FRATER CMM 2/15
| VINSENSIUS A PAULO SEKARANG | VISITASI KE INDONESIA | KILASAN BALIK | DIALOG GEREJA TIMUR-BARAT | MAKAM BARU
DAFTAR ISI
WAWANCARA DENGAN PEMIMPIN UMUM
4
TENTANG FRATER ANDREAS
5
RUMUSAN MISI
TERBITAN
Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat.
Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-6256.
Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
Staf Redaksi: Bpk. Rien Vissers (pemimpin redaksi), Fr. Edward Gresnigt, Fr. Ad de Kok, Nathalie Bastiaansen, Bpk. Peter van Zoest (redaktur pelaksana) Penerjemah: Sdr. Steve Wakidi, Fr. Benyamin Tunggu Desain dan layout:
Heldergroen (www.heldergroen.nl)
Dicetak oleh: 4idea Printing Office: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai dan silakan transfer ke: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul depan: Pemimpin Umum bersama para postulan di Manado. Lihat halaman 8-10. Foto sampul belakang: Bangunan ‘Nationale Nederlanden’ di Rotterdam (foto: Frater Ad de Kok).
VINSENSIUS A PAULO SEKARANG
6
8
VISITASI KE INDONESIA
DARI STAF REDAKSI Terbitan majalah Frater CMM di musim panas kali ini banyak memberikan perhatian ke provinsi Indonesia. Dari 22 Maret hingga 12 April 2015 seluruh dewan umum mengadakan kunjungan ke provinsi yang memiliki jumlah frater terbesar dalam Kongregasi. Provinsi ini tercatat memiliki 133 frater berdasarkan data tanggal 1 Januari 2015. Pada tanggal tersebut provinsi Kenya dan Belanda memiliki masingmasing 52 dan 38 frater. Regio Timor Leste, Brazil, dan Namibia masing-masing memiliki 15, 13, dan 10 frater. Ketika kita memasukkan 18 frater di dua komunitas di bawah Dewan Pimpinan Umum (Generalat dan Belgia), jumlah total frater pada tanggal 1 Januari mencapai 279. Dalam wawancara dengan Rien Vissers, Pemimpin Umum, Frater Lawrence Obiko merefleksikan kunjungan ke Indonesia. Tiga halaman dalam edisi ini menyajikan laporan berupa potret komunitas/karya para frater. Frater-frater generasi pertama meninggalkan Belanda ke Indonesia pada tahun 1923 dan sampai tahun 1960-an frater asal Belanda menjadi mayoritas. Sekarang hampir semua frater berasal dari Indonesia. Sebuah acara khusus bagi para frater Belanda yang telah mendedikasikan hidup dan karya perutusan kongregasi di Indonesia sampai akhir hayat mereka berlangsung di Balige, yaitu acara pemindahan jenazah lima frater. Frater Franciscus Linus membuat sebuah laporan untuk kita. Karya para frater terus memberikan buah, yang tampak jelas dari laporan singkat tentang kaul perdana sebelas frater di Pematang Siantar, Sumatera Utara, Indonesia. Hal ini juga tampak dalam perayaan sekolahsekolah di Tarakan seputar hari pesta pelindung St. Don Bosco, yang adalah patron karya pendidikan para frater di Indonesia.
KILASAN BALIK
11
MENENGOK KE BELAKANG
SIMBOL
15
TIMUR-BARAT
MAKAM BARU
18
BERITA SINGKAT
20
IN MEMORIAM
22
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’
23
DIALOG GEREJA
14
16
3
WAWANCARA DENGAN PEMIMPIN UMUM
Semua Dewan Pimpinan Umum melakukan kunjungan kerja ke komunitas-komunitas frater di provinsi Indonesia dari tanggal 22 Maret sampai 12 April 2015. Pembicaraan kami dengan Dewan Pimpinan Provinsi dan para frater secara pribadi tetap tersimpan dalam benak saya sebagai benang merah dari pengalaman saya di sana. Pertemuan lengkap Dewan Pimpinan Provinsi bersama Dewan Pimpinan Umum adalah yang pertama dan baragkali pertemuan seperti ini tidak terjadi lagi. Mengingat kembali hal itu saya sadar bahwa kunjungan itu merupakan pengalaman khusus yang menguatkan. Selama periode dewan sebelumnya pada tahun 2009, saya ikut dalam sebuah pertemuan di Brazil bersama dewan umum, dewan provinsi dan dewan regio. Di sana kami membahas tema ‘kepemimpinan yang melayani’ dan menggali lebih dalam maknanya. Kami membahas isu sentral tentang bagaimana seseorang menjadi pemimpin melalui pelayanan. Bagaimana melayani sesama saudara kami dengan meneladani Yesus Kristus? Proses yang kami mulai pada waktu itu mulai berbuah. Namun, cara bagaimana kita hidup dalam kepemimpinan yang melayani dalam realitas setiap hari tentunya perlu implementasi yang terusmenerus. Sebagai dewan umum kami pasti ingin mendukung proses ini. Dalam pembicaraan kami saya mencoba untuk menciptakan suasana agar para frater merasa nyaman untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas. Semuanya dimulai dari pribadipribadi, dengan pertanyaan bagaimana setiap frater menghidupi hidupnya sendiri. Sebuah isu terus menjadi pokok pembahasan dalam diskusi ini. Bagaimana kita bisa meningkatkan pelayanan kita kepada orang miskin dan pada satu sisi bagaimana mengoptimalkan sumber finansial kita? Bagaimanapun juga, kita harus mampu memberi pelayanan kita kepada orang miskin. Adalah penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat. Ini bukan hanya masalah dewan umum dan provinsi. Komunitaskomunitas dan para frater secara pribadi harus berusaha untuk menemukan keseimbangan itu juga. 4
Pertemuan bersama antara Dewan Pimpinan Provinsi dan Dewan Pimpinan Umum merupakan kesempatan yang indah dimana masing-masing anggota membagi pemahaman mereka akan cita-cita, tujuan, misi, dan tugas-tugas dalam Kongregasi. Seperti yang saya katakan, semuanya dimulai dari pribadi frater. Kepemimpinan yang melayani bertujuan untuk memperluas potensi konkret dari para frater dan komunitas. Kita harus terus-menerus mengupayakan hal ini sehingga dapat membawa kemajuan yang berarti dalam hidup kta. Dewan umum mengharapkan untuk bekerja sebagai satu team. Kapitel umum juga menyoroti hal ini sebagai bagian dari misi kita. Jika kita ingin menjadi kredibel, kita sendiri harus memberikan bentuk konkret bagi kepemimpinan yang melayani. Kita ingin mempromosikan hal ini sekonkret mungkin dalam hubungan-hubungan kita di dalam kongregasi dan dalam bentuk yang khusus pada saat kunjungankunjungan kita. Kepemimpinan kita dimaksudkan untuk memperdalam spiritualitas dan memperluas pelayanan kita kepada orang miskin. Kami cukup menyadari bahwa para frater menjalani cita-cita mereka pertama-tama dan terutama di dalam komunitas. Komunitas mereka seharusnya menjadi ‘sekolah belas kasih’. Pewawancara Rien Vissers
TENTANG FRATER ANDREAS
FRATER PETERNAK Kompleks perkebunan ‘Huize Ruwenberg’ memiliki sebuah peternakan besar di dalamnya. Sebelumnya menjadi bagian perkebunan, tapi kemudian beralih menjadi sekolah asrama para frater. Pada awalnya ketika rumah sedang direnovasi, para frater menggunakannya sebagai tempat tinggal bagi komunitas mereka. Tidak lama kemudian peternakan menjadi bisnis yang menguntungkan yang menopang sekolah asrama tersebut.
Peternakan Ruwenberg. Dua belas sapi selalu memberikan susu segar bagi para siswa. Berkat ayam yang dipeliharanya, para siswa bisa selalu menikmati telur segar. Kuda-kuda di kandang digunakan sebagai kereta sekolah dan untuk mengerjakan sawah. Dalam salah satu paviliunnya para frater memulai toko roti. Ruwenberg menjadi terkenal karena rotinya yang lezat. Frater Judocus van den Hurk, anak seorang petani yang kuat dan bangga, bertanggung jawab atas peternakan Ruwenberg selama lebih dari setengah abad (18311906). Adiknya, Longina, telah bergabung dengan Suster-Suster Cinta Kasih (SCMM). Judocus bertekad bulat untuk tidak mengikuti jejak suadarinya. “Mereka tidak akan berhasil menipu saya untuk melakukan hal seperti itu,” demikian ia sering mengatakan. Namun, ia mengikuti panggilannya, meskipun baru di kemudian hari. Judocus masuk novisiat pada usia 32. Beberapa waktu kemudian ia bisa ditemukan setiap pagi dan setiap malam di antara sapi-sapi para frater. Peternakan menjadi salah satu ciri yang membuat sekolah asrama itu memiliki suasana yang unik. Selama musim panas siswa-siswa senang berada di antara pohon-pohon apel. Mereka berusaha untuk memetik beberapa apel tanpa diketahui frater-petani. Di musim dingin peternakan menjadi jauh lebih menarik. Ketika
mulai musim salju, Frater Judocus membiarkan padang rumput kecil tertutupi. Ketika es itu cukup keras ia mengizinkan anak-anak sekolah itu untuk bermain sepatu es di atasnya. Setiap sore Frater Judocus sendiri juga berjalan-jalan dengan sepatu es untuk mengajar anak-anak paling kecil bagaimana bermain sepatu es. Frater Judocus orangnya cukup cerdik dan bisa menemukan alasan yang tepat. Dia selalu terlibat dalam perbincangan yang menyenangkan bersama para frater guru. Beberapa orang yakin bahwa Ruwenberg harus dijauhkan dari peternakan, tetapi Frater Judocus menyatakan sebaliknya. Para frater lebih baik menyukai adanya peternakan di dekat mereka yang akan menutupi kekurangan keuangan sekolah. Frater Andreas dan Judocus bekerja bersama di Ruwenberg selama hampir lima puluh tahun. Mereka bergaul dengan baik. Keduanya anak petani dan mereka berbagi rasa yang luar biasa menyentuh akan kekayaan waktu. Kartu peringatan Frater Judocus berbunyi: “Dia tumbuh menjadi kaum religius teladan: kerja keras, peduli, cerdas, tepat waktu dan tanpa kompromi dalam filsafat hidupnya.” Kata-kata yang sama terdengar beberapa tahun kemudian untuk memperingati Frater Andreas. Charles van Leeuwen 5
INTERNASIONAL
VINSENSIUS A PAULO SEKARANG Para frater hidup menurut semangat yang diteladankan oleh Vinsensius a Paulo. Pendiri Kongregasi kita, Joannes Zwijsen (1794-1877), terinspirasi oleh cara hidup santo dari Perancis ini, yang lebih dikenal sebagai ‘St. Vinsensius’, yang mempromosikan dan menghidupi, bangkit membela yang miskin dan terpinggirkan. Setiap tahun pada tanggal 27 September diperingati hari kematian St. Vinsensius dan Frater CMM merefleksikan tugas perutusan Vinsensius yang memberi inspirasi dalam melaksanakan karya nyata lewat tugas perutusan seperti diuraikan dalam laporan berikut yaitu perayaan peringatan 2014. Frater Jan Koppens, pemimpin provinsi Frater CMM di Belanda, menyajikan sebuah refleksi selama perayaan Ekaristi di kapel komunitas Joannes Zwijsen di Tilburg. Sebagian dari refleksinya adalah sebagai berikut: “Masa ketika Vinsensius a Paulo hidup di abad ke17, dikenal di Belanda sebagai Zaman Keemasan. Namun, baik di Perancis maupun Belanda tidak semua memancarkan masa keemasan itu. Kaum ningrat, kaum bangsawan, para pedagang besar dan pemilik tanah mungkin telah menikmati kehidupan yang mewah. Tetapi berbeda bagi kebanyakan anggota masyarakat kelas bawah: petani sederhana, buruh miskin, para pengungsi dan orang-orang yang terserang beberapa penyakit berbahaya atau mematikan. Tidak banyak yang mereka miliki atau malahan tidak mempunyai apa-apa yang bisa membuat hidup mereka senang, kehidupan mereka keras, tanpa keamanan yang memadai. Kemiskinan material dan spiritual dari orang miskin di dekat dusun Folleville menginspirasi Vinsensius untuk memenuhi panggilan pribadinya. Dia melihat perlunya evangelisasi dan amal. Ada kebutuhan yang luar biasa besar untuk kedua hal tersebut. Vinsensius menyelenggarakan misi religius untuk wilayah itu, ia mendirikan kongregasi imam dan suster untuk membantu orang-orang miskin, orang sakit, dan yang membutuhkan. Sungguh luar biasa bahwa 200 tahun setelah kematiannya beberapa pendiri kongregasi aktif, di antaranya Joannes Zwijsen di Tilburg, terinspirasi oleh teladannya. Sampai dengan tahun 2014 kita boleh menyaksikan bahwa para frater masih termotivasi oleh semangat Vinsensius a Paulo. Pendekatan ‘melihat - tergerak - dan bertindak’, yang sangat Vinsensian, dapat dirasakan dalam komunitaskomunitas kita dan juga komitmen para frater dan anggota asosiasi untuk terlibat dalam kegiatan di 6
gereja dan masyarakat. Jika Anda seorang pengamat yang cukup jeli Anda akan melihat banyak contoh yang indah. Memang misi kita terus berlanjut!”
Aksi Pada tanggal 27 September 2014 mantan Pemimpin Umum, Frater Broer Huitema, ketika di Chicago, menghadiri pertemuan perwakilan dari Keluarga Vinsensian: Vinsensian, Putri Kasih, Suster-Suster Cinta Kasih, Serikat Vinsensius a Paulo, misionaris awam Vinsensian dan delegasi dari De Paul University. Dia menulis: “Yang sangat menarik adalah apa yang dikatakan dua rekan kerja dari De Paul University. Mereka berbicara tentang mahasiswa-mahasiswa tunawisma dari universitas, mahasiswa yang bisa dikatakan hidup di jalanan. Orang tidak mengharapkan hal semacam ini terjadi, dan lagi kita berbicara tentang sejumlah besar mahasiswa. Tidak ada fasilitas yang tersedia untuk mengurus para mahasiswa ini dan sesuatu harus dilakukan! Menarik bahwa segera para relawan mendaftar untuk mengurus hal itu. Tindakan langsung diambil saat itu juga!”
Penyelenggaran Ilahi Para frater yang difasilitasi perawatan dan penginapan ‘Het Dorpvelt’ di Zonhoven, Belgia, mengadakan ibadah peringatan dengan para suster dari fasilitas perawatan ‘St. Catharina’ yang berada di dekatnya. Tema hari itu ‘Penyelenggaran Ilahi’. Vinsensius selalu menyinggung konsep ini dalam surat-suratnya dan dalam ‘pembicaraan akrab’ dengan suster-suster Putri Kasih. Dia menekankan bahwa hal ini tidak berarti bahwa kita hanya menyerahkan semuanya kepada Allah untuk mengurus segalanya dan bahwa kita tidak perlu melakukan apa pun. Sebaliknya, Vinsensius
Jendela kaca patri Vinsensius a Paulo dan Louise de Marillac, di Pusat Vinsensius a Paulo Suster Puteri Kasih Chicago. Bersama-sama mereka mendirikan Puteri Kasih sebagai sebuah serikat hidup apostolik. menunjukkan bahwa talenta yang diberikan Tuhan harus digunakan untuk membantu orang miskin. Gagasan yang sama tentang ‘Penyelenggaran Ilahi’ bisa dibaca dalam komentar di Facebook oleh ‘Ambassadors of the Worldwide Brotherhood’ (Duta Persaudaraan Seluas Dunia), organisasi pemuda CMM di Kenya. David Mungai salah seorang anggota duta persaudaraan mengutip ungkapan Ibu Teresa pada hari peringatan St. Vinsensius: “Ketika orang miskin mati kelaparan itu tidak berarti bahwa Allah tidak peduli kepadanya. Hal itu terjadi karena Anda dan saya tidak memberikan kepada orang itu apa yang mereka butuhkan.”
Kerendahan Hati Pada tanggal 27 September 2014, komunitas frater CMM Lembata Indonesia, merefleksikan secara khusus ‘kerendahan hati Vinsensius.’ “Karena kerendahan hatinya Tuhan memakai Vinsensius sebagai alat untuk menaburkan ‘belas kasih’ di dunia dan menyebarluaskannya secara khusus kepada orang miskin. Dengan cara ini Vinsensius ditinggikan oleh Allah dan menjadi orang suci.” Frater-frater di Lembata berharap bahwa spiritualitas dan pendekatan Vinsensius akan menjadi inspirasi terutama bagi orang muda agar mampu menyalurkan kasih karunia Allah kepada orang-orang di sekitar mereka.
Kaum Muda Di Indonesia Vinsensius diperingati melalui berbagai kegiatan berupa pagelaran budaya, seperti tari,
pertunjukan, dan paduan suara. Para novis di Sulawesi Utara menyelenggarakan turnamen olahraga sejak 23 sampai 26 September dalam rangka memperkuat solidaritas di antara para frater, para novis, postulan, dan seminaris. Di Kenya kaum muda juga terlibat dalam peringatan tersebut. Beberapa sekolah frater membuat presentasi untuk mengenang Vinsensius a Paulo. Frater Leo van de Weijer memberikan presentasi di Sekolah Dasar Vinsensius a Paulo di Mosocho dan Frater Vincent Odhiambo berbicara kepada para siswa di Sekolah Menengah Vinsensius a Paulo di Oyugis tentang kehidupan dan karya Vinsensius. Pertanyaanpertanyaan menarik diajukan oleh para peserta seperti: Siapa sebenarnya Vinsensius dan apa saja yang ia lakukan? Apa arti pentingnya bagi kita, dan apa yang bisa kita pelajari dari dia? Apa yang bisa kita lakukan?
Sekarang Pada tanggal 27 September Frater Nicodemus Orang’i Otundo membuat pesan yang inspiratif melalui Facebook di Kenya. Ia membandingkan kerendahan hati Vinsensius dengan lima bintang cemerlang, yang terdiri dari kesederhanaan, kerendahan hati, keramahan, pengorbanan diri dan semangat. Ia menambahkan: “Pertanyaan yang harus kita ajukan sekarang adalah apakah keutamaan-keutamaan yang disebutkan itu masih dipraktikkan di masyarakat kita. Apakah masih ada ‘Vinsensius’ hari ini?” Nathalie Bastiaansen
7
INDONESIA
Anggota komunitas provinsialat Yogyakarta, DPP dan DPU.
Visitasi DEWAN PIMPINAN UMUM KE INDONESIA Semua Dewan Pimpinan Umum berada di Indonesia dalam sebuah kunjungan dari 22 Maret sampai 12 April 2015. Menurut para anggota dewan umum sifat kunjungan ini bisa diringkaskan dalam satu kata: ‘persaudaraan’. Bagi Frater Niek Hanckmann dan Pemimpin Umum, Frater Lawrence Obiko, anggota nonIndonesia dari dewan umum, kunjungan ini pada saat yang sama juga merupakan kesempatan yang baik untuk belajar mengenal kehidupan dan karya frater-frater Indonesia. Sebuah laporan melalui potret memberikan gambaran yang baik mengenai kunjungan ini.
Frater Niek Hanckmann dan Frater Rofinus Banunaek mengunjungi komunitas-komunitas dan sekolahsekolah di Ambon, Langgur, SoE dan Lembata. Mereka mengadakan pembicaraan pribadi dengan para frater. Di Kupang mereka juga mengadakan pertemuan dengan sekelompok orang muda dari anggota ‘Duta Persaudaraan Seluas Dunia’ yang dikoordinir kongregasi. Frater Lawrence Obiko dan Frater Benyamin Tunggu mengadakan kunjungan ke komunitas dan postulat di Manado dan ke komunitas dan novisiat di Tomohon. Mereka mengunjungi persekolahan Don Bosco Manado, kantor percetakan Andreas dan juga mengunjungi persekolahan Don Bosco dan asrama di Tomohon.
8
Kesempatan istimewa Selama minggu terakhir kunjungan mereka, keempat anggota Dewan Umum berkumpul bersama di Yogyakarta dan bertemu dengan anggota Dewan Pimpinan Propinsi Indonesia. Ini merupakan kesempatan istimewa karena untuk pertama kali semua anggota Dewan Pimpinan Umum dan semua anggota Dewan Pimpinan Propinsi berkumpul dengan lengkap. Di Yogyakarta juga ada kesempatan bertemu dengan para anggota ‘Duta Persaudaraan Seluas Dunia’. Nathalie Bastiaansen
Rapat DPU dan DPP di Yogyakarta.
Rumah frater di Lembata.
Kunjungan ke SMA Don Bosco di Lembata.
Sekolah Don Bosco Tomohon. 9
INDONESIA
Taman komunitas novisiat Tomohon.
Para novis, Magister dan DPU di taman novisiat Tomohon.
Postulat Manado.
Taman postulat Manado.
Pemimpin umum dengan postulan Manado.
Pertemuan dengan anggota WWB di Yogyakarta.
Tamasya - SoE. 10
BELANDA
‘Percetakan Panti Asuhan Putra Katolik Roma’ memiliki banyak pengrajin.
KILASAN BALIK SEBAGAI KONGREGASI PENDIDIKAN Pada tahun 1844 Joannes Zwijsen mendirikan Kongregasi Frater CMM untuk memperbaiki sistem pendidikan di lingkungan miskin di Tilburg. Tetapi dia memulai Kongregasi dengan pembuat sepatu, tukang tembaga dan pembuat bir yang menjadi frater-frater pertamanya. Pada saat pendirian Kongregasi, unsur-unsur kehidupan religius praktis sehari-hari masih harus dikembangkan. Mereka membutuhkan tempat untuk tinggal di mana para frater bisa belajar bagaimana berdoa, bermeditasi, melakukan penebusan dosa dan menjalankan hidup bakti. Banyak kegiatan praktis harus diselesaikan sebagai religius sebelum memulai mengajar. Apa yang bisa dilakukan Zwijsen dengan tiga guru?
Zwijsen mempercayakan para novis pertamanya kepada para biarawan Trappists yang pada waktu itu tinggal di sebuah biara tua Kapusin di Meerseldreef, Belgia. Tahun 1846 para rahib pindah ke Achelse Kluis. Calon frater yang juga seorang pembuat bir mestinya merasa cukup kerasan karena mereka memiliki tempat pembuatan bir dan kemungkinan besar mereka menyajikan segelas bir setiap sore di meja makan. Dua novis lainnya tentu saja tidak keberatan dengan segelas bir tersebut. Setidaknya, ketika mereka kembali ke Tilburg pada tahun 1845, mereka membawa kebiasaan ini kepada Kongregasi baru tersebut. Kebiasaan ini berlanjut tanpa gangguan sampai Perang Dunia II. Cabang Frater CMM di Belgia melanjutkan tradisi bir sampai hari ini
Pengrajin Anggota Kongregasi Frater CMM secara bertahap meningkat di abad kesembilan belas dan turut bergabung frater-frater yang adalah guru. Juga para pastor bergabung ke Kongreasi baru tersebut. Di samping mereka ada juga frater-frater tidak harus buru-buru setiap hari untuk pergi ke sekolah dan setelah pulang mengoreksi banyak lembar kerja dan buku catatan, atau yang perlu belajar untuk mendapatkan ijazah di bidang pendidikan, teologi dan filsafat. Dalam komunitas, kongregasi yang sedang berkembang juga terdapat orang-orang yang diperlukan yang mengurus pekerjaan sehari-hari di rumah, yang memastikan bahwa makanan di meja telah disiapkan tepat waktu, bahwa
11
BELANDA
Bengkel tukang kayu. makanan siap disajikan, frater-frater yang bisa memperbaiki hal-hal besar dan kecil. Singkatnya: ahli-ahli ‘teknik’ membuat lembaga tetap berjalan. Dan pekerjaan mereka diperluas. ‘Drukkerij van het R.K. Jongensweeshuis’ (Percetakan Panti Asuhan Putera Katolik Roma) memiliki banyak pengrajin yang menghasilkan produk percetakan kelas satu. Selama bertahun-tahun di sekitar rumah induk Gasthuisstraat beberapa bisnis dijalankan yang sebagian besar terletak di sepanjang jalan bernama ‘Industriestraat’ (Jalan Industri). Ada toko pertukangan yang lengkap. Mereka yang ingat kapel neo-gothic lama di rumah induk (yang diruntuhkan pada tahun 1970-1971), pasti ingat bangku-bangku indah yang dibuat di toko pertukangan di bawah arahan Frater Theodulfus Verdonk. Jubah para frater dibuat dan diperbaiki di bagian penjahit. Juga ada pembuat sepatu, tukang roti, pelukis dan tukang listrik yang sangat handal. Pada tahun 1919, di samping perguruan tinggi keguruan yang telah ada sejak tahun 1850, sebuah lembaga setingkat akademi khusus dimulai untuk anak laki-laki yang ingin menjadi ahli dalam keterampilan teknis untuk menjaga keberlangsungan toko-toko ini. Direktur pertama adalah Frater Richarius Venmans. Lembaga ini sungguh dikenal sebagai ‘Richariaat’. Setelah beliau ada direksi lainnya dan pengawas, seperti Frater Ignatius Smeulders, yang kemudian menjadi direktur percetakan dan Frater Eucharius van Keulen, yang bertanggung jawab pada bagian roti. Frater Severianus van de Laak 12
dan Faustus Verhoeven bertugas sebagai pemimpin kelompok. Lembaga ini bertahan sampai tahun 1929. Pada tahun itu para yunior yang sedang mengikuti pelatihan kerja pindah ke perguruan tinggi keguruan di mana mereka tinggal bersama dengan para calon guru.
Dekorasi teater Setelah Frater Tharcisio Horsten terpilih sebagai pemimpin umum pada tahun 1926, lembaga ‘Verenigde Vijverwerkers’ -VVW- (Serikat Pekerja Kolam) dimulai di rumah induk yang melakukan perjalanan ke Sparrenhof untuk menggali kolam. Karya ini berlangsung selama sekitar sepuluh tahun. VVW memiliki peraturan sendiri dan bendaharanya adalah Frater Maximus Streng, koster rumah induk.
Bangku gereja dari kapel rumah induk lama.
Banyak dari frater teknisi ini adalah anggota dari kelompok orkestra yang tampil di semua pesta dan upacara. Salah satu konduktor yang paling terkenal dari kelompok ini adalah Frater Auxilius Brokken, yang datang dari Den Bosch untuk praktik dan pertunjukan. Di kemudian hari Frater Godefridus Melis menjadi pemimpinnya. Musik di rumah induk cukup profesional. Paduan suara frater-frater dipimpin dan diiringi musisimusisi yang kompeten dan memberikan pertunjukan yang indah terutama selama perayaan Ekaristi khidmat dan Pemberkatan di sore hari. Di sini juga banyak frater yang ahli teknik. Perlu diingat juga bahwa banyak teknisi dibutuhkan saat perayaan-perayaan yubilium dan pembuatan dekorasi teater. Pada waktu tertentu ada kelompok tetap yang hampir memiliki pekerjaan purna waktu untuk membangun dan menjaga dekorasi teater. Banyak drama megah ditampilkan. Apa yang terjadi di rumah induk Tilburg termasuk skala besar dan yang terjadi di tempat lain di Belanda skalanya lebih kecil. Di mana-mana bisnis dimulai. Ketika bagian Kongregasi di Belanda sebagai lembaga pendidikan mulai mengalami kemunduran, demikian
Jubah para frater dibuat dan diperbaiki di bagian penjahit. pula bidang-bidang yang menopangnya, bagian teknis juga menghilang. Yang tersisa adalah sebagai lembaga religius yang dengan bantuan berbagai sumber dapat terus dan tetap mempertahankan semangat awal, terlepas dari segala hal lainnya. Frater Godfried Kanen (Awal dimuat dalam Frater CMM, 1/2006)
Bagian pembuat roti.
13
TAHUN HIDUP BAKTI
MENENGOK KE BELAKANG Tulisan kedua seri ‘Sukacita!’ untuk Tahun Hidup Bakti muncul pada bulan April dengan bahan refleksi bagi frater-frater dan anggota asosiasi Kongregasi. ‘Menengok ke Belakang: Sukacita Panggilan Kita’ menjadi thema publikasi ini. Ini sesuai dengan maksud utama dari tahun ini: ‘Melihat masa lalu dengan rasa syukur’. Tujuan berikut adalah: ‘Hidup dengan kasih di masa kini’ dan ‘Merangkul masa depan dengan harapan’.
Sama seperti yang pertama, edisi Sukacita! bulan April juga membuka tulisan dengan beberapa kutipan. “Dalam panggilanmu, Tuhan berkata kepadamu: ‘Kamu penting bagi-Ku, Aku mencintaimu, Aku memperhitungkanmu’ (Paus Fransiskus). Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Yohanes 15:16). Kita percaya bahwa segenap hidup kita berada dalam tangan Allah. Kita menerima keberadaan kita, dengan segala suka dan dukanya, dari tangan-Nya” (Konstitusi CMM I, 248-249).
Kutipan Vinsensius Beberapa kutipan dari Vinsensius a Paulo juga dimasukkan yang merupakan sumber inspirasi penting bagi Kongregasi Frater CMM. Suatu ketika ia mengatakan kepada suster-susternya: “Betapa beruntungnya kalian, Suster- suster, yang dipanggil untuk hidup dalam keadaan yang begitu menyenangkan Allah. Betapa beruntungnya kalian Suster-suster bahwa Allah telah memanggil kalian untuk pelayanan suci tersebut. Engkau akan kehilangan begitu banyak keberhasilan bila engkau kehilangan panggilanmu, karena dengan demikian engkau lebih muda didekati setan, keinginan duniawi, dan keinginan daging, dan pada waktu yang bersamaan engkau akan memperkaya jiwamu dengan kesempurnaan Kristiani.” Berkaitan dengan kutipan Vinsensius, diajukan ‘beberapa pertanyaan untuk meditasi dan sharing’: “St. Vinsensius a Paulo mengingatkan para 14
susternya untuk bersukacita dan tetap teguh terhadap panggilan mereka di saat-saat awal: bahwa mereka diberi kekuatan untuk menyerahkan diri secara radikal. Renungkanlah kembali perjalanan awal dari panggilanmu sendiri: hal apa sajakah yang telah engkau dapatkan yang membuatmu bersukacita? Vinsensius cukup realistis bahwa minat terhadap panggilan bisa saja mengalami kerapuhan (Vinsensius mengtakan: ‘menjadi dingin’). Bagaimana denganmu? Apa yang engkau lakukan berhadapan dengan kerapuhan tersebut? Bagaimana usahamu supaya api itu menyala dengan baik?” Di bagian tengah terdapat surat edaran dari Kongregasi Vatikan untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik untuk Kaum Religius mengenai Tahun Hidup Bakti. Judulnya adalah: Bersukacitalah! Tulisan ini didasarkan pada kata-kata Paus Fransiskus, yang diambil dari khotbah dan tulisan-tulisannya. Isinya memuat penugasan untuk menyebutkan sejumlah momen menyenangkan sepanjang perjalanan panggilanmu. ‘Tahun Hidup Bakti’ dirayakan di seluruh Gereja Katolik dari tanggal 29 November 2014 sampai 2 Februari 2016. Paus Fransiskus menetapkan tahun khusus ini pada 29 November 2013 selama pertemuan dengan kaum religius di Roma. Dia menyerukan kepada ordo-ordo dan kongregasikongregasi untuk selama kurun waktu tersebut merefleksikan pentingnya kehadiran mereka bagi Gereja dan masyarakat. Frater CMM juga mengambil bagian dalam tahun ini untuk merefleksikan panggilan dan misi mereka. Edisi Sukacita! muncul dalam bahasa Belanda, Inggris, Indonesia dan Portugis dan bisa ditemukan melalui ‘berita’ di www.cmmbrothers.org. Peter van Zoest
SIMBOL
KEHADIRAN YANG KOSONG Selama Sidang Umum 2014, semua anggota sidang diminta untuk membawa simbol yang mengungkapkan pandangan mereka tentang masa depan Kongregasi, misi mereka, atau kehidupan religius pribadi mereka. Ini menghasilkan sejumlah cerita yang menarik. ‘Frater CMM’ akan memublikasikan beberapa kisah yang terpilih. Edisi ini menyajikan simbol dari anggota asosiasi, Henk van de Wal.
Simbol saya sangat tradisional, tetapi juga sangat mendasar, fundamental dalam arti yang tepat. Simbolnya adalah salib kecil yang sudah saya pakai selama beberapa tahun. Saya memakai salib ini karena saya ingin menunjukkan apa yang saya perjuangkan. Saya tahu hidup dalam persaudaraan dan belas kasih tidak ditunjukkan dengan memakai salib, namun itu adalah cara bagi saya untuk membiarkan orang melihat apa yang menjadi sumber hidup saya. Orang melihat salib saya dan mereka memulai membicarakannya. Anda dapat menyebutnya semacam humas (public relations). Salib adalah sebuah simbol yang mengerikan. Hal ini mengingatkan kita betapa kejam dan menghancurkan yang dilakukan manusia. Tetapi kita juga tahu bahwa salib adalah simbol harapan dan kehidupan. Ini adalah salib tempat Yesus telah mati dan merentangkan tangan-Nya untuk memeluk dunia. Kita bisa melihat salib sebagai penghubung: vertikal menghubungkan langit dan bumi, dan horizontal menghubungkan orang-orang satu sama lain. Dan persilangan adalah titik tempat segala sesuatu bertemu. Di sanalah Yesus dibunuh, itu adalah tempat di mana mereka
menurunkan Dia dari salib, dan itu adalah titik di mana kita dapat mengambil tempat-Nya. Itulah alasan mengapa saya menganggap salib ini begitu istimewa. Saya membelinya di Israel tempat Anda dapat membeli jutaan salib. Namun, saya hanya melihat satu saja salib yang seperti ini: Sebuah salib di mana Yesus tidak di sana lagi, di mana Ia telah bangkit, tetapi di mana ia jelas-jelas pernah ada di sana. Di sana ia membuat ruang bagi kita. Dia menyediakan tempat bagi kita, tempat di mana kita diizinkan untuk mengisi diri kita sendiri, dengan cara kita sendiri, dengan kemungkinan dan bakat kita sendiri. Dengan cara ini salib tetap menjadi tanda iman, harapan dan cinta. Salib adalah penunjuk arah, kompas, dan undangan untuk mengikuti Yesus dalam perjalanan belas kasih, sehingga dengan mengikuti teladan dan dorongan Roh-Nya, kita bisa menjadi orang seperti yang dimaksudkan oleh Pencipta kita.
Henk van de Wal
15
BELANDA
Tampak dari sisi timur Generalat tempat beradanya Communicantes.
DIALOG GEREJA TIMUR-BARAT DI GENERALAT Sejak pertengahan Januari 2014 Yayasan Communicantes menyewa bagian dari sayap timur Generalat CMM Gasthuisring di Tilburg. Organisasi ini mengupayakan komunikasi yang lebih baik antara Gereja Katolik Roma di Belanda dan gereja-gereja dan komunitas gereja Eropa Tengah dan Timur. Communicantes menyelenggarakan simposium di Generalat pada tanggal 4 April berjudul: ‘Gereja-Gereja dan Perang di Ukraina. Apa Kontribusi Gereja Bagi Perdamaian dan Rekonsiliasi?’
Communicantes didirikan oleh Pastor Jan Bakker SSS (1914-1982) dari Nijmegen. Pada awal 1960-an pastor terlibat dalam Gereja yang dianiaya komunis di Eropa Timur. Lebih dari 20 tahun Pastor Bakker mendedikasikan dirinya untuk mewujudkan dua tujuan, yang masih sedang diupayakan oleh Communicantes pada saat ini: untuk membangun kontak dan komunikasi di antara umat Katolik yang karena alasan tertentu tidak dapat melakukan hal itu saat ini dan untuk menyebarkan gagasan-gagasan dari Konsili Vatikan II.
Ukraina Perang di Ukraina yang sekarang ini telah berlangsung selama lebih dari satu tahun telah memecah gereja, sementara pada saat yang sama telah mempersatukan mereka. Oleh sebab itu adalah baik bagi Communicantes untuk mengeksplorasi kontribusi apa yang bisa diberikan gereja-gereja iniversal untuk perdamaian dan rekonsiliasi. Di satu sisi kita ingin 16
mempelajari apa yang bisa dilakukan Belanda untuk Ukraina, misalnya melalui organisasi perdamaian PAX. Di sisi lain kita ingin mendapatkan gambaran potensi perdamaian dari gereja-gereja itu sendiri, terutama kedua antagonis: Gereja Katolik Roma yang memiliki sejumlah besar paroki di Ukraina dan Gereja Katolik Yunani, yang terlepas dari tradisi Ortodoksnya mengakui supremasi paus di Roma. Pembicara dari Ukraina telah diundang untuk tujuan ini. Itu adalah pertemuan untuk saling belajar dan menggali informasi yang sekaligus memfokuskan perhatian pada konflik serius dan tampak sulit di perbatasan benua Eropa. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.communicantes.nl. Frans Hoppenbrouwers, anggota dewan Communicantes
Peserta simposium di ruang kapitel Generalat tempat berlangsungnya pertemuan.
Melihat gambaran Ukraina di kapel Generalat saat istirahat.
Dr. Heleen Zorgdrager, profesor Teologi Sistemik dari Protestant Theological University di Amsterdam dan selama bertahun-tahun menjadi dosen tamu di Universitas Katolik Ukraina di Lviv, membahas potensi rekonsiliasi Gereja Yunani Ukraina-Gereja Katolik.
Dr. Lidiya Lozova dari Kiev (Gereja Ortodoks Ukraina patriarkat Moskow) berbicara tentang inisiatif perdamaian skala kecil Gereja Ortodok Ukraina. 17
INDONESIA
KUBURAN BARU UNTUK LIMA FRATER DI BALIGE Pada tanggal 9 April 2015 lima jasad frater yang telah meninggal digali dari tempat pemakaman sebelumnya untuk dikuburkan kembali di pemakaman Frater CMM di Balige. Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara, Indonesia, tempat para Frater CMM memulai misi mereka di tahun 1927. Sedikit ke selatan, di Balige, frater-frater mendirikan komunitas mereka pada tahun 1950. Para frater yang dimakamkan di sini adalah: Gonzaga Schoenmakers († 24 Desember 1953), Avitus de Rooij († 17 Juni 1979), Geroldus Smulders († 2 Mei 1980), David Fleerakkers († 16 April, 1987) dan Mario van Breemen († 25 Oktober 1987). Semua frater ini meninggal di Medan.
Foto Frater Gonzaga Schoenmakers, Avitus de Rooij, Geroldus Smulders, David Fleerakkers dan Mario van Breemen pada upacara pemakaman.
Pemindahan peti mati secara resmi.
18
Penggalian tiga kuburan didahului dengan ibadah singkat yang dipimpin oleh Pastor Gabriel Maing OFM. Dua lokasi kuburan berikutnya digali oleh Frater Paskalis Wangga, pemimpin komunitas frater Medan, dibantu oleh beberapa umat, anggota lingkungan. Jenazah ditempatkan ke peti mati kecil dan dibawa ke gereja St. Diego, oleh petugas paroki Pasar Merah Medan. Misa Requiem diselenggarakan di sana dan dipimpin oleh Pastor Gabriel. Hadir para suster SCMM dan FSE, serta pengurus stasi, yang telah menyiapkan makan bersama untuk para frater dan tamu. Pada pukul 5 sore peti mati dengan jenazah ditempatkan ke dalam ambulans poliklinik frateran Aek Tolang untuk selanjutnya dibawa ke Balige. Setelah perjalanan sekitar 6 jam rombongan tiba pukul sebelas malam dan kelima peti mati ditempatkan di kapel komunitas frater Balige serta diadakan tuguran selama satu hari dua malam.
Pastor Arie van Diemen mendupai peti mati.
Pemakaman Pada tanggal 11 April, pukul 10.30 pagi upacara penempatan peti mati ke dalam makam dimulai. Hadir para frater dari Sumatera Utara, pastor-pastor paroki, para suster, guru-guru, para siswa, para mantan guru dan alumni dari sekolah-sekolah Katolik di Balige, umat Katolik Balige dan perwakilan dari pemerintah daerah. Upacara dimulai dengan penyerahan resmi atas lima peti mati oleh Frater Paskalis Wangga ke Frater Amator Hems, yang mewakili komunitas Balige. Upacara dilanjutkan dengan Misa Requiem yang dipimpin oleh pastor Arie van Diemen dan pastor Gabriel Maing. Pada saat itu lima peti mati ditempatkan di dalam ‘tugu’, makam yang dibangun dengan gaya Batak di kompleks milik frater. Setelah upacara dilanjutkan dengan makan siang bersama dan diakhiri dengan ucapan terima kasih yang disampaikan oleh frater Franciscus Linus, pemimpin komunitas Balige mewakili pemimpin provinsi yang tidak bisa hadir karena pertemuan dengan DPU di Yogyakarta.
Misa Requiem di kapel rumah frater di Balige.
Prosesi membawa peti mati ke tempat peristirahatan terakhir mereka.
Frater Franciscus Linus
Penempatan lima peti mati di ‘tugu’. 19
BERITA SINGKAT
PARA DUTA PERSAUDARAAN DI NAMIBIA MENYELENGGARAKAN ‘JALAN SALIB KRISTUS 2015’ Setiap tahun pada masa Prapaskah, Duta Persaudaraan Seluas Dunia Namibia, gerakan pemuda internasional Frater CMM, mengadakan ziarah ‘Jalan Salib Kristus’. Tahun ini diadakan pada tanggal 14 Maret, dengan tema: “Kita hidup karena iman, bukan karena melihat” (2 Korintus 5: 7). Para peziarah memulai perjalanan dari Windhoek, dan dari sana mereka menuju Poor Clare Monastery di Brakwater. Setibanya di biara, sekitar pukul 10 pagi, ada perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Agung Liborius Nashenda, OMI. Banyak orang, tua dan muda, bergabung mengikuti seruan para duta persaudaraan untuk mengikuti Jalan Salib Kristus’.
POSTULATOR BARU UNTUK PROSES BEATIFIKASI FRATER ANDREAS Dalam rangka memperkuat proses beatifikasi untuk Frater Andreas van den Boer, Frater Broer Huitema, mantan Pemimpin Umum Frater CMM telah mengadakan pembicaraan serius dengan Pemimpin Umum CM, Pater Gregory Gay saat mengikuti kursus sabatikalnya di Amerika Serikat (24 Juli-10 Desember 2014). Sebagai anggota Keluarga Vinsensian dan memiliki spiritualitas Vinsensian, Kongregasi Frater CMM meminta agar proses beatifikasi tersebut dibantu oleh pater-pater dari Kongregasi Misi. Pater Shijo Kanjirathamkunnel adalah seorang Vinsensian berusia 39 tahun, dari India yang merupakan Postulator Umum Kongregasi Misi dan Putri Kasih dan saat ini bekerja untuk 21 ‘beatifikasi’. Dia sangat bersedia untuk membantu menjalankan proses beatifikasi dari Frater Andreas van den Boer. Pada tanggal 17 Februari 2015, setelah menerima persetujuan dari Kongregasi untuk Pengangkatan Orang Kudus dan dengan persetujuan Dewan Pimpinan Umum, Pemimpin Umum Frater Lawrence Obiko menunjuk Pater Shijo Kanjirathamkunnel sebagai postulator untuk melanjutkan proses beatifikasi menjadi yang Terhormat Andreas van den Boer. Pater Shijo adalah pengganti dari Monsignur Jan Heeffer yang merupakan wakil dari Kongregasi untuk Pengangkatan Orang Kudus sampai tahun 2014. Selanjutnya, pada tanggal 1 Maret 2015 Pater Shijo 20
Pater Shijo Kanjirathamkunnel dalam pertemuan dengan Paus Fransiskus.
menunjuk Pater Willem Spann, OSFS sebagai wakil postulator. Pater Spann menjadi koordinator untuk Kantor Frater Andreas sejak tahun 2003 dan telah aktif dalam mempromosikan beatifikasi Frater Andreas secara teratur melalui doa pada hari Senin pertama setiap bulan di Generalat. Kami ingin mendorong para pembaca untuk sering berdoa memohon rahmat dan berkat dari Allah dengan perantaraan Frater Andreas. Sangatlah penting bahwa ketika permohonan-permohonan dikabulkan, perlu diinformasikan kepada koordinator!
BERITA SINKAT
PERAYAAN HARI DON
‘KELOMPOK KERJA
BOSCO DI TARAKAN
HIDUP BAKTI’
Frater CMM di Indonesia memilih Santo dari Italia Giovanni Bosco, yang lebih dikenal dengan ‘Don Bosco’, sebagai santo pelindung karya karena kegiatan pendidikan merupakan bagian utama dari karya mereka. Untuk memperingati hari kematiannya, pada tanggal 31 Januari 2015 semua sekolah yang bernaung dibawah Yayasan Don Bosco perwakilan Tarakan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dimulai tanggal 10-31 Januari. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membangun hidup bersama dalam semangat persaudaraan dan belas kasih diantara guru, siswa dan orang-orang yang bekerja di Yayasan Don Bosco. Sehubungan dengan itu pada tanggal 10 Januari diadakan sebuah seminar di aula SMA Frater Don Bosco Tarakan dengan pembicara Bapak Fidelis Elisati Waruwu.
Kelompok Kerja Hidup Bakti provinsi Belanda untuk pertama kali berkumpul bersama pada tanggal 21 Februari 2015. Kelompok ini terdiri dari empat anggota: anggota dewan umum Frater Niek Hanckmann, Frater Paul Damen, anggota asosiasi Christianne van de Wal dan Pastor Trees Versteegen. Kelompok ini mengkaji bagaimana membimbing mereka yang ingin menjadi frater, anggota asosiasi atau dengan salah satu cara bergabung dengan Kongregasi. Selanjutnya kelompok juga mempertimbangkan untuk menulis teks doa panggilan baru, yang dimaksudkan untuk provinsi Belanda.
Anak-anak sekolah menyanyikan lagu dalam acara pesta pelindung Don Bosco di Tarakan. Tema seminar ini adalah: ‘Membangun Kecerdasan Holistik, Integritas dan Keteladanan Guru’. Dengan materi, ‘Kesadaran Diri Identitas Manusia (Spiritualitas, Moral, Sosial, Intelektual, dan Afeksi)’. Pada tanggal 24 Januari sekolah-sekolah Yayasan Don Bosco mengadakan acara jalan sehat bersama. Acara ini dimulai dengan doa dan kata sambutan dari Ketua Yayasan Don Bosco, Frater Rikardus Rumangun. Tema kegiatan ini adalah ‘Setia dalam pelayanan merupakan bukti cintaku kepada Yayasan Don Bosco’. Dari 26-29 Januari berbagai kegiatan diselenggarakan untuk meningkatkan tidak hanya keterampilan dalam seni maupun olah raga para siswa dan guru, namun juga untuk meningkatkan kesadaran mereka akan lingkungan. Pada tanggal 31 Januari, diselenggarakan upaca penutupan untuk serangkaian kegiatan di bulan tersebut, semua sekolah Yayasan Don Bosco di Tarakan merayakan pesta nama pelindung mereka. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Yustinus Harjosusanto, MSF, Uskup Agung Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam khotbahnya Uskup Yustinus meminta para guru, siswa dan karyawan Yayasan Don Bosco untuk meneladan Don Bosco.
Don Bosco.
21
IN MEMORIAM
PROFESI PERDANA DI PEMATANG SIANTAR Pada tanggal 25 April 2015 sebelas novis tahun kedua mengucapkan profesi perdana. Kaul yang mereka ikrarkan akan diperbarui setiap tahun. Upacara berlangsung di novisiat Frater CMM Pematang Siantar, Sumatra Utara, Indonesia, tempat mereka menjalani pembinaan. Hadir pada acara ini adalah pemimpin provinsi Frater CMM Indonesia dan anggota dewan provinsi lainnya, para frater komunitas sumatera utara, para imam, suster dan umat sekitar. Dari sebelas frater yang mengucapcan profesi, enam di antaranya berasal dari Timor Leste: frater Domingos da Costa, Francisco Maia, Januario Terca Soares, Tome Fatimah, Pascoal Soares Madeira dan Carlito Alves. Yang berasal dari Timor Barat frater Kornelis Seran, Karolus Neno Beti, Liberius Meko dan Adrianus Mei, dan yang berasal dari Sumatera utara Frater Aron Dongoran Sihombing. Perayaan profesi perdana dipimpin oleh pastor Moaldus Banjarnahor OFM Cap, bersama para pastor paroki setempat. Kaul perdana diterima oleh Pemimpin Provinsi frater Martinus Max Mangundap dan homili disampaikan oleh frater Lambertus Kato’o, pemimpin novis tahun kedua. Dalam homilinya frater Lambertus menekankan harapkannya agar mereka senantiasa setia bersama frater dalam komunitas dan terlibat dalam kegiatan masyarakat. Setelah Ekaristi acara dilanjutkan di kompleks novisiat.
Para frater mengucapkan kaul.
22
FRATER
ALBERTUS (A.B.) FAU Ia lahir di BawĂśmataluo, Indonesia, pada tanggal 4 April 1940 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih pada tahun 1964. Ia meninggal pada tanggal 16 April 2015 di komunitas frater Aek Tolang (Sumatera utara, Indonesia ) dan dimakamkan di pemakaman frater Balige. Beli, demikian ia dipanggil, dibesarkan dalam masyarakat yang akrab di desa BawĂśmataluo pulau Nias, dalam suasana sungguh Katolik. Beliau menjadi murid yang pandai sehingga harus meninggalkan pulau Nias dan pergi ke Balige (Sumatera) untuk melanjutkan pendidikan menengah di sekolah yang ditangani oleh para frater. Melalui sekolah ini ia mulai mengenal para frater, panggilannya bertumbuh dan ingin mengabdikan hidupnya menjadi frater. Pada tahun 1964 ia masuk frater dan dipanggil frater Albertus. Setelah profesi pertama ia melanjutkan studi di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Balige, yang juga dikelola oleh para frater. Setelah selesai, ia ditempatkan di Gunung Sitoli (Nias) tempat para frater memulai yayasan baru. Frater Albertus dianggap sebagai pelopor di Indonesia bagian barat yang kemudian terbentuk menjadi regio Sumatera. Pada tahun 1971 ia pindah ke komunitas Medan dan di sana ia memperoleh kelayakan untuk mengajar pada tingkat sekolah menengah dan cepat berkembang menjadi seorang guru yang trampil. Jika dibutuhkan ia bisa menempati posisi pemimpin atau wakil pemimpin. Melalui komitmen religius dan dedikasinya ia memiliki cukup pengaruh bagi fraterfrater muda. Ketika kesehatannya memburuk, ia tetap terlibat dalam kehidupan komunitas. Sebagai kongregasi kita bangga memiliki frater seperti ini di tengah-tengah kita. Kita sekarang mempercayakan Frater Albertus ke Sang Maha Pengasih, Dia yang tentunya telah mengambilnya kepada Cinta-Nya, cinta yang tidak mengenal batas.
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’ (DARI KONSTITUSI FRATER CMM)
RELASI DENGAN YANG PALING LEMAH ‘Kualitas masyarakat dapat dibaca dari tingkat perhatian membangun relasi dengan yang paling lemah’. Ini sesuai dengan teks poster Gerakan Belas Kasih. Dampak sangat luar biasa sehingga kita mencetak ulang dua kali. Banyak orang dalam posisi pemimpin memasangnya di kamar mereka.
Kita dapat menyimpannya begitu saja, jauh dari hati. Tetapi ketika kita mengubahnya menjadi realitas konkret akan ada perbedaan. Kualitas keluarga kita, tempat kerja kita, sekolah kita, kita dapat mengukurnya dengan tingkat perhatian yang diberikan kepada mereka yang lemah. Ini menjadi lebih jelas ketika kita menyadari, bahwa kita sendiri mungkin menjadi mata rantai yang paling lemah itu.
menguasai. Yesus mengalami hal ini secara pribadi, namun Ia mengatakan: “Sebuah dunia di mana orang yang terlemah menemukan keadilan, dunia itu akan datang.” Lihatlah ke sekitar, maka Anda dapat melihat bahwa hal itu sudah terjadi. Dia meminta kita untuk mengikuti-Nya dalam perjalanan. Barisan orang yang tak berujung tampaknya sedang melakukannya. Mereka memikul dunia.
Teks ini tentang belas kasih. Ini berhubungan dengan memberikan preferensi kepada orang atau sekelompok orang yang berada di pinggiran: salah satu dari anak-anak kita yang mengalami kesulitan hidup, sesama saudara yang sakit, seorang rekan yang telah kehilangan pekerjaannya, seorang pengungsi di lingkungan kita; daftarnya hampir tak ada ujungnya. Dan lagi dan lagi, ini tentang tiga susunan yang merupakan kelipatan: melihat, tergerak, dan bertindak.
Kekecewaan besar tentang kematian cita-cita sosialisnya Henriette Roland Holst (1869-1952) menulis:
Johan Huizinga (1872-1945), filsuf Belanda terkenal di bidang budaya, sudah menulis di awal abad kedua puluh: “Bahkan ketika budaya tidak menghasilkan prestasi teknis atau patung artistik, ia masih mungkin disebut besar, tetapi tidak jika tidak memiliki belas kasih.” Banyak yang dipertaruhkan; salah satunya bahkan mungkin masa depan dunia kita. Itulah pesan inti dari Injil: tanpa belas kasih di dunia baru, dunia yang damai tidak dapat dibangun. Pada zaman Yesus dan juga pada zaman kita sendiri kita bisa merasa pesimis. Gelombang kekejaman dalam bentuk licik dan mengerikan tampaknya mulai menguat dan
Kekuatan yang lembut pasti akan menang pada akhirnya - aku mendengarnya sebagai bisikan intens dalam diriku: jika ia diam semua cahaya akan gelap semua kehangatan di hati akan membeku. Konstitusi kita menyatakan: Namun demikian, kesadaran akan keterbatasan itu tidak boleh sampai melumpuhkan semangat kerja kita. Tugas kitalah berkarya dengan tekun, bersama dengan orang lain menuju masa depan yang lebih baik. Frater Wim Verschuren
23
DI MANA PUN KITA BERKARYA, KITA SENANTIASA HARUS MEREFLEKSI MAKNA YANG LEBIH MANUSIAWI DAN ADIL DARI KARYA KITA (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas kasih