BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
KATA PENGANTAR Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI) merupakan salah satu berkala yang dimiliki oleh organisasi mahasiswa keperawatan yakni Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI). Berkala ini ditebitkan guna memberikan informasi-informasi terbaru dalam dunia keperawatan dan memberikan sarana kepada mahasiswa keperawatan untuk mempublikasikan hasil penelitiannya maupun artikel ilmiah yang lain.
BIMIKI ini secara garis besar menyajikan artikel-artikel ilmiah yang bersikan informasi terbaru tentang keperawatan, termasuk di dalamnya terdapat penelitian asli, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu keperawatan dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Berkala ini tidak hanya terbatas pada mahasiswa saja, namun juga insan keperawatan pada umumnya.
Atas diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia volume kedua edisi pertama ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, khususnya kepada seluruh penulis yang berperan aktif, tim penyusun, mitra bebestari dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan berkala ini.
Penyusun
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
i
SUSUNAN PENGURUS Penanggungjawab : Ahmad Rizal (Sekretaris Jenderal ILMIKI) Pimpinan Umum : Nuning Khurotul Af’ida (PSIK FK Universitas Brawijaya) Sekretaris Umum : Ayu Amalia (PSIK FK Universitas Brawijaya) Bendahara : Devi Septiananingrum (PSIK FK Universitas Gajah Mada) Pimpinan Redaksi : Tiara Dea Ananda (PSIK FK Universitas Brawijaya) Dewan Redaksi : - Muhamad Zulfatul A’la (Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran) -
-
Weni Widya Sari (Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran) Dwi Retno Selvitriana (PSIK FK Universitas Brawijaya) Andreas A. Pangemanan (PSIK FK Universitas Gajah Mada)
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
-
Aprilika Tyantaka (Poltekkes Kemenkes Yogyakarta)
-
Dia Amal Indah (PSIK FK Universitas Brawijaya)
Tim Humas (Promosi dan Danus): -
Sifak Nikmatul F. (PSIK FK Universitas Gajah Mada)
-
Septiana Hannani A.P. (PSIK FK Universitas Brawijaya)
-
Sanda Prima Dewi (PSIK FK Universitas Brawijaya)
-
Amirullah (PSIK FK Universitas Brawijaya)
-
Cinta Astri D. Puspitasari (PSIK FK Universitas Gajah Mada)
Tim Layouting (Tata Letak &Ilustrasi): -
Bayu Aprilia Yogi Putra (PSIK FK Universitas Brawijaya)
-
Ilya Nur Rachmawati (PSIK FK Universitas Brawijaya)
-
Rizky Oktavia P. (PSIK FK Universitas Brawijaya)
-
Sofyan Adetya Perkasa (PSIK FK Universitas Gajah Mada
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................... Susunan Pengurus .............................................................................................................................. Daftar Isi................................................................................................................................................... Petunjuk Penulisan............................................................................................................................. Sambutan Pimpinan Umum...............................................................................................................
i ii iii iv vi
PENELITIAN
PENGARUH KEGIATAN RUTIN MENCUCI TANGAN DI SEKOLAH DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK ISLAM TERPADU AS SALAM KOTA MALANG Asri Puji Lestari, Chusnul Chuluq Ar, Dian Susmarini ............................................................ 1
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MENSTRUAL HYGIENE REMAJA PUTRI UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN REPRODUKSI (ISR) Indah Puspita Sari, Novi Khila Firan, Lalily Yuliatun ............................................................. 11
PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA SEJAHTERA PANDAAN PASURUAN Teguh Suprianto, Subandi, Retno Lestari ............................................................................. 19
PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT HIV AIDS DAN IMS PADA KALANGAN LSL Nyoman Agus Jagat Raya, Eva Yanti, A.A. Ngurah Taruma Wijaya .................................... 30
TINJAUAN PUSTAKA
WAYANG WONG SEHAT (WWS): UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN MEDIA SOSIADRAMA BERASASKAN BUDAYA INDONESIA Nuning Khurotul Af’ida, Agung Wiyatno, Ina Martiana, Retno Lestari .................................. 40
PROSES BERDUKA (BEREAVEMENT) DAN SPIRITUALITAS KELUARGA PADA PASIEN DENGAN STROKE Muhamad Z. A’la, Atikah Fatmawati, Iyus Yosep, Hana R. Dewi ......................................... 51
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
iii
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI)
1. BIMIKI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada berkala lain. 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. 3. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 10 halaman. 4. Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word. 5. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian Asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul karangan (Title) menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Judul artikel ditulis dengan huruf besar menggunakan font Arial 11 spasi 1. Penulis diharapkan mencantumkan judul ringkas dengan susunan 40 karakter beserta nama penulis utama yang akan ditulis sebagai judul pelari (running title) b. Nama Penulis, tanpa gelar. Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 1 orang. c. Alamat berupa instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat post lengkap dan alamat email untuk penulis korespondensi. d. Abstrak, ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh tulisan meliputi masalah, tujuan, metode, hasil, serta simpulan. Abstrak ditulis dalam satu paragraf penuh, dibawah abstrak disertakan 3-5 kata kunci (keywords). Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis. e. Pendahuluan Pada bagian pendahuluan tuliskan latar belakang, penjelasan mengenai penelitian terkait yang telah lebih dulu dipublikasikan (jika ada). Selain itu dijelaskan pula hal-hal spesifik dalam penelitian. f. Metode Berisi penjelasan tentang waktu, tempat, teknik, dan rancangan penelitian. Untuk literaturereview, metode berisi teknik dalam mencari literatur. g. Hasil Ditulis jelas dalam bentuk narasi dan data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan, gambar, grafik, diagram), tabel atau foto yang mendukung data. h. Pembahasan Menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi fakta, teori, dna opini. i. Simpulan dan Saran Berupa kesimpulan hasil penlitian atau hasil literature review dalam bentuk narasi sesuai dengan tujuan penelitian. Saran berisi saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian atau hasil literature review. j. Pengutipan Kutipan dari referensi atau daftar pustaka dibuat dengan tanda superscript (1), dengan 1 menunjukkan nomor dalam daftar pustaka. k. Daftar Pustaka Sedapat mungkin merupakan pustaka terbitan sepuluh tahun terakhir, diutamakan adalah hasil laporan penelitian dna artikel ilmiah dalam jurnal. l. Kepustakaan disusun menurut Vancouver style Artikel dalam berkala i. Artikel standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
iv
V
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. iv. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. v. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. vi. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis
6. Margin penulisan mengikuti aturan 2, 2, 2, 2, font arial 11 spasi 1,5 untuk pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, simpulan dan saran, serta spasi 1 untuk abstrak dan daftar pustaka 7. Naskah dikirim melalui email ke alamat email redaksi BIMIKI (Keperawatan): redaksibimiki@bimkes.org
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
v
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Rasa syukur yang berlipat ganda, saya ucapkan atas keberhasilan diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI) pada volume kedua edisi pertama ini. Setelah melalui perjalanan panjang dan perjuangan yang tiada henti dari semua pihak yang selalu turut memberikan dukungan atas keberhasilan BIMIKI ini. Tantangan bukan suatu penghalang kesuksesan.
Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI) merupakan salah satu berkala ilmiah keperawatan yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk menghasilkan berkala mahasiswa keperawatan elektronik yang memberi peluang bagi mahasiswa dalam publikasi ilmiah yang berbasis ilmu dan teknologi. Berkenaan dengan tujuan tersebut, maka diperlukannya sebuah wadah yang mampu menjadi penampung hasil kreativitas mahasiswa khususnya terkait publikasi artikel ilmiah.
Penerbitan berkala ini terselenggara atas kerja sama berbagai pihak, antara lain dari organisasi mahasiswa keperawatan yakni Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) yang diampu langsung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan dan Penelitian (PENDPEL) bekerja sama dengan HPEQ Students, serta dukungan berbagai institusi keperawatan di Indonesia. Penerbitan berkala ini membuktikan perjuangan yang tiada akhir, dalam membangun arus keprofesionalan dalam keperawatan dengan menunjang sistem long life learning, dan menutup segala keterbatasan informasi keilmiahan terbaru bagi mahasiswa keperawatan.
Harapan yang besar ketika keberadaan berkala ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh insan keperawatan di Indonesia. Bermula manfaat ditujukan kepada mahasiswa keperawatan di belahan daerah Indonesia manapun, semoga berkala ini dapat mempermudah dalam mengakses informasi-informasi ilmiah terbaru, maupun wadah penampung kreativitas mahasiswa keperawatan.
Akhir kata, saya mohon maaf bila terdapat kesalahan pada penulisan, ataupun petikan katakata yang terdapat pada BIMIKI volume kedua edisi pertama ini. Sempurna merupakan hal yang masih jauh untuk diucapkan, oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami tunggu demi perbaikan pada edisi yang selanjutnya. Hidup mahasiswa! Kobarkan selalu semangat muda, karena suatu saat kitalah pejuangnya.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
vi
Penelitian
PENGARUH KEGIATAN RUTIN MENCUCI TANGAN DI SEKOLAH DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK ISLAM TERPADU AS SALAM KOTA MALANG Asri Puji Lestari*, A. Chusnul Chuluq A.** , Dian Susmarini**
*
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: asri.pujil@gmail.com
ABSTRAK Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah adalah kegiatan mencuci tangan yang dilakukan secara regular di sekolah untuk membiasakan anak melakukan cuci tangan. Dengan diadakan kegiatan rutin di sekolah diharapkan anak prasekolah mampu menerapkan perilaku mencuci tangan yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan Cross Sectional Study terhadap 51 siswa-siswi beserta wali murid di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Sampel dipilih menggunakan teknik sampling jenuh (total sampling). Variabel yang diukur adalah kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dan perilaku mencuci tangan anak prasekolah. Uji statistik menggunakan korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun (baik perilaku ketika disekolah, dirumah dan keduanya), dengan kekuatan korelasi masing-masing 0,338 ; 0,401 ; 0,303. Uji rasio prevalensi menunjukkan kegiatan rutin mencuci tangan disekolah merupakan faktor risiko terhadap perilaku mencuci tangan anak prasekolah (ketika disekolah, dirumah dan keduanya) dengan nilai rasio prevalensi 3,85 ; 1,87 ; 1,37. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik kegiatan rutin mencuci tangan disekolah maka semakin baik perilaku mencuci tangan anak prasekolah. Dengan demikian perlunya tindak lanjut dari orang tua dalam menyediakan fasilitas dirumah agar menstimulasi perilaku kesehatan anak. Kata kunci: Kegiatan rutin, Perilaku mencuci tangan, Anak prasekolah
ABSTRACT A routine activity of hand washing at school is defined as a hand wash activity regularly at school in order to habituate the child for doing hand washing correctly. By regular activities at school, preschool children are expected to be able to apply a good and correct hand washing behaviour. The aim of this research was to evaluate the effect of routine hand washing activity at school by preschool children toward hand washing behaviour of aged 4-6 years in TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang . This research was observational research with Cross Sectional Study of 51 students and their parents. The sample was selected using total sampling technique. The variables were routine hand washing activity at school and hand washing behaviour in preschool children. Statistical tests used in this study was Spearman correlation with confidence level of 95%. The bivariate analysis result showed a significant correlation between a routine activity of hand washing at school with the behaviour of hand washing in preschool children of aged 4 to 6 years (hand washing behaviour at the school, at home, and both). The strength correlation showed in each of them were 0.338; 0,401; 0,303. The prevalence ratio test showed that a routine hand washing in school was a risk factor on preschool children hand washing behaviour (in schools, at home and both) with the prevalence ratio were 3.85; 1.87; 1,37. The conclusion of this research is keeping hand washing at school regularly make a good attitude for children in doing it. Thus, it is necessary for follow up preschool children’s parents to prepare all of hand washing equipments at home to stimulate children's health behaviour. Keywords: a routine activity, hand washing behaviour, preschool children
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
1
PENDAHULUAN Anak prasekolah adalah anak
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan yang
berusia 3-6 tahun dan mengikuti program (9)
prasekolah.
Pada
masa
ini
anak
menggunakan
fungsi
biologisnya
untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Dimana anak sangat
dan
perkembangannya
satu
menggunakan
tangan
suatu
di
benda
membuang ingus.
sama
untuk
mulutnya,
lain,
meletakkan makan
dan
(1),(12)
optimal mengejawantah pada perilaku seharihari yang pada gilirannya menjadi kebiasaan (3)
hidup.
Keingintahuan anak dan inisiatif yang berkembang mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan. Rasa bersalah muncul dalam diri anak-anak pada saat mereka berada di luar batasan kemampuan mereka
Kondisi tersebut dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena mudahnya penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan. Tingginya angka penyebaran infeksi yang
dan merasa mereka tidak berperilaku dengan benar.
(10)
kecemasan para orang tua, mengganggu konsentrasi belajar anak dan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap hasil (1)
belajar anak.
dalam tubuh yang mengakibatkan penyakit seperti diare, cacingan, TB, Infeksi tangan dan mulut, infeksi kulit, maupun ISPA. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(4)
juga menunjukkan
bahwa penyebab terbesar meninggalnya dan
anak-anak
Indonesia
adalah
tahun 2011 yang menyebutkan bahwa kasus diare, ISPA, dan beberapa penyakit infeksi termasuk dalam kategori 10 besar penyakit rawat jalan di Rumah sakit pada tahun 2010 (2)
pada semua usia.
Menurut
peka dalam perkembangan aspek berpikir logis
anak.
Anak
mulai
sensitif
untuk
menerima berbagai upaya perkembangan seluruh
potensinya.
(3)
Nasional
Oleh
karena
itu
Departemen
,
pengembangan
terbiasa
Pendidikan
Pelaksanaan pembiasaan
bidang
perilaku
di
Taman Kanak kanak dapat dilakukan dengan kegiatan
kegiatan
rutin,
teladan,
kegiatan
kegiatan
spontan,
terprogram.
Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan oleh pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu istirahat
/
makan
pembiasaan
/
perilaku
bemain
dengan
mencuci
tangan,
terutama sebelum dan sesudah makan. TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang merupakan salah satu taman kanakkanak yang telah melaksanakan kegiatan rutin pengembangan perilaku anak dalam mencuci tangan disekolah. Kepala sekolah dari TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang
Usia 4-6 tahun, merupakan masa
akan
yang melakukan hal yang tidak benar.
penyakit diare dan ISPA. Hal ini diperkuat dengan Profil data kesehatan indonesia
anak
guru disekolah dan akan menegur siapa saja
cara
Bibit penyakit akan mudah masuk ke
Sehingga
dengan perilaku baik yang dicontohkan oleh
terjadi di lingkungan sekolah menimbulkan
balita
secara
optimal. Tanda bahwa anak berkembang
suka bermain dengan posisi
berdekatan
tercapai
juga
menjelaskan
bahwa
pembiasaan perilaku cuci tangan sudah sejak awal diterapkan dan fasilitas cuci tangan. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya
peneliti
lebih
tertarik
untuk
dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
2
mengevaluasi input dan output dari kegiatan
praktek mencuci tangan anak dan kuesioner
rutin mencuci tangan yang sudah ada
perilaku mencuci tangan anak yang di isi oleh
disekolah sebagai tolok ukur keberhasilan
orang tua dan telah dilakukan uji validitas
pembelajaran dan pengembangan perilaku
dan
anak disekolah, sudah efektif dan efisienkah
menggunakan analisa bivariat (uji korelasi
pembiasaan
yang
Rank Spearmen) dan uji rasio prevalensi.
atas
HASIL PENELITIAN
perilaku
kesehatan
reliabilitas.
Analisis
penelitian
diberikan sekolah selama ini. Berdasarkan penulis
perlu
fenomena
di
mengevaluasi
pengaruh
Tabel 1. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun ketika disekolah
kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah dengan
perilaku
mencuci
tangan
anak
prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi input dan output dari pengaruh kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah terhadap perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Manfaat penelitian ini bagi jurusan Keperawatan referensi
penelitian
mahasiswa manfaat
adalah
atau
bagi
pengalaman
Untuk bagi
peneliti
peneliti
menambah kepentingan
lainnya, adalah
penerapan
teori
serta
sebagai penelitian
Kegiatan mencucimencuci tangan KegiatanPerilakuPerilaku Total rutin disekolah tangan anak ketika Total rutin anak ketika mencuci Buruk disekolah mencuciBaik tangan di di tangan N sekolah sekolah
% Baik Buruk N % N % N % N % N % Baik 24 47,147,0 0 24 47,1 Baik 24 0 0 24 47,1 Buruk 7 13,7 1 20 39,2 27 52,9 Total 31 60,813,20 39,239,51 100 Buruk 7 20 27 52,9 7 2 Berdasarkan tabel 1 60, dapat diketahui 39, bahwa Total 31 20 51 100 sebagian besar kegiatan rutin 2 mencuci 8
dalam penelitian komunitas di lapangan
METODE PENELITIAN Design
penelitian
ini
adalah
tangan disekolah baik Kegiatan dan perilaku Tabel 1. Pengaruh rutin mencuci mencuci tangan disekolah baik perilaku 24 responden tangan disekolahjuga dengan mencuci tangan anak usia 4-6 tahun ketika atau (47,1 %)prasekolah . dan nilai rasio prevalensi disekolah (Prevalence Ratio) yang didapatkan adalah :
cross PR
sectional design. Sampel dalam penelitian ini adalah
= =
anak yang bersekolah di TK Islam
.
Terpadu As Salam Kota Malang dan orang
Karena nilai PR > 1, maka kegiatan
tuanya yang berjumlah 52 anak. Teknik
rutin mencuci tangan disekolah merupakan
sampling yang digunakan dalam penelitian
faktor
adalah total sampling. Variabel independen
tangan anak disekolah. Nilai PR 3,85 dapat
kegiatan rutin mencuci tangan disekolah
disimpulkan
diukur dengan lembar observasi kegiatan
informasi dan peralatan mencuci tangan
rutin disetiap kelas dan variabel dependen
dalam
perilaku mencuci tangan anak prasekolah
disekolah memberikan dampak positif 4x
diukur dengan lembar observasi checklist
lipatnya terhadap perilaku mencuci tangan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
risiko
terhadap
bahwa
kegiatan
perilaku
tingkat
rutin
mencuci
keterpaparan
mencuci
tangan
3
anak
prasekolah
dibandingkan
dengan
Tabel 3. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci
perilaku mencuci tangan siswa dari sekolah
tangan di sekolah dengan perilaku mencuci
lain yang tidak ada kegiatan rutin mencuci
tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun ketika
tangan.
disekolah dan di rumah
Tabel 2. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun ketika dirumah
Kegiatan
Perilaku mencuci tangan
rutin
anak ketika dirumah
Total
mencuci Baik Buruk Tabel 2.Perilaku Pengaruh Kegiatantangan rutin mencuci tangan mencuci Kegiatan N % di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak tangan di anak ketika disekolah dan Total N % N % rutin prasekolah usia 4-6 tahun ketika dirumah sekolah dirumah mencuci Baik 20 39,2 4 7,8 24 47,1 tangan di Baik Buruk Buruk 12 23,5 15 29,4 27 52,9 N % sekolah N % N Perilaku % mencuci tangan anak Total Totalketika dirumah 32 62,7 19 37,3 51 100 Kegiatan rutin mencuci Baik 22 43,1 2 3,9 24 47,1 Baik Buruk Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui tangan di sekolah N % Buruk 18 35,3 9 17,6 27 52,9 bahwa Pengaruh kegiatan rutin mencuci N % N % Total 40 78,4 11 21,6 51 100 tangan di sekolah mencuci Baik 20 39,2 4 7,8 dengan perilaku 24 47,1 Buruk
12 23,5 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui Total 32 62,7 bahwa untuk kegiatan rutin mencuci tangan Tabel 2. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan sekolahdengan baik dan perilaku mencuci tangan di di sekolah perilaku mencuci tangan anak dirumah baik adatahun 20 ketika responden (39,2%). prasekolah usia 4-6 dirumah dan nilai rasio prevalensi (Prevalence Ratio) yang didapatkan adalah : Tabel 2. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan PR = di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 = tahun ketika dirumah
tangan anak 15 kegiatan rutin 19 maka
prasekolah dapat 29,4 27 dilihat mencuci tangan51disekolah 37,3
perilaku
mencuci
tangan
dari 52,9 baik 100
anak
prasekolah juga baik, dari tabel didapatkan 22 responden (43,1%). prevalensi
dan nilai rasio
(Prevalence
Ratio)
yang
didapatkan adalah : PR
= =
Karena nilai PR > 1, maka kegiatan
Karena nilai PR > 1, maka kegiatan rutin
rutin mencuci tangan disekolah merupakan
mencuci tangan disekolah merupakan faktor
faktor
mencuci
risiko terhadap perilaku mencuci tangan anak
tangan anak dirumah. Nilai PR 1,87 dapat
disekolah maupun dirumah. Nilai PR 1,37
disimpulkan
dapat
risiko
terhadap
bahwa
perilaku
tingkat
keterpaparan
disimpulkan
bahwa
tingkat
informasi dan peralatan mencuci tangan
keterpaparan
dalam
tangan
mencuci
tangan
dalam
disekolah memberikan dampak positif 2x
mencuci
tangan
disekolah
lipatnya pada perilaku mencuci tangan anak
dampak positif 1,5x lipatnya pada perilaku
ketika
perilaku
mencuci tangan anak ketika dirumah dan
mencuci tangan siswa yang sekolahnya tidak
disekolah dibandingkan perilaku mencuci
ada kegiatan rutin mencuci tangan.
tangan siswa yang sekolahnya tidak ada
kegiatan
dirumah
rutin
mencuci
dibandingkan
informasi
dan
peralatan
kegiatan
rutin
memberikan
kegiatan rutin mencuci tangan.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
4
Analisa Data
Variabel
Tabel 4. Analisis Statistik Korelasi Spearman Kegiatan Rutin Mencuci Tangan di sekolah dengan
Perilaku
Mencuci
Tangan
Anak
Prasekolah Usia 4-6 Tahun Ketika di sekolah
N
Koefisien
Signifikansi
Korelasi (r)
(p)
Kegiatan rutin mencuci tangan
di
51
0.401
0.004
51
0.401
0.004
sekolah Perilaku
Variabel
N
Koefisien
Signifikansi
Korelasi (r)
(p)
mencuci tangan
Kegiatan
anak
ketika dirumah
rutin
Berdasarkan uji Korelasi Spearman,
mencuci
51
tangan
0.338
0.015
di
diperoleh
nilai
signifikansi
0,004
yang
menunjukkan bahwa korelasi antara kegiatan
sekolah
rutin mencuci tangan disekolah dengan
Perilaku
perilaku mencuci tangan anak prasekolah
mencuci
ketika
tangan
51
anak
0.338
0.015
dirumah
korelasi
adalah
Spearman
bermakna. sebesar
Nilai 0,401
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi (r)
ketika
sedang. Nilai korelasi Spearman sebesar
disekolah
Berdasarkan diperoleh
uji
nilai
menunjukkan
Korelasi
signifikansi bahwa
Spearman, 0,015
korelasi
yang antara
(+)0,401 juga menunjukkan bahwa
ada
hubungan
baik
positif,
artinya
semakin
kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan dirumah atau sebaliknya.
Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah anak
Tabel 6. Analisis Statistik Korelasi Spearman
prasekolah adalah bermakna. Nilai korelasi
Kegiatan Rutin Mencuci Tangan disekolah
Spearman
dengan
dengan
perilaku
mencuci
sebesar
0,338
tangan
menunjukkan
Perilaku
Mencuci
Tangan
Anak
bahwa kekuatan korelasi (r) rendah. Nilai
Prasekolah Usia 4-6 Tahun (disekolah dan
korelasi Spearman sebesar (+)0,338 juga
dirumah)
menunjukkan bahwa ada hubungan positif, artinya semakin meningkat kegiatan rutin
Variabel
N
mencuci tangan di sekolah maka semakin baik
perilaku
mencuci
tangan
anak
prasekolah ketika di sekolah atau sebaliknya.
tangan
Kegiatan
Rutin
sekolah
dengan
Perilaku
Mencuci
disekolah
Tangan
Anak
Prasekolah Ketika dirumah
Korelasi (r)
(p)
rutin mencuci
Tangan
Signifikansi
Kegiatan
Tabel 5. Analisis Statistik Korelasi Spearman Mencuci
Koefisien
51
0.303
0.030
51
0.303
0.030
di
Perilaku mencuci tangan anak
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
5
didalamnya juga tercangkup peralatan yang Berdasarkan diperoleh
uji
nilai
menunjukkan
Korelasi
Spearman,
signifikansi bahwa
0,030
yang
korelasi
antara
lengkap
akan
menstimulus
melaksanakan kegiatan baik.
anak
tersebut
untuk dengan
Menurut Depdiknas RI, sikap atau
Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah
perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai
dengan
anak
ciri-ciri sebagai berikut : perilaku tersebut
prasekolah adalah bermakna. Nilai korelasi
relatif menetap, pembiasaan umumnya tidak
Spearman
menunjukkan
memerlukan fungsi berpikir yang cukup
bahwa kekuatan korelasi (r) rendah. Nilai
tinggi, misalnya meniru cara mencuci tangan,
korelasi Spearman sebesar (+)0,303 juga
kebiasaan yang diterapkan ini merupakan
menunjukkan bahwa ada hubungan positif,
hasil pengalaman atau belajar dan perilaku
artinya semakin baik kegiatan rutin mencuci
tersebut
tangan anak prasekolah maka berpengaruh
sebagai respons terhadap stimulus yang
dengan
sama.
perilaku
mencuci
sebesar
perilaku
tangan
0,303
mencuci
tangan
anak
prasekolah atau sebaliknya.
(3)
suatu
tampil
secara
berulang-ulang
Dalam penelitian Suen menyatakan pemberian
intervensi
berupa
pendidikan kesehatan akan berpengaruh PEMBAHASAN
terhadap perilaku mencuci tangan anak
a. Kegiatan Rutin Mencuci Tangan di
prasekolah , dari hasil penelitian tersebut
Sekolah di TK Islam Terpadu As
menyatakan bahwa ada pengaruh yang
Salam Kota Malang
bermakna pada perilaku sekelompok anak
Hasil penelitian mengenai kegiatan
prasekolah
yang (12)
diberi
rutin mencuci tangan disekolah dengan
kesehatan.
dilakukannya observasi terhadap kegiatan
bermakna lagi ketika dilakukan monitoring
rutin yang dilakukan di TK Islam Terpadu As
perilaku pada anak dalam jangka waktu yang
Salam Kota Malang meliputi ketersediaan
lama. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada
poster
keberlanjutan
langkah-langkah
mencuci
tangan,
Namun
pendidikan
hasil
intervensi
ini
setiap
tidak
harinya,
poster waktu-waktu penting mencuci tangan
sehingga perilaku mencuci tangan yang
dan peralatan cuci tangan di setiap kelas,
diajarkan tidak menjadi kebiasaan anak
diperoleh data bahwa dari masing masing
sehari-hari.
kelas, 1 kelas yang terdapat poster cuci
Tabulasi
silang
yang
didapatkan
tangan namun tidak terdapat peralatan cuci
sesuai dengan observasi setiap kelasnya
tangan dan 1 kelas yang terdapat poster dan
diperoleh hasil : kegiatan rutin mencuci
peralatan
hasil
tangan disekolah dengan kategori baik 67%
observasi tersebut kegiatan rutin mencuci
diketahui perilaku mencuci tangan anak
tangan di sekolah baik 67% dan buruk 33%.
prasekolah (baik ketika disekolah dan ketika
mencuci
Hasil
yang
tangan.
diperoleh
Dari
ini
sesuai
dirumah) menunjukkan perilaku baik pula
dengan konsep pengembangan pembiasaan
yaitu 43,1 % (22 responden) demikian juga
perilaku anak prasekolah melalui kegiatan
sebaliknya. Menurut Notoadmojo, apabila
rutin mencuci tangan disekolah, karena
penerimaan
dengan adanya suatu kegiatan rutin yang
perilaku dalam hal ini dengan kegiatan rutin
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
perilaku
baru
dan
adopsi
6
mencuci tangan disekolah melalui proses
dengan perilaku mencuci tangan (yang benar
dan stimulus yang sama berulang-ulang
ketika disekolah, dirumah dan keduanya)
setiap
didasari
pada anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
Islam Terpadu As Salam Kota Malang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
sebesar 3,85;1,87;1,37 yang artinya ada
harinya,
dengan
(6)
langgeng (long lasting). b. Perilaku
kesinambungan
Mencuci
Tangan
Anak
tangan
anak
antara ketika
perilaku
mencuci
disekolah
maupun
Prasekolah Usia 4-6 Tahun di TK
dirumah, walaupun ada perbedaan yang
Islam Terpadu As Salam Kota Malang
disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor
Hasil penelitian mengenai perilaku
yang mempengaruhi perilaku dibagi menjadi
mencuci tangan anak prasekolah terhadap
3 yaitu: faktor predisposisi, faktor-faktor
51 anak dan penyebaran kuesioner ke 51
enabling (sarana dan prasarana) dan faktor
wali murid diperoleh data sebagai berikut,
pendukung yang meliputi peran tokoh ( peran
untuk perilaku mencuci tangan anak ketika
guru dan orang tua) yang berkontribusi
disekolah didapatkan
terhadap
data 26 (51%), dan
yang mempunyai perilaku buruk
yaitu 25
(49%) dan untuk perilaku mencuci tangan
perubahan
dan
pembiasaan
(5)
perilaku anak.
Tabulasi
baik, yaitu 28 (55%), dan yang mempunyai
didapatkan anak
perilaku buruk
hal ini
mencuci tangan disekolah baik 26 anak (51
mencuci
%) dan perilaku mencuci tangan anak ketika
Hasil yang
dirumah yang baik 28 anak (55%).Hasil ini
dengan
kegiatan
rutin
tangan disekolah yang ada.
ketika
perilaku
mencuci
selaras
anak
untuk
anak ketika dirumah diperoleh data perilaku
yaitu 23 (45%).
tangan
silang
disekolah
yang memiliki perilaku
diperoleh peneliti sesuai dengan konsep teori
menunjukkan
Kurt Lewinyang menyebutkan adanya suatu
diterapkan disekolah terbawa oleh anak
perubahan perilaku dapat terjadi bila terjadi
dengan baik yang ditunjukkan pada perilaku
ketidakseimbangan
kekuatan
mencuci tangan mereka ketika disekolah
berupa
maupun dirumah. Hasil ini serupa dengan
dan
Penelitian Yuhanna (2010) tentang perilaku
mendorong
mencuci tangan anak yang dipengaruhi oleh
pendorong
(driving
pembiasaan pendidikan
antar forces)
perilaku kesehatan
keingintahuan
yang
disekitarnya termasuk perilaku orang tua dan
dengan teori stimulus organisme ( SOR )
guru
dan
bahwa faktor penyebab perubahan perilaku
kekuatan penahan (restrinig forces) dalam
adalah tergantung pada kualitas rangsangan
diri anak yang menyebabkan perubahan
atau stimulus yang diberikan terhadap subjek
perilaku yang terus - menerus akibat stimulus
atau sasaran, dalam hal ini stimulus dari guru
yang
dan orang tua yang menjadi penyebab
sama
dan
anggap
segala
yang
pola asuh orang tua dan guru. Sesuai
mereka
dalam
perilaku
hal
yang
anak
disekolah
pembiasaan
benar
membentuk
sebuah
(8)
kebiasaan baru.
(8)
perilaku anak berubah.
Dari data yang diperoleh peneliti menyebutkan untuk nilai rasio prevalensi
c. Pengaruh Kegiatan Rutin Mencuci
kegiatan rutin mencuci tangan disekolah
Tangan di sekolah dengan Perilaku
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
7
Mencuci Tangan Anak Prasekolah
sebesar (+)0,338; (+)0,401 ; (+)0,303 juga
Usia 4-6 Tahun di TK Islam Terpadu
menunjukkan bahwa ada hubungan positif,
As Salam Kota Malang
artinya semakin meningkat kegiatan rutin
Adanya
pengaruh
kegiatan
rutin
mencuci tangan di sekolah maka semakin
mencuci tangan disekolah dengan perilaku
baik
mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6
prasekolah ketika disekolah dan dirumah dan
tahun
begitu pula sebaliknya. Menurut Bandura
yang
diasumsikan
oleh
peneliti
perilaku
mencuci
tangan
anak
sebelumya diperoleh data sebagai berikut,
yaitu
Social
Learning
Theory
atau
untuk
tangan
Observational
Learning
Theory
yang
disekolah yang baik dan perilaku mencuci
menyebutkan
bahwa
pada
dasarnya
tangan anak (yang benar ketika disekolah)
pembentukan
perilaku
dapat
ditempuh
yang baik 24 anak (47,1%), untuk kegiatan
dengan menggunakan contoh atau model
rutin mencuci tangan disekolah yang baik
seperti guru sebagai contoh yang baik bagi
dengan perilaku mencuci tangan (yang benar
siswa ketika disekolah, termasuk dalam
ketika dirumah) pada anak prasekolah yang
memberikan contoh perilaku mencuci tangan
baik 20 anak
yang baik demikian pula untuk peran orang
Kegiatan
rutin
mencuci
(39,2 %) , Kegiatan rutin
(5)
mencuci tangan disekolah yang baik dengan
tua dirumah.
perilaku mencuci tangan (yang benar ketika
dengan perilaku baik yang dicontohkan oleh
disekolah
guru
dan
dirumah)
pada
anak
Sehingga anak akan terbiasa
disekolah
(
dalam
kegiatan
rutin
prasekolah yang baik 22 anak (43,1%)
mencuci tangan disekolah) dan contoh dari
demikian berlaku sebaliknya . Hasil ini
orang tua dalam keseharian yang akan
menunjukkan adanya keterkaitan kegiatan
membuat anak menegur siapa saja yang
rutin mencuci tangan disekolah dengan
melakukan hal yang
perilaku mencuci tangan (yang benar ketika
yang dipelajarinya.
tidak sesuai contoh
Adanya kemaknaan dalam uji Rank
disekolah,dirumah dan keduanya) pada anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam
spearmen
Terpadu As Salam Kota Malang.
mengecek untuk mengetahui seberapa kuat
Menurut uji statistik yang dilakukan
pengaruh
membuat
antara
variabel
independen
sebagai
0,004 ; 0,030 yang menunjukkan bahwa
dependen
korelasi
mencuci
Prevalensi. Hasil rasio prevalensinya yaitu
tangan disekolah dengan perilaku mencuci
3,85; 1,87; 1,37 sehingga dapat diartikan
tangan anak prasekolah adalah bermakna.
bahwa variabel independent menjadi faktor
Nilai korelasi Spearman antara kegiatan rutin
risiko terhadap variabel dependen. Namun
mencuci tangan disekolah dengan perilaku
jika ditelaah lebih lanjut keterkaitan hasil uji
mencuci
disekolah
rasio prevalensi dengan hasil uji Rank
sebesar 0,338; 0,401 ;0,303 menunjukkan
Spearmen didapatkan data yang terlihat
bahwa kekuatan korelasi (r) 0,388 bernilai
berbeda untuk kegiatan rutin mencuci tangan
rendah, 0,401 bernilai sedang dan 0,303
disekolah dengan perilaku mencuci tangan
bernilai rendah, nilai korelasi Spearman
anak ketika disekolah dengan nilai korelasi
tangan
Kegiatan
anak
rutin
ketika
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
risiko
kembali
peneliti diperoleh nilai signifikansi 0,015 ;
antara
faktor
peneliti
dengan
timbulnya
menggunakan
variabel Rasio
8
spearmen 0,338 (korelasi rendah) nilai rasio
SIMPULAN
prevalensinya
lipat
1. Hasil pengukuran input Kegiatan rutin
perbandingan dengan perilaku anak yang
mencuci tangan disekolah didapatkan:
tidak ada kegiatan rutin mencuci tangan
Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah
disekolah). Hasil ini dapat disebabkan karena
yang meliputi ketersediaan poster cuci
ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tangan di setiap kelas dan peralatan
perilaku.
mencuci tangan,
justru
3,85
(4x
67% baik dan 33 %
buruk d. Implikasi dalam keperawatan Implikasi
penelitian
ini
2.Hasil pengukuran output berupa perilaku terhadap
mencuci
bidang keperawatan adalah memberikan
tangan
anak
prasekolah
diperoleh data :
informasi kepada perawat kondisi komunitas
a) Perilaku mencuci tangan anak prasekolah
di lapangan untuk lebih interaktif dalam
ketika disekolah yang meliputi langkah-
mempromosikan
kesehatan,
khususnya
8
langkah praktek mencuci tangan yang
perilaku kesehatan atau (PHBS) perilaku
benar adalah 51% baik dan 49% buruk
hidup bersih dan sehat sejak dini dilingkup
b) Perilaku mencuci tangan anak prasekolah
sekolah dan masyarakat agar menerapkan
ketika dirumah dengan observasi dari
teori
orang tua yaitu 55% baik dan 45% buruk
penelitian
untuk
komunitas
dan
berpedoman pada penelitian-penelitian ter up-to-date. perilaku
Pentingnya
kesehatan
yang
c) Perilaku mencuci tangan anak prasekolah
pembelajaran baik
di
(baik
dirumah
maupun
disekolah)
usia
didapatkan hasil rata-rata bahwa untuk
prasekolah akan memberikan kontribusi yang
perilaku mencuci tangan anak yang baik
besar bagi lingkungan sekitar anak, karena
78% dan buruk 22%
anak prasekolah dapat dijadikan role model
3. Hasil analis Pengaruh atau hubungan:
yang baik bagi individu yang lebih dewasa
Ada pengaruh atau hubungan yang
tanpa menyinggung perasaan mereka jika
bermakna antara kegiatan rutin mencuci
ada perilaku individu dewasa yang kurang
tangan di sekolah dengan perilaku mencuci
benar.
tangan
(yang
dirumah e. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa
dan
benar
ketika
keduanya)
disekolah,
pada
anak
prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang.
keterbatasan diantaranya: Diberlakukannya sistem moving class di
SARAN
sekolah yang menjadikan observasi di tiap
Berdasarkan
kesimpulan
hasil
kelasnya menghasilkan data yang kurang
penelitian di atas, maka penulis mencoba
mengena dengan konsep awal peneliti.
untuk menyampaikan beberapa saran, yaitu : 1.
Bagi Masyarakat Diperlukan tindak lanjut oleh orang tua
atau pendamping anak yang setiap hari mengantarkan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
anak
kesekolah
untuk
9
difasilitasi oleh keluarga segala keperluan yang digunakan anak untuk praktek
mencuci
tangan
sekaligus
sebagai
dilakukan
oleh
melakukan
saat
dirumah
pembelajaran
adik-adik
4.
yang
dibangku
TK
tersebut bagi perbaikan perilaku hidup bersih
5.
bagi seluruh keluarga. Dipertimbangkan adanya lomba-lomba PHBS
antar
keluarga-keluarga
6.
yang
mempunyai anak-anak TK yang diprakarsai
7.
oleh Infra struktur desa, agar sosialisasi PHBS segera bisa diterima dan dilakukan oleh
segenap
keluarga
suatu
wilayah 9.
jangkauan TK tersebut.
10.
2. Bagi Keperawatan Dapat perawat
meningkatkan dalam
8.
kemampuan
praktik
pelayanan
11.
keperawatan anak sebagai bentuk pelayanan yang holistik dan komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara penyuluhan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
12.
Serta memodifikasi langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar yang dapat digunakan dalam segala kondisi, misalnya membuat prosedur langkah-langkah mencuci 13.
tangan dengan menggunakan gayung. 3. Bagi Mahasiswa Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk
mengembangkan
wawasan
dan
penelitian lanjutan yang dimungkinkan.
Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012 . Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta Padmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta Potter, Patricia A., dan Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Sariasih, Aisyah.2011. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Pakai Sabun Menggunakan Media Film Terhadap Perubahan Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Usia Sekolah. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan,Universitas Airlangga, Surabaya Suen, W.H. Au, L.K.P.and Kwok Y.L, 2009. Handwashing programme in kindergarten: a pilot study.Hongkong : The Chinese University of Hong Kong. (www.emeraldinsight.com/09654283.htm). Diakses pada tanggal 8 Desember 2012 Yuhanna, Bella Vicky. 2010. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku cuci tangan pada anak usia sekolah di SD Negeri Jimbaran 01 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Semarang
DAFTAR PUSTAKA 1. Cutler, Ron. 2010. Promoting Hygiene in Schools : Breaking The Chain of Infection. Journal of School Nursing. 2. Departemen Kesehatan RI, 2008, Promosi Kesehatan Sekolah, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI 3. Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
10
Penelitian
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MENSTRUAL HYGIENE REMAJA PUTRI UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN REPRODUKSI (ISR) Indah Puspita Sari*, Novi Khila Firani**, Lalily Yuliatun**
*
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: ndah_91rl@yahoo.com
ABSTRAK Remaja putri merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena infeksi saluran reproduksi (ISR), akibat perilaku kurang hygiene saat menstruasi. Pendidikan kesehatan tentang menstruasi dapat meningkatkan pengetahuan dan berdampak pada penerapan perilaku menstrual hygiene. Perilaku menstrual hygiene yang baik dapat mencegah terjadinya ISR. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk pencegahan ISR. Rancangan penelitian ini adalah true experimental, yang memberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian ini adalah 64 siswi kelas VIII SMPN X kota X sebagai kelompok perlakuan dan 52 siswi kelas VIII SMPN Y kota X sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil analisis data menggunakan uji paired samples t-test didapatkan perubahan perilaku menstrual hygiene yang signifikan (p=0,000) pada kelompok perlakuan. Riwayat ISR responden kelompok perlakuan menurun dari 78% menjadi 48%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk pencegahan ISR. Kata kunci: Pendidikan Kesehatan tentang Menstruasi, Perilaku Menstrual Hygiene, Infeksi Saluran Reproduksi ABSTRACT The female adolescents are high risk group that are happened reproductive tract infectious, caused unfavourable menstrual hygiene behavior during menstruating. Health education about menstruation can improve knowledge and affect to menstrual hygiene behavior. The good menstrual hygiene behavior can prevent the happening of reproductive tract infections. The purpose of this research to know the influence of health education about menstruation to the menstrual hygiene behavior change of female adolescents for prevention of reproductive tract infections. This research design is true experimental, which is giving health education about menstruation to the treatment group that is compared to control group. Subject in this research are 64 female students from class VIII in SMPN X as treatment group and 52 female students from class VIII in SMPN Y as control group. The research instrument used questionaire. Result of data analysis used paired samples t-test and got menstrual hygiene behavior change that signifikan (p=0,000) for treatment group. Treatment group respondents which have reproductive tract infections are decreasing from 78% to 48%. The result of this research showed that there is influence of health education about menstruation to the menstrual hygiene behavior change of female adolescents for prevention of reproductive tract infections. Keywords: Health education Reproductive Tract Infections
about
menstuation,
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
Menstrual
Hygiene
Behavior,
11
PENDAHULUAN
dapat diselesaikan dengan upaya kuratif saja,
Angka kejadian infeksi saluran reproduksi
sehingga diutamakan upaya preventif.
10
Upaya
(ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja
preventif untuk menuju reproduksi sehat sudah
(35%-42%)
(27%-33%).
harus dimulai minimal pada usia remaja. Remaja
Prevalensi ISR pada remaja di dunia tahun 2006
harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap, dan
yaitu: kandidiasis (25%-50%), vaginosis bakterial
perilakunya kearah pencapaian reproduksi yang
dan
dewasa
muda
1
(20%-40%), dan trikomoniasis (5%-15%). Diantara
11
sehat.
negara-negara di Asia Tenggara, wanita Indonesia lebih rentan mengalami ISR yang dipicu iklim 2
Perilaku tingkat
seseorang
pendidikan
dipengaruhi
dan
oleh
pengetahuannya.
Indonesia yang panas dan lembab. Jumlah kasus
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat
ISR di Jawa Timur seperti candidiasis dan servisitis
menyebabkan
yang terjadi pada remaja putri sebanyak 86,5%
pengetahuan yang kurang dikarenakan beberapa
ditemukan di Surabaya dan Malang. Penyebab
hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat
tertinggi dari kasus tersebut adalah jamur candida
atau kurang lengkap, sumber informasi yang salah,
albican
dan
sebanyak
77%
yang
senang
berkembangbiak dengan kelembapan tinggi seperti 3
pada saat menstruasi. Bila alat reproduksi lembab
penyampaian
sehingga
memudahkan pertumbuhan jamur.
perilaku.
informasi
menimbulkan
12
yang
Tingkat
berlebihan
sikap
diskriminan
dikalangan remaja tentang menstruasi.
dan basah, maka keasaman akan meningkat yang 4
perubahan
13
Pendidikan kesehatan merupakan metode
Perempuan
yang tepat untuk memberikan informasi kepada
yang memiliki riwayat ISR mempunyai dampak
remaja. Perilaku yang didasari pengetahuan lebih
buruk untuk masa depannya seperti: kemandulan,
tahan lama dibandingkan perilaku yang tidak
kanker
didasari pengetahuan.
leher
kandungan.
rahim,
dan
kehamilan
di
luar
5
14
Pemerintah mendukung
pemberian pendidikan kesehatan
Penyebab
utama
penyakit
ISR
yaitu:
yang seluas-
luasnya kepada remaja untuk penanganan masalah
imunitas lemah (10%), perilaku kurang hygiene saat
kesehatan
menstruasi (30%), dan lingkungan tidak bersih
konteks perundang-undangan yang berlaku dan
serta penggunaan pembalut yang kurang sehat
kondisi
6
reproduksi
sosial
karena
budaya
sesuai
masyarakat
dengan
Indonesia.
saat menstruasi (50%). Menurut data Badan Pusat
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari hak
Statistik
reproduksi remaja untuk memiliki pengetahuan,
(BPS)
dan
Bappenas
tahun
2010,
sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di 7
Indonesia rentan berperilaku tidak sehat. Perilaku buruk
dalam
menjaga
hygiene
pada
saat
menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya ISR. Hasil
penelitian
Ariyani
tentang
8
kesadaran,
sikap
dan
perilaku
reproduksi yang bertanggungjawab.
kesehatan
15
Hasil studi pendahuluan di beberapa SMP di kabupaten dan kota X
didapatkan data dari
aspek
pihak sekolah bahwa di SMPN 1 X belum pernah
biopsikososial hygiene menstruasi siswi SMP di
diadakan pendidikan kesehatan terkait menstruasi.
Jakarta tahun 2009 bahwa remaja putri yang
Data yang didapatkan dari 10 remaja putri yang
memiliki perilaku menjaga
kebersihan genetalia
sudah menstruasi bahwa mereka sering mengeluh
saat menstruasi yang baik hanya 17,4 %. Remaja
gatal dan perih saat menstruasi. Sumber informasi
putri yang melakukan perilaku higiene pada saat
tentang menstrual hygiene yang mereka dapatkan
menstruasi akan terhindar dari ISR dan merasa
bermacam-macam,
nyaman beraktivitas sehari-hari.
9
7
dari
mereka
menjawab
sumber informasi berasal dari teman dan yang
Kesehatan reproduksi merupakan masalah
lainnya menjawab dari orang tua, guru, dan media
vital dalam pembangunan kesehatan, namun tidak
massa. Mereka sering menggunakan sabun mandi
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
12
untuk
membersihkan
organ
genitalia
saat
untuk menganalisa data karakteristik responden
menstruasi dan menggunakan pembalut tanpa
dan
mempertimbangkan kualitas pembalut yang lembut
menstrual hygiene remaja putri pada kelompok
dan memiliki daya serap tinggi. Hal ini menunjukkan
perlakuan
perilaku menstrual hygiene remaja putri kurang baik
bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh
independen terhadap variabel dependen, dilakukan
pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap
uji independent samples t-test untuk menganalisa
perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri
perbedaan
data
untuk
responden
kelompok
pencegahan
infeksi
saluran
reproduksi
data
pretest
maupun
maupun
posttest
kelompok
perilaku
perilaku
kontrol.
Analisis
menstrual
kontrol
dan
hygiene kelompok
(ISR)�. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perlakuan sedangkan
uji paired samples t-test
pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi
untuk menganalisa perubahan data pretest dan
terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene
posttest perilaku menstrual hygiene dan riwayat
remaja putri untuk pencegahan ISR.
ISR, dengan tingkat kepercayaan 95%.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMPN
X dan di
SMPN Y. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Data Umum Responden
remaja putri kelas VIII di SMPN X sebagai
Karakteristik
kelompok perlakuan dan remaja putri kelas VIII di
Responden
SMPN Y sebagai kelompok kontrol. Sampel diambil
Umur
dengan teknik total sampling dengan kriteria
13 tahun
Kelompok Perlakuan
%
Kontrol
%
38
5
29
56
23
44
11
21
24
46
15
29
inklusinya adalah sehat jasmani dan rohani, sudah menstruasi, bersedia menjadi responden dengan
9 14 tahun
26
sukarela, dan hadir pada saat penelitian sehingga didapatkan
sampel
64
responden
kelompok
perlakuan dan 52 responden kelompok kontrol.
1 Usia Menarche
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
11 tahun
12
ini adalah kuesioner tertutup, berupa 14 pernyataan tertulis yang bersifat positif (favorable) dan negatif (non
favorable)
Guttman.
16
dengan
menggunakan
Kuesioner telah diuji validitas dan
12 tahun
27
sama dengan populasi penelitian. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Setiap item instrumen 17
13 tahun
20
item instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai 18
alpha≼0,7.
Semua
item
dinyatakan
reliable
dengan nilai alpha 0,860. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
3 1
14 tahun
5
8
2
4
Pernah
6
9
50
96
Tidak pernah
58
9
2
4
Pendidikan Kesehatan
Pengukuran reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Setiap
4 2
realibilitas pada 15 remaja putri kelas VIII di SMP Wahid Hasyim Malang yang memiliki karakteristik
1 9
skala
dikatakan valid dengan nilai signifikasi (p)<0,05.
4
1 Sumber Informasi Tenaga
6
9
7
13
0
0
47
90
Kesehatan Guru
Januari-Februari 2013. Analisis univariat dilakukan BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
13
Orang tua
28
4
25
48
Keputihan
22
3
4 Teman
17
2
11
11
21
1
7
13
7 Tidak pernah Data
6 hasil
Perih
3
5
4
8
Luka
2
3
2
4
Bengkak
0
0
0
0
pangkal paha
9
2
hasil
penelitian
pada
tabel
2.
menggambarkan bahwa sebagian besar responden
banyak ditemui pada kedua kelompok adalah gatal
berusia 13 tahun dan menarche pada usia 12
pada genitalia dan keputihan.
mendapatkan
pendidikan
tabel
Data
menggambarkan bahwa gejala ISR yang paling
kontrol 96%
pada
4 1.
tahun. Kelompok
penelitian
15
4
7 Media massa
8
sudah pernah
kesehatan
tentang
menstruasi sedangkan kelompok perlakuan yang
Tabel 3. Data Khusus Perilaku Menstrual Hygiene Responden
sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
Perilaku Menstrual Hygiene
sebesar 9%. Sumber informasi pada kelompok
B
%
C
%
K
%
kontrol sebagian besar dari guru sedangkan pada
Pretest
kelompok perlakuan sebagian besar dari orang tua.
Perlakuan
17
27
34
53
13
20
Kontrol
33
63
16
31
3
6
Tabel 2. Data Riwayat ISR Responden
Posttest
Riwayat ISR
Perlakuan
37
58
22
34
5
8
Kontrol
35
67
14
27
3
6
Kelompok Perlakuan
%
Kontrol
%
PRETEST Tidak pernah
Data 14
2
31
60
4
8
2 Kemerahan
11
1
Gatal
31
4
33
5
8
15
9
1
bahwa
perlakuan
pada
pada
sebagian
tabel
3.
saat
pretest,
besar
memiliki
perilaku cukup sebesar 53% sedangkan kelompok
sebesar 63%. Data pada saat posttest didapatkan bahwa kedua kelompok sebagian besar memiliki
9
17
2 Perih
penelitian
kontrol sebagian besar memiliki perilaku baik
8 Keputihan
menggambarkan kelompok
7
hasil
perilaku baik, kelompok perlakuan sebesar 58% dan kelompok kontrol sebesar 67%.
4
8
4
ANALISA DATA
Luka
2
3
3
6
Bengkak
1
2
0
0
Hasil didapatkan
uji
independent
bahwa
terdapat
samples
t-test
perbedaan
yang
pangkal paha
signifikan (p=0,001) antara data pretest perilaku
POSTTEST
menstrual hygiene pada kelompok perlakuan dan
Tidak pernah
33
5
34
65
menstrual hygiene pada kedua kelompok tidak
2 Kemerahan
7
1
5
10
19
3
terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,601). Hasil uji paired samples t-test didapatkan bahwa terdapat
1 Gatal
kelompok kontrol, sedangkan data posttest perilaku
8
15
0 BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
perubahan
perilaku
menstrual
hygiene
yang
signifikan (p=0,000) pada kelompok perlakuan, 14
sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat
responden kelompok perlakuan yang berusia 13
perubahan yang signifikan (p=0,076).
tahun yang memiliki perilaku baik sebesar 41%
Kelompok perlakuan yang memiliki riwayat
sedangkan yang berusia 14 tahun yang memiliki
ISR menurun dari 78% menjadi 48%. Data
perilaku baik sebesar 59%. Hal ini juga terjadi pada
perubahan riwayat ISR diuji dengan uji paired
kelompok kontrol yang sebagian besar berusia 13
samples t-test didapatkan bahwa pada kelompok
tahun tetapi yang cenderung memiliki perilaku baik
perlakuan terdapat perubahan yang signifikan
adalah responden yang berusia 14 tahun. Faktor
(p=0,000), sedangkan pada kelompok kontrol tidak
internal yang kedua adalah pengalaman yang
terdapat perubahan yang signifikan (p=0,083).
merupakan sesuatu yang dikerjakan berulang-ulang dan dapat membentuk pengetahuan yang akan
PEMBAHASAN
menentukan perilaku saat ini.
a. Perilaku menstrual hygiene remaja putri
remaja
mengalami
22
menarche
Semakin dini maka 23
semakin
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
banyak pengalaman yang diperoleh.
tentang menstruasi di SMPN X
Price (2005) usia menarche yang normal adalah
Penerapan
perilaku
hygiene
dalam kisaran usia 10-16 tahun. Berdasarkan hasil
yang baik merupakan upaya untuk menghindari
penelitian didapatkan bahwa responden kelompok
masalah organ reproduksi.
menstrual
Menurut
19
Berdasarkan hasil
perlakuan
dan
kelompok
kontrol
mengalami
pretest penelitian didapatkan bahwa responden
menarche pada usia 11-14 tahun. Sebagian besar
pada kelompok perlakuan sebagian besar memiliki
mengalami menarche pada usia 12 tahun dan yang
perilaku menstrual hygiene cukup sebesar 53% dan
paling sedikit adalah pada usia 14 tahun. Ditinjau
sisanya memiliki perilaku baik sebesar 27% serta
dari perilakunya didapatkan bahwa responden
kurang sebesar 20%. Hal ini berbeda dengan hasil
kelompok
yang didapatkan dari responden kelompok kontrol
menstrual hygiene baik adalah yang menarche
karena pada kelompok kontrol sebagian besar
pada usia 11 tahun sebesar 12,5% sedangkan
memiliki perilaku menstrual hygiene baik sebesar
prosentase yang terendah adalah pada responden
63%. Adapun faktor yang mempengaruhi terbagi
yang menarche pada usia 14 tahun sebesar 1,6%.
menjadi 2 yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
Kecenderungan
Faktor internal adalah umur dan pengalaman
kelompok kontrol yang memiliki perilaku baik
sedangkan faktor eksternal adalah informasi yang
adalah responden yang menarche pada usia 11-12
telah didapatkan.
20
perlakuan
yang
tersebut
memiliki
juga
terjadi
perilaku
pada
tahun.
Faktor internal yang pertama adalah umur,
Faktor eksternal adalah informasi yang
semakin bertambah usia seseorang maka semakin
dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi
banyak pula pengetahuannya yang berpengaruh
perilaku. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
21
bahwa responden pada kelompok perlakuan 91%
Menurut Notoadmodjo (2003), semakin tua usia
tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
seseorang maka proses perkembangan mental dan
menstruasi. Pendidikan kesehatan yang didapatkan
intelektualnya
dari tenaga kesehatan sebesar 9% dan tidak ada
terhadap pembentukan perilaku yang lebih baik.
memungkinkan
akan
semakin
yang
responden
penelitian
pada
kesehatan dari guru. Sumber informasi yang telah
responden kelompok perlakuan didapatkan bahwa
didapatkan sebagian besar berasal dari orang tua
sebagian besar berusia 13 tahun sebesar 59% dan
sebesar
sisanya berusia 14 tahun sebesar 41%. Ditinjau
pendapat informasi sebesar 9%. Hal ini berbeda
dari perilaku menstrual hygiene didapatkan bahwa
dengan data pada responden kelompok kontrol
Berdasarkan
baik
sehingga
perilaku
dilakukan.
semakin
baik
hasil
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
yang
44%
mendapatkan
sedangkan
yang
pendidikan
tidak
15
pernah
yang sebagian besar mendapatkan pendidikan
prosentase
tertinggi
sama
kesehatan sebesar 96%. Pendidikan kesehatan
perlakuan yaitu keputihan.
dengan
kelompok
dari tenaga kesehatan sebesar 13% dan dari guru sebesar 90%. Sumber informasi dari orangtua
b. Perilaku menstrual hygiene remaja putri
sebesar 48% dan yang tidak mendapat informasi
setelah diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 4%. Berdasarkan data hasil penelitian
tentang menstruasi di SMPN X Proses
didapatkan bahwa responden kelompok perlakuan
penerapan
hygiene
besar memiliki perilaku baik dan yang tidak
pengetahuan, sikap yang positif, dan perilaku yang
mendapatkan
baik kearah pencapaian organ reproduksi yang
kesehatan
sebagian
26
baik
dimulai
dari
menstrual
yang mendapatkan pendidikan kesehatan sebagian
pendidikan
yang
perilaku
peningkatan
besar memiliki perilaku cukup. Demikian juga pada
sehat.
responden
pernah
didasari pengetahuan akan lebih tahan lama jika
sebagian
tanpa didasari pengetahuan. Berdasarkan hasil
kelompok
mendapatkan
kontrol
pendidikan
yang
kesehatan
besar memiliki perilaku baik. Perbedaan
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku yang
posttest penelitian didapatkan bahwa responden informasi
pada kelompok perlakuan sebagian besar memiliki
pengetahuan
perilaku menstrual hygiene baik sebesar 58% dan
pembentukan
sisanya memiliki perilaku cukup sebesar 34% serta
independent
kurang sebesar 8%. Hal ini tidak jauh berbeda
samples t-test pada data pretest pada kedua
dengan hasil responden kelompok kontrol yang
kelompok didapatkan nilai signifikansi (p=0,001)
juga sebagian besar memiliki perilaku menstrual
sehingga disimpulkan terdapat perbedaan perilaku
hygiene yang baik dan sisanya memiliki perilaku
menstrual hygiene yang signifikan pada kedua
cukup sebesar 27% serta kurang 6%. Kelompok
kelompok yang lebih baik pada kelompok kontrol
kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan
dengan selisih rata-rata 8,3701. Sehingga dapat
perlakuan, sedangkan kelompok perlakuan adalah
diketahui bahwa dalam penelitian ini faktor yang
kelompok yang mendapatkan 1x perlakuan yaitu
paling berpengaruh dalam pembentukan perilaku
pendidikan
menstrual hygiene pada saat pretest adalah faktor
Berdasarkan hasil uji independent samples t-test
informasi (pendidikan kesehatan).
pada
menyebabkan
intensitas
perbedaan
yang
berpengaruh
perilaku.
24
Setelah
tingkat
terhadap dilakukan
uji
Perbedaan
data
kesehatan
posttest
tentang
pada
menstruasi.
kedua
kelompok
perilaku menstrual hygiene pada kelompok kontrol
didapatkan bahwa signifikansi (p=0,601), sehingga
dan perlakuan juga berpengaruh pada riwayat
disimpulkan
infeksi
yang
signifikan perilaku menstrual hygiene pada kedua
mengabaikan kebersihan organ genitalia saat
kelompok dan sedikit lebih baik pada kelompok
saluran
reproduksi.
Perempuan
menstruasi akan lebih rentan terkena infeksi.
25
kontrol
tidak
dengan
selisih
rata-rata
1,1382.
responden kelompok perlakuan yang mengalami
bahwa riwayat ISR kelompok perlakuan pada saat
ISR sebesar 78,1% dengan gejala tertinggi adalah
posttest didapatkan sebagian besar responden
keputihan dan gatal pada area genitalia. Hal ini
yang
berbeda pada responden kelompok kontrol yang
sedangkan
memiliki perilaku menstrual hygiene lebih baik
dengan gejala terbanyak adalah keputihan dan
karena data hasil penelitian menunjukkan bahwa
gatal pada genitalia. Hal ini tidak jauh berbeda pada
responden yang mengalami ISR sebesar 40,4%.
responden kelompok kontrol yang juga sebagian
Namun responden yang mengalami gejala ISR
besar tidak mengalami ISR sebesar 65%.
mengalami responden
penelitian
yang
Berdasarkan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
hasil
perbedaan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
tidak
data
terdapat
ISR yang
didapatkan
sebesar mengalami
16
52%, ISR
c. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual
hygiene
pencegahan
infeksi
remaja
putri
saluran
peningkatan promosi perilaku menjaga kesehatan reproduksi.
untuk
reproduksi
KETERBATASAN PENELITIAN
(ISR).
Dalam penelitian ini, keterbatasan yang
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar
yang
menyebabkan
terjadinya
dihadapi oleh peneliti, diantaranya adalah: 1. Adanya
keterbatasan
waktu
penelitian
perkembangan kearah yang lebih dewasa, lebih
sehingga penelitian hanya dilaksanakan
baik, lebih matang, lebih tahu nilai-nilai kesehatan
selama Âą 1 bulan dan intervensi pendidikan
dan
kesehatan
lebih
kesehatannya.
mampu 27
menyelesaikan
masalah
Berdasarkan hasil analisa data
tentang
menstruasi
yang
diberikan pada kelompok perlakuan hanya
pretest dan posttest kelompok kontrol dengan
dilakukan 1x.
menggunakan uji paired samples t-test didapatkan
2. Tidak adanya kuesioner yang baku tentang
signifikansi (p=0,076), sehingga disimpulkan tidak
perilaku menstrual hygiene sehingga ada
terdapat perubahan perilaku menstrual hygiene
faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam
yang pada kelompok kontrol, sedangkan data hasil
perilaku menstrual hygiene yang tidak
analisa
diteliti dalam penelitian ini.
pretest
dan
posttest
pada
kelompok
perlakuan setelah dilakukan uji paired samples ttest didapatkan signifikansi (p=0,000), sehingga
SIMPULAN
disimpulkan terdapat perubahan yang signifikan
1. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang
perilaku menstrual hygiene kelompok perlakuan
menstruasi
setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang
menstrual
menstruasi. Hal ini sejalan dengan penelitian
pencegahan infeksi saluran reproduksi (ISR).
Handayani (2011) bahwa terdapat hubungan yang
2. Perilaku menstrual hygiene remaja putri SMPN
terhadap hygiene
remaja
putri
dalam
genitalia.
menstruasi sebagian besar memiliki perilaku
Perubahan perilaku menstrual hygiene ini juga
cukup sebesar 53% dan sisanya baik sebesar
sejalan dengan perubahan data posttest riwayat
27% serta kurang sebesar 20%. Responden
ISR
yang memiliki riwayat ISR sebesar 78,1%.
responden
pada
organ
kelompok
perlakuan.
Responden kelompok perlakuan yang mengalami
kesehatan
untuk
X
kebersihan
pendidikan
perilaku
signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku menjaga
sebelum
perubahan
tentang
3. Perilaku menstrual hygiene remaja putri X
ISR menurun dari 78% menjadi 48% dan setelah
setelah
dilakukan uji paired samples t-test didapatkan
menstruasi terjadi peningkatan dengan sebagian
perubahan signifikan dengan signifikansi (p=0,000),
besar memiliki perilaku baik sebesar 58% dan
hal ini berbeda pada responden kelompok kontrol
sisanya cukup sebesar 34% serta kurang
yang didapatkan perubahan yang tidak signifikan
sebesar 8%. Responden yang mengalami ISR
dengan
menurun signifikan menjadi 48,4%.
signifikansi
(p=0,083).
Penelitian
ini
pendidikan
kesehatan
tentang
membuktikan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk
SARAN 1. Bagi Institusi Terkait/Perawat
pencegahan infeksi saluran reproduksi(ISR). Hal ini
Pendidikan kesehatan tentang menstruasi
sejalan dengan Buzna (2002) bahwa strategi
diharapkan menjadi perhatian khusus bagi perawat
terbaik dalam mencegah ISR adalah dengan
sebagai salah satu cara menjaga kesehatan organ
meningkatkan kebersihan saat menstruasi melalui
reproduksi remaja putri.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
17
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
pencegahan yang lebih maksimal. Belum adanya
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
kuesioner yang baku terkait perilaku menstrual
untuk memodifikasi variabel pendidikan kesehatan
hygiene sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
guna
perilaku
lanjut untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat
menstrual hygiene yang baik. Selain itu juga perlu
menyebabkan bias dalam hasil penelitian yang
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
belum terkaji dalam penelitian ini.
lebih
meningkatkan
perubahan
faktor yang menyebabkan keputihan dan gatal pada organ genitalia karena merupakan gejala yang paling banyak ditemukan sehingga dapat dilakukan DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. 2007. The World Health Report 2007-A Safer Future: Global Public Health Security inTthe 21st Century. http://www.who.int/whr/ 2007/en/index.html. Diakses tanggal 11 November 2012. Pukul 15.07 WIB. 2. Puspitaningrum, D. 2010. Praktik Perawatan Organ Genitalia Eksternal pada Anak Usia 1011 Tahun yang Mengalami Menarche Dini di Sekolah Dasar Kota Semarang. Jurusan Kebidanan Universitas Muhammadiyah, Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunim us-gdl-dewi puspit -6364-1-dewipus-m.pdf. Diakses tanggal 6 Juni 2012. Pukul 18.28 WIB. 3. Hidayati, A.N., Suyoso, S., Hinda, D.,dan Sandra, E. 2009. Superficialis Mycosis in Mycology Divicion. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Artikel Asli. Dep/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin, Surabaya.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21 10918.pdf. Diakses tanggal 29 Oktober 2012. Pukul 12.33 WIB. 4. Kasdu, Dini. 2005. Solusi Probem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. 5. Rahayu, R.T., Aminoto, C., Madkhan, M. 2011. Efektivitas Penyuluhan Peer Group dengan Penyuluhan oleh Petugas Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan tentang Menarche. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol. 7. No. 3. 6. Rahmatika, D. 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap tentang Personal Hygiene Menstruasi terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Putri Pada Saat Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23 575.pdf. Diakses tanggal 6 Juni 2012. Pukul 19.09 WIB. 7. Ratna, D.P. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta. Indeks p.1-2, 15-26, 8386. 8. Aisyaroh, N. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung, Universitas Sultan Agung. www.unissula.ac.id. Diakses tanggal 24 September 2012. Pukul 09.07 WIB. BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
9. Kissanti, A. 2008. Buku Pintar Wanita Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta. Araska Printika 10. Astuti,A., Sulisno,M., Hirawati,H. 2009. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran Semarang. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 4. No. 2, hal 59-65. 11. Buzna, J. 2002. Reproductive Tract Infections: A Set of Factsheet. Bangkok: Population Council. 12. Notoatmodjo, S. 2004. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 13. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers. 14. Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 15. Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 16. Handayani, H. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Putri tentang Kebersihan Organ Genetalia Eksterna di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 17. Riwidikdo, H. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. 18. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 19. Price, S.A. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 20. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 21. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 22. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 23. Baradero, M. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC. 24. Sarwono, S. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 25. Baradero, M. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC. 26. Ariyani, I. 2009. Aspek Biopsikososial Hygiene Menstruasi Siswi SMP Pondok Pensantren. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. 27. Buzna, J. 2002. Reproductive Tract Infections: A Set of Factsheet. Bangkok: Population Council. 18
Penelitian
PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA SEJAHTERA PANDAAN PASURUAN Teguh Suprianto*, Subandi** , Retno Lestari**
*
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: kelompok_profesiempat@yahoo.com
ABSTRAK Lanjut Usia (lansia) merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai penurunan fisiologis, aspek sosial, dan aspek ekonomi sehingga terjadi masalah kesehatan fisik maupun jiwa. Kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia adalah ansietas. Salah satu terapi modalitas yang dilakukan untuk mengatasi gangguan ansietas adalah terapi psikoreligius yang bertujuan meningkatkan koping individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligius terhadap penurunan tingkat ansietas di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) Pandaan Pasuruan. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan pendekatan pretest-postest pada kelompok perlakuan dan kontrol. Sampel diambil dengan metode simple random sampling, berjumlah 32 orang terdiri dari 15 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuisoner Geriatric Anxiety Inventory (GAI). Analisis data dengan uji statistik Wilcoxon pada kelompok perlakuan didapatkan p value=0,004 yang artinya terdapat perubahan tingkat ansietas lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi psikorelgius, pada kelompok kontrol didapatkan p value=1,000 yang artinya tidak terjadi perubahan tingkat ansietas lansia. Untuk mengetahui perbedaan ansietas lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan Uji Statistik Mann Whitney didapatkan hasil p value=0,036 yaitu terdapat perbedaan signifikan antara postest kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyimpulkan ada pengaruh terapi psikoreligius terhadap penurunan tingkat ansietas lansia di UPT PSLU Pandaan Pasuruan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan terapi psikoreligius dijadikan sebagai terapi alternatif dan modalitas yang dapat menurunkan tingkat ansietas pada lansia. Kata Kunci
: Lansia, Tingkat Ansietas, Terapi Psikoreligius ABSTRACT
Elderly is a life process that marked with decreasing physiology, social, and economy aspect that occurs physical or mental health problems. Mental health problem which often appear on eldery is anxiety disorder. One of the therapeutic modalities that done to overcome the anxiety level is psyhoreligious theraphy that purpose at improving individual coping. This research aims to know the effect of psychoreligious theraphy on the decreased of anxiety level at UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan Pasuruan. This research use quasi experimental study with pretest– posttest design on treatement and control grup. Samples taken with simple random sampling methode, total 32 people consist of 15 people of teratment group and 17 people of control group. Data collection used Geriatric Anxiety Inventory (GAI) questionare. Analysis data with wilcoxon on teratment group result p-value = 0.004 which means there is change of anxiety level for the elderly before and after psyhoreligious theraphy. In the control group the result of p-value = 1.000 which means there is not change of anxiety level for the elderly. To know the differences of eldery’s anxiety on treatment and control group done Mann Whitney statistic test is gotten p-value = 0.036 which means there is significant of differences between posttest and control group. The result of this research conclude that there is influence of psikoreligius theraphy on decreased of eldery’s anxiety at UPT PSLU Pandaan Pasuruan. Based on the result of this research, psychreligious theraphy can be used as alternative and modality therapy which that can decrease anxiety level in elderly. Keywords
: Elderly, Anxiety level, Psychoreligious Theraphy
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013
19
Masalah kesehatan jiwa yang biasa PENDAHULUAN
dialami
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan
beradaptasi
tubuh
terhadap
Penurunan
untuk
lingkungan.
yang terjadi pada berbagai
organ, fungsi, dan sistem tubuh bersifat fisiologis.
14
di
dunia
yang
telah
mencapai usia 60 tahun tumbuh sangat signifikan bahkan perkembangannya paling cepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Populasi lansia di Amerika Serikat pada tahun 2030 diperkirakan terjadi peningkatan 1
sebanyak 71 juta jiwa. Berdasarkan data diperoleh
dari
WHO,
terjadi
peningkatan jumlah lansia di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir yang awalnya sebesar
7,18%
menjadi
9,77%
dan
diprediksi pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa. Jumlah ini terbesar keempat setelah China, India, dan Jepang.
12
Sedangkan BPS (2008)
didapatkan ada 11 provinsi yang jumlah lansianya
terbesar,
diantaranya
provinsi
Jawa Timur dengan presentase 10,92% atau sekitar 6.017.761 jiwa.
keberhasilan
terutama di
pembangunan,
bidang kesehatan.
Namun
semakin meningkatnya lansia diperlukan penanganan untuk mengantisipasi berbagai masalah yang muncul terutama dibidang sosial, ekonomi dan kesehatan.
13
Gangguan
kesehatan yang sering dihadapi lansia adalah kemampuan yang menurun untuk hidup
mandiri
karena
keterbatasan
mobilitas, kelemahan fisik dan masalah kesehatan jiwa.
depresi,
ansietas,
ansietas merupakan salah satu masalah kesehatan
jiwa
yang
diderita
lansia.
Gangguan ansietas sering muncul dan disertai
gejala-gejala
psikologis
yang
berlanjut seperti mengamuk, marah, dan 21
Di negara berkembang angka
kejadian ansietas pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%.
26
Sedangkan angka
kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk.
24
Menurut penelitian Hermans,
Beekman, Asrtjan, and Evenhuis (2012) sebanyak 16,3% lansia di Belanda memiliki gangguan ansietas. Kaum wanita lebih memiliki
kecenderungan
mengalami
gangguan ansietas dibanding kaum pria. Gangguan ansietas pada lansia memiliki gejala-gejala seperti kegelisahan, merasa bersalah, gangguan tidur, penurunan fungsi kognitif, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
karena
kelelahan,
tegang, sulit berkonsentrasi dan mudah emosi.
18
Tingkatan
ansietas
yang
membahayakan adalah ansietas berat dan
Peningkatan jumlah lansia merupakan dampak
yaitu
kesepian, dan perasaan sedih. Gangguan
halusinasi.
Penduduk
yang
lansia
27
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
panik. Ansietas berat dan panik merupakan perasaan khawatir yang berlebihan, jika tidak ditangani akan menimbulkan perilaku maladaptif dan disabilitas emosional. Tingkat
ansietas
berat
dan
22,24
panik
menimbulkan individu kehabisan tenaga, menimbulkan rasa takut, serta menghambat individu dalam melakukan fungsinya. Jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang kelelahan dan kematian.
19
20
Penanganan ansietas dapat dilakukan dengan
cara
psikoterapi
dikombinasikan
perilaku
dengan
yang
farmakoterapi,
shalat berjamaah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di UPT PSLU Pandaan Pasuruan tersebut. Kepala UPT
PSLU
namun farmakoterapi dapat menimbulkan
Pandaan Pasuruan mengatakan banyak
kecenderungan yang bersifat adiktif dan
lansia yang mengalami kesulitan dalam hal
25
beribadah disebabkan jalan yang menanjak
yang
sekitar 10 meter dari asrama menuju tempat
arah
ibadah
mempunyai efek samping yang merugikan. Menurut
Yosep
berkembang
(2010)
saat
nonfarmakoterapi,
ini di
terapi
lebih
ke
antaranya
adalah
proses asuhan perawatan, terapi modalitas (lingkungan,
psikoterapi
suportif,
serta
belum
adanya
evaluasi
kegiatan keagamaan terhadap gangguan ansietas pada lansia.
terapi
Berdasarkan munculnya permasalahan
aktifitas kelompok, dan terapi psikoreligius).
diatas
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan
mengetahui â&#x20AC;&#x153;Pengaruh terapi psikoreligius
dasar semua manusia.
9,16
bentuk
modern
psikoterapi
dan
tertarik
untuk
yang
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan.â&#x20AC;?
mengkombinasikan pendekatan kesehatan jiwa
penulis
terhadap penurunan tingkat ansietas pada
Terapi psikoreligius merupakan salah satu
maka
pendekatan
aspek
Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh
terapi
psikoreligius
terhadap
religius/keagamaan. Terapi ini bertujuan
penurunan tingkat ansietas pada lansia di
meningkatkan
UPT
(mengatasi
mekanisme
masalah)
individu
koping terhadap
gangguan ansietas klien. Kegiatan-kegiatan
Pelayanan
Sosial
Lanjut
Usia
Sejahtera Pandaan Pasuruan. Manfaat penelitian dalam
terapi psikoreligius dalam agama islam
menambah
meliputi sholat, doa, dzikir, dan membaca
keperawatan jiwa gerontik, bagi praktik
kitap suci. Terapi ini merupakan terapi
sebagai
psikiatrik setingkat lebih tinggi dari pada
dikomunitas, panti wredha, rumah sakit agar
psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan terapi
dijadikan sebagai terapi modalitas dan
psikoreligius mengandung unsur spiritual
alternatif dalam mengurangi gejala ansietas
(kerohaniaan/ membangkitkan
perawat
dibidang
yang
ada
yang
dapat
pada lansia. bagi pihak panti dijadikan
harapan
(hope),
rasa
sebagai terapi modalitas yang semakin
(faith) pada diri seseorang. pendahuluan
29
yang
Sejahtera
Pandaan
holistik
(bio-psiko-sosio-spiritual)
dalam
mengurangi gangguan ansietas pada lansia. dilakukan
penulis di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU)
informasi
pengetahuan
keagamaan)
percaya diri (self confidence) dan keimanan
Studi
ilmu
teori untuk
Pasuruan
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode
mendapatkan lansia yang tinggal berjumlah
quasi
107 jiwa, sekitar 72 wanita dan 31 pria.
pretest posttest with control grup design
Lansia yang tinggal di UPT PSLU Pandaan
(Hidayat, 2009).
mayoritas beragama islam dan kegiatan
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
keagamaan seperti ceramah, doa bersama,
di UPT PSLU Pandaan sebanyak 107
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
experiment
dengan
pendekatan
21
lansia. Besar sampel didapatkan sebesar 32
keluarga dan pekerjaan sebelum menghuni
responden terbagi menjadi 15 kelompok
panti dan disajikan dalam bentuk tabel
perlakuan dan 17 kelompok kontrol dengan
sebagai berikut:
menggunakan
Tabel 1. Karakteristik berdasarkan usia
metode
simple
random
sampling. Kriteria inklusi yaitu lansia yang
Rentang
N
%
60-69 th
7
47%
sampai panik, pertama kali mengikuti terapi
70-79 th
5
33%
psikoreligius, tidak mengalami gangguan
>80 th
3
20%
pendegaran dan pembicaraan. Penelitian ini
Total
15
100%
60-69 th
10
59%
berusia 60 tahun atau lebih, beragama islam, memiliki gangguan ansietas ringan
dilaksanakan pada tanggal 23 Februari s.d 2
Kelompok Perlakuan
Kontrol
Maret 2013.
Usia
70-79 th
6
35%
terapi
>80 th
1
6%
psikoreligius sedangkan variabel dependen
Total
17
100%
Variabel
independen
adalah
adalah tingkat ansietas lansia. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisoner
Tabel 2. Karakteristik berdasarkan Jenis kelamin
GAI (Geriatiric Anxiety Inventory). Kuisoner ini terdiri dari 20 pertanyaan yang berisi mengenai gejala-gejala ansietas pada lansia
Kelompok Perlakuan
dengan nilai jawaban â&#x20AC;&#x153;Yaâ&#x20AC;? yaitu 1 dan â&#x20AC;&#x153;Tidakâ&#x20AC;?
yaitu 0,
dengan kategori skor
ansietas ringan (1-5), ansietas sedang (6-
Kontrol
10), ansietas berat (11-15), panik (16-20). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui perubahan pretest dan postest
pada
kelompok
kontrol,
sedangkan
uji
perlakuan Mann
dan
Whitney
Jenis
N
%
Laki-laki
1
7%
Perempuan
14
93%
Total
15
100%
Laki-laki
12
71%
Perempuan
5
29%
Total
17
100%
Kelamin
Tabel 3. Karakteristik berdasarkan status perkawinan Kelompok
Status
N
%
Tidak kawin
1
7%
Janda/duda
14
93%
Kawin
0
0%
Total
15
100%
Tidak kawin
0
0%
Janda/duda
15
88%
pada penelitian ini meliputi usia, jenis
Kawin
2
12%
kelamin, status perkawinan, lama menghuni
Total
17
100%
digunakan untuk mengetahui perbedaan postest
tingkat
ansietas
lansia
setelah
Perlakuan
diberikan terapi psikoreligius pada kelompok perlakuan dan kontrol.
HASIL PENELITIAN Distribusi data demografi responden
Kontrol
perkawinan
panti, pendidikan terakhir, jadwal kunjungan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
22
Tabel 4. Karakteristik berdasarkan lama
1 minggu
menghuni panti (LMP)
sekali
0
0%
Kelompok
LMP
N
%
1 bulan sekali
2
12%
Perlakuan
0-5 th
14
93%
Tidak tentu
7
41%
6-10 th
1
7%
Total
17
100%
>10 th
0
0%
Total
15
100%
Tabel
0-5 th
12
70%
pekerjaan sebelum menghuni panti (PSMP)
6-10 th
3
18%
Kelompok
PSMP
N
%
>10 th
2
12%
Perlakuan
Tidak bekerja
4
27%
Total
17
100%
Petani
1
7%
Nelayan
1
7%
Wiraswasta
4
27%
Lain-lain
5
33%
Total
15
100%
Tidak bekerja
2
12%
Petani
1
6%
Nelayan
0
0%
Kontrol
Tabel
5.
Karakteristik
7.
berdasarakan
pendidikan terakhir
Perlakuan
Kontrol
Pendidikan Terakhir Tidak sekolah
N
% Kontrol
6
40%
SD
5
33%
Wiraswasta
4
23%
SMP
4
27%
Lain-lain
10
59%
SMA
0
0%
Total
17
100%
Total
15
100%
3
18%
Tidak sekolah SD
6
35%
SMP
3
18%
SMA
5
29%
Total
17
100%
kunjungan keluarga (JKK) Kelompok
JKK
N
%
Perlakuan
Tidak pernah
6
40%
1
7%
1 bulan sekali
2
13%
Tidak tentu
6
40%
Total
15
100%
Tidak pernah
8
47%
1 minggu sekali
ď&#x201A;ˇ
Data tingkat
Tabel 6. Karakteristik berdasarkan jadwal
Kontrol
berdasarkan
khusus
menampilkan
ansietas
lansia
skor
pretest-
postest pada kelompok perlakuan.
Kelompok Perlakuan Pretest-Postest Terapi Psikoreligius 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Pretest
Tingkat Ansietas
Kelompok
Karakteristik
Postest Tingkat Ansietas: 0: Tidak ansietas 1: Ansietas ringan 2: Ansietas sedang 3: Ansietas berat 4: Panik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
No Responden
23
Gambar 1. Interpretasi kelompok perlakuan
Kelompok Kontrol PretestPostest Terapi Konseling
berhubungan dengan tingkat ansietas 3.5 gambar
di
atas
dapat
diinterpretasikan bahwa jumlah responden kelompok
perlakuan
penurunan
tingkat
yang
mengalami
ansietas
setelah
diberikan terapi konseling dan psikoreligius
3 Tingkat Ansietas
Dari
2.5 2
1.5 1
adalah 10 orang (67%) yaitu responden
0.5
nomor 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, dan 14.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617
Jumlah responden yang tidak mengalami
No Responden
perubahan tingkat ansietas setelah diberi terapi konseling dan psikoreligius adalah 5 orang (33%) yaitu responden nomor 1, 5, 8,
Pretest
13, dan 15. Sedangkan jumlah responden yang
mengalami
ansietas
adalah
peningkatan 0
orang
Postest
tingkat
(0%).
Dari
Tingkat Ansietas: 0: Tidak ansietas 1: Ansietas ringan 2: Ansietas sedang 3: Ansietas berat 4: Panik
penjabaran 15 responden didapatkan 5 responden (34%) mengalami penurunan
Gambar
2.
Intrepretasi
perubahan
tingkat ansietas berat menjadi ansietas
tingkat ansietas sehubungan dengan terapi
ringan, 3 responden (20%) mengalami
konseling
penurunan tingkat ansietas sedang menjadi ansietas
ringan,
mengalami
2
responden
penurunan
tingkat
(13%) ansietas
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa
17
responden
mengalami
(13%) mengalami tingkat ansietas sedang
dikarenakan selama 1 minggu tidak ada
dan tidak mengalami penurunan serta 3
kegiatan terapi psikoreligi hanya diberikan
responden
konseling dalam waktu sekali. Dari 17
mengalami
ansietas
ringan dan tidak mengalami penurunan
responden
dapat
tingkat
tidak
ringan menjadi tidak ansietas, 2 responden
(20%)
perubahan
(100%)
dijabarkan
ansietas
yaitu
10
responden (59%) dalam tingkat ansietas ď&#x201A;ˇ
Data tingkat
khusus
skor
ringan, 6 responden (35%) dalam rentang
pretest-
ansietas sedang dan 1 responden (6%)
menampilkan
ansietas
lansia
postest pada kelompok Kontrol.
dalam rentang ansietas berat ď&#x201A;ˇ
Data
perbedaan
Pretest-Postest
Tingkat Ansietas Lansia Kelompok perlakuan dan kontrol
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
24
Tabel 8. Kelompok perlakuan Tingkat
mengetahui
Pretest
Ansietas
perbedaan
tingkat
ansietas
lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol
Postest
digunkan
uji
statistik
Mann
Whitney
didapatkan p value = 0,036 < Îą = 0,05,
N
%
N
%
0
0%
2
13%
Ringan
5
33,3%
11
74%
pada saat postest kelompok perlakuan dan
Sedang
5
33,3%
2
13%
kontrol. Dapat
berat
5
33,3%
0
0%
pengaruh
Panik
0
0%
0
0%
penurunan tingkat ansietas pada lansia di
Total
15
100%
15
100%
diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan
Tidak ansietas
signifikan antara tingkat ansietas lansia
terhadap
PEMBAHASAN
Pretest
Ansietas
Postest
pretest-postest pada kelompok pelakuan
N
%
N
%
0
0%
0
0%
Ringan
10
59%
10
59%
Sedang
6
35%
6
35%
berat
1
6%
1
6%
Panik
0
0%
0
0%
Total
17
100%
17
100%
Terjadinya ansietas pada kelompok
Tidak ansietas
perlakuan disebabkan beberapa faktor yaitu perbedaan jenis kelamin, dukungan sosial, pekerjaan sebelum menghuni panti dan pendidikan terakhir. Mayoritas lansia yang ada dikelompok perlakuan 93% berjenis kelamin wanita. Menurut teori Myers (2008) dalam Wiyono dan Widodo (2010) bahwa wanita lebih tinggi ansietasnya dibandingkan
ANALISIS DATA Analisis
statistik
menggunakan
SPSS 16 for windows. Data dianalisis menggunakan
uji
Wilcoxon
dan
Mann
Whitney. Hasil uji statistik pretest-postest perlakuan
menggunakan
Uji
Wilcoxon didapatkan hasil p value = 0,004 < Îą = 0,05. Dapat di interpretasikan bahwa psikoreligius
dapat
menurunkan
tingkat ansietas pada kelompok perlakuan secara signifikan. Hasil uji statistik pretestpostest kelompok kontrol didapatkan hasil p value=
psikoreligius
a. Perubahan tingkat ansietas lansia
Tingkat
terapi
terapi
UPT PSLU Pandaan Pasuruan.
Tabel 9. Kelompok kontrol
kelompok
disimpulkan bahwa ada
1,000
>
Îą=
0,05.
Dapat
diinterpretasikan bahwa tanpa penerapan terapi psikoreligius tidak dapat mengalami penurunan tingkat ansietas. Dan untuk
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
pria karena wanita lebih sensitif perasaanya dibandingkan pria yang lebih aktif dan eksploratif.
28
Selain faktor jenis kelamin, ada faktor yang
mempengaruhi
ansietas
pada
kelompok perlakuan yaitu dukungan sosial atau dukungan keluaraga. Pada kelompok perlakuan sekitar 40% lansia tidak pernah dikunjungi keluarganya. Menurut Friedman (1998) dukungan sosial dan dukungan keluarga diperlukan sebagai penyokong dalam
kehidupan
lansia
agar
memiliki
strategi koping adaptif dalam menghadapi suatu masalah serta menghindari perasaan kesepian. Jika dukungan itu hilang atau
25
berkurang
akan
menimbulkan
respon
psikologis seperti ansietas dan depresi.
1
sebagian besar lansia 93% menghuni panti
Faktor pekerjaan sebelum menghuni panti
merupakan
menimbulkan
faktor
ansietas
yang
diduga
dalam rentang 0 s.d 5 tahun. Menurut Nuryati,
Indarwati,
dan
Hadisuyatmana
kelompok
(2012) menyatakan bahwa lansia yang
perlakuan sebanyak 27% tidak bekerja dan
tinggal di panti wredha akan mengalami efek
sebagian besar bekerja sebagai pengemis.
terhadap lingkungan dan teman yang baru
Faktor pekerjaan sejalan dengan faktor
yang
pendidikan
secara positif. Kegagalan respon postif yang
pada
pada
Pada kelompok perlakuan didapatkan
kelompok
perlakuan
mengharuskan
ditandai
Maramis
dapat menimbulkan respon ansietas yang
kehilangan
finansial
menimbulkan suatu beban mental
dan
mencetuskan stressor terhadap diri lansia yang
dapat
menimbulkan
ansietas, depresi ataupun stres.
gangguan
tingkat
ansietas,
berlanjut
menimbulkan maladaptif.
14
berinteraksi
lama-kelamaan
gejala
psikologis
yang
17
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang
Dari 10 responden yang mengalami penurunan
dapat
kegagalan
beradaptasi
sebanyak 40% tidak bersekolah. Menurut (2009)
dengan
lansia
5
pada kelompok pelakuan yaitu perbedaan
responden yang tidak mengalami perubahan
jenis kelamin, dukungan sosial, pekerjaan
ansietas
terapi
sebelum menghuni panti dan pendidikan
psikoreligius. Hal ini diduga faktor motivasi,
terakhir serta faktor motivasi, niat, harapan
harapan dan lama menghuni panti yang
dan lama menghuni panti ikut berperan
dapat
dalam
setelah
diberikan
mempengaruhi
perubahan
ada
memegang peranan tingkat ansietas lansia
penurunan
tidak
adanya
tingkat
ansietas.
tidak
terapi
dalam hati seseorang untuk melakukan atau
perlakuan.
Motivasi
disini
yang
dimaksud
tingkat
ansietas terhadap 5 responden yang ikut
Motivasi merupakan suatu penggerak dari
mencapai tujuan dan perilaku tertentu.
ada perubahannya
psikoreligius
pada
kelompok
20
yaitu
b. Perubahan tingkat ansietas lansia
keinginan untuk ikut melakukan terapi, serta
pretest-postest pada kelompok
harapan
kontrol
lansia
ansietasnya. manfaat
untuk
Peneliti
terapi
sembuh
telah
dari
menjelaskan sebelum
kontrol disebabkan beberapa faktor antara
pelaksanaan dimulai. Motivasi yang kurang
lain perbedaan jenis kelamin dan tingkat
dari responden dapat mempengaruhi hasil
pendidikan.
terapi psikoreligis karena pada terapi ini
beberapa faktor yang menyebabkan tidak
diperlukan niat yang kuat dalam hati agar
ada
terjadinya hubungan dan keyakinan kepada
kelompok kontrol yaitu sebagaian besar
pencipt,
terhadap
kelompok kontrol dalam rentang tingkat
kebesaran tuhan sebagai maha penyembuh
ansietas ringan sejumlah 10 responden
serta
segala penyakit.
psikoreligius
Terjadinya ansietas pada kelompok
kesadaran
diri
30
Dalam
perubahan
penelitian
tingkat
ini
ansietas
ada
pada
(59%) yang artinya bahwa tingkat ansietas ringan dalam rentang adaptif.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
26
Sesuai
hasil
penelitian
Wiyono
&
Widodo (2010) bahwa sebagian besar lansia wanita
mengalami
gangguan
dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat ansietas pada kelompok kontrol.
ansietas
dibandingkan pria hal ini disebabkan karena
c. Perbedaan tingkat ansietas lansia
wanita memiliki karakteristik yang khas
kelompok perlakuan dan kontrol
seperti
kadar
Hasil penelitian yang dilakukan di UPT
dapat
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan
berhubungan dengan perubahan fisik dan
Pasuruan menunjukkan perbedaan tingkat
menopause,
estrogen
dan
psikologis
ovarium
lansia.
responden
menurunya
18
yang
Pada
laki-laki
penelitian
lebih
ini
ansietas kelompok perlakuan dan kontrol
banyak
setelah diberikan terapi. Tingkat ansietas
dibandingkan wanita sebesar 71%, yang
kelompok
kontrol
artinya dalam rentang ansietas kelompok
perubahan
sedangkan
kontrol tidak mengalami ansietas
yang
perlakuan mengalami perubahan sebanyak
tinggi, cenderung mayoritas berada pada
67%. Di buktikan Hasil statistik uji Mann
tingkat ringan. Faktor jenis kelamin banyak
Whitney pada Postest kelompok perlakuan
mempengaruhi tidak
dan kontrol menunjukkan (0,036 < Îą) yang
adanya
perubahan
tingkat ansietas pada kelompok kontrol.
faktor
pada
kelompok
tingkat
ansietas
lansia
pada
kedua
sangat
kelompok setelah diberikan terapi. Sehingga
mempengaruhi tidak ada perubahan tingkat
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
ansietas pada kelompok kontrol. Hal ini
terapi
dibuktikan dengan karakteristik responden
tingkat ansietas lansia di UPT Pelayanan
yang
Sosial lanjut usia Pandaan Pasuruan.
lulusan
pendidikan
mengalami
artinya terdapat perbedaan signifikan antara
Selain dari faktor perbedaan jenis kelamin,
tidak
SMA
sebanyak
29%
dibandingkan yang tidak bersekolah hanya
psikoreligius
Peneliti
terhadap
penurunan
mendapatkan
penurunan
sekitar 18%, dapat ditafsirkan bahwa tingkat
tingkat ansietas pada kelompok perlakuan
kematangan pendidikan lebih banyak yang
sebayak 10 responden (67%), beberapa
bersekolah
lansia menyatakan perasaan lebih tenang,
dibandingkan
yang
tidak
bersekolah. Hal ini ikut mempengaruhi
lebih
perubahan ansietas pada kelompok kontrol.
kesehatan
yang
Karena
cenderung
terbuka
semakin
tinggi
pendidikan
bersyukur
kepada
tuhan
diberikan. dan
atas Lansia
menyampaikan
seseorang akan semakin mudah berpikir
pengalaman ibadahnya serta manfaat yang
rasional dan menangkap informasi baru
dirasakan dalam beribadah kepada tuhan,
termasuk
masalah-masalah
ini sebagai upaya meningkatkan motivasi
18
beribadah diantara lansia lainya. Diharapkan
Hal ini yang terjadi pada umumnya, lansia
terapi psikoreligius dijadikan sebagai koping
yang mempunyai tingkat pendidikan lebih
dalam
tinggi
kejiwaan teruatama ansietas.
menguraikan
yang menimbulkan gangguan ansietas.
lebih
ansietas
bisa
mengatasi
dibandingkan
bersekolah.
2,21
gangguan
yang
tidak
mengatasi
Pemberian
gangguan-gangguan
terapi
psikoreligius
Dapat disimpulkan bahwa
merupakan terapi modalitas yang dapat
faktor-faktor seperti perbedaan jenis kelamin
dilakukan sebagai terapi tambahan atau
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
27
komplementer.
Menurut
Hawari
(2008)
SIMPULAN
terapi psikoreligius dapat membangkitkan
Dari hasil penelitian yang dilakukan
harapan (hope), rasa percaya diri (self
oleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan
confidence) dan keimanan (faith) pada diri
beberapa hal berikut:
seseorang. Hal ini senada dengan penelitian
a. Pada kelompok perlakuan diketahui
yang dilakukan Fenada (2012) mengenai
bahwa penerapan terapi psikoreligius
terapi
menurunkan
dapat menurunkan tingkat ansietas
pasien
halusinasi
secara signifikan. Dimana dibuktikan
objektif
tentang
dengan penurunan tingkat ansietas
psikoreligius
tingkat
stres
untuk
pada
mendapatkan
data
perasaan
lebih
terkendali,
dan
tenang, tidak
emosi
lebih
gelisah.
Aspek
lansia sebesar 67%. b. Pada
kelompok
kontrol
tidak
religiusitas mengandung unsur meditasi dan
mengalami penurunan tingkat ansietas
relaksasi
setelah
koping
sehingga yang
sebagai
dapat
mekanisme
membangkitkan
diberikan
Dibuktikan
terapi
dengan
konseling.
tidak
adanya
ketahanan tubuh seseorang secara alami.
perubahan tingkat ansietas pretest-
Secara
postest secara signifikan.
biologis
religiusitas (limfosit
orang
tinggi T
memliki
helper)
menunjukkan
dengan kadar
yang
tingginya
tingkat CD-4
tinggi,
daya
ini
tahan
9
imunologi seseorang. Selain
c.
Terdapat perbedaan signifikan tingkat ansietas
lansia
pada
kelompok
perlakuan dan kontrol setelah diberikan terapi. Penerapan terapi psikoreligius
mempengaruhi
tingkat
lebih efektif dibanding terapi konseling.
imunologi, tingkat religiustitas yang tinggi
Hal ini dibuktikan dengan uji statistik
dapat
Mann Whitney sebesar 0,036 < Îą,
juga
meningkatakan
menurunkan
mood
kadar
(norepeniferin
dan
dan
katekolamin
epinefrin)
sehingga
dapat
disimpulkan
ada
serta
pengaruh terapi psikoreligius terhadap
Gangguan
penurunan tingkat ansietas pada lansia
ansietas dihubungakan dengan peningkatan
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
menyehatkan diri seseorang.
kadar
norepeniferin
Sehingga
dalam
darah.
23,25
dengan
pemberian
terapi
kadar
norepeniferin
dalam
psikoreligius darah
3,4
dapat
menurun
dan
gangguan
ansietas dapat diatasi.
Sejahtera Pandaan Pasuruan.
SARAN a. Penyampain terapi psikoreligius dapat dimodifikasi dan dihubungkan dengan
Dari uraian diatas dan didukung oleh
gangguan kejiwaan pada lansia serta
teori-teori yang sesuai dapat dikatakan
tempat
bahwa
dimodifikasi
terapi
psikoreligius
dapat
menurunkan tingkat ansietas lansia
nyaman
kegiatan agar
seperti
keagamaan suasana
dihalaman
lebih wisma
lansia dan taman. b. Pemberian terapi psikoreligius dijadikan sebagai
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
terapi
alternatif
dalam
28
mengurangi
gangguan
kejiwaaan
seperti ansietas pada lansia.
diubah
menjadi
selanjutnya
membandingkan
c. Penelitian selanjutnya setting tempat penelitian
d. Penelitian
setting
terapi
dapat
psikoreligius
dengan terapi modalitas lainya seperti terapi lingkungan (milieu theraphy),
tempat pribadi misalnya disetiap wisma
terapi
lansia. Peneliti memberikan bimbingan
mengenang masa lalu (reminiscence
terapi psikorelgius secara interpersonal
theraphy) dalam mengatasi gangguan
agar
ansietas.
hasil
yang
didapatkan
lebih
musik,
ataupun
terapi
representatif dan gangguan ansitas lebih diketahui penyebabnya sehingga dapat menurunkan gangguan ansietas DAFTAR PUSTAKA 1. Bekhet AK, and Zauszniewski JA. 2012. Mental Health of Elders In Retirement Communities: Is Loneliness a Key Factor. Archives of Psychiatric Nursing, Vol.26 No.3 pp. 214-224 2. Chontessa TJ, Singara T, Idrus MF. 2012. Hubungan Beratnya Gejala Ansietas dengan Masa Klimakterium Wanita di Rumah Sakit Pendidikan Makasar. BagianIlmuKedokteranJiwaUniversitasHasanu din.(online)http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ e4294f2a6d70d39a82cfd214750374ed.pdf diakses 05 Mei 3. Cummings JP, and Pargament KI. 2010. Medicine for Spirit: religious in Individuals with Medical Conditions, Journal Religions, Bowling Green State University, USA 4. Dalmida SG. 2006. Spirituality Mental Health Physical Health and Health Realted Quality of life Among Women With HIV/AIDS: Integrating Spirituality Into Mental Health Care , Issues In Mental Health Nursing vol.27,p.185198(online),(http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16418078pdf dikses 16 Oktober 2012 5. DINKES JATIM. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2008, (online),(http:// dinkes.jatimprov.go.id/.../1311839621_Profil_K esehatan, diakses pada tanggal 12 November 2012 6. Fenada, Mery. 2012. Perawat Dalam Penerapan Terapi Psikoreligius Untuk Menurunkan Tingkat Stres Pada Pasien Halusinasi Pendegaran di Rawat Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Badan Diklat provinsi Sumatera Selatan. (online)http://www.banyuasinkab.go.id diakses 05 Mei 7. Friedman MM. 1998. Keperawatan keluarga: teori dan Praktik, ed. 3, EGC, Jakarta
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
8. Hawari D. 2005. Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan psikologi. Ed. I. Cetakan Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 9. Hawari D. 2007. Intergrasi Agama dalam pelayanan Medis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 10. Hermans H, Beekman, Asrtjan TF, Evenhuis, Heleen M., Prevalence of depression and anxiety in older users of formal Dutch intellectual disability services, Journal of Affective Disorder, 2012 11. Hidayat AA. 2009. Metodologi penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta 12. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (MENEGPP). 2010. Penduduk Lanjut Usia, (online), (http://menegpp.go.id/V2/index.php/.../kependu dukan.pdf, diakses 7 Oktober 2012 13. Komisi Nasional Lanjut Usia (KOMNAS LANSIA). 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta, (Online), (http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?.. .d, diakses 7 Oktober 2012 14. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya, hal. 576-578. 15. Nugroho, W., 2000. Perawatan Lanjut Usia Perawatan Gerontik, ed. 2 EGC, Jakarta 16. Nuryanti, Titik., Indarwati, Retno., Hadisuyatmana. 2012. Hubungan Perubahan Peran Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia yang Tinggal Di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. (online) journal.unair.ac.id/filerPDF/Titik%20N.docx diakses05 Mei 17. Schoevers RA., Beekman AT., Deeg DJ. 2004. Elderly Women Are Greater Risk Of Comorbid Generalised Anxiety And Depression Than Elderly Man. Journal Geriatric Psyhiatry (p 994-1001) (online) http://content.ebscohost.com/pdf diakses 05Mei
29
18. Stuart, Gail W. 2002. Pocket Guide To Pschiatric Nursing, 5 ed., Mosby Inc., Kapoh R.F. dan Yudha, E.K. (penterjemah), 2007, EGC, Jakarta 19. Swansburg, Russell C. 1995. Nursing Staff Develompment, Jones & Bartlett Publisher, Waluyo & Yasmin (Penterjemah) 2001. EGC: Jakarta 20. Tamher, S dan Noorkasani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba medika 21. Townsend, Mary C. 2008. In: Nursing Diagnoses in Psychiatric Nursing: Care Plans & Psychotropic Medications (7th Edition).; F.A. Davis Company. Philadelphia (online), (http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf//3 8599385.pdf diakses pada 7 Oktober 2012 22. Townsend, Mary C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of care in EvidenceBased Practice, Ed. 16, F.A. Davis Company, Philadelphia USA 23. US Census Bureau. 2004. Population Estimates, International Data Base, (Online), (http://www.cureresearch.com/a/anxiety/statscountry.html , diakses 7 Oktober 2012 24. Videbeck, SL. 2001. Psychiatric Mental Health Nursing, , Lippincott Williams & Wilkins Inc., USA, Komalasari, R dan Hany, A (penterjemah), 2008, EGC, Jakarta 25. Videbeck, SL. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing, Fifth edition, Lippincott Williams & Wilkins Inc., USA, p. 7-8 26. WHO. 2012. Global Health and Aging, National insitute on Aging, U.S Departement of Health and Human Services, p.2-3 27. Wiyono W, dan Widodo A. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kecenderungan Insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, 2010, 2(2), p. 87-89, (online) (http://publikasiilmiah.ums.ac.id/BIK.pdf diakses 18 Oktober 2012 28. Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi Cetakan ketiga, PT Refika Aditama, Bandung, 29. Zulkarnaen, Romy. 2009. Pengaruh Terapi Psikoreligius terhadap Penurunan Tingkat Depresi Klien Gangguan Jiwa Depresi Berat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
30
Penelitian
PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT HIV AIDS DAN IMS PADA KALANGAN LSL Nyoman Agus Jagat Raya *, Eva Yanti **, A.A. Ngurah Taruma Wijaya *** *
Mahasiswa Program Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali email: jagatraya.bali@gmail.com ** Dosen Bidang Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali *** Kepala Puskesmas III Denpasar Utara, Bali
ABSTRAK Kalangan lelaki berhubungan seks dengan lelaki (LSL) memiliki risiko tinggi akan tertular dan menularkan HIV AIDS dan IMS, sehingga dapat meningkatkan kasus HIV AIDS dan IMS. Tindakan yang dilakukan secara mandiri untuk merawat diri dirasa belum optimal tanpa mengunjungi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran, menggali, dan mengungkap perilaku pencarian pelayanan kesehatan dalam konsep perawatan mandiri terkait HIV AIDS dan IMS pada kalangan LSL di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan design kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan berjumlah 7 orang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam yang dianalisis menggunakan thematic analysis selanjutnya dilakukan analisis data dan uji keabsahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pencarian pelayanan LSL terhadap pelayanan kesehatan cukup baik. Pandangan terhadap pelayanan kesehatan oleh kalangan LSL dirasa cukup baik, meliputi petugas kesehatan, fasilitas, penyimpanan data, dan adanya klinik. Faktor pendorong LSL mencari pelayanan kesehatan, yakni keinginan, kesadaran, dan ajakan teman. Faktor penghambatnya adalah kurang informasi, kurang aktif, kesulitan mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada teman, biaya, dan takut hasil tes. Saran bagi keperawatan komunitas agar mampu menjangkau keberadaan LSL yang memiliki risiko tinggi HIV AIDS dan IMS. Kata kunci: HIV AIDS, IMS, LSL, perawatan mandiri, pelayanan kesehatan ABSTRACT Men who have sex with men (MSM) have a high risk of contracting and transmitting HIV AIDS and STIs. Thus, it increases cases of HIV AIDS and STIs. Actions taken to care for themselves independently deemed not optimal without visiting and utilizing health services. This study aims at describing, exploring, and uncovering the health seeking behavior on self care concept related HIV AIDS and STIs among MSM in the city of Denpasar. This study uses a qualitative design with a phenomenological approach. Participants are 7 people selected using purposive sampling methods. Data collection techniques with in-depth interviews. Interviews were recorded and then analyzed using thematic analysis. Afterwards, the data and test of the data validity were analyzed. Results of this study indicate that the search behavior of MSM to health care services is quite good. Views on health care by the MSM to be are quite good, including health workers, facilities, data storage, and the clinic. MSM motivating factor to seek health care are namely desire, awareness, and call a friend. The inhibiting factors are the lack of information, less activeness, difficulties in obtaining health care, no friends, cost, and fear of test results. One suggestion given to the nursing community is to be able to reach out to the existence of MSM who have a high risk of HIV AIDS and STIs. Keywords: HIV AIDS, STIs, MSM, self care, health services
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
31
PENDAHULUAN HIV
penggunaan
AIDS
merupakan
emerging
dengan
kondom
pasangan
sebulan tidak
terakhir
tetap
atau
infectious diseases di seluruh dunia dan
pelanggan yaitu tidak pernah 9%, kadang-
menjadi tujuan ke enam dalam Millennium
kadang 17%, sering 27% dan selalu
[1]
Development Goals (MDGs) . Menurut United Nations Programme on HIV AIDS (UNAIDS)
World
Health
[5]
sebesar 47% . Tidak hanya HIV AIDS yang menjadi
Organization
ancaman bagi kalangan LSL, tetapi IMS
(WHO) mengenai peningkatan orang yang
juga menjadi hal yang patut diwaspadai.
hidup dengan HIV dari tahun 2008 sampai
Hal ini terkait IMS disebabkan oleh lebih
2010 ialah sebagai berikut; 2008: 32,3 juta
dari 25 organisme patogen dan virus yang
jiwa, 2009: 32,9 juta jiwa, dan 2010: 34
dapat
[2]
menyerang
sistem
kekebalan
[6]
juta jiwa .
tubuh . Akibat IMS akan meningkatkan
Di Indonesia, jumlah kumulatif sampai
risiko tinggi masuknya virus HIV jika tetap
bulan Juni 2011 tercatat kasus AIDS
melakukan aktivitas hubungan seksual
dilaporkan mencapai angka 26.483 kasus
yang tidak aman . Walaupun IMS dapat
[3]
[7]
dan tersebar pada 33 provinsi . Bali
diobati dan berbeda dengan AIDS yang
sebagai daerah yang memiliki kerentanan
belum ada obatnya, akan tetapi IMS juga
tinggi bagi penularan HIV AIDS didapatkan
akan membuat seseorang merasa tidak
data dari KPA Bali dengan kejadian
nyaman dan berdampak pada kehidupan
kasusu dari Januari 2012 sampai Agustus
sehari-hari.
2012 yaitu untuk HIV sebanyak 374 kasus
Konsep perawatan secara mandiri
dan AIDS sebanyak 432 kasus dengan
penting ditegakkan pada kalangan LSL
total kematian sebanyak 15 kasus. Data
guna
kumulatif dari tahun 1987 sampai dengan
dirinya yang berisiko terhadap HIV AIDS
Agustus 2012 mencapai total kasus HIV
sebagai upaya pencegahan dini. Apabila
sebanyak 3.378 dan kasus AIDS sebanyak
sudah terjadi IMS maka yang dilakukan
3.126 dengan total kematian 490 kasus.
adalah tindakan pengobatan untuk dirinya.
Total keseluruhan mencapai angka 6.504
Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh
[4]
kasus .
kalangan
Peningkatan
kasus
HIV
AIDS
disebabkan oleh populasi-populasi kunci. Lekaki berhubungan seks dengan lekaki (LSL)
mengetahui
masuk
guna
kesehatan
merawat
dirinya
secara mandiri ialah dengan mencari pelayanan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan di Kota
populasi
kunci
Denpasar mendominasi dari kabupaten
karena
terkait
lainnya di Bali dan dapat diakses secara
perilaku seksual yang tanpa menggunakan
merata di 4 kecamatan, salah satunya
kondom. Frekuensi penggunaan kondom
melalui Puskesmas yang terdapat fasilitas
dalam sebulan terakhir dengan pasangan
VCT. Kota Denpasar memiliki masalah HIV
tetap adalah tidak pernah sebesar 12%,
AIDS dan IMS pada kalangan LSL lebih
kadang-kadang 25%, sering 26% dan
tinggi dari kabupaten lainnya di Bali.
selalu sebesar 36%. Sedangkan frekuensi
Tercatat
penyebaran
dalam
LSL
keadaan
HIV
AIDS
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
dari
Januari-September
2012
32
kasus
IMS
pada
kalangan
LSL
di
d. Analisis dan Uji Keabsahan Data
Denpasar sebesar 120 kasus, sedangkan
Analisis data menggunakan proses
96 orang reaktif HIV setelah melakukan
induktif yaitu simpulan temuan bertitik tolak
VCT di daerah Denpasar
[8][9]
hal
perlu
tersebut,
penelitian
maka
yang
melihat
. Berdasarkan dilakukan
secara
nyata
pada data yang terkumpul, kemudian disimpulkan secara umum. Pengolahan data
menggunakan
analisis
tematik
mengenai perilaku pencarian pelayanan
(thematic analysis), selanjutnya diverifikasi
kesehatan
dan disajikan dalam bentuk deskriptif.
terkait
konsep
perawatan
mandiri pada kalangan LSL di Denpasar
sebagai
salah
satu
Kota
Tahapan analisis data adalah: 1) periode
upaya
pengumpulan data; 2) reduksi data; 3)
pencegahan HIV AIDS dan IMS.
penyajian data; 4) kesimpulan/verifikasi data.
METODE PENELITIAN
Pemilihan
berdasarkan
a. Rancangan Penelitian
tema
topik-topik
ditentukan
yang
muncul
dalam penelitian, kemudian topik yang
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dari bulan Februari â&#x20AC;&#x201C; Mei 2013.
sama atau serupa dikelompokan dalam satu tema. Validitas penelitian dibagi menjadi dua, yakni
validitas
internal
dan
validitas
eksternal. Validasi internal yang akan dilakukan peneliti dengan melaksanakan b. Populasi dan Sampel
prinsip
credibility,
dependability,
dan
keabsahan
data.
Populasi dalam penelitian ini adalah
comfirmability
untuk
LSL yang berdomisili di Kota Denpasar.
Transferability
sering
Sampel
disebut
eksternal. Validitas eksternal menunjukkan
partisipan yang berjumlah 7 orang. Usia
derajat ketepatan atau dapat diterapkannya
partisipan antara 15-40 tahun dengan
hasil penelitian ke populasi di mana sampel
orientasi
tersebut diambil .
dalam
penelitian
seksual;
biseksual,
atau
ini
heteroseksual,
homoseksual.
disebut
validitas
[10]
Metode
pengambilan partisipan adalah purposive sampling.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
c. Prosedur Pengumpulan Data
10 tema dengan 33 sub tema. Respon
Tahap persiapan dengan menyusun
pengetahuan LSL mengenai HIV AIDS dan
panduan wawancara, catatan lapangan,
IMS cukup baik, tetapi belum mendalam.
dan melakukan perizinan dengan pihak
Hal tersebut tergambar dalam tema respon
terkait.
dengan
kognitif dengan pernyataan bahwa HIV
melakukan perkenalan dengan partisipan
menyerang sistem kekebalan tubuh, IMS
dan
adalah
Tahap
pelaksanaan
dilanjutkan
mendalam. setelah
Tahap
semua
dengan terminasi partisipan
wawancara
penyakit
kelamin
yang
dilakukan
disembuhkan,
divalidasi
penularan, cara pencegahan, pengobatan,
terhadap hasil transkrip wawancara.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
menjelaskan
dapat media
dan kaitan HIV AIDS dengan IMS.
33
“HIV
AIDS
itu
kan
termasuk
dalam
pelayanan
kesehatan
dan
hal
yang
penyakit IMS. …penyakit yang ditularkan
dirasakan adalah takut, depresi, dan pasrah.
melalui hubungan seksual.” (P4)
“Takuuuuttt!!!
Perilaku
seksual
berisiko
yang
dirasakan LSL tergambar dalam tema
Deg-degan
malah.
…Ya
paniklah, pucet muka gue.” (P2) Tema faktor pendorong LSL dalam
perilaku seksual yang terdiri dari seks anal
mencari
pelayanan
kesehatan,
dan seks oral. Tema ketidaknyamanan
keinginan, kesadaran, dan ajakan.
yakni
didapatkan karena dampak dari hubungan
“…aku pengen tau masalah, pertama
seks yang tidak aman dan hal yang
aku pengen masalah, pengen tau, aku
dirasakan nyeri dan risih.
kena atau nggak, gitu, buat jaga-jaga
“…Pas tidak nyaman, ehmm pas kerja.
kedepannya. Terus kedua juga biar tau
Pas kerja, saya tu pas mau kencing atau
kesehatan kita, istilahnya kita itu sehat
pas lagi ngelayanin tamu atau apapun itu,
atau nggak.” (P6)
rasa sakit dibagian kelamin itu kerasa
Tema faktor penghambat LSL untuk
sekali. …nah itu juga mengganggu juga,
mencari pelayanan kesehatan, diantaranya
mengganggu pekerjaan lah.” (P5)
kurang informasi, kurang aktif, kesulitan
Hal tersebut berpengaruh terhadap sikap
dan
LSL
dalam
mandiri
yang
“Cuma kitanya sendiri yang kurang agresif
tergambar dalam tema cara merawat diri,
ya kan. …itu mungkin karena merasa
diantaranya merawat kebersihan tubuh,
sibuk atau males atau bagaimana.” (P3)
menjaga diri dari hubungan seks, konsumsi
“Nah takutnya itu gini, kalau kita ke
obat, dan kontrol rutin. Sumber dukungan
Puskesmas, terus positif, takutnya nyebar
didapatkan melalui teman dalam bentuk
ke temen-temen, makanya aku nggak
nasihat dan motivasi.
mau.” (P7)
melakukan
“…dukungan
pandangan
mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada
perawatan
sebisa
mungkin
disuruh
berubah, cuma kan dia tahu sifat saya seperti apa ya ya mungkin dia bisa mendorong
mendorong
teman, biaya, dan takut hasil tes.
untuk
apa
PEMBAHASAN Tema respon kognitif menggambarkan seberapa
jauh
pengetahuan
LSL
namanya di jalan tahap yang benar aja.”
mengenai HIV AIDS dan IMS. Respon
(P1)
kognitif merupakan bagian dari komponen
Pandangan LSL terhadap pelayanan keberadaan tergambar kesehatan
pelayanan dalam yang
tema terdiri
dari
struktur sikap. Menurut Mann (1969) dalam
kesehatan
Sunaryo mengungkapkan bahwa isi dari
pelayanan
komponen
petugas
kognitif
kepercayaan,
dan
adalah
persepsi,
stereotype
dari
[11]
kesehatan, fasilitas pelayanan, data klien,
individu
dan klinik. Respon psikososial menjadi tema
Supriyanto menjelaskan bahwa tingkat
dalam respon LSL saat pertama kali
pendidikan individu merupakan faktor yang
mengunjungi
penting
mempengaruhi
Artinya,
semakin
atau
memanfaatkan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
. Menurut Brotosaputro dalam
tinggi
pengetahuan. pendidikan
34
seseorang maka semakin lebih paham
transgender, serta memperkuat norma
dalam
teman sebaya dalam praktek seks yang
menyerap
pengetahuan
dan
[17]
semakin mudah pula dalam melakukan
aman
praktik sesuai dengan pengetahuan yang
dan biseksual lebih banyak mendapat
[12]
didapatkan
.
. Selain itu pada kalangan LSL gay
dukungan
Perilaku seksual baik seks anal dan
dari
teman
daripada
[18]
keluarganya sendiri
seks oral yang tidak aman, seperti tidak
Pelayanan
.
kesehatan
memegang
menggunakan kondom akan menimbulkan
peranan penting terkait keinginan LSL
risiko tinggi IMS bahkan tertular HIV. Data
dalam
hasil penelitian yang dilakukan di Atlanta,
kesehatan,
Georgia didapatkan sebanyak 73% LSL
kesehatan, fasilitas pelayanan, data klien,
tidak melakukan hubungan seks yang
dan klinik. Alasan LSL yang menderita
aman dan di Hanoi, Vietnam 30% PSL
nyeri pada genital untuk memanfaatkan
tidak menggunakan kondom
[13][14]
memanfaatkan
pelayanan
diantaranya
petugas
. Jika hal
fasilitas pelayanan kesehatan di Kenya
menimbulkan
sebesar 18% dapat dijangkau, kualitas
ketidaknyamanan,
pelayanan 15%, anjuran teman 12%,
seperti nyeri dan risih pada alat kelamin
anjuran tenaga kesehatan 10%, dan lokasi
dan dubur. Hal ini selaras dengan hasil
yang dekat 2%. Sebesar 37% LSL merasa
penelitian di Nairobi, Kenya dengan data
nyaman dan terjamin kerahasiaannya
yang
nyeri
Klinik VCT dan IMS tidak bisa terlepas dari
genital, 14% terbakar saat buang air kecil,
kalangan LSL. Klinik VCT adalah klinik
11% gatal-gatal pada kelamin dan/atau
sebagai tempat proses konseling pra
tersebut
terjadi,
dampak
dubur
pada
maka
rasa
didapatkan
[15]
sebesar
12%
.
.
testing, konseling post testing, dan testing
Merawat kebersihan tubuh melalui personal
[15]
hygiene
secara
sukarela
yang
mendukung
confidental
dan
perawatan diri mandiri dan menunjang
membantu
orang
activity daily living (ADL) yang optimal.
[19]
HIV
Orem
Becker
klinik
yang
menyediakan
percaya bahwa teorinya adalah dasar
klinis
dan
laboratorium
(1985)
guna
HIV
dalam
Michael
untuk kesehatan dan kesejahteraan, hal ini disebabkan banyak
klien
membutuhkan
pengetahuan
mempertahankan
dan
secara mandiri
mengetahui
status
gangguan kelamin
pemeriksaan pada
kasus
[20]
.
Takut, depresi, dan pasrah adalah
untuk
respon psikososial pertama kali yang
memperhatikan
dirasakan
saat
memanfaatkan
mengunjungi pelayanan
Kunjungan
pertama
perlu adanya dukungan orang terdekat,
kesehatan
memiliki
seperti teman baik berupa nasihat ataupun
sehingga
memicu
motivasi. Keterlibatan masyarakat dapat
partisipan
meningkatkan
dialami
tenang
dini
. Sedangkan klinik IMS merupakan
. Proses merawat diri
perasaan
lebih
lebih
kesehatan pada diri masing-masing klien [16]
secara
bersifat
dan
identitas diri positif pada kalangan LSL dan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
[11]
.
jika
Respon terjadi
atau
kesehatan.
ke
pelayanan
banyak ketakutan fisiologis ketakutan
stresor pada yang adalah
respon koping yang kurang terkontrol,
35
sehingga timbul dampak pada organ tubuh
sadar terbatas pada harapan yang mencari
seperti jantung berdebar, wajah tegang,
pemenuhan
kelemahan
umum,
nafas
cepat
dan
dangkal, gelisah, dan tidak nyaman pada area abdomen dan perkemihan
[21]
motivasi
sehingga
menimbulkan
[11]
. LSL cenderung lebih nyaman
menceritakan
status
kepada
teman
. Depresi
daripada orang tua dan dukungan teman
yang berkepanjangan dapat menyebabkan
menjadi faktor yang memiliki hubungan
seseorang menjadi putus asa dengan
dalam risiko HIV
adanya keinginan mengakhiri hidupnya
pengaruh
dan depresi merupakan dampak
dari
kesehatan. Hasil penelitian di Kenya pada
ketidakmampuan menghadapi stres yang
LSL yang mengalami nyeri genital yang
semakin
berat
[22]
.
Pasrah
merupakan
proses penyesuaian diri guna menghadapi tuntutan keadaan secara sadar, realistik,
[24][25]
, sehingga memiliki
pada
pencarian
pelayanan
melakukan pemeriksaan IMS didapatkan 12%
dari
137
responden
ajakan dari teman
merupakan
[15]
.
objektif, dan rasional. Proses penyesuaian
Faktor penghambat untuk mencari
diri menurut Soeharto Heerdjan (1987)
pelayanan kesehatan diantaranya kurang
dalam Sunaryo mengartikan bahwa usaha
informasi, kurang aktif, kesulitan mendapat
atau perilaku penerimaan yang bertujuan
pelayanan kesehatan, tidak ada teman,
mengatasi kesulitan dan hambatan Faktor
pendorong
LSL
[11]
biaya, dan takut hasil tes. Di Vietnam hanya
mencari
didapatkan 11% LSL yang memanfaatkan
.
pelayanan kesehatan karena keinginan,
pelayanan
kesadaran, dan ajakan. Teori Snehandu B.
menyatakan tidak mengetahui informasi
Karr yang menyatakan bahwa adanya niat
mengenai sistem pelayanan kesehatan
(intention) atau keinginan seseorang untuk
dengan berbagai alasan
bertindak sehubungan dengan objek atau
Snehandu B. Karr bahwa terjangkaunya
stimulus di luar dirinya menjadi determinan
informasi
predisposisi perilaku. Selain itu, adanya
adalah
otonomi atau kebebasan pribadi (personal
terkait dengan tindakan yang akan diambil
autonomy) untuk mengambil keputusan
oleh seseorang dan menjadi determinan
juga salah satu determinan predisposisi
perilaku
perilaku
[23]
. Menurut teori Sigmund Freud
(1856-1939)
menjelaskan
bahwa
kesehatan
(accessibility tersedianya
of
information)
informasi-informasi
Faktor penghambat karena kurang aktif dari dalam diri sendiri termasuk ke
seluruh
kepribadian
yang
. Menurut teori
.
dalam
psikis
[26]
sisanya
[23]
kesadaran hanyalah sebagian kecil dari kehidupan
dan
faktor
endogen,
yang
pemalas.
Menurut
Maramis,
alam sadar (kesadaran) dan tidak disadari
keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan
(ketidaksadaran). Menurut Freud di dalam
perilaku
ketidaksadaran inilah terdapat kekuatan-
seseorang dalam usaha adaptasi yang
kekuatan dasar yang mendorong pribadi
terus
untuk melakukan sesuatu. Menurut Kaplan
Kesulitan mendapat pelayanan kesehatan
H. dkk. menerangkan bahwa alam tidak
dijelaskan juga oleh WHO bahwa memang
yang
menerus
kepribadian
sifat
menggambarkan hal-hal yang ada dalam
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
sifat
yakni
sering
adalah
digunakan
terhadap
oleh
hidupnya
[11]
36
.
lokasi pelayanan kesehatan adalah bagian
hanya saja masih bersifat umum dan
yang sering dikeluhkan LSL, sehingga
belum
perlu
pandangan
sebuah
masyarakat
pendekatan yang
kesehatan
terfokus,
serta
komprehensif. LSL
Sikap
terhadap
dan
perawatan
mandiri terkait perilaku seksual. Perilaku
memberikan tanggapan sesuai dengan
seksual
lokasi dan besarnya dan kecenderungan
menimbulkan terjadinya IMS atau bahkan
epidemi HIV. Hal ini harus berdasarkan
HIV AIDS. Ketika timbul gejala IMS, maka
program
menggunakan
kecenderungan LSL akan merasakan rasa
manajemen pelayanan yang komprehensif
ketidaknyamanan pada dirinya. Rasa tidak
untuk
nyaman ini akan berpengaruh pada ADL
WHO
LSL, [27]
konseling
yang
termasuk
tes
IMS
dan
.
yang
tidak
aman
akan
LSL. Hal inilah yang akan berpengaruh
Tidak ada teman menjadi hal yang
terhadap
cara
menghambat sebab teman merupakan
mandiri.
Guna
sumber dukungan yang penting dan teman
perawatan mandiri LSL perlu adanya
mampu
dukungan
menjadi
sumber
informasi
mengenai HIV AIDS dan IMS dalam bentuk
pendidik
kesehatan menjadi
yang
[15][28]
.
Biaya
cukup
mahal
sebaya dirasa
hambatan mencari
pelayanan
kesehatan,
pertama
penghasilan
yang
memuaskan
dari
pekerjaan sebagai pekerja seks laki-laki (PSL)
[29]
.
Takut
hasil
tes
merupakan
teman
proses
dalam
bentuk
diantaranya
petugas
kesehatan, fasilitas pelayanan, data klien,
LSL
mendapat
mendukung
Pandangan LSL terhadap pelayanan
dan
merasa
perawatan
nasihat dan motivasi.
kesehatan. Oleh karena itu, tidak sedikit mengaku
dari
melakukan
klinik.
Sedangkan kali
memanfaatkan
respon
saat
mengunjungi pelayananan
atau
kesehatan
terdapat rasa takut, depresi, dan pasrah. Faktor pendorong kalangan LSL dalam
hambatan yang sering dialami oleh LSL.
mencari
Ketakutan akan hasil tes juga dijelaskan
keinginan, kesadaran, dan ajakan. Faktor
dalam hasil penelitian Magaly M. Blas dkk.
penghambat kalangan LSL dalam mencari
pada tahun 2011 mengenai pernyataan
pelayanan kesehatan, diantaranya karena
yakni
kurang informasi, kurang aktif, kesulitan
consequences of a positive test resultâ&#x20AC;?
mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada
yang berjumlah 34,4% atau 55 dari 105
teman, biaya, takut hasil tes.
LSL,
yakni
fear
kesehatan,
the
responden
â&#x20AC;&#x153;I
pelayanan
responden LSL. Penelitian ini dilanjutkan
Peneliti
menyarankan
kepada
pada tahun 2012 agar ketakutan akan
keperawatan
komunitas
hasil tes dapat dilakukan suatu kampanye
melakukan
penjangkauan
dukungan bagi LSL dari stigma dan
kalangan LSL yang memiliki risiko tinggi
diskriminasi
[30][31]
.
agar
tim
mampu terhadap
terhadap penularan HIV AIDS dan IMS melalui program Perkesmas. Selain itu,
SIMPULAN DAN SARAN Pengetahuan LSL terhadap HIV AIDS dan IMS dapat dikatakan cukup baik,
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
kepada Komisi
pengambil
kebijakan,
Penanggulangan
AIDS
seperti (KPA),
LSM, dan pemerintah. Bagi pendidikan
37
keperawatan dapat dijadikan penerapan landasan ilmu pengetahuan terbaru dalam evidence
based
pengembangan
nursing penelitian
dan sejenis
13.
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Fineberg, HV, ME Wilson. Emerging infectious diseases. IRGC â&#x20AC;&#x201C; Emerging Risk. 2010 October [cited 2013 June 7]. Available from http://www.irgc.org/IMG/pdf/Emerging_I nfectious_Diseases_Fineberg_and_Wil son-2.pdf 2. UNAIDS, World Health Organization. Report on the global AIDS epidemic. 2011 3. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011 4. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali. Situasi kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali. Denpasar: KPA Bali; 2012 5. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali. Ringkasan laporan survei perilaku populasi paling berisiko (MARP) dan kepuasan layanan Bali. Denpasar: Kemitraan Australia Indonesia; 2010 6. Gorbach, Sherwood, John G. Bartlett, Neil R. Blacklow. Infectious diseases third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2004 7. Da Ros, Carlos T, Caio da Silva Schmitt. Global epidemiology of sexually transmitted diseases. Asian Journal of Andrology, Shanghai Institute of Materia Medica, Chinese Academy of Sciences. Blackwell Publishing. 2008;10 (1): 110-114 8. Yayasan GAYa DEWATA (YGD) Bali. Laporan VCT kelompok GWL. Denpasar: YGD Bali; 2012a 9. Yayasan GAYa DEWATA (YGD) Bali. Statistik test IMS. Denpasar: YGD Bali; 2012b 10. Moleong, L. J. Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2010 11. Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2004 12. Supriyanto. Praktik mucikari dalam memberikan dukungan penggunaan
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
14.
15.
16.
17.
18.
19.
kondom pada wanita pekerja seks untuk pencegahan HIV AIDS di lokalisasi Batusari Batangan Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Diponogoro; 2010 McDonough, Noreen. Factors influencing sexual behavior among HIV positive men who have sex with men. [dissertation], Paper 30. Open Access by the School of Nursing, Georgia State University; 2012. [cited 2013 May 6]. Available from digitalarchive.gsu.edu Giang, Le Minh, Vu Duc Viet, Bui Thi Minh Hao. Sexual health and men who have sex with men in vietnam: An integrated approach to preventive health care. Hindawi Publishing Corporation, 2012; Volume 2012, Article ID: 796192, 7. [cited 2012 December 28]. Available from http://www.hindawi.com/journals/apm/2 012/796192/ Ouma, W. Onyango, Harriet Birungi, Scott Geibel. Understanding the HIV/STI risks and prevention needs of men who have sex with men in Nairobi, Kenya. Institute of African Studies, University of Nairobi: Horizons Program; 2005 [cited 2013 May 8]. Available from www.popcouncil.org/pdfs/horizons/msm kenya.pdf Becker, Michael. HIV awareness and th sexual behaviors among high school 9 th to 12 grade students. [dissertation], Capella University, 2012; UMI: 3545465. [cited 2013 May 8]. Available from gradworks.umi.com/3545465.pdf Cahill, Sean, Robert Valadez, Sabina Ibarrola. Community-based HIV prevention interventions that combat anti-gay stigma for men who have sex with men and for transgender women. Journal of Public Health Policy, 2012; 1-13. Macmillan Publisher Ltd. 01975897. [cited 2013 May 9]. Available from www.palgrave-journals.com/jphp/ Mcdowell, T.L., J.M. Serovich. The effect of perceived and actual social support on the mental health of HIVpositive persons. AIDS Care, 2007 November; 19(10): 1223-1229. [cited 2013 May 9]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article s/PMC2151198/ Arumsari, Nugraheni, Yulius Slamet, Eko Setyanto. Proses komunikasi dokter-pasien dalam pelaksanaan HIV voluntary counseling and testing (VCT Di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
38
20.
21. 22. 23.
24.
25.
26.
27.
Kajian Komunikasi dan Media Massa, 2013; Vol.1, No.1, hal. 1-8. [dikutip 10 Mei 2013]. Tersedia dari http://jurnal.pasca.uns.ac.id Reviliana, Pipit, Artathi Eka Suryandari, Warni Fridayanti. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian PMS di lokalisasi gang sadar Baturaden kabupaten Banyumas tahun 2011. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto; 2011 Stuart, Gail W. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2007 Wangsadjaja. Stress Journal; 2008 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan: teori & aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 Mayer, Kenneth H, Linda-Gail Bekker, Ron Stall, Andrew E Grulich, Grand Colfax, Javier R Lama. Comprehensive clinical care for men who have sex with men: An integrated approach. 2012 July 28, Volume 380, 378-380. [cited 2013 May 8]. Available from www.thelancet.com Khan, Hena, Nishat Afroz, Jaya Chakravarty. Effect of social support on death anxiety among HIV positive people. 2011; Vol. 27, No. 2, page 219226. [cited 2013 May 8]. Available from http://search.proquest.com/docview/898 887650/fulltextPDF/13DE99883972C98 9EE7/29?accountid=32506 Ontario HIV Treatment Network (OHTN). Factors influencing the sexual health of Asian men who have sex with men. Rapid Review #45, December 2012; 2012 World Health Organization (WHO). Prevention and treatment of HIV and other sexually transmitted infections among men who have sex with men and transgender people:
28.
29.
30.
31.
Recommendations for a public health approach. Document Production Services, Geneva, Switzerland. NLM classification: WC 503.71; 2011 amfAR AIDS Research. Treat Asia: MSM and HIV/AIDS risk in Asia. Special Report; 2006 Boyce, Paul, Gordon Isaacs. An exploratory study of the social contexts, practices and risks of men who sell sex in Southern and Eastern Africa. UNDP and SWEAT; 2010 [cited 2013 May 14]. Available from http://www.irinnews.org/pdf/Exploratory %20Study%20of%20the%20Social%20 Contexts,%20Practices%20and%20Ris ks%20of%20Men%20Who%20Sell%20 Sex%20in%20Southern%20and%20Ea stern%20Africa.pdf Blas, Magaly M., Isaac E. Alva, Robinson Cabello, Cesar Carcamo, Ann E. Kurth. Risk behaviors and reasons for not getting tested for HIV among men who have sex with men: An online survey in Peru. 2011; Volume 6, Issue 11. PLoS ONE 6(11): e27334., in press. [cited 2013 May 10]. Available from http://www.plosone.org/article/info%3Ad oi%2F10.1371%2Fjournal.pone.002733 4 Blas, Magaly M., Luis A. Menacho, Issac E. Alva, Robinson Cabello, E. Roberto Orellana. Motivating men who have sex with men to get tested for HIV through the internet and mobile phones: A qualitative study. 2013; Volume 8, Issue 1. PLoS ONE 8(1): e54012., in press. [cited 2013 May 10]. Available from http://www.plosone.org/article/info%3Ad oi%2F10.1371%2Fjournal.pone.005401 2
th
Telah dipresentasikan dalam 4 International Nursing Conference â&#x20AC;&#x153;Safety for all: protect patients, personnel, and environment. A multidiscipline approachâ&#x20AC;? di Grand Inna Bali Beach, Bali, Indonesia pada 12-14 September 2013
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
39
Tinjauan Pustaka
WAYANG WONG SEHAT (WWS): UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN MEDIA SOSIODRAMA BERASASKAN BUDAYA INDONESIA Nuning Khurotul Afâ&#x20AC;&#x2122;ida*, Agung Wiyatno* , Ina Martiana* , Retno Lestari**
*
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: nuning.afida@yahoo.co.id
ABSTRAK Salah satu program Millenium Development Goals (MDGs) adalah penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan. Berdasarkan data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2011, kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 307 per 100.000 kelahiran. AKI di Indonesia jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tingginya AKI disebabkan oleh trias penyakit ibu hamil yaitu perdarahan 28%, preeklamsi 24%, dan infeksi 11%. Berbagai upaya dengan berbagai media telah dilakukan oleh pemerintah guna menurunkan tingkat kematian ibu di Indonesia. Faktanya program dari pemerintah tersebut belum menunjukkan hasil yang diharapkan dengan masih tingginya AKI di Indonesia. Wayang Wong Sehat (WWS) diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Program inovasi WWS merupakan program promosi kesehatan dengan media sosiodrama yang berbasis kebudayaan Indonesia. Sosiodrama yang disajikan menggunakan wayang wong sehingga sasaran dari program ini yaitu ibu hamil, keluarga, dan masyarakat mampu menganalisa serta menerima informasi dari alur cerita dan peran yang dipertunjukkan oleh tokoh dalam wayang wong tersebut. Cerita yang dibawakan mengenai trias penyakit ibu hamil. Diharapkan pengetahuan dan kesadaran dari sasaran mengalami peningkatan, sehingga terjadi penurunan AKI. Kata Kunci: AKI, trias penyakit ibu hamil, sosiodrama, Wayang Wong Sehat ABSTRACT One of the programs of Millennium Development Goals (MDGs) is decreased Maternal Mortality Rate (MMR). Based on data from the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection in 2011, maternal mortality in Indonesia reaches 307 per 100,000 births. MMR in Indonesia is much higher when compared to other countries. High maternal mortality rate caused by maternal disease triad: 28% hemorrhage, preeclampsia was 24%, and 11% infection. Various attempts have been made with a variety of media by the government to reduce maternal mortality in Indonesia. In fact, the program of the government has not shown the expected results with the high maternal mortality rate in Indonesia. Wayang Wong Sehat (WWS) is expected to be a solution to these problems. WWS is an innovative program of health promotion programs with media-based socio-dramas Indonesian culture. Socio-dramas presented the wayang wong that the target of this program are pregnant women, families, and communities expected to have ability for analyze and receive information of the storyline and the role performed by the characters in the wayang wong. The story that brought about the triad of maternal disease. Expected knowledge and awareness of the targets have increased, resulting in a decrease MMR. Keywords: MMR, maternal disease triad, sociodramas, Wayang Wong Sehat
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
40 3
PENDAHULUAN
memungkinkan individu untuk meningkatkan
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
derajat kesehatannya. Promosi kesehatan
di Indonesia menjadi salah satu target
yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah
dalam pencapaian Millenium Development
antara
Goals (MDGs). Berdasarkan Survei Dasar
kesehatan ibu dan anak, kelas ibu hamil,
Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir pada
penyuluhan dan seminar kehamilan sampai
tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di
dibentuknya desa siaga. Salah satu peran
Indonesia
dan
sebesar
228
per
100.000
lain
fungsi
adalah
pengadaan
perawat
dalam
promosi
kelahiran hidup. Berarti setiap tahunnya
kesehatan
adalah
terdapat13.778 kematian ibu atau setiap dua
Perawat
dituntut
jam terdapat dua ibu hamil, bersalin, nifas
meningkatkan kesadaran masyarakat akan
yang
pentingnya kesehatan ibu hamil dan ibu
meninggal
karena
berbagai
1
sebagai
Buku
edukator.
mampu
penyebab. Angka tersebut sebenarnya jauh
melahirkan
lebih tinggi, terutama di daerah-daerah
kesehatan. Sebab pencegahan yang paling
miskin dan terpencil.
efektif
Berdasarkan data yang diperoleh
melalui
berasal
kegiatan
untuk
dari
ibu
promosi
hamil
dan
keluarganya sendiri.
dari Kementerian Kesehatan tahun 2007,
Pengetahuan yang cukup sangat
terdapat tiga penyebab terbesar kematian
penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil.
ibu
28%,
Keluarga dengan pengetahuan yang tinggi
preeklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab
akan mencegah munculnya faktor yang
lainnya yaitu abortus 5%, emboli obstetric
tidak diinginkan ketika melahirkan. Selain
3%,
8%,
itu, juga dapat membantu menurunkan risiko
persalinan lama/macet 5%, dan penyebab
kematian ibu dikarenakan pertolongan yang
melahirkan
yaitu
komplikasi
perdarahan
masa
puerperium 2
lain yang tidak diketahui. Sebagian besar
terlambat. Dari uraian diatas, diperlukan
penyebab
kurang
adanya inovasi terkait program promosi
pengetahuan dan kesadaran masyarakat
kesehatan yang menarik, sesuai selera
tentang kesehatan ibu hamil. Anggapan
masyarakat, dan dapat diserap secara
bahwa kehamilan adalah peristiwa alamiah
maksimal oleh sasaran promosi kesehatan
harus diubah secara sosial dan budaya agar
yaitu ibu hamil, keluarga, dan masyarakat
kesehatan
ibu
guna menurunkan angka kematian ibu
perhatian.
Selain
di
berkembang
atas
dikarenakan
hamil
di
lebih
itu,
mendapat
mitos
masyarakat
yang
melahirkan.
Inovasi
berupa
sosiodrama
menjadi
wayang wong yang menceritakan legenda
hambatan bagi tenaga kesehatan untuk
pewayangan dengan tema yang berbeda
memberikan intervensi mendalam pada ibu
dari biasanya yaitu trias penyakit pada ibu
hamil dan melahirkan.
hamil. Pertunjukkan sosiodrama yang salah
Salah satu upaya untuk mengubah
satu contohnya adalah cerita pewayangan
mitos seputar perawatan kehamilan adalah
sepasang suami istri keturunan dewa yaitu
dengan
Promosi
Dewi Shinta dan Sri Rama yang mengambil
proses
tema trias penyakit pada ibu hamil. Maka,
promosi
kesehatan pemberdayaan
kesehatan.
merupakan masyarakat
yang
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
penulis
menghadirkan
inovasi
terbaru
41
promosi kesehatan yang berjudul â&#x20AC;&#x153;Wayang
yang ingin dicapai adalah menurunkan
Wong Sehat (WWS)â&#x20AC;?: Upaya Peningkatan
kematian ibu melahirkan. Pada tahun 2011,
Pengetahuan Ibu Hamil dengan Media
kematian
Sosiodrama Berasaskan Budaya Indonesia.
mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka
ibu
melahirkan
di
Indonesia
ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali PEMBAHASAN
dari Malaysia, dan 2,5 kali lipat dari indeks
Pembahasan hasil telaah literatur ini
Filipina.
meliputi : hubungan tingginya AKI terhap
AKI menjadi salah satu indikator
MDGs, program pemerintah yang pernah
utama yang membedakan suatu negara
dilaksanakan,
sosiodrama, wayang wong,
digolongkan sebagai negara maju atau
inovasi â&#x20AC;&#x153;Wayang Wong Sehat (WWS)â&#x20AC;?
negara berkembang. Rata-rata AKI di dunia
dengan
dari 100.000 kelahiran tingkat kematian ibu
media
budaya
sosiodrama
indonesia
berasaskan
sebagai
upaya
mencapai 400. Negara maju indeks AKI-nya
peningkatan pengetahuan ibu hamil, serta
20
kematian
per
100.000
pihak-pihak yang terkait dalam mewujudkan
sedangkan
WWS.
kematian per 100.000 kelahiran. Indonesia
negara
kalahiran,
berkembang
440
masih belum bisa mencapai indeks AKI Hal a. Hubungan
Tingginya
Kematian
Ibu
Millenium
Angka
(AKI)
terhadap
Development
Goals
(MDGs)
ini
menunjukkan
bahwa
AKI
memang
menjadi tantangan global yang berat bagi Indonesia.
3
AKI tidak hanya menjadi perhatian
Millennium
Development
Goals
bagi Indonesia saja namun juga menjadi
(MDGs) adalah sebuah komitmen bersama
perhatian
masyarakat
untuk
Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan,
mempercepat pembangunan manusia dan
AKI di Indonesia jauh lebih tinggi jika
pengentasan
dibandingkan
internasional
kemiskinan.
MDGs
seluruh
negara
dengan
di
dunia.
negara-negara
merupakan kesepakatan negara-negara di
lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai
dunia
yang
melaksanakan
untuk
hal, selain karena masalah kesehatan,
(delapan)
tujuan
masalah pengetahuan pun menjadi faktor
menanggulangi
utama yang berpengaruh terhadap tingginya
8
pembangunan, kemiskinan
berkomitmen
yaitu dan
kelaparan,
mencapai
AKI di Indonesia.
pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan
perempuan,
menurunkan
kematian
anak, menurunkan angka
kematian
ibu
melahirkan,
angka
memerangi
penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular
lainnya,
kelestarian
lingkungan
hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. Salah satu target
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
b. Program Pemerintah yang pernah dilaksanakan Adapun
beberapa
program
pemerintah yang pernah dijalankan untuk mengurangi AKI, antara lain : a. Jaminan Persalinan (Jampersal) Jampersal pembiayaan
adalah
pelayanan
jaminan
persalinan
yang
42
meliputi
pemeriksaan
pertolongan persalinan,
kehamilan,
kesehatan
maupun
tenaga
kesehatan
pelayanan nifas
dengan keluarga. Buku KIA berisi gabungan
termasuk pelayanan KB pasca persalinan
kartu-kartu pemantauan dan pencatatan
dan pelayanan bayi baru lahir. Sasaran yang
yang sebelumnya ada tetapi terpisah-pisah
dijamin oleh jampersal adalah ibu hamil, ibu
yaitu: kartu KB, KMS ibu hamil, KMS Balita,
bersalin, ibu nifas (sampai dengan 42 hari
dan Kartu Perkembangan Anak.
pasca melahirkan), bayi baru lahir (sampai dengan
usia
diluncurkan
28
hari).
secara
Meski
sudah
nasional,
namun
Pemakaian memberikan
buku
manfaat
KIA
akan
maksimal
bila
pembelajaran buku KIA bagi ibu hamil dan
program jampersal masih menjadi pro-
keluarganya
kontra. Banyak bidan di beberapa daerah,
kesehatan,
khususnya bidan swasta keberatan dengan
kelas-kelas pembelajaran tambahan yaitu
program tersebut dikarenakan anggaran
kelas ibu hamil dan kelas ibu balita. Kelas-
yang disediakan untuk penanganan program
kelas pembelajaran tambahan ini berguna
jampersal terlalu kecil. Selain itu, banyak
untuk mempercepat pembelajaran buku KIA
rumah sakit baik milik pemerintah provinsi
bagi
maupun
diharapkan dapat merubah pengetahuan,
kabupaten
dan
kota,
memanipulasi pelayanan program.
yang
4
ibu
didampingi misalnya
dan
oleh
melalui
petugas penerapan
keluarganya
sehingga
sikap dan perilaku ibu dan keluarga. Dalam pelaksanaannya buku KIA
b. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Derajat
kesehatan
seseorang
terkendala oleh kurangnya pantauan dari tenaga kesehatan sehingga masih banyak
banyak ditentukan oleh pengetahuan sikap,
sebagian
dan perilaku hidupnya. Buku KIA merupakan
memanfaatkan buku KIA secara maksimal.
salah satu instrumen yang dapat menjadi
Hingga saat ini, pemahaman terhadap KIA
media
diberikan
hanya ditekankan pada ibu yang sedang
kepada setiap ibu hamil pada pemeriksaan
hamil padahal sebenarnya tidak hanya ibu
kehamilan
hamil
pengubah.
Buku
pertama
KIA
kalinya
di
fasilitas
saja
ibu
yang
yang
belum
harus
memahami
kesehatan, buku ini selanjutnya diteruskan
penggunaan
buku
atau dipakai oleh anaknya sampai berusia 5
masyarakat
luas
tahun.
alat
memahami mengenai penggunaan buku KIA
pemantauan dan pencatatan kesehatan ibu
agar dapat memberikan dukungan dan
dan anak sekaligus menjadi alat edukasi
pemahaman lebih pada ibu.
Buku
KIA
merupakan
(pendidikan atau penyuluhan) bagi ibu dan keluarganya.
Disebut
instrument
c.
KIA.
dapat
pun
Keluarga
dan
seharusnya
Kelas Ibu Hamil Salah satu program kesehatan yang
pemantauan dan pencatatan karena hasil
diharapkan
pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil
menurunkan angka kesakitan dan kematian
atau anak dicatat pada buku KIA. Karena
akibat kehamilan, persalinan, dan nifas
buku ini dipegang oleh pasien, terdapat
adalah pemakaian buku Kesehatan Ibu dan
manfaat lebih jauh lagi dari buku ini yaitu
Anak (KIA). Namun tidak semua ibu mau
sebagai
atau bisa membaca buku KIA. Oleh sebab
alat
komunikasi
antar
tenaga
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
turut
berperan
dalam
43
itu ibu hamil perlu diajari tentang isi buku
atau mengkaji tentang suatu permasalahan.
KIA dan cara menggunakan buku KIA.
Penyuluhan
Salah
diselenggarakan dengan jumlah orang yang
satu
solusinya
adalah
melalui
penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil.
belajar
kelompok
dengan
anggota
seminar
seringkali
cukup banyak. Penyuluhan atau seminar
Kelas ibu hamil merupakan suatu aktifitas
dan
umum selalu menjadi salah satu pilihan
dalam
kelas
untuk
ibu
hamil
pemahaman masyarakat tentang suatu hal,
dibawah bimbingan satu atau beberapa
begitu pula dengan masalah kehamilan.
fasilitator
KIA
Banyak sekali penyuluhan dan seminar
sebagai alat pembelajaran. Kelas ibu hamil
yang telah dilakukan oleh beberapa pihak
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
baik pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya
dan
Masyarakat), tenaga kesehatan, pemerintah
beberapa
dengan
memakai
ketrampilan,
perilaku
ibu
merubah
hamil
tentang
buku
sikap
dan
prehamilan,
meningkatkan
daerah,
dan
pengetahuan
pemerintah
desa
guna
persalinan, perawatan nifas dan perawatan
meningkatkan
bayi baru lahir. Kelas ibu hamil dapat
pemahaman ibu mengenai informasi seputar
menjadi sarana untuk mendapatkan teman,
kehamilan.
bertanya, memperoleh informasi penting utama
ibu dalam menghadapi persalinan dengan
memberikan
aman
mengenai
nyaman.
Peserta
yang
dan
Penyuluhan/seminar menjadi pilihan
yang harus dipraktekkan, serta membantu
dan
pengetahuan
dan
bagi
beberapa
pihak
pemahaman
maternitas
yang
pada
untuk jelas
masyarakat.
disarankan mengikuti kelas ibu hamil ini
Meski sering dianggap sebagai metode
adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 20-
yang tepat dan efisien, metode seminar dan
32 minggu. Selain itu suami atau keluarga
penyuluhan juga tidak terlepas dari berbagai
diikutsertakan
kendala.
pertemuan yang
harus
paling
untuk
sedikit
memahami
diberikan
dalam
1
kali
Seminar/penyuluhan
yang
dukungan
biasanya diselenggarakan dengan peserta
menjaga
dalam jumlah banyak seringkali membuat
kestabilan kesehatan ibu.
seminar menjadi tidak efektif. Tidak semua
Namun dalam kenyataannya kelas
peserta yang dapat mengutarakan pendapat
ibu hamil baru bisa berjalan pada beberapa
atau
daerah saja. Pelaksanaan ibu kelas ibu
kegiatan penyuluhan/seminar. Selain itu,
hamil
acara
terkendala
sosialisai
dan
juga
mengajukan
seminar
pertanyaan
yang
terkesan
dalam
resmi,
keinginan masyarakat yang masih rendah.
memungkinkan masyarakat untuk merasa
Selain itu keterbatasan tenaga kesehatan
bosan.
yang
pemahaman yang di dapat masyarakat pun
ada
dan
kurangnya
kesadaran
keluarga untuk turut serta juga menjadi
Jika
berkurang.
hal
itu
terjadi,
maka
5
kendala yang dihadapi oleh kelas ibu hamil. e. Desa Siaga d. Penyuluhan dan Seminar Kehamilan Penyuluhan
dan
Program
pemerintah
untuk
seminar
menurunkan AKI di Indonesia salah satunya
merupakan pertemuan untuk membahas
adalah dengan penggalangan desa siaga.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
44
Dalam program ini seluruh masyarakat
f.
Sosiodrama
terlibat dalam upaya preventif yang praktis
Sosiodrama
merupakan
metode
terhadap tanda â&#x20AC;&#x201C;tanda dan keluhan selama
pemecahan masalah yang terjadi dalam
pra hingga pasca kehamilan. Masyarakat
konteks
diajarkan
mendramakan
tindakan
siaga
yang
harus
hubungan
dilakukan terhadap keluarga yang anggota
tersebut
keluarganya kehamilan.
sedang Beberapa
sosial
dengan
masalah-masalah
kedalam
sebuah
cara sosial
drama.
7
dalam
masa
Sosiodrama menuntut seorang pemeran
edukasi
yang
dalam
pertunjukan
mampu
menghayati
diberikan antara lain, mengingatkan untuk
tokoh yang diperankan karena itu yang akan
kontrol rutin ke pusat pelayanan kesehatan
mementukan
dan
mengkonsumsi
membantu
vitamin
menyediakan
masyarakat yang melihatnya. Masyarakat
asupan
nutrisi
dapat mengamati dan menganalis interaksi
nyaman
masyarakat
menghindari
menjaga
stress
kebersihan,
dan
melakukan olahraga secara teratur.
Hambatan
program yang
desa
diperankan,
mampu
untuk
sehingga memahami
maksud, informasi dan tujuan yang ingin
siaga.
banyak
Seperti yang kita tahu bahwa bentuk
pertunjukan
sosiodrama
yaitu pertunjukan teater tradisional maupun
adanya follow up dari dinas kesehatan
modern, wayang orang merupakan salah
setempat serta pemerintah desa terhadap
satu sumber kekayaan kebudayaan nasional
efektivitas pelaksanaan program desa siaga.
yang harus dilestarikan keberadaannya,
Selain itu tidak ada selektivitas dalam
ketoprak, janger, dan masih banyak lagi
pemilihan kader siaga yang sesuai dengan
yang
kompetensi
sehingga
menjadi lebih dekat dengan masyarakat
konsisten dalam
karena bentukâ&#x20AC;&#x201C;betuk sosiodrama sendiri
diharapkan,
masyarakat pun tidak memberikan
yaitu
8
tersebut.
tidak
yang
dimaksud
yang
disampaikan dalam pertunjukan sosiodraa
Namun terdapat hambatan dalam pelaksanaan
peahaman
hamil,
pemeran
psikologis,
dari
ibu
yang baik, menciptakan lingkungan yang untuk
kualitas
upaya
preventif
terhadap
lainnya.
Diharapkan
sosiodrama
merupakan kebudayaan dari masyarakat.
keluhan yang dialami ibu hamil serta tidak secara
berkelanjutan
dalam
melakukan
g. Wayang Wong
pemantauan terhadap pola dan kebiasaan hidup ibu hamil.
6
Beberapa
Wayang Indonesia
program
artinya
Wong
dalam
wayang
bahasa
orang,
yaitu
pemerintah
pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan
untuk menurunkan AKI diatas, mempunyai
oleh orang. Wayang wong adalah bentuk
beberapa kelemahan sehingga sehingga
teater tradisional Jawa yang berasal dari
penurunan AKI pun terkendala. Oleh karena
Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam
itu perlu dibuat program penunjang yang
bentuk berbeda: dimainkan oleh orang,
lebih efektif dan diminati oleh masyarakat,
lengkap dengan menari dan menyanyi,
misalnya dengan Wayang Wong Sehat
seperti pada umumnya teater tradisional dan
(WWS).
tidak
memakai
topeng.
Keunikan
pertunjukan seni wayang wong tersebut,
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
45
merupakan
daya
tarik
tersendiri
bagi
wisatawan. Seni pertunjukkan wayang wong
metode promosi kesehatan yaitu “Wayang Wong Sehat (WWS)”. Wayang
juga menjadi aset budaya, dan sekaligus
Wong
Sehat
(WWS)
sebagai simbol serta identitas. Karena nilai
merupakan program
historis seni wayang wong tidak dapat
dengan media sosiodrama yang berasaskan
dilepaskan dari Keraton yang juga menjadi
kebudayaan Indonesia. Sosiodrama yang
salah
disajikan
satu
sentral
kebudayaan
Jawa.
promosi kesehatan
menggunakan
wayang
wong.
Sayangnya jenis seni yang potensial ini
Wayang Wong merupakan kebudayaan asli
keberadaannya
oleh
Indonesia yang juga merupakan tontonan
karenanya
favorit masyarakat Indonesia. Sasaran dari
ditinggalkan
program ini adalah ibu hamil, keluarga, dan
kehadiran
semakin
seni
terjepit
populer,
berangsur-angsur
penggemarnya. Oleh karena itu perlunya
masyarakat
seni pertunjukan wayang wong direvitalisasi,
menggunakan WWS ini menarik perhatian
dan
bahkan
diberdayakan.
9
Perbedaan
sasaran
umum.
dengan
Promosi
metode
kesehatan
audio
visual
mendasar yang terlihat antara wayang wong
learning, sehingga sasaran lebih mudah
pada umumnya dengan “Wayang Wong
menerima informasi. Media sosiodrama ini
Sehat” adalah adanya sentuhan kesehatan
menggabungkan
didalam ceritanya. Ceritanya menggunakan
ucapan dan gerakan, sehingga masyarakat
legenda dunia pewayangan dengan tema
lebih
kesehatan kususnya trias penyakit ibu hamil
diedukasikan kepada mereka. WWS ini juga
yaitu perdarahan, preeklamsi, dan infeksi.
bisa
Selain muatan hiburan, moral, dan budaya
menambah pengetahuan.
dalam cerita tersebut juga memberikan penegetahuan
bisa
antara
keterpaduan
menangkap
menjadi
alternatif
apa
yang
hiburan
yang
Selain sebagai media penambah
baru kepada masyarakat
pengetahuan untuk sasaran, WWS juga
tentang masalah kesehatan ibu hamil dan
dapat digunakan sebagai media pelestarian
melahirkan.
kebudayaan
wayang
wong
Indonesia.
Wayang wong merupakan pertunjukan yang Sehat
sangat
digemari
(WWS)” dengan Media Sosiodrama
namun
seiring
Berasaskan
Indonesia
kebudayaan tersebut semakin memudar.
Peningkatan
Maka, WWS adalah program yang sangat
h. Inovasi
sebagai
“Wayang
Wong
Budaya Upaya
Pengetahuan Ibu Hamil.
tepat
Program promosi kesehatan yang ada,
kebanyakan
metode
ceramah.
disampaikan Hal
itu
dengan
selain
mempunyai
masyarakat
Indonesia,
berjalannya
pelestarian peranan
waktu
budaya
juga
dalam
promosi
kesehatan
yang
kesehatan.
membuat
Promosi
masyarakat bosan, kurangnya minat, dan
diutamakan
edukasi yang diberikan juga tidak dapat
angka
diserap dengan baik oleh masyarakat. Oleh
Sosiodrama
karena
penyakit pada ibu hamil yaitu perdarahan,
itu,
kami
menawarkan
inovasi
kematian
preeklamasi,
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
adalah
untuk
ibu
WWS
infeksi.
menurunkan
melahirkan
ini
mengenai
Sosiodrama
(AKI). trias
yang
46
dilakukan akan terbagi dalam tiga series,
ketika seorang ibu hamil terkena preeklamsi
series
dan
pertama
akan
melakukan
sosio
bagaimana
cara
mencegahnya.
drama terkait perdarahan pada ibu hamil,
Sehingga WWS ini tidak hanya ditujukan
series kedua terkait preeklamsi pada ibu
pada ibu hamil saja, tetapi menitikberatkan
hamil, dan series ketiga terkait maslah
pada peran serta keluarga.
infeksi pada ibu hamil. WWS mengambil trias
ini,
karena
penyebab
kematian
Sosiodrama dalam WWS dikemas serupa
dengan
tokoh-tokoh
dalam
terhadap AKI terbesar yaitu perdarahan,
pewayangan. Namun, yang berubah adalah
preeklamsi, dan infeksi yang menyumbang
tema
presentase
preeklamsi, dan infeksi. Contoh sosiodrama
kematian
sebanyak ibu
28%
adalah
penyebab
perdarahan,
preeklamsi dan 11% infeksi.
10
24%
dari
WWS
ceritanya,
yang
yaitu
menceritakan
perdarahan,
Dewi
Shinta
Akan tetapi
meninggal saat melahirkan anaknya dan
faktor-faktor lain penyebab kematian pada
ketika perawat bertanya kepada Sri Rama
ibu melahirkan juga tidak bisa diabaikan,
kronologis saat Dewi Shinta hamil, Sri Rama
dan
pun
bisa
dimasukkan
dalam
program
lanjutan.
menceritakannya.
Kehamilan
Dewi
Shinta berbeda dengan kehamilan biasanya,
Peran tenaga kesehatan khususnya perawat dalam WWS ini adalah membantu
Dewi
dalam pembatan skenario sosiodrama yang
kakinya terlihat bengkak dan tidak bisa
berhubungan dengan trias penyakit ibu
menyusut
hamil dan membantu memberikan arahan
seninya berbeda dengan biasanya dan
seoarang tokoh yang memerankan ibu hamil
berbau khas seperti protein bahkan Dewi
dengan trias penyakit ibu hamil maupun
Shinta sering terbangun disaat malam dan
yang menjadi tenaga kesehatan dalam
buang air kecil. Semua keluarga tidak tahu
cerita sosiodrama tersebut. Seseorang yang
apa sebenarnya yang dialami oleh Dewi
memerankah
Shinta karena sebelumnya belum pernah
tokoh
dalam
sosiodrama
dituntut kualitasnya dalam menghayati
Shinta
sering
bengkaknya.
mengeluh
Warna
bahwa
dari
air
terjadi hal seperti itu. Perawat pun tahu apa yang terjadi pada Dewi Shinta dan dia
tokoh yang diperankan. Sebagai contoh jika
menjelaskan kepada semua orang yang
sosiodrama
Sehat
berada di Hastina Pura (kerajaan Sri Rama)
mengambil tema preeklamsi, maka yang
bahwa tanda-tanda yang dialami oleh Dewi
memerankan
pernah
Shinta adalah preeklamsi. Sosiodrama dan
mengetahui atau mengalami seperti apa dan
tema dibuat sedemikian rupa, sehingga
bagaimana
dapat
kehamilannya
Wayang
tokoh
menjadi
Wong
tersebut
seorang
mengalami
yang
memberi
pengetahuan
kepada
preeklamsi.
sasaran tentang menjaga kesehatan pada
Sehingga tokoh yang diperankan dapat
ibu hamil dan melahirkan dengan selamat
dipahami dan dianalisis oleh masyarakat
dengan menjangkau tenaga kesehatan tepat
kususnya ibu hamil. Selain memberikan
waktu.
gambaran terkait informasi preeklamsi juga
Setelah sosiodrama Wayang Wong selesai,
akan ditunjukkan apa yang harus dilakukan
masyarakat akan diberikan buku yang berisi
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
47
informasi dan pedoman kesehatan ibu hamil
Pemerintah
daerah
seperti
pelaksanaan
program
yang
dipertunjukkan
dalam
memantuau agar
dapat
sosiodrama. Hal itu bertujuan agar sepulang
terlaksana dengan baik mendapatkan
dari
feedback yang bagus dari masyarakat.
kegiatan
tersebut,
sasaran
dapat
c. Puskesmas
mengedukasi keluarganya dan msyarakat yang tidak hadir. Hal itu juga bertujuan, agar
Puskesmas
sebagai
penanggung
sasaran dapat mengulas pengetahuan yang
jawab kesehatan dalam lingkup desa
diberikan, di rumah. Pembagian buku ini
berfungsi untuk melaksanakan program
juga bisa dimaksimalkan lewat program
WWS kepada masyarakat.
kelas ibu hamil. Sehingga, penurunan angka
d. Kader Karang Taruna
kematian ibu melahirkan dapat dicapai dengan
meningkatnya
pengetahuan
Tim
ibu
kader
karang taruna
perlu
dibentuk untuk menyebarluaskan
hamil, keluarga, masyarakat, dan kesadaran
informasi yang sudah diberikan, sehingga
untuk datang ke tenaga kesehatan tepat
informasi dapat terus dijaga dan tidak
waktu.
berhenti hanya sampai satu generasi saja.
Tabel 1. Jadwal Tema Pementasan Sosiodrama â&#x20AC;&#x153;Wayang Wong Sehat (WWS)â&#x20AC;? No
Tema
Bulan
.
1
1.
Perdarahan
2.
Preeklamsi
3.
Infeksi
i.
Pihak-pihak
yang
Terkait
2
3
4
dalam
mewujudkan WWS
6
7
8
9
10
11
12
e. Pemain budaya Wayang Wong Peran para pemain wayang wong
a. Pemerintah dalam hal ini kementrian kesehatan
sangat besar, dikarenakan media yang digunakan
Pemerintah mempunyai peran untuk terus mengembangkan program-program kesehatan
5
sehingga
adalah
kesenian
wayang
wong. Disini, para lakon, dilatih sesuai alur cerita yang diprogramkan.
pemenuhan
kesehatan rakyat tercapai. Dalam hal ini, pemerintah
dapat
menjadikan
WWS
sebagai program unggulan pemerintak dalam menurunkan angka kematian ibu melahirkan. b. Pemerintah desa Pemerintah desa mempunyai peran meneruskan program pemerintah pusat hingga
sampai
kepada
masyarakat.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
48
SIMPULAN
Peraturan Kebijakan terkait Program WWS dari Dinas Kesehatan
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) Bekerja sama dengan theater wayang wong
Pelaksanaan Program oleh Puskesmas
Tenaga kesehatan mempromosikan program WSS kepada pemerintah desa
disebabkan oleh trias penyakit ibu hamil yaitu perdarahan 28%, preeklamsi 24%, dan infeksi
11%.
berbagai
Berbagai
media
pemerintah
telah
guna
upaya
dengan
dilakukan
menurunkan
oleh tingkat
kematian ibu di Indonesia, mulai
dari
Jampersal,
KIA
Penggunaan
Buku
(Kesehatan Ibu dan Anak), Kelas Ibu Hamil, Pemerintah desa, menyebarkan informasi ke semua kepala rumah tangga tentang WSS dan tujuannya
Penyuluhan dan Seminar serta Desa Siaga. Faktanya program dari pemerintah tersebut belum menunjukkan hasil yang diharapkan
Sasaran menerima informasi dengan baik
dengan masih tingginya AKI di Indonesia. Keadaan ini sekaligus menjadi indikator perlu adanya media baru
Sasaran tertarik untuk mengikuti kegiatan
menjadi
solusi
dari
yang dapat
masalah
tersebut.
Wayang Wong Sehat (WWS) diharapkan Pengetahuan bertambah
Sasaran (ibu hamil, keluarga dan masyarakat) datang melihat WWS
dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Setelah sosiodrama Wayang Wong
PULANG
Mendapatkan buku Edukasi
selesai, masyarakat akan diberikan buku yang
Pemberitahuan informasi kepada keluarga
berisi
kesehatan
informasi ibu
dan
hamil
pedoman
seperti
yang
dipertunjukkan dalam sosiodrama. Dalam - Mengetahui cara merawat ibu hamil dengan baik
pelaksanaannya program Wayang Wong
- Mengetahui kapan harus pergi ke pelayanan kesehatan
Sehat (WWS) akan dibantu oleh beberapa
- Mengetahaui resiko pada ibu hamil
pihak antara lain pemerintah dalam hal ini dinas
- Pengetahuan meningkat - Kesadaran pergi ke layanan kesehatan meningkat
kesehatan,
puskesmas,
kader
pemerintah karang
taruna,
desa, dan
pemain budaya wayang wong.Dukungan dari Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
masyarakat
juga
penting
demi
kelancaran program Wayang Wong Sehat (WWS) yang dapat bermanfaat secara
Gambar 1. Langkah Strategis Pelaksanaan Wayang Wong Sehat (WWS)
menyeluruh. Dengan demikian, diharapkan bahwa Wayang Wong Sehat (WWS) dapat menjadi solusi efektif dalam menurunkan AKI di Indonesia.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
49
SARAN
- Dalam pelaksanaan Wayang Wong Sehat Dalam pelaksanaan Wayang Wong
(WWS) harus ada pemantauan lebih lanjut
Sehat (WWS) perlu adanya perbaikan dan
agar program ini dapat berkelanjutan
saran yang membangun demi kelancaran
dalam jangka waktu yang panjang dan
metode ini. Saran-saran tersebut antara lain:
bisa bermanfaat bagi semua pihak yang
- Perlu adanya peran serta yang lebih aktif
terlibat terutama dalam memenuhi tujuan
dari berbagai pihak untuk mendukung
utama
pelaksanaan
informasi untuk menurunkan tingginya AKI
Wayang
Wong
Sehat
(WWS).
meningkatkan
ruang
lingkup
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA 1. Moeloek, Nila Djuwita Farid. 2011. Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Pencapaian MDGs. http://www.lpminstitut.com/nasional/50peran-mahasiswa-keperawatan-dalampencapaian-millenium-development-goalsmdgs. Diakses tanggal 1 Juli 2012 2. Stalker, Peter. 2008. Kita Suarakan MDGs demi Ketercapaiannya di Indonesia. http://malut.bps.go.id/index.php?option=co nten&view=artikel&id=453:mdgsdandata&catid=106:artikel&temid=528. Diakses tanggal 1 Juli 2012 3. John, Theodore. 2009. Mom Maternal Rate in the World (MMR). England: Duta Company 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2006. Panduan Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Indonesia. Jakarta: DEPKES 5. Firna, Amalya. 2008. Efektivitas Diskusi Publik dalam memberikan Edukasi Kesehatan kepada Masyarakat. Jakarta: Gramedia
6. Suyanto. 2007. Desa Siaga Ibu Hamil untuk Negeri. Jakarta: Gramedia 7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta: Gramedia 8. Subangkit, Hasan. 2007. Sosiodrama dalam Pembelajaran Masalah Sosial dan Politik. http://www.sosiodrama.com/sosiodramadalam-pembelajaran-masalah-sosial-danpolitik/id. Diakses tanggal 2 Juli 2012 9. Jumadi, Sabiantoro. 2006. Kebudayaan Daerah Wayang Wong Jawa. http://www.keseniandaerah.go.id/pages/ke senian-wayang-wongjawa.aspx?IDP=8&1=id. Diakses tanggal 2 Juli 2012 10. Stalker, Peter. 2008. Kita Suarakan MDGs demi Ketercapaiannya di Indonesia. http://malut.bps.go.id/index.php?option=co nten&view=artikel&id=453:mdgsdandata&catid=106:artikel&temid=528. Diakses tanggal 1 Juli 2012.
Juara II Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) ILMIKI Ke-IV di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, tahun 2012
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
50
Tinjauan Pustaka
PROSES BERDUKA (BEREAVEMENT) DAN SPIRITUALITAS KELUARGA PADA PASIEN DENGAN STROKE Muhamad Z. Aâ&#x20AC;&#x2122;la*, Atikah Fatmawati*, Iyus Yosep**, Hana R. Dewi**
*Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran **Dosen Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Stroke adalah salah satu masalah kesehatan serius. Masalah yang terjadi tidak hanya pada pasien, tetapi juga berdampak kepada keluarga. Proses berduka akan dilewati oleh keluarga pada pasien dengan stroke. Dukungan spiritual dapat digunakan untuk menghadapi reaksi berduka.Pendekatan dukungan spiritual merupakan area mandiri keperawatan.Artikel yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah melalui penyedia jurnal elektronik.Kriteria artikel yang dipakai adalah terbitan tahun 1998-2013 dan tersedia di perpustakaan universitas serta beberapa literatur yang mendukung dalam proses penulisan. Pembahasan telaah literatur ini terkait masalahyang muncul pada keluarga dengan pasien stroke, aspek spiritualitas dalam individu, spiritualitas sebagai faktor protektif kejadian depresi dan proses berduka tidak efektif; serta implikasi pada asuhan keperawatan dan penelitian. Kesimpulan telaah literatur ini adalah Kesehatan psikologis menjadi satu hal penting dalam pelayanan keperawatan. Kemungkinan terjadinya kematian yang mendadak akibat stroke dapat menimbulkan respon berduka (bereavement).Salah satu tindakan mandiri keperawatan yang dapat dintegrasikan untuk mengatasi respon tersebut adalah memberikan dukungan dengan pendekatan spiritual. Kata Kunci : Bereavement, Spiritualitas, keluarga pada pasien Stroke
ABSTRACT Stroke is one of the serious health problems . The problem that occurs not only in patients , but also the problems experienced by the family . The Bereavement will be bypassed by the family in stroke patients. Spiritual support can be used to deal with grief reactions. Spiritual support approach is independent nursing intervention area. Articles used in the study of this literature are through the provider of electronic journals. Article used in the literature review was published in 1998-2013 and is available in the university library. Some literature that supports the writing process are also added in this literature review. Discussion of this literature review related: Problem issues that arise in families with stroke patients; Concept of bereavement; The individual aspects of spirituality; spirituality as a protective factor of depression and the ineffective grieving process; and Implications for nursing care and research .The Conclusions is psychological health become an important thing in nursing care. Occurrence of sudden death due to stroke can cause a bereavement problem. One of the actions that can interface the independent nursing to address the response is to provide support with a spiritual approach. Keywords: Bereavement, Spirituality, family with stroke patients
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
51
PENDAHULUAN
Melihat
fenomena
dan
fakta
Stroke adalah salah satu masalah
tersebut, perlu adanya telaah literatur yang
kesehatan yang serius. Tahun 2015, WHO
sistematis dan membutuhkan pendekatan
mengistemasi terdapat 20 juta orang yang
ilmiah
akan meninggal karena stroke. Proporsi
literatur yang sesuai untuk menjawab
kematian stroke adalah 15,4% pada tahun
masalah dan fenomena tersebut adalah
2007. Setiap 7 orang yang meninggal di
tentang spiritualitas pada keluarga dengan
Indonesia,
pasien stroke.
1
diantaranya
karena stroke
disebabkan
(1)
METODE
berdampak kepada keluarga. Kematian pasangan terminal
yang
pada
Artikel
keluarga
ditinggalkan
mengalami
atau pasien
yang
digunakan
dalam
telaah literatur ini adalah melalui penyedia jurnal
elektronik
EBSCO,
Sciendirect,
yang
Springer dan Google Scholar. Laman
Kematian akibat kehilangan
penyedia jurnal tersebut dipilih karena
pasangan ataupun kehilangan anggota
telah diketahui secara umum sebagai
keluarga yang dicintai, mortalitasnya lebih
penyedia
besar dari padaCardiovasculer Desease
perpustakaan universitas penulis. Kata
(2).
signifikan
(3)
peningkatan
penyusunannya.Telaah
.
. Masalah yang terjadi
tidak hanya pada pasien, tetapi juga
dalam
akses jurnal yang tersedia di
yang
kunci yang dipakai adalah “stroke dan
ditinggal pasien mencapai 75-100% pada
spiritual” “bereaved family dan spiritual”.
(4)
Kriteria artikel yang dipakai adalah terbitan
(CVD)
6
bulan
kematian
.
Mortalitas
pertama . pasangan
keluarga
Stressor adalah
akibat
penyebab
stress tertinggi stress juga berpengaruh (5)
tahun
1998-2013
dan
tersedia
di
perpustakaan universitas serta beberapa
terhadap depresi pada keluarga . Depresi
literatur yang mendukung dalam proses
muncul karena adanya reaksi abnormal
penulisan telaah literatur.
dari proses berduka. Hal ini memerlukan solusi dalam penurunan angka mortalitas keluarga yang ditinggal pasien Dukungan
(6)
.
PEMBAHASAN Pembahasan hasil telaah literatur
spiritual
dapat
ini meliputi : masalah keluarga dengan
menghadapi
reaksi
pasien stroke; konsep proses berduka
berduka.Dukungan spiritual tidak hanya
(Bereavement); aspek spiritualitas dalam
terbatas dalam praktik keagamaan seperti
individu;
halnya
maupun
protektif kejadian depresi dan proses
berdoa, akan tetapi dukungan spiritual juga
berduka tidak efektif; serta implikasi pada
mengacu
asuhan keperawatan dan penelitian.
digunakan
untuk
membaca
kitab
pada
suci
aktivitas
yang
menenangkan, menghibur, mendengarkan, menghormati
privasi,
serta
membantu
mencari makna dan tujuan hidup keluarga (3)
.
Pendekatan
dukungan
spiritual
merupakan area mandiri keperawatan.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
spiritualitas
sebagai
faktor
a. Masalah Keluarga dengan Pasien Stroke Transisi
sehat
–
sakit
adalah
gerakandari keadaan sehat atau sejahtera ke arah sakit atau sebaliknya
(7)
.
52
Saat
seseorang
perubahan
keadaan
mengalami
tersebut
maka
perawatan kesehatan yang salah satunya adalah
hospitalisasi
(13)
bertemu keluarga di ruang ICU
, dan
kemungkinan terjadi kematian mendadak (14).
Reaksi
berduka
(bereavement)
menjadi
sangat
pasien
dengan
akibat kematian mendadak dari pasangan
kasus penyakit kronis yang terkadang
lebih banyak melibatkan respon emosional
harus menjalani hospitalisasi dalam jangka
seseorang
waktu
kesepian, tidak berdaya, putus asa,dan
penting.Terlebih
lama.
pada
Bagi
sebagian
orang,
(15)
, yang berupa perasaan
(16)
menjalani perawatan inap di rumah sakit
shock
atau pelayanan kesehatan lain dapat
sangat
memicu timbulnya berbagai efek psikologis
intensitas, durasi, dan adaptasi terhadap
yang negatif, diantaranya stress, cemas,
kehilangan
depresi,
bahkan
harga
(8)
diri
rendah .
. Respon emosional tersebut heterogen (17)
(bereavement)
.
tergantung
Reaksi
berduka
kemungkinan
memiliki
Tidakhanya dirasakan oleh pasien, efek
konsekuensi
psikologis tersebut dapat juga dirasakan
emosional, fisik, sosial, dan fungsi kognitif
oleh keluarga atau pasangan.
(10)
dapat
dirasakan
oleh
keluarga
pada
aspek
.
Pendapat bahwa efek psikologis juga
negative
dari
Konsekuensi
negative
tersebut
dapat berupa peningkatan level depresi,
didasarkan padagagasan bahwa keluarga
peningkatanresiko
adalah
pada fungsi fisik, peningkatan level stress
sebuah
system
yang
akan
kematian,
terganggu keseimbangannya jika salah
dan
satu
bahkan
emosional dan sosial,penurunan fungsi
. Efek psikologis tersebut
memori, peningkatan resiko bunuh diri,
terjadi karenaadanya kondisi objektif dari
peningkatan level dari kecemasan, dan
keluarga
resiko pada ketidakteraturan mood
anggotanya
meninggal
sakit
atau
(9)
atau
pasangan
setelah
mengalami kehilangan anggota keluarga, atau yang biasa disebut dengan reaksi berduka
(bereavement)
(10)
financial,
kesepian
(10)
.
Hal penting yang harus dipahami olehpopulasi
yang
mengalami
reaksi
Reaksi
berduka(bereavement) untuk mencegah
berduka ini juga seringdijumpai pada
terjadinyakonsekuensi negative tersebut,
keluarga
antara lainbahwa kehidupan akan kembali
yang
salah
.
kebutuhan
kerusakan
satuanggotanya
terkena stroke.
lagi ke kondisinormal, rasa penerimaan
Gejala stroke bisa menjadi suatu hal yang menegangkan bagi keluarga
(11)
.
tentang kematianmerupakan bagian dari proses kehidupan yangakan dijalani, dan
Pada kasus stroke, hal tersebut didasari
kemampuan
pada banyaknya masalah yang dapat
masa lalu yang menyedihkan
timbul dari kondisi anggota keluarga yang
untuk
berhentimemikirkan (18)
.
Peran penting tenaga kesehatan,
terkena stroke.Misalnya : konflik yang
khususnya
terjadi
tersebut
menyediakan dukungan yang tepat dan
merupakan sumber pencari nafkah dalam
efektif pada keluarga atau populasi yang
karena
keluarga
(12),
pasien
stroke
keterbatasan akses untuk
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
perawat
adalah
membantu
mengalami reaksi berduka (bereavement)
53
agar dapat beradaptasi dengan kondisi dan
kenyataan
yang
(19)
dihadapi
.
kematian
itu
terjadi,
kedekatan
yang
diharapkan tadi tidak akan pernah bisa
Salahsatu dukungan yang dapat diberikan
kembali,
padakeluarga
menyebabkan perasaan marah dan putus
atau
populasi
yang
mengalami reaksi berduka (bereavement)
hal
inilah
yang
dapat
(2)
asa .
adalah dukungan spiritual. c. Aspek Spiritualitas dalam Individu b. Konsep
proses
berduka
(bereavement)
Spiritual memiliki makna yang luas. Wright
Kematian merupakan salah satu
(21)
mendefinisikan spiritual sebagai
apapun atau siapapun yang memberikan
situasi yang sering dihadapi oleh perawat
makna
dan tenaga kesehatan lain. Pemahaman
seseorang.
tentang reaksi dan respon kesedihan dan
sebagai sebuah arti hidup dan kedamaian
berduka
penting
hati dan terkait dengan hubungan dengan
perawat
supaya
untuk
dimiliki
dapat
aoleh
memberikan
dukungan yang tepat pada pasien dan anggota keluarga yang mengalaminya
(20)
.
dan
tujuan
dalam
Spiritual
Sang Pencipta
(22).
kehidupan
dapat
diartikan
Kebutuhan spiritual juga
mengacu pada hubungan diri manusia dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih (23)
Teori tentang respon dan reaksi berduka
besar darinya
salah satunya adalah Teori KČ&#x2022;bler-Ross
dalam spiritualitas adalah makna, tujuan,
dalam Buglass
(20)
yang mengidentifikasi 5
harapan,
. Aspek yang termasuk
iman,
eksistensi
individu,
tahapan dari proses berduka, yaitu denial
transedensi, kedamaian, dan hubungan
(penolakan),
dengan orang lain.
bargaining depression
anger
(kemarahan),
(proses
The Canadian Nurses Association
tawar-menawar),
(kondisi
depresi),
dan
acceptance (proses menerima).
(24)
menyebutkan
bahwa
spiritualitas
merupakan dimensi yang tidak terpisahkan
Menurut Corr dalam Buglass
(20)
,
dari kesehatan individu. Hal ini diperkuat (25)
teori KČ&#x2022;bler-Ross tersebut menyerupai
oleh Velasco-Gonzalez & Rioux
mekanisme pertahanan diri yang terlalu
berpendapat
linier, kaku, dan pasif untuk digunakan
merupakan indikator objektif dari kualitas
dalam proses kesedihan dan berduka
hidup selain kesehatan fisik, kesehatan
akibat
jiwa, levelindependensi, hubungan sosial
respon dengan
kematian. dan
Dalam
reaksi
upaya
psikoanalitik,
kesedihan
untuk
memutus
terkait dan
bahwa
yang
spiritualitas
dan lingkungan. Berbagai definisi dan pentingnya
melepaskan energy dan kedekatan yang
spiritualitas
telah
kemudian membandingkan antara agama
didapatkan
meninggal,
serta
dari
orang
yang
terganggunya
ikatan
(religion)
membuat
dan
berbagai
spiritualitas,
Walker
(26)
kausalitasnya.
mengalami respon tersebut akan berusaha
menyamakan
mendapatkan kembali perasaan kedekatan
agama dan kedua istilah tersebut dapat
yang pernah ada sebelumnya. Ketika
digunakan bergantian. Hal ini berbeda
antara
&
dan
kasih sayang yang kuat. Individu yang
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
Gorsuch
ahli
spiritualitas
54
dan
denganHill
&
(27)
yang
berduka yang efektif pada keluarga yang
memberikan pendapat bahwa spiritualitas
ditinggalkan. Menurut Walsh, King, Jones,
dan
Tookman,
agama
perbedaan.
Pargament
memiliki Hill
persamaan
berpendapat
dan
bahwa
&
Blizard
(30)
,
menyebutkan
bahwa spiritual berkaitan erat dengan
agama merupakan bagian dari spiritualitas.
proses
Beberapa pendapat juga beranggapan
(bereavement).
bahwa spiritualitas merupakan bagian dari
hilangnya makna spiritualitas merupakan
(28)
faktor resiko dari proses berduka tidak
dan
efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian
agama.
Menurut
berpendapat
Horsburgh
perbedaan
agama
berduka
pada
keluarga
Penurunan
(3)
spiritualitas terletak pada fokus kajian,
Strada-Russo
agama lebih berfokus pada aturan, iman
bahwa
dan
protektif dalam proses berduka yang tidak
kepercayaan
sistem,
sedangkan
spiritualitas
spiritualitas berfokus pada makna hidup
efektif
yang berasal pengalaman serta hubungan
terminal.
dengan Sang Pencipta.
yang
ataupun
pada
menyebutkan
merupakan
keluarga
Pentingnya
faktor
dengan
spiritual
pasien
sebagai
Perbedaan definisi spiritualitas dan
protektif dalam proses berduka tidak efektif
agama tidak berdampak besar terhadap
sebagai upaya dalam penurunan angka
pentingnya spiritualitas dalam peningkatan
kematian dari keluarga yang ditinggal.
status kesehatan. Kedua istilah ini saling
Kematian ini berasal dari depresi yang
melengkapi dan menjadi indikator penting
semakin
meningkat
pada
keluarga
mulai
derajat (29)
Menurut
kesehatan
individu.
spiritual lebih dipilih dalam
mengalami
anggota
terdiagnosa
kematian
akibat
penyakit
terminal
Agama bersifat lebih personal dan lebih
menunjukkan bahwa kejadian depresif
mengedepankan
keagamaan,
berat muncul sekitar 50% dari janda/duda
sedangkan spiritual bersifat global dan
setelah satu bulan kematian pasangan.
mampu
25% setelah dua bulan , 16% setelah satu
diukur
secara
objektif
serta
mempunyai kesamaan dari setiap individu.
satunya
sampai
pendekatan penelitian daripada agama.
aturan
salah
ketika
stroke.
tahun dan 6% setelah dua tahun
Terkait definisi dan makna di atas,
Menilik
pentingnya
Data
(31)
.
spiritual
spiritualitas dapat dikatakan sebagai salah
sebagai indikator kualitas hidup hingga
satu aspek penting dalam menghadapi
sebagai faktor protektif dalam proses
masalah yang muncul pada tiap tahap
berduka yang tidak efektif, perlu adanya
kehidupan, misalnya kejadian kematian
pendekatan dalam peningkatan spiritual
dan proses berduka (bereavement).
sebagai
upaya
pencegahan
berduka yang tidak d. Spiritualitas
Sebagai
Faktor
peningkatan
spiritual
proses
efektif. Intervensi perlu
mendapat
Protektif dalam Proses Berduka
perhatian khusus. Menurut Read & Bowler
Tidak Efektif pada Keluarga
(32)
Peningkatan
spiritual
dukungan
spiritual
untuk
keluarga
mengarah
dengan penyakit terminal yang efektif
pada pentingnya upaya menuju proses
adalah dengan pendekatan psikososial
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
55
dan keterlibatan pasien atau keluarga
karena hal ini merupakan fenomena yang
secara langsung dalam terapi.
dimungkinkan akan terus berkembang dan membawa manfaat bagi kesehatan mental
e. Implikasi Untuk Keperawatan dan Penelitian
(36)
. Penelitian terkait intervensi mandiri
keperawatan
Pemahaman
keluarga
yang
konsep
mengalami respon berduka perlu untuk
spiritualitas sudah seharusnya dimiliki oleh
terus dikembangkan, mengingat selama ini
perawat
yang banyak ditemukan adalah penelitian
sebagai
tentang
pada
salah
satu
tenaga
kesehatan profesional. Sehingga tidak lagi
yang hanya berfokus pada pasien saja.
timbul anggapan bahwa spiritual adalah selalu terkait dengan ritual keagamaan
SIMPULAN DAN SARAN
(ibadah, berdoa, membaca kitab suci, dan
Kesehatan psikologis menjadi satu
(33)
hal terpenting yang dapat mempengaruhi
terdapat beberapa praktik yang dapat
kondisi kesehatan manusia secara umum.
digunakan terkait spiritual yang berefek
Pada penyakit stroke, selain dialami oleh
terhadap kesehatan mental seseorang,
pasien, perubahan kondisi psikologis juga
diantaranya refleksi mendalam terhadap
dirasakan oleh keluarga atau pasangan.
apa yang telah terjadi, mempertahankan
Hal
hubungan dengan keluarga dan teman,
terjadinya
dan apresiasi terhadap seni.
stroke, yang dapat menimbulkan respon
lain-lain). Menurut Okamoto et al.
Terkaitdengan keperawatan,
salah
tindakan satu
mandiri
yang
dapat
ini
berduka
terkait
dengan
kematian
kemungkinan
mendadak
(bereavement).
akibat
Salah
satu
tindakan mandiri keperawatan yang dapat
diaplikasikan yaitu mengintegrasikan art
dintegrasikan
therapy dalam pelaksanaan life review
tersebut adalah memberikan dukungan
pada populasi yang mengalami respon
dengan pendekatan spiritual.Pendekatan
berduka
(bereavement)
(34)
respon
tersebut dipercaya dapat memberikan efek
dibutuhkan juga interpersonal psikoterapi,
baik untuk mengurangi dampak psikologis
yang diyakini juga memiliki efek baik
dan konsekuensi negative yang mungkin
terhadap depresi sebagai respon berduka
muncul dari respon berduka
(bereavement) dengan
Re-integrasi spiritualitas
psikoterapi
dipandang
Selain
mengatasi
itu,
(35).
.
untuk
sebagai
sebaiknya tren
sesaat
(bereavement).
tidak saja,
DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan. Buletin Jendela Data dan Informasi. Jakarta; 2012;1â&#x20AC;&#x201C;48. 2. Stroebe M, Schut H, Stroebe W. Health outcomes of bereavement. Lancet [Internet]. 2007 Dec 8;370(9603):1960â&#x20AC;&#x201C;73. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 8068517
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
3. Strada-Russo E. Spirituality as a Protective Factor in Complicated Bereavement. San fransisco; 2006. 4. Mendes de Leon C, Kasl SV, Jacobs S. Widowhood and Mortality Risk in a Community Sample of the Elderly: a Prospective Study. J Clin Epidemiol. 1993;46:519â&#x20AC;&#x201C;27.
56
5. DeLaune S, Ladner P. Fundamental of Nursing: Standards & Practice [Internet]. Second Edi. New York: Delmar / Thomson Learning; 2002. Available from: http://delaune.delmarnursing.com 6. Michalski MJ, Vanderwerker LC, Prigerson HG. Assessing grief and bereavement: observations from the field. Omega. 2007;54(2):91–106. 7. DeLaune SC, Ladner PK. Fundamentals Of Nursing : Standards and Practice. Second edition. Esperti CL, editor. New York: Thomson Learning; 2002. 8. Gammon J. Analysis of the stressful effects of hospitalisation and source isolation on coping and psychological constructs. International journal of nursing practice. 1998 Jun;4(2):84–96. 9. Tan HM, Wilson A, Olver I, Barton C. The Experience of Palliative Patients and Their Families of a Family Meeting Utilised as an Instrument for Spiritual and Psychosocial Care: A Qualitative study. BMC palliative care [Internet]. BioMed Central Ltd; 2011 Jan [cited 2013 Sep 25];10(1):7. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=3073937&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 10. Shah SN, Meeks S. Late-life Bereavement and Complicated grief : A Proposed Comprehensive Framework. Aging & Mental Health. 2012;16(1):39–56. 11. Haley WE, Allen JY, Grant JS, Clay OJ, Roth DL. Problems and Benefits Reported by Stroke Family Caregivers: Results from a Prospective Epidemiological Study. Stroke. 2010;40(6):2129–33. 12. Wallace S, Christianna S. Emotional and Physical Health of Informal Caregivers of Residents Journal of Gerontology. 2008;63B(3):171–83. 13. Olsen KD, Dysvik E, Hansen BS. The meaning of family members’ presence during intensive care stay: a qualitative study. Intensive & critical care nursing : the official journal of the British Association of Critical Care Nurses [Internet]. 2009 Aug [cited 2013 Mar 10];25(4):190–8. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 9497746
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
14. Tatsuno J, Yamase H, Yamase Y. Grief Reaction Model of Families who Experienced Acute Bereavement in Japan. Nursing & health sciences [Internet]. 2012 Jun [cited 2013 Sep 11];14(2):257–64. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 2640022 15. Valentine C. Academic Constructions of Bereavement. Mortality. 2006;11(1):57–78. 16. Green D. A Shoulder to Cry on : Support Through Bereavement. Nursing & Resdential Care. 2013;15(2):68–71. 17. Lister S, Pushkar D, Connolly K. The Arts in Psychotherapy Current bereavement theory : Implications for art therapy practice. The Arts in Psychotherapy. 2008;35:245–50. 18. Currow DC, Allen K, Plummer J, Aoun S, Hegarty M, Abernethy AP. Bereavement Help-seeking Following an “Expected” death: a Crosssectional Randomised Face-to-face Population Survey. BMC palliative care [Internet]. 2008 Jan [cited 2013 Sep 25];7:19. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=2637838&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 19. Burton CR, Payne S. Integrating Palliative Care Within Acute Stroke Services: Developing a Programme Theory of Patient and Family Needs, Preferences and Staff Perspectives. BMC palliative care [Internet]. 2012 Jan;11:22. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=3539873&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 20. Buglass E. Grief and Bereavement Theories. Nursing standard [Internet]. 2010;24(41):44–7. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 0608339 21. Wright LM. Spirituality, Suffering,and Illness: Ideas for healing. Philadelphia: F.A. Davis Comp; 2005. 22. Stanworth R. Attention: A Potential Vehicle for Spiritual Care. Journal of Palliative care. 2002;18(3):192–5. 23. Galek K, Flannelly KJ, Vane A, Galek MARM. Assessing a Patient ’ s Spiritual Needs. 2005;62–9. 24. CNA. Spirituality, Health and Nursing Practice. Canada; 2009 p. 1–4.
57
25. Velasco-Gonzalez L, Rioux L. The Spiritual Well-Being of Elderly People: A Study of a French Sample. Journal of religion and health [Internet]. 2013 Apr 9 [cited 2013 Sep 25]; Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 3568407 26. Gorsuch R, Walker D. Measurement and research design in studying spiritual development. In: King PE, Wagener LM, Benson PL, editors. Handbook of Spiritual Development in Childhood and Adolescence. CA: Sage Publication; 2006. p. 92–103. 27. Hill PC, Pargament KI. Advances in the conceptualization and measurement of religion and spirituality: Implications for physical and mental health research. American Psycologist. 2003;58(1):64–74. 28. Horsburgh M. Towards an inclusive spirituality: Wholeness, interdependence and waiting. Disability & Rehabilitation. 1997 Jan;19(10):398–406. 29. Fisher JW. assesing& Nurturing Spiritual Well-Being via Education. Ballarat; 2009 p. 1–266. 30. Walsh K, King M, Jones L, Tookman A, Blizard R. Spiritual beliefs may affect outcome of bereavement: prospective study. BMJ (Clinical research ed) [Internet]. 2002 Jun 29;324(7353):1551. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=116607&tool=pmc entrez&rendertype=abstract 31. Ando M, Morita T, Miyashita M. Effects of Bereavement Life Review on Spiritual Well-Being and Depression. Journal of Pain and Symptom Management. 2010;40(3):453–9. 32. Read S, Bowler C. Life Story Work and Bereavement : Shared Reflections on its Usefulness. Learning Diasability Practice. 2007;10(4):10–4. 33. Okamoto T, Ando M, Morita T, Hirai T, Kawanura R, Mitsunori M, et al. Religious Care Required For Japanese Terminally ill Patients with Cancer From the Perspective of Bereaved Family Members. Am J Hosp Palliat Care. 2010;27(1):50–4. 34. Ando M, Morita T, Miyashita M. Effects of Bereavement Life Review on Spiritual Well-Being and Depression.
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013
Journal of Pain and Symptom Management. 2010;40(3):453–9. 35. Hensley PL. Treatment of bereavement-related depression and traumatic grief. Journal of affective disorders [Internet]. 2006 May [cited 2013 Sep 22];92(1):117–24. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 6458978 36. McGuire EP. The Role of Spiritual and Religious Coping Strategies in The Wellness and Recovery of Adults Receiving Mental Health Services. Sacramento; 2009.
58
BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013