FRATER CMM 3/19
| MELINDUNGI TUNAWISMA | KAUL KEEMPAT | PERAYAAN TAHUN YUBILEUM | IMPIAN MASA DEPAN UNTUK KENYA | 20 TAHUN PERHATIAN UNTUK PARA PENGUNGSI DE VUURHAARD
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
5
TERBITAN Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulรถ. ISSN 1877-9719. Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan pelaksana editor), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin Tunggu. Kontributor: Frater Athanasius Onyoni, Benedict Ashipala (WWB), Charles van Leeuwen, Frater Augustine Monari, Frater Yosef Trisno, Frater Paskalis Wangga, Elfried Aniceto, Frater Ad Hems, Nelleke Verstijnen. Penerjemah: Frater Benyamin Tunggu. Desain: Layout: Percetakan:
Heldergroen, Belanda DekoVerdivas, Belanda Candra Ide Cemerlang Printing, Pringwulung, Yogyakarta
Kontak Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org Foto sampul depan: Perayaan Tahun Yubileum berlangsung di depan gereja, Namibia. Foto: Benedict Ashipala (WWB Namibia). Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul belakang: Anish Kapoor, Cermin Awan (untuk Hendrik), Museum De Pont, Tilburg. Foto: Frater Ad de Kok.
DALAM SOROTAN
8
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
10
PERAYAAN TAHUN YUBILEUM
11
DARI STAF REDAKSI Edisi majalah Frater CMM kali ini lebih pada perayaan peringatan Tahun Yubileum. Kita merayakan 175 tahun pendirian Kongregasi dan bukan itu yang utama. Yubileum itu sendiri dilukiskan dalam beberapa bagian. Misalnya, pada bagian ‘Gambaran Kegiatan Kerasulan’ Anda bisa melihat bagaimana proyek yubileum ‘Melindungi Tunawisma’ terealisasi di Belanda dan di Namibia. Kontribusi pada seri ‘Dalam Sorotan’ memperlihatkan lukisan dari Frater Alfons Aerts (1919-1979). Karyanya juga dimasukan dalam eksebisi ‘Kunstbroeders’ (Frater dalam Seni), yang diorganisir di Generalat dalam rangka Yubileum. Tentu juga ada banyak foto dari setiap negara yang diambil berkaitan dengan perayaan penghormatan pendirian Kongregasi CMM ke-175. Pada halaman 17 Anda bisa melihat sebuah artikel tentang perayaan yang lain, yaitu perhatian untuk para pengungsi di De Vuurhaard. Namun… kita tidak hanya melihat pada Tahun Yubileum yang telah lewat: kita juga memandang ke masa depan. Misalnya, pada kolom Pemimpin Umum dan juga kontribusi khusus dari Bpk. Elfried Aniceto yang mempunyai rencana menarik untuk para frater di Kenya. Pada bagian ‘Lihatlah Sesamaku’, Frater Ad Hems menceritakan apa yang membuatnya merasa bahagia. Dengan penuh kegembiraan, kami mengakhiri edisi terakhir majalah Frater CMM untuk tahun 2019. Ada peristiwa penting yang akan berlangsung di tahun 2020 yaitu: Kapitel Umum. Kami mengucapkan Selamat Natal, sehat dan bahagia di tahun 2020.
SEBUAH IMPIAN UNTUK KENYA
16
20 TAHUN PEDULI PENGUNGSI
17
BERITA SINGKAT
18
‘LIHATLAH SESAMAKU’
19 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Perbuatlah lebih melalui misi belas kasih kita Melihat kembali Tahun Yubileum kita, bisa kita katakan sebagai sebuah kesempatan untuk bersyukur dan perayaan penuh sukacita. Kita diperkaya dengan kekayaan sejarah kita; juga lewat ungkapan-ungkapan, kehangatan ucapan selamat dan hadiah kebaikan melalui orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Ini merupakan sebuah dorongan untuk melihat betapa karya kita diapresiasi oleh banyak orang di sekitar kita. Selama Tahun Yubileum, kita tidak hanya merayakan apa yang terjadi di hari Minggu, 25 Agustus 1844, namun juga diingatkan akan apa yang terjadi selanjutnya: bahwa ada sejumlah kecil yang tak terhitung namun telah mengambil langkah berani. Misi kongregasi kita, sebagaimana ditunjukkan oleh Uskup Zwijsen yaitu misi belas kasih. Ini juga merupakan misi dari patron kita santo Vinsensius de Paul, yang adalah misi gereja universal dan selebihnya merupakan misi dari Yesus sendiri. Dengan kata lain: misi belas kasih ini adalah sejarah yang jauh lebih luas; jauh lebih lama dari 175 tahun! Kita memandang Tahun Yubileum sebagai seruan untuk meneruskan misi belas kasih, sungguh sederhana dan sungguh konkret. Moto Kapitel Umum 2020 menggambarkan cita-cita ini ‘terpanggil’: Dipanggil menjadi frater berbelas kasih, penuh sukacita dan kehendak dalam dunia dewasa ini
4
Tentu kita hidup dalam sebuah dunia yang kompleks dan dalam sebuah masa yang penuh tantangan. Terdapat penurunan anggota di beberapa negara. Sumber finansial kita menurun dan tentu kita tidak bisa melakukan semuanya, kita mempertimbangkan yang penting. Kita perhatikan bahwa dunia sekitar kita mempertanyakan validitas dari hidup religius. Bisakah kita dengan berani menjawab tantangan-tantangan ini? Vinsensius de Paul berbicara tentang ‘faire davantage’: lakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan sedikit lebih. Proyek yubileum kita ‘Melindungi Tunawisma’ menggambarkan cita-cita dari berbuat sedikit lebih. Kita mempunyai pelayanan harian, sekolah dan poliklinik, sebagai anggota dewan atau penanggung jawab karya atau sebagai guru. Tugas-tugas ini pantas sebagai dedikasi dan pengabdian kita. Namun selalu ada hal lain yang juga membutuhkan perhatian dari kita. Kita tidak boleh menutup mata terhadap orangorang yang tidak secara langsung di bawah tanggung jawab kita. Saya meminta Anda untuk memperhatikan pertanyaanpertanyaan berikut, dan setelah itu mencoba untuk menjawabnya: Bagaimana kita merespon secara radikal atas panggilan untuk berbekas kasih? Bagaimana kita membawa semangat Zwijsen, Maria Bunda Berbelas Kasih dan Vinsensius dalam hidup dan karya kita kini? Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
MELINDUNGI PARA TUNAWISMA DI NAMIBIA DAN DI BELANDA Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian ketiga belas dari terbitan pada kolom ini menampilkan beberapa kegiatan seputar proyek yubileum dari para frater: Melindungi Tunawisma. Moto Tahun Yubileum berasal dari konstitusi frater bagian pedoman hidup: “mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan yang menolong”. Para frater ingin menjadikan moto ini secara serius. Oleh karena itu, salah satu inisiatif di Tahun Yubileum ini adalah proyek Perlindungan bagi para Tunawisma. Melalui proyek ini para frater turut terlibat bersama Aliansi Tunawiswa FamVin yang melibatkan seluruh Keluarga Vinsensian. Para frater berterima kasih atas sumbangan yang diterima untuk tujuan ini. Dengan dukungan dana dari kongregasi-kongregasi lain dan dari berbagai kenalan dan sponsor, para frater mulai merealisasikannya sesuai rencana.
Elizabeth merasa bangga dan bahagia di depan rumah miliknya.
Dari ‘bangunan’ ke ‘kediaman’ di Namibia Para frater di Namibia bertemu dengan nenek Elizabeth Katrina yang telah berusia 75 tahun. Ketika masih muda, ia bekerja untuk gereja dengan gaji yang rendah. Pada saat itu (akhir tahun 1990-an) banyak pengungsi yang berasal dari Kongo dan Angola memasuki Namibia dan Gereja memintanya untuk membantu di bagian penerimaan dan pendampingan. Paroki di Windhoek menyediakan sebuah rumah di mana Elizabeth boleh tinggal tanpa sewa sekaligus memperhatikan para pengungsi. Saat pensiun ia harus meninggalkan rumah ini. Dari tunjangan pensiunnya ia membeli sebidang tanah dan membangun sebuah rumah. Namun demikian, ia tidak memiliki sumber dana cukup untuk menyelesaikannya. Demikian juga perlengkapan yang dibutuhkan, bahkan ia tak menemukan sulusi lain selain tetap tinggal dalam situasi seperti ini. Ini sungguh bukan sebuah ‘kediaman’. Elizabeth selalu siap sedia memperhatikan sesama dan ‘melindungi para tunawisma’, oleh karena itu para frater di Namibia melihat bahwa ia pantas dibantu melalui proyek yubileum. Rumahnya yang belum selesai telah berubah menjadi sebuah kediaman. Rumah ini memerlukan pipa air untuk sanitasi dan perlengkapan dapur; wastafel, toilet dan kamar mandi, plesteran dinding, cat atau keramik, dan instalasi listrik. Elizabeth akhirnya memiliki sebuah rumah yang disebut ‘kediaman’. 5
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Situasi sebelumnya.
Fasilitas sanitasi sedang dipasang.
Kamar mandi siap untuk dikeramik dan dicat.
Plesteran, cat dan lantai keramik baru di ruang tamu.
Lemari-lemari dapur disusun tersendiri. Elizabeth merasa senang.
6
Wastafel dapur sedang dipasang. Keran telah dipasang.
Pintu masuk rumah.
Tempat tidur di Belanda Anda barangkali tidak menduga, bahwa kemiskinan juga ada di sebuah negara kaya seperti Belanda. Terdapat keluarga-keluarga yang tidak memiliki cukup uang untuk membayar biaya sewa bulanan dan tagihan listrik, ada hutang, dan tak mampu membeli makanan sehat. Keluarga-keluarga ini juga sering tidak mempunyai cukup uang untuk membeli tempat tidur dan selimut hangat. Dengan situasi ini, para orangtua tidak memceritakannya ke bagian pelayanan sosial, karena mereka takut dianggap sebagai orangtua yang tidak baik dan kurang mencintai anak lewat penerimaan tempat tidur yang pantas. Demikian kadang terjadi, ketika konselor membangun relasi saling percaya dengan sebuah keluarga, dan yang perlu diketahui ini ‘rahasia’. Namun demikian tidak berarti bahwa solusi segera teratasi, karena tidak ada agen khusus yang menyediakan tempat tidur secara gratis: masalah tersembunyi, sehingga solusi tak akan bisa teratasi. ‘Tim penanggulangan Kemiskinan’ di Tilburg kuatir dengan keadaan ini dan telah menemukan sebuah agen karitatif yang bersedia menyumbangkan sejumlah uang. Tempat tidur, kasur dan seperei dapat dibeli dengan harga yang sangat terjangkau. Berkat sarana bantuan dari organisasi kesejahteraan di Tilburg dan usaha dari para sukarelawan, tempat-tempat tidur ini dapat diberikan kepada beberapa keluarga miskin di Tilburg. Segera setelah itu semakin banyak permintaan masuk melebihi dana penanggulangan yang tersedia dan daftar tunggu ditambah. Tim penanggulangan Kemiskinan tidak mau mengecewakan anak-anak, oleh karena itu mereka berusaha mencari sponsor lain dan lewat frater mereka menemukannya. Terima kasih kepada Frater CMM atas proyek yubileum Melindungi
Tunawisma di Belanda sehingga 209 anak dari 98 keluarga bisa menerima tempat tidur baru. Sebuah tempat tidur dan seperei: tampaknya ini bukan sebuah persoalan besar untuk orang Belanda, tetapi bagi anak-anak sesuatu yang esensial telah berubah; mereka bisa tidur dengan baik dan karena itu mereka lebih bergairah ke sekolah. Mereka merasa terdorong dengan mengundang teman-teman mereka, karena mereka tidak lagi merasa malu dengan kamar yang hanya tersedia kasur kosong. Dan bagaimana dengan orangtua? Mereka sangat bersyukur atas pemberian bantuan. Mengetahui bahwa kebutuhan mereka diperhatikan dan sebagian dapat diatasi, maka bagi mereka ini adalah sebuah hiburan besar.
Sebuah tempat tidur dengan selimut baru, penuh kebahagiaan dan cinta.
Sebuah kartu menarik ungkapan ‘terima kasih’. 7
DALAM SOROTAN
Pemandangan salju, n.d., akrilik pada panel kayu.
ALFONS AERTS MULTI TALENTA Di masa lampau dan kini, terdapat sekian frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar atau kerajinan tangan yang indah. Terdapat begitu banyak dan seringkali tidak tahu dari mana asalnya. Hasil kreativitas ini diseleksi lewat kolom dalam sorotan. Bagian ke-6 dari rubrik ini memperlihatkan karya dari Frater Alfons Aerts. Hasil karyanya juga dipajang dan dijual pada saat eksposisi jubileum ‘Frater dalam Seni’ di Generalat.
Frater Alfons Aerts (1919-1979) mengambil kursus lewat Municipal Academy di Genk, Belgia. Pertamatama ia melukis pemandangan, namun juga pemandangan religius. Ia selalu mencari bahan dan teknik baru serta menciptakan karyanya dengan menggunakan minyak, akrilik, cat air, etsa atau keramik. Sejak tahun 1960-an Frater Aerts memamerkan karya seninya melalui galeri lokal di Hasselt dan juga di luar. Ia memenangkan ‘Penghargaan Audiens’ pada Pameran Internasional ‘Seni untuk Semua’ di Brussels tahun 1976.
8
Pemandangan, n.d., akrilik pada panel kayu.
Pemandangan, n.d., gabungan media pada kayu.
Kapal di pelabuhan, n.d., lukisan minyak pada kanvas.
Wanita Samaria (Yoh. 4:7), 1971, minyak/akrilik pada kanvas.
Beberapa karya Alfons Aerts pada pameran yubileum ‘Frater dalam Seni’.
Abstrak, 1966, minyak/akrilik pada kanvas.
Abstrak, 1967, etsa pada kertas. 9
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
KAUL KEEMPAT
Percetakan Yatim Piatu Putra Roma Katolik: percetakan, para frater dan anak-anak yatim piatu tahun 1909. 7 frater pertama menerima pembinaan yang sangat berbeda sebelum mereka berkumpul di Tilburg. Umumnya yang ada di novisiat adalah mereka mempersiapkan hidup orang muda berdasarkan tiga kaul yaitu kemiskinan, kemurnian dan keataatan sesuai ketentuan sebuah lembaga. Mereka harus terbiasa dengan rutinitas harian yang ketat, silensium dan belajar untuk bertahan dalam berbagai aspek asketisme. Mereka belajar untuk hidup menurut aturan religius, membiasakan diri dengan hidup berkomunitas dan liturgi doa rutin. Mereka juga diperkenalkan dengan aneka macam karya kerasulan. Demikikanlah mereka hidup menurut tiga kaul umum religius, namun juga menghidupi kaul keempat yang kadang-kadang mengacu sebagai ‘kaul belas kasih’ atau ‘kaul aksi penuh belas kasih’. Ini adalah sebuah tradisi dengan kaul keempat yang mengekspresikan karisma khusus dari sebuah komunitas religius. Untuk Suster-suster dari Zwijsen, kaul belas kasih diinterpretasikan sebagai berikut: Mereka “diutus untuk mempraktekkan karya belas kasih yang mengancam hidup, misalnya memperhatikan orang yang terkena penyakit menular”. Juga dengan frater interpretasi dari kaul keempat masih agak umum. Zwijsen biasa menyebutnya ‘kaul keempat’; ia menguraikannya namun tak pernah secara eksplisit memberi nama untuk itu. Dasarnya adalah bahwa kaul keempat mengekspresikan pengabdian total dan pelayanan kepada sesama. Walaupun demikian kaul keempat tak bisa diinterpretasikan secara bebas, melainkan harus dipenuhi sebagai sebuah komunitas dan dalam 10
ketaatan kepada pemimpin. Zwijsen menulis: Akhirnya, Anda akan terikat oleh kaul keempat untuk fokus pada usaha-usaha melayani rekan Anda. Anda tidak lagi memiliki pilihan lain untuk membaktikan diri Anda pada pekerjaan-pekerjaan baik yang paling menarik lewat naluri alami dan perasaan pribadi, maupun untuk orang atau pribadi dalam masyarakat yang ingin Anda tawarkan pelayanan atau berguna untuk: Anda berkewajiban untuk melaksanakan karya tertentu yang disetujui oleh pemimpin Anda dan pergi ke tempat di mana Anda diutus. Ketika rumah frater pertama dibuka tahun 1845, karya karitatif pertama (memperhatikan anak yatim piatu) telah disepakati. Anak-anak yatim piatu pertama tiba pada bulan November, namun di hari pertama bulan September para frater baru bertemu dan mendiskusikan tugas masing-masing, dan prioritas mutlak dari misi ini diperjelas. Semua frater diberi tugas untuk menjaga mereka. Bagi Zwijsen dan fraterfrater membuktikan bahwa karya ini harus berada di sekitar rumah frater. Sehingga ini menjadi tradisi bagi para frater, untuk tinggal di bawah atap yang sama sebagaimana mereka mengisi dan membentuk hidup berkomunitas sesuai tugas pelayanan masing-masing. Sumber Uskup Zwijsen dan Frater Pertamanya. Sejarah Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, Volume 1, oleh Charles van Leeuwen (Valkhof Press, 2014).
INTERNASIONAL
PERAYAAN TAHUN YUBILEUM Kita pantas melihat kembali Tahun Yubileum dengan penuh sukacita, yang dipenuhi dengan berbagai kegiatan dan perayaan. Perayaan Ekaristi, presentasi, resepsi meriah, pameran, pertunjukkan, saat-saat refleksi… terlalu banyak untuk ditampilkan di sini, olek karena itu kami hanya menyeleksi beberapa acara dari perayaan ini.
Frater Henrique Matos memberi presentasi tentang sejarah CMM.
Konferensi video international frater muda Sebagai bagian dari perayaan pendirian kongregasi ke-175, telah dilakukan sebuah video konferensi internasional untuk frater-frater profesi sementara dari Indonesia, Timor Leste, Kenya, Tanzania, Namibia dan Brasil yang berlangsung pada tanggal 7 Agustus 2019. Pada bagian pengantar Frater Benyamin Tunggu, anggota dewan umum, mengatakan: “Pertemuan bersama ini adalah sebuah kegembiraan besar dengan memanfaatkan sarana video konferensi. Media modern menembus batas yang memungkinkan Anda untuk berjumpa dan berbicara. Ini adalah perjumpaan khusus, karena baru pertama kali dilakukan dalam Kongregasi kita. Pertemuan kita kali ini kiranya menguatkan rasa persaudaraan kita sebagai Kongregasi. Kita berjalan pada jalan yang sama. Mari kita saling menopang dan membangun rasa optimis menyongsong masa depan. Kita adalah penerus sejarah kongregasi, dan fraterfrater muda adalah harapan masa depan Kongregasi kita.”
Presentasi tentang sejarah Kongregasi di Brasil Tanggal 25 Agustus 2019, di Pusat Retret Vicente de Paulo, Igarapé, Brasil, berlangsung sebuah presentasi tentang sejarah Kongregasi. Frater Henrique Matos menyampaikan kisah menariknya kepada para peserta awam dan religius yang berasal dari Belo Horizonte, Colonel Fabriciano, St. Joaquim de Bicas dan Igarapé.
Banyak kenalan para frater dan Duta-duta WWB Brasil datang ke Igarapé, merayakan pesta Tahun Yubileum. 11
INTERNASIONAL
Uskup Gerard de Korte memberi selamat kepada Pemimpin Umum.
Kegiatan untuk kaum muda di Indonesia Beberapa kegiatan khusus untuk kaum muda dilaksanakan di Balige dan Aek Tolang pada bulan Agustus 2019. Pertandingan olahraga dan seminar kaum muda di Aek Tolang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus dengan tema: ‘Memperkuat iman dan panggilan di era industri 4,0’. Fasilitator dalam seminar ini adalah Frater Antonius Sipahutar dan Yohanes Andianus. Demikian juga seminar kaum muda di Balige dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus. Frater Paskalis Wangga menyapa kaum muda dan menekankan pentingnya pengembangan: “Belajar, belajar, belajar dan tetap belajar”, serta mendorong mereka untuk memperhatikan dan mengembangkan talenta yang dimiliki secara kreatif.
Pertemuan frater profesi sementara di Indonesia Dalam rangka perayaan pendirian Kongregasi Frater CMM ke-175, sekitar 20 frater muda yang berasal dari beberapa komunitas di Indonesia berkumpul di kota Yogyakarta. Pertemuan frater muda di tempat ini berlangsung dari tanggal 5 sampai 9 Agustus 2019.
Agustus. Pertemuan frater muda di Indonesia diakhiri dengan sebuah evaluasi dan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Yan. Ia mengawali renungannya dengan mengatakan bahwa Kongregasi berada di tangan para frater muda, “ kita akan menjadi tua dan mati. Oleh sebab itu frater-frater muda yang hadir saat ini harus sungguh setia dan membaktikan diri sesuai panggilan masing-masing. Memperhatikan keseimbangan antara doa, kehidupan komunitas dan tugas-tugas yang dipercayakan Kongregasi kepada Anda.”
Perayaan-perayaan Doa dan perayaan Ekaristi dilaksanakan di setiap negara dalam rangka Tahun Yubileum. Ada banyak yang terlibat baik umat, para suster dan bruder dari kongregasi lain, para imam, uskup, duta-duta persaudaraan WWB, anggota keluarga dan sahabat turut serta dalam merayakan pesta Kongregasi ini.
Frater Alfons Seran CMM memberi presentasi tentang spiritualitas dan sejarah Kongregasi. Frater Daniel Telaumbanua CMM mempresentasikan gambaran CMM di Indonesia, dan Frater Frans Kilat berbicara tentang Yayasan Don Bosco dan Yayasan Fransiskus Asisi. Frater Blasius Perang dengan kisah inspiratifnya yang ia sebut: Kita adalah frater, kita frater muda, kita frater milenial. Para frater muda mengikuti konferensi video internasional yang berlangsung pada tanggal 7 12
Frater Broer Huitema sebagai dirigen koor frater pada perayaan Ekaristi tanggal 25 Agustus 2019 di Belanda.
Setelah perayaan Ekaristi di Namibia, acara pesta dilanjutkan tepat di depan gereja.
Tiga perayaan disatukan di Timor Leste: perayaan Tahun Yubileum, Frater Rosario de Jesus Martins mengikrarkan profesi seumur hidup, dan pembukaan rumah pembinaan baru di Hera.
Frater Eurico de Fatima Amaral dan Frater Andre Neno Abi saat perayaan kongregasi di Timor Leste.
Frater-frater di Namibia bernyanyi saat perayaan Ekaristi Tahun Yubileum.
Pameran lukisan Dalam rangka Tahun Yubileum Frater CMM, lukisan-lukisan dari lima frater dipajang dan dijual melalui pameran ‘Frater dalam Seni’, bertempat di Generalat. Karya seni dari beberapa frater: Alfons Aerts, Antoon Brugmans, Vincenzo de Kok, Paschalius Vervest, dan Humberto Wouters. Hasil dari perjualan dimasukan dalam proyek yubileum ‘Melindungi Tunawisma’ (lihat hal. 5-7).
René Munnik (1), kurator pameran ‘Frater dalam Seni’ bersama salah seorang seniman, keluarga dari Frater Humberto Wouters.
Pameran “Frater dalam Seni”.
13
INTERNASIONAL
Pameran tentang frater dulu dan sekarang Tanggal 25 Agustus sampai 20 Oktober 2019 tersedia pameran di Pavilyun Peerke Donders, Tilburg dengan topik: ‘Misi Belas Kasih - 175 Tahun Frater dari Tilburg’. Pameran dibuat dalam bentuk 11 panel yang dilengkapi dengan teks, gambar dan objek dari koleksi frater, kisah tentang Frater CMM, lebih dikenal sebagai ‘Frater dari Tilburg’. Selama pameran berlangsung diadakan tiga kali presentasi berkaitan dengan warisan frater. Johan Willemse, ketua Gerakan Belas Kasih, berbicara tentang belas kasih sebagai ‘Warisan Spiritual’ dari para frater. Michiel van Kempen, profesor literatur dari DutchCaribbean Universitas Amsterdam, mempresentasikan ‘Warisan Tulisan’. Ia menggambarkan kontribusi dari para frater untuk litetatur dan kebudayaan Suriname. Pembicara ketiga berbicara tentang ‘Warisan Budaya’ para frater. Sejarahwan seni Joost van Hest mengelaborasi bagaimana objek-objek koleksi dari para frater yang mengekspresikan sesuatu berkaitan dengan identitas frater.
Pembukaan pameran “Misi Belas Kasih” oleh Frater Lawrence Obiko.
Frater Niek Hanckmann (k) dalam wawancara dengan pengunjung pameran “Misi Belas Kasih”.
Sejarah tentang frater diuraikan dalam panel berupa teks, gambar dan objek dari warisan budaya Kongregasi.
Pameran di Kenya Dalam rangka Tahun Yubileum, disediakan juga pameran tentang sejarah Kongregasi di perpustakaan OIP Oyugis, Kenya. Bahan pameran ini dikumpulkan oleh Provinsial Frater Leo van de Weijer dan Frater Augustine Monari Nyansimora (anggota Dewan Provinsi).
Frater Videlis Minyega menjelaskan pameran kepada siswa St. Vincent de Palul School di Mosocho. 14
Kenangan indah dari perayaan peringatan
Frater Ad Hems saat pameran ‘Misi Belas Kasih’.
Frater Niek Hanckmann memberikan hadiah kepada para frater di Zonhoven (B): sebuah bingkai foto dengan gambar Joannes Zwijsen pada bagian kanan, dan di bagian kiri sebuah cermin. Dengan bentuk ini setiap frater bisa bercermin, berdiri dekat dengan Zwijsen.
Frater Theodorus Hera, Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung dan Frater Martinus Mangundap dalam perbincangan akrab saat perayaan Tahun Yubileum di Indonesia.
Frater-frater di Belanda juga menerima suvenir yang sama, yang diberikan oleh Pemimpin Umum, Frater Lawrence Obiko.
Sebuah hadiah dari Bpk. Elfried Aniceto untuk Dewan Umum. Putri dan cucunya menjadi gambaran kecantikan Madonna dan Anak, dilukis oleh Merly Trappenberg Gomez, Curaçao. 15
KENYA
Bpk. Elfried Aniceto dan Frater Leo van de Weijer di St. Vincent de Paul Elementary School, Mosocho.
IMPIAN MASA DEPAN UNTUK KENYA Sejak tanggal 2 sampai 14 September 2019, Bapak Elfried Aniceto berada di Kenya dalam rangka mengenal lebih dekat tentang Frater CMM dan karya-karya mereka. Bapak Aniceto adalah sekretaris Yayasan Kolese St. Thomas di Curaçao. Keberadaan yayasan ini adalah untuk menjaga warisan dari para frater di Curaçao. Tujuan utama saya adalah bagaimana bisa memberi kontribusi untuk misi frater. Saya telah mengunjungi sekolah-sekolah, karya frater CMM di Kenya dan sungguh mengapresiasi apa yang telah dibuat oleh para frater. Yang sungguh menyentuh saya adalah karya anti-HIV, Yayasan Kesejahteraan Fr. Grol para tahanan juga manusia, sekolah untuk anak-anak buta tuli dan sekolah dasar di Soweto. Situasi anak-anak di wilayah kumuh Soweto sungguh menggerakkan saya. Saya belum pernah mengalami kemiskinan yang sedemikian besar dan nyata dalam hidup saya.
Singsingkan lengan baju Dewasa ini para frater menghadapi tantangan besar, namun saya yakin bahwa frater-frater muda di Kenya akan menyingsingkan lengan baju dan mengambil tanggung jawab untuk melanjutkan misi. Karena itu dengan tulus saya ingin mendukung para frater muda ini sesuai kebutuhan dasar mereka. Selain pembinaan spiritual, baik juga menawarkan kepada mereka kursus pengembangan diri agar tetap bergairah, semangat dan menghidupi misi dari pendiri Joannes Zwijsen. Para frater harus memiliki kesempatan untuk keluar dari zona nyaman dan mengubah paradigma berhadapan dengan tantangan Kongregasi akan perubahan dunia yang begitu cepat.
Tantangan kamp Ini adalah impian saya untuk membawa dua belas frater ke Curaçao agar bisa mengikuti sebuah retret 16
‘tantangan kamp’ kita di Pusat Retret Emaus. Melalui pelatihan petualangan bersama pakar, kami bisa menawarkan beberapa ketrampilan dasar dalam membangun tim, resolusi konflik, tipe kepribadian dan etika kepemimpinan. Frater-frater ini kemudian menjadi fasilitator untuk kelompok siswa yang lebih besar, yang bisa membawa perubahan dalam hidup mereka. Benar berharap bahwa melalui program pelatihan ini dapat memberi pengaruh yang bermanfaat bagi anak-anak. Setelah pelatihan di tempat ini, kita bisa melanjutkannya melalui webinar. Rencana untuk proyek ini hampir rampung, dan tantangan selanjutnya adalah mencari sponsor guna mengimplementasikan proyek ini.
Harapan Dengan ketulusan dan kerendahan hati kiranya saya boleh mendapatkan solusi atas beberapa tantangan yang dihadapi Frater CMM, namun antusiasme dan semangat yang saya lihat memberi tanda bahwa ada HARAPAN. Penghargaan tulus saya kepada Frater Lawrence Obiko, Frater Leo van de Weijer, dan semua frater muda di Kenya. Sebuah kekaguman dan pengalaman tak terlupakan yang akan mengubah perjalanan hidup saya selanjutnya. Selamat datang di Curaçao. Elfried Aniceto Sekretaris Yayasan Kolese St. Thomas, Curaçao
‘Zie mijn BELANDA mensen’
20 TAHUN PERHATIAN UNTUK PARA PENGUNGSI DI DE VUURHAARD–UDENHOUT Tanggal 1 September 2019 tepat 20 tahun (20 tahun silam lampau ..) lampau Frater Kees Mateijsen dan Frater Ad de Kok pindah dari komunitas frater di Scheveningen ke komunitas Udenhout untuk menangani para pengungsi. Frater Gerard Verstijnen dan Frater Simon van den Broek sudah berada di komunitas ini. Awalnya para frater bekerja sama dengan De Vuurdoop di Tilburg dan kemudian Memperhatikan Para Pengungsi di Central-Brabant.
Pengungsi Para pengungsi yang tinggal di De Vuurhaard (Perapian) telah berjalan sekian lama, ada yang tinggal beberapa tahun di pusat suaka, di mana mereka disampaikan untuk tinggal di Belanda. Organisasi seperti De Vuurdoop dan kemudian Perhatian untuk Pengungsi berkeyakinan bahwa orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi penduduk tetap, misalnya atas alasan medis. Ada juga negara-negara yang telah dideklarasikan aman, namun kenyataannya belum aman; demikian juga ada negara-negara yang tidak menghendaki menerima kembali warganya yang melarikan diri. Lalu, apa pilihan dari para pengungsi? Dari sekian ratusan pengungsi selama 20 tahun berjalan, mereka telah mendapatkan perlindungan di De Vuurhaard, komunitas Frater CMM yang menjadi tempat di mana mereka boleh berlindung, mendapatkan kedamaian dan berusaha menemukan solusi atas situasi yang sering tidak menentu. Hampir 50% yang datang di De Vuurhaard telah memperoleh
penduduk tetap. Sebagian kembali ke negara asal mereka atau memilih tinggal secara ilegal.
20 Tahun Vuurhaard Para frater, anggota asosiasi dan sukarelawan merayakan peringatan 20 tahun dimulainya Vuurhaard dengan ibadat di kapel komunitas frater. Bacaan dari Mazmur 36, Betapa berharganya kasih setia-Mu ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Demikian juga dari kitab Ulangan 10:19, Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
Memasak dan makan bersama Acara sore hari ditutup dengan santapan yang dihidangkan oleh para pengungsi dan sukarelawan; dengan variasi makanan khas negara asal masingmasing. Ini semacam sebuah ‘cafe’ yang dibuat setiap Minggu di De Vuurhaard selama hampir 20 tahun untuk para tamu l.k.40 orang yang berasal dari provinsi Brabant. Setelah santapan setiap tamu menerima sebuah booklet berisikan foto-foto dan teks tentang Frater CMM. Kata-kata inspiratif, berhubungan dengan masalah pengungsi dan bagaimana mengatasinya.
Masa depan? Keberadaan komunitas De Vuurhaard saat ini terdiri dari lima frater. Kenyataan menunjukkan bahwa fraterfrater semakin tua dan juga karena masalah medis dan psikis yang semakin besar dari para pengungsi yang dihadapi para frater, maka telah diputuskan untuk tidak lagi melanjutkan aktivitas di sisa tahun ini. Seorang pengungsi bersama anaknya di De Vuurhaard.
Frater Ad de Kok CMM (Belanda) 17
BERITA SINGKAT
PERAYAAN TAHUN HIDUP MEMBIARA 2020 70 tahun 19 Maret: Frater AndrĂŠ de Veer, Frater Laurenti Verhoeven. 29 Agustus: Frater Adriano van den Berg, Frater Piet Dilissen, Frater Leopoldus Spreuwers, Frater Wim Verschuren. 65 tahun 29 Agustus: Frater Wout van den Hout, Frater Linus Schoutsen, Frater Ad de Swart.
SURVEI PEMBACA Staf redaksi merasa gembira menerima jawaban atas survei, dan juga usulan-usulan khusus. Ada dua hal yang menonjol: satu kelompok pembaca ingin membaca tentang sejarah Kongregasi; kelompok lainnya tertarik pada hidup dan karya para frater saat ini. Kami senantiasa berusaha untuk menyeimbangkannya dengan menyeleksi kontribusi yang dipublikasikan. Kami juga memberi perhatian atas ide dan usulan-usulan lainnya. Kami baru saja menyampaikan tiga pemenang buku Barmhartige Liefde (Cinta Belas Kasih). Nama-nama pemenang dan buku telah dikirim.
Juga dapat dilihat melalui website www.cmmbrothers.org
18
60 tahun 29 Agustus: Frater Edward Gresnigt, Frater Ad Hems, Frater Ben Maijvis, Frater Kees Mateijsen, Frater Henrique Matos. 25 tahun 30 April: Frater Rofinus Banunaek, Frater Agustinus Farneubun, Frater Benediktus Jeujanan, Frater Alfons Seran.
‘LIHATLAH ‘Zie mijnSESAMAKU’ mensen’
ANDA ADALAH FRATER SEUMUR HIDUP Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep kunci karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam hidup seharihari para frater? Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah sesamaku’. Frater Ad Hems berkarya sebagai misionaris di Indonesia selama lebih dari 48 tahun. Sejak 2018 ia kembali tinggal di Belanda dan menetap di komunitas Joannes Zwijsen. Ia menceritakan tentang hari yang sederhana dalam hidupnya.
Frater Godfried Kanen (97), frater tertua, bersama Frater Ben Maijvis.
anak-anak tetap menjadi tugas penting sebagai karya karitatif para frater. Saya juga merasa baik dengan membaca kolom’Tentang Joannes Zwijsen’ dan tampak di dalamnya Vinsensius de Paul, patron karya belas kasih kita; lebih dari dua belas patung St. Vinsensius telah menjadi pokok diskusi!
Frater Ad Hems dan Frater Adriano van den Berg di komunitas Joannes Zwijsen. Suatu ketika, saat sedang membaca berita dari majalah Frater CMM, tiba-tiba saya kembali merasakan bahwa saya sungguh seorang frater CMM. Segera saya mengirim email kepada staf redaksi untuk menyampaikan pujian. Setelah itu saya juga mengirim sebuah pesan apresiasi kepada beberapa penulis untuk menyampaikan terima kasih: kepada Frater Franciscus Linus atas artikelnya yang berjudul ‘Frater Pasca Milenial’ dan kepada Frater Wilfridus Bria atas observasinya yaitu “hadir untuk sesama tidak berarti bahwa Anda harus melakukan hal-hal yang besar”. Itu bagus, benar? Saya mengenal baik kedua frater ini, karena mereka juga pernah berkarya di Sumatra, di mana saya sendiri bekerja sekian lama. Kontribusi dari Duta-duta di Namibia dan Brasil juga membuat saya gembira. Aksi dari WWB (Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia) secara nyata menginspirasi banyak orang muda untuk mempromosikan belas kasih dan persaudaraan seluas dunia. Frater James Makovo CMM dari Kenya menunjukkan bahwa pendidikan untuk
Singkatnya, saya merasa senang menjadi seorang frater ketika membaca apa yang sedang dilakukan oleh rekan-rekan frater saya di Belanda dan di negaranegara lain. Kami semakin tua di Belanda, lagi fraterfrater tak kenal masa ‘pensiun’. Tujuh belas frater tua (umur rata-rata 82½) saat ini tinggal di komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg. Sebagian dari mereka membantu melayani dengan memperhatikan yang lebih tua di antara mereka. Kami saling membantu. Dapat dikatakan bahwa kami tinggal dalam sebuah komunitas di mana sepanjang hari kami melihat berbagai bentuk belas kasih dan persaudaraan hidup kembali. Sangat sederhana, tanpa paksaan, itu sederhana terjadi ‘antara sup dan kentang’. Indah melihatnya. Frater Ad Hems CMM (Belanda)
Frater Joop van Dooremaal, Frater Johannes Berchmans van Berkel, dan pemimpin komunitas, Frater Caspar Geertman. 19
DALAM SAAT PENUH KEENGGANAN DAN KEGELAPAN, MARILAH KITA MENGENANG KEMBALI SAAT-SAAT YANG PENUH KEHADIRAN ALLAH DAN TETAP MEMBUKA HATI KITA DALAM HARAPAN DAN KERINDUAN. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih