1/20
m a jal ah
Frater CMM | GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN DI GLENO | DALAM
SOROTAN: LUKISAN-LUKISAN TENTANG KEHIDUPAN DARI FRATER VINCENZO | “BERNYANYI ADALAH BERDOA DUA KALI” | PERSAUDARAAN LEWAT SEPAK BOLA | TENTANG JOANNES ZWIJSEN | RUMAH PEMBINAAN DI TIMOR-LESTE
Juga dapat dilihat melalui website www.cmmbrothers.org
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
5
TERBITAN Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, Dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo ISSN 1877-9719 Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan editor pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin Tunggu. Kontributor: Frater Petrus Narwadan, Frater Elijah Agilo, Charles van Leeuwen, Frater Niek Hanckmann, VNB, Frater Leo van de Weijer Penerjemah: Frater Benyamin Tunggu. Desain: Layout: Percetakan:
Heldergroen, Belanda DekoVerdivas, Belanda Candra Ide Cemerlang Printing, Pringwulung, Yogyakarta
Kontak Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org Foto sampul depan: Frater Elijah Agilo bersama siswa Sekolah St. Vincent de Paul, Mosocho (Kenya) berada di studio (hal. 10-11). Foto sampul belakang: Pintu Santa Maria degli Angeli e dei Martiri di Roma. Foto: Frater Ad de Kok. Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
DALAM SOROTAN
8
BERNYANYI ADALAH BERDOA DUA KALI
10
PERSAUDARAAN MELALUI SEPAK BOLA
12
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
13
CMM DAN VNB TETAP BERJALAN
14
DARI STAF REDAKSI Bagi frater tahun 2020 merupakan tahun yang penting. Tahun diadakan Kapitel Umum yang akan berlangsung di Generalat, Tilburg pada tanggal 18 Mei sampai 7 Juni. Namun berkaitan dengan regulasi Covid-19, maka rencana ini ditunda. Kapitel Umum adalah sidang para wakil yang sah dari Kongregasi seluruhnya. Tugas mereka meliputi: melindungi warisan kongregasi, memupuk pembaharuan yang layak, dan menegaskan peraturanperaturan yang mengikat kongregasi seluruhnya untuk periode berikutnya. Para frater tidak tinggal diam dalam pekerjaan ‘rurin’; terutama di mana-mana mereka bekerja keras sesuai karisma frater - belas kasih dan persaudaraan - membentuk realitas kehidupan sehari-hari. Misalnya di Gleno, Timor Leste, terdapat sebuah sekolah yang membantu menyiapkan generasi muda demi membangun negri mereka. Belum lama ini sebuah rumah pembinaan untuk frater muda di buka di Timor Leste. Di Kenya, Fr. Elijah Agilo menghantar siswanya ke sebuah studio professional untuk rekaman album pewartaan. Lagi pula, “bernyanyi adalah berdoa dua kali.” Belas kasih dan persaudaraan di Kenya juga ditemukan melalui sepak bola; Anda bisa membacanya pada halaman 12. Di Belanda para frater bermitra dengan organisasi lain, sebagaimana Kongregasi sedang bekerja membangun bentuk gereja kontemporer. Yayasan VNB adalah salah satu dari organisasi ini. Bagi pencinta seni kami masih menghadirkan lukisan tentang kedidupan dari frater Vincenzo de Kok (1911-1997), dan bagi pembaca yang tertarik dengan sejarah Kongregasi, tersedia lagi kontribusi melalui kolom ‘Tentang Joannes Zwijsen.
RUMAH PEMBINAAN DI TIMOR-LESTE
16
IN MEMORIAM
17
BERITA SINGKAT
‘LIHATLAH SESAMAKU’
17
19 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Pada bulan Januari 2020 Frater Lawrence Obiko berada di Roma untuk mengikuti pertemuan para pemimpin Keluarga Vinsensian. Tema pertemuan kali ini adalah: “Keluarga Vinsensian bergerak maju�.
Bergerak maju berarti sebuah gerakan dari masa lampau, ke masa kini dan menuju ke masa yang akan datang. Sebagai frater, kita menyadari sebagian besar dari masa lalu kita: akar kita. Melalui akar kita di masa lampau, kita diwariskan ‘alat’ seperti inspirasi, karisma dari pendiri Kongregasi kita dan kata-kata bijak dari rekan-rekan frater yang telah mendahului kita. Kita juga merasakan masa kini: dunia di mana kita hidup. Kita belum tahu tentang masa depan, namun kita mempunyai mimpi. Mimpi akan dunia di mana semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk hidup baik dan bermartabat. Bila kita menghendaki masa depan berbeda dengan masa kini, kita harus mengambil tanggung jawab secara serius. Hanya dengan ini, kita bisa mewujudkan perubahan positif. Ada beberapa sarana yang dapat membantu kita untuk mencapai tujuan ini. Kita perlu berani dan bijaksana: berani karena ada dorongan untuk mengubah banyak hal, dan bijaksana karena kita tidak mau melukai orang dalam perjalanan. Kita juga membutuhkan kolaborasi yang solid: kita akan kuat bila saling bekerja sama. Kita dapat bekerja sama secara intern Kongregasi sebagai frater, sebagai provinsi dan regio dan sebagai dewan. Dengan demikian, kita bisa berkolaborasi dengan religius lain, misalnya cabang Keluarga Vinsensian. Kita juga merupakan bagian dari Gereja universal, oleh karena itu perlu bekerja sama dengan anggota Gereja lain. Terakhir namun bukan penutup, bahwa kita adalah
4
bagian dari masyarakat di mana kita hidup. Bahkan, sebagian orang yang kita jumpai memiliki mimpi yang sama untuk masa depan. Mengapa tidak sama-sama bergerak maju? Diperlukan kerja sama dan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik tidak berarti hanya membagi ide-ide pribadi Anda, melainkan menanyakan apa yang sedang terjadi di dunia lain dan dengan saksama mendengarkan apa yang dikatakan. Bila kita mau meneruskan misi kita, maka penting untuk memperhatikan panggilan dan kebijakan pembinaan kita. Masa depan membutuhkan fraterfrater yang bertanggung jawab (orang), yang berani dan bijaksana, yang bisa bekerja sama sebagai tim, yang bisa melihat kebutuhan sesama dan yang bisa mengkomunikasikan pesan misi secara jelas. Kita memiliki hak istimewa dengan teknologi medern yang menawarkan banyak kemungkinan. Hendaklah kita memanfaatkan sarana-sarana ini untuk membagi misi (karisma) kita, tersedia dan dapat diakses oleh orang lain. Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Siswi sedang bermain sepak bola di halaman sekolah.
ETVC-MM: SEBUAH SEKOLAH DI GLENO Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian ke empat belas dari terbitan pada episode fitur ini menampilkan sekolah kita di Gleno, Timor Leste.
Tantangan dan peluang di Timor Leste Timor Leste telah menghadapi perjuangan besar untuk memperoleh kemerdekaan. Negara menghadapi tantangan besar untuk membangun kembali infrastruktur dan ekonominya. Namun demikian, Timor Leste juga adalah sebuah negara yang memiliki berbagai peluang, misalnya dalam bidang ekowisata dan kekayaan budayanya.
Sekolah Sejak tahun 2008 para frater memulai sebuah sekolah dengan nama ETVC-MM di Gleno: Sekolah Pendidikan Dasar Kejuruan Katolik ‘Bunda Berbelas Kasih’. Sekolah ini mempunyai dua spesifikasi yaitu IT dan turisme. Sekolah berada di daerah pedesaan di mana terdapat
beberapa lembaga pendidikan menengah atas. Ada banyak orang muda di daerah ini yang tidak mampu memasuki sekolah bermutu di kota yang jaraknya cukup jauh. Sekolah di Gleno menawarkan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pendidikan yang baik, dan bahkan mereka bisa melanjutkan studi ke mana saja. Beberapa siswa dari sekolah di Gleno telah terpilih untuk mendapatkan beasiswa studi di universitas Eropa dan di negara-negara lain. Ini menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah frater bermutu tinggi dan memberi hasil yang baik.
5
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Di dalam kelas.
Masa depan Komputer dan materi pelajaran sangat sedikit yang tersedia saat ini, teristimewa ruangan-ruangan untuk praktek. Dengan pengembangan dan penambahan fasilitas-fasilitas di sekolah ini, siswa akan mendapat kesempatan untuk membentuk masa depan mereka, bahkan lebih banyak. Tidak hanya orang muda yang mendapat manfaat dari ini: mereka adalah generasi masa depan yang diharapkan untuk membangun Timor Leste. Dengan adanya sekolah di Gleno para frater berharap agar bisa memberi kontribusi kecil untuk membangun negri yang indah ini.
Penjelasan dari guru pariwisata. 6
Apakah Anda mau bergabung dengan kami? Sumbangan Anda sangat dihargai, dapat dikirim melalui IBAN: NL60ABNA 0522439055 atas nama ‘Frater CMM’ Missieprocuur’, P.O. Box 90105, 5000 LA, Tilburg, Belanda (BIC: ABNANL2A), dengan menyebutkan ‘Sekolah di Gleno’.
Siswa sedang mengunjungi museum Chega, Dili.
Siswa sedang mengerjakan tugas.
Frater Petrus Narwadan, salah satu guru.
Bel sekolah, terbuat dari veleks mobil tua.
Masa orientasi. Siswa baru merapihkan dan merawat lingkungan sekolah. 7
DALAM SOROTAN
LUKISAN-LUKISAN TENTANG KEHIDUPAN DARI FRATER VINCENZO Di masa lalu dan saat ini, ada sejumlah frater yang mempunyai kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Ada begitu banyak dan seringkali tak tahu siapa pembuatnya. Lukisan-lukisan ini diseleksi dan dimasukkan melalui kolom dalam sorotan. Bagian ke-7 dari rubrik ini memperlihatkan karya dari Frater Vincenzo [Jac] de Kok (1911-1917). Karyanya juga dipajang dan dijual melalui eksposisi yubileum ‘Frater dalam Seni’ pada tahun 2019 di Generalat. Frater Vincenzo menyukai musik, gambar dan lukisan. Ia selalu sibuk membuat gambar, lukisan atau potret dengan menggunakan cat minyak, akuales, etsa jarum atau pinsil. Karya-karya seninya menyebar ke seluruh negri dan juga di luar negri. Frater Vincenzo, seorang pencinta alam. Ia menikmati alam bebas dan sering membawa bahan-bahan lukisan serta alat penyangga (easel). Dengan penuh cinta ia menangkap keindahan alam dalam karyanya. Ia juga membuat banyak lukisan tentang kehidupan, yang sebagian kecil kami tampilkan di sini. Kadang-kadang ia memilih objek yang sangat biasa, misalnya sebuah topi. Karyanya seringkali begitu menyentuh: Anda barangkali bisa merasakan perasaan sayang dan melankolis yang tentu dialami Frater Vincenzo ketika melihat burung-burung kecil yang mati.
Topi di rumput, 1991, cat minyak pada panel.
8
Lukisan hidup pada jendela, 1986, cat minyak di kanvas.
Hidup dengan lemon, 1964, cat minyak pada panel.
Hidup dengan daun bawang dan pisang, 1988, cat minyak di kanvas.
Hidup dengan bunga matahari, 1987, cat minyak pada panel.
Hidup dengan sepasang sepatu, 1981, cat air.
Burung mati, 1982, cat air.
Dua ekor ikan, 1994, cat air.
9
KENYA
“BERNYANYI ADALAH BERDOA DUA KALI” Evangelisasi memiliki banyak bentuk dan tergantung pada talenta yang dianugerahkan kepada seseorang. Kutipan dari St. Agustinus “Bernyanyi adalah berdoa dua kali”, merupakan salah satu cara orang mengekspresikan iman mereka melalui musik. Paduan suara putra Sekolah Dasar St. Vinsensius de Paul milik Frater CMM di Mosocho, masuk rekaman studio untuk album evangelisasi pada tahun 2019. Ini merupakan album ketiga mereka; album sebelumnya telah dirilis pada tahun 2015 dan 2017.
Frater Elijah Agilo bersama siswa St. Vincent de Paul School, Mosocho, di studio rekaman. Album pertama adalah bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya untuk Kongregasi kita. Album kedua direkam dalam rangka peringatan Tahun Belas Kasih, yang sejalan dengan karisma kita, spiritualitas belas kasih dan persaudaraan. Album terakhir adalah sebuah doa kepada Allah memohon kekuatan panggilan kita dalam Gereja. Album ketiga ini muncul pada saat Kongregasi Frater CMM merayakan yubileum ke-175. Oleh karena itu salah satu lagu khusus dipersembahkan untuk perayaan yubileum ini. Lagu dinyanyikan dalam bahasa Kiswahili, dilengkapi dengan suara instrumen yang bagus, sebagai penghormatan terindah untuk Kongregasi.
10
Masing-masing berperan Untuk menentukan variasi lagu dalam ambum, kami merekam 11 lagu, gubahan dari enam pencipta yang berasal dari Kenya dan Tanzania. Delapan lagu gubahan dalam bahasa Swahili, sementara tiga lainnya dalam bahasa Inggris. Pengambilan video dilakukan di beberapa tempat berbeda dan peluncuran album terjadi pada tanggal 11 Januari 2020, bertepatan dengan Hari Pendidikan Sekolah di Mosocho. Kegiatan-kegiatan seperti ini dikoordinir oleh bagian administrasi sekolah, dalam kerja sama dengan komite liturgi yang saat ini diketuai oleh Frater Albert Nyantika.
Sampul DVD dan album DVD no. 3.
Menyanyi bersama!
Hadiah
Tujuan dari inisiatif ini adalah agar siswa memahami bahwa musik bisa menjadi sarana handal evangelisasi untuk Gereja dan dunia. Musik itu menarik dan dapat mendorong siapa saja untuk mulai mengembangkan talenta mereka sendiri. Sebuah paduan suara yang indah, apabila kita memadukan semua talenta melalui sebuah kelompok paduan suara. Akan tercipta sebuah masyarakat yang indah, jika kita lakukan hal sama.
Para peserta begitu gembira mengikuti rekaman studio musik, dan sebagian dari mereka hadir untuk pertama kali. Betapa indahnya memakai talenta yang diberikan Allah ‘untuk mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan dan mengulurkan tangan yang menolong’. Cobalah dan Anda tak akan menyesal.
Pendidikan Kegiatan musik tidak semata ‘hanya untuk hiburan’: akan tetapi meningkatkan ketrampilan komunikasi interpersonal siswa. Secara khusus mereka bisa berinteraksi dalam perjumpaan dengan yang berasal dari wilayah lain, terutama pada saat Festival Musik Nasional Kenya di mana mereka telah berpartisipasi selama lima tahun terakhir. Saya melihat perubahan besar pada diri mereka.
Frater Elijah Agilo CMM (Kenya)
Selain album juga dibuat sebuah videoclip, bisa dilihat pada YouTube kode OR atau kunjungi https://youtu.be/nSJCzwh-394.
Foto dari videoklip.
11
KENYA
Tim frater (kostum merah) dan tim siswa (kostum kuning).
PERSAUDARAAN MELALUI SEPAK BOLA Banyak orang di Kenya dan juga di banyak negara lain menyukai sepak bola. Kita senang menonton tim favorit kita bermain dan berharap bahwa mereka menang. Namun demikian, kita sering lupa melihat aspek spiritual dari permainan ini melalui kacamata karisma belas kasih dan persaudaraan. Kapan pun persaudaraan disebutkan, belas kasih selalu ada. Keduanya kompatibel dan tidak terpisahkan. Frater Wim Verschuren mengatakan bahwa: ‘bekerja menuju dunia yang berbelas kasih dan adil dilakukan dengan banyak cara’. Ini terdengar begitu menarik dan sekaligus menantang.
Kerja tim Saya teringat pada tahun 2017, rekan frater kami dari Kenya bagian barat (Mosocho, Oyugis dan Sikri) membentuk sebuah tim sepak bola untuk bermain melawan siswa St. Vincent de Paul Boys’ Primary School di Mosocho. Turnamen dinamai Hamba Allah yang Mulia, Frater Andreas van den Boer. Sasarannya adalah untuk mengingatkan para pelajar berkaitan dengan kehidupan Frater Andreas, dan juga mengajarkan tentang pentingnya kerja tim. Persahabatan dari turnamen ini secara jelas terpancar dalam semangat belas kasih.
Masing-masing adalah pemenang Pada akhir turnamen kedua tim tampil sebagai pemenang, bahkan remaja putra menaklukkan tim dari frater dengan skor 3-0. Biar pun kalah, namun target kami tercapai. Pemenang dianugerahi sebuah piala yaitu Piala Frater Andreas. Anak-anak kagum dengan apa yang terjadi, dan frater-frater begitu gembira atas kemenangan lawan. Anak-anak tidak mengerti pelajaran dibalik kegiatan ini; dalam hidup terkadang Anda harus mengalami kehilangan. Sama halnya dengan belas kasih. 12
Seorang siswa bertanya kepada saya mengapa kita dipanggil Frater Belas Kasih. Saya kembali menunjukkan pada pertandingan yang baru saja berakhir, dan menanyakan kepadanya berapa observasi yang ia lakukan selama pertandingan. Ia menyebutkan persahabatan dari lawan; melihat para frater berdoa sebelum dan sesudah pertandingan; pelukan gembira satu sama lain, meskipun kalah; dan akhirnya ucapan selamat atas kemenangan mereka. Dengan demikian saya mempunyai sesuatu untuk disampaikan kepadanya, mengapa dipanggil sebagai Frater Belas Kasih.
Bermain dan berbelas kasih Kita semua diundang untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang diperoleh untuk mempraktekkan belas kasih. Ini adalah spiritualitas yang sungguh mulia, namun tidak selalu mudah untuk mempraktekkannya. Oleh karena itu mengapa pendiri kita Uskup Zwijsen menghendaki agar Roh Tuhan berkuasa dalam kongregasi-kongregasinya, lagi menjiwai sedalam-dalamnya. Sebagai Frater Belas Kasih kita mempraktekkannya di tengah orang miskin, namun juga bersama guru-guru, dalam komunitas, juga dalam pertandingan sepak bola. Peristiwa ini menjadi salah satu yang membawa sukacita lebih; lagi pula ini bukanlah sesuatu yang sulit. Frater Elijah Agilo CMM (Kenya)
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
KARUNIA PERSAHABATAN persahabatan mereka tetap akrab dan bermakna selama bertahun-tahun. Teman-teman Zwijsen yang paling terkenal tentu saja raja dan Paus. Diketahui bahwa Zwijsen mempunyai relasi yang akrab dengan raja William II. Relasinya dengan Paus Pius IX begitu hidup: mereka memiliki visi yang sama tentang Gereja dan masyarakat dan gaya pemerintahan yang kuat. Mereka mengadakan pembicaraan yang intens dan menurut kesaksian mereka membuat banyak lelucon.
Zwijsenmonument, door Toon Dupuis (1933). Het is in 1972 verplaatst naar de Heikese Kerk in Tilburg. Foto Ronald Peters.
Zwijsen adalah seorang pribadi yang berbakat. Ia memiliki talenta besar dalam organisatoris, dapat dengan cepat menganalisa situasi dan tentu bisa memimpin. Ia juga memiliki wawasan mendalam tentang orang-orang dan memiliki kemampuan berkomunikasi. Selain itu ada talenta penting lain untuk misinya: karunia persahabatan. Lewat berbagai cara, Zwijsen dengan cepat bersahabat dengan orang. Unsur-unsur dari persahabatan ini selalu menjadi pesona pribadi, percakapan yang hidup dan juga biasanya untuk kepentingan bersama. Sebenarnya Zwijsen yang memiliki persahabatan secara langsung maupun tak lansung bukan untuk tujuan pelayanan ‘yang baik’. Zwijsen suka menuangkan segelas anggur yang baik untuk teman-temannya. Di pastoran atau keuskupan ia menerima para imam, para pengusaha dan pejabat dengan ramah dan malam hari mereka membicarakan bisnis. Ia meneruskan persahabannya lewat koresponden yang luas. Zwijsen tidak selalu berjumpa dengan teman-temannya karena jarak yang begitu jauh dan agendanya yang padat. Walaupun demikian
Pepatah terkenal, bahwa Anda hanya bisa mewujudkan impianmu melalui kerja sama dengan orang lain, tampak dalam banyak persahabatan Zwijsen. Ini juga terlihat pada monumen yang berada di samping gereja ’t Heike, Tilburg. Di sana uskup agung duduk berada di tengah pendukung, dan tiga di antaranya merupakan teman terbaik. Pertama, jurnalis pastor Judocus Smits (1813-1872). Smits adalah pendiri koran Katolik De Tijd and rektor Suster Cinta Kasih dari Zwijsen di Amsterdam. Sulit untuk mengatakan siapa yang paling diuntungkan dari persahabatan: uskup dengan cepat memberi informasi tentang berbagai hal melalui jurnalis atau jurnalis yang mengembangkan korannya dengan dukungan gereja. Ada juga pengacara dari ‘s-Hertogenbosch, Jan-Baptist van Son (1804-1875), yang tak kenal lelah membela kepentingan Katolik dan sekian lama menjadi menteri urusan agama. Anak angkatnya belajar bersama para frater dan kemudian menjadi rektor di Ruwenberg. Hakim dan politisi Tilburg, Jacobus Arnoldus Mutsaers (1805-1880) juga menteri agama Katolik Roma dan seorang putranya dididik sebagai imam bersama para frater. Mereka semua adalah penasihat utama Zwijsen dalam masalah hukum dan politik. Dari kelompok teman-teman Zwijsen, yang tertua sebagai penggerak. Mereka terus bersama sampai lanjut usia dan secara kebetulan mereka meninggal dalam waktu yang berdekatan. Charles van Leeuwen 13
BELANDA
CMM DAN VNB TETAP BERJALAN Sejak 1 November 2019 Generalat frater mendapatkan tambahan ‘penghuni’ baru. Pada saat itu Yayasan VNB mulai menyewa sebagai kantor di rumah frater Gasthuisring. Perjalanan CMM dan VNB telah dilalui sejak tahun 2006. Pada saat itu para frater sedang mengurus proses perutusan kelompok orang muda internasional sebanyak 120 orang dari 6 negara ke Sydney untuk mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia. VNB mengorganisir rencana perjalanan untuk keuskupan-keuskupan di Belanda dan mereka juga bersedia untuk mendukung frater sehubungan dengan kerumitan logistik yang diperlukan untuk perjalanan ini. Saat pembukaan kantor VNB secara resmi di Generalat tanggal 11 Januari 2020, Frater Niek Hanckmann menyampaikan kesamaan dan sinergitas antara CMM dan VNB. Frater CMM didirikan pada tahun 1844 oleh Uskup Joannes Zwijsen. Sebelumnya ia mendirikan Kongregasi Suster, Suster Cinta Kasih dari Tilburg. Para suster menaruh perhatian dengan merawat orang sakit, lansia, yatim piatu dan dengan pendidikan. Khusus untuk yatim piatu dan pendidikan, dibutuhkan lakilaki yang bisa memperhatikan anak-anak remaja yatim piatu dan sekolah khusus pria. Inilah kebutuhan konkret Kongregasi sebenarnya.
Gereja Katolik berkembang Pertengahan abad ke-19 merupakan saat di mana Gereja Katolik berkembang lagi di Belanda. Selama hampir 300 tahun, umat Katolik sangat dibatasi dalam mengekspresikan iman mereka oleh pemerintahan Calvinis. Pada abad ke-19, ini mulai berubah dan Joannes Zwijsen berperan penting. Para frater merupakan tenaga penting yang dipakai pendiri untuk membangun Gereja. Ini terjadi di paroki-paroki, namun juga melalui pengembangan pendidikan Katolik
yang baik. Melalui hidup bersama dan lewat kaul kemiskinan mereka bisa melakukannya ‘pro bono’. Ini terjadi sebelum tahun 1920 bahwa pemerintah sendiri mengambil tanggung jawab dan pendidikan Katolik juga dibiayai oleh negara. Tepat untuk mengatakan bahwa banyak kongregasi berdiri pada abad ke-19 dengan pengaruh pendidikan dan penataan sistem yang sangat baik di Belanda.
Gereja bagi semua orang Seiring dengan meningkatnya kebebasan beragama, Gereja Katolik kembali lagi menjadi Gereja untuk siapa saja. Frater-frater yang terlibat dalam kelompok persuadaraan, kelompok kaum muda, asosiasi Maria dan asosiasi paroki. Mereka mengorganisir prosesi, kelompok doa dan devosi populer. VNB juga adalah buah dari mekarnya Gereja di Belanda. VNB mengorganisir ziarah, menyatukan orang seputar iman dan tradisi. Dengan jalan ini organisasi membantu memberi sebuah wajah baru terhadap budaya Katolik.
Salah satu kegiatan VNB yaitu mengorganisir ziarah ke Lourdes. Foto©VNB.
14
Uskup Woorts, Uskup referensi ziarah, memberkati kantor VNB.
Sekuralisasi Sesudah itu, sampai saat ini kita telah berada lebih dari seratus tahun dan telah mengalami betapa kaya kehidupan gereja Roma Katolik yang juga tak tampak lagi di Belanda. Hal ini terjadi bukan karena adanya tekanan dari luar, namun karena sekuralisasi dari dalam sendiri. Semakin banyak orang yang tidak lagi merasakan hubungannya dengan lembaga Gereja klasik. Sejalan dengan itu hanya bertumbuh tuntutan akan makna.
Permintaaan baru, pemenuhan baru Frater dan VNB tetap berjalan. Pergerakan ini berawal bukan karena proses sekuralisasi, melainkan membuat program baru untuk masyarakat. Para frater di Belanda telah memulai dan fokus pada refleksi, spiritualitas dan karya sosial. Misalnya, di Vught terdapat ‘Klooster Zin in Werk’ di mana perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga boleh mengadakan refleksi yang memberi makna bagi pekerjaan mereka. Komunitas Elim dengan beberapa program refleksi; selain itu juga mereka bekerja sama dengan paroki dan para suster mengorganisir makan siang santai dua kali seminggu. Sampai saat ini komunitas di Udenhout memberi tumpangan untuk para pengungsi, namun karena usia para frater di komunitas ini semakin tua terpaksa karya ini harus dihentikan. Sekuralisasi di negara-negara lain kurang kuat, dan para frater masih sungguh terlibat dalam kegiatan-kegiatan pendidikan dan pastoral.
Destinasi baru VNB juga telah memperluas cakrawala bahwa ziarah tidak hanya sebatas kegiatan devosional, namun berkaitan dengan inspirasi dan pengalaman pribadi.
Selain itu, juga berhubungan dengan solidaritas dan saling membantu lewat kegiatan ini. Kami sedang mencari arah baru, tidak hanya tempat-tempat ziarah melainkan ziarah yang bisa memenuhi kebutuhan orang akan refleksi, spiritualitas dan pendalaman.
Sebuah bentuk kontemporer dari bangunan Gereja VNB dan CMM tetap eksis berhadapan dengan sekuralisasi di Belanda. Keduanya digerakan oleh suar api dan tetap setia pada tradisi masing-masing. Walaupun demikian disadari bahwa ada konsekuensi untuk organisasi seperti ini. Jumlah frater di Belanda mengalami penurunan tajam, demikian pula VNB mengalami penyusutan. VNB berkeinginan untuk meneruskan ke lokasi yang lebih kecil; bahkan lebih penting dari itu bila lokasinya jelas berkaitan dengan latar belakang Katolik di mana ada ruang sehingga bisa saling menguatkan dan mendukung. Tidak baik bahwa organisasi kecil seperti ini mau melakukan sesuatu secara sendiri. Melalui frater ide ini mereka terima dengan sepenuh hati. Beberapa organisasi telah menyewa sebagian dari Generalat. Kegiatan-kegiatan mereka sejalan dengan spiritualitas yaitu memberi perhatian kepada yang lemah. VNB juga demikian, selain memperkuat dimensi hidup gerejawi. Kami berharap dengan adanya beberapa organisasi dalam gedung ini dapat meningkatkan kerja sama dan membangun sebuah Gereja kontemporer. Dengan jalan ini kita bisa tetap setia pada maksud awal dan menerjemahkannya dalam situasi masa kini. Frater Niek Hanckmann CMM (Belanda)
15
TIMOR LESTE
RUMAH PEMBINAAN DI TIMOR LESTE Rumah pembinaan baru di Hera, Timor Leste telah diberkati pada tanggal 27 September 2019. Melalui rumah ini para postulan di Timor Leste akan menerima pembinaan sebagai calon anggota Kongregasi. Para postulan sebelumnya tinggal regionalat Dili. Para novis saat ini masih mendapatkan pembinaan di Indonesia; namun diharapkan untuk masa yang akan datang para novis juga menempati rumah ini. Bangunan rumah pembinaan CMM regio Timor Leste ini terwujud berkat warisan dari orang yang mendukung Kongregasi. Dengan memiliki rumah pembinaan sendiri, merupakan sebuah langkah maju untuk mengembangkan Kongregasi di Timor Leste. Kehadiran para frater (dan religious lain) dengan sekolah dan lembaga-lembaga adalah sangat penting untuk mengembangkan negara ini. Taman bagian dalam.
Pemberkatan rumah oleh Uskup Agung Dili, Mgr. Virgilio do Carmo da Silva DDB.
Ruang tamu dan ruang makan. 16
Kapel.
BERITA SINGKAT
In Memoriam
KAPITEL UMUM 2020 Dalam Kapitel Umum, hadir para pemimpin dan para utusan dari negara-negara di mana para frater berkarya untuk menetapkan kebijakan enam tahun ke depan. Dalam sidang ini akan dipilih dewan umum baru untuk periode selanjutnya 2020-2026. Kapitel Umum telah dijadwalkan pada bulan Mei/Juni, namun karena regulasi Covid-19, maka rencana ini telah dibatalkan. Kami berharap bisa memberi informasi lebih lanjut pada edisi Majalah Frater CMM berikut.
Gambar dan moto Kapitel Umum 2020
FRATER
Willem Beslar Willem Beslar lahir di Tomohon, Sulawesi Utara, Indonesia tanggal 31 Maret 1956. Tanggal 8 Desember 1976 ia masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih di Tomohon. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup di kota yang sama pada tanggal 27 September 1983. Ia meninggal tanggal 3 Pebruari pagi di RS Gunung Maria, Tomohon. Setelah perayaan liturgi dan Ekaristi ia dimakamkan di tengah para frater yang telah mendahuluinya di pekuburan frater, Tomohon. Saat berusia 20 tahun, Willem masuk novisiat di Tomohon. Dengan cepat dan jelas bahwa ia tergerak akan situasi orang msikin yang menyedihkan. Ketika berada di komunitas barunya Langgur, Kei Kecil, ia mengabdikan hidupnya penuh komitmen untuk orangorang sederhana dan yang kurang berpendidikan. Ia memberi jaminan bahwa orang sakit diperhatikan, orang-orang bisa memulai usaha sendiri dan yang muda mendapatkan pendidikan. Willem seorang yang lembut, namun tegas bila ia melihat ketidakadilan, terutama orang-orang lemah menjadi korban. Ia akan secara terbuka menyuarakan kebenaran, status dan kedudukan tanpa memikirkan konsekuensi. Willem seorang yang mudah tergerak. Ia bekerja melalui berbagai tempat di Indonesia dan diminta untuk memulai komunitas baru di Gleno, Timor Leste. Dari berbagai tempat yang dijalani, ia tuangkan dalam sebuah tulisan tentang semua pengalamannya dan diberikan kepada pemimpin di Belanda. Tahun 2010, ia kembali ke komunitas Tomohon tempat kelahirannya. Kesehatannya semakin memburuk setelah beberapa kali dirawat di RS. Ia meninggal pada tanggal 3 Pebruari 2020. Semoga ia beristirahat dalam damai abadi bersama Bapa, Sumber Belas Kasih kita. 17
In Memoriam
Frater
Frater
Jan (J.E.M.G.) Koppens
Guillaume (G.J.M.) Caubergh
Jan lahir di Zeelst, Belanda pada tanggal 15 Maret 1943 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih di Tilburg, Belanda pada tanggal 29 Agustus 1962. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup pada tanggal 10 Agustus 1968. Ia meninggal tanggal 4 Desember 2019 di RS St. Elisabeth, Tilburg dan dikebumikan pada tanggal 11 Desember di pekuburan frater Estate Steenwijk, Vught, Belanda.
Guillaume lahir pada tanggal 18 Mei 1934 di Lanaken, Belgia. Tanggal 29 Agustus 1952 ia memulai masa novisiatnya dalam Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih di Tilburg. Ia meninggal tanggal 23 Januari 2020 di RS Virga JesseHasselt. Setelah Ekaristi dan ibadat pemakaman, ia dimakamkan bersama rekan frater yang telah mendahuluinya di pekuburan Zonhoven- Centrum.
Setelah beberapa tahun sebagai murid Sekolah Dasar, Jan melanjutkan studi ke sekolah berasrama Ruwenberg di Sint-Michielsgestel, Belanda yang dikelola oleh para frater. Di tempat ini ia memutuskan untuk menjadi frater. Ia mendapat beberapa tugas mengajar mulai di Cuijck dan Goirle, Belanda. Tahun 1968 ia diutus ke Indonesia dan berkarya selama k.l. 26 tahun. Ia sering mengatakan: “Belanda adalah tanah airku dan Indonesia adalah ibu pertiwiku”. Ia merasakan kedekatan hati dan jiwa dengan orang di Indonesia. Ia kemudian menjadi regional dan provinsial yang turut membantunya bertumbuh sebagai seorang frater religius. Jan terpilih sebagai anggota Dewan Umum frater dan pindah ke Belanda. Tugasnya termasuk bertanggung jawab terhadap karya misinaris. Selain itu ia tahu cara mendapatkan sponsor yang mendukung banyak proyek. Ia kemudian menjadi provinsial di Belanda pada tahun 2008. Frater Jan peduli kepada orang. Orang mengenalnya sebagai frater berbelas kasih. Orang sekitar komunitas mengenalnya sebagai rekan yang baik. Komunitas terbuka untuk anjangsana dan orang menikmati makan siang santai. Kegiatan ini telah berjalan selama sepuluh tahun dan ada kesempatan untuk bertemu dengan orang. Kita sungguh merasa kehilangan, namun kita percaya bahwa Allah, Sumber Belas Kasih telah menerimanya dalam kebahagiaan.
Kehidupan Frater Guilllaume ditandai dengan sejumlah besar komitmen demi perkembangan kaum muda. Tahap awal ia diutus ke Kongo dan berkarya selama 17 tahun. Ia kemudian menjadi kepala sekolah dan guru matematika di École de Moniteur- Makalayi, Nguema and Tshikapa. Akibat perkembangan politik di Kongo maka semua frater repatriasi pada tahun 1975. Setelah kembali ke Belgia ia mempelajari pengetahuan agama, kemudian tahun 1978 ia diutus ke Suriname dan bertugas di asrama ‘Taman Putro’. Ia begitu aktif di Yayasan Kennedy untuk anak-anak buta - tuli dan sebagai direktur Pusat Kateketik Keuskupan. Ia kembali ke Belgia tahun 2002. Frater Guillaume sangat berperan dalam komunitas frater. Sekian tahun ia bekerja berhubungan dengan adminstrasi internal dan melayani Kongregasi di berbagai tempat. Saat-saat tertentu ia luangkan untuk saudara dan iparnya di Lanaken. Tahun-tahun terakir ia membatasi aktivitasnya karena masalah kesehatan. Keadaan ini mengganggunya karena ia tidak bisa berbuat banyak untuk orang lain, sedikit perhatian untuk keluarga dan rekan frater. Tahun lalu ia minta untuk diberikan Sakramen Minyak Suci. Ia kini telah berada dalam tangan Sang Penciptanya. Kita percaya Frater Guilllaume kini berada bersama Bapa, Sumber Belas Kasih.
18
‘LIHATLAH ‘Zie mijnSESAMAKU’ mensen’
KEDIAMANKU: YESUS SAUDARA KITA YANG BERBELAS KASIH Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep utama dalam karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam hidup sehari-hari para frater? Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah sesamaku’. Frater Leo van de Weijer menceritakan perjalanan hidupnya sebagai seorang frater. Pendiri kita Uskup Zwijsen telah memberiku rumah baru lewat karisma yang diterimanya dari Allah: karisma Belas Kasih dan Persaudaraan. Tanggal 29 Agustus 1959 ketika masuk novisiat, saya mulai menapaki jalan belas kasih dan persuadaraan.
Panggilan Sepuluh tahun kemudian, tepat pada bulan Maret 1969, saya menerima pemberian lain dari Allah melalui kontak dengan Gerakan Focolare. Tahun 1969 merupakan tahun khusus bagi umat manusia, ketika para astronot mendarat di bulan. Tahun yang sama, saya mendarat di bulan lain, sebuah kediaman baru: persaudaraan universal. Saya menemukan bahwa melalui Gerakan Focolare tercipta sebuah cahaya baru yang semakin jelas dalam panggilan saya sebagai frater.
Mengikuti Yesus, sumber belas kasih Chiara Lubich, pendiri Focolare, memberi misi baru untuk semua karisma dalam Gereja. Ia melihat semua karisma sebagai suatu ekspresi dari jejak-jejak hidup Yesus di dunia: Yesus sebagai penyembuh, Yesus sebagai pekerja, Yesus sebagai guru, Yesus sebagai penjaga, Yesus sebagai sumber belas kasih, Yesus sebagai pemimpin, dan Yesus yang menderita. Ini semakin jelas bagi saya, bahwa saya harus menjadi pengikut Yesus, saudara yang berbelas kasih.
Frater Leo berada di bagian jahitan OIP, Oyugis, Kenya. 60 tahun silam saya telah berusaha mengikuti jejakjejak Yesus dengan memperhatikan sesama sebagai seorang frater yang berbelas kasih: dalam pembinaan orang muda untuk menjadi frater, memperhatikan sesama yang menderita karena Aids, dan membantu rekan frater agar hidup dalam keharmonisan dengan Allah dan sesama.
Doa Pada kartu kenangan kaul kekal, saya memasukkan sebuah kalimat yang masih mengingatkan saya untuk menjadi seorang frater yang berbelas kasih. Saya memanjatkan doa dengan perantaraan Kardinal Newman yang telah dideklarasikan sebagai santo pada tanggal 13 Oktober 2019. Doanya sebagai berikut: “Tuhan, terimalah daku apa adanya, dan jadikan saya seperti yang Engkau kehendaki”. Doa ini masih saya panjatkan setiap hari saat saya menerima Yesus dalam Ekaristi. Yesus menjadi kediamanku dan saya senang dengan moto Tahun Yubileum yaitu: “Lakukan apa yang diperbuat oleh Yesus: mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan untuk menolong.”
Ibadat di OIP.
Frater Leo van de Weijer CMM (Kenya)
19
DALAM EKARISTI KITA MEMPERINGATI CINTA KASIH YESUS YANG TAK TERBATAS KITA MENGAKUI KEHADIRANNYA YANG PENUH DAYA YANG MENYERTAI SETIAP PRIBADI KITA. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih