
5 minute read
A. Identifikasi Isu
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI
A. Identifikasi Isu
Advertisement
Tabel 2.1 Identifikasi Isu
SKP
1. Menyiapkan instrumen pengumpulan dan pengolahan data Sudah terlaksana dengan baik Sesuai
2. Menyiapkan
bahan uji dan peralatan pemeriksaan sampel di lapangan Kondisi Saat Ini
1. Tidak terlaksananya kegiatan pengambilan sampel pada situasi matra karena adanya larangan mudik dari pemerintah 1. Terlaksananya kegiatan pengambilan sampel pada situasi matra karena adanya masa pramudik dari pemerintah, pemeriksaan sampel sesuai jadwal yg tersusun
3. Melakukan
kegiatan penyehatan media lingkungan
1. Masih ditemukan faktor risiko seperti tidak menerapkan fifo pada storage makanan, pembungan air balas, pembuangan sampah domestik dan medis pada penyehatan sanitasi kapal 1. Tidak adanya faktor risiko pada kegiatan penyehatan sanitasi kapal
Kondisi Yang Diharapkan
4. Melakukan
kegiatan pengamanan limbah dan proses pengolahan sampah
5. Melakukan kegiatan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit 6. Melakukan kegiatan desinfeksi, dekontaminasi, desinseksi, dan deratisasi 7. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban terhadap pimpinan 8. Melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan 1. Belum optimalnya pengelolaan limbah medis sementara 2. Lokasi terbatas untuk tempat pembuangan sementara limbah medis 3. Belum adanya jadwal pengangkutan limbah baik dari wilker ke induk maupun ke pihak ke tiga Sudah terlaksana dengan baik
Sudah terlaksana dengan baik
Sudah terlaksana dengan baik
Sudah terlaksana dengan baik 1. Adanya SOP pengelolaan limbah medis 2. Tersedia tempat pembungan sementara limbah medis yang memenuhi syarat 3. Adanya jadwal pengangkutan limbah medis
Sudah terlaksana
Sudah terlaksana
Sudah terlaksana
Sudah terlaksana
Berdasarkan hasil observasi di unit kerja, ditemukan beberapa isu aktual kontemporer, antara lain:
1. Tidak terlaksananya kegiatan pengambilan sampel pada situasi matra karena adanya larangan mudik dari pemerintah Kondisi Matra merupakan keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut. Pemerintah telah menetapkan larangan untuk melakukan mudik Lebaran 2021. Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13
Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah selama 6-17 Mei 2021. Berdasarkan tugas dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten pada situasi matra yaitu melakukan pengawasan makanan dan minuman. Berdasarkan hal diatas karena larangan mudik kegiatan pada situasi matra tidak dilakukan, karena jika dilakukan akan terjadi temuan, mengapa tidak ada kegiatan tapi ada pecairan untuk kegiatan matra yang bisa menjadi kerugian negara.
2. Masih ditemukan faktor risiko seperti tidak menerapkan fifo pada storage makanan, pembungan air balas, pembuangan sampah domestik dan medis pada pengawasan sanitasi kapal KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak risiko kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan obat, makanan, kosmetika, dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) serta pengamanan terhadap penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Kegiatan sanitasi kapal merupakan segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Keberadaan vektor dan binatang pengganggu di atas kapal dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat pelabuhan pada khususnya dan masyarakat lain yang berada diluar
pelabuhan pada suatu wilayah tersebut, karena vektor dan binatang pengganggu dapat menularkan penyakit kepada manusia.
Berdasarkan data yang penulis ambil pada tanggal 4 April 2020 sebanyak 10 dantaranya masih adanya 7 dari 10 yang tidak memisahkan sampah medis dan non medis (makser), 5 dari 10 kapal tidak menerapkan fifo pada storege makanan dan 8 dari 10 pembuangan air balas yang tidak sesuai aturan.
3. Belum optimalnya pengelolaan limbah medis sementara Limbah medis menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu sisa dari suatu usaha atau pun kegiatan yang mengandung suatu zat dan komponen berbahaya yang secara langsung atau tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan lingkungan serta membahayakan kesehatan manusia, lingkungan dan kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya. Mekanisme pengelolaan limbah medis bahan berbahaya dan beracun harus melalui beberapa proses, dari penggolongan berdasarkan kategori limbahnya, hingga tahapan-tahapan pengelolaannya seperti tahap pemisahan yang sesuai dengan kategori limbahnya, tahap penampungan atau pengumpulan, tahap pengangkutan, tahap pemanfaatan, tahap pengolahan, dan/atau tahap penimbunan. Tetapi pada kantor kesehatan Pelabuhan Kelas II
Banten dimungkinkan hanya pada sampai tahap tempat pembuangan sementara sebelum di angkut oleh pihak ke tiga a. Tahap Pemisahan Berdasarkan pengamatan petugas yang melakukan kegiatan yang menghasilkan limbah medis tahap pemisahan sudah dilakukan dengan baik, tempat pembuangan limbah medis dalam bentuk drigen plastik kuning atau untuk limbah medis terpisah dengan sampah non medis. Limbah medis yang berasal dari kegiatan RDT dalam drigen, khusus untuk limbah medis benda tajam, tempat penampungannya harus dari bahan yang tahan terhadap benda tajam. Sampah medis lainnya seperti masker, faceshield, baju hazmat, sarung tangan dan medis lainnya dimasukan dalam kantong plastik tersebut diambil paling tidak sekali dalam satu hari atau jika limbah tersebut sudah mencapai tiga perempat penuh dari kantong plastik.
b. Tahap Penampungan atau Pengumpulan limbah medis Berdasarkan pengamatan penulis pada tahap pengumpulan sudah sesuai, hanya saja setelah kegiatan berlangsung limbah medis yang dihasilkan belum tau kapan akan diangkut ke TPS yaitu di kantor induk, agar tidak terjadi penumpukan limbah dan akan menjadi sarang penyakit. Dalam menunggu tahap pengangkutan untuk dibuang ke tempat pembuangan sementara, limbah medis yang tidak berbahaya dapat ditampung bersama dengan limbah lainnya, yaitu limbah yang pada umumnya tidak mengandung unsur bahaya.
c. Tahap Pengangkutan Berdasarkan pengamatan setelah melalui tahap penampungan, limbah-limbah medis tersebut memasuki tahap pengangkutan.
Pengangkutan tersebut dilakukan oleh tiap – tiap wilayah kerja ke kantor induk tanpa adanya jadwal, dan sesampainya di kantor Induk tidak dilakukan penimbangan terlebih dahulu / pencatatan.
4. Lokasi terbatas untuk tempat pembuangan sementara limbah medis Pandemi covid-19 yang melanda dunia di akhir tahun 2019, memaksa kita suka tidak suka harus berubah baik secara konsep kerja, sistem, teknologi, serta hal – hal lain yang harus segera diadaptasi oleh petugas Kantor Kesehatan
Pelabuhan dipintu masuk negara. Selama pandemi angka limbah medis plastik seperti masker dan APD mengalami peningkatan. Terus bertambahnya kasus
COVID-19 di Indonesia berimbas kepada semakin menumpuknya limbah medis sekali pakai, misalnya masker dan face shield yang dipakai oleh tenaga kesehatan maupun individu. Dalam pelaksanaannya adanya kegiatan screening
COVID-19 bagi pelaku perjalanan seperti tes antibody dan tes antigen di pelabuhan maupun pengawasan pada ABK atau stake holder lainnya sehingga terjadinya peningkatan volume limbah medis di Kantor Pelabuhan Kelas II
Banten. Kondisi ini berdampak pada kurang optimalnya pengelolaan limbah medis. Berdasarkan data dari Bulan Januari sampai dengan tanggal 5 Mei 2021 jumlah keseluruhan pemakain RDT sebanyak 6.244. Sedangkan sampah yang diangkut terakhir pada bulan Februri 2021 sebanyak 570,61 Kg akumulasi dari