SUSUNAN PENGURUS
DAFTAR ISI
Sususnan Redaksi……………….......……………....…....……........…………..…………i
Pelindung
Pimpinan Umum
Ketua Asosisasi Pendidikan Tinggi Farmasi
Universitas Indonesia
Pedoman Penulisan………………….…………….………….…….......……….......... ... iv
Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia
Wakil pimpinan Umum
Sambutan Pimpinan Umum ………………………....…..................................................ix
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penasihat
Pimpinan Redaksi
Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt Drs. M. Dani Pratomo, MM., Apt
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt
Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt Majalah Ilmu Kefarmasian
Dr. Arief Nurrochmad, M.Si, M.Sc, Apt International Journal of Cancer Chemoprevention
Penanggungjawab ISMAFARSI
Pony Purnamasari H
Putri Keme
Rahmi Khamsita
Universitas Gadjah Mada
Dewan Redaksi
Fadhly Hakim M Universitas Indonesia Irmayani Universitas Hassanudin Yonika Arum L Universitas Gadjah Mada Widya Norma Insani Universitas Padjajaran Eni Sutanti Universitas Gadjah Mada Wimzy Rizqy Prabhata Universitas Airlangga Novian Pradipta Institut Teknologi Bandung
Sekertaris
Dian Retno Ayuning Tyas Universitas Gadjah Mada Putri Syahida Agustina Universitas Indonesia
Keuangan
Sumayyah Universitas Indonesia Indah Fadlul Maula UIN Syarif Hidayatullah
Humas dan Promosi
Putri Larasari Universitas Jember Suhelnida Eka Putri Universitas Andalas Nur Azmi Universitas Sumatra Utara Regina Florencia Universitas Sriwijaya
Tata Letak dan Illustrasi
Farmesti Prisma Universitas Islam Bandung Salma Hanifah UIN Syarif Hidayatullah Ahmad Fatih Jauhari Universitas Airlangga Bayu Gugah D Universitas Islam Indonesia
[i]
Daftar Isi……….…………………………………...……...……….……………...............ii
PENELITIAN ILMIAH Aktivitas Antibakteri Dan Inhibitor Biofilm Ekstrak Etanolik Batang Kayu Siwak (Salvadora Persica Linn.) Terhadap Streptococcus Mutans Secara In Vitro Sebagai Alternatif Bahan Aktif Pasta Gigi Antiplak Muchammad Herianto, Aini Febriana, Arif Mulpratama, Sabrina Cahya Kirana, Heri Purwanto*…………....... 1
Optimasi Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Stuntz) Sebagai Tonikum Menggunakan Metode Simplex Latice Design Heri Purwanto*, Mehda Hefri Priwantoro, Nur Hawwin, Efrizal………………..………………………….… 10
TINJAUAN PUSTAKA Ovula Kaviks: Vaginal Suppositoria Kanker Serviks, Alternatif Baru Pengobatan Kanker Serviks Berbasis Nanopartikel Dari Isolat Daun SirsakFera Amelia, Ellsya Angeline, Andika Dewi Ramadhani 1, Nina Wijiani2, Rosyid Ridho3…….........................................................……………. 23
Buah Kersen (Muntingia calabura) Sebagai Solusi Penyakit Degeneratif Rematik Adiba Hasna Ramadhani, Riska Rismawati, Nurul Asih Ramadhani....…….........…….....……… 32
[ ii ]
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI)
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) adalah publikasi per semester yang meng-
gunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peerreviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMFI menerima artikel penelitian asli yang berhubungan dengan dunia Farmasi, kesehatan masyarakat, ilmu dasar farmasi, baik penelitian epidemiologi maupun laboratorium, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa farmasi. Kriteria artikel 1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu farmasi, kesehatan masyarakat, ilmu dasar farmasi. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan teks (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran). 2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia farmasi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. 3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi farmasi. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan. 4. Artikel penyegar ilmu farmasi: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia farmasi atau kesehatan, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau farmasi yang perlu diketahui oleh pembaca. 5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia farmasi dan kesehatan, mulai dari ilmu dasar farmasi, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang farmasi, lapangan kerja sampai karir dalam dunia farmasi. Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa farmasi. 6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (too the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa farmasi). 7. Advertorial: artikel singkat mengenai obat atau kombinasi obat terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka. Petunjuk Bagi Penulis 1. BIMFI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain. 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. Naskah terdiri dari maksimal 15 halaman.
[ iii ]
[ iv ]
3. Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word. Naskah dikirim melalui email ke alamat bimfi@ismafarsi.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).
4. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut:
12. Gambar
1. Judul karangan (Title) 2. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
13. Metode statistik 14. Ucapan terima kasih
3. Abstrak (Abstract)
15. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan
4. Nas (Text), yang terdiri atas:
teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat
- Pendahuluan (Introduction)
1. Artikel dalam jurnal
- Metode (Methods)
i. Artikel standar
- Hasil (Results)
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. Atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.
- Pembahasan (Discussion) - Kesimpulan - Saran 5.Daftar Rujukan (Reference) 5. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: 1. Judul 2. Nama penulis dan lembaga pengarang 3. Abstrak 4. Nas (Text), yang terdiri atas:
ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.
- Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)
v. Volum dengan suplemen
- Pembahasan
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82.
- Kesimpulan - Saran 5. Daftar Rujukan (Reference) 6. Judul ditulis dengan huruf besar, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan anak judul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. 7. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 8. Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis.
[v]
11. Tabel
9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. [ vi ]
x. Tanpa edisi atau volum
the Agency for Health Care Policy and research.
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33.
viii. Disertasi
xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction.
ix. Artikel dalam Koran
Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.
x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995. 3. Materi elektronik
ii. Editor, sebagai penulis
i. Artikel journal dalam format elektronik
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996.
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 JanMar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL:HYPERLINK http:// www.cdc.gov/ ncidod/EID/eid.htm
iii. Organisasi dengan penulis
ii. Monograf dalam format elektronik
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington:The Institute; 1992.
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach
iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press;1995.p.465-78.
H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology;1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vi i. Laporan ilmiah atau laporan teknis 1.Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860.
2.Diterbitkan oleh unit pelaksana: Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by [ vii ]
[ viii ]
Salam Pimpinan Umum
PENELITIAN ILMIAH
Salam dari Pemimpin Umum Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) merupakan wadah bagi mahasiswa farmasi di seluruh Indonesia untuk mempublikasikan hasil penelitiannya terkait ilmu kefarmasian yang bergabung dengan Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan (BIMKES) dari program Health Professional Education Quality (HPEQ) DIKTI. BIMFI diprakarsai oleh ISMAFARSI dibentuk atas dasar Surat Keterangan DIrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 152/E/T/2012 : Wajib Publikasi Ilmiah Bagi S1/S2/S3. Surat Keterangan tersebut menuntut adanya wadah bagi para mahasiswa kesehatan untuk menyalurkan karya tulis/artikelnya yang merupakan salah satu syarat kelulusan. Menulis sebuah artikel ilmiah bagi sebagian besar mahasiswa farmasi mungkin bukan menjadi hal baru. Namun, untuk mempublikasikan karya yang telah dibuat, masih kurang membudaya bagi kita. Jurnal ini diharapkan menjadi salah satu wadah tempat kita melatih budaya mempublikasikan tulisan ilmiah kita. Oleh karena itu, dibentuklah BIMFI sebagai salah satu wadah publikasi artikel ilmiah mahasiswa farmasi di Indonesia. Pada edisi perdana kali ini, kami selaku redaksi mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, atas kemudahan yang diberikan dalam penyusunan jurnal ini. 2. DIKTI, selaku.............. 3. ISMAFARSI, selaku............................... Sebaik apapun usaha kami dalam penyusunan jurnal ini, masih terdapat kekurangan di dalamnya. Sehingga saran dan kritik yang membangun akan selalu kami terima dengan terbuka. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah penyusun lakukan. Sampai berjumpa pada edisi berikutnya. Partisipasi teman-teman mahasiswa farmasi akan selalu kami nantikan.
Aktivitas Antibakteri Dan Inhibitor Biofilm Ekstrak Etanolik Batang Kayu Siwak (Salvadora Persica Linn.) Terhadap Streptococcus Mutans Secara In Vitro Sebagai Alternatif Bahan Aktif Pasta Gigi Antiplak Muchammad Herianto, Aini Febriana, Arif Mulpratama, Sabrina Cahya Kirana, Heri Purwanto* Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta *Korespondensi: Heri Purwanto, email: heripurwanto0888@gmail.
com
ABSTRAK
Plak gigi merupakan salah satu masalah kesehatan mulut dan gigi yang disebabkan oleh pembentukan biofilm oleh mikroba mulut. Plak gigi dapat menyebabkan gingivitis dan karies yang menyebabkan tanggalnya gigi. Penggunaan kayu siwak (Salvadora persica Linn.) telah dikenal semenjak berabad-abad lalu, terutama oleh bangsa Arab kuno yang hingga sekarang masih digunakan sebagai alat kebersihan mulut. Berbagai penelitian telah melaporkan efektivitas bahan ini sebagai agen antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanolik batang kayu siwak (Salvadora persica Linn.) sebagai antibakteri dan kemampuannya dalam menghambat pembentukan biofilm terhadap Streptococcus mutans secara in vitro. Pengujian antibakteri dan penghambatan pembentukan biofilm ekstrak etanolik batang kayu siwak terhadap bakteri S. mutans ini dilakukan dengan metode mikrodilusi, kemudian dilakukan pembacaan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Optical density yang didapatkan dari pembacaan berbanding lurus terhadap jumlah bakteri dalam wells. Ekstrak etanolik batang kayu siwak beraktivitas terhadap bakteri S. mutans secara in vitro dengan harga KHM90 sebesar 3,632% b/v. Kemampuan penghambatan biofilm ekstrak etanolik batang kayu siwak belum bisa dipastikan dengan jelas, harga IC50 sebesar 2,181% b/v dimungkinkan karena aktivitas terhadap bakteri S. mutans. Senyawa antibakteri yang terdapat dalam ekstrak etanol kayu siwak diketahui berupa golongan terpenoid. Kata kunci: Siwak, antibakteri, biofilm, S. mutans
Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Redaksi
[ ix ]
BIMFI Vol.1/ Desember 2012-Mei 2013
[1]
PENDAHULUAN
ABSTRACT
Dental plaque is one of the most common problems of oral cavity caused by biofilm which is formed by bacteria. Dental plaque can give rise to gingivitis and dental caries also tooth decay. Siwak (Salvadora persica Linn.) has been used for centuries by ancient Arabian for oral hygiene until this day. Some research has reported the effect of Siwak as antibacterial agent. This study was done to assess the effect of Siwak ethanol extract as antibacterial agent and its ability in inhibits biofilm forming towards Streptococcus mutans during in vitro condition. Antibacterial and biofilm inhibition test was done with micro dilution method; continue with ELISA reader’s evaluating in 595 nm wavelength. Optical density resulted as the amount of bacteria in wells. This study resulted that ethanol extract of Siwak has activity to S.mutans during in vitro condition showed by KHM90 value 3,632% b/v. Meanwhile, the ability of biofilm inhibition was still unclear. The test gave IC50 value 2,181 % b/v probably caused by its activity toward S.mutans. Antibacterial compound has known as terpenoids.
Penggunaan kayu siwak (Salvadora persica Linn.) telah dikenal sejak berabad-abad lalu sebagai alat kebersihan mulut. Faktor sosial dan agama menjadi pendorong utama penggunaan kayu siwak (Salvadora persica Linn.) terutama bagi masyarakat muslim. Suatu studi komparatif periodontal treatment yang dilakukan terhadap pengguna siwak dengan non pengguna siwak menunjukkan bahwa masyarakat pengguna siwak memiliki level periodontal treatment yang lebih rendah dibandingkan masyarakat non pengguna siwak (1). Plak gigi merupakan salah satu masalah kesehatan mulut dan gigi yang disebabkan oleh pembentukan biofilm oleh mikroba mulut. Jika dibiarkan menumpuk di gigi, plak gigi dapat mengurangi estetika dan dapat bersifat patologis antara lain menyebabkan gingivitis
Keywords : Siwak, antibacterial, biofilm, S.mutans
dan karies yang menyebabkan tanggalnya gigi (2). Selama ini zat aktif yang digunakan dalam sediaan pasta gigi untuk mengatasi plak antara lain fluor dan cetylpyridinium. Namun fluor diketahui memiliki efek samping berupa fluorosis email dan harganya yang relatif mahal (3). Sedangkan cetylpyridinium memiliki efek samping menyebabkan pewarnaan gigi (4,5). Oleh karena itu, perlu dikembangkan bahan-bahan alternatif lain yang potensial untuk dikembangkan sebagai anti plak gigi. Pada penelitian terdahulu, analisa kandungan batang kayu siwak (Salvadora persica Linn.) hasil ekstraksi menggunakan etanol 80%, kemudian dilanjutkan dengan eter, melalui prosedur kimia ECP (Exhaustive Chemical Procedure) menunjukkan bahwa siwak mengandung zat-zat kimia seperti trimetilamin, alkaloid yang diduga sebagai salvadorin, klorida, sejumlah besar fluorida, silika, sulfur, dan vitamin C, serta sejumlah kecil tannin, saponin, flavonoid, dan sterol. (6). Ekstrak siwak juga menunjukkan adanya properti antimikrobial yang sangat efektif dalam membunuh dan menghambat beberapa pertumbuhan bakteri dan jamur (7,8). Penelitian mengenai “Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn.) terhadap Streptococcus mutans (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus� juga telah dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KHM (konsentrasi hambat minimum) dari ekstrak siwak terhadap Streptococcus mutans sebesar 6,25%; sedangkan terhadap Bacteroides melaninogenicus 1,56%. Nilai KHM kristal siwak terhadap Streptococcus mutans diketahui sebesar 12,5% dan terhadap Bacteroides melaninogenicus 3,12%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya antibakteri terhadap ekstrak dan kristal siwak (Salvadora persica) lebih baik terhadap B. melaninogenicus daripada daya hambat pertumbuhan terhadap S. mutans. Hal ini kemungkinan karena B. melaninogenicus lebih peka terhadap siwak atau S. mutans lebih virulen daripada B. melaninogenicus (9).
[2]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanolik batang kayu siwak [3] BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
(Salvadora persica Linn.) sebagai antibakteri dan kemampuannya dalam menghambat pembentukan
biofilm terhadap Streptococcus mutans secara in vitro, mengetahui konsentrasi hambat minimum
dilakukan meliputi pengamatan warna, bau, rasa, dan konsistensi ekstrak. Uji daya lekat diawali dengan menadai object
(KHM) dan besarnya daya penghambatan biofilm ekstrak etanolik batang kayu siwak (Salvadora
glass seluas 2,5 x 2,5 cm. Kurang lebih ditimbang 100 mg ekstrak etanol batang kayu siwak kemudian diletakkan di titik
persica Linn.) terhadap Streptococcus mutans secara in vitro, serta untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanolik batang kayu siwak (Salvadora persica Linn.) yang mempunyai aktifitas sebagai antibakteri dan mampu menghambat pembentukan biofilm terhadap Streptococcus mutans secara in vitro. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai efektifitas batang kayu siwak sebagai anti bakteri dan penghambatan pembentukan
Kareakterisasi ekstrak dilakukan dengan pengamatan organoleptis dan uji daya lekat. Uji organoleptis yang
tengah gelas obyek dan ditutup dengan gelas obyek yang lain, selanjutnya diberi beban 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas obyek dipisahkan dengan cara menarik gelas obyek yang ada disebelah atas dengan beban 80 g melewati sebuah katrol, sementara gelas obyek yang di bawah dijepit. Waktu yang diperlukan sampai kedua gelas obyek memisah dicatat.
Subkultur S. mutans dalam Media Nutrien Agar (NA) Miring
biofilm, sehingga batang kayu siwak ini dapat dikembangkan sebagai alternatif bahan aktif pembuatan
pasta gigi antiplak dalam upaya eksplorasi pemanfaatan bahan alam.
dan alumunium foil. Media NA dimiringkan dan diamkan hingga memadat. Selanjutnya dilakukan subkultur S.mutans
Sebanyak 5 mL media NA yang telah dicairkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan kapas
dalam media NA miring dengan cara mengambil biakan bakteri S.mutans ATTC 25175 menggunakan ose yang sebelumnya telah dipijarkan di atas api bunsen. Ose dioleskan secara zig-zag pada media NA miring. Tabung reaksi
METODE
ditutup menggunakan kapas, parafilm, dan alumunium foil. Kemudian inkubasi dilakukan pada suhu 36,4°C selama 24 jam. Proses ini dilakukan dalam Laminar Air Flow (LAF).
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang kayu siwak (Salvadora persica Linn.), etanol 70%,
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
aquadest, biakan bakteri Streptococcus mutans, mikroplat flat-bottom dan flexible U-bottom PVC 96 wells, standar
Sebanyak 200 mg ekstrak etanolik batang kayu siwak dilarutkan dalam 1 mL DMSO, kemudian dibuat seri
McFarland, DMSO, Listerine®, lempeng KLT silica gel GF254, media Mueller-Hinton agar, media nutrien agar (NA),
pengenceran stok sampel 0,0454% b/v; 0,0908% b/v; 1,816% b/v ug/ml; 2,724% b/v; 3,178% b/v; dan 3,632% b/v dalam media
media BHI, kristal violet, pereaksi semprot KLT (FeCl3 dan anisaldehid asam sulfat), serta kertas parafilm.
NB, dengan volume total 100 µL dalam ependrof. Pembuatan stok kontrol negatif dilakukan dengan memasukkan 100 µL media NB ke dalam ependrof, sedangkan pembuatan stok kontrol positif dilakukan dengan menambahkan 50 µL media NB dan 50 µL
Prosedur Penelitian
listerine®. Untuk membuat stok vehicle DMSO (Vdmso), DMSO ditambahkan sesuai volume yang sama dengan stok sampel ke dalam media NB sampai volume 100 µL. Selanjutnya semua stok yang telah dibuat dimasukkan ke dalam sumuran mikroplat flat-
Pembuatan Simplisia
bottom dan dilakukan replikasi sebanyak 6 kali. Suspensi bakteri disiapkan dalam larutan NaCl fisiologis steril sehingga diperoleh
Batang kayu siwak disortasi basah, kemudian dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan. Herba kemudian diiris tipis, lalu dikeringkan dalam oven suhu 60ºC selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan penyerbukan batang kayu siwak
standar McFarland II. Suspensi bakteri ini diinokulasikan ke dalam tiap-tiap sumuran sebanyak 10 µL pada mikroplat flat-bottom yang telah diberi masing-masing stok uji. Mikroplat flat-bottom diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Pengamatan mikroplat flexible flat-bottom dilakukan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. KHM90 didefinisikan sebagai konsentrasi
kering. Serbuk simplisia batang kayu siwak ini siap digunakan.
terendah yang mampu menghambat minimal 90% pertumbuhan mikroba.
Pembuatan Ekstrak Etanol Batang Kayu Siwak (Salvadora persica Linn.)
Uji Penghambatan dan Pembentukan Biofilm
Serbuk simplisia siwak sebanyak 100 gram direndam menggunakan 500 mL pelarut etanol 70% dan ditutup
Sebanyak 200 mg ekstrak etanolik batang kayu siwak dilarutkan dalam 1 mL DMSO, lalu dibuat seri pengenceran
rapat selama 5 hari, pengadukan dilakukan tiap harinya. Selanjutnya diambil filtratnya dan diuapkan diatas penangas air
sebesar 0,91% b/v; 1,82% b/v; 2,73% b/v; 3,64% b/v; dan 4,55% b/v dalam media BHI. Seri pemgenceran kadar ini dimasukkan
hingga didapat ekstrak kental.
ke dalam ependrof. Pembuat stok kontrol negatif dilakukan dengan memasukkan 100 µL media BHI ke dalam ependrof, sedangkan untuk membuat stok kontrol positif, 50 µL media BHI dan 50 µL listerine® dimasukkan ke dalam ependrof. Pembuat stok vehicle
Karakterisasi Ekstrak Etanolik Batang Kayu Siwak (Salvadora persica Linn.)
[4]
DMSO (Vdmso) dilakukan dengan menambahkan DMSO sesuai volume yang sama dengan stok sampel ke dalam media BHI
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[5]
sampai volume 100 µL. Sedangkan pembuatan stok vehicle aquadest (Vaquadest) dilakukan dengan menambahkan 50 µL media
bahwa ekstrak tidak terlalu kental akibat masih adanya kandungan air dari pelarut dalam ekstrak.
BHI dengan 50 µL aquadest steril. Selanjutnya, semua stok yang telah dibuat dimasukkan ke dalam sumuran mikroplat dan dilakukan replikasi sebanyak 5 kali. Suspensi bakteri disiapkan dalam larutan NaCl fisiologis steril sehingga diperoleh standar
Hasil uji penghambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan bahwa esktrak etanolik batang
McFarland 5. Suspensi bakteri ini diinokulasikan ke dalam tiap-tiap sumuran sebanyak 10 µL pada mikroplat flexible U-bottom yang
kayu siwak memiliki aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri tersebut ditentukan berdasarkan nilai
telah diberi masing-masing stok uji. Mikroplat flexible U-bottom diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah itu, mikroplat
Kadar Hambat Minimum 90 (KHM90), yaitu kadar yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
flexible U-bottom dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan kristal violet 1% sebanyak 125 mL. Inkubasi mikroplat ini dilakukan pada suhu ruang selama 15 menit dengan penambahan 200 µL etanol absolut. Sebanyak 150 µL larutan ditransfer ke mikroplat flatbottom. Pengamatan mikroplat flexible flat-bottom dilakukan dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm.
sebesar 90%. Nilai KHM90 diketahui sebesar 3,632% b/v, pada kadar ini memperlihatkan aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri sebesar 94,14% (Tabel 1). KHM90 menunjukkan kadar yang cukup kecil sehingga dapat dikatakan ekstrak batang kayu siwak efektif sebagai agen antibakteri terhadap S. mutans dan pada konsentrasi tersebut diketahui ekstrak etanolik batang kayu siwak bersifat
Analisis Kualitatif Senyawa Aktif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Analisis kualitatif senyawa aktif ekstrak etanolik batang kayu siwak dilakukan dengan sistem kromatografi
bakteriostatik. Tabel 1. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Batang Kayu Siwak terhadap Bakteri S. Mutans.
sebagai berikut: Fase diam
: Silika Gel GF254
Fase gerak
: Butanol : asam asetat : air (4:1:5)
Deteksi
: Pereaksi semprot umum (Anisaldehid H2SO4), dipanaskan pada suhu 110°C selama 5 menit.
Parameter lain yang diamati untuk mengungkap potensi siwak sebagai alternatif bahan pasta
Analisa Data
gigi adalah sifat inhibitor biofilm. Pada pengujian ini diperoleh hasil bahwa ekstrak etanolik batang Nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) uji antibakteri diperoleh dari nilai optical density
kayu siwak mampu menghambat pembentukan biofilm pada wells dengan IC50 sebesar 2,181% b/v
larutan uji sebesar 90% dari kontrol mikroba. Daya penghambatan biofilm ditunjukkan oleh harga IC50
(Tabel 2). Nilai IC50 ini juga cukup kecil sehingga dapat dikatakan ekstrak etanolik batang kayu siwak
yaitu konsentrasi ekstrak batang kayu siwak yang masih dapat menghambat pembentukan biofilm
efektif menghambat pembentukan biofilm S. mutans pada wells. Konsentrasi yang menghambat
sebanyak 50%. Nilai IC50 ditentukan dengan metode probit dengan program SPSS versi 17. Analisis
pembentukan biofilm diketahui hampir sama dengan konsentrasi penghambatan bakteri S. mutans,
kualitatif KLT dianalisis secara teoritik. Rumus yang digunakan untuk menghitung penghambatan
sehingga dapat dikatakan mekanisme penghambatan pembentukan biofilm disini diakibatkan karena
biofilm adalah sebagai berikut :
aktivitas penghambatan pertumbuhan bakterinya. Pertumbuhan bakteri yang dihambat menyebabkan jumlah bakteri hidup dalam wells tidak mencukupi untuk berkomunikasi, sehingga biofilm pun tidak
terbentuk. Kemampuan penghambatan biofilm secara langsung belum bisa dipastikan dengan jelas. Tabel 2. Aktivitas Inhibitor Biofilm Ekstrak Etanolik Batang Kayu Siwak terhadap Bakteri S. Mutans.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji organoleptik ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak etanolik batang kayu siwak berasa sedikit pahit, berbau khas, berkonsistensi kental dan berwarna coklat tua. Sedangkan hasil uji daya lekat menunjukkan waktu untuk memisahkan kedua object glass selama 4,84 detik. Hasil ini menunjukkan [6]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[7]
DAFTAR PUSTAKA
Pada penelitian terdahulu potensi terapeutik dan profilaktik dari siwak kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembersihan mekanis, pelepasan zat kimia aktif yang terdapat didalamnya dan atau kombinasi keduanya. Adanya substansi silica pada Salvadora persica (siwak) ini, diduga membantu aksi mekanis siwak terhadap pembersihan plak. Dalam penelitian tersebut untuk menentukan efek penggunaan siwak sebagai sikat gigi dapat mempengaruhi jumlah S. mutans yang terdapat pada permukaan gigi. Sebanyak 30 relawan diinstruksikan untuk menggunakan siwak komersial dua kali sehari sebagai tambahan pembersihan mulut secara rutin. Ditemukan bahwa 6 orang (20%) dari partisipan tersebut mengalami pengurangan jumlah S. mutans lebih besar daripada cara lain (10). Akan tetapi, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme yang secara pasti bertanggungjawab pada aktivitas antibakteri dan inhibitor biofilm dari ekstrak etanolik batang kayu siwak (Salvadora persica Linn.) terhadap bakteri S. mutans.
(1) Al-Lafi T, Ababneh H. The Effect of The Extract of The Miswak (Chewing Sticks) Used in Jordan and The Middle East on Oral Bacteria. Research Journal. UK : University of Wales College of Medicine, Dental School, Periodontology Department, Cardiff; 1995. (2) Marsh P. Dental Plaque as a Biofilm and a Microbial Community – Implications for Health and Disease, BMC Oral Health 2006, 6 (Supp 1); 2006. Hlm 14. (3) Hasim. Daun Sirih sebagai Antibakteri Pasta Gigi. Kompas, 24 September 2003. (4) Ciancio SG, Mather BS, Burnell HL. The Effect of a Quaternary Ammonium Containing Mouthwash on Formed Plaque. Pharmacol Ther. Dent. 1978;3:1–6 (5) Lobene RR, Kashket S, Soparker PM, Schloss J, Sabine ZM. The Effect of CPC on Human Plaque
Uji kualitatif untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstraketanolik batang kayu siwak dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sistem KLT yang digunakan mengacu pada pustaka Plant Drugs Analysis (11). Berdasarkan hasil pengujian KLT diketahui adanya senyawa golongan terpenoid dalam sampel ditunjukkan adanya bercak warna ungu yang tampak setelah penyemprotan anisaldehid asam sulfat pada hRf 89.
Bacteria and Gingivitis. Pharmacol Ther. Dent. 1979;4:33–47. (6) El-Mostehy, M Ragaii DR, Al-Jassem AA, Al-Yassin IA, El-Gindy AR, Shoukry E. Siwak - as an Oral Health Device (Preliminary Chemical And Clinical Evaluation). Journal Pharmacology. Kuwait : Department of Odontology, Faculty of Dentistry, University of Kuwait; 1998. (7) Al-Lafi T, Ababneh H. The Effect of The Extract of The Miswak (Chewing Sticks) Used in Jordan and The Middle East on Oral Bacteria. Research Journal. UK : University of Wales College of Medicine, Dental School, Periodontology Department, Cardiff; 1995.
KESIMPULAN
(8) Darout, Ismail A. Antimicrobial Anionic Components In Miswak Extract. Journal Pharmacology. Norway : Department of Odontology, Faculty of Dentistry, University of Bergen; 2000. (9) Zaenab, Mardiastuti HW, Anny VP, Logawa B. Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn.) terhadap
Ekstrak etanolik batang kayu siwak (Salvadora persica Linn.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. mutans secara in vitro dengan harga KHM90 sebesar 3,632% b/v. Kemampuan penghambatan biofilm ekstrak etanolik batang kayu siwak belum bisa dipastikan dengan jelas, harga IC50 sebesar 2,181% b/v dimungkinkan karena aktivitas terhadap bakteri S. mutans. Senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol kayu siwak diketahui berupa golongan terpenoid.
Streptococcus mutans (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus. Jakarta : Makara Kesehatan; 2004. Vol.8: 37–40. (10) Almas K, Al-Zeid Z. The immediate antimicrobial effect of a toothbrush and miswak on cariogenic bacteria: A clinical study. J Contemp Dent Pract; 2004.5(1): 1–8. (11) Wagner H, Bladt S. Plant Drug Analysis The Thin Layer Chromatography Atlas, 2nd edition. Berlin: Springer Verlag; 1996.
[8]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[9]
PENELITIAN ILMIAH
Optimasi Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Stuntz) Sebagai Tonikum Menggunakan Metode Simplex Latice Design
The formula optimization of A. galanga rizhomes lozenges was conducted by using a two-factors-Simplex Lattice Design (SLD). Three formulas were made, that are formula containing 100% manitol, formula containing 50% manitol and 50% dextrose, and the one containing 100% dextrose. Granules tested physical properties and compressed,
Heri Purwanto*, Mehda Hefri Priwantoro, Nur Hawwin, Efrizal
Data showed that the interaction of manitol and dextrose in the formula could increase response factors such as granules compactibility, dissolution time, and preferred taste test, and decrease the value of granules flow rate. It was also found that the optimum formula of A. galanga rizhomes lozenges is the one containint 60% manitol and 40% dextrose.
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Korespondensi: Heri Purwanto, email: heripurwanto0888@gmail.com
then selected the optimum formula based on the highest total response. Tablets made ​​based on optimum formula and tested physical properties, like such as hardness, friability, weight uniformity, and disintegration time of tablet. The data obtained were then compared with the theoretical literature.
Keywords: Lozenges, A. galanga rizhomes, Alpinia galanga (L.) Stuntz, tonic
ABSTRAK Tonikum merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang dapat memperkuat tubuh atau memberikan tambahan tenaga atau energi pada tubuh. Salah satu bahan alam yang diketahui berkhasiat sebagai tonikum adalah rimpang lengkuas. Di masyarakat rimpang lengkuas masih digunakan secara tradisional, biasanya dalam bentuk rebusan sehingga menimbulkan rasa pahit. Oleh karena itu, diperlukan eksplorasi sediaan yang mampu menutupi kekurangan itu. Tablet hisap merupakan salah satu sediaan yang mampu menutupi rasa pahit dari rimpang lengkuas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi manitol dan dekstrosa terhadap sifat fisik tablet rimpang lengkuas serta mengetahui formula optimum tablet hisap rimpang lengkuas dengan kombinasi manitol dan dekstrosa. Optimasi formula tablet hisap rimpang lengkuas dilakukan dengan metode Simplex Lattice Design (SLD) dengan 2 faktor, maka diperlukan 3 formula yaitu formula dengan menggunakan 100% manitol, 50% manitol – 50% dekstrosa, dan 100% dekstrosa. Granul diuji sifat fisiknya dan dikempa, selanjutnya dipilih formula optimum berdasarkan respon total tertinggi. Kemudian dibuat tablet berdasarkan formula optimum dan dilakukan uji kekerasan, kerapuhan, keseragaman bobot, dan waktu hancur tablet. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan secara teoritik dengan pustaka. Dari hasil penelitian diketahui bahwa interaksi antara manitol dan dekstrosa dalam formula tablet hisap dapat menaikkan respon kompaktibilitas granul, waktu larut, dan tanggap rasa tablet hisap, serta menurunkan respon kecepatan alir granul. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa formula optimum tablet hisap ekstrak rimpang lengkuas adalah formula dengan perbandingan 60% manitol dan 40% dekstrosa.
Kata kunci : Tablet Hisap, Rimpang Lengkuas, Alpinia galanga (L.) Stuntz, Tonikum
ABSTRACT
Tonic is an ingredient or mix of ingredients that could strengthen and give energy supply to the body. The Alpinia galanga (L.) Stuntz rhizomes is one of natural plant materials being active as tonic. A. galanga rizhomes is widely used traditionally as decoction that is rather unacceptable because of its bitter taste. Here, we are developing a dosage form that might overcome such problem. Lozenges is the dosage form being proposed to be developed, since it could cover the bitter taste of A. galanga rizhomes. The research aimed to determine the effect of the combination of mannitol and dextrose to the physical properties of A. galanga rizhomes lozenges and and to know the optimum formula of A. galanga rizhomes lozenges with a combination of mannitol and dextrose.
[10]
Vol.1 Desember 2012-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[11]
PENDAHULUAN
tablet hisap ekstrak etanolik rimpang lengkuas (Alpinia Galanga (L.) Stuntz) dengan parameter sifat fisik granul dan
Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Stuntz) merupakan tanaman dari suku zingiberaceae yang memiliki banyak
tablet, serta rasa dari tablet hisap berdasarkan metode Simplex Lattice Design.
kandungan senyawa dan khasiat. Rimpang lengkuas mengandung senyawa saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak
METODE
atsiri [1]. Rimpang lengkuas di masyarakat digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit panu, eksem, koreng, masuk angin, perut tidak enak, kurang nafsu makan, dan gangguan pernapasan (bronchial catarh) pada anak-anak. Selain itu,
Bahan
rimpang lengkuas juga diketahui berkhasiat sebagai tonikum [2]. Tonikum merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang dapat memperkuat tubuh atau memberikan tambahan tenaga atau energi pada tubuh [3]. Selama ini fakta menunjukkan bahwa penggunaan lengkuas untuk produk kesehatan masih tradisional dalam bentuk rebusan (jamu) yang belum bisa dijamin kehigienisannya. Selain itu, terdapat beberapa kekurangan lain penggunaan rebusan, antara lain rasa yang tidak enak ketika dikonsumsi secara langsung, penggunaan yang tidak praktis, dan takaran dosis yang belum tepat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu sediaan yang
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah rimpang lengkuas, manitol (kualitas farmasi, Bratachem), dekstrosa (kualitas farmasi, Bratachem), laktosa (kualitas farmasi, Bratachem), Mg stearat (kualitas farmasi, Bratachem), Talk (kualitas farmasi, Bratachem), aquadest (Aldrich), etanol (Aldrich), gelatin (Aldrich), fase gerak: heksan (p.a, Aldrich), etil asetat (p.a, Aldrich), pereaksi semprot: anisaldehid asam sulfat (p.a, Farmasi UGM), dan silika gel 60 F254 (E-Merck).
dapat menutupi rasa tidak enak dari lengkuas, memberikan kesan praktis, dan mempunyai takaran dosis yang tepat. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang teknologi farmasi, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan membuat sediaan obat yang mampu untuk menutupi rasa tidak enak dari lengkuas, memberikan kesan praktis, mempunyai takaran dosis yang tepat, dan dapat diterima oleh masyarakat tanpa menghilangkan
Prosedur Penelitian Pembuatan Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas
khasiat dari rimpang lengkuas. Salah satu bentuk sediaan yang dapat diaplikasikan adalah tablet hisap. Dipilih tablet
Ekstrak kental rimpang lengkuas dibuat dengan metode maserasi. Rimpang lengkuas dicuci,
hisap karena tablet hisap lebih praktis dalam penggunaannya. Selain itu, tablet hisap diformulasikan agar mempunyai
ditiriskan, dirajang, dan dikeringkan. Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk. Serbuk dimaserasi
rasa yang enak sehingga konsumen akan lebih suka mengkonsumsinya. Tablet hisap merupakan sediaan padat dengan
dengan etanol 70%. Maserat yang dihasilkan dikentalkan dengan pemanasan.
bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet hancur perlahan dimulut [4].
Uji Karakteristik Ekstrak Ekstrak yang didapat diuji daya lekat, viskositas, dan susut pengeringan, serta pengamatan
Rasa merupakan faktor penting diterimanya tablet hisap oleh konsumen, untuk itu perlu bahan pemanis agar dapat menutupi rasa pedas dan pahit dari ekstrak lengkuas. Bahan pemanis yang digunakan adalah manitol dan dekstrosa.
organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, rasa, dan kekentalan secara
Manitol merupakan suatu bahan pemanis yang memberikan rasa enak, manis yang ringan dan dingin, rasa lembut, serta
visual. Uji daya lekat dilakukan dengan cara meletakkan ekstrak dengan berat 0,25 gram di antara dua
dapat meleleh di mulut [5]. Namun demikian harga manitol relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan bahan pemanis
gelas objek, kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit Setelah itu gelas objek dipasang
yang lain. Oleh karena itu, manitol perlu dikombinasikan dengan bahan pemanis yang lain yang harganya lebih murah,
pada alat tes yang diberi beban 80 gram, kemudian dicatat waktu pelepasan ekstrak dari gelas objek.
seperti dekstrosa. Dekstrosa memiliki rasa yang manis dan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan manitol.
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ostwald.
Penggunaan campuran bahan pemanis akan dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik tablet hisap yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi menggunakan metode Simplex Lattice Design (SLD) untuk mendapatkan formula yang paling optimum. Metode Simplex Lattice Design dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan metode trial and error yang cukup membuang waktu, tenaga, serta materi.
Pengukuran susut pengeringan dilakukan dengan cara botol timbang tertutup dipanaskan pada suhu 105째C selama 30 menit, didiamkan dalam desikator selama 10 menit, dan ditimbang. Tahapan diulangi hingga botol timbang bertutup tara. Selnjutnya, sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang seksama dalam botol timbang bertutup. Ekstrak dalam botol diratakan dengan menggoyangkan botol timbang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan formulasi awal bentuk sediaan tablet hisap dari rimpang lengkuas
Botol dimasukkan dalam oven, tutup dibuka, ekstrak dikeringkan pada suhu 105째C hingga bobot tetap.
yang acceptable di masyarakat dan memenuhi persyaratan fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur tablet, dan uji tanggap rasa, serta diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis rimpang
Pembuatan Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas
lengkuas bagi para petani lengkuas. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah sekaligus menentukan formula optimum
[12]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI
Optimasi formula tablet hisap ekstrak etanolik rimpang lengkuas dilakukan dengan metode [13] Vol.2/ Desember-Mei 2013
Simplex Lattice Design dengan 2 faktor. Oleh karena itu, dibuat 3 formula yaitu formula dengan
dalam mulut responden. Responden dibiarkan menghisap tablet tanpa mengunyak kemudian dihitung
menggunakan 100% manitol (formula A), 50% manitol – 50% dekstrosa (formula B), dan 100%
berapa lama tablet hancur di dalam mulut. Uji tanggapan rasa dilakukan dengan memberikan kuisioner
dekstrosa (formula C). Tablet yang akan dibuat mempunyai bobot 2000 mg, dengan bobot ekstrak
pada responden untuk menilai rasa dan penampilan dari tablet yang telah dibuat.
sebesar 277 mg/tablet. Formula granul ekstrak rimpang lengkuas berdasar Simplex Lattice Design dapat dilihat pada tabel 1.
Uji Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas dan Tablet Hisap Uji kualitatif kandungan senyawa rimpang lengkuas dalam tablet hisap dilakukan dengan metode kromatografi
Tabel 1. Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas.
lapis tipis (KLT) dengan sistem sebagai berikut :
Fase diam
: Silika gel 60F254
Fase gerak
: n-heksan : etil asetat (7:3) v/v
Deteksi
: UV 254, sinar tampak
Pereaksi semprot
: Anisaldehid H2SO4
Pemilihan Formula Optimum Tablet Hisap ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas Dari hasil data sifat fisik granul dan tablet dapat dilakukan analisis menggunakan metode Simplex Lattice Design Granul dibuat dengan metode granulasi basah. Manitol, dekstrosa, dan laktosa dicampur dalam cube mixer selama 10 menit dengan kecepatan 100 rpm. Selanjutnya ekstrak digranul dengan campuran manitol, dekstrosa, dan laktosa dengan larutan pengikat gelatin 20 %. Massa granul kemudian diayak dengan ayakan 10 mesh, kemudian
(SLD), sehingga diperoleh profil sifat fisik granul dan tablet pada berbagai perbandingan campuran bahan pemanis. Persamaan Simplex Lattice Design adalah [6]: Y = a (A) + b (B) + ab (A)(B)
dikeringkan dalam almari pengering suhu 40-60°C selama 24 jam, lalu diayak kembali dengan ayakan 12 mesh. Granul kering kemudian ditambah dengan bahan pelicin magnesium stearat, kemudian dikempa dengan mesin tablet.
Uji Sifat Fisik dan Tanggap Rasa Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas
Y
: Respon ( Sifat fisik )
A
: Jumlah bahan pemanis manitol ( % )
B
: Jumlah bahan pemanis dekstrosa ( % )
Kontrol kualitas tablet dilakukan dengan melakukan bebarapa uji, di antaranya adalah uji kekerasan, kerapuhan, keseragaman bobot, dan waktu hancur. Uji kekerasan dilakukan dengan alat
a, b, ab : Koefisien
hardness tester (Mosanto). Setelah tablet diletakkan dalam alat pada posisi vertikal, sekrup diputar pada
Profil tersebut dapat digunakan untuk memprediksi formula optimum. Formula optimum yang diperoleh selanjutnya
ujung lain sehingga tablet tertekan. Pemutaran dihentikan hingga tablet pecah. Skala yang terbaca saat
diformulasi menjadi tablet hisap dan dievaluasi sifat fisik dan kimianya.
tablet pecah menunjukkan kekerasan tablet. Sedangkan, uji kerapuhan dilakukan dengan menghitung selisih berat dua puluh tablet yang telah dibebasdebukan sebelum dan sesudah uji dibagi dengan berat
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelum uji dan dikalikan 100%. Uji dilakukan dalam friabilator abrasive tester (Erweka) selama 4 menit. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang dua puluh tablet satu per satu dengan neraca analitik (Ghauss). Hasil penimbangan dicatat, dihitung berat rata-rata, nilai simpangan baku (SD), dan nilai koefisien varian (CV) sampel yang diuji, kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang tertulis dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. Uji waktu hancur dilakukan secara langsung di [14]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
Karakterisasi Ekstrak Karakteristik ekstrak ini terbagi dalam beberapa uji, yaitu uji organoleptis, daya lekat, viskositas, dan susut pengeringan. Uji organoleptis memberikan hasil bahwa ekstrak lengkuas memiliki warna coklat tua, bau khas aromatik, viskositas kental, dan berasa manis agak pahit. Dari uji daya lekat diketahui bahwa ekstrak memiliki daya lekat selama
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[15]
15,37Âą0,17 detik. Uji viskositas memberikan data viskositas ekstrak sebesar 210Âą8,944 dPaS. Sedangkan, susut pengeringan ekstrak adalah 21,93% Âą 0,609% (Tabel 2). Tabel 2. Karakteristik Ekstrak Rimpang Lengkuas
Gambar 1. Profil Kecepatan Alir Granul Berdasarkan Pendekatan Metode Simplex Lattice Design.
Sifat Fisik Granul Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas Kompakbilitas
Formula optimum ditentukan dari perhitungan nilai respon beberapa sifat fisik granul dan sifat fisik tablet. Uji sifat fisik granul meliputi uji kecepatan alir dan uji kompaktibilitas. Dari uji sifat
Uji kompaktibilitas campuran granul dilakukan untuk mengetahui kemampuan granul untuk saling melekat
fisik granul dapat diketahui profil masing-masing sifat fisik granul sesuai persamaan dan perhitungan
menjadi massa yang kompak. Dari perhitungan diperoleh persamaan untuk kompaktibilitas menurut pendekatan Simplex
berdasarkan pendekatan Simplex Lattice Design. Data uji sifat fisik granul dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Sifat Fisik Granul Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas dengan Variasi Bahan Pemanis ManitolDekstrosa. Formula A : 100% manitol, formula B : 50% manitol dan 50% dekstrosa, formula C : 100% desktrosa.
Lattice Design yaitu :
Y = 2,88 (A) + 8,16 (B) + 36,52 (A) (B)
Kecepatan Alir Sifat alir campuran granul mempengaruhi bobot suatu tablet dan secara tidak langsung juga berpengaruh
Gambar 2. Profil Kompaktibilitas Campuran Granul Berdasarkan Pendekatan Metode Simplex Latice Design.
terhadap keseragaman kadar dalam tablet. Dari hasil penelitian diperoleh persamaan kecepatan alir granul ekstrak rimpang lengkuas berdasarkan pendekatan Simplex Lattice Design yaitu :
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa campuran antara manitol dan dekstrosa menghasilkan interaksi positif, ditunjukkan dengan kurva yang melengkung ke bawah. Puncak kurva terletak pada formula dengan komposisi 40% dekstrosa : 60% manitol.
Y = 23,70 (A) + 22,22 (B) – 11,188 (A) (B) (A) = Fraksi komponen dekstrosa
Sifat Fisis Tablet Hisap Ekstrak Rimpang Lengkuas
(B) = Fraksi komponen manitol
Kekerasan Tablet Hisap
Profil kecepatan alir granul menghasilkan garis melengkung terbuka ke atas, hal ini menunjukkan
Uji kekerasan tablet memiliki tujuan untuk menilai ketahanan tablet terhadap kekuatan mekanik seperti
adanya interaksi antara manitol dengan dekstrosa yang menyebabkan menurunnya kecepatan alir dari campuran
gonjangan dan benturan dengan benda lain setelah penabletan. Dari perhitungan menggunakan pendekatan Simplex
granul (Gambar 1). Namun seluruh formula memiliki kecepatan alir lebih dari 10 g/detik, berarti granul dari seluruh
Lattice Design diperoleh persamaan sebagai berikut :
formula memiliki kecepatan alir yang baik dan mudah mengalir ke die.
[16]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[17]
Y = 5,46 (A) + 12,26 (B) + 43,60 (A) (B)
kerapuhan tablet menjadi lebih kecil.
Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot merupakan parameter yang sangat penting bagi kualitas tablet hisap, keseragaman bobot
secara tidak langsung merupakan ukuran homogenitas baik kadar zat aktif maupun eksipien. Dari hasil perhitungan ditunjukkan bahwa semua formula memiliki nilai CV bobot tablet yang relatif kecil (kurang dari 5%) dan dapat digolongkan memenuhi persyaratan keseragaman bobot.
Waktu Hancur Tablet Hisap
Gambar 3. Profil Kekerasan Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas Berdasarkan Pendekatan Metode Simplex Lattice Design.
Waktu hancur tablet merupakan parameter yang penting untuk menggambarkan karakteristik dari tablet hisap,
Gambar 3 menunjukkan bahwa campuran antara manitol dan dekstrosa menghasilkan interaksi positif,
di mana tablet hisap hancur secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang [7]. Dari perhitungan
ditunjukkan dengan kurva yang membuka ke bawah. Penambahan jumlah komposisi manitol pada tablet akan
menggunakan pendekatan Simplex Lattice Design diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 3,86 (A) + 9,1 (B) +19,68
menyebabkan kekerasan tablet menjadi naik hingga pada komposisi 40% dekstrosa : 60% manitol. Puncak kurva
(A) (B).
terletak pada formula dengan komposisi 40% dekstrosa : 60% manitol yang menunjukkan formula dengan nilai respon kekerasan tablet sebesar 20 kg.
Dari perhitungan dengan persamaan di atas ditunjukkan bahwa seluruh formula telah memenuhi syarat uji
waktu hancur tablet hisap karena tidak satu pun formula yang waktu hancurnya lebih dari 30 menit. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa campuran antara manitol dan dekstrosa menghasilkan interaksi positif, ditunjukkan dengan kurva yang
Kerapuhan Tablet Hisap
membuka ke bawah. Dari seluruh formula, waktu hancur yang paling lama ditunjukkan oleh formula dengan komposisi
Kerapuhan tablet merupakan parameter untuk menggambarkan kekuatan tablet ketika diberi kikisan atau
60% manitol : 40% dekstrosa.
goncangan. Kerapuhan menggambarkan kekuatan ikatan partikel-partikel pada bagian tepi permukaan tablet karena pengaruh kikisan atau gesekan. Dari perhitungan menggunakan pendekatan Simplex Lattice Design diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 0,701 (A) + 0,074 (B) – 1,454 (A) (B)
Gambar 5. Profil Waktu Hancur Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas Berdasarkan Pendekatan Metode Simplex Lattice Design.
Uji Tanggapan Rasa Gambar 4. Profil Kerapuhan Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas Berdasarkan Pendekatan Metode Simplex Lattice Design.
Campuran antara manitol dan dekstrosa menghasilkan interaksi negatif, ditunjukkan dengan kurva yang membuka ke atas (Gambar 4). Ketiga formula telah memenuhi syarat karena persentase kerapuhannya kurang dari 1%.
Rasa merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pembuatan tablet hisap karena tablet hisap
harus berada di rongga mulut dalam jangka waktu yang cukup lama. Dari perhitungan menggunakan pendekatan Simplex Lattice Design diperoleh persamaan sebagai berikut :
Dari persamaan profil kerapuhan tablet dapat disimpulkan bahwa semakin banyak kadar manitol dalam granul maka
[18]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[19]
Y = 3,86 (A) + 9,1 (B) +19,68 (A) (B)
bobot dan jumlahnya sama dengan satu. Pada penelitian ini, waktu alir granul diberi bobot 0,1; kompaktibilitas diberi bobot 0,2; waktu larut diberi bobot 0,3; dan tanggap rasa diberi bobot 0,4. Mengingat satuan dari masing-masing respon berbeda maka perlu distandardisasi. Maka dari itu, R dapat dihitung dengan mengalikan N dengan bobot yang telah ditentukan. Dari perhitungan menggunakan pendekatan Simplex Lattice Design diperoleh formula optimum ekstrak rimpang lengkuas dengan kombinasi bahan pemanis manitol-dekstrosa adalah formula dengan komposisi 60% manitol : 40%
Gambar 6. Profil Kemanisan Tablet Hisap Ekstrak Etanolik Rimpang Lengkuas Berdasarkan Pendekatan Metode Simplex Lattice Design.
dekstrosa dengan respon total sebesar 0,840. Hasil perhitungan nilai respon total dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan Respon Total Tablet Hisap Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Stuntz) dengan Kombinasi Bahan Pemanis Manitol-Dekstrosa.
Pada gambar 6 ditunjukkan bahwa formula dengan komposisi 100% dekstrosa (formula A) memberikan tanggapan rasa sebesar 2,15; formula dengan komposisi 50% manitol : 50% dekstrosa (formula B) akan memberikan
nilai tanggapan rasa sebesar 2,25; dan formula dengan komposisi 100% manitol (formula C) memberikan nilai tanggapan rasa sebesar 1,95. Tingkat kemanisan dekstrosa lebih tinggi dibandingkan manitol, sehingga formula dengan komposisi dekstrosa yang dominan akan memberikan nilai tanggapan rasa yang paling besar, yaitu pada formula 100% dekstrosa.
Uji Kualitatif Kandungan Senyawa Rimpang Lengkuas dalam Tablet Hisap
KESIMPULAN Interaksi antara manitol dan dekstrosa dalam formula tablet hisap dapat menaikkan respon kompaktibilitas granul, waktu larut, dan tanggap rasa tablet hisap, dan menurunkan respon kecepatan alir granul. Formula optimum tablet hisap ekstrak rimpang lengkuas adalah formula dengan perbandingan 60% manitol dan 40% dekstrosa.
Gambar 7. Hasil Analisis Kualitatif Kandungan Ekstrak secara Kromatografi Lapis Tipis. Keterangan: berturut-turut dari kiri ke kanan urutan totolannya adalah ekstrak kental, formula A, B, C, dan formula optimum.
Gambar plat kromatografi lapis tipis pada gambar 7 menunjukkan bahwa hasil kromatogram seluruh formula
memiliki kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak rimpang lengkuas. Hal ini menunjukkan kandungan senyawa yang terdapat dalam tablet hisap tidak rusak oleh adanya pemanasan atau perlakuan selama proses produksi.
Pemilihan Formula Optimum Tablet Hisap Ekstrak Kental Rimpang Lengkuas Penentuan formula optimum didapatkan dari nilai respon total yang paling tinggi. Masing-masing respon diberi
[20]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
DAFTAR PUSTAKA [1] Syamsuhidayat, S.S., & Hutapea, J.R., Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1991, Hlm 32. [2] Yuliani, R., Hakim, A.R., & Rahadian, S., Uji Efek Toksik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.) pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster, Laporan Penelitian, Kongres Ilmiah Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia XVI di Yogyakarta, 2008. [3] Gunawan, D., Obat Tradisional untuk Keharmonisan Rumah Tangga, Jakarta: Penerbit Swadaya, 1999, Hlm 12,
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[21]
TINJAUAN PUSTAKA
42-45. [4] Anonim, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1995, Hlm 4, 7, 12, 300, 404, 488, 515-519, 762, 771.
Ovula Kaviks: Vaginal Suppositoria Kanker Serviks, Alternatif Baru Pengobatan Kanker Serviks Berbasis Nanopartikel Dari Isolat Daun Sirsak Andika Dewi Ramadhani 1, Nina Wijiani2, Rosyid Ridho3 Fakultas Farmasi Universitas Jember Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
1,2
[5] Sheth, B.B., Bandelin, F.J., Shangraw, R.F., Compressed Tablet, In Lieberman, H.A., Lachman, L., Kanig, J.L.,
3
(Eds), Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets, New York: Marcel Dekker Inc., 1980, Vol. I: 109-171, 180–183, 389-390. [6] Bolton, S., Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Aplications, New York: Marcel Dekker Inc., 1997, Ed 3: 592-595. [7] Banker, G.S., Andherson, N.R., Tablet, in Lachman. L., Liebarman, H.A., Kanig, J.L., (Eds). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986, Ed 3: 339-357, 419-420, 427, 431-433, 543.
ABSTRAK Kanker adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia, salah satunya adalah kanker serviks. Saat ini, kemoterapi adalah alternatif yang masih digunakan pada pengobatan kanker serviks. Agen kemopreventif dari bahan alam adalah alternatif yang lebih baik dari kemoterapi. Usaha kemopreventif lebih menguntungkan daripada kemoterapi karena agen kemopreventif memiliki aktivitas penghambatan perkembangan kanker dan dapat meningkatkan kemungkinan kesembuhan serta menurunkan rasa sakit yang dialami oleh penderita kanker. Salah satu bahan yang dapat berperan sebagai agen kemopreventif adalah daun sirsak. Kandungan acetogenin pada daun sirsak telah diteliti bersifat sitotoksik dan selektif membunuh sel kanker, namun isolat acetogenin memiliki dispersi yang kurang bagus dalam sediaan sehingga diperlukan alternatif bentuk sediaan yang lain yaitu vaginal suppositoria berbasis nanopartikel. Inovasi teknologi nanopartikel dapat memperkecil ukuran isolat daun sirsak agar sama dengan ukuran protein DNA sehingga setelah dibentuk menjadi nanopartikel akan meningkatkan cellular uptake bahan obat ke dalam sel-sel kanker dibandingkan dengan obat-obatan kemoterapi yang masih berukuran mikropartikel. Pembuatan sediaan vaginal suppositoria merupakan solusi dalam pengobatan kanker serviks yang selektif menyerang sel kanker secara langsung pada serviks tanpa harus mengalami metabolisme dalam tubuh.
Keyword : Kanker serviks, kemopreventif, sirsak, nanopartikel, vaginal suppositoria
[22]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.1/ Desember 2012-Mei 2013
[23]
PENDAHULUAN
Insidensi Kanker Serviks
Kanker adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia dan menyumbang 7,6 juta kematian (sekitar
Pada tahun 2008, kasus kanker serviks masih menduduki peringkat pertama insidensi kanker di
13% dari semua kematian) pada tahun 2008. Jenis-jenis utama kanker adalah: paru (1,37 juta kematian), hati
Indonesia. Wanita yang telah terserang kanker ini dapat bertambah dengan kebiasaan mereka akan merokok.
(695.000 kematian), kolorektal (608.000 kematian), payudara (458.000 kematian), kanker serviks (275.000
Menurut para ahli kanker, kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan
kematian)[1]. Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di kalangan perempuan di
disembuhkan dari semua kasus kanker. Meskipun demikian, di wilayah Australia barat, tercatat sebanyak
negara berkembang, yaitu sekitar 190.000 kematian setiap tahun[2]. Kanker serviks merupakan keganasan
85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker serviks setiap tahun. Pada tahun 1993, 40 wanita telah
pertumbuhan sel-sel abnormal yang menyerang serviks yaitu bagian terendah dari rahim yang menonjol ke
tewas menjadi korban keganasan kanker ini[6].
puncak liang sanggama (vagina)[3]. Berdasarkan data statistik Cancer Research UK (2010), tingkat kematian
Agen Kemopreventif Kanker
akibat kanker serviks umumnya meningkat seiring dengan usia, dengan jumlah kematian tertinggi terjadi pada wanita di akhir usia tahun tujuh puluhan. Hanya sekitar 7% dari kematian akibat kanker serviks terjadi pada wanita di bawah 35 tahun[4]. Pengobatan kanker saat ini adalah dengan cara operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Namun tindakan tersebut hanya bersifat memperpanjang umur pasien dan belum dapat
Pemahaman tentang proses karsinogenesis merupakan pengembangan strategi dalam pengobatan penyakit kanker. Pendekatan terapi kanker menggunakan agen kemopreventif lebih menjanjikan daripada obat antikanker konvensional. Agen kemopreventif sendiri dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menghambat dan menekan proses karsinogenesis pada manusia sehingga pertumbuhan kanker dapat
menyembuhkan pasien.
dicegah. Pada terapi kuratif kanker, pengembangan agen kemopreventif didasarkan pada regulasi daur Oleh karena itu gagasan baru dari penulis yaitu untuk memberikan pengobatan yang langsung tepat mengenai sasaran sel kanker yang terdapat di serviks, yang dikemas dalam bentuk sediaan vaginal supositoria atau ovula dengan berbahan dasar ekstrak daun sirsak yang telah diteliti mengandung acetogenin yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Sediaan vaginal supositoria ini juga didispersikan secara nanopartikel yang bertujuan agar senyawa acetogenin dapat masuk ke dalam sel kanker. Dari penulisan gagasan ini diharapkan mampu menjadi alternatif baru untuk pengobatan kanker serviks di Indonesia
sel termasuk reseptor-reseptor hormon pertumbuhan dan protein kinase, penghambatan angiogenesis, penghambatan enzim siklooksigenase-2 (COX-2), dan induksi apoptosis. Agen kemopreventif mempunyai target aksi spesifik melalui mekanisme-mekanisme molekuler tersebut. Ketidaknormalan pada daur sel dan regulasi apoptosis, peningkatan enzim COX-2, dan proses angiogenesis hanya terjadi pada sel yang terkena kanker meskipun pada beberapa kasus angiogenesis terjadi pada jantung. Oleh karena itu, agen kemopreventif relatif aman dan tidak berpengaruh pada sel normal.
maupun di dunia. Pendekatan terapi kanker melalui antiangiogenesis dapat dilakukan dengan agen vaskulostatin
PEMBAHASAN
yaitu agen yang dapat menghambat proses pembentukan pembuluh darah baru. Berdasarkan sebuah pandangan praktis, sebagian besar inhibitor angiogenesis mempunyai aksi sebagai antiinvasi dan komponen
Serviks dan Kanker Serviks
antimetastatis[7]. Lain hal, terjadinya tumor dan kanker ganas (malignan) akan memicu ekspresi COX-2 yang
Kanker serviks adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam serviks, yaitu suatu daerah pada
berlebih. Peningkatan ekspresi COX-2 diikuti produksi prostaglandin E yang berperan dalam proliferasi, dan
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)
memacu proses angiogenesis sel kanker[8]. Beberapa senyawa yang digunakan sebagai agen kemopreventif
dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti
mempunyai aktivitas menghambat COX-2 sehingga dapat menurunkan tranformasi sel malignan[9].
statistik menunjukan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Sembilan puluh persen dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang melapisi serviks sedangkan 10% berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim . [5]
[24]
Salah satu fenotip abnormal dari sel kanker adalah disregulasi dari kontrol daur sel, yaitu terjadi gangguan mekanisme kontrol sehingga sel akan berkembang tanpa mekanisme kontrol sebagaimana pada sel normal[10]. Efek antiproliferatif dari beberapa senyawa yang berpotensi sebagai antikanker salah satunya adalah melalui kemampuannya menunda daur sel dengan menghambat aktivitas cyclin-CDK maupun protein-
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[25]
protein kinase lainnya[11]. Agen kemopreventif alami, di antaranya adalah flavonoid, dapat menginduksi
Materi ini terdapat dalam bentuk kristal yang atom-atomnya tersusun secara teratur maupun dalam bentuk
penghentian fase G. Agen kemopreventif lain seperti kurkumin dapat mempengaruhi siklus sel pada transisi
non-kristal. Perbedaan ukuran obat antara ukuran nanopartikel dengan ukuran mikropartikel pada obat-
fase G1/G0 dan G2/M. Pengaruh agen kemopreventif melalui penghambatan siklus sel dapat menyebabkan
obatan kemoterapi terjadi pada sifat fisika, kimia dan sifat biologinya. Perbedaan yang terjadi memberikan
sel akan berhenti membelah dan proliferasi sel akan berhenti[12].
manfaat yang sangat besar sehingga membawa material berukuran nanometer sebagai material unggul pada
Selain melalui regulasi daur sel, pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan agen kemopreventif adalah melalui induksi apoptosis. Apoptosis merupakan kematian sel yang diprogram sebagai respon terhadap rangsangan tertentu. Salah satu kelompok protein yang berperan terhadap kematian sel adalah Bcl2. Beberapa anggota keluarga protein Bcl-2 antiapoptosis seperti Bcl-2, Bcl-XL (PGE , Mcl1, dan Bag) berfungsi untuk mencegah kematian sel, sedangkan anggota keluarga protein Bcl-2 proapoptosis seperti Bak, Bax, dan
berbagai bidang terapan, termasuk biologi dan famasi. Yang paling menarik lagi adalah sejumlah sifat-sifat yang dimilikinya dapat diubah-ubah secara signifikan melalui pengontrolan ukuran pada orde nanometer tersebut, pengaturan komposisi kimia, modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi antar-partikelnya. Sifat-sifat yang bergantung pada ukuran ini dipercaya sebagai hasil dari tingginya rasio luas permukaan terhadap volume material[15].
Bad menginduksi apoptosis. Selain pembuangan senyawa obat melalui pompa efflux P-gp (P-glikoprotein),
Beberapa tahun terakhir penelitian terhadap nanopartikel menjadi intensif dilakukan di berbagai
ekspresi berlebihan dari Bcl-2/Bcl-XL pada kanker juga dapat meningkatkan resistensi terhadap kemoterapi
negara, baik menyangkut metode sintesanya maupun sifat-sifat yang dihasilkannya. Pada bidang energi,
dan radioterapi. Oleh karena itu, target penting dalam pengobatan kanker adalah penekanan ekspresi protein
nanopartikel dilibatkan untuk menghasilkan sel surya yang lebih efisien. Pada bidang kesehatan seperti bidang
antiapoptosis selain penekanan ekspresi P-gp[13].
farmasi dan biologi, teknologi nanopartikel diteliti dapat mempercepat kelarutan sehingga mempermudah reaksi antar partikel bahan meningkatkan celular uptake sel target[16]. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki,
Sirsak (Annona muricata L.)
nanopartikel telah diterapkan pada beberapa penelitian teknologi seperti: pelabelan sel, penghantaran
Sirsak memiliki nama latin Annona muricata L. Kandungan aktif buah sirsak yang berperan
obat (drug delivery), perusakan sel tumor dengan pemanasan (hyperthermia), dan penjelas citra magnetic
dalam membunuh sel kanker adalah acetogenin. Acetogenin bekerja menghambat dan membunuh sel
resonance imaging (MRI). Pengembangan dan jenis terapan nanopartikel akan terus bertumbuh mengingat
kanker dalam dua tahap. Pertama, acetogenin mendeteksi dan membedakan antara sel kanker dan sel
ukuran bagian-bagian dari sel sebagai unit kehidupan berada dalam orde nanometer. Protein memiliki ukuran
normal. Acetogenin menyerang sel secara selektif, artinya hanya sel yang diidentifikasi sebagai sel kanker
sekitar 5 nm, DNA yang memiliki struktur heliks, memiliki diameter sekitar 2 nm, dan masih banyak lagi
saja yang diserang sementara sel normal tidak diserang. Acetogenin dapat membedakan sel kanker dan sel
bagian organ tubuh yang memiliki ukuran dalam orde nanometer. Nanopartikel memiliki kesetaraan ukuran
normal kebutuhan sel akan ATP (Adenosine Tri Phosphate). ATP adalah sumber energi bagi sel untuk tumbuh
dengan banyak bagian dalam organ tubuh
dan berkembang serta menjalankan berbagai fungsinya sebagai sel. Karena sel kanker bergerak, tumbuh, dan berduplikasi lebih cepat dan lebih aktif dibandingkan sel normal, sel kanker membutuhkan energi ATP dalam jumlah yang lebih banyak. Acetogenin mendeteksi kebutuhan ATP yang lebih tinggi pada sel kanker. Tahap kedua, acetogenin masuk ke dalam sel kanker dan menempel di dinding sebelah dalam mitokondria. Mitokondria adalah organ di dalam sel yang berfungsi sebagai tempat memproduksi energi ATP bagi sel. Karbohidrat hasil konsumsi makanan berakhir di mitokondria yang selanjutnya akan diubah menjadi energi. Acetogenin akan memblok produksi energi ATP di dalam mitokondria sel kanker. Akibatnya suplai energi untuk sel kanker akan terputus sehingga sel kanker menjadi lemah dan akhirnya mati[14].
dari sel yang ukurannya berorde nanometer. Oleh karena faktor ukuran ini, banyak tindakan pengobatan yang gagal menyembuhkan. Nanopartikel diyakini dapat digunakan untuk mengontrol interaksi antara satu biomolekul ke biomolekul yang lain di dalam tubuh sehingga memiliki sensitivitas yang tinggi, presisi pengontrolan yang tinggi, dan dapat dilakukan secara selektif. Untuk usaha tersebut nanopartikel harus didesain dapat berinteraksi dengan protein dan sel tanpa mengganggu aktivitas normal dari keduanya dan harus biocompatible dan tidak beracun. Vaginal Suppositoria
Nanopartikel Nanopartikel adalah suatu materi yang ukurannya berada pada kisaran 1-100 nanometer (nm). [26]
Obat-obatan yang berukuran mikrometer sulit berinteraksi dengan protein maupun bagian-bagian
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
Berdasarkan fungsi fisiologi, alat reproduksi wanita mempunyai 3 fungsi, yaitu: Fungsi seksual, fungsi
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[27]
hormonal, fungsi reproduksi (melanjutkan keturunan). Vagina telah dipelajari sebagai organ yang efektif untuk menghantarkan obat secara lokal maupun sistemik bagi wanita. Secara tradisional, rongga vagina telah
Dengan pemberian per vaginal meminimalisir terjadinya infeksi di saluran pencernaan.
c)
Dengan pemberian per vaginal, bahan obat akan menjadi lebih aman, karena tidak bereaksi dengan enzim-
d)
digunakan untuk pengobatan efek lokal seperti obat antibakteri, antijamur, antiprotozoal, antivirus, spermisida
enzim pencernaan.
agen, prostaglandin, steroid, serta mampu mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS) termasuk AIDS[17].
Inovasi ide yang telah dikemukakan oleh penulis diharapkan mampu menghasilkan produk obat baru untuk pengobatan kanker serviks dengan berbasis nanopartikel dari senyawa acetogenin dari daun sirsak
Vagina juga memiliki potensi besar untuk pengiriman sistemik karena luas permukaan yang besar
yang dikemas dalam bentuk sediaan vaginal suppositoria. Keunggulan dari produk ini adalah:
sehingga area penyerapan obat makin besar, dan permeabilitas yang baik untuk berbagai senyawa termasuk
1.
peptida dan protein. Ini menawarkan alternatif yang menguntungkan bagi obat-obat untuk efek sistemik
Berbahan dasar senyawa aktif dari daun sirsak yang ketersediaannya di Indonesia masih sangat melimpah dan belum di optimalkan pemanfaatannya.
seperti bromocriptine, propranolol, oksitosin, kalsitonin, LH-RH agonis, hormon pertumbuhan manusia,
2.
insulin dan steroid yang digunakan dalam terapi penggantian hormon atau untuk kontrasepsi. Oleh karena itu
Acetogenin telah diteliti selektif membunuh sel kanker dan tidak menyerang sel normal sehingga tidak memiliki efek samping yang berbahaya.
pemberian obat melalui vaginal dibuat dalam bentuk sediaan vaginal suppositoria. Vaginal suppositoria adalah
3.
Ukuran senyawa aktif acetogenin dalam nanopartikel mampu meningkatkan cellular uptake senyawa
suppositoria yang diberikan dalam rongga vagina, kemudian obat akan meleleh karena suhu dalam vagina,
aktif terhadap sel target sehingga aktifitas anti-kanker acetogenin lebih efektif dibandingkan ukuran
setelah itu obat akan mengalami absorbsi dalam pembuluh darah yang banyak terdapat di daerah vagina.
mikropartikel pada obat-obatan kemoterapi.
Ovula Kaviks
4.
Pembuatan sediaan vaginal suppositoria merupakan solusi dalam pengobatan kanker serviks yang selektif menyerang sel kanker secara langsung pada serviks tanpa harus mengalami metabolisme dalam
Senyawa acetogenin yang telah diekstrak dari daun sirsak memiliki kemampuan terdispersi yang
tubuh.
buruk dalam sediaan[19]. Untuk itu sebelum dibuat menjadi sediaan farmasi, senyawa acetogenin diolah menjadi nanopartikel. Obat nanopartikel tersirkulasi di dalam aliran darah selama 24 jam, sekitar 5 kali lebih lama dibanding obat yang tidak terenkapsulasi nanopartikel. Saat nanopartikel dipaparkan pada sel kanker,
KESIMPULAN
nanopartikel mampu menembus dinding pembuluh darah kanker yang berlubang-lubang halus sehingga obat bisa menyebar ke jaringan kanker. Nanopartikel meningkatkan tekanan osmotik dalam jaringan kanker,
Salah satu tanaman yang diketahui dapat berperan sebagai agen kemopreventif adalah daun sirsak.
sebaliknya pembuluh darah kapiler menjadi rusak sehingga obat terjebak di jaringan kanker, tidak terbawa
Daun sirsak mengandung acetogenin yang memiliki aktivitas anti kanker. Acetogenin bekerja selektif terhadap
aliran darah. Akibat aksi obat dan tidak mendapat pasokan darah, jaringan kanker akhirnya mati[20].
sel kanker yaitu hanya menyerang sel kanker saja tanpa merusak sel normal. Bentuk nanopartikel memiliki keuntungan untuk pengobatan kanker karena dengan ukuran nanopartikel bahan obat memiliki celluler
Dari keuntungan-keuntungan diatas, penulis memilki inisiatif ide untuk mengemas obat kanker serviks ini menjadi bentuk sediaan vaginal suppositoria. Meski pemberian obat dengan vaginal suppositoria
uptake yang lebih besar daripada obat dalam bentuk mikropartikel. Oleh karena itu sebelum diformulasi dalam sediaan farmasi acetogenin dibuat nanopartikel.
menimbulkan rasa kurang nyaman kepada pasien, namun di sisi lain banyak keuntungan yang diperoleh Saran
dengan pengemasan sediaan vaginal suppositoria. Adapun keuntungannya adalah:
a)
b)
Pemberian per vaginal lebih efektif daripada pemberian per oral, karena efek sistemik yang dihasilkan
Penulis mengharapkan agar ada penelitian lebih lanjut terkait efektifitas Ovula Kaviks sebagai vaginal
lebih dekat dengan pusat sel-sel kanker, sehingga sel kanker akan lebih cepat terobati.
suppositoria kanker serviks sehingga dapat diproduksi secara massal sebagai alternatif baru pengobatan
Dengan pemberian per vaginal, bahan obat tidak mengalami first pass metabolism di hati, sehingga efek
kanker serviks berbasis nanopartikel dari ekstrak daun sirsak.
obat yang dihasilkan lebih optimal daripada per oral. [28]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[29]
DAFTAR PUSTAKA
Ones, Journal of Natural P&s, 1995. 58 (9):1.430-1.437. 15. Lisa Brannon-Peppas, James O. Blanchette. 2012. Nanoparticle and targeted systems for cancer
1. World Health Organization, World Health Statistic, Switzerland:WHO, 2012. 2. Sherris J., Herdman C., Elias C., Presiden, Cervical Cancer in Developing World, West J Med, 2001, 175
therapy. Advanced Drug Delivery Reviews, 30 (2):55-70. 16. Kumar C.S.S.R., Hormes J., dan Leuschner C., Nanofabrication Towards Biomedical Applications, Wilet-
(4):231-233. 3. Vermani Kavita and Grag Sanjay, The Scope and Potential of Vaginal Drug Delivery. Research Focus
VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim, Germany. 2005. 17. Sona P.S., Nanoparticulate Drug Delivery Systems for The Treatment of Diabetes, Digest Journal of
PSTT, 2000, 3 (10). 4. Levi F., Lucchini F., Negri, Cervical Cancer Mortality in Young Women in Europe: Patterns and
Nanopartikels and Biostructures, 2010, 5 (2), 411-418. 18. Hussain Alamdar dan Ahsan Fakhrul. The Vagina as a Route for Systemic Drug Delivery. Journal of
Trends, European J of Cancer, 2000, 36 (17):2266-2271. 5. Lembaga Penelitian Indonesia, Kanker : Pertumbuhan, Terapi dan Nanomedis, 2007 http://www.nano. lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1187593839, Diakses 15 November 2012. 6. Yohanes R., The Evaluation of Breast Cancer. New South Wales: Australia ltd.co.al. 2000. 7. Matter A., Tumor Angiogenesis as a Theurapeutic Target, DDT, 2001, 6 (19):1005-1020.
Controlled Release 103 (2005):301–313. 19. Sofyan, R., Terapi Kanker pada Tingkat Molekuler, Cermin Dunia Kedokteran, 2002, 127:5-10. 20. Wagner GP, Lynch VJ. 2005 Molecular Evolution of Evolutionary Novelties: The Vagina and Uterus of Therian Mammals. J Exp Zoolog B Mol Dev Evol.2005.
8. Tyagi, A. K., Agarwal C., Chan D. C. F., dan Agarwal R., Synergistic Anti Cancer Effects of Silibinin with Conventional Cytotoxic Agents Doxorubicin, Cisplatin and Carboplatin against Human Breast Carcinoma MCF-7 and MDA-MB468 Cells, Oncology Reports, 2004, 11:493-499. 9. Brem, S., MD, Angiogenesis and Cancer Control: From Concept to Therapeutic Trial, Moffitt Cancer Center & Research institute, 1999. 10. Nair, P., Jayaprakash, P.G., Nair, K.M., and Pillai, M.R., Telomerase, p53 and Human Papillomavirus Infection in the Uterine CervVIII, Acta Oncologica, 2000, 39 (1): 65 – 70. 11. Gondhowiardjo S., Proliferasi Sel dan Keganasan, Majalah Kedokteran Indonesia, 2004, 54 (7):289299. 12. Pan M.H., Chen W.J., Lin S., Ho C.H., Lin J.K., Tangeretin Induces Cell Cycle Through Inhibiting Cyclin Dependent Kinase 2 & 4 Activities As Well As Elevating Cdk Inhibitor p21 in Human Colorectal Carcinoma Cells, Carsinogenesis, Oxford University Press, 2002, 23:1677-1684. 13. Gondhowiardjo S., Proliferasi Sel dan Keganasan, Majalah Kedokteran Indonesia, 2004, 54 (7):289299 14. Wu F., Wo G., Zeng L.,Yan Z., Schwedler J.T., Jerry L., Ughlin. Additional Bioactive Acetogenins, Annomutacin From The Leaves Of Annona Muricata And (2,d-TRAN.S AND CIS)-l OR-Annonacin-A[30]
Vol.2/ Desember-Mei 2013
BIMFI
BIMFI Vol.2/ Desember-Mei 2013
[31]
TINJAUAN PUSTAKA
Buah Kersen (Muntingia calabura) Sebagai Solusi Penyakit Degeneratif Rematik Adiba Hasna Ramadhani, Riska Rismawati, Nurul Asih Ramadhani Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
ABSTRACT Arthritis or rheumatism is better known as a disease which prevalence is quite high in Indonesia even in the world. Recent research states that around 1% of the population having arthritis. There are about one hundred types of diseases included in rheumatism. Some of them are osteoarthritis, gout (gout), and spondylosis (arthritis of the spine). Many people consider negligible disease because early symptoms of joint pain is common. However, if that symptom left too long, there will be swelling or inflammation that is difficult to cure. The use of NSAIDs such as indomethacin for arthritic often cause serious side effects. Today, many developed research on herbs that are believed to be safer than chemical drugs. In Indonesia empirically known that taking 9 cherry fruits three times a day to treat rheumatic diseases. This is relevant to the research performed by Preethi Kathirvel, Paramasivam Premasudha and Kittusamy Keerthana concerning the cherry fruit extracts (Muntingia calabura) with antioxidant DPPH and anti inflammatory test of 3 doses of different cherry fruit extract on foot healthy male Albino Wistar rats which had edema after carrageenan-induced Indomethacin compared with NSAIDs. The result is a dose of 300 mg / kg given effect approaching indomethacin (80.48%) in reducing leg edema rats. Cherry fruit extract proven to treat arthritis. Keywords: Arthritis, inflammation, Muntingia calabura fruits
ABSTRAK Artritis atau lebih dikenal dengan rematik merupakan suatu penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia bahkan di dunia. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa sekitar 1% populasi dunia mengalami arthritis. Ada sekitar seratus jenis penyakit yang termasuk ke dalam rematik. Beberapa diantaranya adalah osteoarthritis, asam urat (gout), dan spondilosis (arthritis pada tulang punggung). Banyak orang yang menganggap sepele penyakit ini karena memang gejala awal hanyalah nyeri sendi biasa. Tetapi, jika dibiarkan terlalu lama, maka akan terjadi pembengkakkan atau inflamasi yang sulit untuk disembuhkan. Penggunaan obat NSAID seperti indometasin untuk rematik sering menimbulkan efek samping yang serius. Saat ini, banyak dikembangkan penelitian mengenai tanaman herbal yang diyakini lebih aman daripada obat-obatan kimia. Di Indonesia secara empiris diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 9 butir buah kersen 3 kali sehari dapat mengobati penyakit rematik. Hal ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kathirvel Preethi, Paramasivam Premasudha, dan Kittusamy Keerthana pada tahun 2012, mengenai uji antioksidan ekstrak buah kersen (Muntingia calabura) dengan uji DPPH dan uji aktivitas anti inflamasi 3 dosis ekstrak buah kersen yang berbeda terhadap kaki tikus Wistar Albino jantan sehat yang mengalami edema setelah diinduksi karagenan dibandingkan dengan obat NSAID Indometasin. Hasilnya dosis 300 mg/kg yang diberikan menghasilkan efek yang mendekati indometasin (80.48%) dalam mengurangi edema kaki tikus sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak buah kersen terbukti dapat mengobati rematik. Kata kunci: Artritis, inflamasi, buah Muntingia calabura
[32]
Vol.1/ Desember 2012-Mei 2013
BIMFI
BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
[33]
jarang dilakukan. Padahal tanaman ini sangat mudah ditemui di pinggir jalan sebagai peneduh dan telah
PENDAHULUAN Prevalensi rematik di dunia terus mengalami peningkatan. Saat ini jumlah penderita rematik mencapai 1% populasi. Jumlah itu terus meningkat terutama pada perempuan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh
dilaporkan memiliki efek antiproliferatif, antioksidan, antinosiseptif, efek kardioprotektif dan antipiretik[7]. Sebanyak 42 senyawa volatil telah diidentifikasi melalui distilasi vakum ekstrak buah kersen matang[8]. Di Indonesia, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan potensi kersen dengan cara mengkonsumsi buah kersen sebanyak 9 butir setiap 3 kali sehari yang dipercaya mampu mengobati asam urat[9],[10],[11].
Mayo Clinic di Amerika Serikat menunjukkan bahwa antara tahun 1995 dan 2005, penderita wanita mencapai
PEMBAHASAN
54 dari 100 ribu orang dan pria hanya 29 orang dari 100 ribu orang. Di Indonesia prevalensi rematik menurut penelitian dari Zeng et al, pada tahun 2008 lalu mencapai 23,6% hingga 31,3%. Rematik merupakan salah satu penyebab nyeri sendi, khususnya sendi – sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari – jari. Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus menerus dan semakin lama semakin berat, tetapi ada kalanya hanya berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang – ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap[1]. Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam keadaan patologis, misalnya inflamasi,
Tingginya prevalensi penyakit rematik secara logis akan menimbulkan implikasi peningkatan biaya
kesehatan. Permasalahan lain yang timbul selain masalah biaya ekonomi yang besar adalah efek samping yang diakibatkan pemakaian obat-obat rematik seperti golongan NSAID dan steroid. Obat-obat rematik sering kali dipakai secara sembarangan dan pada akhirnya mengakibatkan komplikasi NSAID gastropati[12]. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menemukan obat herbal yang lebih aman dari NSAID. Masyarakat Indonesia telah membuktikan secara empiris bahwa dengan mengonsumsi buah kersen dapat mengobati penyakit asam urat yang termasuk ke dalam penyakit degeneratif rematik.
nosiseptor menjadi sensitif bahkan hipersensitif. Adanya pencederaan jaringan akan membebaskan berbagai jenis mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, histamin dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri[2]. Masalah utama obat-obatan NSAID untuk rematik adalah terjadinya efek samping, terutama dalam mempengaruhi sistem GI, juga sistem ginjal dan kardiovaskular[3].
Berbagai obat-obatan herbal yang berasal dari ekstrak tumbuh-tumbuhan sudah digunakan dalam
Gambar 1. Tanaman kersen Muntingia calabura L.(telah diolah kembali dari [10]
pengobatan berbagai penyakit klinis, meskipun pengetahuan tentang mekanisme dan aktivitasnya masih relatif sedikit[4]. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk obat herbal adalah tanaman kersen atau dalam
Agar bukti empiris tersebut dapat diterima oleh masyarakat luas, maka perlu dilakukan penelitian
bahasa latinnya dikenal dengan Muntingia calabura. Kersen (Muntingia calabura, famili Elaeocarpaceae
mengenai kandungan senyawa kimia dan aktivitas buah kersen dalam mengobati rematik. Salah satunya
adalah buah kecil tetapi terkenal dan menyehatkan, dihasilkan dari pohon yang memiliki banyak manfaat[5].
adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Kathirvel Preethi, Paramasivam Premasudha, dan Kittusamy
Dalam bahasa Inggris, kersen dikenal dengan nama Jamaica cherry dan Panama berry, sedangkan di Indonesia
Keerthana pada tahun 2012, mengenai aktivitas anti-inflamasi ekstrak buah kersen yang diberikan secara oral
disebut cherri dan talok.[6] Kersen merupakan pohon yang dapat tumbuh dengan cepat mencapai ketinggian
pada tikus Wistar Albino jantan sehat yang diinduksi dengan karagenan sehingga menghasilkan efek inflamasi
25 - 40 kaki (7.5 – 12 meter), menyebar dengan cabang horizontal, daunnya berwarna hijau berbentuk lanset
pada bagian kaki belakang sebelah kanan tikus tersebut. Buah kersen yang segar di ekstraksi dengan metanol.
atau lonjong, berseling, berbulu di bagian bawah dan pinggiran daunnya bergigi. Bunga kersen tumbuh secara
Kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan menggunakan pengurai radikal DPPH. Sebanyak 5 ml 0,1 mM
tunggal atau pada bagian kedua atau ketiga dalam aksil daun. Buahnya berbentuk bulat, berwarna merah atau
larutan metanol dari DPPH ditambahkan pada tiap 1 ml ektrak buah kersen ,diaduk, kemudian diinkubasi
kadang-kadang kuning, halus, kulit tipis, dan sangat manis[5]. Sayangnya, penelitian mengenai kersen masih [34] BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
[35]
pada suhu 270C selama 20 menit[13].
Salah satu mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan
Uji farmakologi kemudian dilakukan pada tikus-tikus Wistar Albino jantan sehat yang ditempatkan
adalah reaksi yang disebabkan oleh ROS (Reactive Oxygen Species). ROS yang merupakan jenis stimulus
di dalam kandang polipropilen dengan tiap kandang berisi tidak lebih dari 6 ekor tikus dan dipelihara pada
inflamasi menyebabkan dihasilkannya nitrit oksida (NO), suatu senyawa yang dapat memodulasi sejumlah
kondisi standard (14/10 hrs dar/light cycles, temp 25Âą20C; 35-60% humidity, air ventilation), diberi makan
fungsi fisiologi termasuk periferal dan pusat nosiseptif yang diproses dalam tubuh[16],[17]. Hal ini menunjukkan
dengan pelet standar dan air segar ad libidum[13].
bahwa pemblokiran ROS akan menyebabkan penurunan sintesis NO yang pada akhirnya akan mengarah pada
Aktivitas anti-inflamasi dari sampel buah kersen diselidiki pada model yang diinduksi inflamasi
aktivitas anti-inflamasi, antikanker dan antioksidan[18],[19].
karagenan. Peradangan akut diinduksi pada tikus [14]. Kelompok kontrol diberi larutan garam saja, sedangkan
Pada penelitian ini, edema hasil induksi karagenan dihambat oleh ekstrak buah kersen selama 4 jam
kelompok ketiga diobati dengan indometasin (10 mg/kg p.o.). Kelompok keempat, kelima, dan keenam
secara signifikan. Ekstrak metanol buah kersen pada tingkat dosis 100, 200, dan 300 mg/kg menghasilkan
diinduksi dengan ekstrak buah kersen (100, 200, dan 300 mg / kg / hari p.o.). Edema inflamasi akut diinduksi
penghambatan inflamasi lokal yang berbeda tergantung pada dosis yang diberikan, yaitu dosis 100 mg/
oleh injeksi subplantar 0.1 ml karagenan 1% di kaki kanan belakang dari tiap-tiap tikus pada semua kelompok,
kg dengan pengurangan edema sebesar 24,36%, 200 mg/kg sebesar 44.14% dan pada dosis 300 mg/kg
kecuali kelompok kontrol. Ketebalan (mm) dari kaki diukur setiap 30 menit dalam interval waktu 4 jam
terjadi pengurangan edema sebesar 62.43% . Dosis 300 mg/kg yang diberikan juga menghasilkan efek yang
setelah injeksi karagenan, dengan menggunakan vernier caliper [15]. Persentase penghambatan edema dihitung
mendekati indometasin (80.48%) dalam mengurangi edema kaki. Data ini mendukung hipotesis efek dari
untuk setiap dosisnya dengan menggunakan rumus[13]:
buah kersen pada mediator inflamasi dalam proses peradangan. Hal ini membuktikan bahwa karagenan adalah mukopolisakarida sulfat yang diperoleh dari rumput laut (Rhodophyceae), yang diduga banyak digunakan
% Inhibition = (1 – PVT/PVC ) × 100 PVT = Paw volume in drug treated group of rats PVC = Paw volume in control group of rats
untuk menginduksi inflamasi akut dalam menghasilkan edema maksimal dalam kurun waktu tiga sampai lima jam[20]. Sementara itu, contoh edema yang diinduksi karagenan dihubungkan dengan
Uji pembawa pada penelitian ini melibatkan karagenan dan indometasin. Indometasin dan ekstrak kersen diberikan secara oral dan dipersiapkan secara mendadak sebelum digunakan dan dilarutkan dalam saline normal isotonic (0,9% b/v) yang disiapkan sebagai pembawa dan kontrol volume. Pengecualian pada karagenan, yang menjadi kontrol pembawanya adalah 0,5% CMC dalam aquadest[13]. Dengan memperhatikan nilai IC50, ekstrak Muntingia calabura menampilkan karakteristik radikal DPPH secara signifikan. Uji DPPH merupakan metode yang cepat dan murah yang sudah sering digunakan untuk evaluasi antioksidan produk bahan alam. Nilai IC50 yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin rendah nilai IC50, semakin tinggi aktivitas antioksidan (Tabel 1)[13]. Tabel 1. Persen inhibisi terhadap radikal DPPH oleh ekstrak buah M. calabura (telah diolah kembali dari [13].
Gambar 2. Efek anti-inflamasi dari ekstrak buah kersen pada tikus Wistar Albino yang diinduksi karagenan (telah diolah kembali dari [14]aktivasi jalur siklooksigenase dan merupakan fenomena multi-mediated dengan munculnya
mediator-mediator inflamasi[13].
Nilai IC50 pada kosentrasi 90 Âľg/ml [36]
BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
[37]
KESIMPULAN
[13]
Buah kersen (Muntingia calabura) terbukti memiliki aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan. Hal ini menguatkan bukti empiris yang menyebutkan bahwa konsumsi buah kersen dapat mengurangi efek inflamasi
[14]
pada penyakit rematik, seperti halnya pada obat NSAID, Indometasin.
[15] [16]
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat antioksidan dan anti-inflamasi yang terdapat dalam buah kersen juga penelitian mengenai penentuan dosis yang paling tepat dari buah kersen untuk rematik dalammenunjang bukti empiris. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai potensi buah kersen ini sehingga dapat menarik pihak industri farmasi untuk mengembangkan ekstraksi buah kersen menjadi suatu sediaan yang dapat dikomersilkan.
[17] [18] [19] [20]
book Rheumatology update 2010. Preethi Kathirvel, Premasudha Paramasivam, Keerthana Kittusamy. Anti-inflammatory Activity of Muntingia calabura Fruits. Phcogj.com [serial online] 2012 July-August [cited 2013 Feb 19]. Available from: URL: HYPERLINK: http://phcogj.com/105530pj20123010. Winter CA, Risley EA, Nuss GV. Carrageenin Oedema in hindpaw of rats as an assay for anti inflammatory drugs. Procd Soc Exp Biol Med. 1962;3:544-547. Vasudevan M, Gunnam KK, Parle M. Antinociceptive and anti-inflammatory properties of Daucus carota seeds extract. J Horti Sci. 2006; 52:598-606. Einbond LS, Reynertson KA, Luo XD, Basile MJ, Kennelly EJ. Anthocyanin antioxidants from edible fruits. Food Chem. 2004; 84:23-28. Kaneda N, Pezzuto JM, Soejarto DD, Kinghorn AD, Farnsworth NR, Santisuk T, et al. Plant anticancer agents, XLVIII. New cytotoxic flavonoids from Muntingia calabura roots. J Nat Prod. 1991; 54:196206. Nshimo CM, Pezzuto JM, Kinghorn AD, Farnsworth NR. Cytotoxic constituents of Muntingia calabura leaves and stems collected in Thailand. Inter J Pharmacog. 1993; 31:77-81. Su BN, Park EJ, Vigo JS, Graham JG, Cabieses F, Fong HHS, et al. Activity‑guided isolation of the chemical constituents of Muntingia calabura using a quinine reductase induction assay. Phyto Chem. 2003; 63:335-341 Morris CJ. Carrageenan-induced paw edema in the rat and mouse. Meth Mol Bio. 2003; 225:115-121.
DAFTAR PUSTAKA
[1] [2]
[3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [38]
Brooke MP. Rheumatology. Med J Australia. 1994; 160: 374-377. Lelo Aznan, Hidayat D. S., Juli Sake. Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid Yang Rasional Pada Penanggulangan Nyeri Rematik. Medan: USU Institutional Repository [serial online] 2004 [cited 2013 Feb 21]. Available from: URL: HYPERLINK: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3478/1/ farmakologi-aznan4.pdf. Brooks P. Use and benefits of non-steroidal anti-inflammatory drugs. Am J Med. 1998:104 Suppl 3A:9S–13S. Ratheesh M. and Helen A. Af J Biotechnol. 2007: 6: 1209. Morton, J. Jamaica Cherry. p. 65–69. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton, Miami, FL. [serial online] 1987 [cited 2013 Feb 15]. Available from: URL: HYPERLINK: http://www.hort.purdue.edu/ newcrop.morton/jamaica_cherry.html. Janick Jules, Paull Robert E. The Encyclopedia of Fruit & Nuts. 2006. Cambridge: Cambridge University Press;2008. Zakaria ZA, Hazalin NA, Mohd Zaid SNH, Ghani M, Hassan MM, Hanankumar G, et al. Antinociceptive, Anti-inflammatory And Antipyretic Effects of Muntingia calabura Aqueous Extract in Animal Models. J Nat Med. 2007; 61: 443–8. Wong KC, Chee SG, Er CC. Volatile Constituents of The Fruits of Muntingia calabura L. J Essent Oil Res. 1996; 8:423–6. Arum Putri Anjaly. Khasiat Buah Kersen [serial online] 2013 [cited 2013 Feb 19] Available from: URL: http://news.liputan6.com/read/479971/khasiat-buah-kersen. Bambang Ujianto. Sirup Buah Kersen Penyembuh Asam Urat. [serial online] 2011 [cited 2013 Feb 19]. Available from: URL: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sehat/2011/03/09/587/Sirup-Buah-Kersen-Penyembuh-Asam Urat. Stifa AS. Buah Kersen Obat Ampuh untuk Asam Urat. [serial online] 2012 [cited 2013 Feb 19] Available from: URL: http://m.obyektif.com/kesehatan/read/buah_kersen_obat_ampuh_untuk_asam_urat__/. Candra syafei. 2010 . Permasalahan Penyakit Rematik Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Proceeding BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
BIMFI/ Vol. 1/ September 2012
[39]