Bimiki volume 2 edisi 1

Page 1

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013


KATA PENGANTAR Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI) merupakan salah satu berkala yang dimiliki oleh organisasi mahasiswa keperawatan yakni Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI). Berkala ini ditebitkan guna memberikan informasi-informasi terbaru dalam dunia keperawatan dan memberikan sarana kepada mahasiswa keperawatan untuk mempublikasikan hasil penelitiannya maupun artikel ilmiah yang lain.

BIMIKI ini secara garis besar menyajikan artikel-artikel ilmiah yang bersikan informasi terbaru tentang keperawatan, termasuk di dalamnya terdapat penelitian asli, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu keperawatan dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Berkala ini tidak hanya terbatas pada mahasiswa saja, namun juga insan keperawatan pada umumnya.

Atas diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia volume kedua edisi pertama ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, khususnya kepada seluruh penulis yang berperan aktif, tim penyusun, mitra bebestari dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan berkala ini.

Penyusun

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

i


SUSUNAN PENGURUS  Penanggungjawab : Ahmad Rizal (Sekretaris Jenderal ILMIKI)  Pimpinan Umum : Nuning Khurotul Af’ida (PSIK FK Universitas Brawijaya)  Sekretaris Umum : Ayu Amalia (PSIK FK Universitas Brawijaya)  Bendahara : Devi Septiananingrum (PSIK FK Universitas Gajah Mada)  Pimpinan Redaksi : Tiara Dea Ananda (PSIK FK Universitas Brawijaya)  Dewan Redaksi : - Muhamad Zulfatul A’la (Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran) -

-

Weni Widya Sari (Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran) Dwi Retno Selvitriana (PSIK FK Universitas Brawijaya) Andreas A. Pangemanan (PSIK FK Universitas Gajah Mada)

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

-

Aprilika Tyantaka (Poltekkes Kemenkes Yogyakarta)

-

Dia Amal Indah (PSIK FK Universitas Brawijaya)

 Tim Humas (Promosi dan Danus): -

Sifak Nikmatul F. (PSIK FK Universitas Gajah Mada)

-

Septiana Hannani A.P. (PSIK FK Universitas Brawijaya)

-

Sanda Prima Dewi (PSIK FK Universitas Brawijaya)

-

Amirullah (PSIK FK Universitas Brawijaya)

-

Cinta Astri D. Puspitasari (PSIK FK Universitas Gajah Mada)

 Tim Layouting (Tata Letak &Ilustrasi): -

Bayu Aprilia Yogi Putra (PSIK FK Universitas Brawijaya)

-

Ilya Nur Rachmawati (PSIK FK Universitas Brawijaya)

-

Rizky Oktavia P. (PSIK FK Universitas Brawijaya)

-

Sofyan Adetya Perkasa (PSIK FK Universitas Gajah Mada

ii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................... Susunan Pengurus .............................................................................................................................. Daftar Isi................................................................................................................................................... Petunjuk Penulisan............................................................................................................................. Sambutan Pimpinan Umum...............................................................................................................

i ii iii iv vi

PENELITIAN 

PENGARUH KEGIATAN RUTIN MENCUCI TANGAN DI SEKOLAH DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK ISLAM TERPADU AS SALAM KOTA MALANG Asri Puji Lestari, Chusnul Chuluq Ar, Dian Susmarini ............................................................ 1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MENSTRUAL HYGIENE REMAJA PUTRI UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN REPRODUKSI (ISR) Indah Puspita Sari, Novi Khila Firan, Lalily Yuliatun ............................................................. 11

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA SEJAHTERA PANDAAN PASURUAN Teguh Suprianto, Subandi, Retno Lestari ............................................................................. 19

PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT HIV AIDS DAN IMS PADA KALANGAN LSL Nyoman Agus Jagat Raya, Eva Yanti, A.A. Ngurah Taruma Wijaya .................................... 30

TINJAUAN PUSTAKA 

WAYANG WONG SEHAT (WWS): UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN MEDIA SOSIADRAMA BERASASKAN BUDAYA INDONESIA Nuning Khurotul Af’ida, Agung Wiyatno, Ina Martiana, Retno Lestari .................................. 40

PROSES BERDUKA (BEREAVEMENT) DAN SPIRITUALITAS KELUARGA PADA PASIEN DENGAN STROKE Muhamad Z. A’la, Atikah Fatmawati, Iyus Yosep, Hana R. Dewi ......................................... 51

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

iii


PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI)

1. BIMIKI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada berkala lain. 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. 3. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 10 halaman. 4. Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word. 5. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian Asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul karangan (Title) menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Judul artikel ditulis dengan huruf besar menggunakan font Arial 11 spasi 1. Penulis diharapkan mencantumkan judul ringkas dengan susunan 40 karakter beserta nama penulis utama yang akan ditulis sebagai judul pelari (running title) b. Nama Penulis, tanpa gelar. Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 1 orang. c. Alamat berupa instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat post lengkap dan alamat email untuk penulis korespondensi. d. Abstrak, ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh tulisan meliputi masalah, tujuan, metode, hasil, serta simpulan. Abstrak ditulis dalam satu paragraf penuh, dibawah abstrak disertakan 3-5 kata kunci (keywords). Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis. e. Pendahuluan Pada bagian pendahuluan tuliskan latar belakang, penjelasan mengenai penelitian terkait yang telah lebih dulu dipublikasikan (jika ada). Selain itu dijelaskan pula hal-hal spesifik dalam penelitian. f. Metode Berisi penjelasan tentang waktu, tempat, teknik, dan rancangan penelitian. Untuk literaturereview, metode berisi teknik dalam mencari literatur. g. Hasil Ditulis jelas dalam bentuk narasi dan data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan, gambar, grafik, diagram), tabel atau foto yang mendukung data. h. Pembahasan Menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi fakta, teori, dna opini. i. Simpulan dan Saran Berupa kesimpulan hasil penlitian atau hasil literature review dalam bentuk narasi sesuai dengan tujuan penelitian. Saran berisi saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian atau hasil literature review. j. Pengutipan Kutipan dari referensi atau daftar pustaka dibuat dengan tanda superscript (1), dengan 1 menunjukkan nomor dalam daftar pustaka. k. Daftar Pustaka Sedapat mungkin merupakan pustaka terbitan sepuluh tahun terakhir, diutamakan adalah hasil laporan penelitian dna artikel ilmiah dalam jurnal. l. Kepustakaan disusun menurut Vancouver style Artikel dalam berkala i. Artikel standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

iv

V


The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. iv. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. v. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. vi. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis

6. Margin penulisan mengikuti aturan 2, 2, 2, 2, font arial 11 spasi 1,5 untuk pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, simpulan dan saran, serta spasi 1 untuk abstrak dan daftar pustaka 7. Naskah dikirim melalui email ke alamat email redaksi BIMIKI (Keperawatan): redaksibimiki@bimkes.org

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

v


SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Rasa syukur yang berlipat ganda, saya ucapkan atas keberhasilan diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI) pada volume kedua edisi pertama ini. Setelah melalui perjalanan panjang dan perjuangan yang tiada henti dari semua pihak yang selalu turut memberikan dukungan atas keberhasilan BIMIKI ini. Tantangan bukan suatu penghalang kesuksesan.

Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (BIMIKI) merupakan salah satu berkala ilmiah keperawatan yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk menghasilkan berkala mahasiswa keperawatan elektronik yang memberi peluang bagi mahasiswa dalam publikasi ilmiah yang berbasis ilmu dan teknologi. Berkenaan dengan tujuan tersebut, maka diperlukannya sebuah wadah yang mampu menjadi penampung hasil kreativitas mahasiswa khususnya terkait publikasi artikel ilmiah.

Penerbitan berkala ini terselenggara atas kerja sama berbagai pihak, antara lain dari organisasi mahasiswa keperawatan yakni Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) yang diampu langsung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan dan Penelitian (PENDPEL) bekerja sama dengan HPEQ Students, serta dukungan berbagai institusi keperawatan di Indonesia. Penerbitan berkala ini membuktikan perjuangan yang tiada akhir, dalam membangun arus keprofesionalan dalam keperawatan dengan menunjang sistem long life learning, dan menutup segala keterbatasan informasi keilmiahan terbaru bagi mahasiswa keperawatan.

Harapan yang besar ketika keberadaan berkala ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh insan keperawatan di Indonesia. Bermula manfaat ditujukan kepada mahasiswa keperawatan di belahan daerah Indonesia manapun, semoga berkala ini dapat mempermudah dalam mengakses informasi-informasi ilmiah terbaru, maupun wadah penampung kreativitas mahasiswa keperawatan.

Akhir kata, saya mohon maaf bila terdapat kesalahan pada penulisan, ataupun petikan katakata yang terdapat pada BIMIKI volume kedua edisi pertama ini. Sempurna merupakan hal yang masih jauh untuk diucapkan, oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami tunggu demi perbaikan pada edisi yang selanjutnya. Hidup mahasiswa! Kobarkan selalu semangat muda, karena suatu saat kitalah pejuangnya.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

vi


Penelitian

PENGARUH KEGIATAN RUTIN MENCUCI TANGAN DI SEKOLAH DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK ISLAM TERPADU AS SALAM KOTA MALANG Asri Puji Lestari*, A. Chusnul Chuluq A.** , Dian Susmarini**

*

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: asri.pujil@gmail.com

ABSTRAK Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah adalah kegiatan mencuci tangan yang dilakukan secara regular di sekolah untuk membiasakan anak melakukan cuci tangan. Dengan diadakan kegiatan rutin di sekolah diharapkan anak prasekolah mampu menerapkan perilaku mencuci tangan yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan Cross Sectional Study terhadap 51 siswa-siswi beserta wali murid di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Sampel dipilih menggunakan teknik sampling jenuh (total sampling). Variabel yang diukur adalah kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dan perilaku mencuci tangan anak prasekolah. Uji statistik menggunakan korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun (baik perilaku ketika disekolah, dirumah dan keduanya), dengan kekuatan korelasi masing-masing 0,338 ; 0,401 ; 0,303. Uji rasio prevalensi menunjukkan kegiatan rutin mencuci tangan disekolah merupakan faktor risiko terhadap perilaku mencuci tangan anak prasekolah (ketika disekolah, dirumah dan keduanya) dengan nilai rasio prevalensi 3,85 ; 1,87 ; 1,37. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik kegiatan rutin mencuci tangan disekolah maka semakin baik perilaku mencuci tangan anak prasekolah. Dengan demikian perlunya tindak lanjut dari orang tua dalam menyediakan fasilitas dirumah agar menstimulasi perilaku kesehatan anak. Kata kunci: Kegiatan rutin, Perilaku mencuci tangan, Anak prasekolah

ABSTRACT A routine activity of hand washing at school is defined as a hand wash activity regularly at school in order to habituate the child for doing hand washing correctly. By regular activities at school, preschool children are expected to be able to apply a good and correct hand washing behaviour. The aim of this research was to evaluate the effect of routine hand washing activity at school by preschool children toward hand washing behaviour of aged 4-6 years in TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang . This research was observational research with Cross Sectional Study of 51 students and their parents. The sample was selected using total sampling technique. The variables were routine hand washing activity at school and hand washing behaviour in preschool children. Statistical tests used in this study was Spearman correlation with confidence level of 95%. The bivariate analysis result showed a significant correlation between a routine activity of hand washing at school with the behaviour of hand washing in preschool children of aged 4 to 6 years (hand washing behaviour at the school, at home, and both). The strength correlation showed in each of them were 0.338; 0,401; 0,303. The prevalence ratio test showed that a routine hand washing in school was a risk factor on preschool children hand washing behaviour (in schools, at home and both) with the prevalence ratio were 3.85; 1.87; 1,37. The conclusion of this research is keeping hand washing at school regularly make a good attitude for children in doing it. Thus, it is necessary for follow up preschool children’s parents to prepare all of hand washing equipments at home to stimulate children's health behaviour. Keywords: a routine activity, hand washing behaviour, preschool children

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

1


PENDAHULUAN Anak prasekolah adalah anak

dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan yang

berusia 3-6 tahun dan mengikuti program (9)

prasekolah.

Pada

masa

ini

anak

menggunakan

fungsi

biologisnya

untuk

menemukan berbagai hal dalam dunianya. Dimana anak sangat

dan

perkembangannya

satu

menggunakan

tangan

suatu

di

benda

membuang ingus.

sama

untuk

mulutnya,

lain,

meletakkan makan

dan

(1),(12)

optimal mengejawantah pada perilaku seharihari yang pada gilirannya menjadi kebiasaan (3)

hidup.

Keingintahuan anak dan inisiatif yang berkembang mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan. Rasa bersalah muncul dalam diri anak-anak pada saat mereka berada di luar batasan kemampuan mereka

Kondisi tersebut dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena mudahnya penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan. Tingginya angka penyebaran infeksi yang

dan merasa mereka tidak berperilaku dengan benar.

(10)

kecemasan para orang tua, mengganggu konsentrasi belajar anak dan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap hasil (1)

belajar anak.

dalam tubuh yang mengakibatkan penyakit seperti diare, cacingan, TB, Infeksi tangan dan mulut, infeksi kulit, maupun ISPA. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(4)

juga menunjukkan

bahwa penyebab terbesar meninggalnya dan

anak-anak

Indonesia

adalah

tahun 2011 yang menyebutkan bahwa kasus diare, ISPA, dan beberapa penyakit infeksi termasuk dalam kategori 10 besar penyakit rawat jalan di Rumah sakit pada tahun 2010 (2)

pada semua usia.

Menurut

peka dalam perkembangan aspek berpikir logis

anak.

Anak

mulai

sensitif

untuk

menerima berbagai upaya perkembangan seluruh

potensinya.

(3)

Nasional

Oleh

karena

itu

Departemen

,

pengembangan

terbiasa

Pendidikan

Pelaksanaan pembiasaan

bidang

perilaku

di

Taman Kanak kanak dapat dilakukan dengan kegiatan

kegiatan

rutin,

teladan,

kegiatan

kegiatan

spontan,

terprogram.

Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan oleh pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu istirahat

/

makan

pembiasaan

/

perilaku

bemain

dengan

mencuci

tangan,

terutama sebelum dan sesudah makan. TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang merupakan salah satu taman kanakkanak yang telah melaksanakan kegiatan rutin pengembangan perilaku anak dalam mencuci tangan disekolah. Kepala sekolah dari TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang

Usia 4-6 tahun, merupakan masa

akan

yang melakukan hal yang tidak benar.

penyakit diare dan ISPA. Hal ini diperkuat dengan Profil data kesehatan indonesia

anak

guru disekolah dan akan menegur siapa saja

cara

Bibit penyakit akan mudah masuk ke

Sehingga

dengan perilaku baik yang dicontohkan oleh

terjadi di lingkungan sekolah menimbulkan

balita

secara

optimal. Tanda bahwa anak berkembang

suka bermain dengan posisi

berdekatan

tercapai

juga

menjelaskan

bahwa

pembiasaan perilaku cuci tangan sudah sejak awal diterapkan dan fasilitas cuci tangan. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya

peneliti

lebih

tertarik

untuk

dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

2


mengevaluasi input dan output dari kegiatan

praktek mencuci tangan anak dan kuesioner

rutin mencuci tangan yang sudah ada

perilaku mencuci tangan anak yang di isi oleh

disekolah sebagai tolok ukur keberhasilan

orang tua dan telah dilakukan uji validitas

pembelajaran dan pengembangan perilaku

dan

anak disekolah, sudah efektif dan efisienkah

menggunakan analisa bivariat (uji korelasi

pembiasaan

yang

Rank Spearmen) dan uji rasio prevalensi.

atas

HASIL PENELITIAN

perilaku

kesehatan

reliabilitas.

Analisis

penelitian

diberikan sekolah selama ini. Berdasarkan penulis

perlu

fenomena

di

mengevaluasi

pengaruh

Tabel 1. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun ketika disekolah

kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah dengan

perilaku

mencuci

tangan

anak

prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi input dan output dari pengaruh kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah terhadap perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang. Manfaat penelitian ini bagi jurusan Keperawatan referensi

penelitian

mahasiswa manfaat

adalah

atau

bagi

pengalaman

Untuk bagi

peneliti

peneliti

menambah kepentingan

lainnya, adalah

penerapan

teori

serta

sebagai penelitian

Kegiatan mencucimencuci tangan KegiatanPerilakuPerilaku Total rutin disekolah tangan anak ketika Total rutin anak ketika mencuci Buruk disekolah mencuciBaik tangan di di tangan N sekolah sekolah

% Baik Buruk N % N % N % N % N % Baik 24 47,147,0 0 24 47,1 Baik 24 0 0 24 47,1 Buruk 7 13,7 1 20 39,2 27 52,9 Total 31 60,813,20 39,239,51 100 Buruk 7 20 27 52,9 7 2 Berdasarkan tabel 1 60, dapat diketahui 39, bahwa Total 31 20 51 100 sebagian besar kegiatan rutin 2 mencuci 8

dalam penelitian komunitas di lapangan

METODE PENELITIAN Design

penelitian

ini

adalah

tangan disekolah baik Kegiatan dan perilaku Tabel 1. Pengaruh rutin mencuci mencuci tangan disekolah baik perilaku 24 responden tangan disekolahjuga dengan mencuci tangan anak usia 4-6 tahun ketika atau (47,1 %)prasekolah . dan nilai rasio prevalensi disekolah (Prevalence Ratio) yang didapatkan adalah :

cross PR

sectional design. Sampel dalam penelitian ini adalah

= =

anak yang bersekolah di TK Islam

.

Terpadu As Salam Kota Malang dan orang

Karena nilai PR > 1, maka kegiatan

tuanya yang berjumlah 52 anak. Teknik

rutin mencuci tangan disekolah merupakan

sampling yang digunakan dalam penelitian

faktor

adalah total sampling. Variabel independen

tangan anak disekolah. Nilai PR 3,85 dapat

kegiatan rutin mencuci tangan disekolah

disimpulkan

diukur dengan lembar observasi kegiatan

informasi dan peralatan mencuci tangan

rutin disetiap kelas dan variabel dependen

dalam

perilaku mencuci tangan anak prasekolah

disekolah memberikan dampak positif 4x

diukur dengan lembar observasi checklist

lipatnya terhadap perilaku mencuci tangan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

risiko

terhadap

bahwa

kegiatan

perilaku

tingkat

rutin

mencuci

keterpaparan

mencuci

tangan

3


anak

prasekolah

dibandingkan

dengan

Tabel 3. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci

perilaku mencuci tangan siswa dari sekolah

tangan di sekolah dengan perilaku mencuci

lain yang tidak ada kegiatan rutin mencuci

tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun ketika

tangan.

disekolah dan di rumah

Tabel 2. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 tahun ketika dirumah

Kegiatan

Perilaku mencuci tangan

rutin

anak ketika dirumah

Total

mencuci Baik Buruk Tabel 2.Perilaku Pengaruh Kegiatantangan rutin mencuci tangan mencuci Kegiatan N % di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak tangan di anak ketika disekolah dan Total N % N % rutin prasekolah usia 4-6 tahun ketika dirumah sekolah dirumah mencuci Baik 20 39,2 4 7,8 24 47,1 tangan di Baik Buruk Buruk 12 23,5 15 29,4 27 52,9 N % sekolah N % N Perilaku % mencuci tangan anak Total Totalketika dirumah 32 62,7 19 37,3 51 100 Kegiatan rutin mencuci Baik 22 43,1 2 3,9 24 47,1 Baik Buruk Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui tangan di sekolah N % Buruk 18 35,3 9 17,6 27 52,9 bahwa Pengaruh kegiatan rutin mencuci N % N % Total 40 78,4 11 21,6 51 100 tangan di sekolah mencuci Baik 20 39,2 4 7,8 dengan perilaku 24 47,1 Buruk

12 23,5 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui Total 32 62,7 bahwa untuk kegiatan rutin mencuci tangan Tabel 2. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan sekolahdengan baik dan perilaku mencuci tangan di di sekolah perilaku mencuci tangan anak dirumah baik adatahun 20 ketika responden (39,2%). prasekolah usia 4-6 dirumah dan nilai rasio prevalensi (Prevalence Ratio) yang didapatkan adalah : Tabel 2. Pengaruh Kegiatan rutin mencuci tangan PR = di sekolah dengan perilaku mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6 = tahun ketika dirumah

tangan anak 15 kegiatan rutin 19 maka

prasekolah dapat 29,4 27 dilihat mencuci tangan51disekolah 37,3

perilaku

mencuci

tangan

dari 52,9 baik 100

anak

prasekolah juga baik, dari tabel didapatkan 22 responden (43,1%). prevalensi

dan nilai rasio

(Prevalence

Ratio)

yang

didapatkan adalah : PR

= =

Karena nilai PR > 1, maka kegiatan

Karena nilai PR > 1, maka kegiatan rutin

rutin mencuci tangan disekolah merupakan

mencuci tangan disekolah merupakan faktor

faktor

mencuci

risiko terhadap perilaku mencuci tangan anak

tangan anak dirumah. Nilai PR 1,87 dapat

disekolah maupun dirumah. Nilai PR 1,37

disimpulkan

dapat

risiko

terhadap

bahwa

perilaku

tingkat

keterpaparan

disimpulkan

bahwa

tingkat

informasi dan peralatan mencuci tangan

keterpaparan

dalam

tangan

mencuci

tangan

dalam

disekolah memberikan dampak positif 2x

mencuci

tangan

disekolah

lipatnya pada perilaku mencuci tangan anak

dampak positif 1,5x lipatnya pada perilaku

ketika

perilaku

mencuci tangan anak ketika dirumah dan

mencuci tangan siswa yang sekolahnya tidak

disekolah dibandingkan perilaku mencuci

ada kegiatan rutin mencuci tangan.

tangan siswa yang sekolahnya tidak ada

kegiatan

dirumah

rutin

mencuci

dibandingkan

informasi

dan

peralatan

kegiatan

rutin

memberikan

kegiatan rutin mencuci tangan.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

4


Analisa Data

Variabel

Tabel 4. Analisis Statistik Korelasi Spearman Kegiatan Rutin Mencuci Tangan di sekolah dengan

Perilaku

Mencuci

Tangan

Anak

Prasekolah Usia 4-6 Tahun Ketika di sekolah

N

Koefisien

Signifikansi

Korelasi (r)

(p)

Kegiatan rutin mencuci tangan

di

51

0.401

0.004

51

0.401

0.004

sekolah Perilaku

Variabel

N

Koefisien

Signifikansi

Korelasi (r)

(p)

mencuci tangan

Kegiatan

anak

ketika dirumah

rutin

Berdasarkan uji Korelasi Spearman,

mencuci

51

tangan

0.338

0.015

di

diperoleh

nilai

signifikansi

0,004

yang

menunjukkan bahwa korelasi antara kegiatan

sekolah

rutin mencuci tangan disekolah dengan

Perilaku

perilaku mencuci tangan anak prasekolah

mencuci

ketika

tangan

51

anak

0.338

0.015

dirumah

korelasi

adalah

Spearman

bermakna. sebesar

Nilai 0,401

menunjukkan bahwa kekuatan korelasi (r)

ketika

sedang. Nilai korelasi Spearman sebesar

disekolah

Berdasarkan diperoleh

uji

nilai

menunjukkan

Korelasi

signifikansi bahwa

Spearman, 0,015

korelasi

yang antara

(+)0,401 juga menunjukkan bahwa

ada

hubungan

baik

positif,

artinya

semakin

kegiatan rutin mencuci tangan disekolah dengan perilaku mencuci tangan dirumah atau sebaliknya.

Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah anak

Tabel 6. Analisis Statistik Korelasi Spearman

prasekolah adalah bermakna. Nilai korelasi

Kegiatan Rutin Mencuci Tangan disekolah

Spearman

dengan

dengan

perilaku

mencuci

sebesar

0,338

tangan

menunjukkan

Perilaku

Mencuci

Tangan

Anak

bahwa kekuatan korelasi (r) rendah. Nilai

Prasekolah Usia 4-6 Tahun (disekolah dan

korelasi Spearman sebesar (+)0,338 juga

dirumah)

menunjukkan bahwa ada hubungan positif, artinya semakin meningkat kegiatan rutin

Variabel

N

mencuci tangan di sekolah maka semakin baik

perilaku

mencuci

tangan

anak

prasekolah ketika di sekolah atau sebaliknya.

tangan

Kegiatan

Rutin

sekolah

dengan

Perilaku

Mencuci

disekolah

Tangan

Anak

Prasekolah Ketika dirumah

Korelasi (r)

(p)

rutin mencuci

Tangan

Signifikansi

Kegiatan

Tabel 5. Analisis Statistik Korelasi Spearman Mencuci

Koefisien

51

0.303

0.030

51

0.303

0.030

di

Perilaku mencuci tangan anak

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

5


didalamnya juga tercangkup peralatan yang Berdasarkan diperoleh

uji

nilai

menunjukkan

Korelasi

Spearman,

signifikansi bahwa

0,030

yang

korelasi

antara

lengkap

akan

menstimulus

melaksanakan kegiatan baik.

anak

tersebut

untuk dengan

Menurut Depdiknas RI, sikap atau

Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah

perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai

dengan

anak

ciri-ciri sebagai berikut : perilaku tersebut

prasekolah adalah bermakna. Nilai korelasi

relatif menetap, pembiasaan umumnya tidak

Spearman

menunjukkan

memerlukan fungsi berpikir yang cukup

bahwa kekuatan korelasi (r) rendah. Nilai

tinggi, misalnya meniru cara mencuci tangan,

korelasi Spearman sebesar (+)0,303 juga

kebiasaan yang diterapkan ini merupakan

menunjukkan bahwa ada hubungan positif,

hasil pengalaman atau belajar dan perilaku

artinya semakin baik kegiatan rutin mencuci

tersebut

tangan anak prasekolah maka berpengaruh

sebagai respons terhadap stimulus yang

dengan

sama.

perilaku

mencuci

sebesar

perilaku

tangan

0,303

mencuci

tangan

anak

prasekolah atau sebaliknya.

(3)

suatu

tampil

secara

berulang-ulang

Dalam penelitian Suen menyatakan pemberian

intervensi

berupa

pendidikan kesehatan akan berpengaruh PEMBAHASAN

terhadap perilaku mencuci tangan anak

a. Kegiatan Rutin Mencuci Tangan di

prasekolah , dari hasil penelitian tersebut

Sekolah di TK Islam Terpadu As

menyatakan bahwa ada pengaruh yang

Salam Kota Malang

bermakna pada perilaku sekelompok anak

Hasil penelitian mengenai kegiatan

prasekolah

yang (12)

diberi

rutin mencuci tangan disekolah dengan

kesehatan.

dilakukannya observasi terhadap kegiatan

bermakna lagi ketika dilakukan monitoring

rutin yang dilakukan di TK Islam Terpadu As

perilaku pada anak dalam jangka waktu yang

Salam Kota Malang meliputi ketersediaan

lama. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada

poster

keberlanjutan

langkah-langkah

mencuci

tangan,

Namun

pendidikan

hasil

intervensi

ini

setiap

tidak

harinya,

poster waktu-waktu penting mencuci tangan

sehingga perilaku mencuci tangan yang

dan peralatan cuci tangan di setiap kelas,

diajarkan tidak menjadi kebiasaan anak

diperoleh data bahwa dari masing masing

sehari-hari.

kelas, 1 kelas yang terdapat poster cuci

Tabulasi

silang

yang

didapatkan

tangan namun tidak terdapat peralatan cuci

sesuai dengan observasi setiap kelasnya

tangan dan 1 kelas yang terdapat poster dan

diperoleh hasil : kegiatan rutin mencuci

peralatan

hasil

tangan disekolah dengan kategori baik 67%

observasi tersebut kegiatan rutin mencuci

diketahui perilaku mencuci tangan anak

tangan di sekolah baik 67% dan buruk 33%.

prasekolah (baik ketika disekolah dan ketika

mencuci

Hasil

yang

tangan.

diperoleh

Dari

ini

sesuai

dirumah) menunjukkan perilaku baik pula

dengan konsep pengembangan pembiasaan

yaitu 43,1 % (22 responden) demikian juga

perilaku anak prasekolah melalui kegiatan

sebaliknya. Menurut Notoadmojo, apabila

rutin mencuci tangan disekolah, karena

penerimaan

dengan adanya suatu kegiatan rutin yang

perilaku dalam hal ini dengan kegiatan rutin

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

perilaku

baru

dan

adopsi

6


mencuci tangan disekolah melalui proses

dengan perilaku mencuci tangan (yang benar

dan stimulus yang sama berulang-ulang

ketika disekolah, dirumah dan keduanya)

setiap

didasari

pada anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

Islam Terpadu As Salam Kota Malang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

sebesar 3,85;1,87;1,37 yang artinya ada

harinya,

dengan

(6)

langgeng (long lasting). b. Perilaku

kesinambungan

Mencuci

Tangan

Anak

tangan

anak

antara ketika

perilaku

mencuci

disekolah

maupun

Prasekolah Usia 4-6 Tahun di TK

dirumah, walaupun ada perbedaan yang

Islam Terpadu As Salam Kota Malang

disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor

Hasil penelitian mengenai perilaku

yang mempengaruhi perilaku dibagi menjadi

mencuci tangan anak prasekolah terhadap

3 yaitu: faktor predisposisi, faktor-faktor

51 anak dan penyebaran kuesioner ke 51

enabling (sarana dan prasarana) dan faktor

wali murid diperoleh data sebagai berikut,

pendukung yang meliputi peran tokoh ( peran

untuk perilaku mencuci tangan anak ketika

guru dan orang tua) yang berkontribusi

disekolah didapatkan

terhadap

data 26 (51%), dan

yang mempunyai perilaku buruk

yaitu 25

(49%) dan untuk perilaku mencuci tangan

perubahan

dan

pembiasaan

(5)

perilaku anak.

Tabulasi

baik, yaitu 28 (55%), dan yang mempunyai

didapatkan anak

perilaku buruk

hal ini

mencuci tangan disekolah baik 26 anak (51

mencuci

%) dan perilaku mencuci tangan anak ketika

Hasil yang

dirumah yang baik 28 anak (55%).Hasil ini

dengan

kegiatan

rutin

tangan disekolah yang ada.

ketika

perilaku

mencuci

selaras

anak

untuk

anak ketika dirumah diperoleh data perilaku

yaitu 23 (45%).

tangan

silang

disekolah

yang memiliki perilaku

diperoleh peneliti sesuai dengan konsep teori

menunjukkan

Kurt Lewinyang menyebutkan adanya suatu

diterapkan disekolah terbawa oleh anak

perubahan perilaku dapat terjadi bila terjadi

dengan baik yang ditunjukkan pada perilaku

ketidakseimbangan

kekuatan

mencuci tangan mereka ketika disekolah

berupa

maupun dirumah. Hasil ini serupa dengan

dan

Penelitian Yuhanna (2010) tentang perilaku

mendorong

mencuci tangan anak yang dipengaruhi oleh

pendorong

(driving

pembiasaan pendidikan

antar forces)

perilaku kesehatan

keingintahuan

yang

disekitarnya termasuk perilaku orang tua dan

dengan teori stimulus organisme ( SOR )

guru

dan

bahwa faktor penyebab perubahan perilaku

kekuatan penahan (restrinig forces) dalam

adalah tergantung pada kualitas rangsangan

diri anak yang menyebabkan perubahan

atau stimulus yang diberikan terhadap subjek

perilaku yang terus - menerus akibat stimulus

atau sasaran, dalam hal ini stimulus dari guru

yang

dan orang tua yang menjadi penyebab

sama

dan

anggap

segala

yang

pola asuh orang tua dan guru. Sesuai

mereka

dalam

perilaku

hal

yang

anak

disekolah

pembiasaan

benar

membentuk

sebuah

(8)

kebiasaan baru.

(8)

perilaku anak berubah.

Dari data yang diperoleh peneliti menyebutkan untuk nilai rasio prevalensi

c. Pengaruh Kegiatan Rutin Mencuci

kegiatan rutin mencuci tangan disekolah

Tangan di sekolah dengan Perilaku

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

7


Mencuci Tangan Anak Prasekolah

sebesar (+)0,338; (+)0,401 ; (+)0,303 juga

Usia 4-6 Tahun di TK Islam Terpadu

menunjukkan bahwa ada hubungan positif,

As Salam Kota Malang

artinya semakin meningkat kegiatan rutin

Adanya

pengaruh

kegiatan

rutin

mencuci tangan di sekolah maka semakin

mencuci tangan disekolah dengan perilaku

baik

mencuci tangan anak prasekolah usia 4-6

prasekolah ketika disekolah dan dirumah dan

tahun

begitu pula sebaliknya. Menurut Bandura

yang

diasumsikan

oleh

peneliti

perilaku

mencuci

tangan

anak

sebelumya diperoleh data sebagai berikut,

yaitu

Social

Learning

Theory

atau

untuk

tangan

Observational

Learning

Theory

yang

disekolah yang baik dan perilaku mencuci

menyebutkan

bahwa

pada

dasarnya

tangan anak (yang benar ketika disekolah)

pembentukan

perilaku

dapat

ditempuh

yang baik 24 anak (47,1%), untuk kegiatan

dengan menggunakan contoh atau model

rutin mencuci tangan disekolah yang baik

seperti guru sebagai contoh yang baik bagi

dengan perilaku mencuci tangan (yang benar

siswa ketika disekolah, termasuk dalam

ketika dirumah) pada anak prasekolah yang

memberikan contoh perilaku mencuci tangan

baik 20 anak

yang baik demikian pula untuk peran orang

Kegiatan

rutin

mencuci

(39,2 %) , Kegiatan rutin

(5)

mencuci tangan disekolah yang baik dengan

tua dirumah.

perilaku mencuci tangan (yang benar ketika

dengan perilaku baik yang dicontohkan oleh

disekolah

guru

dan

dirumah)

pada

anak

Sehingga anak akan terbiasa

disekolah

(

dalam

kegiatan

rutin

prasekolah yang baik 22 anak (43,1%)

mencuci tangan disekolah) dan contoh dari

demikian berlaku sebaliknya . Hasil ini

orang tua dalam keseharian yang akan

menunjukkan adanya keterkaitan kegiatan

membuat anak menegur siapa saja yang

rutin mencuci tangan disekolah dengan

melakukan hal yang

perilaku mencuci tangan (yang benar ketika

yang dipelajarinya.

tidak sesuai contoh

Adanya kemaknaan dalam uji Rank

disekolah,dirumah dan keduanya) pada anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam

spearmen

Terpadu As Salam Kota Malang.

mengecek untuk mengetahui seberapa kuat

Menurut uji statistik yang dilakukan

pengaruh

membuat

antara

variabel

independen

sebagai

0,004 ; 0,030 yang menunjukkan bahwa

dependen

korelasi

mencuci

Prevalensi. Hasil rasio prevalensinya yaitu

tangan disekolah dengan perilaku mencuci

3,85; 1,87; 1,37 sehingga dapat diartikan

tangan anak prasekolah adalah bermakna.

bahwa variabel independent menjadi faktor

Nilai korelasi Spearman antara kegiatan rutin

risiko terhadap variabel dependen. Namun

mencuci tangan disekolah dengan perilaku

jika ditelaah lebih lanjut keterkaitan hasil uji

mencuci

disekolah

rasio prevalensi dengan hasil uji Rank

sebesar 0,338; 0,401 ;0,303 menunjukkan

Spearmen didapatkan data yang terlihat

bahwa kekuatan korelasi (r) 0,388 bernilai

berbeda untuk kegiatan rutin mencuci tangan

rendah, 0,401 bernilai sedang dan 0,303

disekolah dengan perilaku mencuci tangan

bernilai rendah, nilai korelasi Spearman

anak ketika disekolah dengan nilai korelasi

tangan

Kegiatan

anak

rutin

ketika

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

risiko

kembali

peneliti diperoleh nilai signifikansi 0,015 ;

antara

faktor

peneliti

dengan

timbulnya

menggunakan

variabel Rasio

8


spearmen 0,338 (korelasi rendah) nilai rasio

SIMPULAN

prevalensinya

lipat

1. Hasil pengukuran input Kegiatan rutin

perbandingan dengan perilaku anak yang

mencuci tangan disekolah didapatkan:

tidak ada kegiatan rutin mencuci tangan

Kegiatan rutin mencuci tangan disekolah

disekolah). Hasil ini dapat disebabkan karena

yang meliputi ketersediaan poster cuci

ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tangan di setiap kelas dan peralatan

perilaku.

mencuci tangan,

justru

3,85

(4x

67% baik dan 33 %

buruk d. Implikasi dalam keperawatan Implikasi

penelitian

ini

2.Hasil pengukuran output berupa perilaku terhadap

mencuci

bidang keperawatan adalah memberikan

tangan

anak

prasekolah

diperoleh data :

informasi kepada perawat kondisi komunitas

a) Perilaku mencuci tangan anak prasekolah

di lapangan untuk lebih interaktif dalam

ketika disekolah yang meliputi langkah-

mempromosikan

kesehatan,

khususnya

8

langkah praktek mencuci tangan yang

perilaku kesehatan atau (PHBS) perilaku

benar adalah 51% baik dan 49% buruk

hidup bersih dan sehat sejak dini dilingkup

b) Perilaku mencuci tangan anak prasekolah

sekolah dan masyarakat agar menerapkan

ketika dirumah dengan observasi dari

teori

orang tua yaitu 55% baik dan 45% buruk

penelitian

untuk

komunitas

dan

berpedoman pada penelitian-penelitian ter up-to-date. perilaku

Pentingnya

kesehatan

yang

c) Perilaku mencuci tangan anak prasekolah

pembelajaran baik

di

(baik

dirumah

maupun

disekolah)

usia

didapatkan hasil rata-rata bahwa untuk

prasekolah akan memberikan kontribusi yang

perilaku mencuci tangan anak yang baik

besar bagi lingkungan sekitar anak, karena

78% dan buruk 22%

anak prasekolah dapat dijadikan role model

3. Hasil analis Pengaruh atau hubungan:

yang baik bagi individu yang lebih dewasa

Ada pengaruh atau hubungan yang

tanpa menyinggung perasaan mereka jika

bermakna antara kegiatan rutin mencuci

ada perilaku individu dewasa yang kurang

tangan di sekolah dengan perilaku mencuci

benar.

tangan

(yang

dirumah e. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa

dan

benar

ketika

keduanya)

disekolah,

pada

anak

prasekolah usia 4-6 tahun di TK Islam Terpadu As Salam Kota Malang.

keterbatasan diantaranya: Diberlakukannya sistem moving class di

SARAN

sekolah yang menjadikan observasi di tiap

Berdasarkan

kesimpulan

hasil

kelasnya menghasilkan data yang kurang

penelitian di atas, maka penulis mencoba

mengena dengan konsep awal peneliti.

untuk menyampaikan beberapa saran, yaitu : 1.

Bagi Masyarakat Diperlukan tindak lanjut oleh orang tua

atau pendamping anak yang setiap hari mengantarkan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

anak

kesekolah

untuk

9


difasilitasi oleh keluarga segala keperluan yang digunakan anak untuk praktek

mencuci

tangan

sekaligus

sebagai

dilakukan

oleh

melakukan

saat

dirumah

pembelajaran

adik-adik

4.

yang

dibangku

TK

tersebut bagi perbaikan perilaku hidup bersih

5.

bagi seluruh keluarga. Dipertimbangkan adanya lomba-lomba PHBS

antar

keluarga-keluarga

6.

yang

mempunyai anak-anak TK yang diprakarsai

7.

oleh Infra struktur desa, agar sosialisasi PHBS segera bisa diterima dan dilakukan oleh

segenap

keluarga

suatu

wilayah 9.

jangkauan TK tersebut.

10.

2. Bagi Keperawatan Dapat perawat

meningkatkan dalam

8.

kemampuan

praktik

pelayanan

11.

keperawatan anak sebagai bentuk pelayanan yang holistik dan komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara penyuluhan di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

12.

Serta memodifikasi langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar yang dapat digunakan dalam segala kondisi, misalnya membuat prosedur langkah-langkah mencuci 13.

tangan dengan menggunakan gayung. 3. Bagi Mahasiswa Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk

mengembangkan

wawasan

dan

penelitian lanjutan yang dimungkinkan.

Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012 . Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta Padmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta Potter, Patricia A., dan Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Sariasih, Aisyah.2011. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Pakai Sabun Menggunakan Media Film Terhadap Perubahan Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Usia Sekolah. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan,Universitas Airlangga, Surabaya Suen, W.H. Au, L.K.P.and Kwok Y.L, 2009. Handwashing programme in kindergarten: a pilot study.Hongkong : The Chinese University of Hong Kong. (www.emeraldinsight.com/09654283.htm). Diakses pada tanggal 8 Desember 2012 Yuhanna, Bella Vicky. 2010. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku cuci tangan pada anak usia sekolah di SD Negeri Jimbaran 01 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Semarang

DAFTAR PUSTAKA 1. Cutler, Ron. 2010. Promoting Hygiene in Schools : Breaking The Chain of Infection. Journal of School Nursing. 2. Departemen Kesehatan RI, 2008, Promosi Kesehatan Sekolah, Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI 3. Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

10


Penelitian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MENSTRUAL HYGIENE REMAJA PUTRI UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN REPRODUKSI (ISR) Indah Puspita Sari*, Novi Khila Firani**, Lalily Yuliatun**

*

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: ndah_91rl@yahoo.com

ABSTRAK Remaja putri merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena infeksi saluran reproduksi (ISR), akibat perilaku kurang hygiene saat menstruasi. Pendidikan kesehatan tentang menstruasi dapat meningkatkan pengetahuan dan berdampak pada penerapan perilaku menstrual hygiene. Perilaku menstrual hygiene yang baik dapat mencegah terjadinya ISR. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk pencegahan ISR. Rancangan penelitian ini adalah true experimental, yang memberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian ini adalah 64 siswi kelas VIII SMPN X kota X sebagai kelompok perlakuan dan 52 siswi kelas VIII SMPN Y kota X sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil analisis data menggunakan uji paired samples t-test didapatkan perubahan perilaku menstrual hygiene yang signifikan (p=0,000) pada kelompok perlakuan. Riwayat ISR responden kelompok perlakuan menurun dari 78% menjadi 48%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk pencegahan ISR. Kata kunci: Pendidikan Kesehatan tentang Menstruasi, Perilaku Menstrual Hygiene, Infeksi Saluran Reproduksi ABSTRACT The female adolescents are high risk group that are happened reproductive tract infectious, caused unfavourable menstrual hygiene behavior during menstruating. Health education about menstruation can improve knowledge and affect to menstrual hygiene behavior. The good menstrual hygiene behavior can prevent the happening of reproductive tract infections. The purpose of this research to know the influence of health education about menstruation to the menstrual hygiene behavior change of female adolescents for prevention of reproductive tract infections. This research design is true experimental, which is giving health education about menstruation to the treatment group that is compared to control group. Subject in this research are 64 female students from class VIII in SMPN X as treatment group and 52 female students from class VIII in SMPN Y as control group. The research instrument used questionaire. Result of data analysis used paired samples t-test and got menstrual hygiene behavior change that signifikan (p=0,000) for treatment group. Treatment group respondents which have reproductive tract infections are decreasing from 78% to 48%. The result of this research showed that there is influence of health education about menstruation to the menstrual hygiene behavior change of female adolescents for prevention of reproductive tract infections. Keywords: Health education Reproductive Tract Infections

about

menstuation,

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

Menstrual

Hygiene

Behavior,

11


PENDAHULUAN

dapat diselesaikan dengan upaya kuratif saja,

Angka kejadian infeksi saluran reproduksi

sehingga diutamakan upaya preventif.

10

Upaya

(ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja

preventif untuk menuju reproduksi sehat sudah

(35%-42%)

(27%-33%).

harus dimulai minimal pada usia remaja. Remaja

Prevalensi ISR pada remaja di dunia tahun 2006

harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap, dan

yaitu: kandidiasis (25%-50%), vaginosis bakterial

perilakunya kearah pencapaian reproduksi yang

dan

dewasa

muda

1

(20%-40%), dan trikomoniasis (5%-15%). Diantara

11

sehat.

negara-negara di Asia Tenggara, wanita Indonesia lebih rentan mengalami ISR yang dipicu iklim 2

Perilaku tingkat

seseorang

pendidikan

dipengaruhi

dan

oleh

pengetahuannya.

Indonesia yang panas dan lembab. Jumlah kasus

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat

ISR di Jawa Timur seperti candidiasis dan servisitis

menyebabkan

yang terjadi pada remaja putri sebanyak 86,5%

pengetahuan yang kurang dikarenakan beberapa

ditemukan di Surabaya dan Malang. Penyebab

hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat

tertinggi dari kasus tersebut adalah jamur candida

atau kurang lengkap, sumber informasi yang salah,

albican

dan

sebanyak

77%

yang

senang

berkembangbiak dengan kelembapan tinggi seperti 3

pada saat menstruasi. Bila alat reproduksi lembab

penyampaian

sehingga

memudahkan pertumbuhan jamur.

perilaku.

informasi

menimbulkan

12

yang

Tingkat

berlebihan

sikap

diskriminan

dikalangan remaja tentang menstruasi.

dan basah, maka keasaman akan meningkat yang 4

perubahan

13

Pendidikan kesehatan merupakan metode

Perempuan

yang tepat untuk memberikan informasi kepada

yang memiliki riwayat ISR mempunyai dampak

remaja. Perilaku yang didasari pengetahuan lebih

buruk untuk masa depannya seperti: kemandulan,

tahan lama dibandingkan perilaku yang tidak

kanker

didasari pengetahuan.

leher

kandungan.

rahim,

dan

kehamilan

di

luar

5

14

Pemerintah mendukung

pemberian pendidikan kesehatan

Penyebab

utama

penyakit

ISR

yaitu:

yang seluas-

luasnya kepada remaja untuk penanganan masalah

imunitas lemah (10%), perilaku kurang hygiene saat

kesehatan

menstruasi (30%), dan lingkungan tidak bersih

konteks perundang-undangan yang berlaku dan

serta penggunaan pembalut yang kurang sehat

kondisi

6

reproduksi

sosial

karena

budaya

sesuai

masyarakat

dengan

Indonesia.

saat menstruasi (50%). Menurut data Badan Pusat

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari hak

Statistik

reproduksi remaja untuk memiliki pengetahuan,

(BPS)

dan

Bappenas

tahun

2010,

sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja di 7

Indonesia rentan berperilaku tidak sehat. Perilaku buruk

dalam

menjaga

hygiene

pada

saat

menstruasi dapat menjadi pencetus timbulnya ISR. Hasil

penelitian

Ariyani

tentang

8

kesadaran,

sikap

dan

perilaku

reproduksi yang bertanggungjawab.

kesehatan

15

Hasil studi pendahuluan di beberapa SMP di kabupaten dan kota X

didapatkan data dari

aspek

pihak sekolah bahwa di SMPN 1 X belum pernah

biopsikososial hygiene menstruasi siswi SMP di

diadakan pendidikan kesehatan terkait menstruasi.

Jakarta tahun 2009 bahwa remaja putri yang

Data yang didapatkan dari 10 remaja putri yang

memiliki perilaku menjaga

kebersihan genetalia

sudah menstruasi bahwa mereka sering mengeluh

saat menstruasi yang baik hanya 17,4 %. Remaja

gatal dan perih saat menstruasi. Sumber informasi

putri yang melakukan perilaku higiene pada saat

tentang menstrual hygiene yang mereka dapatkan

menstruasi akan terhindar dari ISR dan merasa

bermacam-macam,

nyaman beraktivitas sehari-hari.

9

7

dari

mereka

menjawab

sumber informasi berasal dari teman dan yang

Kesehatan reproduksi merupakan masalah

lainnya menjawab dari orang tua, guru, dan media

vital dalam pembangunan kesehatan, namun tidak

massa. Mereka sering menggunakan sabun mandi

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

12


untuk

membersihkan

organ

genitalia

saat

untuk menganalisa data karakteristik responden

menstruasi dan menggunakan pembalut tanpa

dan

mempertimbangkan kualitas pembalut yang lembut

menstrual hygiene remaja putri pada kelompok

dan memiliki daya serap tinggi. Hal ini menunjukkan

perlakuan

perilaku menstrual hygiene remaja putri kurang baik

bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh

independen terhadap variabel dependen, dilakukan

pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap

uji independent samples t-test untuk menganalisa

perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri

perbedaan

data

untuk

responden

kelompok

pencegahan

infeksi

saluran

reproduksi

data

pretest

maupun

maupun

posttest

kelompok

perilaku

perilaku

kontrol.

Analisis

menstrual

kontrol

dan

hygiene kelompok

(ISR)�. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perlakuan sedangkan

uji paired samples t-test

pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi

untuk menganalisa perubahan data pretest dan

terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene

posttest perilaku menstrual hygiene dan riwayat

remaja putri untuk pencegahan ISR.

ISR, dengan tingkat kepercayaan 95%.

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMPN

X dan di

SMPN Y. Populasi dalam penelitian adalah seluruh

HASIL PENELITIAN Tabel 1. Data Umum Responden

remaja putri kelas VIII di SMPN X sebagai

Karakteristik

kelompok perlakuan dan remaja putri kelas VIII di

Responden

SMPN Y sebagai kelompok kontrol. Sampel diambil

Umur

dengan teknik total sampling dengan kriteria

13 tahun

Kelompok Perlakuan

%

Kontrol

%

38

5

29

56

23

44

11

21

24

46

15

29

inklusinya adalah sehat jasmani dan rohani, sudah menstruasi, bersedia menjadi responden dengan

9 14 tahun

26

sukarela, dan hadir pada saat penelitian sehingga didapatkan

sampel

64

responden

kelompok

perlakuan dan 52 responden kelompok kontrol.

1 Usia Menarche

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

11 tahun

12

ini adalah kuesioner tertutup, berupa 14 pernyataan tertulis yang bersifat positif (favorable) dan negatif (non

favorable)

Guttman.

16

dengan

menggunakan

Kuesioner telah diuji validitas dan

12 tahun

27

sama dengan populasi penelitian. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Setiap item instrumen 17

13 tahun

20

item instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai 18

alpha≼0,7.

Semua

item

dinyatakan

reliable

dengan nilai alpha 0,860. Pengumpulan data dilakukan pada bulan

3 1

14 tahun

5

8

2

4

Pernah

6

9

50

96

Tidak pernah

58

9

2

4

Pendidikan Kesehatan

Pengukuran reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Setiap

4 2

realibilitas pada 15 remaja putri kelas VIII di SMP Wahid Hasyim Malang yang memiliki karakteristik

1 9

skala

dikatakan valid dengan nilai signifikasi (p)<0,05.

4

1 Sumber Informasi Tenaga

6

9

7

13

0

0

47

90

Kesehatan Guru

Januari-Februari 2013. Analisis univariat dilakukan BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

13


Orang tua

28

4

25

48

Keputihan

22

3

4 Teman

17

2

11

11

21

1

7

13

7 Tidak pernah Data

6 hasil

Perih

3

5

4

8

Luka

2

3

2

4

Bengkak

0

0

0

0

pangkal paha

9

2

hasil

penelitian

pada

tabel

2.

menggambarkan bahwa sebagian besar responden

banyak ditemui pada kedua kelompok adalah gatal

berusia 13 tahun dan menarche pada usia 12

pada genitalia dan keputihan.

mendapatkan

pendidikan

tabel

Data

menggambarkan bahwa gejala ISR yang paling

kontrol 96%

pada

4 1.

tahun. Kelompok

penelitian

15

4

7 Media massa

8

sudah pernah

kesehatan

tentang

menstruasi sedangkan kelompok perlakuan yang

Tabel 3. Data Khusus Perilaku Menstrual Hygiene Responden

sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan

Perilaku Menstrual Hygiene

sebesar 9%. Sumber informasi pada kelompok

B

%

C

%

K

%

kontrol sebagian besar dari guru sedangkan pada

Pretest

kelompok perlakuan sebagian besar dari orang tua.

Perlakuan

17

27

34

53

13

20

Kontrol

33

63

16

31

3

6

Tabel 2. Data Riwayat ISR Responden

Posttest

Riwayat ISR

Perlakuan

37

58

22

34

5

8

Kontrol

35

67

14

27

3

6

Kelompok Perlakuan

%

Kontrol

%

PRETEST Tidak pernah

Data 14

2

31

60

4

8

2 Kemerahan

11

1

Gatal

31

4

33

5

8

15

9

1

bahwa

perlakuan

pada

pada

sebagian

tabel

3.

saat

pretest,

besar

memiliki

perilaku cukup sebesar 53% sedangkan kelompok

sebesar 63%. Data pada saat posttest didapatkan bahwa kedua kelompok sebagian besar memiliki

9

17

2 Perih

penelitian

kontrol sebagian besar memiliki perilaku baik

8 Keputihan

menggambarkan kelompok

7

hasil

perilaku baik, kelompok perlakuan sebesar 58% dan kelompok kontrol sebesar 67%.

4

8

4

ANALISA DATA

Luka

2

3

3

6

Bengkak

1

2

0

0

Hasil didapatkan

uji

independent

bahwa

terdapat

samples

t-test

perbedaan

yang

pangkal paha

signifikan (p=0,001) antara data pretest perilaku

POSTTEST

menstrual hygiene pada kelompok perlakuan dan

Tidak pernah

33

5

34

65

menstrual hygiene pada kedua kelompok tidak

2 Kemerahan

7

1

5

10

19

3

terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,601). Hasil uji paired samples t-test didapatkan bahwa terdapat

1 Gatal

kelompok kontrol, sedangkan data posttest perilaku

8

15

0 BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

perubahan

perilaku

menstrual

hygiene

yang

signifikan (p=0,000) pada kelompok perlakuan, 14


sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat

responden kelompok perlakuan yang berusia 13

perubahan yang signifikan (p=0,076).

tahun yang memiliki perilaku baik sebesar 41%

Kelompok perlakuan yang memiliki riwayat

sedangkan yang berusia 14 tahun yang memiliki

ISR menurun dari 78% menjadi 48%. Data

perilaku baik sebesar 59%. Hal ini juga terjadi pada

perubahan riwayat ISR diuji dengan uji paired

kelompok kontrol yang sebagian besar berusia 13

samples t-test didapatkan bahwa pada kelompok

tahun tetapi yang cenderung memiliki perilaku baik

perlakuan terdapat perubahan yang signifikan

adalah responden yang berusia 14 tahun. Faktor

(p=0,000), sedangkan pada kelompok kontrol tidak

internal yang kedua adalah pengalaman yang

terdapat perubahan yang signifikan (p=0,083).

merupakan sesuatu yang dikerjakan berulang-ulang dan dapat membentuk pengetahuan yang akan

PEMBAHASAN

menentukan perilaku saat ini.

a. Perilaku menstrual hygiene remaja putri

remaja

mengalami

22

menarche

Semakin dini maka 23

semakin

sebelum diberikan pendidikan kesehatan

banyak pengalaman yang diperoleh.

tentang menstruasi di SMPN X

Price (2005) usia menarche yang normal adalah

Penerapan

perilaku

hygiene

dalam kisaran usia 10-16 tahun. Berdasarkan hasil

yang baik merupakan upaya untuk menghindari

penelitian didapatkan bahwa responden kelompok

masalah organ reproduksi.

menstrual

Menurut

19

Berdasarkan hasil

perlakuan

dan

kelompok

kontrol

mengalami

pretest penelitian didapatkan bahwa responden

menarche pada usia 11-14 tahun. Sebagian besar

pada kelompok perlakuan sebagian besar memiliki

mengalami menarche pada usia 12 tahun dan yang

perilaku menstrual hygiene cukup sebesar 53% dan

paling sedikit adalah pada usia 14 tahun. Ditinjau

sisanya memiliki perilaku baik sebesar 27% serta

dari perilakunya didapatkan bahwa responden

kurang sebesar 20%. Hal ini berbeda dengan hasil

kelompok

yang didapatkan dari responden kelompok kontrol

menstrual hygiene baik adalah yang menarche

karena pada kelompok kontrol sebagian besar

pada usia 11 tahun sebesar 12,5% sedangkan

memiliki perilaku menstrual hygiene baik sebesar

prosentase yang terendah adalah pada responden

63%. Adapun faktor yang mempengaruhi terbagi

yang menarche pada usia 14 tahun sebesar 1,6%.

menjadi 2 yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

Kecenderungan

Faktor internal adalah umur dan pengalaman

kelompok kontrol yang memiliki perilaku baik

sedangkan faktor eksternal adalah informasi yang

adalah responden yang menarche pada usia 11-12

telah didapatkan.

20

perlakuan

yang

tersebut

memiliki

juga

terjadi

perilaku

pada

tahun.

Faktor internal yang pertama adalah umur,

Faktor eksternal adalah informasi yang

semakin bertambah usia seseorang maka semakin

dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi

banyak pula pengetahuannya yang berpengaruh

perilaku. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

21

bahwa responden pada kelompok perlakuan 91%

Menurut Notoadmodjo (2003), semakin tua usia

tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang

seseorang maka proses perkembangan mental dan

menstruasi. Pendidikan kesehatan yang didapatkan

intelektualnya

dari tenaga kesehatan sebesar 9% dan tidak ada

terhadap pembentukan perilaku yang lebih baik.

memungkinkan

akan

semakin

yang

responden

penelitian

pada

kesehatan dari guru. Sumber informasi yang telah

responden kelompok perlakuan didapatkan bahwa

didapatkan sebagian besar berasal dari orang tua

sebagian besar berusia 13 tahun sebesar 59% dan

sebesar

sisanya berusia 14 tahun sebesar 41%. Ditinjau

pendapat informasi sebesar 9%. Hal ini berbeda

dari perilaku menstrual hygiene didapatkan bahwa

dengan data pada responden kelompok kontrol

Berdasarkan

baik

sehingga

perilaku

dilakukan.

semakin

baik

hasil

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

yang

44%

mendapatkan

sedangkan

yang

pendidikan

tidak

15

pernah


yang sebagian besar mendapatkan pendidikan

prosentase

tertinggi

sama

kesehatan sebesar 96%. Pendidikan kesehatan

perlakuan yaitu keputihan.

dengan

kelompok

dari tenaga kesehatan sebesar 13% dan dari guru sebesar 90%. Sumber informasi dari orangtua

b. Perilaku menstrual hygiene remaja putri

sebesar 48% dan yang tidak mendapat informasi

setelah diberikan pendidikan kesehatan

sebesar 4%. Berdasarkan data hasil penelitian

tentang menstruasi di SMPN X Proses

didapatkan bahwa responden kelompok perlakuan

penerapan

hygiene

besar memiliki perilaku baik dan yang tidak

pengetahuan, sikap yang positif, dan perilaku yang

mendapatkan

baik kearah pencapaian organ reproduksi yang

kesehatan

sebagian

26

baik

dimulai

dari

menstrual

yang mendapatkan pendidikan kesehatan sebagian

pendidikan

yang

perilaku

peningkatan

besar memiliki perilaku cukup. Demikian juga pada

sehat.

responden

pernah

didasari pengetahuan akan lebih tahan lama jika

sebagian

tanpa didasari pengetahuan. Berdasarkan hasil

kelompok

mendapatkan

kontrol

pendidikan

yang

kesehatan

besar memiliki perilaku baik. Perbedaan

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku yang

posttest penelitian didapatkan bahwa responden informasi

pada kelompok perlakuan sebagian besar memiliki

pengetahuan

perilaku menstrual hygiene baik sebesar 58% dan

pembentukan

sisanya memiliki perilaku cukup sebesar 34% serta

independent

kurang sebesar 8%. Hal ini tidak jauh berbeda

samples t-test pada data pretest pada kedua

dengan hasil responden kelompok kontrol yang

kelompok didapatkan nilai signifikansi (p=0,001)

juga sebagian besar memiliki perilaku menstrual

sehingga disimpulkan terdapat perbedaan perilaku

hygiene yang baik dan sisanya memiliki perilaku

menstrual hygiene yang signifikan pada kedua

cukup sebesar 27% serta kurang 6%. Kelompok

kelompok yang lebih baik pada kelompok kontrol

kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan

dengan selisih rata-rata 8,3701. Sehingga dapat

perlakuan, sedangkan kelompok perlakuan adalah

diketahui bahwa dalam penelitian ini faktor yang

kelompok yang mendapatkan 1x perlakuan yaitu

paling berpengaruh dalam pembentukan perilaku

pendidikan

menstrual hygiene pada saat pretest adalah faktor

Berdasarkan hasil uji independent samples t-test

informasi (pendidikan kesehatan).

pada

menyebabkan

intensitas

perbedaan

yang

berpengaruh

perilaku.

24

Setelah

tingkat

terhadap dilakukan

uji

Perbedaan

data

kesehatan

posttest

tentang

pada

menstruasi.

kedua

kelompok

perilaku menstrual hygiene pada kelompok kontrol

didapatkan bahwa signifikansi (p=0,601), sehingga

dan perlakuan juga berpengaruh pada riwayat

disimpulkan

infeksi

yang

signifikan perilaku menstrual hygiene pada kedua

mengabaikan kebersihan organ genitalia saat

kelompok dan sedikit lebih baik pada kelompok

saluran

reproduksi.

Perempuan

menstruasi akan lebih rentan terkena infeksi.

25

kontrol

tidak

dengan

selisih

rata-rata

1,1382.

responden kelompok perlakuan yang mengalami

bahwa riwayat ISR kelompok perlakuan pada saat

ISR sebesar 78,1% dengan gejala tertinggi adalah

posttest didapatkan sebagian besar responden

keputihan dan gatal pada area genitalia. Hal ini

yang

berbeda pada responden kelompok kontrol yang

sedangkan

memiliki perilaku menstrual hygiene lebih baik

dengan gejala terbanyak adalah keputihan dan

karena data hasil penelitian menunjukkan bahwa

gatal pada genitalia. Hal ini tidak jauh berbeda pada

responden yang mengalami ISR sebesar 40,4%.

responden kelompok kontrol yang juga sebagian

Namun responden yang mengalami gejala ISR

besar tidak mengalami ISR sebesar 65%.

mengalami responden

penelitian

yang

Berdasarkan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

hasil

perbedaan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa

tidak

data

terdapat

ISR yang

didapatkan

sebesar mengalami

16

52%, ISR


c. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual

hygiene

pencegahan

infeksi

remaja

putri

saluran

peningkatan promosi perilaku menjaga kesehatan reproduksi.

untuk

reproduksi

KETERBATASAN PENELITIAN

(ISR).

Dalam penelitian ini, keterbatasan yang

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar

yang

menyebabkan

terjadinya

dihadapi oleh peneliti, diantaranya adalah: 1. Adanya

keterbatasan

waktu

penelitian

perkembangan kearah yang lebih dewasa, lebih

sehingga penelitian hanya dilaksanakan

baik, lebih matang, lebih tahu nilai-nilai kesehatan

selama Âą 1 bulan dan intervensi pendidikan

dan

kesehatan

lebih

kesehatannya.

mampu 27

menyelesaikan

masalah

Berdasarkan hasil analisa data

tentang

menstruasi

yang

diberikan pada kelompok perlakuan hanya

pretest dan posttest kelompok kontrol dengan

dilakukan 1x.

menggunakan uji paired samples t-test didapatkan

2. Tidak adanya kuesioner yang baku tentang

signifikansi (p=0,076), sehingga disimpulkan tidak

perilaku menstrual hygiene sehingga ada

terdapat perubahan perilaku menstrual hygiene

faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam

yang pada kelompok kontrol, sedangkan data hasil

perilaku menstrual hygiene yang tidak

analisa

diteliti dalam penelitian ini.

pretest

dan

posttest

pada

kelompok

perlakuan setelah dilakukan uji paired samples ttest didapatkan signifikansi (p=0,000), sehingga

SIMPULAN

disimpulkan terdapat perubahan yang signifikan

1. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang

perilaku menstrual hygiene kelompok perlakuan

menstruasi

setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang

menstrual

menstruasi. Hal ini sejalan dengan penelitian

pencegahan infeksi saluran reproduksi (ISR).

Handayani (2011) bahwa terdapat hubungan yang

2. Perilaku menstrual hygiene remaja putri SMPN

terhadap hygiene

remaja

putri

dalam

genitalia.

menstruasi sebagian besar memiliki perilaku

Perubahan perilaku menstrual hygiene ini juga

cukup sebesar 53% dan sisanya baik sebesar

sejalan dengan perubahan data posttest riwayat

27% serta kurang sebesar 20%. Responden

ISR

yang memiliki riwayat ISR sebesar 78,1%.

responden

pada

organ

kelompok

perlakuan.

Responden kelompok perlakuan yang mengalami

kesehatan

untuk

X

kebersihan

pendidikan

perilaku

signifikan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku menjaga

sebelum

perubahan

tentang

3. Perilaku menstrual hygiene remaja putri X

ISR menurun dari 78% menjadi 48% dan setelah

setelah

dilakukan uji paired samples t-test didapatkan

menstruasi terjadi peningkatan dengan sebagian

perubahan signifikan dengan signifikansi (p=0,000),

besar memiliki perilaku baik sebesar 58% dan

hal ini berbeda pada responden kelompok kontrol

sisanya cukup sebesar 34% serta kurang

yang didapatkan perubahan yang tidak signifikan

sebesar 8%. Responden yang mengalami ISR

dengan

menurun signifikan menjadi 48,4%.

signifikansi

(p=0,083).

Penelitian

ini

pendidikan

kesehatan

tentang

membuktikan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk

SARAN 1. Bagi Institusi Terkait/Perawat

pencegahan infeksi saluran reproduksi(ISR). Hal ini

Pendidikan kesehatan tentang menstruasi

sejalan dengan Buzna (2002) bahwa strategi

diharapkan menjadi perhatian khusus bagi perawat

terbaik dalam mencegah ISR adalah dengan

sebagai salah satu cara menjaga kesehatan organ

meningkatkan kebersihan saat menstruasi melalui

reproduksi remaja putri.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

17


2. Bagi Penelitian Selanjutnya

pencegahan yang lebih maksimal. Belum adanya

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan

kuesioner yang baku terkait perilaku menstrual

untuk memodifikasi variabel pendidikan kesehatan

hygiene sehingga perlu dilakukan penelitian lebih

guna

perilaku

lanjut untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat

menstrual hygiene yang baik. Selain itu juga perlu

menyebabkan bias dalam hasil penelitian yang

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

belum terkaji dalam penelitian ini.

lebih

meningkatkan

perubahan

faktor yang menyebabkan keputihan dan gatal pada organ genitalia karena merupakan gejala yang paling banyak ditemukan sehingga dapat dilakukan DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. 2007. The World Health Report 2007-A Safer Future: Global Public Health Security inTthe 21st Century. http://www.who.int/whr/ 2007/en/index.html. Diakses tanggal 11 November 2012. Pukul 15.07 WIB. 2. Puspitaningrum, D. 2010. Praktik Perawatan Organ Genitalia Eksternal pada Anak Usia 1011 Tahun yang Mengalami Menarche Dini di Sekolah Dasar Kota Semarang. Jurusan Kebidanan Universitas Muhammadiyah, Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunim us-gdl-dewi puspit -6364-1-dewipus-m.pdf. Diakses tanggal 6 Juni 2012. Pukul 18.28 WIB. 3. Hidayati, A.N., Suyoso, S., Hinda, D.,dan Sandra, E. 2009. Superficialis Mycosis in Mycology Divicion. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Artikel Asli. Dep/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin, Surabaya.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21 10918.pdf. Diakses tanggal 29 Oktober 2012. Pukul 12.33 WIB. 4. Kasdu, Dini. 2005. Solusi Probem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. 5. Rahayu, R.T., Aminoto, C., Madkhan, M. 2011. Efektivitas Penyuluhan Peer Group dengan Penyuluhan oleh Petugas Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan tentang Menarche. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol. 7. No. 3. 6. Rahmatika, D. 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap tentang Personal Hygiene Menstruasi terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Putri Pada Saat Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23 575.pdf. Diakses tanggal 6 Juni 2012. Pukul 19.09 WIB. 7. Ratna, D.P. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta. Indeks p.1-2, 15-26, 8386. 8. Aisyaroh, N. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung, Universitas Sultan Agung. www.unissula.ac.id. Diakses tanggal 24 September 2012. Pukul 09.07 WIB. BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

9. Kissanti, A. 2008. Buku Pintar Wanita Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta. Araska Printika 10. Astuti,A., Sulisno,M., Hirawati,H. 2009. Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran Semarang. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 4. No. 2, hal 59-65. 11. Buzna, J. 2002. Reproductive Tract Infections: A Set of Factsheet. Bangkok: Population Council. 12. Notoatmodjo, S. 2004. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 13. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers. 14. Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 15. Hidayat, A.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 16. Handayani, H. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Putri tentang Kebersihan Organ Genetalia Eksterna di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 17. Riwidikdo, H. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. 18. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 19. Price, S.A. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 20. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 21. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 22. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 23. Baradero, M. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC. 24. Sarwono, S. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 25. Baradero, M. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC. 26. Ariyani, I. 2009. Aspek Biopsikososial Hygiene Menstruasi Siswi SMP Pondok Pensantren. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. 27. Buzna, J. 2002. Reproductive Tract Infections: A Set of Factsheet. Bangkok: Population Council. 18


Penelitian

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA SEJAHTERA PANDAAN PASURUAN Teguh Suprianto*, Subandi** , Retno Lestari**

*

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: kelompok_profesiempat@yahoo.com

ABSTRAK Lanjut Usia (lansia) merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai penurunan fisiologis, aspek sosial, dan aspek ekonomi sehingga terjadi masalah kesehatan fisik maupun jiwa. Kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia adalah ansietas. Salah satu terapi modalitas yang dilakukan untuk mengatasi gangguan ansietas adalah terapi psikoreligius yang bertujuan meningkatkan koping individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligius terhadap penurunan tingkat ansietas di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) Pandaan Pasuruan. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan pendekatan pretest-postest pada kelompok perlakuan dan kontrol. Sampel diambil dengan metode simple random sampling, berjumlah 32 orang terdiri dari 15 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuisoner Geriatric Anxiety Inventory (GAI). Analisis data dengan uji statistik Wilcoxon pada kelompok perlakuan didapatkan p value=0,004 yang artinya terdapat perubahan tingkat ansietas lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi psikorelgius, pada kelompok kontrol didapatkan p value=1,000 yang artinya tidak terjadi perubahan tingkat ansietas lansia. Untuk mengetahui perbedaan ansietas lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan Uji Statistik Mann Whitney didapatkan hasil p value=0,036 yaitu terdapat perbedaan signifikan antara postest kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyimpulkan ada pengaruh terapi psikoreligius terhadap penurunan tingkat ansietas lansia di UPT PSLU Pandaan Pasuruan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan terapi psikoreligius dijadikan sebagai terapi alternatif dan modalitas yang dapat menurunkan tingkat ansietas pada lansia. Kata Kunci

: Lansia, Tingkat Ansietas, Terapi Psikoreligius ABSTRACT

Elderly is a life process that marked with decreasing physiology, social, and economy aspect that occurs physical or mental health problems. Mental health problem which often appear on eldery is anxiety disorder. One of the therapeutic modalities that done to overcome the anxiety level is psyhoreligious theraphy that purpose at improving individual coping. This research aims to know the effect of psychoreligious theraphy on the decreased of anxiety level at UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan Pasuruan. This research use quasi experimental study with pretest– posttest design on treatement and control grup. Samples taken with simple random sampling methode, total 32 people consist of 15 people of teratment group and 17 people of control group. Data collection used Geriatric Anxiety Inventory (GAI) questionare. Analysis data with wilcoxon on teratment group result p-value = 0.004 which means there is change of anxiety level for the elderly before and after psyhoreligious theraphy. In the control group the result of p-value = 1.000 which means there is not change of anxiety level for the elderly. To know the differences of eldery’s anxiety on treatment and control group done Mann Whitney statistic test is gotten p-value = 0.036 which means there is significant of differences between posttest and control group. The result of this research conclude that there is influence of psikoreligius theraphy on decreased of eldery’s anxiety at UPT PSLU Pandaan Pasuruan. Based on the result of this research, psychreligious theraphy can be used as alternative and modality therapy which that can decrease anxiety level in elderly. Keywords

: Elderly, Anxiety level, Psychoreligious Theraphy

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013

19


Masalah kesehatan jiwa yang biasa PENDAHULUAN

dialami

Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan

beradaptasi

tubuh

terhadap

Penurunan

untuk

lingkungan.

yang terjadi pada berbagai

organ, fungsi, dan sistem tubuh bersifat fisiologis.

14

di

dunia

yang

telah

mencapai usia 60 tahun tumbuh sangat signifikan bahkan perkembangannya paling cepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Populasi lansia di Amerika Serikat pada tahun 2030 diperkirakan terjadi peningkatan 1

sebanyak 71 juta jiwa. Berdasarkan data diperoleh

dari

WHO,

terjadi

peningkatan jumlah lansia di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir yang awalnya sebesar

7,18%

menjadi

9,77%

dan

diprediksi pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa. Jumlah ini terbesar keempat setelah China, India, dan Jepang.

12

Sedangkan BPS (2008)

didapatkan ada 11 provinsi yang jumlah lansianya

terbesar,

diantaranya

provinsi

Jawa Timur dengan presentase 10,92% atau sekitar 6.017.761 jiwa.

keberhasilan

terutama di

pembangunan,

bidang kesehatan.

Namun

semakin meningkatnya lansia diperlukan penanganan untuk mengantisipasi berbagai masalah yang muncul terutama dibidang sosial, ekonomi dan kesehatan.

13

Gangguan

kesehatan yang sering dihadapi lansia adalah kemampuan yang menurun untuk hidup

mandiri

karena

keterbatasan

mobilitas, kelemahan fisik dan masalah kesehatan jiwa.

depresi,

ansietas,

ansietas merupakan salah satu masalah kesehatan

jiwa

yang

diderita

lansia.

Gangguan ansietas sering muncul dan disertai

gejala-gejala

psikologis

yang

berlanjut seperti mengamuk, marah, dan 21

Di negara berkembang angka

kejadian ansietas pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%.

26

Sedangkan angka

kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk.

24

Menurut penelitian Hermans,

Beekman, Asrtjan, and Evenhuis (2012) sebanyak 16,3% lansia di Belanda memiliki gangguan ansietas. Kaum wanita lebih memiliki

kecenderungan

mengalami

gangguan ansietas dibanding kaum pria. Gangguan ansietas pada lansia memiliki gejala-gejala seperti kegelisahan, merasa bersalah, gangguan tidur, penurunan fungsi kognitif, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari

karena

kelelahan,

tegang, sulit berkonsentrasi dan mudah emosi.

18

Tingkatan

ansietas

yang

membahayakan adalah ansietas berat dan

Peningkatan jumlah lansia merupakan dampak

yaitu

kesepian, dan perasaan sedih. Gangguan

halusinasi.

Penduduk

yang

lansia

27

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

panik. Ansietas berat dan panik merupakan perasaan khawatir yang berlebihan, jika tidak ditangani akan menimbulkan perilaku maladaptif dan disabilitas emosional. Tingkat

ansietas

berat

dan

22,24

panik

menimbulkan individu kehabisan tenaga, menimbulkan rasa takut, serta menghambat individu dalam melakukan fungsinya. Jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang kelelahan dan kematian.

19

20


Penanganan ansietas dapat dilakukan dengan

cara

psikoterapi

dikombinasikan

perilaku

dengan

yang

farmakoterapi,

shalat berjamaah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di UPT PSLU Pandaan Pasuruan tersebut. Kepala UPT

PSLU

namun farmakoterapi dapat menimbulkan

Pandaan Pasuruan mengatakan banyak

kecenderungan yang bersifat adiktif dan

lansia yang mengalami kesulitan dalam hal

25

beribadah disebabkan jalan yang menanjak

yang

sekitar 10 meter dari asrama menuju tempat

arah

ibadah

mempunyai efek samping yang merugikan. Menurut

Yosep

berkembang

(2010)

saat

nonfarmakoterapi,

ini di

terapi

lebih

ke

antaranya

adalah

proses asuhan perawatan, terapi modalitas (lingkungan,

psikoterapi

suportif,

serta

belum

adanya

evaluasi

kegiatan keagamaan terhadap gangguan ansietas pada lansia.

terapi

Berdasarkan munculnya permasalahan

aktifitas kelompok, dan terapi psikoreligius).

diatas

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan

mengetahui “Pengaruh terapi psikoreligius

dasar semua manusia.

9,16

bentuk

modern

psikoterapi

dan

tertarik

untuk

yang

Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan.�

mengkombinasikan pendekatan kesehatan jiwa

penulis

terhadap penurunan tingkat ansietas pada

Terapi psikoreligius merupakan salah satu

maka

pendekatan

aspek

Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh

terapi

psikoreligius

terhadap

religius/keagamaan. Terapi ini bertujuan

penurunan tingkat ansietas pada lansia di

meningkatkan

UPT

(mengatasi

mekanisme

masalah)

individu

koping terhadap

gangguan ansietas klien. Kegiatan-kegiatan

Pelayanan

Sosial

Lanjut

Usia

Sejahtera Pandaan Pasuruan. Manfaat penelitian dalam

terapi psikoreligius dalam agama islam

menambah

meliputi sholat, doa, dzikir, dan membaca

keperawatan jiwa gerontik, bagi praktik

kitap suci. Terapi ini merupakan terapi

sebagai

psikiatrik setingkat lebih tinggi dari pada

dikomunitas, panti wredha, rumah sakit agar

psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan terapi

dijadikan sebagai terapi modalitas dan

psikoreligius mengandung unsur spiritual

alternatif dalam mengurangi gejala ansietas

(kerohaniaan/ membangkitkan

perawat

dibidang

yang

ada

yang

dapat

pada lansia. bagi pihak panti dijadikan

harapan

(hope),

rasa

sebagai terapi modalitas yang semakin

(faith) pada diri seseorang. pendahuluan

29

yang

Sejahtera

Pandaan

holistik

(bio-psiko-sosio-spiritual)

dalam

mengurangi gangguan ansietas pada lansia. dilakukan

penulis di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU)

informasi

pengetahuan

keagamaan)

percaya diri (self confidence) dan keimanan

Studi

ilmu

teori untuk

Pasuruan

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode

mendapatkan lansia yang tinggal berjumlah

quasi

107 jiwa, sekitar 72 wanita dan 31 pria.

pretest posttest with control grup design

Lansia yang tinggal di UPT PSLU Pandaan

(Hidayat, 2009).

mayoritas beragama islam dan kegiatan

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia

keagamaan seperti ceramah, doa bersama,

di UPT PSLU Pandaan sebanyak 107

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

experiment

dengan

pendekatan

21


lansia. Besar sampel didapatkan sebesar 32

keluarga dan pekerjaan sebelum menghuni

responden terbagi menjadi 15 kelompok

panti dan disajikan dalam bentuk tabel

perlakuan dan 17 kelompok kontrol dengan

sebagai berikut:

menggunakan

Tabel 1. Karakteristik berdasarkan usia

metode

simple

random

sampling. Kriteria inklusi yaitu lansia yang

Rentang

N

%

60-69 th

7

47%

sampai panik, pertama kali mengikuti terapi

70-79 th

5

33%

psikoreligius, tidak mengalami gangguan

>80 th

3

20%

pendegaran dan pembicaraan. Penelitian ini

Total

15

100%

60-69 th

10

59%

berusia 60 tahun atau lebih, beragama islam, memiliki gangguan ansietas ringan

dilaksanakan pada tanggal 23 Februari s.d 2

Kelompok Perlakuan

Kontrol

Maret 2013.

Usia

70-79 th

6

35%

terapi

>80 th

1

6%

psikoreligius sedangkan variabel dependen

Total

17

100%

Variabel

independen

adalah

adalah tingkat ansietas lansia. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisoner

Tabel 2. Karakteristik berdasarkan Jenis kelamin

GAI (Geriatiric Anxiety Inventory). Kuisoner ini terdiri dari 20 pertanyaan yang berisi mengenai gejala-gejala ansietas pada lansia

Kelompok Perlakuan

dengan nilai jawaban “Ya� yaitu 1 dan “Tidak�

yaitu 0,

dengan kategori skor

ansietas ringan (1-5), ansietas sedang (6-

Kontrol

10), ansietas berat (11-15), panik (16-20). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui perubahan pretest dan postest

pada

kelompok

kontrol,

sedangkan

uji

perlakuan Mann

dan

Whitney

Jenis

N

%

Laki-laki

1

7%

Perempuan

14

93%

Total

15

100%

Laki-laki

12

71%

Perempuan

5

29%

Total

17

100%

Kelamin

Tabel 3. Karakteristik berdasarkan status perkawinan Kelompok

Status

N

%

Tidak kawin

1

7%

Janda/duda

14

93%

Kawin

0

0%

Total

15

100%

Tidak kawin

0

0%

Janda/duda

15

88%

pada penelitian ini meliputi usia, jenis

Kawin

2

12%

kelamin, status perkawinan, lama menghuni

Total

17

100%

digunakan untuk mengetahui perbedaan postest

tingkat

ansietas

lansia

setelah

Perlakuan

diberikan terapi psikoreligius pada kelompok perlakuan dan kontrol.

HASIL PENELITIAN Distribusi data demografi responden

Kontrol

perkawinan

panti, pendidikan terakhir, jadwal kunjungan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

22


Tabel 4. Karakteristik berdasarkan lama

1 minggu

menghuni panti (LMP)

sekali

0

0%

Kelompok

LMP

N

%

1 bulan sekali

2

12%

Perlakuan

0-5 th

14

93%

Tidak tentu

7

41%

6-10 th

1

7%

Total

17

100%

>10 th

0

0%

Total

15

100%

Tabel

0-5 th

12

70%

pekerjaan sebelum menghuni panti (PSMP)

6-10 th

3

18%

Kelompok

PSMP

N

%

>10 th

2

12%

Perlakuan

Tidak bekerja

4

27%

Total

17

100%

Petani

1

7%

Nelayan

1

7%

Wiraswasta

4

27%

Lain-lain

5

33%

Total

15

100%

Tidak bekerja

2

12%

Petani

1

6%

Nelayan

0

0%

Kontrol

Tabel

5.

Karakteristik

7.

berdasarakan

pendidikan terakhir

Perlakuan

Kontrol

Pendidikan Terakhir Tidak sekolah

N

% Kontrol

6

40%

SD

5

33%

Wiraswasta

4

23%

SMP

4

27%

Lain-lain

10

59%

SMA

0

0%

Total

17

100%

Total

15

100%

3

18%

Tidak sekolah SD

6

35%

SMP

3

18%

SMA

5

29%

Total

17

100%

kunjungan keluarga (JKK) Kelompok

JKK

N

%

Perlakuan

Tidak pernah

6

40%

1

7%

1 bulan sekali

2

13%

Tidak tentu

6

40%

Total

15

100%

Tidak pernah

8

47%

1 minggu sekali



Data tingkat

Tabel 6. Karakteristik berdasarkan jadwal

Kontrol

berdasarkan

khusus

menampilkan

ansietas

lansia

skor

pretest-

postest pada kelompok perlakuan.

Kelompok Perlakuan Pretest-Postest Terapi Psikoreligius 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0

Pretest

Tingkat Ansietas

Kelompok

Karakteristik

Postest Tingkat Ansietas: 0: Tidak ansietas 1: Ansietas ringan 2: Ansietas sedang 3: Ansietas berat 4: Panik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

No Responden

23


Gambar 1. Interpretasi kelompok perlakuan

Kelompok Kontrol PretestPostest Terapi Konseling

berhubungan dengan tingkat ansietas 3.5 gambar

di

atas

dapat

diinterpretasikan bahwa jumlah responden kelompok

perlakuan

penurunan

tingkat

yang

mengalami

ansietas

setelah

diberikan terapi konseling dan psikoreligius

3 Tingkat Ansietas

Dari

2.5 2

1.5 1

adalah 10 orang (67%) yaitu responden

0.5

nomor 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, dan 14.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617

Jumlah responden yang tidak mengalami

No Responden

perubahan tingkat ansietas setelah diberi terapi konseling dan psikoreligius adalah 5 orang (33%) yaitu responden nomor 1, 5, 8,

Pretest

13, dan 15. Sedangkan jumlah responden yang

mengalami

ansietas

adalah

peningkatan 0

orang

Postest

tingkat

(0%).

Dari

Tingkat Ansietas: 0: Tidak ansietas 1: Ansietas ringan 2: Ansietas sedang 3: Ansietas berat 4: Panik

penjabaran 15 responden didapatkan 5 responden (34%) mengalami penurunan

Gambar

2.

Intrepretasi

perubahan

tingkat ansietas berat menjadi ansietas

tingkat ansietas sehubungan dengan terapi

ringan, 3 responden (20%) mengalami

konseling

penurunan tingkat ansietas sedang menjadi ansietas

ringan,

mengalami

2

responden

penurunan

tingkat

(13%) ansietas

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa

17

responden

mengalami

(13%) mengalami tingkat ansietas sedang

dikarenakan selama 1 minggu tidak ada

dan tidak mengalami penurunan serta 3

kegiatan terapi psikoreligi hanya diberikan

responden

konseling dalam waktu sekali. Dari 17

mengalami

ansietas

ringan dan tidak mengalami penurunan

responden

dapat

tingkat

tidak

ringan menjadi tidak ansietas, 2 responden

(20%)

perubahan

(100%)

dijabarkan

ansietas

yaitu

10

responden (59%) dalam tingkat ansietas 

Data tingkat

khusus

skor

ringan, 6 responden (35%) dalam rentang

pretest-

ansietas sedang dan 1 responden (6%)

menampilkan

ansietas

lansia

postest pada kelompok Kontrol.

dalam rentang ansietas berat 

Data

perbedaan

Pretest-Postest

Tingkat Ansietas Lansia Kelompok perlakuan dan kontrol

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

24


Tabel 8. Kelompok perlakuan Tingkat

mengetahui

Pretest

Ansietas

perbedaan

tingkat

ansietas

lansia pada kelompok perlakuan dan kontrol

Postest

digunkan

uji

statistik

Mann

Whitney

didapatkan p value = 0,036 < Îą = 0,05,

N

%

N

%

0

0%

2

13%

Ringan

5

33,3%

11

74%

pada saat postest kelompok perlakuan dan

Sedang

5

33,3%

2

13%

kontrol. Dapat

berat

5

33,3%

0

0%

pengaruh

Panik

0

0%

0

0%

penurunan tingkat ansietas pada lansia di

Total

15

100%

15

100%

diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan

Tidak ansietas

signifikan antara tingkat ansietas lansia

terhadap

PEMBAHASAN

Pretest

Ansietas

Postest

pretest-postest pada kelompok pelakuan

N

%

N

%

0

0%

0

0%

Ringan

10

59%

10

59%

Sedang

6

35%

6

35%

berat

1

6%

1

6%

Panik

0

0%

0

0%

Total

17

100%

17

100%

Terjadinya ansietas pada kelompok

Tidak ansietas

perlakuan disebabkan beberapa faktor yaitu perbedaan jenis kelamin, dukungan sosial, pekerjaan sebelum menghuni panti dan pendidikan terakhir. Mayoritas lansia yang ada dikelompok perlakuan 93% berjenis kelamin wanita. Menurut teori Myers (2008) dalam Wiyono dan Widodo (2010) bahwa wanita lebih tinggi ansietasnya dibandingkan

ANALISIS DATA Analisis

statistik

menggunakan

SPSS 16 for windows. Data dianalisis menggunakan

uji

Wilcoxon

dan

Mann

Whitney. Hasil uji statistik pretest-postest perlakuan

menggunakan

Uji

Wilcoxon didapatkan hasil p value = 0,004 < Îą = 0,05. Dapat di interpretasikan bahwa psikoreligius

dapat

menurunkan

tingkat ansietas pada kelompok perlakuan secara signifikan. Hasil uji statistik pretestpostest kelompok kontrol didapatkan hasil p value=

psikoreligius

a. Perubahan tingkat ansietas lansia

Tingkat

terapi

terapi

UPT PSLU Pandaan Pasuruan.

Tabel 9. Kelompok kontrol

kelompok

disimpulkan bahwa ada

1,000

>

Îą=

0,05.

Dapat

diinterpretasikan bahwa tanpa penerapan terapi psikoreligius tidak dapat mengalami penurunan tingkat ansietas. Dan untuk

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

pria karena wanita lebih sensitif perasaanya dibandingkan pria yang lebih aktif dan eksploratif.

28

Selain faktor jenis kelamin, ada faktor yang

mempengaruhi

ansietas

pada

kelompok perlakuan yaitu dukungan sosial atau dukungan keluaraga. Pada kelompok perlakuan sekitar 40% lansia tidak pernah dikunjungi keluarganya. Menurut Friedman (1998) dukungan sosial dan dukungan keluarga diperlukan sebagai penyokong dalam

kehidupan

lansia

agar

memiliki

strategi koping adaptif dalam menghadapi suatu masalah serta menghindari perasaan kesepian. Jika dukungan itu hilang atau

25


berkurang

akan

menimbulkan

respon

psikologis seperti ansietas dan depresi.

1

sebagian besar lansia 93% menghuni panti

Faktor pekerjaan sebelum menghuni panti

merupakan

menimbulkan

faktor

ansietas

yang

diduga

dalam rentang 0 s.d 5 tahun. Menurut Nuryati,

Indarwati,

dan

Hadisuyatmana

kelompok

(2012) menyatakan bahwa lansia yang

perlakuan sebanyak 27% tidak bekerja dan

tinggal di panti wredha akan mengalami efek

sebagian besar bekerja sebagai pengemis.

terhadap lingkungan dan teman yang baru

Faktor pekerjaan sejalan dengan faktor

yang

pendidikan

secara positif. Kegagalan respon postif yang

pada

pada

Pada kelompok perlakuan didapatkan

kelompok

perlakuan

mengharuskan

ditandai

Maramis

dapat menimbulkan respon ansietas yang

kehilangan

finansial

menimbulkan suatu beban mental

dan

mencetuskan stressor terhadap diri lansia yang

dapat

menimbulkan

ansietas, depresi ataupun stres.

gangguan

tingkat

ansietas,

berlanjut

menimbulkan maladaptif.

14

berinteraksi

lama-kelamaan

gejala

psikologis

yang

17

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang

Dari 10 responden yang mengalami penurunan

dapat

kegagalan

beradaptasi

sebanyak 40% tidak bersekolah. Menurut (2009)

dengan

lansia

5

pada kelompok pelakuan yaitu perbedaan

responden yang tidak mengalami perubahan

jenis kelamin, dukungan sosial, pekerjaan

ansietas

terapi

sebelum menghuni panti dan pendidikan

psikoreligius. Hal ini diduga faktor motivasi,

terakhir serta faktor motivasi, niat, harapan

harapan dan lama menghuni panti yang

dan lama menghuni panti ikut berperan

dapat

dalam

setelah

diberikan

mempengaruhi

perubahan

ada

memegang peranan tingkat ansietas lansia

penurunan

tidak

adanya

tingkat

ansietas.

tidak

terapi

dalam hati seseorang untuk melakukan atau

perlakuan.

Motivasi

disini

yang

dimaksud

tingkat

ansietas terhadap 5 responden yang ikut

Motivasi merupakan suatu penggerak dari

mencapai tujuan dan perilaku tertentu.

ada perubahannya

psikoreligius

pada

kelompok

20

yaitu

b. Perubahan tingkat ansietas lansia

keinginan untuk ikut melakukan terapi, serta

pretest-postest pada kelompok

harapan

kontrol

lansia

ansietasnya. manfaat

untuk

Peneliti

terapi

sembuh

telah

dari

menjelaskan sebelum

kontrol disebabkan beberapa faktor antara

pelaksanaan dimulai. Motivasi yang kurang

lain perbedaan jenis kelamin dan tingkat

dari responden dapat mempengaruhi hasil

pendidikan.

terapi psikoreligis karena pada terapi ini

beberapa faktor yang menyebabkan tidak

diperlukan niat yang kuat dalam hati agar

ada

terjadinya hubungan dan keyakinan kepada

kelompok kontrol yaitu sebagaian besar

pencipt,

terhadap

kelompok kontrol dalam rentang tingkat

kebesaran tuhan sebagai maha penyembuh

ansietas ringan sejumlah 10 responden

serta

segala penyakit.

psikoreligius

Terjadinya ansietas pada kelompok

kesadaran

diri

30

Dalam

perubahan

penelitian

tingkat

ini

ansietas

ada

pada

(59%) yang artinya bahwa tingkat ansietas ringan dalam rentang adaptif.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

26


Sesuai

hasil

penelitian

Wiyono

&

Widodo (2010) bahwa sebagian besar lansia wanita

mengalami

gangguan

dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat ansietas pada kelompok kontrol.

ansietas

dibandingkan pria hal ini disebabkan karena

c. Perbedaan tingkat ansietas lansia

wanita memiliki karakteristik yang khas

kelompok perlakuan dan kontrol

seperti

kadar

Hasil penelitian yang dilakukan di UPT

dapat

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan

berhubungan dengan perubahan fisik dan

Pasuruan menunjukkan perbedaan tingkat

menopause,

estrogen

dan

psikologis

ovarium

lansia.

responden

menurunya

18

yang

Pada

laki-laki

penelitian

lebih

ini

ansietas kelompok perlakuan dan kontrol

banyak

setelah diberikan terapi. Tingkat ansietas

dibandingkan wanita sebesar 71%, yang

kelompok

kontrol

artinya dalam rentang ansietas kelompok

perubahan

sedangkan

kontrol tidak mengalami ansietas

yang

perlakuan mengalami perubahan sebanyak

tinggi, cenderung mayoritas berada pada

67%. Di buktikan Hasil statistik uji Mann

tingkat ringan. Faktor jenis kelamin banyak

Whitney pada Postest kelompok perlakuan

mempengaruhi tidak

dan kontrol menunjukkan (0,036 < Îą) yang

adanya

perubahan

tingkat ansietas pada kelompok kontrol.

faktor

pada

kelompok

tingkat

ansietas

lansia

pada

kedua

sangat

kelompok setelah diberikan terapi. Sehingga

mempengaruhi tidak ada perubahan tingkat

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

ansietas pada kelompok kontrol. Hal ini

terapi

dibuktikan dengan karakteristik responden

tingkat ansietas lansia di UPT Pelayanan

yang

Sosial lanjut usia Pandaan Pasuruan.

lulusan

pendidikan

mengalami

artinya terdapat perbedaan signifikan antara

Selain dari faktor perbedaan jenis kelamin,

tidak

SMA

sebanyak

29%

dibandingkan yang tidak bersekolah hanya

psikoreligius

Peneliti

terhadap

penurunan

mendapatkan

penurunan

sekitar 18%, dapat ditafsirkan bahwa tingkat

tingkat ansietas pada kelompok perlakuan

kematangan pendidikan lebih banyak yang

sebayak 10 responden (67%), beberapa

bersekolah

lansia menyatakan perasaan lebih tenang,

dibandingkan

yang

tidak

bersekolah. Hal ini ikut mempengaruhi

lebih

perubahan ansietas pada kelompok kontrol.

kesehatan

yang

Karena

cenderung

terbuka

semakin

tinggi

pendidikan

bersyukur

kepada

tuhan

diberikan. dan

atas Lansia

menyampaikan

seseorang akan semakin mudah berpikir

pengalaman ibadahnya serta manfaat yang

rasional dan menangkap informasi baru

dirasakan dalam beribadah kepada tuhan,

termasuk

masalah-masalah

ini sebagai upaya meningkatkan motivasi

18

beribadah diantara lansia lainya. Diharapkan

Hal ini yang terjadi pada umumnya, lansia

terapi psikoreligius dijadikan sebagai koping

yang mempunyai tingkat pendidikan lebih

dalam

tinggi

kejiwaan teruatama ansietas.

menguraikan

yang menimbulkan gangguan ansietas.

lebih

ansietas

bisa

mengatasi

dibandingkan

bersekolah.

2,21

gangguan

yang

tidak

mengatasi

Pemberian

gangguan-gangguan

terapi

psikoreligius

Dapat disimpulkan bahwa

merupakan terapi modalitas yang dapat

faktor-faktor seperti perbedaan jenis kelamin

dilakukan sebagai terapi tambahan atau

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

27


komplementer.

Menurut

Hawari

(2008)

SIMPULAN

terapi psikoreligius dapat membangkitkan

Dari hasil penelitian yang dilakukan

harapan (hope), rasa percaya diri (self

oleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan

confidence) dan keimanan (faith) pada diri

beberapa hal berikut:

seseorang. Hal ini senada dengan penelitian

a. Pada kelompok perlakuan diketahui

yang dilakukan Fenada (2012) mengenai

bahwa penerapan terapi psikoreligius

terapi

menurunkan

dapat menurunkan tingkat ansietas

pasien

halusinasi

secara signifikan. Dimana dibuktikan

objektif

tentang

dengan penurunan tingkat ansietas

psikoreligius

tingkat

stres

untuk

pada

mendapatkan

data

perasaan

lebih

terkendali,

dan

tenang, tidak

emosi

lebih

gelisah.

Aspek

lansia sebesar 67%. b. Pada

kelompok

kontrol

tidak

religiusitas mengandung unsur meditasi dan

mengalami penurunan tingkat ansietas

relaksasi

setelah

koping

sehingga yang

sebagai

dapat

mekanisme

membangkitkan

diberikan

Dibuktikan

terapi

dengan

konseling.

tidak

adanya

ketahanan tubuh seseorang secara alami.

perubahan tingkat ansietas pretest-

Secara

postest secara signifikan.

biologis

religiusitas (limfosit

orang

tinggi T

memliki

helper)

menunjukkan

dengan kadar

yang

tingginya

tingkat CD-4

tinggi,

daya

ini

tahan

9

imunologi seseorang. Selain

c.

Terdapat perbedaan signifikan tingkat ansietas

lansia

pada

kelompok

perlakuan dan kontrol setelah diberikan terapi. Penerapan terapi psikoreligius

mempengaruhi

tingkat

lebih efektif dibanding terapi konseling.

imunologi, tingkat religiustitas yang tinggi

Hal ini dibuktikan dengan uji statistik

dapat

Mann Whitney sebesar 0,036 < Îą,

juga

meningkatakan

menurunkan

mood

kadar

(norepeniferin

dan

dan

katekolamin

epinefrin)

sehingga

dapat

disimpulkan

ada

serta

pengaruh terapi psikoreligius terhadap

Gangguan

penurunan tingkat ansietas pada lansia

ansietas dihubungakan dengan peningkatan

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

menyehatkan diri seseorang.

kadar

norepeniferin

Sehingga

dalam

darah.

23,25

dengan

pemberian

terapi

kadar

norepeniferin

dalam

psikoreligius darah

3,4

dapat

menurun

dan

gangguan

ansietas dapat diatasi.

Sejahtera Pandaan Pasuruan.

SARAN a. Penyampain terapi psikoreligius dapat dimodifikasi dan dihubungkan dengan

Dari uraian diatas dan didukung oleh

gangguan kejiwaan pada lansia serta

teori-teori yang sesuai dapat dikatakan

tempat

bahwa

dimodifikasi

terapi

psikoreligius

dapat

menurunkan tingkat ansietas lansia

nyaman

kegiatan agar

seperti

keagamaan suasana

dihalaman

lebih wisma

lansia dan taman. b. Pemberian terapi psikoreligius dijadikan sebagai

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

terapi

alternatif

dalam

28


mengurangi

gangguan

kejiwaaan

seperti ansietas pada lansia.

diubah

menjadi

selanjutnya

membandingkan

c. Penelitian selanjutnya setting tempat penelitian

d. Penelitian

setting

terapi

dapat

psikoreligius

dengan terapi modalitas lainya seperti terapi lingkungan (milieu theraphy),

tempat pribadi misalnya disetiap wisma

terapi

lansia. Peneliti memberikan bimbingan

mengenang masa lalu (reminiscence

terapi psikorelgius secara interpersonal

theraphy) dalam mengatasi gangguan

agar

ansietas.

hasil

yang

didapatkan

lebih

musik,

ataupun

terapi

representatif dan gangguan ansitas lebih diketahui penyebabnya sehingga dapat menurunkan gangguan ansietas DAFTAR PUSTAKA 1. Bekhet AK, and Zauszniewski JA. 2012. Mental Health of Elders In Retirement Communities: Is Loneliness a Key Factor. Archives of Psychiatric Nursing, Vol.26 No.3 pp. 214-224 2. Chontessa TJ, Singara T, Idrus MF. 2012. Hubungan Beratnya Gejala Ansietas dengan Masa Klimakterium Wanita di Rumah Sakit Pendidikan Makasar. BagianIlmuKedokteranJiwaUniversitasHasanu din.(online)http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/ e4294f2a6d70d39a82cfd214750374ed.pdf diakses 05 Mei 3. Cummings JP, and Pargament KI. 2010. Medicine for Spirit: religious in Individuals with Medical Conditions, Journal Religions, Bowling Green State University, USA 4. Dalmida SG. 2006. Spirituality Mental Health Physical Health and Health Realted Quality of life Among Women With HIV/AIDS: Integrating Spirituality Into Mental Health Care , Issues In Mental Health Nursing vol.27,p.185198(online),(http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16418078pdf dikses 16 Oktober 2012 5. DINKES JATIM. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2008, (online),(http:// dinkes.jatimprov.go.id/.../1311839621_Profil_K esehatan, diakses pada tanggal 12 November 2012 6. Fenada, Mery. 2012. Perawat Dalam Penerapan Terapi Psikoreligius Untuk Menurunkan Tingkat Stres Pada Pasien Halusinasi Pendegaran di Rawat Inap Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Badan Diklat provinsi Sumatera Selatan. (online)http://www.banyuasinkab.go.id diakses 05 Mei 7. Friedman MM. 1998. Keperawatan keluarga: teori dan Praktik, ed. 3, EGC, Jakarta

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

8. Hawari D. 2005. Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan psikologi. Ed. I. Cetakan Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 9. Hawari D. 2007. Intergrasi Agama dalam pelayanan Medis, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 10. Hermans H, Beekman, Asrtjan TF, Evenhuis, Heleen M., Prevalence of depression and anxiety in older users of formal Dutch intellectual disability services, Journal of Affective Disorder, 2012 11. Hidayat AA. 2009. Metodologi penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta 12. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (MENEGPP). 2010. Penduduk Lanjut Usia, (online), (http://menegpp.go.id/V2/index.php/.../kependu dukan.pdf, diakses 7 Oktober 2012 13. Komisi Nasional Lanjut Usia (KOMNAS LANSIA). 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta, (Online), (http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?.. .d, diakses 7 Oktober 2012 14. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2. Airlangga University Press, Surabaya, hal. 576-578. 15. Nugroho, W., 2000. Perawatan Lanjut Usia Perawatan Gerontik, ed. 2 EGC, Jakarta 16. Nuryanti, Titik., Indarwati, Retno., Hadisuyatmana. 2012. Hubungan Perubahan Peran Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia yang Tinggal Di UPT PSLU Pasuruan Babat Lamongan. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. (online) journal.unair.ac.id/filerPDF/Titik%20N.docx diakses05 Mei 17. Schoevers RA., Beekman AT., Deeg DJ. 2004. Elderly Women Are Greater Risk Of Comorbid Generalised Anxiety And Depression Than Elderly Man. Journal Geriatric Psyhiatry (p 994-1001) (online) http://content.ebscohost.com/pdf diakses 05Mei

29


18. Stuart, Gail W. 2002. Pocket Guide To Pschiatric Nursing, 5 ed., Mosby Inc., Kapoh R.F. dan Yudha, E.K. (penterjemah), 2007, EGC, Jakarta 19. Swansburg, Russell C. 1995. Nursing Staff Develompment, Jones & Bartlett Publisher, Waluyo & Yasmin (Penterjemah) 2001. EGC: Jakarta 20. Tamher, S dan Noorkasani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba medika 21. Townsend, Mary C. 2008. In: Nursing Diagnoses in Psychiatric Nursing: Care Plans & Psychotropic Medications (7th Edition).; F.A. Davis Company. Philadelphia (online), (http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf//3 8599385.pdf diakses pada 7 Oktober 2012 22. Townsend, Mary C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of care in EvidenceBased Practice, Ed. 16, F.A. Davis Company, Philadelphia USA 23. US Census Bureau. 2004. Population Estimates, International Data Base, (Online), (http://www.cureresearch.com/a/anxiety/statscountry.html , diakses 7 Oktober 2012 24. Videbeck, SL. 2001. Psychiatric Mental Health Nursing, , Lippincott Williams & Wilkins Inc., USA, Komalasari, R dan Hany, A (penterjemah), 2008, EGC, Jakarta 25. Videbeck, SL. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing, Fifth edition, Lippincott Williams & Wilkins Inc., USA, p. 7-8 26. WHO. 2012. Global Health and Aging, National insitute on Aging, U.S Departement of Health and Human Services, p.2-3 27. Wiyono W, dan Widodo A. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kecenderungan Insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, 2010, 2(2), p. 87-89, (online) (http://publikasiilmiah.ums.ac.id/BIK.pdf diakses 18 Oktober 2012 28. Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi Cetakan ketiga, PT Refika Aditama, Bandung, 29. Zulkarnaen, Romy. 2009. Pengaruh Terapi Psikoreligius terhadap Penurunan Tingkat Depresi Klien Gangguan Jiwa Depresi Berat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

30


Penelitian

PERILAKU PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT HIV AIDS DAN IMS PADA KALANGAN LSL Nyoman Agus Jagat Raya *, Eva Yanti **, A.A. Ngurah Taruma Wijaya *** *

Mahasiswa Program Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali email: jagatraya.bali@gmail.com ** Dosen Bidang Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali *** Kepala Puskesmas III Denpasar Utara, Bali

ABSTRAK Kalangan lelaki berhubungan seks dengan lelaki (LSL) memiliki risiko tinggi akan tertular dan menularkan HIV AIDS dan IMS, sehingga dapat meningkatkan kasus HIV AIDS dan IMS. Tindakan yang dilakukan secara mandiri untuk merawat diri dirasa belum optimal tanpa mengunjungi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran, menggali, dan mengungkap perilaku pencarian pelayanan kesehatan dalam konsep perawatan mandiri terkait HIV AIDS dan IMS pada kalangan LSL di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan design kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan berjumlah 7 orang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam yang dianalisis menggunakan thematic analysis selanjutnya dilakukan analisis data dan uji keabsahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pencarian pelayanan LSL terhadap pelayanan kesehatan cukup baik. Pandangan terhadap pelayanan kesehatan oleh kalangan LSL dirasa cukup baik, meliputi petugas kesehatan, fasilitas, penyimpanan data, dan adanya klinik. Faktor pendorong LSL mencari pelayanan kesehatan, yakni keinginan, kesadaran, dan ajakan teman. Faktor penghambatnya adalah kurang informasi, kurang aktif, kesulitan mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada teman, biaya, dan takut hasil tes. Saran bagi keperawatan komunitas agar mampu menjangkau keberadaan LSL yang memiliki risiko tinggi HIV AIDS dan IMS. Kata kunci: HIV AIDS, IMS, LSL, perawatan mandiri, pelayanan kesehatan ABSTRACT Men who have sex with men (MSM) have a high risk of contracting and transmitting HIV AIDS and STIs. Thus, it increases cases of HIV AIDS and STIs. Actions taken to care for themselves independently deemed not optimal without visiting and utilizing health services. This study aims at describing, exploring, and uncovering the health seeking behavior on self care concept related HIV AIDS and STIs among MSM in the city of Denpasar. This study uses a qualitative design with a phenomenological approach. Participants are 7 people selected using purposive sampling methods. Data collection techniques with in-depth interviews. Interviews were recorded and then analyzed using thematic analysis. Afterwards, the data and test of the data validity were analyzed. Results of this study indicate that the search behavior of MSM to health care services is quite good. Views on health care by the MSM to be are quite good, including health workers, facilities, data storage, and the clinic. MSM motivating factor to seek health care are namely desire, awareness, and call a friend. The inhibiting factors are the lack of information, less activeness, difficulties in obtaining health care, no friends, cost, and fear of test results. One suggestion given to the nursing community is to be able to reach out to the existence of MSM who have a high risk of HIV AIDS and STIs. Keywords: HIV AIDS, STIs, MSM, self care, health services

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

31


PENDAHULUAN HIV

penggunaan

AIDS

merupakan

emerging

dengan

kondom

pasangan

sebulan tidak

terakhir

tetap

atau

infectious diseases di seluruh dunia dan

pelanggan yaitu tidak pernah 9%, kadang-

menjadi tujuan ke enam dalam Millennium

kadang 17%, sering 27% dan selalu

[1]

Development Goals (MDGs) . Menurut United Nations Programme on HIV AIDS (UNAIDS)

World

Health

[5]

sebesar 47% . Tidak hanya HIV AIDS yang menjadi

Organization

ancaman bagi kalangan LSL, tetapi IMS

(WHO) mengenai peningkatan orang yang

juga menjadi hal yang patut diwaspadai.

hidup dengan HIV dari tahun 2008 sampai

Hal ini terkait IMS disebabkan oleh lebih

2010 ialah sebagai berikut; 2008: 32,3 juta

dari 25 organisme patogen dan virus yang

jiwa, 2009: 32,9 juta jiwa, dan 2010: 34

dapat

[2]

menyerang

sistem

kekebalan

[6]

juta jiwa .

tubuh . Akibat IMS akan meningkatkan

Di Indonesia, jumlah kumulatif sampai

risiko tinggi masuknya virus HIV jika tetap

bulan Juni 2011 tercatat kasus AIDS

melakukan aktivitas hubungan seksual

dilaporkan mencapai angka 26.483 kasus

yang tidak aman . Walaupun IMS dapat

[3]

[7]

dan tersebar pada 33 provinsi . Bali

diobati dan berbeda dengan AIDS yang

sebagai daerah yang memiliki kerentanan

belum ada obatnya, akan tetapi IMS juga

tinggi bagi penularan HIV AIDS didapatkan

akan membuat seseorang merasa tidak

data dari KPA Bali dengan kejadian

nyaman dan berdampak pada kehidupan

kasusu dari Januari 2012 sampai Agustus

sehari-hari.

2012 yaitu untuk HIV sebanyak 374 kasus

Konsep perawatan secara mandiri

dan AIDS sebanyak 432 kasus dengan

penting ditegakkan pada kalangan LSL

total kematian sebanyak 15 kasus. Data

guna

kumulatif dari tahun 1987 sampai dengan

dirinya yang berisiko terhadap HIV AIDS

Agustus 2012 mencapai total kasus HIV

sebagai upaya pencegahan dini. Apabila

sebanyak 3.378 dan kasus AIDS sebanyak

sudah terjadi IMS maka yang dilakukan

3.126 dengan total kematian 490 kasus.

adalah tindakan pengobatan untuk dirinya.

Total keseluruhan mencapai angka 6.504

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh

[4]

kasus .

kalangan

Peningkatan

kasus

HIV

AIDS

disebabkan oleh populasi-populasi kunci. Lekaki berhubungan seks dengan lekaki (LSL)

mengetahui

masuk

guna

kesehatan

merawat

dirinya

secara mandiri ialah dengan mencari pelayanan kesehatan. Akses pelayanan kesehatan di Kota

populasi

kunci

Denpasar mendominasi dari kabupaten

karena

terkait

lainnya di Bali dan dapat diakses secara

perilaku seksual yang tanpa menggunakan

merata di 4 kecamatan, salah satunya

kondom. Frekuensi penggunaan kondom

melalui Puskesmas yang terdapat fasilitas

dalam sebulan terakhir dengan pasangan

VCT. Kota Denpasar memiliki masalah HIV

tetap adalah tidak pernah sebesar 12%,

AIDS dan IMS pada kalangan LSL lebih

kadang-kadang 25%, sering 26% dan

tinggi dari kabupaten lainnya di Bali.

selalu sebesar 36%. Sedangkan frekuensi

Tercatat

penyebaran

dalam

LSL

keadaan

HIV

AIDS

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

dari

Januari-September

2012

32


kasus

IMS

pada

kalangan

LSL

di

d. Analisis dan Uji Keabsahan Data

Denpasar sebesar 120 kasus, sedangkan

Analisis data menggunakan proses

96 orang reaktif HIV setelah melakukan

induktif yaitu simpulan temuan bertitik tolak

VCT di daerah Denpasar

[8][9]

hal

perlu

tersebut,

penelitian

maka

yang

melihat

. Berdasarkan dilakukan

secara

nyata

pada data yang terkumpul, kemudian disimpulkan secara umum. Pengolahan data

menggunakan

analisis

tematik

mengenai perilaku pencarian pelayanan

(thematic analysis), selanjutnya diverifikasi

kesehatan

dan disajikan dalam bentuk deskriptif.

terkait

konsep

perawatan

mandiri pada kalangan LSL di Denpasar

sebagai

salah

satu

Kota

Tahapan analisis data adalah: 1) periode

upaya

pengumpulan data; 2) reduksi data; 3)

pencegahan HIV AIDS dan IMS.

penyajian data; 4) kesimpulan/verifikasi data.

METODE PENELITIAN

Pemilihan

berdasarkan

a. Rancangan Penelitian

tema

topik-topik

ditentukan

yang

muncul

dalam penelitian, kemudian topik yang

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dari bulan Februari – Mei 2013.

sama atau serupa dikelompokan dalam satu tema. Validitas penelitian dibagi menjadi dua, yakni

validitas

internal

dan

validitas

eksternal. Validasi internal yang akan dilakukan peneliti dengan melaksanakan b. Populasi dan Sampel

prinsip

credibility,

dependability,

dan

keabsahan

data.

Populasi dalam penelitian ini adalah

comfirmability

untuk

LSL yang berdomisili di Kota Denpasar.

Transferability

sering

Sampel

disebut

eksternal. Validitas eksternal menunjukkan

partisipan yang berjumlah 7 orang. Usia

derajat ketepatan atau dapat diterapkannya

partisipan antara 15-40 tahun dengan

hasil penelitian ke populasi di mana sampel

orientasi

tersebut diambil .

dalam

penelitian

seksual;

biseksual,

atau

ini

heteroseksual,

homoseksual.

disebut

validitas

[10]

Metode

pengambilan partisipan adalah purposive sampling.

HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

c. Prosedur Pengumpulan Data

10 tema dengan 33 sub tema. Respon

Tahap persiapan dengan menyusun

pengetahuan LSL mengenai HIV AIDS dan

panduan wawancara, catatan lapangan,

IMS cukup baik, tetapi belum mendalam.

dan melakukan perizinan dengan pihak

Hal tersebut tergambar dalam tema respon

terkait.

dengan

kognitif dengan pernyataan bahwa HIV

melakukan perkenalan dengan partisipan

menyerang sistem kekebalan tubuh, IMS

dan

adalah

Tahap

pelaksanaan

dilanjutkan

mendalam. setelah

Tahap

semua

dengan terminasi partisipan

wawancara

penyakit

kelamin

yang

dilakukan

disembuhkan,

divalidasi

penularan, cara pencegahan, pengobatan,

terhadap hasil transkrip wawancara.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

menjelaskan

dapat media

dan kaitan HIV AIDS dengan IMS.

33


“HIV

AIDS

itu

kan

termasuk

dalam

pelayanan

kesehatan

dan

hal

yang

penyakit IMS. …penyakit yang ditularkan

dirasakan adalah takut, depresi, dan pasrah.

melalui hubungan seksual.” (P4)

“Takuuuuttt!!!

Perilaku

seksual

berisiko

yang

dirasakan LSL tergambar dalam tema

Deg-degan

malah.

…Ya

paniklah, pucet muka gue.” (P2) Tema faktor pendorong LSL dalam

perilaku seksual yang terdiri dari seks anal

mencari

pelayanan

kesehatan,

dan seks oral. Tema ketidaknyamanan

keinginan, kesadaran, dan ajakan.

yakni

didapatkan karena dampak dari hubungan

“…aku pengen tau masalah, pertama

seks yang tidak aman dan hal yang

aku pengen masalah, pengen tau, aku

dirasakan nyeri dan risih.

kena atau nggak, gitu, buat jaga-jaga

“…Pas tidak nyaman, ehmm pas kerja.

kedepannya. Terus kedua juga biar tau

Pas kerja, saya tu pas mau kencing atau

kesehatan kita, istilahnya kita itu sehat

pas lagi ngelayanin tamu atau apapun itu,

atau nggak.” (P6)

rasa sakit dibagian kelamin itu kerasa

Tema faktor penghambat LSL untuk

sekali. …nah itu juga mengganggu juga,

mencari pelayanan kesehatan, diantaranya

mengganggu pekerjaan lah.” (P5)

kurang informasi, kurang aktif, kesulitan

Hal tersebut berpengaruh terhadap sikap

dan

LSL

dalam

mandiri

yang

“Cuma kitanya sendiri yang kurang agresif

tergambar dalam tema cara merawat diri,

ya kan. …itu mungkin karena merasa

diantaranya merawat kebersihan tubuh,

sibuk atau males atau bagaimana.” (P3)

menjaga diri dari hubungan seks, konsumsi

“Nah takutnya itu gini, kalau kita ke

obat, dan kontrol rutin. Sumber dukungan

Puskesmas, terus positif, takutnya nyebar

didapatkan melalui teman dalam bentuk

ke temen-temen, makanya aku nggak

nasihat dan motivasi.

mau.” (P7)

melakukan

“…dukungan

pandangan

mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada

perawatan

sebisa

mungkin

disuruh

berubah, cuma kan dia tahu sifat saya seperti apa ya ya mungkin dia bisa mendorong

mendorong

teman, biaya, dan takut hasil tes.

untuk

apa

PEMBAHASAN Tema respon kognitif menggambarkan seberapa

jauh

pengetahuan

LSL

namanya di jalan tahap yang benar aja.”

mengenai HIV AIDS dan IMS. Respon

(P1)

kognitif merupakan bagian dari komponen

Pandangan LSL terhadap pelayanan keberadaan tergambar kesehatan

pelayanan dalam yang

tema terdiri

dari

struktur sikap. Menurut Mann (1969) dalam

kesehatan

Sunaryo mengungkapkan bahwa isi dari

pelayanan

komponen

petugas

kognitif

kepercayaan,

dan

adalah

persepsi,

stereotype

dari

[11]

kesehatan, fasilitas pelayanan, data klien,

individu

dan klinik. Respon psikososial menjadi tema

Supriyanto menjelaskan bahwa tingkat

dalam respon LSL saat pertama kali

pendidikan individu merupakan faktor yang

mengunjungi

penting

mempengaruhi

Artinya,

semakin

atau

memanfaatkan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

. Menurut Brotosaputro dalam

tinggi

pengetahuan. pendidikan

34


seseorang maka semakin lebih paham

transgender, serta memperkuat norma

dalam

teman sebaya dalam praktek seks yang

menyerap

pengetahuan

dan

[17]

semakin mudah pula dalam melakukan

aman

praktik sesuai dengan pengetahuan yang

dan biseksual lebih banyak mendapat

[12]

didapatkan

.

. Selain itu pada kalangan LSL gay

dukungan

Perilaku seksual baik seks anal dan

dari

teman

daripada

[18]

keluarganya sendiri

seks oral yang tidak aman, seperti tidak

Pelayanan

.

kesehatan

memegang

menggunakan kondom akan menimbulkan

peranan penting terkait keinginan LSL

risiko tinggi IMS bahkan tertular HIV. Data

dalam

hasil penelitian yang dilakukan di Atlanta,

kesehatan,

Georgia didapatkan sebanyak 73% LSL

kesehatan, fasilitas pelayanan, data klien,

tidak melakukan hubungan seks yang

dan klinik. Alasan LSL yang menderita

aman dan di Hanoi, Vietnam 30% PSL

nyeri pada genital untuk memanfaatkan

tidak menggunakan kondom

[13][14]

memanfaatkan

pelayanan

diantaranya

petugas

. Jika hal

fasilitas pelayanan kesehatan di Kenya

menimbulkan

sebesar 18% dapat dijangkau, kualitas

ketidaknyamanan,

pelayanan 15%, anjuran teman 12%,

seperti nyeri dan risih pada alat kelamin

anjuran tenaga kesehatan 10%, dan lokasi

dan dubur. Hal ini selaras dengan hasil

yang dekat 2%. Sebesar 37% LSL merasa

penelitian di Nairobi, Kenya dengan data

nyaman dan terjamin kerahasiaannya

yang

nyeri

Klinik VCT dan IMS tidak bisa terlepas dari

genital, 14% terbakar saat buang air kecil,

kalangan LSL. Klinik VCT adalah klinik

11% gatal-gatal pada kelamin dan/atau

sebagai tempat proses konseling pra

tersebut

terjadi,

dampak

dubur

pada

maka

rasa

didapatkan

[15]

sebesar

12%

.

.

testing, konseling post testing, dan testing

Merawat kebersihan tubuh melalui personal

[15]

hygiene

secara

sukarela

yang

mendukung

confidental

dan

perawatan diri mandiri dan menunjang

membantu

orang

activity daily living (ADL) yang optimal.

[19]

HIV

Orem

Becker

klinik

yang

menyediakan

percaya bahwa teorinya adalah dasar

klinis

dan

laboratorium

(1985)

guna

HIV

dalam

Michael

untuk kesehatan dan kesejahteraan, hal ini disebabkan banyak

klien

membutuhkan

pengetahuan

mempertahankan

dan

secara mandiri

mengetahui

status

gangguan kelamin

pemeriksaan pada

kasus

[20]

.

Takut, depresi, dan pasrah adalah

untuk

respon psikososial pertama kali yang

memperhatikan

dirasakan

saat

memanfaatkan

mengunjungi pelayanan

Kunjungan

pertama

perlu adanya dukungan orang terdekat,

kesehatan

memiliki

seperti teman baik berupa nasihat ataupun

sehingga

memicu

motivasi. Keterlibatan masyarakat dapat

partisipan

meningkatkan

dialami

tenang

dini

. Sedangkan klinik IMS merupakan

. Proses merawat diri

perasaan

lebih

lebih

kesehatan pada diri masing-masing klien [16]

secara

bersifat

dan

identitas diri positif pada kalangan LSL dan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

[11]

.

jika

Respon terjadi

atau

kesehatan.

ke

pelayanan

banyak ketakutan fisiologis ketakutan

stresor pada yang adalah

respon koping yang kurang terkontrol,

35


sehingga timbul dampak pada organ tubuh

sadar terbatas pada harapan yang mencari

seperti jantung berdebar, wajah tegang,

pemenuhan

kelemahan

umum,

nafas

cepat

dan

dangkal, gelisah, dan tidak nyaman pada area abdomen dan perkemihan

[21]

motivasi

sehingga

menimbulkan

[11]

. LSL cenderung lebih nyaman

menceritakan

status

kepada

teman

. Depresi

daripada orang tua dan dukungan teman

yang berkepanjangan dapat menyebabkan

menjadi faktor yang memiliki hubungan

seseorang menjadi putus asa dengan

dalam risiko HIV

adanya keinginan mengakhiri hidupnya

pengaruh

dan depresi merupakan dampak

dari

kesehatan. Hasil penelitian di Kenya pada

ketidakmampuan menghadapi stres yang

LSL yang mengalami nyeri genital yang

semakin

berat

[22]

.

Pasrah

merupakan

proses penyesuaian diri guna menghadapi tuntutan keadaan secara sadar, realistik,

[24][25]

, sehingga memiliki

pada

pencarian

pelayanan

melakukan pemeriksaan IMS didapatkan 12%

dari

137

responden

ajakan dari teman

merupakan

[15]

.

objektif, dan rasional. Proses penyesuaian

Faktor penghambat untuk mencari

diri menurut Soeharto Heerdjan (1987)

pelayanan kesehatan diantaranya kurang

dalam Sunaryo mengartikan bahwa usaha

informasi, kurang aktif, kesulitan mendapat

atau perilaku penerimaan yang bertujuan

pelayanan kesehatan, tidak ada teman,

mengatasi kesulitan dan hambatan Faktor

pendorong

LSL

[11]

biaya, dan takut hasil tes. Di Vietnam hanya

mencari

didapatkan 11% LSL yang memanfaatkan

.

pelayanan kesehatan karena keinginan,

pelayanan

kesadaran, dan ajakan. Teori Snehandu B.

menyatakan tidak mengetahui informasi

Karr yang menyatakan bahwa adanya niat

mengenai sistem pelayanan kesehatan

(intention) atau keinginan seseorang untuk

dengan berbagai alasan

bertindak sehubungan dengan objek atau

Snehandu B. Karr bahwa terjangkaunya

stimulus di luar dirinya menjadi determinan

informasi

predisposisi perilaku. Selain itu, adanya

adalah

otonomi atau kebebasan pribadi (personal

terkait dengan tindakan yang akan diambil

autonomy) untuk mengambil keputusan

oleh seseorang dan menjadi determinan

juga salah satu determinan predisposisi

perilaku

perilaku

[23]

. Menurut teori Sigmund Freud

(1856-1939)

menjelaskan

bahwa

kesehatan

(accessibility tersedianya

of

information)

informasi-informasi

Faktor penghambat karena kurang aktif dari dalam diri sendiri termasuk ke

seluruh

kepribadian

yang

. Menurut teori

.

dalam

psikis

[26]

sisanya

[23]

kesadaran hanyalah sebagian kecil dari kehidupan

dan

faktor

endogen,

yang

pemalas.

Menurut

Maramis,

alam sadar (kesadaran) dan tidak disadari

keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan

(ketidaksadaran). Menurut Freud di dalam

perilaku

ketidaksadaran inilah terdapat kekuatan-

seseorang dalam usaha adaptasi yang

kekuatan dasar yang mendorong pribadi

terus

untuk melakukan sesuatu. Menurut Kaplan

Kesulitan mendapat pelayanan kesehatan

H. dkk. menerangkan bahwa alam tidak

dijelaskan juga oleh WHO bahwa memang

yang

menerus

kepribadian

sifat

menggambarkan hal-hal yang ada dalam

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

sifat

yakni

sering

adalah

digunakan

terhadap

oleh

hidupnya

[11]

36

.


lokasi pelayanan kesehatan adalah bagian

hanya saja masih bersifat umum dan

yang sering dikeluhkan LSL, sehingga

belum

perlu

pandangan

sebuah

masyarakat

pendekatan yang

kesehatan

terfokus,

serta

komprehensif. LSL

Sikap

terhadap

dan

perawatan

mandiri terkait perilaku seksual. Perilaku

memberikan tanggapan sesuai dengan

seksual

lokasi dan besarnya dan kecenderungan

menimbulkan terjadinya IMS atau bahkan

epidemi HIV. Hal ini harus berdasarkan

HIV AIDS. Ketika timbul gejala IMS, maka

program

menggunakan

kecenderungan LSL akan merasakan rasa

manajemen pelayanan yang komprehensif

ketidaknyamanan pada dirinya. Rasa tidak

untuk

nyaman ini akan berpengaruh pada ADL

WHO

LSL, [27]

konseling

yang

termasuk

tes

IMS

dan

.

yang

tidak

aman

akan

LSL. Hal inilah yang akan berpengaruh

Tidak ada teman menjadi hal yang

terhadap

cara

menghambat sebab teman merupakan

mandiri.

Guna

sumber dukungan yang penting dan teman

perawatan mandiri LSL perlu adanya

mampu

dukungan

menjadi

sumber

informasi

mengenai HIV AIDS dan IMS dalam bentuk

pendidik

kesehatan menjadi

yang

[15][28]

.

Biaya

cukup

mahal

sebaya dirasa

hambatan mencari

pelayanan

kesehatan,

pertama

penghasilan

yang

memuaskan

dari

pekerjaan sebagai pekerja seks laki-laki (PSL)

[29]

.

Takut

hasil

tes

merupakan

teman

proses

dalam

bentuk

diantaranya

petugas

kesehatan, fasilitas pelayanan, data klien,

LSL

mendapat

mendukung

Pandangan LSL terhadap pelayanan

dan

merasa

perawatan

nasihat dan motivasi.

kesehatan. Oleh karena itu, tidak sedikit mengaku

dari

melakukan

klinik.

Sedangkan kali

memanfaatkan

respon

saat

mengunjungi pelayananan

atau

kesehatan

terdapat rasa takut, depresi, dan pasrah. Faktor pendorong kalangan LSL dalam

hambatan yang sering dialami oleh LSL.

mencari

Ketakutan akan hasil tes juga dijelaskan

keinginan, kesadaran, dan ajakan. Faktor

dalam hasil penelitian Magaly M. Blas dkk.

penghambat kalangan LSL dalam mencari

pada tahun 2011 mengenai pernyataan

pelayanan kesehatan, diantaranya karena

yakni

kurang informasi, kurang aktif, kesulitan

consequences of a positive test result�

mendapat pelayanan kesehatan, tidak ada

yang berjumlah 34,4% atau 55 dari 105

teman, biaya, takut hasil tes.

LSL,

yakni

fear

kesehatan,

the

responden

“I

pelayanan

responden LSL. Penelitian ini dilanjutkan

Peneliti

menyarankan

kepada

pada tahun 2012 agar ketakutan akan

keperawatan

komunitas

hasil tes dapat dilakukan suatu kampanye

melakukan

penjangkauan

dukungan bagi LSL dari stigma dan

kalangan LSL yang memiliki risiko tinggi

diskriminasi

[30][31]

.

agar

tim

mampu terhadap

terhadap penularan HIV AIDS dan IMS melalui program Perkesmas. Selain itu,

SIMPULAN DAN SARAN Pengetahuan LSL terhadap HIV AIDS dan IMS dapat dikatakan cukup baik,

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

kepada Komisi

pengambil

kebijakan,

Penanggulangan

AIDS

seperti (KPA),

LSM, dan pemerintah. Bagi pendidikan

37


keperawatan dapat dijadikan penerapan landasan ilmu pengetahuan terbaru dalam evidence

based

pengembangan

nursing penelitian

dan sejenis

13.

kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Fineberg, HV, ME Wilson. Emerging infectious diseases. IRGC – Emerging Risk. 2010 October [cited 2013 June 7]. Available from http://www.irgc.org/IMG/pdf/Emerging_I nfectious_Diseases_Fineberg_and_Wil son-2.pdf 2. UNAIDS, World Health Organization. Report on the global AIDS epidemic. 2011 3. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011 4. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali. Situasi kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali. Denpasar: KPA Bali; 2012 5. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali. Ringkasan laporan survei perilaku populasi paling berisiko (MARP) dan kepuasan layanan Bali. Denpasar: Kemitraan Australia Indonesia; 2010 6. Gorbach, Sherwood, John G. Bartlett, Neil R. Blacklow. Infectious diseases third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2004 7. Da Ros, Carlos T, Caio da Silva Schmitt. Global epidemiology of sexually transmitted diseases. Asian Journal of Andrology, Shanghai Institute of Materia Medica, Chinese Academy of Sciences. Blackwell Publishing. 2008;10 (1): 110-114 8. Yayasan GAYa DEWATA (YGD) Bali. Laporan VCT kelompok GWL. Denpasar: YGD Bali; 2012a 9. Yayasan GAYa DEWATA (YGD) Bali. Statistik test IMS. Denpasar: YGD Bali; 2012b 10. Moleong, L. J. Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2010 11. Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2004 12. Supriyanto. Praktik mucikari dalam memberikan dukungan penggunaan

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

14.

15.

16.

17.

18.

19.

kondom pada wanita pekerja seks untuk pencegahan HIV AIDS di lokalisasi Batusari Batangan Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Diponogoro; 2010 McDonough, Noreen. Factors influencing sexual behavior among HIV positive men who have sex with men. [dissertation], Paper 30. Open Access by the School of Nursing, Georgia State University; 2012. [cited 2013 May 6]. Available from digitalarchive.gsu.edu Giang, Le Minh, Vu Duc Viet, Bui Thi Minh Hao. Sexual health and men who have sex with men in vietnam: An integrated approach to preventive health care. Hindawi Publishing Corporation, 2012; Volume 2012, Article ID: 796192, 7. [cited 2012 December 28]. Available from http://www.hindawi.com/journals/apm/2 012/796192/ Ouma, W. Onyango, Harriet Birungi, Scott Geibel. Understanding the HIV/STI risks and prevention needs of men who have sex with men in Nairobi, Kenya. Institute of African Studies, University of Nairobi: Horizons Program; 2005 [cited 2013 May 8]. Available from www.popcouncil.org/pdfs/horizons/msm kenya.pdf Becker, Michael. HIV awareness and th sexual behaviors among high school 9 th to 12 grade students. [dissertation], Capella University, 2012; UMI: 3545465. [cited 2013 May 8]. Available from gradworks.umi.com/3545465.pdf Cahill, Sean, Robert Valadez, Sabina Ibarrola. Community-based HIV prevention interventions that combat anti-gay stigma for men who have sex with men and for transgender women. Journal of Public Health Policy, 2012; 1-13. Macmillan Publisher Ltd. 01975897. [cited 2013 May 9]. Available from www.palgrave-journals.com/jphp/ Mcdowell, T.L., J.M. Serovich. The effect of perceived and actual social support on the mental health of HIVpositive persons. AIDS Care, 2007 November; 19(10): 1223-1229. [cited 2013 May 9]. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article s/PMC2151198/ Arumsari, Nugraheni, Yulius Slamet, Eko Setyanto. Proses komunikasi dokter-pasien dalam pelaksanaan HIV voluntary counseling and testing (VCT Di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal

38


20.

21. 22. 23.

24.

25.

26.

27.

Kajian Komunikasi dan Media Massa, 2013; Vol.1, No.1, hal. 1-8. [dikutip 10 Mei 2013]. Tersedia dari http://jurnal.pasca.uns.ac.id Reviliana, Pipit, Artathi Eka Suryandari, Warni Fridayanti. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian PMS di lokalisasi gang sadar Baturaden kabupaten Banyumas tahun 2011. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto; 2011 Stuart, Gail W. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2007 Wangsadjaja. Stress Journal; 2008 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan: teori & aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 Mayer, Kenneth H, Linda-Gail Bekker, Ron Stall, Andrew E Grulich, Grand Colfax, Javier R Lama. Comprehensive clinical care for men who have sex with men: An integrated approach. 2012 July 28, Volume 380, 378-380. [cited 2013 May 8]. Available from www.thelancet.com Khan, Hena, Nishat Afroz, Jaya Chakravarty. Effect of social support on death anxiety among HIV positive people. 2011; Vol. 27, No. 2, page 219226. [cited 2013 May 8]. Available from http://search.proquest.com/docview/898 887650/fulltextPDF/13DE99883972C98 9EE7/29?accountid=32506 Ontario HIV Treatment Network (OHTN). Factors influencing the sexual health of Asian men who have sex with men. Rapid Review #45, December 2012; 2012 World Health Organization (WHO). Prevention and treatment of HIV and other sexually transmitted infections among men who have sex with men and transgender people:

28.

29.

30.

31.

Recommendations for a public health approach. Document Production Services, Geneva, Switzerland. NLM classification: WC 503.71; 2011 amfAR AIDS Research. Treat Asia: MSM and HIV/AIDS risk in Asia. Special Report; 2006 Boyce, Paul, Gordon Isaacs. An exploratory study of the social contexts, practices and risks of men who sell sex in Southern and Eastern Africa. UNDP and SWEAT; 2010 [cited 2013 May 14]. Available from http://www.irinnews.org/pdf/Exploratory %20Study%20of%20the%20Social%20 Contexts,%20Practices%20and%20Ris ks%20of%20Men%20Who%20Sell%20 Sex%20in%20Southern%20and%20Ea stern%20Africa.pdf Blas, Magaly M., Isaac E. Alva, Robinson Cabello, Cesar Carcamo, Ann E. Kurth. Risk behaviors and reasons for not getting tested for HIV among men who have sex with men: An online survey in Peru. 2011; Volume 6, Issue 11. PLoS ONE 6(11): e27334., in press. [cited 2013 May 10]. Available from http://www.plosone.org/article/info%3Ad oi%2F10.1371%2Fjournal.pone.002733 4 Blas, Magaly M., Luis A. Menacho, Issac E. Alva, Robinson Cabello, E. Roberto Orellana. Motivating men who have sex with men to get tested for HIV through the internet and mobile phones: A qualitative study. 2013; Volume 8, Issue 1. PLoS ONE 8(1): e54012., in press. [cited 2013 May 10]. Available from http://www.plosone.org/article/info%3Ad oi%2F10.1371%2Fjournal.pone.005401 2

th

Telah dipresentasikan dalam 4 International Nursing Conference “Safety for all: protect patients, personnel, and environment. A multidiscipline approach� di Grand Inna Bali Beach, Bali, Indonesia pada 12-14 September 2013

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

39


Tinjauan Pustaka

WAYANG WONG SEHAT (WWS): UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN MEDIA SOSIODRAMA BERASASKAN BUDAYA INDONESIA Nuning Khurotul Af’ida*, Agung Wiyatno* , Ina Martiana* , Retno Lestari**

*

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya *Alamat korespondensi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145 Email: nuning.afida@yahoo.co.id

ABSTRAK Salah satu program Millenium Development Goals (MDGs) adalah penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan. Berdasarkan data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2011, kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 307 per 100.000 kelahiran. AKI di Indonesia jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tingginya AKI disebabkan oleh trias penyakit ibu hamil yaitu perdarahan 28%, preeklamsi 24%, dan infeksi 11%. Berbagai upaya dengan berbagai media telah dilakukan oleh pemerintah guna menurunkan tingkat kematian ibu di Indonesia. Faktanya program dari pemerintah tersebut belum menunjukkan hasil yang diharapkan dengan masih tingginya AKI di Indonesia. Wayang Wong Sehat (WWS) diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Program inovasi WWS merupakan program promosi kesehatan dengan media sosiodrama yang berbasis kebudayaan Indonesia. Sosiodrama yang disajikan menggunakan wayang wong sehingga sasaran dari program ini yaitu ibu hamil, keluarga, dan masyarakat mampu menganalisa serta menerima informasi dari alur cerita dan peran yang dipertunjukkan oleh tokoh dalam wayang wong tersebut. Cerita yang dibawakan mengenai trias penyakit ibu hamil. Diharapkan pengetahuan dan kesadaran dari sasaran mengalami peningkatan, sehingga terjadi penurunan AKI. Kata Kunci: AKI, trias penyakit ibu hamil, sosiodrama, Wayang Wong Sehat ABSTRACT One of the programs of Millennium Development Goals (MDGs) is decreased Maternal Mortality Rate (MMR). Based on data from the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection in 2011, maternal mortality in Indonesia reaches 307 per 100,000 births. MMR in Indonesia is much higher when compared to other countries. High maternal mortality rate caused by maternal disease triad: 28% hemorrhage, preeclampsia was 24%, and 11% infection. Various attempts have been made with a variety of media by the government to reduce maternal mortality in Indonesia. In fact, the program of the government has not shown the expected results with the high maternal mortality rate in Indonesia. Wayang Wong Sehat (WWS) is expected to be a solution to these problems. WWS is an innovative program of health promotion programs with media-based socio-dramas Indonesian culture. Socio-dramas presented the wayang wong that the target of this program are pregnant women, families, and communities expected to have ability for analyze and receive information of the storyline and the role performed by the characters in the wayang wong. The story that brought about the triad of maternal disease. Expected knowledge and awareness of the targets have increased, resulting in a decrease MMR. Keywords: MMR, maternal disease triad, sociodramas, Wayang Wong Sehat

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

40 3


PENDAHULUAN

memungkinkan individu untuk meningkatkan

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

derajat kesehatannya. Promosi kesehatan

di Indonesia menjadi salah satu target

yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah

dalam pencapaian Millenium Development

antara

Goals (MDGs). Berdasarkan Survei Dasar

kesehatan ibu dan anak, kelas ibu hamil,

Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir pada

penyuluhan dan seminar kehamilan sampai

tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di

dibentuknya desa siaga. Salah satu peran

Indonesia

dan

sebesar

228

per

100.000

lain

fungsi

adalah

pengadaan

perawat

dalam

promosi

kelahiran hidup. Berarti setiap tahunnya

kesehatan

adalah

terdapat13.778 kematian ibu atau setiap dua

Perawat

dituntut

jam terdapat dua ibu hamil, bersalin, nifas

meningkatkan kesadaran masyarakat akan

yang

pentingnya kesehatan ibu hamil dan ibu

meninggal

karena

berbagai

1

sebagai

Buku

edukator.

mampu

penyebab. Angka tersebut sebenarnya jauh

melahirkan

lebih tinggi, terutama di daerah-daerah

kesehatan. Sebab pencegahan yang paling

miskin dan terpencil.

efektif

Berdasarkan data yang diperoleh

melalui

berasal

kegiatan

untuk

dari

ibu

promosi

hamil

dan

keluarganya sendiri.

dari Kementerian Kesehatan tahun 2007,

Pengetahuan yang cukup sangat

terdapat tiga penyebab terbesar kematian

penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil.

ibu

28%,

Keluarga dengan pengetahuan yang tinggi

preeklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab

akan mencegah munculnya faktor yang

lainnya yaitu abortus 5%, emboli obstetric

tidak diinginkan ketika melahirkan. Selain

3%,

8%,

itu, juga dapat membantu menurunkan risiko

persalinan lama/macet 5%, dan penyebab

kematian ibu dikarenakan pertolongan yang

melahirkan

yaitu

komplikasi

perdarahan

masa

puerperium 2

lain yang tidak diketahui. Sebagian besar

terlambat. Dari uraian diatas, diperlukan

penyebab

kurang

adanya inovasi terkait program promosi

pengetahuan dan kesadaran masyarakat

kesehatan yang menarik, sesuai selera

tentang kesehatan ibu hamil. Anggapan

masyarakat, dan dapat diserap secara

bahwa kehamilan adalah peristiwa alamiah

maksimal oleh sasaran promosi kesehatan

harus diubah secara sosial dan budaya agar

yaitu ibu hamil, keluarga, dan masyarakat

kesehatan

ibu

guna menurunkan angka kematian ibu

perhatian.

Selain

di

berkembang

atas

dikarenakan

hamil

di

lebih

itu,

mendapat

mitos

masyarakat

yang

melahirkan.

Inovasi

berupa

sosiodrama

menjadi

wayang wong yang menceritakan legenda

hambatan bagi tenaga kesehatan untuk

pewayangan dengan tema yang berbeda

memberikan intervensi mendalam pada ibu

dari biasanya yaitu trias penyakit pada ibu

hamil dan melahirkan.

hamil. Pertunjukkan sosiodrama yang salah

Salah satu upaya untuk mengubah

satu contohnya adalah cerita pewayangan

mitos seputar perawatan kehamilan adalah

sepasang suami istri keturunan dewa yaitu

dengan

Promosi

Dewi Shinta dan Sri Rama yang mengambil

proses

tema trias penyakit pada ibu hamil. Maka,

promosi

kesehatan pemberdayaan

kesehatan.

merupakan masyarakat

yang

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

penulis

menghadirkan

inovasi

terbaru

41


promosi kesehatan yang berjudul “Wayang

yang ingin dicapai adalah menurunkan

Wong Sehat (WWS)�: Upaya Peningkatan

kematian ibu melahirkan. Pada tahun 2011,

Pengetahuan Ibu Hamil dengan Media

kematian

Sosiodrama Berasaskan Budaya Indonesia.

mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka

ibu

melahirkan

di

Indonesia

ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali PEMBAHASAN

dari Malaysia, dan 2,5 kali lipat dari indeks

Pembahasan hasil telaah literatur ini

Filipina.

meliputi : hubungan tingginya AKI terhap

AKI menjadi salah satu indikator

MDGs, program pemerintah yang pernah

utama yang membedakan suatu negara

dilaksanakan,

sosiodrama, wayang wong,

digolongkan sebagai negara maju atau

inovasi “Wayang Wong Sehat (WWS)�

negara berkembang. Rata-rata AKI di dunia

dengan

dari 100.000 kelahiran tingkat kematian ibu

media

budaya

sosiodrama

indonesia

berasaskan

sebagai

upaya

mencapai 400. Negara maju indeks AKI-nya

peningkatan pengetahuan ibu hamil, serta

20

kematian

per

100.000

pihak-pihak yang terkait dalam mewujudkan

sedangkan

WWS.

kematian per 100.000 kelahiran. Indonesia

negara

kalahiran,

berkembang

440

masih belum bisa mencapai indeks AKI Hal a. Hubungan

Tingginya

Kematian

Ibu

Millenium

Angka

(AKI)

terhadap

Development

Goals

(MDGs)

ini

menunjukkan

bahwa

AKI

memang

menjadi tantangan global yang berat bagi Indonesia.

3

AKI tidak hanya menjadi perhatian

Millennium

Development

Goals

bagi Indonesia saja namun juga menjadi

(MDGs) adalah sebuah komitmen bersama

perhatian

masyarakat

untuk

Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan,

mempercepat pembangunan manusia dan

AKI di Indonesia jauh lebih tinggi jika

pengentasan

dibandingkan

internasional

kemiskinan.

MDGs

seluruh

negara

dengan

di

dunia.

negara-negara

merupakan kesepakatan negara-negara di

lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai

dunia

yang

melaksanakan

untuk

hal, selain karena masalah kesehatan,

(delapan)

tujuan

masalah pengetahuan pun menjadi faktor

menanggulangi

utama yang berpengaruh terhadap tingginya

8

pembangunan, kemiskinan

berkomitmen

yaitu dan

kelaparan,

mencapai

AKI di Indonesia.

pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender

dan pemberdayaan

perempuan,

menurunkan

kematian

anak, menurunkan angka

kematian

ibu

melahirkan,

angka

memerangi

penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular

lainnya,

kelestarian

lingkungan

hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. Salah satu target

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

b. Program Pemerintah yang pernah dilaksanakan Adapun

beberapa

program

pemerintah yang pernah dijalankan untuk mengurangi AKI, antara lain : a. Jaminan Persalinan (Jampersal) Jampersal pembiayaan

adalah

pelayanan

jaminan

persalinan

yang

42


meliputi

pemeriksaan

pertolongan persalinan,

kehamilan,

kesehatan

maupun

tenaga

kesehatan

pelayanan nifas

dengan keluarga. Buku KIA berisi gabungan

termasuk pelayanan KB pasca persalinan

kartu-kartu pemantauan dan pencatatan

dan pelayanan bayi baru lahir. Sasaran yang

yang sebelumnya ada tetapi terpisah-pisah

dijamin oleh jampersal adalah ibu hamil, ibu

yaitu: kartu KB, KMS ibu hamil, KMS Balita,

bersalin, ibu nifas (sampai dengan 42 hari

dan Kartu Perkembangan Anak.

pasca melahirkan), bayi baru lahir (sampai dengan

usia

diluncurkan

28

hari).

secara

Meski

sudah

nasional,

namun

Pemakaian memberikan

buku

manfaat

KIA

akan

maksimal

bila

pembelajaran buku KIA bagi ibu hamil dan

program jampersal masih menjadi pro-

keluarganya

kontra. Banyak bidan di beberapa daerah,

kesehatan,

khususnya bidan swasta keberatan dengan

kelas-kelas pembelajaran tambahan yaitu

program tersebut dikarenakan anggaran

kelas ibu hamil dan kelas ibu balita. Kelas-

yang disediakan untuk penanganan program

kelas pembelajaran tambahan ini berguna

jampersal terlalu kecil. Selain itu, banyak

untuk mempercepat pembelajaran buku KIA

rumah sakit baik milik pemerintah provinsi

bagi

maupun

diharapkan dapat merubah pengetahuan,

kabupaten

dan

kota,

memanipulasi pelayanan program.

yang

4

ibu

didampingi misalnya

dan

oleh

melalui

petugas penerapan

keluarganya

sehingga

sikap dan perilaku ibu dan keluarga. Dalam pelaksanaannya buku KIA

b. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Derajat

kesehatan

seseorang

terkendala oleh kurangnya pantauan dari tenaga kesehatan sehingga masih banyak

banyak ditentukan oleh pengetahuan sikap,

sebagian

dan perilaku hidupnya. Buku KIA merupakan

memanfaatkan buku KIA secara maksimal.

salah satu instrumen yang dapat menjadi

Hingga saat ini, pemahaman terhadap KIA

media

diberikan

hanya ditekankan pada ibu yang sedang

kepada setiap ibu hamil pada pemeriksaan

hamil padahal sebenarnya tidak hanya ibu

kehamilan

hamil

pengubah.

Buku

pertama

KIA

kalinya

di

fasilitas

saja

ibu

yang

yang

belum

harus

memahami

kesehatan, buku ini selanjutnya diteruskan

penggunaan

buku

atau dipakai oleh anaknya sampai berusia 5

masyarakat

luas

tahun.

alat

memahami mengenai penggunaan buku KIA

pemantauan dan pencatatan kesehatan ibu

agar dapat memberikan dukungan dan

dan anak sekaligus menjadi alat edukasi

pemahaman lebih pada ibu.

Buku

KIA

merupakan

(pendidikan atau penyuluhan) bagi ibu dan keluarganya.

Disebut

instrument

c.

KIA.

dapat

pun

Keluarga

dan

seharusnya

Kelas Ibu Hamil Salah satu program kesehatan yang

pemantauan dan pencatatan karena hasil

diharapkan

pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil

menurunkan angka kesakitan dan kematian

atau anak dicatat pada buku KIA. Karena

akibat kehamilan, persalinan, dan nifas

buku ini dipegang oleh pasien, terdapat

adalah pemakaian buku Kesehatan Ibu dan

manfaat lebih jauh lagi dari buku ini yaitu

Anak (KIA). Namun tidak semua ibu mau

sebagai

atau bisa membaca buku KIA. Oleh sebab

alat

komunikasi

antar

tenaga

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

turut

berperan

dalam

43


itu ibu hamil perlu diajari tentang isi buku

atau mengkaji tentang suatu permasalahan.

KIA dan cara menggunakan buku KIA.

Penyuluhan

Salah

diselenggarakan dengan jumlah orang yang

satu

solusinya

adalah

melalui

penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil.

belajar

kelompok

dengan

anggota

seminar

seringkali

cukup banyak. Penyuluhan atau seminar

Kelas ibu hamil merupakan suatu aktifitas

dan

umum selalu menjadi salah satu pilihan

dalam

kelas

untuk

ibu

hamil

pemahaman masyarakat tentang suatu hal,

dibawah bimbingan satu atau beberapa

begitu pula dengan masalah kehamilan.

fasilitator

KIA

Banyak sekali penyuluhan dan seminar

sebagai alat pembelajaran. Kelas ibu hamil

yang telah dilakukan oleh beberapa pihak

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

baik pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya

dan

Masyarakat), tenaga kesehatan, pemerintah

beberapa

dengan

memakai

ketrampilan,

perilaku

ibu

merubah

hamil

tentang

buku

sikap

dan

prehamilan,

meningkatkan

daerah,

dan

pengetahuan

pemerintah

desa

guna

persalinan, perawatan nifas dan perawatan

meningkatkan

bayi baru lahir. Kelas ibu hamil dapat

pemahaman ibu mengenai informasi seputar

menjadi sarana untuk mendapatkan teman,

kehamilan.

bertanya, memperoleh informasi penting utama

ibu dalam menghadapi persalinan dengan

memberikan

aman

mengenai

nyaman.

Peserta

yang

dan

Penyuluhan/seminar menjadi pilihan

yang harus dipraktekkan, serta membantu

dan

pengetahuan

dan

bagi

beberapa

pihak

pemahaman

maternitas

yang

pada

untuk jelas

masyarakat.

disarankan mengikuti kelas ibu hamil ini

Meski sering dianggap sebagai metode

adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 20-

yang tepat dan efisien, metode seminar dan

32 minggu. Selain itu suami atau keluarga

penyuluhan juga tidak terlepas dari berbagai

diikutsertakan

kendala.

pertemuan yang

harus

paling

untuk

sedikit

memahami

diberikan

dalam

1

kali

Seminar/penyuluhan

yang

dukungan

biasanya diselenggarakan dengan peserta

menjaga

dalam jumlah banyak seringkali membuat

kestabilan kesehatan ibu.

seminar menjadi tidak efektif. Tidak semua

Namun dalam kenyataannya kelas

peserta yang dapat mengutarakan pendapat

ibu hamil baru bisa berjalan pada beberapa

atau

daerah saja. Pelaksanaan ibu kelas ibu

kegiatan penyuluhan/seminar. Selain itu,

hamil

acara

terkendala

sosialisai

dan

juga

mengajukan

seminar

pertanyaan

yang

terkesan

dalam

resmi,

keinginan masyarakat yang masih rendah.

memungkinkan masyarakat untuk merasa

Selain itu keterbatasan tenaga kesehatan

bosan.

yang

pemahaman yang di dapat masyarakat pun

ada

dan

kurangnya

kesadaran

keluarga untuk turut serta juga menjadi

Jika

berkurang.

hal

itu

terjadi,

maka

5

kendala yang dihadapi oleh kelas ibu hamil. e. Desa Siaga d. Penyuluhan dan Seminar Kehamilan Penyuluhan

dan

Program

pemerintah

untuk

seminar

menurunkan AKI di Indonesia salah satunya

merupakan pertemuan untuk membahas

adalah dengan penggalangan desa siaga.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

44


Dalam program ini seluruh masyarakat

f.

Sosiodrama

terlibat dalam upaya preventif yang praktis

Sosiodrama

merupakan

metode

terhadap tanda –tanda dan keluhan selama

pemecahan masalah yang terjadi dalam

pra hingga pasca kehamilan. Masyarakat

konteks

diajarkan

mendramakan

tindakan

siaga

yang

harus

hubungan

dilakukan terhadap keluarga yang anggota

tersebut

keluarganya kehamilan.

sedang Beberapa

sosial

dengan

masalah-masalah

kedalam

sebuah

cara sosial

drama.

7

dalam

masa

Sosiodrama menuntut seorang pemeran

edukasi

yang

dalam

pertunjukan

mampu

menghayati

diberikan antara lain, mengingatkan untuk

tokoh yang diperankan karena itu yang akan

kontrol rutin ke pusat pelayanan kesehatan

mementukan

dan

mengkonsumsi

membantu

vitamin

menyediakan

masyarakat yang melihatnya. Masyarakat

asupan

nutrisi

dapat mengamati dan menganalis interaksi

nyaman

masyarakat

menghindari

menjaga

stress

kebersihan,

dan

melakukan olahraga secara teratur.

Hambatan

program yang

desa

diperankan,

mampu

untuk

sehingga memahami

maksud, informasi dan tujuan yang ingin

siaga.

banyak

Seperti yang kita tahu bahwa bentuk

pertunjukan

sosiodrama

yaitu pertunjukan teater tradisional maupun

adanya follow up dari dinas kesehatan

modern, wayang orang merupakan salah

setempat serta pemerintah desa terhadap

satu sumber kekayaan kebudayaan nasional

efektivitas pelaksanaan program desa siaga.

yang harus dilestarikan keberadaannya,

Selain itu tidak ada selektivitas dalam

ketoprak, janger, dan masih banyak lagi

pemilihan kader siaga yang sesuai dengan

yang

kompetensi

sehingga

menjadi lebih dekat dengan masyarakat

konsisten dalam

karena bentuk–betuk sosiodrama sendiri

diharapkan,

masyarakat pun tidak memberikan

yaitu

8

tersebut.

tidak

yang

dimaksud

yang

disampaikan dalam pertunjukan sosiodraa

Namun terdapat hambatan dalam pelaksanaan

peahaman

hamil,

pemeran

psikologis,

dari

ibu

yang baik, menciptakan lingkungan yang untuk

kualitas

upaya

preventif

terhadap

lainnya.

Diharapkan

sosiodrama

merupakan kebudayaan dari masyarakat.

keluhan yang dialami ibu hamil serta tidak secara

berkelanjutan

dalam

melakukan

g. Wayang Wong

pemantauan terhadap pola dan kebiasaan hidup ibu hamil.

6

Beberapa

Wayang Indonesia

program

artinya

Wong

dalam

wayang

bahasa

orang,

yaitu

pemerintah

pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan

untuk menurunkan AKI diatas, mempunyai

oleh orang. Wayang wong adalah bentuk

beberapa kelemahan sehingga sehingga

teater tradisional Jawa yang berasal dari

penurunan AKI pun terkendala. Oleh karena

Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam

itu perlu dibuat program penunjang yang

bentuk berbeda: dimainkan oleh orang,

lebih efektif dan diminati oleh masyarakat,

lengkap dengan menari dan menyanyi,

misalnya dengan Wayang Wong Sehat

seperti pada umumnya teater tradisional dan

(WWS).

tidak

memakai

topeng.

Keunikan

pertunjukan seni wayang wong tersebut,

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

45


merupakan

daya

tarik

tersendiri

bagi

wisatawan. Seni pertunjukkan wayang wong

metode promosi kesehatan yaitu “Wayang Wong Sehat (WWS)”. Wayang

juga menjadi aset budaya, dan sekaligus

Wong

Sehat

(WWS)

sebagai simbol serta identitas. Karena nilai

merupakan program

historis seni wayang wong tidak dapat

dengan media sosiodrama yang berasaskan

dilepaskan dari Keraton yang juga menjadi

kebudayaan Indonesia. Sosiodrama yang

salah

disajikan

satu

sentral

kebudayaan

Jawa.

promosi kesehatan

menggunakan

wayang

wong.

Sayangnya jenis seni yang potensial ini

Wayang Wong merupakan kebudayaan asli

keberadaannya

oleh

Indonesia yang juga merupakan tontonan

karenanya

favorit masyarakat Indonesia. Sasaran dari

ditinggalkan

program ini adalah ibu hamil, keluarga, dan

kehadiran

semakin

seni

terjepit

populer,

berangsur-angsur

penggemarnya. Oleh karena itu perlunya

masyarakat

seni pertunjukan wayang wong direvitalisasi,

menggunakan WWS ini menarik perhatian

dan

bahkan

diberdayakan.

9

Perbedaan

sasaran

umum.

dengan

Promosi

metode

kesehatan

audio

visual

mendasar yang terlihat antara wayang wong

learning, sehingga sasaran lebih mudah

pada umumnya dengan “Wayang Wong

menerima informasi. Media sosiodrama ini

Sehat” adalah adanya sentuhan kesehatan

menggabungkan

didalam ceritanya. Ceritanya menggunakan

ucapan dan gerakan, sehingga masyarakat

legenda dunia pewayangan dengan tema

lebih

kesehatan kususnya trias penyakit ibu hamil

diedukasikan kepada mereka. WWS ini juga

yaitu perdarahan, preeklamsi, dan infeksi.

bisa

Selain muatan hiburan, moral, dan budaya

menambah pengetahuan.

dalam cerita tersebut juga memberikan penegetahuan

bisa

antara

keterpaduan

menangkap

menjadi

alternatif

apa

yang

hiburan

yang

Selain sebagai media penambah

baru kepada masyarakat

pengetahuan untuk sasaran, WWS juga

tentang masalah kesehatan ibu hamil dan

dapat digunakan sebagai media pelestarian

melahirkan.

kebudayaan

wayang

wong

Indonesia.

Wayang wong merupakan pertunjukan yang Sehat

sangat

digemari

(WWS)” dengan Media Sosiodrama

namun

seiring

Berasaskan

Indonesia

kebudayaan tersebut semakin memudar.

Peningkatan

Maka, WWS adalah program yang sangat

h. Inovasi

sebagai

“Wayang

Wong

Budaya Upaya

Pengetahuan Ibu Hamil.

tepat

Program promosi kesehatan yang ada,

kebanyakan

metode

ceramah.

disampaikan Hal

itu

dengan

selain

mempunyai

masyarakat

Indonesia,

berjalannya

pelestarian peranan

waktu

budaya

juga

dalam

promosi

kesehatan

yang

kesehatan.

membuat

Promosi

masyarakat bosan, kurangnya minat, dan

diutamakan

edukasi yang diberikan juga tidak dapat

angka

diserap dengan baik oleh masyarakat. Oleh

Sosiodrama

karena

penyakit pada ibu hamil yaitu perdarahan,

itu,

kami

menawarkan

inovasi

kematian

preeklamasi,

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

adalah

untuk

ibu

WWS

infeksi.

menurunkan

melahirkan

ini

mengenai

Sosiodrama

(AKI). trias

yang

46


dilakukan akan terbagi dalam tiga series,

ketika seorang ibu hamil terkena preeklamsi

series

dan

pertama

akan

melakukan

sosio

bagaimana

cara

mencegahnya.

drama terkait perdarahan pada ibu hamil,

Sehingga WWS ini tidak hanya ditujukan

series kedua terkait preeklamsi pada ibu

pada ibu hamil saja, tetapi menitikberatkan

hamil, dan series ketiga terkait maslah

pada peran serta keluarga.

infeksi pada ibu hamil. WWS mengambil trias

ini,

karena

penyebab

kematian

Sosiodrama dalam WWS dikemas serupa

dengan

tokoh-tokoh

dalam

terhadap AKI terbesar yaitu perdarahan,

pewayangan. Namun, yang berubah adalah

preeklamsi, dan infeksi yang menyumbang

tema

presentase

preeklamsi, dan infeksi. Contoh sosiodrama

kematian

sebanyak ibu

28%

adalah

penyebab

perdarahan,

preeklamsi dan 11% infeksi.

10

24%

dari

WWS

ceritanya,

yang

yaitu

menceritakan

perdarahan,

Dewi

Shinta

Akan tetapi

meninggal saat melahirkan anaknya dan

faktor-faktor lain penyebab kematian pada

ketika perawat bertanya kepada Sri Rama

ibu melahirkan juga tidak bisa diabaikan,

kronologis saat Dewi Shinta hamil, Sri Rama

dan

pun

bisa

dimasukkan

dalam

program

lanjutan.

menceritakannya.

Kehamilan

Dewi

Shinta berbeda dengan kehamilan biasanya,

Peran tenaga kesehatan khususnya perawat dalam WWS ini adalah membantu

Dewi

dalam pembatan skenario sosiodrama yang

kakinya terlihat bengkak dan tidak bisa

berhubungan dengan trias penyakit ibu

menyusut

hamil dan membantu memberikan arahan

seninya berbeda dengan biasanya dan

seoarang tokoh yang memerankan ibu hamil

berbau khas seperti protein bahkan Dewi

dengan trias penyakit ibu hamil maupun

Shinta sering terbangun disaat malam dan

yang menjadi tenaga kesehatan dalam

buang air kecil. Semua keluarga tidak tahu

cerita sosiodrama tersebut. Seseorang yang

apa sebenarnya yang dialami oleh Dewi

memerankah

Shinta karena sebelumnya belum pernah

tokoh

dalam

sosiodrama

dituntut kualitasnya dalam menghayati

Shinta

sering

bengkaknya.

mengeluh

Warna

bahwa

dari

air

terjadi hal seperti itu. Perawat pun tahu apa yang terjadi pada Dewi Shinta dan dia

tokoh yang diperankan. Sebagai contoh jika

menjelaskan kepada semua orang yang

sosiodrama

Sehat

berada di Hastina Pura (kerajaan Sri Rama)

mengambil tema preeklamsi, maka yang

bahwa tanda-tanda yang dialami oleh Dewi

memerankan

pernah

Shinta adalah preeklamsi. Sosiodrama dan

mengetahui atau mengalami seperti apa dan

tema dibuat sedemikian rupa, sehingga

bagaimana

dapat

kehamilannya

Wayang

tokoh

menjadi

Wong

tersebut

seorang

mengalami

yang

memberi

pengetahuan

kepada

preeklamsi.

sasaran tentang menjaga kesehatan pada

Sehingga tokoh yang diperankan dapat

ibu hamil dan melahirkan dengan selamat

dipahami dan dianalisis oleh masyarakat

dengan menjangkau tenaga kesehatan tepat

kususnya ibu hamil. Selain memberikan

waktu.

gambaran terkait informasi preeklamsi juga

Setelah sosiodrama Wayang Wong selesai,

akan ditunjukkan apa yang harus dilakukan

masyarakat akan diberikan buku yang berisi

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

47


informasi dan pedoman kesehatan ibu hamil

Pemerintah

daerah

seperti

pelaksanaan

program

yang

dipertunjukkan

dalam

memantuau agar

dapat

sosiodrama. Hal itu bertujuan agar sepulang

terlaksana dengan baik mendapatkan

dari

feedback yang bagus dari masyarakat.

kegiatan

tersebut,

sasaran

dapat

c. Puskesmas

mengedukasi keluarganya dan msyarakat yang tidak hadir. Hal itu juga bertujuan, agar

Puskesmas

sebagai

penanggung

sasaran dapat mengulas pengetahuan yang

jawab kesehatan dalam lingkup desa

diberikan, di rumah. Pembagian buku ini

berfungsi untuk melaksanakan program

juga bisa dimaksimalkan lewat program

WWS kepada masyarakat.

kelas ibu hamil. Sehingga, penurunan angka

d. Kader Karang Taruna

kematian ibu melahirkan dapat dicapai dengan

meningkatnya

pengetahuan

Tim

ibu

kader

karang taruna

perlu

dibentuk untuk menyebarluaskan

hamil, keluarga, masyarakat, dan kesadaran

informasi yang sudah diberikan, sehingga

untuk datang ke tenaga kesehatan tepat

informasi dapat terus dijaga dan tidak

waktu.

berhenti hanya sampai satu generasi saja.

Tabel 1. Jadwal Tema Pementasan Sosiodrama “Wayang Wong Sehat (WWS)� No

Tema

Bulan

.

1

1.

Perdarahan

2.

Preeklamsi

3.

Infeksi

i.

Pihak-pihak

yang

Terkait

2

3

4

dalam

mewujudkan WWS

6

7

8

9

10

11

12

e. Pemain budaya Wayang Wong Peran para pemain wayang wong

a. Pemerintah dalam hal ini kementrian kesehatan

sangat besar, dikarenakan media yang digunakan

Pemerintah mempunyai peran untuk terus mengembangkan program-program kesehatan

5

sehingga

adalah

kesenian

wayang

wong. Disini, para lakon, dilatih sesuai alur cerita yang diprogramkan.

pemenuhan

kesehatan rakyat tercapai. Dalam hal ini, pemerintah

dapat

menjadikan

WWS

sebagai program unggulan pemerintak dalam menurunkan angka kematian ibu melahirkan. b. Pemerintah desa Pemerintah desa mempunyai peran meneruskan program pemerintah pusat hingga

sampai

kepada

masyarakat.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

48


SIMPULAN

Peraturan Kebijakan terkait Program WWS dari Dinas Kesehatan

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) Bekerja sama dengan theater wayang wong

Pelaksanaan Program oleh Puskesmas

Tenaga kesehatan mempromosikan program WSS kepada pemerintah desa

disebabkan oleh trias penyakit ibu hamil yaitu perdarahan 28%, preeklamsi 24%, dan infeksi

11%.

berbagai

Berbagai

media

pemerintah

telah

guna

upaya

dengan

dilakukan

menurunkan

oleh tingkat

kematian ibu di Indonesia, mulai

dari

Jampersal,

KIA

Penggunaan

Buku

(Kesehatan Ibu dan Anak), Kelas Ibu Hamil, Pemerintah desa, menyebarkan informasi ke semua kepala rumah tangga tentang WSS dan tujuannya

Penyuluhan dan Seminar serta Desa Siaga. Faktanya program dari pemerintah tersebut belum menunjukkan hasil yang diharapkan

Sasaran menerima informasi dengan baik

dengan masih tingginya AKI di Indonesia. Keadaan ini sekaligus menjadi indikator perlu adanya media baru

Sasaran tertarik untuk mengikuti kegiatan

menjadi

solusi

dari

yang dapat

masalah

tersebut.

Wayang Wong Sehat (WWS) diharapkan Pengetahuan bertambah

Sasaran (ibu hamil, keluarga dan masyarakat) datang melihat WWS

dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Setelah sosiodrama Wayang Wong

PULANG

Mendapatkan buku Edukasi

selesai, masyarakat akan diberikan buku yang

Pemberitahuan informasi kepada keluarga

berisi

kesehatan

informasi ibu

dan

hamil

pedoman

seperti

yang

dipertunjukkan dalam sosiodrama. Dalam - Mengetahui cara merawat ibu hamil dengan baik

pelaksanaannya program Wayang Wong

- Mengetahui kapan harus pergi ke pelayanan kesehatan

Sehat (WWS) akan dibantu oleh beberapa

- Mengetahaui resiko pada ibu hamil

pihak antara lain pemerintah dalam hal ini dinas

- Pengetahuan meningkat - Kesadaran pergi ke layanan kesehatan meningkat

kesehatan,

puskesmas,

kader

pemerintah karang

taruna,

desa, dan

pemain budaya wayang wong.Dukungan dari Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

masyarakat

juga

penting

demi

kelancaran program Wayang Wong Sehat (WWS) yang dapat bermanfaat secara

Gambar 1. Langkah Strategis Pelaksanaan Wayang Wong Sehat (WWS)

menyeluruh. Dengan demikian, diharapkan bahwa Wayang Wong Sehat (WWS) dapat menjadi solusi efektif dalam menurunkan AKI di Indonesia.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

49


SARAN

- Dalam pelaksanaan Wayang Wong Sehat Dalam pelaksanaan Wayang Wong

(WWS) harus ada pemantauan lebih lanjut

Sehat (WWS) perlu adanya perbaikan dan

agar program ini dapat berkelanjutan

saran yang membangun demi kelancaran

dalam jangka waktu yang panjang dan

metode ini. Saran-saran tersebut antara lain:

bisa bermanfaat bagi semua pihak yang

- Perlu adanya peran serta yang lebih aktif

terlibat terutama dalam memenuhi tujuan

dari berbagai pihak untuk mendukung

utama

pelaksanaan

informasi untuk menurunkan tingginya AKI

Wayang

Wong

Sehat

(WWS).

meningkatkan

ruang

lingkup

di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA 1. Moeloek, Nila Djuwita Farid. 2011. Peran Mahasiswa Keperawatan dalam Pencapaian MDGs. http://www.lpminstitut.com/nasional/50peran-mahasiswa-keperawatan-dalampencapaian-millenium-development-goalsmdgs. Diakses tanggal 1 Juli 2012 2. Stalker, Peter. 2008. Kita Suarakan MDGs demi Ketercapaiannya di Indonesia. http://malut.bps.go.id/index.php?option=co nten&view=artikel&id=453:mdgsdandata&catid=106:artikel&temid=528. Diakses tanggal 1 Juli 2012 3. John, Theodore. 2009. Mom Maternal Rate in the World (MMR). England: Duta Company 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2006. Panduan Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Indonesia. Jakarta: DEPKES 5. Firna, Amalya. 2008. Efektivitas Diskusi Publik dalam memberikan Edukasi Kesehatan kepada Masyarakat. Jakarta: Gramedia

6. Suyanto. 2007. Desa Siaga Ibu Hamil untuk Negeri. Jakarta: Gramedia 7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta: Gramedia 8. Subangkit, Hasan. 2007. Sosiodrama dalam Pembelajaran Masalah Sosial dan Politik. http://www.sosiodrama.com/sosiodramadalam-pembelajaran-masalah-sosial-danpolitik/id. Diakses tanggal 2 Juli 2012 9. Jumadi, Sabiantoro. 2006. Kebudayaan Daerah Wayang Wong Jawa. http://www.keseniandaerah.go.id/pages/ke senian-wayang-wongjawa.aspx?IDP=8&1=id. Diakses tanggal 2 Juli 2012 10. Stalker, Peter. 2008. Kita Suarakan MDGs demi Ketercapaiannya di Indonesia. http://malut.bps.go.id/index.php?option=co nten&view=artikel&id=453:mdgsdandata&catid=106:artikel&temid=528. Diakses tanggal 1 Juli 2012.

Juara II Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) ILMIKI Ke-IV di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, tahun 2012

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

50


Tinjauan Pustaka

PROSES BERDUKA (BEREAVEMENT) DAN SPIRITUALITAS KELUARGA PADA PASIEN DENGAN STROKE Muhamad Z. A’la*, Atikah Fatmawati*, Iyus Yosep**, Hana R. Dewi**

*Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran **Dosen Keperawatan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK Stroke adalah salah satu masalah kesehatan serius. Masalah yang terjadi tidak hanya pada pasien, tetapi juga berdampak kepada keluarga. Proses berduka akan dilewati oleh keluarga pada pasien dengan stroke. Dukungan spiritual dapat digunakan untuk menghadapi reaksi berduka.Pendekatan dukungan spiritual merupakan area mandiri keperawatan.Artikel yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah melalui penyedia jurnal elektronik.Kriteria artikel yang dipakai adalah terbitan tahun 1998-2013 dan tersedia di perpustakaan universitas serta beberapa literatur yang mendukung dalam proses penulisan. Pembahasan telaah literatur ini terkait masalahyang muncul pada keluarga dengan pasien stroke, aspek spiritualitas dalam individu, spiritualitas sebagai faktor protektif kejadian depresi dan proses berduka tidak efektif; serta implikasi pada asuhan keperawatan dan penelitian. Kesimpulan telaah literatur ini adalah Kesehatan psikologis menjadi satu hal penting dalam pelayanan keperawatan. Kemungkinan terjadinya kematian yang mendadak akibat stroke dapat menimbulkan respon berduka (bereavement).Salah satu tindakan mandiri keperawatan yang dapat dintegrasikan untuk mengatasi respon tersebut adalah memberikan dukungan dengan pendekatan spiritual. Kata Kunci : Bereavement, Spiritualitas, keluarga pada pasien Stroke

ABSTRACT Stroke is one of the serious health problems . The problem that occurs not only in patients , but also the problems experienced by the family . The Bereavement will be bypassed by the family in stroke patients. Spiritual support can be used to deal with grief reactions. Spiritual support approach is independent nursing intervention area. Articles used in the study of this literature are through the provider of electronic journals. Article used in the literature review was published in 1998-2013 and is available in the university library. Some literature that supports the writing process are also added in this literature review. Discussion of this literature review related: Problem issues that arise in families with stroke patients; Concept of bereavement; The individual aspects of spirituality; spirituality as a protective factor of depression and the ineffective grieving process; and Implications for nursing care and research .The Conclusions is psychological health become an important thing in nursing care. Occurrence of sudden death due to stroke can cause a bereavement problem. One of the actions that can interface the independent nursing to address the response is to provide support with a spiritual approach. Keywords: Bereavement, Spirituality, family with stroke patients

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

51


PENDAHULUAN

Melihat

fenomena

dan

fakta

Stroke adalah salah satu masalah

tersebut, perlu adanya telaah literatur yang

kesehatan yang serius. Tahun 2015, WHO

sistematis dan membutuhkan pendekatan

mengistemasi terdapat 20 juta orang yang

ilmiah

akan meninggal karena stroke. Proporsi

literatur yang sesuai untuk menjawab

kematian stroke adalah 15,4% pada tahun

masalah dan fenomena tersebut adalah

2007. Setiap 7 orang yang meninggal di

tentang spiritualitas pada keluarga dengan

Indonesia,

pasien stroke.

1

diantaranya

karena stroke

disebabkan

(1)

METODE

berdampak kepada keluarga. Kematian pasangan terminal

yang

pada

Artikel

keluarga

ditinggalkan

mengalami

atau pasien

yang

digunakan

dalam

telaah literatur ini adalah melalui penyedia jurnal

elektronik

EBSCO,

Sciendirect,

yang

Springer dan Google Scholar. Laman

Kematian akibat kehilangan

penyedia jurnal tersebut dipilih karena

pasangan ataupun kehilangan anggota

telah diketahui secara umum sebagai

keluarga yang dicintai, mortalitasnya lebih

penyedia

besar dari padaCardiovasculer Desease

perpustakaan universitas penulis. Kata

(2).

signifikan

(3)

peningkatan

penyusunannya.Telaah

.

. Masalah yang terjadi

tidak hanya pada pasien, tetapi juga

dalam

akses jurnal yang tersedia di

yang

kunci yang dipakai adalah “stroke dan

ditinggal pasien mencapai 75-100% pada

spiritual” “bereaved family dan spiritual”.

(4)

Kriteria artikel yang dipakai adalah terbitan

(CVD)

6

bulan

kematian

.

Mortalitas

pertama . pasangan

keluarga

Stressor adalah

akibat

penyebab

stress tertinggi stress juga berpengaruh (5)

tahun

1998-2013

dan

tersedia

di

perpustakaan universitas serta beberapa

terhadap depresi pada keluarga . Depresi

literatur yang mendukung dalam proses

muncul karena adanya reaksi abnormal

penulisan telaah literatur.

dari proses berduka. Hal ini memerlukan solusi dalam penurunan angka mortalitas keluarga yang ditinggal pasien Dukungan

(6)

.

PEMBAHASAN Pembahasan hasil telaah literatur

spiritual

dapat

ini meliputi : masalah keluarga dengan

menghadapi

reaksi

pasien stroke; konsep proses berduka

berduka.Dukungan spiritual tidak hanya

(Bereavement); aspek spiritualitas dalam

terbatas dalam praktik keagamaan seperti

individu;

halnya

maupun

protektif kejadian depresi dan proses

berdoa, akan tetapi dukungan spiritual juga

berduka tidak efektif; serta implikasi pada

mengacu

asuhan keperawatan dan penelitian.

digunakan

untuk

membaca

kitab

pada

suci

aktivitas

yang

menenangkan, menghibur, mendengarkan, menghormati

privasi,

serta

membantu

mencari makna dan tujuan hidup keluarga (3)

.

Pendekatan

dukungan

spiritual

merupakan area mandiri keperawatan.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

spiritualitas

sebagai

faktor

a. Masalah Keluarga dengan Pasien Stroke Transisi

sehat

sakit

adalah

gerakandari keadaan sehat atau sejahtera ke arah sakit atau sebaliknya

(7)

.

52


Saat

seseorang

perubahan

keadaan

mengalami

tersebut

maka

perawatan kesehatan yang salah satunya adalah

hospitalisasi

(13)

bertemu keluarga di ruang ICU

, dan

kemungkinan terjadi kematian mendadak (14).

Reaksi

berduka

(bereavement)

menjadi

sangat

pasien

dengan

akibat kematian mendadak dari pasangan

kasus penyakit kronis yang terkadang

lebih banyak melibatkan respon emosional

harus menjalani hospitalisasi dalam jangka

seseorang

waktu

kesepian, tidak berdaya, putus asa,dan

penting.Terlebih

lama.

pada

Bagi

sebagian

orang,

(15)

, yang berupa perasaan

(16)

menjalani perawatan inap di rumah sakit

shock

atau pelayanan kesehatan lain dapat

sangat

memicu timbulnya berbagai efek psikologis

intensitas, durasi, dan adaptasi terhadap

yang negatif, diantaranya stress, cemas,

kehilangan

depresi,

bahkan

harga

(8)

diri

rendah .

. Respon emosional tersebut heterogen (17)

(bereavement)

.

tergantung

Reaksi

berduka

kemungkinan

memiliki

Tidakhanya dirasakan oleh pasien, efek

konsekuensi

psikologis tersebut dapat juga dirasakan

emosional, fisik, sosial, dan fungsi kognitif

oleh keluarga atau pasangan.

(10)

dapat

dirasakan

oleh

keluarga

pada

aspek

.

Pendapat bahwa efek psikologis juga

negative

dari

Konsekuensi

negative

tersebut

dapat berupa peningkatan level depresi,

didasarkan padagagasan bahwa keluarga

peningkatanresiko

adalah

pada fungsi fisik, peningkatan level stress

sebuah

system

yang

akan

kematian,

terganggu keseimbangannya jika salah

dan

satu

bahkan

emosional dan sosial,penurunan fungsi

. Efek psikologis tersebut

memori, peningkatan resiko bunuh diri,

terjadi karenaadanya kondisi objektif dari

peningkatan level dari kecemasan, dan

keluarga

resiko pada ketidakteraturan mood

anggotanya

meninggal

sakit

atau

(9)

atau

pasangan

setelah

mengalami kehilangan anggota keluarga, atau yang biasa disebut dengan reaksi berduka

(bereavement)

(10)

financial,

kesepian

(10)

.

Hal penting yang harus dipahami olehpopulasi

yang

mengalami

reaksi

Reaksi

berduka(bereavement) untuk mencegah

berduka ini juga seringdijumpai pada

terjadinyakonsekuensi negative tersebut,

keluarga

antara lainbahwa kehidupan akan kembali

yang

salah

.

kebutuhan

kerusakan

satuanggotanya

terkena stroke.

lagi ke kondisinormal, rasa penerimaan

Gejala stroke bisa menjadi suatu hal yang menegangkan bagi keluarga

(11)

.

tentang kematianmerupakan bagian dari proses kehidupan yangakan dijalani, dan

Pada kasus stroke, hal tersebut didasari

kemampuan

pada banyaknya masalah yang dapat

masa lalu yang menyedihkan

timbul dari kondisi anggota keluarga yang

untuk

berhentimemikirkan (18)

.

Peran penting tenaga kesehatan,

terkena stroke.Misalnya : konflik yang

khususnya

terjadi

tersebut

menyediakan dukungan yang tepat dan

merupakan sumber pencari nafkah dalam

efektif pada keluarga atau populasi yang

karena

keluarga

(12),

pasien

stroke

keterbatasan akses untuk

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

perawat

adalah

membantu

mengalami reaksi berduka (bereavement)

53


agar dapat beradaptasi dengan kondisi dan

kenyataan

yang

(19)

dihadapi

.

kematian

itu

terjadi,

kedekatan

yang

diharapkan tadi tidak akan pernah bisa

Salahsatu dukungan yang dapat diberikan

kembali,

padakeluarga

menyebabkan perasaan marah dan putus

atau

populasi

yang

mengalami reaksi berduka (bereavement)

hal

inilah

yang

dapat

(2)

asa .

adalah dukungan spiritual. c. Aspek Spiritualitas dalam Individu b. Konsep

proses

berduka

(bereavement)

Spiritual memiliki makna yang luas. Wright

Kematian merupakan salah satu

(21)

mendefinisikan spiritual sebagai

apapun atau siapapun yang memberikan

situasi yang sering dihadapi oleh perawat

makna

dan tenaga kesehatan lain. Pemahaman

seseorang.

tentang reaksi dan respon kesedihan dan

sebagai sebuah arti hidup dan kedamaian

berduka

penting

hati dan terkait dengan hubungan dengan

perawat

supaya

untuk

dimiliki

dapat

aoleh

memberikan

dukungan yang tepat pada pasien dan anggota keluarga yang mengalaminya

(20)

.

dan

tujuan

dalam

Spiritual

Sang Pencipta

(22).

kehidupan

dapat

diartikan

Kebutuhan spiritual juga

mengacu pada hubungan diri manusia dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih (23)

Teori tentang respon dan reaksi berduka

besar darinya

salah satunya adalah Teori KČ•bler-Ross

dalam spiritualitas adalah makna, tujuan,

dalam Buglass

(20)

yang mengidentifikasi 5

harapan,

. Aspek yang termasuk

iman,

eksistensi

individu,

tahapan dari proses berduka, yaitu denial

transedensi, kedamaian, dan hubungan

(penolakan),

dengan orang lain.

bargaining depression

anger

(kemarahan),

(proses

The Canadian Nurses Association

tawar-menawar),

(kondisi

depresi),

dan

acceptance (proses menerima).

(24)

menyebutkan

bahwa

spiritualitas

merupakan dimensi yang tidak terpisahkan

Menurut Corr dalam Buglass

(20)

,

dari kesehatan individu. Hal ini diperkuat (25)

teori KČ•bler-Ross tersebut menyerupai

oleh Velasco-Gonzalez & Rioux

mekanisme pertahanan diri yang terlalu

berpendapat

linier, kaku, dan pasif untuk digunakan

merupakan indikator objektif dari kualitas

dalam proses kesedihan dan berduka

hidup selain kesehatan fisik, kesehatan

akibat

jiwa, levelindependensi, hubungan sosial

respon dengan

kematian. dan

Dalam

reaksi

upaya

psikoanalitik,

kesedihan

untuk

memutus

terkait dan

bahwa

yang

spiritualitas

dan lingkungan. Berbagai definisi dan pentingnya

melepaskan energy dan kedekatan yang

spiritualitas

telah

kemudian membandingkan antara agama

didapatkan

meninggal,

serta

dari

orang

yang

terganggunya

ikatan

(religion)

membuat

dan

berbagai

spiritualitas,

Walker

(26)

kausalitasnya.

mengalami respon tersebut akan berusaha

menyamakan

mendapatkan kembali perasaan kedekatan

agama dan kedua istilah tersebut dapat

yang pernah ada sebelumnya. Ketika

digunakan bergantian. Hal ini berbeda

antara

&

dan

kasih sayang yang kuat. Individu yang

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

Gorsuch

ahli

spiritualitas

54

dan


denganHill

&

(27)

yang

berduka yang efektif pada keluarga yang

memberikan pendapat bahwa spiritualitas

ditinggalkan. Menurut Walsh, King, Jones,

dan

Tookman,

agama

perbedaan.

Pargament

memiliki Hill

persamaan

berpendapat

dan

bahwa

&

Blizard

(30)

,

menyebutkan

bahwa spiritual berkaitan erat dengan

agama merupakan bagian dari spiritualitas.

proses

Beberapa pendapat juga beranggapan

(bereavement).

bahwa spiritualitas merupakan bagian dari

hilangnya makna spiritualitas merupakan

(28)

faktor resiko dari proses berduka tidak

dan

efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian

agama.

Menurut

berpendapat

Horsburgh

perbedaan

agama

berduka

pada

keluarga

Penurunan

(3)

spiritualitas terletak pada fokus kajian,

Strada-Russo

agama lebih berfokus pada aturan, iman

bahwa

dan

protektif dalam proses berduka yang tidak

kepercayaan

sistem,

sedangkan

spiritualitas

spiritualitas berfokus pada makna hidup

efektif

yang berasal pengalaman serta hubungan

terminal.

dengan Sang Pencipta.

yang

ataupun

pada

menyebutkan

merupakan

keluarga

Pentingnya

faktor

dengan

spiritual

pasien

sebagai

Perbedaan definisi spiritualitas dan

protektif dalam proses berduka tidak efektif

agama tidak berdampak besar terhadap

sebagai upaya dalam penurunan angka

pentingnya spiritualitas dalam peningkatan

kematian dari keluarga yang ditinggal.

status kesehatan. Kedua istilah ini saling

Kematian ini berasal dari depresi yang

melengkapi dan menjadi indikator penting

semakin

meningkat

pada

keluarga

mulai

derajat (29)

Menurut

kesehatan

individu.

spiritual lebih dipilih dalam

mengalami

anggota

terdiagnosa

kematian

akibat

penyakit

terminal

Agama bersifat lebih personal dan lebih

menunjukkan bahwa kejadian depresif

mengedepankan

keagamaan,

berat muncul sekitar 50% dari janda/duda

sedangkan spiritual bersifat global dan

setelah satu bulan kematian pasangan.

mampu

25% setelah dua bulan , 16% setelah satu

diukur

secara

objektif

serta

mempunyai kesamaan dari setiap individu.

satunya

sampai

pendekatan penelitian daripada agama.

aturan

salah

ketika

stroke.

tahun dan 6% setelah dua tahun

Terkait definisi dan makna di atas,

Menilik

pentingnya

Data

(31)

.

spiritual

spiritualitas dapat dikatakan sebagai salah

sebagai indikator kualitas hidup hingga

satu aspek penting dalam menghadapi

sebagai faktor protektif dalam proses

masalah yang muncul pada tiap tahap

berduka yang tidak efektif, perlu adanya

kehidupan, misalnya kejadian kematian

pendekatan dalam peningkatan spiritual

dan proses berduka (bereavement).

sebagai

upaya

pencegahan

berduka yang tidak d. Spiritualitas

Sebagai

Faktor

peningkatan

spiritual

proses

efektif. Intervensi perlu

mendapat

Protektif dalam Proses Berduka

perhatian khusus. Menurut Read & Bowler

Tidak Efektif pada Keluarga

(32)

Peningkatan

spiritual

dukungan

spiritual

untuk

keluarga

mengarah

dengan penyakit terminal yang efektif

pada pentingnya upaya menuju proses

adalah dengan pendekatan psikososial

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

55


dan keterlibatan pasien atau keluarga

karena hal ini merupakan fenomena yang

secara langsung dalam terapi.

dimungkinkan akan terus berkembang dan membawa manfaat bagi kesehatan mental

e. Implikasi Untuk Keperawatan dan Penelitian

(36)

. Penelitian terkait intervensi mandiri

keperawatan

Pemahaman

keluarga

yang

konsep

mengalami respon berduka perlu untuk

spiritualitas sudah seharusnya dimiliki oleh

terus dikembangkan, mengingat selama ini

perawat

yang banyak ditemukan adalah penelitian

sebagai

tentang

pada

salah

satu

tenaga

kesehatan profesional. Sehingga tidak lagi

yang hanya berfokus pada pasien saja.

timbul anggapan bahwa spiritual adalah selalu terkait dengan ritual keagamaan

SIMPULAN DAN SARAN

(ibadah, berdoa, membaca kitab suci, dan

Kesehatan psikologis menjadi satu

(33)

hal terpenting yang dapat mempengaruhi

terdapat beberapa praktik yang dapat

kondisi kesehatan manusia secara umum.

digunakan terkait spiritual yang berefek

Pada penyakit stroke, selain dialami oleh

terhadap kesehatan mental seseorang,

pasien, perubahan kondisi psikologis juga

diantaranya refleksi mendalam terhadap

dirasakan oleh keluarga atau pasangan.

apa yang telah terjadi, mempertahankan

Hal

hubungan dengan keluarga dan teman,

terjadinya

dan apresiasi terhadap seni.

stroke, yang dapat menimbulkan respon

lain-lain). Menurut Okamoto et al.

Terkaitdengan keperawatan,

salah

tindakan satu

mandiri

yang

dapat

ini

berduka

terkait

dengan

kematian

kemungkinan

mendadak

(bereavement).

akibat

Salah

satu

tindakan mandiri keperawatan yang dapat

diaplikasikan yaitu mengintegrasikan art

dintegrasikan

therapy dalam pelaksanaan life review

tersebut adalah memberikan dukungan

pada populasi yang mengalami respon

dengan pendekatan spiritual.Pendekatan

berduka

(bereavement)

(34)

respon

tersebut dipercaya dapat memberikan efek

dibutuhkan juga interpersonal psikoterapi,

baik untuk mengurangi dampak psikologis

yang diyakini juga memiliki efek baik

dan konsekuensi negative yang mungkin

terhadap depresi sebagai respon berduka

muncul dari respon berduka

(bereavement) dengan

Re-integrasi spiritualitas

psikoterapi

dipandang

Selain

mengatasi

itu,

(35).

.

untuk

sebagai

sebaiknya tren

sesaat

(bereavement).

tidak saja,

DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan. Buletin Jendela Data dan Informasi. Jakarta; 2012;1–48. 2. Stroebe M, Schut H, Stroebe W. Health outcomes of bereavement. Lancet [Internet]. 2007 Dec 8;370(9603):1960–73. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 8068517

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

3. Strada-Russo E. Spirituality as a Protective Factor in Complicated Bereavement. San fransisco; 2006. 4. Mendes de Leon C, Kasl SV, Jacobs S. Widowhood and Mortality Risk in a Community Sample of the Elderly: a Prospective Study. J Clin Epidemiol. 1993;46:519–27.

56


5. DeLaune S, Ladner P. Fundamental of Nursing: Standards & Practice [Internet]. Second Edi. New York: Delmar / Thomson Learning; 2002. Available from: http://delaune.delmarnursing.com 6. Michalski MJ, Vanderwerker LC, Prigerson HG. Assessing grief and bereavement: observations from the field. Omega. 2007;54(2):91–106. 7. DeLaune SC, Ladner PK. Fundamentals Of Nursing : Standards and Practice. Second edition. Esperti CL, editor. New York: Thomson Learning; 2002. 8. Gammon J. Analysis of the stressful effects of hospitalisation and source isolation on coping and psychological constructs. International journal of nursing practice. 1998 Jun;4(2):84–96. 9. Tan HM, Wilson A, Olver I, Barton C. The Experience of Palliative Patients and Their Families of a Family Meeting Utilised as an Instrument for Spiritual and Psychosocial Care: A Qualitative study. BMC palliative care [Internet]. BioMed Central Ltd; 2011 Jan [cited 2013 Sep 25];10(1):7. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=3073937&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 10. Shah SN, Meeks S. Late-life Bereavement and Complicated grief : A Proposed Comprehensive Framework. Aging & Mental Health. 2012;16(1):39–56. 11. Haley WE, Allen JY, Grant JS, Clay OJ, Roth DL. Problems and Benefits Reported by Stroke Family Caregivers: Results from a Prospective Epidemiological Study. Stroke. 2010;40(6):2129–33. 12. Wallace S, Christianna S. Emotional and Physical Health of Informal Caregivers of Residents Journal of Gerontology. 2008;63B(3):171–83. 13. Olsen KD, Dysvik E, Hansen BS. The meaning of family members’ presence during intensive care stay: a qualitative study. Intensive & critical care nursing : the official journal of the British Association of Critical Care Nurses [Internet]. 2009 Aug [cited 2013 Mar 10];25(4):190–8. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 9497746

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

14. Tatsuno J, Yamase H, Yamase Y. Grief Reaction Model of Families who Experienced Acute Bereavement in Japan. Nursing & health sciences [Internet]. 2012 Jun [cited 2013 Sep 11];14(2):257–64. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 2640022 15. Valentine C. Academic Constructions of Bereavement. Mortality. 2006;11(1):57–78. 16. Green D. A Shoulder to Cry on : Support Through Bereavement. Nursing & Resdential Care. 2013;15(2):68–71. 17. Lister S, Pushkar D, Connolly K. The Arts in Psychotherapy Current bereavement theory : Implications for art therapy practice. The Arts in Psychotherapy. 2008;35:245–50. 18. Currow DC, Allen K, Plummer J, Aoun S, Hegarty M, Abernethy AP. Bereavement Help-seeking Following an “Expected” death: a Crosssectional Randomised Face-to-face Population Survey. BMC palliative care [Internet]. 2008 Jan [cited 2013 Sep 25];7:19. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=2637838&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 19. Burton CR, Payne S. Integrating Palliative Care Within Acute Stroke Services: Developing a Programme Theory of Patient and Family Needs, Preferences and Staff Perspectives. BMC palliative care [Internet]. 2012 Jan;11:22. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=3539873&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 20. Buglass E. Grief and Bereavement Theories. Nursing standard [Internet]. 2010;24(41):44–7. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 0608339 21. Wright LM. Spirituality, Suffering,and Illness: Ideas for healing. Philadelphia: F.A. Davis Comp; 2005. 22. Stanworth R. Attention: A Potential Vehicle for Spiritual Care. Journal of Palliative care. 2002;18(3):192–5. 23. Galek K, Flannelly KJ, Vane A, Galek MARM. Assessing a Patient ’ s Spiritual Needs. 2005;62–9. 24. CNA. Spirituality, Health and Nursing Practice. Canada; 2009 p. 1–4.

57


25. Velasco-Gonzalez L, Rioux L. The Spiritual Well-Being of Elderly People: A Study of a French Sample. Journal of religion and health [Internet]. 2013 Apr 9 [cited 2013 Sep 25]; Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 3568407 26. Gorsuch R, Walker D. Measurement and research design in studying spiritual development. In: King PE, Wagener LM, Benson PL, editors. Handbook of Spiritual Development in Childhood and Adolescence. CA: Sage Publication; 2006. p. 92–103. 27. Hill PC, Pargament KI. Advances in the conceptualization and measurement of religion and spirituality: Implications for physical and mental health research. American Psycologist. 2003;58(1):64–74. 28. Horsburgh M. Towards an inclusive spirituality: Wholeness, interdependence and waiting. Disability & Rehabilitation. 1997 Jan;19(10):398–406. 29. Fisher JW. assesing& Nurturing Spiritual Well-Being via Education. Ballarat; 2009 p. 1–266. 30. Walsh K, King M, Jones L, Tookman A, Blizard R. Spiritual beliefs may affect outcome of bereavement: prospective study. BMJ (Clinical research ed) [Internet]. 2002 Jun 29;324(7353):1551. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=116607&tool=pmc entrez&rendertype=abstract 31. Ando M, Morita T, Miyashita M. Effects of Bereavement Life Review on Spiritual Well-Being and Depression. Journal of Pain and Symptom Management. 2010;40(3):453–9. 32. Read S, Bowler C. Life Story Work and Bereavement : Shared Reflections on its Usefulness. Learning Diasability Practice. 2007;10(4):10–4. 33. Okamoto T, Ando M, Morita T, Hirai T, Kawanura R, Mitsunori M, et al. Religious Care Required For Japanese Terminally ill Patients with Cancer From the Perspective of Bereaved Family Members. Am J Hosp Palliat Care. 2010;27(1):50–4. 34. Ando M, Morita T, Miyashita M. Effects of Bereavement Life Review on Spiritual Well-Being and Depression.

BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juni - Desember 2013

Journal of Pain and Symptom Management. 2010;40(3):453–9. 35. Hensley PL. Treatment of bereavement-related depression and traumatic grief. Journal of affective disorders [Internet]. 2006 May [cited 2013 Sep 22];92(1):117–24. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 6458978 36. McGuire EP. The Role of Spiritual and Religious Coping Strategies in The Wellness and Recovery of Adults Receiving Mental Health Services. Sacramento; 2009.

58


BIMIKI l Volume 2 No. 1 l Juli - Desember 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.