BABII TINJAUANPUSTAKA
2.1 Gambaran Umumdan SejarahSingkatRSUPDr.HasanSadikinBandung
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) adalah rumah sakit yang terletak di Kota Bandung, tepatnya di Jalan Pasteur Nomor 38 Bandung 40161. Sebelumnya rumah sakit ini bernama R.S. Rancabadak. Pada tahun 2006 status rumah sakit berubah menjadi Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “HetAlgemeeneBandoengscheZiekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “HetGemeenteZiekenhuijsJuliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan
Rumah Sakit Militer. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaannya berpindah ke pemerintah
daerah yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“.
Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan sebagai rumah sakit propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1956 dijadikan
rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak saat itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Pada
tahun 1992-1997 RSHS ditetapkan menjadi unit swadana. Keluarnya Undang-undang nomor
20 tahun 1997 tentang PNBP yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan
nomor 124 tahun 1997 menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas Negara.
Bersamaan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 119
tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi perusahaan jawatan (Perjan). Pada tahun 2006 RSHS bersama 12 rumah sakit lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
5
Status RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Vertikal Kemenkes
2. Termasuk rumah sakit tipe A
3. Rumah Sakit Tersier
4. Rumah Sakit Pendidikan Utama untuk FK-UNPAD
5. RS Umum Pusat Nasional
6. RS Rujukan Nasional
7. Badan Layanan Umum
8. RS RUjukan Bencana Nuklir Nasional
9. RSUP yang mengampu 7 RS Regional Jawa Barat
2.2 VisidanMisi dan JanjiPelayanan RSUPDr.Hasan Sadikin Bandung
Visi
Menjadi Institusi Kesehatan yang unggul dan transformatif dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat
Transformativeleaderinhealthcare
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima, yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian
2. Menyelenggarakan sistem rujukan pelayanan kesehatan berjenjang yang bermutu
3. Melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat yang lebih baik
Nilai–Nilai Organisasi
Nilai – nilai utama (CoreValues) yang dijadikan sebagai pedoman oleh seluruh pegawai RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung dalam memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian adalah:
PAMINGPIN PITUIN (Kepemimpinan, Profesional, Inovatif, Tulus, Unggul, Integritas).
Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talentatalenta terbaik dibidangnya
Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalinan
kemitraan
Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan
Tulus : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif
6
Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima
Integritas : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas
MottoPelayanan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Motto pelayanan yang dimiliki RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “Kesehatan Anda
Menjadi Prioritas Kami” dengan tambahan motto SIGAP dan PRIMA yang dijelaskan sebagai
berikut :
SIGAP
S : Senyum – sapa – salam - sopan – santun
I : Inovatif dalam berkarya
G : Gelorakan semangat pelayanan prima
A : Amanah menjaga keselamatan pasien
P : Peduli, perhatian dan perasaan
PRIMA
P : Profesional
Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang mendasarinya
R :Respek
Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan
I : Integrasi
Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi.
M :Manusiawi
Menganggap setiap individu atau manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Oleh
karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi
7
A :Amanah
Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.
2.3 TugasOrganisasi TugasPokok
Berdasarkan PMK No 62 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi:
1) Penyusunan rencana program dan anggaran;
2) Pengelolaan pelayanan medis;
3) Pengelolaan pelayanan penunjang medis;
4) Pengelolaan pelayanan penunjang nonmedis;
5) Pengelolaan pelayanan keperawatan;
6) Pengelolaan Pendidikan dan pelatihan di bidang pelayanan Kesehatan;
7) Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi di bidang pelayanan Kesehatan;
8) Pengelolaan keuangan dan barang milik negara;
9) Pengelolaan sumber daya manusia
10)Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dna hubungan masyarakat;
11)Pelaksanaan kerja sama;
12)Pengelolaan sistem informasi;
13)Pelaksanaan urusan umum; dan
14)Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
8
2.4 Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Struktur organisasi RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2.5 Profil KSM/Departemen Patologi Anatomi
Pada tahun 1957 Departemen Patologi Anatomi (PA) didirikan bersamaan dengan
didirikannya Fakultas Kedokteran UNPAD dan menjadi bagian dari RSHS dipimpin oleh Prof
Topo Harsono, dr., Sp.PA(K), wakil kepala adalah Siti Aminah, dr dan seorang staf dosen yakni
Samsu Satari, dr., Sp.PD.
Sekitar tahun 1961-1981 Bagian PA mulai memiliki dosen tetap, selain itu juga memiliki
karyawan serta teknisi di bidang sublab histopatologi, sitologi, histokimia dan imunohistokimia.
Pada tahun 1981-2001 Bagian PA FK UNPAD dipimpin oleh Prof. Dr. Tanwir J. Mukawi, dr., SpPA(K) (alm).
Sejak tahun 2010, Bagian Patologi Anatomi berganti nama menjadi Departemen Patologi
Anatomik dan dipimpin oleh Prof. Hj. Bethy S. Hernowo, dr., SpPA(K)., Ph.D. Beliau melakukan
perbaikan dan pengembangan tata organisasi departemen, meningkatkan kualitas pelayanan
Patologi Anatomi, serta mengembangkan kurikulum pendidikan S1 dan PPDS-I. Departemen
PA saat ini memiliki 8 staf tetap, 4 orang PNS Kementrian Pendidikan Tinggi dan 4 orang PNS
Kementrian Kesehatan. Departemen PA sampai 2016 telah meluluskan 6 orang Doktor, 32 orang Magister Patobiologi, 15 orang Magister Patologi Anatomi, serta 71 orang Spesialis PA
hingga tahun 2016.
9
Pelayanan dari laboratorium Patologi Anatomi mencakup pemeriksaan Histopatologi, Sitologi, Histokimia, Imunohistokimia, Tindakan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), Pemeriksaan second opinion dan Pemeriksaan VriesCoup.
10
Gambar 2.2 Struktur Organisasi KSM/Departemen Patologi Anatomi FK UNPAD / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2.6
Visi:
Visi.
Misi, dan Tujuan KSM/Departemen PatologiAnatomi
Menjadi salah satu pusat layanan laboratorium Patologi Anatomi yang memadukan pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat demi terwujudnya kualitas manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
Misi:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Patologi Anatomi yang bermutu kepada Masyarakat
2. Mengembangkan ilmu Patologi Anatomi secara berkelanjutan melalui pelaksanaan layanan pendidikan dan penelitian
3. Berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat
Tujuan:
Menjadi pusat layanan Patologi Anatomi yang bermutu, maju sesuai perkembangan ilmu dan turut meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat terutama di bidang Onkologi
2.7 Nilai-NilaiDasarProfesiAparaturSipilNegara(ASN)
Nilai-nilai dasar keprofesian ASN yang menjadi penekanan terdiri dari 7 nilai, yaitu Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif atau yang disingkat dengan BerAKHLAK.
2.7.1 BerorientasiPelayanan
Berorientasi pelayanan dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Berorientasi pelayanan sebagai pedoman perilaku dijabarkan dalam 3 (tiga) kode etik, yaitu:
1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
2. Ramah, Cekatan, Solutif dan dapat diandalkan
3. Melakukan perbaikan tiada henti
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan
11
memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima. Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti Ketika kebutuhan masyarakat sudah
dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doingsomething betterandbetter).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan businessasusual) agar tercipta breakthroughatau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
2.7.2 Akuntabel
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari Amanah yang dipercayakan kepadanya. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis(peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
12
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
2.7.3 Kompeten
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nineboxtersebut .
Panduan Perilaku/kode etik dari nilai Kompeten adalah:
• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
• Membantu orang lain belajar
• Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
13
2.7.4 Harmonis
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan. bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah, Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah Amanah; Keempat, Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi; Kelima, Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat. Panduan perilaku/kode etik dari nilai Harmonis adalah:
• Menghargai setiap orang apapun latas belakangnya
• Suka menolong orang lain
• Membangun lingkungan kerja yang kondusif
2.7.5 Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari Bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
14
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam CoreValuesASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
2.7.6
Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
15
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty,Complexity,dan Ambiguity). Hadapi Volatilitydengan Vision, hadapi uncertainty denganunderstanding, hadapicomplexitydenganclarity,dan hadapiambiguitydenganagility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholderdengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Panduan perilaku/kode etik dari nilai Adaptif adalah:
• Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
• Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
• Bertindak proaktif
2.7.7 Kolaboratif
Definisi kolaborasi dipaparkan oleh beberapa ahli seperti Dyer and Singh, Gray dan Lindeke and Sieckert. Dyer and Singh mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generatedfromanalliancebetweentwoormorefirmsaimingtobecomemorecompetitiveby developingsharedroutines”.
16
Collaborativegovernancedalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborativegovernancemencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob
C. de Loe, 2012)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di negaranegaraAnglo-Saxonseperti Inggris, Australia dan Selandia Baru. Di Inggris, misalnya, ide WoG dalam mengintegrasikan sektor-sektor ke dalam satu cara pandang dan Kolaboratif sistem sudah dimulai sejak pemerintahan Partai Buruhnya Tony Blair pada tahun 1990-an dengan gerakan modernisasi program pemerintahan, dikenal dengan istilah, joined-upgovernment‟ (Bissessar, 2009; Christensen & L\a egreid, 2006). Di Australia, WoG dimotori oleh Australian Public Service (APS) dalam laporannya berjudul Connecting Government: Whole of GovernmentResponsestoAustralia'sPriorityChallengespada tahun 2015. Namun demikian WoG bukanlah sesuatu yang baru di Australia. Fokus pendekatan pada kebijakan. Pembangunan dan pemberian layanan publik. Sementara di Selandia Baru WoG juga dikembangkan melalui antara lain integrasi akunting pemerintahan, pengadaan barang dan jasa, ICT, serta sektorsektor lainnya. Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai bagian dari respon terhadap ilusi paradigma NewPublicManagement (NPM) yang
banyak menekankan aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego sektoral dibandingkan perspektif integrasi sektor. Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor
atau kelembagaan sebagai akibat dari adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di
17
tingkat sektor. Sehingga WoG sering kali dipandang
sebagai perspektif baru dalam menerapkan danmemahami koordinasi antar sektor
Panduan perilaku/kode etik dari nilai Kolaboratif adalah:
• Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
• Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
• Mengerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan Bersama
2.8 Uraian /Rincian TugasJabatanPeserta
Profil penulis rancangan aktualisasi ini adalah sebagai berikut :
Nama : dr. Etis Primastari Sp.PA
NIP : 198410292022032001
Jabatan/Golongan : Ahli Pertama Dokter Pendidik Klinis Ahli Pertama/IIIb
Pendidikan Terakhir : Dokter Spesialis Patologi Anatomi
Unit Kerja : KSM/Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Instansi : Kementerian Kesehatan RI
TugasPokokdan Fungsi
Berdasarkan PERMENPAN-RB Nomor PER/17?M.PAN/9/2008, PERATURAN BERSAMA
Nomor 1201/MENKES/PB/XII/2009 dan Nomor 20 Tahun 2009, Dokter Pendidik Klinis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan Kesehatan/medik, pengabdian masyarakat, pendidikan dokter dan dokter spesialis di Rumah Sakit Pendidikan serta melakukan penelitian guna pengembangan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Pendidik Klinis adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan Pelayanan Spesialistik
2. Memberikan Tindakan Medik Spesialistik
3. Pengabdian masyarakat berupa pelaksanaan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan
4. Melaksanakan Pendidikan Dokter dan Dokter Spesialis
5. Melakukan penelitian guna pengembangan ilmu kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan.
Tugas pokok dan fungsi peserta latsar sesuai dengan jabatan mengacu pada Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP), inovasi, perintah dan/atau tugas dari atasan serta kegiatan yang
dilakukan di KSM/Departemen Patologi Anatomi dijabarkan sebagai berikut :
18
1. Melakukan pemotongan jaringan/sampling
2. Mendiagnosis sediaan histopatologi
3. Mendiagnosis sediaan sitologi
4. Melakukan tindakan FNAB dan diagnosis FNAB
5. Mendiagnosis sediaan potong beku (VC)
6. Mendiagnosis second opinion dan CPC
7. Mendiagnosis sediaan imunohistokimia dasar payudara
19
BAB III RANCANGANAKTUALISASI
3.1 Identifikasidan AnalisisIsuAktual
Dalam identifikasi isu digunakan metode environmental scanning dimana isu diidentifikasi melalui proses observasi serta analisis sasaran kerja pegawai (SKP), tugas dan fungsi pokok pegawai di unit kerja. Identifikasi isu yang didapatkan sebagai berikut:
1. Masih banyak kasus dengan waktu tunggu hasil VriesCoup(Frozen Section) diatas 45 menit
2. Waktu TAT (Turn Around Time) pemeriksaan histopatologi belum memenuhi target
3. Kurangnya sosialisasi specimen handling ke rumah sakit serta dokter klinisi yang melakukan rujukan pemeriksaan imunohistokimia ke Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Kemudian dilakukan pendalaman isu di atas dengan menganalisis kondisi yang terjadi, dampak dan harapan penyelesaian dari isu yang terjadi.
Tabel 3.1 Gambaran Isu Aktual KSM/Departemen Patologi Anatomi AnalisisIsu Kondisi saatini Dampak Harapan
Waktu tunggu hasil VC diatas 45 menit
Waktu tunggu hasil VC diatas 45 menit pada 50-80% kasus
Durasi operasi memanjang, sehingga
meningkatkan morbiditas pasien.
Waktu tunggu
hasil VC di bawah
45 menit pada
100% kasus
Waktu TAT
histopatologi belum memenuhi target
Kurangnya sosialisasi specimen handling
Waktu TAT
histopatologi antara
68-88% selama
tahun 2020-2021
Jaringan yang tidak ‘matang’ karena
formalin yang
kurang, atau wadah yang terlalu kecil.
Diagnosis, terapi
ataupun Tindakan
lanjutan untuk pasien tertunda
Pemanjangan
waktu pemeriksaan
spesimen.
Pemeriksaan IHK
menunjukkan hasil
Waktu TAT
histopatologi memenuhi target secara terusmenerus.
Tidak ada lagi
jaringan yang
‘mentah’
Tidak ada lagi
paraffinblock
20
Paraffinblock
rujukan pasien yang
hendak periksan
imunohistokimia
(IHK) berkualitas
tidak baik
3.2 IsuYangDiangkat
falsenegative
sehingga tidak
dapat diinterpretasi
dengan kualitas
tidak baik
Isu yang akan diangkat adalah belum memenuhinya target waktu TAT pada pemeriksaan histopatologi di Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Pengangkatan isu ini berdasarkan analisis penapisan isu menggunakan alat bantu Urgency, Seriousness,Growth(USG) seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.2 Penapisan Isu Berdasarkan USG
TAT (Turn Around
3 Kurangnya sosialisasi specimenhandlingke rumah sakit serta dokter klinisi yang
Patologi
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Keterangan :
Berdasarkan skala Likert 1-5
(1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar)
21
No Masalah Urgency Seriousness Growth Total 1 Masih banyak kasus
waktu tunggu
Coup (Frozen Section) diatas 45 menit 3 4 5 12
Waktu
Time) pemeriksaan histopatologi belum memenuhi target 5 5 5 15
pemeriksaan
Laboratorium
4 5 5 14
dengan
hasil Vries
2
melakukan rujukan
imunohistokimia ke
Anatomi
Urgency(Urgensi) : seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang
tersedia
Seriousness(Keseriusan) : apabila masalah tidak ditangani maka akan timbul
masalah lain yang lebih besar
Growth(perkembangan isu) : apabila masalah dibiarkan maka masalah akan
3.3 LatarBelakangPemilihanIsu
RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) merupakan rumah sakit pendidikan tipe A yang menjadi rujukan utama di Jawa Barat dan secara langsung berada di bawah Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Oleh sebab itu, RSHS menjadi salah satu pusat rujukan pemeriksaan
Patologi Anatomi. RSUP Dr. Hasan Sadikin juga bertindak sebagai bagian dari Academic Health System (AHS) karena menjadi tempat Pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa sarjana, Program Studi Profesi Dokter (PSPD), dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Dalam rangka mewujudkan pelayanan yang bermutu di KSM/Departemen Patologi
Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung diperlukan upaya peningkatan mutu yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penetapan indikator peningkatan mutu
KSM/Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Salah satu indikator mutu yang ditetapkan adalah TAT pemeriksaan histopatologi.
Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr.Hasan Sadikin memiliki layanan pemeriksaan histopatologi, sitologi, imunohistokimia, histokimia, pemeriksaan secondopinion, pemeriksaan VriesCoup(FrozenSection) dan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (BAJaH) atau fine needleaspirationbiopsy(FNAB). Selama tahun 2020 dan 2021, total spesimen yang diterima sebanyak 13.137 dan 14.524 dengan rerata per bulan sebanyak 1.095 spesimen pada tahun 2020 dan 1210 spesimen pada tahun 2021. Jenis pemeriksaan yang paling banyak dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi, kurang lebih 40% dari total spesimen yang diterima per bulannya.
Pemeriksaan histopatologi terdiri dari 3 tahap yaitu tahap pra-analisis, analisis dan postanalisis. Pra-analisis adalah sejak jaringan/spesimen diterima di loket PA RSHS lalu grossing, embedding,sectioningdan pewarnaan atau staininghematoxylin-eosin. Tahap Analisis adalah saat dilakukan pembacaan atau interpretasi oleh dokter patologi anatomi. Tahap Post-analisis terdiri dari pengetikan hasil interpretasi sediaan, verifikasi, validasi (cetak dan di tanda-tangan).
Tahapan pra-analisis sebagian besar dikerjakan oleh ATLM (teknisi) Patologi anatomi, dokter Peserta Program Dokter Spesialis-1 (PPDS) bertugas melakukan grossing. Pada tahap analisis, dokter PPDS-1 melakukan interpretasi atau pembacaan sediaan sebelum didiagnosis bersama-
22
sama dengan DPJP (konsulen) Patologi Anatomi. Tahap Post-analisis, pengetikan dilakukan oleh pegawai tata usaha dan hasilnya diverifikasi dan divalidasi oleh DPJP. Hasil pemeriksaan histopatologi yang terlambat akan memperlama penentuan diagnosis, terapi atau tindakan selanjutnya yang dibutuhkan oleh pasien. TAT atau TurnAroundTimeadalah interval waktu dari waktu penyerahan suatu proses ke waktu penyelesaian proses. TAT menjadi salah satu indikator kualitas proses laboratorium dan salah satu indikator mutu KSM/Departemen Patologi Anatomi. TAT yang berlaku di tiap Rumah Sakit di Indonesia berbeda-beda tergantung dari kemampuan dan kebutuhan rumah sakit tersebut. TAT histopatologi yang ditentukan di Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung adalah 7 hari kerja dengan ketepatan TAT minimal 80%. Target yang diharapkan adalah mencapai 80% dan stabil tercapai tiap bulan. Di KSM/Departemen Patologi Anatomi RSHS, sepanjang tahun 2020-2021 variasi ketepatan TAT pemeriksaan histopatologi antara 68-88%, beberapa bulan telah memenuhi target akan tetapi beberapa bulan belum memenuhi target.
Gambar 3.1
Cross-functional Flowchart pemeriksaan histopatologi di KSM/Departemen
Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
23
EKSPERTISE HASIL PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI ≤ 7 HARI
Gambar 3.2 Eksptertise Hasil Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Pasien ≤7 Hari Tahun 2020
EKSPERTISE HASIL PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI ≤ 7 HARI
Gambar 3.3 Eksptertise Hasil Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Pasien ≤7 Hari Tahun 2021
24
JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustus Septem ber Oktober Novemb er Desemb er Standar 808080808080808080808080 Capaian 86,2583,7077,0287,7688,0485,0487,6884,1884,0185,1883,8684,87 Numerator 5024934868681216363266352339374258 Denumerator 5825896319892254414316419398446304 Populasi 5825896319892254414316419398446304 Sampel 5825896319892254414316419398446304 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Persentase (%)
Standar CapaianNumeratorDenumeratorPopulasiSampel JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustus Septem ber Oktober Novemb er Desemb er Standar 808080808080808080808080 Capaian 82,3080,1383,7480,7180,9475,2568,9377,4483,1687,1286,6886,74 Numerator 251242381431293304122151316426501543 Denumerator 305302455534362404177195380489578626 Populasi 305302455534362404177195380489578626 Sampel 305302455534362404177195380489578626 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Persentase (%)
Standar CapaianNumeratorDenumeratorPopulasiSampel
Melihat dampak yang cukup besar, maka dilakukan analisis penyebab belum terpenuhinya target waktu TAT pemeriksaan histopatologi di KSM/Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan menggunakan metode fishboneseperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.4 Analisi Penyebab Isu
Dampak Isu
Terlambatnya hasil pemeriksaan histopatologi akan berpengaruh terhadap :
1. Tertundanya pemeriksaan lanjutan pasien
2. Tertundanya terapi pasien
3. Tertundanya klaim BPJS
4. Tertundanya pendapatan unit
5. Penurunan kepercayaan klinisi terhadap laboratorium
6. Penurunan mutu laboratorium
7. Penurunan Indeks Kinerja Unit
3.4 Gagasan Penyelesaian Isu
Berdasarkan paparan analisis isu dan penyebab isu, tidak semua penyebab dapat diselesaikan selama 5 minggu waktu aktualisasi, dan tidak semua sesuai dengan kompetensi penyusun. Oleh sebab itu, dilakukan teknik penapisan penyelesaian isu dengan menilai Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan faktor penyebab isu tersebut kemudian disesuaikan
25
26
dengan Sasaran Kinerja Pegawai. Kompetensi penyusun seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
No AnalisisFaktorPenyebab
1 Kurangnyasosialisasi specimen handlingyangbaikdanbenar kepadadokterklinisidanPPDS yangterlibatdiRSUPDr. HasanSadikinBandung 4 3 5 3 15 2 Kurangnyapengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi di KSM/DepartemenPatologi AnatomiRSUPDr.Hasan SadikinRSHS 5 5 5 5 20 3 Tidakadasistem‘tracking’ spesimenpadaalurkerja pemeriksaanhistopatologidi KSM/DepartemenPatologi AnatomiRSUPDr.Hasan SadikinRSHS 3 5 4 4 16 4 KeterbatasanSDMuntuk melakukanpengawasanwaktu TATpemeriksaanhistopatologi diKSM/DepartemenPatologi AnatomiRSUPDr.Hasan SadikinRSHS 4 5 4 3 16 5 Antrianketikanhasil pemeriksaanhistopatologioleh pegawaiTUdi KSM/DepartemenPatologi AnatomiRSUPDr.Hasan SadikinRSHS 5 4 3 3 15 6 PPDSmemerlukanwaktuuntuk melakukanpra-diagnosis sediaansekaligus mempelajarinya 4 4 3 4 15
Tabel 3. 3 Tabel Penapisan Faktor Penyebab Isu
Aktual Kekhalayakan Problematik Layak Total
Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5
(1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar)
Aktual : Faktor ini benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat
Kekhalayakan : Faktor tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik : Faktor tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga
perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif
Layak : Faktor tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah
Berdasarkan teknik penapisan diatas, maka dua faktor penyebab isu diatas
mempunyai skala prioritas yang sama untuk diselesaikan dan dapat digabungkan dalam
bentuk gagasan penyelesaian isu berupa Pengawasan ketepatan waktu TAT pemeriksaan
histopatologi dan Pertemuan sosialisasi ketepatan waktu TAT pemeriksaan histopatologi
KSM/Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin RSHS. Penyusun akan melakukan
beberapa kegiatan terkait pertemuan sosialisasi ketepatan waktu TAT dan Pengawasan waktu
27 7 Kualitasbahankimiayang digunakantidaksesuai kualitasnya 3 4 4 4 15 8 Prosespewarnaanatau staininghematoxylin-eosin masihdilakukansecaramanual 2 3 3 3 11 9 Kurangnyasosialisasi mengenaiTAT pada petugas di tiap tahap/alur kerja 5 5 5 5 20 10 Alurkerjatahappost-analitik yangpanjang 3 4 4 4 15 11 Keterbatasansumberdana untukmelakukanpengawasan waktuTATsecararutin 3 3 3 4 13
TAT pemeriksaan histopatologi di KSM/Departemen Patologi Anatomi sesuai Sasaran Kinerja
Pegawai, perintah atasan, dan inovasi. Kegiatan-kegiatan ini dibagi menjadi:
1. Rapat koordinasi sosialisasi ketepatan waktu TAT dan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi dengan Kepala KSM/Departemen Patologi Anatomi dan Wakil Kepala Instalasi laboratorium klinis.
2. Sosialisasi ketepatan watu TAT dan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi kepada staf medis (dokter penanggung jawab, ATLM), staf non-medis (pegawai tata usaha dan loket), peserta didik (PPDS) KSM/Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
3. Pelaksanaan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi, dilakukan sebanyak 4-5 kali selama masa pelaksanaan aktualisasi.
4. Identifikasi masalah dan penyebab waktu TAT pemeriksaan histopatologi yang terlambat, dilakukan sebanyak 4-5 kali setelah waktu kegiatan pengawasan waktu
TAT.
5. Pembuatan laporan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi di KSM/Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Adapun rincian kegiatan penyelesaian isu adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kegiatan Penyelesaian Isu No Kegiatan Sumber
1 Rapat koordinasi sosialisasi ketepatan waktu TAT dan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi dengan Kepala KSM/Departemen Patologi Anatomi dan Wakil Kepala Instalasi laboratorium klinis.
2 Sosialisasi ketepatan watu TAT dan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi kepada staf medis (dokter penanggung jawab, ATLM), staf non-medis (pegawai tata usaha dan loket), peserta didik (PPDS) KSM/Departemen
Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
3 Pelaksanaan kegiatan pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi, dilakukan sebanyak 4-5 kali selama masa pelaksanaan aktualisasi.
Perintah atasan
Perintah atasan
28
. Inovasi
4 Identifikasi masalah dan penyebab waktu TAT pemeriksaan
histopatologi yang terlambat, dilakukan sebanyak 4-5 kali
setelah waktu kegiatan pengawasan waktu TAT.
5 Pembuatan laporan kegiatan pengawasan waktu TAT
pemeriksaan histopatologi di KSM/Departemen Patologi
Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Inovasi
Dalam melaksanakan rangkaian kegiatan penyelesaian isu diatas, penyusun akan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN, yaitu BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif ). Selain itu, pada akhir kegiatan aktualisasi akan dilakukan analisis dampak terhadap pemecahan isu serta keterlaksanaan rangkaian kegiatan dan keterkaitan rangkaian kegiatan dengan nilai-nilai dasar ASN.
29
SKP
Tabel 3.5 Matriks Rancangan Tahapan Kegiatan Aktualisasi
No Kegiatan TahapanKegiatan Output/Hasil KeterkaitanSubstansi Mata
Pelatihan
Kontribusiterhadap
VisiMisi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Rapatkoordinasi
sosialisasiketepatan
waktuTATdan
kegiatan
pengawasanwaktu
TATpemeriksaan
histopatologi
denganKepala
KSM/Departemen
PatologiAnatomi
danWakilKepala
Instalasi laboratoriumklinis.
Membuatundanganrapat
koordinasisosialisasiketepatan
waktuTATdankegiatan
pengawasanwaktuTAT
pemeriksaanhistopatologidi
KSM/DepartemenPatologi
AnatomidenganKepala
KSM/DepartemenPatologi
AnatomidanWakilKepala
Instalasilaboratoriumklinis.
Menyebarkanundanganrapat
koordinasisosialisasiketepatan
waktuTATdankegiatan
pengawasanwaktuTAT
pemeriksaanhistopatologidi
KSM/DepartemenPatologi
AnatomidenganKepala
KSM/DepartemenPatologi
AnatomidanWakilKepala
Instalasilaboratoriumklinis
Membuattayangankegiatan
sosialisasiketepatanwaktuTAT
pengawasanTATpemeriksaan
histopatologidiKSM/Departemen
PatologiAnatomi
Pelaksanaanrapatkoordinasi
sosialisasiketepatanwaktuTAT
pengawasanTATpemeriksaan
SuratUndangan
untukKepala
KSM/Departemen
PatologiAnatomi
danWakilKepala
Instalasi
laboratoriumklinis
(bukti:Surat undangan)
Undanganrapat diterimaolehpihak terkait
Berkoordinasidenganpihaksekretariat untukprosespembuatanundangan (Kolaboratif,harmonis)
Verifikasiundanganyangdibuatsesuai denganmaksuddantujuanpertemuan sertamenggunakanbahasaIndonesia yangbaikdanbenar (Kompeten, Loyal)
Sesuaidenganmisi
RSUPDr.Hasan
Sadikin:
Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
paripurna dan prima, yang
terintegrasi dengan
pendidikandan
penelitian dalam
Kepemimpiman Profesional Integritas
Tayangan mengenaikegiatan pengawasan (bukti:fileppt tayangan)
Terlaksananya rapatkoordinasi
Sebelum menyampaikan surat, melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengansopan(Akuntabel,harmonis)
menunjangvisi:
Menjadi institusi kesehatan yang
unggul dan transformatifdalam
meningkatkan
statuskesehatan
masyarakat
Membuattayangansosialisasisesuai datayangada,arahanatasan,inovasi denganbaikdanbenar (Berorientasi pelayanan,Akuntabel, kompeten)
Menghadirirapattepatwaktu (Akuntabel)
30
2 Sosialisasi
ketepatanwatuTAT
dankegiatan
pengawasanwaktu
TATpemeriksaan
histopatologi
kepadastafmedis
(dokterpenanggung
jawab,ATLM),staf
non-medis(pegawai
tatausahadan
loket),pesertadidik
(PPDS)
KSM/Departemen
PatologiAnatomi
RSUPDr.Hasan
SadikinBandung
histopatologidiKSM/Departemen
PatologiAnatomidenganKepala
KSM/DepartemenPatologi
AnatomidanWakilKepala
Instalasilaboratoriumklinis.
(bukti:Notulensi, Absensi, dokumentasi kegiatan)
Mengikutirapatdenganbaik
(Akuntabel, Harmonis, Loyal)
Berperanaktifdalamrapat,memberikan informasi,masukan (Kolaboratif,Harmonis, Adaptif)
Membuatnotulensirapatdengan
lengkapdantidakmenambahkanatau
mengurangiisirapat (Akuntabel,kompeten)
Membuatsuratundangan
sosialisasiketepatanwatuTAT
dankegiatanpengawasanwaktu
TATpemeriksaanhistopatologi kepadastafmedis(dokter penanggungjawab,ATLM),staf non-medis(pegawaitatausaha danloket),pesertadidik(PPDS)
KSM/DepartemenPatologi AnatomiRSUPDr.HasanSadikin Bandung
SuratUndangan untukstafmedis
(dokter penanggungjawab, ATLM),stafnonmedis(pegawai tatausahadan loket),pesertadidik (PPDS)
KSM/Departemen
PatologiAnatomi
RSUPDr.Hasan
SadikinBandung
(bukti:Surat Undangan)
Berkoordinasidenganpihaksekretariat untukprosespembuatandan penyampaianundangan (Kolaboratif,Harmonis)
Verifikasiundanganyangdibuatsesuai denganmaksuddantujuanpertemuan sertamenggunakanbahasaIndonesia yangbaikdanbenar
(Akuntabel,Loyal)
Menyampaikansuratundangankepada seluruhstafmedis(dokterpenanggung jawab/staff,bidan,perawat),stafnonmedis(pegawaitatausahadanloket) danpesertadidik(PPDS)
(Kolaboratif,Harmonis, Loyal)
Sesuaidenganmisi
RSUPDr.Hasan
Sadikin:
Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
paripurna dan prima, yang terintegrasi dengan
pendidikandan
penelitian dalam
menunjangvisi: Menjadi institusi
kesehatan yang unggul dan transformatifdalam
meningkatkan
Kepemimpiman Profesional Integritas
Menyebarkansuratundangan sosialisasiketepatanwatuTAT
dankegiatanpengawasanwaktu
TATpemeriksaanhistopatologi
kepadastafmedis(dokter
penanggungjawab,ATLM),staf non-medis(pegawaitatausaha danloket),pesertadidik(PPDS)
KSM/DepartemenPatologi
Undanganrapat
diterimaolehpihak terkait
Sebelum menyampaikan surat, melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengansopan(Akuntabel,harmonis)
statuskesehatan
masyarakat
31
AnatomiRSUPDr.HasanSadikin
Bandung
Pelaksanaankegiatansosialisasi ketepatanwaktuTATdan
sosialisasipengawasanwaktu
TATpemeriksaanhistopatologidi
KSM/DepartemenPatologi
AnatomiRSUPDr.HasanSadikin
Bandung
Terlaksananya
sosialisasi
ketepatanwaktu
TATdan
pengawasanwaktu
TATpemeriksaan
histopatologidi
KSM/Departemen
PatologiAnatomi RSUPDr.Hasan
SadikinBandung
(bukti:Notulensi, Absensi, dokumentasi kegiatan)
3 Pelaksanaan kegiatan
pengawasan waktu TAT pemeriksaan histopatologi, dilakukan
sebanyak 4-5 kali
selama masa
pelaksanaan aktualisasi.
Pengambilandatakasus-kasus yangterlambatwaktuTAT-nya tiapkalikegiatanpengawasan
Datakasusyang TATnyaterlambat
(Bukti:Datakasus denganTAT terlambat(tiapkali kegiatan pengawasan))
Menyampaikanpresentasidansosialisasi dengan sikap yang baik (Harmonis, Akuntabel,Kompeten)
Membuka kesempatan diskusi untuk memastikanpemahamanyangbaikoleh peserta rapat serta menerima koreksi dan masukan (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, harmonis,loyal,kolaboratif)
Membuatnotulensirapatdanmenjadikan dokumentasiuntukdiserahkankebagian sekretariat (Akuntabel,Kolaboratif)
Mengambil data kegiatan dengan jujur, lengkap, jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
(Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Loyal)
Sesuaidenganmisi RSUPDr.Hasan
Sadikin: Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
paripurna dan prima, yang
terintegrasi dengan pendidikandan
penelitian dalam
menunjangvisi: Menjadi institusi
kesehatan yang
unggul dan transformatifdalam
meningkatkan
statuskesehatan
masyarakat
Profesional Inetgritas Inovatif
32
Identifikasimasalah
danpenyebab
waktuTAT
pemeriksaan
histopatologiyang
terlambat,dilakukan
sebanyak4-5kali
setelahwaktu
kegiatan
pengawasanwaktu
TAT.
5 Pembuatanlaporan
kegiatan
pengawasanwaktu
TATpemeriksaan
histopatologidi
KSM/Departemen
PatologiAnatomi
RSUPDr.Hasan
SadikinBandung
PembuatanInstrumen
wawancaraidentifikasimasalah
danpenyebab
Instrumen wawancara
(Bukti:Instrumen wawancara)
Membuat instrumen wawancara untuk identifikasimasalahdengansebelumnya mencariinformasimengenai‘tools’yang adadandipilihsesuaidengankeperluan.
(Berorientas pelayanan, kompeten, adaptif,kolaboratif)
Sesuaidenganmisi
RSUPDr.Hasan
Sadikin:
Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
Profesional Inetgritas
Inovatif
Identifikasimasalahdan
penyebabwaktuTAT
pemeriksaanhistopatologiyang
terlambatdenganwawancara
Daftarmasalahdan
penyebab
terlambatnyaTAT
pemeriksaan
histopatologi
(Bukti:Daftar
masalahdan
penyebab(tiapkali diadakankegiatan pengawasan))
Melakukanidentifikasimasalahdaridata yang ditemukan saat pelaksanaan
kegiatanpengawasandenganjujur,aktif menanyakan ke pihak yang terlibat dalam alur kegiatan pemeriksaan histopatologidenganramah,penuhrasa ingin tahu serta dapat mempertanggungjawabkan masalah yangdiidentifikasi.
(Berorientasipelayanan,Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,Kolaboratif)
paripurna dan prima, yang
terintegrasi dengan
pendidikandan
penelitian dalam
menunjangvisi:
Menjadi institusi
kesehatan yang
unggul dan transformatifdalam
meningkatkan
statuskesehatan
masyarakat
Pengumpulandatakegiatan
pengawasanwaktuTAT
pemeriksaanhistopatologidan identifikasimasalah-penyebab
TATterlambatselamakegiatan
aktualisasi
Pengolahandatapengawasan waktuTATpemeriksaan
histopatologi danidentifikasi
masalah-penyebabTATterlambat
selamakegiatanaktualisasi
Terkumpulnyadata Mengumpulkandata-datapengawasan waktuTATpemeriksaanhistopatologi denganjujurdanbertanggungjawab (Akuntabel,kompeten)
Grafikketepatan
waktuTAT
pemeriksaan
histopatologidan
daftarmasalahpenyebabdari
kasusdenganTAT
terlambat
(Bukti:Grafikdan Daftarmasalahpenyebab)
Mengolahdatayangtelahdikumpulkan dengancermat,teliti,sertadapat dipertanggungjawabkan
(Berorientasi pelayanan, Akuntabel,Kompeten,Loyal)
Sesuaidenganmisi
RSUPDr.Hasan
Sadikin:
Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
paripurna dan prima, yang
terintegrasi dengan
pendidikandan
penelitian dalam
menunjangvisi:
Menjadi institusi
kesehatan yang
unggul dan
transformatifdalam
meningkatkan
Kepemimpiman
Profesional Integritas
33 4
Melaporkanhasilpengawasan
waktuTATpemeriksaan
histopatologidiKSM/Departemen
PatologiAnatomikepadaKepala
KSM/DepartemenPatologi
AnatomidanWakilKepala
Instalasilaboratoriumklinis
3.5Penjadwalan
Laporanditerima
olehKepala
KSM/Departemen
PatologiAnatomi
danWakilkepala
Instalasi
laboratoriumklinis
Menyampaikan hasil pengawasan dengan jelas, jujur dan sesuai sopan santunsertamemberikesempatanuntuk diskusi
(Berorientasipelayanan,Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,Kolaboratif)
statuskesehatan masyarakat
Tabel 3.6 Rancangan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
No Kegiatan
1 Rapat koordinasi sosialisasi pengawasan dengan Ka.Dept dan Ka.Inst
2 Sosialisasi kegiatan pengawasan kepada staf medis, staf non-medis, peserta didik Dept PA RSHS
3 Pelaksanaan kegiatan pengawasan (4-5 kali)
4 Identifikasi masalah-penyebab (4-5 kali)
5 Pembuatan laporan pengawasan
Juli Agustus
I II III IV I
34
DAFTARPUSTAKA
1. Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
2. Peraturan Lembaga Administrasi Negara nomor 1 tahun 2021 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
3. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2019. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil Golongan II dan Golongan III: Analisis Isu Kontemporer.
4. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2019. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil Golongan II dan Golongan III: Kesiapsiagaan Bela Negara
5. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil: Habituasi
6. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil: Manajemen ASN
7. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil: Smart ASN
8. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Akuntabel
9. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Kompeten
10. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Harmonis
11. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Loyal
12. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Adaptif
13. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Kolaboratif
14. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negara Sipil: Berorientasi Pelayanan
35
36
LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Identifikasi Masalah dan Penyebab