Optimalisasi Pemberian Antibiotik Injek Pada Anak Melalui Pembuatan Spo Diruang Kenanga 1

LAPORAN SEMINAR RANCANGAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 5

OPTIMALISASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK INJEK PADA ANAK MELALUI

PEMBUATAN SPO DI RUANG KENANGA 1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR HASAN SADIKIN BANDUNG

Oleh :

Syifa Aulia, S.Kep., Ners

NIP. 199711212022032005

BAPELKES CIKARANG

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2022

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

OPTIMALISASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK INJEK PADA ANAK MELALUI PEMBUATAN SPO DI

RUANG KENANGA 1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR HASAN SADIKIN BANDUNG

Telah diseminarkan

Tanggal 4 Juli 2022, di Bapelkes Cikarang

Coach

Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes

NIP. 196911121989031002

Mentor

Arip Hidayat, S.Kep., Ners

NIP. 198012182003121002

Penguji

Agus Dwinanto, S.AP., MM

NIP. 197708282003121003

KATA PENGANTAR

PujidansyukurpenulispanjatkankehadiratAllahSWTataslimpahanrahmatdan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi yang berjudul “Optimalisasi pemberian obat antibiotic pada anak dengan pembuatan draft SPO pemberian obat antibiotic pada anak di ruang Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2022”. Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam pelatihan dasar CPNS.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pelatihan dasar CPNS ini khususnya selama proses pembuatan rancangan aktualisasi;

1. Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dr. R Nina Susana Dewi, Sp. PK (K), M.Kes, MM.RS yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti pelatihan dasar CPNS

2. IbuFatrisiaMadina,S.Kp.,MMselakuKepalaBidangKeperawatanyangtelahmemberikan dukungan kepada penulis selama mengikuti pelatihan dasar CPNS

3. Bapak Suherman, M.Kes selaku Kepala Balai Besar Kesehatan Cikarang

4. Bapak Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes selaku coach/pembimbing yang telah senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama penulis melaksanakan proses aktualisasi.

5. Bapak Arip Hidayat, S.Kep., Ners selaku mentor yang telah senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama penulis melaksanakan proses aktualisasi

6. Suami tercinta Ripki Lukman Nulhakim, M.Pd beserta ananda tersayang Nuha Mikhayla Casimira yang senantiasa selalu memberikan dukungan, limpahan kasih sayang serta apresiasi selama melalui proses aktualisasi ini

7. Bapakibu panitia beserta seluruh rekan-rekan CPNS golongan III angkatan V Kementrian kesehatan Balai pelatihan Kesehatan Cikarang

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan karya yang akan lahir dimasa yang akan datang.

Bandung, 20 Juni 2022

Penulis, Syifa Aulia., S.Kep., Ners

NIP.199711212022032005

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Tabel Penjelasan Butir SKP...................................................................22

Tabel 3. 2 Tabel Dampak Isu apabila tidak ditangani..............................................27

Tabel 3. 3 Tabel Penapisan Isu Berdasarkan APKL

Tabel 3. 4 Alternatif Gagasan Solusi.....................................................................34

Tabel 3. 5 Kaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Smart

Tabel 4. 1 Gagasan Isu........................................................................................39

Tabel 4. 2 Matriks Rancangan Aktualisasi...............................................................40

Tabel 4. 3 Timeline Kegiatan Aktualisasi................................................................63

Tabel 4. 4 Pihak – Pihak yang Terlibat...................................................................66

Diagram 3. 1 Diagram Fishbone

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) berkewajiban untukmemenuhi kebutuhan setiap warga negera melalui suatu system pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan public yang prima. Pelayanan public yang prima dan sesuai dengan harapan masyarakat merupakan muara dari reformasi birokrasi yang memiliki visi menjadi pemerintah berkelas dunia yang ditandai dengan adanya pelayanan public yang berkualitas.

Penyelenggara pelayanan public menurut UU adalah setiap institusi penyelenggara negara, salah satunya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal ini diperkuat kembali dalam UU Nomor

5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN

adalah sebagai pelayan public. Merujuk pada Undang-Undang (UU) Nomor 5 tahun 2014

tentangAparaturSipilNegara,ASNadalahprofesibagipegawainegerisipil(PNS)danpegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. PNS

merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai

Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan

pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK merupakan warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan perundangundangan.

ASN memiliki 3 tugas dan fungsi dalam menjalankan perannya sebagai abdi negara, diantaranta;sebagaipelaksanankebijakanpublic,pelayanpublic,sertaperekatdanpemersatu bangsa. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan.

DalamrangkamewujudkanPNSyangprofessionalperludilaksanakanpembinaanmelaluijalur pelatihansesuaidenganUUNo.5Tahun2014,yangmenyatakanbahwacalonPNSdiwajibkan menjalani masa percobaan melalui proses pendidikan dan pelatihan untuk membangun PNS yang berintegritas, jujur, memiliki semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,

memiliki karakter kepribadian yang kuat, unggul, bertanggung jawab dan professional serta mampu menginternalisasikan nilai nilai dasar ASN yaitu BERAKHLAK(Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif).

Pelatihan dasar CPNS dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme PNS dalam mengelola tantangan dan masalah keragaman sosio-kultural dengan menggunakan pendekatan manajemen ASN, wholeofgovernmentdan pelayanan public yang didasarkan pada nilai-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran PNS

dalamNegaraKesatuanRepublikIndonesia(NKRI)padasetiappelaksanaantugasjabatannya sebagai pelayan masyarakat. Selain itu, setiap peserta pelatihan dituntut untuk mampu

mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran melalui proses pembiasaan diri untuk

berperilaku sesuai nilai sehingga terbentuk karakter diri yang ideal.

Aktualisasi merupakan suatu proses untuk menjadikan substansi mata pelatihan yang telah dipelajari menjadi actual/nyata. Proses aktualisasi inilah yang akan melatih kemampuan peserta dalam menerjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk danmenjadikangagasansebagairealita.Rancanganaktualisasiiniberlandaskanpadasasaran kerja pegawai (SKP), penugasan khusus dari atasan, atau kegiatan lain yang mendapat persetujuan dari atasan langsung, maupun kombinasi diantara ketiganya. Kegiatanyangakan dilakukan bersumber pada teridentifikasinya suatu kondisi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai issue yang harus dipecahkan.

1.2 Tujuan Rancangan Aktualisasi

Melaksanakan aktualisasi sebagai wujud pencapaian tertinggi dengan memanfaatkan seluruh kemampuan dan sumber daya yangada melalui gagasan pemecahanisu dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS BERAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,AdaptifdanKolaboratif)dalammelaksanakantugasdilingkungankerjaRSUPDr.Hasan Sadikin Bandung.

a. Mampu mengidentifikasi isu dan menetapkan isu prioritas di unit kerja.

b. Mampu menjelaskan gagasan pemecahan isu prioritas dengan Menyusun rencana, tahapan kegiatan, dan output kegiatan.

1.2.1 Tujuan Umum

1.2.2 Tujuan Khusus

c. Mampu menginternalisasikan materi mata pembelajaran dalam pelatihan dasar CPNS, yaitu nilai-nilai dasar PNS serta kedudukan dan peran PNS dalam NKRI dalam melaksanakan tahapan kegiatan

d. Mampu menjelaskan rencana kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian visi dan misi organisasi serta penguatan terhadap nilai-nilai organisasi.

e. Mampu menciptakan inovasi dalam mewujudkan visi dan misi melalui analisis dampak dan identifikasi isu di lingkungan kerja.

f. Mampu melaksanakan nilai-nilai dasar ASN BERAKHLAH selama pelaksanaan aktualisasi.

1.3 Manfaat Rancangan Aktualisasi

1. Bagi Penulis

Penulis dapat menginternalisasi kedudukan dan fungsi ASN dalam NKRI, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN untuk menciptakan ASN yang professional, akuntabel, beretika, memiliki jiwa nasionalisme dalam melayani masyarakat, sehingga diharapkan dapat terciptanya peningkatan mutu pelayanan dan kepercayaan masyarakat.

2. Bagi Satuan Kerja

Membentuk unit kerja yang efektif dan efisien dalam melayani masyarakat serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang dapat mendukung satuan kerja dalam mencapai visi dan misi serta memberikan inovasi dan meningkatkan mutu pelayanan public.

3. Bagi Instansi

Dengan tersusunnya rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat menambah kepustakaan di balai pelatihan kesehatan cikarang, khususnya sebagai bukti terselenggaranya pelatihan dasar CPNS kementerian kesehatan sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

BAB II

PROFIL INSTANSI DAN PESERTA

2.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1673/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang organisasi dan Tata Kerja

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSHS merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RSHS dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama. RSHS dikategorikan sebagai Rumah Sakit Tipe

A dan berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dan rujukan puncak untuk provinsi Jawa

Barat. RSHS juga berfungsi sebagai pusat unggulan nasional (National Centre of Excellence) dalam bidang Kedokteran Nuklir dan ditetapkan sebagai satu-satunya penyelenggara

Pendidikan Spesialis Kedokteran Nuklir di Indonesia.

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) merupakan rumah sakit milik Kementerian Kesehatan. Sejak diresmikan pada tahun 1923, RSHS telah berkembang menjadi rumah sakit besardiJawaBaratyangberfungsisebagaiRumahSakitRujukanPuncakuntukProvinsi Jawa

Barat dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan institusi pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Karena kemampuannya dalam memberikan pelayanan spesialistik dan subspesialistik luas, pada taggal 18 Oktober 2004 RSHS ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai Rumah

Sakit Kelas A. Sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2003 dan berdasarkan SK Menkes RI No. 861/Menkes/VI/2005, RSHS telah berubah status dari Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadi institusi yang menerapkan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) (RumahSakit DokterHasanSadikinBandung, n.d.).

RSHS berlokasi di Jl. Pasteur No. 38 Bandung dengan luas tanah 87.200 m2 yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Sejalan dengan perkembangan IPTEKDOK dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat terhadap mutu pelayanan yang lebih baik, RSHS telah memiliki MasterPlanyang dibuat pada tahun 1995. MasterPlantersebut memperhitungkan

kebutuhan pelayanan medis dan pendidikan untuk 25 tahun ke depan, yang memuat IntegratedPhysicalBuildingandManagementConceptuntukModel Rumah SakitPendidikan.

RSUP Dr. Hasan Sadikin saat ini memiliki 20 pelayanan spesialistik dan subspesialistik terdiri

dari :

1. Penyakit Dalam

• Kardiovaskuler

• Ginjal & Hipertensi

• Endokrinologi

• Gastroenterologi & Hepatologi

• Respiro Paru & Asthma

• Hemato-onkologi

• Rhematologi

• Lansia

• Infeksi

2. Obstetri & Ginekologi

• Fetomaternal

• Ginekologi Onkologi

• Fertility dan Endokrinologi Reproduksi

• Uroginekologi dan Bedah Rekontruksi

• Obstetri Sosial dan Onkologi

3. Kesehatan Anak

• Pulmologi

• Ginjal

• Kardiovaskuler

• Hematologi

• Gawat Darurat

• Infeksi

• Gastroenterologi

• Perinatologi

• Neuropediatric

• Gizi Anak

• Tumbuh Kembang Anak

• Endokrinologi

• Alergi/Imunologi

• Nefrologi

4. Bedah Umum

• Bedah Onkologi

• Bedah Digestif

• Bedah Urologi

• Bedah Anak

• Bedah Plastik

• Bedah Toraks Jantung

• Bedah Vaskuler

5. Bedah Saraf

• Traumatologi

• Vaskuler

• Tumor

• Degeneratif

• Kongenital

• Saraf Tulang Belakang

• Infeksi

• Bedah Saraf Fungsional

6. Ortopedi dan Traumatologi

• Tulang Belakang (Spine)

• Tangan & Bedah Mikro

• Rekontruksi Dewasa

• Ortopedi Anak

• Ortopedi Onkologi

• Cedera Olah Raga

7. Bedah Mulut

• Infeksi Oromaksilofasial

• Dento Alveolar

• Neoplasma Oromaksilofasial

• Trauma Oromaksilofasial

• Kongental Oromaksilofasial

• Bedah Ortognati Osteodistraksi

• Saraf Oromaksilofasial

• Kelenjar Ludah

• Temporomandibular Joint

• Implan Oromaksilofasial

• Kiste Oromaksilofasial

• Penanganan Khusus Oromaksilofasial

• Spesial Dental Care Densitry

8. Neorologi

• Kelainan Saraf Tepi

• Nyeri Kepala

• Saraf Mata & Telinga

• Epilepsi

• Movement Disorder

• Cerebro Vaskuler Disease

• Memori

• Neoropediatri

• Infeksi Sususnan Saraf Pusat

• Fungsi Luhur

9. Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) dan Leher

• Otologi

• Audiologi

• Onko. Kepala & Leher

• Rekontruksi Plastik Maksilofasial

• Alergi & Imunologi

• Rinologi

• Bronkhoesofagologi

• Laringofaringologi

10. Anestesiologi dan Reanimasi

11. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medis

• Reh. Muskuloskeletal

• Reh. Neoromuskuler

• Reh. Pediatrik

• Reh. Geriatri

• Reh. Kardiopulmonal

12. Kulit dan Kelamin

• Infeksi Menular Seksual

• Infeksi Jamur

• Kosmetik Medik

• Alergi & Imunologi

• Penyakit Kusta

• Penyakit Kulit Anak

• Tumor Kulit

13. Kesehatan Jiwa

• Psikiatri Anak dan Remaja

• Psikiatri Dewasa dan Lanjut Usia ( Psikogeriatri )

• Psikometrik

• Psikiatri Kehakiman/Forensik

• Ketergantungan Obat (Adiksi)

14. Radiologi

• Pediatri Radiologi

• Gastroenterologi

• Urogennitalia

• Muskuloskeletal

• Neuradiologi

• Traktus Respirasi

• Kardiovaskular

• Kepala Leher

• Radiologi Intervensi

• Emergency Radiologi

15. Patologi Klinik

• Hematologi

• Ginjal Hipertensi

• Kardiovaskular

• Hematogastroenterologi

• Immunoserologi-Alergi

• Infeksi dan Penyakit Tropik/Mikrobiologi

• Endokrin

16. Patologi Anatomi

17. Kedokteran Nuklir

18. Kedokteran Kehakiman

• Forensik & DNA

19. Farmakologi Klinik

20. Gigi dan Mulut

• Oral Diagnostic

• Periodonsia

• Eksodonsia

• Orthodonsia

• Pedodonsia

• Prosthodonsia

• Konservasi

2.2 Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin

2.2.1 Visi

Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.

2.2.2 Misi

Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi, Maju dan Sejahtera.

2.3 Struktur Organisasi

2.4 Nilai – Nilai Organisasi

Tata nilai yang dipilih untuk mengawal penerapan misi dan visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah “Pamingpin Pituin” yaitu:

a. Kepemimpinan: Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talentatalenta terbaik dibidangnya

b. Profesional: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan

c. Inovatif: Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan

d. Tulus: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsive

e. Unggul: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima

f. Integritas:Nilaiyangmenggambarkan kejujuran,amanah,danmenjunjungetikayang tinggi dalam menjalankan tugas

Terdapat juga nilai – nilai yang dianut dalam pelayanan, yaitu “PRIMA”

a. Profesional: Memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima) disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang mendasarinya

b. Respek: Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati diantara anggota tim pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu profesi, tetapi oleh semua profesi yang terlibat dalam tim pelayanan kesehatan.

c. Integrasi: Bertindak terintegrasi sesuai dengan nilai – nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik organisasi

d. Manusiawi:Menganggapsetiapindividu atau manusia sebagai makhlukciptaan Tuhan yang mulia. Oleh karena itu harkat dan martabat mereka harus dijunjung tinggi.

e. Amanah:Melaksanakandengansungguh – sungguhsegalahalyangdipercayakanoleh negara dan masyarakat, khususnya dalam memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.

2.5 Tugas & Fungsi Organisasi

a. Tugas Pokok

RSUP Dr. Hasan Sadikin mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, pendidikan, dan penelitian serta upaya lainnya sesuai kebutuhan (RSHS, 2019).

b. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, RSHS menyelenggarakan beberapa fungsi berikut.

1) Pelayanan medik dan penunjang medik

2) Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan

3) Pelayanan rujukan

4) Pelayanan umum dan operasional penunjang non medik

5) Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

6) Pelayanan Administrasi dan Keuangan

7) Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia penelitian dan pengembangan.

2.6 Profil dan Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1

2.6.1

Profil

Ruang kenanga 1

RuangKenanga1merupakanruanganrawatuntukpasienanakdengankasusinfeksidariusia

1 bulan sampai usia 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Infeksi di ruang Kenanga 1

meliputi kasus infeksi, respirologi, gastroenterologi, ediatrik dan isolasi. Ruang Kenanga 1

memiliki kapasitas ruangan sebanyak 49 tempat tidur, Kelas 1 ( 4 Tempat tidur), kelas 2 (6 tempat tidur), kelas 3 ( 35 tempat tidur), dan isolasi ( 4 tempat tidur). Jumlah wing Ruang

Kenanga 1 sebanyak 2 wing yang terbagi atas wing barat dan timur. Wing timur terdiri dari kelas 3 ( kamar 1-6) dan wing barat terdiri dari kelas 1 ( kamar 12-13), kelas 2 ( kamar 8-9), isolasi ( kamar 10-11).

2.6.2 Visi dan Misi Ruang Kenanga 1

a. Visi Mengikuti Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung

b. Misi

Memberikan asuhan pelayanan pasien anakdengan rentang usia 1 bulan sampai 18

tahun secara paripurna dan prima sesuai usia tumbuh kembang yang berorientasi

kepada filosofi keperawatan anak; atraumaticcaredanfamilycenteredcare.

2.6.3 Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1

Pengawas Ruangan

Kepala Ruangan

Administrasi Ruangan

Ketua Tim Wing

Timur 3-4

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Nama : Syifa Aulia, S.Kep., Ners

NIP : 199711212022032005

Jabatan : Perawat Ahli Pertama/IIIb

UnitKerja :Kenanga1 RSUPDR. HasanSadikin

Instansi : Kementerian Kesehatan/ RI

Wakil Kepala Ketua Tim Wing

Timur 1-6

Ketua Tim Wing

Barat 8-13

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

2.7 Uraian/ Rincian Tugas Jabatan Peserta

2.7.1 Profil Peserta

Pekarya

Pekarya

Peserta terdaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Kementrian

Kesehatan RI dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan di unit kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Peserta sebagai Perawat Ahli Pertama dibawah Bidang Keperawatan RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung berdinas di Ruang Kenanga lantai 1.

2.7.2 Rincian Tugas Jabatan Peserta

Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta mengacu kepada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) sebagai berikut:

1. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi

2. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan

3. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai perawat

4. Melakukanpemberianpenugasanperawatdalamrangkamelakukanfungsiketenagaan perawat

5. Melaksanakan case finding/ deteksi dini/ penemuan kasus baru pada individu

6. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu

7. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjutan

8. Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu

9. Membuat prioritas diagnose keperawatan dan masalah keperawatan

10. Menyusun tindakan rencana keperawatan pada individu (merumuskan, menetapkan tindakan)

11. Melakukan komunikasi teurapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan

12. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medical bedah

13. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu

14. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/kritikal

15. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan, berduka atau menjalang ajal dalam pelayanan keperawatan

16. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

17. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi

18. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi

19. Hj

20. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

21. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

22. Melakukantindakankeperawatanpemenuhankebutuhanrasanyamandanpengaturan suhu

23. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks

24. Melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan komunikasi

25. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien

26. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu

27. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala

28. Melakukan perawatan luka

29. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu

30. Melaksanakan manajemen surveilans hais sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan

31. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/ unit/ fasilitas kesehatan

32. Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter

33. Melakukanupayapeningkatankepatuhankewaspadaanstandarpadapasien/petugas/ pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi

34. Melakukan Pendidikan kesehatan pada individu

2.8 Nilai – Nilai Dasar ASN

Nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan kondisi ideal atau kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari ASN untuk mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit kerjanya yang profesional. Nilai – nilai dasar profesi ASN terdiri dari 7 nilai, yaitu;berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif yang seluruh nilai itu diakronimkan menjadi BERAKHLAK.

2.8.1 Berorientasi Pelayanan

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima. Setiap nilai dasar memiliki kode perilaku, kode perilaku merupakan pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari yang merujuk pada kode etik (LAN,

2021c).Berikutmerupakanulasanmengenaipanduanperilaku/kodeetikdarinilaiBerorientasi

Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:

1. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi

Pelayanan yang pertama ini diantaranya:

1) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;

2) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

3) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan

4) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama

2. Ramah, Cekatan, Solutif, dan dapat diandalkan

Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku

Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:

1) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;

2) Memilikikemampuandalammelaksanakankebijakandanprogrampemerintah; dan

3) Memberikan layanan kepada publiksecarajujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun

3. Melakukan Perbaikan Tiada Henti

Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi

Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:

1) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan

2) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

2.8.2 Akuntabel

Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya,keduakonseptersebutmemilikiartiyangberbeda.Responsibilitasadalahkewajiban untukbertanggungjawabyangberangkatdarimoralindividu,sedangkanakuntabilitasadalah kewajiban untukbertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yangmemberikan amanat.

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnyakepadapublik(MatsilizadanZonke,2017dalam(LAN,2021b)).Akuntabilitasmerujuk pada kewajiban setiapindividu,kelompokatau institusiuntukmemenuhi tanggungjawabdari

amanah yang dipercayakan kepadanya.

Setiapnilai dasar memiliki kode perilaku, kode perilaku merupakan pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulanhidupsehari-hariyangmerujukpadakodeetik.Berikutmerupakanulasanmengenai panduan perilaku/kode etik dari nilai Akuntabel sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:

1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi

2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien

3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

2.8.3 Kompeten

Kompetensi merupakan perpaduan aspekpengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap(attitude)yangterindikasikandalamkemampuandanperilakuseseorangsesuaituntutan pekerjaan. kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.

Setiapnilai dasar memiliki kode perilaku, kode perilaku merupakan pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulanhidupsehari-hariyangmerujukpadakodeetik.Berikutmerupakanulasanmengenai panduan perilaku/kode etik dari nilai Kompeten sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari (LAN, 2021e), yaitu:

1. Berkinerja dan Berakhlak;

1) Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja

2) Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.

3) Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.

2. Meningkatkan kompetensi diri

1) Meningkatkan kompetensi diri untukmenjawabtantangan yangselalu berubah adalah keniscayaan.

2) Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet.

3) Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network.

4) SumberpembelajaranlainbagiASNdapatmemanfaatkansumberkeahlianpara pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.

5) Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaringinformal (networks), yangmengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.

3. Membantu orang lain belajar

1) Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.

2) Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).

3) Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannyakedalamrepositoridimanaiadapatdenganmudahdisimpan dan diambil (Knowledge Repositories).

4) Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).

4. menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik

1) Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.

2) Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang

2.8.4 Harmonis

Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuat kita secara individu menjadi lebih tenang, menciptakan kondisi yang lebih memungkinkan untuk saling bekerjasama, meningkatkan produktivitas bekerjadan kualitas pelayanan kepada pelanggan (LAN, n.d.).

Penerapan sikap perilaku dan etika yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:

1. Menghargai setiap orang apapun latarbelakangnya

2. Suka menolong orang lain

3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif

2.8.5 Loyal

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikaployal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri (LAN, 2021f).

Loyal,merupakansalahsatunilaiyangterdapatdalamCoreValuesASNyangdimaknaibahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:

1. MemegangteguhideologiPancasila,Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;

2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta

3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:

a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki

b. Meningkatkan Kesejahteraan

c. Memenuhi Kebutuhan Rohani

d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir

e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

2.8.6 Adaptif

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasiakanmenyebabkan makhlukhiduptidakdapatmempertahankandiridanmusnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan. Berikut merupakan kode perilaku adaptif;

1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan

2. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas

3. Bertindak proaktif

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun (LAN, 2021a). Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah;

1) Hadapi Volatility dengan Vision

a. Terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan kerja Anda yang konstan dan tidak dapat diprediksi. Perubahan merupakan keniscayaan, oleh karena itu perubahan tidak untuk dilawan tetapi perlu ‘diterima dan dirangkul’ agar menunjang kinerja organisasi.

b. Buat pernyataan yang kuat dan menarik tentang tujuan dan nilai tim, dan kembangkan visi bersama yang jelas tentang masa depan. Untuk menghadapi situasi volatility, pastikan Anda menetapkan tujuan fleksibel yang dapat diubah setiap saat bila diperlukan. Hal ini akan membantu navigasi situasi yang tidak menentu.

2) Hadapi Uncertainty dengan Understanding

a. Berhenti sejenak untuk mendengarkan dan melihat sekeliling. Hal ini membantu Anda memahami dan mengembangkan cara berpikir dan bertindak baru sebagai respons terhadap ancaman ketidakpastian. Kemampuan untuk ‘memahami’

sesuatu menjadi salah satu kunci dalam menghadapi ketidakpastian.

b. Tinjau dan evaluasi kinerja Anda. Pertimbangkan dengan baik langkah yang akan Anda lakukan. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi.

c. Lakukan simulasi dan eksperimen dengan situasi, sehingga melatih Anda untuk bereaksiterhadapancamanserupadimasadepan.Simulasidaneksperimensangat

pentingkarenadapatmemperkayapengalamandanmengembangkansikapilmiah. Melaluisimulasidaneksperimenyangvalid,makadiharapkandapatmembantukita dalam menghadapi ketidakpastian.

3) Hadapi Complexity dengan Clarity

a. Berkomunikasi secara jelas dengan tim Anda. Dalam situasi yang kompleks, komunikasi yang jelas membantu mereka memahami arah tim dan organisasi. Berkomunikasi secara jelas senada dengan berkomunikasi secara efektif.

b. Kembangkantimdandorongkolaborasi.SituasiVUCAseringkaliterlalurumituntuk ditangani oleh satu orang. Jadi, bangun tim yang dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan yang bergerak cepat. Membangun dan mengembangkan tim adalah tugas utama kepemimpinan.

4) Hadapi Ambiguity dengan Agility

a. Dorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan ketangkasan. Buat rencana ke depan, tetapi bersiaplah untuk mengubahnya. Era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan campur tangan sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Secara singkat, Industry 4.0, pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia.

b. Pekerjakandanpromosikanorang-orangyangberhasildilingkunganVUCA.Mereka umumnya kolaboratif dan memiliki keterampilan berpikir kompleks. Mempekerjakan orang atau SDM yang teruji dalam VUCA tidak akan salah pilih karena mereka merupakan SDM bertalenta tinggi dan teruji.

c. Dorong karyawan Anda untuk berpikir dan bekerja di luar area fungsional mereka. Rotasi pekerjaan dan pelatihan silang bisa menjadi cara terbaik untuk meningkatkan ketangkasan tim.

d. Hindari memimpin dengan mendikte atau mengendalikan mereka. Kembangkan lingkungan kolaboratif dan konsensus. Dorong debat, perbedaan pendapat, dan partisipasi dari semua orang. Jenis kepemimpinan yang sedang menjadi pembicaraan banyak pihak saat ini adalah kepemimpinan transformative (LAN, 2021a)

2.8.7 Kolaboratif

Kolaborasi adalah proses yang kompleks, yang menuntut pengetahuan yang terencana dan disengaja yang menjadi tanggung jawab semua pihak. Kolaborasi juga sering dikatakan meliputisegalaaspekpengambilankeputusan,implementasisampaievaluasi.Berbedadengan

bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu

berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama dengan

“berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe, 2012 dalam (LAN, 2021d)).

Berikut merupakan panduan perilaku kolaboratif dalam sebuah organisasi;

1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi

2. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah

3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama

BAB III

ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI

Identifikasi dan Analisis Isu Aktual

3.1.1 Analisis Isu

Issue nerupakan suatu peristiwa atau kejadian berupa fakta, nilai atau kebijakan yang dapat diperdebatkan atau menjadi masalah dalam sebuah organisasi, Lembaga, kelompok yang membutuhkan penanganan guna tercapainya visi dan misi suatu organisasi. Kemunculan sebuah isu berawal dari adanya ketidaksesuaian antara ketentuan yang ada dengan realita. Isu yang dibiarkan berlangsung begitu saja dapat berpengaruh terhadap pencapaian visi dan misi, sehingga penanganan suatu isu oleh organisasi menjadi sebuah solusi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Identifikasi isu dilakukan dengan melihat sasaran kinerja pegawai (SKP), dengan mengamati serta membandingkan kesenjangan antara kondisi yang saat ini terjadi dengan kondisi yangdiharapkan. Penjelasanbutir SKPdapat dilihat pada table berikut;

Tabel

No Kegiatan Tugas Pokok Jabatan Kondisi

1 Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi

2 Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan

3 Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai perawat

4 Melakukan pemberian penugasan perawat dalam

rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

3. 1 Tabel Penjelasan Butir SKP

5 Melaksanakan case finding/ deteksi dini/ penemuan kasus baru pada individu

6 Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu

7 Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjutan

8 Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu

9 Membuat prioritas diagnose keperawatan dan masalah keperawatan

10 Menyusun tindakan rencana keperawatan pada individu (merumuskan, menetapkan tindakan)

11 Melakukan komunikasi teurapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan

12 Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medical bedah

13 Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Belum optimalnya pengelolaan

kecemasan pada anak

khususnya saat

minum obat oral

Tersedianya informasi keterbaruan yang tersosialisasikan

berdasarkan pada evidence based practice yang terbukti dapat

membantu menurunkan

tingkat kecemasan pada

14 Melakukan tindakan

keperawatan pada kondisi gawat

darurat/ bencana/kritikal

15 Memberikan dukungan/fasilitasi

kebutuhan spiritual pada kondisi

kehilangan, berduka atau

menjalang ajal dalam pelayanan

keperawatan

16 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan nutrisi

17 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan eliminasi

18 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan mobilisasi

19 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan istirahat dan tidur

20 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan kebersihan diri

21 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman dan

pengaturan suhu

22 Melakukan tindakan

keperawatan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi kompleks

pasien anak saat minum obat oral.

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

23 Melakukan komunikasi dengan

klien dengan hambatan komunikasi

24 Melakukan pemantauan atau

penilaian kondisi pasien selama

dilakukan tindakan keperawatan

spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien

25 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu

26 Melakukan penatalaksanaan

manajemen gejala

27 Melakukan perawatan luka

28 Melakukan support kepatuhan

terhadap intervensi kesehatan pada individu

29 Melaksanakan manajemen

surveilans hais sebagai upaya

pengawasan resiko infeksi dalam

upaya preventif pada pelayanan

keperawatan

30 Melakukan pengorganisasian

pelayanan keperawatan antar shift/ unit/ fasilitas kesehatan

31 Melakukan konsultasi

keperawatan dan kolaborasi

dengan dokter

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Belum optimalnya

pemberian obat

antibiotic injek pada anak

Adanya Standar prosedur

operasional/ instruksi

tertulisdarikegiatanyang sering dilakukan di ruangan sebagai

dokumen yang akan

menjelaskan dan menilai

pelaksanaan proses kerja

yang sifatnya dapat

melindungi RS dan

32 Melakukan upaya peningkatan

kepatuhan kewaspadaanstandar

pada pasien/ petugas/ pengunjung sebagai upaya

pencegahan infeksi

33 MelakukanPendidikankesehatan pada individu

Belum optimalnya

penggunaan APD oleh

nakes dan keluarga

pasien di ruangan

isolasi

petugas serta

memberikan alur kerja

yang efektif dan efisien.

Adanya manajemen

dalam penanggulangan

isu terkait

ketidakpatuhan dalam

penggunaan APD

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Berdasarkan penjabaran butir SKP diatas dan hasil dari environmental scanning yang telah

dilakukan di ruang Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama berdinas dari 23 Mei 2022 sampai 5 Juni 2022 didapatkan beberapa isu yang muncul, yaitu;

1. Belum optimalnya pengelolaan kecemasan pada anak saat minum obat oral di Ruang kenanga1RSUPDr.HasanSadikin. Berdasarkanhasilobservasipenulisselamakurang lebih 2 minggu, penulis menemukan adanya hambatan yang dialami keluarga dalam pemberian obat oral kepada anak yang diakibatkan oleh timbulnya kecemasan pada anak. Pemberian obat oral seringkali menimbulkan kecemasan pada anak. Salah satunya disebabkan oleh rasa pahit yang timbul setelah minum obat sehingga membuat anak cemas saat tiba waktunya minum obat. Sebanyak 57,5% pasien yang dirawat di ruangan kenanga 1 mendapatkan terapi obat secara peroral, dan berdasarkan wawancara penulis dengan orang tua anak didapatkan sebanyak 21,7 % dari pasien yang mendapatkan terapi oral mengalami kecemasan yang ditunjukan dengan sikap anak yang menangis, menolak, bereaksi secara agresif, dan sulit untuk ditenangkan saat menjelang minum obat (A’diilah & Somantri, 2016). Dan saat ini, belum ada intervensi keperawatan yang efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak.

2. Belum optimalnya pemberian obat antibiotic injek pada anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin.Antibioticmerupakansalahsatuobatyangbanyakdigunakandiruangananak kenanga1.Terdapatsebanyak62,5%pasienyangsedangdirawatdiruanganKenanga 1 memerlukan penggunaan antibiotic injek. Jenis antibioticyangpenggunaannya lebih banyak di ruangan Kenanga 1 diantaranya adalah; ceftriaxone (18%), cefotaxime (18%) meropenem(13%)danjenisantibioticlainnyadibawah10%.Berdasarkanhasil

survei penulis kepada perawat ruangan dengan menggunakan kuesioner, didapatkan sebanyak 58,3% perawat memberikan antibiotic injek secara bolus, dan sebanyak 41,7% perawat memberikan antibiotic injek secara drip. Hasil ini menunjukan bahwa

adanyaketidakseragamandalampemberianobatantibioticinjek.Disisilain,hasilsurvei juga menunjukan bahwa terdapat 38 % perawat yang memberikan obat tidak sesuai dengan Pediatric Guidelines for IV Medication Administration diantaranya; 19,3% perawat memberikan antibiotic golongan sefalosporin dibawah standar, 38,4% perawat memberikan antibiotic golongan penisilin dibawah standar, 15,4% perawat memberian antibiotic golongan Beta-laktam dibawah standar, 7,7% perawat memberikan antibiotic golongan glikopeptida dibawah standar dan sebanyak 84% perawat memberikan antibiotic golongan aminoglikosida dibawah standar. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala ruangan kenanga 1, pengawas kenanga 1 dan bidang keperawatan bahwa saat ini belum ada SPO mengenai pemberian obat antibiotic injek pada anak.

3. BelumoptimalnyapenggunaanAPDpada ruanganisolasidiruangkenanga1RSUPDr. Hasan Sadikin. Di ruangan ini terdapat 2 kamar isolasi dengan resiko penyebaran secara airbone sehingga APD minimal yang digunakan setidaknya adalah masker N95. Masing- masing kamar terdiri dari 2 bed, saat penulis melakukan kajian situasi didapatkansebanya66% keluargapasienyangtidakmenggunakanmaskerdiruangan isolasikarenaalasanlupa.Selainkeluargapasien,jugaditemukanresidenyangmasuk keruanganisolasihanyadenganmenggunakanmaskerbedahsaja, begitupundengan pramusaji.

Isu Dampak apabila isu tidak ditangani

Belum optimalnya pengelolaan

kecemasan pada anak saat minum obat

oral di Ruang kenanga RSUP Dr. Hasan

Sadikin

1. Berpotensi timbulnya masalah perkembangan pada anak akibat dari cemas yang tidak tertangani

2. Menghambat dan menyulitkan proses

pengobatan yang berdampak terhadap penyembuhan pada anak sehingga

memperpanjang masa rawat dan dapat beresiko terkena komplikasi dari infeksi

Tabel 3. 2 Tabel Dampak Isu apabila tidak ditangani

Belum optimalnya pemberian obat antibiotic injek pada anak di Ruang

kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

nosokomial serta menimbulkantrauma pada anak.

3. Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi.

1. Berpotensi untuk meningkatkan angka kejadian ekstravasasi pada anak akibat dari pemberian obat yang tidak sesuai dengan standar (Isar, 2019).

2. Morbiditas pasien meningkat akibat timbulnya masalah lain seperti nyeri dan demam.

3. Menghambat proses penyembuhan pada anaksehinggamemperpanjangmasarawat.

4. Biaya pengobatan menjadi lebih mahal sehingga dapat merugikan RS karena cost yang dikeluarkan lebih besar

5. Proses kerja tidakterlaksana dengan efektif, efisien dan konsisten

6. Tidak adanya payung hukum

7. Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

8. Dampak dalam jangka panjang dapat mengakibatkan resistensi antibiotic akibat dari kurang optimal pemberiannya.

Belum optimalnya penggunaan APD pada

ruangan isolasi di ruang Kenanga 1 RSUP

Dr. Hasan Sadikin

3.1.2 Analisis Penetapan Isu Aktual

1. Beresiko terjadinya penularan kepada keluarga pasien, nakes dan juga profesi lain sehingga dapat mengganggu pelayanan

2. Berpotensi menurunkan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

Dariketigaisuyangdidapatkandiruangankenanga1RSUPDr.HasanSadikin,perludilakukan lagipenapisanisuagarditemukansatuisuutamayangperluuntuksegeradiintervensi.Teknik

penapisan isu yang digunakan adalah Teknik APKL. Teknik APKL merupakan akronim dari Aktual,Problematik,KekhalayakandanLayak. Aktual artinyaisutersebutbenar-benarterjadi dan sedang hangat, Problematik artinya memiliki dimensi masalah yang kompleks, Kekhalayakan artinyamenyangkuthajathiduporangbanyakdan Layak artinyamasukakal dan realistis, serta relevan untuk dicarikan solusinya.

1 Belum optimalnya pengelolaan kecemasan pada anak saat minum obat oral di Ruang kenanga RSUP

Dr. Hasan Sadikin

2 Belum optimalnya pemberian obat

1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

3 Belum optimalnya penggunaan APD

1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

Keterangan; skala Likert 1 – 5 :

5 = Sangat Besar, 4 = Besar, 3 = Sedang, 2 = Kecil, 1 = Sangat Kecil

Berdasarkan hasil penapisan isu menggunakan teknik APKL, maka ditetapkan isu yang akan diangkat adalah belum optimalnya pemberian obat antibiotic injek pada anak di Ruang kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin.

3.1.3 Latar Belakang Pemilihan Isu

Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi dengan dokterkepadapasien.Perawatbertanggungjawabdalampemberianobat – obatanyangaman terhadap pasien. Agar dapat menyusun perencanaan keperawatan atau intervensi yang tepat berkaitan dengan pemberian obat, perawat hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, meliputi konsep dasar farmasetika, farmakodinamik, farmakokinetik, penggolongan obat berdasarkan sistem tubuh, meliputi dosis, indikasi-kontra indikasi obat, efek samping dan pertimbangan pemberian obat pada pasien.

Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti fungi atau

Tabel 3. 3 Tabel Penapisan Isu Berdasarkan APKL

dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain . Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Pemberian antimikroba pada anak memerlukan pertimbangan klinis secara seksama karena karakteristik farmakokinetik pada anak berbeda pada dewasa. Penggunaan antibiotic secara tidak rasional/tidak sesuai meliputi; Adanya kontraindikasi terhadap antibiotika tertentu, pengobatan yang tidak cepat, dosis pemberiannya yang tidak tepat/tidak sesuai, cara pemberian dan waktu pemberian yang tidak tepat serta Lama pemberian yang tidak sesuai.

Penggunaan antibiotic di RSUP Dr. Hasan Sadikin khususnya di ruangan kenanga 1 ini

tergolong banyak. Sebanyak 62,5% pasien yang sedang dirawat di ruangan Kenanga 1 memerlukan penggunaan antibiotic. Jenis antibiotic yang lebih sering digunakan di ruangan

Kenanga1diantaranyaadalah;ceftriaxone(18%),cefotaxime(18%) meropenem(13%)dan jenis antibiotic lainnya dibawah 10%. Berdasarkan hasil survei dengan menggunakan

kuesioner,didapatkansebanyak58,3%perawatmemberikanantibioticinjeksecarabolus,dan sebanyak41,7%perawatmemberikanantibioticinjeksecaradrip.Hasilinimenunjukanbahwa adanya ketidakseragaman dalam proses kerja dari suatu kegiatan yang dilakukan berulangulang. Disisi lain, hasil survei juga menunjukan bahwa terdapat 38 % perawat yang

memberikan obat tidak sesuai dengan PediatricGuidelinesforIVMedicationAdministration diantaranya; 19,3% perawat memberikan antibiotic golongan sefalosporin dibawah standar, 38,4% perawat memberikan antibiotic golongan penisilin dibawah standar, 15,4% perawat memberian antibiotic golongan Beta-laktam dibawah standar, 7,7% perawat memberikan antibiotic golongan glikopeptida dibawah standar dan sebanyak 84% perawat memberikan antibiotic golongan aminoglikosida dibawah standar. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala ruangan kenanga 1, pengawas kenanga 1 dan bidang keperawatan bahwa saat ini belum ada Spo mengenai pemberian obat antibiotic injek pada anak, padahal SPO ini sangat penting dan berdampak cukup besar apabila tidak segera dibuat. Diantara dampak yang ditimbulkan dari tidak adanya SPO ini adalah;

1. Berpotensi untuk meningkatkan angka kejadian ekstravasasi pada anak akibat dari pemberian obat yang tidak sesuai dengan standar (Isar, 2019)

2. morbiditas pasien meningkat akibat timbulnya masalah lain seperti nyeri dan demam.

3. Menghambat proses penyembuhan pada anak sehingga memperpanjang masa rawat.

4. Biaya pengobatan menjadi lebih mahal sehingga dapat merugikan RS karena cost yang dikeluarkan lebih besar

3. Proses kerja tidak terlaksana dengan efektif, efisien dan konsisten

4. Tidak adanya payung hukum

5. Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

6.Dampakdalamjangkapanjangdapatmengakibatkanresistensiantibioticakibatdarikurang optimal pemberiannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu masalah dari nilai manajemen ASN dengan belum melaksanakannya pelayanan public yang professional yaitu memberikan pelayanan tanpa adanya standar prosedur operasional dan ditinjau dari nilai wholeofgovernmentyaitubelumadanyakoordinasiyangoptimalantarabidangkeperawatan, bidang pelayanan serta perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam mengatasi isu ini. Disamping itu, kaitannya dengan nilai pelayanan public yang belum optimal adalah tidak adanya kepastian hukum dalam memberikan asuhan keperawatan karena tanpa adanya instruksi tertulis atau sebuah pedoman sebagai dasar pemberi asuhan dalam pelaksanaan pemberian obat antibiotic pada anak.

Dikarenakan dampak yang timbul dari isu tersebut cukup besar , maka langkah selanjutnya

adalah dengan melakukan analisis penyebab terkait belum optimalnya pemberian obat antibiotic pada anak dengan menggunalan metode analisis fishbone.

3.1.4 Analisis Masalah Penyebab Isu

Belum optimalnya pemberian antibiotic pada anak di ruang kenanga 1 dapat disebabkan oleh beberapa penyebab. Penyebab-penyebab dari masalah yangprioritas untukdiselesaikan akan diidentifikasi menggunakan diagram tulang ikan, atau diagram fishbone.Diagram tulang ikan atau fishbonediagramadalah salah satu metode untuk menganalisa penyebab dari sebuah masalahataukondisi.Seringjugadiagraminidisebutdengandiagramsebab-akibatataucause effectdiagram. Penemunya adalah Professor Kaoru Ishikawa, seorang ilmuwan Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo, pada tahun 1943. Sehingga sering juga disebut dengan diagram Ishikawa.

Fungsi dasardiagramFishbone(TulangIkan)/CauseandEffect(SebabdanAkibat)/Ishikawa

adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. FishboneDiagram sendiri banyak digunakan untuk membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu

masalah dan membantu menemukan ide-ide untuk solusi suatu masalah. Terdapat enam faktor yang dapat menjadi penyebab dalam diagram tulang ikan ini. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Material

Material adalahinputmentah yangakan digunakan dalam proses atau diubah menjadi barang jadi melalui proses-proses. Penyebab yang penulis temukan dalam komponen materialadalahbelumoptimalnyamediaedukasiterkaitcarapemberianantibioticinjek pada anak

2. Method

Metode adalah prosedur, proses, dan instruksi kerja pada sebuah perusahaan. Penyebab yang penulis temukan dalam komponen method adalah belum ada SPO terkait pemberian obat antibiotic injek pada anak, Belum tepatnya cara pemberian antibioticinjekpadaanak, belumoptimalnyasosialisasicarapemberianantibioticinjek pada anak.

3. Machine and Equipment

Mesin yang dimaksud adalah peralatan termasuk komputer dan alat-alat yang digunakan dalam memproses material. Penyebab yang ditemukan penulis dari komponen mesin adalah masih terbatasnya alat pemberian obat-obatan seperti infusion pump, syringe pump di ruangan.

4. Measurement

Measureadalahteknikyangdilakukandalampenilaianmutuataukuantitaskerjadalam perusahaan, termasuk proses inspeksi. Penyebab yang ditemukan penulis dari komponen measurementadalah belum adanya evaluasi dari pemberian obat antibiotic pada anak oleh perawat.

5. Man Power

Man adalah orang-orang yang berpengaruh terhadap proses-proses yang dilakukan oleh perusahaan. Penyebab yang penulis temukan dari komponen man adalah kurangnya pengetahuan perawat tentang cara pemberian antibiotic injek yang tepat pada anak serta kurangnya keterampilan perawat tentang cara pemberian antibiotic injek yang tepat pada anak.

Man Material

Belum optimalnya media edukasi terkait cara pemberian antibiotic injek pada anak

Masih terbatasnya alat pemberian obat-obatan seperti infusion pump, syringe pump di ruangan.

kurangnya pengetahuan perawat tentang cara pemberian antibiotic injek yang tepat pada anak.

kurangnya keterampilan perawat tentang cara pemberian antibiotic injek yang tepat pada anak.

Belum optimalnya pemberian obat antibiotic injek pada anak di Ruang

Belum adanya evaluasi dari pemberian obat antibiotic pada anak oleh perawat

Belum ada SPO terkait pemberianobat antibiotic injek padaanak

Belum tepatnya cara pemberian antibiotic injek pada anak

Belum optimalnya sosialisasi cara pemberian antibiotic injek pada anak

Meassurement Method

kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

Diagram 3. 1 Diagram Fishbone

3.1.5 Identifikasi Alternatif Solusi

Belumadanyastandaroperasionalprocedure menjadipenyebabutamadaribelumoptimalnya pemberian antibiotic injek pada anak. Oleh karena itu, Penulis mencoba membuat beberapa

alternatifgagasanyangdapat dilakukanuntukmengatasipenyebabmasalahtersebut.Berikut

merupakan daftar alternatif gagasan yang dibuat untuk mengatasi isu tersebut:

Tabel 3. 4 Alternatif Gagasan Solusi

Masalah Solusi Alternatif Gagasan untuk

Mengatasi Masalah

kurangnyapengetahuan

perawat tentang cara

pemberian antibiotic

injek yang tepat pada

anak

kurangnya keterampilan

perawat tentang cara

pemberian antibiotic

injek yang tepat pada

anak.

Belum ada SPO terkait

pemberian obat

antibiotic injek pada

anak

Belum optimalnya

sosialisasi cara

pemberian antibiotic

injek pada anak

Belum optimalnya

media edukasi terkait

cara pemberian

antibiotic injek pada

anak

Melakukan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat

- DRK

- Sosialisasi

- Pembuatan SPO

Melakukan training cara

pemberian antibiotic injek pada anak

- Zoominar

- Video

Penyusunan SPO pemberian

antibiotic injek pada anak

Pembuatan draft SPO

Melakukan Sosialisasi

pemberian antibiotikinjek pada anak

- Sosialisasi

- Video tatacara pemberian antibiotic pada anak

Membuat media edukasi cara

pemberian antibiotic injek pada anak

- Membuat poster

Masalah Solusi Alternatif Gagasan untuk

Mengatasi Masalah

Masih terbatasnya alat

pemberian obat-obatan

seperti infusion pump, syringe pump di ruangan.

Belum adanya

monitoring dan evaluasi

terhadap pemberian

obat antibiotic injek

pada anak

Melakukan edukasi

berdasarkan hasil literature

review untuk memodifikasi

keterbatasan yang ada tanpa

mengabaikan standar

pemberian obat.

Melakukan survey monitoring

dan evaluasi terkait cara

pemberian antibiotic injek pada

anak

DRK

Pembuatan draft SPO

- Monitoring dan evaluasi

kepatuhan menggunakan

terhadap SPO dengan

menggunakan sebuah

angket/ kuesioner

Berdasarkantabeldiatas,Penulismenyimpulkanbahwabeberapasolusiyangdiperlukanuntuk mengoptimalkan pemberian antibiotic injek pada anak diantaranya dengan melakukan DRK, sosialisasi, Video tatacara pemberian antibiotic pada anak, membuat poster, monitoring kepatuhan dan evaluasi pemberian antibiotic pada anak menggunakan kuesioner dan pembuatan SPO.

Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk

Mendukung Terwujudnya SmartASN

Sebagai seorang smartASN, inovasi diperlukan untuk memperbarui sistem yang ada agar menjadi lebih efektif dan efisien. Inovasi dengan pembuatan draft SPO ini diharapkan dapat menciptakan proses kerja yang efektif, efisien, konsisten dan sesuai dengan guideline yang ada dalam mengatasi isu belum optimalnya pemberian antibiotic injek pada anak. Melalui Kegiatantersebutpuladiharapkanbisamenjadisalahsatuwujudkonkritdaripenerapanperan dan fungsi perawat serta butir satuan kerja pegawai, dimana seorang perawat berperan sebagai kolaborator dan pemberi asuhan keperawatan, mewajibkan seorang perawat memastikan bahwa kebutuhan pasien akan terapi dapat terpenuhi dengan tepat. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman terhadap pasien. Agar dapat

menyusun perencanaan keperawatan atau intervensi yangtepat berkaitan dengan pemberian obat, perawat hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, meliputi konsep dasar farmasetika, farmakodinamik, farmakokinetik, penggolongan obat berdasarkan sistem tubuh,

meliputi dosis, indikasi-kontra indikasi obat, efek samping dan pertimbangan pemberian obat pada pasien (kementerian Kesehatan RI, 2016).

Dalam menyelesaikan penyebab masalah yang teridentifikasi penulis mencoba menerapkan nilai-nilai dasar PNS sebagai smartASN. Menjalankan peran ASN sebagai pelayan publik dan pelaksana kebijakan publik juga menjadi salah satu tujuan penulis mengatasi penyebab isu pemberian antibiotic injek pada anak. Dengan membuat draft standar prosedur operasional pemberian antibiotic injek pada anak, harapannya dapat lebih mengoptimalkan pemberian obat antibiotic injek pada anak sebagai bentuk dari pelayanan prima yang diberikan oleh perawat kepada pasien.

Keterkaitan penyebab isu dengan kedudukan dan peran PNS untuk mendukung terwujudnya

SmartASNdiuraikan sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Kaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Smart ASN

Kedudukan ASN

Peran ASN

Kegiatan SmartASN

Pelayan public - Kegiatan pembuatan SPO ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan mutu pelayanan, sehingga petugas dapat memberikan pelayanan yang

professional dan berkualitas sesuai dengan standar prosedur operasional.

Pelaksana

kebijakan

public

- Melaksanakan peran, tugas, dan fungsi perawat, khususnya perawat ahli utama, sesuai dengan kebijakan tentang perawat. (Permenpan No. 35, 2019; Undang - Undang RI No. 38, 2014)

- Melaksanakan tugas sesuai dengan standarisasi yang sudah ditetapkan

- Membuatvideotatacarapemberianobatantibiotikinjek pada anak yang terhubung dengan QR code dan menempelkan QR code ini di tempat strategis.

Perekat dan pemersatu

bangsa

- Melalui penyusunan SPO ini diharapkan dapat mencegah terjadinya konflik karena bersifat dapat melindungi RS dan juga petugas kesehatan apabila terjadi insidensi keselamatan pasien.

Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif

Berdasarkan daftar alternatif gagasan penyelesaian isu, alternatif pemecahan masalah yang

paling disarankan adalah pembuatan draft standar prosedur operasional. Standar prosedur operasional merupakan salah satu parameter untuk menilai mutu pelayanan, juga untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan juga tanggung jawab dari petugas terkait. Melalui pembuatanSPOinidiharapkandapatmeningkatkanefektivitasdanefisiensiproseskerjayang dilakukan oleh perawat yang berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan. Selain itu, dengan adanya sosialisasi terkait draft SPO pemberian antibiotic injek pada anak diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilan perawat dalam melakukan tindakan yang sering dilakukan secara berulang-ulang.

Di era transformasi digital 4.0 pemanfaatan media digital merupakan wujud dari sikap adaptif yangharus dapat diaplikasikan oleh setiapASN dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, selain membuat SPO penulis juga akan melakukan sosialisasi dengan membuat videotatacarapemberianantibioticinjekpadaanakyangterhubungdenganQRcodesehingga mudah untuk diakses dimana saja. Tidak hanya dituntut untuk mampu menggunakan

teknologi digital, ASN juga dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi yang ada untuk mengembangkan kapabilitas diri dan juga profesi.

Pembuatanstandarproseduroperasionalinitidakhanyamenjadibentukpenerapannilaismart ASN dan bentuk sifat adaptif perawat, namun juga penerapan nilai-nilai dasar BERAKHLAK, yakni:

a. Berorientasi pelayanan: penulis berusahauntuk memenuhi kebutuhan danhak pasien untuk memperoleh terapi yang aman dan sesuai, juga berusaha memberikan solusi dari keterbatasan-keterbatasan yang ada serta berupaya untuk terus melakukan perbaikan terkait pemberian antibiotic pada anak. Salah satu sikap yang dimiliki oleh bangsa yang maju adalah dengan memprioritaskan pelayanan pada masyarakat, hal ini selaras dengan visi RS yaitu untuk terwujudnya Indonesia maju.

b. Akuntabel: untuk menjaga akuntabilitas perawat dalam bekerja maka penulis merasa perlu untuk menyempurnakan SPO yang ada bahkan membuat SPO yang baru sesuai dengan kebutuhan agar terciptanya proses kerja yang berjalan dengan efektif, efisien dan konsisten

c. Kompeten: penulis akan berusaha untuk membuat SPO dengan kualitas terbaik serta melakukan sosialisasi SPO yang salah satunya menggunakan video berbasis QR code sehingga dapat memudahkan orang lain dalam belajar.

d. Harmonis : Proses kerja yang efektif, efisien dan konsisten dapat turut serta dalam membangun lingkungan kerja yang kondusif sehingga diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan bagi petugas dan juga pasien.

e. Loyal : Berusaha setia terhadap sumpah perawat untuk senantiasa mempertahankan dan menjunjung tinggi martabat profesi keperawatan dengan terus menerus mengembangkan ilmu keperawatan.

f. Adaptif: Ilmu semakin berkembang dari waktu ke waktu, pada tahun 2021 telah diluncurkan pedoman terbaru terkait penggunaan antibiotic sehingga sebagai asn yangberakhlakperluuntukmelakukanadaptasidalampemberianantibioticpadaanak sesuai dengan pedoman terbaru.

g. Kolaboratif: Isu ini merupakan salah satu bentuk gambaran dari kolaborasi perawat dengan profesi lain dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI

Matriks Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar PNS

Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari sasaran kinerja pegawai (SKP), perintah atasan dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar ASN (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) serta diintegrasikan dengan nilai-nilai serta visi misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Unit Kerja : Ruang Kenanga 1

Isu yang diangkat :Belumoptimalnyapemberianobatantibioticinjekpadaanakdi ruang kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

Gagasan pemecahan isu : pembuatan draft SPO pemberian obat antibiotic pada anak di ruang kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Tabel 4. 1 Gagasan Isu

No Gagasan Isu

1 Persiapan pembuatan SPO

2 Pengumpulan literatur review mengenai standarisasipemberian antibiotic injek pada anak

3 Penyusunan draft SPO pemberian antibiotic injek pada anak

4 Finalisasi draft SPO pemberian antibiotic secara verbal konsep kepada kepala instalasirawatinap,bidangpelayananmedik,bidangkeperawatandanbidangumum

5 Pembuatan video simulasi berbasisQRcodetentangpemberian antibioticinjekpada anak sesuai SPO

6 Sosialisasi SPO pemberian antibiotic di ruang kenanga 1 melaluiZoomMeeting

7 Evaluasidenganmengukurtingkatpengetahuanperawatsetelahmengikutikegiatan sosialisasi SPO pemberian antibiotic injek pada anak

No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan substansi

Mata Pelajaran

Kontribusi terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai Organisasi

1 Persiapan

pembuatan SPO 1. Menghubungi

- Mendapatkan

bidang keperawatan

terkait format SPO

yang saat ini

digunakansertaalur

dalam proses

pembuatan SPO

format SPO

- Mengetahui alur

pembuatan SPO

MP. Harmonis; Penulis menghubungi

bidang keperawatan

dengan menerapkan etika

berkomunikasi seperti

memperhatikan waktu

dan menggunakan

bahasa yang sopan.

MP. Kolaboratif;

Penulis berkolaborasi

dengan pihak terkait agar

dapatmenghasilkankarya

dengan kualitas terbaik.

MP. Loyal;

Penulis bersedia

mengikutialurpembuatan

Dengan melibatkan

berbagai pihak, hal

ini sejalan dengan

visi rumah sakityaitu

berkepribadian

gotong royong

Profesional;

Menjalin kerja sama

yang profesional

untuk mencapai

tujuan bersama, yakni memberikan

pelayanan prima

dalam bentuk

pengadaan SPO

Inovatif : Nilai yang

menggambarkan

keinginan untuk

menghasilkan

sesuatu yang baru

Tabel 4. 2 Matriks Rancangan Aktualisasi

No Kegiatan Tahapan Output

Keterkaitan substansi

Mata Pelajaran

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai Organisasi

2. Mempelajari

format dan panduan

SPO yang ada di

institusi

Paham mengenai

format SPO yang

ada di institusi

SPO yang telah

ditentukan oleh institusi

MP Akuntabel;

Penulis mempelajari

format SPO yang

diberikan bidang

keperawatan dengan

cermat dan teliti

dan senantiasa

melakukan

perbaikan secara

berkesinambungan. Respek ;

Segala proses dilalui

dengan rasa saling

hormat

MP. Kompeten;

Penulis berusaha keras

untuk memahami format

SPO yang ada agar dapat

menghasilkan karya

dengan kualitas terbaik

menghormati

2 Pengumpulan

literatur review

mengenai

standarisasi

1. Mengumpulkan

literature review

mengenai cara

pemberian antibiotic

Diperoleh beberapa

jurnal dan pedoman

terkait cara

Pemberianantibiotic

MP. Adaptif;

Penulis menggunakan

berbagai search engine

untuk memperoleh jurnal

Melalui kegiatan ini

penulis berkontribusi

terhadap visi misi RS

yaitu terwujudnya

Tulus :Memberikan

waktu tenaga dan

juga pikiran untuk

Mata Pelajaran

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai

Organisasi

pemberian antibiotic injek

pada anak

pada anak yang

yang banyak dan

Indonesia maju dan

organisasi tanpa

bagi anak sesuai

tepat yang paling tepat

dengan mekanisme

kerjanya.

representatif.

MP. Kompeten;

Penulis berusaha

meningkatkan

kompetensi diri dengan

melakukan journaling

untuk memperoleh

informasi yang

berdasarkan bukti terkait

pemberian antibiotic injek

pada anak.

MP. Akuntabel;

Penulis berusaha

menjalani serangkaian

proses journaling ini

dengandisiplindanpenuh

tanggung jawab.

berdaulat serta

mewujudkan kualitas

hidup manusia yang

tinggi

pamrih Profesional ;

kemampuan untuk

memberikan

pelayanan dengan

kualitas terbaik

pemberian

2. Melakukan pendalaman materi/ analisis dari

literatur yang

didapat

Mendapatkan

informasi terkait

cara yang paling

tepat digunakan

dalam pemberian

antibiotic pada anak

sehingga

mekanisme kerja

obat bisa bekerja

dengan efektif.

MP. Kompeten;

Penulis berusaha

menciptakan karyanya

dengan kualitas terbaik, dengan

mengelaborasikan

standar pedoman yang

sudah ada dengan hasil

penelitian-penelitian yang

terpercaya.

MP. Akuntabel;

Penulis melakukan

analisis secara cermat, jujur serta bertanggung

jawab terhadap jurnal

yang didapatkan.

1. Menyusun draft SPO pemberian Adanya draft SPO pemberianantibiotic

injek pada anak

MP. Akuntabel;

Penulis bekerja keras

menyusun SPO dengan

Melalui pengadaan

SPO ini diharapkan

pelayanan akan

Integritas :

menjalankan segala

sesuatu dengan

3. Penyusunan SPO

antibiotic injek

pada anak

antibiotic injek pada anak

Mata Pelajaran

dalam bentuk soft file secara cermat, teliti dengan

mempertimbangkan

efisiensi dan efektifitas

suatu kegiatan dan

bersikap jujur atas

informasi yang diperoleh.

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

terlaksana dengan

efektif, efisien, konsisten dan

seragam sehingga

dapat meningkatkan

mutu pelayanan RS

yangmendukungvisi

RSyaituterwujudnya

Penguatan nilai

Organisasi

sikap jujur, amanah

dan beretika Profesional ; kemampuan untuk

memberikan

pelayanan dengan

MP. Kompeten;

Penulis berusaha

bersungguh-sungguh

dalam proses penyusunan

draft SPO agar

diperolehnya hasil SPO

dengan kualitas terbaik.

Indonesia maju, yang berdaulat dan mandiri.

kualitas terbaik Respek ; segala proses dilalui

dengan rasa saling

hormat

menghormati

2. Melakukan

kontrak waktu

dengan kepala

ruangan/pengawas

Telah disepakati

waktu untuk

konsultasi draft SPO

yang sudah dibuat

MP. Harmonis;

Tujuan penulis membuat

kontrak waktu adalah

untuk menghindari

dan juga mentor

untuk konsultasi

draftSPOyangtelah

penulis buat

Mata Pelajaran

terhadap visi misi

Penguatan nilai

3. konsultasi draft

SPO pemberian

antibiotic pada anak

dengan kepala

ruangan, pengawas

terjadinya bentrokan

jadwal yang

mengakibatkan suasana

kerja menjadi tidak

kondisuf.

MP. Adaptif;

Pada tahapan ini penulis

bersikap proaktif untuk

dapat memperoleh

masukan-masukan

sehingga draft SPO yang

dihasilkan akan jauh lebih

baik lagi.

Mendapatkan

masukan dan saran

MP. Loyal; Penulis datang tepat

waktu dan sesuai dengan

kontrak waktu yang telah

disepakati

MP Akuntabel;

ruangan dan juga mentor

Sebelum berkonsultasi

penulis menyiapkan

bahan dengan sebaik

mungkin agar

penyampaian informasi

menjadi lebih mudah dan dapat dipahami.

MP. Harmonis;

Penulis menerima segala

masukan yang diberikan

oleh kepala ruangan, pengawas, mentor dan jugacoachdengansangat terbuka.

Draft SPO diperbaiki MP. Akuntabel;

terhadap visi misi

perbaikan/ revisi

terhadap draft SPO

sesuaidengansaran

saran yang

Penulis memperbaiki SPO

dengan secara cermat, teliti dengan

mempertimbangkansaran

4. Melakukan

diberikan oleh

kepala ruangan, pengawas, mentor

dan juga coach

dan masukan dari kepala

ruangan, pengawas, mentor dan juga coach.

MP. Kompeten;

Penulis berusaha

bersungguh-sungguh

dalam proses perbaikan

draft SPO agar

diperolehnya hasil SPO

dengan kualitas terbaik.

MP. Adaptif;

Penulis bersifat proaktif

dan responsive dalam

menerima masukan dan

saran dari berbagai pihak

terkait.

MP. Berorientasi

pelayanan;

4. FinalisasidraftSPO

secara verbal

konsep kepada

kepala instalasi

rawat inap, bidang

pelayanan medik, bidang

keperawatan dan

bidang umum

1. mengusulkan

draft SPO

pemberian antibiotic

injek pada anak

secara verbal

konsep kepada

kepala instalasi

rawat inap, dan

bidang pelayanan medik.

Mendapatkan

masukan dan

persetujuan dalam

bentuk konsep verbal

Mata Pelajaran

Penulis berusaha

memahami dan

memenuhi kebutuhan

diruangan, serta cekatan

dalam melakukan

perbaikan.

MP. Loyal;

Penulis bersikap patuh

terhadap alur proses

pembuatan SPO yang ada di instansi. Dan mengikuti

seluruh rangkaiannya

dengan sikap positif.

MP. Adaptif;

Penulis bersifat proaktif

dan responsive dalam

menerima masukan dan

saran dari berbagai pihak

terkait.

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai

Organisasi

Melalui pengadaan

SPO ini diharapkan

pelayanan akan

terlaksana dengan

efektif, efisien, konsisten dan

seragam sehingga

dapat meningkatkan

mutu pelayanan RS

yangmendukungvisi

RSyaituterwujudnya

Indonesia maju,

Integritas :

menjalankan segala

sesuatu dengan

sikap yang jujur, amanah dan

beretika Respek ; segala

proses dilalui

dengan rasa saling

hormat

menghormat

No Kegiatan Tahapan Output Keterkaitan substansi

Mata Pelajaran

MP. Berorientasi

pelayanan;

Penulis berusaha

memahami dan

memenuhi kebutuhan

diruangan, serta cekatan

dalam melakukan

perbaikan.

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

yang berdaulat dan

mandiri.

Selain itu, dengan

melibatkan berbagai

pihak yang terkait

dalam alur proses

pembuatan SPO ini

telah

Penguatan nilai Organisasi

Tulus:

Keinginan untuk

memberi tanpa

pamrih, proaktif dan

responsive Unggul:

Keinginan untuk

2. Melakukan

perbaikan sesuai dengan saran dan masukan

draft SPO diberbaiki MP. Akuntabel;

Penulis memperbaiki SPO

dengan secara cermat,

teliti dengan

mempertimbangkansaran

dan masukan dari kepala

instalasi rawat inap dan

juga bidang pelayanan

medik. MP. Kompeten;

menggambarkan

sebuah bentuk

konkrit untuk

tercapainya visi RS

yang berlandaskan

kepribadian gotong

royong.

menjadi yang

terbaik dan menghasilkan

kualitas prima

SPO pemberian

antibiotic injek pada

anak ke bidang

keperawatan

Persetujuan dan

penerbitan nomor

SPO

Mata Pelajaran

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai Organisasi

Penulis berusaha

bersungguh-sungguh

dalam proses perbaikan

draft SPO agar

diperolehnya hasil SPO

dengan kualitas terbaik.

MP. Adaptif;

Penulis bersifat proaktif

dan responsive dalam

menerima masukan dan

saran dari berbagai pihak

terkait.

MP. Loyal;

Penulis bersikap patuh

terhadap alur proses

pembuatan SPO yang ada

di instansi. Dan mengikuti

seluruh rangkaiannya

dengan sikap positif.

3. Mengajukan draft

4. mengajukan ke

bidang umum untuk

mendapatkan

persetujuan direktur

utama

Mendapatkan tanda

tangan direktur

utama serta

disimpan di arsip.rshs.or.id

MP. Harmonis;

Penulis memperhatikan

beberapa etika dalam

berinteraksidenganorang

lain untuk menghindari

terjadinya konflik.

MP. Loyal;

Penulis bersikap patuh

terhadap alur proses

pembuatan SPO yang ada

di instansi. Dan mengikuti

seluruh rangkaiannya

dengan sikap positif.

MP. Harmonis;

Penulis memperhatikan

beberapa etika dalam

berinteraksidenganorang

lain untuk menghindari

terjadinya konflik.

terhadap

No

5 Pembuatan video

simulasi berbasis

QR code tentang

pemberian

antibiotic injek

pada anak sesuai

SPO

1. Menyusun

scene/naskah dalam

pembuatan video.

Adanya scene/naskah berupa soft file

Mata Pelajaran

MP. Akuntabel

Penulis bertanggung

jawab dalam pembuatan

video agar sesuai dengan

standar prosedur

operasional yang telah

ada.

MP. Kompeten

Penulis meningkatkan

kapabilitas yang dimiliki

dalam pembuatan video

yang menarik dan mudah

sebagai media untuk

melakukan sosialisasi

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai

Organisasi

Dengan

memanfaatkan

kacanggihan

teknologi di era 4.0

merupakan sebuah

kontribusi yang

sejalan dengan visi

RS untuk

terwujudnya

Indonesia yang maju

dan berdaulat.

Integritas :

menjalankan segala

sesuatu dengan

kejujuran, amanah

dan beretika Respek ; segala

proses dilalui

dengan rasa saling

hormat

menghormat

kualitas terbaik

MP. Loyal

Penulis berdedikasi

membuat video sebaik

mungkin demi

2. Pengambilan gambar dan video

Adanya gambar dan video dengan

pemberianantibiotic

injek pada anak

Mata Pelajaran

meningkatkan

pengetahuan dan perilaku

perawat terkait

pemberian antibiotic injek

pada anak.

MP. Adaptif

Penulis berinovasi dalam

membuat media

sosialisasi secara digital.

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai Organisasi

MP. Loyal

Penulis berdedikasi

membuat video sebaik

mungkin demi

meningkatkan

pengetahuan dan perilaku

perawat terkait

pemberian antibiotic injek

pada anak.

3. Melakukan editingvideo Adanya video sosialisasi

4. Konsultasi

dengan kepala

ruangan, pengawas, mentor dan juga coach

Video diperbaiki dan

persetujuan untuk

dapat digunakan

sebagai media

sosialisasi

MP. Adaptif

Penulis berinovasi dalam

membuat media

sosialisasi secara digital.

MP. Akuntabel;

Penulis memperbaiki

video dengan secara

cermat, teliti dengan

mempertimbangkansaran

dan masukan pihak

terkait.

MP. Harmonis;

Penulis menerima segala

masukan yang diberikan

oleh kepala ruangan, pengawas, mentor dan jugacoachdengansangat

terbuka

5. Melakukan

publikasi video pada

kanal youtube rshs

dan

menghubungkannya

dengan QR code

QR code video

sosialisasi

pemberianantibiotic

injek pada anak

Mata Pelajaran

MP. Kompeten;

Penulis meningkatkan

kapabilitas yang dimiliki

dalam publikasi video

yang menarik dan mudah

sebagai media sosialisasi.

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai Organisasi

MP. Kolaboratif;

Penulis bersinergi dengan

Bagian Promosi

Kesehatan RSHS untuk

mempublikasikan video

sosialisasi pada kanal

Youtube yang sudah

tersedia.

MP. Adaptif;

Penulis menggunakan QR

code sebagai teknologi

praktis yang semakin

pemberian antibiotic di ruang

kenanga 1

1. Membuat

kerangka acuan kegiatan

Adanya satuan

acara penyuluhan

(SAP)

Mata Pelajaran

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai

Organisasi

banyak digunakan di era

serba digital ini. Dan

Untuk membukanya,

dibutuhkan scan atau

pemindaian dengan

smartphone.

MP. Akuntabel;

Bekerja keras untuk

menyiapkan penguasaan

materi untuk kegiatan

sosialisasi SPO.

Dengan

meningkatnya

pengetahuan

perawat mengenai

pemberian antibiotic

Integritas :

menjalankan segala

sesuatu dengan

kejujuran, amanah

ZoomMeetinguntuk melakukan sosialisasi

PPT dan linkZoom

Meetingtersedia MP. Kompeten

Penulis meningkatkan

kapabilitas yang dimiliki

dalam pembuatan PPT

yang menarik sebagai

media untuk melakukan

sosialisasi

pada anak

diharapkan dapat

berkontribusi aktif

terhadap misi RS

yaitu peningkatan

kualitas mutu SDM

dan beretika Respek ; segala

proses dilalui

dengan rasa saling

hormat

menghormat

6. Sosialisasi SPO

2. Membuat ppt dan menyiapkan link

MP. Kolaborasi

Penulis bekerjasama

dengan pihak terkait agar

acara berjalan lancar

merupakan wujud dari

penerapan nilai

MP. Harmonis;

Penulis memperhatikan

beberapa etika dalam

berinteraksidenganorang

lain untuk menghindari

terjadinya konflik.

MP. Adaptif;

Penulis memanfaatkan

media digital untuk

melakukan sosialisasi

dengan tujuan agar dapat

diikuti oleh perawat tanpa

terbatas ruang dan waktu

RS

3. Mensosialisasikan

SPO yang telah

disetujui mengenai

pemberian antibiotic

injek pada anak

melalui Zoom

Meeting

Perawat

mengetahui SPO

pemberianantibiotic

pada anak

MP. Loyal;

Penulis berdedikasi tingga

dalam meningkatan

pengetahuan pada

perawat yang dapat

meningkatkan mutu

pelayanan

MP. Adaptif;

Penulis memanfaatkan

media digital untuk

melakukan sosialisasi

dengan tujuan agar dapat

diikuti oleh perawat tanpa

terbatas ruang dan waktu

MP. Kompeten;

Melalui kegiatan Zoom

Meeting Penulis telah

memberikan kemudahan

untuk orang lain belajar

4. Menempelkan stickerscanQRcode di ruangan strategis

Tersedianya sticker

QR code di ruang

dispensing dan

nurse station

MP. Kolaborasi

Penulis bekerjasama

dengan pihak promkes

untuk membuat sticker

QRCode

MP. Harmonis;

Penulis memperhatikan

beberapa etika dalam berinteraksidenganorang

lain untuk menghindari

terjadinya konflik.

MP. Adaptif;

Memanfaatkan teknologi

terkini dalam memberikan

informasi

MP. Kompeten;

Melalui kegiatan Zoom

Meeting Penulis telah

RS

7. Evaluasi dengan

mengukur tingkat

pengetahuan

perawat setelah

mengikutikegiatan

sosialisasi SPO

pemberian

antibiotic injek

pada anak

1. membuat

kuesioner untuk

mengukur

pengetahuan dan

kepatuhan perawat

Adanya link

kuesioner

Mata Pelajaran

memberikan kemudahan

untuk orang lain belajar

MP. Kompeten

Penulis meningkatkan

kapabilitas yang dimiliki

dalam pembuatan

kuesioner sebagai alat

ukur untuk melakukan

evaluasi.

MP. Adaptif;

Penulis berusahan

memanfaatkan fasilitas

digital yang ada untuk

mencapai tujuannya

dengan membuat

kuesioner

MP. Loyal;

Dengan membuat

kuesioner evaluasi

Kontribusi

terhadap visi misi

RS

Penguatan nilai

Organisasi

Dengan

meningkatnya

pengetahuan

perawat mengenai

pemberian antibiotic

pada anak

diharapkan dapat

berkontribusi aktif

terhadap misi RS

yaitu peningkatan

kualitas mutu SDM

Integritas :

menjalankan segala

sesuatu dengan

kejujuran, amanah

dan beretika Respek ; segala

proses dilalui

dengan rasa saling

hormat

menghormat

No Kegiatan Tahapan Output

Keterkaitan substansi

Mata Pelajaran Kontribusi

terhadap visi misi RS

Penguatan nilai Organisasi

pengetahuan dan

kepatuhan penulis

menganggap penting

untuk dilakukannya

pengukuran terkait

kepatuhan terhadap

standar operasional

prosedur

2. menyebar link

kuesioner Perawat ruangan

mengisi link kuesioner

MP. Harmonis;

Penulis memperhatikan

beberapa etika dalam

berinteraksidenganorang

lain untuk menghindari

terjadinya konflik.

Kolaboratif;

Bekerjasama dengan

kepala ruangan dan juga

pengawas untuk

3. Melakukan analisis hasil evaluasi

Diperoleh hasil evaluasi dari kegiatan aktualisasi

yang dilakukan

mencapai hasil yang

maksimal.

MP Akuntabel;

Penulis menganalisis hasil evaluasi yang ada dengan

cermat teliti dan jujur

MP. Kompeten;

Penulis berusaha untuk menyelesaikan tugas

dengan kualitas terbaik

terhadap visi misi

RS

Penjadwalan

Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi

Judul Aktualisasi : Optimalisasi pemberian obat antibiotic pada anak melalui pengadaan draft SPO pemberian antibiotic pada anak.

Waktu Pelaksanaan : 6 Juli – 12 Agustus 2022

Tempat pelaksanaan : Ruang Kenanga 1

Tabel 4. 3 Timeline Kegiatan Aktualisasi

1 Persiapan pembuatan SPO

1. Menghubungi bidang keperawatan terkait format SPO yang saat ini digunakan serta alur dalam proses pembuatan SPO

2. Mempelajari format dan panduan SPO yang ada di institusi

2 Pengumpulan literatur review mengenai standarisasi pemberian antibiotic injek pada anak

3 Penyusunan SPO pemberian antibiotic injek pada anak

1. Mengumpulkan literature review mengenai cara pemberian antibiotic pada anak yang tepat

2. Melakukan pendalaman materi/ analisis dari literatur yang didapat

1. Menyusun draft SPO pemberian antibiotic injek pada anak

2. Melakukan kontrak waktu dengan kepala ruangan/pengawas dan

4 Finalisasi draft SPO secara verbal konsep kepada kepala instalasi rawat inap, bidang pelayanan medik, bidang keperawatan dan bidang umum

juga mentor untuk konsultasi draft SPO yang

telah penulis buat

3. konsultasi draft SPO pemberian antibiotic pada anak dengan kepala

ruangan, pengawas ruangan dan juga mentor

4. Melakukan perbaikan/ revisi terhadap draft SPO sesuaidengansaransaran yangdiberikanolehkepala

ruangan, pengawas, mentor dan juga coach

1. mengusulkan draft SPO

pemberian antibiotic injek pada anak secara verbal konsep kepada kepala instalasi rawat inap, dan bidang pelayanan medik.

2. Melakukan perbaikan sesuai dengan saran dan masukan

3. Mengajukan draft SPO

pemberian antibiotic injek pada anak ke bidang keperawatan

4. mengajukan ke bidang umum untuk mendapatkan persetujuan direktur utama

5 Pembuatan video simulasi berbasis QR code tentang pemberian antibiotic injek pada anak sesuai SPO

1. Menyusun scene/naskah dalam pembuatan video.

2. Pengambilan gambar dan video

3.Melakukaneditingvideo

4. Konsultasi dengan kepala ruangan, pengawas, mentor dan juga coach

5. Melakukan publikasi video pada kanal youtube rshs dan menghubungkannya dengan QR code

6 Sosialisasi SPO pemberian antibiotic di ruang kenanga

1

1. Membuat kerangka acuan kegiatan

2. Membuat ppt dan menyiapkan link Zoom Meetinguntuk melakukan sosialisasi

3. Mensosialisasikan SPO yang telah disetujui mengenai pemberian antibiotic injek pada anak melaluiZoomMeeting

4. Menempelkan sticker scan QR code di ruangan strategis

7 Evaluasi dengan mengukur

1. membuat kuesioner untuk mengukur

No Kegiatan Tahapan

tingkat

pengetahuan

perawat setelah

mengikuti

kegiatan

sosialisasi SPO

pemberian

antibiotic injek

pada anak

pengetahuan dan kepatuhan perawat

2. menyebar link kuesioner

3. Melakukan analisis hasil evaluasi

1 2 3 4 1 2 3 4

Pihak – Pihak yang terlibat

Tabel 4. 4 Pihak – Pihak yang Terlibat

No Para Pihak Peran dalam aktualisasi

1 Arif Hidayat, S.Kep., Ners Mentor

2 Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes Coach

3 Ns. Triliana Purwadesi, S.Kep. M.Kep Kepala Ruangan

5 Masriah, S.Kep., Ners Pengawas ruang anak

DAFTAR PUSTAKA

A’diilah, N., & Somantri, I. (2016). Efektifitas Terapi Mendongeng terhadap Kecemasan Anak

Usia Toddler dan Prasekolah Saat Tindakan Keperawatan.JurnalKeperawatan Padjadjaran, v4(n3), 248–254. https://doi.org/10.24198/jkp.v4n3.4

Isar, S. M. (2019).HubunganPemberianAntibiotikMelaluiInjeksiBolusDenganTerjadinya EkstravasasiInfusPadaAnakUsia6-12TahunDiRsudHajiProvisiSulawesiSelatan Makassar. 1–19.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKE wiDsq_qvtH4AhVo2DgGHX8_CocQFnoECA4QAQ&url=https%3A%2F%2Fstikespanakkuk ang.ac.id%2Fassets%2Fuploads%2Falumni%2F159f91c6606ef21eb3f2822ff3bb5641.pd f&usg=AOvVaw0At1yWTHRhbrzxHsj3JkfT

kementerian Kesehatan RI. (2016).FarmakologidalamKeperawatan. Kemenkes RI.

LAN. (n.d.). ModulPelatihanDasar-Harmonis(Vol. 59). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

LAN. (2021a). ModulPelatihanDasar-Adaptif(JAKARTA). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

LAN. (2021b). ModulPelatihanDasar-Akuntabel(Vol. 59). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

LAN. (2021c). ModulPelatihanDasar-BerorientasiPelayanan(Vol. 59). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

LAN. (2021d). ModulPelatihanDasar-Kolaboratif. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

LAN. (2021e). ModulPelatihanDasar-Kompeten. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

LAN. (2021f). ModulPelatihanDasar-Loyal. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Permenpan No. 35. (2019).PeraturanMenteriPendayagunaanAparaturNegaradan ReformasiBirokrasiRepublikNomor35TentangJabatanFungsionalPerawat

RSHS. (2019).StrukturOrganisasiTataKelolaInstalasiRawatInap.

RumahSakitDokterHasanSadikinBandung. (n.d.). https://web.rshs.or.id/

Undang - Undang RI No. 38. (2014).Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor38Tahun 2014TentangKeperawatan.

Lampiran 1 Dokumentasi Bimbingan dengan Coach

Lampiran 2 Dokumentasi Bimbingan dengan Mentor

Lampiran 3 Diskusi penapisan Isu

Lampiran 4 Kuesioner data awal pemberian antibiotic di ruang kenanga 1

OPTIMALISASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK INJEK PADA ANAK

MELALUI PEMBUATAN SPO DI RUANG KENANGA 1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR HASAN SADIKIN BANDUNG

Syifa Aulia, S.Kep., Ners

NIP. 199711212022032005

Pelayanan Publik

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan UU yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pendahuluan

BERAKHLAK, Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

ASN

profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.

SMART ASN

Smart ASN yang tidak gagap teknologi atau gaptek akan menggiring sistem pemerintahan Indonesia ke birokrasi 4.0, yang tentu beriringan dengan revolusi industri 4.0. Semua

jenis layanan publik yang diselenggarakan pemerintah akan berbasis digital dan terintegrasi. Tentu, digitalisasi sistem pemerintahan ini juga diimbangi dengan keamanan siber yang mumpuni.

Nilai Nilai Dasar ASN

2. Profil Instansi Kesehatan Anda Prioritas kami

Content Content Content

Content

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS)

Rumah sakit milik Kementerian Kesehatan yang diresmikan sejak tahun

1923, RSHS telah berkembang menjadi rumah sakit besar di Jawa Barat yang berfungsi sebagai Rumah Sakit Rujukan Puncak untuk Provinsi Jawa

Barat dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran dan institusi pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Visi

Terwujudnya Indonesia Maju yang

Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong

Nilai – Nilai Organisasi

Pamingpin Pituin.

Misi

Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi, Maju dan Sejahtera.

Nilai yang dianut dalam pelayanan

PRIMA.

Ruang Kenanga 1

1

Ruang Kenanga 1 merupakan ruangan rawat untuk pasien anak dengan kasus infeksi dari usia 1 bulan sampai usia

18 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Infeksi di ruang Kenanga 1 meliputi kasus infeksi, respirologi, gastroenterologi, ediatrik dan isolasi

2

Mengikuti Rumah Sakit Visi

Misi 3

Memberikan asuhan pelayanan pasien anakdengan rentang usia 1 bulan sampai 18 tahun secara paripurna dan prima sesuai usia tumbuh kembang yang berorientasi kepada filosofi keperawatan anak; atraumatic care dan family centered care.

3. ANALISIS ISU

1. Identifikasi Isu

Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi

pada individu

13

Belum optimalnya

pengelolaan kecemasan pada

anak khususnya saat minum

obat oral

Tersedianya informasi keterbaruan yang

tersosialisasikan berdasarkan pada

evidence based practice yang terbukti dapat membantu menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien anak saat minum

Melakukan konsultasi keperawatan dan

kolaborasi dengan dokter

Belum optimalnya pemberian

obat antibiotic injek pada anak

obat oral. 31

Adanya Standar prosedur operasional/

instruksi tertulis dari kegiatan yang sering dilakukan di ruangan sebagai

dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja yang

Melakukan upaya peningkatan kepatuhan

kewaspadaan standar pada pasien/ petugas/

pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi

Belum optimalnya

penggunaan APD oleh nakes

dan keluarga pasien di ruangan isolasi

Adanya manajemen dalam

penanggulangan isu terkait

sifatnya dapat melindungi RS dan petugas serta memberikan alur kerja yang efektif dan efisien. 32

ketidakpatuhan dalam penggunaan APD

3. ANALISIS ISU

1. Deskripsi Isu dan Dampak

Belum optimalnya pengelolaan kecemasan pada anak saat minum obat oral di Ruang kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin.

Berdasarkan hasil observasi penulis selama kurang lebih 2

minggu, penulis menemukan adanya hambatan yang dialami

keluarga dalam pemberian obat oral kepada anak yang

diakibatkan oleh timbulnya kecemasan pada anak. Pemberian

obat oral seringkali menimbulkan kecemasan pada anak. Salah

satunya disebabkan oleh rasa pahit yang timbul setelah minum

obat sehingga membuat anak cemas saat tiba waktunya minum obat. Sebanyak 57,5% pasien yang dirawat di ruangan kenanga 1

mendapatkan terapi obat secara peroral, dan berdasarkan

wawancara penulis dengan orang tua anak didapatkan sebanyak

21,7 % dari pasien yang mendapatkan terapi oral mengalami

kecemasan yang ditunjukan dengan sikap anak yang menangis, menolak, bereaksi secara agresif, dan sulit untuk ditenangkan saat menjelang minum obat (A’diilah & Somantri, 2016). Dan saat ini, belum ada intervensi keperawatan yang efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak.

a. Berpotensi timbulnya masalah perkembangan pada anak akibat dari cemas yang tidak tertangani

b. Menghambat dan menyulitkan proses pengobatan yang berdampak terhadap penyembuhan pada anak sehingga memperpanjang masa rawat dan dapat beresiko terkena komplikasi dari infeksi nosokomial serta menimbulkan trauma pada anak.

c. Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi.

3. ANALISIS ISU

1. Deskripsi Isu dan Dampak

Antibiotic merupakan salah satu obat yang banyak digunakan di ruangan anak kenanga 1. Terdapat sebanyak 62,5% pasien yang sedang dirawat di ruangan Kenanga 1 memerlukan penggunaan antibiotic injek. Jenis antibiotic yang penggunaannya lebih banyak di ruangan Kenanga 1 diantaranya adalah; ceftriaxone (18%), cefotaxime (18%) meropenem (13%) dan jenis antibiotic lainnya dibawah 10%. Berdasarkan hasil survei penulis kepada perawat ruangan dengan menggunakan kuesioner, didapatkan sebanyak 58,3% perawat memberikan antibiotic injek secara bolus, dan sebanyak 41,7% perawat memberikan antibiotic injek secara drip. Hasil ini menunjukan bahwa adanya ketidakseragaman dalam pemberian obat antibiotic injek. Disisi lain, hasil survei juga

menunjukan bahwa terdapat 38 % perawat yang memberikan obat tidak sesuai dengan Pediatric Guidelines for IV Medication

Administration

a. Berpotensi untuk meningkatkan angka kejadian ekstravasasi pada anak akibat dari pemberian obat yang tidak sesuai dengan standar (Isar, 2019).

b. Morbiditas pasien meningkat akibat timbulnya masalah lain seperti nyeri dan demam.

c. Menghambat proses penyembuhan pada anak sehingga memperpanjang masa rawat.

d. Biaya pengobatan menjadi lebih mahal sehingga dapat merugikan RS karena cost yang dikeluarkan lebih besar

e. Proses kerja tidak terlaksana dengan efektif, efisien dan konsisten

f. Tidak adanya payung hukum

g. Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

h. Dampak dalam jangka panjang dapat mengakibatkan resistensi antibiotic akibat dari kurang optimal pemberiannya.

3. ANALISIS ISU

1. Deskripsi Isu dan Dampak

Belum optimalnya penggunaan APD pada ruangan isolasi di ruang kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin. Di ruangan ini

terdapat 2 kamar isolasi dengan resiko penyebaran secara airbone sehingga APD minimal yang digunakan setidaknya

adalah masker N95. Masing- masing kamar terdiri dari 2 bed, saat penulis melakukan kajian situasi didapatkan sebanya 66% keluarga pasien yang tidak menggunakan masker di ruangan isolasi karena alasan lupa. Selain keluarga pasien, juga

ditemukan residen yang masuk ke ruangan isolasi hanya dengan menggunakan masker bedah saja, begitupun dengan pramusaji.

a. Beresiko terjadinya penularan kepada keluarga pasien, nakes dan juga profesi lain sehingga

dapat mengganggu pelayanan

b. Berpotensi menurunkan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

2. Penapisan Isu dengan APKL

1 Belum optimalnya pengelolaan kecemasan pada anak saat minum obat oral di Ruang kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin

2 Belum optimalnya pemberian obat antibiotic injek pada anak di Ruang kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

3 Belum optimalnya penggunaan APD pada ruangan isolasi di ruang Kenanga 1 RSUP Dr. Hasan Sadikin

3. ANALISIS ISU

3. Latar Belakang Pemilihan Isu

Peran Perawat

Penggunaan antibiotic di ruangan kenanga 1

Akibat apabila tidak segera ditangani

Pelayanan public yang profesional

Penggunaan

Antibiotik secara tidak rasional

3. ANALISIS ISU

4. Analisis Penyebab Isu

3. ANALISIS ISU

4. Alternatif Gagasan Pemecahan Isu

SMART ASN

Pelayan Publik.

Pelaksana Kebijakan.

Menguasai IT -> pemanfaatan media digital Integritas.

Pembuatan SPO untuk meningkatkan pelayanan.

Pembuatan video dalam mengoptimalkan proses sosialisasi.

Perekat dan Pemersatu Bangsa

Berjiwa Hospitality.

Penyediaan sticker QR Code yang berisi video cara

pemberian antibiotic injek di tempat strategis

4. Rancangan Aktualisasi

1. Kerangka Kegiatan

Persiapan pembuatan SPO

07

Pengumpulan Literatur Review mengenai

standarisasi pemberian antibiotic injek pada anak

Penyusunan draft SPO

pemberian antibiotic

Injek pada anak

Finalisasi draft SPO

pemberian antibiotic

secara verbal konsep

kepada kepala instalasi

rawat inap, bidang

pelayanan medik, bidang keperawatan

dan bidang umum

Evaluasi dengan

mengukur tingkat

pengetahuan perawat

setelah mengikuti

kegiatan sosialisasi SPO

pemberian antibiotic injek

pada anakng

Sosialisasi SPO

pemberian antibiotic di ruang kenanga 1

melalui Zoom Meeting

Pembuatan video simulasi

berbasis QR code tentang

pemberian antibiotic injek

pada anak sesuai SPO

4. Rancangan Aktualisasi

2. Penjadwalan

4. Rancangan Aktualisasi

2. Penjadwalan

4. Rancangan Aktualisasi

3. Pihak – Pihak yang terlibat

No Para Pihak Peran dalam aktualisasi

1 Arif Hidayat, S.Kep., Ners Mentor

2 Ahmad Wajedi, S.Pd., M.Kes Coach

3 Ns. Triliana Purwadesi, S.Kep.

M.Kep Kepala Ruangan

5 Masriah, S.Kep., Ners Pengawas ruang anak

Terima Kasih

Pelatihan Dasar CPNS 2022

Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang