Frater CMM 2018/2

Page 1

FRATER CMM 2/18

| PROGRAM PEMBINAAN INTERNASIONAL | AIR DI SUAI | CIF PARIS | MENYONGSONG 2019: 175 TAHUN FRATER CMM


DAFTAR ISI

KOLOM PEMIMPIN UMUM

4

TENTANG FRATER ANDREAS

5

RUMUSAN MISI

TERBITAN

Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat.

Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta melalui alamat kontak di bawah ini). ISSN 1877-9719

Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.

Staf Redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan redaktur pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok (redaktur pelaksana) Penerjemah: Fr. Benyamin Tunggu Desain: Layout:

Heldergroen (www.heldergroen.nl) DekoVerdivas (www.dekoverdivas.nl)

Dicetak oleh: 4idea Printing Kantor: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai pengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai, silakan transfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo Foto sampul depan: Frater Leonardo do Carmo Pinto (Timor Leste) mengunjungi makam Joannes Zwijsen di pemakaman Orthen, ’s-Hertogenbosch (foto: Nathalie Bastiaansen).

Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2

Foto sampul belakang: Stasiun kereta api Rotterdam Delftse Poort (foto: Frater Ad de Kok).


PROGRAM PEMBINAAN INTERNASIONAL

6

9

AIR DI SUAI

DARI STAF REDAKSI Beberapa frater muda asal Kenya, Indonesia dan Timor Leste mengawali tahun 2018 dengan sesuatu yang khusus. Mereka berpartisipasi dalam kursus pembinaan tentang spiritualitas dan sejarah Kongregasi sebagai bagian dari program persiapan kaul kekal yang berlangsung di Tilburg. Setelah menyelesaikan program secara baik selama minggu-minggu yang dijadwalkan, mereka melanjutkan perjalanan ke Perancis, menapaki jejak St. Vinsensius de Paul, patrun dari Kongregasi. Anda bisa membaca pengalaman mereka pada halaman 6, 7 dan 8. Sekelompok frater generasi muda yang memberi harapan dan memiliki banyak kualitas. Ini adalah sesuatu yang baik, karena mereka berasal dari negara berbeda demikian juga tugas yang diemban sehingga kesatuan atau komitmen masih sangat dibutuhkan. Sebuah contoh di Timor Leste bahwa terdapat kebutuhan umum seperti air, namun tidak selalu tersedia. Untungnya bahwa mereka bekerja keras dan menemukan solusi sebagaimana diuraikan pada halaman 9. Para frater tidak hanya diikutsertakan dalam pembinaan sebagai persiapan kaul kekal, namun mereka terus merefleksikan apa yang menginspirasi dan bagaimana menghidupinya dalam hidup harian. Frater Rofinus Banunaek dan Frater Blasius Perang mengikuti kursus CIF Vinsensian di Paris dengan intensi (lihat halaman 12-13). Seri ‘Gambaran Kegiatan Kerasulan’ kali ini memberikan gambaran tentang gerakan kaum muda, Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia. Pada bagian seri ‘Dalam Sorotan’ Frater Henrique Matos memberikan kursus singkat tentang cara membuat kertas. Berita kali ini juga memberi perhatian pada dua perayaan. Akhirnya pada kolom seri ‘Lihatlah Sesamaku’ Frater Hermenegildus Beris berbicara tentang persaudaraan saat istirahat minum.

DALAM SOROTAN

10

CIF PARIS

12

GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN

14

BERITA SINGKAT

18

175 TAHUN CMM

‘LIHATLAH SESAMAKU’

17

19 3


KOLOM PEMIMPIN UMUM

Realitas hidup mendorong kita merefleksikan masa depan Kongregasi. Karya dan misi kita harus selalu menjadi jawaban atas situasi nyata yang kita hadapi. Kapan kita menghadapi tanda-tanda zaman dan apa yang kita lakukan? Apakah kita terus berjalan pada lorong yang biasa atau apakah kita memiliki keberanian untuk mengubah sesuatu agar lebih relevan dengan masyarakat dimana kita hidup dan orang-orang yang kita layani? Konstitusi kita mengacu pada bagian ini dengan menyebutnya beberapa kali dalam ungkapan yang berbeda. ‘Dengan penuh perhatian dan tanpa pamrih kita berusaha terus-menerus memahami tandatanda zaman’ (Konst. I, 32); ‘Dengan cermat kita harus senantiasa memperhatikan tanda-tanda zaman. Janganlah kita memadamkan inspirasi Roh, karena mau mempertahankan cara kerja dan kegiatan yang tidak begitu penting dan mendesak. Dengan semangat kebebasan injili haruslah kita bersedia-bilamana perlumeninjau kembali atau malah melepaskan bentukbentuk pengabdian lama’ (Konst. I, 210-212); ‘Bentuk karya kita beraneka ragam. Semangat pengabdian yang sama harus menjiwai semua karya’ (Konst. I, 217-218). ‘Dalam kesetiaan kepada pendiri kongregasi, kita menganggap Injil sebagai sumber inspirasi kita yang utama’ (Konst. I, 2). Panggilan kita adalah mengikuti dan melaksanakan misi berdasarkan situasi konkret dunia dimana kita hidup.

4

Terkadang tampaknya berlawanan: tanda-tanda zaman secara konstan berubah, namun yang tertulis dalam Injil sekitar 2000 tahun lalu secara substansial tidak berubah. Bagaimana kita merespon dinamika tanda-tanda zaman dengan tetap setia kepada Injil? Bagaimana kita tetap setia pada Injil, inspirasi terdalam kita tanpa mengabaikan tanda-tanda zaman? Dalam surat apostolik Gaudete et Exsultate (19 Maret 2018), Paus Fransiskus menunjukkan arah kemana untuk menemukan jawaban: ‘Allah senantiasa membaharui. Ia mendorong kita untuk secara konstan menanam yang baru, di luar dari yang biasa, ke tepi dan di luar. Allah menjadikan kita dimana kemanusiaan sungguh dilukai.’ Tanda-tanda zaman adalah sesuatu yang dinamik dan berubah-ubah, namun demikian merupakan sumber inspirasi kita: Allah senantiasa membaharui. Misi kita adalah secara konstan menjadikannya satu. Kita harus menjadi tanda atau simbol dari tanda-tanda zaman yang menggambarkan inspirasi sesungguhnya; inspirasi dari Roh dan Injil.

Frater Lawrence Obiko dalam sebuah wawancara dengan Nathalie Bastiaansen


TENTANG FRATER ANDREAS

KAMI SEBAGAI PENDAHULU Ketika kita membaca riwayat panggilan dari Frater Andreas, barangkali kita berpikir bahwa hanya ia sendiri yang memilih hidup sebagai religius. Namun panggilan Jan van den Boer berdasarkan konteks sebagaimana banyak panggilan lain juga berkembang.

Tempat lahir Frater Andreas di Udenhout. Ketika muda, Jan mendapat dorongan dari dua pemimpin di tempat asalnya Helvoirt yaitu Pastor Steijvers dan kepala sekolah Marinus Boset. Keduanya adalah sahabat dari Uskup Zwijsen. Selain itu dorongan juga berasal dari Borsten, seorang guru yang menyukai pramuka religius berbakat dan Jan van den Boer telah menjadi perhatiannya. Tidak hanya anak muda yang mengikuti jalan panggilan Frater Andreas. Sebelumnya ada dua saudara sekampung yang lebih tua dua tahun darinya diantaranya Piet Leijten (1839-1897) yang mengeyam Sekolah Pendidikan Guru Frater di Tilburg. Anak laki-laki calon imam Borromeus dibawa ke seminari, dan ini berlangsung selama puluhan tahun sebagai dukungan dari Kongregasi. Frater Andreas sendiri menjadi contoh untuk Wim van Hulten (1840-1925), kemudian Frater Pacomius yang berasal dari Udenhout. Dua tahun kemudian Henrikus de Rooij (1846-1907) yang kemudian dikenal sebagai Frater Matheus. Dalam waktu singkat: beberapa anak muda di daerah ini berkeinginan untuk mengikuti jalan yang sama. Barangkali mereka mendiskusikan niat masing-masing, merasa segan satu sama lain, saling mengetes dan sama-sama mengkonfirmasikan. Kehidupan religius adalah berbagi cita-cita. Orang-orang muda ini merupakan pilar yang menandai generasi pertama. Mereka bersatu

secara erat dan berbagi pengalaman khususnya di masa-masa permulaan. Mereka memberi kesaksian tentang pesatnya pertumbuhan Kongregasi, banyak pembangunan proyek baru dan keberhasilan ekspansi dari misi frater. Ketika Jan van de Boer masuk Sekolah Pendidikan Guru, ia menyelesaikannya hanya dalam beberapa tahun. Ketika menjalani praktek di sekolah frater Tilburg, ia berjalan mengelilingi bangunan baru sambil mempelajari metode pengajaran yang baru. Ketika dipindahkan ke Ruwenberg sebagai frater muda, ia begitu terlibat untuk memajukan sekolah. Semua frater pada masanya mendapatkan pembinaan dalam suasana pesatnya pertumbuhan Gereja dan semangat misioner. Jelas bahwa mereka membentuk generasi pertama dan memiliki semangat yang berarti bagi religius muda. Mereka adalah frater periode awal. Mereka sebagai pengatur pola dan pembuka jalan untuk komunitas. Dengan merealisasikan ini menjadikan mereka lebih kuat, lebih radikal dan lebih bebas dalam perundingan. Pater De Beer, Pemimpin Umum pertama sering bertanya kepada frater-fraternya: ‘Jika kita, sebagai pendahulu Kongregasi, mulai lemah, apa yang akan terjadi untuk generasi selanjutnya?’ Frater Andreas bersikap sesuai dengan yang disebutkan di atas. Ia tahu pentingnya semangat, murni dan setia dalam berbagai hal. Charles van Leeuwen 5


INTERNASIONAL

Ibadat di taman, Château L’Évêque.

PROGRAM PEMBINAAN INTERNASIONAL DI TILBURG DAN ZIARAH VINSENSIAN DI PERANCIS Lima belas frater muda yang berasal dari beberapa negara berkumpul di Generalat, Tilburg untuk mengikuti program pembinaan internasional, sebagai bagian dari persiapan kaul kekal yang berlangsung tanggal 20 sampai 31 Mei 2018. Delapan frater dari Kenya, enam frater dari Indonesia dan satu frater dari Timor Leste berada di Belanda sejak bulan Mei. Mereka mengikuti program pembinaan dengan topik-topik antara lain belas kasih, persaudaraan, kaul-kaul, spiritualitas Maria, pendiri Joannes Zwijsen dan sejarah Kongregasi. Fasilitator dari pertemuan ini yaitu Frater Wim Verschuren, Frater Niek Hanckmann, Nathalie Bastiaansen (staf), Frater Broer Huitema, dan Charles van Leeuwen (sekretaris studi).

Diskusi kelompok. 6

Di taman Generalat.

Peserta mempresentasikan identitas Kongregasi Maria di akhir pertemuan.


Sebuah pengalaman unik Bagi saya ziarah Vinsensian membawa sukacita penuh. Ini sungguh memberi inspirasi dan pengalaman yang memperkaya hidup saya. Semua yang saya pelajari selama masa pembinaan, kini saya alami secara langsung. Secara pribadi saya mengalami karisma kita yaitu persaudaraan dan belas kasih.

Mengunjungi makam peristirahatan terakhir Joannes Zwijsen di Orthen, Den Bosch. Setelah menyelesaikan kegiatan di Tilburg, kelompok ini melanjutkan perjalanan ziarah Vinsensian ke Perancis pada tanggal 3 Juni. Tujuan perziarahan ini adalah untuk mendalami lebih jauh karisma Vinsensian bagi setiap Kongregasi. Para pendamping terdiri dari Frater Benyamin Tunggu dan Frater Ad de Kok, Suster Elisângela Ferreira Belo (anggota Dewan Pimpinan Umum SCMM), Romo Rafael Isharianto CM, dan Nathalie Bastiaansen. Frater Johannes Kojongian bertanggung jawab pada bagian konsumsi untuk makan siang khususnya dalam perjalanan menyusuri jalan-jalan utama di Perancis. Nathalie Bastiaansen Makan siang saat dalam perjalanan yang disiapkan oleh Frater Joannes Konjongian.

Dalam wawancara dengan Frater Lawrence, ia mengatakan bahwa frater-frater tua baik di komunitas Zwijsen maupun Generalat, dan juga frater-frater lain merasa senang melihat kami. Kehadiran kami memberi harapan dan keyakinan akan keberlangsungan karisma kita. Ungkapan ini membuat saya berefleksi bagaimana melealisasikannya. Ziarah ini juga membuat saya sadar bahwa sejumlah frater di Eropa mengalami penurunan drastis. Kami sebagai frater muda harus menghadapi realitas dan mencari jalan untuk meneruskan karisma kita. Semangat dan kerjasama sebagai frater dan suster muda memberi harapan besar. Meskipun terhambat bahasa, namun kami bisa saling mengerti. Kami saling berbagi pengalaman tentang budaya dan mendiskusikan bagaimana cara menerapkan spiritualitas kita di tempat masing-masing. Melalui ini kami juga saling belajar. Frater Videlis Ong’ombe Minyega

Prosesi lilin di Lourdes.

7


INTERNASIONAL

Belas kasih dalam komunitas Dua hari pertama sebagai bagian dari program pembinaan, kami dibimbing merefleksikan spiritualitas kita: persaudaraan dan belas kasih yang dibawakan oleh Frater Wim Verschuren. Apa itu belas kasih yang kini kita bicarakan? Belas kasih bagiku mengarah pada sikap mengampuni dan perbuatan untuk orang lain.

Perumpamaan tentang Anak yang Hilang.

Frater Wim Verschuren berbicara tentang belas kasih. Dalam pembicaraan Frater Wim mempresentasikan dua perumpamaan yang kita kenal: perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati dan tentang Anak yang Hilang. Ia menguraikannya secara jelas apa yang terkandung dalam perbuatan belas kasih dengan berpatokan pada kedua perumpamaan tersebut. Saya semakin sadar bahwa menjadi berbelas kasih kita harus membungkuk dengan lutut kita sendiri dan mengangkat orang lain. Kita harus membagi kasih Allah kepada semua, dan orang yang membutuhkan menjadi pusat perhatian. ‘Melihat – tergerak – bergerak’; semuanya tanpa ada prasangka atau curiga.

Kita semua membutuhkan belas kasih, namun dimana memulai belas kasih? Belas kasih dimulai dari saya dan dengan demikian meluas kepada yang lain. Komunitas sesungguhnya menjadi tempat mempraktekkan belas kasih. Belas kasih adalah bagian esensial dalam hidup berkomunitas. ‘Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan’ (Mat. 5:7). Belas kasih menghubungkan kita dengan masyarakat yang membutuhkan, membantu kita mengenakan mata ekstra dan menjadi peka terhadap apa yang terjadi di sekitar. Belas kasih memungkinkan kita untuk bertindak secara tepat melalui perjumpaan dengan orang yang membutuhkan. Belas kasih tak mengenal batas dan tidak membedakan berdasarkan suku, ras atau bangsa. Kita harus bermurah hati dan siap membantu anak-anak Allah. Frater Videlis Ong,ombe Minyega dan Frater Geoffrey Sinange

Katedral Saint-Front di Périgueux. Foto: Frater Arnoldus Janssen Sanit.

8


TIMOR LESTE

AIR UNTUK SISWA DAN PARA FRATER DI SUAI-TALIOAN Para frater menangani asrama putra di Suai-Talioan, Timor Leste sejak tahun 2012. Mereka meneruskannya dari yang sudah dimulai oleh Jesuit. Kini, telah dibangun sebuah sumber pengadaan air yang baru. air bahkan saat memasuki musim kemarau. Proyek pengadaan air ini dimungkinkan berkat dukungan dana dari beberapa sponsor di Belanda. Para frater dan siswa di Suai-Talioan sangat bersyukur dengan usaha ini.

Berbagi dengan sesama

Tengki air (di atas bangunan). Asrama putra memberi peluang kepada siswa untuk mendapatkan sekolah dan pendidikan yang baik, yang mana tidak terdapat di tempat asal mereka. Melalui majalah Frater CMM edisi 4/16, asrama ini telah menjadi potret pada bagian ‘Gambaran Kegiatan Kerasulan’. Para siswa mendapatkan dukungan tambahan setelah pulang dari sekolah dengan melibatkan diri dalam pelajaran musik maupun kegiatan olah raga. Salah satu hal yang menjadi kesulitan…

Sumur bor baru ini tidak hanya dikhususkan untuk komunitas frater dan asrama putra. Para frater memutuskan untuk berbagi dengan orang-orang di sekitar yang juga terdesak akan kebutuhan air. Instalasi air dibuat yang baru dari sebelumnya di dekat tengki ke bagian depan kompleks asrama dan pada musim kemarau para tetangga yang membutuhkan dapat mengambilnya. Seorang filsuf Romawi, Seneca mengatakan: ‘Harta berharga apa pun hanya akan membawa sukacita bila itu Anda bagikan dengan orang lain.’ Nathalie Bastiaansen

Tidak ada air Setiap tahun ketika memasuki musim kemarau sekitar bulan Juli sampai Oktober, persediaan air biasanya tidak cukup; sehingga selama bulan-bulan ini para frater dari komunitas Suai-Talioan harus ke komunitas Suai-Audian untuk mengambil air. Jaraknya sekitar 4 kilometer dan dilakukan setiap hari dengan mengisinya melalui jergen untuk kebutuhan minum, masak dan mencuci.

Sumur baru

Kran air.

Akhirnya ditemukan sebuah solusi. Telah dilakukan pengeboran sumur baru yang lebih dalam dan sistem pompa juga disesuaikan. Air dari sumur bor dipompa ke tengki yang tinggi. Dari sumur ini tersedia cukup 9


DALAM SOROTAN

KERTAS HASIL KERAJINAN TANGAN FRATER HENRIQUE DI BRAZIL Sejak dibukanya fasilitas rumah perawatan Joannes Zwijsen di Tilburg tahun 2008, tersedia eksebisi alternatif sederhana yang berada di lantai empat sebagai pajangan hasil karya dari beberapa frater seperti koleksi, lukisan, gambar atau kaligrafi. Semuanya bervariasi dan terkadang tak tahu apa maksud atau arti dari sang pembuat. Beberapa frater dari negara lain juga memiliki talenta yang luar biasa. Lewat artikel dalam sorotan dimasukan beberapa dari hasil karya mereka. Bagian kedua dari rubrik ini memaparkan gambaran tentang hasil karya Frater Henrique Matos (Brazil) berupa kerajinan kertas. Ide kerajinan ini sejalan dengan dimensi ekologi dari pusat refleksi dan retret Retiro Vicente de Paulo IgarapĂŠ, Brazil. Frater Henrique Matos sedang membuat kertas. Kertas hasil kerajinan ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut: pertama, semua jenis kertas sampah seperti koran, kantong semen dan tas kertas dikumpulkan lalu dipotong. Setelah itu direndam di dalam ember berisi air selama kira-kira 24 jam; lalu dikeringkan dan membentuknya dengan campuran sejenis bubur. Bubur ditaburkan ke dalam sebuah lapisan halus dengan jaring-jaring di atasnya, juga bisa membubuhinya dengan serat organik seperti bawang bombai atau jenis tanaman lain. Sesudah itu menindihnya dengan pemberat selama 24 jam. Hasilnya adalah kertas yang harus dijemur sampai kering, sebaiknya dengan matahari. Pemanfaatan akhir dari kertas ini bisa dipakai untuk kolase gambar, cat air atau tulisan dengan memakai kuas. Para frater di Brazil memakai kertas indah ini misalnya untuk perlengkapan studi atau kadang dijadikan sebagai kartu ulang tahun, peringatan dan ucapan belasungkawa. Hasil yang diperoleh semuanya dilakukan dengan penuh perhatian dan ketelitian bahkan sering diapresiasi oleh para penerima. Kartu ucapan ‘Jadilah seperti anak kecil.’ dengan tinta air di pusat retret Vicente de Paulo.

10

Frater Henrique Matos


Kartu ucapan selamat pesta, belakang.

‘Semoga Anda sehat.’

Kartu ucapan ‘Belas kasih.’

Kartu ulang tahun untuk Frater Lawrence, depan.

Kartu untuk kapelan di penjara: ‘Tak satu pun yang merantai kebebasan batin’

11


INTERNASIONAL

PROGRAM PEMBINAAN DI PARIS Sejak 10 April sampai 11 Mei 2018, dua frater dari Kongregasi CMM ikut ambil bagian dalam program Pusat Pembinaan Internasional (CIF) di Paris: Frater Rofinus Banunaek dan Frater Blasius Perang.

Peserta di Pusat Pembinaan Internasional (CIF) Paris.

Kelompok ini terdiri dari beberapa kongregasi dan asosiasi, juga berasal dari negara dan bahasa yang berbeda. Peserta terbanyak adalah dari Kongregasi Misi (CM). Selain itu dari beberapa kongregasi wanita: Suster dari Medali Wasiat, Putri Kasih (PK), Suster dari Bakti Suci, Pelayan dari Penyelamatan Kasih Kristus, dan Suster Santo Vinsensius de Paul dari Gijzegem. Penyelengara merasa senang dengan bertambahnya awam yang berasal dari beberapa negara dalam pertemuan ini. Indonesia mengikutsertakan anggota religius terbanyak diikuti Brazil dan Benin. Demikian juga peserta awam terbanyak berasal dari Amerika Latin.

Berbeda tetapi Satu Kelompok ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berbeda umur demikian juga tugas; ada yang sedikit pendiam dan ada juga yang banyak bicara. Mereka menampilkan interkulturalitas dan internasionalitas dari Keluarga Vinsensian. Setiap peserta membantu beberapa tugas: kerja komputer, kebersihan, fotocopy, menyiapkan liturgi, mengorganisir acara, belanja, membuat foto, atau membantu menyiapkan kopi saat 12

istirahat, sehingga para peserta, dosen dan penerjemah disegarkan kembali. Semua peserta memiliki kemauan untuk belajar, kerinduan untuk berdoa, kesediaan berkolaborasi, dan sungguh membawa sukacita. Berhadapan dengan kesulitan bahasa lain, mereka juga mengunakan bahasa umum sebagaimana Paus Fransiskus menyebutnya: ‘bahasa kasih’.

Tema Pelajaran sebagai elemen fundamental dari pertemuan ini, para peserta mempelajari berbagai topik: ‘Pewartaan melalui Media; Kehadiran Keluarga Vinsensian melalui Media dan Santo-santa dari Keluarga Vinsensian’, yang dibawakan oleh Joe Agostino dan Javier Chento. ‘Santo Vinsensius: Sumber dan Studi Literatur; Studi Vinsensian; Spiritualitas Vinsensian dan Prinsip Moral’, dibawakan oleh Andrés Motto. Medali Wasiat: Konteks Sejarah dan Studi Penampakan Maria’, di bawah bimbingan dari Jean Daniel Planchot. ‘Teologi Orang Miskin; Vinsensian Berpihak Pada Kaum Miskin dan Melayani Orang Miskin Melalui Keluarga Vinsensian’, dijelaskan oleh José Antonio Ubillús.


Perziarahan Selain mengikuti pertemuan di Paris, para peserta juga menjalani ziarah sebanyak tiga kali; sehingga dengan ini kekayaan karisma Vinsensian semakin jelas. Mengikuti suatu ziarah mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah sebuah perziarahan. Kemana mereka pergi? Dalam ziarah pertama mereka pergi ke Richelieu, Perigueux, Sarlat-La-Caéda, Le Berceau, Buglose, Pouy, Dax, Lourdes, dan Angers. Ziarah kedua mengunjungi Gannes, Folleville lalu ke Amiens. Ziarah ketiga para peserta mengunjungi Taizé, Châtillon dan Annecy. Kelompok ini juga mengunjungi beberapa proyek di Paris dimana mereka melihat bantuan konkret yang diberikan kepada orang miskin.

Bahasa cinta Sukacita besar apa dengan menjadi bagian dari Keluarga Vinsensian? Satu bulan berjalan terasa seperti satu minggu. Ini hanya terjadi ketika bersama dengan yang dekat dengan Anda. Bukan persoalan bahwa kita berkumpul dari berbagai negara, beda kongregasi, beda budaya, tradisi dan bahasa. Santo Vinsensius menyatukan kita semua atas nama Yesus Kristus untuk melayani yang miskin. Suatu hari saya mendengar pertanyaan: ‘Bagaimana Anda akan mengkomunikasikan?’ Namun segera muncul jawaban: ‘dengan bahasa cinta.’ Ya, itu memungkinkan dan ini terjadi dalam kelompok CIF. Saling bertukar pikiran, perasaan, keberhasilan dan kegagalan dalam kontak dengan orang miskin, yang tak ternilai.

Mistikus belas kasih Mengikuti pertemuan CIF adalah sebuah pengalaman yang luar biasa dan mendorong saya untuk melanjutkan misi Kristus yang dipercayakan kepada saya. Persaudaraan dan persaudarian yang dibangun menyatukan kami dan tak boleh dipadamkan. Kami membagi pengalaman, spiritualitas, kasih, hormat, empati, solidaritas dan pelayanan. Menjadi anggota Keluarga Vinsensian adalah bersama merangkul karisma Santo Vinsensius teristimewa ia menjadikan orang miskin sebagai pilihannya. Komitmen hidupnya adalah untuk evangelisasi dan berbelas kasih. Sebagai anggota Keluarga Vinsensian kita harus bekerja mempertahankan martabat sesama kita, dimana setiap orang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga dengan demikian kita digerakan lewat cahaya pikiran dan hati. Sesuatu yang istimewa kami alami dalam program pembinaan ini, dimana persoalan bahasa dijembatani oleh bahasa cinta dan lewat dedikasi dari setiap peserta. ‘Anggota Keluarga Vinsensian adalah mistikus belas kasih.’ Mónica Cobos, Koordinator Keluarga Vinsensian di Ecuador

Sumber: www.famvin.org, “Pertemuan ketiga Keluarga Vinsensian di Paris Concludes”, oleh Andrés Motto, CM, direktur CIF.

Kembali ke sumber kita, menyalakan api warisan Vinsensian ke dalam hati kita, sebuah nyala api yang sering kita butuhkan dalam kehidupan harian. Kita akan mudah tenggelam ke dalam dunia bila tidak mengetahui akar sebenarnya. Setelah pertemuan dan ziarah yang luar biasa, tiba saatnya untuk kembali ke realitas, menyalakan api dalam kongregasi kita, memberi harapan, menyembuhkan hati dengan kasih Allah, menjalani misi dimana saja. Sungguh menjadi mistikus Belas Kasih. Suster Ivančica Fulir, Kongregasi Suster dari Medali Wasiat Saat bersama menikmati minuman dan makanan ringan pada malam hari.

13


GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN

Sebuah perayaan yang dihadiri oleh kaum muda dari berbagai penjuru dunia saat mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia di Krakow.

DUTA-DUTA PERSAUDARAAN SELUAS DUNIA Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan pada pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerjasama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian ke sepuluh dari terbitan pada kolom ini menampilkan Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia: sebuah gerakan kaum muda internasional yang diprakarsai oleh Frater CMM. Terutama kaum mudalah yang mendapat perhatian istimewa dari pihak kongregasi kita. Melalui pengajaran dan bentuk bimbingan lain, kita hendak membantu kaum muda untuk menemukan jalan dalam menghadapi masa depan mereka (Konstitusi I, 30-31).

berpartisipasi dalam Hari Kaum Muda Sedunia di Sydney tahun 2008. Kegiatan ini diteruskan dengan pertemuan internasional dan Hari Kaum Muda di Tilburg dan Madrid (2011), Belo Horizonte dan Rio de Janeiro (2013), Tilburg dan Krakow (2016).

Tujuan dari gerakan internasional kaum muda ‘Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia’ adalah mengumpulkan orang muda yang berasal dari berbagai negara dan bersama bekerja menuju gerakan persaudaraan dan belas kasih global. Melalui Dutaduta Persaudaraan Seluas Dunia (WWB), orangorang muda belajar tentang spiritualitas dan karisma Kongregasi. Selain itu memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan panggilan pribadi.

Dalam waktu singkat, gerakan kelompok orang muda ini berkembang di setiap negara melalui berbagai aktivitas dan mereka berusaha mewujudkan impian: dunia yang berbelas kasih dan persaudaraan. Orang muda secara aktif dilibatkan, mereka berasal dari tujuh negara: Belanda, Kenya, Namibia, Brazil, Indonesia, Tanzania dan Timor Leste. Generasi baru dari para utusan saat ini sedang dipersiapkan untuk mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia berikut, yang akan berlangsung di Panama pada bulan Januari 2019.

Aktivitas pertama mereka dimulai dengan pertemuan internasional di Tomohon, Indonesia, kemudian turut 14

Nathalie Bastiaansen


Presentasi di Tomohon. Presentasi dari kelompok Indonesia.

Duta-duta WWB menanam pohon di Tomohon.

Koor Duta-duta WWB pada festival WYD di Sydney.

Berjaga di pantai Copacabana, WYD Rio de Janeiro.

Tradisi yang baik: seorang utusan dari Kenya menerima cendra mata dari seorang utusan asal Timor Leste. 15


GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN

Lilin WWB, dibuat saat WYD di Krakow.

Refleksi di gereja Petrus dan Paulus, Tilburg.

WYD Krakow, menunggu kedatangan Paus Fransiskus.

Lectio Divina saat pertemuan internasional WWB di Tilburg (Sparrenhof, 20016).

Perayaan bersama di gereja Petrus dan Paulus, Tilburg. Bersama Frater Broer Huitema dan Frater Niek Hanckmann.

Perjalanan dengan metro di Krakow.

Sebuah tradisi saat Hari Kaum Muda Sedunia dengan saling tukar gelang, alamat, cendra mata dengan para peziarah dari berbagai penjuru dunia.

16


INTERNASIONAL

MENGARAH KE TAHUN 2019: 175 TAHUN FRATER CMM (1844-2019)

Doa Tahun Jubileum Berdirinya Kongregasi Frater CMM ke-175 25 Agustus 1844 – 25 Agustus 2019 Allah yang Berbelas Kasih, melalui perayaan khusus atas pendirian Kongregasi kami oleh Mgr. Joannes Zwijsen, kami menghaturkan syukur dan terima kasih atas karisma yang Engkau berikan: karisma persaudaraan dan belas kasih. Kami berterima kasih atas segala berkat yang kami terima sebagai Kongregasi. Kini, kami mohon: Tanamkanlah cinta belas kasih-Mu kepada seluruh anggota Kongregasi kami. Tuntunlah kami mengikuti Yesus, Putra-Mu menjadi pengabdi dan pembawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan untuk menolong dalam dunia dewasa ini. Ilhamilah semakin banyak orang untuk bergabung dengan kami lewat karisma dan misi baik sebagai frater, anggota asosiasi maupun bentuk pelayanan yang lain. Utuslah Roh-Mu untuk menguatkan dan menyatukan kami, dengan Penuh Harapan dan Kesetiaan di Jalan Persaudaraan dan Belas Kasih. Kami mohonkan ini melalui Maria, Bunda Berbelas Kasih, Santo Vinsensius de Paul, Bapak kaum miskin, dengan perantaraan Yesus Kristus, Sumber Belas Kasih dan Saudara kami. Amin.

Logo Tahun Jubileum tersedia dalam empat bahasa. Logo ini telah dipakai dalam rangka perayaan jubileum Kongregasi. Ini terlihat seperti pahatan kayu dan bisa ditemukan di kantor pemimpin umum. Teks mengelilingi gambar berasal dari Konstitusi frater: ‘Rohnya menghimpun kita bersama orang lain, untuk menjadi umat Allah. Ia mengutus kita untuk melaksanakan apa yang telah dilakukan oleh Yesus, yaitu: mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan yang menolong. Oleh karena itu kita menyadari bahwa kita dipanggil untuk menjadi manusia seturut citra Yesus dan semangat-Nya. (Konstitusi I, 9-11).

Tahun depan, tepat tanggal 25 Agustus 2019 akan menandai 175 tahun berdirinya Kongregasi. Sepanjang tahun sebelum perayaan puncak ini akan diisi dengan kemeriahan yang dipersembahkan untuk peringatan khusus ini. Tahun jubileum dimulai tanggal 25 Agustus 2018 melalui sebuah ibadat dan berlanjut sampai 25 Agustus 2019. Selama tahun ini berbagai kegiatan akan diorganisir di setiap negara dimana Kongregasi hadir. Edisi majalah Frater CMM berikut tentu akan memberi perhatian khusus tentang peristiwa ini.

17


BERITA SINGKAT

PERINGATAN 25 TAHUN BERDIRINYA PROVINSI KENYA Regio CMM Kenya menjadi provinsi pada tanggal 25 Maret 1993. Peristiwa ini dirayakan di Pusat Pastoral Sotik, dimana salah satu komunitas frater berada. Kebanyakan frater asal Belanda kala itu yang tinggal di enam komunitas seperti Mosocho, Sikri, Oyugis, Sotik, Rhapta Road dan Umoja. Selama 25 tahun, semakin banyak frater Afrika bergabung dengan Kongregasi: sebuah generasi yang bekerja keras melayani orangorang dan masyarakat yang ada di Kenya dan juga di Tanzania. Sejak itu empat komunitas didirikan (Sigona tahun 1999, Nakuru tahun 2005, Urambo tahun 2005 dan Molo tahun 2011). Dan kami tetap mengharapkan calon-calon baru menjadi frater untuk Provinsi Kenya. Perayaan peringatan 25 tahun provinsi dilaksanakan tanggal 18 Maret 2018, di dua tempat. Fraterfrater dari komunitas Nakuru, Omoja, Rhapta Road merayakannya di komunitas Sigona. Komunitaskomunitas frater bagian wilayah barat Kenya dipusatkan di rumah renovasi Mosocho. Tema perayaan hari ini adalah ‘koeksistensi damai’. Pembawa materi mendorong frater CMM Provinsi Kenya untuk menjadi ‘anggur baru’ dan menyiapkan ‘kantong anggur baru’ menyongsong masa depan. Semoga Maria, Bunda Berbelas kasih menjadi teladan yang menyinari kita, dan semoga Yesus, Sumber Belas Kasih dan Saudara kita senantiasa mendampingi dan memampukan kita menjadi nabi persaudaraan dan belas kasih bagi umat manusia. Frater Leo van de Weijer, Kenya

18

KURSUS PELATIHAN KOMUNIKASI DI INDONESIA Dewan Pimpinan Umum bersama Pusat Komunikasi CMM mengorganisir sebuah pelatihan tentang komunikasi yang akan dilaksanakan tanggal 1 sampai 12 Oktober 2018. Kursus ini bertempat di Indonesia dengan satu kelompok kecil frater yang berasal dari beberapa negara. Tujuan dari kursus ini yaitu melatih para frater bagaimana cara mempresentasikan hidup dan karya mereka secara lebih luas dan dapat memberi inspirasi kepada yang lain, termasuk mengembangkan laporan/informasi eksternal. Topik-topik yang akan dimunculkan antara lain: komunikasi interkultural, menulis untuk kelompok target tertentu, dan pemanfaatan sarana-sarana visual (foto dan video).


‘LIHATLAH SESAMAKU’

PERSAUDARAAN SAAT MINUM BERSAMA Belas kasih dan persaudaraan adalah konsep utama Karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam kehidupan harian para frater? Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah sesamaku’ (bdk. Mat. 9:35-38). Frater Hermenegildus Beris bekerja sebagai misionaris di Namibia selama 51 tahun, dan sejak tahun 2016 ia kembali ke Belanda. Selama disana ia juga mengajar beberapa mata pelajaran di mayor seminari seperti Sejarah Gereja Afrika, Sejarah Umum Gereja, Sejarah Gereja Namibia dan Patrologi. Ketika mereka sedang mencari pengganti untuk meneruskan tugasnya di lembaga ini, ia yang sudah berusia 87 tahun menemukan jalan untuk bisa membantu. Zaman sekarang semuanya bisa dilakukan ‘dari jarak jauh’. Dari tempat tinggalnya di komunitas Eleousa, Vught, ia memanfaatkan program Skype pada komputernya untuk melakukan kontak dengan seminari Windhoek melalui monitor. Tugas ini dijalaninya beberapa kali dalam seminggu. Frater Hermenegildus Beris. Setelah menjalankan tugas ini selama satu setengah tahun, pihak seminari mamandang baik kalau Frater Hermenegildus bisa kembali lagi bertemu dengan siswanya secara langsung. Frater Hermenegildus sangat setuju dengan ide ini karena berkaitan dengan tugasnya dan kemudian berangkat mengunjungi Windhoek-Namibia tanggal 16 Januari tahun ini. “Orang muda, seperti siswa saya”, kata Hermenegildus kepada kami, “jangan langsung bertanya karena belas kasihan, terlepas dari kemungkinan bisa mati atau terkena sakit serius. Ini menyangkut mengapa perhatian saya untuk mereka; secara khusus anak seminari tahun bawah yang berjuang dengan bahasa Inggris, Anda harus sabar dengan mereka dan menawarkan bantuan ekstra. Menjadi sabar adalah juga bentuk belas kasih dan iba hati.” Siswa seminari berasal dari kelompok etnis berbeda, maka persaudaraan menjadi penting, namun tidak selamanya terjadi dengan sendirinya. Frater Hermenegildus: “Di antara siswa seminari terkadang ada yang sungguh aneh, sebagaimana juga mereka yang berasal dari berbagai negara. Berbeda budaya, bahasa dan tradisi. Sebagai staf diharapkan menjadi

contoh yang baik dan saya selalu menciptakan persahabatan, dekat dengan mereka semua baik yang dari India, Afrika selatan, Polandia, Austria; sebagaimana saya berjalan di tengah mereka sebagai orang Belanda. Waktu minum bagi saya penting, sebagai saat yang tepat untuk persaudaraan. Ini semua tentu lebih sulit kalau hanya melalui Skype. Memberi kuliah jarak jauh-sebagaimana sudah dikatakan-jarak cukup jauh, bahkan melalui makna kiasan. Seorang guru dengan kebaikan dan kesabaran, bahkan salah satu yang lebih jauh tidak datang. Sedikit ekstra sabar, merupakan ungkapan ketika minum, karena Anda butuhkan itu untuk berada di kampus.” Frater Hermenegildus, rekan kita dan model vitalitas, telah tiba kembali di Belanda tanggal 1 Mei dengan perasaan puas. Merasa puas karena bisa melakukan tugas lagi yang begitu cocok dengannya, dekat dengan siswa dan rekan kerja, minum bersama dan dalam aktivitas lainnya. Nathalie Bastiaansen 19


DENGAN PENUH PERHATIAN DAN TANPA PAMRIH KITA BERUSAHA TERUS-MENERUS MEMAHAMI TANDA-TANDA ZAMAN (dari Konstitusi Frater CMM)

Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.