Frater CMM 2017/3

Page 1

FRATER CMM 3/17

| PERINGATAN SERATUS TAHUN MENINGGAL FRATER ANDREAS | CMM: SEJARAH, WARISAN & ARSIP | DUTA-DUTA PADA HARI KAUM MUDA ASIA | SIMPOSIUM KELUARGA VINSENSIAN DI ROMA | BERSAMA SIKH BERJUANG UNTUK PARA TAHANAN


DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.

KOLOM PEMIMPIN UMUM

4

TENTANG FRATER ANDREAS

5

TERBITAN Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-9719. Staf Redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin redaksi), Fr. Edward Gresnigt, Fr. Ad de Kok, Bpk. Peter van Zoest (redaktur pelaksana) Penerjemah: Fr. Benyamin Tunggu Desain: Layout:

Heldergroen (www.heldergroen.nl) DekoVerdivas (www.dekoverdivas.nl)

Dicetak oleh: 4idea Printing Kantor: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai, silakan transfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo Foto sampul depan: Siswi SMA Frater Don Bosco Tarakan dengan pakaian tradisional yang merupakan salah satu ciri khas kekayaan budaya nusantara, Indonesia. (foto: Frater Agustinus Nai Aki).

Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2

Foto sampul belakang: Katedral Orvieto, Italy (foto: Frater Ad de Kok).


PERINGATAN 100 TAHUN FRATER ANDREAS

6

CMM: SEJARAH, WARISAN & ARSIP

9

DARI STAF REDAKSI Edisi majalah Frater CMM kali ini menyoroti tentang ‘kesatuan dalam keberagaman’. Tema ini sungguh hidup dalam Kongregasi dan bukan sesuatu yang baru. Dalam konstitusi frater bagian pedoman hidup juga tertulis: ‘Kita hendaknya membentuk suatu persekutuan yang berdaya, yang terdiri atas manusiamanusia yang bebas, yang saling menghormati kekhususan dan keanekaragaman’ (Konst. I, 85). Pada peringatan 100 tahun meninggal Frater Andreas berbagai kegiatan dilakukan di tempat-tempat dimana frater berkarya sekitar bulan Juli dan Agustus. Setiap negara merayakannya dengan bentuk tersendiri sehingga komunitas frater tetap memberi perhatian bersama dengan kelompok sasaran lokal. Pada halaman 11 terdapat laporan peserta, jaringan kaum muda CMM asal Timor Leste ‘Duta Persaudaraan Seluas Dunia’ pada Hari Kaum Muda Asia di Indonesia. Temanya adalah: ‘Sukacita kaum muda di tengah masyarakat Asia yang majemuk!’. Frater Linus Schoutsen juga bercerita tentang relasi baiknya dengan Zikh dalam kerjasama antar golongan agama untuk membantu manusia di Kenya. Pada bagian ‘Gambaran Kegiatan Kerasulan’ perhatian tertuju pada Sekolah Frater Don Bosco di Tarakan, Indonesia. Sejumlah siswa berasal dari daerah atau pulau lain dengan latar belakang budaya berbeda. Frater Paul Onyisi menulis pemahamannya tentang persaudaraan pada bagian ‘Lihatlah Sesamaku’. Sejarah frater Belanda, juga menjadi bagian dari ceritanya. Berita selanjutnya pada terbitan kali ini adalah laporan singkat tentang simposium internasional Keluarga Vinsensian di Roma dan kursus ‘CMM: Sejarah, Warisan dan Arsip’, yang berlangsung di Generalat Frater CMM.

HARI KAUM

11

MUDA ASIA

KELUARGA VINSENSIAN DI ROMA

BERSAMA SIKH BERJUANG UNTUK PARA TAHANAN

GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN

14

IN MEMORIAM

18

BERITA SINGKAT

‘LIHATLAH SESAMAKU’

12

13

17

19 3


KOLOM PEMIMPIN UMUM

Dari tanggal 12-15 Oktober 2017 satu kelompok Frater CMM, bersama-sama kami mengikuti simposium internasional keluarga Vinsensian yang berlangsung di Roma. Tema pertemuan ini adalah ‘Menyambut Orang Asing’. Sebuah pengalaman yang menggembirakan dan sungguh kaya bersama sebagai satu keluarga. Masing-masing anggota Keluarga Vinsensian mempunyai identitas tersendiri, namun berakar pada karisma St. Vinsensius a Paulo. Pendiri kita Joannes Zwijsen menjadikan karisma St. Vinsensius sebagai patrun untuk kedua kongregasinya, Suster SCMM dan Frater CMM. Vinsensius a Paulo seorang yang mudah tergerak, demikian halnya dengan Joannes Zwijsen. Sebagaimana nama kongregasi, kita mempunyai patrun yaitu Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Ini bukan sebuah kebetulan bahwa sebagian keluarga Vinsensian memiliki kombinasi keduanya antara Maria dan Vinsensius sebagai akar spiritualitas. Maria dan Vinsensius sama-sama memberi hati dan tergerak kepada kaum miskin dan yang membutuhkan. Bagi kta keduanya merupakan kendaraan yang mengantar kita sampai kepada tujuan tersebut yaitu mereka yang miskin dan memerlukan bantuan. Maria, Bunda yang berbelas kasih sebagai penunjuk arah dan Vinsensius adalah teladan yang menunjuk bagaimana cara kita berjalan. Bersama mereka membantu mengidentifikasi karya kita, memiliki hati yang sederhana dan melakukan apa yang harus dilakukan. Sebuah sentuhan mendalam dengan melihat begitu banyak orang berkumpul di pelataran basilika St. Petrus. Mereka datang dari berbagai negara dengan latar belakang budaya dan mengidentifikasikan diri sebagai anggota keluarga Vinsensian lewat syal kuning yang dikenakan. Keluarga Vinsensian yang mengenakan 4

syal khusus dan dapat dijumpai di sudut-sudut jalan kota Roma, kereta api atau tempat-tempat lain yang kami kunjungi. Hal ini memberikan rasa keterikatan yang kuat sebagai satu keluarga: “Hey, Anda saudara dan saudariku.” Pemimpin Umum CM Pater Tomaž Mavri menekankan bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah kesatuan dan kolaborasi. Jelas bahwa kita berasal dari berbagai cabang yang berbeda, dan kita tidak harus tinggal dalam identitas kita sehingga semuanya identik, namun kita harus mempunyai arah dan cita-cita yang sama. Cita-cita dari keluarga Vinsensian adalah menjadikan masa depan dimana tunawisma dan kemiskinan terbebaskan. Kita bisa dan kita semua harus memberi kontribusi untuk itu, bersama dan dengan cara masingmasing. Saya ingin mendorong para Frater CMM di provinsi dan regio, anggota asosiasi dan karyawan/i, bersama kita merefleksikan bagaimana memulai untuk menguatkan gerakan Vinsensian agar tetap hidup dan berjalan seturut semangat ini. Sebagaimana Tomaž Mavri mengatakan: “Mari kita coba, bersama, dan menemukan cara baru untuk membantu kaum miskin."

Frater Lawrence Obiko Pewawancara: Nathalie Bastiaansen


TENTANG FRATER ANDREAS

DIREKTUR

Frater Andreas diangkat sebagai direktur pendidikan calon imam September 1817 di Ruwenberg. Usianya saat itu masih di bawah tiga puluh tahun. Tahun 1854, Uskup Agung Zwijsen meminta Kongregasi untuk memulai program persiapan pembinaan sendiri untuk calon imam. Ini merupakan salah satu inisiatifnya agar imam diosesan diberi pendidikan lebih baik. Ia tentu juga memikirkan penambahan imam-imam muda untuk Kongregsinya.

Frater Andreas (kanan dekat meja ) bersama Pastor Zweers dan kelas calon imam di Ruwenberg. Intensi Zwijsen cukup berhasil. Kelas calon imam dan frater berfungsi secara baik dengan jumlah antara tujuh sampai dua belas calon dan berjalan selama lima puluh tahun. Rata-rata tiga berbanding satu yang masuk Kongregasi. Tahun 1871, kelas ‘Latinists’ – biasa disebut – pindah dari rumah induk Tilburg ke asrama sekolah di Ruwenberg. Tanggung jawab yang dipercayakan kepada Frater Andreas begitu penting untuk pertumbuhan calon imam dan ia sendiri masih muda. Pada waktu itu ia dikenal sebagai seorang religius yang sangat jujur dan berdedikasi. Hanya sebuah kelas kecil namun frater yang mendapat tugas setiap hari disebut ‘direktur’. Untuk saat ini lebih cocok disebut ‘koordinator’ atau ‘penanggung jawab’, namum untuk membedakan sekolah asrama di Ruwenberg orang suka memakai sebutan khusus. Oleh karena itu dikenal: ‘Direktur Frater Andreas’. Frater Andreas dipercayakan memegang tugas. Ia seorang pribadi yang menaruh perhatian pada siswa dan berusaha hadir serta menghargai mereka dalam suasana baik. Ia membantu perkembangan rohani mereka dan sungguh memberi perhatian kepada mereka yang kecil dan rentan. Apa yang tidak disukai dan membuatnya tertekan yaitu sebutan ‘direktur’ yang mengacu pada seseorang yang memiliki

kekuasaan, yang tegas mengawasi program pendidikan. Namun apa yang dilakukan Frater Andreas berlawanan karena pribadinya sederhana yang terpancar dalam pelayanannya. Tipe kepemimpinan yang diterapkan Frater Andreas, kini disebut dengan kepemimpinan yang melayani. Sebagai seorang pemimpin ia tidak mendominir, melainkan melayani dan berorientasi pada tujuan. Ia memberi perhatian untuk perkembangan pribadi siswa. Ia mencurahkan perhatiannya dalam banyak hal dan menghormati martabat masing-masing. Ia sungguh menjalankan tugas yang menginspirasinya melalui anak-anak dan membagikannya kepada mereka yaitu cita-citanya, apa yang mengerakannya dan menjadi contoh yang baik. Sesuatu yang alami dilakukannya dan ia sudah terbiasa dengan ini. Apakah benar mereka melihatnya sebagai direktur? Mereka yang mengharapkan seorang pemimpin yang tegas tentu akan kecewa. Di mata mereka Frater Andreas begitu rendah hati dan kurang tegas. Bagi yang berpengalaman dalam kepemimpinan spiritual akan melihatnya sebagai seorang yang berusaha autentik dalam segala hal. Mereka menemukan seorang pemimpin yang membangun, sportif dan menyenangkan. Charles van Leeuwen 5


INTERNASIONAL

Uskup De Korte menyalakan lilin di depan makam Frater Andreas. Frater Lawrence Obiko dan pastor Frank Lemmens turut serta (foto: Nelleke Verstijnen-Massuger).

PERINGATAN SERATUS TAHUN MENINGGAL FRATER ANDREAS Tahun 2017 ditandai dengan peringatan seratus tahun meninggal calon-diberkati Frater Andreas van den Boer. Peringatan kematiannya dirayakan seluruh Kongregasi. Provinsi dan regio merayakannya dalam bentuk masing-masing.

Belanda Tanggal 6 Agustus berlangsung puncak perayaan pergingatan tahun Frater Andreas melalui perayaan Ekaristi kudus bertempat di Generalat, Tilburg. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Gerard de Korte, Uskup ’s-Hertogenbosch. Ia menguraikan bahwa 160 orang yang hadir dalam perayaan ini tentu memiliki kehangatan dan gambaran jelas tentang Frater Andreas. ‘Perayaan Misa Frater Andreas’ diisi dengan lagu-lagu iringan organis Paul Overman bersama 6

Thomas van Geelen, pemain biola. Frater Broer Huitema mengambil bagian sebagai dirigen koor para frater yang didukung oleh lima frater dari Indonesia, Kenya dan Namibia; sementara Frater Wim Verschuren membawakan homili. Frater Wim mengatakan bahwa dari sekian banyak kesaksian tentang Frater Andreas menurutnya kesederhanaan dan sukacitalah yang lebih menonjol. Kesederhanaan merupakan inti spiritualitas CMM. Dalam konstitusi kita dikatakan: “Dengan kesederhanaan hati kita mengarahkan diri kita pada


satu tujuan: untuk menjadi pengikut Yesus Kristus.” Menurut Frater Wim Verschuren, akan lebih baik bila Frater Andreas dibeatifikasi, sehingga ia menjadi patrun bagi orang awam yang seringkali tidak tampak namun dedikasi mereka kepada sesama begitu luar biasa. Dalam perayaan ini juga dipresentasikan sebuah buku baru yang ditulis oleh Charles van Leeuwen, sekretaris studi CMM dengan judul: Hidup Frater Andreas. Pemberian buku pertama kepada Uskup Gerard de Korte, Frank Lemmens, Pastor Tilburg, Pater Willem Spann OSFS, koordinator kantor Frater Andreas dan Frater Lawrence Obiko, pemimpin umum kongregasi dilakukan setelah perayaan. Sebagaimana biasa perayaan ditutup dengan pemasangan lilin di makam Frater Andreas, yang berada di dalam kapel generalat. Willem Spann OSFS / Edward Gresnigt CMM

Sampul buku ‘De Wereld van Frater Andreas’ oleh Charles van Leeuwen (Frater CMM, Tilburg 2017).

Brazil Regio Brazil merayakan peringatan seratus tahun meninggal Frater Andreas pada tanggal 6 Agustus yang berlangsung di ‘Retiro Vicente de Paulo’, rumah pusat retret frater di Igarapé. Sehari sebelumnya dimulai dengan pemutaran video tentang Frater Andreas. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh São Joaquim de Bicas, Pastor paroki dan Pastor Amarildo José de Melo. Frater Lukas Betekeneng menyampaikan renungan dan Frater Nicácio Huiskamp memberi presentasi dengan topik ‘Frater Andreas, Guru’.

Rangkaian perayaan peringatan di Brazil.

Kenya Refleksi seputar Frater Andreas dengan tema ‘Melakukan aktivitas biasa dengan cara yang luar biasa’ berlangsung di dua tempat yang dimulai tanggal 16 Juli. Di Nairobi para frater merefleksikan tentang sketsa hidup Frater Andreas terutama kesederhanaan hidupnya yang diberikan oleh Frater Leo van de Weijer, Frater Joseph Oremo berbicara tentang Frater Andreas yang selalu mencari Allah dan Frater Patrick Munyua menjelaskan tentang pelayanan kasih dari Frater Andreas. Kegiatan dilanjutkan pada sore hari dengan sharing kelompok perpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan oleh Frater Jan Koppens sehubungan dengan peringatan khusus ini yaitu Spiritualitas dituangkan dalam Triptik. Kegiatan selanjutnya dilaksanakan di Oyugis dan masukan tentang Frater Andreas diberikankan oleh Frater Andrea Sifuna. Ia mengawalinya dengan memberi kesempatan refleksi pribadi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Fraterfrater di Kenya sangat menghormati dan mengagumi Frater Andreas. Salah seorang mengatakan: “Walau Gereja belum memberi beatifikasi atau kanonisasi kepadanya, ia telah menjadi inspirasi bagi para frater dan lainnya dalam beberapa generasi dan banyak orang mengenalnya sebagai yang ‘suci’." Komunitaskomunitas frater di Kenya akan tetap berdoa memohon beatifikasinya dan tidak hanya terbatas pada tahun khusus ini.

Namibia Di Namibia Frater Paul Onyango Onyisi mengumpulkan sekelompok kecil orang yang sejak Agustus 2016 secara teratur berkumpul dan berdoa kepada Frater Andreas. Walau pun tidak semuanya hadir mengikuti ibadat ini, namun mereka tetap meneruskan sampai kini. Frater Athanasius Onyoni mengatakan bahwa ia sungguh terinspirasi atas dedikasi dan kehadiran mereka penuh sukacita. “Fakta bahwa kebanyakan dari mereka cukup sibuk namun 7


INTERNASIONAL

Perayaan pesta peringatan Frater Andreas di Timor Leste.

dapat menyesuaikan dengan kehidupan keluarga dan berkumpul bersama berdoa kepada Frater Andreas yang menjadi sumber inspirasi dan dorongan untuk tetap teguh dalam perziarahan iman.” Pastor Benny Karuvelil CMI, rektor Seminari Tinggi St. Charles Lwanga dan sebagai rekan baik frater memimpin perayaan Ekaristi ini yang berlangsung tanggal 3 Agustus di komunitas Abtstreet, Windhoek. Postulan Alfred Kaluba dan anggota kelompok doa bersama membuat dekorasi. Dalam homilinya Pastor Karuvelil mendorong semua yang hadir untuk melakukan sesuatu yang sederhana seperti Frater Andreas. Setelah perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan makan bersama, menikmati makanan dan kue lezat yang dihidangkan oleh ibu-ibu dari kelompok doa.

komunitas. Komisi spiritualitas juga menyiapkan teks refleksi bulanan tentang kesederhanaan Frater Andreas. Tanggal 3 Agustus 2017 atau seputar tanggal ini semua komunitas memperingati seratus tahun meninggal Frater Andreas dengan perayaan Ekaristi yang dikombinasikan dengan kegiatan refleksi tentang karisma dan spiritualitasnya. Pater Stefanus Berty MSC dan Frater Alfons Seran berbicara tentang ‘Hidup sederhana’ di komunitas postulat Manado dan novisiat Tomohon. Komisi spiritualitas mempublikasikan sebuah buku seri ‘Spiritualitas Belas Kasih’ dengan judul: Frater Andreas van den Boer, Pelayan yang Sederhana dan Rendah Hati.

Timor Leste

Nathalie Bastiaansen

Sejak 25 Juli sampai 2 Agustus regio Timor Leste mengadakan doa novena di setiap komunitas. Perayaan puncak peringatan seratus tahun meninggal Frater Andreas dirayakan secara bersama pada tanggal 3 Agustus. Para suster kongregasi SCMM dan KYM ikut dalam perayaan ini yang berlangsung di komunitas Becora-Dili. Anggota dewan suster KYM Indonesia yang sedang mengunjungi para susternya juga hadir. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Jose Tacain SVD dan dalam homilinya ia mengatakan: “Frater Andreas sudah disebut suci. Ini bukan karena ia meninggal sebagai martir atau karena perbuatan khusus. Kesuciannya muncul dari kesederhanaan dan ketaatan pada Allah. Oleh karena itu kita harus mengikuti jejaknya."

Indonesia Di Indonesia disiapkan sebuah doa khusus untuk memohon beatifikasi Frater Andreas. Selama setahun sejak tanggal 3 Agustus 2016 doa ini dipakai di semua 8

Frater Alfons Seran memperlihatkan buku ‘Frater Andreas van den Boer, Pelayan yang Sederhana dan Rendah Hati’.


INTERNASIONAL

‘CMM: SEJARAH, WARISAN & ARSIP’ Dari 17 Juli – 25 Agustus 2017, Dewan Pimpinan Umum mengorganisir sebuah kursus dengan topik ‘CMM: Sejarah, Warisan dan Arsip’. Kegiatan utama berlangsung di Generalat dengan fokus pada sejarah Kongregasi, terutama pada pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang berhubungan dengan kehidupan religius dan sebagai warisan budaya. Kegiatan kursus berlangsung selama enam minggu, lebih lama dari pertemuan kongregasional yang biasa dilakukan pada ‘musim panas’. Komisi persiapan menentukan masa ini untuk memberi waktu studi (membaca sumber teks), namun juga untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sehingga peserta dapat memanfaatkannya setelah kembali ke tempat masingmasing. Alasan yang hampir sama bahwa para peserta kelompoknya lebih sedikit dari biasa. Lima frater dipilih untuk mengikuti kursus ini yaitu frater dari Indonesia: Lambertus Kato’o, Wilfridus Bria dan Agustinus Nai Aki, dari Namibia: Frater Paul Onyisi (misionaris) dan dari Kenya: Frater Eric Magoka. Kelima frater ini akan membagi pengetahuan dan ketrampilan yang mereka pelajari dalam program pembinaan CMM yang ada di provinsi/regio.

Mengunjungi Museum CMM di Generalat.

Publikasi

Frater Harrie van Geene, mantan pemimpin umum terlibat dalam kursus.

Program ini meliputi berbagai aspek termasuk bidang penulisan sejarah, tata kelola warisan dan pengarsipan. Para peserta belajar melakukan tugas menulis, menemukan sumber-sumber visual dan bagaimana menginterpretasikannya berdasarkan konteks. Mereka diberi penjelasan berdasarkan buku teks utama tentang sejarah CMM dan publikasi-publikasi kongregasional, pengelolaan arsip umum CMM dan pemeliharaan, serta tata kelola (desentralisasi) kearsipan. Mereka juga belajar bagaimana memberi catatan personal sejarah CMM dan bagaimana melakukan penelitian di provinsi dan regio. Selain itu untuk permulaan mereka belajar membuat pemetaan masa kongregasi secara rinci, panduan presentasi dan pelatihan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para frater intern kongregasi dan dibantu beberapa pakar dari luar Kongregasi.

9


INTERNASIONAL

Presentasi Melalui presentasi yang disampaikan oleh masingmasing peserta dalam mengikuti program ini, terlihat bahwa pengetahuan mereka bertambah. Salah satu tugas yang diberikan kepada mereka adalah membuat presentasi singkat berdasarkan foto-foto yang diambil dari arsip kongregasi. Pada akhirnya mereka dapat memakai sumber-sumber lain yang tersedia di bagian arsip kongregasi berupa publikasi, artikel surat kabar dan tentu kenangan para frater di Generalat, pusat perawatan Joannes Zwijsen, Tilburg dan komunitas frater Belgia di Zonhoven. Dengan ini presentasi menjadi menarik dan memperlihatkan bagaimana para peserta menemukan sendiri sumber yang ada di arsip, menjelaskan tentang sejarah CMM berdasarkan sumber asli yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan tentang arsip CMM di Generalat.

Nathalie Bastiaansen

Frater Agustinus Nai Aki sedang mempresentasikan peta masa kongregasi.

Presentasi oleh Frater Wilfridus Bria.

Frater Eric Magoka sedang memberikan presentasi.

Peserta menerima sertifikat.

10


INDONESIA / TIMOR LESTE

DUTA-DUTA PADA HARI KAUM MUDA ASIA Tanggal 2 sampai 6 Agustus 2017, peserta kaum muda jaringan karya CMM ‘Persaudaraan Seluas Dunia’ asal Indonesia dan Timor Leste hadir dalam kegiatan Hari Kaum Muda Asia ke-7 yang berlangsung di Yogyakarta, Indonesia. Lebih dari 2000 orang muda Katolik yang berasal dari 22 negara Asia berpartisipasi dalam peristiwa ini. Tema Hari Kaum Muda adalah ‘Sukacita kaum muda di tengah masyarakat Asia yang majemuk!’ Gereja Katolik Indonesia hadir di tengah masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Bahkan Indonesia lahir dari multi sosial-budaya dan keadaan geografis.

Kerjasama Konsili Vatikan Kedua telah mendorong umat untuk mewartakan Injil Yesus Kristus sesuai dengan situasi budaya lokal. Sebagaimana sering kita dengar bahwa Kerajaan Allah dapat dibangun melalui kerjasama antar umat beragama. Kita bisa saling melengkapi melalui solidaritas antara satu dengan yang lain demi memperbaiki situasi dunia. Inilah Kerajaan Allah sebenarnya. “Kita mendengar mereka berkatakata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatanperbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis. 2:11).

Kesaksian para peserta “Kami berpartisipasi pada Hari Kaum Muda Asia era milenial. Kami dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menantang iman kami sebagai orang Katolik. Kami hidup di era globalisasi, ditengah-tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat dan dalam masyarakat yang konsumeristik; mengalami kehilangan identitas dan berhadapan dengan semakin menurunnya nilai-nilai budaya Asia. Kami melihatnya sebagai suatu tantangan dan bergantung pada iman kita. Walau pun demikian kami juga memiliki kesempatan untuk bisa keluar dari situasi ini. Kami dipersenjatai dengan beragam talenta seperti keberanian dan keyakinan. Umat membutuhkan talenta-talenta seperti ini agar bisa menjawab situasi kini dan masa yang akan datang berhadapan dengan berbagai tantangan dunia ini.”

Peserta mengikuti Hari Kaum Muda Asia. dalam membangun dunia ini. Kami dapat melihat bagaimana seharusnya hidup bermasyarakat ketika berdialog dengan bahasa dan agama lain, khususnya ketika kami saling berbagi pengalaman dengan ratusan kaum muda Islam. Pertemuan multi-kultural membuka mata kami untuk melihat dunia sebagai sebuah terang baru. Kami berharap semoga dengan bantuan Roh Kudus, kami bisa membawa terang untuk dunia.” “Keanekaragaman Asia tampak dari perbedaan agama, bahasa, budaya yang semuanya penting sehingga kita keluar dari zona aman dan dapat melihat perbedaan dari yang lain. Yesus mengajar kita untuk mencintai tanpa syarat. Kami mau memberi kesaksian akan semangat kasih sebagaimana Ia tunjukan kepada kita. Kami bertekad sebagai pionir kesatuan, dimana jembatan kasih dan saling menghormati bisa dibangun untuk yang lain.” Frater Henrique de Fatima Marques (Timor Leste)

“Hari Kaum Muda Asia, kami rasakan sebagai sebuah pengalaman yang menggerakan dan memberi pengaruh 11


INTERNASIONAL

SIMPOSIUM KELUARGA VINSENSIAN DI ROMA Sebuah simposium dari Keluarga Vinsensian berlangsung di Roma tanggal 12 sampai 15 Oktober 2017 dengan tema: ‘Menyambut Orang Asing’. Ribuan utusan dari berbagai cabang Keluarga Vinsensian dunia hadir untuk merayakan peringatan ‘400 Tahun Karisma Vinsensius’. bersama kalian bersyukur kepada Tuhan atas 400 tahun karisma”, serta menyampaikan selamat datang kepada semua peserta. "St. Vinsensius mewariskan semangat kasih yang telah berjalan sekian abad: sebuah semangat yang timbul dari hatinya.” Frater Lawrence Obiko dan Frater Broer Huitema bersama lima puluh undangan lainnya mendapat kesempatan menyalami Paus Fransiskus pada peristiwa ini.

Peserta dari CMM hadir dalam salah satu acara simposium di Roma. Kongregasi Frater CMM diwakili oleh semua Anggota Dewan: Frater Lawrence Obiko, Benyamin Tunggu, Rofinus Banunaek dan Niek Hanckmann. Selain itu turut hadir, Frater Ad de Kok (ketua Keluarga Vinsensian Belanda), Frater Broer Huitema (anggota Komisi Eksekutif Keluarga Vinsensian bersama Pemimpin Umum) dan Frater Edward Gresnigt. Dari Brazil: Frater Adriano van den Berg dan Damasus Dobat. Kegiatan simposium dibuka secara resmi pada Kamis malam tanggal 12 Oktober dengan doa menghormati Bunda Kasih dari Medali Wasiat yang berlangsung di basilika St. Yohanes Lateran. Kegiatan yang saling memperkaya diisi dengan ceramah, dialog dan diskusi termasuk masukan dari Pater Tjeu van Knippenberg CM dan Peter Reijers pada hari Jumad dengan topik ‘Keluarga Vinsensian dan Tantangan Kenabiannya’.

Relik Pertemuan di pelataran basilika St. Petrus berlangsung pagi hari tanggal 14 Oktober. Paus Fransiskus menyapa para peserta: “Saya mengucapkan selamat dan 12

Keseluruhan kegiatan berakhir pada Minggu 15 Oktober melalui perayaan Ekaristi yang berlangsung di luar dinding basilika St. Paulus. Setelah perayaan acara dilanjutkan dengan resepsi bersama para pemimpin umum yang tergabung dalam Keluarga Vinsensian. Frater Lawrence Obiko dan pemimpin umum lainnya masing-masing menerima sebuah relik dari Vinsensius a Paulo.

Pertumbuhan Pada perayaan penutupan, Pemimpin Umum CM Pater Tomaž Mavri mengatakan: “Yesus menempatkan orang miskin menjadi pusat misi-Nya. Vinsensius ingin mengikuti Yesus melalui jalan ini. Titik balik hidup Vinsensius adalah ketika ia mulai mengidentifikasi orang miskin. Setelah tercapai ia mengatakan bukan lagi ‘orang miskin’ melainkan menyerukan ‘kita orang miskin’, lalu keluar menemui yang lain. … Biji sesawi yang ditanam Yesus melalui Vinsensius berkembang menjadi sebuah pohon besar. Bila kita tidak terus menyiram, memangkas dan memupuknya maka perlahan-lahan akan mati. Kini dengan keterlibatan aktif sebagai Keluarga Vinsensian, dan dengan rahmat Allah pohon ini akan bertumbuh semakin dalam dan besar, tinggi serta lebar, memperluas cabangcabangnya ke desa, kota dan negara-negara lain. Kita harus melakukannya dengan visi yang jelas demi masa depan, berdasarkan tanda-tanda zaman dimana kita hidup.” Nathalie Bastiaansen


KENYA

Frater Linus Schoutsen (kanan) dalam wawancara dengan Bhai Sahib Mohinder Singh.

BERSAMA SIKH BERJUANG UNTUK PARA TAHANAN Frater Linus Schoutsen berkomitmen bersama yayasan ‘Father Grol’s Welfare Trust’ untuk memperjuangkan hak-hak para tahanan di Kenya. Dengan ini ia melayani lebih luas dan menjalin kontak dengan Sikh. Beberapa tahun lalu Frater Linus berkenalan dengan seorang Sikh. Ketika salah satu mobil frater diperbaiki di bengkel miliknya, mulailah mereka saling mengenal dan berdialog. Penjaga bengkel menginformasikan kepada Frater Linus tentang Guru Nanak Nishkam Sewak Jatha (GNNSJ), sebuah organisasi yang didirikan untuk memberikan pelayanan altruistis. Organisasi ini memiliki kantor pusat di Birmingham, Inggris Raya, namun aktif dan bekerja secara internasional terutama di Afrika dan India. Sebuah persahabatan lahir. Salah satu pemilik bengkel bertanya apa yang bisa dilakukan untuk para tahanan. Frater Linus menyampaikan tentang nasib anak-anak yang tinggal bersama ibu mereka di penjara wanita, Kericho. Ini sungguh menginspirasinya dan mulai membangun sebuah pusat penitipan anak sehingga anak-anak lebih aman dijaga dan demi pertumbuhan mereka.

Kolaborasi Beberapa waktu lalu Sikh mengundang Frater Linus menghadiri sebuah acara doa di Kericho tanggal 5 Juni 2017 dan bertemu dengan Bhai Sahib Mohinder Singh, presiden internasional GNNSJ dan pemimpin spiritual yang datang dari Inggris. Para Sikh berdoa di pura selama 48 jam tanpa henti untuk memperingati Baba Puran Singh ji, pendiri GNNSJ. Dalam wawancaranya dengan Frater Linus muncul lagi pertanyaan apa yang

Sikh penganut monoteis yang aslinya berasal dari India sejak permulaan abad enam belas. Gambaran ajaran dasar Sikh: satu Allah, persamaan, keadilan dan kemerdekaan untuk semua. Selain itu kualitas spiritual menganut filosofi bahwa hidup untuk melayani orang lain. Mayoritas penganut Sikh hidup di wilayah Punjab India dan terdapat kelompok di beberapa negara lain. Di Kenya terdapat sekitar 20.000.

dibutuhkan dan dimana. Frater Linus menyampaikan inisiatif kegiatan olahraga yang diorganisir oleh ‘Father Grol’s Welfare Trust’. Kegiatan-kegiatan ini mengurangi tensi di penjara. Juga dipertimbangkan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi para tahanan; namun yayasan sendiri tidak memiliki cukup sumber untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam skala besar. Frater Linus berharap percakapan berikutnya membicarakan tentang kerjasama antar agama yang memberi manfaat bagi para tahanan. Presiden lokal GNNSJ sebetulnya telah meminta daftar dari keseluruhan 117 penjara yang ada di Kenya. Nathalie Bastiaansen

13


GAMBARAN KARYA KERASULAN

Kepala sekolah SMA, Frater Paulinus Zebua bersama siswa dengan pakaian adat saat acara perpisahan pengumuman kelulusan.

PERSEKOLAHAN DON BOSCO DI INDONESIA Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerjasama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian ke delapan dari terbitan pada kolom ini menampilkan Persekolahan Frater Don Bosco di Tarakan, Indonesia. Frater CMM Indonesia memilih St. Don Bosco sebagai patrun untuk persekolahan, sebab semangatnya sejalan dengan semangat Kongregasi. Persekolahan Frater Don Bosco Tarakan dikelola oleh frater sejak tahun 2007, terdiri dari TK, SD, SMP dan SMA. Jumlah siswa seluruhnya sekitar 660 dengan staf guru/pegawai sekitar 70. Komunitas frater Tarakan termasuk di dalamnya dengan tugas sebagai guru, kepala sekolah dan sebagai staf yayasan perwakilan

Don Bosco. Sejumlah siswa berasal dari daerahdaerah lain di Indonesia dengan latar belakang budayanya sendiri. Moto mereka adalah: ‘Berbedabeda tetapi satu’. Sekolah menerapkan ciri khas Katolik dan terbuka untuk siswa yang berasal dari agama lain. Sebagaimana sekolah-sekolah frater lainnya penerapan sistem pembayaran uang sekolah rata-rata berdasarkan pendapatan orang tua.

Kepala sekolah SMA Frater Paulinus Zebua sedang memberikan kata sambutan.

Murid SD sedang belajar komputer.

14


Murid SD saat istirahat.

Mengintip ruang kelas SD.

Siswa SMA sedang kerja kelompok.

Siswa SMA sedang mengikuti ujian akhir.

Ucapan terima kasih siswa kepada guru saat perpisahan.

Tarian tradisional pada acara perpisahan dan pemberian penghargaan.

Siswa dengan variasi seragam. Sekali seminggu mereka mengenakan batik, menghargai tradisi dan warisan budaya Indonesia.

Kegiatan sekolah diawali dengan senam pada setiap hari Jumad.

15


GAMBARAN KARYA KERASULAN

Latihan konversasi bahasa Inggris.

Kapel komunitas Tarakan. Diadakan Misa sekolah setiap bulan.

Halaman sekolah dengan latar belakang kapel frater.

Kapel frater.

Drum band SMA.

Kantin.

Siswa mengerjakan tugas di perpustakaan.

Ruang kelas TK.

16


BERITA SINGKAT

PERINGATAN TAHUN HIDUP MEMBIARA FRATER-FRATER 2017

PERINGATAN TAHUN HIDUP MEMBIARA FRATER-FRATER 2018

80 tahun 19 Maret: Frater Gerebernus van der Zande

80 tahun 8 September: Frater Godfried Kanen

65 tahun 29 Agustus: Frater Guillaume Caubergh, Frater Louis de Visser

70 tahun 19 Maret: Frater Nicácio Huiskamp, Frater Louis Mommers 29 Agustus: Frater Joop van Dooremaal

60 tahun 29 Agustus: Frater Harrie van Geene, Frater Jan Heerkens, Frater Ferdinand Lemmers, Frater Frans van de Meulengraaf, Frater Yvo Nijsten

65 tahun 29 Agustus: Frater Ger Oomens, Frater Frans van Pinxteren, Frater Rob Swinkels

50 tahun 23 Agustus: Frater Broer Huitema

40 tahun 29 Juli: Frater Cyrillus Kaparang, Frater Dion Lamere

25 tahun 3 Mei: Frater Anselmus Weka Udjan, Frater Martinus Mangundap, Frater Philipus Weridity, Frater Antonius Ditubun, Frater Lambertus Kato’o

25 tahun 1 Mei: Frater Paul Onyango Onyisi 2 Mei: Frater Rikardus Rumangun

GERAKAN BELAS KASIH DI TARUTUNG, INDONESIA Sebuah pertemuan Gerakan Belas Kasih berlangsung di aula paroki Santa Maria Tarutung, Tapanuli Utara pada tanggal 30 Juli 2017. Sekitar delapan puluh orang hadir dalam pertemuan ini termasuk empat Frater CMM dan enam Suster SCMM. Frater Andreas dan Vinsensius a Paul menjadi topik pembicaraan. Keduanya tergerak karena melihat penderitaan orang lain: melihat, tergerak dan berbuat/beraksi. Kesempatan ini juga diputarkan video tentang belas kasih. Beberapa anggota baru menyatakan niatnya untuk memberi prioritas pada belas kasih dalam hidup mereka. Frater Ad Hems, selaku inisiator Gerakan Belas Kasih mendorong mereka untuk tak segan-segan melakukan kasih sederhana dalam hidup sehari-hari. “Melihat, tergerak dan berbuat” merupakan prinsip arah agar menjadi penuh belas kasih dalam hal-hal kecil dan besar, tegasnya.

Frater Ad Hems sedang memberi kata sambutan.

17


IN MEMORIAM

Frater

Frater

MARTINUS (M.T.) LENI

HEIN (H.A.M.) VAN DER ZANDE

Lahir di Lodoblolong, Lembata, Indonesia 28 Mei 1961. Masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih di Manado 1 Juni 1984 dan mengikrarkan profesi seumur hidup 7 Oktober 1993. Ia meninggal di RS Umum Lewoleba dan dikebumikan di pekarangan komunitas CMM Lembata.

Frater Hein lahir di Goirle, Belanda 27 April 1919 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih 19 Maret 1937. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup 15 Agustus 1941 dan meninggal 12 Agustus 2017 di komunitas Joannes Zwijsen Tilburg, Belanda. Ia dikebumikan di pekuburan frater Steenwijk Vught, Belanda.

Frater Martinus dibesarkan oleh orang tuanya dalam tradisi Katolik. Setelah tamat SMA ia masuk frater dan tahun 1984 masuk novisiat. Ketika masih frater junior ia ditugaskan ke Gleno, komunitas kedua kala itu di Timor Leste. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke kepulauan Maluku dan ditugaskan di RS Langgur. Ia berperan penting dalam memulai komunitas baru di Makassar tahun 1997 dan bekerja di RS. Kapitel provinsi Indonesia tahun 2002 memilihnya sebagai wakil provinsial dan pindah ke Yogyakarta. Enam tahun kemudian ia terpilih kembali sebagai provinsial dan menjalani tugasnya sejak tahun 2008 sampai 2014. Tugas berikutnya adalah sebagai ketua pelaksana harian yayasan Don Bosco perwakilan Lembata. Frater Martinus seorang yang rendah hati dan tidak menginginkan kedudukan. Ia begitu ragu menerima tugas sebagai pemimpin. Meskipun dalam keraguan besar ia mengatakan ‘ya’ ketika diminta untuk menerima tugas yang dipercayakan kepadanya. Ia persembahkan talentanya untuk melayani orang muda, orang sakit dan sesama frater. Ia dipanggil secara tiba-tiba. Komunitas dan provinsi Indonesia sungguh merasa kehilangan. Kita percaya bahwa Allah maha belas kasih telah menerima dia dalam pangkuan kasih-Nya.

18

Hein berasal dari keluarga dengan enam bersaudara yang memberikan dasar subur untuk panggilannya. Sebelum tergerak menjawab panggilan ini, ia bekerja sebagai penjahit. Ia masuk frater tahun 1937 dan diberi nama ‘Gerebernus’, kemudian rekan-rekan frater memanggilnya ‘Hein’. Bertahun-tahun ia bekerja sebagai tukang jahit, mencuci atau memasak untuk komunitas dan asrama sekolah. Secara keseluruhan Hein bertugas di dapur selama setengah abad. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian, lagi dapurnya sering menjadi tempat perjumpaan banyak orang. Berkalikali ia diminta menjadi anggota dewan komunitas di komunitas-komunitas dimana ia tinggal dan enam tahun bertugas sebagai pemimpin komunitas. Secara alamia dan rileks ia menjalankan tugasnya serta memberi perhatian kepada rekan-rekan frater yang mengalami kebahagiaan dan juga yang mengalami penderitaan. Frater Hein menjadi pendamping yang baik bagi mereka yang dipercayakan kepadanya. Ia seorang yang mencintai keluarga dan secara teratur mengunjungi mereka. Ia juga menyukai berbagai jenis olahraga. Tahun ini ia merayakan delapan puluh tahun hidup membiara. Kepada mereka yang memberi perhatian dan perawatan tidak bisa berbuat lebih agar Frater Hein dapat hidup lebih lama. Kita percaya bahwa Sang Pencipta telah memanggilnya ke tempat abadi, kepada dia yang mempersembahkan hidupnya secara total.


‘LIHATLAH SESAMAKU’

RIWAYAT SEBUAH KELUARGA Belas kasih dan persaudaraan adalah konsep utama karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam kehidupan harian para frater? Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah Sesamaku’ (bdk. Mat. 9:35-38). Frater Paul Onyango Onyisi asal Kenya, ia hidup dan berkarya di Namibia sejak tahun 2004. Sebagai pemimpin postulan ia berusaha melihat panggilan mereka dan mengajarkan prinsip utama hidup religius. Ini dilakukan sebagai bentuk katekese, namun juga dalam bentuk sharing dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa motivasiku menjadi frater religius? Apa artinya menjadi Frater CMM? Hidup berkomunitas dalam Kongregasi religius berbeda dengan kehidupan keluarga yang mereka kenal dari rumah. Frater Paul mendampingi mereka menuju jalan yang dilalui. Sebagai titik tolak ia mengatakan “Kita lakukan bersama-sama”. “Kita memasak bersama, makan bersama, berdoa bersama dan hidup dalam sebuah komunitas.” Ini adalah dasar persaudaraan, sama seperti situasi keluarga namun berbeda. Frater Paul mengatakan, “Saya menjadi frater lebih dari 24 tahun dan rekan frater saya telah menjadi anggota keluarga terdekat.” Ini tidak hanya dialaminya di komunitas lokal atau di regio CMM Namibia, namun

Frater Paul Onyango Onyisi.

riwayat kongregasi secara keseluruhan. Belum lama ini saya mengunjungi frater-frater tua di Belanda dan Belgia. Mereka menceritakan sejarah masa lampau yaitu riwayat mereka sebagai frater. Saya sangat senang mendengarnya dan menyadarkan saya: mereka adalah fraterku, jadi inilah keluarga saya!”

Frater Paul Onyango Onyisi (kanan) sedang bernyanyi bersama rekan frater dalam sebuah perayaan peringan di rumah perawatan Joannes Zwijsen, Tilburg tanggal 29 Agustus 2017.

Paul memberikan gambaran unik tentang belas kasih. “Kita sering mengatakan, belas kasih adalah menyangkut apa yang kita lakukan, namun kenyataannya adalah sesuatu yang kita terima. Anda boleh melakukan banyak hal baik, namun yang menerima melihatnya sebagai belas kasih. Belas kasih membuat sehat, menyembuhkan penyakit, melindungi, mau mendengarkan, memberi nasehat baik atau memberi makanan bernutrisi. Kita dapat mengenal Allah melalui perbuatan-perbuatan ini dan mengalami belas kasih-Nya.” Nathalie Bastiaansen 19


HANYA KALAU KITA BERDOA, KITA BERANI MEMULAI LAGI SATU DENGAN YANG LAIN; KITA DAPAT IKUT MEMBANGUN SUATU DUNIA YANG TERARAH KEPADA ALLAH. (dari Konstitusi Frater CMM)

Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.