BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
2015
i
SUSUNAN PENGURUS Pelindung
Penyunting Ahli
Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
drg. Agustin Wulan Suci D., M.DSc Universitas Jember
Dr. drg. Banun Kusumawardani, M.Kes Universitas Jember
Penasehat
Dr. drg. Didin Erma I., M.Kes
Failasofia
Universitas Jember
Universitas Gadjah Mada
Dr. drg. FX Adi Soesetijo, Sp.Prost Universitas Jember
Pimpinan Umum
Prof. Dr. drg. IDA Ratna Dewanti, M.Si
Intan Rizka Fitria
drg. Niken Probosari, M.Kes
Universitas Jember
Universitas Jember
Universitas Jember
Pimpinan Redaksi
Penyunting Pelaksana
Junti Rosa Veryani
Zulfa Fithri Universitas Jember Aliful Nisa Noviga Universitas Jember Sabrina Maharani P. Universitas Jember Christian Agung P. Universitas Jember Dwi Sri Lestari Universitas Jember Asyiah Hamasah I. Universitas Jember
Universitas Jember
Sekretaris Linda Surya S. Universitas Jember
Bendahara
Humas dan Promosi
Kharishah Muslihah
Ayu Prativia Yonenda Universitas Jember Vinanti Nur C. Universitas Jember Putri Rahmawati Y. Universitas Jember Tira Aisah P. Universitas Jember
Universitas Jember
Tata Letak dan Layout Wulan Tri Maulinda Universitas Jember Medina Nanda U. Universitas Jember Weka D. Bathari Universitas Jember Nadia Kurniasih Universitas Jember Fatimatuz Zahroh Universitas Jember
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
2015
ii
ISSN : 2302-6448
DAFTAR ISI
Susunan Pengurus................................................................................................................................... i Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii Petunjuk Penulisan ‌‌......................................................................................................................... iii Sambutan Pimpinan Redaksi.............................................................................................................. ix
Laporan Penelitian Hubungan Perawatan Ortodontik dengan Status Psikososial pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Serlita Wahyu Utami .................................................................................................................................................................................................................................. 1
Pola Perilaku Anak Terhadap Perawatan Gigi dan Mulut (Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar) Andi Sri Permatasari .................................................................................................................................................................................................................................. 9
Synthesis of Alumina Stabilized Zirconia-White Carbon Black Nanocomposite for Direct Resin Bonded Prosthesis Application Agung Prabowo Dhartono, Rafika Yusniar Kurniasari, Ziyada Salisa .................................................................................................................................................................................................................................. 19
Laporan Tinjauan Pustaka Potensi Asam Lemak Omega-3 Minyak Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps) sebagai Pencegah dan Terapi Alternatif Osteoarthritis pada Wanita Pasca-menopause Dwi Riski Saputra, Akhmad Miftahul Huda, Dwi Yoga Setyorini, Mulia Hakam .................................................................................................................................................................................................................................. 32
Ranula : Etiologi dan Penatalaksanaannya Andi Sri Permatasari .................................................................................................................................................................................................................................. 44
Laporan Kasus Penatalaksanaan Impaksi Gigi Kaninus tanpa Prosedur Bedah Ni Wayan Pratita Wiprayani .................................................................................................................................................................................................................................. 48
Perawatan Gingival Enlargement dengan Metode Excisional New Attachment Procedure (ENAP) Anrizandy Narwidina ..................................................................................................................................................................................................................................53
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari - Juni
2015
iii
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Indonesian Dental Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit setiap enam bulan sekali setiap Maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI. Ketentuan umum : 1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain. 2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan laik etik dari institusi yang bersangkutan. 3. Penulisan naskah : a.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas.
b.
Naskah diketik menggunakan Microsoft Word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan spacing after before 0 cm. Batas margin atas, bawah, kiri, dan kanan setiap halaman adalah 3343 cm. Jarak antar bab atau subbab yaitu 1 spasi (1x enter). Font Arial, size 10, sentence case, dan justify (rata kiri dan kanan).
c.
Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.
d.
Naskah terdiri dari minimal tiga (3) halaman dan maksimal lima belas (15) halaman.
4. Naskah dikirim melalui e-mail ke alamat redaksibimkgi@bimkes.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Ketentuan menurut jenis naskah : 1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, dan ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran), dan daftar rujukan. 2. Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. 3. Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi muda. Format terdiri dari judul, nama dan lembaga pengarang, abstrak, isi (pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan), dan daftar rujukan. 4. Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan human BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
iv
interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca. 5. Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran gigi. 6. Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tata laksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi). 7. Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
Ketentuan khusus : 1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.
Judul Karangan (Title)
b.
Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c.
Abstrak (Abstract)
d.
Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan (Conclusion) vi. Saran (Recommendation) vii. Ucapan terima kasih
e.
Daftar Rujukan (Reference)
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.
Judul Karangan (Title)
b.
Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c.
Abstrak (Abstract)
d.
Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Pembahasan (Discussion) iii. Kesimpulan (Conclusion) iv. Saran (Recomendation)
e.
Daftar Rujukan (Reference)
3. Judul ditulis singkat, padat, dan jelas yang menggambarkan isi naskah. Ditulis dengan sentence case, font Arial, size 14 dicetak tebal (bold) di bagian tengah (center) atas dengan uppercase (semua huruf ditulis kapital). Penulisan judul diperbolehkan menggunakan titik dua (:) tapi tidak diperbolehkan menggunakan titik koma (;) dan bila perlu dapat dilengkapi subjudul dengan ketentuan ditulis dengan BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
v
titlecase, font Arial, size 12, center dan dicetak tebal (bold). Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris dicetak miring (italic). 4. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang dan bila lebih, cukup diikuti dengan katakata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis, ditulis dengan titlecase, font Arial, size 10, center dan bold. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 5. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 250 kata, tidak menuliskan kutipan pustaka, dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis. 6. Kata kunci (keywords) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah abstrak. Tidak lebih dari lima (5) kata, dan sebaiknya bukan pengulangan kata-kata dalam judul. 7. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan italic. 8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis. 9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volume dengan suplemen
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
vi
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volume dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volume
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volume
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku
Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
vii
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 1519; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. b. Diterbitkan oleh unit pelaksana
Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
3. Materi elektronik i. Naskah jurnal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip komputer BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
viii
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
ix
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kesuksesan sehingga Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) Volume Tiga Nomor Satu dapat diterbitkan. BIMKGI merupakan suatu wadah yang menaungi seluruh mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia untuk memublikasikan karya ilmiahnya. Manusia dapat dikenal salah satunya melalui tulisannya. Namun, sangat disayangkan jika tidak dipublikasikan dan hanya tersimpan rapi dalam folder. BIMKGI dibentuk dengan harapan seluruh Mahasiswa Kedokteran Gigi se-Indonesia dapat berkontribusi dalam memublikasikan karya ilmiahnya, sehingga dapat menyumbang perbaikan IPTEK khususnya di bidang kedokteran gigi. Sebagai pimpinan umum, saya mengucapkan terima kasih kepada penulis yang mewakili institusinya untuk berkontribusi kepada BIMKGI dalam mengembangkan IPTEK. Terima kasih kepada seluruh pengurus BIMKGI atas kerja kerasnya dalam penerbitan BIMKGI Volume Tiga Nomor Satu serta kepada Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menilai dan memperbaiki kualitas karya ilmiah pada BIMKGI. Saya berharap semoga seluruh kerja keras untuk menerbitkan jurnal ini dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia Volume Tiga Nomor Satu ini. Kritik, saran, serta kontribusi karya ilmiah akan selalu kami butuhkan untuk menyempurnakan peningkatan kualitas BIMKGI ke depannya. Hidup Mahasiswa Kesehatan Indonesia! Jaya BIMKGI! Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jember, 21 Februari 2015
Intan Rizka Fitria (Pimpinan Umum)
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
x
Laporan Penelitian
HUBUNGAN PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN STATUS PSIKOSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Serlita Wahyu Utami1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea, Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012 ABSTRAK Perawatan ortodontik merupakan perawatan alternatif untuk kecantikan dentofasial. Dewasa ini, kualitas hidup sangat terkait dengan kepuasan hidup dan harga diri terutama mengenai kondisi oklusi yang dapat memengaruhi kondisi psikologis. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa estetika gigi menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup yang memengaruhi kondisi psikologis pasien dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan ortodontik status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Penelitian diadakan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Hj. Halimah Daeng Sikati. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional terhadap 77 mahasiswa dengan 9% laki-laki dan 91% perempuan sebagai sampel dengan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, perawatan ortodontik seperti untuk hubungan dengan status sosial dengan nilai ρ=0.013 (ρ<0.05), status psikologis dengan nilai ρ=0.027 (ρ<0.05), estetika gigi dengan nilai ρ=0.027 (ρ<0.05), karir dengan nilai ρ=0.041 (ρ<0.05) dan ada hubungan perawatan ortodontik status psikososial berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dengan nilai ρ=0.205 (ρ>0.05). Kesimpulannya adalah ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dan tidak ada hubungan perawatan ortodontik dengan status psikososial berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Kata Kunci: Estetika, Perawatan Ortodontik, Psikososial ABSTRACT Orthodontic treatment is an alternative treatment for dentofacial beauty. Early adult quality of life is associated with life satisfaction and self-esteem, especially regarding the occlusion condition that can affect the psychological condition. Previous research explains that dental aesthetics produce a significant improvement in quality of life that affect the psychological condition of adult patients. The aim of this study was to determine the relationship of orthodontic treatment on the psychosocial status of students of Dentistry, University of Hasanuddin. Research conducted at the Faculty of Dentistry, University of Hasanuddin, Dental Hospital and Hj. Halimah Daeng Sikati Hospital School of Dentistry. This research is observational analytic cross sectional study of 77 students with 9% of men and 91% of women for sample by accidental sampling. The results showed that there’s a relationship between orthodontic treatment and psychosocial status in students of Dentistry, University of Hasanuddin, orthodontic treatment as for relations
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
1
with social status with the value ρ=0.013 (ρ<0.05), psychological status with the value ρ=0.027 (ρ<0.05), dental aesthetics with the value ρ=0.027 (ρ<0.05), a career with the value ρ=0.041 (ρ<0.05) and there’s no relationship between orthodontic treatment and psychosocial status by sex at students of Dentistry, University of Hasanuddin with value ρ=0.205 (ρ> 0.05). The conclusion is that there’s a relationship between orthodontic treatment and psychosocial status in students of Dentistry, University of Hasanuddin and there’s no orthodontic treatment relationship between psychosocial status by sex at students of Dentistry, University of Hasanuddin. Keywords : Aesthetics, Orthodontic Treatment, Psychosocial 1. PENDAHULUAN Penampilan
hubungan dengan kepuasan hidup serta fisik,
daya
tarik
harga diri.3
sosial, dan kecantikan wajah memiliki hubungan
yang
erat.
Perawatan
Estetika peningkatan
gigi yang
menghasilkan signifikan
dalam
ortodontik merupakan alternatif untuk
kualitas hidup yang berpengaruh pada
mendapatkan
kondisi
dentofasial.
menyebabkan
perawatan
Pasien dewasa muda yang memiliki
ortodontik semakin banyak diminati dan
penilaian lebih kritis untuk kebutuhan
dibutuhkan
oleh
masyarakat
yang
Hal
ini
psikologis
pasien
dewasa.5
keindahan
berbagai
kalangan
perawatan
memiliki
masalah
kelompok usia lain dan perempuanlah yang
dan jenis kelamin memiliki pengaruh
perawatan ortodontik dibandingkan laki-
terhadap
laki karena ingin hasil yang maksimal
perawatan
ortodontik.1,2
banyak
daripada
dengan maloklusi gigi. Pekerjaan, usia,
kepuasan
lebih
ortodontik
menginginkan
dari segi estetika gigi dan wajah.4,6,7
Pada masa dewasa awal kualitas
Penelitian ini dilakukan di Fakultas
hidup sangat terkait dengan kepuasan
Kedokteran gigi
hidup dan harga diri terutama terkait
Halimah Daeng Sikati dan RSGMP Hj.
dengan
dapat
Halimah Daeng Sikati pada Maret–April
berpengaruh pada kondisi psikologis.
2014 untuk memperoleh data mengenai
Dalam penelitian sebelumnya dikatakan
hubungan perawatan ortodontik dengan
bahwa
status
kondisi
terdapat
oklusi
yang
hubungan
antara
psikososial
Unhas, RSGM Hj.
pada
mahasiswa
perawatan ortodontik dengan kualitas
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
hidup dan perawatan ortodontik memiliki
Hasanuddin.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
2
2. METODE
Universitas
Penelitian metode
ini
menggunakan
observasional analitik untuk
Hasanuddin,
melakukan
peneliti
penentuan sampel serta
menyiapkan alat yang akan digunakan.
mengaji hubungan perawatan ortodontik
Setelah
dengan
pada
penelitian dengan penjelasan singkat
Fakultas
tentang tata cara pengisian kuesioner
status
mahasiswa
psikososial
mahasiswa
itu,
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
PIDAQ
dengan
kuesioner
desain
penelitian
cross-
dilakukan
oleh
prosedur
peneliti.
PIDAQ
Pengisian
oleh
Mahasiswa
sectional untuk menganalisis hubungan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
variabel
variabel
Hassanudin yang sesuai dengan kriteria
dependen. Variabel independen pada
penelitian. Pengumpulan data kuesioner
penelitian
PIDAQ oleh peneliti, lalu melakukan
independen
ini
dan
adalah
perawatan
ortodontik, variabel dependen adalah
pengolahan
psikososial.
Data
Metode yang
pengambilan
digunakan
adalah
sampel
accidental
data
yang
kuesioner
diperoleh
PIDAQ.
diolah
dan
dianalisis secara analitik menggunakan program SPSS (versi 16).
sampling. Pada penelitian ini, sampel diambil
dari
Mahasiswa
Fakultas
3. HASIL PENELITIAN
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Status sosial mahasiswa yang
yang menggunakan piranti ortodonsi
merasa
cekat, berusia 20 sampai 30 tahun
bersosialisasi
(dewasa awal) sedang menggunakan
ortodontik sebanyak 76 orang (98,7 %)
piranti ortodontik cekat dan bersedia
dari
mengikuti kegiatan penelitian. Alat yang
sedangkan yang mengatakan percaya
dipergunakan
diri
adalah
dalam
kuesioner
penelitian
ini
penelitian PIDAQ.
pengambilan
ini
tidak
total
sebelum
percaya
diri
sebelum
77
untuk
perawatan
orang
responden,
perawatan
ortodontik
Dalam
sebanyak 1 orang (1,3 %) dari total 77
data
orang responden. Selama perawatan
dilakukan setelah mendapat persetujuan
ortodontik yang dapat
pihak
dengan baik sebanyak 76 orang (98,7%)
Fakultas
Kedokteran
Gigi
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
bersosialisasi
3
sedangkan
yang
bersosialisasi
tetap
dengan
tidak baik
dapat selama
perawatan ortodontik sebanyak satu orang
(1,3%)
dari
total
77
orang
responden (100%), dari hasil uji statistik
Tabel 4. Patient Belief About Benefit On Career During Orthodontic Treatment
diperoleh nilai chi square 0,013<0,05 hal Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
ini berarti bahwa ada hubungan antara kepercayaan status
diri seseorang dengan
sosial
selama
perawatan
status
psikologis
mahasiswa
yang
merasa tidak percaya diri sebelum
ortodontik, hal ini dapat dilihat pada
perawatan
ortodontik
tabel 1.
orang (98,7%) dari total 77 orang responden,
sebanyak
sedangkan
mengatakan
percaya
diri
76
yang sebelum
perawatan ortodontik sebanyak satu orang Tabel 1. Social Status During Orthodontic Treatment
(1,3%)
responden. ortodontik merasa
dari
total
Selama yang
orang
perawatan
secara
percaya
77
diri
psikologis
dengan
baik
sebanyak 75 orang (97,4%) sedangkan yang tetap tidak merasa percaya diri Tabel 2. Psychological Status During Orthodontic Treatment
dengan
baik
selama
perawatan
ortodontik sebanyak dua orang (2,6%) dari total 77 orang responden (100%), dari hasil uji statistik diperoleh nilai chi square Tabel 3. Dental Aesthetic Concern During Orthodontic Treatment
0,027<0,05
artinya
ada
hubungan
antara
kepercayaan
diri
seseorang
dengan
status psikologis
selama perawatan ortodontik. Estetika gigi pada mahasiswa selama perawatan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
4
ortodontik yang disajikan pada tabel 3
untuk bersosialisasi sebelum perawatan
memperlihatkan
ortodontik sebanyak 76 orang (98,7 %)
mahasiswa
yang
merasa tidak percaya diri sebelum
dari
perawatan
76
sedangkan yang mengatakan percaya
orang (98,7%) dari total 77 orang
bahwa gigi yang rapi dan indah dapat
responden,
menunjang
ortodontik
sebanyak
sedangkan
mengatakan
percaya
diri
yang sebelum
total
77
orang
responden
penampilan
bersosialisasi
sebelum
diri
untuk
penggunaan
perawatan ortodontik sebanyak satu
piranti ortodontik cekat sebanyak satu
orang
orang
(1,3%)
dari
responden.
total
Selama
ortodontik yang
77
orang
perawatan
(1,3%)
responden.
dari
total
77
Selama
orang
perawatan
merasa percaya diri
ortodontik responden yang menjawab
dengan estetika gigi sebanyak 75 orang
bahwa mereka percaya gigi rapi dan
(97,4%) sedangkan yang tetap tidak
indah memiliki pengaruh yang signifikan
merasa percaya diri dengan estetika gigi
terhadap
selama perawatan ortodontik sebanyak
bersosialisasi
dua orang (2,6%) dari total 77 orang
(96,1%) sedangkan yang menjawab
responden (100%), dari hasil uji statistik
tidak percaya
diperoleh
memiliki
nilai chi square 0,027<0,05
penampilan
terhadap
antara
bersosialisasi
kepercayaan
diri
seseorang
untuk
74
orang
sebanyak
gigi
pengaruh
hal ini berarti bahwa ada hubungan
diri
rapi
dan indah
yang
penampilan sebanyak
signifikan
diri
untuk
tiga
orang
dengan estetika gigi selama perawatan
(3,9%) dari total 77 orang responden
ortodontik.
pasien
(100%), dari hasil uji statistik diperoleh
karir
nilai chi square 0,041<0,05 hal ini berarti
selama perawatan ortodontik pada tabel
bahwa ada hubungan antara perawatan
4
ortodontik
mengenai
Kepercayaan manfaat
memperlihatkan
terhadap
mahasiswa
yang
tidak percaya bahwa gigi yang rapi dan
dengan
karir
selama
perawatan ortodontik.
indah dapat menunjang penampilan diri
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
5
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 4. PEMBAHASAN Pada tabel 1 dapat dilihat selama perawatan Tabel 5. Relationship Of Orthodontic Treatment With Psychosocial Status By Sex
ortodontik,
kedokteran
gigi
mahasiswa
yang
dapat
bersosialisasi dengan baik sebanyak 76 Hubungan perawatan ortodontik
orang
(98,7%)
dengan
nilai
pada
p=0,013<0,05 hal ini sesuai dengan
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
penelitian sebelumnya dimana dalam
Universitas
kehidupan
dengan
jenis
status
psikososial
Hasanuddin
kelamin
memperlihatkan
berdasarkan
pada
tabel
responden
5
laki-laki
yang
terpenting
dari
penampilan gigi di setiap individu tidak hanya
berpengaruh
terhadap
latar
yang tidak merasa rendah diri setelah
belakang sosial atau pendidikan tetapi
penggunaan
juga realisasi dari perbaikan gigi.5 Pada
piranti ortodontik cekat (9,3%).
tabel 2 selama perawatan ortodontik
tidak
yang secara psikologis merasa percaya
merasa rendah diri setelah penggunaan
diri sebanyak 75 orang (97,4%) dengan
piranti ortodontik cekat sebanyak 68
nilai p=0,027<0,05 perawatan ortodontik
orang
tidak
sebanyak
tujuh
Sedangkan
perempuan
(90,7%).
orang yang
Perempuan
yang
hanya
untuk
meningkatkan
merasa rendah diri setelah penggunaan
estetika gigi tetapi juga memiliki dampak
piranti ortodontik cekat sebanyak dua
yang signifikan pada aspek psikologis
orang (2,6%) sedang laki-laki 0 (0 %).
kehidupan pasien.4 Pada tabel 3 selama
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai
perawatan ortodontik yang percaya diri
chi square 0,205>0,05 hal ini berarti
dengan estetika gigi sebanyak 75 orang
bahwa tidak ada hubungan perawatan
(97,4%)
ortodontik dengan status psikososial
maloklusi dapat memberi dampak dari
berdasarkan
segi estetika baik dalam kualitas hidup,
jenis
kelamin
pada
dengan
nilai
p=0,027<0,05
interaksi sosial, hubungan terhadap diri
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
6
sendiri serta dampak psikologis yang
Penelitian
berakibat
terjadinya
penurunan
mengatakan bahwa perempuan lebih
kepercayaan
diri.6 Tabel
4
banyak
perawatan
ortodontik
menginginkan
yang
perawatan
percaya
ortodontik dibanding laki-laki karena
bahwa gigi yang rapi dan indah memiliki
ingin hasil maksimal dari segi estetika
pengaruh
gigi dan wajah.7
yang
yang
selama
sebelumnya
signifikan
terhadap
karier untuk bersosialisasi sebanyak 74 orang (96,1%) dengan nilai p=0,041<
5. KESIMPULAN
0,05. Manfaat dari segi psikososial
Berdasarkan hasil penelitian yang
terhadap perawatan ortodontik memberi
dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi
pengaruh positif terhadap penampilan
Universitas
dalam
Halimah Daeng Sikati dan RSGMP Hj.
sosialisasi
hubungan
serta
interaksi
perbaikan
sosial
sesuai
Hasanuddin,
RSGM
Hj.
Halimah Daeng Sikati pada Maretâ&#x20AC;&#x201C;April
dengan keberhasilan perawatan selama
2014, maka dapat disimpulkan bahwa:
perawatan ortodontik. Hal ini berarti ada
1. Ada hubungan perawatan ortodontik
hubungan perawatan ortodontik dengan
dengan
status
mahasiswa
psikososial
pada
mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
status
psikososial
Fakultas
pada
Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin
Hasanuddin. Tabel 5 memperlihatkan
2. Tidak terdapat hubungan perawatan
bahwa responden laki-laki yang tidak
ortodontik dengan status psikososial
merasa rendah diri selama perawatan
pada
ortodontik sebanyak tujuh orang (9,3%)
Kedokteran
sedangkan perempuan sebanyak 68
Hasanuddin
orang
kelamin.
(90,7%)
dengan
niIai
p=
mahasiswa Gigi
Fakultas Universitas
berdasarkan
jenis
0,205>0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan perawatan ortodontik dengan
DAFTAR PUSTAKA
status
1. Flores Mir, Major PW, Salazar FR. Self-perceived orthodontic treatment need evaluated through 3 scales in a university population, Journal of orthodontic scientific section;2004:31:331â&#x20AC;&#x201C;4
psikososial
pada
mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin berdasarkan jenis kelamin.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
7
2. Bourne CO, Balkaran R, Scott E. Orthodontic treatment needs in caribbean dental clinics, Eur J Orthod ;2012:34:528-30 3. Arrow P, Brennan D, Spencer AJ. Quality of life and psychosocial outcomes after fixed orthodontic treatment: a 17-year observational cohort study, Community Dentistry And Oral Epidemiology;2011:39:5114 4. Rappaport TG, Shalis MR, Gazit E. Psychosocial reward of orthodontic treatment in adult patients, Eur J Orthod ;2010:32:444–6
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
5. Dibiase ATD, Sandler PJ. Malocclusion, Orthodontics and Bullying. Dent update; 2001. 28; 4646 6. Paula DF, Silva ET. Effect of anterior teeth display during smiling on the self-perceived impact of malocclusion in adolescents. Angle Orthodontist; 2011. 81(3); 540-5 7. Ren Y, Boxum C, Sandham A. Patients’ perceptions, treatment need, and complexity of orthodontic re-treatment, Eur J Orthod;2009:31:191–5
8
Laporan Penelitian
POLA PERILAKU ANAK TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT (Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar) 1
Andi Sri Permatasari 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea, Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012 ABSTRAK Perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Setiap anak yang datang berobat ke dokter gigi akan memperlihatkan perilaku yang berbeda terhadap perawatan gigi dan mulut yang akan diberikan. Beberapa ahli telah mengklasifikasikan perilaku anak, namun klasifikasi perilaku White paling baik karena mampu menunjukkan perilaku anak secara klinis, yaitu kooperatif, tidak mampu kooperatif, histeris, keras kepala, pemalu, tegang, dan cengeng. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasi deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sudiang Raya dengan jumlah responden 75 anak dan RSUD Kota Makassar dengan jumlah responden 104 anak sehingga total responden adalah 179 anak selama satu bulan sejak Juni-Juli 2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale menggunakan klasifikasi perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut menurut White. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku dengan persentase tertinggi (76.5%) adalah yang berperilaku kooperatif. Disimpulkan bahwa mayoritas anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar. Kata Kunci: Perilaku Anak, Perawatan Gigi dan Mulut, Kooperatif ABSTRACT Early treatment of dental health is very useful for children who are still in early stages of growth and development. Every child who came to the dentist will show different behavior towards dental care service. Some scientists have classified child’s behavior, but the classification according to White is the best because it can show the child’s behavior clinically: cooperative, inability to cooperative, out of control, obstinate, timid, tense, and whining patient. The aim of this research was to determine the patterns of child’s behavior towards dental care in Public Health Care Centre of Sudiang Raya and District General Hospital of Makassar. The study was observational descriptive with cross sectional study. This research was conducted at Public Health Care Centre of Sudiang Rayawith a respondent of 75 children and District General Hospital of Makassar with a respondent of 104 children, so the total respondents were 179 children for one month from June to July 2014. Instrument used in this study is the rating scale using behavioral classification the dental care according to White. The results showed behavior with the highest percentage (76.5%) is behave cooperatively. It can be concluded that majority of children show cooperative behavior towards dental care in Public Health Care Centre of Sudiang Raya and District General Hospital of Makassar. Keywords: Child’s Behavior, Cooperative, Oral Health Care
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
9
1. PENDAHULUAN Perawatan kesehatan gigi secara
aktif pada umur tujuh tahun ke atas sebesar 52% dan akan terus meningkat
dini sangat berguna bagi anak yang seiring
dengan
bertambahnya
umur
masih dalam taraf tumbuh kembang. hingga mencapai 63% pada golongan Perawatan gigi sulung sangat penting umur
45-54
tahun.
Khusus
pada
agar anak dapat mengolah makanan kelompok umur anak usia sekolah dasar dengan baik. Selain itu, gigi sulung juga dapat
mempengaruhi
sebesar 66,8%-69,9%.3,4
pertumbuhan Menurut Riset Kesehatan Dasar
rahang, serta untuk estetik. Peranan gigi (Riskesdas) tahun 2007
prevalensi
sulung juga penting dalam membantu karies aktif penduduk umur 12 tahun di anak berbicara dan sebagai petunjuk Provinsi
Sulawesi
Selatan
sebesar
jalan bagi tumbuhnya gigi permanen. 37,6%,
sedangkan
prevalensi
Namun masih banyak orang tua pengalaman kariesnya sebesar 58,1%. yang menganggap bahwa gigi sulung Hal tidak
perlu
dirawat
karena
tersebut
menunjukkan
bahwa
hanya masalah kesehatan gigi di Indonesia
sementara dan akan digantikan oleh gigi
masih sangat memprihatinkan.5
permanen. Kondisi ini berimplikasi pada Orang tua harus berperan aktif kerusakan
gigi
yang
merupakan dalam menjaga kesehatan gigi dan
masalah paling umum terjadi pada mulut anaknya. Salah satu usaha yang anak-anak
dibandingkan
dengan dapat
penyakit
yang
lainnya.
dilakukan
membawa banyak
anak-anak
kehilangan
gigi
adalah
dengan
Akibatnya, anaknya
berkunjung
ke
mengalami dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi
secara
dini
karena
tindakan pencabutan.1,2
sejak
dini
diharapkan
membiasakan
anak
untuk
melakukan
Penyakit gigi dan mulut yang pemeriksaan
gigi
secara
rutin
dan
menjadi masalah utama di Indonesia mengatasi rasa cemas dan ketakutan adalah karies. Hasil Survei Kesehatan anak terhadap
perawatan
gigi
dan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 mulut. disebutkan bahwa prevalensi karies gigi
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
10
Setiap anak yang datang berobat ke
dokter
gigi
memiliki
kondisi
kesehatan gigi yang berbeda-beda dan akan
memperlihatkan
perilaku
gigi
dan
mulutnya
menyulitkan
karena
dokter
gigi
akan dalam
memberikan perawatan.7
yang
Dokter
gigi
harus
memiliki
berbeda pula terhadap perawatan gigi
kemampuan
dan
diberikan.
perilaku pasien anak dan harus mampu
Penyebabnya dapat berasal dari anak
melakukan manajemen perilaku anak
itu sendiri, orang tua, dokter gigi,
yang sesuai dengan diagnosis perilaku
ataupun lingkungan klinik.6
yang telah ditetapkan untuk merubah
mulut
yang
akan
Menurut penelitian yang dilakukan
perilaku
menetapkan
anak
agar
diagnosis
dapat
bersikap
oleh Walker dan Todd pada tahun 1982
kooperatif terhadap perawatan gigi dan
yang dikutip oleh Mappahijah, insidensi
mulut.
rasa
mengklasifikasikan perilaku anak seperti
takut
dan
cemas
terhadap
Beberapa
oleh
ahli
perawatan
gigi
sebanyak
16%
klasifikasi
ditemukan
pada
anak-anak
usia
namun klasifikasi perilaku White paling
Frankl,
baik
memberikan gambaran bahwa anak-
perilaku
anak yang cemas cenderung menarik
kooperatif,
diri dari lingkungan sekitar dan sulit
histeris, keras kepala, pemalu, tegang,
beradaptasi.
dan cengeng.8 penelitian
di
Indonesia
mampu
dan
sekolah. Penelitian lain pada tahun 1985
Hasil
karena
Wright
telah
anak
secara
tidak
Penelitian
menunjukkan klinis,
mampu
ini
yaitu
kooperatif,
bertujuan
untuk
ditemukan sebanyak 22% menyatakan
mengetahui pola perilaku anak terhadap
rasa
perawatan gigi dan mulut di Puskesmas
takut
perawatan
dan
cemas
terhadap
gigi.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa anak-anak seperti
Sudiang
Raya
dan
RSUD
Kota
Makassar.
itu akan mendatangkan lebih banyak masalah pada kunjungan ke dokter gigi. Perilaku anak tersebut akan
sangat
mempengaruhi keberhasilan perawatan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
2. METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
ini
adalah
observasi deskriptif dengan rancangan
11
cross sectional study. Penelitian ini
dengan
dilakukan dengan mengumpulkan data
memperhatikan perilaku responden dan
untuk
mengisi rating scale
mendapatkan
gambaran
atau
kriteria.
Selanjutnya
peneliti
sesuai dengan
deskriptif suatu keadaan secara objektif
diagnosis perilaku anak pada perawatan
pada suatu waktu tertentu.
gigi
Penelitian
dilaksanakan
di
dan
mulut.
menetapkan
Kemudian
pola
peneliti
perilaku
anak
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
tersebut. Data dianalisis menggunakan
Kota
SPSS versi 22.
Makassar.
Populasi
yang
digunakan adalah total populasi pasien anak yang berkunjung di Puskesmas Sudiang
Raya
dan
RSUD
3. HASIL PENELITIAN
Kota
Penelitian
ini
dilakukan
di
Makassar pada Juni-Juli 2014. Kriteria
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
subjek penelitian adalah anak menurut
Kota Makassar selama satu bulan sejak
UU RI No. 23 Tahun 2002, yakni yang
17 Juniâ&#x20AC;&#x201C;19 Juli 2014. Data penelitian ini
belum berusia 18 tahun dan akan
adalah data primer yang didapatkan
mendapatkan perawatan gigi dan mulut.
langsung
dari
penelitian,
yaitu
Metode
pengambilan
sampel
observasi pasien
subjek
anak
yang
yang digunakan adalah nonprobability
datang ke Puskesmas Sudiang Raya
sampling. Instrumen yang digunakan
dan RSUD Kota Makassar. Responden
dalam penelitian ini adalah rating scale
yang diperoleh di Puskesmas Sudiang
menggunakan klasifikasi perilaku anak
Raya 75 anak dan di RSUD Kota
terhadap perawatan gigi dan mulut
Makassar 104 anak sehingga total
menurut White.
responden adalah 179 anak.
Prosedur
penelitian
secara
Diagnosis
perilaku
anak
ringkas adalah diawali dengan peneliti
terhadap perawatan gigi dan mulut di
memberi salam, menjabat tangan, dan
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD
menanyakan
responden.
Kota Makassar disajikan dalam Tabel 1.
Selanjutnya peneliti mengisi identitas
Perilaku dengan persentase tertinggi
responden
yang
nama
penelitian
yang
sesuai
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
ditemukan
adalah
perilaku
12
kooperatif yaitu sebanyak 137 orang
kooperatif sebanyak 25 orang (75,8%).
(76.5%).
Jumlah responden paling banyak di RSUD Kota Makassar adalah pasien anak dengan perilaku kooperatif yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48 orang (77,4%) dibanding responden perempuan
yang
kooperatif
hanya
sebanyak 33 orang (78,6%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Umur di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden di Puskesmas Sudiang Raya
Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan
persentase
tertinggi
adalah
jumlah responden yang paling banyak di pasien anak yang berperilaku kooperatif Puskesmas Sudiang Raya yakni pasien pada umur 5-12 tahun sebanyak 37 anak kooperatif yang berjenis kelamin orang (69.8%). Umur <5 tahun terdapat perempuan sebanyak 31 orang (73,8%) responden dengan perilaku pemalu satu sedangkan responden laki-laki yang
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
13
orang
(50%)
dan
tidak
mampu
berperilaku kooperatif paling banyak
kooperatif satu orang (50%). Responden
terdapat
yang berumur 12-18 tahun dengan
sebanyak 49 anak (73.1%) dari jumlah
persentase
tertinggi
yang
kunjungan hanya sebanyak dua kali.
berperilaku
kooperatif
19
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa
yaitu sebanyak
orang (95%).
jumlah
Responden
di
RSUD
Kota
pada
kunjungan
kunjungan
Makassar
I
yaitu
di
RSUD
Kota
mencapai
enam
kali
Makassar dengan persentase tertinggi
kunjungan dengan jumlah persentase
yaitu pasien anak yang berperilaku
tertinggi
terdapat
pada
kooperatif
dengan
perilaku
kooperatif
pada
umur
12-18
tahun
responden pada
sebanyak 52 orang (88,1%). Responden
kunjungan I yaitu sebanyak 35 orang
yang berperilaku cengeng dan pemalu
(68,6%).
Pada
di kedua lokasi penelitian paling banyak
perilaku
anak
ditemukan pada umur 5-12 tahun.
bervariasi
dibandingkan
berikutnya.
Jadi,
menunjukkan
kunjungan juga
pertama
masih
kunjungan
penelitian
mayoritas
sangat
tersebut
anak
pada
kunjungan pertama kali ke dokter gigi memperlihatkan perilaku kooperatif.
4. PEMBAHASAN Penelitian
ini
dilakukan
di
Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar selama satu bulan sejak 17 Juni â&#x20AC;&#x201C; 19 Juli 2014. Selama satu Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Anak yang Dirawat Gigi dan Mulutnya Berdasarkan Kunjungan di Puskesmas Sudiang Raya dan RSUD Kota Makassar.
Tabel 4 menunjukkan bahwa di
bulan
penelitian
dilakukan
secara
bergantian di Puskesmas Sudiang Raya selama 14 hari dan di RSUD Kota Makassar juga selama 14 hari.
Puskesmas Sudiang Raya anak yang
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
14
Penelitian
ini
menggunakan
cengeng 10 orang (5.6%), tegang 12
data primer yang diperoleh dari hasil
orang
observasi
subjek
yang
(0.06%), tidak mampu kooperatif satu
berjumlah
179
Jumlah
orang (0.06%) dan perilaku keras kepala
responden di RSUD Kota Makassar
tidak ditemukan dalam penelitian ini.
lebih
penelitian
responden.
banyak
(6.7%),
histeris
satu
orang
dibanding
jumlah
Berdasarkan data diatas maka perilaku
Puskesmas
Sudiang
yang paling banyak ditemukan dari
Raya, yakni 104 responden di RSUD
kedua lokasi penelitian adalah perilaku
Kota Makassar dan 75 responden di
kooperatif.
responden
di
Puskesmas Sudiang Raya. Penelitian
anak
yang
datang
menggunakan
berobat ke dokter gigi memiliki kondisi
diagnosis perilaku menurut White, yakni
kesehatan gigi yang berbeda-beda dan
perilaku kooperatif, pemalu,
ini
Setiap
kooperatif,
tidak
mampu
akan
histeris,
keras
kepala,
berbeda pula terhadap perawatan gigi
cengeng.
dan mulut yang akan diberikan. Ada
tegang,
dan
memperlihatkan
anak
mengenai karakteristik setiap diagnosis
terhadap
perilaku. Klasifikasi menurut Wright tidak
sedikit yang berperilaku tidak kooperatif.
digunakan karena klasifikasi tersebut
Perilaku
sangat sulit untuk ditegakkan secara
merupakan manifestasi dari rasa takut
klinis. Sementara klasifikasi menurut
dan cemas anak
Frankl juga tidak digunakan karena
gigi dan mulut. Penyebabnya dapat
klasifikasi tersebut bertentangan dengan
berasal dari anak itu sendiri, orang tua,
etika dan memberikan pencitraan yang
dokter gigi, ataupun lingkungan klinik.6
perawatan
yang
gigi
tidak
kooperatif dan
tidak
kooperatif
terhadap perawatan
Perilaku kooperatif merupakan
Data pada tabel 1 menunjukkan diagnosis perilaku yang
berperilaku
yang
Klasifikasi tersebut detail menjelaskan
tidak baik.8
yang
perilaku
kunci keberhasilan dokter gigi dalam
didapatkan
melakukan perawatan gigi dan mulut.
adalah perilaku kooperatif 137 orang
Anak dapat dirawat dengan baik jika dia
(76.5%), pemalu 18 orang (10.1%),
menunjukkan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
sikap
positif
terhadap
15
perawatan yang dilakukan. Kebanyakan
perilaku
pasien gigi anak menunjukkan sikap
ditemukan
kooperatif
berumur <5 tahun. Perilaku pemalu dan
dalam
kunjungannya
ke
dokter gigi.8,9
tidak
mampu
pada
kooperatif
responden
yang
cengeng paling banyak ditemukan pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden yang berumur 5-12 tahun.
persentase paling tinggi di Puskesmas
Mayoritas responden yang berumur 5-
Sudiang
12
Raya
adalah
responden
tahun lebih
kooperatif
terhadap
perempuan yang berperilaku kooperatif.
perawatan gigi dan mulut dibanding
Sedangkan di RSUD Kota Makassar
responden yang berumur <5 tahun.
persentase
paling
tinggi
adalah
responden
laki-laki
dengan
perilaku
mempengaruhi perilaku anak terhadap
kooperatif. Data tersebut menunjukkan
perawatan gigi dan mulut. Anak dengan
bahwa
usia sangat muda sering menunjukkan
jenis
kelamin
tidak
Faktor
umur
mempengaruhi tingkat kooperatif anak
perilaku
terhadap perawatan gigi dan mulut.
perawatan gigi dan mulut. Penelitian
Begitu Perilaku
pula
cengeng
kurang
sangat
kooperatif
terhadap
untuk
perilaku.
yang dilakukan oleh Mittal dan Sharma
paling
banyak
pada tahun 2013 pada 180 anak usia 6-
dijumpai pada responden yang berjenis
12 tahun menunjukkan
kelamin
anak
perempuan.
Sedangkan
pada
bahwa semua
penelitian
perilaku tegang banyak dijumpai pada
berperilaku
responden yang berjenis kelamin laki-
92.22% anak memiliki persepsi yang
laki. Hal ini dapat disebabkan oleh
positif terhadap perawatan gigi dan
berbagai faktor, misalnya pengalaman
mulut.10
perawatan gigi sebelumnya ataupun faktor budaya.
ditemukan
Tabel
4
juga
Sebanyak
menunjukkan
bahwa mayoritas sikap kooperatif pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa perilaku
kooperatiif.
tersebut
kooperatif
paling
pada
responden
anak-anak ditunjukkan pada kunjungan
banyak
pertama ke dokter gigi. Perilaku anak
yang
pada kunjungan pertama juga masih
berumur antara 5-18 tahun. Sedangkan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
bervariasi
dibandingkan
kunjungan
16
berikutnya.
Anak-anak
mendapat
pengalaman
sebelumnya
yang
memiliki
pernah
5. KESIMPULAN
perawatan
peranan
yang
Pola perilaku anak terhadap perawatan gigi dan mulut di Puskesmas
sangat penting terhadap reaksi mereka.
Sudiang
Anak-anak dengan pengalaman yang
Makassar terdiri atas perilaku kooperatif,
positif
pemalu, cengeng, tegang, histeris, dan
dan
menyenangkan
akan
menunjukkan reaksi yang positif pula. Orang tua membawa anaknya
tidak
Raya
mampu
anak-anak
dan
RSUD
Kota
kooperatif.
Mayoritas
menunjukkan
perilaku
ke dokter gigi untuk pertama kalinya
kooperatif terhadap perawatan gigi dan
bertujuan untuk memperkenalkan anak
mulut di Puskesmas Sudiang Raya dan
kepada dokter giginya dan lingkungan
RSUD Kota Makassar. Perilaku anak
klinik. Hal ini bertujuan agar anak
terhadap perawatan gigi dan mulut
merasa nyaman dengan suasana klinik
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
dokter gigi. Anak-anak memiliki cara
faktor orang tua, tim dokter gigi, dan
pendekatan tersendiri yang berbeda
lingkungan klinik gigi. Dan faktor yang
dengan orang dewasa dan memiliki cara
paling utama adalah faktor dari anak itu
berkomunikasi
yang
juga.
sendiri, termasuk jenis kelamin, umur,
Apabila
merasa
tidak
serta
anak
berbeda takut,
nyaman, atau tidak kooperatif, maka
pengalaman
perawatan
gigi
sebelumnya.
mungkin perlu dilakukan penjadwalan ulang.
Kesabaran
dan
ketenangan
7. SARAN
orang tua dan komunikasi yang baik
Untuk
pengembangan
dengan anak sangatlah penting pada
lanjut,
kunjungan ini. Kunjungan yang singkat
melakukan
dan
untuk
perilaku anak di lingkungan perawatan
membangun kepercayaan anak pada
gigi yang berbeda dan sampel yang
dokter gigi dan lingkungan klinik, dan hal
lebih
ini
distribusi perilaku yang lebih bervariasi
berkelanjutan
terbukti
sangat
ditujukan
berharga
untuk
penelitian,
disarankan
lebih
penelitian
besar
untuk
terhadap
untuk pola
mendapatkan
kunjungan anak selanjutnya.1
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
17
sehingga diagnosis perilaku dapat lebih mudah ditegakkan secara klinis.
DAFTAR PUSTAKA 1. Soeparmin S. Pedodontic treatment tringle berperan dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak. Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41. 2. Soeparmin S, Suarjaya IK, Tyas MP. Peranan musik dalam mengurangi kecemasan anak selama perawatan gigi. Interdental; :6(1):1-5 3. Tirahiningrum P, Nugrahini D, Pertiwi FN. Efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7- 10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang; 2012. 4. Agtini MD. Pola status kesehatan gigi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada tahun 1999-2007. Media Penelit dan Pengembang Kesehat; 2009:19(2):144-53.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar; 2008. p.130-47. 6. Horax S, Salurapa NS, Irma. Pengaruh tumbuh kembang psikis, emosi, dan sosial dalam ilmu kedokteran gigi anak. PIN IDGAI Makassar; 2011:780-7. 7. Mappahijah N. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20 Panyula Kab. Bone tahun 2010. Media Kesehatan Gigi; 2010: 28-36. 8. Zuhri A, Salurapa N, Horax S. Diagnosis perilaku suatu keharusan untuk mencapai derajat kesehatan gigi anak optimal. PIN IDGAI Bandung; 2010:1-7. 9. White GE, Kisby L. Clinical oral pediatric. Chicago: Quintessence Publishing co., Inc; 1981: 48-50. 10.Mittal R, Sharma M. Assessment of psychological effects of dental treatment on children. Contemp Clin Dent; 2012:3:S5-7.
18
Laporan Penelitian
SYNTHESIS OF ALUMINA STABILIZED ZIRCONIA-WHITE CARBON BLACK NANOCOMPOSITE FOR DIRECT RESIN BONDED PROSTHESIS APPLICATION Agung Prabowo Dhartono1, Rafika Yusniar Kurniasari1, Ziyada Salisa1 1
Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman Jalan. Dr. Soeparno, Kampus Karangwangkal Gedung E, Purwokerto, Jawa Tengah Email: agung.dhartono24@gmail.com Tel/Fax. +62281643744 ABSTRAK Komposit merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk membuat resin bonded prosthesis. Penelitian ini dilakukan sintesis komposit dari bahan alam berupa zirconia, alumina dan white carbon black. Tujuan penelitian ialah mendeskripsikan dan membandingkan karakteristik mikrostruktur serta kekerasan nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan komposit pabrikan untuk aplikasi direct resin bonded prosthesis. Metode penelitian menggunakan eksperimental laboratoris murni dengan membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu sampel A (nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black) dan sampel B (komposit pabrikan). Hasil penelitian pada sampel A menghasilkan gambaran mikrostruktur berupa bentuk partikel bulat (spherical) dan nanorod dengan ukuran rata-rata 149 nm sedangkan sampel B berbentuk partikel spherical dengan ukuran rata-rata 153 nm. Aplikasi sampel A pada polyethylene fiber dengan konsentrasi kitosan 6% sebagai bahan adhesif antara fiber dengan komposit menghasilkan celah paling kecil dibandingkan dengan konsentrasi 2% dan 4%, yang sudah mendekati ukuran celah antara sampel B dengan polyethylene fiber yang diolesi bahan adhesif pabrikan. Nilai kekerasan yang dihasilkan sampel A sebesar 24,38 VHN sudah mendekati nilai kekerasan pada sampel B yaitu sebesar 27,48 VHN. Kesimpulannya terdapat perbedaan karakteristik mikrostruktur dan kekerasan antara komposit hasil sintesis dengan komposit pabrikan, akan tetapi perbedaan keduanya tidak signifikan. Kata Kunci: Kekerasan, Mikrostruktur, Nanokomposit, Resin Bonded Prosthesis ABSTRACT Composite is one of the materials used to make a resin bonded prosthesis. In this study, composites has been synthesized from natural materials such as zirconia, alumina and white carbon black. The aim of this study is to describing and comparing the characteristics of microstructure and hardness of alumina stabilized zirconia-white carbon black nanocomposite to composite manufacturer for direct resin bonded prosthesis application. The method is a purely experimental laboratory by dividing the sample into two groups, namely sample A (alumina nanocomposite stabilized zirconia-white carbon black) and sample B (composite manufacturer). The results on sample A producing a microstructure picture that was obtained of spherical particle shape (spherical) and nanorod with an average of size is 149 nm whereas sample B spherical particle shape and average of size is 153 nm. Sample A applicated to polyethylene fiber with chitosan 6% as adhesive materials have a smallest crack between composite and fiber if it compared with the chitosan 2% and 4%, it's approaching to the size of the crack between
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
19
sample B and polyethylene fiber which be oiled with adhesive materials manufacturer. The results of hardness values in sample A was 24.38 VHN approaching to the hardness values in sample B that was equal to 27.48 VHN. The conclusion, there is a different between the microstructure characteristic and hardness synthesized composites to composite manufacturers, but that different results was insignifficant. Keywords: Hardness, Microstructure, Nanocomposite, Resin Bonded Prosthesi 1. PENDAHULUAN
resin
bonded
prosthesis
adalah
fiber
Gigi tiruan adalah alat yang dibuat
reinforced composite.5 Fiber reinforced
untuk menggantikan gigi yang hilang dan
composite yang digunakan pada direct
jaringan lunak di sekitarnya. Pembuatan
resin bonded prosthesis terbagi menjadi
gigi tiruan secara umum adalah dengan
dua
gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat
kerangka
konvensional. Saat ini telah dikembangkan
sebagai veneer yang melapisi fiber. Salah
desain baru gigi tiruan cekat berupa resin
satu penelitian menemukan bahwa resin
bonded prosthesis yang dapat disebut juga
komposit yang diperkuat dengan ultra high
resin
adhesive
molecular weight polyethylene (UHMWPE)
prosthesis
fiber memiliki kekuatan fleksural yang
bonded
bridge.1,2
bridge
Resin
merupakan
gigi
atau
bonded tiruan
cekat
yang
komponen, dasar
yaitu dan
fiber resin
sebagai komposit 6
cukup baik sehingga diharapkan fiber
menggantikan satu atau dua gigi yang
tersebut
hilang dengan menggunakan teknik etsa
komposit dan dijadikan sebagai salah satu
asam dan ikatan resin.3
material resin bonded prosthesis.7
Resin
bonded
prosthesis
dapat
dapat
Bahan
diaplikasikan
restorasi
gigi
dengan
khususnya
dijadikan sebagai alternatif pilihan untuk
komposit yang ada di Indonesia saat ini
mengatasi kehilangan sedikit gigi karena
pada umumnya ialah bahan restorasi gigi
lebih
banyak
yang diimpor dari negara lain. Hal ini
melakukan pengurangan jaringan gigi, dan
sangat disayangkan mengingat sumber
tergolong mudah dalam pemasangannya
daya alam yang dapat diolah menjadi
dibandingkan dengan gigi tiruan lepasan
bahan restorasi gigi di Indonesia sangat
atau pun gigi tiruan cekat konvensional.4
melimpah, salah satunya ialah bahan
Salah
dasar
efisien,
satu
tidak
bahan
terlalu
yang
mulai
dikembangkan sebagai bahan baku direct
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
zirconia.
Zirconia
dapat
dimanfaatkan di bidang kedokteran gigi
20
karena memiliki keunggulan seperti sifat
seperti kekerasan dan modulus elastisitas
kimia
lebih rendah dari zirconia, akan tetapi
(bioinert),
sifat
fisik
(stabilitas
dimensional yang baik), sifat mekanis yang
dapat
paling
sehingga
baik
diantara
semua
keramik
memberikan
efek
translusen
keberadaannya
dapat
kedokteran gigi (kekuatan, kekerasan, dan
menambah nilai estetis. Bentuk nanorod
toughness yang tinggi, modulus elastisitas
dipilih pada penelitian ini karena memiliki
dan flexural strength yang menyerupai
luas permukaan yang besar sehingga daya
baja), serta memiliki biokompatibilitas yang
tarik antar partikel lebih besar dan dapat
tinggi.8 Selain sifat mekaniknya yang baik,
memperkuat ikatan antara filler dengan
zirconia
serupa
matriks resin. Berdasarkan hal tersebut
dengan warna gigi sehingga meningkatkan
diharapkan sifat mekanis suatu material
nilai estetis.9 Kelemahan dari zirconia ialah
dapat meningkat dan
memiliki stabilitas molekuler yang rendah
alumina stabilized zirconia-white carbon
sehingga diperlukan adanya penambahan
black
bahan stabilizer pada zirconia. Bahan yang
modifikasi nanokomposit yang cocok untuk
digunakan
diaplikasikan dengan fiber dan dijadikan
juga
memiliki
sebagai
warna
stabilizer
dalam
diharapkan
penelitian ini adalah alumina. Hal ini
sebagai
berdasarkan pada penelitian sebelumnya
prosthesis.11,12,13
yang menyatakan bahwa alumina dapat dijadikan
sebagai
stabilizer
pada
zirconia.10 Sintesis
pada
mampu
material
menjadi
resin
bonded
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan sintesis alumina stabilized
nanokomposit
kombinasi antara
zirconia-white
carbon
black
sebagai filler komposit untuk aplikasi direct
penelitian ini selain menggunakan alumina
resin
bonded
stabilized zirconia juga ditambah dengan
membandingkan karakteristik mikrostruktur
white carbon black atau disebut pula
dan
dengan silika yang memiliki rumus kimia
pabrikan.
kekerasannya
prosthesis
dengan
dan
komposit
SiO2.nH2O. White carbon black merupakan silika berbentuk batang berukuran nano
2. METODE PENELITIAN
(nanorod) yang memiliki sifat mekanis
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
21
Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental penelitian
laboratoris.
dibagi
menjadi
Sampel dua,
yaitu
nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dan komposit pabrikan. Masing-masing
sampel
dikarakterisasi
mikrostruktur dan diuji kekerasan. Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan zirconia
sintesis
dengan
alumina
metode
stabilized
sol-gel
dan
Gambar 2. Tahap Pembuatan Sintesis White
pembuatan sintesis white carbon black Hasil
dengan metode sol-gel.
dicampurkan
tersebut dengan
kemudian
polimer
UDMA
(Urethane Dimetacrylate) (17%), TEDGMA (Triethylene Glycol Dimethacrylate) 95% (5%),
DMAEMA
Methacrylate)
95%
(Hydroxyethylene Gambar 1. Tahap Pembuatan Alumina Stabilized Zirconia
(Dimethylaminoethyl (5%),
Methacrylate)
HEMA 99+%
(10%), dan champorquinone 97% (1%) dalam gelas kimia dan diaduk dengan
Setelah pembuatan kedua sintesis tersebut, dilakukan pembuatan gabungan dari
kedua
sintesis
tersebut
dengan
perbandingan 50:50, kemudian diaduk dengan menggunakan spatula sehingga didapatkan filler. Filler tersebut direndam dengan kitosan 2%, kemudian dikeringkan dengan oven.
menggunakan spatula sampai homogen. Selapis
nanokomposit
alumina
stabilized zirconia-white carbon black dan komposit
pabrikan
secara
terpisah
diletakkan dengan ketebalan sekitar 1 mm di dasar cetakan berukuran diameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang diberi alas matriks strip. Keduanya dipolimerisasi dengan light curing unit selama empat menit untuk nanokomposit hasil sintesis dan 40 detik
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
22
untuk komposit pabrikan. Bagian atas
dipolimerisasi dengan menggunakan light
lapisan
kelompok
curing unit dengan penyinaran selama
kemudian dilapisi kembali dengan 1 mm
empat menit untuk nanokomposit hasil
bahan
sintesis dan 40 detik untuk komposit hasil
pertama
yang
kedua
sesuai
masing-masing
kelompok dan dipolimerisasi dengan light
pabrikan.
curing unit, langkah ini diulang hingga memenuhi
cetakan.
Seluruh
sampel
Fiber bahan
kemudian
yang
dilapisi
sesuai
masing-masing
dilepas dari cetakan, kemudian dilakukan
kelompok
pemolesan
Permukaan atas cetakan ditutup dengan
pada
sampel
sebelum
pengujian.
hingga
dengan
memenuhi
cetakan.
glass lab, ditekan dengan tekanan ringan
Pembuatan Sampel Uji Scanning
serta dijepit di tiap sisi untuk menekan
Electron Microscopy (SEM) dengan selapis
bahan
nanokomposit alumina stabilized zirconia
dipolimerisasi dengan light curing unit.
white carbon black dan komposit pabrikan
Sampel
secara
menggunakan light curing unit dengan
terpisah
diletakkan
dengan
yang
berlebihan
kemudian
langkah
Fiber dipotong sesuai ukuran panjang
pertama. Seluruh sampel dilepas dari
yang
nanokomposit
hasil
sama
dipolimerisasi
ketebalan sekitar 0,5 mm di dasar cetakan.
dibutuhkan.
yang
kemudian
dengan
lapisan
Fiber
untuk
cetakan, kemudian dilakukan pemotongan
sintesis
dibasahi
dan pemolesan pada sampel sebelum
dengan kitosan dan dibagi menjadi tiga
pengujian.
kelompok yaitu kitosan 2%, 4%, dan 6%.
Sampel yang sudah jadi dilihat
Fiber untuk komposit pabrikan dibasahi
karakteristik morfologinya menggunakan
dengan bahan adhesif pabrikan. Masing-
SEM,
masing fiber yang sudah dibasahi kitosan
kekerasan
diletakkan di atas nanokomposit hasil
hardness tester.
sintesis
sedangkan
dibasahi
bahan
fiber
yang
adhesif
berada
di
dalam
pabrikan
cetakan
dilakukan
menggunakan
pengujian microvickers
sudah
diletakkan di atas komposit pabrikan yang telah
kemudian
dan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
3. HASIL PENELITIAN Hasil
karakterisasi
X-Ray
Diffractometry (XRD) dari serbuk alumina
23
stabilized
zirconia
ditunjukkan
pada
Gambar 1.
Berdasarkan Tabel 1 hasil pengujian kekerasan terhadap sampel nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 60:40 didapatkan nilai kekerasan rata-rata sebesar 8,4 VHN. Nilai
kekerasan
sampel
nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dengan perbandingan Gambar 3. XRD Alumina Stabilized Zirconia22
filler dan matriks 70:30 ditunjukkan pada Tabel 2.
Berdasarkan Gambar 3 karakterisasi XRD
dari
zirconia
serbuk
alumina
didapatkan
stabilized
puncak-puncak
dengan dua fasa struktur kristal yang
Titik
Nilai Kekerasan (VHN)
1
24,8
2
25,6
3
21,9
terdiri dari sebagian besar fasa tetragonal
4
25,2
dan sedikit fasa monoklinik.
5
24,4
Rata-rata
24,38
Dan hasil nilai kekerasan sampel nanokomposit alumina stabilized zirconia-
Tabel 2. Nilai Kekerasan Kelompok Sampel A222
white carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 60:40 ditunjukkan pada Berdasarkan Tabel 2 hasil pengujian
Tabel 1. Titik
Nilai Kekerasan (VHN)
kekerasan terhadap sampel nanokomposit
1
8,0
alumina stabilized zirconia-white carbon
2
6,7
3
11,8
4
6,7
matriks 70:30 didapatkan nilai kekerasan
5
8,8
rata-rata
Rata-rata
8,4
Tabel 1. Nilai Kekerasan Kelompok 22 Sampel A1
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
black dengan perbandingan filler dan
kekerasan
sebesar sampel
24,38
VHN.
komposit
Nilai
pabrikan
ditunjukkan pada Tabel 3.
24
Titik
Nilai Kekerasan (VHN)
1
30,4
2
19,6
3
16,0
4
37,1
5
34,3
Rata-rata
27,48
Gambar 4. Hasil Karakterisasi SEM Serbuk White Carbon Black. (A) Sebelum Dikalsinasi, (B) Kalsinasi dalam Suhu 500°C Selama Dua Jam, dan (C) Kalsinasi dalam Suhu 500°C Selama Satu Jam Kemudian Dilanjutkan dengan Suhu 750°C Selama Satu Jam. 22
Berdasarkan
Tabel 3. Nilai Kekerasan Kelompok Sampel B22
hasil
karakterisasi
SEM pada serbuk white carbon black sebelum dikalsinasi menunjukkan bahwa
Berdasarkan Tabel 3 hasil pengujian kekerasan
komposit
(bulat) dengan ukuran partikel sekitar 39-
pabrikan didapatkan nilai kekerasan rata-
114 nm. Hasil karakterisasi SEM pada
rata sebesar 27,48 VHN.
serbuk white carbon black yang dikalsinasi
Hasil white
terhadap
sampel
partikel yang terbentuk berupa spherical
karakterisasi
carbon
black
SEM
ditunjukkan
serbuk pada
Gambar 2.
dalam suhu 500°C selama dua menunjukkan
bahwa
partikel
jam
nanorod
mulai terbentuk namun masih didominasi dengan bentuk spherical, sedangkan pada serbuk white carbon black yang dikalsinasi dalam suhu 500°C selama satu jam kemudian dilanjutkan dengan suhu 750°C selama satu jam menunjukkan bahwa secara umum partikel nanorod sudah terbentuk dengan ukuran diameter terkecil hingga 35 nm. Berdasarkan
hasil
SEM
nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 70:30, ukuran partikel yang dihasilkan adalah sekitar 57-241 nm dengan rata-rata 149 nm dan partikel yang terbentuk berupa spherical (bulat) dan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
25
nanorod.
Partikel-partikel
pada
antara nanokomposit dengan polyethylene
komposit ini sudah terlihat tertutup oleh
fiber yang sebelumnya diolesi kitosan 6%
matriks dengan cukup baik.
terdapat
Berdasarkan
hasil
filler
SEM
pada
komposit pabrikan, ukuran partikel yang dihasilkan adalah sekitar 117-189 nm
celah
yang
lebih
kecil
dari
sampel-sampel sebelumnya yaitu sekitar 0,632-4,940 Âľm. Sampel
komposit
pabrikan
dan
dengan rata-rata 153 nm dan ukuran
polyethylene fiber dengan bahan adhesif
partikelnya terlihat cukup seragam.
pabrikan,
Sampel alumina stabilized zirconia-
hasil
menunjukkan
karakterisasi
bahwa
antara
SEM
komposit
white carbon black dan polyethylene fiber
pabrikan dengan polyethylene fiber yang
dengan bahan adhesif kitosan 2%, hasil
sebelumnya
karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
pabrikan
antara nanokomposit dengan polyethylene
0,600-0,825 Âľm.
diolesi
terdapat
bahan
celah
yaitu
adhesif sekitar
fiber yang sebelumnya diolesi dengan kitosan 2% terdapat celah yang cukup besar yaitu 28,645 Âľm.
4. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil karakterisasi XRD
Sampel alumina stabilized zirconia-
serbuk alumina stabilized zirconia yang
white carbon black dan polyethylene fiber
dihasilkan pada penelitian ini, didapatkan
dengan bahan adhesif kitosan 4%, hasil
dua fasa struktur kristal yang terdiri dari
karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
sebagian besar fasa tetragonal dan sedikit
antara nanokomposit dengan polyethylene
fasa monoklinik, padahal penambahan
fiber yang sebelumnya diolesi kitosan 4%
alumina pada zirconia ini diharapkan dapat
terdapat celah yang lebih kecil apabila
menstabilkan
dibandingkan dengan sampel A yaitu
tetragonal homogen. Hal ini dikarenakan
sekitar 1,077-4,252 Âľm.
material dengan struktur kristal tetragonal
Sampel alumina stabilized zirconia-
fasa
kristal
menjadi
memiliki sifat mekanis cukup memadai di
white carbon black dan polyethylene fiber
bidang
dengan bahan adhesif kitosan 6%, hasil
dengan dua struktur kristal yang lain pada
karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
zirconia, yaitu struktur kristal monoklinik
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
kedokteran
gigi
dibandingkan
26
dan kubik.14,15 Kristal monoklinik dalam
komposit yang terbentuk akan menurun.
jumlah sedikit yang terbentuk
pada
Kemungkinan penyebab lain rendahnya
penelitian ini menunjukkan bahwa struktur
nilai kekerasan komposit hasil sintesis ini
kristal pada zirconia hasil sintesis hampir
adalah proses pencampuran filler dan
homogen dan menandakan bahwa kristal
matriks yang belum homogen. Proses
zirconia pada sampel ini cukup stabil
pencampuran
sehingga mempengaruhi sifat mekanis dari
komposit pabrikan dibuat dengan mesin
material yang dihasilkan.
otomatis,
Nilai kekerasan resin komposit yang
masih
filler
dan
sedangkan
secara
matriks
pada
manual
pada
penelitian
menggunakan
digunakan dalam kedokteran gigi berkisar
spatula sehingga proses pencampuran
antara 30-90 VHN.16 Berdasarkan hal
filler dan matriks kurang maksimal.17
tersebut, maka komposit hasil sintesis
Hasil
karakterisasi
SEM
serbuk
belum memenuhi syarat untuk digunakan
white carbon black menunjukkan bentuk
sebagai filler komposit kedokteran gigi
partikel berupa batang berukuran nano
karena nilai rata-rata kekerasannya ialah
(nanorod) dengan ukuran diameter terkecil
24,38 VHN, akan tetapi nilai tersebut
hingga 39 nm. Proses pembuatan white
sudah mendekati nilai kekerasan komposit
carbon
pabrikan
ini
menambahkan kitosan 1% dan larutan
menghasilkan kekerasan sebesar 27,48
kanji 0,5%. Kitosan dalam hal ini berperan
VHN.
sebagai surfaktan yang berperan melapisi
yang
dalam
Rendahnya
penelitian
ini
dilakukan
dengan
kekerasan
permukaan partikel pada tahap sebelum
komposit hasil sintesis dapat disebabkan
dikalsinasi. Kitosan memiliki gugus amino
oleh
pada
(NH2) dan bersifat kation (positif). Hal ini
komposit hasil sintesis yang masih besar,
menyebabkan kitosan menjadi bersifat
yaitu 57-241 nm. Ukuran dan distribusi
bioadhesive,
partikel
tersebut
dengan
menyebabkan terbentuknya ruang antar
negatif.
partikel. Adanya ruang yang tidak terisi
menghasilkan Si(OH) yang bersifat negatif
partikel
(anion)
rentang
yang
nilai
black
ukuran
belum
menyebabkan
partikel
merata
sifat
mekanis
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
yaitu
permukaan Reaksi
karena
mudah yang
bermuatan
hidrolisis
adanya
berikatan
Na2SiO3
gugus
OH-.
27
Permukaan
partikel
yang
bermuatan
Hasil SEM pada sampel komposit hasil
negatif tersebut akan segera ditutupi oleh
sintesis menunjukkan distribusi ukuran
kitosan yang bermuatan positif ketika
partikel
dilakukan penambahan kitosan. Hal ini
dibandingkan komposit pabrikan. Hal ini
menyebabkan
partikel
diduga disebabkan oleh kurang meratanya
terhenti sehingga ukuran partikel yang
kitosan sebagai surfaktan dalam melapisi
dihasilkan pun kecil.10,14
partikel pada tahap sebelum dilakukan
pertumbuhan
yang
masih
kurang
merata
Penambahan kanji pada penelitian
kalsinasi sehingga menyebabkan ukuran
ini berperan sebagai soft template yang
partikel yang terbentuk menjadi kurang
mengarahkan pertumbuhan partikel ke
homogen.14
arah bentuk nanorod dan menstabilkan
Komposit
hasil
sintesis
yang
bentuk nanorod. Kanji termasuk jenis
diaplikasikan pada polyethylene fiber yang
amilum (pati), yaitu jenis polisakarida dari
diolesi kitosan 6% menghasilkan celah
jenis selulosa yang tersusun dari dua
yang paling kecil jika dibandingkan dengan
polimer yang berbeda, yakni 10-20%
penggunaan kitosan 2% dan 4%. Hal ini
amilosa dan 80-90% amilopektin. Struktur
dapat disebabkan karena adanya kitosan
amilosa bersifat linier sehingga dapat
yang
mengarahkan pertumbuhan partikel ke
dengan
arah bentuk nanorod, selain itu adanya
semakin tinggi kemurnian kitosan maka
amilopektin yang bersifat stabil berfungsi
semakin
banyak
untuk menstabilkan bentuk nanorod.13,18,19
terbuka
sehingga
Pengamatan
menggunakan
SEM
pada sampel hasil sintesis dipilih sampel
dioleskan
pada
komposit
fiber
hasil
gugus
berikatan
sintesis
amino
kemampuan
dan
yang kitosan
untuk berikatan menjadi lebih besar.20 Celah yang terdapat pada interface
nanokomposit alumina stabilized zirconia
antara
white carbon black dengan perbandingan
polyethylene
filler
karena
karena tidak adanya ikatan antara gugus
menghasilkan rata-rata nilai kekerasan
fungsi pada kitosan dengan gugus fungsi
lebih besar dibandingkan sampel dengan
pada polyethylene fiber, dimana kitosan
perbandingan filler dan matriks 60:40.
dengan gugus amino (NH2) tidak dapat
dan
matriks
70:30
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
komposit fiber
hasil dapat
sintesis
dan
disebabkan
28
berikatan dengan polyethylene fiber yang
reinforced
memiliki
sehingga
Nanokomposit alumina stabilized zirconia-
keduanya sama-sama bermuatan positif.
white carbon black dengan perbandingan
Hal
dengan
filler dan matriks 70:30 memiliki nilai
menambahkan coupling agent dari bahan
kekerasan yang sudah mendekati nilai
alam yang biokompatibel dan memiliki
kekerasan komposit pabrikan.
gugus
ini
fungsi
dapat
CH2
diperbaiki
composite
pabrikan.
gugus fungsi yang cocok dengan kitosan dan
polyethylene
membentuk
fiber
sehingga
ikatan
di
bisa antara
keduanya.10,14,21
5. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
sintesis
dan
karakterisasi alumina stabilized zirconiawhite carbon black pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nanokomposit alumina stabilized zirconia-white carbon black dengan perbandingan filler dan matriks 70:30 memiliki ukuran partikel yang
lebih
kecil
dibandingkan komposit
dan
dengan
pabrikan.
lebih
baik
ukuran
partikel
Interface
antara
nanokomposit alumina stabilized zirconiawhite carbon black dan polyethylene fiber dengan bahan adhesif kitosan 6% memiliki ukuran celah paling kecil dibandingkan dengan kitosan
penggunaan 2%
mendekati
dan
ukuran
bahan
4%, celah
adhesif
serta pada
sudah fiber
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA 1. Rosentiel, S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed., Mosby Elsevier, Missouri 2006; 805-824. 2. Durey, K.A., Nixon, P.J., Robinson, S., Chan, M.F.W.Y., Resin Bonded Bridges: Techniques for Success, British Dental Journal 2011; 211(3):113-118. 3. Pintadi, H., Penggunaan Fiber Reinforced Composite sebagai Resin Bonded Prosthesis pada Gigi Anterior, Laporan Kasus, Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta; 2012. 4. Shuman, I.E., Replacement of a Tooth with a Fiber-Reinforced Direct Bonded Restoration, Gen. Dent. 2000; 48(3): 314-318. 5. Vallittu, P.K., Resin-Bonded, Glass Fiber Reinforced Composite Fixed Partial Dentures: A Clinical Study, J. Prosthet. Dent., 2000; 84(4): 413-418. 6. Garoushi, S., Vallittu, P., FiberReinforced Composites in Fixed Partial Dentures, Libyan Journal of Medicine 2006; 1(1): 73-82, http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3081502/ pdf/LJM-1-073.pdf, diakses pada tanggal 13 Agustus 2012. 7. Mozartha, M., Herda, E., Soufyan, A., Pemilihan Resin Komposit dan Fiber untuk Meningkatkan Kekuatan Fleksural Fiber Reinforced Composite (FRC), Jurnal PDGI, 2010; 59(1): 2934. 8. Ozkurt, Z., Iseri, U., Kazazaoglu, E., Zirconia Ceramic Post System; A Literature Review and A Case Report, Dental Material Journal, 2010; 29(3): 233-34.
29
9. Hidayat, A.L.K., Perbandingan Kekerasan dan Modulus Elastisitas Material Implan Keramik MetakaolinPSZ Menggunakan Rasio 1:2 dan 2:1 yang Diimpregnasi dengan PMMAApatit, Skripsi, Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan); 2012. 10.Pramata, R., Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Alumina Stabilized Zirconia (ASZ) sebagai Dental Bridge Material, Tugas Akhir Sarjana, Program Studi Teknik Material Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2011. 11.Murphy, C.J., Jana, N.R., Controlling the Aspect Ratio of Inorganic Nanorods and Nanowires, Advanced Materials; 2002. 12.Shujuan, D., Shuyong, Y., Zhigang, H., Limei B., Experimental Study on Developing White Carbon Black by Using Wollastonite, Advanced Materials Research, 2010; 9: 87-95. 13.Mulyani, W.E., Sintesis Nanorod White Carbon Black-Lavender Menggunakan Template Kanji dengan Metode Sol Gel-Emulsi untuk Aplikasi Tekstil Anti Nyamuk, Tesis, Program Studi Ilmu dan Teknik Material Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2013. 14.Kurniawati, A., Sintesis dan Karakterisasi Partikel Nano Magnesia Partially Stabilized Zirconia (Mg-PSZ) dengan Teknik Sol-Gel sebagai Bahan Baku Material Restorasi Gigi, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
Padjajaran, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2011. 15.Denry, I., Kelly, J.R., State of The Art of Zirconia for Dental Application, Journal of Dental Materials 2008; 24: 299-307. 16.Mc Cabe, J.F., Walls, G.A., Applied Dental Materials, 9th Ed, Blackwell Munksgaard, UK; 2008. 17.Hakim, M,L.N., Variasi Besar Amplitudo Ultrasonic Homogenizer terhadap Karakteristik Hasil Sintesis Zirconia Alumina Silika sebagai Filler Komposit serta Nilai Kekerasan Komposit yang Dihasilkan, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung. (Tidak Dipublikasikan); 2012. 18.Zulfikar, Polisakarida, http://www.chemis-ry.org/materi_kimia/ kimiakesehatan/biomolekul/polisakarida/, diakses pada tanggal 23 Juni 2013; 2010. 19.Antono, S., Prosedur Identifikasi Amilum dalam Ubi Kayu, http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/2265885-proseduridentifikasi-amilum-dlm-ubi/ diakses pada tanggal 23 Juni 2013; 2012. 20.Hsu, S.H., Whu, S.W., Tsai, C.L., Wu, Y.H., Chen, H.W., Hsieh, K.H., Chitosan as Scaffold Materials: Effects of Molecular Weight and Degree of Deacetylation, Journal of Polymer Research 2004; 11: 141-147. 21.Castro, D.O., Filho, A.R., Frollini, E., Materials Prepared from Biopolyethylene and Curaua Fibers: Composites from Biomass, Polymer Testing 2012; 31(7):880-888. 22.Data Primer Penelitian, 20
30
Laporan Tinjauan Pustaka
POTENSI ASAM LEMAK OMEGA-3 MINYAK IKAN LEMURU (SARDINELLA LONGICEPS) SEBAGAI PENCEGAH DAN TERAPI ALTERNATIF OSTEOARTHRITIS PADA WANITA PASCA-MENOPAUSE
Dwi Riski Saputra1, Akhmad Miftahul Huda2, Dwi Yoga Setyorini2, Mulia Hakam3 1
Student of Faculty of Dentistry, Universitas Jember Student of Study Program of Nursing, Universitas Jember 3 Departement of Study Program of Nursing, Universitas Jember
2
1
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember, Jawa Timur Email: dwirisky01@yahoo.com Tel/Fax. +6285791529577 2,3
ABSTRAK Secara umum prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi, banyak studi menunjukkan bahwa osteoarthritis (OA) berhubungan dengan level estrogen. Penurunan hormon estrogen pada wanita pasca-menopause meningkatkan resiko terjadinya OA. Wright, Riggs, Lisse, & Chen melaporkan kejadian OA pada wanita post menopause bahwa resiko OA pada usia 70-79 tahun meningkat 2,69 kali jika dibandingkan dengan usia 50-59 tahun. Osteoarthritis adalah penyakit degenerasi sendi yang ditandai dengan kerusakan kartilago artikular sendi. Minyak ikan lemuru banyak mengandung DHA dan EPA yang berperan penting dalam regenerasi kartilago dibandingkan dengan ikan sejenisnya, yakni sebesar 18 % EPA dan 13 % DHA. Studi literatur ini bertujuan untuk mengaji potensi asam lemak omega-3 minyak ikan lemuru sebagai pencegah dan terapi alternatif OA pada wanita pasca-menopause. Degenerasi kartilago dapat menstimulasi pengeluaran mediator inflamasi. Sebagai agen pencegahan OA, asam lemak omega-3 berpotensi menurunkan produksi mediator inflamasi seperti prostaglandin, dan sitokin (IL1, IL-6, dan TNF-Îą) sehingga degradasi matriks kartilago dapat dihindari. Sebagai agen terapi, asam lemak omega-3 minyak ikan dapat mengganti asam arakidonat sehingga menurunkan metabolisme eukosanoid sehingga dapat menurunkan pelepasan sinyal proinflamasi. Asam lemak omega-3 juga dapat meningkatkan ekspresi bone sialoprotein (BSP) yang berperan dalam pergerakan osteoblas untuk mengadakan remineralisasi. Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa asam lemak omega-3 minyak ikan lemuru berpotensi sebagai pencegah dan terapi alternatif, osteoarthritis pada wanita pasca-menopause. Kata kunci: Degenerasi Kartilago, Asam Lemak Omega-3, Osteoarthritis ABSTRACT In general, the prevalence of joint disease in Indonesia is very high, many studies show that osteoarthritis (OA) associated with estrogen levels. The decrease of estrogen in postmenopausal women increases the risk of OA. Wright, Riggs, Lisse, & Chen reported incidence of OA in postmenopausal women sebahwa risk of OA at the age of 70-79 years increased by 2.69 times compared to the age of 50-59 years. Osteoarthritis is a disease characterized by the degeneration of joint cartilage damage articular joints. Lemuru much oil contains DHA and EPA which plays an important role in the regeneration of cartilage
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
31
compared to fish the like, which amounted to 18% EPA and 13% DHA. This literature study aims to assess the potential of omega-3 fish oil lemuru as OA prevention and alternative therapy in postmenopausal women. Cartilage degeneration can stimulate inflammatory mediator release. As a preventive agent OA, omega-3 fatty acids could potentially reduce the production of inflammatory mediators such as prostaglandins, and cytokines (IL-1, IL-6, and TNF-Îą) that cartilage matrix degradation can be avoided. As a therapeutic agent, omega-3 fish oil can replace arachidonic acid (AA) metabolism resulting in lower eukosanoid so as to reduce the release of proinflammatory signals. Omega-3 fatty acids can also increase the expression of bone sialoprotein (BSP), which plays a role in the movement of osteoblasts to hold remineralization. Based on the above study it can be concluded that omega-3 fish oil lemuru preventive and therapeutic potential as an alternative, osteoarthritis in postmenopausal women. Keywords: Degeneration of Joint Cartilage, Omega-3 Fatty Acids, Osteoarthritis 1. PENDAHULUAN Menurut
sebagian
Badan
nyeri
sendi
erat
dan
kaitannya dengan terjadinya perubahan
Pengembangan Kesehatan Departemen
hormonal. Timbulnya degenerasi sendi
Kesehatan
Tahun
yakni osteoarthritis (OA) dapat dipicu oleh
2008, secara umum prevalensi penyakit
kekurangan estrogen, karena kekurangan
sendi di Indonesia sangat tinggi. Pada usia
estrogen menyebabkan kerusakan matriks
45-54 prevalensinya sebesar 46,3%, usia
kolagen, dan dengan sendirinya pula
55-64 sebesar 56,4%, usia 65-74 sebesar
tulang rawan ikut rusak.4
Republik
Penelitian
wanita,
Indonesia
62,9 dan usia lebih dari 75 sebesar 65,4%.38
dibanding
Pada terjadi
Peningkatan proses resorbsi tulang
wanita
degenerasi
pasca-menopause
tulang
pasca-menopause
antara
pada lain
yang
disebabkan oleh karena defisiensi hormon
memproduksi hormon estrogen sehingga
estrogen, yang lebih lanjut akan memicu
terjadi
hormon
proliferasi
estrogen. Defisiensi estrogen pada wanita
osteoklas
pasca-menopause
memengaruhi
penurunan
folikel-folikel
wanita
pembentukan
sekresi
berdampak
pada
peningkatan masalah kesehatan sehingga
Banyak
wanita
menopause
mengeluh nyeri otot dan sendi. Pada
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
diferensiasi
dan
progenitor
mengaktifkan
pembentukan
serta
osteoklas
yang baru.
dapat mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas wanita pascamenopause.
dan
Osteoklasogenesis
yang
terjadi
dapat memicu degradasi matriks kartilago yang merupakan bantalan sendi sehingga dapat
terjadi
OA.
Nyeri
kronis
32
muskuloskeletal
akibat
OA
sangat
18% dan 13%.11 Limbah minyak ikan
mengganggu aktivitas penderitanya. Salah
Lemuru
satu terapi OA yang selama ini banyak
Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur sebagai
digunakan
anti
hasil ekstraksi dari pengolahan tepung
inflamasi nonsteroid, yaitu piroksisam yang
ikan. Namun pemanfaatan minyak ikan
dapat menimbulkan efek samping yang
Lemuru masih belum optimal, minyak ikan
serius pada system gastrointestinal seperti
Lemuru biasanya diperdagangkan untuk
ulser, perforasi atau bleeding.41
pakan ternak, industri cat dan tinta dengan
adalah
dengan
obat
Pengobatan dari bahan-bahan alami
banyak
terdapat
di
daerah
harga yang murah.11
saat ini sangat sering diperbincangkan
Tujuan
karya
studi
literatur
ini
karena diduga memiliki potensi luar biasa
adalah untuk mengaji potensi asam lemak
dengan efek samping yang minimal. Ikan
omega-3 minyak ikan Lemuru (Sardinella
laut mengandung asam omega-3 yaitu
longiceps) sebagai pencegah
EPA (eicosapentaenoid acid) dan DHA
alternatif
(docohexaenoic
sangat
menopause.
banyak
2. TINJAUAN PUSTAKA
acid)
yang
OA
pada
dan terapi
wanita
pasca-
bermanfaat bagi kesehatan. Diet
minyak
ikan
yang
mengandung n-3 PUFA khususnya EPA
2.1 Klasifikasi Ikan Lemuru
dan DHA terbukti menurunkan mediator
Ikan Lemuru terdiri dari beberapa
resorbsi tulang yaitu prostaglandin maupun
jenis,
sitokin pro-inflamasi yaitu IL-1α, IL-1β dan
longiceps, Sardinella aurita, Sardinella
TNF-α. Penurunan PGE2, IL-1 maupun
leiogaster, dan Sardinella clupeiodes.10
TNF-α menyebabkan aktivitas osteoblas
Beberapa
meningkat dan pembentukan osteoklas
Statistik Perikanan Indonesia digabung
pada tulang alveolar terhambat.14
menjadi
Ikan Lemuru (Sardinella longiceph)
diantaranya
jenis
satu
adalah
ikan
dengan
Sardinella
tersebut
nama
dalam
Lemuru
(Sardinella longiceps).27
kaya akan asam lemak omega-3 yang mengandung EPA (eicosapentaenoid acid)
2.2 Minyak Ikan Lemuru
dan DHA (docohexaenoic acid) sebesar
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
33
Minyak
ikan
merupakan
lemak
Beberapa penelitian menyatakan
berbentuk cair, berasal dari ikan. Minyak
bahwa
tersebut diisolasi dari ikan yang hidup
antiinflamatori. EPA menurunkan produksi
pada tumbuhan di bawah permukaan laut,
sitokin
misalnya ikan Cod, Hiu dan Hering.31,40
dengan cara langsung mengganti asam
Minyak ikan Lemuru merupakan limbah
arakidonat (AA) yang merupakan substrat
atau hasil samping yang diperoleh dari
eikosanoid
proses
menghambat metabolisme AA, dan secara
pengalengan
(5%)
dan
penepungan (10%) ikan Lemuru.12,32
n-3
PUFA
dapat
pro-inflamasi
dan
sebagai
eikosanoid
(prostaglandin)
dengan
tidak langsung dapat mengubah ekspresi
Minyak ikan Lemuru merupakan salah satu jenis minyak ikan yang memiliki
gen inflammatori melalui aktivitas faktor transkripsi.7
kandungan asam lemak tak jenuh paling tinggi dibandingkan dengan jenis minyak ikan lainnya.
2.3 Osteoarthritis
17
Secara khusus prevalensi OA di
Minyak ikan Lemuru memiliki total
Indonesia juga cukup tinggi yaitu 5% pada
asam lemak omega-3 sekitar 25%-30%32
usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60
dengan perincian yakni sekitar 18% terdiri
tahun dan 65% pada usia > 61 tahun.38 OA
dari eicosapentaenoic acid (EPA) dan
dimasukkan oleh Organisasi Kesehatan
docosahexaenoic
Dunia (WHO) ke dalam salah satu dari
(DHA)
sekitar
13%.
Perbandingan kadar EPA dan DHA minyak
empat
ikan Lemuru dengan jenis minyak ikan
membebani individu, sistem kesehatan
yang lainnya dapat dilihat melalui tabel
maupun sistem perawatan sosial dengan
sebagai berikut.12,17
biaya yang cukup besar.24
Jenis Ikan Tuna Salmon Cod Herring Lemuru
Minyak
EPA (%) 7 6 11 9 18
DHA (%) 20 10 21 6 13
Tabel 2.1 Perbandingan Kadar EPA dan DHA Minyak Ikan Lemuru dengan Jenis Minyak Ikan yang Lainnya11,12
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
kondisi otot
dan tulang
yang
Kartilago sendi merupakan organ sasaran utama OA. Titik awal terjadinya OA adalah kerusakan atau hilangnya kartilago.22 tulang misalnya
Inisiasi
rawan akibat
proses
sendi
yang
trauma
kerusakan abnormal
atau
proses
34
inflamasi
akan
mengakibatkan inflamasi
menginisiasi
dan
Stimulasi Produksi nitric oxide (NO),
kaskade
di samping dua mekanisme di atas,
degradasi
terdapat pula mekanisme lain dimana IL-1
teraktivasinya
maupun
proses
enzimatik terhadap rawan sendi.24 Kerusakan
pada
memunculkan
daerah
sendi
efek
menyebabkan
yang
inflamasi
melalui tiga mekanisme yaitu peningkatan
menstimuli
produksi
Matrix Metalloproteases (MMPs), inflamasi
menghambat
pada membran sinovial dan stimulasi
sintesis proteoglikan.
NO.
produksi
dapat dengan
NO
dapat
kolagen
dan
produksi nitric oxide. Peningkatan
MMPs,
collagenase,
sebuah enzim MMPs bertanggung jawab atas
degradasi
stromelysin
kolagen.
Begitu
juga
bertanggung
jawab
atas
degradasi proteoglikan. Sebuah enzim yang
disebut
bertanggung
aggrecanase
jawab
atas
juga
degradasi
proteoglikan. Inflamasi membran sinovial. Sintesis mediator-mediator seperti IL-1 dan TNF-Îą pada
membran
sinovial
Gambar 1. Bagan Patofisiologi OA
menyebabkan Gejala-gejala
degradasi tulang rawan. Sitokin ini mampu
OA
meliputi
nyeri
enzim
MMPs,
sendi yang semakin buruk setelah latihan
fisiologis
utama
atau meletakkan beban di atas persendian,
inhibitor dan menghambat sintesis bahan-
rasa nyeri hilang ketika istirahat, rasa sakit
bahan
yang
meningkatkan menghambat
sintesis sintesis
matriks misalnya
kolagen
dan
lebih
buruk
dapat
terjadi
saat
proteoglikan. Aksi IL-1 dan TNF-Îą pada
memulai beraktivitas, seiring waktu nyeri
proses enzim, dikombinasikan dengan
hadir
penekanan sintesis matriks, menghasilkan
istirahat, rasa nyeri meningkat saat cuaca
degradasi yang parah dalam tulang rawan.
lembab atau basah, sendi mengalami
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
bahkan
terjadi
ketika
sedang
35
pembengkakan,
gerakan
kelemahan
sekitar
otot
terbatas, sendi
yang
terlihat jelas bahwa peningkatan prevalensi OA berhubungan dengan masa puncak menopause.1,9 Sebuah studi menunjukkan
mengalami artritis.
bahwa OA tiga kali lebih sering terjadi 2.4 Hormon Estrogen pada Wanita
pada wanita berusia 45 sampai 64 tahun.9
Pasca-Menopause Menopause ketidakmampuan
Estrogen
merupakan
salah
satu
merupakan
suatu
hormon steroid seks dengan 18 atom C
ovarium
untuk
dan dibentuk terutama dari 17-ketosteroid
memproduksi telur dikombinasikan dengan
androstenedion.35
reduksi radikal pada produksi ovarium
bekerja pada organ, maka melalui reseptor
hormon
seks
menopause estrogen
wanita.
pasca-
estrogen â&#x20AC;&#x201C;Îą dan â&#x20AC;&#x201C;β. Setelah hormon
efek
protektif
estrogen diikat oleh reseptor estrogen,
peningkatan
maka akan timbul khasiat biologik dari
mengalami
resiko terjadinya osteoporosis, OA dan
jaringan tersebut.
penyakit jantung. Produksi estrogen turun lebih
dari
65%
pada
estrogen
Wanita
kehilangan
dan
Hormon
wanita
pasca-
menopause.9 Level estradiol pada wanita pasca-
Dalam keadaan normal, estrogen dapat bekerja sama dengan hormonhormon lainnya dari hipotalamus, yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH
menopause menyentuh level kurang dari
(Luteinizing
Hormone),
32 pg/ml dan sering bahkan kurang dari 10
Selain
estrogen
pg/ml ketika pasca-menopause. Hal ini
hormon ovarium yang dapat menyebabkan
jauh dari level serum estrogen pada
haid
periode menopause yang menyentuh level
kehamilan serta remodelling tulang yang
60-250 pg/ml pada fase proliferatif dan 75-
seimbang.35
40 pg/ml pada fase luteal.13 Banyak studi menunjukkan bahwa
itu,
siklik
dan bekerja
(teratur)
Estrogen
prolaktin.
dan
dengan
terjadinya
menstimulasi
serta
membantu pertumbuhan tulang melalui
OA berhubungan dengan level estrogen. 1,9
beberapa
Oleh karena itu, prevalensi OA lebih besar
memengaruhi perubahan bentuk tulang
ditemukan pada wanita daripada pria, dan
rangka
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
cara,
dan
yaitu
tulang
1)
panjang
dengan
yang
36
mengalami
penutupan
epifisisnya
diferensiasi, aktivasi, maupun apoptosis
sehingga pertumbuhan tulang terhenti, 2)
dari
memengaruhi metabolisme tulang secara
langsung
langsung
matriks
osteoklas dengan menekan aktivasi c-Jun
tulang yang diperankan oleh 17β-estradiol
sehingga mencegah terjadinya diferensiasi
yang dapat meningkatkan kekuatan tulang
sel prekursor osteoklas dan menekan
melalui
aktivasi sel osteoklas dewasa.30
pada
pembentukan
mineralisasi
tulang,
3)
menghambat kerja sitokin pro-inflamasi, terutama
sel–sel
mempengaruhi
mononuklear, osteoklas
osteoklas,
sedangkan
melalui
reseptor
secara terhadap
3. PEMBAHASAN
4)
Penurunan hormon estrogen pada
dengan
wanita pasca-menopause meningkatkan
meningkatkan apoptosis osteoklas.2
resiko
Defisiensi estrogen pada pada tikus
terjadinya
penuaan,
OA.
terjadinya
Karena sekresi
proses estrogen
mempredisposisi perubahan pada TMJ
menurun pada wanita pasca-menopause
melalui perubahan serum kalsitonin dan
seiring
hormon paratiroid.29 Studi yang dilakukan
Estrogen memegang peran penting dalam
oleh Kuroda menunjukkan bahwa densitas
memodulasi metabolisme jaringan tulang.
mineral tulang pada tikus yang telah mengalami
bertambahnya
usia.
Beberapa studi menunjukkan bahwa
Penurunan
terdapat afinitas reseptor yang tinggi pada
densitas tulang ini akan mengakibatkan
membran sinovial, diskus artikular dan
degenerasi pada TMJ.25
kondilus mandibula pada manusia. Oleh
Efek
ovariektomi.
dengan
biologis
dari
estrogen
karena itu, estrogen mempunyai pengaruh
diperantarai oleh reseptor yang dimiliki
dalam
oleh sel osteoblastik diantaranya estrogen
kartilago, dan diskus artikular.39
receptor-related
receptor
α
(ERRα),
reseptor estrogen α,β (Erα,Erβ).34
perkembangan
Hormon
struktur
estrogen
tulang,
dapat
memengaruhi pertumbuhan tulang yaitu
Estrogen mempunyai efek terhadap
dengan
meningkatkan
pembentukan
sel osteoklas secara langsung maupun
matriks tulang yang diperankan oleh 17 β-
tidak langsung.5 Secara tidak langsung
estradiol, menghambat kerja sitokin pro-
estrogen
inflamasi terutama sel-sel mononuklear
mempengaruhi
proses
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
37
dan menghambat aktivitas osteoklas. 2,36
Gambar 2. Efek Estrogen dan Sitokin
Terdapat
Terhadap Pengaturan Pembentukan
efek
estrogen
terhadap
sel
osteoblas dan osteoklas. Efek biologis dari
Osteoklas, Aktivitas, dan Proses
estrogen diperantarai oleh reseptor yang
Apoptosisnya.
dimiliki oleh sel osteoblastik diantaranya:
Efek Estrogen sebagai Stimulasi Ditandai
estrogen
receptor-related
receptor
a
dengan E(+), sedangkan Efek Inhibisi dengan Tanda E(-)5
(ERRa), reseptor estrogen a, b (ERa, ERb).34 Efek estrogen pada sel osteoklas, dalam
percobaan
binatang,
defisiensi
Pada
proses
katabolisme
didapatkan adanya peran IL-1 baik yang
estrogen akan menyebabkan terjadinya
dikeluarkan
osteoklastogenesis yang meningkat dan
mengakibatkan kerusakan matriks rawan
berlanjut dengan kehilangan tulang. Hal ini
sendi atau oleh sel lain seperti sinovisit,
dapat
makrofag, fibroblas dan lain-lain.
dicegah
estrogen.
dengan
dan
Adanya pengaruh IL-1 kondrosit
ekpresi dari OPG dan TGF-β oleh sel
akan mensintesis berbagai enzim perusak
osteoblas
seperti
penyerapan
dan
juga
kondrosit
merangsang
selanjutnya
Estrogen
pemberian
oleh
sel
berfungsi tulang
dan
stroma,
yang
menghambat
MMPs
kondrosit,
dan
sinovisit
NO.3
Disamping
juga
merupakan
mempercepat/
sumber sintesis NO pada sendi yang
merangsang apoptosis sel osteoklas (lihat
mengalami inflamasi. Di samping itu, IL-1
gambar 1.5
juga mampu menginduksi sintesis aktivator enzim lain seperti plasminogen aktivator dan pertanda biokimia kerusakan rawan sendi (COMP) serta berkurangnya sintesis faktor anabolik seperti kolagen tipe II serta aggrecan.21 Defisiensi sekresi estrogen dapat memicu terjadinya degenerasi kartilago sendi. Kartilago sendi merupakan organ
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
38
sasaran utama OA.6 Titik awal terjadinya
tertinggi dibandingkan jenis ikan lainnya,
OA adalah kerusakan atau hilangnya
sebesar 18% dan 13%.12
kartilago.18
Sebagai
Terjadinya sendi
dapat
degenerasi
kartilago
menstimulasi
pelepasan
mediator inflamasi, yakni dapat
kandungan
agen
EPA
pencegahan
pada
minyak
OA, ikan
berpotensi menurunkan produksi mediator
memicu
pro-inflamasi seperti prostaglandin, dan
makrofag untuk menghasilkan IL-1 yang
sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF-α). EPA dalam
akan meningkatkan enzim proteolitik untuk
asam lemak omega-3 dapat mengatur
melakukan
ekspresi gen dan sinyal transduksi gen
degradasi
matriks
ekstraseluler.
sitokin pro-inflamasi melalui transkripsi
Dengan defisiensi estrogen ini akan
mRNA sitokin. Faktor transkripsi yang
terjadi meningkatnya produksi dari IL-1, IL-
terlibat dalam regulasi inflamatory adalah
6,
lanjutkan
nuclear
RANK-L.
menghambat nuclear factor translokasi
Selanjutnya RANK-L menginduksi aktivitas
(NFkβ) yang mengakibatkan penurunan
JNK1
produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1
dan
TNF-α
diproduksi
dan
yang
M-CSF
lebih dan
osteoclastogenic
activator
protein-1, faktor transkripsi c-Fos dan cJun. Penurunan sekresi estrogen juga
factor
kβ
(NFkβ).
EPA
dan TNF-α.20 EPA dapat menurunkan produksi
dapat menurunkan elastisitas kartilago
eikosanoid
sendi,
meningkatkan
mediator resorpsi tulang sehingga aktivitas
persendian.
osteoklas terganggu.14 Inhibisi pelepasan
resiko
sehingga terjadinya
dapat friksi
(PGE2)
yang
merupakan
Terjadinya friksi pada memicu pelepasan
mediator-mediator pro-inflamasi
mediator pro-inflamasi sehingga terjadi
diet minyak ikan akan dapat mencegah
reaksi
terjadinya
inflamasi
lanjutan
yang
dapat
memperparah OA sendi.
destruksi
kartilago
dengan
sendi.
Sebagai agen terapi OA, diet minyak ikan
Ikan Lemuru (Sardinella longiceph)
yang banyak mengandung asam lemak
banyak mengandung asam lemak omega-
omega-3 dapat meningkatkan formasi dan
3 yang mengandung EPA dan DHA
diferensiasi osteoblas pada pembentukan tulang.37
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
39
Asam
lemak
omega-3
terbukti
menurunkan
pelepasan
sinyal
pro-
mampu menurunkan ekspresi osteopontin
inflamasi. Asam lemak omega-3 juga
(OPN). OPN merupakan molekul yang
dapat
berperan pergerakan osteoklas di daerah
sialoprotein (BSP) yang berperan dalam
resorpsi tulang dan mampu meningkatkan
pergerakan osteoblas untuk mengadakan
ekspresi bone sialoprotein (BSP) yang
remineralisasi.
berperan untuk
dalam pergerakan
Kandungan DHA minyak ikan memiliki peranan
dalam
meningkatkan
pengendapan kalsium pada tulang lebih besar dibanding EPA. Hal ini karena DHA dapat
menghambat
osteoklasogenesis
yang dimediasi oleh RANK-L.
23
4. KESIMPULAN Asam lemak omega-3 minyak ikan Lemuru (Sardinella longiceps) berpotensi sebagai pencegah dan terapi alternatif OA pada
wanita
pasca-menopause.
(1)
Sebagai agen pencegahan OA, asam lemak omega-3 berpotensi menurunkan produksi
mediator
inflamasi
seperti
prostaglandin, dan sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF-α)
sehingga
degradasi
matriks
kartilago dapat dihindari. (2) Sebagai agen terapi alternatif, asam lemak omega-3 minyak
ikan
arakidonat
dapat
mengganti
sehingga
ekspresi
bone
osteoblas
remineralisasi. 14
mengadakan
meningkatkan
asam
menurunkan
metabolisme eukosanoid sehingga dapat
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA 1. Aslam MN, Lansky EP, Varani J. Pomegranate as A Cosmeceutical Source:Pomegranate Fractions Promote Proliferation and Procollagen Synthesis and Inhibit Matrix Metalloproteinase-1 Production in Human Skin Cells. Journal of Ethnopharmacology vol.103 2006; pp 311–318. 2. Baron G, Falissard B, Tubach F, Ravaud P, et al. Evaluation of clinically relevant states in patient reported outcomes in knee and hip osteoarthritis: The patient acceptable symptom state. Annals of the Rheumatic Diseases 2005; 64(1):34-37 3. Baron, D. N. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC; 1984. 4. Baziad, Ali. Menopause dan Andropause. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo; 2003. 5. Bell, Norman H. RANK ligand and the regulation of skeletal remodelling. J Clin Invest 2003; 111:1120-22 6. Brandt, Kenneth D. Diagnosis and Nonsurgical Management of Osteoarthritis. Paperback ISBN-13: 9781884735578; 2000. 7. Calder PC. Long-Chain n-3 Fatty Acids and Inflammation: Potential Application in Surgical and Trauma Patients, Braz J Med Biol Res.2003; 36(4):433-46 8. Catalog of Fishes. Omega-3 Fatty Acids. Am Fam Physician. 2004; 70 (1):133-140 9. Cranton, Elmer M. Estrogen and Progesteron: Restoring A Woman’s Losses; 2013. 10.Current Perspectives”, n.d. hal. 4; Sarzi-Puttini, et all, 2005; Wilke, n.d.
40
11.Dewi, E. N. Isolasi Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Hasil Limbah Penepungan dan Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinelle longiseps). Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB; 1996. 12.Harmayani, E., Utami, T., Hastuti, P., Jenny. Hidrolisis Minyak Ikan Lemuru oleh Lipase Amobil dari Mucor miehei pada Berbagai Rasio Minyak dan Air. Seminar Nasional Industri Pangan Tahun 2000. Yogyakarta: FATETA UGM; 2000. 13.Hughey, Michael Hughey. Introductory Obstetrics & Gynecology. Medical Education Division, Brookside Assosciates, Ltd; 2005. 14.Indahyani DE. Manfaat asam lemak omega-3 polyunsaturated pasca perawatan ortodonti. MI Kedokteran Gigi.Edisi Khusus FORIL 2002; 357-61. 15.Indahyani DE. Pengaruh minyak ikan terhadap jumlah dan aktivitas osteoklas tulang periapikal pada tikus. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UGM; 2001. 16.Indahyani DE. Pengaruh minyak ikan terhadap proses erupsi gigi dengan infeksi tulang alveolaris pada tikus yang diinduksi lipopolisakarida (LPS) (kajian pada ekspresi bone sialoprotein, osteopontin dan fase erupsi gigi) Desertasi. Yogyakarta: Pascasarjana UGM; 2008. 17.Irianto, H.E., Suparno, Murtini, J.T. dan Sunarya. Kandungan Asam Lemak Omega-3 Beberapa Jenis Ikan dan Produk Olahan Tradisional. Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional, Jakarta 9-11 Juni 1995, p.176-181, Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, Jakarta; 1995. 18.Isbagio H. Peran Densitas Tulang pada Etiopatogenesis Osteoarthritis. Dibacakan pada Seminar and Workshop on Osteoarthritis di FK Universitas Brawijaya. Tesis; 1996. 19.Ismail T, Sestili P, Akhtar S, Pomegranate Peel and Fruit Extracts: A Reviewof Potential Anti-Inflammatory and Anti-Infective Effects. Journal of Ethnopharmacology. Vol. 143(2). 2012; pp 397-405. 20.Jho DH, Cole SM, Lee EM. Espat NJ. Role of Omega-3 Fatty Acid Supplementation in Inflammation and malignancy. Integr Cancer Ther. 2004; 3;398-111.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
21.Jordan, KM., Arden, NK., Doherty, M., Bannwarth, B., et al. EULAR Reccomendations 2003: an evidence based approach to the mnagement of knee osteoarthritis: Report of a Tsk Force of The Standing Comittee for International Clinical Studies Including Therapeutic Trials (ESCISIT). Ann Rheum Dis 2003; 62: 1145 1155. 22.Khomsan A, dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta; 2006. 23.Krugger MC, Poulsen R. Health benefits of salmon and omega-3 oil supplementation. New Zealand: Massey University; 2008 24.Kurniati, Novi. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Formula Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum). Skripsi . Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia; 2011. 25.Kuroda S, Mukohyama H, Kondo H, Aoki K, Ohya K, Ohyama T, et al. Bone Mineral Density of The Mandible in Overiectomyized Rats: analyses using dual energy X-ray absorbpt iometry and peripheral quantitive computed tomography. J Oral Dis 2003; 9(1): 248 26.Lee DG, Kim TW, Kkang SC, Kim ST. Estrogen Receptor Gene Polymorphism and Craniofacial Morphology in Female TMJ Osteoarthritis Patients. Int J Oral Maxillofac Surg 2006; 35(2): 165-9 27.Merta, I. G. S., Widana, K., Yunizar, Basuki, R. Status of The Lemuru Fishery in Bali Strain its Development an Prospects. Workshop on the fishery an managemen os Bali Sardinella (Sardinella lemuru) in Bali Strait. Roma: FAO; 2000. 28.Monroe DG, Secreto FJ, Spelsberg TC. Overview odf estrogen action in osteoblasts: Role of the ligand the receptor and the co-regilators. J Musculoskel Neuron Interact 2003; 3(4):357-62 29.Okuda T, Yasuoka T, Nakashima M, Oka N. The Effect of Ovarioectomy on The Temporomandibular Joint. J Oral Maxillofacial surg 1996; 54(10): 120110 30.Oursler MJ. Direct and indirect effects of estrogen on osteoclast. J Musculoskel Neuron Interact 2003; 4:363-6
41
31.Peck, M. D. Interaction of Lipids with Immune Function I: Biochemical Affect of Dietary Lipids on Plasma Membranes. J Nutr Biochem. 1994; 5: 466-478 32.Permadi, E. Analisis Pengembangan Industri Pengolahan Mikroenkapsulasi Minyak Ikan. Bogor :Institut Pertanian Bogor; 2003. 33.Pudyani, PS. Fields, HW. Sarver, DM. Remodelling Tulang Alveolar pada pergerakan Gigi secara Orthodontik. MI Kedokteran Gigi 2007; 22(4): 163-70 34.Quaedackers ME, Van Den Brink CE, Wissink S, et al. 4-hydroxytamoxipen trans represses nuclear factor-kb activity in human oasteoblastic U2-OS cells through estrogen receptor (ER) and not through Er. Endocrinology 2001;142:3. 35.Rachman, IA. 2004. Osteoporosis Primer pada Wanita Pascamenopause: peranan Hormon Estrogen Menjelang Usia Lanjut. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 28(3): 146-162 36.Ranakusuma, AB. Metabolik Endokrinologi Rongga Mulut. Jakarta: Universitas Indonesia Press; 1992.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari – Juni 2015
37.Salary P, Rezaie A, Larijani B, Abdollah M.A Systemic Review of Impact of n-3 fatty acid in bone health and osteoporosis. Med Sci Monit. 2008 ; 14(3) 37-44 38.Sugianto, Nanik Lidyawati. Pemberian Jus Delima Merah (Punica Granatum)dapat Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah pada Mencit (Mus Musculus) dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Tesis. Denpasar : Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana; 2011. 39.Wang, Jian., Chao, Yonglie., Wan, Qoanbing., Zhu, Zhimin. The Possible Role of Estrogen in The Incidence of Temporomandibular Disorder. Medical Hypotheses 2008; 71 : 564-567 40.Winarno, F. G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 1997. 41.Wofe M. D. Dangerous Drugs Peroxicam Public Citizen’s Health Research Group. Http://www.citizen.org/hrg/PUBLICATIO NS/1373.ht; 1995
42
Laporan Tinjauan Pustaka
RANULA : ETIOLOGI DAN PENATALAKSANAANNYA Andi Sri Permatasari1
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Jalan. Perintis Kemerdekaan KM 10 Kampus Tamalanrea, Ujung Pandang Tel./Fax +62411512012 ABSTRAK Diagnosa pembengkakan dasar mulut adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi atau mengenali pembengkakan yang terjadi di daerah dasar mulut. Pembengkakan dasar mulut dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti sialolithiasis, ranula, kista, tumor, dan sebagainya. Pembengkakan dasar mulut memberikan dampak yang buruk bila tidak segera diatasi. Ini karena, pembengkakan pada dasar mulut mengganggu fungsi utama seperti fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Kesehatan fisik dan psikologis pasien secara tidak langsung juga akan terpengaruh dengan adanya gangguan fungsi tersebut.Salah satu pembengkakan di dasar mulut yang paling sering terjadi adalah ranula. Ranula merupakan salah satu jenis kista retensi di dasar mulut yang berhubungan dengan glandula saliva. Prevalensi ranula kira-kira 0,2 kasus dari setiap 1000 orang. Prevalensi ranula yang merupakan kista retensi berada di antara 1-10%. Ranula biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, dengan frekuensi paling banyak itu pada dekade kedua. Ranula Plunging atau ranula servikal cenderung terjadi pada dekade ketiga. Ranula dapat ditangani oleh beberapa macam teknik bedah, yakni marsupialisasi, eksisi glandula sublingualis, ataupun kombinasi eksisi keduanya yakni ranula dan glandula sublingualis Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai etiologi dan penatalaksanaan ranula. Kata Kunci: Eksisi, Marsupialisasi, Ranula, Ranula Plunging ABSTRACT Diagnosis swelling of the mouth is an action taken to identify or recognize swelling that occurs in the area of the mouth. Swelling of the mouth can be caused by many factors such as sialolithiasis, ranula, cysts, tumors, and so on. Swelling floor of the mouth have a negative effect if not addressed. This is because, swelling of the floor of the mouth interfere with the primary functions such as speech function, chew, swallow, and breathe. Physical and psychological health of the patient will also indirectly affected by the disruption of the function tersebut.Salah swelling at the base of the mouth of the most common is ranula. Ranula is one type of retention cyst in the floor of the mouth are associated with salivary gland. Prevalence of ranula is approximately 0.2 cases out of every 1000 people. Ranula prevalence retention cyst which is located in between 1-10%. Ranula usually occurs in children and adults easily, with the most frequency in the second decade. Ranula Plunging or Cervical Ranula likely occur in the third decade. Ranula can be handled by a number of surgical techniques, namely marsupialization, sublingual gland excision, or a combination of both the ranula excision and sublingual glands, therefore, in this paper will discuss the etiology and treatment of ranula. Keywords: Excision, Marsupialization, Ranula, Ranula Plunging
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
4
1.
PENDAHULUAN
untuk mendapatkan perawatan sering
Diagnosa pembengkakan dasar mulut
adalah
tindakan
tingkat
pembengkakan
sudah
yang
berukuran besar dan menimbulkan rasa
dilakukan untuk mengidentifikasi atau
tidak nyaman bahkan sakit. Keadaan ini
mengenali pembengkakan yang terjadi
sering dianggap sebagai pembengkakan
di daerah dasar mulut. Pembengkakan
akibat infeksi dan bila tidak dilakukan
dasar mulut dapat disebabkan oleh
diagnosa dengan tepat maka perawatan
banyak
yang akan diberikan terhadap pasien
faktor
suatu
pada
seperti
sialolithiasis,
ranula, kista, tumor, dan sebagainya. Diagnosa
sangat
penting
juga tidak tepat.1.
untuk
Salah
satu
pembengkakan
di
menentukan sifat suatu pembengkakan
dasar mulut yang paling sering terjadi
dan membedakan satu pembengkakan
adalah ranula. Ranula merupakan salah
dengan yang lainnya supaya suatu
satu jenis kista retensi di dasar mulut
rencana perawatan yang tepat dapat
yang berhubungan dengan glandula
dilakukan.
saliva.2 Prevalensi ranula kira-kira 0,2
Pembengkakan
dasar
mulut
kasus
dari
setiap
1000
orang.
memberikan dampak yang buruk bila
Prevalensi ranula yang merupakan kista
tidak
karena,
retensi berada di antara 1-10%. Ranula
mulut
biasanya terjadi pada anak-anak dan
seperti
dewasa muda, dengan frekuensi paling
fungsi bicara, mengunyah, menelan,
banyak itu pada dekade kedua. Ranula
dan
Plunging atau ranula servikal cenderung
segera
pembengkakan mengganggu
bernafas.
diatasi.
Ini
pada
dasar
fungsi
utama
Kesehatan
fisik dan
3
psikologis pasien secara tidak langsung
terjadi pada dekade ketiga.
juga akan terpengaruh dengan adanya
karena itu, pada makalah ini akan
gangguan fungsi tersebut.
dibahas
Pembengkakan
dasar
mulut
mengenai
etiologi
Oleh
dan
penatalaksanaan ranula.
biasanya asimtomatis dan tidak disertai rasa sakit pada awal pembentukannya.
1. TINJAUAN PUSTAKA
Oleh karena itu, pasien yang datang
2.1.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
Definisi Ranula
50
Ranula berasal dari kata latin: Rana,
yang
berarti
Dinamakan ranula,
ranula
merupakan masa yang
katak.
terbentuk akibat rupturnya glandula
karena ranula
saliva tanpa diikuti rupturnya ruang
tersebut menonjol mirip perut katak.
submandibula
Istilah
menimbulkan
ranula
digunakan
untuk
yang
kemudian
pseudokista
hingga
ke
yang
menggambarkan mucocele yang timbul
meluas
pada dasar mulut. Biasanya unilateral
submandibula atau dengan kata lain
dan menyebabkan pembengkakan biru
berpenetrasi ke otot milohiodeus.
translusen yang mirip dengan perut
Sehingga
katak.6
pembengkakan hingga ke leher.
nampak
ruang
terjadinya
2.2 Klasifikasi Ranula Berdasarkan
letaknya
ranula
dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel dan ranula plunging2,3,6,910,11,. 1.
Ranula simpel/ ranula intraoral Ranula simpel yang juga disebut dengan intraoral ranula merupakan ranula
yang
karena
pada patogenesis.
Ada yang disebut
obstruksi duktus glandula saliva
kista sejati (true cyst) dengan lapisan
tanpa
epitel, karena obstruksi duktus dari
diikuti
duktus
dengan
tersebut.
rupturnya tidak
kelenjar sublingual atau salah satu dari
submandibula,
kelenjar ludah minor. Selain itu ada
dengan kata lain tidak berpenetrasi
yang disebut kista semu (pseudocyst)
ke otot milohioideus
yang berasal dari trauma pada duktus,
melewati
2.
terbentuk
Gambar 1. Dua kasus ranula yang terletak di sisi kiri dari dasar rongga mulut. a. Lesi kecil b. Lesi kecil (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.3345).12 Ada dua jenis ranula tergantung
ruang
Letaknya
Ranula plunging/ ranula servikal
ekstravasasi,
dan
akumulasi
saliva
Sedangkan ranula plunging atau
dalam jaringan sekitarnya. Pada tipe ini,
sering disebut ranula diving ataupun
dinding
pseudokista
tidak
memiliki
ranula dissecting ataupun cervical
lapisan
epitel,
terdiri
jaringan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
dan
50
granulasi yang dikelilingi oleh jaringan
otot milohioid. Otot milohioid dianggap
ikat.
sebagai diafragma dasar mulut, tetapi Ranula juga dapat dibedakan atas
secara
anatomis tidak secara
total
fenomena ekstravasasi mukus dan kista
membatasi dengan region leher, oleh
ritensi
karena ditemukan suatu dehisensi atau
mukus.
Ekstravasasi
mukus
merupakan akibat dari trauma dan kista
hiatus
dalam
ini tidak mempunyai batas atau dinding
sepanjang aspek lateral 2/3 anterior otot
yang jelas. Sebaliknya kista ritensi
pada
mukus terjadi akibat obstruksi duktus
berpenetrasi ke otot milohioid. Sekresi
kelenjar saliva.
mukus mengalir kearah leher melalui
36-45
otot
%
mylohiodeus
individu.
Kista
ini
otot milohioid dan menetap di dalam 2. PEMBAHASAN
jaringan
3.1.
Etiologi
pembengkakan yang difus pada bagian
Etiologi dari ranula terjadi akibat
lateral atau submental leher. Sekresi
trauma, obstruksi
fasial
sehingga
terjadi
kelenjar saliva, dan
saliva yang berlangsung lama pada
aneurisma duktus glandula saliva. Post
glandula sublingual akan menyebabkan
traumatik ranula terjadi akibat trauma
akumulasi
pada
pembesaran
glandula
submandibular
sublingual yang
atau
menyebabkan
ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk
mukus masa
sehingga
terjadi
servikal
secara
konstan. Trauma dari tindakan bedah yang
pseudokista. Obstruksi duktus saliva
dilakukan
dapat disebabkan oleh sialolithiasis,
menimbulkan parut atau jaringan fibrosa
malformasi
pada permukaan superior dari ranula.
kongenital,
stenosis dan
untuk
Sehingga
tumor.
ranula akan tumbuh menembus otot
mukus
pada
milohioid
plunging ranula.
servikal. Pembengkakan di dasar mulut ranula
membentuk
kembali,
glandula sublingual menjadi penyebab
Plunging
dan
kambuh
ranula
pembentukan parut pada duktus atau Ekstravasasi
apabila
membuang
ranula
sangat
berrwarna kebiruan karena terjadi pula
berhubungan erat dengan diskontinuitas
dilatasi dari vena. Ranula juga dikatakan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
50
berkaitan
dengan
penyakit
kelenjar
dilakukan pembukaan, lakukan aspirasi
saliva dan anomali kongenital dimana
dari isi ranula dan juga dapat lakukan
duktus saliva tidak terbuka.2,3,9,11,12
drainase dengan memberikan tekanan pada lesi. Setelah itu, tepi mukosa
3.2 Penatalaksanaan Ranula
dijahit dengan tepi dari ranula, dan
dapat
ditangani
oleh
dibiarkan selama satu minggu. Luka
beberapa macam teknik bedah, yakni
dibiarkan terbuka atau ditutup dengan
marsupialisasi,
iodoform
eksisi
glandula
yang
distabilkan
dengan
sublingualis, ataupun kombinasi eksisi
jahitan sementara proses penyembuhan
keduanya yakni ranula dan glandula
berlangsung. Setelah itu pasien dapat
sublingualis.2,6,12
diresepkan obat-obatan.
Marsupialisasi merupakan suatu
Obat-obatan antibiotik diberikan
teknik bedah untuk mengambil kista
saat pre-operatif dan post operatif serta
dengan menyisakan dinding kista itu
analgesik pada post operatif. Antibiotik
sendiri. Teknik ini diindikasikan untuk
diberikan untuk mencegah terjadinya
kista-kista yang sudah berukuran besar.
infeksi sedangkan analgesik diberikan
Karena
untuk menghilangkan rasa sakit pasca
pertimbangan
agar
jaringan
yang dirusak sedikit. Akan tetapi teknik
bedah.
ini dapat menimbulkan rekurensi kista,
diberikan misalnya golongan penisilin
jika pengambilannya tidak baik.
yang berspektrum luas, golongan lain yang
3.3 Prosedur Perawatan
ditambah
dengan
bisa
makrolida,
Pertama lakukan anastesi blok lingual
Jenis
infiltrasi
antibiotik
yang
bisa
diberikan
sephalosporin,
clindamisin,
metronidazol,
dan tetrasiklin. Obat-obatan anelgesik yang bisa diberikan misalnya golongan
regional. Setelah dilakukan anastesi,
acetaminophen,
jepit dinding superior dari ranula dengan
ibuprofen. Akan tetapi bila lesi tersebut
hemostat dan insisi sirkuler dilakukan,
rekuren,
biasanya
dilakukan
pada mukosa oral yang menutupi lesi
penanganan dengan eksisi
glandula
maka
parasetamol,
dan
dengan dinding superior ranula. Setelah
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
50
saliva
yang
terlibat
(glandula
sublingualis).
dilakukan secara maksimal, namun jika operator melakukan eksisi dengan cara kurang maksimal maka akan terjadi rekurensi ranula sebesar 50%.9
Gambar 2. Eksisi lesi meliputi mukosa mulut dan dinding dasar kista. a. Ilustrasi gambar b. Gambaran klinis (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.334-5).12
3.5 Dampak Dampak dari ranula yang tidak dirawat
akan
menyebabkan
lidah
terangkat akibat pembengkakan yang terus menerus di dasar mulut sehingga akan mengganggu fungsi pengunyahan, bicara, menelan, dan bernafas. Selain itu penyumbatan dari kelenjar saliva Gambar 3. Suturing mukosa rongga mulut dengan menggunakan teknik interrupted sutures a. Ilustrasi gambar b. Gambaran klinis (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.334-5).12
akan mempengaruhi produksi saliva yang menyebabkan fungsi self cleansing di dalam mulut tergganggu. Bahkan ranula
yang
tidak
ditangani,
dapat
terinfeksi10.
. KESIMPULAN Gambar 4. Gambaran klinis 20 hari setelah dilakukan marsupialisasi kista (Sumber: Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p.334-5).12 2.4 Prognosis
Ranula dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni trauma, obstruksi glandula saliva, dan aneurisme duktus glandula saliva. Ranula terdiri atas 2
Prognosis perawatan dari kasus
jenis, yaitu ranula simple/ranula intraoral
tersebut yaitu baik, artinya ranula yang
dan ranula plunging. Ranula simpel
telah ditangani dengan marsupialisasi
merupakan
dapat sembuh dengan baik setelah hari
karena obstruksi duktus glandula saliva
ke-20 pasca bedah. Tingkat rekurensi
tanpa diikuti dengan rupturnya duktus
ranula sebesar 2 % jika eksisi yang
tersebut. Letaknya tidak melewati ruang
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
ranula
yang
terbentuk
50
submandibula, dengan kata lain tidak
DAFTAR PUSTAKA
berpenetrasi ke otot milohioid.
1. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 150-152, 289. 2. Mustafa AB [et.al.]. Plunging ranula: An interesting case report. Open Journal of Stomatology, 2013, 1-4. 3. Kalra V, Mirza K, Malhotra1 A. Plunging ranula, Radiology Case. 2011 June; 5(6):18-24. 4. Balaji SM. The textbook of oral and maxillofacial surgery. India. Elsevier. 2009; p.398-400 402-405, 415-417. 5. Langlais RP. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Jakarta: Hipokrates. 40-41. 6. Shehata EA, Hassan HS. Surgical Treatment of Ranula: Comparison between Marsupialization and Sublingual Sialadenectomy in Pediatric Patients Annals of Pediatric Surgery, Vol 4, No 3&4 July-October, 2008 PP 89-93. 7. Eversole, Lewis R. clinical outline of oral pathology diagnosis and treatment. p.128-129. 8. Damle. S.G. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Penerbit Jeypee. p.5-17 9. Gupta A, Karjodkar F. R.. Plunging Ranula A Case Report. International Scholarly Research Network (ISRN) Dentistry Volume 2011. 10.Parara E, Tosios K, Voulakou. A swelling of the floor of the mouth Greece Vol. 109 No. 1 January 2010. 11.Yuca K [et.al.]. Pediatric intraoral ranula: An analysis of nine cases. Tohoku J. Exp. Med. 2005., 205, 151-155. Fregiskos FD. Oral Surgery. Berlin: Springer. 2007; p.334-33
Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving ataupun ranula
dissecting
ataupun
cervical
ranula merupakan masa yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang
kemudian
menimbulkan
pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain berpenetrasi ke Sehingga
nampak
otot
milohioid. terjadinya
pembengkakan hingga ke leher. Ranula ditangani dengan bedah yaitu teknik marsupialisasi dan bahkan dilakukan pengangkatan glandula saliva jika terjadi rekurensi ranula.
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
50
Laporan Kasus
PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI KANINUS TANPA PROSEDUR BEDAH Ni Wayan Pratita Wiprayani1 1
Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati Denpasar
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Jalan Kamboja 11A Denpasar, Bali. Tel./Fax: +62361261278 ABSTRAK Impaksi pada gigi kaninus menempati posisi kedua setelah gigi molar yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi. Persentase impaksi gigi kaninus mencapai sekitar 12%15% dari populasi. Gigi kaninus maksila lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi kaninus mandibular dan lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan lakilaki. Pasien perempuan 15 tahun maloklusi kelas I Angle dengan diastema multipel anterior rahang atas dan impaksi pada gigi 23 dan 13. Koreksi maloklusi direncanakan menggunakan piranti alat lepasan dengan jalan pencabutan gigi 53 terlebih dahulu. Tujuannya adalah mengoreksi diastema multipel anterior yaitu retraksi pada 11, 12, 21, 22 ke mesial untuk menyediakan tempat yang diperlukan untuk koreksi gigi 23 yang impaksi agar dapat erupsi secara fisiologis. Sedangkan pada gigi 13 direncanakan perawatan dengan bedah ortodontik. Kata kunci : Kaninus, Erupsi, Impaksi, Piranti Ortodonti Lepasan ABSTRACT Impaction in canines ranks second after the molars of high frequency to become impacted. Percentage of impacted canines reach about 12% -15% of population.3 maxillary canine impaction is more frequent than the mandibular canines and is more common in women than men. 15 years old female patient with Class I Angle with multiple anterior maxillary diastema and impaction of the teeth 23 and 13. The correction of malocclusion is planned to use the device with a removable tool tooth extraction path 53 in advance. The goal is to correct multiple anterior diastema is retracted at 11, 12, 21, 22 to mesial to provide the necessary space for correction 23 eruption of impacted in order to physiologically. While the tooth impaction 13 planned treatment with ortho surgery. Keywords : Canine, Eruption, Impaction, Removable Appliance
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
50
1. PENDAHULUAN Erupsi
oklusi dan secara estetis membentuk
adalah
suatu
proses
bagian penting dari senyuman. Karena
perkembangan yang bertanggung jawab
alasan
untuk menggerakkan gigi dari posisi
kewajiban untuk mencoba memperoleh
crypt
posisi ideal bagi keempat kaninus.6
(terletak
tinggi
dalam
tulang
maksila) melalui prosesus alveolaris
tersebut
Pada
ortodontis
dunia
memiliki
kedokteran
gigi,
hingga ke dalam rongga mulut menuju
terdapat tiga cara untuk menangani
posisi
gigi
kasus impaksi yaitu dengan bedah,
antagonis. Proses erupsi ini merupakan
tanpa bedah, dan kombinasi.7 Pada
proses
sangat
kasus impaksi gigi kaninus kali ini
mempengaruhi perkembangan normal
dilakukan dengan metode tanpa bedah
kraniofasial kompleks.1
yang memiliki keuntungan psikis bagi
oklusi
akhir
fisiologis
Impaksi
dengan
yang
merupakan
gigi
yang
pasien dengan hasil yang optimal.
terpendam dalam tulang alveolar dan tidak dapat erupsi. Gigi impaksi paling
2. KASUS
sering dan mudah didiagnosis ketika gigi
Pasien, perempuan usia 15 tahun,
mengalami keterlambatan erupsi yang
datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
lama.2,3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Impaksi
pada
gigi
kaninus
Mahasaraswati
Denpasar
dengan
menempati posisi kedua setelah gigi
keluhan gigi kaninus 23 dan 33 belum
molar yang berfrekuensi tinggi untuk
erupsi. Pasien tidak memiliki riwayat
mengalami impaksi. Persentase impaksi
penyakit sistemik. Pada pemeriksaan
gigi kaninus mencapai sekitar 12%-15%
klinis terdapat diastema multipel anterior
dari populasi.4 Gigi kaninus maksila
maksila dan masih terdapat gigi 53.
lebih
sering
mengalami
impaksi
dibandingkan gigi kaninus mandibular dan
lebih
perempuan
banyak
ditemukan
dibandingkan
pada
laki-laki.5
Kaninus berperan penting bagi fungsi
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
3. PEMERIKSAAN Setelah
dilakukan
rontgen
panoramik didapatkan gambaran seperti berikut :
51
Tujuannya
adalah
untuk
mengoreksi diastema multipel anterior yaitu retraksi pada gigi 11, 12, 21, 22 ke mesial untuk menyediakan tempat yang diperlukan impaksi
agar
fisiologis, Gambar 1. Rontgen Panoramik; Terdapat Diastema Multipel
didiagnosa
maloklusi
anterior maksila dan impaksi pada gigi dan
23.
Koreksi
dapat
sedangkan
23
erupsi pada
yang secara
gigi
13
ortodontik. Dari gambaran radiologi diketahui
kelas I Angle dengan diastema multipel
13
koreksi
direncanakan perawatan dengan bedah
4. PENATALAKSANAAN Pasien
untuk
pertumbuhan gigi 23 belum sempurna sehingga diharapkan masih memiliki kemampuan erupsi secara fisiologis.
maloklusi
direncanakan menggunakan piranti alat
5. PEMBAHASAN Impaksi
lepasan dengan jalan pencabutan gigi 53 terlebih dahulu. Satu minggu setelah dilakukan foto panoramik, pasien dicetak agar mendapat model diagnostik. Kemudian dibuatkan piranti alat lepasan dengan design seperti berikut:
pada
gigi
kaninus
menempati posisi kedua setelah gigi molar
yang
berfrekuensi
tinggi
mengalami impaksi. Sebanyak 15-20% populasi mengalami impaksi kaninus dan
kebanyakan
ditemukan
pada
wanita. Deteksi dini kemungkinan adanya impaksi
kaninus
maksila
dapat
dilakukan pada pasien mulai usia 9 atau 10 tahun. Metode diagnosis yang biasa dilakukan yaitu anamnesa mencakup riwayat keluarga, pemeriksaan klinis Gambar 2. Design Piranti Alat Lepasan seperti
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
visual,
taktil/palpasi,
dan
52
8,9,10
pemeriksaan radiografi.
Pada
kasus di atas, pasien wanita 15 tahun maloklusi
kelas
I
Angle
gigi 23 cukup untuk erupsi secara fisiologis.
dengan
diastema multipel anterior maksila dan
6. KESIMPULAN
impaksi pada gigi 13 dan 23. Dengan
Koreksi pada impaksi gigi 23
melihat hasil foto panoramik, gigi 23
dapat dilakukan dengan bantuan piranti
diharapkan
alat lepasan guna menyediakan tempat
mampu
erupsi
secara
fisiologis karena pertumbuhannya yang
untuk
belum sempurna.
panoramik
Tahap selanjutnya yang dilakukan
erupsi
karena
terlihat
pada
adanya
foto
diastema
multipel. Gigi 11, 12, 21, 22 diretraksi
setelah foto panoramik yaitu pencabutan
kearah
pada gigi 63. Kemudian pada minggu
mendapatkan ruang yang cukup untuk
berikutnya
erupsi.
maksila
dan
mandibula
mesial
Karena
agar
gigi 23
dilihat
dari
untuk
foto
pasien dicetak untuk dibuatkan model
panoramik gigi 23 belum tumbuh secara
diagnostik.
sempurna sehingga diharapkan masih
Diastema
multipel
pada
anterior maksila akan dikoreksi dengan
memiliki
piranti
dengan
fisiologis. Pasien merasa lebih nyaman
meretraksi gigi 11, 12, 21, 22 ke mesial
dengan metode ini karena tidak perlu
untuk
dilakukan pembedahan pada impaksi
alat
lepasan
menyediakan
yaitu
tempat
yang
diperlukan untuk koreksi gigi 23 yang impaksi
agar
dapat
fisiologis. Sedangkan
erupsi pada
gigi 13
ortodontik.
piranti
alat
diastema
pasien lepasan,
multipel
menggunakan diharapkan
anterior
erupsi
secara
gigi 23.
secara
direncanakan perawatan dengan bedah
Setelah
kemampuan
maksila
terkoreksi dan tempat yang diperlukan
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA 1. Suri L, Gagari E, Vastardis H. Delayed tooth eruption: Pathogenesis, and treatment. A literature review. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2004 ; 126 : 43245. 2. Shapira Y, Kuftinec MM. Early diagnosis and interception of potential maxillary canine impaction. Am J Dent Assoc ; 1998 : 1450-58. 3. Bishara SE, Impacted maxillary canines. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1992 ; 101 : 159-71. 4. Fobiana, Selviana Wati, Majalah Kedokteran Gigi 2010 XVII(2):
53
Pengambilan Gigi Kaninus & Gigi Supernumerary yang Terpendam Pada Maksila ; 2010 5. Grgurevic J. Analysis of the treatment of impacted canines during a twenty-year period. Acta Stomatol Croat ; 2001 6. Bedoya MM, Park JH. A review of the diagnosis and management of impacted maxillary canines. JADA 2009 7. L. Zeitler, Deborah DDS, MS Peterson's Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, Volume 1: Management of Impacted Teeth Other than Third Molars;2004
BIMKGI Volume 3 No.1 | Januari â&#x20AC;&#x201C; Juni 2015
8. Kurol J. Early treatment of tootheruption disturbances. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2002 ; 121 : 58891. 9. Richardson G, Russel KA., A review of impacted permanent maxillary cuspids-diagnosis and prevention. Canad J Dent assoc. 2000 ; 66:497501. 10.Jacob SG. Localization of the unerupted maxillary canine : how to and When to. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1999 ; 155 : 31422
54
Laporan Kasus
PERAWATAN GINGIVAL ENLARGEMENT DENGAN METODE EXCISIONAL NEW ATTACHMENT PROCEDURE (ENAP) Anrizandy Narwidina1 1
Mahasiswa Kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gajah Mada
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada Jalan Denta I, Sekip Utara Yogyakarta 55281, Indonesia. Tel./Fax: +62274515307 ABSTRAK Perawatan gingival enlargement dapat dilakukan dengan kuretase untuk membuang lapisan epitel poket agar jaringan ikat terinduksi untuk kembali melekat pada permukaan akar gigi, bersamaan dengan pembentukan kembali sementum dan tulang. Excisional New Attachment Procedure (ENAP) merupakan kuretase subgingiva menggunakan scalpel untuk membuang jaringan lunak bagian dalam dinding poket periodontal di sekeliling gigi dengan mempertahankan semua serabut jaringan ikat yang masih melekat pada permukaan akar dan tanpa pembuatan flap. Satu minggu setelah operasi, pasien datang untuk kontrol. Pasien tidak memiliki keluhan. Dari pemeriksaan klinis tampak bahwa gingiva sedang dalam proses penyembuhan yang baik. Kata Kunci: Kuretase, Gingival Enlargement, Poket Periodontal ABSTRACT Gingival enlargement can be treated by curretage for eliminating pocket epitel surface. This aimed to make the new attachment of alveolar bone and cementum. Excisional New Attachment Procedure (ENAP) is a subgingival curretage using scalpel to eliminate soft tissue in periodontal pocket wall around the tooth and support the whole of tissue and no making a flap. One week post-operation, patient has got reevaluation and examination. Concluded that gingival has got well healing. Keywords: Curretage, Gingival Enlargement, Periodontal Pocket
1. PENDAHULUAN Akumulasi
bakteri
periodontal dan tulang alveolar sehingga plak
pada
terbentuk
poket,
resesi,
ataupun
reaksi
keduanya. 1 Tingkat keparahan penyakit
inflamasi sebagai bentuk pertahanan
gingiva bermacam-macam. Jika invasi
tubuh
bakteri
gingiva
dapat
menyebabkan
terhadap
faktor
iritan
lokal.
Inflamasi ini kemudian menyebabkan terjadinya
kerusakan
telah
mencapai
jaringan
terdalam, yaitu tulang alveolar, dapat
ligamen
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
55
menyebabkan
resorpsi
tulang
yang
berakibat pada attachment loss. 2 Poket
periodontal
jaringan
periodontal
yang
sering
dijumpai. 3
merupakan
Perawatan
poket
suatu keadaan patologis dalam sulkus
dilakukan
gingiva.
menjadi
membuang lapisan epitel poket agar
bertambah dalam membentuk suatu
jaringan ikat terinduksi untuk kembali
poket
melekat pada permukaan akar gigi,
Sulkus
yang
gingiva
terjadi
karena
adanya
dengan
periodontal
kuretase
pergerakan margin gingiva ke arah
bersamaan
koronal, atau berubahnya perlekatan
kembali sementum dan tulang.
gingiva (gingival attachment) ke apikal, atau
kombinasi
dari
kedua
proses
tersebut.
dengan
untuk
pembentukan 4
Kuretase dapat dilakukan secara tertutup (kuretase gingiva dan kuretase subgingiva) maupun terbuka. Kuretase
Poket
dapat
diklasifikasikan
secara terbuka merupakan prosedur
menjadi poket gingiva (pseudo pocket)
bedah dengan scalpel untuk eksisi
dan poket periodontal. Sedangkan poket
dinding
periodontal sendiri dibagi menjadi poket
perlekatan jaringan ikat ke arah apikal
supraboni dan poket infraboni. 1
sampai
Perawatan penyakit pada jaringan periodontal
dapat
dilakukan
dengan
poket
dasar
yang
inflamasi
poket
serta
diatas puncak
tulang. 5 Excisional
New
Attachment
terapi bedah dan non-bedah. Perawatan
Procedure (ENAP) merupakan kuretase
ini
menghilangkan
subgingiva menggunakan scalpel untuk
inflamasi, serta mengembalikan bentuk
membuang jaringan lunak bagian dalam
dan fungsi jaringan agar kembali normal.
dinding poket periodontal disekeliling
Terapi periodontal non-bedah mampu
gigi dengan mempertahankan semua
menghilangkan
bertujuan
penyakit
untuk
tanda
periodontal
dan
gejala
serabut
ringan.
Terapi
melekat pada permukaan akar dan
bedah dapat memperbaiki kerusakan atau
memperbaiki
variasi
jaringan
ikat
yang
masih
tanpa pembuatan flap. 1
anatomi 2. KASUS
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
56
Seorang pria, berusia 22 tahun datang
ke
RSGM
Prof.
Soedomo
dengan keluhan gusi bagian depan
120/80mmHg,
suhu
tubuh
afebris,
dengan nadi 64x/menit, dan respirasi 18x/menit.
bawah merah dan membengkak. Hasil
Pemeriksaan lokal
ekstra oral
pemeriksaan klinis menunjukkan gingiva
terlihat muka simetris dan tidak ada
membengkak
merah
kelainan. Pipi dan bibir tampak simetris
kehitaman pada regio interdental gigi
juga tidak ada kelainan. Limfonodi tidak
321
bentuk
teraba. Sedangkan intra oral, mukosa
lunak,
bibir, pipi, dasar mulut, lidah, dan
unstippling, bleeding on probing (BOP)
palatum normal tidak ada kelainan. Hasil
negatif,
pemeriksaan
123.
membulat,
dan
dan
berwarna
Tekstur
halus,
konsistensi
adanya
poket
gingiva
sedalam 1 mm pada bagian interdental. Pada
pemeriksaan
fisik
pada
gingiva
menunjukkan area kemerahan, tekstur
subyektif,
unstipling, bentuk membulat, konsistensi
pasien mengeluhkan gusi bagian depan
lunak pada regio 321 123 , BOP negatif,
bawah bengkak berwarna kemerahan.
dan tidak terdapat resesi gingiva.
Saat ini gusi tidak terasa sakit. Pasien
Diagnosisnya,
gingival
tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
enlargement karena hipertrofi pada regio
Pasien pernah membersihkan gigi ke
321
dokter gigi Âą2 tahun yang lalu. Ayah
pasien
dalam keadaan sehat, tidak dicurigai
kesehatan umum baik, oral hygiene
menderita penyakit sistemik. Ibu juga
baik,
sehat, tidak dicurigai menderita penyakit
mempunyai
sistemik.
menjalani perawatan serta faktor etiologi
123, prognosis baik, dikarenakan masih
muda
kooperatif,
(22
tahun),
komunikatif,
motivasi
tinggi
dan untuk
dapat dikendalikan. 3. PEMERIKSAAN Pada
pemeriksaan
obyektif,
keadaan umum jasmani pasien sehat, rohani
kooperatif,
dan
komunikatif.
Sedangkan vital sign, tekanan darah
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
4. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan
ENAP,
menggunakan alat diagnostik, polibip, masker,
gloves,
spigmomanometer,
57
stetoskop, periodontal probe, cytoject,
dengan jalan memasukkan alat tersebut
brush, scaler tip USS, handpiece low
di antara dinding poket paralel aksis gigi.
speed, syringe, pocket marker, scalpel,
Ujung yang tumpul masuk ke dalam
scalpel holder, orband, gunting bedah,
poket dan ujung yang tajam di luar
glass
gingiva,
plate,
Dengan
spatula,
bahan
dan
larutan
iod,
suction. larutan
anestesi, kapas & kasa steril, larutan
kali mempersiapan alat dan bahan.
pada
bleeding point. Kemudian antara bleeding point yang
Jalannya operasi ENAP, pertama
ditekankan
permukaan gingiva sehingga tercipta
irigasi saline steril, periodontal pack (Coe-pack), serta gliserin.
kemudian
satu
dihubungkan
dengan
yang
dengan
lainnya
menggunakan
sonde. Lalu jaringan gingiva dieksisi sedikit ke apikal dari bleeding point dengan
menggunakan
scalpel
atau
periodontal knife dengan teknik internal bevel incision. Sudut eksisi adalah 45o terhadap aksis gigi. Dan jaringan granulasi diambil dengan kuret dan dibantu dengan scaler USS untuk membersihkan kalkulus yang masih melekat pada permukaan gigi. Gambar 1. Alat dan Bahan Operasi ENAP
Area operasi pada regio gigi 321 123 sampai vestibulum diolesi dengan larutan iod kemudian dilakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi pada area vestibulum/fornix. Marking pocket depth
Daerah
operasi
diirigasi
dengan
menggunakan larutan saline steril untuk membersihkan perdarahan dan sisa-sisa jaringan.
Kemudian
dikeringkan
dengan
daerah cara
operasi
menekan-
nekan daerah operasi menggunakan kasa steril.
dibuat dengan menggunakan pocket marker.
Dalamnya
poket
ditandai
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
58
Pemberian
resep
berupa
antibiotik untuk mencegah infeksi dan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit pasca operasi. R/
Amoxicilin cap. mg 500 No. XII s.3.d.d cap. I
Gambar 2. Insisi dengan Bevel ke Arah Dalam
R/
Paracetamol Tab. mg 500 No VI s.p.r.n. Tab I Pasien
Periodontal pack diaduk dengan tetap
glass
campuran
dengan tetap menyikat gigi dengan hati-
tersebut diambil dengan tangan yang
hati dan menghindari penyikatan pada
telah dibasahi dengan gliserin agar tidak
daerah yang tertutup pack. Daerah
lengket.
dipilin
operasi dijaga kebersihannya dengan
dibentuk seperti gulungan kemudian
berkumur obat kumur. Pasien dihimbau
ditutupkan pada area operasi, ditekan
untuk tidak berkumur keras-keras dan
perlahan-lahan,
menghindari makanan atau minuman
kemudian
Periodontal
pack
dibebaskan
dari
Obat
kebersihan
untuk
perbandingan base:katalis= 1:1 pada plate,
menjaga
diinstruksikan
diminum
mulutnya
vestibulum dan frenulum labialis supaya
panas.
teratur
dan
retensinya baik. Setelah itu periodontal
diusahakan periodontal pack jangan
pack dirapikan agar tidak mengganggu
sampai terlepas sebelum kontrol satu
oklusi dan estetika.
minggu kemudian. Kontrol satu minggu setelah operasi untuk melihat penyembuhan lukanya.
Gambar 3. Pengecekan Kembali Periodontal Pack
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
59
Gingival enlargement pada pasien diduga
terkait
sehingga
Terdapat
22
tahun
keadaan
dasar gingival
disebabkan
oleh
ciri
gingiva
mengkilat,
lunak
klinis
berupa
yang
halus,
dan
berwarna
gingiva
kemerahan. 2). Fibrous, yang memiliki
berwarna
ciri khusus berupa permukaan gingiva
kemerahan pada area interdental regio
yang terlihat lebih buram, hilangnya
gigi
stippling,
sedikit
dengan
tipe
berupa
yang
mempunyai
permukaan
Seorang pasien laki-laki berusia
respon
reaksi radang, yaitu : 1) Edematous, yang
5. PEMBAHASAN
dua
jaringan
enlargement
Gambar 4. Hasil Penyembuhan saat Kontrol
subgingiva
menimbulkan
inflamasi. respon
kalkulus
membengkak
321
123.
konsistensi
dan
Kontur
lunak,
membulat,
tekstur
halus
(unstippling), BOP negatif dan adanya
bedah
yang
pinggiran gingiva tepi yang membulat. Pada tindakan
Perawatan
gingiva
kenyal dan terlihat lebih tebal dengan
poket gingiva sebesar Âą 1 mm pada area interdental.
konsistensi
kasus ENAP
ini, karena
2
dilakukan gingival
periodontal
enlargement yang terjadi ditimbulkan
berupa ENAP pada region 321 123
oleh deposit kalkulus subgingiva yang
diharapkan
sehingga
masih tertinggal. Scaler tip tidak dapat
dapat menghilangkan jaringan granulasi
menjangkau kalkulus subgingiva karena
yang melekat pada gigi dan dinding
posisi
poket
sehingga akses cukup terbatas saat
dapat
sebelah
berhasil
dalam
dan
terjadi
gigi
perlekatan kembali antara jaringan lunak
dilakukan
dengan
sebelumnya.
permukaan
pengurangan
ukuran
gigi
dan
poket
tanpa
menimbulkan resesi gingiva.
pasien
scaling
yang
satu
crowded,
minggu
Gingival enlargement yang terjadi merupakan tipe edematous sehingga perawatan ideal yang dilakukan untuk
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
60
mengoreksi keadaan tersebut adalah
pack yang digunakan pada operasi ini
ENAP yang nantinya diharapkan terjadi
adalah Coe-pack yang bersifat non-
perlekatan kembali antara jaringan lunak
eugenol.
dengan
permukaan
gigi
tanpa
menimbulkan resesi gingiva.
darah mengisi sulkus gingiva, yang
Setelah prosedur ENAP selesai, area
operasi
Segera setelah kuretase, jendalan
ditutup
secara
total
ataupun
parsial
dengan
memisahkan epithelial lining. Hemoragik
pack.
terjadi pada jaringan dengan dilatasi
Periodontal pack yang digunakan untuk
kapiler dan leukosit polimorfonuklear
menutupi
tampak pada area perlukaan. Kemudian
menggunakan
periodontal
luka
mempunyai
berbagai
macam keuntungan, antara lain untuk
diikuti
melindungi luka dari iritasi, menjaga
granulasi yang cepat dengan penurunan
agar daerah luka tetap dalam keadaan
jumlah pembuluh darah sebagai tanda
bersih,
kematangan jaringan.
mengontrol
perdarahan,
mengontrol produksi jaringan granulasi yang berlebihan.5 pack
dapat
memercepat
pemulihan
dan
memberikan
kenyamanan
pasca-
Periodontal
memenuhi bersifat
persyaratan
tidak
jaringan
5
minggu
setelah
operasi
memiliki
pemeriksaan gingiva
klinis
sedang
keluhan.
Dari
tampak
bahwa
dalam
proses
harus
penyembuhan yang baik. Masih tampak
yaitu,
harus
sedikit
mengiritasi
mencegah
tidak
pack
dan
tidak
merangsang terjadinya reaksi alergi, dapat
Satu
proliferasi
pasien datang untuk kontrol. Pasien
Periodontal
operasi.
dengan
akumulasi
kemerahan
yang
dapat
penyembuhan
meliputi
dikategorikan normal. Proses
sisa
pembentukan
makanan dan saliva, mempunyai sifat
pembentukan
antibakteri sehingga dapat mencegah
epitelisasi, pembentukan kolagen, serta
pertumbuhaan
cukup
regenerasi dan maturasi. Sel akan
keras sehingga tidak mudah bergeser,
menutupi luka dalam waktu 7-14 hari
rasanya tidak menggangu. Periodontal
dan terkeratinisasi setelah 2-3 minggu.
bakteri,
harus
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
bekuan jaringan
darah, granulasi,
61
Pembentukan perlekatan epitel yang baru
berlangsung
selama
empat
enlargement
dalam
minggu. 4
6. KESIMPULAN Gingival
kasus ini merupakan tipe edematous yang disebabkan oleh inflamasi dari akumulasi kalkulus subgingiva. Kasus ini dapat
diatasi
dengan
memperbaiki
DAFTAR PUSTAKA 1. Newman, M.G.; Takei, H.H.; Carranza, F.A., Carranzaâ&#x20AC;&#x2122; s Clinical Periodontology, 11th edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia; 2012. 2. Wolf, H. F. dan Hassell, T. M., Color Atlas of Dental Hygiene Periodontology, Thieme, Stuttgart; 2006. 3. Rose, L.F., Mealey, B.L., Geneo, R.J., Conen, D.W., Periodontics, Medicine Surgery, and Implant; 2004. 4. Manson, J.D. dan Eley, B.M., Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta; 1993. 5. Carranza, Jr., and Newman., G.M., Clinical Periodontology, 7th edition, W.B Saunders Company, Philadelphia; 1996.
kondisi oral hygiene serta mengeliminasi faktor predisposisi lokal dan sistemik. Dan tindakan ENAP memberikan hasil yang
memuaskan
pasien.
Bentuk
gingiva normal dan sehat sesuai dengan rencana perawatan dan prognosis yang telah direncanakan.
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
62
BIMKGI Volume 2 No.1 | Juli- Desember 2013
63