Epaper belia 11 Maret 2014

Page 1

19

SELASA (WAGE) 11 MARET 2014 9 JUMADIL AWAL 1435 H JUMADIL AWAL 1947

Facebook: www.facebook.com/beliapr • Twitter: @beliapr • E-mail: belia@pikiran-rakyat.com

Menginspirasi Lewat Lisan dan Tulisan K

ELAS Inspirasi Bandung (KIB) 2 baru aja beres dilaksanain serentak di 41 SD se-Kota Bandung pada 19 Februari silam. Program mengajar selama sehari ini diikuti oleh lebih dari 400 relawan profesional dari beragam bidang pekerjaan yang rela cuti demi mengajar adikadik kita di bangku sekolah dasar lho. Kalau ditotal sih ada hampir 10 ribu siswa yang beruntung dapat kesempatan ini. Cerita dari kegiatan itu pun dapat kita saksikan melalui Pameran Kelas Inspirasi Bandung di Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA), Jalan Asia Afrika, Bandung, selama 1-9 Maret kemarin. Foto yang ditampilkan merupakan hasil kurasi dari Kang Dudi Sugandi, wartawan foto Pikiran Rakyat lho. Di sini kita bisa temukan berbagai dokumentasi foto, video, dan ebook yang disandingkan dengan rangkaian kegiatan seru lainnya. Selain ada pengumpulan donasi buku, penulisan surat inspirasi, pameran tersebut bikin kelas-kelas asyik setiap harinya dengan tema dan pemateri berbeda, seperti kelas aksi, dongeng, menggambar, memotret, mengajar kreatif, budaya, nonton, Pengajar Muda, hingga public speaking dan menulis. “Tujuan dari acara ini adalah mengenalkan KIB lebih dekat kepada masyarakat. Saya sih berharap masyarakat lebih tahu kondisi pendidikan saat ini dan jadi peka tergerak melakukan sesuatu di bidangnya masing-masing demi kebaikan. Ternyata begitu mudah untuk kontribusi. Di Indonesia, khususnya

Bandung, orang tulus itu banyak, tapi yang kurang adalah wadah kolaborasinya,” ujar Ibrahim Imaduddin, koordinator KIB. Dengan semangat inspirasi, pemateri kelas public speaking dan menulis pun merupakan inspirator dari KIB lho, yaitu Arie Ardianto (owner DJ Arie Broadcasting School) dan Gisantia Bestari (penulis buku “Cinta Adisty”, “ Backstreet Aja”, dan “The Real Us”. “Kelas ini tujuannya supaya mempermudah seseorang menebarkan kebaikan lewat public speaking dan menulis. Kami ingin hilangkan paradigma bahwa itu njelimet dan justru mengasyikan,” tambah Ibrahim. Di MKAA, sejarah dunia ditorehkan melalui bersatunya negara di Asia dan Afrika dalam melawan kolonialisme. Semoga di tempat yang sama, rangkaian kegiatan pameran KIB juga bisa menginspirasi gerakan perbaikan pendidikan, salah satunya lewat skill public speaking dan menulis nih. Yuk simak ceritanya! Kelas Public Speaking Siapa sih yang n ggak hafal Mas Arie? Public speaking trainer ini udah sering ngasih berbagai pelatihan hingga tingkat nasional. Dengan kiprahnya yang udah merambah kemana-mana, Mas Arie selalu menekankan arti penting keahlian public speaking. Nggak hanya untuk MC, presenter, atau penyiar, skill ini mesti dimiliki karena setiap hari kita memang selalu berhubungan dengan orang lain. Apalagi untuk kamu yang masih sekolah, kemampuan public speaking yang bagus bisa diterapkan saat presentasi pelajaran. Menurut Mas Arie, grogi itu wajar kok. Makanya ibarat belajar berenang yang mesti nyebur supaya bisa, kita pun harus berani nyobain ngomong di depan umum supaya terbiasa. “Hal yang bikin nggak nyaman untuk ngomong depan publik adalah rasa nggak nyaman dan ngeblank. Nah untuk ngusir rasa itu, kita mesti bikin persiapan. Well preparation is the part of the show because first impression is important. Be positive!” ujarnya. Tahap pertama yang mesti dikuasai adalah bikin brand bagus untuk diri sendiri dengan selalu bersemangat, berjiwa kompetisi, dan punya bahasa tubuh yang baik. Selajutnya baru deh ada tahap

Tio, SMA BPI 2 Bandung, Kelas XII IPA 3 Ngomong depan umum mungkin saya angkat tangan deh. Daripada malu-maluin ntar garagara ga pede jadi mendingan mundur duluan. Tapi kalo di depan kelas menurut saya sih masih wajar kan, karena kita mengenal sekitarnya, jadi pede-pede aja kalo itu. Terus, kalau menulis sih pede aja kan yang baca jga cuma tau nama kita, jadi oke-oke ajalah. Achi, SMAN 7 Bandung, Kelas XII IPS 2 Mungkin banyak yang susah buat tampil pede tapi kalau saya pribadi sih pede aja. Percaya diri kan emang muncul dari diri kita sendiri. Kalau tampil di depan umum emang suka agak gugup tapi semuanya bisa ketutupin sama rasa percaya diri kita, ya kalau kata saya sih gitu. Kalau menulis sih ya bangga juga apalagi kalau masuk majalah kan karya kita dilihat banyak orang. Muthia, SMAN 11 Bandung, Kelas XII IPA Saya sih kurang pede, soalnya belum terbiasa. Jadi, ya, suka malu kalau ngomong di depan orang. Mana suka diliatin juga kan. Suka deg-degan gitu kalau mau maju ke depan atau tampil. Pokonya kurang begitu pede lah. Nulis juga sama, gak bisa soalnya hehe. Tania, SMP BPI 1, Kelas VII Enggak. Ga pede ah, malu soalnya hehehe. Di depan umum itu kan diperhatiin orang jadi suka salting suka jadi gatau mau ngomong apa. Kebanyakan juga gitu, pada susah kalau ngomong di depan banyak orang kan. Kalau nulis sih, belum pernah.

VoxPop

Pede ga sih bicara/nulis di depan umum?

dhianynadya@gmail.com

Body, Vocal, Attitude. Untuk Body, kita bisa lho belajar dari cara presntasi Steve Jobs, yaitu memperhatikan kontak mata, punya postur terbuka, dan gestur tangan yang baik. “Supaya audiens merasa diperhatikan, kita mesti menjaga kontak mata dengan mereka secara perlahan dan menyeluruh. Hindari deh jumping eyes. Postur tubuh juga penitng misalnya tangan jangan bersidekap. Terus tangan juga harus bebas, jangan masuk saku atau berkacak pinggang karena itu merefleksikan apa yang sedang kita pikirkan,” sambungnya. Untuk Vocal, seorang pembicara yang baik juga harus punya intonasi dan artikulasi yang jelas. Sebelum memulai topik pembahasan, nggak dilarang kok untuk diawali dengan bercerita sejenak. Kalau punya pengalaman yang nyambung dengan topik yang bakal dibahas pun boleh banget diceritain. Tahapan ini bertujuan bikin kelas jadi kondusif. Tunjukan pula tentang segimana semangatnya diri kita, tapi jangan sampai ngomong terlalu cepat. Hehehe. Nah yang terakhir adalah Attitude dimana kita jangan lupa untuk senyum! “Pendengar itu ada banyak tipenya, jadi pelajari dulu audiens yang bakal kamu ajak presentasi seperti apa. Orang itu menyukai kita karena karakter kok, bukan suara. Jadi syukuri dan berusaha positif dengan apa yang bakal kita omongin. Fokuslah dengan materi,” tutup Mas Arie. ***

Kelas Menulis

S

ELAIN keterampilan berbicara di depan umum alias public speaking, menulis pun nggak kalah pentingnya. Gisantia Bestari, seorang penulis novel muda, berbagi cukup banyak soal ini. FYI,Gisantia pertama kali menerbitkan novelnya di umur 13 tahun dan sampai sekarang sudah ada tiga buah novel karyanya yang diterbitkan. Menurutnya, menulis itu sangat penting. Saking pentingnya, semua orang dengan semua profesi pun harus pandai menulis. Pada dasarnya, orang menulis untuk dibaca oleh dirinya dan orang lain. “Menulis bukan karena kita ingin, tapi karena kita punya sesuatu untuk ditulis,” ujar Gisantia. Sekarang jelas kan, apa pun profesinya, kalau ingin membagi ide dan dibaca orang secara utuh tentu semua orang harus pandai menulis. Namun, nggak hanya ide-ide besar yang berkaitan dengan banyak orang yang layak dan perlu ditulis. Ya, kita memang perlu menulis untuk mengabadikan memori. Hal-hal berkesan, menarik, menyentuh, menyenangkan, kalau ditulis dan kelak dibaca lagi pasti lebih seru. Seperti yang pernah dikatakan oleh penulis termashyur Milan Kundera, “kita menulis untuk melawan lupa”. Menulis juga ternyata merupakan sarana pembangunan karakter yang bagus. Apalagi kalau kita sedang dalam proses pengerjaan sebuah tulisan panjang seperti novel. Kita otomatis melatih diri sendiri untuk berdisiplin. Kalau meminjam istilah Gisantia, penulis adalah Direktur Utama untuk dirinya sendiri. Setelah karya selesai pun mental penulis diasah. Pujian, cacimaki, saran, dan kritik merupakan hal biasa buat penulis. So, kalau suka menulis dan sudah biasa karyanya dikomentari orang, tentu itu menandakan kondisi mental yang sehat! Kalau ditanya bagaimana caranya menjadi penulis yang baik, Gisantia akan jawab satu kata: “menulislah!” Ia bercerita, banyak sekali orang bertanya tips dan trik menulis, menghasilkan karya bagus, sampai menembus penerbit bahkan sebelum memulai menulis. “Padahal kalau sudah coba menulis, hal-hal seperti penguasaan bahasa dan gaya penulisan bisa dipelajari sambil proses,” katanya. Nah, tunggu apa lagi? Menulislah!

siswanti.hanifa@yahoo.co.id

hanifauziaramadhani@gmail.com

Si ”Alay” yang tak Berguna

I

H alay..”, “Ih lebay..”, “Alay banget sih loe..”, “Lebay banget sih loe..” Mungkin celotehan-celotehan itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi jika belia sendiri termasuk orang yang sering disebut begitu atau bahkan belia sering melontarkan celotehan-celotehan itu kepada teman-teman. Celotehan tersebut bisa keluar jika kita mendengar atau melihat orang dengan gaya bicara yang berlebihan seperti iiieeeuuwwhh, ciyus, cemungudh, atau bahasa alay lainnya. Selain itu juga orang dengan pakaian yang ramai dengan warna-warna jreng yang super riweh bisa juga termasuk kategori alay. Tapi sesungguhnya hal tersebut sudah tidak bisa lagi kita sebut alay atau lebay karena hal-hal yang demikian sudah dianggap hal biasa bahkan trend yang dianggap gaul bagi se-

bagian orang. Namun hal lain yang bisa masuk kategori alay bin lebay adalah gonta-ganti status atau display picture (DP). Setiap aktivitas atau hal apapun yang kita alami kurang rasanya jika kita tidak menjadikannya sebagai status atau bahkan dp. Maka dari itu tidak sedikit orang yang biasa menjadikan serangkaian peristiwa sebagai status untuk menarik perhatian orang seperti berantem sama pacar, berantem sama teman, makan, minum, jalan-jalan, sakit, galau, dan lain sebagainya. Hal itu bukanlah hal yang salah karena setiap orang mempunyai hak untuk itu. Apalagi hal tersebut didukung dengan adanya berbagai dp yang kadang berisi hal senada dengan semua yang kita rasakan. Bahkan motivasi, nasihat, dan berbagai hal positif lainnya ada.

Hal tersebut tidak salah untuk kita gunakan sebagai hiasan hidup kita seharihari. Namun ada baiknya jika setiap status dan DP yang kita pasang adalah hal-hal positif yang memang pada kenyataannya kita lakukan dalam hidup kita, sehingga orang lain tidak berpendapat bahwa kita adalah orang yang munafik. Jangan sampai status dan dp yang kita pasang hanyalah merupakan “omong kosong” yang justru semakin menunjukkan hal-hal negatif yang ada di diri kita atau bahkan menunjukkan bahwa kita hanyalah orang yang pandai bicara tapi hasilnya nihil dalam kehidupan sehari-hari. Valerie Devina Rusli, XI IPS 2 SMAK Kalam Kudus Mekarwangi Bandung

“Menulis adalah sebuah keberanian...” Pramoedya Ananta Toer

Quotes “Your silence will not protect you.” Audre Lorde, Sister Outsider: Essays and Speeches

Indeks: 21> Aksi: Manglayang van Japan 21> MT: 20> Skul:

Act Like a Concert Teenage Death Star

SMAN 1 Sindang 21> MT:

Aldi, SMPN 12 Bandung, kelas VII Ya, pede-pede aja. Ya gimana ya, hahaha pokonya gitu aja deh. Bingung juga kalau ditanya kenapa. Pokonya sih percaya diri aja, gak takut, gak malu-malu gitu. Liane, SMPN 40 Bandung, Kelas VII Pede sih. Pede aja soalnya udah sering juga ngomong di depan. Ngomong-ngomong kaya gitu lah, pede aja hehehe

FOTO: KEKE

Swing & sync Mocca 20> Insight: Valiant Budi

22> Review:


20

SELASA (WAGE) 11 MARET 2014 9 JUMADIL AWAL 1435 H JUMADIL AWAL 1947

SMAN 1 Sindang

Pentingkah Buku Laku?

House of Champions E

MANG nggak salah kalau SMAN 1 Sindang disebut sebagai House of Champions. Terletak di Jalan Letjen MT Haryono, Indramayu, sekolah dengan lahan cukup luas ini enggak hanya jago di bidang akademik, tetapi juga non-akademik. Bahkan, tahun lalu pun meraih penghargaan gubernur sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan dan juara 1 guru berprestasi tingkat kabupaten! Mantan Kapolri Dai Bachtiar pun merupakan alumnusnya lho! Nah, sebenernya seperti apa sih jeroan skul yang punya panggilan SMAN Sasi (Satu Sindang) ini? “Lingkungan yang asri, sejuk, rapi, dan kondusif diharapkan dapat memunculkan prestasi, baik akademik mapun nonakademik. Visi kami adalah mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan untuk menghasilkan siswa yang penuh prestasi sehingga terdapat beberapa program unggulan seperti lingkungan, peningkatan kegiatan akademik sains, hingga kewirausahaan lewat kreasi membatik yang merupakan pengembangan dari intrakurikuler,” ujar Pak H Kasno Hadikusumo selaku kepala sekolah. Untuk gelar juara utama lainnya sih udah nggak perlu disangsikan lagi. Sebut aja di tahun lalu ada olimpiade sains mata pelajaran Fisika, Matematika, Komputer, dan Biologi, serta The Most Active dalam Simulasi Sidang ASEAN tingkat provinsi. Belum lagi tahun 2014 ini di Wilayah III Cirebon yang baru aja meraih juara 1 lomba role play bahasa Inggris juara 1 Debat Wiralodra English Championship. Bidang lainnya pun oke punya kayak speech competition, baca Alquran, lomba drama, nyanyi, desain grafis, marching band, futsal, basket, hingga meraih juara 1 Nok Nang Dermayu 2013. Luar biasa! Untuk membentuk pribadi yang unggul, religius, inovatif, dan berkualitas internasional, Sasi menerapkan berbagai aturan yang bertujuan mempertahankan kualitas. Meskipun udah nggak lagi berstatus RSBI, Sasi tetap profesional dalam memberikan pelayanan pendidikan. “Bahkan oleh Disdik, siswa di sini sering dipercaya jadi delegasi perlombaan ke tingkat wilayah yang lebih tinggi,” tutur Steven Saputro sebagai Ketua OSIS. Keaktifan siswa juga difasilitasi dengan hadirnya berbagai ekskul seperti Pramuka, Paskibra, PMR, majelis taklim, basket, voli, futsal, bulu tangkis, merpati putih, marching band, paduan suara, teater, jurnalistik, hingga fo-

“Ah, penjualan gak penting, yang penting berkarya.”

tografi. Program unggulan dari sekolah pun disambut siswa dengan kekompakan. Misalnya dengan adanya kelas adiwiyata sebagai program bulanan. Penilaian kelas terbersih ini nantinya akan dipilih sesuai tingkatan dan akan dilombakan kembali antarangkatan kelas X, XI, dan XII. “Bagi yang dapat kelas terkotor sih sempat harus pakai baju karung selama sebulan,” sambung Oci dari kelas XII IPA 3. Hahaha... kocak ya! Selain itu, OSIS pun bikin program lain yang nggak kalah kece seperti Jumat Bersih, penanaman sejuta pohon bersama sekolah lain, pengajian, festival, pengadaan dewan keamanan dalam setiap event sekolah, hingga bakal nerbitin majalah pada akhir Maret nanti lho. Untuk yang terdekat sih mereka bakal ngadain pra event pensi sepanjang April berupa festival band, peringatan Hari Kartini, penanaman pohon, sampai parade budaya sembari berkeliling kota. Wow! Bener-bener champion! *** siswanti.hanifa@yahoo.co.id

B

ISA jadi itu ucapan penghiburan diri saya sekitar tujuh tahun lalu, ketika novel pertama jeblok di pasaran. Terlebih ketika novel itu masuk nominasi sebuah penghargaan bergengsi, saya diam-diam arogan, “Tuh kan, yang penting kualitas. Saya lantas tetap menulis dan berhasil kembali merilis novel, setahun berikutnya. Bagaimana peruntungannya? Hanya beberapa bulan mejeng di toko buku, setelah itu kembali bersemayam di gudang penerbit karena penjualan tidak juga memuaskan. Saya kembali menghibur hati: ibarat ajang pencarian idola, mungkin Indonesia belum memilih saya. Beuh. Tanpa kapok, saya tetap menulis sambil berkelana ke sana kemari, hingga akhirnya bisa merilis kembali buku ketiga, yang siapa sangka akan mengubah cara pandang saya. Bulan pertama penjualan buku terbaru ini meroket, membuat saya tentu sangat bersyukur, tapi masih pura-pura adem ayem, seolah menjaga ucapan kala penghibur hati selama ini. Saya tidak ingin kalau buku selanjutnya kembali gagal di pasaran, saya tiba-tiba hilang semangat dan sibuk mencari perhatian yang tidak berhubungan dengan karya tulisan. Sampai suatu ketika seorang staf penjualan yang mengantarkan buku-buku ke rumah berkata, “Terima kasih ya, bukunya bagus banget!” “Wah, terima kasih banyak mau baca ya!” Jawabku semringah; salut di antara kesibukannya berjualan, masih menyempatkan baca. “Euh, sebenarnya belum baca, maksud saya (yang bagus) penjualannya.” Untuk beberapa saat, saya tercengang—merasa ganjil dengan jawabannya. Tapi raut wajah bahagianya saat mengucapkan terima kasih itu membuat saya tersadar, selama ini saya penulis yang egois, asyik-asyik sendiri saja. Asyik sekadar nampang di toko buku, gak laku yah bodo amat. Jadi terbayang, apa jadinya kalau saat kegagalan tempo hari itu, saya malah mencak-mencak penerbit atau toko buku atau malah pembaca? Dan ternyata ketika sebuah buku laku, yang senang tidak cuma saya sendiri. Penerbit, toko buku dan segenap stafnya pun bahagia ternafkahi, bukan? Ternyata banyak yang bisa makan dari sebuah buku. Bahagia bersama ternyata lebih menyenangkan dari (sok) bahagia sendiri. Jadinya saat ini, setiap menerbitkan buku baru, saya ikut merasa bertanggung jawab untuk mempromosikannya. Penerbit dan toko buku pun sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis menerbitkan karyanya, membuat saya tidak enak hati kalau cuma ongkang kaki menunggu hasil penjualan. Kalau toh ternyata gagal, saya akan kembali menghibur hati; menghargai perjuangan bersama—tanpa perlu berputus asa. Dan untuk janji selanjutnya: selama saya menerbitkan buku dengan ikut melibatkan banyak pihak, saya tidak akan lagi berkoar-koar: Buku gak laku? Bodo amat. Kan bebas menghibur hati, asal yang tidak saling menyakiti. Selamat menulis dan berjuang! Valiant Budi | @vabyo

Pengumuman BUAT Belia yang tulisannya dimuat (Inspirasi, Selancar, Cerpen Keren, dan Insight), kalo mau ngambil honor silakan kirimin nomor rekening, nama pemilik rekening, dan nama Bank. Sertakan scan-an identitas berupa KTP atau Kartu Pelajar. Nanti honor tulisannya kru belia transfer rekening bank tersebut. Jangan lupa, tulis juga tulisan yang dimuat apa, siapa nama penulisnya, terbitnya di belia edisi berapa.

Suara Hati Pelajar

P

utus cinta bukan berarti dunia jadi kiamat dong. Kamu pernah putus cinta nggak? Biasanya apa yang bakal kamu lakukan supaya cepat move on? Sok kirimin opini Belia yang paling seru dan enggak bokis ke Redaksi belia, paling lambat hari Jumat (14/3/14) ke Kantor Redaksi ”Pikiran Rakyat” Jln. Soekarno-Hatta No. 147 Bandung. Bisa juga lewat e-mail ke: belia@pikiranrakyat.com. Inget, yang bukan pelajar dilarang ambil bagian! Opini yang dimuat melalui e-mail mendapat merchandise dari Pikiran Rakyat. (Hub. Bag. Marcomm Jln. Asia Afrika No. 77 Bandung) dengan menunjukkan kartu pelajar. Jangan telat ngirimnya ya!***

FOTO: KEKE DAN DOK. SEKOLAH

Musik Identik dengan Burung Hantu

K

EHADIRAN maskot hewan nokturnal yang satu ini sangat kentara karena menjadi logo resmi dari sekolah. Terpilihnya burung hantu sebagai ikon Sasi pun memang berdasarkan alasan kuat yang punya filosofi tinggi. “Filosofinya hewan ini bijaksana dan bekerja di malam hari. Nah kami ingin jadi penasihat bijak yang bisa dimintai pendapat. Selain itu, para siswa Sasi kan kerjaannya nggak hanya belajar makanya malam hari pun kami masih berkegiatan. Burung hantu juga beda dari burung yang lain karena kedua matanya ada di depan, jadi lebih mampu lihat ke depan. Ini sesuai dengan Sasi yang visioner,” ujar Steven. Semoga terus melahirkan generasi yang unggul ya!*** siswanti.hanifa@yahoo.co.id

Fachrul Asyam, XI IPA 1

Kishotul Hayati, XII IPA 3 PENGGEMAR pelajaran eksak ini udah malang melintang di dunia basket dan biologi. Prestasinya aja bejibun dari jadi tim inti pekan olah raga pelajar, juara 1 grup basket putri sekabupaten, juara I Perbasi Cup, juara I olimpiade biologi tingkat kabupaten, hingga juara I simulasi sidang ASEAN tingkat wilayah III Cirebon dengan mewakili Vietnam. Menurut Oci yang selalu sempatkan olah raga minimal 2 kali seminggu ini, ngebagi waktu tuh nggak susah makanya jangan sampai kita menunda pekerjaan. Jadi sesibuk apa pun berkegiatan, malam hari Oci tetap harus belajar supaya citacita menjadi dokter bisa tercapai.

Cebel

Cobel

BERBAGAI kejuaraan di bidang basket udah diraih Fachrul seperti jadi tim basket Indramayu dan mampu menembus semifinal kejuaraan DBL di Bandung, juara 2 pra-Porda dan juara III sewilayah III Cirebon. Cowok yang aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah sebagai OSIS, dewan keamanan, ekskul basket, dan paduan suara tersebut sebenarnya hanya main basket untuk menyalurkan hobi. Dengan dukungan fisik yang menjulang, Fachrul yang finalis Nok Nang Dermayu ini ingin banget jadi polisi. Moto hidupnya juga keren: kalau orang lain bisa, kita harus bisa. Kalau orang lain nggak bisa, kita harus jadi orang pertama yang bisa. *** siswanti.hanifa@yahoo.co.id

Bianca Janet, SMAK 2 BPK PENABUR Kalau kata pepatah sih, tak kenal maka tak sayang. Jadi langkah pertama musik tradisionalnya harus dikenalin dulu di sekolah-sekolah ataupun ke masyarakat luas. Salah satu caranya perbanyak sosialisasi di media massa atau pemerintah membentuk program yang mengharuskan stasiun televisi atau radio menayangkan atau mendengarkan lagulagu tradisional seminggu sekali. Kalau sudah kenal, baru banyak peminatnya baru lanjut ke tingkat internasional. Prilly Limanjaya/XB/25/SMAK 3 BPK PENABUR Bandung Menurut saya, sebagai bangsa Indonesia harus memasyarakatkan musik tradisional. Generasi muda harus lebih diperkenalkan lagi, misalnya pembelajaran di sekolah sekolah supaya mereka lebih mengenal musik tradisional sehingga mereka bisa memperkenalkan musikmusik tradisional tersebut di mancanegara. Risti Eka [risti.eka90@gmail.com] Cara agar musik tradisional Indonesia bisa terangkat dan eksis di kancah internasional adalah dilestarikan dan sering ditampilkan, contohnya seperti Saung Udjo yang sering tampil di luar negeri atau seperti sanggar tari yang suka menampilkan aneka tarian daerah di pentas dunia. Dengan demikian, di samping melestarikan kesenian tradisional, yang termasuk musik tradisional di dalamnya juga memperkenalkan budaya nasional bangsa Indonesia kepada negara lain. Mutiara Sri Ramadhani SMAN 7 BANDUNG Banyak cara untuk melestarikan musik tradisional indonesia. Salah satunya mengenalkan musik tradisional Indonesia ke kancah internasional. Misalnya dengan cara menggelar pergelaran musik tradisional di Indonesia ataupun di mancanegara. Agar musik indonesia dapat merambah dunia internasional, tentunya kita sebagai bangsa Indonesia harus mengetahui dan mempelajarinya lebih dulu. Saya yakin musik tradisional Indonesia bisa diterima dengan baik di dunia internasional. Angelina Marlina / VIII E / 4 / SMPK 5 BPK PENABUR Bandung Setuju!! Dengan mengadakan konser-konser musik kolaborasi antara musik modern dan musik tradisional. Biar tidak terkesan jadul atau tempo dulu, bisa dimasukkan unsur modern, tetapi tetap musik tradisional yang dominan. Tapi, jangan hanya musiknya saja yang bagus, tapi juga para personelnya harus yang profesional dan talented. Semoga dengan memperingati Hari Musik Nasional, kancah musik Indonesia juga bisa go international! Hidup Musik Indonesia!


21

SELASA (WAGE) 11 MARET 2014 9 JUMADIL AWAL 1435 H JUMADIL AWAL 1947

Sayang Mama

H

ARI itu mama memintaku membeli beberapa barang di supermarket. Tetapi, karena aku merasa sangat lelah setelah beraktivitas di sekolah dan ingin beristirahat, aku menolak permintaan mama. Dan sudah pasti bisa ditebak, mama marah dan tetap memaksaku untuk pergi berbelanja. Aku pun segera berganti pakaian dan pergi dengan kesal. “Uhh, mama kenapa sih nyuruh aku segala. Kenapa gak pergi sendiri aja gitu pake mobil? Biasanya juga gitu. Kalau aku yang beli kan jadi harus jalan kaki kayak gini,” gerutuku sepanjang jalan. Sesampainya di supermarket, aku langsung mengambil barang-barang yang sudah mama jadikan daftar dalam secarik kertas dan memberikannya padaku beserta uang 2 lembar lima puluh ribuan. Setelah membayar di kasir, aku pun segera meninggalkan supermarket itu. Ketika perjalanan pulang, dari jarak yang berseberangan aku melihat seseorang yang wajahnya sudah tidak asing bagiku namun aku tak ingat siapa dan di mana aku mengenalnya. Sejenak aku berpikir, aku pun ingat. Yang ada di seberang jalan itu adalah Meta, temanku ketika SD. Aku pun segera menghampirinya. “Meta!” sapaku dengan senyum. “Eh? Amanda! Apa kabar?” Kami saling bersalaman akrab. “Kamu lagi ngapain di sini?” tanyaku. “Lagi jualan, kamu sendiri?” “Aku abis ke supermarket beli belanjaan nih. Kamu jualan kue basah?” “Ohh. Iya nih, mau beli?” “Boleh deh”. Aku pun memilih beberapa jenis kue basah dan Meta dengan cekatan

memasukkannya ke dalam plastik di tangannya menggunakan pencapit makanan. “Ini uangnya. Oh iya, Ta. Aku boleh diem dulu di sini ga? Aku males pulang nih,” pintaku dengan wajah memelas sambil duduk di sebuah kursi plastik yang ada di samping Meta. “Kamu aneh aja deh, pulang kok males” Aku menghela napas panjang, “Aku lagi kesel aja sama mama. Aku baru pulang sekolah tadi, eh malah disuruh belanja” Meta tiba-tiba terkekeh. “Kok ketawa?” tanyaku. Meta pun mulai bercerita bahwa dirinya malah sangat merindukan ibunya yang telah meninggal. Aku yang baru mengetahui hal tersebut cukup terkejut. Meta bercerita bahwa dulu dirinya bukanlah anak yang patuh kepada kedua orang tuanya. Sampai suatu hari ketika ia sedang sendiri di rumah, ayah dan ibunya dikabarkan telah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ia benar-benar menyesal. Namun waktu tidak bisa kembali. Yang ia bisa lakukan hanya berdoa untuk kedua orang tuanya terutama ibunya. Meskipun tak dapat dipungkiri, ia merindukan cara ibunya yang selalu melarangnya ini itu demi kebaikan dirinya sendiri. Setelah cukup lama aku mendengar cerita Meta, aku pun pamit pulang dan segera memeluk mama di rumah. Tanpa memperdulikan tanggapan mama yang kebingungan. Biarkan cerita Meta menjadi pelajaran berharga untukku.*** Desi Intan Nurjanah, X Bahasa, SMAN 10 Bandung

FOTO: KEKE

Manglayang van Japan SMAT Krida Nusantara

Mengenal Pemilih Pemula

“Rokusho...Rokusho... Souran...Souran...” M

USIK mengalun syahdu sementara delapan siswa membawakan tarian “Souran Bushi “diiringi tepuk tangan dan sorak-sorai dari teman-temannya dalam gelaran Manglayang van Japan yang diadakan SMA Terpadu Krida Nusantara, Sabtu (8/2). Festival budaya ini merupakan acara tahunan sekolah tersebut, namun tahun ini diadakan lebih meriah dan untuk pertama kalinya dan terbuka bagi umum. Irfan, Ketua Pelaksana Manglayang van Japan mengatakan bahwa tahun ini mereka sengaja mengemas acara dengan berbeda karena acara kali ini diadakan dalam rangka launching ekstrakurikuler Japanese Club. Irfan yang juga menjabat sebagai ketua OSIS juga mengatakan bahwa tujuan lain diadakannya acara ini juga sebagai ajang pembuktian eksistensi diri mereka terutama di lingkungan Jawa Barat. “Iya, soalnya kita salah satu sekolah boarding, kita ditantang gimana caranya kreativitas siswa bisa ngebuat suatu acara yang bisa narik orang-orang di Kota Bandung. Di sini kita kan konsepnya ekstern. Kita juga free entry soalnya, ya, biar orang bisa gampang nikmatin festival kita,” kata Irfan. Banyak kesenian Jepang yang ditampilkan di acara ini. Selain tarian Souran Bushi tadi, ada juga cosplay. Pasti udah pada tahu cosplay, kan? Kependekan dari costume play, cosplay adalah saat di mana kita berdandan ala karakter anime yang ada di

Jepang. Lalu kita menjadikan tokoh-tokoh yang ada di anime menjadi “hidup” dengan beraksi seperti karakternya. Siapapun boleh berdandan cosplay sesuai keinginannya. Misalnya, berkostum Sailormoon, tokoh dalam Bleach, Doraemon, atau yang lainnya. Ada juga kegiatan instrumen musik yang unik, namanya Sakura Taishogoto. Kalau kalian tahu, taishogoto adalah alat musik tradisional Jepang yang bentuknya itu agak mirip kecapi. Kata taishogoto itu sendiri berasal dari Taisho, zaman dimana alat musik tersebut berkembang, dan koto yaitu alat musik lain yang menginspirasi lahirnya alat musik yang mempunyai enam senar ini. Ensmble memainkan taishogoto, menjadi tontonan yang seru dalam gelaran acara ini. Nggak cuma kesenian, berbagai makanan Jepang yang pasti udah enggak asing di lidah kita juga hadir, salah satunya adalah sushi. Ada Chef Dwi yang mendemonstrasikan langsung cara membuat sushi. Chef Dwi menjelaskan bahwa untuk membuat sushi yang enak itu menggunakan beras khusus yang diimpor dari Jepang dan cara memasak berasnya pun lain dari yang biasa kita lakukan di rumah. Rasanya enggak puas kan kalau cuma melihat proses pembuatan sushi, kita juga bisa mencicipinya di stand-stand makanan yang berjejer rapi di samping tempat acara. Beragam makanan khas Jepang ada mulai dari sushi, takoyaki, hingga bento. Stan-stan

P

makanan ini sebagian diisi oleh produsen makanan dari luar, tapi banyak pula stand makanan yang diikuti para siswa Krida. Puas makanmakan, waktunya kembali standby di depan panggung karena ada sederet bintang tamu yang ikut meramaikan acara sekolah yang terletak di kawasan Cipadung ini. Anonymous menghibur penonton, dilanjutkan oleh Hoolahoop yang membawakan lagu-lagunya seperti Perjalanan Terindah dan Hari Untuk Berlari. Diselingi oleh aksi dance dari AXN 48, akhirnya penampil terakhir, Skamigo pun naik panggung. Usai menghibur penonton kurang lebih setengah jam, Skamigo pamit sekaligus menandai berakhirnya acara.***

T

FOTO: SYAUQY

Fahmy Nur Hakim SMKN 13 Bandung.

Another Surprise from Mocca

Ajang Ugal-ugalan Para “Sebagai” Kolot Bandung duksi karya-karya dalam bentuk tape cassette. Anyways, about the concert, sedari sore ratusan fans sudah memenuhi area di depan kompleks mal elektronik tersebut. Sekitar pukul 19.40 para penonton dipersilakan masuk dan langsung disuguhi penampilan dari band pembuka pertama, Jenny Be Good (JBG). Band rock ’n roll yang semua personelnya perempuan ini cukup membakar suasana di IFI dengan aksi panggung mereka yang cukup trengginas. Lagu terakhir mereka, “F*ck Off”, diiringi para penonton menyanyikan part lagu, “mana dong jari tengahnya!” Seru! Beres JBG, giliran Zaggle Griff (ZG) onstage. ZG adalah band alternative rock asal Bandung yang baru aja merilis album perdana mereka, “Cold Sun” pada akhir tahun 2013 kemarin. ZG membawakan lagu-lagu mereka dari album tersebut, seperti “Col Sun”, “Never Find That Door”, dan “Leather Jacket and Shoes”. ZG juga berkolaborasi dengan Iyay, salah satu personel Bad Boy Blues, dalam penampilan mereka membawakan lagu BRMC, "Beat The Devil's Tattoo.” Setelah suasana dibuat panas oleh JBG dan ZG, kini giliran TDS yang kehadirannya udah dinanti-nanti para penonton buat onstage. Satu per satu para personel mengambil posisi di atas panggung, dan kehadiran Iyo dengan perban di kepalanya mendapat respons paling heboh dari penonton. Mungkin kamu tahu, vokalis PS ini jadi korban pemukulan oknum polisi sekitar dua

makna, dan hal-hal yang dilarang dalam pemilu! Kekurangan dan kelebihan inilah sering yang dimanfaatkan oleh parpol, jadi kenali dan bentengi diri dari hal-hal yang berbau negatif. Golput menjadi fenomena yang sangat menjamur di masyarakat kita akhir-akhir ini. Salah satu penyebabnya adalah rasa pesimis dan ketidakpercayaan akibat penyelewengan-penyelewengan yang sangat sering terjadi sehingga menimbulkan kekecewaan dan keengganan menggunakan hak pilih. Menariknya, persentase golput sering kali mencolok, bahkan tak jarang menyaingi persentase suara kandidat terpilih. Unik memang, tapi sebagai agen perubahan kaum muda diharapkan lebih kritis dan bijaksana menentukan pilihan. Golput bukanlah jalan keluar satu-satunya untuk meluruskan negeri ini ke arah yang lebih baik.Jadi, meskipun menurut penilaian belia saat ini belum ada sosok pemimpin yang pantas,jangan pernah menempuh jalan golput. Mungkin belia sendiri yang harus evaluasi, terlalu menuntut agaknya bukan hal yang baik. Alangkah bijaksana untuk berbaik sangka dan yakin bahwa tidak semua orang di jajaran pemerintahan dan elite seperti apa yang kita takutkan dan media gambarkan. Masih ada orang-orang yang tak terbawa ku sakaba-kaba. Jadi gak sabar pengen cepet-cepet pemilu. Gunakan hak pilih belia,satu suara kita ikut menentukan jalan yang ditempuh kota, provinsi, bahkan negara kita 5 tahun ke depan. Dan perlu diingat terpilih atau tidaknya pilihan kita, sikap positif harus tetap dikedepankan.***

dhianynadya@gmail.com

Act Like a Concert Teenage Death Star

EENAGE Death Star (TDS) adalah satu unit yang terdiri atas para “sebagai” skena musik non-mainstream Bandung. Mereka adalah Dandy Ahmad Ramdhani a.k.a. Sir Dandy (vokal, guitar), Satria “Iyo” (bas), Helvi “Hell V” (gitar, bas), Alvin (gitar), dan Firman (drum), mereka adalah band yang dikenal dengan slogannya “Skill Is Dead”. Mungkin kamu juga udah pada tahu, di luar TDS para personelnya punya kesibukan atau punya proyek musik lain. Sir Dandy punya proyek solo, Iyo adalah vokalis Pure Saturday, Helvi itu pentolannya Fast Forward Records, Alvin adalah frontman Harapan Jaya yang status bandnya masih misterius, sementara Firman juga adalah drummer yang berkiprah di era yang sama. Sabtu (8/3) malam, auditorium IFI di Jalan Purnawarman menjadi tempat berlangsungnya konser mereka, “Act Like a Concert”. Ini merupakan konser perdana Teenage Death Star di tahun ini setelah mereka sempat nonaktif dari dunia panggung musik cukup lama. Konser ini bertepatan dengan peluncuran album kedua mereka berjudul “The Backyards Early Years 8891”. Berisi 14 track, dirilis oleh FFWD Records pada medio 2013 kemarin. “The Backyards Early Years 88-91” hadir dengan konsep unik yaitu menyajikan lagu-lagunya menggunakan media kaset bekas. Pendengar seolah dibawa kembali ke era tahun ‘80-an soalnya sekarang jarang banget musisi-musisi Indonesia yang mempro-

EMILU, seyogianya adalah pesta demokrasi rakyat, meskipun dalam pelaksanaannya hanya rakyat yang sudah memenuhi persyaratan secara hukum. Belia yang sudah berusia 17 tahun dan sudah punya KTP tentunya mulai bisa merasakan pesta demokrasi ini secara langsung sebagai pemilih aktif. Lazimnya kita dikelompokan sebagai pemilih pemula. Belia patut berbangga, pasalnya negara sudah mengakui keberadaan dan hak politik belia secara hukum. Kini, belia bukan hanya dilibatkan dalam kegiatan politik skala sekolah, tapi lebih luas lagi di tingkat regional, bahkan nasional. Adikadik yang masih di bawah 17 pasti udah enggak sabar pengen cepet-cepet 17 tahun. Tapi buat nerusin baca tulisan ini ngga mesti nungguin 17 tahun kok, tenang aja. Perlu diketahui bersama,di setiap gelaran pemilu partai-partai politik sebenarnya selalu memperebutkan suara para pemilih pemula. Coba kita bayangkan, tiap tahunnya berapa banyak siswa yang naik kelas tiga sekolah menengah atas atau mahasiswa semester awal. Pasti banyak kan? Sehingga peristiwa ini menjadi ladang para parpol untuk menuai suara sebanyak-banyaknya. Sebenarnya pemilih pemula itu termasuk juga Bapak/Ibu TNI/Polri yang baru menginjak masa pensiun. Tampaknya kita harus cerdas dan sedikit jual mahal, jangan mau dijadikan objek pemerasan suara dengan iming-iming sesaat bahkan maya. Para pemilih pemula biasanya pro perubahan, memiliki analisa logis, dan punya kriteria tinggi. Hal yang lumrah,asal jangan terjerumus ke arah golput apalagi radikal. Di sisi lain pemilih pemula tentunya minim akan pengalaman dan pemahaman tentang pemilu, tapi itu bisa diatasi. Yuk aktif mencari tahu mengenai tujuan, prosedur,

minggu yang lalu di sebuah kafe di Bandung. TDS langsung ngebut dengan membawakan beberapa lagu dari album “Longway to Nowhere”, selain juga memperkenalkan “The Backyard Early Years 88-91” kepada audience yang memenuhi IFI Bandung. Lagu-lagu macam “I’ve Got Johnny In My Head”, “Absolute Beginner Terror”, “I Kiss Your Sister in The Kitchen Everyday”, “The Death of Disco Rabbit” digeber dan membuat para crowd langsung ugal-ugalan (tapi tetep tertib kok!) di IFI. Mosh pit nggak kehindari di area depan stage, ada yang crowd surfing dari atas panggung, dan para personel TDS pun nggak sungkan-sungkan mempersilakan para penonton buat have fun di atas panggung! Bahkan dalam satu kesempatan, beberapa penonton diminta untuk naik ke atas panggung dan menggantikan posisi Iyo, Alvin, dan Helvi. Gokil! Konser berlangsung sangat liar, namun tertib. Database lagu yang nggak banyak, memaksa personel TDS untuk mengulangi lagu jagoan mereka buat dibawain kembali untuk menghibur crowd yang sangat panas malam itu. Yang pasti, buat kru belia rasanya udah lama nggak ngerasain konsser yang seliar ini lagi di Bandung. Penonton dan artist seperti tidak berjarak, dan semua bisa have fun dengan lagulagu yang rawk dari artistnya. What a night!*** syauqy_belia@yahoo.com

nggak hadir saat itu. Gembiranya, acara tetap seru dan penuh kejutan, khas banget Mocca deh pokoknya! “Swing & Sync with Mocca” dimulai pukul 19.00. Riko, Toma, dan Indra tampil asyik seperti biasanya dan mengajak para Swinging Friends untuk nyanyi bareng dengan lirik lagu terpampang di big screen. Satu kejutan lagi, di antara tiga cowok-cowok Mocca itu, ada seorang gadis manis yang bernyanyi bersama mereka. Bukan Arina yang tiba-tiba terbang ke Bandung dari Amerika, kok. Para Swinging Friends yang kebingungan kemudian diperkenalkan padanya. Ternyata, namanya Dhea! Dhea sempat cerita pada Belia soal proses yang dilaluinya sampai bisa menjadi pemandu lagu di “Swing & Sync with Mocca”. Katanya, Dhea dihubungi Riko, gitaris Mocca. “Awal Januari aku disuruh menghafal semua lagu Mocca. Meski belum tahu untuk apa, aku jalani. Sampai akhirnya aku dihubungi lagi dan secara resmi diminta jadi pemandu lagu di konser Mocca yang konsepnya karaoke massal,” cerita Dhea. Gembira sekaligus panik, Dhea kemudian mendengarkan dan menghafal lagu-lagu Mocca di mana pun dan kapan pun. Cewek yang kuliah di Fikom Unpad ini awalnya takut banget kalau para Swinging Friends akan kecewa melihat dia berdiri di panggung menggantikan Arina vokalis kesayangan mereka. Ternyata, Dhea justru juga terkejut ketika mendapati teman-teman UPPREROOM MUSIC Swinging Friends yang malah Swinging Friends pun berduka. menikmati penampilannya. Kejutan nggak Tapi, bukan Mocca namanya kalau berakhir di situ. Di tengah acara, ada satu laberhenti ngasih kejutan. Para Swinging gi vokalis cantik yang bergabung dan ikut Friends sempat dikejutkan oleh film dokunyanyi di atas panggung, yaitu Risa menter tentang perjalanan band kesayangan Saraswati yang menyanyikan lagu “It’s Over mereka. Mereka pun sempat dikejutkan denNow”. Para Swinging Friends pun makin gan kepulangan Arina untuk manggung di heboh nyanyi bareng. Kejutan terakhir, Arina beberapa tempat beberapa waktu lalu. Ngbergabung secara virtual dan tampil di big gak hanya itu, kejutan paling anyar dari Mocscreen. Mocca, band yang menjalani LDR ca baru saja dilangsungkan pada Jumat (7/3) alias long-distance relationship kembali utuh lalu berupa sebuah mini showcase yang sejenak memainkan lagu untuk mengobati berjudul “Swing & Sync with Mocca”. Bertemkerinduan para Swinging Friends. What a pat di Bober Tropica, acara ini dihadiri oleh sweet surprise!*** sekitar 300 Swinging Friends. Ada berita menyedihkan dan menggembihanifauziaramadhani@gmail.com rakan dari gelaran kali ini. Sedihnya, Arina

K

ALAU ditanya soal grup band yang jago bikin kejutan alias surprise, Mocca jawabannya. Kemunculan mereka di industri musik lebih dari 10 tahun silam adalah kejutan pertama. Pada masa itu, band indie yang membawakan lagu-lagu dengan lirik berbahasa Inggris memang cuma mereka. Kemudian, Mocca kembali mengejutkan kita dengan eksistensinya yang kian melambung. Panggung di luar negeri ditambah lagu-lagunya yang populer di sana adalah buktinya. Kejutan yang nggak menyenangkan pun mereka hadirkan. Tiba-tiba Arina, sang vokalis, harus meninggalkan Bandung ke negeri Paman Sam untuk ikut suaminya. Para fans Mocca yang dinamakan


22

SELASA (WAGE) 11 MARET 2014 9 JUMADIL AWAL 1435 H JUMADIL AWAL 1947 DOK. PRIBADI

Anarima Desianti Savitri

Dukung Musisi Jazz Lokal W

AJAH Anarima Desianti Savitri mungkin udah nggak asing lagi. Cewek yang berprofesi sebagai MC dan host ini memang sering wara-wiri di berbagai kegiatan di Bandung, baik acara on air maupun off air. Mengaku belajar secara otodidak, karir ngemsi alumnus SMAN 15 Bandung ini pun makin berkembang saat menjuarai Duta Bahasa Jabar 2007, Duta Bahasa Nasional Kementerian Pendidikan 2010, dan Runner Up Duta Batik Jabar 2010. Kini selain masih berkecimpung di bidang cuap-cuap, ia juga merambah dunia usaha di bidang merchandise jazz: Jazz The Way You Are (JTWYA) lho. “Idenya dari tahun 2010, tetapi waktu itu belum tahu mau bikin produk apa. Kebetulan ada teman yang kerja di bagian HAKI, terus minta tolong deh agar nama JTWYA dipatenkan. Nah karena sekarang sudah paten, jadi kami bisa tuntut secara hukum tuh kalau ada yang pakai,” ujar cewek yang akrab dipanggil Rimme ini tertawa. Berawal dari hobi senang dengan musik jazz, Rimme mutusin untuk berwirausaha pada September 2011 silam dan ikutan gelaran Lokafore di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, sebagai pameran perdana. Saat itu ia masih berbagi booth bersama seorang temannya. Lewat bisnisnya, ia juga punya misi edukasi. “Sekarang kan banyak event jazz seperti Java Jazz, Kampoeng Jazz, Jazz Goes to Campus, Klab Jazz, dll. Kami ingin orang yang datang ke sana itu nggak hit and run dan insidental saja. JTWYA punya beberapa desain yang mengedukasi seperti Style of Jazz yang menerangkan jazz dari masa ke masa dan yang mengangkat legenda musik jazz,” tuturnya. Nggak mudah bagi Rimme ngejalanin bisnisnya karena sempat ketemu beberapa kendala, kayak distribusi, modal, hingga ide yang mentok. “Nggak selamanya usaha sendiri itu enak karena selama enam bulan pertama kan nggak dapat gaji lagi. Tetapi nggak apa-apa sih memulai dari nol kembali. Terus dulu itu kan masih sedikit banget jalur distribusinya. Kalau dari online aja nggak akan berkembang, apalagi kami hidup dari event. Tapi Alhamdulillah pernah iseng ikut kurasi Indonesia Fashion Week 2013 dan lolos. Padahal di sana jurinya dari perwakilan de-

sainer, asosiasi perancang, dan kementerian perindustrian. Nothing to lose banget. Terus Trademark 2013 kurasi juga dan lolos. Itu sih perjuangannya, cari info bakal ada event di mana saja,” papar Rimme yang pernah kerja kantoran ini. Banyak bergaul di Klab Jazz pun bikin Rimme bisa dapat inspirasi. Meskipun susah memprediksi keinginan pasar, sekarang Rimme udah tahu karakter dan arahnya. Ia pun ingin ngelurusin anggapan orang yang bilang kalau jazz adalah musik untuk kalangan atas. “Padahal sejarahnya kan jazz muncul dari orang kulit hitam di Amerika yang kerja jadi buruh. Dulu malah orang kaya itu musiknya opera. Memang harus dilurusin dulu pemahamannya dan ini butuh waktu banyak,” ungkapnya. Manajemen waktu yang lebih fleksibel, bebas, dan ketemu banyak orang jadi keasyikan tersendiri. Link juga terbuka lebar. Apalagi selama dua kali perhelatan Java Jazz Festival tahun 2013 dan 2014, cewek yang udah hobi dagang sejak SD ini turut didapuk sebagai MC. Kesempatan emas yang nggak disia-siakakan karena bisa sekalian ngenalin JTWYA kepada para musisi jazz. “Dasarnya hobi saja. Aku nggak pernah sekolah bisnis, justru otodidak. Aku tergabung di komunitas Ngadu Ide, acaranya memang non profit tapi ini sudah kayak panggilan hati. Udah passion. Narasumber yang hadir nggak dibayar padahal kami pernah undang bintang tamu besar seperti Ligwina Hananto, Pidi Baiq, sampai Raditya Dika. Ini jadi sarana belajar. Aku juga belajar dari teman-teman di HIPMI. Kalau administrasi kan susah ya, jadi kadang aku dipinjamkan buku. Learning by doing aja,” sambungnya. Selain jalanin passion berwirausaha, Rimme juga ingin jadikan ladang bisnisnya sebagai aksi sosial untuk membangun scene jazz itu sendiri, khususnya di Kota Bandung melalui Klab Jazz. Sebagian keuntungan dari JTWYA pun digunakan untuk membantu musisi jazz lokal Bandung dan Indonesia. Ia mencontohkan seorang musisi jazz senior Indonesia yang bayarannya masih jauh di bawah para artis lainnya. Sang musisi itu pun kemudian mencari panggung di luar negeri di mana ia mendapatkan apresiasi yang lebih layak.

Girl Judul Album Artist Label Durasi

“Dalam acara jazz, musisi-musisi ini nggak dibayar lho. Modal pertamanya adalah alat musik yang pastinya mahal seperti saksofon, terompet, piano, dll. Padahal mereka dalam keseharian ya santai saja, namun punya skill yang oke. Nah kenapa nggak kita bantu, minimal ada untuk transportasi. Support our local jazz musician!” tukasnya. Untuk ngembangin bisnis sekaligus komunitas jazz, Rimme juga punya keinginan gede lainnya yang bisa mengangkat musisi-musisi jazz Kota Bandung. “Bismillah aku ingin bikin toko yang nggak sekadar toko, tapi bisa mewadahi kegiatan Klab Jazz yang sekarang masih berpindah tempat dari kafe ke kafe. Aku ingin tempat ini bisa jadi homebase sambil minum kopi, teh, atau ngemil. Terus bisa bikin workshop juga. Kebetulan temanku bisa bikin gitar jazz tapi belum terekspos. Tempat ini pun nantinya ada mini bioskop yang memutar film-film jazz. Pokoknya jadi one stop place deh. Kalau ada yang tanya, ikon jazz di Kota Bandung itu dimana, jawabannya ya toko JTWYA. Mudah-mudahan bisa buka lapangan kerja juga untuk orang banyak. Amiin,” ucapnya. *** siswanti.hanifa@yahoo.co.id

300, Rise of an Empire Judul : 300, Rise of An Empire Pemain : Sullivan Stapleton, Eva Green, Lena Headey, Hans Matheson, Rodrigo Santoro Sutradara: Noam Murro Durasi : 102 menit

: Girl : Pharrell Williams : Columbia Records (2014) : 46 menit 54 detik

T

AHUN 2013 dan 2014 sepertinya bakal jadi milik Pharrell Williams. Sukses menjadi featured artist dan memproduseri lagu “Blurred Lines”nya Robin Thicke yang sangat sukses pada 2013 silam. Juga sukses barengan duo Daft Punk lewat “Get Lucky” yang membuatnya diganjar Grammy di awal 2014 ini, single Pharrell “Happy”, sekarang juga lagi ngerajai berbagai chart musik di seluruh dunia! Gokil! Pharrell is on fire now! Well, maka pantas rasanya kalo kita ngebahas album terbaru dari singer/songwriter serbabisa ini, “Girl”. Album ini adalah album solo kedua dari pentolan unit musik N.E.R.D. Pharrell Williams setelah pada 2006 silam merilis “In My Mind”. Musisi multi-talenta yang juga dikenal sebagai produser andal ini udah merancang kesuksesan album “Girl” ini dengan merilis single “Happy” pada November silam melalui film animasi populer “Despicable Me 2”. Lagu yang jadi single pertama album ini, emang menjadi lagu soundtrack utama buat film animasi yang identik dengan karakter ‘minions’ tersebut. Di luar kesuksesan film “Despicable Me 2”, “Happy” menjadi sangat viral berkat video musiknya yang dirilis pada website 24hoursofhappy.com yang menyajikan video musik berdurasi 24 jam penuh menampilkan banyak orang yang beraktivitas sambil mengikuti lagu “Happy”. Kesuksesan video ini menciptakan internet meme di mana orang-orang di seluruh dunia akan posting berbagai video “Happy” versi mereka sendiri. Dari departmen musik, lagunya sebenernya sangat sederhana, lagu pop-dance yang terinfluence warna funk dan R&B tahun ’80-an yang menjadi ciri khas musik rilisan label legendaris Motown Records. Entah kenapa lagu ini sagat adiktif dan mungkin bakal bikin kamu mengulang-ulang lagu ini berkali-kali. Selain single “Happy”, ada sembilan track lain yang disajikan oleh Pharrell dalam album ini, beberapa di antaranya menampilkan kolaborasi dengan nama-nama kondang dalam skena musik Hollywood. Nggak tanggung-tanggung, di album ini Pharrell ngelibatin Kelly Osbourne, Justin Timberlake, Alicia Keys, Miley Cyrus, Jojo, Timbaland, dan Daft Punk! Lagu pertama, “Marilyn Monroe”, adalah sebuah lagu dance-pop yang unik karena menyertakan aransemen string section. Lagu midetempo yang agak murung mood-nya ini menyajikan vokal dari Kelly Osbourne. Di track kedua, sebuah lagu R&B yang sangat catchy disajikan Pharrell berduet dengan Justin Timberlake plus beatboxing dari Timbaland. Lagu ini kerasa sangat Motown, mengingatkan kru belia pada lagu-lagu The Jackson Five di era jayanya. “Come Get it Bae” menampilkan teriakan-teriakan dan part vokal dari Miley Cyrus, sebuah lagu dengan musik funk yang sangat raw, mengiringi falsetto dari Pharrell yang unik. Lanjut, duo robot Prancis, “Daft Punk” menyumbangkan vokal dalam track “Gust of Wind” yang sangat funky dan danceable. Sementara itu pada lagu “Know Who you Are”, kamu bakal disuguhi sebuah lagu romantis dengan beat yang terinfluence irama reggae yang menampilkan duet Pharrell barengan Alicia Keys. Ah keren! Menyebut album ini sebagai sebuah masterpiece mungkin dianggap berlebihan. Namun, bagi kru belia album ini emang begitu adanya. Eksplorasi musik Pharrell yang kembali ke roots, meninggalkan elemen-elemen artificial, justru kerasa sangat eksotis dan membuat musiknya sangat jujur dan sedap untuk dinikmati. Di momenmomen tertentu, musiknya yang dance-y siap buat menghipnotis tubuh kita buat bergoyang, di saat-saat khusus dia siap menemani kegalauan kamu atau suasana hati lainnya. Album yang uber-wajib buat kamu miliki. Pure quality.***

Review

syauqy_belia@yahoo.com

Launching Novel “Seruak” Vinca Callista Sunday, March 16th, 2014 (06:00 pm Bober Tropica Jl. Sumatera No. 5, Bandung Agenda: Launching Novel “Seruak” Vinca Callista Music Performance by Guest Star A.F.F.E.N Anonymous Pemutaran Film Pendek Mendung Langit Imaginary Girlfriend (MOCCA New Short Movie)

Liputan Foto

MASKOT Pando dan Moon dalam aksi kampanye Bijak Kertas oleh Earth Hour Bandung, WWF Indonesia, Teh Kotak, dan Line Indonesia di Car Free Day (CFD) Dago, Bandung, Minggu (9/3/2014). Aksi yang juga berlangsung serentak di 26 kota se-Indonesia ini merupakan salah satu rangkaian kampanye menuju puncak Earth Hour global pada 29 Maret mendatang. Dalam kegiatan ini berhasil dikumpulkan sampah kertas sebanyak 26,62 kg selama CFD. * HANIFA

T

HIS is Sparta! Masih ingat teriakan Raja Leonidas di film 300 di tahun 2006 silam? Hehe, nggak apa juga kalau kamu belum pernah nonton filmnya. Nah, yang sekarang belia review ini adalah 300, Rise of An Empire. Masih bercerita tentang rakyat Yunani yang ingin melepaskan diri dari jajahan Persia. Kalo di film 300, yang diceritakan hanya kisah 300 prajurit pemberani melawan Persia di bawah pimpinan Xerxes, di film yang rilis resmi di Amerika tanggal 7 Maret ini, kamu akan diceritakan lebih lengkap perjuangan bangsa Yunani. Dimulai dari Battle of marathon

yang dipimpin oleh Themistokles, dari Athena. Themistokles ini membunuh Raja Darius dari Persia. Hal ini menyebabkan Xerxes, putra Darius dendam banget sama bangsa Yunani. Diceritakan juga kalau Xerxes ini sebelumnya cowok biasa yang nggak punya karakter kuat. Tapi di bawah pengaruh Artemisia, perempuan berdarah Yunani, tapi berhati Persia, Xerxes diubah menjadi sosok setengah dewa yang nggak punya hati. Jadilah film ini bercerita dendam beberapa tokoh yang terlibat di dalamnya. Pertama, Ratu Gorgo, yang dendam karena suaminya, Raja Leonidas di-

Review

bunuh oleh Xerxes. Lalu Artemisia, yang dendam pada tentara Yunani yang secara keji membunuh seluruh keluarganya. Ada pula Xerxes yang dendam terhadap Themistokles yang sudah membunuh Raja Darius. Udah kebayanglah, ya gimana cerita dendam ini dituangkan ke dalam film? Efek visual keren yang bikin detail film ini jadi lebih hidup, jadi nilai tambah dari film yang diadaptasi dari novel grafisnya Frank Miller yang berjudul Xerxes. Kalau kamu suka film kolosal dengan setting Romawi-Yunani kuno, pasti 300, Rise of An Empire ini jadi film yang ada di list kamu. ***

“You’ve been smoking again, haven’t you? Your eyes look like road maps and you’re in full bastard mode.” Wayne Gerard Trotman,

Ashes to Ashes: Screenplay

tisha_belia@yahoo.com

The Enchantress Judul Pengarang Penerbit Tebal

U

: The Enchantress, The Secret of Immortal Nicholas Flamel : Michael Scott : Matahati : 634 halaman

NTUK para penggemar cerita fantasi dan sejarah, pasti suka buku ini. The Enchantress ini merupakan buku final alias buku terakhir dari serial The Secret of Immortal Nicholas. Buat Belia yang udah ngikutin serial ini dari awal tentu udah penasaran banget sama nasib si kembar Josh dan Sophie. Dan Belia enggak akan kecewa, karena cerita di buku ini bakalan mengungkap banyak hal yang jadi tanda tanya di buku-buku sebelumnya. Ada juga fakta-fakta mengejutkan yang diceritakan Michael Scott, si pengarang di buku ini, salah satunya tentang siapa sebenarnya orangtua si kembar beraura emas dan perak ini. Makin penasaran kan? Di buku ini Josh dan Sophie akhirnya bersatu, lalu bersama Dr. John Dee dan Virgia Dare mereka di bawa ke Danu Talis di masa 10.000 tahun yang lalu. Keadaan ini tentu membin-

gungkan Josh dan Shopie, ditambah mereka harus menerima kenyataan tentang orangtua mereka yang sebenarnya. Si kembar tak sendiri di masa lampau karena Bibi Agnes alias Tsagaglalal, atau wanita yang mengawasi juga berada di masa yang sama, masa saat Abraham sang Magi masih hidup. Petualangan mereka di Danu Talis pun semakin menegangkan. Sementara itu, Nicholas dan Perenelle Flamel masih terus berusaha melacak jejak si kembar. Sambil bertahan dengan sisa hidup mereka yang tinggal satu hari, mereka berusaha untuk sesedikit mungkin menggunakan aura. Apa daya mereka harus melawan berbagai monster yang ada di kompleks penjara Alcatraz dan mencegahnya agar tak pergi ke San Fransisco, hal itu menghabiskan banyak aura mereka dan otomatis memperpendek pasangan

Review

Review

tersebut. Di Alcatraz mereka dibantu oleh beberapa kawan mereka seperti Mars Ulthor, Billy The Kid, dan Nicollo Machiaveli yang tadinya merupakan sekutu Dr. Dee. Secara keseluruhan buku ini cukup menuntaskan rasa keingintahuan Belia dan membuat banyak kejutan bagi para pembacanya. Cerita yang dibumbui berbagai mitos dari belahan dunia juga membuat novel ini terasa semakin apik. Hanya sebagian besar isi novel ini, juga di novel-novel sebelumnya, narasi tentang berbagai tokoh yang muncul terasa terlalu berlebihan. Misalnya tokoh Spinx yang diceritakan sangat kuat dan mampu menyerap kekuatan serta aura musuhnya itu ternyata bisa mati hanya karena tombak Billy The Kid. Cerita yang saling terkait satu sama lain serta alur yang maju mundur membuat buku ini akan sedikit sulit dibaca oleh Belia yang enggak ngikutin serial Nicholas Flamel ini dari awal. Walaupun begitu, kalau tertarik enggak ada salahnya kok cari-cari seri lengkapnya mulai dari The Alchemyst, The Magician, The Sorceress, The Necromancer, dan The Warlock. Cerita yang kaya akan mitos dan sejarah bakal bikin Belia gatel buat googling dan cari tahu lebih dalam tentang legenda-legenda dunia. Tentunya bikin pengetahuan Belia tambah luas, iya kan!*** dhianynadya@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.