DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sasaran Kerja Pegawai
Tabel 3.1 Uraian Tugas dan Permasalahan
Tabel 3.2 Skoring Isu Prioritas dengan Tapisan USG
Tabel 3.3 Rincian Kegiatan dan Tahapan Kegiatan.......................................21
Tabel 3.4 Matriks Rancangan Aktualisasi
Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan Rancangan Aktualisasi
v
...............................................................9
.................................................18
...................................19
....................................................25
.......................................36
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSPI Prof.Dr Sulianti Saroso .......................7,8
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan yang memiliki peran penting untuk pembangunan nasional dan berperan vital terhadap pemerintahan. Menurut UU No 5 tahun 2014 tentang ASN yaitu Pegawai ASN memili fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Untuk mewujudkan ketiga fungsi ASN tersebut maka sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib mengikuti latihan dasar (LATSAR) yang
diharapkan dapat memahami dan menerapkan ketiga fungsi tersebut baik dilingkungan kerja maupun dilingkungan sosial kemasyarakatan.
Berdasarkan peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pelatihan Dasar (LATSAR) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dijelaskan bahwa Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (LATSAR CPNS) merupakan pendidikan dan pelatihan dalam masa Prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karater keperibadaian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi.
Kompetensi diukur bedasarkan kemampuan menujukan sikap perilaku bela negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN “BerAKHLAK” yang merupakan singkatan dari Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Nilai-nilai ini diharapkan akan dapat menjadi fondasi budaya kerja ASN yang professional.
Mengaktualisasikan kedudukan dan peran ANS dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan menunjukan kamampuan kompetensi teknis yang dibutuhkan
sesuai dengan bidang dan tugas Pelatihan Dasar CPNS dilaksanakan dengan sistem
internalisasi nilai-nilai dasar ASN yang BerAKHLAK yang kemudian dituangkan dalam suatu
dokumen yang disebut laporan aktualisasi nilai dasar sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan aktualisasi pada instansi tempat kerja. Oleh karena itu peserta
Pelatihan dasar CPNS wajib membuat laporan aktualisasi yang sesuai dengan tempat
1
tugas masing-masing. Dalam hal ini penulis melakukan aktualisasi pelayanan di bidang kesehatan yang erat kaitannya dengan peningkatan peran perawat di ruang perawatan, dimana penulis bertugas sebagai perawat ahli pertama di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso.
Penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang profesional dan bertanggung jawab sangat dibutuhkan dalam mendukung upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam menjelankan tugas, perawat mempunyai tangggung jawab dalam menjaga patientsafety sehingga tidak terjadi kejadianyang tidak diingingkan. Patientsafety atau keselamatan pasien adalah upaya yang dilakukan di pelayanan Kesehatan untuk mencegah terjadinya cidera atau tindakan yang tidak seharusnya terjadi pada pasien. Salah satu sasaran dalam keselamatan pasien adalah mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Salah satunya yaitu plebithis. Plebithis merupakan adanya pembengkakan, kemerahan, panas, dan nyeri pada kulit sekitar tempat kateter intravaskular (infus) dipasang (kulit bagian luar). Kejadian plebithis menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit dengan standar yang ditetapkan oleh TheInfusion
Nursing of Practice yaitu 5%. Dampak dari plebithis mengakibatkan pasien menjalani perawatan yang lebih lama sehingga pasien harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak. Selain itu, perawat juga akan terkena tuduhan karena merugikan pasien. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan konsep patient safety sangat penting melakukan tindakan sesuai dengan standar sehingga mencegah adanya infeksi atau kejadian yang tidak diinginkan karena tindakan yang tidak sesuai dengan standar.
Berdasarkan pengamatan penulis di ruang rawat inap RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
selama kurang lebih 4 bulan menjalani masa orientasi dan melakukan enveriomental scanning, menemukan bahwa penerapan pencegahan plebithis belum dilakukan secara optimal. Dengan tersebut maka penulis menyusun laporan aktualisasi ini dengan judul
“Optimalisasi Pencegahan Plebithis pada Pasien yang terpasang Infus melalui
Media Edukasi (Video dan Lembar Balik) kepada Perawat di Ruang Dahlia 2
RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2022” .
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Teraktualisasainya nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK melalui optimalisasi
pencegahan plebithis pada pasien yang terpasang infus melalui media edukasi (video dan Lembar Balik) kepada Perawat di Ruang Dahlia 2 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
Tahun 2022 dalam melaksanakan tugas sebagai Perawat Ahli Pertama di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Pesera pelatihan dasar mampu:
a. Meningkatkan optimalisasi pencegahan plebithis pada pasien
b. Mencegah terjadinya kejadian plebithis
c. Meningkatkan kenyamanan pasien selama menjalani masa perawatan
d. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan masyarakat kepada RS dan petugas.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup dari rancangan aktualisasi ini adalah sebagai berikut:
1. Rancangan aktualisasi ini akan dilaksanakan selama proses habituasi, yaitu sekitar 30 hari
2. Lokasi fokus (lokus) dari rancangan aktualisasi ini adalah Rumah Sakit Prof. Dr. Sulianti Saroso dengan melibatkan pihak-pihakterkait.
3. Meminta dukungan dan persetujuan dari pimpinan dan mentor
4. Membuat video dan lembar balik pencegahan plebhitis
5. Memberikan sosialisasi kepada perawat terkait pencegahan plebithis
6. Monitoring dan evaluasi penerapan pencegahan plebithis.
3
BAB II
PROFIL INSTANSI DAN PESERTA
A. Profil Instansi
1. Deskripsi Organisasi
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso merupakan rumah sakit tipe A dan sebagai rumah sakit pendidikan yang berada di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Berlokasi di daerah Sunter, Jakarta Utara. Nama RSPI Sulianti Saroso berasal dari nama seorang dokter Indonesia yaitu Julie Sulianti Saroso. RSPI Sulianti Saroso dikenal oleh masyarakat sebagai rumah sakit karantina karena didirikannya stasiun karantina di daerah pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1985, yang fungsi utamanya adalah menampung penderita penyakit cacar dari Jakarta dan sekitarnya, dimana diantara tahun 1964 sampai tahun 1970 merawat penderita cacar sekitar 2.358 orang. RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso diresmikan pada tanggal 21 April 1995 yang berfungsi memberikan pelayanan medis, penunjang medis kepada seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan pelayanan RSPI SS berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan rawat darurat, pelayanan operasi dan pelayanan ICU serta dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pendidikan tenaga kesehatan.
Adapun visi misi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso adalah sebagai berikut
Visi : “Menjadi Rumah Sakit Ungulan Penyakit Infeksi yang Terdepan Setingkat Asia”
Misi:
1.1. Mengelola penyakit infeksi secara professional dan paripurna
2.1. Terselengaranya pengkajian dan penelitian dalam bidang penyakit infeksi emerging,reemergingdan tropicalmedicine
3.1. Terselenggaranya Pendidikan dan pelatihan penyakit infeksi emerging, reemerging,dan tropicalmedice.
4.1. Memperluas jejaring pelayanan Pendidikan dan penelitian dibidang penyakit infeksi melalui publikasi secara nasional dan internasional
5.1. Membangun budaya corporate untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan.
4
2. Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.2073/MENKES/PER/XI/2011
tertanggal 07 Oktober 2011 Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
No.247/MENKES/PER/III/2008 tentang Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, RSPI Sulianti Saroso mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas Pokok Rumah Sakit
1. Menyelenggarakan pelayanan medis dan keperawatan secara paripurna, sebagai kegiatan penunjag dalam upaya pengkajian penyakit infeksi dan penyakit menular
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular beserta faktor risikonya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan untuk penyusunan bahan kebijakanserta standar penanganan/pengendalian penyakit infeksi dan penyakit menular.
b. Fungsi Rumah Sakit
1. Pelaksanaan penatalaksanaan penyakit infeksi dan penyakit menular;
2. Pelaksanaan pelayanan rujukan nasional di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular;
3. Pengkajian penyakit infeksi dan penyakit menular, baik di bidang klinik, epidemiologi dan faktor risikonya;
4. Pengkajian pelaksanaan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB);
5. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan profesi kedokteran dan kedokteran berkelanjutan serta profesi tenaga kesehatan lainnya di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular;
6. Pengelolaan informasi dan pemasaran di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular;
7. Pelaksanaan urusan hukum dan kemitraan;
8. Pelaksanaan administrasi umum dan keuangan;
5
3. Motto dan Nilai Budaya Rumah Sakit
Nilai-nilai budaya kerja yang diterapkan dalam melaksanakan tugas sehari-hari untuk mencapai perwujudan visi dan misi organisasi patut mendapat perhatian khusus, karena memerlukan perjalanan jangka panjang ke suatu keadaan yang belum pernah dialami dan beraneka ragamnya budaya serta pola pikir masyarakat, sehingga dalam perjalanan tersebut akan dijumpai banyak rintangan, kegagalan dan keberhasilan.
Untuk tetap konsisten dalam mencapai visi tersebut maka diperlukan kerja keras dan kebersamaan dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Adapun motto dan nilai-nilai budaya kerja di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso yang diterapkan dalam melaksanakan tugas adalah sebagai berikut:
Motto : “Ikhlas Melayani”
Nilai Budaya:
a. Responsif
Sigap memberikan bantuan kepada yang membutuhkan pelayanan.
b. Satisfaction
Memberikan pelayanan lebih dari yang diharapkan.
c. Profesional
Memberikan pelayanan yang ramah dan bermutu sesuai dengan standar profesi.
d. Integritas
Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, struktur organisasinya sebagai berikut:
6
7
8
Nama : Mariyam Faud S.Kep.Ners
NIP : 199807202022032004
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk 1/IIIb
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Instansi : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Tabel 2.1 Sasaran Kinerja Pegawai
No Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
1 Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
2 Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut
3 Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu
4 Membuat prioritas diagnosa keperawatan dan masalah keperawatan
5 Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu
6 Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
7 Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area medical bedah
8 Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area anak
9 Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area maternitas
10 Melakukan perawatan luka
11 Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu
12 Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu
13 Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien
14 Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/bencana/kritikal
15 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
16 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi
17 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
9
B. Profil Peserta
C. Sasaran Kinerja Pegawai
18 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
19 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
20 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu tubuh
21 Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada pasien/petugas/pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi
22 Melakukan investigasi dan deteksi dini kejadian luar biasa yang berdampak pada pelayanan kesehatan
23 Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi kompleks
24 Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien
25 Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter
26 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
27 Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan
D. Nilai-Nilai Dasar ASN BerAKHLAK
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo resmi meluncurkan core valueAparatur Sipil Negara (ASN) yaitu BerAKHLAK. Peluncuran Core Valueini bertujuan untuk menyeragamkan nilai-nilai dasar bagi seluruh ASN di Indonesia sehingga dapat menjadi fondasi budaya kerja ASN yang profesional. CoreValue“BerAKHLAK” , merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Latar belakang core value “BerAKHLAK” adalah adanya perbedaan
penerjemahan terhadap nilai-nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku ASN yang
tertuang pada Undang-Undang No.5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu
Kemenpan-RB menetapkan core valuebaru untuk menciptakan persepsi yang sama atas nilai-nilai dasar ASN.
Adanya CoreValueASN ini diharapkan setiap ASN baik di pusat maupun di daerah
memiliki semboyan dan semangat yang sama dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. ASN jangan lagi minta untuk dilayani melainkan memberikan pelayanan yang
prima dalam membantu masyarakat. Harapan ini juga didukung dengan diresmikannya
employer branding ASN “Bangga Melayani Bangsa”.
10
Adapun panduan perilaku tentang nilai-nilai ASN BerAKHLAK adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan.
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel
a. Melaksanakan tugas dengan Jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
b. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien
c. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
3. Kompeten
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah.
b. Membantu orang lain belajar.
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
b. Suka menolong orang lain.
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal
a. Memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
b. Setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
c. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga
rahasia jabatan dan negara
6. Adaptif
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan.
b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas.
c. Bertindak proaktif
7. Kolaborasi
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
11
12
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Deskripsi Isu
Pelatihan dasar CPNS KEMENKES RI tahun 2022 terbagi dalam 4 tahapan yang harus dijalani oleh CPNS, salah satu tahapan utama yang perlu dilaksanakan adalah aktualisasi.
Pada tahapan aktualisasi peserta diharuskan mengidentifikasi isu-isu di satuan kerja masing-masing yang akan di angkat menjadi bahan dasar rancangan aktualisasi. Isu yang diangkat merupakan isu yang benar-benar terjadi dan apabila tidak diselesaikan dapat mempengaruhi kinerja instansi. Identifikasi isu dilakukan dengan cara enveriomental scanning selama masa oerientasi di satuan kerja. Berdasarkan enveriomental scanningpenulis selama melaksanakan masa orientasi di satuan kerja (Rumah Sakit
Penyakit Infeksi Sulianti Saroso) terhitung sejak bulan Maret 2022, terdapat beberapa isu yang dapat diangkat menjadi bahan aktualisasi adalah sebagai berikut:
1. Belum Optimalnya Mobilisasi Progresif pada Pasien dengan Imobilitas terhadap Pencegahan Dekubitus di Ruang ICU Nusa Indah 2 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2022
Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas. Mobilisasi mencegah kekakuan otot dan sendi serta mengurangi nyeri, mempercepat kelancaran peredaran darah, memperbaiki metabolisme tubuh dan mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital. Mobilisasi sendiri merupakan salah satu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mencegah risiko dekubitus, terutama pada pasien dengan ketergantungan partialcaredan total care. Dekubitus merupakan luka pada kulit dan atau jaringan dibawahnya karena adanya penonjolan tulang akibat dari tekanan atau kombinasi tekanan dengan gaya geser dan atau gesekan. Mobilisasi yang dapat dilakukan yaitu mobilisasi progresif.
Mobilisasi progresif adalah intervensi yang dilakukan kepada pasien dengan tingkat ketergantungan partial dan total dengan tujuan dapat mengurangi risiko dekubitus, selain itu mobilisasi perubahan posisi ini bermanfaat dalam hemodinamik pasien menimbulkan respon hemodinamik yang baik. Dalam pelaksanaannya mobilisasi progresif dapat dilaksanakan setiap 2 jam sekali dan memiliki waktu jeda atau istirahat
13
untuk merubah posisi lainnya selama 5-10 menit. American Association of Critical Care Nurses (AACN) memperkenalkan intervensi mobilisasi progresif yang terdiri dari 5 level yaitu: Head of Bed (HOB), latihan Range of Motion (ROM) pasif dan aktif, terapi lanjutan rotasi lateral, posis tengkurap, pergerakan melawan gravitasi, posisi duduk, posisi kaki menggantung, berdiri dan berjalan Pada posisi head of bed menunjukkan aliran balik darah dari bagian inferior menuju ke atrium kanan cukup baik karena resistensi pembuluh darah dan tekanan atrium kanan tidak terlalu tinggi, sehingga volume darah yang masuk (venous return) ke atrium kanan cukup baik dan tekanan pengisian ventrikel kanan (preload) meningkat, yang dapat mengarah pada peningkatan stroke volume dan cardiac output. Perubahan posisi lateral atau miring mempengaruhi aliran balik darah yang menuju ke jantung dan berdampak pada nilai tekanan darah pada monitor hemodinamik. Jika hal ini terus terjadi dapat menyebabkan tingginya angka kejadian dekubitus. Berdasarkan hasil penelitian Rawal, dkk (2017) mengatakan mobilisasi progresif sangat penting dan bermanfaat dan memiliki potensi untuk mengurangi lenght of stay (LOS) di rumah sakit yang mana dapat berpengaruh dalam penilaian akreditasi rumah sakit. Berdasarkan enveriomental scanningselama 2 minggu menjalani tugas di ruang ICU di dapatkan data sebanyak 4 pasien dengan adanya luka tekan. Selain itu, jika isu ini tidak ditangani dengan optimal maka menyimpang dengan sasaran kerja pegawai pada uraian no 17 yaitu melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.
Keterkaitan isu tersebut dengan manajemen ASN yaitu disiplin dan bersikap professional dalam menjalankan tugas sesuai standar yang telah ditetapkan rumah sakit dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas dan Smart ASN yaitu memberikan tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan dengan integritas tinggi dan penuh tanggung jawab.
2. Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada Pasien yang terpasang Infus di Ruang
Dahlia 2 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2022
Infus atau terapi infus intravena bertujuan memperbaiki kondisi pasien dengan mempertahankan keseimbangan cairan, mengganti elektrolit tubuh dan zat makanan yang hilang dan juga sebagai media pemberian obat dan vitamin. Merupakan salah satu tindakan invasive dengan memasukan jarum ke dalam pembuluh darah vena yang
14
kemudian disambungkan dengan selang infus dan dialiri cairan infus serta memiliki resiko terjadi infeksi. Salah satu intervensi untuk proses penyembuhan namun terapi intravena yang diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi. Penyebab plebithis yang paling sering adalah karena ketidaksesuaian ukuran kateter dan pemilihan lokasi vena, jenis cairan, kurang aseptik saat pemasangan, dan waktu kanulasi yang lama (Alexander, et al., 2010). Hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang paling sering terjadi akibat terapi IV adalah phlebitis, yaitu keadaan inflamasi vena yang terjadi akibat tidak berhasilnya penusukan vena, kontaminasi alat IV dan penggunaan cairan hipertonik yang tidak adekuat, yang secara kimiawi dapat mengiritasi vena.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
Nomor:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menyebutkan angka kejadian HAIs diharapkan ≤ 1,5% kejadian, bahkan melebihi standar yang telah dikeluarkan Infusion Nurses Society (INS) sebesar 5%. Flebitis merupakan salah satu indikator mutu pelayanan yang setiap saat dimonitor melalui kegiatan surveillance infeksi oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Dari sekian banyak jenis HAIs, flebitis menempati peringkat pertama dibanding dengan infeksi lainnya Depkes RI (2013). Berdasarkan enveriomentalscanning selama bertugas di ruang dahlia 2 selama 3 minggu, terdapat 6 pasien yang mengalami plebithis.
Berdasarkan data tersebut pentingnya tindakan pencegahan secara dini oleh perawat. Pencegahan kejadian phlebitis merupakan tanggung jawab utama seorang perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan karena perawat yang bersama pasien selama menjalani perawatan di RS. Perawat diharuskan memiliki pengetahuan dan kompetensi klinis yang tinggi sehingga pemberian terapi infus akan lebih terjamin (Alexander, et al. 2010). Menurut Royal College of Nursing atau RCN (2005) memberikan standar tentang teori dan praktek terapi infus yang harus dikuasai oleh perawat meliput konsep dasar, komplikasi, prosedur, dan perawatan infus.
Adapaun pencegahan dini yang dapat dilakukan dengan perawatan infus, menurut Infusion Nursing Society (INS) untuk mencegah terjadinya phlebitis yaitu dengan penerapan irigasi kateter atau flushing. Namun dalam penerapannya dalam
15
praktik klinis, pembilasan infus IV pada pasien dewasa jarang terjadi, dengan pengecualian pemberian kemoterapi pada onkolog (NIVAS, 2021). Flushingadalah teknik membersihkan saluran spuit dan infus menggunakan saline normal dari cairan, obat-obatan untuk menjaga kateter atau selang infus tetap bersih, steril, dan untuk memastikan tidak ada percampuran obat di dalam lumen infus. Selain mencegah adanya plebithis, teknik flushing dapat mengurangi adanya underdoses. Flushing dapat dilakukan dengan natrium klorida 0,9% yang bertujuan untuk mempertahankan permeabilitas kateter, mengganti larutan IV sekurang-kurangnya setiap 24 jam, mengganti semua kateter vena perifer. Penggunaan 0,9% natrium klorida ini sejalan dengan penelitian Keogh et al (2016) dimana pembilasan kateter vena perifer menggunakan natrium klorida 0,9% sebanyak 3 ml dan 10 ml sebelum dan sesudah pemberian obat dapat mencegah terjadinya phlebitis. Didukung dengan pendapat US InfusionNursesSociety (INS) yang telah memperbarui 'Standar Praktik' pada tahun
2011 dan merekomendasikan natrium klorida 0,9% bebas pengawet untuk pembilasan PIVAD. Sejalan dengan hasil penelitian Anwar (2018) dengan hasil nilai p (0,001) <α (0,05) yang menggambarkan adanya pengaruh flushing NaCl 0,9% terhadap kejadian flebitis pada kelompok intervensi dengan jumlah 23 responden. Oleh karena itu disarankan untuk menetapkan standar prosedur operasional flushing dalam upaya pencegahan kejadian flebitis
Dalam penerapan tindakan pencegahan peran perawat penting dalam perkembangan phlebitis guna mencegah kejadian yang tidak diinginkan lebih lanjut yaitu mengakibatkan sepsis atau infeksi seluruh tubuh yang dapat menyebabkan kematian. Di RSPI Sulianti Saroso, pasien dengan phlebitis masih sering ditemui hal ini dapat beresiko memperlama proses penyembuhan pasien yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien dengan pelayanan rumah sakit sehingga tidak sejalan dengan nilainilai dasar ASN dan SMART ASN. Keterkaitan isu tersebut dengan menajemen dan smart ASN yaitu professional dan kompeten dalam menjalankan tugas agar tidak terjadi komplen dan ketidakpuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan.
16
3. Ketidakpatuhan Penggunaan Barcode Pasien pada Pemberian Obat melalui Intravena
dalam Mencegah Medication Error di ruang Dahlia 3 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2022
Keselamatan pasien tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien. Didalam Permenkes nomor 11 tahun 2017 menyebutkan keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman. Pasal 5 ayat (2)b dijelaskan mengenai sasaran
keselamatan pasien yang terdiri dari: mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, memastikan lokasi pembedahan, prosedur, dan pembedahan yang benar, mengurangi risiko infeksi, dan mengurangi risiko cedera. Namun, dalam mewujudkan pharmaceutical care dengan risiko yang minimal perlu manajemen risiko dengan memperhatikan proses manajemen obat guna menghindari adanya medicationerror. Medicationerrorpaling umum terjadi di berbagai rumah sakit, diperkirakan 7000 orang meninggal pertahun (The Business Case for Medication Safety, February 2003).
Salah satunya yaitu kesalahan pemberian obat oleh petugas pada pasien. Perawat memegang peran dan tanggung jawab yang penting dalam hal memberikan obat kepada pasien, memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan mengawasi apabila ada efek samping dari pemberian obat tersebut. Kesalahan ini dapat diakibatkan petugas salah pasien, salah nama (tidak sesuai dengan medical record) dan salah waktu (terlambat pemberian atau terlalu cepat) dalam memberikan obat, salah rute (seharusnya diminum, oral, iv, sc, drip dsb). Kesalahan dosis yang diberikan baik berlebihan atau kurang dari peresepan dokter dapat dinilai sebagai medication error, salah obat (obat tidak sesuai resep) dan salah dokumentasi merupakan sejumlah indikasi adanya kesalahan pengobatan, sehingga pentingnya penegakan secara optimal 6 benar dalam pemberian obat untuk mencegah adanya medication error. Saat pemberian terapi intravena obat dalam bentul vial ataupun ampun yang akan diberikan di larutkan terlebih dahulu kemudia dimasukan ke dalam spuit yang akan diberikan melalui intravena. Dalam hal ini, spuit akan dilabeli dengan barcode pasien guna mencegah adanya medication error. Namun dalam penerapannya belum secara optimal dilakukan. Hal ini ditunjukan dengan data environmentalscanningyang saya selama menjalani masa orientasi di Ruang dahlia 3, mayoritas perawat 50% tidak
17
menggunakan barcode pasien pada bungkus spuit tetapi hanya ditulis nama pasien dan nama obat menggunakan spidol berwarna hitam, namun dalam pelaksanaannya perawat yang menyiapkan obat dan perawat yang memberikan obat bisa orang yang berbeda sehingga berisiko adanya kejadian yang tidak diinginkan. Berdasarkan laporan insiden dari tim sasaran keselamatan pasien di RSPI Sulianti Saroso pada tahun 2021 terdapat 13 kasus insiden, salah satu insidennya yaitu tentang kesalahan pemberian obat, dan insiden kesalahan pemberian obat selalu ada tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan masih ditemukan perawat yang kurang mematuhi prinsip 6 benar dalam pemberian obat sesuai SOP yang berlaku.
Keterkaitan isu tersebut dengan manajemen ASN yaitu disiplin dan bersikap professional dalam menjalankan tugas sesuai standar yang telah ditetapkan rumah sakit dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas dan Smart ASN yaitu memberikan tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan dengan integritas tinggi dan penih tanggung jawab.
Tabel 3.1. Uraian Tugas dan Permasalahan
No Tugas Fungsi Permasalahan
1. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
Belum Optimalnya Mobilisasi Progresif pada
Pasien dengan Imobilitas terhadap
Pencegahan Dekubitus di Ruang ICU Nusa
Indah 2 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun
2022
2. Melakukan upaya peningkatan kewaspadaan standar pada pasien, petugas, pengunjung sebagai upaya pencegahan
infeksi
3. Melakukan upaya peningkatan kewaspadaan standar pada pasien, petugas, pengunjung sebagai upaya pencegahan
infeksi
Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada
Pasien yang terpasang Infus di Ruang Dahlia
2 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
Ketidakpatuhan Penggunaan Barcode Pasien
pada Pemberian Obat melalui Intravena
dalam Mencegah MedicationErrordi ruang
Dahlia 3 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun
2022
18
B. Penetapan Core Isu
Berdasarkan identifikasi isu yang berkembang, maka dilakukan analisis untuk menentukan isu kontemporer yang diselesaikan dalam rancangan aktualisasi ini. Analisis penapisan yang dilakukan dalam penetapan isu kontemporer ini menggunakan metode analisis urgency, seriousness, growth (USG). Metode ini menentukan urutan prioritas masalah yang diselesaikan dengan memberikan skor dalam skala 1-5, Berikut penjelasan dari pengertian urgency,seriousness,growthsebagai berikut:
1. Urgency: Menilai seberapa mendesaknya suatu masalah harus di analisis dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness: Menilai tingkat keseriusan suatu masalah yang dikaitkan dengan akibat/dampak yang mungkin timbul dengan penundaan pemecahan masalah
3. Growht: Seberapa besar kemungkinan memburuknya masalah tersebut jika tidak ditangani.
Tabel 3.2 Skoring Isu Prioritas dengan Tapisan USG No
1. Belum Optimalnya Mobilisasi Progresif pada Pasien dengan Imobilitas terhadap
Pencegahan Dekubitus di Ruang ICU Nusa
Indah 2 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
2. Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada Pasien yang terpasang Infus di Ruang Dahlia 2
RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
3. Ketidakpatuhan Penggunaan Barcode Pasien pada Pemberian Obat melalui Intravena dalam
Mencegah MedicationError di ruang Dahlia 3
RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
3 3 4 10 II
4 5 5 14 I
2 3 3 8 III
Berdasarakan pemilahan isu yang di diskusikan bersama mentor saat bimbingan dengan menggunakan metode USG, core isu yang didapatkan dan menjadi prioritas pertama dengan total skor 14 adalah “Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada Pasien yang terpasang Infus di Ruang Dahlia 2 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun
2022
19
Identifikasi Isu U S G Total
Prioritas
” .
C. Analisis Isu
Untuk merunut permasalahan “Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada Pasien yang Terpasang Infus di Ruang
Dahlia 2 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2022. maka dilakukan analisis menggunakan diagram fishboneyaitu sebagai
berikut:
1. Diagram Fishbone:
Method Man
• Monitoring tanda dan gejala
plebithis belum optimal
• Pengetahuan perawat terkait
literatur terbaru terhadap
pencegahan plebithis
Penerapan SOP
pemasangan infus belum optimal
Belum Optimalnya
Penceghan Plebhitis pada
Pasien yang terpasang
Infus di Ruang Dahlia 2
RSPI Prof. Dr. Sulianti
Jenis obat dengan tingkat
osmolaritas tinggi
Belum tersedianya media edukasi bagi perawat
Saroso Tahun 2022
Material
Machine
20
D.
2. Dampak Isu
Dampak dari isu yang menjadi prioritas yang terpilih “Belum Optimalnya Pencegahan
Plebithis pada Pasien yang Terpasang Infus di Ruang Dahlia 2 RSPI Prof. Dr. Sulianti
Saroso Tahun 2022” yaitu sangat berisiko terhadap keselamatan nyawa pasien, merugikan bagi pasien bahkan dapat menyebabkan komplikasi. Hal ini dikarenakan pemasangan infus merupakan salah satu tindakan invasive, sehingga penerapan yang tidak sesuai dengan standar akan berdampak dan mengakibatkan infeksi yang ditunjukan dengan adanya kemerahan, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena. Dampak lain yang terjadi dari infeksi tindakan pemasangan infus (phlebitis) bagi pasien adalah menimbulkan ketidaknyamanan pasien, pergantian kateter baru, menambah lama perawatan, dan akan menambah biaya perawatan di rumah sakit Sedangkan bagi RS hal ini akan berdampak bagi mutu pelayanan rumah sakit, akan menyebabkan izin operasional sebuah rumah sakit dicabut jika tingginya angka kejadian infeksi phlebitis, beban kerja atau tugas bertambah bagi tenaga kesehatan, dapat menimbulkan tuntutan (malpraktek), serta menurunkan citra dan kualitas pelayanan rumah sakit.
Gagasan Kreatif Penyelesaian Core Isu
Setelah dilakukan analisis dengan teknik fishbone serta merujuk pada akar penyebabnya yaitu pengetahuan perawat terkait literatur terbaru terhadap pencegahan plebithis dan belum adanya media edukasi di ruangan, dapat dilakukan pemecahan masalahnya melalui gagasan kreatif “Optimalisasi Pencegahan Plebithis pada Pasien yang Terpasang Infus
melalui Media Edukasi (Video dan Lembar Balik) kepada Perawat di Ruang Dahlia 2 RSPI
Prod. Dr. Sulianti Saroso”. Dengan rincian kegiatan dan tahapan kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rincian Kegiatan dan Tahapan Kegiatan
No Kegiatan
1. Melakukan konsultasi penyampaian gagasan media edukasi (video dan lembar balik) kepada mentor dan kepala ruangan
Tahapan Kegiatan
1. Menyiapkan ide dan gagasan
2. Menghubungi mentor terkait waktu konsultasi
3. Melakukan konsultasi dengan
menyampaikan gagasan kepada mentor dan kepala ruangan
4. Membuat resume hasil diskusi
21
2. Menyusunan media edukasi (lembar balik)
1. Pencarian literatur materi edukasi (lembar balik)
2. Menyusun script materi edukasi (lembar balik)
3. Mencari ide desain lembar balik sebagai referensi dalam pembuatan konsep lembar balik
4. Membuat lembar balik dengan aplikasi
3. Menyusunan dan pengambilan video edukasi
1. Mengumpulkan literatur
2. Menyusun skenario video
3. Meminta izin kepada bidang keperawatan dan kepala ruangan untuk pengambilan video
4. Pengambilan video dan melakukan penyortiran video yang akan diedit
5. Editing video dengan aplikasi
4. Melakukan konsultasi media edukasi (lembar balik, dan video edukasi)
1. Menyiapkan bahan konsultasi (video edukasi dan lembar balik)
2. Menghubungi mentor untuk waktu pelaksanaan konsultasi
3. Melakukan konsultasi dengan mentor terkait media edukasi yang telah dikerjakan
4. Menulis hasil diskusi dan melakukan revisi apabila ada tambahan atau saran dari mentor terkait media edukasi (video dan lembar balik)
5. Melakukan sosialisasi kepada perawat pencegahan plebithis dan penayangan media edukasi (video dan lembar balik)
1. Membuat materi sosialisasi
2. Koordinasi dengan mentor/kepala ruangan untuk waktu pelaksanaan sosialisasi
3. Menyiapkan daftar hadir
4. Melakukan sosialisasi
5. Mendokumentasikan kegiatan sosialisasi
22
6. Monitoring dan evaluasi penerapan
pencegahan plebithis
1. Berkoordinasi dengan mentor dan kepala ruangan terkait izin untuk kegiatan monitoring dan evaluasi
2. Monitoring dan evalusasi terhadap
perawat ruang dahlia 2 dalam penerapan pencegahan plebithis.
3. Merekap hasil monitoring dan evaluasi
4. Penyusunan laporan akhir
Gagasan pemecahan masalah tersebut terkait dengan manajemen ASN, dimana mampu memberikan pelayanan yang professional sehingga menciptakan kualitas kerja yang
lebih baik dan Smart ASN berjiwa hospitality dalam setiap menjalankan tugas dan pekerjaan khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada pasien dan menggunakan IT sebagai media dalam kegiatan.
E. Matriks Rancangan Aktualisasi
Unit Kerja: RSPI Prof.Dr. Sulianti Saroso Jakarta
Identifikasi Isu:
1. Belum Optimalnya Mobilisasi Progresif pada Pasien dengan
Imobilitas terhadap Pencegahan Dekubitus di Ruang ICU Nusa
Indah 2 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
2. Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada Pasien yang
terpasang Infus di Ruang Dahlia 2 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
3. Ketidakpatuhan Penggunaan Barcode Pasien pada Pemberian
Obat melalui Intravena dalam Mencegah Medication Error di ruang Dahlia 3 RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso Tahun 2022
Isu yang diangkat: Belum Optimalnya Pencegahan Plebithis pada Pasien yang terpasang
Infus di Ruang Dahlia 2 RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2022
Gagasan Pemecahan Isu: Optimalisasi Pencegahan Plebithis pada Pasien yang Terpasang
Infus melalui Pembuatan Video, Lembar Balik dan Sosialisasi
kepada Perawat di Ruang Dahlia 2 RSPI Prod. Dr. Sulianti Saroso
23
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Keterkaitan dengan
Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi
Terhadap Visi/Misi Organisasi
Penguatan Nilai Organisasi
konsultasi penyampaian gagasan media
edukasi (video dan lembar balik)
kepada
mentor dan kepala
ruangan
Menyiapkan ide dan gagasan
Mengawali kegiatan dengan
mencari literatur
(Kompeten) secara jujur, dan bertanggung jawab
yang ditunjukan dengan
hasil literatur berupa jurnal
terbaru dan terpercaya dan bukan blogspot. (Akuntabel).
Pelaksanaan kegiatan
ini sesuai dengan misi
RSPI Sulianti Saroso
dalam membangun
budaya corporate
untuk meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan
Responsif: Kesigapan
dalam memberikan bantuan kepada yang
membutuhkan
Satisfaction:
Memberikan
pelayanan lebih dari yang diharapkan.
Profesional:
Memberikan
mentor terkait waktu konsultasi
Setelah menyiapkan
gagasan tahap kegiatan
selanjutnya saya bertindak
proaktif dengan
menghubungi (whatsapp)
mentor dan kepala ruangan
untuk melakukan kontrak
waktu terkait dengan
pelaksanaan dengan
menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan
bener dan sopan
(Berorientasi Pelayanan, Harmonis, Loyal,
pelayanan yang ramah dan bermutu sesuai dengan standar profesi.
Integritas:
Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
24
Tabel 3.4 Matrik Rancangan Aktualisasi
1. Melakukan
1.
2. Menghubungi
1. Tersedianya bahan konsultasi
2. Kesepakan waktu konsultasi
Adaptif), Bertanggung jawab, disiplin
terhadap kontrak waktu
yang sudah disepakati
dengan datang tepat waktu
(Akuntabel). Bersikap
ramah, sopan saat
melakukan konsultasi
dengan mentor dan kepala
ruangan (Berorientasi
Pelayanan, Harmonis),
serta mampu
menyampaikan gagasan
dilakukan secara jujur, terbuka dan jelas terkait
kegiatan aktualisasi dengan
bahasa menggunakan
bahasa Indonesia yang baik
dan benar (Kompeten, Loyal). Bersikap terbuka, dengan
sopan dan ramah terhadap
masukan-masukan yang
diberikan mentor dan
kepala ruangan
(Kolaboratif), serta dapat
25
3. Melakukan konsultasi dengan menyampaikan gagasan kepada mentor dan kepala ruangan
4. Membuat resume hasil diskusi
3. Tersampainya gagasan serta diperolehnya pendapat dan saran dari mentor dan kepala ruangan
4. Resume konsultasi dalam bentuk catatan terkait pendapat dan saran mentor
dan kepala ruangan
menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan dan cekatan dalam melakukan perubahan sesuai dengan masukan dan pendapat yang diberikan oleh mentor dan kepala ruangan (Berorientsi Pelayanan, Adapatif).
Mengawali kegiatan dengan mencari literatur (Kompeten) yang terpercaya dan terbaru secara jujur dan dapat dipertanggung jawabkan (Akuntabel), Kegiatan menyusun script lembar balik yang akan dijadikan media edukasi dialkukan secara efektif dan efeisien, dan selalu memberikan kinerja terbaik (Akuntabel, Kompeten),
Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan misi
RSPI Sulianti Saroso dalam membangun
budaya corporate
untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan
Responsif: Kesigapan dalam memberikan bantuan kepada yang membutuhkan
Satisfaction: Memberikan pelayanan lebih dari yang diharapkan.
Mampu berfikir kreatif, dalam menyusun, mencari ide dan proses pembuatan
Profesional: Memberikan pelayanan yang ramah dan bermutu sesuai dengan standar profesi. Integritas: Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
26
2. Menyusunan media edukasi (lembar balik)
1. Pencarian literatur materi edukasi (lembar balik)
2. Menyusun script materi edukasi (lembar balik)
3. Mencari ide desain lembar balik sebagai
1. Tersedianya literatur terpercaya dan terbaru
2. Tersedianya script
3. Tersedianya referensi untuk menyusun
video edukasi
referensi dalam pembuatan
konsep lembar balik
lembar balik yang baik, benar dan menarik
lembar balik dengan penuh tanggung jawab sebagai
media edukasi yang akan digunkan (Adaptif, Berorintasi Pelayanan),
Mampu beradaptasi
terhadap penggunaan media digital dalam pembuatan media edukasi (Kompeten, Adaptif) yang nantinya mudah
dipahami, serta solutif (Berorintasi Pelayanan), dalam nemabah
pengetahuan sejawat dengan sopan dan menghargai, sehingga adanya pengetahuan baru ini dapat meningkatan
pelayanan menjadi lebih baik (Loyal, Kolaboratif)
1.
mencari
(Kompeten) yang
terpercaya dan terbaru
secara jujur dan dapat
Pelaksanaan kegiatan
ini sesuai dengan misi
RSPI Sulianti Saroso
dalam membangun
budaya corporate
Responsif: Kesigapan
dalam memberikan
bantuan kepada yang
membutuhkan
Satisfaction:
27
4. Membuat lembar balik dengan aplikasi
4. Tersusunnya lembar balik
3. Menyusunan dan pengambilan
1. Mengumpulkan literatur
Tersedianya literatur terpercaya dan terbaru
Kegiatan di awali dengan
literatur
dipertanggung jawabkan (Akuntabel), Berfikir kritis dan kreatif
dalam pembuatan scenario
sehingga saat melakukan
pengambilan dapat
dilakukan dengan tanggung
jawab dan efektif dalam
memanfaatknan waktu
sehingga tidak mengganggu
tindakan keperawatan
sejawat lainnya
(Berorietnasi Pelayanan, Akuntabel, Adaptif, Kolaboratif), penggunaan
bahasa Indonesia sesuai
dengan EYD dalam
penyusunan skenario (Loyal)
untuk meningkatkan
produktifitas dan
kesejahteraan
Memberikan
pelayanan lebih dari yang diharapkan.
Profesional: Memberikan pelayanan yang ramah dan bermutu sesuai dengan standar profesi. Integritas: Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
Saya memulai kegiatan
secara proaktif dengan
mencari referensi surat izin
kemudian dilanjutkan
dengan membuat surat izin
dengan tembusan kepada
28
2. Menyusun skenario video
3. Meminta izin kepada bidang keperawatan dan kepala ruangan untuk pengambilan video
2. Tersedianya skenario untuk pengambilan video
3. Surat izin pengambilan video yang sudah disetujui oleh bidang keperawatan
video dan
melakukan
penyortiran
video yang akan diedit
akan diedit
bidang keperawatan dan kepala ruangan dahlia 2 dengan menggunakan tata
bahasa sesuai EYD saat
pembuatan surat izin
(Berorientasi Pelayanan, Loyal, Adaptif) dengan selalu bersikap sopan, ramah dan menghargai
(Harmonis)
Setelah memperoleh surat
izin, kegiatan dilanjutkan
dengan proses pengambilan video dengan tetap
mentaati kode etik saat
proses pengambilan video
dalam menjaga privasi
pasien dan menjaga nama
baik RS (Akuntabel, Loyal), serta mampu
bekerja sama dengan
sejawat dalam mencapai
tujuan bersama dan
menghargai sejawat dengan
bersikap sopan dan ramah
saat pengambila video
(Kolaboratif, Harmonis).
29
4. Pengambilan
4. Kumpulan video yang
Melanjutkan kegiatan editing video dengan aplikasi digital editing (Adaptif) dan meningkatkan kompetensi diri (Kompeten) dengan mempelajari proses editing video.
Menyiapkan bahan konsultasi dalam bentuk hardfile untuk lembar balik dan video (Akuntabel)
Pelaksanaan kegiatan
ini sesuai dengan misi
RSPI Sulianti Saroso
dalam membangun
budaya corporate
untuk meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan
Responsif: Kesigapan
dalam memberikan
bantuan kepada yang
membutuhkan
Satisfaction:
Memberikan pelayanan lebih dari yang diharapkan.
Bertindak proaktif dengan menghubungi (whatsapp) mentor untuk melakukan
kontrak waktu terkait
dengan pelaksanaan dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan bener dan sopan (Berorientasi Pelayanan, Harmonis, Loyal, Adaptif),
Profesional: Memberikan pelayanan yang
ramah dan bermutu sesuai dengan standar profesi. Integritas:
Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
30
5. Editing video dengan aplikasi
5. Tersedianya video edukasi
4. Melakukan konsultasi media edukasi (lembar balik, dan video edukasi)
1. Menyiapkan bahan konsultasi (video edukasi dan lembar balik)
2. Menghubungi mentor untuk waktu pelaksanaan konsultasi
1. Bahan konsultasi berupa media edukasi (video edukasi dan lembar balik)
2. Kesepakan waktu bimbingan
4.
konsultasi dengan mentor terkait media edukasi yang telah dikerjakan
n terkait media edukasi
Bersikap ramah dan sopan saat diskusi dengan mentor (Berorientasi Pelayanan, Harmonis). Bertanggung jawab terhadap rancangan video dan lembar balik yang dibuat dan mampu menjelaskan kepada mentor
diskusi dan melakukan revisi apabila ada tambahan atau
saran dari mentor terkait media edukasi (video dan lembar balik)
4. Melakukan perbaikan media edukasi (video dan lembar balik)
sesuai arahan pembimbing
saat diskusi (Akuntabilitas), Mampu menerima masukan dan saran dari mentor dengan menghargai pendapat mentor, serta cekatan dan cepat dalam menghadapi perubahan atau perbaikan sesuai
arahan mentor (Berorientasi Pelayanan, Adaptif).
Membuat materi sosialisasi
berupa PPT yang akan di sosialisasikan kepada
sejawat ruang dahlia 2
(Kolaborasi) dengan
memberikan kualitas terbaik
dan desain yang menarik, dan kreatif (Kompeten,
Pelaksanaan kegiatan
ini sesuai dengan misi
RSPI Sulianti Saroso
dalam membangun
budaya corporate
untuk meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan
Responsif: Kesigapan
dalam memberikan
bantuan kepada yang
membutuhkan
Satisfaction:
Memberikan
pelayanan lebih dari
yang diharapkan.
31
3. Melakukan
Menulis hasil
3. Adanya masukan/sara
5. Melakukan sosialisasi kepada perawat pencegahan plebithis dan penayangan media
1. Membuat materi sosialisasi
1. Tersedianya materi sosialisasi
edukasi
(video dan lembar balik)
Adaptif) serta
menggunakan literatur yang
terpercaya dan terbaru melakukan konsultasi
dengan sopan dan mentor terkait dengan materi yang akan disosialisasikan, mendiskusikan waktu
pelaksanaan sosialisasi
dengan mentor dan kepala ruangan (Harmonis, Kolaboratif)
Profesional: Memberikan
pelayanan yang ramah dan bermutu sesuai dengan standar profesi. Integritas: Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
Menyediakan absensi melalui googleform (Kompeten, Adaptif).
Menyampaikan materi saat sosialisasi dengan ramah, sopan dengan
menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, kemudian
memberikan kesempatan
kepada perawat yang ingin
32
2. Koordinasi dengan mentor/kepala ruangan untuk waktu pelaksanaan sosialisasi
3. Menyiapkan daftar hadir
4. Melakukan sosialisasi
2. Jadwal terbentuk
3. Tersedianya daftar hadir sosialisasi
4. Terlaksananya sosialisasi kepada perawat
6.
dan evaluasi penerapan pencegahan plebithis
5.Mendokumentasi kan kegiatan sosialisasi
1. Berkoordinasi dengan mentor dan kepala ruangan terkait izin untuk kegiatan monitoring dan evaluasi
2.
terhadap perawat ruang dahlia 2 dalam
memberikan masukan atau pertanyaan tanpa adanya diskriminasi (Berorientasi pelayanan, Harmonis, Kolaboratif, Loyal) serta mampu menerima setiap masukan/saran atapun pertanyaan selama sosialisasi berlangsung dan bertindak proaktif (Adaptif).
1.
izin terkait pelaksanaan monitoring dan evaluasi
Bertanggung jawab dan jujur saat melakukan monitoring dan evaluasi tanpa menambahkan data yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarbenarnya (Akuntabel), Melakukan proses monitoring dan evaluasi secara ramah dan sopan terhadap perawat serta mampu bekerjasama
Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan misi RSPI Sulianti Saroso dalam membangun budaya corporate untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan
Responsif: Kesigapan dalam memberikan bantuan kepada yang
membutuhkan
Satisfaction: Memberikan pelayanan lebih dari yang diharapkan. Profesional: Memberikan pelayanan yang
ramah dan bermutu
sesuai dengan standar profesi. Integritas:
33
5. Foto pelaksanaan sosialisasi
Monitoring
Monitoring dan evalusasi
Adanya
2. Perawat menerapkan pencegahan plebithis
penerapan pencegahan plebithis.
dengan mentor dan kepala ruangan dalam melakukan perubahan untuk mencapai tujuan bersama dalam pencegahan plebithis
sehingga tidak merugikan pasien dan akan berdampak pada kepuasan pasien (Harmonis, Berorietntasi pelayanan, Kolaboratif, Loyal).
Menjalankan tugas dengan penuh
tanggung jawab, dapat dipercaya, disiplin, konsisten serta berkualitas.
Melakukan perekapan hasil monitor dan evaluasi secara jujur, bertanggung jawab
dengan sebenar-benarnya
yang terjadi (Akuntabel).
Kemudian kegiatan
dilanjutkan dengan
menyusun laporan akhir
yang sesuai dengan sebenar-benernya dan
dapat menjadi perubahan
yang akan selalu diterapkan (Akuntabel, Adaptif).
34
3. Merekap hasil monitoring dan evaluasi
4. Penyusunan laporan akhir
3. Data hasil monitoring dan evaluasi
4. Laporan hasil akhir kegiatan