2. Umpan balik dari peserta didik

Melakukan kegiatan dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja keras (Anti Korupsi) Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur (Akuntabilitas); Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan (Nasionalisme); Penyampaian evaluasi dilakukan dengan sopan, santun, mudah dipahami dan terbuka terhadap semua masukan (Etika Publik); Melaksanakan evaluasi dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada serta memberi komitmen bagi kepuasan pelanggan (Komitmen Mutu);

Sesuai dengan Misi Program Studi Bedah Anak : Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang berbasis pelayanan dan riset bedah melalui proses pendidikan di rumah sakit pusat Pendidikan dan jejaringnya

Sesuai dengan filosofi RSHS : Integritas Unggul


26 Melaksanakan kegiatan dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja keras (Anti Korupsi);


27 1.5 Rencana Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi No.

Kegiatan

September 6-10

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Melaksanakan koordinasi dengan Ketua Program Studi Bedah Anak dan Kepala Divisi Bedah Anak Melaksanakan koordinasi dengan tenaga kependidikan dan dokter pendidik klinis di Prodi Bedah Anak Pembuatan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada peserta didik program pendidikan spesialis bedah anak Uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik Sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik Evaluasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak

Oktober

11-

18-

25-

17

24

30

1-9


28 BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI

4.1 Deskripsi Pelaksaan Aktualisasi Kegiatan aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS tahun 2021 ini dilaksanakan pada tanggal 6 September 2021 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2021 di Divisi Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kegiatan aktualisasi berjudul “Penyusunan Panduan Pemantauan Tindakan Medis Spesialistik pada Peserta Didik Program Studi Bedah Anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dengan penuh disiplin dan penuh tanggung jawab, sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan pada rancangan aktualisasi. Tabel 4.1 Jadwal Realisasi Kegiatan Aktualisasi No.

Kegiatan

September 6-10

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Melaksanakan koordinasi dengan Ketua Program Studi Bedah Anak dan Kepala Divisi Bedah Anak Melaksanakan koordinasi dengan tenaga kependidikan dan dokter pendidik klinis di Prodi Bedah Anak Pembuatan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada peserta didik program pendidikan spesialis bedah anak Uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik Sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak pada dokter pendidik klinis dan peserta didik Evaluasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak

Oktober

11-

18-

25-

17

24

30

Ket.

1-8

Tercapai

Tercapai

Tercapai

Tercapai

Tercapai

Tercapai


29 4.2 Hasil Capaian Pelaksanaan Aktualisasi Tahapan-tahapan kegiatan dalam aktualisasi ini dilaksanakan dengan penuh disiplin dan tanggung jawab. Waktu pelaksanaan beberapa tahap tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan pada rancangan aktualisasi, akan tetapi output dari semua tahapan tersebut tercapai semua. 4.2.1 Hasil Capaian Kegiatan I - Melaksanakan koordinasi dengan Ketua Program Studi dan Kepala Divisi Bedah Anak. a. Waktu Kegiatan Jadwal

: Tanggal 6-10 September 2021

Pelaksanaan : Rabu, 8 September 2021, Pk. 08.00 melalui daring zoom meeting. b. Tahapan Kegiatan 1. Mengajukan surat permohonan pertemuan dan mengatur jadwal pertemuan dengan ketua program studi/ kepala divisi 2. Menyampaikan maksud dan tujuan diangkatnya isu 3. Melakukan diskusi dan mendengarkan arahan dari kepala divisi/ ketua program studi c. Output Mendapatkan persetujuan KPS dan Kepala Divisi Bedah Anak d. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Akuntabilitas

: Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur

2. Nasionalisme

: Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan

3. Etika Publik

: Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan dan terbuka terhadap semua masukan

4. Komiten Mutu

: Memastikan surat permohonan dibuat dengan bahasa yang resmi dan baik

5. Anti Korupsi

: Menyampaikan konsep kegiatan aktualisasi ini dengan mandiri, jujur dan penuh dedikasi


30

e. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi Sesuai dengan misi Program Studi Bedah Anak:

Menyelenggarakan pendidikan

dokter spesialis bedah anak dengan standar pendidikan yang ditetapkan oleh Kolegium Bedah Anak Indonesia. f. Penguatan Nilai Organisasi Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pamingpin Pitiun, terutama nilai Profesional dan Unggul. Dokumentasi kegiatan I Surat undangan (6x7)

Foto kegiatan (10,02x6,26)


31 4.2.2 Hasil Capaian Kegiatan II – Melaksanakan koordinasi dengan tenaga kependidikan dan dokter pendidik klinis di Prodi Bedah Anak a. Waktu Kegiatan Jadwal

: Tanggal 6-10 September 2021

Pelaksanaan : Rabu, 8 September 2021 Pk. 10.00 secara daring zoom meeting. b. Tahapan Kegiatan 1. Membuat undangan rapat koordinasi dengan tenaga kependidikan dan dokter pendidik klinis prodi bedah anak 2. Melakukan diskusi tentang konsep panduan pemantauan tindakan medis spesialistik yang akan dibuat 3. Membuat notulensi rapat penyusunan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik c. Output Mendapatkan draft konsep panduan pemantauan tindakan medis spesialistik peserta didik bedah anak d. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Akuntabilitas

: Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur

2. Nasionalisme

: Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan

3. Etika Publik

: Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan dan terbuka terhadap semua masukan serta berperan aktif dalam rapat dan memberi saran dengan mengikuti tata cara yang berlaku

4. Komiten Mutu

: Memastikan surat undangan koordinasi dibuat dengan bahasa yang resmi dan baik

5. Anti Korupsi

: Membuat notulensi rapat dengan baik, cermat, jujur dan tanpa manipulasi


32 e. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi Sesuai dengan misi Program Studi Bedah Anak: Menciptakan atmosfer akademik yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang lebih baik f. Penguatan Nilai Organisasi Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pamingpin Pitiun, terutama nilai Kepemimpinan, Unggul dan Inovatif. Dokumentasi kegiatan II Surat undangan

Foto kegiatan

Notulensi kegiatan


33 4.2.3 Hasil Capaian Kegiatan III – Pembuatan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik program studi pendidikan spesialis bedah anak a. Waktu Kegiatan Jadwal

: Tanggal 13-24 September 2021

Pelaksanaan : Rabu-Kamis, 15-16 September dan Rabu, 22 September 2021 b. Tahapan Kegiatan 1. Penyusunan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak dengan berbasis google form 2. Melakukan konsultasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik ke Ketua Program Studi/Kepala Divisi 3. Pengajuan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik ke KPS/Kepala Divisi Bedah Anak c. Output Draft panduan pemantauan tindakan medis spesialistik, yang kemudian disetujui oleh KPS Bedah Anak d. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Akuntabilitas

: Bertanggung jawab dalam pembuatan draft yang sesuai dengan data-data yang telah disepakati dan melaksanakan kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur

2. Nasionalisme

: Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan

3. Etika Publik

: Menyampaikan pemikiran dalam diskusi dengan santun dan sikap menghargai

4. Komiten Mutu

: Membuat draft pedoman pemantauan berdasarkan hasil kajian dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada

5. Anti Korupsi

: Membuat draft konsep dengan baik, cermat, jujur dan tanpa manipulasi


34 e. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi Sesuai dengan misi Program Studi Bedah Anak: Meningkatkan dan mendukung sistem pembelajaran keterampilan bedah dan penelitian serta pengembangan sikap peserta didik untuk belajar mandiri f. Penguatan Nilai Organisasi Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pamingpin Pitiun, terutama nilai Profesional, Inovatif dan Unggul. Dokumentasi kegiatan III Surat undangan

Panduan Pemantauan

Panduan pemantauan

https://bitly/pemantauantindakanmedis


35 Foto kegiatan

Foto kegiatan

Persetujuan Panduan oleh KPS

Foto kegiatan


36 4.2.4 Hasil Capaian Kegiatan IV – Uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik pada peserta didik program pendidikan spesialis bedah anak a. Waktu Kegiatan Jadwal

: Tanggal 20 - 24 September 2021

Pelaksanaan : Senin, 27 September 2021 b. Tahapan Kegiatan 1. Membuat surat undangan untuk uji coba 2. Menjelaskan mengenai pelaksanaan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik 3. Melakukan uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik oleh dokter pendidik klinis dan peserta didik c. Output Terlaksananya uji coba panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak d. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Akuntabilitas

: Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur

2. Nasionalisme

: Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan

3. Etika Publik

: Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan, santun, mudah dipahami dan terbuka terhadap semua masukan

4. Komiten Mutu

: Melaksanakan uji coba dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada

5. Anti Korupsi

: Melaksanakan uji coba dengan baik, cermat, jujur dan tanpa manipulasi

e. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi Sesuai dengan misi Program Studi Bedah Anak: Menciptakan atmosfer akademik yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang lebih baik. f. Penguatan Nilai Organisasi Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pamingpin Pitiun, terutama nilai Profesional, Tulus dan Unggul.


37 Dokumentasi kegiatan IV Tautan pengisian : https://bit.ly/pemantauantindakanmedis


38 Surat undangan

Foto kegiatan

Hasil uji coba


39 4.2.5 Hasil Capaian Kegiatan V – Sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik pada dokter pendidik klinis dan peserta didik program pendidikan spesialis bedah anak a. Waktu Kegiatan Jadwal

: Tanggal 27 - 30 September 2021

Pelaksanaan : Rabu, 29 September 2021 b. Tahapan Kegiatan 1. Membuat surat undangan untuk sosialisasi 2. Membuat materi paparan panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak 3. Melakukan sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik oleh dokter pendidik klinis dan peserta didik c. Output Terlaksananya kegiatan sosialisasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak d. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Akuntabilitas

: Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur

2. Nasionalisme

: Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan

3. Etika Publik

: Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan, santun, mudah dipahami dan terbuka terhadap semua masukan

4. Komiten Mutu

: Melaksanakan sosialisasi dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada

5. Anti Korupsi

: Melaksanakan sosialisasi dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja keras

e. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi Sesuai dengan misi Program Studi

Bedah Anak: Menyelenggarakan sistem

organisasi dan tata kelola institusi bedah anak yang mandiri


40 f. Penguatan Nilai Organisasi Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pamingpin Pitiun, terutama nilai Kepemimpinan, Tulus dan Integritas. Dokumentasi kegiatan V Surat undangan

Foto kegiatan

Foto kegiatan

4.2.6 Hasil Capaian Kegiatan VI - Evaluasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak a. Waktu Kegiatan Jadwal

: Tanggal 1 - 8 Oktober 2021

Pelaksanaan : Selasa, tanggal 5 Oktober 2021


41 b. Tahapan Kegiatan 1. Menyusun perangkat evaluasi dalam bentuk kuesioner 2. Mengirimkan kuesioner kepada peserta didik 3. Mengumpulkan umpan balik kuesioner c. Output Terlaksananya evaluasi panduan pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak d. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Akuntabilitas

: Kegiatan dilakukan dengan professional, berintegritas, semangat, mematuhi peraturan dan jujur

2. Nasionalisme

: Melakukan tugas dengan mementingkan kepentingan publik dan menjadi figur teladan

3. Etika Publik

: Penyampaian gagasan dilakukan dengan sopan, santun, mudah dipahami dan terbuka terhadap semua masukan

4. Komiten Mutu

: Melaksanakan evaluasi dengan tetap memperhatikan sumber daya dan lingkungan kerja yang ada

5. Anti Korupsi

: Melaksanakan kegiatan dengan disiplin, tanggung jawab dan kerja keras

e. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi Sesuai dengan misi Program Studi Bedah Anak: Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang berbasis pelayanan dan riset bedah melalui proses pendidikan di rumah sakit pusat Pendidikan dan jejaringnya f. Penguatan Nilai Organisasi Sesuai dengan filosofi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pamingpin Pitiun, terutama nilai Integritas dan Unggul.


42 Dokumentasi kegiatan VI Evaluasi dilakukan dengan google form https://bit.ly/evaluasipemantauantindakanmedis

Hasil evaluasi

Foto Kegiatan


43 Lembar Persetujuan Mentor


44 4.3. Rencana Tindak Lanjut dan Manfaat Aktualisasi Dengan diselesaikannya seluruh kegiatan aktualisasi ini, maka sebagai outputnya adalah tersusunnya Panduan Pemantauan Tindakan Medis Spesialistik pada Peserta Didik Program Studi Spesialis Bedah Anak. Pengembangan terhadap output aktualisasi ini perlu dilakukan agar hasil yang telah diperoleh tidak terhenti. Pengembangan tersebut yakni perlu ditambahkannya verifikasi untuk setiap tindakan medis spesialistik oleh dokter pendidik klinis yang bertugas sebagai verifikator. Pengembangan berikutnya adalah untuk pembuatan portofolio agar setiap kompetensi yang tercantum dimasukkan ke dalam sertifikat kompetensi masing-masing peserta didik di setiap tahapannya. Output aktualisasi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak yang terkait yakni, peserta didik dan institusi Program Studi Pendidikan Spesialis Bedah Anak serta RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Manfaat aktualisasi ini bagi peserta didik adalah peserta didik lebih percaya diri karena tindakan medis tercatat dengan baik. Selain itu peserta didik juga memiliki kepercayaan terhadap program studi bahwa mereka menempuh pendidikan secara terstuktur sesuai tahapan kompetensi. Manfaat untuk institusi program studi yakni bahwa tata Kelola program pendidikan untuk monitoring dan evaluasi juga lebih sistematis dan terstruktur. Sedangkan manfaat untuk rumah sakit adalah meningkatnya mutu rumah sakit dan terjaminnya keselamatan pasien sehingga berdampak terhadap kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Harapan penulis sendiri terhadap hasil output aktualisasi ini adalah keberlangsungan penggunaan dan penerapannya. Kedepannya penulis juga berkeinginan agar perangkat pemantauan tindakan medis spesialistik dapat dibuatkan bentuk aplikasi. Sehingga aplikasi tersebut bisa diinstal di setiap gawai peserta didik atau komputer KPS dan sekretariat program studi serta dokter pendidik klinis. Perangkat yang berbentuk aplikasi diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan output tersebut sehingga keberlangsungannya dapat terjamin.

Tabel 4.3 Rencana Tindak Lanjut No.

Kegiatan

Output

1.

Penambahan verifikasi dari dokter pendidik klinis yang menjadi verifikator tindakan medis spesialistik

Tindakan medis masingmasing peserta didik akan mencantumkan tandatangan verifikator

Waktu Kegiatan 1 -5 November 2021

Para Pihak Terlibat Seluruh dokter pendidik klinis yang menjadi DPJP pasien

Sumber Biaya Tidak ada

Keterangan -


45

2.

3.

kedalam buku panduan Pengembangan untuk penambahan sertifikat kompetensi ke dalam portofolio Pembuatan aplikasi berbasis website untuk pemantauan tindakan medis spesialistik bedah anak

Sertifikat kompetensi masuk ke portofolio peserta didik

8 – 19 November 2021

KPS dan Sekretariat Prodi Bedah Anak

Tidak ada

-

Aplikasi Pemantauan Tindakan Medis Bedah Anak berbasis website

15 – 26 November 2021

Sekretariat Bedah Anak dan Tim IT

Tidak ada

-


46 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Tahapan pembelajaran aktualisasi Pelatihan dasar CPNS yang telah dilaksanakan merupakan langkah nyata untuk mewujudkan PNS professional. PNS yang berkarakter sebagai pelayan masyarakat diharapkan tercapai melalui aktualisasi substansi materi pokok yang telah dipelajari pada setiap tahap pembelajaran, sehingga aktualisasi ini akan menjadi nyata dan mampu laksana. Kegiatan aktualisasi ini telah terlaksana dengan baik sesuai jadwal waktu rancangan aktualisasi. Hasil output aktualisasi berupa Panduan Pemantauan Tindakan Medis Spesialistik pada Peserta Didik Program Studi Bedah Anak. Panduan tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran agar mampu menjawab tantangan di era globalisasi dan perkembangan ilmu serta teknologi digitalisasi. Dampak yang diharapkan agar lulusan dokter spesialis bedah anak tetap berkualitas dan mampu bersaing.

5.2 Saran Panduan pemantauan tindakan medis spesialistik peserta didik bedah anak disusun untuk mengakomodir proses pembelajaran yang berbasis digital. Pada panduan tersebut terdapat daftar kompetensi peserta didik untuk setiap tahap dan petunjuk pengisian pemantauan tindakan medis spesialistik berbasis digital. Peserta didik diharapkan melakukan pelaporan tindakan medis spesialistik secara berkesinambungan sehingga di akhir tahapan akan didapatkan daftar tindakan yang lengkap. Dengan demikian akan dapat dilakukan evaluasi dengan mudah.


47

DAFTAR PUSTAKA

LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Analisis isu kontemporer. Jakarta: LembagaAdministrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Etika Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Komitmen Mutu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Antikorupsi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Manajemen ASN. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Whole of government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara LAN. (2017). Modul pelatihan dasar calon PNS: Pelayanan publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara


LAMPIRAN

PANDUAN PEMANTAUAN TINDAKAN MEDIS SPESIALISTIK PESERTA DIDIK BEDAH ANAK ___________________________________________________________________________

Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Anak

PROGRAM STUDI DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN - UNIVERSITAS PADJADJARAN 2021


LEMBAR PERSETUJUAN

PANDUAN PEMANTAUAN TINDAKAN MEDIS SPESIALISTIK PADA PESERTA DIDIK PROGRAM STUDI BEDAH ANAK DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Ketua Program Studi

Dr. Rizki Diposarosa, dr., SpBA(K) 197506282003121004


PENGANTAR

Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi kedokteran pada era globalisasi, makaseluruh aspek bidang keahlian bedah perlu untuk menyelaraskan diri dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi tersebut tidak terkecuali bedah anak. Peningkatan pengetahuan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan bedah anak menuntut adanya lulusan dokter spesialis bedah anak yang berkualitas sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimal. Setiap pencapaian kompetensi yang didapat oleh lulusan di setiap institusi pendidikan bedah anak harus dapat beriringan dengan perkembangan ilmu dan teknologi bidang bedah anak yang sedang berkembang. Dengan demikian diharapkan setiap lulusan program pendidikan dokter spesialis bedah anak di Indonesia setara dengan lulusan pendidikan bedah anak internasional. Kondisi pandemik covid-19 memiliki imbas di berbagai aspek kehidupan kita, tidak terkecuali sistem pendidikan kita. Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Anak Universitas Padjadjaran juga mendapatkan dampak perubahan tersebut. SIstem pembelajaran kemudian beralih dari tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Perkembangan teknologi menjadikan banyak aspek pembelajaran membutuhkan tranformasi ke arah digitalisasi. Oleh karena itu, suatu intitusi pendidikan menjadi sangat penting untuk senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi di era globalisasi dan digitalisasi ini.

Bandung, 11 Oktober 2021 Program Studi Dokter Spesialis Bedah Anak Ketua Program Studi,

Dr. Rizki Diposarosa, dr., SpBA(K)


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ………………………………………………………………………………………………………………………………. ii Pengantar …………………………………………………………………………………………………………………………………………….. iii Pendahuluan …………………………………………………………………………………………………………………………………………. 1 Struktur Kurikulum dan Modul Pembelajaran …………………………………………………………………………………………2 Panduan Tindakan Medis Spesialistik ……………………………………………………………………………………………………..3 Penutup ………………………………………………………………………………………………………………………………………………. 17


I. PENDAHULUAN Program Pendidikan Dokter Spesialis merupakan lanjutan dari program Pendidikan dokter umum, yang di dalam pendidikan tersebut peserta didik memperoleh pembelajaran dibawah supervisi agar dapat meningkatkan kompetensi sehingga dapat melaksanakan praktek kedokteran dalam bidang spesialistis tertentu dengan baik (World Federation of Medical Education/WFME, Postgraduate Medical Education, 2003). Program Studi (Prodi) Ilmu Bedah Anak pertama kali diselenggarakan di Fakultas Kedokteran UNPAD berdasarkan Surat Dirjen Dikti no. 3794/D/T2006 yang kemudian diikuti oleh Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Prodi Bedah Anak bertujuan untuk menghasilkan dokter spesialis bedah anak yang bermoral dan beretika, memiiki keterampilan pembedahan yang baik, professional, serta memiliki rasa tanggung jawab dan pengabdian yang tinggi. Dalam pelaksanaannya pendidikan dokter spesialis bedah anak dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan berdasarkan pencapaian kompetensi minimal yang harus didapatkan. Pendidikan pada Prodi Ilmu Bedah Anak menerapkan sistem pendidikan yang sistematis yang menguraikan secara jelas komponen capaian yang harus dipelajari. Pendidikan yang dilaksanakan berbasis praktek yang komprehensif melibatkan peserta didik pada seluruh kegiatan pelayanan kesehatan bedah anak dan ikut bertanggung jawab terhadap upaya pelayanan. Proses pembelajaran dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi peserta didik serta memberikan kesempatan yang memadai untuk dapat berprakarsa, melakukan kreatifitas dan mandiri. Masa pandemik covid-19 memiliki dampak yang cukup besar dalam kehidupan manusia, salah satunya terhadap tatanan pembelajaran kita. Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Anak Universitas Padjadjaran juga berimbas terhadap perubahan tatatan pembelajaran tersebut. Sebagian bentuk pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh (daring) akibat masih diberlakukannya ketentuan menjaga jarak. Aktivitas perkantoran juga kerap masih dilakukan dari rumah (work from home) mengakibatkan kantor sekretariat tidak jarang harus ditutup. Padahal kompetensi peserta didik harus senantiasa terjaga agar lulusan dokter spesialis bedah anak tetap berkualitas. Bersamaan dengan era digitalisasi dan kemajuan perkembangan teknologi maka kedepannya segala aspek pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan perangkat digital juga. Pemantauan tindakan medis dengan menggunakan perangkat berbasis digital tersebut diharapkan dapat diakses kapan pun dan tidak hanya oleh peserta didik dan Ketua Program Studi, tapi juga oleh dokter pendidik klinis serta tenaga kependidikan. Keterampilan psikomotorik seperti operasi harus tetap terpantau agar tidak meyebabkan hambatan pada proses Pendidikan. Oleh karena itu maka disusunlah suatu perangkat berbasis digital yang dapat digunakan untuk pemantauan tindakan medis peserta didik sehingga tetap dapat menjaga capaian kompetensi peserta didik.

1


II. STRUKTUR KURIKULUM DAN MODUL PEMBELAJARAN Pendidikan dokter spesialis bedah anak ditempuh dalam 3 tahap pendidikan, yaitu Tahap Junior, Tahap Madya, dan Tahap Senior: 1. Tahap Junior selama 3 semester, terdiri dari kursus pra bedah dasar (KPBD), rotasi klinik bedah dasar (BD) dan rotasi bedah anak dasar (BAD). 2. Tahap Madya selama 5 semester, terdiri dari rotasi klinik bedah anak (BA), rotasi di rumah sakit jejaring (SJ1) dan rotasi Ilmu Kesehatan Anak (IKA). 3. Tahap Senior selama 2 semester, terdiri dari rotasi klinik bedah anak di rumah sakit jejaring (SJ2), stasi manajerial (MAN), dan rangkaian persiapan ujian profesi.

Tingkatan keterampilan yang dicapai adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan Lulusan dokter spesialis bedah anak mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai peserta didik melalui perkuliahan, diskusi, penugasan dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis. 2. Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan Lulusan dokter spesialis bedah anak menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).


3. Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi Lulusan dokter spesialis bedah anak menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS). 4. Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri Lulusan dokter spesialis bedah anak dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.


Modul Pembelajaran Tahap Junior (Bedah Anak Dasar), Tahap Madya dan Tahap Senior Modul Kondisi inguinal, skrotum, dan genitalia

Topik Bahasan

Kognitif

Keterampilan klinik

Massa / kelainan kepala, leher, dan rongga mulut

BAD

BA1 BA2

BA3 BA4

BA5

Hernia inguinalis Hidrokel Undescencus Testis Fimosis

Embriopatologi Patofisiologi dan varian anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan penanganan inisial

Repair hernia Anak Neonatus Repair hernia per

2 2

3 2

4 3

4 4

Parafimosis Stenosis meatus Skrotum akut Burried penis

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu melakukan tindakan definitif Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

laparoskopi Ligasi tinggi Sirkumsisi Orkidopeksi

1 2 4 2

1 3 4 3

2 4 4 4

3 4 4 4

Synechia vulva Hymen imperforatus

Luaran

Orkidektomi Meatotomy

2 1

3 2

4 3

4 4

Repair buried penis

1

2

3

4

Release synechia vulva Insisi hymen imperforatus Ligasi tinggi varikokel

2

3

4

4

2 1

2 1

3 2

4 3

2

2

3

4 4

2

3

1

2

3

4

3

3

4

4

3 1

3 2

4 3

4 4

1

1

2

2

terkait

Varikokel

Patologi dinding abdomen

Keterampilan teknik/prosedur

Hernia umbilikalis Hernia supraumbilikalis Hernia epigastric Granuloma umbilikal

Limfadenopati Tumor jaringan lunak, kista dermoid Kista ductus tiroglosus Struma

Embriopatologi Patofisiologi dan varian anatomi Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan penanganan inisial Mampu melakukan tindakan definitif

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Embriopatologi Patofisiologi dan varian anatomi Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

Repair hernia umbilikalis Repair hernia epigastrik Eksisi granuloma umbilical

Eksisi kista dermoid Biopsy KGB Prosedur Sistrunk Isthmolobektomi tiroid Eksisi sisa brankial


Sisa brankial Preauricular remnant Tumor kelenjar ludah mayor Higroma Torticolis Tongue tie Ranula Epignatus

Akses vaskular dan peritoneal

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan komplikasi Luaran

definitif Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait

Eksisi preauricular remnant Eksisi tumor kelenjar ludah mayor (parotis, submandibula) Eksisi Higroma Fisioterapi tortikolis Eksisi tonge tie Eksisi ranula Eksisi epignatus

1

2

3

4

2

2

3

4

1

1

2

2

1

2

3

4

1

1 2

2 4

3 4

1

2 1

4 2

4 3

Vena sentral Kateter Peritoneal

Indikasi dan kontraindikasi Teknik akses

Mampu menetapkan indikasi Mampu merencanakan

Akses vena sentral (long line access)

3

3

4

4

dialisis

Perawatan akses Komplikasi dan penanganan

tindakan Mampu merawat dan

Insersi kateter PD

2

3

4

4

komplikasi Luaran

menangani komplikasi Mampu berkomunikasi

2

3

4

4

2

3

4

2

3

2

2

3

4

1 1

2 2

2 2

dengan berbagai pihak terkait Kelainan di

Limfangioma

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Eksisi tumor jaringan

ekstremitas dan

Hemangioma

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

lunak

dinding dada

Rhabdomioma Kista Baker

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Simple mastectomy Eksisi/biopsy

Polidaktili

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

rhabdomioma

Sindaktili

Pengelolaan bedah

definitif dan merujuk

Eksisi kista Baker

Ginekomastia Pectus Excavatum

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Eksisi polidaktili Koreksi sindaktili

Trauma

2

Pectus Carinatum

Luaran

terkait

Koreksi Pectus

1

1

2

Trauma thoraks

Patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Resusitasi

3

3

4

4

Trauma abdomen Trauma UG tract

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Laparotomi pada trauma

1

2

4

4


Trauma perineal

Stenosis pylorus

Pengelolaan bedah

penanganan inisial

Splenektomi,

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu melakukan tindakan definitif

splenorafi Reseksi hepar

Luaran

Mampu berkomunikasi

nonanatomik,

dengan berbagai pihak

hepatorafi

terkait

Reseksi anastomosis

Hipertrofi pyloric stenosis

Patofisiologi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Stenosis pylorus Pyloric spasm

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan penanganan inisial

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu melakukan tindakan definitif

Luaran

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

2

3

4

1

2

3

usus, stoma

1

2

3

4

Operasi damage control

2

2

3

4

Nefrektomi, renorafi Repair buli, penis

1 2

2 2

3 3

Repair perineal

1

3

4

Piloromiotomi Pyloroplasty

2 2

3 3

4 4

terkait Kelainan Gaster

Gastric outlet

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Upper GI endoskopi

1

1

3

obstruction Gastroesofageal reflux

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Gastrostomi Fundoplikasi

2 1

3 2

4 3

Gastric volvulus

Presentasi klinis dan diagnosis

penanganan inisial

Eksisi diafragma gaster

Gastric perforation

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

/mucosal prolapse

2

2

3

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

definitif

Reduksi gastric volvulus

2

2

3

2

3

4

komplikasi Luaran

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait

Closure gastric perforation


Nyeri perut

Appendisitis

Patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Appendektomi

3

3

4

4

Intususepsi Mesenterial adenitis

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Appendektomi per laparoskopi

2

1

2

3

Torsio kista ovarium

Pengelolaan bedah

penanganan inisial

Reduksi invaginasi

2

2

3

4

Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan tindakan

Reseksi usus

2

2

3

4

komplikasi

definitif

Anastomosis / stoma

2

2

3

4

Luaran

Mampu berkomunikasi

Drainase abses

2

2

3

3

dengan berbagai pihak terkait

appendiks Detorsi / eksisi kista

2

3

4

ovarium Konstipasi

Obstruksi fungsional rendah

Embriopatologi Patofisiologi dan varian

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Biopsi rectum Evakuasi manual

3 4

3 4

4 4

4 4

Inkontinensia alvi Stenosis ani

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Bowel management Sfinkterotomi

2

3 2

3 3

4 4

Anterior anus

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

Fissura ani

Pengelolaan bedah

definitif

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Perdarahan

Gastric and duodenal

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Upper GI endoscopy

1

2

3

saluran cerna

ulcer Meckel diverticulum

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Colonoscopy Reseksi/anastomosis

1

2

3

Penyakit poliposis Necrotizing

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

usus Eksisi divertikulum

2

4

4

enterocolitis Malrotasi dengan

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

definitif Mampu berkomunikasi

Meckel Polipektomi

2 2

4 4

4 4

volvulus Intusussepsi

komplikasi Luaran

dengan berbagai pihak terkait

Adhesive Small Bowel

Patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Adhesiolisis

2

4

4

Obstruction Incarserated /

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Reseksi usus Anastomosis / stoma

2 2

2 2

4 4

4 4

strangulated hernia

Pengelolaan bedah

penanganan inisial

Release obstruction

2

2

3

4

Obstruksi usus


Internal hernia

Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan tindakan

komplikasi Luaran

definitif Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait

Inflammatory

Ileitis terminalis

Patologi dan patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Colonoscopy

1

1

3

bowel disease

(typhoid) Amebic colitis

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Adhesiolisis Reseksi/anastomosis

2

4

4

Crohn’s disease

Pengelolaan bedah

penanganan inisial

usus

2

4

4

Ulcerative colitis

Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan tindakan

Hemikolektomi

1

2

3

komplikasi Luaran

definitif Mampu berkomunikasi

Total kolektomi

1

2

3

dengan berbagai pihak terkait Short bowel

Midgut volvulus

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Bowel lengthening

1

1

1

syndrome

Congenital short

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

Triple tube procedure

1

2

4

bowel syndrome Massive intestinal

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

resection

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan tindakan definitif dan merujuk

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

komplikasi

dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Penyakit hepar

Kolesistitis

Patologi, patofisiologi, dan

Mampu membuat diagnosis

Kolesistektomi

1

2

4

dan pankreas

Kolelitiasis Koledokolitiasis

varian anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Koledokolitotomi Eksisi kista koledokus

1 1

2 2

2 3

Kista koledokus Atresia biliaris

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

penanganan inisial

Prosedur Kasai

1

2

3

Pseudocyst pancreas Tumor pankreas

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu melakukan tindakan definitif

Cystojejunostomy roux en Y (pseudocyst

Luaran

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

pancreas) Distal pankreatektomi

1 1

2 2

3 2


Penyakit limpa

terkait

Liver transplantation

1

1

2

Kista lien

Patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Splenektomi

2

3

4

Hipersplenisme

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Eksisi kista limpa

2

3

3

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

komplikasi Luaran

definitif Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait

Tumor intraabdomen

Tumor liver

Kista mesenterial Kista omentum

Embriopatologi Patofisiologi dan varian

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Eksisi kista mesenterial Eksisi kista omentum

2 2

3 3

4 4

Kista omfalomesenterik

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Eksisi kista omfalomesenterik

2

3

4

Teratoma

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

Eksisi teratoma

intraabdominal

Pengelolaan bedah

definitif

intraabdominal

1

2

3

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Hepatoblastoma

Patologi dan patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Biopsi liver

2

3

4

Hepatoselular carcinoma

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Reseksi liver Eksisi kista liver

1 1

2 2

2 2

Kista hepar

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

komplikasi Luaran

definitif dan merujuk Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait

Benda asing saluran cerna

Benda asing di esophagus, gaster,

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Upper GI endoscopy Ekstraksi benda asing

1

1

3

dan intestinal

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan penanganan inisial

per endoscopy Ekstraksi benda asing

2

2

4


komplikasi

Mampu melakukan tindakan

Luaran

definitive Mampu berkomunikasi

per laparotomi

2

3

4

dengan berbagai pihak terkait Disorder of

DSD 46 XY

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Repair hipospadia

1

2

2

Sexual Development

DSD 46XX Chromosomal DSD

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Feminising genitoplasty

1

2

2

Non-hormonal DSD

Presentasi klinis dan diagnosis

penanganan inisial

Masculinising

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

genitoplasty

1

2

2

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

definitif dan merujuk Mampu berkomunikasi

Orchidopeksi Orchidektomi

2 2

3 3

3 3

komplikasi Luaran

dengan berbagai pihak terkait

Patologi dan patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Nefreureterektomi

1

2

3

Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu merencanakan terapi

Partial nefrektomi

1

2

3

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan penanganan inisial

Nefron sparing surgery

1

2

3

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu melakukan tindakan definitif dan merujuk

Luaran

Mampu berkomunikasi

Tumor Wilms

Tumor Wilms

dengan berbagai pihak terkait Neuroblastoma

Neuroblastoma

Patologi dan patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Biopsi neuroblastoma

2

3

4

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Eksisi neuroblastoma

1

2

2

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

komplikasi

definitif dan merujuk

Luaran

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait


Tumor gonad

Tumor ovarium

Patologi dan patofisiologi

Mampu membuat diagnosis

Orkidektomi

2

3

4

Tumor testis

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Eksisi / biopsy tumor ovarium

2

3

4

Pengelolaan bedah

penanganan inisial

Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan tindakan

komplikasi

definitif

Luaran

Mampu berkomunikasi

4

4

4

dengan berbagai pihak terkait Urinary Tract Infection

Urinary Tract Infection

Patofisiologi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Pemeriksaan penunjang Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan penanganan inisial

komplikasi

Mampu melakukan tindakan

Luaran

definitif

Pemberian antibiotik

3

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait Kelainan uretra

Hipospadia Epispadia

Embriopatologi Patofisiologi dan varian

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Kordektomi Repair hipospadia

2

3

4

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

distal Repair hipospadia

2

3

4

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan tindakan definitif

proksimal Repair fistula

1

2

3

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

uretrokutan

1

2

2

komplikasi

dengan berbagai pihak

Repair epispadia

1

2

2

Luaran

terkait

Upper urinary

Hidronefrosis

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Pyeloplasty

1

2

3

tract obstruction

Pelvioureteric junction obstruction

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Nefrektomi Nefrostomi

1 1

2 2

3 3

Vesicoureteric junction obstruction

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

Tappering dan plikasi ureter

1

2

2


Megaureter

Posterior Uretral Valve (PUV)

Posterior Uretral Valve

Pengelolaan bedah

definitif dan merujuk

Reimplantasi ureter

1

2

2

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Embriopatologi Patofisiologi dan varian

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Vesikostomi Destruksi PUV

1 1

2 1

2 1

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Sistoskopi

2

3

3

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

Pengelolaan bedah

definitif dan merujuk

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Duplikasi

Double collecting

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Nefrektomi parsial

1

2

2

saluran kemih &

system

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

Eksisi ureterokel

1

2

2

ureterokel

Ectopic ureter

anatomi

Mampu melakukan

Ureteroureterostomi

1

2

2

Ureterocele

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

Sistoskopi

2

3

3

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

definitif dan merujuk Mampu berkomunikasi

komplikasi

dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Bladder extrophy Cloacal extrophy

Embriopatologi Patofisiologi dan varian

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Repair ekstrofi bladder Repair ekstrofi kloaka

1 1

2 2

2 2

Neurogenic bladder

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Augmentation cystoplasty

1

2

2

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

Pengelolaan bedah

definitif dan merujuk

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Sistoskopi

2

3

3

Kelainan bladder

Vesicoureteral

Vesicoureteral Reflux


Reflux (VUR) dan

Urachal remnant

urachus

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

Reimplantasi ureter

1

2

2

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Eksisi remnant urachus

2

3

4

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

Pengelolaan bedah

definitif dan merujuk

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

komplikasi

dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Hernia

Hernia diafragmatika

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Repair hernia

diafragmatika

kongenital

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

diafragmatika

1

2

3

kongenital & Eventratio

Eventratio diafragma Hiatal hernia

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Plikasi diafragma Repair hiatal hernia

1 1

2 2

3 2

diafragma

Parahiatal hernia

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan tindakan definitif

Fundoplikasi

1

2

2

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Atresia dan

Atresia Duodenum

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Duodeno-

2

3

4

duplikasi intestinal

Atresia Jejunoileal Atresia Colon

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

duodenostomi Duodenojejunostomy

2

3

4

Duplikasi intestinal

Presentasi klinis dan diagnosis

penanganan inisial

Reseksi/anastomosis

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

usus

2

3

4

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

definitif Mampu berkomunikasi

Formasi stoma Ablasio duplikasi

2 1

3 2

4 2

komplikasi

dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Meconium

Meconium ileus

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Reseksi/anastomosis

disease

Cystic fibrosis

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

usus

2

3

4

Meconeum plug syndrome

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Formasi stoma

2

3

4

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan tindakan definitif


Malrotasi

Penyakit Hirschsprung

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

komplikasi Luaran

dengan berbagai pihak terkait

Rotational process

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Prosedur Ladd

1

2

3

Intestinal fixation Midgut volvulus

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Reseksi/anastomosis usus

2

3

4

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

penanganan inisial Mampu melakukan tindakan

Formasi stoma

2

3

4

Pengelolaan bedah

definitif

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

komplikasi Luaran

dengan berbagai pihak terkait

Obstruksi fungsional rendah

Embriopatologi Patofisiologi dan varian

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Biopsi hisap rectum Biopsi open rectum

3 2

3 2

3 3

4 4

Penyakit Hirschsprung

anatomi

Mampu melakukan

Irigasi rectum

4

4

4

4

Varian Penyakit

Presentasi klinis dan diagnosis

penanganan inisial

Pull through

2

2

3

4

Hirschsprung

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan tindakan definitif

Kolostomi/ileostomy Myektomi (Lynn)

2

2 1

3 2

4 2

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Malformasi

Malformasi anorektal

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Anoplasti

2

3

4

4

anorektal dan kelainan

Fistula perianal Prolaps rekti

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Kolostomi PSARP

2 1

3 2

4 3

4 4

anorektal

Fissura ani

Presentasi klinis dan diagnosis Pemeriksaan penunjang

penanganan inisial

PSARVUP TUM

1 1

2 2

2 2

Fistula rectovaginal (acquired)

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan tindakan definitif

Fistulektomi perianal Thiersch’s prosedur

2 2

3 3

4 4

Kloaka

komplikasi

Mampu berkomunikasi

Sfinkterektomi anal

2

3

4

Luaran

dengan berbagai pihak

Repair fistula

terkait

rectovaginal acquired

2

3

4


Esofagus dan

Atresia esofagus

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Anastomosis esofagus

2

3

3

trakea

Fistula trakeoesofagus Stenosis esofagus

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

Esofagostomi Gastrostomi

2 2

3 4

3 4

Achalasia esofagus

Presentasi klinis dan diagnosis

penanganan inisial

Ligasi fistula

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

trakeoesofagus

2

3

3

Pengelolaan bedah

definitif dan merujuk

Esophageal

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

replacement

1

2

2

komplikasi Luaran

dengan berbagai pihak terkait

Gastric pull up Esofagomyotomi

1 1

2 2

2 2

Video-assisted Thoracoscopic

1

2

2

2 2

3 3

4 4

Surgery Necrotizing Enterocolitis

Necrotizing Enterocolitis

(NEC)

Patofisiologi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu membuat diagnosis Mampu merencanakan terapi

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu melakukan penanganan inisial

Komplikasi dan penanganan komplikasi

Mampu melakukan tindakan definitif

Luaran

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak

Reseksi usus Anastomosis /stoma

terkait Defek dinding

Gastroschisis

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Staged closure

abdomen neonatus

Omphalocele Prune Belly Syndrome

Patofisiologi dan varian anatomi

Mampu merencanakan terapi Mampu melakukan

gastroschisis Repair gastroschisis

3 1

3 2

3 3

4 4

(PBS)

Presentasi klinis dan diagnosis

penanganan inisial

Repair omphalokel

1

2

3

4

1

2

2

Pemeriksaan penunjang

Abdominoplasty PBS

Pengelolaan bedah Komplikasi dan penanganan

Mampu melakukan tindakan definitif dan merujuk

komplikasi Luaran

Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait

Teratoma

Teratoma

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Biopsi sakrokoksigeal


sakrokoksigeus

Conjoined twin

sakrokoksigeus

Conjoined twin

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

teratoma

3

3

4

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Eksisi sakrokoksigeal teratoma

2

3

4

Pemeriksaan penunjang

Mampu melakukan tindakan

Pengelolaan bedah

definitif

Komplikasi dan penanganan

Mampu berkomunikasi

komplikasi

dengan berbagai pihak

Luaran

terkait

Embriopatologi

Mampu membuat diagnosis

Twin separation

1

1

2

Patofisiologi dan varian

Mampu merencanakan terapi

surgery

anatomi Presentasi klinis dan diagnosis

Mampu melakukan penanganan inisial

Pemeriksaan penunjang Pengelolaan bedah

Mampu merujuk Mampu berkomunikasi

Komplikasi dan penanganan komplikasi

dengan berbagai pihak terkait 2

2

3

3

3

3

4

4

2

2

3

3

Luaran Dasar-dasar

Fisiologi neonatus

Konsep kesehatan dan

Mampu melakukan resusitasi

Resusitasi neonatus

Neonatologi

Prematuritas Perawatan neonatus

penyakit umum pada neonatus

neonatus Memberikan dukungan

Melakukan terapi cairan dan elektrolit

Pemeriksaan fisik neonatus

cairan, elektrolit, dan nutrisi

pada neonatus

Regulasi temperatur

Memberikan dukungan

Sepsis neonatus Terapi cairan dan elektrolit

nutrisi neonatus

Dukungan nutrisi Resusitasi neonatus


III. PEMANTAUAN TINDAKAN MEDIS SPESIALISTIK Untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan perlu dilakukan evaluasi/penilaian terhadap kemajuan pendidikan peserta didik. Selain evaluasi juga diperlukan pemantauan secara teratur dan periodik meliputi aspek kognitif, psikomotor dan attitude/ sikap perilaku melalui pengamatan terus menerus dan pemantauan secara berkala. Pemantauan yang dilakukan meliputi keterampilan dalam diagnosis, pengelolaan pasien dan keterampilan operasi (psikomotor). Setiap tahapan memiliki masing-masing kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui keterampilan operasi dengan jenjang observasional, asisten operasi dan operator operasi baik dibawah supervisi ataupun mandiri operasi. Setiap kenaikan tahap akan dilalui melalui evaluasi kenaikan tahap, dan pencapaian kompetensi di masing-masing tahapan menjadi salah satu persyaratan kenaikan tahap. Oleh karena itu pemantauan tindakan medis spesialistik dalam rangka memenuhi kompetensi di tiap tahapan menjadi sangat penting. Panduan ini dibuat untuk memantau tindakan medis spesialistik dengan menggunakan perangkat berbasis google-form. Setiap peserta diwajibkan didik mengisi pemantauan tindakan medis spesialistik peserta didik prodi bedah anak setiap kali menyelesaikan tindakan medis. Pada akhir putaran rotasi bedah anak, sebelum dilakukan ujian akhir stase akan dilakukan pemeriksaan isian pemantauan ini. Diharapkan setiap peserta didik telah mengisi dengan lengkap sebelum ujian akhir stase dilaksanakan. Adapun panduan pelaksanaan pengisiannya adalah sebagai berikut :

1. Membuka laman https://bit.ly/pemantauantindakanmedis 2. Setelah itu laman akan mengarahkan pada tautan google form Pemantauan Tindakan Medis Spesialistik Peserta Didik Prodi Bedah Anak Unpad.

3. Kolom isian Nama Peserta Didik. Harap diisi nama lengkap sesuai daftar di sekretariat prodi


4. Kolom isian Tahapan Peserta Didik, terdiri dari tahap junior, tahap madya, dan tahap senior. Harap diisi sesuai tahapan masing-masing peserta didik.

5. Kolom isian Semester. Harap diisi sesuai semester masing-masing peserta didik.

6. Kolom isian Nama Pasien. Harap diisi nama lengkap pasien sesuai dengan rekam medis.

7. Kolom isian Nomor Rekam Medis. Harap diisi nomor rekam medis pasien.

8. Kolom isian Diagnosis. Harap diisi dengan diagnosis lengkap pasien sesuai rekam medis.

8. Kolom isian Tindakan. Harap diisi nama prosedur tindakan yang akan dilakukan dengan lengkap sesuai rekam medis pasien.

9. Kolom isian Tanggal Tindakan. Harap diisi dengan tanggal saat tindakan dilakukan sesuai dengan rekam medis pasien.


10. Kolom isian DPJP Pasien. Harap diisi dengan dokter penanggung jawab pasien sesuai rekam medis.

11. Kolom isian Status, terdiri dari Supervisi, Oprator Mandiri, Asisten dan Observer. Harap diisi sesuai dengan kondisi status peserta didik saat itu.

11. Kolom isian Jika operator, mandiri ke-berapa?. Harap diisi jumlah mandiri yang telah dilakukan jika peserta didik berstatus sebagai operator pada tindakan tersebut.

12. Kolom isian Laporan Operasi. Harap mengunggah foto halaman laporan operasi yang ada di rekam medis. Foto yang diambil adalah halaman depan laporan operasi, dengan ukuran foto tidak lebih dari 10MB.

IV. PENUTUP

Panduan pemantauan tindakan medis spesialistik peserta didik bedah anak disusun untuk mengakomodir proses pembelajaran yang berbasis digital. Pada panduan tersebut terdapat daftar kompetensi peserta didik untuk setiap tahap dan petunjuk pengisian pemantauan tindakan medis spesialistik berbasis digital. Peserta didik diharapkan melakukan pelaporan tindakan medis spesialistik secara berkesinambungan sehingga di akhir tahapan akan didapatkan daftar tindakan yang lengkap. Dengan demikian akan dapat dilakukan evaluasi dengan mudah.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.