SUSUNAN PENGURUS Penyunting Ahli Pelindung Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes, Ph.D Universitas Gadjah Mada
Dr. drg. Widjijono, S.U. Universitas Gadjah Mada
drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH.
Penasehat drg. Retno Ardhani, M.Sc. Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada
drg. Margareta Rinastiti, M.Kes, Ph.D Universitas Gadjah Mada
drg. Christnawati, M.Kes, Sp.Ort Universitas Gadjah Mada
Pimpinan Umum Mutma Inna Universitas Gadjah Mada
Penyunting Pelaksana
Universitas Gadjah Mada
Septika Prismasari Universitas Gadjah Mada Apriliani Astuti Universitas Gadjah Mada Novi Atmania D. Universitas Gadjah Mada Inten Pratiwi Universitas Gadjah Mada Youvanka Arsy Winmirah Universitas Gadjah Mada
Sekretaris
Humas dan Promosi
Nanda Nur Andityas
Navilatul Ula Universitas Gadjah Mada Isti Noor Masita Universitas Gadjah Mada Muhammad Fahmi Alfian Universitas Gadjah Mada Nur Rahmawati Sholihah Universitas Gadjah Mada Diftya Twas Galih Atyasa Universitas Gadjah Mada Novaria Universitas Gadjah Mada
Pimpinan Redaksi Failasofia
Universitas Gadjah Mada
Bendahara Rika Putri S. Universitas Gadjah Mada
Tata Letak dan Layout Mika Cendy Permatasari Universitas Gadjah Mada Ratihana Nurul Indias Universitas Gadjah Mada Amalia Rachmawati S. Universitas Gadjah Mada Nur Amalia Puspitasari Universitas Gadjah Mada
i BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
DAFTAR ISI
ISSN : 2302-6448
Susunan Pengurus................................................................................................................................... i Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii Petunjuk Penulisan ‌‌......................................................................................................................... iii Sambutan Pimpinan Redaksi.............................................................................................................. ix
Research Hubungan Antara Durasi Hemodialisis Dengan Periodontitis Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik (Kajian di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh) Dara Mauliza, Oki Tristanty .................................................................................................................................................................................................................................. 1
Aktivitas Antibakteri Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) terhadap Enterococcus faecalis secara In Vitro Dian R. Rinanda, Andi Y. Daulay .................................................................................................................................................................................................................................. 8
Literature Study Potensi Enzim Bromelin Pada Bonggol Nanas (Ananas comosus) Sebagai Bahan Anti Plak Dalam Pasta Gigi Muhammad A. Najib, Hendri J. Permana, Fatkhur Rizqi .................................................................................................................................................................................................................................. 16
Pentingnya Data Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil (Upaya Menunjang Program MDGS 2015) Irma Ariany Syam, Baiq Miftahul Fatia, Andi Fatima T .................................................................................................................................................................................................................................. 23
Ort-Card (Orthodontic Card) Sebagai Upaya Melindungi Masyarakat Terhadap Kesalahan Perawatan Akibat Pemasangan Kawat Gigi Ilegal Irma Ariany Syam, Akmalia Rosyada, Ayu Putri Djohan .................................................................................................................................................................................................................................. 30
Perawatan Apeksogenesis Dengan Mineral Trioxide Aggregate (MTA) Pada Gigi Permanen Muda Febrina Audina .................................................................................................................................................................................................................................. 36
Papain-Based Gel Sebagai Agen Chemo-Chemical Caries Removal Yang Ramah Lingkungan Dian R. Rinanda, Andi Y. Daulay .................................................................................................................................................................................................................................. 41
ii BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Indonesian Dental Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit setiap 6 bulan sekali setiap bulan maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI. Ketentuan umum : 1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain. 2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan. 3. Penulisan naskah : a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. b. Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2,5 cm. c. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. d. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman. 4. Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimkgi@bimkes.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Ketentuan menurut jenis naskah : 1
Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan isi (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2
Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.
3
Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi muda. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
iii BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
4
Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca.
5
Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran gigi.
6
Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi).
7
Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
Ketentuan khusus : 1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul karangan (Title) b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution) c. Abstrak (Abstract) d. Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan vi. Saran vii. Ucapan terima kasih e. Daftar Rujukan (Reference) 2.
Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul b. Nama penulis dan lembaga pengarang c. Abstrak d. Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas) iv
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
ii. Pembahasan iii. Kesimpulan iv. Saran e. Daftar Rujukan (Reference) 3.
Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan subjudul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis italic.
4.
Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.
5.
Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
6.
Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
7.
Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).
8.
Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis.
9.
Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.
v BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. vi BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 1519; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. b. Diterbitkan oleh unit pelaksana Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
vii BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
3. Materi elektronik i. Naskah journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
viii BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
SAMBUTAN PIMPINAN REDAKSI Assalamu’alaikum wr. Wb. Salam Sejahtera untuk kita semua. Menciptakan sebuah karya bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan waktu dan proses yang panjang. Diawali dari ide yang cemerlang dan diikuti kemauan yang besar untuk merealisasikannya. Karya tulis merupakan salah satu bentuk realisasi dari ide-ide yang ada. Proses realisasi ini membutuhkan proses yaitu proses pembelajaran yang yang harus dilakukan agar mendapatkan hasil yang optimal. Mahasiswa Kedokteran Gigi saat ini dihadapkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga pola berfikirnya pun dituntut untuk berkembang saling beriringan. Keadaan ini memicu munculnya ide-ide baru di dunia Kedokteran Gigi dari para mahasiswa. Banyak ide-ide yang sudah terealisasi melalui sebuah tulisan, namun masih sedikit yang muncul ke permukaan. BIMKGI inilah wadah bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi se-Indonesia untuk mempublikasikan karya terbaiknya. Publikasi karya ilmiah ini tidak hanya suatu usaha apresiasi dengan menampilkan karya tetapi juga suatu bentuk usaha ikut mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Kedokteran Gigi. Selain itu, merupakan suatu usaha untuk berbagi ilmu pengetahuan bagi sesama. Proses pembelajaran dalam pe-nulisan, dari munculnya ide sampai terealisasikan menjadi sebuah karya tulis itu akan tersirat dan menjadi motivasi bagi yang lain untuk ikut berkontribusi. Banyak sekali ilmu yang dapat diambil dari seluruh karya yang dipublikasikan dalam BIMKGI baik. Seluruh artikel penelitian dan studi pustaka yang dipublikasikan dalam volume 2 edisi 1 ini dapat diakses oleh seluruh mahasiswa, praktisi, maupun masyarakat umum. Sebagai pimpinan redaksi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus BIMKGI atas ker-jasa dan kerja kerasnya sehingga dapat menerbitkan berkala ilmiah ini. Terima kasih dan apresiasi kepada seluruh penulis atas kerja keras yang dilakukan dalam usaha ikut mengembangkan ilmu pengetahuan, serta kepada Mitra Bebestari yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menilai karya ilmiah ini demi hasil yang terbaik.Semoga seluruh karya yang dipublikasikan dalam BIMKGI kali ini dapat memberikan man-faat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , serta motivasi bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi untuk ikut berkontribusi dalam BIMKGI. Akhir kata, semoga seluruh harapan kami tercapai dan mohon maaf apabila terjadi kesalahan selama proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia ini. Kritik dan saran sangat kami nantikan demi perbaikan diedisi selanjutnya. Together We Can, Together We Serve The Best! Wassalamu’alaikum wr.wb Yogyakarta, 5 Januari 2014 Failasofia
(Pimpinan Redaksi) ix BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
Research
HUBUNGAN ANTARA DURASI HEMODIALISIS DENGAN PERIODONTITIS PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (Kajian di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh) 1
Dara Mauliza , Oki Tristanty
1
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Jln. Tgk. Tanoh Abee Kompleks FK Unsyiah Darussalam, Banda Aceh 23111 Email: t_qhey@yahoo.com
ABSTRAK Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan dunia, dengan jumlah penderita yang bertambah setiap tahun. Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara perlahan yang berkaitan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. Pasien gagal ginjal kronik biasanya diberikan terapi hemodialisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengeluarkan produk sisa metabolisme.Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sering terjadi periodontitis akibat kondisi kebersihan mulut yang buruk danmenjadi semakin parah seiring bertambahnya durasi hemodialisis yang dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara durasi hemodialisis dengan periodontitis. Penelitian analitik cross sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjek penelitian sebanyak 99 orang dengan usia 20-59 tahun. Pemeriksaan kedalaman poket periodontal dan pemeriksaan OHI-S dilakukan terhadap subjek penelitian.Berdasarkan hasil uji chi-squareÂŹÂŹ terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis (p < 0,05)sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis. Katakunci: durasi hemodialisis, periodontitis, gagal ginjal kronik.
ABSTRACT Chronic renal failure is a worldâ&#x20AC;&#x2122;s health problem, with a number of patients growing rapidly each year. Chronic renal failure is a progressive decline in the renal function associated with a reduced glomerular filtration rate. Patients with chronic renal failure are usually treated by hemodialysis to maintain fluid and electrolyte balance and eliminate metabolic waste products. In chronic renal failure patients who are undergoing hemodialysis teraphy, they often experiencing periodontitis as a result of poor oral hygiene, and periodontitis can be more serious along with the increasing of undergoing hemodialysis duration. This study was aimed to analyze the relationshipbetween hemodialysis duration and periodontitis. This cross sectional study was done in Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The subjects of this study was 99, aged between 20-59 years old.Subject was clinically examined in periodontal pocket depth and oral hygiene. Based on chi-square test, it found that there was significant relationshipbetween hemodialysis duration and periodontitis (p < 0,05). It can be concluded that in this study, there was significant relationship between hemodialysis duration and periodontitis. Keywords: hemodialysis duration, periodontitis, chronic renal failure.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
1
1. PENDAHULUAN Gagal
diteliti di Banda Aceh. Berdasarkan hal tersebut, merupakan
peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara
penurunan fungsi ginjal secara progresif dan
durasi hemodialisis dengan periodontitis pada
ireversibel yang berkaitan dengan penurunan laju
pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum
filtrasi glomerulus. Hipertensi kronik, diabetes
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
melitus
ginjal
dan
kronik
glomerulonefritis
merupakan
penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik.1 Hemodialisis menjadi salah satu terapi yang
2. METODE Jenis penelitian adalah penelitian analitik
sangat dibutuhkan oleh penderita gagal ginjal
cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada
kronik
tanggal 25 Maret â&#x20AC;&#x201C; 8 April 2013.Subjek dalam
untuk
mengeluarkan
metabolisme dalam darah.
sisa-sisa
2
penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik serta hemodialisis dapat
mempengaruhi
kondisi
rongga
yang menjalani terapi hemodialisis di Instalasi Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah dr.
mulut.Diperkirakan 90% pasien gagal ginjal
Zainoel Abidin Banda Aceh yang memenuhi
kronik mengalami perubahan pada jaringan lunak
kriteria inklusi. Pengambilan subjek dilakukan
mulut
serta
manifestasi
3
tulang oral
rahang. Salah
yang
dapat
satu
timbuladalah
periodontitis.Periodontitispada penderita gagal
secara non probability sampling yaitu dengan purposive sampling. Kriteria Inklusinya yaitu bersedia menjadi
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis
subjek penelitian, usia 20-59 tahun dan memiliki
dapat disebabkan oleh produksi vitamin D yang
salah satu gigi insisivus sentralis di setiap
tidak adekuat pada ginjal sehingga terjadi
rahang, salah satu gigi insisivus lateralis di regio
resorbsi
dua dan empat, salah satu gigi premolar di regio
tulang,
keadaan
xerostomia,
dan
4
buruknya kebersihan mulut. Pasien cenderung
dua dan empat, dan gigi molar satu atau molar
lebih fokus terhadap penyakitnya dan terapi
dua di setiap regio.
hemodialisis yang sangat menyita waktu menjadi alasan kurangnya menjaga kesehatan mulut. Penelitian menunjukkan
Bayraktar
bahwa
Kriteria Eksklusinya yaitu sedang menjalani perawatan periodontal8, sedang
(2007)
mengkonsumsi antibiotik.8, pasien dengan
kedalaman
kondisi yang sangat lemah, sehingga tidak
dkk
perbedaan
5
poket periodontal signifikan pada pasien yang
memungkinkan dilakukan pemeriksaan, pasien
telah menjalani terapi hemodialisis kurang dari
yang memakai alat ortodonti cekat danpasien
tiga tahun dibandingkan dengan pasien yang
yang memiliki tambalan overhanging.
telah menjalani terapi lebih dari tiga tahun.
6
Alat penelitian yang digunakan yaitu kaca
Poket periodontal merupakan tanda klinis dari
mulut no. 4, prob periodontal UNC 15, pinset,
periodontitis.Metode yang dapat dilakukan untuk
autoklaf, medi pack, masker, sarung tangan,
mengetahui keberadaan poket periodontal serta
gelas plastik, kapas, ember kecil, tissue, alat
seberapa besar kedalamannya adalah dengan
tulis, lembar informed consent, lembar kuisioner
melakukan probing.
7
Penelitian mengenai kondisi periodontal khususnya periodontitis pada pasien gagal ginjal
seleksi subjek penelitian, lembar identitas subjek penelitian, lembar pemeriksaan poket periodontal dan lembar pemeriksaan OHI-S.
kronik yang menjalani hemodialisis belum pernah
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
2
Bahan yang digunakan yaitu
margin gingiva sampai ke dasar sulkus gingiva
Hemisealâ&#x201E;˘.Hemisealâ&#x201E;˘ adalah suatu bahan
atau poket periodontal.Hasilnya dicatat pada
hemostatik cair dengan komposisi feracrylum
formulir pemeriksaan. 4. Pemeriksaan OHI-S
(1%).
Pemeriksaan oral hygiene diperiksa
Cara kerja penelitian dilakukan dengan cara melihat daftar registrasi serta rekam medik
dengan menggunakan Oral Hygiene Index-
pasien termasuk diagnosis gagal ginjal, usia, dan
Simplified dari Green dan Vermilion
jenis kelamin. Kemudian dilakukan pengisian
(1964).Pengukuran dilakukan dengan cara
kuisioner seleksi subjek penelitian untuk
menjumlahkan Indeks Debris dan Indeks
menentukan pasien yang masuk ke dalam
Kalkulus.Pengukuran dilakukan pada gigi 16, 11,
kriteria inklusi dan eksklusi.
26, 36, 31, dan 46.
1. Informed Consent
5. Analisis Data Analisis statistik dengan uji chi-square
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan diberikan informed consent serta dijelaskan
untuk melihat hubungan antara durasi
tujuan dan manfaat penelitian, prosedur
hemodialisis dengan periodontitis. 6. Masalah Etik
pemeriksaan, risiko, antisipasi terhadap risiko dan hak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penelitian ini telah mendapat ijin dari berbagai
Pasien yang bersedia menjadi subjek penelitian
pihak terkait diantaranya Badan Etik Penelitian
kemudian diminta untuk menandatangani lembar
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
persetujuan menjadi subjek penelitian dan
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas
kemudian dilakukan pemeriksaan klinis berupa
Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan Rumah
kedalaman poket periodontal dan OHI-S.
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin. Pada
2. Universal Precaution Peneliti menggunakan sarung tangan
pelaksanaan penelitian, seluruh subjek penelitian diberikan informed consent terlebih dahulu
dan masker pada saat melakukan pemeriksaan. Satu set peralatan yang dipakai untuk pemeriksaan, seperti kaca mulut, prob periodontal, dan pinset hanya dipakai sekali untuk satu orang pasien. Alat-alat tersebut telah
3. HASIL Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Variabel
Jumlah
Persentase
(N)
(%)
<1
33
33,3
1â&#x20AC;&#x201C;3
33
33,3
>3
33
33,3
disterilisasi terlebih dahulu menggunakan autoklaf dengan suhu 1210C dan tekanan 15 psi
Durasi
(2 atm) selama 60 menit. 3. Pemeriksaan Poket Periodontal Pemeriksaan poket periodontal dilakukan pada bagian mesial gigi. Gigi yang akan diperiksa yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44.4 Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan probe periodontal ke dalam sulkus gingiva gigi
Hemodialisis (tahun)
7
yang akan diperiksa. Kemudian diukur
Usia (tahun)
kedalaman poket periodontal, yaitu jarak dari
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
3
20 – 29
7
7,1
30 – 39
13
13,1
40 – 49
28
28,3
50 – 59
51
51,5
menderita diabetes melitus lebih banyak dibandingkan dengan yang menderita diabetes melitus, yaitu 77 subjek (77,8%). Jumlah subjek yang mengalami periodontitis parah lebih banyak dibandingkan dengan yang mengalami periodontitis moderat, yaitu 42 subjek (42,4%).
Jenis Kelamin Laki-laki
65
65,7
1. Tabulasi Silang Durasi Hemodialisis
Perempuan
34
34,3
dengan Periodontitis 25
Merokok Tidak merokok
0 99
0 100
Diabetes Melitus Diabetes Melitus
22
22,2
Tidak
77
77,8
Diabetes
Melitus
Tidak periodontitis
20
15 Periodontitis moderat
10 5 0 <1 1-3 > 3
Periodontitis parah
Durasi Hemodialisis (tahun) Gambar1. Diagram Batang Tabulasi Silang. Durasi Hemodialisis dengan Periodontitis. Keterangan: Tidak ada periodontitis = poket < 4 mm; Periodontitis moderat = poket 4-6 mm; Periodontitis parah = poket > 6 mm.
OHI-S Baik
0
0
Sedang
33
33,3
Buruk
66
66,7
Pada Gambar 1. terdapat hasil tabulasi silang antara durasi hemodialisis dengan periodontitis yang menunjukkan bahwa
Periodontitis Tidak
Jumlah Subjek
Merokok
periodontitis parah paling banyak dialami oleh 18
18,2
39
39,4
kelompok dengan durasi hemodialisis >3 tahun.
periodontitis Periodontitis
2. Tabulasi Silang Durasi Hemodialisis dengan OHI-S
Periodontitis
42
42,4
parah
Berdasarkan Tabel 1. di atas diketahui bahwa jumlah subjek untuk ketiga kelompok durasi hemodialisis adalah sama, yaitu sebanyak 33 subjek (33,3%) pada setiap kelompok. Seluruh subjek penelitian, yaitu 99 subjek (100%) tidak merokok. Jumlah subjek yang tidak
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
Jumlah Subjek
moderat
30 25 20 15 10 5 0
OHI-S baik OHI-S sedang OHI-S buruk < 1 1-3 > 3 Durasi Hemodialisis (tahun)
Gambar 2. Diagram Batang Tabulasi Silang Durasi Hemodialisis dengan OHI-S. Keterangan: OHI-S baik = skor 0,0-1,2; OHI-S sedang = skor 1,3-3,0; OHI-S buruk = skor 3,1-6,0. 4
diabetes melitus tidak dimasukkan dalam kriteria Pada Gambar 2. terdapat hasil
ekslusi.Oleh karena itu dilakukan uji analisis
tabulasisilang antara durasi hemodialisis dengan
hubungan
durasi
hemodialisis
dengan
OHI-S yang menunjukkan bahwa OHI-S buruk
periodontitis tanpa memasukkan subjek yang
paling banyak dialami oleh kelompok dengan
memiliki riwayat diabetes melitus dapat dilihat
durasi hemodialisis >3 tahun.
pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Hubungan Durasi Hemodialisis
3. Tabulasi Silang Periodontitis dengan OHI-S
dengan Periodontitis (2)
Tabel 2. Tabel Periodontitis dengan OHI-S
Variabel
Nilai p
Durasi hemodialisis â&#x20AC;&#x201C;
0,024*
Sedang
OHIS
Buruk
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(N)
(%)
(N)
(%)
Periodontitis Keterangan: * = Uji chi-square, signifikansi: p < 0,05
Tidak 11
33,3
7
10,6
13
39,4
26
39,4
Berdasarkan hasil uji chi-square pada
Periodontitis
Tabel 3.dan Tabel 4. antara durasi hemodialisis
Periodontitis moderat
dengan periodontitis menunjukkan hubungan yang
bermakna
(p<0,05).
Maka
hipotesis
menyatakan
terdapat
Periodontitis 9
27,3
33
50,0
33
100
66
100
parah
penelitian
ini
yang
hubungan antara durasi hemodialisis dengan
Total
Pada Tabel 2. terdapat hasil tabulasi silang antara periodontitis dengan OHI-S yang
periodontitis, diterima. 4. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek yang
menunjukkan bahwa periodontitis lebih banyak
mengalami periodontitis pada setiap kelompok
terjadi pada kelompok subjek dengan OHI-S
durasi hemodialisis adalah 72,8% untuk durasi
buruk dibandingkan kelompok subjek dengan
<1 tahun, 81,8% untuk durasi 1-3 tahun, dan
OHI-S sedang.
90,9% untuk durasi >3 tahunkarena perjalanan penyakit yang semakin kronik dan oral hygiene
Tabel 3. Analisis Hubungan Durasi Hemodialisis
yang semakin buruk seiring bertambahnya durasi
dengan Periodontitis (1)
hemodialisis.9,10
Variabel
Nilai p
Durasi hemodialisis â&#x20AC;&#x201C;
0,012*
moderat terbanyak terjadi pada kelompok
Keterangan: * = Uji chi-square, signifikansi: p < 0,05
Diabetes melitus merupakan faktor risiko sangat
terbanyak terjadi pada kelompok dengan durasi hemodialisis > 3 tahun, yaitu 52,4%, periodontitis
Periodontitis
yang
Pada penelitian ini, periodontitis parah
mempengaruhi
periodontitis, di pihak lain
terjadinya
diabetes melitus
merupakan salah satu etiologi tersering dari
dengan durasi hemodialisis 1-3 tahun, yaitu 41,0%, sementara subjek yang tidak mengalami periodontitis paling banyak terjadi pada kelompok dengan durasi hemodialisis < 1 tahun, yaitu sebesar 50,0%.
penyakit gagal ginjal kronik. Pada penelitian ini BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
5
Periodontitis dapat terjadi pada pasien
dikarenakan diabetes melitus merupakan
hemodialisis akibat kombinasi beberapa faktor,
penyebab paling sering dari gagal ginjal
yaitu produksi vitamin D yang tidak adekuat
kronik.Oleh karena itu,Diabetes melitus menjadi
akibat kerusakan ginjal yang dialami, kondisi
faktor pengganggu dalam penelitian ini. Riwayat
xerostomia, serta kondisi oral hygiene yang
diabetes melitus ditentukan dari diagnosis dokter
buruk.
4,11
Pada penderita gagal ginjal kronik,
bagian penyakit dalam di Rumah Sakit Umum dr.
terjadi penurunan produksi vitamin D, sehingga
Zainoel Abidin sebagaimana yang tertera pada
kelenjar paratiroid terstimulasi untuk mensekresi
rekam medik pasien. Dari 99 subjek terdapat 22
hormon paratiroid. Kadar vitamin D tidak dapat
subjek dengan riwayat diabetes melitus dan
bertambah karena kerusakan nefron yang
seluruhnya mengalami periodontitis.
dialami, akibatnya hormon paratiroid, TNF dan IL-I kemudian mengaktivasi terjadinya
15
Merokok juga merupakan salah satu faktor risiko dari periodontitis.Akan tetapi pada
12
penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada subjek
Pada lain hal, kondisi xerostomia
yang memiliki kebiasaan merokok. Hal ini diakui
remodeling tulang.
berkontribusi terhadap terjadinya periodontitis
pasien bahwa mereka berhenti merokok
akibat penurunan kadar Imunoglobulin A pada
semenjak didiagnosis menderita gagal ginjal
saliva yang berfungsi sebagai pertahanan
kronik oleh dokter bagian penyakit dalam Rumah
terhadap mikroorganisme penyebab terjadinya
Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
periodontitis.
13
Aceh.
Oral hygiene merupakan faktor penting dalam
Berdasarkan hasil uji chi-square, pada
terjadinya periodontitis.Pasien hemodialisis
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
memiliki prioritas yang rendah terhadap
hubungan yang bermakna antara durasi
kesehatan dan kebersihan rongga mulut, baik
hemodialisis dengan periodontitis pada pasien
dikarenakan oleh stres psikologis yang dialami
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
pasien maupun karena terapi hemodialisis yang
hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
dijalani sangat menyita waktu.
9
Sebagaimana hasil penelitian ini yang
Zainoel Abidin Banda Aceh (p < 0,05). Pengujian dilakukan kembali dengan
menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang
mengekslusikan subjek yang memiliki riwayat
memiliki OHI-S baik. Jumlah subjek terbanyak
penyakit diabetes melitus, kemudian didapatkan
adalah yang memiliki OHI-S buruk, yaitu 66,7%.
hasil yang serupa.Durasi hemodialisis dikaitkan
Kelompok yang memiliki OHI-S buruk terbanyak
dengan oral hygiene yang buruk sebagai salah
adalah kelompok dengan durasi hemodialisis > 3
satu faktor penyebab terjadinya periodontitis.Oral
tahun, yaitu 37,9%. Hal ini sesuai dengan
hygiene ditemukan semakin buruk seiring
penelitian yang 4,9,10
dengan bertambahnya durasi hemodialisis akibat
Diabetes melitus merupakan faktor risiko periodontitis, di sisi lain diabetes melitus
perilaku yang mengabaikan kebersihan rongga mulut pada pasien hemodialisis.4,6,9
merupakan salah satu etiologi dari gagal ginjal 14
kronik. Pada penelitian ini diabetes melitus tidak dimasukkan dalam kriteria eksklusi untuk menghindari kurangnya jumlah subjek penelitian
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
5.
SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
6
hubungan antara durasi hemodialisis dengan periodontitis pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.. 6. SARAN Bagi instansi kesehatan, diharapkan agar dapat mensosialisasikan penyakit periodontal sebagai salah satu penyakit yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik, serta mengedukasi pasien agar dapat lebih menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. DAFTAR PUSTAKA 1. Proctor R, Kumar N, Stein A, Moles D, Porter S. Oral and dental aspect of chronic renal failure. Journal of Dental Research.2005; 84(3): 199-208. 2. Cerveró AJ, Bagán JV, Soriano YJ, Roda RP. Dental management in renal failure: patient on dialysis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.2008; 13(7): E41926. 3. DeRossi SS, Cohen DL. Renal Disease. In: Greenberg MS, Glick M, Ship JA, editors. Burket‟s Oral Medicine. 11th ed. Hamilton: BC Decker; 2008.p.363-65. 4. Bhatsange A, Patil SR. Assessment of periodontal health status in patients undergoing renal dialysis: a descriptive, cross-sectional study. Journal of Indian Society of Periodontology.2012; 16(1): 41 5. Gavalda C, Bgan JV, Scully C, Silvestre FJ, Milian MA, Jimenez Y. Renal Hemodialysis Patients: Oral, Salivary, Dental and Periodontal Findings in 105 adult cases. Oral Disease.1999; 5: 3001 6. Bayraktar G, Kurtulus I, Duraduryan A, Cintan S, Kazancioglu R, Yildiz A, et al. Dental and periodontal findings in hemodialysis patients. Oral Disease.2007; 13:395. 7. Eickholz P. Clinical Periodontal Diagnosis: Probing pocket depth, vertical attachment level and bleeding on probing. Perio.2004; (1): 75-80.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
8. Marakoglu I, Gursoy UK, Demirer S, Sezer H. Periodontal status of chronic renal failure patients receiving hemodialysis. Yonsei Medical Journal.2003; 44(4): 648-52. 9. Sekiguchi RT, Pannuti CM, Silva HT, Pestana JO, Rumito GA. Decrease in oral health may be associated withlength of time since beginning dialyisis. Spec Care Dentist.2012; 32(1): 7-9. 10. Cengiz MI, Sumer P, Cengiz S, Yavuz U. The effect of the duration of the dialysis patients on dental and periodontal findings. Oral Disease.2009; 15: 339-340. 11. Akar H, Akar GC, Carrero JJ, Stenvinkel P, Lindholm B. Systemic consequences of poor oral health in chronic kidney disease patients. Clin J Am Soc Nephrol. 2011; 6: 218-26. 12. Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental Management of Medically Compromised Patient. 6th ed. Missouri: Mosby; 2002.p.149. 13. Marcotte H, Lavole MC. Oral microbial ecology and the role of salivary immunoglobulin a. Microbiology and Molecular Biology Review.1998: 71. 14. Novak KF, Novak MJ. Risk Assessment. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, editors. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006.p.602-4. 15. Mittal M, Teeluckdharry. Prevalence of Periodontal Disease in Diabetic and Non-diabetic Patients- A Clinical Study. Journal of Epidemiology.2011;10(1).
7
Research
AKTIVITAS ANTIBAKTERI TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) TERHADAP Enterococcus Faecalis SECARA IN VITRO Dian R. Rinanda1, Andi Y. Daulay1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Jln. Tgk. Tanoh Abee Kompleks FK Unsyiah Darussalam, Banda Aceh 23111 Email: t_qhey@yahoo.com
ABSTRAK Latar Belakang: Enterococcus faecalis adalah bakteri anaerob fakultatif yang dapat menyebabkan infeksi periapikal sekunder dan sangat resisten terhadap berbagai bahan antimikroba yang biasa digunakan pada perawatan saluran akar. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) mengandung peptida antibakteri Lumbricin-1 dan diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, Gram negatif dan jamur, namun sangat jarang menyebabkan timbulnya resistensi. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas antibakteri tepung cacning tanah (Lumbricus rubellus) terhadap Enterococcus faecalis secara in vitro. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk melihat aktivitas antibakteri Lumbricin-1 dari tepung cacing tanah terhadap pertumbuhan E. faecalis secara in vitro. Enterococcus faecalis dikultur pada media CHROMagar VRE dan diinkubasi secara anaerob selama 24-48 jam pada suhu 37â °C. Bakteri diidentifikasi dengan melihat warna koloni bakteri yang tumbuh pada media CHROMagar VRE dan pewarnaan Gram, sementara uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil Penelitian: Hasil analisis statistik dengan one way ANOVA dan uji Duncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p < 0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara masing-masing kelompok perlakuan. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung cacing tanah memiliki aktivitas antibakteri yang kuat terhadap pertumbuhan E. faecalis. Katakunci: Enterococcus faecalis, Lumbricus rubellus, peptida antibakteri, Lumbricin-1
ABSTRACT Background: Enterococcus faecalis is a facultative anerobic bacterium which can cause secondary periapical infection and is very resistant to numerous antimicrobial substances normally used during the root canal treatment. Earthworm (Lumbricus rubellus) possess antimicrobial peptide, known as Lumbricin-1 which is known to hinder the growth of Gram positive and Gram negative bacteria as well as fungi, but rarely caused resistance. Objectives: This study was conducted to observe the antibacterial activity of earthworm powder (Lumbricus rubellus) towards Enterococcus faecalis in vitro. Methods: This research was an experimental laboratory study conducted to observe the antibacterial activity of Lumbricin-1 contained in earthworm powder towards the growth of E. faecalis in vitro. Enterococcus faecalis was cultured on CHROMagar VRE media and incubated anaerobically for 2448 hours in the temperature of 37â °C. The bacterium was identified by observing the colour of the colony of the bacterium growing on the CHROMagar VRE medium and Gram staining, while antibacterial activity test was performed using disk diffusion method. Results: Statistical analysis using one way ANOVA and Duncan test showed that there was a significant difference (p < 0,05) between test and control group. Conclusion: The result of the study showed that earthworm powder possessed strong antibacterial activity towards the growth of Enterococcus faecalis. Keywords: Enterococcus faecalis, Lumbricus rubellus, antimicrobial peptide, Lumbricin-1 1. PENDAHULUAN Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram positif fakultatif anaerob dengan prevalensi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
8
resistensi antibiotik yang semakin meningkat.1
Lumbricin-1 merupakan peptida antibakteri yang
Bakteri
infeksi
telah berhasil diidentifikasi dari cacing tanah
endodontik primer namun sering ditemukan
Lumbricus rubellus dan diduga bekerja dengan
dalam jumlah yang banyak pada gigi paska
cara melubangi dinding sel bakteri dan dapat
perawatan endodontik dengan lesi periapikal
mengakibatkan kematian bakteri. Peptida ini
ini
ditemukan
yang persisten.
17
pada
4-40%
Enterococcus faecalis memiliki
kemampuan untuk melekat di dinding saluran
terbukti mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif, Gram positif dan jamur.5
akar dan membentuk biofilm sehingga lebih resisten
terhadap
dan
(2012) membuktikan bahwa tepung cacing tanah
sebagai
(L. rubellus) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%,
penyebab kegagalan perawatan saluran akar, E.
40% dan 80% dalam pelarut akuades dapat
faecalis juga dikenal sebagai patogen bagi
menghambat pertumbuhan Shigella dysentriae.
manusia dan menjadi penyebab dari 80% infeksi
Biblio (2011) juga telah membuktikan bahwa
antibakteri
yang
fagositosis, diberikan.
2
antibodi
Penelitian yang dilakukan oleh Sandra
Selain
yang biasa disebabkan oleh Enterococci.
4
tepung
Prevalensi resistensi E. faecalis yang semakin tinggi telah menjadi suatu permasalahan serius
di
bidang
kedokteran,
menghambat
tanah
(L.
rubellus)
pertumbuhan
dapat bakteri
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhii.9
khususnya
4
cacing
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
kedokteran gigi. Tingginya jumlah E. faecalis
mengetahui aktivitas antibakteri tepung cacing
yang ditemukan pada
tanah (Lumbricus rubellus) terhadap E. faecalis.
saluran akar paska dikaitkan
Pemilihan tepung cacing tanah dari spesies L.
dengan kegagalan perawatan itu sendiri.3 Salah
rubellus sebagai bahan alam yang akan diuji
satu
berdasarkan pada teori adanya senyawa peptida
perawatan
endodontik
upaya
yang
telah
kerap
lama
dilakukan
untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan
antibakteri
yaitu
melakukan penelitian mengenai bahan-bahan
antibakteri.
Senyawa
alami yang bersifat antibakteri. Cacing tanah
menghambat pertumbuhan E. faecalis secara in
(Lumbricus rubellus) merupakan salah satu
vitro,
bahan alam yang diketahui memiliki aktivitas
penelitian-penelitian selanjutnya.
sehingga
Lumbricin-1
dapat
ini
yang
diharapkan
dikembangkan
bersifat dapat pada
antibakteri. Hal ini telah dibuktikan oleh enelitian yang dilakukan Cho et al. pada tahun 1998 telah berhasil
mengisolasi
peptida
antibakteri dari cacing tanah.
yang
bersifat
5,6
2. METODE Bahan dan alat yang digunakan adalah tepung cacing tanah dari spesies Lumbricus
tanah
rubellus yang didapatkan dari LIPI Yogyakarta,
sebagian besar disebabkan oleh adanya peptida
kultur bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212
antibakteri yang berfungsi untuk melindungi
yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi
cacing tanah dari mikroorganisme patogen yang
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,
hidup di lingkungan yang sama dengannya.
media CHROMagar VRE, media MHA, akuades,
Peptida antibakteri merupakan substrat yang
NaCl 0,9%, perangkat warna Gram, asam asetat
sangat penting karena antibodi yang ada pada
50%, Chlorhexidine (CHX) 2%, air steril, alkohol
cacing tanah tidak cukup untuk mempertahankan
70%, kertas cakram, anaerogen, timbangan
7,8
analitik, gelas ukur, cawan petri, tabung reaksi,
Aktivitas
antibakteri
cacing
diri dari serangan mikroorganisme patogen.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
9
jarum ose, labu Erlenmeyer, pipet Eppendorf,
mikropipet dan dipindahkan ke tabung reaksi
lampu spiritus, autoklaf, sterilisator, inkubator,
steril lainnya. Supernatan dicampurkan dengan
kaleng, kapas lidi steril, vortex, jangka sorong
4,5 ml air steril dengan tujuan normalisasi asam
Kultur
dan
identifikasi
E.
faecalis
asetat 50% hingga mencapai konsentrasi 1%.
dilakukan pada media CHROMagar VRE.14 Kultur
E.
faecalis
bakteri
yang
telah
diukur
dengan
kekeruhannya tadi diswab dengan menggunakan
(streaking).
kapas lidi steril secara merata pada media MHA
Goresan diambil dari biakan murni dengan jarum
dan didiamkan selama 5 menit. Kertas cakram
ose yang sebelumnya telah dipijarkan di atas
berdiameter 6 mm yang telah disediakan masing-
lampu
telah
masing direndam dalam 1 ml larutan tepung
mengandung biakan lalu digoreskan secara zig-
cacing tanah, CHX 2% dan asam asetat 1%
zag di atas media CHROMagar VRE. Cawan
selama Âą30 menit lalu diletakkan di atas media
petri yang telah digoreskan bakteri dimasukkan
MHA dengan menggunakan pinset steril. Kertas
ke dalam kaleng yang sebelumnya telah diisi
cakram
dengan
dalam
digunakan sebagai kontrol positif, sementara
15,16
kertas cakram yang direndam dalam asam asetat
menggunakan
dilakukan
Suspensi
18
teknik
spiritus.
goresan
Jarum
anaerogen,
ose
lalu
yang
diinkubasi
inkubator selama 24 jam pada suhu 37â °C.
Koloni E. faecalis akan tampak berwarna biru toska
di
atas
Langkah
media
identifikasi
dengan pewarnaan Gram. Pembuatan
direndam
digunakan
dalam
sebagai
CHX
kontrol
2%
negatif.
10
Selanjutnya media dimasukkan ke dalam kaleng
dilakukan
yang sebelumnya telah diisi dengan anaerogen,
CHROMagar selanjutnya
1%
yang
VRE.
21,22,23
lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37â °C. faecalis
Setelah 24 jam, zona terang yang terbentuk akan
dilakukan dengan memindahkan 1-2 ose koloni
diukur dengan menggunakan jangka sorong.
E. faecalis dari cawan petri ke dalam tabung
Perlakuan
reaksi
berisi
suspensi
larutan
NaCl
E.
0,9%
dengan
menggunakan jarum ose. Selanjutnya kekeruhan
akan
sebanyak 4 kali.
dilakukan
pengulangan
6,16,17,18
Hasil
pengukuran
yang
didapat
suspensi diukur menggunakan spektrofotometer
dinyatakan dalam satuan milimeter (mm) dan
dengan panjang gelombang 625 nm dan nilai
diinterpretasikan
absorbansi
dengan
hambat antibakteri menurut Davis dan Stout.19,20
McFarland 0,5 atau 1,5x10 colony forming unit
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan
0,08-0,1
atau
setara
8
(CFU)/ml.
15,17
berdasarkan
kategori
daya
dianalisis menggunakan one way ANOVA yang
Pembuatan larutan tepung cacing tanah
kemudian akan dilanjutkan dengan uji Duncan.
21
dilakukan dengan menambahkan 300 mg, 400 mg, 500 mg dan 600 mg dimasukkan dalam tabung reaksi steril. Sebanyak 2,5 ml asam
3. HASIL Hasil
uji
aktivitas
antibakteri
asetat 50% ditambahkan pada tiap-tiap tabung
menunjukkan bahwa tepung cacing tanah pada
lalu dihomogenkan dengan vortex selama 8
konsentrasi 300mg/5ml, 400mg/5ml, 500mg/5ml
menit. Berikutnya ditambahkan lagi 2,5 ml asam
dan 600mg/5ml dalam pelarut asam asetat 50%
asetat 50% pada setiap tabung dan divortex lagi
dapat menghambat pertumbuhan E. faecalis.
selama 7 menit. Supernatan pada permukaan
Berdasarkan
larutan
diameter zona hambat yang terbentuk dari
diambil
sebanyak
0,1
ml
dengan
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
klasifikasi
Davis
dan
Stout,
10
larutan
tepung
300mg/5ml,
cacing
400
tanah
mg/5ml,
konsentrasi
500mg/5ml
dan
Tanah dengan Pelarut Asam Asetat 50% dan Kelompok Kontrol terhadap Enterococcus faecalis.
600mg/5ml dengan pelarut asam asetat 50% termasuk dalam kategori kuat dengan rata-rata diameter zona hambat 11,25 mm, 13 mm, 12,25 mm dan 11,75 mm.
Data pada Gambar 2 menunjukkan ratarata diameter zona terang terbesar terdapat pada konsentrasi 400mg/5ml yaitu 13 mm, dan ratarata
diameter
konsentrasi
zona
terang
300mg/5ml
yaitu
terkecil
pada
11,25
mm,
sedangkan pada kontrol negatif (asam asetat 1%) tidak terbentuk zona hambat. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Statistical Gambar 1. Hasil Uji Larutan Tepung Cacing
Package for the Social Sciences (SPSS), hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data pada
Tanah terhadap E. faecalis
keseluruhan konsentrasi larutan tepung cacing
X
Perlakuan
P0 (Asam asetat 0,1%) P1 (Larutan tepung cacing tanah konsentrasi 300mg/5ml) P2 (Larutan tepung cacing tanah konsentrasi 400mg/5ml) P3 (Larutan tepung cacing tanah konsentrasi 500mg/5ml) P4 (Larutan tepung cacing tanah konsentrasi 600mg/5ml)
± SD
0,00a ± 0,00 11,25b ± 1,26
normal.
Selain
itu
pada
hasil
uji
homogenitas diperoleh nilai Sig. 0,077 yang berarti nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan
13,00b ± 0,82
bahwa nilai Fhitung sebesar 172,655 lebih besar daripada nilai Ftabel yang bernilai 3,06 sehingga
b
12,25 ± 0,96
dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Dengan kata lain tepung cacing tanah memiliki
11,75b ± 0,50
aktivitas antibakteri yang nyata terhadap E. fecalis. Hasil uji Duncan penelitian ini dapat
c
P5 (CHX 2%)
tanah
26,25 ± 2,50
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Aktivitas Antibakteri
Rata-rata Zona Hambat Enterococcus faecalis Pada Berbagai Perlakuan
10
dengan Uji Duncan pada Taraf Kritis 5% Keterangan: Superscript huruf yang berbeda
26.25
30 20
Tepung Cacing Tanah terhadap E. faecalis
11.25
13
menunjukkan perbedaan yang nyata. 12.25 11.75 0
0
Tabel 1. menunjukkan bahwa semua konsentrasi uji menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol negatif (yang ditunjukkan dengan superscript yang berbeda). Hal ini
Gambar 2. Diagram Batang Zona Hambat
menunjukkan bahwa kontrol negatif mampu
Berbagai Konsentrasi Larutan Tepung Cacing
menekan heterogenitas galat dan terlihat jelas
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
11
bahwa larutan tepung cacing tanah dalam
penelitian digunakan pelarut yang bersifat asam,
berbagai konsentrasi memiliki aktivitas antibakteri
yaitu asam asetat.22
terhadap E. faecalis. Larutan tepung cacing tanah
konsentrasi
500mg/5ml aktivitas
300mg/5ml,
dan
600mg/5ml
antibakteri
yang
400mg/5ml, menunjukkan
sama.
Aktivitas
antibakteri yang paling kuat ditunjukkan oleh kontrol positif, yaitu CHX 2%.
Hidrofobisitas Lumbricin-1 menentukan aktivitas antibakteri yang dimilikinya, karena hidrofobisitasnya
akan
berhubungan
secara
langsung dengan cara pelarutannya. Lumbricin-1 merupakan bersifat
peptida
yang
22%
5
Peptida
hidrofobik.
molekulnya yang
hidrofobisitasnya <25% biasanya akan larut 4. PEMBAHASAN
dalam air.
Kemampuan (Lumbricus
tepung
rubellus)
dalam
cacing
22
Penelitian yang dilakukan oleh
tanah
Ekasari dkk. (2012) mengenai daya antibakteri
menghambat
tepung cacing tanah terhadap Vibrio harveyi
pertumbuhan E. faecalis menunjukkan bahwa
menggunakan
cacing tanah L. rubellus mengandung Lumbricin-
penelitian ini tidak menemukan adanya zona
1 yang bersifat antibakteri.
5,6
Hasil tersebut juga
hambat
air
sebagai
terbentuk.11
yang
pelarut,
Hal
namun
ini
dapat
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan tepung
disebabkan oleh muatan positif yang dimiliki
cacing
selalu
Lumbricin-1, sehingga asam asetat 50% tetap
menghasilkan diameter zona hambat yang besar
merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan
pula. Pada konsentrasi 300mg/5ml tepung cacing
dengan air. Selain itu, agar peptida yang ada
tanah yang digunakan lebih sedikit dibandingkan
larut dengan sempurna, untuk cara pelarutannya
yang lain, begitu juga peptida yang terlarut
digunakan metode drop wise, dimana pelarut
sehingga aktivitas antibakterinya lebih sedikit
yang berupa asam asetat ditambahkan ke tepung
dibandingkan yang lain. Aktivitas antibakteri
cacing tanah secara bertahap, dan masing-
meningkat pada konsentrasi 400mg/5ml, namun
masing
tanah
yang
tinggi
tidak
tahap
diikuti
kembali menurun pada konsentrasi 500mg/5ml
menggunakan vortex.
dan
ditambahkan
600mg/5ml.
Penurunan
aktivitas
ini
ke
16
dengan
Selanjutnya air steril
dalam
larutan
konsentrasi
terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya,
Pengenceran ini dilakukan karena asam asetat
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk
konsentrasi
larut.
1%
asetat
mencapai
hingga
disebabkan oleh kadar tepung cacing tanah yang
6
asam
pelarutan
merupakan
1%.
konsentrasi
normalisasi dimana tidak lagi ditemukan efek lisis Kelarutan peptida sangat bergantung
pada faktor karakteristik pelarut dan zat terlarut merupakan
faktor
penting
yang
harus
terhadap sel.17 Aktivitas bergantung
peptida
pada
antibakteri
sangat
kemampuannya
untuk
diperhatikan. Lumbricin-1 adalah peptida yang
memasuki membran sel. Peptida antibakteri dan
bermuatan +1 yang dibentuk dari 10 asam amino
membran sel bakteri harus memiliki interaksi
bermuatan positif dan 9 asam amino yang
elektrostatik yang hanya akan terjadi bila ada
bermuatan
negatif.
7
Peptida
yang
memiliki
perbedaan
muatan
antara
keduanya.
8,12,13,24
muatan +1 atau lebih hanya akan larut dalam
Dinding sel bakteri Gram positif seperti E.
larutan yang bersifat asam. Oleh sebab itu pada
faecalis mengandung 90% peptidoglikan serta lapisan tipis asam teikoat dan asam teikuronat
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
12
yang bermuatan negatif, sedangkan peptida antibakteri,
khususnya
muatan positif.
5,8,25
Lumbricin-1
memiliki
Perbedaan muatan ini akan
menyebabkan peptida tertarik ke sel hingga akhirnya memasuki membran sel bakteri. Penelitian
sebelumnya
5,8,12,13
menyimpulkan
bahwa peptida antibakteri dapat membunuh mikroorganisme dengan membuat lubang-lubang kecil, meningkatkan permeabilitas dan merusak membran sel. Setelah berhasil memasuki sel,
Gambar 6. Prolin pada Struktur Asam Amino
peptida antibakteri akan mengikatkan dirinya
Lumbricin-1
pada
DNA
sel
makromolekul
dan dan
menghambat DNA
menyebabkan kematian sel.
sel
sintesis
Sampai saat ini telah banyak ditemukan
sehingga
peptida antibakteri dari berbagai sumber yang
5,24
kaya akan prolin, seperti apidaecin, drosocin,
Karakteristik lainnya yang dimiliki oleh
metchnikowin, bactenecin dan PR-39. Semua
Lumbricin-1 adalah kandungan asam amino
peptida antibakteri ini bermuatan positif dan
prolinnya yang sangat tinggi, dimana
memiliki kandungan prolin yang tinggi, namun
dari 62
asam amino yang dimiliki oleh Lumbricin-1, 15%
memiliki
diantaranya merupakan prolin, seperti yang
Apidaecin, bactenecin dan PR-39 hanya memiliki
5
aktivitas antibakteri yang berbeda.
ditunjukkan oleh Gambar 6.1. Prolin memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif.
kemampuan untuk mengubah bentuk rantai
Drosocin memiliki aktivitas antibakteri terhadap
peptida dan menutupi bagian yang dikenali
bakteri Gram positif dan Gram negatif, namun
sebagai antigen oleh sel bakteri. Saat memasuki
tidak aktif terhadap jamur. Metchnikowin aktif
membran sel, peptida akan dikenali sebagai
terhadap bakteri Gram positif dan jamur, namun
bagian dari sel bakteri, bukan suatu benda asing
tidak
sehingga peptida antibakteri tidak akan diserang
Lumbricin-1
oleh
antibakteri terhadap bakteri Gram positif, Gram
sel.
aktivitas
Mekanisme membranolitik
ini
dapat
bakteri
diketahui
Gram
memiliki
negatif. aktivitas
negatif dan jamur. Hal ini menunjukkan bahwa
peptida antibakteri dapat menetukan target dan
Lumbricin-1 memiliki mekanisme yang berbeda
menyerang sel dengan leluasa. Hal inilah yang
dengan peptida antibakteri kaya-prolin yang lain,
menyebabkan Lumbricin-1 dapat menyerang
namun sayangnya sampai saat ini mekanisme
berbagai
kerja
bakteri
toksisitas sel pejamu.
tanpa
bakteri
terhadap
sampai
sel
sel
mencegah
aktif
menyebabkan
5,12
Lumbricin-1
dalam
menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur belum diketahui dengan pasti.5,15 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan disimpulkan
bahwa
(Lumbricus
rubellus)
hasil
penelitian
dapat
cacing
tanah
tepung dapat
menghambat
pertumbuhan Enterococcus faecalis. Hal ini
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
13
disebabkan
karena
tepung
cacing
tanah
5.
Cho JH, Park CB, Yoon YG, Kim SC.
mengandung peptida Lumbricin-1 yang bersifat
Lumbricin
antibakteri.
antimicrobial peptide from the earthworm:
Penelitian aktivitas
ini
antibakteri
(Lumbricus
menunjukkan tepung
rubellus)
cacing
berasal
dari
I,
a
novel
proline-rich
bahwa
purification, cDNA cloning and molecular
tanah
characterization. Biochimica et Biophysica
peptida
antibakteri yang dimilikinya, yaitu Lumbricin-1.
Acta 1998; 1408: 67-76. 6.
Julendra
H,
Sofyan
A.
Uji
in
vitro
Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan
penghambatan aktivitas Escherichia coli
penelitian
dengan tepung cacing tanah (Lumbricus
aktivitas
lanjutan
untuk
antibakteri
Enterococcus
mengoptimalkan
Lumbricin-1
faecalis
rubellus). Media Peternakan 2007; 30: 41-7.
terhadap
dan
berbagai
7.
dilakukan
agar
potensi
Lumbricin-1
8.
Soil
Biology:
biology
of
Tasiemski
A.
Antimicrobial
peptides in
annelids. ISJ 2008; 5: 75-82.
sebagai bahan antibiotik baru yang non-resisten dan non-toksik serta mudah disintesis dapat
A.
earthworms. Berlin: Springer, 2011. p. 1.
mikroorganisme resisten lainnya. Hal ini penting untuk
Karaca,
9.
Sandra M. Uji efektivitas tepung cacing
dikembangkan dengan baik di masa yang akan
tanah
Lumbricus
rubellus
datang.
menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae
secara
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas
Kedokteran
1.
Hidron AI, Edwards JR, Patel J, Horan TC,
Pembangunan Nasional “Veteran”, 2012. p.
Sievert DM, Pollock DA, et al. Antimicrobial-
6-7.
resistant
pathogens
healthcare-associated
associated infections:
with annual
3.
Jakarta:
Universitas
10. Kayaoglu G, Orstavik D. Virulence factors of Enterococcus
faecalis:
relationship
to
endodontic disease. Crit Rev Oral Biol Med
healthcare safety network at the Centers for
2004; 15: 308-20. 11. Ekasari, Tjahjaningsih W, Cahyoko Y. Daya
2008; 29: 996-1010.
antibakteri tepung cacing tanah (Lumbricus
Matthew S, Boopathy T. Enterococcus
rubellus) terhadap pertumbuhan bakteri
faecalis: an endodontic challenge. KSR
Vibrio harveyi secara in vitro. Jurnal Ilmiah
2011; 33-7.
Perikanan dan Kelautan 2012; 4: 1-6.
Stuart CH, Schwartz SA, Beeson T J, Owatz
12. Yeaman MR, Yount NY. Mechanism of
CB. Enterococcus faecalis: Its role in root
antimicrobial peptide action and resistance.
canal treatment failure and current concepts
Pharmacol Rev 2003; 55: 27-55.
in retreatment. J Endod 2006; 32: 93-8. 4.
vitro.
summary of data reported to the national Diseases Control and Prevention. CDC
2.
in
dalam
13. Zasloff
M.
Antimicrobial
peptides
of
Portenier I, Waltimo TMT, Haapasalo M.
multicellular organisms. Nature 2002; 415:
Enterococcus
389-95.
survivor
and
faecalis: “star”
the in
root
canal
post-treatment
14. Anonymous. CHROMagar VRE. Access on:
disease. Endodontic Topics 2003; 6: 135-
http://chromagar.com/fichiers/1259769034IF
59.
U_CHROMagar_VRE.pdf, Oktober 2012.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
14
15. Brown
Bensonâ&#x20AC;&#x2122;s
AE.
Microbiological
Applications: laboratory manual in general th
microbiology. 9
ed. New York: McGraw-
Hill, 2005. p. 73, 96. teknik
Fremont: EGT Group, 2008. p. 1-2. 24. Park CB, Kim HS, Kim HC. Mechanism of action of the antimicrobial peptide buforin II:
16. Hadioetomo RS. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek:
23. AnaSpec Inc. Peptide Solubility Guidelines.
dan
prosedur
dasar
buforin
II
microorganisms
by
penetrating the cell membrane and inhibiting
laboratorium. Jakarta: Gramedia, 1985. hal.
cellular
32.
Biophysical
17. Vandepitte J, Verhaegen J, Engbaek K,
kills
functions. Research
Biochemical
and
Communications
1998; 1: 253-257.
Rohner P, Piot P, Heuck CC. Basic Laboratory
Procedures nd
Bacteriology. 2
in
Clinical
ed. Geneva: World Health
Organization, 2003. p. 84, 86-9. 18. Rinanda
T,
25. Madigan MT, Martinko JM, Parker J. Brock th
Biology of Microorganism. 10
ed. Illinois:
Southern Illinois University, 2003. p. 110.
Hidayaturrahmi,
Juwita.
Karakterisasi SDS-Page lumbricin-1 serta uji aktivitas antibakteri tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap isolat klinis Pseudomonas ciprofloxacin
aeruginosa dan
resisten
meropenem.
Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2012. hal. 25. Laporan Hasil Penelitian Dosen Muda. 19. Marsa, RD. Efek antibakteri ekstrak lerak dalam pelarut etanol terhadap Enterococcus faecalis
(penelitian
Fakultas
in
Kedokteran
vitro). Gigi
Medan:
Universitas
Sumatera Utara, 2010. hal. 19. Skripsi. 20. Dharmawati IG. Efek ekstrak mengkudu dalam
menghambat
pertumbuhan
Streptococcus mutans penyebab dental plak secara
in
vitro.
Program
Studi
Ilmu
Kedokteran Biomedik Universitas Udayana, 2011. hal. 4. Tesis. 21. Dahlan, MS. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. ed.4. Jakarta: Salemba Medika; 2009. hal. 83-95. 22. ProImmune. Peptide solubility. Access on: http://www.thinkpeptides.com/peptidesolubili ty.html, Desember 2012.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
15
Literature Study
POTENSI ENZIM BROMELIN PADA BONGGOL NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN ANTI PLAK DALAM PASTA GIGI 1
1
1
Muhammad A. Najib, Hendri J. Permana, Fatkhur Rizqi 1
Fakultas Kedokteran Gigi Correspondence : Universitas Jember Jalan Kalimantan no. 37, Jember-Jawa Timur Email:dent.ainun@gmail.com
ABSTRAK Pembentukan plak diawali dari adanya proses kolonisasi bakteri yang berinteraksi dengan pelikel pada permukaan gigi. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan proses perlekatan protein dan glikoprotein saliva pada permukaan gigi. Bakteri melekat pada pelikel dengan bantuan suatu molekul spesifik pada permukaanya. Penggunaan pasta gigi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut lazim digunakan dalam masyarakat. Penambahan zat aktif pada pasta gigi sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Bonggol nanas merupakan limbah dari buah nanas yang jarang dimanfaatkan. Bonggol nanas mengandung enzim bromelin yang merupakan suatu enzim proteolitik. Kajian ini bertujuan untuk membahas manfaat enzim bromelin sebagai bahan anti plak yang ditambahkan ke dalam dalam pasta gigi. Kandungan asam amino yang terbanyak dalam pelikel adalah arginin dan glutamin. Enzim bromelin dapat memecah ikatan asam amino antara arginin-alanin dan glutamine-alanin yang digunakan bakteri sebagai media perlekatan, sehingga dapat menghambat perlekatan antara bakteri dengan pelikel. Selain itu, enzim bromelin pada bonggol nanas sudah teruji biokompabilitas terhadap jaringan rongga mulut, sehingga aman pada saat pemakaiannya. Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa enzim bromelin pada bonggol nanas berpotensi sebagai bahan anti plak melalui mekanisme penguraian media perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Kata kunci: bonggol nanas,bromelin, anti plak.
ABSTRACT Early plaque formation begins of colonizing bacteria which interact with surface pellicle tooth. Pellicle formation is essentially a process of attachment of salivary proteins and glycoproteins on the tooth surface. Bacteria attached to the pelikel with the help of specific molecules on the surface. Generally, the people use dentrifrice to keep healthy teeth and mouth. The addition of active ingredient in dentrifrice has been caried out by the experts. Pineapple hump is a waste product rarely used. Hump pineapple contains the enzyme bromelain which is a proteolytic enzyme. This study aims to discuss enzyme bromelain as an anti-plaque material can be added in toothpaste. The highest amino acid content in pellicle are arginine and glutamine. The enzyme bromelain can break the bond between the amino acids (arginin-alanine and glutamine-alanine ) for bacterial attachment, so that it can inhibit the attachment of bacteria to pellicle. In addition, the enzyme bromelain in pineapple lamp test the biocompatibility of the oral tissues, so it is safe when used. Based on this study can conclude that the enzyme bromelain in pineapple hump as anti-plaque material, which really through decomposition mechanism of bacterial attachment on tooth surfaces. Keywords: Pinnaple hump, bromelain, anti-plaque.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
16
1. PENDAHULUAN
berfungsi
Nanas (Ananas comosus) merupakan
sebagai
antisenisitivitas
dan
antibakteri,
antiplak,
antiinflamasi.
Tujuan
tanaman yang tumbuh subur didaerah yang
penambahan komponen aktif tersebut adalah
beriklim
menghambat
tropis
termasuk
indonesia.
Nanas
terbentuknya
plak
sehingga
mengandung enzim proteolitik yaitu bromelin
dampaknya dapat mengurangi berbagai penyakit
yang lebih banyak terdapat pada bonggolnya.
gigi dan mulut lainya.
Enzim tersebut dapat mengurai atau memecah
Pemanfaatan
protein.
1,2
komponen
aktif
bahan
dalam
herbal
pasta
gigi
sebagai mulai
Enzim bromelin dapat memecah ikatan
dikembangkan dalam kedokteran gigi seiring
protein termasuk glutamin-alanin yang digunakan
dengan semangat back to nature saat ini. Bahan
bakteri sebagai media perlekatan, sehingga
herbal dianggap masyarakat relatif lebih aman
dapat menghambat perlekatan antara bakteri
dibanding bahan-bahan sintetis. Oleh karena itu,
dengan pelikel. Pelikel merupakan selapis tipis
pencarian
glikoprotein yang mengawali terbentuknya plak.
kemampuan
Plak adalah faktor yang mendasari terjadinya
sangat populer. Bahan herbal seperti enzim
3,4,5,6
bromelin dari bonggol nanas yang telah terbukti
karies dan berbagai penyakit periodontal.
Populasi mikroba dalam plak sekitar 72-102 juta/mg berat
basah setelah 24 jam
dan
hari.
setara
biokompatibilitasnya
herbal
yang
memiliki
dengan
bahan
sintesis
diduga
efektif
bahan aktif antiplak dalam pasta gigi.
meningkat menjadi 80-132 juta/mg setelah 3 7
bahan
sebagai
2
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengkaji potensi enzim bromelin
Pencegahan
pembentukan
plak
merupakan hal penting dalam menghindari karies
pada bonggol nanas (Ananas comosus) sebagai bahan antiplak pada pasta gigi.
gigi. Pada dasarnya pembersihak plak dapat dilakukan dengan alat-alat mekanis dan kimiawi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembersihan
2.1 Enzim Bromelin pada Bonggol Nanas
mekanis
dimaksudkan
dapat
menghilangkan plak secara psikomotorik oleh
Nanas merupakan tanaman buah berupa
pasien dengan bantuan alat khusus seperti sikat
semak yang berasal dari Brasilia (Amerika
8,6
yang
Selatan) dan memiliki nama ilmiah Ananas
mempengaruhi terbentuknya plak yaitu diet,
comosus. Buah nanas mengandung satu enzim
gigi
dan
dental
floss.
Faktor
faktor saliva dan karakteristik permukaan gigi.
9
Penggunaan pasta gigi dilakukan untuk menambah
pembersihan
Enzim bromelin merupakan enzim hidrolase yang
ketika
aktif pada protein. Berdasarkan sumbernya,
menggosok gigi. Perkembangan komposisi pasta
enzim protease ada bermacam-macam yaitu
gigi terus mengalami perubahan, sejalan dengan
papain, ficin, dan bromelin yang merupakan
kemajuan di dunia kedokteran gigi. Efek yang
protease asal tanaman; tripsin yang merupakan
menguntungkan
enzim protease dari pankreas; pepsin dan renin
dari
mekanis
yang penting yang dikenal dengan bromelin.2
pasta
gigi
sangat
bergantung pada frekuensi, cara menyikat dan komponen yang terkandung didalamnya.
10
yang
merupakan
protease
dari
persit.
11
Pada
Berdasarkan sifat-sifat kimia dari lokasi aktif,
dasarnya komponen pasta gigi terdiri dari basis
maka enzim bromelin termasuk dalam golongan
pasta dan komponen aktif. Komponen aktif
enzim protease sulfihidril, yang artinya memiliki
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
17
residu sulfidril (sistenil dan histidil) pada lokasi
keaktifan enzim lebih rendah karena energi
aktif. Susunan asam amino yang mengandung
kinetik molekul substrat maupun enzim menjadi
gugus sistein pada sisi aktifnya sebagai berikut :
rendah sehingga kecepatan reaksi
-Cys – Gly – Ala – Cys – Trp –Asn – Gly – Asp –
rendah.
Pro – Cys – Gly – Ala – Cys – Cys – Trp.
12
menjadi
d. Konsentrasi dan waktu
Konsentrasi enzim bromelin pada bagian bonggol
Konsentrasi enzim yang berlebih dan
nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging
waktu yang lebih lama akan mengakibatkan
13
nanas.
kecepatan
Tabel 1. Kandungan Enzim Bromelin pada 13
Tanaman Nanas
Persen (%)
enzim
menurun,
karena
konsentrasi substrat efektif untuk tiap molekul enzim.
Bagian
katalis
Bertambahnya
menyebabkan
daya
molekul kerja
enzim
enzim
akan
sebagai
katalisator menjadi lebih lama yang tergantung
Tanaman Buah utuh masak
0,060 – 0,080
Daging buah masak
0,080 – 0,125
Kulit buah
0,050 – 0,075
Tangkai
0,040 – 0,060
Batang
0,100 – 0,600
Buah utuh mentah
0,040 – 0,060
Daging buah mentah
0,050 – 0,070
Aktifitas enzim bromelin dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
pula dengan konsentrasi yang ada.12 2.2 Plak Gigi Acquired
pellice
merupakan
lapisan tipis, amorf, translusen, halus, tidak berwarna,
tidak dijumpai adanya bakteri dan
apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron akan tampak aseluler, afibriler, dan merupakan masa yang homogen. Acquired pellice terbentuk dalam waktu singkat
a. Kematangan buah
suatu
yaitu
dalam beberapa menit setelah gigi dibersihkan
Semakin matang buah nanas, maka
dan belum tampak adanya bakteri. 5,13,14
keaktifan enzim bromelin dalam buah tersebut
Protein merupakan komponen utama
semakin berkurang. Hal ini disebabkan pada
dari acquired pellice. Pembentukan acquired
waktu pematangan buah terjadi pembentukan
pellice pertama kali disebabkan adanya adsorbsi
senyawa tertentu, dalam hal ini enzim mungkin
selektif dari Ca , F , HPO4 , dan protein saliva
ikut terpakai dalam senyawa tersebut sehingga
termasuk
sebagian struktur enzim akan rusak, akibatnya
dipermukaan enamel. Dalam hal ini kelompok
keaktifan berkurang.
fungsional yang terlibat pada interaksi hidroksi
b. pH
2+
-
2-
glikoprotein
pada
hidroksi
apatit
apatit protein adalah kelompok asam yang Aktivitas optimal dari enzim ini adalah
bermuatan negatif, antara lain seperti karboksil
pada derajat keasaman (pH) sebesar 6,5. Nilai
(COO-), fosfat (H2PO4 dan HPO42-) dan kelompok
pH
sulfat (HSO4-) dan kelompok amino (NH3+) yang
terlalu
tinggi
atau
rendah
akan
mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan
bermuatan
yaitu
bermuatan negatif dapat langsung terikat pada
denaturasi
protein
dengan
kecepatan
katalisa menurun.
asam
yang
jembatan kalsium pada ion sulfat yang terdapat
Suhu yang paling baik adalah 30°C, suhu dan
Kelompok
ion kalsium atau secara tidak langsung melalui
c. Suhu
diatas
positif.
dibawah
30°C
pada permukaan hidroksi apatit. Sebaliknya,
mengakibatkan
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
18
kelompok basa yang bermuatan positif dapat
menahan bakteri pada permukaan gigi dengan
terikat
daya
langsung
pada
permukaan mineral. terbanyak
di
15
sulfat
Komposisi protein yang
kelenjar
submandibular
kelompok
saliva
terdiri
parotis dari
dan asam
kohesi
bakteri.
Dengan
demikian,
terbentuklah plak gigi, dimana akan terjadi kolonisasi yang lebih lanjut dengan bakteri yang akan membentuk lingkungan bakteri baru.
17
glutamat/glutamin dan tirosin. Selain itu, pada kelenjar arginin.
parotis juga terdapat
histidin
dan
2.3 Pasta gigi
16
Pengendalian
plak
adalah
upaya
Setelah terbentuknya acquired pellice
membuang dan mencegah penumpukan plak
maka mulai tampak adanya koloni bakteri pada
pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat
permukaan gigi.
13,14
Perlekatan bakteri terbentuk
dilakukan secara mekanis maupun kimiawi.
melalui proses kimia (non spesifik) ataupun
Pembuangan
proses interaksi fisiologis antar bagaian pada
metoda yang efektif dalam mengendalikan plak
permukaan sel bakteri sebagai adhesin dan
dan inflamasi gingiva. Pembuangan mekanis
reseptor spesifik yang terdapat pada enamel
dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan
pelikel.
secara
mekanis
merupakan
benang gigi (dental floss).18
17
Ikatan pada pelikel dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
Bahan antiplak sering terdapat dalam pasta gigi dan obat kumur. Setiap pasta gigi
a. Afinitas tinggi (spesifik) yang melibatkan
mengandung bahan-bahan yang penting seperti
rantai sisi hidrat arang glikoprotein saliva
bahan abrasif, fluoride, air, bahan pemberi rasa,
sebagai reseptor. Beberapa rantai sisi hidrat
bahan pemanis, pemadat, dan deterjen.
arang glikoprotein saliva diketahui sebagai
Tabel 2. Komposisi Pasta Gigi
reseptor terhadap mikroorganisme rongga
Komposisi Bahan
mulut
tertentu,
seperti
asam
merupakan reseptor untuk galaktosa
merupkan
S.
sialat,
tempat
rendah ikatan
(non ini
disebabkan
(%) 20 â&#x20AC;&#x201C; 40
untuk Air
20 â&#x20AC;&#x201C; 40
reseptor
spesifik),
Pembasah
dimana Deterjen/foaming agent adanya Pengikat
interaksi hidrofobik yang tidak memerlukan Pengharum adnanya reseptor spesifik pada glikoprotein Pemanis saliva.15 Setelah proses awal kolonisasi, maka selapis
sel
akan
berproliferasi
dekatnya. Pada proses proliferasi bakteri akan mekanisme
20 â&#x20AC;&#x201C; 40 1â&#x20AC;&#x201C;2 >2 >2 >2
Pewarna & pengawet
<1
Zat Aktif
>5
keseluruh
permukaan dan bergabung dengan bakteri di
membutuhkan
Persentase
sanguis, Abrasif
Actinomycoses viscosus dan lain-lain. b. Afinitas
1
retensi
untuk
membentuk timbunan pada permukaan gigi yang melekat antara satu dengan lainnya. Matriks dari glikokaliks bakteri dan glikoprotein saliva akan
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
Pasta gigi juga mengandung bahan aktif yang dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Di bawah ini adalah tabel mengenai kandungan bahan aktif yang biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:
19
Tabel 3.
Kandungan dan Fungsi Bahan Aktif
dalam Pasta Gigi
19
Enzim
bromelin
termasuk
dalam
golongan enzim protease sulfihidril, yang artinya
Kandungan Bahan
Fungsi
memiliki residu sulfidril (sistenil dan histidil) pada
Mengurangi
lokasi
sitrat, stronsium klorida
hipersensitivitas
mengandung gugus sistein pada sisi aktifnya.
dentin
Pemutusan atau pembentukan ikatan kimia
Pirofosfat, triklosan, zinc
Mengurangi plak
citrate
dan kalkulus
aktif.
12
Potassium nitrat, sodium
Susunan
asam
amino
yang
didahului dengan pembentukan ikatan dengan substrat, seperti reaksi berikut. E+S
supragingiva
ES
E+P
E adalah enzim, S merupakan substrat, Triklosan, fluor
Mengurangi
ES
inflamasi gusi
berupa
kompleks enzim-substrat, dan P
adalah produk yang terbentuk.
Peroksida, sodium
Mengurangi
tripolifosfat, sodium
pewarnaan pada
amino
heksaametafosfat
permukaan gigi
mengakibatkan terbentuknya asam amino lain
Adanya ikatan sistein dengan asam
yang 3. PEMBAHASAN
yang dapat mengurai atau memecah molekul komplek
(arginin
menyebabkan
dan
putusnya
glutamin)
rantai
media
perlekatan bakteri. Dengan demikian fungsi
Enzim bromelin sebagai enzim proteolitik
protein
pelikel
menjadi
senyawa
lebih
penambahan zat aktif enzim bromelin pada pasta gigi dapat mencegah terbentuknya plak.22 Begitu pentingnya pencegahan plak pada
sederhana yaitu ikatan peptida dan asam
permukaan gigi
amino.20 Penambahan enzim bromelin dalam
memadukan upaya secara mekanis maupun
pasta gigi berperan sebagai zat aktif antiplak.
kimiawi.
Sifat proteolitik enzim bromelin mampu memecah
tentang peralihan penggunaan bahan sintetis ke
molekul protein komplek menjadi senyawa lebih
bahan alami atau herbal semakin menguat. Uji
sederhana yaitu ikatan peptida dan asam amino
biokompabilitas
yang ada pada pelikel yang digunakan sebgai
jaringan rongga mulut menunjukkan prosentase
media perlekatan bakteri.21
jumlah sel hidup sel BHK-21 antara 95,22%-2-
sehingga dalam
Perubahan
paradigma
enzim
kontrolnya
masyarakat
bromelin
terhadap
Plak merupakan awal dari timbulnya
16% dengan kosentrasi enzim bromelin 10%-
karies gigi dan penyakit periodontal lainnya.
40%. Sel BHK-21 merupakan jenis sel fibroblas
Pembentukan plak diawali dari adanya proses
penyusun jaringan ikat gingiva dan ligamen
kolonisasi
periodontal.23
mikroorganisme
yang
berinteraksi
dengan pelikel pada permukaan gigi. Pelikel akan mengadsorpsi protein saliva secara selektif bersama dengan ion-ion Ca2+, F-, HPO42-,
4. SIMPULAN Berdasarkan
kajian
di
atas,
dapat
sehingga dapat melekat kuat pada permukaan
disimpulkan bahwa enzim bromelin pada bonggol
gigi. Setelah adanya pelikel yang melapisi
nanas berpotensi sebagai bahan antiplak pada
permukaan gigi, maka mikroorganisme akan
pasta gigi melalui mekanisme penguraian media
melekat pada reseptor spesifik protein saliva dan
perlekatan bakteri pada permukaan gigi.
membentuk koloni.
17
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
20
DAFTAR PUSTAKA
10. Prahasti,
1. Harris, NO. dan Garcia-Godoy, F. 2004. Primary
Preventive
Dentistry.
New
Jersey: Pearson Education, Inc. h.123-
C.
Pengaruh
Penggunaan
Pasta Gigi Zinc Citrate/triclosan terhadap Pembentukan Plak pada Gigi. Maj. Ked. Gigi (Dent J). 2004; 37(4):154-156. 11. Reed, G. 1975. Enzymes in Food
127. 2. Pujiastuti,
Peni.
1997.
Uji
Biokompatibilitas Ekstrak Bonggol Nanas Sebagai
Obat
Pascasarjana,
Kumur.
Universitas
Tesis., Airlangga.
Surabaya.
Processing
2
nd.
Ed.
New
York:
Academic Pres. h.146-148. 12. Tokkong, M.H. 1979. Proses Pelarutan Protein
Ikan
Secara
Enzymatis.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
3. Caranza, FA. dan MG. 1990. Newman.
13. Chairunnisa, H. 1987. Isolasi Enzim
Clinical periodontology. Philadelpia: WB.
Bromelin Kasar dari Bonggol Nanas
Sauders Co.
dalam Biproses dalam Industri Pangan.
4. Lehner,
T.
1995.
Imunologi
pada
Penyakit Mulut (Immunology of Oral Diesease) Edisi 3. Jakarta: EGC.
Periodonti
(diterjemahkan:
Anastasia) Ed. Ke-2, Jakarta: Hipokrates. 6. Sadoh, D. R., et al. Effect of Two Toothcleaning Periodontal
Status
Patients
M.
G.,
Takei,
H.
H.,
Klokkevold, P.R., Carranza, F. A. 2006. Clinical
Periodontology.
Missouri:
Saunders Elsevier. h.137,140,732-733. 15. Amerogen, A.V.N. 1991. Ludah dan
on
Kelenjar Ludah bagi kesehatan gigi
with
(diterjemahkan Abyono R). Yogyakarta:
Frequencies in
dan Liberty. h.319-325. 14. Newman,
5. Manson, J.D. dan B.M. Elley. 1993. Buku Ajar
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM
Advance Periodontitis. Jurnal Of Clinical Periodontology. 2004; 31: 470-474.
Gajah Mada University Press. h. 95-125. 16. Jensen, J.L., M.S. Lamkin and F.G
7. Freeman, B. A. 1985. Oral Microbiology,
Openhaim. Adsorbtion of human salivary
dalam Textbook of Microbiology. Ed 22.
protein to hidroksiapatit:a comprasion
Philadelphia: WB Saunders Co. h. 711-
Between Whole Saliva and Glandula
714.
Salivary Secretion.. J Dent RES. 1992.
8. Ruhadi, I. Efektifitas Pasta Gigi yang
17. Sorensen,
J.A.
A
rationale
for
Mengandung Bahan Bubuk Kayu Siwak
comparison
dalam Mengahambat Pembentukan Plak
properties of crown system. J. Prosth.
Gigi. Maj. Ked. Gigi (Dent J). 2004;
Dent. 1989; 62: 264-269.
of
plaque
retaining
18. Cowley, M. T. 1981. Essentials Of
37(1):24-27. 9. Dahan M, Timmermen
MF,
Van
Wilnkehoff AJ, Van der Velden U. The
Periodontology
And
Periodontics.
London: Geoffrey. h.143.
effect of periodontal treatment on the
19. Nield-Gehrig, J. S dan Willmann, D. E.
salivary bacterial load and early plaque
2008. Foundation Of Periodontics For
formation.
The
J.Clin
Periodontal.
2004;
31:972-977.
Dental
Hygienist.
Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business. h.345.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
21
20. Winarno, F. G. 1983. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia. h.25-26. 21. Suhermiyati, Sri dan S. J. Setyawati. 2005. Potensi Limbah Nanas Untuk Peningkatan Tonggkol
Kualitas sebagai
Limbah Bahan
Ikan Pakan
Unggas.Purwokerto: Animal Production. h.174-178. 22. Heinicke, R. M. dan W.A. 1857. Gartner. Stem
Bromelin
Preparation
A
From
New
Protease
Pineapple
Plants.
Economic Botany. 23. Maduratna, E. 1997. Biokompatibilitas Gel
Tetrasiklin
Pengaruhnya
Hidroklorida
terhadap
dan
Terlepasnya
Lapisan Smir pada Permukaan Akar. Tesis.
Pascasarjana,
Universitas
Airlangga, Surabaya
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
22
Literature Study
PENTINGNYA DATA STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA KARTU MENUJU SEHAT IBU HAMIL (UPAYA MENUNJANG PROGRAM MDGS 2015) 1
1
Irma Ariany Syam , Baiq Miftahul Fatia , Andi Fatima T
1
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar Correspondence: Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10, Makassar No.Hp:085255817617 Email: irma.ariany@gmail.com
ABSTRAK Tujuan keempat Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan membuat strategi perbaikan kesehatan dan gizi ibu hamil. Kesehatan gigi dan mulut memberi peran penting dalam menentukan kesehatan bayi yang akan dilahirkan. Terdapathubungan antara infeksi periodontal dengan kejadian bayi berat lahir rendah kurang bulan (BBLR). Upaya mengurangi terjadinya BBLR dan prematur dapat dicegah dengan pemantauan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dengan penambahan data status kesehatan gigi dan mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tujuan yang ingin dicapai dalam studi pustaka ini yaitu untuk mengetahui pentingnya data status kesehatan gigi dan mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu hamil agar melahirkan bayi yang normal dan sehat. Data status kesehatan gigi dan mulut yang dimaksud adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut (Oral Hygiene).Secara klinis, tingkat kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Greene dan Vermilliont.Studi pustaka ini dapat dilakukan melalui tahap rancangan dan pembahasan, tahap realisasi, tahap sosialisasi dan pelatihan, tahap pelaksanaan di masyarakat. Penambahan data status kesehatan gigi dan mulut pada KMS Ibu hamil diharapkan dapat menurunkan angka kematian anak di Indonesia dengan membuat strategi peningkatan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil. Katakunci: Millenium Development Goals, status kesehatan gigi dan mulut , Wanita hamil, BBLR
ABSTRACT The fourth objective of the Millennium Development Goals (MDGs) is reducing child mortality rate by making an improvement strategy of health and nutrition in pregnant women. Oral health provides an important role in determining the health of newborn babies that will be born. There is a relationship between periodontal infections with an incidence of preterm low birth weight babiesâ&#x20AC;&#x2122; (LBW). Efforts to reduce the occurrence of low birth weight and prematurity can be prevented by monitoring the oral health of pregnant women with the addition of data on oral health status in the KM) of pregnant women. The aim of this study was to know the importance of data on oral health status in the KMS pregnant women as an effort to improve the health of pregnant women to birth normal and healthy babies. Data of oral health status used in this card is the level of oral hygiene. Clinically, the level of oral hygiene was assessed by criteria Simplified Oral Hygiene Index (OHI - S) of Greene and Vermilion. This literature study can be done through the design and discussion stage, the realization phase, socialization and training phase, the implementation phase in the community.
Keywords: Millennium Development Goals, oral health status, pregnant women, Low Birth Weight
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
23
1. PENDAHULUAN
tercantum mengenai status kesehatan gigi dan
Millenium Development Goals (MDGs)
mulut.
Padahal,
penyakit
gigi
dan
mulut
merupakan komitmen nasional dan global dalam
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
upaya lebih menyejahterakan masyarakat. Saat
menganggu kesehatan ibu hamil dan akan
ini, tersisa waktu sekitar 2 tahun bagi negara
berdampak pada bayi yang akan dilahirkan.
berkembang anggota PBB termasuk Indonesia untuk
menyelesaikan
mengupayakan
peran penting dalam berbagai penyakit baik lokal
pencapaian delapan tujuan pembangunan MDGs
maupun sistemik. Status kesehatan gigi dan
mencakup: (1) Menanggulangi Kemiskinan dan
mulut yang kurang dapat menyebabkan penyakit
Kelaparan; (2) Mencapai Pendidikan Dasar untuk
jaringan periodontal dan karies. Pada ibu hamil,
Semua; (3) Mendorong Kesetaraan Gender dan
penyakit periodontal yang sering diderita adalah
Pemberdayaan Perempuan; (4) Menurunkan
gingivitis
Angka
Kematian
dan
Kesehatan gigi dan mulut mempunyai
Anak;
(5)
Meningkatkan
dengan
prevalensi
60-70%
periodontitis dengan prevalensi 30%.
dan
4
Kesehatan Ibu; (6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria
Offenbacher (1996) yang dikutip dalam
dan Penyakit Menular lainnya; (7) Memastikan
Murthy (2012) melaporkan hubungan antara
Kelestarian
(8)
infeksi periodontal dengan kejadian bayi berat
untuk
lahir rendah kurang bulan (BBLR). Pada ibu
Lingkungan
Membangun
Hidup;
Kemitraan
Pembangunan.
dan
Global
1
hamil dengan kebersihan gigi dan mulut yang
Tujuan
adalah
kurang, rentan terkena infeksi. Perubahan pH
dengan
saliva, pH cairan gingiva dan aktivitas hormon ibu
membuat strategi perbaikan kesehatan dan gizi
hamil dalam cairan gingiva akan mempengaruhi
ibu hamil.
di
perkembangan dan pertumbuhan bakteri rongga
Status
mulut utamanya bakteri gram negatif yang dapat
kesehatan dan gizi ibu hamil memberi peran
menjadi faktor risiko terjadinya bayi berat lahir
penting dalam menentukan berat lahir dan masa
rendah
menurunkan
Indonesia
keempat
angka
MDGs
kematian
anak
Status kesehatan ibu hamil tergolong
masih
rendah.
2
(BBLR).
Wanita
hamil
dengan
depan kesehatan bayi. Selain status gizi dan
periodontitis 3,58 kali berisiko melahirkan bayi
kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut juga
dengan berat rendah.5
memberi
peran penting dalam menentukan
kesehatan bayi yang akan dilahirkan. World
Health
Para
dokter
menyatakan
bahwa
pencegahan penyakit gigi dan mulut, diagnosis (WHO)
dan penanganan awal terhadap masalah gigi dan
merancang Kartu Menuju sehat (KMS) ibu hamil
mulut ibu hamil berpotensi menurunkan risiko
untuk
bayi
memberi
Organization
jalan
sederhana
menentukan
adanya
faktor
mengontrol
kesehatan
ibu
dalam
berat
lahir
rendah
(BBLR)
dan
4
risiko
dalam
premature. Upaya mengurangi terjadinya BBLR
hamil.
Tujuan
dan prematur dapat dicegah dengan pemantauan
utamanya yaitu membuat para tenaga kesehatan
kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dengan
menyadari bahwa beberapa faktor risiko tinggi
penambahan data status kesehatan gigi dan
dapat dirujuk segera dan pemeriksaan yang
mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil.
sesuai
mencegah
Ini merupakan ide yang sederhana namun
komplikasi kehamilan lebih lanjut. Namun, isi dari
bersifat aplikatif dalam meningkatkan kesehatan
segera
dilakukan
untuk 3
Kartu Menuju sehat (KMS) pada ibu hamil tidak
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
24
ibu hamil sebagai strategi menurunkan angka kematian anak di Indonesia.
Kartu menuju sehat ibu hamil adalah sebagai alat penyuluhan ibu hamil dan alat
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
komunikasi antar pemberi pelayananantenatal.
perlu dilakukan studi pustaka untuk mengetahui
KMS membantu dalam mendeteksi Pre-eklamsi,
pentingnya data status kesehatan gigi dan mulut
anemia dan resiko tinggi kehamilan lainnya.
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil
Kartu menuju sehat ibu hamil adalah suatu
sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu
bentuk kartu yang disimpan oleh ibu sendiri yang
hamil agar melahirkan bayi yang normal dan
memberikan
sehat.
seorang wanita sebelum kehamilan pertama,
informasi
tentang
6
kesehatan
Manfaat dari studi pustaka ini yaitu: (1)
selama kehamilan, persalinan, masa nifas dan
meningkatkan pengetahuan penulis mengenai
masa antara kehamilan berikutnya serta status
masalah gigi dan mulut pada ibu hamil yang akan
keluarga berencana.7
berdampak pada bayi yang akan dilahirkan
KMS ibu hamil terdiri atas; Identitas ibu
sehingga menstimulus penulis untuk turut serta
dan kotak untuk memberikan tanda dengan huruf
dalam memberikan solusi terhadap masalah
â&#x20AC;&#x153;Râ&#x20AC;? bagi ibu beresiko tinggi (dibagian kanan atas
yang ada; (2) meningkatkan derajat kesehatan
halaman muka); pemantauan kehamilan; kurva
gigi dan mulut
ibu hamil; (3) meningkatkan
KMS ibu hamil; catatan bagi petugas kesehatan;
peranan dokter gigi dalam mencegah dan
dan bahan penyuluhan untuk ibu.KMS ibu hamil
memperbaiki taraf kesehatan gigi masyarakat,
bermanfaat
khususnya ibu hamil; (4) menunjang program
kesehatan ibu hamil, gizi, pertumbuhan ibu hamil,
pemerintah dalam pencapaian target Millennium
berat badan, tekanan darah, denyut jantung
Developmental Goals (MDGs)
janin, hemoglobin (Hb). Pemberian tablet Fe,
sebagai
alat
untuk
memantau
pemberian Tetanus Toxoid (TT), letak janin 2. TINJAUAN PUSTAKA
sebagai cacatan bagi petugas kesehatan dan
2.1 Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil
juga
Ide membuat Kartu Menuju Sehat (KMS)
bermanfaat
kesehatan ibu.
sebagai
alat
penyuluhan
8
ibu hamil berasal dari Kartu Menuju Sehat anak yang telah diterima dengan baik dan terbukti cukup berhasil sebagai alat bantu kesehatan.
2.2 Penyakit Periodontal pada Ibu Hamil Penyakit
periodontal
adalah
infeksi
Beberapa adaptasi lain di berbagai negara yang
bakteri gram negatif anaerob dalam rongga mulut
berbeda
keterangan
yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan
tentang imunisasi, keluarga berencana, dan
pendukung gigi. Penyakit periodontal dapat
perkembangan
terbukti
menyebabkan inflamasi intra uterin dan kelahiran
monitoring.World
premature.9 Wanita hamil dengan periodontitis
Health Organization (WHO) merancang Kartu
3,58 kali berisiko melahirkan bayi dengan berat
Menuju Sehat (KMS) ibu hamil ini untuk memberi
rendah.5
telah
kegunaannya
mencantumkan
psikososial untuk
telah
tujuan
jalan sederhana dalam menentukan adanya
Kebersihan gigi dan mulut rendah dapat
faktor risiko dalam mengontrol kesehatan ibu
menimbulkan infeksi pada gigi maupun pada
hamil.Kartu ini diisi oleh bidan terlatih, perawat
jaringan periodontium seperti gingivitis maupun
atau asisten tenaga kesehatan.
3
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
periodontitis. Infeksi dapat menyebar secara
25
sistemik
dan
mediator
proinflamasi
mempengaruhi bulan.
menyebabkan
10
peningkatan
Penelitian
di
akan
dan peningkatan kadar sitokinin IL-1β, TNF-ι, IL-
BBLR kurang
6 dan PGE2. Kadar interleukin menyebabkan
yang
kejadian bayi
ikat tubuh, merangsang respon inflamatori lokal
bidang
epidemiologi
perubahan
pada
bentuk
plasenta
terutama
menunjukkan infeksi oral seperti gingiva dan
daerah yang berfungsi dalam pertukaran zat gizi
periodontitis merupakan sumber infeksi dan
antara ibu dan janin. Sebagai akibatnya, terjadi
inflamasi yang signifikan selama kehamilan dan
kerusakan struktur jaringan ikat tubuh dan sistem
menyatakan bakteri anaerob gram negatif dapat
organ
menyebabkan
bakterimia
yang
menginduksi
janin
sehingga
dapat
gangguan perkembangan janin.
menyebabkan
10
komplikasi kehamilan seperti prematur dan bayi berat lahir rendah.11 Perubahan komposisi plak subgingiva selama kehamilan disebabkan oleh lingkungan mikro
subgingiva
yang
berubah
akibat
meningkatnya akumulasi progesteron aktif yang metabolismenya berkurang selama kehamilan. Rasio bakteri anaerob meningkat dibanding
Gambar 1. Grafik Hubungan Status
bakteri aerob, dalam hal ini adalah Bacteroides
Periodontal Ibu dengan Kejadian BBLR.9
melaninogenicus dan Prevotella intermedia.5
Gambar 1. Grafik Hubungan Status Periodontal
Pada kehamilan trimester kedua terjadi
Ibu dengan Kejadian BBLR.9
peningkatan jumlah bakteri anaerob gram negatif pada plak gigi.Pada saat kondisi oral hygiene
3. PEMBAHASAN
kurang baik, bakteri periodontal berakumulasi di
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah servikal gigi dan membentuk suatu
dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan
struktur yang dikenal sebagai â&#x20AC;&#x153;bacterial biofilmâ&#x20AC;?.
gigi dan mulut pada ibu hamil yaitu dengan
Patogen
memiliki
melakukan upaya promotif dan preventif melalui
hubungan dengan berat lahir rendah kurang
program Dental Health Education (DHE) baik
bulan
denticola,
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil
Porphyromonas gingivalis, Bacteriodes forsythus
maupun buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
periodontal
yang
adalah
diduga
treponema
dan actinobacillus actinomycetemcomitans. Keberadaan
menjaga pola makan. Akan tetapi, kesehatan
darah akan merangsang host membentuk respon
gigi dan mulut ibu hamil tidak dapat dikontrol
inflamatori menciptakan
memungkinkan meningkatnya
dalam
berupa menyikat gigi dua kali sehari dan
sirkulasi
secara
bakteri
12
sistemik.
daerah
rentan
terjadinya produksi
Hal
ini
akan
dengan baik karena tidak ada data yang
bakteri
dan
menunjukkan status kesehatan gigi dan mulut,
dan
hanya menyarankan menjaga kesehatan gigi
infeksi
sitokinin
inflamatori.
dan mulutnya.
Bakteri periodontal dan sitokinin inflamatori akan
Data status kesehatan gigi dan mulut
melewati plasenta dan masuk ke sirkulasi janin.
merupakan suatu hal yang penting ditambahkan
Jika janin tidak dapat mengontrol infeksi ini, akan
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil
terbuka akses untuk bakteri ke berbagai jaringan
dengan mempertimbangkan bahwa penyakit
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
26
periodontal pada ibu hamil merupakan risiko
Tabel 1. Kriteria Debris Index Simplified (DI-S)
terjadinya BBLR dan prematur.Hal ini dapat
oleh Green dan Vermillion
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
Skor
Kondisi
ibu hamil sehingga masalah kesehatan gigi dan
0
Tidak ada debris atau stain.
mulut dapat dikontrol dengan adanya data pada
1
Plak menutup tidak lebih dari 1/3
KMS tersebut.
permukaan servikal, atau terdapat
Data status kesehatan gigi dan mulut
stain ekstrinsik di permukaan yang
yang dimaksud adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut (Oral Hygiene).Secara klinis, tingkat
diperiksa. 2
Plak menutup lebih dari 1/3 tapi
kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral
kurang dari 2/3 permukaan yang
Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Greene
diperiksa
dan Vermillion. Kriteria ini dinilai berdasarkan
3
Plak
keadaan debris dan kalkulus Pada kartu menuju
menutup
lebih
dari
2/3
permukaan yang diperiksa.
sehat ditambahkan kolom data sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria Calculus Index Simplified(CI-S) oleh Green dan Vermillion
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)
Skor
Kondisi
0
Tidak ada kalkulus.
1
Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan
Gambar
2.
Data
OHI-S
servikal yang diperiksa.
(Tingkat
Kebersihan Gigi dan Mulut) pada KMS Ibu Hamil
2
Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 tapi kurang dari
Data tersebut diisi oleh tenaga kesehatan
permukaan
diperiksa,
gigi (dokter gigi, perawat gigi atau asisten dokter
atau
ada
yang bercak-
bercak kalkulus subgingiva di
terlatih) dengan tata cara pengisian sebagai
sekeliling servikal gigi.
berikut: 1. Pada
2/3
tiap
kolom
DI-S
(Debris
Index
Simplified) maupun CI-S (Calculus Index Simplified)
dilakukan pemeriksaan pada
tiap gigi berikut: Gigi 16 pada permukaan bukal
3
Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada kalkulus subgingiva yang kontinu
disekeliling
servikal
gingiva.
Gigi 11 pada permukaan labial Gigi 26 pada permukaan bukal
2. Setelah
mengisi
data
pada
kolom.
Gigi 36 pada permukaan lingual
Selanjutnya adalah menjumlahkan
data
Gigi 31 pada permukaan labial
OHI-S diperoleh dari penjumlahan Debris
Gigi 46 pada permukaan lingual
Index (DI) dan Calculus Index (CI), sehingga perolehan nilai tersebut dapat ditulis dengan
Kolom diisi berdasarkan kriteria angka yang tertera dalam tabel berikut: BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
rumus sebagai berikut: OHI-S = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI) 27
3. Selanjutnya mengisi kriteria pada data dengan kriteria sebagai berikut:
dan mulut pada KMS ibu hamil yaitu melalui tahap-tahap berikut:
Kriteria OHI-S (jumlah dari debris score
1. Tahap Rancangan dan Pembahasan
dengan calculus score) mengikuti ketentuan
Rancangan
dan
pembahasan
mengenai
sebagai berikut:
penambahan data kesehatan gigi dan mulut pada
Baik: Jika nilainya antara 0,0 â&#x20AC;&#x201C; 1,2
KMS ibu hamil di stakeholder departemen
Sedang: Jika nilainya antara 1,3 â&#x20AC;&#x201C; 3,0
kesehatan.
Buruk: Jika nilainya antara 3,1 â&#x20AC;&#x201C; 6,0 Implementasi
gagasan
ini
2. Tahap Realisasi
dibutuhkan
dukungan dari berbagai pihak, diantaranya:
Pencetakan Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil yang baru.
1. Kementrian Kesehatan Keterlibatan
3. Tahap Sosialisasi dan Pelatihan
pemerintah
khususnya
Sosialisasi dan pelatihan
kepada tenaga
kementerian kesehatan dengan mengelurkan
kesehatan mengenai adanya penambahan data
kebijakan penambahan status kesehatan gigi
kesehatan gigi dan mulut pada KMS ibu hamil
dan mulut pada KMS ibu hamil di Indonesia
dan pelatihan cara mengisi data tersebut.
sehingga Ibu hamil mengetahui pentingnya
4. Tahap Pelaksanaan di Masyarakat
kesehatan gigi dan mulut dalam menjaga
Pelaksanaan
di
masyarakat
diwujudkan
kesehatan janin dan kesehatan ibu hamil itu
dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
sendiri.
oleh
2. Dinas Kesehatan
tenaga
kesehatan
hamilsehingga
Keterlibatan Dinas Kesehatan dalam
dapat
terhadap
meningkatkan
ibu
derajat
kesehatan ibu hamil secara keseluruhan.
implementasi gagasan ini adalah sebagai badan sosialisasi mengenai pentingnya kesehatan gigi
5. SIMPULAN
dan mulut ibu hamil yang diimplematasikan
Studi pustaka yang diajukan
adalah
dengan menambah status kesehatan gigi dan
penambahan data kesehatan gigi dan mulut
mulut pada KMS ibu hamil ke tenaga kesehatan
khususnya tingkat kebersihan gigi dan mulut (oral
pada daerah kerja dinas kesehatan masing-
hygiene) pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu
masing.
hamil
3. Rumah
dan
menunjang
program
Development
Puskesdes, dan Posyandu
Gagasan ini
bertujuan untuk meningkatkan
Rumah sakit, puskesemas, puskesdes,
derajat kesehatan gigi dan mulut ibu hamil
pemeriksaan
Puskesemas,
upaya
Millennimum
posyandu
Sakit,
sebagai
merupakan
maka
perlu
tempat-tempat
instansi
tersebut
Goals
(MDGs).
sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat.
mengetahui pentingnya kesehatan gigi dan mulut
Teknik
implementasi
yang
dilakukan
ibu hamil sehingga tenaga kesehatan yang
untuk mewujudkan studi pustaka ini dilakukan
bekerja
dalam beberapa tahap yaitu: tahap rancangan
pada
instansi
tersebut
dapat
melaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi dan
dan
mulut ibu hamil.
sosialisasi dan pelatihan, tahap pelaksanaan di
Langkah yang harus ditempuh dalam
pembahasan,
tahap
realisasi,
tahap
masyarakat.
mewujudkan penambahan data kesehatan gigi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
28
Penambahan data status kesehatan gigi dan mulut pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil diharapkan dapat menurunkan angka
Belgaum,
India.
GJMEDPH
2012;1(4):42-8. 21. DepKes RI. Penilaian Risiko Antenatal
kematian anak di Indonesia dengan membuat
Dan
strategi peningkatan kesehatan gigi dan mulut
Keenam. Jakarta: Dep. Kes. RI; 1999.
ibu hamil.
Pengobatan,
22. DepKes
RI.
Modul
11,
Pedoman
Edisi
Pelayanan
Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, 6. SARAN
Edisi ke Delapan. Jakarta: Dep. Kes, RI;
Perlu
dilakukan
penelitian
mengenai
penggunaan Kartu Menuju Sehat pada beberapa instansi Kesehatan.
1996. 23. DepKes
RI.
Pemantauan
Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS- KIA) dalam modul. Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
dan
16. BAPPENAS. Pedoman penyusunan
Pelatihan
Jarak
Jauh
Bidan.
Jakarta: Dep. Kes, RI; 1998.
rencana aksi percepatan pencapaian
24. Sumidarti A. Hubungan kadar endotelin-
tujuan MDGs di daerah (RAD MDGs);
1 (ET-1) dengan interleukin (IL-1) di
2010 Hal. 3. [Diakses pada 6 Januari
dalam tali pusat dan cairan krevikular
2013]. Available from:
gingiva pada ibu yang melahirkan bayi
http://gizi.depkes.go.id/wp-
bert lahir rendah. M.I.Kedokteran Gigi
content/uploads/2011/10/ped-
2008; 23(3):103-6.
pencapaian-RAD-MDGs.pdf
25. Santono O, Wildam ASR, Dwi R. Hubungan
17. BAPPENAS. tujuan
Peta
jalan
pembangunan
percepatan
milenium
di
Indonesia; 2-1- Hal.139. [diakses pada 15
Januari
2013].
Availablefrom:
http://www.bappenas.go.id/node/118/28 14/peta-jalan-percepatan-pencapaiantujuan-pembangunan-milenium-di-
menuju sehat ibu hamil: penuntun untuk pengembangan, adaptasi, dan evaluasi. Jakarta: EGC; 1996. al.
Health
during
2008;77(8): 1140-4. S,
gingivitis ibu hamil terhadap kejadian bayi berat badan lahir rendah kurang bulan di RSUP Dr.Kariadi Semarang dan
jejaringnya.
M
Med
Indones
2009;43(6):288-93. 26. Lopez
NJ, Smith
PC, Gutierrez
J.
Women with Periodontal Disease: A Randomized
Controlled
Trial,
J
Periodontol 2002; 73: 911-924. 27. Ervina
Oral
pregnancy. American Family Physician 20. Murthy
dan
Risk of Preterm Low Birth Weight in
18. WHO. Alih bahasa: Agnes Kartini. Kartu
et.
mulut
Periodontal Therapy May Reduce the
indonesia/
19. Hugh,
kebersihan
I,
Ellisa
W.
Pengaruh
periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan. Dentika Dental Journal 2012;15(1):79-81.
Mubashir
A,
Kodkany.
Pregnancy periodontitis and low birth weight:
A
cohort
study
in
Rural
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
29
Literature Study
ORT-CARD (ORTHODONTIC CARD) SEBAGAI UPAYA MELINDUNGI MASYARAKAT TERHADAP KESALAHAN PERAWATAN AKIBAT PEMASANGAN KAWAT GIGI ILEGAL 1
1
1
Irma Ariany Syam, Akmalia Rosyada, Ayu Putri Djohan 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar Correspondence: Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea, Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10, Makassar Email: irma.ariany@gmail.com / No.Hp:085255817617
ABSTRAK Kawat gigi/ Kawat ortodonti merupakan alat dalam kedokteran gigi yang dipakai untuk merapikan susunan gigi dan memperbaiki hubungan antara gigi di rahang atas dan rahang bawah. Kawat gigi yang semula berfungsi untuk merapikan susunan gigi, saat ini bisa dipakai untuk fashion. Maraknya penggunaan kawat gigi menyebabkan merajalelanya tempat-tempat praktik ilegal pemasangan kawat gigi di masyarakat, baik yang menamakan diri sebagai tukang gigi, ahli gigi, ahli behel, maupun di salon-salon kecantikan. Hal ini dapat merugikan masyarakat karena tindakan yang dilakukan tidak sesuai prosedur medis. Tingginya minat masyarakat dalam pemasangan kawat ortodonti serta alat dan bahan yang dijual bebas merupakan dua hal yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap menjamurnya praktik-praktik ilegal. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah melindungi masyarakat terhadap kesalahan perawatan akibat pemasangan kawat ortodonti ilegal. Penulis mengajukan usulan untuk membatasi penjualan dan pemasaran alat dan bahan ortodonti dengan menggunakan Ort-Card (Orthodontic Card). Orthodontic Card merupakan syarat mutlak dalam pembelian alat dan bahan ortodonti sehingga yang tidak memiliki kartu tersebut, tidak berhak membeli alat dan bahan ortodonti sehingga tidak ada lagi kesempatan berlangsungnya praktik ilegal. Diharapkan derita masyarakat akibat kesalahan pemasangan yang dilakukan oleh praktik pemasangan kawat ortodonti ilegal dapat diatasi.
Katakunci: Kawat ortodonti, praktik illegal, Orthodontic Card ABSTRACT Braces / orthodontic wire are a tool used in dentistry to straighten the teeth and improve relations between upper teeth and lower teeth. Which initially serves braces to straighten the teeth, this time can be used for fashion. Widespread use of braces causing widespread illegal practice places pairs of braces in the community, both calling themselves the handyman teeth, dental specialists, experts stirrup, and in beauty salons. This can be detrimental to the community because of the actions taken are not appropriate medical procedures. High public interest in the installation of orthodontic wire and the tools and materials available commercially are two things that cause a negative effect on the proliferation of illegal practices. The aim in writing this paper is to protect the public against errors orthodontic treatment due to illegal wiring. The author proposes to restrict sales and marketing tools and orthodontic materials using Ort - Card (Orthodontic Card). Orthodontic Card is an absolute requirement in the purchase of tools and materials so that orthodontic not have the card, do not have the right to buy orthodontic tools and materials so that no chance the course of an illegal practice. It is expected that people suffer due to mounting errors committed by the illegal practice of orthodontic wiring can be overcome
Keywords: Wire orthodontic, illegal practices, orthodontic Card
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
30
1. PENDAHULUAN Kawat
gigi
pernah ada yang merasa keberatan secara atau
kawat
ortodonti
hukum.
Tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
merupakan alat kedokteran gigi yang digunakan
penulisan karya tulis ini adalah melindungi
untuk merapikan susunan gigi dan memperbaiki
masyarakat
hubungan antara gigi-geligi rahang atas dan
akibat pemasangan kawat gigi ilegal.
rahang bawah. Hubungan gigi-geligi antara
terhadap
kesalahan
perawatan
Manfaat penulisan ini bagi pemerintah
rahang atas dan rahang bawah yang tidak baik
adalah
akan mempengaruhi fungsi pengunyahan dan
diterapkan untuk mengurangi pemasangan kawat
selanjutnya akan berdampak pada gangguan
ortodonti
pencernaan.
masyarakat,
Kawat gigi yang semula berfungsi untuk
sebagai oleh
terhadap
solusi bukan
dapat
baru ahli
yang medis.
melindungi
kesalahan
dapat Bagi
masyarakat
perawatan
akibat
merapikan susunan gigi, saat ini bisa dipakai
pemasangan kawat gigi ilegal. Bagi penulis,
untuk fashion khususnya di kawasan negara-
dapat melatih berpikir kritis dalam menanggapi
negara Asia (Thailand, China, dan Indonesia).
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Behel atau kawat gigi dianggap sebagai bagian dari fashion yang trendi1. Pengguna kawat gigi
2. PEMBAHASAN
atau dalam istilah kedokteran gigi disebut kawat
Behel atau kawat gigi adalah alat yang
ortodonti semakin banyak dan memasyarakat,
dipakai untuk memperbaiki hubungan gigi geligi
apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Maraknya menyebabkan praktik
penggunaan
merajalelanya
pemasangan
kawat
2
kawat
dan rahang yang tidak harmonis. Manfaat gigi
tempat-tempat gigi
ilegal
di
pemasangan kawat gigi adalah memperbaiki hubungan
gigi-geligi
memperbaiki
yang
tidak
pengunyahan,
stabil,
memperbaiki
masyarakat, baik yang menamakan diri sebagai
pengucapan, dan mendapatkan keseimbangan
tukang gigi, ahli gigi, ahli behel, asisten dokter
otot, serta estetika3. Tujuan utama pemasangan
gigi, maupun di salon-salon kecantikan. Hal ini
kawat ortodonti adalah untuk mengevaluasi dan
tentu
mencatat yang akan datang jika terjadi maloklusi
akan
masyarakat
membahayakan sehingga
dan merugikan
memperparah
kondisi
susunan gigi-geligi. Tingginya minat masyarakat
(kelainan penguyahan) dalam mempersiapkan perawatan jika diindikasikan.
4
dalam pemasangan kawat gigi serta alat dan
Perawatan ortodonti cekat atau yang
bahan yang dijual bebas merupakan dua hal
lebih dikenal di masyarakat pemasangan kawat
yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap
gigi harus dipasang oleh dokter gigi spesialis
menjamurnya praktik-praktik ilegal. Apabila tidak
ortodonti (ortodontis). Ortodontis adalah dokter
dilakukan penanganan terhadap pemasangan
gigi yang telah melanjutkan kuliah di bidang ilmu
kawat ortodonti oleh bukan ortodontis maka
ortodonti yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana
tindakan ini bisa dianggap benar, hal ini sejalan
memperbaiki susunan gigi-gigi yang tidak teratur
dengan kaidah hukum die normative de craft des
dan memperbaiki oklusi (hubungan gigi rahang
factisien. Sebagai contoh adalah pembuatan gigi
atas dan rahang bawah). Dokter gigi umum
tiruan oleh tukang gigi yang tidak akan bisa lagi
hanya
dipidanakan karena telah berlangsung secara
ortodonti
diperbolehkan lepasan
melakukan
bukan
perawatan
ortodonti
cekat
terus-menerus di masyarakat sejak lama tanpa
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
31
dikarenakan
pada
tahap
strasa
1
hanya
mempelajari perawatan ortodonti lepasan.
prosedur
medis.
Adapun
bahaya
yang
ditimbulkan yakni: Pemasangan alat ortodonti
Dalam hal praktik ilegal pemasangan
cekat (behel) dengan tujuan untuk variasi tanpa
kawat gigi, beberapa alumni perawat gigi telah
adanya
berani membuka tempat praktik sendiri dengan
diindikasikan dan tanpa melakukan rontgen foto
memberikan jasa pemasangan kawat gigi. Lebih
sebelum
parah lagi, pemasangan kawat gigi dilakukan
kawat
oleh tukang gigi yang tidak memiliki bekal ilmu
menyebabkan sariawan, keracunan timbal (dari
kedokteran gigi terutama ortodonti cekat yang
bahan kawat), dan gangguan saraf.
sesuai
dengan
medis,
pencabutan 7
perawatan . gigi
menurut
gigi
padahal
Bahaya
pemasangan
Gustaaf
Kusno
bisa
1
keterampilan
Menurut drg. Zaura Rini, pemasangan
tukang gigi hanya didapat secara turun menurun.
behel oleh praktisi yang tidak berkompeten dapat
Tukang gigi juga tidak memiliki ijazah atau surat
menyebabkan infeksi baik dari infeksi ringan
izin yang resmi dari departemen kesehatan untuk
sampai berat, misalnya infeksi terjadi di jaringan
membuka praktik.
kaidah
suatu
5
mulut yang menyebar ke tulang gigi sehingga
Tindakan pemasangan alat
ortodonti
menyebabkan
pembengkakan.
Infeksi
parah
cekat oleh bukan tenaga medis populer disebut
dapat terjadi pada ibu hamil yang menggunakan
pasang behel. Pemasangan behel atau kawat
behel oleh dokter gigi yang berkompeten yaitu
gigi oleh tenaga yang tidak ahli semakin marak
kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat
akhir-akhir ini. Banyak iklan pemasangan dan
badan
penjualan kawat gigi dengan harga yang murah
mengkhawatirkan lagi, alat-alat ortodonti dari
di berbagai tempat bahkan di jejaring sosial. Hal
pasien yang sudah selesai dirawat tersebut
ini menunjukkan semakin banyaknya orang-
dilepas dan dapat dijual kembali. Kondisi barang
orang
dalam
bekas dengan mudahnya diperjualbelikan. Hal ini
pemasangan perawatan ortodonti cekat. Hal ini
tentu menimbulkan resiko yang sangat tinggi
merupakan
yaitu alat tidak steril.9
yang
tidak
masalah
bertanggung besar
karena
banyak
rendah8.
Bahkan
yang
lebih
masyarakat yang memilih pemasangan kawat
Kawat gigi yang dipasang tidak sesuai
gigi ke tukang gigi atau orang yang tidak
prosedur akan menjadi penyebab gigi bergeser
berkompeten lainnya dibanding datang ke dokter
tidak sesuai dengan posisinya dan menimbulkan
gigi karena biaya pemasangan yang relatif lebih
berbagai penyakit. Prosedur pemasangan kawat
murah.
gigi
Keadaan
tersebut
tentu
amat
yang
dipasang
bukan
oleh
dokter
membahayakan masyarakat yang ternyata belum
berkompeten belum tentu memenuhi standar.
paham, termasuk aparat
Pemasangan kawat gigi yang tidak dilakukan
kepolisian, bahwa
pemasangan alat ortodonti cekat adalah suatu
dengan
tindakan medis yang hanya boleh dilakukan oleh
pergeseran gigi yang tidak diinginkan, gangguan
dokter gigi spesialis ortodonti.
6
benar
akan
berakibat
terjadinya
penguyahan, dan dapat menimbulkan radang gusi.10
Bahaya pemasangan kawat gigi Ilegal Pemasangan
baik
lama dilakukan. Adanya "tindakan perawatan
tukang gigi, ahli gigi, dan ahli behel akan sangat
gigi" oleh bukan dokter gigi merupakan alasan
berbahaya
Belanda mendirikan STOVIT di Surabaya karena
karena
kawat
gigi
dilakukan
ilegal
Pemberantasan tukang gigi sudah sejak
tidak
sesuai
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
32
tindakan para Tandmeester (tukang gigi) yang
menawarkan sebuah solusi yakni pengadaan
membahayakan
Ort-Card (Orthodontic card/ Kartu Ortodonti).
masyarakat.
Masalah
ini
kemudian menjadi salah satu agenda perjuangan awal PDGI yang dipimpin Prof. Soeria Soemantri,
Ort-card (Orthodontic card)
sampai akhirnya berhasil mendesak Departemen
Orthodontic Card merupakan gagasan
Kesehatan RI untuk mengeluarkan Permenkes
baru yang ada di Indonesia. Gagasan ini didesain
No.
sebagai solusi untuk melindungi masyarakat
53/DPK/69
tentang
Pendaftaran
dan
Perizinan Tukang Gigi yang isinya adalah
terhadap
menghilangkan profesi tukang gigi secara alami
pemasangan kawat gigi ilegal dengan melakukan
6
kesalahan
perawatan
akibat
dengan cara tidak memberi izin tukang gigi baru .
pembatasan penjualan dan pemasaran alat dan
Cara ini tidak efektif karena saat ini tukang gigi
bahan
semakin banyak dan perawatan yang dilakukan
kesempatan berlangsungnya praktik ilegal atau
semakin berkembang seperti pemasangan kawat
yang menamakan diri sebagai ahli gigi, ahli
gigi yang saat ini sedang populer.
behel, atau di salon-salon kecantikan untuk
Peringatan-peringatan telah di lakukan
ortodonti
Ketua
Persatuan
Indonesia (PDGI) drg.
Dokter
ada
lagi
Ortodontic mutlak
dalam
Card
pembelian
merupakan alat
dan
syarat bahan
Matram
ortodonti. Bagi mereka yang tidak memiliki kartu
menuntut pengawasan dan tindakan yang lebih
ini, tidak berhak untuk membeli alat dan bahan
tegas dari pemerintah terhadap profesi tukang
ortodonti. Pembuatan kartu Ort-Card ini dibuat
gigi yang bertindak di luar batas kewenangan.
oleh Dinas Kesehatan dengan menunjukkan
Akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan
identitas sebagai spesialis ortodonti dan surat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
izin
1871/Menkes/Per/IX/2011 tentang pencabutan
mendukung. Dengan adanya kartu ini dapat
peraturan
nomor
mengurangi pemakaian alat dan bahan ortodonti
pekerjaan
secara ilegal sehingga derita masyarakat akibat
tukang gigi yang menyebutkan bahwa tukang gigi
kesalahan perawatan ortodonti yang dilakukan
hanya berwenang membuat sebagian/seluruh
oleh praktik kawat gigi ilegal dapat berkurang.
menteri
Zaura Rini
Gigi
tidak
memasang kawat gigi.
oleh para dokter gigi namun tidak pernah dipedulikan.
sehingga
kesehatan
339/menkes/per/v/1989
tentang
praktik
dan
beberapa
berkas
yang
gigi tiruan lepasan dari akrilik; dan memasang gigi tiruan lepasan.9 Di tengah kehidupan masyarakat yang fashionable dalam hal pemasangan kawat gigi menuntut masyarakat untuk memasang kawat gigi, baik untuk perawatan maupun hanya untuk gaya. Hal ini menyebabkan menjamurnya praktik ilegal ditambah lagi alat dan bahan yang mudah diperoleh di pasaran. Masalah ini memicu mahasiswa
untuk
berpikir
menanggapi
kondisi yang dapat merugikan
masyarakat
ini.
Oleh
karena
kritis itu,
Gambar 1. Contoh desain Ort-card tampak depan
dalam penulis
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
33
Melalui dinas kesehatan, baik dinas kesehatan propinsi maupun kota berperan dalam mensosialisasikan ort-card ini kepada profesi kedokteran gigi dan kepada masyarakat serta toko-toko penjualan alat dan bahan kedokteran gigi, serta mengawasi jalannya program tersebut. Gambar 2. Contoh Desain Ort-Card tampak belakang
Jika terjadi pelanggaran, maka akan dilaporkan ke pihak yang berwenang. Dinas kesehatan juga perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat
Bahan dan alat ortodonti yang dijual secara
bebas
dipasaran
memudahkan
berlangsungnya praktik kawat gigi ilegal di
bahwa pemasangan kawat gigi bukan pada ahli medis akan membahayakan kesehatan. 3. Lembaga Dokter Gigi
masyarakat baik yang menamakan diri sebagai
Lembaga
dokter
gigi
ini
meliputi
tukang gigi, ahli gigi, ahli behel maupun salon-
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan
salon. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat.
Ikatan
Selain kerugian materi karena harus melakukan
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam
perawatan ulang ke dokter gigi jika terjadi
mengawasi jalannya program ort-card demi
kesalahan perawatan, praktik ilegal juga akan
terciptanya kesehatan gigi dan mulut masyarakat
berakibat pada kesehatan masyarakat sehingga
yang lebih baik.
Ortodontis
Indonesia
(IKORTI)
hal ini memerlukan suatu penanganan. Ort-Card (orthodontic card) merupakan salah satu bentuk
Langkah-langkah strategis yang dapat
solusi. Pengadaan Ort-Card perlu mendapat
ditempuh dalam implementasi karya tulis ini
dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak,
yaitu:
diantaranya:
a. Pemasaran alat dan bahan ortodonti
1. Instansi Pemerintah Dalam pemerintah membuat
harus dibatasi hanya pada toko-toko
implementasi
berperan suatu
sangat
peraturan
gagasan penting atau
ini,
resmi
untuk
kedokteran
larangan
pasaran
terutama
menteri
kesehatan.
dan
untuk
bahan
melindungi
akibat pemasangan kawat gigi ilegal. b. Sosialisasi kepada profesi kedokteran
Pemerintah harus membatasi pemasaran alat dan bahan ortodonti, dengan ini pemasaran alat
gigi
alat
masyarakat dari kesalahan perawatan
penjualan alat dan bahan ortodonti secara bebas di
penjualan
gigi melalui lembaga dokter gigi. c.
Sosialisasi kepada masyarakat tentang
dan bahan harus betul-betul pada perusahaan
adanya program ort-card
atau
dalam
Pengadaan ort-card ini membutuhkan
penjualan alat dan bahan kedokteran gigi.
pengorbanan dari pemerintah untuk menentukan
Apabila ada toko yang berani menjual alat dan
pilihan karena banyaknya toko-toko yang menjual
bahan kedokteran gigi secara ilegal maka sudah
alat dan bahan kedokteran gigi tanpa izin,
jelas toko tersebut melakukan pelanggaran dan
sehingga
akan dikenakan sanksi.
pekerjaan seseorang, oleh karena itu perlu
toko-toko
yang
bersifat
resmi
2. Dinas Kesehatan
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
adanya
dapat timbal
menghilangkan balik
yang
lapangan
diberikan
oleh
34
pemerintah.
Pemerintah juga
harus gencar
mensosialisasikan program ini. Hal ini tentunya sangat memerlukan bantuan dari berbagai pihak.
Februari
2012].
Available
from:
http://gigi.klikdokter.com 6. Pemasangan Behel Oleh Bukan Dokter Gigi Ancam Keselamatan Masyarakat. Jurnal Dentamedia okt â&#x20AC;&#x201C; des 2010; 4
3. SIMPULAN Ort-card merupakan suatu karya tulis gagasan untuk melindungi masyarakat
dari
(14). 7. Tukang
Gigi
Makin
Membahayakan
kesalahan perawatan akibat pemasangan kawat
Masyarakat. Jurnal Dentamedia Jan-
gigi ilegal dengan cara membatasi penjualan alat
Mar 2007; 1 (11).
dan bahan hanya pada dokter gigi spesialis
8. Mikail, Bramius. Tukang Gigi dan Resiko
ortodonti sehingga yang tidak memiliki kartu ini
Infeksi; 2011. [diakses 25 Februari
tidak berhak untuk membeli alat dan bahan
2012]. Avalable from: www.pdgi.or.id.
ortodonti.
9. Joni.
Prihatin:
Second; 2010. 4. SARAN
2012].
Perlu mengenai
dilakukan
penelitian
keefektifan
dalam
lanjutan
penggunaan
Ortodontic Card.
Jual
Beli
Ortodonti
[Diakses 26 Februari Available
from:
www.medicalera.com
10. Nauval
E.
pemasangan
PDGI kawat
Palembang: penyebab
gigi
bergeser. Indonesian News No.584. September 15th 2011
DAFTAR PUSTAKA 1. Gustaaf
K. Trend Kawat Gigi untuk
â&#x20AC;&#x17E;Fashionâ&#x20AC;&#x;; 2011. [diakses 17 Februari 2012]
Available
from:
http://kesehatan.kompasiana.com/medis /2011/04/06/trend-kawat-gigi-untukfashion/)/ 2. Kusuma Y. Kawat Gigi: Trend atau Perawatan. Kiat Sehat. Edisi 4 oktoberdesember; 2008. 3. Erwansyah E. Menyempurnakan Bentuk Wajah
Dengan
Kawat
Gigi;
2012.
[Diakses tanggal 24 Febriari 2012] Available
from:
www.orthodontic-
eka.com. 4. Mitchell
L.
Orthodontics
An 2nd
Introduction Edition.
to
Inggris:
Oxford University Press; 2001. 5. Mozartha M . Pilih Dokter Gigi atau Tukang
Gigi?;
2010.
[Diakses
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
27
35
Literature Study
PERAWATAN APEKSOGENESIS DENGAN MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE (MTA) PADA GIGI PERMANEN MUDA Febrina Audina1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Email : pepyey@rocketmail.com
ABSTRAK Dalam praktiknya, keadaan gigi muda dengan pulpa vital yang perkembangannya belum sempurna, tidak jarang ditemui. Hal tersebut dapat disebabkan karena karies yang meluas ataupun karena traumatic injuri. Apeksogenesis merupakan suatu prosedur yang melibatkan pulpa yang terinflamasi pada gigi yang perkembangannya belum sempurna. Tujuan apeksogenesis adalah mempertahankan jaringan pulpa vital sehingga perkembangan akar pada gigi permanen muda dapat menutup dengan sempurna. Bahan yang biasa digunakan dalam prosedur apeksogenesis adalah Mineral Trioxide Aggregate (MTA). MTA dibentuk dengan sifat fisik yang baik, ciri yang memadai serta yang diperlukan dalam suatu material medikamen yang ideal. Kata Kunci : perkembangan gigi tidak sempurna, apeksogenesis, Mineral Trioxide Aggregate (MTA).
ABSTRACT In clinical practice it is not uncommon to find incompletely developed teeth that require some form of endodontic intervention due to extensive caries or traumatic injury. Apexogenesis is a procedure that addresses the shortcomings involved with capping the inflamed dental pulp of an incompletely developed tooth. The goal of apexogenesis is the preservation of vital pulp tissue so that continued root development with apical closure may occur. Material used in apexogenesis is Mineral Trioxide Aggregate (MTA). MTA was originally formulated to provide the physical properties, setting requirements and characteristics necessary for an ideal repair and medicament material. Keywords : incompletely develop teeth, apexogenesis, Mineral Trioxide Aggregate (MTA).
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
36
1. PENDAHULUAN Dalam praktik klinis, keadaan pada gigi muda dengan pulpa vital yang perkembangannya belum sempurna tidak jarang ditemui, biasanya disebabkan karena karies yang meluas atau luka traumatik. Pada kasus seperti ini, diperlukan perawatan endodontik agar perkembangan gigi muda tersebut dapat berlanjut hingga menjadi gigi permanen seutuhnya. Tes vitalitas pulpa dan derajat perkembangan gigi sangat dibutuhkan untuk merencanakan suatu perawatan yang sesuai supaya gigi dapat bertahan lama.1 Pada gigi permanen muda, penutupan apeks
Gambar 1. (A) Gambaran radiografi pada karies simptomatik
2
terekspos pada gigi premolar kedua rahang bawah sebelum
gigi
belum
terbentuk
dengan
sempurna.
Penutupan apeks kira-kira terjadi selama 3 tahun
perawatan. (B) Gambaran radiografi setelah perawatan pulpotomi dengan
setelah erupsi. Akar yang belum sempurna
MTA dan direstorasi
dengan resin
komposit. (C) Setelah 2,7 tahun menunjukkan kelanjutan
memiliki lubang apeks yang lebih besar. Dinding
pertumbuhan akar (apeksogenesis). (D) Pasca 3,4 tahun
saluran akar dari akar yang belum sempurna
menunjukkan gigi lebih respon dengan tes pulpa.
dengan apeks terbuka adalah lebih tipis daripada akar yang tumbuh normal.3 Jika gigi yang belum matang tersebut terkena trauma sedikit saja, maka
pulpanya
dapat
terbuka.
Agar
pembentukan normal dentin pada akar dapat terus
berlangsung,
pulpotomi
dilakukan
yang
perawatan
tujuannya
untuk
mempertahankan vitalitas pulpa bagian akar. Kebanyakan
gigi
yang
belum
sempurna
pertumbuhannya dan mengalami fraktur mahkota dengan pulpa yang terbuka, pulpanya vital dan inflamasi
terbatas
pada
makalah ini adalah mengemukakan pentingnya suatu perawatan pulpa vital pada gigi yang belum terbentuk sempurna agar pembentukan dentin dan penutupan apeksnya dapat terus berjalan. Dengan kata lain, perawatan ini menjaga supaya pulpa radikuler tetap vital.
3
2. PEMBAHASAN 2.1. Apeksogenesis Apeksogenesis adalah suatu prosedur
pulpa
pada pulpa yang telah terinflamasi dan masih
saja.sedangkan pada gigi yang terkena karies,
vital pada gigi yang perkembangannya belum
perawatan juga bisa dilakukan pada pulpa yang
sempurna atau sering disebut dengan gigi
terbuka sedikit, keberhasilannya tergantung pada
permanen muda.1 Apeksogenesis dapat juga
luasnya kerusakan pulpa dan layak atau tidaknya
disebutkan sebagai suatu perawatan pulpa vital
gigi tersebut direstorasi.
permukaan
Maka dari itu, maksud dan tujuan dari
2
pada gigi yang akarnya belum tumbuh sempurna, untuk memberi kesempatan pada akar melanjutkan pertumbuhan dan menutup apeksnya. Perawatan ini dilakukan dengan cara
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
37
mempertahankan pulpa vital atau menyingkirkan pulpa yang terinflamasi reversibel supaya pembentukan akar dan pematangan apeks dapat dilanjutkan.
2
Indikasi dilakukannya apeksogenesis adalah untuk gigi yang dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikal yang belum tertutup sempurna, adanya kerusakan pada pulpa koronal sedangkan pulpa radicular dalam keadaan sehat. Tetapi apeksogenesis merupakan suatu kontraindikasi pada gigi yang telah mengalami avulsi dan replantasi, gigi yang sangat goyang, Gambar 2. Gambaran radiografi periapikal pada gigi 21
gigi yang mengalami fraktur mahkota, gigi
dengan perkembangan akar yang belum sempurna.
dengan fraktur akar yang horizontal yang berada
2.1. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
dekat dengan gingival, serta gigi karies yang tidak dapat direstorasi lagi.
1
Telah
banyak
material-material
dalam
kedokteran gigi yang telah berkembang, salah 2.2.
Morfologi Gigi Permanen Muda
satunya Mineral Trioxide Aggregate (MTA). MTA
Gigi permanen muda merupakan gigi
merupakan
salah
satu
bahan
yang
baru
permanen yang baru saja erupsi dan ada bagian-
berkembang
bagian dari gigi itu sendiri yang belum sempurna
keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya
mengatakan, MTA sebagai suatu bahan yang
pada gigi permanen dewasa, gigi tersebut telah
sangat serbaguna dalam kedokteran gigi. Hal itu
mempunyai perkembangan akar yang lengkap
dikarenakan oleh sifat-sifat fisik MTA yang baik
sedangkan pada gigi permanen muda masih
dan
mempunyai ruang pulpa yang besar dan apeks
regenerasi jariangan serta respon pulpa yang
yang terbuka. Sehingga pada gigi permanen
baik.5
dan
menunjukkan
yang
kemampuannya
muda lebih reaktif terhadap invasi bakteri dan
bagus.
untuk
tingkat Beberapa
merangsang
2.1.1. Isi Bahan MTA
rasa sakit. Karena distribusi syaraf pada gigi
MTA merupakan suatu percampuran dari
sulung berakhir di odontoblas, oleh karena itu
semen Portland dan bismuth oksida serta ada
persyarafan di gigi sulung kurang sensitif. Beda
juga
dengan gigi permanen yang distribusi syarafnya
beberapa elemen seperti SiO2, CaO, MgO,
di dalam odontoblas sampai pre dentin, sehingga
K2SO4, dan Na2SO4. Komponen utama adalah
lebih sensitif.4
dilaporkan
bahwa
MTA
terdiri
dari
semen Portland tersebut yang merupakan campuran dari dikalsium silikat, trikalsium silikat, gypsum, dan tetrakalsium aluminoferit.6 2.1.2. Sifat MTA MTA mengeras kira-kira 3 sampai 4 jam,
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
38
kekuatannya kurang dari amalgam. Kekuatan
kekuatan yang lebih dibandingkan MTA abu-
MTA dalam 24 jam kira-kira 40 MPa dan naik
abu.
menjadi 67.3 MPa setelah 21 hari. MTA bersifat
8
2.1.4. Manipulasi Kerja MTA
radiopak sehingga lebih mudah dilihat dalam
Dalam penggunaan MTA sebagai bahan
radiografi. MTA tidak mempunyai sifat anti
material, dilakukan beberapa tahap kerja yaitu
mikroba, tetapi Enterococcus faecalis dan
sebagai berikut,
Streptococcus
sanguinis tidak dapat hidup
dalam MTA. MTA
1. Mixing:
MTA
abu-abu
dan
MTA
putih
dicampur dengan air bersih dengan rasio 3:1 tidak
bereaksi
dengan
bahan
sesuai dengan petunjuk pabrik. Dalam hal ini
restorasi lainnya. Tes genetoksik menunjukkan
susah dimanipulasi sehingga pada saat
pada MTA tidak ada bersifat merusak DNA.
insersi MTA agak sulit.
MTA juga dapat bersifat aktivasi sementoblas dan produksi sementum. Pada beberapa kasus, MTA
juga
bersifat
bone
healing.
5
MTA
memproduksi lebih banyak dentinal bridge lebih
2. Insersi:
ultrasonic-assisted
condensation
lebih efisien daripada hand-condensation. 3. Ketebalan: 5mm MTA yang tersedia lebih baik untuk resistensi microleakage.
signifikan dibandingkan Calsium Hidroksida
4. Lakukan radiografi.
dalam waktu yang lebih cepat serta memiliki
5. Kapas yang lembab diletakkan diatas MTA,
sedikit
inflamasi
nekrosis
dan
pulpa.
MTA
mengurangi juga
resiko
dilaporkan
kemudian dilakukan restorasi sementara. (Setting time MTA 3-4 jam setelah mixing).
mempunyai ukuran partikel yang kecil, toksik
Pasien control kembali setelah 24 jam untuk
yang sedikit, dan working time yang lama. Oleh
obsturasi & lakukan penggantian restorasi
sebab itu, perawatan dengan MTA telah
menjadi permanen. Isi saluran akar dengan
menjadi standard pada perawatan dengan
guta perca & restorasi resin komposit.8
apeks terbuka. 7 2.1.3.
Tipe MTA
3. KESIMPULAN
MTA pertama kali disebutkan dalam literature
pada
tahun
1993.
Ketika
MTA
Daun MTA merupakan bahan material yang baik karena kualitas dan keidealannya.
diperjualbelikan, terdapat warna abu-abu dari
MTA juga berhasil dalam pembentukan dentin
MTA (gray MTA). Kemudian pada tahun 2002,
bridge dengan sedikit efek samping dan
MTA putih pertama kali dikenalkan. MTA abu-
kerugian. Sifat-sifat dari MTA cocok digunakan
abu berisi aluminoferit yang menyebabkan
sebagai bahan untuk apeksogenesis pada gigi
diskolorisasi pada gigi dan jaringan gingiva.
permanen muda. Apeksogenesis dilakukan pada
MTA abu-abu juga memproduksi 43% kristal
gigi permanen muda karena apeks pada gigi
hidroksiapatit
permanen muda belum menutup secara
pada
permukaan,
dan
juga
5
menginduksi pembentukan dentin lebih efisien
sempurna sehingga perlu dilakukan suatu
(reparative dentin). Sedangkan pada MTA putih
perawatan. Setelah erupsi, diperlukan sekitar 3
(white MTA) menyebabkan pewarnaan juga
tahun untuk gigi dengan apeks yang menutup
pada gigi tetapi hal itu tergantung pada
sempurna.2 Sehingga pulpa radikuler tetap vital.3
kandungan Fe2O3.
. Perawatan apeksogenesis ini dilakukan dengan
MTA putih mempunyai
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
39
cara mempertahankan pulpa vital atau
aggregate material use in endodontic treatment:
menyingkirkan pulpa yang terinflamasi reversibel
A review of the literature. Dental Materials (24)
supaya pembentukan akar dan pematangan
2008. 149-164
2
apeks dapat dilanjutkan. Banyak sekali
8. Hussein, Ahmad Mustofa. Apexification &
keuntungan yang diperoleh jika kita
Apexogenesis. 10 April 2012.
menggunakan MTA sebagai bahan material,
http://www.slideshare.net/ahmedmostafahussei
namun MTA mempunyai setting time yang lama
n/apexification-ahmad-mostafa
yaitu sekitar 3-4 jam setelah mixing serta harga yang mahal. Namun hal itu dapat terbayar dengan sifat fisik MTA yang sangat baik sehingga MTA sering digunakan dalam berbagai perawatan contohnya apeksogenesis.
DAFTAR PUSTAKA 1. Barrington C. Apexogenesis in an Incompletely Developed Permanent Tooth with Pulpal Exposure. 1 Februari 2003. http://www.endoexperience.com. 23 Oktober 2013. 2. Walton RE. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsi (Edisi Kedua). Alih Bahasa. Sumawinata dkk. Jakarta: EGC, 1998: 489 – 491. 3. Walton RE. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia (Edisi Ketiga). Alih Bahasa. Sumawinata N, Juwono L. Jakarta: EGC, 2008: 435 – 437. 4. USU OpenCourse Ware. Pedodonsia Terapan. http://ocw.usu.ac.od/course/detail/pendidikandokter-gigi-s1/611-PEDODONSIATERAPAN.html. 25 Oktober 2013. 5. Arathy Rao, dkk. Mineral Trioxide Aggregate – A review. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry Volume 34, Number 1/2009 6. Camp, H. Joe. Diagnosis Dilemmas in Vital Pulp Therapy: Treatment for the Toothache is Changing, especially in Young, Immature Tooth. Journal of Endodontics. July 2008, Volume 34, Number 7S. 7. Howards W. Roberts, dkk. Mineral trioxide
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
40
Literature Study
PAPAIN-BASED GEL SEBAGAI AGEN CHEMO-MECHANICAL CARIES REMOVAL YANG RAMAH LINGKUNGAN 1
1
1
Nasriana S. Manurung , Aninda K. Dewi , Agung Prabowo Dhartono 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia Email: nsrnstephanie@hotmail.com
ABSTRAK Penatalaksanaan karies gigi saat ini masih menggunakan teknik konvensional yaitu dengan pengeboran (drilling) gigi untuk selanjutnya dilakukan restorasi gigi. Prosedur pengeboran gigi umumnya menggunakan handpiece dan bur untuk membersihkan jaringan karies dan menyiapkan kavitas gigi. Prosedur tersebut tentunya akan meningkatkan pemakaian energi listrik dan tidak ramah lingkungan. Belakangan ini dikembangkan suatu teknik dalam perawatan gigi untuk mengurangi halhal tersebut, yaitu chemo-mechanical caries removal menggunakan papain-based gel. Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui papain-based gel sebagai agen chemo-mechanical caries removal. Papain-based gel mengandung enzim papain yang diekstraksi dari getah daun pepaya dan buah pepaya hijau. Enzim yang ada pada papain-based gel ini terdiri atas endoprotein yang serupa dengan enzim pepsin pada manusia yang bersifat antibakteri, antiinflamasi, dan mempercepat proses penyembuhan luka. Penggunaan papain-based gel sangat membantu proses preparasi cavitas sebelum penumpatan, memberikan rasa nyaman bagi pasien, serta lebih mempertahankan jaringan sehat di sekitar kavitas gigi. Keunggulan lain dari papain-based gel yaitu manipulasinya yang mudah, sederhana, dan harga yang terjangkau. Papain-based gel dapat digunakan sebagai agen chemomechanical caries removal yang ramah lingkungan. Katakunci: Papain-based gel, chemo-mechanical caries removal, eco-friendly dentistry
ABSTRACT Treatment to dental caries nowadays is still using the conventional technique which is drilling, and followed by the tooth restoration. The procedures of drilling generally use handpiece and drill to get rid of the carious tissues and to prepare the cavity. This procedure will increase the usage of electricity and is not environmentally-friendly. Lately, a technique in tooth restoration is being developed to lessen those disadvantages, which is chemo-mechanical caries removal using papain-based gel. This literature review was aiming to acknowledge papain-based gel as a chemo-mechanical caries removal agent. Papain-based gel contained papain enzyme which is extracted from the latex and fruits of the green adult papaya. Enzyme that was found in this papain-based gel contained endoprotein which is similar to pepsin enzyme found in humans with characteristic of antibacterial, anti-inflammatory, and could accelerate wound-healing process. Using papain-based gel greatly helped the cavity preparation process before the fillings, comfortable to the patient, and could preserve more healthy tissues around the cavity. Other advantages of papain-based gel were easy to manipulate, simple, and affordable. Papain-based gel could be used as a chemo-mechanical caries removal agent that is environmentallyfriendly. Keywords: Papain-based gel, chemo-mechanical caries removal, eco-friendly dentistry
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
41
1. PENDAHULUAN Karies
gigi
dieskavasi untuk menghilangkan lesi masih
merupakan
salah
satu
menjadi tantangan, seperti
penyakit oral yang umum dijumpai dan masih
seharusnya
menjadi masalah utama bagi dokter gigi.
penyingkiran karies.3
Penyakit
ini
merupakan
suatu
proses
digunakan
Pembersihan
kriteria yang
untuk
karies
memandu
dengan
metode
demineralisasi yang progresif pada jaringan
konvensional ini biasanya dikaitkan dengan
keras permukaan mahkota dan akar gigi yang
persepsi pasien bahwa tindakan pengeboran
ditandai dengan rasa nyeri dan rusaknya
tidak menyenangkan, membuat rasa cemas
jaringan. Rusaknya jaringan
dan
permukaan
gigi,
dimulai dari
anak-anak,
pemberian
anestesi yang dibutuhkan, pengeboran yang
enamel, dentin, hingga meluas ke arah pulpa.
menyebabkan efek termal dan tekanan pada
Salah satu tindakan yang dianjurkan dokter
pulpa, serta penggunaan handpiece yang
gigi untuk mengatasi hal tersebut adalah
dapat mengakibatkan pembuangan dentin
tindakan restorasi gigi.1
tidak
atau
sehat
sehingga
mengakibatkan hilangnya jaringan gigi yang
langkah penting sebelum tindakan restorasi
sehat. Hal-hal ini yang menjadi kelemahan
gigi untuk menghentikan perkembangan karies
utama dalam prosedur pengeboran. Selain hal
gigi. Jika karies tidak dihentikan, gigi akan
itu, prosedur tersebut juga meningkatkan
kehilangan struktur, fungsi estetik, mastikatori
pemakaian energi listrik dan tidak ramah
dan
lingkungan.4,5
karies gigi
biologisnya. yang
menggunakan dengan
merupakan
terinfeksi
suatu
fungsi
kavitas
mineral
pada
dari
Preparasi
hilangnya
takut
biasa
teknik
pengeboran
Penatalaksanaan dilakukan masih
konvensional (drilling)
gigi
yaitu untuk
Mengingat konvensional alternatif
kelemahan tersebut,
untuk
dari
prosedur
maka
diperlukan
mengurangi
Salah
selanjutnya dilakukan restorasi gigi. Prosedur
konvensional.
pengeboran gigi sebelum dilakukan restorasi
dikembangkan untuk mengatasi kekurangan
umumnya menggunakan handpiece dan bur
tersebut
untuk membersihkan jaringan karies serta
Metode
menyiapkan kavitas gigi. Metode ini dapat
teknik
membuang karies dengan cepat dan efisien.2
dentin yang terinfeksi melalui suatu agen
berupa
satu
metode
kemo-mekanis non-invasif
metode
teknik
kemo-mekanis.
karies
dengan
yang
merupakan
menghilangkan
Proses menyingkirkan jaringan karies gigi
bahan kimia dan mampu melestarikan jaringan
memainkan peran penting dalam pendekatan
sehat di sekitarnya.Selain itu, metode ini lebih
restorasi gigi. Tujuan utama dari proses ini
memberikan rasa nyaman bagi pasien karena
mengeliminasi jaringan infeksi, mengontrol
bunyi yang ditimbulkan oleh bur.5 Pada
perkembangan dari lesi dan penyingkiran
metode ini menggunakan bahan kimia dibantu
jaringan nekrotik, dan melunakkan dentin,
dengan kekuatan mekanik atraumatik untuk
untuk memungkinkan dukungan yang tepat
menghilangkan struktur lunak dentin yang
pada saat penumpatan. Meskipun kehadiran
terinfeksi.4 Salah satu bahan yang digunakan
bahan
berupa papain-based gel.5
adhesif
telah
memungkinkan
perkembangan dalam desain kavitas yang
Aplikasi papain gel pada jaringan yang
minimal, jumlah jaringan karies yang butuh
mengalami karies gigi merupakan alternatif
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
42
dari tindakan bur . Hal ini menyebabkan
intervensi
metode
intervention) untuk merestorasi gigi.
ini membuat tindakan restorasi
menjadi atraumatis dan ramah lingkungan
minimal
(concept
of
minimal
Intervensi minimal dalam merestorasi gigi
karena tidak memerlukan listrik serta berasal
merupakan
dari
Papain
mengkombinasikan pengetahuan mengenai
memiliki
prinsip pencegahan, remineralisasi lesi karies,
karakteristik bakterisida, bakteriostatik dan
dan perkembangan bahan tumpat adesif.
antiinflamasi.
Intervasi
alam
yakni
merupakan
daun
enzim
pepaya.4
proteolitik,
Papain
bertindak
sebagai
sebuah
minimal
filosofi
merupakan
yang
tindakan
sebuah debridement antiinflamasi yang tidak
pencegahan pada lesi nonkavitasi, deteksi dini
merusak jaringan sehat. Papain memfasilitasi
karies, remineralisasi, dan preparasi minimal
pembersihan jaringan nekrotik dan sekresi,
untuk restorasi langsung dengan tumpatan
sehingga
waktu
adesif bila perawatan di indikasikan. Salah
diperlukan untuk pemulihan jaringan. Pepaya
satu tujuan dari konsep intervasi minimal
ini mengandung aktivitas anti bakteri yang
adalah mengatasi kerusakan jaringan gigi
menghambat pertumbuhan organisme gram
akibat
positif dan gram negatif.6,7 Oleh sebab itu,
meminimalkan tindakan invasif yaitu dengan
penulis tertarik dengan inovasi dari papain-
mempertahankan dentin dan email yang sehat
based gel sebagai agen kemokanikal, bahan
melalui terai remineralisasi juga dengan upaya
ini yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai
menyisakan dentin demieralisasi yang dalam
pengganti alternatif dari penggunaan bur untuk
untuk menghindari terbukanya pulpa sehingga
preparasi
vitalitas pulpa dapat dipertahankan.9
dapat
mempercepat
kavitas
dalam
menghilangkan
karies.
karies
dengan
mengurangi
atau
Intervensi minimal dalam penumpatan gigi sangat berkaitan erat dengan disain preparasi
2. TINJAUAN PUSTAKA
kavitas minimal, alat-alat preparasi modern,
2.1 Intervensi Minimal Eco-dentistry
penggunaan
merupakan
tumpat
adesif
serta
atau
peminimalan siklus restorasi. Salah satu disain
realisasi dalam kedokteran gigi yang bertujuan
preparasi kavitas minimal yang menganut
mengurangi limbah dan polusi, menghemat
intervensi minimal berupa teknik preparasi
air, energi, dan biaya, dengan menggunakan
mikro. Hal tersebut dikarenakan, pada teknik
berbagai inovasi. Penggunaan bahan dan alat
preparasi
yang berlebihan dan tidak efektif dalam
mendapatkan akses ke kavitas seminimal
praktek klinis dapat mencemari lingkungan
mungkin, tanpa banyak membuang jaringan
dan berkontribusi dalam pemanasan global.
gigi. Teknik preparasi mikro ini melibatkan
Oleh karena itu, kesadaran dalam praktek
sejumlah instrumen modern, diantaranya bur
klinis kedokteran gigi perlu ditingkatkan untuk
micro-preparation
menjaga
mengurangi
preparasi
ultrasonik
Salah satu tindakan
abrasion,
dental
lingkungan
pemanasan global.
8
dan
praktik
bahan
mikro
9
dalam
dan
prosedurnya
fissurotomy,
alat
(sonoabrasion),
air
laser
dan
metode
dalam praktik kedokteran gigi yang menganut
kemomekanikal.
falsafah eco-dentistry atau green dentistry
bila melakukan penumpatan dengan intervensi
adalah
minimal, diantaranya sisa jaringan gigi tetap
dengan
menggunakan
konsep
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
Keuntungan yang didapat
43
kuat,
cidera
terhadap
pulpa
minimal,
pengembalian bentuk anatomi lebih mudah
adalah harus diaplikasikan oleh operator yang terlatih dan memerlukan instrumen khusus.10
sehingga estetika lebih terjamin, sehingga pekerjaan dokter gigi menjadi lebih baik, mudah, cepat, dan lebih ramah lingkungan.
9
Teknik
yang
2.2 Chemo-Mechanical Caries Removal
non-invasif
untuk
konvensional.
Metode
ini
dapat
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman
Chemo-mechanical caries removal (CMCR) tindakan
digunakan
menghilangkan jaringan karies adalah dengan metode
adalah
biasanya
pembuangan
bagi
pasien.
mechanical
Oleh
karena
caries
itu,
chemo-
removal
(CMCR)
jaringan keras gigi dengan cara melunakkan
dikembangkan sebagai salah satu teknik
jaringan menggunakan bahan kimia kemudian
alternatif
diikuti tindakan ekskavasi jaringan yaang
Metode CMCR ini disebut patient-and-user
rusak.
pada
friendly karena dapat mendegradasi kolagen
penelitian yang dilakukan oleh Goldman dan
yang tidak terdegradasi sempurna di dalam
kronman di Amerika ppada tahun 1970-an,
dentin yang terinfeksi tanpa merusak jaringan
yaitu efek sodiuum hipoklorit bersifat toksik
dentin yang normal.6
Prinsip
dan
dapat
disekitarnya.
CMCR
didasarkan
merusak
jaringan
sehat
10
terhadap
Chemo-mechanical merupakan
Perkembangan
selanjutnya
sodium
metode
mengeliminasi
konvensional.
caries
teknik
removal
non-invasif
dentin
yang
yang terinfeksi
hipoklorit digabung dengan Sorensens Buffer
menggunakan agen kimiawi. Proses ini tidak
untuk mengurangi toksisitas. Formula tersebut
hanya
terdiri dari glisin, sodium klorit, dan sodium
namun juga menjaga struktur gigi yang sehat,
hipoklorit yang dikenal dengan nama GK 101.
mencegah
Kekurangan
proses
ketidaknyamanan pasien. Metode ini tidak
pembuangan jaringan keras sangat lambat.
menggunakan teknik pengeboran dan dibantu
Selain itu, penggunaan bahan restorasi yang
oleh
GK
101
adalah
bersifat adesif belum dikenal pada saat itu. Caridex
dikembangkan
10
menghancurkan
iritasi
gaya
jaringan
pada
mekanikal
terinfeksi,
pulpa
yang
dan
atraumatik
menggunakan eskavator untuk menghilangkan
berdasarkan
struktur lunak karies.5
formula N-monokloroglosin dan asam amino
Beberapa agen chemo-mechanical caries
butirat. Caridex dapat memecah kolagen pada
removal sudah dikembangkan. Pada 1975,
jaringan keras sehingga lebih memudahkan
larutan
pembuangan jaringan. Kelemahan Caridex
hypochlorite
secara
mahal,
menyingkirkan jaringan karies. Larutan ini
memerlukan pompa reservoir, jumlah larutan
disebut GK-101 atau N-monochloroglycine
yang diperlukan sangat banyak, dan masa
yang juga mengandung natrium hidroksida
klinis
simpan
bahan
diperkenalkan
yaitu
pendek. Carisolv
harganya
10
di
Akhir-akhir Eropa
ini
untuk
yang
mengandung (NaOCl)
5%
digunakan
natrium untuk
(NaOH), natrium klorida (NaCl), glycine.4 Kemudian larutan ini dimodifikasi
menjadi
menyaingi Caridex. Carisolv lebih efektif dan
lebih effisien dengan menambahkan grup etil
mudah manipulasinya tapi kekurangannya
sehingga namanya diubah menjadi GK-101E atau
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
N-monochloro-D,L-2-aminobutyrate.
44
Larutan baru ini diberi merek bernama Caridex dan aplikasinya menggunakan teknik yang sama dengan GK-101. sudah
efektif,
7
dan
dengan
demikian
penyingkiran jaringan.
memfasilitasi
3
Meskipun Caridex
masih
ada
beberapa
2.3.2 Sumber Enzim Papain
baru
Nama latin pepaya adalah Carica papaya
tujuan
L. Tanaman ini berasal dari daerah tropis di
mengeliminasi kerugian dari Caridex.Produk
Amerika, Meksiko bagiang selatan, yang
ini bernama Carisolv dan mengandung tiga
kemudian menyebar ke berbagai negara tropis
asam amino; lysine, leucine, dan glutamic
lainnya. Pepaya mempunyai manfaat yang
acid.Ketiga asam ini menetralkan sifat agresif
cukup beragam, baik dalam makanan dan
NaOCl pada jaringan mulut yang sehat.
minuman
Namun, penggunaan carisolv membutuhkan
adalah tanaman herba yang memiliki batang
training
tidak berongga, biasanya tidak bercabang dan
keterbatasannya dikembangkan
yang
professional
sehingga di
Eropa
extensif
serta
produk dengan
dan
alat-alat
pendaftaran khusus
yang
menyebabkan carisolv tidak dapat digunakan 4
dapat
maupun
industri
mencapai
merupakan
10
daun
obat.
meter.
tunggal,
Pepaya
Daunnya
besar
dan
oleh banyak orang. Pada 2003, sebuah gel
bercangap. Pepaya memiliki tiga jenis bunga,
dikembangkan di Brazil. Gel ini terbuat dari
yaitu bunga jantan, bunga betina dan bunga
enzim papain, kloramin, dan toluidin biru dan
sempurna.
disebut â&#x20AC;&#x153;PapacĂĄrieâ&#x20AC;? yang berarti â&#x20AC;&#x153;memakan
mengandung getah yang bersifat enzimatis,
kariesâ&#x20AC;?. Gel ini diaplikasikan pada dentin yang
yaitu dapat memecah protein.Enzim ini disebut
terkontaminasi dan khasiat proteolitik, klorinasi
enzim
dan oksidasinya akan bereaksi pada kolagen
digunakan di berbagai industri seperti industri
gigi karies tanpa merusak dentin bagian
makanan dan minuman, kosmetik, farmasi,
dalam.
7
Batang,
papain.
bunga
Enzim
dan
buahnya
papain
banyak
tekstil, dan penyamak. Enzim endoprotein ini memiliki sifat bakterisidal, bakteriostatik, nontoksik, dan beraksi sebagai antiinflamasi.6
2.3 Papain-based gel 2.3.1 Kandungan Papain-based gel Papain-based gel atau Papacarie adalah
2.3.3 Manfaat Enzim Papain Enzim papain digunakan di berbagai
gel yang mengandung enzim papain, kloramin, toluidin biru, garam, dan zat pengental yang
industri
bersama-sama
menguntungkan.Pada bidang kedokteran gigi
memberi
karakterisik
bakterisidal, bakteriostatik dan antiinflamasi.
4
karena
sifat-sifatnya
yang
dapat
enzim papain dimanfaatkan karena enzim ini
Papain bereaksi hanya pada jaringan yang
bekerja hanya pada jaringan yang terinfeksi,
terinfeksi
memberantas
karena
sifat
khusus
enzimnya.
bakteri
(bakterisida),
Kloramin membantu untuk melarutkan jaringan
mencegah
karies dentin dengan mengklorinisasi kolagen
(bakteriostatik).
gigi karies yang tidak terdegradasi dengan
pepsin di tubuh manusia papain bertindak
sempurna.
sebagai agen debridant antiinflamasi yang
Mekanisme
ini
mempengaruhi
struktur kolagen, melarutkan ikatan hydrogen
tidak
merusak
pertumbuhan
dan
Selain
itu,
jaringan
bakteri
seperti
enzim
sehat
dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
45
Papain
mendorong
pembersihan
titik kontak tidak berubah sehingga dapat
kimiawi pada luka, granulasi dan pembentukan
menjaga lengkung gigi; dan (4) memperbaiki
jaringan
penampilan.2,11
epitel,
serta
menstimulasi
daya
rentang luka Papain hanya bereaksi pada
Usaha yang pertama dilakukan untuk
jaringan yang terinfeksi karena pada jaringan
membuat preparasi kavitas dalam rangka
tersebut tidak ada protease antiplasmatik
pembuangan jaringan gigi yang rusak adalah
(alpha-1-antitrypsin) yang menghambat aksi
dengan
proteolitik enzim papain. Alpha-1-antitrypsin
penggunaan hand drill. Tahun 1871 James
hanya
Morrison
ada
dalam
jaringan
sehat
dan
metode
konvensional
mengembangkan
menjadi
yaitu high
menghambat penghancuran protein. Tidak
speed drill yang digunakan sampai sekarang.
adanya Alpha-1-antitrypsin dalam jaringan
Kekurangan
yang terinfeksi memperbolehkan papain untuk
ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan
menguraikan molekul kolagen yang belum
pasien terutama anak-anak serta diperlukan
terdegradasi dengan sempurna.
4
alat
ini
adalah
bunyi
yang
Sehingga
anestesi lokal. Pengeboran gigi juga dapat
enzim papain digunakan dalam papain-based
menimbulkan panas yang membahayakan
gel untuk menghilangkan jaringan karies pada
vitalitas pulpa serta pembuangan jaringan gigi
gigi .
sehat yang berlebihan.5,12,13 Di lain pihak, ternyata prosedur konvensional meningkatkan
3 . PEMBAHASAN 3.1
pemakaian energi listrik yang tidak ramah
Perkembangan
Metode
Preparasi
lingkungan.
Pengeboran
dalam
teknik
Kavitas Menuju Teknik Kedokteran Gigi
konvensional
Ramah Lingkungan (Eco-Dentistry)
penggunaannya yang tidak benar dan efektif
Preparasi
kavitas
merupakan
suatu
menyebabkan
membutuhkan
pemakaian
listrik
listrik
serta
yang
langkah penting sebelum tindakan restorasi
berlebihan. Limbah cair yang dihasilkan dari
gigi.
proses
Restorasi
gigi
merupakan
tindakan
preparasi
kavitas
menimbulkan
penggantian jaringan keras gigi yang rusak
pencemaran jika tidak ditangani dengan tepat.
dengan bahan restorasi, yang sebelumnya
Oleh sebab itu, diperlukan alternatif lain yaitu
dilakukan
praktik kedokteran gigi yang ramah lingkungan
preparasi
kavitas
dengan
tujuanmembuang enamel dan dentin yang
(eco-dentistry).
kavitas
Eco-dentistry merupakan praktik atau
sedemikian rupa sehingga bahan tumpatan
realisasi dalam kedokteran gigi yang bertujuan
dapat
secara
mengurangi limbah dan polusi, menghemat
Tahapan yang perlu dilakukan
air, energi, dan biaya, dengan menggunakan
terkena
karies
diletakkan
sempurna. dalam
dan
2
merestorasi
membuang
membentuk
di
gigi,
jaringan
dalamnya
antara karies
lain:
(1)
berbagai inovasi. Penggunaan bahan dan alat
dengan
yang berlebihan dan tidak efektif dalam praktik
pengeboran agar karies tidak meluas ke
klinis
jaringan pulpa; (2) mengembalikan gigi yang
berkontribusi dalam pemanasan global. Eco-
karies dengan bahan restorasi yang sesuai
dentistry yaitu cara untuk memikirkan ulang
supaya dapat berfungsi dengan baik; (3)
proses dan prosedur tindakan kedokteran gigi,
mengembalikan morfologi gigi agar oklusi dan
administrasi dan desain klinik kedokteran gigi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
dapat
mencemari
lingkungan
dan
46
yang menggunakan prinsip green dentistry
diterima oleh jaringan tubuh, hanya agak
sebagai
mahal dan larutan yang digunakan dalam
panduan
seperti
berikut:
(a)
banyak.4 Selanjutnya,
mengganti ke penggunaan lain untuk kontrol
jumlah
infeksi dan produk sterilisasi; (b) penggunaan
sebuah gel CMCR dikembangkan di Brazil.
handuk reusable untuk mengurangi limbah,
Gel ini terbuat dari enzim papain, kloramin,
menghentikan penggunaan barang disposable
dan toluidin biru dan disebut â&#x20AC;&#x153;PapacĂĄrieâ&#x20AC;? yang
dan
(c)
berarti â&#x20AC;&#x153;memakan kariesâ&#x20AC;?. Gel ini diaplikasikan
kertas
pada dentin yang terkontaminasi dan khasiat
(paperless) dan memaksimalkan peralatan
proteolitik, klorinasi, dan oksidasinya akan
elektronik
bereaksi pada kolagen gigi karies tanpa
menggunakan
penggunaan
barang
rekam
untuk
reusable;
medis
tanpa
mengurangi
penggunaan
kertas dan limbah kertas; (d) menggunakan pencitraan
digital
(bukan
merusak dentin bagian dalam.7 Metode CMCR merupakan teknik non-
menggunakan aromaterapi karena beberapa
invasif yang hanya mengeliminasi dentin yang
pasien
alergi/sensitif
terinfeksi menggunakan agen kimiawi. Proses
kimia;
(f)
terhadap
penggunaan
X);
2003
(e)
biodegradable,
sinar
pada
bau-bauan
cairan
sterilisasi
yang biasa dipakai
ini
tidak
hanya
menghancurkan
jaringan
untuk
terinfeksi, namun juga menjaga struktur gigi
setelah
yang sehat, mencegah iritasi pada pulpa dan
pemeriksaan pasien; dan (g) menggunakan
ketidaknyamanan pasien. Setelah jaringan
lampu dan sumber daya yang hemat energi di
karies diberi agen kimia, struktur lunak karies
klinik.8
disingkirkan menggunakan eskavator atau alat
membersihkan
Pada suatu
dental
tahun
teknik
baru
chair
1980-an
dikembangkan
perawatan
gigi
yaitu
hand instrument khusus.5 Metode CMCR mempunyai
beberapa
keunggulan
atraumatic restorative treatment (ART) yang
dibandingkan pengeboran tradisional, antara
hanya
tangan.
lain: (a) persepsi pasien akan rasa nyeri
Teknik ini dapat mengurangi rasa takut
berkurang dan lebih nyaman; (b) kurangnya
terhadap perawatan gigi yang menggunakan
ketakutan
bor dan pembuangan jaringan sehat tidak
ketidaknyamanan
berlebihan. Keberhasilan teknik ART terbatas
pasien anak (c) menyingkirkan hanya lapisan
pada karies satu permukaan dan kavitas yang
yang terinfeksi dan tidak merusak jaringan
kecil.
13
sudah
menggunakan
instrumen
Namun sebelumnya, sejak tahun 1975 digunakan
pasien
mengurangi
terutama
pada
lain; (d) tidak menyebabkan iritasi pulpa; (e) cocok untuk pengobatan gigi desidui dan
pembuangan jaringan karies yang dikenal
pasien yang mempunyai phobia; (f) sangat
dengan chemo-mechanical caries removal
membantu ketika melakukan tindakan caries
(CMCR). Bahan yang pertama kali digunakan
removal pada pasien yang kurang kooperatif;
adalah
(g) berguna untuk pasien cacat fisik dan
sodium
kimia
kecemasan
untuk
5%
bahan
dan
hipoklorit,
tetapi
ditinggalkan karena bersifat toksik terhadap
pasien yang infektif.
jaringan sehat. Perkembangan selanjutnya
5
Kehadiran metode CMCR menjadi salah
adalah N-monokloroaminobutirat (NMAB) yang
satu
dipasarkan dengan nama dagang Caridex dan
menerapkan eco-dentistry. Hal ini dikarenakan
Carisolv. Kedua produk tersebut lebih dapat
metode CMCR menggunakan agen kimiawi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
cara
yang
dapat
digunakan
untuk
47
daripada
pengeboran
untuk
jaringan dentin yang terinfeksi seperti yang ada
pada
teknik
Pada papain-based gel, juga terdapat
mengambil
konvensional.
5
Selain
bahan
tambahan
memiliki
sifat
berupa
bakterisida
kloramin dan
yang
merupkan
menerapkan prinsip green dentistry dengan
disinfektan. Kloramin dapat melunakan dentin
menggunakan
karena
karies sehingga mudah menyingkirkan bagian
menggunakan enzim papain yang diekstrak
tersebut dengan eskavator. Selain itu, toluidin
dari
tanaman pepaya dan juga mampu
biru juga terkandung dalam papain-based gel.
mengurangi penggunaan energi listrik serta
Toluidin biru digunakan sebagai agen pewarna
air.
dan sangat efektif melawan Streptococcus
bahan
alam
3.2 Mekanisme Kerja Papain-Based Gel sebagai Agen Chemo-mechanical Caries
mutans. Pigmen yang photosensitif ini dapat berikatan dengan membran bakteri.5 Mekanisme
Removal Pada papain-based gel sebagai agen CMCR, kandungan papain memiliki peran penting dalam menghilangkan jaringan karies. Papain merupakan enzim yang diekstraksi dari getah daun pepaya dan buah pepaya hijau. Enzim ini adalah endoprotein yang serupa dengan enzim pepsin pada manusia yang bersifat anti bakteri, anti inflamasi, dan bekerja sebagai agen debriding yang mengangkat debris. Enzim ini tidak merusak jaringan sehat, mempercepat
proses
penyembuhan
luka,
memecahkan molekul kolagen yang rusak sebagian karena karies, mencerna sel-sel mati, dan mengeliminasi lapisan fibrin yang terbentuk pada proses karies. Aksi proteolitik papain hanya bekerja pada jaringan karies karena tidak ada plasmatic protease inhibitor, alpha-1-antitrypsin. Jaringan yang sehat tidak terpengaruh
karena
terdapat
penghambat
protease, alpha-1-antitrypsin di dalamnya.5 Selain itu, terdapat keunggulan penggunaan papain-based gel, sebagai berikut: (a) tidak membutuhkan peralatan khusus; (b) aman untuk digunakan dan bikompatibel untuk jaringan mulut; (c) mudah untuk dimanipulasi; (d) cepat bereaksi dan bekerja; (e) memiliki konsistensi yang ideal dan (f) biaya terjangkau serta efektif.6
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
aksi
papain-based
gel
sebagai agen CMCR dalam mendegradasi jaringan dentin yang terinfeksi (karies) dapat dijelaskan berdasarkan komposisi jaringan gigi yang terdiri dari email dan dentin. Dentin terdiri dari mineral (70%), air (10%) serta matriks organik (20%). Matriks organik dentin terdiri dari 18% kolagen dan 2% non kolagen. Kolagen merupakan protein yang banyak mengandung prolin dan 1/3 asam aminonya mengandung glisin.
Rantai
polipeptidanya
membentuk tripel heliks yang disebut unit tropokolagen. Unit tripokolagen akan saling berhadapan membentuk fibril. Ikatan kovalen antara rantai polipeptida dari unit tropokolagen berbentuk
ikatan
silang
yang
dapat
menstabilkan fibril kolagen. Struktur fibril dalam dentin membentuk rangkaian padat tidak beraturan yang termineralisasi (Gambar 4.1).
6
Plak gigi merupakan penyebab awal terjadinya karies karena mengandung bakteri yang menghasilkan asam melalui fermentasi karbohidrat. Keasaman pH plak menyebabkan pelarutan mineral email. Paparan asam yang berlangsung lama dan terus menerus terhadap email
akan
menyebabkan
proses
demineralisasi berlanjut sehingga mencapai dentin.14 Apabila terjadi demineralisasi, maka
48
kolagen dan komponen matriks yang lain
molekuler (panah merah), (c) Unit
menjadi rentan terhadap degradasi protein
tropokolagen yang membentuk kolagen fibril.5
oleh enzim yang dihasilkan bakteri dan enzim hidrolase. Degradasi kolagen pada lesi dapat
4 SIMPULAN
dibedakan menjadi 2 zona yaitu lapisan dalam
Metode
Chemo-Mechanical
(inner layer) dan lapisan luar (outer layer).
Removal
Inner
yang
mengeliminasi kekurangan-kekurangan teknik
mengalami demineralisasi sebagian, tetapi
konvensional pada tindakan restorasi gigi.
masih dapat mengalami remineralisasi dan
Metode
struktur fibril kolagennya masih utuh. Outer
berbentuk
layer merupakan daerah yang fibril kolagennya
mengandung enzim papain. Papain-based gel
telah mengalami degradasi sebagian serta
ini berfungsi menghilangkan jaringan karies
tidak dapat mengalami remineralisasi. Bahan
pada gigi tanpa merusak jaringan yang sehat.
CMCR dapat menyebabkan degradasi lebih
Selain itu, penggunaan gel ini mengurangi
lanjut
layer
merupakan
terhadap
ini gel
dikembangkan
menggunakan bernama
untuk
agen
yang
papacarie
yang
yang
telah
pemakaian listrik dan air yang berlebihan
dengan
cara
sehingga teknik ini lebih ramah lingkungan dan
pemutusan rantai polipeptida dalam struktur
dapat diterapkan sebagai salah satu cara
terdegradasi
tripel heliks.
kolagen
daerah
(CMCR)
Caries
sebagian
5
untuk menciptakan eco-dentistry.
5 SARAN Saran dari studi pustaka ini berupa penelitian yang harus dilakukan lebih lanjut (in vivo) agar mendapatkan hasil yang lebih baik, serta perlu produksi yang lebih di Indonesia secara
masal
agar
membuktikan
bahwa
harganya murah dan terjangkau. DAFTAR PUSTAKA 1. Angela, A., 2005, Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi, Dentistry Journal, 38 (3): 130-134. 2. Kidd, E. A. M., Bechal, S. J., 1992, DasarDasar Gambar 1.1 Struktur kolagen dentin. (a) Rantai polipeptida. Tempat bahan chemomechanical carries removal dalam mendegradasi glisin atau hydroxyproline (panah merah), (b) Triple helix. Tempat dimana terjadi degradasi ikatan silang intra-
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
Karies
Penyakit
dan
Penanggulangannya, EGC, Jakarta. 3. Piva, E., Ogliari, F.A., Maroes, R.R., Cara, F., Henn.
S., Sabrinho, L.C.,
2008,
Papain-based gel for biochemical on microtensile bond strength to dentin, Braz Oral Res, 22(4):364-268
49
4. Bussadori, S. K., Castro, L. C., Galvao, A.
Approach to Control Dental CariesWHO
C., 2005, Papain Gel: A New Chemo-
Collaborating
Mechanical Caries Removal Agent, J Clin
Services
Pediatr Dent, 30 (20): 115-120.
Groningen, Netherlands.
5. Ganesh,
M.,
Parikh,
Research,
for
Oral
Health
University
of
2011,
13. Banerjee, A., T.F Watson, E.A.M Kidd.,
Removal
2000, Dentine Caries Excavation : a
(CMCR) Agents: Review and Clinical
Review of Current Clinical Techniques,
Application in Primary Teeth, Journal of
British Dental Journal, 188 (9): 476-82.
Chemomechanical
D.,
Centre
Caries
Dentistry and Oral Hygiene, 3 (3): 34-45. 6. Kumar,
M.
P.,
Nandakumar,
14. Beeley, J. A., Yip, H. K., Stevenson, A. G.,
K.,
2000, Chemochemical Caries Removal: A
Sambashivarao, P., Sandhya, P. S., 2011,
Review of The Technique and latest
Chemo Mechanical Caries Removal â&#x20AC;&#x201C; A
Developments, British Dental Journal, 188
New Horizon, Indian Journal of Dental
(8): 427-430.
Advancement, 3 (4): 668-672. 7. Lopes, M. C., Mascarini, R. C., Garcia da Saliva, B. M. C., Florio, F. M., Basting, R. T., 2007, Effect of a Papain-based Gel for Chemomechanical Caries 8. Gharla, B. K., 2013, Green Dentistry: Ecofriendly Patients,
Dentistry: Benefical
Benefical
for
for
Environment,
Annals and Essencens of Dentistry, 4 (1): 72-74. 9. Permatasari, R., 2009, Concept of minimal intervention
in
restorative
dentistry,
th
proceedings of the 15 scientific meeting and
refresher
course
in
dentistry,
University of Indonesia 10. Gartika, M., Satari, M. H., 2010, ChemoMechanical
Caries
Removal
dengan
Hipoklorit Sebagai Alternatif Pembuangan Jaringan Karies Dentin pada Gigi Sulung, Proceedings
Dies
Natalis
Universitas
Padjajaran ke-52. 11. Qualtrough, A., Satterthwaite, J., Morrow, L.,
Brunton,
P.,
2005,
Principles
of
Operative Dentistry, Blackwell Publishing, Edinburgh 12. Frencken J.E., 1997, Manual of the Atraumatic
Restorative
Treatment
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
50
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
51