SUSUNAN PENGURUS
Penyunting Ahli drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes, Ph.D
Pelindung Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
Universitas Gadjah Mada
Dr. drg. Widjijono, S.U. Universitas Gadjah Mada
drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH. Universitas Gadjah Mada
Penasehat drg. Retno Ardhani, M.Sc. Universitas Gadjah Mada
drg. Margareta Rinastiti, M.Kes, Ph.D Universitas Gadjah Mada
drg. Christnawati, M.Kes, Sp.Ort Universitas Gadjah Mada
Pimpinan Umum Mutma Inna Universitas Gadjah Mada
Penyunting Pelaksana
Failasofia
Septika Prismasari Universitas Gadjah Mada Apriliani Astuti Universitas Gadjah Mada Novi Atmania D. Universitas Gadjah Mada Inten Pratiwi Universitas Gadjah Mada Youvanka Arsy Winmirah Universitas Gadjah Mada
Sekretaris
Humas dan Promosi
Nanda Nur Andityas
Navilatul Ula Universitas Gadjah Mada Isti Noor Masita Universitas Gadjah Mada Muhammad Fahmi Alfian Universitas Gadjah Mada Nur Rahmawati Sholihah Universitas Gadjah Mada Diftya Twas Galih Atyasa Universitas Gadjah Mada Novaria Universitas Gadjah Mada
Pimpinan Redaksi Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada
Bendahara Rika Putri S. Universitas Gadjah Mada
Tata Letak dan Layout Mika Cendy Permatasari Universitas Gadjah Mada Ratihana Nurul Indias Universitas Gadjah Mada Amalia Rachmawati S. Universitas Gadjah Mada Nur Amalia Puspitasari Universitas Gadjah Mada
i
DAFTAR ISI
ISSN : 2302-6448
Susunan Pengurus................................................................................................................................... Daftar Isi...................................................................................................................................................... Petunjuk Penulisan ‌‌......................................................................................................................... Sambutan Pimpinan Redaksi..............................................................................................................
i ii iii ix
Research Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Enterococcus faecalis M Fadyl Yunizar, Sri Larnani, Archadian Nuryanti ..................................................................................................................................................................................................................................
1
Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas gingivalis Abinnahl Ashshobirin, Agung P. Dhartono, Catur Aditya Ramadhany, Ali Taqwim .................................................................................................................................................................................................................................. 12
Pemanfaatan Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L) Sebagai Agen Anti Inflamasi pada Gingivitis Novaria, A. Choirunnisa, K. Istiqomah, M.R. Pahlevi, N. Afifah, Suryono .................................................................................................................................................................................................................................. 24
Literature Study Automatic Dental Instrument Processor : Inovasi Prosesor Dekontaminasi Alat Kedokteran Gigi Intan Rizka, Linda Surya, Faisal Rizki .................................................................................................................................................................................................................................. 34
Pemanfaatan Sinar Gamma Sebagai Solusi Sterilisasi Efektif Alat Kedokteran Gigi Karla Monica Wijaya, Rinezia Rahmatunisa Naro, Kurniasari Nur Rahman .................................................................................................................................................................................................................................. 40
Saliva : Biofluid Alternatif Untuk Deteksi Dini Penyakit Sistemik Tiara Oktavia Saputri, Hayu Qommaru Zala, Bramita Beta Arnanda .................................................................................................................................................................................................................................. 50
Case Report Manajemen Perawatan Dental pada Pasien dengan Congestive Heart Failure Disertai Chronic Kidney Disease, Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi Anrizandy Narwidina .................................................................................................................................................................................................................................. 66
ii
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Indonesian Dental Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit setiap 6 bulan sekali setiap bulan maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI. Ketentuan umum : 1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain. 2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan. 3. Penulisan naskah : a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. b. Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2,5 cm. c. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. d. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman. 4. Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimkgi@bimkes.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Ketentuan menurut jenis naskah : 1
Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan isi (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2
Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.
iii
3
Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi muda. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
4
Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca.
5
Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran gigi.
6
Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi).
7
Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
Ketentuan khusus : 1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul karangan (Title) b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution) c. Abstrak (Abstract) d. Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan vi. Saran vii. Ucapan terima kasih e. Daftar Rujukan (Reference) 2.
Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a. Judul b. Nama penulis dan lembaga pengarang
iv
c. Abstrak d. Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas) ii. Pembahasan iii. Kesimpulan iv. Saran e. Daftar Rujukan (Reference) 3.
Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan subjudul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis italic.
4.
Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.
5.
Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
6.
Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
7.
Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).
8.
Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis.
9.
Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis v
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. vi
iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 1519; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. b. Diterbitkan oleh unit pelaksana Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
vii
3. Materi elektronik i. Naskah journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
viii
SAMBUTAN PIMPINAN REDAKSI Assalamu’alaikum wr. Wb. Salam Sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmatNya, sehingga BIMKGI volume 2 edisi 2 dapat diterbitkan. BIMKGI merupakan wadah milik seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. Seiring dengan tuntutan akademis dan perkembangan IPTEK, banyak sekali karya-karya ilmiah yang dihasilkan oleh para mahasiswa, namun sayangnya karyakarya ilmiah tersebut tidak publikasikan. BIMKGI lahir sebagai wadah publikasi bagi seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi sehingga diharapkan para mahasiswa tidak lagi kesulitan dalam mempublikasikan karyanya. BIMKGI juga diharapkan dapat menjadi motivasi bagi seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia untuk ikut serta dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan berbagi ilmu melalui publikasi karya ilmiah. Sebagai pimpinan redaksi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus BIMKGI atas kerjasa dan kerja kerasnya sehingga dapat menerbitkan berkala ilmiah ini. Terima kasih dan apresiasi kepada seluruh penulis atas kerja keras yang dilakukan dalam usaha ikut mengembangkan ilmu pengetahuan, serta kepada Mitra Bebestari yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menilai karya ilmiah ini demi hasil yang terbaik.Semoga seluruh karya yang dipublikasikan dalam BIMKGI kali ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , serta motivasi bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi untuk ikut berkontribusi dalam BIMKGI. Akhir kata, semoga seluruh harapan kami tercapai dan mohon maaf apabila terjadi kesalahan selama proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia ini. Kritik dan saran sangat kami nantikan demi perbaikan diedisi selanjutnya. Together We Can, Together We Serve The Best!
Wassalamu’alaikum wr.wb Yogyakarta, 1 Juli 2014
Failasofia
(Pimpinan Redaksi)
ix
Research
PENGARUH KONSENTRASI MINYAK ATSIRI KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis M Fadyl Yunizar1, Sri Larnani2, Archadian Nuryanti2 1Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Biomedika Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Correspondence: Sri Larnani, c/o: Bagian Biomedika FKG UGM Jl. Denta I, Sekip Utara Yogyakarta 55281, Indonesia.Alamat larnani@ugm.ac.id. Tel./Fax: +62274515307. 2Bagian
email:
ABSTRAK Kegagalan perawatan saluran akar disebabkan oleh persistensi mikroorganisme. Enterococcus faecalis menyebabkan proporsi terbesar pada kasus kegagalan perawatan saluran akar. Penggunaan agen antibakteri sebagai bahan irigasi saluran akar digunakan untuk mengurangi infeksi pada saluran akar. Salah satu agen antibakteri yang berasal dari tumbuhan alami adalah minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Sebanyak empat plat agar darah yang telah diinokulasikan Enterococcus faecalis. Setiap plat terdiri dari enam sumuran yang ditetesi minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) konsentrasi 20%, 25%, 30%, 35%, 40% dan natrium hipoklorit 5% sebagai kontrol positif. Selanjutnya plat agar darah diinkubasi selama 24 jam. Zona hambat yang terbentuk dihitung dengan menggunakan jangka sorong digital dan dilanjutkan analisis statistik hasil uji one way Anova menunjukkan bahwa konsentrasi minyak atsiri kayu manis berpengaruh signifikan terhadap daya hambat pertumbuhan Enterococcus faecalis (p<0,05). Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok minyak atsiri konsentrasi 20%, 35%, 40% terhadap natrium hipoklorit 5% (p<0,05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok minyak atsiri konsentrasi 25%, 30% terhadap natrium hipoklorit 5% (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah konsentrasi minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) berpengaruh terhadap daya hambat pertumbuhan Enterococcus faecalis. Kata kunci: Minyak atsiri, kayu manis, Enterococcus faecalis, daya hambat, pertumbuhan bakteri
ABSTRACT Root canal treatment failure were caused by the persistence of microorganisms. Enterococcus faecalis contributed the largest proportion in the case of root canal treatment failure. Antibacterial agents for root canal irrigation materials has been widely used to reduce root canal infection. One of the antibacterial agent from natural plant is the essential oil of cinnamon (Cinnamomum burmannii). The aim of this study was to determine the concentration of essential oil of cinnamon (Cinnamomum burmannii) to inhibit the growth of Enterococcus faecalis.Four blood agar plates were inoculated with Enterococcus faecalis. Six wells were placed on each plate, five with essential oil of cinnamon (Cinnamomum burmannii) in concentration of 20%, 25%, 30%, 35%, 40% and 5% sodium hypochlorite well as a positive control. The blood agar plates were incubated for 24 hours. Zone of inhibition were measured by digital sliding caliper and were analyzed statistically. One way Anova test showed significant effect between groups on the inhibition of Enterococcus faecalis growth (p<0.05). LSD test showed significant differences between groups of essential oil concentration of 20%, 35%, 40% with sodium hypochlorite 5% (p<0.05). There was no significant difference between groups of essential oil concentration of 25%, 30% wtih sodium hypochlorite 5% (p> 0.05). It was concluded that essential oil concentration of cinnamon (Cinnamomum burmannii) has inhibition effect of the growth of Enterococcus faecalis. Key Words: Essential oil of cinnamon, Enterococcus faecalis, inhibition of bacterial growth.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
1
1. PENDAHULUAN
(7,1
Mikroorganisme yang sering ditemukan pada saluran akar di rongga mulut didominasi oleh
bakteri
anaerob.
Bakteri
anaerob
berkembang dalam lingkungan yang tanpa oksigen dan nutrisi dalam jumlah yang terbatas.
Sejumlah
penelitian
telah
melaporkan bahwa bakteri masih mungkin
Sebagian
besar
kegagalan
pada perawatan saluran akar disebabkan karena terjadi persistensi mikroorganisme di intraradikular
dan
ekstraradikular1.
Kasus
yang mengalami kegagalan dalam pengisian bahan saluran akar, Enterococcus faecalis mempunyai proporsi terbesar dibandingkan dengan bakteri
lainnya2.
Enterococcus
faecalis
merupakan
sering ditemukan pada saluran akar di rongga Enterococcus
albicans
(4,1
%),
(2,5%), Eubacterium spp (2,5%), Bacillus spp (2%),
dan
Berdasarkan
Escherichia data
(1,6%)5.
coli
tersebut
Enterococcus
faecalis merupakan salah satu bakteri yang menjadi penyebab infeksi sekunder pada kasus kegagalan perawatan saluran akar. Salah satu bahan antibakteri yang digunakan saat ini adalah natrium hipoklorit, yang digunakan sebagai irigasi saluran akar. Natrium hipoklorit (NaOCl) merupakan larutan irigasi yang paling sering dipakai dengan konsentrasi antara 0,5 â&#x20AC;&#x201C; 5,25%6. Natrium hipoklorit
mempunyai
komplikasi
pada
jaringan vital apabila terdapat kelalaian dalam menggunakannya. Kelalaian tersebut dapat
bakteri anaerobik Gram positif coccus yang
mulut3.
Candida
Fusobacterium spp (3,6%), Veillonella spp
bertahan hidup setelah bahan pengisian akar diaplikasikan.
%),
faecalis
merupakan
bakteri yang mempunyai daya resistensi tinggi terhadap penggunaan antibakteri spektrum luas4. Bakteri dan jamur yang ditemukan dalam 100 saluran akar gigi pasien yang mengalami kegagalan perawatan saluran akar dan nekrosis pulpa adalah Stereptococcus spp (14,2%), Porphyromonas spp (12,2%), Enterococcus faecalis (9,6%), Staphylococcus salivarius (8,6%), Provetella spp (8,1%),
menyebabkan edema,
rasa
perdarahan
sakit pada
pada
jaringan,
saluran
akar,
hemorhagi, dan iritasi 7. Jadi, diperlukan suatu bahan
alternatif
yang
dapat
digunakan
sebagai antibakteri untuk mengurangi infeksi pada saluran akar. Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan
tradisional,
yaitu
pengobatan
yang menggunakan ramuan bahan-bahan alami untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Seiring berkembangnya prinsip back to nature, masyarakat semakin menyukai dan menyenangi pengobatan ini, karena lebih
Lactobacillus spp (7,1 %), Actinomyces spp BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
2
Batang
ekonomis dan lebih alami. Salah satu dari
kayu
manis
(Cinnamomum
bahan herbal tersebut adalah kayu manis.
burmannii) yang mengandung minyak atsiri
Kayu manis memiliki beberapa macam jenis,
telah
salah satunya yang sering digunakan adalah
dengan
Cinnamomum burmannii yang telah banyak
supragingiva
dimanfaatkan sebagai bumbu masak maupun
Ekstrak minyak
bahan penyedap untuk pembuatan kue. Kayu
(Cinnamomum burmannii) telah teruji sebagai
manis juga dapat digunakan sebagai bahan
antibakteri
baku obat untuk menyembuhkan berbagai
dengan konsentrasi efektif sebesar 0,25%14.
macam penyakit seperti obat sakit perut,
Hasil penelitian ini masih terdapat keraguan
antirematik,
dikarenakan pada konsentrasi lain yang di
meningkatkan
menurunkan
tekanan
nafsu
darah
makan,
tinggi,
sakit
terbukti
memiliki
menghambat pada
daya
antibakteri
pertumbuhan
konsentrasi
plak
12,5%13.
atsiri pada kayu manis
pada
Enterococcus
faecalis
ujikan tidak memberikan arti atau bernilai nol.
pinggang serta menghilangkan sakit8. Kayu
Teknik yang paling sederhana untuk
manis mulai banyak digunakan sebagai obat
mengetahui suatu zat tertentu mempunyai
asam urat, nyeri lambung, sakit kepala,
aktivitas sebagai antibakteri adalah dengan
masuk angin, perut kembung, sakit perut,
metode difusi15. Berdasarkan uraian di atas,
diare, sakit gigi, pilek, mual-muntah, hernia,
diduga bahwa konsentrasi minyak atsiri kayu
jantung, sariawan, sakit kuning, asma, dan
manis (Cinnamomum burmannii) yang efektif
menjaga kesuburan wanita9. Baru-baru ini
melalui metode difusi dapat mengurangi
kayu manis juga dikenal sebagai obat yang
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis,
berkhasiat
sebagai
antihiperkolestrol
dan
sehingga diharapkan akan dapat mengurangi
memiliki
senyawa
antioksidan
untuk
terjadinya infeksi sekunder pada perawatan
mencegah kanker10.
saluran akar.
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) mempunyai komponen utama berupa minyak
2. METODE 2.1 Identifikasi Kulit Batang Kayu Manis
atsiri
(eugenol,
safrole,
tannin, kalsium oksalat, dan
sinamaldehide), damar11.
Zat aktif
yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis
adalah
kaneelaldehide
sebesar
98,5%12.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
Identifikasi dilakukan
kulit
untuk
batang
kayu
memastikan
manis bahwa
tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
(Cinnamomum
kulit
batang
burmannii).
kayu
manis
Identifikasi
ini
3
dilakukan dengan membandingkan sampel
diinginkan. Setiap konsentrasi yang dibuat
yang
sebanyak
diperoleh
dari
literature
yang
1
ml.
Pembuatan
konsentrasi
diidentifikasi oleh bagian analisis tumbuhan
minyak atsiri ini dilakukan di Laboratorium
alam di Laboratorium Taksonomi Fakultas
Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT)
Biologi Universitas Gadjah Mada.
Unit III Universitas Gadjah Mada..
2.2 Pembuatan Destilasi Minyak Atsiri Kulit
Batang
Kayu
Manis
(Cinnamomum burmanii)
2.4 Pembuatan Suspensi Bakteri Pembuatan suspensi bakteri dibuat dengan standar Brown III yaitu dengan menggunakan
Pembuatan minyak atsiri dari kulit batang
ose
steril
diambil
4-5
ose
bakteri
kayu manis (Cinnamomum burmannii) dengan
Enterococcus faecalis dari sediaan biakan
cara destilasi uap dan air. Sebelumnya, kulit
cair dan dilarutkan dalam 0,5 ml BHI (Brain
batang kayu manis (Cinnamomum burmannii)
Heart Infusion) cair pada tabung reaksi16.
dipecah menjadi kecil-kecil sehingga dapat
Suspensi
lebih mudah untuk didestilasi. Proses destilasi
inkubator selama 3-5 jam dengan suhu 37oC.
memerlukan waktu sekitar 10-12 jam untuk
Suspensi kuman tersebut dilarutkan kembali
mendapatkan hasil akhir berupa minyak atsiri.
dengan media BHI (Brain Heart Infusion) cair
Pembuatan destilasi minyak atsiri dilakukan di
sehingga
Laboratorium
standar konsentrasi bakteri yaitu 108 CFU/ml.
Unit
II
Lantai
1
Fakultas
tersebut
diinkubasikan
kekeruhannya
sesuai
dalam
dengan
Farmasi Universitas Gadjah Mada. 2.5 Uji Kepekaan Bakteri 2.3 Pembuatan
Konsentrasi
Minyak
Atsiri Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
a. Inokulasi Bakteri Cawan petri yang telah berisikan media agar darah, diapuskan bakteri yang
Pembuatan konsentrasi minyak atsiri kayu
telah siap uji ke seluruh permukaan media
manis (Cinnamomum burmannii) sebanyak 5
agar darah dengan ose steril. Biarkan kurang
buah, dengan konsentrasi 20%, 25%, 30%,
lebih 20 menit hingga bakteri mengendap
35% dan 40%. Tahap awal, minyak atsiri
pada agar darah. Jika media sudah siap,
dilarutkan dengan larutan PEG sehingga
dilanjutkan dengan membuat 6 sumuran yang
minyak atsiri dapat larut dengan air. Tahap
berdiameter 5 mm dengan menggunakan
berikutnya, minyak atsiri dicampur dengan
silinder besi. Dari lubang sumuran yang
aquades untuk membuat konsentrasi yang BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
4
terbentuk, dilanjutkan dengan meneteskan
Terhadap
larutan yang akan diujikan.
faecalis
b. Pemberian Perlakuan
Pengukuran
Setiap cawan petri terdiri dari 6
pertumbuhan
Bakteri
Enterococcus
zona bakteri
hambat Enterococcus
sumuran dengan diameter 5 mm yang diisi
faecalis diperoleh dengan pengukuran
dengan natrium hipklorit 5% sebanyak 20Âľl
jarak garis (A-D, a-d, B-E, b-e, C-F, c-f)
sebagai kontrol serta destilasi minyak atsiri
dapat dilihat di Gambar 5. Sebelum
dengan konsentrasi 20%, 25%, 30%, 35%,
dilakukan
dan 40% yang masing-masing sebanyak 20Âľl,
sepanjang (A-D, B-E, C-F) dan diberi titik
dengan menggunakan mikropipet.
pada (a-d, b-e, c-f) sebagai pembatas
pengukuran,
dibuat
garis
antara zona hambat pertumbuhan dengan lubang sumuran. Pengukuran dilakukan menggunakan
jangka
sorong
digital
dengan ketelitian 0,01 mm. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali oleh pengukur yang
berbeda.
Pengukuran
dilakukan
dengan blind method, dimana pengukur Gambar 1. Cawan petri, yang terdiri
tidak mengetahui konsentrasi pada piring
dari 6 Sumuran
petri yang diukur sehingga hasilnya lebih objektif.
c.
Inkubasi Media agar darah yang telah diisi oleh
bakteri Enterococcus faecalis dan bahan perlakuan, dilakukan inkubasi di dalam inkubator selama 24 jam untuk melihat daya antibakteri minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum
burmannii)
terhadap
Keterangan: 1. Lingkaran (abcdef) : lubang yang berisi minyak atsiri 2. Lingkaran (ABCDEF) : zona hambat pertumbuhan
bakteri Enterococcus faecalis. d. Pengukuran Zona Hambat Minyak
Gambar 2. Diagram Pengukuran Zona Hambat Pertumbuhan17
Atsiri
(Cinnamomum
burmannii)
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
5
Pembacaan
zona
hambat
I
burmannii)
terhadap
daya
hambat
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis,
dengan
menunjukkan terbentuknya
mengurangi
hasil
pengukuran
zona hambat
diameter A-D terhadap (a-d), zona hambat II
disekitar sumuran yang ditetesi minyak atsiri
dengan
kayu
mengurangi
hasil
pengukuran
manis
(Cinnamomum
burmannii)
diameter B-E terhadap (b-e) dan zona hambat
dengan konsentrasi 20%, 25%, 30%, 35%,
III dengan mengurangi hasil pengukuran
40% dan kontrol positif 5% natrium hipoklorit
diameter C-F terhadap (c-f).
(NaOCl), zona hambat terlihat transparan serta berwarna lebih jernih dibandingkan di
Rumus
pengukuran
zona
hambat daerah
konsentrasi
minyak
atsiri
kayu
sekitarnya
seperti
terlihat
pada
manis Gambar 3.
(Cinnamomum
burmannii)
terhadap
pertumbuhan Enterococcus faecalis, dihitung dengan: (AD-ad) + (BE-be) + (CF-cf) 3 Alat Penelitian 1). Lampu spiritus 2). Ose tangkai panjang 3). Tabung reaksi 4). Rak tabung reaksi 5). Cawan petri steril 6). Inkubator 7). Slinder besi 8). Mikropipet (Pipetman速) 9). Tabung anaerob 10). Zonameter 11). Dandang besar 12). Kondensor 13). Mixer (Maximix速) 14). Pipet tips (Axygen速) 15). Densichek (Vitek速) 16). Laminar Air Flow 17). Alat tulis
BBahan Penelitian 1).Kultur bakteri Enterocoocus faecalis 2).Media bakteri Brain Heart Infusion (BHI) 3). Media agar darah 4). Natrium Hipoklorit 5%, 1ml 5). PEG 1 ml 6). Akuades 1 ml 7). Kulit batang Cinnamomum burmannii
3. HASIL Penelitian mengenai efek konsentrasi minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
Keterangan: 1. Natrium hipoklorit (NaOCl) 5%, rerata diameter 3,79 mm. 2. Minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) 20%, rerata diameter 2,56 mm. 3. Minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) 25%, rerata diameter 3,29 mm. 4. Minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) 30%, rerata diameter 3,66 mm. 5. Minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) 35%, rerata diameter 6,68 mm. 6. Minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) 40%, rerata diameter 6,78 mm. Gambar 3. Rerata diameter zona hambat minyak atsiri kayu manis dan natrium hipoklorit terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Hasil pengukuran zona hambat di atas menunjukkan bahwa konsentrasi minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang
6
digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi
bakteriostatik. Efek bakteriostatik dapat di uji
daya
dengan metode difusi yang berdasarakan
hambat
pertumbuhan
Enterococcus
faecalis.
dari
suatu
bahan
tertentu
terhadap bakteri18.
Daya Hambat
Zona hambat yang berada disekitar
NaOCl 5%
20 %
25 %
30 %
35 %
40 %
Diameter Zona Hambat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
sensitivitas
sumuran
pada
transparan
hasil
dan
penelitian
jernih.
terlihat
Zona
hambat
merupakan suatu area yang jernih dan bersih yang mengelilingi cakram/lubang sumuran yang berisi zat antibakteri19. Pengukuran zona hambat bertujuan untuk mengetahui
Rerata Konsentrasi Perlakuan
kemampuan daya hambat suatu obat/agen
Gambar 4. Zona hambat kayu manis dan natrium hipoklorit terhadap daya hambat
antibakteri
terhadap
pertumbuhan
suatu
bakteri. Hasil pengujian ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan Enterococcus faecalis. aktivitas antibakteri yang terdiri dari: pH Hasil pengukuran pada Gambar 4
lingkungan,
menunjukkan terjadinya peningkatan diameter
obat/agen
zona hambat ketika konsentrasi minyak atsiri
aktivitas
kayu
waktu
manis
(Cinnamomum
burmannii)
komponen antibakteri,
metabolik inkubasi20.
semakin besar. Rerata diameter zona hambat
metode
difusi
terbesar
melebihi
24
terlihat
pada
konsentrasi
40%.
media, ukuran
stabilitas inokulum,
mikroorganisme Waktu
tidak jam,
inkubasi
dan pada
direkomendasikan dikarenakan
akan
Rerata diameter zona hambat terkecil terlihat
mengganggu kestabilan dari agen antibakteri
pada konsentrasi 20%.
yang telah diteteskan pada cakram 21. Hasil penelitian membuktikan bahwa
4. PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan metode
terdapat pengaruh konsentrasi minyak atsiri
difusi yang hasilnya terbentuk zona hambat
kayu
disekitar
Terbentuknya
terhadap pertumbuhan bakteri Enterecoccus
zona hambat menunjukkan bahwa minyak
faecalis (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa
atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii)
terdapat
dan
konsentrasi
lubang
natrium
sumuran.
hipoklorit
mempunyai
efek
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
manis
(Cinnamomum
kandungan minyak
burmannii)
antibakteri atsiri
kayu
pada manis 7
(Cinnamomum burmannii). Minyak atsiri kayu
natrium hipoklorit 5% memiliki daya hambat
manis
pertumbuhan
(Cinnamomum
burmannii)
bakteri
yang
lebih
kuat
mengandung sinamaldehid, yang memiliki
dibandingkan dengan minyak atsiri kayu
mekanisme aksi sebagai antibakteri pada
manis (Cinnamomum burmannii) konsentrasi
membran
bakteri22.
plasma
mekanisme
terjadinya
pertumbuhan
bakteri,
Empat
20%, 25% dan 30%. Natrium hipoklorit
penghambatan
5,25% memiliki daya antibakteri yang paling
terdiri
dari:
kuat untuk menghambat pertumbuhan bakteri
bakteri,
Enterococcus faecalis26. Konsentrasi efektif
kapiler,
penggunanaan
penghambatan
dinding
sel
pengubahan
permeabilitas
natrium
hipoklorit
pada
penghambatan sintesis protein dan terjadinya
konsentrasi 2,6% -5,25% dapat melawan
gangguan pada metabolisme sel bakteri23.
patogen yang berspektrum luas, termasuk bakteri
Hasil
penelitian
ini
Gram
positif
dan
negatif27.
menunjukkan Mekanisme kerja natrium hipoklorit, terdapat
semakin besar konsentrasi minyak atsiri kayu pada manis
(Cinnamomum
burmannii)
hipoklorit
yang
mempunyai
efek
maka bakterisida. Efek ini terjadi selama adanya
semakin besar daya hambat yang terbentuk. klorin Ekstrak
kayu
manis
(Cl-)
bebas
pada
larutan.
Efek
(Cinnamomum antibakteri disebabkan oleh O2 yang sangat
burmannii) memiliki peningkatan diameter oksidatif dan Cl2, dimana fungsi oksidatif ini zona hambat ketika konsentrasi semakin akan besar24.
Perbedaan
diameter
dari
menghancurkan
sitoplasma
dan
bakteri28.
Efek
zona menghambat
degenerasi
hambat yang terbentuk di asumsikan karena klorin perbedaan
perlakuan
diberikan.
Konsentrasi
konsentrasi
pada
bakteri
menyebabkan
yang penghambatan sintesis protein, penurunan
agen
antibakteri jumlah
nutrisi
dan
pemecahan
DNA29.
mempengaruhi zona hambat yang terbentuk Sebaliknya natrium hipoklorit juga memiliki pada cakram/lubang sumuran25. sifat sangat korosif terhadap logam, bersifat Minyak (Cinnamomum
atsiri
kayu
burmannii)
manis dengan
sangat basa, hipertonik dan memiliki rasa yang sangat tidak menyenangkan30.
konsentrasi 20%, 25% dan 30% memiliki Minyak daya
hambat
bakteri
yang
lebih
atsiri
kayu
manis
kecil (Cinnamomum
burmannii)
dengan
dibandingkan dengan kontrol positif (natrium konsentrasi 35% dan 40% mempunyai daya hipoklorit 5%). Hal ini diasumsikan bahwa BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
8
hambat
bakteri
yang
lebih
besar
20%, 25%, 30%, 35% dan 40% terhadap
dibandingkan dengan kontrol positif (natrium
daya
hipoklorit 5%). Hasil penelitian ini dapat
Enterococcus faecalis. Minyak atsiri kayu
diasumsikan bahwa minyak atsiri kayu manis
manis (Cinnamomum burmannii) konsentrasi
dengan
35%
konsentrasi
35%
dan
40%
hambat
dan
pertumbuhan
40%
memiliki
daya
bakteri
hambat
mempunyai daya antibakteri yang lebih kuat
antibakteri yang lebih kuat dibandingkan
dibandingkan
natrium hipoklorit 5%.
natrium
hipoklorit
5%.
Kandungan konsentrasi zat aktif antibakteri 6. SARAN pada minyak atsiri kayu manis lebih besar
Perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut
sehingga melebihi kemampuan zat aktif yang
yakni
ada pada natrium hipoklorit 5%. Kandungan
toksikologi, sehingga diharapkan konsentrasi
utama yang terdapat pada minyak atsiri kulit
minyak
batang kayu manis adalah sinnamaldehid
burmannii)
(65-80%)
dan
Sinamaldehid mekanisme
(5-10%)31.
eugenol
dan aksi
eugenol dengan
memiliki
produk
berupa
uji
farmakologi
dan
uji
atsiri kayu manis (Cinnamomum dapat
dikembangkan
menjadi
obat antibakteri khususnya pada
perawatan saluran akar gigi.
menghambat
metabolisme energi pada bakteri. Hal ini dibuktikan dengan penghambatan sintesis
DAFTAR PUSTAKA 1. Siquera J.F., 2001, Aetiology of Root Canal Treatment Failure: Why Well-
dinding sel bakteri L.monocytogenes dan
Treated Teeth Can Fail, International
menghambat
Endodontic Journal., 34:1â&#x20AC;&#x201C;10.
digunakan
enzim
untuk
biosintesis
pembentukan
yang energi32.
2. Mickel A.K., Nguyen, T.H., Chogle, S., 2003, Antimicrobial Activity of Endodontic
Mekanisme minyak atsiri sebagai antibakteri
Sealers
dimulai dari degradasi dinding sel bakteri,
Journal of Endodontics, 29(4): 257-258
dilanjutkan
dengan
merusak
membran
on
Enterococcus
faecalis,
(Abstr.). 3. Siquera, J.F., Machado, A.G., Silveira,
sitoplasma dan membran protein sehingga isi
R.M., Lopes, H.P., De Uzeda, M., 1997,
dari sitoplasma keluar dari dinding sel
Evaluation
bakteri33.
of
The
Effectiveness
of
Sodium Hypchlorite Used With Three Irrigation Methods in The Elimination of
5.
KESIMPULAN Terdapat pengaruh minyak atsiri kayu
Enterococcus faecalis From The Root Canal, In Vitro, International Endodontic Journal., 30: 279-282.
manis (Cinnamomum burmannii) konsentrasi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
9
4. Heath, C.H., Blackmore, T.K., Gordon,
13. Anita, A., 2010, Daya Hambat Minimum
D.L., 1996, Emerging Resistance in
Ekstrak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum
Enterococcus spp., Medical Journal of
burmannii)
Australia., 164(2): 116-120.
Bakteri
5. Ercan, E., Dalli, M., Yavuz, I., Ozekinci, T., 2006, Investigation of Microorganisms in
Infected
Dental
Root
Canals,
Diagnosis Press, 20(2): 166 (Abstr.). 6. Gomes,
B.P.F.A.,
Ferraz,
Plak
Pertumbuhan
Supragingiva,
Penelitian,
Universitas
Laporan Airlangga,
Surabaya (Abstr.). 14. Mutia, R., 2010, Efek Antibakteri Minyak Atsiri
C.C.R.,
terhadap
Kayu
Manis
Terhadap
Enterecoccus faecalis Sebagai Bahan
Vianna, M.E., Berber, V.B., Teixeira F.B.,
Medikamen
Souza-Filho,
Universitas Sumatera Utara, Medan, 35-
F.J.,
Antimicrobial
2001,
Activity
In
of
Vitro Several
Concentrations of Sodium Hypochlorite
Saluran
Akar,
37. 15. 18. Harmita., Radji, M., 2008, Buku Ajar
and Chlorhexidine Gluconate in The
Analisis
Elemination of Enterococcus faecalis,
Kedokteran EGC, Jakarta, 2.
International Endodontics Journal, 34:
Skripsi,
Hayati,
edisi
ke
3,
Buku
16. 20. Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kesehatan edisi
424-428. W.,
2000,
ke
Root
Canal
Jakarta,144-147, 150, 240-252, 345, 607.
Irrigation Literature Review dan Case
17. Reiss, E., Shadomy, H.J., Lyon, G.M.,
7. Hulsman,
M.,
Complication
Reports,
Hahn During
International
Endodontics
Journal, 33: 186-193.
22
(terj.),
Salemba
Medika,
2012, Fundamental Medical Micology, Willey Blackwell, New Jersey, 137.
8. Wijayakusuma, M.H., Hembing W.K.,
18. Lambert, P., 2011, Mechanism of Action
Setiawan D., 1998, Ramuan Tradisional
of Antibiotic and Synthetic Anti-infective
untuk Pengobatan Darah Tinggi, Niaga
Agent, in Denyer, S.P., Hodges, N.,
Swadaya, Jakarta, 53-54.
Gorman,
9. Kurniawati, 2010, Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur, Mizan Pustaka, Bandung, 94-95.
Hati
Ganas,
Kompas,
2
Desember 2009.
Khasiat
&
Manfaat
B.,
Pharmaceutical Microbiologi 8th edition, Willey Blackwell, Oxford.
2001, Helicobacter pylori Phsiology and Genetics, ASM Press, Washington, 519. 22. Nuryastuti,
11. Faris al-Qiyandi, A.M., 2010, Kembali ke Alam
Gilmore,
21. Mobley, H.L.T., Mendz, G.L., Hazel, S.L.,
10. Astawan, M., 2009, Kayu Manis Tangkal Kanker
S.P.,
Tanaman
T.,
Van
der
Mei,
H.C.,
Busscher, H.J., Iravati, S., Aman, A.T., Krom, B.P., 2009, Effect of Cinnamon Oil
Berkhasiat Obat, Tim Pustaka Lugu
on
Alami, Bekasi, 188.
Formation by Staphylococcus epidermis,
12. Wibisono, W.G., 2011, Tanaman Obat Keluarga
Berkhasiat,
Vivo
Publisher,
Bandarjo-Ungaran, 83.
icaA
American
Expression
Society
for
Biofilm
Microbiology,
72(21): 6850-6855. 23. Kee,
J.L.,
Hayes
Farmokologi-Pendekatan
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
and
R.E.,
1994, Proses
10
Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 324-325.
31. Vangalapati, M., Sree,
S.N., Surya,
P.D.V., Avaniggada, S., 2012, Review on
24. Marunung, S.I., Parhusip, A., Wibawa,
Pharmacological Activities and Clinical
Antibacterial
effects of Cinnamon Spesies, Research
Activity from Cinnamon Extract towards
Journal of Pharmaceutical, Biological and
the Damage of Pathogenic Bacteria,
Chemical Sciences, 3(1): 653-663.
F.K.,
2008,
Journal
of
Studies
of
Applied
and
Industrial
Biotechnology, 1: 1-6.
32. Gill,
A.O.,
Holley,
R.A.,
2004,
Mechanisms of Bactericidal Action of
25. Harvey, R.A., Champe, P.C., Fisher,
Cinnamaldehyde
against
Listeria
B.D., 2007, Microbiology 2nd edition,
monocytogenes and of Eugenol against
Lippincot
L.monocytogenes
Williams
&
Wilkins,
Lactobacillus
sakei, American Society for Microbiology,
Philadelphia, 31. 26. Gomes,
and
B.P.F.A.,
Ferraz,
C.C.R.,
Vianna, M.E., Berber, V.B., Teixeira F.B.,
70(10): 5750-5755. 33. Inna, M., Atmania, N., Prismasari, S.,
Vitro
2010, Potential Use of Cinnamomum
Several
burmanii Essential Oil-based Chewing
Concentrations of Sodium Hypochlorite
Gum as Oral Antibiofilm Agent, Journal of
and Chlorhexidine Gluconate in The
Dentistry Indonesia, 17(3): 80-86.
Souza-Filho,
F.J.,
Antimicrobial
2001,
Activity
In
of
Elemination of Enterococcus faecalis,
34. Karaca, H.C., 2011, Evalution of Natural
International Endodontics Journal, 34:
Antimicrobial
424-428.
Against Foodborne Pathogens, Thesis,
27. Mehdipour, O., Kleier, D.J., Averbach, R.E.,
2007,
Anatomy
of
Phenolic
Compounds
University of Kentucky, New York, 37.
Sodium
Hyphochlorite Accidents, Compend Cent Educ Dent, 28(10): 1-6. 28. Kovac, J., Kovac, D., 2011, Effect of Irrigating
Solutions
in
Endodontic
Therapy, Bratisl Lek Listy, 112(7): 410415. 29. Rutala,
W.A.,
Weber,
D.J.,
The
Healthcare Infection Control Practises Advisory Committee (HICPAC), 2008, Guideline
for
Sterillization
in
Desinfection Heatlhcare
and
Facilities,
Departmen of Health Human Services, Chapel Hill, 41. 30. Clarkson,
R.M.,
Moule,
A.J.,
1998,
Sodium Hyphochlorite and it Use as an Endodontic Irrigant, Australian Dental Journal, 43(4): 000-000.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
11
Research
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KAYU SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis Abinnahl Ashshobirin1, Agung P. Dhartono1, Catur Aditya Ramadhany1, Ali Taqwim2 1Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokero Correspondence: Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto - Jawa Tengah Email : caturgsw@gmail.com. Nomor telepon: 085781227886 2Dosen
ABSTRAK Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang kronis pada gusi dan jaringan di sekitar akar gigi. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit periodontal adalah Porphyromonas gingivalis. Penyakit periodontal yang disebabkan oleh bakteri tersebut dapat diminimalisir dengan cara menghambat pertumbuhannya. Belakangan ini, banyak dikembangkan obat dari bahan alam yang ramah lingkungan untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Salah satu tanaman yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis yaitu tanaman siwak (Salvadora persica). Metodologi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris. Kayu siwak yang diperoleh dalam bentuk kemasan, diekstrak mengunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Uji antibakteri dilakukan secara in vitro dengan 7 macam perlakuan yaitu: 0,753%, 1,563%, 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, dan 50%. Uji daya hambat dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran, sedangkan uji efektivitas dilakukan dengan menggunakan analisis probit untuk mengetahui nilai IC50. Hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukan aktivitas zona hambat terendah dihasilkan pada konsentrasi 6,25% dengan persentase daya hambat 6,22%, sedangkan zona hambat tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 50% dengan persentase daya hambat 30,22%. Nilai IC 50 atau konsentrasi yang dapat menghambat 50% pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis yaitu sebesar 49,5%. Hal ini disebabkan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak kayu siwak mengandung aktivitas antibakteri seperti, saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, dan terpenoid. Kesimpulan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kayu siwak efektif menghambat pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. Kata Kunci: Antibakteri, IC50, Porphyromonas gingivalis, Salvadora persica, Siwak ABSTRACT Background. Periodontal disease is a chronic inflammation of the gums and tissues around the roots of teeth. One of bacteria that can cause periodontal disease is Porphyromonas gingivalis. Periodontal disease can be minimized by inhibiting the growth of that bacteria. At this time, environmentally drugs using natural materials has been developed to inhibit the growth of that bacteria. One of the plants that could be potentially inhibit the growth of bacteria Porphyromonas gingivalis is Siwak (Salvadora persica) Methodology. The research method is experimental laboratory. Siwak extracted by maceration method using 96% ethanol. Antibacterial test use in vitro method with 7 kinds of treatment : 0.753%, 1.563%, 3.125%, 6.25%, 12.5%, 25%, and 50%. Inhibition growth test use diffusion method, whereas effectiveness test use probit analysis to determine the IC 50 values. Research results. The results showed lowest inhibition activity zone produced at concentration 6.25%, with the percentage of inhibition is 6.22%, while the highest inhibition zone produced at concentration 50% with the percentage of inhibition is 30.22%. IC50 value or the concentration that can inhibit 50% growth of bacteria Porphyromonas gingivalis is 49.5%. Itâ&#x20AC;&#x2122;s because the chemical compound that contains in siwak extract have antibacterial activity such as, saponins,
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
12
flavonoids, tannins, alkaloids, and terpenoids. Conclusion. Based on research result, it can be concluded that siwak extract inhibit the growth of Porphyromonas gingivalis effectively. Keyword: Antibactery, IC50, Porphyromonas gingivalis, Salvadora persica, Siwak
1. PENDAHULUAN Penyakit
poket periodontal, kerusakan jaringan
gigi
dan
mulut
ikat, dan resorpsi tulang alveolar.1
menduduki urutan pertama dari daftar
Penyakit periodontal merupakan
10 besar penyakit yang paling sering
masalah
dikeluhkan
menduduki peringkat kedua prevalensi
Persepsi
masyarakat dan
perilaku
Indonesia. masyarakat
terbanyak
kesehatan
setelah
gigi
karies.
yang
Angka
Indonesia terhadap kesehatan gigi dan
kejadian periodontitis bervariasi di setiap
mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih
negara, dan memperlihatkan tendensi
besarnya angka karies gigi dan penyakit
peningkatan. Menurut Profil Kesehatan
mulut di Indonesia yang cenderung
Gigi
meningkat. Dua penyakit mulut yang
prevalensi penyakit periodontal pada
sering dialami masyarakat yaitu karies
Pelita IV pada kelompok usia 8 tahun
gigi dan penyakit periodontal. Karies gigi
yaitu 59,89% di kota dan 59,67% di
adalah sebuah penyakit infeksi yang
desa; pada kelompok usia 18 tahun
merusak
tidak
sejumlah 72,44% di kota dan 93,44% di
dapat
desa; dan pada kelompok usia 35-44
menyebabkan nyeri, penanggalan gigi,
tahun sejumlah 88,67% di kota.2 Di
infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan
Jawa Tengah jumlah kasus penyakit
bahkan
mematikan.
periodontal
Periodontal
adalah
ditangani,
struktur
gigi.
penyakit
Jika ini
Penyakit
penyakit
dan
Mulut
Indonesia,
mencapai
5.205
bahwa
kasus.
yang
Jawa Tengah menduduki prevalensi
terlokalisasi pada gingiva dan jaringan
terbesar setelah Jawa Timur. Kabupaten
pendukung gigi yang disebabkan oleh
Banyumas
mikroorganisme, maloklusi, dan trauma
penyakit periodontal sebanyak 15.236
kronis yang menghasilkan pembentukan
kasus.3
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
memiliki
jumlah
kasus
13
Penyakit
adalah
tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
radang kronis pada gusi dan jaringan di
siwak memiliki zat antibakteri sehingga
sekitar
pada
siwak dapat dijadikan sebagai obat
jaringan periodontal biasanya timbul
alternatif atau obat bahan alam. Kayu
pada saat plak bakterial terbentuk pada
Siwak mengandung berbagai bahan
mahkota gigi, meluas disekitarnya dan
aktif
menerobos
yang
menghambat atau membunuh bakteri.5
gingiva
Obat bahan alam adalah bahan atau
disekitarnya. Penyebab utama yang lain
ramuan bahan yang berupa bahan
dari penyakit periodontal adalah iritasi
tumbuhan,
bakteri.4
mineral, sediaan sari, atau galenik, atau
akar
nantinya
periodontal
gigi.
Kerusakan
sulkus akan
gingiva
merusak
Salah satu contoh bakteri yang dapat
menyebabkan
yang
memiliki
bahan
kemampuan
hewan,
bahan
campuran dari bahan tersebut yang
penyakit
secara turun temurun telah digunakan
Porphyromonas
berdasarkan pengalaman. Masyarakat
gingivalis. Penyakit periodontal dapat
cenderung menggunakan obat sintetik
diminimalisir dengan cara menghambat
atau modern yang menggunakan bahan
pertumbuhan
gingivalis
kimia, sehingga penggunaan obat alam
sebagai bakteri penyebabnya. Usaha ini
perlu dikembangkan. Beberapa faktor
dapat dilakukan dengan berbagai jalan,
yang
salah satunya dengan menggunakan
penggunaan obat bahan alam di negara
bahan
mengandung
maju yaitu usia harapan hidup yang
antibakteri. Salah satu tanaman yang
lebih panjang terus meningkat, adanya
dapat
kegagalan
periodontal
adalah
bakteri
alam
P.
yang
menghambat
pertumbuhan
bakteri P. gingivalis
yaitu tanaman
siwak.
mendukung
dalam
peningkatan
penggunaan
obat
sintetik atau modern untuk penyakit tertentu seperti kanker dan semakin
Tanaman siwak dengan
menguji
terhadap Streptococcus
telah
antibakteri
pertumbuhan mutans.
diteliti
luasnya akses informasi. WHO telah
siwak
merekomendasi
bakteri Penelitian
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
bahan
alam
penggunaan dalam
obat
pemeliharaan
kesehatan masyarakat.6
14
2. METODE Jenis penelitian
Berikut penelitian
eksperimental
ini
adalah
laboratoris
ini
adalah
prosedur
penelitian yang dilakukan a. Determinasi Tanaman
dengan post test only control group
Determinasi tanaman dilakukan
design. Kelompok perlakuan yaitu koloni
di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
bakteri yang diberi ekstrak kayu siwak
Fakultas Biologi Universitas Jenderal
dengan 7 konsentrasi berbeda yang
Soedirman
akan dibandingkan dengan kelompok
tanaman
kontrol yaitu koloni bakteri diberi DMSO
meminta bantuan ahli botani.
Purwokerto. dilakukan
Determinasi
dengan
cara
b. Pembuatan Ekstrak Kayu Siwak
5%. Alat
yang
digunakan
dalam
(Salvadora persica)
penelitian ini adalah gelas ukur, hot
Kayu siwak diperoleh dalam
plate, cawan porselen uji, tabung reaksi,
bentuk kemasan. Kayu siwak yang
tempat tabung reaksi, mikropipet, vortex
diperoleh berbentuk potongan batang.
mixer, cawan petri, bunsen, inkubator,
Kayu siwak dipotong-potong menjadi
drugalsky, jangka sorong, anaerobic jar,
bagian yang kecil dan dihancurkan
autoclave, pisau, blender, timbangan,
untuk mendapatkan bubuk kayu siwak.
oven,
Kayu siwak dibersihkan terlebih dahulu
kamera,
shaker,
dan
Rotary
Evaporator.
dan dipotong-potong menjadi bagian
Bahan yang digunakan dalam penelitian (Salvadora
ini
adalah
persica),
kayu biakan
siwak bakteri
yang kecil lalu dijemur atau dioven sehingga menjadi kering. Bahan kayu siwak
yang
telah
kering
kemudian
Porphyromonas gingivalis murni, media
digiling agar menjadi serbuk kayu siwak
agar darah, akuades, etanol 96%, kertas
yang siap digunakan untuk
saring, serbuk Mg, HCl:EtOH (1:1), amil
ekstraksi.
alkohol, NH3, CHCl3, H2SO4 2M, larutan
dilakukan dengan menggunakan pelarut
Dragendrof, larutan Mayer, dan larutan
etanol 96%. Proses ekstraksi dilakukan
Wagner.
dengan cara mencampurkan 600 g
Ekstraksi
kayu
proses siwak
serbuk kayu siwak dengan 9 L etanol
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
15
96%, dihomogenkan dengan pengaduk.
perubahan warna menjadi coklat
Setelah homogen dibiarkan selama 24
keruh dengan Reagen Dragendorf.
jam
dengan
ditutup
aluminium
foil.
2) Uji Kualitatif Flavonoid
Setelah 24 jam hasil maserasi disaring
Identifikasi
kandungan
dengan kertas saring didapatkan filtrat I
flavonoid dalam ekstrak etanol 96%
dan
kayu
residu.
dimaserasi
Residu
yaitu
ekstrak
dengan
akuades,
pelarut etanol 96% yang baru. Setelah
kemudian
larutan
tersebut
24
disaring
diteteskan pada kertas saring dan
sehingga mendapatkan filtrat II dan
terbentuk warna kuning pada kertas
residu.
saring
larutan
Residu
menggunakan
siwak
diencerkan
jam,
kembali
kemudian
kemudian
tersebut
dimaserasi
setelah
kembali selama 24 jam dengan pelarut
ammonia.
etanol
identifikasi
96%
yang
baru,
kemudian
diuapi
Uji
dengan
penegasan
kandungan
flavonoid
disaring untuk mendapatkan filtrat III
yaitu menggunakan ekstrak yang
dan
diuapkan hingga kering ditambah
residu.
Filtrat
I,
II,
dan
III
digabungkan untuk diuapkan pelarutnya
serbuk
menggunakan rotary evaporator dan
alkohol|: HCL 2N (1:1). Setelah itu,
waterbath sehingga didapatkan ekstrak
didiamkan
kental yang bebas pelarut, ekstrak ini
Adanya
disebut ekstrak etanol.
ditunjukkan dengan adanya warna
c. Identifikasi
Kandungan
Kimia
dengan menggunakan Pereaksi
dan
2
selama
ml
satu
kandungan
menit.
flavonoid
3) Uji Kualitatif Saponin Uji kualitatif saponin yaitu
1) Uji Kualitatif Alkaloid Uji alkaloid pertama yaitu menggunakan
ekstrak
dengan
menambahkan 10 ml air
panas
pada
didinginkan
lalu
ekstrak
kemudian
ditambah
Dragendorf.
Adanya
kandungan
Adanya ditunjukkan
kandungan
siwak,
dikocok
ditambah HCl 2N dan Reagen
alkaloid
larutan
jingga pada amil alkohol.
Warna
dengan
Mg
HCL
kuat 2N.
saponin
dengan
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
16
ditunjukkan dengan terbentuknya
V1
= volume larutan stok
buih yang mantap pada larutan.
N1
= konsentrasi larutan stok yang
4) Uji Kualitatif Tanin Sebanyak
2
tersedia ml
ekstrak
V2
= volume larutan yang akan
kayu siwak diberi larutan FeCl3,
dibuat
sehingga terbentuk warna hitam.
N2
Perubahan warna menjadi hitam ini
dibuat
menandakan bahwa ekstrak kayu siwak ini mengandung tanin.
kualitatif
Kontrol
dalam
penelitian
ini
adalah 0% atau menggunakan akuades
5) Uji Kualitatif Terpenoid Uji
= konsentrasi larutan yang akan
steril yang akan diujikan pada perlakuan terpenoid
tersebut di atas.
menggunakan pereaksi Liebermann-
e. Pembuatan Media Agar Darah
Burchard. Sebanyak 2 ml ekstrak
Media selektif untuk pertumbuhan
tetes
P.gingivalis meliputi Trypton Soya Agar
anhidrida asetat dan 1 tetes H2SO4
(Tryptone 15 g, Soytone 5 g, Sodium
pekat. Ekstrak kayu siwak positif
Chloride 5 g, Agar 15 g), agar, darah
mengandung
domba, akuades. Sebanyak
kayu
siwak
larutan
ditambah
3
terpenoid
berubah
menjadi
apabila warna
merah.
4,5 gr
Trypton Soya Agar dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer. Sebanyak
d. Pembuatan Larutan Uji Larutan
stok
dibuat
100 dengan
ml
erlenmeyer
ditambahkan dan
ke
diaduk
dalam hingga
konsentrasi x % (b/v). Variasi larutan uji
homogen. Ujung Erlenmeyer ditutup dan
0,753%,
6,25%,
dimasukkan ke dalam autoklaf selama 3
12,5%, 25%, dan 50% dibuat dengan
jam dengan suhu 121째C. Setelah itu,
cara pengenceran dari larutan stok yaitu
ditambahkan darah domba (sebanyak
menggunakan rumus pengenceran.
5% berat medium agar), dan 5 cc
1,563%,
3,125%,
bakteri (yang telah diuji kekeruhan Mc
V1 N1 = V2 N2 Farland 0,5) pada saat suhu 45-55째 C. Keterangan:
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
Larutan dalam Erlenmeyer dimasukkan
17
ke dalam cawan petri setinggi 0,4 cm
bakteri diukur dengan menggunakan
(20
suhu
jangka sorong pada dua sisi yang
ruangan hingga memadat. Setelah itu
berlainan (saling tegak lurus) kemudian
diberikan nama media agar, tanggal
diambil rata-ratanya. Diameter
pembuatan
penandaaan
hambat bakteri yang diperoleh dari hasil
konsentrasi. Sumuran dibuat dengan
pengukuran dikonversikan ke dalam
menggunakan
persentase
ml)
dan
dibiarkan
media
pada
dan
perforator
dengan
diameter 9 mm.20 f.
Uji
Daya
daya
hambat
zona
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.19 Hambat
dengan
Metode Sumuran
đ??ź=
(đ?&#x2018;&#x2018;1â&#x2C6;&#x2019;đ?&#x2018;&#x2018;2) đ?&#x2018;&#x2018;2
đ?&#x2018;Ľ100%
Medium agar yang telah padat, dibuat
sumuran
dengan
melubangi Keterangan:
media dengan perforator berdiameter 9 I
: daya hambat ekstrak terhadap
mm sebanyak 4 lubang pada setiap bakteri cawan
petri.
Setelah
konsentrasi
ekstrak
dimasukkan
ke
itu,
ketujuh
dan
kontrol
dalam
d2
: diameter sumuran (9 mm)
d1
: diameter zona hambat (mm)
sumuran Persentase
daya
hambat
sebanyak 100 Âľl. Setiap konsentrasi kemudian
dianalisis
dengan
diberi tanda pada cawan petri. Cawan menggunakan analisis probit dan dibuat petri yang berisi media, bakteri dan persamaaan regresi y = a + bx untuk ekstrak tersebut diinkubasi CO2 selama menentukan nilai IC50 dengan x adalah 24
jam
dengan
suhu
37°C. logaritma konsentrasi dan y merupakan
Penghitungan
daerah
hambat
yaitu bilangan probit.
dengan mengamati daerah jernih yang terbentuk pada sekitar sumuran. 3. HASIL g. Analisis Data 2.1 Identifikasi Golongan Data yang diperoleh yaitu berupa Senyawa Kimia diameter zona hambat bakteri pada sekitar sumuran. Diameter zona hambat
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
18
Analisis
golongan
senyawa
reduksi senyawa flavonoid oleh Mg dan
kimia yang terdapat dalam ekstrak kayu
HCl sehingga terbentuk warna merah.
siwak pada penelitian ini menggunakan
Senyawa alkaloid ditunjukkan dengan
metode
terbentuknya endapan
pereaksi
warna.
Hasil
uji
warna jingga
pereaksi warna menunjukkan bahwa
setelah penambahan HCl dan pereaksi
ekstrak
dragendorff.
kayu
siwak
mengandung
Senyawa
flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, dan
terbentuk
terpenoid.
penambahan pereaksi vanillin.
Adanya
senyawa
saponin
kayu
siwak
yang
telah
merah
setelah
2.2 Uji Daya Hambat Bakteri
ditunjukkan dengan adanya buih pada ekstrak
warna
terpenoid
Pengujian daya hambat ekstrak kayu
siwak
terhadap
pertumbuhan
ditambahkan dengan aquades. Buih
bakteri P. gingivalis dengan metode
yang
sumuran menunjukkan
terbentuk
pada
disebabkan
adanya
mempunyai
kemampuan
uji
saponin
glikosida
yang
membentuk
hasil bahwa
ekstrak kayu siwak memiliki aktivitas penghambatan
terhadap
bakteri
P.
buih dalam air yang terhidrolisis menjadi
gingivalis. Zona hambat terbentuk di
glukosa. Uji senyawa tanin ditunjukkan
beberapa konsentrasi perlakuan.
dengan
terbentuknya
warna
hijau
Konsentrasi
yang
kehitaman yang berasal dari kompleks
dalam
FeCl3 dengan fenol yang berarti diduga
1,563%, 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%,
adanya senyawa fenol dalam larutan
dan 50%, sedangkan konsentrasi yang
yang
memiliki
diperiksa.
Adanya
senyawa
penelitian ini
digunakan
aktivitas
yaitu, 0,753%,
antibakteri
yaitu,
flavonoid
ditunjukkan
dengan
6,25%, 12,5%, 25%, dan 50% secara
terbentuknya
warna
setelah
lengkap ditunjukkan oleh Gambar 1 dan
oranye
penambahan serbuk Mg dan HCl, terjadi
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
Tabel 2
19
A
B
C Gambar 1. Hasil Uji antibakteri (a)Uji antibakteri konsentrasi 0,753%, 1,563% dan 3,125% (b) Uji antibakteri konsentrasi 6,25% dan 12,5% (c) Uji antibakteri konsentrasi 25% dan 50%
Tabel 2. Perhitungan Persentase Daya Hambat dan Nilai Probit % Konsen Log Pro N Daya trasi Konsentra bit o Ham (%) si (X) (Y) bat - 0,1 1 0,753% 0 0 2 2 1,563% 0,19 0 0 3
3,125%
0,49
0
4
6,25%
0,80
6,22
5
12,5%
1,09
6
25%
1,39
7
50%
1,69
Tabel 1. Diameter Zona Hambat Ekstrak Kayu Siwak
Nilai logaritma konsentrasi dan bilangan
No
Konsentrasi
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
1 2 3
0,753% 1,563% 3,125%
9 9 9
4
6,25%
9,56
5
12,5%
10,52
6
25%
10,5
7
50%
11,72
8
DMSO 5%
9
16,8 9 16,6 7 30,2 2
probit
digunakan
tersebut
untuk
dalam
satuan
persamaan garis linear sehingga dapat ditentukan nilai IC50.
Log konsentrasi Persamaan garis linear
panjang
Gambar 2. Persamaan Garis
dikonversikan menjadi persentase daya hambat
yang
digunakan
menghitung nilai probit
kemudian menentukan
Hasil pengukuran diameter zona hambat
0 3,4 6 4,0 4 4,0 3 4,0 8
Linear
untuk
yang dapat
dilihat pada tabel 2.
Persamaan yang dihasilkan dari hasil analisis probit terhadap persentase daya
hambat
yaitu
Y=3,01x-0,101
dengan bilangan r = 0,911. Nilai IC50
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
20
ekstrak
kayu
siwak
terhadap
P.
antibakteri.
Setiap
senyawa
kimia
gingivalis adalah sebesar 49,5%. Nilai
memiliki mekanisme antibakteri yang
IC50 adalah konsentrasi yang mampu
berbeda, alkaloid diduga memiliki cara
menghambat 50% pertumbuhan bakteri
dengan
P. gingivalis.
penyusun
mengganggu
komponen
peptidoglikan
pada
sel
bakteri, sehingga lapisan dinding sel 4. PEMBAHASAN tidak
terbentuk
secara
utuh
dan
Bakteri dapat dihambat atau menyebabkan kematian sel tersebut.8 dimatikan melalui dua cara, yaitu secara Tanin
dan
flavonoid
diduga
fisik dan secara kimia. Secara fisik dapat mengerutkan dinding sel atau melalui
pengaturan
suhu,
tekanan
osmotik
atau radiasi. Secara kimia
membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel. Akibat terganggunya melalui penggunaan bahan antimikroba, permeabilitas, yaitu
senyawa
kimia
yang
melakukan mengganggu
aktivitas
sel
tidak
dapat
bersifat
biologi
aktivitas
hidup
sehingga
sel pertumbuhannya terganggu.9 Terpenoid
mikroba dengan cara mematikan atau diduga memiliki mekanisme dengan menghambat pertumbuhan sel mikroba. cara Penelitian
dengan
senyawa
aktif
terpenoid
menggunakan membentuk antagonis pada permukan
ekstrak
ini
termasuk
kedalam sel yang menghambat proses transduksi
penghambatan
pertumbuhan
bakteri suatu sinyal (faktor pertumbuhan) ke
secara kimia.7 dalam
sel
sehingga
proliferasi
sel
Nilai IC50 ekstrak kayu siwak terhambat.
Menurut
Maryati
et
al.
terhadap P. gingivalis adalah sebesar (2007), saponin mengandung gugus â&#x20AC;&#x201C; 49,5%. Nilai IC50 adalah konsentrasi OH yang akan merusak dinding sel yang
mampu
menghambat
50% bakteri dan menembus ke dalam sel
pertumbuhan bakteri P. gingivalis. Hal dengan cara melarutkan lapisan lipidnya ini dikarenakan zat antibakteri yang sehingga
sel
akan
mengalami
terkandung dalam ekstrak kayu siwak kerusakan. Bakteri gram negatif memiliki mampu
berperan
sebagai
zat konsentrasi lipid yang tinggi di dalam
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
21
dinding selnya, sehingga dapat dengan mudah
dilarutkan
oleh
senyawa
3. Dinas Kesehatan Banyumas, 2011, Profil
Kesehatan
Banyumas, saponin.10
Kabupaten
Dinas
Kesehatan
Banyumas, Banyumas.
Beberapa
faktor
yang
menjadi
kelemahan dalam penelitian ini yaitu
4. Eley, B.M., Manson, J.D., 1993, Buku Ajar Periodonti, EGC, Jakarta. 5. Zaenab, Mardiastuti, Anny , V.P.,
terbatasnya waktu dan biaya yang tidak sedikit, sehingga uji fitokimia hanya menggunakan metode pereaksi warna
Logawa, B., 2004, Uji Antibakteri Siwak
(Salvadora
terhadap
Streptococcus
(ATC31987) yang bersifat kualitatif.
persica
dan
Linn) mutans
Bacteroides
melaninogenicus,
Makara
Kesehatan, 8 (2) : 37- 40. 6. Wasito, H., 2011, Obat Tradisional 5. KESIMPULAN DAN SARAN Ekstrak
kayu
siwak
Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu, efektif
Yogyakarta. 7. Madigan, Michael T., 2003, Biology
menghambat
perumbuhan
bakteri
P.
gingivalis dengan nilai IC50 sebesar
of Microorganism, Southern Illinois University Carbondale, New York. 8. Juliantina, F.R., Nirwani, B., 2008,
49,5%.
Manfaat Berdasarkan
hasil
tersebut,
Sirih
Merah
(Piper
crocatum) sebagai agen antibakterial
perlu dilakukan penelitian selanjutnya
terhadap bakteri gram poritif dan
untuk
gram negatif, Jurnal Kedokteran dan
mengisolasi
senyawa
yang
Kesehatan Indonesia. terkandung demi mengetahui senyawa yang
paling
aktif
dan
untuk
mengidentifikasi senyawa kimia secara
9. Ajizah,
A.,
2004,
Sensitivitas
Salmonella typhimurium Ekstrak
Daun
Terhadap
Psidium
guajava,
Bioscientiae, 1 (1):31-8. kuantitatif.
10. Maryati, Fauzia, R.S., Rahayu, T., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
DAFTAR PUSTAKA 1. Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L.,
Atsiri
Daun
basilicum
L.)
2004, The Periodontic Syllabus Ed.
Staphylococcus
4, EGC, Jakarta.
Eschericia
2. Agtini, M.A., 1991, Epidemiologi dan
Kemangi
coli,
(Ocimum Terhadap
aureus Jurnal
dan
Penelitian
Sains dan Teknologi, 8 (1) : 30-38.
Etiologi Penyakit Periodontal, Cermin Dunia Kedokteran, 72 : 42-3.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
22
RIWAYAT PENULIS
3. Catur Aditya Ramadhany, Jakarta, 8
1. Abinnahl Ashobirin, Majalengka, 26 mei
1990.
Jurusan
Kedokteran
Maret 1994. Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
–
–
Jenderal Soedirman, 2012.
ilmu
Kesehatan,
Universitas
2. Agung Prabowo Dhartono, Jakarta, Agustus
Kedokteran
1993. Gigi,
Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan,
Universitas
Kesehatan,
Universitas
4. Drg. Ali Taqwim. Dosen Jurusan
Jenderal Soedirman, 2008.
24
ilmu
Kedokteran
Gigi,
Jurusan
Kedokteran
dan
Fakultas
Kesehatan,
Universitas
–
Soedirman,
ilmu
Ilmu
Fakultas –
ilmu
Jenderal
Jenderal
Soedirman, 2012.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
23
Research
PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica Papaya) SEBAGAI AGEN ANTI INFLAMASI PADA GINGIVITIS Novaria1, A.Choirunnisa1, K.Istiqomah1, M.R. Pahlevi1, N.Afifah1, Suryono2 1 Mahasiswa 2
Pendidikan Dokter Gigi FKG UGM Dosen Bagian Periodonsia FKG UGM
ABSTRAK Penyakit periodontal adalah salah satu penyakit akibat plak gigi yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Gingivitis dan periodontitis termasuk penyakit periodontal yang sangat banyak ditemukan di kalangan masyarakat. Gingivitis adalah adanya inflamasi (peradangan) pada gingiva yang diakibatkan karena akumulasi plak pada gingiva. Pada penderita gingivitis, gingiva akan terlihat sangat merah, bengkak dan berdarah. Penatalaksanaan gingivitis bertujuan untuk meredakan inflamasi yang terjadi baik melalui scaling dan root planning maupun pemberian NSAID. Penggunaan NSAID memiliki efek samping terjadinya penyakit kardiovaskular, gastro intestinal dan gagal ginjal sehingga perlu dikembangkan bahan baru yang berbasis alami. Biji pepaya merupakan limbah yang ternyata memiliki khasiat medis yang baik sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan gingivitis. Biji papaya dapat diekstraksi untuk diambil zat aktifnya kemudian diolah menjadi obat baru yang memiliki aktivitas antiinflamasi yang sama dengan NSAID namun dengan efek samping yang minimal. Uji fitokimia menunjukkan bahwa alkaloid, flavonoid, glycoside, polifenol, tannin dan saponin terdapat pada biji pepaya. Kandungan flavonoid, alkaloid, dan polifenol dalam biji pepaya memberikan aktivitas antiinflamasi. Flavonoid mampu menstimulasi munculnya PMN dan makrofag pada daerah luka sehingga proses inflamasi dapat berlangsung lebih cepat. Flavonoid juga dapat menghambat metabolisme asam arakidonat menjadi siklooksigenase sehingga akan menurunkan produksi prostaglandin yang berujung pada inflamasi yang lebih terkendali. Flavonoid dapat berinteraksi dengan sitokin inflamasi untuk menstimulasi kemotaksis makrofag dan PMN. Kandungan saponin pada biji pepaya juga dapat meningkatkan kemotaksis dan akumulasi makrofag. Adanya serangkaian aktivitas ini dapat mempercepat proses inflamasi sehingga tahap proses penyembuhan selanjutnya dapat berlangsung. ABSTRACT Periodontal disease is plaque induced conditions that mostly occur in Indonesia. The periodontal disease that most common include gingivitis and periodontitis. Gingivitis is a condition which involve an inflammation process that occurs in gingiva that is caused by plaque accumulation. Patients with gingivitis will present red, inflamed, and bleeding on gingiva. The treatment of gingivitis is done to stop the inflammation process so the healing process can continue either by scaling and root planning or by administration of NSAID. But NSAID have some adverse effects such as cardiovascular disease, gastrointestinal tract disease, and renal failure. So it is needed to develop a new alternative medication for gingivitis based on natural resources. Papaya seed is a natural waste that can be used as an alternative medication. It active compound can be extracted and then fabricated to make alternative medication with potent anti-inflammatory effect but minimal adverse effect. Phytochemical study shows that papaya seed contains alcaloid, flavonoid, glycoside, polifenol, tannin and saponin. These sompunds allow papaya seed to retain antiinflammatory effect.Flavonoid can stimulate accumulation of polymorphonyclear cells and BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
24
macrophages. It can also inhibit the metabolism of arachidonic acid to cyclooxygenase so it can decrease the production of prostaglandin which results in acceleration of inflammation process. Flavonoid can interact with inflammatory cytokine to stimulate chemotaxis of PMNs and macrophages. Saponin in papaya seed can increase chemotaxis and accumulation of macrophages. This simultaneous reaction will result in acceleration of inflammation process and allow healing process to continue.
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan
Survei
Kesehatan
Rumah
Profesi kedokteran gigi dihadapkan
Tangga tahun 2004, prevalensi penyakit
kepada penyakit utama penduduk dunia, yaitu
periodontal di Indonesia mencapai 96,5%.
penyakit-penyakit jaringan pendukung gigi
Hasil survei Departemen Kesehatan RI (1999)
(periodonsium)
dan
menunjukkan bahwa di Indonesia, karies gigi
periodontitis. Penyakit inflamasi yang terjadi
menyerang 90,9% penduduk dengan indeks
dalam
oleh
decay missing filling permanent teeth (DMFT)
plak
sebesar 6,4% dan 73,5% penduduk Indonesia
gigi1.Program kesehatan gigi dan mulut telah
menderita penyakit periodontal. Sementara itu
dilaksanakan sejak Pelita I sampai Pelita IV.
menurut hasil Riskesdas 2007, penduduk
Pada tahun 2000 diharapkan bahwa setiap
Indonesia yang menyadari atau mempunyai
orang baik di perkotaan maupun pedesaan
persepsi dirinya bermasalah gigi dan mulut
mendapat
yang
hanya 23%, dan di antara mereka yang
memadahi sehingga mereka dapat hidup
menyadari hal itu hanya 30% yang menerima
produktif baik secara sosial dan ekonomi.
perawatan atau pengobatan dari tenaga
Untuk
juga
professional gigi. Hal ini mengindikasikan
harus mampu memelihara dan meningkatkan
bahwa effective demand berobat gigi sangat
kemandirian di bidang kesehatan. Walaupun
rendah, yaitu hanya 7%. Temuan lain yang
telah dilakukan upaya pelayanan kesehatan
mendukung
gigi dan mulut, angka penyakit gigi dan mulut
perawatan yang sangat rendah, terjadinya
cenderung meningkat2.
keterlambatan perawatan yang tinggi, dan
rongga
akumulasi
seperti
mulut
beberapa
disebabkan jenis
pemeliharaan
mewujudkannya,
Penyakit
gingivitis
bakteri
kesehatan
masyarakat
periodontal
merupakan
penyakit kesehatan gigi dan mulut yang
kerusakan
adalah
gigi
angka
sebagian
besar
kesadaran
berakhir
dengan pencabutan3.
memiliki prevalensi yang tinggi di Indonesia.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
25
Penyakit periodontal secara umum
Penggunaan NSAID dapat menyebabkan efek
disebabkan oleh dua faktor etiologi yaitu
samping antara lain terjadinya gagal ginjal8,
akumulasi bakteri patogen dan respon host
erosi dinding lambung, serta ulkus dan
terhadap
perdarahan pada saluran pencernaan9.
akan
bakteri.
Bakteri-bakteri
terakumulasi
pada
patogen
subgingiva
dan Indonesia
merupakan
negara
memproduksi toksin serta proteinase. Produk dengan
keanekaragaman
hayati
yang
bakteri ini akan menginduksi respon host yaitu melimpah. Salah satu tanaman yang tumbuh peningkatan
sel-sel
imun
dan
produksi subur di Indonesia dan terbukti memiliki
mediator inflamasi4. potensi Penyakit periodontal
pemanfaatan
adalah
tanaman
yang paling pepaya.Pepaya (Carica papaya L) merupakan
banyak
ditemukan
adalah
gingivitis
dan salah satu tanaman yang memiliki nilai
periodontitis.
Gingivitis
adalah
adanya ekonomis. Biji buah pepaya yang selama ini
inflamasi (peradangan) pada gingiva yang dianggap sebagai limbah ternyata dapat diakibatkan karena akumulasi plak pada dimanfaatkan dalam terapi gingivitis. Aravind gingiva. Pada penderita gingivitis, gingiva et al. (2013) mengemukakan bahwa biji buah akan terlihat sangat merah, bengkak, hingga pepaya memiliki manfaat di bidang kesehatan berdarah5.
Kendati
masyarakat
untuk
begitu,
kesadaran yang lebih banyak dibanding daging buahnya
rutin memeriksakan sendiri10.
kondisi kesehatan gigi dan mulut masing akan
Biji
menemui dokter gigi setelah merasakan
kemampuan
sakit6.
antibakteri. Selain itu biji papaya mengandung
terbilang
relatif
rendah.
Penderita
pepaya
diketahui
sebagai
memiliki
antijamur
dan
penyakit
gingivitis
senyawa bioaktif berupa alkaloid, flavonoid,
meredakan
inflamasi
dan polifenol yang memiliki aktivitas antinyeri
sehingga proses penyembuhan luka dapat
dan antiinflamasi11.Biji dan buah yang masuh
berlanjut. Tindakan pengobatan yang umum
muda menunjukkan aktivitas penghambatan
dilakukan antara lain pembersihan plak gigi
terhadap
(scalling) serta pemberian obat Non Steroid
Efektifitas antibakteri dan antifungal papaya
(NSAID)4,7.
akan lebih baik jika menggunakan pelarut
Pengobatan bertujuan
Anti
untuk
Inflammatory
Drugs
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
bakteri
pathogen
enterik 12.
26
alkohol dibandingkan menggunakan pelarut
yang
tinggi,
traumatik
air13.Terdapat pula adanya efek antiinflamasi
merokok
dari biji pepaya (Carica papaya L.) pada suatu
mulut17. Penyebab sistemik yaitu penyakit-
percobaan dengan hewan uji14. Nayak et al.
penyakit vaskuler dan defek pada fungsi
(2007) juga mengemukakan kemampuan biji
imun16.
dan kebiasaan
oklusi,
kebiasaan
bernapas
lewat
papaya dalam mempercepat penyembuhan Perubahan yang terjadi pada plak luka15. gigi akibat bakteri, baik jenis dan jumlah 2. TINJAUAN PUSTAKA
organisme,
keduanya
menyebabkan
Gingivitis
pelepasan berbagai eksotoksin destruktif, enzim-enzim dan agen berbahaya lainnya.
Gingivitis adalah adanya inflamasi Zat-zat
tersebut
mengakibatkan
reaksi
gingiva yang diakibatkan karena akumulasi peradangan
pada
jaringan
gusi,
plak pada gingiva5.Karakteristik klinis khas menyebabkan gusi menjadi merah, bengkak, dari gingivitis adalah adanya inflamasi pada nyeri tekan dan mudah berdarah pada iritasi gingiva
tanpa
adanya
attachment
loss. yang ringan18.
Gingivitis disebabkan karena interaksi antara Tingkat keparahan peradangan pada
mikroorganisme pada plak, jaringan serta sel-
gingiva dapat diukur dalam indeks gingiva.
sel inflamasi pada jaringan16.
Sel-sel Interaksi
host
dan
plak
yang
berperan
dalam
penyakit
dapat periodontitis adalah sel-sel fagosit seperti
mengalami perubahan karena adanya faktor PMN
(polimorfonuklear),
monosit,
dan
lokal, faktor sistemik maupun kedua faktor makrofag yang merupakan sel-sel imun alami tersebut16.
Etiologi utama gingivitis adalah dan mengaktifkan berbagai sistem seperti
bakteri pada plak gigi,. Etiologi penunjang sistem komplemen dan respon fase akut19. yaitu contohnya adalah seperti tambalan overhanging, debris makanan, tepi tambalan
Newman
dkk.,
(2002)
membagi
yang buruk, susunan gigi yang kurang baik,
gingivitis dalam empat tahap. Tahap pertama
pemakaian alat ortodontik, pemakaian gigi
yang menjadi perhatian dalam penelitian ini
tiruan yang desainnya kurang baik, frenulum
adalah tahap pembentukan lesi awal (initial
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
27
lesion). Respon awal gingiva terhadap adanya
dengan proporsi sel plasma yang besar pada
plak
lesi ini. Bundel kolagen yang utuh semakin
adalah
vasodilatasi
kapiler
dan
peningkatan aliran darah, aktivasi leukosit
sedikit
polimorfonuklear (PMN) dan stimulasi endotel.
terakumulasi
semakin
banyak.
PMN
yang
kolagenolitik
semakin
meningkat
perlukaan
sekaligus
peningkatan
enzim
kolagenase
pertama
terhadap
diproduksi oleh bakteri dan PMN. Kerusakan
mikroorganisme. Sel makrofag akan mulai
akan terus berlanjut menuju ke struktur tulang
terakumulasi setelah beberapa hari16.
yang ada di bawah gingiva sehingga lesi
adalah
memasuki menjadi
sel
yang
daerah pertahanan
pertama
sedangkan
sel
radang
yang Aktivitas karena yang
memasuki tahap 4 yaitu tahap advanced Gingivitis tahap 2 yaitu lesi awal lesion16. (early lesion) menunjukkan kelanjutan proses atau berlangsungnya respon inflamasi akut.
Pepaya
Gingiva secara klinis terihat sangat eritem disertai
bleeding
peningkatan terutama
on
destruksi
serabut
Pepaya adalah buah tropis yang
probing.
Terjadi
merupakan famili Caricaceae dan berasal dari
serabut
kolagen
Meksiko serta Amerika Tengah. Pepaya saat
serabut
ini
sirkuler
dan
telah
banyak
didistribusikan
menuju
dentogingival. Pada tahap ini leukosit PMN
berbagai belahan dunia dan menjadi buah
masih
yang
memegang
peran
dalam
respon
inflamasi yaitu memfagositosis bakteri. PMN telah
menembus
membran
basal
sangat
lazim
dikonsumsi
oleh
masyarakat20.
dan Buah pepaya adalah jenis buah yang
mencapai epitel
gingiva16. keberadaannya tersedia sepanjang tahun21.
Tahap 3 adalah tahap established
Buah pepaya memiliki bentuk buah agak
lesion dan didiagnosis sebagai gingivitis
panjang dan lonjong, ukurannya bervariasi,
kronis. Pada tahap ini pembuluh darah
dari
membesar dan aliran darah pada vena
Banyaknya biji tergantung dari besar kecilnya
melambat. Gingiva mengalami anoksemia
buah. Permukaan biji agak keriput dan
ditandai dengan perubahan warna menjadi
dibungkus oleh kulit ari yang bersifat seperti
kebiruan.
agar atau transparan, kotiledon putih, rasa biji
Seluruh
sel
radang
merespon
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
yang
kecil,
sedang
sampai
besar.
28
pedas atau tajam dengan aroma yang khas.
Analisis
fitokimia
menunjukkan
Kandungan kimia yang terdapat dalam biji
berbagai kandungan bioaktif yang terkandung
pepaya
di masing-masing bagian tumbuhan pepaya.
adalah:
25%
atau
lebih
lemak
campuran, 26,2% lemak, 24,3% protein, 17%
Secara
keseluruhan
alkaloid,
serat, 15,5% karbohidrat, 8,8% abu dan 8,2%
glycoside,
air22.
anthraquinonen terdapat pada biji, daun dan
polifenol,
dan
flavonoid, hidroximetil
akar pepaya.Selain itu biji pepaya spesifik Konsumsi
pepaya
akan mengandung saponin.
meninggakan biji maupun kulit pepaya yang merupakan
limbah
sebenarnya
padahal
menyimpan
limbah
Saponin
memiliki
fungsi
untuk
yang
meningkatkan pembuluh darah baru pada
beragam23. Pepaya merupakan buah yang
luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi lebih
memiliki
banyak
banyak
kesehatan.
manfaat
ini
manfaat semua
bidang
dapat
mempercepat
pertumbuhan fibroblast dan kolagen. Saponin
tanaman pepaya memiliki manfaat medis
juga mampu meningkatkan aktivitas makrofag
mulai dari buah, daun, kulit, getah, hingga
menuju daerah yang terluka untuk membunuh
bijinya10. Rebusan daun pepaya sudah lama
mikroorganisme penginvasif25.Saponin dapat
digunakan
malaria
memproduksi sitokin yang dapat menstimulasi
sedangkan bijinya telah terbukti memiliki. efek
munculnya sel-sel yang bertanggung jawab
antiinflamasi
pada
sebagai
obat
dengan
inflamasi
prostaglandin14.
cara
seperti
bagian
serta
dari
mediator
Hampir
dalam
untuk
menghambat histamin
dan
Secara tradisional pepaya
telah digunakan sebagai obat antimalaria, antitumor, antibakteri,
dan antiinflamasi10.
Ekstrak
menunjukkan
fase
inflamasi26.Aktivitas
pepaya
yang
dimiliki saponin berdasarkan studi) adalah aktivitas
antiinflamasi,
antioksidan,
dan
stimulasi sel-sel imun tubuh. Menurut
biji
lain
penelitian,
ekstrak
biji
efek papaya
memiliki
sifat
antinyeri
dan
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, antiinflamasi. Kedua sifat tersebut dipengaruhi Shigella
flexneri,
dan
Staphyococcus oleh adanya senyawa bioaktif berupa alkaloid,
aureus24. flavonoid, dan polifenol yang terkandung dalam biji pepaya11. Flavonoid memiliki efek
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
29
antiinflamasi dan antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
aureus,
Staphylococcus
Bacillus
subtilis,
epidermidis,
Perawatan gingivitis bertujuan untuk menghilangkan
plak
gigi
agar
proses
dan
penyembuhan dapat berlanjut. Inflamasi pada
Propionibacterium acnes27. Flavonoid juga
gingiva dapat diredakan dengan penggunaan
mampu menstimulasi munculnya PMN dan
obat antiinflamasi seperti Non Steroid Anti
makrofag pada daerah luka28. Flavonoid akan
Inflammatory Drugs
meregulasi aktivitas seluler dalam tubuh
gingivitis memiliki dua target. Pertama adalah
terutama
sel-sel
penghilangan
fosfolipase
dan
(NSAID)7. Perawatan
inflamasi,
aktivitas
siklooksigenase
(COX),
scaling dan root planning7. Kedua adalah
produksi molekul proinflamasi dan regulasi
modulasi dan regulasi komponen seluler yang
gena proinflamasi29.
Studi menunjukkan
berperan
adanya
flavonoid
komponen seluler seperti makrofag, maupun
aktivitas
menghambat
enzim
COX,
dalam
menghambat
sintesis prostaglandin dan menekan proiferasi
plak
dalam
leukosit
PMN
dan
kalkulus
inflamasi
serta
melalui
antara
lain
mediator-mediator
inflamasi4.
sel T sehingga dapat meredakan inflamasi30. Penggunaan
NSAID
memiliki
beberapa kerugian diantaranya menyebabkan
3. PEMBAHASAN Gingivitis adalah peradangan pada
gagal ginjal8, ulkus lambung maupun penyakit
gingiva yang disebabkan karena adanya
kardiovaskular9. Penelitian-penelitian saat ini
akumulasi plak yang terbentuk dari aktivitas
banyak mengarahkan kepada substitusi obat
bakteri plak5. Gingivitis ditandai dengan nyeri
antiinflamasi
lokal
gingiva,
menjadi bahan-bahan alami dengan efek
pembengkakan gingiva, perubahan warna
antiinflamasi yang sama namun dengan efek
menjadi
samping yang minimal.
atau
menyeluruh
merah
maupun
pada
kebiruan
serta
bleeding on probing16;5. Gingivitis dapat pula disebabkan
karena
adanya
faktor
lokal
maupun faktor sistemik. Faktor-faktor ini memberikan kontribusi berupa peningkatan retensi plak17
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
yang
memiliki
efek
negatif
Pepaya (Carica papaya L) memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, diantaranya adalah sebagai agen antiinflamasi14. Secara tradisional pepaya telah digunakan sebagai obat
antimalaria,
antitumor,
antibakteri,
30
antiinflamasi10. Pepaya mengandung agen
penghambatan
antioksidan
sehingga inflamasi dapat dikurangi.
mineral,
seperti
karotenoid,
flavonoid,
sebagainya.
vitamin,
antocyanin,
Pepaya
sintesis
prostaglandin
dan
telah
terbukti
mengandung alkaloid, flavonoid, glycoside, polifenol, tannin dan saponin terdapat pada biji, daun dan akar pepaya24. Hampir semua bagian
dari
tanaman
pepaya
memiliki
kandungan yang sama dan memiliki manfaat medis
baik10.
yang
Ekstrak
memiliki sifat antinyeri
biji
papaya
dan antiinflamasi.
Kedua sifat tersebut dipengaruhi oleh adanya senyawa bioaktif berupa alkaloid, flavonoid,
Gambar 1. Mekanisme flavonoid dalam menghambat metabolisme asam arakidonat
dan polifenol yang terkandung dalam biji24.
Flavonoid juga berinteraksi dengan
Flavonoid dan saponin juga telah terbukti
sitokin-sitokin inflamasi lain seperti interferon,
memiliki efek antiinflamasi dan antimikroba27.
nitric oxide, tirosin kinase, dan sitosol kinase.
Flavonoid
Gambar 3 menunjukkan aktivitas flavonoid
juga
mampu
menstimulasi
munculnya PMN dan makrofag pada daerah luka. Dengan aktivitas antibakteri yang dimiliki
dalam proses inflamasi30 4. KESIMPULAN
oleh biji pepaya mengakibatkan berkurangnya proses fagositosis bakteri oleh sel leukosiut PMN
sehingga
fase
inflamasi
akan
Biji pepaya sebagai limbah sisa konsumsi ternyata memiliki nilai medis yang baik terutama di bidang kesehatan gigi dan
berlangsung lebih cepat29
mulut. Adanya kandungan flavonoid, alkaloid, Flavonoid
berperan
dalam
menghambat metabolisme asam arakidonat menjadi Terhambatnya arakidonat
siklooksigenase sintesis akan
COX
(COX). dari
berujung
asam pada
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
saponin, dan polifenol pada biji pepaya memberikan
aktivitas
berpotensi
untuk
pengobatan
gingivitis.
antiinflamasi dijadikan Titik
yang
alternatif
tangkap
dari
kandungan-kandungan biji pepaya terutama
31
pada proses antiinflamasi yang melibatkan sel-sel
inflamasi,
asam
arakidonat
serta
8. Ejaz, P., Bhojani, K., & Joshi, V. 2004. NSAIDs and Kidney. Journal of the Association of Physicians of India, 632-
sitokin-sitokin inflamasi.
640. 9. Wallace, J.L., dan Vong, L. 2008. NSAID
DAFTAR PUSTAKA 1. Sriyono,
N.W.
Induced Gastrointestinal Damage And 2005.Pengantar
Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan. Medica Fakultas Kedokteran UGM: Yogyakarta 2. Herijulianti
E.
2001.
Pendidikan
Kesehatan Gigi. EGC: Jakarta. 3. Sedyaningsih
ER.
2011.
Sambutan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional
2011.
http://www.pdgi.or.id/artikel/detail/sambut an-menteri-kesehatan-republik-indonesiapada-peringatan-bulan-kesehatan-gigi-
4. Messier,C., Epifano, F., Genovese, S., D.
2012.
Licorice
and
its
Potential Beneficial Effects in Common Oro-dental Disease. Oral Disease Vol 18. Pp 32-9. 5. Ababneh, K. T., Hwaij, Z. M., & Khader, Y. S. 2012. Prevalence And Risk Indicators Of Gingivitis And Periodontitis In A MultiCentre Study In North Jordan: A Cross Sectional Study. BMC Oral Health, 1-8. 6. Syafei A. 2010. Kasus Radang Gusi. Available
at
(online)
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rili s&artikel=2837 (31 Mei 2014). 7. Stephen, J. M. (2012, May 8). Gingivitis Medication. Retrieved October 4, 2012, from
MedScape
Current Opinion in Investigational Disease . Vol 9, pp 1151-6. 10. Aravind, G., Debjit, B., Duraivel, S., Harish, G. 2013. Traditional and Medicinal Uses
OfCarica
papaya.
Journal
of
Medicinal Plants Studies Vol.1, pp 171-7. 11. Anaga, A. O., & Onehi, E. V. 2010. Antinociceptive
and
anti-inflammatory
effects of the methanol seed extract of Carica papaya in mice and rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 140-144.
nasional-2011. Diakses 31 Mei 2014.
Grenier,
Disease Design Of GI Sparing NSAIDs.
References:
http://emedicine.medscape.com/article/76
12. Krishna KL, Paridhavi M, Jagruti AP (2008). Review On Nutritional, Medicinal And
Pharmacological
Properties
Of
Papaya (Carica papaya Linn.) Natural Product Radiance 7(4): 364-373. 13. Adejuwon et al, 2011.Antifungal And Antibacterial Activities Of Aqueous And Methanolic
Root
Extracts
OfCarica
papaya linn. (Caricaceae). International Research Journal of Microbiology (IRJM) Vol. 2(8) pp. 270-77, 14. Amazu, L.U., Azikiwe, C.C.A., Njoku, C.J., Osuala, F.N., Nwosu, P.J.C., Ajugwo A.O., Enye, J.C. 2010. Antiinflamatory Activity of the Methanolic Extract of the Seeds of Carica papaya in Experimental Animals. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, pp 884-6.
3801-medication BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
32
15. Nayak, B.S., Pereira, L.P., Maharaj, D. 2007. Wound Healing Activity of Carica papaya
L
Diabetic
in
Experimentally Induced
Rats.
Indian
Journal
of
Experimental Biology. Vol.45 pp739-43.
of Carica papaya. Int J. Drug Res. Tech Vol.2 pp 399-406. 25. Rahman, M.S. 2000. Khasiat Kandungan Tanaman
Herbal.
Binarupa
Aksara:
Jakarta.
16. Newman MG, Takei RI. 2002. Caranzaâ&#x20AC;&#x2122;s
26. Kimura et al. 2006. Effect Of Gingseng
clinical periodontology9th ed. USA : W.B.
Saponin Isolated From Red Gingseng
Saunders Company.
Root On Burn Wound Healing In Mice.
17. Manson, J.D., dan Eley, B.M. 2013. Buku Ajar Periodonti terj. Kentjana S. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
British Journal Of Pharmacology. 148: 860-70. 27. Kuronayagi M. Arakawa T. Hirayama Y.
18. Wong, Donna L; et al. 2009. Buku Ajar
Hayashi
T.
1999.
Antibacterial
and
Keperawatan Pediatrik Vol. 1, Edisi 6.
Antiandrogen Flavonoids from Sophora
Jakarta: EGC.
flavecens. J Nat Prod, 62(12):1595-9.
19. Grossman. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek Edisi Kesebelas. Jakarta : EGC
Flavonoids Isolated From Korea Citrus
20. Owoyele, B.V., Olubori M., Adebukola., Adeoye
A.,
L.
On
Lipopolisaccharide
Induce Mouse Macrophage RAW 264.7
Anti-Inflammatory
Cells By Blocking Of Nuclear Factor
Activities Of Ethanolic Extract Of Carica
Kappa B And Mitogen Activated Protein
Papaya Leaves. Inflammopharmacology.
Kinase (MAPK) Signaling Pathway, Food
Vol. 16 pp 168-73.
Chemistry.
2008.
Ayodele
Autanrium
O.
Soladoye.
Funmilayo.,
28. Kang et al. 2011. Antiinflamatory Effect Of
21. Meutia, A.A., dan Kusnadi, J. 2011.
29. Lafuente, A.G., Guillamon, E., Villares, A.,
Ekstarkasi Antioksidandari Buah Pepaya
Rostagno, M.A., Martinez, J.A. 2009.
(Carica papaya l.) Dengan Menggunakan
Flavonoid
Metode Ultrasonic Bath (Kajian Tingkat
Implications in Cancer and Cardiovascular
Kematangan Volume
Pepaya
Pelarut:
as
Antiinflamatory
Agents
dan
Proporsi
Disease. Inflammation Research Vol. 58
Bahan).
Malang:
pp 537-552.
Universitas Brawijaya.
30. Kaursandhar, H., Kumar, B., Prasher, S.,
22. Kalie, B. M. 2008. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya: Jakarta.
Tiwari, P., Salhan, M., Sharma, P. 2011. A
23. Zhou, K., Wang, H., Mei, W., Li, X., Lou,
Review
of
Pharmacology
Phytochemistry of
and
Flavonoids.
Y., Dai, H. 2011. Antioxidant Activity of
Internationale Pharmaceutica Sciencia.
Papaya Seeds Extract. Molecules.Vol. 16
Vol. 1 pp 25-41.
pp 6179-92. 24. Ocloo, A., Nwokolo, N.C., Dayie, N. 2012. Phytochemical
Characterization
And
Comparative Efficacies of Crude Extract
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
33
Literature Study
AUTOMATIC DENTAL INSTRUMENT PROCESSOR : INOVASI PROSESOR DEKONTAMINASI ALAT KEDOKTERAN GIGI Intan Rizka,1 Linda Surya,1 Faisal Rizki1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
ABSTRAK Praktek kedokteran gigi dapat menjadi sumber penularan infeksi kepada pasien dan dokter gigi jika terdapat kecerobohan dalam prosedur sterilisasi. Hal ini dikarenakan berbagai penyakit dapat menular seperti hepatitis B dan HIV/AIDS. Penyakit tersebut menular dengan perantara darah yang melekat pada alat kedokteran gigi seperti alat kedokteran gigi dasar, tang cabut, bein, dan sebagainya. Sterilisasi dalam bidang kedokteran gigi dapat dilakukan dengan prosedur dekontaminasi yang terdiri dari pre-sterilisasi, sterilisasi, dan penyimpanan. Perkembangan ilmu teknologi kedokteran gigi pada sterilisasi dapat dilakukan secara otomatis dan mudah menggunakan inovasi Automatic Dental Instrument Processor. Kajian pustaka ini bertujuan menelaah inovasi Automatic Dental Instrument Processor sebagai prosesor dekontaminasi alat kedokteran gigi. Automatic Dental Instrument Processor terdiri dari empat bak dan menggunakan continuous roller transport sebagai pembawa alat kedokteran gigi melintasi setiap permukaan bak yang dilengkapi dengan bulu sikat sebagai pembersih. Bak pertama berisi klorin, bak kedua berisi detergen, bak ketiga alkohol dan terakhir pengeringan. Di bagian bawah bak terdapat tank untuk sirkulasi cairan yang mengatur pergantian cairan yang terpakai dengan cairan baru. Penggunaan klorin, detergen, dan alkohol mampu menghancurkan mikroorganisme. Berdasarkan kajian diatas, dapat disimpulkan bahwa inovasi Automatic Dental Instrument Processor sebagai prosesor dekontaminasi alat kedokteran gigi memiliki peran mengurangi penularan infeksi. Kata kunci : Automatic dental instrument processor, sterilisasi, dekontaminasi, alat kedokteran gigi
ABSTRACT The practice of dentistry can be the source of infection communicability to patients and dentist if any slovenliness in a sterilization procedure. It is because various diseases can spread as hepatitis B and HIV/AIDS. The disease spread by intermediate blood attached to an basic instruments of dentistry, dentistry pliers unplug, bein, and so on. Communicability the disease can be prevented with a sterilization procedure properly. Sterilization in medicine can be done with teeth decontamination procedure consisting of pre-sterilization, sterilizing, and storage. Procedure decontamination instruments in dentistry until now is still done manually so maybe communicability infection is still happen. Technology development of dentistry on automatically and sterilization can be conducted easily using dental innovation automatic instrument processor. This study aims to review innovation automatic instrument decontamination processor as dental appliance in dentistry. Dental processor automatic instrument is consisting of four dauntless and continuous roller transport using as a carrier tool dentistry across any surface dauntless equipped with feathers brushes as a cleaning. The first, containing chlorine the second, containing detergen third and last dauntless non alcoholic drying. At the bottom are dauntless tank-busters for circulating fluid set new liquid new state with a liquid. The use of chlorine, detergen, and alcohol are capable to destroy microorganisms. Based on the assessment by way of inconclusive that innovation automatic dental instrument processor as processor decontamination instrument dentistry having role reduce communicability infection. Keywords : automatic dental instrument processor, sterilizing, decontamination, instrument of dentistry
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
34
1. PENDAHULUAN
benar. Perawatan di bidang kedokteran gigi
Praktek kedokteran gigi merupakan salah satu fasilitas pelayanan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi antara lain penambalan gigi berlubang,
pembersihan
karang
gigi,
pembuatan gigi tiruan, pencabutan gigi dan bedah
mulut
lainnya.
Tindakan
yang
dilakukan biasanya menggunakan alat-alat kedokteran gigi dasar seperti kaca mulut, kondensor amalgam, sendok cetak reusable, dental handpiece dan alat-alat bedah mulut seperti instrumen bedah, periodontal scaler,
juga merupakan salah satu bidang yang rawan
terjadinya kontaminasi silang antara
pasien
-dokter
dalam
prakteknya,
pelayanan
kedokteran gigi dapat menjadi salah satu sumber penularan infeksi bagi pasien maupun tenaga kesehatan. peraturan
republik
indonesia
812/MENKES/PER/VII/2010
menteri no. fasilitas
pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan
untuk
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah
dan
gigi, saliva pasien, dental plak, darah, pus, dan cairan krevikular dapat meninggalkan noda
serta
Mikroorganisme â&#x20AC;&#x201C;
material
menyebabkan menularkan
menularkan dapat
menyatu
material
dengan
tersebut
infeksi penyakit.
infeksi.
dan
hingga Beberapa
dapat penyakit
yang paling umum adalah influenza, tb, herpes, hepatitis, dan aids.3 Berdasarkan uraian tersebut diatas, perlu disusun karya tulis yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan
mengenai
kontaminasi infeksi silang melalui alat-alat dalam pelayanan kedokteran gigi dan solusi
Berdasarkan kesehatan
pasien-pasien,
pasien-perawat. Pada praktek kedokteran
scalpel blades, bur bedah dan sebagainya.1 Namun
gigi,
dan/atau
masyarakat.2
pencegahan
infeksi
melalui
alat-alat
kedokteran gigi menggunakan bantuan alat dengan teknologi baru. Hal ini dikarenakan sampai saat ini tahap sterilisasi dalam proses dekontaminasi dengan cairan kimia masih dilakukan secara manual sehingga kurang efisien waktu dan tingkat penyebaran infeksi tinggi.
Pelayanan dan perawatan yang dilakukan oleh
penyelenggara
kesehatan
dapat
2. PEMBAHASAN Penggunaan alat â&#x20AC;&#x201C; alat kedokteran
memberikan potensi penularan infeksi bila proses sterilisasi tidak dilakukan dengan BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
gigi
dalam
pelayanan
kesehatan
untuk 35
mencapai
tujuan
preventif,
diagnostik,
terapeutik, dan rehabilitatif dapat berisiko pada
penyebaran
infeksi.5
Penyebaran
Dekontaminasi secara
otomatis
dapat
dengan
alat
dilakukan Automatic
Dental Instrument Processor. Alat ini terdiri
infeksi ini dapat melalui inokulasi mikroba
dari
dari darah dan saliva yang ditularkan melalui
continuous roller transport sebagai pembawa
jarum atau benda tajam, terpaparnya kulit
alat
yang tidak utuh terhadap lesi oral yang
permukaan bak yang dilengkapi dengan bulu
menginfeksi,
yang
sikat sebagai pembersih. Bak pertama berisi
terinfeksi,
klorin, bak kedua berisi detergen, bak ketiga
percikan cairan yang terinfeksi, menghirup
alkohol dan terakhir pengeringan. Di bagian
bioaerosol yang mengandung material infektif
bawah bak terdapat tank untuk sirkulasi
saat menggunakan handpiece dan scaler
cairan yang mengatur pergantian cairan yang
atau droplet nucleii yang berasal dari batuk,
terpakai dengan cairan baru.
terinfeksi,
permukaan
atau
cairan
jaringan yang
empat
bak
kedokteran
dan
gigi
menggunakan
melintasi
setiap
dan sentuhan permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan atau ruang operasi.6 Berdasarkan Kesehatan
Peraturan
Republik
Menteri
Indonesia
No.
812/MENKES/PER/VII/2010 tentang fasilitas
Gambar 1. Automatic Dental Instrument
pelayanan kesehatan, pelayanan kedokteran gigi
harus
bersifat
preventif.
Processor
Tindakan Bak berfungsi sebagai penampung
preventif dapat diartikan sebagai tindakan cairan
pendekontaminasi
alatâ&#x20AC;&#x201C;alat
pencegahan terhadap penyebaran infeksi melalui alat â&#x20AC;&#x201C; alat kedokteran gigi. Tindakan
kedokteran gigi. Bak terbuat dari bahan fiberglass yang ringan, mudah dibentuk,
pencegahan
dapat
dilakukan
dengan relatif murah dan antikarat. Bak berjumlah
dekontaminasi
alat-alat
kedokteran
gigi empat yang berisi klorin, detergen, alkohol
pakai.8
bekas
Dekontaminasi
dilakukan dan pengering. Bak memiliki panjang dasar
dengan
pre-sterilisasi,
sterilisasi,
dan 21 cm dan panjang permukaan 51 cm, serta
penyimpanan.9,10 panjang dasar 21 cm, lebar 21 cm, dan tinggi 15 cm seperti pada Gambar 1.
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
36
Roll transport terbuat dari stainless
panjang 51 cm, lebar 10 cm dan tinggi 22
steel berbentuk seperti medium duty belt
cm. Prinsip kerja tangki penampung untuk
conveyor dengan modifikasi belt transport
sirkulasi cairan di bak menerapkan sistem
hanya di bagian tepi kanan kiri (dibagian roll)
pompa hidrolik. Penggunaan
dengan lebar 1 cm, sehingga bagian tengah
Automatic
Dental
diawali
dengan
terdapat ruang. Roll transport berfungsi
Instrument
sebagai pengangkut alat-alat kedokteran gigi
memasang alat-alat kedokteran gigi pada
untuk melalui setiap bak yang dilengkapi
cincin
sikat pada setiap permukaan bak. Roll
kedokteran
transport bergerak continuous dengan waktu
pengait alat dinyalakan dan roll transport
90 detik tiap satu bak untuk mengefektifkan
mulai bergerak secara continuous melewati
kerja cairan kimia.
setiap
Sikat berfungsi sebagai pembersih alat-alat
kedokteran
yang
melintasi
Processor
pengait. gigi
bak
Setelah
semua
terpasang
alat-alat
pada
cincin
yang dilengkapi sikat pada
permukaanya. Bak pertama berisi larutan khlorin 0,5 atau 1 ppm yang berfungsi
permukaan sikat. Sikat terbuat dari bahan
sebagai
nilon berbentuk datar dengan panjang 4 cm,
aktivitas spektrum luas, bakteri gram positif
tersusun dengan jarak 0,5 cm dan dipasang
dan gram negatif sama-sama peka; di
saling menyilang, sehingga lebih efektif dan
samping
menjangkau
memperlihatkan aktivitas terhadap sporaâ&#x20AC;&#x201C;
semua
permukaan
alat-alat
kedokteran gigi. Pengait berfungsi sebagai pengunci
spora
sanitaiser
itu
bakteri.
menginaktivasi
paling
kuat
dengan
senyawa-senyawa
Sanitaiser sel-sel
ini
ini
efektif
mikroba
dalam
alat-alat kedokteran gigi selama melintasi
suspensi air dengan waktu kontak 90 detik.
permukaan bak. Pengait terbuat dari resin
Dalam
dengan diameter 1,5 cm. Jumlah cincin
digunakan
pengait yang digunakan yaitu tiga buah dan
konsentrasi khlorin apakah masih layak
ketiga cincin dapat disesuaikan posisinya.
dipakai atau tidak. Lalu bak kedua berisi
Tank atau tangki berfungsi sebagai
pemakaian
detergen
detector
yang
larutan untuk
merupakan
ini
mengetahui
salah
berfungsi
satu
penampung cairan dekontaminasi (cairan
surfaktan.
sisa dan cairan baru sebagai pengganti)
membuang mikroorganisme secara mekanis
yang terbuat dari fiberglass. Tank berukuran
melalui pencucian16. Bak ketiga berisi alkohol
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
Detergen
khlorin
untuk
37
90%
bekerja
sebagai
bakterisidal,
tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal. Cara
Control In Dental Health-Care Settings, MMWR; 23(17): 1-76 2. Menteri Kesehatan. 2010. Peraturan
kerja alkohol adalah denaturasi protein. Alkohol juga efektif untuk virus hepatitis B (HBV),
Herpes
simplex
(HSV),
HIV,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
812/MENKES/PER/VII/2010.
Jakarta: MenKes Republik Indonesia 3. Hati, Asih Puspa. 2009. Kontrol Infeksi
Rotavirus, echovirus, dan astrovirus17. Bak keempat merupakan bak penampung dengan permukaan berlubang-lubang kecil sebagai
Pada
Dunia
Gigi.
Yogyakarta: UGM Press 4. Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa
pengering seperti pada gambar 1.
Kedokteran
Indonesia.
Jakarta
:
Departemen Pendidikan Nasional Balai
Kelebihan dari alat Automatic Dental Instrument Processor yaitu dapat mencegah
Pustaka. 5. http://www.hukor.depkes.go.id Diunduh 14 November 2013
penyebaran
infeksi
dekontaminasi
dengan
alat-alat
mengubah
kedokteran
gigi
manual menjadi otomatis (tanpa kontak
6. Kohli A., Puttaiah R., 2007. Infections Control
And
Occupational
recommendations
For
Safety
Oral
Health
Professional, India : Dental Council of langsung
dengan
menghemat
tangan),
waktu
dan
sehingga
tenaga
dalam
mendekontaminasi alat-alat kedokteran gigi.
India 7. Menteri Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis
Pengendalian
Kesehatan
Resiko
Lingkungan
di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas 3. KESIMPULAN Inovasi
Dalam Rangka Karantina Kesehatan,
alat
Automatic
Instrument
Processor
penyebaran
infeksi
Dental
dapat
mencegah
dengan
mengubah
KMK
No.431/Menkes/SK/IV/2007.
Jakarta: MenKes Republik Indonesia 8. Haryanto Yohaner. 2010. Hubungan Motivasi
dekontaminasi manual
alat-alat
menjadi
langsung
kedokteran
otomatis
dengan
(tanpa
tangan),
gigi
kontak
sehingga
Perawat
Pencegahan Ruang
Infeksi
Rawat
Hospital
dengan
Nosokomial
Inap
Cinere
Perilaku
Rumah Tahun
di
Sakit 2010.
Yogyakarta: UPN Press menghemat
waktu
dan
tenaga
dalam
mendekontaminasi alat-alat kedokteran gigi.
9. BDA Advisory Service. Infection control in dentistry, Advice sheet A12. London: British Dental Association, 2003;7-9 10. McCarthy
DAFTAR PUSTAKA 1. Kohn, W.G., Collins, A.S., Cleveland J.L., Harte J.A., Eklund K.J., Malvitz D.M.,2003,
Guidelines
for
Infection
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
GM,
Mamandras
AH,
MacDonald JK.1997.Infection control in the orthodontic office in Canada. Am J Orthod Dentofac Orthop.
38
11. Kuramitsu HK, He X, Lux R, Anderson
21. Alamac. www.alamac.com Diunduh 13
MH, Shi W. Interspecies interactions
November 2013
within oral microbial communities. Am
22. Macam-macam
1996.
Fisika
Kedokteran.
Jakarta: EGC
Reaksi
http://sikatindustri.weebly.com Diunduh 13 November 2013
13. Masmur Indra. 2002. Sintesis 1,9Digliseril
Industri
Indonesia
Soc Mikrobial 2007; 71: 653-670 12. Gabriel.
sikat.Sikat
Nonanadiamina Klorinasi
Terhadap
23. Ring
Binder
Mechanism
Melalui
www.binding101.com
Gliserol
November 2013
Diunduh
14
Diikuti Reaksi Aminasi dengan 1,9-
24. Alamsyah, Sujana. Merakit Sendiri Alat
Nonanadiamina yang Diturunkan Dari
Penjernih Air untuk Rumah Tangga.
Asam Oleat. Medan: USU Press
Ciganjur :PT. Kawan Pustaka Redaksi
14. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
25. Priyantoro,
Suroso
Dwi.
content/uploads/2013/07/SANITASI-
2012.Pembuatan
dan
DAN-SANITIZER-DALAM-INDUSTRI-
Pompa
pada
PANGAN.pdf Diunduh 14 November
Sumber 1,6 Meter.Yogyakarta :YKBB
Hidrolik
Karakteristik Ketinggian
2013 15. Depkes http://ik.pom.go.id/katalog/klorin.pdf Diunduh 14 November 2013 16. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_th esis/unud-330-401738002bab%20ii.pdf. Diunduh 14 November 2013 17. Nursalam, Dian Nunuk. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika 18. Gruendemann,
Barbara
J.
&
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif.
Jakarta
:EGC 19. Michael F. Ashby & David R. Jones. 1998. Engineering Materials 2: An Introduction
to
Microstructures,
Processing and Design Second Edition. UK: Biddles Ltd, Guildford and Kingdâ&#x20AC;&#x2122;s Lynn. 20. Akmal, Imelda. 2012. Rumah Ide: Kaca & Fiberglass. --: GM
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
39
Literature Study
PEMANFAATAN SINAR GAMMA SEBAGAI SOLUSI STERILISASI EFEKTIF ALAT KEDOKTERAN GIGI Karla Monica Wijaya,1 Rinezia Rahmatunisa Naro,1 Kurniasari Nur Rahman1 1Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia.
ABSTRAK Dewasa ini autoklaf merupakan alat sterilisasi yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Namun anggapan bahwa penggunaan autoklaf mampu mereduksi jumlah mikroorganisme secara signifikan tidak sepenuhnya benar. Hal ini membuktikan bahwa praktisi kedokteran gigi membutuhkan alat sterilisasi yang lebih efektif. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang < 1 x 10-11 m. Sinar ini mulai dimanfaatkan dalam proses sterilisasi. Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah menelaah lebih jauh efektifitas sterilisasi dengan memanfaatkan sinar gamma. Mekanisme kerja sinar gamma dalam mereduksi jumlah mikroorganisme adalah dengan mengganggu proses sintesis protein sehingga replikasi DNA mikroorganisme tidak terbentuk serta mendestruksi dinding sel mikroorganisme. Selain itu, sinar gamma juga mampu membunuh mikroorganisme yang ukurannya lebih kecil dan resisten terhadap panas seperti nanobakteri. Nanobakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran lebih kecil dari bakteri dan erat kaitannya dengan penyakit batu ginjal, plak pada arteri, serta kalsifikasi arteri koroner. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sinar gamma dapat membunuh mikroorganisme, termasuk nanobakteri, secara efektif selama proses sterilisasi dibandingkan dengan metode sterilisasi yang banyak digunakan sekarang. Kata kunci : sterilisasi, sinar gamma, nanobakteri
ABSTRACT Nowadays, autoclave is a sterilizer which is most commonly used in dentistry. The assumption that the use of autoclave is capable to reduce amount of microorganisms significantly is not absolutely right. This proved that dentists need a more effective sterilizer.Gamma rays is electromagnetic quantum wave which has wavelength < 1 x 10-11 m. This ray has been used for sterilization. The purpose of this study is to analyze further about the effectiveness of sterilizer with gamma rays. Mechanism of gamma rays in reducing amount of microorganisms is by interfered the process of protein synthesis in microorganisms so that the DNA is not formed. Besides, gamma rays also damage the smaller microorganism and heat resistant such as nanobacteria. Nanobacteria is microorganism that has smaller size than bacteria and related to many diseases such as kidney stones, arterial plaque, and coronary artery calcification.From the discussion above, it can be concluded that gamma rays can effectively kill microorganisms including nanobacteria during the sterilization process compared to sterilizer that widely used today. Keywords: sterilization, gamma rays, nanobacteria
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
40
gigi,
1. PENDAHULUAN
namun
masih
dijumpai
beberapa
Sterilisasi alat kedokteran gigi yang
kelemahan seperti membuat korosi alat yang
efektif merupakan hal penting yang sangat
terbuat dari logam non stainless steel, dapat
mendasar untuk mengurangi resiko transmisi
merusak alat kedokteran gigi berbahan
agen infeksi.1 Penelitian membuktikan bahwa
plastik dan karet, serta dapat membuat alat
protein dari mikroorganisme menempel di
kedokteran gigi yang tajam menjadi tumpul.2
beberapa alat kedokteran gigi yang telah
Selain itu, metode sterilisasi moist heat
berkontak
(autoklaf)
langsung dengan jaringan
di
bisa
membunuh
mikroorganisme seperti bakteri, tetapi tidak
dalam mulut.1 Metode
hanya
sterilisasi
yang
sering
bisa membunuh bakteri berukuran lebih kecil
digunakan saat ini antara lain metode moist
yang
heat menggunakan autoklaf, dry-heat, dan
Terdapat studi yang menunjukkan bahwa
unsaturated chemical vapor sterilization.2 Di
kelompok nanobakteri erat kaitannya dengan
Indonesia yang paling umum digunakan oleh
beberapa penyakit pada tubuh manusia,
para
seperti batu ginjal, plak pada arteri dan
dokter
gigi
adalah
autoklaf.
Berdasarkan beberapa penelitian, untuk hasil yang
optimum,
suhu
autoklaf
melekat
di
alat
kedokteran
gigi.
kalsifikasi pada arteri koroner.4 Untuk
yang
itu
diperlukan
metode
direkomendasikan yaitu 121° â&#x20AC;&#x201C; 124° C
sterilisasi lain yang lebih efektif dan dapat
dengan tekanan 1,1 â&#x20AC;&#x201C; 1,25 bar selama 15
membunuh segala jenis
menit â&#x20AC;&#x201C; 30 menit.3 Pada umumnya, para
pada alat kedokteran gigi termasuk bakteri
dokter
dan nanobakteri, yaitu dengan menggunakan
gigi
beranggapan
bahwa
mikroorganisme yang melekat akan terbunuh
sinar
setelah alat disterilisasi. Sterilisasi dapat
gelombang elektromagnetik yang berasal
disebut efektif apabila seluruh permukaan
dari aktivitas subatomik yang memiliki energi
alat
kedokteran
sterilisasi
gigi
sehingga
gamma.
Sinar
mikroorganisme
gamma
adalah
terpapar
bahan
foton >2 x 10-14 J, panjang gelombang <1 x
dinyatakan
bebas
10-11 m, dan frekuensi >3 x 1019 Hz.
kontaminasi.1 Meskipun saat ini metode sterilisasi
Sterilisasi
menggunakan
sinar
memanfaatkan iradiasi sinar gamma dengan
dengan menggunakan autoklaf dianggap
dosis
paling efektif untuk sterilisasi alat kedokteran
terhadap alat kedokteran gigi.5
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
gamma
dan
waktu
pemaparan
tertentu
41
Tujuan penulisan telaah ilmiah ini adalah mengetahui efektivitas sinar gamma sebagai
solusi
sterilisasi
efektif
pada umumnya meminimalkan penggunaan air.6
alat Sterilisasi
menggunakan
sinar
kedokteran gigi. gamma sendiri merupakan jenis metode sterilisasi
radiasi
ionisasi
dengan
2. TINJAUAN PUSTAKA menggunakan gelombang elektromagnetik. 2.1. Sterilisasi Alat Kedokteran Gigi Sterilisasi merupakan sebuah proses dimana
semua
bentuk
mikroorganisme,
termasuk virus, bakteri, fungi, dan spora dihancurkan.6 penting
Sterilisasi
dalam
adalah
langkah
membersihkan
alat-alat Gambar 1. Jenis-jenis Metode Sterilisasi
kedokteran gigi yang telah terkontaminasi
(Sumber: Sultana, Yashmin. Pharmaceutical
atau berpotensi terkontaminasi saliva, darah,
Microbiology and Biotechnology : Sterilization
ataupun cairan biologis lainnya. Sterilisasi
Methods and Principles. July 11, 2007.)
bertujuan untuk memutus rantai infeksi silang 2.2. Autoklaf
dari satu pasien ke pasien yang lain.7
Autoklaf merupakan alat sterilisasi Terdapat berbagai macam metode
dengan menggunakan metode sterilisasi fisik
sterilisasi yaitu sterilisasi fisik, kimia, dan
yang memanfaatkan uap panas pada suhu di
fisikokimia. Metode yang paling dianggap
atas 100째C. Alat inilah yang
efektif
digunakan dalam praktek kedokteran gigi.
adalah
sterilisasi
dengan
paling sering
memanfaatkan uap panas dan tekanan tinggi
Terdapat
pada suhu di atas 100째C atau yang biasa
dibedakan berdasarkan kemampuan mesin
dikenal
dalam
dengan
sterilisasi
menggunakan
dua
macam
mengevakuasi
autoklaf
udara
dari
yang
ruang
autoklaf. Sedangkan untuk instrument yang
steriliasi yaitu gravity displacement autoclave
tidak tahan panas, sterilisasi dapat dilakukan
dan pre-vacuum autoclave.7
dengan menggunakan bahan kimia. Bahan Gravity tersebut
antara
lain
gluteraldehid
displacement
autoclave
atau merupakan jenis autoklaf yang paling sering
campuran
antara
hidrogen
peroksida dijumpai. Kombinasi tekanan udara di dalam
dan/atau peracetic acid. Sterilisasi kimia ruang sterilisasi, uap, dan suhu yang tinggi BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
42
membuat
alat
ini
mampu
membunuh
cara
membuat
protein
sel
mengalami
mikroorganisme yang mengontaminasi alat
koagulasi. Kebanyakan jenis mikroorganisme
kedokteran gigi. Sterilisasi dilakukan pada
pada
suhu 121oC dan tekanan 15 psi selama 15-
terhadap
30
mikroorganisme tersebut akan mati bila
menit.
Setelah
sterilisasi
selesai
alat
kedokteran suhu
tidak
tinggi,
sehingga
melalui
dikeringkan selama 20-45 menit. Sedangkan
autoklaf. Uap yang tersaturasi merupakan
pada prevacum autoclave, udara dalam
agen
ruang sterilisasi dihilangkan terlebih dahulu
berjalan dengan efektif, uap yang dihasilkan
sebelum uap masuk. Cara ini lebih efisien
harus bisa mendorong keluar udara yang
bila
ada di dalam ruang sterilisasi.8
tekanan
udara.
dengan
penggunaan
Sterilisasi
sterilisator
sterilisasi
tahan
dilakukan, alat-alat yang terkemas harus
dibandingkan
proses
yang
gigi
efektif.
menggunakan
Agar
sterilisasi
dengan
menggunakan prevacum autoclave dilakukan pada suhu 132-135oC selama 3-10 menit.8 Autoklaf
memiliki
kemampuan
penetrasi yang baik dan mampu menembus alat-alat kedokteran gigi yang telah dikemas. Selain itu, alat dengan metode ini cocok digunakan pada banyak material instrumen kedokteran gigi. Namun, autoklaf berpotensi menimbulkan korosi pada alat berbahan non
Gambar 2. Autoklaf (Sumber : Sultana, Yashmin. Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology : Sterilization Methods
stainless
steel,
berbahaya
pada
alat
and Principles. July 11, 2007. )
berbahan plastik dan karet, dapat membuat 2.3. Sinar Gamma alat-alat tajam tertentu menjadi tumpul, dan
Sinar gamma merupakan gelombang
dapat menyebabkan alat menjadi basah
elektromagnetik yang berasal dari aktivitas
setelah sterilisasi.8
subatomik dengan energi foton > 2 x 10-14 J,
Autoklaf merupakan alat sterilisasi
panjang gelombang < 1 x 10-11 m, dan
yang berbasis tekanan uap panas untuk
frekuensi > 3 x 1019 Hz.5 Sinar ini memiliki
membunuh
panas
energi foton dan frekuensi paling tinggi serta
dapat menyebabkan kematian sel dengan
panjang gelombang paling pendek dibanding
mikroorganisme.
Uap
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
43
sinar â&#x20AC;&#x201C; sinar lainnya. Sumber radiasi sinar gamma berasal dari peluruhan inti atom yang salah satunya adalah Cobalt-60 (Co-60).9 Atom Co-60 sering dimanfaatkan untuk sterilisasi peralatan medis karena memiliki kemampuan
mengionisasi
objek
yang
terkena radiasi.9
2.4. Metode Sterilisasi Menggunakan
(Aquino,Katia. Sterilization by Gamma
Sinar Gamma Sterilisasi
Gambar 3. Efek ionisasi radiasi pada H2O
menggunakan
sinar
Irradiation. Federal University of Pernambuco - Department of Nuclear Energy Brazil. 2012.)
gamma adalah proses pembunuhan semua mikroorganisme
dengan
OH- merupakan radikal bebas yang
menggunakan
iradiasi (radiasi tidak langsung) pada dosis tertentu. Sinar gamma akan berpenetrasi ke dalam kemasan pelindung alat kedokteran gigi untuk membunuh mikroorganisme.8 Alatalat tersebut akan tetap steril sampai ketika pelindung dibuka. Pemanfaatan sterilisasi menggunakan sinar gamma telah banyak dipakai pada jarum suntik, obat â&#x20AC;&#x201C; obatan,
dapat
memecah
senyawa
Proses radiasi sinar gamma terjadi
melepaskan
pada
(H2)
yang
menghubungkan antar untaian DNA. Radikal bebas ini juga mampu memecah ikatan kovalen pada senyawa fosfat (PO4) yang menghubungkan basa-basa pada DNA dan RNA
serta
ikatan
oksigen
(O2)
yang
dibutuhkan organisme.10 Dengan rusaknya
replikasi
atom
hidrogen
kovalen
ikatan kovalen pada DNA, RNA, dan O2,
dan makanan.9
ketika
ikatan
Co-60 foton.
yang Pada
tidak saat
stabil radiasi
dipancarkan, terjadilah ionisasi yang dapat
organisme
akan
terganggu
sehingga menyebabkan kematian. Selain itu, radiasi juga dapat secara langsung merusak membran
sel,
sitoplasma,
enzim,
dan
metabolisme energi.9
menyebabkan kerusakan komponen kimiawi Penting untuk memperhatikan dosis
pada makhluk hidup. Proses ionisasi ini mengubah H2O yang banyak terdapat di dalam
sel
mikroorganisme
sehingga
menghasilkan senyawa hidroksida (OH-).9 BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
radiasi yang dipakai dalam pemanfaatan sinar gamma sebagai metode sterilisasi. Dosis
radiasi
sterilisasi
dapat
diartikan 44
sebagai jumlah energi yang diabsorbsi per
seperti metode sterilisasi kimiawi, tidak
unit massa (kGy).9 Dosis harus ditentukan
dibutuhkannya suhu yang tinggi selama
berdasarkan jumlah awal mikroorganisme
proses
sebelum dilakukan sterilisasi, jenis â&#x20AC;&#x201C; jenis
membedakan
mikroorganisme yang ada, radiosensitivitas
gamma dengan metode sterilisasi moist heat
dari mikroorganisme, dan sterility assurance
(autoklaf)
level
untuk
membunuh bakteri yang ukurannya lebih
membuat steril alat kedokteran gigi. Dosis
kecil dari mikroorganisme yang disebut
radiasi yang akan diberikan juga bergantung
nanobakteri.9
pada densitas alat yang akan disterilisasi.
gamma
Hal ini berhubungan dengan lamanya waktu
menimbulkan
yang
diantaranya dapat mengubah ikatan kimia
(SAL)
yang
dibutuhkan
harus
dicapai
selama
sterilisasi
berlangsung,
serta
metode
yang
paling
sterilisasi
sinar
adalah
kemampuannya
Namun,
dalam
pemakaian
sterilisasi
dapat
beberapa
kerugian,
objek
densitas alat yang akan disterilisasi, maka
menyebabkan diskolorasi pada alat â&#x20AC;&#x201C; alat
dibutuhkan dosis radiasi yang lebih tinggi
yang
pula apabila sterilisasi diharapkan berjalan
mempengaruhi
dalam waktu yang singkat.11 Dosis radiasi ini
kedokteran gigi yang terbuat dari PVC, dapat
dapat diukur menggunakan dosimeter. Dosis
menyebabkan korosi pada alat â&#x20AC;&#x201C; alat yang
minimum yang direkomendasikan untuk alat
terbuat
â&#x20AC;&#x201C; alat medis adalah 25 kGy.9
dibanding metode sterilisasi lainnya.9
Sterilisasi
dan
Kerugian
Menggunakan
Sinar keuntungan
yang
bisa
didapat melalui metode sterilisasi dengan menggunakan sinar gamma. Keuntungan tersebut antara lain radiasi ionisasi sinar gamma dapat terjadi tanpa membutuhkan katalis,
mampu
dari
mencapai
nilai
Sterility
Assurance Level (SAL) yang dibutuhkan oleh alat kedokteran, tidak meninggalkan residu
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
radiasi,
dari
plastik,
ikatan
logam,
Sinar
dan
dapat
polimer
lebih
Gamma
dapat
alat
mahal
terhadap
Mikroorganisme Rongga Mulut
Gamma Banyak
terbuat
2.6. Efek
Sinar
terkena
pula
berlangsung. Oleh karena itu, semakin tinggi
2.5. Keuntungan
yang
sinar
terhadap
gamma memiliki sifat letal
mikroorganisme
rongga
mulut
karena paparan radiasi sinar ini dapat langsung
membunuh
mikroorganisme
dengan menyerang DNA atau RNAnya.12 Sinar
gamma
mikroorganisme
efektif seperti
membunuh Staphylococcus
aureus, Candida albicans, Escerichia coli, Bacillus stearothermophilus, Pseudomonas 45
aruginosa dan lain - lain.12,13 Selain itu, sinar gamma
juga
Coxsackie
mampu
dan
membunuh
virus
sehingga
dapat
HIV
Nanobakteri merupakan organisme yang
sangat
replikasinya
istimewa.
yang
sangat
Kemampuan lambat
dan
membantu kontrol infeksi.9 Paparan sinar
ukurannya yang sangat kecil (0,08 - 0,5 Âľm)
gamma
protein
membuat organisme ini menjadi berbeda. Ia
virulensinya
memiliki bentuk kokus dengan dinding sel
dapat
mengubah
mikroorganisme
sehingga
profil
berkurang dan tidak lagi bersifat invasif.13
yang tebal dan fleksibel.15
Oleh sebab itu, sinar gamma dapat dipakai Nanobakteri tahan terhadap panas, untuk sterilisasi alat kedokteran gigi yang sehingga dipakai
oleh
pasien
dengan
autoklaf
tidak
mampu
penyakit membunuhnya.
Organisme
ini
membuat
menular. kolonisasi 2.7. Nanobakteri Nanobakteri Nanobacterium
dengan
bergantung
pada
keberadaan oksigen. Apabila tidak terdapat yang
disebut
sanquineum
juga
merupakan
organisme berukuran sangat kecil yang ditemukan di darah manusia. Penelitian terakhir menunjukkan nanobakteri memiliki
oksigen, maka tidak akan terbentuk biofilm apatit
dan
bersifat inilah
kolonisasi
patogen. yang
nanobakteri
Kolonisasi
berpotensi
yang
nanobakteri menimbulkan
berbagai penyakit pada tubuh manusia.16
DNA dan masuk ke dalam subgroup alpha2 Protheobakteria.14,15
Penelitian telah membuktikan bahwa nanobakteri memiliki kaitan erat dengan beberapa penyakit pada tubuh manusia, seperti batu ginjal, plak pada arteri, dan kalsifikasi pada arteri koroner. Di dalam kedokteran gigi, nanobakteri berhubungan dengan pembentukan kalkulus gigi, pulp stone, dan batu pada kelenjar saliva.4,16
Gambar 4. Kultur nanobakteri (Sumber : Nanobacteria : Fact or Fiction? Characteristics, Detection, and Medical Importance of Novel Self-Replicating, Calcifying Nanoparticles. Journal of Investigative Medicine 54:385â&#x20AC;&#x201C;394. 2006.)
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
46
sinar gamma memiliki kemampuan penetrasi yang lebih jauh. Selain itu, sinar gamma mampu membunuh mikroorganisme memiliki ukuran lebih kecil dan resisten terhadap panas seperti kelompok nanobakteri. Metode sterilisasi ini juga tidak meninggalkan residu yang berbahaya sehingga aman digunakan untuk alat kedokteran gigi. Saat proses Gambar 5. Lapisan apatit yang mengelilingi kolonisasi nanobakteri (Sumber :
sterilisasi berlangsung, metode ini tidak
Nanobacteria : Fact or Fiction?
membutuhkan suhu yang tinggi sehingga
Characteristics, Detection, and Medical
dapat digunakan pada alat â&#x20AC;&#x201C; alat kedokteran
Importance of Novel Self-Replicating, gigi yang tidak dapat terkena panas seperti
Calcifying Nanoparticles. Journal of Investigative Medicine 54:385â&#x20AC;&#x201C;394. 2006. )
alat yang terbuat dari plastik.
2.8. Pemakaian Sinar Gamma dalam
Pelepasan foton pada atom Co-60
Kedokteran Gigi Saat ini, sinar gamma telah sering
menghasilkan radiasi yang menjadi kunci
dipakai untuk sterilisasi alat - alat dalam
mekanisme sterilisasi dengan metode ini.
lingkup besar seperti pabrik.9 Dalam bidang
Ketika mikroorganisme terpapar radiasi sinar
kedokteran gigi, sinar gamma telah dipakai
gamma, maka membran sel, sitoplasma,
untuk alat - alat yang sifatnya disposable
enzim,
atau sekali pakai seperti sarung tangan,
mikroorganisme tersebut akan terganggu.
masker, jarum suntik, jarum jahit, benang
Radiasi yang dipancarkan memicu terjadi
jahit,
ionisasi
injection
moulded
plastic
barrel,
dan
metabolisme
pada
H2O
energi
di
dalam
pada
sel
injection moulded plastic plunger, cincin
mikroorganisme. Ionisasi yang berlangsung
karet pada dasar plunger, dan lain-lain.17
dapat menyebabkan perubahan komponen kimiawi yang terdapat pada mikroorganisme.
3.
PEMBAHASAN Sterilisasi
gamma
menggunakan
merupakan
proses
sinar sterilisasi
berbasis iradiasi. Metode sterilisasi ini lebih efektif
dibandingkan
sterilisasi
menggunakan
dengan autoklaf
metode karena
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
H2 O
banyak
dijumpai
di
dalam
sel
mikroorganisme. Ionisasi yang terjadi pada H2O menyebabkan sel mengalami lisis dan menghasilkan OH- sebagai radikal bebas. Senyawa
radikal
bebas
ini
memiliki
47
kemampuan
untuk
memutuskan
ikatan
kovalen yang terdapat pada DNA dan RNA,
membunuh semua mikroorganisme pada alat kedokteran gigi.
serta ikatan kovalen pada O2 sehingga siklus kehidupan
mikroorganisme
tersebut
UCAPAN TERIMA KASIH
terganggu dan berujung pada kematian sel.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Rusaknya ikatan O2 menyebabkan Nya, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat asupan oksigen yang dibutuhkan nanobakteri diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan berkurang.
Oksigen
merupakan
senyawa terima kasih kami ucapkan kepada drg.
yang sangat dibutuhkan nanobakteri dalam Nurtami, Ph.D selaku pembimbing kami, membentuk lapisan apatit selama kolonisasi seluruh staff pengajar Fakultas Kedokteran berlangsung.
Nanobakteri
hanya Gigi
Universitas
Indonesia
yang
telah
menyebabkan penyakit bila telah membentuk menyumbangkan ilmunya kepada penulis, kolonisasi.
Dengan
terhambatnya
proses dan
pihak-pihak
lain
yang
telah
turut
kolonisasi, nanobakteria tidak akan bersifat membantu dalam penyusunan karya tulis patogen. ilmiah ini. 4.
KESIMPULAN Metode sterilisasi menggunakan sinar
gamma lebih efektif dibandingkan metode
DAFTAR PUSTAKA 1. Lamb, Beverly.
Cleaning
Instruments
Prior to Sterilization. NHS Manchester. sterilisasi moist heat dengan menggunakan autoklaf karena dapat membunuh bakteri yang
berukuran
lebih
kecil
dari
September 2011. 2. Cuny, Eve et al. Instrument Sterilization in Dentistry. April 2007. 67 â&#x20AC;&#x201C; 75. 3. Palenik et al. Improving and Monitoring
mikroorganisme terhadap
suhu
meninggalkan
dan yang residu
bersifat tinggi,
resisten dan
sehingga
tidak aman
Autoclave
Performance
in
Dental
Practice. British Dental Journal Volume 187. December 11 1999. 4. Kolahi, Jafar et al. Transmission of
digunakan.
Hazardous Diseases Via Nanobacterial
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui
efektivitas,
waktu
pemaparan, serta dosis radiasi sterilisasi menggunakan
sinar
gamma
dalam
Contamination of Medical and Dental Equipment. Dental Hypotheses Vol. 4. July â&#x20AC;&#x201C; September 2013. 5. Regions
of
The
Electromagnetic
Spectrum. [internet] 2004. [cited 2013 November 17]
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
48
Available from :
15. Kajander, Olavi et al. Nanobacteria and
http://imagine.gsfc.nasa.gov/docs/science
Man. Department of
/know_l1/spectrum_chart.html
Biotechnology
6. Ohio State Dental Board. Infection Control Manual. April 2011. 7. Scottish
Dental
Programme.
Clinical
Effectiveness
Sterilization
Yashmin.
Microbiology
and
University
of
Kuopio
Finland. 1997. 16. Ciftcioglu, Neva et al. Nanobacteria : Fact
of
Dental
Instruments. December 2011. 8. Sultana,
Biochemistry and
or Fiction? Characteristics, Detection, and Medical
Importance
Replicating,
Pharmaceutical Biotechnology
:
Sterilization Methods and Principles. July 11 2007.
of
Calcifying
Novel
Self-
Nanoparticles.
Journal of Investigative Medicine 54:385â&#x20AC;&#x201C; 394. 2006. 17. International
Atomic
Energy
Agency.
Trends in Radiation Sterilization of Health
9. Aquino, Katia. Sterilization by Gamma Irradiation.
Federal
University
Pernambuco-Department
of
Care Products. Vienna : 2008
of
Nuclear
Energy Brazil. 10. Marten, Jan et al. Critical Evaluation of Gamma-Irradiated Serum Used as Feeder in the Culture and Demonstration of Putative
Nanobacteria
and
Calcifying
Nanoparticles. Plos One Volume 5. April 2010. 11. International
Atomic
Energy
Agency.
Trends in Radiation Sterilization of Health Care Products. Vienna : July 2008. 12. Tyan et al. The Study of the Sterilization Effect of Gamma Ray Irradiation of Immobilized
Collagen
Polypropylene
Nonwoven fabric Surfaces. December 2002 13. Ruhl et al. Integrity of Proteins in Human Saliva
after
Sterilization
by
Gamma
Radiation. Applied and Environmental Microbiology. Februari 2011 14. Nanobacteria : Facts or Fancies. [internet] 2007. [cited 2013 November 17] Available from : http://www.plospathogens.org/article/info: doi/10.1371/journal.ppat.0030055
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
49
Literature Study
SALIVA : BIOFLUID ALTERNATIF UNTUK DETEKSI DINI PENYAKIT SISTEMIK Tiara Oktavia Saputri,1 Hayu Qommaru Zala,1 Bramita Beta Arnanda1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Correspondence: tiaraoktavia52@gmail.com Universitas Gadjah Mada Jl. Denta Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia, 55281 No. telp. 0274-515307, Fax. 0274-515307
ABSTRAK Latar Belakang. Deteksi dini suatu penyakit berperan penting dalam kesuksesan terapi. Penanganan penyakit tahap awal dapat membantu mengurangi dampak buruk berlebih sekaligus menyelamatkan nyawa penderita. Selama ini bahan yang digunakan dalam deteksi dini penyakit adalah darah dan sputum. Namun penggunaan bahan ini bersifat invasif sehingga perlu alternatif lain berupa analisis biofluid saliva. Tujuan. Menelaah potensi biofluid saliva sebagai alternatif deteksi dini penyakit sistemik. Tinjauan Pustaka. Penyakit sistemik merupakan kondisi patologis yang menyebar dan mengenai seluruh sistem tubuh, seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, HIV dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Deteksi dini merupakan investigasi kasus pada individu asimptomatik yang bertujuan mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan tindakan kuratif. Saliva adalah cairan rongga mulut yang mengandung banyak komponen dan berpotensi untuk pengamatan terhadap kesehatan secara umum. Pembahasan. Penyakit sistemik yang dapat dideteksi menggunakan saliva meliputi diabetes mellitus, penyakit jantung, HIV dan PPOK. Pada penderita diabetes mellitus terjadi perubahan level glukosa dalam saliva. Biomaker MMP-8 dapat ditemukan pada saliva penderita penyakit jantung, beta-2-mikroglobulin dan TNF-Îą pada penderita HIV, IL-8 dan enzim sialidase pada penderita PPOK. Kesimpulan. Biofluid saliva berpotensi sebagai bahan alternatif dalam deteksi dini penyakit sistemik. Kata kunci: biofluid saliva, penyakit sistemik, deteksi dini
ABSTRACT Background. Early detection of disease plays important roles in success of therapy. Disease management in early stages can reduce negative effects. Material that can be used in early detection of disease are blood and sputum. However, those investigations are invasive. Therefore, other detection material is required. Material that can be used is saliva. Purpose. Analyze the potential of saliva as an alternative material in early detection of systemic disease. Literature review. Systemic diseases are pathological condition that spread in body system, such as heart disease, diabetes mellitus, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), and HIV. Early detection is an investigation, aims to detect the presence of disease in early stages. Saliva is oral cavity fluid containing many components that potential for observation in general health. Discussion. Systemic diseases that can be detected using saliva are diabetes mellitus, heart disease, HIV, COPD. In diabetes mellitus occured glucose level changes in saliva. Biomaker MMP-8 can be found in salivaâ&#x20AC;&#x2122;s patients with heart disease, beta-2-mikroglobulin and TNF-Îą in patiens with HIV, IL-8 and sialidase enzyme in patients with COPD. Conclusion. Saliva can be used as an alternative material in early detection of systemic disease. Keyword: biofluid saliva, systemic disease, early detection
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
50
1. PENDAHULUAN
bahwa 8,3% penduduk Indonesia menderita
Deteksi dini suatu penyakit berperan penting
terapi.
pada tahun 2004. Hipertensi disebut sebagi
Penanganan penyakit pada tahap awal dapat
the silent killer karena penyakit ini tidak
membantu
buruk
disadari oleh penderita. Menurut WHO dan
sekaligus menyelamatkan nyawa penderita.1
The International Society of Hypertension
Salah satu penyakit yang penting untuk
(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita
dilakukan
deteksi
hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta
sistemik.
Penyakit
kondisi
dalam
kesuksesan
mengurangi
patologis
dini
suatu
hipertensi dan meningkat menjadi 27,5%
dampak
adalah
sistemik yang
penyakit
merupakan
menyebar
diantaranya meninggal setiap tahunnya.3
dan
Diabetes
mellitus
(DM)
adalah
mengenai seluruh sistem tubuh. Beberapa
penyakit gangguan metabolik menahun yang
penyakit yang digolongkan sebagai penyakit
sering dikenal sebagai â&#x20AC;&#x153;mother diseaseâ&#x20AC;? yang
sistemik adalah penyakit jantung, diabetes
merupakan induk dari penyakit-penyakit lain
mellitus, HIV dan PPOK.
seperti
hipertensi,
penyakit
pembuluh
darah,
salah satu penyebab utama kematian di
Sebagian
besar
negara maju dan berkembang, termasuk
adalah penderita diabetes tipe 2 yang 90%
Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah
penyebabnya adalah karena perubahan gaya
Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa di
hidup, kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat
Indonesia penyakit kardiovaskuler menduduki
dan tidak seimbang serta merokok.4 Menurut
peringkat pertama sebagai penyebab utama
Behera
kematian yaitu sebesar 26,3%. Infark miokard
sebanyak 150 juta orang di dunia menderita
akut
penyakit
diabetes mellitus yang diperkirakan akan
angka
meningkat dua kali lipatnya pada tahun 2025.5
fatalitas tertinggi dibanding penyakit jantung
Tahun 2005, WHO mencatat bahwa tingginya
lainnya yakni 16,6% dan 14,1% pada tahun
angka
2002 dan 2003.2 Hipertensi merupakan salah
penyakit
satu
terjadinya
pernafasan kronis 7%, dan 2% disebabkan
penyakit jantung. Hasil Survei Kesehatan
karena DM. Konstribusi DM terhadap penyakit
Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan
jantung
merupakan
kardiovaskuler
faktor
salah
yang
utama
satu
mempunyai
penyebab
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
kasus
(2012)
kematian
dunia
besar,
kebutaan.
diabetes
pada
kardiovaskuler
sangat
dan
dan
Penyakit kardiovaskuler merupakan
dkk.
stroke,
jantung
mellitus
tahun
2000
disebabkan 30%,
yang
oleh
saluran
ditunjukkan
51
dengan
adanya
penyakit
pada tahun 1998, PPOK menjadi penyebab
hipertensi pada diabetes di Indonesia dari
kematian kelima dan semakin meluas di
15% menjadi 25% dan 40% - 50% dari
berbagai negara dan diperkirakan, pada tahun
penyakit jantung adalah diabetes.
2020, akan menjadi penyebab kematian
Human
peningkatan
Virus
keempat di seluruh dunia. Prevalensi PPOK di
mampu
beberapa negara berkisar 9 - 10%. Di
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
Indonesia, prevalensi PPOK adalah sebesar
sehingga membuat tubuh rentan terhadap
5,6%.
berbagai penyakit. Infeksi HIV telah menjadi
sering
pandemik yang mengkhawatirkan masyarakat
kesehatan maupun oleh penderita.
(HIV)
Immuno-deficiency
merupakan
virus
yang
dunia, karena disamping belum ditemukan
Meskipun demikian, PPOK masih diremehkan
Bahan
baik
Deteksi
oleh
penyakit
petugas
sistemik
obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit
(diabetes mellitus, penyakit jantung, HIV,
ini juga memiliki â&#x20AC;&#x153;window periodeâ&#x20AC;? dan fase
PPOK) saat ini bergantung pada pemantauan
asimtomatik
dalam
sampel darah, urin, sputum, serum atau
perjalanan penyakitnya.6 Penelitian Tejiokem
plasma dan cairan serebrospinal.9 Namun,
dkk. (2011) menyatakan bahwa tahun 2009
penggunaan sampel-sampel tersebut bersifat
diperkirakan 2,5 juta anak diseluruh dunia
invasif dan memberikan ketidaknyaman bagi
menderita HIV. Prevalensi HIV di Indonesia
pasien sehingga diperlukan alternatif lain
secara umum masih rendah, namun terdapat
berupa analisis biofluid saliva.10
yang
relatif
panjang
5% infeksi HIV terjangkit pada pelaku seks dan penyalahguna NAPZA.6 Penyakit (PPOK)
Paru
adalah
pernafasan
yang
yang mengandung banyak komponen penting
Obstruksi
salah dapat
Saliva adalah cairan rongga mulut
Kronis
dan berpotensi untuk pengamatan terhadap
penyakit
kesehatan secara umum.1 Saliva merupakan
menyebabkan
biofluid yang memberikan kemudahan dalam
satu
kematian dan ditemukan secara luas di
pemeriksaan
masyarakat.7 PPOK merupakan penyakit paru
Metode deteksi dini menggunakan saliva
kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
bersifat non-invasive dan tidak menimbulkan
udara di saluran napas yang bersifat progresif
luka pada pasien. Selain itu, teknik yang
non-reversibel
atau
reversibel
parsial.8
Menurut World Health Organization (WHO),
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
digunakan
kondisi
lebih
kesehatan
sederhana
dan
individu.
cepat.
Adanya kandungan protein dan materi genetik
52
lainnya yang terkait dengan kesehatan tubuh
individu penderita penyakit jantung dapat
maka
biofluid
berbeda-beda. Penyakit jantung sering tidak
alternatif yang dapat digunakan dalam deteksi
bergejala. Tanda yang timbul dari masing-
dini penyakit sistemik.
masing individu penderita penyakit jantung
saliva
berpotensi
sebagai
dapat berbeda-beda. Pada penderita usia 2. TINJAUAN PUSTAKA
muda, sering terjadi kelelahan akibat organ
2.1. Penyakit Sistemik Penyakit sistemik merupakan kondisi patologis yang menyebar dan mengenai
tubuhnya mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi.12 Pada tahun 2000, penduduk Amerika
seluruh sistem tubuh. Beberapa penyakit yang digolongkan sebagai penyakit sistemik adalah penyakit jantung, diabetes mellitus, HIV dan PPOK. PPOK merupakan penyakit gangguan pernafasan terutama disebabkan oleh kebiasaan merokok. Namun PPOK memiliki bermacam-macam manifestasi klinis yang menyebar luas dari paru-paru, sehingga mempengaruhi
kesehatan
tubuh
secara
sebanyak 35 juta jiwa menderita penyakit jantung, dan diperkirakan tahun 2030 jumlah penderita akan meningkat menjadi 70 juta jiwa. Progresifitas penyakit jantung sangat cepat sehingga banyak terapi dini yang ditawarkan antara
Penyakit kardiovaskular merupakan
2.2. Penyakit Kardiovaskuler jantung
kematian
merupakan
tertinggi
di
dunia.
tanda dari penyakit ini. Penyakit jantung dapat
Tanda-tanda penyakit jantung ialah adanya suatu rasa sakit di pertengahan dada, nyeri menyebar di bagian leher, punggung dan lengan, nafas pendek dengan dada sesak, sering cemas, rasa nyeri dibagian abdomen. timbul
dari
menyerang
jantung
dan
stroke. Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat.12 Contoh lain dari penyakit kardiovaskular adalah hipertensi dan acute myocardial infraction.
berkembang menjadi penyakit kardiovaskular.
yang
yang
pembuluh darah, contohnya adalah penyakit
Serangan jantung merupakan salah satu
Tanda
trombolitik,
kalsium antagonis.13
penyakit
penyebab
terapi
intervensi prekutaneus, beta-bloker terapi,
sistemik atau menyeluruh.11
Penyakit
lain
Hipertensi dapat menjadi tanda awal dari penyakit kardiovaskular lain.14 Evaluasi dari etiologi hipertensi dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular yang lebih parah
dan
terjadinya
mengurangi
kerusakan
organ.
kemungkinan Dari
sekian
masing-masing
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
53
banyak penderita hipertensi, 33% penderita
(IDDM) terjadi karena adanya destruksi sel
hipertensi
beta
tidak
terkontrol
karena
tidak
pankreas
sehingga
mengakibatkan
terdiagnosis dan hanya 50% yang terkontrol.15
defisiensi absolut insulin, sedangkan pada
Hipertensi
adanya
diabetes mellitus tipe 2 atau Non-Insulin
peningkatan tekanan sistole dengan tinggi
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) timbul
yang
akibat
ditandai
tergantung
Hipertensi
dengan
pada
merupakan
umur
faktor
individu.
resiko
dari
disfungsi
seluler
dalam
kondisi
resistensi insulin oleh jaringan perifer.20
myocardial infraction.16 Myocardial infraction
Diabetes mellitus merupakan salah
merupakan penyakit yang disebabkan oleh
satu penyakit yang paling banyak dan paling
meningkatnya tekanan darah biasa karena
sering dijumpai di masyarakat. Sebagian
spasmus arteri coronary, embolism arteri
penderita tidak menyadari maupun tidak
coronary, dan menurunnya tekanan darah
terdiagnosa
secara tiba-tiba pasca bedah. Myocardial
menderita penyakit tersebut hingga muncul
merupakan salah satu lapisan dari otot
gejala-gejala yang lebih spesifik. Manifestasi
jantung yang letaknya ditengah. Adanya
klinis diabetes mellitus antara lain poliuria,
gangguan dari otot myocardial biasa disebut
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
sebagai myocardial infraction.17
badan secara idiopatik.21 Beberapa studi
secara
dini
bahwa
telah
menegaskan bahwa individu yang mengalami 2.3. Diabetes Mellitus Diabetes
hiperglikemia akan menunjukkan perubahan
mellitus
ialah
penyakit kondisi rongga mulut seperti insidensi karies
endokrin
yang
ditandai
dengan
kondisi yang lebih besar, penyakit periodontal, dan
kekurangan produksi insulin sehingga terjadi candidosis.22, 23 perubahan proses asimilasi, metabolisme dan Kumar
dkk. (2003)
menyebutkan,
keseimbangan konsentrasi glukosa darah. sebanyak 90-95% penderita hiperglikemia Berdasarkan
etiologinya,
penyakit
ini mengalami diabetes mellitus tipe 2. Sel beta
diklasifikasikan menjadi diabetes mellitus tipe pankreas tidak mampu mengenali adanya 1 dan tipe 2.18 Menurut Soegondo (2011), keparahan
resistensi
insulin
dan
gagal
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok mengatur sekresi insulin untuk memelihara penyakit
metabolik
dengan
kondisi konsentrasi glukosa darah normal.24 American
hiperglikemia kronik.19 Diabetes mellitus tipe 1 Diabetes
Association
(ADA)
telah
atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
54
menentukan
kriteria
untuk
reversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri
mendiagnosa diabetes, yaitu kadar gula darah
dari bronkitis kronik dan emfisema atau
puasa (â&#x2030;Ľ 126 mg/dl) dan kadar gula darah
gabungan keduanya. Bronkitis kronik ialah
sesaat atau plasma glucose (â&#x2030;Ľ 200 mg/dl).
kelainan saluran napas yang ditandai oleh
ADA tidak menyarankan penggunaan HbA1c
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
untuk
karena
setahun,
selama
berturut - turut, dan tidak disebabkan penyakit
mendiagnosa
rendahnya
tertentu
diabetes
standarisasi
pengukurannya.25
sekurang-kurangnya
dua
tahun
lainnya. Sedangkan emfisema yakni suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
2.4. Human
Immuno-deficiency Virus
pelebaran rongga udara distal bronkiolus
(HIV) Human (HIV)
Immuno-deficiency
merupakan
virus
Virus
yang
mampu
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap berbagai
penyakit.
Acquired
Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh retrovirus dan ditandai dengan kondisi immunosupresif berat dan
menimbulkan
neoplasma
infeksi
sekunder
opportunistik,
dan
manifestasi
neurologis. HIV telah ditetapkan sebagai agen penyebab
AIDS.
Kriteria
ambang
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli, dan hilangnya kelenturan dinding alveolus yang
menyebabkan
udara
yang
masuk
kedalam paru tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan terperangkap di dalam paru.26 Bronkitis kronik merupakan hasil dari iritasi pada cabang bronkiolus yang menyebabkan peningkatan proporsi sel penghasil mukus dalam epithelium. Sel tersebut mensekresikan mukus sisa trakeobronkiolus yang cukup untuk menimbulkan batuk berdahak.7
batas 2.6. Kondisi Saliva Rongga Mulut
jumlah CD4 bagi penderita HIV ialah kurang dari 200. Sel CD4 merupakan bagian limposit dan sebagai target sel dari infeksi HIV.
Saliva
berperan
penting
pada
kesehatan gigi dan rongga mulut. Saliva merupakan cairan yang terdiri dari sekresi kelenjar ludah dan gingival crevicular fluid.
2.5. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Penyakit
Paru
Obstruktif
Kronis
(PPOK) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonBIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
Terdapat 90% saliva diproduksi oleh kelenjar ludah mayor, antara lain: kelenjar parotis dengan
sekresi
cairan
serous,
kelenjar
submandibula dan kelenjar sublingual dengan 55
sekresi cairan seromucous. Sekitar 10%
prosedur tertentu
saliva diproduksi oleh kelenjar ludah minor
secara cepat untuk membedakan individu
yang terdapat pada mukosa rongga mulut di
yang
bagian lingual, labial, bukal, palatinal, dan
ataupun tampak sehat tetapi sesungguhnya
glossopalatinal. Pada rongga mulut dengan
menderita suatu penyakit. Diagnosis dini dan
kondisi sehat, volume saliva tiap harinya
pengelolaan berkelanjutan sangat penting
berkisar antara 500 ml hingga 1,5 liter.27
untuk menjamin kehidupan yang sehat. Saat
Saliva
mengandung
terlihat
yang dapat digunakan
sehat,
benar-benar
sehat
beberapa
ini praktek untuk pendiagnosaan penyakit
elektrolit (Na+, K+, Cl-, HCO3-, Ca2+, Mg2+,
sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit
HPO42, SCN-, dan F-), protein (amilase,
jantung,
musin, histatin, cystatin, peroxidase, lisozim,
pemantauan sampel darah, urin, sputum,
dan laktoferin), immunoglobulin (sIgA, IgG,
serum atau plasma dan cairan serebrospinal. 9
dan IgM), molekul organik (glukosa, asam
Sebagai contoh, pada penyakit diabetes
amino, urea, asam uric, dan lemak).28
mellitus memerlukan pemeriksaan biokimiawi
HIV,
PPOK
bergantung
pada
memulai
dari sampel darah dan urin.30 Pengambilan
pencernaan, mempermudah proses menelan
sampel darah dilakukan secara invasif yaitu
dengan membasahi partikel-partikel makanan,
dengan menusuk jarum pada jari atau lengan
memiliki efek antibakteri melalui efek ganda,
pasien.
pertama oleh lisozim (suatu enzim yang
menderita diabetes perlu dilakukan monitoring
melisiskan
bakteri
kadar gula darah minimal 4 kali dalam sehari
tertentu) dan kedua dengan membilas bahan
untuk mendapatkan sampel darah dengan
yang mungkin digunakan bakteri sebagai
waktu pengujian di laboraturium sekitar 2 jam.
sumber makanan, membantu kita berbicara
Selain itu, ditemukan peningkatan kadar
dengan mempermudah gerakan bibir dan
albumin dan glukosa dalam urin.31, 9
Fungsi
atau
saliva
adalah
menghancurkan
lidah.29
Pada
seseorang
yang
dicurigai
Kekurangan dari penggunaan sampel darah yakni pengambilan sampel bersifat
2.7. Deteksi Dini Penyakit Sistemik
invasif sehingga memungkinkan terjadinya
Deteksi dini merupakan usaha untuk infeksi.9
Pengambilan
sampel
urin
mengidentifikasi atau mengenali penyakit atau memberikan ketidaknyamanan bagi pasien.1 kelainan secara klinis yang belum jelas Sedangkan
pemeriksaan
menggunakan
dengan menggunakan uji, pemeriksaan atau
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
56
sputum
memungkinkan
kontaminasi menurut
kuman
beberapa
orofaring ahli
terjadinya
biomarker.
Saliva
sehingga
biomarker
yang
pemeriksaan
ini
dalam
deteksi
mengandung
berbagai
menjadikannya
berguna
dini
sistemik.14
penyakit
mempunyai nilai diagnostik yang rendah dan
Beberapa
penyakit
sistemik
yang
kurang akurat.
menyebabkan berubahanya molekul saliva antara lain penyakit kardiovaskular, Diabetes
3. PEMBAHASAN
Mellitus, HIV dan PPOK.
Kekurangan
pada
penggunaan Saliva merupakan cairan kompleks
sampel darah, urin, sputum, serum atau yang plasma
dan
cairan
serebrospinal
mengandung
berbagai
zat
seperti
dalam enzim,
hormon,
antibody
dan
beberapa
deteksi dini penyakit sistemik, menyebabkan growth factor sama seperti darah. Zat-zat perlunya digunakan saliva sebagai biofluid tersebut terekspresi dalam saliva dari darah alternatif dalam deteksi dini penyakit sistemik. melewati ruang antar sel dengan cara pasif Alasan
penggunaan
biofluid
saliva
yaitu dan aktif. Banyak komponen darah yang
metode yang digunakan bersifat non-invasive ditemukan
dalam
saliva
sehingga
saliva
dan tidak menimbulkan luka pada pasien.14 sangat potensial digunakan dalam deteksi dini Selain itu, teknik
yang digunakan lebih penyakit sistemik sama halnya dengan serum
sederhana, mudah pengumpulan sampelnya, darah. Konsentrasi zat-zat tersebut dalam cepat dan murah. saliva lebih rendah jika dibandingkan dengan 3.1. Hubungan Saliva dengan Penyakit Sistemik Saliva merupakan cairan yang dapat dijadikan bahan untuk penarikan informasi klinis dalam penegakan diagnosis, prognosis dan test laboratotium baik untuk penyakit rongga mulut maupun penyakit sistemik. Ketika seseorang menderita suatu penyakit sistemik, terjadi perubahan beberapa molekul dalam tubuhnya yang salah satunya dapat
yang ada pada serum sehingga sensitifitas saliva sebagai bahan deteksi dini penyakit sistemik
lebih
dengan
serum.
rendah Namun,
jika
dibandingkan
dengan
adanya
perkembangan teknologi dari tekhnik - tekhnik analisis bahan deteksi dini yang memiliki tingkat
akurasi
yang
tinggi
seperti
nanotechnology dan molecular diagnostics test
memungkinkan
digunakannya
saliva
sebagai bahan deteksi dini penyakit sistemik.1
terekspresikan dalam saliva. Molekul yang berubah tersebut selanjutnya disebut sebagai BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
57
3.2. Biofluid Saliva dalam Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskuler
MMP-9 pada penderita infark miokard akut. MMP-9 merupakan suatu endopeptidase yang
Hipertensi yang merupakan tahap secara
fisiologis
berperan
dalam
awal dari penyakit cardiovascular lainnya.14 mendegradasi
protein
ekstraseluler
yang
Hipertensi merupakan salah satu sindrom regulasinya bersamaan dengan sitokin dan metabolisme yang merupakan faktor resiko growth factor. Adanya kenaikan level MMP-9 dari
atherosclerosis,
gagal
jantung
dan pada infark miokard akut menandakan terjadi
stroke.32 Pada penderita hipertensi terjadi sebuah abnormalitas.35 Penggunaan sampel peningkatan level lisozim saliva. Lisozim saliva
yang
dikombinasi
dengan
saliva diproduksi di rongga mulut, berasal dari electrocardiology neutrophil,
dan
merupakan
respon
menunjukkan
nilai
dari sensitivitas yang tinggi yaitu 90 - 100% untuk
infeksi.32
adanya
Qvranstrom
(2008), deteksi acute myocardinal infraction.36
mengatakan
terdapat
peningkatan
level
hubungan
lisozim
antara
saliva
dengan
3.4. Biofluid Saliva dalam Deteksi Dini
hipertensi.32
Diabetes Mellitus
Acute merupakan
myocardial salah
satu
kelainan
kardiovaskular selain hipertensi. Dari 13,2 juta pederita kelainan kardiovaskular, 7,8 juta diantaranya
menderita
infraction.33
Konsentrasi
acute
myocardial
biomarker
saliva
dievaluasi untuk menjadi biomarker alternatif penderita
infark
miokard
akut
dan
menunjukkan hasil yang akurat. Terdapat peningkatan rasio C-Reactive Protein (CRP) pada penderita acute myocardial infraction diikuti
dengan
Metallopeptidase-9 Protein
merupakan
kenaikan (MMP-9).35 marker
Diabetes
infraction
Matrix C-Reactive
dari
adanya
inflamasi sistemik. Miller (2010) mengatakan bahwa terdapat peningkatan level CRP dan
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
mellitus
(DM)
tipe
2
menduduki peringkat kelima penyakit yang sering diderita masyarakat secara global. Oleh
karena
sedikitnya
diagnosis
dan
perawatan yang cukup memadai, diabetes menjadi penyebab terbesar atas kematian pada populasi lanjut usia dan menduduki peringkat
keenam
di
dunia.
Lebih
dari
setengah jumlah penderita masih belum mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes mellitus, terutama DM tipe 2. Diagnosis dini pada diabetes mellitus menjadi penting untuk mencegah komplikasi yang timbul. Berbagai macam alat diagnostik untuk mengukur level glukosa darah telah tersedia di pasaran. Namun, cairan tubuh yang digunakan selama
58
ini hanya terbatas pada darah. Saat ini
maka penting untuk perlu membandingkan
sedang banyak dikembangkan prosedur non-
level salivary glucose dan blood glucose pada
invasive untuk menentukan level glukosa
pasien diabetes dan non-diabetes. Pada
darah tanpa melalui pengambilan darah.
penelitian terkini telah ditemukan bahwa level
Saliva
merupakan
pilihan
marker
glukosa
saliva
pada
pasien
diabetes
yang baik untuk digunakan sebagai deteksi
meningkat secara signifikan dibandingkan
dini penyakit yang sifatnya lebih efektif,
dengan individu non-diabetes.
sederhana, dan non-invasive. Saliva telah
Level glukosa saliva (Fasting saliva
untuk
glucose) pada pasien diabetes berkisar antara
mendeteksi dan mengetahui level glukosa
0-31 mg/dl, sedangkan pada kondisi sehat
darah. Glukosa ialah molekul kecil yang
berkisar antara 0-14 mg/dl. Pada penderita
mampu
diabetes
menjadi
spesimen
yang
berpindah
reliabel
dengan
mudah
pada
tipe
2
ditemukan
adanya
membran pembuluh darah untuk melewati
peningkatan level salivary albumin sebesar
plasma darah menuju ke cairan gingival
73,47
melalui sulkus gingiva dan pada akhirnya
keadaan normal levelnya sebesar 64,50 Âą
berkumpul
38,40 Âľg/ml.
di
whole
saliva.
Glukosa
Âą
31,35
Âľg/ml,
sedangkan
pada
merupakan salah satu komponen darah yang Tabel 1. Level salivary glucose pada kondisi dapat ditransfer melalui epithelium kelenjar
sehat dan penderita DM tipe 2
saliva, sehingga dapat menggambarkan level glukosa dalam darah. Peningkatan
glukosa
darah
pada
pasien diabetes dapat menyebabkan level salivary
glucose
meningkat
sebagai dan
Menurut
kerentanan terhadap serangan penyakit pada
berdasarkan
rongga mulut. Peningkatan level glukosa juga
menunujukkan level salivary glucose pada
dapat
pasien dengan kondisi sehat (control group)
kompensasi
gingiva
terjadinya
terdeteksi (CKG),
pada
homeostasis
cairan
sehingga
krevikular
glukosa
tidak
berasal dari kelenjar saliva. Oleh karena level glukosa meningkat pada kondisi diabetes,
dan
kondisi
Vasconcelos hasil
dkk.
(2010),
penelitiannya
diabetes
mellitus
telah
tipe
2
(experimental group). Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Agrawal dkk. (2013), menghasilkan rentang BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
59
level Fasting Plasma Glucose (FPG) dan
Metode pengambilan saliva dalam
Fasting Salivary Glucose (FSG) pada kondisi
deteksi dini infeksi HIV dapat dilakukan
diatetes
dengan 2 cara yaitu saliva yang distimulasi
dan
non-diabetes
menurut
usia
pasien.
dan tidak distimulasi yang kemudian dapat dikumpulkan dalam Salivette, Orapette, OmniSAL ataupun OraSure. Saliva yang telah diperoleh kemudian dilakukan pemeriksaan menggunakan ELISA.37 Immunoglobulin
saliva
merupakan
komponen yang sering digunakan dalam mendiagnosis HIV.38 Komponen imun yang terpengaruh
oleh
immunoglobulin
A
infeksi (IgA)
HIV
yang
yaitu
dibuktikan
dengan adanya abnormalitas kadar IgA saliva Tabel 2. Hubungan usia terhadap level FPG
pada pasien HIV.
dan FSG Penelitian Stark dkk., (1993) menyatakan 3.4. Biofluid Saliva dalam Deteksi Dini Infeksi HIV
bahwa
pada
individu
seropositive
HIV
terdapat peningkatan kadar. Immunoglubulin
Saliva merupakan spesimen yang A (IgA) sebesar 90% dari 135 orang penderita dapat digunakan untuk mendeteksi adanya HIV.39
Menurut
Grimoud
(1998),
terjadi
infeksi HIV pada individu. Saliva memiliki peningkatan kadar IgA saliva yang signifikan sensitivitas yang cukup tinggi dalam deteksi pada
pasien
HIV
CD4
<200.40
Jackson
(2001)
dengan
infeksi HIV yaitu sekitar 95,2% (skala 50Penelitian
Wu
dan
100%) dan spesifisitas 99% (skala 84,1menyatakan bahwa pada individu HIV positif 100%).
Dalam
beberapa
penelitian, terdapat peningkatan kadar IgA saliva yang
sensitifitas
saliva
digunakan
untuk diperiksa
menggunakan
enzyme
mengetahui individu mempunyai seropositive immunoassay.41 terhadap
HIV,
sedangkan
spesifisitas
digunakan
untuk
menentukan
seseorang
Mellanen
dkk.
(2001)
menambahkan bahwa pada pasien HIV juga terdapat peningkatan IgG pada semua fase memiliki resiko rendah terhadap infeksi HIV infeksi HIV, dan pada fase asimtomatik (seronegatif).37
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
60
terdapat peningkatan kadar albumin saliva.42
pada PPOK didapatkan kerusakan pada epitel
Peningkatan kadar IgA berkaitan dengan
saluran
respon pertahanan mukosa oral terhadap
proinflamasi
antigen yaitu terjadi pelepasan IgA prekursor
epithelium
sel plasma dari Peyerâ&#x20AC;&#x2122;s patch yang bermigrasi
pengerahan
melalui jaringan vascular ke jaringan mukosa
pelepasan enzim proteolitik dan oksigen
seperti kelenjar saliva.43
radikal yang bersifat toksik dari neutrofil. Pada
nafas
akibat sitokin
pelepasan
berupa
respiratori, dan
adanya
IL-8
dari
sehingga
infiltrasi
terjadi
neutrofil,
serta
bakteri rongga mulut dalam sekresi yang 3.5. Biofluid Saliva dalam Deteksi Dini
berkontak dengan permukaan epitel saluran
Penyakit Paru Obstruktif Kronis World Health Organization (WHO), pada
tahun
menjadi
1998,
penyebab
menyebutkan, kematian
PPOK
kelima
diperkirakan, pada tahun 2020, akan menjadi penyebab kematian keempat di seluruh dunia. Prevalensi PPOK di beberapa negara berkisar 9-10%. Di Indonesia, prevalensi PPOK adalah sebesar 5,6%. Meskipun demikian, PPOK masih sering diremehkan baik oleh petugas kesehatan maupun oleh penderita. Oleh karena itu, diperlukan deteksi dini untuk peningkatan
prevalensi
PPOK
dengan menggunakan interleukin-8 (IL-8) dan enzim sialidase dalam saliva.44 Slingsby (2010) menyatakan bahwa IL-8 adalah suatu chemokine yang diproduksi oleh makrofag dan sel lainnya yang fungsi utamanya adalah menginduksi kemotaksis neutrophil. Pada PPOK jumlah IL-8 dominan dan bersifat selektif pada neutrofil. Observasi
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
dan
kemungkinan
melekat
pada
permukaan mukosa.7 Adanya ikatan dengan bakteri rongga
dan
semakin meluas di berbagai negara dan
mencegah
nafas
mulut
menyebabkan
adanya
stimulus
produksi sitokin oleh epitel mukosa, yang kemungkinan sitokin juga dihasilkan dari jaringan mulut seperti gingival crevicular fluid yang
keluar
dari
sulkus
gingival
dan
bercampur dengan saliva, sehingga terjadi kontaminasi pada epithelium saluran nafas bagian distal. Sel epitel yang terangsang akan melepaskan sitokin lain untuk mengerahkan inflammatory cells seperti neutrophil. IL-8 yang
disekresi
oleh
sel
epitel
gingival
meningkatkan pengaturan ekspresi reseptor adhesi
pada
mendorong
permukaan terjadinya
mukosa
kolonisasi
untuk bakteri
pathogen saluran nafas. Konsentrasi level IL8 pada pasien COPD secara signifikan lebih tinggi
dari
individu
normal
yaitu
pada
penderita COPD konsentrasi IL-8 sejumlah
61
21.0Âą1.8 ng/ml dan kondisi pada individu
G (IgG) pada penderita HIV, IL-8 dan enzim
normal sejumlah 3.3Âą0.7 ng/ml.45
sialidase pada penderita PPOK.
Enzim sialidase merupakan enzim hidrolitik dalam saliva yang menghidrolisa
DAFTAR PUSTAKA 1. Lee, Y. dan Wong, D.T., 2009, An
residu
asam
sialat
terminal
dari
sialioglycoconjugates. Pada penderita COPD, individu dengan kebersihan mulut yang buruk
Emerging Biofluid for Early Detection Disease, American Journal of Dentistry, 22(4): 241-248 2. Delima, Mihardja, L., dan Siswoyo, H.,
menyebabkan
meningkatnya
level
enzim
sialidase dalam saliva. Dari kondisi tersebut, enzim sialidase sebagai salah satu variabel
2009, Prevalensi dan faktor determinan penyakit
jantung
di
Indonesia,
Bul.
Penelit. Kesehat., Vol. 37(3): 142-159 3. Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009,
yang dapat digunakan untuk deteksi dini COPD.
Untuk
mengetahui
level
enzim
sialidase yang dapat dianggap sebagai tanda
Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia, Maj Kedokt Indon, Vol. 59 (12): 580-587 4. Depkes RI, 2008, Riser Kesehatan Dasar
terjadinya COPD, maka dilakukan pengujian menggunakan enzyme-linked immunosorbent
(RISKESDAS 2007), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. 5. Behera, B., Satish, K., Jena, S., Hussain,
assay (ELISA)
M., dan Samal, S., 2012, Prevalence of Hypertension KESIMPULAN
and
Diabetes
Mellitus
Among People Seeking Cataract Surgery
Berdasarkan
pembahasan
yang
diuraikan dalam karya ilmiah ini, disimpulkan bahwa saliva berpotensi sebagai biofluid
in Rural South India, The Internet Journal of Epidemiology,10(2): 2af6 6. Depkes RI, 2006, Situasi
HIV/AIDS di
Indonesia tahun 1987-2006, Pusat Data alternative untuk deteksi dini penyakit sistemik (Penyakit cardiovascular, Diabetes Mellitus, HIV dan PPOK). Pada penderita diabetes
dan Informasi Depaertement Kesehatan R.I, Jakarta 7. Rose, L.F., Genco, R.J., Cohen, D.W., dan Mealey,
mellitus
terjadi
perubahan
level
salivary
glucose. Biomaker lisozim, C-reactive protein (CRP) dan Matrix Metallopeptidase 9 (MMP-
B.L., 2000,
Periodontal
Medicine, B.C. Decker Inc, London, h. 9499 8. Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia,
2003, Penyakit Paru Obstruktif Kronik 9) ditemukan meningkat levelnya pada saliva penderita
penyakit
cardiovascular,
Immunoglobulin A (IgA) dan Immunoglobulin
(PPOK),
Pedoman
Penatalaksanaan
di
Diagnosis Indonesia,
&
PDPI,
Jakarta. 9. Satria, E., dan Wildian, 2013, Rancang bangun alat ukur kadar gula darah
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
62
noninvasive AT89S51
berbasis dengan
mikrokontroler
mengukur
tingkat
kekeruhan spesimen urine menggunakan sensor fotodioda, Jurnal Fisika Unand, Vo. 2 (1): 40-47
Continuing Medical Education Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, h. 11. 20. Chavez, E.M., Taylor, G.W., Borrell, L.N., dan Ship, J.A., 2000, Salivary function
10. Rathnayake, N., Åkerman, S., Klinge, B.,
and glycemic control in older persons with
Lundegren, N., Jansson, H., Tryselius, Y.,
diabetes, Oral Surg Oral Med Oral Pathol
Sorsa, T., dan Gustafsson, A., 2013,
Oral Radiol Endod, 89: 305-311.
Salivary Biomarkers for Detection of
21. Gustaviani, R., 2006, Diagnosis dan
Systemic Diseases, PLoS One, 8(4):
Klasifikasi Diabetes Mellitus. Buku Ajar
e61356
Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit
11. Agusti, A., dan Soriano, J.B., 2008, COPD as
a
Systemic
Disease,
Journal
of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 5(2): 133-138
Capstone Press M.,
Kedokteran
Universitas
Indonesia, Jakarta, h. 1879. 22. Twetman, S., Nederfors, T., Stahl, B., dan
12. Gregson, S., 2001. Heart Disease. USA :
13. Khan,
Fakultas
Aronson,
longitudinal
S.,
2002,
observations
Two-year of
salivary
status and dental caries in children with dan
Gabriel.
2006.
Encyclopedia of Heart Diseases. USA : Elsavier Academic Press
insulin-dependent
diabetes
mellitus,
Pediatr Dent., 14(3): 184-8. 23. Karjalainen, K.M., Knuuttila, M.L., dan
14. Malamud, D., dan Isaac, R., 2011, Saliva
Käär, M.L., 1996, Salivary factors in
as A Diagnostic Fluid. Dent Clin North
children and adolescents with insulin-
Am., 55(1): 159-178
dependent diabetes mellitus,
15. Taylor, R., 2005, Taylor’s Cardiovascular Diseases : A Hand Book, Springer, USA 16. Tambayong, J., 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
17. Bartelmo, J., 2000. Myocardial Infraction.
M.,
24. Kumar, Cotran, Robbins., 2003, Robin’s Basic
Pathology,
Bennati,
E.,
Ferlito,
L.,
Passamonte, M., dan Malaguarnera, M.,
7th
ed.,
Elsevier
Diabetes
Care,
publication, New Delhi. 2010,
(diabetesjournals.org), 33 : S1. 26. Gitahafas,
USA : Springhouse 18. Motta,
Dent., 18(4): 306-11.
25. Care,
EGC, Jakarta
Pediatr
2010,
Kesehatan
Paru,
http://www.ilunifk83.com/ (Diakses pada 13 Oktober 2013).
2007, Value and significance of new
27. Brosky, E., 2007, The Role of Saliva in
diagnostic criteria of diabetes mellitus in
Oral Health : Strategies for Prevention
older, Arch Gerontol Geriatr, 45: 103-108.
and Management of Xerostomia. Journal
19. Soegondo, Klasifikasi, Mellitus.
S., dan
2011,
Diagnosis,
Patofisiologi
Kumpulan
Makalah
of Supportive Oncology, 5 (5): 215-225.
Diabetes
28. Mjor, I.A., 1991, Embriologi dan Histologi
Update
Rongga Mulut, Penerbit Buku Kedokteran
Comprehensive Management of Diabetes
Widya Medika, Jakarta, h. 87-88.
Mellitus, Panitia Seminar Ilmiah Nasional
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
63
29. Amerongen, A., 1992, Ludah dan Kelenjar
an
effective
auxillary
method
in
Ludah Anti Bagi Kesehatan Gigi, Gadjah
surveillance of infectious disease, Britisl
Mada University Press, Yogyakarta, h.32-
Lek Listy,Vol. 103(1):38-41
35.
39. Stark, K., Warnecke, C., Brinkmann, V.,
30. Gao, W., 2010, Early detection of type 2
Gelderblom, H. R., Bienzle, U., Pauli, G.,
diabetes mellitus in Chinese and Indian
1993, Sensitivity of HIV antibody detection
adult population, academic dissertation,
in saliva,
Department of Public Health University of
Immunilogy¸Vol. 182 (3): 147-151
Helsinki, Finlandia
Medical Microbiology and
40. Grimoud A-M, Arnaud C, Dellamonica P,
31. Newman, D. J., Mattock, M. B., Dawnay,
Lodter J-P, 1998, Salivary defence factor
A. B. S., 2005, Systemic review on urine
concentrations in relation to oral and
albumin testing for early detection of
general
diabetic complication, Health Technology,
patients. Eur J Oral Sci., Vol.106:979-985
Vo. 9 No 30
parameters
in
HIV
positive
41. Wu, X., dan Jackson, S., 2002, Plasma
32. American Heart Association. 2005. Heart
and Slivari IgA subclasses and IgM in
Diseases and Stroke Association --- 2005
HIV-1-infected
update
Clinical Immunology,Vol. 22 (2): 106-107
33. Qvranstrom, S. 2008. Salivary Lysozyme
42. Mellanen,
Individuals,
L.,
Timo
Journal
Sorsa,
of
Juhani
and Prevalent Hypertension. J Dent Res.
Lähdevirta, Miia Helenius, Kirsti Kari,
Vol 87(5) : 480-484
Jukka
H.
Meurman,
2001,
Salivary
34. Gibler, Brian. 2006. Point-of-Care Testing
albumin, total protein, IgA, IgG and IgM
for Cardiac Biomarkers in the ED : A
concentrations and occurrence of some
Blueprint for Implementation. Emergency
periodontopathogens
Medicine
patients: a 2-year follow-up study. Journal
Cardiac
Research
and
Education Group. Vol. 1
Nano-Biochip
HIV-infected
of Oral Pathology & Medicine. Vol. 30(9)
35. Floriano, Pierre. 2009. Use of SalivaBased
in
Test
for
Acute
:553–559 43. Coogan
MM,
Simon
P,
Sweet,
Myocardial Infraction at the Point of Care :
Challacombe SJ, 1994, Immunoglobulin A
A Feasibility Study. Clinical Chemistry.
(IgA), IgA1, and IgA2 Antibodies to
Vol. 55 (8) : 1530-1538
Candida albicans in Whole and Parotid
36. Miller, Craig. 2010. Current Development
Saliva in Human Immunodeficiency Virus
in Salivary Diagnostics. Biomark Med.
Infection
and
AIDS.
Infection
Vol. 4 (1) : 171-189
Immunity, Vol. 62: 892-896.
and
37. Hodinka, R. L., Nagashunmugam, T., dan
44. Prasojo, Joko. 2004. Hubungan antara
Malamud, D., 1998, Detection of Human
Gejala Bronkial dengan Kejadian Penyakit
Immunodeficiency Virus antibodies in Oral
Paru Obstruktif Kronik pada Perokok.
Fluids, Clin. Lab. Immunol, Vol. 5(4): 419-
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
426
Kedokteran
38. Madar, R., Straka, S., dan Baska, T.,
Universitas
Diponegoro:
Semarang. hal. 1-2
(2002), Detection of antibodies in saliva-
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
64
45. Setiyanto, Hermawan. Soepandi, P. Z., Hartono, S., dan Karuniawati, A.. 2008. Pola
dan
Sensitiviti
Eksaserbasi Akut
Kuman
yang
PPOK
Mendapat
Pengobatan Echinacea Purpurae dan Antibiotik
Siprofloksasin.
Jurnal
Respiratori Indonesia. vol. 28(3): 107-108.
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
65
Case Report
Manajemen Perawatan Dental pada Pasien dengan Congestive Heart Failure Disertai Chronic Kidney Disease, Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi Anrizandy Narwidina1
ABSTRAK Penyakit sistemik sering muncul dengan abnormalitas struktur rahang dan rongga mulut. Pemahaman yang tepat tentang penyakit rongga mulut dapat mendukung pelacakan, penegakan dianosis dan pengobatan penyakit sistemik yang mendasarinya. Diagnosis yang tepat penting untuk memulai pengobatan yang benar. Dokter pada pelayanan primer serta dokter gigi sebaiknya mengetahui masalah tersebut dan mampu memberikan manajamen perawatan dental. Pasien wanita berumur 47 tahun pada kasus menderita penyakit congestive heart failure dengan disertai komplikasi berupa chronic kidney disease, diabetes melitus tipe II, dan hipertensi. Pasien tidak mengeluhkan mulut kering, hanya jika sariawan timbul lama masa penyembuhannya. Berdasarkan pemeriksaan kondisi di dalam mulut pasien, dapat ditemukan keadaan mukosa mulut pasien yang pucat, resesi gingiva, kalkulus regio anterior bawah, radices gigi 36, dan gigi 11 yang telah avulsi. Tidak ditemukan gigi luksasi atau lesi oral lainnya Kata kunci : penyakit sistemik, anamnesis, rencana perawatan. ABSTRACT Systemic disease often arised with abnormality of jaws structure and oral cavity. Well knowing and understanding about oral cavity disease can help us to anamnese and making diagnose to decide the best treatment planning which will be conducted to patient. The doctor and dentist have to know this problem when they will decide how good dental treatment will be for their patient. Woman 47 years old in this case has systemical diseases, congestive heart disease and complicated by chronic kidney disease, Diabetic Type II, and hypertension. Based on intra-oral examination, reported that mucose oral cavity was pale, gingival recession, calculus in lower anterior arch, radices 36, avulsion 11. Luxation and other oral lession canâ&#x20AC;&#x2122;t be found. Keywords : Systemic disease, anamnese, treatment planning.
BIMKGI Volume 2 No.2 | Januari - Juni 2014
66
6. PENDAHULUAN
nefropati, dan retinopati. Temuan-temuan oral
Congestive
Heart
(CHF)
pada pasien dengan diabetes tidak terkontrol
dapat didefinisikan sebagai sindrom sistemik
sangat terkait dengan kehilangan cairan
yang terjadi akibat kegagalan myocardium
dalam
yang menyebabkan cardiac output tidak dapat
perubahan
mencukupi
perubahan-perubahan
kebutuhan
Failure
metabolik
tubuh.
jumlah
banyak
respons
melalui terhadap
urinasi, infeksi,
mikrovaskular
dan
Keadaan tersebut menggambarkan suatu
mungkin peningkatan konsentrasi glukosa di
gejala
kompleks
disebabkan
oleh
dalam saliva. Efek-efek dari hiperglikemia
spesifik.
CHF
mengarah pada peningkatan jumlah urin yang
menggambarkan stadium akhir dari penyakit
mengurangi cairan-cairan ekstraseluler dan
kardiovaskuler yang menuju gagal jantung.
mengurangi
Manifestasi oral kondisi ini tidak berhubungan
menghasilkan mulut kering. Mayoritas pasien
secara langsung dengan CHF, tetapi obat
dengan DM mengalami xerostomia.
beberapa
yang
penyakit
sekresi
saliva,
sehingga
yang digunakan dalam terapi CHF dapat Saliva dari glandula parotis pada menyebabkan xerostomia dan lesi oral. 1 pasien dengan DM tak terkontrol dilaporkan Chronic
Kidney
Disease
(CKD)
mengandung
sedikit
peningkatan
jumlah
menggambarkan suatu keadaan abnormal
glukosa. Beberapa studi melaporkan adanya
dari fungsi dan/atau struktur ginjal. Biasanya
peningkatan
keadaan ini sering tidak diketahui dan muncul
inflamasi gingiva, abses periodontal, dan
bersamaan dengan kondisi sistemik
penyakit
periodontal
krinis
pasien
diabetik.
Perubahan-perubahan
lain
seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes.2
insidensi
dan
keparahan
pada
pasien-
pembuluh darah kecil juga mungkin terjadi DM
tipe
2
merupakan
sindrom pada
jaringan
gingiva
pasien
dengan
dengan kelainan metabolisme karbohidrat dan diabetes. hiperglikemia yang tidak terkendali karena defisiensi sekresi insulin endogen dan atau
Hipertensi
adalah
peningkatan
kombinasi resistensi insulin dan kekurangan
abnormal pada tekanan sistolik dan diastolik.
kompensasi
menghasilkan
Hipertensi terjadi akibat respon peningkatan
termasuk
kardiak output atau peningkatan tekanan
atherosklerosis yang dipercepat, neuropati,
perifer. Berdasarkan etiologinya, hipertensi
komplikasi
insulin, akhir
yang organ
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
67
dibagi menjadi 2 golongan, yakni: hipertensi
jantung dengan CHF. Treatment rutin yang
primer yang tidak diketahui namun banyak
selama ini pasien jalani adalah berupa
faktor yang mempengaruhi, seperti: genetika,
medikasi sebagai berikut: Captopril 3x50 mg,
lingkungan,
Amiodipin 1x10 mg, Furosemid 2x40 mg,
hiperaktivitas,
susunan
saraf
simpatik, sistem renin angiotensin, efek dari
Bisoprolol
sekresi Na, obesitas, merokok, dan stress.
Simvastatin 1x20 mg, Osteocal 3x1 tab.
Sedangkan
hipertensi
sekunder
dapat
diakibatkan karena penyakit parenkim renal.3
1x2,5
mg,
Aspilet
1x80
mg,
Pasien juga memiliki riwayat penyakit gula dan telah menjalani terapi rutin dengan insulin: terapi rutin 3x10 unit. Namun 1 bulan
7. METODE terakhir, pasien tidak suntik insulin. Keluhan Utama: Lemas, sesak nafas, buang air kecil jarang, Riwayat Pribadi: kaki bengkak, perut membesar, batuk. Pasien adalah seorang ibu rumah Riwayat Penyakit Sekarang: tangga dan sudah menikah. Sekitar 2 hari yang lalu, pasien Keadaan Umum : Sedang, Compos Mentris, mengeluhkan
sesak
nafas
memberat, sesak napas
terutama saat aktivitas. Bengkak dirasakan Pemeriksaan jasmani terutama di sekitar perut dan kaki. Kondisi KU
: sedang, CM
TD
: 170/ 100 mmHg
N
: 70x/ menit
R
: 24x/ menit
f
: afebris
TB
: 155 cm
BB
: 65 kg
IMT
:27.05
Lingkar Perut
: 112 cm
Kepala
: CAE, SI -
Leher
: SUP S+2 CmH20
Thorax
: Sim +, KG â&#x20AC;&#x201C;
badan tidak demam. Sekitar
3
bulan
terakhir,
pasien
mengeluhkan buang air kecil berkurang dalam sehari (kurang lebih 300 CC). Pasien datang dan pernah berobat di PKM daerah domisili pasien, yakni Pracimantoro dan menjalani rawat inap selama 1 hari, namun keluhan yang
dialami
pasien
dirasakan
belum
membaik sehingga di rujuk di RS. Menurut
keterangan
dari
pasien,
pasien juga memiliki riwayat penyakit CHF dan merupakan pasien rutin kontrol di poli Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
68
Hb
: 10,6
AL
: 7,9
8. PEMBAHASAN
AT
: 380
Seorang wanita berusia 47 tahun datang
AE
: 3,91
ke IGD RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada
MCV
:6
26 November 2013, 14.10 WIB. Pasien
MCH
:8
mengeluhkan
S
: 59,3
bengkak â&#x20AC;&#x201C; bengkak. Pasien adalah penderita
L
: 23,9
congestive
M
:9,2
komplikasi berupa chronic kidney disease
Creat
: 8,01
(CKD), diabetes melitus tipe II, dan hipertensi.
Alb
: 3,05
Pemeriksaan intraoral pasien menunjukkan
GDS
: 213
OHI
Na
: 136
subgingva, gigi 11 hilang, radices gigi 36, dan
Ca
: 2,19
resesi gingiva di bagian anterior rahang
K
: 0,94
bawah. Pada pasien tidak dilakukan uji curah
sesak
heart
sedang
nafas
failure
akibat
dan
kondisi
(CHF)
disertai
banyaknya
kalkulus
Pemeriksaan sendimen urin ď&#x192; level bacteria
saliva oleh karena kondisi pasien yang
dan small round cell diatas batas normal
memiliki keterbatasan aktivitas terkait dengan
Pemeriksaan kimia ď&#x192; level kalium/potassium
komplikasi penyakit pasien.
dan crestinine diatas batas normal.
Penyakit ginjal kronis adalah suatu keadaan
Pemeriksaan Oral, didapatkan bahwa
klinis
yang
ditandai
dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada
gigi 11 hilang akibat lukasasi, gigi 36 radices.
suatu
Pada mukosa oral didapatkan: gingiva pucat,
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis
coated tongue, keluhan xerostomia, dan
atau
resesi gingiva di bagian regio gigi anterior
penyakit ginjal di rongga mulut dapat berupa
rahang bawah. OHI pasien= 1,3 (sedang).
xerostomia,
Kalkulus regio anterior rahang bawah hampir
hipoplasi
mencapai
kalkulus serta peningkatan karies. 5
2/3
permukaan
subgingival.
Diagnosis Kerja adalah CHF Stage III disertai DM tipe II, CKD Stage V, dan HT Stage II. BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
derajat
juga
transplantasi
memerlukan
ginjal.
inflamasi email,
4
terapi
Manifestasi
gingiva,
peningkatan
halitosis, plak
dan
Pada penyakit CKD sering muncul ulserasi di mulut. Terdapat 2 tipe uremik
69
stomatitis, pada tipe I, terdapat eritema lokal
tidak bekerja secara maksimal. Pada glandula
atau general di mukosa mulut, dan eksudat
parotis terjadi penggantian jaringan fungsional
pseudomembran tebal abu-abu yang tidak
menjadi
berdarah/ulserasi bila diambil. Gejala lain
atherosclerosis)
dapat berupa nyeri, rasa terbakar, xerostomia,
kualitas dan kuantitas produksi saliva. Adanya
halitosis, perdarahan gingiva, dysgeusia, atau
proses atherosclerosis yang menurunkan laju
infeksi candida. Pada tipe II, dapat terjadi
aliran saliva akan memudahkan akumulasi
ulserasi
bila
tersebut
plak dan sisa makanan.4 Seperti yang telah
diambil.
Tipe
mengindikasikan
diketahui, salah satu fungsi saliva adalah
pseudomembran ini
dapat
bentuk stomatitis yang lebih parah, infeksi sekunder,
anemia
atau
jaringan
lemak
sehingga
(proses menurunkan
sebagai alat self cleansing.
gangguan
Dengan demikian,
jika aliran saliva
hematologik sistemik yang mendasari ayn
terganggu maka proses self cleansing pun
disebabkan
Secara
akan terganggu sehingga akan memperburuk
stomatitis
indeks kebersihan mulut pasien, menjebak
histologik,
oleh kedua
gagal tipe
ginjal. uremik
tersebut menunjukkan proses inflamatorik
sisa
yang berat, dengan infiltrasi berat lekosit pmn
membuat lapisan putih menumpuk. Hal ini
dan
sesuai dengan yang dialami oleh pasien yakni
nekrosis
bakteri
mukosa
yang
sering
mulut.
Kolonisasi
ditemukan
adalah
Fusobacterium, Spirochaeta, atau Candida. 6 Pasien memiliki komplikasi riwayat
makanan
pada
dorsum
lidah
dan
didapatkan hasil pemeriksaan coated tongue dengan nilai skor 2. Karies ditemukan hanya pada 1 gigi, pada gigi 36
namun telah
penyakit gula dan telah menjalani terapi rutin
menjadi
akar.
dengan
ditemukan adanya gigi karies lain atau
insulin:
terapi
rutin
3x10
unit
radices
atau
bahkan
diabetes
pemeriksaan objektif, terdapat kalkulus pada
diklasifikasikan
dialami menjadi
pasien DM
dapat
Tipe
Berdasarkan
Tidak
mengalami penurunan sekresi saliva. Kondisi yang
gangren.
sisa
hasil
II.
regio gigi anterior rahang bawah pasien yang
Umumnya, pasien dengan kondisi komplikasi
sudah mencapai 2/3 permukaan subgingival
metabolik ini, mengalami penurunan sekresi
sehingga mengakibatkan terjadinya gingivitis
saliva. Hal
dan resesi gingiva. 1
tersebut disebabkan adanya
disfungsi glandula saliva. Sel parenkim pada kelenjar saliva mayor seperti glandula parotis BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
Pada pasien juga ditemukan adanya resesi
gingiva
yang
diasumsikan
akibat
70
manifestasi penyakit CHF, CKD, DM, dan
peningkatan aktivitas kolagenase dan formasi
hipertensi pasien akibat adanya destruksi
AGEâ&#x20AC;&#x2122;S
jaringan periodontal dan pengaruh usia tua
mediator inflamasi seperti TNF Îą, PG-2, dan
pada pasien. Adanya komplikasi metabolik
IL-1
yang
osteoclast,
berasal
dari
penyakit
sistemik
sehingga
yang
menginduksi
akan
produksi
mengakibatkan
resistensi
host
aktivasi
dari
infeksi
menyebabkan asupan oksigen dan nutri pada
menurun dan respon inflamasi meningkat
jaringan berkurang. Hal ini dapat ditemukan
sehingga
terutama pada daerah mukosa oral pasien
periodontal,
yang tampak pucat. Selain itu, ditemukan
akhirnya
adanya gigi yang luksasi dan keluhan pasien
jaringan
tentang giginya yang telah beberapa kali
diperparah dengan adanya kalkulus akan
goyang dan lepas dengan sendirinya. Luksasi
menyebabkan
atau kegoyahan gigi yang terjadi pada pasien
tanggal
diabetes mellitus disebabkan karena adanya
menderita hipertensi stage 2 dengan tekanan
destruksi pada jaringan ikat dan resorbsi
sistole sebesar 170 mmHg dan tekanan
alveolar.4
tulang
Keadaan
tersebut
terjadilah tulang
gigi ikat
kehilangan alveolar,
dapat dan
gigi
dengan
dan
terlepas.
resorbsi
goyah
sendirinya.
serabut
Destruksi
tulang
dan
yang
akhirnya
Pasien
diastole sebesar 100 mmHg.
pada
2,1,4
juga
Tonus
disebabklan oleh adanya mikroangiopati pada
vaskuler pada pasien merangsang syaraf
pembuluh
simpatis yang diteruskan ke sel jugularis dan
jaringan
darah
kecil
periodontal.
yang
menyuplai pada
meningkatkan tekanan darah. Hal ini berefek
jaringan periodontal menyebabkan penurunan
pada kondisi ekskresi pada renin ginjal
ketahanan
pasien,
jaringan
Mikroangiopati
periodontal
terhadap
sehingga
mampu
meningkatkan
infeksi sehingga lebih rentan terhadap faktor
hormon aldosteron yang sebabkan retensi
local dalam rongga mulut seperti plak dan
natrium dan peningkatan tekanan darah.
kalkulus yang menyebabkan pasien mudah
Pada pasien dapat dilihat dengan adanya
terkena
kondisi bengkak pada sekitar perut dan
periodontitis.
Mikroangiopati
menyebabkan penebalan membran dasar pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
kaki.3,4,8 Berdasarkan
klasifikasi
ASA
dan
oksigen dan nutrisi ke jaringan menurun,
ORA, pasien pada kasus tersebut tergolong
penurunan fungsi PMN, penurunan proliferasi
dalam ASA tipe IV dan ORA tipe I.
fibroblast
Rekomendasi oral yang dilakukan adalah
gingiva
dan
sintesis
kolagen,
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
71
pasien disarankan untuk banyak berkumur
penyakit sistemik pasien dalam keadaan
dengan air mineral untuk membantu agar
terkontrol dan dapat dilakukan tindakan dental
kondisi
selanjutnya.
rongga
menghindari
mulutnya
trauma
tetap
pada
lembab,
rongga
mulut
Tindakan
dental
sebaiknya
karena akan mudah terjadi ulserasi maupun
dijadwalkan pada pagi hari setelah pasien
perdarahan. Keadaan oral pasien yang perlu
mengkonsumsi obat-obatannya karena pagi
diperhatikan
adalah
calculus.9
Pasien
hari adalah waktu yang terbaik, selain untuk
disarankan untuk membersihkan karang gigi
mereduksi kecemasan pasien, pada siang
dan
hari
melakukan
pencabutan
gigi
ketika
tekanan
darah
puncaknya
disarankan
tiruan
dilakukan tindakan dental, dan pada pagi hari
sebagiannya yang hanya pada area gigi
level glukosa darah sangat ideal sehingga
anterior dengan gigi tiruan sebagian yang
aman untuk pasien diabetes melitus dan
menggantikan semua gigi yang hilang. Dari
suplai oksigen yang baik untuk penderita
rekomendasi tersebut yang saat ini dapat
CHF, CKD, dan hipertensi.4,9 Tindakan dental
dilakukan hanya berupa edukasi kepada
dapat dilakukan ketika pasien sudah dapat
pasien dan keluarga, terkait dengan kondisi
duduk dalam waktu yang cukup lama dan
pasien
pasien sudah tidak merasa sesak napas
yang
mengganti
terbatas
dalam
gigi
melakukan
tidak
mencapai
kondisinya telah stabil. Selain itu pasien juga untuk
sehingga
pasien
baik
untuk
aktivitas.1,3,4
sehingga
Hal yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi
dengan nyaman. Sebelum dilakukan tindakan
ketika melakukan penatalaksanaan dental
perlu dilakukan edukasi psikoterapi yaitu
terhadap pasien dengan kondisi seperti ini
menjelaskan secara detail mengenai tindakan
adalah memperhatikan riwayat kesehatan
yang akan dilakukan oleh dokter gigi, serta
pasien. Dokter gigi harus memperhatikan
ketidaknyamanan yang mungkin akan terjadi
kondisi pasien yang menderita CHF disertai
saat perawatan dental hal ini perlu dilakukan
CKD, DM tipe II, dan hipertensi ketika akan
terkait
melakukan scaling, ada baiknya dokter gigi
mengalami
mengkonsultasikan penatalaksanaan kadar
sehingga pasien kemungkinan mengalami
glukosa
adanya depresi. 1
darah
pasien
berikut
dengan
perawatan
dengan
dapat
kondisi
komplikasi
berlangsung
pasien
penyakit
yang sistemik
komplikasi yang dideritanya sehingga kondisi BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
72
Tindakan dental pada pasien yang
penyesuaian posisi kursi dental semisupine
dipaparkan
adalah
atau tegak, disesuaikan dengan kenyamanan
dilakukan secara bertahap, pada kunjungan
pasien. Perubahan posisi kursi dental harus
pertama dapat dilakukan scaling dengan
dilakukan
mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan
meyebabkan
untuk tindakan. Tindakan dimulai dari yang
diperhatikan jika ada tanda-tanda toksisitas
resikonya paling rendah agar meminimalisir
digitalis (takikardi, hipersalivasi, gangguan
kecemasan pasien dan membuat pasien
penglihatan, dll). Perawatan dilakukan dalam
merasa nyaman.1,9 Perawatan scaling dapat
waktu yang singkat dan tidak menimbulkan
dilakukan dengan catatan kadar glukosa
stres pada pasien. Hal yang juga perlu
darah pasien pada kasus yang mengalami
diwaspadai pada pasien di kasus adalah
telah
pada
DM Tipe II < 200 mg/dL.
4
kasus
Scaling dilakukan
dengan
hati-hati
hipotensi
agar
tidak
ortostatik.
Perlu
bawaan CKD stage V, diperlukan konsultasi
untuk mencegah resorbsi tulang alveolar
juga
karena faktor lokal dan mengatasi gingivitis
perawatan yang akan diberikan.2,3,8,9
yang
diderita
berikutnya
pasien.
dapat
Pada
dilakukan
pertemuan pencabutan
dengan
nefrologist
Setelah pencabutan
terkait
rencana
penyembuhan
menutup
dilakukan
darah pasien terkontrol (< 200 mg/dL) dan
pembuatan protesa gigi pada gigi 11 dan 36,
penghentian obat aspilet selama 5 hari
jika diperlukan. Protesa gigi yang digunakan
sebelum tindakan pencabutan. Pemberian
adalah protesa lepasan berbahan valplast
anestesi
pasca
yang elastis dan tidak memerlukan kawat
pencabutan dapat dilakukan seperti biasa.
dengan penjangkar gigi, tujuan menggunakan
Terkait dengan penyakit congestive heart
valplast adalah mengurangi beban terhadap
failure klas III dan hipertensi klas II pada
gigi sehingga mencegah kegoyahan gigi
pasien,
vasokonstriktor
karena resorbsi tulang alveolar yang dialami
sebaiknya dihindari. Perlu ditanyakan pada
pasien dengan komplikasi penyakit sistemik
pasien sebelumnya mengenai waktu makan
tersebut.
dan
penggunaan
analgetika
terakhir dan konsumsi obat atau pemakaian
gigi
pasien
dapat
radices gigi 36 dengan syarat kadar glukosa
lokal
pencetakan
sempurna,
luka
untuk
9. KESIMPULAN
insulin sebelum pasien berkunjung untuk
Pasien wanita berumur 47 tahun
mencegah hipoglikemia. Perlu juga dilakukan
pada kasus menderita penyakit congestive
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
73
heart
failure
dengan
disertai
komplikasi
berupa chronic kidney disease, diabetes
Edition, Elsevier Churchill Livingstone: London. 35. Suwitra, K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik,
melitus tipe II, dan hipertensi. Pasien tidak mengeluhkan
mulut
kering,
sariawan
timbul
hanya
lama
jika masa
Ed 4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 36. Scott, S. 2008. Burkettâ&#x20AC;&#x2122;s Oral Medicine,
penyembuhannya. Berdasarkan pemeriksaan kondisi
di
dalam
mulut
pasien,
dapat
ditemukan keadaan mukosa mulut pasien
Ed 11. Ontario: BC Decker Inc. 37. Bricker, S.L., Langlais, R.P., Miller, C.S., 1994, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment
yang pucat, resesi gingiva, kalkulus regio anterior bawah, radices gigi 36, dan gigi 11 yang telah avulsi. Tidak ditemukan gigi luksasi
Planning,
dental
yang
dapat
direncanakan
untuk
diberikan pada pasien adalah sebagai berikut:
&
Febiger,
Pennsylvania 38. Vesterrinen, M., 2011, Oral Health and Kidney Disease with emphasis on diabetic nephropathy,
atau lesi oral lainnya. Manajemen perawatan
Lea
Institute
of
Dentistry,
University of Helsinki, Department of Oral and
Maxillofacial
Department
of
Disease,
Medicine,
Division
and of
Nephrology, Helsinki University Central edukasi gigi dan mulut, pembersihan karang gigi, pencabutan akar gigi, pemasangan gigi
Hospital, Helsinki, Finland). 39. Sonis, S.T., Fazio, R.C., Fang, L., 1995, Principles and Practice of Oral Medicine,
tiruan valplast.
2nd edition, W.B., Saunders Company, Philadelphia.
DAFTAR PUSTAKA 31. Little J.R., Falace D.A., 2002, Dental Management
of
The
Compromised Patient,
4th
ed.,
RIWAYAT PENULIS
Medically St.Louis :
Mosby
Penulis bernama Anrizandy Narwidina, S.KG, lahir di Dili (saat ini, Republica Federatica
32. Halpin, D., dkk., 2008, Chronic Kidney Diseases,
Early
Identification
and
Timor Leste), Kota Dili, Provinsi Timor-Timur
Management of Chronic Kidney Diseases
pada tanggal 4 Oktober 1990. Laporan kasus
in Adults in Primary and Secondary Care,
ini adalah kasus yang didapatkan penulis
NICE clinical guidelines 33. Ross WF, Salisbury PL. 1994. Uremic
selama menempuh pendidikan profesi di FKG
Stomatitis Associated With Undiagnosed
UGM pada tahun 2013. Penulis menempuh
Renal Failure. Gen Dent; 9/10:410-412
Pendidikan
Dokter
Gigi
di
Fakultas
34. Scully, Crispian & Cawson, Roderick., 2005, Medical Problems in Dentistry 5th
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia sejak tahun 2008. Saat
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
74
ini penulis telah menyelesaikan pendidikan profesi pada tahun akhir dan telah lulus di universitas tersebut hingga pelantikan dokter gigi bulan Mei 2014.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Januari - Juni 2014
75