SUSUNAN PENGURUS Pelindung
Penyunting Ahli
Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
drg. Agustin Wulan Suci D, MDSc
Penasehat
Dr. drg. Didin Erma I., M.Kes
Failasofia
Dr. drg. FX Adi Soesetijo, Sp. Prost
Universitas Gadjah Mada
Universitas Jember
Dr. drg. Banun Kusumawardani, M.Kes Universitas Jember
Universitas Jember
Universitas Jember
Prof. Dr. drg. IDA Ratna Dewanti, M.Si
Pimpinan Umum
Universitas Jember
Intan Rizka Fitria
drg. Niken Probosari, M.Kes
Universitas Jember
Universitas Jember
Pimpinan Redaksi
Penyunting Pelaksana
Junti Rosa Veryani
Zulfa Fithri Universitas Jember Aliful Nisa Noviga Universitas Jember Shabrina Maharani Universitas Jember Christian Agung P Universitas Jember Dwi Sri Lestari Universitas Jember Asyiah Hamasah I Universitas Jember
Universitas Jember
Sekretaris Linda Surya Universitas Jember
Bendahara
Humas dan Promosi
Kharishah Muslihah
Ayu Prativia Yonenda Universitas Jember Vinanti Nur C Universitas Jember Putri Rahmawati Y Universitas Jember Tira Aisah P Universitas Jember
Universitas Jember
Tata Letak dan Layout Wulan Tri Maulinda Universitas Jember Medina Nanda U Universitas Jember Weka D. Bathari Universitas Jember Nadia Kurniasih Universitas Jember Fatimatuz Zahroh Universitas Jember
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
i
DAFTAR ISI
ISSN : 2302-6448
Susunan Pengurus................................................................................................................................... Daftar Isi...................................................................................................................................................... Petunjuk Penulisan ……......................................................................................................................... Sambutan Pimpinan Umum..............................................................................................................
i ii iii ix
Laporan Penelitian Daya Antibakteri Kitin Pada Limbah Kulit Udang Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans Yusuf Rizkillah Akbar, Ghiza Barqly, Andika Sulistian, Aulia Elnisa, Agustin Wulan .................................................................................................................................................................................................................................. 1
Deskripsi Jumlah Candida Albicans Pasien Anak Leukimia Limfoblastik Akut Mengalami Oral Mukositis Pada Proses Kemoterapi Ziyada Salisa, Catur Aditya Ramadhany, Vela Niswa Mustaqbali .................................................................................................................................................................................................................................. 6
Efek Pemberian Susu Kambing Peternakan Ettawa Terhadap Densitas Tulang Femur Pada Tikus Wistar Jantan (The Effects Of Giving Milk Of Ettawa Goat Hybrid On Femur Bone In Male Wistar Rats) Alfy Nurlaili Tusmantoyo, Suhartini, Izzata Barid .................................................................................................................................................................................................................................. 14
GAS API (Garlic As Apoptosis Inducer): Studi In Vivo Kemampuan Ekstrak Etanolik Bawang Putih (Allium Sativum) Dalam Menginduksi Sel Apoptosis Pada Tumor Ganas (Displasia) Lidah Eriska Firma Nawangsih, Ulfah Hermin Safitri, Diyah Apliani, Fitria Nur’aini, Naida Dwi Noviyanti .................................................................................................................................................................................................................................. 20
Penambahan Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.) Pada Periodontal Dressing Terhadap Kepadatan Kolagen Luka Gingiva Kelinci Isnadia Naba`Atin, Melok Aris Wahyukundari, Happy Harmono .................................................................................................................................................................................................................................. 28
Laporan Penelitian Groel Porphyromonas Gingivalis Pada Penderita Periodontitis Sebagai Pemicu Terbentuknya Aterosklerosis Muhammad Yoga Wardhana, Maria Andisa Mayangsari, Reyhan Mahendra Nur .................................................................................................................................................................................................................................. 39
HWM (Hazardous Wasted Machine)-Kit: Inovasi Alat Pengolahan Limbah Infeksius Mini Kedokteran Gigi
Faisal Rizki, Fatimatuz Zahroh, Ika Ayu Fatimah, Amirullah Satria N., M.Iman Tarnando, Denni Rudiyanto .................................................................................................................................................................................................................................. 49
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
ii
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Indonesian Dental Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit setiap 6 bulan sekali setiap bulan maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI. Ketentuan umum : 1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain. 2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan. 3. Penulisan naskah : a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. b. Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan spacing after before 0 cm. Batas margin atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 3343 cm. Jarak antar bab atau subbab yaitu 1 spasi (1 x enter). Font Arial, size 10, sentence case, justify. c. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. d. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman. 4. Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimkgi@bimkes.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Ketentuan menurut jenis naskah : 1 Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran), dan daftar rujukan. 2 Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
iii
3 Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi muda. Format terdiri dari judul, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan), dan daftar rujukan. 4 Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca. 5 Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran gigi. 6 Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi). 7 Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka. Ketentuan khusus : 1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul karangan (Title) b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution) c. Abstrak (Abstract) d. Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan vi. Saran vii. Ucapan terima kasih e. Daftar Rujukan (Reference)
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
iv
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul b. Nama penulis dan lembaga pengarang c. Abstrak d. Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas) ii. Pembahasan iii. Kesimpulan iv. Saran e. Daftar Rujukan (Reference) 3. Judul ditulis singkat, padat, dan jelas yang menggambarkan isi naskah. Ditulis dengan Sentence case, Arial, Font 14 pt dicetak tebal dibagian tengah atas dengan uppercase (semua huruf ditulis kapital). Penulisan judul diperbolehkan menggunakan titik dua tapi tidak diperbolehkan menggunakan titik koma dan bila perlu dapat dilengkapi subjudul dengan ketentuan ditulis dengan titlecase, font Arial, size 12 pt, center dan dicetak tebal. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis italic. 4. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis, ditulis dengan titlecase, font Arial, size 10 pt, center dan bold. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 5. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 250 kata, tidak menuliskan kutipan pustaka dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis. 6. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul. 7. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic). 8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis. 9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
v
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
vi
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. b. Diterbitkan oleh unit pelaksana BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
vii
Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
3. Materi elektronik i. Naskah journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
viii
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Assalamu’alaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kesuksesan sehingga Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Volume Tiga Nomor Satu dapat diterbitkan. BIMKGI merupakan suatu wadah yang menaungi seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. Manusia dapat dikenal salah satunya melalui tulisannya. Namun, sangat disayangkan jika tidak dipublikasikan dan hanya tersimpan rapi dalam folder. BIMKGI dibentuk dengan harapan seluruh Mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia dapat berkontribusi dalam mempublikasikan karya ilmiahnya, sehingga dapat meyumbang perbaikan IPTEK khususnya di bidang kedokteran gigi. Sebagai pimpinan umum, saya mengucapkan terima kasih kepada penulis yang mewakili institusinya untuk berkontribusi kepada BIMKGI dalam mengembangkan IPTEK. Terimakasih kepada seluruh pengurus BIMKGI atas kerja kerasnya dalam penerbitan BIMKGI Volume Tiga Nomor Satu serta kepada Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menilai dan memperbaiki kualitas karya ilmiah pada BIMKGI. Saya berharap semoga seluruh kerja keras untuk menerbitkan jurnal ini dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia Volume Tiga Nomor Satu ini. Kritik, saran serta kontribusi karya ilmiah akan selalu kami butuhkan untuk menyempurnakan peningkatan kualitas BIMKGI kedepannya. Hidup Mahasiswa Kesehatan Indonesia! Jaya BIMKGI! Wasalamu’alaikum wr. wb.
Jember, 26 Juni 2015
Intan Rizka Fitria (Pimpinan Umum)
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
ix
Laporan Penelitian
DAYA ANTIBAKTERI KITIN PADA LIMBAH KULIT UDANG TERHADAP BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS 1
1
1
1
Yusuf Rizkillah Akbar , Ghiza Barqly , Andika Sulistian , Aulia Elnisa , 1 Agustin Wulan 1
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Correspondence: Jalan Kalimantan No. 37, Jember-Jawa Timur Tel./Fax +6285732762574 Email : ghizajibrila@ymail.com
ABSTRAK Limbah kulit udang yang menumpuk di Indonesia sebanyak 325.000 ton per tahun adalah suatu masalah yang belum dapat diselesaikan. S. mutans, adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran akar. Keberhasilan dari bahan irigasi saluran akar adalah dalam pembunuhan bakteri saluran akar. Kandungan dari kitin dalam kulit udang dapat dipergunakan sebagai suatu agen antibakteri. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri dari kitin pada limbah kulit udang untuk menghambat pertumbuhan S. mutans. Total dari 8 plate nutrien dari S. mutans diinokulasikan. Setiap plate terdiri dari 6 disk yang terdiri dari kitin dengan konsentrasi 0,625%, 2%, 5%, 10%, dan asam asetat, 6,25% sodium hipoklorit sebagai kontrol. Setelah itu, plate nutrien ini diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Zona inhibisi dihitung menggunakan jangka sorong digital. Penggunaan kitin 10% secara signifikan mampu menghambat pertumbuhan S. mutans dibandingkan kitin 5%, kitin 0,625%, asam asetat 2%, NaOCl 6,25% dan aquades. Data yang ada mengindikasikan keefektifan dari variasi kitin sebagai antibakteri terhadap S. mutans. Kata Kunci : Antibakteri, Kitin, S. mutans., Saluran Akar
ABSTRACT Shrimp shell waste buildup in Indonesia as much as 325,000 tons per year is one problem that has yet to be overcome. Streptococcus mutans (S. mutans). is one of the S. mutans bacteria that cause infection in the root canal. The success of root canal irrigation materials in the killing of bacteria is one determinant of the success of root canal treatment. The content of chitin in shrimp shell waste can be used as an antibacterial agent. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of chitin in shrimp shell waste to the inhibition of the growth of S. mutans. A total of 8 plates so that nutrient in S. mutans bacteria inoculation use. Each plate consists of a 6 disc drops of chitin with a concentration of 0,625%, 5%, 10% and 2% acetic acid, 6.25% sodium hypochlorite as a control. Furthermore, in order to nutrient plate incubated for 24 hours. Inhibition zone formed calculated using a digital caliper. The use of chitin 10 % significantly capable of inhibiting the growth of S. mutans compared with chitin 5 %, chitin 0,625 % acetic acid 2%, NaOCl 6.25% and aquadest. Existing data indicates effectiveness of the variation of chitin as an antibacterial against S. mutans. Keywords : Chitin, S. mutans, Antibacteria, Root Canal Child’s
1. PENDAHULUAN Udang
adalah
di dunia. Diperkirakan dari proses pengolahan komoditas
andalan
udang beku akan dihasilkan limbah sebesar 1
sektor perikanan yang umumnya diekspor
325.000 ton pertahun. Sampai saat ini limbah
dalam bentuk beku. Indonesia merupakan
udang hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak
salah satu negara pengekspor udang terbesar
serta
industri
makanan
dan
belum
dimanfaatkan secara optimal. Sebagai salah BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
1
satu alternatif pemanfaatannya adalah dengan
selama dua jam sehingga ber-pH netral.
pengambilan kitin yang terkandung dalam kulit
Pengeringan dengan oven pada suhu 80°C
udang.
selama 24 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui
kemampuan
kitin
sebagai
2.2 Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)
antibakteri terhdap S. mutan.
Media
dasar
dibuat
dengan
cara
ditimbang Nutrient Agar (NA) sebanyak 2,3 2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
gram, lalu dilarutkan dalam 100 ml aquades
Alat yang digunakan dalam penelitian
(23g/1000
ml)
menggunakan
erlenmeyer.
ini adalah gelas ukur, tabung reaksi, mikro
Sedangkan media pembenihan dibuat dengan
pipet, neraca analitis merk Ohaus, saringan,
cara ditimbang 5,75 gram NA, lalu dilarutkan
ayakan ukuran 50 mesh, pengaduk, pemanas,
dalam
termometer, oven, cawan petri, arloji, kapas
menggunakan
steril, diamond disc, jangka sorong, jarum
masing-masing media dihomogenkan dengan
miller, endo blok, K-file nomor 10-30, paper
stirer diatas penangas air sampai mendidih.
points, cotton pellet, dan endostand stainless
Media-
250
ml
media
aquades
(23g/1000
ml)
erlenmeyer.
Setelah
itu,
yang
sudah
homogen
ini o
steel.
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C Bahan
yang
digunakan
dalam
selama
15
menit,
kemudian
didinginkan
o
penelitian ini adalah limbah udang windu
sampai suhu ± 45-50 C. Media dasar dan
(Peneaus Monodon), NaOH p.a E. Merck, HCl
media
pekat p.a E. Merck, asam asetat p.a E. Merck,
pembuatan media pengujian sebagai lapisan
aquades, dan bakteri Streptococcus sp.
dasar danlapisan kedua.
pembenihan
digunakan
dalam
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris dengan. Penelitian dilakukan
di
Laboratorium
2.3 Pengujian Jumlah Mikroba
Mikrobiologi
Cakram kosong diambil dan diletakkan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
pada piring petri steril dengan menggunakan
Berikut ini adalah prosedur penelitian yang
pinset steril. Empat cakram kosong digunakan
dilakukan.
masing-masing
bahan
coba
kemudian
diteteskan 15µl bahan coba menggunakan 2.1 Cara Kerja Pembuatan chitin Pencucian
dan
pembersihan
pipet mikro dan didiamkan selama 60 menit. kulit
Suspensi bakteri dengan konsentrasi 1,5x10
8
udang, pengeringan di bawah sinar matahari
colony forming units
selama dua hari atau oven pada suhu 80°C
secara merata menggunakan kapas lidi pada
selama 24 jam. Deproteinasi (penghilangan
media Mueller Hinton Agar (MHA) dalam piring
protein) menggunakan NaOH konsentrasi 8%
petri. Setelah diusapkan, biarkan selama 30
dengan rasio 1:6 (b/v) pada suhu 80-85°C
menit supaya bakteri meresap kedalam agar.
selama satu jam. Pendinginan, penyaringan,
Setelah persiapan dilakukan, cakram yang
pencucian,
(penghilangan
ditetesi bahan coba diletakkan pada media
mineral) menggunakan HCl konsentrasi 1,25 N
MHA mengikut area yang telah dibuat untuk
dengan rasio 1/10 (b/v) pada suhu 100°C
masing-masing bahan coba. Setelah itu, media
demineralisasi
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
(CFU)/ml diusapkan
2
dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu o
Pada
penelitian
ini
menunjukkan
37 C dan diamati setelah 24 dan 48 jam. Zona
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
hambat yang terbentuk diukur dengan jangka
kelompok kitin 10%, 5%, 0,625%, asam asetat
sorong.
2%, NaOCl 6,25%, dan aquades (Tabel 2).
Klasifikasi
respon
hambat
pertumbuhan bakteri dilakukan berdasarkan metode
yang
sebelumnya.
telah
dikembangkan
9
Hasil pengukuran zona hambat di atas menunjukkan bahwa konsentrasi kitin pada limbah kulit udang windu (Penaeus monodon Fab.) yang digunakan dalam penelitian ini
3. HASIL PENELITIAN
mempengaruhi daya hambat pertumbuhan
Penelitian mengenai efek konsentrasi
Streptococcus mutans.
kitin pada limbah kulit udang windu terhadap
Hasil
pengukuran
pada
tabel
1
daya hambat pertumbuhan bakteri S. mutans,
menunjukkan terjadinya peningkatan diameter
menunjukkan
hambat
zona hambat ketika konsentrasi kitin pada
disekitar cakram yang ditetesi kitin dengan
limbah kulit udang semakin besar. Rerata
konsentrasi 0,625%, 5%, 10%, dan kontrol
diameter zona hambat terbesar terlihat pada
asam asetat 2%, natrium hipoklorit 6,25%,
konsentrasi
Aquades
hambat terkecil terlihat pada aquades steril.
terbentuknya
steril,
transparan
serta
zona
zona
hambat
berwarna
lebih
terlihat
10%.
Rerata
diameter
zona
jernih 4. PEMBAHASAN
dibandingkan di daerah sekitarnya. Tabel 1. Besar zona hambat masing-masing larutan terhadap S. mutans
Penelitian ini menggunakan metode difusi yang hasilnya terbentuk zona hambat
Bahan
Besar Zona Hambat
disekitar cakram. Terbentuknya zona hambat
Aquades
5,64 mm
menunjukkan bahwa Kitin Kulit Udang dan
NaOCl 6,25%
6,00 mm
natrium
Asam Asetat 2%
6,00 mm
mempunyai
Kitin 0,625%
5,99 mm
bakteriostatik dapat di uji dengan metode difusi
Kitin 5%
6,74 mm
yang berdasarakan dari sensitivitas suatu
Kitin 10%
7,42 mm
bahan tertentu terhadap bakteri.
hipoklorit
serta
efek
asam
asetat
bakteriostatik.
Efek
10
Zona hambat yang berada disekitar cakram
Tabel 2. Hasil ANOVA untuk Efek dari
transparan
Berbagai Larutan terhadap S.mutans
Square
Between Groups Within Groups Total
17,000
hasil
dan
penelitian
jernih.
terlihat
Zona
hambat
merupakan suatu area yang jernih dan bersih
Sum of
s
pada
yang mengelilingi cakram/lubang sumuran
Mean df 4
,500
1
17,500
5
Square 4,250
F 8,500
Sig. ,25 1
,500
yang berisi zat antibakteri. hambat
bertujuan
10
Pengukuran zona
untuk
mengetahui
kemampuan daya hambat suatu obat/agen antibakteri
terhadap
pertumbuhan
suatu
bakteri. Hasil pengujian ini dipengaruhi oleh aktivitas antibakteri yang terdiri dari: pH
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
lingkungan,
komponen
media,
stabilitas
3
obat/agen
antibakteri,
ukuran
inokulum,
aktivitas metabolik mikroorganisme dan waktu inkubasi. tidak
10
Waktu inkubasi pada metode difusi
direkomendasikan melebihi 24 jam,
dan menghambat degenerasi bakteri. klorin
pada
bakteri
14
Efek
menyebabkan
penghambatan sintesis protein, penurunan jumlah
nutrisi
dan
pemecahan
DNA.
15
dikarenakan akan mengganggu kestabilan dari
Sebaliknya natrium hipoklorit juga memiliki
agen antibakteri yang telah diteteskan pada
sifat sangat korosif terhadap logam, bersifat
cakram.
10
sangat basa, hipertonik dan memiliki rasa yang
Hasil penelitian membuktikan bahwa
sangat tidak menyenangkan.
16
terdapat pengaruh konsentrasi kitin kulit udang
Kitin kulit udang dengan konsentrasi
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
5% dan 10% mempunyai daya hambat bakteri
mutans.
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol
Menurut
Oku,
11
Pudjihartati, 2006) ,
1994
(dalam
salah satu peranan
positif
(natrium
hipoklorit
6,25%).
Hasil
kitinase pada ketahanan tanaman terhadap
penelitian ini dapat diasumsikan bahwa Kitin
serangan patogen, yaitu melalui pelepasan
kulit udang dengan konsentrasi 0,625%, 5%
elisitor endogen oleh aktivitas kitinase yang
dan 10% mempunyai daya antibakteri yang
kemudian memicu reaksi ketahanan sistemik
lebih kuat dibandingkan natrium hipoklorit
(systemic
6,25%.
acquired
resistance/SAR)
pada
inang.
Kandungan
konsentrasi
zat
aktif
antibakteri pada Kitin kulit udang lebih besar Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
semakin besar konsentrasi kitin kulit udang
sehingga melebihi kemampuan zat aktif yang ada pada natrium hipoklorit 6,25%.
maka semakin besar daya hambat yang
Mekanisme kitin kulit udang sebagai
terbentuk. Ekstrak kitin kulit udang memiliki
antibakteri dimulai dari degradasi dinding sel
peningkatan diameter zona hambat ketika
bakteri, dilanjutkan dengan merusak membran
konsentrasi
semakin
besar.
12
Perbedaan
diameter dari zona hambat yang terbentuk diasumsikan
karena
perbedaan
perlakuan
sitoplasma dan membran protein sehingga isi dari
sitoplasma
bakteri.
keluar
dari
dinding
sel
17
konsentrasi yang diberikan. Konsentrasi agen antibakteri mempengaruhi zona hambat yang 12
terbentuk pada cakram/lubang sumuran. Konsentrasi
efektif
Kandungan kitin pada limbah kulit
penggunanaan
natrium hipoklorit pada konsentrasi 2,6%5,25%
dapat
melawan
patogen
positif dan negatif. hipoklorit,
terdapat
Mekanisme kerja natrium pada
hipoklorit
udang memiliki daya antibakteri terhadap perkembangan S. mutans.
yang
berspektrum luas, termasuk bakteri Gram 13
5. KESIMPULAN
yang
mempunyai efek bakterisida. Efek ini terjadi
6. SARAN Diucapkan terima kasih kepada : 1. DIKJEN
DIKTI
(Direktorat
Pendidikan Tinggi)
selama adanya klorin (Cl-) bebas pada larutan.
2. Rektorat Universitas Jember.
Efek antibakteri disebabkan oleh O2 yang
3. Dekanat
sangat oksidatif dan Cl2, dimana fungsi
Jenderal
Fakultas
Kedokteran
Gigi
Universitas Jember.
oksidatif ini akan menghancurkan sitoplasma
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
4
4. Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember. 5. Laboratorium Teknologi Pangan Politeknik Negeri Jember. 6. Laboratorium
Biologi
Fakultas
MIPA
Universitas Jember. 7. Drg. Agustin Wulan Suci D.,M.DSc
DAFTAR PUSTAKA 1. Prasetiyo KW. Pemanfaatan Limbah Cangkang Udang sebagai Bahan Pengawet Kayu Ramah Lingkungan. Bogor: LIPI; 2010. 2. Purwatiningsih. Isolasi Chitin Senyawaan Kimia dari Limbah Kulit Udang Windu (Panaeu monodon) [skripsi]. Bandung: Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung.;1993. 3. Kumar, M. N. V. 2000. “Review of Chitin and Chitosan Applications”. Reactive and Funcitional Polymer,46: 1-27 4. Yadav, A.V., Bhise, S.B., 2004, “Chitosan: A Potential Biomaterial Effective Against Typhoid”, Current Science Vol. 87, No. 9. 5. M, Setya.2008. Efek Khitosan terhadap Kultur Galur Sel HSC-4 dan HAT-7 secara in vitro. Jakarta: Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; hlm. 911-24. 6. Y, Andres et al., 2007 Antibacterial Effects of Chitosan Powder: Mechanisms of Action. Environ Technol, Vol. 28 No.12; hlm.13571363. 7. Moynihan P, Petersen PE. Diet, nutrition and the prevention of dental diseases. Public Health Nutrition; 2004; 7(1A): 20125. 6.
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
8. Wijaya D, Samad R. Daya hambat teh hitam, teh hijau dan teh oolong terhadap pertumbuhan S.mutans. Journal of the Indonesian Dental Association; 2005; 55: 82-5. 9. Greenwood D. Antimicrobial and chemotherapy. Michigan: Oxford University Press; 2000. 10. Lambert, P. Mechanism of Action of Antibiotic and Synthetic Anti-infective Agent. In Denyer, SP, Hodges N, Gorman SP, Gilmore B. Pharmaceutical Microbiologi. 8th edition. Oxford: Willey Blackwell; 2011. 11. Pudjihartati E, Siswanto, Satrias I & Sudarsono. 2006. Aktivitas enzim kitinase kasar pada kacang tanah yang sehat dan terinfeksi Sclerotium rolfsii. 12. Mobley HLT, Mendz GL, Hazel SL. Helicobacter pylori Phsiology and Genetics. Washington: ASM Press; 2001: 519. 13. Marunung SI, Parhusip A, Wibawa FK. Studies of Antibacterial Activity from Cinnamon Extract towards the Damage of Pathogenic Bacteria. Journal of Applied and Industrial Biotechnology 2008;1:1-6. 14. Harvey RA, Champe PC, Fisher BD. 2007, Microbiology 2nd edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2007:31. 15. Mehdipour, O, Kleier DJ, Averbach RE. Anatomy of Sodium Hyphochlorite Accidents, Compend Cent Educ Dent 2007; 28(10):1-6. 16. Kovac J, Kovac D. Effect of Irrigating Solutions in Endodontic Therapy. Bratisl Lek Listy 2011; 112(7): 410-415. 17. Rutala WA, Weber DJ. Guideline for Desinfection and Sterillization in Heatlhcare Facilities. Chapel Hill: Departmen of Health Human Services, The Healthcare Infection Control Practises Advisory Committee (HICPAC); 2008: 41.
5
Laporan Penelitian
DESKRIPSI JUMLAH Candida Albicans PASIEN ANAK LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT MENGALAMI ORAL MUKOSITIS PADA PROSES KEMOTERAPI 1
1
Ziyada Salisa ,Catur Aditya Ramadhany ,Vela Niswa Mustaqbali
1
1
Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman Jalan. Dr. Soeparno, Kampus Karangwangkal Gedung E, Purwokerto, Jawa Tengah
Tel/Fax. +6285747248246 Email: ziyassa@gmail.com
ABSTRAK Leukimia merupakan jenis kanker anak yang paling sering dijumpai. Perawatan yang dilakukan pada pasien leukimia limfoblastik akut adalah kemoterapi. Salah satu efek samping kemoterapi adalah oral mukositis. Pada lesi oral mukositis dapat terjadi infeksi mikroorganisme yaitu Candida albicans.Tujuan penelitian adalah mengetahui jumlah C. albicans pasien anak leukimia limfoblastik akut yang mengalami oral mukositis pada proses kemoterapi. Jenis penelitian adalah observasional klinis dan laboratoris dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yaitu pasien leukimia limfoblastik akut yang sedang menjalani protokol kemoterapi Indonesia tahun 2006 di RS Kanker Dharmais, Jakarta. Dua belas sampel dengan usia 1-18 tahun dinilai derajat keparahan oral mukositis berdasarkan klasifikasi dari WHO. Pemeriksaan jumlah C. albicans dilakukan dengan melakukan usapan pada lesi oral mukositis yang kemudian dikultur pada medium Sabouroud Dextrose Agar dan Chrom Agar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa oral mukositis yang muncul pada fase induksi ditandai dengan lesi kemerahan dengan derajat keparahan oral mukositis grade 1. Fase konsolidasi, oral mukositis ditandai dengan lesi kemerahan yang berubah menjadi ulkus yang semakin dalam yang menyebabkan rasa sakit saat mengunyah, menelan, dan berbicara dengan derajat keparahan oral mukositis grade 1, 3, 4. Oral mukositis pada fase reinduksi ditandai dengan lesi kemerahan disertai ulkus yang rata dengan derajat keparahan oral mukositisgrade 1 dan 2. Pada fase rumatan ditemukan derajat keparahan oral mukositis grade 1 dengan lesi kemerahan. Hasil pemeriksaan jumlah C. albicans fase induksi sebesar 9.903 CFU/ml, fase konsolidasi 16.125 CFU/ml, fase reinduksi 67.975 CFU/ml dan pada fase rumatan tidak ditemukan C. albicans. Kata Kunci: C. albicans, oral mukositis, leukimia limfoblastik akut, kemoterapi
ABSTRACT Leukemia is a type of cancer suferd by children that are commonly found in society. A treatment that can be done by the patient of acute lymphoblastic leukemia is chemotherapy. One of side effects caused by chemotherapy is mucositis oral. In mucositis oral lession, there is a possibility of microorganism infection which is Candida albicans. The purpose of this research was to find out about total of C. albicans children patient suffering acute lymphoblastic leukemia with mucositis oral in the chemotherapy process. The type of this research is observational clinical and laboratory study with cross sectional design. The subjects were patients of acute lymphoblastic leukemia who where undergoing Indonesian chemotherapy protocol in 2006 in RS Kanker Dharmais, Jakarta. There were twelve samplees as old as 1-18 years old who were observed the acuteness extend of mucositis oral based on classification from WHO. The examination of C. albicans was conducted by caress on mucositis oral lession which then be cultured at medium Sabouroud Dextrose Agar and Chrom Agar. The result showed that mucositis oral characterized by lession that appear on the induction phase is characterized by red lession with the severity of mucositis oral grade 1. Consolidation phase, mucositis oral characterized by lession that appear reddish which turned into an increasingly deep ulcer with pain when chewing, swallowing, and speaking to the severity mucositis oral grade 1, 3,cand 4. Mucositis oral in reinduction phase is characterized by flat red lession to the severity of grade 2. In rumatan phase showed to the severity of mucositis oral grade 1 with red lession. The result of C.
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
6
albicans examination in induction phase was 9.903 CFU/ml, consolidation phase was 16125 CFU/ml, reinduction phase was 67.975 CFU/ml and there was no C. albicans in maintenance phase. Keyword: C. albicans, mucositis oral, acute lymphoblastic leukemia, chemotherapy
1. PENDAHULUAN Leukemia
Lesi oral mukositis dapat terjadi pada
merupakan
jenis
kanker
infeksi mikroorganisme baik bakteri, virus
anak yang paling sering dijumpai. Data kasus
maupun jamur, di mana jika lesi tersebut
di RS Kanker Dharmais menunjukkan, sejak
dapat
tahun 2006-2012 rata-rata didapat 75%
menimbulkan
ditumpangi
jamur,
maka
terjadinya
akan
candidiasis.
2
1
Penelitian mengenai oral mukositis serta
Pengobatan leukemia adalah kemoterapi dan
jenis mikroorganisme bakteri dan jamur telah
supportif. Kemoterapi yang diberikan adalah
dilakukan, di mana mikroorganisme patogen
bertujuan untuk menekan, merusak dan
yang
mencegah penyebaran sel kanker yang
mukositis
kasus
kanker
anak
adalah
berkembangbiak
dengan
memiliki
mencegah
cepat.
Selain
sering
ditemukan
adalah
pada
lesi
Streptococcus
oral
dan C.
4
albicans.
penyebaran
Rongga mulut individu yang sehat
pertumbuhan sel kanker, selalu ada efek
menunjukkan bahwa C. albican merupakan
samping dari kemoterapi pada rongga mulut,
mikroorganisme yang hidup bersama dengan
2
mikrobial flora mulut dalam keadaan yang
salah
efek
leukemia.
satunya
Kemoterapi
adalah
yang
oral
diberikan
mukositis. pada
anak
seimbang.
Jika
terjadi
gangguan
pada
leukemia berlangsung lama, pasien berisiko
keseimbangan antara C. albicans dengan
mengalami oral mukositis yang berulang dan
anggota
dapat terjadi oral mukositis yang berat.
organisme
Oral mukositis akibat kemoterapi pada anak
dapat
kemoterapi,
terjadi yaitu
dalam fase
tiap
fase
induksi,
fase
konsolidasi dan fase rumatan. Fase induksi merupakan fase pertama dari kemoterapi yang
bertujuan
ini
berkolonisasi,
mulut
lainnya,
dapat
menginvasi
maka
berproliferasi, jaringan,
menghasilkan infeksi oportunistik.
dan
5
2. METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
ini
adalah
sebanyak
observasional klinis dan laboratoris dengan
leukemia, fase konsolidasi
desain cross sectional. Pemeriksaan oral
merupakan fase lanjutan dari induksi yang
mukositis dan pengambilan sampel pada
bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa sel
pasien leukemia limfoblastik akut dilakukan
kanker pada pasien serta fase rumatan
di Bangsal Anak RS Kanker Dharmais,
bertujuan
remisi
Jakarta. Isolasi dan identifikasi C. albicans
dan
dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan
mungkin sel
yang
untuk
telah
mengeliminasi
mikrobial
mempertahankan
didapat.
Fase
induksi
konsolidasi merupakan fase intensif yang harus
dilakukan
di
Rumah
Sakit
dan
mendapat pengawasan dari dokter yang merawat saat dilakukan kemoterapi.
3
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
Indonesia (LIPI), Bogor. Sampel penelitian yang diambil pada penelitian
ini
menggunakan
probability
sampling
accidental.
Metode
teknik
non
dengan
metode
accidental
sampling
7
merupakan pengambilan sampel dengan
status pasien, jenis kelamin, tinggi badan
mengambil kasus atau responden yang
dan berat badan. Penjelasan mengenai
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
prosedur penelitian diberikan pada orang tua
sesuai dengan konteks penelitian.
6
Jadi
pasien
leukemia
limfoblastik
melakukan
didapat adalah sampel yang berada di
yang berkaitan dengan identitas subjek
bangsal anak RS Kanker Dharmais, Jakarta
penelitian dirahasiakan dan hanya diketahui
dari tanggal 30 Desember 2013 - 29 Januari
oleh peneliti.
2014 sebanyak 12 pasien. Dalam penelitian
2.
responden
penelitian
yang
memiliki
dijadikan
kriteria
sampel
inklusi
dan
eksklusi sebagai berikut:
Data-data
Cara kerja a. Sterilisasi alat menggunakan autoklaf dengan suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama 15-20 menit
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian
b. Pembuatan Medium Inokulum terdiri dari pembuatan Medium Saboraud
ini adalah: 1. Anak
consent.
serta
dalam penelitian ini, besar sampel yang
ini,
informed
akut
penderita leukemia limfoblastik
akut yang sedang menjalani protokol
Dextrose
Agar
(SDA)
dan
pembuatan Medium Chrom Agar c. Pengambilan sampel C. albicans
kemoterapi Indonesia tahun 2006. 2. Anak dengan usia 1-18 tahun.
pada pasien leukemia limfoblastik
3. Anak kooperatif dan bersedia menjadi
akut
responden penelitian.
setelah
pengisian
lembar
persetujuan. Sampel yang diambil
4. Ibu, bapak atau wali dapat diajak bekerja
dari lesi oral mukositis dilakukan
sama dan menyetujui anaknya menjadi
pada saat pagi hari dan pasien
responden penelitian.
diinstruksikan untuk berkumur air
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
putih terlebih dahulu sebanyak tiga
yaitu pasien yang tidak dapat membuka
kali. Pengambilan sampel dilakukan
mulut
penyakit
dengan menggunakan cotton bud
ataupun
steril.
dengan
baik
temporomandibular
karena
joint
(TMJ)
d. Isolasi C. albicans dilakukan dengan
trismus.
metode
pengenceran,
diambil
2.1 Prosedur Penelitian
sebanyak 0,1 ml ke dalam cawan
1.
Tahap persiapan
petri dan diinkubasiselama 1x24
Perijinan yang dilakukan pertama kali
jam pada suhu 37°C.
yaitu perijinan etik di komisi etik kedokteran
e. Identifikasi C. albicans
umum
f. Perhitungan
UGM
untuk
mendapatkan
Etical
Jumlah
7
C.
albicans
Clearence. Selanjutnya melakukan perijinan
dilakukan dengan metode total plate
rumah sakit ke Bagian Litbang RS Kanker
count.
Dharmais. Data pasien dilihat dari data sekunder yang ada di rekam medis bangsal
3. HASIL PENELITIAN
anak RS Kanker Dharmais yang meliputi
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
8
Tabel 4.1 Karakteristik Klinis Pasien
fase
Leukemia Limfoblastik Akut RS Kanker
sebanyak 4 anak dengan persentase 33,3%,
Dharmais Berdasarkan Fase Kemoterapi
pada fase konsolidasi terdapat 4 anak
No .
dengan persentase 33,3%, fase reinduksi
Kriteria
Jumlah
Persentase
yaitu
fase
induksi
yang
dijalani
berjumlah 3 anak dengan persentase 25,0%, 1
Induksi
4
33,3%
2
Konsolidasi
4
33,3%
dan fase rumatan yang dalam hal ini merupakan
fase
penyembuhan
dijalani
sebanyak 1 anak dengan persentase 8,4%. 3
Reinduksi
3
25,0%
4
Rumatan
1
8,4%
12
100 %
Penelitian dilakukan selama 1 bulan dari tanggal 30 Desember 2013- 29 Januari
Total
2014 di bangsal anak RS Kanker Dharmais, Jakarta. Oral Mukositis yang muncul pada pasien
anak
leukemia
limfoblastik
akut
Sumber: data sekunder Bangsal Anak RS
menunjukan karakteristik yang berbeda di
Kanker Dharmais
tiap
Berdasarkan kemoterapi
yang
Tabel
4.1,
dijalani
oleh
proses
kemoterapi.
Tabel
4.2
fase
menunjukan adanya perbedaan karakteristik
pasien
oral mukositis yang muncul pada fase
leukemia limfoblastik akut terbagi menjadi 4
induksi, konsolidasi, reinduksi dan rumatan.
Tabel 4.2 Karakteristik Derajat Keparahan Oral Mukositis Pasien Leukemia Limfoblastik Akut Pada Proses Kemoterapi Karakteristik
Fase Induksi
Fase Konsolidasi
Fase Reinduksi
Fase Rumatan
Gejala Klinis
nyeri ringan
nyeri mengunyah,
nyeri menelan
nyeri ringan
menelan, dan berbicara Gambaran
lesi
lesi kemerahan
lesi kemerahan
lesi
Makroskopis
kemerahan
ulkus dalam sekitar
ulkus rata
kemerahan
tepi putih
0,5 mm, terkadang
sekitar 0,5 mm,
tepi putih
diselimuti plak putih,
berwarna
berwarna merah, dan
merah,
ukuran >1cm.
terkadang diselimuti plak putih, dan ukuran <1 cm.
Bentuk
Bulat
irreguler
bulat, irreguler
bulat
Oral mukositis
≥1
>1
≥1
≥1
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
9
Lokasi
mukosa
sudut mulut, mukosa
mukosa labial,
mukosa
Penyebaran
labial dan
bukal, mukosa labial,
mukosa bukal,
labial,
bukal
dorsal, ventral dan
dorsal, ventral,
mukosa
lateral lidah
dan lateral lidah
bukal
grade 1, 3, 4
grade 1 dan 2
grade 1
Derajat
grade 1
Keparahan Mukositis Sumber: data sekunder Bangsal Anak RS Kanker Dharmais
Isolasi
dan
C.albicans
Identifikasi C.albicans secara mikroskopis
secara makroskopis dilakukan pada medium
didapatkan menunjukkan sel-sel bertunas yg
Saboroud Dextrose Agar (SDA) dan Chrom
menyerupai
Agar. Hasil isolasi C.albicans pada medium
blastoconidia
SDA memperlihatkan koloni berbentuk bulat,
pembentukan buluh kecambah pada isolat C.
halus dengan permukaan cembung, berwarna
albicans
putih-krem
ragi.
kecambah (perpanjangan filament) setelah
Pemeriksaan makroskopis C. albicans pada
terpapar serum. Hasil tersebut memastikan
medium Chrom Agar menghasilkan koloni
bahwa
dengan bentuk halus dan berwarna hijau.
albicans. Gambaran identifikasi C. albicans
Gambaran C. albicans secara makroskopis
secara
pada medium SDA (Saboroud Dextrose Agar)
Gambar 4.2.
dan
identifikasi
berbau
aroma
hifa (sel
(pseudohifa) berbentuk
terjadi
jamur
ovoid).
pembentukan
yang
mikroskopis
dikultur
dapat
dan Uji
buluh
adalah
dilihat
C.
pada
dan Chrom Agar dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.2 Gambaran mikroskopis C. albicans hasil isolasi dan hasil uji buluh
A
kecambah
B
filament)
Gambar 4.1 Gambaran makroskopis C.
dengan
perbesaran
400x.
albicans pada (A) medium SDA dan (B) medium Chrom Agar
(perpanjangan
Hasil perhitungan jumlah tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Data Jumlah C. albicans Pada Oral Mukositis Pasien Leukemia Limfoblastik Akut RS Kanker Dharmais Pada Proses Kemoterapi No
Fase Kemoterapi
Jumlah Koloni
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
Rata-rata
10
1
Induksi
9.000 CFU/0,1ml
2
Induksi
3
Induksi
19.200 CFU/0,1ml
4
Induksi
1.510 CFU/0,1ml
5
Konsolidasi
20.100 CFU/0,1ml
6
Konsolidasi
7
Konsolidasi
-
8
Konsolidasi
-
9
Reinduksi
-
10
Reinduksi
121.000 CFU/0,1ml
11
Reinduksi
14.950 CFU/0,1ml
12
Rumatan
-
5. 900.000 CFU/0,1ml*
9.903 CFU/ml
12.150 CFU/0,1ml
16.125 CFU/ml
67.975 CFU/ml
-
Sumber: data sekunder Bangsal Anak RS Kanker Dharmais Keterangan*: data ini tidak dimasukkan ke dalam hasil penelitian.
4. PEMBAHASAN Selama
telah dilakukan menunjukkan bahwa derajat
fase
induksi,
pasien
akan
mudah mengalami infeksi rongga mulut yaitu
keparahan oral mukositis terberat terjadi pada fase konsolidasi.
berupa oral mukositis. Oral mukositis yang
3
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
muncul pada fase induksi bersifat ringan
dilakukan di RS Kanker Dharmais, gejala klinis
sehingga tanda gejalanya adalah nyeri yang
oral mukositis yang dialami pasien pada fase
ringan pada mukosa rongga mulut. Awal
konsolidasi ditandai dengan lesi kemerahan
munculnya oral mukositis ditandai dengan
dengan ulkus dalam sekitar 0,5 mm, terkadang
13
diselimuti plak putih, berwarna merah, dan
Penelitian yang telah dilakukan di RS Kanker
ukuran >1cm. Oral mukositis ini, berbentuk
Dharmais,
timbul
iregullar dan berlokasi di sudut mulut, mukosa
berwarna merah dengan tepi putih, berbentuk
bukal, mukosa labial, dorsal, ventral, lateral
bulat, berjumlah â&#x2030;Ľ 1, dan berlokasi pada
lidah dan berjumlah > 1. Gejala klinis yang
mukosa bukal dan labial. Derajat keparahan
muncul pada fase konsolidasi lebih berat
oral mukositis yang muncul pada fase induksi
dibandingkan pada fase lainnya. Hal ini dapat
adalah grade 1.
ditunjukkan dengan adanya nyeri mengunyah,
adanya kemerahan dan kerusakan epitel.
didapatkan
Setelah
lesi
mengalami
yang
remisi
komplit,
menelan, serta berbicara sehingga pasien
pasien akan memasuki tahap selanjutnya yaitu
akan merasa kesulitan ketika makan, dan
fase konsolidasi. Fase ini dimulai dari minggu
pada akhirnya pasien mengalami penurunan
2
berat badan. Derajat keparahan oral mukositis
biasanya
yang mucul di fase ini adalah grade 1, 3, dan
ke delapan hingga minggu ke duabelas. Kemoterapi
konsolidasi
menggunakan obat dengan regimen yang
4.
berbeda dari fase induksi. Penelitian yang
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
11
Pasien leukemia limfoblastik akut yang
berlokasi di mukosa labial dan mukosa bukal.
mengalami oral mukositis akan mengalami
Biasanya oral mukositis ini berjumlah â&#x2030;Ľ 1.
rasa nyeri, gangguan makan, menelan, dan
Derajat keparahan oral mukositis yang mucul
berbicara. Jika hal tersebut dibiarkan terlalu
di fase ini adalah grade 1.
lama
maka
asupan
nutrisi
pasien
akan
3
Berdasarkan hasil
penelitian
di
RS
berkurang. Rasa nyeri yang disebabkan oleh
Kanker Dharmais, didapatkan jumlah rata-rata
oral mukositis akan membuat pasien sulit
C. albicans pada fase induksi adalah sebesar
untuk membersihkan rongga mulutnya. Hal
9.903 CFU/ml , fase konsolidasi 16.125
tersebut
status
CFU/ml dan fase reinduksi 67.975 CFU/ml.
dengan
Data tersebut menunjukkan bahwa, adanya
demikian akan terjadi penimbunan plak pada
jumlah C. albicans yang bervariasi pada setiap
gigi yang nantinya akan menyebabkan karies
pasien
dan penyakit periodontal.
mengalami
dapat
kebersihan
mulut
mengakibatkan yang
buruk,
leukemia oral
limfoblastik mukositis
akut pada
yang proses
Fase ketiga yaitu fase konsolidasi. Fase
kemoterapi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
ini dimulai dari minggu empat belas hingga
4.6 bahwa jumlah C. albicans ada yang tinggi
minggu ke tujuhbelas. Oral mukositis yang
dan
terjadi pada fase ini ditandai dengan lesi
dikarenakan jumlah C. albicans yang fluktuatif
kemerahan dengan ulkus rata sekitar 0,5 mm,
tiap terjadinya oral mukositis. Jumlah yang
berwarna merah, terkadang diselimuti plak
fluktuatif ini terjadi karena adanya keunikan
putih, dan ukuran <1 cm. Oral mukositis ini,
pada tiap daerah intraoral, efek dari obat-
berbentuk
dan berlokasi di
obatan kemoterapi pada sistem hematopoiteik
mukosa labial, mukosa bukal, dorsal, ventral,
yaitu dengan adanya keadaan neutropenia
dan lateral lidah. Biasanya oral mukositis ini
dan juga adanya kerusakan pada sistem
berjumlah â&#x2030;Ľ 1. Berdasarkan hasil penelitian
imunitas tubuh baik lokal maupun sistemik
bahwa, oral mukositis yang muncul pasa fase
serta adanya perubahan komposisi saliva yaitu
reinduksi tidak separah pada fase konsolidasi.
adanya penurunan kapasitas buffer dan tingkat
Berbeda
keasaman.
bulat/iregullar
dengan
penelitian
yang
telah
ada
yang
10
rendah.
Hal
tersebut
9
Hasil tersebut sesuai dengan
dilakukan oleh Popa pada tahun 2008, bahwa
penelitian Napenas dkk. Pada tahun 2008
oral mukositis akan bertambah parah seiring
yang
dengan bertambahnya jumlah siklus terapi.
kesimpulan mengenai perubahan kualitatif dan
Derajat keparahan oral mukositis yang mucul
kuantitatif flora dalam mulut selama perawatan
di fase ini adalah grade 1 dan 2.
8
tidak
kemoterapi.
dapat
memberikan
suatu
11
fase
Jumlah C.albicans yang paling tinggi
kemoterapi dengan tujuan mempertahankan
dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa
remisi yang telah didapat. Pada fase ini,
faktor, pertama terkait dengan efek dari obat
pasien
kemoterapi
Fase
rumatan
menjalani
merupakan
pengobatan
kemoterapi
3
yang
menyebabkan
keadaan
neutropenia
sehingga
rawat jalan. Gejala klinis oral mukositis yang
imunosupresi
terjadi
pasien mudah teinfeksi oleh C. albicans.
pada
fase
rumatan
pasien
akan
dan
9
mengalami nyeri yang ringan dengan lesi
Faktor ke dua yang mempengaruhi tingginya
kemerahan bertepi putih, berbentuk bulat,
jumlah koloni C. albicans adalah kebersihan
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
12
mulut yang buruk, hal ini dikarenakan pasien malas dan takut menggosok gigi serta pasien memiliki
jumlah
sehingga
ketika
trombosit pasien
yang
rendah
menggosok
dikhawatirkan akan terjadi perdarahan.
gigi
12
2.
Hasil dari penelitian di laboratorium diketahui
bahwa
tidak
ditemukannya
C.
albicans pada salah satu pasien, hal tersebut
3.
disebabkan oleh penggunaan nistatin sebagai obat
anti
jamur.
Rumah
Sakit
Kanker
Dharmais sudah menggunakan pemberian nistatin
sebagai
upaya
pencegahan
atau
4.
antisipasi terhadap efek samping kemoterapi, karena segala upaya risiko infeksi terhadap
5.
pasien leukemia akibat imunosupresi adalah besar dan dapat menghambat pengobatan kemoterapi. Faktor lain tidak ditemukannya C. albicans
adalah
karena
kesalah
dalam
pengambilan sampel pada lesi oral mukositis
6. 7.
dan kemungkinan adanya kesalahan dalam laboratorium. 8. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah leukemia
C.
limfoblatik
albicans akut
pasien di
anak
setiap
fase
9.
kemoterapi yaitu fase induksi sebesar 9.903 CFU/ml, fase konsolidasi sebesar 16.125 CFU/ml,fase
reinduksi
sebesar
67.975
CFU/ml, dan fase rumatan tidak ditemukan C.
10. 11.
albicans. Berdasarkan
hasil
penelitian,
dapat
disarankan perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut
mengenai
karakteristik
derajat
12.
keparahan oral mukositis dan jumlah C. albicans pasien leukemia limfoblatik akut pada proses kemoterapi agar mendapatkan data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA 1.
13.
Keperawatan Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) Pada AN. F Di Ruang Anak RS Kanker Dharmais, Skripsi, Fakultas Keperawatan Unika De La Salle, Manado, 2013. Mulatsih, S., Astuti, S., Purwantika, Y., Christine, J., Kejadian dan Tatalaksana Mukositis Pada Pasien Keganasan di RSUP Dr. sardjito, Sari Pediatri, 10 (4): 230-235, 2008. Santoso, M., Pengaruh Kemoterapi Fase Induksi dan Konsolidasi Terhadap Mukositis dan Mikroorganisme Rongga Mulut pada Pasien Anak Leukemia Limfoblastik Akut (kajian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta), Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010. Khan, S.A,Wingard, J.R., Infection and Mucosal Injury in Cancer Treatment, J Natl Cancer Inst Monoqr, 29: 31-36, 2001. Gravina, H.G., Moran, E.G., Zambrano, O., Oral Candidiasis in Children and Adolescents with Cancer Identification of Candida spp, Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 12 (6): 19-23, 2007. Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta, 2010. Ratnaningtyas, I.N., Ekowati, N., Purnomowati., Mampuni, A., Risyano, S., Petunjuk Praktikum Mikologi, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2012. Popa, E., Cancer Therapy Induced Oral Mucositis A Review Epidemiology, Patophysiology and Treatment, Timisoara Medical Journal,58(1): 104-107, 2008. Ballantyne, J, C., Fishman, S.M., Rathmel, J.P, Bonica’s Management of Pain,Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins, 2009 Epstein, J, Burket’s Oral Medicine Edisi ke-11, Ontario: BC-Decker Inc, 2008. Napenas, J.J., Michael, T.B., Farah, K.B., Fhilip, C.F., Peter, B.L, Relationship Between Mucositis and Changes in Oral Microflora During Cancer chemoterpy, Oral Surg Med Oral Pathol Oral Radiol endod, 103: 48-59 2007. Widiaskara, I.M., Permono, B., Ratwita, M., Luaran Pengobatan Fase Induksi Pasien Leukemia Limfoblastik Akut pada Anak di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, Sari Pediatri, 12(2): 128-134, 2010. Kostler, T., Oral Mucositis Complicating Chemoterapy and Radiotherapy: Options fof Prevention and Treatment, CA Cancer J Clin, 51: 290, 2001.
Kristianto, I.G.A.D., Ruung, G.N., Thomas, C.D., Rahman, D.W., Asuhan BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
13
Laporan Penelitian
EFEK PEMBERIAN SUSU KAMBING PETERNAKAN ETTAWA TERHADAP DENSITAS TULANG FEMUR PADA TIKUS WISTAR JANTAN (THE EFFECTS OF GIVING MILK OF ETTAWA GOAT HYBRID ON FEMUR BONE IN MALE WISTAR RATS) 1
1
Alfy Nurlaili Tusmantoyo , Suhartini , Izzata Barid
1
1
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37, Jember-Jawa Timur Tel./Fax +6285735016883 Email : alfy.nurlaili.t@gmail.com
ABSTRAK Densitas tulang merupakan ukuran yang menunjukkan kepadatan tulang. Apabila nilai densitas mineral tulang normal, maka resiko akan terjadinya fraktur dan osteoporosis akan lebih kecil. Kalsium dibutuhkan untuk proses pembentukan dan perawatan jaringan rangka tubuh serta metabolisme tulang. Sumber kalsium yang utama adalah susu dan hasil olahannya. Susu kambing memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan susu sapi, namun susu kambing belum terlalu diminati masyarakat karena baunya yang kurang disenangi dan merupakan konsumsi yang mahal. Kambing Peranakan Ettawa merupakan salah satu jenis kambing penghasil susu di Indonesia yang memiliki indeks reproduksi yang cukup baik dan banyak dipelihara oleh masyarakat. Sebanyak 10 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol diberi makan minum standar sedangkan kelompok perlakuan diberi tambahan diet berupa susu kambing Peranakan Ettawa dengan dosis 3,6 ml/200 gram BB tikus. Setelah 40 hari, tikus kemudian didekaputasi dan diambil tulang femur kanan. Tulang femur kemudian difoto rontgen dan diukur densitasnya menggunakan densitometer. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna pada densitas tulang femur antara kedua kelompok tersebut dengan tingkat kemaknaan 0.00 (p<0.05). Dapat disimpulkan bahwa susu kambing Peranakan Ettawa dapat meningkatkan densitas tulang femur tikus wistar jantan. Kata Kunci : Densitas, Densitometer, Femur, Kalsium, Susu Kambing Peranakan Ettawa
ABSTRACT Bone density is a measurement showing bone compactness. If the value of bone density is normal, the risk of fractures and osteoporosis will be smaller. Calcium is needed for the formation and maintenance of skeletal tissues and bone metabolism. The main sources of calcium are milk and its processed products. Goat milk has several advantages compared to cow milk, but goat milk has not been widely preferred by the society because of its unpleasant smell and is an expensive consumption. Ettawa Goat Hybrid is one kind of milk-producing goats in Indonesia which have a quite good reproduction index and many maintained by society. A total of 10 male wistar rats were divided into 2 groups. The control group was given standard food and drink while the treatment group was given additional diet in the form of milk of Ettawa Goat Hybrid with a dose of 3.6 ml/200 gram rat weight. After 40 days, the rats then were decapitated, and the right femur bones were taken. The femur bones were then photographed and measured for their density using densitometer. The research results showed that there were significant differences in the bone density of the femur between the two groups with the significance level of 0.00 ( p<0.05 ). It can be concluded that milk of Ettawa Goat Hybrid can increase the femur bone density of male wistar rats. Keywords : Calcium, Densitometer, Density, Ettawa Goat Hybrid's milk, Femur.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
14
1. PENDAHULUAN
lingkungan di Indonesia dan memiliki indeks
Salah satu unsur mineral yang sangat
5
reproduksi yang cukup baik.
dibutuhkan oleh manusia adalah kalsium. Kalsium
dibutuhkan
untuk
proses
Dewasa belum
terlalu
ini
masyarakat
mengenal
susu
kambing.
susu
kambing
pembentukan dan perawatan jaringan rangka
Beberapa
tubuh serta kegiatan-kegiatan penting lain
dibandingkan dengan susu sapi adalah belum
dalam
Organization
diminati masyarakat karena baunya yang
merekomendasikan jumlah asupan kalsium
kurang disenangi dan merupakan konsumsi
yang dianjurkan untuk orang dewasa sekitar
yang mahal harganya dibanding susu sapi,
700-800 mg per hari. Asupan kalsium yang
serta konsumennya sangat terbatas karena
lebih
umumnya masyarakat mengkonsumsi susu
tubuh.
tinggi
World
Health
diperlukan
pada
anak-anak,
remaja, dan ibu hamil, dianjurkan 1200 mg per
kekurangan
Indonesia
kambing hanya sebatas untuk obat.
1
hari .
6
Ukuran yang menunjukkan kepadatan Susu dan hasil olahannya merupakan
tulang adalah densitas.
Densitas
mineral
sumber kalsium utama yang paling baik dan
tulang adalah marker yang berguna untuk
merupakan penyumbang kalsium terbesar dari
mewakili resiko fraktur tulang.
konsumsi
yang
faktor penting yang dapat berpengaruh pada
dikonsumsi secara rutin dapat memenuhi
rendahnya densitas tulang adalah asupan
kalsium
harian.
Susu
angka kecukupan kalsium harian. Susu kelebihan
kambing
dibanding
2
Salah satu
kalsium. Apabila nilai densitas mineral tulang
memiliki
beberapa
normal, maka resiko akan terjadinya fraktur 8
sapi
untuk
Salah
satu
Dalam bidang kedokteran gigi, faktor
keunggulan susu kambing dari susu sapi
tumbuh kembang tulang memegang peranan
adalah tingginya proporsi butir-butir lemak
penting
dalam
bidang
ukuran kecil (rantai pendek dan sedang),
kualitas
tulang
yang
sehingga
menentukan keberhasilan pergerakan gigi.
pemenuhan
mudah
gizi
susu dicerna,
susu
7
manusia.
kambing dan
lebih
tidak
homogen,
menimbulkan
gangguan pencernaan bagi mereka yang alergi bila mengkonsumsi susu sapi. Kambing
Peranakan
3
dan osteoporosis akan lebih kecil.
Terdapat
(PE)
baik
hubungan
akan
antara
karena sangat
kematangan
tulang, kematangan gigi dan pertumbuhan fasial.
Ettawa
ortodonsi
Kelambatan
dalam
perkembangan
tulang akan menyebabkan kelambatan pola 9
merupakan kambing penghasil daging dan
pertumbuhan fasial.
susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi
rendah pada tulang femur atau paha akan
dan
penting
artinya
bagi
masyarakat
4
.
Kambing Peranakan Ettawa adalah salah satu
Densitas tulang yang
diikuti dengan densitas tulang yang rendah 10
juga pada tulang rahang.
ras kambing Indonesia yang merupakan hasil
Berdasarkan uraian tersebut, penulis
persilangan antara kambing lokal Indonesia
ingin melakukan penelitian mengenai efek
yaitu kambing Kacang dengan kambing Ettawa
pemberian susu kambing Peranakan Ettawa
yang berasal dari India. Keunggulan kambing
terhadap densitas tulang femur pada tikus
Peranakan Ettawa sudah banyak dilaporkan,
Wistar
diantaranya
Ettawa ini diharapkan dapat menjadi sumber
beradaptasi
baik
dengan
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
jantan.
Susu
kambing
Peranakan
15
kalsium agar resiko fraktur dan osteoporosis
tikus secara peroral dengan sondase lambung
dapat diturunkan, selain itu diharapkan susu
selama 40 hari.
kambing Peranakan Ettawa dapat menjadi
Setelah seluruh perlakuan selesai,
salah satu alternatif bagi orang yang alergi
tikus pada seluruh kelompok didekaputasi
terhadap protein susu sapi.
dengan menggunakan eter yang diteteskan pada
2. METODE PENELITIAN
kapas
kedalam
Jenis penelian yang digunakan adalah
yang
toples
kemudian
kedap
udara.
dilakukan
rancangan penelitian yang digunakan adalah
sampel tulang femur kanan tikus.
the post test only control group design. dilaksanakan
di
laboratorium
Setelah
dipastikan tikus benar-benar sudah mati, maka
penelitian eksperimental laboratoris dengan
Penelitian
dimasukan
pembedahan
dan
pengambilan
Penentuan kepadatan tulang dapat dilihat dari radiografi tulang. Tulang femur
Biomedik Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi
diletakan
berjejer
pada
imaging
Universitas Jember dan Balai Pengamanan
kemudian
tulang
femur
difoto
Fasilitas Kesehatan (BPFK) di Surabaya.
Pengolahan
Sampel terdiri dari 10 ekor tikus wistar
hasil
foto
rontgen
plate, thorax.
dilakukan
dengan cara digital (Computed Radiography).
jantan yang kemudian diadaptasikan dengan
Selanjutnya
dilakukan
lingkungan kandang selama 7 hari dan diberi
pengukuran densitas dari foto rontgen thorax
makanan standar tikus dan minum setiap hari
dengan densitometer. Pengukuran dilakukan
secara ad libitum. Hewan coba dibagi menjadi
pada bagian lempeng epifisis dengan cara
2 kelompok yakni kelompok kontrol yang tidak
mengapit foto rontgen tulang femur pada
diberi susu kambing Peranakan Ettawa dan
densitometer digital. Pengukuran dilaksanakan
kelompok perlakuan diberi susu kambing
tiga kali kemudian dirata-rata. Nilai densitas
Peranakan Ettawa dengan jumlah masing-
didapat dari optical density seperti yang tertera
masing 5 ekor tikus tiap kelompok.
pada densitometer. Semakin kecil nilai optical
Susu kambing Peranakan Ettawa yang
density berarti sinar-X yang diserap tulang
dipakai dalam penelitian diambil di Dinas
semakin kecil sehingga nilai densitas besar.
Peternakan Garahan, Jember yang dilakukan
Sebaliknya, semakin besar nilai optical density
pasteurisasi terlebih dahulu. Susu kambing
berarti sinar-X yang diserap tulang semakin
dibekukan dalam freezer untuk mencegah
besar sehingga nilai densitas kecil.
berkembangnya kuman yang terdapat didalam air susu dan membuat susu bisa lebih tahan
3. HASIL PENELITIAN
lama. Saat akan diberikan pada tikus untuk
Berdasarkan dilakukan
hasil
yang
penelitian,
diperoleh
perlakuan, susu kambing yang beku tersebut
setelah
menunjukan
dicairkan dengan cara dipanaskan. Pemberian
bahwa nilai rata-rata optical density tulang
susu ke hewan coba tidak boleh lebih dari 2
femur tikus wistar jantan pada kelompok
jam setelah pencairan susu, karena susu akan
kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P) adalah
rusak apabila disimpan pada suhu kamar lebih
seperti yang ditunjukan pada tabel 1 berikut:
dari 2 jam. Susu kambing Peranakan Ettawa diberikan dengan dosis 3,6 ml/200 gram BB
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
16
Tabel 1. Hasil Nilai Rata-rata Optical Density Tulang Femur Tikus Wistar Jantan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan. No
dengan menganalisi data hasil penelitian menggunakan diperoleh
Independent
0,000
T-test
(p<0,05).
Hal
dan
tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
Perlakuan
Kontrol
1
0,973
1,31
signifikan
2
0,963
1,27
bermakna terhadap densitas tulang femur
3
0,72
1,19
antara kelompok kontrol dengan kelompok
4
0,943
1,33
perlakuan.
5
0,915
1,44
Rerata Âą
0,902 Âą
1,308 Âą
SD
0,104
0,091
Peningkatan
memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata optical density antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Densitas tulang dapat ditunjukkan oleh nilai optical density tulang. Nilai optical density tulang femur yang rendah menunjukan nilai densitas tulang femur yang besar. Sebaliknya apabila nilai optical density tulang femur tinggi maka bahwa
nilai
densitas
tulang
kelompok
Kelompok yang menunjukan densitas tulang lebih tinggi adalah kelompok perlakuan yang mendapat tambahan susu kambing
Sedangkan
kelompok
mendapatkan
yaitu
sebesar
kontrol
tambahan
0,902.
yang
susu
tidak
kambing
Peranakan Ettawa menunjukan nilai densitas tulang yang lebih rendah yaitu sebesar 1,308. Data
yang
diperoleh
yang
kemudian
dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov
densitas
tulang
yang mendapat tambahan diet
berupa susu kambing Peranakan Ettawa. Susu kambing mengandung banyak zat gizi seperti kalsium, fosfor, vitamin D, protein, dan zat gizi lain yang baik untuk kesehatan tulang. Asupan nutrisi
merupakan
mempengaruhi
faktor
densitas
yang atau
sangat
kepadatan
tulang, selain faktor lainnya seperti aktivitas fisik, hormon, jenis kelamin, dan usia. Kalsium
Ettawa
perbedaan
ditunjukkan pada kelompok perlakuan yaitu
rendah.
Peranakan
terdapat
4. PEMBAHASAN
Hasil yang ditunjukkan pada tabel 1
menunjukan
atau
penting
yang
metabolisme kompleks.
merupakan sangat
tulang
Tulang
zat
berperan
melalui
secara
mineral dalam
mekanisme
terus
menerus
mengalami peremajaan (remodeling), yaitu keseimbangan dinamik antara penyerapan atau resorbsi tulang oleh osteoklas dan pembentukan tulang oleh osteoblas. Proses remodeling
ini
tidak
terbatas
pada
fase
pertumbuhan saja, akan tetapi berlangsung seumur hidup. Pembentukan tulang terutama 11
dan didapat nilai signifikansi sebesar 0,749 ( p > 0,05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi
normal.
Selanjutnya
dilakukan uji homogenitas Levene dan didapat nilai signifikansi 0,800 (p > 0,05) sehingga menunjukan data homogen. Data yang telah diketahui terdistribusi normal dan mempunyai variasi yang homogen, kemudian dilanjutkan
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
terjadi pada masa pertumbuhan.
Mekanisme kalsifikasi tulang pada remodeling tulang adalah terjadinya sekresi molekul kolagen dan substansi dasar oleh osteoblas pada tahap awal. Monomer kolagen berpolimerisasi sehingga membentuk osteosit. Dalam waktu beberapa hari setelah osteosit terbentuk, garam kalsium mulai mengalami
17
presipitasi (pengendapan) pada permukaan
Apabila kadar ion kalsium dalam cairan
serat kolagen. Presipitasi mula-mula terjadi di
ekstrasel
sepanjang serat kolagen yang dengan cepat
merangsang pengambilan kalsium dari tulang
bermultiplikasi
untuk
dan
tumbuh
untuk
kalsium
dengan
hormon
kimia
Ca10(PO4)6(HO)2.
hormon
mempertahankan
menghasilkan produk akhir yaitu hidroksiapatit rumus
rendah,
dalam
akan
konsentrasi
plasma.
kalsitonin
PTH
Sebaliknya
efeknya
ion pada
cenderung
Konsentrasi ion kalsium dan fosfat dalam
berlawanan dengan hormon PTH. Hormon
cairan ekstrasel harus lebih besar daripada
kalsitonin dapat menurunkan kadar ion kalsium
jumlah yang diperlukan agar dapat terjadi
yang berlebih sehingga kadar ion kalsium
12
presipitasi (pengendapan) di tulang. kambing
Peranakan
Ettawa
yang
Susu
diduga
12
menjadi normal kembali.
Pemberian susu
dengan kadar kalsium tinggi seperti susu
mengandung
kalsium
cukup
tinggi
kambing
Peranakan
memungkinkan
terjadinya
prepitasi
pada
dapat mempertahankan keseimbangan kadar 13
kalsium
tulang menjadi tinggi. Hal ini sejalan dengan
berperan
hasil penelitian Hermastuti dan Isnawati (2012)
keseimbangan kalsium secara positif sehingga
yang menyebutkan bahwa pada subyek yang
cadangan kalsium tulang tidak diambil untuk
memiliki asupan kalsium lebih dari AKG
menjaga
(Angka Kecukupan Gizi) semuanya 100%
Pengambilan kalsium dari tulang dalam waktu
memiliki kepadatan tulang yang baik. Terdapat
mekanisme
lama
homeostasis
darah.
dimungkinkan
proses remodeling tulang sehingga densitas
13
serum
Ettawa
penting
Asupan
untuk
mempertahankan
keseimbangan
akan
kalsium
kalsium
menyebabkan
darah.
pengeroposan
14
tulang.
pertukaran ion kalsium antara tulang dengan
Susu
kambing
juga
mengandung
cairan ekstrasel disamping proses remodeling
vitamin D yang dapat membantu proses
tulang. Beberapa kalsium tidak ditimbun dalam
metabolisme kalsium. Vitamin D mempunyai
bentuk hidroksiapatit pada tulang, melainkan
efek yang kuat dalam mengabsorbsi kalsium
dalam bentuk senyawa amorf yaitu suatu
dari saluran pencernaan.
campuran garam seperti CaHPO4, 2H2O,
yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan
Ca9(PO4)2. Tulang yang mengandung garam
yang diberi susu kambing Peranakan Ettawa
kalsium amorf tersebut, terutama CaHPO4
juga dimungkinkan karena kandungan protein
yang terikat longgar di dalam tulang selalu
yang dapat meningkatkan densitas mineral
berada dalam keseimbangan timbal balik
tulang. Individu dengan asupan protein rendah
dengan ion kalsium dan fosfat dalam cairan
memiliki
12
ekstrasel. kalsium
Keseimbangan
diatur
oleh
tiga
metabolisme faktor,
hormon
dihasilkan oleh kelenjar tiroid.
keseimbangan
juga
rendah
dan
15
lebih besar.
Kandungan gizi pada susu kambing Peranakan Ettawa seperti kalsium, vitamin D,
Terdapat pengaturan hormonal dalam menjaga
yang
Densitas tulang
mengalami kehilangan densitas tulang yang
paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin yang 11
DMT
12
konsentrasi
ion
dan protein serta zat-zat lainnya seperti yang telah
diuraikan
diatas
yang
dapat
kalsium dalam tubuh, yaitu oleh hormon
mengakibatkan peningkatan densitas tulang
paratiroid
femur pada penelitian ini. Hal ini terbukti pada
(PTH)
dan
hormon
kalsitonin.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
18
kelompok tikus perlakuan yang diberi susu kambing Peranakan Ettawa memiliki nilai densitas tulang yang lebih baik dibandingkan dengan dengan tikus kontrol.
5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat efek pemberian susu
kambing
Peranakan
Ettawa
berupa
peningkatan densitas tulang femur pada tikus wistar jantan.
6. SARAN Saran pada penelitian ini adalah perlu dilakukan
penelitian
lebih
lanjut
mengenai
komposisi kandungan gizi yang lebih spesifik pada susu kambing Peranakan Ettawa dan dibandingkan
dengan
kandungan
gizi
susu
kambing jenis lain seperti susu kambing Saneen dan perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik tentang kualitas tulang lain seperti menggunakan
SEM
(Scanning
Electron
Microscope). Serta perlu dilakukan upaya yang dapat membuat masyarakat menjadi lebih tertarik mengkonsumsi susu kambing Peranakan Ettawa sehingga dapat meningkatkan densitas tulang, seperti membuat bentuk produk lain selain susu segar misalnya yogurt, keju atau es krim yang berbahan
dasar
susu
kambing
Peranakan
Ettawa.
DAFTAR PUSTAKA 1. Trilaksani W, Salamah E, Nabil M. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp.) sebagai Sumber Kalsium dengan Metode Hidrolisis Protein. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 2006; 9(2). 2. Hardinsyah, Damayanthi E, Zulianti W. Hubungan Konsumsi Susu dan Kalsium dengan Densitas Tulang dan Tinggi Badan Remaja. Jurnal Gizi dan Pangan 2008; 3(1).
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
3. Sutama I-Ketut. Pemanfaatan Sumberdaya Ternak Lokal sebagai Ternak Perah Mendukung Peningkatan Produksi Susu Nasional. Wartazoa 2008; 18 (4). 4. Mahardhika O, Sudjatmogo, Prayogi TH. Tampilan Total Bakteri dan pH pada Susu Kambing Perah Akibat Dipping Desinfektan yang Berbeda. Animal Agriculture Journal 2012; 1 (1). 5. Budiarsana IGM. Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kambing PE sebagai Ternak Penghasil Susu dan Daging. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2009 6. Atmiyati. Potensi Susu Kambing sebagai Obat dan Sumber Protein Hewani untuk Meningkatkan Gizi Petani. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. 2001 7. Tahir AM. Gambaran Densitas Mineral Tulang Vertebra Lumbal Akseptor KB suntik DMPA. Maj Obsterit Ginekologi Indonesia. 2009; 33 (2). 8. Suryono, Setiawan B, Martianto D, Sukandar D. Pengaruh Pemberian Susu terhadap Kadar Kalsium Darah dan Kepadatan Tulang Remaja Pria. Media Gizi & Keluarga 2007; 31(1). 9. Pudyani Pinandi Sri. Reversibilitas Kalsifikasi Tulang Akibat Kekurangan Protein Pre dan Post Natal. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.) 2005; 38 (3). 10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 142/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis. 11. Kawiyana I Ketut Siki. Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini. J Peny Dalam. 2009; 10 (2). 12. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Irawati et al. Jakarta: EGC. 2007. 13. Hermastuti A & Isnawati M. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Massa Lemak Tubuh, Asupan Kalsium, Aktivitas Fisik dan Kepadatan Tulang pada Wanita Dewasa Muda. Journal of Nutrition Collage 2012; 1 (1). 14. Masri Erina. Pengaruh Pemberian Kalsium, Vitamin D dan Zat Besi terhadap Kadar Kalsium Serum Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar. Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan 2011; 1 (1). 15. Setyawati B, Prihatini S, Rochmah W, Pangastuti R. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Densitas Mineral Tulang pada Perempuan Dewasa Muda. Penelitian Gizi dan Makanan. 2011; 34 (2).
19
GAS-API (Garlic as Apoptosis Inducer) : Studi In Laporan Vivo Kemampuan Ekstrak Etanolik Bawang Putih Penelitian (Allium sativum) dalam Menginduksi Sel Apoptosis Pada Tumor Praganas (Displasia) Lidah 1
1
1
Eriska Firma Nawangsih , Ulfah Hermin Safitri , Diyah apliani , Fitria 1 1 Nur’aini , Naida Dwi Noviyanti 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio Humaniora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta Tel/Fax. +6285647906737
Email : eriskafirmanawangsih72@gmail.com
ABSTRAK Kanker lidah merupakan suatu keganasan pada rongga mulut. Kanker lidah dapat diawali oleh adanya perubahan jaringan (permukaan epitel) yang menunjukkan perubahan morfologi diduga akibat ekspresi genetik awal yang tidak benar yang disebut displasia epitel. Bawang putih (Allium sativum) memiliki kandungan utama yaitu Allicin sebagai agen yang dapat menginduksi terjadinya apoptosis pada sel y kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik bawang putih (EEBP) terhadap peningkatan apoptosis yang terjadi pada sel kanker lidah dan mengetahui profil apoptosis yang dihasilkan oleh sel kanker lidah setelah diberi EEBP. Tikus Sprague dawley betina sebanyak 15 ekor, usia 2-3 bulan, berat 80-160 gram dikelompokkan menjadi tiga kelompok (masingmasing kelompok 5 ekor) yaitu (1) kelompok DMBA+EEBP bawang putih dosis 50 mg/ml; (2) kelompok DMBA+EEBP dosis 50 mg/ml; (3) kelompok kontrol DMBA. Induksi kanker lidah dilakukan dengan menyuntikkan larutan 2% DMBA dalam aseton secara intrasubmukosa pada lateral lidah hewan uji, lalu dipelihara selama 5 minggu. Perlakuan ekstrak diberikan secara per oral kepada hewan uji pada awal minggu keenam setiap hari selama 1 minggu. Kemudian semua tikus dikorbankan. Selanjutnya dilakukan pengamatan histopatologi jaringan lidah tikus dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) serta pemeriksaan apoptosis pada jaringan lidah dengan metode TdTmediated X-dUTP Nick End Labeling (TUNEL). Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks apoptosis kelompok EEBP 50 mg/ml adalah 9,04%, kelompok EEBP 500 mg/ml adalah 13,35%, dan kelompok kontrol sebesar 3,94%. Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan nilai (p<0,05) yang mengindikasikan bahwa EEBP mampu menginduksi apoptosis sel kanker lidah tikus yang dipapar DMBA. Kesimpulan penelitian ini adalah EEBP dapat meningkatkan apoptosis kanker lidah tikus yang dipapar DMB Kata Kunci: 7,12-dimetilbenz[a]antrasen (DMBA), Allium sativum, apoptosis, kanker lidah ABSTRACT Tongue cancer is one of the malignancy in oral cavity. Tongue cancer can be preceded by changes in epithelium surface due to improper genetic expression at the beginning, which showed morphological changes called epithelial dysplasia, Garlic (Allium sativum) contains Allicin which can induce apoptotic cell. The aim of the study was to understand the effect of the etanolic garlic extract (EGE) on the tongue cancer cell by increasing apoptotic cells. Fifteen female Sprague dawley rats, 2-3 months old, 80-160g body weight divided into three groups (n=5) which are treatment with 50 mg/ml EGE, treatment with 500 mg/ml EGE and control group. Tongue cancer was induced by injecting 2% DMBA on the lateral tongue rats, then observed for 5 weeks. The extract was given for the treatment groups every day for a week. After that the rats were killed. Tongue tissue were stained by using Hematoxylin eosin (HE) after that were stained by using TdT-mediated X-dUTP Nick End Labeling (TUNEL).The result showed that apoptotic index for the treatment group with 50 mg/ml EGE was 9,04%, treatment with 500 mg/ml EGE was 13,35% and control group was 3,94%. The result of One Way ANOVA test showed significantly different result (p<0,05), indicating that EGE can induced apoptotic cell of the tongue cancer rats after DMBA exposure. The conclusion of this study was EGE can increasing apoptotic index of the tongue cancer rats after DMBA exposure BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
20
Key words: 7,12-dimetilbenz[a]antrasen (DMBA), Allium sativu, apoptotic cell, tongue cancer 1. PENDAHULUAN Kanker
Allicin mempunyai banyak target dalam
lidah
merupakan keganasan
6
menghambat pertumbuhan sel kanker. Allicin
pada rongga mulut yang menjadi perhatian
mampu
dunia,
banyak
glioblastoma U87MG manusia melewati jalur
suatu
Bcl-2/Bax. Secara umum, aktivitas antikanker
karsinoma sel skuamosa, yaitu kanker yang
umbi bawang putih terjadi melalui dua jalur
berasal dari jaringan epitel lidah dan banyak
dasar, yaitu: (i) apoptosis yang menyebabkan
karena
ditemukan.
kasusnya
Kanker
ini
yang
merupakan
1
menginduksi
apoptosis
pada
7
menyebar pada lidah dan dasar mulut. Kanker
kematian sel; dan (ii) anti-proliferasi yang
lidah dapat diawali oleh adanya perubahan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel
jaringan (permukaan epitel) yang menunjukkan
kanker.
8
perubahan morfologi diduga akibat ekspresi
Untuk mengoptimalkan potensi bawang
genetik awal yang tidak benar yang disebut
putih sebagai agen antikanker terutama kanker
displasia
epitel
lidah, maka perlu dilakukan penelitian untuk
ditemukan, diperkirakan 25% akan berubah
mengetahui pengaruh ekstrak etanolik bawang
menjadi kanker walaupun rangsangan telah
putih (EEBP) terhadap peningkatan apoptosis
epitel.
2
Jika
displasia
lidah
sel kanker lidah tikus Sprague Dawley yang
mengenai sisi lateral dari bagian sepertiga
diinduksi 2% DMBA. Sehingga ke depan umbi
tengah dan dapat meluas ke dasar mulut serta
bawang putih dapat dikembangkan sebagai
pangkal lidah. Kanker lidah lebih sering
salah satu alternatif agen antikanker lidah.
dihilangkan.
Umumnya
kanker
bermetastasis dibandingkan karsinoma mulut 3
lainnya. Etiologi kanker lidah secara umum
2. METODE PENELITIAN
bersifat
multifaktorial
dan
erat
kaitannya
2.1 Desain Penelitian
dengan
gaya
dan
diet,
misalnya
Penelitian
hidup
ini
merupakan
pemakaian tembakau dan konsumsi alkohol.
eksperimental
Jika seseorang mengkonsumsi tembakau dan
mengamati aktivitas apoptosis pada lidah tikus
alkohol
hewan uji yang telah diberikan EEBP dengan
secara
bersamaan,
maka
resiko
terjadinya kanker mulut dan lidah menjadi lebih
laboratorium,
penelitian
yaitu
dengan
konsentrasi 50 mg/ml dan 500 mg/ml.
3,1
besar.
Senyawa DMBA adalah zat kimia yang termasuk
dalam
polycyclic
2.2 Waktu dan tempat penelitian
aromatic
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
hidrocarbon (PAH) yang bersifat mutagenik,
Laboratoium
teratogenik,
Fakultas Biologi UGM, Laboratorium Farmasi
karsinogenik,
sitotoksik,
dan
Taksonomi
Fakultas
uji akan menginisiasi pertumbuhan sel kanker
Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPPT) Unit
dan menyebabkan mutasi DNA. karsinogenik
DMBA
terjadi
Aktivitas karena
kemampuannya berikatan dengan DNA dan
IV
UGM,
Fakultas
UGM,
Bawah
immunosupresif. Induksi DMBA kepada hewan 4
Farmasi
Tanaman
Laboratorium Kedokteran
Laboratorium
Patologi
UGM,
Anatomi
Laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM selama
5
menyebabkan mutasi somatik.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
21
empat bulan pada bulan Januari sampai April
ekstrak, formaldehid (Sigma) sebagai larutan
2015.
fiksasi organ, dan TUNEL sebagai pewarnaan untuk mengamati apoptosis.
2.3 Bahan uji Bahan penelitian
uji
yang
ini
digunakan
dalam
adalah umbi bawang putih
2.6 Prosedur Penelitian 2.6.1 Uji In Vivo
(Allium sativum) yang di ambil dari daerah
Tikus
dibagi
dalam
tiga
kelompok
Wonosobo, Jawa Tengah pada bulan Februari
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor
2015
di
tikus, yaitu (1) kelompok DMBA+EEBP 50
laboratorium Taksonomi Tumbuhan Bawah,
mg/ml; (2) kelompok DMBA+EEBP 500 mg/ml;
Fakultas Biologi UGM. Pembuatan EEBP
(3) kelompok kontrol DMBA. Induksi kanker
dilakukan
di
lidah dilakukan dengan sekali penyuntikan 2%
Farmasi
DMBA secara intrasubmukosa dosis 0,1 ml
UGM. Umbi bawang putih yang telah dibuat
per 100 gram BB tikus pada bagian lateral
serbuk lalu direndam dalam etanol konsentrasi
lidah hewan uji, lalu dipelihara selama 5
96%, kemudian ekstrak dipekatkan dengan
minggu. Pemberian EEBP 50 dan 500 mg/ml
rotary
dan
dilakukan
dengan
Laboratorium
determinasi
teknik
Farmasi,
evaporator.
maserasi
Fakultas
Ekstrak
kemudian
diberikan dengan cara sondasi per oral pada
akuades
sehingga
hewan uji setiap hari selama satu minggu pada
diperoleh konsentrasi EEBP 50 mg/ml dan 500
awal minggu keenam. Pada akhir perlakuan,
mg/ml.
semua tikus dikorbankan dan diambil jaringan
diencerkan
dengan
2.4 Hewan Uji Hewan penelitian Sprague
uji
yang
ini adalah
digunakan tikus
betina
lidahnya.
Semua
diproses
dengan
jaringan
sampel
metode
paraffin
lidah tissue,
dalam
embedding dan dibuat slide preparat dengan
galur
ketebalan 5-10 ď m. Slide preparat kemudian
Dawley yang berjumlah 15 ekor
dilakukan
pewarnaan
dengan umur 2-3 bulan, dan berat 80-160
Hematoksilin-Eosin
gram, yang diperoleh dari LPPT Unit IV UGM.
aktivitas
apoptosisnya
Hewan uji ditempatkan dalam kandang dengan
TUNEL.
Pada
0
dengan
(HE)
serta
dengan
penelitian
ini,
pewarnaan dianalisis pewarnaan perlakuan
suhu sekitar 28-32 C, kelembaban nisbi 98%,
terhadap
dan diberi minum ad libitum serta makan
mengamati
berupa pellet. Tikus akan diadaptasi selama 3
konsentrasi 50 dan 500 mg/ml terhadap
hari.
peningkatan apoptosis sel kanker lidah setelah
hewan
uji
pengaruh
dilakukan
untuk
pemberian
EEBP
dipapar 2% DMBA pada lidah. 2.5 Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
2.6.2
Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)
7,12
Tahapan pewarnaan HE yang pertama
dimetilbenz[a]antrasen atau DMBA (Sigma)
dilakukan adalah deparafinasi, yaitu preparat
sebagai bahan induksi kanker, aseton sebagai
dimasukkan ke dalam xilol bertingkat masing-
pelarut DMBA, etanol sebagai pelarut serbuk
masing
umbi bawang putih, akuades sebagai pelarut
adalah
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
lima
menit.
rehidrasi
Tahapan preparat
selanjutnya dengan
22
o
mencelupkannya sebanyak tiga kali ke dalam
selama 1 malam di inkubator pada suhu 45 C.
alkohol bertingkat yang dimulai dari alkohol
Setelah
absolut, 95%, 90%, 80%, 70% masing-masing
jaringan
lima menit. Selanjutnya preparat direndam
kemudian ditambah dengan 50µl TUNEL label
dalam akuades selama lima menit. Tahapan
mix (enzyme
selanjutnya adalah pewarnaan, yaitu preparat
solution) dan TdT. Preparat ditutup dengan
dimasukkan ke dalam pewarna hematoksilin
siliconized cover slip. Preparat kemudian
selama ± 10 menit untuk mendapat hasil
diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit
warna terbaik. Preparat dicuci dengan air
di dalam moist chamber. Hal
mengalir selama 30 menit, dibilas dengan
dilakukan karena merupakan reaksi enzimatis.
akuades lalu dimasukkan ke dalam pewarna
Preparat dicuci dengan Phosphate Buffered
eosin selama lima menit. Preparat direndam
Saline (PBS) sebanyak 3 kali dan diinkubasi
kembali dalam akuades untuk menghilangkan
dengan RNase solution pada suhu 37 C
kelebihan eosin. Tahapan berikutnya adalah
selama 30 menit, lalu preparat dicuci lagi
dehidrasi, yaitu preparat dicelupkan sebanyak
dengan
tiga kali ke dalam alkohol bertingkat dari 80%,
selanjutnya
90%, 95% sampai alkohol absolut selama dua
propidium iodide pada suhu ruang selama 10
menit. Selanjutnya, dilakukan clearing dengan
menit. Preparat dicuci dengan PBS sebanyak
memasukkan preparat dalam xylol sebanyak
3 kali dan ditutup dengan cover slide diameter
dua kali dan dikeringkan dengan angin.
18 mm. Pengamatan apoptosis dilakukan
Selanjutnya adalah proses mounting dengan
dengan menggunakan mikroskop fluorosen
entellan.
dengan perbesaran 400x. Sel apoptosis yang
itu
dilakukan
lidah
rehidrasi
preparat
dengan akuades steril,
solution dengan µl labeling
o
ini
dapat
o
PBS
sebanyak 3 kali. Preparat
diinkubasi
dengan
larutan
dihitung adalah sel yang berwarna hijau dan 2.6.3
Pengamatan apoptosis sel dengan
pewarnaan TUNEL
pandang. Perhitungan yang
Deparafinasi potongan
sel tunggal pada 1000 sel dalam 1 lapang
dilakukan
preparat
jaringan
sebelum lidah
dilakukan pada
10 lapang pandang yang berbeda. Sel yang
yang
mengalami
apotosis
terblok parafin dicat menggunakan TUNEL
fluorosensi
warna
Assay, bertujuan untuk menghilangkan parafin.
dilakukan
Potongan preparat jaringan lidah dimasukkan
(Zeiss®) di LPPT UGM. Kemudian dihitung
ke dalam
indeks apoptosisnya.
larutan xylol selama 3 menit.
di
akan hijau.
bawah
mengalami Pemeriksaan
mikroskop
fluorosen
Setelah itu dimasukkan ke dalam alkohol dengan konsentrasi bertingkat 95%, 90%, 80%,
70%
direndam
(masing-masing selama
preparat dicuci sampai
sisa
menggunakan kemudian
konsentrasi
Hasil perhitungan indeks apoptosis antar
5 menit). Kemudian
kelompok dianalisis menggunakan ANOVA
menggunakan air mengalir alkohol PBS
dicuci
2.7 Analisis data
hilang, selama
(SPSS
versi
16).
Metode
statistik
yang
lalu
dicuci
digunakan adalah statistik parametrik dengan
15
menit,
uji Shapiro-Wilk untuk uji normalitas (bila nilai
menggunakan
akuades
selama 2 menit. Preparat lalu diinkubasi
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
signifikansi
lebih
dari
0,05
maka
data
terdistribusi normal), lalu dilanjutkan dengan
23
uji
homogenitas
homogeinity
varian
of
varians
menggunakanan test
(bila
nilai
signifikansi lebih dari 0,05 maka varian dari dua data atau
lebih populasi data adalah
sama), setelah itu dilakukan uji one wayANOVA dan uji lanjut post-hoc test Tukey HSD dengan taraf kepercayaan 95%.
3. HASIL Gambar
3.1 Induksi DMBA Pada penelitian ini penyuntikan dengan dosis 0,1 ml/kg BB 2 % DMBA pada lateral
2.
Pengecatan
Gambaran HE
HPA
Menggunakan
dengan Mikroskop
Cahaya Perbesaran 400x
lidah tikus Spague dawley setelah 5 minggu secara klinis timbul ulkus yang berwarna kemerahan disertai indurasi (Gambar 1). Pada pemeriksaan
secara
mikroskopis
terlihat
adanya displasia pada epitelium lidah yang mengarah ke kondisi keganasan, yaitu inti sel
A
hiperkromatik (berwarna gelap) dan berukuran besar, disertai mitosis yang abnormal (Gambar 2.)
)AI( sisotpopA skednI 53.31
51 40.9
01 )%( AI esatnesreP 49.3 5 0
lm/gm 005 PBEE
lm/gm 05 PBEE
ABMD lortnok
3.2 Indeks Apoptosis Secara visual pada preparat TUNEL terlihat bahwa indeks apoptosis kelompok
B
pelakuan EEBP dosis 500 mg/ml memiliki indeks
apoptosis
paling
tinggi
jika
dibandingkan dengan kelompok perlakuan EEBP 50 mg/ml dan kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
C Gambar Diwarnai
3.
Jaringan dengan
Lidah TUNEL.
Tikus
yang
Apoptosis
Ditunjukkan dengan Adanya Fluorosensi Hijau pada
Nukleus
Sel.
Fluorosensi
Hijau
Ditemukan pada Kedua Kelompok (ditunjukkan dengan anak panah) yang Mengindikasikan Gambar 1. Gambaran Klinis Lidah Tikus
bahwa terjadi Apoptosis pada Jaringan Ikat Lidah Tikus. Fluorosensi Warna Hijau tampak
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
24
paling Banyak pada Kelompok DMBA+EEBP
statistic menggunakan Tukey test dapat dilihat
500 mg/ml (b), kemudian Kelompok
pada Tabel 2.
Tabel 1. Rangkuman hasil uji Tukey HSD Indeks
apoptosis
dihitung
menggunakan
rumus:
DMBA+E
Signifikansi
EBP 50
Tukey
mg/ml
IA= (sel apoptosis/total sel) x 100% DMBA Persentase indeks apoptosis tertinggi adalah pada kelompok perlakuan EEBP 500 mg/ml
yaitu
sebesar
13,35%,
kemudian
DMBA+ EEBP 500 mg/ml
0,000*
0,000*
-
0,002*
DMBA+EEBP 50 mg/ml
*berbeda signifikan dengan p < 0,05
kelompok perlakuan EEBP 50 mg/ml yaitu 9,04%, dan yang terendah adalah persentase indeks
apoptosis
pada
kelompok
kontrol
DMBA, yaitu sebesar 3,94% (gambar 4).
Pada Tabel 1 terlihat kelompok kontrol DMBA berbeda secara signifikan dengan kelompok perlakuan EEBP 50 mg/ml dan EEBP 500 mg/ml yang artinya ekstrak etanolik bawang putih mampu meningkatkan indeks apoptosis kanker lidah tikus yang diinduksi DMBA. Perlakuan EEBP 50 mg/ml berbeda secara signifikan dengan perlakuan EEBP putih 500 mg/ml yang artinya EEBP 500 mg/ml lebih efektif meningkatkan indeks apoptosis dibandingkan EEBP 50 mg/ml.
Gambar 4. Indeks Apoptosis.
4. PEMBAHASAN Penyuntikan 2% DMBA pada lidah tikus
3.3 Analisis Statistik
setelah
5
minggu
mengakibatkan
tikus
Secara statistik, hasil kuantifikasi indeks
mengalami kondisi prekanker. Hal tersebut
apoptosis masing-masing kelompok perlakuan
sesuai dengan penelitian Chino dkk. (1982),
dalam penelitian ini memberikan hasil yang
bahwa penyuntikan 0,25% DMBA pada lidah
terdistribusi normal dan homogen. Hasil uji
hamster
secara
intrasubmukosa
mampu 9
One Way ANOVA menunjukkan nilai 0,000
menginduksi terjadinya kanker lidah. Hal ini
(p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan
terjadi
yang
berikatan
signifikan
mengindikasikan
antar
kelompok.
bahwa
EEBP
Hal
ini
karena secara
metabolit kovalen
reaktif dengan
DMBA DNA
mampu
membentuk DNA adduct. Interaksi tersebut
meningkatkan indeks apoptosis kanker lidah
menyebabkan perubahan genetik pada sel
tikus yang diinduksi DMBA. Setelah dilakukan
menjadi abnormal dan dapat menginisiasi
uji One Way ANOVA dilanjutkan uji post-hoc
karsinogenesis.
10
Tukey HSD. Nilai signifikansi uji analisis
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
25
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
kanker lidah tikus yang dipapar 2% DMBA,
peningkatan apoptosis pada sel kanker lidah
sehingga umbi bawang putih dapat dijadikan
setelah pemberian EEBP. Hal ini karena
salah satu alternatif dalam pengobatan kanker
kandungan zat aktif dalam umbi bawang putih
lidah.
berupa
Allicin
yang
dapat
meningkatkan 1,7
6. SARAN
Pemberian ekstrak etanolik bawang putih akan
Perlu
terjadinya
apoptosis
pada
sel
kanker.
dilakukan
penelitian
tentang
meningkatkan level Bax yang berfungsi untuk
ekspresi p53 pada tikus Sprague dawley yang
menginduksi pelepasan cytochrome c dari
dipapar DMBA setelah pemberian ekstrak
mitokondria ke sitosol. Bax merupakan protein
etanolik bawang putih.
pro-apoptotik
yang
bersifat
heterolog,
sehingga dapat berikatan dengan BCl2 (protein
DAFTAR PUSTAKA
anti-apoptosis), sehingga protein membran
1. Feller, Liviu, et al. ”Oral Squamous Cell Carcinoma : Epidemiology, Clinical Presentation and Treatment”. Journal of Cancer Therapy. 3 (2012): 263 -268. 2. Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut: Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga Mulut. Yogyakarta: Penerbit Andi 3. Sudiono, Janti. Pemeriksaan Patologis untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. Jakarta: EGC. 2007. 4. Dandekar, S, et al. “Specific Activation of the Cellular Harvey-Ras Oncogene in Dimethylbenzanthracene-Induced Mouse Mammary Tumors”. Mol Cell Biol. 6 (1986): 4104–4108. 5. King, RJ. Cancer Biologi, 2th ed. Surrey: School of Biological Sciences, University of Surrey. 2000. 6. Pizorno JE. dan Murray MT. A Textbook of Natural Medicine: Allium sativum, Edisi ke2. Washington: Bastyr University. 2000. 7. Cha, JH. “Allicin Inhibits Cell Growth and Induces Apoptosis in U87MG Human Glioblastoma Cells through an ERKdependent Pathway”. Oncol. Rep. 28 (2012): 41-48. 8. Hernawan Udhi Eko, dan Setyawan, Arie Dwi. “Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium sativum L.) dan 9. Aktivitas Biologinya”. Biofarmasi. 1:2 (2003): 65-76. 10. Chino, Takehiro, et al. “Experimental Production of Lingual Tumor by Jet Injection of 9, 10-dimethyl 1, 2benzanthracene”. Matsumoto Shigaku. 9I (1983): 174-182. 11. Smart RC dan Akunda JK. Carcinogenesis, in Hodgson, E., dan Smart, R.C, Introductions to Biochemical Toxicology, 3rd ed. New York: A John Wiley & Sons Inc. 2001.
mitokondria
menurun.
Akibatnya
terjadi
kebocoran dengan terlepasnya isi mitokondria, yang pada akhirnya memicu proses caspasecascade. Bax tidak dimiliki oleh sel normal, sehingga apoptosis hanya akan terjadi pada sel kanker. Meningkatnya level Bax akan meningkatkan Cytochrome
pelepasan c
cytochrome
kemudian
akan
c.
berikatan
dengan Apaf-1 (apoptosis activating factor-1) dan
mengaktifkan
sitosol.
11
caspase-9
di
dalam
Protein mitokondria yang lain seperti
apoptosis initiating factor (AIF) akan memasuki sitoplasma dan kemudian berikatan untuk menetralkan inhibitor apoptosis (Bcl-2), lalu jalur caspase cascade akan aktif Caspase-3 yang merupakan executioner caspase
juga
akan teraktivasi, kemudian berikatan dengan sitoskeleton dan nuclear matric proteins yang menyebabkan gangguan pada sitoskleleton, pecahnya
nukleus,
mengakibatkan
dan
terjadinya
akhirnya 12
apoptosis.
Peningkatan apoptosis ini dapat menjadi salah satu target dalam pengobatan kanker lidah.
5. KESIMPULAN Pemberian EEBP 50 dan 500 mg/ml terbukti mampu meningkatkan apoptosis sel
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
26
12. Potten, Christoper. Apoptosis: The Life and Death of Cells. UK: Cambridge University Press. 2004.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
13. Macdonal Fiona, Ford Christoper, dan Casson Alan. Molecular Biology of Cancer, nd 2 Ed. London and New York: Garland science/BIOS scientific. 2004.
27
Laporan Penelitian
PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L.) PADA PERIODONTAL DRESSING TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN LUKA GINGIVA KELINCI 1
2
3
Isnadia Naba`atin , Melok Aris Wahyukundari , Happy Harmono 1 Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember 3 Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37, Jember-Jawa Timur Tel./Fax +6285383903676
2
Email : isnadianabaatin@gmail.com
ABSTRAK Periodontal dressing yang selama ini digunakan untuk membalut luka setelah dilakukannya prosedur bedah periodontal sebenarnya tidak mengandung bahan yang dapat mempercepat penyembuhan, melainkan hanya membantu penyembuhan karena luka terlindungi. Sehingga diperlukan bahan tambahan dalam periodontal dressing yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka tanpa menimbulkan efek samping. Kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) memiliki kandungan flavonoid dan katekin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan ekstrak kulit buah kakao dalam meningkatan kepadatan kolagen dan persentase penambahan ekstrak buah kakao yang paling efektif berpengaruh terhadap pembentukan kolagen pada luka gingiva kelinci . Subyek penelitian terdiri dari 48 ekor kelinci jantan diberi perlukaan dengan menggunakan punch biopsy pada gingiva labial. Subyek dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan berdasarkan persentase penambahan ekstrak kulit buah kakao yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. Dekapitasi dilakukan pada hari ke-3, 5, 7, dan 14. Hasil penilitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan (P>0,05) berupa peningkatan kepadatan kolagen pada hari ke-5 antara KP0 dengan KP1 dan KP2. Juga pada hari ke-14 antara KP0 dengan KP2 dan KP3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak kulit buah kakao mampu meningkatkan kepadatan kolagen pada luka gingiva kelinci dengan presentase penambahan ekstrak yang paling efektif adalah10%. Kata Kunci: Flavonoid, kepadatan kolagen, kulit kakao, periodontal dressing ABSTRACT Periodontal dressing that was a material applied to wrap the wound after periodontal surgery was not actually contain ingredients that can accelerate wound healing, it can accelerate wound healing just by wrapping wound. So that periodontal dressing need the ingredient that can accelerate wound healing without causing any side effects. Cocoa pods (Theobroma cacao L.) contain a mixture of flavonoids and chatechins. This study was to determine potential of cocoa pods extract on periodontal dressing to the collagen dentsity of the rabbit`s gingiva wound. The subject of this study consisted of 48 male rabbits had been given injury to the labial gingiva by using punch biopsy. Subject were devided into 4 treatment groups based on the percentage of cocoa pods extract addition. There are 0%, 5%, 10%, and 15%. Decapitation performed on days 3, 5, 7, and 14. The result showed a significant difference (P>0,05), include increase of collagen density on 5 day between KP0 with KP1 and KP2, and also on 14 day between KP0 with KP2 and KP3. The conclusion was addition of the cocoa pods extract in periodontal dressings potentially increase the collagen density in the rabbit`s gingiva wound with the most effective percentage cacao pods extract was 10%. Keywords: cocoa pods, collagen density, flavonoid, periodontal dressing.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
28
1. PENDAHULUAN
kurang lebih 73,77% dari berat buah secara
Periodontal dressing merupakan bahan
keseluruhan.
Adanya
komponen-komponen
yang digunakan untuk membalut/membungkus
polifenol dalam biji kakao, tidak menutup
luka bedah setelah dilakukannya prosedur
kemungkinan juga terdapat dalam kulit buah
bedah
dressing
kakao dengan khasiat yang sama. Kulit buah
diperlukan pada tindakan bedah periodontal
kakao mengandung campuran flavonoid atau
dan mutlak diperlukan pada gingivektomi untuk
tanin
menutup luka dan mempercepat kesembuhan
seperti antosianidin, katekin, leukoantosianidin
periodontal.
jaringan gingiva.
1,2
Periodontal
Periodontal dressing ini
terkondensasi
7
dan kuersetin.
dapat
sebagai
penyembuhan,
melainkan
terpolimerisasi,
yang kadang kadang terikat dengan glukosa
sebenarnya tidak mengandung bahan yang memacu
atau
anti
6
Antosianidin memiliki efek bakteri
dan
antiinflamasi.
8
hanya membantu penyembuhan karena luka
Kuersetin memiliki efek sebagai antiinflamasi.
terlindungi.
Katekin
Periodontal
dressing
berfungsi
memiliki
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi
antimutagenik,
dan
bedah,
antibakteri,
jalan
Pemberian
pendarahan
membantu
pasca
penyembuhan
dengan
efek
antioksidan,
antidiabetes,
antiinflamasi,
antivirus, ekstrak
dan kulit
antikanker. buah
kakao
melindungi luka bedah dari trauma sewaktu
(Theobroma cacao L.) segar memiliki aktivitas
pengunyahan, mencegah timbulnya nyeri sakit
antiinflamasi pada konsentrasi 5%, 10%, dan
yang dipicu oleh berkontaknya luka bedah
15%. Dengan terbuktinya ekstrak kulit buah
dengan
kakao
makanan
atau
lidah
sewaktu
3
9
sebagai
agen
antiinflamasi
maka
pengunyahan. Praktisi sering menambahkan
kandungan flavonoid dalam ekstrak kulit buah
antibiotik
kakao diduga kuat juga mampu mempercepat
dalam
dressing.
penggunaan
Penambahan
antiinflamasi
dalam
periodontal
antibiotk
periodontal
dan
dressing
bertujuan mengurangi sakit postoperative dan 4
proses penyembuhan luka. Pada
tahapan
serabut kolagen
penyembuhan
luka
memiliki peranan penting
memfasilitasi proses penyembuhan luka. Akan
pembentukan jaringan parut dan pembentukan
tetapi
matriks
penggunaan
antiinflamasi
tulang.
Peranan
kolagen
juga
berhubungan dengan memberikan kemampuan
kemungkinan dapat menyebabkan sensitisasi,
pada jaringan dalam melakukan perbaikan dan
reaksi alergi, memunculkan kandidiasis, dan
pembentukan
resistensi.
Sehingga
periodontal
dan dressing
1,5
dalam
antibakteri
diperlukan
tambahan dalam periodontal dressing
bahan yang
dapat mempercepat penyembuhan luka tanpa menimbulkan efek samping.
sebagai
antioksidan
penyembuhan ,
dan
baru
pada
serta
proses
peningkatan
kemampuan jaringan dalam pelepasan jaringan parut yang terbentuk.
11
Berdasarkan
Salah satu tanaman di Indonesia yang berpotensi
jaringan 10
uraian
di
atas
untuk
mengetahui apakah potensi ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) pada periodontal
antimikroba alami adalah tanaman kakao
dressing
(Theobroma cacao L.). Proses penanganan
kolagen
tanaman kakao menghasilkan produk ikutan
penyembuhan luka dan persentase ekstrak
(limbah) berupa kulit buah kakao sebesar
kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) pada
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
mampu
meningkatkan
sehingga
membantu
kepadatan proses
29
periodontal
dressing
yang
paling
efektif
kemudian campur dengan mengaduk sampai
meningkatkan kepadatan kolagen pada luka
homogen.
Dilanjutkan
dengan
pembuatan
gingival kelinci.
powder dengan cara: tuangkan rosin sebanyak 28,5 gram dan zinc oxide sebanyak 21,5 gram.
2. METODE PENELITIAN
Campur rosin dan zinc oxide sampai homogen. penelitian
Selanjutnya campur powder 50 gram dan pasta
experimental laboratories, dengan rancangan
50 gram sedikit demi sedikit sampai homogen
penelitian the post test only control group
(100 gram).
Penelitian
ini
adalah
design. Subyek penelitian terdiri dari 48 ekor
Pembuatan periodontal dressing ekstrak
kelinci jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok
kulit buah kakao adalah sebagai berikut:
sampel berdasarkan persentase penambahan
Kelompok kontrol (KP0) : formula periodontal
ekstrak kulit buah kakao yaitu KP0 tanpa
dressing yang sudah homogen 100 gram
ditambahkan ekstrak kulit buah kakao pada
tidak ditambahkan ekstrak kulit buah kakao
periodontal dressing, KP1ditambahkan ekstrak
(Theobroma cacao L.).
kulit buah kakao 5% pada periodontal dressing,
Kelompok perlakuan satu (KP1) : formula
KP2 ditambahkan ekstrak kulit buah kakao
periodontal dressing yang sudah homogen
10%, dan KP3 ditambahkan ekstrak kulit buah
95 gram dan ditambahkan ekstrak kulit
kakao 15%. Dengan masing-masing kelompok
buah
terdiri dari 12 ekor kelinci.
sebanyak 5 gram.
Tahap pembuatan ekstrak kulit buah
kakao
(Theobroma
cacao
L.)
Kelompok perlakuan dua (KP2) : formula
kakao
periodontal dressing yang sudah homogen
(Theobroma cacao L.) dilakukan penyerutan
90 gram dan ditambahkan ekstrak kulit
sampai
buah
kakao
adalah
kulit
terbentuk
Kemudian
hasil
segar
buah
serutan-serutan
serutan
halus.
diblender
hingga
kakao
(Theobroma
cacao
L.)
sebanyak 10 gram.
mendapatkan serbuk halus. Serbuk halus kulit
Kelompok perlakuan tiga (KP3) : formula
buah kakao (Theobroma cacao L.) dimaserasi
periodontal dressing yang sudah homogen
dengan pelarut aseton dan aquades dengan
85 gram dan ditambahkan ekstrak kulit
perbandingan
buah
aseton
:
aquades
=
7:3,
sebanyak 2 kali bobot bubuk simplisia (bubuk
kakao
(Theobroma
cacao
L.)
sebanyak 15 gram.
simplisia : pelarut = 1:2), diaduk kemudian
Perlukaan pada hewan coba dilakukan
disaring menggunakan kain kasa. Maserasi
setelah di adaptasikan selama 7 hari, yang
dilakukan sebanyak tiga kali (remaserasi 3X).
sebelumnya telah dianestesi dengan kombinasi
Filtrat
yang diperoleh kemudian diuapkan
ketamin dan xylazin, dan dilakukan punch
dengan rotavapor sampai pelarut tidak tersisa
biopsy pada gingiva labial gigi insisivus kanan
dan
rahang bawah dengan diameter 2,0mm hingga
diperoleh
ekstrak
cair.
Ekstrak
cair
0
dipekatkan dengan oven pada suhu 60 C.
mencapai tulang alveolar. Kemudian luka
Tahap pembuatan periodontal dressing
dibersihkan dengan NaCl 0,9ml dan H2O2 3%.
pasta
Luka dibalut dengan periodontal dressing yang
dilakukan dengan cara: tuang 47,5 gram
telah ditambahkan ekstrak kulit buah kakao
hydrogenated fat dan 2,5 gram zinc oxide
(Theobroma
adalah
diawali
dengan
pembuatan
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
caco
L.)
untuk
kelompok
30
perlakuan dan tanpa penambahan esktrak kulit
kolagen kelinci pada kelompok kontrol (KP0),
buah kakao pada kelompok kontrol. Untuk
kelompok perlakuan satu (KP1), dua (KP2),
meningkatkan retensi, periodontal dressing
dan tiga (KP3) dapat dilihat pada tabel berikut.
ditutup dengan plester dan dijahit dengan
Tabel 1. Rata-rata jumlah skor kepadatan kolagen
benang silk 5,0. Setiap kelompok perlakuan
kelinci pada kelompok kontrol (KP0), kelompok
dibagi menjadi empat sub kelompok sesuai
perlakuan satu (KP1), dua (KP2), dan tiga (KP3)
dengan hari dekapitasi, yaitu pada hari ke-3, 5,
setelah pemberian perlakuan
7, dan 14. Kemudian dilakukan pembuatan preparat
jaringan
dengan
pengecatan
tricrhome mallory dan kepadatan kolagen diamati dengan mikroskop binokuler dengan Keterangan:
perbesaran 400x. Penghitungan peningkatan kepadatan kolagen adalah dengan cara menggunakan kriteria skor yang sudah
XÂąSD :rata-rata jumlah kepadatan kolagen Âąstandar deviasi KP0
ditentukan sebagai
berikut:
dressing tanpa ekstrak kulit buah kakao KP1
Skor 0 =
tidak
terjadi
peningkatan
pembentukan serabut kolagen (sama
KP2
:kelompok perlakuan yang diberi periodontal dressing dengan ekstrak kulit buah kakao 10 %
Skor 1 = terjadi peningkatan pembentukan kolagen
:kelompok perlakuan yang diberi periodontal dressing dengan ekstrak kulit buah kakao 5 %
dengan kelompok kontrol)
serabut
:kelompok kontrol yang diberi periodontal
sedikit;
apabila
ketebalan serabut kolagen kurang dari
KP3
:kelompok perlakuan yang diberi periodontal dressing dengan ekstrak kulit buah kakao 15 %
lebar jarak antar serabut kolagen Skor 2 = peningkatan pembentukan serabut kolagen
sedang;
pabila
kepadatan kolagen kelinci dari tabel diatas,
serabut kolagen sama dengan lebar
menunjukkan pada setiap hari pengamatan
jarak antar sarabut kolagen
(hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7 dan hari ke-14)
Skor 3 = peningkatan pembentukan serabut
terdapat peningkatan kepadatan kolagen pada
kolagen banyak; apabila ketebalan
kelompok
serabut kolagen lebih lebar daripada
kelompok kontrol.
lebar jarak antar serabut kolagen.
adalah data ordinal, sehingga data di uji menggunakan
uji
statistik
perlakuan
dibandingkan
dengan
Perbandingan rata-rata skor kepadatan
Data yang diperoleh dari penelitian ini
dengan
Berdasarkan data rata-rata jumlah skor
ketebalan
non-
parametrik yaitu Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.
kolagen kelinci dari setiap kelompok pada masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada gambar 1. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik non-parametrik
yaitu
Kruskal-Wallis
yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor 3. Hasil Penelitian Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan, jumlah rata-rata skor kepadatan
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
kepadatan
kolagen
perlakuan
pada
dari
setiap
kelompok
masing-masing
hari.
Berdasarkan uji statistik Kruskal-Wallis pada
31
didapatkan menunjukkan
P<0,05 bahwa
yaitu
0,00.
terdapat
Hal
Berdasarkan
ini
perbedaan
terhadap data masing-masing kelompok.
uji
Mann
Whitney
menunjukkan adanya perbedaan signifikan
Uji
(P>0,05)
berupa
peningkatan
kepadatan
statistik kemudian dilanjutkan dengan uji Mann
kolagen pada hari ke-5 antara KP0 dengan
Whitney (Gambar 2).
KP1 dan KP2, juga pada hari ke-14 antara KP0 dengan KP2 dan KP3 (gambar 3).
Gambar 1. Grafik rata-rata skor kepadatan kolagen kelinci pada kelompok kontrol (KP0), satu (KP1), dua (KP2), dan tiga (KP3) setelah pemberian perlakuan Gambar 2. Hasil uji non parametric Mann Whitney
Gambar 3. Gambaran histologi serabut kolagen pada hari ke-14
Keterangan : A: kelompok kontrol kakao (skor 2) B: kelompok perlakuan A kakao 5% (skor 2)
yang
diberi
periodontal
C D dressing tanpa ekstrak kulit buah
yang Bdiberi periodontal dressing dengan ekstrak kulit buah A
C: kelompok perlakuan kakao 10% (skor 3)
yang diberi Periodontal dressing dengan ekstrak kulit buah
D : kelompok perlakuan yang diberi periodontal dressing dengan ekstrak kulit buah kakao 15% (skor 3)
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
32
3. PEMBAHASAN
(Theobroma
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 1,
kelompok
periodontal
Pada hari ke-5 terdapat beda yang signifikan (P<0,05) antara rata-rata kepadatan
penambahan
kolagen kelompok kontrol (KP0H5) yang tidak
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)
diberi penambahan ekstrak kulit buah kakao
dengan prosentase penambahan 5%, 10%,
(Theobroma
dan
meningkatkan
dressing dengan jumlah rata-rata kepadatan
kecepatan respon penyembuhan luka pada
kolagen kelompok perlakuan satu (KP1H5)
kelinci yang sebelumnya diberi perlukaan pada
yang ditambahan 5% ekstrak kulit buah kakao
gingiva bagian labial. Peningkatan kecepatan
(Theobroma
respon penyembuhan luka ditandai dengan
dressing dan kelompok perlakuan dua (KP2H5)
adanya peningkatan kepadatan kolagen pada
yang ditambahan 10% ekstrak kulit buah kakao
kelompok perlakuan.
(Theobroma
dressing
15%
ternyata
Kepadatan
yang
pada
diberi
periodontal
perlakuan
L.)
dressing.
terlihat bahwa dibandingkan pada kelompok kontrol,
cacao
dengan
mampu
kolagen
terus
meningkat
rata-rata
cacao
pada
L.)
pada
L.)
pada
periodontal
periodontal
periodontal
Pada hari ke-14 terdapat beda yang
kolagen
signifikan (P<0,05) antara rata-rata kepadatan
dibandingkan
kolagen kelompok kontrol (KP0H14) yang tidak
kelompok kontrol. Rata-rata kepadatan kolagen
diberi penambahan ekstrak kulit buah kakao
tertinggi pada hari ke-14 yaitu pada kelompok
(Theobroma
perlakuan
kelompok
dressing dengan jumlah rata-rata kepadatan
perlakuan tiga (KP3H14). Rata-rata kepadatan
kolagen kelompok perlakuan dua (KP2H) yang
kolagen terendah pada hari ke-3 yaitu pada
ditambahan 10% ekstrak kulit buah kakao
kelompok kontrol (KP0H3).
(Theobroma
mengalami
kepadatan
cacao
L.)
dressing.
sampai hari ke-14. Pada kelompok perlakuan tampak
cacao
peningkatan
dua
(KP2H14)
dan
Pada pengamatan hari ke-3 dan hari ke-
dressing
cacao
cacao
dan
L.)
pada
L.)
pada
kelompok
periodontal
periodontal
perlakuan
tiga
7 tidak terdapat beda yang signifikan (P>0,05)
(KP3H14) yang ditambahan 15% ekstrak kulit
antara
rata-rata
buah kakao (Theobroma cacao L.) pada
semua
kelompok.
kepadatan Yaitu
kolagen
antara
antar
kelompok
periodontal dressing.
kontrol (KP0H3 dan KP0H7) yang tidak diberi penambahan
kakao
pada hari ke-3 pada kelompok kontrol (KP0H3)
periodontal
dengan semua kelompok perlakuan (KP1H3,
dressing dengan kelompok perlakuan satu
KP2H3 dan KP3H3) dikarenakan kolagen yang
(KP1H3 dan KP1H7) yang ditambahan 5%
dihasilkan masih belum seberapa banyak.
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)
Sebab pada hari ke-3 paska pemberian
pada periodontal dressing, kelompok perlakuan
perlakuan masih merupakan akhir dari fase
dua (KP2H3 dan KP2H7) yang ditambahan
inflamasi dan awal dimulainya fase fibroplastik.
10% ekstrak kulit buah kakao (Theobroma
Fase inflamasi berlangsung segera setelah
cacao L.) pada periodontal dressing dan pada
terjadi
kelompok perlakuan tiga (KP3H3 dan KP3H7)
sedangkan fase fibroplastik terjadi pada hari ke
yang ditambahan 15% ekstrak kulit buah kakao
3 â&#x20AC;&#x201C; 14. Pada fase inflamasi di awali dengan
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
33
(Theobroma
ekstrak cacao
kulit L.)
buah
Tidak adanya perbedaan yang signifikan
pada
perlukaan
dari
hari
ke
0-3
[12]
vasokontriksi
darah
untuk
Fibroblast mampu mensitesis kolagen dalam
kemudian
diikuti
jumlah besar. Oleh karena itu kolagen pertama
vasodilatasi arteriol dan venula. Segera setelah
kali baru dapat dideteksi pada hari ke-3 setelah
terjadi dilatasi pembuluh darah, trombosit
luka, meningkat sampai minggu ke-3 (Gambar
bermigrasi dari aliran darah melewati dinding
4).
mengurangi
pembuluh pendarahan,
pembuluh
darah,
menuju
Trombosit
melepaskan
daerah
sejumlah
luka. faktor
Begitu juga dengan hari ke-7, tidak adanya
perbedaan
yang
signifikan
pertumbuhan (PDGF, TGF β, dan sebagainya)
dimungkinkan
dan sitokin yang menarik
trombosit lain,
fisiologis dari penyembuhan luka itu sendiri.
leukosit (PMN, monosit, dan makrofag), dan
Pada awal paska terjadinya luka, deposisi
fibroblas ke lokasi luka [13]. Kemudian leukosit,
matriks ekstraselular didominasi oleh kolagen
terutama PMN, makrofag dan limfosit juga
tipe III dan fibronektin [11]. Kolagen tipe III dan
bermigrasi dari aliran darah melewati dinding
fibronektin dihasilkan fibroblast pada minggu
pembuluh darah, menuju jaringan interstitial
pertama [15]. Kemudian fibronektin secara
dan membersihkan setiap debris dan mikroba
bertahap
yang menginvasi [14]. Hal ini berlangsung
proteoglikan
sampai hari ke-3. Fibroblas muncul pertama
digantikan oleh kolagen tipe I. Hal ini terus
kali secara bermakna pada hari ke-3. Fibroblas
berlanjut sampai hari ke-7 sehingga deposisi
merupakan
elemen
proses
kolagen tipe III terendah terdapat pada hari ke-
perbaikan
untuk
protein
7 (Gambar 5.)
utama
pada
pembentukan
disebabkan
menghilang sedangkan
oleh
proses
digantikan kolagen
oleh tipe
III
11
struktural.
Gambar 4. Grafik fase penyembuhan luka. Akumulasi matriks kolagen mulai terbentuk pada hari ke-3
Gambar 5. Deposisi Matriks Ekstraseluler pada penyembuhan luka
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
34
Perbedaan
signifikan
rata-rata
menyebabkan
berkurangnya
nyeri
kepadatan kolagen pada kelompok kontrol hari
pembengkakan,
ke-5 maupun pada hari ke-14 (KP0H5 dan
vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah
KP0H14)
lokal, sehingga migrasi sel radang pada area
yang
tidak
diberi
penambahan
mengurangi
dalam
19
terjadinya
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)
radang akan menurun.
pada periodontal dressing dengan rata-rata
inflamasi akan berlangsung lebih singkat dan
kepadatan kolagen kelompok perlakuan yang
dapat segera memasuki tahap penyembuhan
ditambahan
ekstrak
kakao
yang selanjutnya yaitu fase proliferasi. Selain
(Theobroma
cacao
periodontal
itu kemampuan proliferasi dari TGF β menjadi
kulit L.)
buah
pada
19
TGF
dressing disebabkan oleh adanya zat-zat aktif
tidak
golongan fenol yang terkandung di dalam
meningkatkan
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao
fibroblas
pada
daerah
L.). Polifenol kakao mengandung campuran
fibroblas
inilah
yang
senyawa
meningkatan
flavonoid
yang
tediri
dari
tiga
kelompok yaitu katekin (flavan-3-ols) 37%,
migrasi
β
dan
berfungsi
proliferasi
luka.
Keberadaan
bertanggung
produksi
sel
jawab
fibronektin
dan
pembentukan serabut kolagen.
antosianin 4% dan proantosianidin 58%, serta kuersetin.
terhambat.
20
16
7
Selanjutnya reaksi
Peningkatan
rata-rata
kepadatan
kolagen pada kelompok perlakuan juga dapat
Kemampuan kandungan zat-zat aktif
disebabkan oleh kemampuan antibakteri dari
dalam ekstrak kulit buah kakao (Theobroma
tannin. Adanya perlukaan pada kulit maupun
cacao L.) dalam
meningkatkan rata-rata
mukosa akan menyebabkan selalu adanya
kepadatan kolagen pada kelompok perlakuan
kemungkinan terjadi infeksi oleh bakteri. Hal ini
disebabkan oleh ada efek antiinflamasi dari
dapat terjadi karena daerah yang terluka
flavonoid yang terdiri dari katekin, antosianin
merupakan
dan
dan
berkembangnya organisme penyebab infeksi.
antosianin dalam konsentrasi tinggi berperan
Sehingga pada perlukaan gingiva kelinci pada
sebagai agen antiinflamasi bekerja dengan
penelitian
cara
pemberian agen antibakteri untuk mencegah
proantosianidin
(tanin).
menghambat
Katekin
pelepasan
asam
media
ini
yang
juga
memerlukan 21
membran
terutama tanin yang terkandung dalam ekstrak
jalur
siklooksigenase. Sedangkan pada konsentrasi
kulit
rendah senyawa ini hanya memblok jalur
memiliki
17
sikloogsigenase.
buah
kakao
luka.
adanya
timbulnya
memblok
pada
bagi
arakhidonat dan pelepasan enzim lisosom dari dengan
infeksi
ideal
Flavonoid
(Theobroma
kemampuan
cacao
sebagai
L.)
bahan
Sedangkan tanin bekerja
antibakteri. Sebagai agen antibakteri, tannin
sebagai agen anti inflamasi dengan cara
dalam konsentrasi tinggi bekerja dengan cara
18
menghambat asam arakhidonat. Kemampuan menghambat
enzim
flavonoid sikloogsigenase
mengkoagulasi
atau
menggumpalkan
dalam
protoplasma bakteri, sehingga terbentuk ikatan
dan
yang stabil dengan protein bakteri, sedangkan
lipoksigenase pada inflamasi, mengakibatkan
dalam
konsentrasi
rendah
mampu 22
produksi prostaglandin dan leukotrin dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
berkurang.
senyawa katekin mempunyai kecenderungan
Penekanan
prostaglandin
dan
leukotrin sebagai mediator inflamasi dapat
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
untuk
mengikat
protein
bakteri,
Selain itu
sehingga
35
mengganggu metabolisme bakteri. Potensi
menghasilkan serat-serat kolagen, retikulum,
ekstrak kulit buah kakao sebagai antibakteri ini
elastin, glikosaminoglikan, dan glikoprotein dari
menyebabkan
substansi interselular amorf.
sel-sel
radang
dalam
26
memfagosit bakteri menjadi lebih mudah,
Peningkatan
rata-rata
kepadatan
sehingga sitokin yang dikeluarkan oleh sel-sel
kolagen pada kelompok perlakuan juga dapat
radang lebih sedikit. Oleh karenanya fase
disebabkan oleh kemampuan antioksidan dari
radang berlangsung singkat sehingga dapat
flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kulit
dilanjutkan dengan fase proliferasi/fibroplasia
buah kakao (Theobroma cacao L). Ketika
yang kemudian mengakibatkan penyembuhan
terjadi
luka
fosfolipid
lebih
cepat
yang
ditandai
dengan
suatu
perlukaan,
sel
akan
maka
membran
menghasilkan
asam
peningkatan rata-rata kepadatan kolagen pada
arakidonat yang kemudian berlanjut dengan
kelompok perlakuan.
pembentukan mediator proinflamasi seperti IL-
Peningkatan kolagen
pada
disebabkan
rata-rata
kelompok
oleh
kepadatan
perlakuan
kemampuan
juga
flavonoid
1
dan
TNF-α.
proinflamasi munculnya
Dengan
ini
adanya
akan
mediator
mengakibatkan
molekul-molekul
yang
memiliki
terutama kuersetin yang terkandung dalam
elektron tidak berpasangan (radikal bebas).
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)
Katekin
mampu 27
berperan
sebagai
dapat merangsang induksi transforming growth
antioksidan.
factor (TGF-β)[23]. TGF-β merupakan protein
radikal bebas yang dihasilkan oleh mediator
sekresi yang terdiri dari tiga isoform yakni TGF-
proinflamasi
β1, TGF-β2 dan TGF-β3. TGF-β1, merupakan
Mekanisme kerja katekin dalam menetralisir
komponen utama. TGF-β1memiliki berbagai
radikal bebas (ROS) adalah melalui gugus -
fungsi
menstimulasi
OH, sehingga menjadi inaktif. Proses tersebut
pembentukan pembuluh darah, sintesis matriks
adalah katekin (-OH) + R (radikal bebas)
ekstraselluler, inhibisi pertumbuhan sel, dan
katekin (O2+) + RH (Nijdvelt et al. dalam
yaitu
antara
juga migrasi sel. meningkatkan
13
lain
TGF β1 ini akan berfungsi
dan
TNF-α.
Mintroem et al. 2011). Netralisir dari radikal
fibroblas pada daerah luka dan memperluas
Metalloproteinase-9 (MMP-9) merupakan salah
ekspresi gen matriks secara spesifik dengan
satu dari jenis metalloproteinase memiliki peran
menghambat aktifitas produksi dan aktifitas
yang cukup besar pada degradasi matrix
kolagenase sehingga terjadi stimulasi deposisi
extracellular. Dengan demikian kolagen yang
Selain
kuersetin,
proliferasi
IL-1
menetralisir
bebas ini akan menurunkan ekspresi MMP-9.
kolagen.
dan
seperti
mampu
sel
24
migrasi
Katekin
tanin
yang
akan disintesis tidak didegradasi berlebihan.
terkandung dalam ekstrak kulit buah kakao
Pada proses penyembuhan luka, sintesis
(Theobroma cacao L.) juga ikut berperan
kolagen tidak selalu mengalami peningkatan.
25
dalam migrasi dan prolifersi fibroblas.
Pada fase remodeling, sebagian besar serabut
Fibroblas memiliki peranan yang sangat
kolagen yang terbentuk akan dihancurkan dan
penting dalam pembentukan kolagen. Fibroblas
diganti dengan serabut kolagen yang baru
adalah sel yang paling banyak terdapat dalam
yang lebih baik dan cukup kuat terhadap
jaringan ikat berfungsi menghasilkan serat dan
tekanan yang mengenai luka yaitu 40-70% dari
substansi interselular aktif amorf. Fibroblas
kekuatan
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
jaringan
normal.
28
Jika
sintesis
36
kolagen terus
meningkat tanpa diimbangi
4. SARAN
dengan proses remodeling maka malah akan menimbulkan
dampak
buruk
bagi
Saran untuk penelitian yang selanjutnya
proses
adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan
penyembuhan luka, dimana akan muncul
tentang pengaruh zat aktif yang terdapat dalam
jaringan granulasi yang berlebihan.
kulit
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1
buah
sebagai
kakao
(Theobroma
tambahan
kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) yang
penelitian
paling efektif untuk meningkatkan kepadatan
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)
kolagen pada luka gingiva kelinci adalah 10%
pada
bukan pada konsentrasi yang paling tinggi
menggunakan persentase penambahan yang
(konsentrasi
berbeda.
Hal
ini
kemungkinan
periodontal
perlu
pada
periodontal
lanjutan
dan
analgesik
L.)
terlihat bahwa persentase penambahan ekstrak
15%).
dressing
agen
cacao
tentang
dilakukan
penambahan
dressing
dengan
disebabkan oleh kandungan zat-zat aktif yang terkandung dalam ekstrak kulit buah kakao
5. UCAPAN TERIMA KASIH
(Theobroma cacao L.) memiliki kemampuan optimum
dalam
meningkatkan
kolagen
adalah
pada
kepadatan
persentase
10%.
Penulis
menyampaikan
terima
kasih
kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti) yang telah mendanai penelitian ini
Kemampuan pada suatu zat aktif dalam
melalui
Program
mempercepat penyembuhan luka tidak selalu
Penelitian (PKM-P).
Kreativitas
Mahasiswa
berbanding lurus dengan kenaikan persentase yang diberikan. Tidak semua zat aktif yang
DAFTAR PUSTAKA
terkandung dalam suatu tanaman jika diberikan dalam konsentrasi yang semakin tinggi, dapat
1.
memberikan efek baik yang semakin tinggi pula.
Sebagai
contoh,
kuersetin
akan
memberikan efek toksik terhadap luka jika 29
konsentrasi yang diberikan terlalu tinggi.
2.
3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan ekstrak kulit buah kakao
3.
(Theobroma cacao L.) berpotensi kepadatan kolagen pada luka gingiva kelinci. Persentase penambahan
ekstrak
kulit
buah
kakao
4.
(Theobroma cacao L.) paling efektif untuk meningkatkan kepadatan kolagen pada luka gingiva kelinci adalah 10%.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
5.
Lestari C., Widjijono., Murdiastuti K. Pengaruh Ekstrak Gambir Terstandarisasi (Uncaria Gambir (Hunter) Roxb) sebagai Periodontal Dressing terhadapPenyembuhan Luka Gingiva Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Majalah Kedokteran Gigi. 2009. Vol. 16(1):8. Rubianto, Muhammad. Pengukuran Immunoglobulin Pada Kesembuhan Luka Jaringan Gingiva pada Penderita Gingivitis Setelah Gngivektomi dengan Aplikasi Periodontal Pack. Kumpulan Jurnal Pascasarjana Universitas Airlangga. 2000. 61. Newman MG, Takei HH, and Carranza, FA. General Principles of Periodontal Surgery; Carranzaâ&#x20AC;&#x2122;s Clinical th Periodontology. 10 ed. London, New York: PA. 2006. Addy M and Douglas, WH. A Chlorhexidine Containing Methacrylic Gel As A Periodontal Dressing. J. Periodonta. 1975. 46(8): 465-8. Prasetyo S, Wahyukundari M, Harmono H. Potensi Penambahan Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) pada Periodontal Dressing terhadap Jumlah Sel
37
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14. 15.
16.
17.
Makrofag pada Luka Gingiva Kelinci. Unej Jurnal. 2012. Vol. I (1): 1-4. Figueira A, Janick J. New products from Theobroma cacao: Seed pulp and pod gum. New crops. New York. 1993. 475-8. Fraga Cesar G, Hammerstone John F., Lazarus Sheryl A., Schmitz Harold, Keeno Carl L. More Antioxidants in Cocoa. The Journal of Nutrition. 131 (3): 835. Adhikari D.P., Francis J.A., Schutzki R.E., Chandra A., Nair M.G. Quantification and characterisation of cyclo-oxygenase and lipid peroxidation inhibitory anthocyanins in fruits of Amelanchier. Phytochem Anal. 2005. Vol. 16(1):175- 80. Cabrera C., Artacho R., Gime´nez R. Beneficial Effects of Green Tea. Journal of the American College of Nutrition. 2006. Vol. 25, No. 2, 79–99. Mawardi H., Dalimi L., dan Darmosumarto S. Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Secara Lokal pada Proses Pembentukan Serabut Kolagen Pasca Pencabutan Gigi Marmot (Cavia cobaya). Sains Kesehatan. 2002. 15 (2): 171 Saunders. Sabiston Textbook Of Surgery: The Biologic Basis of Modern Surgical Practice. Canada: Elsevier. 2008. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah Bagian I. Alih bahasa oleh Petrus Andrianto dan Timan I.S. Jakarta: EGC. 1995. Robbins S, Cotran RS, Kumar V. “Basic Patology”. Disadur Staf Pengajar Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta : EGC. 2007. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.Jakarta : EGC. 2001. Leong M, Phillips LG, Wound Healing. Dalam: Sabiston Textbook of Surgery. Edisi ke-19. Amsterdam: Elsevier Saunders. 2012. h. 984-92. Ibtisam. Optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Menggunakan Metode Perlokasi dengan Parameter Kadar Total Senyawa Fenolik dan Flavonoid. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press. 2008. Sabir A. Pemanfaatan flavonoid di Bidang Kedokteran Gigi. Maj. KG Dental Journal Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III. Surabaya : Airlangga University Pers. 2003.
18. Jeffers M. “Tanin as Anti-Inflamatory Agent”. Tidak Diterbitkan. Thesis. Miami University Oxford, Ohio. 2006. 19. Anindyajati, Tutut Prabantari, Harsini, Widjijono. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Batang Jambu Mete dalam Bahan Obat Kumur terhadap Proliferasi Sel Fibroblas pada Penyembuhan Luka (In Vivo). The International Symposium on Oral and Dental Sciences. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 20. Lukman K. Penyembuhan Patah Tulang Ditinjau dari Sudut Ilmu Biologi Molekuler. Buletin IKABI. 4 (1): 29-46. Jawa Barat: UNPAD. 1997. 21. Okoli CO, Akah PA, Okoli AS. Potentials of leaves of Aspilia africana (Compositae) in wound care: an experimental evaluation. BMC Complementary and Alternative Medicine. 2007. Vol. 7(24). 22. Poelongan, M., Praptiwi. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangosta Linn). Media Litbang Kesehatan Volume XX. 2010. 2. 23. Vinay, Kumar, Abul K. Abbas, Nelson Fausto, Jon Aster. Tissue renewal, regeneration, and repair. Elsevier Inc. 2012. 24. Schwartz S I. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Alih Bahasa: Linda Chandranata. Jakarta: EGC. 1994. 25. Kun L., Diao Y., Zhang H., Wang S, Zhang Z., Yu B. Tanin extracts from immature fruits of Terminalia chebula Fructus Retz. Promote cutaneous wound healing in rats. BMC Complementary and Alternative Medicine. 2011. 11(86). 26. Junqueira L.C., Carneiro J., Kelley R.O. Ed. 8. Alih bahasa: Jan Tamboyang. Judul Asli: Basic Histology. Jakarta: EGC. 1997. 27. Mintaroem, Karyono, Nurdiana H., Aprilianto Eko. Efek Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L) terhadap Ekspresi Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) pada Sel kondrosit dan Luasnya Pannus pada Jaringan Periartikular Tikus Putih Adjuvant Arthriti. UB Jurnal. 2011. 28. Miller, A.L. dan Mackay, D. 2003. Nutrional Suport for Wound Healing. Alternative Medicine Review, 8 (4): 359377. 29. Gomathi KD., Gopinath, M. Rafiuddin Ahmed, R. Jayakumar. Quercetin incorporated collagen matrices for dermal wound healing processes in rat. Biomaterials. 2003. 24 (2767–2772).
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
38
Laporan Tinjauan Pustaka
Groel Porphyromonas Gingivalis Pada Penderita Periodontitis Sebagai Pemicu Terbentuknya Aterosklerosis 1
1
Muhammad Yoga Wardhana, Maria Andisa Mayangsari, Reyhan 1 Mahendra Nur 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47, Kampus A, Surabaya, Jawa Timur
Tel./Fax +6282232158001 Email : yogawardhana01@gmail.com
ABSTRAK Latar Belakang: Prevalensi periodontitis memiliki persentase yang cukup besar di Indonesia, yaitu sebesar 70%. Penelitian menemukan bahwa infeksi jaringan periodontal merupakan faktor risiko dari terjadinya penyakit sistemik seperti jantung koroner akibat adanya aterosklerosis pada pembuluh darah. Oleh karena itu, buruknya perhatian pasien terhadap kesehatan mulut dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskuler. Tujuan: Penelusuran pustaka ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana GroEL dari P. gingivalis sebagai pemicu aterosklerosis yang dapat berujung pada penyakit jantung koroner. Tinjauan Pustaka: Infeksi jaringan periodontal disebabkan oleh bakteri gram negatif P. gingivalis. Selain menyerang jaringan periodontal, P. gingivalis juga melepaskan endotoksin kedalam pembuluh darah dan menyebabkan inflamasi sistemik yang ditandai dengan kenaikan sitokin proinflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor-đ?&#x203A;ź (TNF- đ?&#x203A;ź), dan matrix metalloproteinase (MMP) pada pembuluh darah. HSP 60 P. gingivalis yang disebut sebagai GroEL merupakan peptida proatherogenic, sehingga akan mengaktifkan respon sistem imunitas tubuh manusia melalui reaksi dengan Human Heat Shock Protein 60 (hHSP60) yang akan memicu disfungsi endotelial dan terbentuknya aterosklerosis pada pembuluh darah. Kesimpulan: P. gingivalis sebagai penyebab infeksi kronis jaringan periodontal merupakan pemicu terjadinya aterosklerosis yang berujung pada penyakit jantung koroner. Kata Kunci: Periodontitis, GroEL, hHSP60, Aterosklerosis, P. gingivalis ABSTRACT Background: Periodontitis in Indonesia is quite high with 70% prevalence rate. Studies have found that periodontal tissue infection is a risk factor for the occurrence of systemic diseases such as coronary heart disease due to atherosclerosis in blood vessels. Therefore, poor attention of oral health can cause cardiovascular disease . Objective: The aim of this literature review is to examine how GroEL from P. gingivalis as a trigger of atherosclerosis which resulted to coronary heart disease. Literature Review: Periodontal tissue infections caused by gram-negative bacteria P. gingivalis. Besides attacking the periodontal tissues, P. gingivalis also release endotoxins into the bloodstream and cause systemic inflammation which characterized by the increase in proinflammatory cytokines such as interleukin-1 (IL-1), IL-6, and tumor necrosis factor-Îą (TNF-Îą); and matrix metalloproteinase (MMP) in the blood vessels. HSP 60 P. gingivalis calles as GroEL is proatherogenic peptide, thus activate immune response system through the reaction with Human Heat Shock Protein 60 (hHSP60) that may result in endothelial dysfunction and the development of atherosclerosis in blood vessels. Conclusion: P. gingivalis as the main factor of chronic infection of periodontal tissues is also a trigger of atherosclerosis which resulted to coronary heart disease. Keywords: Periodontitis, GroEL, hHSP60, Atherosclerosis, P. gingivalis
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
39
1. PENDAHULUAN
satu
Penyakit kardiovaskuler, termasuk aterosklerosis,
merupakan
faktor
pemicu
kardiovaskuler.
terjadinya
penyakit
1
penyebab
Beberapa
contoh
metode
terapi
kematian nomor satu di Amerika Serikat.
aterosklerosis
adalah
pemberian
obat
Diperkirakan satu juta orang meninggal
antiplatelet,
akibat penyakit ini pada tahun 1998 saja.
1
ACE
inhibitor,
statin,
dan
beberapa obat yang memiliki efek anti-
Aterosklerosis dapat menimbulkan plak pada
inflamasi,
pembuluh arteri hingga rupture plak yang
terhadap inflamasi akibat infeksi bakteri
dapat menyebabkan trombosis
sehingga
sebagai faktor risiko juga sudah ada, yaitu
penyakit
pemberian antiobiotik, namun hanya untuk
kardiovaskuler seperti jantung koroner dan
infeksi kronis C. pneumoniae. Antibiotik ini
akan
memicu
berbagai
penyakit serebrovaskuler.
1
Saat ini etiologi
aterosklerosis bukan hanya akumulasi lemak saja, namun juga disebabkan karena adanya proses inflamasi.
1
belum
peningkatan
kasus
kemudian
diikuti
infeksi
kronis
dengan
Mattila
et
yang
penyakit al.
(1989)
bedah
invasif.
menunjukkan
memuaskan
hasil
dalam
aterosklerosis. maksimal
Pada akhir tahun 1980-an mulai terdapat
kardiovaskuler.
pun
serta
4
yang
mengatasi
Terapi
karena
Terapi
masih
belum
belum
diketahuinya
penyebab dan patogenesis aterosklerosis dengan jelas dan yang cenderung terjadi pada penderita infeksi bakteri. Mekanisme infeksi bakteri, termasuk P.
merupakan salah satu pionir dalam studi
gingivalis,
bidang ini, mengungkapkan fakta pasien
aterosklerosis belum sepenuhnya diketahui.
dengan
umum
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk
memiliki kesehatan gigi dan mulut yang lebih
menelaah mengenai bagaimana mekanisme
infark
miokardial
secara
buruk daripada subjek kontrol.
2
GroEL
Periodontitis adalah penyakit inflamasi
terhadap
pembentukan
Porphyromonas
penderita
periodontitis
gingivalis sebagai
pada pemicu
yang menyerang periodontium. Periodontitis
terbentuk aterosklerosis sehingga nantinya
dapat
sebagian
diharapakan dapat diberikan terapi yang
tulang alveolar dan jika tidak ditangani dapat
tepat pada penderita penderita periodontitis
menyebabkan kehilangan gigi. Periodontitis
yang disebabkan P.Gingivalis yang berisiko
disebabkan
menderita aterosklerosis.
menyebabkan
hilangnya
oleh
sekelompok
mikroorganisme
yang
berkembang
permukaan
di
menempel gigi
dan
disertai
respon imun untuk melawan infeksi bakteri. Berdasarkan penderita kecenderungan
studi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Porphyromonas gingivalis
epidemiologi,
Porphyromonas gingivalis merupakan
memiliki
jenis bakteri Gram negatif yang non-motil.
besar
Secara morfologis, bentuknya batang dan
periodontitis 25-50%
2
lebih
dibanding penderita non periodontis terhadap 3
memiliki
pigmen
hitam.
P.
gingivalis
pembentukan aterosklerosis. Maka dari itu,
termasuk flora normal dalam rongga mulut,
kesehatan rongga mulut merupakan salah
habitatnya
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
ditemukan
pada
biofilm
40
subgingiva.
5
Berdasarkan
kebutuhan
Plak gigi adalah tempat bagi bakteri 10
metabolismenya akan oksigen, P. gingivalis
periodontopatogen untuk hidup.
adalah bakteri anaerob.
akan menyebabkan paparan pada jaringan di
Zat besi dalam bentuk heme dipakai
rongga
mulut
melalui
Plak gigi
pelepasan
oleh P. gingivalis dalam proses pertumbuhan
lipopolisakarida
dan virulensinya. Reseptor pada membran
gingivalis dalam bentuk vesikel oleh bakteri.
luarnya, protease (terutama gingipain) serta
Kemudian
lipoprotein
protein
digunakan
untuk
mengambil
(LPS)
LPS
menuju
akan
pengikat
sulkus
berikatan
dari
host
dengan
membentuk
6
lipopolysaccharide-binding
Adhesin yang memfasilitasi pelekatan
LPB kemudian akan mengikat reseptor CD
P. gingivalis adalah fimbria, hemagglutinin,
14 pada monosit dan makrofag sehingga
7
mengakibatkan pelepasan mediator imun-
heme.
proteinase
(terutama
gingipain).
lipopolisakarida dan polisakarida kapsul.
8
inflamatori
dan
protein
sitokin
(LPB).
yang
dapat
menyebabkan terjadinya proses inflamasi 2.2 Periodontitis
dan nekrosis jaringan.
Periodontitis
merupakan
penyakit
10
Periodontitis
ditandai
kronis yang menyebabkan peradangan pada
pembentukan
jaringan pendukung gigi dikarenakan infeksi
patologis,
dari
tertentu.
periodontal, dan perusakan tulang alveolar.
menyebabkan
Kondisi ini akan menyebabkan gigi tanggal,
kelompok
mikroorganisme
Periodontitis
akan
penghancuran
progresif
ligamentum
bahkan
periodontal
dengan
perusakan
dapat
pockets
serabut
menyebabkan
yang
ligamen
kehilangan
periodontal dan tulang alveolar sehingga
seluruh gigi geligi pada fase yang lebih
menyebabkan
berat.
pembentukan
periodontal dan resesi gingiva.
poket
10
1
Periodontitis disebabkan oleh bakteri
2.3 Aterosklerosis
periodontopatogen yang menyerang jaringan
Aterosklerosis
adalah
penyakit
periodontal. Contoh bakteri yang paling
vaskuler yang ditandai dengan mengeras
berperan
dan menebalnya dinding arteri akibat plak
dalam
periodontitis
proses
adalah
infeksi
kronis
Porphyromonas
9
Gingivalis.
Bakteri
1,9
ateroma.
Plak ateroma terdiri dari lipid,
kolesterol,
dan
kalsium
yang
terbentuk
periodontopatogen
melalui proses kalsifikasi antara deposit
didapatkan dari plak gigi. Plak gigi adalah
darah dan deposit kolesterol pada dinding
massa komlpleks yang berisi bakteri, produk
arteri.
metabolit bakteri, racun, virus, dan sisa
penyempitan lumen arteri, dan jika pecah
makanan.
1
mineralisasi
Plak
gigi
dapat
dikarenakan
mengalami adanya
pengendapan garam-garam mineral yang lamanya sekitar dua minggu sejak plak gigi terbentuk.
9
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
9
Plak ateroma akan menyebabkan
akan menimbulkan trombus yang dapat mengganggu aliran darah. Trombus
pada
9,12
pembuluh
darah
dapat menyumbat aliran darah yang akan menuju jaringan tertentu sehingga akan
41
menimbulkan iskemia dan kematian jaringan.
mengikat
Kondisi ini fatal dan dapat menyebabkan
molekul non protein seperti lipopolisakarida
kematian terutama jika penyumbatan terjadi
dari endoktoksin bakteri.
di jantung (jantung koroner) dan di otak 12
(stroke).
protein,
Dalam
HSP
juga
mengikat
13
proses
pelipatan
untuk
menyintesis protein pada sel dibutuhkan
Aterosklerosis
disebabkan
oleh
interaksi protein kofaktor yang dikenal oleh
faktor genetik, merokok, hipertensi, diabetes
molekul
mellitus, dan yang paling umum adalah
sering disebut sebagai HSP. karena ekspresi
hiperkolesterolemia yaitu tingginya kadar
mereka meningkat pada suhu yang tinggi di
kolesterol dalam darah. bakteri
periodontal
terjadinya
risiko
13
Selain itu, infeksi
dapat
meningkatkan
aterosklerosis
mampu merangsang proses inflamasi.
Molekul
chaperone
dalam sel. Chaperone terbagi menjadi 2, yaitu chaperone dan chaperoin Chaperone
karena 12
chaperone.
merupakan
dan
oligomerik
chaperonin yang
berfungsi
sebagai pemandu dalam pelipatan saat 2.4 Heat Shock Protein
membentuk struktur oligomerik yaitu bentuk
Heat shock protein (HSP) merupakan
matur
protein
pada saat sebelum
dan
suatu protein yang diekspresikan oleh karena
sesudah melewati membran dan membantu
adanya
untuk merubah struktur ke bentuk tidak
heat
shock
response
(HSR).
Berdasarkan pada massa relatif molekulnya,
terlipat pada saat melewati membran. Chaperonin
HSP terbagi menjadi 6 famili yaitu , dari yang
memiliki
14
struktur
terkecil HSPs, HSP40, HSP60, HSP70,
oligometrik dan kompleks terdiri dari HSP 60
HSP90,
(GroEL)
HSP110
yang
terlokalisir
pada
dan
HSP
10
(GroES)
yang
mitokondria, sitosol, permukaan sel dan
ditemukan pada bakteri (sel prokariotik).
ruang ekstraseluler dan juga bisa terlarut
GroEL berfungsi sebagai pengikat protein
dalam aliran darah.
yang terlipat ataupun yang tidak terlipat dan
HSP akan terekspresikan sebagai
menghindari terjadinya agregasi.
15
respons stres pada saat kondisi stres, bisa karena lingkangan ataupun secara fisiologis
3. PEMBAHASAN
dari faktor pertumbuhan differensiasi sel
Periodontitis adalah keradangan kronis
maupun akibat jejas infeksi dari bakteri
pada jaringan periodontal yang disebabkan
patogen. Fungsi utamanya ialah sebagai
oleh mikroorganisme, salah satunya adalah
molekul pendamping yang berfungsi untuk
P. gingivalis. P. gingivalis merupakan flora
mengenal dan mengikat rantai polipeptida
normal dalam rongga mulut. P. gingivalis,
dan menjaga agar tidak terjadi agregasi dan
pada kondisi yang normal, ditemukan dalam
kesalahan dalam pelipatan.
lapisan
HSP memiliki fungsi yang sama yaitu
biofilm
Namun,
ketika
kebersihan rongga mulut tidak dijaga, akan
sebagai adenin nukleotida yang mengikat
terjadi
dan menghidrolisis ATP dan residu hidrofobik
berkembang
residu dari protein substrat,. Selain dapat
hingga
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
gigi.
penumpukan menjadi
daerah
biofilm plak
subgingiva.
dan
yang meluas
Akumulasi
42
populasi P. gingivalis akan terjadi dan
pseupodia sel dan diinvaginasi melalui jalur
memicu
actin-mediated.
respon
imun
tubuh
untuk
Setelah
pertahanan
oleh P. gingivalis.
merusak fungsi sel. Fimbria juga adalah faktor
P
lapisan
mengompensasi kerusakan yang disebabkan
P. gingivalis merupakan flora normal
epitel,
melalui
virulensi
gingivalis
yang
dapat
penting
pada
ketika
perkembangan aterosklerosis. Regulatory T
kebersihan rongga mulut tidak dijaga, akan
cells (Tregs) berperan besar pada respon
terjadi
autoimun
dalam
rongga
mulut.
Namun,
penumpukan
berkembang
menjadi
biofilm plak
dan
yang
dalam
proses
terjadinya
meluas
aterosklerosis. Pada pasien aterosklerosis
hingga daerah subgingiva. Dalam kondisi ini,
dengan infeksi P. gingivalis, ditemukan kadar
terjadi akumulasi populasi P. gingivalis dan
Tregs yang lebih rendah.
hal ini memicu respon imun tubuh untuk
Gingipain
17
memiliki molekul
kemampuan
mengompensasi kerusakan yang disebabkan
mendegradasi
host
seperti
oleh P. gingivalis.
imunoglobulin, komplemen, protein sekuester
P. gingivalis akan menempel pada
hemin, hemolisin, kolagenase, dan protein
permukaan sel host dengan faktor virulensi
jaringan ikat, serta ikut mempengaruhi jalur
yang
indirect
dimilikinya.
penetrasi, Vakuola
lalu yang
Tahap
aktivasi berisi
selanjutnya
autofag
protein
seluler.
menghancurkan
protease sel radang.
inhibitor
18
host
Lipopolisakarida (LPS) dari bakteri
diangkut oleh autofag dan dimanfaatkan oleh
adalah molekul penting bagi respon imun
P. gingivalis untuk bertahan dan bereplikasi
pada infeksi bakteri. LPS pada setiap jenis
di dalam sel host. Ketika autofag terhambat,
bakteri memiliki struktur yang berbeda, oleh
P. gingivalis akan transit ke fagolisosom.
karena itu, respon imun yang dihasilkan juga
Fagolisosom
spesifik.
memiliki
dari
untuk
kemampuan
19
Aktivasi makrofag dan limfosit
menghancurkan P. gingivalis, namun P.
yang dipicu oleh LPS dari P. gingivalis dapat
gingivalis
kemampuan
menyebabkan pelepasan sitokin proinflamasi
bertahan dari mekanisme tersebut meskipun
dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan
prosesnya belum diketahui secara detail.
terjadinya inflamasi sistemik, dengan tanda-
diduga
memiliki
protein
tanda leukosit, C-Reactive Protein (CRP), IL-
berbentuk filamen yang menjulur keluar dari
6, IL-1β, IL-8 tumor necrosis factor alpha
pemukaan sel bakteri. Fimbria pada P.
(TNF-Îą), dan fibrinogen yang lebih tinggi.
gingivalis dapat mengganggu signaling sel
Sitokin
melalui protein/ integrin matriks ekstraseluler
menyebabkan pembentukan proliferasi sel
pada
otot polos endotel dan penebalan dinding
Fimbria
daerah
merupakan
suatu
periodontal.
Kemampuan
proinflamasi
fimbria yang lain termasuk mengikat enzim
pembuluh
darah.
pada saliva, protein matriks ekstraseluler,
merupakan
faktor
bahkan bakteri komensal lain.
16
Pelekatan
fimbria dengan alpha5beta1-integrin akan membuat
P.
gingivalis
ditangkap
oleh
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
tersebut
Inflamasi risiko
dapat
sistemik
bagi
penyakit
kardiovaskuler, termasuk aterosklerosis. Proses
aterogenesis
disebabkan
akumulasi dan modifikasi (oksidasi) lipid
43
pada
dinding
dipengaruhi
arteri
dan
oleh
dapat
proses
juga
inflamasi.
merugikan. Jika sistem imun gagal untuk mengenali
daerah
reaksi
silang,
maka
Komponen elemen inflamasi seperti limfosit
respon imun yang tadinya bersifat protektif
dan makrofag akan teraktivasi pada dinding
akan menjadi patologis.
endotel.
6
Selanjutnya,
akan
Pada kasus ini, terjadinya reaksi
berpenetrasi ke lapisan yang lebih dalam (di
silang imunitas non spesifik terhadap HSP60
bawah
melakukan
manusia terjadi karena adanya asam amino
fagositosis terhadap kolesterol low density
yang homolog sebanyak 50% antara HSP60
lipid (LDL) sehingga menghasilkan foam cell
manusia dan bakteri. Semua manusia dan
lapisan
kemudian
fatty
makrofag
intima)
streaks.
dan
1,22
tahap
hewan menunjukan adanya reaksi immunitas
selanjutnya sitokin akan dilepaskan sehingga
terhadap HSP60 karena kesamaan antigenik
menyebabkan proliferasi dan migrasi sel otot
yang dimilliki antara HSP yang dimiliki sel
polos dari tunika media ke tunika intima serta
prokariotik dan eukariotik. Sehingga tubuh
penumpukan matriks ekstraseluler seperti
akan sulit membedakan HSP60 sebagai
kolagen.
molekul yang ditolerir atau diserang. Antibodi
Proses
ini
Pada
mengakibatkan
terbentuknya plak aterosklersosis.
1,22
anti-HSP60, anti-HSP70
Sitokin proinflamatori dan konsentrasi LPS juga
dapat meningkatkan konsentrasi
salah menyerang jaringan sehingga terjadi reaksi inflamasi pada jaringan.
Human Heat Shock Protein 60 (hHSP60). HSP
memiliki
peran
Pada HSP60 mamalia dan bakteri
dalam
ditemukan bahwa dapat terjadi ikatan ke
presentasi antigen dan pengaktifan makrofag
lipopolisakarida dari endotoksin bakteri dan
dan limfosit. Tahapan presentasi dari antigen
toll-like
tersebut dimulai dari kehadiran antigen pada
menyebabkan respon imun non spesifik
permukaan
termasuk produksi sel proinflamasi dengan
sel.
penting
dan sel T akan
Dalam
respon
nya
receptor
(TLR)
sitokin
sehingga
menanggapi patogen peptida antigenik yang
menstimulasi
ditangkap oleh HSP diangkut menuju MHC
monosit dan juga sekresi TNF-α dan IL-6.
kelas 1, molekul yang mengenali antigen
Selain itu juga dihasilkan molekul molekul
pada rantai δ dan γ di T cell receptor
adhesi pada sel endotel melalui aktivasi
14
produksi
CD14
dari
sel
nuclear factor-ĸ B.
(TCR).
Pada bakteri, didapatkan HSP60 dan HSP70 yang bersifat immunogenik karena apabila
masuk
manusia
kedalam
dapat
sirkulasi
menginduksi
tubuh
produksi
antibodi dan sel T. Pada keadaan sehat, sel T spesifik untuk HSP host akan dikenali sel timus sebagi sel host. Namun pada keadaan patologis, misalnya pada infeksi bakteri patogen,
ekspresi
epitop
HSP
akan
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
44
Gambar 1. Mekanisme Induksi sel fagosit
ekspresi dari HSP pada sel host, khususnya
milik host oleh interaksi HSP - host dan HSP
pada endotel pembuluh darah. HSP akan
- bakteri yang menyebabkan stimulasi respon
menjadi
imun dari host
23
immunogenik
yang
selanjutnya
diproses oleh makrofag dan ditunjukan ke sel
HSP mamalia pada host digunakan
limfosit T dan B sebagai antigen, sehingga
sebagai pemberi sinyal bahaya. HSP akan di
akan terjadi ekspansi besar besar dari sel T
lepaskan dari sel yang rusak untuk bereaksi
dan sel B dan menyebabkan autoimunitas.
dengan sel imun melalui beberapa reseptor,
Selain dari faktor antigen, sistem immune
seperti CD14, TL-2 dan TLR-4. Sinyal
non spesifik juga diaktifkan oleh soluble HSP
tersebut akan menginduksi produksi molekul
(sHSP) yang menyebabkan inflamasi pada
proinflamasi seperti sitokin TNF-Îą, IL-1, IL2.
jaringan vaskuler terhadap ekspresi HSP
Hal tersebut sama terjadi dengan HSP yang
yang berlebihan.
dikeluarkan
bakteri
menginfeksi host.
pathogen
saat
23
penanda
untuk
Kehadiran aterosklerosis
Kadar antibodi HSP60 bisa dijadikan prognosis
sel
akan
T
pada
sangat
lesi
berpengaruh
terhadap pembentuk lesi karena sel T dapat
penyakit
bertindak sebagai efektor dan mengsekresi
aterosklerosis, antibodi tersebut bisa timbul
faktor kemotakik untuk membentuk mast cell,
karena
makrofag, dan sel otot polos.
beberapa
dari
24,25
faktor
seperti
ada
modifikasi akibat adanya oksidasi dan proses
Penelitian
26
menemukan
ekspresi
metabolisme, adanya antigen asing yang
HSP60 pada sel basal dari epitel rongga
berinteraksi
host
mulut dan deretan sel epitel dari poket
kompleks
periodontal, yang merupakan tempat hidup
dengan
sehingga
HSP60
membentuk
pada
immunogenik yang menyebabkan
sel B
bakteri
periodontopatogen.
Sel-sel
mengenal HSP60 dan sel T sebagai antigen
mononuklir pada infiltrat sel inflamasi di
asing, soluble HSP (sHSP) yang terlarut
bawah epitelium poket juga tercat positif
tidak dikenal sebagai protein host oleh sel T
dengan uji imunohistokimia.
27
24
Protein yang serupa dengan GroEL
Pada kasus aterosklerosis, aktivasi dari sel T
dan cirinya sesuai dengan kelompok HSP60
(reseptor CD4) merupakan yang pertama kali
juga
menginvasi pembuluh intima arteri , lalu
periodontopatogen seperti P. gingivalis.
disusul oleh makrofag dan sel otot halus
Protein tersebut berperan sebagai antigen
yang kemudian bertransformasi menjadi sel-
utama pada infeksi bakteri. Pada pasien
sel busa pada komplikasi penumpukan plak
dengan periodontitis, frekuensi dari sero-
dan sel B pada kondisi fisiologis tertentu.
di pembuluh darah.
25
diekspresikan
oleh
bakteri 28,29
positivitas dan titer antibodi dari HSP60 lesi
manusia dan GroEL P. gingivalis lebih tinggi
aterosklerosis ditemukan kumpulan sel T,
dibanding non- penderita. Afinitas dari serum
yang kemudian dikaitkan dengan serum
antibodi
antigen HSP. Stressor sel-sel endotelial akan
GroEL P. gingivalis dari beberapa pasien
menyebabkan faktor risiko yang menginduksi
yang masing-masing bereaksi dengan GroEL
Beberapa
penelitian
pada
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
terhadap
HSP60
manusia
dan
45
P.
gingivalis
dan
manusia,
manusia dan P gingivalis (GroEL) sebagai
bereaksi
antigen. Level antibodi pada pemberian
silang. Terlepas dari respon sel T, respon
HSP60 dan GroEL paling tinggi pada pasien
proliferatif dari peripheral blood mononuclear
dengan aterosklerosis, kemudian selanjutnya
cell (PBMC) diperiksa beserta profil sitokin
pasien periodontitis dan terakhir subjek
pada klonalitas sel T dari pasien periodontitis
sehat. Analisis klonal terhadap T cells
dan kontrol, diikuti dengan stimulasi dari
menunjukkan bahwa populasi T cell tidak
HSP60 manusia rekombinan dan GroEL P.
hanya
gingivalis. PBMC dari pasien periodontitis
HSP60 tapi juga GroEL pada sirkulasi perifer
menunjukkan respon proliferasi yang lebih
pasien aterosklerosis. T cell yang reaktif
tinggi terhadap HSP60 manusia dan lebih
terhadap
rendah
aterosklerosis di sejumlah pasien. Dari hasil
mengindikasikan
HSP60
antibodi
terhadap
GroEL
yang
P.
gingivalis
dibandingkan dengan subjek kontrol.
30
ditemukan
HSP60
pada
pasien
ditemukan
dengan
pada
lesi
ini, disimpulkan bahwa klon T cells memiliki spesifitas yang sama mungkin terlibat pada patogenesis penyakit yang berbeda.
31
Bukti lain mengenai peran T sel spesifik- GroEL telah diteliti oleh Choi et al. (2002) yang menunjukkan deretan T-cell spesifik
GroEL
P.
gingivalis
pada
lesi
ateroma maupun darah perifer. Deretan sel T merupakan campuran dari CD4+ dan CD8+ yang memproduksi sitokin bagian dari Th1 18
dan Th2.
Temuan ini menyimpulkan bahwa
HSP60 dari bakteri terlibat dalam proses imunopatologis aterosklerosis.
32
4. KESIMPULAN Porphyromonas
gingivalis
yang
menyebabkan periodontitis di rongga mulut, memiliki heat shock protein, yaitu GroEL. Gambar 2. Patogenesa aterosklerosis akibat groel p gingivalis
24
Pada manusia terdapat homologi heat shock protein, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi silang antara GroEL dengan hHSP60.
Untuk
menyelidiki
kemungkinan
GroEL
dapat
dilepaskan
oleh
bakteri
hubungan di antara kedua penyakit ini,
kemudian
respon imun humoral dan seluler terhadap
darah sistemik yang menimbulkan respon
HSP60
autoimun sehingga memicu disfungsi endotel
pada
pasien
aterosklerosis
dibandingkan dengan pasien periodontitis
bersirkulasi
dalam
peredaran
yang bisa berakibat pada aterosklerosis.
dan subjek sehat menggunakan HSP60
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
46
5. SARAN Diharapkan dari mekanisme GroEL P.gingivalis pada penderita atherosklerosis ini dapat dilakukan penelitian yang nantinya dapat menghasilkan produk antiatherogenic yang
memiliki
aterosklerosis
kemampuan penyakit
mencegah
komplikasi
yang
disebabkan oleh P. gingivalis.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hatta Muhammad. Penyakit periodontal dan hubungannya dengan aterosklerosis. [Skripsi] Makassar: Universitas Hasanuddin; 2011. 2. Mattila KJ, Nieminen MS, Valtonen VV, Rasi VP, Kesaniemi YA, et al. Association between dental health and acute myocardial infarction. BMJ. 1989. 298(6676):779-781. 3. Bartova J, Sommerova P, Lyuya-Mi Y, Mysak J, et al. Periodontitis as a risk factor of atherosclerosis: review article. J Immunol Res. [cited 30 January 2015]; 2014(2014); 9 pages; ID 636893, Available from: http://dx.doi.org/10.1155/2014/636893. 4. Atherosclerosis [internet]. 2013 [cited 30 January 2015]. Available from: http://www.merckmanuals.com/profession al/cardiovascular_disorders/arteriosclerosi s/atherosclerosis.html 5. Enersen M, Nakano K, Amano A. Porphyromonas gingivalis fimbriae. J Oral Microbiol. 2013, 5: 20265. 6. Mysak J, Podzimek S, Sommerova P, Lyuya-Mo Y, Bartova J, et al. Porphyromonas gingivalis: Major periodontopathic pathogen overview. J Immunol Res. 2014, 8 pages, 47 6068. 7. Lamont R, Jenkinson H. Subgingival colonization by Porphyromonas gingivalis. J Oral Microbiol Immunol. 2000; 15(6):341-349. 8. Goldman E, Green L. Practical Handbook nd of Microbiology, 2 Edition. Florida: CRC Press; 2009, p. 652. 9. Lusari JG. Analisis c-reactive protein pada penderita jantung koroner dengan periodontitis. [Tesis] Jakarta: Universitas Indonesia; 2012 10. Wangsarahardja Kartika. Penyakit periodontal sebagai faktor risiko penyakit
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
jantung koroner. Universa Medicina. 2005 July-September;24(3): 137-139 11. Permana Reza, et. al. Histomorphometrical analysis of coronary atherosclerosis lesions formation in rat (rattus norvegicus) model. J of Dent Indonesia. 2013;20(3): 73-74 12. Pambudi JR. Faktor faktor prediktor adanya aterosklerosis dan plak aterosklerosis pada pasien artritis reumatoid. [Tesis] Jakarta: Universitas Indonesia; 2013 13. Habich C, Burkat V. Heat shock protein 60: regulatory role on innate immune cells. Cell. Mol. Life Sci. 2007;64:742– 751. 14. Cahyadi H, Tyasrini E, Lucianus J. Peranan Heat Shock Protein pada Patogenesis Penyakit Infeksi dan Penyakit Autoimun. JKM [cited 2015 January 28] 2004; 3(2): 111-117. Available from: http://download.portalgaruda.org/article.ph p?article=72455&val=4914 15. Reißmann S. Mechanism of action of group II chaperonins [Disertasi]. München: LudwigMaximiliansUniversität München; 2007. 16. Amano A. Molecular interaction of Porphyromonas gingivalis with host cells: implication for the microbial pathogenesis of periodontal disease. J Periodontol. 2003: 74(1):90-96. 17. Yang, J, Wu, J, Lui, Y, et al. Porphyromonas gingivalis infection reduces regulatory T cells in infected atherosclerosis patients. PLoS ONE. 2014 9(1):ID e86599. 18. Darveau R, Hajishengalis G, Curtis M. Porphyromonas gingivalis as a potential community activist for disease. J Dent Res. 2012 91(9):816-820. 19. Pratiwi L. Adhesi Porphyromonas gingivalis pada netrofil yang diinkubasi ekstrak kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) [skripsi]. Jember: Universitas Jember; 2012 20. Bainbridge B, Darveau R. Porphyromonas gingivalis lipopolysaccharide: an unusual pattern recognition receptor ligand for the innate host defense system. Act Odontol Scand. 2001; 59(3):131-138. 21. Na H, Lim E, Jeong S, Ryu M, Park M, Chung J. Plasminogen activator inhibitor type 1 expression induced by lipopolysaccharide of Porphyromonas gingivalis in human gingival fibroblast. J Microbiol. 2014;52(2):154-160.
47
22. Purba JBRD. Hubungan kadar high sensitivity c-reactive protein dengan derajat stenosis arteri koroner pada pasien angina pektoris stabil. [Tesis] Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012 23. Xu Q, Schett G, Perschinka H, Mayr M, Egger G, Oberhollenzer F et al. Serum Soluble Heat Shock Protein 60 Is Elevated in Subjects With Atherosclerosis in a General Population. Circulation. 2000;102(1):14-20. 24. Mandal K, Jahangiri M, Xu Q. Autoimmunity to heat shock proteins in atherosclerosis. Autoimmunity Rev. 2004;3(2):31-37. 25. Wick G, Perschinka H, Millonig G. Atherosclerosis as an autoimmune disease: an update. Trends Immunol. 2001;22(12):665-669. 26. Singh RB, Mengi SA, Xu Y, Arneja AS, Dhalla NS. (2002). Pathogenesis of atherosclerosis: A multifactorial process. Exp Clin Cardiol. 2002: 7(1), 40–53. 27. Ueki K, Tabeta K, Yoshie H, Yamazaki K. Self-heat shock protein 60 induces tumor necrosis factor-a in monocyte-derived macrophage: Possible role in chronic inflammatory periodontal disease. Clin Exp Immunol 2002;127:72-77.
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
28. Hotokezaka H, Hayashida H, Ohara N, Nomaguchi H, Kobayashi K, Yamada T. Cloning and sequencing of the groESL homologue from Porphyromonas gingivalis. Biochim Boiphys Acta 1994;1219:175-78. 29. Maeda H, Miyamoto M, Hongyo H, Nagai A, Kurihara H, Murayama Y. Heat shock protein 60 (GroEL) from Porphyromonas gingivalis: Molecular cloning and sequence analysis of its gene and purification of the recombinant protein. FEMS Microbiol Lett 1994;119:129-36. 30. Tabeta K, Yamazaki K, Hotokezaka H, Yoshie H, Hara K. Elevated humoral immune response to heat shock protein 60 (hsp60) family in periodontitis patients. Clin Exp Immunol 2000;120:285-93. 31. Yamazaki K, Ohsawa Y, Itoh H, et al. Tcell clonality to Porphyromonas gingivalis and human heat shock protein 60s in patients with atherosclerosis and periodontitis. Oral Microbiol Immunol 2004;19:160-67. 32. Choi JI, Chung SW, Kang HS, Rhim BY, Kim SJ. Establishment of Porphyromonas gingivalis heat-shock-protein-specific Tcell lines from atherosclerosis patients. J Dent Res 2002;81:344-48.
48
Laporan Tinjauan Pustaka
HWM (HAZARDOUS WASTED MACHINE)-KIT: INOVASI ALAT PENGOLAHAN LIMBAH INFEKSIUS MINI KEDOKTERAN GIGI 1
1
1
2
Faisal Rizki *, Fatimatuz Zahroh , Ika Ayu Fatimah , Amirullah Satria N. , 3 3 M.Iman Tarnando , Denni Rudiyanto 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Jember 3 Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37, Jember-Jawa Timur
2
Email : spongebob_rizki@yahoo.co.id
ABSTRAK Pengembangan pelayanan kesehatan gigi dan mulut setiap tahunnya selalu berkembang seiring dengan peningkatan pembangunan instansi Klinik Kedokteran Gigi (KGK) serta KGK pribadi. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya limbah infeksius padat yang dihasilkan. Hingga saat ini limbah infeksius padat klinik kedokteran gigi sebagian besar masih ditangani sebagaimana layaknya sampah domestik sehingga dapat menimbulkan risiko tinggi penyebaran penyakit infeksi pada manusia serta menurunnya kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan alat yang dapat mengelolah limbah kedokteran gigi secara cepat, mudah, otomatis, dan praktis. Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan cepat, mudah, otomatis, dan praktis menggunakan alat HWM-Kit. Kajian pustaka ini bertujuan mengkaji inovasi HWM-Kit sebagai pengolah limbah infeksius padat klinik kedokteran gigi. HWM â&#x20AC;&#x201C; Kit ini bekerja dengan prinsip menggabungkan mesin pencacah dan lampu uv. Alat ini akan memotong limbah padat yang berupa handscoon, kapas, jarum dan plastik dengan mata pisau pencacah, yang selanjutnya akan disinari dengan lampu uv, yang efektif untuk mematikan mikroorganisme yang menempel dengan merusak DNA dan RNA-nya, sehingga limbah yang dibuang tidak dapat digunakan kembali dan tingkat keinfeksiusannya dapat diminimalisir. Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa alat HWM-Kit dapat mengurangi pencemaran akibat limbah infeksius padat pada lingkungan dengan prinsip pencacahan dan penyinaran UV. Kata kunci : limbah, infeksius, HWM-Kit
ABSTRACT The development of dental and oral health services is always growing along with increased development agencies Dentistry Clinic (CCC) as well as personal CCC. This resulted the increasing number of infectious solid waste generated. Until now, solid infectious waste dental clinic is still largely domestic waste handled properly so that it can pose a high risk of spreading infectious diseases in humans and the declining health of the environment. Therefore, it is necessary to manage waste dentistry fast, easy, automatic, and practical. Waste treatment can be performed quickly, easily, automatically, and the practical used HWM -kit. This literature review aims to assess the innovation HWM-Kit as infectious solid waste treatment dental clinics. HWM - kit works with the principle of combining thrasher and uv light system. This tool will cut solid waste in the form of handscoon, cotton, needles and plastic with a blade chopper, which would then be irradiated with UV light, which is effective in killing microorganisms that attach to DNA and RNA damage, so that waste is disposed to reused and the infectious level can be minimized. From this discussion it can be concluded that the HWM-Kit can reduce the pollution caused by solid infectious waste on the environment by the principle of cutter and UV irradiation. Keywords : waste, infectious, HWM-Kit
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
49
1. PENDAHULUAN Instansi merupakan
serta
kedokteran
lembaga
gigi
yang
klinik
menyediakan
menurunnya
kesehatan
lingkungan.
Pada pengolahan limbah padat
3
infeksius
sebelumnya menggunakan proses yang cukup
layanan dibidang kesehatan gigi dan mulut
panjang
kepada masyarakat. Semakin tinggi tingkat
incinerator, namun penggunaan incinerator
kebutuhan
pelayanan
dapat menimbulkan pencemaran udara dan
kesehatan gigi dan mulut, semakin tinggi pula
tidak semua sampah padat bisa diproses
tingkat pembangunan dari instansi Kedokteran
terutama sampah dari logam dan botol. Oleh
Gigi
karena
masyarakat
Klinik
(KGK)
pada
serta
KGK
pribadi.
dan
itu,
dihanguskan
dibutuhkan
menggunakan
alat
yang
dapat
Peningkatan jumlah instansi KGK dan KGK
menangani limbah infeksius padat kedokteran
pribadi tidak hanya berdampak positif bagi
gigi secara tepat, cepat, mudah, otomatis, dan
masyarakat dan
praktis.
lingkungan,
namun juga
memiliki dampak negatif antara lain dalam hal
Hazardous Wasted Machine (HWM)-
penanganan limbah medis khususnya limbah
Kit sebagai alat pengolah limbah infeksius
infeksius padat yang kurang tepat. Hal ini
padat mini kedokteran gigi diharapkan dapat
dapat
menimbulkan
penyakit
menjadi solusi pengolahan limbah infeksius
infeksi
pada
menurunnya
padat kedokteran gigi pada klinik kedokteran
kesehatan
penyebaran
manusia
lingkungan.
serta
menteri
gigi. Dampak negatif limbah infeksius padat
No.1204/MENKES/SK/X/2004
klinik kedokteran gigi dan resiko penyebaran
tentang persyaratan kesehatan lingkungan
penyakit infeksi pada manusia serta gangguan
rumah sakit maka setiap fasilitas pelayanan
kesehatan
kesehatan diwajibkan memiliki persyaratan
dengan
khusus
padat
Tujuan : Tujuan dari kajian pustaka ini adalah
Tidak
untuk
kesehatan
untuk
Keputusan
menangani
limbah
khususnya limbah padat infeksius.
1
lingkungan
dapat
penggunaan
menelaah
peran
alat
HWM-Kit.
HWM-Kit
mengatasi
KGK dan KGK pribadi memiliki persyaratan
padat kedokteran gigi pada klinik kedokteran
khusus
gigi sehingga dampak negatif limbah infeksius
menangani
limbah
padat
padat
efek negatif bagi masyarakat dan lingkungan.
penyebaran penyakit infeksi pada manusia
Tingginya jumlah limbah padat infeksius yang
serta gangguan kesehatan lingkungan dapat
dihasilkan oleh instansi KGK dan KGK pribadi,
diminimalisir.
0,73
berdampak
kg/klinik
setiap
negatif
apabila
harinya tidak
segera
ditangani. Hingga saat ini 57,1% dari limbah infeksius padat klinik kedokteran gigi masih sebagaimana
dan
resiko
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Padat Menurut Pruss (2005), limbah padat
sampah
layanan kesehatan infeksius adalah semua
domestik, yaitu dengan menimbunnya terlebih
limbah yang berbentuk padat sebagai akibat
dahulu,
kegiatan
kemudian
layaknya
gigi
akan
2
ditangani
kedokteran
infeksius
infeksius dengan tepat tanpa menimbulkan
yaitu
klinik
limbah
untuk
semua pelayanan kesehatan terutama instansi
untuk
permasalahan
diminimalisir
dilakukan
pengolahan,
sehingga dapat menimbulkan resiko tinggi
layanan
kesehatan
yang
telah
terkontaminasi organisme patogen yang cukup
penyebaran penyakit infeksi pada manusia
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
50
untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.
4
pirimidin. Sel yang tidak mampu melakukan replikasi akan kehilangan sifat patogenitasnya.
Limbah padat infeksius mengandung
Radiasi ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein
berbagai macam mikroorganisme patogen.
pada
Mikroorganisme
kerusakan membran sel dan kematian sel
patogen
tersebut
dapat
memasuki tubuh manusia melalui beberapa
membran sel akan menyebabkan
mikroorganisme.
jalur a) akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit, b) melalui membrane mukosa, c) melalui
2.3. Mesin Pencacah
pernafasan, d) melalui ingesti, oleh karena itu
Mesin pencacah merupakan mesin yang
tenaga medis dan lingkungan di sekitar klinik
digunakan untuk memotong supaya memiliki
kedokteran gigi sangat rentan tertular infeksi
ukuran jauh lebih kecil dari semula dan
mikroorganisme apabila pengolahan limbah ini
mempercepat prosesnya. Tujuannnya adalah
tidak ditangani secara serius. Limbah infeksius
untuk menghasilkan alat bantu potong yang
padat kedokteran gigi meliputi handscoon,
ergonomis.
5
tampon, jarum suntik, bahan tambal, cotton pallet, dan cotton roll. Sedangkan pengolahan
3. PEMBAHASAN
limbah yang pada rumah sakit harus melewati
HWM-Kit merupakan alat yang terdiri
beberapa sistem, yaitu autoclaving, desinfeksi
dari penggabungan dua alat yang memiliki
dengan bahan kimia, dan insenerator, yang
prinsip kerja berbeda, sehingga menghasilkan
prosesnya membutuhkan waktu lama dan
suatu alat dengan modifikasi fungsi untuk
tidak praktis. Pengolahan limbah infeksius
pengolahan limbah medis padat kedokteran
padat klinik kedokteran gigi dapat dilakukan
gigi. Adapun alat-alat yang tergabung di
dengan mudah dan efisien menggunakan
dalamnya adalah mesin pencacah dan lampu
HWM-Kit.
UV sebagai sterilisasi. Penggabungan kedua alat ini didasarkan pada fungsinya mesin
2.2. Sinar Ultraviolet
pencacah
sebagai
pemotong
limbah dan
Lampu UV yang digunakan merupakan
kinerja mesin sterilisasi yang terdapat pada
lampu UV berdaya 15 watt yang mampu
lampu UV untuk mematikan mikroorganisme
menghasilkan radiasi maksimum pada panjang
patogen. Prinsip kerja alat pertama, mesin
gelombang 253,7 nm dengan jumlah empat
pencacah, adalah untuk mencacah limbah
buah yang masing-masing diletakkan pada
padat kedokteran gigi baik berupa handscoon,
tiap sudutnya.
cotton pallet, cotton roll, tampon, plastik,
Sinar
UV
akan
bereaksi
dengan
maupun
jarum
suntik.
Mata
pisau
yang
berpenetrasi ke dinding sel mikroorganisme
dimilikinya terbuat dari campuran besi dan
dan mengubah komposisi asam nukleatnya.
baja, memiliki kekuatan yang tinggi, sehingga
Absorbsi UV oleh DNA (atau RNA pada
mampu memotong plastik, kertas, jarum, karet,
beberapa
maupun logam tipis, sehingga akan dihasilkan
virus)
mikroorganisme melakukan
dapat tersebut
replikasi
akibat
menyebabkan tidak
mampu
potongan-potongan kecil, yang selanjutnya
pembentukan
akan sangat mudah terkena sinar UV secara
ikatan rangkap dua pada molekul-molekul
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
merata,
sehingga
mikroorganisme
dapat
51
diminimalisir. Alat ini memiliki bentuk balok
pengaduk pada lorong cermin ini sehingga
yang bagian luarnya terbuat dari alumunium
menambah
dengan spesifikasi ukuran 300X300X850 mm,
Setelah dilakukan penyinaran selama kurang
dan motor penggerak sebesar 1HP dan
lebih sepuluh menit, kemudian portal otomatis
kecepatan dibuat 184 rpm.
bagian bawah lorong kaca akan membuka
daya
pemerataan
penyinaran.
Setelah dicacah, limbah selanjutnya
menuju ke tempat penampungan akhir pada
ditampung pada modifikasi corong prisma di
bagian bawah mesin pencacah kertas, dan
dalam alat penghancur kertas, yang bertujuan
siap untuk dibuang karena telah diminimalisir
untuk memusatkan limbah menuju ke lorong
tingkat keinfeksiusannya.
cermin berisi sinar UV. Untuk menuju lorong cermin sinar UV, limbah harus melewati portal
3.1. Desain Alat
otomastis terlebih dahulu. Tujuan pemberian portal
otomatis
ini
adalah
untuk
memaksimalkan daya kerja penyinaran sinar UV di dalam lorong cermin. Setelah melewati portal cacahan limbah tadi disinari dengan lampu UV di dalam lorong cermin. Lampu UV yang
digunakan
merupakan
lampu
UV
berdaya 15 watt yang mampu menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm dengan jumlah empat buah yang Gambar 1.1. Desain Dalam Alat
masing-masing diletakkan pada tiap sudutnya. Sinar UV akan bereaksi dengan berpenetrasi ke dinding sel mikroorganisme dan mengubah
4. KESIMPULAN Kesimpulan
komposisi asam nukleatnya. Absorbsi UV oleh DNA (atau RNA pada beberapa virus) dapat menyebabkan mikroorganisme tersebut tidak mampu
melakukan
pembentukan
ikatan
replikasi rangkap
akibat
dua
molekul-molekul pirimidin. Sel
pada
yang tidak
mampu melakukan replikasi akan kehilangan sifat patogenitasnya. Radiasi ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein pada
membran sel
akan menyebabkan kerusakan membran sel dan
kematian
sel
mikroorganisme.
yang
dapat
diambil
berdasarkan kajian di atas adalah inovasi HWM-Kit
dapat menjadi solusi pengolahan
limbah infeksius padat klinik kedokteran gigi karena
desain
alatnya
inovatif
dengan
menggabungkan mesin pencacah limbah dan mesin
sterilisasi
yang
bekerja
dalam
mematikan mikroorganisme patogen, sehingga tingkat keinfeksiusan limbah padat kedokteran gigi dan penularan ke lingkungan serta tenaga medis dapat diminimalisir.
Kemampuan ini semakin meningkat dengan dipantulkannya sinar-sinar dari lampu UV ini dengan
menggunakan
cermin,
sehingga
semakin merata dan efektif. Selain pemantulan sinar menggunakan cermin juga terdapat alat
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA 1. Menteri Kesehatan. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
52
2. Wulandari, C. Y, Sukandar. Timbulan Dan Komposisi Limbah Medis Pelayanan Kesehatan Gigi Umum Perorangan. Available at: http://www.ftsl.itb.ac.id [26 Desember 2013 : 21.36 WIB] 3. Widhiarta KY.2012.Analisis Sistem Pengolahan Limbah Medis Puskesmas di Kabupaten Jember, Jember : Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan keselamatan Kerja FKM UNEJ.
BIMKGI Volume 3 No. 2 â&#x201D;&#x201A; Juli â&#x20AC;&#x201C; Desember 2015
4. Pruss.A, 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Cetakan I, Jakarta: EGC. 5. Nugroho, A., 2006, Perancangan Alat Pemotong Tempe Yang Ergonomis, Skripsi pada Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
53
BIMKGI Volume 3 No. 2 │ Juli – Desember 2015
54