Mayantara dan Partisipasi Publik

Page 1

Butuh Jasa Pengamanan? Hubungi: (0274) 583831

Rp 1.500

TERBIT BERKALA - EDISI 008/2018 14 BAKDA MULUD 1951 DAL - SELASA PAHING, 2 JANUARI 2018

2018, Tahun Politik yang Mencemaskan KORANBERNAS – Memasuki tahun 2018, suhu politik nasional dipastikan akan memanas. Di “Tahun Politik” inilah seluruh kekuatan politik bakal mengerahkan segala dayaupayanya untuk meraih kekuasaan. Tahun 2018 bakal diramaikan dengan Pilkada Serentak di 171 daerah. Belum lagi disibukkan dengan persiapan para politisi maupun partai politik menuju Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2019. Pertarungan politik inilah yang dipastikan akan memanaskan suhu politik nasional di tahun 2018 ini. Jamaknya pertarungan politik, tentu ada yang menempuh cara normatif maupun cara-cara tak terpuji. Praktik bagi-bagi uang atau yang lebih dikenal dengan istilah money politics bukanlah hal yang mustahil dilakukan, baik pada Pilkada Serentak maupun pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Bahkan, strategi politik identitas yang mengumbar isu-isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) diperkirakan bakal marak pada Pilkada Serentak. Strategi ini tak lepas dari “keberhasilan” Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu. Makin meguatnya politik identitas dan populisme sepanjang tahun 2018 ini juga tak lepas dari reaksi atas ketidakpuasan publik atas proses demokrasi yang dianggap mendorong ketim­ pangan ekonomi maupun politik. Kesenjangan muncul karena sumber daya ekonomi dan politik dikuasai oleh korporasi atau sekelompok elite, dengan melakukan pendekatan kepada pusat pengambil keputusan yang terkait dengan kebijakan publik. Ini menyebabkan kebijakan publik terkesan mementingkan pihak pemodal maupun elite dan merugikan kepentingan rakyat kebanyakan. “Hal ini memicu lahirnya kelompok-kelompok masyarakat yang kecewa dengan pemerintah dan beralih pada tokoh-tokoh populis. Fenomena populisme ini terjadi di banyak negara di dunia,” ungkap Dosen Fisipol Universitas Muhammadiah Yogyakarta (UMY), Ratih Herningtyas kepada Koran Bernas, di kampus setempat. Menurut Ratih, di Amerika Serikat misalnya, terpilihnya Donald Trump yang dalam janji kampanyenya selalu mendengungkan America first merupakan representasi gejala populisme. America First merupakan ekspresi pembelaan Trump terhadap “orang Amerika”, khususnya kulit putih, yang dikesankan dianak-tirikan oleh kebijakan pemerintahan

sebelumnya. Meskipun Trump berkampanye dengan penekanan tentang anti imigran dan dan per­n yataan-pernyataannya cenderung diskriminatif, ternyata mengantarkannya memenangkan Pemilu 2016. Mengutip pernyataan Fareed Zakaria, ada ciri kecurigaan dan permusuhan terhadap elite dan lembaga politik arus utama dan populisme melihat dirinya berbicara untuk orang biasa yang dilupakan. Gejala populisme juga tampak dalam kebijakan Brexit atau British Exit pemerintah Inggris yang menyebabkan Inggris keluar dari Uni Eropa. Juga, kemenangan Presiden Rodrigo Duterte di Filipina. Masyarakat merasa tidak puas dengan elite pemerintah Filipina dan mulai memercayai tokoh-tokoh yang cenderung konservatif. Sementara di Indonesia fenomena populisme maupun politik identitas sengaja dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok politik maupun ke­lompok agama yang ingin berkuasa. Apalagi tahun 2018 akan menjadi tahun politik dengan gelaran Pilkada 2018 yang akan dilangsungkan di 171 daerah, 17 di antaranya ke hal 11

Ketika Klithih Mencoreng Wajah Jogja Tahun Politik, Investor Bakal Wait and See KORANBERNAS–Fenomena klithihtelahmenjadicatatanminor penegakan hukum di wilayah Polda DIY sepanjang tahun 2017. Banyaknya kasus perkelaian antarpelajar, tawuran antar-geng hingga fenomenapenganiayaandijalanan yang kesemuanya disebut klithih, seperti mencoreng wajah Jogja yang lekat dengan sebutan Kota Pelajar dan Kota Budaya. “Munculnya istilah klithih sedikit banyak mempengaruhi nama Yogyakarta. Coba kalau kita buka google dan ketik klithih, yang keluar Jogja semua,” kata Kapolda DIY, Brihjen Polisi Ahmad Dhofiri, kepada Koran Bernas. Padahal faktanya, kasus yang sering disebut klithih itu tidak hanya tentang kenakalan remaja saja. Beberapa kasus diantaranya merupakan kasus kekerasan, penganiayaan atau tawuran yang tidakmelibatkanpelajar,tetapijuga orang dewasa. “Kalau semuanya itu (kasus kekerasan dan penganiayaan) disebut klithih ya nggak adil. Saya beberapa waktu lalu sering ditanya, bahkan oleh orangtua yang menyekolahkan anaknya di Jogja. Sebenarnya Jogja itu aman nggak sih?,” tutur Ahmad Dhofiri. Susahnya lagi, lanjut Kapolda, Yogyakarta sudah telanjur dikenal dengan banyak atribut seperti Kota Pelajar, Kota

Pendidikan, Kota Budaya dan juga salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia. “Katanya Kota Pelajar, kok gitu? Terus apa bedanya dengan kota lainnya?,” sebut Kapolda menirukan pesan singkat yang masuk ke nomor ponselnya. Menariknya lagi, Kapolda kelahiran Indramayu Jawa Barat itu pernah bertanya dengan koleganya di Makassar. Saat itu, Ahmad Dhofiri bertanya apakah perbedaan tawuran di Jogja dan di Makassar. “Teman saya jawab, ‘Beda Pak. Kalau di Makassar, orang berantem, pelajar atau mahasiswa tawuran setiap hari, itu biasa. Tapi kalau di Jogja, itu jadi berita heboh’,” ujar Kapolda sambil tertawa. Meski wilayahnya tak luas, DIY seperti menjadi salah satu referensi nasional dalam segala hal. Atensi publik terhadap Yogyakarta seakan-akan begitu besar sehingga hampir selalu menjadi pemberitaan nasional. “Oleh sebab itu, saya kumpulkan seluruh kepala sekolah beberapa bulan lalu. Kami ingin pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan klithih ini,” kata Kapolda. Untuk mengikis hal minor tentang klithih, Kapolda meminta agar masyarakat tidak menggunakan kata itu. “Ya kalau saya bilang perkelahian, atau ke hal 11

KORANBERNAS – Politik dan ekonomi adalah dua hal yang saling bertalian. Kabar buruknya adalah, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah mulai membaik belakangan ini, diperkira­­kan bakal menurun di tahun 2018 ini. Sebab, banyak investor dan pelaku ekonomi akan memilih wait and see karena kekhawatiran naiknya tensi politik di Tahun Politik ini. “Tahun 2018 kan (disebut sebagai) Tahun Politik. Seperti biasa, pelaku ekonomi kadang nggak berani bertindak cepat. Mereka akan cenderung wait and see, bagaimana (situasi) keamanan, kebijakan seperti apa, dan lain sebagainya. Walaupun di Indonesia pelaku ekonomi juga

Navigasi

muka” di Tahun Politik ini. Caranya, dengan membuat kebijakan yang menimbulkan simpati. Akibat polisitifnya adalah akan terjadi stimulus fiskal, belanja pemerintah akan meningkat dan akan mendorong ekonomi. Edy mengakui, peningkatan belanja tersebut memang akan berisiko pada beratnya beban anggaran yang mungkin akan diikuti dengan kenaikan pinjaman. Tapi dari sisi pertumbuhan ekonomi, hal itu akan membawa dampak positif. Juga akan ada kegiatan kegiatan kampanye yang tentu akan mendorong belanja dan meningkatkan pertumbuhan ekonimi melalui peningkatan konsumsi.

ke hal 11

Hari Jadi “Terakhir” Kabupaten Kebumen KORANBERNAS – Hari jadi KabupatenKebumenyangke-82yang jatuh pada tanggal 1 Januari 2018 ini terasa sangat istimewa. Sebab, boleh jadi ini adalah peringatan ulang tahun “terakhir” bagi Kabupaten Kebumen. Mengapa? Selama ini, peringatan hari jadi Kabupaten Kebumen didasarkan pada Peraturan Daerag Nomor 1 tahun 1990 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kebumen. Menurut Perda tersebut menyebutkan bahwa nama wilayah yang disebut Kebumen mulai eksis pada 1 Januari 1936. Karena itu, peringatan hari jadi Kabupaten Kebumen selalu diperingati setiap tanggal 1 Januari. Namun, kini muncul wacana baru yang mempersoalkan eksistensi nama wilayah Kebumen. Hari jadi Kabupaten Kebumen yang selalu

Akses danais Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY membawa berkah bagi DIY berupa Dana HAL Keistimewaan (Danais).

2

makin dewasa, tapi tetap saja situasi politik dapat mempengaruhi kinerja perekonomian,” kata Prof Dr Edy Suandy Hamid, kepada Koran Bernas, beberapa waktu lalu. Rektor Universitas Widya Mataraman (UWM) Yogyakarta itu berharap kekuatan-kekuatan politik di Indonesia perlu menyadari situasi ekonomi yang tidak begitu baik walau juga tidak jelek ini. “Jangan sampai untuk kepentingan politik, masing masing membuat gerakan-gerakan, statement yang membuat orang ragu dengan ekonomi Indonesia. Bermain secara fair sajalah,” ujarnya. Di sisi lain, Edy Suandy Hamid juga melihat ada kemungkinan pemerintah justru ingin “cari

NANANG W HARTONO/KORANBERNAS

Tugu wallet di pusat perekonomian Kota Kebumen, Kabupaten Kebumen, j adi ikon Kebumen. Nampak t ugu yang baru direhab senilai Rp 600 juta.

diperingati setiap tanggal 1 Januari dianggap tidak berdasar data yang

Surga Herbal DI ERA modern seperti sekarang ini, berbagai jenis penyakit me­nyerang manusia, termasuk penyakit degeneratif HAL atau penyakit yang muncul akibat kemunduran fungsi sel tubuh.

6

valid. Karena itu, ada desakan untuk meninjau kembali Peraturan

Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 tahun 1990 tentang Hari Jadi Kabupaten Kembumen tersebut. Pemkab dan DPRD Kebumen juga telah menyepakati untuk meninjau ulang Perda tersebut. Bahkan, Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Hari Jadi Kabupaten Kebumen telah disepakati akan disampaikan ekskutif pada masa sidang pertama masa sidang tahun 2018. Dengan demikian, pembahasan Raperda itu akan dilakukan selambat-lambatnya pada akhir triwulan pertama 2018. Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kabupaten Kebumen, Muhsinun, SH, setelah rapat paripurna pengambilan keputusan Program Pembentukan ke Peraturan hal 11

Alami Surplus Tahun 2017, Kabupaten Temang­ gung mengalami surplus beras.

HAL

9


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.