3 minute read
Efisiensi & Konservasi Energi
Latar belakang
Konsumsi Energi Bangunan
Advertisement
Bangunan menjadi salah satu sektor konsumsi energi terbesar.
Sebenarnya konsumsi energi di sektor industri dan transportasi masih erat kaitannya dengan kegiatan konstruksi seperti proses produksi dan distribusi material.
(Kementrian ESDM, 2011) Rumah Tangga Komersial
4.4% 12.2%
Transportasi
Konsumsi Energi
34% 49.4% Industri
Emisi Karbon
Sebagian besar energi masih dihasilkan oleh sumber daya tak terbarukan yang menghasilkan emisi karbon dalam skala besar, khususnya penggunaan batubara dan minyak bumi.
(IEA, 2019) PV Surya & Angin Minyak Bumi
Nuklir
Air & Lainnya 10% 7% 3%
19%
Sumber Energi
23% 38%
Gas Alam Batubara
Tujuan
The energy demands of the constructed environment are huge, and increasing the energy efficiency of buildings is perhaps the single most effective step we can take in reducing our environmental footprints. "
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, dibutuhkan konservasi energi dalam bangunan hijau.
Konservasi energi dilakukan dengan tujuan menghemat penggunaan energi, serta mengoptimalkan potensi energi terbarukan yang ada agar tetap bisa digunakan hingga generasi mendatang.
Zero Energy Building
Dalam pengaplikasiannya, konservasi energi pada bangunan hijau dibedakan menjadi dua, yaitu metode aktif dan metode pasif.
Metode pasif berarti melakukan konservasi energi dari perancangan desain bangunan.
Metode aktif berarti melakukan konservasi energi dari pemanfaatan teknologi yang ada. Bedington Building di Inggris merupakan bangunan zero energy building sejak 1970
Zero Energy Building
Foto: (Chris, 2002)
Meminimalkan Transmisi Panas
Salah satu hal yang membuat bangunan menjadi boros energi adalah penggunaan AC.
Beberapa strategi desain yang bisa dilakukan untuk mengurangi transmisi panas ke dalam bangunan antara lain:
Vegetasi
Secondary Skin
Pemanfaatan Energi Alami Ventilasi Silang
Ventilasi silang berguna sebagai pendukung terjadinya sirkulasi udara alami di dalam bangunan
Di konteks tropis, dengan meminimalkan transmisi panas ke dalam bangunan, penggunaan AC bisa dikurangi atau dihindari, sehingga bangunan lebih hemat energi.
Kanopi/Balkon
Double Glazing Window
4mm panel kaca external Rongga 20mm gas Argon Lapisan emisi rendah 4 mm panel kaca internal
Skylight
Dengan menggunakan skylight, penerangan di dalam ruangan bisa dilakukan tanpa melalui jendela
Light Shelf
Jika ingin menggunakan pencahayaan alami, tetapi tidak ingin panas bisa menggunakan light shelf ini.
Solar Tube
Solar Tube merefleksikan cahaya matahari ke dalam bangunan seperti lampu dalam bangunan
Alat elektronik hemat energi
Saat ini, teknologi sedang berkembang pesat, industri telah melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan perangkat elektronik pintar yang lebih hemat energi
Salah satu contohnya adalah lampu LED yang jauh lebih hemat dibandingkan lampu pijar, fluorence, dan incandesent
Dengan menggunakan lampu ini, bangunan bisa lebih hemat energi dalam jangka waktu yang lebih lama. Lampu LED
Teknologi smart living sudah mulai diterapkan dalam perancangan. Penggunaannya memang lebih hemat energi karena bisa mati atau menyala secara otomatis sesuai dengan kebutuhan
Teknologi Smart Living
Solar Panel
Di konteks tropis, energi matahari memang sangat melimpah. Oleh karena itu, bisa dimanfaatkan untuk manghasilkan listrik melalui teknologi panel surya
Namun, perlu diperhatikan jika penggunaan panel surya sangat bergantung pada cuaca dan orientasi matahari. Misalkan di Pulau Jawa yang terletak di bawah garis khatulistiwa, orientasi panel surya yang paling baik adalah menghadap utara
Solar Heater
Sama halnya seperti panel surya, solar heater juga berguna untuk meminimalkan konsumsi energi bangunan.
Hanya saja solar heater digunakan untuk memanaskan air tanpa menggunakan energi listrik.