Bimkgi vol 3 no1

Page 1


BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni

2015

i


SUSUNAN PENGURUS Pelindung

Penyunting Ahli

Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)

drg. Agustin Wulan Suci D., M.DSc Universitas Jember

Dr. drg. Banun Kusumawardani, M.Kes Universitas Jember

Penasehat

Dr. drg. Didin Erma I., M.Kes

Failasofia

Universitas Jember

Universitas Gadjah Mada

Dr. drg. FX Adi Soesetijo, Sp.Prost Universitas Jember

Pimpinan Umum

Prof. Dr. drg. IDA Ratna Dewanti, M.Si

Intan Rizka Fitria

drg. Niken Probosari, M.Kes

Universitas Jember

Universitas Jember

Universitas Jember

Pimpinan Redaksi

Penyunting Pelaksana

Junti Rosa Veryani

Zulfa Fithri Universitas Jember Aliful Nisa Noviga Universitas Jember Sabrina Maharani P. Universitas Jember Christian Agung P. Universitas Jember Dwi Sri Lestari Universitas Jember Asyiah Hamasah I. Universitas Jember

Universitas Jember

Sekretaris Linda Surya S. Universitas Jember

Bendahara

Humas dan Promosi

Kharishah Muslihah

Ayu Prativia Yonenda Universitas Jember Vinanti Nur C. Universitas Jember Putri Rahmawati Y. Universitas Jember Tira Aisah P. Universitas Jember

Universitas Jember

Tata Letak dan Layout Wulan Tri Maulinda Universitas Jember Medina Nanda U. Universitas Jember Weka D. Bathari Universitas Jember Nadia Kurniasih Universitas Jember Fatimatuz Zahroh Universitas Jember

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni

2015

ii


ISSN : 2302-6448

DAFTAR ISI

Susunan Pengurus................................................................................................................................... i Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii Petunjuk Penulisan ‌‌......................................................................................................................... iii Sambutan Pimpinan Redaksi.............................................................................................................. ix

Laporan Penelitian Hubungan Perawatan Ortodontik dengan Status Psikososial pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Serlita Wahyu Utami .................................................................................................................................................................................................................................. 1

Pola Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut (Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar) Andi Sri Permatasari .................................................................................................................................................................................................................................. 9

Synthesis of Alumina Stabilized Zirconia-White Carbon Black Nanocomposite for Direct Resin Bonded Prosthesis Application Agung Prabowo Dhartono, Rafika Yusniar Kurniasari, Ziyada Salisa .................................................................................................................................................................................................................................. 19

Laporan Tinjauan Pustaka Potensi Asam Lemak Omega-3 Minyak Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps) sebagai Pencegah dan Terapi Alternatif Osteoarthritis pada Wanita Pasca-menopause Dwi Riski Saputra, Akhmad Miftahul Huda, Dwi Yoga Setyorini, Mulia Hakam .................................................................................................................................................................................................................................. 32

Ranula : Etiologi dan Penatalaksanaannya Andi Sri Permatasari .................................................................................................................................................................................................................................. 44

Laporan Kasus Penatalaksanaan Impaksi Gigi Kaninus tanpa Prosedur Bedah Ni Wayan Pratita Wiprayani .................................................................................................................................................................................................................................. 48

Perawatan Gingival Enlargement dengan Metode Excisional New Attachment Procedure (ENAP) Anrizandy Narwidina ..................................................................................................................................................................................................................................53

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni

2015

iii


PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Indonesian Dental Student Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit setiap enam bulan sekali setiap Maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI. Ketentuan umum : 1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain. 2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan. 3. Penulisan naskah : a.

Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas.

b.

Naskah diketik menggunakan Microsoft Word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan spacing after before 0 cm. Batas margin atas, bawah, kiri, dan kanan setiap halaman adalah 3343 cm. Jarak antar bab atau subbab yaitu 1 spasi (1x enter). Font Arial, size 10, sentence case, dan justify (rata kiri dan kanan).

c.

Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.

d.

Naskah terdiri dari minimal tiga (3) halaman dan maksimal lima belas (15) halaman.

4. Naskah dikirim melalui e-mail ke alamat redaksibimkgi@bimkes.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

Ketentuan menurut jenis naskah : 1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, dan ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran), dan daftar rujukan. 2. Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. 3. Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi muda. Format terdiri dari judul, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan), dan daftar rujukan. 4. Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

iv


interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca. 5. Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran gigi. 6. Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tata laksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi). 7. Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.

Ketentuan khusus : 1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.

Judul Karangan (Title)

b.

Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)

c.

Abstrak (Abstract)

d.

Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan (Conclusion) vi. Saran (Recommendation) vii. Ucapan terima kasih

e.

Daftar Rujukan (Reference)

2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.

Judul Karangan (Title)

b.

Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)

c.

Abstrak (Abstract)

d.

Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Pembahasan (Discussion) iii. Kesimpulan (Conclusion) iv. Saran (Recomendation)

e.

Daftar Rujukan (Reference)

3. Judul ditulis singkat, padat, dan jelas yang menggambarkan isi naskah. Ditulis dengan sentence case, font Arial, size 14 dicetak tebal (bold) di bagian tengah (center) atas dengan uppercase (semua huruf ditulis kapital). Penulisan judul diperbolehkan menggunakan titik dua (:) tapi tidak diperbolehkan menggunakan titik koma (;) dan bila perlu dapat dilengkapi subjudul dengan ketentuan ditulis dengan BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

v


titlecase, font Arial, size 12, center dan dicetak tebal (bold). Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris dicetak miring (italic). 4. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang dan bila lebih, cukup diikuti dengan katakata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis, ditulis dengan titlecase, font Arial, size 10, center dan bold. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 5. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 250 kata, tidak menuliskan kutipan pustaka, dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis. 6. Kata kunci (keywords) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah abstrak. Tidak lebih dari lima (5) kata, dan sebaiknya bukan pengulangan kata-kata dalam judul. 7. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan italic. 8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis. 9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.

Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :

1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar

Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis

The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis

Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris

Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volume dengan suplemen

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

vi


Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen

Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volume dengan bagian

Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian

Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volume

Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volume

Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi

Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.

2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan

Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor sebagai penulis

Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis

Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku

Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

vii


Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 1519; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi

Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:

Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. b. Diterbitkan oleh unit pelaksana

Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi

Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam koran

Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual

HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.

3. Materi elektronik i. Naskah jurnal dalam format elektronik

Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik

CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip komputer BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

viii


Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

ix


SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kesuksesan sehingga Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Volume Tiga Nomor Satu dapat diterbitkan. BIMKGI merupakan suatu wadah yang menaungi seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia untuk memublikasikan karya ilmiahnya. Manusia dapat dikenal salah satunya melalui tulisannya. Namun, sangat disayangkan jika tidak dipublikasikan dan hanya tersimpan rapi dalam folder. BIMKGI dibentuk dengan harapan seluruh Mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia dapat berkontribusi dalam memublikasikan karya ilmiahnya, sehingga dapat menyumbang perbaikan IPTEK khususnya di bidang kedokteran gigi. Sebagai pimpinan umum, saya mengucapkan terima kasih kepada penulis yang mewakili institusinya untuk berkontribusi kepada BIMKGI dalam mengembangkan IPTEK. Terima kasih kepada seluruh pengurus BIMKGI atas kerja kerasnya dalam penerbitan BIMKGI Volume Tiga Nomor Satu serta kepada Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menilai dan memperbaiki kualitas karya ilmiah pada BIMKGI. Saya berharap semoga seluruh kerja keras untuk menerbitkan jurnal ini dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia Volume Tiga Nomor Satu ini. Kritik, saran, serta kontribusi karya ilmiah akan selalu kami butuhkan untuk menyempurnakan peningkatan kualitas BIMKGI ke depannya. Hidup Mahasiswa Kesehatan Indonesia! Jaya BIMKGI! Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jember, 21 Februari 2015

Intan Rizka Fitria (Pimpinan Umum)

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

x


Laporan Penelitian

HUBUNGAN PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN STATUS PSIKOSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Serlita Wahyu Utami1 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea, Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012 ABSTRAK Perawatan ortodontik merupakan perawatan alternatif untuk kecantikan dentofasial. Dewasa ini, kualitas hidup sangat terkait dengan kepuasan hidup dan harga diri terutama mengenai kondisi oklusi yang dapat memengaruhi kondisi psikologis. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa estetika gigi menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup yang memengaruhi kondisi psikologis pasien dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan ortodontik status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Penelitian diadakan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Hj. Halimah Daeng Sikati. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional terhadap 77 mahasiswa dengan 9% laki-laki dan 91% perempuan sebagai sampel dengan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, perawatan ortodontik seperti untuk hubungan dengan status sosial dengan nilai ρ=0.013 (ρ<0.05), status psikologis dengan nilai ρ=0.027 (ρ<0.05), estetika gigi dengan nilai ρ=0.027 (ρ<0.05), karir dengan nilai ρ=0.041 (ρ<0.05) dan ada hubungan perawatan ortodontik status psikososial berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dengan nilai ρ=0.205 (ρ>0.05). Kesimpulannya adalah ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dan tidak ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Kata Kunci: Estetika, Perawatan Ortodontik, Psikososial ABSTRACT Orthodontic treatment is an alternative treatment for dentofacial beauty. Early adult quality of life is associated with life satisfaction and self-esteem, especially regarding the occlusion condition that can affect the psychological condition. Previous research explains that dental aesthetics produce a significant improvement in quality of life that affect the psychological condition of adult patients. The aim of this study was to determine the relationship of orthodontic treatment on the psychosocial status of students of Dentistry, University of Hasanuddin. Research conducted at the Faculty of Dentistry, University of Hasanuddin, Dental Hospital and Hj. Halimah Daeng Sikati Hospital School of Dentistry. This research is observational analytic cross sectional study of 77 students with 9% of men and 91% of women for sample by accidental sampling. The results showed that there’s a relationship between orthodontic treatment and psychosocial status in students of Dentistry, University of Hasanuddin, orthodontic treatment as for relations

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

1


with social status with the value ρ=0.013 (ρ<0.05), psychological status with the value ρ=0.027 (ρ<0.05), dental aesthetics with the value ρ=0.027 (ρ<0.05), a career with the value ρ=0.041 (ρ<0.05) and there’s no relationship between orthodontic treatment and psychosocial status by sex at students of Dentistry, University of Hasanuddin with value ρ=0.205 (ρ> 0.05). The conclusion is that there’s a relationship between orthodontic treatment and psychosocial status in students of Dentistry, University of Hasanuddin and there’s no orthodontic treatment relationship between psychosocial status by sex at students of Dentistry, University of Hasanuddin. Keywords : Aesthetics, Orthodontic Treatment, Psychosocial 1. PENDAHULUAN Penampilan

hubungan dengan kepuasan hidup serta fisik,

daya

tarik

harga diri.3

sosial, dan kecantikan wajah memiliki hubungan

yang

erat.

Perawatan

Estetika peningkatan

gigi yang

menghasilkan signifikan

dalam

ortodontik merupakan alternatif untuk

kualitas hidup yang berpengaruh pada

mendapatkan

kondisi

dentofasial.

menyebabkan

perawatan

Pasien dewasa muda yang memiliki

ortodontik semakin banyak diminati dan

penilaian lebih kritis untuk kebutuhan

dibutuhkan

oleh

masyarakat

yang

Hal

ini

psikologis

pasien

dewasa.5

keindahan

berbagai

kalangan

perawatan

memiliki

masalah

kelompok usia lain dan perempuanlah yang

dan jenis kelamin memiliki pengaruh

perawatan ortodontik dibandingkan laki-

terhadap

laki karena ingin hasil yang maksimal

perawatan

ortodontik.1,2

banyak

daripada

dengan maloklusi gigi. Pekerjaan, usia,

kepuasan

lebih

ortodontik

menginginkan

dari segi estetika gigi dan wajah.4,6,7

Pada masa dewasa awal kualitas

Penelitian ini dilakukan di Fakultas

hidup sangat terkait dengan kepuasan

Kedokteran gigi

hidup dan harga diri terutama terkait

Halimah Daeng Sikati dan RSGMP Hj.

dengan

dapat

Halimah Daeng Sikati pada Maret–April

berpengaruh pada kondisi psikologis.

2014 untuk memperoleh data mengenai

Dalam penelitian sebelumnya dikatakan

hubungan perawatan ortodontik dengan

bahwa

status

kondisi

terdapat

oklusi

yang

hubungan

antara

psikososial

Unhas, RSGM Hj.

pada

mahasiswa

perawatan ortodontik dengan kualitas

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

hidup dan perawatan ortodontik memiliki

Hasanuddin.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

2


2. METODE

Universitas

Penelitian metode

ini

menggunakan

observasional analitik untuk

Hasanuddin,

melakukan

peneliti

penentuan sampel serta

menyiapkan alat yang akan digunakan.

mengaji hubungan perawatan ortodontik

Setelah

dengan

pada

penelitian dengan penjelasan singkat

Fakultas

tentang tata cara pengisian kuesioner

status

mahasiswa

psikososial

mahasiswa

itu,

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

PIDAQ

dengan

kuesioner

desain

penelitian

cross-

dilakukan

oleh

prosedur

peneliti.

PIDAQ

Pengisian

oleh

Mahasiswa

sectional untuk menganalisis hubungan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

variabel

variabel

Hassanudin yang sesuai dengan kriteria

dependen. Variabel independen pada

penelitian. Pengumpulan data kuesioner

penelitian

PIDAQ oleh peneliti, lalu melakukan

independen

ini

dan

adalah

perawatan

ortodontik, variabel dependen adalah

pengolahan

psikososial.

Data

Metode yang

pengambilan

digunakan

adalah

sampel

accidental

data

yang

kuesioner

diperoleh

PIDAQ.

diolah

dan

dianalisis secara analitik menggunakan program SPSS (versi 16).

sampling. Pada penelitian ini, sampel diambil

dari

Mahasiswa

Fakultas

3. HASIL PENELITIAN

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Status sosial mahasiswa yang

yang menggunakan piranti ortodonsi

merasa

cekat, berusia 20 sampai 30 tahun

bersosialisasi

(dewasa awal) sedang menggunakan

ortodontik sebanyak 76 orang (98,7 %)

piranti ortodontik cekat dan bersedia

dari

mengikuti kegiatan penelitian. Alat yang

sedangkan yang mengatakan percaya

dipergunakan

diri

adalah

dalam

kuesioner

penelitian

ini

penelitian PIDAQ.

pengambilan

ini

tidak

total

sebelum

percaya

diri

sebelum

77

untuk

perawatan

orang

responden,

perawatan

ortodontik

Dalam

sebanyak 1 orang (1,3 %) dari total 77

data

orang responden. Selama perawatan

dilakukan setelah mendapat persetujuan

ortodontik yang dapat

pihak

dengan baik sebanyak 76 orang (98,7%)

Fakultas

Kedokteran

Gigi

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

bersosialisasi

3


sedangkan

yang

bersosialisasi

tetap

dengan

tidak baik

dapat selama

perawatan ortodontik sebanyak satu orang

(1,3%)

dari

total

77

orang

responden (100%), dari hasil uji statistik

Tabel 4. Patient Belief About Benefit On Career During Orthodontic Treatment

diperoleh nilai chi square 0,013<0,05 hal Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat

ini berarti bahwa ada hubungan antara kepercayaan status

diri seseorang dengan

sosial

selama

perawatan

status

psikologis

mahasiswa

yang

merasa tidak percaya diri sebelum

ortodontik, hal ini dapat dilihat pada

perawatan

ortodontik

tabel 1.

orang (98,7%) dari total 77 orang responden,

sebanyak

sedangkan

mengatakan

percaya

diri

76

yang sebelum

perawatan ortodontik sebanyak satu orang Tabel 1. Social Status During Orthodontic Treatment

(1,3%)

responden. ortodontik merasa

dari

total

Selama yang

orang

perawatan

secara

percaya

77

diri

psikologis

dengan

baik

sebanyak 75 orang (97,4%) sedangkan yang tetap tidak merasa percaya diri Tabel 2. Psychological Status During Orthodontic Treatment

dengan

baik

selama

perawatan

ortodontik sebanyak dua orang (2,6%) dari total 77 orang responden (100%), dari hasil uji statistik diperoleh nilai chi square Tabel 3. Dental Aesthetic Concern During Orthodontic Treatment

0,027<0,05

artinya

ada

hubungan

antara

kepercayaan

diri

seseorang

dengan

status psikologis

selama perawatan ortodontik. Estetika gigi pada mahasiswa selama perawatan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

4


ortodontik yang disajikan pada tabel 3

untuk bersosialisasi sebelum perawatan

memperlihatkan

ortodontik sebanyak 76 orang (98,7 %)

mahasiswa

yang

merasa tidak percaya diri sebelum

dari

perawatan

76

sedangkan yang mengatakan percaya

orang (98,7%) dari total 77 orang

bahwa gigi yang rapi dan indah dapat

responden,

menunjang

ortodontik

sebanyak

sedangkan

mengatakan

percaya

diri

yang sebelum

total

77

orang

responden

penampilan

bersosialisasi

sebelum

diri

untuk

penggunaan

perawatan ortodontik sebanyak satu

piranti ortodontik cekat sebanyak satu

orang

orang

(1,3%)

dari

responden.

total

Selama

ortodontik yang

77

orang

perawatan

(1,3%)

responden.

dari

total

77

Selama

orang

perawatan

merasa percaya diri

ortodontik responden yang menjawab

dengan estetika gigi sebanyak 75 orang

bahwa mereka percaya gigi rapi dan

(97,4%) sedangkan yang tetap tidak

indah memiliki pengaruh yang signifikan

merasa percaya diri dengan estetika gigi

terhadap

selama perawatan ortodontik sebanyak

bersosialisasi

dua orang (2,6%) dari total 77 orang

(96,1%) sedangkan yang menjawab

responden (100%), dari hasil uji statistik

tidak percaya

diperoleh

memiliki

nilai chi square 0,027<0,05

penampilan

terhadap

antara

bersosialisasi

kepercayaan

diri

seseorang

untuk

74

orang

sebanyak

gigi

pengaruh

hal ini berarti bahwa ada hubungan

diri

rapi

dan indah

yang

penampilan sebanyak

signifikan

diri

untuk

tiga

orang

dengan estetika gigi selama perawatan

(3,9%) dari total 77 orang responden

ortodontik.

pasien

(100%), dari hasil uji statistik diperoleh

karir

nilai chi square 0,041<0,05 hal ini berarti

selama perawatan ortodontik pada tabel

bahwa ada hubungan antara perawatan

4

ortodontik

mengenai

Kepercayaan manfaat

memperlihatkan

terhadap

mahasiswa

yang

tidak percaya bahwa gigi yang rapi dan

dengan

karir

selama

perawatan ortodontik.

indah dapat menunjang penampilan diri

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

5


mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 4. PEMBAHASAN Pada tabel 1 dapat dilihat selama perawatan Tabel 5. Relationship Of Orthodontic Treatment With Psychosocial Status By Sex

ortodontik,

kedokteran

gigi

mahasiswa

yang

dapat

bersosialisasi dengan baik sebanyak 76 Hubungan perawatan ortodontik

orang

(98,7%)

dengan

nilai

pada

p=0,013<0,05 hal ini sesuai dengan

mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

penelitian sebelumnya dimana dalam

Universitas

kehidupan

dengan

jenis

status

psikososial

Hasanuddin

kelamin

memperlihatkan

berdasarkan

pada

tabel

responden

5

laki-laki

yang

terpenting

dari

penampilan gigi di setiap individu tidak hanya

berpengaruh

terhadap

latar

yang tidak merasa rendah diri setelah

belakang sosial atau pendidikan tetapi

penggunaan

juga realisasi dari perbaikan gigi.5 Pada

piranti ortodontik cekat (9,3%).

tabel 2 selama perawatan ortodontik

tidak

yang secara psikologis merasa percaya

merasa rendah diri setelah penggunaan

diri sebanyak 75 orang (97,4%) dengan

piranti ortodontik cekat sebanyak 68

nilai p=0,027<0,05 perawatan ortodontik

orang

tidak

sebanyak

tujuh

Sedangkan

perempuan

(90,7%).

orang yang

Perempuan

yang

hanya

untuk

meningkatkan

merasa rendah diri setelah penggunaan

estetika gigi tetapi juga memiliki dampak

piranti ortodontik cekat sebanyak dua

yang signifikan pada aspek psikologis

orang (2,6%) sedang laki-laki 0 (0 %).

kehidupan pasien.4 Pada tabel 3 selama

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai

perawatan ortodontik yang percaya diri

chi square 0,205>0,05 hal ini berarti

dengan estetika gigi sebanyak 75 orang

bahwa tidak ada hubungan perawatan

(97,4%)

ortodontik dengan status psikososial

maloklusi dapat memberi dampak dari

berdasarkan

segi estetika baik dalam kualitas hidup,

jenis

kelamin

pada

dengan

nilai

p=0,027<0,05

interaksi sosial, hubungan terhadap diri

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

6


sendiri serta dampak psikologis yang

Penelitian

berakibat

terjadinya

penurunan

mengatakan bahwa perempuan lebih

kepercayaan

diri.6 Tabel

4

banyak

perawatan

ortodontik

menginginkan

yang

perawatan

percaya

ortodontik dibanding laki-laki karena

bahwa gigi yang rapi dan indah memiliki

ingin hasil maksimal dari segi estetika

pengaruh

gigi dan wajah.7

yang

yang

selama

sebelumnya

signifikan

terhadap

karier untuk bersosialisasi sebanyak 74 orang (96,1%) dengan nilai p=0,041<

5. KESIMPULAN

0,05. Manfaat dari segi psikososial

Berdasarkan hasil penelitian yang

terhadap perawatan ortodontik memberi

dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi

pengaruh positif terhadap penampilan

Universitas

dalam

Halimah Daeng Sikati dan RSGMP Hj.

sosialisasi

hubungan

serta

interaksi

perbaikan

sosial

sesuai

Hasanuddin,

RSGM

Hj.

Halimah Daeng Sikati pada Maret–April

dengan keberhasilan perawatan selama

2014, maka dapat disimpulkan bahwa:

perawatan ortodontik. Hal ini berarti ada

1. Ada hubungan perawatan ortodontik

hubungan perawatan ortodontik dengan

dengan

status

mahasiswa

psikososial

pada

mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

status

psikososial

Fakultas

pada

Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin

Hasanuddin. Tabel 5 memperlihatkan

2. Tidak terdapat hubungan perawatan

bahwa responden laki-laki yang tidak

ortodontik dengan status psikososial

merasa rendah diri selama perawatan

pada

ortodontik sebanyak tujuh orang (9,3%)

Kedokteran

sedangkan perempuan sebanyak 68

Hasanuddin

orang

kelamin.

(90,7%)

dengan

niIai

p=

mahasiswa Gigi

Fakultas Universitas

berdasarkan

jenis

0,205>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan perawatan ortodontik dengan

DAFTAR PUSTAKA

status

1. Flores Mir, Major PW, Salazar FR. Self-perceived orthodontic treatment need evaluated through 3 scales in a university population, Journal of orthodontic scientific section;2004:31:331–4

psikososial

pada

mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin berdasarkan jenis kelamin.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

7


2. Bourne CO, Balkaran R, Scott E. Orthodontic treatment needs in caribbean dental clinics, Eur J Orthod ;2012:34:528-30 3. Arrow P, Brennan D, Spencer AJ. Quality of life and psychosocial outcomes after fixed orthodontic treatment: a 17-year observational cohort study, Community Dentistry And Oral Epidemiology;2011:39:5114 4. Rappaport TG, Shalis MR, Gazit E. Psychosocial reward of orthodontic treatment in adult patients, Eur J Orthod ;2010:32:444–6

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

5. Dibiase ATD, Sandler PJ. Malocclusion, Orthodontics and Bullying. Dent update; 2001. 28; 4646 6. Paula DF, Silva ET. Effect of anterior teeth display during smiling on the self-perceived impact of malocclusion in adolescents. Angle Orthodontist; 2011. 81(3); 540-5 7. Ren Y, Boxum C, Sandham A. Patients’ perceptions, treatment need, and complexity of orthodontic re-treatment, Eur J Orthod;2009:31:191–5

8


Laporan Penelitian

POLA PERILAKU ANAK TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT (Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar) 1

Andi Sri Permatasari 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea, Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012 ABSTRAK Perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Setiap anak yang datang berobat ke dokter gigi akan memperlihatkan perilaku yang berbeda terhadap perawatan gigi dan mulut yang akan diberikan. Beberapa ahli telah mengklasifikasikan perilaku anak, namun klasifikasi perilaku White paling baik karena mampu menunjukkan perilaku anak secara klinis, yaitu kooperatif, tidak mampu kooperatif, histeris, keras kepala, pemalu, tegang, dan cengeng. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasi deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sudiang Raya dengan jumlah responden 75 anak dan RSUD Kota Makassar dengan jumlah responden 104 anak sehingga total responden adalah 179 anak selama satu bulan sejak Juni-Juli 2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale menggunakan klasifikasi perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut menurut White. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku dengan persentase tertinggi (76.5%) adalah yang berperilaku kooperatif. Disimpulkan bahwa mayoritas anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar. Kata Kunci: Perilaku Anak, Perawatan Gigi dan Mulut, Kooperatif ABSTRACT Early treatment of dental health is very useful for children who are still in early stages of growth and development. Every child who came to the dentist will show different behavior towards dental care service. Some scientists have classified child’s behavior, but the classification according to White is the best because it can show the child’s behavior clinically: cooperative, inability to cooperative, out of control, obstinate, timid, tense, and whining patient. The aim of this research was to determine the patterns of child’s behavior towards dental care in Public Health Care Centre of Sudiang Raya and District General Hospital of Makassar. The study was observational descriptive with cross sectional study. This research was conducted at Public Health Care Centre of Sudiang Rayawith a respondent of 75 children and District General Hospital of Makassar with a respondent of 104 children, so the total respondents were 179 children for one month from June to July 2014. Instrument used in this study is the rating scale using behavioral classification the dental care according to White. The results showed behavior with the highest percentage (76.5%) is behave cooperatively. It can be concluded that majority of children show cooperative behavior towards dental care in Public Health Care Centre of Sudiang Raya and District General Hospital of Makassar. Keywords: Child’s Behavior, Cooperative, Oral Health Care

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

9


1. PENDAHULUAN Perawatan kesehatan gigi secara

aktif pada umur tujuh tahun ke atas sebesar 52% dan akan terus meningkat

dini sangat berguna bagi anak yang seiring

dengan

bertambahnya

umur

masih dalam taraf tumbuh kembang. hingga mencapai 63% pada golongan Perawatan gigi sulung sangat penting umur

45-54

tahun.

Khusus

pada

agar anak dapat mengolah makanan kelompok umur anak usia sekolah dasar dengan baik. Selain itu, gigi sulung juga dapat

mempengaruhi

sebesar 66,8%-69,9%.3,4

pertumbuhan Menurut Riset Kesehatan Dasar

rahang, serta untuk estetik. Peranan gigi (Riskesdas) tahun 2007

prevalensi

sulung juga penting dalam membantu karies aktif penduduk umur 12 tahun di anak berbicara dan sebagai petunjuk Provinsi

Sulawesi

Selatan

sebesar

jalan bagi tumbuhnya gigi permanen. 37,6%,

sedangkan

prevalensi

Namun masih banyak orang tua pengalaman kariesnya sebesar 58,1%. yang menganggap bahwa gigi sulung Hal tidak

perlu

dirawat

karena

tersebut

menunjukkan

bahwa

hanya masalah kesehatan gigi di Indonesia

sementara dan akan digantikan oleh gigi

masih sangat memprihatinkan.5

permanen. Kondisi ini berimplikasi pada Orang tua harus berperan aktif kerusakan

gigi

yang

merupakan dalam menjaga kesehatan gigi dan

masalah paling umum terjadi pada mulut anaknya. Salah satu usaha yang anak-anak

dibandingkan

dengan dapat

penyakit

yang

lainnya.

dilakukan

membawa banyak

anak-anak

kehilangan

gigi

adalah

dengan

Akibatnya, anaknya

berkunjung

ke

mengalami dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi

secara

dini

karena

tindakan pencabutan.1,2

sejak

dini

diharapkan

membiasakan

anak

untuk

melakukan

Penyakit gigi dan mulut yang pemeriksaan

gigi

secara

rutin

dan

menjadi masalah utama di Indonesia mengatasi rasa cemas dan ketakutan adalah karies. Hasil Survei Kesehatan anak terhadap

perawatan

gigi

dan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 mulut. disebutkan bahwa prevalensi karies gigi

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

10


Setiap anak yang datang berobat ke

dokter

gigi

memiliki

kondisi

kesehatan gigi yang berbeda-beda dan akan

memperlihatkan

perilaku

gigi

dan

mulutnya

menyulitkan

karena

dokter

gigi

akan dalam

memberikan perawatan.7

yang

Dokter

gigi

harus

memiliki

berbeda pula terhadap perawatan gigi

kemampuan

dan

diberikan.

perilaku pasien anak dan harus mampu

Penyebabnya dapat berasal dari anak

melakukan manajemen perilaku anak

itu sendiri, orang tua, dokter gigi,

yang sesuai dengan diagnosis perilaku

ataupun lingkungan klinik.6

yang telah ditetapkan untuk merubah

mulut

yang

akan

Menurut penelitian yang dilakukan

perilaku

menetapkan

anak

agar

diagnosis

dapat

bersikap

oleh Walker dan Todd pada tahun 1982

kooperatif terhadap perawatan gigi dan

yang dikutip oleh Mappahijah, insidensi

mulut.

rasa

mengklasifikasikan perilaku anak seperti

takut

dan

cemas

terhadap

Beberapa

oleh

ahli

perawatan

gigi

sebanyak

16%

klasifikasi

ditemukan

pada

anak-anak

usia

namun klasifikasi perilaku White paling

Frankl,

baik

memberikan gambaran bahwa anak-

perilaku

anak yang cemas cenderung menarik

kooperatif,

diri dari lingkungan sekitar dan sulit

histeris, keras kepala, pemalu, tegang,

beradaptasi.

dan cengeng.8 penelitian

di

Indonesia

mampu

dan

sekolah. Penelitian lain pada tahun 1985

Hasil

karena

Wright

telah

anak

secara

tidak

Penelitian

menunjukkan klinis,

mampu

ini

yaitu

kooperatif,

bertujuan

untuk

ditemukan sebanyak 22% menyatakan

mengetahui pola perilaku anak terhadap

rasa

perawatan gigi dan mulut di Puskesmas

takut

perawatan

dan

cemas

terhadap

gigi.

Hal

tersebut

menunjukkan bahwa anak-anak seperti

Sudiang

Raya

dan

RSUD

Kota

Makassar.

itu akan mendatangkan lebih banyak masalah pada kunjungan ke dokter gigi. Perilaku anak tersebut akan

sangat

mempengaruhi keberhasilan perawatan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

2. METODE PENELITIAN Jenis

penelitian

ini

adalah

observasi deskriptif dengan rancangan

11


cross sectional study. Penelitian ini

dengan

dilakukan dengan mengumpulkan data

memperhatikan perilaku responden dan

untuk

mengisi rating scale

mendapatkan

gambaran

atau

kriteria.

Selanjutnya

peneliti

sesuai dengan

deskriptif suatu keadaan secara objektif

diagnosis perilaku anak pada perawatan

pada suatu waktu tertentu.

gigi

Penelitian

dilaksanakan

di

dan

mulut.

menetapkan

Kemudian

pola

peneliti

perilaku

anak

Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD

tersebut. Data dianalisis menggunakan

Kota

SPSS versi 22.

Makassar.

Populasi

yang

digunakan adalah total populasi pasien anak yang berkunjung di Puskesmas Sudiang

Raya

dan

RSUD

3. HASIL PENELITIAN

Kota

Penelitian

ini

dilakukan

di

Makassar pada Juni-Juli 2014. Kriteria

Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD

subjek penelitian adalah anak menurut

Kota Makassar selama satu bulan sejak

UU RI No. 23 Tahun 2002, yakni yang

17 Juni–19 Juli 2014. Data penelitian ini

belum berusia 18 tahun dan akan

adalah data primer yang didapatkan

mendapatkan perawatan gigi dan mulut.

langsung

dari

penelitian,

yaitu

Metode

pengambilan

sampel

observasi pasien

subjek

anak

yang

yang digunakan adalah nonprobability

datang ke Puskesmas Sudiang Raya

sampling. Instrumen yang digunakan

dan RSUD Kota Makassar. Responden

dalam penelitian ini adalah rating scale

yang diperoleh di Puskesmas Sudiang

menggunakan klasifikasi perilaku anak

Raya 75 anak dan di RSUD Kota

terhadap perawatan gigi dan mulut

Makassar 104 anak sehingga total

menurut White.

responden adalah 179 anak.

Prosedur

penelitian

secara

Diagnosis

perilaku

anak

ringkas adalah diawali dengan peneliti

terhadap perawatan gigi dan mulut di

memberi salam, menjabat tangan, dan

Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD

menanyakan

responden.

Kota Makassar disajikan dalam Tabel 1.

Selanjutnya peneliti mengisi identitas

Perilaku dengan persentase tertinggi

responden

yang

nama

penelitian

yang

sesuai

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

ditemukan

adalah

perilaku

12


kooperatif yaitu sebanyak 137 orang

kooperatif sebanyak 25 orang (75,8%).

(76.5%).

Jumlah responden paling banyak di RSUD Kota Makassar adalah pasien anak dengan perilaku kooperatif yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48 orang (77,4%) dibanding responden perempuan

yang

kooperatif

hanya

sebanyak 33 orang (78,6%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Umur di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden di Puskesmas Sudiang Raya

Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan

persentase

tertinggi

adalah

jumlah responden yang paling banyak di pasien anak yang berperilaku kooperatif Puskesmas Sudiang Raya yakni pasien pada umur 5-12 tahun sebanyak 37 anak kooperatif yang berjenis kelamin orang (69.8%). Umur <5 tahun terdapat perempuan sebanyak 31 orang (73,8%) responden dengan perilaku pemalu satu sedangkan responden laki-laki yang

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

13


orang

(50%)

dan

tidak

mampu

berperilaku kooperatif paling banyak

kooperatif satu orang (50%). Responden

terdapat

yang berumur 12-18 tahun dengan

sebanyak 49 anak (73.1%) dari jumlah

persentase

tertinggi

yang

kunjungan hanya sebanyak dua kali.

berperilaku

kooperatif

19

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa

yaitu sebanyak

orang (95%).

jumlah

Responden

di

RSUD

Kota

pada

kunjungan

kunjungan

Makassar

I

yaitu

di

RSUD

Kota

mencapai

enam

kali

Makassar dengan persentase tertinggi

kunjungan dengan jumlah persentase

yaitu pasien anak yang berperilaku

tertinggi

terdapat

pada

kooperatif

dengan

perilaku

kooperatif

pada

umur

12-18

tahun

responden pada

sebanyak 52 orang (88,1%). Responden

kunjungan I yaitu sebanyak 35 orang

yang berperilaku cengeng dan pemalu

(68,6%).

Pada

di kedua lokasi penelitian paling banyak

perilaku

anak

ditemukan pada umur 5-12 tahun.

bervariasi

dibandingkan

berikutnya.

Jadi,

menunjukkan

kunjungan juga

pertama

masih

kunjungan

penelitian

mayoritas

sangat

tersebut

anak

pada

kunjungan pertama kali ke dokter gigi memperlihatkan perilaku kooperatif.

4. PEMBAHASAN Penelitian

ini

dilakukan

di

Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar selama satu bulan sejak 17 Juni – 19 Juli 2014. Selama satu Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Kunjungan di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.

Tabel 4 menunjukkan bahwa di

bulan

penelitian

dilakukan

secara

bergantian di Puskesmas Sudiang Raya selama 14 hari dan di RSUD Kota Makassar juga selama 14 hari.

Puskesmas Sudiang Raya anak yang

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

14


Penelitian

ini

menggunakan

cengeng 10 orang (5.6%), tegang 12

data primer yang diperoleh dari hasil

orang

observasi

subjek

yang

(0.06%), tidak mampu kooperatif satu

berjumlah

179

Jumlah

orang (0.06%) dan perilaku keras kepala

responden di RSUD Kota Makassar

tidak ditemukan dalam penelitian ini.

lebih

penelitian

responden.

banyak

(6.7%),

histeris

satu

orang

dibanding

jumlah

Berdasarkan data diatas maka perilaku

Puskesmas

Sudiang

yang paling banyak ditemukan dari

Raya, yakni 104 responden di RSUD

kedua lokasi penelitian adalah perilaku

Kota Makassar dan 75 responden di

kooperatif.

responden

di

Puskesmas Sudiang Raya. Penelitian

anak

yang

datang

menggunakan

berobat ke dokter gigi memiliki kondisi

diagnosis perilaku menurut White, yakni

kesehatan gigi yang berbeda-beda dan

perilaku kooperatif, pemalu,

ini

Setiap

kooperatif,

tidak

mampu

akan

histeris,

keras

kepala,

berbeda pula terhadap perawatan gigi

cengeng.

dan mulut yang akan diberikan. Ada

tegang,

dan

memperlihatkan

anak

mengenai karakteristik setiap diagnosis

terhadap

perilaku. Klasifikasi menurut Wright tidak

sedikit yang berperilaku tidak kooperatif.

digunakan karena klasifikasi tersebut

Perilaku

sangat sulit untuk ditegakkan secara

merupakan manifestasi dari rasa takut

klinis. Sementara klasifikasi menurut

dan cemas anak

Frankl juga tidak digunakan karena

gigi dan mulut. Penyebabnya dapat

klasifikasi tersebut bertentangan dengan

berasal dari anak itu sendiri, orang tua,

etika dan memberikan pencitraan yang

dokter gigi, ataupun lingkungan klinik.6

perawatan

yang

gigi

tidak

kooperatif dan

tidak

kooperatif

terhadap perawatan

Perilaku kooperatif merupakan

Data pada tabel 1 menunjukkan diagnosis perilaku yang

berperilaku

yang

Klasifikasi tersebut detail menjelaskan

tidak baik.8

yang

perilaku

kunci keberhasilan dokter gigi dalam

didapatkan

melakukan perawatan gigi dan mulut.

adalah perilaku kooperatif 137 orang

Anak dapat dirawat dengan baik jika dia

(76.5%), pemalu 18 orang (10.1%),

menunjukkan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

sikap

positif

terhadap

15


perawatan yang dilakukan. Kebanyakan

perilaku

pasien gigi anak menunjukkan sikap

ditemukan

kooperatif

berumur <5 tahun. Perilaku pemalu dan

dalam

kunjungannya

ke

dokter gigi.8,9

tidak

mampu

pada

kooperatif

responden

yang

cengeng paling banyak ditemukan pada

Tabel 2 menunjukkan bahwa

responden yang berumur 5-12 tahun.

persentase paling tinggi di Puskesmas

Mayoritas responden yang berumur 5-

Sudiang

12

Raya

adalah

responden

tahun lebih

kooperatif

terhadap

perempuan yang berperilaku kooperatif.

perawatan gigi dan mulut dibanding

Sedangkan di RSUD Kota Makassar

responden yang berumur <5 tahun.

persentase

paling

tinggi

adalah

responden

laki-laki

dengan

perilaku

mempengaruhi perilaku anak terhadap

kooperatif. Data tersebut menunjukkan

perawatan gigi dan mulut. Anak dengan

bahwa

usia sangat muda sering menunjukkan

jenis

kelamin

tidak

Faktor

umur

mempengaruhi tingkat kooperatif anak

perilaku

terhadap perawatan gigi dan mulut.

perawatan gigi dan mulut. Penelitian

Begitu Perilaku

pula

cengeng

kurang

sangat

kooperatif

terhadap

untuk

perilaku.

yang dilakukan oleh Mittal dan Sharma

paling

banyak

pada tahun 2013 pada 180 anak usia 6-

dijumpai pada responden yang berjenis

12 tahun menunjukkan

kelamin

anak

perempuan.

Sedangkan

pada

bahwa semua

penelitian

perilaku tegang banyak dijumpai pada

berperilaku

responden yang berjenis kelamin laki-

92.22% anak memiliki persepsi yang

laki. Hal ini dapat disebabkan oleh

positif terhadap perawatan gigi dan

berbagai faktor, misalnya pengalaman

mulut.10

perawatan gigi sebelumnya ataupun faktor budaya.

ditemukan

Tabel

4

juga

Sebanyak

menunjukkan

bahwa mayoritas sikap kooperatif pada

Tabel 3 menunjukkan bahwa perilaku

kooperatiif.

tersebut

kooperatif

paling

pada

responden

anak-anak ditunjukkan pada kunjungan

banyak

pertama ke dokter gigi. Perilaku anak

yang

pada kunjungan pertama juga masih

berumur antara 5-18 tahun. Sedangkan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

bervariasi

dibandingkan

kunjungan

16


berikutnya.

Anak-anak

mendapat

pengalaman

sebelumnya

yang

memiliki

pernah

5. KESIMPULAN

perawatan

peranan

yang

Pola perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas

sangat penting terhadap reaksi mereka.

Sudiang

Anak-anak dengan pengalaman yang

Makassar terdiri atas perilaku kooperatif,

positif

pemalu, cengeng, tegang, histeris, dan

dan

menyenangkan

akan

menunjukkan reaksi yang positif pula. Orang tua membawa anaknya

tidak

Raya

mampu

anak-anak

dan

RSUD

Kota

kooperatif.

Mayoritas

menunjukkan

perilaku

ke dokter gigi untuk pertama kalinya

kooperatif terhadap perawatan gigi dan

bertujuan untuk memperkenalkan anak

mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan

kepada dokter giginya dan lingkungan

RSUD Kota Makassar. Perilaku anak

klinik. Hal ini bertujuan agar anak

terhadap perawatan gigi dan mulut

merasa nyaman dengan suasana klinik

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

dokter gigi. Anak-anak memiliki cara

faktor orang tua, tim dokter gigi, dan

pendekatan tersendiri yang berbeda

lingkungan klinik gigi. Dan faktor yang

dengan orang dewasa dan memiliki cara

paling utama adalah faktor dari anak itu

berkomunikasi

yang

juga.

sendiri, termasuk jenis kelamin, umur,

Apabila

merasa

tidak

serta

anak

berbeda takut,

nyaman, atau tidak kooperatif, maka

pengalaman

perawatan

gigi

sebelumnya.

mungkin perlu dilakukan penjadwalan ulang.

Kesabaran

dan

ketenangan

7. SARAN

orang tua dan komunikasi yang baik

Untuk

pengembangan

dengan anak sangatlah penting pada

lanjut,

kunjungan ini. Kunjungan yang singkat

melakukan

dan

untuk

perilaku anak di lingkungan perawatan

membangun kepercayaan anak pada

gigi yang berbeda dan sampel yang

dokter gigi dan lingkungan klinik, dan hal

lebih

ini

distribusi perilaku yang lebih bervariasi

berkelanjutan

terbukti

sangat

ditujukan

berharga

untuk

penelitian,

disarankan

lebih

penelitian

besar

untuk

terhadap

untuk pola

mendapatkan

kunjungan anak selanjutnya.1

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

17


sehingga diagnosis perilaku dapat lebih mudah ditegakkan secara klinis.

DAFTAR PUSTAKA 1. Soeparmin S. Pedodontic treatment tringle berperan dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak. Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41. 2. Soeparmin S, Suarjaya IK, Tyas MP. Peranan musik dalam mengurangi kecemasan anak selama perawatan gigi. Interdental; :6(1):1-5 3. Tirahiningrum P, Nugrahini D, Pertiwi FN. Efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7- 10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang; 2012. 4. Agtini MD. Pola status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada tahun 1999-2007. Media Penelit dan Pengembang Kesehat; 2009:19(2):144-53.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar; 2008. p.130-47. 6. Horax S, Salurapa NS, Irma. Pengaruh tumbuh kembang psikis, emosi, dan sosial dalam ilmu kedokteran gigi anak. PIN IDGAI Makassar; 2011:780-7. 7. Mappahijah N. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20 Panyula Kab. Bone tahun 2010. Media Kesehatan Gigi; 2010: 28-36. 8. Zuhri A, Salurapa N, Horax S. Diagnosis perilaku suatu keharusan untuk mencapai derajat kesehatan gigi anak optimal. PIN IDGAI Bandung; 2010:1-7. 9. White GE, Kisby L. Clinical oral pediatric. Chicago: Quintessence Publishing co., Inc; 1981: 48-50. 10.Mittal R, Sharma M. Assessment of psychological effects of dental treatment on children. Contemp Clin Dent; 2012:3:S5-7.

18


Laporan Penelitian

SYNTHESIS OF ALUMINA STABILIZED ZIRCONIA-WHITE CARBON BLACK NANOCOMPOSITE FOR DIRECT RESIN BONDED PROSTHESIS APPLICATION Agung Prabowo Dhartono1, Rafika Yusniar Kurniasari1, Ziyada Salisa1 1

Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jenderal Soedirman

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman Jalan. Dr. Soeparno, Kampus Karangwangkal Gedung E, Purwokerto, Jawa Tengah Email: agung.dhartono24@gmail.com Tel/Fax. +62281643744 ABSTRAK Komposit merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk membuat resin bonded prosthesis. Penelitian ini dilakukan sintesis komposit dari bahan alam berupa zirconia, alumina dan white carbon black. Tujuan penelitian ialah mendeskripsikan dan membandingkan karakteristik mikrostruktur serta kekerasan nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan komposit pabrikan untuk aplikasi direct resin bonded prosthesis. Metode penelitian menggunakan eksperimental laboratoris murni dengan membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu sampel A (nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black) dan sampel B (komposit pabrikan). Hasil penelitian pada sampel A menghasilkan gambaran mikrostruktur berupa bentuk partikel bulat (spherical) dan nanorod dengan ukuran rata-rata 149 nm sedangkan sampel B berbentuk partikel spherical dengan ukuran rata-rata 153 nm. Aplikasi sampel A pada polyethylene fiber dengan konsentrasi kitosan 6% sebagai bahan adhesif antara fiber dengan komposit menghasilkan celah paling kecil dibandingkan dengan konsentrasi 2% dan 4%, yang sudah mendekati ukuran celah antara sampel B dengan polyethylene fiber yang diolesi bahan adhesif pabrikan. Nilai kekerasan yang dihasilkan sampel A sebesar 24,38 VHN sudah mendekati nilai kekerasan pada sampel B yaitu sebesar 27,48 VHN. Kesimpulannya terdapat perbedaan karakteristik mikrostruktur dan kekerasan antara komposit hasil sintesis dengan komposit pabrikan, akan tetapi perbedaan keduanya tidak signifikan. Kata Kunci: Kekerasan, Mikrostruktur, Nanokomposit, Resin Bonded Prosthesis ABSTRACT Composite is one of the materials used to make a resin bonded prosthesis. In this study, composites has been synthesized from natural materials such as zirconia, alumina and white carbon black. The aim of this study is to describing and comparing the characteristics of microstructure and hardness of alumina stabilized zirconia-white carbon black nanocomposite to composite manufacturer for direct resin bonded prosthesis application. The method is a purely experimental laboratory by dividing the sample into two groups, namely sample A (alumina nanocomposite stabilized zirconia-white carbon black) and sample B (composite manufacturer). The results on sample A producing a microstructure picture that was obtained of spherical particle shape (spherical) and nanorod with an average of size is 149 nm whereas sample B spherical particle shape and average of size is 153 nm. Sample A applicated to polyethylene fiber with chitosan 6% as adhesive materials have a smallest crack between composite and fiber if it compared with the chitosan 2% and 4%, it's approaching to the size of the crack between

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

19


sample B and polyethylene fiber which be oiled with adhesive materials manufacturer. The results of hardness values in sample A was 24.38 VHN approaching to the hardness values in sample B that was equal to 27.48 VHN. The conclusion, there is a different between the microstructure characteristic and hardness synthesized composites to composite manufacturers, but that different results was insignifficant. Keywords: Hardness, Microstructure, Nanocomposite, Resin Bonded Prosthesi 1. PENDAHULUAN

resin

bonded

prosthesis

adalah

fiber

Gigi tiruan adalah alat yang dibuat

reinforced composite.5 Fiber reinforced

untuk menggantikan gigi yang hilang dan

composite yang digunakan pada direct

jaringan lunak di sekitarnya. Pembuatan

resin bonded prosthesis terbagi menjadi

gigi tiruan secara umum adalah dengan

dua

gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat

kerangka

konvensional. Saat ini telah dikembangkan

sebagai veneer yang melapisi fiber. Salah

desain baru gigi tiruan cekat berupa resin

satu penelitian menemukan bahwa resin

bonded prosthesis yang dapat disebut juga

komposit yang diperkuat dengan ultra high

resin

adhesive

molecular weight polyethylene (UHMWPE)

prosthesis

fiber memiliki kekuatan fleksural yang

bonded

bridge.1,2

bridge

Resin

merupakan

gigi

atau

bonded tiruan

cekat

yang

komponen, dasar

yaitu dan

fiber resin

sebagai komposit 6

cukup baik sehingga diharapkan fiber

menggantikan satu atau dua gigi yang

tersebut

hilang dengan menggunakan teknik etsa

komposit dan dijadikan sebagai salah satu

asam dan ikatan resin.3

material resin bonded prosthesis.7

Resin

bonded

prosthesis

dapat

dapat

Bahan

diaplikasikan

restorasi

gigi

dengan

khususnya

dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk

komposit yang ada di Indonesia saat ini

mengatasi kehilangan sedikit gigi karena

pada umumnya ialah bahan restorasi gigi

lebih

banyak

yang diimpor dari negara lain. Hal ini

melakukan pengurangan jaringan gigi, dan

sangat disayangkan mengingat sumber

tergolong mudah dalam pemasangannya

daya alam yang dapat diolah menjadi

dibandingkan dengan gigi tiruan lepasan

bahan restorasi gigi di Indonesia sangat

atau pun gigi tiruan cekat konvensional.4

melimpah, salah satunya ialah bahan

Salah

dasar

efisien,

satu

tidak

bahan

terlalu

yang

mulai

dikembangkan sebagai bahan baku direct

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

zirconia.

Zirconia

dapat

dimanfaatkan di bidang kedokteran gigi

20


karena memiliki keunggulan seperti sifat

seperti kekerasan dan modulus elastisitas

kimia

lebih rendah dari zirconia, akan tetapi

(bioinert),

sifat

fisik

(stabilitas

dimensional yang baik), sifat mekanis yang

dapat

paling

sehingga

baik

diantara

semua

keramik

memberikan

efek

translusen

keberadaannya

dapat

kedokteran gigi (kekuatan, kekerasan, dan

menambah nilai estetis. Bentuk nanorod

toughness yang tinggi, modulus elastisitas

dipilih pada penelitian ini karena memiliki

dan flexural strength yang menyerupai

luas permukaan yang besar sehingga daya

baja), serta memiliki biokompatibilitas yang

tarik antar partikel lebih besar dan dapat

tinggi.8 Selain sifat mekaniknya yang baik,

memperkuat ikatan antara filler dengan

zirconia

serupa

matriks resin. Berdasarkan hal tersebut

dengan warna gigi sehingga meningkatkan

diharapkan sifat mekanis suatu material

nilai estetis.9 Kelemahan dari zirconia ialah

dapat meningkat dan

memiliki stabilitas molekuler yang rendah

alumina stabilized zirconia-white carbon

sehingga diperlukan adanya penambahan

black

bahan stabilizer pada zirconia. Bahan yang

modifikasi nanokomposit yang cocok untuk

digunakan

diaplikasikan dengan fiber dan dijadikan

juga

memiliki

sebagai

warna

stabilizer

dalam

diharapkan

penelitian ini adalah alumina. Hal ini

sebagai

berdasarkan pada penelitian sebelumnya

prosthesis.11,12,13

yang menyatakan bahwa alumina dapat dijadikan

sebagai

stabilizer

pada

zirconia.10 Sintesis

pada

mampu

material

menjadi

resin

bonded

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan sintesis alumina stabilized

nanokomposit

kombinasi antara

zirconia-white

carbon

black

sebagai filler komposit untuk aplikasi direct

penelitian ini selain menggunakan alumina

resin

bonded

stabilized zirconia juga ditambah dengan

membandingkan karakteristik mikrostruktur

white carbon black atau disebut pula

dan

dengan silika yang memiliki rumus kimia

pabrikan.

kekerasannya

prosthesis

dengan

dan

komposit

SiO2.nH2O. White carbon black merupakan silika berbentuk batang berukuran nano

2. METODE PENELITIAN

(nanorod) yang memiliki sifat mekanis

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

21


Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental penelitian

laboratoris.

dibagi

menjadi

Sampel dua,

yaitu

nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dan komposit pabrikan. Masing-masing

sampel

dikarakterisasi

mikrostruktur dan diuji kekerasan. Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan zirconia

sintesis

dengan

alumina

metode

stabilized

sol-gel

dan

Gambar 2. Tahap Pembuatan Sintesis White

pembuatan sintesis white carbon black Hasil

dengan metode sol-gel.

dicampurkan

tersebut dengan

kemudian

polimer

UDMA

(Urethane Dimetacrylate) (17%), TEDGMA (Triethylene Glycol Dimethacrylate) 95% (5%),

DMAEMA

Methacrylate)

95%

(Hydroxyethylene Gambar 1. Tahap Pembuatan Alumina Stabilized Zirconia

(Dimethylaminoethyl (5%),

Methacrylate)

HEMA 99+%

(10%), dan champorquinone 97% (1%) dalam gelas kimia dan diaduk dengan

Setelah pembuatan kedua sintesis tersebut, dilakukan pembuatan gabungan dari

kedua

sintesis

tersebut

dengan

perbandingan 50:50, kemudian diaduk dengan menggunakan spatula sehingga didapatkan filler. Filler tersebut direndam dengan kitosan 2%, kemudian dikeringkan dengan oven.

menggunakan spatula sampai homogen. Selapis

nanokomposit

alumina

stabilized zirconia-white carbon black dan komposit

pabrikan

secara

terpisah

diletakkan dengan ketebalan sekitar 1 mm di dasar cetakan berukuran diameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang diberi alas matriks strip. Keduanya dipolimerisasi dengan light curing unit selama empat menit untuk nanokomposit hasil sintesis dan 40 detik

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

22


untuk komposit pabrikan. Bagian atas

dipolimerisasi dengan menggunakan light

lapisan

kelompok

curing unit dengan penyinaran selama

kemudian dilapisi kembali dengan 1 mm

empat menit untuk nanokomposit hasil

bahan

sintesis dan 40 detik untuk komposit hasil

pertama

yang

kedua

sesuai

masing-masing

kelompok dan dipolimerisasi dengan light

pabrikan.

curing unit, langkah ini diulang hingga memenuhi

cetakan.

Seluruh

sampel

Fiber bahan

kemudian

yang

dilapisi

sesuai

masing-masing

dilepas dari cetakan, kemudian dilakukan

kelompok

pemolesan

Permukaan atas cetakan ditutup dengan

pada

sampel

sebelum

pengujian.

hingga

dengan

memenuhi

cetakan.

glass lab, ditekan dengan tekanan ringan

Pembuatan Sampel Uji Scanning

serta dijepit di tiap sisi untuk menekan

Electron Microscopy (SEM) dengan selapis

bahan

nanokomposit alumina stabilized zirconia

dipolimerisasi dengan light curing unit.

white carbon black dan komposit pabrikan

Sampel

secara

menggunakan light curing unit dengan

terpisah

diletakkan

dengan

yang

berlebihan

kemudian

langkah

Fiber dipotong sesuai ukuran panjang

pertama. Seluruh sampel dilepas dari

yang

nanokomposit

hasil

sama

dipolimerisasi

ketebalan sekitar 0,5 mm di dasar cetakan.

dibutuhkan.

yang

kemudian

dengan

lapisan

Fiber

untuk

cetakan, kemudian dilakukan pemotongan

sintesis

dibasahi

dan pemolesan pada sampel sebelum

dengan kitosan dan dibagi menjadi tiga

pengujian.

kelompok yaitu kitosan 2%, 4%, dan 6%.

Sampel yang sudah jadi dilihat

Fiber untuk komposit pabrikan dibasahi

karakteristik morfologinya menggunakan

dengan bahan adhesif pabrikan. Masing-

SEM,

masing fiber yang sudah dibasahi kitosan

kekerasan

diletakkan di atas nanokomposit hasil

hardness tester.

sintesis

sedangkan

dibasahi

bahan

fiber

yang

adhesif

berada

di

dalam

pabrikan

cetakan

dilakukan

menggunakan

pengujian microvickers

sudah

diletakkan di atas komposit pabrikan yang telah

kemudian

dan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

3. HASIL PENELITIAN Hasil

karakterisasi

X-Ray

Diffractometry (XRD) dari serbuk alumina

23


stabilized

zirconia

ditunjukkan

pada

Gambar 1.

Berdasarkan Tabel 1 hasil pengujian kekerasan terhadap sampel nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 60:40 didapatkan nilai kekerasan rata-rata sebesar 8,4 VHN. Nilai

kekerasan

sampel

nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dengan perbandingan Gambar 3. XRD Alumina Stabilized Zirconia22

filler dan matriks 70:30 ditunjukkan pada Tabel 2.

Berdasarkan Gambar 3 karakterisasi XRD

dari

zirconia

serbuk

alumina

didapatkan

stabilized

puncak-puncak

dengan dua fasa struktur kristal yang

Titik

Nilai Kekerasan (VHN)

1

24,8

2

25,6

3

21,9

terdiri dari sebagian besar fasa tetragonal

4

25,2

dan sedikit fasa monoklinik.

5

24,4

Rata-rata

24,38

Dan hasil nilai kekerasan sampel nanokomposit alumina stabilized zirconia-

Tabel 2. Nilai Kekerasan Kelompok Sampel A222

white carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 60:40 ditunjukkan pada Berdasarkan Tabel 2 hasil pengujian

Tabel 1. Titik

Nilai Kekerasan (VHN)

kekerasan terhadap sampel nanokomposit

1

8,0

alumina stabilized zirconia-white carbon

2

6,7

3

11,8

4

6,7

matriks 70:30 didapatkan nilai kekerasan

5

8,8

rata-rata

Rata-rata

8,4

Tabel 1. Nilai Kekerasan Kelompok 22 Sampel A1

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

black dengan perbandingan filler dan

kekerasan

sebesar sampel

24,38

VHN.

komposit

Nilai

pabrikan

ditunjukkan pada Tabel 3.

24


Titik

Nilai Kekerasan (VHN)

1

30,4

2

19,6

3

16,0

4

37,1

5

34,3

Rata-rata

27,48

Gambar 4. Hasil Karakterisasi SEM Serbuk White Carbon Black. (A) Sebelum Dikalsinasi, (B) Kalsinasi dalam Suhu 500°C Selama Dua Jam, dan (C) Kalsinasi dalam Suhu 500°C Selama Satu Jam Kemudian Dilanjutkan dengan Suhu 750°C Selama Satu Jam. 22

Berdasarkan

Tabel 3. Nilai Kekerasan Kelompok Sampel B22

hasil

karakterisasi

SEM pada serbuk white carbon black sebelum dikalsinasi menunjukkan bahwa

Berdasarkan Tabel 3 hasil pengujian kekerasan

komposit

(bulat) dengan ukuran partikel sekitar 39-

pabrikan didapatkan nilai kekerasan rata-

114 nm. Hasil karakterisasi SEM pada

rata sebesar 27,48 VHN.

serbuk white carbon black yang dikalsinasi

Hasil white

terhadap

sampel

partikel yang terbentuk berupa spherical

karakterisasi

carbon

black

SEM

ditunjukkan

serbuk pada

Gambar 2.

dalam suhu 500°C selama dua menunjukkan

bahwa

partikel

jam

nanorod

mulai terbentuk namun masih didominasi dengan bentuk spherical, sedangkan pada serbuk white carbon black yang dikalsinasi dalam suhu 500°C selama satu jam kemudian dilanjutkan dengan suhu 750°C selama satu jam menunjukkan bahwa secara umum partikel nanorod sudah terbentuk dengan ukuran diameter terkecil hingga 35 nm. Berdasarkan

hasil

SEM

nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 70:30, ukuran partikel yang dihasilkan adalah sekitar 57-241 nm dengan rata-rata 149 nm dan partikel yang terbentuk berupa spherical (bulat) dan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

25


nanorod.

Partikel-partikel

pada

antara nanokomposit dengan polyethylene

komposit ini sudah terlihat tertutup oleh

fiber yang sebelumnya diolesi kitosan 6%

matriks dengan cukup baik.

terdapat

Berdasarkan

hasil

filler

SEM

pada

komposit pabrikan, ukuran partikel yang dihasilkan adalah sekitar 117-189 nm

celah

yang

lebih

kecil

dari

sampel-sampel sebelumnya yaitu sekitar 0,632-4,940 Âľm. Sampel

komposit

pabrikan

dan

dengan rata-rata 153 nm dan ukuran

polyethylene fiber dengan bahan adhesif

partikelnya terlihat cukup seragam.

pabrikan,

Sampel alumina stabilized zirconia-

hasil

menunjukkan

karakterisasi

bahwa

antara

SEM

komposit

white carbon black dan polyethylene fiber

pabrikan dengan polyethylene fiber yang

dengan bahan adhesif kitosan 2%, hasil

sebelumnya

karakterisasi SEM menunjukkan bahwa

pabrikan

antara nanokomposit dengan polyethylene

0,600-0,825 Âľm.

diolesi

terdapat

bahan

celah

yaitu

adhesif sekitar

fiber yang sebelumnya diolesi dengan kitosan 2% terdapat celah yang cukup besar yaitu 28,645 Âľm.

4. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil karakterisasi XRD

Sampel alumina stabilized zirconia-

serbuk alumina stabilized zirconia yang

white carbon black dan polyethylene fiber

dihasilkan pada penelitian ini, didapatkan

dengan bahan adhesif kitosan 4%, hasil

dua fasa struktur kristal yang terdiri dari

karakterisasi SEM menunjukkan bahwa

sebagian besar fasa tetragonal dan sedikit

antara nanokomposit dengan polyethylene

fasa monoklinik, padahal penambahan

fiber yang sebelumnya diolesi kitosan 4%

alumina pada zirconia ini diharapkan dapat

terdapat celah yang lebih kecil apabila

menstabilkan

dibandingkan dengan sampel A yaitu

tetragonal homogen. Hal ini dikarenakan

sekitar 1,077-4,252 Âľm.

material dengan struktur kristal tetragonal

Sampel alumina stabilized zirconia-

fasa

kristal

menjadi

memiliki sifat mekanis cukup memadai di

white carbon black dan polyethylene fiber

bidang

dengan bahan adhesif kitosan 6%, hasil

dengan dua struktur kristal yang lain pada

karakterisasi SEM menunjukkan bahwa

zirconia, yaitu struktur kristal monoklinik

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

kedokteran

gigi

dibandingkan

26


dan kubik.14,15 Kristal monoklinik dalam

komposit yang terbentuk akan menurun.

jumlah sedikit yang terbentuk

pada

Kemungkinan penyebab lain rendahnya

penelitian ini menunjukkan bahwa struktur

nilai kekerasan komposit hasil sintesis ini

kristal pada zirconia hasil sintesis hampir

adalah proses pencampuran filler dan

homogen dan menandakan bahwa kristal

matriks yang belum homogen. Proses

zirconia pada sampel ini cukup stabil

pencampuran

sehingga mempengaruhi sifat mekanis dari

komposit pabrikan dibuat dengan mesin

material yang dihasilkan.

otomatis,

Nilai kekerasan resin komposit yang

masih

filler

dan

sedangkan

secara

matriks

pada

manual

pada

penelitian

menggunakan

digunakan dalam kedokteran gigi berkisar

spatula sehingga proses pencampuran

antara 30-90 VHN.16 Berdasarkan hal

filler dan matriks kurang maksimal.17

tersebut, maka komposit hasil sintesis

Hasil

karakterisasi

SEM

serbuk

belum memenuhi syarat untuk digunakan

white carbon black menunjukkan bentuk

sebagai filler komposit kedokteran gigi

partikel berupa batang berukuran nano

karena nilai rata-rata kekerasannya ialah

(nanorod) dengan ukuran diameter terkecil

24,38 VHN, akan tetapi nilai tersebut

hingga 39 nm. Proses pembuatan white

sudah mendekati nilai kekerasan komposit

carbon

pabrikan

ini

menambahkan kitosan 1% dan larutan

menghasilkan kekerasan sebesar 27,48

kanji 0,5%. Kitosan dalam hal ini berperan

VHN.

sebagai surfaktan yang berperan melapisi

yang

dalam

Rendahnya

penelitian

ini

dilakukan

dengan

kekerasan

permukaan partikel pada tahap sebelum

komposit hasil sintesis dapat disebabkan

dikalsinasi. Kitosan memiliki gugus amino

oleh

pada

(NH2) dan bersifat kation (positif). Hal ini

komposit hasil sintesis yang masih besar,

menyebabkan kitosan menjadi bersifat

yaitu 57-241 nm. Ukuran dan distribusi

bioadhesive,

partikel

tersebut

dengan

menyebabkan terbentuknya ruang antar

negatif.

partikel. Adanya ruang yang tidak terisi

menghasilkan Si(OH) yang bersifat negatif

partikel

(anion)

rentang

yang

nilai

black

ukuran

belum

menyebabkan

partikel

merata

sifat

mekanis

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

yaitu

permukaan Reaksi

karena

mudah yang

bermuatan

hidrolisis

adanya

berikatan

Na2SiO3

gugus

OH-.

27


Permukaan

partikel

yang

bermuatan

Hasil SEM pada sampel komposit hasil

negatif tersebut akan segera ditutupi oleh

sintesis menunjukkan distribusi ukuran

kitosan yang bermuatan positif ketika

partikel

dilakukan penambahan kitosan. Hal ini

dibandingkan komposit pabrikan. Hal ini

menyebabkan

partikel

diduga disebabkan oleh kurang meratanya

terhenti sehingga ukuran partikel yang

kitosan sebagai surfaktan dalam melapisi

dihasilkan pun kecil.10,14

partikel pada tahap sebelum dilakukan

pertumbuhan

yang

masih

kurang

merata

Penambahan kanji pada penelitian

kalsinasi sehingga menyebabkan ukuran

ini berperan sebagai soft template yang

partikel yang terbentuk menjadi kurang

mengarahkan pertumbuhan partikel ke

homogen.14

arah bentuk nanorod dan menstabilkan

Komposit

hasil

sintesis

yang

bentuk nanorod. Kanji termasuk jenis

diaplikasikan pada polyethylene fiber yang

amilum (pati), yaitu jenis polisakarida dari

diolesi kitosan 6% menghasilkan celah

jenis selulosa yang tersusun dari dua

yang paling kecil jika dibandingkan dengan

polimer yang berbeda, yakni 10-20%

penggunaan kitosan 2% dan 4%. Hal ini

amilosa dan 80-90% amilopektin. Struktur

dapat disebabkan karena adanya kitosan

amilosa bersifat linier sehingga dapat

yang

mengarahkan pertumbuhan partikel ke

dengan

arah bentuk nanorod, selain itu adanya

semakin tinggi kemurnian kitosan maka

amilopektin yang bersifat stabil berfungsi

semakin

banyak

untuk menstabilkan bentuk nanorod.13,18,19

terbuka

sehingga

Pengamatan

menggunakan

SEM

pada sampel hasil sintesis dipilih sampel

dioleskan

pada

komposit

fiber

hasil

gugus

berikatan

sintesis

amino

kemampuan

dan

yang kitosan

untuk berikatan menjadi lebih besar.20 Celah yang terdapat pada interface

nanokomposit alumina stabilized zirconia

antara

white carbon black dengan perbandingan

polyethylene

filler

karena

karena tidak adanya ikatan antara gugus

menghasilkan rata-rata nilai kekerasan

fungsi pada kitosan dengan gugus fungsi

lebih besar dibandingkan sampel dengan

pada polyethylene fiber, dimana kitosan

perbandingan filler dan matriks 60:40.

dengan gugus amino (NH2) tidak dapat

dan

matriks

70:30

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

komposit fiber

hasil dapat

sintesis

dan

disebabkan

28


berikatan dengan polyethylene fiber yang

reinforced

memiliki

sehingga

Nanokomposit alumina stabilized zirconia-

keduanya sama-sama bermuatan positif.

white carbon black dengan perbandingan

Hal

dengan

filler dan matriks 70:30 memiliki nilai

menambahkan coupling agent dari bahan

kekerasan yang sudah mendekati nilai

alam yang biokompatibel dan memiliki

kekerasan komposit pabrikan.

gugus

ini

fungsi

dapat

CH2

diperbaiki

composite

pabrikan.

gugus fungsi yang cocok dengan kitosan dan

polyethylene

membentuk

fiber

sehingga

ikatan

di

bisa antara

keduanya.10,14,21

5. KESIMPULAN Berdasarkan

hasil

sintesis

dan

karakterisasi alumina stabilized zirconiawhite carbon black pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 70:30 memiliki ukuran partikel yang

lebih

kecil

dibandingkan komposit

dan

dengan

pabrikan.

lebih

baik

ukuran

partikel

Interface

antara

nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dan polyethylene fiber dengan bahan adhesif kitosan 6% memiliki ukuran celah paling kecil dibandingkan dengan kitosan

penggunaan 2%

mendekati

dan

ukuran

bahan

4%, celah

adhesif

serta pada

sudah fiber

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA 1. Rosentiel, S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed., Mosby Elsevier, Missouri 2006; 805-824. 2. Durey, K.A., Nixon, P.J., Robinson, S., Chan, M.F.W.Y., Resin Bonded Bridges: Techniques for Success, British Dental Journal 2011; 211(3):113-118. 3. Pintadi, H., Penggunaan Fiber Reinforced Composite sebagai Resin Bonded Prosthesis pada Gigi Anterior, Laporan Kasus, Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta; 2012. 4. Shuman, I.E., Replacement of a Tooth with a Fiber-Reinforced Direct Bonded Restoration, Gen. Dent. 2000; 48(3): 314-318. 5. Vallittu, P.K., Resin-Bonded, Glass Fiber Reinforced Composite Fixed Partial Dentures: A Clinical Study, J. Prosthet. Dent., 2000; 84(4): 413-418. 6. Garoushi, S., Vallittu, P., FiberReinforced Composites in Fixed Partial Dentures, Libyan Journal of Medicine 2006; 1(1): 73-82, http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3081502/ pdf/LJM-1-073.pdf, diakses pada tanggal 13 Agustus 2012. 7. Mozartha, M., Herda, E., Soufyan, A., Pemilihan Resin Komposit dan Fiber untuk Meningkatkan Kekuatan Fleksural Fiber Reinforced Composite (FRC), Jurnal PDGI, 2010; 59(1): 2934. 8. Ozkurt, Z., Iseri, U., Kazazaoglu, E., Zirconia Ceramic Post System; A Literature Review and A Case Report, Dental Material Journal, 2010; 29(3): 233-34.

29


9. Hidayat, A.L.K., Perbandingan Kekerasan dan Modulus Elastisitas Material Implan Keramik MetakaolinPSZ Menggunakan Rasio 1:2 dan 2:1 yang Diimpregnasi dengan PMMAApatit, Skripsi, Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan); 2012. 10.Pramata, R., Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Alumina Stabilized Zirconia (ASZ) sebagai Dental Bridge Material, Tugas Akhir Sarjana, Program Studi Teknik Material Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2011. 11.Murphy, C.J., Jana, N.R., Controlling the Aspect Ratio of Inorganic Nanorods and Nanowires, Advanced Materials; 2002. 12.Shujuan, D., Shuyong, Y., Zhigang, H., Limei B., Experimental Study on Developing White Carbon Black by Using Wollastonite, Advanced Materials Research, 2010; 9: 87-95. 13.Mulyani, W.E., Sintesis Nanorod White Carbon Black-Lavender Menggunakan Template Kanji dengan Metode Sol Gel-Emulsi untuk Aplikasi Tekstil Anti Nyamuk, Tesis, Program Studi Ilmu dan Teknik Material Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2013. 14.Kurniawati, A., Sintesis dan Karakterisasi Partikel Nano Magnesia Partially Stabilized Zirconia (Mg-PSZ) dengan Teknik Sol-Gel sebagai Bahan Baku Material Restorasi Gigi, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

Padjajaran, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2011. 15.Denry, I., Kelly, J.R., State of The Art of Zirconia for Dental Application, Journal of Dental Materials 2008; 24: 299-307. 16.Mc Cabe, J.F., Walls, G.A., Applied Dental Materials, 9th Ed, Blackwell Munksgaard, UK; 2008. 17.Hakim, M,L.N., Variasi Besar Amplitudo Ultrasonic Homogenizer terhadap Karakteristik Hasil Sintesis Zirconia Alumina Silika sebagai Filler Komposit serta Nilai Kekerasan Komposit yang Dihasilkan, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2012. 18.Zulfikar, Polisakarida, http://www.chemis-ry.org/materi_kimia/ kimiakesehatan/biomolekul/polisakarida/, diakses pada tanggal 23 Juni 2013; 2010. 19.Antono, S., Prosedur Identifikasi Amilum dalam Ubi Kayu, http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/2265885-proseduridentifikasi-amilum-dlm-ubi/ diakses pada tanggal 23 Juni 2013; 2012. 20.Hsu, S.H., Whu, S.W., Tsai, C.L., Wu, Y.H., Chen, H.W., Hsieh, K.H., Chitosan as Scaffold Materials: Effects of Molecular Weight and Degree of Deacetylation, Journal of Polymer Research 2004; 11: 141-147. 21.Castro, D.O., Filho, A.R., Frollini, E., Materials Prepared from Biopolyethylene and Curaua Fibers: Composites from Biomass, Polymer Testing 2012; 31(7):880-888. 22.Data Primer Penelitian, 20

30


Laporan Tinjauan Pustaka

POTENSI ASAM LEMAK OMEGA-3 MINYAK IKAN LEMURU (SARDINELLA LONGICEPS) SEBAGAI PENCEGAH DAN TERAPI ALTERNATIF OSTEOARTHRITIS PADA WANITA PASCA-MENOPAUSE

Dwi Riski Saputra1, Akhmad Miftahul Huda2, Dwi Yoga Setyorini2, Mulia Hakam3 1

Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jember Student of Study Program of Nursing, Universitas Jember 3 Departement of Study Program of Nursing, Universitas Jember

2

1

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember, Jawa Timur Email: dwirisky01@yahoo.com Tel/Fax. +6285791529577 2,3

ABSTRAK Secara umum prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi, banyak studi menunjukkan bahwa osteoarthritis (OA) berhubungan dengan level estrogen. Penurunan hormon estrogen pada wanita pasca-menopause meningkatkan resiko terjadinya OA. Wright, Riggs, Lisse, & Chen melaporkan kejadian OA pada wanita post menopause bahwa resiko OA pada usia 70-79 tahun meningkat 2,69 kali jika dibandingkan dengan usia 50-59 tahun. Osteoarthritis adalah penyakit degenerasi sendi yang ditandai dengan kerusakan kartilago artikular sendi. Minyak ikan lemuru banyak mengandung DHA dan EPA yang berperan penting dalam regenerasi kartilago dibandingkan dengan ikan sejenisnya, yakni sebesar 18 % EPA dan 13 % DHA. Studi literatur ini bertujuan untuk mengaji potensi asam lemak omega-3 minyak ikan lemuru sebagai pencegah dan terapi alternatif OA pada wanita pasca-menopause. Degenerasi kartilago dapat menstimulasi pengeluaran mediator inflamasi. Sebagai agen pencegahan OA, asam lemak omega-3 berpotensi menurunkan produksi mediator inflamasi seperti prostaglandin, dan sitokin (IL1, IL-6, dan TNF-Îą) sehingga degradasi matriks kartilago dapat dihindari. Sebagai agen terapi, asam lemak omega-3 minyak ikan dapat mengganti asam arakidonat sehingga menurunkan metabolisme eukosanoid sehingga dapat menurunkan pelepasan sinyal proinflamasi. Asam lemak omega-3 juga dapat meningkatkan ekspresi bone sialoprotein (BSP) yang berperan dalam pergerakan osteoblas untuk mengadakan remineralisasi. Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa asam lemak omega-3 minyak ikan lemuru berpotensi sebagai pencegah dan terapi alternatif, osteoarthritis pada wanita pasca-menopause. Kata kunci: Degenerasi Kartilago, Asam Lemak Omega-3, Osteoarthritis ABSTRACT In general, the prevalence of joint disease in Indonesia is very high, many studies show that osteoarthritis (OA) associated with estrogen levels. The decrease of estrogen in postmenopausal women increases the risk of OA. Wright, Riggs, Lisse, & Chen reported incidence of OA in postmenopausal women sebahwa risk of OA at the age of 70-79 years increased by 2.69 times compared to the age of 50-59 years. Osteoarthritis is a disease characterized by the degeneration of joint cartilage damage articular joints. Lemuru much oil contains DHA and EPA which plays an important role in the regeneration of cartilage

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

31


compared to fish the like, which amounted to 18% EPA and 13% DHA. This literature study aims to assess the potential of omega-3 fish oil lemuru as OA prevention and alternative therapy in postmenopausal women. Cartilage degeneration can stimulate inflammatory mediator release. As a preventive agent OA, omega-3 fatty acids could potentially reduce the production of inflammatory mediators such as prostaglandins, and cytokines (IL-1, IL-6, and TNF-Îą) that cartilage matrix degradation can be avoided. As a therapeutic agent, omega-3 fish oil can replace arachidonic acid (AA) metabolism resulting in lower eukosanoid so as to reduce the release of proinflammatory signals. Omega-3 fatty acids can also increase the expression of bone sialoprotein (BSP), which plays a role in the movement of osteoblasts to hold remineralization. Based on the above study it can be concluded that omega-3 fish oil lemuru preventive and therapeutic potential as an alternative, osteoarthritis in postmenopausal women. Keywords: Degeneration of Joint Cartilage, Omega-3 Fatty Acids, Osteoarthritis 1. PENDAHULUAN Menurut

sebagian

Badan

nyeri

sendi

erat

dan

kaitannya dengan terjadinya perubahan

Pengembangan Kesehatan Departemen

hormonal. Timbulnya degenerasi sendi

Kesehatan

Tahun

yakni osteoarthritis (OA) dapat dipicu oleh

2008, secara umum prevalensi penyakit

kekurangan estrogen, karena kekurangan

sendi di Indonesia sangat tinggi. Pada usia

estrogen menyebabkan kerusakan matriks

45-54 prevalensinya sebesar 46,3%, usia

kolagen, dan dengan sendirinya pula

55-64 sebesar 56,4%, usia 65-74 sebesar

tulang rawan ikut rusak.4

Republik

Penelitian

wanita,

Indonesia

62,9 dan usia lebih dari 75 sebesar 65,4%.38

dibanding

Pada terjadi

Peningkatan proses resorbsi tulang

wanita

degenerasi

pasca-menopause

tulang

pasca-menopause

antara

pada lain

yang

disebabkan oleh karena defisiensi hormon

memproduksi hormon estrogen sehingga

estrogen, yang lebih lanjut akan memicu

terjadi

hormon

proliferasi

estrogen. Defisiensi estrogen pada wanita

osteoklas

pasca-menopause

memengaruhi

penurunan

folikel-folikel

wanita

pembentukan

sekresi

berdampak

pada

peningkatan masalah kesehatan sehingga

Banyak

wanita

menopause

mengeluh nyeri otot dan sendi. Pada

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

diferensiasi

dan

progenitor

mengaktifkan

pembentukan

serta

osteoklas

yang baru.

dapat mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas wanita pascamenopause.

dan

Osteoklasogenesis

yang

terjadi

dapat memicu degradasi matriks kartilago yang merupakan bantalan sendi sehingga dapat

terjadi

OA.

Nyeri

kronis

32


muskuloskeletal

akibat

OA

sangat

18% dan 13%.11 Limbah minyak ikan

mengganggu aktivitas penderitanya. Salah

Lemuru

satu terapi OA yang selama ini banyak

Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur sebagai

digunakan

anti

hasil ekstraksi dari pengolahan tepung

inflamasi nonsteroid, yaitu piroksisam yang

ikan. Namun pemanfaatan minyak ikan

dapat menimbulkan efek samping yang

Lemuru masih belum optimal, minyak ikan

serius pada system gastrointestinal seperti

Lemuru biasanya diperdagangkan untuk

ulser, perforasi atau bleeding.41

pakan ternak, industri cat dan tinta dengan

adalah

dengan

obat

Pengobatan dari bahan-bahan alami

banyak

terdapat

di

daerah

harga yang murah.11

saat ini sangat sering diperbincangkan

Tujuan

karya

studi

literatur

ini

karena diduga memiliki potensi luar biasa

adalah untuk mengaji potensi asam lemak

dengan efek samping yang minimal. Ikan

omega-3 minyak ikan Lemuru (Sardinella

laut mengandung asam omega-3 yaitu

longiceps) sebagai pencegah

EPA (eicosapentaenoid acid) dan DHA

alternatif

(docohexaenoic

sangat

menopause.

banyak

2. TINJAUAN PUSTAKA

acid)

yang

OA

pada

dan terapi

wanita

pasca-

bermanfaat bagi kesehatan. Diet

minyak

ikan

yang

mengandung n-3 PUFA khususnya EPA

2.1 Klasifikasi Ikan Lemuru

dan DHA terbukti menurunkan mediator

Ikan Lemuru terdiri dari beberapa

resorbsi tulang yaitu prostaglandin maupun

jenis,

sitokin pro-inflamasi yaitu IL-1α, IL-1β dan

longiceps, Sardinella aurita, Sardinella

TNF-α. Penurunan PGE2, IL-1 maupun

leiogaster, dan Sardinella clupeiodes.10

TNF-α menyebabkan aktivitas osteoblas

Beberapa

meningkat dan pembentukan osteoklas

Statistik Perikanan Indonesia digabung

pada tulang alveolar terhambat.14

menjadi

Ikan Lemuru (Sardinella longiceph)

diantaranya

jenis

satu

adalah

ikan

dengan

Sardinella

tersebut

nama

dalam

Lemuru

(Sardinella longiceps).27

kaya akan asam lemak omega-3 yang mengandung EPA (eicosapentaenoid acid)

2.2 Minyak Ikan Lemuru

dan DHA (docohexaenoic acid) sebesar

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

33


Minyak

ikan

merupakan

lemak

Beberapa penelitian menyatakan

berbentuk cair, berasal dari ikan. Minyak

bahwa

tersebut diisolasi dari ikan yang hidup

antiinflamatori. EPA menurunkan produksi

pada tumbuhan di bawah permukaan laut,

sitokin

misalnya ikan Cod, Hiu dan Hering.31,40

dengan cara langsung mengganti asam

Minyak ikan Lemuru merupakan limbah

arakidonat (AA) yang merupakan substrat

atau hasil samping yang diperoleh dari

eikosanoid

proses

menghambat metabolisme AA, dan secara

pengalengan

(5%)

dan

penepungan (10%) ikan Lemuru.12,32

n-3

PUFA

dapat

pro-inflamasi

dan

sebagai

eikosanoid

(prostaglandin)

dengan

tidak langsung dapat mengubah ekspresi

Minyak ikan Lemuru merupakan salah satu jenis minyak ikan yang memiliki

gen inflammatori melalui aktivitas faktor transkripsi.7

kandungan asam lemak tak jenuh paling tinggi dibandingkan dengan jenis minyak ikan lainnya.

2.3 Osteoarthritis

17

Secara khusus prevalensi OA di

Minyak ikan Lemuru memiliki total

Indonesia juga cukup tinggi yaitu 5% pada

asam lemak omega-3 sekitar 25%-30%32

usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60

dengan perincian yakni sekitar 18% terdiri

tahun dan 65% pada usia > 61 tahun.38 OA

dari eicosapentaenoic acid (EPA) dan

dimasukkan oleh Organisasi Kesehatan

docosahexaenoic

Dunia (WHO) ke dalam salah satu dari

(DHA)

sekitar

13%.

Perbandingan kadar EPA dan DHA minyak

empat

ikan Lemuru dengan jenis minyak ikan

membebani individu, sistem kesehatan

yang lainnya dapat dilihat melalui tabel

maupun sistem perawatan sosial dengan

sebagai berikut.12,17

biaya yang cukup besar.24

Jenis Ikan Tuna Salmon Cod Herring Lemuru

Minyak

EPA (%) 7 6 11 9 18

DHA (%) 20 10 21 6 13

Tabel 2.1 Perbandingan Kadar EPA dan DHA Minyak Ikan Lemuru dengan Jenis Minyak Ikan yang Lainnya11,12

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

kondisi otot

dan tulang

yang

Kartilago sendi merupakan organ sasaran utama OA. Titik awal terjadinya OA adalah kerusakan atau hilangnya kartilago.22 tulang misalnya

Inisiasi

rawan akibat

proses

sendi

yang

trauma

kerusakan abnormal

atau

proses

34


inflamasi

akan

mengakibatkan inflamasi

menginisiasi

dan

Stimulasi Produksi nitric oxide (NO),

kaskade

di samping dua mekanisme di atas,

degradasi

terdapat pula mekanisme lain dimana IL-1

teraktivasinya

maupun

proses

enzimatik terhadap rawan sendi.24 Kerusakan

pada

memunculkan

daerah

sendi

efek

menyebabkan

yang

inflamasi

melalui tiga mekanisme yaitu peningkatan

menstimuli

produksi

Matrix Metalloproteases (MMPs), inflamasi

menghambat

pada membran sinovial dan stimulasi

sintesis proteoglikan.

NO.

produksi

dapat dengan

NO

dapat

kolagen

dan

produksi nitric oxide. Peningkatan

MMPs,

collagenase,

sebuah enzim MMPs bertanggung jawab atas

degradasi

stromelysin

kolagen.

Begitu

juga

bertanggung

jawab

atas

degradasi proteoglikan. Sebuah enzim yang

disebut

bertanggung

aggrecanase

jawab

atas

juga

degradasi

proteoglikan. Inflamasi membran sinovial. Sintesis mediator-mediator seperti IL-1 dan TNF-Îą pada

membran

sinovial

Gambar 1. Bagan Patofisiologi OA

menyebabkan Gejala-gejala

degradasi tulang rawan. Sitokin ini mampu

OA

meliputi

nyeri

enzim

MMPs,

sendi yang semakin buruk setelah latihan

fisiologis

utama

atau meletakkan beban di atas persendian,

inhibitor dan menghambat sintesis bahan-

rasa nyeri hilang ketika istirahat, rasa sakit

bahan

yang

meningkatkan menghambat

sintesis sintesis

matriks misalnya

kolagen

dan

lebih

buruk

dapat

terjadi

saat

proteoglikan. Aksi IL-1 dan TNF-Îą pada

memulai beraktivitas, seiring waktu nyeri

proses enzim, dikombinasikan dengan

hadir

penekanan sintesis matriks, menghasilkan

istirahat, rasa nyeri meningkat saat cuaca

degradasi yang parah dalam tulang rawan.

lembab atau basah, sendi mengalami

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

bahkan

terjadi

ketika

sedang

35


pembengkakan,

gerakan

kelemahan

sekitar

otot

terbatas, sendi

yang

terlihat jelas bahwa peningkatan prevalensi OA berhubungan dengan masa puncak menopause.1,9 Sebuah studi menunjukkan

mengalami artritis.

bahwa OA tiga kali lebih sering terjadi 2.4 Hormon Estrogen pada Wanita

pada wanita berusia 45 sampai 64 tahun.9

Pasca-Menopause Menopause ketidakmampuan

Estrogen

merupakan

salah

satu

merupakan

suatu

hormon steroid seks dengan 18 atom C

ovarium

untuk

dan dibentuk terutama dari 17-ketosteroid

memproduksi telur dikombinasikan dengan

androstenedion.35

reduksi radikal pada produksi ovarium

bekerja pada organ, maka melalui reseptor

hormon

seks

menopause estrogen

wanita.

pasca-

estrogen –ι dan –β. Setelah hormon

efek

protektif

estrogen diikat oleh reseptor estrogen,

peningkatan

maka akan timbul khasiat biologik dari

mengalami

resiko terjadinya osteoporosis, OA dan

jaringan tersebut.

penyakit jantung. Produksi estrogen turun lebih

dari

65%

pada

estrogen

Wanita

kehilangan

dan

Hormon

wanita

pasca-

menopause.9 Level estradiol pada wanita pasca-

Dalam keadaan normal, estrogen dapat bekerja sama dengan hormonhormon lainnya dari hipotalamus, yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH

menopause menyentuh level kurang dari

(Luteinizing

Hormone),

32 pg/ml dan sering bahkan kurang dari 10

Selain

estrogen

pg/ml ketika pasca-menopause. Hal ini

hormon ovarium yang dapat menyebabkan

jauh dari level serum estrogen pada

haid

periode menopause yang menyentuh level

kehamilan serta remodelling tulang yang

60-250 pg/ml pada fase proliferatif dan 75-

seimbang.35

40 pg/ml pada fase luteal.13 Banyak studi menunjukkan bahwa

itu,

siklik

dan bekerja

(teratur)

Estrogen

prolaktin.

dan

dengan

terjadinya

menstimulasi

serta

membantu pertumbuhan tulang melalui

OA berhubungan dengan level estrogen. 1,9

beberapa

Oleh karena itu, prevalensi OA lebih besar

memengaruhi perubahan bentuk tulang

ditemukan pada wanita daripada pria, dan

rangka

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

cara,

dan

yaitu

tulang

1)

panjang

dengan

yang

36


mengalami

penutupan

epifisisnya

diferensiasi, aktivasi, maupun apoptosis

sehingga pertumbuhan tulang terhenti, 2)

dari

memengaruhi metabolisme tulang secara

langsung

langsung

matriks

osteoklas dengan menekan aktivasi c-Jun

tulang yang diperankan oleh 17β-estradiol

sehingga mencegah terjadinya diferensiasi

yang dapat meningkatkan kekuatan tulang

sel prekursor osteoklas dan menekan

melalui

aktivasi sel osteoklas dewasa.30

pada

pembentukan

mineralisasi

tulang,

3)

menghambat kerja sitokin pro-inflamasi, terutama

sel–sel

mempengaruhi

mononuklear, osteoklas

osteoklas,

sedangkan

melalui

reseptor

secara terhadap

3. PEMBAHASAN

4)

Penurunan hormon estrogen pada

dengan

wanita pasca-menopause meningkatkan

meningkatkan apoptosis osteoklas.2

resiko

Defisiensi estrogen pada pada tikus

terjadinya

penuaan,

OA.

terjadinya

Karena sekresi

proses estrogen

mempredisposisi perubahan pada TMJ

menurun pada wanita pasca-menopause

melalui perubahan serum kalsitonin dan

seiring

hormon paratiroid.29 Studi yang dilakukan

Estrogen memegang peran penting dalam

oleh Kuroda menunjukkan bahwa densitas

memodulasi metabolisme jaringan tulang.

mineral tulang pada tikus yang telah mengalami

bertambahnya

usia.

Beberapa studi menunjukkan bahwa

Penurunan

terdapat afinitas reseptor yang tinggi pada

densitas tulang ini akan mengakibatkan

membran sinovial, diskus artikular dan

degenerasi pada TMJ.25

kondilus mandibula pada manusia. Oleh

Efek

ovariektomi.

dengan

biologis

dari

estrogen

karena itu, estrogen mempunyai pengaruh

diperantarai oleh reseptor yang dimiliki

dalam

oleh sel osteoblastik diantaranya estrogen

kartilago, dan diskus artikular.39

receptor-related

receptor

α

(ERRα),

reseptor estrogen α,β (Erα,Erβ).34

perkembangan

Hormon

struktur

estrogen

tulang,

dapat

memengaruhi pertumbuhan tulang yaitu

Estrogen mempunyai efek terhadap

dengan

meningkatkan

pembentukan

sel osteoklas secara langsung maupun

matriks tulang yang diperankan oleh 17 β-

tidak langsung.5 Secara tidak langsung

estradiol, menghambat kerja sitokin pro-

estrogen

inflamasi terutama sel-sel mononuklear

mempengaruhi

proses

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

37


dan menghambat aktivitas osteoklas. 2,36

Gambar 2. Efek Estrogen dan Sitokin

Terdapat

Terhadap Pengaturan Pembentukan

efek

estrogen

terhadap

sel

osteoblas dan osteoklas. Efek biologis dari

Osteoklas, Aktivitas, dan Proses

estrogen diperantarai oleh reseptor yang

Apoptosisnya.

dimiliki oleh sel osteoblastik diantaranya:

Efek Estrogen sebagai Stimulasi Ditandai

estrogen

receptor-related

receptor

a

dengan E(+), sedangkan Efek Inhibisi dengan Tanda E(-)5

(ERRa), reseptor estrogen a, b (ERa, ERb).34 Efek estrogen pada sel osteoklas, dalam

percobaan

binatang,

defisiensi

Pada

proses

katabolisme

didapatkan adanya peran IL-1 baik yang

estrogen akan menyebabkan terjadinya

dikeluarkan

osteoklastogenesis yang meningkat dan

mengakibatkan kerusakan matriks rawan

berlanjut dengan kehilangan tulang. Hal ini

sendi atau oleh sel lain seperti sinovisit,

dapat

makrofag, fibroblas dan lain-lain.

dicegah

estrogen.

dengan

dan

Adanya pengaruh IL-1 kondrosit

ekpresi dari OPG dan TGF-β oleh sel

akan mensintesis berbagai enzim perusak

osteoblas

seperti

penyerapan

dan

juga

kondrosit

merangsang

selanjutnya

Estrogen

pemberian

oleh

sel

berfungsi tulang

dan

stroma,

yang

menghambat

MMPs

kondrosit,

dan

sinovisit

NO.3

Disamping

juga

merupakan

mempercepat/

sumber sintesis NO pada sendi yang

merangsang apoptosis sel osteoklas (lihat

mengalami inflamasi. Di samping itu, IL-1

gambar 1.5

juga mampu menginduksi sintesis aktivator enzim lain seperti plasminogen aktivator dan pertanda biokimia kerusakan rawan sendi (COMP) serta berkurangnya sintesis faktor anabolik seperti kolagen tipe II serta aggrecan.21 Defisiensi sekresi estrogen dapat memicu terjadinya degenerasi kartilago sendi. Kartilago sendi merupakan organ

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

38


sasaran utama OA.6 Titik awal terjadinya

tertinggi dibandingkan jenis ikan lainnya,

OA adalah kerusakan atau hilangnya

sebesar 18% dan 13%.12

kartilago.18

Sebagai

Terjadinya sendi

dapat

degenerasi

kartilago

menstimulasi

pelepasan

mediator inflamasi, yakni dapat

kandungan

agen

EPA

pencegahan

pada

minyak

OA, ikan

berpotensi menurunkan produksi mediator

memicu

pro-inflamasi seperti prostaglandin, dan

makrofag untuk menghasilkan IL-1 yang

sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF-α). EPA dalam

akan meningkatkan enzim proteolitik untuk

asam lemak omega-3 dapat mengatur

melakukan

ekspresi gen dan sinyal transduksi gen

degradasi

matriks

ekstraseluler.

sitokin pro-inflamasi melalui transkripsi

Dengan defisiensi estrogen ini akan

mRNA sitokin. Faktor transkripsi yang

terjadi meningkatnya produksi dari IL-1, IL-

terlibat dalam regulasi inflamatory adalah

6,

lanjutkan

nuclear

RANK-L.

menghambat nuclear factor translokasi

Selanjutnya RANK-L menginduksi aktivitas

(NFkβ) yang mengakibatkan penurunan

JNK1

produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1

dan

TNF-α

diproduksi

dan

yang

M-CSF

lebih dan

osteoclastogenic

activator

protein-1, faktor transkripsi c-Fos dan cJun. Penurunan sekresi estrogen juga

factor

(NFkβ).

EPA

dan TNF-α.20 EPA dapat menurunkan produksi

dapat menurunkan elastisitas kartilago

eikosanoid

sendi,

meningkatkan

mediator resorpsi tulang sehingga aktivitas

persendian.

osteoklas terganggu.14 Inhibisi pelepasan

resiko

sehingga terjadinya

dapat friksi

(PGE2)

yang

merupakan

Terjadinya friksi pada memicu pelepasan

mediator-mediator pro-inflamasi

mediator pro-inflamasi sehingga terjadi

diet minyak ikan akan dapat mencegah

reaksi

terjadinya

inflamasi

lanjutan

yang

dapat

memperparah OA sendi.

destruksi

kartilago

dengan

sendi.

Sebagai agen terapi OA, diet minyak ikan

Ikan Lemuru (Sardinella longiceph)

yang banyak mengandung asam lemak

banyak mengandung asam lemak omega-

omega-3 dapat meningkatkan formasi dan

3 yang mengandung EPA dan DHA

diferensiasi osteoblas pada pembentukan tulang.37

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

39


Asam

lemak

omega-3

terbukti

menurunkan

pelepasan

sinyal

pro-

mampu menurunkan ekspresi osteopontin

inflamasi. Asam lemak omega-3 juga

(OPN). OPN merupakan molekul yang

dapat

berperan pergerakan osteoklas di daerah

sialoprotein (BSP) yang berperan dalam

resorpsi tulang dan mampu meningkatkan

pergerakan osteoblas untuk mengadakan

ekspresi bone sialoprotein (BSP) yang

remineralisasi.

berperan untuk

dalam pergerakan

Kandungan DHA minyak ikan memiliki peranan

dalam

meningkatkan

pengendapan kalsium pada tulang lebih besar dibanding EPA. Hal ini karena DHA dapat

menghambat

osteoklasogenesis

yang dimediasi oleh RANK-L.

23

4. KESIMPULAN Asam lemak omega-3 minyak ikan Lemuru (Sardinella longiceps) berpotensi sebagai pencegah dan terapi alternatif OA pada

wanita

pasca-menopause.

(1)

Sebagai agen pencegahan OA, asam lemak omega-3 berpotensi menurunkan produksi

mediator

inflamasi

seperti

prostaglandin, dan sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF-α)

sehingga

degradasi

matriks

kartilago dapat dihindari. (2) Sebagai agen terapi alternatif, asam lemak omega-3 minyak

ikan

arakidonat

dapat

mengganti

sehingga

ekspresi

bone

osteoblas

remineralisasi. 14

mengadakan

meningkatkan

asam

menurunkan

metabolisme eukosanoid sehingga dapat

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA 1. Aslam MN, Lansky EP, Varani J. Pomegranate as A Cosmeceutical Source:Pomegranate Fractions Promote Proliferation and Procollagen Synthesis and Inhibit Matrix Metalloproteinase-1 Production in Human Skin Cells. Journal of Ethnopharmacology vol.103 2006; pp 311–318. 2. Baron G, Falissard B, Tubach F, Ravaud P, et al. Evaluation of clinically relevant states in patient reported outcomes in knee and hip osteoarthritis: The patient acceptable symptom state. Annals of the Rheumatic Diseases 2005; 64(1):34-37 3. Baron, D. N. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC; 1984. 4. Baziad, Ali. Menopause dan Andropause. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo; 2003. 5. Bell, Norman H. RANK ligand and the regulation of skeletal remodelling. J Clin Invest 2003; 111:1120-22 6. Brandt, Kenneth D. Diagnosis and Nonsurgical Management of Osteoarthritis. Paperback ISBN-13: 9781884735578; 2000. 7. Calder PC. Long-Chain n-3 Fatty Acids and Inflammation: Potential Application in Surgical and Trauma Patients, Braz J Med Biol Res.2003; 36(4):433-46 8. Catalog of Fishes. Omega-3 Fatty Acids. Am Fam Physician. 2004; 70 (1):133-140 9. Cranton, Elmer M. Estrogen and Progesteron: Restoring A Woman’s Losses; 2013. 10.Current Perspectives”, n.d. hal. 4; Sarzi-Puttini, et all, 2005; Wilke, n.d.

40


11.Dewi, E. N. Isolasi Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Hasil Limbah Penepungan dan Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinelle longiseps). Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB; 1996. 12.Harmayani, E., Utami, T., Hastuti, P., Jenny. Hidrolisis Minyak Ikan Lemuru oleh Lipase Amobil dari Mucor miehei pada Berbagai Rasio Minyak dan Air. Seminar Nasional Industri Pangan Tahun 2000. Yogyakarta: FATETA UGM; 2000. 13.Hughey, Michael Hughey. Introductory Obstetrics & Gynecology. Medical Education Division, Brookside Assosciates, Ltd; 2005. 14.Indahyani DE. Manfaat asam lemak omega-3 polyunsaturated pasca perawatan ortodonti. MI Kedokteran Gigi.Edisi Khusus FORIL 2002; 357-61. 15.Indahyani DE. Pengaruh minyak ikan terhadap jumlah dan aktivitas osteoklas tulang periapikal pada tikus. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UGM; 2001. 16.Indahyani DE. Pengaruh minyak ikan terhadap proses erupsi gigi dengan infeksi tulang alveolaris pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida (LPS) (kajian pada ekspresi bone sialoprotein, osteopontin dan fase erupsi gigi) Desertasi. Yogyakarta: Pascasarjana UGM; 2008. 17.Irianto, H.E., Suparno, Murtini, J.T. dan Sunarya. Kandungan Asam Lemak Omega-3 Beberapa Jenis Ikan dan Produk Olahan Tradisional. Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional, Jakarta 9-11 Juni 1995, p.176-181, Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, Jakarta; 1995. 18.Isbagio H. Peran Densitas Tulang pada Etiopatogenesis Osteoarthritis. Dibacakan pada Seminar and Workshop on Osteoarthritis di FK Universitas Brawijaya. Tesis; 1996. 19.Ismail T, Sestili P, Akhtar S, Pomegranate Peel and Fruit Extracts: A Reviewof Potential Anti-Inflammatory and Anti-Infective Effects. Journal of Ethnopharmacology. Vol. 143(2). 2012; pp 397-405. 20.Jho DH, Cole SM, Lee EM. Espat NJ. Role of Omega-3 Fatty Acid Supplementation in Inflammation and malignancy. Integr Cancer Ther. 2004; 3;398-111.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

21.Jordan, KM., Arden, NK., Doherty, M., Bannwarth, B., et al. EULAR Reccomendations 2003: an evidence based approach to the mnagement of knee osteoarthritis: Report of a Tsk Force of The Standing Comittee for International Clinical Studies Including Therapeutic Trials (ESCISIT). Ann Rheum Dis 2003; 62: 1145 1155. 22.Khomsan A, dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta; 2006. 23.Krugger MC, Poulsen R. Health benefits of salmon and omega-3 oil supplementation. New Zealand: Massey University; 2008 24.Kurniati, Novi. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Formula Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum). Skripsi . Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia; 2011. 25.Kuroda S, Mukohyama H, Kondo H, Aoki K, Ohya K, Ohyama T, et al. Bone Mineral Density of The Mandible in Overiectomyized Rats: analyses using dual energy X-ray absorbpt iometry and peripheral quantitive computed tomography. J Oral Dis 2003; 9(1): 248 26.Lee DG, Kim TW, Kkang SC, Kim ST. Estrogen Receptor Gene Polymorphism and Craniofacial Morphology in Female TMJ Osteoarthritis Patients. Int J Oral Maxillofac Surg 2006; 35(2): 165-9 27.Merta, I. G. S., Widana, K., Yunizar, Basuki, R. Status of The Lemuru Fishery in Bali Strain its Development an Prospects. Workshop on the fishery an managemen os Bali Sardinella (Sardinella lemuru) in Bali Strait. Roma: FAO; 2000. 28.Monroe DG, Secreto FJ, Spelsberg TC. Overview odf estrogen action in osteoblasts: Role of the ligand the receptor and the co-regilators. J Musculoskel Neuron Interact 2003; 3(4):357-62 29.Okuda T, Yasuoka T, Nakashima M, Oka N. The Effect of Ovarioectomy on The Temporomandibular Joint. J Oral Maxillofacial surg 1996; 54(10): 120110 30.Oursler MJ. Direct and indirect effects of estrogen on osteoclast. J Musculoskel Neuron Interact 2003; 4:363-6

41


31.Peck, M. D. Interaction of Lipids with Immune Function I: Biochemical Affect of Dietary Lipids on Plasma Membranes. J Nutr Biochem. 1994; 5: 466-478 32.Permadi, E. Analisis Pengembangan Industri Pengolahan Mikroenkapsulasi Minyak Ikan. Bogor :Institut Pertanian Bogor; 2003. 33.Pudyani, PS. Fields, HW. Sarver, DM. Remodelling Tulang Alveolar pada pergerakan Gigi secara Orthodontik. MI Kedokteran Gigi 2007; 22(4): 163-70 34.Quaedackers ME, Van Den Brink CE, Wissink S, et al. 4-hydroxytamoxipen trans represses nuclear factor-kb activity in human oasteoblastic U2-OS cells through estrogen receptor (ER) and not through Er. Endocrinology 2001;142:3. 35.Rachman, IA. 2004. Osteoporosis Primer pada Wanita Pascamenopause: peranan Hormon Estrogen Menjelang Usia Lanjut. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 28(3): 146-162 36.Ranakusuma, AB. Metabolik Endokrinologi Rongga Mulut. Jakarta: Universitas Indonesia Press; 1992.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

37.Salary P, Rezaie A, Larijani B, Abdollah M.A Systemic Review of Impact of n-3 fatty acid in bone health and osteoporosis. Med Sci Monit. 2008 ; 14(3) 37-44 38.Sugianto, Nanik Lidyawati. Pemberian Jus Delima Merah (Punica Granatum)dapat Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah pada Mencit (Mus Musculus) dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Tesis. Denpasar : Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana; 2011. 39.Wang, Jian., Chao, Yonglie., Wan, Qoanbing., Zhu, Zhimin. The Possible Role of Estrogen in The Incidence of Temporomandibular Disorder. Medical Hypotheses 2008; 71 : 564-567 40.Winarno, F. G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 1997. 41.Wofe M. D. Dangerous Drugs Peroxicam Public Citizen’s Health Research Group. Http://www.citizen.org/hrg/PUBLICATIO NS/1373.ht; 1995

42


Laporan Tinjauan Pustaka

RANULA : ETIOLOGI DAN PENATALAKSANAANNYA Andi Sri Permatasari1

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea, Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012 ABSTRAK Diagnosa pembengkakan dasar mulut adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi atau mengenali pembengkakan yang terjadi di daerah dasar mulut. Pembengkakan dasar mulut dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti sialolithiasis, ranula, kista, tumor, dan sebagainya. Pembengkakan dasar mulut memberikan dampak yang buruk bila tidak segera diatasi. Ini karena, pembengkakan pada dasar mulut mengganggu fungsi utama seperti fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Kesehatan fisik dan psikologis pasien secara tidak langsung juga akan terpengaruh dengan adanya gangguan fungsi tersebut.Salah satu pembengkakan di dasar mulut yang paling sering terjadi adalah ranula. Ranula merupakan salah satu jenis kista retensi di dasar mulut yang berhubungan dengan glandula saliva. Prevalensi ranula kira-kira 0,2 kasus dari setiap 1000 orang. Prevalensi ranula yang merupakan kista retensi berada di antara 1-10%. Ranula biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, dengan frekuensi paling banyak itu pada dekade kedua. Ranula Plunging atau ranula servikal cenderung terjadi pada dekade ketiga. Ranula dapat ditangani oleh beberapa macam teknik bedah, yakni marsupialisasi, eksisi glandula sublingualis, ataupun kombinasi eksisi keduanya yakni ranula dan glandula sublingualis Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai etiologi dan penatalaksanaan ranula. Kata Kunci: Eksisi, Marsupialisasi, Ranula, Ranula Plunging ABSTRACT Diagnosis swelling of the mouth is an action taken to identify or recognize swelling that occurs in the area of the mouth. Swelling of the mouth can be caused by many factors such as sialolithiasis, ranula, cysts, tumors, and so on. Swelling floor of the mouth have a negative effect if not addressed. This is because, swelling of the floor of the mouth interfere with the primary functions such as speech function, chew, swallow, and breathe. Physical and psychological health of the patient will also indirectly affected by the disruption of the function tersebut.Salah swelling at the base of the mouth of the most common is ranula. Ranula is one type of retention cyst in the floor of the mouth are associated with salivary gland. Prevalence of ranula is approximately 0.2 cases out of every 1000 people. Ranula prevalence retention cyst which is located in between 1-10%. Ranula usually occurs in children and adults easily, with the most frequency in the second decade. Ranula Plunging or Cervical Ranula likely occur in the third decade. Ranula can be handled by a number of surgical techniques, namely marsupialization, sublingual gland excision, or a combination of both the ranula excision and sublingual glands, therefore, in this paper will discuss the etiology and treatment of ranula. Keywords: Excision, Marsupialization, Ranula, Ranula Plunging

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

4


1.

PENDAHULUAN

untuk mendapatkan perawatan sering

Diagnosa pembengkakan dasar mulut

adalah

tindakan

tingkat

pembengkakan

sudah

yang

berukuran besar dan menimbulkan rasa

dilakukan untuk mengidentifikasi atau

tidak nyaman bahkan sakit. Keadaan ini

mengenali pembengkakan yang terjadi

sering dianggap sebagai pembengkakan

di daerah dasar mulut. Pembengkakan

akibat infeksi dan bila tidak dilakukan

dasar mulut dapat disebabkan oleh

diagnosa dengan tepat maka perawatan

banyak

yang akan diberikan terhadap pasien

faktor

suatu

pada

seperti

sialolithiasis,

ranula, kista, tumor, dan sebagainya. Diagnosa

sangat

penting

juga tidak tepat.1.

untuk

Salah

satu

pembengkakan

di

menentukan sifat suatu pembengkakan

dasar mulut yang paling sering terjadi

dan membedakan satu pembengkakan

adalah ranula. Ranula merupakan salah

dengan yang lainnya supaya suatu

satu jenis kista retensi di dasar mulut

rencana perawatan yang tepat dapat

yang berhubungan dengan glandula

dilakukan.

saliva.2 Prevalensi ranula kira-kira 0,2

Pembengkakan

dasar

mulut

kasus

dari

setiap

1000

orang.

memberikan dampak yang buruk bila

Prevalensi ranula yang merupakan kista

tidak

karena,

retensi berada di antara 1-10%. Ranula

mulut

biasanya terjadi pada anak-anak dan

seperti

dewasa muda, dengan frekuensi paling

fungsi bicara, mengunyah, menelan,

banyak itu pada dekade kedua. Ranula

dan

Plunging atau ranula servikal cenderung

segera

pembengkakan mengganggu

bernafas.

diatasi.

Ini

pada

dasar

fungsi

utama

Kesehatan

fisik dan

3

psikologis pasien secara tidak langsung

terjadi pada dekade ketiga.

juga akan terpengaruh dengan adanya

karena itu, pada makalah ini akan

gangguan fungsi tersebut.

dibahas

Pembengkakan

dasar

mulut

mengenai

etiologi

Oleh

dan

penatalaksanaan ranula.

biasanya asimtomatis dan tidak disertai rasa sakit pada awal pembentukannya.

1. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh karena itu, pasien yang datang

2.1.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

Definisi Ranula

50


Ranula berasal dari kata latin: Rana,

yang

berarti

Dinamakan ranula,

ranula

merupakan masa yang

katak.

terbentuk akibat rupturnya glandula

karena ranula

saliva tanpa diikuti rupturnya ruang

tersebut menonjol mirip perut katak.

submandibula

Istilah

menimbulkan

ranula

digunakan

untuk

yang

kemudian

pseudokista

hingga

ke

yang

menggambarkan mucocele yang timbul

meluas

pada dasar mulut. Biasanya unilateral

submandibula atau dengan kata lain

dan menyebabkan pembengkakan biru

berpenetrasi ke otot milohiodeus.

translusen yang mirip dengan perut

Sehingga

katak.6

pembengkakan hingga ke leher.

nampak

ruang

terjadinya

2.2 Klasifikasi Ranula Berdasarkan

letaknya

ranula

dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel dan ranula plunging2,3,6,910,11,. 1.

Ranula simpel/ ranula intraoral Ranula simpel yang juga disebut dengan intraoral ranula merupakan ranula

yang

karena

pada patogenesis.

Ada yang disebut

obstruksi duktus glandula saliva

kista sejati (true cyst) dengan lapisan

tanpa

epitel, karena obstruksi duktus dari

diikuti

duktus

dengan

tersebut.

rupturnya tidak

kelenjar sublingual atau salah satu dari

submandibula,

kelenjar ludah minor. Selain itu ada

dengan kata lain tidak berpenetrasi

yang disebut kista semu (pseudocyst)

ke otot milohioideus

yang berasal dari trauma pada duktus,

melewati

2.

terbentuk

Gambar 1. Dua kasus ranula yang terletak di sisi kiri dari dasar rongga mulut. a. Lesi kecil b. Lesi kecil (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.3345).12 Ada dua jenis ranula tergantung

ruang

Letaknya

Ranula plunging/ ranula servikal

ekstravasasi,

dan

akumulasi

saliva

Sedangkan ranula plunging atau

dalam jaringan sekitarnya. Pada tipe ini,

sering disebut ranula diving ataupun

dinding

pseudokista

tidak

memiliki

ranula dissecting ataupun cervical

lapisan

epitel,

terdiri

jaringan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

dan

50


granulasi yang dikelilingi oleh jaringan

otot milohioid. Otot milohioid dianggap

ikat.

sebagai diafragma dasar mulut, tetapi Ranula juga dapat dibedakan atas

secara

anatomis tidak secara

total

fenomena ekstravasasi mukus dan kista

membatasi dengan region leher, oleh

ritensi

karena ditemukan suatu dehisensi atau

mukus.

Ekstravasasi

mukus

merupakan akibat dari trauma dan kista

hiatus

dalam

ini tidak mempunyai batas atau dinding

sepanjang aspek lateral 2/3 anterior otot

yang jelas. Sebaliknya kista ritensi

pada

mukus terjadi akibat obstruksi duktus

berpenetrasi ke otot milohioid. Sekresi

kelenjar saliva.

mukus mengalir kearah leher melalui

36-45

otot

%

mylohiodeus

individu.

Kista

ini

otot milohioid dan menetap di dalam 2. PEMBAHASAN

jaringan

3.1.

Etiologi

pembengkakan yang difus pada bagian

Etiologi dari ranula terjadi akibat

lateral atau submental leher. Sekresi

trauma, obstruksi

fasial

sehingga

terjadi

kelenjar saliva, dan

saliva yang berlangsung lama pada

aneurisma duktus glandula saliva. Post

glandula sublingual akan menyebabkan

traumatik ranula terjadi akibat trauma

akumulasi

pada

pembesaran

glandula

submandibular

sublingual yang

atau

menyebabkan

ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk

mukus masa

sehingga

terjadi

servikal

secara

konstan. Trauma dari tindakan bedah yang

pseudokista. Obstruksi duktus saliva

dilakukan

dapat disebabkan oleh sialolithiasis,

menimbulkan parut atau jaringan fibrosa

malformasi

pada permukaan superior dari ranula.

kongenital,

stenosis dan

untuk

Sehingga

tumor.

ranula akan tumbuh menembus otot

mukus

pada

milohioid

plunging ranula.

servikal. Pembengkakan di dasar mulut ranula

membentuk

kembali,

glandula sublingual menjadi penyebab

Plunging

dan

kambuh

ranula

pembentukan parut pada duktus atau Ekstravasasi

apabila

membuang

ranula

sangat

berrwarna kebiruan karena terjadi pula

berhubungan erat dengan diskontinuitas

dilatasi dari vena. Ranula juga dikatakan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

50


berkaitan

dengan

penyakit

kelenjar

dilakukan pembukaan, lakukan aspirasi

saliva dan anomali kongenital dimana

dari isi ranula dan juga dapat lakukan

duktus saliva tidak terbuka.2,3,9,11,12

drainase dengan memberikan tekanan pada lesi. Setelah itu, tepi mukosa

3.2 Penatalaksanaan Ranula

dijahit dengan tepi dari ranula, dan

dapat

ditangani

oleh

dibiarkan selama satu minggu. Luka

beberapa macam teknik bedah, yakni

dibiarkan terbuka atau ditutup dengan

marsupialisasi,

iodoform

eksisi

glandula

yang

distabilkan

dengan

sublingualis, ataupun kombinasi eksisi

jahitan sementara proses penyembuhan

keduanya yakni ranula dan glandula

berlangsung. Setelah itu pasien dapat

sublingualis.2,6,12

diresepkan obat-obatan.

Marsupialisasi merupakan suatu

Obat-obatan antibiotik diberikan

teknik bedah untuk mengambil kista

saat pre-operatif dan post operatif serta

dengan menyisakan dinding kista itu

analgesik pada post operatif. Antibiotik

sendiri. Teknik ini diindikasikan untuk

diberikan untuk mencegah terjadinya

kista-kista yang sudah berukuran besar.

infeksi sedangkan analgesik diberikan

Karena

untuk menghilangkan rasa sakit pasca

pertimbangan

agar

jaringan

yang dirusak sedikit. Akan tetapi teknik

bedah.

ini dapat menimbulkan rekurensi kista,

diberikan misalnya golongan penisilin

jika pengambilannya tidak baik.

yang berspektrum luas, golongan lain yang

3.3 Prosedur Perawatan

ditambah

dengan

bisa

makrolida,

Pertama lakukan anastesi blok lingual

Jenis

infiltrasi

antibiotik

yang

bisa

diberikan

sephalosporin,

clindamisin,

metronidazol,

dan tetrasiklin. Obat-obatan anelgesik yang bisa diberikan misalnya golongan

regional. Setelah dilakukan anastesi,

acetaminophen,

jepit dinding superior dari ranula dengan

ibuprofen. Akan tetapi bila lesi tersebut

hemostat dan insisi sirkuler dilakukan,

rekuren,

biasanya

dilakukan

pada mukosa oral yang menutupi lesi

penanganan dengan eksisi

glandula

maka

parasetamol,

dan

dengan dinding superior ranula. Setelah

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

50


saliva

yang

terlibat

(glandula

sublingualis).

dilakukan secara maksimal, namun jika operator melakukan eksisi dengan cara kurang maksimal maka akan terjadi rekurensi ranula sebesar 50%.9

Gambar 2. Eksisi lesi meliputi mukosa mulut dan dinding dasar kista. a. Ilustrasi gambar b. Gambaran klinis (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.334-5).12

3.5 Dampak Dampak dari ranula yang tidak dirawat

akan

menyebabkan

lidah

terangkat akibat pembengkakan yang terus menerus di dasar mulut sehingga akan mengganggu fungsi pengunyahan, bicara, menelan, dan bernafas. Selain itu penyumbatan dari kelenjar saliva Gambar 3. Suturing mukosa rongga mulut dengan menggunakan teknik interrupted sutures a. Ilustrasi gambar b. Gambaran klinis (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.334-5).12

akan mempengaruhi produksi saliva yang menyebabkan fungsi self cleansing di dalam mulut tergganggu. Bahkan ranula

yang

tidak

ditangani,

dapat

terinfeksi10.

. KESIMPULAN Gambar 4. Gambaran klinis 20 hari setelah dilakukan marsupialisasi kista (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.334-5).12 2.4 Prognosis

Ranula dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni trauma, obstruksi glandula saliva, dan aneurisme duktus glandula saliva. Ranula terdiri atas 2

Prognosis perawatan dari kasus

jenis, yaitu ranula simple/ranula intraoral

tersebut yaitu baik, artinya ranula yang

dan ranula plunging. Ranula simpel

telah ditangani dengan marsupialisasi

merupakan

dapat sembuh dengan baik setelah hari

karena obstruksi duktus glandula saliva

ke-20 pasca bedah. Tingkat rekurensi

tanpa diikuti dengan rupturnya duktus

ranula sebesar 2 % jika eksisi yang

tersebut. Letaknya tidak melewati ruang

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

ranula

yang

terbentuk

50


submandibula, dengan kata lain tidak

DAFTAR PUSTAKA

berpenetrasi ke otot milohioid.

1. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 150-152, 289. 2. Mustafa AB [et.al.]. Plunging ranula: An interesting case report. Open Journal of Stomatology, 2013, 1-4. 3. Kalra V, Mirza K, Malhotra1 A. Plunging ranula, Radiology Case. 2011 June; 5(6):18-24. 4. Balaji SM. The textbook of oral and maxillofacial surgery. India. Elsevier. 2009; p.398-400 402-405, 415-417. 5. Langlais RP. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Jakarta: Hipokrates. 40-41. 6. Shehata EA, Hassan HS. Surgical Treatment of Ranula: Comparison between Marsupialization and Sublingual Sialadenectomy in Pediatric Patients Annals of Pediatric Surgery, Vol 4, No 3&4 July-October, 2008 PP 89-93. 7. Eversole, Lewis R. clinical outline of oral pathology diagnosis and treatment. p.128-129. 8. Damle. S.G. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Penerbit Jeypee. p.5-17 9. Gupta A, Karjodkar F. R.. Plunging Ranula A Case Report. International Scholarly Research Network (ISRN) Dentistry Volume 2011. 10.Parara E, Tosios K, Voulakou. A swelling of the floor of the mouth Greece Vol. 109 No. 1 January 2010. 11.Yuca K [et.al.]. Pediatric intraoral ranula: An analysis of nine cases. Tohoku J. Exp. Med. 2005., 205, 151-155. Fregiskos FD. Oral Surgery. Berlin: Springer. 2007; p.334-33

Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving ataupun ranula

dissecting

ataupun

cervical

ranula merupakan masa yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang

kemudian

menimbulkan

pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain berpenetrasi ke Sehingga

nampak

otot

milohioid. terjadinya

pembengkakan hingga ke leher. Ranula ditangani dengan bedah yaitu teknik marsupialisasi dan bahkan dilakukan pengangkatan glandula saliva jika terjadi rekurensi ranula.

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

50


Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI KANINUS TANPA PROSEDUR BEDAH Ni Wayan Pratita Wiprayani1 1

Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati Denpasar

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Jalan Kamboja 11A Denpasar, Bali. Tel./Fax: +62361261278 ABSTRAK Impaksi pada gigi kaninus menempati posisi kedua setelah gigi molar yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi. Persentase impaksi gigi kaninus mencapai sekitar 12%15% dari populasi. Gigi kaninus maksila lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi kaninus mandibular dan lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan lakilaki. Pasien perempuan 15 tahun maloklusi kelas I Angle dengan diastema multipel anterior rahang atas dan impaksi pada gigi 23 dan 13. Koreksi maloklusi direncanakan menggunakan piranti alat lepasan dengan jalan pencabutan gigi 53 terlebih dahulu. Tujuannya adalah mengoreksi diastema multipel anterior yaitu retraksi pada 11, 12, 21, 22 ke mesial untuk menyediakan tempat yang diperlukan untuk koreksi gigi 23 yang impaksi agar dapat erupsi secara fisiologis. Sedangkan pada gigi 13 direncanakan perawatan dengan bedah ortodontik. Kata kunci : Kaninus, Erupsi, Impaksi, Piranti Ortodonti Lepasan ABSTRACT Impaction in canines ranks second after the molars of high frequency to become impacted. Percentage of impacted canines reach about 12% -15% of population.3 maxillary canine impaction is more frequent than the mandibular canines and is more common in women than men. 15 years old female patient with Class I Angle with multiple anterior maxillary diastema and impaction of the teeth 23 and 13. The correction of malocclusion is planned to use the device with a removable tool tooth extraction path 53 in advance. The goal is to correct multiple anterior diastema is retracted at 11, 12, 21, 22 to mesial to provide the necessary space for correction 23 eruption of impacted in order to physiologically. While the tooth impaction 13 planned treatment with ortho surgery. Keywords : Canine, Eruption, Impaction, Removable Appliance

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

50


1. PENDAHULUAN Erupsi

oklusi dan secara estetis membentuk

adalah

suatu

proses

bagian penting dari senyuman. Karena

perkembangan yang bertanggung jawab

alasan

untuk menggerakkan gigi dari posisi

kewajiban untuk mencoba memperoleh

crypt

posisi ideal bagi keempat kaninus.6

(terletak

tinggi

dalam

tulang

maksila) melalui prosesus alveolaris

tersebut

Pada

ortodontis

dunia

memiliki

kedokteran

gigi,

hingga ke dalam rongga mulut menuju

terdapat tiga cara untuk menangani

posisi

gigi

kasus impaksi yaitu dengan bedah,

antagonis. Proses erupsi ini merupakan

tanpa bedah, dan kombinasi.7 Pada

proses

sangat

kasus impaksi gigi kaninus kali ini

mempengaruhi perkembangan normal

dilakukan dengan metode tanpa bedah

kraniofasial kompleks.1

yang memiliki keuntungan psikis bagi

oklusi

akhir

fisiologis

Impaksi

dengan

yang

merupakan

gigi

yang

pasien dengan hasil yang optimal.

terpendam dalam tulang alveolar dan tidak dapat erupsi. Gigi impaksi paling

2. KASUS

sering dan mudah didiagnosis ketika gigi

Pasien, perempuan usia 15 tahun,

mengalami keterlambatan erupsi yang

datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

lama.2,3

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Impaksi

pada

gigi

kaninus

Mahasaraswati

Denpasar

dengan

menempati posisi kedua setelah gigi

keluhan gigi kaninus 23 dan 33 belum

molar yang berfrekuensi tinggi untuk

erupsi. Pasien tidak memiliki riwayat

mengalami impaksi. Persentase impaksi

penyakit sistemik. Pada pemeriksaan

gigi kaninus mencapai sekitar 12%-15%

klinis terdapat diastema multipel anterior

dari populasi.4 Gigi kaninus maksila

maksila dan masih terdapat gigi 53.

lebih

sering

mengalami

impaksi

dibandingkan gigi kaninus mandibular dan

lebih

perempuan

banyak

ditemukan

dibandingkan

pada

laki-laki.5

Kaninus berperan penting bagi fungsi

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

3. PEMERIKSAAN Setelah

dilakukan

rontgen

panoramik didapatkan gambaran seperti berikut :

51


Tujuannya

adalah

untuk

mengoreksi diastema multipel anterior yaitu retraksi pada gigi 11, 12, 21, 22 ke mesial untuk menyediakan tempat yang diperlukan impaksi

agar

fisiologis, Gambar 1. Rontgen Panoramik; Terdapat Diastema Multipel

didiagnosa

maloklusi

anterior maksila dan impaksi pada gigi dan

23.

Koreksi

dapat

sedangkan

23

erupsi pada

yang secara

gigi

13

ortodontik. Dari gambaran radiologi diketahui

kelas I Angle dengan diastema multipel

13

koreksi

direncanakan perawatan dengan bedah

4. PENATALAKSANAAN Pasien

untuk

pertumbuhan gigi 23 belum sempurna sehingga diharapkan masih memiliki kemampuan erupsi secara fisiologis.

maloklusi

direncanakan menggunakan piranti alat

5. PEMBAHASAN Impaksi

lepasan dengan jalan pencabutan gigi 53 terlebih dahulu. Satu minggu setelah dilakukan foto panoramik, pasien dicetak agar mendapat model diagnostik. Kemudian dibuatkan piranti alat lepasan dengan design seperti berikut:

pada

gigi

kaninus

menempati posisi kedua setelah gigi molar

yang

berfrekuensi

tinggi

mengalami impaksi. Sebanyak 15-20% populasi mengalami impaksi kaninus dan

kebanyakan

ditemukan

pada

wanita. Deteksi dini kemungkinan adanya impaksi

kaninus

maksila

dapat

dilakukan pada pasien mulai usia 9 atau 10 tahun. Metode diagnosis yang biasa dilakukan yaitu anamnesa mencakup riwayat keluarga, pemeriksaan klinis Gambar 2. Design Piranti Alat Lepasan seperti

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

visual,

taktil/palpasi,

dan

52


8,9,10

pemeriksaan radiografi.

Pada

kasus di atas, pasien wanita 15 tahun maloklusi

kelas

I

Angle

gigi 23 cukup untuk erupsi secara fisiologis.

dengan

diastema multipel anterior maksila dan

6. KESIMPULAN

impaksi pada gigi 13 dan 23. Dengan

Koreksi pada impaksi gigi 23

melihat hasil foto panoramik, gigi 23

dapat dilakukan dengan bantuan piranti

diharapkan

alat lepasan guna menyediakan tempat

mampu

erupsi

secara

fisiologis karena pertumbuhannya yang

untuk

belum sempurna.

panoramik

Tahap selanjutnya yang dilakukan

erupsi

karena

terlihat

pada

adanya

foto

diastema

multipel. Gigi 11, 12, 21, 22 diretraksi

setelah foto panoramik yaitu pencabutan

kearah

pada gigi 63. Kemudian pada minggu

mendapatkan ruang yang cukup untuk

berikutnya

erupsi.

maksila

dan

mandibula

mesial

Karena

agar

gigi 23

dilihat

dari

untuk

foto

pasien dicetak untuk dibuatkan model

panoramik gigi 23 belum tumbuh secara

diagnostik.

sempurna sehingga diharapkan masih

Diastema

multipel

pada

anterior maksila akan dikoreksi dengan

memiliki

piranti

dengan

fisiologis. Pasien merasa lebih nyaman

meretraksi gigi 11, 12, 21, 22 ke mesial

dengan metode ini karena tidak perlu

untuk

dilakukan pembedahan pada impaksi

alat

lepasan

menyediakan

yaitu

tempat

yang

diperlukan untuk koreksi gigi 23 yang impaksi

agar

dapat

fisiologis. Sedangkan

erupsi pada

gigi 13

ortodontik.

piranti

alat

diastema

pasien lepasan,

multipel

menggunakan diharapkan

anterior

erupsi

secara

gigi 23.

secara

direncanakan perawatan dengan bedah

Setelah

kemampuan

maksila

terkoreksi dan tempat yang diperlukan

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA 1. Suri L, Gagari E, Vastardis H. Delayed tooth eruption: Pathogenesis, and treatment. A literature review. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2004 ; 126 : 43245. 2. Shapira Y, Kuftinec MM. Early diagnosis and interception of potential maxillary canine impaction. Am J Dent Assoc ; 1998 : 1450-58. 3. Bishara SE, Impacted maxillary canines. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1992 ; 101 : 159-71. 4. Fobiana, Selviana Wati, Majalah Kedokteran Gigi 2010 XVII(2):

53


Pengambilan Gigi Kaninus & Gigi Supernumerary yang Terpendam Pada Maksila ; 2010 5. Grgurevic J. Analysis of the treatment of impacted canines during a twenty-year period. Acta Stomatol Croat ; 2001 6. Bedoya MM, Park JH. A review of the diagnosis and management of impacted maxillary canines. JADA 2009 7. L. Zeitler, Deborah DDS, MS Peterson's Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, Volume 1: Management of Impacted Teeth Other than Third Molars;2004

BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015

8. Kurol J. Early treatment of tootheruption disturbances. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2002 ; 121 : 58891. 9. Richardson G, Russel KA., A review of impacted permanent maxillary cuspids-diagnosis and prevention. Canad J Dent assoc. 2000 ; 66:497501. 10.Jacob SG. Localization of the unerupted maxillary canine : how to and When to. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1999 ; 155 : 31422

54


Laporan Kasus

PERAWATAN GINGIVAL ENLARGEMENT DENGAN METODE EXCISIONAL NEW ATTACHMENT PROCEDURE (ENAP) Anrizandy Narwidina1 1

Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gajah Mada

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada Jalan Denta I, Sekip Utara Yogyakarta 55281, Indonesia. Tel./Fax: +62274515307 ABSTRAK Perawatan gingival enlargement dapat dilakukan dengan kuretase untuk membuang lapisan epitel poket agar jaringan ikat terinduksi untuk kembali melekat pada permukaan akar gigi, bersamaan dengan pembentukan kembali sementum dan tulang. Excisional New Attachment Procedure (ENAP) merupakan kuretase subgingiva menggunakan scalpel untuk membuang jaringan lunak bagian dalam dinding poket periodontal di sekeliling gigi dengan mempertahankan semua serabut jaringan ikat yang masih melekat pada permukaan akar dan tanpa pembuatan flap. Satu minggu setelah operasi, pasien datang untuk kontrol. Pasien tidak memiliki keluhan. Dari pemeriksaan klinis tampak bahwa gingiva sedang dalam proses penyembuhan yang baik. Kata Kunci: Kuretase, Gingival Enlargement, Poket Periodontal ABSTRACT Gingival enlargement can be treated by curretage for eliminating pocket epitel surface. This aimed to make the new attachment of alveolar bone and cementum. Excisional New Attachment Procedure (ENAP) is a subgingival curretage using scalpel to eliminate soft tissue in periodontal pocket wall around the tooth and support the whole of tissue and no making a flap. One week post-operation, patient has got reevaluation and examination. Concluded that gingival has got well healing. Keywords: Curretage, Gingival Enlargement, Periodontal Pocket

1. PENDAHULUAN Akumulasi

bakteri

periodontal dan tulang alveolar sehingga plak

pada

terbentuk

poket,

resesi,

ataupun

reaksi

keduanya. 1 Tingkat keparahan penyakit

inflamasi sebagai bentuk pertahanan

gingiva bermacam-macam. Jika invasi

tubuh

bakteri

gingiva

dapat

menyebabkan

terhadap

faktor

iritan

lokal.

Inflamasi ini kemudian menyebabkan terjadinya

kerusakan

telah

mencapai

jaringan

terdalam, yaitu tulang alveolar, dapat

ligamen

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

55


menyebabkan

resorpsi

tulang

yang

berakibat pada attachment loss. 2 Poket

periodontal

jaringan

periodontal

yang

sering

dijumpai. 3

merupakan

Perawatan

poket

suatu keadaan patologis dalam sulkus

dilakukan

gingiva.

menjadi

membuang lapisan epitel poket agar

bertambah dalam membentuk suatu

jaringan ikat terinduksi untuk kembali

poket

melekat pada permukaan akar gigi,

Sulkus

yang

gingiva

terjadi

karena

adanya

dengan

periodontal

kuretase

pergerakan margin gingiva ke arah

bersamaan

koronal, atau berubahnya perlekatan

kembali sementum dan tulang.

gingiva (gingival attachment) ke apikal, atau

kombinasi

dari

kedua

proses

tersebut.

dengan

untuk

pembentukan 4

Kuretase dapat dilakukan secara tertutup (kuretase gingiva dan kuretase subgingiva) maupun terbuka. Kuretase

Poket

dapat

diklasifikasikan

secara terbuka merupakan prosedur

menjadi poket gingiva (pseudo pocket)

bedah dengan scalpel untuk eksisi

dan poket periodontal. Sedangkan poket

dinding

periodontal sendiri dibagi menjadi poket

perlekatan jaringan ikat ke arah apikal

supraboni dan poket infraboni. 1

sampai

Perawatan penyakit pada jaringan periodontal

dapat

dilakukan

dengan

poket

dasar

yang

inflamasi

poket

serta

diatas puncak

tulang. 5 Excisional

New

Attachment

terapi bedah dan non-bedah. Perawatan

Procedure (ENAP) merupakan kuretase

ini

menghilangkan

subgingiva menggunakan scalpel untuk

inflamasi, serta mengembalikan bentuk

membuang jaringan lunak bagian dalam

dan fungsi jaringan agar kembali normal.

dinding poket periodontal disekeliling

Terapi periodontal non-bedah mampu

gigi dengan mempertahankan semua

menghilangkan

bertujuan

penyakit

untuk

tanda

periodontal

dan

gejala

serabut

ringan.

Terapi

melekat pada permukaan akar dan

bedah dapat memperbaiki kerusakan atau

memperbaiki

variasi

jaringan

ikat

yang

masih

tanpa pembuatan flap. 1

anatomi 2. KASUS

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

56


Seorang pria, berusia 22 tahun datang

ke

RSGM

Prof.

Soedomo

dengan keluhan gusi bagian depan

120/80mmHg,

suhu

tubuh

afebris,

dengan nadi 64x/menit, dan respirasi 18x/menit.

bawah merah dan membengkak. Hasil

Pemeriksaan lokal

ekstra oral

pemeriksaan klinis menunjukkan gingiva

terlihat muka simetris dan tidak ada

membengkak

merah

kelainan. Pipi dan bibir tampak simetris

kehitaman pada regio interdental gigi

juga tidak ada kelainan. Limfonodi tidak

321

bentuk

teraba. Sedangkan intra oral, mukosa

lunak,

bibir, pipi, dasar mulut, lidah, dan

unstippling, bleeding on probing (BOP)

palatum normal tidak ada kelainan. Hasil

negatif,

pemeriksaan

123.

membulat,

dan

dan

berwarna

Tekstur

halus,

konsistensi

adanya

poket

gingiva

sedalam 1 mm pada bagian interdental. Pada

pemeriksaan

fisik

pada

gingiva

menunjukkan area kemerahan, tekstur

subyektif,

unstipling, bentuk membulat, konsistensi

pasien mengeluhkan gusi bagian depan

lunak pada regio 321 123 , BOP negatif,

bawah bengkak berwarna kemerahan.

dan tidak terdapat resesi gingiva.

Saat ini gusi tidak terasa sakit. Pasien

Diagnosisnya,

gingival

tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

enlargement karena hipertrofi pada regio

Pasien pernah membersihkan gigi ke

321

dokter gigi Âą2 tahun yang lalu. Ayah

pasien

dalam keadaan sehat, tidak dicurigai

kesehatan umum baik, oral hygiene

menderita penyakit sistemik. Ibu juga

baik,

sehat, tidak dicurigai menderita penyakit

mempunyai

sistemik.

menjalani perawatan serta faktor etiologi

123, prognosis baik, dikarenakan masih

muda

kooperatif,

(22

tahun),

komunikatif,

motivasi

tinggi

dan untuk

dapat dikendalikan. 3. PEMERIKSAAN Pada

pemeriksaan

obyektif,

keadaan umum jasmani pasien sehat, rohani

kooperatif,

dan

komunikatif.

Sedangkan vital sign, tekanan darah

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

4. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan

ENAP,

menggunakan alat diagnostik, polibip, masker,

gloves,

spigmomanometer,

57


stetoskop, periodontal probe, cytoject,

dengan jalan memasukkan alat tersebut

brush, scaler tip USS, handpiece low

di antara dinding poket paralel aksis gigi.

speed, syringe, pocket marker, scalpel,

Ujung yang tumpul masuk ke dalam

scalpel holder, orband, gunting bedah,

poket dan ujung yang tajam di luar

glass

gingiva,

plate,

Dengan

spatula,

bahan

dan

larutan

iod,

suction. larutan

anestesi, kapas & kasa steril, larutan

kali mempersiapan alat dan bahan.

pada

bleeding point. Kemudian antara bleeding point yang

Jalannya operasi ENAP, pertama

ditekankan

permukaan gingiva sehingga tercipta

irigasi saline steril, periodontal pack (Coe-pack), serta gliserin.

kemudian

satu

dihubungkan

dengan

yang

dengan

lainnya

menggunakan

sonde. Lalu jaringan gingiva dieksisi sedikit ke apikal dari bleeding point dengan

menggunakan

scalpel

atau

periodontal knife dengan teknik internal bevel incision. Sudut eksisi adalah 45o terhadap aksis gigi. Dan jaringan granulasi diambil dengan kuret dan dibantu dengan scaler USS untuk membersihkan kalkulus yang masih melekat pada permukaan gigi. Gambar 1. Alat dan Bahan Operasi ENAP

Area operasi pada regio gigi 321 123 sampai vestibulum diolesi dengan larutan iod kemudian dilakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi pada area vestibulum/fornix. Marking pocket depth

Daerah

operasi

diirigasi

dengan

menggunakan larutan saline steril untuk membersihkan perdarahan dan sisa-sisa jaringan.

Kemudian

dikeringkan

dengan

daerah cara

operasi

menekan-

nekan daerah operasi menggunakan kasa steril.

dibuat dengan menggunakan pocket marker.

Dalamnya

poket

ditandai

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

58


Pemberian

resep

berupa

antibiotik untuk mencegah infeksi dan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit pasca operasi. R/

Amoxicilin cap. mg 500 No. XII s.3.d.d cap. I

Gambar 2. Insisi dengan Bevel ke Arah Dalam

R/

Paracetamol Tab. mg 500 No VI s.p.r.n. Tab I Pasien

Periodontal pack diaduk dengan tetap

glass

campuran

dengan tetap menyikat gigi dengan hati-

tersebut diambil dengan tangan yang

hati dan menghindari penyikatan pada

telah dibasahi dengan gliserin agar tidak

daerah yang tertutup pack. Daerah

lengket.

dipilin

operasi dijaga kebersihannya dengan

dibentuk seperti gulungan kemudian

berkumur obat kumur. Pasien dihimbau

ditutupkan pada area operasi, ditekan

untuk tidak berkumur keras-keras dan

perlahan-lahan,

menghindari makanan atau minuman

kemudian

Periodontal

pack

dibebaskan

dari

Obat

kebersihan

untuk

perbandingan base:katalis= 1:1 pada plate,

menjaga

diinstruksikan

diminum

mulutnya

vestibulum dan frenulum labialis supaya

panas.

teratur

dan

retensinya baik. Setelah itu periodontal

diusahakan periodontal pack jangan

pack dirapikan agar tidak mengganggu

sampai terlepas sebelum kontrol satu

oklusi dan estetika.

minggu kemudian. Kontrol satu minggu setelah operasi untuk melihat penyembuhan lukanya.

Gambar 3. Pengecekan Kembali Periodontal Pack

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

59


Gingival enlargement pada pasien diduga

terkait

sehingga

Terdapat

22

tahun

keadaan

dasar gingival

disebabkan

oleh

ciri

gingiva

mengkilat,

lunak

klinis

berupa

yang

halus,

dan

berwarna

gingiva

kemerahan. 2). Fibrous, yang memiliki

berwarna

ciri khusus berupa permukaan gingiva

kemerahan pada area interdental regio

yang terlihat lebih buram, hilangnya

gigi

stippling,

sedikit

dengan

tipe

berupa

yang

mempunyai

permukaan

Seorang pasien laki-laki berusia

respon

reaksi radang, yaitu : 1) Edematous, yang

5. PEMBAHASAN

dua

jaringan

enlargement

Gambar 4. Hasil Penyembuhan saat Kontrol

subgingiva

menimbulkan

inflamasi. respon

kalkulus

membengkak

321

123.

konsistensi

dan

Kontur

lunak,

membulat,

tekstur

halus

(unstippling), BOP negatif dan adanya

bedah

yang

pinggiran gingiva tepi yang membulat. Pada tindakan

Perawatan

gingiva

kenyal dan terlihat lebih tebal dengan

poket gingiva sebesar Âą 1 mm pada area interdental.

konsistensi

kasus ENAP

ini, karena

2

dilakukan gingival

periodontal

enlargement yang terjadi ditimbulkan

berupa ENAP pada region 321 123

oleh deposit kalkulus subgingiva yang

diharapkan

sehingga

masih tertinggal. Scaler tip tidak dapat

dapat menghilangkan jaringan granulasi

menjangkau kalkulus subgingiva karena

yang melekat pada gigi dan dinding

posisi

poket

sehingga akses cukup terbatas saat

dapat

sebelah

berhasil

dalam

dan

terjadi

gigi

perlekatan kembali antara jaringan lunak

dilakukan

dengan

sebelumnya.

permukaan

pengurangan

ukuran

gigi

dan

poket

tanpa

menimbulkan resesi gingiva.

pasien

scaling

yang

satu

crowded,

minggu

Gingival enlargement yang terjadi merupakan tipe edematous sehingga perawatan ideal yang dilakukan untuk

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

60


mengoreksi keadaan tersebut adalah

pack yang digunakan pada operasi ini

ENAP yang nantinya diharapkan terjadi

adalah Coe-pack yang bersifat non-

perlekatan kembali antara jaringan lunak

eugenol.

dengan

permukaan

gigi

tanpa

menimbulkan resesi gingiva.

darah mengisi sulkus gingiva, yang

Setelah prosedur ENAP selesai, area

operasi

Segera setelah kuretase, jendalan

ditutup

secara

total

ataupun

parsial

dengan

memisahkan epithelial lining. Hemoragik

pack.

terjadi pada jaringan dengan dilatasi

Periodontal pack yang digunakan untuk

kapiler dan leukosit polimorfonuklear

menutupi

tampak pada area perlukaan. Kemudian

menggunakan

periodontal

luka

mempunyai

berbagai

macam keuntungan, antara lain untuk

diikuti

melindungi luka dari iritasi, menjaga

granulasi yang cepat dengan penurunan

agar daerah luka tetap dalam keadaan

jumlah pembuluh darah sebagai tanda

bersih,

kematangan jaringan.

mengontrol

perdarahan,

mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan.5 pack

dapat

memercepat

pemulihan

dan

memberikan

kenyamanan

pasca-

Periodontal

memenuhi bersifat

persyaratan

tidak

jaringan

5

minggu

setelah

operasi

memiliki

pemeriksaan gingiva

klinis

sedang

keluhan.

Dari

tampak

bahwa

dalam

proses

harus

penyembuhan yang baik. Masih tampak

yaitu,

harus

sedikit

mengiritasi

mencegah

tidak

pack

dan

tidak

merangsang terjadinya reaksi alergi, dapat

Satu

proliferasi

pasien datang untuk kontrol. Pasien

Periodontal

operasi.

dengan

akumulasi

kemerahan

yang

dapat

penyembuhan

meliputi

dikategorikan normal. Proses

sisa

pembentukan

makanan dan saliva, mempunyai sifat

pembentukan

antibakteri sehingga dapat mencegah

epitelisasi, pembentukan kolagen, serta

pertumbuhaan

cukup

regenerasi dan maturasi. Sel akan

keras sehingga tidak mudah bergeser,

menutupi luka dalam waktu 7-14 hari

rasanya tidak menggangu. Periodontal

dan terkeratinisasi setelah 2-3 minggu.

bakteri,

harus

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

bekuan jaringan

darah, granulasi,

61


Pembentukan perlekatan epitel yang baru

berlangsung

selama

empat

enlargement

dalam

minggu. 4

6. KESIMPULAN Gingival

kasus ini merupakan tipe edematous yang disebabkan oleh inflamasi dari akumulasi kalkulus subgingiva. Kasus ini dapat

diatasi

dengan

memperbaiki

DAFTAR PUSTAKA 1. Newman, M.G.; Takei, H.H.; Carranza, F.A., Carranza’ s Clinical Periodontology, 11th edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia; 2012. 2. Wolf, H. F. dan Hassell, T. M., Color Atlas of Dental Hygiene Periodontology, Thieme, Stuttgart; 2006. 3. Rose, L.F., Mealey, B.L., Geneo, R.J., Conen, D.W., Periodontics, Medicine Surgery, and Implant; 2004. 4. Manson, J.D. dan Eley, B.M., Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta; 1993. 5. Carranza, Jr., and Newman., G.M., Clinical Periodontology, 7th edition, W.B Saunders Company, Philadelphia; 1996.

kondisi oral hygiene serta mengeliminasi faktor predisposisi lokal dan sistemik. Dan tindakan ENAP memberikan hasil yang

memuaskan

pasien.

Bentuk

gingiva normal dan sehat sesuai dengan rencana perawatan dan prognosis yang telah direncanakan.

BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

62


BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013

63


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.