Jimki volume 2 edisi 1

Page 1


SUSUNAN PENGURUS

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia

Penasihat \ Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS

Penanggungjawab Yufi Aulia Azmi

Ketua Ad Interim Dina Faizah

Pemimpin Redaksi Dina Faizah

Redaktur Bagian Felita Surya Rini

Tata Letak dan Ilustrasi Rachel Maya

Keuangan Denys Putra Alim

Promosi Rifa Imaroh Ni Nyoman Ayu Widyanti

The Journal of the Indonesian Medical Student Association Satu-satunya Jurnal Resmi Mahasiswa Kedokteran Indonesia

J

urnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) atau Journal of the Indonesian Medical Students Association diterbitkan oleh Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah (BAPIN) Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) per semester. JIMKI merupakan bagian dari Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia. Jurnal ini merupakan jurnal resmi mahasiswa kedokteran Indonesia yang khusus memuat hasil karya tulis dan penelitian mahasiswa kedokteran se-Indonesia. Sistem redaksional yang digunakan adalah seleksi peer-reviewer dan redaktur. Selanjutnya, seluruh hasil karya ilmiah yang dikirim ke alamat redaksi akan dinilai oleh mitra bestari, yang merupakan para ahli di bidangnya masing-masing. JIMKI memuat artikel penelitian asli yang berhubungan dengan dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat, artikel tinjauan pustaka, serta laporan kasus. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa kedokteran. JIMKI merupakan simbol kompetensi sekaligus sumbangsih mahasiswa kedokteran Indonesia bagi dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat.

J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013

i


DAFTAR ISI Susunan Pengurus ................................................................................................................................. i Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii

Petunjuk Penulisan ..............................................................................................................................iii Sambutan Pimpinan Umum ...............................................................................................................vii

PENELITIAN Studi Berbasis Komunitas dari Infeksi Virus Dengue di Jakarta, Indonesia Aldo Ferly, Leonard Nainggolan, Beti Ernawati Dewi ........................................................................... 1 Profil Data Pasien Diabetes MelitusTipe 2 denganKomplikasiUlkusDiabetikum di RSU Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2012 Drestha Pratita Windriya, Ari Sutjahjo, HerminaNovida ........................................................................ 7 Korelasi Karakteristik Demografis dan Klinis Ibu Hamil dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku mengenai Kontrasepsi Pascapersalinan Frans Liwang, Felix Chikita Fredy, Farisa Anggreana, Fatma Afira, Fransisca Dewi Kumala, Gracia Lilihata, Kanadi Sumapradja...................................................................................... 13

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Tilapia Hepsidin 1-5 (TH1-5) padaIkanMujair (Oreochromismossambicus) sebagaiAgen Antiviral, Neuroprotektif, danImunomodulator:SolusiMutakhirPermasalahanJapanese Encephalitis di Bali Mahfira Ramadhania, RidoMaulana, RiyanSopiyan ........................................................................... 23 Umbilical Cord-Mesenchymal Stem Cells (UC-MSCs) danStem Cell Marker TRA-160:InteraksiSelulerSelMultipotendalamMengatasiGagalGinjalKronik RiyanSopiyan, Haifa AurianaSagitaPutri, RidoMaulana ..................................................................... 33 Metode HLIT [sHLA-G (Soluble Human Leukocyte Antigen-G) dan LILRB1 (Leukocyte Immunoglobulin-Like Receptor B1) Immunology Test] sebagaiTerobosanTerbaru Diagnosis DiniPreeklampsia I Gusti Ayu Agung Pritha Dewi, Putu Austin Widyasari Wijaya, Ni MadePutriSuastari ...................... 44

LAPORAN KASUS Ketoasidosi Diabetik pada Diabetes Melitus Tipe I Abrianty Priandani Araminta, Antari R. Harmani, Toto Suryo Efar, Eka Nurfitri, Bambang Tridjadja ............................................................................................................................................. 59

ii J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


PETUNJUK PENULISAN

J

urnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) adalah publikasi per semester yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah yang diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peerreviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. JIMKI menerima artikel penelitian asli (original article) yang berhubungan dengan dunia kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu dasar kedokteran, baik penelitian klinis, laboratorium, maupun epidemiologi, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, dan editorial. Tulisan merupakan tulisan asli, tidak plagiat, dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa kedokteran. Kriteria dan sistematika artikel 1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu dasar kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga penulis, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi, simpulan, saran, dan referensi. 2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia kedokteran dan kesehatan, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca. Format terdiri dari judul, nama dan lembaga penulis, abstrak, pendahuluan, teks (bagian isi), simpulan, saran, dan referensi. 3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter umum dan dokter muda. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga penulis, pendahuluan, ilustrasi kasus, pembahasan kasus, dan simpulan. 4. Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan, bisa mengangkat topik yang masih menjadi suatu pro-kontra di dunia kedokteran, mampu memberikan nilai human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis dengan baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca. Format penulisan seperti artikel tinjauan pustaka. 5. Advertorial: artikel singkat mengenai obat atau kombinasi obat terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Format penulisan seperti artikel tinjauan pustaka. Petunjuk Bagi Penulis 1. JIMKI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain. Tulisan tersebut adalah hak milik penulis, tidak terikat pada lembaga manapun. Untuk menjamin hal ini, artikel yang diserahkan dilengkapi dengan Lembar Pernyataan Orisinalitas dan Persetujuan Publikasi dengan format terlampir. 2. Tidak ada batasan jumlah penulis. Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Naskah diketik menggunakan font Times New Roman ukuran 12. Naskah tidak diketik J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013

iii


bolak-balik. Penomoran dimulai dari halaman judul diketik di tengah bawah. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. Format pengetikan lain yang tidak tercakup pada poin ini, hendaknya dibuat dengan rapi dengan memperhatikan estetika. 3. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman. 4. Naskah harus diketik dengan memakai program Microsoft Word. Naskah dikirim melalui email ke alamat jimki_ina@yahoo.com dengan menyertakan biodata singkat penulis (identitas diri, riwayat pendidikan, karya tulis sebelumnya yang dipublikasikan maupun yang tidak). 5. Penulis yang artikelnya diterima untuk dipublikasikan akan mendapat sertifikat. 6. Naskah yang pernah disajikan dalam bentuk presentasi oral ataupun poster pada pertemuan ilmiah nasional ataupun international dibuat keterangan berupa catatan kaki. Jika mendapat penghargaan, beri keterangan penghargaan tersebut. 7. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata “dkk”. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas dan universitas penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email. 8. Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul dan nama penulis. 9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci tidak lebih dari lima kata/frasa dan diurutkan berdasarkan abjad. Kata kunci diletakkan di bawah abstrak. 10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic). 11. Format tabel sesuai dengan format penulisan ilmiah, yakni hanya mengandung unsur garis horisontal. Nama tabel diletakkan di sebelah atas rata kiri, dengan mencetak tebal kata “tabel”. Nama tabel tidak perlu dicetak tebal. Huruf awal menggunakan huruf kapital. Ukuran tulisan penamaan tabel adalah 11. Contoh: Tabel 1. Karakteristik Responden. 12. Gambar tidak dikotaki. Nama gambar diletakan di sebelah bawah gambar dengan mencetak tebal kata “gambar”. Nama gambar tidak perlu dicetak tebal. Ukuran tulisan penamaan gambar adalah 11 dan rata tengah. Contoh: Gambar 1. Patofisiologi Infark Miokardium. 13. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan urutan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan adalah sebagai berikut. 1. Artikel dalam jurnal i. Artikel standar Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3. atau Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orang Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013

iv


ii. Suatu organisasi sebagai penulis The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulis Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Artikel tidak dalam bahasa Inggris Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v. Volum dengan suplemen Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemen Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii. Volum dengan bagian Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagian Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix. Edisi tanpa volum Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x. Tanpa edisi atau volum Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawi Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii. 2. Buku dan monograf lain i. Penulis perseorangan Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. Edisi ke-2. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulis Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulis Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam buku Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. Edisi ke-2. New York: raven Press; J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013

v


1995.hal.465-78. v. Prosiding konferensi Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensi Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.hal.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis 1. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor: Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860. 2. Diterbitkan oleh unit pelaksana: Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. Disertasi Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Artikel dalam Koran Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x. Materi audiovisual HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995. 3. Materi elektronik i. Artikel journal dalam format elektronik Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm. ii. Monograf dalam format elektronik CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. Edisi ke-2nd. Versi 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computer Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Versi 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems;1993.

J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013 2013

vi


SAMBUTAN PIMPINAN UMUM

S

alam ilmiah bagi mahasiswa kedokteran se-Indonesia! Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dapat menerbitkan Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) kembali. JIMKI saat ini telah memasuki tahun

yang ke-6. Kini sebagai bagian dari Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES) yang terbit online tiap semester. Suatu kebanggaan bagi JIMKI dapat mewakili karya-karya mahasiswa kedokteran seIndonesia. Mempublikasikan tulisan merupakan hak seorang mahasiswa. Mahasiswa dapat membagikan dan membanggakan hasil penelitiannya melalui tulisan yang dipublikasikan. Hasil penelitian akan bermanfaat jika dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh orang lain guna membangun tubuh pengetahuan atau mengaplikasikannya secara langsung. Namun, selain merupakan hak, publikasi juga merupakan kewajiban seorang mahasiswa. Sayangnya, bila kita renungkan, penelitian, jurnal, serta tulisan ilmiah lainnya – buah pikir bangsa Indonesia – masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Padahal, dengan meneliti dan menulis, kita dapat menemukan berbagai kesempatan untuk berkarya dan berbakti kepada nusa dan bangsa melalui peran kita sebagai mahasiswa kedokteran. Di masa mendatang, JIMKI berharap dapat meningkatkan kinerja, kualitas artikel, dan eksistensi di kalangan mahasiswa kedokteran dan kesehatan se-Indonesia. JIMKI juga berharap mahasiswa kedokteran dapat semakin terdorong untuk aktif meneliti, menulis, dan mempublikasikan tulisannya. Dengan demikian, Indonesia patut berbangga memiliki dokter-dokter masa depan yang terus belajar, berkarya, dan memberikan layanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat.

Dina Faizah Pemimpin Redaksi dan Ketua Ad Interim Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia

J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013

vii


Penelitian

STUDI BERBASIS KOMUNITAS DARI INFEKSI VIRUS DENGUE DI JAKARTA, INDONESIA 1

2

3

Aldo Ferly, Leonard Nainggolan, Beti Ernawati Dewi 1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 3 Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Korespondensi: aldoferly_nobita@yahoo.co.id

ABSTRAK Pendahuluan: Demam dengue adalah penyakit infeksi yang sering dijumpai di Indonesia. Ada empat serotipe dari virus penyebab demam dengue (DENV): DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Studi sebelumnya mendapatkan bahwa tingkat morbiditas dan insiden demam dengue berhubungan langsung dengan strain virus yang terdapat di suatu area. Studi ini bertujuan untuk mengetahui strain virus dengue yang paling sering ditemui di Jakarta. Metode: Studi prospektif dilakukan dengan total 67 pasien dari komunitas dan puskesmas di Jakarta yang mengalami demam kurang dari empat puluh delapan jam dan didiagnosis secara klinis mengalami infeksi dengue berdasarkan standar WHO. RT-PCR dilakukan untuk mengetahui serotipe DENV yang paling sering ditemukan pada pasien. Hasil: Serotipe DENV yang paling sering ditemukan adalah DENV-2 (35,82%). DENV-3 adalah serotipe yang kedua tersering (20,89%) dari total pasien terinfeksi. Dari seluruh pasien, 17,91% mempunyai DENV-1 dan 8,95% DENV-4. Dari gejala klinisnya, 13,43% dianggap negatif dengue setelah tes konfirmasi. Infeksi gabungan antara DENV-4 dan DENV-1 ditemukan pada 1,49% pasien. Infeksi gabungan DENV-3 dan DENV-2 ditemukan pada 1,49% pasien. Diskusi: Hasil studi ini menunjukkan bahwa serotipe DENV yang paling sering ditemukan di Jakarta adalah DENV-2. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa DENV-3 adalah serotipe yang paling sering ditemukan pada pasien di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan lokasi studi yang berbeda, yakni studi sebelumnya dilakukan di rumah sakit, sedangkan studi ini dilakukan di komunitas dan pusat kesehatan masyarakat. Kata kunci: serotipe, studi komunitas, virus dengue ABSTRACT Introduction: Dengue fever is a common infectious disease problem in Indonesia caused by dengue virus (DENV). There are four serotypes of the virus: DENV-1, DENV-2, DENV-3, and DENV-4. Previous study found out that morbidity rate and incidence of dengue fever is correlated directly with strains of dengue found in an area. This study aims to find out the dengue virus serotypes which is most common in Jakarta Methods: A prospective study was done on a total of 67 patients from community and primary health care center in Jakarta who was having fever for less than 48 hours and has clinical diagnosis of dengue infection according to WHO standards. RT-PCR then will be done in order to identify the serotype of DENV in the patients. Results: The DENV serotype which is most often found in patients in Indonesia is DENV-2 (35,82%). DENV-3 is the next most common serotype with 20,89% of total patients infected. From all of the patients, 17,91% have DENV-1 and 8,95% have DENV-4. Despite the clinical symptoms, 13,43 % of the patients are considered dengue negative after the confirmation test. Combined infection of DENV4 and DENV-1 is detected in 1,49% of the patients and combined infection of DENV-3 and DENV-2 is also detected in 1,49% of the patients. Discussion: The result of this study shows that the most common DENV serotype in Jakarta is DENV-2. This result is different from previous finding that DENV-3 is the most common serotype in Indonesian patient. This different is mainly due to the location of the study which is the community and primary health care center in Jakarta. Keywords: Dengue virus, Community Based study, Serotypes

1 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


milyar orang atau 70% dari orang yang PENDAHULUAN Demam

terkena dengue di seluruh dunia tinggal di dengue

adalah

penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini memiliki manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot, dan nyeri sendi yang disertai

dengan

leukopenia,

ruam,

limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

(1)

Pada penyakit ini, ditemukan

perembesan plasma yang biasanya ditandai dengan

peningkatan

hematokrit

yang

daerah ini. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk terbesar di daerah ini dengan 35% warganya

paling ditakuti dari demam dengue adalah sindrom rejatan dengue yang biasanya disertai (1)

dengan syok.

terbanyak.

dibawa oleh nyamuk yang memiliki persebaran paling cepat di dunia. Terjadi lonjakan insiden demam dengue sebanyak tiga puluh kali lipat dalam lima puluh

daerah

perkotaan,

Sebanyak

150.000

kasus

dilaporkan pada tahun 2007 dengan 25.000 kasus dilaporkan berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Menurut laporan yang sama, 1% dari kasus dengue ini berakibat fatal.

(3)

Menurut sebuah studi literatur yang dilakukan

oleh

Universitas

Fakultas

Kedokteran

Diponegoro,

insiden

dan

persebaran geografis dari demam dengue semakin

Dengue adalah penyakit virus yang

di

merupakan negara dengan kasus dengue

merupakan tanda dari penumpukan cairan di rongga tubuh. Salah satu komplikasi yang

tinggal

meningkat

dari

tahun

ketahun.

Dimulai dari 96 kasus di Jakarta yang merupakan kasus pertama demam dengue yang dilaporkan di Indonesia sampai 78.960 kasus yang terjadi pada tahun 2004 dan (4)

tersebar di seluruh Indonesia. Yang menarik dari studi ini adalah, meskipun ditemukan bahwa DENV-3 adalah serotipe yang dominan pada infeksi virus dengue di Indonesia, tetapi

tahun terakhir. Selain itu, lokasi geografis persebaran demam berdarah dengue juga kian meluas. Setiap tahun, diperkirakan 50 juta orang di dunia terkena infeksi virus ini dan 2,5 miliar orang memiliki risiko yang sangat tinggi terinfeksi demam berdarah dengue sebab tinggal di daerah yang diklasifikasikan sebagai daerah endemik demam dengue.

(2)

Menyadari

besarnya masalah ini, Badan Kesehatan Dunia

(WHO)

mengeluarkan

resolusi

WHA55.17 yang mendesak komitmen negaranegara untuk memerangi ancaman demam berdarah dengue. Sebagai

(3)

pada beberapa studi seperti yang dilakukan di Bandung pada tahun 2000-2002 ditemukan bahwa DENV-2 adalah serotipe yang tersering ditemukan.

beriklim

tropis,

negara-negara di Asia Tenggara dan Pasifik

menunjukan

ada

variasi

antarwaktu dan antarletak geografis terhadap serotipe yang dominan pada infeksi demam dengue ini. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Nisalak menunjukan

bahwa

dkk. di Thailand

didapatkan

hubungan

yang signifikan antara serotipe dengue dengan keparahan

penyakit

dan

juga

kecepatan

transmisi dengue. Menurut studi ini, ditemukan bahwa

negara

Ini

pada

tahun

yang

predominansi

serotipenya adalah DENV-3, insiden total virus demam denguenya meningkat.

(5)

adalah negara yang memiliki risiko terkena demam dengue terbesar. Menurut statistik, 1,8

2 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Keparahan penyakit demam dengue

ini

adalah

kehamilan,

keganasan,

gagal

juga berkaitan dengan serotipenya, ditemukan

jantung kongestif, daya tahan tubuh menurun,

bahwa demam berdarah dengue lebih sering

dan penyakit autoimun.

muncul pada virus dengan serotipe DENV-3

Prosedur Riset

dibandingkan dengan serotipe-serotipe lain.

1. Setelah

menemukan

pasien

yang

Mengingat bahwa serotipe yang predominan di

memiliki ciri-ciri klinis demam dengue

suatu area dan waktu tertentu berubah-ubah

seperti

dan juga keparahan penyakit demam dengue

WHO, pasien diminta untuk mengisi

sangat berkaitan dengan serotipenya, maka

informed consent.

digambarkan

oleh

kriteria

studi ini sebagai usaha mendata serotipe yang

2. Data dari pasien akan diambil dan

dominan di Jakarta sangat penting sebagai

dicatat di formulir pencatatan pasien.

upaya perumusan kebijakan masyarakat yang

Darah akan diambil dari pembuluh

berkaitan dengan penyakit demam dengue

darah vena pasien.

terutama di Jakarta.

3. Darah

akan

dimasukan

kedalam

tabung EDTA, selanjutnya dilakukan METODE

tes antigen NS-1 untuk memutuskan

Desain Penelitian

apakah pasien terinfeksi dengue atau

Studi kohort prospektif.

tidak. Pemeriksaan tes antigen NS-1

Tempat dan Waktu Penelitian

menggunakan kit Rapid Dengue Test

Penelitian

ini

dilakukan

di

pusat

keluaran Standard Diagnostic, Korea

kesehatan komunitas di wilayah Jakarta Timur

4. Apabila tes antigen tersebut positif,

dan Jakarta Pusat pada Januari 2009 sampai

pasien akan dirawat di rumah sakit

dengan Desember 2009.

dan keadaanya akan dimonitor selama

Sampel

sembilan hari. Waktu ini dipilih karena Populasi

terjangkau

penelitian

ini

pada periode ini, risiko pasien untuk

adalah pasien berusia 14 sampai denga 85

memunculkan komplikasi hemoragik

tahun yang diketahui tidak hamil, dalam

dan syok sangat tinggi.

keadaan demam dengan diagnosis sebagai

5. Setelah

manifestasi

klinik

muncul

demam dengue, dan memiliki hasil antigen

(maksimal 48 jam), darah diambil

NS1 yang positif dan mencari perawatan di

menggunakan tabung EDTA untuk

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ataupun

mengisolasi

puskesmas di daerah Jakarta.

disentrifugasi selama lima belas menit

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

dengan kecepatan 1600 rpm. Plasma

Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien

darah akan dipisahkan sebagai bahan

berumur 14 sampai dengan 85 tahun, memiliki

dasar dari proses serotyping virus

temperatur rektum lebih tingi dari 38,0

0

C

untuk periode kurang dari 48 jam, informed

plasma.

Darah

akan

dengue. 6. RNA

virus

dalam

plasma

akan

consent dari pasien, kecurigaan klinis bahwa

diisolasi dengan menggunakan kit

pasien memiliki demam dengue, dan tes

komersial

dan

dilakukan

sesuai

antigen NS1 positif. Kriteria eksklusi penelitian

3 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


dengan

prosedur

isolasi

RNA

kit

produk Qiagen.

serotipe DENV-4, yakni hanya enam orang atau 8,95% pasien memiliki serotipe ini.

7. Proses serotyping dari virus dengue

Penelitian

ini

juga

menemukan

bahwa

dilakukan dengan modifikasi metode

sebanyak 13,43 % dari pasien yang diduga

Lanciotti

memiliki demam berdarah dengue karena

dari

proses

Reverse

Transcriptase-Polymerase

Chain

Reaction (RT-PCR).

(6)

memiliki

gejala-gejala

klinik

sangat

mirip

dengan pasien demam berdarah dengue

8. Sisa plasma untuk kultur virus dan

ternyata tidak menderita demam berdarah

genotyping akan disimpan pada -80°

dengue. Terdapat infeksi bersamaan dari

C.

akan

DENV-1 dan DENV-4 sebanyak 1,49% serta

disimpan di dua tabung yang berbeda

infeksi bersamaan dari DENV-2 dan DENV-3

pada suhu -135° C.

juga sebanyak 1,49%.

PBMC

yang

dikoleksi

DISKUSI Analisis Data

Penelitian

ini

menemukan

bahwa

Analisis data menggunakan program

sebagian besar virus dengue yang ditemukan

SPSS 16.0. Untuk pembuatan diagram dan pie

di kota Jakarta adalah serotipe DENV-2.

chart, menggunakan program Micorosoft Excel

Temuan

2010.

didapatkan

HASIL

sebelumnya yang dilakukan oleh Suwandono

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

pada tahun 2004.

Tabel 1. Hasil serotipe virus dengue

dapat dijelaskan dengan:

ini

berbeda di

dengan

Jakarta (7)

Tempat

tren

dari

yang

penelitian

Perbedaan hasil tersebut

penelitian

diperkirakan

Serotipe

Total pasien (%)

DENV-1

12 (17.91%)

memiliki

DENV-2

24 (35.82%)

terhadap hasil penelitian ini, penelitian ini

DENV-3

14 (20.89%)

dilakukan di pusat-pusat kesehatan komunitas

DENV-4

6 (8.95%)

dan puskesmas di Jakarta Timur dan Jakarta

(-)

9 (13.43%)

Pusat, berbeda dengan penelitian sebelumnya

DENV-1 dan DENV-4

1 ( 1.49%)

oleh Suwandono yang dilakukan di sepuluh

DENV-2 dan DENV-3

1 (1.49%)

rumah sakit besar di Jakarta. Pasien yang

pengaruh

yang

sangat

penting

mencari pertolongan ke pusat kesehatan Dari penelitian ini, didapatkan bahwa

masyarakat cenderung tidak dalam kondisi

yang paling sering

klinik separah mereka yang pergi ke rumah

dijumpai di Jakarta dengan dua puluh empat

sakit. Didukung oleh penelitian sebelumnya

pasien atau 35,82% dari seluruh pasien.

yang dilakukan di Thailand, DENV-3 memiliki

Menyusul DENV-2 adalah DENV-3 dengan

asosiasi dengan keadaan klinis yang lebih

empat belas orang atau 20,89%. DENV-1

parah seperti kondisi pasien yang cenderung

dimiliki oleh darah dari 12 pasien (1,91%),

lebih parah di rumah sakit.

DENV-2 adalah tipe

sedangkan

serotipe

dengue

yang

Perubahan tren dari sirkulasi serotipe

paling

sedikit dimiliki oleh penduduk Jakarta adalah

(5)

virus

demam

berdarah

dengue

juga

4 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


diperkirakan memainkan faktor dalam hasil

klinis pasien dengue, diperlukan penelitian

penelitian ini. Sesuai dengan hasil yang

lebih lanjut yang mengaitkan antara keempat

ditemukan oleh Nisalaka,

(5)

ditemukan bahwa

serotipe virus dengan manifestasi klinisnya.

serotipe virus dengue yang terdapat pada

Selain itu, melihat bahwa hasil dari RT-PCR

suatu

daerah

tidaklah

konstan,

menunjukan bahwa 13,43% pasien dinyatakan

berubah-ubah.

Menurut

negatif virus dengue, diperlukan evaluasi lebih

Nisalaka, banyak faktor yang mempengaruhi

lanjut tentang metode diagnsosis klinis pasien

perubahan serotipe yang dominan pada suatu

dengue

penelitian antara lain musim, densitas vektor,

kemampuan

perubahan temperatur, tingkat infeksi pada

berdarah dengue.

melainkan

tertentu

selalu

suatu populasi tertentu, serta kelompok

(herdimmunity)

dan

tujuan

diagnosis

meningkatkan pasien

demam

kekebalan kerentanan

(succeptibility). Waktu

dengan

DAFTAR PUSTAKA 1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan

pengambilan

juga

HT. Demam Berdarah Dengue. In: Sudoyo

dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang

AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

cukup besar dalam menyebabkan perbedaan

Setiadi S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit

hasil yang didapat dari penelitian ini dengan

Dalam. 5 ed. Jakarta: Interna Publishing;

penelitian

2009. p. 2773-9.

sebelumnya.

sampel

Penelitian

yang

dilakukan oleh Suwandono ini dilakukan pada saat wabah besar melanda seluruh Indonesia pada awal 2004.

(7)

Sedangkan, penelitian ini

dilakukan pada tahun 2009 yang mungkin

2. Gubler

DJ.

Dengue

and

Dengue

Hemorrhagic Fever. Clin Microbiol Rev. 1998 July 1, 1998;11(3):480-96. 3. Dengue:

Guidelines

for

telah terjadi perubahan serotipe yang dominan

Treatment,

Prevention

pada pasien dengue di Indonesia.

geneva: WHO Press; 2009.

Diagnosis,

and

Control.

4. Setiati T, Wagenaar J, Kruif M. Changing Epidemiology of Dengue Hemorrhagic SIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa serotipe virus dengue yang paling sering di

Fever

in Indonesia. Dengue

Bulletin.

2006;30:1-14. 5. Nisalaka,

Endy

T,

Nimmannitya

S,

pusat-pusat kesehatan komunitas dan pusat

Kalayanarooj S, Thisayakorn U, Scott RM,

kesehatan masyarakat di Jakarta adalah

et al. Serotype-Specific Dengue Virus

DENV-2.

Circulation

and

Dengue

Disease

in

Bangkok, Thailand from 1973 to 1999. Am SARAN

J Trop Med Hyg. 2003 February 1, Mengingat bahwa DENV-2 adalah

2003;68(2):191-202.

serotipe virus dengue yang paling sering

6. Lanciotti R, Calisher C, Gubler D, Chang

ditemukan di pusat kesehatan komunitas dan

G, Vorndam V. Rapid Detection and

pusat kesehatan masyarakat di Jakarta dan

Typing of Dengue Virus from Clinical

belum ada studi yang mengaitkan antara

Samples by Using Reverse Transcriptase-

serotipe virus dengue dengan manifestasi

5 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Polymerase Chain Reaction. JClinMicro.

fever and dengue haemorrhagic fever in

1991 2-12-1991;30(3):545-51.

Jakarta,

7. Suwandono A, Kosasih H, Nurhayati,

Indonesia,

Tropical

Four

2006;100(9):855-62.

virus

serotypes

found

2004.

Transactions of the Royal Society of

Kusriastuti R, Harun S, Ma’roef C, et al. dengue

during

Medicine

and

Hygiene.

circulating during an outbreak of dengue

6 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Penelitian

PROFIL DATA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI ULKUS DIABETIKUM DI RSU DR.SOETOMO SURABAYA TAHUN 2012 1

2

2

Drestha Pratita Windriya, Ari Sutjahjo, Hermina Novida 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2 Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Airlangga–RSU Dr.Soetomo Korespondensi: dresthapratitaw@gmail.com

ABSTRAK WHO mencatat terdapat 120 juta penderita DM pada tahun 1996 dan jumlahnya akan meningkat dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pasien dengan DM memiliki peluang lima kali lebih besar terkena gangren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan distribusi data pasien DM tipe 2 (DMT 2) dengan komplikasi ulkus maupun gangren diabetikum. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintangberdasarkan data dari Dokumen Medik Kesehatan (DMK) pasien. Dari 101 pasien yang diteliti, 61% pasien berjenis kelamin wanita dan rentang usia pasien terbanyak adalah 51-60 tahun. Lima puluh persen pasien telah menderita DMT2 selama 1-5 tahun. Pada pemeriksaan radiologis,gambaran terbanyak yang didapat adalah ulkus saja tanpa kelainan (32%) dan gangren (27%).Sebanyak 28% pasien datang dengan kadar gula darah acak (GDA) 201-300 mg/dL. Dari 30% pasien yang melakukan pemeriksaan kultur nanah, Staphylococcus sp. merupakan kuman terbanyak yang ditemukan (25%). Perawatan 25% pasien DMT 2 dengan ulkus diketahui membutuhkan waktu selama 610 hari dengan 70% pasien dipulangkan karena kondisinya yang membaik, meski beberapa diantaranya harus dilakukan tindakan amputasi. Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, komplikasi, ulkus diabetikum, profil pasien ABSTRACT WHOreported that there were120millionpeople suffered from diabetesin 1996andthe number willincreasedouble of itby 2025. Diabetes patienthavefivetimes greaterchanceof developinggangrene. This study was conductedto determine thedataprofile of patients who suffer from diabetes mellitustype 2 (DMT 2) withdiabetic ulcersorgangrenecomplications. This is adescriptivecross-sectional studythat takesthe datafrom themedical record. The sample waspatientswithDMT2diabeticulcer complications.61% of 101 patientsare female and theage range of most patients is about 51-60 years. 50% of patientshave sufferedDMT2for 1-5years. Based onradiologicalexaminations, 32% pictures showulcerwithoutabnormalitiesand 27% show gangrene.Patients have variety levels of random blood sugar, mostpatients haverandom blood sugarrange of201-300mg/dL when they came to the emergency room. From 30% of patientswhodo pusculture, Staphylococcussp.is the mostgermsfoundin the amount of25%. Treatment of 25% DMT2patients withulcerstakes as long as6-10dayswith70% of patientsdischargeddue to his conditionimproved, although some of themhave tobe takenamputation. Keywords: diabetes mellitus type 2, complication, ulcers, patient profile

PENDAHULUAN

jumlahnya akan meningkat dua kali lipatnya

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat kronik yang disebabkan oleh faktor genetik (1)

atau lingkungan.

WHO mencatat terdapat

120 juta penderita DM pada tahun 1996 dan

pada tahun 2025. DM memiliki progresivitas yang terusmenerus

hingga

dapat

berbagai

komplikasi

bila

menyebabkan tidak

ditangani

dengan baik.Komplikasi yang mungkin terjadi adalah komplikasi pada mata, ginjal, dan

7 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


ekstremitas

bawah.

Pasien

dengan

DM

METODE

memiliki risiko 25 kali lebih besar mengalami

Penelitian ini merupakan penelitian

kebutaan, 17 kali lebih mudah untuk terkena

deskriptif dengan desain potong lintang. Data

gagal ginjal, dan lima kali lebih besar

sekunder diambil berdasarkan teknik total

(2)

sampling terhadap pasien DMT 2 dengan

peluangnya untuk terkena gangren. Studi

yang

Pradana

komplikasi ulkus diabetikum yang dirawat inap

Soewondo, Sidartawan Soegondo dkk. tahun

di RSU Dr.Soetomo Surabaya antara tanggal

2008 di 18 titik di Indonesia menemukan

1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012.

bahwa

mengalami

Pengambilan data sekunder dilakukan di

komplikasi dengan prevalensi sebagai berikut:

Bagian Rekam Medik Pusat RSU Dr.Soetomo

retinopati 42% (760/1785), nefropati 7,3%

Surabaya dalam waktu yang telah disepakati

(131/1785),

dan

sebelumnya.

(1133/1785).

Komplikasi

57,8%

dilakukan

penderita

DM

neuropati

63,5%

mikrovaskular

Penelitian ini mendapatkan Dokumen

didapatkan 27,6% (493/1785) dan komplikasi

Medik Kesehatan (DMK) sebanyak 135 buah,

makrovaskularnya

(302/1785),

tetapi 34 DMK (25%) tereksklusi dengan

sedangkan sisanya mengalami komplikasi

rincian sebagai berikut: 21 DMK (15%) tidak

16%

(3)

akhir yang parah.

ditemukan

Data penelitian menunjukkan bahwa

dan

13

DMK

(10%)

bukan

merupakan DMK pasien DM tipe 2 dengan

penanganan yang dilakukan dapat berupa

komplikasi

debridement(7,9% kasus), amputasi (39,5%

demikian, penelitian ini menggunakan 101

(1)

kasus), atau nekrotomi (52,6% kasus).

Data

ulkus

diabetikum.

Dengan

DMK (75%).

RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2003

Pengolahan data dilakukan dengan

menyebutkan angka amputasi pada penderita

cara tabulasi data dengan variabel jenis

DM sebesar 25% dan angka kematiannya

kelamin pasien, usia pasien, lama menderita

sebesar 16%. Nasib pasien pascaamputasi

DMT 2, gambaran radiologis, kadar GDA saat

pun tidak begitu baik, 14,3% akan meninggal

MRS, gambaran pola kuman melalui kultur

dunia setelah satu tahun diamputasi dan 37%

pus, lama perawatan, dan status pasien saat

meninggal dunia setelah 3 tahun tindakan

kunjungan rumah sakit (KRS) yang kemudian

(4)

amputasi.

disajikan dalam bentuk diagram.

Data di atas menunjukkan bahwa

HASIL PENELITIAN

angka komplikasi DM terhadap ekstremitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bawah masih terhitung tinggi. Oleh karena itu,

pasien DMT 2 dengan komplikasi ulkus

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

diabetikum pada tahun 2012 di RSU Dr.

distribusi dan profil data pasien Diabetes

Soetomo

Melitus Tipe 2 (DMT 2) yang mengalami

berjumlah 62 pasien (61%) dan 39 pasien

komplikasi

lainnya adalah pria (29%).

pada

ekstremitas

bawah,

khususnya ulkus diabetikum.

dengan

jenis

kelamin

wanita

Gambar 1 sampai dengan Gambar 4 di bawah ini memaparkan distribusi usia pasien DMT 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum, lama pasien menderita DMT 2,

8 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


gambaran radiologi ulkus diabetikum, dan

Gambar 4. Distribusi GDA pasien saat MRS

distribusi glukosa darah acak (GDA) pasien saat masuk rumah sakit (MRS).

Pada penelitian ini didapatkan 30 pasien (30%) dengan hasil kultur nanah

7% 8% 18% 30% 37%

≤ 40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun ≥ 71 tahun

selama MRS, sedangkan sisanya 71 pasien (70%) tidak melakukan kultur nanah.Dari 30 pasien yang dikultur, didapatkan 33 hasil kultur nanah dengan rincian seperti Gambar 5 di bawah.

9% 12%

Gambar 1.Kelompok usia pasien DMT 2 dengan komplikasi ulkus diabetikum

3% 3% 3% 12%

6%

14%

13%

12%

18%

6-10 tahun

Enterobiius sp. Escherichia sp. Klebsiella sp.

3%

1-5 tahun

17%

Citrobacter sp. Enterobacter sp.

25%

< 1 tahun

Acinetobacter sp.

Gambar 5.Pola kuman pada nanah

50% > 10 tahun Perawatan pasien DMT 2 dengan Tidak ada data

komplikasi ulkus diabetikum memakan waktu yang berbeda-beda. Pasien yang dirawat

Gambar 2.Lama pasien menderita DM tipe 2

kurang dari 5 hari selama tahun 2012 berjumlah

1% 1% 8% 11%

32%

10% 27%

10%

Tidak ada kelainan Gangren Osteomyelitis Destruksi Soft tissue swelling Deformitas Deformitas+Fraktur Tidak ada data

30

pasien

(30%).

Perawatan

selama 6-10 hari pada 36 pasien (35%). Pasien

dengan

berjumlah

25

perawatan

pasien

(25%).

11-15

hari

Sedangkan

pasien dengan perawatan 16-20 hari terdiri dari 4 pasien (4%) dan pasien dengan perawatan lebih lama dari 20 hari sebanyak 5 pasien (5%). Sedangkan, 1 pasien lainnya (1%) tidak didapatkan datanya mengenai

Gambar 3.Gambaran radiologi ulkus 1%

≤100 mg/dL

9% 18%

101-200 mg/dL 20%

24% 28%

201-300 mg/dL

lama perawatan di rumah sakit. Pada DMK yang diambil, didapatkan data pasien yang dipulangkan sebanyak 71 pasien (70%), pasien pulang paksa sebanyak 13 pasien (13%), dan pasien meninggal dunia

301-400 mg/dL

sejumlah 16 pasien (16%). Satu pasien (1%)

>400 mg/dL

tidak didapatkan data status saat keluar

Tidak ada data

rumah sakit (KRS).

9 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


DISKUSI

(27%). Osteomielitis didapatkan sebesar 10%,

Pada penelitian ini didapatkan lebih banyak

pasien

wanita,

yaitu

62

pasien

(61%),sedangkan pasien priasebanyak 39 pasien

(39%).

Hal

ini

sejalan

sama banyak dengan destruksi, dan lebih sedikit dari kejadian pembengkakan jaringan lunak sebesar 11%.

dengan

Pada 29 pasien (28%) didapatkan

penelitian olehSugiyanto dkk. di RS DR.

GDA 201-300 mg/dL saat MRS, dengan

Kariadi Semarang yang mendapatkan pasien

diketahui batas bawah DM adalah GDA 200

pria sebanyak 42% dan wanita sebanyak

mg/dL. Kejadian ulkus diabetikum dengan

58%. Eva Decroli di RSUP Dr. M. Djamil

GDA 301-400mg/dL sebanyak 24 pasien

Padang mencatat sebanyak 71% pasien

(24%) dan GDA>400 mg/dL saat MRS

(1)

adalah pria dan sisanya adalah wanita.

Tercatat rentang usia 51-60 tahun

sebanyak 18 pasien (18%), lebih sedikit dari pasien dengan rentang GDA 201-300 mg/dL.

adalah rentang usia terbanyak penderita ulkus

Agung

diabetikum

diabetes

sebanyak

38

pasien

(37%),

Pranoto

dalam

dan

tulisan

polineuropati

metabolik

disusul rentang usia 41-50 tahun sebanyak

menyebutkan

tiga puluh pasien (30%). Pada penelitian yang

berkaitan

telah dilakukan oleh Eva Decroli di RSUP Dr.

darah. Dalam penelitian ini didapatkan hal

M.

rata-rata

yang sedikit berbeda mungkin karena banyak

pasien berusia 55,2±9,5 tahun. Nogren WR

pasien yang minum obat antidiabetes, tetapi

dkk. dalam Journal of Vascular Surgery

tidak teratur sehingga saat GDA diperiksa

menyebutkan

prevalensi komplikasi kaki

terdapat GDA yang tidak terlalu tinggi padahal

diabetik meningkat 3% pada penderita DM

sebelumnya mungkin dia sempat memiliki

usia di atas 40 tahun dan meningkat 6% pada

GDA yang lebih tinggi. Oleh karena itu,

Djamil

Padang,

usia di atas 60 tahun.

didapatkan

(5)

bahwa

mengenai

dengan

kejadian

buruknya

neuropati

kontrol

gula

dibutuhkan data HbA1c dari pasien, tetapi di

Sebelum terkena ulkus diabetikum,

RSU Dr.Soetomo Surabaya, pemeriksaan

51 pasien (50%) pada penelitian ini telah

HbA1c belum menjadi pemeriksaan yang rutin

menderita

dilakukan.

DMT

2

selama

1-5

tahun.

Beberapa penelitian menyebutkan lama DM

Komplikasi yang terjadi pada pasien

≥10 tahun akan meningkatkan risiko,tetapi

dapat diperparah dengan kejadian infeksi

pada penelitian ini hanya didapatkan pasien

yang disebabkan kulit yang tidak intak, infeksi

dengan DM ≥10 tahun sebanyak 31 pasien

nosokomial

(31%).

sebagainya. Pada 30 pasien (30%) dengan

yang

banyak

terjadi,

dan

Klasifikasi ulkus diabetikum di RSU

hasil kultur, didapatkan kuman terbanyak

Dr.Soetomo jarang menggunakan klasifikasi

pada nanah adalah Staphylococcus sp. (25%)

Wagner maupun klasifikasi Texas sehingga

dan

peneliti mengelompokkan ulkus diabetikum

Acinetobacter

berdasarkan gambaran radiologi ulkus. Pada

Klebsiella sp., yaitu masing-masing sebesar

33 pasien (32%) tidak didapatkan kelainan

12%. Infeksi pada umumnya disebabkan oleh

radiologis atau hanya dijumpai ulkus saja,

kuman di sekitar kulit. Jika drainase tidak

sedangkan gangren dijumpai pada 27 pasien

baik, akan berkembang selulitis yang dapat

Pseudomonas sp.,

sp.

(18%),

Escherichia

disusul sp.,

dan

10 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


menyebabkan

sepsis

dan

menginfeksi

diderita.Kemungkinan

besar

akibat

(6)

sepsis,tetapi ada juga yang disebabkan oleh

Kuman aerob penyebab dalam waktu cepat

komplikasi selain ulkus diabetikum. Jumlah

akan menginfeksi aliran darah dan juga dapat

lebih banyak ditemukan di rumah sakit yang

menyebabkan bakteremia yang kemudian

sama pada pasien rawat inap periode tahun

tendon, tulang, dan sendi di bawahnya.

(7)

dapat menyebabkan kematian.

2003-2007, yaitu sebanyak 21,9%.

Penelitian mengenai profil klinis dan laboratoris

pada

pasien

serupa

pernah

(8)

Dalam penelitian ini tercatat tujuh kasus

yang

mendapat

perlakuan

bedah

dilakukan di rumah sakit yang sama oleh

berupa amputasi dan sembilan orang lainnya

Ivone Wulansari. Tercatat kuman penginfeksi

telah diamputasi sebelum MRS tahun 2012 di

terbanyak

sp.,

RSU Dr.Soetomo. Di Amerika Serikat, angka

Streptococcus sp., Klebsiella sp., Proteus sp.,

amputasi pada DM adalah 6 dari 1000 kasus

adalah

Pseudomonas (8)

dan Staphylococcus sp.

(10)

Penelitian lain yang

tiap tahunnya.

dikerjakan oleh Nanang Fitra di RSUP H.

menyelesaikan

masalah.

Adam Malik Medan, 25% dari kejadian infeksi

menambahkan

bahwa

disebabkan oleh Enterobacter aerogenes,

meninggal dunia satu tahun pascaamputasi

14%

coli.

dan 37% meninggal dunia 3 tahun pasca

Perbedaan ini mungkin disebabkan cuaca

tindakan amputasi. Hal ini disebabkan kualitas

yang berbeda di daerah sehingga kuman

hidup yang menurun karena keterbatasan

yang banyak tumbuh juga berbeda. Selain itu,

aktivitas

penelitian oleh Nanang Fitria dilakukan pada

semangat

pasien

disebabkan

rawat

oleh

jalan

Escherichia

sehingga

hal

ini

Tindakan amputasi tidak

sehingga hidup

Waspadji 14,3%

terjadi yang

pasien

penurunan

akhirnya

mempercepat kematian pasien.

S.

dapat

(7)

menyingkirkan kemungkinan kejadian infeksi

Dari penelitian ini, masih diperlukan

nosokomial. Selain itu, kedalaman ulkus rata-

suatu studi prospektif. Selain itu, diperlukan

rata pasien juga berpengaruh. Bakteri aerob

pemeriksaan tambahan yang lebih lengkap

gram positif seperti Staphylococcus sp. sering

seperti HBA1c, klasifikasi ulkus secara klinis,

didapatkan pada ulkus superfisial, begitu juga

ABI, kultur nanah, dan lain-lain.

dengan Pseudomonas sp., terlebih jika telah menggunakan antibiotik.

(9)

SIMPULAN

Perawatan pasien DM tipe 2 dengan

Jumlah pasien wanita pada DMT 2

komplikasi ulkus diabetikum memakan waktu

dengan

yang berbeda-beda. Sebanyak 36 pasien

didapatkan lebih banyak dari pria, yaitu

(35%) dirawat selama 6-10 hari dan tiga puluh

sebesar 61%, sedangkan usia terbanyak

pasien (30%) dirawat kurang dari lima hari.

pasien adalah 51-60 tahun. Pada penelitian

Kondisi pasien saat keluar rumah sakit (KRS)

ini didapatkan 50% pasien telah menderita

pun berbeda-beda, tetapi 71 pasien (70%)

DMT 2 sebelumnya selama 1-5 tahun dan

dari

28% pasien datang ke rumah sakit dengan

keseluruhan

dipulangkan

karena

pasien kondisi

statusnya yang

komplikasi

ulkus

diabetikum

telah

kadar GDA terbanyak dalam rentang 201-300

membaik. Pasien meninggal dunia sebanyak

mg/dL. Dari hasil pemeriksaan radiologis,

16 pasien (16%) sering karena penyakit yang

kelainan yang terbanyak didapatkan adalah

11 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


32% pasien mengalami ulkus saja tanpa

the Indonesian Medical Association, Jil.

kelainan lain disusul pasien gangren sebesar

19, No. 4, November 2010

27%. Pemeriksaan kultur kuman dilakukan

4. Waspadji, S, 2009.‘Kaki Diabetes’, dalam

pada 30% pasien dan didapatkan kuman

Sudoyo, AW, et al. Buku Ajar Ilmu

yang paling banyak menginfeksi ulkus adalah

Penyakit Dalam. Jakarta Pusat, jil. 3, ed.

Staphylococcus

5, hal. 1961-1966

sp.

yaitu

sebesar

25%,

disusul Pseudomonas sp.Perawatan ulkus

5. Nogren WR, Hiatt JA Dormandy. ‘Inter

diabetikum di RS cenderung membutuhkan

Society Consensus for theManagement of

waktu 6-10 hari bagi kebanyakan pasien,

Peripheral Arterial Disease’. Journal of

yaitu 25% dari keseluruhan pasien. Prognosis

VascularSurgery, 2007;45

70%

pasien

dengan

komplikasi

ulkus

6. Parlindungan L, Zein U, et al. 2002. Pola

diabetikum adalah baik, meskipun terdapat

Kuman Bakteri Anaerob dan Resistensi

beberapa kasus yang harus diamputasi.

Antibiotik pada Gangren Diabetik 7. Fitra, N. 2008. Pola Kuman Aerob dan

DAFTAR PUSTAKA

Sensitifitas

pada

Gangren

1. Decroli, E, Karimi, J, et al. ‘Profil Ulkus

Diambil:

14

Mei

Diabetik.

2012

di

Diabetik pada Penderita Rawat inap di

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345

Bagian

6789/6312/1/09E00134.pdf

Penyakit

Dalam

RSUP

Dr

M.Djamil Padang’. Majalah Kedokteran

8. Wulandari, TI. 2010. ‘Profil Klinis dan

Indonesia, Jilid 58, Nomor: 1, Januari

Laboratoris

2008

Pasien Rawat Inap’.

2. Permana, H. 2008. Komplikasi kronik dan Penyakit Diambil:

Penyerta 14

Mei

pada

Diabetesi

2012,

dari

Penderita

Kaki

Diabetik

9. Sutjahyo A, Poerwadi T, et al. ‘Neuropati Diabetic, Klasifikasi, Patogenesis dan Terapi’ dalam Tjokroprawiro A, Sukahatya

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

M Soewanto edt, Simposium Nasional

content/uploads/2009/09/kompilasi_kronik

Perkembangan Mutakhir

_dan_penyakit_penyerta_pada_diabetesi.

Metabolisme Surabaya, 2000, 310-22

pdf 3. Soewondo, P, Soegondo, S, et al. ‘The

10. Foster

DW.

Diabetes

Endokrinologi

Mellitus

in

Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson

DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on

JD,Martin

Control and Complications of Type 2

Principles of Internal Medicine, McGraw

Diabetic Patients in Indonesia’. Journal of

Hill, New York, 2001, 1979-99.

JB,Fauci

A

eds:

Harrison

12 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Penelitian

KORELASI KARAKTERISTIK DEMOGRAFIS DAN KLINIS IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KONTRASEPSI PASCAPERSALINAN Frans Liwang, Felix Chikita Fredy, Farisa Anggreana, Fatma Afira, Fransisca Dewi Kumala, Gracia Lilihata, Kanadi Sumapradja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Korespondensi: fr_archy02@yahoo.com

ABSTRAK Meski kebijakan kontrasepsi pascapersalinan telah diimplementasikan, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan angka penggunaan kontrasepsi melalui identifikasi tingkat PSP ibu hamil serta karakteristik demografis dan klinis yang mempengaruhinya.Dilakukan penelitian potong lintang pada 106 ibu hamil peserta pemeriksaan antenatal di Puskesmas Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Dari seluruh responden (n=106, median=26 tahun), 74,5% adalah ibu rumah tangga, 56,6% berpendidikan sedang, 55,7% memiliki pendapatan di atas UMR Jakarta Timur. Sebanyak 62,3% responden adalah multigravida (median usia kehamilan 28 minggu) dan 52,8% belum pernah menggunakan kontrasepsi. Dari aspek PSP, korelasi terkuat ditemukan antara pengetahuan dengan perilaku. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, sikap baik, dan perilaku sedang. Riwayat kontrasepsi, usia ibu, dan usia kehamilan tidak berkorelasi kuat dengan PSP terhadap kontrasepsi pascapersalinan. Tingkat pengetahuan dan perilaku ibu multigravida lebih baik dari primigravida. Secara keseluruhan, tidak terdapat korelasi kuat antara karakteristik demografis dengan PSP. Kekuatan korelasi antara usia dan gravida dengan pengetahuan, pendapatan dengan sikap, dan riwayat kontrasepsi dengan perilaku lemah. Selain itu, kekuatan korelasi karakteristik demografis dan klinis lainnya, masing-masing terhadap PSP, sangat lemah. Kata kunci: karakteristik demografis, karakteristik klinis, kontrasepsi pascapersalinan ABSTRACT Maternal mortality in Indonesia is still high despite the implementation of postpartum contraception policy. This is closely related to community’s knowledge, attitude, and behavior (KAB). This research aims to increase contraceptive use through identification of KAB level and contributing demographic characteristics among pregnant women. A cross-sectional research was conducted among pregnant women undergoing antenatal care in Makasar District primary health care unit. Out of 106 participants (median age 26 years), 74,5% were housewives, 56,6% had intermediate education, 55,7% had a total income over East Jakarta’s minimum wage. About 62,3% were multigravida (median gestational age = 28 weeks) and 52,8% had no previous history of contraceptive use. The strongest correlation between KAB was found among knowledge and behavior. Most participants have low knowledge, high level of attitude, and intermediate level of behavior. History of contraceptive use, maternal age, and gestational age had no correlation with KAB towards contraception. Multigravida participants had better knowledge and behavior compared to primigravida. Overall there were weak correlations between demographic characteristics with KAB. Correlations between age and gravida with knowledge, income with attitude, and history of contraceptive use with behavior were weak. Moreover, correlations between other demographic and clinical characteristics with KAB were very weak. Keywords: demographic characteristics, clinical characteristics, postpartum contraception

PENDAHULUAN

kesehatan

Kesehatan reproduksi masih menjadi

Indonesia

menunjukkan

AKI

(SDKI) sebesar

tahun

2007

228/100.000

isu global. Ini termaktub dalam poin ke lima

kelahiran hidup. Angka ini jauh dari target

millenium development goals (MDGs) yang

tahun 2015 sebesar 102/100.000 kelahiran

masih menjadi masalah utama di Indonesia,

hidup.

yakni kesehatan ibu.

(1,2)

(1,3-5)

Data survei dasar

13 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Tingginya

AKI

di

Indonesia,

selain

METODE

diakibatkan oleh penyebab langsung, juga

Penelitian ini menggunakan desain

merupakan dampak dari implementasi solusi

potong

yang belum maksimal. Jumlah kehamilan

analitis.Pengambilan

banyak, jarak kelahiran terlalu dekat, serta

tanggal 10-20 Oktober 2011 di Puskesmas

kehamilan

merupakan

Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Data

penyebab langsung mortalitas serta morbiditas

merupakan data primer yang diambil dengan

maternal.

pada

(6)

usia

lanjut

lintang

bersifat data

deskriptif

dilakukan

pada

Solusi definitifnya ialah mencegah

menggunakan kuesioner penelitian yang telah

kehamilan itu sendiri melalui program keluarga

divalidasi. Unit sampel adalah ibu hamil yang

berencana (KB).

berkunjung

ke

Puskesmas

Kecamatan

Ironisnya, angka cakupan penggunaan

Makasar, Jakarta Timur, untuk pemeriksaan

(7)

antenatal. Besar sampel yang dibutuhkan

tersebut

adalah 106 subjek penelitian berdasarkan

berupa

rumus sampel dua variabel tidak berpasangan.

pelayanan

Responden dipilih dengan metode consecutive

alat kontrasepsi tahun 2010 masih 61,5%. Rendahnya

angka

disebabkan

oleh

keterbatasan

cakupan

faktor

akses

eksternal

terhadap

kontrasepsi. Menurut laporan CDC tahun

sampling.

2007, salah satu strategi efektif meningkatkan

secara terpimpin (guided questionnaire).

angka

ini

ialah

dengan

pascapersalinan, pelayanan

kontrasepsi

yakni

pemasangan

memberikan alat

kontrasepsi

Pengisian

Untuk

kuesioner

mendapatkan

dilakukan

tingkat

PSP

responden, dilakukan verifikasi dan coding terhadap

pertanyaan-pertanyaan

dalam

segera setelah melahirkan. Strategi ini telah

kuesioner. Skor yang diperoleh kemudian

diimplementasikan di Indonesia, tetapi angka

diklasifikasikan menjadi baik, cukup, dan

cakupan kontrasepsi pascapersalinan masih

kurang.

rendah.

(8-10)

faktor

Oleh sebab itu, dipikirkan adanya

internal

program

SPSS

data

versi

menggunakan

16.0

dengan

uji

mempengaruhi

parametrik dan nonparametrik yang sesuai.

penerimaan kontrasepsi, yaitu pengetahuan,

Selanjutnya dilakukan analisis univariat dan

sikap,

masyarakat

bivariat untuk mengetahui korelasi antara

pascapersalinan.

variabel bebas dan terikat. Variabel bebas

Adapun PSP tersebut berhubungan dengan

pada penelitian ini adalah usia, pekerjaan,

karakteristik

demografis

tingkat

pendidikan

dan

dan

mengenai

yang

Pengolahan

perilaku

(PSP)

kontrasepsi

seperti

sosioekonomi,

tingkat serta

karakteristik klinis seperti usia kehamilan, gravida, dan riwayat kontrasepsi. Penelitian mengetahui

ini

korelasi

(11,12)

bertujuan antara

kontrasepsi

gravida,

usia

kontrasepsi.

jumlah

kehamilan,

Sedangkan,

pendapatan, dan

variabel

riwayat terikat

adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk

mengenai kontrasepsi pascapersalinan.

karakteristik

demografis dan klinis dengan PSP masyarakat mengenai

pendidikan,

HASIL

pascapersalinan.

Seluruh responden adalah ibu hamil

Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang

yang

datang

memeriksakan

kandungan

berkorelasi, upaya untuk meningkatkan PSP

(antenatal care) di Puskesmas Kecamatan

masyarakat akan lebih efektif dan terarah.

Makasar, Jakarta Pusat. Dari 106 responden

14 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


yang diwawancarai, seluruh data lengkap dan

dilakukan analisis.

Tabel 1. Karakteristik demografis dan klinis responden (n=106) Variabel

Responden

Usia (tahun) (median, IQR)

26 (23-31)

Tingkat pendidikan (n, %) Tidak berpendidikan

2 (1,9)

Pendidikan rendah

37 (34,9)

Pendidikan sedang

60 (56,6)

Pendidikan tinggi

7 (6,6)

Jenis pekerjaan (n, %) Ibu rumah tangga

79 (74,5)

Pekerjaan lainnya

27 (25,5)

Tingkat pendapatan (n, %) Pendapatan rendah

47 (44,3)

Pendapatan tinggi

59 (55,7)

Jumlah tanggungan (median, IQR)

3 (2-3)

Kehamilan ke- (n, %) Primigravida

40 (37,7)

Multigravida

66 (62,3)

Usia kehamilan (median, IQR)

28 (17,5-35)

Jumlah anak yang diinginkan (median, IQR)

2 (1-2)

Riwayat penggunaan kontrasepsi (n, %) Tidak

56 (52,8)

Ada

49 (46,2)

Seperti terlihat pada Tabel 1, sebagian besar

26 tahun. Lebih dari setengah responden

responden tergolong pada kelompok usia

memiliki latar belakang pendidikan sedang dan

dewasa muda dengan nilai tengah usia adalah

rendah. Tiga dari empat responden adalah ibu

15 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


rumah tangga. Setengah lebih responden

tanggungan sebanyak dua orang. Sebagian

memiliki total pendapatan keluarga di atas

besar responden sedang multigravida dengan

UMR Jakarta Timur.

nilai tengah usia kandungan 28 minggu.

Jumlah

tanggungan

responden

berkisar antara 2-7 orang. Frekuensi paling banyak

ialah

responden

dengan

Separuh lebih (52,8%)

responden belum

menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya.

jumlah

Tabel 2. Sebaran responden (n= 106) menurut tingkat PSP Variabel

Responden

Pengetahuan Baik

6 (5,6)

Sedang

20 (18,9)

Kurang

80 (75,5)

Sikap Baik

75 (70,8)

Sedang

23 (21,7)

Kurang

8 (7,5)

Perilaku

Berdasarkan

30 (28,3)

Sedang

51 (48,1)

Kurang

25 (23,6)

pada

Guna mengetahui korelasi antar pengetahuan

didapatkan

dengan sikap dan perilaku serta korelasinya

gambaran mengenai tingkat pengetahuan,

dengan karakteristik demografis dan klinis

sikap, dan perilaku masyarakat Kecamatan

responden,

Makasar

kontrasepsi

dengan hasil seperti pada tabel di bawah.

pascapersalinan. Tabel 2 memperlihatkan

Terlihat bahwa korelasi paling kuat terdapat

sebagian

pada

pada korelasi pengetahuan dengan perilaku

kelompok pengetahuan kurang (mean 38,2 Âą

dibanding korelasi pengetahuan dengan sikap.

14,6), sikap baik (median 77,8; IQR 66,7-

Dari karakteristik responden, status gravida

88,9), perilaku sedang (median 68,8; IQR

yang memiliki korelasi dengan nilai r paling

kuesioner

jawaban

Baik

yang

responden

dibagikan,

terhadap

besar

responden

berada

maka

dilakukan

uji

korelasi

62,5-87,5).

16 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


besar dengan pengetahuan, sikap, perilaku

Tabel 3. Korelasi (r, p) antara karakteristik

responden (Tabel 3).

demografis dan klinis reponden dengan skor PSP

DISKUSI Hasil

yakni pengetahuan mempengaruhi persepsi, penelitian

memperlihatkan

yang selanjutnya

persepsi tersebut

akan

sebagian besar responden memiliki tingkat

mempengaruhi

pengetahuan kurang, sikap baik, perilaku

demikian, wajar jika antara pengetahuan,

sedang. Selanjutnya, analisis korelasi antara

sikap, dan perilaku, korelasi pengetahuan

pengetahuan,

perilaku

dengan perilaku memberikan kekuatan paling

menunjukkan korelasi sangat lemah, kecuali

besar (r=0,39, p=0,00). Namun, terlihat juga

korelasi lemah ditemukan pada pengetahuan

bahwa

dan perilaku. Tidak adanya korelasi kuat

faktor yang mempengaruhi. Banyak faktor

antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pada

lainnya, yaitu karakteristik demografis dan

responden tersebut dapat diterangkan dengan

klinis, yang turut mempengaruhi persepsi

model health belief model (Gambar 1).

seseorang.

sikap,

dan

perilaku.

(13,14)

pengetahuan

bukan

Dengan

satu-satunya

Pada model, tergambar hubungan tidak langsung pengetahuan dengan perilaku,

17 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Perceived Susceptibility: Melakukan

Perceived Benefits

hubungan

seksual

Meningkatkan      

tanpa

kontrasepsi memungkinkan

untuk

hamil kembali

kesejahteraan keluarga

Usia Jenis pekerjaan Tingkat pendidikan Jumlah pendapatan Tingkat pengetahuan Gravida

Mencegah cacat bawaan anak selanjutnya Mencegah penyakit pada kehamilan selanjutnya

Perceived Seriousness: Banyak anak berbanding terbalik

Perceived barrier:

dengan

 Kurang informasi dan penyuluhan  Takut efek samping  Rasa sakit saat penggunaan kontrasepsi  Kesibukan

Perceived Threat

kesejahteraan keluarga Banyak anak berbanding terbalik dengan tingkat

Cues to Action

pendidikan anak

 Media penyuluhan tentang kontrasepsi pascapersalinan  Pengalaman kerabat  Riwayat kehamilan sebelumnya Modifying Factors

Anak adalah anugerah

Individual Perception

Gambar

1.

Health

Belief

Model

Ibu

Hamil

Likelihood of Behavioral Change Likelihood of Action

Kecamatan

Makasar

terhadap

Kontrasepsi

Pascapersalinan

Korelasi Karakteristik Demografis dengan

pengetahuan

PSP

mempengaruhi persepsi seseorang. Ketiga Dalam

epidemiologi

faktor

yang

dikenal

variabel memiliki nilai korelasi lemah dan

berbagai karakteristik masyarakat, yang pada

sangat lemah dengan pengetahuan. Korelasi

health belief model termasuk faktor yang dapat

antara pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan

dimodifikasi (modifying factors), salah satunya

dengan perilaku tergambar melalui hubungan

status

ilmu

merupakan

sosioekonomi.

(13-16)

ini

tidak langsung. Pekerjaan, pendidikan, dan

memperlihatkan korelasi status sosioekonomi

pendapatan dapat mempengaruhi kerentanan

yang meliputi jenis pekerjaan, pendapatan,

yang

dan

tingkat

tingkat keparahan (severity), ancaman (threat),

pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap

manfaat (benefit), dan rintangan (barrier).

penggunaan

Persepsi tersebut akan menentukan perilaku

tingkat

Komponen

pendidikan,

kontrasepsi status

Penelitian

dengan

pascapersalinan.

sosioekonomi

tersebut,

dirasakan

hanya

lemah sangat lemah.

mempengaruhi

pekerjaan,

health

pendidikan,

belief

model,tingkat

pendapatan,

susceptibility),

seseorang. Namun, ketiga variabel tersebut

dilihat satu per satu, menunjukkan korelasi

Pada

(perceived

sebagian

kecil perilaku.

faktor

yang

Kompleksnya

persepsi dan faktor itu menyebabkan korelasi

dan

18 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


antara ketiga variabel dengan pengetahuan

PSP. Namun dalam

dan perilaku bersifat lemah.

ditemukan

Health belief model pada Gambar 1 memperlihatkan hubungan antara persepsi ibu hamil

dengan

korelasi

antarkarakterisitk

tersebut

yang

kuat

dengan

PSP

mengenai kontrasepsi pascapersalinan.

yang

Dalam implementasi program KB, usia

mempengaruhinya. Pengetahuan responden

perempuan termasuk salah satu determinan

yang

penting yang mempengaruhi keikutsertaan

kurang

persepsi

faktor-faktor

penelitian ini, tidak

berakibat

akan

pada

pentingnya

kurangnya kontrasepsi

serta pemilihan jenis

kontrasepsi. Dalam

pascapersalinan sehingga perceived threat

populasi Indonesia secara umum, program KB

juga rendah. Banyak responden merasa takut

lebih mencakup kelompok usia reproduktif

akan rasa sakit dan efek samping yang akan

lanjut dibandingkan usia reproduktif muda

dialami jika menggunakan kontrasepsi yang

walaupun pemilihan tersebut turut dipengaruhi

dapat menjadi perceived barrier yang sulit

oleh

ditembus. Dari segi cue to action, responden

langsung, dapat ditarik hipotesis juga bahwa

telah terpapar oleh media cetak, media

kesadaran,

elekronik, ataupun mendapat informasi dari

terhadap kontrasepsi akan semakin meningkat

bidan, tetapi melihat rendahnya pengetahuan,

sejalan dengan pengalaman atau usia ibu.

informasi

Harapannya,

yang

belumlah

mereka

cukup

terima

anak.

Namun

secara

pemahaman,

promosi

tidak

pengetahuan

dini

mengenai

masih

kontrasepsi dapat lebih digalakkan pada ibu

membutuhkan tambahan informasi lebih lanjut.

hamil dengan usia muda untuk meningkatkan

Untuk

sehingga

tersebut

jumlah

meningkatkan

persepsi

masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi

pengetahuan

serta

pemahaman

mereka

tentang kontrasepsi.

perilakunya, pertama-tama pengetahuan dan

Meski demikian, pada penelitian ini

informasi masyarakat perlu ditingkatkan. Salah

ditemukan bahwa usia ibu tidak berkorelasi

satu cara efektif dan terbaik

pemberian

dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku

informasi tersebut ialah dengan penyuluhan

terhadap kontrasepsi. Baik ibu dengan usia

oleh tenaga medis atau mereka yang telah

tua ataupun yang lebih mudah memiliki

terlatih. Lebih jauh lagi, didasari oleh penelitian

pengetahuan, sikap, dan perilaku yang reslatif

ini, penyuluhan diberikan secara luas ke

sama. Hal tersebut mengindikasikan upaya

semua

tanpa

edukasi dan promosi mengenai kontrasepsi

sosioekonomi,

kepada ibu hamil setempat masih belum

masyarakat

mengelompokkannya

status

misal mengelompokkan apakah responden ibu rumah tangga atau bukan, berpendidikan

maksimal dan belum mencapai sasaran. Namun, usia ibu tidak semata-mata

tinggi atau rendah, atau memiliki pendapatan

menjadi

indikator

tinggi atau rendah.

pemahaman

pengalaman

terhadap

ataupun

kontrasepsi.

Pengalaman serta tingkat pemahaman itu Korelasi Karakteristik Klinis dengan PSP

dan

dapat diukur secara lebih objektif melalui

Usia, status gravida, usia kehamilan,

variabel gravida. Ibu dengan multigravida

riwayat

memiliki

kontrasepsi

merupakan

karakteristik klinis yang berkorelasi dengan

lebih

banyak

alasan

untuk

menggunakan kontrasepsi dibandingkan ibu

19 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


dengan

primigravida,

untuk

diperoleh,

telah

korelasi kuat dengan pengetahuan, sikap, dan

penjelasan

perilaku mengenai kontrasepsi. Kebanyakan

mengenai kontrasepsi dari petugas kesehatan,

lebih memilih untuk memikirkan atau mengikuti

termasuk berbagai alasan sosial dan ekonomi.

kontrasepsi setelah masa laktasi. Padahal,

Analisis statistik pada Puskesmas Makasar

kontrasepsi pascapersalinan sangat efektif

pun

untuk

membatasi

jumlah

beberapa

kali

misalnya

anak.

Mereka

mendengar

menunjukkan

bahwa

ibu

dengan

usia

kehamilan

mengatasi

tidak

masalah

memiliki

akses

dan

multigravida memiliki tingkat pengetahuan dan

rendahnya compliance masyarakat selama ini.

perilaku yang lebih baik. Sebaliknya, ibu

Selain itu, stigma masyarakat mengenai efek

dengan primigravida sering kali luput dari

samping kontrasepsi pascapersalinan turut

edukasi

mempengaruhi

dan

promosi

dini

mengenai

kontrasepsi dari petugas kesehatan, serta

kontrasepsi

terhadap

jumlah

tidak

berkorelasi

kehamilan

sehingga

penggunaan

kontrasepsi pascapersalinan.

masih ingin memiliki anak lagi. Padahal, sikap mengenai

angka

Salah satu faktor lainnya yang diduga mempengaruhi perilaku

pengetahuan,

responden

sikap,

terhadap

dan

kontrasepsi

intervensi untuk meningkatkan pengetahuan

pascapersalinan ialah riwayat penggunaan

ibu-ibu

kontrasepsi sebelumnya. Dari hasil penelitian

hamil

sangat

bermanfaat

untuk

mendukung keikutsertaan mereka terhadap

tampak

kontrasepsi.

sebelumnya ternyata tidak memiliki korelasi

Selama ini, pemahaman masyarakat setempat

mengenai

kontrasepsi

masih

bahwa

riwayat

kontrasepsi

pada pengatahuan dan sikap. Baik yang sudah

pernah

kontrasepsi

maupun

yang

terbatas sebagai metode untuk mencegah

belum memiliki pengetahuan dan sikap yang

kehamilan.

sama.

Prinsip

menjarangkan terlupakan

lainnya,

kehamilan,

baik

oleh

petugas

medis.

tersebut,

peningkatan

ibu

Berbekal

yaitu

untuk

sering hamil

kali

Dengan

kontrasepsi

kata

lain,

sebelumnya

penggunaan

tidak

menjamin

maupun

seseorang akan lebih memahami pentingnya

pemahaman

kontrasepsi pascapersalinan serta lebih baik

pengetahuan

ibu

dalam penggunaan kontrasepsi berikutnya.

primigravida sangat tepat untuk mencapai tujuan kontrasepsi.

Kedua populasi ini, dengan dan tanpa riwayat kontrasepsi, memiliki tingkat kuantitas

Di lain sisi, pemahaman masyarakat

dan kualitas yang sama akan informasi yang

mengenai kehamilan yang direncanakan juga

mengenai kontrasepsi. Agaknya ini menjadi

masih minim. Kebanyakan masyarakat baru

perhatian, mengingat dalam praktik banyak

akan merencanakan kehamilan atau jumlah

yang

anak yang diinginkannya setelah memiliki satu

kontrasepsi

atau dua anak, tidak jarang juga setelah

kontrasepsi daripada yang belum pernah.

menganggap akan

mereka lebih

yang

pernah

mengerti

tentang

merasa jumlah anak yang dimilikinya berlebih, misal empat atau lima. Oleh sebab itu, edukasi dan promosi kontrasepsi pada masyarakat ini

SIMPULAN Penelitian

ini

menunjukkan

tidak

lebih efektif bila diberikan sewaktu kontrol

terdapat korelasi kuat antara karakteristik

kehamilan.

demografis dengan pengetahuan, sikap, dan

Dari

analisis

statistik

yang

20 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


perilaku ibu-ibu hamil di Kecamatan Makasar

healthsurvey 2007. Calverton, Maryland,

mengenai

USA: BPS dan Macro International, 2008.

kontrasepsi

pascapersalinan.

Korelasi antara pengetahuan dan perilaku

4. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro

menunjukkan kekuatan yang paling besar.

International. Indonesia demograhic and

Kekuatan korelasi antara usia dan gravida

health survey 2007. Calverton, Maryland,

dengan pengetahuan, pendapatan dengan

USA: BPS dan Macro International, 2008.

sikap, dan riwayat kontrasepsi dengan perilaku

5. The Department of Family and Community

adalah lemah. Selain itu, kekuatan korelasi

Health,

World

karakteristik demografis dan klinis lainnya,

Regional Office for South-East Asia, World

masing-masing terhadap pengetahuan, sikap,

Health

dan perilaku, sangat lemah.

Mahatma Gandhi Marg. Indonesia and

House,

Health

Organization,

Indraprastha

Estate,

Dengan demikian, untuk meningkatkan

family planning: an overview. India: World

perilaku penggunaan kontrasepsi, diperlukan

Health Organization, Regional Office for

tingkat pengetahuan yang baik pula. Sebagai

South-East Asia, 2005.

contoh

dapat

konseling.

dilakukan

Intervensi

penyuluhan ini

tidak

dan hanya

6. Shiffman J. Generating political priority for maternal

mortality

reduction

in

5

diutamakan bagi ibu-ibu multigravida, tetapi

developing countries. Am J Public Health.

juga bagi ibu-ibu primigravida.

2007;97(5):796-803. 7. Fathalla MF, Sinding SW, Rosenfield A,

UCAPAN TERIMA KASIH

Fathalla MM. Sexual and reproductive

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.

health for all: a call for action. Lancet.

Johny

2006;368(9552):2095-100.

banyak

Jaikirshin

yang

masukan,

telah

serta

memberikan seluruh

staf

Puskesmas Kecamatan Makasar yang telah memberi izin dan dukungan dalam melakukan penelitian ini.

8. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2011. 9. Schoemaker J. Contraceptive use among the poor in Indonesia. Int Fam Plan Aerspect. 2005;31(3):106-14.

DAFTAR PUSTAKA 1. Bernstein

S.

10. Palu MB. Kebijakan operasional keluarga

Population,

reproductive

dan

kesehatan

reproduksi

health, and millenium development goals:

tahun 2009. Jakarta: Badan Koordinasi

UN

millennium

Washington

DC:

project

reports.

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

United

Nations

2009.

Development Programme, 2005. 2.

berencana

11. Jamie LH, Amitabh C, Barbara LW, Seth

World Health Organization. Reproductive

DP. Association between Income and the

health.

Hippocampus. Plos One, May 2011, 6:

Diunduh

dari

http://www.who.int/topics/reproductive_he alth/en/ pada10 Oktober 2011. 3. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. Indonesia demograhic and

e18712. 12. Jo CP, Bruce GL. When Income Affects Outcome: Health

Socioeconomic

[serial

online].

Status

2003

and

[diakses

tanggal diakses tanggal 21 Oktober 2011

21 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


pukul

19.00].

Diunduh

dari:

http://www.investigatorawards.org/downlo ads/research_ in_profiles_iss06_feb2003.pdf. 13. Becker MH. The health belief model and personal

health

behavior.

Health

Education Monographs 1974; 2:324-473. 14. Strectcher V, Rosenstock IM. The health belief model. Dalam: Glanz K, Lewis FM, Rimer BK (editor). Health belief behavior and health education: theory, research, and practice. San Fransisco: Jossey-Bass; 1997. 15. David

MC,

Adriana

Socioeconomic Dimensions

LM,

Status

and

Tom

and

Mechanisms

V.

Health: [serial

online]. 2008 [diakses tanggal 21 Oktober 2011].

Diunduh

dari:

http://www.econ.ucla.edu/alleras/papers/Fi nal%20handbook%20version.pdf. 16. Michael ES, Peter M, Xun L, Zohn R, dan Martin AG. The Impact of Socioeconomic Status

on

the

Neural

Substrates

Associated with Pleasure. The Open Neuroimaging Journal 2009; 3, 58-63.

22 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Tinjauan Pustaka

POTENSI TILAPIA HEPSIDIN 1-5 (TH1-5) PADA IKAN MUJAIR (OREOCHROMISMOSSAMBICUS) SEBAGAIAGEN ANTIVIRAL, NEUROPROTEKTIF, DAN IMUNOMODULATOR: SOLUSI MUTAKHIR PERMASALAHAN JAPANESE ENCEPHALITIS DI BALI Mahfira Ramadhania, Rido Maulana, Riyan Sopiyan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Korespondensi: ridomaulana28@gmail.com

ABSTRAK Japanese encephalitis virus (JEV) adalah penyebab utama dari wabah epidemik ensefalitis di kawasan Asia. Saat ini belum ditemukan obat antivirus yang efektif dalam menangani permasalahJapanese encephalitis (JE). Penelitian terbaru menemukan bahwa terdapat antimicrobial peptides (AMPs) yang memiliki aktivitas biologis meliputi aktivitas antimikroba dan imunomodulator untuk menangani permasalahan JE, yaitu tilapia hepcidin1-5 (TH1-5). Penelitian terakhir menunjukan bahwa hepsidin juga mampu diproduksi oleh beberapa spesies ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan spesies yang mengandung TH1-5 dalam jumlah besar sehingga banyak dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan JE. Aktivitas yang dimiliki oleh TH1-5 dalam menangani masalah JE antara lain: aktivitas antivirus, neuroprotektif,antioksidan, imunomodulator, merangsang pembentukan antibodi anti-JEV, dan aktivitas lain seperti penurunan ekspresi gen yang berhubungan dengan sekresi sitokin-sitokin proinflamasi dan proteksi dari infeksi JEV yang telah diuji secara in vivo. Dengan demikian, dengan pemanfaatan yang maksimal dari TH15 sebagai double deal penatalaksanaan preventif dan kuratif diharapkan dapat meminimalkan insiden kasus JE, mencegah transmisi JE pada turis, dan mewujudkan safety travelling di Indonesia, khususnya Bali. Kata kunci:Japanese encephalitis virus, Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus), antiviral, neuroprotektif, imunomodulator, Safety Travelling, Bali. ABSTRACT Japanese encephalitis virus (JEV) is a major cause of epidemic encephalitis epidemic in Asia. Current antiviral drugs have not been found effective in dealing with problems of Japanese encephalitis (JE). Recent research found that there are antimicrobial peptides (AMPS), which have biological activity including antimicrobial activity and immunomodulatory activities to address the tilapia hepcidin JE 1-5 (TH1-5).TH1-5 have a great potential as an agent that has antimicrobial and immunomodulatory effects of these. Recent research shows that hepsidin also capable of being produced by several species of fish. Tilapia fish (Oreochromis mossambicus) is a species of fish that contain TH1-5in a large number so it is widely used by researchers to overcome the JE problems.TH1-5’s activities in dealing with JE included in the preventive and curative, among others: the activity of antiviral, neuroprotective, antioxidant, stimulates formation of anti-JEV, and other activities such as decreased expression of genes associated with secretion of proinflammatory cytokines, and protection from JEV infection has been tested in vivo. Thus, TH1-5 can be utilized as a double deal preventive and curative management to minimize the incidence of JE, prevent the transmission of JE in tourists, and realize the safety traveling in Indonesia, especially Bali. Keywords: Japanese encephalitis virus, Mujair fish(Oreochromis mossambicus), antiviral, neuroprotective, immunomodulatory, Safety Travelling, Bali. *Dipresentasikan pada Final Lomba Poster Ilmiah Scientific Atmosphere Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (UNUD), Bali 2012

23 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


PENDAHULUAN

terakhir menunjukan bahwa hepsidin juga

Japanese encephalitis

virus (JEV)

mampu diproduksi oleh beberapa spesies

adalah penyebab utama dari wabah epidemik

ikan. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus)

ensefalitis di kawasan Asia. Virus ini termasuk

merupakan spesies ikan yang mengandung

dalam genus flavivirus dari famili flaviviridae.

TH1-5 dalam jumlah besar sehingga ikan ini

Terdapat

banyak

sekitar

35.000-50.000

kasus

dimanfaatkan

oleh

peneliti

untuk

Japanese encephalitis (JE) di Asia dan 10.000

mengatasi permasalahan JE.

kasus dilaporkan mengalami kematian akibat

Hepsidin yang terdapat pada Oreochromis

infeksi

JE.

(1)

Penelitian

terakhir

berbasis

hospital-surveillans di Bali pada tahun 2003

mossambicusmemiliki dan

peningkatan

menunjukkan bahwa terdapat sekitar 599.120

berkaitan

anak-anak

tersebut

kurang

dari

(2)

menderita

JE. Culex

12

tahun

yang

tritaeniorhynchus

merupakan vektor nyamuk utama dari infeksi (3)

JE.

aktivitas

antimikroba

ekspresinya

dengan

adanya

mengindikasikan

pada

hati

(6)

Hal

infeksi. selain

mereka

berperan dalam sistem imunitas bawaan, tetapi

juga

berperan

dalam

aktivitas

Nyamuk tersebut meletakkan telurnya di

antimikroba. TH1-5 yang banyak terkandung

sawah padi dan nyamuk yang menetas akan

di dalam Oreochromis mossambicus mampu

menjadi

memodulasi Socs-6, Toll-like receptor-1 (TLR

vektor

dari

virus

Japanese

encephalitis.

1), flR-7, caspase-4, interferon (IFN)-β1, ATF-

Saat ini belum ditemukan obat antivirus yang

3, dan gen responsif yang melindungi dari

efektif dalam menangani permasalahan JE.

infeksi

Pencegahan JE saat ini adalah menggunakan

memodulasi ekspresi dari IL-2, IL-4, IL-5, IL-6,

vaksin, tetapi vaksinasi JE dengan tiga kali

IL-10,

regimen selama setahun memiliki beberapa

chemoattractant

kelemahan. Vaksinasi JE yang berasal dari

mempengaruhi transkripsi dan translasi virus.

otak tikus dapat menginduksi timbulnya reaksi

Hal

neurologis yang tidak diinginkan. Selain itu,

memiliki

harganya yang cukup mahal dan interval

neuroprotektif,

jadwal pemberian vaksin yang cukup lama

imunomodulator. Hasil ini menjadikan TH1-5

menyebabkan lost follow up terhadap individu

menjadi

sehingga menyebabkan gagalnya program

mengatasi infeksi JEV. Selain itu, TH1-5

vaksinasi.

perlu

mempunyai efek samping yang minimal dan

dikembangkan pencegahan yang terjangkau,

tidak mengakibatkan kerusakan pada sel lain

single-dose, dan tidak memerlukan jangka

atau binatang percobaan.

Oleh

karena

itu,

JEV.

IL-12,

tersebut

Selain

TNF,

itu,

IFN-Îł

protein

1

membuktikan

aktivitas

agen

TH1-5 dan

mampu

monocyte

(MCP-1)

bahwa

sebagai

anti

TH1-5 antiviral,

inflamasi,

yang

yang

menjanjikan

dan

untuk

(4)

Ikan mujair sendiri sangat mudah didapatkan

bahwa

dikarenakan penyebaran ikan mujair meliputi

terdapat antimicrobial peptides (AMPs) yang

sebagian besar daerah perairan di Indonesia.

memiliki aktivitas biologis meliputi aktivitas

Selain itu, pemanfaatan ikan mujair sebagai

antimikroba

terapi

waktu pemberian vaksin yang terlalu lama. Penelitian

terbaru

dan

menemukan

aktivitas

imunomodulator

untuk menangani permasalahan JE, yaitu tilapia

hepcidin1-5

(TH1-5).

(5)

Penelitian

kuratif

dan

preventif

pada

JEdi

Indonesia dapat meningkatkan sektor ekonomi bagi masyarakat disamping sektor medis. Hal

24 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


ini dibuktikan dengan keuntungan yang dapat

reseptor pada permukaan hepatosit, yaitu HFE

diperoleh dari budidaya ikan mujair. Perkiraan

dan hemojuvelinyang mekanismenya belum

analisis keuntungan kotor budidaya ikan mujair

dapat diketahui secara pasti.

di Indonesia adalah sebesar Rp644.160,00

terakhir

dengan memperhitungkan biaya bibit, sewa

aktivitas eritropoiesis. Saat ini mekanisme ini

kolam, pakan, obat, dan pupuk.

(7)

adalah

regulasi

(11)

Mekanisme

hepsidin

melalui

belum dapat dijelaskan secara terperinci,

Berdasarkan latar belakang di atas, maka

tetapi sejauh yang dapat dimengerti adalah

karya tulis ilmiah ini disusun dengan harapan

penurunan

mampu

memberikan

permasalahan

JE

yang

produksi

hepsidin

mampu

solusi

akan

meningkatkan aktivitas eritropoiesis melalui

masih

menjadi

sinyal yang belum teridentifikasi yang berasal (12)

penyakit endemik di Indonesia. Selain itu, para

dari sumsum tulang.

turis yang berasal dari berbagai mancanegara

Banyak

dapat dengan aman melakukan perjalanan ke

mengetahui aktivitas antimikroba yang dimiliki

Indonesia tanpa harus khawatir terjangkit

hepsidin serta sumber hepsidin lain yang

penyakit JE.

potensial. Sampai saat ini, telah diketahui

penelitian

telah

dilakukan

untuk

bahwa ikan merupakan sumber hepsidin yang ANALISIS DAN SINTESIS

paling potensial. Sama seperti sifat hepsidin pada umumnya, hepsidin yang terdapat pada

Hepsidin

ikan

Hepsidin pertama kali ditemukan pada tahun

peningkatan ekspresinya pada hati berkaitan

2000 pada urin manusia dan serum oleh

dengan adanya infeksi serta diinduksi pula

seorang

oleh

ilmuwan

bernama

Tomas

memiliki

aktivitas

peningkatan

Fe.

antimikroba

(6,13)

Hal

tersebut

selain

mereka

Ganz.Hepsidin menekan penyerapan besi di

mengindikasikan

usus serta pemindahannya di plasenta dan

berperan dalam sistem imunitas bawaan,

juga pembebasan besi dari makrofag melalui

tetapi

juga

bahwa

dan

berperan

dalam

aktivitas

(14)

interaksi dengan feroprotein. Jika kadar besi

antimikroba.

plasma tinggi, sintesis hepsidin meningkat,

Hepsidin telah banyak diidentifikasi di banyak

begitupun

ikan (Perciformes, Cypriniformes, Siluriformes,

sebaliknya.

Protein

ini

dapat

berperan penting dalam hemokromatis dan juga pada anemia defisiensi besi. Regulasi

hepsidin

dipengaruhi

oleh

pada

Oreochromis,

Gadiformes,

dan

Salmoniformes). Struktur gen dan sekuens

tubuh

manusia

mekanisme,

gen hepsidin telah ditemukan pada ikan dan

yaitu

mamalia. Gen hepsidin pada ikan terdiri atas

inflamasi, asupan besi yang menginduksi

tiga ekson yang dipisahkan oleh dua intron

produksi hepsidin, dan aktivitas eritropoiesis

dan disandikan dalam sebuah prepropeptide

yang

Pada

yang terdiri atas sinyal peptida yang tinggi.

yang

Hepsidin pada ikan dibagi menjadi dua kluster

menekan

tiga

(9)

produksi

hepsidin.

inflamasi,

terjadi

peningkatan

IL-6

kemudian

akan

meningkatkan

promoter

yang

pada

hepcidin

akhirnya

meningkatkan produksi hepsidin.

(10)

akan

dengan menggunakan analisis pilogenetik. Sebagian

besar

hepsidin

pada

(15)

ikan

Regulasi

diekpresikan di hati, tetapi ekspresi hepsidin

hepsidin via asupan besi dimediasi oleh

pada ikan juga dapat ditemukan pada limfa,

25 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


ginjal bagian anterior, darah pada ginjal,

ekspresi mRNA TH1-5 yang tinggi di hati dan

esofagus, perut, usus, jantung, otot, gonad,

ginjal.

insang, dan kulit. Pada ikan, ekspresi hepsidin

antiserum poliklonal TH1-5 (menggunakan

diinduksi oleh bakteri, inflamasi, vaksinasi, dan

antibodi poliklonal kelinci) menunjukkan bahwa

polyI:C

peptida ini terlokalisasi di limpa dan ginjal.

(double-stranded

RNA

molecule).

Analisis

imunohistokimia

dengan

(18)

Pada ikan mujair (Oreochromis mossambicus), hepsidin diekspresikan dalam tiga bentuk,

Potensi

Ikan

Mujair(Oreochromis

yaitu TH2-3 dengan sebuah amino-terminal

mossambicus) dalam Sektor Ekonomi

(sekuens Q-S-HL-S-L), TH1-5, dan TH2-2.

Dengan memanfaatkan TH1-5 yang

TH1-5 berperan aktif dalam melawan infeksi

terdapat pada Oreochromis mossambicus,

bakteri gram positif. TH2-3 berperan aktif

disamping dapat memberikan solusi kuratif

dalam melawan infeksi bakteri gram negatif.

dan profilaksis pada Japanese encephalitis,

Adapun TH2-2 adalah bentuk hepcidin yang

diharapkan juga dapat meningkatkan sektor

(16)

tidak aktif.

ekonomi

masyarakat

luas

di

Indonesia.

Dengan demikian, pemanfaatan ikan ini dapat Isolasi TH1-5 dari Ikan Mujair Ikan

memberikan

keuntungan,

yaitu

(Oreochromis

keuntungan dari sektor medis dan keuntungan

mossambicus) diperoleh dari tambak ikan air

dari sektor ekonomi. Keuntungan dari sektor

tawar. Ikan diinjeksi melalui intra-peritoneal

ekonomi dapat berasal dari budidaya ikan

dengan 20 μg LPS (lipopolisakarida) dalam

mujair dan penjualan ikan mujair. Dengan

100 μL larutan fisiologis saline steril. Sampel

mempertimbangkan biaya bibit, sewa kolam,

jaringan diambil dari hati, limpa, ginjal, usus,

pakan, obat hama, dan pupuk, keuntungan

otak, jantung, insang, lambung, dan otot ikan

budidaya

kemudian

mujair

dua

disimpan

secara

terpisah

dan

ikan

mujair

per

bulan

dapat

perairan

yang

(7)

mencapai Rp644.160,00.

dibekukan segera dalam nitrogen cair pada

Indonesia

memiliki

suhu -80° C. Ekspresi dari mRNA tilapia

terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan

hepcidindi jaringan,

lipopolisakarida, dan

buatan yang hampir mendekati 13 juta ha. Hal

asam poliinosinik-polisitidilik (poly I:poly C)

tersebut merupakan potensi alam yang sangat

ditentukan dengan perbandingan transkripsi-

baik bagi pengembangan usaha perikanan

balik (reverse-transcription) dari Polymerase

khusunya

Chain

samping,

Reaction

(PCR).

Rantai

RNA

ikan itu,

mujair banyak

di

Indonesia.

potensi

lain

Di

yang

ditranskripsi terbalik ke DNA komplemennya

bermanfaat seperti penelitian dalam bidang

(complementary DNA, atau cDNA) dengan

medis yang menggunakan ikan mujair. Oleh

menggunakan enzim reverse transcriptase

karena itu, budidaya ikan mujair diharapkan

sehingga cDNA teramplifikasi. Proses PCR

dapat

dilakukan melalui beberapa siklus yaitu pada

masyarakat dan

suhu 60,8° C selama dua menit, 95,8° C

dalam ikan mujair tersebut dapat bermanfaat

selama 10 menit diikuti dengan 40 siklus

dalam

denaturasi pada suhu 95,8°C. analisis

distribusi

jaringan

(17)

Hasil dari

menunjukkan

meningkatkan

sektor

menanggulangi

TH1-5

medis

perekonomian yang

terkandung

khususnya

masalah

untuk

Japanese

encephalitis di Indonesia.

26 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


bagi penderita Japanese encephalitis. Hal ini TH1-5 sebagai Terapi Kuratif dan Preventif

memungkinkan pengaplikasian TH1-5 sebagai

JE

terapi

TH1-5

lebih

dikenal

sebagai

antibakteri

kuratif

untuk

penderita

Japanese

encephalitis.

terutama bakteri gram positif. TH1-5 juga memiliki aktivitas lain yang menguntungkan dalam mengatasi masalah JEyang disebabkan oleh virus. Aktivitas TH1-5 sebagai terapi kuratif dan preventifJE antara lain sebagai antivirus,

neuroprotekif,

merangsang

pembentukan antibodi antiJEV, dan aktivitas lain seperti penurunan ekspresi gen yang berhubungan dengan sekresi sitokin-sitokin proinflamasi, dan proteksi dari infeksi JEV Gambar

(19)

yang telah diuji secara invivo.

Aktivitas antivirus yang dimiliki TH1-5 telah

1. Penurunan titer JEV setelah

pemberian TH1-5 ** (Huang et al., 2011)

dibuktikan oleh para peneliti di Taiwan. Pada penelitian tersebut otak binatang percobaan

Infeksi JEV selalu disertai oleh apoptosis dari (20)

yang telah diinfeksi oleh JEV mengandung banyak positive cell yang merupakan protein spesifik JEV. Hal ini menandakan aktivitas aktif dari virus. Untuk mengamati perubahan yang terjadi, 200Îźg/mL TH1-5 diinjeksi ke dalam binatang percobaan yang sebelumnya telah diinfeksi JEV. Hasil dari pengamatan tersebut didapatkan penurunan jumlah positive cell dalam otak binatang percobaan. Hasil ini membuktikan

bahwa

TH1-5

mampu

menghapus ekspresi protein virus. Penelitian lain dilakukan melalui percobaan in vivo dengan

mengukur

titer

virus.

Hasilnya,

terdapat penurunan titer virus yang signifikan pasca pemberian TH1-5(Gambar 1). Bukti lain yang

didapatkan

terkait

dengan

aktivitas

antivirus TH1-5 terlihat dari penurunan viral loaddan replikasi virus di otak, penurunan kematian neuron, dan penurunan inflamasi sekunder yang biasanya mengikuti infeksi (19)

JEV.

Aktivitas antivirus yang dimiliki TH1-5

ini bisa dimanfaatkan sebagai terapi kuratif

neuron. penting

Hal ini bisa dijadikan sebagai hal lain

yang

harus

diperhatikan

sehubungan dengan penanganan infeksi JE. Dalam

kinerjanya,

menyelamatkan

TH1-5

integritas

mampu

neuron

setelah

terjadi penurunan gliosis yang diakibatkan oleh infeksi

JEV.

Aktivitas

tersebut

berkaitan

dengan efek neuroprotektif yang dimiliki oleh TH1-5.

Saat

terjadi

infeksi

JE

terjadi

peningkatan ekspresi proteincaspase-3 aktif. Percobaan

yang

dilakukan

membuktikan

bahwa injeksi TH1-5 mampu menurunkan ekspresi caspase-3 dapat

memberikan

aktif efek

sehingga TH1-5 neuroprotektif

(Gambar 2) Efek lain yang berkaitan dengan sifat neuroprotektif yang dimiliki oleh TH1-5 berhubungan dengan aktivitas antioksidatif yang dimiliki oleh TH1-5. Dari hasil penelitian didapatkan peningkatan ekspresi inducible nitric oxide synthase (iNOS) pada binatang percobaan yang diinfeksi oleh JEV. Namun, ekspresi iNOS mampu diturunkan dengan pemberian

TH1-5

sehingga

hal

ini

27 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


membuktikan bahwa TH1-5 juga memiliki

peningkatan produksi IgG2a setelah dilakukan

aktivitas antioksidatif yang membantu aktivitas

injeksi TH1-5 terhadap binatang percobaan

(19)

neuroprotektif TH1-5 (Gambar 2).

Aktivitas

yang telah diinfeksi JEV sebelumnya (Gambar

TH1-5 seperti ini memungkinkan penggunaan

3).

TH1-5

mengaktivasi sel

sebagai

agen

profilaksis

untuk

mencegah infeksi JEV.

Hal

ini

menandakan

bahwa

TH1-5

T helper 1 (Th1) untuk

merespon infeksi JEV. Aktivasi sel Th1 ini terjadi pada hari ke-4, sedangkanpada hari ke 18-21 terjadi peningkatan sekresi IL-4 yang mengindikasikan terjadinya aktivasi dari sel T helper 2 (Th2) (Gambar 4). Aktivasi sel Th2berperan dalam pembentukan imunitas adaptif.

(19)

Penelitian lain dilakukan secara

invitro untuk mengetahui produksi antibodi anti-JEV.

Hasilnya,

terjadi

peningkatan

antibodi pada serum terutama pada dosis 200Îźg/mL

TH1-5

+

JEV.Penelitian

lain

membuktikan bahwa survival rate tikus pada infeksi

sekunder

JEVdenganinjeksi

TH1-5

mencapai 100% pada dosis 200Îźg/mL. Hal ini diduga disebabkan karena pada dosis yang ideal

JEV

sehingga

akan

diinaktivasi

secara

disediakan

antigen

tidak

oleh

TH1-5

langsung

tubuh

untuk

pembentukan

antibodi sehingga mampu melindungi tubuh dari Gambar

2.

TH1-5

menurunkan

ekspresi

infeksi

sekunder

JEV.

(19)

Aktivitas

imunomodulator seperti inibisa dimanfaatkan

protein caspase-3 dan iNOS (Huang et al.,

dalam

2011)

penanganan masalah JE.

upaya

preventif

sebagai

usaha

produksi

IgG2a

Aktivitas lain dari TH1-5 yang sangat penting terutama dalam hal preventif adalah aktivitas imunomodulator yang mampu dilakukan oleh TH1-5.

Peneliti

percobaan

yang

untuk

imunomodulator

yang

sama

melakukan

mengetahui dimiliki

efek

oleh

TH1-

5.Hasilnya bahwa TH1-5 mampu merangsang imunitas baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder dari JEV serta

mampu

menginduksi respon selular dan humoral.

Gambar

Pada

setelahpemberian TH1-5 (Huang et al., 2011)

penelitian

tersebut

ditemukan

3.Peningkatan

28 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Gambar 4. Peningkatan sekresi IL-4 setelah pemberian TH1-5 (Huang et al., 2011) ditemukan efek toksik pada tikus sehingga Efek lain yang dihasilkan dan mendukung

penggunaannya aman.

pengaplikasian

Semua aktivitas antimikroba dan sifat-sifat

TH1-5

sebagai

solusi

permasalahan JE adalah penurunan gen yang

yang

berhubungan dengan sekresi sitokin-sitokin

dimanfaatkan sebagai solusi permasalahan

proinflamasi dan proteksi infeksi JEV invivo.

terkait

TH1-5 terbukti dapat menurunkan ekspresi

antivirusnya

gen-gen yang berperan dalam produksi sitokin

terapi kuratif, sedangkan sifat neuroprotektif

proinflamasi seperti STAT 1, STAT 2, IFN β1,

dan

MX1, IFNÎą5, IL-6. Akibatnya TH1-5 mampu

sebagai usaha preventif. Selain

menghambat

penurunan ekspresi gen yang terkait sekresi

secara

efektif

sitokin-sitokin

yang

dimiliki

Japanese dapat

oleh

TH1-5

encephalitis. dimanfaatkan

imunomodulator

bisa

sitokin-sitokin

proinflamasiserta

TH1-5

proteksi

dilakukan

pencegahan

peningkatan

yang

Sifat sebagai

dimanfaatkan

proinflamasi. Upaya lain yang dilakukan oleh adalah

bisa

TH1-5

itu, efek

aktivitas terhadap

aktivasi mikroglial akibat infeksi JEV karena

infeksi JEV akan menambah nilai positif

jika peningkatan ini tidak dicegah, maka akan

penggunaan TH1-5.

mempengaruhi patogenesis JEV sehingga Rencana

akan mencetuskan kerusakan lebih lanjut

Pemanfaatan

TH1-5

untuk

Mewujudkan Safety Travelling di Bali bagi organ lain. Dengan demikian, aktivitas TH1-5

akan

neurodegeneratif

mencegah

penyakit (19)

akibat infeksi JEV.

Indonesia sebagai negara agraris dan maritim

tidak

dapat

lepas

dari

industri

Uji

pertanian maupun perikanan. Komoditas ikan

toksisitas telah dilakukan dengan menginjeksi

air tawar maupun laut Indonesia juga sangat

tikus dengan TH1-5. Hasilnya adalah tidak

melimpah sehingga sangat potensial untuk

29 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


dikembangkan selain sebagai bahan pangan.

diberikan dengan dosis yang sama seperti

Masalahnya adalah selama irigasi persawahan

vaksin, yaitu secara IP sebanyak 200Îźg.

masih ada, transmisi JE oleh nyamuk Culex

Sebagai rencana jangka panjang, pemerintah

tritaeniorhyncus juga dapat terus berkembang.

atau lembaga kesehatan dapat bekerja sama

Kasus JEyang tidak ditangani dengan baik

dengan

pada saat musim tertentu dapat menimbulkan

memproduksi TH1-5. Terdapat dua opsi dalam

kasus luar biasa atau wabah JEdi Bali yang

pelaksanaannya.

dapat menyebabkan keluarnya travel warning

membudidayakan

dari negara lain. Selain itu, ikan mujair

kerjasama dengan pengusaha ikan dengan

(Oreochromis

siklus

cara hanya mengambil hati dan ginjal ikan

reproduksinya cepat dapat berkembang biak

mujair, kemudian dagingnya dapat diolah oleh

dan menyebabkan ledakan populasi apabila

industri makanan olahan dan industri lainnya.

tidak dimanfaatkan secara maksimal. Oleh

Keuntungannya adalah sampel yang didapat

karena itu, pemanfaatan ikan mujair yang

lebih banyak meskipun opsi ini memerlukan

mengandung TH1-5 sebagai terapi JE sangat

modal yang lebih banyak. Kedua, hati dan

potensial

ginjal dapat diperoleh dari limbah hasil olahan

mossambicus)yang

dalam

mengatasi

permasalahan

tersebut. TH1-5

ikan

mujair

Pertama, ikan

dalam

dengan

atau

melakukan

mujair di industri makanan yang menggunakan dapat

preventif

digunakan maupun

penatalaksanaan tindakan

pengusaha

sebagai kuratif

JE.

preventif

upaya

mujair. Pada opsi ini, modal yang diperlukan

dalam

akan

Implementasinya, dilakukan

dengan

lebih

sedikit

namun

pengumpulan

sampel juga akan lebih sulit. Sebagai

tambahan,

standard

operating

keimigrasianBali

dapat

pemberian vaksin tilapia hepcidin pada anak

procedure

maupun orang dewasa serta turis domestik

menganjurkan pemberian vaksin JE pada turis

dan

melakukan

yang berkunjung ke Bali dan menetap selama

kunjungan ke Bali yang merupakan daerah

minimal dua minggu. Vaksin diberikan tiga

endemis. Vaksin tilapia TH1-5 JE diberikan

minggu

secara intraperitoneal (IP) sebanyak 200Îźg.

Dengan pemanfaatan yang maksimal dari

Vaksin TH1-5 ini juga

TH1-5 sebagai double deal penatalaksanaan

mancanegara

masalah

vaksinasi

sebelum

JE

dapat mengatasi yang

selama

ini

sebelum

preventif

dan

keberangkatan

kuratif,

ke

diharapkan

Bali.

dapat

ditemukan karena vaksin inimempunyai harga

meminimalkan insiden kasus JE, mencegah

yang cukup mahal dan harus diberikan dalam

transmisi JE pada turis, dan mewujudkan

tiga kali regimen sehingga menyebabkan

safety travelling di Indonesia khususnya Bali.

kegagalan follow up vaksinasi. Selain sebagai upaya preventif, TH1-5 dapat

UCAPAN TERIMA KASIH

berperan sebagai agen antiviral, dan bersifat neuroprotektif

sehingga

Terima kasih penulis ucapkan kepada

berfungsi sebagai

pembimbing karya tulis, yaitu dr.Anwar Wardy

terapi kuratif yang efektif dalam mengatasi

Warongan, Sp.S, DFM(K) dan Dekan Fakultas

infeksi JE serta mencegah komplikasi yang

Kedokteran

dapat muncul akibat infeksi. Terapi TH1-5

Muhammadiyah Jakarta, dr.Toha Muhaimin,

dan

Kesehatan

Universitas

M.Sc.

30 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


bacterial challenge. European Journal DAFTAR PUSTAKA

of Biochemistry 269, 2232–2237

1. Hua, Rong, Chen, Na-Sha. 2010.

7. Menegristek Bidang Pendayagunaan

Identification and characterization of a

dan

virus-specific

Pengetahuan

continuous

B-cell

Pemasyarakatan

Ilmu dan

epitope on the PrM/M protein of

Teknologi.2000.Budidaya Ikan Mujair

Japanese Encephalitis Virus: potential

(Oreochromis

application

Bappenas : Jakarta.

in

the

detection

of

mossambicus).

antibodies to distinguish Japanese

8. Park CH, Valore EV, Waring AJ, Ganz

Encephalitis Virus infection from West

T (March 2001). "Hepcidin, a urinary

Nile

antimicrobial peptide synthesized in

Virus

and

Dengue

Virus

the

infections. Virology Journal :PubMed. 2. Zhang,

Wei,

Ding,

Tianbing.2010.Identification Mutated

BHK-21

Became

Less

Cell

of

Line

a That

Susceptible

to

liver". J.

Biol.

Chem. 276 (11):

7806–10. 9. Murray, Robert K; dkk.2009. Biokimia Harper Edisi 27.Jakarta : EGC 10. Papanikolaou

G,

Tzilianos

M,

Japanese Encephalitis Virus Infection.

Christakis JI, Bogdanos D, Tsimirika

Virology Journal : PubMed

K,

3. Komang based

Kari,dkk.2006.A surveillance

for

hospitalJapanese

MacFarlane

Goldberg

YP,

Sakellaropoulos N, Ganz T, Nemeth E:

Hepcidin

encephalitis in Bali, Indonesia.Biomed

disorders.Blood

Central Ltd: Seoul

2005

4. Wiwanitkit, Viroj. 2009. Development

J,

11. Lin

L,

in

iron

105:

Valore

EV,

overload 4103–4105,

Nemeth

E,

of a vaccine to prevent Japanese

Goodnough JB, Gabayan V, Ganz T:

encephalitis: a brief review. Thailand:

Iron

Dovepress, International Journal of

synthesis

General Medicine

culture

5. Nuang,

Hang,

Rajanbabu,

transferrin in

regulates primary

through

hepcidin

hepatocyte

hemojuvelin

and

BMP2/4. Blood110: 2182–2189, 2007

Venugopal,dkk.2011.Modulated of the

12. Vokurka M, Krijt J, Sulc K, Necas E:

immune related gene responses to

Hepcidin mRNA levels in mouse liver

Protect

respond

Mice

Against

Japanese

to

inhibition

of

Encephalitis Virus Using Antimicrobial

erythropoiesis.Physiol Res 55: 667–

Peptide,

674, 2006

Tilapia

Hepcidin

(TH1-

5).Marine Research Station : Taiwan

13. Hu, X., Camusb, A.C., Aono, S.,

6. Shike, H., Lauth, X., Westerman, M.E.,

Morrison, E.E., Dennis, J., Nusbaum,

Ostland, V.E., Carlberg, J.M., Van

K.E., Judd, R.L., Shi,J., 2007. Channel

Olst, J.C., Shimizu, C., Bulet, P.,

catfish hepcidin expression in infection

Burns, J.C., 2002. Bass hepcidin is a

and

novel antimicrobial peptide induced by

Immunology,

anemia.

Comparative

Microbiology

and

Infectious Diseases 30, 55–69.

31 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


14. Wang, Ke Jian; et al., 2009 ; Hepcidin gene

expression

induced

in

the

developmental stages of fish upon

Oceanography

and

Environmental

Science, Xiamen University, China 18. Huang, Pao-Hsian; Chen, Jyh-Yih;

exposure to Benzo[a]pyrene (BaP).

Kuo,

Ching-Ming.

2006.

Marine Environmental Research 67.

Different

159–165

Oreochromis mossambicus: Analysis

Hepcidins

from

Three Tilapia,

15. Douglas, S. E., J. W. Gallant, R. S.

of Their Expressions and Biological

Liebscher, A. Dacanay, and S. C. M.

Functions. Taiwan: Marine Research

Tsoi.

Station,

2003.

Identification

and

expression analysis of hepcidin-like antimicrobial peptides in bony fish. Developmental

&

Comparative

16. Huang, P. H., J. Y. Chen, and C. M.

Cellular

and

Organismic Biology, Academia Sinica. 19. Huang,

Han-Ning

et

al.,

2011,

Modulation of the Immune-Related

Against Japanese Encephalitis Virus

Kuo. 2007. Three different hepcidins

Using

from

Tilapia

mossambicus:

of

Gene Responses to Protect Mice

Immunology 27:589-601.

tilapia,

Institute

Oreochromis

Analysis

of

their

cellular

the Antimicrobial Peptide, Hepcidin and

1-5,

Institute

Organism

of

Biology,

expressions and biological functions.

Academia Sinica, Nanking, Taipei 115,

Molecular Immunology 44:1922-1934.

Taiwan

17. Wang, Ke-Jian et al. 2008. Cloning

20. Mishra,

MK

et

al.,

and expression of a hepcidin gene

Neuroprotection

from a marine fish (Pseudosciaena

Astrocytes is insufficient to Protect

crocea) and the antimicrobial activity

Animals

of its synthetic peptide. Xiamen: State

Japanese Encephalitis. Neurochem Int

Key

; 448: 196-9.

Laboratory

of

Marine

from

Coferred

2007,

Succumbing

by

to

Environmental Science, College of

32 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Tinjauan Pustaka

UMBILICAL CORD-MESENCHYMAL STEM CELLS (UCMSCS) DAN STEM CELL MARKER TRA-1-60:INTERAKSI SELULER SEL MULTIPOTEN DALAM MENGATASI GAGAL GINJAL KRONIK* Riyan Sopiyan, Haifa Auriana Sagita Putri, Rido Maulana Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Korespondensi: ridomaulana28@gmail.com

ABSTRAK Permasalahan yang harus dihadapi terkait gagal ginjal kronik (GGK) tidak hanya prevalensi yang tinggi, tetapi juga efektivitas dan efek samping pengobatan serta biaya pengobatan yang masih sangat mahal. Studi sebelumnya menunjukkan bahwaUmbilical Cord-Stem Cells (UC-MSCs) serta interaksinya dengan TRA-1-60 sebagai markerstem cell pada ginjal yang rusak dapat menjadi solusi alternatif.UC-MSCs merupakan sel multipoten yang berasal dari plasenta bayi yang baru dilahirkan sehingga penggunaan stem cell ini lebih aman dan jauh dari permasalahan etis. Pada aplikasinya, stem cell diinjeksikan ke dalam kapsul ginjal pasien GGK sebanyak 15-20 juta sel/kgBB. Sitokin yang dikeluarkan oleh sel-sel ginjal yang rusak mengundang stem cell berakumulasi di tempat yang mengalami kerusakan. Di lain sisi, sel-sel ginjal yang rusak juga mengekspresikan TRA-1-60 untuk kemudian dikenali oleh stem cell sehingga stem cell mampu menjalankan fungsi repair system dengan baik. Mekanisme perbaikan sel ginjal terbagi menjadi dua jalur, yaitu jalur parakrin dan endokrin yang mampu mempengaruhi dediferensiasi dan regenerasi sel nefron.Dengan melihat keuntungan-keuntungan yang dimiliki UC-MSCs membuat sel ini berpotensi untuk dijadikan solusi alternatif terapi yang lebih baik bagi GGK. Namun, untuk mendukung hal tersebut perlu adanya pusat pengembangan dan pemeliharaan stem cell di Indonesia, serta publikasi kepada masyarakat luas mengenai potensi stem cell dalam mengatasi GGK. Kata kunci: GGK, UC-MSCs, TRA-1-60, plasenta ABSTRACT Chronic Renal Failure (CRF) related problem was not only CRF high prevalence, but also the effectiveness and expensive treatment. Previous study found that the CRF-Umbilical Cord Stem Cells (UC-MSCs) can be an alternative solutions to solve problems by using and take advantage of it’s interaction with the TRA-1-60 as a marker of stem cells in damaged kidneys. UC-MSCs are multipotent cells derived from the placenta of newborns. It makesuse of stem cells is safer and alot of ethical issues. Inthe application, stem cells injected into the kidney capsule of patients CRF as much as 15-20 million cells/kgBW. Cytokines released by cells of the kidney is damaged inviting stem cell to accumulate in places that were damaged.On the other hand, the cells of damaged kidneys also express TRA-1-60 to then be recognized by the stem cells so that the stemcell system capable of running the repair function properly. Renal cell repair mechanism isdivided into two paths, namely paracrine and endocrine pathways that can influence the de-differentiation and cell regeneration of the nephron. By looking at the advantages possessed by the UC-MSCs make these cells have the potential to serve as a therapeutic alternative solution is better for CRF. However, it is necessary to support the development and maintenance of the center of stem cells in Indonesia, and publications to the general public about the potential of stem cells for overcomingCRF problems. Keywords:CRF, UC-MSCs, TRA-1-60, placenta *Dipresentasikan pada Final Lomba Karya Tulis Ilmiah Hasanudin Scientific Fair 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin (1)

PENDAHULUAN

tahun).

GGK merupakan masalah kesehatan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah

karena melihat hasil dari Survei Perhimpunan

perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

Nefrologi Indonesia menunjukkan 12,5 % dari

lambat

populasi

(biasanya

berlangsung

beberapa

(25

juta

penduduk)

mengalami

33 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


penurunan fungsi ginjal, sedangkan pada

kepala, infeksi, pembekuan darah (thrombus),

tahun 2005 di seluruh dunia terdapat 1,1 juta

dan udara dalam pembuluh darah (emboli),

orang menjalani dialisis kronik. Selain itu,

bahkan dilaporkan hemodialisis bermanifestasi

jumlah penderita GGKterus meningkat dan

terhadap aterosklerosis yang berhubungan

diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10%

erat dengan tingkat mortalitas dan morbiditas

setiap

(1999)

penderita GGK . Oleh karena itu, mutlak

memperkirakan di Indonesia akan mengalami

diperlukan suatu terapi alternatif lain yang

peningkatan penderita gagal ginjal antara

lebih baik agar permasalahan GGK mampu

tahun 1995 – 2025 sebesar 414%.

diatasi. Salah satu terapi alternatif yang

tahun.

Penelitian

WHO

4

Tingginyaangka prevalensi GGK tidak

menjanjikan dalam terapi GGK adalah dengan

disertai dengan penatalaksanaan yang efektif.

penggunaan Umbilical Cord- Mesenchymal

Sejauh

Stem Cells (UC-MSCs) dengan memanfaatkan

ini,

penderita

terapi

GGK

yang

hanya

diterapkan merupakan

bagi terapi

TRA-1-60 sebagai marker.

konservatif berupa penurunan tekanan darah,

Stem cell sendiri merupakan sel yang

penurunan proteinuria, penggunaan kalsium

belum terspesialisasi yang terdapat di dalam

bloker, penurunan kadar kolesterol, terapi

tubuh manusia. Sel ini memiliki kemampuan

antiplatelet, modifikasi diet, serta modifikasi

yang luar biasa dalam berkembang menjadi

gaya hidup yang tentunya tidak secara tuntas

bermacam-macam sel lain di dalam tubuh

mengatasi masalah GGK ini.

(2)

Selain itu,

manusia. Selain itu, fungsi sistem perbaikan

bagi

(repair system) yang dimilikinya membuat

penderita penyakit ginjal kronik pada stadium

stem cell mampu berkembang dan membelah

5 berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan

diri secara cepat untuk menggantikan sel-sel

transplantasi ginjal yang sampai sekarang

yang telah mati pada organ-organ tubuh

masih

manusia. Umbilical Cord-Mesenchymal Stem

penerapan

terapi

terbentur

pengganti

oleh

ginjal

banyak

masalah

Cells (UC-MSCs) adalah jenis stem cell yang

terutama masalah biaya. yang

paling melimpah di antara stemcell lainnya.

membutuhkan biaya sekitar $35.000 (sekitar

Sifat dari stem cell yang berasal dari tali pusat

Rp315.000.000) per tahun diluar obat dan

ini adalah multipotent stem cell yang dapat

Sebagai

contoh

biaya medis yang lain.

(3)

dialisis,

Artinya bahwa terapi

berkembang menjadi sel-sel organ tubuh

pengganti ginjal tidak bisa dijadikan sebagai

manusia seperti sel saraf, sel otot, dan sel

terapi utama yang menjanjikan terutama bagi

darah merah. Selain itu, stem cell yang

penderita

berasal dari tali pusat merupakan sumber

GGK

kalangan

menengah

ke

hematopoietic

bawah. Biaya

bukan

merupakan

masalah

umbilical

cord-mesenchymal

stem cells (UC-MSCs) yang potensial untuk

terapi pengganti ginjal satu-satunya karena

digunakan

efek samping penggunaan terapi ini pun selalu

macam penyakit khususnya pada GGK.

membayangi

pasien

GGK.

sebagai

terapi

pada

berbagai

Hemodialisis

Studi terakhir menunjukkan bahwa

sendiri memiliki efek samping di antaranya

MSCs yang berasal dari tali pusat (umbilical

tekanan darah rendah, anemia, keram otot,

cord-mesenchymal stem cells) mempunyai

detak jantung tidak teratur, mual, muntah, sakit

jumlah stem cell yang paling banyak jika

34 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


dibandingkan dengan MSCs yang berasal dari

membelah

sumsum tulang (bone marrow mesenchymal

menggantikan sel-sel yang telah mati pada

stem cells) dan fetus (fetal mesenchymal stem

organ-organ tubuh manusia. Saat ini stem cell

cells). Selain itu, UC-MSCs dapat diperoleh

telah banyak digunakan dan diisolasi oleh para

secara mudah pada tali pusat dan tidak

ilmuwan untuk mengobati suatu penyakit. Sifat

menimbulkan masalah etik seperti pada stem

dari stem cell tersebut bisa menjadi pluripoten

cell yang berasal dari janin (fetal stem cell).

atau

Pengambilan stem cell yang berasal dari BM-

berpotensi menjadi sel mesoderm, endoderm,

MSCs juga dinilai sangat sulit dan dapat

ekstoderm, dan sel-sel lain yang lebih spesifik.

mengakibatkan cedera

pada

diri

multipoten

Stem

sang donor

secara

yang

cell

cepat

keduanya

sebenarnya

untuk

sangat

berjumlah

seperti infeksi. Umbilical Cord-Mesenchymal

sangat sedikit di setiap jaringan dan ketika

Stem Cells (UC-MSCs) adalah stem cell yang

satu jenis stem cell diambil dari dalam tubuh,

berpotensi

kemampuan

penyakit

untuk GGK

dijadikan

mengingat

terapi

pada

kemampuannya

mereka

untuk

berploriferasi

menjadi sangat terbatas. Maka dari itu, para

yang multipoten dan dapat berdiferensiasi

ilmuwan

menjadi sel-sel nefron pada ginjal yang

bernama sel kultur untuk memperbanyak stem

berguna untuk mengobati penyakit GGK.

cell yang akan berguna dalam mengobati

Selain itu, pengambilan UC-MSCs pada tali

bermacam-macam penyakit seperti penyakit

pusat tidak menimbulkan kerusakan sama

jantung, GGK, penyakit saraf, dan diabetes

sekali karena tali pusat tidak dibutuhkan lagi

melitus. Stem

oleh bayi sejak dilahirkan dan selama ini tali pusat hanya sebagai limbah rumah sakit yang (5)

tidak dimanfaatkan.

membuat

cell

suatu

dapat

metode

yang

diklasifikasikan

menjadi empat tipe berdasarkan dari tempat asalnya, di antaranya adalah stem cell dari

Berdasarkan latar belakang di atas,

embrio, stem cell dari fetus, stem cell dari tali

maka karya tulis ilmiah mengenai potensi

pusat (umbilical cord), dan stem cell dari orang

Umbilical Cord-Mesenchymal Stem Cells (UC-

dewasa (adult).

MSCs) sebagai terapi pada GGK ini disusun

Stem Cell Embrio

(7)

dengan harapan mampu memberikan solusi

Stem cell yang berasal dari embrio

akan permasalahan GGK yang masih menjadi

terdapat pada inner cell mass (ICM) blastocyst

masalah kesehatan masyarakat Indonesia

dan merupakan sumber yang potensial dari stem cell

yang bersifat pluripoten (hESCs).

ANALISIS DAN SINTESIS

Pluripoten stem cell yang berasal dari embrio

Stem Celldan Jenis-jenisnya

dapat berkembang menjadi banyak sel secara

Stemcell atau sel punca adalah sel yang belum terspesialisasi yang mempunyai

in vitro. Stem CellFetus

kemampuan luar biasa dalam berkembang

Stem cell yang berasal dari janin

menjadi bermacam-macam sel lain di dalam

(fetus) adalah stem cell yang primitif dan

tubuh manusia.Stem cell berfungsi dalam

ditemukan di dalam organ janin. Sel-sel

sistem perbaikan (repair system) di dalam

tersebut adalah hematopoietic stem cells,

tubuh manusia. Sel ini dapat berkembang dan

neural crest stem cells, dan pancreatic islet

35 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


progenitor yang

telah di isolasi dari pasien

(8)

abortus. Selain itu, pada otak janin

juga

Mesenchymal mempunyai

beberapa

stem

cells

antigen

(MSCs)

determinan

ditemukan stem cell yang berdiferensiasi

yang berfungsi sebagai marker atau penanda

menjadi sel-sel neuron dan glial.

untuk identifikasi dari MSCs itu sendiri. Para

Stem CellTali Pusat

ilmuwan telah menemukan beberapa marker

Sifat dari stem cell yang berasal dari

MSCs seperti CD105 dan CD73. Banyak

tali pusat ini adalah multipotent stem cell yang

pendapat bahwa CD105 merupakan antigen

dapat berkembang menjadi sel-sel organ

determinan yang sangat penting dalam suatu

tubuh manusia seperti sel saraf, sel otot, dan

identifikasi dari MSCs. Selain itu, beberapa

sel darah merah. Selain itu, stem cell yang

marker lain seperti CD29, CD44, dan CD90

berasal dari tali pusat merupakan sumber

merupakan

hematopoietic

umbilical

cord-mesenchymal

suatu

determinan

penting dalam identifikasi MSCs.

stem cells (UC-MSCs) yang potensial untuk

yang

juga

(13)

Studi terakhir menunjukkan bahwa

berbagai

sel-sel ginjal yang rusak mempunyai marker

merupakan

yang lebih spesifik yang mampu dikenali oleh

sumber stem cell yang sangat potensial.

MSCs dan sedang dikembangkan saat ini oleh

Plasenta sendiri berperan sebagai paru, hati,

para ilmuwan, marker tersebut adalah TRA-1-

digunakan macam

sebagai

penyakit.

terapi Tali

pada

pusat

(9)

dan ginjal pada janin di dalam kandungan.

60 yang selalu diekspresikan oleh sel-sel ginjal

Stem Cell Dewasa

ketika

Mayoritas

stem

cell

pada

orang

terserang

suatu

penyakit.

(14)

Pengembangan markerstem cell TRA-1-60

dewasa adalah hematopoietic stem cell yang

pada

berarti stem cell tersebut merupakan bentuk

memberikan terapi yang lebih spesifik dan

awal dari pembentukan

efektif dalam penanganan penyakit ginjal

semua tipe sel-sel

darah di dalam tubuh manusia.

(10)

Sumber

penyakit

ginjal

diharapkan

dapat

khususnya pada gagal ginjal kronik (GGK).

adult stem cell adalah dari sumsum tulang, darah perifer, sel otak, otot rangka, dan

Potensi UC-MSCs Umbilical

jantung. Stem Cells Mesenkimal (MSCs) Mesenchymal

stem

StemCells(UC-MSCs) cells

(MSCs)

Cord-Mesenchymal merupakan

sumber

stem cell yang kaya akan sifat multipoten.

merupakan stem cell yang berasal dari bone

Apabila

marrow stroma dan termasuk ke dalam

dewasa dari sumber lain, UC-MSCs memiliki

kelompok non-hematopoietic stem cell. Selain

beberapa

itu, MSCs juga dapat berasal dari tali pusat

dikembangkan menjadi berbagai galur sel

(umbilical

dalam

karena memilki sifat yang paling muda dari

kelompok hematopoietic stem cell dan bisa

jenis stem cell dewasa, memiliki potensi

disebut dengan umbilical cord-mesenchymal

imunogenik rendah, dan memiliki jumlah stem

stem cells (UC-MSCs). MSCs merupakan sel

cell terbanyak di antara jenis stem cell lainnya.

yang multipoten yang bisa berdiferensiasi

Selain itu, proses isolasinya pun lebih mudah

menjadi bermacam-macam tipe sel seperti

dan sederhana bila dibandingkan dengan

cord)

yang

termasuk

osteoblas, kondrosit, adiposit, dan mioblas.

(12)

dibandingkan

kelebihan

dengan

stem

diantaranya

cell

dapat

Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells (BM-

36 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


MSCs) yang sulit dan dapat mengakibatkan

orang (pendonor dan penerima) yang berisiko

infeksi. Isolasi UC-MSCs pun dapat disimpan

terjadi

selama

mengancam jiwa pendonor maupun penerima,

bertahun-tahun

tanpa

mengalami

infeksi

dan

komplikasi

diferensiasi, sehingga menjadikan UC-MSCs

sedangkan

sebagai sumber favorit bank stem cell di

penerima

seluruh dunia. Selain itu, penggunaan UC-

Kemudian, pasca operasi transplantasi ginjal

MSCs tidak menimbulkan masalah etik yang

pasien harus mengonsumsi imunosupresan,

sering

sedangkan

menjadi

kendala

dalam

dunia

keagamaan dan moral.

UC-MSCs dan

hanya

yang

sel-sel

pada

memerlukan

darah

terapi

tali

pusat.

UC-MSCs

tidak

memerlukan hal tersebut karena sel-sel darah

Keunggulan yang dimilki oleh UC-

tali pusat tidak akan diakui sebagai benda

MSCs dibandingkan dengan hemodialisis yaitu

asing

dari segi waktu UC-MSCs hanya memerlukan

berdasarkan

satu

hemodialisis

rendah. Keunggulan lain terapi UC-MSCs

memerlukan waktu 3 kali terapi setiap minggu

dibandingkan terapi transplantasi ginjal yaitu

dengan lama pengobatan sekitar tiga sampai

pada terapi UC-MSCs hanya dilakukan satu

lima jam. Hal ini dapat membuat pasien sulit

kali

untuk mengatur waktu antara pengobatan

transplantasi ginjal dapat dilakukan

hemodialisis dengan kegiatannya sehari-hari.

sampai tiga kali terapi.

kali

terapi,

sedangkan

oleh

terapi,

Hal ini dapat pula terjadi pada terapi dialisis

sistem sifatnya

kekebalan yang

sedangkan

tubuh

imunogenik

pada

terapi dua

Hal yang paling menjadi kendala bagi

peritoneal yang memerlukan waktu yang lama

sebagian

pula yaitu 3 sampai 4 jam setiap hari. Kerugian

besarnya biaya pengobatan. Pada dialisis

yang paling dirasakan oleh pasien pada terapi

membutuhkan biaya sekitar $35.000 (sekitar

hemodialisis dan dialisis peritoneal adalah

Rp 315.000.000) per tahun. Selain itu, pada

terapi ini dilakukan seumur hidup, sehingga

transplantasi ginjal membutuhkan biaya sekitar

akan menyita banyak waktu dan dana pasien

$40.000 (sekitar Rp 360.000.000) hingga

gagal ginjal kronik (GGK).

(9)

mengatasi

penderita

GGK

adalah

$50.000 (sekitar Rp 450.000.000) dengan

Terapi lain yang selama ini digunakan untuk

besar

penyakit

GGK

adalah

biaya

perawatan

$10.000

900.000.000) per tahun.

Rp

Pada terapi UC-

MSCs,

transplantasi

banyak

pengambilan

kendala. Kendala dalam transplantasi ginjal

penyimpanan

yang merupakan salah satu terapi GGK

memerlukan

adalah sulitnya mencari donor ginjal yang

(sekitar

cocok, seperti yang berasal dari kadaver atau

penyimpanan per tahun berikutnya sekitar

keluarga sehingga pasien harus menunggu

$167

(9)

lama.

juga

memiliki

Hal ini bertolak belakang dengan

penggunaan UC-MSCs

di

(sekitar

transplantasi ginjal. Namun pada praktiknya, ginjal

khususnya

(9)

darah, pada

biaya

pemprosesan, tahun

dan

pertama

biaya sekitar sekitar $1.000

Rp9.000.000),

(sekitar

Indonesia,

sedangkan

Rp1.500.000).

(3)

biaya

Pemberian

terapi UC-MSCs untuk pasien memerlukan

yang tidak

harus

biaya transplantasi yaitu sekitar $125 (sekitar

hari

untuk

Rp1.125.000). Apabila seseorang menderita

sel-sel darah tali pusat.

GGK pada usia 23 tahun, maka perbandingan

Selain itu, transplantasi ginjal memerlukan dua

biaya dialisis, transplantasi ginjal, dan UC-

menunggu

beberapa

membudidayakan

37 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


MSCs yang ia butuhkan sampai 2 tahun kemudian yaitu dialisis akan membutuhkan biaya sekitar $70.000 (sekitar Rp630.000.000), transplantasi ginjal sekitar $60.000 (sekitar Rp540.000.000), dan UC-MSCs hanya sekitar $4.799 (sekitar Rp43.191.000). Dialisis dan transplantasi ginjal akan memerlukan dana sepanjang

tahun

seumur

hidup

pasien,

sedangkan UC-MSCs tidak memerlukan hal tersebut.

Gambar 1.Preparasi pengambilan stem cell

Dengan demikian, penggunaan terapi UC-MSCs

memiliki

dibandingkan

banyak

terapi

GGK

keunggulan yang

pada tali pusat(Sumber : Rune Hellestad corbis)

lain.

Campuran sel tersebut akan difiltrasi

Penghematan waktu bagi pasien, sumber UC-

pada ukuran filter 100 mm untuk mendapatkan

MSCs yang melimpah, keamanan yang lebih

suspensi sel. Sel-sel yang sudah tersuspensi

terjaga, proses yang lebih mudah, serta biaya

tersebut ditempatkan pada densitas 1 x 10

yang lebih murah merupakan sedikit dari

sel/cm di dalam kultur yang tidak dilapisi oleh

banyaknya keunggulan penggunaan terapi

sel T-25 (non-coated T-25 cell).

Medium

UC-MSCs pada pasien GGK.

pertumbuhan

tersebut

6

2

dari

kultur

sel

mengandung glukosa yang rendah dan 5 % Preparasi dan Pengambilan UC-MSC dari

serum fetal bovine lalu kultur tersebutjuga

Tali Pusat Janin

disuplementasi dengan 10 ng/ml vascular

Tali pusat (umbilical cord) yang baru diperoleh

dari

janin

yang

baru

lahir

dikumpulkan dan di masukan ke dalam o

pendingin dengan suhu rendah (4 C) selama enam jam.

(15)

endothelial growth factor (VEGF), 10 ng/ml epidermal growth factor

(EGF), 100 U/ml

penisilin, 100 mg/ml streptomycin, dan 2 mmol/L

glutamine.

Kultur

tersebut

Setelah itu, jaringan pada tali

dipertahankan dan dipelihara pada atmosfer

pusat dipotong dengan ukuran yang kecil-kecil

yang lembap sekitar 5 % CO2 pada suhu 37 C.

3

o

(1-2mm ) dan diinkubasi selama 30 menit

Setelah 2 minggu sel-sel tersebut dianalisis

dengan 0.075% kolegenase tipe II (Sigma)

dengan metode fluorescence-activated cell

dan 0.125 % tripsin (Gibco). Kemudian,

sorting (FACS) dan UC-MSCs menunjukkan

setelah inkubasi tersebut diputar selama 30

beberapa antigen determinan positif seperti

menit,

CD13, CD29, CD44, CD73, CD90, CD105,

maka

akan

didapatkan

campuran

(mixture) jaringan tali pusat dengan 0.075%

HLA-1,

kolegenase tipe II (Sigma) dengan 0.125 %

CD14,CD15,CD33,CD34, CD38, CD45, dan

tripsin (Gibco).

HLA-DR.

tetapi

negatif

untuk

CD3,

(16)

UC-MSCs sebagai Terapi pada GGK Metode

pengobatan

dengan

menggunakan UC-MSCs ini dilakukan dengan

38 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


mentransplantasikan UC-MSCs ke organ yang

MSCs ke tempat kerusakan terjadi, sehingga

organ yang rusak. Transplantasi dilakukan

terjadi peningkatan migrasi UC-MSCs. Hal ini

dengan

pada

dikarenakan UC-MSCs mempunyai reseptor

kapsul ginjal. Sesuai sifatnya, stem cell akan

seperti CD44, c-met, dan SDF-1 yang dapat

berkembang

menjadi

sel

mengenali faktor-faktor tersebut.

memperbaiki

jaringan

yang

menginjeksikan

tersebut.

Banyaknya

ditransplantasi

UC-MSCs

baru

UC-MSCs

rusak

yang bermigrasi ke tempat yang mengalami

cell

yang

kerusakan pada ginjal mengenali marker yang

dengan

berat

diekspresikan

badan penderita yaitu sekitar 15-20 juta stem cell per kilogram berat badan.

(17)

sudah

stem

disesuaikan

sehingga

(3)

oleh

sel-sel

ginjal

yang

mengalami kelainan yaitu TRA-1-60. TRA-1-60 merupakan satu dari sedikit antigen yang

Terdapat mekanisme penting dalam

secara luas digunakan dalam riset stem cell (19)

pemanfaatan UC-MSCs pada terapi GGK yaitu

manusia sebagai indikator positif stem cell.

melalui jalur regenerasi dan jalur endokrin atau

Antigen ini diekspresikan bersama PAX-2

parakrin.

merupakan

yang merupakan anggota dari keluarga PAX

mekanisme di mana UC-MSCs memproduksi

dan berfungsi sebagai faktor transkripsi. TRA-

faktor-faktor pertumbuhan yang menginduksi

1-60 diekspresikan pada sel epitel tubulus

dediferensiasi,

ginjal dan terlibat dalam morfogenesis dan

Jalur

pembuluh

regenerasi

meningkatkan

darah

pembentukan dan

perbaikan tubular serta telah diketahui sebagai

proliferasi dari sel-sel epitel tubular yang rusak

marker stem cell. TRA-1-60 diekspresikan di

(18)

pada GGK.

(revaskularisasi),

Selain itu, UC-MSCs

sendiri

beberapa tempat pada organ ginjal yaitu

dapat berkembang menjadi sel-sel nefron

duktus kolektivus, lengkung henle, tubulus

ginjal yang rusak melalui jalur endokrin dan

proksimal, dan tubulus distal (Tabel 1). Selain

parakrin.

itu, TRA-1-60 diekspresikan dalam jumlah

Jaringan yang rusak pada GGK dapat

yang lebih banyak pada saat terjadi kelainan (19)

mengundang populasi dari UC-MSCs dengan

pada ginjal baik akut maupun kronis.

mensekresikan sejumlah faktor seperti asam

Stimulasi

hialuronat, human growth factor (HGF), dan

merangsang UC-MSCs untuk bekerja sesuai

faktor-faktor

fungsinya dalam memperbaiki kerusakan yang

kemotaktik.

Faktor-faktor

kemotaktik tersebut dapat mengundang UC-

stem

cell

oleh

TRA-1-60

telah terjadi.

Tabel 1. Lokalisasi ekspresi TRA-1-60 (Sumber: Fesenko, 2010) Zona anatomi ginjal

Struktur yang berada pada zona

Struktur yang mengekspresikan TRA-1-60

Medulla dalam/Papilla

Duktus kolektivus, lengkung henle tipis

Duktus

kolektivus,

lengkung

henle tipis Medulla luar Garis dalam

Duktus kolektivus, lengkung henle tebal

Duktus

kolektivus,

lengkung

39 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


pars ascending, lengkung henle tipis

henle tebal pars ascending, lengkung henle tipis

Garis luar

Duktus kolektivus, lengkung henle tipis,

Lengkung henle tipis

tubulus proksimal lurus Korteks

Duktus kolektivus, lengkung henle tebal

Ansa

henle

tebal

pars ascending, tubulus proksimal, renal

ascending, tubulus distal

pars

corpuscle, tubulus distal

Setelah

UC-MSCs diinjeksikan pada pasien

bFGF. Sekresi faktor-faktor ini bertujuan untuk

GGK, akan terlihat efek dari penggunaan UC-

mengurangi inflamasi pada jaringan yang

MSCs mulai pada 16 jam pertama. Efek

rusak dan meningkatkan proliferasi sel yang

tersebut diduga melalui jalur parakrin, di

sudah rusak.

antaranya seperi sekresi HGF, VEGF, dan

Gambar 2. A ) Mekanisme UC-MSCs dalam regenerasi dan diferensiasi; B) Migrasi UC-MSCs pada sel yang rusak melalui jalur parakrin dan endokrin(Sumber: Renal and Vascular Physiopathology Laboratory,Department of Internal Medicine, Molecular Biotechnology Centre and Research Centre for Molecular Medicine, University of Torino, Torino, Italy, 2009).

Percobaan yang dilakukan oleh Rumah Sakit

inflamasi (IL-1, TNF-Îą, IL-6) dan terjadi

Universitas

penghambatan apoptosis.

Jiangsu,

China

menunjukkan

bahwa terjadi penurunan serum kreatinin

Pada penelitian yang dilakukan pada

sebanyak 4.8 kali dan urea nitrogen sebanyak

tikus yang menderita gagal ginjal dengan

3.6

telah

kadar kreatinin dan nitrogen urea (BUN) yang

ditransplantasikan UC-MSCs pada ginjalnya.

tinggi, dilakukan injeksi UC-MSCs. Hasilnya 16

Selain itu, terjadi penurunan faktor-faktor pro

jam pasca pemberian UC-MSCs pada tikus,

kali

pada

tikus

yang

kadar kreatinin dan BUN menurun lebih cepat

40 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


jika dibandingkan dengan kelompok kontrol

Penemuan hasil tersebut membuat

yang tidak diinjeksi UC-MSCs (dari 7.2 ± 1.5

UC-MSCs

menjadi 2.4 ± 1.8 untuk kadar kreatinin; 5.8 ±

menjanjikan

1.6 menjadi 2.2 ± 0.7 untuk kadar BUN pada

dengan GGK. Sehingga diharapkan dengan

kelompok sampel yang diinjeksi dengan UC-

memaksimalkan

MSCs, sedangkan pada kelompok kontrol

untuk terapi GGK mampu memberikan hasil

terjadi penurunan yang jauh lebih lambat yaitu

yang lebih baik jika dibandingkan dengan

6.9 ± 1.1 menjadi

6.0 ± 1.8 untuk kadar

terapi yang banyak diterapkan pada saat ini

kreatinin; dari 5.6 ± 0.9 menjadi 5.4 ± 1.2

baik dalam hal efektivitas, efek samping,

untuk kadar BUN).

(20)

menjadi dan

suatu

potensial

terapi untuk

pemanfaatan

yang pasien

UC-MSCs

biaya, serta prognosis penyakit.

Gambar 3. A) Efek terapi UC-MSCs pada tikus percobaan yang mengalami GGK; B) Patologi jaringan dari tikus percobaan; (a,b) tikus yang diterapi dengan UC-MSCs, (c,d) kelompok kontrol tikus (Sumber : Clinical Laboratory Medicine of Affiliated ,Hospital, Jiangsu University, China.2009)

SIMPULAN

dikarenakan sampai sekarang tali pusat pada

Penggunaan

Cord-

bayi-bayi di Indonesia masih menjadi limbah

Mesenchymal Stem Cells (UC-MSCs) dengan

rumah sakit yang tidak dimanfaatkan. Selain

memanfaatkan marker stem cell yaitu TRA-1-

itu,

60

dinilai sangat potensial untuk diterapkan

menyebutkan bahwa transplantasi UC-MSCs

pada pasien GGK. Keunggulan yang dimilki

pada GGK dapat menurunkan kadar serum

oleh

kreatinin dan BUN yang cukup siginifikan.

UC-MSCs

Umbilical

dibandingkan

dengan

menurut

hanya memerlukan satu kali terapi, sedangkan

dengan memanfaatkan marker stem cell TRA-

hemodialisis memerlukan waktu tiga kali terapi

1-60 diharapkan dapat menjawab segala

setiap

permasalahan GGK yang masih menjadi

lama

pengobatan

sekitar tiga sampai lima jam. Selain itu, untuk

penggunaan

terbaru

Oleh

dengan

itu,

penelitian

hemodialisis yaitu dari segi waktu UC-MSCs

minggu

karena

beberapa

UC-MSCs

masalah yang kompleks di Indonesia.

mendapatkan UC-MSCs dinilai sangat mudah

41 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


SARAN

Failure. Division of Nephrology Department of

1. Direkomendasikan untuk pendirian bank stem cell di Indonesia mengingat potensi stem cell yang cukup tinggi dalam penanganan berbagai

Medicine

Juntendo

University

5. Placental Stem Cells - The Important Role of the

(GGK).

://www.isci.com.Diunduh

mengetahui

penelitian efek

lebih

negatif

lanjut yang

untuk

mungkin

Placenta.

gagal ginjal kronik (GGK).

Sources.Department kepada

masayarakat mengenai potensi UC-MSCs untuk gagal ginjal kronik (GGK).

pada

http

tanggal

21

6. Bongso,Ariff, Eng Hin Lee. Stem Cells : Their Definition,

luas

2008.

Maret 2010

ditimbulkan UC-MSCs pada pasien dengan

3. Diperlukan publikasi secara

of

Medicine, Tokyo, Japan; 18:305-310

penyakit khususnya pada gagal ginjal kronik

2. Diperlukan

School

Classification of

and

Obstetrics

&

Gynaecology National University of Singapore : Singapore 7. Anderson

DJ,

IL.2001,Can

Gage

stem

cells

FH,

Weissman

cross

lineage

s

boundaries? Nature 7: 393–395. 8. Kiessling UCAPAN TERIMA KASIH

AA,

Anderson

SC,2003,Human

embryonic stem cells. Boston: Jones and

Terima kasih penulis ucapkan kepada

Bartlett.

pembimbing karya tulis kami, yaitu dr.Anwar

9. Edward A. Copelan, 2006, Hematopoietic

Wardy Warongan, Sp.S, DFM (K), serta dekan

Stem-Cell Transplantation, The New England

fakultas kedokteran dan kesehatan universitas

Journal of Medicine, Volume 354:1813-182

Muhammadiyah Jakarta, dr.Toha Muhaimin, M.Sc.

10. Stem

Cell

Basic.

diunduh

dari

:

http://stemcells.nih.gov/info/basics/basics4.asp pada tanggal 30 Desember 2011 Jam 07.00

DAFTAR PUSTAKA

11. Stem Cell and Developmental Biology Writing

1. George L. Bakris and Eberhard Ritz, 2009, Hypertension and Kidney Disease, A Marriage that Should Be Prevented, Kidney International

2. Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN), 2008, Diagnosis and Management of Chronic Kidney Disease. A National Clinical Guideline. Scotland

dari:

http://www.hypno-

birthing.web.id/?p=634.Diunduh tanggal

25

Mei 2010 Pukul 7:43 am. Isao;

12. Gu, Z, Akiyama, K,dkk.2010.Transplantation of

Nakamura,

Metalloproteinase-9

cord

Mesenchymal

Stem

Cells

Alleviates Lupus Nephritis in MRL/lpr Mice. Department of Rheumatology : Beijing, China 13. Schopperle WM, DeWolf WC ,2007, The TRA1-60 and TRA-1-81 human pluripotent stem

3. Evariny A. Keajaiban Darah Tali Pusat.

4. Ebihara,

Digestive & Kidney Dses, NIH. 1–27.

Umbilical

75, 449-452

Diambil

Group’s Report. (2004) Natl.Inst Diabetes &

mRNA

cell markers are expressed on podocalyxin in embryonal carcinoma. Stem Cells 25:723–730 14. Edwin M. Horwitz.2002.Mesenchymal Cells : A Basic Review.

Tsukasa; Expression

dkk. in

Monocyte from Patients with Chronic Renal

15. Cao,

Huiling,

Qian,

Hui,

dkk.2010.

Mesenchymal stem cells derived from human umbilical

cord

ameliorate

42 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


ischemia/reperfusion-induced

acute

renal

failure in rats.Biotechnol Lett : China

acute tubular injury. Kidney Int 72:430–441).

16. Gu, Z, Akiyama, K,dkk.2010.Transplantation of Umbilical

cord

Mesenchymal

to the kidney by means of CD44 following

Stem

Cells

19. Schopperle WM, DeWolf WC , 2007, The TRA-1-60 and TRA-1-81 human pluripotent

Alleviates Lupus Nephritis in MRL/lpr Mice.

stem

Department of Rheumatology : Beijing, China

podocalyxin in embryonal carcinoma. Stem

17. Rookmaaker MB, Verhaar MC, de Boer HC, et

cell

markers

are

expressed

on

Cells 25:723–730

al. 2007, Met-RANTES reduces endothelial

Fesenko, Irina; dkk. 2010. Stem cell marker

progenitor

activated

TRA-1-60 is expressed in foetal and adult

(glomerular) endothelium in vitro and in vivo.

kidney and upregulated in tubulo-interstitial

Am J Physiol Renal Physiol.; 293: F624-30.

disease. Histochem Cell Biol (2010) 134:355–

cell

homing

to

18. Herrera MB, Bussolati B, Bruno S et al , 2007,

369DOI 10.1007/s00418-010-0741-7

Exogenous mesenchymal stem cells localize

43 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Tinjauan Pustaka

METODE HLIT [SHLA-G (SOLUBLE HUMAN LEUKOCYTE ANTIGEN-G) DAN LILRB1 (LEUKOCYTE IMMUNOGLOBULIN-LIKE RECEPTOR B1) IMMUNOLOGY TEST] SEBAGAI TEROBOSAN TERBARU DIAGNOSIS DINI PREEKLAMPSIA* I Gusti Ayu Agung Pritha Dewi, Putu Austin Widyasari Wijaya, Ni Made Putri Suastari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Korespondensi: ayuagungprithadewi@yahoo.co.id

ABSTRAK Preeklampsia merupakan penyakit pada kehamilan yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi bagi ibu dan anak. Diperkirakan angka kematian ibu akibat preeklampsia adalah sebesar 23%. Terjadinya preeklampsia sering tidak disadari wanita hamil dan bahkan sudah berkembang menjadi komplikasi sehingga diperlukan metode diagnosis dini terbaru. Patogenesis preeklampsia yang sangat penting adalah maladaptasi imun ibu terhadap fetus yang diperankan oleh HLA-G. sHLAG dihasilkan oleh sel trofoblas dan beredar bersama peredaran darah ibu pada usia perkembangan plasenta dimulai(4 minggu). sHLA-G yang berikatan dengan reseptor pada sel imun pada desidua akan menghambat lisis oleh sel NK dan sitotoksik oleh sel T sehingga fetus tidak akan diserang oleh sistem imun ibu. Reseptor yang dominan pada sel-sel ini adalah LILRB1. Metode HLIT melakukan pemeriksaan terhadap sHLA-G pada serum ibu dengan mendeteksi ikatan antara reseptor LILRB1 pada monosit perifer dengan sHLA-G pada serum ibu dengan teknik ELISA Direct. Metode HLIT memiliki berbagai kelebihan dan keuntungan sehingga memiliki prospek yang cerah di masa depan. Kata kunci: diagnosis dini, LILRB1, maladaptasi imun, preeklampsia, sHLA-G ABSTRACT Preeclampsia is a disease of pregnancy which has high enough morbidity and mortality for mother and children. It is estimates maternal mortality is due to preeclampsia by 23%. Preeclampsia happen is often don’t know by pregnant women and has developed into complications so that required methods for new early diagnosis. The important pathogenesis of preeclampsia is maladaptasi maternal immune to the fetus, where its played by HLA-G. sHLA-G produced by trophoblas cells and circulate in mothers blood at the begin development of the placenta (4 weeks). sHLA-G binds to receptors on immune cells in the decidua will inhibit lysis by NK cells and cytotoxic by T-cell so that the fetus will not be attacked by the mother's immune system. Dominant receptor in these cells is LILRB1. HLIT methods do an examination of sHLA-G in maternal serum to detect the binding between LILRB1 receptor on peripheral monocytes with sHLA-G in maternal serum using Direct ELISA technique. HLIT method has many advantages therefore this method has good prospects in the future. Keywords: early diagnosis, immune maladaptation, LILRB1,preeclampsia,sHLA-G *Dipresentasikan pada Final LKIM Gamamed Fair Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2013 dan mortalitas masa kehamilan di dunia. PENDAHULUAN

Secara keseluruhan, 10-15% kematian ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan

dihubungkan

salah satu indikator kesehatan suatu bangsa

preeklampsia.

yang akan berpengaruh secara langsung

diperkirakan

terhadap

keberhasilan

pembangunan

secara (1)

langsung

dengan

Di Indonesia tahun 2010

angka

kematian

preeklampsia adalah sebesar 23%.

ibu

akibat

(2)

kesehatan. Salah satu penyakit saat kehamilan

Preeklampsia merupakan suatu sindrom

yang dapat berkontribusi dalam peningkatan

spesifik kehamilan yang penyebabnya tidak

AKI adalah preeklampsia. Di negara barat,

diketahui secara pasti.

angka prevalensi preeklampsia sebesar 3-7%

faktor

dan merupakan penyebab utama morbiditas

munculnya preeklampsia, dimana sebanyak 3-

risiko

yang

(3)

Terdapat beberapa

berhubungan

dengan

44 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


7% berhubungan dengan nulipara dan 1-3%

saat ini belum

berhubungan dengan multipara. Selain itu

diagnosis dini yang ideal bagi penderita

nulipara dengan pasangan baru memiliki risiko

preeklampsia atau dengan kata lain belum ada

yang penting dalam terjadinya preeklampsia.

metode diagnosis yang mampu mendeteksi

Faktor

preeklampsia sejak dini. Terdapat beberapa

risiko

lainnya

antara

lain

riwayat

hipertensi kronis, penyakit

ditemukan suatu metode

metode diagnosis preeklampsia yang memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis secara dini.

ginjal, diabetes mellitus, obesitas, lahir di

Pemeriksaan baku emas yang selama ini

Afrika, berusia ≼ 35 tahun, dan karakteristik

digunakan adalah pemeriksaan tekanan darah

kehamilan, seperti kehamilan kembar atau

dan proteinuria. Keterbatasan penggunaan

besar, riwayat preeklampsia, atau kelainan

metode tersebut adalah tanda preeklampsia

kongenital janin. Tempat tinggal yang berada

yakni hipertensi dan proteinuria baru dapat

di

meningkatkan

didiagnosis pada kehamilan diatas 20 minggu.

insiden preeklampsia yang disebabkan karena

Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan

hipoksia plasenta yang berat, diameter arteri

dalam penanganan preeklampsia sejak dini

uterus yang kecil, dan aliran darah arteri uterus

dan bahkan telah berlanjut menjadi eklampsia

daerah

ketinggian

yang lambat.

juga

(1)

serta komplikasi lain.

Soluble Human Leukocyte Antigen G

Preeklampsia sering tidak diketahui atau diperhatikan sehingga

terjadinya dalam

saat

merupakan

molekul

yang

diekspresikan oleh sel trofoblas pada saat

komplikasi.

kehamilan. sHLA-G berfungsi untuk melindungi

Preeklampsia dapat mengancam jiwa ibu dan

fetus dari serangan sistem imun ibu. sHLA-G

anak sehingga meningkatkan angka morbiditas

akan berikatan dengan reseptor dari sel imun

dan

yang terdapat di desidua yaitu sel B, sel T, sel

mortalitas

singkat

(sHLA-G)

telah

menunjukkan

waktu

kehamilan

(3)

terjadinya

keduanya.

Pada

ibu,

preeklampsia dapat menyebabkan penyakit

NK

kardiovaskuler prematur, seperti hipertensi

Presenting

kronis, iskemia, penyakit jantung, dan stroke.

dominan

Pada anak yang lahir setelah kehamilan

Leukocyte Immunoglobulin-Like Receptor B1

preeklampsia akan terjadi kelahiran prematur

(LILRB1) yang terdapat pada semua sel

dengan berat badan rendah, peningkatan

leukosit dan APC di desidua ibu. Ketika HLA-G

risiko stroke, penyakit jantung koroner, dan

berikatan dengan reseptor ini akan terjadi

sindrom metabolik ketika dewasa.

(1)

dini

telah

dikembangkan

Killer)

Cell). pada

dan

APC

Reseptor sel-sel

(Antigen

yang

paling

tersebut

adalah

toleransi terhadap keberadaan fetus, dimana

Selama ini berbagai metode dalam diagnosis

(Natural

untuk

ikatan ini akan mengahambat lisis oleh sel NK dan

sitotoksik

oleh

CTL

(Cytotoxic

membantu para penderita preeklampsia untuk

Lymphocyte).

mencegah progresivitas dari preeklampsia ini

patogenesis

sehingga dapat menurunkan berbagai risiko

dimana sHLA-G akan melindungi fetus agar

penyakit akibat preeklampsia. Namun hingga

tidak

terjadi

Peranan

sHLA-G

preeklampsia

sudah

T

maladaptasi

dalam terbukti,

imunitas

yang

45 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


merupakan

patogenesis

utama

dari

diagnosis

yang

preeklampsia

imunitas mengakibatkan vaskularisasi tumbuh

dilakukan penanganan lebih cepat dan tidak

dengan baik sehingga tidak menimbulkan

timbul komplikasi.

vaskuler

yang

awal

mendeteksi

preeklampsia. Tidak terjadinya maladaptasi

kecacatan

lebih

dapat

sehingga

dapat

mengakibatkan

(7)

ANALISIS DAN SINTESIS

preeklampsia.

dan

Peranan sHLA-G sebagai Pertahanan Fetus

LILRB1 dengan metode HLIT memberikan

Terhadap Sistem Imun Ibu pada Kehamilan

sebuah terobosan baru dalam mendiagnosis

dan IkatannyaTerhadap Reseptor LILRB1

Dengan

dini

pemeriksaan

preeklampsia

HLA-G

sehingga

preeklampsia

Selama kehamilan, sistem imun ibu aktif

dapat dideteksi sebelum adanya gejala pada

dan

wanita

itu

mengakibatkan kerusakan atau kematian pada

pemeriksaan HLA-G dan LILRB1 dengan

fetus. Seperti yang terjadi pada eritroblastosis

mengambil

yaitu terjadi destruksi pada eritrosit fetus dan

hamil

yang

serum

berisiko.

ibu

Selain

memberikan

cara

pada

beberapa

pada

terlalu invasif. Berdasarkan paparan tersebut

terjadinya destruksi pada platelet oleh antibodi

diharapkan

dapat

ibu. Ketika terjadi infeksi saat kehamilan,

berperan dalam diagnosis dini preeklampsia

makrofag yang aktif akan mensekresikan

sehingga dapat dilakukan terapi lebih awal

sitokin T Helper 1 (Th1) berkadar tinggi yang

metode

HLIT

serta mencegah berbagai komplikasi.

(7)

merubah

Adapun permasalahan yang dikaji dalam karya

tulis

ini

meliputi

peranan

sHLA-G

trombositopenia

bisa

diagnosis yang mudah dan efektif serta tidak

bahwa

alloimmun

kondisi

keseimbangan

sitokin

ibu

yaitu

dan

fetus.Namun hal tersebut tidak terjadi karena terdapat

beberapa

mekanisme

yang

sebagai pertahanan fetus terhadap sistem

melindungi fetus dari serangan sistem imun ibu

imun ibu pada kehamilan dan ikatannya

seperti terpisahnya jaringan ibu dan fetus,

terhadap reseptor LILRB1, peranan sHLA-G

kurangnya

dalam patogenesis preeklampsia, aplikasi dan

menstimulasi

análisis manfaat dari metode HLIT sebagai

berkembangnya toleransi imun. Sistem imun

metode diagnosis dini preeklampsia.Karya tulis

ibu biasanya lebih cenderung melakukan

ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

toleransi

pemikiran

kepada

kalangan

medis

dan

antigen

dari

fetus

penolakan

pada

dari

menolak

yang ibu

bisa dan

keberadaan

(8)

fetus.

masyarakat mengenai HLIT dan potensinya

Pada saat kehamilan, secara normal ibu

sebagai metode diagnosis dini preeklampsia,

akan membentuk antibodi dan CTL terhadap

memperkaya

HLA asing dari ayah dan antigen lain yang

terutama

khasanah

tentang

indonesia dini

diekspresikan oleh sel fetus. Sehingga antigen

memanfaatkan

HLA disebut antigen “transplantasi” karena

pemeriksaan imunologi seperti pemeriksaan

terdiri dari stimulator sangat kuat dari graft

sHLA-G dan LILRB1 yang ekspresikan melalui

rejection. Namun antibodi antipaternal ini

preeklampsia

upaya

medis

dengan

diagnosis

serum maternal, dan memberikan alternatif

46 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


bersifat tidak merusak. melainkan cenderung bersifat tolerogenik dari pada imunogenik.

(8)

memiliki peran utama dalam imunitas yang diadapat. Sel ini terutama ditemukan di distal

Setelah implantasi, di dalam uterus

myometrium jaringan fetus, dimana sel sistem

terjadi perubahan pada subpopulasi leukosit

imun bawaan seperti sel NK dan makrofag

endometrium (desidua). Endometrium akan

dominan

mengalami penyesuaian terhadap proteksi

imunomodulator seperti prolaktin, chorionic

lokal yang diperantarai oleh sistem imun awal

gonadotropin dan progesteron serta kemokin

(innate immun system). Limfosit T dan B

mengontrol jumlah dan jenis sel imun.

terdapat

di

desidua.

Gambar 1.Mekanisme Multipel Toleransi Ibu Terhadap Fetus Fetus juga akan melakukan proteksi terhadap dirinya dari serangan imun ibu yang

sel

progenitor

(8)

kehamilan.

(7,8,9)

Sel trofoblas mencegah kerusakan yang

lapisan

diperantarai antibodi dengan meningkatkan

tropoektoderm blastosit. Sel progenitor ini akan

kadar complement regulatory protein dan

bergabung membentuk lapisan sel tunggal

mengurangi cell mediated immunity dengan

yang berhubungan langsung dengan darah ibu

mengekspresikan inhibitor B7 family dan TNF

atau

sel

(Tumor Necrosis Factor) yang menginduksi

sitotrofoblas extravillous yang kontak dan

apoptosis; sitokin imunosupresif; kemokin dan

menginfiltrasi

prostaglandin

berproliferasi

dengan

untuk

desidua

leukosit

dalam

(8)

plasenta. Sel ini sangat proliferatif pada awal

diperantarai oleh sel trofoblas. Sel ini berasal dari

Hormon

membentuk

serta

uterus

ibu

berhubungan pada

awal

limfosit

yang

T;

mengurangi

mengeluarkan

proliferasi hormon

kehamilan. Leukosit ini terdiri dari sel NK, sel

imunosupresif seperti progesteron; meregulasi

myelomonositik dan beberapa sel T. Sel

ketat

sitotrofoblas

proteinnya. Jika protein ini dikenali sebagai

extravillous

bermigrasi

dari

ekspresi

plasenta ke desidua dan menginfiltrasi arteri

benda

asing

spiralis ibu yang memfasilitasi aliran darah ke

menstimulasi

gen

oleh CTL

HLA

sel

dan

imun anti-fetal

produksi

ibu

akan untuk

47 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


menghancurkan

sel

mengekspresikan HLA.

fetus

yang

(8)

(Killer Immunoglobulin-Like Receptor 2 DL4) yang merupakan keluarga dari KIR. Bukti

HLA yang paling berperan dalam respon

ilmiah menunjukan bahwa fungsi primer dari

imun ibu terhadap fetus adalah HLA-G. HLA-G

HLA-G bukan presentasi antigen tapi sebagai

bisa menghambat migrasi transendothelial sel

ligan inhibitori untuk sel NK. Sel dendritik dan

NK dan bisa mengahambat sitolisis yang

makrofag mengekspresikan reseptor inhibitor

diperantari oleh sel NK dan antigen-specific

dari LILR yaitu LILRB1 dan LILRB2. LILRB1

+

CD8 T cell. Ikatan HLA-G sel trofoblas pada

dan B2 sebagian besar berikatan dengan

reseptor akan menghambat aktivasi sinyal dari

molekul HLA-I (Human Leukocyte Antigen

leukosit desidua. HLA-G dikenali oleh reseptor

Class I) dan HLA-G memiliki afinitas paling

ILT

tinggi.

(Immunoglobulin-Like

Transcript)

yang

(9)

diekspresikan oleh limfosit T dan B, serta sel

LILRB1 dideteksi pada beberapa APC

NK dan sel fagosit mononuklear. Beberapa

antara lain pada semua sel dendritik dan

penelitian

pada

makrofag, 20% pada sel NK dan 10% pada sel

monosit/makrofag merupakan reseptor utama

T. Sedangkan LILRB2 diekspresikan dalam

HLA-G, dimana monosit/makrofag merupakan

jumlah yang kecil pada sel dendritik dan

sel kedua terbanyak dalam desidua. ILT2 dan

makrofag. Interaksi antara APC dan HLA-G ini

ILT4 selanjutnya disebut sebagai LILRB1 dan

mengakibatkan

menunjukan

ILT4

(8,10,11)

B2.

down-regulation

pada

proliferasi dan respon sel T allogenik. Di

Reseptor HLA-G pada sel NK dan sel

perifer, LILRB1 juga diekspresikan oleh limfost

myelomonositik bisa diperoleh dari darah

T dan B perifer dan oleh sel NK dan

perifer. Reseptor sel NK adalah KIR2DL4

monosit.

9,10

Gambar 2.Reseptor Potensial pada Sel Imun yang Ditarget oleh HLA-G

a. Interaksi HLA-G dengan Limfosit T

(8)

usus dan oleh sel NK. Sel T mengekspresikan

Sanders et al. menyebutkan bahwa sel

CD8αβ heterodimer yang berperan sebagai

yang mengekspresikan HLA-G akan berikatan

ko-reseptor untuk sel T (TcR) dan merupakan

dengan sel yang mengekspresikan CD8α

molekul transduksi sinyal yang sangat penting

homodimer yang merupakan bentuk molekular

selama aktivasi sel T. Berikatan dengan TcR

yang diekspresikan oleh subset sel T di dalam

merupakan fungsi primer dari HLA-G.

(8)

48 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


sHLA-G memegang peranan penting dalam meregulasi sel T CD8

+

kehamilan

dan

bersifat

tidak

selama kehamilan

perkembangan

sel

alloreaktif

mekanisme yang bisa menjelaskan toleransi

(antipaternal). sHLA-G yang terpapar sel T

sistem imun ibu terhadap fetus yaitu aktivasi

dengan +

CD8

mengeliminasi

T

fetus.

merusak

Terdapat

dua

akan memicu ekspresi dan sekresi Fas

reseptor LILRB1 pada sel B oleh sHLA-G yaitu

ligan yang mengakibatkan kematian dari sel T

HLA-G5 dan HLA-G6 serta aktivasi reseptor

yang aktif melalui jalur Fas/Fas ligan. Pada

LILRB1 pada limfosit Th.

kehamilan sHLA-G menginduksi apoptosis sel

(8)

c.

+

CD8 yang bereaksi dengan antigen paternal,

Sel NK banyak ditemukan di desidua pada

(8)

dimana sHLA-G berada pada serum ibu.

trimester pertama dan kedua kehamilan tapi

Mekanisme lain adalah HLA-G menginduksi toleransi

ibu

pada

antigen

fetus

Interaksi HLA-G dengan sel NK

setelah

itu

akan

terjadi

penurunan.

untuk

Sitotoksisitas sel NK desidua dipengaruhi oleh

mengurangi atau mencegah aktivitas sitotoksik

antigen HLA kelas I dan reseptor inhibisi pada

+

sel T CD8 melawan sel target, yang tidak

permukaan sel NK. Interaksi antara HLA-G

tergantung dari induksi apoptosis sel T. HLA-

dan

G1

target

permukaan sel NK mencegah sitolisis yang

potensial dari lisis sel T sitotoksik spesifik

diinduksi sel NK. Selain itu terdapat reseptor

antigen. HLA-G juga menekan ekspresi mRNA

yang dimiliki sel NK yang dapat berikatan

CD8α dan

dengan HLA-G yaitu KIR2DL4 dan LILRB1.

dalam

Mekanisme

dan

HLA-G5

(messenger protein

melindungi

Ribonucleic

Acid)

(Interferon-γ)

IFN-γ

sel

sel

CD94/NKG2A

lain

heterodimer

dari

HLA-G

pada

yang

bisa

mononuklear tanpa menginduksi apoptosis

menghambat aktivitas sitolitik sel NK adalah

atau

merubah

mekanisme

ekspresi

ini

CD3.

Semua

adanya sel trofoblas primer dan imortal yang

mengindikasikan

bahwa

resisten pada lisis yang diperantarai sel NK.

trofoblas pada kehamilan normal tidak akan mendapatkan respon dari CTL karena adanya (8)

HLA-G.

(8)

d.

Interaksi HLA-G dengan APC Terdapat dua populasi APC pada desidua endometrium

b. HLA-G berinteraksi dengan limfosit B

selama

kehamilan

yaitu

makrofag dan sel dendritik yang kemudian +

LILR merupakan reseptor utama pada

dibagi menjadi 3 yaitu makrofag (CD14 ), sel

limfosit T dan APC yang berikatan dengan

denritik mature (CD83 ) dan makrofag atau sel

HLA-G. Reseptor ini juga terdapat di limfosit B

dendritik

khususnya

berikatan

melibatkan APC berhubungan dengan HLA-G

dengan HLA-G karena pada ibu hamil terjadi

plasenta. Tetramer HLA-G hanya berikatan

pembentukan

HLA-G

dengan sel dendritik. HLA-G tidak mengurangi

plasenta. Selain itu pada beberapa penelitian

viabilitas sel dendritik mature dan immature

juga membuktikan bahwa pada wanita yang

tapi merubah diferensiasi sel dendritik dari

tidak pernah hamil dan laki-laki, memiliki

monosit darah atau mempengaruhi maturasi

sedikit antibodi anti-HLA-G pada serumnya.

sel dendritik. Kondisi inflamasi menstimulasi

Antibodi ini banyak ditemukan disirkulasi saat

produksi makrofag dari HLA-G karena terjadi

LILRB1

yang

antibodi

juga

terhadap

+

immature.

Respon imun yang

49 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


aktivasi IFN-Îł yaitu fagosit mononuklear yang (8)

mengandung mRNA HLA-G.

HLA-G sehingga trofoblas diserang oleh sel NK dan CTL. Hal ini mengakibatkan invasi trofoblas menjadi dangkal dan remodelling

Peranan

sHLA-G

dalam

Patogenesis

Preeklampsia

arteri spiralis menjadi abnormal. Gangguan keseimbangan

Preeklampsia merupakan salah satu komplikasi daalam kehamilan yang memiliki

imun

feto-maternal

mengindikasikan adanya graft rejection pada (11)

kehamilan preekalmpsia.

karakteristik berkurangnya invasi trofoblas ke

Pada wanita normal, respon imunitas

desidua, disfungsi sel endothel kapiler yang

tidak akan menolak terhadap hasil konsepsi

mengakibatkan buruknya

yang bersifat asing dalam tubuh. Hal ini

Patofisiologi

HLA-G

yang

preeklampsia adalah sangat rumit, bersifat

diekspresikan trofoblas janin untuk

dapat

multifaktorial. Namuan yang paling memegang

melindungi dirinya dari penghancuran (lisis)

peranan

patofisiologi

oleh sel NK tubuh ibu. Disamping itu, HLA-G

maladaptasi

akan memudahkan invasi sel trofoblas ke

imunitas karena berkurangnya kadar HLA-G

jaringan desidua ibu. Invasi trofoblas ke dalam

yang melindungi trofoblas dari serngan imun

lapisan

ibu. Maladaptasi imun akan mengakibatkan

degenerasi lapisan otot tersebut sehingga

gagalnya

hilangnya

terjadi distensi dan vasodilatasi arteri spiralis

gagalnya

yang memberikan dampak penurunan tekanan

preeklampsia

mekanisme

yang

perfusi plasenta.

penting

dari

adalah

invasi

mendasari

adanya

trofoblas,

tolerogenik,

dan

proses

(11)

remodelling dari arteri spiralis ibu. HLA-G mekanisme

merupakan yang

karena

otot

arteri

adanya

spiralis

menyebabkan

darah, penurunan resistensi vaskular, dan

bagian

memungkinkan

disebabkan

dari

peningkatan aliran darah pada utero plasenta.

trofoblas

Hal ini menyebabkan aliran darah ke janin

untuk invasi tanpa diserang oleh limfosit dan

cukup banyak

dan perfusi jaringan juga

sel NK desidua. Pada preeklampsia terjadi

meningkat sehingga mencukupi kebutuhan

defek pada ekspresi HLA-G oleh trofoblas

untuk pertumbuhan janin dengan baik. Proses

yang diduga disebabkan oleh mutasi dari gen

ini disebut remodelling arteri spiralis.

(11)

50 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Gambar 3. Peran HLA-G dalam Patofisiologi Preeklampsia 2009). Pada ibu penderita preeklampsia, terjadi penurunan ekspresi HLA-G

yang bersifat

Hal

ini

terhambatnya

juga

invasi

(11)

akan

menyebabkan

trofoblas

ke

dalam

desidua. Tidak adanya HLA-G mengakibatkat

imunosupresif oleh trofoblas(Redman, et al,

tidakt

terjadinya interaksi antara trofoblas dengan sel

menginvasi lebih dalam ke desidua dan arteri

T, sel B, sel NK dan APC yang diperantarai

spiralis.

HLA-G dan reseptor inhibitor yang ada pada

(11,12)

HLA-G memiliki 7 isoform yang telah

masing-masing sel, sehingga mengakibatkan

diidentifikasi

gagalnya toleransi imun ibu terhadap fetus

bound dan 3 merupakansoluble protein. HLA-

karena aktifnya respon sitotoksik dari CTL dan

G1 memiliki struktur yang sama dengan gen

sel NK mengakibatkan lisisnya trofoblas. Hal

HLA kelas I lainnya, sedangkan isoform G2

inilah

terjadinya

dihasilkan dari penghilangan exon 3. Dua

preeklampsia.

isoform diekspresikan sebagai soluble protein

Tidak adanya trofoblas yang menginvasi arteri

yaitu HLA-G5 (sG1) dan HLA-G6 (sG2). HLA-

spiralis

kecacatan

G3 dihasilkan dari penghilangan exon 3 dan 4,

vaskularisasi plasenta sehingga arteri spiralis

HLA-G4 dan G7 tidak banyak terdapat di

yang

maladaptasi

mengakibatkan imunitas

ini

pada

berperan

dalam (9,11)

menjadi kaku dan lebih sempit.

yaitu

4

merupakanmembrane

plasenta. Dari ketujuh isoform ini diketahui

Hackmon et al. menemukan bahwa

bahwa

HLA-G5

dan

HLA-G6

merupakan

penurunan ekspresi HLA-G selama kehamilan

isoform yang paling berperan dalam respon

akan memicu respon penolakan autoimun

imun ibu terhadap fetus,dimana HLA-G5 dan

yang bermanifestasi pada perubahan kadar

HLA-G6 merupakan soluble HLA-G. sHLA-G

substansi

ini bisa dideteksi di darah wanita hamil dan

inflamasi.

Trofoblas

yang

tidak

mengekspresikan HLA-G rentan mengalami lisis

oleh

sel

NK

desidua

dan

(7,11,13)

cairan amnion.

dicegah

51 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Gambar 4.Tujuh Isoform dari HLA-G yang Berparan dalam Respon Imun Adanya kehamilan

sHLA-G

akan

menjadi

berhasil

parameter

tanpa

(14)

Upaya Dini dalam Mendiagnosis Preeklampsia

adanya

Pemeriksaan

dengan

menggunakan

penolakan dari ibu. Pada regio sHLA-G tidak

metode HLIT membuka peluang yang cukup

ada polimorfisme yang dideteksi sehingga

besar

tidak dianggap sebagai benda asing. sHLA-G

perkembangan menjadi preeklampsia pada

disintesis oleh sel trofoblastik dan interferon γ-

wanita hamil yang beresiko. Metode HLIT yang

activated macrophage tapi tidak disintesis oleh

terdiri dari pemeriksaan HLA-G dan LILRB1 ini

fibroblast plasenta. sHLA-G bersirkulasi pada

dapat

darah ibu selama kehamilan, dimana yang

sebelum

dominan adalah sHLA-G2 (HLA-G6). HLA-G

(hipertensi

banyak

kehamilan pada usia kehamilan 20 minggu).

terdapat

kehamilan

yang

pada

trimester

akan

menginduksi

protektif melawan lisis dari sel NK.

pertama efek

(7,13,15)

Pada

dalam

upaya

digunakan

sebagai

terjadinya dan

metode

dini

pencegahan

diagnosis

gejala

proteinuria

HLIT,

awal

preeklampsia selama

pemeriksaan

masa

dapat

dilakukan sedini mungkin yaitu pada usia

sHLA-G merupakan faktor yang memicu

kehamilan

4

minggu

pada

wanita

hamil

alloreactive maternal T cell berikatan dengan

beresiko. Hal tersebut memiliki keuntungan

paternal allopeptid dan berinteraksi dengan sel

dibandingkan dengan pemeriksaan standar

T. Ikatan molekul sHLA kelas I dengan CD8

yang umumnya dilakukan pada wanita hamil

memicu ekspresi Fas ligan dan apoptosis dari

beresiko untuk mendiagnosis preeklampsia

sel imun yang aktif oleh interaksi Fas/Fas ligan

pada usia kehamilan 20 minggu.

dan

mengakibatkan

imunosupresi.

Efek

Upaya dini yang dilakukan adalah

supresi yang kuat dari sHLA-G ada respon

dengan mengukur kadar HLA-G yaitu sejenis

alloproliferatif dari sel T menunjukan kadar

antigen yang dibentuk fetus untuk melindungi

(11)

yang lebih tinggi dari isoform sHLA-G5.

diri dari serangan imun ibu. Apabila diketahui

Aplikasi Penggunaan Metode HLIT (sHLA-G

kadar HLA-G pada serum ibu hamil di bawah

dan LILRB1 Immunology Test) sebagai

normal (normalnya 15,2 ± 8,6ng/ml) 13,4 ±

Metode Diagnosis Dini Preeklampsia

10,1ng/ml,

dapat

dilakukan

pencegahan

52 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


perburukan kondisi menjadi preeklampsia lebih awal,

16,17

sehingga gejala preeklampsia tidak

untuk memunculkan suatu sinyal sehingga (19,20)

dapat terdeteksi.

muncul dan semakin parah menjadi eklampsia.

Prinsip dasar pemeriksaan kadar HLA-G

Waktu pemeriksaan yang dapat dilakukan

dalam sampel darah ibu hamil dengan metode

sedini mungkin pada usia kehamilan 4 minggu

direct, yaitu menggunakan dua antibodi, anti-

yaitu pada usia sempurnanya perkembangan

LILRB1-PE dan anti-HLA-G. Keseluruhan uji

plasenta.

Perkembangan

ELISA dilakukan pada 40-Well Plate mikrotiter.

sempurna

ditandai

plasenta

dengan

yang

terbentuknya

100

µl

anti-LILRB1-PE

sirkulasi darah maternal dan sirkulasi darah

dilarutkan

fetus sehingga HLA-G sudah beredar pada

mendapatkan

(17,18)

dengan

diencerkan

coating

konsentrasi

buffer akhir

atau untuk

0,5µg/ml

kemudian ditambahkan ke masing-masing well

sirkulasi darah ibu.

Upaya pencegahan perburukan kondisi

dengan pembagian yang rata (50ng/100 ml).

menjadi preeklampsia yang dapat dilakukan

Plate diinkubasi selama 24 jam pada suhu 4 C.

yaitu

resiko

Plate dicuci menggunakan PBS Tween 0,2%

hipertensi. Caranya yaitu mengevaluasi dan

(Tween 20) sebanyak 3 kali dalam suhu

monitoring tekanan darah sehingga tidak

ruangan. 50 µl sampel darah yang telah

terjadi

atau

diencerkan dengan assay buffer ditambahkan

hipertensi selama kehamilan. Jenis dan pola

pada plate dan diinkubasi selama 2 jam pada

makanan yang seimbang dan teratur dapat

ELISA plateshaker. Kemudian plate dicuci

membantu stabilisasi tekanan darah, begitu

dengan Tween 0,2% sebanyak 3 kali.

dengan

menghindari

peningkatan

tekanan

faktor

darah

o

(10,19)

juga dengan mengurangi resiko stress dan

SA

HRP

(enzim)

yang

diencerkan

dengan assay buffer ditambahkan ke masing-

kecemasan.

masing ruang plate sebanyak 50 µl kemudian Pemeriksaan HLA-G dalam Sampel Darah

diinkubasi selama satu jam pada ELISA

Menggunakan teknik ELISA

plateshaker. Plate selanjutnya dicuci sebanyak

Pada

metode

teknik

3 kali dengan Tween 0,2% dan menambahkan

ELISA (Enzyme-Link Immunosorbent Assay)

50 µl substrat sure blue TMB 100 µl pada

secara spesifik dan paling sederhana yaitu

masing-masing ruang plate. Inkubasi kembali

teknik ELISA Direct. Teknik ELISA Direct

selama 20-30 menit pada ruangan gelap.

menggunakan suatu antigen atau antibodi lain

Reaksi enzim kemudian dihentikan dengan

yang bersifat spesifik dengan antibodi atau

menambahkan 50 ml H2SO4 2N pada masing-

antigen yang akan diuji. Antigen/antibodi yang

masing ruang. Pembacaan hasil menggunakan

diuji

elisa reader dengan panjang gelombang atau

tersebut

akan

ini

digunakan

bertautan

dengan

(10,19)

antibodi/antigen yang spesifik dicampurkan ke

lamda

atas permukaan sehingga muncul interaksi

kuantitas

kadar

antara antigen dan antibodi yang bersesuaian.

dengan

menggunakan

Suatu substrat ditambahkan ke permukaan

450-492nm.

Untuk

HLA-G (20)

sebagai alat bantu.

dapat

menghitung dilakukan

spektrofotometer

Pengujian antibodi anti-

HLA-G dilakukan dengan konsentrasi yang

53 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


sama pada 10 ruangan pada plate yang sama (10)

perbandingan dengan pemeriksaan yang saat

dengan anti-LILRB1-PE.

ini telah banyak digunakan sebagai baku emas

Analisis Manfaat Metode HLIT (sHLA-G dan

yakni

LILRB1 Immunology Test) sebagai Metode

proteinuria.

Diagnosis Dini Preeklampsia

preeklampsia,pemeriksaan tekanan darah dan

Pemahaman patogenesis bahwa

tentang

HLIT

preeklampsia

HLIT

memegang

pemeriksaan

tekanan

darah

Dalam

dan kasus

dalam

proteinuria berperan sebagai diagnosis dini.

menunjukkan

Seperti yang telah dijabarkan di awal, bahwa

yang

arteri spiralis mengalami vasokontriksi yang

esensial. Fungsinya dalam mendiagnosis dini

menyebabkan terjadinya iskemia sehingga

preeklampsia yang berhubungan dengan teori

merangsang pembentukan radikal bebas yang

imunitas.Bukti dari penelitian terkait yang ada

mengakibatkan disfungsi endotel. Disfungsi

menunjukkan potensi yang tinggi dari HLIT

endotel

dalam

menyebabkan hipertensi dan pada pembuluh

memberikan

peranan

gambaran

dalam

mendiagnosis dini preeklampsia.

tidak

hanya

ginjal

sistemik

menyebabkan

(21)

proteinuria.

Tanda hipertensi dan proteinuria

merupakan kondisi lanjut atau komplikasi

Sejumlah

akibat disfungsi endotel yang biasanya terjadi

molekul HLIT yang berada dalam darah

pada kehamilan di atas 20 minggu. Terkadang

membuka

pula tanda hipertensi dan proteinuria terkontrol

biopsi

peluang

diukur

darah

melalui

pemeriksaan

dapat

pembuluh

darah

HLIT yang memiliki peranan intraseluler yang

pada

plasenta.

yang

tinggi

dalam

penggunaannya sebagai penanda baru yang

normal

efektif dan tidak terlalu invasif dalam diagnosis

patofisiologi

dini preeklampsia. Terlebih lagi telah terdapat

sehingga dapat menyebabkan keterlambatan

penelitian

pada

tetapi

secara

sistem

preeklampsia

imunitas

telah

terjadi

wanita

hamil

yang

dalam penanganan preeklampsia sejak dini

HLIT

berada

dalam

dan bahkan telah berlanjut ke eklampsia serta

serum maternal. Namun hal ini memerlukan

komplikasi lainnya.Hal ini menunjukkan bahwa

penelitian lebih lanjut untuk memperkuat bukti

hipertensi dan proteinuria kurang mampu

ilmiah.

memberikan

menunjukkan

bahwa 10

Pemeriksaan

HLIT

juga

kelemahan terkait kadarnya

memiliki

yang rendah

dalam serum ibu jika dibandingkan dengan di desidua

atau

plasenta

sehingga

diagnosis

dini

terjadinya

preeklampsia. Perbandingan

antara

metode

HLIT

untuk

dalam darah dan pemeriksaan tekanan darah

pemeriksaan yang lebih baik adalah dengan

dan proteinuria merujuk pada kemampuan

menggunakan biopsi plasenta.

(9)

diagnosis awal yang lebih baik dari HLIT. Hal

HLIT yang telah meningkat sejak proses

ini mengarah pada peluang yang lebih baik

pembentukan plasenta dimulai yaitu pada

dalam terapi saat ini dimana lebih mengarah

minggu ke-4 memberikan keuntungan yang

dalam menghambat progresivitas. Diagnosis

sangat besar jika diaplikasikan sebagai faktor

dini yang tepat sebelum timbulnya tanda

diagnosis dini. Metode HLIT yang berpotensi

berupa hipertensi dan proteinuria memberikan

sebagai faktor diagnosis dini tentu memerlukan

54 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


harapan

yang

tinggi

dalam

mencegah

peralihan preeklampsia menjadi eklampsia.

dalam darah berkisar pada skala mikro dan

Aplikasi metode HLIT dalam darah untuk mendiagnosis

preeklampsia

paling efektif mengingat konsentrasi HLIT

memerlukan

proses

memiliki

penggunaan

ELISA

feasibilitas yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh

pemeriksaan

utama

tersedianya

operasional

alat

yang

diperlukan.

Biaya

yang

multiplikasi.

Namun

sebagai

metode

memerlukan

cukup

tinggi.

biaya Hal

ini

pemeriksaan sebanding dengan manfaat yang

menuntut penelitian lebih lanjut dalam hal

didapapatkan

penggunaan

menunjukkan bahwa metode

metode

terkait

sehingga

HLIT memiliki peluang yang tinggi untuk

didapatkan suatu metode yang lebih mudah

diaplikasikan

dan efisien.

mengingat

spesifitas

dan

keuntungan yang diberikan lebih menjanjikan.

Penggunaan

metode

HLIT

dalam

Pada tabel 1 diberikan analisis biaya dalam

mendiagnosis dini preeklampsia memerlukan

aplikasi HLIT menggunakan alat dan reagen

penelitian lebih lanjut untuk menilai sensitivitas

yang sesuai dengan penelitian terkait HLIT

dan spesifisitas pemeriksaan ini. Disamping

dalam serum.

itu, diperlukan pula penelitian epidemiologi

Potensi yang tinggi dari HLIT tentunya tidak

lepas

dari

adanya

kekurangan.

terkait batasan kadar HLIT dalam darah penderita preeklampsia yang berguna dalam

Terbatasnya metode pemeriksaan yang dapat

interpretasi

mengukur kadar HLIT dalam darah menjadi

menyempurnakan

kekurangan

marker diagnosis dini.

utama

dari

aplikasi

HLIT.

data

diperlukan

untuk

penggunaanya

sebagai

Penggunaan ELISA menjadi metode yang Tabel 1. Analisis biaya pemeriksaan HLIT dalam darah Jenis Pengeluaran

Harga

Biaya

(Rp)

pakai (Rp)

Washer Systems

12.042.927

12.043,93

ELISA Plate Readers

12.042.927

12.043,93

Single Channel Manual Adjustable Pipettor

2.738.087

2.738,09

Mesin sentrifugasi

3.767.403

3.767,40

Membran sentrifugasi

1.981.758

1.982,76

Inkubator

3.661.404

3.661,40

Spuit

400.000

4.000,00

Microwell plate 40 (Santa Cruz)

2.054.250

17.118,75

Tabung EDTA

300.000

3.000,00

sekali

Peralatan

Subtotal

55.104,66

Bahan Bufer Fosfat 500ml (Santa Cruz)

182.600

1.826

55 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


Tween-20 500ml (Santa Cruz)

228.250

2282,5

Sampel darah 2 ml

1.241.680

12.416,8

Antibodi anti HLA-G 50 µL

2.503.440

25.034,4

Antibody anti LILRB1 50 µL

2.503.440

25.034,4

Subtotal

85.888,2

Lain – lain Biaya analis

40.000

40.000

Subtotal

40.000

TOTAL BIAYA PEMERIKSAAN

170.992,86

SIMPULAN

sHLA-G

Berdasarkan

analisis

dan

sintesis

atas

gagasan yang dikaji, maka dapat disimpulkan

mengakibatkan imunitas

arteri Peranan sHLA-G sebagai pertahanan fetus terhadap sistem imun ibu pada kehamilan

adalah

rendah

ini

maladaptasi

sehingga

sel

trofoblas

tidak bisa menginvasi desidua dan

beberapa hal sebagai berikut : 1.

yang

sebagai

proteksi

trofoblas yang akan berikatan dengan

spiralis

kecacatan

serta

terjadilah

vaskularisasi

yaitu

penyempitan arteri spiralis yang mengakibatkan

tekanan

darah

meningkat.

reseptor pada sel T, sel B, sel Nk dan APC, dimana yang dominan sebagai

3.

menggunakan 2 antibodi yaitu

imun ibu terhadap fetus dengan supresi

anti-LILRB1 dan anti-HLA-G.

pada lisis oleh sel NK dan sitotoksik oleh ini

akan

Melalui diagnosis awal dapat

mencegah

dilakukan

pengenalan fetus sebagai benda asing

evaluasi sHLA-G

dalam

serum

rendahnya wanita

sHLA-G

pada

hamil

yang

mengalami preeklampsia. Dimana penurunan kadar sHLA-G ini sudah terjadi

saat

plasenta

mulai

mengalami maturasi yaitu pada usia kehamilan 4 minggu. Kadar

dan

monitoring

tekanan darah sehingga tetap

patogenesis preeklampsia didasarai oleh

dini

menjadi preeklampsia seperti

berkembang dengan baik. Peranan

pencegahan

terhadap perburukan kondisi

oleh sistem imun ibu sehingga fetus dapat

2.

pada

dengan metode ELISA dengan

akan mengakibatakn toleransi dari sistem

Toleransi

HLA-G

sampel darah dapat dilakukan

reseptor inhibisi adalah LILRB1. Ikatan ini

CTL.

Pemeriksaan

stabil. 4.

Keuntungan penggunaan HLIT yakni

mampu

diagnosis

memberikan

lebih

dini

dari

pemeriksaan yang sudah ada untuk preeklampsia,

mendiagnosis dimana

56 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


pemeriksaan ini bisa dilakukan

pencegahanperburukan

pada

preeklampsia.

usia

minggu. juga

kehamilan

Penggunaan memiliki

kelemahan

4

HLIT

beberapa

terkait

kondisi

kadarnya

DAFTAR PUSTAKA 1.

Uzan

Jennifer,

Carbonnel

Marie,

yang rendah dalam serum ibu

Piconne Olivier, Asmar Roland, Ayoubi

jika dibandingkan dengan di

Jean-Marc.

desidua

Pathophysiology,

atau

Dengan

plasenta.

memperhatikan

HLIT

dini,

penggunaan

tentunya

Diagnosis,

and

Management. Vascular Health and

potensinya dalam memberikan diagnosis

Pre-Eclampsia:

Risk Management. 2011:7:467–474. 2.

Hernawati, I. Analisis Kematian Ibu Di

memiliki

Indonesia Tahun 2010 Berdasarkan

prospek yang cerah dalam

Data SDKI, Riskesdas Dan Laporan

mengurangi angka mordibitas

Rutin KIA. 2011. [cited: March 21,

dan

2013].

mortalitas

akibat

preeklampsia.

Available

from:

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/ wp-

SARAN

content/uploads/downloads/2011/08. Beberapa saran yang dapat diberikan melalui

3.

karya tulis ini antara lain: 1.

Lana

Management

K.

American

pengambilan

Volume 70, No. 12.

sampel

HLA-G

pada 4.

Physician.

2004.

to

Increased

Cascade. Journal of Biotech Research

darah sangat diperlukan mengingat

2012:4:26-43.

saat ini yang dapat digunakan hanya metode ELISA sehingga diharapkan

Leading

Activation of The Blood Coagulation

dapat mengukur kadar HLIT dalam

biaya

Preeclampsia.

Alladin Ambreen A, Harrison Melinda.

Damage

Penelitian terkait metode baru yang

menurunkan

Family

and

Preeclampsia: Systemic Endothelial

spesifisitas yang lebih tinggi.

dapat

Diagnosis

of

Pengembangan metode HLIT dengan

plasenta agar memiliki sensitivitas dan

2.

Wagner,

5.

Ghulmiyyah

L,

Sibai

B.

Mortality

dan

Maternal from

Preeclampsia/Eclampsia. US National

memudahkan proses pemeriksaan.

Library of MedicineNational Institutes 3.

Penelitian terkait intervensi terhadap peranan

HLIT

dalam

patogenesis

of Health. 2012. 6.

EHN

(European

Heart

Network).

Disease

Statistics.

preeklampsia menjadi hal yang sangat

Cardiovascular

esensialHal ini dikarenakan peranan

2012. [cited: March 21, 2013] Available

dari HLIT yang sangat vital dalam

from

http://www.ehnheart.org/cvd-

statistics.html.

57 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


7.

Bouteiller

Philippe

Valerie.

HLA-G

Journals

8.

of

Le and

and

Mallet

Pregnancy.

Reproduction

and

467. 13. Hunt Joan S., Jadhav Lalita, Chu

Fertility.1997: 2:7-13.

Wenjiang, Geraghtyn Daniel E, and

Hunt Joan S., Petroff Margaret G.,

Ober

McIntire Ramsey H., and Ober Carole.

Circulates in Maternal Blood During

HLA-G and Immune Tolerance in

Pregnancy. Am

Pregnancy.

2000;185: 682-688.

The

FASEB

Journal.

2005:10:681-690. 9.

Biology of Reproduction. 2008:79:459-

14. Menier

Carole.

Soluable

HLA-G

J Obstet Gynecl.

Catherine,

Freiss

Nathalie

Apps Richard, Gardner Lucy, Sharkey

Rouas, and Carosella Edgardo D. The

Andrew M, Holmes Nick and Moffett

HLA-G Non Classical MHC Class I

Ashley. A Homodimeric Complex of

Molecule is Expressed in Cancer with

HLA-G on Normal Trophoblast Cells

Poor Prognosis. Implications in Tumor

Modulates

Escape from Immune System and

Antigen-Presenting Cells

Via LILRB1. European Journal of

Clinical

Immunology 2007:37:1924-1937.

Cytogenet

10. Changlin Li, Houser Brandy L., Nicotra Matthew L., and Strominger Jack L..

Applications.

Atlas

Oncol

Genet

Haematol

2008:1:879-886. 15. Hylenius Sine, Andersen Anne-Marie

HLA-G Homodimer-Induced Cytokine

Nybo,

Secretion Through HLA-G Receptors

Thomas

on Human Decidula Macrophages and

Between HLA-G Genotype and Risk of

Natural

Preeclampsia: A Case-Control Study

Killer

Cells.

PNAS

Early

Edition. 2009:1:1-6.

Melbye

Mads,

Vauvert

F.

and

Hviid

Assosiation

Using Family Triads. Molecular Human

11. Laskowska Marzena and Oleszczuk.

Reproduction. 2004:10(4):237-246.

Serum Soluable Human Leukocyte

16. Sulistyowati S. Ekskresi Protein in

Antigen-G in Pregnancies Complicated

MHC Class IB (HLA-G & QA-2) yang

by Severe Preeclampsia. Archives of

Rendah

Terhadap

Profil

Perinatal

VCAM-1

dan

MMP-9

Medicine. 2011:17(3):147-

152.

Preeklampsia.

12. Moreau Philippe, Contu Licinio, Alba

dengan

Orru Sandro, Carcassi Carlo, Roger

2011.

Rabreau

Michele,

and

70 pada

pada Ibu

Hamil dan Hewan Coba Musculus

Francesco, Lai Sara, Simoes Renata,

Michel,

Penelitian

Hsp

Model

Disfungsi

Endotel.

17. Widyani N. Fisiologi Plasenta. Bagian

Carosella Edgardo D. HLA-G Gene

Obstetri

dan

Ginekologi

Fakultas

Polymorphism in Human Plasentas:

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Possible Association of G*0106 Allele

2011.

with Preeclampsia and Miscarriage.

58 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


18. Kliman H. J. From Trophoblast to Human

Placenta.

Yale

University

School of Medicine. 2010. 19. Anonim. ELISA. 2009. [cited: March 20,

2013].

Available

from:

http://www.scribd.com/doc/39010855/ ELISA.htm. 20. Hartanto J. Prosedur ELISA HSP 70. 2012.

[cited:

March

Available

20,

2013]. from:

http://www.scribd.com/doc/prosedurelisa-hsp-70.htm. 21. Cunningham F. Gary, Leveno Kenneth J., Bloom Steven L., Hauth John C., Rouse Dwight J., Spong Catherine Y. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2. Jakarta: EGC. 2009\

59 J I M K I │Vol. II | Ed.1│Juli-Desember 2013


KETOASIDOSIS DIABETIK PADA DIABETES MELITUS TIPE I

Laporan Kasus

1

1

1

Dimas Priantono, Abirianty Priandani Araminta, Antari R. Harmani, Toto 1 2 3 Suryo Efar, Eka Nurfitri, Bambang Tridjadja 1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 , SMF Anak, Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta 3 , Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Korespondensi: dpriantono@yahoo.com

ABSTRAK Pendahuluan: Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat defisiensi insulin berat. Dibandingkan dengan kegawatan lain di bidang ilmu kesehatan anak, KAD pada DM relatif lebih jarang, tetapi dapat berakibat fatal. Ilustrasi Kasus: Seorang anak perempuan, 14 tahun 3 bulan, berat badan 40 kg, datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan utamalemas yang memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan, banyak minum, dan banyak berkemih. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga diabetes disangkal. Pasien tampak sakit berat, tampak sesak, pernapasan Kussmaul, kesadaran apatis, pemeriksaan fisis lain dalam batas normal. 3 Leukosit 24.800/mm ; gula darah sewaktu (GDS) 1.228 mg/dL; pH 7,139; HCO 34,6 mmol/L; Keton urin +2; HbA1C>15,0. Pasien didiagnosis sebagai KAD pada DM tipe 1. Tatalaksana awal dengan cairan NaCl 0,9% 2000 cc dalam 1 jam, O2 nasal kanul 3 liter/menit, reguler insulin (RI) 4 IU/jam intravena (IV), RI 10 IU subkutan (SC), sefotaksim 3x1g. Pasien dirawat dengan tatalaksana lanjutan insulin ® ® detemir (Levemir ) 24 IU malam, insulin aspart (Novorapid ) 7-10-7 IU, sefotaksim 3x1g. Diskusi: Pada kasus ini, keluhan utama pasien tidak spesifik untuk DM tipe 1 sehingga pasien awalnya tidak terdiagnosis. Pasien terdiagnosis setelah jatuh dalam kondisi KAD. Diagnosis KAD pada pasien didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisis, dan terutama pemeriksaan penunjang. Sebagai kesimpulan, penting bagi para dokter agar mampu mendiagnosis dan menatalaksana secara tepat KAD pada DM tipe 1. Kata Kunci: diabetes melitus, ketoasidosis, pediatri ABSTRACT Introduction: Diabetic ketoacidosis (DKA) is a terminal condition in metabolic abnormalities caused by severe insulin deficiency. Compared to other emergencies in pediatrics, this condition is relatively rare but can be lethal. Case: A female child, 14 years 3 months old, body weight 40 kilograms, came to emergency department with increased fatigue since 1 week before admission. Shelost 5 kilograms in the last month. She also drank and urinated more than usual. There was no relevant past or family medical history.The patient was severely ill, dyspnea, Kussmaul respiration, apatic, other physical examination 3 results were normal. White blood cells (WBC) 24,800/mm ; plasma glucose level 1,228 mg/dL; pH 7,139; HCO34,6 mmol/L; urinary ketone +2; HbA1C>15,0. We diagnosed her as DKA in type I DM. Initial treatment wereIV NaCl 0.9% 2000 cc in1 hour, O 2 3 liters/minute by nasal cannulae, regular insulin (RI) 4 IU/hour drip IV, RI 10 IU subcutaneus (SC), cefotaxime 3x1g. At the ward, we gave ® ® insulin detemir (Levemir ) 24 IU at night, insulin aspart (Novorapid ) 7-10-7 IU and cefotaxime 3x1g. Discussion: In this case, the chief complaint is not specific, therefore the diagnosis was delayed.This patient was diagnosed after she was already in DKA state. We diagnosed her based on history taking, physical examination and mainly, laboratory studies. We conclude that it is important for general practitioners to be able to diagnose and treat DKA in type I DM. Keywords: diabetes mellitus, ketoacidosis, pediatric

PENDAHULUAN Ketoasidosis

diabetik

terjadi pada anak dengan atau tanpa diagnosis (KAD)

merupakan

keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat defisiensi insulin berat.

(1,2)

Kondisi ini dapat

diabetes melitus (DM) sebelumnya, baik DM tipe 1 maupun tipe 2.

(1,2,3)

Pada anak dengan

DM tipe 1, risiko terjadinya KAD adalah 1-10%

60

J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


per pasien per tahun.

(4)

Di Negara maju

dilakukan tes Widal namun hasil positif dan

sekalipun, 15-70% anak dengan DM datang

pasien dipulangkan. Delapan belas

pertama

dan

SMRS pasien merasa sangat tidak enak badan

didiagnosis sebagai DM setelah jatuh dalam

sehingga dibawa oleh orang tuanya ke RS

kondisi KAD.Diagnosis KAD pada anak lebih

Prikasih. Di RS Prikasih pasien diperiksa

sulit dibandingkan pada orang dewasa, karena

glukosa darah dan hasilnya sangat tinggi.

sulitnya menggali keluhan dari anamnesis

Karena keterbatasan fasilitas pasien kemudian

kali

ke

fasilitas

kesehatan

pada anak dengan usia muda.

(5)

dirujuk ke RS Fatmawati.2

Anak dan remaja yang mengalami KAD harus

Pasien

ditatalaksana secara menyeluruh di pusat

sebelumnya. Riwayat keluhan yang sama

kesehatan yang memiliki protokol manajemen

sebelumnya (-), dinyatakan diabetes (-), asma

KAD dan memiliki pengalaman menangani

(-), alergi (-). Riwayat sakit tenggorokan

kasus-kasus serupa.

(6)

Oleh karena itu, melalui

tidak

dengan

demam

pernah

dirawat

tinggi

di

RS

disangkal.Riwayat

laporan kasus ini penulis ingin memberikan

penyakit keluarga, yaitu diabetes melitus (-),

salah satu contoh kasus KAD pada anak,

hipertensi (+) kakek pasien, penyakit tiroid (-),

penatalaksanaan yang dilakukan, serta telaah

riwayat sakit jantung (-), sakit paru (-), asma (-

terhadap penatalaksanaan tersebut.

), alergi obat/makanan (-). Riwayat Kelahiran dan Tumbuh Kembang

ILUSTRASI KASUS

atau obat-obatan disangkal. Keluhan selama

An. PS, perempuan, 14 tahun 3 bulan, datang

kehamilan

dengan

semakin

spontan, cukup bulan, dibantu oleh bidan.

memberat sejak satu minggu sebelum masuk

Berat badan lahir 2000 gram, panjang lahir 48

rumah sakit(SMRS).

cm, langsung menangis. Riwayat biru atau

keluhan

emas

yang

Tidak ada kelemahan

juga

disangkal.

Pasien

lahir

sesisi atau anggota gerak, dan masih dapat

kuning saat lahir disangkal.

beraktivitas ringan. Makan pasien sebelumnya

Saat ini pasien duduk di kelas III SMP.

teratur, suka mengemil, tetapi sejak satu

Prestasi belajar cukup baik, tidak pernah ada

minggu terakhir tidak nafsu makan karena

riwayat tinggal kelas. Status pubertas A2M3P2.

mulutnya terasa pahit. Pasien mengeluh nyeri

Payudara mulai tumbuh umur 10 tahun,

perut di ulu hati, mual, muntah berisi cairan

menarche pertama kali dan pertumbuhan

bening sebanyak dua kali. Pasien mengalami

rambut pubis pertama dimulai saat usia 11

penurunan berat badan sebanyak 5 kg dalam

tahun.

satu bulan. Pasien mengeluh banyak minum, banyak BAK dan terbangun untuk BAK di

Riwayat Nutrisi, Imunisasi, dan Sosial

malam

asien sehari-hari makan 3x sehari terdiri dari

hari.

BAB

normal,

tidak

diare.

Penglihatan kabur dan kesemutan disangkal. Tiga

disertai cemilan ringan, berupa biskuit dan

demam namun tidak terlalu tinggi. Keluhan

kue-kue kecil. Sebelum masuk rumah sakit,

batuk, sesak nafas, nyeri menelan disangkal.

napsu makan pasien menurun dan makan

Pasien merasa semakin lemas dan tidak nafsu

hanya sedikit. .

Pasien

SMRS

sempat

pasien

menu keluarga

sempat

makan.

hari

nasi dan lauk pauk sesuai

dibawa

ke

RS,

61 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


Pemeriksaan Fisis Keadaan umum

: tampak sakit berat

Kesadaran

: GCS E3M5V4=12

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Frekuensi nadi

: 100x/menit, reguler, isi cukup, ekual di keempat ekstremitas

Frekuensi nafas

: 30x/menit, reguler, dalam, tipe torako abdominal,irama Kussmaul

Suhu

: 36,7ºC aksila

Berat badan

: 40 kg

Tinggi badan

: 156 cm

Mata

: pupil bulat, isokor, RCL (+/+), RTCL (+/+) konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

THT

: tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), sekret dari telinga (-), nyeri tekan sinus (-), septum deviasi (-)

Mulut

: oral hygiene baik, mukosa basah

Leher

: kaku kuduk (-), tiroid dan KGB tidak teraba pembesaran

Paru

: vesikular +/+, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

: bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: datar, lemas, distensi (-), venektasi (-), supel, hati dan limpa tidak teraba, nyeri

tekan (-), turgorbaik, massa (-), timpani, bising usus (+) normal 6x/menit Ekstremitas

: akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), parut BCG (+)

Status gizi

: Berat badan = 40 kg

Tinggi badan = 156 cm

Kesan klinis gizi cukup 2

IMT = 16,43 kg/m =persentil 10 normal BB/U = persentil 10  normal TB/U = persentil 25  normal BB/TB

=

40/45

x

100%

=

88,89%

gizi

kurang

Gambar 1. Pemantauan gula darah

62

J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


Pemeriksaan Laboratorium Tabel 1.Hasil pemeriksaan laboratorium

Hematologi Hb Ht Eritrosit Leukosit Trombosit LED MCV MCH MCHC Kimia Klinik SGOT SGPT Ureum Kreatinin GDS Na K Cl Keton Gas Darah pH PCO2 PO2 HCO3 SaO2 BE TCO2 Urinalisa Urobilinogen Protein BJ Bilirubin Keton Nitrit pH Leukosit Hb Glukosa Warna Kejernihan Epitel Leukosit Eritrosit Silinder Kristal Bakteri

15 Jan (01.30) 12,2 37 4,35 24.800 276.000

15 Jan (05.00)

15 Jan (14.00)

15 Jan (19.00)

16 Jan

16 Jan (20.00)

94,4 27,9 29,6 16 14 150 3,3 1.228 141 5,4 90 4,40

1.414

7,139 14 37,6 4,6 57,4 -21,9 5,1

711 159 4,61 112

829 165 5,48 109

7,106 6,3 190,3 1,9 98,9 -24,8 2,1

7,419 24,5 115,4 15,5 98,4 -6,9 16,3

7,509 18,7 186,6 14,6 99,4 -5,61 15,1

0,2 Trace < 1,005 Negatif 2+ Negatif 5,0 Negatif 3+ 3+ Kuning Jernih 1+ 3-4 >50 Negatif

0,2 1+ < 1,005 Negatif 2+ Negatif 5,5 Trace 3+ 3+ Kuning Sl 1+ Cloudy 3-5 50 Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

160 2,35 125 7,463 19,6 178,3 13,7 99,3 -7,3 14,3

7,538 24,7 140,8 20,6 99,1 -0,2 21,3

17 Jan (07.30) 11,4 32 3,97 20.600 166.000 43 80,4 28,6 35,6

154 3,82 110

Satuan g/dL % Juta/µL /µL /µL mm fl pg g/dL U/L U/L mg/dL mg/dL mg/dL mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L mmHg mmHg mmol/L % mmol/L mmol/L

0/1/84/12/2, retikulosit 6,3, eroimunologiASTO khusus (

(+), dan CRP 29. Dari hasil morfologi darah

Januari 2012), yaitu <0,10(normal0,9-7,1) dan

tepi tersebut didapatkan kesan leukositosis.

>15,0(normal 4,5 – 6,3). Pemeriksaan tanggal

Pemeriksaan foto polos toraks PA didapatkan

17 Januari 2012: eukosit20.600, hitung jenis

kesan paru dan jantung dalam batas normal.

Hasil pemeriksaan laboratorium

63

J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


2

Diagnosis, Tata Laksana, dan Prognosis

ketonemia

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan di atas,

didapatkan gejala diabetes melitus: polidipsia,

pasien

ketoasidosis

poliuria, polifagia, nokturia, enuresis, dan anak

diabetik pada diabetes melitus tipe 1. Tata

lemah (malaise); riwayat penurunan berat

laksana yang diberikan antara lainloading NaCl

badan dalam beberapa waktu terakhir yang

0,9% 800 cc dalam 1 jam, dilanjutkan rumatan

tidak dapat dijelaskan sebabnya. Selain itu,

3800 cc /48 jam. Selain itu, juga diberikan

juga dapat ditemukan nyeri perut, mual,

O2nasal kanul 3 lpm, reguler insulin 4 IU/jam

muntah tanpa diare, jamur mulut atau jamur

drip IV, RI 10 IU SC untuk koreksi tambahan,

pada alat kelamin, dan keputihan, dehidrasi,

dan sefotaksim 3x1g. Progonis pasien yaitu d

hiperpnea, napas berbau aseton, syok dengan

vitambonam, d fungsionambonam, dan ad

atau

sanasionamdubia ad bonam.

ditemukan dehidrasi berat namun masih terjadi

didiagnosis

sebagai

tanpa

poliuria. DISKUSI

dan

(2,5,6)

ketonuria. Dari

koma.Dicurigai

anamnesis

KAD

apabila

Pada pemeriksaan fisis pasien

dengan KAD, dapat ditemui gejala asidosis,

Ketoasidosis

diabetik

(KAD)

dehidrasi dengan atau tanpa syok; pernapasan

pada kelainan

Kussmaul (pada kasus yang berat dapatterjadi

metabolik akibat defisiensi insulin berat. KAD

depresi napas); mual, muntah, dan sakit perut

juga dapat terjadi akibat gangguan efektivitas

seperti akut abdomen; penurunan kesadaran

kerja insulin, misalnya pada keadaan stres,

hingga koma; demam; napas berbau aseton;

ketika

sertapeningkatan produksi urin.

merupakan keadaan akhir

terjadi

sekresi

hormon

counter-

(2,5,6)

regulatory yang menghambat kerja insulin.

ada kasus pasien ini, diagnosis diabetes

Kejadian

dengan

melitus tipe 1 dengan riwayat KAD ditegakkan

Selain

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

KAD

pada

anak

diabetesawitan baru sekitar 20-40%.

itu, terjadi pada anak yang tidak menggunakan

dan pemeriksaan penunjang.

insulin sesuai dosis(kekurangan) dan pada

seorang anak perempuan usia 14 tahun yang

anak dengan penyakit yang tidak teratasi.

dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas

KAD

menjadiringan,

yang semakin memberat sejak satu minggu

sedang, berat. Pada KAD, terjadi ketonuria

SMRS. Gejala yang dialami pasien sesuai

berat, peningkatan anion gap, penurunan

dengan

bikarbonat serum(atau TCO2) dan pH, serta

memiliki riwayat klinis DM, tetapi dari data

peningkatan

epidemiologi KAD terjadipada 20-40% kasus

dapat

diklasifikasikan

osmolaritas

serum,

menandakan dehidrasi hipertonik.

yang

(1-6)

gejala

klinis

KAD.

Pasien adalah

Pasien

tidak

DM awitan baru. Pasien juga mengeluhkan

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

polidipsia, puliuria, nokturia, malaise, dan

2010,

apabila

penurunan berat badan, yang merupakan

terdapat hiperglikemia, bila kadar gula darah

gejala khas DM. Pasien ini juga mengeluhkan

>11mmol/L (sekitar 200mg/dL); pH darah vena

nyeri perut, mual, dan muntah tanpa diare,

<7,3, atau bikarbonat <15 mmol/L; serta

yang menyokong diagnosis DM.

diagnosis

KAD

ditegakkan

(1-6)

64 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


Pada pemeriksaan fisis, didapat tandatanda dehidrasi disertai Kussmaul,

yang

khas

pola pernapasan untuk

KAD.

Dari

Selain itu, aspek lain yang belum dilakukan pada

pasien

keberhasilan

ini

adalah

terapi

pemantauan

dari

segi

ketosis.

pemeriksaan penunjang didapatkan gula darah

Seharusnya, pasien diperiksa apakah masih

“high�,

terdapat keton pada urinnya. Diharapkan

dengan pemeriksaan darah vena didapatkan

sudah tidak ditemukan keton pada urin. Di

GDS 1.228 mg/dL; pH 7,139; bikarbonat 4,6

samping itu, juga terdapat tanda-tanda bahaya

mmol/L; keton darah 4,4 mmol/L; dan keton

yang perlu diperhatikan, antara lain dehidrasi

urin 2+. Dari hasil anamnesis,pemeriksaan

berat dan renjatan, asidosis berat dan serum K

fisis,

kami

yang rendah, hipernatremia, hiponatremia,

ketoasidosis

sertapenurunan kesadaran saat pemberian

sewaktu

berdasarkan

dan

glukometer

penunjang,

menegakkandiagnosis diabetik.

(2,5,6)

terapi

yang menunjukkan adanya

atalaksana ketoasidosis diabetik pada pasien

serebri.

(2)

edema

diberikan sesuai protokol IDAI. Tatalaksana

KAD, diagnosis, tatalaksana, dan pemantauan

untuk pasien terdiri dari terapi cairan, insulin,

harus dilakukan secara komprehensif dan

dan elektrolit. Kebutuhan cairan untuk pasien

sesuai protokol, agar dapat dicapai kualitas

pada kasus ini, sesuai dengan protokol IDAI,

hidup pasien yang lebih baik.

Oleh karena itu, dalam mengelola

yaitu 20 cc/kgBB untuk satu jam pertama, dilanjutkan dengan rumatan. Insulin diberikan

SIMPULAN

juga masih dalam batas sesuai protokol, yaitu

Berdasarkan

2-4 U/jam. Setelah melakukan penghitungan

disimpulkan bahwa kunci dari manajemen KAD

kadar natrium terkoreksi, ternyata pasien tidak

adalah

memerlukan koreksi. Pada kasus ini, tidak

pemantauan

diberikan koreksi kalium karena diharapkan

dilakukan

asupan oral pasien dapat mencukupi. Hal ini

mencakup

tidak sesuai dengan protokol, dan ternyata

gangguan

pasien

penanganan infeksi. Kasus di atas dapat

selama

hipokalemia

perawatan

sehingga

mengalami

diagnosis, yang

atas,

dapat

tatalaksana, baik.

secaratepat. terapi

di

Diagnosis

harus

Tatalaksana

harus

cairan,

elektrolit,

dan

insulin,

koreksi

pemantauan,

dan

secara

menjadi pelajaran dalam mengelola KAD,

parenteral. Dengan tatalaksana di atas, pasien

misalnya bahwa koreksi kaliumharus diberikan

mengalami

klinis.

sejak awal resusitasi agar tidak menimbulkan

awal

hipokalemia di kemudian hari. Pemantauan

resusitasi, dengan dosis 5 mEq/kgBB/hari,

yang baik juga dapat membantu mengenali

dengan konsentrasi 20-40 mEq/L, kecepatan

gangguan elektrolit ini secara lebih dini.

perbaikan

dikoreksi

pembahasan

secara

Seharusnya, diberikan kalium

sejak

2

≤0,5 mEq/kg/jam. Pengontrolan gula darah yang optimal dilakukan secara titrasi insulin,

DAFTAR PUSTAKA

hingga dicapai kadar yang sesuai untuk

1.

pasien, tanpa mengakibatkan hiperglikemia.

diabetes

Alemzadeh R, Wyatt DT. Type 1 mellitus.

Dalam:

Behrman

RE,

65 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


Kliegman RM, Jenson. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia:Saunders Elsevier. 2003. h.1948-67. 2.

Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan

AB, Aditiawati, Soenggoro EP, Faizi M, et al. Ketoasidosis diabetik.

Dalam:Pudjiadi AH,

Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.

Jakarta: Ikatan Dokter

Anak Indonesia. 2010.h.165-9. 3.

Alemzadeh R, Wyatt DT. Diabetes

mellitus-introduction and classification. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson. Nelson textbook

of

pediatrics.

Edisi

ke-19.

Philadelphia:Saunders Elsevier. 2011. h.19478. 4.

Norris AW, Wolfsdorf JI. Diabetes

mellitus. Dalam: Brook CGD, Clayton PE, Brown

RS.

endocrinology.

Brook’s Edisi

clinical

ke-6.

West

pediatric Sussex:

Blackwell Publishing Limited. 2009. h.458-99. 5.

Wolfsdorf J, Glaser NG, Sperling MA.

Diabetic ketoacidosis in infants, children, and adolescents-a consensus statement from the american diabetes association. Diabetes Care 2006 May;29(5):1150-6. 6.

Wolfsdorf

J,

Craig

ME,

Daneman

D,

DungerDm Edge J, Lee W, et al. ISPAD clinical practice consensus guidelines 2009 compendium-diabetic ketoacidosis in children and

adolescents

with

diabetes.

Pediatric

Diabetes 2009; 10(Suppl. 12):118-33.

66 65

J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


65 J I M K I │Vol. II Ed.1│Juli-Desember 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.