ISSN: 2302-7851 BIMFI
Volume 2 No. 1 Juni - Desember 2013
BERKALA ILMIAH MAHASISWA FARMASI INDONESIA
BIMFI
INDONESIAN PHARMACY STUDENT JOURNAL
ISSN: 2302-7851
Volume 2 No. 1 Juni - Desember 2013
BERKALA ILMIAH MAHASISWA FARMASI INDONESIA
BIMFI
INDONESIAN PHARMACY STUDENT JOURNAL
SUSUNAN PENGURUS BOARD OF TRUSTEE Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
BOARD OF DIRECTOR Rahmi Khamsita, S.Farm., Apt
PENANGGUNG JAWAB ISMAFARSI
PIMPINAN UMUM M. Khairuman Universitas Padjadjaran
WAKIL PIMPINAN UMUM
DEWAN REDAKSI Agus Al Imam B. Universitas Indonesia Sujatmoko Universitas Padjadjaran Oktavia Rahayu A. Universitas Brawijaya Dina Aruni S. Universitas Jenderal Soedirman Yonika Arum Larasati Universitas Gadjah Mada Dewi Purwaningsih Universitas Hasanuddin Nur Idiani Islami Universitas Andalas
PUBLIKASI Retno Rela Mahanani S. Universitas Indonesia Ade Putri Yulianti Universitas Tanjungpura Jihan Shasika Rani Universitas Andalas Nia Anzini Universitas Tanjungpura Aris Setiyo Universitas Airlangga Prima Ramadhani Universitas Andalas Muliawati Universitas Hasanuddin
Restri Akhsanitami Universitas Padjadjaran
HUMAS DAN PROMOSI SEKRETARIS Anggita Sekarsari Universitas Padjadjaran Fitri Arum Sari Universitas Indonesia
BENDAHARA Adiba Hasna Ramadhani Universitas Padjadjaran Sulistiyaningsih Universitas Indonesia
PIMPINAN REDAKSI Nita Kristiani Universitas Gadjah Mada
ii
Rhesa Ramadhan UIN Syarif Hidayatullah Citra Utami Universitas Hasanuddin Fitri Wulandari Universitas Indonesia Hartika Guspayane Universitas Indonesia Adlina Arsi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
TATA LETAK DAN LAYOUT Mutiara Annisa M. Institut Teknologi Bandung Septian Anggadibya Universitas Padjadjaran Hesti Lestari Universitas Padjadjaran Khalidazia Universitas Andalas Diah Lestari Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
ISSN: 2302-7851
Susunan Pengurus................................................................................................................................... Daftar Isi...................................................................................................................................................... Petunjuk Penulisan................................................................................................................................ Setitik Ilmu................................................................................................................................................. Sambutan Pimpinan Umum...............................................................................................................
ii iii iv ix x
PENELITIAN Uji Efektivitas Crustashellac Nanopartikel Sebagai Bio-Termitisida Pembasmi Rayap Alami yang Aman Murah dan Ramah Lingkungan Ronny Martien, Halida Rahmania, Yogi S. Laksono, Uli Rianiari, Wistiani T. Wardani ..................................................................................................................................................................................................................................
1
Kajian Aktivitas Infusa Daun Mimba (Azadirachta indicajuss.) sebagai Obat Herbal Pereda Osteoarthritis R Arindra Hanuraga, Nadya Agustina, Agung Utan NS, Nurul Hidayati ..................................................................................................................................................................................................................................
6
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Gambir (Uncaria gambir (huntes) roxb.) Terhadap Aktivitas Listrik Jantung pada Tikus Hipertensi Tika Nurhasanah dan Santi Purna Sari ..................................................................................................................................................................................................................................
13
Modifikasi Struktur dan Penambatan Molekular Obat Antimikroba Golongan Inhibitor Dihydrofolate Reductase (DHFR) Agus Al Imam Bahaudin, Dessy Dian Septysari, dan Nazulanita Rahma ..................................................................................................................................................................................................................................
21
Uji Aktivitas Sediaan Tonik Penumbuh Rambut Ekstrak Metanol dari Bonggol Pisang Kepok (Musa Balbisiana) pada Tikus Putih Jantan Nazulanita Rahma, Noorviana Farmawati, Agung Ismal Saleh ..................................................................................................................................................................................................................................
33
ADVERTORIAL IAN LC: Inhalation Aerosol Nebulizer For Lung Cancer, A New Treatment Alternative For Lung Cancer Bases On Nanoparticles Of Soursop Leaf Isolates Andika Dewi Ramadhani, Kun Rasyida, Siti Zulaikha, Dian Ayu Eka Pitaloka, Farichatul Izzah, Endah Puspitasari .................................................................................................................................................................................................................................. 38
SMEDDS EKJP: Self-Micro Emulsifying Drug Delivery System Ekstrak Kulit Jeruk Purut sebagai Inovasi Ko-Kemoterapi Doxorubicin Berbasis Fitofarmaka Prisnu Tirtanirmala, Nindi Wulandari, Rahmawaty Rachmady
.................................................................................................................................................................................................................................. 47
Sirup Ekstrak Air Sirih Merah (Piper crocatum) : Inovasi Baru Obat Diabetes Berbasis Herbal Fera Amelia, Ellsya Angeline R., Erni Wijayanti .................................................................................................................................................................................................................................. 58 iii
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) Indonesian Pharmacy Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) adalah publikasi tiap enam bulanan yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peer-reviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMFI menerima artikel penelitian asli yang berhubungan dengan kelompok bidang ilmu farmakologi, farmasetika,teknologi sediaan farmasi, farmakognosi, fitokimia, kimia farmasi, bioteknologi farmasi, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa farmasi.
Kriteria Artikel 1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu farmasi, kesehatan masyarakat, dan ilmu dasar farmasi. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan teks (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran). 2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia farmasi, ditulis dengan memerhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. 3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi farmasi. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan. 4. Artikel penyegar ilmu farmasi: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia farmasi atau kesehatan, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau farmasi yang perlu diketahui oleh pembaca. 5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia farmasi dan kesehatan, mulai dari ilmu dasar farmasi, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang farmasi, lapangan kerja sampai karir dalam dunia farmasi. Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa farmasi. 6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa farmasi). 7. Advertorial: artikel singkat mengenai obat atau kombinasi obat terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
iv
Petunjuk Bagi Penulis 1. BIMFI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain. 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. Naskah terdiri dari maksimal 15 halaman. 3. Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word. Naskah dikirim melalui email ke alamat bimfi@ismafarsi.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. 4. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: 1. Judul karangan (Title) 2. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution) 3. Abstrak (Abstract) 4. Naskah (Text), yang terdiri atas: - Pendahuluan (Introduction) - Metode (Methods) - Hasil (Results) - Pembahasan (Discussion) - Kesimpulan - Saran 5. Daftar Rujukan (Reference) 5. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: 1. Judul 2. Nama penulis dan lembaga pengarang 3. Abstrak 4. Naskah (Text), yang terdiri atas: - Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas) - Pembahasan - Kesimpulan - Saran 5. Daftar Rujukan (Reference) 6. Judul ditulis dengan huruf besar, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan anak judul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. 7. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 8. Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis.
v
9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul. 10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic). 11. Tabel 12. Gambar 13. Metode statistik 14. Ucapan terima kasih 15. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat 1. Artikel dalam jurnal i.
Artikel standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vi
Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. Tanpa edisi atau volum Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i.
ii.
iii.
iv.
v.
Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.
vii
vi.
vii.
Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. Laporan ilmiah atau laporan teknis 1. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor : Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. 2. Diterbitkan oleh unit pelaksana : Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research.
viii.
ix.
x.
Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. Artikel dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
3. Materi elektronik i.
ii.
iii.
viii
Artikel journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
SETITIK ILMU Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) Indonesian Pharmacy Student Journal Satu-satunya jurnal mahasiswa farmasi Indonesia
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) atau Indonesian Pharmacy Student Journal merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) setiap enam bulan sekali. Berkala ilmiah ini merupakan langkah awal ISMAFARSI dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa farmasi akan berkala ilmiah dan upaya pemetaan penelitian terkait ilmu kefarmasian di Indonesia. Maka dari itu, BIMFI berazaskan dari, oleh, dan untuk mahasiwa. Kriteria jenis tulisan yang tercantum dalam BIMFI adalah penelitian asli, tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar, editorial, petunjuk praktis, dan advertorial yang dibuat oleh mahasiswa farmasi Indonesia. Karya ilmiah yang dipublikasikan merupakan artikel terbaik yang sudah menjalani tahap penyaringan dan penilaian. Hal tersebut didukung oleh sistem redaksional yang digunakan, yaitu seleksi oleh editor dan redaktur, serta penilaian oleh mitra bestari, yang ahli di bidangnya masing-masing. Karya ilmiah yang dimuat dalam BIMFI terbagi dalam kelompok bidang ilmu, seperti Farmakologi, Farmakoterapi, Farmasetika, Teknologi Sediaan Farmasi, Farmakognosi, Fitokimia, Kimia Farmasi, Analisis Farmasi, Mikrobiologi Farmasi, dan Bioteknologi Farmasi. Karya yang dipublikasikan adalah tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa farmasi. Sebagai tahap awal penyebaran, BIMFI dalam bentuk cetak akan dibagikan ke beberapa Fakultas atau Prodi Farmasi di Indonesia. Pada tahap selanjutnya, BIMFI akan dibagikan ke seluruh Fakultas atau Prodi Farmasi, Asosiasi Institusi Farmasi, Organisasi Profesi Farmasi, dan beberapa perpustakaan di Indonesia untuk menjamin penyampaian informasi kepada para mahasiswa farmasi Indonesia. Selain itu, BIMFI juga tersedia dalam bentuk electronic journal yang bisa diakses di website. Dengan demikian, BIMFI diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa farmasi akan informasi ilmu kefarmasian.
ix
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Salam dari Pimpinan Umum, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan kesempatan sehingga BIMFI ini bisa kembali hadir di dunia kefarmasian Indonesia. Salawat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia hingga akhir zaman. Terima kasih tak lupa diucapkan kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses perjalanan hingga terbitnya BIMFI ini. Menulis sebuah artikel ilmiah bagi sebagian besar mahasiswa farmasi mungkin bukan menjadi hal baru. Namun, untuk mempublikasikan karya yang telah dibuat, masih kurang membudaya bagi mahasiswa. Sebagai wadah jurnal mahasiswa farmasi pertama dan satu-satunya di Indonesia, BIMFI telah berhasil menjadi konsumsi yang produktif untuk perkembangan ilmu kefarmasian bagi mahasiswa dan akademisi farmasi. BIMFI dapat dijadikan acuan referensi jurnal bagi mahasiswa sesuai kebutuhannya. Melalui BIMFI, ISMAFARSI telah menunjukkan kesungguhannya dalam mendukung Dirjen Dikti Kemendikbud Republik Indonesia, mengenai Wajib Publikasi Ilmiah bagi S1, sehingga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan jumlah publikasi ilmiah di Indonesia. Pada tahun pertama, BIMFI telah tersebar luas di beberapa kampus farmasi dari Aceh hingga Manado. Walaupun telah memasuki tahun kedua, BIMFI diharapkan dapat terus menjadi salah satu wadah mahasiswa melatih budaya mempublikasikan tulisan ilmianya. Dengan adanya berkala ilmiah ini, kami juga berharap dapat melakukan pemetaan terhadap penelitian terkait ilmu kefarmasian di Indonesia. Dengan mengingat bahwa ilmu kefarmasian terbagi dalam banyak bidang ilmu, artikel-artikel yang dipublikasikan dalam BIMFI diklasifikasikan menjadi beberapa jenis tulisan. Sebanyak 5 artikel penelitian dan 3 artikel advertorial dimuat pada edisi ini. Hanya artikel yang berkualitas dan terbaik yang bisa dimuat di BIMFI karena artikel-artikel yang masuk telah melalui proses seleksi yang panjang dan proses revisi dari dewan redaksi bersama mitra bestari. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah penyusun lakukan. Sampai berjumpa pada edisi berikutnya. Partisipasi teman-teman mahasiswa farmasi akan selalu kami nantikan. Semoga berkala ilmiah ini dapat terus membawa manfaat bagi kita semua. Hidup Mahasiswa Farmasi Indonesia! Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
M. Khairuman
x
Penelitian
UJI EFEKTIVITAS CRUSTASHELLAC NANOPARTIKEL SEBAGAI BIO-TERMITISIDA PEMBASMI RAYAP ALAMI YANG AMAN MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN Ronny Martien1*, Halida Rahmania2, Yogi S. Laksono2, Uli Rianiari2, Wistiani T. Wardani2 1
Dosen Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Mahasiswa program S1 Farmasi, Universitas Gadjah Mada *Corresponding author’s Email : ronnymartien@gmail.com 2
ABSTRAK Penggunaan kayu sudah sangat essensial dalam kehidupan masyarakat. sehingga, berbagai hal yang mungkin dapat menurunkan kualitas serta harga jual kayu menjadi perhatian utama. Di antara masalah paling merugikan bagi masyarakat yang memanfaatkan nilai jual kayu adalah keberadaan rayap. Kitosan diketahui memiliki aktivitas bio-termitisida (pembasmi rayap alami) sehingga peneliti berupaya untuk menghasilkan inovasi berupa bahan anti rayap baru yang memanfaatkan kemampuan potensial kitosan dalam penghambatan rayap. Crustashellac adalah inovasi baru anti rayap berbahan aktif kitosan yang dicampurkan ke dalam plitur. Alasan penggunaan tekhnologi nano adalah untuk memaksimalkan kelarutan kitosan dalam pelarut plitur. Pengujian efek biotermitisida dilakukan selama satu minggu dengan variable tergantung adalah jumlah kematian rayap per kelompok perhari. Kemudian data yang yang didapat diolah menggunakan statistika model ANOVA Secara keseluruhan dari setiap variable memiliki sigifikansi 0,036. Dari hasil tersebut disimpulkan hasil variabel memiliki perbedaan yang signifikan. Variabel yang berpotensi sebagai biotermitisida terbaik ada pada kitosan industri dalam dalam larutan asam tanpa adanya pelitur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapat hasil data bahwa, crustashellac yang terbentuk memiliki pemerian berwarna cokelat bening. Encer. dan masih dapat melapisi kayu. Kata kunci: kitosan, biotermitisida, nanopartikel, crustashellac
ABSTRACT The usage of woods and their product had already influence people’s life. Thus, protection of woods became main problems, many things that may treathen woods has to begun being reduced. One of them is the presence of white ant (Termites). That’s why this research aims to make the new innovative product of biotermiticide with chitosan as its active ingredient. Crustashellac is a new innovation of anti-termite with active material chitosan that mixed into plitur. Crustashellac name consists of two words, namely crustacea representing the family of crustaceans as the source of chitosan and shellac that is raw materials of plitur.Biotermiticide test run for a week. And being observed everyday to count the dead termits. Then data is proceed with ANOVA test. Study shown that overall, for each variable has a significance 0,036. Based on that test, the best variable as biotermiticide is the high-deacetylation degree chitosan that soluted in acid pH 4. Crustashellac had appearance as a liquid, clear, and still can made a layer. Keywords: chitosan, biotermiticide, nanoparticle, crustashellac
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
1
1. PENDAHULUAN
hingga bulan Juni 2012. Bahan yang digunakan
Salah satu masalah paling merugikan bagi masyarakat yang memanfaatkan nilai jual kayu
di
kehidupan
keberadaan
rayap.
sehari-harinya Rayap
adalah
adalah
bahan
adalah LImbah kulit udang, Kitosan Industri. Shellac,
HCl.
NaOCl
0,315%,
methanol,
aquadest, NH3 37%. Asam Asetat 1%, NAOH 1M.
pengurai alami. Namun, akibat pembangunan pemukiman masyarakat yang terlalu pesat, rayap
2.1. Pembuatan Kitosan
terpaksa memangsa bangunan berbahan kayu,
Kitin
yang
telah
dihasilkan
setelah
kertas, arsip, buku, dan tanaman. Di Indonesia,
melalui proses deproteinasi dimasukkan dalam
kerugian akibat serangan rayap mencapai 224-
larutan NaOH dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50,
(1)
238 milyar rupiah per tahun
.
dan 60% (berat) pada suhu 90-100 C sambil
Limbah kulit udang memiliki kandungan
diaduk selama 60 menit. Hasilnya berupa slurry
yang dapat beraktivitas sebagai bio-termitisida
disaring, endapan dicuci dengan menggunakan
atau
pembasmi
rayap
alami
(2).
tetapi
pemanfaatannya pada kayu masih belum terlalu optimal.
Untuk
mengakses
memudahkan
kitosan,
aquadest lalu ditambah HCl encer agar pH netral kemudian dikeringkan.
masyarakat
penyisipan
atau
2.2. Perhitungan Derajat Deasetilasi
panggabungan kitosan pada bahan yang sudah
Perhitungan Derajat Deasetilasi(2).
dikenal masyarakat dan biasa diaplikasikan pada (1)
kayu. Cara tersebut dapat dilakukan sebagai sarana memperkenalkan kitosan sebagai anti rayap pada masyarakat. pembuatan
pembacaan
dengan
FTIR
untuk melihat perbedaan kitosan industri dengan
Chrushtashellac terbaru
Dilakukan
merupakan plitur
inovasi
kitosan hasil.
bio-termitisida.
Penamaan bahan pelitur termitisida siap pakai
2.3. Pembuatan Nanokitosan
tersebut didasari oleh dua kata, yaitu Crustacea Ada beberapa metode yang digunakan
sebagai nama genus dari udang dan shellac yaitu
bahan
dasar
pembuatan
pelitur.
dalam membuat nanokitosan :
Nanopartikel merupakan suatu partikel yang berukuran nano
(3)
. Satu nanometer adalah 10-
Metode Z.G. Hu, et al, 2007(5)
9
meter. Kitosan yang tadinya tidak larut pada
alkohol
dibuat
menjadi
nanokitosan
yang
kelarutannya akan lebih besar pada alkohol(4).
Siapkan 1 mg/ml larutan kitosan dengan melarutkan kitosan dalam asam asetat 1% v/v, vortex campuran. Larutkan TPP dalam aquadest dengan konsentrasi 1 mg/ml. Tambahkan 1 ml
2. METODE
dari larutan TPP 1 mg/ml ke dalam 5 ml larutan
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Farmasi
UGM
Unit
III
Fakultas
Farmasi, Jl Sekip Utara, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2012
kitosan 0,5% b/v sambil diaduk dengan magnetic stirrer pada suhu kamar selama 30 menit. Nanopartikel secara spontan akan terbentuk setelah penambahan TPP ke dalam larutan kitosan.
2
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
Metode penambahan NH3
3. HASIL
0,2 gram kitosan dilarutkan dala 500 ml
3.1 Pembuatan Kitosan
Asam Asetat 1%, diaduk menggunakan jartest sampai terbentuk larutan kitosan. Kemudian larutan kitosan ditetesi 20 tetes NH3 (p) 37% sampai terbentuk gel kitosan putih. dibuktikan oleh hasil dari pembacaan TEM, atau Transmition Electron Microscop sebab, nano pertikel yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang sangat kecil.
Pengujian
dilakukan dengan
dengan
politur
yang
telah
pada
politur
kayu
terhadap
gilvus.
Pengumpanan
kepada
rayap dilakukan dengan mengelem pipa pralon diatasnya.Kemudian, diberi plastisin agar padat dan mampat, sehingga semua lubang kecil dapat tertutupi
derajat
deasetilasi
yang
terjadi
mengakibatkan kitosan hasil produksi sendiri sulit larut, sehingga tidak bias diproses dalam bentuk nano.
cara
biotermitisida kitosan menggunakan rayap tanah Macrotermes
Perbedaan
Pembuatan
Nanokitosan
dilanjutkan
3.2. Pembuatan Nanokitosan
tercampur dengan nanokitosan. Uji pengaruh nanokitosan
kitosan hasil produksi sendiri adalah DD 30%=
menggunakan kitosan industri.
2.4. Uji Politer Biotermitisida
kayu
kitosan industri adalah 98 %. Sedangkan untuk
24, 58%. DD 40%= 30,01%, DD 50%= 30,83%.
Setiap dari nanokitosan yang terbentuk
pelapisan
Karakterisasi derajat deasetilasi untuk
sehingga
Pengamatan dilakukan
rayap
tidak
kabur.
setiap 24 jam sekali
pada jam 5 sore sebab rayap tidak tahan terhadap cahaya(6).
Kriteria dari nanokitosan yang kami hasilkan
Pengujian
TEM
dilakukan
di
Laboratorium TEM MIPA UGM. Didapat 8 sampel nanokitosan untuk karakterisasi nanokitosan, didapat
hasil
pengukuran
penampang
nanokitosan sebagai berikut : 1= 62,8282 ; 2= 62,8282; 3=66,6 4= 58,33; 5= 54,1176; 6= 42,825; 7= 43,75; 8= 55,83. Sehingga, secara keseluruhan rerata ukuran partikel nanokitosan yang berhasil dikarakterisasi adalah 55,838 nm, dengan SD 6,808%, LE= 2,8997. Kisaran dari ukuran
partikel
nanokitosan
adalah
52,938<55,838<58,7377 . Hal ini menunjukkan karakter nano kitosan yang dibentuk memenuhi
2.5. Analisa Data
kriteria sebagai nanopartikel.
Untuk melihat perbedaan, data yang diperoleh diubah dalam bentuk persentase. Persen perubahan kadar
dianalisis dengan
Kolmogorov-Smirnovuntuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Jika hasil analisis Kolmogorov-Smirnov data terdistribusi normal,
Gambar 1. Nanokitosan
maka analisis dilanjutkan dengan ANOVA satu arah, namun bila data tidak terdistribusi normal maka metode analisis statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan
3.3. Uji Politur Biotermitisida Pengujian Biotermitisa dilakukan dengan membuat 8 formula berbeda.
95%.
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
3
Tabel 1. Tabel Formulasi Parameter
kurang dari 0,05%. Dari hasil ini bisa disimpulkan pencampuran
kitosan industri dalam larutan
asam lebih efektif sebagai agen biotermitisida. Kemampuan
larutan
kitosan
dalam
membasmi rayap tidak dapat dipisahkan dari keberadaan asam. Asam juga dapat menjadi racun bagi rayap. Akan tetapi, asam juga berbahaya manusia(7). Dari segi ketahanan, asam
sangat
Sehingga,
mudah secara
tercuci
dan
ketahanan,
rusak. produk
crustashellac lebih unggul, karena pelitur akan Dari setiap kelompok kemudian diamati efek biotermitisidanya dengan cara menghitung jumlah rayap yang mati dalam tiap parameter. Kemudian data diplotkan ke dalam grafik untuk mengetahui
parameter
yang
memiliki
nilai
pembasmian rayap tertinggi diantara kelompok yang diujikan.
membentuk lapisan yang dapat meningkatkan keterikatan kitosan pada kayu, sehingga tidak mudah tercuci. Dari hasil juga dapat dilihat bahwa ternyata peningkatan derajat deasetilasi yang kurang signifikan tidak mempengaruhi efek biotermitisida.
Namun,
peningkatan
derajat
deasetilasi mempengaruhi kelarutannya dalam asam. Apabila dilihat dari uji ANOVA yang dilakukan signifikansi yang didapat 0,490 ; apabila diacukan pada studi literatur, signifikansi tidak menunjukkan nilai yang diinginkan, atau hasil pengaruh derajat deasetilasi tidak memiliki perbedaan secara signifikan. 5. SIMPULAN Kitosan yang merupakan limbah rumah
Gambar 2. Grafik Jumlah Kematian Rayap Tiap Parameter
tangga ternyata memiliki khasiat dalam hal termitisida. Penerepan tekhnologi nano terbukti berhasil membuat kitosan yang lebih memiliki
4. PEMBAHASAN Hasil efek biotermitisida yang diplotkan dalam grafik dapat dilihat parameter kitosan industri dalam larutan asam tanpa pencampuran pelitur memiliki efek biotermitisida yang lebih baik dibanding
dengan
parameter
lainnya.
Dari
keseluruhan parameter dalam tes ANOVA dan
ukuran nao, sehingga, dispersinya dalam alcohol menjadi lebih baik. Pengujian efek biotermitisida menunjukkan efek terbaik penghambatan adalah larutan kitosan industri dalam asam. 6. SARAN
didapat signifikansi sebesar 0,036. Dari hasil
Untuk dapat membuat produk siap jual
tersebut memiliki arti bahwa data yang didapat
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengenai,
memiliki perbedaan secara signifikan. Disebut
ketahanan
signifikan apabila uji anova menunjukkan hasil
konsentrasi bahan baku.
4
crustashellac
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
dan
- Desember 2013
optimalisasi
7. UCAPAN TERIMA KASIH
[7]
Penelitian ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia melalui Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2011.
Tabbu, C.R. dan B . Hariono. 1991 . Pencemaran
lingkungan
oleh
limbah
peternakan dan pengolahannya . Bull . FKH UGM 10(2):71-83.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.rer.nat.Ronny Martien, M.Si selaku dosen pembimbing
penelitian
atas
dukungan
dan
bimbingannya
DAFTAR PUSTAKA [1]
Tarumingkeng, R. C. Biologi dan Perilaku Rayap
[serial
online]
http:/tumotou.net/biologi
2005.
dan
prolaku
rayap.htm, diakses tanggal 28 juni 2012 [2]
Radihtya, Zulfahmi. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang sebagai Bahan Anti Rayap (Biotermitisida) pada Bangunan Berbahan Kayu [Skripsi]. Jurusan Teknik Kimia : Universitas Diponegoro Semarang.; 2010
[3]
Setiowati, Nurani. Determination of Optimum Conditions for Nanoparticle Formation from Caesalpinia sappan Wood as An Antiacne Agent [Thesis]. Faculty of Mathematic and Natural
Sience
:
Bogor
Agricultural
University.; 2011. [4]
Musthaba MS, Sanjula B, Sayeed A, Alka A,Javed A. Status of Novel DrugDelivery Technology for Phytotherapeutics. 2009;6.
June
doi:10.1517/17425240902980154.
625-637.v6. [5]
Szeto Yau-shan, Zhingan Hu. ATA Journal for Asia on Textile & Apparel Article Exploring Nanochitosan. Cina . 2007
[6]
Prasetyo Kurniawan Wiji, , S.Hut. & DR. Sulaeman Yusuf. Mencegah & Membasmi Rayap
secara
Ramah
Lingkungan
&
Kimiawi. Jakarta (Indonesia): Agromedia pustaka; ISBN: 979-3702-23-0
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
5
Penelitian
KAJIAN AKTIVITAS INFUSA DAUN MIMBA (Azadirachta indicaJUSS.) SEBAGAI OBAT HERBAL PEREDA OSTEOARTHRITIS R Arindra Hanuraga*, Nadya Agustina, Agung Utan NS, Nurul Hidayati Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia, *Corresponding authorâ&#x20AC;&#x2122;s email : hanuragaarindra@gmail.com
ABSTRAK Efek anti-osteoartritis daun mimba (Azadirachta indica) diteliti menggunakan tikus terinduksi adjuvant dan mencit yang terinduksi nyeri. Daun mimba dibuat menjadi infusa, diberikan secara oral kepada mencit untuk menguji efek analgesik, kepada mencit untuk diuji efek analgesiknya dan kepada tikus untuk diuji aktivitas antiinflamasi dan indeks artritisnya sebagai parameter efek pereda osteoartritis. Hewan uji dibagi atas kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok perlakuan dengan infusa daun mimba (dosis 0,36, 0,73, dan 1,46 mg/20 g berat badan untuk uji analgesik; dosis 2,52, 5,04, dan 1,01 mg/200 g berat badan untuk uji antiinflamasi). Indeks Artritis ditentukan pada hari ke-17 dan 31, udem volum ditentukan setiap hari selama 31 hari dan jumlah geliat dihitung setiap 5 menit selama 1 jam, kemudian data dianalisis dengan ANOVA dan uji t (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks artritis, udem volume dan jumlah geliat mengalami penurunan dengan pemberian infusa daun mimba. Selain itu, efek maksimum pereda osteoarthritis dicapai dosis III daun mimba. Infusa daun mimba efektif dalam mengurangi gejala Osteoartritis, dan hasil konversi dosis III ke dosis manusia, menunjukkan dosis 0.565 gr / kgBB atau setara dengan 14 lembar daun. Kata kunci: Azadirachta indica Juss., tikus terinduksi adjuvant, analgesik, anti-inflamasi, artritis.
indeks
ABSTRACT Anti-osteoarthritic effect of Azadiracta indica were investigated using rats induced adjuvant and mice induced pain. Neem leaf are made into infusion , administered orally to mice to test the analgesic effect, the rats to test the anti-inflammatory and arthritis index as a parameter reliever effects of osteoarthritic. The models were divided into normal control group , negative control , positive control , and the group treated with neem leaf infusion ( doses of 0.36 , 0.73 , and 1.46 mg/20 g body weight to test analgesics ; doses of 2.52 , 5.04 , and 1.01 mg/200 g body weight to test antiinflammatory ). Arthritis Index is determined on days 17 and 31, edema volume is determined every day for 31 days and the number of writhing was calculated every 5 minutes for 1 hour , then the data were analyzed by ANOVA and t-test ( p < 0.05 ) . The results showed that the index of arthritis, edema volume and the amount of stretching was clearly decreased with administration of Neem leaf infusion. Moreover, the maximum effect is achieved at dose III. In conclusion, infusion of neem leaves is effective in reducing symptoms of osteoarthritis, and the conversion the third dose to human dose, in the amount of 0.565 g/kg, equivalent to 14 sheets of leaves Keywords: Azadirachta indica Juss., adjuvant-induced rat arthritic, analgesic, anti-inflamatory, arthritic index.
6
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
1. PENDAHULUAN
dari pohon ini merupakan triterpenoid golongan
Di Indonesia, rematik adalah penyakit
limonoid,
contohnya
azadirachtin,
nimbin,
kronis yang sering kita jumpai di masyarakat,
salanin, azadirachtol dan 30%-50% minyak(8).
salah satu jenis rematik yang sering diderita
Zat-zat tadi diduga berefek anti feedant dan
adalah osteoartritis (OA). Osteoarthritis adalah
insektisida,(8) yang artinya dapat berefek racun
gangguan yang mempengaruhi bantalan sendi
pada manusia.
diarthrodial dari kerangka perifer dan aksial. Hal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ini ditandai dengan penurunan dan hilangnya
adanya
kartigo articular, sehingga terjadi pembentukan
parameter efek analgesik, anti-inflamasi, dan
osteofit, nyeri, keterbatasan gerak, deformitas
anti-artritis pada ekstrak daun pohon mimba
(1)
efek
pereda
Osteoartritis,
dengan
(Azadirachta indica Juss.) pada tikus artritis yang
dan kecacatan . Pengobatan osteoartritis yang sering
diinduksi
menggunakan
complete
freund’s
dilakukan secara konvensional adalah dengan
adjuvant (CFA) dan mencit galur Balb/C yang
pemberian DMARD’s (Disease Modifiying Anti
diinduksi asam asetat glasial.
Rheumatic Drugs). Obat-obat ini berkhasiat anti radang kuat dan dapat menghentikan atau
2. METODE PENELITIAN
memperlambat kerusakan tulang rawan. Obat ini
2.1. Alat dan Bahan
kadang juga dikombinasikan dengan NSAID’s (Non-Streoid Anti Inflammation Drugs) untuk memperkuat efeknya. Tetapi, DMARD’s bersifat toksik bagi darah dan ginjal(2) dan NSAID’s dapat mengakibatkan
pendarahan
gastrointestinal(2).
Oleh
karena
sekarang
dicari
bahan
terus
pada itu, obat
sampai yang
mempunyai aktifitas anti-rematik yang tidak toksik.
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah daun mimba, complete freund’s adjuvant (Sigma) yang mengandung Mycobacterium butyricum, asam asetat glasial (Merck) sebagai penginduksi nyeri, natrium diklofenak (Novartis) sebagai reference drug antiradang (kontrol positif), parasetamol (Sigma) sebagai reference drug analgesik (kontrol positif). Alat-alat yang digunakan adalah neraca, lemari
Pohon Mimba (Azadirachta indica Juss.) adalah salah satu flora yang ada di Indonesia. Secara
turun
temurun,
terdapat
bukti-bukti
empiris di beberapa daerah di Indonesia yang masyarakatnya percaya bahwa menggunakan rebusan daun mimba (Azadirachta indica Juss.) dapat digunakan sebagai penghilang pegal-pegal
pendingin,
alat
gelas,
kompor
listrik,
plestismometer, dan panci infusa. Hewan uji yang dipergunakan adalah tikus betina galur Sprageue Dawley (SD), umur 2 bulan, berat badan 150-250 g dan mencit betina galur Balb/C umur 1 bulan diberi pakan BR2-F dan minum adlibitum.
atau anti rematik. Ini harus dibuktikan sehingga tidak menjadi racun yang akan merugikan bagi manusia. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa daun pohon ini berefek sebagai anti-viral(3), antibakteri(4),
anti-paralitik(5),
antioksidan(6,7).
2.2.
Prosedur Penelitian
2.2.1. Preparasi Bahan Uji Determinasi tumbuhan mengacu pada buku
flora
of
(9)
Java .
Pengumpulandaun
Kandungan-kandungan yang sudah diketahui
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
7
Azadirachta IndicaA. Juss. yang diambil dari
VI (Perlakuan III)
Hari 1 diberi CFA, hari 17-
daerah Kentungan Yogyakarta, dicuci dibawah air
mengalir,
ditiriskan.
Dikeringkan
30 diberi 10.08 mg/200gr
tanpa BB infusa daun mimba
pemanasan tambahan.Pembuatan Infusa daun mimba 0,5%. Daun mimba sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam panci infusa, ditambah air
Tikus disuntik pada paha kanannya (10)
sebanyak 100 mL. Panci dipanaskan selama 15
sebanyak 0.1 mL
menit dihitung mulai suhu di dalam panci
efek artritis terlihat. Pada hari 17 dan 31
0
. Ditunggu 16 hari, sehingga
mencapai 90 C. Kemudian diserkai selagi panas,
ditetapkan indeks artritis(11) dan volume udem.
kekurangan volume ditambahkan melalui ampas
Hasil pengamatan dari persentase indeks artritis
dengan aquadest panas.
dan volume
udem
dianalisis menggunakan
analisa statistika one way-ANOVA (p<0,05). 2.2.2.
Uji Aktivitas Anti-Artritis dan AntiInflamasi
2.2.3.
Model uji in vivo yang digunakan adalah tikus
yang
diberi
complete
Uji Efek Analgesik Pada uji analgesik, penginduksi rasa
freundâ&#x20AC;&#x2122;s
nyeri adalah asam asetat 0,1%. Mencit jantan
adjuvant(CFA), yang akan menginduksi artritis
galur Balb/C dibagi menjadi enam (VI) kelompok,
dan inflamasi kronis. Menggunakan tikus galur
dengan perlakuan berikut:
Sprague Dawley(SD) jantan, yang dibagi menjadi Tabel 2. Perlakuan Uji pada Mencit galur Balb/C
lima kelompok:
Kelompok (n=5)
Perlakuan Daun Mimba
I (kontrol normal)
Tanpa perlakuan
II (Kontrol
Diberi as. asetal glasial
negatif)
0,1% sesuai dosis
III (Kontrol
Diberi as. asetat 0,1%,
positif)
diberi suspensi
Tabel 1. Perlakuan Uji pada Tikus galur SD Kelompok (n=5)
Perlakuan Daun Mimba
I (kontrol normal)
Tanpa perlakuan
II (Kontrol negatif)
Hari 1 diberi CFA, hari 1730 diberi aquadest
III (Kontrol positif)
Hari 1 diberi CFA, hari 17Parasetamol 1.3 30 diberi Na-diklofenak mg/kgBB
IV (Perlakuan I)
(12)
Hari 1 diberi CFA, hari 17IV (Perlakuan I)
Diberi as. asetat 5%, lalu
30 diberi 2,52 mg/200gr 0,364 mg/20gr BB infusa BB infusa daun mimba daun mimba V (Perlakuan II)
Hari 1 diberi CFA, hari 17V (Perlakuan II)
Diberi as. asetat 5%, lalu
30 diberi 5.04 mg/200gr diberi 0,768 mg/20gr BB BB infusa daun mimba infusa daun mimba
8
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
VI (Perlakuan III)
Pada uji analgesik digunakan metode
Diberi as. asetat 5%, lalu diberi 1,456 mg/20gr BB
rangsang kimia. Metode ini dipilih, karena sesuai untuk
infusa daun mimba
menguji
Setelah diberikan asam asetat 0,1%(13), maka mencit akan menggeliat. Jumlah geliat inilah yang dihitung per lima menit selama 1 jam. Data yang dikumpulkan berupa geliat mencit
masing-masing
yang
zat-zat
aktif
analgesiknya belum diketahui dengan pasti golongan
kumulatif
bahan
kelompok
perlakuan. Lalu dihitung daya analgesiknya
zat
tersebut.
Metode
yang
lain,
contohnya adalah metode Hot-Plate cocok dan sensitif untuk zat-zat golongan atau turunan opiat. Pada metode rangsang kimia ini digunakan asam asetat glasial karena bersifat iritator kuat pada jaringan peritoneal. Rangsang nyeri ini juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang melepaskan mediator-mediator nyeri yang akan
menggunakan rumus sebagai berikut,
dihantarkan sampai ke otak sebagai rasa nyeri. Pada uji ini tidak terdapat kendala yang berarti, P
Daya analgesik = {100-( /K x 100)}100%
tetapi ada beberapa percobaan yang harus
dengan:
diulang karena mencit yang diuji mati karena
P = Jumlah geliat kumulatif kelompok percobaan
kesalahan penyuntikan, dengan hasil sebagai berikut:
tiap individu K = Jumlah geliat kumulatif kelompok kontrol rata-rata(14) Data daya analgesik yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah (p<0,05) dan uji t-LSD (p<0,05). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Daun mimba (Azadirachta indica Juss.) yang digunakan dalam penelitian ini diberikan dalam
bentuk
infusa
agar
menyerupai
penggunaan daun mimba ini di masyarakat, yaitu dengan cara direbus dengan air. Ini untuk membuktikan apakah rebusan ini
Grafik 1. Daya Analgesik Daun Mimba
berfungsi
sebagai pereda osteoarthritis. Infusa daun mimba ini kemudianmenjadi tiga uji sebagai parameter pereda osteoarthritis, yaitu uji analgesik, antiinfalamasi, dan penentuan indeks atritis, karena ketiganya dapat memberikan efek yang sinergis dalam mengurangi osteoarthritis.
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
Dapat dilihat pada grafik bahwa terdapat daya anlgesik pada dosis I, II, dan III infusa daun mimba,
dan
bahkan
pada
dosis III
daya
analgesiknya hampir sebesar kontrol positifnya. Hasil ini juga dibuktikan dengan uji statistik one way-ANOVA, dimana terdapat perbedaan yang
9
bermakna antara perlakuan dosis dan kontrol
6
negatif (p<0,05).
Bengkak dan merah pada jari
1,50
kaki dan sedikit bengkak pada
Selanjutnya dalah uji dari efek anti inflamasi dan efek pereda artritis pada tikus galur
sebagian
SD betina. Pada uji ini digunakan CFA (Complete
pergelangan kaki
Freundâ&#x20AC;&#x2122;s Adjuvant) sebagai penginduksi artritis dan inflamasi.
Ini
7
telapak
dan
Bengkak dan merah pada jari
memicu system imun untuk bekerja berlebihan
kaki dan telapak kaki serta
dengan manifestasi udem dan artritis. Kedua uji
bengkak pada seluruh telapak
ini
dilakukan
1,75
dikarenakan CFA dapat
secara
bersamaan
untuk
dan pergelangan kaki
menghemat waktu, biaya, serta kesalahan yang mungkin terjadi. Pada uji anti-inflamasi, diukur volume udemnya sebagai data dan pada arthritis dilihat dari suatu skala. Skala yang digunakan
8
Bengkak dan merah pada jari
2,00
kaki, telapak dan pergelangan kaki
untuk mnegukur tingkat keparahan terjadinya suatu artritis dilihat dari gejala-gejala yang timbul, lalu dinyatakan sebagai indeks arthritis. Tikus
Pada hari ke-1 sampai hari ke-16, tikus
dapat dikatakan arthritis apabila indeks yang
diinduksi dengan CFA dan belum mendapat
terjadi â&#x2030;Ľ 1 dan biasanya ditandai dengan
perlakuan dengan tujuan membuat tikus menjadi
bengkak, kemerahan, serta perubahan bentuk
menderita artritis yang ditandai dengan indeks
pada jari dan telapak kaki. Skalanya sebagi
arthritis â&#x2030;Ľ 1. Persentase indeks artritis dihitung
berikut(12) :
pada hari ke-17 dan hari ke-31. Sementara untuk pengukuran volume udem dilakukan dari hari
Tabel 3. Indeks Artritis
pertama sampai ke-31 untuk melihat respontikus No
Gejala artritis pada tikus
1
Bengkak dan merah pada 1 jari
Skor
tiap harinya. Hasilnya adalah sebagai berikut:
0,25
kaki 2
Bengkak dan merah sedikitnya
0,5
2 jari kaki 3
Bengkak pada telapak kaki
0,75
4
Bengkak dan merah pada jari
1,00
kaki dan perubahan bentuk Grafik 2. Daya anti-inflamasi hari ke-31
pada telapak kaki 5
Bengkak dan merah pada jari
1,25
kaki dan telapak kaki
10
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
efek meredakan penyakit osteoarthritis, karena ketiga parameter yang diujikan memiliki hasil yang positif. Yang perlu diperhatikan adalah dosis III infusa daun mimba mempunyai efek yang hampir sama dengan kontrol positif yang diujikan yaitu parasetamol dan Na-Diklofenak. Oleh karena itu, dosis 3 ini dapat menjadi pilihan dalam terapi yang digunakan dalam masyarakat, Grafik 3. Daya anti-artritis hari ke-31
yang apabila dikonversikan dosisnya kepada manusia,
dosisnya
menjadi
sekitar
0,565
gr/70kgBB, atau sebanding dengan kira-kira 14 lembar daun mimba yang telah kering. 4.
SIMPULAN Infusa daun mimba (Azadiracta indica
Juss.) dapat memberikan efek analgesik, antiinflamasi, menurunkan indeks artritis yang dapat dijadikan
parameter
dalam
meberikan
efek
pereda osteoarthritis.
Grafik 4. Volume Udem Tikus
Dosis III infusa daun mimba (Azadiracta indica Juss.) memiliki efek yang sama dengan Pada hari ke-16, semua tikus telah
kontrol positif yang diberikan, yaitu parasetamol
terkena artritis, yang ditunjukkan dari semua tikus
untuk efek analgesik dan Na-diklofenak untu anti-
mempunyai indeks artritis sebesar 2. Dapat
inflamasi dan penentuan indeks arthritis.
dilihat dari hasil diatas, bahwa tikus yang
Hasil konversi dosis III dari mencit/tikus
diberikan dosis daun mimba dan kontrol positif,
kepada manusia sebesar 0,565gr/70kgBB atau
mulai menunjukkan hasilnya kira-kira pada hari
kira-kira 14 lembar daun.
ke-20, yang mana paling tinggi memberikan efek, dapat dilihat pada grafik adalah kontrol positif lalu
5.
SARAN
dosis III, II, dan I. Uji statistik juga menunjukkan
Perlu dilakukan uji toksisitas dari infusa
bahwa diantara kelompok-kelompok tersebut
daun mimba ini, agar pada akhirnya diharapkan
terdapat
bermakna antara
bahwa masyarakat dapat mengkonsumsi pereda
kontrol negatif dan dosis I, II, III (p<0.05). Tetapi,
osteoarthritis yang berefek baik dan juga aman
apabila dilihat dari definisi tikus yang mengalami
atau tidak toksis,
artritis, yaitu lebih besar dari atau sama dengan
alternatif obat yang ada di pasaran.
perbedaan
yang
sehingga dapat
menjadi
satu, hanya kelompok dosis III daun mimba dan kontrol positiflah yang meredakan osteoarthritis. Dari
hasil
percobaan
ini,
dapat
disimpulkan bahwa infusa daun mimba memiliki
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
11
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[8]
Palacios SM. Anti-Feedant and Insecticide
Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan;
Properties
2008
azedarch (Meliaceae) with Potential Use for
Mulyaningsih S, Darmawan E. Anti-arthitic
Pest Management. J. Agric. Food Chem.
Effect of Musa paradisiaca sapientum L dan
2003; 51: 369-374
Aloe vera L. in Adjuvant-induced Arthritic Rats.
Yogyakarta:
Fakultas
Farmasi
Universitas Islam Indonesia; 2006 [3]
[5]
a
Limonoid
Backer CA, van der Brink RCB. Flora of Java vol II. Groningen: N.V.P. Noorfhoff;
[10] Anderson AJ. Lysosomal Enzyme Activity in Rats with Adjuvant Induced Arthritis. Annual
extract
Rheumatics Disease. 1970; 29(2): 307-313
on
Chinkugunga
and
Measles
[11] Smit F. Picrorhiza scrophulariiflora from
Singh N, Sastry MS. Antimicrobial activity of
Traditional
Neem oil. Ind. J.Pharmaciol. 1997; 13: 102-
Immunomodulatory.[Dissertation]. Utrecht :
106
Rijksuversiteit Utrech; 2000
Allan EJ, Stuchbury T, Mordue (Luntz) AJ.
Use
to
[12] Donatus TA. Interaksi Kurkumin dengan
Azadirachta indica A. Juss (Neem tree): In
Parasetamol:
vitro culture, micropropagation and the
Farmakologi dan Toksikologi, Perubahan
production
Hayati Parasetamol.[Disertasi]. Yogyakarta:
of
azadirachtin
and
other
Biotechnology
Agriculture
Kajian
Terhadap
Efek
Universitas Gajah Mada; 1994
and
[13] Hayuningtyas R. Efek Analgetik Etanol Daun
Forestry Science Series. Springer, Berlin
Mindi Hasil Soxhletasi pada Mencit Putih
Heidelberg
Jantan.[Skripsi].
NY:
in
Medical
aromatic
plant.1999; 43: 11-41
D,
Surakarta:
Chattopadhyay
I,
Ganguly CK, Chakraborty T, Bhattacharya
[14] Turner
RA.
Screening
100,101,113-114; 1965
Neem (Azadiracta indica) Bark Ekstrak: involvement
of
+
+
H -K -ATPase
Inhibition and Scavegening of Hidroxyl Radical. Life sci. 2002; 71 : 2845-2865 Sultana
B,
Anwar
F,
Przybylski
Methods
in
Pharmacology. New York: Academic Press,
K, Banerjee RK. Gastroprotective Effect of Possible
Universitas
Muhamadiyah Surakarta; 2006
Bandyopadhyay U, Biswas K, Catterjee R, Bandyopadhyay
R.
Antioxidant Activity of Phenolic Component Present in Bark of Azadirachta indica, Terminalia arjuna, Acacia nilotica, Eugenia jambolana Lam. Trees J. Food Chem. 2007; 104: 1106-1114
12
Melia
Neem leaf (Azadirachta indica A. Juss.)
(Ed)
[7]
from
Gogati SS, Marathe AD. Anti-viral Effect of
secondary metabolites. Didalam Bajaj YPS
[6]
[9]
of
1963
viruses.J. Res. Edu. Ind. Med.1989 8: 1-5 [4]
Carpinella MC, Defago MT, Valladares G,
Sukandar EY, Retnosari A, Joseph S. ISO
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
Penelitian
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GAMBIR (Uncaria gambir (Huntes) Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG PADA TIKUS HIPERTENSI 1
Tika Nurhasanah * dan Santi Purna Sari
.1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia *Corresponding author’s email : tnurhasanah@gmail.com
ABSTRAK Daun gambir (Uncaria gambir) mengandung katekin yang secara empiris bersifat antihipertensi melalui mekanisme penghambatan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) secara nonspesifik. Tekanan darah erat kaitannya dengan aktivitas jantung. Penggunaan daun gambir sebagai antihipertensi harus dipastikan keamanannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun gambir terhadap aktivitas listrik jantung pada tikus hipertensi. Tiga puluh enam tikus Sprague Dawley dibagi dalam enam kelompok yakni normal, negatif, atenolol dengan tiga kelompok dosis. Induksi larutan NaCl (3,65 g/kg bb) diberikan pada setiap kelompok perlakuan, kecuali kelompok normal, secara per oral selama 14 hari. Pada hari ke-15 dilanjutkan pemberian sediaan uji berupa larutan CMC 0,5% (kontrol normal dan negatif), atenolol 13,5 mg/200 g bb, dan ekstrak daun gambir dengan dosis 200; 400; dan 800 mg/bb hingga hari ke-28. Pengukuran aktivitas listrik jantung dilakukan pada hari ke-21 dan 28 dengan menggunakan elektrokardiogram CareWell®. Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian ekstrak dosis 800 mg/bb selama 7 hari dapat menurunkan laju jantung, memperbesar tegangan T, memperpanjang interval PR dan memperpanjang interval QT. Sedangkan, pemberian dosis 800 mg/bb selama 14 hari hanya menurunkan laju jantung dan memperpanjang interval PR. Penggunaan ekstrak daun gambir pada dosis 800 mg/bb dapat mempengaruhi aktivitas listrik jantung. Kata kunci: aktivitas listrik jantung, Uncaria gambir (Huntes) Roxb. elektrokardiogram , hipertensi
ABSTRACT Gambir leaves (Uncaria gambir) contain catechin which empirically can be used as antihypertensive through its mechanism as non spesicific Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor. Blood pressure is closely related to the heart activity. It is necessary to test the safety of gambir leaves as antihypertensive against cardiovascular system. This research aimed to know the effect of 70% ethanol extract of gambir leaves against heart electrical activity in hypertensive rats. Thirty six male rats strain Sprague-Dawley were divided into six groups consist of normal control, negative control, atenolol, with three dose groups. All groups except normal group was administered orally with NaCl solution for 14 days.On 15th day continued by giving CMC 0,5% (normal and negative groups), atenolol 13,5 mg/bw and the gambir leaves extract (200; 400; and 800 mg/bw). Heart electrical activity was measured on the day 21st and 28th using electrocardiogam CareWell®. Result from analysis showed that giving extract dose 800 mg/bw for 7 days could decrease heart rate, increase T voltage, prolong PR and QT interval. While giving extract dose 800 mg/bw for 14 days only decrease heart rate and prolong PR interval. The usage of gambir leaves extract dose 800 mg/bw effected the heart electrical activity. Keywords : heart electrical activity, Uncaria gambir (Huntes) Roxb, electrocardiogram, hypertension.
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
13
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian terdahulu gambir
Penggunaan obat herbal di Indonesia semakin meningkat. Selama kurun waktu tahun 2000-2006 tercatat jumlah pengguna obat herbal di Indonesia meningkat dari 15,2% menjadi [1]
38,30%. Meningkatnya penggunaan obat herbal dikarenakan terdapat anggapan dimasyarakat bahwa obat herbal lebih aman dibandingkan obat [2]
konvensional.
Meskipun begitu tidak semua
obat herbal aman dikosumsi. Uji keamanan dan efek samping pada obat herbal perlu dilakukan terutama obat herbal yang digunakan untuk mengobati penyakit kardiovaskuler. Salah
satu
penyakit
kardiovaskuler
dengan prevelansi tertinggi di Indonesia adalah hipertensi dengan persentase 31,7% pada tahun 2007.[3]Hipertensi adalah peningkatan persisten tekanan
darah
hingga
â&#x2030;Ľ
140/90
mmHg.[4]Keterbatasan dan efek samping dari obat-obatan
konvensional
mendorong
dapat bermanfaat sebagai antihiperlipidemia, menormalkan kadar glukosa, dan menormalkan tekanan
satunya
adalah
gambir
(Uncaria gambirI (H.) Roxb). Gambir merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di Sumatera Barat.Bagian tanaman gambir yang sering dimanfaatkan adalah daunnya.[6] Berikut gambar tanaman gambir.
[7]
Gambir
juga
banyak
dimanfaatkan sebagai zat penyamak, antidiare, astrigen,
antiinflamasi,
dan
antioksidan.[8]
Kandungan kimia pada daun gambir adalah katekin (7-33%), asam kateku tanat (20-55%), pirokatekol (20-30%), gambir flouresen (1-3%), kateku merah (3-5%), kuersetin (2-4%), dan [9]
sedikit alkaloid. Kandungan katekin yang tinggi pada daun gambir diduga memberikan efek penurunan
tekanan
penelitian
sebelumnya,
menurunkan
darah.
Berdasarkan
katekin
tekanan
darah
dapat melalui
penghambatan ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
secara
spesifik.[10][11]
non
Penghambatan terhadap ACE akan menurunkan stroke volume sehingga curah jantung berkurang dan tekanan darah menurun.[12] Sampai saat ini belum ada uji keamanan
penggunaan herbal sebagai alternatif terapi hipertensi.[5]Salah
darah.
penggunaan
ekstrak
daun
gambir
sebagai
antihipertensi. Salah satu uji keamaan yang dapat dilakukan adalah melihat efek ekstrak terhadap aktivitas listrik jantung. Mekanisme penurunan tekanan darah erat kaitannya dengan kerja jantung. Tekanan darah dipengaruhi oleh resistensi perifer dan curah jantung. Peningkatan curah jantung dapat terjadi karena peningkatan denyut jantung dan/atau stroke volume, begitu juga sebaliknya.
[13]
Aktivitas listrik jantung dapat
diketahui melalui perekaman elektrokardiogram (EKG).
Apabila
jantung
dapat
terjadi dilihat
gangguan melalui
terhadap
EKG
karena
perubahan pada otot dan segala aktivitas jantung umumnya
berhubungan
dengan
perubahan
[14]
aktivitas listrik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Gambar 1. Tanaman Gambir
pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun gambir (Uncaria gambrir (H.) Roxb) terhadap
14
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
aktivitas listrik jantung tikus yang diinduksi hipertensi
oleh
NaCl.
Hasil
penelitian
2.3.1 Penetapan Kadar Katekin
ini
Penetapan kadar katekin menggunakan
diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah
spektrofotometer
mengenai
gambir
gelombang 279 nm dan 300 nm. Pelarut yang
terhadap aktivitas listrik jantung sehingga dapat
digunakan adalah etil asetat.Absorban sampel
diketahui keamanan penggunaan ekstrak daun
pada 300 nm tidak lebih dari 0,03.[15] Perhitungan
gambir sebagai antihipertensi.
dilakukan dengan rumus:
pengaruh
ekstrak
daun
pada
% Katekin = As 279 x Ws x 100%
2. METODE
Ap 279
2.1 Bahan Uji Bahan
ultraviolet
uji
yang
digunakan
adalah
simplisia daun gambir dari sentra pertanian gambir, Sumatera Barat. Simplisia diekstraksi
Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan
(1)
W
dengan: As 279 = Absorban sampel pada 位 279 nm Ap 279 = Absorban katekin standar pada 位 279 nm
dengan metode soxhletasi pada suhu 68潞C dengan pelarut etanol 70% oleh Laboratorium
panjang
Ws
= Berat katekin standar
W
= Berat ekstrak gambir
Indonesia (LIPI), Serpong. Sebagai pembanding digunakanpenyekat
尾
kardioselektif
yakni,
2.4 Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap
atenolol yang diperoleh dari PT. Pratapa Nirmala
yakni tahap induksi hipertensi dan perekaman
(Farenheit) Indonesia.
aktivitas listrik jantung. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak sederhana dengan
2.2 Hewan Uji Hewan yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley yang diperoleh dari Balai
Pengawasan Obat-obatan dan Makanan
(BPOM). Jumlah tikus yang digunakan 36 ekor,
cara
pengundian.Kelompok
perlakuan
terbagi
dalam 6 kelompok yakni, normal, negatif, dosis 1, dosis 2, dosis 3, dan atenolol. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus.
usia 3 bulan dengan berat 150-200 gram. Perlakuan kepada hewan uji pada penelitian ini telah mendapat ethics approval dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.5 Perlakuan pada Kelompok Percobaan Perlakuan pada tiap kelompok diberikan secara oral. Selama 14 hari setiap kelompok kecuali kelompok normal diberikan larutan NaCl 3,65 g/kg untuk menginduksi tikus menjadi
2.3 Standardisasi Ekstrak Standardisasi ekstrak etanol 70% daun gambir terbagi menjadi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter non spesifik terdiri dari: penetapan susut pengeringan, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam. Parameter spesifik terdiri dari organoleptis [15]
dan penetapan kadar katekin.
hipertensi. Sedangkan kelompok normal hanya diberikan larutan CMC 0,5%. Pada hari ke-15 hingga ke-28 masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok normal dan negatif diberikan larutan CMC 0,5%. Kelompok pembanding diberikan atenolol 13,5 mg/bb, dosis 1 diberikan ekstrak daun gambir 200mg/bb, dosis 2 diberikan ekstrak daun gambir 400mg/bb, dan dosis 3 diberikan ekstrak daun gambir 800
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
15
mg/bb. Pada hari ke-21 dan ke-28 dilakukan
3. HASIL& PEMBAHASAN
perekaman
3.1 Standardisasi Ekstrak
elektrokardiogram
pada
masing-
masing tikus.
Ekstrak
etanol
70%
daun
gambir
(Uncaria gambir (H.) Roxb.) berbentuk pasta 2.5.1 Perekaman Elektrokardiogram (EKG) Perekaman
alat
yang khas serta rasa kelat Hasil standarisasi
pada
menunjukan bahwa ekstrak daun gambir memiliki
Sebelum
rata-rata persen susut pengeringan sebesar
dilakukan perekaman tikus dianestesi dengan
7,8% Âą 0,32%; kadar abu total sebesar 0,8% Âą
uretan 950 mg/kg secara intraperitoneal. Dalam
0,04%; dan kadar abu tidak larut asam sebesar
penelitian ini terdapat 5 parameter EKG yang
0,33% Âą 0,023%.Kadar rata-rata katekin pada
dibahas yakni, frekuensi denyut jantung, interval
ekstrak etanol 70% daun gambir sebesar 49,86%
PR, kompleks QRS, interval Q-T, dan tegangan
Âą 2,3%.
elektrokardiograf hantaran
II
EKG
menggunakan
semipadat, berwarna cokelat hitam dengan bau
CareWell
standar
ÂŽ
dilakukan
Einthoven.
gelombang T. Frekuensi
denyut
jantung
dihitung
3.2 Elektrokardiogram Tikus Normal
dengan menghitung jumlah kotak kecil antara dua puncak gelombang R. Frekuensi denyut jantung per menitdihitung dengan cara: Denyut/menit = 60 (2) Jumlah kotak kecil x 0,04 detik
Analisa waktu interval PR diperoleh dengan mengukur jarak dari awal gelombang P hingga awal gelombang R. Waktukompleks QRS diperoleh dengan pengukuran jarak dari akhir gelombang P sampai keakhir gelombang S, sedangkan
interval
QT
diukur
dari
akhir
gelombang P hingga akhir gelombang T. Lama interval PR, QRS, dan QT dengan satuan detik diukur dengan cara:
Gambar 2. Elektrokardiogram Tikus Normal Hasil EKG tikus normal pada penelitian ini menunjukan bahwa gelombang P, gelombang R
serta
gelombang
T
mengarah
positif,
sedangkan gelombang Q sering tidak muncul. Gelombang asimetris,
T
berujung
dan
lancip,
terbentuk
berbentuk
langsung
dari
gelombang S tanpa berhenti pada base-line. Namun, gelombang T akan menurun dengan perlahan bahkan hingga awal gelombang P. Hasil elektrokardiogram tikuspada penelitian ini
Interval = Jarakpengukuran (mm) x 1000
(3)
sesuai dengan penelitian sebelumnya.[16][17] Pada gambar 2 dapat terlihat bahwa laju
Kecepatankertas (25 mm/detik)
jantung kelompok negatif tidak ada perbedaan Besar tegangan gelombang T (milivolt) diperoleh
dengan
mengukur
tinggi
masing-
masing gelombang dar ibase line (milimeter) kemudian
dikalikan
dengan
0,1
sehingga
dengan kelompok normal. Hal ini membuktikan bahwa induksi hipertensi NaCl meningkatkan tekanan
darah
melalui
peningkatan
volume bukan peningkatan laju jantung.
diperoleh besar tegangan dalam satuan milivolt.
16
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
[18]
stroke
panjang.[20][21]. Hasil perpanjangan interval PR ini
3.3 Laju Jantung
sejalan dengan efek penurunan laju jantung yang ditunjukan oleh dosis 3. 3.5 Interval QRS
Gambar 3. Grafik laju jantung rata-rata hari ke21 dan 28. * P<0,05 terhadap kelompok normal
Dari gambar 2 juga terlihat bahwa pemberian dosis 3 selama 7 dan 14 hari dapat menurunkan denyut
jantung
secara
bermakna.
Gambar 5. Grafik interval QRS rata-rata hari ke21 dan 28. * P<0,05 terhadap kelompok normal
Efek
penurunan laju jantung oleh dosis 3 diduga
Interval QRS memiliki arti penting pada
akibat mekanisme katekin sebagai penghambat
aktivitas listrik jantung karena menggambarkan
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) non-
penyebaran impuls di seluruh ventrikel.[20] Pada
spesifik.
[10][11]
ACE inhibitor dapat meningkatkan
gambar 4 terlihat bahwa pemberian perlakuan
aktivitas parasimpatis sehingga mempengaruhi
selama 7 dan 14 hari tidak mempengaruhi
[19]
denyut jantung.
interval QRS.
3.4. Interval PR
3.6 Interval QT
Gambar 4. Grafik interval PR rata-rata hari ke-21 dan 28. * P<0,05 terhadap kelompok normal
Gambar 6. Grafik interval QT rata-rata hari ke-21 dan 28. * P<0,05 terhadap kelompok normal
Pada gambar 3 terlihat bahwa pemberian
Interval QT menggambarkan lamanya
dosis 3 ekstrak daun gambir 800 mg/BB selama
aktivitas
7 dan 14 hari dapat memperpanjang interval PR
ventrikel.Interval QT dipengaruhi oleh laju denyut
secara bermakna. Interval PR dipengaruhi oleh
jantung, apabila denyut jantung melambat maka
laju denyut jantung, apabila denyut jantung
interval QT akan lebih panjang.[20] Pada gambar
melambat
5 terlihat bahwa pemberian dosis 3 ekstrak
maka
interval
PR
akan
lebih
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
depolarisasi
dan
repolarisasi
17
800mg/BB selama 7 hari dapat memperpanjang
5. SARAN
interval QT. Hasil perpanjangan interval QT ini
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
sejalan dengan efek penurunan laju jantung yang
senyawa spesifik ekstrak etanol 70% daun
ditunjukan oleh dosis 3.
gambir
(Uncaria
mempengaruhi 3.7 Tegangan T
gambir
aktivitas
(H.) listrik
Roxb)
yang
jantung
dan
mekanismenya. DAFTAR PUSTAKA [1]. Supardi, S., Nurhadiyanto, F., WittoEng, S. Penggunaanobat tradisional buatan pabrik dalam
pengobatan
sendiri
di
Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia Gambar 6. Grafik tegangan T rata-rata hari ke-21 dan 28. * P<0,05 terhadap kelompok normal
2003; 2(4). [2]. Sari, L. O. R. Pemanfaatan obat tradisional dengan
pertimbangan
manfaat
dan
keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Pada gambar 6 terlihat bahwa pemberian dosis 3 selama 7 hari dapat meningkatkan tegangan
T.
Peningkatnya
tegangan [20][21]
mengindikasi adanya hiperkalemia. penghambat
ACE
[3]. Departemen Kesehatan Republik Indonesi.
T
Pedoman pengendalian penyakit jantung
Hal ini
dan pembuluh darah. Depkes RI 2009; 19-
dapat disebabkan karena efek dari katekin sebagai
2006; (1): 7-1.
(Angiotensin
15. [4]. Brunton,
Laurence.,
Parker,
Keith.,
Converting Enzyme) non-spesifik yang terdapat
Blumenthal, Donald.,Buxton, Ian. Goodman
pada ekstrak daun gambir. Penghambat ACE
&Gilmanâ&#x20AC;&#x2122;s: manual of pharmacology and
diketahui dapat menyebabkan hiperkalemia.[22]
therapeutics. United States: The McGrawHill Companies; 2008.p. 562-546.
4. SIMPULAN
[5]. Talha, Jawaid., Priyanka, Maddheshiya.,
Pemberian ekstrak etanol 70% daun
Akanksha,
Awasthi.
Hypertension
gambir (Uncaria gambir (H.) Roxb) dosis 800
herbal
mg/BB pada tikus hipertensi secara oral selama
Journal of Pharmacy 2011; 2(8): 30-26.
7
hari
dapat
menurunkan
meningkatan
tegangan
interval
dan
PR,
T,
interval
laju
jantung,
memperpanjang QT.
Sedangkan,
pemberian ekstrak dosis 800 mg/BB selama 14 hari
dapat
menurunkan
laju
jantung
dan
[6]. Badan Republik
plants.
International
Pengawas
Obat
Indonesia.
and
Research
dan
Monografi
Makanan ekstrak
tumbuhan obat indonesia. Vol.2. BPOM RI 2006;61-56. [7]. Sugiyama, S. Pharmacological action of
memperpanjang interval PR.Penggunaan ekstrak
gambir.
daun gambir pada dosis 800 mg/BB sebagai
Japanesse History of Pharmacy2005;(40):
antihipertensi perlu pengawasan karena dapat
33-29.
mempengaruhi aktivitas listrik jantung.
Yakugaku
Zasshi
Journal
of
[8]. Anggraini, T., Tai, A., Yoshino, T., Itani, T. Antioxidative activity and catechin content of
18
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
four kinds of Uncariagambir extracts from
(Rattusnorvegicus).
West Sumatra, Indonesia. African Journal of
StudiBiologi: Universitas Indonesia; 1994.
Azmi.
Permasalahan
Program
[18]. Martha, R. Frinda, Ayu. Pengembangan
Biochemistry Research 2011; 5(1); 38-33. [9]. Dhalimi,
[Skripsi]
gambir
model
tikus
hipertensi
yang
diinduksi
(Uncaria gambir) di Sumatera Barat dan
dengan propilthiourasil, NaCl, dan adrenalin
alternatif pemecahannya. Vol 5. Perspektif
(seri online). [Skripsi] Sekolah Farmasi:
2006; 59-46.
Institut Teknologi Bandung (diunduh pada
[10]. Liu, J. C., et al. Antihypertensive effects of tannins isolated from traditional Chinese herbs
as
non-specific
angiontensin
inhibitors
converting
22
Februari
[19]. MacFadyen,
enzyme. Life
Aldosterone collagen
[11]. Black, H. R., et al. A comparison of the
R.
J.,Craig.
blockade
turnover,
improves
herbal and Western medication. Journal of
patients. Cardiovascular
clinical hypertension 1986; 2(4); 371.
1997: 35(1); 34-30.
Antihipertensi.
dalam
Farmakologi dan Terapi. Vol 5. Jakarta:
D.
vascular
heart
rate
variability and reduces early morning rise in heart
(2009).
di
S.,Allan,
reduces
treatment of hypertension with Chinese
[12]. Nafrialdi.
Tersedia
http://digilib.itb.ac.id.
of
sciences 2003; 73(12); 1555-1543.
2013).
rate
in
heart
failure Research
[20]. Widjaja, Soetopo. EKG praktis. Jakarta: Binarupa Aksara 2009. 32-17.
Fakultas
[21]. Bekken, N.J. et al. ECG interpretation
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
madeincredibly easy .Ed.2. Pennsylvania:
360-341.
Springhouse Corporation 2001.p. 45-51.
Penerbit
Bagian
Farmakologi
[13]. Corwin, E. J. Buku Saku Patofisiologi(E. Pakaryaningsih,
Penerjemah).
Jakarta:
[22]. Reardon,
L.
C.,
Macpherson,
Hyperkalemia
in
outpatients
D.
S.
using
Buku Kedokteran EGC 2001.p. 359-339.
angiotensin-converting enzyme inhibitors:
[14]. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari
how much should we worry?.Archives of
Selke Sistem (Brahm U, Ed.2.
Jakarta:
Buku
Penerjemah).
Kedokteran
Internal Medicine 1998: 158(1); 26.
EGC
2001,p. 265-258. [15]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope
Herbal
Indonesia.
Vol
1.
Jakarta: Depkes RI 2009, 29-24. [16]. Ho,
D.,
et
al.
electrocardiography
Heart
rate
monitoring
and in
mice. Current protocols in mouse biology 2011; 139-123. [17]. Tampubolon,
Sari,
penyuntikan
Agustina. perasan
Averrhoacarambola elektrokardiogram
Pengaruh buah Terhadap
tikus
putih
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
19
Penelitian
MODIFIKASI STRUKTUR DAN PENAMBATAN MOLEKULAR OBAT ANTIMIKROBA GOLONGAN INHIBITOR DIHYDROFOLATE REDUCTASE (DHFR) Agus Al Imam Bahaudin*, Dessy Dian Septysari, dan Nazulanita Rahma Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, 16425 *Corresponding author’s email : agus.al.imam@gmail.com
ABSTRAK Infeksi bakteri adalah salah satu penyakit yang paling banyak menyerang manusia yang ditangani dengan pemberian antimikroba. Namun permasalahan dalam agen antimikroba adalah timbulnya resistensi bakteri terhadap antimikroba sehingga dapat membatasi penggunaan antimikroba serta mengurangi potensinya. Salah satu agen antimikroba yang luas digunakan adalah kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol yang bekerja melalui penghambatan metabolisme folat dalam biosintesis asam nukleat melalui penghambatan enzim dihydrofolate reductase (DHFR) dan dihydropteroate synthase (DHPS). Meskipun telah dikombinasi, resistensi bakteri akan trimetoprim dan sulfametoksazol terus meningkat sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap salah satunya untuk menurunkan resistensi maupun meningkatkan potensinya. Dalam karya tulis ini dijelaskan modifikasi struktur terhadap trimetoprim menggunakan tiga ligan standar, yaitu trimetoprim, ligan 53R, dan ligan N22. Ligan standar dan ligan modifikasi selanjutnya ditambatkan pada enzim DHFR terkompleks NADPH bakteri Staphylococcus aureus yang diperoleh dari bank data protein dengan kode 3FRB menggunakan software Autodock Tools 4.2 terintegrasi dalam PyRx Virtual Screening Tools. Hasil penambatan (docking) divisualisasi menggunakan program PyMOL dan LIGPLOT+ Version v.1.4.4. Setelah itu,pada ligan modifikasi dilakukan overlay terhadap ligan standar masingmasing. Dari hasil docking diperoleh energi ikatan antara ligan dengan enzim DHFR terkompleks NADPH. Afinitas terbaik ditunjukkan oleh ligan dengan energi ikatan terendah yaitu modifikasi terhadap ligan N22 berupa 6-ethyl-5-(3-(5-ethyl-2-iodophenyl)prop-1-ynyl)pyrimidine-2,4-diamine dengan energi ikatan sebesar -10,36 kkal/mol. Kata kunci: afinitas, docking, energi ikatan, enzim DHFR, trimetoprim
ABSTRACT Bacterial infections are one of the most commondiseases which can be cured by antimicrobial therapy. However, antimicrobial therapy can cause bacterial resistance that can lead to limitation of its use and reduction of its potency. A combination of trimethoprim and sulfamethoxazole (cotrimoxazole) is one of the antimicrobial agents commonly used worldwide. It works by blocking folate metabolism through inhibition of dihydrofolate reductase (DHFR) and dihydropteroate synthase (DHPS). Eventhough the combination had shown synergistic effects, bacterial resistance of the drug has continued to increase. Hence, structural modification need to be performed to reduce bacterial resistance and increase its potency. Structural modification of trimethoprim were performed by using three standard ligands, those were trimethoprim, 53R ligand, and N22 ligand. Standard ligands and modification ligands were docked into DHFR – NADPH complex enzyme from Staphylococcus aureus obtained from protein data bank encoded 3FRB by using Autodock Tools 4.2 integrated in PyRx Virtual Screening Tools. Docking results were visualized using PyMOL and LIGPLOT+ Version v.1.4.4. Overlay towards the standard ligand was performed to each modification ligand using the same program. Binding energy between ligand and DHFR – NADPH complex enzyme was obtained. The best affinity was shown by the lowest binding energy, which was the modification of N22 ligand, 6ethyl-5-(3-(5-ethyl-2-iodophenyl)prop-1-ynyl)pyrimidine-2,4-diamine with a binding energy of -10,36 kcal/mol. Keywords: affinity, docking, binding energy, DHFR, trimethoprim
20
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
1. PENDAHULUAN
penyakit infeksi lini pertama mencapai 90% dan (5)
Dewasa ini, penyakit yang disebabkan
pada penyakit infeksi lini kedua mencapai 50% .
infeksi bakteri semakin meluas. Infeksi bakteri ini
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk
menyerang di banyak sistem dalam tubuh
mendapatkan model modifikasi dari inhibitor
manusia, termasuk saluran pencernaan, saluran
enzim dihydrofolate reductase dengan afinitas
pernafasan, saluran kemih, dan lain-lain. Lini
terbaik melalui penambatan molekular obat
pertama
(docking).
pengobatan
penghambatan
infeksi
terhadap
ini
mikroba
adalah penyebab
infeksi tersebut menggunakan obat antibiotik,
2. METODE PENELITIAN
antimikroba, dan sejenisnya. Contoh bakteri
Metode yang dilakukan untuk mencari
patogen yang dapat menimbulkan infeksi pada
ligan terbaik sebagai inhibitor enzim dihydrofolate
manusia
Streptococci,
reductase
(8)
pembanding yaitu trimetoprim sebagai ligan
adalah
golongan
Staphylococci, E. coli, dan lain-lain.
adalah
dengan
menggunakan
3
Salah satu obat antimikroba yang selama
standar 1 (A), ligan 53R sebagai ligan standar 2
ini banyak digunakan adalah trimethorim yang
(B) dan ligan N22 sebagai ligan standar 3 (C).
dikombinasikan
Dari
(kotrimoksazol).
dengan Efek
sulfametoksazol
sinergis
ligan
standar
tersebut
obat
dilakukan modifikasi untuk mencari modifikasi
tersebut dalam penghambatan metabolisme folat
terbaik dengan cara membandingkan energi
sebagai bagian dari biosintesis asam nukleat dan
ikatan
protein
senyawa aslinya (ligan standar).
dikombinasikan
untuk
kedua
masing-masing
meningkatkan
potensi antimikroba serta menghindari resistensi.
antara
dengan
golongan
menggunakan
telah
banyak
dilaporkan
modifikasi
dengan
Ligan standar A(1) (Trimetoprim) diperoleh
Namun saat ini, resistensi bakteri terhadap kedua tersebut
senyawa
cara
visualisasi software
3D
dengan
Marvin
Beans,
sehingga membatasi penggunaan keduanya.
sedangkan ligan standar B dan C diperoleh dari
Meski begitu, kotrimoksazol tetap disukai sebagai
bank data protein dengan kode ligan 53R(13)
lini pertama agen antimikroba Resistensi
terhadap
(10)
.
bentuk
(ligan standar B) dan N22
(12)
(ligan standar C).
kombinasi
Ligan standar B dan C pada dasarnya juga
telah dilaporkan dalam bentuk in vivo. Prevalensi
merupakan modifikasi lanjutan dari trimetoprim
resistensi E. coli dan S. aureus terhadap
yang telah diteliti. Enzim DHFR yang digunakan
kotrimoksazol meningkat pada pasien yang diberi
diperoleh dari sumber yang sama dengan kode
pengobatan dengan sediaan kombinasi tersebut.
protein 3FRB. Kode protein tersebut merupakan
Selama lima tahun penggunaan, resistensi S.
enzim DHFR yang telah terkompleks NADPH
(6)
aureus meningkat dari 0,4% menjadi 12,6% .
dan Trimetoprim. Oleh karena itu sebelum
Dilaporkan
pula
terjadinya
ditambatkan
strukturnya,
beberapa
jenis
mikroba
dihilangkan
trimetoprimnya
resistensi Gram
pada negatif.
Sekelompok peneliti Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN) dalam penelitian di RS Dr.
enzim terlebih
tersebut dahulu
dengan Autodock Vina. Dalam
desain
modifikasi
struktur,
Soetomo Surabaya juga mendapatkan tingkat
dilakukan subtitusi pada rantai samping masing-
resistensi antibiotik E. coli dan S. aureus pada
masing
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
ligan
standar
(Tabel
1).
Subtitusi
21
dimaksudkan untuk menambah hidrofobisitas
Ligan yang diperoleh dipreparasi dengan
karena loka aksi dari enzim DHFR berupa pocket
mengubah format file .pdb menjadi format file
hidrofobik. Peningkatan hidrofobisitas diharapkan
.pdbqt.
dapat menambah interaksi antara ligan dengan
terhadap enzim DHFR dengan menggunakan
enzim DHFR sehingga afinitasnya pun semakin
software Autodock Tools 4.2 yang terintegrasi
meningkat.
dalam
Validasi metode
yang
terhadap
enzim
digunakan
ligan
ditambatkan
PyRx-Virtual Screening Tool dengan
dan
menggunakan Autogrid Dimensions (koordinat
dengan
grid center) dan parameter Lamarckian Genetic
DHFR
dilakukan
Masing-masing
melihat nilai RMSD masing-masing ligan standar.
Algorithm
Nilai RMSD terendah yang diperoleh pada
disebutkan.Kemudian dilakukan autogrid dengan
masing-masing standar adalah < 2 Å, yaitu
parameter grid center diatas yang dilanjutkan
sebesar 1.097 Å pada ligan A, 1.043 Å pada
dengan autodock dengan parameter Lamarckian
ligan B, dan 1.289 Å pada ligan C.Software
GA seperti diatas.Akan diperoleh nilai energi
docking yang digunakan adalah Autodock Tools
ikatan (binding energy) dengan satuan kkal/mol
4.2 dan PyRx-Virtual Screening Tool. Sedangkan
yang merupakan energi ikatan hasil penambatan
software visualisasi yang digunakan adalah
antara
PyMOL dan LigPlot
+
Version v.1.4.4.Koordinat
ligan
seperti
obat
(penjumlahan dari
dengan
yang
telah
enzim
DHFR
intermol energy,
internal
docking (grid center) yang digunakan yaitu
energy, torsional energy, dan unbound energy).
koordinat x = 24,7389, koordinat y = 12,0330,
Selanjutnya dilakukan visualisasi terhadap ligan
dan
hasil modifikasi menggunakan software PyMOL
koordinat
parameter
z
=
38,9155.
dockingyang
Sedangkan
digunakan
adalah
dan LigPlot.
Lamarckian Genetic Algorithm (GA) dengan
Parameter hidrofobisitas pada ligan dilihat
number of GA runs sebanyak 100 kali, number of
dari nilai Log P. Log P dihitung dengan
individuals
100,
menggunakan software Marvin Beans. Semakin
maximum number of energy evaluationsyaitu
tinggi nilai Log P, maka ligan tersebut semakin
250000 (short), rate crossover sebesar 0,8, rate
lipofil.
in
population
sebanyak
of gene mutation 0,02, dan subparameter lainnya disesuaikan dengan default. Tabel 1.Desain modifikasi struktur ligan A, B, dan C Ligan
22
Substituen
Rumus Bangun
A
R3
R4
R5
Ligan A
OCH3
OCH3
OCH3
Ligan A1
(C6H5)(CH3)2I
-
OCH3
Ligan A2
I
CH2CH3
CH2CH3
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
B
R1
R2
R3
R4
R5
Ligan B
-
-
-
-
-
Ligan B1
CH3
-
-
-
CH3
Ligan B2
-
CH3
-
-
CH3
C
R1
R2
Ligan C
OCH3
OCH3
Ligan C1
I
CH2CH3
Ligan C2
OCH3
I
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Visualisasi
Enzim
Dihydofolat
melihat interaksi antara ligan hasil modifikasi reductase
(DHFR)
dengan
reseptor
enzimnya
serta
melihat
kemiripan loka aksi dan posisi antara ligan hasil Enzim Dihydrofolat reductase (DHFR)
berperan
mereduksi
dihidrofolat
modifikasi dengan ligan standarnya.
menjadi
Untuk
menentukan
memiliki
modifikasi
adalah enzim DHFR yang telah dikompleks
reseptor yaitu enzim DHFR atau tidak, digunakan
dengan kofaktor NADPH. Berikut visualisasi
nilai
enzim DHFR dan lokasi site active dari enzim
penambatan struktur. Semakin rendah energi
DHFR.
ikatan antara ligan dengan reseptor, maka
ikatan
yang
tinggi
ligan
tetrahidrofolat. Enzim DHFR yang digunakan
energi
afinitas
apakah
terhadap
diperoleh
dari
semakin mudah pula ligan berikatan dengan reseptor sehingga afinitasnya makin tinggi. Nilai energi ikatan masing-masing ligan modifikasi dibandingkan dengan ligan standarnya. Perbandingan Hasil Docking Ligan Standar A (Trimetoprim) dengan Ligan Modifikasi dari Ligan A Trimetoprim Gambar 1. Visualisasi Enzim DHFR yang dikompleks dengan NADPH dengan menggunakan software PyMOL
yang
telah
disetujui
penggunaannya sebagai antimikroba golongan inhibitor DHFR digunakan sebagai ligan standar 1.
Selama percobaan, visualisasi NADPH dihilangkan untuk mempermudah dalam hal
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
23
Gambar 2. Hasil docking ligan A menggunakan Software Pymol (kiri) dan Software Ligplot (kanan)
Gambar 3. Hasil Docking ligan A2 menggunakan Software PyMOL (kiri) dan Software LigPlot (kanan)
Ligan Ligan A Ligan A1 Ligan A2
24
Tabel 2. Nilai energi ikatan pada modifikasi Ligan A Substituen Energi Ikatan (kkal/mol) R3 R4 R5 OCH3 OCH3 OCH3 -9,03 (C6H2)(CH3)2F OCH3 -9,83 I CH2CH3 CH2CH3 -9,95
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
Gambar 4. Overlay Ligan A2 terhadap Ligan A dengan Software PyMOL (Kiri/Trimetoprim-Biru, Ligan A2-Merah) dan Software LigPlot (Kanan) Substitusi R4 (para) akan menghasilkan
dan A2 di mana pada ligan A1 terdapat substitusi
terbentuknya ikatan hidrofobik sehingga mampu
gugus bulky yaitu (C6H3)(CH3)2F pada posisi
meningkatkan kecenderungan interaksi antara
meta
ligan dengan enzim DHFR. Adanya susbtitusi
dimensi molekular dengan loka aksi sehingga
halogen pada posisi ini akan meningkatkan
nilai
afinitas ikatan
dibandingkan ligan A2.
antara
ligan
dengan
enzim
yang ikatan
menyebabkan energi
ligan
ketidaksesuaian A1
lebih
rendah
sehingga ligan A1 dan A2 memiliki nilai energi ikatan lebih rendah dari ligan A (standar).Meski
Perbandingan Hasil Docking Ligan Standar B
begitu, lipofilisitas juga ditentukan oleh substituen
(53R) dengan Ligan Modifikasi dari Ligan B
lain yang terletak pada posisi R3 dan R5.
Ligan Standar 2 diambil dari Protein Data
Parameter hidrofobisitas ini dilihat dari Log P di
Bankdengan kode ligand 53R yang memiliki
mana Log P dari ligan A adalah sebesar 1,05;
rumus kimia C22H22N4O. Ligand 53R, selanjutnya
ligan A1 sebesar 4,31; dan ligan A2 sebesar
disebut ligand B, diambil sebagai salah satu
4,52. Dapat dilihat bahwa substitusi gugus
standar karena memberikan hasil energi ikatan
halogen dan alkil yang terdapat di gugus metoksi
yang tergolong rendah setelah ditambatkan pada
pada
makromolekul DHFR-NADPH yang digunakan.
trimetoprim
hidrofobisitas,
terutama
akan jika
meningkatkan ketiga
gugus
Karena itu, ligand ini diambil sebagai salah satu
metoksinya diganti dengan gugus lain yang
standar
meningkatkan lipofilisitas seperti halogen atau
penambatan
alkil.
modifikasi terbaik dari ligan standar B. Keduanya Sedangkan substitusi pada R3 dan R5
(meta) terbatas dalam hal ukuran karena adanya
memiliki
untuk
dimodifikasi.
molekul,
energi
ikatan
Dari
diperoleh yang
dua
lebih
hasil ligan rendah
dibandingkan energi ikatan pada ligan B.
protein dan kofaktor. Substitusi pada gugus ini akan memberikan pengaruh sterik pada ligan. Hal ini terlihat pada perbedaan antara ligan A1
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
25
Gambar 5. Hasil docking Ligan B menggunakan Software PyMOL (kiri) dan Software LigPlot (kanan)
Gambar 6. Hasil docking Ligan B1 menggunakan Software PyMOL (Kiri) dan Software LigPlot (Kanan)
Nama Ligan Ligan B Ligan B1 Ligan B2
26
Tabel 3. Nilai energi ikatan pada modifikasi Ligan B Substituen Energi Ikatan (kkal/mol) R1-R5 = -H -9,6 R1 dan R5 = -CH3 -10 R2-R4 = -H R2 dan R5 = -CH3 -9,88 R1, R3, R4 = -H
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
Gambar 7. Overlay Ligan B1 terhadap Ligan B dengan Software PyMOL (Kiri/ Ligan B Standar-Ungu, Ligan B1-Biru) dan Software LigPlot (Kanan) Adanya
propargyl
linker
(jembatan
Perbedaan pada ligan
modifikasi
energi ikatan
propargil) antara cincin 2,4-diaminopiridin dengan
antara
cincin bifenil memaksa cincin bifenil untuk masuk
pengaruh sterik, yaitu pada posisi substitusi
lebih dalam ke bagian loka aksi hidrofobik
metil. Ligan B1 tersubstitusi metil pada dua posisi
(7)
dua
nilai
terletak
pada
sehingga meningkatkan hidrofobisitas . Adanya
orto sedangkan ligan B2 tersubstitusi metil pada
cincin bifenil subtitusi meta dengan jembatan
posisi orto dan meta. Modifikasi pada ligan B1
propargil memiliki selektivitas tinggi terhadap
menghasilkan nilai energi yang lebih rendah
enzim DHFR. Cincin fenil distal (fenil yang tidak
dibanding ligan B2. Sehingga dapat dikatakan
terikat langsung dengan propargyl linker) akan
bahwa substitusi dimetil pada posisi R1 dan R5
masuk lebih dalam ke bagian loka aksi hidrofobik
lebih memberikan kesesuaian dimensi molekuler
sehingga menghasilkan interaksi hidrofobik yang
dibanding substitusi dimetil pada posisi R2 dan
(7)
sesuai .
R5.
Peningkatan nilai energi ikatan antara ligan standar dengan ligan modifikasi salah
Perbandingan Hasil Docking Ligan Standar C
satunya
(N22) dengan Ligan Modifikasi dari Ligan C
dipengaruhi
oleh
peningkatan
hidrofobisitasnya. Namun perbedaan nilai energi
Ligand Standar 3 diambil dari Protein
ikatan antara ligan B1 dan ligan B2 tidak
Data Bank dengan kode ligand N22 yang
dipengaruhi oleh hidrofobisitas. Hal ini dilihat dari
memiliki rumus kimia C17H20N4O2. Ligand N22,
perhitungan Log P. Log P dari ligan B adalah
selanjutnya disebut ligand C, diambil sebagai
5,09; ligan B1 6,03; dan ligan B2 6,03. Dari sini
salah satu standar karena memberikan hasil
dapat dilihat bahwa substitusi dimetil pada posisi
energi ikatan yang tergolong rendah setelah
orto
ditambatkan
maupun
meta
pada
ligan
B
akan
pada
makromolekul
DHFR
meningkatkan hidrofobisitas dengan nilai yang
terkompleks NADPH. Karena itu, ligand ini
setara.
diambil
sebagai
salah
satu
standar
untuk
dimodifikasi. Dari hasil penambatan molekul,
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
27
diperoleh dua ligan modifikasi terbaik dari ligan
lebih rendah dibandingkan energi ikatan pada
standar C. Keduanya memiliki energi ikatan yang
ligan C.
Gambar 8. Hasil Docking Ligan C menggunakan Software PyMOL (Kiri) dan Software LigPlot (Kanan)
Gambar 9. Hasil Docking Ligan C1 menggunakan Software PyMOL (Kiri) dan Software LigPlot (Kanan)
Nama Ligan Ligan C Ligan C1 Ligan C2
28
Tabel 4. Nilai energi ikatan pada modifikasi pada Ligan C Substituen Energi Ikatan (kkal/mol) R1&R2 = -OCH3 -9,76 R1 = -I -10,36 R2 = -CH2-CH3 R1 = -OCH3 -10,3 R2 = -I
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
Gambar 10. Overlay Ligan C1 terhadap Ligan C dengan Software PyMOL (Kiri/Ligan Standar COrange, Ligan C1-Biru) dan Software LigPlot (Kanan) Adanya propargyl linker (jembatan propargil)
antara
cincin
diambil kembali ligan dengan energi ikatan
2,4-diaminopiridin
yang paling rendah di antara semua ligan dan
dengan cincin fenil memaksa cincin fenil untuk
di antara ligan yang terbaik yang menunjukkan
masuk lebih dalam ke bagian hidrofobik active
kecenderungan ikatan dengan reseptor paling
(7)
site sehingga meningkatkan hidrofobisitas .
baik yaitu ditunjukkan oleh ligan C1 dengan
Subtitusi
rumus struktur dapat dilihat pada Gambar 11.
halogen
akan
menghasilkan
elektronegativitas tinggi dan terbentuk ikatan hidrogen
sehingga
meningkatkan
aktivitas
inhibisi. Lalu, subtitusi etil lebih baik daripada metoksi karena mampu meningkatkan interaksi hidrofobik.
Interaksi
hidrofobik dinilai
dari
parameter Log P. Ligan C menghasilkan nilai
Gambar 11. Ligan C1 (6-ethyl-5-(3-(5-ethyl-2iodophenyl)prop-1-ynyl)pyrimidine-2,4-diamine)
Log P sebesar 2,40; ligan C1 sebesar 4,76; dan ligan C2 sebesar 3,65. Dari sini dapat dilihat bahwa ligan C1 memang diperkirakan memiliki nilai hidrofobisitas yang paling besar sehingga ligan C2 memiliki nilai energi ikatan paling baik dibandingkan ligan C lainnya.
Adanya substitusi halogen sebagai pengganti gugus metoksi pada cincin benzena yang terikat pada inti pyrimidine mampu meningkatkan afinitas terhadap enzim DHFR yang dibuktikan dengan semakin rendahnya energi ikatan. Semakin elektronegatif suatu substituen halogen maka energi ikatannya
4. SIMPULAN Dari
masing-masing
semakin rendah sehingga di antara substituen ligan
standar
diambil salah satu hasil modifikasi yang menghasilkan energi ikatan paling baik (paling negatif) yaitu ligan A2, B1 dan C1 (lihat tabel
halogen yang energi ikatannya paling rendah adalah substituen Iodo. Selain itu, adanya ikatan C rangkap 3 yang menjembatani antara inti
pirimidin
dengan
benzena
akan
8). Namun, dari ketiga ligan terbaik tersebut
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
29
meningkatkan kecenderungan ikatan antara
No 1
2
ligan dengan reseptor semakin baik.
Tabel 5.Perbandingan Energi Ikatan antara Ligan Standar dengan Ligan Modifikasi Nama Ligan Nama IUPAC Energi Ikatan Ligan A (Trimetoprim5-[(3,4,5-trimethoxyphenyl) -9,03 standar)
methyl]pyrimidine-2,4-diamine
Ligan A1 (modifikasi 1
5-{[3-(4-flouro-2,6-dimethylphenyl0-5-
dari ligan A)
methoxyphenyl]methyl}
-9,83
pyrimidine-2,4-diamine 3
4
Ligan A2 (modifikasi 2
5-[(3,4-diethyl-5-iodophenyl)methyl]
-9,95
dari ligan A)
pyrimidine-2,4-diamine
Ligan B (53R-standar)
5-[(3R)-3-(5-methoxybiphenyl-3-yl)but-1-yn-1-yl]-
-9.60
6-methylpyrimidine-2,4-diamine 5
6
7
Ligan B1 (modifikasi 1
5-[(3R)-3-(5-methoxybiphenyl-3-yl)but-1-yn-1-yl]-
dari ligan B)
6-methylpyrimidine-2,4-diamine
Ligan B2 (modifikasi 2
5-[(3R)-3-(5-methoxybiphenyl-3-yl)but-1-yn-1-yl]-
dari ligan B)
6-methylpyrimidine-2,4-diamine
Ligan C (N22-standar)
5-(3-(2,5-dimethoxyphenyl)prop-1-ynyl)-6-
-10.00
-9.88
-9.67
ethylpyrimidine-2,4-diamine 8
9
Ligan C1 (modifikasi 1
6-ethyl-5-(3-(5-ethyl-2-iodophenyl)prop-1-
dari ligan C)
ynyl)pyrimidine-2,4-diamine
Ligan C2 (modifikasi 2
5-(3-(3-iodo-6-methoxyphenyl)prop-1-ynyl)-6-
dari ligan C)
ethylpyrimidine-2,4-diamine
DAFTAR PUSTAKA [1]
WIB
Complexed
with
TMP.
[4]
USA:
ureId=3FRB diakses pada 9 Januari 2013
An ; dan Blanchard, John S. 2011. Kinetic Dihydrofolate
Mechanism
of
[5]
Laboratory
10550N
Husada, Dominicus., et al. 2012. Akurasi
dan Infeksi Virus pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 5, Februari 2012.
2011, 50 (3), pp 367â&#x20AC;&#x201C;375 Drug Bank, Open Data Drug & Drug Target Database.
Institute
Serologis untuk Membedakan Infeksi Bakteri
from
Mycobacterium tuberculosis. Biochemistry,
[3]
Graphics
Research
Diagnostik Prokalsitonin Sebagai Petanda
the
Reductase
Scripps
Torrey Pines Rd.
Czekster, Clarissa M.; Vandemeulebroucke, Chemical
The
Molecular
pukul 17.15
and
Harris, Rodney M. 2009. Using AutoLigand with AutoDockTools: A Tutorial. California
http://rcsb.org/pdb/explore/explore.do?struct
[2]
2013.
[6]
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N. Ornston.
http://www.drugbank.ca/drugs/DB00440 30
-10.3
diakses pada 10 Januari 2013 pukul 14.20
C. Oefner, et al. 2009. S. aureus F98Y DHFR
-10.36
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
[7]
1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20.
?hetId=N22 diakses pada 9 Januari 2013
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
pukul 17.10
J.L., Paulsen., Bendel S.D., Anderson A.C.
[9]
Data
Bank.
5-[(3R)-3-(5-
2011. Crystal structures of Candida albicans
methoxybiphenyl-3-yl)but-1-yn-1-yl]-6-
dihydrofolate reductase bound to propargyl-
methylpyrimidine-2,4-diamine.
linked antifolates reveal the flexibility of
http://rcsb.org/pdb/ligand/ligandsummary.do
active site loop residues critical for ligand
?hetId=53R diakses pada 9 Januari 2013
potency
pukul 17.05
and
selectivity.
Journal
Chem.Biol.Drug Des. 78: 505-512 [8]
[13] Protein
[14] Ryan, K.J., Champoux, J.J. S. Falkow, J.J.
Kepro.
Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt, dan
http://www.kepro.nl/catalogus/product-
C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An
102.html diakses pada 9 Januari 2013 pukul
Introduction to InfectiousDiseases. 3rd ed.
16.35 WIB
Connecticut: Appleton&Lange.
King, Ross D.; Muggletont, Stephen; Lewis,
[15] Todar, Kenneth. Staphylococcus (page 2).
Richard A.; Sternberg, Michael J. E. 1992.
http://textbookofbacteriology.net/staph_2.ht
Drug design by machine learning: The use
ml diakses pada 9 Januari 2013 pukul 17.30
of inductive logic programming to model the
WIB
structure-activity trimethoprim
relationships analogues
binding
of to
[16] U.S. Food and Drug Administration. 2012. BBB
-
Staphylococcus
dihydrofolate reductase. Proc. Natd. Acad.
aureushttp://www.fda.gov/food/foodsafety/fo
Sci.
odborneillness/foodborneillnessfoodbornepa
USA
Vol.
89,
pp.
11322-11326,
Biophysics. [10] P.,
thogensnaturaltoxins/badbugbook/ucm0700
Huovinen.
2001.
Resistance
trimethoprim-sulfamethoxazole. 1;32(11):1608-14. 4.National Information,
Epub
Center
for
U.S.
National
V.I.
2001.
2001
2001
to Jun
15.htm diakses pada 10 Januari 2013 pukul 15.15 WIB
May
Biotechnology Library
of
Medicine. [11] Polshakov,
Dihydrofolate
reductase: structural aspect of mechanism of enzyme catalysis and inhibition. Russia Chemical Bulletin, International Edition, Vol. 50, No. 10, pp. 1733 â&#x20AC;&#x201C; 1751. [12] Protein
Data
Bank.
5-[3-(2,5-
dimethoxyphenyl)prop-1-yn-1-yl]-6ethylpyrimidine-2,4-diamine. http://rcsb.org/pdb/ligand/ligandsummary.do
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
31
Penelitian
UJI AKTIVITAS SEDIAAN TONIK PENUMBUH RAMBUT EKSTRAK METANOL DARI BONGGOL PISANG KEPOK (Musa balbisiana) PADA TIKUS PUTIH JANTAN Nazulanita Rahma*, Noorviana Farmawati, Agung Ismal Saleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Depok, 16424 *Corresponding author’s email: nazulanita@windowslive.com
ABSTRAK Bonggol pisang kepok telah diketahui khasiatnya sebagai penumbuh rambut secara empiris. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi terhadap bonggol pisang dengan pelarut metanol. Ekstrak pekat metanol yang dihasilkan lalu diformulasikan dalam sediaan tonik penumbuh rambut. Sediaan kemudian diujicobakan ke tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan membandingkan dengan kontrol negatif, kontrol positif, dan kontrol normal. Data panjang rambut diukur pada hari ke 7, 14, dan 21. Hasil pengamatan pada masing-masing minggu menunjukkan bahwa metanol memiliki khasiat sebagai penumbuh rambut. Uji statistika dilakukan dengan Uji Kruskal-Wallis dan diperoleh bahwa terdapat perbedaan bermakna dalam aktivitas menumbuhkan rambut antar kelompok (p<0.05). Pada hari ke-21, rambut dicukur dan ditimbang untuk melihat aktivitas ekstrak dalam melebatkan rambut. Dari hasil uji statistika menggunakan ANOVA ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok dalam hal aktivitas melebatkan rambut tikus uji (p>0.05). Kata kunci: bonggol pisang kepok, ekstrak, uji aktivitas, tonik penumbuh rambut
ABSTRACT Banana’s weevil had empirically well known as hair growth promotor. The aim of this study is to determine hair growth promotor activity of banana’s weevil from methanol extract. Banana’s weevil extract was formulated into hair tonic and its pharmacological effect was tested in Sprague Dawley male rats by comparing the results with negative control, positive control, and normal control. Hair length was measured in day 7, day 14, and day 21. According to the result, methanol extract of banana’s weevil had pharmacological effect in stimulating hair growth. Statistically, the extract had significant difference in enhancing hair growth between groups using Kruskal-Wallis test (p<0.05). The hair was shaved and measured to determine extract’s activity in promoting hair growth in day 21. Meanwhile, statistic test using ANOVA showed that there was no significant difference between groups in promoting hair growth of rats (p>0.05). Keywords: banana’s weevil, extract, activity test, hair tonic
32
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
1. PENDAHULUAN
setidaknya berasal dari golongan senyawa yang
Alopesia atau kebotakan merupakan
sama yang memiliki sifat yang sama, maka
permasalahan yang umum dialami masyarakat.
penyusun
Beberapa cara tradisional dapat digunakan untuk
farmakologi sebagai penumbuh rambut dari
memecahkan
seiring
ekstrak metanol bonggol pisang Musa balbisiana
dengan perkembangan zaman, aktivitas manusia
dalam sediaan tonik untuk memudahkan dalam
yang semakin padat dan mobilitasnya pun
penggunaan sehari-hari.
masalah
ini.
Namun,
bermaksud
meneliti
aktivitas
semakin tinggi. Tentunya cara tradisional kurang aplikatif. Oleh karena itu, dibutuhkan metode lain
2. METODE
yang efektif, praktis, serta tidak dibutuhkan waktu
2.1. Bahan dan Peralatan
yang lama dalam aplikasinya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian
Berdasarkan penelitian Vany Priskila
ini antara lain bonggol pisang, metanol, etanol 96
diketahui bahwa ekstrak air bonggol
%, propilenglikol, natrium metabisulfit, metil
pisang dapat digunakan sebagai penumbuh
paraben, propil paraben, menthol, aquadest.
rambut. Penelitian dilakukan menggunakan 5
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
formula yang diuji cobakan pada tikus galur
antara lain penguap putar, alat refuks, dan alat-
Spraque Dawley yaitu kontrol normal, placebo,
alat gelas.
5
(2012)
ekstrak 2%, 4%, 8%, dan pemberian minoxidil. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa
2.2. PROSEDUR PENELITIAN
panjang pertumbuhan rambut pada pemberian
2.2.1. Prosedur Pembuatan Ekstrak Metanol
ekstrak sebanyak 4% hampir menyamai hasil pertumbuhan
pemberian
Sebanyak 300 g bonggol pisang kepok
minoxidil, yaitu penumbuh rambut konvensional
yang telah dipotong dimasukkan ke dalam labu
yang
Erlenmeyer 2000 ml pada alat refluks kemudian
telah
sehingga
rambut banyak
dapat
dengan
dari Bonggol Pisang Kepok
digunakan
ditarik
masyarakat,
ditambahkan
1200
penggunaan ekstrak bonggol pisang memiliki
dilakukan
kali.
efektivitas
dicampur, kemudian diuapkan hingga diperoleh
hampir
kesimpulan
sama
seperti
bahwa
pada
penggunaan obat penumbuh rambut.
3
ml
metanol.
Ekstrak
yang
Ekstraksi diperoleh
ekstrak pekat.
Sementara itu, pada tahun 2009, Suraj R. et al.8 menguji ekstrak pada Prunus dulcis dalam aktivitasnya sebagai penumbuh rambut. Ekstraksi
dibuat
dalam
beberapa
2.2.2. Prosedur
Formulasi
Sediaan
Tonik
Penumbuh Rambut
pelarut
Komposisi
bahan
dalam
formulasi
berdasarkan kepolarannya, yaitu petroleum eter,
sediaan tonik penumbuh rambut tertera pada
kloroform, metanol, dan air. Hasilnya adalah
tabel 1.
ekstrak
petroleum
menunjukkan
aktivitas
eter
Prunus
farmakologi
dulcis tertinggi
sebagai penumbuh rambut. Dengan dasar bahwa aktivitas farmakologi sebagai penumbuh rambut berasal dari kandungan kimia yang sama atau
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
33
Tabel 1. Komposisi Sediaan Tonik Penumbuh Rambut Nama Bahan Presentase Bahan (%) Ekstrak bonggol pisang kapok 4 Etanol 96% 30 Propilen glikol 15 Na metabisulfit 0,01 Metil paraben 0,1 Propil paraben 0,01 Air 50,58
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Natrium metabisulfit dilarutkan dalam 5
Rambut pada bagian punggung masing-
ml aquadest kemudian ditambahkan ekstrak
masing tikus dicukur dengan alat pencukur
pekat bonggol pisang yang telah diperoleh. Metil
rambut dengan luas 2x2 cm2. Setelah diperoleh
paraben dan propil paraben masing â&#x20AC;&#x201C; masing
rambut
dilarutkan dalam etanol sebanyak 5 ml, kemudian
depilatori selama 3-5 menit pada bagian yang
kedua larutan dicampur. Menthol dilarutkan
dicukur. Kemudian rambut tikus yang masih
dalam larutan sebelumnya lalu ditambahkan
tersisa
propilenglikol sedikit demi sedikit. Larutan ekstrak
aquadest.
bonggol pisang dicampur dengan larutan berisi
kemudian dioleskan bahan yang akan diujikan
propil paraben dan metil paraben hingga semua
sebanyak 1 ml. Pengamatan terhadap panjang
bahan tercampur homogen. Saring jika perlu.
rambut dilakukan pada hari ke-7, ke 14, dan ke-
yang
pendek,
dibersihkan
lalu
dioleskan
dengan
krim
menggunakan
Tikus didiamkan selama 24 jam
21. Pengamatan terhadap ketebalan rambut 2.2.3. Prosedur Uji Aktivitas Sediaan Tonik
dilakukan dengan menghitung bobot rambut rata-
pada Hewan Coba
rata.
Tikus putih jantan yang akan digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu, kemudian
tikus
tersebut
dibagi
menjadi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Berdasarkan
hasil
formulasi
sediaan
kelompok perlakuan antara lain kontrol normal,
tonik penumbuh rambut dengan bahan aktif
kontrol positif, kontrol negatif,
kelompok yang
ekstrak bonggol pisang diperoleh sediaan tonik
diberikan sediaan tonik rambut. Pada kelompok
yang berwarna kecoklatan yang jernih. Pada uji
kontrol normal tikus tidak dioleskan bahan yang
aktivitas penumbuh tambut yang diujicobakan
diujikan, pada kelompok kontrol positif tikus
pada tikus putih jantan selama tiga minggu,
dioleskan minoksidil 2%, pada kontrol negatif
ekstrak
tikus
tidak
penumbuh rambut. Berikut grafik pertumbuhan
setiap
rambut pada tikus putih jantan sebagai hewan
dioleskan
mengandung
sediaan
bahan
tonik
aktif.
yang Pada
kelompoknya terdiri dari 4 ekor tikus.
34
metanol
bonggol
memiliki
coba :
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
khasiat
Gambar 1. Grafik rata-rata panjang rambut tikus pada hari ke-7, 14, dan 21 Pada minggu pertama, rambut tikus
tersebut data yang diperoleh tidak terdistribusi
yang diolesi ekstrak metanol lebih panjang
normal dan/atau tidak homogen sehingga
dibandingkan kontrol positif. Pada minggu
tidak dapat diuji dengan Uji ANOVA. Uji
kedua, perbedaan panjang tersebut makin
kemudian dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis
jelas terlihat, walau pada minggu ketiga rata-
dan diperoleh bahwa terdapat perbedaan
rata panjang rambut antara ekstrak metanol
secara
dan kontrol positif hampir sama. Berdasarkan
menumbuhkan rambut pada tikus putih jantan
grafik rata-rata pertumbuhan rambut dapat
dari semua zat uji yang dicobakan (p<0.05).
dilihat
bahwa
ekstrak
metanol
memiliki
aktivitas penumbuh rambut. Pada
masing-masing
bermakna
dalam
aktivitas
Uji terhadap kelebatan rambut juga dilakukan dengan cara mencukur rambut tikus
waktu
pada
bagian
uji
pada
hari
ke-21
dan
pengamatan, data yang diperoleh diuji secara
menimbang beratnya. Berikut grafik yang
statisitik, namun pada tiga kali pengamatan
diperoleh dari hasil penimbangan.
Gambar 2. Grafik rata-rata bobot rambut tikus Dari grafik terlihat bahwa bobot rambut tikus
pada
kelompok
metanol
lebih
secara statistik, di mana data terdistribusi normal
berat
dan homogen sehingga dilakukan uji ANOVA,
dibanding kelompok lainnya. Namun setelah diuji
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
35
bermakna antar kelompok dalam hal kelebatan
Exipient sixth edition. London: American
rambut (p>0.05).
Pharmaceutical Association. [8]
4. SIMPULAN
Suraj, R.; Rejitha, G; Sunilson, J. Anbu Jeba, Anandarajagopal, K; Promwichit, P.
Ekstrak bonggol pisang kepok dapat
2009. In vivo hair growth activity of Prunus
diformulasikan sebagai tonik penumbuh rambut.
dulcis seed in rats. Biology and Medicine, I
Sediaan tonik ekstrak metanol bonggol pisang
(4): 34 â&#x20AC;&#x201C; 38, 2009.
kepok
memiliki
aktivitas
penumbuh
terhadap tikus putih jantan galur
rambut Sprague
Dawley.
[9]
Tjitrasoepomo, Gembong. 1999. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[10] Wade,
Ainley,
Weller,
Paul
J.
1994.
DAFTAR PUSTAKA
Handbook of Pharmaceutical Excipients.
[1]
UK: The Pharmaceutical Press, London
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
[2]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia & Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.
1985.
Formularium
Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. [3]
Gunawan, Sulistia Gan; Setiabudy, Rianto; Nafrialdi (Ed) . 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia. [4]
Pratisto, A. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: Pt. Elex Media Komputindo.
[5]
Priskila, Vany. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
[6]
Rieger, M. 2000. Harryâ&#x20AC;&#x2122;s Cosmeticology 8th Edition. New York: Chemical Publishing Co., Inc.
[7]
Rowe, R. C.; Sheskey, P. J.; Owen , S. C. (Ed). 2009. Handbook of Pharmaceutical
36
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
Advertorial
IAN LC: Inhalation Aerosol Nebulizer For Lung Cancer, A New Treatment Alternative For Lung Cancer Bases On Nanoparticles Of Soursop Leaf Isolates* Andika Dewi Ramadhani1, Kun Rasyida*1, Siti Zulaikha1, Dian Ayu 1 1 2 Eka Pitaloka , Farichatul Izzah , Endah Puspitasari 1
Student of Faculty of Pharmacy, University of Jember 2Department of Biology, Faculty of Pharmacy, University of Jember *Presented in International (Bio) Medical Student Congress 2013, Jakarta, Indonesia *Corresponding authorâ&#x20AC;&#x2122;s email : kunrasyida@gmail.com
ABSTRACT Cancer is the major cause of death worldwide; one of the kinds is caused by lung cancer. The current treatment is only extending patientsâ&#x20AC;&#x2122; lives, but not curing. Nowadays, chemotherapy becomes the alternative which has been used on lung cancer treatment, whereas chemotherapy is not so cancerous cell-selective that may attack the normal cells. The herbal chemopreventive agent is a better alternative than chemotherapy. The substance of acetogenins in soursop leaf has been examined selectively cytotoxic kills the cancerous cells, yet acetogenins insulator has a bad solubility in the water, and thus needs another alternative dosage form that is inhalation aerosol nebulizer for lung cancer. The innovation of nanoparticles technology is able to diminish the size of soursop insulator to be as small as DNA so it will increase the cellular uptake of medicine ingredients into cancerous cells better than micro particles. The production of slow inhalation aerosol nebulizer for lung cancer is the solution of lung cancer treatment that increases acetogenin solubility and efficiency as well as the medicine absorption and bioavaibility. Thus, this inhalation aerosol nebulizer for lung cancer is able to directly attack the cancer cell, and is also able to selectively kill the lung cancer cell. Keywords: lung cancer, chemopreventive, soursop, nanoparticles, aerosol ABSTRAK Kanker adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Salah satu jenisnya adalah kanker paru-paru. Pengobatan yang ada saat ini hanya bersifat memperpanjang usia pasien, tapi tidak menyembuhkan. Kemoterapi merupakan solusi yang digunakan untuk kanker paru-paru namun kemoterapi tidak bersifat selektif membunuh sel kanker, melainkan dapat menyerang sel normal. Agen herbal kemopreventif merupakan solusi yang lebih baik dari kemoterapi, salah satunya pada daun sirsak. Kandungan zat aktif dari daun sirsak yang bernama acetogenin dapat berperan dalam membunuh sel kanker serta mampu mendeteksi dan membedakan antara sel kanker dan normal. Pembuatan sediaan aerosol nebulizer inhalasi berbasis nanopartikel merupakan solusi dalam pengobatan kanker paru-paru yang selektif menyerang sel kanker secara langsung pada paru-paru tanpa harus mengalami metabolisme dalam tubuh. Kata kunci: kanker paru-paru, kemopreventif, sirsak, nanopartikel, aerosol
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
37
1. INTRODUCTION
Acetogenin sized nanoparticles need to
Cancer is the main cause of death
be packaged in a suitable pharmaceutical dosage
worldwide and brings about 7.6 million deaths
forms, which can lead to a better therapeutic
1
(around 13% of all deaths) in 2008 . According to
effect. Pharmaceutical preparations which can be
the American Cancer Society (2007) in 2012 lung
used is in the form of aerosol inhalation
cancer incidence rate is 226,160 thousand
nebulizer. Preparations in the form of aerosol
deaths per year amounted to 160,340 thousand
inhalation nebulizer can reach his workplace in
people. It is estimated that approximately 1.2
the lungs - pulmonary directly with a faster onset,
million new cases of lung cancer and 1.1 million
due directly to the respiratory tract. Its use is
deaths from lung cancer occurred in 2000, with
more convenient, less contact with the hands, the
the ratio of men: women around 2:7. In
required dosage and side effects are smaller.
Indonesia, lung cancer cases are diagnosed when the disease was at an advanced stage.
2. REVIEW OF LITERATURE
With the increased of public awareness about the
2.1 Lung Cancer
disease, knowledge of physicians and diagnostic 2
tools, early detection should be done .
Lung cancer is all malignancies of the lung disease, including lung malignancy which
Chemotherapy is commonly be the last option done by the practitioners for cancer 6
comes from
itself or from outside the lung
malignancy (tumor metastasis in the lung).
patients (besides surgery) . The body healthy
Cancer is a disease of genes. A normal cell
cells are often being the victim of chemotherapy
become a cancer cell occurs when the various
drugs attack since the cells are infected by those
causes of imbalance between oncogene function
chemistry
the
of genes suppresor tumor grows in the process of
chemotherapy side effect is unavoidable and
a cell. Genes which have mutations cause
even becomes further problem as well as death
hyperexcretion oncogenes and loss of tumor
substances.
Therefore
7
for the patients . The drugs used have not yet
suppressor gene function causes cells to grow
selectively stray certain specific cell or organ in
uncontrollably. This phases
8
the body . Another chemopreventive.
known as the
Multistep carcinogenesis. Chromosome changes cancer
medication
Chemopreventive
is
is
such
as
loss
of
chromosome
or
LOH
more
heterogeneity is also suspected as a mechanism
advantageous than chemotherapy. One of the
of abnormal cell growth in cancer cells. From
prospective chemopreventive agent candidates is
various studies have been known that a few
soursop leaf. Soursop leaf contains compounds
oncogenes that play a role in the process of lung
which can kill cancerous cells, like acetogenin.
carcinogenesis, including gene myc, k-ras gene,
Acetogenin attacks cells selectively. Acetogenin
while the gene such as suppresor tumors, p53
is able to detect and differ between cancerous
gene, rb gene. Change in the location of
cells and normal cells. But acetogenin insulator is
chromosomes 1p, 3p and 9p often found in cell
difficult to dissolve in the water so it has bad
lung cancer 1.
dispersion in the preparation9. Nanoparticles
There are two major types of lung
technology is needed to reduce the size of
cancer, non-small cell lung cancer and small cell
8
acetogenin insulator .
38
lung cancer grows and spreads roomates each in
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
different
ways
and
is
treated
differently.
Approximately 173.770 new cases of lung cancer
cause pain. Fluid in the pleural space are often found in lung cancer also disrupt lung function3.
will be diagnosed in 2004 and approximately 43.000 of these cases will be small cell lung
2.2 Cancer Chemopreventive Agent
cancer (SCLC). The 3-year overall survival in 3
The understanding of Carsinogenesis
SCLC is only 5 to 10% . SCLC accounts for
process is a strategy development in cancer
almost 10% of all cancer-related Deaths in men
medication.
4
Cancer therapy approach uses
and 5% in women . Current medications used
chemopreventive agent which is more promising
are surgery, radiotherapy, and chemotherapy.
than
But those medications just extend the patientsâ&#x20AC;&#x2122;
Chemopreventive agent is defined as chemical
1
conventional
anti-cancer
drugs.
lives, not yet cure the patients . In Western
compound that is able to obstruct and compress
countries, the curative medications have 40-65%
carcinogenesis process in human so that the
relapse rate with only 30% success rate of
cancer growth can be prevented11. In cancer
perfectly living5.
curative
therapy,
chemopreventive
agent
Lungs are sponge-shaped organ located
development is based on cell cycle regulation
in the chest. The right lung has three lobes and
including growth hormone receptors and protein
the left lung has two lobes. Lungs have a work to
kinase, angiogenesis blocking, cyclooxygenase-2
carry the air out of the body, take in oxygen and
(COX-2)
get rid of carbon dioxide gas (substance residues
induction. Chemopreventive agent has specific
breathing).
Lungs membrane called pleura,
target action through its molecular mechanism.
protect the lungs and allows them to move during
Cells cycle and apoptosis regulation abnormality,
breathing. Trachea brings air into the lung.
COX-2 enzyme increase, and and angiogenesis
Trachea divides into tubes called bronchi which
process, only occur in cancerous cell, though in
divided into smaller branches called bronkiol. At
some cases angiogenesis occurs in heart.
the end of these small branches are tiny air sacs
Therefore, chemopreventive agent is relatively
called alveoli. Under the lungs there is muscle
safe and has no influence on normal cells12.
called the diaphragm that separates the chest from
the
abdoment.
therapy
and
apoptosis
approach
through
antiangiogenesis can be done with vasculostatin
diaphragm moves up and down, forcing air in and
agent that can obstruct new blood vessel forming
out of the lungs. Organs located below the ribs
process . Cancerous cells are died as it gets no
have a daunting task, we breathe as well as a
oxygen
variety of pests that roam freely in the air. These
blocking becomes a vital point in cancer
can causes various diseases lung. In general
medication. The lymphogenic and hematogenous
disruption in the airways may be a blockage
spread
(obstruction)
cause
angiogenesis. Tumor cells quickly penetrate
restrictive. For example, a large tumor in the
through endothelial cell and follow the blood flow
lungs can cause airway collapse where tumor
throughout the body and spread to other organs.
present in the airway causes obstruction of the
Initiation,
airways. Tumor pressing chest wall can cause
believed as an incident that depends a lot on
damage or destruction of bone chest wall and
angiogenesis. Based on a practical observation,
lung
breathe,
Cancer
blocking,
the
or
When
enzyme
disorders that
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
13
and
of
nutrition
supply.
cancerous
invasion,
and
cell
Angiogenesis
is
related
metastatic
to
cancer
39
most angiogenesis inhibitors also have action as
Besides drugs chemical compound disposal
antiinvasion
through efflux P-gp (P-glycoprotein) pump, Bcl-
and
antimetastatic
component.
Moreover, malignant tumor and cancer will
2/Bcl-XL
initiate
increases
COX-2
over
expression.
COX-2
over
expression
chemotherapy
in
cancer
and
also
radiotherapy
expression increase is followed by prostaglandin
resistance. Therefore, the important target in
E production which takes part in proliferation and
cancer medication is not only pressuring P-gp
spurs on cancerous cell angiogenesis process.
expression
Some
chemical
compounds
used
for
but
also
antiapoptosis
protein
15
expression .
chemopreventive agent have COX-2 blocking activity
so
it
can
reduce
malignant
cells
2.3 Soursop (Annona muricata L.)
14
transformation .
Soursopâ&#x20AC;&#x2122;s
One of the cancerous cell abnormal
Latin
name
is
Annona
17
muricata L . Its active content which is able to
phenotype is cell cycle dysregulation control, in
kill
which there is a mechanism control trouble so the
Acetogenin obstructs and kills cancerous cell in
cell will grow without mechanism control as
two stages. First, acetogenin detects and differs
15
cancerous
cell
cancerous
is
cell
acetogenin
and
(Fig.4).
normal cells do . Retinoblastoma (Rb) and
between
normal
cell.
protein p53 as tumor pressuring agent are the
Acetogenin selectively attacks the cell. Only
important protein in cell cycle adjustment as
those detected as cancerous cells attacked,
either antiproliferation material or apoptosis
whereas the normal cells donâ&#x20AC;&#x2122;t. It is different from
process controller because of DNA defect. P53
chemotherapy drugs method that attacks not only
inactivation will cause an over proliferating on
cancerous but also normal cell. Consequently,
cell. Antiproliferative effect from several chemical
normal cell is broken and died, and it will lead to
compounds that has potential to be anticancer is
various side effects18.
through its ability in delaying cell cycle by obstructing either cyclin-CDK or other protein kinase activity. Natural chemopreventive agent, such as flavonoid, is able to induce G2 phase arrest.
Another chemopreventive agent like
curcumin can affect cell cycle on G1/G0 and G2/M phases.
Chemopreventive
agent
influence
through cell cycle blocking may cause the cell 16
stops splitting and stop cell proliferation . Apoptosis is a programmed cell death as a response to particular stimulant. A protein group that takes part in cell death is Bcl-2. Some members
of
Bcl-2
protein
family
are
antiapoptosis, like Bcl-2, Bcl-XL (PGE, Mcl1, and Bag) function as cell death deterrent, while proapoptosis members of Bcl-2 protein family such as Bak, Bax, and Bad induce apoptosis.
40
18
Picture 1. Acetogenin common structure .
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
2.4 Acetogenin Mechanism Action Acetogenin differs between cancerous cell and normal cell by the cell need of ATP. ATP is cell energy source not only to grow and develop but also run its function as cell. Since the cancerous cell develops, grows, and duplicates faster and more active than normal cell, it needs more ATP energy. Acetogenin detects higher ATP need on cancerous cell9. The second stage, acetogenin goes into cancerous cell and sticks on mitochondria inside wall. Mitochondria are organelles inside the cell. Mitochondria function
Picture 2. Acetogenin mechanism action20.
as a place to produce ATP for cell. Food carbohydrates ends in mitochondria, then it will be changed to be energy. After that, acetogenin will
block ATP production
2.5 Nanoparticle Nanoparticle is a material sized between
in mitochondria
1-100 nanometer (nm). This material is shown in
cancerous cell. Consequently, the energy supply
either crystal or non-crystal shape which its
for cancerous cell will stop, so it is weak and
atoms are arranged in order. The drug size
finally die19.
difference
between
nanoparticle
and
micro
Annonacin acetogenin activity is related
particle in chemotherapy drugs will impact on
to the ability in obstructing ATP production on
physical, chemical, and biological characteristic.
NAD+
Because
forming
process.
Ubiquinone
of
the
comparable
size
of
the
oxidoreductase (complex I) is banded with NADH
components in the human cells, nanoparticles
oxidation on tumor cell plasma membrane in
are of great interest in drug delivery. It appears
mitochondria electron transport system. Inhibitor
that nature, in making the biological systems, has
is selective to cancerous cell which is related to
extensively used nan-ometer scale.
ATP production. Annonacin acetogenin obstructs ATP
production
by
disturbing
This
difference
contributes
a
huge
mitochondria
advantage so it brings nanometer-sized material
complex 1. It disrupts membrane permeability
as superior material in various fields, including
and obstructs cancerous cell growth, so the body
biology and pharmacy. Several nanoparticles
has a chance to do mechanism adjustment of cell
characteristics can be changed significantly
20
death through apoptosis triggered by TNF Îą .
through size controlling in nanometer order, chemical
composition
adjustment,
surface
modification, and particles interaction controlling. These size-based characteristics believed as the result of wide surface high ratio to material volume21. In
recent
years,
researches
on
nanoparticles have been done intensively in some countries. It is not only related to
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
41
nanoparticles synthesis method, but also their
treat lung cancer with a variety of types of
produced characteristic. In energy industry,
nanoparticle matrices including lipid, polylactide-
nanoparticles are entangled in producing more
co-glycolide, albumin, poly (ω-pentadecalactone-
efficient solar cell. In health industry, like
co-butylene-co-succinate), cerium oxide, gold,
pharmacy and biology, nanoparticles technology
ultra-small
is proven able to increase cellular uptake so that
nanoparticles, super paramagnetic iron oxide,
it
lipid–polycation–DNA
can
upgrade
drug
active
ingredients
8,22
effectiveness nanoparticle
. According to its characteristic,
has
been
applied
in
several
superparamagnetic iron
N-[1-(2,3-
oxide
dioleoyloxyl)
propyl]-NNN-trimethylammoniummethylsulfate,, silica-overcoated
magnetic
cores,
and
technology researches, such as: cell labeling,
polyethyleneglycol
drug delivery, tumor cell destruction by heating
There are various ways in which nanoparticles
(hyperthermia), and magnetic resonance imaging
enhance
(MRI) visualization. Nanoparticles application and
encapsulation against immune response, tissue
development will keep growing concerning the
penetration, target selectivity and specificity,
nanometers order of body cell parts as life unit.
delivery monitoring, promoting apoptosis, and
Protein is about 5 nm, DNA which has helical
blocking pathways for cancer initiation and
structure is about 2 nm, and there are some body
progression. Nanoparticles can act as good
organ parts have nanometers sized. Nanoparticle
vectors for delivering drug to the target neoplastic
21
size is equal to all parts in body organ .
drug
phosphatidylethanolamine.
delivery,
and
these
include
lesions within the lung, increase cellular uptake,
Micrometer-sized drugs are difficult to
increase tissue penetration and help in tracking
interact with protein and nanometer-sized cell
the drug. In the future, combination therapies
parts. Thus, many medications failed in curing.
may play a key role in the treatment of lung
Nanoparticle can be used to control biomolecules
cancer using the existing therapies24.
interaction in the body so it has high sensitivity with high control precision and can be done
2.6 Inhalation Aerosol Nebulizer
selectively. Consequently, nanoparticle must be
Inhalation Aerosol is a preparation that
designed to be able to interact with protein and
contains one or more substances berkhaiat with
cell without disturbing their normal activity and it
size less than 50 μm and containing propellant in
8
must be biocompatible and poisonless .
a pressurized container, administered through
One of the leading causes of cancer
nasal or oral airway for local or systemic effect.
associated deaths in most men and women in the
Recent advances in technology have
Western world is lung cancer. There are various
also created renewed interest in the inhalation
types of treatments depending on the type and
delivery of drugs, Including those for the
the stage of the cancer. A recent type of therapy
treatment of lung cancer. Regional drug delivery
is targeted gene therapy which aims to target
via inhalation offers many advantages in the
genes that cause lung cancer. However, this
administration of pharmaceutical compounds for
therapy has some drawbacks including lack of
the prevention and treatment of respiratory
proper vectors for delivery. These drawbacks can
diseases Because the drugs are delivered at
potentially be overcome by using various types of
intensified dose levels directly to the site of
nanoparticles. Researchers have attempted to
disease, limiting systemic exposure23.
42
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
the material is not contaminated, so that the
3. DISCUSSION Lung cancer is a malignant tumor /
resulting product is sterile24.
carcinoma that grows in the lungs. This cancer
Technological innovation can reduce the
causes more deaths. Treatment of lung cancer
size of nanoparticles isolates soursop leaf to
began
to
match the size of DNA that can increase the
chemopreventive agents. Chemopreventive more
cellular uptake of the drug substance into the
beneficial
a
cancer cells than chemotherapy drugs are still
chemopreventive agent has inhibitory activity of
measuring microparticles and can lower the dose
cancer progression and may increase the
of the drug. Preparation of nanoparticle-based
possibility of healing and reduce the pain
dosage nebulizer is a solution in the treatment of
experienced by cancer patients. One of the
lung cancer that can increase the solubility and
plants
effectiveness
to
switch
from
than
that
chemotherapy
are
chemopreventive
chemotherapy
known agent
to
is
as
act
soursop
as
a
leaves.
and
improve
bioavaibilitas
acetogenin drug in the lungs so it can attack
Soursop is an abundant plant in Indonesia.
cancer
cells
directly
and
may
provide
a
Soursop leaf contains acetogenin that have anti-
therapeutic effect longer in the lungs and can kill
cancer activity. Acetogenin works selectively
lung cancer cells selectively25.
against cancer cells that attack only cancer cells without
damaging
normal
cells.
These
compounds also cause apoptosis of cancer cells due to the supply of energy (ATP) inhibited by acetogenin. Acetogenin has poor solubility in water so disolusinya too bad. Therefore, before it is formulated in pharmaceutical preparations, acetogenin made in the form of nanoparticles. Acetogenin
shaped
nanoparticles
encapsulated in the form of inhalation aerosol dosage
nebulizer.
preparation
that
Inhalation contains
Aerosol one
or
is
a
more
Picture 3. Inhalation Aerosol Nebulizer25.
substances berkhaiat with size less than 50 Îźm and containing propellant in a pressurized
4. CONCLUSION
container, administered through nasal or oral
Lung cancer is a malignant tumor/
airway for local or systemic effect. Aerosol
carcinoma that grows in the lungs. This cancer
inhalation in a nebulizer is made with the
causes more deaths. This cancer causes many
following formulation:
deaths both to men and women. Lung cancer
R / acetogenin 52.74 mg
medication
turns
to
change
into
chemo
Tween 80 2.51 mg
preventive agent from chemotherapy. Chemo
Liquid NaCl 0.9%
preventive is more beneficial than chemotherapy
5 ml of ethanol ad
since it has a cancer growth obstructing activity
Formulating both the mixing and storage
and is able to increase the recovery possibility as
in a temperature of 4 Âş C to keep the material -
well as decreases the pain suffered by the
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
43
patient. One of the plants that detected able to be
Examination of Emerging Therapies. Cancer
chemo preventive agent is soursop leaf. Soursop
Control. 2001; 8(4) 2009.
is a kind of plant that commonly grows in
[5]
Lascone C, Paliotta A, Fernia S. Surgery in
Indonesia. Soursop leaf contains acetogenin that
Multimodal Management of Solid Tumors:
has anti-cancer activity. Acetogenin selectively
Updates in Surgery. USA: Springer. 2009:
attacks the cancerous cell, without destroying
79-87.
normal cell. This chemical compound also
[6]
Wong LC, Ngan HYS, Cheung ANY, Cheng
causes cancerous cell apoptosis because the
TYN, Choy DTK.. Chemoradiation and
energy supply (ATP) is obstructed by acetogenin.
Adjuvant Chemoterapy In Cervical Cancer.
Acetogenin has a bad solubility in the water and
J Clin Oncol. 1999; 17 (7): 2055-2060.
also
bad
formulating
dissolution. into
Therefore,
pharmacy
dosage
before
[7]
form,
Treatment
acetogenin is made in nanoparticle. The
innovation
of
Mandie Aljo. Neoadjuvant Chemotherapy in of
Cervical
Cancer-
Controversies. Arch Oncol. 2005; 13 (2): 89nanoparticles
technology is able to diminish the size of soursop
90. [8]
Wong C, Stylianopoulos T, Cui J, Martin J,
insulator to be as small as DNA so that after
Chauhan VP, Jiang W, Popovic Z, Jain RK.,
being formed into nanoparticles, it will increase
Bawendi
the cellular uptake of medicine ingredients into
Nanoparticle Delivery System for Deep
cancerous cells better than chemotherapyâ&#x20AC;&#x2122;s
Penetration Into Tumor Tissue. Proc Natl
micro particles medicine, and will decrease the
Acad Sci, USA. 2011; 108 (6): 2426-2431.
medicine dosage. Thus, this modification of
[9]
MG, Fukumura D.
Multistage
Wu F, Wo G, Zeng L, Yan Z, Schwedler JT,
acetogenin is expected to attack the cancer cells
Jerry
L,
Ughlin.
Additional
Bioactive
directly and can provide a longer therapeutic
Acetogenins, Annomutacin from The Leaves
effect in the lungs and can kill lung cancer cells
Of Annona Muricata and (2,d-TRAN.S AND
selectively.
CIS)-l OR-Annonacin-A-Ones. J Nat P&s. 1995; 58 (9): 1430-1437.
REFERENCES [1]
[10] Wahyono Dwi. Ciri Nanopartikel Kitosan dan
WHO. World Health Statistic [Internet].
Pengaruhnya
Switzerland: WHO; 2012 [cited 2012 Nov
Efisiensi Penyalutan Ketoprofen. Bandung:
15]. Available from: URL : HYPERLINK
IPB. 2010; 1: 7-32.
http://
www.who.int/
mediacentre/
factsheets/fs297/en/. [2]
Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia.
Penatalaksanaan di Indonesia ; 2003.
[4]
dan
[11] Kakizoe T. Chemoprevention of Cancer
Center. Jpn J Clin Oncol. 2003; 33 (9): 421442. [12] Chang LC, and Kinghorn AD. Flavonoid as
Nucleus Precise News Letter. Kanker Paru
Chemopreventive
Agent,
(Lung Cancer). 2011.
Compound from Natural Sources, Isolation,
Haura, Eric B. Treatment of Advanced Nonâ&#x20AC;&#x201C;
Characterization and Biological Properties.
Small-Cell Lung Cancer: A Review of
New York: Tailor & Friends. 2001: 850-878.
Current Randomized Clinical Trials and an
44
Partikel
Focusing on Cinical Trial, National Cancer
Kanker Paru : Pedoman Diagnosis dan
[3]
Pengukuran
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
Boiactive
[13] Matter
A.
Tumor
Angiogenesis
as
a
[21] Kumar CSSR, Hormes J, Leuschner C.
Theurapeutic Target. DDT. 2001; 6 (19):
Nanofabrication
1005-1020.
Applications, Wilet-VCH Verlag GmbH & Co.
[14] Brem SMD.
Angiogenesis and Cancer
Control: From Concept to Therapeutic Trial,
Towards
Biomedical
KgaA. Germany: Weinheim. 2005; 1: 245255.
Moffitt Cancer Center & Research institute.
[22] Sona PS. Nanoparticulate Drug Delivery
1999 [cited 2012 Nov 15]. Available from:
Systems for The Treatment of Diabetes.
URL:HYPERLINKhttp://www.medscape.com
Digest
/cancercontrol/1999/v06.n02.brem/cc0605.0
Biostructures. 2010; 5 (2): 411-418.
2.brem-01.html. [15] Gondhowiardjo
Journal
of
Nanopartikels
and
[23] Z.Wang, farnesol for aerosol inhalation: S.
Proliferasi
Sel
dan
Keganasan, Majalah Kedokteran Indonesia. 2004; 54 (7): 289-299.
nebulization and Activity Against Human Lung Cancer Cells. 2003. p.95-100, [24] L Zhang, FX Gu, JM Chan, AZ Wang, RS
[16] Pan MH, Chen WJ, Lin S, Ho CH, Lin JK.
Langer and OC Farokhzad. Nanoparticles in
Tangeretin Induces Cell Cycle Through
Medicine:
Inhibiting Cyclin Dependent Kinase 2 & 4
Developments. 2008. p. 761-769.
Activities As Well As Elevating Cdk Inhibitor
Therapeutic
Applications
and
[25] Rajiv Dhand. Aerosol Delivery Durin g
p21 in Human Colorectal Carcinoma Cells,
Mechanical
Ventilation:
From
Basic
Carsinogenesis. Oxford: Oxford University
Techniques to New Devices. 2008. p 45-60
Press. 2002; 23: 1677-1684. [17] ITIS.
Integrated
Taxonomic
Information
System [Internet]. U.S. 2012 [cited 2012 Nov 5]. Available from: URL HYPERLINK : http:// www.itis.gov/
servlet/
SingleRpt/
SingleRpt?search_topic=TSN&search_value =18098. [18] Vares Lauri and Toom Lauri. Synthesis of Acetogenin Analogues: Master Thesis in Organic Chemistry. Piret Villo. 2012; 1: 4-12. [19] Liaw CC, Chang FR, Lin CY, Chou CJ, Chiu HF, Wu MJ, Wu YC. New Cytotoxic Monotetrahydrofuran
Annonaceous
Acetogenins from Annona Muricata. J Nat Prod. 2002; 65: 470-475. [20] Amelia F, Angeline E, Wibowo KW, Afnani GN. Tablet Salut Enterik Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) sebagai Anti Kanker Kolon yang Potensial. BIMFI. 2012; 1: 47-56.
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
45
Advertorial
SMEDDS EKJP: SELF-MICRO EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM EKSTRAK KULIT JERUK PURUT SEBAGAI INOVASI KO-KEMOTERAPI DOXORUBICIN BERBASIS FITOFARMAKA Prisnu Tirtanirmala*, Nindi Wulandari, Rahmawaty Rachmady Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada *Corresponding authorâ&#x20AC;&#x2122;s email : prisnunirmala@gmail.com
ABSTRAK Penggunaan doxorubicin sebagai agen kemoterapi pada dosis tinggi dan jangka waktu lama dapat menyebabkan kardiotoksisitas, hepatotoksisitas dan penurunan sistem imun. Efek samping doxorubicin dapat ditekan dengan penggunaan ko-kemoterapi. Pemilihan agen ko-kemoterapi dari alam sebagai kardioprotektor, hepatoprotektor dan imunomodulator merupakan peluang yang prospektif dalam pengembangan obat. Salah satu tanaman yang berpotensi adalah jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) yang mengandung flavonoid rutin, naringin dan hesperidin. Ekstrak kulit jeruk purut (EKJP) mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat menangkal radikal bebas. EKJP diketahui dapat memperbaiki profil histopatologi jantung dan hepar serta meningkatkan aktivitas sistem imun pada tikus yang diinduksi doxorubicin. Perlu dilakukan optimasi formulasi EKJP menjadi sediaan yang praktis dan bermanfaat optimal bagi masyarakat. SMEDDS (self-microemulsifying drug delivery system) merupakan sistem penghantaran obat yang modern secara self-microemulsifying. SMEDDS terbukti dapat memperbaiki oral bioavalability obat-obat hidrofobik. Senyawa flavonoid bersifat hidrofobik sehingga permeabilitas mukosa intestinalnya sangat rendah. Maka dari itu, EKJP dengan kandungan utama flavonoid cocok diformulasikan menjadi SMEDDS. SMEDDS EKJP mempunyai potensi dan keuntungan yang menjanjikan karena bahan bakunya mudah diperoleh dengan harga terjangkau. Penelitian yang ada membuktikan khasiat EKJP sebagai agen ko-kemoterapi doxorubicin sehingga membuka peluang EKJP untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka di Indonesia. Dengan begitu, perkembangan obat herbal di Indonesia dapat semakin maju dan beragam. Kata kunci: SMEDDS, Citrus hystrix D.C., ko-kemoterapi, doxorubicin, fitofarmaka
ABSTRACT Usage of doxorubicin as a chemotherapeutic agent in high doses and for long periods can cause cardiotoxicity, hepatotoxicity and decrease immune system. Side effects can be reduced using combination of doxorubicin and co-chemotherapy agent. Selection of co-chemotherapy agent from natural plant as cardioprotector, hepatoprotector and immunomodulator is a prospective opportunities in drug development. One of the potential plants is kaffir lime (Citrus hystrix D.C.) that contains flavonoids naringin rutin and hesperidin. Kaffir lime peel extract (KLPE) has antioxidant activity and can counteract free radicals. Previous study reported that KLPE can repair heart and liver histopathology profile and increase activity of immune system in mice induced doxorubicin. Need to be optimized dosage formulations of KLPE so KLPE can be practical and useful. SMEDDS (self-microemulsifying drug delivery system) is a modern drug delivery systems that can be through self-microemulsifying. SMEDDS shown to improve oral bioavalability hydrophobic drugs. Flavonoid compounds are hydrophobic so mucosal intestinal permeability is very low. Therefore, the flavonoids of KLPE can be formulated to be SMEDDS. SMEDDS KLPE has potential and promising advantages because raw materials easily available at affordable prices. Previous study proven that efficacy KLPE as co-chemotherapy agent creating potential to be developed into fitofarmaka in Indonesia. Development of herbal medicine in Indonesia can be more advanced and diverse. Keywords: SMEDDS, Citrus hystrix D.C., co-chemotherapy, doxorubicin, phytopharmaca 46
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
1. PENDAHULUAN
sistem
Doxorubicin merupakan salah satu agen kemoterapi antikanker yang dianggap efektif dan 1
banyak
digunakan .
Namun,
penggunaan
ini
obat
microemulsifying. memperbaiki hidrofobik
dan
emulsi
o/w
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
dengan
cairan
yang
juga
mempunyai 2
SMEDDS
oral
doxorubicin pada dosis yang tinggi dan pada
kardiotoksisitas
dihantarkan
secara terbukti
bioavalability
lipofilik dengan
selfdapat
obat-obat membentuk
secara spontan ketika kontak tubuh
9
gastrointestinal .
yang
Disamping
terjadi itu,
di
senyawa
manifestasi klinik pada hepatotoksisitas . Agen
flavonoid dilaporkan mempunyai kelarutan di
pendamping
air
kemoterapi
merupakan
strategi
mengkombinasikan
(ko-kemoterapi)
terapi suatu
yang
sangat
rendah
sehingga
kanker
dengan
permeabilitas terhadap mukosa intestinal juga
senyawa
dengan
sangat
10
rendah . Maka dari itu, ekstrak kulit
agen kemoterapi. Senyawa atau obat ini dapat
jeruk purut yang mempunyai kandungan utama
meningkatkan
flavonoid cocok untuk diformulasikan menjadi
menurunkan
efikasi
terapi
toksisitas
pasangannya
sekaligus
agen
terhadap
kemoterapi
jaringan
3
normal .
sediaan
dengan
terobosan
baru
yang
menjanjikan, yaitu SMEDDS.
Pemilihan agen pendamping dari alam sebagai kardio-hepatoprotektor
merupakan
sebuah
peluang yang prospektif dalam pengembangan
2. PEMBAHASAN 2.1 Kemoterapi dan Ko-kemoterapi
obat.
Kemoterapi adalah pengobatan dengan Salah satu tanaman yang berpotensi
menggunakan
senyawa
kimia.
Saat
ini
untuk dikembangkan sebagai agen pendamping
kemoterapi identik dengan pengobatan terhadap
adalah jeruk purut (Citrus hystrix D.C). Kulit
penyakit kanker11. Agen kemoterapi membunuh
buah jeruk purut mengandung flavonoid rutin,
sel-sel yang membelah dengan cepat seperti sel
4
naringin dan hesperidin . Ekstrak kulit jeruk
kanker. Namun, sel normal lain yang membelah
purut (EKJP) diketahui dapat memperbaiki profil
dengan cepat seperti sel epitel mulut, sel imun,
histopatologi jantung dan hepar tikus yang
dan gastrointestinal juga mendapatkan efek
diinduksi
5,6
oleh
doxorubicin .
Naringin
dan
hesperidin mempunyai aktivitas antioksidan dan 7,8
kemoterapi berbagai
sehingga
dapat 12
efek
samping .
Ko-kemoterapi
dapat menangkal radikal bebas . Dari data-
merupakan
data tersebut terlihat bahwa ekstrak kulit jeruk
mengkombinasikan
purut mempunyai potensi yang kuat untuk
agen kemoterapi. Penggunaan agen tambahan
dikembangkan
bersama dengan agen kemoterapi merupakan
menjadi
agen
pendamping
strategi
menimbulkan
senyawa
dengan
usaha
optimasi untuk memformulasikan ekstrak kulit
efektivitas
jeruk purut agar menjadi sediaan yang praktis
menurunkan efek sampingnya. Selain itu, ko-
dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas
kemoterapi
secara optimal.
perkembangan kanker yang resisten terhadap
delivery
(self-microemulsifying
system)
merupakan
drug sistem
penghantaran obat yang modern dimana pada B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
kanker
dengan
kemoterapi. Namun, masih perlu dilakukan
SMEDDS
terapi
suatu
terapi
agen
untuk
meningkatkan
kemoterapi
sekaligus
juga dapat menurunkan resiko
salah satu jenis obat. Salah satu pendekatan yang
dapat
dilakukan
adalah
mengkombinasikan senyawa fitokimia atau obat 47
yang non-toksik namun efektif melawan sel
adalah agen kemoterapi. Hal ini menyebabkan
kanker dengan agen kemoterapi, yang mana
penggunaan doxorubicin secara klinis menjadi
akan meningkatkan efikasinya dan menurunkan
terbatas. Oleh karena itu diperlukan suatu agen
3
toksisitasnya terhadap jaringan normal .
ko-kemoterapi yang mampu menurunkan efek samping
2.2 Doxorubicin
penggunaan
doxorubicin
serta
mengatasi masalah resistensi.
Doxorubicin
merupakan
antibiotik
golongan antrasiklin yang banyak digunakan
2.3 Fitofarmaka
untuk terapi berbagai macam jenis kanker
Indonesia memiliki sekitar 25.000 â&#x20AC;&#x201C;
seperti leukemia akut, kanker payudara, kanker
30.000 spesies tanaman yang merupakan 80%
13
tulang dan ovarium . Senyawa ini diisolasi dari
dari jenis tanaman di dunia dan 90 % dari jenis
Streptomyces peucetius var caesius pada tahun
tanaman di
1960-an dan digunakan secara luas14. Berbagai
diperkirakan lebih dari 50.000 spesies tumbuhan
penelitian
tingkat
mengenai
mekanisme
kerja
18
Asia . Sementara itu saat ini
tinggi
di
dunia
digunakan
untuk
doxorubicin telah dilakukan.
keperluan obat. Berdasarkan keputusan Kepala
â&#x20AC;&#x2DC;
Badan POM RI No. HK.00.05.41.1384 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional,
obat
fitofarmaka
herbal
Bab
1,
terstandar obat
dan
tradisional
dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Fitofarmaka 15
Gambar 1. Struktur Doxorubicin
adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
Penggunaan doxorubicin pada terapi kanker ternyata memberikan beberapa efek
ilmiah dengan uji praklinikdan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi19.
samping antara lain mempengaruhi sistem imun dengan menurunkan ekspresi IL-2, produksi interferon Îł, sel natural killer (NK), proliferasi limfosit, dan rasio CD4+/CD8+12. Selain itu, Doxorubicin
dapat
menyebabkan
kardiotoksisitas
pada
panjang.
samping
kronisnya
Efek
bersifat
penggunaan
jangka
pada
pemakaian
ireversibel,
termasuk
terbentuknya cardiomyopathy dan congestive heart failure16. Efek kardiotoksik dari doxorubicin dapat
terjadi
pembentukan
terjadi radikal
karena 17
bebas
adanya sehingga
menyebabkan cardiomyopathy. Cardiomyophaty merupakan penurunan fungsi miokardium yang
Untuk pengembangan obat tradisional menjadi
obat
fitofarmaka,
herbal
terstandardisasi
simplisia
harus
memenuhi
persaratan mutu agar dapat menimbulkan efek dan aman. Persaratan mutu simplisia sejumlah tanaman
tertera
dalam
buku
Farmakope
Indonesia, Ekstra Farmakope Indo-nesia, atau Materia Medika Indonesia. Materia Medika Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan
Obat
Tradisional
memuat
persaratan baku mutu simplisia yang banyak dipakai Tahapan
oleh
perusahaan
obat
tradisional.
pengembangan
obat
tradisional
20
menjadi fitofarmaka :
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya 48
dan
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
a. Seleksi b. Uji preklinik c.
Standarisasi sederhana
d. Uji klinik 2.4 Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) c. Naringin
Kulit buah jeruk purut (Gambar 2) mengandung berbagai macam flavonoid rutin, naringin dan hesperidin4. Naringin dilaporkan dapat menekan lipopolisakarida yang diinduksi oleh pelepasan faktor tumor nekrosis dan kerusakan
hati
21
tikus .
Hesperidin
dapat
menurunkan jumlah ALT dan AST pada mencit
d. Rutin
yang diinduksi dengan CCl422. Hal tersebut menunjukkan
bahwa
hesperidin
memiliki
aktivitas hepatoprotektif. Selain dapat dapat
Gambar 2. Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) dan kandungan flavonoidnya24
mengurangi edema miokardium pada tikus yang diinduksi dengan doxorubicin, hesperidin dapat menurunkan jumlah nitrit oksida (NO) pada serumtikus yang terinduksi doxorubicin23. Hal ini
Hasil penelitian Putri et al. Di tahun 5
2013 menunjukkan bahwa ekstrak etanolik kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) memiliki efek kardioprotektif dan hepatoprotektif pada tikus
menunjukkan hesperidin juga memiliki sifat
Sprague Dawley yang dipejani doxorubicin.
kardioprotektif.
Ekstrak Etanolik kulit jeruk purut juga mampu meningkatkan rasio CD4/CD8 tikus Sparague Dawley
yang
dipejani
doxorubicin6.
Dari
penelitian-penelitian tersebut telah membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk purut mempunyai potensi yang beasar dalam mengurangi efek a. jeruk purut (Citrus hystrix D.C.)
samping doxorubicin sehingga dapat digunakan sebagai
pendamping
kemoterapi
dan
dikembangkan sebagai fitofarmaka. 2.5 SMEDDS
(Self-Microemulsifying
Drug
Delivery Systems) SEMDDS merupakan salah satu bagian dari Formulasi Self-Dispersi Lipid. Metode ini
b. Hesperidin
dapat menjadi solusi untuk obat-obat yang sulit diformulasikan
akibat
sifatnya
yang
hidrofobik/lipofilik sehingga dapat memperbaiki bioavaibilitas untuk obat yang kemampuan absorpsinya buruk25. Dalam SMEDDS, partikel B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
49
obat
diperkecil
terlebih
dahulu
kemudian
tikus yang diinduksi doxorubicin5. Mekanisme
dicampurkan dalam fase minyak-surfaktan, yang
kardio-hepatoprotektor
akan menjadi emulsi jika mereka bertemu
aktivitas flavonoid sebagai antioksidan yang
dengan air pada lingkungan. Proses self-emulsi
dapat menangkap radikal bebas dari hasil
ini terjadi dengan perbandingan tertentu antara
metabolisme doxorubicin29,30.
minyak-surfaktan-kosurfaktan
dan
26
Doxorubicin
ini
juga 12
temperature . Setelah self-dispersi terjadi obat
samping
imunosupresi .
secara cepat terdistribusi dalam gastrointestinal.
disebabkan
karena
diperantarai
oleh
mempunyai
efek
Imunosupresi
doxorubicin
ini
memicu
Dengan sistem ini SMEDDS dapat
apoptosis pada G0-G1 dan pada siklus limfosit
meningatkan bioavaibilitas karena partikel obat
dengan pengurangan sel T dan sel B di limpa,
yang terdispersi halus dalam tetesan minyak,
kelenjar getah benin dan timus . EKJP terbukti
dan
dapat
dapat meningkatkan jumlah sel leukosit, neutrofil,
Tetesan
emulsi
limfosit dan rasio CD4+/CD8+ pada tikus yang
dalam
saluran
permukaan
meningkatkan selanjutnya
area
yang
disolusi. dilarutkan
luas
31
doxorubicin6.
diinduksi
Hal
ini
semakin
pencernaan melalui cairan empedu. Kehadiran
memperkuat potensi EKJP untuk dikembangkan
surfaktan dapat meningkatkan absorpsi pada
sebagai
membran
doxorubicin berbasis fitofarmaka.
sehingga
terjadi
perubahan
agen
ko-kemoterapi
pendamping
permeabilitas (surfaktan yang digunakan bersifat hidrofilik dengan nilai HLB > 12). Pengecilan
2.7 Mekanisme
SMEDDS
(Self-Micro
Emulsifying Drug Delivery System)
ukuran partikel obat menyebabkan perubahan muatan menjadi positif atau negatif. Lapisan
SMEDDS
merupakan
teknik
mukosa bermuatan negative, sehingga muatan
penghantaran obat yang modern dan terbukti
positif pada droplet emulsi dapat menembus
dapat meningkatkan bioavalabilitas oral pada
kedalam
27
ileum .
Emulsi
yang
bermuatan
positif/kation memiliki bioavaibilitas yang lebih 28
obat
yang
bersifat
dalam
Maka dari itu, SMEDDS dapat menjadi solusi
mencampurkannya
formulasi
solubilizer
kulit
jeruk
purut
yang
hidrofobik/lipofilik.
dan
lipofilik.
Pembuatan SMEDDS meliputi pelarutan obat
baik dibanding yang bermuatan negatif/anion .
ekstrak
hidrofobik
fase
yang
minyak
dan
kemudian
menggunakan sesuai.
Bentuk
agen SMEDDS
konvensional adalah berupa cairan. SMEDDS cairan ini mempunyai beberapa kekurangan,
2.6 Kandungan Senyawa Flavonoid dalam
antara lain biaya poduksi yang tingi, stabilitasnya
Ekstrak Kulit Jeruk Purut (EKJP) dan
yang rendah, penggunaan yang kurang praktis,
Aktivitasnya
presipitasi obat/eksipien yang irreversible dan
sebagai
Agen
Ko-
Kemoterapi
lamanya
Berdasarkan hasil penelitian, kulit buah jeruk mengandung flavonoid rutin, naringin dan 4
hesperidin .
Senyawa ini berpotensi sebagai
drug
loading.
Untuk
mengatasi
kekurangan tersebut, terdapat bentuk SMEDDS alternatif,
yaitu
S-SMEDDS
(solid
self-
microemulsifying drug delivery systefm). S-
agen ko-kemoterapi yang berperan sebagai
SMEDDS
membutuhkan
pemadatan
kardioprotektor dan hepatoprotektor dengan cara
bahan self-microemulsifying cair ke dalam bentuk
memperbaiki histopatologi jantung dan hepar 50
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
bahan-
powder/nanopartikel dan dapat dikonversikan ke
emulsifying agents (EA) setelah dua fase emulsi
dalam bentuk tablet, pelet, kapsul, dan lain-lain. Adapun mekanisme yang terjadi dari self-microemulsi
berdasarkan
Reiss
Emulsi yang terbentuk distabilkan oleh
adalah
terpisahkan
sesuai
dengan
waktu
untuk
menurunkan area interfasial. EA membentuk
sebagai berikut: dalam proses pembentukan self-
droplet
microemusifying,
bebas.
menyebabkan penurunan energi interfaial dan
persamaan
menghasilkan barrier untuk mencegah terjadinya
membuat
koalesensi. Pada sistem self-micro emulsifying
Energi
bebas
langsung
dibutuhkan ini
energi
energi
merupakan
esensial
untuk
permukaan baru antara fase minyak dan air.
ini,
secara
energi
bebas
yang
membentuk
emulsi
dapat
monolayer
yang
digunakan
untuk
berupa
sangat
31
DG = S N p r 2s
dimana DG
emulsi
rendah/positif/negatif .
=
energi
bebas;
N
=
banyaknya droplet pada radius r; s = energi interfasial
31
Gambar 3. Mekanisme SMEDDS 2.8 Desain
SMEDDS
EKJP
sebagai
Fitofarmaka Ko-kemoterapi
Purut sebagai Bahan Aktif Utama
Secara garis besar preparasi produk ini akan
dibagi
dalam
beberapa
a. Pembuatan Ekstrak Kering Kulit Jeruk
tahap,
Bahan baku berupa kulit jeruk
yaitu
purut berkualitas yang telah didapatkan
penyiapan ekstrak kulit jeruk purut sebagai
kemudian dikurangi kadar airnya hingga
komponen zat aktif sediaan, preformulasi bentuk
mencapai
sediaan, produksi, dan evaluasi. Bahan aktif
Pengurangan kadar air ini dilakukan
utama yang digunakan adalah ekstrak etanolik
dengan cara mengeringkannya di dalam
kulit jeruk purut (Citrus hystrix D.C.).
oven atau microwave. Simplisia atau
kurang
dari
10%.
serbuk kulit jeruk purut yang telah kering B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
51
kemudian diserbuk dengan derajat halus tertentu. Isolasi senyawa aktif
yang
Langkah awal preformulasi yaitu uji kelarutan EKJP terhadap beberapa
berfungsi sebagai kardioprotektor dan
jenis
hepatoprotektor pada simplisia kulit jeruk
mengidentifikasi komposisi yang sesuai
purut ini
dalam SMEDDS. Kemudian konsentrasi
Pembuatan ekstrak kering dapat
pembawa
rutin,
naringin
tersebut
dan
untuk
hesperidin
dilakukan menggunakan penyari etanol
dikuantifikasi menggunakan HPLC32. Uji
70%.
dalam
yang dilakukan selanjutnya adalah uji
melakukan ekstraksi kulit jeruk purut
kompaktibilitas. Uji ini dilakukan untuk
menggunakan
menentukan
Langkah
pertama
etanol
70%
dengan
kompaktibilitas
antara
perbandingan 1:10. Ekstraksi dilakukan
surfaktan dan minyak. Semakin banyak
selama 5 hari dan disaring. Setelah itu
volume
diremaserasi menggunakan etanol 70%
menunjukkan
selama 2 hari dan disaring. Filtratnya
semakin baik dengan surfaktan yang
dicampur dengan hasil maserasi. Filtrat
dipilih. Uji kompaktibilitas juga dilakukan
yang
pada
diperoleh
menggunakan sehingga
kemudian rotary
didapatkan
diuapkan
evaporatory ekstrak
kental
minyak
ko-solven
ditambahkan
kompaktibilitas
terhadap
yang
campuran
surfaktan dan minyak yang telah terpilih dengan cara yang sama33. Diagram
etanolik kulit jeruk purut. b. Tahap Preformulasi SMEDDS Ekstrak
yang
dibuat
fase
menggunakan
pseudo-ternary metode
water
titration untuk mengidentifikasi daerah
Kulit Jeruk Purut (EKJP) Tahapan preformulasi SMEDDS ini
self-emulsifying
dan
mengoptimasi
menggunakan EKJP sebagai zat aktif.
konsentrasi surfaktan, ko-solven dan
Komponen yang dibutuhkan sebagai
minyak. Rasio dari surfaktan dan ko-
pembawa yaitu minyak, surfaktan, ko-
solven divariasi. Rasio minyak, surfaktan
surfaktan, ko-solven. Minyak berfungsi
dan ko-solven yang memberikan formasi
sebagai basis pada SMEDDS. Minyak
paling stabil dan daerah self-emulsifying
yang dapat digunakan antara lain minyak
palingbesar adalah yang membutuhkan
sayur, lanolin, asam lemak, mono-/di-/tri-
volume titran paling sedikit32.
gliserida,
dan
lain-lain.
Sedangkan
surfaktan yang dapat digunakan pada formulasi
SMEDDS
surfaktan
dengan
adalah
nonionik
Hidrofilik-Lipofilik
Balance (HLB) yang tinggi. Sebagai contoh
adalah
Tween,
Labrasol,
Cremophore, dan lain-lain. Dan kosolven yang dapat digunakan adalah pelarut organik, seperti etanol, propilen glikol dan polietilen glikol Gambar 4. Diagram Fase Pseudo-ternary9
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
53
c. Tahap Formulasi dan Kontrol Kualitas SMEDDS EKJP SMEDDS
partikel lebih kecil. Oleh karena itu, efikasi yang didapat lebih maksimal dan akseptabilitasnya
dipersiapkan
masing-masing
formula
untuk
lebih tinggi karena dapat diaplikasikan oleh
dengan
penderita kanker secara mandiri, fleksibel, dan
membuat variasi rasio minyak yang
tidak disertai rasa nyeri.
terpilih dan campuran surfaktan dan ko-
Zat aktif dapat terlarut lebih mudah,
solven dengan rasio tertentu. EKJP
absorsi dan efikasi meningkat, maka diharapkan
ditimbang dalam vial
dengan kadar kecil dapat diperoleh khasiat yang
dan dicampur
dengan diaduk serta divortex hingga
memenuhi.
campuran
yang
terbentuk
homogen.
diproduksi produk dengan jumlah yang banyak
Formula
yang
didapat
kemudian
sehingga obat ini dapat dijangkau oleh kalangan
dianalisis
ukuran
droplet,
self-
emulsification, dan pengendapannya.
dan
Dampak
sekali
ekstraksi
dapat
menengah kebawah. Namun dalam hal ini tidak luput peran dari pemerintah, petani, pengusaha dan
2.9. Prospek
Dalam
Universal
para
memiliki
akademis.
andil
Pihak-pihak
masing-masing.
tersebut
Petani
akan
Pengembangan SMEDDS EKJP sebagai
menghasilkan dan memperbanyak tanaman jeruk
Fitofarmaka
purut yang berpotensi. Sedangkan akademisi
Jeruk purut merupakan rempah-rempah
sebagai pihak peneliti dan pemberi kisaran nilai
yang biasa digunakan sebagai pelengkap bumbu
awal terhadap produk jadi. Pemerintah dan
dapur rumah tangga, bagian dari jeruk purut yang
pengusaha berperan sebagai penyokong dana,
umum digunakan adalah buah dan daunnya,
mengingat serangkaian riset produk berbasis
namun masih jarang dijumpai aplikasi terhadap
herbal untuk dapat di-release secara legal di
kulitnya, padahal kulit jeruk purut memiliki potensi
masyarakat membutuhkan dana dalam jumlah
yang sangat besar.
besar.
Melihat potensi dari kulit
Namun
timbal
balik
ekonomi
yang
jeruk purut, maka dapat dijadikan landasan
dijanjikan tidak sedikit. Produk ini mempunyai
dalam pembuatan ekstrak kulit jeruk purut
potensi
sebagai
Karena bahan baku yakni jeruk purut mudah
agen
penggunaan
ko-kemoterapi
Doxorubicin.
terhadap
Diperlukan
dan keuntungan
yang menjanjikan.
suatu
diperoleh dengan harga terjangkau. Adanya
inovasi untuk mewujudkan gagasan tersebut
penelitian yang telah membuktikan khasiat EKJP
dengan pembuatan suatu sediaan yang dapat
sebagai
mempermudah penggunaan agen ko-kemoterapi
membuka peluang EKJP untuk dikembangkan
pada pasien kanker.
menjadi fitofarmaka di Indonesia. Dengan begitu,
agen
ko-kemoterapi
doxorubicin,
Sediaan SMEDDS EKJP memodifikasi
perkembangan obat herbal di Indonesia dapat
pengecilan droplet emulsi ekstrak jeruk purut
semakin maju dan beragam. Produk ini pun
sebagai komponen zat aktifnya dan membentuk
dapat mengangkat nilai ekonomi dan nilai
self-emulsi
manfaat dari kulit jeruk purut.
secara
spontan
di
dalam
gastrointestinal dapat menjadi trobosan terbaru dalam dunia kefarmasian. Hal ini dikarenakan sistem penghantarannya secara sistemik, dan absorbsi obat yang lebih baik karena ukuran
54
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
3. SIMPULAN
hystrix D.C.) Sebagai Agen Imunomodulator
Kulit jeruk purut berpotensi sebagai agen
yang Prospektif
pada Penekanan Efek
ko-kemoterapi doxorubicin berbasis fitofarmaka
Imunosupresi Kemoterapi, Jurnal Saintifika
yang mengandung naringin dan hisperidin yang
Universitas Gadjah Mada, III(2): 2011).
berpotensi
sebagai
kardioprotektor,
[7]
Jayaraman J, Namasivayam N., Naringenin
hepatoprotektor dan imunomodulator. Teknologi
modulates circulatory lipid peroxidation, anti-
yang digunakan adalah SMEDDS dengan prinsip
oxidant
terjadinya emulsi secara spontan ketika kontak
metabolizing enzymes in rats with ethanol
dnegan cairan gastrointestinal.
induced liver injury, Fundam Clin Pharmacol
status
and
hepatic
alcohol
2011, 25(6): 682-689. DAFTAR PUSTAKA [1]
[8]
Frias M.A., Lang U., Gerber-Wicht C.,
flavanone glycoside, on lipid peroxidation
James R.W., 2009, Native and reconstituted
and
HDL
myocardial ischemic rats. Redox Rep 2010,
protect
cardiomyocytes
from
doxorubicin-induced apoptosis, Cardiovasc Res, Aug 21. [2]
[3]
experimental
Sudheer, P., Nishanth, K.M., Satish, P., Uma
Adamcová, M., Hrdina, R., 2009, Gersl V.
Approaches to development of solid- self
Anthracycline-induced
cardiotoxicity:
micron emulsifying drug delivery system:
overview of studies examining the roles of
formulation techniques and dosage forms –
oxidative stress and free cellular iron,
a review, Asian Journal of Pharmacy and
Pharmacol Rep, 61(1): 154-171.
Life Science, Vol. 2 (2) ISSN 2231 – 4423.
Sharma, G., Tyagi, A.K., Singh, R.P., Chan,
S.MS.,
&
Thakur
R.S.,
2012,
[10] Solanki, S.S., Brajesh Sarkar, and Rakesh
D.C.F., and Agarwal, R., 2004, Synergistic
Kumar
anti-cancer effect of grape seed extract and
Drug Delivery System: For Bioavailability
conventional cytotoxic agent doxorubicin
Enhancement
against human breast carcinoma cells,
Pharmaceutics, Volume 2012.
Bisset,
Dhanwani, of
2012,
Microemulsion
Ampelopsin,
ISRN
[11] Joensuu, H, 2008, Systemic Chemoterapy for Cancer: From Weapon ti Treatment.
N.G.,
1994,
Herbal
Drug
and
Phytopharmaseuticals, Medpharm Scientific
[6]
status in
Simůnek, T., Stérba, M., Popelová, O.,
85, 1-12.
[5]
antioxidant
15(5): 217-223. [9]
Breast Cancer Reasearch and Treatment,
[4]
Selvaraj P, Pugalendi KV, Hesperidin, a
Lancet Oncol, 9 (3): 304. [12] Zhang, Xiao-Yu, Li, Wen-Guang, Wu, Yong-
Publishers, Tokyo, 151-152.
Jie,
Putri, H., Standie N., Yonika A.L., Nindi W.,
Amelioration
and Adam H., 2013, Cardioprotective and
Myocardial
Hepatoprotective Effects of Citrus hystrix
Immuosuppression
Peels Extract on Rats Models, Asian Pacific
Proanthocyanidins in Tumour-bearing Mice,
Journal of Tropical Biomedicine, 3(5): 371–
Journal of Pharmacy and Pharmacology,
375.
Pharmaceutical Press, Vol. 57, No. 8, 1043-
Putri, H., Standie, N., Saktiningtyas, I.A.,
1051.
and
Gao, of
Ming-Tang,
2005,
Doxorubicin-Induced
Oxidative by
Stress
and
Grape
Seed
2011, Potensi Kulit Jeruk Purut (Citrus
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
55
[13] Childs, A.C., Phaneuf, S.L., Dirks, A.J., Phillips,
T.,
and
Leeuwenburgh,
2002,
[19] Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Kriteria
Doxorubicin Treatment in Vivo Causes
dan
Cytochrome c Release and Cardiomyocyte
Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan
Apoptosis,
Fitofarmaka, No.HK 00.05.41.1384, Jakarta:
As
Mitochondrial
Well
As
Increased
Efficiency,
Superoxide
Dismutase Activity, and Bcl-2:Bax Ratio, Cancer Research, 62:4592-4598.
and
Anthracyclins:
Gianni,
Molecular
L.,
2004,
Advances
and
Laksana
Pendaftaran
Obat
Departemen Kesehatan RI. [20] Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
[14] Minotti, G., Menna, P., Salvatorelli, E., Cairo,G.,
Tata
Republik
Indonesia,
Pedoman Pelaksanaan Tradisional,
2000,
Uji Klinik Obat
Jakarta:
Departemen
Kesehatan RI.
Pharmacologic Developments in Antitumor
[21] Kawaguchi K, Kikuchi S, Hasegawa H, et
Activity and Cardiotoxicity. Pharmacol Rev.,
al,1999, Suppressionof lipopolysaccharide-
56:185-228.
induced tumor necrosis factor-release and
[15] Chen, Yun., Poe, Bob., and Eder, Angie.,
2006,
Doxorubicin
Organelles,
in
Mitochondria
Doxorubicin Delivery
Content
Metabolism
Systems,
in
Organelle
Acidic
[22] Tirkey, N., Pilkhwal, S., Kuhad, A., &
Liposomal
Chopra, K., 2005, Hesperidin, a citrus
Research
bioflavonoid, decreases the oxidative stress produced by carbon tetrachloride in rat liver
[16] Han, X., Pan, J., Ren, D., Cheng, Y., Fan, and
H.,
and kidney, BMC pharmacology, 5, 2. doi: 10.1186/1471-2210-5-2.
2008,
Naringin-7-O-
against
doxorubicin-
[23] Raheem, I.T., Abdel-Ghany, A.A., 2009,
induced toxicity in H9c2 cardiomyocytes by
Hesperidin alleviates doxorubicin-induced
induction
cardiotoxicity in rats, J Egypt Natl Canc Inst,
glucoside
Lou,
macol 1999;368:245â&#x20AC;&#x201C;50.
Harvesting
Group University of Minnesota.
P.,
liver injury in mice by naringin. Eur J Phar-
protects
of
endogenous
antioxidant
enzymes, Food and Chemical Toxicology,
21(2): 175-184. [24] Choi, Soo-Youn, Hee-Chul Ko, Soo-Youn
46:3140-3146. [17] Chularojmontri, L, Wattanapitayakul, S.k.,
Ko, Joon-Ho Hwang, Ji-Gweon Park, Shin-
Herunsalee, A., Charuchongkolwongse, S.,
Hae Kang, Sang-Hun Han, Su-Hyun Yun,
Niumsakul,
2005,
and Se-Jae Kim, 2007, Correlation between
Antioxidative and cardioprotective effects of
Flavonoid Content and the NO Production
Phyllanthus urinaria L, on doxorubicin-
Inhibitory Activity of Peel Extracts from
induced cardiotoxicity, Biol Pharm Bull. 28
Various Citrus Fruits, Biol. Pharm. Bull.,
(7): 1165-71.
30(4): 772â&#x20AC;&#x201D;778.
Srichairat,
S.,
K.,
[25] Kommuru T. R., Gurley B., Khan M. A., and
1999,
Reddy I. K., 2012, Selfemulsifying drug
Biodiversity, Traditional Medicine and the
delivery systems (SEDDS) of coenzyme
Sustainable Use of Indigenous Medicinal
Q10:
Plants in Indonesia. Indigenous knowledge
bioavailability assessment, Int. J. Pharm,
and development monitor, 7(3):3-6.
233.246.
[18] Erdelen, Moesdarsono,
56
S.,
W.R., H.,
Adimihardja, and
Sidik,
formulation
development
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
and
[26] Wakerly,
M.G.,
et
Self‐emulsification
of
al.,
veg:
1986,
oil‐non‐ionic
surfactant mixtures, ACS symp. Ser. 311, 242‐255. [27] Groves MJ, Degalindez DA, 1976, The self‐emulsifying action of mixed surfactants in oil, Acta Pharm Suec, 13, 361‐ 372. [28] McClintic JR, 1976, Physiology of the Human Body, 2nd Edition, Wiley, New York, 189. [29] Soucek, P., Kondrova, E., Hermanek, J., Stopka, P., Boumendjel, A., Ueng, Y.F., 2011, New model system for testing effects of
flavonoids
on
doxorubicin-related
formation of hydroxyl radicals. Anticancer Drugs, 22(2): 176-184. [30] Arafa, H.M., Abd-Ellah, M.F., Hafez, H.F., 2005,
Abatement
by
naringenin
of
doxorubicin-induced cardiac toxicity in rats. J Egpt Cancer Inst, 17(4): 291-300. [31] Prince L.M., 1974, Microemulsions, Marcel Dekker, New York. [32] Mejakrusul, C., Yang, Y., Leed, M. G. D., Sadgrove, M. P., Jay, M., Sripanidkulchai, B., 2013, Novel formulation strategies for enhancing oral delivery of methoxyflavones in Kaempferia parviflora by SMEDDS or complexation cyclodextrin,
with
2-hydroxypropyl-β-
International
Journal
of
Pharmaceutics, 445 (2013), 1-11. [33] Cui, J., Yu, B., Zhao, Y., Zhu, W., Lou, H., Zhai,
G.,
absorption
2009. of
Enhancement curcumin
by
of
oral self-
microemulsifying drug delivery systems. Int. J. Pharm. 371, 148–155.
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
57
Advertorial
SIRUP EKSTRAK AIR SIRIH MERAH (Piper crocatum) : INOVASI BARU OBAT DIABETES BERBASIS HERBAL Fera Amelia, Ellsya Angeline R.*, Erni Wijayanti Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada *Corresponding author’s email : marmalade7girl@yahoo.co.id
ABSTRAK Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang dituju. Terapi diabetes mellitus yang dilakukan selama ini menggunakan insulin atau obat hipoglikemik oral (OHO). Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendorong pengembangan bahan alam menjadi sumber bahan baku untuk terapi DM. Sirih merah telah digunakan secara empiris untuk pengobatan DM. Penelitian efek antidiabetes dari ekstrak sirih merah telah dilakukan secara in vivo terhadap tikus dan mencit. Uji toksisitas terhadap ekstrak air sirih merah telah dilakukan dan terbukti aman. Sirih merah mengandung flavonoid yang dapat menurunkan kadar gula darah dengan menghambat enzim aldose reduktase seperti α-amilase dan α–glukosidase, menghambat oksidasi asam lemak, dan menangkap radikal bebas sehingga mencegah terjadinya kerusakan sel dan jaringan yang memicu komplikasi diabetes. Untuk mengekstraksi flavonoid tersebut menggunakan metode ekstraksi air seperti infundansi. Ekstrak air yang dihasilkan distandarisasi sehingga dapat diolah lebih lanjut menjadi sirup. Sirup ekstrak air sirih merah ini dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka. Kata kunci: sirih merah, diabetes mellitus, ekstrak air, sirup, fitofarmaka
ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder of carbohydrate , protein , and fat as a result of insufficient insulin secretion or insulin resistance in target tissues . Therapy for diabetes mellitus was done by using insulin or oral hypoglycemic agents (OHO) . World Health Organization (WHO) to encourage the development of natural material into a source of raw materials for the treatment of diabetes . Red betel has been used empirically for the treatment of diabetes . Research antidiabetic effect of the extract of red betel has been done in vivo on rats and mice . Toxicity tests on water extracts of red betel has been done and proven safe . Red betel contains flavonoids that can lower blood sugar levels by inhibiting the enzyme aldose reductase such as α - amylase and α - glucosidase , inhibiting fatty acid oxidation , and capturing free radicals thus preventing cell and tissue damage that triggers complications of diabetes . To extract the flavonoids extraction using water as infundansi . The resulting aqueous extract is standardized so that it can be further processed into syrup . Water extract of red betel syrup can be developed into fitofarmaka . Keywords: red betel, diabetes mellitus, water extract, phytopharmaca
58
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
1. PENDAHULUAN Diabetes gangguan
menangkap radikal bebas dan mengurangi stres
mellitus
metabolisme
(DM)
merupakan
karbohidrat,
protein,
oksidatif sehingga dapat memperbaiki fungsi sel beta (Safithri, 2005).
lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau
Flavonoid
merupakan
salah
satu
resistensi insulin pada jaringan yang dituju
senyawa bioaktif dari bahan alam yang sedang
(Dorland, 2002).
dikembangkan
Pengobatan DM biasanya
oleh
ilmuwan-ilmuwan
dilakukan dengan pemberian Obat Hipoglikemik
untuk
Oral (OHO) dan insulin. OHO yang sering
menurunkan gula darah,
digunakan masyarakat adalah glibenklamid dari
banyak
golongan sulfonilurea yang bekerja merangsang
menghambat
insulin. Selain obat tersebut, penderita DM
menghambat
menggunakan obat tradisional yang berasal dari
menangkap radikal bebas. Oleh karena itu, sirih
tanaman obat. Masyarakat menggunakan obat
merah memiliki potensi yang besar
tradisional karena dianggap mempunyai efek
dikembangkan menjadi fitofarmaka apalagi di
samping yang lebih ringan. Komisi ahli diabetes
Indonesia belum ada fitofarmaka untuk penyakit
WHO
diabetes.
menghimbau
pengembangan
obat
diabetes berbasis bahan alam. Indonesia
menjadi
obat
mekanisme
Dalam
flavonoid memiliki
aksi,
antara
aktivitas
enzim
Îą-glukosidase,
oksidasi
asam
Gagasan
yang
lemak,
lain
dan
untuk
diajukan
adalah
negara
mengembangkan ekstrak air sirih merah menjadi
megabiodiversity dengan hutan tropis yang
sediaan antidiabetes oral yang inovatif dalam
terbesar kedua di dunia. Namun, pemanfaatan
bentuk
potensi biodiversitas di Indonesia masih kurang
(CMC) sebagai pengental dan sorbitol sebagai
dari 5% padahal tumbuhan merupakan sumber
pemanis.
kimia hayati (chemical resources) yang dapat
polisakarida sehingga rasanya manis namun
dikembangkan menjadi sumber bahan baku
tidak dapat dihidrolisis menjadi glukosa sehingga
senyawa
diperbarui
tidak akan meningkatkan kadar gula darah pada
(Achmad, 2011). Salah satu bahan alami yang
penderita diabetes mellitus. Sediaan sirup dipilih
dapat digunakan sebagai obat tradisional DM
karena yang digunakan adalah ekstrak air.
adalah daun sirih merah (Piper crocatum) yang
Keunggulan
telah digunakan secara empiris di masyarakat.
pembuatannya mudah dan biaya produksinya
aktif
obat
merupakan
diabetes.
dunia
yang
dapat
sirup
dengan
Hidroksi
hidroksi
metilselulosa
sediaan
sirup
metilselulosa
merupakan
ini
adalah
Penelitian preklinis terhadap ekstrak air
rendah sehingga diharapkan sirup ekstrak air
daun sirih merah secara in vitro dan in vivo telah
sirih merah ini bisa diproduksi oleh industri
dilakukan
farmasi lokal dalam jumlah banyak dengan harga
di
Indonesia.
Hasil
uji
preklinis
menunjukkan bahwa infusa sirih merah dapat
terjangkau
menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu,
masyarakat.
sehingga
dapat
dibeli
oleh
infusa sirih merah tidak bersifat toksik sehingga aman bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang
2. PEMBAHASAN
lama (Safitri dkk, 2012b). Senyawa aktif yang
2.1. Mekanisme
memiliki efek hipoglikemik dalam daun sirih merah
yakni
alkaloid,
flavonoid (Sudewo,
saponin,
2005).
Flavonoid
sebagai
Antidiabetes
dan
Sirih merah telah digunakan masyarakat
Flavonoid dapat
Indonesia sebagai obat tradisional yang secara
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
tanin
Aksi
- Desember 2013
59
empiris memiliki khasiat sebagai obat diabetes.
menjadi fitofarmaka harus melalui uji preklinik (uji
Senyawa aktif yang memiliki efek hipoglikemik
toksisitas dan uji farmakodinamik), standarisasi
dalam daun sirih merah yakni alkaloid, saponin,
ekstrak (penentuan identitas dan pembuatan
tanin dan flavonoid (Sudewo, 2005). Dalam
sediaan terstandar), dan uji klinik (Pramono dkk,
berbagai penelitian terkini, molekul kecil seperti
2000).
flavonoid mampu menghambat aktivitas enzim α-
Uji preklinis dilakukan secara in vitro dan
glukosidase (Lo Piparo dkk., 2008). Enzim aldose
in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas
reduktase seperti α-glukosidase berfungsi untuk
dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan
mengkatalisis
dan
oksidasi
β-D-glukosa
menjadi
cara
pemberian
pada
hewan
coba
asam glukonat dengan menggunakan molekul
disesuaikan dengan rencana pemberian pada
oksigen sebagai akseptor elektron, mengkatalisis
manusia Melalui penelitian in vivo, infusa daun
hidrolisis residu glukosa yang berikatan α-1,4
sirih merah dengan dosis 0,54g/kgBB, 1,08
pada berbagai substrat untuk menghasilkan α-D-
g/kgBB, dan 2,16 g/kgBB dapat menurunkan
glukosa, dan menghidrolisis ikatan α-glikosidik
kadar gula darah tikus yang diinduksi aloksan
pada oligosakarida dan α-D-glikosida (Agustanti,
(Dika, 2011). Air rebusan sirih merah pada tikus
2008; Hartika, 2009 cit Sou dkk, 2000).
yang diinduksi aloksan dengan berbagai dosis
Aktivitas
sebagai
dari 3,33 g/kgBB hingga 20 g/kgBB dapat mampu
antihiperglikemia telah diteliti banyak orang dan
menurunkan kadar gula darah sebesar 10-38%
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Flavonoid
dan mencegah penurunan berat badan sebesar
dalam sirih merah sebagai senyawa inhibitor α-
5-52% (Safitri dkk, 2012a). Menurut Pedoman
glukosidase dapat menghambat oksidasi β-D-
Pelaksanaan Obat Tradisional yang dikeluarkan
glukosa menjadi asam glukonat, mengurangi
Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan
pencernaan
RI,
kompleks,
flavonoid
dan
absorpsi
menghambat
dari
karbohidrat
enzim
α-amilase
hewan
coba
yang
digunakan
untuk
sementara satu spesies tikus atau mencit
pankreas dalam menghidrolisis polisakarida di
sedangkan
lumen usus halus, dan mampu menstimulasi
spesies. Selain tikus sebagai model DM, telah
2+
WHO
menganjurkan
pada
dua
sehingga efektif untuk
dilakukan penelitian in vivo terhadap mencit
penderita diabetes melitus tipe II yang tidak
model diabetes mellitus dengan infusa daun sirih
tergantung pada insulin (Sharififar dkk, 2009;
merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Patra dan Chua, 2010).
infusa daun sirih merah dengan konsentrasi
penangkapan ion Ca
0,078 g/kgBB, 0,156 g/kgBB, dan 0,312g/kgBB 2.2. Pengembangan
Sirih
Merah
Menjadi
Fitofarmaka Sirih
merah
dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit sebesar 32,87 %, 17,20 %, dan 31,33 %
berpotensi
untuk
(Anindyagari, 2009).
dikembangkan menjadi fitofarmaka. Fitofarmaka
Pengujian toksisitas akut air rebusan
adalah sediaan obat bahan alam yang telah
daun sirih merah menunjukkan bahwa selama 24
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
jam pertama sampai 7 hari masa percobaan tidak
ilmiah dengan uji preklinik dan uji klinik, bahan
ada hewan yang mati baik untuk kelompok dosis
baku, dan produk jadinya telah distandarisasi
0, 5, 10, maupun 20 g/kg BB. Dengan tidak
(BPOM, 2005). Pengembangan sirih merah
adanya kematian tikus putih pada semua dosis
60
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
yang diujikan, maka dapat dikatakan bahwa
sirih merah ini dapat dikatakan aman bila
rebusan sirih merah tidak bersifat toksik (Safitri
dikonsumsi oleh manusia sehingga daun sirih
dkk, 2012). Uji ketoksikan ekstrak air sirih merah
merah ini dapat dibuat dalam bentuk ekstrak
tersebut telah dilakukan terhadap ginjal, sel
terstandar yang kemudian diformulasikan dalam
darah, dan liver. Hasil penelitian menunjukkan
bentuk sediaan obat selanjutnya dilakukan uji
bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
klinik ke manusia.
histologi ginjal dan liver antara tikus kontrol (tanpa perlakuan) dengan tikus yang diberi
2.3. Pembuatan Sirup Ekstrak Air Sirih Merah
perlakuan. Selain itu, tidak ada perbedaan
Tanaman
sirih merah
siap
dipanen
signifikan juga kadar kreatinin, SGPT, dan SGOT
setelah berumur 4 bulan dengan daun yang
pada kedua kelompok tikus tersebut sehingga
relatif sudah lebar dengan panjang 16 sampai 20
dapat disimpulkan bahwa ekstrak air daun sirih
cm. Sebaiknya daun yang dipetik berumur sudah
merah
cukup tua karena pada umur tersebut kadar zat
tidak
hepatotoksik,
nefrotoksik,
dan
hematotoksik (Safithri, 2012b).
aktifnya tinggi dengan aroma daun tajam dan
Sebelum menjadi fitofarmaka, ekstrak
rasanya yang pahit (Werdhany dkk, 2008).
harus distandarisasi terlebih dahulu. Setelah
Panen
dibuat ekstrak air lalu dilakukan standarisasi
Semakin sering daun dipanen, semakin cepat
ekstrak. Standarisasi ekstrak dilakukan sebagai
tunas baru tumbuh. Pemetikan dimulai dari
salah
pengembangan
bagian bawah atau sekitar 60 cm dari permukaan
ekstrak air sirih merah ini sebagai fitofarmaka.
tanah menuju ke atas supaya meminimalkan bila
Standarisasi ekstrak dilakukan dengan parameter
terdapat kotoran atau debu yang menempel.
spesifik dan parameter non spesifik.. Beberapa
Pemetikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
parameter non spesifik daun sirih merah telah
sampai
diteliti. Analisis proksimat terhadap daun sirih
dilakukan proses pengeringan (Werdhany dkk,
merah
2008).
satu
langkah
dalam
telah dilaporkan. Analisis ini bertujuan
dapat
pukul
dilakukan
11.00
seminggu
supaya
masih
sekali.
dapat
untuk mengetahui kandungan apa saja yang
Daun yang telah dipetik kemudian disortir
terdapat dalam daun sirih merah. Hasil analisis
untuk dipilih daun yang bersih, segar, tebal, dan
kadar
mengkilap. Daun tersebut kemudian direndam
air
menunjukkan
bahwa
proses
pengeringan dengan oven mampu kadar air
dalam
sampai dibawah 10% (Safitri dkk, 2012). Dengan
membersihkan
demikian, daun sirih merah dapat aman disimpan
menempel kemudian dibilas hingga bersih dan
sebelum digunakan untuk ekstraksi karena kadar
ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan
air di bawah 10% dapat mencegah terjadinya
pisau yang bersih dan tajam dengan lebar irisan
proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba
sekitar 1 cm. Hasil rajangan diletakkan di atas
seperti bakteri, kapang, dan khamir (Manoi
tampah yang diberi alas kertas dan dikering-
2006).
anginkan selama 3-4 hari sampai kadar airnya di
Dari berbagai hasil penelitian preklinik aktivitas
bawah 12 %. Daun sirih yang telah kering
infus sirih merah secara in vivo dan in vitro, maka
dimasukkan ke kantong plastik tebal transparan
ekstrak air daun sirih merah memiliki aktivitas
yang diberi silika gel lalu disimpan di tempat yang
antidiabetes. Ditinjau dari uji toksisitasnya, daun
bersih dan tidak lembab sehingga kualitas sirih
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
air
selama kotoran
15-30 dan
menit
untuk
debu
yang
61
merah tetap terjaga hingga setahun (Werdhany
air pada suhu 90 °C selama 15 menit. Infundansi
dkk, 2008).
dilakukan untuk menyari senyawa aktif yang larut
Ekstraksi merupakan suatu proses yang
dalam
air.
Infundansi
menggunakan
panci
secara selektif mengambil zat terlarut yang
khusus yang disebut dengan panci infus. Panci
terkandung dalam suatu campuran dengan
infus biasanya terdiri dari dua susun yaitu panci
bantuan pelarut (Ansel, 1989). Faktor-faktor yang
bagian
berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah
sedangkan panci bagian bawah berisi penangas
lama ekstraksi, suhu, dan jenis pelarut yang
air sehingga rebusan simplisia tidak langsung
digunakan (Khopkar, 2003). Pertimbangan yang
berhubungan dengan sumber api.
perlu diperhatikan dalam memilih suatu pelarut
atas
berisi
Ekstraksi
bahan
yang
dan
dilakukan
aquadest
didasarkan
adalah kepolaran pelarut tersebut karena pelarut
pada cara infundansi yaitu dengan menimbang
polar akan melarutkan senyawa polar, sebaliknya
sejumlah sirih merah kemudian dimasukkan ke
pelarut non polar akan melarutkan senyawa non
dalam panci infus atas yang berisi sejumlah
polar.
volume air. Panci infus tersebut dipanaskan di
Pemilihan
kepolaran
pelarut
tertentu
dengan
tingkat
diperlukan
untuk
atas kompor. Setelah air mencapai 90°C
lalu
meningkatkan efisiensi dalam mengekstraksi
dihitung sampai menit ke-15, kemudian diserkai
flavonoid, alkaloid, dan tanin dari sirih merah.
selagi panas dengan kain flanel. Ekstrak air yang
Golongan flavonoid yang polar seperti flavonol,
didapat
isoflavon, antosianin, dan flavon dapat diekstrak
evaporator
vakum
menggunakan
konsentrasi
tertentu.
kloroform,
diklorometan,
dan
dari
infundansi
dipekatkan
untuk
dengan
mendapatkan
Namun,
ini
dapat
dietilasetat, sedangkan golongan flavonoid yang
disesuaikan dengan kapasitas dari panci infus itu
lebih polar seperti flavonoid O-glikosida dan C-
sendiri.
glikosida
dapat
diekstraksi
pelarut
Sirup ekstrak air sirih merah ini dibuat
alkohol atau air (Andersen dan Markham, 2006).
dengan bahan tambahan hidroksi metil selulosa
Rutin dan kuersetin yang telah diteliti memiliki
(CMC)
aktivitas
dalam
pemanis, dan metil paraben sebagai antibakteri.
golongan flavonoid yang polar sehingga sirih
Pembuatan sirup dilakukan dengan melarutkan
merah dapat diekstraksi dengan air. Air sangat
sejumlah serbuk dalam air hingga konsentrasinya
murah, mudah didapat, dan tidak toksik sehingga
sebanyak 3%. Larutan CMC dicampur dengan
menguntungkan jika digunakan dalam skala
konsentrat
industri (Khopkar, 2003).
perbandingan konsentrat ekstrak, larutan CMC
antihiperglikemik
dengan
termasuk
sebagai
pengental,
ekstrak
dan
sorbitol
sorbitol
sebagai
dengan
Metode ekstraksi yang digunakan harus
dan gula sebanyak 8:1,5:0,5. Setelah itu campur
mempertimbangkan sifat dari senyawa-aktif dan
hingga homogen menggunakan mixer dengan
senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam
kecepatan rendah.
simplisia tersebut (Voigt, 1995). Ada beberapa
paraben
macam
maserasi,
dimasukkan, diaduk homogen, kemudian sirup
perkolasi, infundansi, dan soxletasi. Penelitian
disaring. Sirup yang sudah jernih kemudian
preklinis yang telah dilakukan menggunakan
dimasukkan ke dalam botol kemasan. Semuanya
metode infundansi. Infundansi adalah metode
dapat dilakukan secara otomatisasi dengan
penyarian dengan cara menyari simplisia dalam
mesin dalam skala industri.
62
metode
ekstraksi,
yaitu
yang
Setelah homogen, metil
telah
dilarutkan
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
dalam
air
2.4. Prospek
Sirup
Sirih
Merah
sebagai
oksidasi
Fitofarmaka
β-D-glukosa
menjadi
asam
glukonat, mengurangi pencernaan dan
Diabetes merupakan salah satu penyakit
absorpsi
dari
karbohidrat
kompleks,
yang menjadi perhatian dunia. Pengembangan
menghambat enzim Îą-amilase pankreas
ekstrak air sirih merah sebagai fitofarmaka ini
dalam menghidrolisis polisakarida di lumen
memiliki peluang yang besar karena diabetes
usus halus, dan mampu menstimulasi
merupakan penyakit yang jumlah penderitanya
penangkapan ion Ca2+, dan meningkatkan
banyak di Indonesia yaitu sekitar tujuh juta orang.
pelepasan insulin ke dalam darah.
Hal
ini
sesuai
tradisional
dengan
yang
persyaratan
3.2. Flavonoid
diabsorbsi
dalam
bentuk
menjadi
aglikon bebas atau bentuk glikosidanya
fitofarmaka yaitu yang diharapkan berkhasiat
melalui mekanisme difusi pasif maupun
untuk penyakit yang menduduki urutan atas
transport aktif yang dibantu oleh enzim Ă&#x;-
dalam angka kejadiannya dan berdasarkan
glukosidase sitosolik dan enzim lactase
pengalaman berkhasiat untuk penyakit tertentu
phlorizin
(Depkes, 2000).
dimetabolisme
Fitofarmaka
dikembangkan
obat
dari
sirih
merah
ini
metiasi,
hydrolase.
Flavonoid
dengan
sulfasi,
dan
akan
mekanisme glukuronidasi.
diharapkan mampu menjadi pengobatan dengan
Flavonoid yang sudah dimetabolisme akan
efek samping minimal. Mengingat, masyarakat
diekskresikan menjadi feses dan urin.
Indonesia bahkan masyarakat dunia cenderung
3.3. Langkah
implementasi
pelaksanaan
mengikuti gerakan back to nature atau gerakan
gagasan meliputi berbagai tahapan utama
kembali ke alam. Tentu saja gagasan ini apabila
yaitu standarisasi ekstrak sirih merah,
diimplementasikan akan memiliki peluang pasar
penelitian dan industrialisasi. Sirih merah
yang besar. Pemanfaatan daun sirih merah
dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka
sebagai terapi antidiabetes merupakan salah
setelah dilakukan standarisasi ekstrak, uji
satu
preklinik (farmakodinamik dan toksisitas),
bentuk
pengembangan
produk
herbal
dengan memanfaatkan kekayaan lokal sehingga mendukung
kelestariannya.
Sediaan
dan uji klinik fase 1,2,3, dan 4.
sirup
ekstrak air sirih merah ini merupakan sebuah
4. SARAN
inovasi baru karena sediaan obat untuk diabetes
Masih perlu dilakukan penelitian tentang
biasanya berbentuk tablet atau kapsul. Dengan
standarisasi ekstrak air sirih merah dan uji
adanya
preklinis lebih lengkap lagi sehingga memenuhi
fitofarmaka
sirup
sirih
merah
ini
diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru
untuk
petani
lokal
sirih
merah
syarat untuk uji klinik kepada manusia.
dan
masyarakat sehingga dapat menambah devisa
DAFTAR PUSTAKA
negara.
[1]
Achmad S.A., E.H. Hakim L., Makmur D., Mujahidin Y.M., Syah.
2001. Sejumlah
Senyawa Kimia Baru dengan Kerangka 3. SIMPULAN 3.1. Mekanisme
Berlandaskan aksi
flavonoid
sebagai
senyawa aktif adalah dapat menghambat
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
3-Isoprenil-Flavon
Tumbuh-Tumbuhan Tropika
Moraceae
Indonesia
dari Hutan dan
63
Kegunaannya.Makalah Indonesia
[2]
Wilayah
Seminar
Barat.
Kimia
Pekanbaru
:
demography and disease prevalence in the
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam.
U.S. Diabetes Care 24 : 1936-1940.
:
Penerbit
Institut
Teknologi
Bandung.
[5]
[6]
Agustanti, L. 2008. Potensi Daun
Sirih
survey. Oppurtinity and Scope of Natural
Merah (Piper crocatum) sebagai Aktivator
Products in Medicinal Chemistry 2012: 187-
Enzim Glukosa Oksidase. Bogor : Institut
212 [13] Cazarolli, L.H., Zanatta, L., Alberton, E.H.,
Alfarabi, M. 2010. Kajian Antidiabetagonik
Figuereido, M.S.R.B., Folador, P., Damazio,
Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
R.G.,
In Vitro. Bogor : Sekolah Pascasarjana
Flavonoids : Prospective drug candidates.
Institut Pertanian Bogor.
Mini-Rev. Med. Chem. 2008, 8, 1429-1440.
[9]
Silva,
F.R.M.B.
Chemistry, Biochemistry, and Applications.
stress and diabetic complications may lead
Prancis : CRC Press Taylor & Francis
to a “causal” antioxidant therapy. Diabetes
Group.
Care 26 : 1589–1596.
Anindyagari. 2009. Efek Infusa Daun Sirih (Piper
crocatum
Ruiz
&
Pav)
[15] Chandramohan
G,
Ignacimuthu
Pugalendi KV. 2008. A novel
S,
compound
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
from Casearia esculenta(Roxb.)root and its
Mencit Model Diabetes Melllitus. Bandung :
effect
Universitas Kristen Maranatha.
streptozotocin-daibetic
Anonim, 1978, Farmakope Indonesia Edisi
Pharmacol 590: 437-443.
on
[16] Cushnie
carbohydrate
T.P.T,
metabolism rats.
Eur
in J
Lamb
A.J.2005.
of
flavonoids.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk
Antimicrobial
Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press
International Journal Of Antimicrobial Agents
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink,
26: 343-356.
1963, Flora of Java (Spermatophytes Only),
[17] Dalimartha.
Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP., Groningen.
Pengobatan
Bowman BA and Russel RM. 2001. Present
Kawan.
Knowledge in Nutrition. ED ke-8. ILSI, Washingthon. DC. [10] Badan
activity
2004.
Tanaman
Alternatif.
Obat
Jakarta
:
dan Setia
[18] Day, A. J., Canada, F.J., Diaz, J.C., Kroon, P.A., Mclauchan, R., Fauldas, C.B., Plumb,
Pengawas
Makanan
G.W., Morgan, M.R., Williamson, G. 2000.
(BPOM). 2005. Kriteria dan Tata Laksana
Dietary flavonoid and isoflavone glycosides
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal
are hydrolysed by the lactase site of lactase
Terstandar
phlorizin hydrolase. FEBS Lett 468: 166-170
dan
Obat
dan
Fitofarmaka.
Jakarta
:
Badan Pengawas Obat dan Makanan
[19] Day,
[11] Boyle JP, Honeycutt AA, Narayan KM, Hoergoer TJ, Geiss LS, Chen H, and
64
M.G.,
[14] Ceriello A. 2003. New insights on oxidative
II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. [8]
Pizzolatti,
Andersen M., Markam R. 2006. Flavonoid :
Merah
[7]
[12] Brahmachari G. 2011. Bioflavonoid with promising anti-diabetic potentials : A critical
Pertanian Bogor. [4]
burden through 2050: Impact of changing
Universitas Riau.
Bandung [3]
Thompson TJ. 2001. Projection of diabetes
A.J.,
Gee,
J.M.,
DuPont,
M.S.,
Johnson, I.T., Williamson, G. Absorption of quercetin-3-glucoside
and
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
quercetin-4’-
glucoside in the rat small intestine : the role
for controlling starch digestion: structural
of lactase phlorizin hydrolase and the
require-ments
sodium-deependent
amylase. J Med Chem 51: 3555–3561.
glucose
transporter.
Biochemical Pharmacology 65: 1199-1206 [20] Departemen
Kesehatan
RI,
for
human
inhibiting
α-
[29] Manach, C., Scalbert, A., Morand, C.,
Direktorat
Remesy, C., Jimenez, L. Polyphenols : food
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
sources and bioavaibility. Am. J. Clin. Nutr
Direktoral Pengawasan Obat Tradisional
79:727-747
(Depkes). 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Depkes. Jakarta.
terhadap mutu simplisia sambiloto. Bul Littro
[21] Departemen Kesehatan RI (Depkes). 2005. Pharmaceutical
Care
untuk
Penyakit
Diabetes Mellitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Jenderal
dan Bina
Klinik
dan
Kefarmasian
Direktorat dan
[30] Manoi F. 2006. Pengaruh cara pengeringan
Alat
17(1),1 – 5. [31] Manoi, F. 2007. Sirih Merah Sebagai Tanaman Multi Fungsi. Bogor : Balitro. [32] Markham KR. 1988. Cara mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K. Penerjemah.
Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2005.
Bandung:
Jakarta
Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid
[22] Dika. 2001. Uji Efek Hipoglikemik Infusa Daun Sirih Merah (Piper crocatum) pada Tikus Putih yang Telah Diinduksi Alloxan. Jakarta
:
Universitas
Pembangunan
Nasional Veteran.
Institut
Teknologi
Bandung.
Identification. [33] Meloan CE. 1999. Chemical Separation. New York : J Willey [34] Mufidah. 2011. Aktivitas Antiaterosklerosis Ekstrak Terstandar Klika Ongkea (Mezzetia
[23] Dobretsov M, Romanovsky D, & Stimers JR.
parviflora BECC) pada Tikus Wistar yang
2007. Early diabetic neuropathy: triggers
Diberi Asupan Kolesterol : Kajian Efek
and mechanism. World J Gastroenterol 13 :
Antioksidan dan Antikolesterol terhadap
175-191.
Penghambatan
[24] Dorland,
Newman. 2002.
Kamus
Kedokteran Dorland. Edisi 29,. Jakarta:EGC
MCP-1
dan
Disfungsi
Endotel. Makasar : Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
[25] Hollman P.C.H., Buijsman M.N.C.P., Van
[35] Nemeth, K, Plumb, G.W., Berrin, J.G., Juge,
Gameren Y., Cnossen P.J., de Vries J.H.M.,
N., Jacob, R., Naim, H.Y., Williamson, G.,
Katan MB. 1999. The sugar moiety is a
Swallow,
major determinant of the absorption of
Deglycosylation by small intestinal epithelial
dietary flavonoid glycosides in man. Free
cell beta glucosidases is a critical step in the
Radic Res 31 : 569-573.
absorption
[26] Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.Priyatmoko, 2008 [27] Lachman L.
1994.
D.M.,
and
Kroon,
P.A.
metabolism
of
2003.
dietary
flavonoid glycisides in human. Eur. J. Nutr., 2003, 42, 29-42
Teori dan Praktek
[36] Nijveldt RJ, van Nood E, van Hoorn DE,
Farmasi Industri. Depok : UI Press, hal 797-
Boelens PG, van Nor-ren K, van Leeuwen
798, 831-834
PA . 2001. Flavonoids: a review of probable
[28] Lo Piparo E, Scheib H, Frei N, Williamson G, Grigorov M, Chou CJ (2008) Flavonoids
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni
- Desember 2013
mechanisms
of
action
and
potential
applications. Am J Clin Nutr 74: 418–425.
65
[37] Patra, J.C.and Chua, B.H. 2010. Artificial neutral
network-based
drug
design
[47] International
Diabetes Federation (IDF).
for
2012.
diabetes mellitus using flavonoids. Journal
Atlas
of Computational Chemistry 32: 555-567.
www.idf.org/diabetesatlas
[38] Pramono S, Nurwati S, Sugiyanto. Pengaruh
International 5th
Diabetes Federation
Edition.
Diakses
dari
[48] Sou S et al. 2000. Novel Îą-Glukosidase
lendir daun jati Belanda terhadap berat
Inhibitors
badan tikus jantan galur wistar. Warta
Skeleton. Bioorganic & Medicinal Chemistry
Tumbuhan Obat Indonesia 2000:6(2).
Letters10: 1081-1084. Tokyo: Institute of
[39] Ryan. 2008. Sirih Merah Atasi Diabetes Mellitus dan Tumor. Puspa Swara. Jakarta. [40] Rohdiana D. 2001. Aktivitas Daya Tangkap
with
a
Tetrachloropthlamide
Molecular and Cellular Biosciences. Di dalam: Hartika, R.2009. Aktivitas Inhibisi ÎąGlukosidaseEkstrak
Senyawa
Golongan
Radikal Polifenol dalam Daun Teh. Majalah
Flavonoid Buah Mahkota Dewa.Bogor :
Farmasi Indonesia 12: 53-58.
Institut Pertanian Bogor.
[41] Safithri M & Fahma F. 2008. Potency of P. crocatum
decoction
as
an
antihyperglycemic. Hayati J Biosci, 15, 4548.
Sirih Merah. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka [50] Sudiarto. 1999. Sirih Merah Sangat Berguna
[42] Safithri, M., Fahma, F., dan Marlina, P.W.N. 2012a. Analisis Proksimat dan Toksisitas Akut
[49] Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan
Ekstrak
Daun
Sirih
untuk
Menyembuhkan
Penyakit
Akibat
Infeksi. Yogyakarta : Agrotrend
Merahyang
[51] Sugiharti NP. 2007. Aktivitas Antibakteri
Berpotensi sebagai Antidiabetes. Jurnal Gizi
Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
dan Pangan, Maret 2012, 7(1): 43-48.
[Thesis].
[43] Safitri M., Yasni S., Bintang M., Ranti A.S. 2012b.
Toxicity
Study
of
Antidiabetics
Bogor:
Bogor
Agricultural
University. [52] Syamsul Eka Siswanto, Nugroho Agung
Functional Drink of Piper crocatum and
Endro,
Pramono
Suwijiyo.
Aktivitas
Cinnamomum burmanii. Hayati Journal of
Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Terpurifikasi
Biosciences 19 : 31-36.
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
[44] Satyanarayana T., Katyayani, B.M., Hema,
(Burn F.) NESS.) dan Metformin pada Tikus
L.E., Anjana, A.M., and Chinna EM. 2006.
DM Tipe 2 Resisten Insulin. Majalah Obat
Hypoglycemic and anti-hyperglycemic effect
Tradisional 16 (3), 124-131, 2011
of alcoholic extract of Euphorbia leucophylla
[53] Werdhany I.W., Marton A., Setyorini. 2008.
in normal and in alloxan induced diabetic
Sirih Merah. Yogyakarta : Balai Pengkajian
rats. Phacog Mag 2 : 244-255.
Teknologi Pertanian Yogyakarta
[45] Scalbert, A., Williamson, G. Dietary intake and bioavaibility of polyhpenols. J. Nutr., 2000, 130, 2073S-85S [46] Sharififar,
F.,
Dehghnudeh,
G.,
and
Mirtajaldini, M. 2009. Major flavonoids with antioxidant activity from Teucrium polium. Food Chemistry 112: 885-888.
66
B I M F I Volume 2 No.1 | Juni - Desember 2013
www.bimkes.org
Organized by:
Supported by:
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA DIREKTORAT UNIVERSITAS PADJADJARAN PENDIDIKAN TINGGI