Menyulam Asa Palestina

Page 1

Menyulam Asa Palestina Posted January 23, 2017 in Opini Oleh : Boy Anugerah 23 Desember 2016 tampaknya akan dikenang sebagai hari kelabu bagi Israel. Sebaliknya bagi Palestina, tanggal tersebut akan menjadi momentum untuk merajut kembali asa mereka sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Pada tanggal tersebut, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) akhirnya mengeluarkan Resolusi 2334 perihal desakan untuk mengakhiri pemukiman Israel yang dibangun di atas tanah Palestina. Resolusi tersebut menyebut bahwa pembangunan pemukiman Israel merupakan sebuah pelanggaran terhadap hukum internasional dan menghambat terciptanya perdamaian dunia. Resolusi 2334 DK PBB ini merupakan resolusi yang pertama disahkan menyangkut relasi Israel dan Palestina sejak 2009, juga merupakan resolusi yang pertama disahkan untuk mengatasi isu pemukiman Israel dengan kekhususan sejak Resolusi 465 tahun 1980. Resolusi ini disetujui oleh 14 negara (4 negara anggota tetap, 10 negara anggota tidak tetap), serta 1 negara abstain, yakni Amerika Serikat (AS). Kendati memberikan pukulan telak kepada Israel, resolusi ini tidak memberikan sanksi apapun. Ada hal-hal yang menarik untuk dicermati pasca dikeluarkannya resolusi ini. Pertama, resistensi dan sikap kepala batu Israel. Untuk menunjukkan kemurkaannya, Perdana Menteri (PM) Israel, Bejamin Netanyahu, memanggil duta besar negaranegara yang mengusulkan resolusi tersebut. Salah satunya Senegal dengan mengancam akan mencabut bantuan proyek agroindustri yang saat ini sedang dijalin kedua negara. Kedua, pilihan abstain atau tidak menyatakan pendapat oleh AS terkait resolusi menjadikan hubungan Israel dan AS panas dingin. Sikap AS ini cukup mengejutkan karena selama ini lobi-lobi Israel sangat handal dalam menjadikan AS sebagai tameng mereka di DK PBB.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Menyulam Asa Palestina by Boy Anugerah - Literasi Unggul Foundation - Issuu