5 minute read
Gangguan isi pikir berupa impuls terus-men
KESMAS
Sudahkah Indonesia Bebas Kaki Gajah?
Advertisement
Pemerintah mencanangkan program Indonesia bebas kaki gajah tahun 2020. Seberapa berhasilkah program tersebut?
Penyakit kaki gajah atau filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit Wuchereria bancrofti dan Brugia spp. Penularan cacing ini terjadi dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk. Salah satu nyamuk yang mampu menjadi perantara cacing tersebut adalah Culex atau Anopheles. Infeksi cacing filaria tidak terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk, tetapi membutuhkan gigitan berulang selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Larva yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk akan menuju ke sistem limfatik lalu berkembang menjadi dewasa dan mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Akibatnya, timbul pembengkakan pada sejumlah bagian tubuh.
Filariasis bukanlah suatu penyakit mematikan. Akan tetapi, penyakit ini dapat menimbulkan masalah serius, seperti kecacatan dan hilangnya produktivitas. Bila dibiarkan, filariasis dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin, lengan, dan tungkai sehingga dikenal sebagai kaki gajah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup dan penurunan kondisi psikologis yang turut berpengaruh terhadap produktivitas. Total kerugian ekonomi negara akibat filariasis ditaksir mencapai 13 triliun rupiah setiap tahunnya. ARTIKEL BEBAS
Migrain adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan nyeri kepala. Meskipun sering kali terabaikan, nyeri kepala bisa sangat mengganggu hingga memengaruhi aktivitas sehari-hari. Sebuah studi beban global penyakit pada tahun 2017 menemukan bahwa 1,25 miliar orang di dunia menderita migrain. Selain itu, World Health Organization (WHO) juga mencatat bahwa migrain menempati posisi ke-6 dunia sebagai penyakit yang menyebabkan hilangnya tahun produktif tertinggi akibat kecacatan yang ditimbulkan. Akibatnya, migrain menyebabkan beban produktivitas dan ekonomi yang cukup besar sehingga layak mendapatkan perhatian lebih.
Umumnya, penderita migrain ditangani secara farmakologis dan nonfarmakologis untuk meringankan nyeri atau mencegah terjadinya migrain. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa metode-metode tersebut tidak sepenuhnya efektif. Bahkan, beberapa obat juga menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Hal tersebut kemudian mendorong akupunktur, suatu teknik pengobatan tradisional Tiongkok, kembali dilirik sebagai potensi terapi alternatif untuk migrain. Lantas, efekti!ah metode terapi tersebut?
Akupunktur merupakan suatu teknik memasukkan atau menusukkan jarum pada titik tertentu pada tubuh yang disebut titik akupunktur. Prinsip terapi akupunktur adalah penyeimbangan fungsi dan energi pada tubuh manusia. Beberapa ilmu kuno dari Tiongkok menyatakan bahwa terdapat energi “qi” – sebuah energi kehidupan – yang mengalir melalui jalur tertentu dalam tubuh. Apabila terjadi gangguan pada aliran energi tersebut, maka timbullah penyakit. Penusukan jarum pada berbagai titik
Penyakit filariasis tergolong dalam penyakit tropis yang terabaikan (neglected tropical disease). Kelompok penyakit tersebut meliputi berbagai penyakit menular yang umum ditemui di sejumlah negara berkembang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018, diperkirakan 893 jiwa di 49 negara berisiko tertular filariasis. Sekitar 60% kasus filariasis dunia berada di kawasan Asia Tenggara dan sebagian besar lainnya di Afrika. Indonesia termasuk salah satu negara endemis filariasis. Pada tahun 2016, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan 236 kota/kabupaten yang tersebar di 29 provinsi akupunktur dipercaya mampu mengembalikan keseimbangan aliran energi tubuh.
Awalnya, metode ini dirasa kurang memiliki dasar ilmiah yang kuat sehingga praktik akupunktur menuai sejumlah kritik dan skeptisisme dari para klinisi. Akan tetapi, maraknya laporan tentang manfaat akupunktur dalam mengobati sejumlah penyakit mendorong para peneliti untuk menyelidiki dasar ilmiah dan bukti keefektifannya.
Hasil uji klinis
Menariknya, sebuah studi uji klinis acak besar yang dilakukan pada pasien migrain tanpa aura menunjukkan hasil yang positif. Pada studi ini, sebagian pasien mendapatkan terapi akupunktur manual, kemudian dibandingkan dengan kelompok merupakan wilayah endemis filariasis.
KDQQDK0$
Menanggapi jumlah negara endemis filariasis yang tinggi, WHO telah mencanangkan program eliminasi filariasis sejak tahun 2000. Pada tahun 2012, program tersebut menargetkan eliminasi filariasis dunia dapat tercapai pada tahun 2020. Sejalan dengan visi tersebut, pemerintah Indonesia turut menargetkan bebas kaki gajah pada tahun 2020. Target tersebut diwujudkan melalui program Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Belkaga) yang dimulai sejak tahun 2015.
Belkaga telah dilaksanakan selama 5 tahun berturut-turut pada bulan Oktober setiap tahunnya. Tujuan utama program ini adalah mencegah penyebaran filariasis antarmanusia dan mengurangi tingkat kecacatan penderita. Program ini meliputi kampanye, pemberian obat pencegahan massal (POPM), dan pengobatan di berbagai kota/kabupaten endemis selama satu bulan penuh. POPM ditujukan bagi seluruh masyarakat yang salah secara disengaja untuk tujuan penelitian) dan tanpa intervensi. Hasilnya, kelompok dengan akupunktur manual ternyata mengalami perbaikan yang signifikan dibanding dua kelompok lainnya. Jumlah hari, frekuensi, dan berat migrain mengalami penurunan pada kelompok akupunktur manual. Terlebih lagi, tidak ada kejadian efek samping yang dilaporkan sehingga menandakan bahwa metode ini terbukti efektif sekaligus aman.
Selain itu, efektivitas dan keamanan akupunktur juga pernah dibandingkan dengan terapi farmakologis. Sebuah kajian sistematik dan metaanalisis menunjukkan adanya berusia 2 hingga 70 tahun. Obat yang diberikan adalah dietil karbamazepin dan albendazol. Belkaga ke-5 pada Oktober 2019 lalu merupakan pelaksanaan terakhir dari seluruh rangkaian program 5 tahun tersebut. Belkaga 2019 dilaksanakan di 118 kota/kabupaten yang tersebar di 20 provinsi.
Program Belkaga memberikan dampak yang cukup signifikan. Program ini berhasil menurunkan penyebaran filariasis dan jumlah penderita kasus kronik. Pada pelaksanaan Belkaga terakhir, Kemenkes RI menyatakan 38 kota/kabupaten di 19 provinsi telah bebas filariasis. Kasus kronik juga menunjukkan tren penurunan selama 4 tahun terakhir.
Meskipun demikian, hingga saat ini WHO belum mengeluarkan pernyataan mengenai keberhasilan visi eliminasi filariasis dunia 2020. Status Indonesia juga belum dinyatakan bebas filariasis. Walaupun belum terbebas dari filariasis sepenuhnya, berbagai upaya yang dilakukan setidaknya telah menuntun Indonesia mencapai visi tersebut. Hal yang diperlukan saat ini adalah melanjutkan upaya yang ada disertai
Akupunktur untuk Migrain: Apakah Efektif ?
Melirik salah satu teknik pengobatan tradisional Tiongkok
akupunktur sham (akupunktur pada tempat
pemantauan yang ketat. wira
peningkatan kualitas hidup pada subjek yang diberikan terapi akupunktur. Sama seperti studi sebelumnya, frekuensi dan jumlah hari migrain juga berkurang. Tidak hanya itu, efek samping secara signifikan ditemukan lebih rendah pada kelompok akupunktur daripada kelompok yang diberi pengobatan standar. Kajian sistematik serupa lainnya juga menemukan hasil yang sama. Efektivitas akupunktur dinilai lebih baik dalam mencegah migrain dibandingkan terapi farmakologis. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa akupunktur tidak hanya lebih unggul dibanding kelompok akupunktur sham atau tanpa intervensi, tetapi juga melebihi terapi farmakologis yang ada.
Cara kerja akupunktur
Hingga kini, dunia kedokteran barat masih berusaha menginvestigasi mekanisme di balik cara kerja akupunktur yang belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori yang diduga mendasari mekanisme akupunktur, antara lain efek neurotransmiter, efek langsung ke sistem saraf pusat (SSP), peningkatan aliran darah serta efek antiinflamasi. Akupunktur diduga meningkatkan opioid endogen yang berperan dalam mengakti!an sistem analgesik serta menurunkan substansi-P, yaitu zat pada saraf yang berperan dalam transmisi sinyal nyeri ke SSP.
Secara keseluruhan, akupunktur memiliki efek yang positif terhadap penanganan migrain. Dengan demikian, teknik ini sangat berpotensi untuk menjadi terapi adisi alternatif bagi pasien yang tidak berespons terhadap terapi standar dengan baik. jessica