LAPORAN SEMINAR RANCANGAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN 3 ANGKATAN 2
OPTIMALISASI EDUKASI POSISI TIDUR PASCA-OPERASI RETINA DENGAN
TAMPONADE SILICONE OIL, GAS SF6 DAN C3F8
DI INSTALASI RAWAT JALAN RETINA
RUMAH SAKIT PUSAT MATA NASIONAL CICENDO
DISUSUN OLEH :
NS. WAFI NURSYIFA HAJARANI QOTRUN NADA, S.KEP
NIP. 199802062022032006
BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
OPTIMALISASI EDUKASI POSISI TIDUR PASCA-OPERASI RETINA DENGAN
TAMPONADE SILICONE OIL, GAS SF6 DAN C3F8
DI INSTALASI RAWAT JALAN RETINA
RUMAH SAKIT PUSAT MATA NASIONAL CICENDO
Telah diseminarkan
Tanggal 22 Juni 2022, di Bapelkes Cikarang
Coach
Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes NIP 196911121989031002
Mentor
Yeyen Yeni, S.Kep., Ners NIP 197401151999032002
Penguji
Khaerudin, S.Kep, Ners, MKM 197011011995011002
i
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Edukasi Posisi Tidur Pasca-Operasi Retina dengan Tamponade Silicone Oil, Gas SF6 Dan C3F8”. Terselesainya rancangan aktualiasi ini tak lepas dari kesulitan dan hambatan yang penulis alami. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, baik itu dukungan secara langsung dan tidak langsung penulis akhirnya dapat merampungkan penyusunan rancangan aktualiasasi dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada :
1. Ibu Yeyen Yeni, S.Kep., Ners selaku Kepala Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo sekaligus mentor yang senantiasa membimbing.
2. Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes selaku Coach yang senantiasa memberikan ilmu, arahan, masukan serta bimbingan selama proses kegiatan aktualisasi ini.
3. Bapak Arham Burhanudin, AMK selaku Penanggung Jawab Unit Retina yang telah membantu proses pengambilan data pada unit retina
4. Kedua Orang Tua yang senantiasa mendukung dan mendo’akan
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang yang secara langsung dan tidak langsung membantu penyelesaian rancangan aktualisasi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penyajian rancangan aktualisasi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran untuk dikaji dalam penyempurnaan rencana kegiatan aktualisasi ini.
Terimakasih.
Bandung, 19 Juni 2022
Penulis,
Ns. Wafi Nursyifa Hajarani Qotrun Nada, S.Kep. NIP. 199802062022032006
ii
KATA PENGANTAR
iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL............................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR vi BAB I............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1 1.2 Tujuan 2 1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................................... 2 1.2.2 Tujuan Khusus 2 1.3 Manfaat......................................................................................................................... 3 1.3.1 Bagi Penulis 3 1.3.2 Bagi Satuan Kerja ............................................................................................... 3 BAB II 4 PROFIL INSTANSI....................................................................................................................... 4 2.1 Visi dan Misi 4 2.1.1 Visi......................................................................................................................... 4 2.1.2 Misi 4 2.2 Nilai-nilai Organisasi ................................................................................................... 4 2.3 Tugas organisasi 5 2.4 Uraian/rincian tugas peserta ..................................................................................... 6 BAB III 8 ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI................................................ 8
iv 3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual........................................................................... 8 3.1.1 Identifikasi Isu 8 3.1.2 Penetapan Isu Aktual ....................................................................................... 12 3.1.3 Latar belakang pemilihan isu 14 3.1.4 Analisis Isu......................................................................................................... 15 3.1.5 Diagram Fishbone 17 3.2 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Terwujudnya SmartGovernance 18 3.3 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif .................................... 18 BAB IV. RANCANGAN AKTUALISASI 20 4.1 Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS......................................................... 20 4.1.1 Nilai-nilai Dasar PNS 20 4.1.2 Rencana Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisasi................................. 24 4.2 Penjadwalan 40 4.3 Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi .......................................... 40 DAFTAR PUSTAKA 41
v DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Penjelasan Butir SKP 8 Tabel 3. 2 Dampak Isu sesuai SKP .......................................................................................... 9 Tabel 3. 3 Penapisan Isu berdasarkan Kriteria APKL 13 Tabel 3. 4 Langkah-Langkah Gagasan Isu 19 Tabel 4. 1 Matriks Rancangan Aktualisasi............................................................................. 25 Tabel 4. 2 Jadwal Rencana Kegiatan 40 Tabel 4. 3 Pihak yang terlibat dan perannya dalam aktualisasi ........................................ 40
vi DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Mata Cicendo 7 Gambar 3. 1 Diagram Fishbone.............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada intansi pemerintah. Pemerintah memiliki tanggung jawab yaitu sebagai pemberi layanan kepentingan publik sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan layanan publik yang baik. Aparatur Sipil Negara memiliki tugas dan peran untuk ikut andil dalam melaksanakan tugas pemerintah mengenai layanan kepentingan publik sesuai dengan harapan masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan publik tentunya dibutuhkan panduan tata nilai yang baik agar masyarakat mendapatkan pelayanan atau hak yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut instansi pemerintah memiliki kewajiban untuk
memberikan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terintegrasi bagi Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) selama 1 (satu) tahun masa percobaan sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan disebut dengan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS). Pelatihan Dasar
CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi, membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang (Peraturan LAN No. 1 Tahun 2021).
Untuk mewujudkan amanat dari Undang-Undang No.5 Tahun 2014 maka setiap ASN wajib mengetahui dan melaksanakan perandan fungsinya dengan baik. Adapun peran dan fungsi ASN yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan public serta perekat dan pemersatu bangsa. Selain mengetahui tugas dan fungsinya pelatihan dasar CPNS menuntut setiap peserta untuk dapat mengaktualisasikan materi pembelajaran nilai-nilai dasar PNS BerAKHLAK yaitu Ber-Orientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif serta materi tambahan lainnya seperti bela negara, manajemen ASN dan SMART ASN. Setiap peserta pelatihan juga dituntut untuk dapat mengaktualisasikan semua materi yang
telah dipelajari dalam proses pembiasaan diri dalam pembelajaran agenda habituasi,
1
yang termasuk di dalamnya kegiatan aktualisasi. Pelaksaaan aktualisasi ini dilakukan di lingkungan kerja masing-masing. Melalui aktualisasi ini diharapkan peserta dapat menganalisis isu-isu yang ada pada unit kerja masing-masing serta dapat menemukan gagasan -gagasan alternatif pemecahan isu yang ada sehingga menjadi solusi temuan isu yang ada pada unit kerja masing-masing.
Laporan rancangankegiatan aktualisasiinibersumber darisasarankerjapegawai (SKP), penugasan khusus dari atasan atau kegiatan lain yang mendapatkan persetujuan dari atasan langsung maapun kombinasi diantaranya. Kegiatan yang akan dilakukan bersumber dari teridentifikasinya suatu kondisi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai isu yang harus dipecahkan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
PesertamampumemahamidanmengaktualisakancorevaluesASNyangBerAkhlak yaitu Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratifdalam rangka mendukungemployerbrandingASN “BanggaMelayani Bangsa”. Serta mengetahui tentang kedudukan, fungsi dan peran ASN yang telah diatur dalam manajemen ASN. Selain itu peserta diharapkan dapat menerapkan 4 pilar literasi yang diatur dalam SMART ASN. Sehingga peserta dapat menjadi ASN yang profesional, taat pada nilai-nilai yang ada serta dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan 3 fungsi ASN yaitu sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan, serta perekat dan pemersatu bangsa.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi isu isu kontemporer yang ada di unit kerja masing masing
b. Mampu memilih dan menapis isu yang ada untuk ditemukan pemecahan
masalahnya
c. Mampu merancang kegiatan dan alternatif pemecahan isu dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK.
d. Mampu menerapkan pelayanan publik yang berkualitas sesuai jabatannya kepada stakeholder/ masyarakat.
2
1.3 Manfaat
1.3.1
Bagi Penulis
Penulis dapat memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai dasar ASN sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas sebagaimana 3 fungsi ASN yaitu sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan, serta perekat dan pemersatu bangsa. Menciptakan ASN yang ber-etika, berjiwa nasionalis, profesional dan patuh terhadap aturan serta tata nilai yang ada. Sehingga dengan adanya pelatihan dasar ini diharapkan dapat terciptanya lingkungan yang lebihbaik serta tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
1.3.2 Bagi Satuan Kerja
Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, memberikan pelayanan yang lebih baik. Terciptanya lingkungan kerja yang lebih baik, harmonis serta kondusif. Membantu mewujudkan visi misi serta tata nilai satuan kerja yang ada.
1.3.3 Bagi Instansi
Dengan dibuatnya laporan aktualisasi ini semoga dapat menambah kepustakaan bapelkes, dan juga sebagai bukti terselenggaranya pelatihan dasar CPNS Kementerian Kesehetan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
3
BAB II PROFIL INSTANSI
2.1 Visi dan Misi
2.1.1 Visi
“ToBeExcellentEyeCare”
2.1.2 Misi
“EyeCareforEveryoneSeeingBetterWorld”
- EyeCare
Memberikan pelayanan Kesehatan mata
- Foreveryone
Pelayanan yang tidak diskriminatif, kepada seluruh warga masyarakat
- Betterworld
Melihat dunia dengan lebih baik
2.2 Nilai-nilai Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2019 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Mata Cicendo, Tata Nilai Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo dituangkan dalam janji
layanan yaitu : Visioner, Integritas, Profesional, Inovatif, Proaktif, Istiqomah (V-I-P-I-P-I):
a. Visioner
Setiap pegawai Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung senantiasa memiliki pandangan ke depan dan cita-cita luhur untuk menjadi pribadi yang unggul, mampu memenuhi harapan orang lain dan memiliki keyakinan serta kemampuan mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Perilaku utama : Inovatif dan Kreatif
Do : Mengikuti perkembangan teknologi.
Don’t : Puas diri dengan keadaan sekarang
b. Integritas
Setiap pegawai Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung secara konsisten bekerja dengan jujur, tertib, teliti dan disiplin, demi menjaga kredibilitas institusidankehormatandirinyasebagaipegawaiyangmemilikimartabatdan harga diri.
Perilaku utama : Jujur, Amanah, Bertanggung jawab
4
Do : Selalu berkata benar
Don’t : Berbohong
c. Profesional
Berkomitmen untuk bekerja tuntas, cerdas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab.
Perilaku Utama : Kompeten, bersemangat, realitis, bertanggung jawab, selalu memberikan solusi dan hasil terbaik.
d. Inovatif
Selalumempunyaiide/gagasanbarudanberorientasiuntukmemberikan solusi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pasien serta berorientasi terhadap kemajuan institusi
Perilaku Utama : Tidak pasif dalam menyikapi permasalahan atau hambatan yang dihadapi serta mampu mengkreasikan sumber daya yang dimiliki baik secara pribadi maupun institusi untuk hasil yang optimal.
e. Proaktif
Selalu peka dan aktif untuk mengidentifikasi akan kebutuhan pelanggan/pasien sesuai berkembangan jaman.
Perilaku Utama: Memiliki empati, cepat tanggap terhadap keluhan dan permasalahanpelanggan,untukdapatmemberikansolusiterbaikpadasetiap keluhan pasien serta mampu memetakan apa yang harus disikapi, dilakukan sekarang untuk masa depan.
f. Istiqomah
Bersikap sabar, lurus,jujur, bijaksana sertateguhpendirian sesuai aturan dan tuntunan hidupnya.
Perilaku Utama : Mempunyai pendirian dalam menyikapi segala hambatan, masalah yang dihadapi, dapat membuat keputusan secara bijaksana dengan sabar, penuh cinta kasih dengan mengutamakan kepuasan pelanggan/ pasien
2.3 Tugas organisasi
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung mempunyai tugas menyelenggarakan
pelanyanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan kekhususan
pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata (PMK No 79, 2019).
5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, RS Mata Cicendo
Bandung menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana program dan anggaran;
b. Pengelolaan pelayanan medis dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata;
c. Pengelolaan pelayanan penunjang medis;
d. Pengelolaan pelayanan penunjang nonmedis;
e. Pengelolaan pelayanan keperawatan;
f. Pengelolaan pendidikandan pelatihan dengankekhususan di bidangpenyakit mata;
g. Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dengan kekhususan di bidang penyakit mata;
h. Pengelolaan keuangan dan barang milik negara;
i. Pengelolaan sumber daya manusia;
j. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat;
k. Pelaksanaan kerja sama;
l. Pengelolaan system informasi;
m. Pelaksanaan urusan umum; dan
n. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
2.4 Uraian/rincian tugas peserta
Dalam pelaksanaan aktualisasi, tugas peserta mengacu pada Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) meliputi :
a. Melakukan pengisian EMR pasien rawat jalan dengan lengkap
b. Melakukan pendokumentasian asesmen keperawatan pasien rawat jalan
c. Melakukan pengecekan kelengkapan penunjang pasien rawat jalan
d. Melaksanakan edukasi pada pasien rawat jalan
e. Melaksanakan pengambilan waktu tunggu rawat jalan
f. Melaksanakan identifikasi secara tepat pasien rawat jalan
g. Melakukan pemasangan gelang kuning pada pasien resiko jatuh tinggi pada pasien rawat jalan poliklinik retina
Struktur Organisasi RS Mata Cicendo Bandung, terdiri dari :
a. Direktur Utama
b. Direktorat Medik dan Keperawatan
6
c. Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan
d. Direktorat Keuangan
e. Komite Medik
f. Komite Keperawatan
g. Komite Etik & Hukum
h. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
i. Komite Koordinasi Pendidikan
j. Komite Etik Penelitian Kesehatan
k. Satuan Pemeriksa Intern (SPI)
l. Instalasi-Instalasi
7
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Mata Cicendo
BAB III
ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual
3.1.1 Identifikasi Isu
Identifikasi Isu dilakukan dengan melihat kesenjangan yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsi kita dalam sasaran kerja pegawai (SKP). Kesenjangan yang tidak sesuai tersebut apabila tidak ditangani dapat menimbulkan sebuah masalah dan memperburuk kondisi atau situasi di unit kerja kita. Berikut penjelasan dari setiap butir sasaran kerja pegawai (SKP) :
Tabel 3. 1 Penjelasan Butir SKP
No Kegiatan Tugas Pokok Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang diharapkan
1. Melakukan pengisian
EMR pasien rawat jalan dengan lengkap
2. Melakukan pendokumentasian asesmen keperawatan pasien rawat jalan
3. Melakukan pengecekan kelengkapan penunjang pasien rawat jalan
4. Melaksanakan edukasi pada pasien rawat jalan
Sudahdilaksanakandi setiap unit
Dilaksanakan sesuai
SOP dan lengkap tanpa ada yang terlewat
Sudah dilaksanakan melalui EMR
Dilaksanakan sesuai
SOP
Sudah dilaksanakan
Dilaksanakan sesuai
SOP
5. Melaksanakan waktu tunggu rawat jalan
Belum optimal, terutama pada edukasi posisi pascaoperasi retina dengan tamponade siliconeoil, gas SF6 dan C3F8
Kurang efisien
Adanya media yang
lebih efisien dan mudah dipahami oleh pasien maupun
keluarga pasien
Adanya pemecahan masalah pada waktu tunggu
8
6. Melaksanakan identifikasi secara tepat pasien rawat jalan
7. Melakukan pemasangan gelang kuning pada pasien resiko jatuh tinggi pada pasien rawat jalan
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah terlaksana namun belum optimal, terutama pada edukasi risiko jatuh
Lebih optimal dalam pelaksanaan edukasi pada pasiendantidak terlewat dalam
pemasangan gelang kuning pasien risiko
jatuh tinggi
Berdasarkan penjelasan butir-butir SKP diatas, maka didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut :
Tabel 3. 2 Dampak Isu sesuai SKP
Isu Dampak apabila Isu tidak ditangani
Belum efisiensinya waktu tunggu pasien di instalasi rawat jalan
Belum optimalnya edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan
C3F8
Belum optimalnyaedukasi risiko jatuh di instalasi rawat jalan
Berakibat pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan instalasi rawat jalan.
Jika posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 danC3F8 tidakbaikakanberpotensi tidak sesuainya perlekatan retina pada tempatnya serta berpotensi dilakukannya operasi ulang pada retina.
Menurunkan nilai mutu sasaran keselamatan pasien dalam hal risiko
jatuh serta membahayakan
keselamatan pasien di instalasi rawat jalan.
9
Berdasarkan dampak dari setiap isu diatas, metode environmental scanningdanbrainstormingdengan kepala ruangan dan mentor, ditemukan isu yang lebih spesifik diantaranya :
- Belum optimalnya edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
Operasi pada mata memerlukan perlakuan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhannya. Dalam memperhatikan hal hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari selama proses penyembuhan pasca operasi tentunya diperlukan edukasi yang optimal untuk pasien serta keluarganya. Selain itu kepatuhan kontroljugamenjadi halyangpentinguntukkemajuandalam proses penyembuhan pasca-operasi mata. Edukasi perawatan mata pasca operasi perlu dilaksanakan seoptimal mungkin agar tidak terjadinya penyakit berulang bahkan komplikasi yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab unit retina, posisi pasien pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 masih menjadi masalah yang perlu ditangani. Beberapa pasien dan keluarga mengatakan sudah melakukan perawatan post operasi mata dan melakukan posisi telungkup dengan benar tetapi kadang waktu yang dilakukan kurang cukup. Hal ini dapat mengakibatkan perlekatan retina tidak melekat sempurna pada tempatnya. Dalam penelitian Syaefullah (2021) sebanyak 322 pasien mengalami lepasnya perlekatan retina berulang pasca operasi selama periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2020 di PMN RS Mata Cicendo. Berdasarkandataunitretinabulanmei – 20juni2022terdapat95operasiretina dengan tamponade silicone oil serta terdapat 55 pasien dengan redetached retina. Salah satu penyebab lepasnya perlekatan retina berulang atau perburukan kontrol pasca operasi retina adalah ketidakpatuhan dalam melaksanakan perawatan mata pasca-operasi terutama kepatuhan terhadap posisi telungkup/tengkurap pasca operasi (Syaefullah, 2021).
- Belum efisiensinya waktu tunggu pasien di instalasi rawat jalan
Setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan yang optimal dan menyenangkan. Waktu tunggu pasien masih menjadi masalah yang banyak di jumpai di setiap pelayanan kesehatan, dan salah satu komponen yang potensial
10
menyebabkan ketidakpuasan adalah menunggu dalam waktu yang lama.
Lamanya waktu tunggu pasien merupakan salah satu hal penting dalam menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia No.129/Menkes/SK/IV/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit, Waktu tunggu pasien didefinisikan sebai lmanya waktu yang diperlukan pasien mulai dari mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis, idealnya adalah kurang dari 60 menit (< 1 jam). Tujuan waktu tunggu tersedianya pelayanan rawat jalan spesialistik pada hari kerja di setiap rumah sakit yang mudahdan cepat diakses oleh pasien (DepKes RI, 2008)
Terkendalanya alur waktu tunggu tidak hanya melibatkan perawat saja melainkan perlu adanya kolaborasi terkait penanganannya. Penelitian oleh
Bustami et al (2015) juga menemukan beberapa masalah dalam rangkaian kegiatan administrasi dan rekam medis yang mengakibatkan memanjangnya waktutunggu,antaralainbanyaknyajumlahpasien,kurangnyapetugasdiloket pendaftaran dan loket BPJS, gangguan koneksi internet dan pendistribusian rekam medis yang terlambat. Dampak dari lamanya waktu tunggu ini akan berakibat kepada kualitas pelayanan, dan kepuasan pasien terhadap rumah sakit sendiri.
- Belum optimalnya edukasi risiko jatuh di Instalasi rawat jalan
Jatuh merupakan kegagalan manusia untuk mempertahankan keseimbangan badan untuk berdiri (Sunaryo et al, 2016). Jatuh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendekpendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang tidakterkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yangkurang terang cenderung gampang terpeleset atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia (Nugroho, 2012).
Pasien-pasien yang berobat ke Rumah Sakit Mata Cicendo mayoritas merupakan pasien lansia dimana memiliki banyak faktor risiko terjadinya
11
kejadianjatuh.Lansiasendirididefinisikansebagaiseseorangyangberusialebih dari 60 tahun atau lebih. Proses menua merupakan suatu hal yang bertahap sehingga menyebabkan berkurangnya ketahanan tubuh dalam menghadapi suatu rangsangan dari luar maupun dalam tubuh (Kholifah, 2016). Seiring dengan pertambahan usia, banyak lanjut usia mempunyai masalah dengan fungsi fisiologis tubuhnya. Salah satunya perubahan sensoris yang ditandai dengan masalah penglihatan yaitu penurunan tajam penglihatan yang terjadi seiring proses penuaan. Selain fungsi penglihatan , penyakit kronis dan sistemik menjadi salah satu faktor risiko kejadian jatuh pada lansia. Pelaksanaan pencegahan risiko jatuh pada instalasi rawat jalan sudah dilaksanakan sesuai
dengan Standar Operasional (SOP) yang berlaku, namun karena banyaknya faktor risiko yang ada terhadap lansia serta Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit khusus mata maka edukasi tentang risiko jatuh perlu dilakukan lebih optimal lagi untuk mempertahankan angka risiko jatuh tetap 0.
3.1.2 Penetapan Isu Aktual
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan
proses pemilihan isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan (APKL). Teknik APKL yang dibuat adalah Teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu :
a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa sekarang;
b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu prioritas.
12
Isu-isu yang berhasil diidentifikasi kemudian akan divalidasi terlebih dahulu menggunakan perangkat APKL. Perangkat evaluasi APKL memvalidasi isu berdasarkan empat item, yaitu :
1. Aktual (A), artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat
2. Problematik (P), artinya memiliki dimensi masalah yang kompleks
3. Kekhalayakan (K), artinya menyangkut hajat hidup orang banyak
4. Layak (L), artinya masuk akal dan realistis, serta relevan untuk dicarikan solusinya.
Berikut di bawah ini merupakan hasil penetapan isu dengan metode APKL
Tabel 3. 3 Penapisan Isu berdasarkan Kriteria APKL
Keterangan Interval Penentuan Prioritas:
a. Nilai 1 = Sangat tidak mendesak/gawat dan dampak
b. Nilai 2 = Tidak mendesak/gawat dan dampak
c. Nilai 3 = Cukup mendesak/gawat dan dampak
d. Nilai 4 = Mendesak/gawat dan dampak
e. Nilai 5 = Sangat mendesak/gawat dan dampak
Sesuai hasil Analisa dengan metode APKL, dan setelah berdiskusi dengan rekan perawat, penanggung jawab poliklinik retina serta berkonsultasi dengan mentor, maka dipilihlah isu mengenai “Belum optimalnya edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 ” .
13
No. ISU A P K L JUMLAH PRIORITAS 1. Belum efisiensinya waktu tunggu pasien di instalasi rawat jalan 5 4 5 4 18 2 2. Belum optimalnya edukasi posisitidur pasca-operasiretina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 5 4 5 5 19 1 3. Belum optimalnya edukasi risiko jatuh di instalasi rawat jalan 4 4 4 4 16 3
3.1.3 Latar belakang pemilihan isu
Retinamerupakansuatustrukturyangterorganisasi,dengankemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut dihantarkan. Lapisan neural retina memproses seluruh sinyal visual yang datang. Proses ini terjadi pada sel-sel fotoreseptor yang responsif terhadap rangsangan cahaya (Greg RG, et all, 2013). Lapisan retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Retina adalah lembaran jaringan saraf yang tipis dan transparanyangmelapisiduapertigabagiandalamposteriordindingbolamata. Retina terletak pada bagian anterior sejauh korpus siliaris dan berakhir pada ora serata dengan tepi yang tidak rata. Permukaan luar neural retina dan epitel pigmen retina di sebagian besar tempat mudah terpisah, namun pada diskus optikus dan ora serata kedua lapisan ini melekat kuat (Riordan-Eva P dan Cunningham ET, 2012).
Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, salah satu penyebab terjadinya gangguan penglihatan adalah penyakit pada retina. Beberapa penyakit retina yang umum terjadi adalah Retinoblastoma, Retinitis Pigmentosa, Degenerasi Makula, Retinopati Diabetik, Retinophaty of Prematurity (ROP) serta Ablasio Retina. Ablasio Retina adalah penyakit pada matayangdapat menimbulkangangguanpenglihatanyanghebatdanjikatidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan kebutaan menetap. Menurut Ilyas (2015) Ablasio Retinaadalah suatukeadaan terpisahnya selkerucut danbatang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membrane Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktur dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Ablasio retina regmatogen menurut beberapa penelitian angka kejadiannya 6,3−18,2/100.000 orang pertahun dan sumber lain menyebutkan 9−24 per 100.000 populasi per tahun di seluruh dunia, paling sering terjadi padapasiendenganmiopidantrauma.Berdasaratasdata,pasienablasioretina dengan riwayat trauma sering terjadi pada usia muda dan prevalensinya sekitar 40% terjadi pada usia 20 tahun. Kejadian ablasio retina termasuk yang tertinggi, dan relatif rendah di Afrika (Bowling B, 2016). Managemen pada ablasio retina regmatogen dapat berupa laser photokoagulasi, pneumatic
14
retinopeksi, scklera buckle dan pars plana vitrektomi (PPV) dengan tamponade gas atau minyak silicon.
Pada operasi vitreo retina, kemungkinan operasi ulang jauh lebih tinggi dari dibanding dengan operasi mata lainnya, misalnya operasi katarak. Operasi ulang ada yang tidak dapat diramal sebelumnya (misalnya retina lepas lagi akibat jaringan ikat), tetapi ada juga yang direncanakan, seperti mengeluarkan minyak silikon dan ekstraksi katarak. Pada operasi vitrektomi yang menggunakan minyak silikon, operasi ulang umumnya dikerjakan dalam waktu 6 bulan untuk mengeluarkan minyak tersebut. Katarak setelah operasi vitrektomi, merupakan komplikasi yang dialami banyak pasien sehingga diperlukan operasi ulang untuk mengeluarkan katarak tersebut dan menanam lensa intraokuler (Falkner-Radler & Christine I, 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab unit retina, masih terdapat pasien yang kurang maksimal dalam melakukan posisi tidur pascaoperasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 . sedikitnya waktu perawatan mata pasca-operasi di rumah sakit dibandingkan saat pasien pulang menjadi salah satu kendala kurang terpantaunya posisi tidur pasien pasca-operasi. Beberapa pasien dan keluarga mengatakan sudah melakukan perawatan post operasi mata dan melakukan posisi telungkup dengan benar tetapikadangwaktuyangdilakukankurangcukup.Halinidapatmengakibatkan rendahnya tingkat perlekatan retina karena gelembung tamponade tidak terjaga dengan baik. Dalam penelitian Syaefullah (2021) sebanyak 322 pasien mengalami lepasnya perlekatan retina berulang pasca operasi selama periode Januari 2018 sampai dengan Desember 2020 di PMN RS Mata Cicendo. Salah satupenyebablepasnyaperlekatanretinaberulang ataugelembungtamponade tidak terjaga adalah ketidakpatuhan dalam melaksanakan perawatan mata pasca-operasi terutama kepatuhan terhadap posisi tidur pasca operasi (Syaefullah, 2021).
3.1.4 Analisis Isu
1. Kondisi saat ini
Posisi tidur pasca-operasi retina sangat penting untuk menunjang keberhasilan perlekatan retina pasca-operasi. Namun saat ini masih adanya pasien ataupun keluarga pasien yang tidak mengerti tentang posisi tidur yang
15
baik setelah dilakukannya operasi pada retina. Selain itu waktu perawatan pasca operasi retina di Rumah Sakit lebih sedikit dibanding waktu perawatan mata di rumah sehingga menjadi kendala dalam memantau posisi pasien pasca operasi. Masih belum adanya SOP tentang pemberian edukasi perawatan mata pascaoperasi juga menjadi salah satu kekurangan pada pelaksanaan edukasi ini.
2. Dampak jika masalah tidak diselesaikan : Dampak yang ditimbulkan jika posisi tidur pasca operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 tidak dilakukan dengan baik, perlekatan retina yang seharusnya dapat melekat sempurna pasca-operasi tidak akan melekatdengansempurnadangelembungtamponadetidakterjagadenganbaik Dampak lainnya dapat berpotensi menimbulkan operasi berulang.
3. Kondisi yang diharapkan : Diharapkan agar tersedianya media edukasi yang lebih efisien dan mudah dipahami oleh pasien maupun keluarga pasien, tidak ada kejadian perlekatan retina yang tidak sempurna pasca-operasi, tidak ada kejadian operasi ulang pada pasien retina akibat kurang memahami edukasi yang diberikan, tersedianya SOP perawatan mata post-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 serta semua perawat dapat lebih optimal dalam menyampaikan edukasi.
Setelah dilakukan penetapan isu aktual, selanjutnya penulis menganalisis penyebab dari isu aktual yang sedang dihadapi menggunakan diagram fishbone. Diagram fishbone atau sering disebut CauseandEffectdiagram adalah sebuah diagram yang menyerupai tulang ikan yang dapat menunjukkan sebab akibat dari suatu permasalahan. Dalam membantu pengelompokkan penyebab dari diagram fishboneada beberapa kategori yang dapat digunakan. Sebagai penyedia jasa penulis menggunakan kategori 4S yaitu Suppliers, skills(keterampilan), System(sistem), dan Suronding(lingkungan) Berikut penyebab isu tersebut berdasarkan teknik fishbone.
16
Surroundings
Adanya perbedaan
Pendidikan serta usia pasien/keluarga pasien sehingga tingkat
pemahaman berbeda-beda
System
Pelaksanaan SOP edukasi belum terlalu optimal
Belum optimalnya edukasi posisi tidur
pasca-operasi retina
dengan tamponade
Tidak semua perawat dapat memberikan edukasi dengan baik
Belum adanya media edukasi berupa leaflet, alat peraga dan video tentang posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
Skills
Suppliers
silicone-oil, gas SF6 dan
C3F8
17
3.1.5 Diagram Fishbone
Gambar 3. 1 Diagram Fishbone
Dari kategori 4S pada diagram fishbonediatas, penulis mengambil kategori suppliers
untuk dipilih sebagai penyebab yang dapat diberikan alternatif penyelesaainnya. Poinpoin yang terdapat dari suppliers yang diambil antara lain :
1. Belumadanyavideotentangposisitidurpasca-operasiretinadengantamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
2. Belum adanya leaflet tentang posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
3. Tidak adanya alat peraga untuk edukasi
3.2 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Terwujudnya SmartGovernance
Setelah diambil poin-poin tentang penyebab isu selanjutnya penulis menganalisis tentang keterkaitan penyebab isu dengan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya Smart Governance. Dalam melaksanakan peran dan kedudukannya, ASN memiliki 3 fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Tidak tersedia nya media edukasi berupa leaflet, alat peraga maupun video dapat menjadi salah satu kendala ASN dalam melaksanakan kebijakan publik yang berintegritas tinggi. Tidak adanya SOP tentang edukasi yang diberikan menjadi kendala untuk pelayanan publik karena tidak terstrukturnya cara pemberian edukasi kepada pasien. Oleh sebab itu perlu adanya inovasi-inovasi untuk mengatasi kendala yang ada serta sebagai alternatif pemecahan isu. Pembuatan media edukasi merupakan salah satu bentuk ASN dalam mendukung terwujudnya SmartGovernancemelalui pemanfaatan digital.
3.3 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif
Alternatif pemecehan isu dilakukan bersumber dari SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), perintah atasan dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar
aparatur sipil negara Ber-Akhlak (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif), kedudukan dan peran PNS, Manajemen ASN, SMART
ASN serta diintegrasikan dengan tata nilai dan visi misi Rumah Sakit Pusat Mata
Nasional Cicendo.
Untuk mengatasiisubelum optimalnyaedukasiposisi tidurpasca operasi retina
dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 agar dapat teratasi dan tidak
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan di kemudian hari, maka penulis
mengajukan beberapa alternatif pemecahan isu tersebut diantaranya :
1. Pembuatan media edukasi berupa leaflet dan video posisi tidur pasca operasi retina
dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
18
2. Mengusulkan untuk membuat SOP edukasi posisi tidur pasca operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
Sehingga didapatkan gagasan pemecahan isu yaitu “Optimalisasi Edukasi posisi tidur Pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 menggunakan media edukasi leaflet dan video”
Tabel 3. 4 Langkah-Langkah Gagasan Isu
No. Kegiatan Gagasan Pemecahan Isu
1. Pembuatan draft SOP tentang edukasi posisi tidur pasca-retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
2. Pembuatan media edukasi berupa leaflet dan video peragaan posisi pasca operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
3. Sosialisasi kepada perawat ruangan tentang SOP edukasi yang akan di uji cobakan
4. Melakukan uji coba edukasi kepada pasien dan keluarga sesuai dengan draft SOP
5. Evaluasi hasil kegiatan SKP
19
Sumber
Inovasi
Inovasi
SKP
SKP
BAB IV. RANCANGAN AKTUALISASI
4.1 Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS
4.1.1 Nilai-nilai Dasar PNS
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah melalui surat edaran menteri PAN RB (2021) telah meluncurkan Core
Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Corevalues
tersebutseharusnyadapat dipahamidandimaknaiseluruhnyaolehseluruh ASNserta dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun definisi serta penjelasan mengenai masing-masing nilai dasar ASN adalah sebagai berikut :
a. Berorientasi Pelayanan
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Kata kunci nilai berorientasi pelayanan adalah responsivitas, kualitas, dan kepuasan.Sedangkanpanduanperilaku/kodeetiknilaiberorientasipelayananadalah sebagai berikut :
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. Melakukan perbaikan tiada henti
b. Akuntabel
Akuntabilitas adalahkewajiban untuk mempertanggungjawabkan segalatindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas merujuk pada
20
kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
dariamanahyangdipercayakankepadanya. AmanahseorangASNmenurut SEMenteri Pendayagunan AparaturNegara dan Reformasi Birokrasi Nomor20Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan CoreValuesASN BerAKHLAK.
Kata kunci nilai akuntabel adalah integritas, konsisten, dapat dipercaya, dan transparan. Sedangkan panduan perilaku / kode etik nilai akuntabel adalah sebagai berikut:
a. Melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; dan
c. Tidak menyalahkagunakan kewenangan jabatan.
c. Kompeten
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan. Kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
Katakuncinilaikompetenadalahkinerjaterbaik,sukses,keberhasilan,learning agility, dan ahli dibidangnya.
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi;
b. Membantu orang lain belajar; dan
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis
Harmonis adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktortersebut dapat menghasilkansuatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Kata kunci nilai harmonis adalah peduli, perbedaan, dan selaras. Sedangkan
panduan perilaku / kode etik nilai harmonis adalah sebagai berikut :
a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
b. Suka menolong orang lain; dan
21
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
e. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan sebagai “givingorshowingfirmandconstantsupportorallegiancetoapersonor institution(Tindakan memberi atau menunjukan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”. BagiseorangPegawaiNegeriSipil,kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, cita-cita organisasi, dan kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyal dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Kata kunci nilai loyal adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme, dan pengabdian. Sedangkan panduan perilaku / kode etik nilai loyal adalah sebagai berikut :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara
f. Adaptif
Adaptif adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan (keinginan diri ). Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Kata kunci nilai adaptif adalah inovasi, antusias terhadap perubahan, dan proaktif. Sedangkan panduan perilaku / kode etik nilai adaptif adalah sebagai berikut
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan lingkungan;
b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas; dan
c. Bertindak proaktif.
22
:
g. Kolaboratif
Kolaborasiadalah “valuegeneratedfromanalliancebetweentwoormorefirms aimingtobecomemorecompetitivebydevelopingsharedroutine” (Dyer and Singh 1998, dalam Celik et al, 2019). Sedangkan Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “Collaborativegovernance” sebagai sebuah proses yang melibatkan norma Bersama dan interaksi saling menguntungkan antar actorgovernance.
Kata kunci nilai kolaboratif adalah kesediaan bekerja sama, dan sinergi untuk hasil yang lebih baik. Sedangkan panduan perilaku / kode etik nilai kolaboratif adalah sebagai berikut :
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi,;
b. Terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah; serta
c. Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan Bersama
23
4.1.2 Rencana Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Aktualisasi
Unit Kerja : RS Pusat Mata Nasional Cicendo
Identifikasi Isu :
1. Belum efisiensinya waktu tunggu pasien di instalasi rawat jalan
2. Belum optimalnya edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
3. Belum optimalnya edukasi risiko jatuh di instalasi rawat jalan
Isu yang Diangkat : Belum optimalnya edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 da C3F8 menggunakan media edukasi berupa leaflet dan video.
24
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Kontribusi
1. Pembuatan draft SOP
tentang edukasi
posisi tidur
pasca-operasi
retina dengan
tamponade
silicone-oil, gas
SF6 dan C3F8
1.1 Membuat janji temu dengan penanggung
jawab unit retina
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
Jadwal Bertemu Melakukan janji
temu dengan
sikap yang baik
dan tutur kata
terhadap visimisi rumah
sakit
Dengan
memberikan
Penguatan nilai organisasi
a. Sesuai dengan
nilai organisasi
1.2
usulan pembuatan draft SOP edukasi
Adanya izin pembuatan SOP
1.3 Mencari studi literature terbaru Menemukan
literature yang layak, jelas dan teruji
yang santun, menghargai
komunikasi, konsultasi guna
membangun
lingkungan kerja
usulan terkait
pembuatan
draft SOP
berupa inovasi
pemecahan
masalah
terhadap
pelayanan
yaitu Proaktif :
Selalu peka dan
aktif untuk
mengidentifikasi
kebutuhan
pelanggan atau
pasien sesuai
perkembangan
1.4 Membuat draft SOP edukasi
1.5 Pengajuan draft SOP
edukasi kepada atasan
Draft SOP sementara
yang kondusif
termasuk pada
pasien dan
koordinasi
zaman.
Draft SOP disetujui
nilai Harmonis.
sebagai upaya
meningkatkan
Perilaku utama : memiliki empati, cepat tanggap
25
Tabel 4. 1 Matriks Rancangan Aktualisasi
Menyampaikan
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Kontribusi
1.6 Finalisasi draft SOP Terbentuknya draft
SOP edukasi
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
Menyampaikan
usulan
pembuatan draft
SOP agar
terciptanya
edukasi yang
optimal
merupakan suatu
inovasi dan sikap
proaktif yang
masuk ke dalam
nilai Adaptif
Mencari studi
literature terbaru
serta
terbentuknya
draft SOP
merupakan sikap
terhadap visi-
misi rumah
sakit
kualitas layanan
dapat
berkontribusi
terhadap visi
misi organisasi
untuk
memberikan
Eye Care for Everyone
Seeing Better World
Penguatan nilai organisasi
terhadap keluhan dan permasalahan
pelanggan, untuk
dapat
memberikan
solusi terbaik
pada setiap
keluhan pasien
serta mampu
memetakan apa
yang harus
disikapi,dilakukan
sekarang untuk
masa depan.
26
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
mau
meningkatkan
potensi diri yang
terkandung dalam
nilai Kompeten
Pengajuan
konsep verbal unit
dengan menerima
kritik dan saran
serta mau terus
berkonsultasi
dengan atasan
memiliki nilai
dasar PNS yaitu
Kolaboratif.
Kontribusi
terhadap visimisi rumah
sakit
Penguatan nilai organisasi
2.
2.1
media edukasi berupa leaflet
literature terbaru untuk pembuatan media edukasi
Menemukan
literature yang layak, jelas dan teruji
Penggunaan
literature terbaru
dalam
Pembuatan media edukasi
b. Sesuai dengan
nilai organisasi
berupa leaflet
yaitu Visioner :
27
Pembuatan
Mencari studi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
dan video
peragaan posisi
pasca operasi
retina dengan
tamponade
silicone-oil, gas
SF6 dan C3F8
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
2.2 Membuat konsep desain leaflet dan video Konsep leaflet dan video penyusunan
materi bersumber
dari
penelitian
Kontribusi
terhadap visi-
misi rumah
sakit
dan video dapat
meningkatkan
kualitas layanan
Penguatan nilai organisasi
2.3 Mengkonsultasikan
konsep leaflet dan video kepada penanggungg
jawab unit retina dan
mentor/kepala instalasi
rawat jalan serta KSM
Retina.
Konsep disetujui
yang jelas, layak
dan teruji
merupakan sikap
cermat dan
disiplin yang
menjadi nilai dari
Akuntabel.
yang
berkontribusi
dalam
pencapaian visi
misi orgasisasi
untuk
memberikan
Setiap pegawai
PMN RS Mata
Cicendo Bandung
senantiasa
memiliki
pandangan ke
depan dan cita-
cita luhur untuk
menjadi pribadi
2.4 Membuat leaflet edukasi Leaflet edukasi
Pembuatan
konsep sesuai
Eye Care for Everyone
yang unggul, mampu
memenuhi
2.5 Melakukan pengambilan
gambar terkait video edukasi
Tersedianya mentahan video
inovasi dalam
mengembangkan
kreativitas
Seeing Better World.
harapan orang
lain dan memiliki
keyakinan serta
28
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi
terhadap visimisi rumah sakit
Penguatan nilai organisasi
2.6 Melakukan proses editing dan finishing dalam pembuatan video edukasi
Video edukasi merupakan nilai
dari Adaptif.
Pembuatan
leaflet dan video
dilakukan secara
kemampuan mewujudkan
kehidupan yang
lebih baik.
Perilaku utama :
2.7 Pengajuan media edukasi ke bagian
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Media edukasi
disetujui untuk
ditayangkan di kanal
terstruktur dan
dibuat agar
menjadi media
dengan kualitas
Inovatif dan kreatif
Selain itu
pembuatan media
29
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
Kontribusi
terhadap visi-
misi rumah
sakit
Penguatan nilai
organisasi
Rumah Sakit Mata
Cicendo terbaik
merupakan nilai
dari Kompeten.
Pembuatan
video dengan
proses editing dan
finishing
merupakan salah
satu penerapan
penulis dalam hal
digital skill agar
terwujudnya
edukasi ini masuk
kedalam tata nilai
organisasi yaitu
Inovatif dan
Proaktif.
Proaktif disini
media edukasi
menjawab
kebutuhan pasien
terkait hal hal yang mereka
perlu ketahui
30
Smart
Governance
Pengajuan
media edukasi
dilakukan sebagai
bentuk
Kolaboratif
dalam upaya
mendukung
terwujudnya
Smart Governance dengan
menerapkan
pemvelajaran
SmartASN.
untuk menunjang kesembuhannya.
31
3. Pemberian sosialisasi kepada perawat ruangan
tentang SOP
edukasi yang akan di uji
cobakan
3.1 Meminta izin kepada kepala instalasi rawat jalan dan penanggung
jawab poliklinik retina
untuk melakukan sosialisasi.
3.2 Mensosialisasikan
edukasi terkait kepada perawat unit retina
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
Izin sosialiasi Pemberian
sosialisasi
dilakukan agar
terciptanya
pemahaman atau
persepsi yang
Kontribusi
terhadap visimisi rumah
sakit
Edukasi yang
Penguatan nilai organisasi
c. Sesuai dengan
optimal akan
meningkatkan
mutu pelayanan
rumah sakit,
sosialiasi ini
nilai organisasi yaitu
Profesional: Berkomitmen
untuk bekerja
Tersampaikannya
maksud dan tujuan
kepada seluruh
perawat di poliklinik
retina
sama terkait
edukasiyangakan
diberikannantinya
sehingga
membantu rekan
dilakukan agar
edukasi yang
diberikan
terlaksana lebih
optimal. Hal ini
tuntas, cerdas, dan akurat atas
dasar kompetensi
terbaik dengan
penuh tanggung
3.3. Melakukan sharing dan tanya jawab dengan rekan kerja
Mendapatkan masukan dan persamaan persepsi
terkait sosialisasi
yang diberikan.
kerja agar tidak
kebingungan
dalam
pelaksanaan
edukasi, hal ini
masuk ke dalam
dapat
menunjang
terwujudnya
visi misi rumah
sakit yaitu Eye
Care for Everyone
jawab
Perilaku utama : Kompeten, Bersemangat, Realistis, Bertanggung
Jawab, Selalu
32
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
nilai dasar PNS
yaitu Kompeten.
Selain itu
sosialisasi ini
bertujuan agar
terciptanya
lingkungan kerja
yang baik dan
kondusif yang
masuk ke dalam
nilai dasar
Harmonis.
Kontribusi
terhadap visimisi rumah
sakit
Penguatan nilai organisasi
Seeing Better World. memberikan solusi dan hasil terbaik.
4.
4.1
Pasien yang akan
kepada pasien dan keluarga
tamponade
dilakukan operasi retina dengan
silicone-oil, gas SF6 dan
C3F8
dilakukan operasi
retina dengan
tamponade silicone-
oil, gas SF6 dan C3F8
Pemberian edukasi
merupakan tugas
perawat yang
harus dilakukan
Pelayanan yang
terstandarisasi
akan
memberikan
d. Proses pelayann pada psien
sesuaai dengan
prosedurpanduan
pelayanan yang
pelayanan
33
Melakukan uji coba edukasi
Memilih pasien yang akan
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
sesuai dengan
draft SOP
4.2 Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai materi yang
akan diberikan sebelum
dilakukannya edukasi
dengan memberikan
tanya jawab.
4.3 Melakukan edukasi
kepada pasien dan
keluarga
Data tingkat
pengetahuan pasien
sebelum
dilakukannya edukasi
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
sesuai SKP yang
ada. Tentunya
tugas edukasi
harus
dilaksanakan dengan
profesional dan
Kontribusi
terhadap visi-
misi rumah
sakit
efektif dan
efisien pada
pasien. Hal ini
berkontribusi
terhadap
pencapaian visi
misi organisasi
Penguatan nilai organisasi
merupakan penguatan nilai
organisasi yaitu
Materi edukasi
tersampaikan
penuh tanggung
jawab, hal ini
untuk
memberikan
Eye Care for
Integritas, Proaktif, Inovatif, Istiqomah, dan Profesional
34
4.4 Melakukan evaluasi
dengan meminta pasien
memperagakan ulang
edukasi yang diberikan
Pasien dapat
memperagakan
ulang edukasi yang
diberikan
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
masuk ke dalam
nilai Akuntabel
Pemberian
edukasi akan
dilakukan dengan
sikap yang ramah,
cekatan dan
solutif sebagaimana
Kontribusi
terhadap visimisi rumah
sakit
Everyone
Seeing Better World.
Penguatan nilai organisasi
35
Tahapan Kegiatan
No Kegiatan
Output
tugas kita sebagai
pelayan publik
untuk memenuhi
kebutuhan
masyarakat, hal
ini masuk ke
dalam nilai dasar
PNS yaitu
Berorientasi
Layanan
36
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
5. Evaluasi hasil
kegiatan
5.1 Membuat konsep laporan
evaluasi terhadap
implementasi SPO dan
penggunaan media
edukasi
Konsep laporan evaluasi
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
Pembuatan
laporan evaluasi
merupakan tahap
akhir dari proses
pemberian
edukasi, saya
akan membuat
laporan evaluasi
ini dengan jujur
dan dapat
dipertanggung
Kontribusi
terhadap visi-
misi rumah
sakit
Evaluasi
terhadap
kegiatan
Penguatan nilai organisasi
e. Sesuai dengan
nilai organisasi
yaitu Integritas :
edukasi yang
dilakukan akan
memberikan
perbaikan tiada
henti sehingga
meningkatkan
kualitas
pelayanan yang
Setiap pegawai
PMN RS Mata
Cicendo Bandung
secara konsisten
bekerja dengan
jujur, tertib, teliti, dan disiplin, demi
menjaga
konsep laporan evaluasi
kegiatan kepada
penanggung jawab unit
retina dan mentor
Mendapatkan saran
dan masukan terkait
konsep laporan
evaluasi kegiatan.
jawabkan sesuai
dengan nilai
Akuntabel
ada. Hal ini
akan
berkontribusi
terhadap
kredibilitas
institusi dan
kehormatan
dirinya sebagai
37
5.2 Mengkonsultasikan
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
5.3 Menyempurnakan
laporan evaluasi sesuai
sarandarikepalaruangan
dan mentor
Laporan evaluasi
kegiatan selesai
dibuat
Keterkaitan
Substansi Mata
Pelatihan
Evaluasi ini
dapat menjadi
sarana
pendukung dalam
hal peningkatan
kompetensi diri
untuk menjawab
tantangan yang
selalu berubah,
hal ini termasuk
ke dalam nilai
dasar PNS yaitu
Kompeten.
Dalam
melaksanakan
seluruh rangkaian
kegiatan ini
tentunya saya
Kontribusi
terhadap visi-
misi rumah
sakit
pencapaian visi
misi organisasi
untuk memberikan
Eye Care for Everyone
Penguatan nilai organisasi
pegawai yang
memiliki martabat
dan harga diri
f. Perilaku utama : Jujur, Amanah, dan Bertanggung
Seeing Better World.
Jawab
38
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output
Keterkaitan Substansi Mata
Pelatihan
akan tetap
berpegang teguh
pada ideologi
Pancasila,
menjaga nama
baik instansi serta
negara sesuai
dengan nilai
Loyal.
Kontribusi
terhadap visi-
misi rumah sakit
Penguatan nilai organisasi
39
4.2
Tabel 4. 2 Jadwal Rencana Kegiatan
1. Pembuatan draft SOP tentang edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
2. Pembuatan media edukasi berupa leaflet dan video peragaan posisi tidur pasca operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8
3. Sosialisasi kepada perawat ruangan tentang SOP edukasi yang akan di uji cobakan
4. Melakukan uji coba edukasi kepada pasien dan keluarga sesuai dengan draft SOP
5. Evaluasi hasil kegiatan
6. Penyusunan laporan aktualisasi
1. Yeyen Yeni, S.Kep., Ners Berperan sebagai Mentor
2. Ahmad Wajedi, S.Pd.,M.Kes Berperan sebagai Coach
3. Arham Burhanudin, AMK Berperan sebagai
Penanggung Jawab Unit
Retina
40
Penjadwalan
No Kegiatan Bulan Juni Juli 1 2 3 4 5 1 2 3 4
4.3 Pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Aktualisasi
Nama Peran dalam Aktualisasi Keterangan
Tabel 4. 3 Pihak yang terlibat dan perannya dalam aktualisasi
No.
DAFTAR PUSTAKA
Bowling B. 2016. Kanski’s Clinical Opthalmology a Systemic Approach. Eight Edition. China: Elsevier, pp. 862-873.
Bustami M, Rattu AJ, Saerang JS. 2015. Analisa lama waktu tunggu pelayanan pasien rawat jalan di balai kesehatan mata masyarakat propinsi Sulawesi Utara. Jurnal e-Biomedik. 1:1-12.
Celik, A. K., Haddoud, M. Y., Onjewu, A.-K. E., & Jones, P.(2019). Managerial Attributes and Collaborative Behaviours as Determinants of Export Propensity: Evidence from Turkish SMEs. Contemporary Issues in EntrepreneurshipResearch, 33–49. doi:10.1108/s2040724620190000010004
Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta : Depkes RI
Falkner-Radler, Christine I. 2015. Vitrectomy combined with endolaser or an encircling scleral buckle in primary retinal detachment surgery : a pilot study. Acta Opthalmology.93:464-469
Gregg RG, McCall MA, Massey SC. 2013. Functionandanatomyofthemammalianretina. Dalam : Ryan SJ, editor. Retina. Volume I. Edisi ke-5. China : Elsevier Inc; hal 360 –9.
Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI, 1-296.
Irawan denny. 2017. COLLABORATIVE GOVERNANCE (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan
Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Kebijakan dan
Manajemen Publik. Volume 5, Nomor 3,September – Desember 2017.
KementerianKesehatanRI(KemenkesRI).2008.PeraturanMenteriKesehatanRINomor129/ Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit. Jakarta:
Kemenkes RI
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI
41
Nogroho, W. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, edisi ke-3. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Noluthando Matsiliza and Nyaniso Zonke. 2017. Accountability and integrity as unique column of good governance. Public and Municipal Finance, 6(1), 75-82. doi:10.21511/pmf.06(1).2017.08
Riordan-Eva P, Cunningham ET. 2011. Vaughn&asbury’sgeneralophthalmology. Edisi ke18. London : The McGraw-Hill Companies Inc; hal 12-3, 190.
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan gerontik. Yogyakarta: Andi
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun2021tanggal26Agustus2021tentangImplementasiCoreValuesdanEmployer Branding Aparatur Sipil Negara.
Syaefullah, sufia permatasari . 2021. “ Karakteristik Dan Hasil Akhir Pasien Ablasio Retina Berulang Pasca Operasi Vitrektomi Pars Plana Di Pmn Rs Mata Cicendo Januari 2018 –Desember 2020 ”. https://perpustakaanrsmcicendo.com/2021/04/14/karakteristikdan-hasil-akhir-pasien-ablasio-retina-berulang-pasca-operasi-vitrektomi-pars-planadi-pmn-rs-mata-cicendo-periode-januari-2018-desember-2020/. Diakses pada tanggal
14 Juni 2022
42
BAB I PENDAHULUAN
21/06/2022 1
OPERASI
RETINA DENGAN TAMPONADE SILICONE OIL, GAS SF6 DAN C3F8
DI INSTALASI RAWAT JALAN RETINA RUMAH SAKIT
PUSAT MATA NASIONAL CICENDO
PENDAHULUAN
RANCANGAN BAB IV
BAB I
Latar Belakang, Tujuan, dan Manfaat
2014
Peran Fungsi ASN dan NilaiNilaidasarPNS
3 tidurPascaPentingnyaposisi Operasi Retina
BAB II PROFIL
21/06/2022 2 Tujuan Khusus Pelayanan publik yangberkualitas • Mengidentifikasi isu Memilih dan menapis isu Merancang kegiatan dan alternatif pemecahan isu Tujuan Manfaat Instansi Tujuan Umum Memahami dan mengaktualisasikan core values ASN BerAKHLAK
INSTANSI Visi Misi, Tata nilai, Tugas dan Struktur Organisasi Visi Misi Misi Visi “Eye Care for Everyone “To Be Excellent Eye Care” Seeing Better World
BAB III
ANALISIS ISU DALAM
PELAKSANAAN TUGAS DAN
FUNGSI
Identifikasi dan Analisis Isu Aktual, Keterkaitan PenyebabIsu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk MendukungTerwujudnya Smart Governance, Alternatif Pemecahan Masalahsebagai GagasanKreatif
Identifikasi dan Analisis Isu Aktual
Identifikasi Isu
No KegiatanTugasPokokJabatan KondisiSaatIni Kondisiyang diharapkan
1. Melakukan pengisian EMR pasien rawat jalandenganlengkap Sudah dilaksanakan namun kadang masihadabeberapayangterlewat Dilaksanakan sesuaiSOPdan lengkaptanpaadayangterlewat
SudahdilaksanakanmelaluiEMR DilaksanakansesuaiSOP
2. Melakukan pendokumentasian asesmen keperawatan pasienrawatjalan
3. Melakukan pengecekan kelengkapanpenunjangpasienrawatjalan
4. Melaksanakan edukasi pada pasien rawatjalan
Sudahdilaksanakan DilaksanakansesuaiSOP
Belum optimal, terutama pada edukasi posisi pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas
SF6 dan C3F8
Adanya media yang lebih efisien dan mudah dipahami oleh pasien maupunkeluargapasien
21/06/2022 3
Visioner Inovatif Proaktif
V-I-P-I-P-I
Profesional Istiqomah
No KegiatanTugasPokokJabatan KondisiSaatIni Kondisiyangdiharapkan
5. Melaksanakan waktu tunggu rawat jalan Kurangefisien Adanya pemecahan masalah pada waktutunggu
6. Melaksanakan identifikasi secara tepat pasienrawatjalan Sudahdilaksanakan DilaksanakansesuaiSOP
7. Melakukan pemasangan gelang kuning pada pasien resiko jatuh tinggi pada pasienrawatjalan
Sudah terlaksana namun belum optimal, terutama pada edukasi risikojatuh
Lebih optimal dalam pelaksanaan edukasi pada pasien dan tidak terlewat dalam pemasangan gelang kuningpasienrisikojatuhtinggi
Dampak apabila Isu tidak ditangani Isu Dampak Isu
Belum efisiensinyawaktu tunggu pasien di instalasirawatjalan
Belum optimalnya edukasi posisi tidur pascaoperasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 danC3F8
Belumoptimalnyaedukasirisikojatuhdiinstalasi rawatjalan
Berakibatpadakualitaspelayanandankepuasan
Jika posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF6 dan C3F8 tidak baik akan berpotensi tidak sesuainya perlekatanretina padatempatnyaserta berpotensi
Menurunkannilaimutusasarankeselamatanpasien dalam hal risiko jatuh serta membahayakan keselamatan pasien di instalasi
21/06/2022 4
No. ISU A P K L JUMLAH PRIORITAS 1. Belum efisiensinya waktu tunggu pasien di instalasi rawatjalan 5 4 5 4 18 2 2. Belum optimalnya edukasi posisi tidur pasca-operasi retina dengan tamponade silicone-oil,gasSF6 danC3F8 5 4 5 5 19 1 3. Belum optimalnya edukasi risiko jatuh di instalasi rawat jalan 4 4 4 4 16 3
perlekatanretinaberulang
55
retina
Syaefulah, 2021
dengan silicone-oil
pasien redetached
21/06/2022 5
Penyebab
Video Leaflet
Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan
i li i i i i i c operasi retina dengan tamponade siliconeoil, gas SF6 dan C3F8 menggunakan media
Rencana dan Tahapan kegiatan Aktualisasi
Rencana dan Tahapan kegiatan Aktualisasi
21/06/2022 6
AKTUALISASI Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar PNS, Rencana dan Tahapan kegiatan Aktualisasi, Penjadwalan, Pihak yang terlibat
BAB IV RANCANGAN
No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 1. Pembuatan draft SOP tentang edukasi posisi tidur pasca-operasiretina dengan tamponade silicone-oil, gas SF dan C F 1.1 Membuat janji temu dengan penanggung jawab unit retina Jadwal Bertemu - Harmonis - Kompeten - Kolaboratif 1.2 Menyampaikan usulan pembuatan draft SOP edukasi Adanya izin pembuatan SOP 1.3 Mencari studi literature terbaru Menemukan literature yang layak, jelas dan teruji 1.4 Membuat draft SOP edukasi Draft SOP sementara 1.5 Pengajuan draft SOP edukasikepada atasan Draft SOP disetujui 1.6 Finalisasi draft SOP Terbentuknya draft SOP edukasi
No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan 2. Pembuatan media edukasi berupa leaflet dan video peragaan posisi pasca operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF dan C3F8
Mencari Literature terbaru Menemukan literature
Akuntabel - Kompeten
Adaptif
Kolaboratif
Membuat konsep desain leaflet dan video Konsep leaflet dan video
Mengkonsultasikan konsep media edukasi Konsep disetujui
Membuat Leaflet Edukasi Leaflet edukasi
Melakukan pengambilan gambar Mentahan video
Melakukan proses editing dan finishing Video edukasi
Pengajuan media edukasi Media edukasi disetujui
2.1
-
-
-
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
Rencana dan Tahapan kegiatan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
3. Pemberian sosialisasi kepada perawat ruangan tentang SOP edukasiyang akan di uji cobakan
1.1 Meminta izin untuk sosialisasi Izin Sosialisasi - Harmonis - Kompeten
1.2 Mensosialisasikan edukasi terkait kepada perawat unit retina
1.3 Melakukan Sharing dan tanya jawab dengan rekan kerja
Rencana dan Tahapan kegiatan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
4. Melakukan uji coba edukasi kepada pasien dan keluarga sesuai dengan draft SOP
4.1 Memilih pasien yang akan dilakukan operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF dan C F8
Pasien yang akan dilakukan operasi retina dengan tamponade silicone-oil, gas SF dan C F
Tersampaikannya maksud dan tujuan kepada seluruh perawat di poliklinik retina
Mendapatkan masukan dan persamaan persepsi terkait sosialisasi yang diberikan.
4.2 Mengkaji tingkat pengetahuan pasien mengenai materi yang akan diberikan sebelum dilakukannya edukasi dengan memberikan tanya jawab.
Data tingkat pengetahuan pasien sebelum dilakukannya edukasi
4.3 Melakukan edukasi kepada pasiendan keluarga Materi edukasi tersampaikan
Pasien dapat memperagakan ulang edukasi yang diberikan
- Akuntabel - Berorientasi layanan
Substansi Mata Pelatihan
laporan evaluasi - Akuntabel - Kompeten
Mendapatkan saran dan masukan terkait konsep laporan evaluasi kegiatan.
No Kegiatan Bulan Juni Juli 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1. Pembuatan
draft SOP tentang edukasi posisi
pasca-operasi retina dengan tamponade
edukasi yang akan di uji cobakan
5. Evaluasi hasil kegiatan 6. Penyusunan laporan aktualisasi
21/06/2022 7
No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan
5.
5.1Membuat
Konsep
4.4 Melakukan evaluasi dengan meminta pasien memperagakan ulang edukasiyang diberikan -
Evaluasi hasilkegiatan
konsep laporan evaluasi terhadap implementasi SPO dan penggunaan media edukasi
Loyal
5.2 Mengkonsultasikan konsep laporan evaluasi kegiatan kepada penanggung jawab unit retina dan mentor
tidur
silicone-oil,
C3F8
retina
5.3 Menyempurnakan laporan evaluasi sesuai saran dari kepala ruangan dan mentor dan
Laporan evaluasi kegiatan selesai dibuat
gas SF6 dan
2. Pembuatan media edukasi berupa leaflet dan video peragaan posisi tidur pasca operasi
dengan tamponade silicone-oil, gas SF6
C3F8
3. Sosialisasi kepada perawat ruangan tentang
SOP
4. Melakukan uji coba edukasi kepada pasien dan keluarga sesuai dengan draft SOP
21/06/2022 8
Ahmad Wajedi, S.Pd.,M.Kes Coach Penanggung Jawab Yeyen Yeni, S.Kep., Ners Unit Retina