3/20
m a jal ah
Frater CMM
| MEMBACA KITAB SUCI | CERITA MASA LALU: KENANGAN ANAK-ANAK SEKOLAH FRATER DI ZWOLLE | DALAM SOROTAN: LUKISAN FRATER MICHAEL MBOGO | GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN: EMPAT HARI LIBURAN | POTRET: TENTANG JOANNES ZWIJSEN | PERPISAHAN DENGAN DE VUURHAARD | LIHATLAH SESAMAKU: TANGISAN PERTOLONGAN
Lihat situs website www.cmmbrothers.org
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
BERITA SINGKAT
5
TERBITAN Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, Dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo ISSN 1877-9719 Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan editor pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin T. Robiwala. Kontributor: Frater Michael Mbogo, Frater Elijah Agilo, Harry Koopman, Nelleke Verstijnen, Foundation ‘I stand for Peace, Freedom & Friendship’, Charles van Leeuwen, Frater Agustinus Farneubun. Penerjemah: Frater Rofinus Banunaek Desain: Heldergroen, Belanda Layout: DekoVerdivas, Belanda Percetakan: Dalam proses perubahan Kontak Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org Foto sampul depan: Frater Michael Mbogo (Kenya) dengan salah satu lukisannya. Foto sampul belakang: Air terjun Zell am Ziller, Austria. Foto: Frater Ad de Kok.
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
CERITA MASA LALU: KENANGAN ANAK-ANAK
8
DALAM SOROTAN:
10
FRATER MICHAEL MBOGO
DARI STAF REDAKSI Kapitel Umum 2020 harus ditunda lagi, sehingga kita belum bisa meliput. Untungnya, masih banyak lagi yang bisa dilaporkan. Dengan adanya ‘Potret tentang Joannes Zwijsen’ maka dalam terbitan ini kami meninggalkan bagian ‘Tentang Joannes Zwijsen’. Terima kasih kepada Charles van Leeuwen atas kontribusinya yang selalu bisa kami kutib pada bagian historiografi. Dan kepada siapa saja yang berminat khusus tentang sejarah: jangan khawatir! Dalam terbitan ini kami menyajikan artikel baru untuk pertama kali pada bagian ‘Cerita Masa Lalu’. Pertama adalah Harry Koopman yang kontribusinya mengingatkan kita akan sekolah Frater di Zwolle di tahun 1950an. Apakah Anda juga memiliki cerita lain yang menarik? Silahkan kontak bagian editor untuk urusan selanjutnya. Bagian ‘Dalam Sorotan’ menampilkan lukisan Frater Michael Mbogo dari Kenya, di mana karyanya ‘terlihat’ di Facebook oleh staf redaksi. Selalu menggembirakan ditemukannya kembali bakat kreatif di dalam Kongregasi. Dalam liputan ‘Gambaran Kegiatan Kerasulan’ kali ini, Anda mendapatkan kesan yang menarik bagaimana orang-orang menikmati liburan singkat di Kloosterhotel ZIN yang dikelola oleh para frater dan relawan. Pada halaman 1617 Anda akan membaca tentang perpisahan dengan Komunitas Frater di Udenhout, namun terutama tentang hal-hal yang terjadi di komunitas ini selama 120 tahun terakhir. Bagian ‘Lihatlah Sesamaku’ pada halaman 19, Frater Agustinus Farneubun mengisahkan tentang tangisan pilu mohon pertolongan yang mendorongnya bertindak.
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN: EMPAT HARI LIBURAN
POTRET:
12
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
15
PERPISAHAN DENGAN DE VUURHAARD
16
IN MEMORIAM
18
‘LIHATLAH SESAMAKU’
19 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Pada tanggal 4 Oktober 2020, Vatikan merilis ensiklik ketiga oleh Paus Fransiskus, Fratelli Tutti (Semua adalah saudara dan saudari). Anda telah membaca secara keseluruhan ensiklik ini, bolehkah Anda berbagi gagasan kepada kami?
Baru-baru ini, saya merenungkan Magnificat, dan kata-kata Maria jelas bergema seiring dengan katakata dalam Fratelli Tutti. Seperti ensiklik ini, Kidung Maria memiliki benang merah moral, sosial, dan ekonomi yang kuat. Ketika itu Maria berkata: “Perkasalah perbuatan tangan-Nya, dicerai-beraikan-Nya orang yang angkuh hatinya”, ia sedang berbicara tentang revolusi moral, tentang keangkuhan hati. Juga, melalui Fratelli Tutti kita menemukan dorongan moral yang demikian. Kita cenderung menutup mata terhadap mereka yang membutuhkan dan menolak untuk meminta bantuan saat kita membutuhkannya. Kita harus merendahkan hati agar dapat melihat orang miskin, mendengar mereka, menyentuh mereka, merasakan keadaan mereka, mencium bau mereka, berada di antara mereka. Paus Fransiskus merujuk pada kerentanan dan keterbatasan kita yang terpapar oleh pandemi yang melanda dunia saat ini. Apa pun yang telah kita upayakan, pandemi ini menunjukkan bahwa kita semua rentan. Apa kekurangan Anda? Di mana Anda bisa mendapatkan pertolongan? Ketika Maria berkata: “Orang yang berkuasa diturunkan-Nya dari takhta; yang hina-dina diangkatNya”, ia sedang berbicara tentang revolusi sosial. Maria tahu, ia tidak istimewa di mata dunia. Namun, Tuhan telah memilihnya untuk memberikan hadiah
4
terbesar bagi umat manusia. Masyarakat kita saat ini sangat terfokus pada prestise dan kekayaan, dan karenanya kita membatasi diri dalam berbagi, hanya sedikit dari apa yang kita miliki terhadap mereka yang membutuhkan. Bagi Tuhan, label dan prestise dunia tidak penting. Dia melihat hati setiap orang, seperti yang Dia lakukan terhadap Maria. Apa fokus Anda ketika melihat orang lain? Apa yang Anda lihat? Dan bagaimana Anda ingin orang lain melihat Anda? Ketika Maria berkata: “Orang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan; orang kaya diusir-Nya pergi dengan tangan kosong”, ia mengacu pada revolusi ekonomi. Juga, dalam hal ini, ensiklik itu sangat kaya tetapi juga sangat menantang. Memiliki kekayaan bukanlah hal yang buruk. Persoalannya adalah apa pilihan kita dalam menggunakan kekayaan demi memuliakan Tuhan. Ini membutuhkan kesadaran kita bersama tentang bagaimana mengatur masyarakat. Jika kita menganggap diri sebagai orang Kristen sejati (atau penganut kepercayaan lainnya), mengapa ada begitu banyak kelaparan, tunawisma dan ketidakadilan di dunia? Jika Tuhan menciptakan kita menurut gambarNya, mencintai kita dan memperhatikan kita, apa yang diminta dari kita? Apa tujuan kita berada di sini? Frater Lawrence Obiko dalam sebuah wawancara dengan Nathalie Bastiaansen
BERITA SINGKAT
KAPITEL UMUM Kapitel Umum Kongregasi 2020 awalnya direncanakan pelaksanaannya di Generalat Tilburg dari tanggal 18 Mei hingga 7 Juni 2020. Akibat pandemi global COVID-19 maka ini harus ditunda. Dewan umum telah mengatur pelaksanaan Kapitel Umum pada bulan November tahun ini. Namun, melihat situasi di berbagai negara dan pembatasan penerbangan internasional, maka Kapitel Umum pada bulan November 2020 di Tilburg (atau negara lain) juga tidak mungkin dilaksanakan. Dewan umum memutuskan menunda lagi Kapitel Umum, untuk sementara waktu sampai pada bulan Mei/Juni 2021. Atas persetujuan Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan di Roma, masa jabatan saat ini (dewan umum dan bendahara umum serta dewan dan bendahara provinsi/ regio) akan diperpanjang sampai pada hari pemilihan di bulan Mei atau Juni 2021. Kepastian tanggal belum ditentukan. Pemimpin Umum, Frater Lawrence Obiko, melalui suratnya kepada semua frater dalam Kongregasi mengharapkan situasi ini membaik, namun kita harus “dengan rendah hati menerima kenyataan bahwa jalan Tuhan bukanlah jalan kita. Marilah kita tetap bersatu di saat-saat penuh tantangan ini dan mari kita berdoa bersama untuk saat yang lebih baik�.
PARA JUBILARIS TAHUN 2021 75 tahun 29 Agustus: Frater Hermenegildus Beris. 65 tahun 29 Agustus: Frater Kees Hems, Frater Frans Janssen. 60 tahun 29 Agustus: Frater Theo Adams, Frater Ad de Kok.
50 tahun 11 Februari: Frater Antonius Kodoatie, Frater Lukas Mandagi. 40 tahun 11 Juni: Frater Daniel Telaumbanua. 15 Juni: Frater Mathias Borlak, Frater Vinsent Bahan Tewelu, Frater Ronald Randang. 1 Juli: Frater Johannes Kojongian.
25 tahun 1 Mei: Frater Richard Nyaanga Morumbwa. 5 Mei: Frater Damasus Dobat, Frater Mikael Migo Ojan, Frater Yulius Kadang, Frater Antonius Gokok Kean.
5
KENYA
MEMBACA KITAB SUCI Statistik menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang mengaku percaya kepada Yesus tidak pernah membaca Kitab Suci secara lengkap. Banyak orang mulai membaca, tetapi kemudian kewalahan dengan banyaknya pasal (1.189) dan ayat (31.102). Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa ini seharusnya tidak sulit: mulai saja dari halaman pertama, baca beberapa halaman setiap hari, dan pada akhirnya, Anda akan menyelesaikan seluruh kitab. Bagaimanapun, ketika membaca Alkitab Anda tidak hanya membaca kata-kata seperti yang Anda lakukan dalam cerita novel; malahan Anda harus memasukkan pesan itu, merenungkan kata demi kata dan menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup Anda. Kemungkinan ini membutuhkan banyak waktu untuk diselesaikan. Pertanyaan utamanya adalah “apakah boleh membaca seluruh Alkitab? ” Suatu kali saya mengunjungi tempat pangkas rambut di mana terjadi suatu diskusi tentang pertanyaan di atas dan banyak orang menanggapi sesuai dengan yang dipelajari dari Pedoman Pelajaran Alkitab.
Pilar Kekristenan Namun, seorang pria diberi kesempatan memberi saran bahwa untuk membaca seluruh Alkitab itu tidak sulit. Menurutnya, yang perlu kita lakukan hanyalah meringkas seluruh isi dalam Alkitab menjadi tiga kebajikan teologis: iman, harapan dan cinta, dan mempraktekkannya. Kebajikan ini adalah pilar Kekristenan karena ketiganya mengatur tentang cara hidup orang Kristen dalam relasinya dengan Tritunggal 6
Mahakudus. Ini mendorong saya untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang ‘trio’ di atas.
Iman Ini adalah kebajikan yang dengannya kita percaya pada Tuhan dan percaya tentang semua yang diajarkan dan diungkapkan-Nya kepada kita, karena Dia adalah Kebenaran itu sendiri. Dengan iman manusia secara bebas menyerahkan dirinya secara utuh kepada Tuhan. Lihatlah Abraham, bapak segala bangsa. Ia disebut sebagai bapak iman karena ia menaruh seluruh kepercayaan dan keyakinannya kepada Tuhan, dan sebagaimana yang dikatakan dalam Kitab Kejadian: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman TUHAN – : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku” (Kej. 22: 16-18).
Iman diperoleh melalui berkat dari Tuhan dan pemenuhan janji-janji-Nya. Karena itu kita didorong untuk berpegang teguh di dalamnya dan terus mencari wajah Tuhan. Iman yang tidak kokoh memiliki konsekuensi tersendiri, misalnya ketika Petrus berhadapan dengan kencangnya badai dan derasnya ombak, ia dihantui rasa takut dan mulai tenggelam. Mengapa engkau bimbang Petrus? Tanya Yesus (Matius 14:31). Kebimbangan bisa saja membuat kita tenggelam ketika tantangan menimpa kita, namun menjadi berkat berlimpah terhadap mereka yang memelihara imannya.
Harapan Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan Harapan sebagai keutamaan teologal, dengannya kita merindukan dan menantikan kehidupan kekal yang berasal dari Allah sebagai kebahagiaan kita, menempatkan kepercayaan kita pada janji-janji Kristus dan tidak bersandar pada kekuatan kita sendiri, tetapi pada bantuan rahmat dari Roh Kudus (CCC. 1817). Tidak perlu kita tahu seperti apa harapan kita pada masa yang akan datang, namun demikian kita harus tetap percaya dan tekun dalam doa. Paus Fransiskus mendorong semua umat beriman untuk menjauhi ‘pesimisme yang mandul’ dan menaruh harapan kepada Tuhan, yang menyerahkan diri-Nya bagi kita sebagai Sumber Air kehidupan (Evangelii Gaudium no. 86). Terkadang orang terbebani oleh luka masa lalu atau penderitaan saat ini, dan mereka cenderung menyerah pada kehidupan. Dalam situasi ini, kita dipanggil untuk menjadi sumber air kehidupan yang dapat diminum orang lain saat kita melakukan perjalanan bersama menuju hari esok yang lebih baik. Menurut pendapat saya, harapan adalah jembatan antara iman dan cinta, kita tidak boleh membiarkan diri kita dirampok!
komunitas di mana kita tinggal (Konst. I, 150-155). Dan supaya hati kita tetap terbuka terhadap cinta yang lebih besar. Dalam mencintai, seseorang merasa bebas untuk melakukannya karena kerajaan Allah. Cinta mengundang kita untuk berkorban dan melepaskan milik kita demi orang lain. Itu juga memungkinkan kita untuk mensyukuri anugerah belas kasih Tuhan bagi kita, dan kebutuhan untuk melakukan hal serupa kepada orang lain.
Cinta
Kesimpulan
Yesus Kristus merangkum Sepuluh Perintah Allah menjadi satu (Kasih). “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu; Cintailah sesamamu manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” St. Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, menggambarkan karakteristik Ilahi dari kasih sebagai “sabar dan murah hati; bersukacita karena kebenaran, mengharapkan segala sesuatu, menanggung segala sesuatu… Kasih tidak berkesudahan” (1 Kor. 13:4-8a).
Mengenal dan melaksanakan kehendak Tuhan adalah cara termudah untuk membaca seluruh Alkitab. Tiga kebajikan utama berperan besar dalam meningkatkan relasi kita dengan Tuhan. Banyak latihan dituntut dari kita agar berkembang di dalamnya. Apa yang telah saya pelajari hari ini adalah bahwa saya harus memilih satu kebajikan pada saat tertentu, saya menentukan tujuan untuk mengubah sikap, dan saya akan bisa bertumbuh di dalamnya. Seperti yang dikatakan Pastor Denis Omae OCD, “perilaku yang dibuat berulang-ulang, mengarah pada pembiasaan dan pembiasaan yang dibuat berulang-ulang, melahirkan karakter”.
Dan cinta seperti apakah yang telah kita pelajari dari Kristus. Dalam Pedoman Hidup, pendiri kita, Uskup Joannes Zwijsen mengajak kita untuk menghayati cinta di dalam Kongregasi kita sendiri, dimulai dari
Frater Elijah Agilo CMM (Kenya) 7
CERITA MASA LALU
KENANGAN ANAK-ANAK SEKOLAH FRATER DI ZWOLLE Pada tahun 1953 – 1959, Harry Koopman menekuni pendidikan dasar melalui Sekolah Frater St. Aloysius Zwolle di Tilburg. Mengenang kembali. Rapor sekolah saya di kelas satu terbatas pada tujuh mata pelajaran; di kelas enam terdapat tiga belas. Pada tahun 2020 saya menyadari bahwa bukti pengelompokan seperti itu adalah jasa dari ibuku, yang dengan hati-hati menyimpan semua rapor sekolah. Melihat kembali rapor ini secara spontan membangkitkan beragam kenangan indah bagiku. Saat itu terdapat lima frater yang ditugaskan di sekolah ini.
Sekolah St. Aloysius Zwolle, tahun lima puluhan, Frater Arnold, Frater Alfried, Frater Felicius, Frater Odo, Frater Walter Pelajaran agama, membaca, menulis, berhitung, sejarah. (Harry Koopman)
Kelas dua Sekolah St. Aloysius Zwolle, 1955, dengan Harry Koopman, laki-laki pirang di barisan belakang, kedua dari kanan.
Makhluk Tuhan Di kelas terakhir dari sekolah ini, saya membentuk dasar yang kokoh bagi perkembangan selanjutnya. Para frater di sekolah dasar ini kerja sesuai dengan arahan Uskup Zwijsen pada tahun 1844 ketika ia mendirikan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Ia melihat anak-anak sebagai “makhluk ciptaan Tuhan, yang harus dibimbing di jalan kehidupan 8
dengan tangan yang kuat namun adil, di sepanjang jalan yang aman, untuk mempersiapkan diri mereka demi kehidupan di masa yang akan datang.� Pandangan ini masih sangat nampak di sekolah dasarku Katolik Roma. Sudah jelas bahwa ajaran agama adalah mata pelajaran yang paling penting. Unsur Katolik juga sama dalam kaitan dengan mata pelajaran lainnya.
Pendekatan-pendekatan terintegrasi terhadap materi pembelajaran, di mana mata pelajaran terkait satu sama lain, juga sangat direkomendasikan oleh para guru di tahun 2020!
Poin bonus Pelajaran agama secara khusus berarti pengetahuan tentang Katekismus. Pertemuan mingguan diadakan, dan penilainya selalu diperbarui. Penilaian pribadi dimasukan menjadi satu nilai, yang bisa lebih tinggi dari ‘10’, yaitu 10 + 1 (!). Penilaian ini tidak berlaku untuk mata pelajaran lain dan hanya berkaitan dengan perkembangan maksimal dari jawaban yang ditentukan untuk pertanyaan standar dalam Katekismus. Ujian wajib selalu dilaksanakan pada hari Jumat pagi. Siswa yang mendaftar sebelum hari Jumat supaya segera diuji dan memberikan jawaban tanpa salah mendapat nilai ‘11’, bukan ‘10’. Anda akan mencetak poin bonus, untuk mengimbangi skor yang lebih rendah. Skor tertinggi tentu saja tetap menjadi ‘10’, tetapi sebagai hasil dari bonus, kemungkinan untuk mencapai skor tertinggi itu bertambah. Hanya ketika menulis artikel ini, enam puluh lima tahun sesudahnya, saya menyadari apa tujuan pembelajaran kedua yang tersembunyi di balik sistem penilaian khusus ini. Dengan cara ini, para siswa belajar melihat ke depan sejak usia dini untuk mengantisipasi apa yang tidak dapat dihindari. Saya angkat topi tentang pendekatan ini! Faktanya adalah bahwa di kemudian hari, keterampilan ‘perencanaan yang matang’ menempati posisi yang tinggi.
Nihil obstat
buku kepadaku, apabila mereka sudah memiliki tanda ‘Nihil obstat’. Setelah beberapa waktu kemudian, saya belajar membaca dengan sangat cepat, sehingga saya membaca tiga buku dalam sehari. Sesudahnya saya tidak mampu menjelaskan kembali apa judul buku itu dan siapa penulisnya, atau apa nama sebenarnya dari protagonisnya. Namun saya telah menikmati kegembiraan dan tujuannya.
Menghitung tingkat lanjut Pada tahun lima puluhan, semua kalkulasi dibuat di atas kertas, dengan sebuah buku catatan di sampingnya. Tentu saja, tidak ada satu siswa pun yang memiliki kalkulator pada saat itu. Di beberapa kesempatan, seorang frater tamu muncul di kelas enam ‘saya’ untuk memperkenalkan kepada kami ‘aritmatika tingkat lanjut’. Pakar aritmatika ini sedang berkeliling di semua jenjang sekolah dasar. Antara lain, frater ini mengajari kami trik sederhana untuk mengembangkan pemikiran tentang hasil yang benar saat perkalian terjadi. Dalam istilah aritmatika teknik ini disebut ‘metode silang’ atau ‘tes sembilan’. Metode ‘hocus pocus’ untuk memperkirakan apakah suatu hasil benar, saya masih menggunakannya selama bertahun-tahun, entah itu di sekolah menengah maupun setelahnya di bidang fisika. Pendidikan para Frater Tilburg telah mempersiapkan saya dengan baik untuk hidup di ‘sini dan sekarang’; Saya belum memiliki pendapat tentang kualitas persiapan kehidupan selanjutnya di akhirat… Harry Koopman
Pengaruh para frater melampaui pintu kelas. Saya ingat majalah kaum muda ‘De Engelbewaarder’ (Malaikat Penjaga), yang diterbitkan oleh Karya Cetak Panti Asuhan Anak Putera Katolik Roma dari Frater-frater Tilburg. Bahkan sebelum saya lancar membaca kata-kata sederhana di kelas satu, para frater telah meyakinkan orang tua saya tentang manfaat berlangganan publikasi dengan sub judul ‘untuk pembaca pemula’. Berbagai macam bacaan yang diperlukan ditunjukkan dengan gambar di bawahnya. Majalah ini merupakan batu loncatan yang sangat baik untuk membaca, sebagai sarana pengetahuan tentang dunia secara luas. Saya segera menjadi anggota perpustakaan, tetapi kebanyakan buku saya anggap tidak cocok. Banyak buku direkomendasikan kepada saya, mengisahkan hidup orang-orang kudus yang meninggal di usia muda. Awalnya saya tertarik untuk membaca, namun setelah tiga atau empat contoh saleh seperti itu, saya membutuhkan sesuatu yang lebih padat. Perpustakaan ingin meminjamkan berbagai
Sebuah halaman dari De Engelbewaarder, (Malaikat Penjaga) 1953. 9
DALAM SOROTAN
LUKISAN FRATER MICHAEL MBOGO Frater Michael Mbogo.
Di masa lalu dan kini terdapat sejumlah frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Terdapat begitu banyak dan sering kali tidak tahu siapa pembuatnya. Hasil kreativitas ini diseleksi lewat dalam sorotan. Bagian ke-9 dari rubrik ini menampilkan lukisan-lukisan Frater Michael Mbogo dari Kenya. Saya mulai menggambar ketika saya masih di sekolah dasar. Ketika ibu saya tahu bahwa bakat saya adalah menggambar, ia selalu membelikan saya buku gambar, pensil warna, dan cat air. Setiap kali saya menggambar, ia mengapresiasi dan mencoba memberi saya ide tentang apa yang harus digambar selanjutnya. Saat itu, saya tidak pernah menganggap serius karya seni, saya hanya mengerjakannya sekedar untuk kesenangan. Di sekolah menengah saya masih menggambar tetapi tidak sebanyak yang saya lakukan di sekolah dasar.
Tempat yang tepat Ketika saya bergabung dengan Kongregasi, saya menemui banyak frater belajar karya seni. Saya merasa terdorong dan berada di tempat yang tepat. Di kamar saya selalu ada buku gambar tempat saya membuat sketsa. Tahun lalu saya memutuskan untuk meningkatkan karya seni setelah menonton film dokumenter dari seniman lain di media sosial. Saya mulai mempelajari berbagai jenis cat dan cara menggunakannya. Saya beralih dari menggunakan cat air ke cat akrilik. Cat akrilik adalah hal baru bagi saya dan saya telah belajar banyak melalui YouTube tentang cara menggunakannya. Pembatasan akibat Covid-19 memberi saya cukup waktu untuk belajar cara membuat potret. Sejauh ini, saya telah membuat enam potret; lima ditempatkan di komunitas Umoja dan saya berikan satu sebagai hadiah untuk ibu saya.
tahanan. Saya mencoba yang terbaik untuk mendorong mereka mengembangkan karya seni ini karena baik untuk kesehatan mental mereka dan demi masa depan, melalui itu mereka bisa mencari nafkah.
Mimpi Baru-baru ini saya mulai berlatih seni digital, menggunakan software blender, tujuan saya adalah bisa berkomunikasi menggunakan komik dan animasi. Saya tidak ingin membatasi diri hanya pada menggambar dan melukis. Ke depannya saya juga ingin berlatih memahat. Impian saya adalah mewartakan Injil melalui karya seni saya. Seni adalah bahasa yang mudah dipahami semua orang. Frater Michael Mbogo (Kenya)
Inspirasi Secara umum, saya terinspirasi oleh orang-orang yang bekerja keras untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik, misalnya St. Vinsensius de Paul, Bunda Teresa, dan banyak lainnya. Saya juga terpesona dengan lukisan yang dibuat oleh para 10
Saya coba melukis seorang wanita Afrika yang gembira, namun ketika saya menyelesaikannya, ia tampak seperti lari dari sesuatu.
Kecintaan saya pada burung menginspirasi saya untuk melukisnya.
Di jalan menuju Emaus.
‘Mansuete et Fortiter’, semboyan Joannes Zwijsen.
Dua ekor rusa.
Bunga-bunga.
Wanita Kikuyu di zaman pra-kolonial.
Malaikat pelindung dalam budaya Masai.
St. Fransiskus (hadiah untuk ibuku).
Agar kita menghormati Bunda Maria.
Shirikisho (Berbagi). 11
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
EMPAT HARI LIBUR UNTUK SEMUA ORANG Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha mengatai situasi ini. Bagian keenam belas dari terbitan pada kolom ini menampilkan liburan singkat di Kloosterhotel ZIN, Vught, sebuah inisiatif dari Komunitas Eleousa. Setiap tahun sepanjang musim panas, ketika Kloosterhotel ZIN menjadi kosong, para frater bersama sekelompok sukarelawan mengatur waktu liburan dua minggu bagi orang-orang yang tidak mememiliki kesempatan untuk liburan dan relaksasi. Para tamu menginap selama empat hari di Kloosterhotel ZIN, di mana mereka dilayani secara total, termasuk makanan yang disiapkan dengan penuh cinta oleh para relawan. Berbagai kegiatan disediakan seperti membuat ornamen, kue dan mengukir batu pasir. Seorang pensiunan tukang cukur menawarkan pangkas rambut gratis dan pijat relaksasi kepada semua orang. Dibuat daftar antrian. Tahun ini kami melakukan tamasya perahu di Binnendieze di Den Bosch, berenang di IJzeren Man (Iron Man) di Vught, dan menikmati makanan lezat di kedai pancake setempat. Satu aktivitas baru musim panas ini direncanakan oleh Yayasan ‘I Stand for Peace, Freedom, and Friendship’. Para tamu bersama relawan dan staf Kloosterhotel ZIN membuat ‘Permadani untuk Perdamaian’. Tema dari kegiatan ini adalah: ‘Sing, Fight, Cry, Pray, Laugh, Work, and Admire’, lagu ciptaan Ramses Shaffy
12
untuk kita semua yang terkadang merasa kesepian dan kurang bahagia. Para peserta merenungkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang dinyanyikan hati Anda? Apa yang diperjuangkan hatimu? Apa yang membuat hatimu menangis? Apa yang didoakan hatimu? Apa yang ditertawakan hatimu? Untuk apa hatimu bekerja? Dan, apa yang dikagumi hatimu? Jawaban-jawaban itu dituliskan pada piring besar berwarna, bersamaan dengan piring lainnya dibentuk permadani yang indah di taman sekitar patung Yesus. Kedua liburan mini ini difasilitasi oleh beberapa sponsor setia yang mendukung proyek secara finansial atau material, seperti Sosiatas St. Vinsensius de Paul, perusahaan katering, toko anggur dan relasi dengan supermarket. Para tamu bekerja sama dengan organisasi-organisasi pilihan yang memiliki ide-ide positif untuk memperhatikan kelompok-kelompok yang menjadi sasaran. Organisasi-organisasi itu adalah: Foodbank Tilburg, Foundation Quiet di Tilburg dan Den Bosch, Refugee Support Eindhoven dan Vacation Bank di Delft.
Permadani untuk Perdamaian.
Lokakarya merangkai bunga.
Bersepeda.
Lokakarya merangkai bunga.
Tamasya perahu di Den Bosch.
Permadani untuk Perdamaian.
Tamasya perahu di Den Bosch.
Permadani untuk Perdamaian.
13
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Film tentang ‘Tapestry for Peace’, oleh Abdulrahman Nourallah.
Para frater dan relawan menyiapkan makanan.
Relawan dan para frater menyiapkan makanan.
Taman yang indah, mengundang Anda untuk berjalan-jalan.
Piring emas dengan kata-kata jawaban yang menyentuh hati.
14
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
POTRET ZWIJSEN
Dari kiri ke kanan: Potret Pendiri Suster SCMM, oleh J.F. Huts, 1939; litografi oleh W. Chimaer, 1847; Potret Pendiri Frater CMM, oleh W. Chimaer, 1848: foto oleh L. Stollenwerk, 1863. Tanggal 7 Agustus 1848. Pelukis potret berbakat Willem Chimaer van Oudendorp (1822-1873) berusaha membuat janji baru dengan Uskup Zwijsen untuk membuat potretnya sebagai Pendiri. Lukisan itu sebagian besar sudah siap tetapi tidak dapat diselesaikan sampai uskup memiliki waktu untuk berpose. Ini belum terjadi sebab agenda Zwijsen begitu padat. Ketika terdapat kesempatan, sang seniman dengan santun bertanya, kapan Zwijsen bersedia memenuhi permintaannya pada akhir tahun 1847 untuk membuat potretnya. Zwijsen bukanlah sosok yang mudah, dan potret Pendiri, yang tetap berada di Kongregasi memperlihatkan bahwa permintaan-permintaan akhirnya sudah dipenuhi dan bahwa administrator gereja yang sibuk sudah memiliki kesempatan untuk berpose. Lukisan-lukisan tersebut memperlihatkan ciri khas Zwijsen melalui pose potret tentang Pendiri kita. Di bagian latar belakang, kita melihat rumah frater. Sang Pendiri menyandang semua lambang martabat sebagai uskup: salib, cincin dan soli deo ungu. Ia memegang ‘topi’ bireta di tangan kiri, dan dengan tangan kanan ia memberi berkat. Zwijsen menengadah ke langit seolah berkata, kita dapat mengandalkan Tuhan untuk keberhasilan Kongregasi ini. Di pojok kiri atas, kita melihat lambang Zwijsen dilukis dengan singa dan domba serta logo bertulis: mansuete et fortiter, kelembutan dan kekuatan. Litografi Chimaer pada tahun 1847 juga memperlihatkan kepada kita lukisan Zwijsen berpakaian uskup, dalam suasana sehari-hari yang
lebih santai, namun mengenakan cincin, salib, soli deo dan selempang uskup. Ia sedang duduk dekat meja kerjanya, memegang beberapa surat dan biografi St. Vinsensius dalam rangkulan tangannya. Judulnya menyebutkan semua acara resmi yang diadakan Zwijsen pada tahun 1847. Selain potret belajar akhir tahun 1847 dan Potret Pendiri akhir tahun 1848, kita juga dapat menempatkan potret Zwijsen yang ketiga, yaitu potret sebagai Pendiri Kongregasi Suster. Ini adalah potret tertua Zwijsen yang dikenal dan dibuat pada tahun 1839 oleh pelukis Tilburg, Johannes Franciscus Hutten (1811-1891). Itu memperlihatkan kepada kita bahwa Zwijsen berusia 45 tahun, percaya diri dengan memakai jubah, pakaian hariannya sebagai pastor paroki, dengan biara suster Oude Dijk sebagai latar belakang. Zwijsen menunjuk dengan tangan kirinya pada Peraturan-Peraturan Kongregasi, sambil memegang sebuah buku yang tidak diketahui di tangan kanannya. Perawakannya yang tegas dan berwibawa, Pendiri memandang ke arah penonton. Dalam sejarah Suster SCMM, Suster Lauret berkomentar berkaitan dengan lukisan ini: “Siapapun yang membandingkan potret Pastor Zwijsen yang tampan dan tampaknya-berwibawa, dilukis pada tahun 1839, dengan gambar wajah seorang uskup tua yang pucat dan pemarah, di mana mata setengah tertutup memperlihatkan kelelahan, sadar bahwa ia harus menanggung begitu banyak dalam hidup.” Charles van Leeuwen 15
BELANDA
PERPISAHAN DENGAN ‘DE VUURHAARD’ Komunitas ‘De Vuurhaard’ (Perapian) di Udenhout, Belanda, sudah ditutup. Para frater yang tinggal di sana pindah ke komunitas-komunitas baru pada tanggal 7 Juli 2020. Frater Frans van de Meulengraaf memberi sebuah hadiah unik kepada para frater Komunitas ‘De Vuurhaard’ pada tahun 2001, dalam rangka merayakan 100 tahun frater berkarya di Udenhout. Hanya berupa salinan Direktori Kongregasi CMM dengan keterangan tentang rumah frater di Udenhout. Ini meliputi semua tahun sejak pendiriannya pada 1901 hingga tahun jubileum 2001. Dengan bantuan keterangan tersebut kami ingin menyampaikan gambaran umum tentang beberapa hal menarik dari sejarah rumah ini yang memberi identitas dan arti tersendiri.
Bagaimana dimulai Pada tahun 1901 para frater mendirikan sekolah untuk anak-anak putera yang berjumlah 68 siswa. Pada tahun 1911 mereka menambahkan program yang cukup unik: kursus di bidang pertanian. Pada tahun 1934 mereka menambahkan program bagi 20 siswa yakni belajar cara memelihara babi.
Cerobong asap dengan nama tentara.
Karya
Sekolah St. Petrus di Udenhout dengan Frater Arnold Lathouwers. Jangka waktu: 1944-1951.
Masa perang Pasukan militer Jerman menempati rumah frater pada tanggal 19 Mei 1942. Pasukan itu tinggal di ‘Huize Vincentius’ di Udenhout. Kami menemukan bukti sejarah tentang tahun-tahun selama perang yang memiliki makna di loteng rumah frater. Tiga tentara berbahasa Inggris telah menuliskan nama mereka di cerobong asap pada tahun 1944. Jelas mereka tinggal di rumah frater pada waktu negara menyambut pembebasan. 16
Mulai tahun 60-an, para frater selain mengajar dan terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, juga terlibat dalam kegiatan kaum muda dan karya sosial. Frater Joannes Baptist dan Frater Emilius memulai sebuah klub sepak bola pada tahun 1960, RK-SSS: Rooms Katholieke Sport Staalt Spieren (Membangun Bangunan Olahraga Katolik Yang Kuat). Selama bertahun-tahun Frater Ger Oomens terus mendampingi klub ini dengan antusias. Beberapa tahun kemudian Frater Servatius mendirikan paduan suara untuk anak laki-laki, Gaudeamus, yang cukup dikenal karena musiknya. Orang-orang masih berbicara banyak tentang musik Het Bloemenparadijs (Surga Bunga). Para frater juga menjadi konduktor paduan suara untuk Suster-suster Cinta Kasih. Tiga frater berkaul sementara bergabung dengan komunitas pada tahun 1970 dan mereka menjadikannya sebagai tempat kursus lanjutan, di mana Frater Kees Paanakker berperan penting. Frater
Musikal ‘Het Bloemenparadijs’, yang diciptakan oleh Frater Servatius dan dibawakan oleh paduan suara anak laki-laki ‘Gaudeamus’ di Sekolah St. Petrus, 1950. Ad de Swart juga datang ke Udenhout pada tahun 1970. Ia adalah frater terakhir yang mengajar di sekolah itu, yang terletak di belakang rumah frater. Ia dapat menceritakan banyak hal tentang itu.
Kelompok sasaran lain Pada tahun 1985 dilakukan evaluasi yang signifikan mengenai sejarah rumah itu. Perhatian para frater berubah dari tugas-tugas biasa ke penanganan masalah-masalah lain yang membutuhkan perhatian. ‘De Vuurhaard’ di Udenhout, di bawah arahan Frater Simon van den Broek, dijadikan tempat penampungan bagi yang terpinggirkan: mantan pecandu narkoba, orang-orang muda yang melarikan diri, orang-orang yang bercerai, para pengungsi yang tidak mempunyai izin tinggal.
Penampungan pengungsi Pada tahun 1999 hanya terdapat dua frater yang tinggal di ‘De Vuurhaard’. Pada tahun itu Kongregasi memutuskan untuk menutup komunitas Salvator di Scheveningen, Belanda, dan Frater Kees Mateijsen serta Frater Ad de Kok memilih untuk pindah ke Udenhout. Bersama dengan para frater di sana, mereka memulai ‘De Vuurhaard’ dan menerima pengungsi yang tidak bisa bekerja lagi. Selama dua puluh tahun para pengungsi menemukan tempat berlindung di ‘De Vuurhaard’. Terdapat sekitar 750 orang dari berbagai negara memperoleh tempat di mana mereka dapat beristirahat, berefleksi dan bekerja demi masa depan yang baru. Tempat penampungan ini didukung oleh masyarakat, pertama-tama dari yayasan ‘Vluchtelingen Opvang Tilburg’ (Penampungan Pengungsi Tilburg) dan kemudian dari ‘Vluchtelingenwerk Midden Brabant’ (Council for Refugees Middle Brabant).
Kedai makan.
Meninggalkan Para frater menutup tempat penampungan pengungsi pada bulan Januari 2020. Ini adalah keputusan yang berat. Saat itu orang-orang bertanya mengapa kami mengakhiri program I, Frater Ad de Kok menjawab: “Kami menjadi terlalu tua dan para pengungsi masih sangat muda. Selain itu, rumah dengan lima belas kamar menjadi terlalu besar dan terlalu mahal.” Frater Johannes Kojongian dan saya pindah ke Generalat. Frater Ger Oomens, Frater Rinus Romme, dan Frater Kees Mateijsen pindah ke komunitas Joannes Zwijsen. Dan keberadaan para frater di Udenhout berakhir. Selama hampir 120 tahun kehidupan dan karya dari banyak frater benar-benar mewariskan jejaknya bagi masyarakat Udenhout. Itu sudah baik, untuk orangorang Udenhout dan juga untuk para frater. Frater Ad de Kok (Belanda)
Kedai Makan Kedai makan adalah salah satu kegiatan terpenting untuk para donatur dan juga para pengungsi. Di sana ribuan orang menikmati bermacam-macam menu makanan dari berbagai negara asal para pengungsi. Para tamu juga bisa mendengar cerita oleh dan tentang para pengungsi: masalah-masalah mereka dan apa saja yang mungkin atau tidak mungkin demi masa depan mereka.
Penghuni terakhir rumah frater ‘De Vuurhaard’: Frater Johannes Kojongian, Frater Ad de Kok, Frater Ger Oomens, Frater Rinus Romme dan Frater Kees Mateijsen. 17
IN MEMORIAM
ANGGOTA ASOSIASI
FRATER
Frits Aarts
Godfried (G.A.) Kanen
Ia lahir di Liessel pada tanggal 18 April 1929. Ia meninggal dunia pada tanggal 1 Agustus 2020 di Kerkrade. Pada tanggal 7 Agustus 2020, anggota keluarga, sahabat-kenalan dan para frater mengucapkan selamat jalan kepadanya dalam upacara khusus. Setelah itu ia dimakamkan di Kerkrade.
Ia lahir di Luyksgestel, Belanda pada tanggal 3 Februari 1922, dan masuk Kongregasi Frater CMM di Tilburg pada tanggal 8 September 1938. Ia meninggal pada tanggal 2 Juli 2020 di Komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg. Pada tanggal 8 Juli, para frater, anggota keluarga dan sahabat berpisah dengannya dalam sebuah upacara khusus. Setelah itu ia dimakamkan di antara rekan-rekan frater yang telah mendahuluinya di Estate Steenwijk, Vught.
Selama dua puluh tahun terakhir Frits sangat dekat dengan Kongregasi Frater CMM. Sebagai seorang pemuda Frits telah menjadi anggota Kongregasi selama beberapa tahun hingga ia menyadari bahwa itu bukan panggilannya. Ia bertemu Tina, calon istrinya dan kemudian hidupnya berpusat pada pernikahan dan keluarga. Namun, ia selalu tertarik dengan kehidupan religius. Tahun-tahun terakhir dalam hidupnya keinginannya untuk bergabung dengan Kongregasi semakin jelas dan ia menjadi anggota asosiasi. Ia menjalin relasi secara dekat dengan para frater, terutama dengan komunitas di Vught. Di lingkungannya sendiri, khususnya di paroki asalnya, Frits terlibat dalam pelayanan pastoral. Ini adalah cara hidupnya, dan ia melayani sesuai semangat Kongregasi. Kita berterima kasih kepada Frits karena cara dan pribadinya yang unik di mana ia mengekspresikan keanggotaannya dalam Kongregasi dan bagaimana ia menjadi berkat bagi umat di Kerkrade dan sekitarnya. Kita juga tahu bahwa keanggotaannya di Kongregasi sangat berarti bagi Frits. Frits dianugerahi umur panjang, lebih dari 91 tahun. Sekarang ia telah mendahului kita, kita akan merindukannya juga dan akan mengenang hal-hal baik yang berasal darinya. Kita mempercayakannya di tangan Tuhan, Bapa kita yang penuh belas kasih, dengan keyakinan bahwa ia akan beristirahat bersama-Nya di surga. 18
Geoffrey belajar di sekolah pendidikan guru dan memulai masa pembinaan sebagai frater. Ia sudah mengajar pada usia 19 tahun. Pada akhir tahun 1960an, Kongregasi mengutusnya berturut-turut ke Kongo, Namibia dan California. Situasi di Kongo dan Namibia menuntut kemampuan beradaptasi. Namun, ia tetap tenang dan tabah. Dalam konsultasi dengan pimpinan, ia menentukan pilihan terbaik berdasarkan keadaan, dan kemudian ia siap untuk menerima lagi tantangan baru di negara lain. Pada usia 80 tahun, ia kembali ke Belanda. Frater Geoffrey adalah seorang religius yang berkomitmen. Membina relasi dengan Sang Pencipta adalah dasar hidup dan kerjanya. Pada saat yang sama, ia sangat menghargai soliditas dan kompetensi profesional. Dengan senang hati ia memberikan kontribusi yang baik bagi kehidupan komunitas. Sampai pada akhir hayat, ia melayani sesama frater melalui hal-hal kecil, misalnya sebagai sopir atau tukang pangkas rambut. Ia menemukan relaksasi melalui relasi sosialnya. Setelah pindah ke Komunitas Joannes Zwijsen, misalnya, ia masih bisa menikmati menu makan malam asparagus sebagaimana di Reusel. Geoffrey berusia 98 tahun. Kini kita persembahkan Goffrey kepada Tuhan Maha Penyayang, yang kepadaNya ia menaruh kepercayaan seumur hidup.
‘LIHATLAH SESAMAKU’
TANGISAN PERTOLONGAN Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep kunci karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam hidup sehari-hari para frater. Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah sesamaku’. kesehatan) di Keuskupan Sibolga, dan bersama beberapa orang baik yang aktif di bidang kesehatan, kami membentuk sebuah tim: Tim Baksos (bakti sosial) Perdhaki Keuskupan Sibolga. Kami mengumpulkan dana, obat-obatan, alat-alat kebersihan dan tenaga. Kami mengadakan penyuluhan kesehatan, konsultasi dan pengobatan. Sejak berdirinya yaitu pada tahun 2016, kami telah membantu banyak orang, bahkan di daerah terpencil dan ini sungguh anugerah dari Tuhan.
Frater Antonius Ditubun (kiri) dan Frater Agustinus Farneubun (tengah) membagikan makanan selama pandemi Covid-19. “Abang... Abang...! Tolong bantu...! Tolong sembuhkan anak kami...!” Pagi-pagi buta seorang ibu dan kakek berlarian sambil terisak pilu datang ke Poliklinik St. Lukas di Aek Tolang. Seorang gadis kecil dibawa masuk. Sang ibu kembali ke rumah karena ia merasa juga tidak enak badan. Gadis itu mengalami dehidrasi akut. Selama dua hari ia menderita diare, muntah, dan demam. Saya tidak bisa menyelamatkannya lagi. Saya membawa jenazahnya ke rumah kakeknya. “Frater-ku, kami tidak punya uang, tapi tolong periksa cucu saya yang lain, kalau tidak mereka akan mati seperti gadis kecil ini.” Gadis itu memiliki dua saudara laki-laki, berusia 7 dan 11 tahun. Saya bawa mereka bersama ibunya juga ke klinik. Saya menginfus mereka karena mereka juga mengalami gejala dehidrasi. Sore hari mereka sudah pulih.
Selama pandemi Covid-19 saat ini, kami membagikan masker dan memberikan bubur kacang hijau – bergizi tinggi dan sehat – serta telur untuk petugas kesehatan. Kami juga mendistribusi paket makanan kepada sekitar 200 keluarga yang membutuhkan. Kami terus bekerja dengan baik, bersama, dalam suka dan duka dan slogan kami adalah “Peduli dan Berbagi”.
Memberikan bantuan makanan di Aek Tolang.
Penyakit yang menyerang keluarga ini disebabkan oleh dua hal pokok: kurangnya pengetahuan tentang kebersihan atau kesehatan dan kemiskinan. “Pada umumnya orang mengalami kejadian seperti ini”, saya sadar, “dan hanya karena kurangnya informasi. Apa yang bisa saya lakukan? Tidak hanya untuk keluarga ini, tetapi juga untuk keluarga rentan lainnya? ”
Hal yang mendorong saya menceritakan kejadian ini adalah kisah mengenai penyembuhan sepuluh penderita kusta oleh Yesus: “Yesus, Tuhan, kasihanilah kami” (Lukas 17:13). Tangisan para penderita kusta itu seperti tangisan keluarga yang kehilangan anak perempuan dan mereka mohon pertolongan. Saya tidak bisa melakukan apapun selain mendengarkan dan berusaha mencarikan jawaban.
Saya tersentuh oleh keadaan ini dan ingin melakukan sesuatu. Dengan bantuan PERDHAKI (sebuah organisasi
Frater Agustinus Farneubun (Aek Tolang, Indonesia) 19
KITA MENERIMA UNDANGAN UNTUK BERSAMADI DAN BERDOA KEPADA BAPA DI TEMPAT TERSEMBUNYI. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih