Bulletin Setara Edisi Nopember-Desember

Page 1

SERI BUDI DAYA: MENGENAL JENIS-JENIS PENYAKIT PADA TANAMAN KAKAO

Baca

buletin buletin

hal

6

INOVASI PETANI:

Edisi Edisi

MENYAMBUNG HARAPAN III Desember 2012 DENGAN SAMBUNG SAMPING Grafting) III Desember (Side 2012 Baca

Edisi : November-Desember 2013

hal

7

Laporan Utama

S

ejarah tentang asal-usul masyarakat Toro, memiliki kedudukan yang penting dalam suatu komunitas tradisional. Sejarah berperan sangat sentral bagi proses identifikasi kelompok dan menumpubuhkan kesadaran akan kesatuan dan sekaligus perbedaan dikalangan masyarakat Toro. Meskipun sejarah mengisahkan kejadian-kejadian yang mungkin tidak nyata dan rasional, tetapi sejarah bukanlah cerita kosong. Sejarah yang mungkin tidak nyata dan rasional, biasanya merupakan resultan dari sejarah nyata. Realitas sosial dan lingkungan fisik suatu kelompok

Melacak Jejak Sejarah Desa Toro Oleh : Naftali B. Porentjo

sesungguhnya adalah unsur utama bagi proses pembentukan “angan-angan sosial” yang kemudian membentuk identitas dan pemaknaan atas sejarah kelompok masyarakat yang bersangkutan. Dalam bahasa Kulawi Moma “Toro” berarti “sisa”. Pengertian ini berkaitan dengan tiga sejarah tentang asal usul komunitas masyarakat Toro. Yang pertama, sejarah menyebut

Momeala Pale.... (Gotong Royong) Mendayagunakan Nilai Lokal Menuju Kemandirian

bahwa, wilayah komunitas Toro yang sekarang, adalah sebagai sisa atau bekas peninggalan etnis Uma. Yang kedua sejarah mengisahkan tentang nenek moyang penduduk Toro yang sekarang adalah para pelarian atau pengungsi dari kampung tua masyarakat Toro, yaitu Malino, yang ? Bersambung ke halaman...

Oleh : Syaiful Taslim Fasilitator Desa/Inkapa

D

i wilayah pedesaan Sulawesi Tengah, istilah mapalus begitu jamak didengar. Istilah ini merujuk pada bentuk kerjasama masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Mapalus merupakan sistim prosedur, metode atau teknik kerja sama untuk kepentingan bersama oleh masing-masing anggota secara bergiliran. Mapalus muncul atas dasar kesadaran akan adanya kebersamaan. Sesungguhnya sistim kerjasama ? Bersambung ke halaman...

Diterbitkan atas Kerjasama

4

9


buletin

2

Salam Redaksi

Edisi : November-Desember 2013

Daftar Isi LAPORAN UTAMA :

Melacak Jejak Sejarah Desa Toro

Dalam bahasa Kulawi Moma “Toro” berarti “sisa”. Pengertian ini berkaitan dengan tiga sejarah tentang asal usul komunitas masyarakat Toro hal

1 CATATAN LAPANG: hal

1

Momeala Pale.... (Gotong Royong) Mendayagunakan Nilai Lokal Menuju Kemandirian

SERI BUDI DAYA: MENGENAL JENIS-JENIS PENYAKIT PADA TANAMAN KAKAO

INOVASI PETANI:

MENYAMBUNG HARAPAN DENGAN SAMBUNG SAMPING (Side Grafting) KRONIK KAMPUNG hal Gotong Royong 6-7

Profile :

P

uji syukur yang tak terhingga, kita panjatkan kepada Allah,Tuhan yang Maha Esa, atas karunia-Nya terhadap kita semua, sehingga Buletin Setara untuk Edisi November- Desember 2013 dapat hadir kembali di hadapan Pembaca. Pembaca yang budiman pada Edisi Setara kali ini, kami mengangkat Topik dalam Laporan Utama “Melacak Jejak sejarah Desa Toro”. Mengapa ? karena kita tahu bahwa Sejarah berperan sangat sentral bagi proses identifikasi kelompok dan menumpubuhkan kesadaran akan kesatuan dan sekaligus perbedaan dikalangan masyarakat Toro sendiri. Sementara pada rubrik Catat an

Hj.Mutmainnah, PenggerakPerempuanTanidi SausuPeore

Mutmainah bersama ibu-ibu melakukan kegiatan rutin pengajian setiap hari jumat sore dan sebagai guru mengaji pada malam harinya. Segala bentuk keterlibatan ibu Hj Mutmainah dalam berorganisasi, mendapat dukungan penuh dari sang suami. hal

12

Lapa ng dan Kronik Kampun g, Kami menga

ngkat kearifan Lokal yang masih sangat kuat tradisi Gotong Royong atau dalam bahasa Kulawi biasa di sebut Momeala Pale. Untuk pemberdayaan petani, jika pada edisi sebelumnya Seri Budidaya menyuguhkan jenis-jenis hama tanaman, untuk edisi kali ini menyajikan jenis-jenis penyakit pada tanaman kakao. Sementara untuk Inovasi petani menampilkan teknik sambung samping pada tanaman, agar ada berkesinambungan hidup bagi petani dalam memenuhi kebutuhan dapur. Disisi lain Catatan Lapang memotret aktifitas program program pemberdayaan yang memfokuskan pada program industrialisasi pedesaan masih sangat jarang dan masih langka khususnya di wilayah Sulawesi Tengah bersama pemuda desa. Pada akhirnya kami tim redaksi berharap bacaan ini dapat menambah khasanah pengetahuan sidang pembaca sekalian, dan Semoga Buletin Setara i n i , d a p a t memb e r i k an inspirasi bagi Pembaca. Amin..

Redaksi

Diterbitkan oleh : Program Inkapa Sajogjo Institute kerjasama USAID Penanggung Jawab : Noer Fauzi Rachman I Dewan Redaksi : Devi Anggraeni, Aristan, Rahmat Saleh I Redaksi Pelaksana : Syaiful Taslim I Staf Redaksi : Aristan, Rahmat Saleh, Satriyanto Sugeng Bahagyo, Naftali B. Porentjo, Hasna, Siti Zulaikhah, Suaib Hasan, Suhardin, Bardin, Iwan Hamid, Suhardin Salasah, Linda Biki, Devi, Sulaeman I Layout dan Editor : Rudi Asiko l Kontributor Sausu : Eka Winarti Ningsih, Ni Nyoman Sukasih, Reni Simangunsong, I Made Rianta, Yuyun Kurniasih I Kontributor Kulawi : Sunarti, Martina Todoni, Maryam, Hariani, Ester Melati I Alamat Redaksi : Jalan I Gusti Ngurah Rai Lrg. Prajurit No. 14 Palu Sulawesi Tengah 94131 email : cokelatrakyat@gmail.com


Laporan Utama

buletin Edisi : November-Desember 2013

sebagian lagi memilih exodus ke lindu, dengan masuknya etnis uma ini ke desa toro kala ityu semakin bertambah, sehingga pada era ordebaru, ngata Toro, telah dihuni 3 etnis, yakni etnis moma, etnis rampi, dan etnis uma. Dan 3 etnis tersebut, menjadi penduduk asli di ngata toro, seperti etnis rampi, yang sampai saat ini telah beranak cucu, di ngata alami perkembangan yang pesat dan etnis tersebut terkonsentrasi di dusun VI Nentebaru. mengungsi karena kalah dalam peperangan melawan makhluk bunian, dalam peperangan iyu, tersisa 7 KK yang selamat, dari ke 7 KK inilah yang kemudian membuka hutan dan perkampungan Toro sekarang ini, dan yang ketiga menjelaskan air bah yang kemudian ditata dan dibangun kembali oleh salah seorang Bangsawan kulawi yang gemar berburu bernama Balu. Bangsawan Kulawi inilah yang membangun wilayah Toro bersamasama dengan para pengungsi dari malino, atau kampung tua masyarakat Toro. Masuknya Etnis Rampi Pada tahun 1957 terjadi pengolakan DI/TII, di sulawesi Selatan. Pengolahkan ini terjadi di seluruh Nusantara. Sehingga menyebabkan pengungsian pun tak terelakan. Daerah yang di anggap aman di sulawesi tengah adalah desa toro sehingga pada masa itu, etnis rampi yang berada di daerah luwu, masamba sulawesi selatan memilih desa toro, untuk tempat mengungsi. Selain alasan pergelokan DI/TII yang terjadi di sulawesi selatan, etnis rampi yang mengungsi tersebut, memiliki alasan yakni mencari keluarga. Hingga kini etnis rampi yang berasal dari sulsel tersebut, sudah beranak cucu di Ngata Toro etnis rampi bercampur baur dengan masyarakat asli, dan kawin mawin pun terjadi, untuk lebih mempererat lagi hubungan kekeluargaan. Secara khusus etnis rampi mendiami ngata Toro, dan terkonsentrasi di dusun IV, V dan VII Ngata Toro. Masuknya etnis Uma (Pewatua) Etnis Rampi yang masuk di Ngata Toro, karena ada pergelokan, tetapi etnis Uma (Pewatua), mendiami Ngata Toro, karena ada program pemerintah (tranmigrasi lokal) yang terjadi pada tahun 1967. Pada waktu itu, masyarakat etnis uma atau pewalua diberikan dua pilihan., di pindahkan ke toro atau lindu. Karena ada dua tawaran maka sebagian masyarakat etnis uma, pewatua memilih transmigrasi lokal ke desa toro dan

Penguasaan lahan bedasarkan kearifan dan hukum adat. Kelestarian hutan di Ngata Toro tidak terlepas dan filosofi tentang pilar utama kehidupan yaitu, hubungan manusia dengan alam (Katuwua). Hubungan manusia dengan pencipta(Pekahowia) dan hubungan manusia dengan manusia (Hintuwua) masyarakat toro percaya bahwa hutan adalah milik Sang Pencipta, yang dititipkan kepada masyarakat sekarang untuk generasi mendatang. Oleh karena itu pemanfaatan lahan /Hutan tidak boleh sampai merusak. Masyarakat Toro juga percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan yang memberikan udara segar, air, bersih, pangan dan obat-obatan tradisional. Bagi yang merusak alam sama dengan menghilangkan kehidupan sendiri. Terkait dengan hubungan antar sesama manusia, masyarakat Toro yakni kerukunan masyarakat sangat tergantung pada keberadaan sumberdaya alam. Bukankah konflik antara manusia yang terjadi selama ini disebabkan perebutan sumberdaya alam dapat teratasi dan diminimalisir ? filosofi ini telah diterjemahkan oleh lembaga adat, kedalam berbagi aturan tentang pemanfaatan sumberdaya alam tertentu, misalnya dilarang mengelola hutan dilokasi mata air dan sekitar sungai. Di larang menebang pohon di daerah yang kemiringannya diatas 30 derajat. Larangan-larangan itu sama sekali tidak menghalangi masyarakat manfaat ekonomi dari alam. Hanya saja pemanfaatan itu harus sesuai dengan hukum adat.

3

Pelanggaran terhadap tata ruang pemanfaatan sumber daya alam, maupun larangan yang ditetapkan lembaga adat., mempunyai sejumlah sangsi adat dalam bahasa setemapt Giwu misalnya mengambil hasil hutan seperti kayu, rotan, damar tanpa dilengkapi surat dari lembaga adat dan pemerintah akan dikenai Giwu (sanksi Adat), dengan kearifan lokalnya. Masyarakat toro mampu memanfaatkan alamnya untuk hidup sejahtera. Dengan kearifan itu pula, masyarakat toro bisa melestarikan hutan disekitarnya dengan sangat baik. Penguasaan lahan pra kemerdekaan RI dan pasca kemerdekaan Sistem pengelolaan hutan yang berbasis Negara telah gagal mengembangkan tujuanya untuk melindungi laju kerusakan hutan. Di indonesia kewenangan yang luas dan kuat diberikan Negara pada Departemen kehutan mengelolah hutan. Dan melindungi hutan. Namun telah terbukti sekurangnya selama 30 tahun terakhir, hutan terus mengalami deforestasi, praktek pengelolaan hutan berbasis negara itu, menegosiasikan pengolahan hutan berbasis masyarakat yang selama ini di motori oleh masyarakat adat yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Pemahaman yang berbeda ini menyebabkan konflik antara pengelolaan hutan berbasis negara dan berbasis masyarakat terus berkonflik. Dimana pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat yang dimotori ole masyarakat adat, terus meminta pengakuan dari negara untuk mengurangi laju kerusakan hutan dan bermanfaat bagi masyarakat lokal. Ini tentu bertolak belakang dengan apa yang selama ini terjadi di indonesia. Bahwa atas nama pembangunan, hutan di indonesia porak poranda di tengah rakyatnya yang tetap miskin. Sejak pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Sejak tahun 1999 setalah dikeluarkanyan UU NO. 22/1999 tentang Otonomi daerah yang sudah diubah dengan UU No. 32/2004 tentang pemerintahan Daerah memberikan kesempatan masyarakat Ngata toro untuk menentukan pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat. Dalam kasus tersebut masyarakat toro berupayah menghidupkan kembali sistem pengelolaan hutan yang sudah tumbuh dan berkembang didalam masyarakat itu. Jauh sebelum hadirnya sistem pengelolaan hutan berbasis negara pengembangan dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat , dapat dijadikan


buletin

4

Laporan Utama

Edisi : November-Desember 2013

sebagai pembelajaran dari praktek desentralisasi pengelolaan hutan dan pengelolaan hutan melibatkan berbagai stakeholder ditingkat lokal. Sejarah penguasan hutan oleh TNLL dan krisis ruang hidup masyarakat. Konflik antara masyarakat yang tinggal disekitar TNLL dengan pengelolaan kawasan konservasi itu sudah berlangsung sejak penetapan kawasan hutan itu pada tahun 1993. Jauh sebelumnya ketika masih berstatus calon Taman Nasional atau kawasan konservasi lainya, konflik juga sudah berlangsung keras. Konflik terutama dipicu oleh hilangnya kesempatan masyarakat memasuki kawasan itu untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Padahal sebelum ditetapkan secara sepihak oleh pemerintah sebagai kawasan konservasi , masyarakat toro sudah tinggal disitu ratusan atau ribuan tahun. Masyarakat dengan leluasa masuk kedalam hutan-hutan tradisional mereka, untuk macammacam tujuan seperti berburu, memungut hasil hutan (kayu dan non kayu) serta menanaminya dengan tanaman tahunan seperti kopi. Sejak tahun 1970-an keleluasaan itu berubah menjadi larangan. masyarakat ditangkap jika kedapatan masuk didalam kawasan konservasi itu. Inilah masalah yang sudah menahun terjadi disekitar TNLL. Lebih dari seratus ribu penduduk disekitar TNLL, hidup dibawah konflik dengan Taman Nasional itu. Mengaca pada hal-hal tersebut, maka telah dilakukan kegiatan studi partisipatif tentang sistem pemilihan dan penguasaan tanah(Hutan). Pemetaan pertisipatif, inventarisasi kekayaan sumber daya alam secara partisipatif. Pendidikan tentang hakhak sipil, dialog kebijakan dengan pemerintah, publikasi hingga hearing ke wakil rakyat. Selama penguasaan hutan oleh TNLL, masyarakat sering dikriminalkan sebagai perambah hutan, pencuri rotan, kayu, masyarakat tak jarang pula, menerima hinaan, dan dianggap sebagai orang yang tidak mau diatur. Penguasaan hutan oleh TNLL sebenarnya hanya merupakan fenomena gunung es dari model pengelolaan kawasan konservasi yang salah, model yang semula menempatkan pemerintah sebagai penentu segala-galanya. Pemerintah yang menetapkan kawasan konservasi secara sepihak. Masyarakat dianggap sebagai ancaman TNLL, karenanya

TNLL perlu mengontrol aktifitas masyarakat. Tidak ada pilihan lain, pengelolaan TNLL harus dikerjakan sama-sama dengan masyarakat. Masyarakat yang tinggal disekitar kawasan TNLL harus menjadi bagian dari pengelolaan TNLL. Masyarakat harus terlibat dalam semua tingkatan pengambilan keputusan mengenai kawasan itu. Kompleksitas persoalan taman nasional memerlukan proses kebijakan yang partisipatif serta aparat yang memiliki pimikiran yang terbuka, wawasan yang luas, kepemimpinan yang kuat, dan jaringan yang luas. Dengan proses kebijakan, serta kondisi aparat seperti sekarang ini, sementara tidak ada upaya yang sungguhsungguh untuk memperbaikinya, SK penunjukan dan penetapan Taman Nasional Lore Lindu itu hanya akan ada diatas kertas saja, sehingga patuh dipertanyakan, untuk tujuan apa, dan kepentingan siapa penunjukan dan penetapan Taman Nasional itu ? dan Taman Nasional itu untuk siapa ?

Masyarakat Desa Toro bersama dengan Tina Ngata meletakkan hasil panen di bangunan adat yang disebut dengan Lobo

Membangun kesepakatan masyarakat adat dengan TNLL, yang berdasarkan : kearifan PSDA, Hukum Adat, peta partisipatif dan pembagian zona pemanfaatan. Sejak Tahun 1993 dikalangan masyarakat Toro bermunculan inisiatif gerakan revitalisasi kultural, membangkitkan kembali identitas budaya setempat. Gerakan revitalisasi kultural ini utamanya terfokus kepada upaya mengembangkan praktek pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat inisiatif ini terutama didorong oleh 3 hal : 1.Menurutnya kualitas lingkungan hidup serta perubahan dan degradasi fungsi kawasan Taman Nasional Lore Lindu, kawasan dimana masyarakat Toro Hidup. 2.Banyaknya Nilai Budaya Toro yang memposisikan secara terhormat peran perempuan dalam dinamika kehidupan kemasyarakatan. Khususnya dalam praktek pengelolaan sumber daya alam. 3.Membangkitkan kembali semangat masyarakat Toro untuk memposisikan kembali nilai status sosial, hak dan wewenang, serta akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan. Ada tiga tujuan pokok inisiatif tersebut yaitu : 1.Menjaga ekosistem hutan tropis di sekeliling masyarakat Toro yang kini telah ditetapkan sebagai taman nasional lore lindu, melalui pranata sosial budaya dari kepemimpinan lokal. Hal ini dilakukan dengan merevitalisasi berbagai pengetahuan dan praktik ekologis tradisional, serta pranata sistem hukum dan peradilan adat untuk mengatur akses kontrol dan pemanfaatan yang bijak atas sumber daya alam. 2.Memperoleh manfaat maksimum dari perlindungan ekosistem hutan tropis dalam rangka menjamin keberlanjutan lembaga dan aktifitas ekonomi lokal yang bergantung pada pemanfaatan dan pengolahan bahanbahan alami setempat. 3.Menjamin kearifan akses, kontrol dan pemanfaatan atas sumber daya alam setempat. Pengelolaan sumber daya alam oleh BTNLL. Zona-zona pembagian hutan terbagi 6 Zona : 1.Wana Ngikiki : Zona hutan yang berada di puncak gunung, jauh dari pemukiman, ditumbuhi pepohonan yang tidak terlalu besar, merupakan


Laporan Utama

buletin Edisi : November-Desember 2013

habitat beberapa jenis burung serta jenis rerumputan dan lumut, kedudukannyadipandang sangat penting. Hak kepemilikan individu tidak diakui di zona ini. 2.Wana : kawasan hutan belantara(rimba yang menjadi tempat berkembang biaknya berbagai hewan, anoa dan babirusa. Zona ini juga merupakan hutan primer sebagai penyangga air. Oleh sebab itu pada zona ini setiap orang dilarang membuka lahan pertanian, karena berdasarkan kepercayaan masyarakat secara turun temurun apabila pada kawasan ini dijadikan lahan perkebunan akan membawa bencana kekeringan. Pada kawasan ini dibolehkan untuk mengambil rotan, wewangian dan obat-obatan. 3.Pangale : kawasan hutan yang berada dipegunungan dan dataran, pangale termasuk kategori hutan sekunder yang bercampur dengan hutan primer karena sebagian hutan yang pernah diolah menjadi kebun, tetapi telah ditinggalkan selama puluhan tahun dan telah menghutan kembali menjadi seperti semula. Oleh masyarakat Toro, pangale dipersiapkan untuk kebun dan dataranya untuk sawah. pangale juga dimanfaatkan untuk mengambil kayu, rotan yang digunkan untuk keperluan rumah tangga. Selain itu terdapat pula beberapa vegetasi lain seperti pandan hutan oleh masyarakat dibuat tikar dan bakul, dan terdapat pula berbagai jenis

tanaman yang digunakan sebagai obat-obatan serta dapat dimanfaaatkan sebagai tempat berburu secara tradisional. 4.Pahawa pongko : hutan bekas kebun yang telah ditinggalkan selama 25 tahun keatas, sudah hampir menyerupai hutan sekunder semi primer(pangale). Pepohonan yang tumbuh pada kawasan ini sudah agak besar, sehingga apabila akan menebang kayu harus membuat tempat berpijak, yang terbuat dari kayu. (Pongko) yang agak tinggi dari tanah agar dapat menebang dengan baik dan tonggaknya diharapkan dapat tumbuh kembali, oleh masyarakat Toro menyebutnya pahawa. Pada pemetaan partisipatif hutan/zona pahawa pongko dimasukan dalam kategori pangale. 5.Oma : Hutan dari bekas kebun, sengaja dibiarkab untuk diolah kembali. Pada zona ini hak kepemilikan pribadi atas lahan di akui. Lahan-lahan yang ada di dalam zona ini dibedakan menjadi 3 yaitu : a.Oma ntua : Lahan/kebun bekas garapan yang dibiarkan selama 16 sampai 25 tahun. Usia pemanfaatannya tergolong tua, yang dapat diartikan bahwa tingkat kesuburan lahan ini telah pulih dan dapat diolah kembali menjadi kebun. b.Oma Ngura : Lahan/kebun bekas garapan yang di biarkan selama 3 hingga 15 tahun, merupakan jenis hutan yang lebih muda dibanding

5

oma Ntua. Pada kawasan ini pepohonan belum tumbuh besar dan masih dapat di tebas dengan mengunakan parang serta ditumbuhi berbagai jenis vegetasi rerumputan. c.Oma Nguku : Lahan/kebun bekas garapan yang dibiarkan pemilikan selama kurang 3 tahun dan masih didominasi oleh rerumputan. 6.Balingkea : Bekas kebun yang berkurang kesuburannya. Lahan ini biasanya masih bisa di olah untuk budidaya palawija seperti jagung, ubikayu, kacang-kacangan. Di zona inilah biasanya masyarakat Toro bertani sawah.***


KRONIK buletin

SERI BUDIDAYA

6

GOTONG ROYONG

Edisi : November-Desember 2013

MENGENAL JENIS-JENIS PENYAKIT PADA TANAMAN KAKAO Suhardin Salasah dan Bardi Lamancori Field Officer Budidaya/Inkapa

A

Penyebaran penyakit a. Dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab terutama pada musim hujan b. buah yang membusuk pada pohon juga mendorong terjadinya infeksi pada buah lain dan menjalar kebagian batang/cabang. c. patogen ini disebarkan oleh angin dan air hujan melalui spora. d. pada saat tidak ada buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah. 1. Penyakit Busuk Buah e. penyakit ini akan (Phytophthora palmivora) berkembang dengan cepat Name patogen: Phytophthora pada daerah yang palmivora mempunyai curah hujan tinggi,kelembaban udara dan tanah yang tinggi terutama pada pertanaman kakao dengan tajuk rapat. Pengendalian SANITASI kebun (mekanis) : Gejala : a. Pengumpulan Buah yang - warna buah mulai dari terserang jamur ketika ujung/tengah/pangakal buah memanen buah berupa dan cepat berubah menjadi (buah hitam, buah muda hitam (pentil) layu, buah rusak - pada permukaan buah yang karena binatang pengerat, menghitam timbul lapisan kelelawar atau burung). putih bertepung b. Kumpulkan dalam wadah Gejala : tertentu (plastik/karung) a. Apabila keadaan kebun c. Benamkan dalam lubang lembab, maka bercak tersebut dan tutup dengan tanah/ akan meluas dengan cepat ke bakar seluruh permukaan buah, d. membuang tumbuhan sehingga menjadi busuk, parasit dan menjalar kehitaman dan apabila ditekan e. membersihkan gulma di dengan jari terasa lembek dan sekeliling pangkal batang basah. kakao b. Dapat timbul pd berbagai umur f. membuang arang semut. buah. da banyak sekali ragam penyakit yang selalu menyerang tanaman kakao. Penyakit pada tanaman Kakao harus diawasi, karena menyebabkan penurunan kwalitas kakao di Indonesia, sehingga menurunkan pendapatan petani kakao. Olehnya itu petani harus hati-hati dan perlu mewaspadai penyakit tesebut sebelum mereka menghancurkan hasil penen kita. adapun jenis-jenis penyakit tanaman kakao adala sebagai berikut :

c. Jamur jg masuk kedalam buah, biji menjadi busuk. d. Jika penyakit terjadi pada buah yg hampir masak, biji- biji masih bisa dimanfaatkan. e. Jamur bisa menjalar ke tangkai buah, bantalan bunga terus berkembang hingga dapat menyebabkan kanker batang.

Warga saat membersihkan bambu untuk rangka atas rumah dan dinding anyaman.(kiri) Sementara yang lain membuat dinding rumah setelah bambu dibersihkan.

Warga membantu mengangkut atap daun rumbia,(kiri) dan setelah itu atap yang barisan paling bawah dirapihkan sebelum dipasang.

Warga membantu mengangkut atap daun rumbia,(kiri) dan setelah itu atap yang barisan paling bawah dirapihkan sebelum dipasang.

Setelah bambu selesai dianyam, diangkat secara bersamasama dan didirikan sebagai dinding rumah warga.

2. Penyakit Kanker Batang (Phytophthora

? Bersambung ke halaman...

Momeala Pale atau dalam bahasa lain biasa kita kenal dengan Gotong Royong adalah sebuah tradisi yang dibangun dikalangan komunitas dalam suatu pekerjaan tertentu yang dikerjakan secara bersama-sama. Tradisi Momeala Pale masih sangat kuat dikampung-kampung, Nampak warga sedang bersantai salah satunya mendirikan setelah gotong royong mendirikan rumah tempat tinggalwarga. rumah tinggal warga.

8


KAMPUNG

Sementara ibu-ibu mempersiapkan konsumsi untuk makan siang dan malam.

Setelah makan siang, ibu-ibu menyiapkan makanan yang terbuat dari hasil bumi setempat, seperti singkong, pisang, dan jenis lainnya untuk snack sore. Setelah selesai mendirikan rumah, malamnya dilakukan makan secara adat, nampak ibu-ibu sedang membungkus nasi dan lauk-pauknya yang akan dibagikan pada warga yang sudah selesai bekerja mendirikan rumah.

Edisi : November-Desember 2013

7

MENYAMBUNG HARAPAN DENGAN SAMBUNG SAMPING (Side Grafting) Bardi Lamancori Field Officer Budidaya/Inkapa ambung samping (Side Grafting) atau cokelat Tempel yang dikenal masyarakat khususnya wilayah kecamatan Sausu, sejak Tahun 1997 silam, pertama kali yang memperkenalkan adalah patani yang pernah bekerja di perkebunan kakao Malaysia. Dengan pengetahuan yang mereka dapat dan mereka terapkan di kebun milik mereka, 2 tahun kemudian ternyata membuahkan hasil apalagi petani tersebut menggunakan Klon PBC 123 untuk penamaan di Malaysia dan di Indonesia lebih dikenal dengan Klon S1 (Sulawesi Satu). Dari pengalaman beberapa petani yang mencoba menerapkan sambung samping tersebut hanya beberapa petani yang mencoba mengikuti, akan tetapi beberapa petani yang tetap bertahan tidak melakukan sambung samping karena masih mempertahankan pohon induk yang masih berproduksi dengan baik. Pada tahun 2008 terjadi serangan hama dan penyakit secara serentak di wilayah Parigi Moutong khususnya kecamatan Sausu, sehingga berdampak pada penurunan produksi bahkan sampai pada kematian pohon kakao tersebut. Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong Melalui Dinas Perkebunan mencoba melakukan Program Rehabilitasi melalui GERNAS KAKAO, dilanjutkan lagi pada tahun 2012 dengan program sambung samping. Akan tetapi banyak petani yang kecewa terhadap hasil sambung samping mereka,

S

karena beberapa hal kegagalan sambung samping antara lain : pohon kakao jadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit, sambung samping rebah/roboh dari pohon induk, buah cenderung mengecil, biji kempes. Hal – hal tersebut yang terkadang menjadi mimpi buruk bagi petani jika melihat sambung samping. Program INKAPA masuk pada tahun 2011 yang memfokuskan pada industrialisasi kakao pedesaan, dengan harapan di akhir program akan ada hasil turunan dari biji kakao tersebut. Akan tetapi kenyataan dilapangan bahwa kakao tidak sebagus apa yang diharapkan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut INKAPA mencoba memperbaiki lagi rencana kerja, dari pasca panen beralih ke budidaya, dari situlah awal budidaya di lakukan dengan melakukan beberapa seri Pelatihan budidaya kakao dengan menggunakan trainer/tekhnikal Assisten dari program AMARTA. Dari seri pelatihan tersebut petani banyak menerima manfaat dan mencoba menerapkan dikebun mereka, sehingga menumbuhkan semangat mereka beralih kembali ke Kakao, karena kekecewaan mereka terjawab melalui Pelatihan/training yang dilakukan INKAPA maupun Assitensi yang dilakukan Tim INKAPA dari kebun Ke kebun. Penyampaian tekhnis untuk menjawab kekecewaan terhadap sambung samping oleh Tim INKAPA kepada petani antara lain: ? Bersambung ke halaman...

10

INOVASI PETANI

buletin


buletin

8

Edisi : November-Desember 2013

Seri Budidaya

MENGENAL JENIS-JENIS PENYAKIT PADA TANAMAN KAKAO ? Sambungan halaman...

6

palmivora) Name patogen: Phytophthora palmivora Gejala : a. Diawali dengan adanya bagian batang/cabang menggembung berwarna lebih gelap/ kehitamhitaman dan permukaan kulit retak. b. Bagian tersebut membusuk dan basah serta terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat. Gejala : jika lapisan kulit luar dibersihkan, maka akan tampak lapisan dibawahnya membusuk dan berwarna merah anggur kemudian menjadi coklat. Penyebaran penyakit : - kanker batang sama dengan penyebaran penyakit busuk buah. - penyakit ini berkembang pada kebun kakao yang mempunyai kelembaban dan curah hujan tinggi atau sering tergenang air Pengendalian sanitasi kebun, mekanis : a. Bersihkan gulma 1 m di sekeliling pangkal batang b. Bersihkan pada jarak 20 cm sekeliling pangkal pohon, biarkan daun kakao yang jatuh ke permukaan tanah sebagai mulsa : mengurangi percikan air hujan mengurangi kegiatan vektor membantu meminimalkan kanker memperbaiki drainase tanah dan kelembaban merangsang kegiatan mikroba menyediakan unsur hara untuk akar tanaman kakao c. Pemangkasan pohon pelindung dan tanaman kakao dilakukan agar di dalam kebun tidak lembab. d. Apabila serangan pada kulit batang sudah hampir melingkar, maka tanaman dipotong atau dibongkar 3. Penyakit VSD (Oncobasidium

theobromae) Bekas jaringan pembuluh Tiga bintik coklat gelap pada tapak tangkai daun berwarna coklat pada batang bibit coklat yang terserang VSD Nama patogen: Oncobasidium theobromae Gejala : ? Ranting tampak ompong ? Dapat menyerang dari bibit s/d tan. dewasa ? Adanya sayatan bekas duduk daun yang sakit tampak tiga noktah berwarna coklat kehitaman-hitaman ? Daun-daun tanaman kakao gugur dan kemudian diikuti dengan matinya ranting-ranting. ? bahkan pada beberapa tanaman seluruh daun gugur dan seluruh bagian tanaman mengering ? bila ranting yang sakit dibelah membujur akan terlihat garis-garis berwarna coklat pada berkas pembuluh. Penyebaran : ? penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif tanaman. ? perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah membantu perkecambahan spora. ? pelepasan dan penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh cahaya gelap. Pengendalian : ? Memotong ranting/cabang terserang sampai 30 cm pada bagian yang masih sehat kemudian dipupuk NPK 1,5 kali dosis anjuran. ? pemangkasan bentuk yang sekaligus mengurangi kelembaban dan memberikan sinar matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan pada saat selesai panen sebelum muncul flush/daun muda ? parit drainase dibuat untuk menghindari genangan air dalam kebun pada musim hujan. ? untuk pencegahan, tidak menggunakan bahan tanaman kakao dari kebun yang terserang VSD, dan menanam klon kakao yang tahan terhadap serangan Hama dan Penyakit kakao.

kelembaban kebun, hujan Gejala ? Bintik kecil pada daun muda, ranting gundul ? Serangan pada buah ? Gejala : buah muda bintik-bintik, buah busuk kering, mengkerut pada ujungnya ? Pengendalian ? Sanitasi dengan memotong ranting dan buah sakit ? Naungan diperbaiki dengan memenuhi populasi atau mengganti yang rusak ? pupuk ekstra dengan pupuk organik/kandang untuk menyehatkan tanaman. ? Perbaiki tanaman pelindung 5. Penyakit Jamur Upas (Corticium salmonicolor) Nama patogen: Upasia salmonicolor

Gejala : ? Umumnya menyerang cabang/ranting, dari jauh tampak mengering ? Pada bagian tersebut tampak benang - benang jamur mirip seperti sarang laba-laba ? Pada stadia lanjut benang jamur2 tersebut berubah warna menjadi pink ? penyebaran ? Jamur ini menyebar melalui tiupan angin atau percikan air. 4. Penyakit Colletotrichum ? Keadaan lembab dan kurang sinar (Colletotrichum gloeosporioides) matahari sangat membantu Penyebab penyakit : jamur perkembangan penyakit ini. Colletotrichum gloeosporioides Pengendalian : Bahan adonan cair ? Penyebaran : air, pembuatan pupuk organik ? Secara mekanis, yaitu memotong ? Faktor yang berpengaruh :


buletin

Cerita Kampung

Edisi : November-Desember 2013

cabang/ranting yang sakit sampai 15 cm pada bagian yang masih sehat ? Kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon kakao dan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban kebun ? Membersihkan / mengeruk benangbenang jamur pada gejala awal dari cabang yang sakit, kemudian diolesi dengan fungisida. 6. Penyakit Akar (JAC: Fomes lamaoensis, JAP: Fomes lignosus)

Sumber informasi dan gambar : 1.Moh. Aris (assiten tekhnis INKAPA)

2.Moh. Hatta (assiten tekhnis INKAPA) 3.Al Imran (Elaisa Sulawesi Institute, Makassar) 4.Bardi Lamancori (Field Officer Budidaya INKAPA Kec. Sausu) 5.Suhardin Salasah (Field Officer Budidaya INKAPA Kec. Kulawi)

PENGENDALIAN PENYAKIT PENYAKIT AKAR AKAR PENGENDALIAN

PARIT ISOLASI Lebar 30 cm Dalam 80 cm

TANAMAN SAKIT dibongkar total

Penyebab penyakit: JAC: Fomes lamaoensis; JAP: Rigidoporus microporus; JAM: Ganoderma pseudoforeum Penyebaran : kontak akar, rhizomorf Faktor yang berpengaruh : hujan, tanah pasir Pengendalian ? Bongkar tanaman mati sampai

Tanaman di dalam parit isolasi dioles fungisida

Momeala Pale.... ? Sambungan halaman...

bersih akar-akarnya. ? Buat parit isolasi di sekeliling tanaman sakit. ? Oles fungisida khusus jamur akar pada tanaman di dalam parit isolasi

9

1

yang mirip dengan mapalus juga terdapat diberbagai komunias di Sulawesi Tengah. Hanya saja istilahnya yang berbeda-beda pada tiap daerah. Di Kulawi dan wilayah Sigi pada umumnya dikenal istilah momeala pale. Dalam prateknya, momeala pale di Kulawi diperuntukan bagi jenis pekerjaan untuk kepentingan bersama maupun individu. Demikian pula dengan pekerjaan di sektor pertanian, mulai dari pembukaan lahan, penanaman, perawatan tanaman hingga panen dikerjakan secara bersama. Proses momeala pale ini diawali dengan molibu -musyawarah anggota masyarakat untuk menetukan jenis pekerjaan, lokasi dan menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan. Kelompok kerja ini biasanya jumlah bervariasi, mulai dari 5 orang dan paling banyak 20 orang. Diantara anggota kelompok yang ada biasanya ditunjuk seorang untuk menjadi

koordinatornya atau dalam bahasa moma sering disebut nipototuana. Koordinator akan membagi urutan lahan atau kebun yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Selanjutnya semua anggota secara berurutan memperoleh giliran untuk dikerjakan bersama oleh anggota kelompok. Selama proses kerja dilangsungkan, masing-masing orang akan membawa makan sendiri. Bagi yang empunya lahan yang dikerjakan menyediakan minuman ringan berupa kopi dan beberapa jenis penganan kampung. Model kerjasama seperti ini seperti arisan, hanya bedanya tenaga kerja yang dipergilirkan. Seiring dengan perkembangan waktu, saat ini tradisi momeala pale berkembang dan mengalami pergeseran praktek serta makna dibeberapa kelompok. Pada kelompok petani kecil, praktek seperti diatas masih dilakukan. Berbeda dengan kelompok dan perorangan yang memiliki modal yang cukup untuk membayar tenaga kerja. Kendatipun mengunakan peristilahan momeala pale, tenaga kerja biasa di gaji harian. Besaran gaji harian bekerja dikebun

rata-rata di kulawi bekisar antara Rp. 30.000 – 35.000 bagi tenaga kerja laki-laki tanpa tanggungan makan dari pemilik kebun. Sedangkan bagi tenaga kerja perempuan, besarannya antara Rp. 25.000-30.00 tanpa tanggungan makan per hari. Pergeseran nilai momeala pale dengan ke arah transaksional yang mengarah ke mekanisme pasar tenaga kerja, tidak saja mengingkari sprit kebersamaan, dan rasa senasib sepenaggungan akan tetapi juga memberikan implikasi diskriminatif terhadap tenaga kerja perempuan. Suatu hal yang dulunya kita tidak pernah terbayangankan sebuah sistim global- kapitalisme telah merasuk dan bekerja tanpa disadari oleh petani telah masuk kedalam sistim sosial pedesaan. Nampaknya pekerjaan untuk merevitalisasi nilai-nilai lokal yang memiliki basis untuk menguatkan sistim sosial masyarakat haruslah dikedepankan sebagai jalan membangun daya defence menuju petani mandiri dan berdaulat. Kulawi, 21 Desember 2012

Laporan Utama


buletin

10

Edisi : November-Desember 2013

Catatan Lapang

rentan. Pada umur tersebut merupakan awal kakao sambung samping berbuah, terkadang petani dengan sengaja membuka tutupan percabangan atas ? Sambungan halaman... 7 untuk memancing pembungaan karena pada jaringan tumbuh tanaman, Sambung samping (side Grafting) ingin cepat mendapatkan hasil yang sehingga dengan perlakuan pencegahan banyak. Padahal secara tekhnis rentan terhadap serangan hama budidaya kakao pada umur tersebut yaitu dengan memotong cabang yang dan penyakit kakao masih dalam proses Jawaban teknis budidaya : Mengapa sudah terserang tersebut. pembentukan sifat vegetative, jika sambung samping selalu rentan dipaksakan untuk mengeluarkan Sambung samping mudah terhadap penyakit antara lain karena Genertivenya maka kakao tersebut rebah/roboh ada beberapa hal yaitu : 1. Pohon akan mengalami dormansi, bisa jadi Jawaban Teknis Budidaya : kegagalan akan mengalami stress. Sehingga induk tidak dilakukan pemberian unsure hara/pupuk sebelum dilakukan paling fatal pada sambung samping musim berikutnya akan terjadi penurunan kwalitas dan kuantitas adalah robohnya kakao tepat pada sambung samping, sehingga perlu dilakukan pemupukan terlebih dahulu sambungan, sehingga petani mengalami buah. Analogi pada manusia jika anak kerugian karena hilangnya pohon kakao masih dibawah umur di paksakan sehingga pertumbuhan sambungan mengangkat beban yang berat, maka nantinya akan lebih baik, karena dapat yang menjadi harapan. Ada beberapa dia akan mengalami kelelahan fisik. sebab sambung samping mudah Roboh Maka pada tanaman sama seperti itu memperbaiki cambium pada batang yaitu : 1. Sayatan pada entrees pendek dan mempermudah proses sambung pula. INKAPA mencoba memberikan samping nantinya, dengan tujuan akan sehingga pertautan antara pohon induk pemahaman tersebut kepada petani sehingga harapannya sambung dengan cabang/ entrees tidak memperkuat pertumbuhan tanaman samping berhasil dan akan memberikan kekuatan, jika sambung dan tidak mudah terserang Hama dan berkelanjutan. penyakit, sebaiknya pemberian pupuk samping sudah berproduksi. karena beban lebih besar dari pada kekuatan dilakukan minimal 1 bulan sebelum Biji Kempes sambungan. 2. Selain sayatan pada dilakukan sambung samping. 2. Jawaban teknis budidaya : tanaman entrees, pembukaan jendela pada pohon Melakukan Pemangkasan untuk induk tentunya harus lebar dan panjang kakao membutuhkan banyak unsure memancing pertumbuhan vegetative hara dalam proses pembentukan sifat sesuai dengan panjang entrees kurang dan untuk penyerapan unsure vegetative maupun generative, maka lebih 20 cm. cara lain jika petani hara/pupuk yang sudah berikan petani memahami kebutuhan hara pada terlanjur telah melakukan sambungan sebelumnya. 3. Pemilihan Klon yang tanaman jika daun ada perubahan dengan sayatan pendek, maka yang warna maka kita harus memahami tahan terhadap hama dan penyakit pohon kakao tersebut butuh Unsur (N) menjadi alternative adalah mengiris khususnya penykit VSD (Vascular secara vertikal pada kulit luar dari kulit Nitrogen, jika biji yang kempes maka Streack Diebeck). 4. Jika sambung kebutuhan unsure Kalium (K), jika luar tepat diatas sambungan sampai samping sudah terlanjur dipasang petani kesulitan dalam mendapatkan kebawah menyentuh kulit pohon induk. pupuk yang memiliki kandungan maka penanganan terhadap serangan Dengan demikian maka akan terjadi hama dan penyakit misalnya VSD unsure tersebut, maka petani bisa pertautan antar kulit. (Vascular Streack Diebeck), petani memanfaatkan limbah atau tanaman dapat melakukan pemotongan yang lain yang bisa dimanfaatkan sebagi pupuk organic Misalnya : jika terhadap cabang yang sudah terserang, Buah cenderung mengecil karena sampai saat ini belum sebuah Jawaban teknis Budidaya : perlakuan kakao tersebut kekurangan Unsur (N) maka petani bisa memanfaatkan pupuk terhadap sambung samping yang produk yang dapat menghilangkan kandang dan tanaman legum atau berumur 15 – 18 bulan setelah penyakit VSD (Vascular Streack tanaman pagar seperti Daun Gamal, Diebeck) karena serangannya terdapat penyambungan merupakan umur yang jika kebutuhan untuk unsure (K) maka Bisa memanfaatkan kulit buah kakao maupun limbah kulit kelapa. Tehnik smbung samping yang disampaikan dalam beberapa seri pelatihan INKAPA telah diterapkan petani pada program Gernas tahun 2012, salah satu contoh Desa Gandasari yang menggunakan tenaga Okulator dari kelompok tani yang telah di bina INKAPA, sehingga keberhasilan sambung samping mencapai 90 %, karena secara tekhnis mereka telah memahami tentang sambung samping. Demikian rangkuman hasil – hasil pada proses diskusi, training, maupun kunjungan kebun petani, tentang sambung samping semoga dapat bermanfaat bagi keberlanjutan kakao petani.***

MENYAMBUNG HARAPAN ...


buletin

Cerita Kampung

Edisi : November-Desember 2013

Pemuda,

Desa dan Kota Oleh : Bardi Lamancori Field Office (FO) Kec. Sausu

H

arapan program INKAPA seperti cita-citanya untuk membangun sebuah indusrialisasi di Pedesaan akan menjadi cerita yang menarik semua kalangan, jika program ini berhasil sesuai dengan harapan awal maka INKAPA akan selalu jadi barometer bagi program pemberdayaan di wilayah lain. Karena program program pemberdayaan yang memfokuskan program industrialisasi pedesaan masih sangat jarang dan masih langka khususnya di wilayah Sulawesi Tengah. Berdasarkan diskusi dengan beberapa pemuda dan masyarakat dalam desa, bahwa arus urbanisasi ke kota sangat tinggi, karena di dalam desa pemuda tidak mendapat tempat berkreasi untuk membangun, karena pembangunan dalam Desa belum merata. Pengamat sosial politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fachri Ali Fachri mengatakan bahwa industrialisasi harus tumbuh di pedesaan agar uang juga beredar di desa. Sekarang, uang itu tidak beredar di desa. Untuk mencari uang Rp. 100 ribu saja sangat susah.Dengan kata lain, fokus pembangunan Nasional harus di arahkan ke pedesaan. problem tersebut harus di pecahkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). ¹ Diskusi yang mendalam kami

lakukan terhadap pemuda yang masih tetap bertahan dalam desa Sausu Gandasari. Mereka mengatakan dengan sangat jujur bahwa kami di sini (pemuda) di desa Sausu Gandasari sudah sangat jarang yang tinggal menetap di desa, kebanyakan mereka mencari pekerjaan di luar desa, dari 6 pemuda yang kami ajak berdiskusi bersama, hanya 4 orang yang beraktivitas membantu pekerjaan dalam lingkup keluarga. 2 orang lainnya bekerja sebagai karyawan koperasi yang berada di luar desa mereka, diskusi awal sekaligus perkenalan sehingga proses diskusi semakin panjang dan mendalam, ternyata 6 pemuda tersebut berkeinginan untuk melakukan hal-hal yang mereka anggap sangat baik untuk dilakukan, selama ini pemuda dalam desa sangat jarang mendapat wadah untuk berkumpul seperti Taruna Muda ataupun Karang Taruna. Wacana keinginan untuk berkumpul dari pemuda dalam desa, menjadi topik diskusi dengan pemuda. Setelah menggali keinginan dan harapan mereka maka pembahasan diskusi tentang budidaya dan koperasi. Dua bidang yang berbeda tetapi kalau diramu dengan baik akan menjadi satu kesatuan yang kuat dan utuh. Dari 6 pemuda/i 4 orang berkeinginan untuk mengetahui tekhnik budidaya kakao khususnya sambung samping,

11

Pemangkasan, dan sambung pucuk, sedangkan 2 pemuda/i bekerja di sebuah Koperasi kredit, sehingga bukan hanya sebuah wacana akan tetapi menjadi suatu tindakan yang nyata jika pengetahuan budidaya dapat dikombain dengan pengetahuan tentang tata cara berkoperasi maka akan menjadi sebuah Koperasi Natura cocok untuk dikembangkan, misalnya ada pemuda mempunyai pengetahuan sambung pucuk, jika proses pemasaran dilakukan oleh sebuah koperasi yang dibangun oleh pemuda maka hubungan teknis budidaya dan koperasi bisa bersatu. Keinginan untuk membangun sebuah koperasi dalam desa sebenarnya sudah menjadi cita-cita beberapa masyarakat yang tergabung dalam Gapoktan. Untuk membendung arus urbanisasi ke kota cara lain yang dapat dilakukan memberikan lapangan pekerjaan yang mudah di akses oleh para pemuda dalam desa. Pekerjaan yang mereka dapatkan di kota kebanyakan sebagai pramuniaga di swalayan atau sebagai kuli bangunan. Jika pemuda di jadikan dan dilatih sebagai pelopor maka, semangat membangun tidak akan pernah berhenti. Seperti pesan presiden soekarno untuk pemuda Indonesia “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno) ² Rekomendasi terhadap hasil pertemuan dengan pemuda Desa Sausu Gandasari perlu dukungan penuh terhadap pemuda yang punya kreativitas, motivasi dan semangat untuk membangun desa melalui pelatihan budidaya kakao seperti sambung pucuk, sambung samping dan pemangkasan. Sedangkanuntuk kaderkader pemuda tani yang sudah berpengalaman di dunia koperasi bisa menjadi pionir dalam mengembangkan lembaga ekonomi dalam Desa.*** ¹Industrialisasi di pedesaan lihat tribun opini dalam Koran harian Tribun Timur Kamis 23 Agustus 2012. ²Kumpulan Kata-Kata Mutiara Bung Karno Presiden RI(1945 – 1966)

program - program pemberdayaan yang memfokuskan program industrialisasi pedesaan masih sangat jarang dan masih langka khususnya di wilayah Sulawesi Tengah


buletin

12

Profile

Edisi : November-Desember 2013

Hj.Mutmainnah, PenggerakPerempuanTanidi SausuPeore Oleh : Iwan Hamid Field Officer INKAPA Wilayah Sausu

P

etani Perempuan merupakan salah satu elemen penting dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi petani yang dicitakan. Berbagai aktivitas dan berbagai gerakan perjuangan yang dilakukan, tidak penah lepas dari daya dukung petani perempuan, baik berada digaris depan, maupun sebagai penyokong di barisan belakang. Artinya petani perempuan sangat berperan dalam berbagai aktivitas pertanian maupun dalam menunjang suksesnya kegiatan organisasi. Masalah pertanian dan organisasi bukan hanya persoalan laki-laki dan perempuan, tetapi lebih pada persoalan untuk menaikan posisi tawar petani (perempuan dan laki-laki) untuk mewujudkan pembaruan agraria dan kedaulatan rakyat menuju keadilan sosial di negeri ini. Semakin besarnya tantangan petani dalam menghadapi berbagai persoalan ketidakadilan yang dihadapi kaum perempuan, semakin mendorong kaum perempuan untuk membuat gerakan semakin massif, termasuk memassifkan peran dan perjuangan petani perempuan. Ketelibatan semua unsur dari keluarga tani, baik itu perempuan dan laki-laki, pemuda pemudi tani dan anak-anak petani akan semakin menguatkan perjuangan kaum tani. Musuh bersama kaum tani adalah kemiskinan, dimana rakyat semakin menurun tingkat kesejahteraannya akibat dari paham pasar bebas dan arus liberalisasi pertanian yang dianut oleh pengambil kebijakan negeri ini, yang semakin mengancam keberadan petani, khususnya petani kecil. Dengan perjalan panjang perjuangan petani perempuan untuk melawan berbagai ketidak adilan serta pemiskinan tersebut selama ini, sepatutnya untuk dihargai dan diabadikan sebagai “api perjuangan�, sehingga mampu menginspirasi dan memotivasi para petani perempuan lainnya, terutama mendorong

keterlibatan kaum muda tani. Oleh karena itu ibu Hj Mutmainnah terinspirasi aktif dalam beroganisasi, baik organisasi tani maupun keagamaan.Hj Mutmainnah adalah salah seorang warga desa Sausu Peore yang berprofesi sebagai petani dan penggerak kelompok ibu-ibu di Sausu Peore, hal lain yang dilakukan ibu Hj. Mutmainah bersama ibu-ibu melakukan kegiatan rutin pengajian setiap hari jumat sore dan sebagai guru mengaji pada malam harinya. Segala bentuk keterlibatan ibu Hj Mutmainah dalam berorganisasi, mendapat dukungan penuh dari sang suami. Ibu satu anak ini merupakan ketua kelompok tani peremuan “Putri Maleo� binaan INKAPA, kelompok ini bergerak dibidang pertanian sayur organik dan tanaman palawija. Sebagai ketua kelompok ibu Hj Mutmainnah harus bisa berbagi waktu antara organisasi maupun urusan keluarga. Dalam kehidupan seharinya pagi hari ibu ini sudah harus beraktivitas di dapur dan mengurus persiapan anak kesekolah, setelah itudiajugapergikekebunmembantusua mi, pulang dari kebun menyiapkan makanan suami dan anaknya, jam 2 siang beliau harus pergi mengajar di sekolah Ibtidaiyah Alkaerat dan setelah shalat isya beliau mengajar anak-anak mengaji. Pada tahun 2009 ibu Hj Mutmainnah

mema kili kaum perempuan dalam penyusunan RPJMDes Sausu Peore, selain itu beliau juga mewakili kaum perempuan dalam Musrembang tingkat desa dan kecamatan. Banyak kegiatan yang sudah dilakukan Ibu Hj. Mutmainah dalam meningkatkan taraf hidup dan peningkatan

kapasitas berorganisasi petani perempuan di Desa Sausu Peore, selain ibu rumah tanggah belaiu merupakan salah seorang yang paling aktif dalam organisasi PKK dan WIA Desa Sausu Peore dan selalu memegang jabatan penting dalam organisasi. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya saat ini kelompok perempuan yang di pimpin Hj. Mutmainah telah membuat produk olahan hasil mix cropping kakao, dengan produk jahe instan dari awal pembuatan sampai saat ini sudah 10 kali memproduksi jahe instan, dengan sekali produksi baru mencapai3-4 kgjahe. 1 kg jahe menta bisa mengasilkan 2 kg jahe instan dengan melibatkan 2 orang tenaga kerja dalam kelompok. Untuk meningkatkan hasil dan kualitas produksinya program INKAPA memberikan bantuan alat produksi berupa 1 buah alat pres, kemasan, kertas label dan timbangan. 1 kg jahe instan = 80.000/kg. 1 kg 40 sacet , 2000/sacset. 1 kg 2kg gula jdi jadi 2 kg jahe instan. Jahe merah, gula tebu 2 kg. Gula aren 1 biji, sereh 5 btg kayu manis secukupnya dan 1 sendok teh garam dapur. Harga jahe/kg 15.000 gula putih rp 14.000. gula aren Rp 4000 upah giling 5000. Tenaga kerja 1 org jika yang 4 kg maka tenaga diberi kan Rp 70.000.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.