FRATER CMM 2/17
| ZIARAH VINSENSIAN | BIOGRAFI FRATER ANDREAS | SPIRITUALITAS DITUANGKAN DALAM TRIPTIK
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
TENTANG FRATER ANDREAS
5
TERBITAN Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-6256. Staf Redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin redaksi), Fr. Edward Gresnigt, Fr. Ad de Kok, Bpk. Peter van Zoest (redaktur pelaksana) Penerjemah: Fr. Benyamin Tunggu Desain dan layout:
Heldergroen (www.heldergroen.nl)
Dicetak oleh: 4idea Printing Office: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai, silakan transfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo Foto sampul depan: Kebun sayur di komunitas Eleousa dengan latar belakang sebagian dari Kloosterhotel ZIN (foto: Mascha van Kleef).
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul belakang: Perkebunan di Roma (foto: Frater Ad de Kok).
ZIARAH VINSENSIAN
6
BIOGRAFI FRATER ANDREAS
10
SPIRITUALITAS DITUANGKAN DALAM TRIPTIK
12
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
14
BERITA SINGKAT
17
‘LIHATLAH SESAMAKU’
19
DARI STAF REDAKSI Edisi majalah Frater CMM kali ini cukup banyak menyoroti calon-diberkati Frater Andreas van den Boer. Berkaitan dengan peringatan 100 tahun meninggalnya, sejarawan lokal yang berasal dari Udenhout telah menulis sebuah biografi. Presentasi buku tentang Jan van den Boer, dilaksanakan tanggal 30 Juni 2017: Frater Andreas 1841-1917, een eerbiedwaardige Udenhouter (Jan van den Boer, Frater Andreas 1841-1917, seorang dari Udenhout yang pantas hihormati). Sepanjang tahun ini Kongregasi memperingati 100 tahun meninggal Frater Andreas dalam berbagai bentuk. Pada hari provinsi Belanda, Frater Jan Koppens mengisi kesempatan ini dengan memberikan refleksi seputar kehidupannya. Tahun ini juga dirayakan 400 tahun karisma Vinsensius. Keluarga Vinsensian sedunia memperingati dua peristiwa berhubungan dengan kehidupan Vinsensius (1581-1660) yang merupakan buah dari konversi atas pilihan hidupnya. Mereka mengawalinya di Folleville dan Châtillon, Perancis mengenang peristiwa yang terjadi 400 tahun lalu. Ini merupakan tonggak dimana Vinsensius mendedikasikan hidupnya bagi kaum miskin, yang kemudian dijadikan Santo Pelindung karya dari Suster SCMM dan Frater CMM. Dalam kerjasama dengan frater, keluarga Vinsensian Belanda mengatur sebuah ziarah menapaki sejarah dan realitas karisma spiritualitas Vinsensius de Paul yang berlangsung dari tanggal 1-13 Mei 2017. Sebagian peserta membagi refleksi mereka melalui majalah Frater CMM. Thea Stavenuiter secara jujur menulis “sebuah kebersamaan yang fantastik, penuh inspirasi dan pengalaman yang meneguhkan terjadi dalam hari-hari ini. Sebuah pengalaman digerakkan dan disentuh yang pantas saya syukuri melalui kebersamaan dan keterbukaan dari setiap peserta.”
3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Dari tanggal 24-27 Mei 2017 saya mengikuti pertemuan internasional Perhimpunan Pemimpin Umum (USG) di Roma. Tema pertemuan ini adalah ‘Pengenalan Panggilan melalui Interkultural’. Kita hidup dalam dunia dengan perbedaan budaya. Kita bagaikan karangan bunga yang menyatu dari berbagai keindahan dan masing-masing memberi warna. Kita tidak mengatakan yang satu lebih baik dari yang lain karena masing-masing memiliki keunikan yang membuat karangan bunga menjadi indah. Kadang tidak mudah menerima atau menghargai perbedaan budaya. Oleh karena itu perlu belajar menghargai dan menghormati perbedaan budaya dengan saling mendengarkan dan mempelajari latar belakang budaya itu sendiri. Kita tidak dapat mengapreasiasi keindahan karangan bunga bila hanya memandang pada bunga yang kita miliki. Dunia dewasa ini dapat dibandingkan dengan sebuah wilayah yang besar. Teknologi baru memudahkan kita mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan dunia lain, sekurang-kurangnya menjangkau sekian wilayah. Dunia dengan segala keunikannya, akan menjadi dunia yang indah bila kita menyadari dan memahami perbedaan. Selain saling mendengarkan, kita juga harus membaca tanda-tanda zaman. Orang muda membutuhkan pendampingan khusus, tidak hanya berupa tawaran sebagaimana terjadi pada masa lampau. Mereka membutuhkan pendampingan yang baik berkaitan dengan pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi di era dewasa ini. Ini juga akan memberi pengaruh pada pengenalan panggilan dan
proses pembinaan bagi mereka yang memilih hidup sebagai religius. Konteks pembinaan religius semakin internasional dan interkultural yang menuntut sebuah pendekatan khusus agar dapat membantu religius muda bertumbuh secara seimbang. Secara umum bertumbuh dipahami sebagai beralih dari kebiasaan sendiri dan keluar menuju lingkungan yang lebih kompleks yaitu berbaur dengan budaya lain. Perubahan seperti ini mengakibatkan keterpisahan terutama bagi kaum muda yang memilih hidup sebagai religius. Mereka mengalami rumah baru, sebuah komunitas religius yang sungguh berbeda dengan rumah dimana mereka dibesarkan. Mereka memasuki gaya hidup baru dan berusaha menemukan bentuk yang memberi makna dan menjadi bagian dari komunitas baru. Mereka berusaha menemukan apa artinya hidup sebagai religius. Yang diminta adalah membangun semangat ‘rasa memiliki’, kalau tidak mereka akan selalu mengalami sebagai orang asing. Dapat dikatakan suatu masyarakat yang baik dilihat dari adanya keseimbangan pendidikan baik dalam keluarga maupun di sekolah. Hal ini penting bagi pertumbuhan orang muda. Sebagai religius seharusnya lebih memahami peran kita dalam membantu orang muda dan keluarga dalam menentukan pilihan hidup yang tepat. Frater Lawrence Obiko Pewawancara: Nathalie Bastiaansen
4
TENTANG FRATER ANDREAS
FRATER J.M. VINCENT Suatu kebiasaan di kalangan frater-frater menuliskan kode pada bagian atas halaman surat-surat mereka dengan JMJV. Kita tidak tahu kapan kebiasaan ini dimulai dan barangkali dimulai sejak tahun-tahun awal pendirian Kongregasi. JMJV dimaksudkan pembaktian kepada Yesus, Maria, Yosep dan Vinsensius yang dikenal ‘Empat Besar’ komunitas frater. Yesus adalah pusat dari setiap kehidupan Kristiani. Maria dan Vinsensius adalah patrun resmi dalam kongregasi. Yosep adalah nama pelindung rumah frater pertama di Tilburg. Ada kesamaan tradisi bagi semua kongregasi religius pada saat itu. Frater Andreas menempatkan singkatan JMJV dalam surat-suratnya. Suatu ketika ia sedang mencari pena untuk menandai hasil terjemahannya karena pada waktu itu frater-frater jarang menulis nama dalam karya tulis mereka melainkan menggunakan nama samaran. Frater Andreas memulainya dengan memilih J.M. Vincent.
Awalnya ia memilih J.M.J. Vincent namun terlalu panjang dan merasa tidak cocok karena seakan-akan mengacu pada suster JMJ. Bisakah ia menghilangkan satu huruf? Jelas bahwa huruf M, Maria tidak dapat dihilangkan, sama halnya dengan J, Yesus. Santo Yosep yang bukan merupakan patrun dari komunitaskomunitas selain rumah pertama di Tilburg sehingga tidak harus dimasukan. Dengan jalan ini Frater Andreas memilih nama penanya sebagai: J.M. Vincent. Kongregasi menghormati setiap patrun Santo dan Santa dalam bentuk yang khusus. Nama samaran Frater Andreas barangkali dilihat sebagai sebuah penghormatan kepada santo besar Parancis. Andreas mempublikasikan sekitar sepuluh buku anak-anak dengan menggunakan nama J.M. Vincent yang seakanakan memiliki kesamaan nama dengannya. Frater Andreas tentu telah banyak berdoa kepada Vinsensius karena dedikasinya daripada yang biasa ia lakukan. Kongregasi memperbanyak doa kepada St. Vinsensius dan semua frater mendoakannya dengan tenang setiap hari Minggu malam. Permohonan-permohonan berikut merupakan bagian dari doa tersebut:
Santo Vinsensius, hadiah dari Yesus untuk pelayanan gereja, kesucian moral dan kesetiaan serta ketaatan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Santo Vinsensius, doakanlah kami. Santo Vinsensius, hadiah dari Yesus untuk semua anggota kongregasi, semangat cintamu kepada yang miskin-papa. Santo Vinsensius, doakanlah kami. Santo Vinsensius, hadiah dari Yesus untuk orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan jiwa dan raga. Santo Vinsensius, doakanlah kami. Santo Vinsensius, hadiah dari Yesus untuk keteguhan kebenaran dan ketekunan. Santo Vinsensius, doakanlah kami. Santo Vinsensius, hadiah dari Yesus untuk semua umat Kristiani, semoga mereka saling mencintai. Santo Vinsensius, doakanlah kami.
Kesucian moral, kesetiaan dan ketaatan dalam menjalankan tugas, ketekunan dan kesabaran serta ketulusan cinta satu sama lain: kata-kata ini terukir dalam hati Frater Andreas dan menjadi bagian dari hidupnya. Halaman Judul buku yang diterjemahkan Frater Andreas dengan memakai nama samaran J.M. Vincent.
Charles van Leeuwen 5
INTERNASIONAL
ZIARAH VINSENSIAN Tahun 2017 adalah tahun khusus bagi Keluarga Vinsensian dunia. Kita semua memperingati apa yang terjadi empat ratus tahun lalu (1581-1660) Vinsensius de Paul menemukan panggilan sesungguhnya. Ia berkomitmen mempersembahkan hidupnya demi pelayanan kepada kaum miskin dan karena itu ia dikenal sebagai ‘Rasul Amal yang Agung’ atau ‘Bapak Kaum Kecil’. Warisan empat ratus tahun Vinsensius de Paul kini tetap menjadi pusat perhatian. Sehubungan dengan itu, Keluarga Vinsensian Belanda menyelenggarakan ziarah menapaki sejarah , spritualitas kini dan karisma Vinsensius de Paul. Tim persiapan dan pendamping ziarah yaitu Pater Tjeu van Knippenberg CM, Frater Ad de Kok, Nathalie Bastiaansen (staf CMM) dan Frater Benyamin Tunggu (Wakil Pemimpin Umum CMM).
Tahun 1625 Vinsensius de Paul mendirikan Kongregasi Misi (CM) juga dikenal dengan nama Kongregasi Lazaris atau Vinsensian. Bersama dengan Louisa de Marillac memperkuat pendirian Kongregasi Putri kasih pada tahun 1633. Seiring dengan perkembangan waktu kongregasi-kongregasi dan lembaga-lembaga lain mulai berdiri terinspirasi oleh semangat Vinsensius; salah satunya adalah Serikat Santo Vinsensius (SSV) yang didirikan oleh Frédéric Ozanam pada tahun 1833 di Paris. Joannes Zwijsen menyebut Vinsensius de Paul sebagai patrun untuk kedua kongregasinya: Suster SCMM (1832) dan Frater CMM (1844). Suster dan frater yang mendirikan Keluarga Vinsensian Belanda.
Kegiatan peserta pada Minggu pertama diantaranya mengikuti presentasi, refleksi dan doa, film serta lokakarya yang semuanya berlangsung di Generalat Frater CMM, Tilburg. Presentasi dan lokakarya disiapkan oleh utusan Keluarga Vinsensian Belanda. Pater Tjeu van Knippenberg, CM berbicara tentang konteks sejarah Vinsensius de Paul, Sr. Remigia Kenis PK, memberikan pengantar tentang Louisa de Marillac, dan Alfons tel Velde, anggota dewan Serikat Santo Vinsensius Belanda, berbicara tentang Frédéric Ozanam, pendiri SSV. Marieke van de Ven, Margriet Kok dan Hetty Nieuwaard, dari Pusat Vinsensius de Paul Nijmegen memberikan tiga kolakarya terarah pada perwujudan karisma Vinsensius kini. Frater Jan Koppens CMM menyiapkan meditasi dan Frater Ad de Kok CMM berbicara tentang penanganan pengungsi di komunitas frater ‘De Vuurhaard’ (perapian) di Udenhout. Frater Ad menguraikan bahwa para pengungsi, para frater dan sukarelawan/i membuat restoran sendiri dengan menyiapkan makanan sekali seminggu. Para peserta ziarah mengunjungi restoran ini tanggal 4 Mei. Tanggal 7 Mei pagi, peserta berangkat menuju Perancis, dengan terlebih dahulu mengunjungi Folleville dan Gannes sebelum menuju Paris. Mereka tinggal empat hari di 6
Paris dan mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan Vinsensius de Paul, Louisa de Marillac dan Frédéric Ozanam. Mereka berdialog tentang karisma Vinsensius dan kaitannya yang memberi pengaruh dalam hidup mereka. Tanggal 11 Mei kegiatan ziarah dilanjutkan ke Chartres, sebagaimana telah dihubungi untuk kegiatan meditasi dan refleksi dan juga kesempatan mengunjungi katedral. Frater Ad de Kok dan Nathalie Bastiaansen
Persiapan berangkat dari Tilburg.
Foto peserta ziarah di Gannes.
REAKSI PESERTA Terinspirasi “Terinspirasi dengan ziarah ini dan saya merencanakan untuk memulai organisasi Vinsensian di Curaçao, tempat saya tinggal. Saya mengapresiasi bantuan dan dukungan kalian menghadirkan saya disini. Masha danki (dengan penuh terima kasih).” Elfried Aniceto
Kuatir, yakin dan berani “Harapan saya adalah bisa secara jelas dan tepat pada ‘pokok’ apa yang menginspirasi Vinsensius dan Louisa sehingga saya dapat mengikuti jejak mereka. Namun perziarahan sesuatu yang lain dan semakin jelas. Apa yang paling menyentuh yaitu melalui sejarah yang disampaikan oleh Suster Remigia tentang Louisa de Marillac. Ia secara eksplisit menempatkan Louisa sejajar dengan Vinsensius. Awalnya seperti mitra relasi hidup atau adanya kecocokkan sejalan dengan perasaan kuatir, yakin dan berani. Kemudian bersamaan mereka sering saling melengkapi, sebagaimana pria dan wanita saling menopang.
Mereka saling berbagi hidup namun masing-masing memiliki kekuatan menghadapi tantangan atau dalam memimpin. Relasi antara keduanya menurut pandangan saya merupakan sebuah ketegasan. Seorang wanita yang kuat dekat dengan seorang laki-laki yang kuat. Pengalaman kedua yaitu pemberontakkan batin saya berhadapan dengan gambaran Vinsensius bersama orang miskin, hadir selama meditasi kita berlangsung; juga kebersamaan sungguh menyentuh saya. Frater Jan Koppens yang memimpin meditasi visual meminta kita untuk melihat secara benar pada gambar tersebut. Pada saat itu saya tidak terpikat dengan gambar ini atau penjelasannya, tetapi dengan mengingat peristiwa itu perasaan saya begitu kuat muncul. Ketika saya berusia sembilan belas tahun dan bekerja sebagai perawat bagian anak, seorang putri berusia delapan tahun dibawa masuk. Kami diperintahkan untuk tidak banyak memberi perhatian padanya dan tentu jangan memanjanya karena penanggung jawab mengatakan bahwa ia pura-pura sakit. Ini terjadi karena kesalahan diagnosis. Ia mengidap tumor otak yang membuat rambutnya gugur. Ia dikembalikan ke ruangan kami ketika meninggal. 7
INTERNASIONAL
Permulaan dan tidak menyerah
Patung Vinsensius de Paul di gereja St. Sulpice, Paris. Saya mengambil sepeda dan pergi ke Ijsselmeer dan menjerit: ‘Tolong, Tuhan, ambil dia, kami tidak diizinkan!’ Pengalaman harian lain yang menyentuh batin saya saat bersama dengan peserta ziarah yaitu mengalami keindahan dan pertalian yang kuat. Membiarkan masing-masing menapaki jalan hidup dan merupakan keistimewaan bagi saya boleh mendengar sebagian atau seluruh dari kisah hidup mereka. Fantastik dan sungguh menginspirasi menjalani ziarah ini. Apa yang membuat timbulnya perasaan kebersamaan yang kuat selama empat belas hari? Digerakkan dan disentuh, saya berterima kasih atas kepercayaan dan keterbukaan yang boleh saya terima. Kembali kepada harapan dan akhir yang saya peroleh dari ziarah ini, bukan ‘pokok’ Vinsensius dan Louisa demi masa depan saya, melainkan membiarkan disentuh oleh orang lain lewat perjumpaan dalam perjalanan hidup saya. Sebuah perziarahan pribadi dengan saling berbagi dalam perjalanan bersama Vinsensius dan Louise. Saya senang mengikuti dengan gaya atau cara sendiri. Wanita yang mempunyai KEHENDAK dan KEMAUAN untuk dibimbing, agar memiliki keberanian untuk terus berjalan seturut keyakinannya. Dengan jalan ini kiranya menunjukkan kesungguhan dan keterkaitan, namun juga sukacita dan hidup penuh kasih terhadap setiap orang dan terhadap segala sesuatu.” Thea Stavenuiter 8
“Apa yang saya temukan selama ziarah adalah ‘paduan’ yang sempurna, susunan seluruh kegiatan: hari-hari belajar di Tilburg sebagai persiapan ziarah dan saling mengenal sebagai kelompok. Berbagai masukan yang kaya diperoleh dari anggota/kelompok Keluarga Vinsensian. Keramahtamahan yang luar biasa dari frater CMM dan suasana yang begitu baik. Perjalanan: melihat tempat-tempat tinggal dan karya dari Vinsensius dan Louise (Folleville, Gannes, Paris), informasi dan inspirasi mengalir bersama. Doa-doa dan mazmur perayaan mengingatkan kami akan apa yang pernah terjadi. Kegiatan berjalan lancar, teroganisir dengan trampil (merancang semua kegiatan melalui persiapan yang baik), menyenangkan dan membuka wawasan. Semuanya mengesankan (karya pelayanan yang berat dan penuh tuntutan di abad 17) namun juga kesempatan yang menginspirasi: dimulai dengan kesederhanaan dan keberanian. Orang miskin (‘majikan’ kita) harus kita lakukan, dan ini terjadi. Mengunjungi tempat wisata (menara Eiffel, perjalanan perahu malam hari di Paris, menyusuri kota dan melihat tampilan cahaya di Chartres) semuanya memberi suasana rileks. Secara keseluruhan: sesuatu yang sungguh menginspirasi, indah dan pengalaman yang menyenangkan!” Aloys dan Nelleke Wijngaards Serrarens
Lilin di Gannes.
Berjalan menyusuri kota di Chartres.
Vinsensius masih hidup “Saya melihatnya di tengah jalan ketika keluar dari bis, dekat gereja Gannes, sebuah desa kecil di bagian utara Paris. Ini merupakan sebuah desa penting dalam hidup Vinsensius de Paul dan menjadi desa penting untuk saya. Tahun 1617 Vinsensius berbicara dengan seorang lelaki, pemilik penggilingan yang hampir meninggal. Menurut tradisi ia adalah orang baik namun penuh dengan ketakutan karena merasa ajalnya semakin dekat. Percakapan keduanya memberikan kelegaan/kebebasan. Lelaki itu menemukan jalan baik menghadapi kematiannya dan Vinsensius menemukan jalan baik menghadapi kehidupannya. Desa yang penuh makna. Michel Sorel, pengurus gereja sedang menanti kedatangan kami dengan tangan terbuka. Ia kelihatan kurus dan berusia sekitar enam puluhan, dengan penuh keramahtamahan mewarnai keseluruhan perziarahan kami. Pintu depan terbuka lebar dengan beberapa anak tangga. Cahaya lilin-lilin yang dipasang bersamaan dengan lampu-lampu gereja menyambut kedatangan kami. Gereja kampung sederhana dihiasi dengan spanduk sekian meter, dengan warna pilihan berlogo ‘400 Tahun Karisma Vinsensius’. Dengan kemurahan hati dan bangga Michel berbicara tentang riwayat gerejanya di masa lampau, terlebih di saat ini. Lilinlilin dicetak secara khusus dan dijual untuk persediaan dana pemeliharaan dan untuk perayaan jubilium. Dengan bangga ia mengatakan betapa pentingnya sejarah gereja ini. Kurang lebih setengah jam dan kami harus pindah. Seakan mengalami sebuah rangkulan spontan dengan hati penuh kehangatan masih terpancar melalui cahaya ini, sementara bis berputar
di sudut dan dalam kesendirian Michel melambaikan tangan, mengucapkan selamat jalan. Peristiwa ini sungguh menyentuh saya, yang dipenuhi dengan cahaya dan kehangatan melalui Michel, benar adanya. Vinsensius masih hidup di Gannes.� Marieke van de Ven
Chartres. 9
BELANDA
BIOGRAFI FRATER ANDREAS Pusat Budaya Regio ’t Schoor Udenhout Belanda, memperingati sejarah berdirinya yang merupakan bagian dari provinsi Brabant. Tim penulis yang bekerja di pusat ini telah menghasilkan banyak publikasi yang dimulai sekitar seperempat abad lalu. Belum lama ini tim memulai seri baru dengan judul ‘Unentse Biografieën’ (Biografi dari orang Udenhout) dan pentingnya personalitas. Salah satunya adalah tentang Frater Andreas van den Boer. Tanggal 3 Agustus 2017 tercatat sebagai hari peringatan 100 tahun Frater Andreas meninggal. Hal ini memotivasi para penulis untuk mempublikasikan biografinya. Pada 30 Juni 2017, Pusat Pertemuan, ’t Plein Udenhout mengadakan bedah buku tentang Jan van de Boer, Frater Andreas 1841-1917, seorang warga Udenhout yang pantas dihormati. Tamu yang diundang banyak yang hadir termasuk para frater dan dari pihak yayasan ‘Grup Video Udenhout’ memutar sebuah video sementara dari tim pengarang memberikan presentasi melalui powerpoint. Mereka memberikan tiga buku pertama masing-masing kepada Pater Godfried Looijaard, pastor Udenhout, anggota keluarga Riet van Mensvoort-van de Pas, dan Frater Lawrence Obiko, Pemimpin Umum Frater CMM.
Konteks Dalam biografi ini diuraikan tentang kehidupan Frater Andreas, keputusannya menjadi seorang frater, tugasnya di asrama sekolah, Ruwenberg, buku-buku tulisannya dengan memakai nama samaran J.M. Vincent, mengalami sakit, penghormatan setelah kematiaannya, dan proses sehingga Paus Benediktus XVI menyatakannya sebagai seorang ‘Pelayan Allah yang Patut Dihormati’ pada tanggal 6 Desember 2008. Pada buku tertera kehidupan Frater Andreas dalam konteks tempat lahir, Udenhout yang mengisahkan kehidupan desa ketika ia mulai bertumbuh; termasuk cerita dari mereka yang mengenalnya terpanggil menjadi frater religius: sebanyak 26 orang. Dalam buku ini diuraikan secara luas tentang silsilah keluarga Van den Boer. Tim penulis memasukkan gambar-gambar menarik orang Udenhout yang mengenyam pendidikan di Ruwenberg, ketika Frater Andreas mengajar di tempat ini. Satu bab khusus menguraikan tentang altar Frater Andreas di gereja St. Lambertus, Udenhout, berdekatan dengan patung yang dibuat oleh Bavarian Sculptor Bäumler. Selain itu buku ini memuat reaksi 10
‘Frater Andreas 1841-1917, een eerbiedwaardige Udenhouter’, Unentse biografieën 2, (Frater Andreas 1841-1917, seorang dari Udenhout yang patut dihormati, biografi Udenhout 2), (format A5, 160 halaman) tersedia dengan harga €10 di Frater-Andreasbureau, Gasthuisring 54, 5041 DT Tilburg, Belanda, telepon 31 13 5432777 dan di Heemcentrum ’t Schoor, Schoorstraat 2, 5074 RA Udenhout, Belanda, telepon 31 13 5111166. Pesanan dapat dikirim (€10,- ditambah ongkos kirim) melalui e-mail: heemcentrumudenhout@gmail.com.
Layar video tentang Frater Andreas memakai kode QR, untuk download dari internet atau mengunjungi www.youtube.com dan lihat ‘SVU Udenhout frater Andreas 2017’.
dari orang-orang atas jawaban doa yang mereka panjatkan dan juga mereka yang berdedikasi dalam mengorganisir ziarah ke makam Frater Andreas. Termasuk dalam biografi wawancara antara dua orang Udenhout, yang ditulis dengan dialek setempat sehingga menjadi lebih lengkap.
bagian ini lilin selalu dinyalakan pada perayaan hari Minggu. Frater Andreas selalu dihadirkan di tempat ini khususnya kepada mereka yang memohon bantuan. Kees van Kempen
Karya belas kasih Dalam biografi terdapat bab berisikan ‘Beweging van Barmhartigheid’ (Gerakan Belas Kasih). Frater Wim Verschuren yang lahir di Udenhout, memimpin gerakan ini selama bertahun-tahun. Frater Andreas yang dipanggil melalui kongregasi frater, berarti juga bahwa ia harus menyerahkan hidupnya melalui pendidikan sebagaimana diharapkan oleh pendiri, Joannes Zwijsen. Zwijsen melihat misinya, ‘karya belas kasihnya’ sesuai dengan konteks pada abad ke-19. Pemahaman akan makna ‘karya belas kasih’ kini, disesuaikan dengan perkembangan masyarakat kita. Misalnya di Udenhout, para frater menangani ‘De Vuurhaard’, sebuah pusat bagi pencari suaka yang telah melewati proses penyaringan negara.
Doa Orang-orang mengunjungi gereja St. Lambertus saat dibuka dan mengunjungi bagian altar Frater Andreas tentu untuk berdoa dan menyalakan lilin. Pada
Altar Frater Andreas di gereja St. Lambertus, Udenhout.
11
BELANDA
Frater Jan Koppens sedang memberikan refleksi.
SPIRITUALITAS DITUANGKAN DALAM TRIPTIK Dalam pertemuan hari provinsi Belanda, Frater Jan Koppens memberikan presentasi dengan tema ‘Spiritualitas tertuang dalam Triptik: Frater Andreas van den Boer’, yang berlangsung di kapel rumah perawatan Joannes Zwijsen tanggal 27 April 2017. Berkaitan dengan peringatan 100 tahun meninggal Frater Andreas ia menempatkan Frater Andreas berhadapan dengan tiga nilai utama dari kongregasi: ‘kesederhanaan’, ‘mencari Allah’, dan ‘melayani’. Triptik ini tidak hanya menyoroti Frater Andreas, namun juga kepada komunitas frater dan anggota asosiasi di tahun 2017.
Kesederhanaan Gambaran pertama dalam spiritualitas kita adalah KESEDERHANAAN. Sebuah teks yang dapat dibaca dalam Injil Matius bab 6, dalam terjemahan bebas berbunyi: “Hai manusia, pandanglah burungburung di langit. Mereka tidak menanam dan tidak menuai. Bapamu di surga memberi mereka makanan. Perhatikanlah bunga-bunga di ladang. Betapa indah dan elok mereka! Mereka hadir dengan apa adanya, dan Allah memperhatikan mereka.” Yesus mengatakan demikian ketika Ia berbicara tentang semangat kesederhanaan, gaya hidup yang tidak bersandiwara,
12
tidak bertopeng, tidak memperkaya diri dan tidak memiliki agenda tersembunyi. Ia mengharapkan agar manusia hidup dengan polos. Menyadarkan manusia bahwa hidupnya dipelihara oleh Allah. Orang demikian akan hidup apa adanya; tidak mau menyembunyikan kelemahan dan menutupi kesalahannya. Sikap seperti ini menjadikan orang berendah hati dan sederhana secara lahiriah maupun batiniah. Dalam catatan retretnya Frater Andreas menulis secara jelas tentang sikapnya dan dari ‘Siapa’ ia mengharapkan bantuan, karena ia sendiri tak
mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ia menempatkan diri pada posisi yang tepat dan terkadang ia juga merasa kecewa. Ia seorang manusia biasa, namun demikian ia tetap berjuang. Hal ini terlihat dari sikapnya terhadap rekan frater dan siswa pada saat bersama di ruang rekreasi dan ketika berada di ruang kelas. Sejauh dibutuhkan dan dengan apa yang dimiliki ia akan berikan. Dengan demikian ia menyampaikan jawaban atas pertanyaan: “Tuhan apa yang Engkau minta dari saya kini dan di sini?” Kesederhanaan hati menjadikan ia semakin dekat akan panggilannya sebagai frater. Ia berusaha menjadi: “pengikut Yesus Kristus dan berbuat sesuatu tanpa pamrih, tanpa mencari kepuasan diri atau mencari pembenaran dari pihak lain” (Konst. I, 4647). Menurut saya ini berkaitan dengan penghayatan kaul ketaatannya: memberi jawaban atas apa yang diminta dan dalam situasi yang konkret. Dalam situasi nyata Frater Andreas melihat tangan Allah. Ia tidak mengutamakan dirinya atau mengejar pujian dari orang lain.
Mencari Allah Gambaran kedua dari spiritualitas kongregasi mengajak kita berefleksi tentang MENCARI ALLAH. Bagian pertama dari konstitusi telah mengantar kita kepada Yesus. “Sabda dan teladan Yesuslah yang mengarahkan segenap hidup kita” (Konst. I, 4). Pada bagian lain tertulis: “Doa merupakan jawaban: Tuhan di sinilah saya” (Konst. I, 273). Frater Andreas setia dalam doa. Ia menjalin relasi dengan Sang Pencipta saat berlutut di kapel atau berjalan di taman bunga dengan rosario di tangannya, mau pun ketika menyusuri koridor kompleks Ruwenberg. Penyerahan pada Kristus terpancar melalui tugas-tugas dan bisa dilihat melalui catatan maupun surat-suratnya. Allah menjumpai dan menyentuh hati Frater Andreas; dan sebaliknya ia berkewajiban membalas kasih Allah melalui doa dan bekerja, dan dalam perjumpaan dengan sesama. Frater Andreas mengalami Yesus sebagai seorang ‘Sahabat’ dan karena itu sabda Yesus menjadi nyata dan berbuah dalam dirinya. Hidup dalam kehadiran ‘sahabat’ membuatnya bersyukur atas panggilan sebagai frater. Apakah karena ini sehingga banyak orang mengenalnya sebagai frater yang penuh sukacita? Ketika ia begitu menderita karena abses TBC dan pneumonia, ia tetap menunjukkan keramahtamahan kepada para perawat dan pengunjung. Ia secara total dan bulat menyerahkan diri kepada Dia yang disebutnya ‘Sahabatku’.
Pelayanan Gambaran ketiga dari spiritualtas kita adalah PELAYANAN. Menurut saya pelayanan merupakan buah dari sikap persaudaraan yang berbelas kasih. Kita memandang orang lain sebagai saudara dan saudari kita, yang dengan cara tertentu memandang kita penuh harapan untuk saling berbagi. Setiap orang yang dijumpai, kita pandang sebagai ‘anak Allah’, anak dari satu Bapa. Itu sebabnya kita semua adalah saudara dan saudari dan dengan ini kita terhindar dari “perbedaan asal-usul, adat-istiadat, suku bangsa, cita rasa, sifat dan watak, kedudukan dan status sosial (bdk. Konst. I, 81). Kita mengalami ini dalam perhimpunan kita sebagai frater, anggota asosiasi dan dalam perjumpaan dengan sesama. Dalam perjumpaan dengan sesama kita melihat panggilan pribadi, panggilan bersama dan perutusan kita. Bila kita menghayati sesama adalah saudara dan saudari kita maka pelayanan sudah seharusnya terjadi dalam sukacita dan kesejahteraan. Frater Andreas seorang pribadi yang menaruh perhatian kepada sesama, kepada rekan frater dan siswa. Setiap orang boleh meminta bantuannya. Tak ada yang berlebihan baginya dan tak ada yang dipandangnya hina. Ia selalu mengindahkan permintaan orang lain dan melayaninya dengan baik karena percaya bahwa Allah memanggilnya melalui mereka. Visinya adalah mencari kehendak Allah dan melaksanakannya. “Tuhan, di sinilah saya, untuk melaksanakan kehendak-Mu.”
Jalan hidup kita Semasa hidupnya Frater Andreas sudah disebut ‘frater suci’. Ia sungguh tidak senang dengan sebutan itu. Di tahun 2017 ini, kita tidak harus mendeklarasikan Frater Andreas sebagai seorang santo. Sebagai frater dan anggota asosiasi hal yang dapat kita lakukan adalah mensosialisasikan spiritualitas CMM dalam hidup lewat hal-hal biasa. Kita semua dipanggil untuk mengembangkan hidup sederhana, mencari Allah dan siap sedia melayani. Gereja dan masyarakat memerlukan sikap demikian. Semoga Yesus dari Nazaret dan Frater Andreas van den Boer menjadi suri teladan bagi kita. Kita boleh berbangga atas teladan rekan kita yang memancarkan relasi spiritualnya dengan Allah dan sesama. Apakah kita mau melanjutkan dan berani mewujudkan spiritualitas kongregasi kita? Frater Jan Koppens
13
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
KLOOSTERHOTEL ZIN DI BELANDA
Depan Kloosterhotel ZIN.
Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerjasama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian ketujuh dari terbitan dalam kolom ini menampilkan Kloosterhotel ZIN di Vught, Belanda. Bekas rumah frater di Vught, sekarang ZIN awalnya merupakan inspirasi dari Kongregasi Frater CMM dengan tujuan meneruskan tradisi rohani. Para frater mengharapkan lewat ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat modern yang kian berkembang dengan menjembatani antara pekerjaan, makna dan spiritualitas. Seluruh gedung direnovasi dan sejak 27 Januari 2001, ‘Kloosterhotel ZIN’ dijadikan tempat untuk istirahat, refleksi dan pertemuan. Pemeliharaan tempat ini dipercayakan kepada penyandang cacat: ‘tim-ZIN’. Mereka mendapat kesempatan berlibur
14
bersama keluarga selama dua minggu pada musim panas dan karena adanya keterbatasan sehingga mereka tidak melakukan liburan seperti yang lain. Para frater dan tamu lainnya di komunitas Eleousa tinggal dekat dengan kloosterhotel. Bersama sukarelawan para frater mengatur berbagai rencana kegiatan yang disebut ‘vacantievierdaagse’ (empat hari libur). Sebagai komunitas mereka memberi kontribusi yang diperlukan seperti menerima tamu-tamu yang datang. Informasi lebih lanjut dapat di lihat melalui: www.kloosterhotelzin.nl.
Tampak belakang.
Kapel.
Auditorium.
Komunitas frater Eleousa.
Yoga pagi hari bersama tamu Kloosterhotel ZIN.
Frater Niek Hanckmann, salah satu instruktur meditasi sedang mengajari Tai Chi.
Labirin dekat Kloosterhotel ZIN, sebagai sarana pendalaman rohani.
Kebun sayur komunitas Eleousa, juga untuk dapur Kloosterhotel ZIN.
15
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Dua karyawan/i ‘tim-ZIN’.
‘Empat hari libur’: membangun tenda dekat pohon.
‘Empat hari libur’: Frater Frans van Pinxteren sedang menyiapkan sup.
‘Empat hari libur’: piknik bersama.
‘Empat hari libur’: bersama Frater Wim Verschuren memberi makan bebek dan angsa.
Para frater mengunjungi kuburan kongregasi, dekat Kloosterhotel ZIN.
Bruder Vincent Simonis CSD sedang melayani tamu. Ia tinggal di komunitas Eleousa.
16
BERITA SINGKAT
NOVIS BARU DI INDONESIA “Dipanggil dan dicita-citakan melalui gerakan belas kasih” adalah tema perayaan Ekaristi penerimaan delapan postulan Indonesia dan Timor Leste memasuki novisiat. Perayaan ini dipimpin Uskup Emeritus Joseph Suwatan MSC bersama Romo Paulus Salatia, pastor paroki yang berlangsung tanggal 13 Mei di gereja Roh Kudus Tomohon dan dihadiri oleh banyak umat. Uskup berpesan kepada para novis baru bahwa kekuatan melayani orang melalui gerakan belas kasih bersumber pada relasi erat dengan Allah. “Allah akan selalu bersama kita, kemana pun kita diutus. Roh kasih Allah menjadi semangat kita. Hiduplah dalam semangat Roh dan rahmat Allah,” lanjut Uskup. Frater Martinus Mangundap, provinsial Indonesia menekankan bahwa pendiri kita Mgr. Joannes Zwijsen menghendaki para pengikutnya menjadi ‘frater berbelas kasih’ terutama kepada kaum miskin dan tertindas. “Menjalani masa novisiat Anda akan dibimbing untuk semakin mengenal
karya Allah melalui semangat pendiri kita. Anda akan belajar dan melatih diri sehingga berkembang menjadi pribadi yang memiliki komitmen, bertumbuh dalam belas kasih dan persaudaraan, dan dalam pelayanan kepada Allah melalui sesama,” lanjut provinsial.
Para novis saat perayaan.
‘CINTA BERBELAS KASIH’ Buku ‘Cinta Berbelas Kasih: melihat-tergerakbergerak’ yang ditulis Frater Wim Verschuren telah dipublikasikan pada awal Mei. Presentasi buku ini dilangsungkan di Kloosterhotel ZIN tanggal 18 Juni dalam acara ‘Pameran Buku Belas Kasih’ yang diselenggrakan oleh Gerakan Belas Kasih dimana Frater Wim adalah salah satu pendiri dari gerakan ini. Buku ini akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Wim Verschuren, ‘Cinta Berbelas Kasih’: melihattergerak-bergerak, Frater CMM, Tilburg 2017, 168 halaman, €15,- (termasuk ongkos kirim), tersedia di sekretariat Dewan Pimpinan Umum Frater CMM, Gasthuisring 54, 5041 DT Tilburg, generalboard@cmmbrothers.nl. Frater Wim Verschuren dan bukunya.
17
X
BERITA SINGKAT
KELAS MASTER KEPEMIMPINAN VINSENSIAN
Frater Broer Huitema CMM dengan Pater Patrick Murphy CM, dari universitas DePaul, dosen tamu kelas master di Kloosterhotel ZIN, Vught.
Pada musim gugur 2016 kelas master ‘demi menginspirasi dan melayani-sebuah kursus kepemimpinan-sosial spiritual’ dilaksanakan pertama kali di Belanda. Kelas master diprakarsai oleh Pusat Vinsensius de Paul Belanda dalam kerjasama dengan universitas DePaul Chicago (Amerika) dan Frater Broer Huitema adalah anggota dewan dari organisasi ini bersama seorang anggota lain mereka memulai inisiatif ini. Dengan adanya kelas master ini Pusat Vinsensius de Paul ingin memberi kontribusi lewat pengembangan yang ditawarkan sesuai tradisi Vinsensian dengan berpedoman pada pendekatan modern yaitu ‘Pemimpin yang melayani’. Para peserta mendalami spiritulitas pribadi dan belajar menjadi pemimpin yang melayani sesuai profesi masing-masing dan dalam konteks sosial. Dengan demikian mereka dapat memberi kontribusi membangun kualitas masyarakat pada umumnya. Setelah melakukan evaluasi diputuskan untuk meneruskan kelas master pada tahun 2018. Informasi lebih lanjut akan disampaikan pada saat kursus.
TEKA TEKI ‘CATATAN PERUBAHAN ALAMAT’ TERJAWAB Dalam majalah Frater CMM 1/17 artikel tentang inventaris warisan CMM terlihat ilustrasi lukisan dari tahun 1935 ‘catatan perubahan alamat’ yang ditandai oleh Leo van Grinsven. Dituliskan bahwa sulit menemukan rumah frater melalui pesan tersebut; namun tekateki ini terjawab melalui Frater Frans van Pinxteren. Ia menginformasikan kepada staf editorial bahwa lukisan itu menggambarkan relokasi rumah frater di Papenhulst ’s-Hertogenbosch ke tempat baru di Sonniusstraat dalam kota yang sama.
‘AKU DARI POHON MAWAR IKAN’ Awal tahun 2017 Zwijsen Publishing House mempresentasikan ilustrasi buku yang begitu kaya yaitu metode membaca ‘Veilig leren lezen’ (Belajar membaca dengan aman) dengan judul: Ik ben van boom, roos, vis-over leren lezen (Aku dari ‘pohon, mawar, ikan’-tentang belajar membaca). Selama lima puluh tahun terakhir lebih kurang sepuluh juta anak telah belajar menggunakan metode ini yang selalu dimulai dengan kata ‘boom, roos, vis’. Sebuah metode membaca yang dikembangkan oleh Frater Caesarius Mommers dan frater lainnya sekitar tahun 1958. Pengarang Ger Janssen membuat sketsa dalam buku tentang riwayat pendidikan membaca pada abad kedua puluh dan dua puluh satu berdasarkan metode ini dan jasa para pendahulu. Diilustrasikan melalui gambaran klasikal dan tampilan poster modern buku-buku bacaan dan materi pelajaran. 18
Ger Janssen, Ik ben van boom, roos, vis – over leren lezen, Zwijsen Publishing House, Tilburg 2017, 255 halaman, € 29,95. Tersedia di toko buku Belanda atau pesan melalui website www.zwijsen.nl.
‘LIHATLAH SESAMAKU’
‘OBAT DARI SEBUAH SENYUMAN’ Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep kunci karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam kehidupan para frater? Bagian ini menjadi fokus melalui kolom ‘Lihatlah Sesamaku’ (bdk. Mat. 9: 35-38).
Frater Marius Korebima bekerja sebagai perawat di poliklinik frater Ge’tengan, Toraja, Indonesia. Ia berusaha menjadi perawat yang baik hari demi hari bukan hanya terhadap pasien-pasiennya tetapi juga dengan keluarga mereka. Ia mencoba mendengarkan kisah mereka dan memberi jawaban atas pertanyaan yang disampaikan. “Saya selalu memcoba mendengar dengar baik dan memberi senyuman.” Frater Marius menguraikan betapa pentingnya senyuman. “Para pasien sering mengatakan bila melihat saya tersenyum ada sesuatu yang dirasakan, mereka merasa mulai sehat sebelum menerima resep obat. Senyuman adalah obat yang efektif!” Frater Marius melihat perhatian personal menjadi penting karena merupakan obat; oleh karena itu ia selalu meluangkan waktu bercerita dan menyakinkan mereka sehingga pasien merasa nyaman. Dalam mewawancarai pasien, ia mengawalinya dengan humor sehingga mereka tertawa dan pemeriksaan kesehatan dilakukan dengan rileks. Tekanan darah dan suhu badan diukur, denyut jantung dan nafas dicek dan bila dalam diagnosa memerlukan perawatan maka akan diberi resep untuk sekian hari. Ia selalu meminta pasien untuk kembali mengecek perkembangan setelah mengonsumsi obat. “Melalui komunikasi personal dan keterlibatan bersama pasien dan keluarga, mereka akan merasa nyaman. Bila seseorang merasa nyaman akan merasa semakin sehat,” kata Frater Marius.
Frater Marius Korebima sedang memeriksa pasien.
Frater Marius menyadari bahwa ia tidak bekerja sendirian. Suatu ketika ada pasien yang hampir meninggal akibat dehidrasi berat. Setelah diberi cairan infus enam botol perlahan-lahan matanya mulai terbuka, denyut jantung lebih kuat dan tekanan darah bertambah. Kegembiraan dan syukur tidak hanya dirasakan pasien dan keluarga tetapi juga Frater Marius. Ia mengalami bahwa Allah berbelas kasih melalui dirinya sehingga pasien yang ditolong bisa hidup. Nathalie Bastiaansen 19
DIBANDINGKAN DENGAN BESARNYA KEBUTUHAN YANG ADA DI SEKITAR KITA SEDIKIT SEKALI YANG DAPAT KITA LAKUKAN SEBAGAI KELOMPOK KECIL. OLEH KARENA ITU, PANTASLAH KALAU KITA BERENDAH HATI. (Dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih