5 minute read

C. Latar Belakang Pemilihan Isu

Next Article
B. Saran

B. Saran

No. Isu

1

Advertisement

2

3 Kurangnya pengetahuan perawat/bidan tentang teknik mengurangi kecemasan pada pasien kemoterapi dengan Relaksasi Autogenik di ruang Alamanda Belum optimalnya penerapan Bladder Training pada pasien post operasi sebelum di lakukan Aff kateter di ruang Alamanda. Belum optimalnya pemantauan pemberian elektrolit konsentrasi tinggi pada pasien di ruang Alamanda

Kriteria U S G Total Prioritas

4 4 4 12 1

3 3 3 9 3

3 4 3 10 2

Tabel 3.2 Penapisan Isu Berdasarkan USG

Keterangan : Skala 1-5 (1 =sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar)

Bobot nilai yang diberikan secara objektif merujuk pada pertimbangan beberapa aspek diantaranya hasil konsultasi dan diskusi (rekomendasi dari rekan sejawat, kepala ruangan dan mentor), analisis teoritis (sudut pandang teori yang dikaitkan dengan prediksi dan perkembangan isu) dan analisis strategis organisasi (dampak isu terhadap citra organisasi).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USG, maka diperoleh peringkat dari isu-isu yang telah ditemukan.Isu yang menjadi peringkat pertama atau core issue adalah isu “Kurangnya pengetahuan perawat/bidan tentang teknik mengurangi kecemasan pada pasien kemoterapi dengan Relaksasi Autogenik di ruang Alamanda”.

Dari segi urgency, isu ini penting untuk dibahas karna isu ini akan berpengaruh terhadap kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Sedangkan dari segi seriousness dan growth, apabila isu ini tidak ditindak lanjuti dan terus dibiarkan, maka akan berdampak pada lama rawat dari pasien tersebut. Dampak lainnya, kecemasan dapat membuat sistem imun menurun, dan terkadang membuat pasien memilih untuk menghentikan siklus terapi, dan jika semua itu terjadiakan berpotensi

mempengaruhi harapan hidup dan kualitas hidup pasien. Hal ini tentu juga akan berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit yang dinilai kurang maksimal. Perawatan yang lama juga berdampak pada keluarga seperti biaya yang dikeluarkan bertambah banyak.

C. Latar Belakang Pemilihan Isu

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi beban kesehatan diseluruh dunia.Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang abnormal yang bisa berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk menyerang dan berpindah antar sel dan jaringan tubuh. Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus dan kematian akibat kanker sampai dengan tahun 2018 sebesar 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian di tahun 2018. Data hasil Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kanker di Indonesia dari 1,4‰ menjadi 1,49‰. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada proses pengobatan juga mempengaruhi prognosis pasien (Infodatin, 2019).

Jenis pengobatan kanker yang dijalani oleh pasien kanker tergantung dengan jenis dan stadium pada saat diagnosis. Pada beberapa kasus, pasien menjalani lebih dari satu metode pengobatan. Hasil Riskesdas 2018 menggambarkan sebagian besar penduduk di Indonesia menjalani pengobatan kanker dengan metode pembedahan, yaitu sebesar 61,8%. Pasien juga memilih metode lainnya untuk pengobatan, yaitu kemoterapi sebesar 24,9%, dan penyinaran sebesar 17,3%(Infodatin, 2019).

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan yang dianjurkan bagi penderita kanker yang berupa obat-obatan sitotoksis yang membunuh sel-sel kanker.Pasien dengan kemoterapi akan mengalami efek samping secara fisik dan psikologis. Dampak psikologis yang timbul adalah stress dan cemas yang muncul sedari awal diagnosis, pengobatan bahkan saat masa pemulihan.

Hampir sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi mengalami kecemasan. Kecemasan dapat memicu dampak yang cukup fatal,tidak jarang beberapa dari pasien kanker berhasrat untuk mengakhiri hidupnya karena sudah tidak dapat mengendalikan emosi dalam jiwa terutama jika pengobatan tidak kunjung berhasil (Hermanto, 2020).

Kecemasan adalah adalah perasaan takut yang belum tahu penyebabnya dan hal ini tidak didukung oleh situasi apapun. Kondisi cemas ini menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman, hal ini berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Nurhayati, Isny, dkk, 2016). Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah

cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah tersinggung, pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut, pasien mengatakan takut bila sendiri atau pada keramaian dan banyak orang, mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan, pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, tekanan darah meningkat, dan lain sebagainya).

Walaupun ditengah pandemic covid-19 saat ini, pasien dengan kanker mau tak mau harus tetap datang rumah sakit untuk menjalani proses kemoterapi. Hal ini juga merupakan salah satu faktor pencetus munculnya kecemasan pada pasien. Ketakutan akan risiko tertular, keselamatan hidup diri dan anggota keluarga yang menjaga adalah berbagai hal yang mereka cemaskan.

Dibutuhkan support dari orang-orang terdekat termasuk dari perawat yang memberi asuhan secara holistic agar meminimalisir kecemasan pasien yang menjalani proses kemoterapi. Sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk mengurangi kecemasan pasien kemoterapi adalah dengan teknik relaksasi autogenik.Terapi nonfarmakologis ini lebih efektif untuk diberikan kepada pasien karena intervensinya mudah, murah dan menyenangkan dibanding dengan terapi farmakologis yang sudah membawa trauma tersendiri bagi pasien.Teknik relaksasi autogenik merupakan relaksasi berbasis sugesti dalam diri sendiri sehingga dapat mengontrol tekanantekanan yang datang dari luar maupun dari dalam diri, caranya dengan memikirkan perasaan hangat dan berat pada anggota tubuh (Syafitri, 2018). Relaksasi autogenik yang diberikan tersebut berupa kalimat pendek yang digunakan untuk menentramkan hati dan pikiran sehingga mengurangi perasaan cemas.

Oleh karenanya sangat diperlukan kompetensi perawat yang memadai dalam penerapan teknik relaksasi, karena jika cemas tidak ditangani dapat menurunkan sistem imun tubuh yang sebaiknya tidak boleh dialami oleh penderita kanker karena dapat menghambat proses pengobatan yang bahkan berujung pada penurunan kondisi yang berimbas pada hari rawat yang memanjang. Memanjangnya hari rawat pasien di rumah sakit yang pada akhirnya dapat menimbulkan penurunan indeks kepuasan masyarakat. Kendati demikian, demi tetap bersinergi mewujudkan visi rumah sakit yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” serta misi “Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia” maka peningkatan pengetahuan perawat/bidan tentang teknik mengurangi kecemasan ini penting dilakukan khusunya dalam peningkatan kompetensi perawat sehingga dapat memberikan pelayanan prima bagi pasien.

Berikut hasil kuesioner awal yang dibagikan penulis untuk djadikan gambaran awal tentang tingkat pengetahuan perawat/bidan Alamanda tentang tentang Relaksasi Autogenik. Pertanyaan 1: Apakah penanganan kecemasan pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi penting dilakukan?

Pertanyaan 2 : Apakah anda melakukan penanganan kecemasan pada pasien kemoterapi dengan teknik tertentu?

Pertanyaan 3 : Apakah anda tahu tentang Teknik Relaksasi Autogenik?

Pertanyaan 4 : Apakah perlu dilakukan edukasi tentang Teknik Relaksasi Autogenik untuk pasien kemoterapi?

This article is from: