RANCANGAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS
GOLONGAN III ANGKATAN 4
PENERAPAN MEDIA PEMANTAUAN EWS PADA PASIEN BERBASIS QR CODE
DI RUANG RIK LANTAI 3 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
DISUSUN OLEH :
Ns. Risma Damayanti, S.Kep.
NIP 199301172022032001
BAPELKES CIKARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS
GOLONGAN 3 ANGKATAN 4 TAHUN 2022
“PEMBUATAN MEDIA PEMANTAUAN EWS BERBASIS QR CODE
DI RUANG RIK LANTAI 3 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG”
Nama : Ns. Risma Damayanti, S.Kep.
NIP : 199301172022032001
Golongan : IIIB
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Unit Kerja : RSUP Dr. Hasan Sadikin
Telah disetujui untuk diseminarkan pada Evaluasi Rancangan Aktualisasi secara daring di Bapelkes Cikarang pada tanggal 30 Juni 2022
Nama:
Penguji Coach Mentor
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara 1945 adalah sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesi. Falsafah pemikiran tentang kesehatan sebagai salah satu sektor yang diprioritaskan pelaksanaannya oleh pemerintah bersumber dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang di dalamnya terkandung tujuan kemerdekaan bangsa salah satunya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini terlihat dari program pemerintah dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 untuk merencanakan pengembangan infrastruktur dan pelayanan dasar.
Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tersebut dengan salah satu pilarnya penguatan pelayanan kesehatan, kewajiban negara dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan sendiri sebenarnya telah diatur dalam
Pasal34ayat3UUD1945yangberbunyi“negara bertanggung jawabataspenyediaan fasilitas umum yang layak”. Salah satu fasilitas kesehatan yang oleh negara ditanggung penyelenggaraannya adalah fasilitas rumah sakit.
Rumah sakit adalah sebuah institusi yang awalnya adalah lembaga sosial yang bertujuanuntukmembantumasyarakatterutamakalanganyangtidakmampu.Namun seiring perkembangan jaman, terjadi pergeseran tugas dan fungsi rumah sakit, Anthony Giddens mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia telah bergeser dari publicgoodsmenjadi privategoodssehingga pemenuhan kepuasan pasien semakin lama semakin kompleks (Yustina, 2012).
Rumah sakit sebagai penyedia jasa mempunyai standar keamanan bagi pasien yang biasa dikenal dengan International Patient Safety Goals, atau disebut sebagai
IPSG. IPSG merupakan standar akreditasi rumah sakit yang berguna dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas (KARS, 2011). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas kinerja pelayanan bagi
masyarakat pengguna jasa RSUP Dr. Hasan Sadikin dapat dikategorikan BAIK dengan perolehan sebesar 76,67 berada dalam interval 76,61- 88,30.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan rancangan aktualisasi ini adalah agar mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) dalam melaksanakan tugas di lingkungan kerja yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi isu-isu yang ada di unit dan lingkungan kerja.
2. Mampu menganalisa pemecahan isu yang ada agar dapat diselesaikan.
3. Mampu merancang kegiatan alternatif untuk pemecahan isu yang diprioritaskan dengan mengimplementasikan BerAKHLAK.
C. Manfaat Rancangan Aktualisasi
a. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai nilai-nilai dasar yang harus dimiliki setiap Aparatur Sipil Negara yaitu BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif), serta dapat mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam pekerjaan sehari-hari di unit kerja.
b. Bagi Instansi
Memberikan bahan masukan dan usulan untuk memberikan perbaikan ke arah yang lebih baik, khususnya tentang aktualisasi nilai-nilai BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif).
D. Ruang Lingkup Aktualisasi
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi ini meliputi kegiatan perawat ahli di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung selaku calon PNS di Lingkungan
Kementerian Kesehatan, dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS yaitu BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif), Manajemen ASN, Smart ASN, dan pelayanan publik yang bersumber dari SKP, dan/atau penugasan atasan dan program yang menjadi inovasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nilai-Nilai Dasar ASN
Nilai-nilai dasar adalah nilai yang dibutuhkan untuk menjadi dasar dalam menjalankan tugas jabatan profesi ASN (Aparatur Sipil Negara) secara professional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu yaitu BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif).
Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pelayanan bagi seorang ASN adalah untuk menghasilkan suatu paradigmaberpikirbahwaASNharusseoptimalmungkinmemberikanpelayananprima kepada masyarakat. Sehingga diharapkan ada perubahan mindset yang mempengaruhiASNdalambersikapdanmenghasilkanoutputatasperubahanmindset atau paradigma dan perubahan sikap tersebut. Sikap pelayanan bagi pegawai ASN berarti pengabdian yang tulus terhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan, karena sikap ASN adalah citra yang mewakili citra organisasi.
Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN, akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan public kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan Zonke, 2017). Dengan nilai dasar akuntabel, ASN diharapkan menjadi individu yang jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi, menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta tidak menyalahgunakan kewenangan jabatannya.
Kompeten
Kompeten adalah bekerja sesuai dengan latar belakang, kualifikasi terkait denganPendidikan,pengalaman,danpelatihan,danmemilikibuktikinerjayangsesuai serta memiliki kepatuhan pada etika kerja. Sikap kompeten yang diharapkan melekat pada ASN adalah kemauan meningkatkan kompetensi diri untuk bersiap menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Selain itu juga, ASN mau untuk membantu
orang lainbelajar. Dengan nilai dasarkompeten, ASNdiharapkan untuk melaksanakan
tugas dengan kualitas terbaik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Harmonis
Harmonis adalah sikap memahami bahwa Indonesia terdiri dari berbagai ras, agama, suku, budaya yang berbeda-beda yang terikat secara serasi dan sesuai sehingga bisa menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Nilai dasar harmonis juga berarti saling peduli dan menghargai perbedaan. Dari nilai dasar harmonis, ASN
diharapkan dapat menghargai setiap orang apapun latar belakangnya dan membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal
Loyaladalahsikapsetiayangtimbultanpaadanyapaksaantapiataskesadaransendiri. Tindakanloyaladalahtindakanmemberiataumenunjukkandukungankepatuhanyang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi. Dari nilai dasar loyal ini, ASN diharapkan berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara. ASN diharapkanmemeganteguhideologiPancasila,undang-undangdasar1945,setiapada NKRI serta pemerintahan yang sah. ASN juga diharapkan menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, intansi, dan negara juga dapat menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif
Adaptif adalah sikap mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dalam situasi yan berbeda. Sikap adapatif pada ASN membuat terus melakukan inovasi dan antusias dalam bergerak serta menghadapi perubahan. Nilai dasar adaptif membuat ASN cepat menyesuaikan diri, menggembangkan kreatifitas, dan bertindak proaktif.
Kolaboratif
Kolaboratif adalah proses menyatukan rencana, pengetahuan menjadi sebuah sikap yang respobilitas bagi seluruh elemen. Sikap kolaboratif pada ASN adalah sikap
menyatukan dua atau lebih lembaga menjadi lebih sinergis dengan membangun komunikasi secara rutin. Dari sikap kolaboratif, ASN diharapkan memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam kerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, dan menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.
Dari tujuh nilai dasar tersebut, ASN diharapkan menjadi citra baru pelayanan di Indonesia. Dengan demikian nilai-nilai dasar ASN benar-benar terwujud dalam peran
dan fungsi ASN secara nyata.
B. Profil Rumah Sakit Umum Pusat DR. Hasan Sadikin Bandung
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung diresmikan pada tahun
1923 dengan nama Met Algemeene Bandoengsche Ziekenhui sebagai rumah sakit
pemerintahan belanda pada saat itu. Pada Tahun1948, barulah Rumah Sakit Hasan
Sadikin dikelola oleh pemerintah Kotapraja Bandung dan berubah nama menjadi
Rumah Sakit Rantja Badak. Pada tahun 1967, Rumah Sakit Rantja Badak berubah
nama menjadi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin hingga sekarang menjadi Rumah Sakit
Umum Pusat Dr Hasan Sadikin.
RSHS merupakan rumah sakit vertikal utama yang dapat diartikan sebagai
rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Jawa Barat berdasarkan Surat Keputusan
Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan 7
Nasional. Sebagai rumahsakit rujukantertinggi,RSHS dituntut untukmemiliki layanan yang lebih dibandingkan dengan rumah sakit kelas B atau C. Layanan tersebut
meliputi, InstalasiGawatDarurat, Instalasi RawatJalan, Instalasi Rawat Inap, Fasilitas Pemeriksaan Penunjang yang lengkap, dan Instalasi Rawat Khusus.
RSHS memiliki kapasitas 944 tempat tidur dengan enam layanan unggulan terdiriatasPelayananJantungTerpadu,PelayananOnkologi,PelayananInfeksi,Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir dan Transplantasi Ginjal. Selain itu, RSHS juga
memiliki layanan dokter spesialis dan subspesialis yang diharapkan dapat membantu
RSHS dalam memberikan pelayanan kepada pasien secara tepat dan cepat.
a. Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Visi : “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Misi : Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia
b. Tata Nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
TatanilaiyangdipilihuntukmengawalpenerapanmisidanvisiRSUPDr.Hasan
Sadikin Bandung adalah “PAMINGPIN PITUIN” yaitu :
- Kepemimpinan: Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta terbaik di bidangnya
- Profesional: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalan kemitraan
- Inovatif:Nilaiyangmenggambarkankeinginanuntukmenghasilkansuatuyang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan
- Tulus: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive
- Unggul: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.
- Integritas: Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas
Selain itu, terdapat janji pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu SIGAP.
a. Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun (5S)
b. Inovatif dalam berkarya
c. Gelorakan Semangat Pelayanan Prima
d. Amanah Menjaga Keselamatan Pasien
e. Peduli, Perhatian dan Perasaan
Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu PRIMA.
a. Profesional: Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang mendasarinya.
b. Respek:Pelayananyangprimaakandapatdiberikanapabiladilandasiolehrasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan.
c. Integrasi: Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik farmasi.
d. Manusiawi:Menganggapsetiapindividuataumanusiasebagaimakhlukciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.
e. Amanah: Melaksanakan dengan sungguh – sungguh segala hal yang dipercayakan oleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan
c. Profil Ruangan
Ruang RIK Lantai 3 Gedung Parahyangan merupakan ruang rawat inap kelas 1 dan VIP yang mempunyai kapasitas sebanyak 10 tempat tidur kelas 1 dan 23 tempat tidur kelas VIP. Ruang RIK Lantai 3 memberikan pelayanan kepada pasien bedah dan medikal. Ruang RIK menggunakan metode tim dalam memberikan pelayanan keperawatan.
C. Profil Peserta
Nama : Ns. Risma Damayanti, S.Kep.
NIP : 199301172022032001
Jabatan/Golongan : Perawat Ahli Pertama / III B
Unit Kerja : Ruang RIK Lantai 3 Gedung Parahyangan
Instansi : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Saat ini, peserta terdaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di bawah Direktorat Jenderal
PelayananKesehatandenganinstansiRumahSakitUmumPusatDrHasanSadikinKota Bandung terhitung mulai tanggal 4 Januari 2021 sebagai Perawat Ahli Pertama di bawah Bidang Keperawatan dan sekarang bekerja di unit kerja Ruang Rawat Inap RIK
Lantai 3 Gedung Parahyangan. Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta mengacu
kepada Sasaran Kinerja Perawat (SKP) meliputi:
1. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi
2. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan
3. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu
4. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
5. Membuat prioritas diagnose keperawatan dan masalah keperawatan
6. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu
7. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
8. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medikal bedah
9. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu
10. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/bencana/kritikal
11. Memberikan dukungan/fasilitas kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan, berduka, atau menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan
12. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
13. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan eliminasi
14. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
15. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
16. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
17. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu
18. Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks
19. Melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan komunikasi
20. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi klien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai dengan kasus dan kondisi pasien
21. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
22. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala
23. Melakukan perawatan luka
24. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu
25. Melaksanakan manajemen surveilans Hais sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan
26. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas
kesehatan
27. Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter
BAB III
Rancangan Aktualisasi
A. Identifikasi Isu
Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi dengan Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai dalam SKP dapat berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP:
1. Melakukantindakankeperawatanpadapasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi
2. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan
3. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu
4. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
5. Membuat prioritas diagnose keperawatan dan masalah keperawatan
6. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu
7. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
8. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medikal bedah
9. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Belum dilakukan dengan optimal terutama pada pasien
vip karena
ketergantungan pasien dan ketidakmauan
keluarga untuk terlibat
dalam proses perawatan
Dilaksanakan sosialisasi/edukasi terkait keterlibatan
keluarga untuk meningkatkan adaptasi pasien selama proses perawatan
10. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/bencana/kritikal
11 Memberikan dukungan/fasilitas kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan, berduka, atau menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
12
Melakukantindakankeperawatanpemenuhan
kebutuhan nutrisi
13 Melakukantindakankeperawatanpemenuhan eliminasi
14 Melakukantindakankeperawatanpemenuhan
kebutuhan mobilisasi
15 Melakukantindakankeperawatanpemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur
16 Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri
17 Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman dan pengaturan suhu
18 Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks
19 Melakukan komunikasi dengan klien dengan
hambatan komunikasi
20 Melakukanpemantauanataupenilaiankondisi
klien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai dengan kasus dan kondisi pasien
21 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
22 Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala
23 Melakukan perawatan luka
24 Melakukan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan pada individu
25 Melakukan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan pada individu
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan
sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan
sesuai SOP
Belum dilaksanakan secara optimal Dilaksanakan
sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan
sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan
sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan
sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan
sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Belum dilaksanakan secara optimal Dilaksanakan secara optimal
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Belum dilaksanakan secara optimal
Adanya SOP
mengenai standar edukasi pasien di ruangan
26 Melaksanakan manajemen surveilans Hais
sebagai upaya pengawasan resiko infeksi
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan
27 Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas
kesehatan
28 Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SOP
Berdasarkan penjabaran butir SKP di atas, didapatkan isu-isu actual sebagai berikut :
Isu Dampak apabila isu tidak ditangani Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu
Kurang menerimanya pasien terhadap kondisi diri menyebabkan pasien tidak berdamai dengan tindakan medis dan keperawatan sehingga memperpanjang masa rawat
Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi klien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai dengan kasus dan kondisi pasien
Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu
Kurangnya mobilisasi pada pasien bisa menyebabkan komplikasi pada kondisi pasien yang memperberat keadaaan pasien
Pemantauan ketat diperlukan apabila pasien mendapat tindakan keperawatan spesifik atauterjadikondisitertentu,apabilainitidak dilakukan maka akan berdampak pada keselamatan pasien.
Pada proses perawatan diperlukan motivasi pada individu dan keluarga agar tindakan medis dan keperawatan dapat memberikan hasil yang optimal
Berdasarkan dampak dari setiap isu di atas dan menggunakan metode environmental scanning, ditemukan isu-isu yang lebih spesifik, diantaranya:
1. Belum optimalnya pemantauan EWS pada pasien di ruang RIK RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Berdasarkan hasil kajian situasi di ruangan RIK dari tanggal 23-30 Mei 2022, terdapat
3 pasien yang meninggal tertunda dalam pengisian EWS karena terdapat perubahan sistem dari pengisian manual di formulir menjadi pengisian secara komputerisasi di EMR. Hal ini menjadi sering terlewat karena perawat belum sempat mengakses EMR. Hasil wawancara dengan perawat RIK, dua dari 5 perawat mengatakan jika EWS
adalah hal yang harus dilakukan dalam pemantauan pasien tapi sering kali terlewat
karena perawat lebih mendahulukan tindakan saat ada kejadian gawat dibanding mengisi EMR. EMR yang hanya bisa diakses dari komputer ruangan membuat pengisian EWS tidak efisien karena harus bolak balik dari pasien ke komputer. Dari hasil wawancara kepala ruangan, beliau mengatakan bahwa EWS adalah hal penting karena terkait pemantauan pasien dan terkait dengan tindakan yang akan dilakukan. Kepala ruangan mengatakan, adaptasi pengisian EWS dari formulir hardcopy ke EMR sudah dilakukan sosialisasi dan biasanya perawat melakukan pengisian berbarengan dengan pengisian lembar pemantauan terintegrasi. Kepala ruangan mengatakan, sosialisasi mengenai EWSsudahpernah dilakukantapi belumsemua mengikuti karena jadwal dinas yang berbeda-beda. Tapi perawat yang sudah mengikuti pelatihan harus mengajarkan kepada yang tidak mengikuti sosialisasi. Pendidikan perawat di ruang rawat RIK lantai 3 adalah D3 dan S1 Ners.
2. Pelibatan keluarga dalam memotivasi pasien untuk mobilisasi masih rendah di ruang VIP RIK RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
BerdasarkanhasilkajiansituasidiruanganVIPRIKdaritanggal23-30Mei2022,6dari 9 keluarga pasien mengaku takut membantu pasien dalam melakukan aktivitas harian seperti makan, berganti baju, duduk, atau miring kiri kanan karena terpasang alat invasif. Sebagian keluarga mengatakan, berharap bantuan dari perawat dalam membantu mobilisasi pasien. Selebihnya, memilih untuk merekrut caregiver untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas harian. Dalam observasi selama proses perawatan, beberapa pasien tidak berubah posisi dan hanya dalam posisi terlentang padahal terpasang alat invasive yang minimal.
Dua dari 9 pasien bahkan tertunda untuk kepulangan karena menolak untuk melakukan mobilisasi karena takut padahal dari dokter DPJP sudah diperbolehkan pulang. Hal ini menyebabkan LOS yang memanjang.
Latihan mobilisasi dini yang mulai dilakukan pada hari rawat ke-2 hingga ke-5 akan membantu mengurangi efek samping yang terjadi, mengurangi durasi rawat, serta menekan biaya medis. Keberhasilan penerapan mobilisasi dini sangat bergantung dari kondisi pasien, keterlibatan keluarga, serta fasilitas dari institusi kesehatan dalam menyediakanalat,protokol,dantenagakesehatanyangmendukung.Meskipunsangat bermanfaat dan umumnya memerlukan biaya yang cukup rendah, mobilisasi dini pada pasien memiliki beberapa kendala, terutama adalah keterampilan tenaga medis dan ketersediaan fisioterapis. (Callahan,2016)
3. Pemantauan IV Line pada pasien kanker dengan pemberian kemoterapi
belum optimal di ruang RIK RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan RIK lantai 3, penatalaksanaan pemantauan IV Line pada pasien denganpemberian kemoterapibelumoptimal karena belumadanyaSOPdanformulirpemantauanyangjelas.Selainitu,kebanyakanpasien masih sambil melakukan aktifitas sehingga mudah terjadi ekstravasasi pada jalur IV Line. Dari hasil observasi, perawat ruangan biasanya memeriksa jalur IV line sebelum melakukan pemasangan obat kemoterapi. Tapi tidak ada jadwal khusus pemeriksaan IV line setelah pemberian obat kemoterapi.
B. Penapisan Isu
Dalam proses menentukan isu yang akan dibahas, penulis memilih menggunakan metode USG. Metode ini digunakan dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan menentukan angka skala (1 s.d 5). Isu yang memiliki skor tertinggi merupakan isu utama atau isu pokok yang harus segera diselesaikan.
1. Urgency
Memandangseberapamendesakisutersebutharusdibahasyangdikaitkandengan waktu yang tersedia serta waktu untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dan dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah.
3. Growth
Seberapa besar kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dan akan memburuk kalau dibiarkan.
1 Belum optimalnya pemantauan EWS pada pasien di ruang
RIK RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2 Pelibatan keluarga dalam memotivasi pasien untuk mobilisasi
masih rendah di ruang VIP RIK RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
3 Pemantauan IV Line pada pasien kanker dengan pemberian
kemoterapi belum optimal di ruang RIK RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Keterangan:
Angka 5 : Sangat gawat/mendesak/cepat
Angka 4 : Gawat/mendesak/cepat
Angka 3 : Cukup gawat/mendesak/cepat
Angka 2 : Kurang gawat/mendesak/cepat
Angka 1 : Tidak gawat/mendesak/cepat
5 5 4 14 I
4 4 3 11 II
3 2 3 8 III
Berdasarkan tabel pendekatan analisis Teknik USG di atas, maka kesimpulan yang diperoleh mengarah pada isu kurang optimalnya pemantauan EWS pada pasien di ruang
RIK lantai 3 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Isu tersebut merupakan hal yang mendesak, sehingga jika tidak ditangani maka akan berdampak pada kondisi pasien yang mempengaruhi proses akreditasi dan menurunnya kualitas pelayanan publik di mata masyarakat. Maka dari hasil tersebut, penulis mengangkat isu “Belum Optimalnya Pemantauan EWS pada Pasien di Ruang RIK Lantai 3 RSUP Dr. Hasan Sadikin”.
C. Latar Belakang Pemilihan Isu
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Tindakan pelayanan kepada pasien dilakukan sesuai dengan kebutuhan kondisi fisiologis pasien, karena kondisi pasien sewaktu-waktu dapat berubah. Perubahan kondisi pasien di ruang rawat inap harus bisa dideteksi lebih dini oleh perawat sebelum pasien mengalami kegawatan atau kondisi kritis.
Deteksi dini melalui pengkajian dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan akan menghasilkan data yang dibutuhkan untuk merawat pasien sebaik mungkin. Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik dan benar. Perawat harus memastikan bahwa data yang dihasilkan tersebut harus didokumentasikan, di analisis hasilnya dan dilanjutkan pengelolaan sesuai kondisi pasien. Pengkajian yang tepat pada pasien akan memberikan dampak pada pengelolaan pasien yang cepat dan tepat.
Keberhasilan pertolongan terhadap kegawatan pasien sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan keberhasilan Asuhan Keperawatan pada sistem kegawatan pasien.Kegagalan perawat mengenali perubahan kondisi klinis pasien di ruang rawat inap rumah sakit dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diharapkan,. yaitu mengakibatkan diantaranya pemindahan pasien yang tidak direncanakan ke unit perawatan intensif, henti jantung (cardiac arrest, henti paru (apneu) dan kematian.
Jumlah prevalensi penderita henti jantung di Indonesia tiap tahunnya belum didapatkan data yang jelas, namun diperkirakan sekitar 10 ribu warga, yang berarti 30 orang per hari (Depkes, 2006). Henti jantung sebagai penyebab kematian, utamanya di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang dapat diamati, yang sering muncul 6-8 jam sebelum henti jantung terjadi (Duncan dan McMullan,2012). Penanganan henti jantung di rumah sakit meliputi pengawasan dan pencegahan terhadap henti jantung, Aktivasi sistem gawat darurat, resusitasi jantung paru segera, defibrilasi segera dan penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi.
Kepatuhan perawat merupakan kendala dalam peningkatan implementasi keselamatan pasien. Pagala dan Shaluhiyah (2017) mengatakan kasus kejadian keselamatan pasien paling sering terjadi di unit ruang rawat inap, penyebabnya yaitu
karena kurang patuhnya perawat terhadap SOP saat mengasuh pasien. Smith, (2017)
kejadiankeselamatanpasiendapatdisebabkanketidakadekuatanalatatausaranadirawat inap yang mengakibatkan kejadian tidak diharapkan.
Hariyati, Yetti, Afriani, dan Handiyani (2018) dalam upaya peningkatan keselamatan pasien teradapat lima kelompok kontrol yang dapat dibentuk untuk menghilangkanataumengurangibahayasalahsatunyasubstitusimerupakanpenggantian alat bertujuan membuat tempat kerja atau pekerjaan menjadi lebih aman. Early Warning System adalah suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara dini. EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien. System ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana5. Early warning system (EWS) adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien (Duncan & McMullan, 2012). Parameter dalam metode Early Warning System (EWS) yaitu tingkat kesadaran, respirasi atau pernafasan, saturasi oksigen, oksigen tambahan, suhu, denyut nadi, dan tekanan darah sistolik.
Pelaksanaan asesmen EWS sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi penurunan kondisi pasien. Keene (2017) sistem EWS membantu perawat mendiagnosis dan mendeteksi perubahan kondisi pasien. Stafseth (2015) mengatakan EWS sangat membantuperawatdalammengenaliperubahankondisipasien.NamunpelaksanaanEWS belumoptimaldilakukanterbuktidarihasilpenelitianDesy,(2017)menunjukkansebanyak 37 % perawat tidak melaksanakan EWS sesuai SPO dan Mentari (2017) melakukan penelitian disalah satu Rumah Sakit swasta di Indonesia bagian tengah terdapat 100 % perawat tidak melaksanakan EWS sesuai algoritma.
Berdasarkan fenomena dan data tersebut, sehingga tertarik untuk memodifikasi asesmen early warning system dalam upaya peningkatan kepatuhan perawat dalam penerapan keselamatan pasien.
D. Analisa Isu
Isu yang telah diidentifikasi dengan penapisan, selanjutnya dilakukan analisa isu, dalam hal ini untuk mencari akar permasalahan dengan
pendekatan metode analisis fishbone, sebagai berikut:
Material Methode
EMR hanya bisa
diakses lewat
komputer RS
Belum
optimalnya
pemantauan
EWS pada pasien
Web arsip RS sering down
Sudah terdapat SOP
pengisian EWS
Pelatihan mengenai
EWS tidak merata
Pengisian EWS yang
beralih dari hard copy
menjadi EMR Indikasi
Kepatuhan perawat
dalam pengisian EWS
masih rendah
perburukan kondisi pasien tidak terpantau
SOP belum terdapat di web arsip RS
Machine
Pendidikan perawat D3 & S1 ners
E. Gagasan Pemecahan Isu
Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), perintah atasan, dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK,prinsipManajemenASN,danSmartASNsertadiintegrasikandengannilainilai dan visi misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Unit Kerja : Ruang perawatan VIP RIK Lantai 3
Isu yang diangkat : Belum optimalnya pemantauan EWS pada pasien di ruang RIK
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Gagasan kreatif : Pembuatan media pemantauan EWS berbasis QR Code
Langkah : No Kegiatan Keterangan
1 Melakukan persiapan pelaksanaan aktualisasi Inovasi
2 Melakukan pengkajian pemahaman perawat tentang pemantauan EWS Sesuai SKP/Inovasi
3 Membuat media pemantauan EWS berbasis digital Inovasi
4 Melakukan sosialisasi edukasi pemantauan EWS kepada perawat Sesuai SKP
5 MelakukanujicobamediapemantauanEWSberbasis digital kepada perawat Sesuai SKP
6. Melakukan evaluasi kegiatan Sesuai SKP