KAKI Prof. Dr. Qasim Mathar (Guru Besar UIN Alauddin Makassar) Nama pembela yang digunakan oleh FPI. Ini menunjukan bahwa seakan-akan Islam selalu dipojokan, tidak perlu dibela. Berdasarkan Al-Quran, Tuhan sendiri yang akan memelihara Islam. Kalau umat sendiri merasa membela Islam dengan cara yang tidak mencitrakan hal yang baik, seperti dengan cara kekerasan. Berarti itu tidak membela. Tapi justru merusak nama Islam.
Bubarkan!!!
“
Wardah Hafidz (Direktur Eksekutif Urban Poor Consorsium)
“
Aslan Abidin, Dosen UNM Penyerangan dan tindak kekerasan yang sering dilakukan FPI terhadap orang atau kelompok agama lain merupakan perbuatan kriminal. Negara dan masyarakat luas semestinya tidak membiarkan berdirinya kelompok jahat yang terorganisir untuk mengancam ketentraman hidup dan keselamatan jiwa warga lain. FPI sering merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah, kemudian memaksa orang lain dengan kekerasan untuk mengikuti anggapan kebenarannya. Cara seperti itu merupakan model-model "pelainan" yang berujung ke upaya untuk menginvasi dan menjajah wilayah keyakinan orang lain. Perbuatan jahat FPI (yang mengatasnamakan islam) memperburuk citra islam dan merugikan kredibilitas umat Islam lainnya didalam pergaulan bermasyarakat toleran antar-umat beragama di Indonesia maupun di dunia. Sifat global media massa membuat perbuatan buruk FPI cepat tersebar ke seluruh dunia dan itu dapat berarti bahwa FPI melakukan pengrusakan citra seluruh umat Islam di dunia. Cara berbicara FPI yang kasar, bahkan bisa berpengaruh buruk bagi anakanak dan masyarakat Indonesia. perilaku FPI adalah pertanda buruk bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Dan kini, bangsa kita memiliki sekelompok orang, yang dengan entengnya dapat menyerang dan mencederai orang atau kelompok lain yang tak disukainya.
Andreas Harsono (Penulis) FPI ini adalah organisasi yang didirikan pasca kejatuhan Soeharto di Jakarta dan mereka terlibat dalam cukup banyak kekerasan. Mula-mula dengan merazia tempat-tempat yang diduga menjual alkohol atau tempat maksiat. Walaupun saya tidak setuju dengan hal-hal maksiat. Namun saya tidak setuju dengan tindakan main hakim sendiri. FPI ini sering melakukan tindakan main hakim sendiri yang melanggar hukum.
Abd Azis, Wakil Direktur LBH Makassa) Untuk perspektif hukum FPI telah melakukan hal main hakim sendiri, seharusnya polisi dan pemerintah tidak membiarkan hal tersebut. Sedangkan dari perspektif HAM, FPI telah melanggar Hak asasi orang lain.
Kaki Tangan Demokrasi dan Keadilan
Catatan
Kehadiran sekitar 30.000 massa yang dikerahkan oleh Kivlan Zen mengangkat kembali semangat tentara yang menjaga SI MPR. Konf lik serta benturan langsung dengan mahasiswa dan masyarakat telah melemahkan moral para prajurit. Massa pendukung ini disiapkan untuk menghadang gerakan dari mahasiswa dan masyarakat. Aparat seolah-olah akan datang melerai jika terjadi benturan.
http://catatankaki.org
Diadakan rapat dengan pimpinan ormas Islam dan pondok pesantren pada 4 November 1998, termasuk FPI. Akan dikerahkan massa tambahan sebesar 30.000 orang lagi untuk datang ke Jakarta. Massa sebagian besar datang dari Banten. Disamping beberapa wilayah Jabotabek, Jawa dan Lampung. Seluruh gabungan massa pendukung ini melakukan apel di parkir timur Senayan dipimpin Panglima Divisi Kiblat (Komite Islam Bersatu Penyelamat Konstitusi), Daud Poliraja. Saat pertemuan di rumah dinas Jendral Wiranto pada 9 November 1998. Hadir selain tuan rumah juga Kapolda Mayjen (Pol) Nugroho Djayoesman, Kivlan Zen, dan Pangdam Jaya, Jaja Suparman. Disepakati Pam Swakarsa akan berada di depan berhadapan dengan massa, jika terjepit maka pasukan Kodam Jaya akan mengamankan. Namun dalam praktek justru Pam Swakarsa dipukul mundur oleh pasukan Marinir, karena mereka tidak diberitahu sebelumnya. Selama berlangsung SI MPR kerap terjadi bentrokan antara
Pemahaman Soal Agama Yang Tidak Benar Menurut Muhammad Habieb Rizieq, pendiri dan sekaligus Ketua FPI, berdirinya FPI merupakan upaya untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Rizieq dalam salah satu kesempatan mengatakan bahwa banyak aktivis Islam yang menentang maksiat seperti judi, prostitusi, dan minuman keras, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk itu ia akan mewujudkan mimpi tentang negara Islam, dengan konsekuensi apapun. Jelas ia menyimpan kekaguman dengan Taliban, dan secara tidak langsung mengambil ide Taliban tentang penyelanggaraan syariat Islam. Pada awal pembentukan FPI, ia berbicara tentang penggalangan potensi kekuatan umat untuk menggusur masyarakat yang sekuler. Dilain pihak Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Qasim Mathar mengatakan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh FPI berdasarkan pandangan agama itu tidak benar. Walaupun mengganggap FPI sebagai saudara sesama muslim. Kritik tetap dilontarkan terhadap Ormas yang gampang melakukan tindakan kekerasan. “Sekalipun kita berbeda, perbedaan yang dianggap oleh masing-masing prinsipil tidak boleh mengambil langkah kekerasan,” Ungkap pria kelahiran Makassar, 21 Agustus 1947 ini. Terkait simbol-simbol Islam yang digunakan oleh FPI ditanggapi oleh pria yang menyelesaikan Program Doktoralnya di IAIN Syarif Hidayatullah tahun 1997. Nama “pembela” yang digunakan oleh
// Tahun 2011 memasuki bulan kelima dalam penanggalan masehi.
Kami kembali menyapa kawan-kawan dengan edisi kali ini. Sedikit
Tiap deretan angka yang berjumlah 31 pada bulan Mei. Terjadi
membahas tentang bagaimana sepak terjang Front Pembela
beberapa peristiwa yang mengubah wajah peradaban dunia ini.
Islam(FPI) dalam mewarnai sejarah Indonesia. Sebenarnya kami
Dibuka dari Mayday yang setelah peristiwa Hymarket lebih dikenal
berharap Pidi Baiq (vokalis The Panas Dalam) sebagai Ketua Front
sebagai Hari Buruh Se-Dunia. Ditahun berbeda pada tanggal yang
Pembela Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Atheis untuk
sama (1 Mei) Kota Daeng juga ada kejadian besar. Kampus UMI
membesarkan organisasinya. Sehingga kami pun dapat kembali
pernah diserang oleh aparat. Tragedi ini dikenal sebagai Mei
terbit untuk membahas organisasi tersebut.[]
Makassar Berdarah (Memar). Indonesia juga pernah merasakan perubahan dahsyat pada 21 Mei 1998 yang disebut Reformasi. Di Paris juga pada 'Mei 68' terjadi sebuah peristiwa monumental. Serta puluhan, ratusan, mungkin ribuan persitiwa di bulan ini. Mewarnai babakan sejarah dunia. Pada bulan Mei ini redaksi Cacatan Kaki yang berada di bawah naungan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Unhas (UKPM-UH). Siap melalui momen-momen penting. Dari penerbitan Newsletter edisi khusus ini. Ditengah SDM yang semakin berkurang. Satu per satu kawan-kawan yang pernah bersama kami. Kini telah
{
New-shit-letter ini diterbitkan oleh Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Universitas Hasanuddin Penanggung Jawab: Tuhan Yang Maha Esa Pemimpin Umum: Haidir Sulle Pemimpin Redaksi: Wahyuddin Editor: Irsyan Hasyim Layouter: Reedho Al Diwani Reporter: Anugrahandini Natsir, Abdul Rasyid Sirkulasi: Caco, Anugrah Febriadi
menyelesaikan studi(entah kami diredaksi harus mengucapkan 'Selamat' atau 'Turut Berduka Cita') hingga mereka yang mempunyai kesibukan ditempat lain. Keterbatasan jumlah anggota yang kami miliki saat ini. Telah kami dapatkan formulasi yang tepat pada Mei ini. Kurang lebih 36 orang peserta In House Training (IHT) siap menjalani pengukuhan sebagai anggota baru UKM Pers. Tuah Mei akan kami dapatkan sebagai anugerah (entah ini berkah Ilahi atau memang sebuah keharusan sejarah; seperti kata seorang kawan). Pastinya suntikan spirit untuk menantang kejam kehidupan modern akan kami dapatkan.
{
Fasis yang baik adalah fasis yang mati. –Homicide
Kiblat—oleh Nugroho Djayoesman diubah namanya menjadi Pam Swakarsa—dengan massa mahasiswa atau masyarakat penentang Sidang Istimewa. Banyak berjatuhan korban dari pihak Pam Swakarsa yang terbunuh. Dikeroyok massa yang menolak Sidang Istimewa. KH. Abdurahman Wahid yang terpilih menjadi Presiden meminta laskar ini membubarkan diri. Beberapa yang tinggal dan terutama dari daerah Banten dan sekitar Jabotabek terutama etnik Betawi banyak melebur ke dalam laskar-laskar seperti FPI, atau laskar komunitas seperti Front Betawi Rempug (FBR). Bantahan kedekatan FPI dengan petinggi militer dan polisi tidak bisa lagi dilakukan. Lihat saja ketika anggota laskar bersenjata pentungan dan golok menyerbu kantor Komnas HAM saat itu. Mereka menolak pemeriksaan Komnas HAM terhadap Jendral Wiranto tentang keterlibatannya dalam Pelanggaran HAM Timor Timur. Mantan Kapolda Metro Jaya Nugroho Djayoesman dalam memoarnya “Meniti Gelombang Reformasi” mengatakan kedekatannya dengan FPI dalam rangka tugas pembinaan. Ia bukan Jendral Taliban sebagaimana dituduhkan orang. Menurutnya “Betapapun sepak terjang meresahkan masyarakat, organisasi seperti FPI semestinya dirangkul dan diajak bicara mengenai persoalan sosial-kemasyarakatan yang terjadi”. Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Timur Pradopo pada satu kesempatan mengatakan FPI bisa diberdayakan membantu keamanan. “Saya kira, sebagai anggota Polri, apalagi pimpinan, perlu menjalin hubungan dengan semua tokoh masyarakat yang bisa membantu memelihara keamanan,” kata mantan Kapolda Metro Jaya ini. Namun Timur membantah anggapan ia bersikap lembek saat menghadapi FPI. Saat rangkaian kasus kekerasan yang dilakukan oleh FPI Jenderal Bintang Empat ini. Menurutnya, kejadian yang terjadi selama ini merupakan ulah oknum perorangan yang mengatasnamakan ormas tertentu. “Ada ketentuan yang mengatur. Kalau perorangan saya kira tidak menyangkut organisasi. Jadi selama ini kan perorangan,” tambahnya.
FPI menunjukan bahwa seakan-akan Islam selalu dipojokan. Menurutnya, Al-Quran telah menjelaskan bahwa Allah SWT sendiri yang akan memelihara Islam. Kalau umat Islam sendiri merasa membela dengan cara yang tidak mencitrakan hal yang baik seperti dengan kekerasan. “Berarti itu tidak membela, tapi justru merusak nama Islam,” paparnya. Pemamparan senada pun diuraikan lebih rinci oleh Kyai Haji Abdurarahman Wahid dalam bukunya “Tuhan Tidak Perlu Dibela” yang diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta pada tahun 1999.[]
Adalah organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) yang secara resmi terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1998, Ide besar pembentukan Front Pembela Islam adalah untuk menerapkan syariat islam yang pernah masuk dalam piagam Jakarta.
Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, Jakarta menjadi saksi bisu pendirian Front Pembela Islam (FPI). Di lokasi itu, tanggal pada kalender-kalender yang ada pada waktu itu menunjukan 17 Agustus 1998. Sejumlah Ulama, Habib, Mubaligh, para petinggi militer termasuk Kapolda Metro Jaya saat itu, Nugroho Djayoesman, mendeklarasikan FPI. Momen tersebut disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek. Lengsernya Soeharto menjadi cela oleh para Deklarator FPI untuk beraktifitas. Pendirian organisasi yang dipimpin oleh Mohammad Rizieq Shihab tujuannya menegakan hukum Islam di Indonesia. Kegiatan tidak tidak bakalan ditolelir oleh Pemerintahan Orde Baru yang berkuasa selam 32 tahun. Prahara politik pada tahun 1998 dimanfaatkan oleh FPI untuk menuntut kembali pengembalian tujuh kata dalam Piagam Jakarta, yakni “Ketuhanan dengan Menjalankan Syari'at Islam bagi Pemeluk-pemeluknya”. Hal ini didasari oleh pihak FPI melihat bahwa konsep demokrasi refresentatif yang dijalankan di Indonesia telah gagal. Tidak pernah berjalannya fungsi strategis negara dalam menjamin kesejahteraan ekonomi membuat FPI bergerak. Ormas pembela Islam ini kini telah berusia sekitar 12 tahun. Segala tindakan-tindakan yang dilakukan menuai kritik di kalangan masyarakat. Rentetan kasus kekerasan mewarnai perjalanan FPI. Upaya penegakan syariat Islam dengan menyerang tempat-tempat yang dituduh melakukan kegiatan maksiat. Menurut Andreas Harsono, penulis buku “Agama Saya Adalah Jurnalisme”, pada suatu kesempatan di Makasaar, FPI ini sering melakukan tindaktindakan main hakim sendiri. Membubarkan kegiatan peringatan Hari AIDS sedunia di Makassar juga pernah dilakukan. Walaupun kegiatan itu telah mengantungi izin kegiatan dari pemerintah setempat dan kepolisian. Diakui oleh lulusan Harvard University tersebut bahwa FPI tidak seharusnya melakukan hal yang melanggar hukum. “Saya tahu bahwa banyak hukum di Indonesia yang tidak ditegakkan dan tidak sempurna, tapi bukan berarti bahwa itu harus dilakukan dengan hal yang salah”, lanjutnya. Siapakah FPI ini dan siapakah yang ada dibalik mereka sampai mereka terlihat seperti tak tersentuh hukum.
Relasi FPI dengan Militer Proses pendekalarasian FPI yang diikuti beberapa petinggi militer serta Kapolda Metro Jaya memberikan gambaran kedekatan dengan militer. Dalam Buku “Konflik dan Integrasi AD” yang ditulis oleh mantan Kepala Staf Kostrad, Kivlan Zen bisa dilihat relasi tersebut. Kedekatan tersebut tak terlepas dari pembentukan Pam Swakarsa—Massa pendukung Sidang Istimewa MPR tahun 1998. Pangab Jenderal Wiranto yang tak berdaya menahan desakan untuk mengganti Pemerintahan Habibie. Pengawalan transformasi demokratis, termasuk perubahan jadwal Pemilu yang tadinya tahun 2002 menjadi 1999. Melalui Sidang Istimewa MPR. Mayjen Kivlan Zen diperintahkan untuk menghadap ke Jendral Wiranto . Kivlan Zen diminta untuk mengerahkan massa pendukung SI MPR. Ini karena Wiranto mengganggap Jendral ini bisa merebut Kantor di Senayan yang telah dikuasai massa pada bulan Mei 1998. “Ini perintah Presiden Habibie” kata Wiranto. Pendanaan ia diminta berhubungan dengan Setiawan Djodi, pengusaha, dan Jimly Asshidiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, yang saat itu menjadi staff Habibie. Kucuran Dana mengalir dari mantan personil Kantata Taqwa, Setiawan Djodi. Kelompok Islam Garis Keras ini juga pernah diisukan dekat dengan Letjen Prabowo Subianto. Kontrak politik Islam Prabowo berhasil merekrut Jendral Feisal Tanjung dan Jendral Hartono, dua jendral yang berkuasa ketika itu. Mereka berdua tiba-tiba jadi Jendral Muslim, yang kesana kemari memakai baju koko dan kopiah. Lalu, Prabowo dan Hartono mendirikan Center Policy for Development Studies (CPDS). Lembaga ini merekrut jendral-jendral Islam seperti Mayjen TNI Mulkis Anwar, dan Brigjen TNI Robik Mukav, Mayjen TNI Fachrul Razi, dan Brigjen TNI Kivlan Zen. Jaringan para jendral ini dibina Prabowo dan dihubungkannya dengan kelompok-kelompok Islam garis keras binaan Prabowo. Tapi tak ada yang bisa membuktikan strategi politik Prabowo yang mengunakan kelompok ini. Tudingan bahwa FPI terlibat kerusuhan Mei hingga kini masih menjadi misteri. Pastinya Kivlan Zen menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad di masa mantan Menantu Soeharto itu menjadi Panglima Kostrad.
Tidak jelas mengapa ormas ini diberi nama Front Pembela Islam, jika tujuan ormas ini untuk membela eksistensi Islam jelas ini menonjolkan kelemahan Islam sebagai sebuah agama yang lemah yang mesti dibela keadaannya, namun jika ormas ini bertujuan menegakkan syariat Islam jelas ia salah sangka melihat bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak etnis dan agama. Sejak FPI dibentuk tahun 1998 sepak terjangnya sering meresahkan masyarakat, tindakan main hakim sendiri, vonis benar dan salah dalam satu pandangan serta tidak pernah berdialog dan lebih mencintai kekerasan membuat FPI lebih mirip segerombolan preman bersorban dibanding muslim yang penuh cinta kasih. Tindakan main hakim sendiri merupakan penghinaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dimana kita, masingmasing mempunyai hak yang sama didepan hukum dan tidak dibenarkan untuk main hakim sendiri apa lagi memvonis tindakan benar atau salah. Sejarah perjalanan FPI merupakan sejarah perjalanan ormas Islam yang di negeri ini justru mencoreng HAM dan agama yang diusungnya. Banyaknya fenomena kekerasan dan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan FPI membuat kami yang tidak sepakat dengan semua tindakan kekerasan membuat sebuah kumpulan tulisan tetang FPI mulai kasus yang telah dilakukannya hingga ada apa dibalik FPI, secara sadar tulisan ini masih sangat banyak kekurangannya, namun menunggu FPI insyaf seperti meminta malam di pagi hari. Akhir kata tulisan ini bukan untuk mengangkat semua sepak terjang FPI beserta kekerasan yang dilakukannya, namun memantik kita berfikir betapa menakutkannya negeri ini, jika semua dari kita berfikir bahwa kitalah yang paling benar.
9 Oktober 2001 FPI membuat keributan dalam aksi demonstrasi di depan Kedutaan Amerika Serikat dengan merobohkan barikade kawat berduri dan aparat keamanan menembakkan gas air mata serta meriam air.
3 Oktober 2004 FPI menyerbu pekarangan Sekolah Sang Timur, memerintahkan para suster agar menutup gereja dan Sekolah Sang Timur. FPI menuduh orang-orang Katolik menyebarkan agama Katolik karena mereka mempergunakan ruang olahraga sekolah sebagai gereja sementara, yang sudah digunakan selama sepuluh tahun.
7 November 2001 Bentrokan terjadi antara laskar Jihad Ahlusunnah dan Laskar FPI dengan mahasiswa pendukung terdakwa Mixilmina Munir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Dua orang mahasiswa terluka akibat dikeroyok puluhan laskar. 21 Oktober 1998 Dewan Pengurus Pusat-Front Pembela Islam (DPP-FPI) menyampaikan Pernyatan Sikap dan seruannya kepada Presiden Republik Indonesia tentang Kasus Ninja di Jawa Timur.
26 Juni 2002 Usai berunjuk rasa menolak Sutiyoso di Gedung DPRD DKI, massa FPI merusak sejumlah kafe di Jalan Jaksa yang tak jauh letaknya dari tempat berunjuk rasa. Dengan tongkat bambu, sebagian dari mereka merusak diantaranya Pappa Kafe, Allis Kafe, Kafe Betawi dan Margot Kafe.
28 Oktober 1998 DPP-FPI mengeluarkan "Seruan Jihad FPI" terhadap Pasukan Ninja yang isinya menerangkan bahwa Pelaku/Dalang/ Penyandang Dana dan atas siapa pun yang terlibat dalam Aksi Ninja dan penteroran terhadap ulama adalah Halal untuk ditumpahkan darahnya. 1998
1999
24 Mei 1999 Laskar FPI dibawah perintah DPP-FPI menangkap oknum mahasiswa Universitas Tarumanegara yang bernama Pilipus Cimeuw yang telah menurunkan spanduk FPI yang dipasang di jembatan penyeberangan di depan kampusnya karena tersinggung dengan isi tulisan spanduk yang berbunyi Awas waspada! Zionisme & Komunisme Masuk di Segala Sektor Kehidupan. Dua rekannya, Mario dan Iqbal melarikan diri. 7 Juni 1999 DPP-FPI mengeluarkan Fatwa tentang Keharaman Memilih Partai yang Menetapkan Calon Legislatif non-Muslim dalam Pemilu 1999 melebih 15% .
24 Juni 2000 DPP-FPI mengeluarkan Surat Pernyataan tentang Tuntutan Pembubaran Komnas HAM dan Laskar Pembela Islam menyerbu Gedung Komnas HAM karena kecewa atas kinerjanya yang diskriminatif terhadap persoalan umat Islam. 24 Desember 2000 Presiden RI ke-4, Gus Dur lewat dialog di SCTV, memberi ultimatum pembubaran FPI.
22 Oktober 2004 FPI melakukan pengrusakan kafe dan keributan dengan warga di Kemang. 25 Oktober 2004 Ketua MPR yang juga mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nurwahid dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam cara-cara kekerasan yang dilakukan FPI dalam menindak tempat hiburan yang buka selama Bulan Ramadhan.
2003 2 200
2004
1
0 200
200
21 April 2003 Habib Rizieq Sihab dilarikan pendukungnya secara paksa dari penjara saat menjelang Maghrib, Habib Rizieq menyerahkan diri ke Rumah Tahanan Salemba. 22 Mei 2003 Koordinator lapangan laskar FPI, Tubagus Sidik, bersama sepuluh anggota laskar FPI menganiaya seorang pria di jalan tol, dan mereka ditangkap 23 Mei. 1 Juli 2003 Rizieq menyesal dan berjanji akan menindak anggota FPI yang melanggar hukum negara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 11 Agustus 2003 Majelis hakim memvonis Habib Rizieq dengan hukuman tujuh bulan penjara. 18 Desember 2003 Menurut Ahmad Sobri Lubis, Sekretaris Jenderal FPI, usai bertemu Wakil Presiden Hamzah Haz di Istana Wakil Presiden, Jakarta. FPI berjanji akan mengubah paradigma perjuangannya, tidak lagi menekankan pada metode perjuangan melalui gerakan massa dan kelaskaran. Perjuangan lebih ditekankan lewat pembangunan ekonomi, pengembangan pendidikan dan pemberantasan maksiat melalui jalur hukum.
28 Oktober 2004 Meski menuai protes dari berbagai kalangan, FPI tetap meneruskan aksi sweeping di bulan Ramadhan. Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i Ma'arif, meminta aksi-aksi sepihak yang dilakukan FPI terhadap kafe-kafe di Jakarta dihentikan. Dia menilai, apa yang dilakukan FPI merupakan wewenang pemerintah daerah dan kepolisian. 23 Desember 2004 Sekitar 150 orang anggota Front Pembela Islam terlibat bentrok dengan petugas satuan pengaman JCT (Jakarta International Container Terminal).
27 Juni 2005 FPI menyerang Kontes Miss Waria di Gedung Sarinah Jakarta. 2 Agustus 2005 Dewan Pimpinan Wilayah Front Pembela Islam (DPW-FPI) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, meminta pengelola Taman Kanak-kanak Tunas Pertiwi, di Jalan Raya Bungursari, menghentikan kebaktian sekaligus membongkar bangunannya. Jika tidak, FPI mengancam akan menghentikan dan membongkar paksa bangunan. 5 Agustus 2005 FPI dan Front Umat Islam (FUI) mengancam akan menyerang Jaringan Islam Liberal (JIL) di Utan Kayu, Jakarta.
19 Februari 2006 Ratusan massa Front Pembela Islam berunjuk rasa ke kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat dan melakukan kekerasan. 14 Maret 2006 FPI membuat ricuh di Pendopo Kabupaten Sukoharjo. 12 April 2006 FPI menyerang dan merusak Kantor Majalah Playboy. 20 Mei 2006 Anggota FPI menggerebek 11 lokasi yang dinilai sebagai tempat maksiat di Kampung Kresek, Jalan Masjid At-Taqwa Rt 2/6, Jati Sampurna, Pondok Gede. 21 Mei 2006 Dalam aksi mendukung RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin Indonesia(MMI) dan Hizbut Tahrir Indonesia(HTI) menyegel kantor Fahmina Institute di Cirebon.
2005
1 Mei 2007 Aksi peringatan Hari Buruh Internasional, diwarnai ketegangan antara gabungan massa aksi FPI dan FAKI dengan massa Aliansi Rakyat Pekerja Yogyakarta (ARPY). Ketegangan yang terjadi di depan Museum Serangan Oemoem 1 Maret Yogyakarta tersebut karena FPI dan FAKI menuduh gerakan ARPY terkait dengan Papernas yang menurut mereka beraliran komunis. 9 Mei 2007 Puluhan anggota FPI mendatangi diskotik Jogja dan mengusir orang-orang yang bermaksud mengunjungi tempat hiburan ini. Alasannya, diskotik ini menggelar striptease secara rutin.
1 Juni 2008 Massa FPI menyerang massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB) yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu dan anakanak di sekitar Monas. Massa AKK-BB waktu itu sedang berdemo memprotes SKB Ahmadiyah. Tak hanya memukul orang, massa FPI juga merusak mobil-mobil yang terparkir di sekitar lokasi tersebut.
2008 2007
8 Agustus 2010 Ratusan massa Front Pembela Islam (FPI) menyerang jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Indah Timur pukul 9 pagi di Kampung Ciketing Asem, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. 9 Agustus 2010 Ketua FPI cabang Solo dan Jama'ah Anshorut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir ditangkap polisi atas terorisme. 15 September 2010 Ketua FPI cabang Bekasi Murhali Barda ditangkap atas tuduhan penghasutan dalam kasus penganiayaan terhadap anggota Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). 1 Desember 2010 Kontes Waria yang dilaksanakan di Makassar batal. Kegiatan yang digelar untuk peringatan hari AIDS se-dunia itu dibubarkan paksa oleh ratusan massa dari FPI dengan Majelis Darul Mustafa Makassar.
2010 2011
2006 23 Agustus 2005 Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Abdurrahman Wahid meminta pimpinan tertinggi FPI menghentikan aksi penutupan paksa rumah-rumah peribadatan (gereja) milik jemaat beberapa gereja di Bandung. Pernyataan itu disampaikan Wahid untuk menyikapi penutupan paksa 23 gereja di Bandung, Cimahi, dan Garut yang berlangsung sejak akhir 2002 sampai kasus terakhir penutupan Gereja Kristen Pasundan Dayeuhkolot, Bandung pada 22 Agustus 2005 lalu. 5 September 2005 Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI. 19 September 2005 FPI diduga jadi dalang penyerbuan Pemukiman Jamaah Ahmadiyah di Kampung Neglasari, Desa Sukadana, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. 22 September 2005 FPI memaksa agar pameran foto bertajuk Urban/Culture di Museum Bank Indonesia, Jakarta agar ditutup. 16 Oktober FPI mengusir Jamaat yang akan melakukan kebaktian di Jatimulya Bekasi Timur. 18 Oktober Anggota FPI membawa senjata tajam saat berdemo di Polres Metro Jakarta Barat. 23 Oktober 2005 FPI kembali menghalangi jamaat yang akan melaksanakan kebaktian dan terjadi dorong mendorong, aparat keamanan hanya menyaksikan saja.
25 Mei 2006 FPI melakukan perusakan terhadap sejumlah tempat hiburan dan warung minuman di Kampung Kresek, Jatisampurna, Bekasi. FPI cabang Bekasi, mengepung kantor Polres Metro Bekasi.
25 Januari 2007 Ratusan orang anggota FPI, yang dipimpin oleh Habib Rizieq, mendatangi markas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk meminta dilakukannya investigasi terhadap serangan yang dilakukan Polri di kawasan Tanah runtuh, Poso, Sulawesi Tengah beberapa hari sebelumnya. Kawasan ini telah lama ditengarai sebagai pusat gerakan teror Jamaah Islamiyah(JI) yang dilakukan di Kabupaten Poso. 29 Maret 2007 Massa FPI yang jumlahnya ratusan orang tibatiba menyerang massa Papernas yang rata-rata kaum perempuan di kawasan Dukuh Atas, pukul 11.20 WIB. FPI menuduh bahwa Papernas adalah partai politik yang menganut paham Komunisme. 29 April 2007 Massa FPI mendatangi acara pelantikan pengurus Papernas Sukoharjo karena tidak suka dengan partai tersebut yang dituduh beraliran komunis.
8 September 2008 Ketua FPI Rizieq protes setelah buku, majalah, CD dan DVD porno ditemukan di rumahnya. 24 September 2008 FPI merazia dan merusak sejumlah warung nasi dan pedagang bakso di wilayah Pasar Wetan, Tasikmalaya, karena berjualan makanan pada bulan Ramadan. Aksi ini kemudian dibubarkan polisi.
30 April 2010 Puluhan orang yang tergabung dalam FPI dan LPI mendatangi Hotel Bumi Wiyata di Jalan Margonda Raya, Beji, Depok. Sekalipun polisi mencoba menghadang, massa ini tetap menerobos ke hotel, untuk membubarkan Seminar Waria yang sedang berlangsung. Sejumlah gelas dan piring hancur menjadi sasaran amuk massa. Zaenal Abidin, salah seorang pembicara yang juga perwakilan dari Komnas HAM, menjadi sasaran kemarahan massa saat mencoba menjelaskan materi acara. Salah seorang anggota FPI pun memukulnya. Seusai beraksi, massa pun membubarkan diri, sambil memberikan ancaman akan kembali jika acara tetap dilangsungkan. 25 Mei 2010 FPI mengupayakan untuk membongkar patung tiga mojang di Bekasi secara paksa. 28 Mei 2010 Saat perayaan waisak dan salat jumat secara bersama FPI melakukan bongkar patung naga di kota Singkawang secara paksa. 24 Juni 2010 FPI membubarkan secara paksa pertemuan komisi IX DPR di Banyuwangi. 17 Juli 2010 Enam dari sembilan pelaku bom molotov ditangkap polisi di Singkawang pada hari raya waisak tanggal 28 Mei. Mereka diduga merupakan anggota FPI, satu diantaranya merupakan anak dari ketua FPI cabang Singkawang.
29 Januari 2011 FPI menyerang masjid serta sektariat Ahmadiyah di Makassar. Mereka merusak papan nama serta menyita dokumen penting milik Jamaah Ahmadiyah. 10 Februari 2011 Juru bicara FPI, Munarman mengeluarkan ancaman akan menggulingkan pemerintahan SBY jika berani membubarkan organisasi masyarakat seperti FPI. Pernyataan itu dilontarkan tidak lama setelah tragedi penyerangan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Banten. 18 Februari 2011 Unjuk rasa FPI cabang Sumut di Medan menimbulkan kericuhan. Awalnya aksi berlangsung damai, namun setelah berdialog dengan Sekretaris Daerah Medan, Syaiful Bahri Lubis massa FPI menjadi marah. Mereka tersinggung dengan ucapan Syaiful yang meminta FPI lebih mengedepankan akhlak sebelum menuntut pembubaran Ahmadiyah. Mereka balik memaki-maki Syaiful. Bahkan Sekretaris FPI Sumut, Muhammad Iqbal mengancam melaporkan ucapan Syaiful ke Wali Kota dan DPRD Medan. 18 Februari 2011 Seribuan massa dari Front Pembela Islam dan Forum Umat Islam (FUI) melakukan demonstrasi anti Ahmadiyah di Bundaran Hotel Indonesia. Mereka mengecam dan menuntut pembubaran Ahmadiyah dan mengancam melakukan revolusi meniru gerakan massa di Tunisia dan Mesir jika pemerintah tidak membubarkan Ahmadiyah. 7 April 2011 Razia FPI di Makassar berakhir ricuh di tiga lokasi berbeda. Di pasar malam Harapan Bersama di Pettarani, Fly Over Urip Sumiharjo, serta di depan Lapangan Karebosi Makassar.[]