ISSN 2302-6391
JIMKI
Volume 2 No. 2 Januari - Juni 2014 JURNAL ILMIAH MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA
JIMKI
INDONESIAN MEDICAL STUDENT JOURNAL
SUSUNAN PENGURUS Penasehat Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK
Penanggung Jawab Andi Qautsar Syahrezo Universitas Hasannudin
Pimpinan Umum Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara Universitas Udayana
Penyunting Ahli Prof. dr. Mohamad Sadikin, D.Sc. Universitas Indonesia
dr. Arta Farmawati, Ph.D Universitas Gadjah Mada
Dr. Dra. Sunarti, M.Kes. Universitas Gadjah Mada
dr. I Nyoman Sutarsa, MPH Universitas Udayana
dr. Luh Virsa Paradissa Universitas Udayana
Pimpinan Redaksi Tjokorda Istri Pramitasuri Universitas Udayana
Penyunting Pelaksana Matthew Billy Universitas Indonesia
Sekretaris
Made Harumi Padmaswari
Siti Arifah
Universitas Gadjah Mada
Universitas Hasannudin
Humas dan Promosi Bendahara
Afandi Charles
Fahrun Nisa’i Fatimah
Universitas Padjajaran
Universitas Airlangga
Desain Mochamad Iskandarsyah Agung Ramadhan Universitas Indonesia
Tata Letak Rachel Maya Universitas Jenderal Achmad Yani
Kharisma Ridho Husodo Universitas Brawijaya
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
i
DAFTAR ISI Susunan Pengurus ............................................................................................................................. Daftar Isi ................................................................................................................................................ Petunjuk Penulisan ........................................................................................................................... Sambutan Pimpinan Umum ...........................................................................................................
ISSN : 2302-6391
i ii iv x
Editorial Sosialisasi 4 Pilar Gizi Seimbang: Wujudkan Edukasi yang Komprehensif dengan Konsultasi Gizi Rutin Terpadu Tjokorda Istri Pramitasuri
...................................................................................................................................................................
1
Meta-Analisis Efek Hepatoprotektif Secara In Vitro Terhadap Tanaman Obat (Studi Terhadap Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Angkatan 2001-2009) Desy Merindasari, Swandari Paramita, Sjarif Ismail ...................................................................................................................................................................................................................................
6
Penelitian Hubungan Antara Prevalensi Depresi dengan Tipe Locus of Control (LOC) Mahasiswa Kedokteran Universitas Udayana Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara, Luh Nyoman Ananda Mahayati, Ni Made Ratih Purnama Dewi ...................................................................................................................................................................................................................................
14
Pengaruh Diatermi Terhadap Perbaikan Kualitas Nyeri dengan Menggunakan Skor VAS Pada Penderita Osteoartritis Lutut Di Instalasi Rehabilitasi Medik RSMH Palembang Benny Afriansyah, Surya Wijaya, Jalalin Nabawi, Triwani ...................................................................................................................................................................................................................................
25
Hubungan Antara Sikap dan Tingkat Pengetahuan Seputar Klinik Wisata Pada Wisatawan Domestik Maupun Mancanegara Terhadap Pemanfaatan Klinik Wisata Di Kawasan Wisata Pantai Kuta, Bali I Putu Yuda Prabawa, I Gusti Made Surya Chandra Trapika ...................................................................................................................................................................................................................................
36
Tinjauan Pustaka Potensi Psikobiotik Sebagai Terapi Alternatif Gangguan Depresif Mayor Agustinus M. Sarayar, Patrick Reteng, Richard Kowel ...................................................................................................................................................................................................................................
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
49
ii
Potensi Imunnomicelle Polimerik PLGA-PEG-MCOOH Spesifik VCAM-1 Berbasis Senyawa Capsaicin Sebagai Modalitas Mutakhir Dalam Atersklerosis I Made Yoga Prabawa, Gede Febby Pratama Kusuma, Tjokorda Istri Pramitasuri ...................................................................................................................................................................................................................................
61
Artikel Penyegar Potensi Pemanfaatan Green Tea-Derived Polyphenols (GTPS) Teh Hijau (Camelia sinensis) Sebagai Inovasi Pengembangan Terapi Adjuvan Pada Pasien Tuberkulosis Surya Wijaya ...................................................................................................................................................................................................................................
85
Petunjuk Praktis Pedoman Diagnosis Bronkiolitis Akut Surya Wijaya ...................................................................................................................................................................................................................................
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
94
iii
PETUNJUK PENULISAN Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) Indonesia Medical Students Journal Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit setiap 6 bulan sekali setiap bulan Mei dan Desember berada dibawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun naskah sesuai dengan aturan penulisan JIMKI. Ketentuan umum : 1. JIMKI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain. 2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan kode etik dari institusi yang bersangkutan. 3. Penulisan naskah : a.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas.
b.
Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi, dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2,5 cm.
c.
Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.
d.
Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman.
4. Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksijimki@bimkes.org dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Ketentuan menurut jenis naskah : 1 Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan isi. 2 Tinjauan pustaka: tulisan naskah review atau sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. 3 Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter dan dokter muda. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan. 4 Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
iv
bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca. 5 Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan, mulai dari ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran, lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa kedokteran. 6 Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran). 7 Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
Ketentuan khusus : 1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.
Judul karangan (Title)
b.
Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c.
Abstrak (Abstract)
d.
Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (Introduction) ii. Metode (Methods) iii. Hasil (Results) iv. Pembahasan (Discussion) v. Kesimpulan vi. Saran vii. Ucapan terima kasih
e.
Daftar Rujukan (Reference)
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut: a.
Judul
b.
Nama penulis dan lembaga pengarang
c.
Abstrak
d.
Isi (Text), yang terdiri atas: i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas) ii. Pembahasan iii. Kesimpulan iv. Saran
e.
Daftar Rujukan (Reference)
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
v
3. Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan subjudul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis italic. 4. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 5. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis. 6. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul. 7. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic). 8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis. 9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.
Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Naskah dalam jurnal i. Naskah standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii. Suatu organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
vi
v. Volum dengan suplemen
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.
2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku
Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensi
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
vii
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. b. Diterbitkan oleh unit pelaksana
Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Naskah dalam Koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
3. Materi elektronik i. Naskah journal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronik
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
viii
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
ix
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM
S
alam Sejahtera bagi kita semua,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) volume 2 nomor 2. JIMKI bukan hanya sekadar wadah publikasi ilmiah, namun JIMKI juga merupakan representatif perkembangan keilmiahan mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia. Pada tahun ini, JIMKI yang memasuki tahun ke-7 terus berusaha untuk mempertahankan eksistensi dan
juga kualitas artikel – artikel yang diterbitkan sehingga dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca. Dalam edisi ini, antusiasme mahasiswa kedokteran untuk bisa mempublikasikan karyanya di JIMKI sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah artikel yang masuk ke bagian redaksi, yaitu 42 artikel yang kemudian diseleksi hingga terpilihlah 9 artikel. Penyeleksian dilakukan dengan bantuan mitra bebestari (MitBes) yang berasal dari tiga Universitas, yaitu UI, UGM, dan UNUD. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan objektifitas dari artikel yang dimuat di JIMKI. Mempublikasikan suatu karya bertujuan untuk menyebarluaskan ide dan gagasan yang kita miliki sehingga karya kita berhak mendapatkan pengakuan dan penghargaan. Di samping itu, publikasi ilmiah juga merupakan salah satu syarat kelulusan bagi S1, maka dari itu sudah seharusnya budaya menulis ilmiah semakin meningkat di kalangan mahasiswa kedokteran. Dan perlu diingat bahwa hal paling penting dari suatu tulisan adalah kebermanfaatannya bagi masyarakat. Maka dari itu, marilah berkarya demi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran sehingga dapat menghasilkan suatu tulisan yang berkualitas dan memiliki manfaat yang berharga bagi umat manusia. Pada kesempatan ini saya mewakili JIMKI ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung JIMKI dari awal hingga akhir yang namanya tidak bisa saya tuliskan satu per satu. Terakhir saya ingin mengutip sebuah quote favorit saya dari Pramoedya Ananta Toer yang berbunyi,“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah�. Mari kita tingkatkan iklim menulis ilmiah di kalangan mahasiswa kedokteran Indonesia.
Cogito Ergo Sum !
Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara Pimpinan Umum Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
x
SOSIALISASI 4 PILAR GIZI SEIMBANG: WUJUDKAN EDUKASI YANG KOMPREHENSIF DENGAN KONSULTASI GIZI RUTIN TERPADU
Editorial
Tjokorda Istri Pramitasuri
1
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar-Bali
Email: pramitasuri01@gmail.com
keberhasilan
masalah gizi ganda yang tidak hanya bersifat
pembangunan nasional adalah ketersediaan
kuratif dan rehabilitatif, namun juga mampu
Sumber
yang
memberikan edukasi yang mencakup informasi
berkualitas, yaitu kreatif, inovatif, serta memiliki
4 Pilar Gizi Seimbang kepada masyarakat.
Salah
satu
Daya
penentu
Manusia
(SDM)
mental yang kuat dan fisik yang prima disamping kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu
Apa itu Empat Pilar Gizi Seimbang? Indonesia kini resmi menggunakan
1
bersaing dalam era globalisasi. Pencapaian suatu bangsa dalam membangun SDM dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana IPM Indonesia menempati urutan 121 dari 185 negara pada tahun 2013 dan tergolong lebih rendah bila dibandingkan dengan
negara
lain
di
Asia
Tenggara.
2
Rendahnya IPM dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah status gizi.
kaitannya dengan faktor pengetahuan dan selain
biaya
dan
aksesibilitas.
4
Sejauh ini Indonesia telah meraih sejumlah kemajuan dalam perbaikan gizi masyarakat, namun masih ada tantangan yang harus dihadapi.
Hasil
(Riskesdas)
Riset
tahun
Kesehatan 2010
menunjukkan
5
gizi adalah 17,9%. Berbeda halnya dengan anak, masalah gizi kelompok usia diatas 18 tahun didominasi oleh kelebihan gizi, yaitu 5
Terdapatnya dua masalah yang
kontras; kekurangan dan kelebihan gizi, hal ini disebut sebagai masalah gizi ganda. Maka dari itu,
sangat
diperlukan
upaya
Indonesia dalam menghadapi masalah gizi ganda, yang sekaligus menggantikan slogan “Empat
Sehat
Lima
Sempurna�
yang
dipopulerkan pada tahun 1950. Empat Pilar Gizi Seimbang terdiri dari: 1) Mengonsumsi
perilaku
pemecahan
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
hidup
bersih
dan
sehat,
3)
Menumbuhkan kebiasaan berolahraga dan aktivitas
fisik,
serta
4)
Memantau
mempertahankan berat-badan normal.
dan
5
Belum Optimalnya Metode Sosialisasi dan Edukasi Konvensional
Dasar
prevalensi bawah lima tahun (balita) kurang
obesitas.
menyiapkan pola hidup sehat masyarakat
makanan beraneka ragam, 2) Melembagakan
3
Status gizi masyarakat sangat erat perilaku,
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) untuk
Selama
ini,
mayoritas
metode
sosialisasi pesan gizi seimbang seperti poster, pamflet, dan iklan layanan masyarakat tentu tidak dapat memfasilitasi komunikasi dua arah dan tidak menjamin seseorang untuk disiplin dalam dengan
menjaga
pola
makannya.
berkembangnya
Seiring
teknologi,
penyampaian informasi gizi dapat diakses melalui alamat web dan jejaring sosial di internet, namun sayangnya tidak semua orang
1
masyarakat
mencapai suatu kondisi masa depan yang
dengan status ekonomi menengah kebawah
ingin ditetapkan, yaitu meningkatkan kualitas
dan yang menetap di daerah yang tidak
gizi masyarakat; baik mencegah maupun
dilengkapi dengan akses internet.
menanggulangi
dapat
mengakses,
khususnya
terjadinya
masalah
gizi.
dapat
Adapun implementasi program konsultasi gizi
disampaikan melalui kegiatan konsultasi atau
yang disarankan adalah dilaksanakan secara
konseling,
rutin (setiap bulan sekali) dan memberdayakan
Informasi
sejenis
status
namun tidak
di
gizi
Indonesia
dilakukan
berkesinambungan,
juga
kegiatan rutin
tenaga gizi Puskesmas sebagai penyedia
masyarakat
layanan kesehatan lini pertama yang terletak di
secara
sehingga
jarang untuk berkonsultasi mengenai status
setiap
gizinya
memiliki aksesibilitas yang lebih mendukung
kecuali
sudah
terkena
gangguan
kecamatan,
kesehatan. Di Indonesia, konsultasi gizi untuk
untuk
masyarakat umum saat ini telah terfasilitasi di
memantau
rumah
kecamatan tersebut.
sakit,
klinik,
maupun
klinik
gizi
memberikan
konsultasi
status
Sebagai
puskesmas, namun sifatnya masih opsional,
sehingga
gizi
Puskesmas
rutin
serta
masyarakat
upaya
di
sosialisasi
gizi
sehingga belum semua masyarakat Indonesia
seimbang sekaligus pemantauan status gizi
datang untuk berkonsultasi tentang gizi. Selain
masyarakat, Konsultasi Gizi Rutin Terpadu
itu, jangankan mengonsultasikan diri ke dokter,
dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan
mayoritas masyarakat juga jarang bertanya
sekali
maupun mencari informasi tentang status gizi
mengimplementasikan prinsip pengelolaan gizi
mereka. Maka, alangkah lebih baiknya apabila
terpadu yang berkesinambungan, terarah, dan
diterapkan suatu konsultasi gizi terpadu yang
disesuaikan dengan 4 pilar gizi seimbang.
dilaksanakan
Kegiatan dilaksanakan di tiap kelurahan/Rukun
secara
rutin
dan
berkesinambungan di Indonesia, dalam rangka mewujudkan Empat
pemahaman
Pilar
Gizi
dan
yang
untuk
7
Pelaksana kegiatan yang disarankan dapat terdiri atas konselor yang berasal dari tenaga
komprehensif.
bertujuan
Warga(RW).
penerapan
Seimbang
yang
gizi
Puskesmas
yang
minimal
berpendidikan D1 (Asisten Ahli Gizi) dan D3 Prinsip
Dasar
dan
Rancangan
Teknis
Pelaksanaan Konsultasi Gizi Rutin Terpadu
(Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi)
yang
khusus
dipersiapkan,
telah
adalah
bersertifikasi dalam Usaha Perbaikan Gizi
suatu bentuk pendekatan yang digunakan
Keluarga/Masyarakat atau sebagai tenaga
dalam asuhan gizi untuk menolong individu
profesional di bidang gizi. Subjek partisipan
dan keluarga untuk memperoleh pengertian
terdiri dari anak usia 5 tahun keatas hingga
yang
dan
dewasa dibawah 55 tahun, tidak termasuk ibu
6
hamil. Rentang usia tersebut dipilih mengingat
makna
konseling gizi untuk anak usia dibawah 5
komponen
tahun, ibu hamil, dan lansia (usia 55 tahun
Pengertian
lebih
permasalahan Prinsip
baik
konsultasi
tentang
nutrisional
keterpaduan
mengintegrasikan
gizi
dirinya
yang memiliki
seluruh
dihadapi.
masyarakat serta melibatkan upaya-upaya rasional dan berkesinambungan dalam rangka
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
8
keatas)
telah
difasilitasi
dalam
Posyandu dan KIA Puskesmas.
program
8,9
2
Pada
setiap
pertemuan,
para
Analisis
Manfaat
responden mengikuti konsultasi gizi secara
Pengembangan
bergantian,
Terpadu
dimana
alokasi
waktu
untuk
Program
masing-masing sesi yang direkomendasikan
dan
Prospek
Konsultasi
Gizi
Rutin
Konsultasi
Gizi
Rutin
adalah 10 menit untuk tiap individu, namun
Terpadu tidak hanya memiliki sifat preventif,
dapat disesuaikan dengan keperluan. Setiap
namun juga kuratif dan rehabilitatif. Penelitian
konselor akan memberikan konsultasi dibantu
Inggar
dengan
penyampaian
terdapat perubahan bermakna nilai IMT pada
informasi gizi, yaitu model makanan dari kayu
kelompok perlakuan yang diberikan konseling
yang dilabeli dengan jumlah kalori dan daftar
setiap seminggu sekali selama 8 minggu
pertanyaan terstruktur yang disusun dalam
(p=0,009) yaitu penurunan sebesar 0,8 kg/m ,
formulir food recall asupan makanan.
sedangkan pada kelompok kontrol (diberikan
beberapa
Konsultasi taking
atau
media
diawali
anamnesis
dengan asupan
history
makanan
tahun
2011
menunjukkan
bahwa
2
konseling
hanya
sekali)
tidak
terdapat
perbedaan bermakna IMT (p=0,086).
11
Hal
menggunakan kuesioner food recall, kemudian
tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya
konselor
total,
yang menyatakan bahwa konseling gizi pada
hasil
penderita DM dapat meningkatkan aktivitas
pemeriksaan antropometri yang dilaksanakan
fisik sehingga menurunkan IMT sebesar 0,53
sebelum
kg/m .
menghitung
dilanjutkan
jumlah
dengan konsultasi
kalori
meninjau dan
menganalisisnya.
2 11,12
Konsultasi gizi yang dilaksanakan
Apabila kalori yang dikonsumsi (calorie intake)
secara rutin juga dapat berfungsi sebagai
terukur lebih atau kurang dari seharusnya,
screening atau deteksi dini penyakit terkait
temuan tersebut akan diinformasikan kepada
defisiensi maupun kelebihan gizi sekaligus
responden,
evaluasi
sehingga
responden
dapat
status
gizi
individu.
Bukti
hasil
mengevaluasi diri dan mengatur pola asupan
penelitian para ahli tersebut mengindikasikan
makanannya di kemudian hari. Hasil temuan
bahwa konsultasi gizi lebih optimal untuk
dari anamnesis dan kekurangan/kelebihan
dilaksanakan secara rutin. Bila
kalori dicatat pada Kartu Pemantauan Status
dibandingkan
dengan
metode
hasil
konvensional seperti media cetak (poster,
pemeriksaan antropometri. Untuk selanjutnya,
artikel di majalah maupun surat kabar dan
KPSG wajib dibawa setiap konsultasi gizi rutin
koran dinding) dan media elektronik (perangkat
berlangsung agar dapat membandingkan hasil
lunak komputer, televisi, radio, dan jejaring
pemeriksaan setiap bulannya.
sosial), Konsultasi Gizi Rutin Terpadu lebih
Gizi
(KPSG)
Pada
bersama
kasus
dengan
tertentu
yang
direkomendasikan karena alasan teoritis dan
membutuhkan penanganan lebih lanjut seperti
bukti
gizi buruk dan obesitas berat, konselor dapat
dipaparkan. Namun, metode sosialisasi gizi
merujuk ke dokter spesialis gizi serta mendata
seimbang
dan
sebagai
melaporkan
ke
kepala
lingkungan
penelitian
para
konvensional program
setempat dan dinas kesehatan di daerah
ekonomis,
tersebut, sehingga dapat ditindaklanjuti.
mengeluarkan
ahli
yang
dapat
pendukung.
masyarakat biaya
digunakan Dari
tidak dalam
telah
segi perlu
mengikuti
Konsultasi Gizi Rutin Terpadu, sehingga minat
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
3
masyarakat untuk rutin berkonsultasi dapat
7. Iis Rosita, Dewi Marhaeni DH, Kuswandewi Mutyara.
ditingkatkan.
2012.
Konseling
Gizi
Sebagai simpulan, program Konsultasi
Transtheoretical Model dalam Mengubah
Gizi Rutin Terpadu efektif dan efisien secara
Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik Pada
teoritis, didukung hasil penelitian terkait serta
Remaja Overweight dan Obesitas: Suatu
bersifat komprehensif dan aplikatif, sehingga
Kajian
direkomendasikan sebagai upaya potensial
Universitas Padjadjaran, Bandung.
dalam sosialisasi penerapan Empat Pilar Gizi Seimbang
sekaligus
mendukung
program
Literatur.
Fakultas
Kedokteran
8. Kemenkes RI. 2011. Seribu Hari Untuk Negeri (Draft) Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia
perbaikan gizi masyarakat Indonesia.
Prima. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA
9. Redaksi Kimkirana. Program Perbaikan
1. Murniningtyas, E. dan A. Atmawikarta.
Gizi
Masyarakat.
Indonesia:
Kimkirana
2006. Rencana Aksi Nasional Pangan dan
2011. [10 September 2013]. Diakses pada:
Gizi(RANPG) 2006-2010. Jakarta: Dewan
http://kimkirana.blogspot.com/2012/05/prog
Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian,
ram-perbaikan-gizi-masyarakat-di.html
Departemen Kesehatan dan DPP PERGIZI
10. Sembiring N. 2004. Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam
Pangan. 2. UNDP. United Nations: HDI Trends 2013.
Usaha
Peningkatan
Kesehatan
pada:
Masyarakat. Medan: Bagian Kependudukan
http://hdr.undp.org/hdr4press/press/outreac
dan Biostatistik FKM Universitas Sumatera
h/figures/HDI_Trends_2013.pdf
Utara.
[1
Oktober
2013]
Diakses
3. Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi
11. Inggar O.P. 2011. Pengaruh Frekuensi
Kebijakan
Konseling Gizi dan Gaya Hidup terhadap
Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato
Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang,
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada
Tekanan Darah, dan Glukosa Darah pada
Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta:
Penderita
Fakultas Kedokteran UGM.
Fakultas
Dan
Implikasinya
Terhadap
4. Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu
Penelitian
dan
Mellitus.
Kedokteran
Skripsi.
Universitas
Diponegoro. 12. Allen N.A., Fain J.A., Braun Barry, Chipkin
Gizi. Malang: UMM Press. 5. Badan
Diabetes
Pengembangan
Stuart
R.
2008.
Continuous
glucose
Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar
monitoring counseling improves physical
(Riskesdas 2010). Jakarta: Kementerian
activity behaviors of individual with type 2
Kesehatan Republik Indonesia.
diabetes:
6. Kementerian
Kesehatan
Republik
a
randomized
clinical
trial.
Diabetes Res Clin Pract. 80(3):371-379.
Indonesia. Gizi Seimbang, Bangsa Sehat Berprestasi. [25 Februari 2014]. Diakses pada: http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&i d=NW.2014310002.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
4
METAANALISIS
EFEK HEPATOPROTEKTIF SECARA IN VITRO TERHADAP TANAMAN OBAT (STUDI TERHADAP SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN ANGKATAN 20012009) Desy Merindasari1, Swandari Paramita2, Sjarif Ismail3 1 2 3
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman (FK UNMUL), Samarinda, Indonesia Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNMUL, Samarinda, Indonesia Laboratorium Farmakologi FK UNMUL, Samarinda, Indonesia
Email: desymerinda@yahoo.co.id
ABSTRAK Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia dan kebanyakan terjadi pada tahap akut. Tatalaksana utama pada tahap ini ialah pemberian bahan-bahan yang berkhasiat hepatoprotektif yang banyak terkandung dalam tanaman obat. Penelitian ini mengumpulkan sembilan tanaman obat yang telah diuji efek hepatoprotektif secara in vitro dengan induksi CCl 4 oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2001-2009, kemudian dilakukan penelitian meta-analisis untuk mengetahui tanaman obat yang memiliki efek hepatoprotektif terbaik. Hasil penelitian efek hepatoprotektif tanaman obat diatas dihitung nilai konsentrasi efektif 50% (EC50) dengan regresi linier dan heterogenitas diuji dengan One Way Anova, selanjutnya diaplikasikan dalam meta-analisis. Hasil penelitian meta-analisis pada nilai EC50 Mallotus paniculatus, Koordersiodendron pinnatum, Elaeocarpus stipalaris, Piper crocatum, Omalanthus populneus, Spatolobus ferrugineus, Aristolochia papilifolia dan Coccinia grandis didapatkan nilai p<0.001 terhadap Dracontomelon dao. Hasil meta-analisis disimpulkan Dracontomelon dao memperlihatkan efek hepatoprotektif yang paling efektif. Kata kunci: Meta-analisis, Tanaman Obat, Hepatoprotektif, Hepatitis. ABSTRACT Hepatitis is one of the major health problems in Indonesia and mostly occurs in the acute phase . The main management of this phase is with giving of nutritious ingredients with hepatoprotective effect that are contained in medicinal plants . This study collected nine medicinal plants that have been tested their in vitro hepatoprotective effect with induction CCl4 by the students of the Faculty of Medicine, University Mulawarman forces 2001-2009 , then performed a meta - analysis to determine the medicinal plants that have the best hepatoprotective effect . The results of the study of hepatoprotective effects medicinal plants above was calculated its effective concentration 50 % ( EC50 ) with linear regression and heterogeneity was tested with One Way Anova , then applied in a meta â&#x20AC;&#x201C; analysis . The results of this meta- analysis at the value of EC50 show that Mallotus paniculatus , Koordersiodendron pinnatum , Elaeocarpus stipalaris , Piper crocatum , Omalanthus populneus , Spatolobus ferrugineus , Aristolochia papilifolia and Coccinia grandis has p value < 0.001 to Dracontomelon dao . The results of the meta - analysis concluded Dracontomelon dao shows the most effective hepatoprotective effects . Keywords : Meta-analysis, Medicinal plants, Hepatoprotective, Hepatitis.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
6
1. PENDAHULUAN Hepar merupakan organ vital yang
dimaksimalkan
dengan
menjalankan fungsi metabolisme, sekresi, dan
hepatoprotektif
tanaman
menguji
efek
tersebut
dalam
6
penyimpanan dalam tubuh manusia. Gangguan
penelitian eksperimental. Uji ini telah dilakukan
fungsi hepar dapat diakibatkan oleh berbagai
di Indonesia khususnya Provinsi Kalimantan
penyebab, salah satunya adalah jejas pada sel
Timur oleh mahasiswa angkatan 2001-2009 di
1
hepar. Jejas sel hepar dapat diakibatkan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
proses infeksi maupun non infeksi, kedua hal ini
(diadaptasi dari data primer Bagian Akademik
mengakibatkan terjadinya stres oksidatif hingga
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman).
peradangan
sel
hepar
atau
hepatitis.
2
Tanaman
yang
telah
melalui
uji
Berdasarkan data World Health Organization
hepatoprotektif
(WHO) tahun 2012, hepatitis mengakibatkan
Kedokteran Universitas Mulawarman dengan
kematian pada 1 juta penduduk dunia tiap tahun
menggunakan
dan sekitar 500 juta penduduk dunia mengalami
kerusakan
hepatitis kronik bisa menjadi sirosis hepar dan
Dracontomelon dao, Piper crocatum, Coccinia
kanker hepar.
3
grandis,
di
Laboratorium
CCl4 hepar
sebagai tikus
Aristolochia
Fakultas
penginduksi wistar
papilifolia,
ialah
Spatolobus
Angka kejadian hepatitis di Indonesia
ferrugineus, Mallotus paniculatus, Omalanthus
yang tinggi terjadi khususnya pada hepatitis
populneus, Koordersiodendron pinnatum, dan
tahap akut. Penatalaksanaan utama hepatitis
Elaeocarpus stipalaris. (diadaptasi dari data
akut
World
primer Bagian Akademik Fakultas Kedokteran
Gastroenterology Organisation (WGO) adalah
Universitas Mulawarman). Beberapa penelitian
terapi suportif. Tujuan terapi suportif untuk
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
meningkatkan kekebalan sel hepar terhadap
Mulawarman terkait uji efek hepatoprotektif
bahan-bahan yang dapat menginduksi hepatitis.
terhadap
Salah satu terapi suportif hepatitis adalah
menggunakan
pemberian
bersifat
kerusakan hepar tersebut memiliki variasi dosis
yang khususnya terkandung
ektrak tanaman antar penelitian. Penelitian-
berdasarkan
Guideline
bahan-bahan
hepatoprotektif
yang
dalam tanaman obat.4
tanaman
obat
CCl4
khususnya
sebagai
yang
penginduksi
penelitian tersebut akan digabungkan hasilnya
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penyediaan bahan baku tanaman
dengan menggunakan teknik statisik metaanalisis.7,8 Melalui
obat. Bahan baku tersebut tersimpan di dalam
meta-analisis
ini
penulis
hutan dan kekayaan tanaman obat Indonesia
berharap dapat memberi petunjuk mengenai
terdiri atas 30.000 jenis tanaman dari total
satu
40.000 jenis tanaman di dunia, dimana 940 jenis
hepatoprotektif secara in vitro. Meta-analisis ini
diantaranya merupakan tanaman obat, jumlah
diharap memberi petunjuk penelitian lebih lanjut
ini merupakan 90% dari jumlah tanaman obat di
terkait
kawasan Asia.
5
Potensi
tanaman
uji
terbaik
hepatoprotektif
dengan
sehingga
efek
akan
menghasilkan penelitian yang lebih baik di masa tanaman-tanaman
obat
di
Indonesia sebagai bahan hepatoprotektif dapat JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
mendatang khususnya di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. 7
2. METODOLOGI Rancangan penelitian ini menggunakan
Alur penelitian meta-analisis ini dimulai
metode observasional retrospektif dengan teknik
dari mengumpulkan data skripsi angkatan 2001-
statistik meta-analisis untuk membandingkan
2009 tentang efek hepatoprotektif secara in vitro
hasil penelitian efek hepatoprotektif secara in
terhadap tanaman obat, lalu menguji data
vitro antara tanaman obat Dracontomelon dao,
persentase peroksidasi lipid rata-rata
tiap
Piper crocatum, Coccinia grandis, Aristolochia
tanaman
dan
papilifolia,
menghitung nilai effective concentration 50 dari
Spatolobus
Koordersiodendron paniculatus,
ferrugineus,
pinnatum,
Omalanthus
Mallotus
populneus,
dan
obat
persamaan peneliti
dengan
yang
melakukan
regresi
didapatkan. uji
linier,
Selanjutnya
heterogenitas untuk
Elaeocarpus stipalaris. Variabel yang digunakan
mengetahui efek gabungan penelitian mana
dalam penelitian ini adalah kadar Effective
yang akan digunakan dan melakukan uji meta-
Concentration 50 (EC50) dari masing-masing
analisis untuk mengetahui efek hepatoprotektif
tanaman obat. EC50 merupakan konsentrasi
tanaman obat yang terbaik.
ekstrak tanaman obat yang dapat menginduksi
Data yang terkumpul disusun, lalu
setengah efek setelah waktu paparan tertentu.
diolah dan disajikan dengan perangkat lunak
Populasi dan sampel penelitian sesuai kriteria
komputer. Hasil analisis berbeda bermakna
inklusi dan eksklusi ditunjukkan oleh Gambar 1.
jika p<0,05.
Gambar 1. Populasi dan Sampel Meta Analisis sesuai Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sumber: diadaptasi dari data Akademik Fakultas Kedokteran UNMUL tahun 2013 penelitian tersebut menggunakan persentase 3. HASIL PENELITIAN
peredaman lipid peroksidase sebagai indikator
Meta-analisis pada 9 penelitian aktivitas hepatoprotektif melalui
pada
beberapa
efek
hepatoprotektif.
peroksidase
persentase
tanaman
diidentifikasi
peredaman
langkah.
Kesembilan
konsentrasi ekstrak tanaman obat melalui uji
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
lipid
Analisis
terhadap
8
regresi
linier
selanjutnya
persamaan
yang
didapat digunakan untuk mendapatkan nilai Tabel 1 menunjukkan nilai EC50 atau kemampuan
ekstrak
tanaman
dalam
Effective
Concentration
50%
(EC50)
yang
tertera pada Tabel 1. penelitian Rahman (2008) yang menggunakan Dracontomelon
dao
menunjukkan
nilai
konsentrasi tertentu yang dapat menginduksi
konsentrasi yang paling efektif dibandingkan
setengah efek hepatoprotektif secara in vitro.
penelitian lainnya karena dengan dosis yang
Konsentrasi
paling kecil mampu menginduksi setengah
terkecil
EC50
dimiliki
oleh
Dracontomelon dao dan nilai terbesar dimiliki oleh
Coccinia
grandis.
Nilai
EC50
efek dari hepatoprotektif secara in vitro.
dari
Tabel 1. Hasil Perhitungan EC50 melalui Uji Regresi Mean EC50 (µg/mL) ± Standar Deviasi
Penelitian
Tanaman
Rahman, A. (2008)
Dracontomelon dao
Sari , D.T. (2010)
Mallotus paniculatus
Puspasari, F. (2011)
Koordersiodendron pinnatum
Helyani, R. (2011)
Elaeocarpus stipalaris
Eldatarina, H. (2012)
Piper crocatum
Purwanto,H. (2012)
Omalanthus populneus
Rhomadani, L.W. (2012)
Spatolobus ferrugineus
Ridwan,N.Y. (2012)
Aristolochia papillifolia
Ratri, S.R.(2012)
Coccinia grandis .
53 ± 18,87 164 ± 7,53* 172 ± 28,75* 213 ± 1,79* 334 ± 5,99* 359 ± 27,39* 369 ± 0,93* 550 ± 20,86* 609 ± 21,09* Keterangan: Persamaan regresi linier dan nilai EC50 didapat dari rata-rata 3 kali pengulangan, *memiliki perbedaan bermakna dibandingkan dengan EC50 Dracontomelon dao Sumber: diadaptasi dari data akademik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman tahun 2013.
Langkah awal sebelum memulai meta-
Ukuran statistik yang digunakan dalam
analisis adalah dengan menguji heterogenitas
meta-analisis ini adalah beda rerata antar nilai
dari data EC50 semua tanaman obat dengan
EC50 tanaman obat.
Uji Multi Comparison
menggunakan uji Homogeneity and Variances
Tukey
nilai
test dan One Way Anova. Hasil analisa
paniculatus,
menunjukkan data antar penelitian memiliki
Elaeocarpus
perbedaan bermakna dengan nilai p<0,001
Omalanthus
dan variasi dengan nilai p=0.019 (p<0.05).
ferrugineus,
Model efek gabungan yang digunakan pada
Coccinia
penelitian meta-analisis ini adalah random
terhadap Dracontomelon dao. Hasil meta-
effect model karena data bersifat heterogen.
analisis
menunjukkan
EC50
Koordersiodendron stipalaris, Aristolochia
grandis pada
ini
pinnatum,
Piper
populneus, memiliki
Mallotus crocatum,
Spatolobus papilifolia nilai
menunjukkan
dan
p<0,001 bahwa
perbedaan bermakna yang terjadi mengarah
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
9
pada efek hepatoprotektif Dracontomelon dao
kepercayaan tidak melewati angka 0. Dengan
yang paling efektif.
demikian diketahui bahwa Hipotesa Null yang
Gambar
2
menunjukkan
efek
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
gabungan penelitian memiliki perbedaan yang
signifikan antara sampel meta-analisis ditolak
bermakna secara statistik dengan nilai efek
dan
gabungan p=0.000 (p<0.05) dan
Hipotesa
alternatif
diterima.
interval
Gambar 2. Forest Plot Hasil Meta-Analisis Keterangan: DD (Dracontomelon dao), MP (Mallotus paniculatus), KP (Koordersiodendron pinnatum), ES (Elaeocarpus stipalaris)., PC (Piper crocatum), OP (Omalanthus populneus),SF (Spatolobus ferrugineus )., AP (Aristolochia papilifolia) dan CG (Coccinia grandis)
4. DISKUSI Hasil
penelitian
mengenai
efek
hepatoprotektif tanaman obat yang menjadi
dengan konsentrasi kecil mampu menghasilkan 50% efek maksimum.
9
Salah satu cara untuk mendapatkan
sampel meta-analisis ini awalnya menggunakan peroksidase
nilai EC50 dari tiap sampel dengan melakukan
sebagai ukuran efek hepatoprotektif tanaman
uji regresi linier konsentrasi tanaman obat yang
obat dengan variasi konsentrasi tanaman obat
diuji terhadap persentase lipid peroksidase
yang besar. Satu cara terbaik untuk mengetahui
dihasilkan. Hubungan antara konsentrasi dan
potensi efek obat adalah dengan mengetahui
efek
50% efek maksimum yang mampu ditimbulkan
diumpamakan seperti garis lurus yang berati
oleh suatu obat, atau biasa disebut dengan
tingkat perubahan persentase peredaman lipid
EC50. Tanaman obat yang memiliki nilai EC50
peroksidase akan sama di setiap tingkatan
lebih kecil akan dianggap lebih kuat karena
dosis.
persentase
peredaman
lipid
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
peredaman
10
lipid
peroksidase
Garis lurus hasil uji regresi linier
10
memiliki persamaan yang dalam hal ini y
populasi, waktu, tempat, dan kondisi yang
sebagai
berbeda.
persentase
peredaman
lipid
7
peroksidase dan x sebagai dosis tanaman obat.
Random effect model yang digunakan
Melalui persamaan ini akan didapatkan nilai
sebagai efek gabungan pada meta-analisis
EC50 dari tanaman obat.
mengasumsikan bahwa efek masing-masing
Nilai tanaman yang diperoleh dari 3
penelitian bervariasi sekitar rerata efek secara 12
percobaan kemudian dijumlahkan dan dicari
keseluruhan.
rata-ratanya. Berdasarkan hasil analisis tersebut
estimasi efek gabungan bukanlah satu nilai,
didapatkan nilai EC50 dari yang paling kecil ke
melainkan rata-rata dari distribusi nilai-nilai,
besar adalah Dracontomelon dao< Mallotus
berbeda dengan fixed effect model yang
paniculatus<
Koordersiodendron
pinnatum<
memiliki satu nilai ukuran statistik yang
Elaeocarpus
stipalaris<
crocatum<
benar.13
Piper
Melalui random effect model
Random effect model
Omalanthus populneus< Spatolobus ferrugineus
digunakan
< Aristolochia papillifolia< Coccinia grandis.
apabila sedang mengumpulkan data dari
Hasil uji regresi menunjukkan nilai EC50 paling
serangkaian studi yang telah dilakukan orang
kecil
oleh
lain, sehingga hampir tidak mungkin semua
Dracontomelon dao, hal ini sesuai dengan
studi memiliki fungsi yang sama. Subyek dan
penelitian
bahwa
intervensi dalam studi ini akan berbeda dan
merupakan salah satu
berdampak pada hasil, oleh karena itu tidak
tanaman obat dengan kemampuan antioksidan
dapat berasumsi pada satu nilai ukuran. Selain
sekaligus paling Ismail
et
Dracontomelon dao
al.
yang kuat.
11
akan
meta-analisis
di
efektif
dimiliki
(2007)
Data rata-rata EC50 kemudian untuk
memperoleh
itu model ini juga dapat digunakan untuk mengeneralisasi ke berbagai populasi.13 Hasil
tanaman mana yang memiliki efek terbaik yang
dari
meta-analisis
dengan
random effect model menunjukkan bahwa
bermakna. Langkah pertama yang dilakukan dalam
perbandingan antara EC50 Dracontomelon Mallotus
paniculatus,
Koordersiodendron
pinnatum,
Elaeocarpus
penelitian yang menjadi sampel meta-analisis ini
stipalaris.,
crocatum,
Omalanthus
berskala numerik, maka yang dapat digunakan
populneus,
sebagai ukuran statistik adalah beda rerata
Aristolochia papilifolia dan Coccinia grandis
meta-analisis
adalah
menentukan
statistik yang akan digunakan.
antar kelompok.
12
ukuran
Hasil dari
7,8
dao
dengan Piper
Spatolobus
ferrugineus,
memiliki perbedaan yang bermakna. Metaselanjutnya
analisis ini menunjukkan bah\wa perbedaan
menentukan efek gabungan yang akan dipilih
yang bermakna mengarah ke nilai EC50
melalui
Dracontomelon dao yang paling efektif.
Langkah uji
meta-analisis heterogenitas.
Hasil
uji
heterogenitas menunjukkan bahwa data antar
Hasil meta-analisis yang dalam forest
penelitian bersifat heterogen sehingga efek
plot seperti pada Gambar 2 menunjukkan
gabungan yang dipilih adalah random effect
visualisasi
model.
12
Heterogenitas
antar
dari
masing-masing
penelitian.
penelitian
Kotak segi empat merupakan ukuran beda
menunjukkan bahwa prosedur yang sama
rerata, dan ukuran segi empat disesuaikan
dapat berbeda hasilnya bila dilakukan pada
dengan bobot masing-masing penelitian. Garis
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
11
horizontal pada kotak merupakan interval
tradisional yang beredar wajib memenuhi
kepercayaan dimana ujing kiri merupakan nilai
persyaratan
minimal dan ujung kanan merupakan nilai
Pemenuhan syarat keamanan dan khasiat ini
maksimal.
12
keamanan
dan
khasiat.
16
dapat terwujud dengan pengembangan uji pra
Bentuk
wajik
pada
Gambar
2
merupakan visualisasi dari efek gabungan penelitian. Titik tengah wajik merupakan nilai
klinis untuk mengetahui batas-batas dosis yang efektif dan aman dan tahap uji klinis.6 Hasil penelitian uji pra klinis secara in
interval
vitro terhadap binatang percobaan merupakan
keperyaan pada ujung kiri dan kanannya. Nilai
salah satu ketetapan yang harus dilakukan
minimum terletak pada ujung kiri dan nilai
sebelum menuju tahapan uji klinis. Keputusan
maksimum pada ujung kanan. Hasil meta-
untuk melanjutkan tahapan penelitian kearah
analisis meenunjukkan bahwa efek gabungan
uji klinis pada manusia memerlukan evidence
penelitian mengarah ke nilai Dracontomelon
based yang kuat bahwa penelitian pada uji pra
dao sebagai tanaman obat dengan efek
klinis pada binatang percobaan memiliki efek
hepatoprotektif terbaik dibandingkan lainnya.
yang bermakna. Pembuktian keilmiahan yang
Interval kepercayaan juga tidak melewati
paling baik untuk dapat menunjukkan efek
angka
EC50
bermakna dari suatu uji pra klinis adalah
Dracontomelon dao dan tanaman obat lain
dengan melakukan meta-analisis terhadap
ukuran
efek
0
gabungan
yang
dengan
berati
memiliki nilai yang berbeda.
bahwa
12
hasil-hasil penelitian terkait.
17
Dracontomelon dao merupakan salah satu tanaman di Kalimantan Timur yang berkhasiat sebagai obat. Penelitian oleh Ismail
5. KESIMPULAN Hasil
meta-analisis
et al. (2007) menunjukkan bahwa tanaman ini
menggunakan
memang memiliki efek antioksidan yang kuat
menunjukkan
melalui
diphenyl-1-picryl-
memiliki efek hepatoprotektif in vitro terbaik
hydrazil), peredaman radikal hidroksil, dan
dilihat dari nilai EC50 yang paling efektif dan
superoksida.14
bermakna.
uji
DPPH
(2,2-
Dracontomelon kemampuan
dao
toksisitas akut
juga yang
random
dengan
bahwa
effect
model
Dracontomelon
dao
memiliki sangat
6. SARAN
rendah atau lethal concentration 50 lebih dari
Meta-analisis ini dapat menjadi dasar
1.000 Âľg/mL. Kemampuan toksisitas kroniknya
yang kuat bahwa penelitian Dracontomelon
juga telah diteliti oleh Arsyad et al. (2009) yang
dao pada uji pra klinis secara in vitro pada
menunjukkan konsumsi secara oral selama 12
hepar binatang percobaan memiliki efek yang
minggu bersifat tidak toksik dan tidak merubah
bermakna
profil fungsi hati secara bermakna.
sehingga
diperlukan
tahapan
penelitian selanjutnya agar Dracontomelon
15
Data mengenai EC50 dan toksisitas
dao dapat menjadi berkembang menjadi obat
sangat penting karena berdasarkan Keputusan
herbal terstandar sampai dengan fitofarmaka
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
dalam menangani hepatitis.
381/MENKES/SK/III/2007 tentang kebijakan obat
tradisional
nasional
bahwa
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
obat
12
DAFTAR PUSTAKA
10. Streffer, C. Low Dose Exposures in The Environment: Dose - Effect Relations and
1. Kumar, et al. Buku Ajar Patologi Edisi 7
Risk Evaluation. Germany: Springer, 2004.
Volume 2. Jakarta: EGC, 2004. 2. Kumar, C.H. “A Review on Hepatoprotective
11. Ismail, S. et al. “Eksplorasi Biotamedika
Activity in Medicinal Plants.” International
Kandungan Kimia, Toksisitas, dan Aktivitas
Journal of Pharmaceutical Sciences and
Antioksidan dan Tumbuhan Asli Kalimantan
Research , 2011 : pp. 501-515.
Timur.” Fakultas Kedokteran Universitas
3. WHO. “Prevention and Control of Viral Hepatitis Infection: Framework for Global
Mulawarman ,2007 : pp. 1-24. 12. Dahlan, M.S. Seri 12 Pengantar Meta-
Action.” World Health Organization , 2012.
Analisis:
4. Rechtman, M.M., et al. “Curcumin Inhibits
dengan 13.
menggunakan
meta-analisis
program
excel.
Borenstein,
M.,
L.
Hedges dan H.
Rothstein. “Introduction to Meta-Analysis:
Elsevier B.V. (2010): pp.2485-2490. 5. APFORGEN. “Tanaman Obat Indonesia.”
Section Fixed Effect vs. Random Effect Models.” , 2007: pp. 85-115.
Asia Pacific Forest Genetic Resources Programme News Letter Edisi 2 , 2010: pp.
14. Ismail,S.,et al. “Laporan Penelitian Hibah Pekerti Tahun II: Eksplorasi Biomedika
1-4. 6.
aplikasi
Jakarta: PT. Epidemiologi Indonesia, 2012.
Hepatitis B Virus via Down Regulation of The Metabolic Coactivator PGC-1 Alpha.”
disertai
Kamaluddin,
M.T.
Munaf.
Kandungan Kimia, Toksisitas, dan Aktivitas
“Penelitian, Pengembangan, dan Penilaian
Antioksidan Tumbuhan Asli Kalimantan
Obat.”
Timur Samarinda.” ,2006.
Sriwijaya,
Departemen
dan
S.
Staf
Pengajar
Farmakologi
Fakultas
15.
Arsyad,
H.
“Laporan
Penelitian:
Uji
Kedokteran Universitas. Kumpulan Kuliah
Toksisitas
Kronik
Farmakologi. Jakarta: EGC, 2008. pp. 66-
Cratoxylum
aumatranum
73.
Bidang Ekonomi dan Pembangunan Badan dan
Ginekologi
8. Siswanto. “Systematic Review sebagai
16.
Kepmenkes Kesehatan
RI.
“Keputusan
Republik
Indonesia
Metode Penelitian untuk Mensintesis Hasil-
381/MENKES/SK/III/2007
Hasil
Kebijakan
Penelitian
Buletin
(Sebuah
Penelitian
Sistem
Pengantar).” Kesehatan
pada
Tikus.”
Kalimantan Timur , 2009.
Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, 2005.
Etanol
Penelitian dan Pengembangan Provinsi
7. Anwar, R. Meta Analisis. Bandung: Bagian Obstetri
Ekstrak
Obat
Kementerian
Tradisional Kesehatan
Menteri Nomor tentang
Nasional.” Republik
Indonesia , 2007: pp. 1-27.
Volume 13 No.4 , 2010: pp. 326-333. 9. DiPiro, J.T., W.J. Spruill dan W.E. Wade.
17. du Sert, N.P. “Systematic Review and
“Concepts in Clinical Pharmacokinetics 5th
Meta-Analysis of Pre-Clinical Research:
edition.”
The
American
Society
of
Health
Pharmacist , 2010.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
Need
of
Reporting
Guidelines.”
European Heart Journal , 2011: p. 2340.
13
Penelitian
HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE LOCUS OF CONTROL (LOC) MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara1,Luh Nyoman Ananda Mahayati1,Ni Made Ratih Purnama Dewi1 1)
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali
Email: astripranaiswara@gmail.com
ABSTRAK Prevalensi depresi, kelelahan dan penyakit mental pada mahasiswa kedokteran memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum seusianya. Depresi ditemukan berhubungan dengan tipe Locus of Control (LOC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi depresi dengan tipe LOC, serta faktor risiko lain yang berhubungan dengan prevalensi depresi pada mahasiswa kedokteran Universitas Udayana. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik potong-lintang (cross sectional) yang dilaksanakan dari tanggal 2 November 2013 sampai 15 Desember 2013. Sampel penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun pertama hingga ketiga pada tahun ajaran 2013-2014. Sampel dipilih menggunakan metode simple random sampling. Dari 300 sampel terpilih, 284 sampel (response rate=94,67%) telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan hubungan yang signifikan antara prevalensi depresi dengan tipe LOC (p<0,001). Hubungan ini tetap bermakna ketika dilihat berdasarkan tahun angkatan mahasiswa tahun pertama p<0,001; tahun kedua p=0,009; tahun ketiga p<0,001. Terdapat hubungan terbalik dengan kekuatan sedang antara skor LOC dan BDI [r=-0,4; 95%CI (-0,50) â&#x20AC;&#x201C; (-0,28)], artinya mahasiswa yang memiliki LOC tipe internal (LOC-i) cenderung tidak mengalami depresi. Sebaliknya, mahasiswa dengan LOC tipe eksternal (LOC-e) memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi yang lebih tinggi dibandingkan tipe LOC lainnya. Kata kunci : depresi, locus of control, mahasiswa kedokteran ABSTRACT The prevalence of medical students who have depressive symptoms, tiredness, and other mental health disease is higher than other majority population at the same average of age. Depression is found to have relationship with self-controlling ability called Locus of Control (LOC). This study was conducted to assess the relationship between depression and type of LOC and other depressionrelated factors among medical students of Medical Faculty of Udayana University. An analytical cross-sectional study was conducted on first, second, and third year medical students which was held from November 2nd 2013 to December 15th 2013. Samples were chosen using simple random sampling technique. From 300 samples chosen, 284 samples were willingly participated in this study (response rate=94.67%). In this study there was significant relationship between the prevalence of depression and type of LOC (p<0.001). This relationship is still significant based on year of study (first year p<0.001; second year p=0.009; third year p<0.001). The prevalence of depression and LOC has negatively intermediate relationship r=-0,4; 95%CI (-0,50) â&#x20AC;&#x201C; (-0,28)] which means students with internal LOC (LOC-i) tend to perform no depression. Meanwhile, students with LOC-e tend to perform depression higher than the other types. Keywords: depression, locus of control, medical students
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
14
1. PENDAHULUAN
e). LOC-i menggambarkan persepsi bahwa
Depresi merupakan penyebab gangguan 1
hal positif maupun negatif yang terjadi
mental utama di dunia. Menurut WHO, depresi
merupakan konsekuensi dari apa yang telah
diprediksi akan menduduki posisi kedua kejadian
dilakukan
dan
dibawah
kontrol
kesehatan mental terbanyak di tahun 2020.
2
hal-hal
tersebut
berada
yang
mereka
miliki.
8
Depresi dapat terjadi pada setiap orang dengan
Sebaliknya, LOC-e menjelaskan bahwa hal
tidak memandang jenis kelamin, strata sosial,
positif
profesi, dan umur. Dewasa ini, penelitian di
berhubungan dengan perilaku seseorang
bidang psikiatri mulai berfokus pada kejadian
dan menganggap segala hal berada diluar
depresi di kalangan mahasiswa kedokteran
kontrol mereka miliki.8
calon dokter rentan mengalami stres. Penelitian
di
Turki
21,9%.4
sebesar
terhadap
Studi
128
pada
335
mahasiswa kedokteran di Cina menemukan 2% sampel penelitiannya mengalami depresi berat. Rentangan
prevalensi
depresi
pada
5
127
mahasiswa kedokteran di Inggris adalah sebesar 14%-24%.
6
Studi yang dilakukan pada 336
mahasiswa kedokteran di
yang
terjadi
tidak
berkontribusi terhadap prevalensi depresi,
mahasiswa kedokteran didapatkan prevalensi depresi
negatif
Ada beberapa faktor yang dicurigai
karena dianggap sebagai masa dimana para 3
dan
seperti
(p=0,044) ,
dukungan
Indeks Masa
finansial
Tubuh
(IMT)
(RR=1,48; 95%CI 1,00-2,27)11, kesulitan beradaptasi
di
lingkungan
perkuliahan
3
(p=0,002) , kebiasaan merokok (OR=1,48; 12
95%CI
1,40-1,57) ,
(p=0,05)
13,
konsumsi
alkohol
dan adanya tuntutan orang tua
untuk menjadi seorang dokter (p=0,017).14 Penelitian
India didapatkan 2
persepsi 10
ini
bertujuan
untuk
Pada
mengetahui hubungan antara prevalensi
279 sampel penelitian di Pakistan didapatkan
depresi dengan tipe LOC dan faktor lain
35,1%
yang berkaitan dengan kejadian depresi
49,1% dari mereka mengalami depresi. mahasiswa
depresi.
kedokteran
mengalami
7
pada
Kejadian depresi berhubungan dengan
Kedokteran Universitas Udayana, Bali.
mahasiswa
kedokteran
Fakultas
kemampuan untuk mengontrol diri pada tiap individu.7 Kemampuan ini berhubungan dengan
2. METODE
cara pandang individu mengenai kesuksesan
2.1 Rancangan Penelitian
dan
kegagalan.
8
Kemampuan
ini
juga
Rancangan
penelitian
yang
menimbulkan suatu persepsi yang dialami oleh
digunakan adalah studi analitik potong-
individu saat menghadapi situasi tertentu dalam
lintang (cross sectional).
hidup,
akan
diukur adalah prevalensi depresi dengan
memengaruhi motivasi, ekspektasi, harga diri,
menggunakan instrumen Beck Depression
perilaku
proses
Inventory (BDI) sebagai variabel terikat,
pengambilan keputusan individu. Persepsi inilah
sedangkan tipe kontrol diri dari instrumen
dimana
persepsi
pengambilan
tersebut
risiko,
dan
yang disebut sebagai Locus of Control (LOC).
9
Terdapat dua jenis LOC, yakni LOC tipe internal (LOC-i) dan LOC tipe eksternal (LOC-
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
Variabel
yang
LOC, persepsi dukungan finansial, kesulitan beradaptasi
dengan
gaya
pergaulan
mahasiswa kedokteran, kebiasaan merokok,
15
konsumsi alkohol, dan tuntutan orang tua
Diagnostic and statistical manual of mental
sebagai variabel bebas.
disorders, fourth edition, text revision (DSM
2.2 Populasi dan Sampel
IV-TR).15 BDI terdiri dari 21 kelompok item
Sampel penelitian adalah mahasiswa
dengan
skala
normal,
mild
mood
Fakultas
disturbance-borderline clinical depression,
Kedokteran Universitas Udayana tahun pertama
dan moderate-severe-extreme depression
hingga ketiga pada tahun ajaran 2013-2014.
(skala ini telah dimodifikasi oleh peneliti
Pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan
dengan
dari tanggal 2 November 2013 sampai 15
interpretasi data). Nilai berkisar dari 0
Desember 2013 yang berlokasi di Fakultas
sampai 40. Sampel harus memilih satu
Kedokteran Universitas Udayana. Besar sampel
pernyataan pada tiap kelompok item yang
minimal
benar–benar
program
studi
pendidikan
dihitung
dokter
menggunakan
rumus
tujuan
untuk
menyederhanakan
mendeskripsikan
perasaan
perhitungan sampel untuk penelitian cross-
mereka
sectional analitik dengan tingkat kesalahan 5%
termasuk hari saat pengisian kuisioner.
yang berpedoman pada penelitian sebelumnya
Berdasarkan studi Beck, konsistensi internal
di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
instrumen ini adalah α=0,91 dan reabilitas
9
selama
dua
minggu
terakhir
Mada dan didapatkan jumlah sampel minimal
pengulangan tes (14 hari) adalah r=0,93.
sebesar 54. Pengambilan sampel menggunakan
Nilai Cronbach’s alpha untuk instrumen ini
teknik simple random sampling. Dalam penelitian
sebesar 0,85.
ini dipergunakan sampel sebanyak 300 orang
Locus of Control (LOC)
yang terdiri dari 100 orang pada tiap angkatan. 2.3 Pengumpulan Data
16
Terry Pettijohn II mengembangkan variasi lain dari LOC yang sebelumnya
dalam
diciptakan oleh Rotter.17 LOC digunakan
tentang
untuk mengetahui tipe kontrol diri yang
LOC.
dimiliki sampel penelitian, yaitu tipe internal
Instrumen tersebut dipersiapkan ke dalam dua
atau eksternal. Instrumen ini terdiri dari 20
versi
dan
item dengan pernyataan T (benar) atau F
Indonesia. Instrumen berskala (BDI dan LOC)
(salah). Tiap item bernilai 0-5 dengan
merupakan referensi yang umum digunakan
rentang nilai 0-35=LOC-e, 40-60=both of
sehingga instrumen tersebut dapat langsung
internal and external LOC (LOC-b) dan 65-
digunakan.
100=LOC-i. Rata-rata nilai instrumen ini
Kuisioner Karakteristik Responden
adalah 70,9 (SD=10,9; range 40-90) dengan
Instrumen penelitian
ini
karakteristik
yang adalah
responden,
bahasa,
yaitu
digunakan kuisioner BDI,
Bahasa
dan Inggris
Kuisioner ini terdiri dari 30 item yang
nilai r=-0,39; df=282; p<0,001. Sedangkan
digunakan untuk mengetahui informasi etnis,
nilai Cronbach’s α=0,43.
aktivitas kampus, kondisi lingkungan dan alasan
2.4 Analisis Data
yang mendasari terjadinya depresi. Beck Depression Inventory (BDI)
Data
dianalisis
menggunakan
program perangkat lunak komputer. Analisis
BDI digunakan untuk mengetahui tingkat
data dilakukan secara univariat dan bivariat.
depresi sampel penelitian melalui nilai yang
Analisis univariat digunakan untuk mencari
dihasilkan.
16
Kuisioner ini telah merujuk pada
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
presentase setiap variabel dan dilanjutkan 16
dengan analisis bivariat untuk melihat hubungan
dari sampel yang berpartisipasi adalah 19,07
antara variabel terikat dengan masing-masing
tahun (SD=1,417), di mana mayoritas etnis
variabel bebas dengan menggunakan uji chi
dari sampel adalah etnis Bali, yaitu 181
square dan Pearson correlation.
(63,7%). Sedangkan perbandingan sampel
2.5 Pertimbangan Etik
penelitian dari segi jenis kelamin, yaitu laki –
Sampel telah diinformasikan terlebih
laki 116 (40,8%) dan perempuan 168
dahulu mengenai tujuan dan prosedur penelitian
(59,2%).
melalui informed consent tertulis. Partisipasi
lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
bersifat
sukarela
mengundurkan
dan diri
sampel tanpa
Pada
dapat paksaan.
Karakteristik
prevalensi
Gambar
depresi
sampel
secara
1
dapat
dilihat
pada
setiap
tahun
secara
angkatan (p=0,002). Sampel penelitian yang
observasional dengan menggunakan kuisioner
tidak mengalami depresi paling banyak
terstruktur yang telah dipersiapkan. Kuisioner
terdapat pada tahun ketiga, yaitu 37,4%.
yang digunakan terdiri dari tiga pengukuran,
Kategori BDI Mild Mood Disturbance –
yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Borderline Clinical Depression (MBD) paling
Pengumpulan
data
dilakukan
banyak terdapat pada tahun pertama, yaitu 3. HASIL
46,2%.
Sedangkan
kategori
depresi
Jumlah kuisioner yang telah diisi secara
Moderate – Severe – Extreme (MSE) paling
lengkap sebanyak 284, response rate pada
banyak terdapat pada tahun pertama, yaitu
penelitian ini sebesar 94,67% (94,87% pada
52,6% diikuti tahun kedua yaitu 31,6%, dan
tahun pertama, 93,47% pada tahun kedua, dan
terendah pada tahun ketiga yaitu 15,8%.
95,60% pada tahun ketiga). Rata – rata umur
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
17
Gambar 1. Prevalensi depresi
Gambar 2. Tipe Locus of Control (LOC) Gambar 2 dapat dilihat tipe LOC setiap tahun angkatan (p=0,314). Tipe LOC-i
sampel tahun kedua dan ketiga dengan jumlah yang seimbang, yaitu 50,0%.
lebih banyak terdapat pada tahun pertama,
Hubungan antara prevalensi depresi
yaitu 35,9%. Tipe LOC-b paling banyak
dengan tipe LOC memiliki nilai p<0,001 (tahun
terdapat pada tahun pertama, yaitu 49,3%.
pertama p<0,001; tahun kedua p=0,009; tahun
Sedangkan tipe LOC-e hanya terdapat pada
ketiga p<0,001) (lihat Tabel 2). Prevalensi
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
18
depresi kategori MSE yang memiliki LOC-i
pada tahun pertama, yaitu 22,2%. Prevalensi
paling banyak terdapat pada tahun kedua,
depresi kategori MSE yang memiliki LOC-e
yaitu 4,3%. Prevalensi depresi kategori MSE
paling banyak terdapat pada tahun kedua dan
yang memiliki LOC-b paling banyak terdapat
ketiga, yaitu 100%.
Adapun nilai r dari hubungan depresi
Selain
mencari
hubungan
antara
dan LOC adalah -0,4 (negatif 0,4), kuatnya
prevalensi depresi dengan LOC, peneliti juga
hubungan adalah negatif sedang. Terdapat
mencari
hubungan yang berbanding terbalik antara
mempengaruhi terjadinya depresi, dapat dilihat
LOC dengan BDI. Semakin tinggi nilai LOC,
pada Tabel 3. Dari 11 faktor hanya 6 faktor
maka semakin rendah nilai BDI. Apabila nilai
yang memiliki hubungan signifikan(p<0,05),
LOC semakin tinggi, maka LOC sampel
yaitu persepsi terhadap dukungan finansial
semakin mengarah ke tipe internal dan BDI
(p=0,001); kesulitan untuk beradaptasi dengan
akan mengarah ke kategori normal. Begitu
gaya hidup mahasiswa kedokteran (p=<0,001);
juga sebaliknya, semakin rendah nilai LOC,
kebiasaan
semakin tinggi nilai BDI, maka LOC makin
alkohol (p=0,042); adanya tuntutan orangtua
mengarah ke tipe eksternal dan BDI akan
untuk menjadi seorang dokter (p=0,003); dan
mengarah ke kategori depresi berat.
IMT (p=0,001).
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
faktor-faktor
merokok
yang
(p=0,004);
dapat
konsumsi
19
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
20
Gambar 3. Scatter plot antara LOC dengan BDI (kiri); IMT dengan BDI (kanan)
Dari scatter plot di atas (Gambar 3)
mahasiswa
kedokteran.
Penelitian
ini
menunjukkan bahwa hubungan antara LOC
menunjukkan semakin tinggi nilai LOC maka
dengan BDI berbanding terbalik (r=-0,4) dan
semakin kecil kecenderungan seseorang untuk
nilai p sangat signifikan (p<0,001). Sedangkan
mengalami
hubungan
antara
rendah
berbanding
lurus
IMT
dan
(r=0,213)
BDI dan
adalah nilai
p
signifikan (p<0,004).
depresi,
nilai
LOC
kecenderungan
sebaliknya maka
orang
semakin
semakin tersebut
besar untuk
mengalami depresi. Hal tersebut didukung dengan
4. DISKUSI
uji
korelasi
yang
menunjukkan
hubungan negatif sedang antara keduanya,
Prevalensi depresi tertinggi secara
dengan kata lain mereka dengan tipe LOC-i
tahun
cenderung
tidak
pertama, kedua, lalu ketiga. Hasil ini sejalan
sedangkan
mereka
dengan hasil studi yang dilakukan di Pakistan,
memiliki
Iran, dan India yang menyatakan bahwa
depresi lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
tingkat depresi dan kecemasan semakin parah
LOC lainnya. Temuan ini konsisten dengan
pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan di
berurutan
terdapat
mereka
pertama.
2,18,19,
pada
yang
angkatan
menginjak
tahun
Hal ini kemungkinan berkaitan
mengalami dengan
kecenderungan
Yogyakarta
dan
tipe
depresi LOC-e
untuk mengalami
Mesir.9,20
Kecenderungan
dengan adanya kurikulum yang padat, stres
depresi yang tinggi pada mereka yang memiliki
akibat lingkungan baru, beban tugas maupun
tipe LOC-e dapat dijelaskan karena LOC-e
belajar yang bertambah berat dan semakin
menimbulkan perasaan yang pesimistis dan
sedikitnya waktu luang.
2,18
persepsi bahwa suatu pencapaian merupakan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini
hasil yang tidak dapat mereka kendalikan.
20,21
didapatkan hubungan yang signifikan antara
Seseorang dengan tipe LOC-e cenderung
prevalensi
merasa tidak berdaya dan tertekan saat
depresi
dengan
tipe
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
LOC
21
menghadapi suatu kondisi yang tidak sesuai.21
Adanya tuntutan orang tua untuk
Hal yang sebaliknya terjadi pada mereka
menjadi seorang dokter menunjukkan hasil
dengan
prevalensi
yang signifikan dengan prevalensi depresi
depresinya pun lebih rendah dibandingkan
pada sampel penelitian ini. Hasil penelitian
tipe
LOC-i
sehingga
dengan mereka yang bukan tipe LOC-i.
8,20
sebelumnya menyebutkan hal ini dapat terjadi
Pada penelitian ini ditemukan enam
karena para mahasiswa masih berumur muda
faktor lain yang masih memengaruhi hubungan
sehingga dirasa tidak cukup dewasa untuk
antara prevalensi depresi dengan tipe LOC
mengambil
yang secara signifikan berhubungan dengan
depannya, terkadang mereka harus masuk
depresi,
fakultas kedokteran dengan tidak sepenuh
yaitu
IMT,
persepsi
dukungan
finansial, kesulitan beradaptasi beradaptasi
hati.
keputusan
mengenai
masa
14
dengan gaya hidup mahasiswa kedokteran,
Nilai IMT yang tinggi pada hasil
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
penelitian ini menunjukkan hubungan yang
adanya tuntutan orang tua untuk menjadi
positif signifikan dengan prevalensi depresi.
seorang dokter.
Temuan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
ini
sejalan
dengan
studi
yang
dilakukan oleh Godin et al., namun pada
signifikan antara depresi
penelitian ini dilakukan penilaian lebih jauh
dengan persepsi dukungan finansial dimana
terhadap perbedaan antara IMT laki-laki dan
mereka yang merasa dukungan finansial untuk
perempuan serta kaitannya dengan prevalensi
masa
depresi.11
perkuliahannya
terlepas
dari
belum
standar
mencukupi,
mengenai
derajat
Hal menarik lainnya yang ditemukan
ekonomi per-kapita, memiliki kecenderungan
pada penelitian ini
untuk mengalami depresi yang lebih tinggi.
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
Hubungan
yang
juga
dan etnis dengan prevalensi depresi. Berbeda
terdapat antara kesulitan beradaptasi terhadap
dengan studi sebelumnya yang serupa yang
gaya
menemukan
pergaulan
signifikan
adalah tidak adanya
mahasiswa
kedokteran
bahwa
dengan depresi. Hal ini kemungkinan terjadi
kecenderungan
akibat
mengalami
perbedaan 22
bahasa,
budaya
dan
masalah
mengingat sekitar 10,9% sampel
laki.
1,2,7,24
yang
depresi
wanita lebih
memiliki
tinggi
untuk
dibandingkan
laki-
Namun hasil penelitian ini sejalan
dari ketiga angkatan merupakan mahasiswa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yussuf
asing.
et al. Alasan dari temuan ini berkaitan dengan Perilaku
merokok
konsumsi
beberapa faktor seperti kesamaan budaya dan
alkohol memiliki hubungan yang signifikan
pemahaman yang sama antara wanita dan pria
dengan prevalensi depresi. Konsumsi alkohol
tentang
menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi lebih
memainkan
tinggi daripada kebiasaan merokok. Menurut
Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk
Frank E. et al, hal ini merupakan akibat dari
mengklarifikasi temuan ini. Hal lain yang dapat
tekanan
fakultas
menjelaskan hal ini adalah mayoritas wanita
pemahaman
pada studi populasi penelitian ini adalah
lingkungan
kedokteran
dan
dan
belajar
kurangnya
tentang penyalahgunaan alkohol.
di 23
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
mahasiswa peranan
kedokteran
mungkin
penting
disini.18,25
perempuan etnis Bali yang sudah terbiasa 22
dengan pekerjaan yang berat sejak kanak-
Macedonia.
Bratistl
kanak sehingga saat harus menghadapi beban
2008;109(12):568-572.
Lek
Listy.
tambahan dengan bersekolah di fakultas
2. Singh A, Lal A, Shekhar. Prevalence of
kedokteran, tidak ditemukan hubungan yang
depression among medical students of a
signifikan.
private medical college in India. Online J
Namun, kelemahan dari penelitian ini adalah kondisi pengisian instrumen penelitian yang
kurang
kondusif
memengaruhi
suasana
sehingga hati
dapat
sampel
saat
Health Allied Scs. 2010;9(4):8. 3. Yusoff MSB, Rahim AFA, Yaacob MJ. The prevalence of final year medical students with
depressive
symptoms
and
its
contributing factors. Int Med J. 2011
pengisian kuisioner dilakukan.
Dec;18(4):305-309. 5. KESIMPULAN
4. Kaya M, Genc M, Kaya B, Pehlivan E.
Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Prevalence
of
Depressive
Symptoms,
Universitas Udayana sebagian besar memiliki
Ways of Coping, and Related Factors
tipe
among
LOC-i.
cenderung
Mahasiswa tidak
dengan
mengalami
LOC-i depresi,
sedangkan mahasiswa dengan LOC-e memiliki
Medical
School
and
Health
Services Higher Education Students. Turk Psikiyatri Derg. 2007; 18: 137-46.
kecenderungan untuk mengalami depresi yang
5. Chan DW. Depressive symptoms and
lebih tinggi. Hubungan antara tipe LOC dan
depressed mood among Chinese medical
depresi pada studi ini masih dipengaruhi oleh
students in Hong Kong. Compr Psychiatry.
beberapa faktor lain yang juga menunjukkan
1991;32:170-180.
hubungan yang signifikan dengan depresi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
data
longitudinal
dasar
untuk
dalam
menilai
penelitian
secara
lebih
6. Dahlin ME, Runeson B. Burnout and psychiatric
morbidity
among
medical
students entering clinical training: a three year
prospective
questionnaire
and
mendalam hubungan antara tipe LOC dan
interview-based study. BMC Med Educ.
faktor-faktor terkait depresi lainnya dengan
2007;7:6.
mahasiswa
7. Alvi T, Assad F, Ramzan M, Khan FA.
kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Depression, anxiety and their associated
Udayana. Selain itu, dari hasil penelitian ini
factors among medical students. J Coll
dapat
Phys Surg Pakistan. 2010;20(2):122-126.
prevalensi
depresi
digunakan
pada
untuk
pengembangan
program intervensi terhadap depresi pada Mahasiswa Kedokteran.
8. Graffeo
1. Mancevska S, Bozinovska l, Tecce J,
Silvestri
L.
Relationship
between locus of control and healthrelated
DAFTAR PUSTAKA
LC,
variables.
Education.
2006
Sep;126(3):593-596. 9. Asthiningsih
NWW,
Marchira
CR,
Pulcevik-Gligoroska J, Sivevska-Smilevska
Sedyowinarso M. Hubungan kemampuan
E. Depression, anxiety and substance use
control diri dengan kecenderungan depresi
in medical students in the Republic of
pada mahasiswa program B PSIK FK
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
23
UGM.
Berita
Indonesia.
Masyarakat,
18. Khan MS, Mahmood S, Badshah A, Ali
3;26(3):138-143.
SU, Jamal Y. Prevalence of depression,
Kedokteran
2010
Sep
anxiety, 10. Quyen DD. Depression and Stress among the
First
Year
Medical
Students
in
University of Medicine and Pharmacy Hochiminh College
City,
of
Vietnam.
Public
their
medical
Pakistan.
J
factors
students
in
Med
Assoc.
Pak
56(12):583-586
associated
Karachi, 2006;
.
in
19. Jafari N, Longhmani A, Montazeri A.
Sciences,
Mental health of medical students in
Thesis
Health
among
and
different levels of training. Int J Prev Med
Chulalongkorn University. 2007 11. Godin O, Elbejjani M, Kaufman JS. Body
2012; Special issue S107-12.
mass index, blood pressure and risk of
20. Afifi M. Health locus of control and
depression in the elderly: a marginal
depressive symptoms among adolescents
structural model. Am J Epidemiol. 2012
in Alexandria, Egypt. East Medit Health J.
12. Mykletun A, Overland S, Aaro LE, Liabo
2007; 13(5):1043-1052.
HM, Stewart R. Smoking in relation to
21. Zamawi JA, Hamaideh SH. Depressive
anxiety and depression: evidence from a
symptoms and their correlates with locus
large population survey: the HUNt study.
of control and satisfaction with life among
Eur Psychiatry. 2008;23:77-84.
Jordanian
13. Dierker
LC,
Avenevoli
S,
Stolar
M,
Merikangas KR. Smoking and depression: an
examination
comorbidity.
of
Am
J
mechanisms Psychiatry.
of
2002;
N,
students.
Eur
J
Psychiatry. 2009;4:71-103. 22. Omodona
OO.
Depression
among
International Students. Thesis in Central Ostrobothnia
University
of
Applied
Sciences. 2012
2;159:947-953. 14. Karaoglu
college
Seker
M.
Anxiety
and
23. Frank E, Elon L, Naimi T, Brewer R.
depression in medical students related to
Alcohol
desire for and expectations from a medical
counseling behavior among US medical
career.
students:
West
Indian
Med
J.
2010;59(2):196-202. 15. Diagnostic and statistical manual of mental disorders, fourth edition, text revision th
(DSM-IV-TR). 4
ed. Washington, DC :
American Psychiatric Association. 2000
consumption cohort
and
alcohol
study.
BMJ.
2008;337:a2155. 24. Schwenk
TL,
Davis L, Wimsatt
LA.
Depression, stigma and suicidal ideation in medical
students.
JAMA.
2010;304(11):1181-1190.
16. Beck, Aarot T. Beck Depression Inventory.
25. Yussuf AD, Issa BA, Ajiboye PO, Buhari
The Psychological Corporation, Harcourt
OIN. The correlates of stress, coping
Brace and Company; United States of
styles and psychiatric morbidity in the first
America. 1996
year of medical education at a Nigerian
17. Pettijohn, Terry F. A Locus of Control Measure as a Teaching Demonstration.
university. Afr J Psychiatry. 2013; 16:206215.
Mercyhurst College in Erie, Pennsylvania. 1995 JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
24
Penelitian
PENGARUH DIATERMI TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS NYERI DENGAN MENGGUNAKAN SKOR VAS PADA PENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSMH PALEMBANG 1
1
2
3
Benny Afriansyah , Surya Wijaya , Jalalin Nabawi , Triwani 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Kepala Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Muhammad Hoesin, Palembang Staff Pengajar Departemen Biologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Email: suryawijaya_102@yahoo.com 2 3
ABSTRAK Osteoartritis (OA) adalah sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada sendi yang berhubungan dengan defek integritas kartilago. Salah satu sendi yang paling sering diserang OA adalah sendi lutut. Nyeri adalah alasan utama pasien OA datang ke dokter untuk mendapatkan pengobatan. Diatermi merupakan pilihan terapi yang banyak digunakan pada penderita OA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan nyeri pada pasien OA lutut sebelum dan setelah diterapi dengan diatermi yang diukur dengan Visual Analogue Scale (VAS). Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain penelitian pretest and posttest group design. Penelitian ini melibatkan penderita OA yang memenuhi kriteria inklusi, yakni sebanyak 51 orang. Analisis data dilakukan dengan uji T berpasangan dengan program SPSS 20.0. Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji T berpasangan dengan interval kepercayaan 95 %, diperoleh nilai sig.2-tailed lebih kecil daripada nilai 0,05 (0,00< 0,05) berarti Ho dapat ditolak. Oleh karena, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbaikan rerata skor VAS yang bermakna sebelum dan sesudah diterapi dengan diatermi di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang. Kata Kunci: Osteoartritis, osteoarthritis lutut, nyeri, visual analogue scale, diatermi
ABSTRACT Osteoarthritis is a heterogeneous group of condition that causes signs and symptoms associated with cartilage integrity defects. One of the most affected joint is the knee joint. Pain is the main reason of patient for patients to visit physicians. Diathermy is one of widely used pain-reliever modalities in treating osteoarthritis patients. Therefore, the aim of this study was to assess the alteration of pain before and after diathermy in osteoarthritis patients by using Visual Analogue Scale (VAS). This study was an observational analytic study with pretest and posttest group design. The study includes 51 osteoarthritis patients who fulfill inclusion criteria. The collected data is analyzed by paired T test with SPSS 20.0. The data analysis with paired t test (CI 95%) showed p Scale <0,05 (0,00<0,05). It means in average, there is significant improvement of VAS Scale before and after diathermy in knee osteoarthritis patients in Medical Rehabilitation Department at Mohammad Hoesin Hospital Palembang. Keywords: Osteoarthritis, knee osteoarthritis, pain, visual analogue scale, diathermy
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
25
1. PENDAHULUAN Definisi American
osteoartritis
Rheumatism
(OA)
menurut
Association
(ARA)
wanita.
Angka
prevalensi
ini
akan
terus
meningkat seiring dengan peningkatan usia
adalah sekelompok kondisi heterogen yang
harapan
hidup
dan
berhasilnya
eradikasi
menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada
terhadap penyakit infeksi di Indonesia.7 OA merupakan penyebab penting cacat
sendi yang berhubungan dengan defek integritas di
fisik pada orang yang berusia lebih dari 65
bawahnya dan pada batas sendi. Osteoartritis
tahun.8 Dari data epidemiologis, OA menempati
merupakan penyakit sendi degeneratif yang
urutan pertama dari golongan penyakit reumatik.
1
Secara umum, OA menempati urutan kedua
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif
setelah penyakit kardiovaskular sebagai sebagai
lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
penyebab
kartilago,
dan
perubahan
pada
tulang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.
ketidakmampuan
fisik 3,7
(seperti
adanya deteriorasi rawan sendi dan adanya
berjalan dan menaiki tangga).
pembentukan tulang baru pada permukaan
sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia
sendi.
Diperkirakan 1
menderita cacat karena OA.6
2
Gambaran
Osteoartritis merupakan bentuk artritis
klinis
utama
osteoartritis
yang paling umum dijumpai dengan jumlah
berupa nyeri sendi, terutama bila sendi bergerak
pasiennya melampui separuh jumlah pasien
atau menanggung beban, yang akan berkurang
2
1,7,8
artritis. Osteoartritis pun merupakan penyakit
bila penderita beristirahat.
muskuloseletal yang sering terjadi pada geriatri.
alasan yang paling sering pasien osteoartritis
Dari 40 juta penduduk Amerika, diperkirakan 70-
lutut untuk mencari pertolongan ke dokter. Nyeri
90% penderita OA adalah usia 75 tahun.
3
yang
berhubungan
Secara khusus prevalensi OA di Indonesia juga
berpengaruh
pada
cukup tinggi yaitu 5%, pada usia <40 tahun, 30%
sesesorang.
Nyeri
pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia >61 4,5
menurunkan
Nyeri adalah
dengan
osteoartritis
kemampuan
fungsional
pada
kualitas
pasien
hidup.
1
OA
Selain
juga aspek
Data di Indonesia, diketahui sekitar
medis, nyeri pada pasien OA berdampak pada
56,7% pasien di poliklinik Rheumatologi RSUPN
aspek psikologis. OA menimbulkan nyeri kronik.
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis
Nyeri kronik ini berdampak
tahun.
menderita salah satu jenis OA.
6
psikologis
yang
pada
gangguan
disebut-sebut
sebagai
Salah satu sendi yang paling sering
penyebab dari gangguan tidur, rasa lelah
diserang OA adalah sendi lutut. Hampir 80%
yang berlebihan, frustasi, rasa cemas dan
kasus OA yang terjadi pada usia di atas 65
depresi.
tahun adalah OA lutut. Di Inggris dan Wales,
disabilitas terhadap aktivitas seharĂ-hari dalam
sekitar 1,3 sampai 1,75 juta orang mengalami
bentuk gangguan psikososial serta isolasi. Tidak
osteoartritis, 500.000 di antaranya menderita 3
Keadaan
ini
hanya
bisa
itu,
berakhir
nyeri
pada 7,8
pada
OA
osteoartritis lutut parah. Prevelensi osteoartritis
mempunyai dampak sosioekonomik yang besar,
lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu
baik
mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
di
negara
maju
maupun
di
negara
3
berkembang. Di Australia pada tahun 2002,
26
diperkirakan biaya nasional untuk keluhan OA,
Kombinasi intervensi Micro Wave Diathermy
terutama nyeri sebesar 1% dari GNP, yaitu
(MWD), TENS dan Ultra Sound (US) dapat
9
mencapai $Aus 2.700/orang/tahun. Selain itu, OA termasuk penyebab utama pengambilan cuti sakit
pada
industri
besar
yang
mengurangi
intensitas
spondilosis lumbalis. Penelitian
turut
nyeri
pada
kasus
15
Erwinanti
menyebabkan kurangnya produktivitas akibat
menunjukkan
nyeri yang ditimbulkannya. Nyeri pada pasien
menguntungkan dari terapi diatermi untuk pasien
OA menyebabkan hilangnya 120 juta hari kerja
OA lutut yang berobat ke Instalasi Rehabilitasi
10
bahwa
terdapat
(1999) efek
yang
Oleh karena itu, manajemen nyeri
Medik RSUP Kariadi, Semarang. Dengan terapi
pada pasien OA, khusunya OA lutut penting
SWD tanpa latihan, didapatkan perbaikan status
untuk dilakukan.
fungsional secara bermakna untuk aktivitas
per tahun.
Salah satu pengobatan yang biasa
bangkit dari duduk, berjalan 15 m, naik tangga 3
digunakan untuk mengatasi nyeri pada penderita
step, baik untuk aspek nyeri, kesulitan, dan
OA lutut adalah fisioterapi. Fisoterapi merupakan
ketergantungan (sebelum terapi dibandingkan
intervensi non-farmakologik untuk OA lutut yang
dengan setelah terapi).16 Penelitian Rahmita
direkomendasikan
(2006) menunjukkan terdapat perubahan yang
American
dan
Rheumatology
Against Rheumatism.
the 11,12
College
European
of
League
Salah satu fisioterapi
bermakna
pada
pasien
OA
sebelum
dan
17
sesudah terapi diatermi. Namun, penelitian lain
diatermi.
melaporkan tidak ada manfaat tambahan dari
Diatermi mampu memperbaiki lesi pada kartilago
SWD yang dikombinasikan terapi latihan pada
sendi sehingga mengurangi respon inflamasi.
pasien peri/pascamenopause yang mengalami
Berkurangnya respons inflamasi selanjutnya
OA lutut.
akan mengurangi impuls nyeri pada sendi yang
atas mendorong penulis untuk mengetahui lebih
terkena. Namun, sayangnya hasil terapi diatermi
lanjut
hanya bersifat transien. Pasien harus menjalani
perbaikan kualitas nyeri pada OA yang diukur
terapi secara berkala untuk mendapatkan hasil
dengan Visual Analogue Scale (VAS).
yang
banyak
digunakan
yang lebih baik.
adalah
12
18
Perbedaan data-data penelitian di
efektifitas
terapi
diatermi
terhadap
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
Terapi diatermi telah berhasil terbukti
karakteristik sosiodemografi penderita OA lutut
berbagai
yang diterapi dengan diatermi, mengidentifikasi
penyakit, seperti nyeri punggung bawah, cervical
derajat nyeri penderita OA lutut sebelum dan
root syndrome, dan spondilosis lumbalis. Terapi
sesudah
Short Wave Diathermy (SWD) dapat mengurangi
mengetahui
nyeri pada penderita nyeri punggung bawah
kualitas nyeri yang signifikan pada penderita OA
mekanik subakut sama baiknya dengan terapi
lutut sebelum dan sesudah diterapi.
memperbaiki
kualitas
nyeri
dari
diterapi ada
dengan atau
diatermi
tidaknya
perbaikan
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS).
13
Terapi modalitas, seperti SWD dan
terapi latihan dapat menyebabkan penurunan rasa nyeri pada pasien cervical root syndrome.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
serta
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian
14
27
Penelitian observasional
ini
adalah
analitik
dengan
penelitian pretest
and
anggota
sampel.
Teknik
ini
juga
dipilih
berdasarkan pertimbangan untuk mendapatkan
posttest group design.
gambaran hasil pengujian suatu perlakuan
2.2
Tempat dan Waktu Penelitian
terapi, dalam hal ini terapi diatermi dengan
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi
memilih
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Mohammad
subyek
tertentu yang
benar-benar
mewakili kriteria yang telah ditetapkan.
Penelitian dilaksanakan
Dalam penelitian ini, besar sampel
pada bulan Oktober 2012 sampai dengan
ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut.
Hoesin Palembang. Desember 2012.
2
Z PQ n 2 d
2.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita OA lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik
n
= besar sampel minimal yang diperlukan
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Z
= 1,96 (untuk level of confidence 95%)
Sampel penelitian ini adalah penderita OA lutut
P
= proporsi penyakit keadaan yang akan
di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
diteliti, yaitu pasien yang menderita
Mohammad Hoesin Palembang yang memenuhi
osteoartritis genu di instalasi rehabilitasi
kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria
medik RSMH Palembang pada bulan
eksklusi.
Juli 2012 (423:2654 = 0,159)
Kriteria inklusi, yaitu pasien usia lanjut
Q
= (1-P)= 0,841
yang berusia 60 tahun atau lebih Pasien yang
d
= 0,1 (dengan tingkat ketepatan absolut
memenuhi kriteria diagnosis pada Tabel 1, tidak
90%)
mendapat terapi lain selain dari diatermi dan
Dari perhitungan rumus tersebut diperoleh
mendapat terapi diatermi dalam periode satu
hasil 51,36 (dibulatkan menjadi 51). Jadi besar
minggu yaitu sebanyak tiga kali berselang hari,
perkiraan besar sampel pada penelitian ini
masing-masing selama 15 menit, dan mengerti
adalah 51.
instruksi yang diberikan dan dapat menunjukkan
2.3 Instrumen Penelitian
nyeri yang dideritanya pada satu titik pada
Adapun teknik yang digunakan dalam
Visual Analogue Scale (VAS). Kriteria eksklusi
mengukur intensitas nyeri pada OA lutut adalah
adalah pasien yang mendapatkan terapi obat-
Visual Analogue Scale (VAS). VAS merupakan
obatan pada saat penilaian pada hari berikutnya,
alat ukur yang digunakan untuk pengukuran
pasien yang secara tiba-tiba menghentikan
intensitas dan tipe nyeri dengan menggunakan
terapi diatermi sebelum penelitian selesai, dan
garis lurus yang diberi ukuran 10 cm yang
tersedia mengikuti penelitian.
menggambarkan intensitas nyeri yang berbeda
Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan
dengan
purposive mendapatkan
sampling sampel
menggunakan dengan yang
teknik harapan
benar-benar
mewakili suatu populasi yang diambil sebagai
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
di mana pada ujung kiri diberi tanda yang berarti “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan diberi tanda yang berarti “nyeri yang tak tertahankan”. 2.4
Cara Pengumpulan Data
-Peneliti meminta informed consent pada pasien.
28
-Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan
2.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data Data sosiodemografi disajikan dalam
sebagai responden. -Pasien
diwawancarai
interview
schedule
dengan
yang
panduan
berisikan
data
bentuk tabel disertai persentase. Data derajat nyeri pasien disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
sosiodemografi dan garis VAS.
statistik
deskriptifnya.
Analisis
-Data sosiodemografi meliputi jenis kelamin,
mengenai perubahan nyeri yang dialami pasien
usia, pekerjaan dan alamat pasien dicatat oleh
sebelum dan setelah diterapi dengan diatermi
peneliti
dilakukan dengan uji t berpasangan (uji t
sebagai
hasil
wawancara
dengan
independent) karena skala pengukuran dalam
pasien. -Pasien diminta menandai denagan pena satu
penelitian ini adalah komparatif berpasangan
titik di garis VAS yang mewakili rasa nyeri yang
yang terdiri dari dua kelompok yakni derajat
dialami
nyeri sebelum dan sesudah diterapi dengan
pasien
pada
saat
pertama
kali
diatermi. Pengolahan data dilakukan dengan
mendapatkan terapi diatermi. -Seminggu kemudian, setelah mendapatkan
bantuan SPSS 20.0 for Windows.
terapi diatermi, lakukan pengukuran skala VAS lagi pada pasien tersebut. Tabel 1. Kriteria Diagnosis Osteartritis Lutut pada Penelitian1,8 Klinis
Klinis dan Laboratorium
Klinis dan Radiografi
Nyeri lutut disertai 3 dari 6
Nyeri lutut disertai 5 dari 9 kriteria
Nyeri lutut dan gambaran
kriteria berikut:
berikut:
osteofit disertai 1 dari 3 kriteria berikut:
-
Usia >50 tahun
-
Usia >50 tahun
-
Kaku pagi <30 menit
-
Kaku pagi <30 menit
-
Usia >50 tahun
-
Krepitus
-
Krepitus
-
Kaku pagi <30 menit
-
Nyeri tekan
-
Nyeri tekan
-
Krepitus
-
Pembesaran tulang
-
Pembesaran tulang
-
Tidak panas pada perabaan
-
Tidak panas pada perabaan
-
LED <40 mm/jam
-
RF <1:40
-
Analisis cairan sendi normal
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik sosiodemografi penderita OA lutut
3.1 Karakteristik Sosiodemografi Sampel
di Instalansi Rehabilitasi Medik RS Muhammad
Penelitian
Hoesin Palembang dapat dilihat di Tabel 2.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
29
Tabel 2. Karakteristik sosiodemografi penderita OA lutut di Instalansi Rehabilitasi Medik RS Muhammad Hoesin Palembang (n=51) Kelompok Usia (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
40-49
3
5.88
50-59
22
43.14
60-69
22
43.14
70-79
4
7.84
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Perempuan
38
74.51
Laki-laki
13
25.49
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Pegawai Negeri Sipil
17
33.33
Dosen
2
3.92
Ibu Rumah Tangga
20
39.22
Wiraswasta
1
1.96
Pensiunan pegawai
11
21.57
Jenis Kelamin
Pekerjaan Responden
Dari 51 orang responden diperoleh
Hasil penelitian di atas sesuai literatur
jumlah responden terbanyak berusia 50-59 dan
yang menyatakan risiko seseorang mengalami
60-69 tahun sebanyak 22 orang, 4 orang berusia
gejala timbulnya OA lutut dimulai pada usia 50
70-79 tahun, dan jumlah paling sedikit berusia
tahun.
30-39 tahun yaitu 3 orang. Pada penelitian ini,
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar
didapatkan bahwa penderita OA lutut terbanyak
sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi
berusia 50-59 dan 60-69 tahun sebesar 43,14%.
tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit,
Hal ini sesuai dengan penelitian Erwinanti
yang semuanya mendukung terjadinya OA.
Proses
penuaan
dianggap
sebagai
1,8
(1999), terdapat penderita OA lutut terbanyak
Dari 51 orang responden diperoleh
pada kelompok usia 40-59 tahun dan > 60 tahun
bahwa 38 orang responden (74,51%) berjenis
(masing-masing 47%) dengan rata-rata umur
kelamin wanita, sedangkan sisanya yaitu 13
16
Hasil penelitian sesuai dengan
orang responden (25,49%) berjenis kelamin laki-
penelitian Eka (2007) yang menemukan bahwa
laki. Hasil yang serupa diperoleh pada penelitian
8
Erwinanti (1999) yang melaporkan penderita OA
Penelitian Rahmita (2006) juga menunjukkan
lutut wanita (83,7%) lebih banyak daripada laki-
bahwa dari 68 orang responden yang menderita
laki (16,3%).16 Sesuai dengan penelitian Eka
OA lutut didapatkan sebanyak 51,5% pasien
(2007), jenis kelamin perempuan merupakan
55,5 tahun.
77% pasien OA lutut berumur > 50 tahun.
osteoartritis berusia 50-59 tahun.
17
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
faktor risiko terjadinya OA lutut (nilai p = 0,043
30
dengan uji chi-square; OR = 2,14; 95% CI = 1,02
Hal ini berkaitan dengan tekanan pada sendi
â&#x20AC;&#x201C; 4,48).8 Hal tersebut diperkirakan karena pada
lutut saat seseorang melakukan aktivitas fisik
masa usia 50â&#x20AC;&#x201C;80 tahun wanita mengalami
berat tersebut.
pengurangan hormon estrogen yang signifikan.
19
Dari 51 orang responden, didapatkan
sendi
lutut
menerus
10
Tekanan pada tulang rawan
yang berlebihan secara terusakan
menyebabkan
degenerasi
bahwa pekerjaan responden yang paling banyak
meniskal dan robekan yang memicu perubahan
adalah
pada tulang rawan sendi lutut, sehingga rawan
mengurus
rumah
(20
orang
atau
20
39,22%). Responden lain memiliki pekerjaan
terjadi OA lutut.
masing-masing sebagai pegawai negeri sipil (17
3.2 Perbaikan Nyeri Pada Penderita OA Lutut
orang), dosen (2 orang), wiraswasta (1 orang),
Setelah Diterapi
dan pensiunan pegawai (11 orang). Hal ini
Skor VAS sebelum dan setelah diterapi
mungkin disebabkan ibu rumah tangga sering
dengan diatermi dibandingkan, dan dari seluruh
melakukan aktivitas fisik berat yang merupakan
responden yang termasuk dalam kriteria inklusi
faktor risiko OA lutut. Aktivitas fisik berat yang
merasa
mungkin dilakukan oleh ibu rumah tangga,
besarnya perbaikan rasa nyeri yang dirasakan
seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari),
responden berbeda-beda. Perbedaan skor VAS
berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),
sebelum dan setelah diterapi dengan diatermi
naik turun tangga setiap hari, mengangkat
dapat dilihat pada Tabel 3.
cucian yang berat, menimba air, dan lain-lain.
mengalami
perbaikan
walaupun
8
Tabel 3. Perbedaan skor VAS pada pasien OA lutut sebelum dan setelah diterapi dengan diatermi VAS sebelum
VAS setelah
diterapi
diterapi
1.
63
30
27.
52
29
2.
40
20
28.
58
40
3.
72
49
29.
78
53
4.
90
55
30.
53
31
5.
87
63
31.
65
43
6.
40
19
32.
54
28
7.
74
53
33.
38
19
8.
53
36
34.
64
40
9.
53
41
35.
54
37
10.
57
34
36.
44
31
11.
76
52
37.
43
32
12.
67
52
38.
50
28
No
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
No
VAS sebelum
VAS setelah diterapi
diterapi
31
13.
52
31
39.
63
39
14.
41
20
40.
53
25
15.
62
41
41.
42
37
16.
40
23
42.
47
28
17.
61
38
43.
38
20
18.
42
21
44.
76
42
19.
64
35
45.
55
39
20.
58
32
46.
48
30
21.
82
57
47.
80
43
22.
65
43
48.
50
42
23.
68
41
49.
60
34
24.
87
47
50.
40
19
25.
60
20
51.
42
21
26.
54
30
Dari skor VAS yang diperoleh dari
skor VAS setelah diterapi dengan diatermi paling
pasien OA sebelum dan sesudah dilakukan
banyak addalah skor 20. Varians dan standar
terapi diatermi dilakukan pengolahan statistik
deviasi data tersebut masing-masing 126,933
deskriptif. Hasil yang diperoleh adalah skor VAS
dan 11,266.
sebelum diterapi dengan diatermi paling kecil
Analisis mengenai perubahan nyeri yang
yaitu 38 dan nilai VAS sebelum diterapi paling
dialami pasien OA sebelum dan setelah diterapi
besar adalah 90 sehingga diperoleh jangkauan
dengan
data tersebut sebesar 52. Rata-rata skor VAS
berpasangan (paired t test). Sebelum dilakukan
sebelum diterapi dengan diatermi adalah 57,94,
uji t berpasangan maka dilakukan terlebih
nilai tengah data adalah 55, dan skor VAS
dahulu uji normalitas untuk dta skor VAS diatas.
sebelum diterapi dengan diatermi yang paling
Dari uji normalitas Shapiro-wilk, diperoleh nilai
banyak adalah skor 40 dan 53. Varians dan
signifikasi data skor VAS sebelum dan setelah
standar deviasi data tersebut masing-masing
diterapi dengan diatermi sebesar 0,200 (Tabel
197,056 dan 14,038.
4). Karena nilai signifikasi data, baik sebelum
diatermi
dilakukan
dengan
uji
t
Hasil yang diperoleh adalah skor VAS
maupun setelah diterapi dengan diatermi lebih
setelah diterapi dengan diatermi paling kecil
dari 0,05, data tersebut memenuhi kriteria untuk
adalah 19 dan paling besar adalah 63 sehingga
uji t berpasangan.
diperoleh jangkauan data sebesar 44. Rata-rata
Dari hasil uji t berpasangan dengan
skor VAS setelah diterapi dengan diatermi
indeks kepercayaan 95%, diperoleh bahwa nilai
adalah 35,54, nilai tengah data adalah 35, dan
thitung yang dihasilkan adalah 22,056 pada derajat
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
32
bebas 50 lebih besar daripada nilai ttabel sebesar
sampai
2,009. Nilai sig.2-tailed lebih kecil daripada nilai
dilakukan
kritik 0,05 (0,000 < 0,05) berarti H0 dapat ditolak
adanya pengurangan nyeri tekan lutut secara
(Tabel 5). Berdasarkan hasil tersebut, dapat
bermakna antara sebelum dan sesudah terapi
disimpulkan bahwa terdapat perbaikan rerata
SWD 12 kali. Hal ini sesuai dengan teori yang
skor VAS yang bermakna sebelum dan sesudah
menyatakan bahwa SWD dapat mengurangi
diterapi dengan diatermi dengan penurunan
rasa nyeri dengan cara meningkatkan nilai
derajat nyeri sebesar 20,394 sampai 19,513
ambang nyeri ujung saraf sensoris.14 Pemberian
poin.
MWD dapat berpengaruh pada pengurangan Hasil
penelitian
ini
sesuai
dengan
19,513
Erwinanti
Penelitian (1999)
lain
yang
menyimpulkan
nyeri dengan cara meningkatkan elastisitas
penelitian Rahmita (2006) menunjukkan bahwa
pembungkus
terdapat perbaikan skor VAS yang bermakna
aktivitas
sebelum dan sesudah diterapi dengan diatermi
poin.
jaringan
saraf,
neurotransmiter
rangsang saraf.
meningkatkan
serta
ambang
15
dengan penurunan derajat nyeri sebesar 15,663 Tabel 4. Uji normalitas data skor VAS pada pasien OA lutut sebelum dan setelah diterapi dengan diatermi
*Keterangan: sig. = 0.200 > 0.05 data ini memenuhi kriteria uji t berpasangan
Tabel 5. Uji t-berpasangan skor VAS pada pasien OA lutut sebelum dan sesudah diterapi dengan diatermi
*Keterangan: Berdasarkan hasil hitung dengan SPSS didapatkan hasil sig.2-tailed 0,000 < 0,05
berarti Ho
dapat ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat perbaikan yang bermakna
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
33
4. KESIMPULAN
4. Badan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbaikan yang bermakna
kualitas nyeri pada pasien OA lutut sebelum dan
Penelitian
Kesehatan,
dan
Depkes
Kesehatan
Dasar
Pengembangan
RI.
2008.
Riset
(RISKESDAS)
2007,
Laporan Nasional 2007
sesudah diterapi dengan diatermi di Instalasi
5. Isbagio, H. Osteoartritis dan Osteoporosis
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Mohammad
sebagai Masalah Muskuloskeletal Utama
Hoesin Palembang.
Warga Usia Lanjut di Abad 21. Majalah Farmacia, 5(6), 60. 18 Januari 2010.
5. SARAN
6. Soenarto.
Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
Reumatik pada Usia Lanjut.
Dalam: Buku Ajar Boehi-Darmojo Geriatri
diatermi terhadap perbaikan kualitas nyeri pada
(Ilmu
pasien OA jenis lainnya. Selain itu, perlu
Keempat. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
dilakukan penelitian tentang pengaruh tipe
2010. h. 433-7.
diatermi terhadap varibel lain, seperti atrofi otot,
Kesehatan
7. Soeroso
J.
Usia
Ed.:
Adi
pada
Lanjut)
S,
Edisi
et.al.
lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot,
Glukosamin
dan perbaikan status fungsional lainnya pada
Dalam:
pasien OA lutut dan jenis lainnya.
Kedokteran Berkelanjutan XX Ilmu Penyakit
Naskah
Terapi
Peran
Osteoartritis.
Lengkap
Pendidikan
Dalam. Surabaya. Bagian SMF Penyakit DAFTAR PUSTAKA
Dalam FK UNAIR RSU Dr. Soetomo. h. 219. 8. Eka, PM. Faktor-Faktor Risiko Osteoartritis
1. Soeroso J, Harry I, Handono K, Rawan B, Riardi
P.
Ed:
Osteoartritis.
Aru
Dalam:
W.
Sudoyo,
Buku
Ajar
dkk. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta. Pusat Penerbit Departemen IPD FKUI. 2006. h. 1195-1202. 2. Carter,
MA.
Ed:
Lutut (Studi Kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang)
Pascasarjana
[Tesis].
Universitas
Program Diponegoro
Semarang: 2007. h. 1-3, 21-22, 62, 69 9. Reginster J.Y. The Prevalence and Burden of Osteoarthritis. Rheumatology, 2002; 41
Huriawati
Hartanto.
Osteoartritis. Dalam: Patofisiologi Konsep Dasar Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta. EGC. 2006. h. 1380-3. 3. Rachmah LA. Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis. 2006. Diunduh
dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/13225 6204/Latihan%20FisikManajemen%20 Osteoartritis.pdf, diakses pada tanggal 25
(suppl 1): 3 â&#x20AC;&#x201C; 6. 10. Setiyohadi
B.
Osteoartritis
Selayang
Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003: 27 â&#x20AC;&#x201C; 31. 11. American
College
of
Rheumatology
Subcommittee on Osteoarthritis Guidelines. Recommendations
for
the
medical
management of osteoarthritis of the hip and knee: 2000 update. Arthritis Rheum 2000; 43: 1905-1915.
September 2012.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
34
12. Jordan
KM,
Arden
NK,
Doherty
M,
Muhammad
Hoesin
Bannwarth B, Bijlsma JW, Dieppe P, et al.
Palembang Sebelum dan Setelah
EULAR
recommendations
evidence
based
2003:
an
Diterapi
to
the
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya;
approach
management of knee osteoarthritis. Report of a task force of the standing committee for international
clinical
studies
including
dengan
18. Rattanachaiyanont M, Kuptniratsaikul V. No additional benefit of shortwave diathermy over
2003;62:1145-1155.
osteoarthritis
Therapeutic Effect Between SWD and TENS
Palembang:
2006. h.
therapeutic trials (ESCISIT). Ann Rheum Dis 13. Kartadinata RT, Lanny I. Comparison of The
Diatermi.
yang
exercise
program
in
for
knee
peri-/post-menopausal
women: an equivalence trial. Osteoarthritis and Cartilage 2008; 16: 823-828.
on Relieving Pain in Mechanical Low Back
19. Felson DT, Zhang Y. An Update on the
Pain Patients. Med Hosp 2012; 1(2): 113-
Epidemiology of Knee and Hip Osteoarthritis
117.
with
14. Susilo WA. Pengaruh terapi modalitas dan
a
View
to
Prevention.
Arthritis
Rheumatology 1998; 41 : 1343 â&#x20AC;&#x201C; 1355.
terapi latihan terhadap penurunan rasa nyeri
20. Lau EC, Cooper C, Lam D, Chan VNH,
pada pasien cervical root syndrome di
Tsang KK, Sham A. Factors Associated with
RSUD dr. Moewardi Surakarta [skripsi].
Osteoarthritis of the Hip and Knee in Hong
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kong Chinese: Obesity, Joint Injury, and
Sebelas Maret; 2010. h. iv, 43.
Occupational Activities. American Journal
15. Sujana IG. Pemakaian Lumbal Korset pada Intervensi
Micro
Wave
Transcutaneous
Epidemiology 2000; 152 : 855 â&#x20AC;&#x201C; 862.
Diathermy,
Electrical
Nerve
Stimulation, Ultra Sound Mengurangi Nyeri Spondilosis Lumbalis. 2012. Diunduh dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/article/do wnload/7727/ 5816, diakses pada tanggal 25 September 2012. 16. Erwinanati Osteoartritis
E. Lutut
Perbandingan Menggunakan
Terapi Short
Wave Diathermy (SWD) Dengan atau Tanpa Latihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang [tesis].
Semarang:
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 1999. p. 34-63. 17. Rahmita.
Penilaian
nyeri
pada
pasien osteoarthritis lutut yang berkunjung ke Poliklinik Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
35
Penelitian
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TINGKAT PENGETAHUAN SEPUTAR KLINIK WISATA PADA WISATAWAN DOMESTIK MAUPUN MANCANEGARA TERHADAP PEMANFAATAN KLINIK WISATA DI KAWASAN WISATA PANTAI KUTA, BALI I Putu Yuda Prabawa1, I Gusti Made Surya Chandra Trapika2 1 2
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
E-mail : yudaprabawa@gmail.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap dan tingkat pengetahuan seputar klinik wisata pada wisatawan domestik maupun mancanegara terhadap pemanfaatan klinik wisata yang terdapat di kawasan wisata pantai Kuta, Bali. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan desain Cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode Consecutive sampling di kawasan wisata Pantai Kuta. Variabel yang dinilai meliputi data deskriptif dan analitik dengan Chi-square dan Pearson correlation. Hasil penelitian diperoleh bahwa wisatawan Jakarta (24%) dan Australia (22%) terbanyak. Usia 26-45 tahun serta tujuan berlibur dominan pada domestik (40%;62%) maupun mancanegara (46%;80%). Informasi diperoleh dari teman/keluarga, mengunjungi Pantai Kuta lebih dari sekali, tidak mengetahui dan tidak pernah mengunjungi klinik wisata dominan pada domestik (30%, 76%, 76%, 94%) dan mancanegara (56%, 68%, 62%, 94%). Keindahan pantainya alasan utama pada domestik (48%) dan berselancar pada mancanegara (28%). Sebagian besar wisatawan memiliki kemauan memanfaatkan klinik wisata serta mempunyai sikap dan tingkat pengetahuan yang baik: domestik (64%, 58%, 64%) dan mancanegara (66%, 62%, 62%). Terdapat hubungan serta korelasi positif kuat antara sikap dan tingkat pengetahuan (P=0,000) seputar klinik wisata terhadap pemanfaatan klinik wisata pada domestik (r=0,570; r=0,557) dan mancanegara (r=0,589; r=0,662) yang terdapat di kawasan Pantai Kuta, Bali. Kata Kunci: Wisatawan, Sikap, Tingkat Pengetahuan, Klinik Wisata, dan Pemanfaatan ABSTRACT The aim of this research to know the relation between attitudes and level of knowledge about travel clinic in domestic and and foreign tourists toward travel clinic utilization at tourism area of Kuta Beach, Bali. This is a descriptive-analytic study with Cross-sectional design. Consecutive sampling method used at tourism area of Kuta Beach. The variables in this study are descriptive and analytic with Chi-square and Pearson correlation. The results obtained travelers from Jakarta (24%) and Australia (22%) are the most. The 26-45 years age group and vacation are dominant in domestic (40%;62%) and foreign (46%;80%). Information obtained from friends/relatives, visit more than once, donâ&#x20AC;&#x2122;t know and never visited travel clinic are dominant in domestic (30%, 76%, 76%, 94%) and foreign (56%, 68%, 62%, 94%). The beautiful beach is main reason in domestic (48%) and surfing in foreign (28%). Most tourists have willingness to utilize travel clinic, having good attitude, and level of knowledge: domestic (64%, 58%, 64%) and foreign (66%, 62%, 62%). There is a relation and strong positive correlation between attitude and level of knowledge (P=0.000) about travel clinic toward travel clinic utilization in domestic (r=0.570; r=0.557) and foreign tourists (r=0.589; r=0.662) at tourism area of Kuta Beach, Bali. Keywords: Tourists, Attitudes, Level of Knowledge, Travel Clinic, and Utilization
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
36
1. PENDAHULUAN Indonesia
yakni merupakan
salah
satu
negara tropis dimana memiliki sumber daya
sebanyak
2.493.058
wisatawan
mancanegara berkunjung ke Bali, hal ini belum termasuk wisatawan domestik.2
alam yang melimpah, keanekaragaman flora
Diantara berbagai kawasan wisata
dan fauna, peninggalan sejarah, serta seni dan
yang terdapat di Pulau Bali, pantai Kuta masih
budaya
menjadi
yang
unik
dimana
hal
tersebut
primadona
destinasi
wisata
jika
menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
dibandingkan dengan yang lainnya. Pantai
negara
tujuan
Kuta dikenal memiliki pasir putih, ombak yang
maupun
domestik
wisatawan dalam
mancanegara hal
pariwisata.
menantang untuk olahraga surfing,
serta
sektor
panorama matahari terbenam (sunset) yang
ekonomi penting di Indonesia dimana pada
begitu indahnya menyebabkan tidak salah
tahun 2009, sektor pariwisata menempati
banyak
urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa
merupakan salah satu dari Pantai Terindah di
setelah komoditi minyak dan gas bumi serta
Indonesia.3
minyak kelapa sawit.1 Kemudian pada tahun
pantai Kuta juga terdapat banyak pertokoan,
2010 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan
hotel, restoran dan sebagainya dimana fasilitas
mancanegara
tersebut
Pariwisata
merupakan
yang
salah
datang
satu
ke
Indonesia
pihak
mengatakan
pantai
Kuta
Disamping itu, pada kawasan
mendukung
sektor
pariwisata
sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar
tersebut.3 Maka dari itu tidak mengherankan
10,74% dibandingkan tahun sebelumnya dan
jika rata-rata lebih dari 5000 wisatawan
menyumbangkan devisa bagi negara sebesar
berkunjung ke kawasan pantai kuta setiap
7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. Indonesia
memiliki
harinya.4
1
banyak
Wisatawan
lokasi
yang
mengunjungi
wisata yang tersebar di berbagai kepulauan
destinasi wisata biasanya kerapkali melupakan
namun diantara itu Pulau Bali dikenal memiliki
bahwa selalu ada resiko perjalanan selama
keunikan adat dan budaya serta keindahan
berwisata terutama dalam hal kesehatan.
alamnya dimana hal tersebut menyebabkan
Berwisata baik secara langsung atau tidak
banyak wisatawan memilih Bali sebagai salah
langsung dapat menyebabkan berbagai resiko
satu destinasi tujuan wisata di Indonesia.
kesehatan
Pulau Bali sebagai destinasi wisata memang
wisatawan maupun tipe perjalanannya seperti
sudah terkenal sejak lama oleh sejumlah
contohnya wisatawan mungkin terpapar secara
wisatawan,
tiba-tiba
maupun
baik
wisatawan
wisatawan
ditunjukkan
dengan
mancanegara
domestik. jumlah
Hal
ini
kunjungan
tergantung
dengan
dari
keadaan
perubahan
fisik
ketinggian,
kelembaban, suhu, dan mikroba dimana hal tersebut
dapat
menyebabkan
masalah
wisatawan ke Bali yang cenderung meningkat
kesehatan.5 Sehubungan dengan hal diatas
setiap tahunnya dimana pada tahun 2009
maka
jumlah wisatawan mancanegara mencapai
kesehatan
2
telah
tersedia khusus
fasilitas menangani
pelayanan masalah
hingga 2.229.945 wisatawan. Kemudian pada
kesehatan pada wisatawan di kawasan wisata
tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung
yang dikenal dengan nama klinik wisata
ke Bali dibandingkan dengan tahun-tahun
(Travel Clinic).5
sebelumnya
juga
mengalami
peningkatan
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
37
Klinik wisata merupakan suatu fasilitas kesehatan
dimana
sifat
pelayanan
yang
diberikan meliputi konsultasi pra-perjalanan,
mengingat diketahui bahwa resiko kesehatan serta karakteristik wisatawan berbeda antara satu tempat wisata dengan tempat 8
selama berwisata, setelah berwisata, serta
lainnya.
upaya vaksinasi dan edukasi akan resiko
bertujuan
terpapar agen infeksi dimana sebenarnya
ditemukan hasil yang serupa atau berbeda
dapat dicegah sesuai dengan prinsip ilmu
dalam hal hubungan antara sikap dan tingkat
5
Oleh
karena
untuk
itu
wisata
penelitian
mencari
tahu
ini
apakah
Travel Medicine. Dewasa ini klinik wisata di
pengetahuan seputar klinik wisata terhadap
kawasan pantai kuta terdapat dalam berbagai
pemanfaatan klinik wisata di kawasan wisata
bentuk klinik seperti dokter umum, klinik rumah
Pantai Kuta, Bali.
sakit, klinik wisata (Travel Clinic) Swasta, klinik pelabuhan/maskapai penerbangan, serta klinik
2. METODE PENELITIAN
yang terdapat pada hotel di sekitar kawasan
Penelitian ini menggunakan desain
wisata. Disamping itu, puskesmas terdekat
potong lintang (Cross-sectional) yang bersifat
kawasan
berkembang
deskriptif-analitik. Data dalam penelitian ini
perannya sebagai puskesmas wisata sejak
merupakan data primer dimana pengambilan
wisatapun
telah
6
tahun 2008. Meskipun telah tersedia fasilitas
data telah dilakukan pada tanggal 1-8 Februari
yang
2014 di kawasan wisata Pantai, Kuta Bali.
memadai
ternyata
masih
banyak
wisatawan yang belum memiliki pemahaman
Metode
dan sikap yang tepat mengenai perbedaan
kuisioner penelitian yang telah diuji validitas
peran maupun fungsi klinik wisata dengan
dan reliabilitas pada penelitian sebelumnya.9
pelayanan kesehatan primer pada umumnya
Sampel
dan ini berpengaruh terhadap sikap yang
wisatawan domestik maupun mancanegara
diambil
pelayanan
yang sedang berkunjung ke kawasan wisata
tersebut.
Pantai Kuta, Bali pada periode tersebut. Besar
Menyikapi hal tersebut maka telah pernah
sampel minimal yang diperlukan sebesar 97
dilakukan sebuah penelitian untuk mencari
orang berdasarkan rumus simple random
tahu apakah terdapat hubungan antara tingkat
sampling.10
pengetahuan dan sikap seputar klinik wisata
memudahkan pembagian antara kelompok
terhadap pemanfaatan klinik wisata pada
wisatawan domestik maupun mancanagera
wisatawan
maka
terhadap
kesehatan
pada
di
pemanfaatan klinik
wisata
kawasan
wisata
Candi 7
pengambilan
pada
menggunakan
penelitian
Namun
jumlah
data
ini
dengan
sampel
merupakan
tujuan
minimal
untuk
dibulatkan
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Hasil
menjadi 100 orang. Metode pemilihan sampel
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
menggunakan metode Consecutive Sampling
tingkat pengetahuan maupun sikap wisatawan
dimana
seputar klinik wisata berhubungan erat dengan
informed consent sebelumnya. Kriteria inklusi
pemanfaatan klinik wisata di kawasan tersebut,
dalam
akan tetapi tidak ditunjukkan nilai korelasi pada
wisatawan
7
responden
telah
pengambilan yang
menandatangani
sampel
sedang
merupakan
berkunjung
di
penelitian
kawasan wisata Pantai Kuta, Bali, berusia
yang dilakukan di kawasan Pantai Kuta, Bali
minimal 18 tahun, tidak mengalami gangguan
belum
jiwa,
penelitian
sebelumnya. pernah
Namun
dilakukan
sebelumnya
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
dan
bersedia
untuk
diwawancarai.
38
Pengisian
kuisioner
penelitian
dilakukan
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Karakteristik
secara terpimpin (guided questionnaire).
Demografis
Wisatawan
Data kuisioner yang telah terkumpul
Domestik maupun Mancanegara yang
kemudian dilakukan verifikasi dan coding
Mengunjungi Kawasan Wisata Pantai
terhadap
Kuta, Bali
pertanyaan-pertanyaan
yang
terdapat dalam kuisioner dimana mencakup 3
Wisatawan
yang
mengunjungi
hal: pertanyaan seputar data diri responden,
kawasan wisata pantai kuta berasal dari
pertanyaan umum seputar kawasan wisata
berbagai negara maupun daerah di Indonesia.
pantai Kuta, Bali, dan pertanyaan seputar
Pada kelompok wisatawan domestik diperoleh
sikap, tingkat pengetahuan, dan pemanfaatan
paling banyak berasal dari Jakarta sebanyak
klinik wisata.
12 orang (24%), kemudian diikuti dengan
pertanyaan
Nilai
yang
tentang
diperoleh
sikap
dan
pada tingkat
Makassar
(9
orang/18%),
Denpasar
dan
pengetahuan seputar klinik wisata kemudian
Surabaya (5 orang/10%),
akan diklasifikasikan secara ordinal: baik,
Malang (3 orang/6%), Balikpapan, Padang,
cukup, dan kurang. Data yang telah ditabulasi
Papua, Yogyakarta, Bogor, dan Klungkung
tersebut kemudian akan diolah menggunakan
masing-masing 2 orang (4%), serta Depok 1
program
orang (2%) (Tabel 1).
SPSS ver.
17 dimana meliputi
Semarang dan
pengolahan data secara deskriptif dan analitik.
Pada
Uji analitik yang dipergunakan adalah uji Chi-
mancanegara
square dan Pearson Correlation untuk mencari
Australia menempati jumlah terbanyak yakni
hubungan dan korelasi antara variabel bebas
11 orang (22%) kemudian diikuti dengan
(Dependent) dalam hal ini sikap maupun
Belanda (8 orang/16%), Finlandia dan Swedia
tingkat pengetahuan seputar klinik wisata pada
masing-masing
wisatawan domestik maupun mancanegara
Prancis dan Jerman masing-masing 3 orang
dengan variabel
(Independent)
(6%), Malaysia, Kanada, Singapura, Spanyol,
yakni pemanfaatan klinik wisata di kawasan
Inggris, Denmark, dan Cina masing-masing 2
wisata Pantai Kuta, Bali.
orang (4%), serta Czech, Jepang, dan Korea
tergantung
kelompok diketahui
sebanyak
wisatawan
bahwa
4
wisatawan
orang
(8%),
Selatan masing-masing sebanyak 1 orang (2%) (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah dan Asal Daerah/Negara pada Wisatawan Domestik maupun Mancanegara yang Mengunjungi Kawasan Wisata Pantai Kuta,Bali
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
39
Karakteristik wisatawan berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa baik perempuan maupun
kelompok usia >65 tahun sebanyak 3 orang (6%) (Tabel 2).
laki-laki memiliki persentase yang sama yakni 50% pada
wisatawan
domestik,
namun
pada
Berdasarkan tujuan berwisata ke kawasan wisata
Pantai
Kuta,
Bali
maka
diperoleh
responden penelitian wisatawan mancanegara
perbedaan tujuan dari segi persentase pada
diperoleh persentase sebesar 54% pada laki-laki
kelompok
dan 46% pada perempuan (Tabel 2). Berdasarkan
mancanegara. Tujuan berwisata pada kelompok
kategori usia diketahui bahwa kelompok usia 20-
wisatawan domestik didominasi untuk tujuan
25 tahun dan 26-45 tahun sama-sama menempati
berlibur (31 orang/62%), kemudian di tempat
persentase terbesar pada wisatawan domestik
kedua adalah untuk belajar (10 orang/20%), bisnis
yakni 40%. Kelompok usia <20 tahun berada di
(6 orang/12%), lain-lain (2 orang/4%), dan terakhir
tempat kedua sebanyak 8 orang (16%), kelompok
untuk tujuan kegiatan sepiritual (1 orang/2%)
46-65 tahun menempati tempat ketiga sebanyak 2
(Tabel 2). Tujuan berwisata pada kelompok
orang (4%), dan kelompok >45 tahun menempati
wisatawan mancanegara juga didominasi untuk
(Tabel 2). Pada
tujuan berlibur yakni sebanyak 40 orang (80%),
tempat terakhir yakni 0% wisatawan
mancanegara
diperoleh
bahwa
wisatawan
domestik
maupun
kemudian tujuan lain-lain menempati
tempat
kelompok usia 26-45 tahun menempati tempat
kedua yakni sebanyak 6 orang (12%), tujuan
terbanyak yakni 23 orang (46%) dimana kemudian
belajar sebanyak 4 orang (8%), dan tidak ada
diikuti oleh kelompok usia 20-25 tahun sebanyak
responden penelitian yang memiliki tujuan bisnis
11 orang (22%), <20 tahun sebanyak 7 orang
maupun
(14%), 46-65 tahun sebanyak 6 orang (12%), dan
mancanegara (0%) (Tabel 2).
spiritual
pada
kelompok
wisatawan
Tabel 2. Karakteristik Demografis dan Tujuan Berwisata pada Wisatawan Domestik maupun Mancanegara yang Mengunjungi Kawasan Wisata Pantai Kuta, Bali
3.2. Distribusi Jawaban Responden Penelitian
Pada
pertanyaan
pertama
diketahui
Seputar Pertanyaan Mengenai Kawasan
bahwa informasi mengenai kawasan wisata Pantai
Wisata Pantai Kuta, Bali
Kuta, Bali yang diperoleh dari 50 responden
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
40
wisatawan domestik antara lain sebagai berikut:
orang (14%), dan tahu hanya sebanyak 5 orang
Televisi (30%), teman/keluarga (30%), internet
(10%). Hasil serupa juga diperoleh pada kelompok
(24%), agen wisata (12%), dan majalah (4%).
wisatawan mancanegara yakni jumlah yang tidak
Sedangkan
wisatawan
tahu sebanyak 31 orang (62%), cukup tahu
mancanegara diperoleh hasil sebagai berikut:
sebanyak 13 orang (26%), dan tahu hanya
teman/keluarga (56%), internet (40%), majalah
sebanyak 6 orang (12%) (Tabel 3).
dari
50
responden
(2%), agen wisata (2%), dan televisi (0%) (Tabel 3).
Pada
pertanyaan
terakhir
untuk
mengetahui apakah wisatawan domestik maupun Dari segi jumlah kunjungan diperoleh
mancanegara pernah mengunjungi klinik wisata
mancanegara
(travel clinic) yang terdapat di kawasan wisata
sebagian besar menyatakan telah mengunjungi
Pantai Kuta, Bali diperoleh hasil bahwa sebagian
kawasan wisata Pantai Kuta, Bali lebih dari sekali
besar wisatawan tidak pernah mengunjunginya.
pada pertanyaan kedua dimana dari 50 orang
Responden penelitian dari wisatawan domestik
pada setiap kelompok didapatkan 38 orang (76%)
maupun
pada wisatawan domestik dan 34 orang (68%)
mengunjungi klinik wisata di kawasan wisata
pada wisatawan mancanegara (Tabel 3).
Pantai Kuta jumlahnya sama yakni sebanyak 47
wisatawan
domestik
Motivasi maupun
maupun
utama
mancanegara
wisatawan untuk
domestik
mengunjungi
kawasan wisata Pantai Kuta, Bali pada pertanyaan
mancanegara
3.3. Sikap, Tingkat Pengetahuan, dan Kemauan
diurutkan
Wisatawan
terbanyak
diperoleh:
pernah
mengunjungi hanya 3 orang (6%) (Tabel 3). Seputar
jumlah
tidak
orang (94%), sedangkan yang sudah pernah
nomor 3 beragam. Motivasi wisatawan domestik dari
yang
Pemanfaatan
Klinik
Domestik
pada Maupun
Keindahan pantainya (48%), panorama matahari
Mancanegara di Kawasan Wisata Pantai
terbenam (32%), diajak teman atau keluarga
Kuta, Bali
(12%), keramahan masyarakatnya (8%), dan
Hasil
penelitian
ini
secara
umum
untuk surfing (0%). Sedangkan pada wisatawan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada
mancanegara jika diurutkan dari jumlah terbanyak
wisatawan
diperoleh: Surfing (28%), keindahan pantainya
seputar klinik wisata sebagian besar memiliki
(26%), keramahan masyarakatnya (22%), diajak
tingkat pengetahuan yang baik. Dari 50 responden
teman atau keluarga (14%), dan panorama
wisatawan domestik diperoleh 32 orang (64%)
matahari terbenam (10%) (Tabel 3).
memiliki tingkat pengetahuan seputar klinik wisata
Pertanyaan ke-4 mengenai pengetahuan
domestik
maupun
mancanegara
dengan kriteria baik, 12 orang (24%) lainnya
mancanegara
memiliki kriteria cukup, dan 6 orang (12%) memiliki
terhadap keberadaan klinik wisata yang tersebar
kriteria kurang. Kemudian dari 50 responden
di beberapa lokasi kawasan wisata Pantai Kuta,
wisatawan mancanegara diperoleh 31 orang
Bali
besar
(62%) memiliki tingkat pengetahuan seputar klinik
wisatawan tidak mengetahuinya. Pada kelompok
wisata dengan kriteria baik, 11 orang (22%)
wisatawan domestik jumlah yang tidak tahu
lainnya memiliki kriteria cukup, dan 8 orang (16%)
sebanyak 38 orang (76%), cukup tahu sebanyak 7
lainnya memiliki kriteria kurang (Tabel 4).
wisatawan
domestik
diperoleh
hasil
maupun
bahwa
sebagian
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
41
Tabel 3. Hasil Jawaban Responden Penelitian pada Wisatawan Domestik maupun Mancanegara seputar Klinik Wisata dan Kawasan Wisata Pantai Kuta, Bali
Sikap
wisatawan
domestik
maupun
(28%) memiliki sikap yang cukup, dan 7 orang
mancanegara pada penelitian ini seputar klinik
(14%) memiliki sikap yang kurang seputar klinik
wisata di kawasan wisata Pantai Kuta, Bali
wisata.
sebagian besar berada dalam kriteria baik. Dari 50
mancanegara diperoleh hasil yakni 31 orang
wisatawan domestik diperoleh hasil bahwa 29
(62%) memiliki sikap yang baik, 12 orang (24%)
orang (58%) memiliki sikap yang baik, 14 orang
memiliki sikap yang cukup, dan 7 orang (14%)
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
Sedangkan
pada
50
wisatawan
42
memiliki sikap yang kurang seputar klinik wisata
wisata dan 18 orang (36%) sisanya tidak memiliki
(Tabel 4).
kemauan untuk memanfaatkan
Penilaian
kemauan
wisatawan
untuk
klinik wisata.
Sedangkan hasil serupa juga diperoleh pada
memanfaatkan fungsi dan peran klinik wisata
wisatawan
selama berwisata diperoleh hasil bahwa sebagian
wisatawan mancanegara diketahui 33 orang (66%)
besar
diantaranya
wisatawan
memiliki
kemauan
untuk
mancanegara
dimana
memiliki
dari
kemauan
50 untuk
memanfaatkan klinik wisata. Dari 50 wisatawan
memanfaatkan klinik wisata dan 17 orang (34%)
domestik diketahui 32 orang (64%) diantaranya
sisanya
memiliki kemauan untuk memanfaatkan klinik
memanfaatkan klinik wisata (Tabel 4).
tidak
memiliki
kemauan
untuk
Tabel 4. Distribusi Sikap, Tingkat Pengetahuan, serta Kemauan Seputar Pemanfaatan Klinik Wisata pada Wisatawan Domestik maupun Mancanegara di Kawasan Wisata Pantai Kuta, Bali
3.4. Hubungan Sikap dan Tingkat Pengetahuan
(P<0,05) dengan nilai r=0,662 sehingga dapat
Seputar Klinik Wisata terhadap Pemanfaatan
dikatakan bahwa terdapat suatu hubungan yang
Klinik Wisata di Kawasan Wisata Pantai Kuta,
bermakna dan korelasi positif kuat secara statistik
Bali
antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat suatu hubungan dan korelasi positif antara tingkat pengetahuan dan pemanfaatan
klinik wisata baik pada wisatawan domestik maupun mancanegara (Tabel 5) Sikap
seputar
klinik
wisata
pada
klinik wisata baik pada wisatawan domestik
wisatawan domestik maupun mancanegara pada
maupun mancanegara. Pada wisatawan domestik
penelitian
diperoleh nilai P pada uji Chi-square sebesar
signifikan
0,000 (P<0,05) dengan nilai r=0,557 sehingga
pemanfaatan
dapat dikatakan terdapat suatu hubungan yang
domestik diperoleh nilai P pada uji Chi-square
bermakna dan korelasi positif kuat secara statistik
sebesar 0,000 (P<0,05) dengan nilai r=0,570,
antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan
sedangkan
klinik wisata (Tabel 5).
mancanegara diperoleh nilai P sebesar 0,000
ini
menunjukkan
dan
korelasi
klinik
pada
wisata.
hubungan
yang
positif
terhadap
Pada
wisatawan
kelompok
wisatawan
pada
dengan nilai r=0,589 sehingga dapat dikatakan
kelompok wisatawan mancanegara dimana hasil
bahwa terdapat suatu hubungan yang bermakna
uji Chi-square memperoleh nilai P sebesar 0,000
dan korelasi positif kuat secara statistik antara
Hasil
serupa
juga
diperoleh
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
43
sikap seputar klinik wisata dengan pemanfaatan
maupun mancanegara (Tabel 6).
klinik wisata baik pada wisatawan domestik Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Seputar Klinik Wisata terhadap Pemanfaatan Klinik Wisata di Kawasan Wisata Pantai Kuta, Bali
Tabel 6. Hubungan Sikap Seputar Klinik Wisata terhadap Pemanfaatan Klinik Wisata di Kawasan Wisata Pantai Kuta, Bali.
4. DISKUSI
pengetahuan maupun sikap dalam kategori cukup
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hingga kurang.
tingkat
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
pengetahuan serta sikap yang baik terhadap klinik
dikatakan bahwa tingkat pengetahuan terhadap
wisata. Sebagian besar responden penelitian baik
klinik wisata memiliki hubungan yang erat dalam
dari
maupun
hal pemanfaatan klinik wisata tersebut pada para
mancanegara yang memiliki kemauan dalam hal
wisatawan (P<0,05). Nilai korelasi positif kuat
pemanfaatan
tingkat
pada tingkat pengetahuan dalam penelitian pada
pengetahuan maupun sikap dalam kategori baik.
wisatawan domestik (r=0,557) dan mancanegara
Sedangkan
yang
(r=0,662) ini juga menunjukkan bahwa semakin
menyatakan ketidakmauan untuk memanfaatkan
tinggi atau semakin baik pengetahuan seseorang
klinik wisata merupakan kelompok dengan tingkat
terhadap sesuatu maka akan semakin baik pula
sebagian
besar
kelompok
responden
wisatawan klinik
memiliki
domestik
wisata
sebagian
kecil
memiliki lainnya
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
44
pemahaman
yang
dimiliki
terutama
dalam
mengetahui keberadaan klinik wisata.7 Hal ini
memberikan penilaian akan baik atau buruknya
menunjukkan
suatu
dengan
dipergunakan para wisatawan untuk mencari
pemanfaatan klinik wisata. Pemahaman atau
informasi kawasan wisata Pantai Kuta, Bali belum
persepsi yang baik akan membentuk perilaku baru
berjalan optimal dalam hal penyediaan informasi
seseorang
terkait klinik wisata.
hal,
khususnya
dalam
lingkungannya.
11
berkaitan
merespon
keadaan
bahwa
Informasi
Hal inipun sesuai dengan teori
media
mengenai
informasi
kawasan
yang
wisata
perilaku dimana pengetahuan secara langsung
Pantai Kuta, Bali paling besar diperoleh wisatawan
maupun tidak langsung akan mempengaruhi
domestik melalui ajakan teman atau keluarga
persepsi
(30%)
dan
dimana
selanjutnya
tersebut akan mempengaruhi perilaku.
persepsi
12,13
maupun
televisi
(30%)
serta
pada
wisatawan mancanegara diperoleh melalui ajakan
Mengetahui keberadaan serta peran dari
teman atau keluarga (28%). Berdasarkan hasil
klinik wisata dalam hal memberikan pelayanan
wawancara dan kuisioner diketahui informasi yang
kesehatan terhadap resiko perjalanan wisata
diperoleh
tentunya akan memberikan manfaat tersendiri
tersebut kerap kali terbatas akan motivasi untuk
khususnya bagi para wisatawan. Para wisatawan
mengunjungi kawasan wisata Pantai Kuta dimana
baik
motivasi
domestik
akhirnya
maupun
mancanegara
akan mengetahui
resiko
pada
kesehatan
dari
ajakan
terbesar
teman
pada
atau
keluarga
wisatawan
domestik
adalah keindahan pantainya (28%) sedangkan
maupun penanggulangannya selama perjalanan
pada
berwisata. Hal ini dikarenakan sifat dari pelayanan
keinginan untuk berselancar (surfing) (14%).
di
yakni
Padahal informasi mengenai sifat, peran, maupun
sebelum
lokasi klinik wisata yang terdapat di kawasan
setelah
wisata Pantai Kuta, Bali banyak tersedia di internet
klinik
wisata
memberikan berwisata,
bersifat
konsultasi selama
paripurna
kesehatan
berwisata,
serta
wisatawan
berwisata sehingga kemudahan informasi yang
sehingga
perlu
didapatkan akan meningkatkan kemauan para
tersebut
dapat
wisatawan dalam memanfaatkan klinik wisata.
8
mancanegara
pada
penelitian
sekiranya
lebih
layanan
dioptimalkan
kepada
informasi
penggunaannya
sehingga informasi mengenai klinik wisata dapat
Meskipun para wisatawan baik domestik maupun
mancanegara
diperoleh dengan tepat. Sebagian
ini
besar
wisatawan
yang
sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang
mengunjungi kawasan wisata pantai Kuta, Bali
baik seputar klinik wisata, namun sebagian besar
diketahui telah mengunjungi Pantai Kuta lebih dari
wisatawan tersebut tidak mengetahui lokasi klinik
sekali dimana sebanyak 38 orang (76%) pada
wisata yang tersebar di sekitar kawasan wisata
wisatawan domestik dan 34 orang (68%) pada
Pantai Kuta, Bali. Pada penelitian ini diperoleh
wisatawan mancanegara. Meskipun demikian hal
76% wisatawan domestik dan 62% wisatawan
tersebut
mancanegara tidak mengetahui keberadaan klinik
tersebut kemudian mengetahui maupun pernah
wisata yang tersebar di kawasan wisata Pantai,
mengunjungi klinik wisata yang tersebar di sekitar
Kuta Bali. Hasil ini berbeda dengan penelitian
kawasan
sebelumnya yang pernah dilakukan di kawasan
ditunjukkan pada hasil penelitian bahwa sebagian
Candi
besar
besar wisatawan yakni 47 orang (94%) wisatawan
mancanegara
domestik maupun 47 orang (94%) wisatawan
Borobudur
wisatawan
domestik
bahwa
sebagian
maupun
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
tidak
wisata
menjamin
Pantai
bahwa
Kuta,
wisatawan
Bali.
45
Hal
ini
mancanegara tidak pernah mengunjungi klinik
pernyataan responden terhadap
wisata yang terdapat di sekitar kawasan wisata
sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan
Pantai Kuta, Bali. Hasil inipun sesuai dengan
dengan membuat pertanyaan ataupun pernyataan
penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di
hipotesis secara tertulis dalam bentuk kuisioner
9
kemudian meminta responden untuk membuat
kawasan wisata Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
15,16
suatu objek
Sehingga dapat diasumsikan bahwa meskipun
pendapatnya sendiri.
sebagian besar wisatawan yang mengunjungi
penilaian
kawasan wisata Pantai Kuta, Bali memiliki tingkat
kelamin, lingkungan, pekerjaan, kebudayaan, dan
pengetahuan yang baik seputar klinik wisata
faktor emosional.
sikap
juga
Disamping hal tersebut dipengaruhi
oleh
jenis
15,16
Pada pernyataan seputar sikap terhadap
namun hal tersebut tidak menjamin mereka pernah mengunjungi klinik wisata tersebut. Hasil
klinik
wisata
yang
terdapat
yang dapat dilihat terbatas hanya pada kemauan
penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar
untuk memanfaatkan klinik wisata pada saat
wisatawan baik domestik maupun mancanegara
diperlukan dimana 64% pada wisatawan domestik
tidak setuju untuk membeli obat di warung saat
dan 66% pada wisatawan mancanegara memiliki
mengalami
kemauan untuk memanfaatkan klinik wisata.
berwisata. Para wisatawan cenderung lebih setuju
gangguan
pada
kuisioner
kesehatan
selama
Disamping tingkat pengetahuan, faktor
untuk pergi ke klinik wisata yang terdapat di
sikap seputar kinik wisata memiliki hubungan yang
sekitar kawasan wisata Pantai Kuta, Bali apabila
signifikan terhadap pemanfaatan klinik wisata di
mengalami gangguan kesehatan. Selain faktor
kawasan wisata Pantai Kuta, Bali (P<0,05). Nilai
kesehatan para wisatawan juga menyatakan akan
korelasi positif yang didapatkan pada kelompok
mengunjungi klinik wisata jika ada dokter yang
wisatawan domestik (r=570) dan mancanegara
berjaga serta kliniknya bersih dan nyaman. Sikap
(r=0,589) pada penelitian ini menunjukkan bahwa
positif yang ditunjukkan para wisatawan tersebut
semakin baik sikap wisatawan terhadap klinik
ternyata berkaitan dengan persepsi yang baik
wisata maka akan semakin tinggi kemungkinan
akan bagaimana seharusnya fasilitas pelayanan
wisatawan
hal
dari klinik wisata tersebut bekerja. Hal inipun
di
sesuai dengan teori kualitas pelayanan dimana
memiliki
kemauan
dalam
pemanfaatan klinik wisata yang terdapat
disebutkan bahwa kualitas pelayanan merupakan
kawasan wisata Pantai Kuta, Bali. Sikap
pada
kecenderungan
dasarnya
seseorang
untuk
merupakan
kesesuaian
melakukan
memenuhi
tindakan atau perilaku tertentu dimana sikap
pelanggan.
sendiri
sesuai
sifatnya
sangat
individual.
Sebelum
antara
pengguna
kebutuhan 17
produk
dengan
untuk
kepuasan
Hasil penelitian inipun ternyata juga
dengan
penelitian
sebelumnya
yang
seseorang mengambil sikap maka akan ada
pernah dilakukan di kawasan wisata Pantai
beberapa tingkatan di dalamnya yang meliputi:
Parangtritis, Yogyakarta.9
menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan kemudian terakhir bertanggung
jawab
(responsible).
14
Penilaian
5. SIMPULAN Penelitian
ini
secara
garis
besar
sikap dapat dilakukan secara langsung maupun
menunjukkan terdapat suatu hubungan antara
tidak langsung dimana secara langsung sikap
sikap dan tingkat pengetahuan seputar klinik
dapat dinilai dengan menanyakan pendapat atau
wisata terhadap pemanfaatan klinik wisata yang
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
46
terdapat di kawasan wisata Pantai Kuta, Bali.
3. Subroto B. Pantai Kuta Bali â&#x20AC;&#x201C; Pantai terindah
Disamping itu penelitian ini juga menunjukkan
di Indonesia [serial online] 2011 Maret
terdapat suatu korelasi positif kuat antara sikap
[Diakses pada 22 November 2013]. Dapat
dan tingkat pengetahuan seputar klinik wisata
dilihat pada http://carakata.org/pantai-kuta-
terhadap pemanfaatan klinik wisata. Hal tersebut
bali-pantai-terindah-di-indonesia/
mengindikasikan
bahwa
semakin
baik
sikap
4. Marcello.
Pantai
Kuta
Dipenuhi
Ribuan
maupun tingkat pengetahuan seputar klinik wisata
Wisatawan Domestik [serial online] 2009
baik
Desember [Diakses pada 22 November
pada
wisatawan
mancanegara
maka
kemungkinan
wisatawan
domestik
akan
maupun
semakin tersebut
besar
2013].
memiliki
Dapat
dilihat
pada
http://www.beritabali.com/index.php/page/beri
kemauan untuk memanfaatakan klinik wisata yang
ta/bdg/detail/2009/12/27/Pantai-Kuta-
terdapat di kawasan wisata Pantai Kuta, Bali
Dipenuhi-Ribuan-Wisatawan-
sesuai keperluannya. Meskipun demikian pada
Domestik/200912270007
penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa sebagian
5. Mardh PA. What is travel medicine? Content,
besar wisatawan meskipun telah mengunjungi
current position, tools and tasks. J Travel
kawasan wisata pantai Kuta, Bali lebih dari sekali
Med; 2002; (9): 34-47
mengetahui
6. Swarjana, IK. Peran Puskesmas Wisata
keberadaan serta berkesempatan mengunjungi
Dalam Mendukung Visit Indonesia Year 2008.
klinik wisata yang tersebar di sekitar kawasan
Kesehatan Dalam Pariwisata. 2008:28-34
masih
banyak
yang
belum
7. Martiani N. Hubungan Tingkat Pengetahuan
wisata Pantai Kuta tersebut. maka
Oleh karena itu melihat hasil penelitian ini
dan Sikap Wisatawan Terhadap Pemanfaatan
untuk
Klinik Wisata: Studi Kasus Kawasan Wisata
dapat
meningkatkan
kemauan
Candi Borobudur. Eprints Undip. 2012: 56-63
wisatawan dalam hal pemanfaatan klinik wisata maka perlu sekiranya meningkatkan pengetahuan
8. Pakasi LS. Pelayanan Kedokteran Wisata :
serta sikap yang baik pada wisatawan seputar
Suatu Peluang. Cermin Dunia Kedokteran.
klinik wisata. Hal ini dapat dilakukan seperti
2006. 152 :65.
contohnya
dengan
meningkatkan
penyebaran
9. Nurjanatun
ND.
Hubungan
Tingkat
informasi seputar sifat dan peran klinik wisata
Pengetahuan dan Sikap Wisatawan Terhadap
secara langsung kepada wisatawan dan juga
Pemanfaatan Klinik Wisata: Studi Kasus
meningkatkan fasilitas pelayanan sesuai harapan
Pantai
wisatawan yang hendak memanfaatkan klinik
Undip. 2012: 94-99
Parangtritis,
Yogyakarta.
Eprints
10. Madiyono M. Perkiraan Besar Sampel. In:
wisata.
Sastroasmoro S, Ismael S editors. DasarDAFTAR PUSTAKA
Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta. Sagung Seto. 2011. Hal.360-361
1. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Statistical Report on Visitor 2. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Jumlah
Notoatmodjo
S.
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat, Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Arrivals to Indonesia 2013. Perkembangan
11.
2003:127-33
Wisatawan
Mancanegara ke Bali Tahun 2006-2010. 2011
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
47
12. Becker MH. The health belief model and
16.
Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran
personal health behavior. Health Education
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Monographs 1974; 2:324-473
Yogyakarta: Nuha Medika.2010:78-97
13. Strectcher V, Rosenstock IM. The health
17.
Nasution.
Total
belief model. Dalam: Glanz K, Lewis FM,
Management
Rimer BK (editor). Health belief behavior and
Ghalia. 2004:40
health
education:
theory,
research,
Jasa
Service
Management.
Terpadu.
Indonesia:
and
practice. San Fransisco: Jossey-Bass; 1997. 14. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Edisi 1. Jakarta : Rineka Cipta. 2003:66-81 15.
Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Edisi 1. Jakarta : Rineka Cipta. 2010:101-120
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
48
Tinjuan Pustaka
POTENSI PSIKOBIOTIK SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF GANGGUAN DEPRESIF MAYOR 1
1
1
Agustinus M. Sarayar , Patrick Reteng , Richard Kowel 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Email: sarayar.agustinus@gmail.com
ABSTRAK Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan di semua negara di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari setiap 10 orang di dunia mengalami gangguan cemas ataupun depresi. Banyak pasien dengan depresi tidak terdiagnosis. Selain itu, hanya sekitar setengah yang akan mengalami perbaikan dengan terapi antidepresan yang ada. Psikobiotik merupakan organisme hidup yang ketika dikonsumsi dapat memberikan perbaikan kesehatan pada pasien yang menderita penyakit jiwa. Mikroorganisme dengan inang berkomunikasi melalui serangkaian signal hormonal yang disebut cross-kingdom cell-to-cell signaling. Psikobiotik ini memperbaiki hiperaktivitas aksis HPA, memperbaiki respon imunologis yang abnormal, dan mempengaruhi kadar neurotransmitter pada penderita gangguan depresif mayor. Keunggulan terapi ini dibandingkan dengan terapi antidepresan yang tersedia saat ini antara lain, konsumsi psikobiotik lebih aman dan mudah, tidak memerlukan prosedur reguler seperti penggunaan obat-obatan psikotropika, dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh manusia. Terapi alternatif menggunakan psikobiotik efektif dalam menangani gangguan depresif mayor. Kata kunci: cross-kingdom cell-to-cell signaling ABSTRACT Mental disorders is a commonly found disease around the world. It is estimated that one in every 10 people suffers from anxiety or depression disorders. Depressive patients are often underdiagnosed. In addition, only half of these patients will have improvement with the available antidepressant. Psychobiotics are living organisms that when ingested may produce health benefits in patients suffering from mental illness. Microorganisms communicate with their host through an array of hormonal signals called cross-kingdom cell-to-cell signaling. These organisms repair hypothalamicpituitary-adrenal (HPA) axis hyperactivity, abnormal immunologic response, and change in level of neurotransmitters in mayor depressive disorder patients. The benefits of using this therapy compared to common antidepressant are consuming psychobiotic is considered healthy, doesnâ&#x20AC;&#x2122;t need regular procedure as in using psychotropic drugs because psychobiotic is not metabolized by human body, and generally regarded as safe and well tolerated. In conclusion, psychobiotic is effective for major depressive disorder treatment. Keywords: cross-kingdom cell-to-cell signaling
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
49
1. PENDAHULUAN Gangguan
jiwa
merupakan
suatu
tersebut. Probiotik memiliki potensi untuk
penyakit yang umum ditemukan di semua
menurunkan
negara. Gangguan jiwa yang didominasi oleh
munurunkan stres oksidatif, meningkatkan
depresi dan gangguan mood ini memiliki
status nutrisi, dan memperbaiki keseimbangan
prevalensi yang tinggi. Diperkirakan satu dari
kehidupan mikroba usus.6 Sebuah
setiap 10 orang di seluruh dunia mengalami 1
sitokin
inflamasi
studi
sistemik,
menyatakan
bahwa
gangguan cemas ataupun depresi. Gangguan
probiotik menawarkan pengobatan alternatif
depresif mayor menyumbang 4,4% dari total
terhadap penderita depresi dan gangguan jiwa
keseluruhan beban penyakit global (global
lain. Probiotik ini dinamakan psikobiotik, yaitu
disease burden), suatu kontribusi yang setara
organisme hidup yang ketika dikonsumsi dapat
dengan penyakit jantung iskemik dan diare.
2
memberikan perbaikan kesehatan pada pasien
Banyak pasien dengan depresi tidak terdiagnosis
dengan
baik.
2,3
Selain
itu,
yang menderita penyakit jiwa. Salah satunya adalah Bifidobacterium infantis. Dalam sebuah
penderita depresi yang terdiagnosis seringkali
studi,
mendapatkan
perbaikan perilaku dan peningkatan respon
pengobatan
yang
tidak
4
adekuat. Lebih jauh lagi, di antara mereka
tikus
yang
depresif
menunjukkan
imun setelah mengonsumsi psikobiotik.7
yang mengalami gangguan depresif episode
Beberapa studi mengenai hubungan
ringan hingga berat, hanya sekitar setengah
antara probiotik dengan perilaku menunjukkan
yang akan mengalami perbaikan dengan terapi
hasil yang positif, di antaranya sukarelawan
2
antidepresan. Tidak semua pasien depresi ini
yang
responsif terhadap antidepresan yang ada dan
R0052 dengan penambahan Bifidobacterium
sebagian
pasien
longum selama 30 hari mengalami penurunan
farmakologis.
5
menolak
intervensi
menerima
Lactobacillus
helveticus
tingkat stres dibanding mereka yang menerima
Gangguan depresif mayor merupakan
plasebo. Studi lain yang melibatkan 124
5
sukarelawan dengan rerata usia 61,8 tahun
kondisi yang sangat kompleks dan heterogen.
Pasien yang menderita gangguan depresif
memperlihatkan
mayor memperlihatkan peningkatan kadar
mengkonsumsi yoghurt yang mengandung
sitokin
probiotik
proinflamasi,
peningkatan
stres
oksidatif, perubahan fungsi pencernaan, dan penurunan status mikronutrien dan asam lemak omega-3. Stres yang merupakan faktor
perbaikan
bahwa
selama
3
mood
menerima plasebo.
subyek
minggu
yang
mengalami
dibanding mereka
yang
7
Hal di atas mendukung pandangan 7
penting gangguan depresif mayor diketahui
bahwa probiotik memiliki efek psikotropik.
dapat mengubah komposisi mikroba saluran
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji
gastrointestinal, lactobacilli studi sistem
dan
menurunkan
jumlah
lebih dalam mencari hubungan antara probiotik
bifidobacterium.
Beberapa
dengan depresi serta potensi dari psikobiotik
mendapatkan bahwa bakteri pencernaan
dapat
dalam
berkomunikasi
sebagai terapi alternatif terhadap pasien yang menderita gangguan depresif mayor.
dengan sistem saraf pusat, bahkan ketika belum muncul respon imun terhadap mikroba
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
50
2. BAHASAN
mempertahankan
2.1 Tinjauan Pustaka
aktivasi sistem ini dalam waktu yang lama
2.1.1 Diagnosis dan Epidemiologi
dapat
diartikan
sebagai
perubahan suasana hati yang terjadi paling 8
efek
yang
berbahaya
terhadap tubuh manusia. Sebagai respons
Depresi mayor, atau disebut juga unipolar,
mempunyai
namun
1
Gangguan Depresif Mayor gangguan
homeostasis,
terhadap stres, sistem ini akan diaktifkan dan akan berakhir pada sekresi dari kortikosteron di kelenjar adrenal.
10,11,12
Hipotesis
Bila gejala
disregulasi HPA atau disfungsi glukokortikoid
depresi mayor ini timbul berulang, maka
menyebutkan bahwa depresi berhubungan
4
dengan gangguan terhadap aksis HPA, yang
Pasien dengan depresi mayor cenderung
berujung pada peningkatan kadar kortisol
memperlihatkan kehilangan minat terhadap
plasma.
segala aktivitas yang menyenangkan, sering
bahwa aksis HPA menjadi hipereaktif pada
terbangun pada pagi hari, dan cenderung
penderita gangguan depresif mayor.13
kurang selama dua minggu.
disebut sebagai gangguan depresif mayor.
memperlihatkan
variasi
memburuk di pagi hari). Diperkirakan
diurnal
Beberapa
dipersepsikan
ada
404
juta
orang
studi
memperlihatkan
Stres yang dialami seseorang akan
(gejala
8
10
oleh
korteks serebri,
yang
kemudian sinyal-sinyalnya akan diteruskan ke
menderita depresi di tahun 2013. Hal ini
hipotalamus.11
menyebabkan depresi menempati peringkat
stimulus tersebut hipotalamus (terutama di
1
Sebagai
terhadap
pertama dari seluruh gangguan jiwa. Hampir
daerah
15% dari populasi dunia pernah mengalami
menyekresikan
corticotropin
episode depresi mayor selama hidupnya, dan
hormone
Selanjutnya
6-8% pasien di pelayanan primer memenuhi
merangsang kelenjar pituitari, khususnya sel-
Gangguan
(CRH).
median)
akan releasing
CRH
akan
2
sel
Depresif
adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam
kriteria diagnosa untuk depresi mayor. 2.1.2 Patogenesis
eminensia
respon
Mayor
corticotroph darah.12
aliran
Menurut Zunszain dkk, mekanisme
menuju
untuk Kemudian
kelenjar
adrenal,
mensekresikan ACTH
dibawa
dimana
ACTH
yang berhubungan dengan patogenesis dari
dengan cepat akan merangsang biosintesis
gangguan
kortikosteroids
depresif
mayor
di
antaranya,
10,12
dari
kolesterol,
termasuk
disfungsi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal
kortisol.
(HPA), defisiensi monoamin, dan gangguan
mengaktifkan mekanisme umpan balik negatif
dari inflamasi dan/ atau neurodegeneratif.
di pituitari dan hipotalamus, menurunkan
Peningkatan
produksi CRH dan ACTH (Gambar 1).10,12,13,14
sekresi
dan
reaktivitas
dari
Kortisol
Kortisol
kortisol, bersama dengan gangguan inhibisi
dalam
merupakan
darah
hormon
akan
stres
dari umpan balik merupakan abnormalitas
utama, dan mempengaruhi banyak jaringan di
HPA yang paling banyak didapat pada pasien
tubuh termasuk jaringan otak. Kortisol akan
gangguan depresif mayor.
9
berdifusi ke dalam otak, untuk kemudian
Aksis HPA merupakan suatu sistem
berikatan dengan dua macam reseptor dengan
neuroendokrin yang mengatur respons tubuh
afinitas yang berbeda yaitu: reseptor tipe 1
terhadap stres.
10
Respons ini bertujuan untuk
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
atau
reseptor
mineralkortikoid
(MR)
dan
51
reseptor tipe II atau reseptor glukokortikoid (GR).
12
Reseptor mineralkortikoid yang ada di
hipokampus berperan dalam kontrol inhibisi terhadap
HPA.12
aksis
Gambar 1. Perubahan Aksis HPA pada Penderita Depresi
11
Pada pasien dengan depresi, dapat
target, dan dapat mengakibatkan terakivasinya
terjadi beberapa perubahan pada aksis HPA
sistem imun; namun sebaliknya, inflamasi
(Gambar
ini
dapat menstimulasi aktivitas aksis HPA secara
meliputi: adanya peningkatan kadar kortisol
langsung, yaitu aksi sitokin pada otak, dan
plasma, peningkatan ukuran kelenjar pituitari
menginduksi resistensi glukokortikoid.9
anterior dan kelenjar adrenal, peningkatan
2.1.3 Kekurangan
1).
Perubahan-perubahan
kadar CRH dalam cairan serebrospinal, serta peningkatan ekspresi CRH di dalam sistem 11
Terapi
Gangguan
Depresif Mayor Terdahulu Antidepresan
digolongkan
Selain itu ditemukan juga pengecilan
berdasarkan cara kerjanya masing-masing.
ukuran hipokampus, yang mungkin diakibatkan
Beberapa golongan antidepresan antara lain
oleh berkurangnya neurogenesis oleh karena
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),
limbik.
tingginya kadar kortisol dalam darah.
10,11
norepinephrine reuptake inhibitor, monoamin sistem
oksidase inhibitor (MAO-I), serta antagonis
endokrin, sistem imun, dan sistem saraf,
reseptor Îą2-adrenergik, dan antagonis 5-HT2A.
Adanya
komunikasi
antara
mengakibatkan inflamasi dapat menghasilkan
Dari
penggunaan
berbagai
jenis
respon neuroendokrin, begitu pula sebaliknya.
antidepresan, hanya kurang dari separuh dari
Oleh karena itu, hiperaktivitas aksis HPA dan
penderita gangguan depresif mayor ini yang
inflamasi bisa dikatakan merupakan proses
mengalami
patofisiologi yang sama yaitu: hiperaktivitas
Murrough dkk, memperlihatkan bahwa tingkat
aksis
aksi
responsivitas terhadap antidepresan yang ada
glukokortikoid yang tidak efektif pada jaringan
hanya sekitar 54% dan data efektivitas nyata
HPA,
sebagai
penanda
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
perbaikan
gejala.2
Studi
oleh
52
di dunia menunjukan tingkat yang lebih rendah dari angka tersebut. Food
and
15
antidepresan
Studi meta-analisis oleh
fungsi mukosa, dan memodulasi respon imun
Administration
(FDA)
manusia. Probiotik yang memperlihatkan sifat
penggunaan
tahan asam dan garam empedu dengan
Drug
mendapatkan
bahwa hanya
sedikit
dibandingkan dengan plasebo.
lebih
efektfif
16
berkoloni di mukosa kolon. Probiotik tidak
Lebih dari 500 spesies bakteri hidup di saluran
cerna
tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan spesiesnya, mempunyai kemampuan untuk
2.1.4 Probiotik dan Psikobiotik dalam
dari patogen terhadap epitel, meningkatkan
manusia
dewasa.
dimetabolisme oleh tubuh manusia.17 Selain berbagai kegunaan terhadap gangguan sistem
Komunitas mikroba ini tidak hanya hidup
gastrointestinal,17
dengan damai dalam tubuh manusia, tetapi
menunjukkan bahwa probiotik menawarkan
juga
pengobatan
berperan
penting
dalam
kesehatan
kini
alternatif
banyak terhadap
studi penderita
7
manusia. Terdapat interaksi yang konstan dan
depresi dan gangguan jiwa lain. Studi preklinis
kompleks antara bakteri-bakteri komensal ini,
menemukan
sel-sel epitel usus, dan sistem imun.17 Menurut
dengan perubahan mikroba dalam usus.7
Dinan, pada saluran cerna orang dewasa
bahwa
Psikobiotik
depresi
berhubungan
didefinisikan
sebagai
terdapat kira-kira 1â&#x20AC;&#x201D;2 kg bakteri yang memiliki
mikroorganisme hidup yang ketika berada di
kemampuan
bahan
dalam usus dalam kuantitas yang adekuat,
kimia esensial. Individu yang tidak memiliki
akan menghasilkan perbaikan kondisi pada
pola hidup sehat memiliki keragaman dan
pasien yang menderita penyakit jiwa.
variasi bakteri yang lebih sempit dibanding
Sebagai salah satu kelas dari probiotik,
memproduksi
mereka yang sehat. Probiotik
ratusan
7
18
bakteri-bakteri ini memiliki kemampuan untuk didefinisikan
sebagai
memproduksi,
mengantarkan
substansi
mikroorganisme hidup yang ketika dikonsumsi
neuroaktif seperti gamma-aminobutyric acid
dengan jumlah yang cukup, dapat memberikan
(GABA )dan serotonin, yang bekerja pada
17
brain-gut-axis.18 Namun, dari berbagai jenis
Probiotik terdiri dari ragi dan bakteri, terutama
probiotik yang sudah lama dikenal, hanya
bakteri
efek yang menguntungkan bagi kesehatan. asam
Lactobacillus
dari
genus
sedikit yang memiliki dampak pada perilaku
Bifidobacterium,
umum
manusia
laktat. dan
Bakteri
ditemukan pada saluran cerna manusia sehat, dan merupakan agen probiotik yang paling sering
digunakan.
Terdapat
variasi
psikobiotik.
dan
dikualifikasikan
sebagai
7
Evaluasi
preklinis
pada
hewan
yang
pengerat menggambarkan psikobiotik tertentu
signifikan dalam jumlah pada berbagai sediaan
memiliki aktivitas antidepresan dan ansiolitik.
probiotik karena produksi probiotik ini belum
Efek ini dimediasi oleh nervus fagus, tulang
terstandadisasi dengan baik. Sampai saat ini,
belakang, atau sistem endokrin. Bukti-bukti
dosis yang lazim dari probiotik tertentu untuk
ilmiah menunjukkan
penggunaan
probiotik dalam mengurangi gejala depresi.
Diperkirakan, cara kerja dari probiotik
Manfaat ini diyakini berhubungan dengan aksi
penggunaan klinis spesifik belum ditentukan. adalah
manfaat
17
menekan
pertumbuhan
bakteri
antiinflamasi dan kemampuan mengurangi
patogen, mecegah penempelan atau invasi
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
53
aktivitas
hypothalamic-pituitary-adrenal
dari beberapa jenis psikobiotik.
axis
18
butyric acid (GABA), katekolamin, histamin, dan asetilkolin yang dapat bekerja pada sistem
2.1.5 Gut-Brain Axis
saraf saluran cerna dari inang bakteri tersebut
Gut-brain axis (GBA) adalah sistem
(Gambar
2).
Lebih
jauh
lagi,
mikroba
komunikasi dua arah, di mana melalui sistem
mensintesis sekaligus mempengaruhi sintesis
ini, otak memodulasi dan memonitor fungsi
beberapa
19
jenis
gas
(karbon
monoksida,
Otak berkomunikasi
hidrogen sulfida, dan nitrit oksida), yang
dengan saluran pencernaan manusia melalui
berperan dalam transmisi neurotransmitter
jalur paralel multipel, termasuk dua cabang
pada sistem saraf perifer dan pusat. Di lain
sistem saraf otonom, aksis HPA, imunologis,
sisi, sistem saraf saluran cerna diperkirakan
19,20
Interaksi otak-usus
memiliki peran dalam presentasi mikroba
ini didasari oleh mekanisme saraf, endokrin,
kepada sistem imun melalui plak peyer dan
sistem gastrointestinal.
dan jalur monoamin.
Studi dari Philip dan Cowen
sel-sel dendritik.19 Oleh karena itu, otak dan
memberikan tinjauan komprehensif mengenai
bakteri komensal saling berhubungan satu
microbe-gut-brain axis dan mendapatkan bukti
sama lain. Hal ini diperkirakan bagian dari
adanya aksi ansiolitik dan antidepresan dari
homeostasis
Bifidobacteria dan Lactobacilli pada tikus dan
hanya stabilitas dari mikroba dalam usus,
manusia setelah dikonsumsi sebagai kultur
tetapi juga berpotensi memodulasi fungsi otak
dan imunologis.
hidup.
19
7
yang
dan perilaku manusia.
mempertahankan
tidak
19
Aksi stres yang dirasakan oleh otak dapat menyebabkan perubahan komposisi mikroba di dalam usus. Di lain sisi, beberapa bukti bahwa
penelitian
terakhir
bakteri
dalam
mengindikasikan usus
dapat
mempengaruhi neurokimia otak dan perilaku.21 Hal ini dapat dilihat dari kemampuan otak untuk menyadari adanya mikroba patogen meski dalam dosis subklinik karena nuklei batang otak menjadi aktif. 19 Komunikasi antara mikroorganisme
dengan
inang
melalui
serangkaian signal hormonal. Hal yang disebut cross-kingdom melibatkan
cell-to-cell
signaling
molekul-molekul
kecil,
ini
seperti
hormon yang diproduksi oleh manusia dan bahan kimia seperti hormon yang diproduksi oleh
bakteri.22
Keterlibatan
dimediasi oleh nervus vagus.
nukleus
ini
19
Bakteri dalam saluran cerna memiliki kemampuan untuk mensekresikan substansi
Gambar 2. Mekanisme Dasar Interaksi
seperti serotonin, melatonin, gamma amino
Mikroba-otak dengan Sistem Saraf.19
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
54
Studi terbaru menunjukkan bahwa
Beberapa studi terakhir melaporkan
dengan
bahwa chronic treatment dengan probiotik
perubahan
Lactobacillus rhamnosus (JB-1) lebih dari 28
kadar dopamin. Selain itu, tikus-tikus ini
hari menghasilkan hewan coba dengan kadar
menampilkan
bermakna
rendah dari stress-induced corticosterone dan
konsentrasi serotonin prekusor triptofan dalam
mengurangi depressive behaviour pada forced
plasma dan degradasi produk asam kynureic
swim test. Pada hewan coba yang diberikan
dibanding kontrol. Lactobacilli memperlihatkan
Lactobacillus rhamnosus (JB-1) menunjukkan
peningkatan
perubahan pada mRNA GABAB1b di otak
penanganan
tikus-tikus
Bifidobacterium
menyebabkan peningkatan
aktivitas
indoleamine
2,3
dioxygenase (IDO), enzim yang terlibat dalam
dengan
katabolisme
pembentukkan
korteks
kynureic
hippocampus, amigdala, dan lokus coeruleus
senyawa
triptofan
neuroaktif
quinolinic (Gambar 2).
dan asam
dan
19
2.1.6 Mekanisme
Kerja
Psikobiotik
Efek menguntungkan dari probiotik kecemasan
dan
bersamaan
terhadap Gangguan Depresif Mayor terhadap
peningkatan
dan
depresi
dapat
dijelaskan dengan competitive exclusion dari
ekspresi
menurukan
dengan
di
bagian
ekspresi
di
menurunnya
ekspresi
27
Selain itu,
mRNA GABAAÎą2 di hippocampus.
L. rhamnosus R0011 dan L. Helveticus R0052 memperbaiki mRNA dalam otak tikus yang mengalami perubahan setelah infeksi kronis yang disebabkan oleh Helicobacter pylori.19
menurunkan
Bifidobacterium longum adalah bakteri
sitokin pro-inflamasi dan komunikasi dengan
Gram positif yang terdapat pada saluran
sistem saraf pusat lewat serat saraf sensoris
gastrointestinal
nervus vagus yang nantinya mengarah pada
Bifidobacterium longum dimasukkan sebagai
perubahan
flora
patogen
yang
fungsinya.
mengganggu,
kadar
neurotransmitter
dan
23,24,25
normal
ternyata
Pemberian probiotik dalam berbagai
manusia.28 pada
bukan
Walaupun
pencernaan
merupakan
manusia,
bakteri
yang
signifikan ada di saluran gastrointestinal pada
studi yang telah dilakukan memperlihatkan
orang
peran
anxiolytic.
jumlah yang adekuat dari bakteri ini untuk
kombinasi
mendapatkan
probiotik
Sebagai
sebagai
contoh,
Lactobacillus
agen
pemberian
helveticus
R0052
dan
Bifidobacterium longum R0175 menunjukan adanya aktivitas anxiolytic pada tikus.
26
Lebih
lanjut, suatu formulasi probiotik yang terdiri
dewasa
sehingga efek
perlu
tambahan
menguntungkan
dari
probiotik ini. Selain itu, kemampuan bakteri ini untuk
memproduksi
asam
laktat
dapat
mencegah bertumbuhnya organisme patogen lainnya yang merugikan.29
dari kombinasi Lactobacillus helveticus R0052
Strain Bifidobacterium yang lain yaitu
dan Bifidobacterium longum selama 30 hari
Bifidobacterium
menyebabkan penurunan tingkat stres pada
bakteri yang paling banyak terdapat dalam
tikus,
menerima
usus bayi dan sering digunakan sebagai
plasebo. Selain itu, mereka juga mengalami
probiotik, dapat memperbaiki aksis HPA yang
penurunan kortisol bebas dalam urin secara
hiperaktif
dibanding
signifikan.
mereka
yang
7
tikus
yang
merupakan
yang
mengalami
gangguan depresif. Lebih jauh lagi, probiotik ini
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
pada
infantis
menyebabkan
penurunan
konten
55
noradrenalin pada batang otak, peningkatan
obatan. Selain itu, penggunaan psikobiotik
pelepasan
kemungkinan
interleukin
peningkatan
kadar
(IL)-6 mRNA
perifer
dan
corticotropine
reguler
tidak
seperti 7
memerlukan
penggunaan
prosedur
obat-obatan
releasing factor pada amigdala. Pemberian B.
psikotropika.
infantis memberikan efek perbaikan defisit
dikonsumsi dan dapat ditoleransi oleh tubuh
perilaku dan kemampuan berenang pada tikus
dengan baik. Namun, beberapa jenis probiotik
yang mengalami depresi dan perbaikan respon
dikontraindikasikan
imun.
mendemonstrasikan
menderita defisiensi sistem imun atau sedang
pengaruh bifidobacterium pada fungsi neuron
menderita penyakit yang parah, di mana
dan memperlihatkan peran probiotik sebagai
terhadap pasien-pasien ini probiotik dilaporkan
terapeutik yang lebih luas dari yang sudah
dapat
Penemuan
diketahui.
ini
30
emosi
ditunjukkan
pasien
bakteremia
aman
yang
dan
17
2.2 Analisis
ditemukannya
Probiotik yang termasuk psikobiotik
hubungan antara depresi dengan elevasi dari
antara lain Bifidobacterium infantis, B. longum
IL-6, tumor necrosis factor (TNF) dan C-
R0175, Lactobacillus helveticus R0052, L.
reactive
protein.
dengan
dianggap
pada
menyebabkan
fungaemia.
Keterlibatan proses inflamasi terhadap
Probiotik
31
sitokin-sitokin
rhamnosus (JB-1), L. rhamnosus R0052. Cara
tersebut ke dalam tubuh ternyata menginduksi
kerja psikobiotik ini di antaranya adalah
terjadinya
Injeksi
gejala
dan
memperbaiki
hiperaktivitas
pencegahannya dilakukan dengan pemberian
memperbaiki
respon
antidepresan.
34
depresi
32,33
,
Hal ini memperlihatkan bahwa
antidepresan dapat menghasilkan IL-10 yang 35
dapat menekan inflamasi dan depresi. Strain Lactobacillus
dan
abnormal,
dan
aksis
HPA,
imunologis
yang
perubahan
kadar
neurotransmitter pada penderita gangguan depresif mayor.
Bifidobacterium
Seperti
yang
telah
diketahui,
melemahkan respons inflamasi atau juga
psikobiotik memiliki potensi sebagai terapi
36,37,38
alternatif pada penderita gangguan depresif
Berdasarkan penemuan ini, kedua bakteri
mayor. Terapi ini mempunyai tiga keuntungan
yaitu Lactobacillus rhamnosus R0052 dan
dibanding terapi dengan antidepresan yang
Bifidobacterium
sudah ada. Pertama adalah penggunaan
menginduksi produksi IL-10 pada tikus.
longum
R0175
memperlihatkan efek anti inflamasi pada sel manusia.
39
Dengan demikian, bakteri dapat
psikobiotik, kedua,
pasien dengan inflammatory chemicals yang
memerlukan
6
2.1.7 Keunggulan
dan
aplikasi
psikobiotik dinilai lebih mudah. Keuntungan
digunakan untuk mempengaruhi mood pada meningkat.
perkembangan,
penggunaan prosedur
psikobiotik reguler
tidak seperti
penggunaan obat-obatan psikotropika karena dan
Kekurangan
Psikobiotik
psikobiotik tidak dimetabolisme oleh tubuh. Ketiga, psikobiotik merupakan bagian dari
Secara umum, konsumsi psikobiotik
probiotik yang tergolong aman dikonsumsi dan
menyehatkan tubuh manusia. Di samping itu,
dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh
perkembangan dan aplikasi psikobiotik ini
manusia. Selain itu, psikobiotik dapat tersedia
dinilai lebih mudah daripada penggunaan obat-
dalam berbagai bentuk yang praktis atau
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
56
bahkan menarik, diantaranya, kapsul, bubuk,
spesifik. Selain itu, menurut studi lapangan
susu terfermentasi, atau yoghurt.
peneliti, belum tersedia psikobiotik yang sudah
Beberapa
jenis
probiotik
terbukti
bermanfaat
terhadap
gangguan
yang
depresif mayor yang beredar di pasaran
menderita defisiensi sistem imun atau sedang
Indonesia. Saat ini baru tersedia di pasaran
menderita penyakit yang parah karena dapat
antara
menyebabkan bakteremia dan fungaemia.
Bifidobacterium tanpa diketahui spesiesnya,
Kelemahan lain dari psikobiotik, sampai saat
Lactobacillus bulgarius, L. acidophilus, L. casei
ini, belum ditemukan dosis yang lazim dari
strain Shirota.
dikontraindikasikan
pada
pasien
lain
Bifidobacterium
BB12,
psikobiotik tertentu untuk penggunaan klinis 2.3 Sintesis
Gambar 3. Skema Sintesis 3. SIMPULAN
abnormal,
Dari hasil pembahasan, bisa disimpulkan bahwa terapi alternatif dengan menggunakan psikobiotik efektif dalam menangani gangguan depresif mayor. Secara sederhana, terapi ini memperbaiki
hiperaktivitas
aksis
HPA,
memperbaiki
respon
imunologis
yang
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
dan
perubahan
kadar
neurotransmitter pada penderita gangguan depresif mayor. Psikobiotik keuntungan antidepresan Keuntungan
mempunyai
dibandingkan yang
dengan
tersedia
psikobiotik
beberapa saat
diantaranya
terapi ini. lebih
57
mudah
dan
memerlukan
aman
dikonsumsi,
prosedur
reguler
tidak seperti
Study 2010. Lancet [serial online] 2013 [cited
2013
Dec
3].
Available
penggunaan obat-obatan psikotropika karena
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
psikobiotik tidak dimetabolisme oleh tubuh,
6736(13)61611-6.
from:
dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh
5. Dinan TG, Quigley EM. Probiotics in the
manusia. Selain itu, psikobiotik dapat tersedia
Treatment of Depression: Science or
dalam berbagai bentuk yang praktis atau
Fiction?.
bahkan menarik, di antaranya, kapsul, bubuk,
2011;45:1023-25.
Aust
N
Z
J
Psychiatry
6. Logan AC, Katzman M. Major depressive
susu terfermentasi, atau yoghurt.
disorder: probiotics may be an adjuvant 4. SARAN
therapy. Medical Hypotheses 2005;64:533-
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, karena belum tersedia di pasaran Indonesia,
penulis
menyarankan
dilakukan
kultur
terhadap
perlu probiotik
Bifidobacterium infantis, B. longum R0175, Lactobacillus helveticus R0052, L. rhamnosus (JB-1),
L.
rhamnosus
R0052
kemudian
dikemas dalam bentuk yang praktis dan menarik. Terapi ini sebaiknya mulai diterapkan di Indonesia karena selain menarik dan aman, psikobiotik
sudah
terbukti
efektif
dalam
mengobati gangguan depresif mayor.
38. 7. Brausser
D.
Probiotics
a
Potential
Treatment for Mental Illness. Medscape Medical News: Psychiatry [serial online] 2013 [Cited 2013 Dec 1] Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/814 672. 8. Reus VI. Mental disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison’s principal of internal medicine. 17th ed. New York; McGraw-Hill Medical Publishing: 2008. 9. Zunszain PA, Anacker C, Cattaneo A,
DAFTAR PUSTAKA 1. Layard R, Chisholm D, Patel V, Saxena S. Mental illness and unhappiness. London: Centre for Economic Performance; 2013. 2. Mann JJ. The medical management of depression.
N
Engl
J
Med
3. Lyness JM. Psychiatric disorder in medical practice. In: Goldman L, Schafer AI, editors. Goldman’s cecil medicine. 24 ed. th
Philadelphia: Elsevier Saunders;2008. 4. Whiteford HA, Degenhardt L, Rehm J, Baxter AJ, Ferrari AJ, Erskine H, dkk. Global burden of disease attributable to and
substance
LA,
Glucocorticoids, abnormalities
Pariante cytokines
in
CM.
and
brain
depression.
Prog
Neuropsychopharmacol
Biol
Psychiatry
2011;35:722–729. 10. Pompili M, Serafini G, Innamorati M,
2005;353(17):1819-34.
mental
Carvalho
use
Möller-Leimkühler AM, Giupponi G, Girardi P, Tatarelli R, et al. The hypothalamicpituitary-adrenal
axis
and
serotonin
abnormalities: a selective overview for the mplications of suicide prevention. Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci 2010;260:583600.
disorder;
findings from the Global Burden Disease
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
58
11. Belmaker RH, Agam G. Mechanism of
20. Mayer EA. Gut feelings: the emerging
disease: major depressive disorder. N Engl
biology of gut-brain communication. Nature
J Med 2008;358(1):55-68.
Reviews: Neurosciences 2011;12:453-466.
12. Andreatini
R.
the
21. Scott LV, Clarke G, Dinan TG. The Brain-
increasing
Gut Axis: A Target for treating Stress-
Neuropsychiatrica
Related Disorders. Pharmacopsychiatry.
Depression
and
hypothalamic-pituitary-adrenal the
scope.
Acta
2013;28:90-99
2012;24:1-3. 13. Falkai
P,
Malchow
B,
Schmitt
A.
22. Hughes DT, Sperandio V. Inter-kingdom
Neurobiological background of affective
signalling:
disorder. In: Schoepf D, editor. Psychiatric
bacteria and their hosts. Nature Reviews
disorders – new frontiers in affective
Microbiology 2008;6:111-120. 23.
disorder. Croatia; Intech: 2013. 14. Palazidou
E.
The
neurobiology
if
communication
between
Yan F & Polk DB (2002) Probiotic bacterium
prevents
cytokine-
induced
depression. Br Med Bull 2012;101:127-
apoptosis in intestinal epithelial cells. J Biol
145.
Chem 277;50959–65.
15. Murrough JW, Charney DS. Is There Anything
Really
Novel
on
the
24. Lammers KM, Brigidi P, Vitali B, et al. Immunomodulatory effects of
probiotic
Antidepressant Horizon? Curr Psychiatry
bacteria DNA: IL-1 and IL-10 response in
Rep 2012;14:643-49.
human
16. Piggot HE, Levethal AM, Alter GS, Boren JJ.
Efficacy
and
Antidepressants: Research.
Effectiveness
Current
FEMS
blood
Immunol
mononuclear
Med
Microbiol
2003:38;165–72.
of
25. Ramiah K, van Reenen CA & Dicks LM.
Psychosom
Surface-bound proteins of Lactobacillus
Status
Psychother
of
cells.
peripheral
plantarum 423 that contribute to adhesion
2010;79:267-79. 17. Pham M, Lemberg DA, Day AS. Probiotics:
of
Caco-2
cells
and
their
role
in
sorting the evidence from the myths. Med
competitive exclusion and displacement of
J Aust 2008;188:304-8.
Clostridium sporogenes and Enterococcus C,
Cryan
JF.
faecalis. Res Microbiol 2008:159;470–5.
Novel
Class
of
26. Messaoudi M., Lalonde R., Violle N.,
Psychotropic. Biol Psychiatry 2013;74:720-
Javelot H., Desor D., Nejdi A., et all.
26.
. Assessment
18. Dinan
TG,
Psychobiotics:
Stanton A
19. Bienestock J, Collins S. 99
th
Dahlem
properties
of
of a
psychotropic-like probiotic
formulation
Conference on Infection, Inflammatory and
(Lactobacillus
Chronic Inflammatory Disorders: Psycho-
and Bifidobacterium longum R0175) in rats
neuroimmunology
and
and
the
intestinal
microbiota: clinical observations and basic mechanisms. The journal of translational immunology. 2010;60: 85-91.
human
helveticus R0052 subjects. Br
J
Nutr
2011:105;755–64. 27. Bravo J. A., Forsythe P., Chew M. V., Escaravage E., Savignac H. M., Dinan T. G., Bienenstock J., Cryan J. F. Ingestion of Lactobacillus strain regulates emotional
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
59
behavior
and
central
GABA
receptor
34. Musselman DL, Lawson DH, Gumnick JF,
expression in a mouse via the vagus
et al.
nerve. Proc
depression
Natl
Acad
Sci
28. Schell MA, Karmirantzou M, Snel B, Vilanova D, Berger B, Pessi, et al. The by Bifidobacterium
longum reflects its adaptation to the human gastrointestinal tract. Proc Natl 29. Yuan J, Zhu LL, X Li, T Zhang, Y, Ying T, Map
and
A Proteome Reference
Proteomic
Analysis
Bifidobacterium NCC2705. Molecular
&
alfa.
N
by
high-dose
Engl
J
Med
2001:344;961–966. 35. Maes M. The immunoregulatory effects of antidepressants. Hum Psychopharmacol 2001:16;95–103. 36. Desbonnet L, Garrett L, Clarke G, et al. The probiotic Bifidobacteria infantis: an
Acad Sci 2002:99(22);14422-27. Wang B, et al.
induced
interferon
2011:108(38);16050-55.
genome sequence
Paroxetine for the prevention of
of
assessment of potential antidepressant properties in the rat. J Psychiatr Res 2008:43;164-74.
longum
37. Duncker SC, Wang L, Hols P, et al. The D-
Cellular
alanine content of lipoteichoic acid is crucial
Proteomics 2006;5(6):1105–18
for
Lactobacillus
plantarum-
30. Desbonnet L, Garrett L, Clarke G, Kiely B,
mediated protection from visceral pain
Cryan JF, Dinan TG. Effects of the
perception in a rat colorectal distension
probiotic Bifidobacterium infantis in the
model.
maternal separation model of depression.
2008:20;843–50.
Neurogastroenterol
Motil
38. Karimi K, Inman MD, Bienenstock J, et al.
Neuroscience. 2010;170:1179–88. 31. Alesci S, Martinez PE, Kelkar S, et al.
Lactobacillus reuteri-induced regulatory T
with
cells protect against an allergic airway
significant diurnal elevations in plasma
response in mice. Am J Respir Crit Care
interleukin-6 levels, a shift of its circadian
Med 2009:179;186–93.
Major
depression
rhythm,
and
is
loss
associated
of
physiological
39. Wallace TD, Bradley S, Buckley ND, et al.
clinical
Interactions of lactic acid bacteria with
implications. J Clin Endocrinol Metab
human intestinal epithelial cells: effects on
2005;90:2522–30.
cytokine
complexity
in
its
secretion:
32. Capuron L, Neurauter G, Musselman DL,
production.
J
Food
Prot
2003:66;466–72.
et al. Interferon- alpha-induced changes in tryptophan metabolism. Relationhship to depression and paroxetine treatment. Biol Psychiatry 2003:54;906-14 33. Hauser P, Khosla J, Aurora H, et al. A prospective study of the incidence and open-label treatment of interferon- induced major depressive disorder in patients with hepatitis C. Mol Psychiatry 2002:7;942– 947.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
60
Tinjauan Pustaka
POTENSI IMUNOMICELLE POLIMERIK PLGA-PEG-MCOOH SPESIFIK VCAM-1 BERBASIS SENYAWA CAPSAICIN SEBAGAI MODALITAS MUTAKHIR DALAM PENATALAKSANAAN ATEROSKLEROSIS I Made Yoga Prabawa1, Gede Febby Pratama Kusuma1, Tjokorda Istri Pramitasuri1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email: yogaprabawa.bali@gmail.com
ABSTRAK Penyakit Kardiovaskular (PKV) masih menjadi penyebab mortalitas terbesar. Pada tahun 2008, diperkirakan 17.3 juta jiwa meninggal akibat PKV, dan lebih dari 80% kematian akibat PKV berasal dari Negara berkembang. Aterosklerosis dilaporkan sebagai penyebab utama terjadinya PKV. Modalitas terapi terbaru untuk aterosklerosis dengan menggunakan agonis dari TRPV1 sudah ditemukan. Jing Feng Zhao (2013) melaporkan bahwa senyawa agonis TRPV1, yaitu Capsaicin, yang terkandung dalam Capsicum spp; rempah termasyhur di Indonesia. Waktu paruh Capsaicin yang singkat (24 jam) dan sifatnya yang tidak spesifik terhadap lesi aterosklerotik dapat diatasi dengan mengenkapsulasi Capsaicin ke dalam polimerik immunomicelle PLGA-PEG-MCOOH spesifik VCAM1, yang dapat meningkatkan waktu paruhnya hingga 28 hari. Aktivasi TRPV1 oleh Capsaicin akan mengaktifkan kompleks LXRÎą-RXR-LXRE yang mengakibatkan terjadinya peningkatan transporter ABCA1, ApoE, dan SOAT yang secara akumulatif akan meningkatkan plasma HDL dan menurunkan tingkat makrofag sel busa sebanyak empat kali (52,5%) dan delapan kali (70,13%). Hal tersebut juga mampu menekan jumlah NF-kB (81,37%) dan p65 (87,54%), sehingga meningkatkan IkB (72,57%). Penambahan MCOOH pada immunomicelle akan menghambat ambilan oxLDL sebanyak 88%. Modalitas terbaru ini dapat direkomendasikan karena memiliki efek kuratif dan kardio protektif dengan efikasi tinggi, hanya memerlukan sekali injeksi, dan efek samping lebih rendah jika dibandingkan dengan modalitas konvensional. Kata kunci: Capsaicin, Immunomicelle, VCAM-1, Aterosklerosis.
ABSTRACT Cardiovascular diseases (CVDs) are still being major causes of mortality. In 2008, an estimated 17.3 million people died from CVDs, and over 80% of CVDs deaths take place in developing countries. Atherosclerosis was reported to be the leading cause of CVDs. A new treatment modality for atherosclerosis using agonist of TRPV1 has been found. Jing Feng Zhao (2013) reported that TRPV1 agonist compound, Capsaicin, contained in Capsicum spp; a well-known spice in Indonesia. The short half-life of Capsaicin (24 hours) and its unspecific properties to atherosclerotic lesions can be solved by encapsulating it into immunomicelle polymeric PLGA-PEG-MCOOH specific VCAM-1, that will increase its half-life until 28 days. TRPV1-induced activation by Capsaicin will activate LXRÎą-RXRLXRE complex which leads to increase of ABCA1 transporter, ApoE, and SOAT that accumulatively will upregulate plasma HDL and downregulate macrophage foam cells levels by 4-fold (52,5%) and 8fold (70,13%). It also can suppress amount of NF-kB (81,37%) and p65 (87,54%), thus upregulate IkB (72,57%). Addition of MCOOH on immunomicelle will inhibit oxLDL uptake by 88%. This novel modality may give recommendation due to its curative and cardio protective effect with high efficacy, only needs one-time injection, and less side effect if compared with conventional modalities. Keywords: Capsaicin, Immunomicelle, VCAM-1, Atherosclerosis.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
61
1. PENDAHULUAN Penyakit
kardiovaskular
adalah
teroksidasi
oleh
radikal
bebas seperti
jenis penyakit yang menyerang jantung dan
radikal superoksida, nitrat oksida, dan
pembuluh darah. Hingga saat ini, penyakit
hidrogen peroksida yang terdapat didalam
kardiovaskular masih menjadi penyebab
tubuh, sehingga menghasilkan oksida LDL
mortalitas tertinggi di seluruh dunia. Pada
(oxLDL).9 oxLDL bersifat imunogen dan
tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta jiwa
dapat
meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
reseptor
Berdasarkan data WHO, lebih dari 80%
sehingga
penyakit kardiovaskular terjadi di negara-
teraktivasi
negara berkembang, termasuk Indonesia.
aterosklerotik untuk memfagosit oxLDL.
Di
Mekanisme
Indonesia
sendiri,
menurut
Survei
dikenali
oleh
makrofag pada
scavenger
makrofag,
menyebabkan dan
dapat
melalui makrofag
menginvasi
ini
lesi
menyebabkan
(SKIRT)
terakumulasinya lipid di dalam makrofag
prevalensi penyakit jantung pada kelompok
dan memicu terbentuknya sel busa (foam
usia 15-24 tahun adalah 18,3 per 100.000
cells).
penduduk. Sedangkan pada kelompok usia
mengekspresikan
45-54 tahun dan usia 55 tahun ke atas
pertumbuhan seperti IL-1 dan TNF-Îą yang
mencapai 174,6 per 100.000 penduduk dan
akan menarik makrofag lainnya ke tempat
461,9 per 100.000 penduduk. Dari berbagai
lesi sehingga meningkatkan progresivitas
etiologi
aterosklerosis
pembentukan plak. Lambat laun plak akan
merupakan penyebab tertinggi terjadinya
berkembang menjadi plak yang matur atau
Kesehatan
Rumah
yang
Tangga
ada,
penyakit kardiovaskular. Aterosklerosis
1-4
Sel
busa sitokin
kemudian dan
faktor
disebut ateroma.
adalah
Kestabilan ateroma dijaga oleh kap
penyakit dan
fibrosa (fibrous cap) yang merupakan hasil
menyerang pembuluh darah arteri dengan
dari perubahan fenotip smooth muscle cell
karakteristik disfungsi endotel, inflamasi
(SMC).
vaskular, penumpukkan lemak, kolesterol,
menurunkan tegangan stres sirkumferensial
serta debris seluler pada tunika intima di
dan mencegah kontak antara inti nekrosis
inflamasi
yang
bersifat
dinding pembuluh darah.
5-7
progresif
Prevalensi dari
Kap
fibrosa
berperan
dalam
dengan darah. Namun, makrofag pada plak
bervariasi,
aterosklerosis juga menyekresikan enzim
mulai dari 17% pada populasi yang berusia
proteolitik yaitu matrix metalloproteinases
kurang dari 20 tahun, hingga 85% pada
(MMPs) maupun nitric oxide (NO) yang
populasi yang berusia lebih dari 50 tahun.8
menghambat proliferasi sel otot polos,
aterosklerosis sendiri
cukup
Perkembangan
aterosklerosis
mendegradasi
berbagai
spektrum
terjebak di dalam arteri dan mengalami
kolagen tipe IV, fibronektin, laminin, dan
oksidasi oleh reactive oxygen species
protein
(ROS). Beberapa penelitian menyebutkan
menyebabkan ketidakseimbangan antara
bahwa
proses
secara
in
vivo
mampu
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
matriks inflamasi
seperti:
dalam
bermula ketika low density lipoprotein (LDL)
LDL
luas
protein
dari dan
proteoglikan,
kap,
sehingga
reparasi
yang
62
berakibat
pada penipisan
dinding kap
pada penipisan kap fibrosa.15 Jika hal ini terus berlangsung, dalam keadaan kronis
fibrosa. Dalam keadaan kronis, penipisan
dapat memicu terjadinya ruptur pada plak
kap fibrosa meningkatkan risiko terjadinya
sehingga
ruptur-oklusi trombotik arteri, aneurisma,
trombosis. Lokasi trombosis berkorelasi
dan emboli. Oleh karena itu, aterosklerosis
dengan efek yang ditimbulkan.
dapat
menyebabkan
terjadinya
berimplikasi
pada
Penatalaksanaan
infark
timbulnya
aterosklerosis
miokard dan iskemia di berbagai bagian
saat ini sebagian besar terkonsentrasi pada
tubuh yang merupakan kegawatdaruratan
usaha untuk menurunkan kadar lipid dalam
di bidang kardiovaskuler.
3,10-12
plasma yang dikombinasikan dengan terapi
Respon inflamasi yang diperankan
anti-inflamasi.
Metode
ini
dapat
oleh makrofag derivat monosit dan limfosit
memperlambat progresivitas aterosklerosis,
T memiliki andil besar dalam menginisiasi
namun efikasi maksimal yang dapat dicapai
aterosklerosis.
13
Monosit yang mencapai
dari metode ini hanya 30% - 40%.
16-20
tunika intima akan mengalami perubahan
Beberapa metode terapi lainnya yang
yang diakibatkan oleh macrophage colony-
sudah
diterapkan
stimulating factor (M-CSF) dan faktor-faktor
statin,
anti-platelet,
diferensiasi
Blocker, dan ACE-inhibitor, juga memiliki
lainnya
menjadi
2
jenis
seperti
penggunaan
antikoagulasi,
makrofag mayor, yaitu M1 dan M2 yang
kekurangannya
memiliki peranan antagonis dalam proses
berujung
inflamasi. M1 bersifat pro inflamasi dengan
kesembuhan.21-26 Terapi bedah juga telah
menimbulkan respon peradangan akibat
dilakukan, yaitu dengan metode angioplasti
lipopolisakarida, sedangkan M2 bersifat anti
arteri koroner.27 Namun, prosedur kerja
inflamasi yang peranannya diperantarai
yang
oleh keberadaan IL-4, IL-13, IL-1, atau
komplikasi pasca operasi menyebabkan
vitamin D3 dan secara umum menghasilkan
metode ini tidak sepenuhnya aman dalam
sejumlah
menangani kasus aterosklerosis.
scavenger,
besar
IL-10
mannose,
dan serta
reseptor
masing-masing
-
pada
sangat
yang
penurunan
berisiko
dan
angka
buruknya
27,28
Merujuk pada belum tersedianya
arginase.
Menurut sebuah studi in vitro, dimana pada
metode
lesi aterosklerosis secara umum jumlah M1
menangani aterosklerosis, maka diperlukan
lebih banyak dibandingkan dengan M2. Makrofag
juga
14
berkontribusi
terapi
yang
efektif
dalam
suatu metode terapi baru yang memiliki tingkat keberhasilan tinggi dengan risiko
terhadap pembentukan plak, penipisan kap
komplikasi
seminimal
fibrosa, dan nekrosis fokal dimana dalam
menangani
aterosklerosis.
hal ini mampu mensekresikan macrophage-
terbaru
derived matrix metalloproteinases (MMPs)
Receptor Potential Vanilloid type 1 (TRPV1)
yang menyebabkan terjadinya degradasi
memiliki
menemukan andil 29
mungkin Suatu
bahwa
besar
dalam
Transient kejadian
aterosklerosis.
intima serta mengurangi jumlah intimal
secara
myofibroblast-like SMCs yang berujung
metabolisme lipid dan respon inflamasi
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
dapat
dari
studi
jaringan ikat kolagen pada daerah tunika
umum
Aktivasi
dalam
TRPV1
mempengaruhi
63
sel.30 Hasil studi in vitro dan in vivo
makrofag foam cell.33 Oleh karena itu
menunjukkan
diperlukannya suatu pembawa yang dapat
secara
bahwa
signifikan
aktivasi
dapat
TRPV1
menurunkan
menghantarkan
senyawa
akumulasi dari lipid dan lesi aterosklerosis
tersebut
pada pembuluh darah melalui jalur reverse
mengalami lesi dan mampu mengurangi
cholesterol transport (RCT).
31
TRPV1 dapat
diaktivasi oleh senyawa agonis seperti
influks
langsung oxLDL
ke
Capsaicin
endotel
sehingga
yang
mengurangi
progresivitas aterosklerosis.
Capsaicin yang melimpah pada tanaman
Penelitian
terkini
menunjukkan
cabai (Capsicum spp.) dan di Indonesia
bahwa endotel yang mengalami inflamasi
umum digunakan sebagai bahan rempah-
pada
rempah dalam masakan.
32,33
aterosklerosis
mengekspresikan
Capsaicin
berbagai molekul adhesi seperti VCAM-1
juga mampu bertaut pada protein IkB yang
yang tidak terdapat pada pembuluh darah
berfungsi dalam menghambat translokasi
lainnya yang tidak mengalami inflamasi.
NF-kB kedalam nukleus sehingga dapat
Tidak hanya itu, makrofag teraktivasi juga
menurunkan respon inflamasi dan molekul
mengekspresikan reseptor scavenger SR-
adhesi.
34,35
38
A1 dan CD36 yang berperan dalam influks
Capsaicin vanillyl-6-nonenamide)
(trans-8-methyl-N-
oxLDL di tunika intima.39,40 Oleh karena itu,
adalah
antigen
senyawa
VCAM-1
pada
endotel
serta
tidak
reseptor SR-A1 dan CD36 pada makrofag
berwarna, dan tidak berbau, dengan rumus
berpotensi sebagai target terapi spesifik
molekul C18H27NO3. Capsaicin menyusun
dalam tatalaksana aterosklerosis. Agen
70%
yang
atau pembawa yang dapat memanfaatkan
terkandung dalam cabai, yang merupakan
potensi ini adalah imunomicelle polimerik
penyebab timbulnya rasa pedas atau panas
PLGA-PEG-MCOOH spesifik VCAM-1.41
alkaloid
yang
bersifat
senyawa
lipofilik,
Capsaicinoid
pada cabai.36 Suatu studi menemukan
Imunomicelle
merupakan
suatu
bahwa dalam suatu campuran cabai yang
micelle polimerik monolayer yang tersusun
terdiri atas 55% cabai rawit, air, gula,
atas dua bagian, yaitu bagian inti semi-solid
garam, asam asetat, dan xanthan ternyata
yang
mengandung senyawa Capsaicin sebanyak
pelindung yang bersifat hidrofilik pada
33 miligram per 30 gram campuran cabai.
37
bagian
bersifat
hidrofobik
luarnya,
sehingga 42
dan
segmen
membentuk
Capsaicin akan diserap sebanyak 95%
arsitektur core-shell.
setelah pemberian per oral dan mencapai
tersebut menyebabkan micelle polimerik
konsentrasi tertinggi dalam darah selama
mampu berperan sebagai pembawa zat-zat
satu jam setelah administrasi. Kelemahan
dari
36
Karakteristik bentuk
bioaktif (bioactive micelle), seperti protein,
penggunaan
asam
nukleat,
dan
obat-obatan
yang
senyawa Capsaicin secara langsung yaitu
bersifat hidrofobik. Bahkan micelle dapat
memiliki waktu paruh yang singkat (24 jam),
dimodifikasi
tidak
lesi
sehingga dapat dikirim menuju target sel
tidak
mampu
yang spesifik.43 PLGA dan PEG merupakan
oxLDL
kedalam
komposisi utama dimana berperan dalam
bersifat
aterosklerosis, menghambat
spesifik dan influx
pada
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
dengan
tambahan
ligan
64
endosomal
menjaga
escape,
Sebagai
stabilitas
amphiphilic
block
co-
Capsaicin sebelum mencapai sel target,
polymer, Monomethoxypolyethylene glycol-
dan melindungi dari fagositosis oleh sistem
polylactide dilarutkan dalam etanol dengan
RES dalam plasma, sedangkan gugus
suhu
karboksil
PLGA.47
MCOOH
mampu
mengalami
translokasi menuju reseptor SR-A1 dan CD36 dalam menghambat influx oxLDL. Penambahan
antibodi
VCAM-1
41
pada
o
60 C
dan
ditambahkan
Kemudian
molekul
dilakukan
sintesis
PLGA-b-PEG Co-polymer dengan gugus karboksil
terminal,
dalam
menggunakan MCOOH.
hal
ini
46,47
segmen distal dari polimerik juga berfungsi
Dari proses preparasi ini, hasil
untuk mengenali pembuluh darah yang
yang didapat adalah nanopartikel micelle
mengalami lesi sehingga modalitas yang
polimerik
diberikan dapat beredar secara spesifik
dienkapsulasi dengan senyawa hidrofobik
pada
aterosklerosis.
imunomicelle MCOOH
41
Secara
polimerik
spesifik
teoritis
PLGA-PEG-
VCAM-1
yang
2.1.2
dapat
memutuskan
dihantarkan
ke
target
Tahap
Sintesis
44-47
Senyawa
Capsaicin dari Capsicum spp
dalam mengeradikasi makrofag teraktivasi sehingga
akan
yang
menggunakan metode nanopresipitasi.
memiliki
efektivitas dan spesifisitas yang tinggi
PLGA-PEG-MCOOH
Proses sintesis in vitro diawali
rantai
dengan kultur jaringan plasenta Capsicum
aterosklerosis.
spp. Bagian yang akan disuspensi adalah
Kombinasi ini memiliki potensi tinggi dalam
plasenta karena akumulasi Capsaicin pada
penatalaksanaan
dan
plasenta Capsicum spp sepuluh kali lebih
nantinya diharapkan dapat meminimalisir
banyak, yaitu 63,96 mg/g DW dibandingkan
kasus kegawatdaruratan kardiovaskular.
biji yang hanya 5,06 mg/g DW.48-50 Setelah
pembentukan
pada
plak
aterosklerosis
Adapun permasalahan yang dikaji
dibersihkan dengan air, plasenta Capsicum
karya
meliputi
spp. dibersihkan dengan Labolene 2%
sintesis,
selama 10 menit dan dibilas dengan
tulis
mekanisme
ini
yang
konstruksi,
administrasi, mekanisme kerja, efek pasca
akuades,
terapi,
HgCl2 0,1% selama 5 menit dan kembali
dan
analisis
imunomicelle
manfaat
polimerik
MCOOH
spesifik
senyawa
Capsaicin
dari
PLGA-PEG-
VCAM-1 akan
berbasis
disterilkan
dibilas dengan akuades.
48,49
dengan
Hasil yang
didapat kemudian dikultur dan disuspensi.
dijelaskan
kemudian.
kemudian
Dari proses kultur jaringan dan cell suspension ini, didapat sel-sel yang diambil dengan cara filtrasi, kemudian dikeringkan o
2. PEMBAHASAN
dengan suhu 60 C hingga didapat massa
2.1 Mekanisme Konstruksi, Sintesis, dan
sel yang konstan.50 Sel-sel ini selanjutnya
Administrasi
diekstraksi
Imunomicelle
PLGA-PEG-MCOOH
Polimerik
Spesifik
VCAM-1
2.1.1
Tahap
Preparasi
Nanopartikel
Micelle Polimerik PLGA-PEG-MCOOH
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
10
ml
methanol,
disaring dengan membran Millipore FH 0,5 ď m,
Berbasis Senyawa Capsaicin
dengan
dan
terakhir
dipisahkan
dengan
Hewlett-Packard cromatograph sehingga didapatkan 1.345 ď g Capsaicin per 1 gram
65
plasenta Capsicum spp. pada hari ke14.49,51
2.1.4
Administrasi
Polimerik
2.1.3 Enkapsulasi Senyawa Capsaicin serta
Konjugasi
Antibodi VCAM-1 Metode
yang
mengenkapsulasi
digunakan
Capsaicin
untuk
ke
dalam
Nanopartikel Micelle Polimerik PLGA-PEGMCOOH adalah nanopresipitasi dengan prinsip
direct
dissolution.
36,37
Inti
dari
metode direct dissolution adalah ekuilibrasi substrat dan imunomicelle polimerik dalam bentuk larutan.52 PLGA-PEG-MCOOH (10 mg/ml) dan Capsaicin yang tergolong senyawa
hidrofobik
dilarutkan
PLGA-PEG-MCOOH
spesifik
VCAM-1 berbasis Senyawa Capsaicin Administrasi
ke dalam Nanopartikel Micelle Polimerik PLGA-PEG-MCOOH
Imunomicelle
secara
dipilih mengingat
bahwa
modalitas
tersebut
terapi
intravena
sasaran dari adalah
lesi
aterosklerosis yang bermanifestasi pada endotel
pembuluh
darah.
Metode
administrasi intra subkutan, intra muskular, dan intra tumoral tidak digunakan karena memicu
terjadinya
respon
pada xenograft model tikus. 2.2
Mekanisme
pendarahan
55
Kerja
Imunomicelle
Polimerik PLGA-PEG-MCOOH Spesifik VCAM-1 berbasis Senyawa Capsaicin Setelah diadministrasikan secara
dalam
pelarut polar acetonitrile sehingga didapat
IV,
bagian
antibodi
VCAM-1
dari
konsentrasi
imunomicelle
polimerik
tersebut
akan
polimer
3,3
mg/ml.
Nanopartikel kemudian diaduk selama satu
berikatan dengan reseptor VCAM-1 yang
jam, disentrifugasi selama 15 menit, dan
terdapat pada endotel yang mengalami lesi,
dicuci
hal
dengan
air
yang
telah
di-
ini
penting
dikarenakan
hanya
pembuluh darah yang mengalami lesi
deionisasi.36,37
VCAM-1
dengan antibodi monoklonal VCAM-1 yang
Pengikatan
ini
diperoleh dari imunisasi tikus terhadap
pengorganisasian kembali filamen aktin
antigen VCAM-1 mengikuti prosedur yang
serta peningkatan Ca2+ intrasel sehingga
Micelle
dipaparkan oleh Gosk.
53
Polimerik
Cyanur-PEG-PE
dapat digunakan sebagai pengait antibodi monoklonal VCAM-1. Antibodi monoklonal Rat
anti-mouse
digunakan Pemasangan
sebagai
VCAM-1 homing
dilakukan
(M/K-271) devices.
dengan
rasio
terjadi chlatrin.
endositosis
(85-92%).
38
mengekspresikan
Pemasangan
menginduksi
yang
diperantarai
56
Di dalam endotel, antibodi spesifik VCAM-1 pada imunomicelle polimerik akan didegradasi menyisakan
oleh
enzim
fragmen
protease
micelle
poimerik
1:1000 untuk protein: rasio molar lipid.54
PLGA-PEG-MCOOH
Antibodi monoklonal rat anti-mouse VCAM-
Capsaicin. Selanjutnya micelle polimerik
1 tersebut kemudian dimasukkan dalam
yang telah berada pada tunika intima akan
Micelle Polimerik pada borate buffer pH 8.8
menuju target spesifik pada makrofag foam
dan diinkubasi dalam suhu ruangan selama
cell yang mengekspresikan SR-A1 maupun
16 jam.
53,54
dengan
dan basis
CD36.57,58 Internalisasi modalitas tersebut pada makrofag tidak melibatkan mediasi dari clathrin dan setelahnya dilanjutkan
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
66
dengan
proses
polimerik
akibat
micelle
berfungsi
PLGA-PEG-
kompetitif
deprotonisasi fagositasi
untuk
menghambat
secara
pertautan
oxLDL
tempat
58
sehingga berujung terhadap penurunan
Seiring dengan menurunnya pH endosom,
ambilan oxLDL pada tunika intima kedalam
muatan polimer PLGA akan berubah dari
makrofag.58,62
negatif menjadi positif (anionik menjadi
2.2.2
MCOOH oleh endosom pada pH 5,5.
Mekanisme
dalam
Capsaicin
kationik) yang memungkinkan terjadinya
Aktivasi
interaksi
Makrofag Foam Cell melalui Peningkatan
antara
endosom.
PLGA
dan
membran
59,60
TRPV1
terhadap
Penurunan
HDL
Interaksi
ini
menyebabkan
mampu
Capsaicin
berikatan
terjadinya instabilitas lokal pada membran
dengan transient receptor potential vanilloid
endosom sehingga memungkinkan PLGA
type 1 (TRPV1) yang dikenal sebagai
dalam
reseptor
merusak
membran
endosomal
vaniloid.63
TRPV1
umumnya
sehingga terjadi pelepasan gugus MCOOH
banyak terekspresi pada neuron sensori
beserta kompartemen didalamnya yakni
nosiseptif
senyawa Capsaicin.59,60 Gugus karboksil
dengan
MCOOH
translokasi
endogen, dan stimulasi oksidatif serta
menuju SR-A (terutama SR-A1) dan CD36
beberapa agonis eksogen seperti Capsaicin
sedangkan
yang melimpah keberadaannya ditanaman
akan
mengalami
senyawa
Capsaicin
akan
primer
dan
panas,
dapat
proton,
diaktivasi
molekul
lipid
menuju reseptor TRPV1 dan protein IkB
cabai.32-34
untuk menjalankan aksinya.
melalui pertautan Capsaicin pada domain
2.2.1
Mekanisme
Kerja
Setelah
TRPV1
teraktivasi
Gugus
N-terminal melalui residu hidrofobik TM2
Karboksil MCOOH dalam Menghambat
dan TM3, maka akan terjadi influx Ca2+
Ambilan oxLDL pada Makrofag Foam Cell
intraseluler dari retikulum endoplasma yang
Makromolekul amphifilik Carboxyterminated
dengan
gugus
karboksil
berujung terhadap aktivasi gen Liver X Receptor (LXR).64-67 LXR merupakan faktor transkripsi
MCOOH pada micelle polimerik tersebut akan mampu berikatan dengan SR-A1
reseptor
nuklear
maupun CD36 dengan ikatan elektrostatik
mentranskripsi gen spesifik setelah terjadi
pada muatan positif di residu reseptornya.61
pertautan dengan agonis LXR seperti
Gugus MCOOH akan berikatan secara
evodiamine, 64,66
yang
Capsaicin,
aktif
dalam
maupun
Peran LXR sangatlah vital
spesifik pada residu kationik Lys60, Lys63
oksisterol.
and Lys66 pada SR-A1 sedangkan pada
dalam meregulasi kolesterol, asam lemak,
CD36 akan bertautan dengan asam amino
serta homeostasis glukosa. LXR terdapat 2
pada residu 155-183 (Cys243- Cys311,
jenis
Cys272-Cys333, dan Cys313-Cys322) di
LXR .
bagian N-link Glycosylation yang disinyalir
luas pada sel manusia dan terletak pada
sebagai tempat pertautan spesifik oxLDL.62
kromosom 19q13.
isoform 68,69
diantaranya
LXRÎą
dan
LXR banyak terekspresi secara 68
Pertautan pada daerah spesifik
Berbeda halnya dengan LXR ,
pada SR-A1 dan CD36 secara nyata
LXRÎą terdapat pada kromosom 11p11
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
67
serta hanya tereskpresi pada usus, hati,
translokasi
dan makrofag yang merespon timbulnya
membentuk
akumulasi
dari
lemak.
LXRÎą
69
pada
terhadap
kedalam
ekstraseluler
apoA-1
yang
pembentukan (HDL)
berujung
high
melalui
density
mekanisme
makrofag yang teraktivasi akan mengalami
lipoprotein
translokasi untuk membentuk heterodimer
reverse cholesterol transport (RCT).77,78
dengan retinoid X receptor (RXR) pada
Mekanismenya
nukleus dan selanjutnya kompleks LXRÎą-
kolesterol melalui protein ABCA1 akan
RXR akan bertautan dengan LXR response
memasuki plasma dan kemudian berikatan
70
diawali
dengan
efluks
kompleks
dengan pre- 1 HDL, suatu HDL plasma
tersebut secara aktif akan memicu aktivasi
dengan berat molekul 60-70 kDa, dan
71-75
memiliki diameter 5-6 nm dengan memiliki
Pertama, aktivasi kompleks LXRÎą-RXR-
gugus protein apoA-1 yang sebelumnya
LXRE
menginduksi
telah terbentuk melalui SOAT.77-79 pre- 1
ekspresi transporter ATP binding cassete
HDL yang telah bertaut dengan kolesterol
(LXRE).
element
Pertautan
3 gen dalam meregulasi kolesterol.
(ABC).
berperan 71,72
dalam
ABCA1
merupakan
suatu
protein regulator efluks kolesterol (CERP) pada makrofag dan dikode pada kromosom
akan bertautan pada protein apoE yang telah
terbentuk
sebelumnya
membentuk nascent HDL.
dan
78,80,81
dari
Pada tahap tersebut, pre- 1 HDL
kompleks LXRÎą-RXR-LXRE yang dapat
telah merubah konformasinya menjadi HDL
menginduksi
cakram
9.
Peran
kedua
adalah
aktivasi
pembentukan
apolipoprotein E (ApoE).
72,73
protein ApoE pada
(discoidal
penambahan
HDL)
lecithin
dan
dengan
fosfat
oleh
manusia mengandung 299 asam amino
phospholipid transfer protein (PTLP) di
dan dengan berat molekul 34,1 kDa serta
plasma,
ApoE dalam makrofag berpotensial dalam
pembentukan
sebagai akseptor kolesterol melalui proses ABCA1-dependent. Peran
73,74
disebut
berujung
HDL
nascent
paling
HDL.
80,81
terhadap
awal
yang
Keberadaan
nascent HDL akan menarik enzim lecithin-
terakhir
kompleks tersebut
sehingga
dari
aktivasi
cholesterol acyltransferase (LCAT) pada
adalah menginduksi
residu 99-186 di region pusat apoA-1
sintesis dari asam lemak yang merupakan
sehingga
substrat penting dalam pembentukan SOAT
kolesterol dan membentuk HDL3 yang kini
pada reaksi esterifikasi kolesterol dari asam
berbentuk lebih sferis (spherical shape
lemak bebas (ALB) dengan mengaktivasi
HDL) dibandingkan dengan nascent HDL.
sterol regulatory element-binding protein-1c
Suatu fakta yang menarik menyebutkan
gene (SREBP-1c).
76,77
terjadi
perpindahan
ester
Timbulnya ABCA1
bahwa HDL3 yang telah terbentuk akan
dan SOAT merupakan hal yang relevan
menuju pada scavenger reseptor B1 (SR-
serta
B1) pada makrofag foam cell untuk menarik
berperan
kolesterol
bebas
dalam dan
menurunkan
melindungi
makrofag dari efek sitotoksik.
sel
77
cell
kemudian
akan
atau
lemak
lebih
banyak
sehingga menurunkan jumlah foam cell.
Droplet asam lemak pada makrofag foam
kolesterol
mengalami
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
82-84
Hal yang sama juga terjadi pada HDL3 yang telah berataut dengan SR-B1,
68
enzim LCAT akan membantu meningkatkan memindahkan merubah
ester
HDL3
kolesterol
menjadi
dan
HDL2.
81,84
Studi
yang
dilakukan
oleh
Oyagbemi A et al menyebutkan senyawa
Selanjutnya HDL2 dalam plasma akan
Capsaicin ternyata mampu menghambat
menuju hati dan akan mengeliminasi HDL2
pertumbuhan sel kanker dengan memediasi
dalam bentuk feces melalui jalur empedu.
inhibisi translokasi NF-kB. Bukti sinergis
Hal ini secara jelas menguntungkan
juga diperlihatkan oleh Mourad Z et al
dimana aktivasi TRPV1 oleh Capsaicin
bahwa dengan memediasi inhibisi NF-kB
berujung terhadap reduksi makrofag foam
maka pembentukan molekul adhesi VCAM-
cell dengan meningkatkan kadar HDL
1,
dalam plasma.
ICAM-1,
diminimalisasi.
dan 88
ELAM-1
Mediasi
dapat pertautan
dalam
Capsaicin dengan protein IkB berlangsung
Penurunan
pada residu serin 32 dan 36.34,35 Proses
Ekspresi VCAM-1, ICAM-1, dan ELAM-1
fosforilasi oleh pH rendah dalam sitoplasma
sebagai Ateroprotektif
makrofag foam cell (pH 5,5) melibatkan
2.2.3 Inhibisi
Mekanisme NF-kB
Capsaicin
terhadap
Terkait dengan aterosklerosis, NF-
proses
kB diaktivasi oleh oxLDL yang berujung
gugus
hidroksil
terhadap proses inflamasi dimana terjadi
tersebut.
34,35
pertautan
dengan
dikarenakan dengan bertautan pada residu
protein inhibitory kappa B (IkB) pada
tersebut, proses ubikuinasi oleh proteosom
sitoplasma
tidak dapat terjadi, dengan demikian NF-kB
nuclear dan
factor
(NF)
mengalami
translokasi
menuju nukleus.85-87
metilisasi
dengan fenolik
Hal
Mekanisme Administrasi,
pada
tersebut
residu penting
tidak mengalami translokasi ke dalam nukleus (Gambar 1).
Gambar 1.
mengirimkan
Distribusi, Internalisasi,
34,35,89
dan Mekanisme kerja
Imunomicelle Polimerik PLGA-PEG-MCOOH Spesifik VCAM-1 berbasis Senyawa Capsaicin
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
69
2.3
Efek
Polimerik
Pasca
Terapi
Imunomicelle
PLGA-PEG-MCOOH
Spesifik
evodiamine (0,5µM) dan Capsaicin (10 µM) serta penambahan antagonis TRPV1 seperti capzasepine (10 µM) yang disertai dengan
VCAM-1 berbasis Senyawa Capsaicin 2.3.1 Efek Gugus Karboksil MCOOH
induksi
oxLDL (50
µg/mL) menunjukkan
dalam Inhibisi Uptake OxLDL serta Reseptor
perbedaan hasil yang signifikan. Induksi dari
SR-A1 dan CD36
evodiamine
Pada hasil penelitian yang dilakukan
kolesterol
mampu didalam
menurunkan makrofag
jumlah
foam
cell
oleh Evangelia C. et al didapatkan bahwa
sebesar 3-fold (37,5%) dan 7-fold (58,33%)
nanopartikel dengan gugus karboksil MCOOH
masing-masing pasca terpapar hanya oxLDL
menghambat ambilan oxLDL sebanyak 75%
dan oxLDL beserta capzasepine.29 Hasil serupa juga ditunjukkan oleh
dibandingkan dengan PCOOH yang hanya 34% (p < 0,05) (Gambar 2).
61
Capsaicin namun memiliki efek yang lebih karboksil
kuat jika dibandingkan dengan evodiamine.
MCOOH yakni mampu bertaut dengan ke-2
Capsaicin mampu menurunkan kolesterol
reseptor scavenger lebih baik dibandingkan
sebesar 4-fold (52,5%) dan 8-fold (70,13%)
dengan makromolekul lain seperti PEG-
pasca induksi oxLDL saja atau oxLDL dan
COOH dan PCOOH, yang hanya bertaut pada
capzasepine (* p < 0,05 dibandingkan dengan
salah satu dari 2 reseptor scavenger telah
oxLDL saja ; # p < 0,05 dibandingkan oxLDL
Kelebihan
dari
terlaporkan sebelumnya.
gugus
61
Hambatan pada
dan
(Gambar
capzasepine)
3).
Pada
kedua reseptor meningkatkan daya hambat
penelitian yang sama juga menunjukkan
penyerapan oxLDL yang mencapai 86% oleh
penurunan jumlah trigliserida pada makrofag
MCOOH (p < 0,05).61 Studi lain dari Nicole I.
foam cell yang sama antara evodiamine dan
et al juga mendukung bahwa menghambat
Capsaicin sebesar 36,36% setelah terpapar
kedua reseptor terkait proses pengambilan
oxLDL atau 63,16% setelah terpapar oxLDL
oxLDL
dan capzasepine.29
mampu
menurunkan
oxLDL mencapai 88%.
penyerapan
Penurunan
90
2.3.2 Efek Capsaicin terhadap Aktivasi TRPV1
dalam
Meningkatkan
Efluks
Kolesterol, Trigliserida, apoA-1, dan Kadar
Pada penelitian oleh Jin-Feng Zhao et al dari Department of Physiology, National University,
Taiwan
dengan
menggunakan media kultur sel Bone-marrow Derived
Macrophage
kolesterol
dan
trigliserida dalam makrofag foam cell memiliki arti positif dalam peningkatan jumlah apoA-1 dan HDL dalam plasma. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Capsaicin
HDL dalam Plasma
Yang-Ming
jumlah
(BMDM)
yang
diinkubasikan dengan agonis TRPV1 seperti
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
mampu mereduksi jumlah foam cell dengan mengubah
kolesterol
beserta
trigliserida
menjadi HDL dengan memediasi jalur RCT. Bukti mendukung didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Shing-Jong Lin et al yang menunjukkan hasil yang serupa.
70
Gambar 2. Peran dari Gugus Karboksil pada Nanopartikel dalam Menghambat Uptake oxLDL Suatu uji Dil-OxLDL Binding Assay
Republic of China pada tikus C57Bl/6J
dilakukan melalui inkubasi sel kultur BMDM
memberikan bukti relevan bahwa induksi
dengan evodiamine (125 nM, 250 nM, dan
Capsaicin dengan konsentrasi 1 µmol/L
500 nM) atau Capsaicin (2,5 µM, 5 µM, dan
selama 24 jam mampu meningkatkan
10 µM) selama 12 jam dan ditambahkan
ekspresi
larutan NBD-cholesterol 1 µg/mL pada
dengan kontrol. Pada studinya dijelaskan
suhu 60 C dalam waktu 4 jam. Pada hasil
bahwa aktivasi TRPV1 secara statistik
didapatkan
HDL
meningkatkan ekspresi ABCA1 dari 1,00 ±
maksimal terdapat pada kadar konsentrasi
0,06 menjadi 2,18 ± 0,20 (p < 0,05)
evodiamine 500 nM (57,23%) dan pada
(Gambar 5).91
peningkatan
kadar
Capsaicin lebih tinggi pada konsentrasi 10 µM (60,62%) (Gambar 4).
30,31
protein
ABCA1
dibandingkan
Hal serupa didukung pula pada pemeriksaan dengan pewarnaan Oil Red O
Peningkatan HDL berbanding lurus
yang
secara
konsisten
mendukung
dengan efluks apoA-1 sebagai promotor
timbulnya transporter ABCA1 di makrofag
terbentuknya
foam cell tikus C57Bl/6J pasca aktivasi
HDL.
Pemberian
agonis
TRPV1 seperti evodiamine dan Capsaicin pada konsentrasi yang sama secara in vitro
TRPV1. Hasil studi serupa secara konsisten
terbukti
juga didapatkan oleh Martin Tepel et al dari
Pada
Med. Klinik Nephrologie, Charite Campus
penelitian tersebut didapatkan hasil yang
Benjamin Franklin, Berlin, Germany dimana
sinergis terhadap peningkatan konsentrasi
pemberian
evodiamine
paling tinggi pada 500 nM
konsentrasi (2,5 µM, 5 µM, dan 10 µM)
sedangkan Capsaicin pada konsentrasi 10
pada tikus C57Bl/6J secara in vivo mampu
µM.
meningkatkan 3-fold protein transporter
pada
kultur
meningkatkan
2.3.3
sel jumlah
Efek
BMDM apoA-1.
Capsaicin
31
terhadap
Peningkatan Ekspresi Protein ABCA1
Capsaicin
dengan
berbagai
ABCA1 secara signifikan dan peningkatan maksimal terdapat pada dosis 10 µM.
92
Penelitian in vivo oleh Liqun M. et al dari Chongqing Institute of Hypertension,
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
71
Gambar 3. Efek Evodiamine dan Capsaicin dalam Menurunkan Jumlah Kolesterol dalam Makrofag Foam Cell
Gambar 4. Agonis TRPV1 meningkatkan Jumlah HDL dari Makrofag Foam Cell
Gambar 5. Ekspresi Transporter ABCA1 pasca Induksi Capsaicin pada Makrofag Foam Cell Tikus C57Bl/6J
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
72
Keuntungan memiliki karboksil
pemberian
efek
sinergis
MCOOH
Capsaicin
dengan
pada
gugus
imunomicelle
pembentukan
NF-kB
yang
kemudian
diberikan berbagai konsentrasi Capsaicin (2 µM,
5
µM,
dan
10
µM))
dengan
polimerik PLGA-PEG-MCOOH mengingat
menunjukkan jumlah tertinggi nilai hambat
tidak terjadi peningkatan ekspresi reseptor
pembentukan NF-kB ada pada konsentrasi
SR-A
tidak
10 µM (81,37%) pada pemeriksaan EMSA.
meningkatkan influx oxLDL pada makrofag.
Hal serupa didukung dengan peningkatan
dan
2.3.4
CD36
Efek
sehingga
Senyawa
Capsaicin
protein IkB (72,57%) pada sitoplasma dan
akibat
penurunan jumlah gen p65 (87,54%) di
Inhibisi Pembentukan NF-kB dan p65 serta
nukleus yang bertanggung jawab dalam
Peningkatan Ekspresi IkB
translokasi NF-kB pasca induksi Capsaicin
terhadap
Penurunan
VCAM-1
Studi yang dilakukan oleh Seong-
(10 µM).34
Su Han et al pada kultur sel HL-60 (1 x 106/
Penurunan NF-kB dan p65 serta
ml) secara in vitro menyebutkan bahwa
peningkatan protein IkB berujung pada
pemberian senyawa
mampu
penurunan VCAM-1, ICAM-1, dan ELAM-1
menurunkan jumlah NF-kB. Pada sel HL-60
yang relevan dengan studi dilakukan oleh
sebelumnya telah diinkubasi dengan 12-
Charalambos T et al pada sel HL-60 pasca
Otetradecanoylphorbol-13-acetate (TPA) 10
induksi TNF (10 ng/mL) dan capsaicin (0-50
nM dengan durasi 1 jam untuk menginduksi
µM) setelah 6 jam (Gambar 6).
Capsaicin
35
Median Flurescen ce Intensity (∆)
Capsaicin (µM) Gambar 6. Efek Senyawa Capsaicin dalam Menurunkan Ekspresi Molekul Adhesi VCAM-1, ICAM-1, dan ELAM-1 2.4
Analisis
Manfaat
Imunomicelle
kolesterol dalam darah yang bertujuan
Polimerik PLGA-PEG-MCOOH Spesifik
untuk mencegah terjadinya kejadian fatty
VCAM-1 Berbasis Senyawa Capsaicin
streak
dalam Penatalaksanaan Aterosklerosis
menurunkan
Modalitas
terapi
utama
dalam
penatalaksanaan aterosklerosis saat ini
akibat
hiperkolesterolemia risiko
terkena
dan
penyakit
kardiovaskuler.93 Meskipun
dapat
menurunkan
berfokus dalam mencegah terbentuknya
angka kejadian serangan jantung dan
lesi
stroke, penggunaan medikamentosa belum
dengan
cara
menurunkan
kadar
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
73
sepenuhnya menghambat progresivitas lesi
lipid intraseluler, dimana peningkatan kadar
aterosklerosis.94
HDL maksimal terdapat pada konsentrasi
Salah
satu
contohnya
adalah
10 ÂľM secara in vitro (60,62%).29,31,55
medikamentosa berbasis agonis PPAR ,
Sedangkan
sebagai
meskipun memiliki efek anti-aterogenik dan
diantaranya
adalah
anti-inflamasi, namun dapat meningkatkan
pembentukan
kerentanan
edema,
MCOOH yang mengurangi influks oxLDL
peningkatan bobot tubuh, dan risiko gagal
dan menurunkan ekspresi molekul adhesi
jantung.
pasien
mengidap
43,95-97
hiperkolesterolemia,
juga
terhadap
memiliki
progresivitas
Penelitian
peran
dapat
foam
mencegah oleh
cell
gugus
aterosklerosis.
menunjukkan antagonis
bahwa dan
TNF-Îą
Capsaicin.61
utama
penggunaan antagonis sitokin pro-inflamasi seperti
preventif
dengan inhibisi degradasi protein IkB oleh
Selain inflamasi
upaya
IL-1
Penggunaan
imunomicelle
polimerik sebagai pembawa Capsaicin lebih stabil liposom.
bila 102,103
dibandingkan
dengan
Nanopartikel basis liposom
juga memiliki kelemahan dalam kontrol
menunjukkan hasil yang memuaskan
kinetik obat pada jaringan yang dituju,
Terhadap
penurunan
progresivitas
berbeda dengan imunomicelle polimerik
aterosklerosis.
98,99
Di sisi lain, penelitian
yang memiliki kontrol pelepasan obat yang
yang menguji penggunaan antagonis pro-
baik dan spesifik.102,103 Penelitian in vivo
inflamasi
sistemik
menunjukkan
terhadap
imunomicelle
yang
meningkatkan
bersifat kerentanan
bahwa polimerik
keunggulan lainnya
adalah
komplikasi infeksi dikarenakan sitokin pro-
menjaga substrat dari inaktivasi hepatik dan
inflamasi tersebut sangatlah penting dalam
degradasi
memicu respon imun terhadap agen infeksi,
kapasitas pemuatan obat yang lebih tinggi
sehingga sifat tidak spesifiknya modalitas
8% dari liposom. Dari segi kontruksi,
sistemik ini menyebabkan penggunaannya
metode
juga menjadi terbatas. Menilik aterosklerosis
100,101
oleh
yang
memberikan
kelemahan konvensional
terapi dari
enzim
kami
serta
memiliki
rekomendasikan
beberapa
keuntungan.
Pertama, nanopresipitasi direct dissolution adalah
metode
paling
sederhana
pemaparan di atas, maka Imunomicelle
dibandingkan dengan metode enkapsulasi
Polimerik
substrat hidrofilik lainnya seperti dialisis, oil-
VCAM-1
PLGA-PEG-MCOOH berbasis
senyawa
spesifik Capsaicin
in-water
emulsion
atau
emulsifikasi,
sangat berpotensi sebagai terapi utama
modifikasi film-method, dan kompleksasi,
dalam
sehingga biaya yang dibutuhkan juga lebih
penatalaksanaan
aterosklerosis
secara kuratif maupun preventif. Dalam langkah kuratif, Capsaicin
sedikit dan berpotensi lebih besar untuk dikembangkan
secara
dapat menginduksi aktivasi TRPV1 lainnya
Kedua,
adalah peningkatan Reverse Cholesterol
dissolution
Transporter (RCT)-dependent cholesterol
toksik sama sekali sehingga aman untuk
efflux yang selanjutnya menekan akumulasi
diadministrasikan.52
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
metode
industrialisasi.52
tidak
nanopresipitasi menggunakan
direct pelarut
74
Potensi imunomicelle
pengembangan
dikonsumsi oleh pasien asma dan anak di
PLGA-PEG-
bawah 16 tahun.105 Sedangkan untuk terapi
polimerik
berbasis
imunomodulasi berbasis dendritic cell (DC),
Capsaicin di Indonesia dapat ditinjau dari
biaya yang diperlukan sekitar US$ 2.700
empat indikator yaitu harga, durasi, efek
untuk 10 kali injeksi dalam kurun waktu 4
samping, dan keunggulan modalitas terapi.
bulan.
Adapun
imunomodulasi
MCOOH
spesifik
VCAM-1
imunomicelle
PEG-MCOOH dibandingkan terapi
polimerik
spesifik dengan
antiplatelet
PLGAVCAM-1
Statin,
golongan
(Aspirin),
dan
immunomodulasi.
Dua
pertama merupakan
terapi aterosklerosis
yang
paling
Indonesia, dipilih
pembanding
karena
mentosa
dari
terapi
dibandingkan
medika
adalah
dapat
menginduksi
antibodi pasien untuk melawan respon inflamasi yang menginduksi aterosklerosis sehingga
efek
diunggulkan,
preventifnya
sedangkan
efek
lebih samping
di
yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan
immunomodulasi
seperti demam dan muscle pain dengan
banyak
sedangkan
Keunggulan
diterapkan
merupakan
terapi
durasi maksimum 48 jam.
12
aterosklerosis yang tergolong baru dan
Dibandingkan dengan ketiga terapi
mulai banyak digunakan oleh masyarakat
sebelumnya, imunomicelle polimerik PLGA-
Eropa.
59,60
PEG-MCOOH spesifik VCAM-1 berbasis
Biaya yang dikeluarkan untuk terapi aterosklerosis
berbasis
antara
120.000,00
Rp
Statin
berkisar
hingga
Rp
Capsaicin hanya memerlukan sekali injeksi untuk memberikan efikasi tata laksana aterosklerosis
yang
signifikan,
yaitu
5.000.000,00 setiap bulan dengan durasi
degradasi trigliserida pada makrofag foam
104
cell hingga sebesar 63,16% sehingga
Keunggulan dari Statin memang dapat
pembentukan foam cell yang berkontribusi
memperbaiki profil HDL dalam waktu relatif
besar terhadap progresivitas aterosklerosis
singkat selama 1 bulan namun memiliki
dapat dihindari pada uji coba in vitro dan in
efek
vivo.
rata-rata pengobatan selama 6 bulan.
samping
berupa
gangguan
Biaya
terapi
imunomicelle
yang
penglihatan dan risiko diabetes dengan
diperlukan berkisar antara $150 hingga
onset yang tergolong lama yaitu 4-6 tahun
$275, terlepas dari jenis modalitas yang
dan hanya terjadi pada 3,6% pasien yang
digunakan.106,107 Adapun kelemahan dari
mengonsumsi
durasi
modalitas ini yakni waktu paruh Capsaicin
Kisaran harga terapi Aspirin
yang relatif singkat (Âą 24 jam), namun hal
tersebut.
104
Statin
dengan
selama satu bulan adalah Rp 30.000,00
tersebut
hingga Rp 100.000,00. Keunggulan dari
penambahan PEG sebagai stabilizer dan
terapi aspirin adalah kemampuannya untuk
PLGA yang meningkatkan waktu paruhnya
mengencerkan gumpalan darah, sehingga
hingga 28 hari.
dapat menghindari pasien dari risiko stroke
digunakan sebagai modalitas terapi yaitu
lebih lanjut namun beberapa kasus dapat
Capsaicin terdapat dalam genus Capsicum
menimbulkan pendarahan internal serta
sp. jenis tanaman lokal Indonesia yang
sindrom
relatif
Reye,
sehingga
tidak
boleh
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
dapat
108
murah,
ditanggulangi
dengan
Selain itu, substrat yang
mudah
didapat
serta
75
dibudidayakan,
sehingga
effectiveness
dapat
mengabaikan
efektivitas
prinsip
tercapai dan
costtanpa efikasi
PEG-MCOOH spesifik VCAM-1 berbasis capsaicin.
ini
penting,
mengingat
pengobatan konvensional belum mampu mengatasi
pemberian modalitas
Hal
permasalahan
kardiovaskuler
yang disebabkan oleh aterosklerosis.
3. SIMPULAN Konstruksi imunomicelle polimerik PLGAPEG-MCOOH spesifik VCAM-1 berbasis
DAFTAR PUSTAKA
senyawa Capsaicin terdiri dari preparasi
1. Navas-Acien A, Sharrett AR, Silbergeld
basis nanopartikel Micelle Polimerik yang
EK, et al., 2005, Arsenic Exposure and
dimodifikasi dengan PLGA, PEG, dan
Cardiovascular Disease: A Systematic
gugus MCOOH serta konjugasi antibodi
Review of The Epidemiologic Evidence,
VCAM-1, sintesis senyawa Capsaicin dari
Am J Epidemiol, 162:1037-1049.
enkapsulasi
2. Verschuren J, Trompet S, Wessels J, et
Capsaicin dan mengonjugasikan antibodi
al., 2012, A Systematic Reviw on
VCAM-1 pada segmen distal ampifilik
Pharmacogenetics
nanopartikel
Disease:
genus
Capsicum
spp,
yang
kemudian
Is
in
It
Cardiovascular
Ready
for
Clinical
diadministrasikan secara intravena. Setelah
Application?, European Heart Journal,
bertautan dengan reseptor,
modalitas
3:165-175.
terapi akan didegradasi oleh endosom
3. Frostegard
sehingga
menyisakan
MCOOH
yang
mengalami translokasi menuju SR-A1 dan
J,
Atherosclerosis
2013, and
Immunity,
Cardiovascular
Disease, BMC Medicine, 11:117. Organization,
2011,
menuju TRPV1 dan protein IkB dalam
Cardiovascular Disease Fact
Sheet,
menjalankan
World Health Organization, Geneva,
CD36 sedangkan senyawa Capsaicin akan
dengan
aksinya.
terapi
Statin,
Dibandingkan antiplatelet,
4. World
Health
Switzerland.
dan Dendritic Cell (DC), modalitas ini lebih
5. Alberts-Grill N, Denning TL, Rezvan A,
direkomendasikan secara teoritis meninjau
Jo H, 2013, The Role of The Vascular
dari efek terapi yang diberikan. Selain itu,
Dendritic
modalitas ini hanya memerlukan sekali
Atherosclerosis,
injeksi, lebih stabil, memberikan efek kuratif
Physiol, 305:C1-C21.
dan kardioproteksi yang memiliki tingkat keberhasilan
tinggi
serta
minim
efek
J Physiol
in Cell
6. Kim S, Park J, Kim K, et al., 2012, The Protective Effect of Apamin on LPS/FatBased Complementary and Alternative
4. SARAN
Medicine, 2012:1-10.
Gagasan kreatif dalam karya ilmiah ini masih memerlukan berbagai pengkajian dan penelitian lebih lanjut mengenai potensi dosis
Am
Network
Induced Atherosclerotic Mice, Evidence-
samping.
dan
Cell
mengenai
konsentrasi
penggunaan imunomicelle polimerik PLGA-
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
7. Habets K, Puijvelde G, Duivenvoorde LM, et al., 2010, Vaccination Using Oxidized Pulsed
Low-Density Dendritic
Atherosclerosis
in
Lipoprotein-
Cells
Reduces
LDL
Receptor-
76
Deficient
Cardiovascular
Mice.
insulin, and energy metabolism, Am J Clin Nutr, 84:63-9.
Research, 85:622-630. 8. Tuzcu EM, Kapadia SR, Tutar R, et al.,
16. Roche LD, Hernandez DA, 2012, New
2001, High Prevalence of Coronary
Alternatives
Atherosclerosis
Treatment
Teenagers
in
and
Asymptomatic Young
Adults,
for
Atherosclerosis Based
on
ISRN
Immunomodulation,
Vascular
Medicine, 1-6.
Circulation, 103:2705-2710. 9. Wang L, Bao Y, Yang Y, Wu Y, Chen X,
17. Baigent C, Keech A, Kearney PM, et al.,
Si S, Hong B, 2010, Discovery of
2005, Efficacy and safety of cholesterol-
Antagonists
Scavenger
lowering treatment: prospective meta-
Receptor CD36 via an ELISA-Like High-
analysis of data from 90,056 participants
Throughput Screening Assay, J Biomol
in 14 randomised trials of statins,
Screen, 15(3):239–250.
Lancet, 366:1267–1278.
for
Human
10. Ross R, 1999, Atherosclerosis – An Inflammatory England
The
Disease,
Journal
of
New
Effect of statins on risk of coronary
Medicine,
disease: a meta-analysis of randomized controlled trials, JAMA, 282:2340–2346.
340(2):115-126. 11. Itabe H, Obama T, Kato R, 2011, The Dynamics
of
Oxidized
LDL
during
Atherogenesis, Journal of Lipids, 1-9. 12. Hansson
18. LaRosa JC, He J, Vupputuri S, 1999,
GK,
2005,
19. Kushner FG, Hand M, Smith SC, et al., 2009, 2009 focused updates: ACC/AHA guidelines
for
the
management
of
Inflammation,
patients with ST-elevation myocardial
Atherosclerosis, and Coronary Artery
infarction (updating the 2004 guideline
Disease, N Engl J Med, 352:1685-95.
and
13. Schrijvers DM, De Meyer GR, Herman
2007
focused
ACC/AHA/SCAI
update)
guidelines
and on
AG, Martinet W, 2007, Phagocytosis in
percutaneous
atherosclerosis: Molecular mechanisms
(updating the 2005 guideline and 2007
and implications for plaque progression
focused
and stability, Cardiovasc Res, 73:470–
American
480.
Foundation/American Heart Association
14. Wesemann DR, Benveniste EN, 2003, STAT-1α and IFN-
in
update): College
a
intervention
report of
of
the
Cardiology
Task Force on Practice Guidelines, Circulation, 120:2271–2306.
macrophages:
20. Van de Werf F, Bax J, Betriu A, et al.,
regulation and functional implications of
2008, Management of acute myocardial
the TNF receptor 1:STAT-1α complex,
infarction in patients presenting with
Journal of Immunology, 171(10):5313–
persistent ST-segment elevation: the
5319.
Task Force on the Management of ST-
TNF-α
signaling
as modulators of
coronary
15. Ahuja KDK, Robertson IK, Geraghty DP, Ball
MJ,
2006,
Effects
of
chili
consumption on postprandial glucose,
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
Segment Elevation Acute Myocardial Infarction of the European Society of Cardiology, Eur Heart J, 29:2909–2945.
77
21. Pollack CV Jr, Braunwald E, 2008, 2007
27. Nordmann AJ, Hengstler P, Leimenstoll
update to the ACC/AHA guidelines for
BM, Harr T, Young J, Bucher HC, 2004,
the
Clinical Outcomes of Stents Versus
management
of
patients
with
unstable angina and non-ST-segment
Balloon
elevation
Coronary
myocardial
infarction:
implications for emergency department practice, Ann Emerg Med, 51:591–606. 22. Rapezzi C, Biagini E, Branzi A, 2008, Guidelines
for
the
diagnosis
and
Angioplasty Artery
In
Non-Acute European
Disease,
Heart Journal, 25:69-80. 28. Serruys P, Jaeger P, Kiemeneij F, et al., 1994,
A
Comparison
Expandable-Stent
of
Balloon-
Implantation
with
treatment of non-ST-segment elevation
Balloon Angioplasty In Patients with
acute coronary syndromes: the task
Coronary Artery Disease, The New
force for the diagnosis and treatment of
England
non-ST-segment
331(8):489-495.
elevation
acute
Journal
of
Medicine,
coronary syndromes of the European
29. Zhao J, Ching L, Kou YR, et al., 2013,
Society of Cardiology, Eur Heart J,
Activation of TRPV1 Prevents OxLDL-
29:277–278.
Induced Lipid Accumulation and TNF-α-
23. Shimokawa
T,
Smith
WL,
1992,
Induced Inflamation in Macrophages:
Prostaglandin endoperoxide synthase.
Role of Liver X Receptor α, Mediators of
The aspirin acetylation region, J Biol
Inflammation, 2013:1-14. 30. Zhang LL, Liu DY, Ma LQ, et al., 2007,
Chem, 267:12387–12392. 24. Halushka MK, Walker LP, Halushka PV, 2003,
Genetic
variation
in
Activation of transient receptor potential vanilloid
type-1
channel
prevents
cyclooxygenase 1: effects on response
adipogenesis and obesity, Circ Res,
to aspirin, Clin Pharmacol Ther, 73:122–
100:1063–1070. 31. Ma L, Zhong J, Zhao Z, et al., 2011,
130. 25. Matetzky S, Shenkman B, Guetta V, et
Activation of TRPV1 reduces vascular
al., 2004, Clopidogrel resistance is
lipid
associated
atherosclerosis,
with
increased
risk
of
recurrent atherothrombotic events in patients with acute myocardial infarction, Circulation, 109:3171–3175. van der Bom JG, Jukema JW, Huisman 2007,
nonresponsiveness undergoing
Clopidogrel in
percutaneous
and
attenuates
Cardiovascular
Research, 92:504-513. 32. Sanatombi
K,
Sharma
GJ,
2008,
Capsaicin Content and Pungency of
26. Snoep JD, Hovens MM, Eikenboom JC, MV,
accumulation
patients coronary
intervention with stenting: a systematic
Different Capsicum spp. Cultivars, Not Bot Hort Agrobot Cluj, 36(2):89-90. 33. Bode AM, Dong Z, 2011, The Two Faces
of
Capsaicin,
Cancer
Res,
71:2809-2814. 34. Han
SS, Keum
YS, Seo
HJ, Chun
review and meta-analysis, Am Heart J,
KS, Lee SS, Surh YJ, 2001, Capsaicin
154:221–231.
suppresses
phorbol
ester-induced
activation of NF-kappaB/Rel and AP-1
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
78
transcription factors in mouse epidermis,
Gao J, 2009, Multifunctional Micellar
Cancer Lett, 164(2):119-26. 35. Seong-Su
Han, Young-Sam
Keum, Kyung-Soo
42. Blanco E, Kessinger CW, Sumer BD,
Chun, Young-Joon
Surh, 2002, Suppression of phorbol
Biol Med, 234(2):123-131. 43. Lewis DR, Kamisoglu K, York A, Moghe
by
PV, 2011, Polymer-Based Therapeutics:
human
Nanoassemblies and Nanoparticles for
promyelocytic leukemia cells, Archives
Management of Atherosclerosis, Wiley
of
Interdiscip
ester-induced Capsaicin
activation
Nanomedicine for Cancer Therapy, Exp
NF-κB in
Pharmacal
cultured Research,
Volume
25. Issue 4. pp 475-479. 36. Reyes-Escogido
Rev
Nanomed
Nanobiotechnol, 3(4):400-420.
M,
Gonzalez-
44. Kamaly, et al., 2012, Targeted polymeric
Mondragon EG, Vazquez-Tzompantzi E,
therapeutic
2011, Chemical and Pharmacological
development, and clinical translation,
Aspects
of
Molecules,
Capsaicin,
nanoparticles:
design,
Chem Soc Rev, 41(7):2971-3010. 45. Farokhzad OC, et al., 2006, Targeted
16:1253-1270. 37. Napoli C, Ignarro LJ. 2009. Nitric oxide
nanoparticle-aptamer bioconjugates for
and pathogenic mechanisms involved in
cancer chemotherapy in vivo, PNAS,
the development of vascular diseases.
103(16):6315-6320.
Arch Pharm Res. 32: 1103-8. D. J.
46. Jung T, Breitenbach A, Kissel T, 2000, J. Controlled Release, 67:157-169.
Preiss, 38. N. Sattar, 2007, Vascular cell adhesion
47. Blanco E, Kessinger CW, Sumer BD,
molecule-1: a viable therapeutic target
and Gao J, 2009, Multifunctional Micellar
for atherosclerosis?, Int J Clin Pract, pp
Nanomedicine for Cancer Therapy, Exp
697–701.
Biol Med (Maywood), 234(2):123-131.
39. Kathryn J. Moore, Ira Tabas, 2011,
48. Pandhair
V,
Sharma
S,
2008,
Macrophages in the Pathogenesis of
Accumulation of Capsaicin in Seed,
Atherosclerosis, Cell, 145 pp 1-5.
Pericarp and Placenta of Capsicum
40. Becker, L., Gharib, S.A., Irwin, A.D.,
annuum
L
Journal
Fruit,
Wijsman, E., Vaisar, T., Oram, J.F., and
Biochemistry
Heinecke, J.W., 2010, A macrophage
17(1):23-27.
and
of
Plant
Biotechnology,
to
49. Arora R, Gill N S, Chauhan G, Rana A
atherogenesis, Cell Metab, Vol 11. pp
C, 2011, An Overview about Versatile
125–135.
Molecule
sterol-responsive
network
linked
41. Iyer AK, Greish K, Seki T, Okazaki S, Fang J, Takeshita K, Maeda H, 2007, Polymeric protoporphyrin
micelles for
of
tumor
zinc targeted
Capsaicin,
Pharmaceutical
Int
Sciences
Jour
of
and
Drug
Bodhipadma
K.,
Research, 3(4): 280-286. 50. Noichinda
S.,
Lerksasen P., Ketsa S., 2012, Difference
delivery based on EPR effect and singlet
in
Capsaicin
Content
among
Thai
oxygen generation, J Drug Target, 15:
Capsicum, The Jour App Sci, 11(1):1-4.
496–506.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
79
51. Sudhakar Johnson, T. and Racishankar,
57. Febbraio M, Sheibani N, Schmitt D,
G. A. and Venkataraman, L. V., 1991, In
Silverstein R, Hajjar D, Cohen P, et al.,
vitro
2000, Targeted disruption of the class B
Capsaicin
production
by
immobilized cells and placental tissues
scavenger
receptor
of Capsicum annuum L. grown in liquid
against
atherosclerotic
medium, Plant Science, 70(2):223-229.
development in mice, J Clin Invest,
52. Pepic et al., 2012, Polymeric Micelles in Ocular
Drug
Strategies
Delivery:
and
S.,
lesion
105:1095-1108. 58. Manning-Tobin JJ, Moore KJ, Seimon
Chem.
TA, Bell SA, Sharuk M, Alvarez-Leite JI,
Challenges,
2007,
protects
Rationale,
et al., 2009, Loss of SR-A and CD36
Biochem. Eng. Q., 26(4):365-377. 53. Gosk
CD36
VCAM-directed
activity reduces atherosclerotic lesion
immunoliposomes loaded with vascular–
complexity without abrogating foam cell
disrupting agents for selective targeting
formation
and occlusion of the tumor vasculature -
Arterioscler Thromb Vasc Biol, 29:19–
as
26.
a
novel
therapeutic
strategy,
Dissertation Universitaat Bonn, pp.39-
in
hyperlipidemic
mice,
59. Panyam J, Zhou WZ, Prabha S, Sahoo SK, Labhasetwar V, 2002, Rapid endo-
41. 54. Kang DI, Lee S, Lee JT, Sung BJ, Yoon
lysosomal escape of poly(DL-lactide-
JY, Kim JK, Chung J, Lim SJ, 2011,
coglycolide) nanoparticles: implications
Preparation and in vitro evaluation of
for drug and gene delivery, FASEB J,
anti-VCAM-1-Fab'-conjugated liposomes
16:1217–1226.
for the targeted delivery of the poorly water-soluble
drug
J
celecoxib,
Microencapsul, 28(3):220-7. 55. Xu
X, Wang
H, Luo
P, Zhao Z, Cao
Z, Zhong
J
et
al.,
60. Panyam
J,
Labasethwar
V,
2003, and
Dynamics
of
Endocytosis
Exocytosis
of
Poly(D,L-Lactide-co-
T, He
Glycolide) Nanoparticles in Vascular
2011,
Smooth Muscle Cells, Pharmaceutical
Activation of transient receptor potential
Research, 20(2):212-220.
vanilloid 1 by dietary Capsaicin delays
61. Chnari E, Jessica SN, Wang J, Uhrich
the onset of stroke in stroke-prone
KE, an Moghe PV, 2006, Engineered
spontaneously hypertensive rats, AHA
Polymeric Nanoparticles for Receptor-
Journal, 42(11):3245-51.
Targeted Blockage of Oxidized Low
56. Mulder WJM, Strijkers GJ, Briley-Saboe
Density
Lipoprotein
Uptake
KC, Frias JC, Aguinaldo JGS, Vucic E,
Atherogenesis
Amirbekian V, Tang C, Chin PTK,
Biomacromolecules, 7:1756-1805.
Nicolay K, Fayad ZA, 2007, Molecular
in
and
Macrophages,
62. Kunjathoor V, Febbraio M, Podrez E,
in
Moore K, Andersson L, Koehn S, et al.,
atherosclerotic plaques using bimodal
2002, Scavenger receptors class A-I/II
Magn
and CD36 are the principal receptors
imaging
of
PEG-micelles,
macrophages Reson
Med,
58(6):1164–1170.
responsible for the uptake of modified low density lipoprotein leading to lipid
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
80
loading in macrophages, J Biol Chem,
69. L.-C. Cheng, K.-H. Su, Y. R. Kou et al., 2011, α-Lipoic acid ameliorates foam
277:49982–49988. 63. K. C. Thomas, M. Ethirajan, K. Shahrokh
cell formation via liver X receptor α-
et al., 2011, Structureactivity relationship
dependent upregulation of ATP-binding
of Capsaicin analogs and transient
cassette transporters A1 and G1, Free
receptor potential vanilloid 1-mediated
Radical Biology andMedicine, vol. 50,
human
lung
no. 1, pp. 47–54.
Journal
of
epithelial
cell
toxicity, and
70. Joseph SB, Castrillo A, Laffitte BA,
Experimental Therapeutics, vol. 337, no.
Mangelsdorf DJ, and Tontonoz P, 2003,
2, pp. 400–410.
Reciprocal regulation of inflammation
Pharmacology
64. Almasi R, Szoke E, Bolcskei K, Varga A,
and
lipid
metabolism
by
liver
X
Riedl Z, et al., 2008, Actions of 3-methyl-
receptors, Nature Medicine, vol. 9, no. 2,
N-oleoyldopamine
pp. 213–219.
oleoyldopamine
and
on
4-methyl-N-
the
rat
TRPV1
71. Bischoff,E.D., Daige,C.L., Petrowski,M.,
receptor in vitro and in vivo, Life Sci, pp
Dedman,H.,
644–651.
Li,A.C. and Schulman,I.G., 2010, Non-
65. Zhong
B,
Wang
DH,
2008,
N-
redundant
Pattison,J., roles
for
Juliano,J.,
LXRalpha
and
oleoyldopamine, a novel endogenous
LXRbeta in atherosclerosis susceptibility
Capsaicinlike lipid, protects the heart
in
against ischemia-reperfusion injury via
knockout mice, J. Lipid Res.
activation of TRPV1, Am J Physiol Heart
low
density
66. Wang H, Wang DH, Galligan JJ, 2010,
receptor
72. Krasowski,M.D., Ni,A., Hagey,L.R. and Ekins,S.,
Circ Physiol, H728–735.
lipoprotein
2011,
promiscuous
Evolution
nuclear
of
hormone
P2Y2 receptors mediate ATP-induced
receptors: LXR, FXR, VDR, PXR, and
resensitization of TRPV1 expressed by
CAR, Mol. Cell. Endocrinol, 334:39–48.
kidney projecting sensory neurons, Am J
73. Nedumaran,B.,
Physiol Regul Integr Comp Physiol,
Yoon,Y.-S.,
R1634–1641.
Lee,Y.C.,
Kim,G.S.,
Hong,S.,
Kim,Y.-H., Koo,S.-H.
Lee,C.-H.,
and Choi,H.-S.,
67. Szallasi A, Cortright DN, Blum CA, Eid
2010, Orphan nuclear receptor DAX-1
SR, 2007, The vanilloid receptor TRPV1:
acts as a novel corepressor of liver X
10 years from channel cloning to
receptor alpha and inhibits hepatic
antagonist proof-of-concept, Nat Rev
lipogenesis, J. Biol. Chem, 285:9221–
Drug Discov, pp 357–372.
9232.
68. R. Sorrentino, S. Morello, S. Chen, E.
74. Chinetti GG, Baron M, Bouhlel MA et al.,
Bonavita, and A. Pinto, 2010, The
2011, Human Atherosclerotic Plaque
activation of liver X receptors inhibits
Alternative Macrophages Display Low
toll-like receptor-9-induced foam cell
Cholesterol
formation,
Journal
of
Cellular
Physiology, vol. 223. no. 1. pp. 158–167.
Handling
Phagocytosis Activities
of
Because the
PPAR
but of
High Distinct
and
LXR
Pathways, Circ. Res, 108:985–995.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
81
75. Jakobsson T, Venteclef N, Toresson G., Damdimopoulos AE., Ehrlund A, Lou,X,
reverse cholesterol transport, Journal of Lipid Research, Volume 36 pp 1-18.
KR,
82. Wang X, Collins HL, Ranalletta M, Fuki
Gustafsson,JA, and Treuter,E., 2009,
IV, Billheimer JT, Rothblat GH, Tall AR,
GPS2 is required for cholesterol efflux
Rader DJ, 2007, Macrophage ABCA1
by triggering histone demethylation, LXR
and ABCG1, but not SR-BI, promote
recruitment, and coregulator assembly
macrophage
at the ABCG1 locus, Mol. Cell., 34:510–
transport
518.
117:2216-2224.
Sanyal,S,
Steffensen
76. Laffitte, B.A. et al., 2001, LXRs control
in
reverse vivo,
J
cholesterol Clin
Invest,
83. El Bouhassani M, Gilibert S, Moreau M,
the
Saint-Charles F, Treguier M, Poti F,
apolipoprotein E gene in macrophages
Chapman MJ, Le Goff W, Lesnik P,
and adipocytes, Proc. Natl. Acad. Sci.
Huby T, 2011, Cholesteryl ester transfer
USA., 98:507–512.
protein expression partially attenuates
lipid-inducible
expression
of
77. Repa, J.J. et al., 2000, Regulation of
the adverse effects of SR-BI receptor
mouse sterol regulatory element-binding
deficiency on cholesterol metabolism
protein-1c
and
(SREBP-1c)
by
oxysterol
receptors LXR-α and LXR- , Genes
atherosclerosis,
J
Biol
Chem,
286:17227-17238. 84. Zhang Y, Da Silva JR, Reilly M,
Dev, 14:2819–2830. 78. Zhang Y, Zanotti I, Reilly MP, Glick JM,
Billheimer JT, Rothblat GH, Rader DJ,
2003,
2005, Hepatic expression of scavenger
Overexpression of apolipoprotein A-I
receptor class B type I (SR-BI) is a
promotes
positive
Rothblat
GH,
Rader
reverse
DJ, transport
of
regulator
of
macrophage
cholesterol from macrophages to feces
reverse cholesterol transport in vivo, J
in vivo, Circulation, 108:661-663.
Clin Invest, 115:2870-2874.
79. Yvan-Charvet, L., Pagler, T.A., Seimon,
85. Chen LW, Egan L, Li ZW, Greten FR,
T.A., Thorp, E., Welch, C.L., Witztum,
Kagnoff MF, Karin M, 2003, The two
J.L., Tabas, I., and Tall, A.R., 2010,
faces of IKK and NF-kB inhibition:
ABCA1 and ABCG1 protect against
Prevention of systemic inflammation but
oxidative
macrophage
increased local injury following intestinal
Circ.
ischemia-reperfusion, Nat Med, 9:575–
apoptosis
stress-induced during
efferocytosis,
Res, 106:1861–1869.
581.
80. Groen AK, Bloks VW, Bandsma RH,
86. Correa RG, Matsui T, Tergaonkar V,
Ottenhoff R, Chimini G, Kuipers F, 2001,
Rodriguez-Esteban C, Izpisua-Belmonte
Hepatobiliary cholesterol transport is not
JC, Verma IM, 2005, Zebrafish IkB
impaired in Abca1-null mice lacking
kinase 1 negatively regulates NF-kB
HDL, J Clin Invest, 108:843– 850.
activity, Curr Biol, 15:1291–1295.
81. Christopher J. Fielding; and Phoebe E.
87. Gadjeva M, Tomczak MF, Zhang M,
Fieldins, 1995, Molecular physiology of
Wang YY, Dull K, Rogers AB, Erdman SE, Fox JG, Carroll M, Horwitz BH,
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
82
2004, A role for NF-kB subunits p50 and p65
in
the
inhibition
lipopolysaccharide-induced
of J
shock,
Immunol, 173:5786–5793. 88. Mourad
Z, Yasuhiro
Naura, Chetan
I/HDL
infusion
therapy
stabilization-regression:
S.
Hans, Charles
for
plaque
a
novel
approach, Current
therapeutic
S, Amarjit
P.
94. Shah PK, et al., 2007, Apolipoprotein A-
Pharmaceutical Design, 13(10):1031– 1038.
Nichols, and Hamid B, 2008, Nuclear
95. Rubenstrunk A, Hanf R, Hum DW,
Translocation of p65 NF-kB is Sifficient
Fruchart JC, Staels B, 2007, Safety
for VCAM-1: Differential Requirement for
issues
PARP-1 Expression and Interaction, Cell
generations
Signal, 20(1): 186-194.
Biochim Biophys Acta, 1771(8):1065-81.
89. Bonizzi G, Karin M, 2004, The two NF-
96. Zinn
and
A,
prospects of
PPAR
Felson
S,
for
future
modulators, Fisher
E,
kB activation pathways and their role in
Schwartzbard A, 2008, Reassessing the
innate and adaptive immunity, Trends
cardiovascular risks and benefits of
Immunol, 25:280–288.
thiazolidindiones,
90. Nicole Iverson1, Nicole M. Plourde2, Sarah M. Sparks3 et al., 2011, Dual Use of
Amphiphilic
Macromolecules
As
Cholesterol Efflux Triggers and Inhibitors of
Macrophage
Athero-inflammation,
Biomaterials, 32(32):8319–8327.
Clinical
Cardiology,
31(9):397-403. 97. Staels B, 2005, Fluid retention mediate by renal PPAR- , Cell Metabolism, 2(2):77-78. 98. Jacobsson LT, Turesson C, Gulfe A, Kapetanovic MC, Petersson IF, Saxne
91. Liqun M, Jian Z, Zhigang Z et al., 2011,
T, Geborek P, 2005, Treatment with
Activation of TRPV1 reduces vascular
tumor
lipid
attenuates
associated with a lower incidence of first
Cardiovascular
cardiovascular events in patients with
accumulation
and
atherosclerosis, Research, 92:504–513.
necrosis
rheumatoid
92. Martin T, Tsagogiorgas C, Wedel J,
factor
arthritis,
J
blockers
is
Rheumatol,
32:1213–1218.
Hottenrott M, Schneider MO, Binzen U,
99. Emsley HC, Smith CJ, Georgiou RF,
et al., 2012, N-octanoyl-Dopamine Is an
Vail A, Hopkins SJ, Rothwell NJ, Tyrrell
Agonist
at
Receptor
PJ, 2005, A randomised phase II study
TRPV1
and
Chemia-
of interleukin-1 receptor antagonist in
the
Capsaicin
Mitigates
Is
stroke
patients,
J
Neurol
Induced Acute Kidney Injury in Rat,
acute
PLoS ONE, 7(8): e43525.
Neurosurg Psychiatry, 76:1366–1372.
93. Lewington S, Whitlock G, Clarke R et al.,
100. Kim SY, Solomon DH, 2010, Tumor
2007, Blood cholesterol and vascular
necrosis factor blockade and the risk of
mortality
viral infection, Nat Rev Rheumatol,
by
age,
sex,
and
blood
pressure: a meta-analysis of individual data from 61 prospective studies with 55,000
vascular
deaths,
Lancet,
6(3):165-74. 101. Prinz
JC,
2011,
Autoimmune-like
syndromes during TNF blockade: does
370(9602):1829–39.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
83
infection
have
a
role?,
Nat
Rev
105. Jeremy
S,
Paikin,
and
John
Eikelboom, 2012, Aspirin, Circulation,
Rheumatol, 29;7(7):429-34. 102. Kamaly N, Xiao Z, Valencia PM, Radovic-Moreno AF, Farokhzad OC,
125:e439-e442. 106. Torchilin,
Vladimir
P,
2012, Targeted Polymeric Therapeutic
Immunomicelles:
Nanoparticles: Design, Development,
Pharmaceutical
and Clinical Translation, Chem Soc
Soluble
Rev, 41(7):2971-3010.
National Academy of Science.
103. Pinto-Alphandary
H,
Andremont
A,
107. Peters,
Carriers
al.,
2009,
atherosclerosis
antibiotics
and
multifunctional
and
106(24):9815-9819.
nanoparticles:
liposomes research
applications, Int J Antimicrob, 13:155168.
for
Proceeding
Drugs, et
2003, Targeted
Couvreur P, 2000, Targeting delivery of using
W.
by
Poorly of
the
Targeting
using
modular,
micelles,
PNAS,
108. Ravivarapu HB, Burton K, De Luca PP, 2000,
Polymer
and
microsphere
104. Schuffhan et al., 2006, The cost
blending to alter the release of a
effectiveness of Fluvastatin in Hungary
peptide from PLGA microsphere, Eur J
Following Succesfull PCI, Cardiovasc
Pharm Biopharm, 50:263-70.
drugs ther, 13(4):309-317.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
84
Artikel Penyegar
POTENSI PEMANFAATAN GREEN TEA-DERIVED POLYPHENOLS (GTPS) TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS) SEBAGAI INOVASI PENGEMBANGAN TERAPI ADJUVAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS 1
Surya Wijaya 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Email: suryawijaya_102@yahoo.com
ABSTRAK Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global yang mengkhawatirkan Setiap tahun, tercatat 2 juta penduduk dunia meninggal akibat tuberkulosis. Penyebab utama kekurangefektifan terapi adalah karakteristik M. tuberculosis yang mampu menghindari sistem pertahanan tubuh manusia. Melalui beberapa mekanisme green tea-derived polyphenols (GTPs) yang tidak dimiliki oleh obat antituberkulosis first-line saat ini, diharapkan dapat menjadi terapi adjuvan tuberkulosis baru yang lebih aman dan efektif. Potensi imunomodulator GTPs akan merangsang respon imun seluler dengan meningkatkan produksi maupun aktivitas dari beberapa sitokin penting, seperti IL-12, IFN- γ, dan TNF-α. GTPs juga berpotensi untuk menurunkan kerusakan jaringan paru permanen yang terjadi akibat proses infeksi dengan menghambat respon imunopatologis dari TNF-α, histamin, ROS dan RNI. Selain itu, GTPs terbukti mampu menghambat Sp1, yang merupakan faktor transkripsi yang paling berperan dalam ekspresi gen TACO, molekul host-protein yang paling berperan dalam kemampuan M. tuberculosis untuk hidup di dalam makrofag, Oleh karena itu, GTPs berpotensi untuk diaplikasikan sebagai terapi adjuvan pada pasien tuberkulosis karena memiliki efek imunomodulator, antioksidan kuat, dan penghambatan transkripsi gen TACO. Namun, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan potensi tersebut sekaligus meminimalkan efek samping yang mungkin terjadi. Kata kunci: polifenol, tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, immunomodulator, antioksidan, gen TACO ABSTRACT Tuberculosis becomes a worrying global health problem. Approximately 2 million people die because of tuberculosis every year. The main cause of ineffectiveness of therapy is the ability of M. tuberculosis to avoid human immune system. Through several mechanisms which first-line antituberculosis drugs do not have, green tea-derived polyphenols can be a new adjuvant therapy for tuberculosis. The immunomodulation effect of GTPs can stimulate cellular immune system by enhancing various cytokine production and activity, such as IL-12, IFN-γ, and TNF-α. GTPs also can decrease infection-related permanent lung tissue destruction by inhibiting immunopathology response of TNF-α, histamine, ROS, and RNI. In addition, GTPs can down-regulate Sp1, host-protein molecule which has an important role for M. tuberculosis survival in macrophage. Therefore, GTPs has a great potency of an adjuvant therapy for tuberculosis patient because it has an immunomodulation, potent antioxidant, and TACO gene transcription inhibitor. Nevertheless, a future research is needed to hold for optimizing this potency and minimizing adverse effects. Keywords: polyphenol, tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, immunomodulation, antioxidant, TACO gene 1. PENDAHULUAN mengenai organ tubuh lainnya. Sumber Mengenal Lebih Dekat Tuberkulosis
penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular
waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan
langsung yang disebabkan oleh kuman TB
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
(droplet nuclei).
1
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
85
menjadi
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
sekunder.
seperti foto toraks, biakan, dan uji kepekaan
Tuberkulosis primer terjadi ketika seseorang
dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
yang belum pernah terpajan M. tuberculosis
sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tuberkulosis tuberkulosis
dibagi
primer
dan
5
menghirup bakteri tersebut melalui inhalasi.2 Bila menetap di jaringan paru, kuman akan
2. Pembahasan
membentuk sarang primer (fokus Ghon). Dari
2.1 Menilik Lebih Dalam Permasalahan di
sarang primer, akan timbul limfangitis lokal
Balik Momok Tuberkulosis Tuberkulosis hingga detik ini dianggap
yang diikuti dengan limfadenitis regional yang membentuk
kompleks
primer
(Ranke).
sebagai
masalah
kesehatan
dunia
yang
Kompleks primer ini selanjutnya dapat sembuh
penting. Diperkirakan lebih kurang 1,9 milyar
sempurna,
atau
sedikit
sembuh
bekas
dengan meninggalkan
penduduk
dunia
terinfeksi
M.
3
dan
tuberculosis. Setiap tahun terjadi sekitar 9 juta
secara per kontinuitatum,
penderita baru TB dengan angka kematian
atau
menyebar, baik
1/3
berkomplikasi
hematogen
mencapai 2 juta orang. Pada tahun 2011,
tergantung pada tingkat imunitas individu yang
diperkirakan terdapat 8,7 juta kasus baru TB
terpapar kuman TB.3 Tuberkulosis paru primer
aktif di seluruh dunia dengan angka kematian
biasanya asimtomatik. Sekitar 5% kasus yang
1,4 juta orang.6 Di Indonesia, TB merupakan
bermanifestasi sebagai penyakit ringan mirip
masalah
flu.2
Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-
bronkogen,
limfogen
maupun
utama
kesehatan
masyarakat.
Tuberkulosis sekunder dapat terjadi
3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina
pasien
telah
dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total
yang
jumlah pasien TB di dunia. Pada tahun 2011,
dorman pada tuberkulosis primer dapat muncul
dijumpai 316.562 kasus baru TB dengan
bertahun-tahun
reinfeksi
194.780 kasus TB aktif di Indonesia.7 Selain
(infeksi ulang) atau reaktivasi (akibat kondisi
itu, TB menduduki urutan ke-4 untuk angka
imunosupresi). Kondisi reaktivasi lebih sering
kesakitan dan menduduki urutan ke-5 sebagai
terjadi
penurunan
penyebab kematian yang menyerang sebagian
penggunaan
besar kelompok usia produktif dari kelompok
maligna, diabetes, AIDS,
sosioekonomi lemah di Indonesia. Angka
2,3
kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar
menimbulkan
300 orang per hari dan terjadi >100.000
pada
mengalami
infeksi
pada
imunitas
yang
sebelumnya
primer.
kemudian
pasien
akibat
alkohol, penyakit
2
Kuman
akibat
dengan
malnutrisi,
gagal ginjal atau pemberian kortikosteroid. Tuberkulosis
paru
sekunder
gejala klinis, seperti batuk kronis yang disertai hemoptisis, penurunan berat badan yang nyata, demam ringan, dan berkeringat pada malam hari.
3,4
1
kematian per tahun.8 Tuberkulosis tidak hanya menimbulkan dampak medis,
tetapi
juga menimbulkan
dampak ekonomi. Sekitar 75% pasien TB
Diagnosis TB paru pada orang dewasa
adalah kelompok usia yang paling produktif
ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan
seorang pasien TB dewasa akan kehilangan
BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
86
kehilangan
Masalah lain yang dihadapi adalah
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar
resistensi obat. MDR (multidrugs resistant
20â&#x20AC;&#x201C;30%. pendapatannya sekitar 15 tahun.
tuberculosis) adalah bakteri yang resisten
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga
terhadap lini pertama pengobatan TB dan XDR
memberikan dampak buruk lainnya secara
adalah
sosial berupa stigma dan pengucilan oleh
terhadap pengobatan primer dan sekunder.
tersebut
berakibat
masyarakat.
pada
1
bakteri
TB
yang
sudah
resisten 3
Menurut WHO (2008), telah ditemukan 0,5 juta
Walaupun WHO telah mencanangkan
kasus MDR-TB dengan tuberkulosis kasus
Stop Tuberculosis Strategy dengan strategi
baru MDR 23.353 kasus. Pada tahun 2003,
utama Directly Observed Treatment Short
WHO menyatakan insidensi MDR-TB akan
Course Strategy (DOTS) yang merupakan
terus meningkat 4.3% di seluruh dunia dan
program
mengontrol
lebih dari 200 ribu kasus baru akan terjadi di
tuberkulosis yang telah diterapkan oleh WHO
dunia. Apabila pasien terinfeksi oleh bakteri ini,
sejak 1995, sampai hari ini belum ada satu
waktu pengobatan akan bertambah panjang
negara pun di dunia yang telah bebas
dan biaya semakin meningkat.
tuberkulosis paru. Setelah angka tuberkulosis
pemberian
telah berhasil diturunkan di beberapa negara
memberikan efek negatif berupa adverse drug
maju, belakangan ini angka tersebut naik lagi
reactions (ADRs).10
pendekatan
sehingga
untuk
tuberkulosis
reemerging disease.
1,3
disebut
penyakit ini belum pernah menurun jumlahnya, 8
membutuhkan
OAT
waktu
meningkatakan
Selain itu,
anti-tuberkulosis
Pengobatan
sebagai
Sementara di Indonesia
obat
9
risiko
first
line
lama munculnya
juga
yang akan ADRs
bahkan terus meningkat. Cakupan program
maupun MDR-TB. Oleh karena itu, saat ini
DOTS pun hanya mencapai 28% dari 206.000
sangat perlu dilakukan penelitian terhadap
juta penduduk, dengan hasil pengobatan yang
upaya pengendalian infeksi tuberkulosis yang
1,3
lebih tepat dan efektif. Pengembangan juga
Pengobatan TB yang digunakan luas
dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan
di Indonesia adalah obat kemoterapi kombinasi
dan mengurangi kerusakan jaringan paru
lini
permanen akibat proses infeksi yang terjadi
masih belum memuaskan.
pertama,
piranizamid, Namun,
yakni
isoniazid,
etambutol,
yang
dan
menjadi
rifampisin, streptomisin.
kendala
pada pasien tuberkulosis.9 Salah satu terapi tuberkulosis yang
adalah
pemakaian obat yang terlalu lama. Pasien
saat
diharuskan minum sekitar 6 obat dalam sehari
imunoterapi. Penggunaan imunoterapi dalam
selama
pengobatan pasien tuberkulosis, baik yang
6
bulan
untuk
mencegah
ini
sedang
dikembangkan
perkembangan resistensi obat. Aturan ini
non-resisten
kadang membuat pasien tidak patuh sehingga
mempercepat penyembuhan dan mengurangi
kebanyakan pasien tidak mau menyelesaikan
relaps. Penggunaan modulator imunitas juga
pengobatan
akibatnya
penting untuk menghambat kerusakan jaringan
adalah resitensi dan kemungkinan relaps yang
pulmonal lebih lanjut akibat proses inflamasi
tinggi.
sampai
akhir
dan
maupun
MDR-TB
adalah
akan
yang berlebihan.11
3
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
87
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari
beratnya. Teh hijau mengandung senyawa
200 juta jiwa, memiliki lebih kurang 30.000
polifenol yang terdiri dari flavonol, flavandiol,
spesies
di
flavanoida dan asam fenolat yang diperkirakan
antaranya termasuk tumbuhan berkhasiat (180
30% dari berat kering daun teh. Senyawa
spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu
polifenol yang terdapat dalam teh hijau adalah
tradisional) merupakan potensi pasar obat
kelompok
herbal dan fitofarmaka. Kemandirian bangsa
catechins. Senyawa polifenol (polyphenolic-
Indonesia
based compounds)
tumbuhan
yang
dan
kaya
940
akan
spesies
bahan
obat
flavonol
yang
dikenal
sebagai
teh hijau terdiri
dari
untuk
catechins (30â&#x20AC;&#x201C;42%) dan unsur-unsur lain.
nature
Catechins berdasarkan ikatan hidroksil dan
Salah
gugus ester gallate mempunyai derivat dengan
satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan
konsentrasi yang berbeda di dalam green tea,
sebagai imunoterapi TB adalah teh hijau.
yaitu epicatechin (EC) 8,01%, epigallocatechin
tradisional
mendorong
memanfaatkan
masyarakat
program
back
to
sebagai pengobatan herbal alternatif.
12
(EGC) 27,65%, epicatechin gallate (ECG) 3. ISI
12,48%, dan epigallocatechin gallate (EGCG)
3.1 Teh Hijau, Tanaman Penuh Khasiat
51,86%.15
Teh merupakan
hijau
(Camelia
Potensi antioksidan dari green tea-
sinensis)
perdu yang biasanya dipangkas
derived
polyphenols
(GTPs)
telah
diteliti
bila dibudayakan untuk dipanen daunnya.
secara in vitro dan diketahui bahwa GTPs
Tanaman ini memiliki akar tunggang yang
dapat
kuat, bunga kuning-putih berdiameter 2,54 cm,
menurunkan kadar zat kimia lain. Potensi
dan daun hijau dengan panjang sekitar 4,5 cm
antioksidan
dan lebar 2,5 cm. Daun dengan umur yang
dibandingkan
berbeda
yaitu 10 kali lebih besar dari vitamin C dan 100
berbeda
menghasilkan pula.
kualitas the
Tanaman
ini
yang
banyak
menangkap dari
radikal
bebas
dan
GTPs jauh lebih
dengan
antioksidan
besar lainnya,
kali lebih besar dari vitamin E dan carotene.14
dibudidayakan di Asia Tenggara sebagai
Penelitian mengenai GTPs sudah banyak
bahan minuman dan baku pembuatan obat
dilakukan pada kasus kanker. Senyawa ini
tradisional (herbal medicine).
13
mampu
Sampai saat ini di dunia kurang lebih
menghambat
proses
tumorigenik
dengan beberapa proses, seperti antioksidatif, 16
terdapat 1.500 jenis teh yang berasal dari 25
antiproliferatif, dan efek proapoptosis.
negara yang berbeda. Salah kelompok utama
juga diketahui memiliki efek yang signifikan
teh adalah teh hijau. Teh hijau dibuat melalui
terhadap
inaktivasi enzim polifenol oksidase di dalam daun
teh
segar
yang
dilakukan
penghambatan
infeksi
EGCG
HIV
dan
multidrug-resistant Staphylococcus aureus.
17,18
melalui
pemanasan (udara panas) dan penguapan
3.2 Potensi Green Tea-Derived Polyphenols
(uap air) tanpa proses fermentasi. Kedua
(GTPs) dari Teh Hijau (Camellia sinensis)
metode itu berguna untuk mencegah terjadinya
sebagai
oksidasi enzimatis katekin. Teh
hijau
14
memiliki
Inovasi
Pengembangan
Terapi
Adjuvan pada Pasien Tuberkulosis kandungan
senyawa polifenol antara 15-30% dari total
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
Green tea-derived polyphenols (GTPs) memiliki
potensi
sebagai
terapi
adjuvan
88
terhadap
OAT
karena
memiliki
efek
atau monosit yang telah terinfeksi. Sel NK
metabolisme yang tidak dapat dilakukan oleh
teraktivasi
OAT first line saat ini. Efek metabolisme GTPs
aktivitas mikobakterisidal dari makrofag yang
meliputi efek imunomodulator, antioksidan, dan
terinfeksi mikobakterium. Sel ini sendiri juga
penghambatan
memproduksi IFN-γ.22
ekspresi
gen
tryptophan-
aspartate containing coat protein (TACO).
IL-2
Dalam
juga
kasus
dapat
merangsang
tuberkulosis,
TNF-α
Dari hasil beberapa penelitian, GTPs
dalam kadar terlalu tinggi sangat berperan
terbukti mampu meningkatkan respon imun
dalam respon imunopatologis dan menjadi
seluler. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari
faktor utama yang menyebabkan kerusakan
tingginya
kadar
dan
IFN-γ
aktivitas fagosit sel makrofag.
19,20
peningkatan
jaringan
Sekresi IFN-
menekan efek toksisitas dari TNF-α sehingga
γ yang tinggi terbukti akan memperbesar
pulmonal.
GTPs
terbukti
kerusakan jaringan paru dapat dicegah.
dapat 24
kemampuan mikrobisidal dari makrofag. IFN-γ
Penghambatan histamin oleh GTPs
dan IL-12 merangsang diferensiasi sel Th0-
diketahui juga dapat meningkatkan aktivitas
menjadi Th1-CD4 . IFN-γ juga akan
Th1 dan menurunkan imunopatologi. Selain
meningkatkan produksi dan aktivitas sitolisis
itu, penghambatan histamin tersebut juga akan
dari sel Tc-CD8+ maupun sel NK, inhibisi
menurunkan jumlah mikobakterium yang hidup
replikasi mikobakterium dan meningkatkan
secara signifikan.25
+
CD4
+
ekspresi
reseptor
IL-2
growth factor untuk sel T). Selain
itu,
(yang
Potensi lain yang dimiliki GTPs dalam
merupakan
21
terapi pasien tuberkulosis adalah potensi
GTPs
juga
dapat
menurunkan produksi IL-10 dan meningkatkan 20
antioksidan mampu
tersebut bertanggung jawab pada penurunan
dengan
aktivitas
pembentuk
IL-12
secara
makrofag
signifikan.
maupun
penurunan
lebih
kuat
dan
efektif
daripada α-tochoperol dan vitamin C. GTPs
IL-10
produksi
yang
menghalangi
pembentukan
ROS
beberapa
enzim
menghambat ROS
dan
menghambat
produksi IL-12 dan IFN-γ oleh sel T. IL-12
phospholipase
adalah aktivator paling kuat untuk sel NK.
tersebut bekerja dengan cara melepaskan satu
Produksi IFN-γ oleh limfosit Th1 dan NK juga
atom
akan meningkat akibat efek induksi dari IL-12.
superoksida maupun pada hidroksil, alkoxyl
Selama terjadi infeksi intraseluler, IL-12 akan
dan
merangsang aktivasi makrofag.
22
Selain itu, IL-
12 dan IFN-γ secara sinergis juga merangsang makrofag untuk melepaskan TNF-α. Ketiga sitokin tipe 1 tersebut, yaitu IL-12, IFN-γ, dan penting
hidrogen/elektron radikal
peroxyl
C.
Antioksidan
pada dengan
anion demikian
melindungi lipoprotein maupun DNA terhadap kerusakan.27 Tambahan
pula,
GTPs
terbukti
memiliki efek yang sangat besar pada regulasi gen. EGCG, polifenol paling poten dari green
imunitas seluler terhadap infeksi intraseluler
tea mampu memodulasi sinyal transduksi dari
dari mikobakterium.
sangat
dan
dalam
TNF-α
berperan
A2
26
23
beberapa faktor transkripsi, seperti Sp1, NF-κB
Peningkatan sel NK akan terjadi akibat
dan AP-1. Sp1 merupakan faktor transkripsi
rangsangan dari IFN-γ dan IL-12. Sel NK
yang paling berperan dalam ekspresi gen
secara langsung dapat melisiskan patogen
TACO. Ikatan hidrogen dari polifenol terbukti
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
89
mampu
mengganggu
pengenalan
sequence yang bertanggung jawab terhadap ekspresi TACO.
28
Dengan
DNA
Molekul ini terbentuk dari
mengkonsumsi
kapsul
polifenol ekstrak teh hijau 800 mg dan EGCG 800 mg per hari selama seminggu pada orang 30
membran plasma saat makrofag memfagosit
sehat, belum dijumpai efek samping.
M. tuberculosis. Dengan mekanisme yang
samping dari konsumsi GTPs yang telah
belum
diketahui
diketahui,
M.
tuberculosis
mampu
saat
ini
adalah
Efek
gangguan
menahan molekul TACO tersebut untuk tetap
penyerapan zat besi non-heme. Namun hal ini
berikatan dengan fagosom dan menghambat
dapat diatasi dengan dosis yang tepat dan
penghantarannya pada lisosom. Selain itu,
pengaturan waktu konsumsi.
32
Ketersediaan bahan baku menjadi
molekul ini juga akan menghambat asidifikasi dan
faktor utama yang berperan penting dalam
menurunkan signaling dari TLR yang berfungsi
produksi obat-obatan. Bahan baku yang tidak
(pengasaman)
di
dalam
makrofag
untuk mengaktifkan respon imun seluler.
29
memadai akan menyebabkan produksi obat
Belakangan diketahui bahwa penghambatan
tidak dapat memenuhi
gen
TACO
oleh
meningkatkan
juga
akan
terhadap obat tersebut dan mengakibatkan
fagosom
yang
harga obat menjadi sangat tinggi.31
polifenol
asidifikasi
kebutuhan pasien
mengandung M. tuberculosis hidup. Kondisi ini
Teh hijau merupakan sumber GTPs mudah
akan mempermudah transfer maupun fusi
didapatkan, bahkan kandungan GTPs teh di
fagosom tersebut dengan lisosom sehingga
Indonesia 1,34 kali lebih tinggi dibandingkan
terjadi kematian M. tuberculosis. Efek EGCG
dengan negara lainnya berkisar antara 7,02-
pada makrofag terinfeksi M. tuberculosis hidup
11,6%.33 Tanaman ini umumnya terdapat di
menunjukkan tidak ada M. tuberculosis yang
daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia
tetap hidup pada colony counts setelah 12 jam
dengan ketinggian antara 200-2.000 m di atas
infeksi.
0
30
permukaan laut (dpl) dengan suhu 14-25 C.
14
Selama ini Indonesia merupakan salah satu 3.3
Analisis
Pemanfaatan
Tea-
negara produsen utama teh dunia. Produksi
Derived Polyphenols (GTPs) dari Teh Hijau
teh di Indonesia jika dibandingkan dengan
(Camellia
Inovasi
negara lain hanya menempati urutan kelima
Pasien
setelah India sebesar 665,3 ribu ton, Cina
sinensis)
Pengembangan
Green
sebagai
Terapi
pada
Tuberkulosis
sebesar 665 ribu ton, Kenya sebesar 284,6
Selain fitofarmaka, toksisitas suatu zat
ribu ton dan Srilangka sebesar 280,6 ribu
menjadi salah satu hal yang diperhitungkan
ton.33,34 Perkebunan teh di Indonesia tersebar
dalam pembuatan suatu obat menggunakan
secara merata. Salah satu adalah perkebunan
zat tersebut. Banyak dari zat-zat kimiawi yang
teh di Kecamatan Cikalong Welan, Jawa Barat
memiliki potensi untuk digunakan sebagai
seluas 835 ha dengan tingkat produksi teh
modalitas terapi, namun tidak dapat diproduksi
mencapai 1.306,8 t atau rata-rata tingkat
dan digunakan pada manusia karena memiliki
produktivitas 1.000 kg/ha/tahun.33 Selain itu,
toksisitasnya
tanaman
efektifnya.
yang
tinggi
pada
31
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
dosis
murah.
ini
dijual
dengan
harga
relatif
14
90
4. PENUTUP
5. Tim Kelompok Kerja TB Paru. 2007. Diagnosis
Green tea-derived polyphenols (GTPs) dari teh
TB Paru. Dalam: Pedoman Nasional dan
hijau (Camellia sinensis) berpotensi untuk
Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.
diaplikasikan sebagai terapi adjuvan pada
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia;
pasien
h. 15-25.
tuberkulosis
karena
memiliki
mekanisme yang tidak dimiliki obat antituberkulosis
first-line
imunomodulator,
berupa
antioksidan
potensi
kuat,
dan
6. Zumla A, Mario R, Richard H. 2013. Current concepts: Tuberculosis. N Engl J Med; 36(8): 745-755.
TACO.
7. Ditjen PP & PL Depkes RI. 2012. Hasil
Tambahan pula, teh hijau (Camellia sinensis)
Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru
sebagai sumber GTPs terbukti aman karena
Menurut Provinsi Tahun 2011. Dalam: Profil
tidak
efek
Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
samping, mudah didapat, dan harganya relatif
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
murah.
Indonesia; h. 84-85.
penghambatan
transkripsi
menimbulkan Namun,
gen
toksisitas penelitian
dan lebih
lanjut
mengenai jenis sediaan dan dosis optimal dari
8. Djojodibroto RD. 2009. Tuberkulosis Paru.
green tea-derived polyphenols sebagai terapi
Dalam: Respirologi (Respiratory Medicine).
adjuvan pada pasien tuberkulosis.
Jakarta: EGC; h. 151-154. 9. Soepandi PZ. 2008. Diagnosis dan Faktor
DAFTAR PUSTAKA
yang Mempengaruhi Terjadinya TB-MDR.
1. Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
2006.
Permasalahannya.
Tuberkulosis Dalam:
dan
Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi
Jakarta: Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran
Respirasi
FKUI-RS
Persahabatan; h. 1-7. 10. Gholami K, Kamali E, Hajiabdolbagh Mi,
2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Shalviri
Indonesia; h. 3-4.
tuberculosis induced adverse reactions in
2. Maitra A, Vinay K. 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Huriawati H, editor. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta: EGC; h. 544-551.
G.
2006.
Evaluation
hospitalized patients.
of
anti-
Pharmacy Practice;
4(3): 134-138. 11. Achkar JM, Casadevall A, Glatman-Freedman
3. Amin Z, Asril B. 2006. Tuberkulosis Paru.
A. 2007. Immunological options for the
Dalam: Aru WS, Setiyohadi B, Alwi I,
treatment of tuberculosis: evaluation of novel
Simadibrata MK, Setiadi S, editor. Buku Ajar
therapeutic approaches [Abstract]. Expert Rev
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta:
Anti Infec Ther; 5(3): 461-474.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia; h. 988-994. 4. Price SA, Mary PS. 2006. Tuberkulosis Paru.
12. Arief,
N.
2012.
Herbal
pada
Penyakit
Metabolik. Dalam: Makalah Simposium Actual Comprehensive
Database:
Therapies,
Regulation
And
Invention, on
Herb
Dalam: Huriawati H, editor. Patofisiologi:
Medicines. Tanggal 11 November 2012; h.
Konsep
64-65.
Klinis
Proses-proses
Penyakit
Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC; h. 852-860.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
91
13. Yang CS, Landau JM. 2010. Effects of tea consumption on nutrition and health. Journal
Salmonella typhimurium. Med J Indones; 113(1): 1-7. 21. Oppenheim JJ, Ruscetti FW. 2003. Cytokines.
of Nutrition; 130(10): 2409-2412. 14. Marudut PS. 2006. Optimalisasi Ekstraksi Polifenol Teh Hijau Berdasarkan Ukuran Butir, Nisbah Bahan Baku-Pelarut, dan Waktu.
Medical Immunology; 10: 148-164. 22. Alamelu R. 2004. Immunology of tuberculosis. Indian J Med Res; 120; 213-224.
Fakultas
23. Xing Z, Zganiacz A, Santosuosso M. 2010.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Role of IL-12 in macrophage activation during
Institut Pertanian Bogor; h. 1-5.
intracellular infection: IL-12 and mycobacteria
Bogor:
Departemen
Kimia
15. Silalahi J. 2002. Senyawa polifenol sebagai
synergistically release TNF-α and nitric oxide macrophages
from
Maj Kedokt Indon; 52(10): 361-364.
Journal of Leukocyte Biology. 68: 897- 902. 24. Zeeshan
F,
Saif
via
induction.
komponen aktif yang berkhasiat dalam teh.
H,
IFN-γ Najmul
I.
2012.
16. Fassina G, Vene R, Morini M, Minghelli S,
Epigallocatechin-3-gallate (EGCG), a green
Benelli R, Noonan DM, Albini A. 2004.
tea polyphenol suppresses bacilli-induced
Mechanisms
augmented expression of
of
inhibition
of
tumor
Mycobacterium
angiogenesis and vascular tumor growth by
tuberculosis 85B and proinflammatory TNF-α
epigallocatechin-3-gallate.
in human monocytes. International Journal of
Clinical
Cancer
Scientific and Research Publications; 2(2): 1-
Research; 10(14): 4865–4873. 17. Nance CL, Shearer WT. 2003. Is green tea good for HIV-1 infection? Journal of Allergy
6. 25. Carlos D, Fremond C, Samarina A, et.al.
and Clinical Immunology; 112(5): 851–853.
2009. Histamine plays an essential regulatory
18. Stapleton PD, Shah S, Anderson JC, Hara Y,
role in lung inflammation and protective
Hamilton-Miller
JM,
Modulation
beta-lactam
of
Taylor
PW.
2004.
resistance
in
Staphylococcus aureus by catechins and gallates. International Journal of Antimicrobial
immunity
in
Mycobacterium
the
acute
phase
tuberculosis
of
infection.
Infection and Immunity: 5359–5368. 26. Bing T, Zongtao S, Zhenjian X, Yuejin H. 2007. Chemiluminescence analysis of the
Agents; 23(5): 462–467. 19. Johan JB. 2007. The effect of green tea
prooxidant
and
antioxidant
effects
of
polyphenols to the IFN-γ production capacity
epigallocatechin-3-gallate. Asia Pac J Clin
by peripheral blood mononuclear cells as a
Nutr;16 (Suppl 1):153-157.
result of a radiotherapy to the nasopharyngeal carcinoma
patients.
Semarang:
Skripsi
27. Hanaoka K, Sun D, Lawrence R, Kamitani Y, Fernandes G. 2004. The mechanism of the
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;
enhanced
h.1-8.
superoxide anion radicals of reduced water
20. Ratnaningsih T, Asmara W, Sismindari. 2004. Polyphenols extracted from the green tea
antioxidant
effects
against
produced by electrolysis. Biophys Chem; 107(1): 71-82
(Camelliasinensis) augments the protective
28. Park AM, Dong Z. 2003. Signal transduction
immune responses in mice challanged with
pathways: targets for green and black tea
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
92
polyphenols. Journal of Biochemistry and Molecular Biology; 36: 66–77. 29. Tanigawa K, Suzuki K, Kimura H, et.al. 2009. Tryptophan aspartate-containing coat protein (CORO1A)
suppresses
Toll-like
receptor
signalling in Mycobacterium leprae infection. Clin Exp. Immunol; 156(3): 495-501. 30. Anand PK, Kaul D, Sharma M. 2006. Green tea
polyphenol
tuberculosis
inhibits
Mycobacterium
survival
within
human
macrophages. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology; 38: 600–9. 31. Elin Yulinah Sukandar. 2004. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi: Industri-KlinikTeknologi Kesehatan [internet]. [diakses 10 Nov
2013].
Diunduh
dari:
http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasiilmiah-dies-45.pdf 32. Louise IM, Ron W, Catherine BP, Augustin S. 2005.
Risks
and
safety
of
polyphenol
consumption. Am J Clin Nutr; 81(suppl): 326S–9S. 33. Herawati
H,
Agus
Nurawan.
2007.
Peningkatan Nilai Tambah Produk The Hijau Rakyat
di
Kecamatan
Cikalong
Wetan-
Kabupaten
Bandung.
Semarang:
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
Jawa
Tengah; h. 1-9. 34. Badan Pusat Stastistik. 2006. Statistik Teh Indonesia 2006.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
93
Petunjuk Praktis
PEDOMAN DIAGNOSIS BRONKIOLITIS AKUT Surya Wijaya1 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Email: suryawijaya_102@yahoo.com
ABSTRAK Bronkiolitis akut merupakan infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang sering terjadi pada bayi. Kasus ini menimbulkan tingkat perawatan di rumah sakit, morbiditas, dan mortalitas yang cukup tinggi. Namun, diagnosis bronkiolitis akut sering kali salah didiagnosis sebagai asma atau bronkopneumonia. Pengetahuan tentang diagnosis bronkiolitis penting untuk diketahui untuk mencegah kejadian tersebut. Pada anamnesis, anak pernah terpajan dengan anggota keluarga yang menderita infeksi virus beberapa minggu sebelumnya. Gejala awal berupa gejala infeksi respiratorius atas akibat virus, seperti pilek ringan, batuk, dan demam; dapat disertai dengan sesak napas. Pemeriksaan fisik pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya takipnea, takikardi, peningkatan suhu di atas 38,5°C, napas cuping hidung dan retraksi interkostal ekspirasi memanjang hingga wheezing pada auskultasi paru. Pemeriksaan penunjang pada kasus disesuaikan dengan kebutuhan berupa pemeriksaan darah rutin, saturasi oksigen, dan analisis gas darah.Kriteria bronkiolitis terdiri dari (1) wheezing pertama kali, (2) umur 24 bulan atau kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam dan (4) menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan wheezing. Diagnosis banding kasus adalah asma dan bronkopneumonia. Oleh karena itu, diagnosis bronkiolitis akut dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Kata kunci: bronkiolitis akut, diagnosis ABSTRACT Acute bronchiolitis is a common lower respiratory tract infection in infant. This case has high admission, morbidity, and mortality. Nevertheless, diagnosis of acute bronchiolitis is often misdiagnosed as asthma or bronchopneumonia. Information about diagnosis of acute bronchiolitis is important to prevent this disease. In history, the infant was exposed to family member who suffered from viral infection several weeks ago. Prodromal symptom is symptoms viral upper respiratory tract infection, such as coryza, cough, and fever; often along with dyspnea. In physical examination, there is tachypnea, tachycardia, elevated temperature (> 38.50C), intercostal retraction, prolonged expiration and wheezing in auscultation in acute bronchiolitis patient. Additional examinations, such as complete blood examination, oxygen saturation, and blood gas analysis are performed on necessary. The criteria of acute bronchiolitis consist of (1) first episode of wheezing, (2) infant â&#x2030;¤ 24 month, (3) physical examination is suitable with viral infection symptoms, such as cough, coryza, and fever; (4) exclusion of pneumonia and history of atopic disease. Differential diagnosis of acute bronchiolitis is asthma and bronchopneumonia. Moreover, diagnosis of acute bronchiolitis is made by anamnesis, physical examination, and additional examination (if needed) Keywords: acute bronchiolitis, diagnosis
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
94
1.
PENDAHULUAN Bronkiolitis akut adalah peradangan
umum harus mampu membuat diagnosis klinik
pada bronkiolus yang ditandai oleh sesak
dan memberikan terapi pendahuluan pada
1
keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
Bronkiolitis akut merupakan infeksi respiratorik
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
akut bagian bawah (IRA-B) yang sering pada
kecacatan pada pasien. Dokter umum mampu
bayi. Sekitar 20% anak pernah mengalami
menentukan rujukan yang paling tepat bagi
satu episode IRA-B dengan mengi pada tahun
penanganan pasien selanjutnya. Dokter juga
napas,
mengi,
pertama.
dan
hiperinflasi
paru.
2,3
mampu menindaklanjutisesudah kembali dari
Bronkiolitis akut merupakan salah satu
rujukan.6 Pada petunjuk praktis ini, penulis
penyebab utama rawat inap pada bayi. Angka
memfokuskan pembahasan tentang diagnosis
kejadian rawat inap IRA-B tiap tahun berkisar
bronkiolitis
4
akut
untuk
menambah
antara 3000 sampai 50.000-80.000 bayi. Di
pengetahuan dokter umum dalam menangani
Amerika Serikat, angka rawat inap meningkat
kasus bronkiolitis akut yang sering dijumpai
secara dramatis (239%) dari tahun 1980 ke
dalam
tahun 1996. 120.000 pertahun.
3
bayi
Di Amerika Serikat sekitar dirawat
dengan
masyarakat
sesuai
dengan
kompetensinya.
bronkiolitis
5
2. PEMBAHASAN
Bronkiolitis merupakan
salah
satu
2.1.
Penegakan Diagnosis
penyebab utama morbiditas dan mortalitas
Diagnosis dapat ditegakkan melalui
pada bayi. Pasien bronkiolitis akut berat
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
mempunyai risiko mengalami mengi berulang
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
2
atau asma. Sekitar 23% bayi dengan riwayat
lainnya. Anak umumnya pernah terpajan
bronkiolitis berkembang menjadi asma pada
dengan anggota keluarga yang menderita
usia 3 tahun. Bayi yang dirawat dengan
infeksi virus beberapa minggu sebelumnya.5
bronkiolitis pun mempunyai kecenderungan
Gejala awal berupa gejala infeksi respiratori-
mengalami penurunan fungsi paru pada usia 7
atas akibat virus, seperti pilek ringan, batuk,
3
tahun. Kematian akibat bronkiolitis pada bayi
dan demam. Satu hingga dua hari kemudian
4
timbul batuk yang disertai dengan sesak
sekitar 2/100.000 bayi. Namun,
dalam
praktik
sehari-hari,
napas.
8
penegakan diagnosis bronkiolitis akut sering kali salah ditegakkan sebagai asma atau bronkopneumonia. Padahal tatalaksana kasus bronkiolitis
akut
cukup
berbeda
dengan
penatalaksanaan asma dan bronkiolitis.3,7,8 Oleh karena, pengetahuan tentang penegakan diagnosis bronkiolitis penting untuk diketahui oleh dokter umum. Sebagai dokter umum, penanganan kasus bronkiolitis berada pada level kompetensi 3B. Pada level ini, dokter JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
2.1.1. Anamnesis Pada
anamnesis,
perlu
dilakukan
identifikasi faktor risiko dari bronkiolitis akut. Adapun faktor risiko bronkilitis akut adalah sebagai berikut.
3,7,9-16
1. Jenis kelamin laki-laki Bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih banyak pada
anak
perempuan.
3,7
laki-laki
daripada
anak
Hal ini dihubungkan dengan 95
kaliber saluran respiratorik yang relatif lebih sempit pada anak laki-laki dibanding perempuan.
9
4. Vaksinasi BCG Vaksin BCG merupakan salah satu vaksin hidup yang dilemahkan, diduga dapat
2. Bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu
merangsang produksi IFN-Îł.
15
Linehan,
Bayi yang minum air susu ibu (ASI)
dkk pada penelitian kohort retrospektif
memiliki risiko lebih rendah mengalami
melaporkan
bronkiolitis akut dibandingkan bayi yang
mengurangi kejadian mengi {RO 0,68
tidak minum ASI. Hal ini dihubungkan
(IK95% 0,53;0,87)}.16 Adanya rangsangan
dengan ASI mempunyai antibodi terhadap
pembentukan IFN-Îł oleh BCG pada awal
respiratory syncytial virus (RSV) termasuk
kehidupan mengakibatkan keseimbangan
imunoglobulin (Ig)G, IgA, interferon- Îł
Th1/Th2 mengarah ke Th1, walaupun
(IFN-Îł),
pada usia selanjutnya terjadi rangsangan
serta
mempunyai
aktivitas
2,10
Penelitian
netralisasi melawan RSV. Bachrach
mendapatkan
bahwa
ASI
eksklusif selama 4 bulan mengurangi risiko rawat inap akibat infeksi respiratorius akut bawah.
10
bahwa
pembentukan merupakan
Th2
imunisasi
oleh
RSV
penyebab
bronkiolitis akut.
BCG
yang
terbanyak
15,16
5. Riwayat atopi Atopi merupakan salah satu faktor yang diduga sebagai predisposisi bronkiolitis
3. Bayi perokok pasif Kemungkinan kejadian bronkiolitis pada
akut. Hal ini didasari karena pasien
anak dengan ibu perokok lebih tinggi
bronkiolitis akut berat sering mengalami
dibandingkan pada anak dengan ibu yang
mengi berulang atau berkembang menjadi
tidak merokok. Asap rokok yang terdiri
asma.2
dari asap utama dan asap sampingan
peningkatan risiko bronkiolitis akut sebesar
mengandung tar, nikotin, dan poliaromatik
1,52 (IK95% 1,26;1,87) bila ibu menderita
hidrokarbon. Paparan asap rokok baik
asma.
2
prenatal
maupun
mempengaruhi
pascanatal
dapat
morfogenesis
paru
maupun perkembangan sistem imunologis anak.
11
Satu
penelitian
mendapatkan
bahwa perokok pasif meningkatkan risiko
Carroll,
dkk
mendapatkan
13
6. Cuaca Di negara dengan 4 musim, bronkiolitis banyak
terdapat
pada
musim
dingin
sampai awal musim semi, di negara tropis pada musim hujan.
8
infeksi RSV dengan rasio odd (RO) 3,87.12
Faktor risiko lain terjadinya bronkiolitis
Strachan dan Cook melaporkan rasio odd
adalah status sosial ekonomi rendah, faktor
(RO) terinfeksi RSV 1,72 bila ibu merokok.
mekanis (diameter saluran napas), kepadatan
Carroll
kohort
rumah (jumlah anggota keluarga yang besar),
retrospektif mendapatkan RR 1,19 (IK95%
berada pada tempat penitipan anak atau ke
dkk,
pada
penelitian
1,08;1,31) bila ibu perokok. lainnya
melaporkan
13
prevalensi
Peneliti infeksi
respiratorius atas akut meningkat dari
tempat-tempat rendahnya RSV.
umum
antibodi
yang
ramai,
maternal
dan
terhadap
2,3,7
81,6% menjadi 95,2% pada bayi jika hanya ayah yang merokok.14
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
96
pada bayi berusia <6 minggu. 2.1.2. Pemeriksaan Fisik mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya takipnea, takikardi, dan peningkatan suhu di atas 38,5째C.3,7 Obstruksi saluran respiratori-bawah akibat respons inflamasi akan
menimbulkan
gejala
ekspirasi
memanjang hingga wheezing. Pada kasus yang berat mengi dapat terdengar tanpa stetoskop.
5
Usaha-usaha pernapasan untuk
mengatasi obstruksi akan menimbulkan napas cuping
hidung
Sianosis
dapat
dan
retraksi
terjadi,
Kriteria
bronkiolitis terdiri dari: (1) wheezing pertama
Pemeriksaan fisik pada anak yang
akut
3,7
dan
interkostal. bila
gejala
kali, (2) umur 24 bulan atau kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam dan (4) menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan wheezing.8 Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI), yang menilai distres napas berdasarkan
2
variabel
respirasi
yaitu
wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.
17
menghebat, dapat terjadi apnea, terutama Tabel 1. Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI)17
2.1.3.
Pemeriksaan Peunjang Dokter
umum
biasanya
keparahan penderita. Saturasi oksigen < 95% tidak
membutuhkan pemeriksaan penunjang dalam penegakan
diagnosis
bronkiolitis
merupakan tanda terjadinya hipoksia dan merupakan indikasi untuk rawat inap. Pemeriksaan
akut.
darah
8
rutin
kurang
Diagnosis bronkiolitis akut ditegakkan secara
bermakna karena jumlah leukosit biasanya
klinis. Pemeriksaan penunjang, seperti pulse
normal, demikian pula dengan elektrolit.
oxymetry,
Pada
pemeriksaan
laboratorium,
dan
beberapa
kasus,
bronkiolitis 5
3,7
dapat
pemeriksaan radiologi dapat dilakukan bila
disertai dengan limfopenia.
diagnosis banding belum dapat disingkirkan,
dengan
pasien dengan sindrom pernapasan akut
didominasi oleh sel polimorfonuklear (PMN)
berat, dan berisiko tinggi terhadap penyakit
dan
peningkatan
bentuk
batang.
Pada pasien
lekosit 8
Kim
biasanya dkk
(2003)
18
mendapatkan bahwa ada subgrup penderita
Pulse oximetry merupakan alat yang
bronkiolitis dengan eosinofilia.
tertentu.
19
tidak invasif dan berguna untuk menilai derajat
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
97
Analisa
gas
darah
dapat
pengukuran titer antibodi pada fase akut dan
menunjukkan adanya hipoksia akibat V/Q
konvalesens.3,7
mismatch dan asidosis metabolik jika terdapat
pemeriksaan di atas sangat jarang dilakukan.
dehidrasi.
8
Analisis
gas
darah
Walaupun
demikian,
(AGD)
diperlukan untuk anak dengan sakit berat,
2.2. Diagnosis Banding
khususnya
Asma bronkial merupakan diagnosis banding
mekanik.
yang
membutuhkan
ventilator
3,7
yang tersering. Bronkiolitis harus dibedakan
Pada foto rontgen toraks, didapatkan
dengan asma pada anak usia di bawah 2
gambaran hiperinflasi dan infiltrat (patchy
tahun. Kecurigaan bronkiolitis apabila kejadian
infiltrates), tetapi gambaran ini tidak spesifik
sesak merupakan pertama kali, sedangkan
dan dapat ditemukan pada asma, pneumonia
pada asma selain tanpa disertai demam
viral atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula
kejadian seperti ini merupakan kejadian yang
ditemukan gambaran atelektasis, terutama
berulang. Gambaran sugestif asma bronkial
pada saat konvalesens akibat sekret pekat
adalah serangan berulang, riwayat asma
bercampur sel-sel mati yang menyumbat, air
bronkial
trapping, diafragma datar, dan peningkatan diameter antero-posterior.
8
dan
penyakit
keluarga serta eosinofilia.
3,7
Selain
asma,
alergi
lain
dalam
20
pneumonia
karena
toraks,
bakteri pun kadang-kadang sulit dibedakan
kita
apabila disertai dengan sumbatan respiratorik
mendapatkan: siluet jantung yang menyempit,
karena kaliber saluran yang masih kecil.8
jantung terangkat, diafragma lebih rendah dan
Gambaran
mendatar,
berupa demam â&#x2030;Ľ 37,8 C (100 F), neutrofilia,
Pada dikatakan
pemeriksaan hyperaerated
diameter
foto apabila
anteroposterior
dada
sugestif
pneumonia 0
bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga
dan
horisontal,
pembuluh darah paru tampak
Sebaliknya, bronkiolitis biasanya tidak disertai
Namun,
demam dengan kadar leukosit normal20
tersebar.
8
ada
kecenderungan
opasitas pada
bakterial
0
foto
rontgen
toraks.
Diagnosis banding lain dari bronkiolitis
ketidaksesuaian antara gambaran klinis dan menentukan
adalah aspirasi benda asing, sistik fibrosis,
penyebab bronkiolitis, dibutuhkan pemeriksaan
dan gagal jantung. Gejala respirasi persisten
gambaran
radiologis.
Untuk 8
8
aspirasi atau bilasan nasofaring. Pemeriksaan
atau berulang dan jangka panjang disertai
serologis RSV dapat dilakukan secara cepat,
gagal tumbuh mengarahkan diagnosis ke arah
di negara maju pemeriksaan ini menjadi
sistik fibrosis. Aspirasi benda asing diperkuat
pemeriksaan rutin apabila dicurigai adanya
dengan manifestasi klinis berupa onset gejala
infeksi
RSV.
5
Untuk
menemukan
RSV
yang tiba-tiba, riwayat episode batuk atau
dilakukan kultur virus, rapid antigen detection
tersedak,
tests (direct immunofluoresence assay dan
suara.
enzyme-linked immunosorbent assays, ELISA)
dengan murmur, gagal tumbuh, edema atau
atau polymerase chain reaction (PCR), dan
riwayat gejala yang muncul perlahan.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
wheezing ekspirasi, dan hilang
Gagal
jantung
kongestif
ditandai 18
98
Tabel 2. Perbedaan antara pneumonia, asma dan bronkiolitis20 Parameter
Pneumonia
Asma
Bronkiolitis
100%
100%
100%
0%
0%
67,1%
Tidak mau makan
22%
18,7%
44,1%
Sianosis
4%
0%
0%
Viseroptosis
0%
25%
58,8%
Krepitasi
100%
31,2%
100%
Leukositosis
72%
0%
0%
Neutrofilia
100%
0%
0%
Limfositosis
0%
0%
5,8%
Eosinofilia
0%
68,7%
0%
Batuk Riwayat infeksi saluran pernapasan atas
3. SIMPULAN
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis bronkiolitis dapat ditegakkan melalui
lainnya.
anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan DAFTAR PUSTAKA
5. Supriyanto B. 2006. Infeksi Respiratorik
1. Paediatric Society of New Zealand. 2005. Best Practice Evidence Based Guideline. Wheeze and chest infection in infants
Bawah Akut pada Anak. Sari Pediatri; 8 (2): 100-106. 6. Konsil
Kedokteran
Indonesia.
2012.
under 1 year [internet]. [cited 2013 Jun 21].
Standar
Available
Konsil Kedokteran Indonesia; h. 31-32, 40.
from:
http//www.paediatrics.org.nz B.
2009.
Faktor-Faktor
Dokter.
Jakarta:
7. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.
2. Subanada IB, Darmawan BS, Bambang S, Imam
Kompetensi
yang
Berhubungan dengan Bronkiolitis Akut. Sari Pediatri;10(6):392-396.
2008. Bronkiolitis Akut. Dalam: Modul Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Jakarta: Kolegium IKA IDAI; h.1649-1651. 8. Landia S, Retno AS, Makmuri MS. 2013.
3. Zain MS. 2010. Bronkiolitis. Dalam: Buku
Tatalaksana
Bronkiolitis (Treatment
of
Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama.
Bronchiolitis). Naskah Lengkap Continuing
Jakarta. Badan Penerbit IDAI; h. 333-347.
Education Ilmu Kesehatan XXXV Kapita
4. Wohl
MEB.
2006.
In:
Selekta Ilmu Kesehatan Anak IV Hot
Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A,
Topics in Pediatrics. Surabaya: Fakultas
editors. Kendigâ&#x20AC;&#x2122;s Disorder of Respiratory
Kedokteran
Tract in Children. 7
Bronchiolitis.
th
Ed. Philadelphia:
Saunders; p. 423-432.
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
Dipresentasikan
Universitas pada
Airlangga. tanggal
3-4
September 2013; h.1-21.
99
9. Watts KD, Goodman DM. 2007. Wheezing in infants: bronchiolitis. In: Kliegman RM,
Th2-type responsiveness. Am J Respir Cell Mol Biol; 27:244-9.
Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,
16. Linehan MF, Frank TL, Hazell ML, et al.
th
2007. Is the prevalence of wheeze in
editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 18
Ed. Philadelphia: Saunders; p. 1773-1777.
children
altered
10. Bachrach VR, Schwarz E, Bachrach LR.
vaccination?
2003. Breastfeeding and the risk of
119:1079-85.
J
by
neonatal
Allergy
Clin
BCG
Immunol;
hospitalization for respiratory disease in
17. Klassen TP. 1997. Recent advances in the
infancy: a meta-analysis. Arch Pediatr
treatment of Bronchiolitis and Laryngitis.
Adolesc Med; 157:237-243.
Pediatr Clin of North Am; 44:249-58.
11. Sanchez DD, Rumold R, Gong H. 2006.
18. Monash
Health
Foundation.
2012.
Challenge with environmental tobacco
Evidence-Based Guideline for Diagnosis
smoke exacerbates allergic airway disease
and Management of Infants and Children
in human beings. J Allergy Clin Immunol;
with
118:441-6.
Internet]. [cited May 14 2013]. Available
12. Strachan DP, Cook DG. 2007. Health effect
of
passive
smoking:
parental
Bronchiolitis
GP
Summary
[the
from: http://www.monashhealth.org/icms_docs/2
smoking and lower respiratory illness in
194_Bronchiolitis_-
infancy and childhood. Thorax; 52:905-14.
_guideline_highlights_for_GPs.pdf
13. Carroll KN, Gebretsadik T, Griffin MR, et
19. Kim CK, Kim SW, Park CS, Kim BI, Kang
al. 2007. Maternal asthma and maternal
H, Koh YY. 2003. Bronchoalveolar lavage
smoking are associated with increase risk
cytokine profiles in acute asthma and
of bronchiolitis during infancy. Pediatrics;
acute
119:1104-12.
Immunol;112: 64-71.
14. Shiva F, Basiri M, Sadeghi B, Padyab M.
bronchiolitis.
J
Allergy
Clin
20. Kumar N, Singh N, Locham KK, Garg R,
passive smoking on
Sarwal D. 2002. Clinical Evaluation of
common respiratory symptoms in young
Acute Respiratory Distress and Chest
children. Acta Paediatr; 92:1394-7.
Wheezing in Infants. Indian Pediatrics;
2003. Effect of
15. Hylkema MN, Timens W, Luinge M, van
39:478-483.
der Werf N, Hoekstra MO. 2002. The effect of Bacillus Camette-Guerin immunization depends on the genetic predisposition to
JIMKI Volume 2 No.2 | Januari- Mei 2014
100
www. bi mk e s . o r g
Or gan i z e dB y :
I k at anS e n at B adanAn al i s i sdan h as i s waKe do k t e r an P e n ge mban ganI l mi ah Ma I n do n e s i a Nas i o n al I S MKI
S u ppo r t e dB y :
Un i v e r s i t as Uday an a
Di r e k t o r at J e n dr al P e n di di k anT i n ggi